Sabua Vol.5, No.2: 87-95 Agustus 2013 ISSN 2085-7020

HASIL PENELITIAN

PENGARUH PASAR TRADISIONAL KAROMBASAN TERHADAP KINERJA JALAN DI KOTA

Wahyuni Eka Putri1, James Timboeleng2, Andy Malik3 & Esli D. Takumansang4

1Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Manado 1Staf Pengajar Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado 2 &,3Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi Manado

Abstrak. Kemacetan di Pasar Karombasan terjadi akibat proses bongkar muat barang, parkir kendaraan dan pedagang yang menggunakan bahu jalan sebagai tempat berjualan. Aktivitas pasar biasanya meningkat pada akhir pekan dimana pedagang berjualan dibadan jalan sementara lokasi jalan di pasar Karombasan merupakan titik temu dua jalur kendaraan dari arah Paal 2 dan Ranotana yang masuk menjadi satu jalur. Sehingga dari permasalahan ini perlu ditinjau pengaruh pasar dengan kinerja jalan yang ada. Dalam menentukan kinerja jalan di pasar tradisional “Karombasan” dilakukan melalui dua metode yaitu dengan metode Manual Kapasitas Jalan (MKJI) dan metode Greenshield- Greenberg. Dari hasil penelitian di ruas jalan Arnold Mononutu dan ruas jalan Tolour menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia didapatkan kinerja jalan untuk ruas Arnold Mononutu dan jalan Tolour sama yaitu kategori B (arus stabil, kecepatan kendaraan mulai dibatasi kendaraan lain tetapi masih bisa bermanuver). Kinerja jalan dengan menggunakan metode linier Greenshield didapat nilai R² = 0,832075081, kapasitas/volume maksimum = 866 smp/jam dan kinerja jalan kategori D (arus mulai tidak stabil) untuk ruas jalan Arnold Mononutu dan R² = 0,755526051, volume maksimum 805 smp/jam dan kinerja jalan kategori F (macet, berhenti, antrean) untuk ruas jalan Tolour. Untuk metode Greenberg didapat nilai R² = 0,941390128, volume maksimum 692 smp/jam dan kinerja jalan kategori F (macet, berhenti, antrean) untuk ruas Arnold Mononutu dan nilai R² = 0,80190844, volume maksimum = 894 smp/jam dan kinerja jalan kategori F (macet, berhenti, antrean) untuk ruas jalan Tolour. Pengaruh Pasar tradisional Karombasan terhadap jalan Arnold Mononutu dan kawasan sekitarnya pada pagi hari lebih besar dengan presentase pengunjung pasar 81,5%. Waktu kegiatan pasar, jumlah pengunjung dan jumlah kendaraan pada pagi hari berdasarkan uji spss dengan nilai regresi <0,05 juga turut memberikan pengaruh keberadaan pasar tradisional terhadap kinerja jalan Arnold Mononutu dan kawasan sekitarnya.

Kata Kunci: Jalur Pedestrian, Kawasan Kota Lama, Kota Manado

PENDAHULUAN kemacetan, kesemrawutan dan tingkat Kawasan perdagangan seperti pasar keselamatan. Pasar Karombasan adalah salah tradisional adalah salah satu jenis guna lahan satu pasar tradisional yang terletak di jalan yang banyak menimbulkan bangkitan dan Arnold Mononutu Kecamatan Wanea. tarikan arus lalu lintas. Perkembangan Aktivitas di pasar tradisional ini sering aktivitas pasar tradisional akan menyebabkan kemacetan yang disebabkan mempengaruhi persebaran pergerakan yang oleh pergerakan arus lalu lintas, proses menimbulkan kebutuhan akan sistem jaringan bongkar muat barang, parkir kendaraan, jalan, sarana dan prasarana transportasi dan pedagang yang menggunakan bahu jalan sebagainya. Tanpa adanya sarana dan sebagai tempat berjualan. Pedagang yang prasarana transportasi maka akan berdampak umumnya menggunakan bahu jalan sebagai pada ketidakseimbangan pergerakan, yang tempat berdagang memiliki sugesti tersendiri menimbulkan permasalahan lalu lintas seperti bahwa para pembeli umumnya tidak mau

@Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik – Universitas Sam Ratulangi Manado Agustus 2013 88 WAHYUNI EKA PUTRI, J. TIMBOELENG, A.M MALIK & E. D. TAKUMANSANG repot berjalan jauh untuk membeli suatu lahan, yang di dalamnya kebutuhannya dipasar sehingga membuat memperhitungkan faktor geografi budaya banyak pedagang yang menggunakan badan (faktor geografi sosial) dan faktor geografi jalan sebagai tempat untuk berdagang. Selain alam serta relasinya. itu Pasar Karombasan juga merupakan titik Ada 3 unsur yang membentuk tata guna lahan temu dari dua jalur kendaraan dari arah Paal 2 yaitu manusia, aktivitas dan lokasi yang dan Ranotana. Kemacetan di pasar saling berinteraksi satu sama lain. Karombasan umumnya terjadi pada jam – jam tertentu (jam sibuk). Meskipun kemacetan Transportasi sering terjadi di Pasar Karombasan aktivitas Menurut Hermawan (2001) Transportasi perdagangan di pasar Karombasan tetap didefenisikan sebagai suatu tindakan, proses berjalan normal. atau hal yang sedang dipindahkan dari suatu Lokasi penelitian ini terletak di Pasar tempat ke tempat yang lain. Menurut Tamin Karombasan lingkungan III Kelurahan (2000) sistem transportasi makro terdiri dari Karombasan Utara Kecamatan Wanea. sistem kegiatan, sistem jaringan dan sistem Kelurahan Karombasan Utara memiliki luas pergerakan yang diatur oleh sistem wilayah 56,90 Ha dan terbagi atas 8 kelembagaan. lingkungan. Lingkup penelitian dimulai dari sebelum masuk pasar sampai dengan sebelum lampu merah di pertigaan jalan Tolour. Sistem Sistem Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : mengetahui kinerja jalan di pasar Karombasan kegiatan jaringan dan pengaruh pasar tradisional Karombasan terhadap kawasan sekitarnya.

