BADONCEK DALAM TRADISI MASYARAKAT PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT Widia Fithri [email protected] Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

BADONCEK DALAM TRADISI MASYARAKAT PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT Widia Fithri Widiafithri@Uinib.Ac.Id Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang BADONCEK DALAM TRADISI MASYARAKAT PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT Widia Fithri [email protected] Universitas Islam Negeri Imam bonjol Padang Abstrak : Salah satu kearifan lokal Minangkabau yang terus dilestarikan adalah tradisi Badoncek. Daerah yang terkenal sangat intens melestarikan tradisi Minangkabau ini yakni masyarakat Padang Pariaman. Badoncek yang berarti sikap spontan dalam pengumpulan dana secara patungan yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing tanpa paksaan merupakan wujud kegotong-royongan masyarakat dalam berbagai kegiatan social. Kegotongronyongan merupkN akar budaya ketimuran. Tradisi ini tidak saja dapat meringankan dan membantu sesama tapi lebih dari itu Badoncek menggambarkan semangat kebersamaan di tengah masyarakat sehingga mampu mewujudkan masyarakat mandiri dan sejahtera. Tradisi Badoncek juga sangat membantu mensukseskan program- program yang digalakkan oleh pemerintah, karena tidak semua pendanaan untuk masyarakat mampu dipenuhi oleh dana pemerintah. Melalui tradisi Badoncek masyarakat tidak terlalu bergantung pada pemerintah. Tulian ini akan menelusuri sejarah tentang kapan tradisi ini muncul di tengah masyarakat terutama masyarakat Padang Pariaman ? Dalam kegiatan social apa saja tradisi Badoncek ini dilaksanakan ? Apa makna filosofis dari tradisi Badoncek bagi masyarakat Padang Pariaman? Apakah tradisi Badoncek mampu menawarkan model pembangunan masyarakat untuk pembangunan bangsa? Penelitian ini akan menelusuri dokumen yang bercerita tentang tradisi Badoncek, kemudian melakukan observasi serta wawancarai beberapa tokoh untuk menemukan jawaban dari beberapa pertanyaan diatas. Kata kunci : Badoncek, Gotong Royong , Padang Pariaman A. PENDAHULUAN Indonesia. Misalnya, Pembangunan Pembangunan yang digalakkan ekonomi berbasis kearifan local, oleh pemerintah seringkali Pelestarian lingkungan berbasis budaya menekankan keterlibatan masyarakat. local. Pembangunan yang berbasis Demikian juga halnya masyarakat menempatkan masyarakat pembangunan di Minangkabau yang sebagai subjek pembangunan yang terkenal “Beradat dan Beragama”. bertujuan untuk meningkatkan peran Sebagai contoh, Pemerintah Sumatera serta masyarakat sehingga Barat dan masyarakat dalam beberapa pembangunan tersebut sesuai dengan tahun terakhir menggalakkan slogan keinginan serta kebutuhan masyarakat. kembali ke “Surau”. Surau dahulunya Pembangunan yang berbasis diyakini memiliki fungsi strategis masyarakat meniscayakan pelestarian sebagai basis pembentukan sumber nilai-nilai budaya local atau kearifan daya manusia Minangkabau (Abidin, local yang merupakan adat kebiasaan 2016: XiV). Yunahar Ilyas yang dilakukan masyarakat secara menjelaskan kebanyakan kampung di turun temurun dan masih Sumatera Barat memiliki surau. Fungsi dipertahankan keberadaannya oleh Surau atau Mesjid adalah tempat sholat masyarakat hukum adat di wilayah berjamaah, tempat sholat lima waktu, 11 12 Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid , Vol. 20, No. 2, November 2017 tempat belajar membaca Al Qur’an, B. PADANG PARIAMAN tempat mengadakan pengajian atau wirid, tempat menikah dan lain sebagainya. Penamaan surau tersebut biasanya dilekatkan atau diidentikkan dengan nama kampung, misalnya Surau Tanjung Alam, Surau Tanjung Medan, Surau Koto Baru dan lain sebagainya, hal ini untuk menunjukkan kebersamaan dalam masyarakat baik dalam pembangunannya maupun Padang Pariaman adalah