REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN IKAN BAJI-BAJI (Grammoplites scaber) DI PERAIRAN KUALA TANJUNG, BATUBARA, SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH :

SRI WATINA BR TARIGAN 150302054

Skripsi Sebagai Salah Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN IKAN BAJI-BAJI (Grammoplites scaber) DI PERAIRAN KUALA TANJUNG, BATUBARA, SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH :

SRI WATINA BR TARIGAN 150302054

Skripsi Sebagai Salah Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN IKAN BAJI-BAJI (Grammoplites scaber) DI PERAIRAN KUALA TANJUNG, BATUBARA, SUMATERA UTARA

SKRIPSI

SRI WATINA BR TARIGAN 150302054

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Scanned with CamScanner PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sri Watina Br Tarigan

NIM : 150302054

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “REPRODUKSI DAN

PERTUMBUHAN IKAN BAJI-BAJI (Grammoplites scaber) DI PERAIRAN

KUALA TANJUNG, BATUBARA, SUMATERA UTARA” adalah benar merupakan karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

Skripsi ini.

Medan, Oktober 2019

Sri Watina Br Tarigan NIM. 150302054

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRAK

SRI WATINA BR TARIGAN. Reproduksi dan Pertumbuhan Ikan Baji-Baji (Grammoplites scaber) di Perairan Kuala Tanjung, Batubara, Sumatera Utara. Dibimbing oleh ERI YUSNI & ASTRID FAUZIA DEWINTA.

Ikan Baji-Baji termasuk dalam famili . Ikan Baji-Baji (Grammoplites scaber) banyak dijumpai di Perairan Kuala Tanjung, Batubara, Sumatera Utara. Sampai saat ini data mengenai Ikan Baji-Baji di Perairan Kuala Tanjung belum didapatkan sehingga perlu dilakukan penelitian. Penelitian ini dilakukan di tangkahan Dusun Sono Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kuala Tanjung pada bulan Mei sampai Juli 2019. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui rasio kelamin, tingkat kematangan gonad, pola pertumbuhan, parameter pertumbuhan dan faktor kondisi Ikan Baji-Baji. Data primer adalah Ikan Baji-baji yang diamati sebanyak 505 ekor sampel untuk pengukuran panjang dan berat. Hasil penelitian bahwa rasio kelamin didapat dalam keadaan tidak seimbang dengan perbandingan 1:9,31. Tingkat kematangan gonad Grammoplites scaber yang ditemukan yaitu TKG II, TKG III dan TKG IV. Pola pertumbuhan Ikan Baji-Baji berupa allometrik negatif dengan persamaan W=0,0003L2,2673. Frekuensi panjang yang didapat 140-275 mm. Persamaan model Von Bertalanffy Ikan Baji-Baji yaitu Lt=279,30(1-e[-0,77(t+0,691)]). Nilai terendah dan tertinggi faktor kondisinya adalah 0,512 – 1,82 secara morfologi memiliki kegemukan yang baik.

Kata Kunci: Grammoplites scaber, Pertumbuhan, Reproduksi

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRACT

SRI WATINA BR TARIGAN. Reproduction and Growth of Baji-Baji (Grammoplites scaber) in the Kuala Tanjung Waters, Batubara, North Sumatra. Supervised by ERI YUSNI & ASTRID FAUZIA DEWINTA.

Baji-Baji belong to the Platycephalidae family. Grammoplites scabers often found in the Kuala Tanjung waters, Batubara, North Sumatra Province. Until now, data on the Baji-Baji in Kuala Tanjung waters have not been obtained, therefore research is needed. This research was done at tangkahan Dusun Sono Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kuala Tanjung on May to July 2019. The aims of this research to determine sex ratio, gonad level maturity, growth pattern, growth parameters and condition of Baji-Baji. Primary data are Baji-Baji observed as much as 505 samples for length and weight measurements. The results concluded that the sex ratio is obtained in an unbalanced state with a ratio of 1:9.31. Gonad level maturity of Grammoplites scabers are TKG II, TKG III and TKG IV. Growth patterns of Baji-Baji in the form of negative allometrics with the equation W = 0,0003L2,2673. Frequency length is 140-275 mm. Von Bertalanffy models of Baji-Baji are Lt=279,30(1-e[-0,77(t+0,691)]). The lowest and highest value of the condition factor is 0.512 - 1.82 morphologically having good obesity.

Keywords: Grammoplites scaber, Growth, Reproduction

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Medan pada tanggal

10 April 1997. Anak dari pasangan Bapak Jiwa Tarigan

dan Ibu Liantina Br Sembiring. Merupakan putri

pertama dari 3 bersaudara.

Pendidikan formal pertama diawali di

TK Swasta Assisi pada tahun 2002 dan dilanjutkan ke

SD Swasta Assisi Medan yang berakhir pada tahun

2009. Bersamaan dengan berakhirnya pendidikan dasar, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Swasta St. Yoseph Medan dan selesai pada tahun 2012. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMAN 15 Medan dan menyelesaikan pendidikannya pada tahun 2015. Pada tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan

S-1 di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan

Tinggi Negeri (SBMPTN).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten

Laboratorium Produktivitas Perairan tahun 2018 dan tahun 2019, asisten

Laboratorium Rancangan Percobaan tahun 2018, asisten Laboratorium Kualitas

Air tahun 2019 dan Planktonologi tahun 2019 di Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Pada tahun

2018 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai Karantina

Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Medan I.

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul “Reproduksi dan Pertumbuhan Ikan Baji-Baji

(Grammoplites scaber) di Perairan Kuala Tanjung, Batubara, Sumatera

Utara”. Penulisan skripsi ini disusun sebagai satu dari beberapa syarat memenuhi kelulusan untuk mendapatkan gelar sarjana perikanan pada Program

Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Jiwa Tarigan, SH dan Ibunda Liantina Br

Sembiring yang telah membesarkan dan merawat penulis.

2. Adik terkasih Ita Maya Sari Br Tarigan dan Nagari Frananta Tarigan yang

selalu memberikan do’a, motivasi serta membantu dan memberi dukungan

kepada penulis.

3. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya

Perairan.

4. Ibu Astrid Fauzia Dewinta, S.St.Pi, M.Si, Bapak Dr.Ir. Yoes Soermayono,

M.H., M.Sc, Ibu Amanatul Fadhilah, S.Pi, M.Si dan Ibu Desrita, S.Pi, M.Si

yang telah memberikan banyak sekali ilmu, masukan, arahan dan bimbingan

kepada penulis.

5. Bapak/Ibu dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan dan

pegawai tata usaha Program Studi Manajemen Sumberdaya.

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6. Sahabat yang penulis sayangi khususnya Dio Suhemi, Michele Sipayung,

Layla Syahara, Tri Pardiana Setiani, Puput Melati, Dina Juniyanti,

Khairunnisa Sembiring, Nur Rohim, Febri Hermawan, Pebriyanti Christisne

Nababan, Indah Claudia br Tarigan, Maria Angelina, Dessy Anastasya

br Bangun, Nanda Putra Bangun, Ruben Gunanta Barus, teman-teman

PERMATA Bethel GBKP Rg. Bena Meriah dan teman-teman seperjuangan

MSP angkatan 2015.

7. Seluruh Nelayan di Desa Lalang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten

Batubara, serta kepada seluruh pihak yang telah memberikan bimbingan,

arahan, dan kontribusi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sebagai informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang pengelolaan sumberdaya perairan dan perikanan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Oktober 2019

Penulis

v

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ...... i ABSTRACT ...... ii RIWAYAT HIDUP ...... iii KATA PENGANTAR ...... iv DAFTAR ISI ...... vi DAFTAR GAMBAR ...... viii DAFTAR TABEL...... ix DAFTAR LAMPIRAN ...... x PENDAHULUAN Latar Belakang ...... 1 Perumusan Masalah ...... 3 Kerangka Pemikiran ...... 4 Tujuan Penelitian ...... 5 Manfaat Penelitian ...... 5

TINJAUAN PUSTAKA Ikan Baji-Baji (Grammoplites scaber) ...... 6 Distribusi Ikan Baji-Baji ...... 8 Alat Tangkap Jaring Insang (Gillnet) ...... 8 Pertumbuhan ...... 10 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)...... 11 Hubungan Panjang dan Berat ...... 12 Faktor Kondisi ...... 14 Mortalitas dan Laju Eksploitasi ...... 15

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ...... 16 Alat dan Bahan ...... 17 Prosedur Penelitian ...... 17 Pengumpulan Data ...... 17 Pengambilan Sampel ...... 17 Pengukuran Panjang dan Berat Tubuh Ikan ...... 18 Penentuan Tingkat Kematangan Gonad Berdasarkan Morfologi ...... 18 Analisis Data ...... 19 Rasio Kelamin ...... 19 Sebaran Frekuensi Panjang ...... 20 Hubungan Panjang dan Berat Ikan ...... 21 Tingkat Kematangan Gonad ...... 22

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Faktor Kondisi ...... 23 Parameter Pertumbuhan ...... 23 Mortalitas dan Laju Eksploitasi ...... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ...... 25 Hasil Tangkapan Ikan Baji-Baji (Grammoplites scaber) ...... 25 Rasio Kelamin ...... 25 Sebaran Frekuensi Panjang ...... 26 Kelompok Ukuran ...... 30 Hubungan Panjang dan Berat ...... 30 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ...... 33 Faktor Kondisi ...... 35 Parameter Pertumbuhan ...... 35 Mortalitas dan Laju Eksploitasi ...... 36 Pembahasan ...... 37 Rasio Kelamin ...... 37 Sebaran Frekuensi Panjang ...... 38 Kelompok Ukuran ...... 40 Hubungan Panjang dan Berat ...... 40 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ...... 43 Faktor Kondisi ...... 44 Parameter Pertumbuhan ...... 46 Mortalitas dan Laju Eksploitasi ...... 47

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...... 49 Saran ...... 49

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Diagram Kerangka Pemikiran ...... 4 2. Ikan Baji-Baji (Grammoplites scaber) ...... 6 3. Ikan Baji-Baji (Grammoplites scaber) Bagian Atas ...... 7 4. Pengoperasian Jaring Insang ...... 9 5. Peta Lokasi Penelitian ...... 16 6. Hasil Tangkapan Ikan Baji-Baji Berdasarkan Bulan Pengamatan ...... 25 7. Rasio Kelamin Ikan Baji-Baji Berdasarkan Minggu Pengamatan ...... 26 8. Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Baji-Baji Selama Pengamatan ...... 27 9. Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Baji-Baji Jantan dan Betina ...... 27 10. Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Baji-Baji Jantan dan Betina pada Bulan Mei ...... 28 11. Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Baji-Baji Jantan dan Betina pada Bulan Juni...... 29 12. Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Baji-Baji Jantan dan Betina pada Bulan Juli ...... 29 13. Kelompok Ukuran Panjang Ikan Baji-Baji ...... 30 14. Hubungan Panjang dan Berat Ikan Baji-Baji ...... 31 15. Hubungan Panjang Berat Ikan Baji-Baji Jantan...... 32 16. Hubungan Panjang Berat Ikan Baji-Baji Betina ...... 32 17. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Baji-Baji Berdasarkan Bulan Pengamatan ...... 34 18. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Baji-Baji Jantan ...... 34 19. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Baji-Baji Betina ...... 35 20. Hubungan Panjang dan Umur Ikan Baji-Baji ...... 36

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Ciri-Ciri Tingkat Kematangan Gonad Modifikasi Cassie ...... 19 2. Rasio Kelamin Ikan Baji-Baji ...... 26 3. Hubungan Panjang dan Berat Ikan Baji-Baji ...... 33 4. Ciri Morfologi Gonad Ikan Baji-Baji ...... 33 5. Nilai Faktor Kondisi Ikan Baji-Baji ...... 35 6. Laju Mortalitas dan Laju Eksploitasi Ikan Baji-Baji ...... 36

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Data Panjang Berat Ikan Baji-Baji ...... 56 2. Perhitungan Nisbah Kelamin Ikan Baji-Baji (Grammoplites scaber) .. 62 3. Hubungan Panjang dan Umur Ikan Baji-Baji (Grammoplites scaber) . 63 4. Analisis Regresi Hubungan Panjang dan Berat Ikan Baji-Baji Total ... 64 5. Analisis Regresi Hubungan Panjang dan Berat Ikan Baji-Baji Betina . 65 6. Analisis Regresi Hubungan Panjang dan Berat Ikan Baji-Baji Jantan . 66 7. Gonad Ikan Baji-Baji Jantan dan Betina ...... 67 8. Gonad Ikan Baji-Baji pada Masa Transisi ...... 68 9. Kegiatan Penelitian ...... 69 10. Alat dan Bahan Penelitian ...... 70 11. Data Curah hujan dan Suhu...... 71 12. Rencana Kegiatan Penelitian...... 73

x

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumberdaya ikan demersal adalah jenis - jenis ikan yang hidup di dasar atau dekat dasar perairan. Ciri utama sumberdaya Ikan Demersal antara lain memiliki aktifitas rendah, gerak ruaya yang tidak terlalu jauh dan membentuk gerombolan tidak terlalu besar, sehingga penyebarannya relatif merata dibandingkan dengan ikan pelagis. Jenis ini banyak dijumpai di dekat perairan muara sungai yang merupakan daerah yang sangat subur secara ekologis, karena terjadi penumpukan zat hara dari daratan. Ruaya ikan demersal tidak didasarkan pada pengaruh suhu, salinitas atau makanan, tetapi untuk berpijah. Disamping itu distribusi atau sebaran ikan demersal sangat dibatasi oleh kedalaman perairan, karena tiap jenis ikan hanya mampu bertoleransi terhadap kedalaman tertentu sebagai akibat perbedaan tekanan air, karena semakin dalam suatu perairan akan semakin besar tekanan yang diterima (Effendie, 2002)

Perairan Kuala Tanjung secara administrasi terletak di Kecamatan Medang

Deras Kabupaten Batubara. Wilayah Desa Lalang sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. Desa Lalang berada pada dataran rendah yang termasuk beriklim tropis. Kawasan Perairan Kuala Tanjung memiliki potensi yang tidak kalah dengan potensi perairan lainnya di Batubara. Mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan tradisional. Nelayan di Desa Lalang melakukan penangkapan dari ujung muara sungai Padang hingga ke perairan Selat Malaka dan pulau-pulau kecil. Proses penangkapan Ikan Baji-Baji oleh nelayan biasanya menggunakan alat tangkap Jaring Insang Hanyut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2

Ikan Baji-Baji (Grammoplites scaber) adalah salah satu jenis ikan yang ditemukan di Perairan Kuala Tanjung, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera

Utara. Ikan ini merupakan salah satu hasil tangkapan sampingan oleh jaring insang hanyut dan belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat Desa

Lalang. Hasil dari tangkapan Ikan Baji-Baji akan dijual ke pasar tradisional di

Desa Lalang dan ke salah satu usaha pembuatan bakso ikan di Medan.

