BAB II PROFIL KABUPATEN ACEH BESAR 2.1. WILAYAH ADMINISTRASI 2.1.1. Letak Geografis Secara Geografis Kabupaten Aceh Besar Terle
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB II PROFIL KABUPATEN ACEH BESAR 2.1. WILAYAH ADMINISTRASI 2.1.1. Letak Geografis Secara geografis Kabupaten Aceh Besar terletak pada 503’1,2”- 5045’9,007” Lintang Utara dan 95055’43,6” - 94059’50,13” Bujur Timur. Sedangkan secara administrasi Kabupaten Aceh Besar memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : berbatasan dengan Selat Malaka, dan Kota Banda Aceh; Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya; Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Pidie; dan Sebelah Barat : Berbatasan dengan Samudera Hindia. Kabupaten Aceh Besar memiliki luas wilayah seluas 290.350,73 Ha. Sebagian besar wilayahnya berada di daratan dan sebagian kecil berada di kepulauan. Secara administratif Kabupaten Aceh Besar memiliki 23 kecamatan. Keberadaan Kabupaten Aceh Besar sebagai pintu gerbang utama telah ditunjang sarana transportasi yang cukup memadai seperti: Jalan Nasional Arteri Primer Banda Aceh - Medan serta Jalan Kolektor Primer Banda Aceh – Meulaboh. Disamping itu, ditunjang pula prasarana transportasi Bandar Udara Internasional Iskandar Muda di Blang Bintang, Pelabuhan Malahayati di Krueng Raya. Disisi lain Kabupaten Aceh Besar berbatasan langsung dengan Kota Banda Aceh, yang menyebabkan Kabupaten Aceh Besar sebagai penyangga dari Kota Banda Aceh, diantaranya dalam kebutuhan perumahan. Sejalan dengan potensi letak dan posisi Kabupaten Aceh Besar yang demikian strategis, menjadikan Kabupaten Aceh Besar berpeluang tumbuh dan berkembang cepat. Lebih jelasnya mengenai wilayah administrasi Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada tabel 2.1 dan Gambar 2.1. 2-1 TABEL 2.1 Nama Kecamatan dan Luas Wilayah Kabupaten Aceh Besar No. Nama Kecamatan Luas Area (Ha) 1 Kota Jantho 59.300,16 2 Leupung 16.915,37 3 Kuta Malaka 2.281,66 4 Kuta Cot Glie 33.225,43 5 Lembah Seulawah 31.960,01 6 Sukamakmur 4.345,30 7 Simpang Tiga 2.759,80 8 Darul Kamal 2.304,93 9 Darul Imarah 2.434,69 10 Lhoknga 8.794,62 11 Indrapuri 19.703,87 12 Ingin Jaya 2.433,51 13 Montasik 5.973,33 14 Krueng Barona Jaya 696,13 15 Blang Bintang 4.175,51 16 Kuta Baro 6.107,06 17 Seulimeum 40.435,45 18 Darussalam 3.843,04 19 Baitussalam 2.084,09 20 Mesjid Raya 12.993,32 21 Pulo Aceh 9.055,72 22 Peukan Bada 3.625,04 23 Lhoong 14.902,67 Total 290.350,73 Sumber: RTRW Aceh Besar 2013 2.1.2. Administrasi wilayah Adapun wilayah administrasi Kabupaten Aceh Besar meliputi 23 kecamatan, 68 Kemukiman, 608 desa, dan 5 kelurahan dengan pembagian tiap kecamatan seperti pada Gambar 2.1 berikut ini: 2-2 Gambar 2.1 Batas Administrasi Kabupaten Aceh Besar Panjang pantai wilayah Kabupaten Aceh Besar pasca tsunami berdasarkan pada Peta Dasar Bakosurtanal Kabupaten Aceh Besar adalah 292,16 km. Pada wilayah perairan Kabupaten Aceh Besar terdapat kawasan lindung laut berupa Taman Wisata Laut Lhoknga seluas ± 14,06 ha. Kawasan pesisir, perairan dan pulau yang harus dilindungi selain taman laut adalah kawasan mangrove (bakau) di Kecamatan Lembah Seulawah, Baitussalam, Mesjid Raya, Peukan Bada, Pulo Aceh, Lhoknga, Leupung dan Lhoong seluruhnya seluas 253 Ha. Pulau-pulau kecil yang terdapat di Kabupaten Aceh Besar yang berpotensi untuk kegiatan perikanan laut, diantaranya pulau-pulau yang berpenghuni (ada penduduk). Pulau-pulau tersebut adalah: • Pulau Breuh (Kec. Pulo Aceh); 2-3 • Pulau Nasi (Kec. Pulo Aceh); • Pulau Teunom (Kec. Pulo Aceh); • Pulau Bunta (Kec. Peukan Bada). Dominasi pekerjaan penduduk pada pulau-pulau kecil tersebut di atas adalah nelayan. Berdasarkan data dari Badan Informasi Geospasial, jumlah keseluruhan pulau yang ada di Kabupaten Aceh Besar adalah 37 pulau. 