pengelolaannya. Ini artinya seluruh sebuah kabupaten di Provinsi Sumatera penduduk kampung merasa memiliki Barat yang memiliki luas wilayah dan bertanggung jawab untuk 1.328,79 km dengan panjang garis memakmurkan suraunya. Meskipun pantai 42,1 Km yang membentang Akhir-akhir ini muncul kecendrungan hingga gugusan Bukit Barisan. Luas nama tempat ibadah merujuk pada kata daratan daerah ini setara dengan dalam bahasa Arab yang bermakna 3.15% luas daratan wilayah Profinsi baik sebagai ungkapan doa dan Sumatera Barat. Secara Adminstratif harapan , mis Masjid Ihsan, Mesjid Kabupaten Padang Pariaman terdiri Mukhlisin, Masjid Taqwa dan lain dari 17 kecamaan dan 103 Nagari. sebagainya. Ada juga nama surau yang Batas wilayah administratif Kabupaten merujuk pada nama tokohnya, seperti Padang Pariaman adalah sebelah utara surau buya Gusrizal. dengan kabupaten Agam, sebelah Bila diteliti lebih jauh ada Selatan dengan Kota Padang, sebelah banyak kearifan local masyarakat Barat dengan Kota Pariaman dan Minangkabau yang dapat Samudra Indonesia. Jumlah penduduk dikembangkan dalam pembangunan Kabupaten Padang Pariaman tercatat masyarakat di Sumatera Barat. Hampir sebanyak 458.746 jiwa pada tahun setiap daerah memiliki kearifan local 2015. masing-masing , diantara kearifan Padang Pariaman menurut local yang masih eksis di Sumatera tambo Minangkabau merupakan Barat yaitu Badoncek. Badoncek daerah rantau. Daerah ini disebut adalah tradisi masyarakat Padang daerah rantau Pariaman. Daerahnya Pariaman yang berarti sikap spontan meliputi dataran rendah sempit di dalam pengumpulan dana secara sebelah Barat dataran tinggi patungan yang disesuaikan dengan Minangkabau. Daerah ini membentang kemampuan masing-masing tanpa antara Batang Anai di Selatan dan Tiku paksaan. Badoncek merupakan wujud di sebelah Utara kota Pariaman dan ke kegotong-royongan masyarakat dalam pedalaman hingga ketepi Barat danau berbagai kegiatan social. Kajian Maninjau. Masyarakat Padang tentang Badoncek penting artinya Pariaman berasal dari pedalaman sebagai upaya melstarikan nilai-nilai tengah Sumatera. Penduduk Padang budaya local untuk membangun Pariaman berasal dari Pagaruyung masyarakat yang tangguh, mandiri dan Batu Sangkar yang terletak di darek sejahtera. Widia Fithri Badoncek dalam Tradisi Masyarakat Padang Pariaman… 13 Minangkabau (Pemda Tk I Sumbar, pedalaman Minangkabau kemudian 1978,7). dibawa ke Pesisir pantai baik ke Pesisir Menurut Dobbin Rantau Barat maupun ke Pesisir Timur. Pariaman didirikan oleh imigran dari Nama Kabupaten Padang Batipuh yang dianggap memiliki Pariaman disahkan pasca kemerdekaan ladasan kerajaan (Dobbin 2008, 84). berdasarkan undang-undang nomor 12 Sejak tahun 1300 M para perantau tahun 1956 tanggal 19 Maret dimana awal yang biasa disebut (panaruko) Pariaman sebagai ibu kotanya yang turun bergelombang ke wilayah pantai meliputi daerah masa colonial Barat dan membuka pemukiman. Priaman, tikoe en de danau districten. Desa-desa awal di Pantai Padang Kabupaten Padang Pariaman Pariaman menjadi entrepot-entrepot sebelumnya disebut dengan nama dagang dan pelabuhan. Entrepot- Kabupaten Samudera dengan ibu kota entrepot dagang dan pelabuhan Pariaman yang meliputi daerah tersebut dikembangkan oleh orang- kewedanaan Air Bangis, Pariaman, orang dari kampung- kampung tertentu Lubuk Alung, Padang Luar Kota, yang semula bertujua untuk Mentawai dan nagari-nagari Tiku, memajukan kepentingan dagang Sasak dan Katiagan. Hal ini sesuai mereka sendiri. dengan Peraturan Komisaris Hamka menjelaskan nama Pemerintah Sumatera no Pariaman berasal dari kata dalam 81/Kom/U/1948.