Ikan ini termasuk kedalam famili Platycephalidae. Menurut Douglas &

Lanzing (1981), Platycephalidae mempunyai kemampuan menyembunyikan diri di dalam sedimen halus serta berkemampuan mengubah pola warna tubuh.

Platycephalidae adalah ikan demersal Barnes et al., (2011) yang hidup di perairan dangkal dengan substrat lumpur. Ikan Baji-Baji mempunyai penyebaran luas yang meliputi Indo-Pasifik Barat termasuk Australia (Imamura 2013). Menurut Cheung

& Pitcher (2004), Ikan Baji-Baji diklasifikasikan kedalam kelompok ikan yang termasuk dalam kategori rentan. Menurut IUCN (2015) ikan Famili

Platycephalidae merupakan kelompok ikan yang kekurangan data belum banyak diteliti di Indonesia.

Penangkapan berlebih akan menyebabkan penurunan populasi sehingga akan mempengaruhi ekosistem perairan. Menurut Ricker (1975) pada kondisi perikanan yang masih belum dieksploitasi, komposisi populasi masih menyediakan proporsional ikan-ikan yang berukuran besar dan berumur tua.

Akibat penangkapan, ikan-ikan kelompok ini akan berkurang dan populasi akan didominansi oleh ikan-ikan berukuran kecil dan berumur muda.

Salah satu aspek untuk mendukung upaya pengelolaan sumberdaya ikan

Baji-Baji adalah pengetahuan dasar mengenai aspek biologi. Salah satu dari aspek

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3

biologi yang perlu diketahui adalah reproduksi dan pertumbuhan spesies tersebut.

Penelitian ini perlu dilakukan untuk mendeskripsikan reproduksi dan pertumbuhan Ikan Baji-Baji yang sebaiknya ditangkap nelayan pada saat penangkapan. Informasi mengenai pertumbuhan tersebut dapat dijadikan dasar pengelolaan sumberdaya Ikan Baji-Baji di Perairan Kuala Tanjung. Pengelolaan yang sesuai ditujukan agar sumberdaya Ikan Baji-Baji dapat dimanfaatkan secara optimal tanpa mengurangi atau memusnahkan sumberdaya Ikan Baji-Baji tersebut di alam.

Perumusan Masalah

Pertumbuhan pada dasarnya ditujukan untuk menentukan ukuran badan sebagai fungsi dari waktu, hal ini penting karena memberikan informasi tentang jumlah dan ukuran yang dapat ditangkap oleh nelayan setiap tahun dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya. Berkurangnya kelimpahan ikan dalam suatu kelompok kelahiran dalam satu kurun waktu disebabkan oleh kematian yang dapat terjadi akibat faktor alami maupun karena penangkapan serta dapat diakibatkan oleh perubahan musim. Perubahan tersebut perlu diketahui untuk pengelolaan yang rasional sehingga jumlah Ikan Baji-Baji di perairan tetap lestari. Oleh karena itu untuk menjaga keberlanjutan sumberdaya Ikan Baji-Baji pada musim selanjutnya di Perairan Kuala Tanjung perlu dilakukan suatu pengkajian tentang pertumbuhan yang mencakup ukuran panjang dan pola pertumbuhan supaya mengetahui ukuran yang sebaiknya ditangkap oleh nelayan agar tidak merusak kelestarian populasi Ikan Baji-Baji.

Berdasarkan deskripsi di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4

1. Bagaimanakah Pola Pertumbuhan, Parameter Pertumbuhan dan Faktor

Kondisi Ikan Baji-Baji (Grammoplites scaber) di Perairan Kuala Tanjung?

2. Bagaimanakah Aspek Biologi Reproduksi (Rasio Kelamin dan Tingkat

Kematangan Gonad) Ikan Baji-Baji (Grammoplites scaber) di perairan

Kuala Tanjung ?

Kerangka Pemikiran

Usaha penangkapan Ikan Baji-Baji merupakan salah satu aktivitas umum yang dilakukan pengusaha-pengusaha perikanan tangkap di Desa Lalang,

Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara, sehingga perlu dilakukan pemanfaatan sumberdaya Ikan Baji-Baji agar tetap dapat di pertahankan keberadaannya baik kualitas maupun kuantitasnya, dengan melihat pertumbuhan

Ikan Baji-Baji berupa hubungan panjang berat dan faktor kondisi Ikan Baji-Baji sehingga dapat dilakukan pengelolaan yang tepat. Secara ringkas kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

Usaha Penangkapan Ikan Baji-Baji

Hasil tangkapan Ikan Baji-Baji

Aspek Biologi

Pertumbuhan Ikan Baji-Baji Reproduksi Eksploitasi

- Distrubusi sebaran panjang Ikan Baji- -Rasio Kelamin -TKG Baji

- Hubungan panjang berat Ikan Baji-Baji - Faktor Kondisi Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pola pertumbuhan, parameter pertumbuhan, faktor kondisi

Ikan Baji-Baji di perairan Kuala Tanjung dengan menggunakan data panjang

dan berat Ikan Baji-Baji.

2. Untuk mengetahui aspek biologi reproduksi (rasio kelamin dan tingkat

kematangan gonad) Ikan Baji-Baji di perairan Kuala Tanjung.

Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai pendugaan pertumbuhan dan mortalitas Ikan Baji-

Baji ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pola pertumbuhan serta ukuran Ikan Baji-Baji yang sebaiknya ditangkap dalam upaya pengaturan dan pengendalian penangkapan Ikan Baji-Baji agar tercapai pemanfaatan sumberdaya ikan yang berkelanjutan di Perairan Kuala Tanjung Provinsi

Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Baji-Baji (Grammoplites scaber)

Menurut Weber dan de Beaufort (1962) nama lokal Ikan Baji-Baji adalah

Mutu Kerkau (Indonesia), Tekeh (Jawa), Mutu Kerbau (Jawa Barat), Baji-Baji

(Jakarta, Sulawesi Selatan), Petok (Jawa Tengah), Pahat (Jawa Timur), Mangada,

Paha-Paha (Madura), Badukan (Sumatera Timur). Nama umum Ikan Baji-Baji adalah rough flathead.

Menurut White et al., (2013) taksonomi Ikan Baji-Baji diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas :

Ordo :

Famili : Platycephalidae

Genus : Grammoplites

Spesies : Grammoplites scaber

Gambar 2. Ikan Baji-Baji (Grammoplites scaber) Sumber: Dokumen Pribadi, 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 7

Gambar 3. Ikan Baji-Baji (Grammoplites scaber) Bagian Atas Sumber: Dokumen Pribadi, 2019 Ikan Baji-Baji merupakan anggota dari Famili Platycephalidae yang mendiami perairan dasar. Ikan Baji-Baji memiliki bentuk kepala dan bentuk tubuh picak, memanjang serta bagian tubuh yang datar. Seluruh sisik ikan mempunyai duri yang tajam yang terdapat di bagian linea literalis. Pada bagian supraorbital juga ditemukan duri tajam yang terletak di depan mata kurang lebih berjumlah >1

(Andriano, 2016).

Seperti halnya ikan ini mempunyai kepala dan tubuh picak, tubuh dan ekor pada bagian atas tertutup sisik ktenoid yang kecil dan sisik sikloid pada bagian bawah yang datar. Semua sisik pada linea literalis merupakan duri yang tajam.

Ciri-ciri siripnya adalah sirip keras dorsal 9, sirip lunak anal 12, sirip keras pectoral 1 dengan sirip lunak 10 dan sirip keras ventral 1 dengan sirip lunak 5.

Ikan ini mempunyai satu atau lebih duri tajam pada supraorbital di depan mata.

Sisik pada LL berjumlah 53-57 yang masing-masing mempunyai duri yang berkembang dengan baik. Ikan ini mempunyai duri pendek pada dasar preoperkulum dan dua duri yang lebih pendek di bawahnya. Warna bagian atas tubuh coklat gelap dan berwarna lebih muda di bagian bawah tubuhnya

(Yuniarti, 2004)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 8

Distribusi Ikan Baji-Baji

Ikan Baji-Baji mempunyai penyebaran luas meliputi bagian timur

Samudera Hindia mulai teluk Bengal dan Teluk Thailand, selatan sampai utara

Australia. Ikan ini ditemukan di Vietnam secara meluas di perairan teritorial estuari (Knapp in IUCN Red List 2015). Ikan ini menjadi bagian dari potensi perikanan Indonesia yang belum dimanfaatkan secara optimal karena merupakan hasil sampingan dan dikategorikan sebagai ikan rucah. Ikan Baji-Baji biasanya ditangkap dengan menggunakan jaring (Simamora et al., 2016)

Platycephalidae merupakan ikan demersal yang biasa ditemukan sampai kedalaman 55 meter, di laut ataupun air payau dengan dasar berlumpur dan berpasir pada daerah-daerah beriklim topik. Penyebarannya meliputi daerah Indo-

Pasifik barat yaitu Laut Arabian Selatan dan Pantai Bengal sampai Malaysia,

Indonesia, dan Teluk Thailand. Di Indonesia penyebaran ikan ini meliputi daerah

Sumatera (Trossan, Padang, Pariaman, Sibolga, muara Sungai Rokan);

Kalimantan (Serawak, muara Sungai Kapuas); Madura; Sulawesi (Makassar);

Laut Arafura dan Kepulauan Sulu (Yuniarti, 2004).

Alat Tangkap Jaring Insang (Gillnet)

Jaring insang hanyut adalah salah satu bentuk umum dari jenis jaring insang dan merupakan metode penangkapan ikan tertua dan sederhana. Ikan tertangkap dengan cara terjerat. Bagian atas jaring dilengkapi dengan pelampung dan bagian bawahnya diikat dengan pemberat. Jaring ini dapat dioperasikan dengan ataupun tanpa menggunakan armada alat tangkap. Jaring insang hanyut adalah jaring insang yang cara pengoperasiaannya dibiarkan hanyut di perairan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 9

baik itu dihanyutkan di permukaan perairan, kolom perairan atau dihanyutkan didasar perairan (Martasuganda, 2008).

Alat tangkap ini berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat ris atas, ris bawah. Besar mata ris bervariasi disesuaikan dengan sasaran yang akan ditangkap. Ikan yang tertangkap itu karena terjerat pada bagian belakang lubang penutup insang, terbelit atau terpuntal pada mata jaring yang terdiri dari satu lapis, dua lapis maupun tiga lapis. Jaring ini terdiri dari satuan-satuan jaring yang biasa disebut tinting (piece). Dalam operasi penangkapannya biasanya terdiri dari beberapa tinting yang digabung menjadi satu sehingga merupakan satu perangkat yang panjang (300-500 m), tergantung dari banyaknya tinting yang akan dioperasikan. Jaring insang termasuk alat tangkap selektif, besar mata jaring dapat disesuaikan dengan ukuran ikan yang akan ditangkap (Genisa, 1998).

Gambar 4. Pengoperasian Jaring Insang Sumber: Kepmen KP No. KEP.06/MEN/2010 Jenis Alat Penangkapan Ikan

Disebut jaring insang karena ikan yang tertangkap oleh alat ini umumnya tersangkut di bagian insang. Pengoperasiannya menggunakan pemberat pada bagian bawah jaring dan bagian atasnya diberikan pelampung, sehingga tubuh jaring secara keseluruhan berdiri tegak di dalam perairan untuk bisa menghadang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 10

gerombolan ikan. Jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan adalah; ikan horisontal dan vertical migration yang tidak seberapa aktif, dan terbatas pada kedalaman tertentu (Latuconsina,2010).

Pengoperasian alat tangkap jaring insang hanyut di perairan Kuala

Tanjung dilakukan pada siang hari dan atau malam hari. Trip penangkapannya pada umumnya 1 hari (one day fishing), tetapi bila dalam sehari belum mendapat hasil tangkapan yang diharapkan maka nelayan melanjutkan operasi penangkapannya dan maksimal sampai 3 hari. Pada siang hari jaring dioperasikan

1 sampai 2 kali setting begitupun pada malam hari. Penurunan jaring (setting) berlangsung selama setengah jam, kemudian jaring dibiarkan hanyut selama 4 sampai 5 jam. Penarikan alat tangkap (hauling) berlangsung selama 2 jam, penarikan jaring ini dibantu dengan mesin penarik jaring (winch hauler)

(Rahmat, 2014).

Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan proses utama dalam hidup ikan, selain reproduksi. Dengan kata lain juga diartikan yaitu perubahan ukuran ikan dalam jangka waktu tertentu, ukuran ini bisa dinyatakan dalam satuan panjang, berat maupun volume. Ikan bertumbuh terus sepanjang hidupnya, sehingga dikatakan bahwa ikan mempunyai sifat pertumbuhan tidak terbatas (Rahardjo et al., 2011).

Penambahan panjang dan berat yang biasanya bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan atau tampilan ikan di alam. Pola pertumbuhan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan sangat bermanfaat dalam penentuan selektivitas alat tangkap agar ikan-ikan yang tertangkap hanya yang berukuran layak tangkap. Dalam hubungannya dengan pertumbuhan, analisa hubungan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 11

panjang-berat dimaksudkan untuk mengukur variasi berat harapan untuk panjang tertentu dari ikan secara individual atau kelompok individu sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan, kesehatan, perkembangan gonad dan sebagainya. Tampilan pertumbuhan diperoleh berdasarkan nilai b yang merupakan slope regresi antara logaritma hubungan panjang dan berat (Nofrita et al., 2013).

Menurut Wahyuningsih dan Barus (2006) pertumbuhan populasi sebagai pertambahan jumlah. Namun jika dilihat lebih jauh, pertumbuhan merupakan proses biologis yang komplek dimana banyak faktor yang mempengaruhinya.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan digolongkan menjadi dua bagian besar yatiu faktor dalam dan luar. Faktor dalam umumnya sukar dikontrol,antara lain keturunan, sex, umur, parasit dan penyakit. Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan ialah makanan, suhu perairan dan faktor-faktor kimia perairan, antara lain oksigen, karbondioksida, hidorgen sulfida, keasaman dan alkalinitas.

Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

Tingkat Kematangan Gonad merupakan satu tingkatan kematangan seksual pada ikan. Sebagian besar hasil metabolisme digunakan selama fase perkembangan gonad. Dalam tahapan kematangan gonad, perkembangan sel telur menjadi semakin besar, berisi kuning telur dan akan diovulasikan pada ikan yang telah dewasa. Jika gonad hampir masak memiliki beberapa tanda, di antaranya gonad mengisi setengah rongga tubuh, gonad betina berwarna kuning, bentuk telur tampak melalui dinding ovary (Sofijanto et al., 2016).

Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara yaitu cara histology dan pengamatan morfologi. Pengamatan secara histologi akan dapat diketahui anatomi perkembangan gonad tadi lebih jelas dan mendetail, sedangkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 12

pengamatan morfologi tidak sedetail histologi namun cara ini banyak dilakukan para peneliti. Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi adalah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat (Wahyuningsih dan Barus, 2006).

Hubungan Panjang dan Berat

Dalam biologi perikanan, hubungan panjang–berat ikan merupakan salah satu informasi pelengkap yang perlu diketahui dalam kaitan pengelolaan sumber daya perikanan, misalnya dalam penentuan selektifitas alat tangkap agar ikan-ikan yang tertangkap hanya yang berukuran layak tangkap. Pengukuran panjang berat ikan bertujuan untuk mengetahui variasi berat dan panjang tertentu dari ikan secara individual atau kelompok–kelompok individu sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan, kesehatan, produktifitas dan kondisi fisiologis termasuk perkembangan gonad. Analisa hubungan panjang berat juga dapat mengestimasi faktor kondisi atau sering disebut dengan index of plumpness yang merupakan salah satu hal penting dari pertumbuhan untuk membandingkan kondisi atau keadaan kesehatan relatif dari populasi ikan atau individu tertentu

(Mulfizar et al., 2012).

Analisis hubungan berat panjang bertujuan untuk menyatakan hubungan matematis antara panjang dan berat ikan, sehingga dapat dikonversi dari panjang ke berat dan sebaliknya. Selain itu, analisis ini juga dapat digunakan untuk mengukur variasi berat harapan ikan untuk suatu ukuran panjang tertentu, baik secara individu maupun secara berkelompok, sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan ikan, kesehatan ikan, perkembangan gonad, dan sebaginya

(Ayoade dan Ikulala, 2007).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 13

Hubungan panjang dan berat ikan tidak selalu mengikuti hukum kubik

(berat ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya), karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda. Perbedaan tersebut karena adanya faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu temperatur dan kualitas air, ukuran ikan, umur ikan, jenis ikan itu sendiri dan jumlah ikan-ikan lain yang memanfaatkan sumber yang sama.

Selain faktor-faktor yang di atas pertumbuhan juga dipengaruhi kematangan gonad ikan itu sendiri (Effendie, 1997).

Dari rumus yang digunakan akan menghasilkan suatu nilai konstanta (b), yaitu harga pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan yang nilainya berada antara 2,5 dan 3,5, biasanya mendekati 3. Berdasarkan hasil plotting terhadap data panjang-berat dari berbagai macam jenis ikan dengan jumlah sampel yang sangat besar dan apabila terdapat nilai b<2,5 atau b>3,5 data tersebut kemungkinan berasal dari kelompok sampel yang kecil ataupun terdapat indikasi adanya kesalahan (Pauly, 1983).

Salah satu nilai yang dapat dilihat dari adanya hubungan panjang berat ikan adalah bentuk atau tipe pertumbuhannya. Apabila b = 3 maka dinamakan isometrik yang menunjukkan ikan tidak berubah bentuknya dan pertambahan panjang ikan seimbang dengan pertambahan beratnya. Apabila b < 3 dinamakan alometrik negatif, bila pertambahan panjangnya lebih cepat dibanding pertambahan beratnya, jika b > 3 dinamakan alometrik positif yang menunjukkan bahwa pertambahan beratnya lebih cepat dibanding dengan pertambahan panjangnya (Effendie, 1997).

Kisaran panjang total dan berat total ikan betina lebih besar dibandingkan dengan jantan. Hal ini diduga karena adanya perbedaan pola pertumbuhan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 14

lingkungan, ketersediaan makanan dan perbedaan ukuran pertama kali matang gonad. Apabila pada suatu perairan terdapat perbedaan ukuran dan jumlah dari salah satu jenis kelamin, kemungkinan disebabkan oleh perbedaan pola pertumbuhan, perbedaan ukuran pertama kali matang gonad, perbedaan masa hidup, dan adanya pemasukan jenis ikan / spesies baru pada suatu populasi ikan yang sudah ada (Suwarni, 2009).

Faktor Kondisi

Faktor kondisi adalah keadaan yang menyatakan kegemukan ikan dengan angka dan nilai yang dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, makanan, dan tingkat kematangan gonad (TKG). Dimana perhitungannya berdasarkan kepada panjang dan berat ikan. Berat ikan di anggap ideal jika sama dengan pangkat tiga dari panjangnya dan itu berlaku untuk ikan kecil dan besar. Bila tidak terdapat perubahan berat tanpa diikuti oleh perubahan panjang atau sebaliknya, akan menyebabkan perubahan nilai perbandingan tersebut. Faktor kondisi berkisar antara 2-4 menunjukkan tubuh ikan agak pipih dan bila berkisar 1-3 menunjukkan tubuh ikan kurang pipih (Effendie, 1997).

Faktor kondisi dari suatu jenis ikan tidak tetap sifatnya. Apabila dalam suatu perairan terjadi perubahan yang mendadak dari kondisi ikan dapat mempengaruhi ikan tersebut. Bila kondisinya kurang baik, mungkin disebabkan populasi ikan terlalu padat dan sebaliknya bila kondisinya baik,maka kemungkinan terjadi pengurangan populasi atau ketersediaan makanan di perairan cukup melimpah (Masriwaty, 2002).

Fluktuasi nilai faktor kondisi rata-rata ikan disebabkan oleh adanya perbedaan pertumbuhan dan tingkat kematangan gonad dari masing-masing ikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 15

Artinya bahwa pada ukuran yang sama (ukuran kecil) ada ikan yang masih dalam proses pertumbuhan somatik sehingga secara fisik tubuh ikan lebih cepat berkembang dan faktor kondisinya menjadi besar, sementara pada ukuran yang lebih besar atau ikan dewasa yang akan memijah, energi yang diperoleh dari makanan digunakan untuk proses pemijahannya sehingga menyebabkan faktor kondisinya kecil (Faizah dan Aisyah, 2011).

Jika pertumbuhan ikan diperoleh alometris, maka faktor kondisi dihitung dengan menggunakan faktor kondisi relatif. Faktor kondisi relatif disebut juga faktor kondisi alometris. Jika nilai K suau jenis ikan = 1 - 3, maka kondisi ikan tersebut pipih (kurus), tapi jika nilai K suatu jenis ikan = 2 - 4, maka kondisi ikan tersebut badannya agak pipih (gemuk) (Jabarsyah et al., 2011).

Mortalitas dan Laju Eksploitasi

Beberapa penyebab kematian terhadap suatu populasi adalah melalui penangkapan, pemangsaan, penyakit dan sebagainya. Beberapa penyebab kematian tersebut digolongkan menjadi dua macam yakni mortalitas penangkapan dan mortalitas alami. Mortalitas alami adalah mortalitas yang terjadi karena berbagai sebab selain penangkapan seperti pemangsaan, penyakit, stres, pemijahan, kelaparan dan usia tua (Sparre dan Venema, 1999).

Laju eksploitasi (E) merupakan bagian dari populasi ikan yang ditangkap selama periode waktu tertentu (1 tahun), sehingga laju eksploitasi juga didefinisikan sebagai jumlah ikan yang ditangkap dibandingkan dengan jumlah total ikan yang mati karena semua faktor baik faktor alami maupun faktor penangkapan. Eksploitasi optimal dicapai jika laju mortalitas penangkapan (F) sama dengan laju mortalitas alami (M), yaitu 0,5 (Pauly, 1984).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 16

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu pengambilan sampel ikan dilakukan sebanyak 6 kali setiap 2 minggu sekali selama 3 bulan mulai bulan Mei 2019 hingga Juli 2019 di Perairan

Kuala Tanjung, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis

Perairan Kuala Tanjung, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara terletak di

99°24’45’’E dan 3°22’26’’N. Penangkapan Ikan Baji-Baji dilakukan di sekitar

Pulau Salah Nama, Pulau Berhala dan Pulau Pandan sebagai fishing ground nelayan di Kuala Tanjung, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara yang didaratkan di Tangkaha Dusun Sono Desa Lalang Kecamatan Medang Deras

Kuala Tanjung.

Reproduksi dan Pertumbuhan Ikan Baji-Baji (Grammoplites scaber) di Perairan Kuala Tanjung Provinsi Sumatera Utara

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian Sumber: Dokumen Pribadi, 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 17

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pengambilan data primer antara lain alat tulis, milimeter block dengan ketelitian 1 mm, kamera digital, timbangan dan gunting bedah. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ikan Baji-Baji dan

Program software excel.

Prosedur Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Jenis dan sumber data yang dibutuhkan untuk keperluan penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengukuran panjang, berat dan kematangan gonad Ikan Baji-Baji. Data sekunder yaitu meliputi data curah hujan dan suhu yang diperoleh dari Weather Online yang digunakan sebagai data penunjang untuk analisis mortalitas dan laju eksploitasi. Ikan contoh yang diambil tergantung kelimpahan ikan pada tiap kali pengambilan sampel dilakukan dengan pengambilan contoh dua minggu satu kali, mulai dari Mei 2019 sampai Juli 2019 yang didaratkan di Tangkahan Dusun Sono

Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kuala Tanjung.

Pengumpulan Data

Pengambilan Sampel

Pengambilan contoh sampel secara acak dengan metode ini diharapkan dapat mewakili populasi yang sedang diteliti. Sampel ikan tergantung kelimpahan ikan pada tiap waktu pengambilan. Pengambilan sampel ikan sebanyak 6 kali, dilakukan selama 3 bulan dengan interval 2 minggu 1 kali mulai dari bulan Mei sampai Juli 2019. Sampel ikan yang telah diambil kemudian diukur panjang total

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 18

dan ditimbang berat basahnya, kemudian dibelah untuk dilihat jenis kelamin dan diamati morfologi gonadnya.

Ikan Baji-Baji yang tertangkap merupakan ikan yang umumnya ditangkap menggunakan jaring insang dengan mesh size 1,,75 inch . Kapal nelayan yang melakukan penangkapan yaitu perahu motor bermuatan 3 Gross Tonage (GT) dengan mesin dong-peng. Penangkapan ikan dilakukan selama 3 hari 2 malam.

Daerah penangkapan Ikan Baji-Baji yaitu dari perairan Pulau Salah Nama, Pulau

Berhala hingga Pulau Pandan. Pengoperasian alat tangkap dilakukan sebanyak 2-3 kali dalam sehari yaitu subuh, siang hingga menjelang sore selama kurang lebih 3 jam kemudian alat tangkap diangkat.

Pengukuran Panjang dan Berat Tubuh Ikan

Pengukuran panjang dan berat ikan dilakukan secara langsung di tempat ikan didaratkan dengan prosedur sebagai berikut:

1. Berat ikan ditimbang dengan timbangan.

2. Ikan diletakkan diatas kertas milimeter block yang sudah dilaminating.

3. Ikan diukur panjang totalnya (Total Length) yang diukur dari ujung mulut ikan

hingga ujung sirip ekornya.

4. Ikan dibedah perutnya dengan alat bedah dan diamati serta dicatat kematangan

gonad yang dimiliki individu ikan tersebut.

Penentuan Tingkat Kematangan Gonad Berdasarkan Morfologi

Ikan contoh yang sudah dibedah kemudian ditentukan tingkat kematangan gonadnya berdasarkan morfologinya dengan metode Cassie.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 19

Tabel 1. Ciri-Ciri Tingkat Kematangan Gonad Modifikasi Cassie (Effendie, 1979) TKG BETINA JANTAN I Ovari seperti benang, panjang Testis seperti benang, lebih sampai ke depan rongga tubuh. pendek, terlihat ujungnya di Warna jernih. rongga tubuh. Warna jernih. II Ukuran ovari lebih besar. Ukuran testis lebih besar. Pewarnaan lebih gelap kekuning- Pewarnaan lebih putih seperti kuningan, telur belum jelas dilihat susu. Bentuk lebih jelas daripada dengan mata. tingkat I. III Ovari berwarna kuning. Secara Permukaan testis tampak lebih morfologi telur mulai kelihatan bergerigi. Warna makin putih, butirannya dengan mata. testis makin besar. IV Ovari makin besar. Telur Seperti pada tingkat III, tampak berwarna kuning, mudah lebih jelas dan testis makin pejal. dipisahkan. Mengisi 1/2 -2/3 rongga perut, usus terdesak. V Ovari berkerut, dinding tebal, Testis bagian belakang kempis butir telur sisa terdapat di dekat dan bagian dekat pelepasan masih pelepasan. berisi.

Analisis Data

Rasio Kelamin

Sampel ikan ditentukan jenis kelaminnya dengan membedahnya terlebih dahulu. Penentuan jenis kelamin dilakukan dengan mengamati morfologi dari gonad tersebut. Gonad Ikan Baji-Baji jantan berwarna putih susu sedangkan Ikan

Baji-Baji betina berwarna kuning muda hingga kuning tua.

Menurut Satria (2015) Rasio kelamin merupakan perbandingan antara jenis kelamin ikan yang ada di perairan. Pada statistika, konsep rasio adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 20

proporsi populasi tertentu terhadap total populasi dengan rumus rasio kelamin ialah :

p= x100

Keterangan : p = Rasio Kelamin (%).

A = Jumlah ikan jantan / betina.

B = Total individu ikan jantan dan betina (ekor).

Selanjutnya untuk menguji keseimbangan rasio kelamin digunakan rumus menurut Walpole (1992) sebagai berikut :

n (oi-ei)² X² = i=1 ei

Keterangan :

X² = Chi Square (nilai peubah acak X² yang seberan penarikan contohnya

mendekati Chi kuadrat). oi = Frekuensi ikan jantan atau betina k – i yang diamati. ei = Jumlah frekuensi harapan dari ikan jantan dan ikan betina.

Sebaran Frekuensi Panjang

Dalam metode sebaran frekuensi panjang data yang digunakan adalah data panjang total dari Ikan Baji-Baji. Dilakukan pengukuran Ikan Baji-Baji dengan menggunakan milimeter block yang memiliki ketelitian 1 mm. Adapun langkah-langkah untuk membuat sebaran frekuensi panjang adalah sebagai berikut

(Walpole, 1992) :

1. Menentukan banyaknya selang kelas yang diperlukan dengan rumus:

n = 1+3,32 Log N

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 21

Keterangan : n = Jumlah kelompok ukuran N = Jumlah ikan pengamatan 2. Menentukan wilayah data tersebut

3. Bagilah wilayah tersebut dengan banyaknya kelas untuk menduga lebar selang

kelasnya

4. Menentukan limit bawah kelas bagi selang yang pertama dan kemudian batas

bawah kelasnya, kemudian tambahkan lebar kelas pada batas bawah kelas

untuk mendapatkan batas atas kelasnya

5. Mendaftarkan semua limit kelas dan batas kelas dengan cara menambahkan

lebar kelas pada limit dan batas selang sebelumnya

6. Menentukan titik tengah kelas bagi masing-masing selang dengan merata-

ratakan limit kelas atau batas kelasnya

7. Menentukan frekuensi bagi masing-masing kelas

8. Menjumlahkan kolom frekuensi kemudian periksa apakah hasilnya sama

dengan banyaknya total pengamatan.

