Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Hlm. 321-346, Juni 2015

PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR BERBASIS RUMPUT LAUT DI KABUPATEN BARAT

ON SEAWEED CULTURE BASED COASTAL AREA DEVELOPMENT IN WEST SUMBAWA

Rusmin Nuryadin1*, Kadarwan Soewardi2, dan Yonvitner3 1Sekolah Pascasarjana, Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) - Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor 2Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK-IPB Bogor 3Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK-IPB Bogor *E-mail: [email protected]

ABSTRACT Seaweed cultivation is one of current coastal development activities in the west . Coastal region in the west Sumbawa regency that be used for seaweed cultivation was about 1,550 ha, however, its utilization was still limited of about 536 ha (34.58%). Seaweed farming activities were only carried out in some locations of the subdistrict of and Pototano, west Sumbawa. Sustainability analysis of seaweed cultivation was done by Multidimensional scaling method using Rapid Appraisal Seaweed (Rapseaweed). Based on sustainability status of seaweed cultivation, the long line methods was less sustainable with sustanability index of 49.28 and the ‘anchored’ method produced better sustainability of 61.02 index value. A technological dimension is needed for seaweed farming development in order to produce better sustainability. Other dimensions for seaweed farming improvement are ecological, economic, social, and institutional. To reach a sustainable seaweed cultivation in the west Sumbawa regency, farmers and other stake holders should increase the utilization of available coastal region for seaweed farming activities by having the availability of the market and seeds, guarantees access to capital, increasing skills and knowledge of farmers, provide the drying and storage facilities, and develop the seaweed processing industry.

Keywords: seaweed, value index, sustainability status, Rapseaweed

ABSTRAK Pengembangan wilayah pesisir yang dilakukan di Kabupaten Sumbawa Barat saat ini, adalah budidaya rumput laut. Rumput laut sebagai salah satu komoditi unggulan di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) memiliki luas areal yang cukup besar yaitu seluas 1.550 ha namun tingkat pemanfaatannya baru sebesar 536 ha atau sekitar 34.58%. Kegiatan budidaya rumput laut hanya dilakukan dibeberapa titik wilayah Kecamatan yaitu Taliwang dan Pototano. Analisis keberlanjutan budidaya rumput laut dilakukan dengan pendekatan Multi-Dimensional Scaling (MDS) yaitu pendekatan dengan Rap- seaweed (Rapid Appraisal seaweed). Status keberlanjutan pengembangan budidaya rumput laut me- nunjukkan metode long line dikategorikan kurang berkelanjutan dengan nilai indek sebesar 49,28 dan tancap 61,02 cukup berkelanjutan. Dimensi yang perlu mendapatkan perhatian lebih adalah dimensi teknologi karena masih tergolong ke dalam status tidak berkelanjutan. Upaya perbaikan pada dimensi teknologi pada atribut yang sensitif untuk meningkatkan nilai indek agar berada pada status cukup berkelanjutan dan sangat berkelanjutan. Kebijakan tentang perbaikan hendaknya juga memasukkan aspek ekologi, ekonomi, sosial, dan kelembagaan. Fokus pengembangan budidaya rumput laut adalah melalui peningkatan pemanfaatan perairan untuk kegiatan budidaya rumput laut, pemberian jaminan ketersediaan pasar, jaminan pemenuhan ketersediaan bibit, jaminan akses permodalan, peningkatan keterampilan dan pengetahuan pembudidaya, penyediaan sarana penjemuran dan penyimpanan serta pengembangkan industri pengolahan rumput laut.

Kata kunci: rumput laut, nilai indek, status keberlanjutan, Rapseaweed

@Ikatan Sarjana Oseanologi dan Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB 321 Pengembangan Kawasan Pesisir Berbasis Rumput Laut di Kabupaten . . .

I. PENDAHULUAN dahnya tingkat pemanfaatan dikarenakan pe- ngelolaan yang belum baik. Kegiatan budi- Pembangunan berkelanjutan adalah daya rumput laut hanya dilakukan dibeberapa pembangunan untuk memenuhi kebutuhan titik wilayah Kecamatan yaitu Taliwang dan hidup saat ini tanpa menurunkan kemampuan Pototano. Disamping itu, informasi wilayah generasi mendatang untuk memenuhi kebu- sesuai untuk budidaya rumput laut belum tuhan hidupnya (Dahuri et al., 2004). Konsep terpetakan dengan jelas, sehingga kegiatan pembangunan berkelanjutan muncul sebagai budidaya dilakukan berdasarkan pengalaman upaya untuk menghindari kerusakan lingku- yang sudah turun temurun. Faktor lain yang ngan akibat adanya perubahan pola pikir menyebabkan rendahnya tingkat produksi yang lebih mengutamakan pertumbuhan eko- adalah penerapan teknologi. Masyarakat nomi tanpa memperhatikan lingkungan. Pem- KSB melakukan kegiatan budidaya rumput bangunan berkelanjutan pada dasarnya men- laut belum menerapkan standar budidaya cakup tiga dimensi penting, yaitu ekonomi, yang tepat, baik penyediaan bibit unggul, sosial (budaya) dan lingkungan (Budiharsono metode budidaya, penanganan pasca panen et al., 2006). Alder et al. (2000) menjelaskan serta teknik pengolahan. Bibit yang baik untuk menentukan kondisi perikanan secara untuk dibudidayakan adalah mono spesies, keseluruhan dilihat dari empat aspek yaitu bersih dan segar, sedangkan jarak tanam 20- aspek ekologi, ekonomi, sosial, dan tekno- 25 cm (Afrianto dan Liviawaty, 1989). Meto- logi. Selanjutnya Pitcher dan Preikshot de budidaya rumput laut sistem long line (2001) pembangunan berkelanjutan men- memiliki ukuran konstruksi panjang 50 meter cakup lima dimensi, yaitu ekologi, ekonomi, dan lebar 100 meter, jarak antar tali ris 2 – 3 sosial, etika dan teknologi. Berdarkan konsep meter dan jarak bibir 25-30 cm (BSN, 2010). pembangunan berkelanjutan yang dijelaskan Seiring dengan adanya kebijakan pe- beberapa ahli, dapat disimpulkan untuk merintah pusat yang menetapkan KSB seba- keberlanjutan budidaya rumput laut ditekan- gai kawasan minapolitan pada tahun 2010, kan pada lima dimensi yaitu ekologi, eko- diharapkan mampu memanfaatkan potensi nomi, sosial, kelembagaan dan teknologi. perairan yang masih besar serta peningkatan Kegiatan budidaya rumput laut sudah produksi. Oleh karena itu penelitian tentang tidak dianggap sebagai pekerjaan sampingan, Analisis Keberlanjutan Pengembangan Ka- akan tetapi merupakan pekerjaan utama. Hal wasan Pesisir Berbasis Rumput Laut di Ka- ini dikarenakan bahwa budidaya rumput laut bupaten Sumbawa Barat perlu dilakukan se- telah mampu meningkatkan penghasilan dan bagai upaya menciptakan pengelolaan te- menjadi salah satu mata pencaharian di mas- rencana, memperhatikan aspek kesesuaian yarakat. Selain meningkatkan nilai tambah perairan, daya dukung serta teknologi guna ekonomi, rumput laut juga sangat penting mengoptimalkan kawasan perairan untuk sebagai obat tradisional, bahan pengental, pengembangan budidaya rumput laut berke- pembentuk gel, stabilisator, kosmetik, pasta lanjutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk gigi dan produk makanan (Nontji, 1987; menganalisis status keberlanjutan pengem- Anggadiredja dan Sujatmiko, 1996; Wang bangan budidaya rumput laut yang dilakukan dan Chiang, 1994; Winarno, 1996). di KSB, apakah dalam kategori status berke- Pengembangan wilayah pesisir yang lanjutan atau tidak. Sedangan manfaat dari dilakukan di Kabupaten Sumbawa Barat saat penelitian ini adalah memberikan gambaran ini, adalah budidaya rumput laut. Luas areal secara singkat (potret) secara cepat kepada budidaya rumput laut yang tersedia sebesar masyarakat dan pemerintah daerah KSB 1.550 ha dengan tingkat pemanfaatan sebesar tentang kegiatan budidaya rumput laut yang 536 ha atau sekitar 34.58% dengan produksi dilakukan saat ini yang sifatnya holistic dan sebesar 9.850 ton (BPS, 2013). Masih ren- terpadu di satu daerah tertentu.

322 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71 Nuryadin et al.

II. METODOLOGI Tinggi. Metode pengambilan responden di- lakukan secara purposive sampling. Res- 2.1. Waktu dan Tempat ponden berjumlah 35 orang dari kalangan Penelitian ini dilaksanakan di perairan pelaku budidaya dipilih terkait proses bu- Kabupaten Sumbawa Barat pada Bulan April didaya yang dilakukan mulai dari peme- sampai Juli 2014. Penelitian menggunakan liharaan sampai pemanenan. Pihak stake- data primer dan data sekunder. Data primer holder termasuk pengumpul rumput laut yang meliputi data biofisik seperti kedalaman, dipilih karena terkait proses pembelian dan kecerahan, kecepatan arus, suhu, salinitas, pemasaran hasil budidaya dan instansi DO, dan pH, yang dilakukan dengan ob- pemerintah terkait dengan peraturan daerah servasi langsung di lapangan. Sedangkan yang mengatur proses kegiatan budidaya data sekunder diperoleh dari berbagai rumput laut di KSB serta pengadaaan sapras instansi pemerintah dan swasta yang terkait budidaya. Peta lokasi penelitian disajikan dengan penelitian ini seperti: BPS, Instansi pada Gambar 1. terkait, Lembaga Penelitian, dan Perguruan

Gambar 1. Peta lokasi penelitian Kabupaten Sumbawa Barat.

2.2. Analisis Data (MDS) yaitu pendekatan dengan Rapseaweed 2.2.1. Analisis Keberlanjutan Budidaya (Rapid Appraisal seaweed) telah dimodifi- Rumput Laut kasi dari program Rapfish (Rapid Assessment Analisis keberlanjutan budidaya rum- Technique for Fisheries) yang dikembangkan put laut di wilayah kajian dilakukan dengan oleh Fisheries Center, University of British pendekatan Multi - Dimensional Scaling Columbia (Pitcher dan Preikshot, 2001;

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 323 Pengembangan Kawasan Pesisir Berbasis Rumput Laut di Kabupaten . . .

