IDENTIFIKASI LAHAN GAMBUT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT 8 OLI TIRS BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) STUDI KASUS PULAU

Akhbar Putra 1), Sigit Sutikno 2), Rinaldi 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas 2) Dosen Jurusan Teknk Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Bina Widya J. HR Soebrantas KM 12,5 , Kode Pos 28293 Email: [email protected]

Abstract This paper presents the application of satellite remote sensing techniques to detect and identify peatland cover types in Riau Province, . Mapping the spatial distribution of organic soils is important for decision making in land management and mitigation of peatland forest fires. Organic soil types have a strong effect on carbon storage, water availability and quality, biodiversity and many other ecosystem services. This study uses GIS software and Landsat-8 satellite data to identify the type of peat land cover in Tebing Tinggi island. This area were picked up as pilot project areas for this research, because these areas historically had many fire spots on last few years. The results show how this approach can be used to land cover classification and for predicting mineral and organic soils in locations within the map unit quickly and cost-effectively. The identification of Peatland was done using composites of band ratios and single band variables. The best composite band ratio that can be used is a 7-5-3 band combination. This combination consists of band 7 (Shortwave Infrared 2), band 5 (Near Infrared) and band 3 (Green). This combination is selected because it can classify land cover of peatland into 5 classes, there are primary peat swamp forest, disturbed / regrowth peat swamp forest, agriculture mosaic, burn scars or urban areas, missing data or water. The result of data processing of Landsat 8 Satellite image shows that 95% of Tebing Tinggi island area is composed of peatland. Based on the results of data processing Citra Landsat 8 can be seen some areas of Tebing Tinggi islands indicate red color means the area of burn scars or burn earth. The result of fire point processing shows the largest number of hotspots existed throughout the year 2014 with the number of fire points as much as 1351 points. In the year 2013 with the number of hotspots as much as 110 points and the smallest occurred throughout the year 2015 with the number of points of fire as much as 79 points. The result map peatlands will be useful for land management and carbon storage decisions in the soil in an effort to prevent land and forest fires.

Keywords: GIS, remote sensing, peat, land cover, hotspot.

A. PENDAHULUAN 1998).Riau, merupakan provinsi dengan Lahan gambut di Indonesia seluas 20 lahan gambut terluas di Pulau Sumatera juta hektar atau menduduki urutan ke empat yaitu ± 4,04 juta Ha atau 56,1% dari luas dalam kategori lahan gambut terluas di total lahan gambut di Sumatera (Wahyunto dunia setelah Kanada, Uni Soviet dan et.al, 2003.). Setelah Siak, Kepulauan Amerika. Lahan gambut tersebut sebagian Meranti merupakan lahan gambut kelima besar terdapat di empat Pulau besar yaitu terluas dan terdalam di Provinsi Riau Sumatera 35%, Kalimantan 32%, Sulawesi (Mubekti, 2011). 3% dan Papua 30% (Wibowo dan Suyatno,