Hubungan Panjang dan Berat

Berat dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang dan berat dapat diketahui dengan rumus (Pauly, 1984):

W = a Lb

Keterangan:

W = Berat (gram)

L = Panjang (mm) a = Intersep (perpotongan kurva hubungan panjang berat dengan sumbu y) b = Penduga pola pertumbuhan panjang berat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 22

Untuk mengkaji dalam penentuan nilai b maka dilakukan uji T, dimana terdapat usaha untuk melakukan penolakan atau penerimaan hipotesis yang dibuat.

0 - i Thit = S i

Keterangan:

SBi = Simpangan Baku ßi

Bo = Intercept (3)

Bi = Slope (hubungan dari panjang berat)

Sehingga diperoleh hipotesis :

H0 : b = 3 (isometrik) H1 : b ≠ 3 (allometrik)

Setelah itu, nilai thitung di bandingkan dengan nilai ttabel sehingga keputusan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

Thitung > Ttabel , maka tolak H0 Thitung < Ttabel , maka gagal tolak H0

Apabila pola pertumbuhan allometrik maka dilanjutkan dengan hipotesis sebagai berikut :

Allometrik positif Allometrik negatif

H0 : b ≤ 3 (isometrik) H0 : b ≥ 3 (isometrik)

H1 : b > 3 (allometrik) H1 : b < 3 (allometrik)

Keeratan hubungan panjang berat ikan ditunjukkan oleh koefisien korelasi

(r) yang diperoleh dari rumus √R2 : dimana R adalah koefisien determinasi. Nilai mendekati 1 (r > 0,7) menggambarkan hubungan yang erat antara keduanya, dan nilai menjauhi 1 (r < 0,7) menggambarkan hubungan yang tidak erat antara keduanya (Walpole, 1992).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 23

Tingkat Kematangan Gonad

Gonad dianalisa tingkat kematangan gonadnya secara visual menurut metode Cassie. Hasil yang diperoleh dimasukkan dalam tabel dan grafik.

Faktor Kondisi

Faktor kondisi yaitu keadaan atau kegemukan ikan yang dinyatakan dalam angka-angka untuk menunjukkan keadaan ikan dari segi kapasitas fisik untuk bertahan hidup dan melakukan reproduksi. Perhitungan faktor kondisi didasarkan pada panjang dan berat ikan. Faktor kondisi dapat dihitung dengan rumus (Effendie, 1979) sebagai berikut :

Jika nilai b ≠ 3 (allometrik), Jika nilai b = 3 (isometrik), maka faktor kondisi ditentukan maka faktor kondisi ditentukan dengan rumus: dengan rumus:

w 5 10 W FK = b a L FK = 3 L Keterangan:

FK = Faktor kondisi

L = Panjang total ikan (mm)

W = Berat ikan (gram) a dan b = Konstanta

Parameter Pertumbuhan

Berdasarkan data panjang total ikan, dilakukan analisis pertumbuhan menggunakan Model Von Bertalanffy (Sparre & Venema 1998):

Lt = L∞ (1-exp-k(t-to)) Dimana : Lt = Ukuran ikan pada umur t (mm)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 24

L∞ = Panjang asimtotik / panjang maksimum (mm)

K = Koefisien pertumbuhan (tahun) t0 = Umur hipotesis ikan pada panjang 0 (tahun) Untuk memperoleh nilai dugaan parameter pertumbuhan L∞ dan K digunakan paket ELEFAN I yang terdapat pada perangkat lunak FiSAT II. 1.1.3

Selanjutnya pendugaan umur teoritis pada saat panjang ikan sama dengan nol (to) digunakan rumus empiris Pauly ( Pauly 1984) sebagai berikut:

Log (-to) = -0,3922 – 0,2752Log L∞ - 1,0380Log K

Mortalitas dan Laju Eksploitasi

Nilai Mortalitas alami (M) dapat diketahui dengan menggunakan rumus empiris Pauly (1984):

Log(M)=-0,0066-0,279Log(Loo)+0,6543Log(K)+0,4634Log(T)

Laju mortalitas penangkapan (F) ditentukan dengan:

F = Z-M

Selanjutnya laju eksploitasi ditentukan dengan cara membandingkan mortalitas penangkapan (F) terhadap mortalitas total (Z) menurut Sparre dan

Verema (1999): F F E = = F + M Z Dimana:

E : status eksploitasi

F : koefisien kematian penangkapan

M : koefisien kematian alami

Jika : E > 0,5, atau F > M, maka Status Perikanan Over Fishing

E = 0,5, atau M = F, maka Status Perikanan MSY.

E < 0,5, atau F < M, maka Status Perikanan Under Fishing

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 25

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil Tangkapan Ikan Baji-Baji (Grammoplites scaber)

Jumlah Ikan Baji-Baji yang diamati selama penelitian sebanyak 505 ekor.

Jumlah ikan tertinggi yaitu pada bulan Juli dengan jumlah ikan sebanyak 217 ekor, kemudian pada bulan Mei sebanyak 153 ekor dan terendah yaitu pada bulan

Juni sebanyak 135 ekor. Hasil penangkapan Ikan Baji-Baji selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.

250 217 200

153 150 135

100 Frekuensi

50

0 Mei Juni Juli Bulan Pengamatan

Gambar 6. Hasil Tangkapan Ikan Baji-Baji Berdasarkan Bulan Pengamatan

Rasio Kelamin

Jumlah total Ikan Baji-Baji yang diperoleh selama penelitian berlangsung sebanyak 505 ekor, terdiri dari 49 ekor jantan dan 456 ekor betina dengan nisbah kelamin 0,11.

Pada bulan Mei Ikan Baji-Baji yang tertangkap adalah 153 ekor yang terdiri dari 18 ekor ikan jantan dan 135 ekor ikan betina dengan nisbah kelamin

0,13, sedangkan pada bulan Juni ikan yang tertangkap sebanyak 135 ekor yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 26

terdiri dari 12 ekor ikan jantan dan 123 ekor ikan betina dengan nisbah kelamin

0,10 dan pada bulan Juli ikan yang tertangkap sebanyak 217 ekor terdiri dari 19 ekor jantan dan 198 ekor betina dengan nisbah kelamin 0,10 dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Rasio Kelamin Ikan Baji-Baji Bulan Frekuensi Nisbah Kelamin Jantan Betina (J/B) Mei 18 135 0,13 Juni 12 123 0,10 Juli 19 198 0,10 Total 49 456 0,11 Pada minggu pengamatan total ikan jantan yang paling banyak tertangkap pada minggu ke-1 berjumlah 13 ekor dan paling sedikit pada minggu ke-4 berjumlah 3 ekor. Ikan betina yang paling banyak tertangkap pada minggu ke-6 berjumlah 105 ekor dan paling sedikit tertangkap pada minggu ke-3 berjumlah 55 ekor dapat dilihat pada Gambar 7.

120 105 100 93

74 80 68 61 55 60 Jantan

Frekuensi 40 Betina 20 13 9 9 10 5 3 0 M I M II M III M IV M V M VI Mei Juni Juli Minggu Pengamatan

Gambar 7. Rasio Kelamin Ikan Baji-Baji Berdasarkan Minggu Pengamatan.

Sebaran Frekuensi Panjang

Ikan Baji-Baji yang paling banyak tertangkap yaitu pada selang kelas 238-

251 mm dengan jumlah 95 ekor terdapat pada bulan Juli. Ikan yang paling sedikit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 27

tertangkap yaitu pada selang kelas 140-153 di bulan Juni dengan jumlah 0 ekor dan pada selang kelas 154-167 mm di bulan Juli dengan jumlah 0 ekor. Dapat dilihat pada Gambar 8.

100 95 90 80 66 69 70 60 50 40 32 34 Mei Frekuensi 30 20 27 14 14 19 16 Juni 20 13 8 12 12 4 12 7 5 7 4 4 3 10 2 0 2 2 1 0 1 Juli 0

Selang Kelas

Gambar 8. Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Baji-Baji Selama Pengamatan.

Jumlah ikan betina yang paling banyak tertangkap terdapat pada selang kelas 238-251 mm berjumlah 189 ekor dan paling sedikit tertangkap pada selang kelas 140-153 mm berjumlah 0 ekor. Sedangkan pada ikan jantan paling banyak tertangkap pada selang kelas 224-237 mm berjumlah 16 ekor dan paling sedikit tertangkap pada selang kelas 154-167 mm dan pada selang kelas 266-279 mm berjumlah 0 ekor dapat dilihat pada Gambar 9.

250

200 189 193

150 127 130

100 Jantan Frekuensi 51 32 35 31 Betina 50 30 22 27 31 16 19 12 15 16 4 0 4 0 3 3 3 2 5 3 4 3 0 Total 0

Selang Kelas

Gambar 9. Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Baji-Baji Jantan dan Betina.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 28

Pada bulan Mei pengamatan ikan jantan yang paling banyak tertangkap pada selang kelas 210-223 mm berjumlah 5 ekor dan paling sedikit tertangkap pada selang kelas 154-167 mm dan 266-279 mm berjumlah 0 ekor sedangkan ikan betina yang paling banyak tertangkap pada selang kelas 238-251 mm berjumlah 65 ekor dan paling sedikit tertangkap pada selang keas 140-153 mm berjumlah 0 ekor dapat dilihat pada Gambar 10.

70 65 60 50 40 30 26

Frekuensi 20 13 11 9 Jantan 4 4 5 10 2 0 0 2 1 1 2 3 1 1 0 3 Betina 0

Selang Kelas

Gambar 10. Sebaran Frekuensi Panjang Baji-Baji Jantan dan Betina pada Bulan Mei.

Pada bulan Juni ikan jantan yang paling banyak tertangkap pada selang kelas 224-237 mm berjumlah 6 ekor dan paling sedikit tertangkap pada selang kelas 140-153 mm, 154-167 mm, 168-181 mm, 238-251 mm, 252-265 mm dan pada selang kelas 266-279 mm berjumlah 0 ekor, sedangkan ikan betina yang paling banyak tertangkap pada selang kelas 252-265 mm berjumlah 34 ekor dan paling sedikit tertangkap pada selang kelas 140-153 mm berjumlah 0 ekor dapat dilihat pada Gambar 11.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 29

40 34 35 32

30 25 20 16 13 14 15 12

Frekuensi Jantan 10 4 6 5 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 Betina 0

Selang Kelas

Gambar 11. Sebaran Frekuensi Panjang Baji-Baji Jantan dan Betina pada Bulan Juni.

Pada bulan Juli ikan jantan yang paling banyak tertangkap pada selang kelas 224-237 mm berjumlah 7 ekor dan paling sedikit terdapat pada selang kelas

154-167 mm, 182-195 mm, 196-209 mm dan pada selang kelas 266-279 mm berjumlah 0 ekor, sedangkan ikan betina yang paling banyak tertangkap pada selang kelas 238-251 mm berjumlah 92 ekor dan paling sedikit pada selang kelas

140-153 mm dan 154-167 mm berjumlah 0 ekor dapat dilihat pada Gambar 12.

100 92 80

67 60 40

Frekuensi Jantan 20 7 712 12 2 0 0 0 2 2 0 0 5 3 1 3 2 0 Betina 0

Selang Kelas

Gambar 12. Sebaran Frekuensi Panjang Baji-Baji Jantan dan Betina pada Bulan Juli.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 30

Kelompok Ukuran

Hasil dari metode NORMSEP dalam program FISAT II, maka didapat kurva normal yang menggambarkan jumlah kohort dari sebaran frekuensi panjang. Kohort adalah sekelompok individu ikan dari jenis yang sama dan berasal dari tempat pemijahan yang sama. Pada Gambar 13. dapat dilihat bahwa terdapat 2 kohort, Ikan Baji-Baji mengalami pertumbuhan panjang, dilihat dengan pergeseran ke arah kanan dan perubahan ukuran panjang ikan tiap waktu pengambilan contoh.

Gambar 13. Kelompok Ukuran Panjang Ikan Baji-Baji

Hubungan Panjang dan Berat

Hasil analisis hubungan panjang dan berat seluruh data memperlihatkan bahwa hasil hubungan panjang dan berat memiliki persamaan : Log W = 0,0003 +

2,2673 log L atau dalam bentuk eskponensialnya adalah W = 0,0003L2,2673 dengan nilai determinasi (R²) = 0,7805 dan koefisien korelasi (r) = 0,8835 dapat dilihat pada Gambar 14.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 31

160 140 120 y = 0.0003x2.2673 R² = 0.7805 100 80 Berat 60 40 20 0 0 50 100 150 200 250 300 Panjang

Gambar 14. Hubungan Panjang dan Berat Ikan Baji-Baji

Hasil analisis hubungan panjang dan berat jantan memperlihatkan bahwa hasil hubungan panjang dan berat memiliki persamaan : Log W = 0,0001 +

2,381 log L atau dalam bentuk eksponensialnya adalah W = 0,0001L2,381dengan nilai determinasi (R²) = 0,8811 dan koefisien korelasi (r) = 0,9387 dan pada ikan betina memiliki persamaan : Log W = 0,0008 + 2,0923 log L dalam bentuk eksponensial adalah W = 0,0008L2,0923 dengan nilai determinasi (R2) = 0,7513 dan koefisisen korelasi (r) = 0,8668 dilihat pada Gambar 15 dan Gambar 16. Nilai b menggambarkan pola pertumbuhan Ikan Baji-Baji, nilai koefisien determinasi menunjukan hubungan nilai x (berat) terhadap nilai y (frekuensi panjang) sedangkan nilai koefisien menggambarkan besarnya hubungan antara panjang dan berat Ikan Baji-Baji.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 32

100 y = 0.0001x2.381 80 R² = 0.8811

60

Berat 40

20

0 0 50 100 150 200 250 300 Panjang

Gambar 15. Hubungan Panjang Berat Ikan Baji-Baji Jantan

160 140 2.0923 120 y = 0.0008x R² = 0.7513

100 80 Berat 60 40 20 0 0 50 100 150 200 250 300 Panjang

Gambar 16. Hubungan Panjang Berat Ikan Baji-Baji Betina

Secara umum hasil analisis pada Ikan Baji-Baji jantan dan betina menunjukkan bahwa hubungan panjang dan berat Ikan Baji-Baji memiliki hubungan yang sangat erat (nilai koefisien korelasi (r) mendekati satu). Setelah di lakukan uji T (α=0,05) pada ikan jantan dan ikan betina serta total Ikan Baji-

Baji memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif (Tabel 3) dimana kisaran nilai b dinyatakan mendekati 3 yang memiliki arti bahwa pertumbuhan panjang lebih dominan dibandingkan pertambahan berat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 33

Tabel 3. Hubungan Panjang dan Berat Ikan Baji-Baji Persamaan Jenis Pola Pertumbuhan Hubungan Panjang R² r Kelamin Setelah Uji T (α=0,05) Berat Jantan 0,0001L2,381 0,8811 0,9387 Allometrik negatif Betina 0,0008L2,0923 0,7513 0,8668 Allometrik negatif Total 0,0003L2,2673 0,7805 0,8835 Allometrik negatif

Tingkat Kematangan Gonad

Hasil pengamatan tingkat kematangan gonad Ikan Baji-baji secara morfologi berdasarkan bentuk, ukuran dan warna dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Ciri Morfologi Gonad Ikan Baji-Baji TKG BETINA JANTAN II Ukuran ovari pendek dan berisi. Ukuran testis lebih besar dan Warna lebih gelap kekuning- sudah terlihat. Warna putih seperti kuningan susu. III Ovari berwarna kuning dan besar. Testis tampak lebih tebal. Warna Secara morfologi telur mulai makin putih, testis makin besar. kelihatan butirannya dengan mata. IV Ovari makin besar. Telur Testis tampak lebih jelas dan testis berwarna kuning dan mudah makin pejal. dipisahkan. Mengisi seluruh rongga perut.