1. Kondisi Fisik A. Ketinggian Kondisi ketinggian Kabupaten Aceh Besar dapat diklasifikasikan pada beberapa kelas antara 0 – 800 meter dpl hingga > 800 meter dpl. Berdasarkan kelas ketinggian tersebut terlihat didominasi oleh ketinggian 200 – 400 meter dpl atau sebesar 20,67% dari total luas wilayah kabupaten. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 2.2. Tabel 2.2 Kondisi Ketinggian Kabupaten Aceh Besar No Klasifikasi Ketinggian (m dpl) Luas (Ha) Persentase (%) 1 0 – 50 58.065,75 20,00 2 50 – 100 31.949,42 11,00 3 100 – 200 43.223,79 14,89 4 200 – 400 60.021,12 20,67 5 400 – 800 54.965,55 18,93 6 > 800 42.125,10 14,51 Jumlah 290.350,73 100,00 Sumber: Hasil pengolahan citra SRTM 2.2 POTENSI WILAYAH KABUPATEN ACEH BESAR 2.2.1 Potensi Ekonomi Wilayah A. Struktur Perekonomian Kabupaten Struktur perekonomian menunjukkan susunan komposisi atau susunan sektor- sektor ekonomi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2014, selama periode 2010-2013 dapat dikatakan bahwa sepertiga dari PDRB Aceh Besar berasal dari kegiatan sektor primer, yakni sekitar 29,28 sampai dengan 30,62 persen. Sektor ini cenderung terus menurun dari tahun 2010 sebesar 30,62 persen hingga menjadi 29,28 persen pada tahun 2013. 2-4 Sektor sekunder memanfaatkan hasil sumber daya alam untuk diolah lebih lanjut, yakni terdiri dari sektor industri pengolahan, konstruksi, dan energi berkisar antara 17,97 sampai dengan 19,20 persen.Tahun 2010 mencapai 19,20 persen dan mengalami penurunan hingga mencapai 17,97 persen pada tahun 2013. Kegiatan sektor tersier memfasilitasi pergerakan sektor primer dan sektor sekunder. Selama periode 2010-2013 dapat dikatakan bahwa lebih separuh dari PDRB Aceh Besar berasal dari sektor tersier. Gejala peningkatan terlihat dari tahun ke tahun, pada tahun 2010 sektor tersier mencapai 50,18 persen hingga pada tahun 2013 mencapai lebih 52,75 persen. Dari gambar 2.1 terlihat bahwa selama tahun 2010-2013, kontribusi sektor primer dan skunder yang semakin menurun peran tehadap pembentukan PDRB Aceh Besar, dan diiringi meningkatnya kontribusi sektor tersier, hal ini jelas menggambarkan sedikit transformasi atau pergeseran struktur ekonomi. Tabel 2.3 Perkembangan PDRB Menurut Sektoral Kabupaten Aceh Besar Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan 28,32 27,87 27,39 27,21 2. Pertambangan dan Penggalian 2,29 2,24 2,15 2,08 3. Industri Pengolahan 2,82 2,84 2,85 2,83 4. Listrik dan Air Bersih 0,33 0,34 0,35 0,35 5. Kontruksi 16,05 15,60 15,36 14,79 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 19,39 20,59 21,52 22,10 7. Pengangkutan dan Komunikasi 12,62 12,54 12,52 13,24 8. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 4,03 3,97 3,89 3,92 9. Jasa-jasa 14,14 14,00 13,96 13,50 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100,0 100,0 100,0 100,0 Sumber : BPS, Tahun 2014 Grafik 2.1. Grafik PDRB Kab. Aceh Besar Menurut Sektor Tahun 2013 2-5 2.2.2 Pertumbuhan Ekonomi Data Badan Pusat Statistik Tahun 2014 menunjukkan pada Tahun 2010 perekonomian Aceh Besar pertumbuhannya mencapai 4,81 persen. Sektor Listrik, Gas & Air Bersih merupakan pertumbuhan terbesar di tahun 2010 yaitu sebesar 9,48 persen dan sektor perdagangan mencapai pertumbuhan sebesar 8,05 persen. Pertumbuhan ekonomi Aceh Besar pada tahun 2010 merupakan laju pertumbuhan tertinggi pada periode 2010- 2013. Selanjutnya pada tahun 2011 dan 2012 perekonomian Aceh Besar sedikit melambat, dengan ekspansi sebesar 4,66 persen dan 4,61 persen hingga mencapai 4,44 persen pada tahun 2013. Pada tahun 2011, Sektor Perdagangan, hotel dan restoran mengalami pertumbuhan tertinggi hingga mencapai 8,53 persen dan sektor kontruksi sebesar 5,99 persen, serta sektor listrik, gas dan air mengalami pertumbuhan sedikit melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,22 persen. Tabel 2.4 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektoral Kabupaten Aceh Besar Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan 1,04 2,89 3,95 4,16 2. Pertambangan dan Penggalian 1,27 1,77 1,10 1,71 3. Industri Pengolahan 2,28 3,97 5,01 4,57 4. Listrik dan Air Bersih 9,48 4,22 5,41 5,22 5. Kontruksi 6,67 5,99 6,05 3,82 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8,05 8,53 6,99 6,93 7. Pengangkutan dan Komunikasi 3,68 2,79 3,57 4,96 8. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 6,61 3,70 4,13 5,24 9. Jasa-jasa 5,95 3,13 2,56 2,62 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 4,81 4,66 4,61 4,44 Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Besar secara keseluruhan dan secara tidak langsung dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi Propinsi Aceh. Keadaan perekonomian di Aceh menunjukkan terus terjadinya peningkatan selama empat tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi baik dengan migas maupun tanpa migas masih menunjukkan angka positif sejak tahun 2010-2013. Pada tahun 2013 PDRB ADHK dengan migas tumbuh sebesar 4,18 persen, agak melambat dari dua tahun sebelumnya yang secara berturut-turut tumbuh sebesar 4,84 persen dan 5,14 persen. Demikian juga dengan 2-6 pertumbuhan ekonomi tanpa migas yang pada tahun 2013 melambat menjadi sebesar 5,36 persen, setelah pada tahun 2011 dan 2012 naik sebesar 5,69 persen dan 6,07 persen. Setelah selama dua tahun perekonomian tumbuh dengan cukup cepat, terjadi perlambatan pada tahun 2013 baik dengan maupun tanpa migas. Hal ini erat kaitannya dengan adanya kenaikan harga BBM pada Bulan Juni dan Tarif Dasar Listrik (Secara lebih rinci, pertumbuhan ekonomi tahun 2013 ini didorong oleh pertumbuhan yang cukup tinggi di sektor konstruksi, perdagangan, dan jasa-jasa yang tumbuh di atas 6 persen. Sebagai sektor-sektor yang memiliki kontribusi lebih dari 10 persen, pertumbuhan di ketiga sektor ini mampu mendorong perekonomian tumbuh cukup baik. Grafik 2.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Besar Menurut Sektor Migas dan Non Migas Sektor lainnya yang tumbuh cukup tinggi adalah sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang tumbuh sebesar 6,78 persen. Sektor pertanian yang memiliki kontribusi terbesar hanya mampu tumbuh sebesar 3,26 persen, sedangkan sektor listrik dan sektor pengangkutan dan komunikasi masing-masing tumbuh sebesar 4,69 persen dan 4,68 persen.