(www. bahasa Arab yang berarti Aman atau Padangpariamankab.go.id) tanah daratan yang aman dan sentosa. Kabupaten Padang Pariaman Dalam literature lain juga dijelaskan memiliki lambang sebagai berikut: bahwa Kata Pariaman dianggap berasal dari “Parik nan Aman” yang berarti pelabuhan yang aman. Kapal-kapal yang singgah untuk berdagang di Bandar-bandar di rantau Pariaman dapat dengan aman melakukan transaksi dagang (Armaidi, 2006 : 11). Kota-kota pelabuhan penting di kawasan rantau Pariaman seperti pelabuhan Pariaman dan Tiku sudah dikunjungi pelaut-pelaut dari Arab, China dan Gujarat. Komoditi dagang Lambang berbentuk perisai bersegi dari pedalaman Minangkabau lima, diatas dasar hijau yang dihiasi ditumpuk di kota-kota diatas sebelum dengan : dikapalkan ke pelabuhan –pelabuhan 1. Didalamnya/ditengah-tengah, lain (Suryadi,2004: 93). Kota-kota ini berdiri sebuah Balairung Adat pun sudah lama menjadi pelabuhan Bergonjong Lima yang beratap penyalur keluar emas dari pedalaman Ijuk (hitam) berdinding hitam. Minangkabau. Kawasan tengah 2. Disamping kiri dan kanan Sumatera sejak dulu memang terkenal Balirung Adat, terdapat dua sebagai penghasil emas. Jalur batang pohon kelapa berwarna penyaluran emas yang dihasilkan hijau yang mempunyai pelapah 14 Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid , Vol. 20, No. 2, November 2017 lima belas buah .Disebelah C. BADONCEK DAN NILAI-NILAI bawah Balairung Adat, terdapat FILOSOFIS KEARIFAN LOCAL dua jalur warna biru MINANGKABAU bergelombang, membayangkan Badoncek adalah tradisi adanya lautan diatas dasar Minangkabau khususnya masyarakat putih. Padang Pariaman dalam hal 3. Warna merah melengkung mengumpulkan dana untuk diatas balairung adat, adalah kepentingan adat, social dan agama busur/panah dan diujung anak berupa aksi spontan masyarakat dalam panah ada sebuah bintang mengatasi persoalan social yang tidak bersegi lima. mugkin diatasi secara perorangan. 4. Pada bahagian sebelas atas, Pada saat Badoncek pengunjung atau tertulis judul Padang Pariaman warga masyarakat diprovokasi oleh dan bahagian sebelah bawah tukang Janang untuk menyumbang tertulis Motto SAIYO lebih banyak dan terus menerus. SAKATO diatas dasar kuning. Peneliti belum mendapatkan dokumen Adapun makna yang terkandung yang meneceritakan kapan dalam simbolsimbol dalam lambing sesungguhnya tradisi Badoncek ini tersebut yakni: hadir dan menjadi tradisi di a. Balairung Adat melambangkan Masyarakat Padang Pariaman. Dalam bahwa rakyat Kabupaten Padang tradisi Badoncek juga terlihat adanya Pariaman mematuhi dan persaingan dalam makna yang menghormati serta
Recommended publications
  • The Implementation of Engineering Sciences Using Matrix Method for Cultural Heritage Assets
    International Journal of Recent Technology and Engineering (IJRTE) ISSN: 2277-3878, Volume-8 Issue-5, January 2020 The Implementation of Engineering Sciences using Matrix Method for Cultural Heritage Assets I Nengah Tela, Amran Hamzah for social prestige for visiting them. Therefore he refers to Abstract: One of several forms of implementation of three broad groups: (1) i.e. motivated tourists (who choose engineering knowledge is the matrix method, one of them Market their destination according to cultural opportunities); (2) Appeal-Robusticity Matrix method. With this matrix the research groups of tourists who are inspired (who choose destinations conducted is (1) evaluating Minangkabau cultural heritage assets in Tanah Datar District in terms of their uniqueness and based on international recognition) and (3) groups of tourists importance as tourist attraction assets, and (2) Evaluating who are interested (those who at some time feel attracted by Minangkabau cultural heritage assets in terms of the quality and culture, even though that is not their main motivation). The current state of Cultural Heritage Tourism in Tanah Datar classification according to interest, according to [4] based on District. Furthermore, the Market Appeal-Robusticity Matrix research conducted in Hong Kong, which distinguishes method has been used to assess cultural heritage assets in Tanah between five types: (1) highly motivated cultural assets; (2) Datar. Then for further information, in addition to direct observation, obtained from the tourism sector, travel