Tingkat kematangan gonad Ikan Baji-Baji yang ditemukan pada bulan Mei sampai Juli yaitu pada TKG II, III, dan IV dilihat secara morfologi. Jumlah

Ikan Baji-Baji yang ditemukan pada TKG II adalah sebanyak 52 ekor, pada TKG

III sebanyak 179 ekor dan pada TKG IV sebanyak 274 ekor. Histogram jumlah tangkapan Ikan Baji-Baji berdasarkan Tingkat Kematangan Gonad dapat dilihat pada Gambar 17.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 34

160 152 140 120

100 89 85 80 TKG II 60 48 Frekuensi 37 42 TKG III 40 27 17 TKG IV 20 8 0 Mei Juni Juli Bulan Pengamatan

Gambar 17. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Baji-Baji Berdasarkan Bulan Pengamatan

Jumlah Ikan Baji-Baji jantan yang ditemukan pada TKG II adalah sebanyak 29 ekor, pada TKG III sebanyak 19 ekor dan pada TKG IV sebanyak 1 ekor. Histogram jumlah tingkat kematangan gonad Ikan Baji-Baji dapat dilihat pada Gambar 18.

35 29 30 25

19 20 15 Frekuensi 10

5 1 0 TKG II TKG III TKG IV Tingkat Kematangan Gonad

Gambar 18. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Baji-Baji Jantan

Jumlah Ikan Baji-Baji jantan yang ditemukan pada TKG II adalah sebanyak 23 ekor, pada TKG III sebanyak 160 ekor dan pada TKG IV sebanyak

273 ekor. Histogram jumlah tingkat kematangan gonad Ikan Baji-Baji dapat dilihat pada Gambar 19.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 35

300 273

250

200 160 150

Frekuensi 100

50 23

0 TKG II TKG III TKG IV Tingkat Kematangan Gonad

Gambar 19. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Baji-Baji Betina

Faktor Kondisi

Hasil perhitungan faktor kondisi (FK) Ikan Baji-Baji berdasarkan analisis hubungan panjang berat memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai Faktor Kondisi Ikan Baji-Baji Jenis Kelamin (J/B) Jumlah (n) Kisaran Rata-rata Jantan 49 1,108-1,853 1,409 Betina 456 0,511-1,725 1,008 Total 505 0,512-1,82 1,015

Parameter Pertumbuhan

Hasil analisis parameter pertumbuhan Ikan Baji-Baji yaitu koefisien pertumbuhan (K) dan panjang asimtotik (L∞) serta umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol (t0). Persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy yang terbentuk dari ikan contoh selama penelitian diperoleh Lt = 279,30 (1-e[-

0,77(t+0,691)]) Gambar 20.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 36

Lt = 279,30 (1-e[-0,77(t+0,691)]) 300

250 200 150 100

Panjang (mm) Panjang 50 0 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 Umur (Bulan)

Gambar 20. Hubungan Panjang dan Umur Ikan Baji-Baji

Berdasarkan gambar diatas persamaan tersebut didapat nilai panjang asimtotik (infinitif) sebesar 279,30 mm dan nilai koefisien pertumbuhan (K) sebesar 0,77 per tahun serta nila t0 didapatkan secara empiris yaitu -0,691.

Panjang maksimum ikan yang tertangkap selama penelitian adalah 275 mm.

Mortalitas dan Laju Eksploitasi

Analisis mortalitas total (Z) Ikan Baji-Baji diduga dengan kurva hasil tangkapan yang dilinearkan berbasis data panjang. Untuk pendugaan laju mortalitas alami Ikan Baji-Baji digunakan rumus empiris Pauly (Sparre dan

Venema, 1999) dengan memasukkan suhu rata-rata perairan Kuala Tanjung sebesar 28°C yang diperoleh dari Weather Online. Data suhu di perairan Kuala

Tanjung dapat dilihat pada lampiran 11. Hasil analisis dugaan laju mortalitas dan laju eksploitasi Ikan Baji-Baji dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Laju Mortalitas dan Laju Eksploitasi Ikan Baji-Baji Parameter Total Mortalitas Total (Z) 1,22/tahun Mortalitas Alami (M) 0,81/tahun Mortalitas Penangkapan (F) 0,41/tahun Laju Eksploitasi (E) 0,34/tahun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 37

Pembahasan

Rasio Kelamin

Nilai nisbah kelamin antara ikan jantan dan betina secara keseluruhan adalah 1:9,31. Berdasarkan nilai tersebut dapat dikatakan bahwa populasi ikan jantan dan betina dalam keadaan tidak seimbang. Hal ini sesuai dengan Effendie

(1979) yang menyatakan bahwa nilai rasio kelamin 1:1, yang artinya rasio kelamin ikan jantan dan ikan betina seimbang. Bila nilai rasio kelamin yaitu bukan 1:1, yang artinya rasio kelamin ikan jantan dan betina tidak seimbang.

Ketidak seimbangan nisbah kelamin pada Ikan Baji-Baji karena adanya perubahan kelamin jantan ke betina. Yuniarti et al. (2005) mengemukakan bahwa adanya sifat hermaprodit pada Famili Platycephalidae. Sehingga perubahan kelamin Ikan Baji-Baji jantan dengan bertambahnya ukuran ikan dapat dikatakan ikan-ikan yang tertangkap didominasi oleh jenis kelamin betina. Sesuai dengan

Turner (1986) menyatakan bahwa penyimpangan nisbah kelamin dapat terjadi pada ikan-ikan yang mengalami perubahan kelamin dimana hal ini sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan fekunditas populasi ikan tersebut.

Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh hasil x-hitung > x-tabel yang artinya proporsi Ikan Baji-Baji jantan dan betina di perairan Kuala Tanjung dalam keadaan tidak seimbang. Ikan jantan dan betina diduga memiliki sifat bergerombol dimana ikan betina yang akan memijah akan beruaya ke laut lepas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan yang menangkap Ikan Baji-Baji dapat ditemukan diperairan mana saja baik itu muara sungai, sekitar pesisir maupun di perairan karang. Menurut Bal dan Rao (1984) bahwa perbedaan jumlah jantan dan betina dapat disebabkan oleh adanya perbedaan tingkah laku

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 38

bergerombol diantara ikan jantan dan betina. Tingkah laku bergerombol akibat perbedaan kondisi kematangan seksual antara ikan jantan dan ikan betina, selain itu perubahan kondisi lingkungan dapat menyebabkan terjadinya pemisahan seksual.

Sebaran Frekuensi Panjang

Jumlah total Ikan Baji-Baji yang diamati selama penelitian sebanyak 505 ekor dengan frekuensi ikan yang paling banyak tertangkap terdapat pada selang kelas 238-251 mm berjumlah 95 ekor. Jumlah ikan betina yang paling banyak tertangkap terdapat pada selang kelas 238-251 mm berjumlah 189 ekor sedangkan ikan jantan yang paling banyak tertangkap pada selang kelas 224-237 mm berjumlah 16 ekor. Perbedaan ukuran yang paling banyak tertangkap ini dapat disebabkan oleh perbedaan tingkat kematangan gonad dimana ikan betina tertangkap mempunyai persentase TKG IV yang lebih besar daripada persentase

TKG yang lain sedangkan sebagian besar ikan jantan mempunyai tingkat kematangan gonad yang masih rendah. Jika diasumsikan perkembangan gonad sejalan dengan pertambahan panjang maka ikan betina berada pada kisaran yang lebih panjang dari pada ikan jantan.

Ukuran ikan yang dominan tertangkap selama penelitian adalah ukuran

238-251 mm yaitu sebanyak 193 ekor. Ikan dengan ukuran 238-251 mm sudah tergolong ikan ukuran mencapai dewasa. Hal ini sesuai dengan Carpenter & Niem

(1999) yang menyatakan bahwa ukuran panjang total maksimum Ikan Baji-Baji yang pernah tertangkap di daerah perairan Western Central Pacific (termasuk perairan Indonesia) adalah 300 mm dan paling banyak tertangkap pada kelompok ukuran 200 mm.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 39

Ikan betina yang paling banyak tertangkap terdapat pada selang kelas 238-

251 mm yaitu berjumlah 189 ekor. Sedangkan pada ikan jantan yang paling banyak tertangkap terdapat pada selang kelas 224-237 mm yaitu berjumlah 16 ekor. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan yang melakukan penangkapan, bahwa Ikan Baji-Baji juga banyak tertangkap pada perairan laut lepas. Menurut Andriano (2016) menyatakan bahwa beberapa ikan hidup di pantai berbatu atau terumbu karang. Ikan Baji-Baji yang berukuran dewasa akan beruaya ke laut lepas. Sedangkan menurut Keenan (1991), ikan yang berukuran kecil sampai sedang biasanya ditemukan di daerah pesisir dan di estuari dengan substrat lumpur atau pasir. Daerah pantai bermangrove merupakan daerah asuhan dan mencari makan.

Berdasarkan pengelompokkan sebaran frekuensi panjang Ikan Baji-Baji, ikan yang berukuran kecil tidak banyak dijumpai. Nelayan yang melakukan penangkapan merupakan nelayan yang menangkap Ikan Kembung sebagai tangkapan utamanya, sehingga penangkapan cenderung dilakukan di perairan laut lepas. Adapun alat tangkap yang digunakan yaitu jaring insang dengan ukuran

1,75 inchi. Sehingga ukuran Ikan Baji-Baji yang tertangkap hampir sama dengan ukuran ikan tangkapan utama.

Jumlah keseluruhan Ikan Baji-Baji yang tertangkap pada bulan Juni mengalami penurunan jumlah hal ini disebabkan karena berkurangnya hasil tangkapan nelayan dapat dilihat dari pengamatan di lapangan untuk bulan Mei diperoleh tangkapan sebanyak 153 ekor, pada bulan Juni sebanyak 135 ekor dan pada bulan Juli sebanyak 217 ekor. Menurut wawancara yang dilakukan pada nelayan, pada bulan Juni cuaca buruk terjadi. Hujan lebat disertai angin kencang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 40

sehingga nelayan kurang berani melakukan kegiatan penangkapan. Penangkapan biasanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu saat cuaca membaik. Diduga hujan yang terjadi pada bulan Juni juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan kondisi lingkungan perairan seperti perubahan salinitas dan kekeruhan sehingga berkurangnya hasil tangkapan. Hal ini sesuai dengan Yuniarti (2004) yang menyatakan bahwa perubahan kondisi lingkungan perairan seperti perubahan salinitas dan kekeruhan sehingga menyebabkan berkurangnya hasil tangkapan.

Perubahan kondisi lingkungan menyebabkan adanya kemungkinan pergerakan yang dilakukan oleh ikan untuk mencari kondisi lingkungan yang optimal.

Kelompok Ukuran

Kelompok ukuran ikan dipisahkan dengan metode NORMSEP. Dari pemisahan ukuran dapat diketahui bahwa ikan yang tertangkap di perairan Kuala

Tanjung mempunyai 2 kohort. Dimana kohort yaitu menggambarkan ikan yang sejenis hidup dalam perairan yang sama. Hal ini sesuai dengan Tutupoho (2008) yang menyatakan bahwa kelompok ukuran (kohort) yaitu sekelompok individu ikan dari jenis yang sama yang berasal dari pemijahan yang sama.

Terdapat 2 kohort yaitu kohort pertama pada selang kelas ukuran 140-216 mm dengan modus nilai 181 mm dan kohort kedua pada selang kelas 217-279 mm dengan modus 251 mm. Hal ini disebut kelompok ikan yang hidup dalam perairan tersebut terdapat 2 kelompok ukuran atau dapat disebut 2 generasi yang hidup bersama dalam satu waktu di lingkungan perairan yang sama. Kelompok ukuran

Ikan Baji-Baji yang dimaksud adalah ikan muda dan ikan dewasa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 41

Hubungan Panjang dan Berat

Hubungan panjang dan berat dilakukan untuk melihat pola pertumbuhan individu Ikan Baji-Baji di perairan Kuala Tanjung. Hubungan panjang berat Ikan

Baji-Baji yang diamati yaitu W = 0,0003L2,2673. Berdasarkan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa setiap penambahan satu logaritma panjang akan menurunkan logaritma berat ikan sebesar 2,2673 gram. Hubungan panjang berat

Ikan Baji-Baji per bulan berbeda-beda, grafik hubungan panjang berat dapat dilihat pada Gambar 14. Hasil ini diperkuat melalui uji t dengan selang kepercayaan 95% terhadap nilai b. Diperoleh nilai t hitung sebesar 23,6 lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel sebesar 1,96 dapat disimpulkan bahwa pola pertumbuhan Ikan Baji-Baji yaitu allometrik negatif, dimana pertumbuhan panjang lebih dominan dibandingkan dengan pertumbuhan beratnya. Hal ini sesuai dengan Effendie (2002) yang menyatakan bahwa berdasarkan uji T selang kepercayaan 95% diperoleh nilai thit > ttabel maka terima H1 yaitu pola pertumbuhan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat.

