BADONCEK DALAM TRADISI MASYARAKAT PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT Widia Fithri [email protected] Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BADONCEK DALAM TRADISI MASYARAKAT PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT Widia Fithri [email protected] Universitas Islam Negeri Imam bonjol Padang Abstrak : Salah satu kearifan lokal Minangkabau yang terus dilestarikan adalah tradisi Badoncek. Daerah yang terkenal sangat intens melestarikan tradisi Minangkabau ini yakni masyarakat Padang Pariaman. Badoncek yang berarti sikap spontan dalam pengumpulan dana secara patungan yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing tanpa paksaan merupakan wujud kegotong-royongan masyarakat dalam berbagai kegiatan social. Kegotongronyongan merupkN akar budaya ketimuran. Tradisi ini tidak saja dapat meringankan dan membantu sesama tapi lebih dari itu Badoncek menggambarkan semangat kebersamaan di tengah masyarakat sehingga mampu mewujudkan masyarakat mandiri dan sejahtera. Tradisi Badoncek juga sangat membantu mensukseskan program- program yang digalakkan oleh pemerintah, karena tidak semua pendanaan untuk masyarakat mampu dipenuhi oleh dana pemerintah. Melalui tradisi Badoncek masyarakat tidak terlalu bergantung pada pemerintah. Tulian ini akan menelusuri sejarah tentang kapan tradisi ini muncul di tengah masyarakat terutama masyarakat Padang Pariaman ? Dalam kegiatan social apa saja tradisi Badoncek ini dilaksanakan ? Apa makna filosofis dari tradisi Badoncek bagi masyarakat Padang Pariaman? Apakah tradisi Badoncek mampu menawarkan model pembangunan masyarakat untuk pembangunan bangsa? Penelitian ini akan menelusuri dokumen yang bercerita tentang tradisi Badoncek, kemudian melakukan observasi serta wawancarai beberapa tokoh untuk menemukan jawaban dari beberapa pertanyaan diatas. Kata kunci : Badoncek, Gotong Royong , Padang Pariaman A. PENDAHULUAN Indonesia. Misalnya, Pembangunan Pembangunan yang digalakkan ekonomi berbasis kearifan local, oleh pemerintah seringkali Pelestarian lingkungan berbasis budaya menekankan keterlibatan masyarakat. local. Pembangunan yang berbasis Demikian juga halnya masyarakat menempatkan masyarakat pembangunan di Minangkabau yang sebagai subjek pembangunan yang terkenal “Beradat dan Beragama”. bertujuan untuk meningkatkan peran Sebagai contoh, Pemerintah Sumatera serta masyarakat sehingga Barat dan masyarakat dalam beberapa pembangunan tersebut sesuai dengan tahun terakhir menggalakkan slogan keinginan serta kebutuhan masyarakat. kembali ke “Surau”. Surau dahulunya Pembangunan yang berbasis diyakini memiliki fungsi strategis masyarakat meniscayakan pelestarian sebagai basis pembentukan sumber nilai-nilai budaya local atau kearifan daya manusia Minangkabau (Abidin, local yang merupakan adat kebiasaan 2016: XiV). Yunahar Ilyas yang dilakukan masyarakat secara menjelaskan kebanyakan kampung di turun temurun dan masih Sumatera Barat memiliki surau. Fungsi dipertahankan keberadaannya oleh Surau atau Mesjid adalah tempat sholat masyarakat hukum adat di wilayah berjamaah, tempat sholat lima waktu, 11 12 Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid , Vol. 20, No. 2, November 2017 tempat belajar membaca Al Qur’an, B. PADANG PARIAMAN tempat