Teori Tata Guna Lahan Kawasan Sistem Perkotaan pergerakan Menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Kawasan Perkotaan adalah kawasan Gambar 2.1. Sistem Transportasi Makro yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan Dijelaskan hubungan antara sistem kegiatan sebagai tempat permukiman perkotaan, (tata guna lahan), jaringan (transportasi) dan pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pergerakan dimana sebaran geografis antara pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan tata guna lahan (sistem kegiatan) serta ekonomi. Kriteria kawasan perkotaan adalah kapasitas dan lokasi dari fasilitas transportasi sebagai berikut: (sistem jaringan) digabungkan untuk a. Fungsi kegiatan utama budidaya mendapatkan arus dan pola pergerakan lalu bukan pertanian atau lebih dari 75 % lintas di daerah perkotaan (sistem mata pencaharian penduduknya di pergerakan). Apabila terjadi perubahan pada sektor perkotaan; sistem kegiatan (tata guna lahan) akan b. Memiliki jumlah penduduk sekurang- mempengaruhi sistem jaringan melalui kurangnya 10.000 jiwa; perubahan tingkat pelayanan pada sistem c. Memiliki kepadatan penduduk pergerakan. Begitu juga perubahan pada sekurang-kurangnya 50 jiwa per ha; sistem jaringan (transportasi) akan d. Memiliki kawasan terbangun yang mempengaruhi sistem kegiatan melalui lebih luas dibandingkan kawasan peningkatan mobilitas dan aksesibilitas dari tidak terbangun; sistem pergerakan tersebut. e. Memiliki fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi pelayanan barang dan Permodelan Transportasi Dan Guna jasa dalam bentuk sarana dan Lahan prasarana pergantian moda Menurut Tamin (2000) dalam transportasi transportasi. dikenal dengan model perencanaan Yang dimaksud dengan tata guna lahan transportasi empat tahap, yaitu: bangkitan dan adalah penataan, pengaturan, penggunaan tarikan perjalanan dan sebaran pergerakan, PENGARUH PASAR TRADISIONAL KAROMBASAN … 89 pemilihan moda transportasi dan Arah arus KINERJA RUAS JALAN lalu lintas. Pola pergerakan juga dapat Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan digambarkan dengan bentuk grafis yang biasa Indonesia (MKJI) kinerja ruas jalan adalah disebut garis keinginan. Digambarkan dengan ukuran kuantitatif yang menerangkan kondisi garis keinginan karena selain mempunyai operasional dari ruas jalan dalam Manual dimensi jumlah pergerakan, pola pergerakan Kapasitas Jalan Indonesia yang nilai juga mempunyai dimensi spasial (ruang) yang kuantitatif dinyatakan dalam kapasitas, derajat kejenuhan, kecepatan rata – rata, waktu tempuh, tundaan dan rasio kendaraan berhenti. Sedangkan ukuran kualitatif dinyatakan dalam tingkat pelayanan jalan. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) kecepatan arus bebas adalah kecepatan pada tingkat arus nol yaitu kecepatan yang dipilih pengemudi tanpa dipengaruhi kendaraan lain di jalan. Persamaan kecepatan arus bebas : lebih mudah digambarkan secara grafis. FV = (FV0 + FVw) x FFVSF x FFVCS Gambar 2.2. Garis Keinginan ...... (2.1) Dimana : Pasar Tradisional FV = kecepatan arus bebas kendaraan Pada dasarnya pasar adalah tempat ringan pada kondisi lapangan bertemunya penjual dan pembeli. Dalam (Km/jam). Kamus Umum Bahasa Indonesia pasar FV0 = kecepatan arus bebas dasar tradisional adalah tempat orang berjual – beli kendaraan ringan pada jalan yang yang berlangsung di suatu tempat berdasarkan diamati (km/jam). kebiasaan. Sedangkan menurut Peraturan FVw = Penyesuaian kecepatan untuk lebar Presiden No 112 Tahun 2007 pasar tradisional jalan (km/jam). adalah pasar yang dibangun oleh pemerintah, FFVSF = Faktor penyesuaian untuk Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha hambatan samping dan lebar bahu Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah atau jarak kereb penghalang. termasuk kerjasama dengan swasta dengan FFVCS = Faktor penyesuaian kecepatan tempat usaha berupa kios, los, toko, dan tenda untuk ukuran kota. yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat, atau KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS koperasi dengan usaha skala kecil, modal Menurut Putranto (2008) arus adalah kecil dan dengan proses tawar menawar. Ciri jumlah kendaraan dalam satuan mobil – ciri pasar tradisional adalah : penumpang (smp) yang melalui suatu a. Pembeli dan penjual bertemu secara potongan melintang jalan dalam satuan waktu langsung. tertentu. b. Adanya proses tawar – menawar. Kecepatan c. Tempat berjualan yang kumuh, Kecepatan adalah jarak dibagi dengan waktu. sempit, tidak nyaman, gelap dan Adapun persamaan kecepatan adalah sebagai kotor. berikut : Keberadaan pasar tradisional di perkotaan semakin terancam dengan S=d/t...... (2.2) keberadaan pasar modern. Kesan pasar Volume lalu lintas modern yang berbanding terbalik dengan Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan pasar tradisional menyebabkan keberadaan Indonesia volume lalu lintas didefenisikan pasar tradisional semakin terancam. sebagai jumlah kendaraan dibagi waktu

pengamatan, dinyatakan dalam kend/jam

(Q ), smp/jam (Q ) atau LHRT (Q ). kend smp LHRT 90 WAHYUNI EKA PUTRI, J. TIMBOELENG, A.M MALIK & E. D. TAKUMANSANG