Dari hasil yang didapatkan nilai koefisien determinansi (R2) selama penelitian sebesar 78%. Hal ini dapat disebabkan oleh waktu pengambilan sampel yang tidak sama, kondisi perairan yang berbeda-beda setiap bulannya menyebabkan ketersedian makanan di perairan tersebut berbeda sehingga Ikan

Baji-Baji mendapatkan asupan makanan yang berbeda-beda. Sesuai dengan

Suwarni (2009) yang menyatakan bahwa perbedaan pertumbuhan dapat disebabkan oleh faktor luar yaitu lingkungan dan ketersediaan makanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 42

Perbedaan nilai hubungan panjang dan berat antara ikan jantan dan betina juga dapat disebabkan karena adanya kompetisi dalam rantai makanan. Ikan Baji-

Baji akan memakan makanan yang sejenis untuk keberlangsungan hidupnya.

Tidak hanya melakukan kompetisi dengan ikan yang sejenis, Ikan Baji-Baji juga akan bersaing dengan ikan yang berada di perairan tersebut untuk bertahan hidup.

Hal ini sesuai dengan Effendie (1997) yang menyatakan bahwa perbedaan pertumbuhan juga dapat dikarenakan jumlah ikan lain yang memanfaatkan sumber yang sama.

Berdasarkan hasil analisis hubungan panjang dan berat nilai b pada ikan jantan yaitu 2,381 dan nilai b pada ikan betina yaitu 2,0923. Perbedaan nilai b pada ikan jantan dan betina juga dapat disebabkan oleh faktor dari dalam yang tidak dapat kita kontrol. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan umur ikan dan jenis kelamin ikan. Menurut

Wahyuningsih dan Barus (2006) faktor dalam umumnya sukar dikontrol antara lain keturunan, jenis kelamin (sex), umur, parasit dan penyakit.

Nilai analisis hubungan panjang dan berat Ikan Baji-Baji diketahui memiliki dalam nilai yang berbeda. Perbedaan hubungan panjang berat ini akan mempengaruhi pertumbuhan Ikan Baji-Baji. Pertumbuhan yang berbeda juga dapat dipengaruhi oleh faktor kematangan gonad ikan tersebut. Menurut Effendie

(1997) yaitu faktor-faktor pertumbuhan juga dipengaruhi kematangan gonad ikan itu sendiri.

Hasil analisis hubungan panjang dan berat nilai koefisien determinasi (R2) seluruh data sebesar 0,78 dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,884, Pada ikan jantan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,8811 dan nilai koefisien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 43

kolerasi (r) 0,9387. Pada ikan betina nilai koefisien determinasi (R2) sebesar

0,7513 dan nilai koefisien kolerasi (r) sebesar 0,8668. Nilai ini menunjukkan mendekati angka 1 yang menyatakan bahwa tedapat hubungan erat antara panjang tubuh total dan berat tubuh total baik itu ikan jantan dan betina, sesuai Walpole

(1992) menyatakan jika nilai r mendekati 1 maka terdapat hubungan yang kuat antara kedua variabel.

Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

Tingkat kematangan gonad adalah tahap-tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah memijah (Effendie, 1997). Tingkat kematangan gonad Ikan Baji-Baji jantan dan betina ditentukan melalui pengamatan secara morfologis dapat dilihat pada tabel 4. Pengamatan morfologis tingkat kematangan gonad ikan dilakukan sesuai dengan jenis kelamin. Effendie (1979) menyatakan bahwa untuk ikan betina dan jantan yang diamati adalah bentuk, ukuran, warna.

Berdasarkan pengambilan ikan contoh diperoleh bahwa Ikan Baji-Baji jantan dan betina yang ditemukan selama penelitian yaitu berada pada TKG II,

TKG III dan TKG IV. Ikan ini ditemukan pada setiap bulan nya yaitu dari bulan

Mei, Juni dan Juli. Frekuensi Ikan Baji-Baji pada TKG IV pada bulan Mei sebanyak 37 ekor, pada bulan Juni sebanyak 85 ekor dan pada bulan Juli 152 ekor.

Berdasarkan data yang diperoleh dengan tingginya jumlah ikan yang matang gonad pada tiap bulan pengamatan maka dapat dinyatakan bahwa pada setiap bulan pengamatan, anggota populasi Ikan Baji-Baji melakukan pemijahan

Menurut Lagler (1962) bahwa komposisi TKG dari berbagai tingkat dengan proporsi yang tidak sama akan didapatkan pada pengambilan contoh setiap saat terhadap ikan yang mempunyai musim pemijahan sepanjang tahun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 44

Musim pemijahan dapat ditentukan dengan tingkat kematangan gonad

(Kembaren et al. 2012). Berdasarkan persentase TKG paling tinggi (TKG IV) didominansi pada bulan Juli yaitu 76,26% sebanyak 151 ekor ikan betina dan

5,26% yaitu sebanyak 1 ekor ikan jantan. Sehingga dapat diyantakan bahwa musim pemijahan Ikan Baji-Baji betina terdekat terjadi pada bulan Juli. Menurut

Yuniarti (2004) yang menyatakan bahwa pada setiap bulan pengamatan Ikan Baji-

Baji melakukan pemijahan atau dengan kata lain pada bulan Juni sampai

November merupakan musim pemijahan bagi Ikan Baji-Baji betina.

Ketidak seimbangan komposisi yang diamati pada ikan betina dan ikan jantan yang matang gonad dapat terjadi sebagai akibat perbedaan tingkah laku pergerakan ikan ataupun merupakan salah satu strategi reproduksi yaitu bahwa satu individu ikan jantan akan membuahi beberapa individu betina. Pola ini sering disebut sebagai pologini, sesuai dengan Wootton (1990) perbedaan tingkah laku pergerakan ikan ini dapat terjadi karena perbedaan waktu memijah antara ikan jantan dan ikan betina dan waktu berpasangan untuk ikan poligini yang tidak melindungi telur dan larvanya sangat sebentar.

Faktor Kondisi

Hasil perhitungan faktor kondisi Ikan Baji-Baji berdasarkan pola pertumbuhan allometrik negatif berkisar antara 0,512 – 1,82. Perbedaan nilai faktor kondisi setiap musimnya dapat menggambarkan faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan ikan. Menurut Blackwell et al (2000) bahwa kondisi ikan sangat penting dalam perikanan. Ikan gemuk mungkin indikator kondisi yang menguntungkan lingkungan (misalnya kondisi habitat, ketersediaan makanan) sedangkan ikan tipis mungkin menunjukkan kondisi kurang menguntungkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 45

Faktor kondisi Ikan Baji-Baji jantan berkisar antara 1,108-1,853 dengan dan Ikan Baji-Baji betina berkisar antara 0,511-1,725. Nilai faktor kondisi ikan tersebut berada pada kisaran 1-3 yang berarti tubuh ikan kurang pipih, Effendie

(1997) menyatakan bahwa faktor kondisi berkisar 1-3 menunjukkan tubuh ikan kurang pipih, sedangkan faktor kondisi dengan nilai berkisar 2-4 menunjukkan tubuh ikan agak pipih.

Perbedaan nilai faktor kondisi Ikan Baji-Baji dapat dilihat setelah dianalisis yaitu pada ikan jantan dengan rata-rata 1,409 dan pada ikan betina

1,008. Semakin gemuk ikan di perairan maka maka ikan akan semakin gesit dalam kompetisi mencari makan. Sehingga ketersediaan makanan Ikan Baji-Baji akan mengalami ketidak seimbangan pula. Hal ini sesuai dengan Effendie (1979) yang menyatakan bahwa variasi faktor kondisi ini mempengaruhi adanya kepadatan populasi dan ketersediaan makanan.

Kondisi Ikan Baji-Baji di perairan Kuala Tanjung dapat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi oleh ikan tersebut. Selama penelitian adanya ditemukan udang pada usus ikan. Diduga ikan yang tertangkap baru saja memakan udang tersebut. Hal ini sesuai dengan Simanjuntak dan Zahid (2009) yang menyatakan bahwa berdasarkan analisis isi lambung ditemukan 33 jenis organisme makanan yang tergabung dalam empat kelompok makanan yaitu kelompok Crustasea, Bivalvia, Cephalopoda dan Pisces. Ragam jenis makanan yang besar mengindikasikan bahwa ikan memiliki relung ekologi makanan yang besar.

Berdasarkan nilai faktor kondisi rata-rata ikan jantan dan betina dapat dilihat bahwa nilai faktor kondisi rata-rata ikan jantan lebih besar daripada ikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 46

betina hal ini diduga hal ini disebabkan adanya perbedaan pertumbuhan dan tingkat kematangan gonad dari masing-masing ikan. Faizah dan Aisyah (2011) pada ukuran yang sama (ukuran kecil) ada ikan yang masih dalam proses pertumbuhan somatik sehingga secara fisik tubuh ikan lebih cepat berkembang dan faktor kondisinya menjadi besar, sementara pada ukuran yang lebih besar atau ikan dewasa yang akan memijah.

Parameter Pertumbuhan

Panjang asimtotik Ikan Baji-Baji di perairan Kuala Tanjung yaitu 279,30 mm. Nilai ini didapat dengan menggunakan ELEFAN I pada program FISAT II.

Panjang asimtotik adalah panjang maksimum ikan yang seharusnya selama penelitian di perairan Kuala Tanjung. Sedangkan panjang maksimum Ikan Baji-

Baji yang tertangkap selama penelitian adalah 275 mm.

Nilai panjang asimtotik yang diperoleh berbeda-beda pada setiap perairan.

Diperoleh nilai panjang asimtotik di perairan Kuala Tanjung sebesar L∞ = 279,30 mm. Hal ini diperkuat dengan Sabrah et al (2015) yang menyatakan bahwa nilai panjang asimtotik Ikan Baji-Baji yang pernah dilakukan di perairan Arab Selat

Suez diperoleh nilai L∞ sebesar 26,3 cm. Sparre dan Venema (1999) menyatakan bahwa nilai koefisien pertumbuhan dan nilai panjang asimtotik berbeda disebabkan karena adanya perbedaan genetik serta kondisi perairan yang berbeda.

Parameter pertumbuhan memegang peranan penting dalam pengkajian stok ikan.

Persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy yang terbentuk dari ikan contoh selama penelitian adalah Lt = 279,30 (1-e[-0,77(t+0,691)]) dengan koefisien pertumbuhan (K) Ikan Baji-Baji 0,77 per tahun. Pada penelitian Gray dan Barnes

(2015) Platycephalus fuscus memiliki koefisien pertumbuhan 0,7 per tahun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 47

Sedangkan pada penelitian Hashemi et al. (2014) Platycephalus indicus di perairan Selat Persia memiliki koefisien pertumbuhan 0,5 per tahun. Perbedaan nilai koefisien pertumbuhan ini dipengaruhi oleh genetik dari ikan yang berbeda spesies. Selain itu kondisi perairan yang berbeda juga akan mempengaruhi pertumbuhan Ikan Baji-Baji. Menurut Wahyuningsih dan Barus (2006) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan digolongkan menjadi dua bagian yaitu faktor dalam dan luar. Faktor dalam antara lain yaitu keturunan dan jenis kelamin.

Sedangkan faktor luar antara lain yaitu makanan, suhu perairan dan faktor kimia perairan.

Berdasarkan persamaan Von Bertalanffy Ikan Baji-Baji dapat mencapai panjang asimtotiknya (L∞) ketika berumur 29 bulan. Nilai koefisien pertumbuhan

(K) yaitu 0,7 per tahun dimana tingkat pertumbuhan ikan relatif cepat dalam mencapai panjang asimtotiknya. Sehingga Ikan Baji-Baji di perairan Kuala

Tanjung memiliki umur yang pendek. Sesuai dengan Sparre dan Venema (1999) yang menyatakan bahwa semakin tinggi nilai koefisien pertumbuhan, maka ikan semakin cepat mencapai panjang asimtotik dan beberapa spesies kebanyakan diantaranya berumur pendek.

Berdasarkan persamaan Von Bertallanfy untuk nilai t0 didapatkan secara empiris yaitu -0,691 artinya bahwa umur Ikan Baji-Baji (semu) atau secara teoritis pada panjang 0 cm atau pada saat berumur nol tahun, ikan tersebut sudah mempunyai panjang tertentu dengan nilai negatif atau semu.

Mortalitas dan Laju Eksploitasi

Laju mortalitas total Ikan Baji-Baji (Z) sebesar 1,22 per tahun, laju mortalitas alami (M) sebesar 0,81 dengan suhu permukaan laut 28°C, kemudian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 48

untuk laju mortalitas penangkapan (F) sebesar 0,41. Mortalitas alami dipengaruhi oleh predator, penyakit dan usia sesuai dengan Pauly (1984) menyatakan bahwa faktor lingkungan yang mempengaruhi laju mortalitas alami yaitu suhu rata-rata perairan.

Mortalitas alami Ikan Baji-Baji di perairan Kuala Tanjung sebesar 0,81 per tahun. Dikatakan sebesar 81% setiap tahunnya Ikan Baji-Baji berkurang pada perairan tersebut. Berdasarkan persamaan Von Bertalanffy dimana panjang maksimum Ikan Baji-Baji yaitu 279,30 mm dengan koefisien pertumbuhan 0,77 per tahun. Laju pertumbuhan ikan yang relatif cepat mencapai panjang asimtotik ikan akan berumur pendek. Sehingga menyebabkan kematian alami ikan lebih cepat pula. Pauly (1984) menyatakan bahwa panjang maksimum dan laju pertumbuhan juga mempengaruhi mortalitas alami ikan.

Mortalitas penangkapan (F) Ikan Baji-Baji di perairan Kuala Tanjung sebesar 0,41 per tahun atau 41% per tahun. Dilihat dari angka mortalitas penangkapan masih tergolong rendah karena Ikan Baji-Baji merupakan ikan tangkapan sampingan di perairan Kuala Tanjung.

