Majapahit.100-Beta3-20210320
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
100 Inovasi Sosial di kawasan Majapahit Eko Budhi Suprasetiawan beta 3 2021.03.20 WHY sejarah tentang inovasi sosial yang pernah berlaku di kawasan Majapahit disusun dengan tujuan 1.0 menemukan inovasi buruk yang bisa berulang dan perlu diantisipasi 2.0 menyusun imajinasi what-if inovasi buruk tersebut tidak terjadi, bagaimana keadaaan kawasan ini saat ini ? 3.0 jika dampak inovasi buruk tersebut masih dirasakan, agenda aksi apa yang bisa dimunculkan untuk membuat masa depan lebih baik ? 4.0 menemukan inovasi baik yang perlu diulang 5.0 menyusun agenda-agenda aksi agar inovasi tersebut bisa diulang 6.0 menemukan peluang-peluang agar agenda aksi tersebut bisa diwujudkan lambang kerajaan https://id.wikipedia.org/wiki/Surya_Majapahit masjid https://www.tabloidwisata.com/masjid-wapauwe-kaitetu-maluku/ kopi http://kopidewa.com/cerita-kopi/sejarah-kopi-priangan-koffie-stelsel/ 1293 Akhirnya, Raden Wijaya berhasil merebut kekuasaan dari pemberontak. Kemudian dia bertakhta di ibu kota Majapahit sebagai raja yang pertama bergelar Kertarajasa Jayawarddhana pada hari ke-15 bulan Kartika tahun 1215 Saka yang bertepatan dengan kalender Masehi 10 November 1293. Inilah tanggal yang diperingati sebagai hari berdirinya Kerajaan Majapahit, 720 tahun silam. "Tahun itu mengawali lahirnya suatu kerajaan baru sebagai penerus kerajaan sebelumnya, Singhasari," ujar Hasan Djafar yang seorang ahli arkeologi, epigrafi, dan sejarah kuno Indonesia. Dia juga seorang pensiunan dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. https://sains.kompas.com/read/2013/11/10/2142444/10.November.Hari.Berdirinya.Majapahit 1295 Pemberontakan pertama ini terjadi ketika Wijaya masih berkuasa pada 1217 saka (1295 M). Pemberontakan bupati daerah Datara yang beribukota di Tuban ini dipicu ketidakpuasannya atas kebijakan yang diambil oleh Wijaya. Peristiwa ini dikisahkan dalam Pararaton, Kidung Ranggalawe, dan Kidung Panji Wijayakrama, tapi tidak sebut dalam Nagarakrtagama. Pararaton dan Kidung Ranggalawe mengisahkan Ranggalawe tak terima Nambi dipilih sebagai patih di Majapahit. Dia merasa lebih berjasa dan gagah berani dibanding Nambi. Pemberontakan dapat dipadamkan dan Ranggalawe tewas. Namun, Majapahit kehilangan perwira setianya yang ikut membangun kerajaan, yaitu Kebo Anabrang https://historia.id/kuno/articles/pemberontakan-terhadap-majapahit-DLNbL 1319 Di antara pemberontakan-pemberontakan yang diberitakan Pararaton, yang paling berbahaya adalah pemberontakan Ra Kuti tahun 1319. Ibu kota Majapahit bahkan berhasil direbut kaum pemberontak, sedangkan Jayanagara sekeluarga terpaksa mengungsi ke desa Badander dikawal para prajurit bhayangkari. Pemimpin prajurit bhayangkari yang bernama Gajah Mada kembali ke ibu kota menyusun kekuatan. Berkat kerja sama antara para pejabat dan rakyat ibu kota, Kelompok Ra Kuti dapat dihancurkan. https://id.wikipedia.org/wiki/Jayanagara 1336 Sumpah Palapa adalah suatu pernyataan/sumpah yang dikemukakan oleh Gajah Mada pada upacara pengangkatannya menjadi Patih Amangkubhumi Majapahit, tahun 1258 Saka (1336 M).[1] Sumpah Palapa ini ditemukan pada teks Jawa Pertengahan Pararaton, yang berbunyi : Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: "Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tañjung Pura, ring Haru, ring Butuni, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa". Terjemahannya: Dia Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, "Jika telah menundukkan seluruh Nusantara dibawah kekuasaan Majapahit, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Butuni, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa". Dari isi naskah ini dapat diketahui bahwa pada masa diangkatnya Gajah Mada, sebagian wilayah Nusantara yang disebutkan pada sumpahnya belum dikuasai Majapahit. https://id.wikipedia.org/wiki/Sumpah_Palapa 1326 Pada abad ke 13 M berdidirlah Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malik Al Saleh. Letak kerajaan Samudera Pasai sendiri berada di Aceh Utara tepatnya di kabupaten Lhokseumawe. Pada tahun 1326 ketika Kerajaan Samudera Pasai dipimpin oleh Sultan Malik Al Tahir, diberlakukanlah koin emas sebagai mata uang kerajaan Samudera Pasai. https://www.romadecade.org/kerajaan-islam-di-indonesia/#! 1349 Dalam menjalankan misi dakwahnya Syeikh Jumadil Kubro bersama adiknya Syekh Thanauddeen atau Datuk Adi Putera tiba di Kelantan pada tahun 1349. Dari tempat itu ia menuju Samudera Pasai sebelum akhirnya menuju anah Jawa. Di Jawa, kehadirannya di Jawa tidaklah banyak diketahui orang dan tak seterkenal Wali Songo. Padahal justru dialah adalah ulama yang karena pendekatannya yang luwes sanggup menembus kebesaran Majapahit di puncak-puncak kejayaannya. Beberapa kisah menyebut mendarat di Semarang dari Kelantan, Syekh Jamaluddin Akbar Alhusaini pernah tinggal di tanah perdikan sekitar Cepu dan Bojonegoro. Tak hanya berdakwah, keahlian pertanian Syekh Jamaluddin Akbar Alhusaini justru memberi banyak manfaat rakyat sehingga dapat meyakinkan mereka dan akhirnya memeluk Islam. Menurut Martin van Bruinessen nama Syeikh Jumadil Kubra adalah hyper-correct sekaligus merupakan tokoh yang sama dengan Syekh Jamaluddin Akbar Alhusaini. https://koransulindo.com/syekh-jumadil-kubro-dan-wajah-islam-toleran-di-jawa/ 1357 Sebagaimana namanya, perang Bubat yaitu pertempuran antara kerajaan Pajajaran dengan Majapahit sekitar tahun 1357 Masehi. Peristiwa ini diceritakan dalam beberapa karya seperti Kidung Sunda, Kitab Pararaton. Peristiwa berdarah tersebut terjadi era Hayam Wuruk. Hal itu ditengarahi oleh rencana pernikahannya dengan puteri Pajajaran, Pernikahan tersebut ternyata juga mengandung unsur politik, sehingga membuat Raja Linggabuwana enggan menyerahkan putrinya serta semua seserahan yang dibawanya. Akhirnya timbul peperangan di lapangan Bubat dan memakan banyak korban jiwa. Raja Linggabuwana mati terbunuh, sedangkan Diah Pitaloka dan ibunya bunuh diri setelah mengetahui hal itu. Sedangkan dari pihak Majapahit juga kehilangan banyak pasukan, termasuk konon Patih Gajah Mada. Ternyata peristiwa perang bubat tidak didukung dengan primer yang kuat semacam prasasti ataupun relief yang sezaman. Mengingat zaman dahulu banyak kejadian yang diabadikan dengan prasasti, tugu, atau semacamnya. Hanya ada satu prasasti yaitu Batu Tulis yang mencatat kematian raja Linggabuwana akibat Perang Bubat. Hal itu hanya dituturkan dalam historiografi tradisional seperti kitab Pararaton (1357), Kidung Sunda (1540), Carita Parahiyangan. Semuanya menceritakan mengenai peristiwa Perang Bubat. Versi isi ceritanya hampir sama antara satu dengan lainnya, begitu pula dengan Kidung Sundayana (1920) karya C.C Berg, sejarawan Belanda. Sedangkan Negarakertagama tidak menyinggung sama sekali mengenai peristiwa Bubat. Di sisi lain, peristiwa tersebut sering menjadi cerita turun temurun, dari mulut ke mulut khususnya di masyarakat Sunda dan Jawa. Hal itu menjadi hegemoni tersendiri antara kedua masyarakat tersebut, misalnya adanya mitos perempuan Sunda tidak boleh menikah dengan laki-laki Jawa. https://www.brilio.net/creator/6-misteri-tentang-bubat-yang-masih-jadi-teka-teki-hingga-kini-d 03bce.html 1359 Tragedi di Bubat, menurut Pararaton terjadi pada 1279 Saka atau 1357. Menurut Drake, peristiwa ini adalah malapetaka besar bagi Sunda. Di sisi lain, mendorong Majapahit merefleksi diri. Ada dampak positif setelahnya. Drake melihat Raja Hayam Wuruk menjadi tergugah dan berusaha untuk tidak lagi terlalu menggantungkan diri pada Gajah Mada dalam mengambil keputusan sulit di pemerintahan. Dia mulai langsung terlibat di dalamnya. Hayam Wuruk mencetuskan sistem pemerintahan baru. Dia membuat penguasa dapat memainkan peranan aktif secara langsung. Dia meminta pertimbangan dari keluarga dan pejabat senior sebelum mengambil keputusan vital. “Ia melakukan serangkaian perjalanan ke berbagai daerah agar mengetahui isu-isu hangat di masyarakat,” kata Drake. Salah satu caranya seperti digambarkan Prapanca dalam Nagakretagama tentang lawatan Hayam Wuruk ke Lamajang. Slamet Muljana dalam Tafsir Sejarah Nagarakretagama menjelaskan, Sang Prabu dengan membawa rombongan kerajaan bertolak dari ibukota Majapahit pada 1359 M. Dalam perjalanannya, dia melewati Kunir dan Basini terus ke Sadeng. Padahal, 28 tahun sebelumnya, Sadeng salah satu wilayah yang memberontak kepada Majapahit. “Lawatan itu rupanya menjadi salah satu cara diplomatik Hayam Wuruk merekatkan kembali hubungan dengan wilayah bawahannya,” catat Muljana. https://historia.id/kuno/articles/perang-bubat-dan-dampaknya-buat-majapahit-vgL7n 1404 Setelah pengangkatan Bhre Lasem baru, perang dingin antara istana barat dan timur berubah menjadi perselisihan. Menurut Pararaton, Bhre Wirabhumi dan Wikramawardhana bertengkar tahun 1401 dan kemudian tidak saling bertegur sapa. Perselisihan antara kedua raja meletus menjadi Perang Paregreg tahun 1404. Paregreg artinya perang setahap demi setahap dalam tempo lambat. Pihak yang menang pun silih berganti. Kadang pertempuran dimenangkan pihak timur, kadang dimenangkan pihak barat. Akhirnya, pada tahun 1406 pasukan barat dipimpin Bhre Tumapel putra Wikramawardhana menyerbu pusat kerajaan timur. Bhre Wirabhumi menderita kekalahan dan melarikan diri menggunakan perahu pada malam hari. Ia dikejar dan dibunuh oleh Raden Gajah alias Bhra Narapati yang menjabat sebagai Ratu Angabhaya istana barat. Raden Gajah membawa kepala Bhre Wirabhumi ke istana barat. Bhre Wirabhumi kemudian dicandikan di