Volume lalu lintas dapat dihitung berdasarkan Didapat pula volume maksimum : persamaan : Vmaks=Dj.Sff/4...... (2.9) q = n/t ...... (2.3) Pada dasarnya sama dengan Greenshield yaitu mencari hubungan antara Kepadatan lalu lintas kecepatan, volume dan kepadatan tetapi Menurut Tamin (2000) kepadatan lalu dalam bentuk logaritma untuk mencari lintas dapat didefenisikan sebagai jumlah kapasitas (arus maksmimum). Hubungan kendaraan yang menempati ruas jalan tertentu tersebut digambarkan dalam persamaan : dibagi dengan kecepatan lalu lintas ruas jalan S=Um.In(Dj/D)...... (2.10) tertentu yang dinyatakan dalam persamaan : Vmaks=Um.Dj/e...... (2.13) k = q/s ...... …(2.4) Analisis Regresi Linier digunakan dalam metode Greenshield dan Greenberg Hubungan antara volume, kecepatan dan karena dapat meminimalkan total nilai kepadatan perbedaan kuadrat antara nilai observasi dan Hubungan dasar antara volume, nilai perkiraan dari variabel tidak bebas. kecepatan, dan kepadatan dirumuskan dalam : Dikatakan analisis regresi linier jika variabel tidak bebas linier terhadap variabel bebas. V=S.D...... (2.5) Bila hubungan tidak bebas y dan variabel bebas mempunyai hubungan linier maka Selain itu hubungan ketiganya juga dapat persamaan regresinya digambarkan dalam grafik berikut ini : y=a+bx...... (2.14) dimana :

y : variabel tak bebas x : variabel bebas a : konstanta b : konstanta Untuk mengetahui ketepatan fungsi regresi adalah dengan melihat nilai dari koefisien determinasi (r2) , yaitu suatu besaran yang didapat dengan cara mengkuadratkan nilai koefisien korelasi (r). Nilai koefisien

korelasi (r) dapat dihitung dengan rumus : r

…….....(2.17)

Gambar 2.3. Grafik hubungan antara volume, kecepatan dan kepadatan. Kapasitas Menurut Manual Kapasitas Jalan Metode Greenshield dan Greenberg Indonesia kapasitas didefenisikan sebagai Metode Greenshield adalah salah satu arus lalu lintas maksimum yang melalui suatu permodelan transportasi dalam titik dan dapat dipertahankan per satuan jam menggambarkan hubungan kecepatan, pada kondisi waktu tertentu. Kapasitas adalah volume dan kepadatan dalam bentuk linier kapasitas dasar dikalikan dengan faktor untuk mendapatkan nilai arus maksimum koreksi untuk lebar jalan, faktor penyesuaian (kapasitas). Dimana nilai kecepatan rata-rata pemisah arah, faktor penyesuaian hambatan adalah kecepatan pada kondisi arus bebas samping dan faktor penyesuaian ukuran kota dikurangi dengan kecepatan arus bebas dibagi dengan persamaan : kepadatan saat macet dikalikan dengan C=C0xFCWxFCSPxFCSFxFCCS...... (2.18) kepadatan saat arus bebas dengan bentuk persamaan : Derajat kejenuhan S=Sff–(Sff/Dj).D...... (2.6) Derajat kejenuhan adalah kapasitas dibagi dengan arus lalu lintas. PENGARUH PASAR TRADISIONAL KAROMBASAN … 91

DS = Q/C...... (2.19) pola pergerakan dari dan ke kawasan pasar Derajat kejenuhan digunakan untuk Karombasan. Analisis ini menggunakan menganalisis perilaku lalu lintas. Sedangkan matriks asal tujuan dan garis keinginan untuk tingkat pelayanan dibedakan atas : menggambarkan pola pergerakan pengunjung. a. Tingkat pelayanan A – arus bebas. Selain itu pengaruh pasar tradisional terhadap b. Tingkat Pelayanan B – arus stabil. kawasan sekitar juga dijelaskan secara c. Tingkat Pelayanan C – arus stabil. deskriptif dengan menggunakan data dari 2 d. Tingkat Pelayanan D – arus mulai variabel yaitu variabel bebas dan terikat yang tidak stabil. selanjutnya diolah menggunakan analisis spss e. Tingkat Pelayanan E – arus tidak crosstab. Dimana : stabil (tersendat – sendat). a. Variabel bebas, yang terdiri dari jumlah kendaraan, jumlah pengunjung pasar dan f. Tingkat Pelayanan F – arus waktu kegiatan pasar. terhambat (berhenti, antrean, b. Variabel terikat, yaitu kinerja jalan. macet).