    [Show full text]
  • Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta CERAMAH
    Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta CERAMAH UMUM PELATIHAN INTERNALISASI KEISTIMEWAAN DIY TAHUN 2019 Yogyakarta, 23 Agustus 2019 ------------------------------------------------------------------ Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Damai Sejahtera Bagi Kita Semua, Om Swastiastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan Yang Kami hormati: Kepala Bandiklat DIY; Peserta Pelatihan Internalisasi Keistimewaan; Tamu Undangan dan Hadirin sekalian. 1 “ARUMING PRAJA LUHUR ING PANGABEKTI” Kemulyaan negara dapat dicapai dengan dukungan, kerja keras dan darma bakti aparatnya. Candrasengkala Aruming Praja Luhur ing Pangabekti menjadi simbol bahwa tahun 2019 dapat dijadikan momentum membangun Keistimewaan Yogyakarta Tiada terasa, sewindu sudah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY (UUK) disahkan. Banyak dinamika dalam upaya mewarnai dan memberdayakan UUK agar implementasinya dapat dirasakan dan bermanfaat bagi masyarakat serta komunitas-komunitas yang ada di dalamnya. UUK meneguhkan bahwa Yogyakarta istimewa karena budaya. Urat nadi dan syaraf pemerintahan haruslah mencerminkan budaya, khususnya budaya yang lahir, berkembang dan bersemi di masyarakat DIY. 2 Hakekat budaya adalah hasil cipta, karsa dan rasa, yang diyakini masyarakat sebagai sesuatu yang benar dan bermanfaat. Demikian pula budaya Jawa, yang diyakini oleh masyarakat DIY sebagai salah satu acuan dalam hidup bermasyarakat, baik ke dalam maupun ke luar. Ini berarti bahwa budaya tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat gemah ripah loh jinawi, ayom, ayem, tata,
    [Show full text]
  • Ungkapan Bentuk Dan Makna Filosofi Atap Masjid Raya Sumatera Barat, Padang, Indonesia
    Supriatna, Handayani, Ungkapan Bentuk dan makna Filosofi Ata Masjid Raya Sumatera Barat Volume 4 – Nomor 2 – Juni 2021 p-ISSN 2621-1610 e-ISSN 2620-9934 http://ejournal.upi.edu/index.php/jaz - e-mail: [email protected] doi.org/10.17509/jaz.v4i2.32964 UNGKAPAN BENTUK DAN MAKNA FILOSOFI ATAP MASJID RAYA SUMATERA BARAT, PADANG, INDONESIA 1 Article History: Cecep Supriatna First draft received: Sri Handayani2 24 Maret 2021 1 Program studi Arsitektur S-2, FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia Revised: 2 Program studi Pendidikan teknologi Agro Industri, FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, 26 April 2021 Bandung Indonesia Accepted: Jl. Dr. Setiabudhi No. 207 Bandung, Indonesia, 40154 10 Juni 2021 Email: [email protected] First online: [email protected] 10 Juni 2021 Abstract: Islamic architecture appears not only as mere ornament, but is a media that plays Final proof received: an important role that has its own charm for every visitor/user, because a good design must Print: respond to geography, location, climate, size, culture and others. The dome-shaped mosque 15 Juni 2021 building has thrived in the Islamic world and has become a symbol of expression of the structure and identity of a mosque. However, in the last two decades, many mosques without Online domes have appeared in Indonesia. Mosques with modern geometric elements are 15 Juni 2021 increasingly standing majestically in several areas in Indonesia. Some architects began to Jurnal Arsitektur ZONASI eliminate the dome element in the mosque, but still displayed Islamic values. One of the is indexed and listed in mosques without a dome is the Great Mosque of West Sumatra.
