Perlawanan Perempuan Terhadap Kekerasan Dalam Berpacaran Di Video Musik K-Pop
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Perlawanan Perempuan terhadap Kekerasan dalam Berpacaran di Video Musik K-Pop Koko Sadewo & Rina Sari Kusuma Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani, Pabelan, Kartasura, Surakarta 57162 Email: [email protected] Abstract: Women often become victims of violence in dating relationship and are just likely accept it. However, women depicted as victims dare against the perpetrators in some music videos. Through qualitative content analysis, this study aims to find forms of violence and women’s resistance toward it in dating in K-pop music videos. The results show that there are two forms of violence experienced by women, i.e. physical and psychic violence. In addition, victims can break down the stereotype that women are weak. It is showed by the attitude of women who dare to do revenge by hurting, even killing the perpetrators. Keyword: dating violence, K-pop music, video clip, women’s resistance Abstrak: Perempuan sering menjadi korban kekerasan dalam berpacaran dan cenderung menerima begitu saja kekerasan tersebut. Namun demikian, perempuan yang digambarkan menjadi korban berani bertindak melawan pelaku dalam beberapa video klip musik. Penelitian ini menggunakan analisis isi kualitatif dan bertujuan untuk mengetahui bentuk kekerasan serta perlawanan perempuan terhadap kekerasan dalam berpacaran di video klip musik K-pop. Hasil penelitian menunjukkan terdapat dua bentuk kekerasan yang diterima perempuan, yaitu kekerasan fisik dan psikis. Selain itu, korban dapat mendobrak stereotip yang menyatakan bahwa perempuan itu lemah. Hal tersebut ditunjukkan dengan sikap perempuan yang berani melawan dengan cara membalas dendam, melukai, hingga membunuh pelaku. Kata Kunci: kekerasan dalam berpacaran, musik K-pop, perlawanan perempuan, video klip Kekerasan merupakan persoalan pelanggaran integritas mental psikologi seseorang. kondisi manusia yang selalu menarik untuk Mahardika (2010, h. 1) menambahkan dikaji. Kekerasan sering terjadi karena bahwa kekerasan memiliki arti sebagai orang-orang atau lembaga yang dominan hal atau sifat yang keras, paksaan, dan dan kuat tidak ingin wewenang mereka kekuatan. dilanggar atau tidak dipatuhi, sehingga Kekerasan masuk dalam perilaku kekerasan bisa dilakukan dan terjadi pada agresi dan merupakan salah satu tipe siapa saja, tanpa memandang kelas sosial, agresi yang merujuk pada bentuk-bentuk umur, maupun jenis kelamin. Menurut agresi fisik ekstrem. Perilaku agresif Fakih (1999, h. 9), kekerasan adalah tersebut dapat menyebabkan seseorang serangan atau invasi terhadap fisik maupun melakukan tindakan kekerasan kepada 1 Jurnal ILMU KOMUNIKASI VOLUME 17, NOMOR 1, Juni 2020: 1-18 orang lain. Kebutuhan laki-laki untuk lupa bahwa di balik indahnya berpacaran mendominasi atau menguasai perempuan terdapat hal-hal yang berhubungan dan ketidakmampuan untuk berempati dengan kekerasan. Pasangan yang sedang menyebabkan laki-laki lebih senang berpacaran tidak sadar bahwa hubungan mengandalkan kekerasan (Khaninah mereka dapat berubah menjadi mengerikan, & Widjanarko, 2017, h. 151). Menurut tidak sehat, dan dipenuhi kekerasan (Putri, Awuy (dalam Tisyah & Erna, 2013, h. 2) 2012, h. 2). perempuan merupakan makhluk yang pasif American Psychological Association (objek), sedangkan laki-laki merupakan (1996) menyatakan bahwa kekerasan dalam makhluk yang aktif (subjek), sehingga berpacaran (KDP) memiliki pengertian kekuasaan ada di tangan laki-laki. Laki- sebagai kekerasan fisik dan emosional laki sering menjadikan perempuan sebagai yang dilakukan oleh salah satu pihak atau objek kekerasan karena laki-laki hanya keduanya dalam hubungan berpacaran dan sekadar ingin menunjukkan bahwa laki- ditujukan untuk memperoleh kekuasaan, laki memiliki kuasa dan perempuan harus kekuatan, dan kontrol atas pasangannya. tunduk. Perempuan selama ini selalu Sugarman dan Hotaling (1989, h. 1035) dianggap lemah dan mereka tidak dapat mendefinisikan kekerasan berpacaran melawan saat terjadi kekerasan, sehingga sebagai penggunaan atau ancaman kaum perempuan masih banyak mengalami kekuatan fisik dalam hubungan kencan. kekerasan. Perilaku yang termasuk sebagai tindakan Seiring perkembangan zaman, pelaku kekerasan dalam berpacaran adalah salah kekerasan tidak hanya laki-laki. Kini satu pihak merasa tersakiti secara fisik dan perempuan dapat menjadi pelaku kekerasan emosi oleh pasangannya dan menimbulkan dan laki-laki menjadi korban. Kekerasan kesengsaraan dan kerugian. Beberapa faktor biasanya terjadi pada laki-laki dalam konteks penyebab kekerasan dalam berpacaran, hubungan persaudaraan, pertemanan, per- yaitu perdebatan, keinginan yang tidak cintaan, hingga hubungan suami istri. terpenuhi, rasa cemburu, depresi, dan Berpacaran adalah proses perkenalan perilaku yang tidak dikehendaki. Sementara atau pendekatan antara dua insan manusia itu, dampak kekerasan adalah rasa tertekan, yang saling tertarik untuk saling mengenal cemas, takut, sedih, dendam, timbulnya serta menjalin hubungan yang lebih serius perspektif negatif terhadap pasangan, luka dan pribadi. Tujuan akhir berpacaran adalah di tubuh, dan dampak paling fatal, yaitu untuk melanjutkan hidup bersama dalam kematian (Warkentin, 2008, h. 17). ikatan yang resmi. Berpacaran merupakan KDP terdiri dari berbagai bentuk perilaku yang negatif karena berpacaran kekerasan, termasuk kekerasan fisik, merupakan bagian dari pergaulan bebas emosional, paksaan seksual, pelecehan yang dapat menyebabkan hal buruk apabila verbal, menguntit, atau perilaku yang tidak sesuai aturan. Orang-orang sering kali mengancam. Data Centers for Disease 2 Koko Sadewo & Rina Sari Kusuma. Perlawanan Perempuan terhadap ... Control and Prevention (2020) menyatakan dipukul hingga ditendang saat tidak bahwa pada tahun 2013 sekitar 10 persen menuruti sang pacar. Selain itu, sejumlah siswa sekolah menengah atas di Amerika 17 persen responden pernah dikatakan Serikat melaporkan bahwa mereka telah tidak cinta apabila menolak ajakan pacar mengalami kekerasan fisik oleh pasangan untuk berhubungan badan dan sebanyak mereka dan 10 persen lainnya mengalami 33 persen responden pernah dimarahi kekerasan seksual. Data penelitian pacar karena menolak untuk berciuman. Richards, Branch, dan Ray (2014, h. 323) Sementara itu, penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa 22 persen remaja Lembaga Bantuan Hukum (LBH) APIK telah melakukan kekerasan fisik terhadap Semarang pada 2011 menunjukkan bahwa pasangan mereka, sedangkan 16 persen kekerasan terhadap perempuan berjumlah remaja melaporkan bahwa mereka menjadi 95 kasus dan kekerasan dalam berpacaran korban kekerasan pasangan mereka. menempati peringkat kedua tertinggi Sementara itu, 34 persen remaja melaporkan setelah kekerasan dalam rumah tangga terlibat dalam kekerasan emosional dan 39 (Khaninah & Widjanarko, 2017, h. 153). persen remaja melaporkan bahwa mereka Data Komisi Nasional Anti Kekerasan menjadi korban kekerasan tersebut. Bukti terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menunjukkan bahwa kekerasan dalam mengenai kekerasan dalam berpacaran berpacaran merupakan masalah yang menunjukkan sejumlah 4.304 kasus serius dan memiliki beragam dampak yang kekerasan fisik, 3.325 kasus kekerasan merugikan korban. Bentuknya dapat berupa seksual, 2.607 kasus kekerasan psikis, cedera fisik, gangguan stres pascatrauma, dan 971 kasus kekerasan ekonomi (Saroh, depresi, kecemasan, penyalahgunaan obat- 2016). obatan, dan bunuh diri. Selain itu, kekerasan Penelitian sebelumnya yang dilakukan dalam berpacaran di masa datang dapat oleh Prabowo (2012, h. 9) menggambarkan menyebabkan pelaku terlibat kekerasan perempuan sebagai pelaku tunggal tindak dalam rumah tangga (Park & Kim, 2018, kekerasan dan juga sebagai penentu h. 19). akhir cerita. Di dalam cerita, tokoh Dara Khaninah dan Widjanarko (2017, h. digambarkan sebagai perempuan yang 154) menjelaskan bahwa Youth Centre melakukan KDP secara sengaja yang SeBAYA-PKBI Jawa Timur, pada bulan dibuktikan ketika dirinya menjadwal Agustus 2010, di Surabaya, mengadakan dating para korban-korbannya dan survei mengenai kekerasan dalam menyiapkan berbagai senjata untuk dapat berpacaran terhadap 100 remaja. Hasil menghabisi para korbannya. Prabowo survei tersebut menunjukkan bahwa 12 (2012) menggunakan penelitian kualitatif persen responden diputus oleh pacarnya untuk menganalisis video musik Korean karena menolak ketika diajak berhubungan pop (K-pop) dengan objek dan metode badan (seks), 13 persen responden pernah yang berbeda. 3 Jurnal ILMU KOMUNIKASI VOLUME 17, NOMOR 1, Juni 2020: 1-18 Video klip merupakan tampilan visual panggung. Sejak awal 2000-an, ruang lingkup dari hasil penggabungan musik sebuah keterlibatan internasional dalam produksi grup musik atau penyanyi yang diciptakan K-pop telah melebar secara bertahap. tidak hanya untuk mempromosikan lagu Frekuensi mengadakan konser K-pop di atau penyanyinya, melainkan untuk negara-negara asing dan jumlah lagu yang menyampaikan pesan pembuatnya (Effendy, dinyanyikan dalam bahasa asing meningkat 2002, h. 14). Selain itu, sebuah video klip (Choi & Maliangkay, 2014, h. 3). juga menjadi media komunikasi untuk Kemunculan boyband dan girlband menggambarkan realitas sosial yang ada menjadi salah satu faktor kesuksesan musik dalam masyarakat. Oleh karena itu, ketika K-pop. Girlband juga menjadi contoh sebuah video klip sudah disebarluaskan bahwa perempuan juga dapat berkarya. untuk disaksikan khalayak, pembuat video Menurut Bancin dan Nurani (2018), ada klip tersebut memiliki tanggung jawab atas beberapa musik girlband K-pop yang tersebarluasnya nilai, prasangka, hingga liriknya berbicara mengenai perlawanan keyakinan tertentu