Tabel 2.12. Tingkat Pelayanan Jalan HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Derajat Kejenuhan Kinerja jalan berdasarkan Manual Pelayanan (LOS) (DS(Q/C)) Kapasitas Jalan Indonesia A < 0,2 Ruas jalan Arnold Mononutu B 0,2 – 0,44 memiliki lebar jalan 8m dengan 2 lajur 1 arah. C 0,45 – 0,74 Untuk penentuan kapasitas menggunakan data D 0,75 – 0,84 geometrik jalan sesuai dengan Manual E 0,85 – 1 Kapasitas Jalan Indonesia. Kapasitas : C = C0 x FCW x FCSP x FCSF x F >1 FCCS ...... (2.18) C0 (kapasitas dasar)= 1.650 smp/jam (untuk (Abubakar,1995) jalan 1 arah) = 1.650 x 2 = 3.300 smp/jam (karena jalan di Pasar Karombasan terdapat 2 lajur METODOLOGI kendaraan) Penelitian dilakukan di pasar FCSP (faktor penyesuaian pemisah arah) = 1,0 Karombasan di Lingkungan III Kelurahan (untuk jalan 1 arah) Karombasan Utara Kecamatan Wanea Kota FCW (faktor penyesuaian lebar jalan) = 1,08 Manado dari bulan Februari – Mei 2013 (untuk lebar jalan efektif 4 meter) dengan menggunakan Analisis lalu lintas FCSF (faktor koreksi hambatan samping untuk (volume – kapasitas). Kapasitas jalan di pasar jalan yang memiliki bahu jalan) = 0,73 (untuk tradisional Karombasan dihitung berdasarkan daerah pasar dengan lebar bahu jalan efektif Manual Kapasitas Jalan Indonesia dengan ≤0,5) rumus : FCCS (faktor penyesuaian ukuran kota) = 0,90 C = C0 x FCW x FCSP x FCSF x FCCS ... (2.18) (untuk penduduk dengan kisaran 0,1 – 0,5 juta Selanjutkan volume lalu lintas yang penduduk) didapat dari survey akan dibandingkan Jadi C (kapasitas) = 3.300 x 1,08 x 1,0 x 0,73 dengan kapasitas jalan dari Manual Kapasitas x 0,90 Jalan Indonesia dengan menggunakan = 2341,548 smp/jam formulasi model Greenshields dengan rumus : Ruas jalan Tolour memiliki lebar Vmaks = Dj . Sff /4 jalan 8m dengan 2 lajur 1 arah...... (2.9) C0 = 1.650 smp/jam (untuk jalan 1 arah) = 1.650 x 2 = 3.300 smp/jam (karena Dan formulasi Greenberg dengan rumus : 2 lajur kendaraan) Vmaks=Um.Dj/e...... (2.13) FCSP = 1,0 (untuk jalan 1 arah) Analisis pengaruh pasar tradisional terhaadap FCW = 1,08 (untuk lebar jalan efektif 4 kawasan sekitar dilakukan berdasarkan data meter) quisioner dengan tujuan untuk mengetahui 92 WAHYUNI EKA PUTRI, J. TIMBOELENG, A.M MALIK & E. D. TAKUMANSANG