    [Show full text]
  • Kajian Arsitektur Pada Masjid Bingkudu Di Minangkabau Dilihat Dari Aspek Nilai Dan Makna
    Kajian Arsitektur pada Masjid Bingkudu di Minangkabau Dilihat dari Aspek Nilai dan Makna Dina Fatimah,M.Ds. Program Studi Desain Interior,Universitas Komputer Indonesia, Bandung Email: [email protected] Abstract. Minangkabau philosophy of life is represented in “alam takambang jadi guru” that is fundamentally based upon tradition, religion, and the Al-Quran (adat basandi syara’, syara’basandi kitabullah). This philosophy is also implemented in its society’s works of art, particularly in architecture. The Minangkabau architecture under discussion in this research is an ancient mosque called Bingkudu in Candung, Agam Regency. This research is a study of architecture on Bingkudu Mosque in Minangkabau as seen from point of view of value and meaning. The research describes Bingkudu’s visual elements, then searches and collects the data regarding their value and meaning. The research shows that the value and meaning design of architectural design of Bingkudu Mosque do not stray from the value of monotheism. Tradition and religion go hand in hand without any significant differences in this principle and shape on the visual elements. This mosque also undergo an acculturation between the old concept adhering to indigenous culture (have already undergone acculturation) with the concept of Islamic architectural designs. This proves that the Minangkabau society is open to other cultures. Key words:culture, Minangkabau, mosque, religion, tradition, value and meaning. I. Pendahuluan Di Indonesia terdapat sejumlah masyarakat etnis, salah satunya adalah Minangkabau. Minangkabau termasuk dalam kawasan Melayu. Melayu merupakan salah satu bentuk kebudayaan tinggi yang ada di Indonesia. Orang Minangkabau menyebut masyarakatnya dengan alam Minangkabau dan menyebut kebudayaannya dengan adat Minangkabau.
    [Show full text]
  • Peranan Surau Di Padang P the Case Study Intends to Investigate T
    PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Volume XII No.2 November 2012 Peranan Surau Sebagai Lembaga Pendidikan Islam Tradisional Di Padang Pariaman Sumatera Barat (Surau Syaikh Burhanuddin) Oleh: MHD. Natsir Universitas Negeri Padang Abstract The case study intends to investigate the role of surau as a traditional Islamic education institute in Pariaman West Sumatera. It also goes on to show the social changing that influence surau education, and perspective surau education development as a traditional Islamic education institute. The study has re vealed that surau as an Islamic traditional education institute has the roles as an institution of islamic education, custom and culture education, and as the center of society activity. Kata kunci :surau, pakiah, ninik mamak, nagari, hedonisme, ekslusi f, saparuik, ulayat, clan, ilahiyah . PENDAHULUAN yang terjadi dalam masyarak at. Dengan demikian diketahui bahwa sebelum datangnya Islam, surau Institusi yang berfungsi untuk telah menempati struktur sosial yang sangat mengembangkan nilai-nilai moral agama dan penting dalam masyarakat Minangkabau (Gusti budaya di M inangkabau adalah surau. Dari Asnan, 2003: 313 dan Azyumardi Azra, 2003: 49). suraulah cikal bakal keutuhan dan keutamaan Di saat Islam masuk ke Minangkabau, para masyarakat Minang beradat dan beragama muballigh t elah mendapati lembaga keagamaan asli dijalankan secara bersamaan. Keberhasilan ditandai (surau) dari masyarakat setempat. Karenanya apabila anak pandai mengaji, taat beribadah, dalam mengajak penduduk masuk agama Islam, berakhlak dan berbudi pekerti luhur. Mampu para m'uballigh tidak secara radikal menukar mem akaikan tata krama adat, pandai petatah petitih bangunan kudus penduduk (surau) dengan adat, menguasai kesenian anak nagari serta bela bangunan kudus Islam (masjid). Sebaliknya diri (pencak silat).