mengadakan pengajian atau wirid, tempat menikah dan lain sebagainya. Penamaan surau tersebut biasanya dilekatkan atau diidentikkan dengan nama kampung, misalnya Surau Tanjung Alam, Surau Tanjung Medan, Surau Koto Baru dan lain sebagainya, hal ini untuk menunjukkan kebersamaan dalam masyarakat baik dalam pembangunannya maupun Padang Pariaman adalah pengelolaannya. Ini artinya seluruh sebuah kabupaten di Provinsi Sumatera penduduk kampung merasa memiliki Barat yang memiliki luas wilayah dan bertanggung jawab untuk 1.328,79 km dengan panjang garis memakmurkan suraunya. Meskipun pantai 42,1 Km yang membentang Akhir-akhir ini muncul kecendrungan hingga gugusan Bukit Barisan. Luas nama tempat ibadah merujuk pada kata daratan daerah ini setara dengan dalam bahasa Arab yang bermakna 3.15% luas daratan wilayah Profinsi baik sebagai ungkapan doa dan Sumatera Barat. Secara Adminstratif harapan , mis Masjid Ihsan, Mesjid Kabupaten Padang Pariaman terdiri Mukhlisin, Masjid Taqwa dan lain dari 17 kecamaan dan 103 Nagari. sebagainya. Ada juga nama surau yang Batas wilayah administratif Kabupaten merujuk pada nama tokohnya, seperti Padang Pariaman adalah sebelah utara surau buya Gusrizal. dengan kabupaten Agam, sebelah Bila diteliti lebih jauh ada Selatan dengan Kota Padang, sebelah banyak kearifan local masyarakat Barat dengan Kota Pariaman dan Minangkabau yang dapat Samudra Indonesia. Jumlah penduduk dikembangkan dalam pembangunan Kabupaten Padang Pariaman tercatat masyarakat di Sumatera Barat. Hampir sebanyak 458.746 jiwa pada tahun setiap daerah memiliki kearifan local 2015. masing-masing , diantara kearifan Padang Pariaman menurut local yang masih eksis di Sumatera tambo Minangkabau merupakan Barat yaitu Badoncek. Badoncek daerah rantau. Daerah ini disebut adalah tradisi masyarakat Padang daerah rantau Pariaman. Daerahnya Pariaman yang berarti sikap spontan meliputi dataran rendah sempit di dalam pengumpulan dana secara sebelah Barat dataran tinggi patungan yang disesuaikan dengan Minangkabau. Daerah ini membentang kemampuan masing-masing tanpa antara Batang Anai di Selatan dan Tiku paksaan. Badoncek merupakan wujud di sebelah Utara kota Pariaman dan ke kegotong-royongan masyarakat dalam pedalaman hingga ketepi Barat danau berbagai kegiatan social. Kajian Maninjau. Masyarakat Padang tentang Badoncek penting artinya Pariaman berasal dari pedalaman sebagai upaya melstarikan nilai-nilai tengah Sumatera. Penduduk Padang budaya local untuk membangun Pariaman berasal dari Pagaruyung masyarakat yang tangguh, mandiri dan Batu Sangkar yang terletak di darek sejahtera. Widia Fithri Badoncek dalam Tradisi Masyarakat Padang Pariaman… 13 Minangkabau (Pemda Tk I Sumbar, pedalaman Minangkabau kemudian 1978,7). dibawa ke Pesisir pantai baik ke Pesisir Menurut Dobbin Rantau Barat maupun ke Pesisir Timur. Pariaman didirikan oleh imigran dari Nama Kabupaten Padang Batipuh yang dianggap memiliki Pariaman disahkan pasca kemerdekaan ladasan kerajaan (Dobbin 2008, 84). berdasarkan undang-undang nomor 12 Sejak tahun 1300 M para perantau tahun 1956 tanggal 19 Maret dimana awal yang biasa disebut (panaruko) Pariaman sebagai ibu kotanya yang turun bergelombang ke wilayah pantai meliputi daerah masa colonial Barat dan membuka pemukiman. Priaman, tikoe