FCSF = 0,82 (untuk daerah komersil dengan C = = 866 lebar bahu jalan efektif ≤0,5) smp/jam FC = 0,90 (untuk penduduk dengan CS Selanjutnya untuk mencari tingkat pelayanan kisaran 0,1 – 0,5 juta penduduk) jalan dengan menggunakan persamaan (2.19) Jadi C = 3.300 x 1,08 x 1,0 x 0,82 x 0,90 maka; = 2630, 232 smp/jam Ds = Derajat kejenuhan adalah rasio volume terhadap kapasitas : = = 0,80 (D) Ruas jalan Arnold Mononutu Jadi menurut analisis Greenshield DS = 627,3/2341,548 tingkat pelayanan jalan Arnold Mononutu = 0,267 ≈ 0,27 masuk dalam kategori tingkat pelayanan D Ruas jalan Tolour yang artinya arus mulai tidak stabil, dimana DS = 912,3/2630,232 kecepatan menurun cepat akibat volume yang = 0,346 ≈ 0,35 berfluktuasi dan hambatan sewaktu-waktu, Derajat kejenuhan di ruas jalan Tolour kebebasan bermanuver dan kenyamanan lebih besar daripada ruas jalan Arnold rendah, bisa ditoleransi tapi waktu stabil. Mononutu karena banyaknya volume Ruas jalan Tolour kendaraan yang melewati ruas jalan Tolour. B = Jadi berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tingkat pelayanan jalan di = - 0,1165068 ruas jalan Arnold Mononutu dan ruas jalan A = Tolour sama yaitu B dengan range (0,2 – 0,44). = 19,37280135 Sff = A = 19,37280135

Dj = = 166,2805022 Kinerja Jalan berdasarkan model Greenshield dan Greenberg r = Untuk model Greenshield dan Greenberg dipilih hari sabtu memiliki volume = tertinggi maka digunakan data volume, kecepatan dan kepadatan pada hari sabtu. = 0,86921 (korelasi kuat)

Dengan menggunakan nilai Sff dan Dj, maka Greenshield dapat ditentukan kapasitas ruas jalan yaitu : Ruas jalan Arnold Mononutu : C = Dengan rumus analisa regresi linier :

C = = 805

smp/jam Selanjutnya untuk mencari tingkat pelayanan = -0.0940974 jalan dengan menggunakan persamaan (2.19)

A = maka;

= 18.05566894 Ds =

Sff = A = = 1,13 (F) Dj = = 191.8827655

r = Greenberg

Ruas jalan Arnold Mononutu =

= -0.9121815 (korelasi kuat) Dengan menggunakan nilai Sff dan Dj, = - 8,05034547 maka dapat ditentukan kapasitas ruas jalan A = yaitu : = 43,90605799 C = A = ln C C =

PENGARUH PASAR TRADISIONAL KAROMBASAN … 93

C = Vmaks (C) =

C = 233.6757881 =

B = b = = 894 smp/jam = -0.12421827 Selanjutnya untuk mencari tingkat r = pelayanan jalan dengan menggunakan persamaan (2.19) maka; = Ds =

= = 1,02 (F) = -0.97025261 (korelasi kuat) Dengan menggunakan persamaan ( Jadi tingkat pelayanan jalan Tolour 2.13) maka diperoleh volume maksimum masuk dalam kategori tingkat pelayanan F (kapasitas jalan); yang artinya arus terhambat (berhenti, antrean, macet). Pemilihan model Vmaks (C) = karakteristik arus lalu lintas pada ruas jalan

= Arnold Mononutu adalah model Greenberg

=692 smp/jam pada hari sabtu dengan 0,941390128 dimana Selanjutnya untuk mencari tingkat mengartikan bahwa 94,12% kapasitas jalan pelayanan jalan dengan menggunakan diruas jalan Arnold Mononutu dipengaruhi persamaan (2.19) maka; oleh faktor kecepatan, volume dan kepadatan sedang sisanya dipengaruhi oleh faktor Ds = lainnya seperti bahu jalan yang terpakai

= = 0,99 (F) berjualan, hambatan samping (berhentinya

Jadi tingkat pelayanan jalan Arnold kendaraan umum menurunkan penumpang), Mononutu masuk dalam tingkat pelayanan F parkir dan lain sebagainya. Begitu juga yang artinya arus terhambat (berhenti, dengan ruas jalan Tolour pemilihan model antrean, macet). Dimana arus yang terhambat, untuk koefisien determinasi (r²) adalah model kecepatan rendah, volume lebih besar dari Greenberg pada hari sabtu dengan -0,954934 kapasitas,lalu lintas terhenti sehingga dimana 95,49% berkaitan dengan kecepatan, menimbulkan antrian kendaraan yang volume kendaraan dan parkir sedangkan panjang. sisanya berhubungan dengan faktor dari luar Ruas jalan Tolour seperti parkir di badan jalan, adanya lampu merah, kendaraan yang berlawanan arah, dan sebagainya. Sehingga pada akhirnya kinerja jalan

atau tingkat pelayanan jalan di ruas Arnold = - 6.79819232 Mononutu dan ruas jalan Tolour sama yaitu F A = dimana artinya arus terhambat (berhenti, = 39.96397602 antrean, macet). Dimana arus yang terhambat,

A = ln C C = kecepatan rendah, volume lebih besar dari

kapasitas,lalu lintas terhenti sehingga C = e menimbulkan antrian kendaraan yang C = 357.3151061 panjang.

B = b = Analisis pengaruh pasar tradisional = - 0.14709793 terhadap kawasan sekitar r = Adanya pasar menyebabkan = terjadinya pergerakan arus lalu lintas baik barang maupun orang dari dan menuju ke

pasar Karombasan dan kawasan sekitar pasar. = 0.89549341 (korelasi kuat) Pergerakan arus menimbulkan pola – pola Dengan menggunakan persamaan ( pergerakan salah satunya adalah pola 2.13) maka diperoleh volume maksimum pergerakan asal – tujuan. Pola pergerakan asal (kapasitas jalan) : – tujuan terdiri dari beberapa variabel : 94 WAHYUNI EKA PUTRI, J. TIMBOELENG, A.M MALIK & E. D. TAKUMANSANG

1. Kemampuan ekonomi berdasarkan digunakan analisis crosstab spss dengan hasil penghasilan sebagai berikut : 2. Kepemilikan kendaraan pribadi a. Dalam analisis crosstab didapatkan 3. Pergerakan dari zona sekitar pasar nilai R sebesar 0,774 yang 4. Tujuan perjalanan pengunjung menunjukkan bahwa pengaruh antara 5. Intensitas perjalanan waktu kegiatan pasar, jumlah 6. Pemilihan moda pengunjung, jumlah kendaraan dan 7. Lama perjalanan kinerja jalan adalah kuat (karena 8. Waktu ke pasar besarnya > 0,5). Angka R Square atau 9. Alasan pemilihan pasar, koefisien determinasi adalah 0,599 10. Kondisi di pasar Karombasan dan atau 59,95 dapat dijelaskan oleh 11. Arus lalu lintas di pasar pengaruh dari aktivitas pasar, jumlah Pola pengunjung juga dapat digambarkan kendaraan dan pengunjung serta dalam bentuk grafis melalui peta. kinerja jalan sedangkan sisanya dijelaskan karena sebab lain. Nilai Std. Error of the Estimate nilainya 0,04899 menggambarkan tingkat ketepatan prediksi regresi. Angka signifikasi yang < 0,05 menunjukkan bahwa ada pengaruh dari waktu kegiatan, jumlah pengunjung dan kendaraan terhadap kinerja jalan pasar tradisional. b. Untuk hasil nilai F-hitung 21,921 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,000. Karena tingkat signifikasi < 0,05 maka model regresi ini dapat Gambar 4.1. pola pergerakan secara grafis dipakai untuk mengetahui pengaruh dari kinerja jalan pasar tradisional Ketebalan garis pada gambar di atas Karombasan. Dengan kata lain, waktu menunjukkan banyaknya intensitas kegiatan pasar, jumlah pengunjung pengunjung dari daerah tersebut menuju ke dan kendaraan berpengaruh pada pasar Karombasan dan panjang garis kinerja jalan pasar tradisional menunjukkan jarak antar zona/wilayah yang Karombasan. dihubungkan. c. Dalam output korelasi digambarkan Dari peta juga dapat dilihat wilayah besar koefisien korelasi regresi yang paling dekat dengan pasar memiliki dengan persamaan regresi kinerja ketebalan yang lebih dibandingkan dengan jalan = 0,723 + 0,093 waktu + 0,033 wilayah lain yang menunjukkan banyaknya jumlah pengunjung + 0,013 jumlah pengunjung pasar yang berbelanja di pasar kendaraan. Konstanta sebesar 0,723 Karombasan berasal dari wilayah atau menyatakan bahwa kinerja jalan kecamatan yang sama. Dalam hal ini bisa berpengaruh terhadap ketiga variabel dikatakan bahwa tata guna lahan (pasar tersebut. Dalam kolom signifikasi Karombasan) cenderung menarik pergerakan nilai keempat variabel yaitu konstanta lalu lintas dari tempat yang dekat = 0,000, waktu = 0,000, jumlah dibandingkan dengan tempat yang jauh. pengunjung = 0,000 dan jumlah Pergerakan lalu lintas yang dihasilkan juga kendaraan = 0,008 mempunyai angka lebih banyak yang berjarak pendek daripada signifikasi yaitu < 0,05 yang berarti yang berjarak jauh. Hal ini menunjukkan Ho ditolak dan Hi diterima. Artinya bahwa orang lebih menyukai perjalan yang keempat variabel tersebut sangat pendek dibandingkan dengan perjalanan signifikan mempengaruhi keberadaan panjang. pasar tradisional terhadap kinerja Dalam menganalisis pengaruh pasar jalan Arnold Mononutu. (angka tradisional terhadap kawasan sekitar koefisien determinasi dan tingkat PENGARUH PASAR TRADISIONAL KAROMBASAN … 95