    [Show full text]
  • To Re-Establish the Image of Galogandang Pottery By
    TO RE-ESTABLISH THE IMAGE OF GALOGANDANG POTTERY BY HENDRATNO Thesis Submitted In Fulfillment of the Requirement for the Degree of Master of Arts October 2012 ACKNOWLEDGEMENTS First, syukur to ALLAH SWT, for the anugrah and nikmat in knowledge. In the course of finishing the thesis, I would like to thank my father and mother and the rest of my family. Special gratitude goes to my wife, Yanti Sovia , my handsome boys Bana Jayo Hendratno, Rajo jayo Hendratno just being there, along the ride. A Wonderful thank you to Encik Mat Desa Mat Rodzi for being kind enough to supervise my Master. ii CONTENTS AKNOWLEDGEMENTS ii CONTENTS iii LIST OF FIGURES vii ABSTRACT xi CHAPTER 1: INTRODUCTION 1.1 Research Background 1 1.2 Aim and Scope 3 1.3 Objective 3 1.4 Research Methodology 3 1.5 Research Question 5 1.6 Organization of the thesis 6 CHAPTER 2: Literature Review and Ceramic History 2.1 Ceramics: A Brief History 7 2.1.1 Early Decoration of Ceramic 7 2.1.2 Developing Techniques 8 2.2 Pottery and Culture 11 2.3 Brief History of Ceramics in Nusantara (Indonesia) 11 iii 2.3.1 Colonial Period 1 Dutch 15 2.3.2 Colonial Period 2 Japanese 16 2.3.3 Era of the Indonesian Government 16 2.4 Kasongan; the Modern Ceramics Center Of Indonesia 17 CHAPTER 3: Galogandang: Geography and Social Structure 3.1 Research Location 20 3.2 The Community 22 3.3 Settlement Pattern 22 3.4 Kinship 23 3.5 Tribe Organization 24 3.6 Marriages System 24 3.7 Merantau (migration) 25 3.8 Living in Islam (religion) 28 CHAPTER 4: Profile of the Craftsmen, Material and Pottery Making Process
    [Show full text]
  • Penerapan Arsitektur Hybrid Pada Redesain Taman Sriwedari Di Surakarta Reny Oktora Wijayanti, Anisa, Anggana Fitri Satwikasari
    Penerapan Arsitektur Hybrid Pada Redesain Taman Sriwedari Di Surakarta Reny Oktora Wijayanti, Anisa, Anggana Fitri Satwikasari PENERAPAN ARSITEKTUR HYBRID PADA REDESAIN TAMAN SRIWEDARI DI SURAKARTA Reny Oktora Wijayanti1, Anisa1, Anggana Fitri Satwikasari1 1 Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta [email protected] [email protected] [email protected] ABSTRAK. Surakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki kekhasan budaya yang masih kental adatnya. Tempat pelestarian budaya masih banyak kita jumpai di kota ini salah satuya adalah Taman Sriwedari. Taman Sriwedari merupakan salah satu ruang terbuka publik berkonsep taman budaya di Kota Surakarta. Dahulu taman ini merupakan kebun milik raja. Seiring berjalannya waktu, Taman Sriwedari telah melakukan beberapa kali peremajaan tetapi hanya di bagian-bagian tertentu. Hal ini merupakan sebuah masalah utama pada sebuah kawasan cagar budaya yang kurang terawat. Oleh karena itu, perencanaan ulang Taman Sriwedari dengan pendekatan Arsitektur Hybrid yang memadukan antara Arsitektur Tradisional Jawa dan Postmodern akan diterapkan untuk menjadikan Taman Sriwedari yang lebih terpadu dan edukatif. Kata Kunci: Arsitektur Hybrid, Redesain, Taman Budaya ABSTRACT. Surakarta is one of the cities in Indonesia which has the distinctive cultures. We can find many cultural preservation places easily here, one of them is Taman Sriwedari. Taman Sriwedari is one of the cultural parks in Surakarta. In the past, Taman Sriwedari was a Sultan’s Garden. By over time, Taman Sriwedari has made several rejuvenations but not at all, only in some parts. This is a main problem of cultural preservation area maintaining. Therefore, Redesign of Taman Sriwedari With Hybrid Architecture Concept which is combining Javanese and Postmodern Architecture Concept will be applied to make Taman Sriwedari more integrated and educative.