Fauzi dan Anna, 2002). Multidimensional bagaan; dan (5) dimensi teknologi. Atribut scaling merupakan suatu teknik statistik yang disusun mengacu pada literatur, baik tentang mengukur obyek-obyek dalam ruangan mul- budidaya rumput laut maupun di bidang lain tidimensional didasarkan pada penilaian terkait dengan keberlanjutan. Pendapat pakar responden mengenai kemiripan (similarity) dari kalangan praktisi dan akademisi juga obyek-obyek tersebut (Narimawati, 2008) pertimbangan peneliti dalam penyusunan Rapfish (Rafid Appraissal for Fis- atribut. heries) adalah teknik terbaru yang dikem- bangkan oleh University of British Colum- 2.2.3. Penilaian Atribut dalam Skala Ke- bia, Kanada, yang merupakan analisis untuk berlanjutan Setiap Dimensi mengevaluasi sustainabiilty dari perikanan Penilaian atribut serta pembuatan skor secara multidipliner. Rapfish didasarkan pada berdasarkan pengamatan di lapangan ataupun teknik ordinasi (menempatan sesuatu pada data sekunder yang tersedia, setiap atribut urutan atribut yang terukur) dengan Multi- diberikan skor yang mencerminkan keber- Dimensional Scaling (MDS). MDS sendiri lanjutan dari masing-masing dimensi. Ren- pada dasarnya merupakan teknik statistik tang skor berkisar antara 0-2 tergantung pada yang mencoba melakukan transformasi mul- keadaan masing-masing. Nilai buruk men- tidimensi ke dalam dimensi yang lebih ren- cerminkan kondisi yang paling tidak me- dah (Fauzi dan Anna, 2005). Penelitian ten- nguntungkan bagi budidaya rumput laut yang tang keberlanjutan dengan menggunakan me- berkelanjutan. Sebaliknya nilai baik men- tode analisi Rapfish yang dimodifikasi per- cerminkan kondisi yang paling mengun- nah dilakuan sebelumnya diantaranya, Mar- tungkan bagi budidaya rumput laut (Pitcher zuki (2013) melakukan penelitian tentang dan Preikshot, 2001; Pitcher, 1999). Sedang- desain pengelolaan budidaya laut berkelan- kan diantara nilai buruk dan nilai baik ter- jutan di Teluk Saleh. Status dan nilai indek dapat satu nilai yang disebut dengan nilai keberlanjutan dari budidaya rumput laut dan antara atau nilai tengah (Susilo, 2005). budidaya ikan kerapu di keramba jaring Penyusunan atribut keberlanjutan budidaya apung (KJA). Aziz (2011) melakukan pene- rumput laut didasarkan pada 5 (lima) dimensi litian tentang optimasi pengelolaan sumber- keberlanjutan yang disajikan pada Tabel 1. daya rumput laut di wilayah pesisir Kabu- paten Bantaeng Provinsi Sulawesi selatan. 2.2.4. Penyusunan Indeks Keberlanjutan Menelaah keberlanjutan pengelolaan kegi- Budidaya Rumput Laut atan rumput laut di wilayah pesisir Kabupa- Tahap selanjutnya adalah pembuatan ten Bantaeng. skala indeks keberlanjutan budidaya rumput Tahapan analisis keberlanjutan budi- laut yang mempunyai selang 0-100. Jika daya rumput laut yang digunakan dalam pe- sistem yang dikaji mempunyai indeks >50 nelitian ini selengkapnya disajikan pada sub- maka sistem. bab berikut: Hal tersebut dikategorikan berkelan- jutan, dan sebaliknya jika nilainya <50, maka 2.2.2. Penentuan Atribut Keberlanjutan sistem tersebut dikategorikan belum berke- Budidaya Rumput Laut lanjutan. Kategori status keberlanjutan budi- Penentuan atribut keberlanjutan budi- daya rumput laut dapat juga dibuat dalam daya rumput laut berdasarkan 5 (lima) pen- empat kategori (Susilo, 2003). Dalam pene- dekatan dimensi keberlanjutan yaitu (1) litian ini disusun empat kategori status dimensi ekologi; (2) dimensi ekonomi; (3) keberlanjutan seperti disajikan pada Tabel 2. dimensi sosial-budaya; (4) dimensi kelem-

324 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71 Nuryadin et al.

Tabel 1. Atribut keberlanjutan budidaya rumput laut berdasrkan lima dimensi.

Atribut Acuan Pemberian Skor Dimensi Ekologi 1. Kesesuaian Budidaya Rumput Mengacu pada hasil analisis kesesuaian perairan: Laut (0) Kurang Sesuai; (1) Sesuai; (2) Sangat Sesuai 2. Ketersediaan Bibit Mengacu pada Santoso dan Nugraha (2008) tentang SOP kualitas bibit rumput laut: (0) Tidak Tersedia; (1) Tersedia tetapi belum sesuai SOP; (2) Tersedia dan sesuai SOP 3. Daya Dukung Perairan Mengacu pada hasil analisis daya dukung perairan: (0) < 25%; (1) 26 - 50 %; (2) >50 % 4. Ancaman Terhadap Perairan Mengacu pada aktivitas pembangunan di wilayah daratan (up land): (0) Tinggi (Kegiatan Tidak Terkendali); (1) Rendah (Kegiatan Terkendali); (2) Tidak Ada Ancaman 5. Serangan Penyakit Mengacu pada kegiatan budidaya di lokasi penelitian: (0) Tinggi (>10 % Gagal Panen); (1) Rendah (<10% dapat dipanen); (2) Tidak Terserang 6. Serangan Hama Mengacu pada kegiatan budidaya di lokasi penelitian: (0) Tinggi (>10 % Gagal Panen); (1) Rendah (<10% dapat dipanen); (2) Tidak Terserang Dimensi Ekonomi 1. Keuntungan Budidaya Mengacu pada perhitungan R/C: (0) Merugi (R/C < 1); (1) Impas atau kembali modal (R/C = 1); (2) Menguntungkan (R/C > 1) 2. Kelayakan Budidaya Rumput Mengacu pada perhitungan B/C: Laut (0) Tidak Layak (B/C < 1); (1) Impas (B/C = 1); (2) Layak (B/C > 1) 3. Pemasaran Rumput Laut Mengacu pada ketersediaan pasar rumput laut: (0) Pasar Lokal; (1) Pasar Nasional; (2) Pasar Internasional (Ekspor) 4. Ketersediaan Modal Budidaya Mengacu pada ketersediaan modal pembudidaya: (0) Pinjaman Middleman (Rentenir); (1) Bantuan Pemerintah; (2) Modal Sendiri 5. Kontribusi Usaha Budidaya (0) Rendah (<50%); (1) Sedang (51-75%); (2) Tinggi Terhadap Pendapatan Keluarga (>75%) 6. Harga Rumput Laut Mengacu pada harga rumput laut selama 5 tahun: (0) Cenderung Menurun; (1) Relatif Stabil; (2) Cenderung Meningkat Dimensi Sosial 1. Tingkat Pendidikan Mengacu pada tingkat pendidikan pembudidaya rumput laut: (0) Rendah (tidak tamat SD); (1) Sedang (tamat SMP); (2) Tinggi (tamat SMA & PT)

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 325 Pengembangan Kawasan Pesisir Berbasis Rumput Laut di Kabupaten . . .

2. Partisipasi Keluarga dalam Mengacu pada peran serta keluarga dalam kegiatan Usaha Budidaya Rumput Laut budidaya rumput laut: (0) Tidak Ada; (1) 1-3 anggota keluarga; (2) > 3 anggota keluarga 3. Pengetahuan Masyarakat Mengacu pada penerapan teknik budidaya rumput Tentang Budidaya Rumput laut: Laut (0) Rendah; (1) Sedang; (2) Tinggi 4. Sosialisasi Pekerjaan (0) Individu; (1) Kerjasama Keluarga; (2) Kerjasama Kelompok 5. Alternatif Usaha Lain Selain Mengacu pada ketersedian pekerjaan lain/sampingan: Budidaya Rumput Laut (0) Tidak ada; (1) Ada (1 usaha lain); (2) Banyak (> 1 usaha lain); 6. Usia Kepala Keluarga Mengacu pada struktur umur penduduk bekerja Pembudidaya Rumput Laut berdasarkan KSB Dalam Angka: (0) Belum Produktif (< 15 tahun); (1) Kurang Produktif (> 65 tahun); (2) Produktif (16-65 tahun) Dimensi Kelembagaan 1. Kelembagaan Permodalan (0) Tidak ada; (1) Ada tapi kurang efektif (<25 % pembudidaya mendapat pelayanan modal); (2) Ada dan berjalan efiektif (>25 % pembudidaya mendapat pelayanan modal) 2. Kelembagaan Penyuluhan (0) Tidak ada; (1) Ada tapi kurang efektif (frekuensi penyuluhan 1 kali dalam setahun); (2)Ada dan berjalan efiektif (frekuensi penyuluhan 3 kali dalam setahun) 3. Ketersediaan Perda Tentang (0) Tidak ada; (1) Ada tapi belum diperdakan; (2) Budidaya Rumput Laut Ada dan sudah diperdakan; 4. Dukungan Politik dan (0) Tidak ada; (1) Rendah; (2) Tinggi Komitmen Pemerintah Daerah 5. Kelembagaan Kelompok (0) Tidak ada; (1) Ada tapi kurang efektif; (2) Ada Pembudidaya dan berjalan efiektif 6. Ketersediaan Penajmin Mutu (0) Tidak ada; (1) Ada tapi kurang efektif; (2) Ada dan berjalan efiektif Dimensi Teknologi 1. Ketepatan Umur Panen (0) Panen rumput laut umur < 45 hari; (1) panen rumput laut umur >45 hari; (2) Panen rumput laut umur 45 hari 2. Penerapan Teknologi Budidaya (0) Rendah; (1) Sedang; (2) Tinggi Sesuai SNI 3. Tingkat Penguasaan Teknologi (0) Rendah; (1) Sedang; (2) Tinggi Budidaya Rumput Laut 4. Industri Pengolahan (0) Tidak Ada; (1) Alkali Treated Chips(ATC); (2) Semi Refined Carrageenan(SRC); 5. Sarana Pengeringan (0) Tidak tersedia: (1) Tersedia dengan terpal; (2) Tersedia dengan bambu (para-para) 6. Sarana Pergudangan (0) Tidak tersedia; (1) Tersedia tapi tidak sistem resi gudang; (2) Tersedia sistem resi gudang

326 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71 Nuryadin et al.