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 1

Lahan gambut merupakan suatu Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti, ekosistem yang unik dan rapuh, karena Provinsi Riau dengan menggunakan Citra lahan ini berada dalam suatu lingkungan Landsat 8. rawa. Gambut sangat berperan penting dalam menjaga keanekaragaman hayati dan B. TINJAUAN PUSTAKA pengaturan iklim. Pembukaan lahan gambut 1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian melalui penebangan hutan (land clearing) Kabupaten Kepulauan Meranti dan drainase yang tidak hati-hati akan merupakan kabupaten baru, dari pemekaran menyebabkan penurunan permukaan Kabupaten . Kabupaten (subsiden) permukaan yang cepat, Kepulauan Meranti terdiri dari tiga pulau pengeringan yang tak dapat balik utama yaitu Pulau , Pulau Tebing (irreversible drying), dan menyebabkan Tinggi, Pulau Padang. Pulau Tebing Tinggi gambut mudah terbakar. terdiri dari 3 Kecamatan, yaitu Kecamatan Kebakaran hutan dan lahan gambut Tebing Tinggi Timur, Kecamatan Tebing mengakibatkan bencana asap yang Tinggi dan Kecamatan Tebing Tinggi Barat. mengancam aspek-aspek kehidupan Kondisi topografi Pulau Tebing Tinggi manusia pada tingkat lokal, nasional, merupakan wilayah di Pesisir Timur Pulau regional, bahkan global. Hilangnya vegetasi Sumatera yang merupakan dataran rendah dan terbukanya hutan rawa gambut dengan mayoritas berupa lahan gambut menyebabkan banjir pada musim hujan, sehingga air bersih sangat sulit untuk mengurangi penyerapan karbon sehingga didapatkan. Sumber air bersih yang utama meningkatkan efek rumah kaca, serta hutan daerah ini adalah air hujan. akan kehilangan fungsi pengaturan Bencana alam yang sering terjadi setiap iklimnya. Indonesia merupakan transmitor tahunnya di Kabupaten Kepulauan Meranti utama gas rumah kaca (GRK) yang sebagaimana halnya di Provinsi Riau adalah berkontribusi terhadap perubahan iklim. banjir dan kebakaran lahan sehingga Faktor utama penyebab emisi GRK di berakibat kepada kabut asap. Kebakaran Indonesia adalah terjadinya deforestasi hutan dan lahan ini berakibat kepada (penggundulan) dan degradasi hutan dan menurunnya kualitas udara di Kepulauan lahan gambut akibat kebakaran. Meranti dan Provinsi Riau menjadi sangat Peta luasan lahan gambut yang ada saat tidak sehat hingga berbahaya sehingga ini ialah Peta Lahan Gambut Indonesia berdampak kepada kesehatan. Oleh karena dengan skala 1:250.000 (Kementrian itu, upaya meminimalisir kebakaran hutan Pertanian, 2011). Peta tersebut masih terlalu dan lahan perlu menjadi prioritas kasar dan belum memadai untuk penanganan bencana di Kepulauan Meranti pengelolaan gambut secara terintegrasi, dan Provinsi Riau (RKPD Meranti,2016). oleh karena itu perlunya Pemetaan lahan gambut secara lebih detail yang 2. Mitigasi Bencana diprioritaskan pada kawasan yang Mitigasi merupakan segala upaya yang diindikasikan pada wilayah-wilayah gambut dilakukan untuk mengurangi dan yang terlantar. Penelitian ini akan memperkecil dampak bencana alam. menampilkan informasi dalam bentuk Sedangkan bencana adalah peristiwa yang pemetaan lahan gambut serta melakukan mengancam dan mengganggu kehidupan identifikasi lahan gambut di Pulau Tebing masyarakat yang disebabkan, baik oleh

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 2 faktor alam / non alam maupun faktor 4. Kebakaran Lahan Gambut manusia sehingga mengakibatkan Kebakaran lahan gambut yaitu sebuah timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan peristiwa kebakaran yang terjadi pada area lingkungan, kerugian harta, dan dampak gambut yang disebabkan karena perbuatan psikologis. Mitigasi meliputi beberapa manusia maupun karena faktor alam yaitu kegiatan, diantaranya menerbitkan peta kekeringan atau musim kemarau. Pada lahan gambut seperti pada penelitian ini. kondisi alami, lahan gambut tidak mudah terbakar karena sifatnya yang menyerupai 3. Pengertian Lahan Gambut spons, yakni menyerap dan menahan air Lahan gambut didefinisikan sebagai secara maksimal sehingga pada musim lahan dengan tanah jenuh air, terbentuk dari hujan dan musim kemarau tidak ada endapan yang berasal dari penumpukkan perbedaan kondisi yang ekstrim. sisa-sisa (residu) jaringan tumbuhan masa Namun, apabila kondisi lahan gambut lampau yang melapuk, dengan ketebalan tersebut sudah mulai terganggu akibat lebih dari 50 cm (Rancangan Standar adanya konversi lahan. Maka keseimbangan Nasional Indonesia-R-SNI, Badan ekologisnya akan terganggu. Pada musim Sertifikasi Nasional, 2013). Kandungan C kemarau, lahan gambut akan sangat kering organik yang tinggi (≥ 18%) dan dominan sampai kedalaman tertentu dan mudah berada dalam kondisi tergenang (an-aerob). terbakar. Gambut mengandung bahan bakar Kandungan karbon yang relatif tinggi (sisa tumbuhan) sampai di bawah berarti lahan gambut dapat berperan sebagai permukaan tanah secara lambat dan sulit penyimpan karbon. Namun demikian, dideteksi, dan menimbulkan asap tebal. Api cadangan karbon dalam tanah gambut di lahan gambut sulit dipadamkan sehingga bersifat labil, jika kondisi alami lahan bisa berlangsung lama. (WWF, 2010). gambut mengalami perubahan atau terusik maka gambut sangat mudah rusak. 5. Perkembangan dan Karakteristik Landsat Satelit Landsat pada untuk pertama kalinya disebut ERTS (Earth Resources Technology Satellite), kemudian namanya diubah menjadi Landsat pada tahun 1974. Ada delapan satelit yang telah diluncurkan, Landsat-1 diluncurkan pada tanggal 22 Juli 1972 yang dihentikan operasinya pada tanggal 6 Januari 1978. Landsat-2 diluncurkan pada tanggal tanggal 22 Januari 1975, kemudian pengoperasiannya dihentikan pada tanggal 22 Januari 1980, kemudian dikembalikan ke bumi sebagai satelit sumber utama bumi pada tanggal 21 Juni 1990 atas dasar stabilisasi Gambar 1. Proses Terbentuknya Lahan magnetiknya. Landsat-3 diluncurkan pada Gambut tanggal 03 Maret 1978, kemudian dikembangkan masalah di dalam sensor