    [Show full text]
  • Representasi Pendidikan Karakter Dalam Film Surau Dan Silek (Analisis Semiotik Ferdinand De Saussure)
    REPRESENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM FILM SURAU DAN SILEK (ANALISIS SEMIOTIK FERDINAND DE SAUSSURE) Putra Chaniago, S. Sos Magister Komunikasi Penyiaran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jl. Marsda Adisucipto Yogyakarta 55281 e-mail : [email protected] Abstrak : Penelitian ini membahas tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam ranah komunikasi Islam pada Film Surau dan Silek. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode analisis semiotika Ferdinan de Saussure. Dalam metodenya ia mengembangkan dua sistem yaitu penanda, pertanda serta makna yang terkandung dan yang ingin disampaikan di dalamnya. Film ini merupakan film budaya berbahasa Minangkabau yang mengandung tutur nasihat. Film ini bercerita tentang kehidupan tiga remaja Minang yang sedang semangat berlatih silat, namun mereka ditinggalkan oleh Mak Rustam sang guru silat yang memutuskan untuk pergi merantau. Penelitian ini menemukan terdapat representasi pendidikan karakter dalam film surau dan silek, yaitu silek mengajarkan kesimbangan antara emosional question (kecerdasan emosional), spiritual question (kecerdasan spritual), intelegens question (kecerdasan intelejen) dan heart question (kecerdasan hati). Film Surau dan Silek mengandung banyak pesan moral, nilai-nilai agama dan budaya, sehingga mampu merubah persepsi tentang silat di Minang yang tak hanya sebagai aktifitas pemuda nagari untuk berkelahi, namun juga sebagai pendidikan karakter dari perspektif Islam dan adat Minang, yaitu mengamalkan agama Islam sebagai ajaran, dan melestarikan budaya surau dan silat sebagai aktifitas pemuda Minang. Abstract : This study discusses the value of character education values in the realm of Islamic communication studies in Surau and Silek films. This type of research is descriptive qualitative using the semiotic analysis method of Ferdinand de Saussure. In his method, he developed two systems, namely the signifier, the sign and the meaning that is contained and what is intended to be conveyed in it.
    [Show full text]
  • Rumah Gadang As a Symbolic Representation of Minangkabau Ethnic Identity
    International Journal of Social Science and Humanity, Vol. 5, No. 1, January 2015 Rumah Gadang as a Symbolic Representation of Minangkabau Ethnic Identity Elda Franzia, Yasraf Amir Piliang, and Acep Iwan Saidi the people of Minangkabau bring their culture and tradition Abstract—Minangkabau is one of the ethnic groups in to their new land. Indonesia. This ethnic group is usually known by rumah makan Tradition is always becoming the base of the Minangkabau padang or traditional food stall with spicy and delicious food in culture. People whose travel always looking for their ethnic it, or by the people’s specific choice of earning their living such as being a seller or entrepreneurs. On the other hand, every group’s society. People need to be rooted to their culture. It ethnic group has a symbol or other visual identity use for their constructs their identity. Therefore the traveler is still identification. Rumah Gadang, the traditional house of connected to their villages and clan, and the traveler is always Minangkabau, is one of the symbolic representations of find the way to go back home. Minangkabau’s self identity. The unique visual form of Rumah Identity related to the cultural characteristic of the ethnic Gadang can be seen in many visual identities of Minangkabau’s people in daily basis, such as for rumah makan padang’s logo, group. Rumah gadang is the traditional house of stall’s identity, corporate identity, or as a virtual identity and a Minangkabau ethnic people. The modernization and profile picture in social network site such as Facebook. This globalization have transferred the rumah gadang into the phenomenon is becoming the visual language in Indonesia’s symbolic position of people’s tradition.
    [Show full text]
  • Sosial Budaya Masyarakat Pariangan Dalam Karya Film Dokumenter “Ishlah”
    1 SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PARIANGAN DALAM KARYA FILM DOKUMENTER “ISHLAH” Nolly Media Putra1 Ediwar dan Gerzon Ajawaila ABSTRAK Karya film dokumenter “Ishlah” merupakan sebuah karya yang terinspirasi dari peristiwa sosial budaya. gagasan dasar diusung berdasarkan beberapa kebiasan bersama masyarakat nagari Pariangan yang dinilai sebagai ruang sosial, sekaligus wadah bagi semua lapisan masyarakat dalam dalam membina hubungan silaturahmi antar sesama, baik itu kebiasaan sehari-hari ataupun kebiasaan-kebiasan seperti upacara adat bahkan keagamaan (upacara Ratik Tagak dan Maulid Nabi) Tema yang diacu adalah nilai sosial budaya yang terdapat pada setiap kebiasan, selain fungsi dasarnya sebagai wadah spiritual, beberapa dari kebiasaan tersebut juga merupakan sebagai ruang sosial (media) yang mampu mempersatukan hubungan antarsesama dan mempererat hubungan silaturahim. Metode garapan dilakukan melalui riset, pengolahan data, penulisan naskah berupa treatment, proses shooting dan editing. Karya ini dibagi kedalam lima segmen. Bagian pertama memvisualkan geografis daerah, bagian kedua, sistem mata pencaharian, bagian ketiga, memvisualkan unsur relegius dan aktivitas mayarakat (anak-anak belajar mengaji, para pemuda belajar pasambahan dan main koa. Pada bagian keempat menggambarkan upacara Ratik Tagak dan Maulid Nabi. Bagian kelima adalah bagian penutup, menggambarkan beberapa rumah gadang yang telah ditinggalkan bahkan sudah mulai rusak, pada 1 Nolly Media Putra, adalah Mahasiswa Program Pascasarjana ISI Padangpanjang 2 bagian ini juga digambarkan beberapa orang yang sedang memperbaiki rumah gadang yang telah rusak tersebut. Kata Kunci: Dokumenter, Upacara Ratik Tagak, Maulid Nabi, silaturrrahmi, nilai sosial. ABSTRACT Ishlah is a documentary movie wich inspired by local culture. Basic idea contructed by social behaviour of peoples who life in Pariangan this social behaviour contains whole peoples live activity such daily activity and cultural ceremony and religious ceremony.
    [Show full text]
  • Download (6MB)
    / ~ UNTAR FAKULTAS I TEKNIK SURAl TUGAS DEKAN FAKULTAS TEKNIK Nomor: 310-D/1611/FT-UNTAR/111/2019 Dekan Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara dengan ini menugaskan kepada: Nama Prof. lr. Sudaryono, M.Eng., Ph.D. NIK/NIDN 0031015605 Jabatan Fungsional Dosen Guru Besar (951,6), 1 Oktober 2016 Status Dosen Tetap Unit Kerja Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Untuk melaksanakan tugas sebagai Peer Reviewer dalam menilai Karya llmiah Saudara Dr. lr. Naniek Widayati, M.T. Dosen Tetap Program Studi Magister Arsitektur Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Universitas Tarumanagara. Hasil penilaian harap disampaikan kepada Sub Bagian Personalia Fakultas Teknik dengan melampirkan CV, SK JFD dan ljazah terakhir Peer Reviewer, paling lam bat tanggal 29 Maret 2019 Semua biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan penugasan tersebut diatas dibebankan kepada Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara. Demikian kami sampaikan, atas perhatiannya di ucapkan terima kasih. Tembusan: 1. Wakil Dekan 2. Kajur. Arsitektur dan Perencanaan 3. Kaprodi. Magister Arsitektur 4. KabagTU 5. Kasubbag Keuangan 6. Kasubbag Personalia PROGRAM STUDI: • Sarjana Arsitektur, Magister Arsitektur, Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota, Magister Perencanaan Wilayah dan Kota - Sarjana Teknik Sipil, Magister Teknik Sipil, Doktor Teknik Sipil - Sarjana Teknik Mesin, Sarjana Teknik lndustri,Sarjana Teknik Elektro Jl. Letjen. S. Parman No.1- Jakarta 11440 P · ln?1l ~"'"''1 ?4 - ~1;7?~4~< _ ~"''~<''~ 1 ~t !loon of l:ruetrre of t~r illU-- -fltc)JnoJogtJ t-e lluommrnbation of t~r Q!'ounril oJ bcultlJ tF ..autineT •• ~frn-t'b ~.pon SUDARYONO SASTROSASMITA .. ···t _.rgtrr of ortot· of IIJilosopltt itiJ all of ~te lhiuitege& anb OJbUgati.one 5iuen t~i• l'mentq- eeconb balJ of ~pril 1993 ~ ~t.o~ t..i .
    [Show full text]
  • BAB III OBYEK PENELITIAN 3.1 Sejarah Kraton Yogjakarta Keraton
    BAB III OBYEK PENELITIAN 3.1 Sejarah Kraton Yogjakarta Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas. 92 93 Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti di tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman Gambar 3.1 Kraton Yogyakarta (Sumber : www.DinasPariwisataDaerahIstimewaYogyakarta.co.gov) 94 Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan)[4][5]. Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah.
    [Show full text]