Tabel 2. Kategori status keberlanjutan budidaya rumput laut.

Indeks Kategori 0 – 25 Buruk/Tidak Berkelanjutan 26 – 50 Kurang Berkelanjutan 51 – 75 Cukup Berkelanjutan 76 – 100 Baik/Sangat Berkelanjutan Sumber: Susilo (2003).

2.2.5. Tahapan Ordinasi III. HASIL DAN PEMBAHASAN Tahapan ordinasi dianalisis dengan MDS untuk menentukan posisi titik good 3.1. Dimensi Ekologi (baik) dan bad (buruk). Objek atau titik Keberlanjutan dimensi ekologi erat dalam MDS akan dipetakan ke dalam ruang kaitannya dengan bagaimana mempertahan- dua atau tiga dimensi, dan diupayakan kan lingkungan perairan agar tidak terjadi sedekat mungkin. Menurut Fauzi dan Anna kerusakan. Kegiatan budidaya yang memper- (2005) proses ordinasi ini bertujuan untuk hatikan kondisi lingkungan, mampu mening- menentukan jarak di dalam MDS berda- katkan kualitas kehidupan manusia secara sarkan pada Euclidian Distance. Posisi titik ekonomi dan memberikan kesejahteraan bagi bad dan good digambarkan secara horizontal pelakunya. Penerapan teknologi budidaya sedangkan vertikal menunjukkan perbedaan yang ramah lingkungan serta peraturan yang dari campuran skor atribut yang dievaluasi. tegas akan menjaga lingkungan dari keru- Lebih lanjut Susilo (2003) bahwa posisi titik sakan sebagai upaya menciptakan pem- akan sangat sulit dibayangkan mengingat bangunan berkelanjutan. Berdasarkan hasil dimensi yang banyak, untuk memudahkan analisis menggunakan Rapseaweed terhadap dalam visualisasi posisi titik maka digunakan enam atribut yang mewakili dimensi ekologi analisis MDS. yaitu (1) kesesuaian perairan budidaya rum- put laut; (2) ketersediaan bibit; (3) daya du- 2.2.6. Analisis Leverage atau Sensitivitas kung perairan; (4) ancaman terhadap per- Analisis leverage dilakukan untuk airan; (5) serangan penyakit dan (6) serangan melihat atribut paling sensitif (penting) hama, diperoleh nilai indeks keberlanjutan memberikan kontribusi terhadap nilai ke- metode long line adalah 59,40 kategori status berlanjutan budidaya rumput laut. Pengaruh cukup berkelanjutan, sedangkan metode setiap atribut dilihat dalam bentuk perubahan tancap 86,71 sangat berkelanjutan. Tingginya Root Mean Square (RMS). Hal ini berarti nilai indeks keberlanjutan dipengaruhi oleh jika nilai RMS semakin besar, berarti atribut nilai skor dari masing-masing atribut. Nilai tersebut semakin sensitif dalam mendukung skor diperoleh dari hasil penelitian di keberlanjutan budidaya rumput laut. Menurut lapangan. Nilai skor yang dikategorikan baik Fauzi dan Anna (2005) analisis Rapfish juga (good) akan mampu meningkatkan nilai memungkinkan untuk menganalisis Leverage indeks keberlanjutan, sebaliknya jika nilai (sesitivitas dari pengurangan atribut terhadap skor yang terpilih dari setiap dimensi buruk skor keberlanjutan) leverage dihitung (bad) maka nilai keberlanjutan juga akan berdasarkan standar error perbedaan antara rendah. Rentang nilai dalam penelitian ini skor dengan atribut dan skor yang diperoleh berkisar antara 0-2. Nilai indeks dan status tanpa atribut. keberlanjutan dimensi ekologi disajikan pada Gambar 2.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 327 Pengembangan Kawasan Pesisir Berbasis Rumput Laut di Kabupaten . . .

Gambar 2. Nilai indeks dimensi ekologi.

Gambar 3. Nilai atribut dimensi ekologi.

Ketersediaan bibit merupakan faktor produktivitas hasil panen, tidak mudah ter- utama atau paling dominan dalam menunjang serang penyakit dan meningkatkan nilai jual keberlanjutan budidaya rumput laut. Bibit rumput laut untuk menambah pendapatan yang berkualitas akan mampu meningkatkan dari aspek ekonomi. Adanya penambahan

328 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71 Nuryadin et al.

nilai jual serta peningkatan pendapatan dalam mengantisipasi serangan penyakit dengan budidaya berdampak pada kesejahteraan cara memotong bagian rumput laut yang pelaku budidaya dari sisi sosial. Menurut terkena penyakit supaya budidaya dapat terus Santoso dan Nugraha (2008) bibit rumput dilakukan sampai umur panen. Menurut laut yang kualitasnya kurang baik cenderung Santoso dan Nugraha (2008) ice-ice dapat memiliki produktivitas rendah, memiliki menyebabkan thallus menjadi rapuh dan daya adaptasi rendah terhadap lingkungan mudah putus. Gejala yang diperlihatkan yang ekstrim dan rentan terhadap penyakit. adalah pertumbuhan yang lambat, terjadinya Persyaratan bibit budidaya harus berasal dari perubahan warna pucat, cabang thallus kebun bibit, dengan umur waktu penanaman menjadi putih dan membusuk. Lebih lanjut 25-30 hari, berat per rumput 50-100 gram dijelaskan faktor pemicu lainnya antara lain dan bebas penyakit (BSN, 2011). Keter- serangan hama seperti ikan baronang (Sig- sediaan bibit di lokasi penelitian merupakan anus spp.), penyu hijau (Chelonia midas), faktor utama yang harus diperhatikan. Ma- bulu babi (Diadema sp.) dan bintang laut syarakat pembudidaya masih sulit men- (Protoneostes) yang menyebabkan terjadinya dapatkan bibit, hal ini dikarenakan belum luka pada thallus. Luka akan memicu ter- tersediaannya kebun bibit untuk menopang jadinya infeksi sekunder oleh bakteri se- kegiatan budidaya rumput laut secara kon- hingga menghalangi penetrasi sinar matahari tinyu. untuk melakukan fotosintesa. Kegiatan budidaya rumput laut sudah Hama juga merupakan pemicu ter- dilakukan sejak lama, namun sampai saat ini ganggunya siklus rumput laut. Hama dapat ketersediaan bibit masih belum sepenuhnya menimbulkan kerusakan secara fisik pada terpenuhi. Salah satu cara yang dilakukan tanaman budidaya seperti terkelupas, patah oleh masyarakat untuk tetap mendapatkan atau bahkan habis termakan. Timbulnya se- bibit dengan menyisihkan sebagian rumput rangan hama pada budidaya rumput laut akan lautnya, jika hal ini terus dilakukan maka menyebabkan terganggunya siklus hidup dari masyarakat pembudidaya rumput laut di KSB rumput laut sehingga hasil produksi me- tidak akan mampu berkembang karena ngalami penurunan. Lebih lanjut dijelaskan disebabkan oleh rendahnya kualitas bibit faktor pemicu lainnya antara lain serangan yang dimiliki, hal ini dikarenakan bibit yang hama seperti ikan baronang (Siganus spp.), terlalu lama atau lebih dari 6 bulan pro- penyu hijau (Chelonia midas), bulu babi duksinya cenderung menurun dan juga mu- (Diadema sp.) dan bintang laut (Pro- dah terserang penyakit. toneostes) yang menyebabkan terjadinya luka Timbulnya serangan penyakit pada pada thallus. Luka akan memicu terjadinya budidaya rumput laut menyebabkan ter- infeksi sekunder oleh bakteri sehingga ganggunya siklus hidup rumput laut, sehing- menghalangi penetrasi sinar matahari untuk ga hasil produksi mengalami penurunan dan melakukan fotosintesa. Serangan hama yang berdampak pada pendapatan ekonomi serta biasa terjadi di lokasi penelitian yaitu ikan tingkat kesejahteraan masyarakat. Faktor baronang dan bulu babi. Serangan hama utama yang menyebabkan adalah kualitas tersebut terjadi pada bulan maret. Seragan bibit yang kurang baik serta perubahan hama ini masih dikategorikan rendah, karena kondisi lingkungan. Penyakit yang biasa tidak menyebabkan gagal panen. Masyarakat terjadi di lokasi penelitian yaitu ice-ice yang pembudidaya rumput laut di Kabupaten menyebabkan thallus rumput laut memutih. Sumbawa Barat biasa mengantisipasi se- Serangan tersebut terjadi pada bulan maret rangan hama dengan cara-cara mengurangi dan masih dikategorikan rendah, karena tidak proporsi penanaman pada bulan tersebut menyebabkan gagal panen. Masyarakat pem- untuk mengurangi kerugian akibat serangan budidaya rumput laut di KSB biasanya hama.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 329 Pengembangan Kawasan Pesisir Berbasis Rumput Laut di Kabupaten . . .