Hasil pengamatan pada Tabel 6 memperlihatkan tingkat eksploitasi Ikan

Baji-Baji di perairan Kuala Tanjung sebesar 0,34 atau 34%. Nilai tersebut belum melampaui laju eksploitasi (underfishing). Hal ini dikarenakan pemanfaatan Ikan

Baji-Baji belum dimanfatakan secara optimal karena merupakan hasil sampingan dan dikategorikan sebaagai ikan rucah. Menurut Pauly (1984) bahwa nilai eksploitasi optimal adalah 0,5. Sehingga jika nilai eksploitasi kurang dari 0,5 maka dapat dikatakan indikasi dari kondisi eksploitasi Ikan Baji-Baji di perairan

Kuala Tanjung adalah underfishing.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 49

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Ikan Baji-Baji di perairan Kuala Tanjung memiliki pola pertumbuhan

allometrik negative. Persamaan Von Bertalanffy yang terbentuk untuk Ikan

Baji-Baji adalah Lt = 279,30 (1-e[-0,77(t+0,691)]). Pertumbuhan Ikan Baji-Baji

termasuk cepat dengan koefisien pertumbuhan (K) yaitu 0,77/tahun. Faktor

kondisi Ikan Baji-Baji dalam kisaran 0,512-1,82. Laju mortalitas total Ikan

Baji-Baji sebesar 1,22/tahun dengan laju mortalitas alami 0,81/tahun, dan laju

mortalitas penangkapan 0,41/tahun, sehingga diperoleh laju eksploitasi sebesar

0,34 atau sebesar 34% kematian ikan akibat penangkapan. Berdasarkan analisis

stok Ikan Baji-Baji di perairan Kuala Tanjung masih dalam status underfishing.

2. Ikan Baji-Baji di perairan Kuala Tanjung memiliki nilai nisbah kelamin antara

ikan jantan dan betina secara keseluruhan adalah 1:9,31. Tingkat kematangan

gonad yang ditemukan pada bulan Mei sampai Juli yaitu pada TKG II, III, dan

IV dilihat secara morfologi. Jumlah Ikan Baji-Baji yang ditemukan pada TKG

II adalah sebanyak 52 ekor, pada TKG III sebanyak 179 ekor dan pada TKG

IV sebanyak 274 ekor.

Saran

Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai parameter pertumbuhan dan masa pemijahan Ikan Baji-Baji di perairan demi kesinambungan stok Ikan Baji-Baji.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 50

DAFTAR PUSTAKA

Ali, A. dan Nejad, S.Z. 2015. Effect of Cooking on Quality Commonly Consumed Marine Fish Platycephalidae (Platycephalus indicus) in Iran. Turkish Journal of Agriculture- Food Science and Technology, 3 (11): 891-893.

Andriano. 2016. Reproduksi Ikan Baji-Baji Platycephalus indicus (Linnaeus 1758) di Teluk Pabean, Pabean Ilir, Pasekan Indramayu. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ayoade, A.A.and A.O.O. Ikulala. 2007. Length-Weight Relationships, Conditions Factor and Stomach Contents of Hemichromis bimaculatus,Sarotherodon melanotheron and Chromidotilapia guentheri (preciformes: Cichilidae) in Eleiyele Lake, Southweatern Nigeria. Rev. Biol. Trop. (Int. J. Trop. Biol) 55 (3-4): 696-697.

Bal, D. V. dan K.V. Rao. 1984. Marine Fisheries. Hal 5-8. Tara McGraw-Hill Publishing, Company, Limited. New Delhi. ix+470 h.

Barnes LM, Leclerc M, Gray CA, Williamson JE. 2011. Dietary niche differentiation of five sympatric species of Platycephalidae. Environmental Biology of Fishes 90: 429-441.

Blackwell, B. G., M. L. Brown dan D. W. Willis. 2000. Relative Weight (Wr) Status and Current Use in Fisheries Assessment and Management. Reviews in Fisheries Science. 8 (1): 1-44.

Carpenter, K.E., and Niem, V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 4 Bony fishes part 2 (Mugilidae to Carangidae). Rome, FAO: 2069 - 2790.

Cheung W, Pitcher TID. 2004. A Fuzzylogic Expert System to Estimate Intrinsic Extincion Vulnerabilities of Marine Fishes to Fishing. Biological Conservation 124: 97-111.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 51

Douglas WA & Lanzing. 1981. Colour change and visual cues in the sand flathead, Platycephalus arenarius (Ramsay and Ogilby). Journal of Fish Biology 18: 619-628.

Effendie, M.I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor.112 hlm.

Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.

Faizah, R. dan Aisyah. 2011. Komposisi Jenis dan Distribusi Ukuran Ikan Pelagis Besar Hasil Tangkapan Pancing Ulur di Sendang Biru, Jawa Timur. Bawal. 3 (6): 377-385.

Genisa, A.S. 1998. Beberapa Catatan Tentang Alat Tangkap Ikan Pelagik Kecil. Oseana. XXIII (3&4): 19-34. ISSN: 0216-1877.

Gray, C. . and arnes, L. M. 2015. “Spawning, Maturity, Growth and Movement of Platycephalus fuscus (Cuvier, 1829) (Platycephalidae): Fishery Management Considerations. J. Appl. Ichth 1–9.

Hashemi, S. ., Taghavimotlagh, S. . and Vahabnezhad, . 2014. “Stock Assessment of Bartail Flathead (Platycephalus indicus Linnaeus, 1758) in Northwest of Persian Gulf”. Iran. J. Fisheries Sciences 8(2): 153-160.

Imamura H. 2013. Platycephalus mortoni Macleay 1883, a Junior Synonym of Platycephalus fuscus Cuvier 1829 (Teleostei: Platycephalidae). Ichthyological Research. 60:282–286.

IUCN. 2015. The IUCN Red List of Threatened Species [internet]. Inggris. (UK) [Agustus 2019]. ISSN 2307-8235

Jabarsyah, A., Firdaus, M., dan Nursidik. 2011. Faktor Kondisi Ikan Tenggiri Batang (Scomberomorus lineatus), Bawal Putih (Pampus Argentus) dan Ikan Senangin (Eleutheronema tetradactylum) yang Tertangkap dengan Gillnet di Perairan Pantai Amal Tarakan. Jurnal Ilmu Perikanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 52

Jennings, S., M. J. Kaiser dan J.D. Reynolds. 2001. Marine Fisheries Ecology. Hal 59. Blackwell Publishing Company. Malden. Xii+417h.

Keenan CP. 1991. Phylogeny of Australian Species of Flatheads (Teleostei, Platycephalidae) as Determined by Allozyme Electrophoresis. Journal of Fish Biology 39: 237-249.

Lagler, K.F., Bardach, J.E. and Miller, R.R. 1962. Ichthyology: The study of fishes. John Wiley & Sons, Inc. 545 p.

Latuconsina, H. 2010. Identifikasi alat Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan di Kawasan Konservasi Laut Pulau Pombo Provinsi Maluku. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan. 3 (2): 23-30.

Martasuganda, S. 2008. Jaring Insang (Gill net). Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Masriwaty, 2002. Hubungan Panjang Bobot, Faktor Kondisi dan Kebiasaan Makan Ikan Biji Nangka (Parupeneus hepthacantus) di Sekitar Perairairan Pulau Kodingareng Kecamatan Ujung Tanah Jota Makassar. Skripsi. Jurusan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Mulfizar., A. Zainal., Muchlisin dan D. Irma. 2012. Hubungan panjang berat dan faktor kondisi tiga jenis ikan yang tertangkap di perairan Kuala Gigieng, Aceh Besar, Provinsi Aceh. Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Aceh. Vol. 1 (1) :1-9.

Pauly, D. 1984. Fish Population Dynamic in Tropical Waters: A manual for Use with Programmable Calculators. I CLARM. Manila,

Rahardjo, M. F., D.S. Sjafei., R. Affandi dan Sulistiono. 2011. Ikhtiology. Penerbit Lubuk Agung, Bandung.

Rahmat, E. 2014. Aspek Operasional Penangkapan Jaring Insang Hanyut dan Komposisi Jenis Ikan Hasil Tangkapan di Sekitar Pulau Bengkalis, Selat Malaka. 11 (1): 1-5.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 53

Sabrah, M., A. Amin dan Aly E.S. 2015. Age, Growth and Demographic Structures of Thorny Flathead Rogadius asper, Cuvier, 1829 (Pieces: Platycephalidae) from the Coastal Waters of the Suez Gulf. American Journal of Life Sciences. 3 (6-1):1-6. ISSN: 2328-5737.

Seyed AHS, Aminollah T, Vahabnezhad A. 2014. Stock assessment of Bartail Flathead (Platycephalus indicus Linnaeus, 1758) in Northwest of Persian Gulf, Iran. Journal of Fisheries Sciences. 8 (2): 153-160

Simamora, D.S., M.F. Rahardjo dan Ridwan A. 2016. Analisis Makanan Ikan Baji-Baji (Plathycephalus indicus Linnaeus, 1785) di perairan Teluk Pabean Indramayu, Jawa Barat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Simanjuntak, C.P.H. dan Zahid, A. 2009. Kebiasaan Makanan dan Perubahan Ontogenetik Makanan Ikan Baji-Baji (Grammoplites scaber) di Pantai Mayangan, Jawa Barat. Jurnal Iktiologi Indonesia. 9(1):63-73

Sofijanto, A, A., Risti, K dan Hari Subagio. 2016. Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat Kematangan Gonad Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Yang Tertangkap pada Pukat Cincin Berlampu Setan di Perairan Lamongan. Universitas Trunojoyo Madura. Madura.

Sparre, P. dan S.C. Venema. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis Buku: I Manual (Edisi Terjemahan), Kerjasama Organisasi Pangan, Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta, 438 hal.

Suwarni. 2009. Hubungan Panjang-Bobot dan Faktor Kondisi Ikan Butana (Acanthurus mata) yang Tertangkap Di Sekitar Perairan Pantai Desa Mattiro Deceng, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan.Vol 19 (3). ISSN 0853- 4489.

Turner, G. F. 1986. Teleost Mating Behavior. H 307-331 in T.J. Pitcher (ed), Behavior of Telost Fishes 2nd ed. Chapman and Hall. London. xx+715 h.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 54

Tutupoho, S. N. E. 2008. Pertumbuhan Ikan Motan (Thynnichthys thynnoides Bleeker, 1852) di Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Wahyuningsih, H dan A. Barus. 2006. Buku Ajar Ikhtiologi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Walpole, R. E. 1992. Pengantar Statistik, edisi-3. Sumantri B (penerjemah). PT Grameia Pustaka Utama. Jakarta.

Weber, M dan L. F. de Beaufort. 1962. The fishes of the Indo-Australian Archipelago. XI. Scleroparei, Hypostomidae, Pediculati, Plectonagthi, Phistomi, Discocephli, Xenopterygii. Hal. 140-142. E. J. Brill, Leiden. Netherlands. xi+ 481 h.

White W.T., Last P.R., Dharmadi, Faizah R., Chodrijah U., Prisantoso B.I., Pogonoski J.J., Puckridge M. and Blaber S.J.M. 2013. Market Fishes of Indonesia (Jenis-Jenis Ikan di Indonesia). ACIAR Monograph No. 155. Australian Centre for International Agricultural Research: Canberra. 438 pp.

Wootton, R. J. 1990. Ecology of Teleost Fishes. Hal 159-195. Chapman and Hall. London. xiii+404h.

Yuniarti I, Rahardjo MF, Ernawati Y. 2005. Hermafrodistisme dan Fekuenditas Ikan Baji-baji (Grammoplites scaber) (Linnaeus, 1758)) (Famili Platycephalidae) di Perairan Pantai, Mayangan, Jawa Barat. Jurnal Iktiologi Indonesia. 5 (1): 11-14.

Yuniarti, I. 2004. Aspek Reproduksi Ikan Baji-Baji (Grammoplites scraber (Linnaeus, 1758)) di Perairan Pesisir Mayangan, Subang, Jawa Barat. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor, Bogor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 55

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 56

Lampiran 1. Data Panjang Berat Ikan Baji-Baji

MINGGU KE-I 12-15 Mei 2019 Kapal I Kapal II Kapal III Kapal IV TL W TL W TL W TL W J/B TKG J/B TKG J/B TKG J/B TKG (mm) (gr) (mm) (gr) (mm) (gr) (mm) (gr) 245 90 B 3 255 90 B 3 185 40 B 3 255 70 B 3 225 60 B 3 250 80 B 3 230 50 J 2 245 70 B 4 245 80 B 3 210 40 J 2 255 90 B 3 240 80 B 4 230 60 J 2 260 90 B 3 175 40 B 3 190 50 B 3 220 50 J 2 260 100 B 3 190 50 B 3 240 70 B 2 260 150 B 4 250 80 B 2 240 60 B 3 245 70 B 4 245 90 B 3 240 60 B 4 230 70 B 3 230 60 J 3 260 90 B 3 250 80 B 3 195 40 B 3 245 80 B 3 250 100 B 3 255 90 B 3 190 40 J 2 250 80 B 3 255 80 B 3 250 80 B 3 240 80 B 3 230 60 B 3 240 80 B 3 270 100 B 3 230 50 B 4 245 90 B 3 250 80 B 4 250 80 B 4 240 70 J 2 200 50 B 4 235 60 B 4 245 80 B 4 255 90 B 4 235 80 B 4 165 50 B 4 250 100 B 3 240 70 B 4 240 70 B 4 250 80 B 3 180 40 B 3 185 50 B 4 240 80 B 4 245 80 B 4 240 70 BB 3 255 90 B 4 250 90 B 3 180 50 B 3 250 90 B 4 170 40 B 3 180 40 B 3 255 80 B 4 235 60 B 4 240 80 B 3 150 20 J 2 215 50 J 3 170 40 B 3 205 60 B 3 240 80 B 3 200 40 J 2 250 80 B 4 215 50 J 2 240 50 B 4 200 40 J 2 245 80 B 3 180 30 B 3 205 50 J 3 170 50 B 3 170 30 B 2 170 40 B 2

Total Ikan : 87 ekor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 57

Lampiran 1. Lanjutan

MINGGU KE-II 26-29 Mei 2019 Kapal Kapal II Kapal III Kapal IV TL W TL W TL W TL W J/B TKG J/B TKG J/B TKG J/B TKG (mm) (gr) (mm) (gr) (mm) (gr) (mm) (gr) 253 90 B 3 250 80 B 3 245 90 B 3 245 100 B 3 245 70 B 4 245 70 B 4 250 80 B 4 200 90 B 3 260 70 B 3 210 50 B 2 260 70 B 4 240 80 B 4 250 90 B 3 185 50 B 2 255 90 J 3 240 90 B 3 250 70 B 3 175 30 B 2 245 70 B 3 230 70 B 3 250 90 B 3 200 40 J 2 245 90 B 4 250 90 B 3 260 90 B 3 190 50 B 3 260 90 B 4 240 80 B 3 250 80 B 4 170 30 J 2 270 90 B 4 230 70 B 3 210 60 B 3 140 20 J 2 265 90 B 3 240 70 B 3 250 80 B 3 245 80 B 3 270 120 B 4 205 50 B 3 175 40 B 2 260 100 B 3 260 90 B 4 240 60 B 3 250 100 B 3 255 80 B 4 210 50 J 2 260 100 B 3 250 80 B 3 260 90 B 3 170 30 B 2 250 100 B 3 160 20 B 2 250 80 B 2 190 40 B 3 253 90 B 3 190 40 B 3 190 50 B 2 185 40 B 2 250 90 B 3 245 80 B 3 260 100 B 3 240 80 B 3 260 90 B 3 240 60 B 3 240 70 B 3