en de danau districten. Desa-desa awal di Pantai Padang Kabupaten Padang Pariaman Pariaman menjadi entrepot-entrepot sebelumnya disebut dengan nama dagang dan pelabuhan. Entrepot- Kabupaten Samudera dengan ibu kota entrepot dagang dan pelabuhan Pariaman yang meliputi daerah tersebut dikembangkan oleh orang- kewedanaan Air Bangis, Pariaman, orang dari kampung- kampung tertentu Lubuk Alung, Padang Luar Kota, yang semula bertujua untuk Mentawai dan nagari-nagari Tiku, memajukan kepentingan dagang Sasak dan Katiagan. Hal ini sesuai mereka sendiri. dengan Peraturan Komisaris Hamka menjelaskan nama Pemerintah Sumatera no Pariaman berasal dari kata dalam 81/Kom/U/1948.(www. bahasa Arab yang berarti Aman atau Padangpariamankab.go.id) tanah daratan yang aman dan sentosa. Kabupaten Padang Pariaman Dalam literature lain juga dijelaskan memiliki lambang sebagai berikut: bahwa Kata Pariaman dianggap berasal dari “Parik nan Aman” yang berarti pelabuhan yang aman. Kapal-kapal yang singgah untuk berdagang di Bandar-bandar di rantau Pariaman dapat dengan aman melakukan transaksi dagang (Armaidi, 2006 : 11). Kota-kota pelabuhan penting di kawasan rantau Pariaman seperti pelabuhan Pariaman dan Tiku sudah dikunjungi pelaut-pelaut dari Arab, China dan Gujarat. Komoditi dagang Lambang berbentuk perisai bersegi dari pedalaman Minangkabau lima, diatas dasar hijau yang dihiasi ditumpuk di kota-kota diatas sebelum dengan : dikapalkan ke pelabuhan –pelabuhan 1. Didalamnya/ditengah-tengah, lain (Suryadi,2004: 93). Kota-kota ini berdiri sebuah Balairung Adat pun sudah lama menjadi pelabuhan Bergonjong Lima yang beratap penyalur keluar emas dari pedalaman Ijuk (hitam) berdinding hitam. Minangkabau. Kawasan tengah 2. Disamping kiri dan kanan Sumatera sejak dulu memang terkenal Balirung Adat, terdapat dua sebagai penghasil emas. Jalur batang pohon kelapa berwarna penyaluran emas yang dihasilkan hijau yang mempunyai pelapah 14 Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid , Vol. 20, No. 2, November 2017 lima belas buah .Disebelah C. BADONCEK DAN NILAI-NILAI bawah Balairung Adat, terdapat FILOSOFIS KEARIFAN LOCAL dua jalur warna biru MINANGKABAU bergelombang, membayangkan Badoncek adalah tradisi adanya lautan diatas dasar Minangkabau khususnya masyarakat putih. Padang Pariaman dalam hal 3. Warna merah melengkung mengumpulkan dana untuk diatas balairung adat, adalah kepentingan adat, social dan agama busur/panah dan diujung anak berupa aksi spontan masyarakat dalam panah ada sebuah bintang mengatasi persoalan social yang tidak bersegi lima. mugkin diatasi secara perorangan. 4. Pada bahagian sebelas atas, Pada saat Badoncek pengunjung atau tertulis judul Padang Pariaman warga masyarakat diprovokasi oleh dan bahagian sebelah bawah tukang Janang untuk menyumbang tertulis Motto SAIYO lebih banyak dan terus menerus. SAKATO diatas dasar kuning. Peneliti belum mendapatkan dokumen Adapun makna yang terkandung yang meneceritakan kapan dalam simbolsimbol dalam lambing sesungguhnya tradisi Badoncek ini tersebut yakni: hadir dan menjadi tradisi di a. Balairung Adat melambangkan Masyarakat Padang Pariaman. Dalam bahwa rakyat Kabupaten Padang tradisi Badoncek juga terlihat adanya Pariaman mematuhi dan persaingan dalam makna yang menghormati serta