Pencemaran merupakan ancaman da- produksi maksimal. Kegagalan dalam me- lam budidaya rumput laut, karena dapat nentukan lahan yang baik dapat menye- menyebabkan tidak berlanjutnya kegiatan babkan usaha yang dilakukan tidak akan budidaya baik dari sisi ekologi maupun berlanjut (Farid, 2008). Kegiatan budidaya ekonomi. Ancaman perairan tidak hanya yang dilakukan harus mempertimbangkan berasal dari aktifitas budidaya saja, namun aspek keberlanjutan, baik dari sisi ekonomi kegiatan pembangungan di wilayah daratan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan dibidang sosial juga faktor kemampuan memberikan dampak negatif bagi pengem- perairan dalam menampung aktifitas bu- bangan budidaya rumput laut. Pertambahan didaya. Daya dukung perairan merupakan hal penduduk yang tinggi, pembukaan lahan yang perlu untuk diketahui, sebagai per- pertanian, pertambangan/industri dan pe- timbangan dalam menentukan berapa besar nebangan hutan di daerah aliran sungai perairan mampu menampung adanya kegia- (DAS) dapat meningkatkan sedimentasi di tan budidaya rumput laut. penataan unit daerah pesisir sehingga mengancam ke- budidaya yang baik dapat meminimalisir berlanjutan budidaya. Menurut Yulianda et terjadinya konflik antar masyarakat, serta al. (2010) dampak lingkungan yang terjadi mencegah degradasi lingkungan. Kegiatan pada kawasan pesisir merupakan akibat dari budidaya yang dilakukan oleh masyarakat kegiatan pembangunan yang dilakukan di saat ini belum sepenuhnya tertata, hal ini lahan atas seperti pertanian, perkebunan, memungkinkan terjadinya konflik antar kehutanan, indsutri, pemukiman dan seba- masyarakat dalam pemanfaatan perairan, gainya, demikian pula kegiatan yang dila- dapat menimbulkan kerusakan perairan. kukan di laut lepas seperti kegiatan penge- boran minyak lepas pantai dan pertambangan 3.2. Dimensi Ekonomi laut. Berdasarkan hasil penelitian ancaman Keberlanjutan dimensi ekonomi dimak- terhadap perairan yang terjadi berupa adanya sudkan bahwa kegiatan budidaya rumput laut sampah plastik khususnya di kecamatan yang dilakukan mampu memberikan keun- Pototano, hal ini dikarenakan karena dekat tungan secara ekonomis tanpa mengabaikan dengan pelabuhan penyeberangan yang aspek lingkungan dan sosial. Pembangunan memungkinkan adanya buangan dari pe- berkelanjutan apabila memenuhi kriteria numpang kapal. Sementara di Taliwang dan ekonomis, bermanfaat secara sosial, dan Jereweh kondisi perairan cukup bersih, menjaga kelestarian lingkungan hidup (Mu- karena aktifitas pembangunan, kegiatan khlis, 2009). Keberhasilan budidaya memer- pertanian belum terlalu banyak sehingga lukan perencanaan dan penerapan teknologi secara ekologi, lokasi budidaya di tiga yang tepat serta dukungan masyarakat dan kecamatan di KSB masih memungkinkan pemerintah dalam kebijakan yang mendu- untuk dikembangkan budidaya rumput laut. kung keberlanjutan usaha budidaya rumput disamping itu faktor yang menyebabkan laut. Berdasarkan hasil analisis enam atribut tidak berlanjutnya kegiatan budidaya dika- yang mewakili dimensi ekonomi yaitu (1) renakan lokasi perairan yang tidak sesuai kelayakan budidaya rumput laut; (2) keun- untuk peruntukannya serta usaha budidaya tungan; (3) pemasaran; (4) ketersediaan sudah melampaui daya dukung. modal; (5) konstribusi usaha budidaya dan Penentuan kesesuaian perairan dan (6) harga rumput laut, antara kedua metode daya dukung perlu untuk diperhatikan. Hal budidaya tergolong dalam status cukup ini bertujuan untuk menentukan lokasi berkelanjutan dengan nilai indek metode long perairan yang sesuai bagi kegiatan budidaya line adalah 61,83 dan tancap 66,04. Nilai termasuk penerapan metode budidaya long indeks keberlanjutan dan atribut sensitif line dan tancap untuk mencapai tingkat dimensi ekonomi disajikan Gambar 4 dan 5.

330 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71 Nuryadin et al.

Gambar 4. Nilai indeks dimensi ekonomi.

Gambar 5. Nilai atribut dimensi ekonomi.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 331 Pengembangan Kawasan Pesisir Berbasis Rumput Laut di Kabupaten . . .

Ketersediaan modal merupakan hal harga perlu diketahui oleh petani untuk utama dalam menjalankan usaha budidaya. menyesuaikan usaha yang dilakukan apakah Kemampuan masyarakat dalam membiayai dalam kondisi yang menguntungkan atau usaha yang dijalankan masih terbatas, mengalami kerugian, namun kondisi tersebut sehingga produksi yang dihasilkan masih tidak membuat para petani cukup kuat dalam rendah. Petani rumput laut dalam menjalan- menentukan harga jual, hal ini karena adanya kan usaha budidayanya, mendapatkan modal keterikatan dengan pedagang pengumpul pinjaman dari tengkulak/midleman. Adanya (tengulak) yang merupakan pemberi modal. modal pinjaman, membuat para petani tidak Menurut Asmarantaka (2009), pasar adalah begitu leluasa menjual hasil budidayanya ke tempat atau lokasi terjadi transaksi penawa- wilayah lain, dikarenakan setelah mencapai ran (penjual) dan permintaan (pembeli) yang panen, hasil tersebut harus dijual ke pemberi membentuk suatu harga. Petani rumput laut modal awal, sehingga hasil pendapatan yang yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat diperoleh tidak begitu tinggi. Terbatasnya menjual hasil panen rumput laut kering me- modal petani serta lemahnya lembaga ke- lalui pengumpul yang ada di desa, kemudian uangan seperti bank yang menganggap usaha menjual ke pedangan besar yang ada di Bali budidaya rumput laut masih berisiko tinggi, dan Surabaya, antara pedagang pengumpul sehingga pihak bank memiliki persyaratan dan besar, memiliki hubungan saling me- yang terlalu banyak jika meminjam seperti ngikat, untuk menjamin suplai rumput laut pengembalian kredit serta suku bunga yang secara kontinyu. Harga ditentukan oleh para masih relatif tinggi sehingga pembudidaya pedagang sesuai dengan kualitas dan kuan- lebih memilih untuk meminjam modal ke titas rumput laut yang diperoleh sebelum pengumpul (tengkulak) hal inilah yang mem- rumput laut tersebut dibawa oleh pengumpul buat para tengkulak lebih leluasa menguasai ke pedagang besar dan eksportir. harga rumput laut sehingga keuntungan yang Keuntungan merupakan hasil akhir diperoleh belum begitu optimal. Kelem- setiap usaha budidaya dan menjamin keber- bagaan di bidang budidaya rumput laut sa- lanjutan usaha yang dilakukan. Keuntungan ngat penting, sebagai upaya untuk memu- akan diperoleh jika perencanaan dilakukan dahkan petani dalam mendapatkan modal dengan baik, mulai dari penyediaan bibit usaha, kemudahan mendapatkan modal mem- unggul, teknologi yang tepat serta lembaga berikan keluasaan bagi petani untuk me- yang mendukung dalam aktifitas budidaya ngembangkan usahanya termasuk dalam rumput laut. Total keuntungan yang dipero- pembelian bibit yang unggul, penerapan leh petani dalam usaha budidaya rumput laut teknologi sesuai standar dan mudahnya akses masih terlalu rendah, hal ini dikarenakan infomasi termasuk pasar sehingga kegiatan belum sesuainya standar metode budidaya yang dilakukan mampu memberikan nilai yang diterapkan seperti berat bibit awal tambah untuk mencapai usaha yang ber- tanam, jarak tanam serta umur panen. Ber- kelanjutan. dasarkan hasil wawancara dengan petani Budidaya rumput laut dapat berjalan rumput laut terkait besarnya biaya usaha dengan baik, jika adanya ketersedian pasar budidaya yang dilakukan, maka dalam kajian yang jelas. Aspek pemasaran penting karena ini akan dihitung total pendapatan petani akan mempengaruhi pembentukan harga dalam satu tahun, dengan 4 kali masa panen, suatu komoditas. Masalah pemasaran sangat dimana 1 kali panen dilakukan selama dua erat kaitannya dengan bahan baku yang di- bulan, sehingga keuntungan yang diperoleh pasokkan oleh petani rumput laut baik kua- petani dalam satu tahun untuk metode long litas, kuantitas serta ketepatan waktu panen, line sebesar Rp. 4.085.000, sedangkan tan- sebab bahan baku yang baik akan menen- cap/patok sebesar Rp. 3.566.000/ tahun. tukan tingkat harga yang tinggi. Informasi Sementara jika diasumsikan sesuai dengan

332 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71 Nuryadin et al.

standar metode budidaya maka diperoleh masaran, untuk memberi kepastian harga keuntungan untuk long line sebesar Rp. pasar rumput laut serta jalur distribusi pen- 11.305.000/tahun dan tancap Rp. 9.206.000/ jualan hasil panen yang tidak merugikan pe- tahun. tani. Harga beli dari suatu komoditi meru- pakan faktor utama yang harus diketahui oleh 3.3. Dimensi Sosial petani budidaya rumput laut. Faktor harga Keberlanjutan dimensi sosial mensya- dapat merangsang masyarakat untuk melaku- ratkan bahwa suatu pembangunan hendaknya kan usaha dibidang budidaya rumput laut, hal dapat menciptakan pemerataan hasil-hasil ini dikarenakan, jika rumput laut memiliki pembangunan, mobilitas sosial, pertisipasi nilai jual tinggi serta pasar yang jelas, maka masyarakat, pemberdayaan masyarakat, ke- dapat menjamin usaha budidaya tetap ber- jadian-kejadian yang berpengaruh pada jalan, sebaliknya jika rendah, maka usaha ini permintaan dan penawaran serta hubungan akan ditinggalkan dan masyarakat memilih antara pelaku ekonomi. Analisis terhadap usaha lain yang memiliki nilai jual tinggi. enam atribut yang mewakili dimensi sosial Adanya informasi harga akan memberikan yaitu (1) tingkat pendidikan; (2) sosialisasi gambaran bahwa komoditi yang dikem- pekerjaan; (3) pengetahuan masyarakat bangkan memiliki pasar yang jelas. Harga tentang budidaya rumput laut; (4) partisipasi beli rumput laut kering di wilayah kajian keluarga dalam usaha budidaya; (5) alternatif berkisar antara Rp. 9.500-11.000. Ber- usaha selain budidaya rumput laut; (6) usia dasarkan keuntungan yang diperoleh petani kepala keluarga pembudidaya, diperoleh nilai rumput laut tersebut, maka dapat disi- indeks keberlanjutan metode long line mpulkan bahwa usaha budidaya rumput laut sebesar 41,40 kategori kurang berkelanjutan layak untuk dikembangankan, baik metode dan tancap sebesar 67,68, cukup berkelan- long line maupun tancap. Dalam mendukung jutan. Nilai indeks keberlanjutan dan atribut kelayakan tersebut diperlukan adanya sensitive dimensi sosial disajikan pada perbaikan-perbaikan diantaranya aspek pe- Gambar 6 dan 7.

Gambar 6. Nilai indeks dimensi sosial.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 333 Pengembangan Kawasan Pesisir Berbasis Rumput Laut di Kabupaten . . .

Gambar 7. Nilai atribut dimensi sosial.