Total Ikan : 66 ekor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 58

Lampiran 1. Lanjutan

MINGGU KE-III 9-12 Juni 2019 Kapal I Kapal II Kapal III Kapal IV TL W TL W TL W TL W J/B TKG J/B TKG J/B TKG J/B TKG (mm) (gr) (mm) (gr) (mm) (gr) (mm) (gr) 237 50 J 3 225 100 B 4 250 100 B 4 249 50 B 3 270 100 B 4 250 100 B 4 229 50 J 3 260 100 B 4 230 90 B 4 231 50 B 3 252 100 B 4 250 100 B 4 270 100 B 4 252 90 B 4 230 90 B 4 245 70 B 4 245 70 B 3 220 60 J 2 250 70 B 4 265 90 B 4 250 90 B 4 220 50 J 3 189 50 B 3 250 100 B 4 260 100 B 4 270 90 B 4 200 50 J 2 241 80 B 4 250 80 B 4 230 100 B 4 260 110 B 4 199 50 B 3 230 80 B 4 251 90 B 4 233 50 J 3 250 90 B 4 247 80 B 4 250 90 B 4 240 70 B 4 255 90 B 4 193 60 B 3 190 30 J 2 231 60 B 3 181 60 B 3 245 90 B 4 239 60 B 4 200 60 B 3 200 60 B 3 250 90 B 4 255 90 B 4 230 70 B 3 256 90 B 4 230 60 J 2 240 80 B 4 242 90 B 4 256 80 B 4 260 100 B 4 260 100 B 4 218 60 J 2 260 100 B 4 193 60 B 3 255 90 B 4 199 60 B 3 237 70 B 3

Total Ikan : 64 ekor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 59

Lampiran 1. Lanjutan

MINGGU KE-IV 23-26 Juni 2019 Kapal I Kapal II Kapal III Kapal IV TL W TL W TL W TL W J/B TKG J/B TKG J/B TKG J/B TKG (mm) (gr) (mm) (gr) (mm) (gr) (mm) (gr) 255 100 B 4 200 50 B 3 250 70 B 3 270 100 B 4 250 100 B 4 250 80 B 4 230 50 J 2 255 100 B 4 270 110 B 4 195 40 B 3 230 50 B 3 265 110 B 4 200 50 B 3 265 80 B 4 270 100 B 4 260 100 B 4 185 40 B 3 270 100 B 4 245 70 B 4 270 90 B 4 250 70 B 3 225 90 B 4 250 70 B 4 230 50 J 2 205 60 B 3 200 50 B 4 220 70 J 2 230 50 B 3 270 100 B 4 205 90 B 4 260 100 B 4 270 100 B 4 255 100 B 4 265 100 B 4 240 80 B 4 245 70 B 4 265 110 B 4 270 50 B 3 260 110 B 4 250 70 B 4 160 50 B 3 190 50 B 3 225 90 B 4 200 50 B 3 265 90 B 4 200 50 B 4 235 60 B 3 270 90 B 4 205 90 B 4 255 90 B 3 250 80 B 3 265 100 B 4 260 100 B 4 270 100 B 4 185 40 B 3 270 90 B 4 270 110 B 4 250 70 B 3 260 90 B 4 260 100 B 4 205 60 B 3 185 40 B 3 195 60 B 3 260 90 B 4 255 80 B 4 185 40 B 3 195 40 B 3 265 80 B 4 270 100 B 4 260 100 B 4 195 60 B 3

Total Ikan : 71 ekor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 60

Lampiran 1. Lanjutan

MINGGU KE-V 7-10 Juli 2019 Kapal I Kapal II Kapal III Kapal IV TL W TL W TL W TL W J/B TKG J/B TKG J/B TKG J/B TKG (mm) (gr) (mm) (gr) (mm) (gr) (mm) (gr) 240 70 J 3 240 80 B 4 240 80 B 4 260 90 B 4 245 80 B 4 175 40 J 2 250 80 B 4 205 50 B 3 255 90 B 4 180 40 B 4 260 90 B 4 260 90 B 4 250 80 B 4 240 90 B 4 260 90 B 3 250 80 B 4 250 90 B 4 255 80 B 4 250 80 B 3 185 40 B 3 240 80 B 4 230 60 J 3 255 90 B 4 255 90 B 3 255 90 B 4 240 80 B 4 245 80 B 3 240 70 B 3 265 110 B 4 235 70 J 3 265 100 B 4 150 20 J 2 240 70 B 3 250 80 B 4 245 80 B 4 240 80 B 4 245 80 B 4 240 70 B 4 250 80 B 4 240 70 B 4 260 90 B 4 260 90 B 4 260 90 B 4 270 90 B 4 205 50 B 3 240 70 B 3 255 90 B 4 260 80 B 4 260 90 B 4 150 20 J 2 260 90 B 4 255 80 J 3 250 80 B 4 240 80 B 4 235 70 B 4 270 90 B 2 185 40 B 3 240 70 B 4 245 70 B 4 265 80 B 4 255 90 B 3 270 90 B 4 255 80 J 3 260 80 B 4 255 90 B 4 260 90 B 4 270 90 B 2 250 80 B 4 250 90 B 3 230 60 B 4 265 90 B 4 240 70 B 4 245 70 B 4 235 70 B 4 260 90 B 4 245 70 B 3 250 80 B 4 250 80 B 4 260 90 B 3 240 80 B 4 240 70 B 4 270 110 B 4 250 80 B 4 250 80 B 3 240 80 B 3 255 100 B 4 240 70 B 4 240 70 B 4 270 90 B 4 250 80 B 4 205 60 B 4 245 80 B 4 235 70 B 3 265 100 B 4 245 90 B 4 260 90 B 4 245 80 B 4 260 90 B 4 265 100 B 4 250 90 B 4 230 70 J 3 245 80 B 4

Total Ikan : 102 ekor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 61

Lampiran 1. Lanjutan

MINGGU KE-VI 21-24 Juli 2019 Kapal I Kapal II Kapal III Kapal IV TL W TL W TL W TL W J/B TKG J/B TKG J/B TKG J/B TKG (mm) (gr) (mm) (gr) (mm) (gr) (mm) (gr) 265 100 B 4 185 40 B 2 255 90 B 3 255 80 B 3 240 60 B 4 240 70 B 3 245 70 B 4 255 90 B 4 255 90 B 4 255 90 B 4 240 70 B 4 240 70 B 4 255 90 B 4 250 90 B 4 255 80 B 3 245 80 B 4 275 110 B 4 245 70 B 4 250 80 B 4 245 80 B 4 240 70 B 3 250 80 B 4 250 80 B 3 250 80 B 4 265 100 B 4 240 70 B 3 255 80 B 4 245 80 B 4 260 80 B 4 255 80 B 3 265 80 B 3 275 100 B 4 235 80 B 4 250 90 B 4 235 90 B 4 255 100 B 4 230 60 B 4 235 60 B 4 270 100 B 4 265 90 B 4 245 80 B 4 235 80 B 3 185 40 B 2 255 100 B 4 265 80 B 3 240 80 B 4 250 90 B 4 240 60 J 4 235 60 B 4 205 60 B 2 245 70 J 3 255 90 B 4 230 60 J 2 250 90 B 3 190 50 B 3 240 100 B 4 260 90 B 4 200 50 B 2 255 90 B 4 240 100 B 4 250 70 B 4 260 100 B 4 180 30 J 2 260 110 B 4 260 90 B 4 245 70 B 4 250 80 B 2 265 100 B 4 185 40 B 2 250 80 B 4 235 60 B 3 250 90 B 4 220 50 J 3 255 90 B 3 180 40 B 2 250 100 B 4 235 50 J 3 250 80 B 3 235 70 J 3 250 80 B 4 230 60 J 3 245 80 B 4 210 40 J 2 265 100 B 4 195 40 B 2 245 80 B 4 250 90 B 4 270 100 B 4 230 70 B 4 260 100 B 4 270 100 B 4 260 100 B 4 250 80 B 4 255 80 B 4 255 80 B 4 250 90 B 4 250 90 B 4 210 50 J 2 250 100 B 4 250 80 B 4 245 80 B 4 250 80 B 4 240 80 B 3 245 80 B 4 270 100 B 4 250 80 B 3 265 100 B 4 260 90 B 4 255 80 B 4 250 90 B 4 220 50 B 3 250 80 B 4 260 90 B 4 255 90 B 4 255 80 B 4

Total Ikan : 115 ekor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 62

Lampiran 2. Perhitungan Nisbah Kelamin Ikan Baji-Baji (Grammoplites scaber) Frekuensi Frekuensi Nisbah Bulan Total Harapan Jantan Betina Kelamin (J/B) Mei 18 135 0,13 153 76,5 Juni 12 123 0,10 135 67,5 Juli 19 198 0,10 217 108,5 Total 49 456 0,11 505 252,5

t hitung = X2 : 87,62927739 t tabel : 5,991464547 thit>t tabel : tidak seimbang (berbeda nyata)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 63

Lampiran 3. Hubungan Panjang dan Umur Ikan Baji-Baji (Grammoplites scaber) Lt = 279,30 (1-e[-0,77(t+0,691)]) K = 0,77

T0 = -0,69161 t Lt L∞ -0,691 0 279,3 0 115,2425826 279,3 1 203,3392718 279,3 2 244,1291901 279,3 3 263,0154554 279,3 4 271,760043 279,3 5 275,8089014 279,3 6 277,6835757 279,3 7 278,5515744 279,3 8 278,9534692 279,3 9 279,1395517 279,3 10 279,2257103 279,3 11 279,2656029 279,3 12 279,2840737 279,3 13 279,2926259 279,3 14 279,2965857 279,3 15 279,2984191 279,3 16 279,299268 279,3 17 279,2996611 279,3 18 279,2998431 279,3 19 279,2999273 279,3 20 279,2999664 279,3 21 279,2999844 279,3 22 279,2999928 279,3 23 279,2999967 279,3 24 279,2999985 279,3 25 279,2999993 279,3 26 279,2999997 279,3 27 279,2999998 279,3 28 279,2999999 279,3 29 279,3 279,3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 64

64 Lampiran 4. Analisis Regresi Hubungan Panjang dan Berat Ikan Baji-Baji Total

SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0,852529092 R Square 0,726805852 Adjusted R Square 0,726262722 Standard Error 13,86009358 Observations 505

ANOVA df SS MS F Significance F Regression 1 257067,5944 257067,5944 1338,181458 7,8066E-144 Residual 503 96627,40366 192,1021942 Total 504 353694,998

Upper Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% 95,0% Intercept 152,14134 2,437282301 62,4225351 5,0559E-239 147,3528324 156,9298476 147,3528324 156,9298476 X Variable 1 1,135548053 0,03104188 36,58116262 7,8066E-144 1,074560339 1,196535767 1,074560339 1,196535767

B0 3 B1 2,2673 t hitung 23,60359632 t hitung > t tabel, maka h0 ditolak t tabel 1,964691405

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 65

5

6 Lampiran 5. Analisis Regresi Hubungan Panjang dan Berat Ikan Baji-Baji Betina

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics Multiple R 0,835575835 R Square 0,698186976 Adjusted R Square 0,697522189 Standard Error 13,78026982 Observations 456

ANOVA df SS MS F Significance F Regression 1 199436,6916 199436,6916 1050,242573 3,5587E-120 Residual 454 86212,70968 189,8958363 Total 455 285649,4013

Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 151,7466657 2,826913912 53,67926665 1E-198 146,1912061 157,3021253 146,1912061 157,3021253 X Variable 1 1,135152678 0,035027526 32,40744625 3,5587E-120 1,066316479 1,203988877 1,066316479 1,203988877

B0 3 B1 2,0923 t hitung 25,91390527 t hitung > t tabel, maka h0 ditolak t tabel 1,965202973

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 66

6

6 Lampiran 6. Analisis Regresi Hubungan Panjang dan Berat Ikan Baji-Baji Jantan

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics Multiple R 0,897608201 R Square 0,805700483 Adjusted R Square 0,801566451 Standard Error 12,47741156 Observations 49

ANOVA df SS MS F Significance F Regression 1 30342,31845 30342,31845 194,8945798 2,44043E-18 Residual 47 7317,23257 155,6857994 Total 48 37659,55102

Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 134,1919804 6,038425496 22,22300837 1,41009E-26 122,0442352 146,3397256 122,0442352 146,3397256 X Variable 1 1,559918167 0,111738268 13,96046489 2,44043E-18 1,335129766 1,784706568 1,335129766 1,784706568

b0 3 b1 2,381 allometrik t hitung 5,539731473 t hitung > t tabel, maka h0 ditolak t tabel 2,011740514

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 67

Lampiran 7. Gonad Ikan Baji-Baji Jantan dan Betina

a. Gonad Ikan Baji-Baji Jantan d. Gonad Ikan Baji-Baji Betina pada TKG II pada TKG II

b. Gonad Ikan Baji-Baji Jantan e. Gonad Ikan Baji-Baji Betina pada TKG III pada TKG III

c. Gonad Ikan Baji-Baji Jantan f. Gonad Ikan Baji-Baji Betina pada TKG IV pada TKG IV

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 68

Lampiran 8. Gonad Ikan Baji-Baji pada Masa Transisi

Female (Betina)

Male (Jantan)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 69

Lampiran 9. Kegiatan Penelitian

a. Tempat Pengukuran Ikan b. Kapal Nelayan

c. Jaring Insang d. Sampel Ikan

e. Pengukuran Ikan

f. Pembelahan Ikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 70

Lampiran 10. Alat dan Bahan Penelitian

a. Milimeter Blok b. Gunting Bedah

c. Alat Tulis d. Kamera

d. Ikan Baji-Baji

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 71

Lampiran 11. Data Curah Hujan dan Suhu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 72

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 73

73 Lampiran 12. Rencana Kegiatan Penelitian No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 PROPOSAL 1 Survey Lokasi 2 Konsultasi Judul 3 Pengajuan Judul 4 Pengajuan Proposal 5 Seminar Usul Penelitian PENELITIAN 1 Pengumpulan Data Minggu ke -I 2 Pengumpulan Data Minggu ke –II 3 Pengumpulan Data Minggu ke –III 4 Pengumpulan Data Minggu ke –IV 5 Pengumpulan Data Minggu ke –V 6 Pengumpulan Data Minggu ke -VI 7 Pengolahan Data SKRIPSI 1 Pengajuan SKRIPSI 2 Seminar Hasil 3 Sidang Meja Hijau PENDAFTARAN WISUDA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 74

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA