Pengelolaan Pencemaran Udara Akibat Transportasi
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Sabua Vol.5, No.2: 87-95 Agustus 2013 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN PENGARUH PASAR TRADISIONAL KAROMBASAN TERHADAP KINERJA JALAN ARNOLD MONONUTU DI KOTA MANADO Wahyuni Eka Putri1, James Timboeleng2, Andy Malik3 & Esli D. Takumansang4 1Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulangi Manado 1Staf Pengajar Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado 2 &,3Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi Manado Abstrak. Kemacetan di Pasar Karombasan terjadi akibat proses bongkar muat barang, parkir kendaraan dan pedagang yang menggunakan bahu jalan sebagai tempat berjualan. Aktivitas pasar biasanya meningkat pada akhir pekan dimana pedagang berjualan dibadan jalan sementara lokasi jalan di pasar Karombasan merupakan titik temu dua jalur kendaraan dari arah Paal 2 dan Ranotana yang masuk menjadi satu jalur. Sehingga dari permasalahan ini perlu ditinjau pengaruh pasar dengan kinerja jalan yang ada. Dalam menentukan kinerja jalan di pasar tradisional “Karombasan” dilakukan melalui dua metode yaitu dengan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) dan metode Greenshield- Greenberg. Dari hasil penelitian di ruas jalan Arnold Mononutu dan ruas jalan Tolour menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia didapatkan kinerja jalan untuk ruas Arnold Mononutu dan jalan Tolour sama yaitu kategori B (arus stabil, kecepatan kendaraan mulai dibatasi kendaraan lain tetapi masih bisa bermanuver). Kinerja jalan dengan menggunakan metode linier Greenshield didapat nilai R² = 0,832075081, kapasitas/volume maksimum = 866 smp/jam dan kinerja jalan kategori D (arus mulai tidak stabil) untuk ruas jalan Arnold Mononutu dan R² = 0,755526051, volume maksimum 805 smp/jam dan kinerja jalan kategori F (macet, berhenti, antrean) untuk ruas jalan Tolour. Untuk metode Greenberg didapat nilai R² = 0,941390128, volume maksimum 692 smp/jam dan kinerja jalan kategori F (macet, berhenti, antrean) untuk ruas Arnold Mononutu dan nilai R² = 0,80190844, volume maksimum = 894 smp/jam dan kinerja jalan kategori F (macet, berhenti, antrean) untuk ruas jalan Tolour. Pengaruh Pasar tradisional Karombasan terhadap jalan Arnold Mononutu dan kawasan sekitarnya pada pagi hari lebih besar dengan presentase pengunjung pasar 81,5%. Waktu kegiatan pasar, jumlah pengunjung dan jumlah kendaraan pada pagi hari berdasarkan uji spss dengan nilai regresi <0,05 juga turut memberikan pengaruh keberadaan pasar tradisional terhadap kinerja jalan Arnold Mononutu dan kawasan sekitarnya. Kata Kunci: Jalur Pedestrian, Kawasan Kota Lama, Kota Manado PENDAHULUAN kemacetan, kesemrawutan dan tingkat Kawasan perdagangan seperti pasar keselamatan. Pasar Karombasan adalah salah tradisional adalah salah satu jenis guna lahan satu pasar tradisional yang terletak di jalan yang banyak menimbulkan bangkitan dan Arnold Mononutu Kecamatan Wanea. tarikan arus lalu lintas. Perkembangan Aktivitas di pasar tradisional ini sering aktivitas pasar tradisional akan menyebabkan kemacetan yang disebabkan mempengaruhi persebaran pergerakan yang oleh pergerakan arus lalu lintas, proses menimbulkan kebutuhan akan sistem jaringan bongkar muat barang, parkir kendaraan, jalan, sarana dan prasarana transportasi dan pedagang yang menggunakan bahu jalan sebagainya. Tanpa adanya sarana dan sebagai tempat berjualan. Pedagang yang prasarana transportasi maka akan berdampak umumnya menggunakan bahu jalan sebagai pada ketidakseimbangan pergerakan, yang tempat berdagang memiliki sugesti tersendiri menimbulkan permasalahan lalu lintas seperti bahwa para pembeli umumnya tidak mau @Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik – Universitas Sam Ratulangi Manado Agustus 2013 88 WAHYUNI EKA PUTRI, J. TIMBOELENG, A.M MALIK & E. D. TAKUMANSANG repot berjalan jauh untuk membeli suatu lahan, yang di dalamnya kebutuhannya dipasar sehingga membuat memperhitungkan faktor geografi budaya banyak pedagang yang menggunakan badan (faktor geografi sosial) dan faktor geografi jalan sebagai tempat untuk berdagang. Selain alam serta relasinya. itu Pasar Karombasan juga merupakan titik Ada 3 unsur yang membentuk tata guna lahan temu dari dua jalur kendaraan dari arah Paal 2 yaitu manusia, aktivitas dan lokasi yang dan Ranotana. Kemacetan di pasar saling berinteraksi satu sama lain. Karombasan umumnya terjadi pada jam – jam tertentu (jam sibuk). Meskipun kemacetan Transportasi sering terjadi di Pasar Karombasan aktivitas Menurut Hermawan (2001) Transportasi perdagangan di pasar Karombasan tetap didefenisikan sebagai suatu tindakan, proses berjalan normal. atau hal yang sedang dipindahkan dari suatu Lokasi penelitian ini terletak di Pasar tempat ke tempat yang lain. Menurut Tamin Karombasan lingkungan III Kelurahan (2000) sistem transportasi makro terdiri dari Karombasan Utara Kecamatan Wanea. sistem kegiatan, sistem jaringan dan sistem Kelurahan Karombasan Utara memiliki luas pergerakan yang diatur oleh sistem wilayah 56,90 Ha dan terbagi atas 8 kelembagaan. lingkungan. Lingkup penelitian dimulai dari sebelum masuk pasar sampai dengan sebelum lampu merah di pertigaan jalan Tolour. Sistem Sistem Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : mengetahui kinerja jalan di pasar Karombasan kegiatan jaringan dan pengaruh pasar tradisional Karombasan terhadap kawasan sekitarnya. Teori Tata Guna Lahan Kawasan Sistem Perkotaan pergerakan Menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Kawasan Perkotaan adalah kawasan Gambar 2.1. Sistem Transportasi Makro yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan Dijelaskan hubungan antara sistem kegiatan sebagai tempat permukiman perkotaan, (tata guna lahan), jaringan (transportasi) dan pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pergerakan dimana sebaran geografis antara pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan tata guna lahan (sistem kegiatan) serta ekonomi. Kriteria kawasan perkotaan adalah kapasitas dan lokasi dari fasilitas transportasi sebagai berikut: (sistem jaringan) digabungkan untuk a. Fungsi kegiatan utama budidaya mendapatkan arus dan pola pergerakan lalu bukan pertanian atau lebih dari 75 % lintas di daerah perkotaan (sistem mata pencaharian penduduknya di pergerakan). Apabila terjadi perubahan pada sektor perkotaan; sistem kegiatan (tata guna lahan) akan b. Memiliki jumlah penduduk sekurang- mempengaruhi sistem jaringan melalui kurangnya 10.000 jiwa; perubahan tingkat pelayanan pada sistem c. Memiliki kepadatan penduduk pergerakan. Begitu juga perubahan pada sekurang-kurangnya 50 jiwa per ha; sistem jaringan (transportasi) akan d. Memiliki kawasan terbangun yang mempengaruhi sistem kegiatan melalui lebih luas dibandingkan kawasan peningkatan mobilitas dan aksesibilitas dari tidak terbangun; sistem pergerakan tersebut. e. Memiliki fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi pelayanan barang dan Permodelan Transportasi Dan Guna jasa dalam bentuk sarana dan Lahan prasarana pergantian moda Menurut Tamin (2000) dalam transportasi transportasi. dikenal dengan model perencanaan Yang dimaksud dengan tata guna lahan transportasi empat tahap, yaitu: bangkitan dan adalah penataan, pengaturan, penggunaan tarikan perjalanan dan sebaran pergerakan, PENGARUH PASAR TRADISIONAL KAROMBASAN … 89 pemilihan moda transportasi dan Arah arus KINERJA RUAS JALAN lalu lintas. Pola pergerakan juga dapat Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan digambarkan dengan bentuk grafis yang biasa Indonesia (MKJI) kinerja ruas jalan adalah disebut garis keinginan. Digambarkan dengan ukuran kuantitatif yang menerangkan kondisi garis keinginan karena selain mempunyai operasional dari ruas jalan dalam Manual dimensi jumlah pergerakan, pola pergerakan Kapasitas Jalan Indonesia yang nilai juga mempunyai dimensi spasial (ruang) yang kuantitatif dinyatakan dalam kapasitas, derajat kejenuhan, kecepatan rata – rata, waktu tempuh, tundaan dan rasio kendaraan berhenti. Sedangkan ukuran kualitatif dinyatakan dalam tingkat pelayanan jalan. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) kecepatan arus bebas adalah kecepatan pada tingkat arus nol yaitu kecepatan yang dipilih pengemudi tanpa dipengaruhi kendaraan lain di jalan. Persamaan kecepatan arus bebas : lebih mudah digambarkan secara grafis. FV = (FV0 + FVw) x FFVSF x FFVCS Gambar 2.2. Garis Keinginan ..................................................................................................... (2.1) Dimana : Pasar Tradisional FV = kecepatan arus bebas kendaraan Pada dasarnya pasar adalah tempat ringan pada kondisi lapangan bertemunya penjual dan pembeli. Dalam (Km/jam). Kamus Umum Bahasa Indonesia pasar FV0 = kecepatan arus bebas dasar tradisional adalah tempat orang berjual – beli kendaraan ringan pada jalan yang yang berlangsung di suatu tempat berdasarkan diamati (km/jam). kebiasaan. Sedangkan menurut Peraturan FVw = Penyesuaian kecepatan untuk lebar Presiden No 112 Tahun 2007 pasar tradisional jalan (km/jam). adalah pasar yang dibangun oleh pemerintah, FFVSF = Faktor penyesuaian untuk Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha hambatan samping dan lebar bahu Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah atau jarak kereb penghalang. termasuk kerjasama dengan swasta dengan FFVCS = Faktor penyesuaian kecepatan tempat usaha berupa kios, los, toko, dan tenda untuk ukuran kota. yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat, atau KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS koperasi dengan usaha skala kecil, modal Menurut Putranto (2008) arus adalah kecil dan dengan proses tawar menawar. Ciri jumlah kendaraan dalam satuan mobil – ciri pasar tradisional adalah : penumpang (smp) yang melalui suatu