Pengetahuan masyarakat merupakan dengan kegiatan budidaya yang dilakukan, sarana pemberdayaan masyarakat dalam akan tetapi juga terkait dengan akses infor- usaha budidaya rumput laut. Keterbatan masi, termasuk harga, proses pemasaran, pe- dalam penguasaan ilmu teknologi, modal nanganan pasca panen serta penyediaan bibit serta kelembagaan usaha menyebabkan unggul. berkurangnya pendapatan yang diperoleh. Tingkat pendidikan yang masih dido- Kegiatan budidaya yang dilakukan saat ini, minasi tamatan sekolah dasar, serta penge- hanya berdasarkan felling dan pengalaman tahuan budidaya yang turun temurun dapat yang turun temurun, dimana pengetahuan mempengaruhi cara berpikir dalam penera- tentang lokasi yang sesuai serta penerapan pan teknik budidaya rumput laut. Rendahnya metode budidaya, penanganan pasca panen tingkat pendidikan menyebabkan petani sulit yang diterpakan belum sepenuhnya tepat. menerima informasi atau inovasi teknologi Petani selama ini hanya melakukan pena- baru untuk memperbaiki cara budidaya da- naman saja, setelah itu proses penanganan lam rangka meningkatkan produki, kebanya- pasca panennya tidak diketahui, hal ini dapat kan petani beranggapan bahwa, semakin menyebabkan rendahnya mutu rumput laut banyak rumpun yang ditanam maka hasilnya hasil panen karena disebabkan oleh pena- akan banyak, padahal jika dibandingkan nganan yang tidak baik. Minimnya penge- dengan penerapan teknologi yang benar tahuan masyarakat akan teknik budidaya dalam budidaya rumput laut, mensyarakatkan rumput laut mulai dari proses pemeliharaan adanya jarak antar rumput dan tali ris, maka sampai pasca panen dapat menyebabkan hasilnya akan lebih optimal. untuk itu peran ketidakberlanjutan usaha budidaya. Penge- pemerintah sangat penting untuk mem- tahuan masyarakat bukan hanya terkait berikan pelatihan-pelatihan kepada masyara-

334 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71 Nuryadin et al.

kat pembudidaya untuk memberikan pema- dapat saling memberikan dukungan dalam haman tentang teknik budidaya rumput laut usaha. Disamping itu pemerintah diharapkan yang benar, sebab keberhasilan suatu budi- memberikan pelatihan-pelatihan serta penyu- daya rumput laut tidak terlepas dari adanya luhan kepada para petani untuk meningkat- sumberdaya manusia yang berkualitas yang kan kemampuan dalam budidaya rumput mampu mengembangkan suatu wilayah un- laut. tuk memberikan dampak positif bagi masa depan dan generasi yang akan datang. 3.4. Dimensi Kelembagaan Partisipasi keluarga sangat dibutuh- Dimensi kelembagaan sangat bergan- kan dalam usaha budidaya, hal ini sebagai tung pada cara tatanan kelembagaan, hak-hak dorongan moril supaya terus mengem- masyarakat, serta aturan dibuat atau dirumus- bangkan usaha yang dilakukan. Bentuk par- kan. Keberlanjutan dimensi kelembagaan tispasi yang dilakukan seperti persiapan kon- mengandung tiga aspek penting yang patut struksi, pemeliharaan sampai pemanenan. diperhatikan dalam pengambilan keputusan, Anak berperan dalam membantu persiapan yaitu: (1) Keterwakilan (representation) yang konstruksi budidaya sedangkan istri lebih didefinisikan sebagai tingkat nelayan dan fokus pada kegiatan di daratan seperti pemegang kepentingan lainnya berpartisipasi pengikatan bibit, pelepasan hasil panen dari dalam pengambilan keputusan; (2) Keco- tali ris dan penjemuran. Kegiatan budidaya cokan (relevanse) adalah tingkat peraturan rumput laut di wilayah kajian sudah meru- yang berlaku dinilai cocok dengan masalah- pakan pekerjaan utama, terlebih di keca- masalah yang dihadapi; (3) Penegakan matan Taliwang yang berpusat di desa hukum (enforceability) adalah tingkat aturan- Kertasari sehingga, tidak banyak memiliki aturan dapat ditegakkan (Nikijuluw, 2002). pekerjaan lain selain budidaya rumput laut. Atribut yang mewakili mewakili dimensi Budidaya rumput laut sudah menjadi alter- kelembagaan, yaitu (1) kelembagaan pen- natif utama yang dilakukan, hal ini dilakukan jamin mutu; (2) kelembagaan penyuluh; (3) karena pekerjaan lainnya seperti menangkap dukungan politik dan komitmen pemerintah ikan tidak memberikan kepastian pendapatan daaerah; (4) kelembagaan permodalan; (5) serta tingginya biaya melaut membuat kelembagaan kelompok pembudidaya dan (6) masyarakat lebih memilih untuk melakukan ketersediaan perda. Nilai indeks keber- budidaya rumput laut dibandingkan dengan lanjutan metode long line sebesar 48,00 kegiatan penangkapan ikan. kategori kurang berkelanjutan dan tancap Usia kepala keluarga pembudidaya 54,55 cukup berkelanjutan. Nilai indeks rumput laut berkisar antara 30-56 tahun keberlanjutan dan atribut sensitive dimensi dengan rata-rata 43 tahun. Masih poten- kelembagaan disajikan pada Gambar 8 dan 9. sialnya umur petani dalam kegiatan budidaya Dukungan politik serta komitmen rumput laut, diharapkan mampu mening- pemerintah daerah dalam mendukung kegia- katkan ketersediaan tenaga kerja serta pe- tan budidaya rumput laut sangat diharapkan, ngembangan wilayah untuk lebih aktif serta hal ini bertujuan untuk menciptakan kedeka- meningkatkan pemahaman terhadap budi- tan antara pemerintah dengan masyarakat. daya rumput laut guna mencapai keuntungan Pemerintah berperan memfasilitasi petani yang baik untuk keberlanjutan budidaya yang dalam menyediakan sapras budidaya sebagai dijalankan, disamping itu peran sosialisasi upaya meningkatkan minat masyarakat untuk pekerjaan antar kelompok budidaya sangat pengembangan daerah melalui sektor perika- perlu, sebagai bahan berbagi informasi, baik nan budidaya rumput laut. Peningkatan, pe- proses budidaya, penanganan pasca panen, ngembangan dan ketegasan aturan-aturan harga serta pemasaran rumput laut supaya dalam pengelolaan sumberdaya terutama

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 335 Pengembangan Kawasan Pesisir Berbasis Rumput Laut di Kabupaten . . .

Gambar 8. Nilai indeks dimensi kelembagaan.

Gambar 9. Nilai atribut dimensi kelembagaan.

336 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71 Nuryadin et al.

budidaya rumput laut dapat meminimalisir kemampuan sumberdaya manusia yang ma- terjadi konflik antar sektor. Sebagai kabupa- sih kurang dalam penerapan teknologi budi- ten yang di tetapkan sebagai kawasan mina- daya,berdampak pada menurunnya hasil politan, sudah selayaknya pemerintah men- produksi dan harga jual rumput laut di pa- dukung penuh melalui penataan kelem- saran. Kondisi demikian menunjukkan bah- bagaan, seperti penyuluhan, penjamin mutu, wa, dalam budidaya rumput laut diperlukan kelompok budidaya, peraturan daerah (perda) adanya kelembagaan penyuluh, sebagai sa- dan permodalan sehingga kegiatan yang rana pembinaan, bimbingan serta pening- dilakukan dapat berjalan dengan baik untuk katan pengetahuan petani dalam budidaya peningkatan produksi dan pemberdayaan rumput laut. Berdasarkan wawancara ber- masyarakat. sama petani rumput laut, bahwa penyuluhan Sektor permodalan merupakan inti biasanya dilakukan satu kali dalam setahun, dari setiap usaha yang dilakukan, usaha akan hal ini mengindikasikan bahwa peran berjalan jika memiliki modal yang memadai. penyuluh masih kurang efektif, menga- Adanya lembaga yang mengatur tentang kibatkan kemampuan petani dalam budidaya permodalan akan menjamin usaha dapat rumput laut tidak maksimal, sehingga me- berlangsung secara optimal dan berkelan- ngakibatkan kualitas dan kuantitas rumput jutan. Kelembagaan permodalan yang ada di laut menjadi tidak optimal. Peran kelemba- lokasi penelitian berupa koperasi. Koperasi gaan kelompok budidaya juga sangat mem- yang ada saat ini tidak berjalan efektif, bantu penyuluh dalam memberikan arahan sehingga petani kesulitan mendapatkan mo- terkait budidaya rumput laut. Pembentukan dal untuk usaha budidaya. Ketidakefek- kelompok bertujuan untuk mendapatkan in- tifannya lembaga permodalan yang ada, me- formasi secara bersama-sama terkait bu- nyebabkan petani memilih meminjam uang didaya rumput laut, sebagai media informasi kepada pengepul (tengkulak) untuk men- dan komunikasi, pemersatu pendapat serta jalankan usaha budidaya rumput laut. bekerja sama untuk menerapkan teknik bu- Kondisi ini menunjukkan tingginya peran didaya yang lebih baik. pengepul dalam penyedia modal, sehingga Rendahnya intensitas penyuluhan seringkali melakukan permainan harga yang serta belum tersedianya kelembagaa penja- dapat mempengaruhi pendapatan petani min mutu hasil budidaya, menyebabkan rumput laut, mengingat saat ini faktor modal kualitas dan kuantitas mutu rumput laut masih menjadi kendala bagi pembudidaya, belum optimal, Kelembagaan penjamin mutu untuk itu peran pemerintah sangat diperlukan rumput laut berperan dalam jaminan kualitas dalam penguatan dan pemberdayaan kelem- produk dan kontinuitas untuk industri bagaan yang telah ada seperti kelompok pengolahan. Peran kontrol pada semua taha- budidaya, koperasi, maupun lembaga non pan budidaya, pengolahan pasca panen mau- koperasi lainnya, yang kebanyakan lembaga pun pergudangan sangat penting dilakukan, tersebut menghadapi berbagai kendala, yaitu baik oleh pemerintah daerah melalui peran rendahnya kualitas sumberdaya manusia, ter- penyuluhan, pengepul maupun pihak mitra batasnya modal dan lemahnya sistem mana- usaha yang berperan dalam pengontrolan jemen. Oleh karena itu diperlukan upaya dari kualitas rumput laut. Kondisi tersebut jika pemerintah untuk menguatkan dan mem- terbangun dengan baik, maka upaya peme- berdayakan kelembagaan tersebut sehingga rintah pusat untuk membangun industri pe- mampu berperan lebih baik dalam menun- ngolahan nasional di sentra-sentra produksi jang permodalan usaha budidaya rumput laut tidak akan mengalami permasalahan yang di Kabupaten Sumbawa Barat. berarti. Kegiatan budidaya yang ada di Lemahnya dukungan pemerintah, be- Kabupaten Sumbawa Barat sudah lama ber- lum efektifnya lembaga permodalan serta kembang dan semakin meningkat jumlah

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 337 Pengembangan Kawasan Pesisir Berbasis Rumput Laut di Kabupaten . . .

pembudidayanya. Oleh karena itu, diperlukan kan untuk mendapatkan mutu hasil yang baik aturan-aturan yang mengatur tentang kegia- serta mengurangi biaya budidaya yang besar. tan budidaya tersebut, untuk mencegah terja- Kegiatan usaha budidaya berkelanjutan tidak dinya konflik pemanfaatan yang berlebihan terlepas dari informasi teknologi yang tepat agar tidak menimbulkan kerusakan pada dalam penggunaannya, hal ini dilakukan sumberdaya perairan. Disamping itu, sebagai untuk meningkatkan produktivitas lahan daerah yang ditetapkan pemerintah pusat perairan agar dapat dimanfaatkan sebaik melalui program minapolitan, dengan komo- mungkin, disamping itu, mengurangi dampak diti unggulan rumput laut. Kementerian peri- negatif terhadap kondisi lingungan dan dustrian berpartisipasi aktif dalam mengem- sumberdaya pesisir lainnya. Atribut teknologi bangkan kompetensi inti industri daerah mencerminkan seberapa jauh penggunaan (KIID) melalui identifikasi kompetensi inti teknologi dapat meminimkan resiko kega- industri daerah dan fasilitas lainnya, sejalan galan keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya dengan program tersebut, maka pemerintah alam dan lingkungan (Susilo, 2003). Keber- daerah diwajibkan menyusun perda tentang lanjutan dimensi teknologi disusun berda- komoditi unggulannya sebagai komitmen sarkan enam atribut yaitu: (1) sarana pergu- yang kuat antara pemerintah daerah dengan dangan; (2) sarana pengeringan; (3) industri pusat dalam menyusun perencanaan pem- pengolahan; (4) penerapan teknologi sesuai bangunan industri di daerah. SNI; (5) tingkat penguasaan teknologi budi- daya rumput laut dan (6) ketepatan umur pa- 3.5. Dimensi Teknologi nen. Hasil analisis menunjukan nilai metode Aspek teknologi yang digunakan long line dan tancap berada pada status dalam budidaya rumput laut sangat bergan- kurang berkelanjutan dengan nilai indek tung pada metode budidaya, baik long line masing-masing 25,08 dan 28,44. Nilai indeks maupun tancap yang disesuaikan dengan keberlanjutan dan atribut sensitive dimensi kondisi lingkungan perairan, hal ini dilaku- teknologi disajikan pada Gambar 10 dan 11.

Gambar 10. Nilai indeks dimensi teknologi.

338 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71 Nuryadin et al.

Gambar 11. Nilai atribut dimensi teknologi.

Sarana pengeringan dan ketepatan Penurunan mutu rumput laut juga da- umur panen merupakan atribut paling sen- pat disebabkan oleh umur panen yang terlalu sitif/dominan memberikan pengaruh terhadap muda. Rumput laut yang dipanen pada umur keberlanjutan budidaya rumput laut. Sarana muda yaitu kurang dari 45 hari dapat menye- pengeringan sangat penting untuk diper- babkan kualitas karaginan dan kekuatan hatikan sebagai tempat penjemuran pada pro- gelnya rendah, sebaliknya jika pemanen di- ses pemanenan. Ketersediaan sarana penge- lakukan lebih dari 45 hari yaitu 60 hari maka ringan yang sesuai standar akan memberikan maka kandungan karaginannya juga rendah, kualitas produk rumput laut kering tetap baik, sebab selulosa yang digunakan untuk pem- tidak kotor dan kadar air sesuai standar. bentukan karaginan akan digunakan sebagai Sarana pengeringan yang ada di lokasi cadangan energi dalam mempertahankan ke- penelitian terbuat dari bambu, namun jum- beradaannya diperairan. Pemanenan dapat lahnya belum mampu menampung secara dilakukan ketika beratnya sudah mencapai keseluruhan hasil panen dari petani rumput empat kali berat awal dengan masa pe- laut, sehingga masih banyak yang menjemur meliharaan 1,5-4 bulan (Aslan, 1998). Pe- di atas terpal. Keterbatasan sarana penge- manenan yang dilakukan di wilayah kajian ringan menyebabkan kualitas rumput laut bervariasi, mulai umur kurang dari 45 hari kering kurang baik, hal ini dikarenakan sampai lebih dar 45 hari. Hal ini dikarenakan rumput laut yang dijemur di atas terpal dapat kurangnya pengetahuan serta pengusaan bercamput dengan pasir dan kotoran-kotoran, teknologi budidaya akan umur panen yang sehingga mempengaruhi mutu rumput laut baik, serta adanya desakan ekonomi sehari- dan berdampak pada rendahnya harga beli. hari yang ingin mendapatkan uang tunai langsung, menyebabkan petani tidak terlalu

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 339 Pengembangan Kawasan Pesisir Berbasis Rumput Laut di Kabupaten . . .

memandang ke aspek umur panen serta cara laut metode long line yang sesuai adalah pengeringan sehingga kualitas mutu yang 50x100 meter (SNI, 2010). Sedangkan me- dihasilkan menjadi rendah. tode tancap merupakan cara budidaya rumput Disamping itu belum tersediaanya in- laut yang dilakukan di atas dasar perairan dustri pengolahan menyebabkan petani tidak dengan kedalaman maksimal 4 meter pada memandang spesifikasi yang diper-syaratkan saat pasang dan 0.2 pada saat surut terendah oleh industri. Oleh karena itu di-perlukan (SNI, 2011). Sementara luas konstruksi yang usaha bersama baik dari petani maupun digunakan di lokasi penelitian adalah 10x20 pelaku usaha/ pemerintah untuk memberikan meter dengan jarak antar patok 1 meter, se- pengetahuan serta membangun kesadaran mentara standar yang ditetapkan adalah ber- bahwa pentingnya pengelolaan pasca panen ukuran 10x10 meter. Ukuran konstruksi bisa rumput laut untuk menjamin mutu produk saja lebih dari ukuran standar yang dite- rumput laut yang pada akhirnya akan men- tapkan, hal ini tergantung kondisi wilayah dorong keberlanjutan Industri pengolah. Ke- perairan, jika kelandaiannya relatif jauh, ma- tersediaan industri pengolahan akan mampu ka ukuran konstruksi dapat ditambah dengan meningkatkan nilai tambah bagi pembudi- pertimbangan, jarak tanam serta bibit yang daya. Hasil panen rumput laut yang selama digunakan sesuai standar. ini hanya berupa rumput laut kering akan le- Sarana pergudangan juga faktor pen- bih bernilai lagi apabila dilakukan pening- ting, sebagai tempat penyimpanan rumput katan jenis produk serta jasa seperti pengo- laut yang sudah dikeringkan. Kondisi pe- lahan rumput laut lebih lanjut menjadi ber- nyimpanan yang baik adalah tidak lembab, bagai produk olahan berbahan dasar kara- sirkulasi udara baik dan pada bagian dasar genan seperti dodol, sirup, es krim, minuman lantai diberi papan sebagai alas untuk meng- jelly, peran pemerintah diperlukan untuk hindari kontak langsung dengan lantai supaya memberikan kemudahan pada para pembudi- rumput laut tidak lembab. Penyim-panan daya dalam mendapatkan sarana prasarana rumput laut kering di Kabupaten Sumbawa produksi dan dukung pasar sehingga mem- Barat baru terdapat di desa Kertasari keca- berikan jaminan akan peningkatan nilai tam- matan Taliwang. Depo ini berkapasitas 10 bah bagi petani rumput laut. ton, keberadaannya cukup membantuk para Rendahnya tingkat penguasaan tekno- petani untuk menyimpan hasil panen sebelum logi budidaya rumput laut menyebabkan dijual, walaupun kapasitasnya belum mampu produksi yang dihasilkan belum optimal. Ke- menampung secara keseluruhan. Disamping tepatan metode budidaya sesuai standar akan itu, penerapan sistem resi gudang di depo ini memberikan peningkatan produksi dan mutu belum dijalankan, padahal melihat manfaat kualitas rumput laut. Secara umum metode lewat adanya resi gudang sangat membantu budidaya rumput laut ada tiga yaitu metode para petani, karena merupakan alternatif dasar, lepas dasar dan metode apung (long pembiayaan dan sarana tunda dalam menjual line) (Afrianto dan Liviawati, 1993). Metode rumput laut disaat menghadapi harga pasar budidaya yang dikembangkan di lokasi pene- yang cenderung turun. litian yaitu long line dan tancap. Metode long line merupakan sistem budidaya yang meng- 3.6. Status Keberlanjutan Multidimensi gunakan tali panjang yang direntang di atas Nilai indek dimensi ekologi dari ke- perairan dengan kedalaman minimal 2 meter dua metode budidaya tidak menunjukkan saat surut terendah. Ukuran konstruksi yang adanya pengaruh yang merusak lingkungan, dgunakan oleh petani di Kabupaten Sum- hal ini dikarenakan teknologi budidaya rum- bawa Barat adalah 40x70 meter. Ukuran ter- put laut yang ramah lingkungan. Budidaya sebut belum sesuai dengan standar yang dite- yang ramah lingkungan serta mudahnya da- tapkan. Ukuran konstruksi budidaya rumput lam budidaya, memberikan keuntungan bagi

340 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71 Nuryadin et al.

pelaku usaha, kedua metode terlihat dari sisi dikarenakan pada aspek kelembagaan, peme- ekonomi sangat berkelanjutan dalam artian rintah daerah belum fokus pada pengem- memberikan keuntungan yang baik, namun bangan rumput laut metode long line, karena dari sisi sosial metode longline tidak diba- pelaku usaha budidaya masih kurang ber- rengi dengan kondisi yang baik pula, hal ini minat untuk mengembangkan metode ini se- dikarenakan tingkat pendidikan rata-rata dangkan dari aspek teknologi kedua metode tamatan sekolah dasar dan sehingga sulit masih memiliki nilai indek rendah, disebab- menerima informasi atau inovasi teknologi kan secara keseluruhan petani rumput laut baru untuk memperbaiki cara budidaya da- dari segi penguasaan dan alih teknologi ma- lam rangka meningkatkan produki, disam- sih rendah mulai dari pembibitan, proses ping itu metode long line membutuhan biaya budidaya, pemanenan dan penanganan pasca yang lebih besar jika dibandingkan dengan panen. Nilai indek kedua metode budidaya tancap sehingga partisipasi masyarakat untuk rumput laut. Adapun nilai indeks ke lima budidaya metode long line kurang. Dimensi dimensi keberlanjutan budidaya rumput laut kelembagaan menunjukkan bahwa metode di Kabupaten Sumbawa Barat disajikan pada long line keberlanjutannya masih rendah, Gambar 12.

Gambar 12. Diagram layang-layang (kite diagram) nilai indeks keberlanjutan budidaya rumput laut kelima dimensi.

Penentuan nilai indek keberlanjutan parison yang diperoleh dari penilaian pakar secara multidimensi merupakan gambaran di bidang budidaya rumput laut. sehingga keberlanjutan dua metode budidaya. Nilai diperoleh bobot dari masing-masing dimensi. multidimensi diperoleh dengan mengalikan Berdasarkan hasil analisis multidimensi nilai indek antar dimensi dengan bobot antar keberlanjutan kegiatan budidaya rumput laut dimensi berdasarkan pendapat pakar. Me- di tiga kecamatan wilayah pesisir Kabupaten nurut Budiharsono (2007) dalam melihat Sumbawa Barat diperoleh nilai gabungan nilai multidimensi antar kelima dimensi tidak metode long line sebesar 49,28 kategori bisa dilakukan dengan rataan, akan tetapi kurang berkelanjutan dan tancap 61,02 cukup harus dilakukan dengan uji pair wise com- berkelanjutan. Salah satu langkah dalam

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 341 Pengembangan Kawasan Pesisir Berbasis Rumput Laut di Kabupaten . . .

pengembangan budidaya rumput laut yang b. Melakukan kajian dan penelitian dapat dilakukan untuk mempertahankan atau dibidang pembibitan rumput laut secara meningkatkan kembali status keberlanjutan berkesinambungan untuk memperoleh budidaya rumput laut di KSB adalah: bibit yang berkualitas. 1. Peningkatan pemanfaatan perairan untuk 3. Pemberian jaminan ketersediaan pasar dan kegiatan budidaya rumput laut. harga rumput laut. Peningkatan pemanfaatan potensi Ketersediaan dan jaminan akses pasar perairan dapat dilakukan dengan memperluas merupakan salah satu langkah penting dalam pemanfaatan perairan untuk kegiatan budi- mengembangkan budidaya rumput laut saat daya rumput laut di KSB. Untuk mendukung ini. Upaya untuk memberikan jaminan keter- perluasan pemanfaatan perairan budidaya sediaan pasar dan harga rumput laut dilaku- rumput laut harus didukung oleh adanya kan dengan membagun sinergisitas antara ketersediaan sumberdaya manusia sebagai pihak industri, para punggawa (pedagang pelaksana. Sumberdaya manusia yang mela- perantara) dan pembudidaya dalam bentuk kukan kegiatan budidaya rumput laut yang kelembagaan. Lembaga ini memiliki tang- ada di KSB saat ini masih kurang dan hanya gung jawab untuk menjaminan pasar dan sta- berlokasi di desa Kertasari dan Labuhan bilitas harga, sehingga pembudidaya men- Beru, sementara itu jika dilihat dari lokasi dapat jaminan kepastian pasar dan harga budidaya yang sesuai, tidak hanya di lokasi rumput laut yang dibudidayakan. Adanya desa Kertasari, masih ada wilayah lain seperti jaminan pasar dan harga rumput laut akan di desa Labuhan Sepakeh, Kuang Busir, Tua menumbuhkan kesadaran pada para pem- Nanga dan Dasan. Oleh karena itu, dalam hal budidaya untuk melakukan pemanenan pada peningkatan jumlah pembudidaya rumput umur yang tepat yaitu 45 hari, sehingga laut ini diperlukan peran pemerintah daerah pihak industri sebagai pengguna juga akan KSB dalam hal pemberian bantuan modal memperoleh bahan baku rumput laut dengan usaha, bibit serta jaminan pemasaran untuk kualitas dan kandungan karaginan yang menjamin penyaluran hasil budidaya rumput tinggi. laut yang dilakukan oleh pembudidaya. 4. Pemberian jaminan akses permodalan dan 2. Jaminan pemenuhan ketersediaan bibit pembentukan lembaga permodalan rumput laut. Akses permodalan dalam kegiatan Ketersediaan bibit dalam budidaya budidaya rumput merupakan hal yang sangat sangat penting. Permasalahan yang dialami penting. Modal merupakan penggerak utama oleh pembudidaya rumput laut di KSB dalam kegiatan budidaya. Kendala yang adalah tidak tersedianya bibit, baik dalam dihadapi saat ini bagi pembudidaya rumput kualitas maupun kuantitasnya. Selama ini laut di KSB adalah ketersediaan modal. bibit diperoleh dari hasil budidaya sendiri Selama ini pembudidaya rumput laut men- yang secara terus menerus digunakan. Hal ini dapatkan modal pinjaman dari pengumpul dilakukan untuk menjaga ketersediaan bibit. rumput laut (tengkulak). Hal ini bukanlah Oleh karena itu untuk meningkatkan keber- sebuah solusi yang tepat karena dapat me- lanjutan pengembangan budidaya rumput nyebabkan manipulasi harga oleh para teng- laut dari aspek ketersediaan bibit. Upaya- kulak (pengumpul) yang dapat menyebabkan upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah harga rumput laut menjadi rendah pada saat daerah adalah sebagai berikut: dijual ke pengumpul. Untuk mengatasi hal a. Menyediakan lokasi untuk kebun bibit tersebut, langkah yang dapat dilakukan oleh rumput laut di wilayah perairan yang pemerintah daerah diantaranya: sesuai khususnya di desa Kertasari a. Menyediakan bantuan permodalan bagi yang merupakan sentral budidaya pembudidaya rumput laut melalui Pro- rumput laut; gram Kredit Pemberdayaan Ekonomi

342 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71 Nuryadin et al.

Masyarakat Pesisir (PEMP), Program pkan mampu meningkatkan mutu rum- Nasional Pemberdayaan Masyarakat put laut yang dihasilkan. Mandiri-Kelautan dan Perikanan (PN- 6. Menyediakan sarana penjemuran rumput PM Madiri-KP) dan Kredit Ketahanan laut Pangan (KKP); Ketersediaan sarana pengeringan sa- b. Memfasilitasi para pembudidaya rum- ngat penting untuk diketahui. Hal ini dika- put laut untuk melakukan pertemuan renakan sarana pengeringan akan menjamin dengan lembaga keuangan seperti per- kualitas rumput laut yang dihasilkan. Selama bankan dan koperasi dalam hal men- ini pembudidaya rumput laut di KSB belum dapatkan jaminan akses permodalan sepenuhnya melakukan pengeringan secara usaha budidaya. baik. Sarana pengeringan yang disediakan 5. Peningkatan Keterampilan dan Pengeta- oleh pemerintah daerah belum sepenuhnya huan Pembudidaya Rumput Laut. tercukupi sehingga masih banyak dari pem- Upaya pengembangan budidaya rum- budidaya melakukan penjemuran diatas ter- put laut di KSB dihadapkan pada masalah pal dan bahkan langsung diatas pasir. Kon- rendahnya tingkat pendidikan pelaku/ pem- disi inilah yang menyebabkan kualitas rum- budidaya rumput laut di KSB yang rata-rata put laut menjadi tidak baik sehingga menye- 27,21% adalah tamatan sekolah dasar (SD). babkan harga rumput laut menjadi turun. Mengatasi masalah ini tentunya tidak dengan Oleh karenanya upaya yang harus dilakukan peningkatan pendidikan, melainkan melalui oleh pemerintah daerah untuk memeberikan peningkatan keterampilan serta wawasan solusi atas permasalahan tersebut adalah terhadap kegiatan budidaya rumput laut yang sebagai berikut: dijalankan. Upaya peningkatan keterampilan a. Melakukan kajian tentang identifikasi dan wawasan dapat ditempuh melalui: kebutuhan sarana penjemuran untuk a. Penyuluhan, pelatihan dan sosialisasi mendukung penanganan pascapanen pengembangan teknologi budidaya pengolahan rumput laut di KSB; yang dilakukan oleh pemerintah baik b. Memberikan bantuan sarana penje- pusat maupun daerah yang kompeten muran rumput laut yang sesuai standa- dibidang budidaya rumput laut untuk risasi pada sentra-sentra produksi rum- meningkatkan pemahaman pembudi- put laut. daya dalam menjalankan kegiatan budi- 7. Menyediakan sarana penyimpanan rumput daya rumput laut. Disamping itu juga laut (gudang) pihak industri pengolahan juga perlu Sarana pergudangan merupakan tem- melakukan pembinaan kepada pembu- pat untuk menampung hasil budidaya. Saat didaya sebagai penyuplai kebutuhan ini fasilitas pergudangan yang ada di KSB bahan baku sehingga mutu produk te- masih sangat minim, melalui hasil wawan- tap terjamin. cara dengan responden, hanya terdapat 1 b. Bimbingan dan pembinaan dari instansi gudang penyimpanan rumput laut. Minimnya terkait kepada pembudidaya rumput fasilitas pergudangan akan berdampak pada laut tentang aspek eko-biologi, teknik pembangunan industri pengolahan rumput budidaya mulai dari perencanaan, pro- laut yang baru tersedia, sehingga berpe- ses produksi, panen dan penanganan ngaruh terhadap kualitas bahan baku rumput hasil panen serta pemasaran yang be- laut yang sesuai dengan kualitas penerapan kerjasama dengan lembaga penelitian standarisasi dalam sertifikasi bahan baku dan perguruan tinggi sebagai pengem- rumput laut. Oleh karenanya upaya yang bangan dan penyalur ilmu pengem- dilakukan diantaranya: bangan dan teknologi sehingga dihara- a. Menyediakan sarana pergudangan rum-