signifikan <0,05 menunjukkan bahwa DAFTAR PUSTAKA pengaruh dari variabel yang dipakai Abubakar. 1995. Menuju Lalu Lintas dan sangat signifikan) Angkutan Jalan Yang Tertib. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. KESIMPULAN Anonimus. 1997. Manual Kapasitas Jalan Dari hasil penelitian selama 1 minggu Indonesia (MKJI). Direktorat Jenderal di pasar Karombasan mengenai kemacetan Bina Marga Pusat Penelitian dan yang terjadi di pasar Karombasan di dapatkan Pengembangan Jalan. kesimpulan bahwa: Hermawan, Rudi. 2001. Dasar – Dasar 1. Kinerja jalan di pasar tradisional Transportasi. Modul 2 : Sistem Karombasan termasuk kinerja jalan Teknologi Transportasi. kategori F (Dimana arus yang terhambat, Bandung:Institut Teknologi Bandung. kecepatan rendah, volume lebih besar dari Putranto, Leksmono Suryo. 2008. Rekayasa kapasitas,lalu lintas terhenti sehingga Lalu Lintas. Jakarta:Indeks. menimbulkan antrian kendaraan yang Tamin, Oyzar Z. 2000. Perencanaan Dan panjang). Permodelan Transportasi. Edisi Kedua. 2. Kinerja jalan pasar tradisional kategori F Bandung:Institut Teknologi Bandung. dipengaruhi oleh faktor kecepatan, volume dan kepadatan sedang sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti bahu jalan yang terpakai berjualan, hambatan samping (berhentinya kendaraan umum menurunkan penumpang), parkir dan lain sebagainya. 3. Pengaruh pasar tradisional Karombasan terhadap kinerja jalan Arnold Mononutu dan kawasan sekitarnya lebih besar pada pagi hari dengan jumlah pengunjung sebesar 81,5%. Selain itu hasil dari uji spss regresi linier nilai waktu kegiatan pasar, jumlah kendaraan dan jumlah pengunjung yang <0,05 menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari keberadaan pasar tradisional terhadap kawasan sekitar.