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 343 Pengembangan Kawasan Pesisir Berbasis Rumput Laut di Kabupaten . . .

put laut yang sesuai standarisasi pada 3.7. Nilai Stress dan Koefisien Determinasi sentra-sentra produksi pada rumput (R2) laut. Nilai stress dan koefesien determinasi b. Melakukan kajian tentang identifikasi digunakan untuk melihat sejauh mana ke- kebutuhan sarana pergudangan untuk akuratan hasil nilai indeks keberlanjutan atau mendukung penanganan pascapanen dalam artian lain perlu tidaknya penambahan pengolahan rumput laut di KSB; atribut untuk mencerminkan tingkat kea- 8. Mengembangkan industri pengolahan kuratannya dari ke lima dimensi yang dikaji rumput laut. sehingga dapat dipertanggungjawabkan seca- ra ilmiah. Nilai stres diartikan sebagai ukuran Industri pengolahan rumput laut me- untuk melihat ketepatan hasil yang diperoleh miliki peran penting dalam mengolah hasil apakah mendekati data aslinya (goodness of budidaya. Adanya industri pengolahan disua- fit), jika nilai stres semakin mendekati nol tu sentral budidaya akan meningkatkan daya mengindikasikan bahwa data yang dihasilkan saing bagi pembudidaya dalam hal menghasil dapat dipercaya. Menurut Fauzi dan Anna produk dari hasil panen rumput laut. Pembu- (2005) dalam Rapfish model yang baik didaya rumput laut yang ada di KSB selama ditunjukkan dengan nilai stres yang < 0.25 ini hanya menghasilkan rumput laut kering (25%), sedangkan nilai koefesien determina- yang selanjutnya hasil tersebut langsung sinya (R2) mendekati lebih besar dari 80% dijual ke para pengumpul yang ada di wi- atau mendekati 100%, Nilai stres dan layah tersebut. koefesien determinasi setiap dimensi budi- Untuk itu diperlukan adanya industri daya rumput laut metode long line dan tancap pengolahan guna meningkatkan nilai tambah disajikan pada Tabel 3. kepada para pembudidaya untuk dapat Nilai stres ke dua metode budidaya melakukan peningkatan jenis produk serta berkisar antara 0,14-0,17 (14-17%) dan nilai jasa seperti pengolahan rumput laut kering koefesiennya determinasinya (R2) berkisar untuk dapat diolah kembali menjadi bahan antara 0,90-0,94 (94-95%). Hal ini berarti baku berbagai bentuk lain seperti produk semua atribut yang dikaji dari lima dimensi olahan berbahan dasar karagenan seperti keberlanjutan budidaya rumput laut metode dodol, sirup, es krim dan pada minuman- long line dan tancap cukup akurat sehingga minuman jelly. memberikan hasil analisis yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Tabel 3. Nilai stress dan koefesien determinasi lima dimensi keberlanjutan budidaya rumput laut.

Dimensi Stress Persentase R2 Persentase Ekologi 0,15 15 % 0,92 92 % Ekonomi 0,15 15 % 0,90 90 % Sosial 0,15 15 % 0,94 94 % Kelembagaan 0,17 17 % 0,93 93 % Teknologi 0,14 14 % 0,93 93 %

344 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71 Nuryadin et al.

IV. KESIMPULAN cond Asia Pacific Conference on Alga Biotechnology. Singapore. 134p. Status keberlanjutan pengembangan Aslan, L.M. 1988. Budidaya rumput laut. budidaya rumput laut di tiga kecamatan Kanisius. Yokyakarta. 105hlm Kabupaten Sumbawa Barat secara multi- Asmarantaka, R.W. 2009. Bunga rampai dimensi saat ini dikategorikan kurang berke- produk agribisnis. IPB Press. Bogor. lanjutan untuk metode long line dengan nilai 43hlm. indek sebesar 49,28 dan metode tancap 61,02 Aziz, H.Y. 2011. Optimasi pengelolaan sum- kategori cukup berkelanjutan. Nilai multi- berdaya rumput laut di wilayah pesisir dimensi antar kedua metode budidaya, me- Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi nunjukkan adanya kategori kurang ber- Selatan. Disertasi. Program Pascasarjan kelanjutan pada dimensi teknologi, hal ini Institut Pertanian Bogor. 182hlm. dikarena atribut teknologi didominasi oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa skor atribut yang berkriteria nilai buruk. Barat. 2013. Kabupaten Sumbawa Ba- Upaya perbaikan pada dimensi teknologi rat dalam angka. Kabupaten Sumbawa pada atribut yang sensitif untuk mening- Barat. 572hlm. katkan nilai indek agar berada pada status Badan Standarisasi Nasional. 2010. SNI cukup berkelanjutan dan sangat berkelan- 7579.2 tentang produksi rumput laut jutan. Kebijakan tentang tentang perbaikan kotoni (Eucheuma cottonii) bagian 2: hendaknya tidak mengesampingkan aspek metode long line. BSN. Jakarta. 13hlm. lainnya seperti ekologi, ekonomi, sosial dan Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI kelembagaan, sehingga kondisi tersebut tetap 7673.1 tentang produksi rumput laut terjaga. kotoni (Eucheuma cottonii) bagian 1: metode lepas dasar. BSN. Jakarta. UCAPAN TERIMA KASIH 12hlm. Budiharsono, S., Sunaedi, dan Asbar. 2006. Penulis mengucapkan terima kasih ke- Sistem perencanaan pembangunan ke- pada Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, lautan dan perikanan. BPKLNSJDKP. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jakarta. 41hlm. Sumbawa Barat, Bapeeda Kabupaten Sum- Budiharsono, S. 2007. Manual penentuan bawa Barat serta masyarakat pembudidaya status dan faktor pengungkit pel. Direk- rumput laut di Kecamatan Pototano, Tali- torat Perekonomian Daerah. Bappenas. wang dan Jereweh yang telah membantu Jakarta. 49hlm. dalam kegiatan penelitian ini. Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, dan M.J. Sitepu. 2004. Pengelolaan sumberdaya DAFTAR PUSTAKA wilayah pesisir dan lautan secara ter- padu. Pradnya Pratama. Jakarta. 328 Afrianto, E. dan E. Liviawati. 1989. Budi- hlm. daya rumput laut dan cara pengolahan- Farid, A. 2008. Studi lingkungan perairan nya. Bhratara. Jakarta. 58hlm. untuk budidaya rumput laut (Eucheuma Alder E., M.A. Hoon, K.L. Mueller, J. cottonii) di perairan branta. Pamekasan. Chandrashekar, J.P. Ryba, dan C.S. Madura. J. Penelitian Perikanan, 2(1): Zuker. 2000. A novel family of mam- 1-6. malian taste receptors. Cell, 1(10): Fauzi, A. dan S. Anna. 2002. Evaluasi status 693-702. keberlanjutan pembangunan perikanan: Anggadiredja, J. dan W. Sujatmiko. 1996. aplikasi pendekatan rapfish (studi kasus Ethnobotany dan ethnopharmacology perairan pesisir DKI Jakarta). J. Pesi- of indonesia marine macroalgae. Se- sir dan Lautan, 4(3):43-55.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 345 Pengembangan Kawasan Pesisir Berbasis Rumput Laut di Kabupaten. . .

Fauzi, A. dan S. Anna. 2005. Pemodelan kelurahan Pulau Panggang dan Pulau sumberdaya perikanan dan kelautan Pari, Kepualauan Seribu, DKI Jakarta. untuk analisis kebijakan. Gramedia Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pustaka Utama. Jakarta. 343hlm. Pertanian Bogor. 233hlm. Kavanagh, P. dan T.J. Pitcher. 2004. Imple- Susilo, S.B. 2005. Keberlanjutan pemba- menting microsoft excel software for ngunan pulau-pulau kecil: studi kasus rapfish: a technique for the rapid ap- Kelurahan Pulau Panggang dan Pulau praisal of fisheries status. the fisheries Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. centre, University of British Columbia, JTPK, 5(2):85-110. 2259 Lower Mall. Fisheries Centre Tony, J.P. 1999. Rapfish, a rapid appraisal Research Reports, 12(2):1-75 technique for fisheries, and its Appli- Marzuki, M. 2013. Desain Pengelolaan budi- cation to the code of conduct for daya laut berkelanjutan di Teluk Saleh responsible fisheries. Fisheries Centre, Kabupaten Sumbawa. Disertasi. Institut University of British Columbia, Van- Pertanian Bogor. Bogor. 209hlm. couver, Canada. 47p. Narimawati, U. 2008. Teknik-teknik analisis Wang, W.L. dan Y.M. Chiang. 1994. Poten- multivariat untuk riset ekonomi. Graha tial economic seaweed of hengchun Ilmu. Yogyakarta. 210hlm. peninsula taiwan. J. Economic Botany, Nikijuluw. 2002. Rezim pengelolaan sumber- 48(2):182-189. daya perikanan. Pustaka Cisendo. Ja- Winarno, F.G. 1990. Teknologi pengolahan karta. 254hlm. rumput laut. Pustaka Sinar Harapan. Nontji, A. 1987. Laut nusantara. Djambatan. Jakarta. 136hlm. Jakarta. 397hlm. Yulianda, F., A. Fahrudin, A.A Hutabarat, S. Pitcher dan Priekshot. 2001. Rapfish: a rapid Harteti, H.S Kang, dan Kusharjani. appraisal technique to evaluate the 2010. Pengelolaan pesisir dan laut sustainability status of fisheries re- secara terpadu. Pusdiklat Kehutanan search. Fisheries Research, 49(3):225- Departemen Kehutanan RI, SECEM 270. Korea International Cooperation Agen- Santoso, L. dan Y.T. Nugraha. 2008. Pengen- cy. Bogor. 136hlm. dalian penyakit ice-ice untuk mening- katkan produksi rumput laut di Indo- Diterima : 9 April 2015 nesia. J. Saintek Perikanan, 3(2):1-20. Direview : 22 Mei 2015 Susilo, S.B. 2003. Keberlanjutan pem-ba- Disetujui : 27 Juni 2015 ngunan pulau-pulau kecil: studi kasus

346 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71