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 3

Tabel 1. Perkembangan Satelit Landsat berhubungan dengan posisi-posisi di Nama Jenis Diluncurkan Dihentikan permukaan bumi. SIG atau GIS satelit Sensor (Geographic Information System) 6 Januari RBV Landsat-1 22 Juni 1972 dan merupakan suatu bentuk sistem informasi 1978 MSS yang menyajikan informasi dalam bentuk 22 Januari 22 januari RBV Landsat-2 dan 1975 1980 grafis dengan menggunakan peta sebagai MSS antar muka. 03 Maret 31 maret RBV Landsat-3 dan 1978 1983 MSS Landsat-4 16 Juli 1982 1993 MSS 7. Identifikasi Lahan Gambut 26 Menggunakan Landsat 1 Maret Landsat-5 Desember TM 1984 Landsat adalah data multispectral. Pada 2012 5 Oktober saat ini data Landsat terbaru yang tersedia Landsat-6 Gagal Orbit 1993 adalah Landsat 8 OLI (Operational Land 15 April Sampai Landsat-7 ETM+ 1999 Sekarang Imager), dan dilengkapi dengan data 11 Februari Sampai OLI_ Landsat 7 ETM+ (Enhanced Thematic Landsat-8 2013 Sekarang TIRS Mapper plus). Band 3 (red), 4 (near Sumber : Purwaningsih (2013) infrared), 5 (shortwave infrared 1 (SWIR 1)

Karakteristik band dari landsat-8 atau mid infrared) dan 7 (shortwave infrared OLI_TIRS (Operational Land Imager and 2 (SWIR 2) atau far infrared) untuk Landsat Thermal Infrared Sensor) dapat dilihat pada 8 OLI TIRS paling umum dipergunakan tabel berikut. untuk untuk pemetaan vegetasi serta tutupan lahan. Tabel 2. Karakteristik Band Landsat 8 OLI Adapun pada klasifikasi image (citra) Panjang Resolusi terbagi menjadi lima tutupan lahan Band Gelombang Spasial Keterangan diantaranya sebagai berikut. (µm) (m) 1 0,43 - 0,45 30 Coastal Tabel 3. Tutupan lahan pada Klasifikasi 2 0,45 - 0,51 30 Sinar (Biru) No Tipe tutupan lahan Keterangan 3 0,53 - 0,59 30 Sinar (Hijau) 1 Hutan rawa gambut Hutan rawa gambut yang 4 0,64 - 0,67 30 Sinar (Merah) Primer masih segar dan belum 5 0,85 - 0,88 30 NIR (Dekat) terganggu oleh aktifitas 6 1,57 - 1,65 60 SWIR 1 penebangan dan 7 2,11 - 2,29 30 SWIR 2 kebakaran hutan 8 0,50 - 0,68 15 Pankromatik 2 Hutan rawa gambut Hutan rawa gambut yang 9 1,36 - 1,38 30 Cirrus terganggu telah terganggu oleh 10 10,60 - 11,19 100 TIRS 1 aktifitas penebangan dan 11 11,5 - 12,51 100 TIRS 2 kebakaran hutan 3 Lahan Pertanian / Terdiri dari hutan tanaman Sumber : Purwaningsih (2013) Perkebunan industri dan beberapa jenis

penggunaan lahan 6. Sistem Informasi Geografis pertanian lainnya Sistem Informasi Geografis menurut 4 Lahan Kering / Pemukiman, tanah Rice dalam Rafiuddin (2012) adalah sistem Pemukiman kosong, lahan kering (termasuk daerah yang komputer yang digunakan untuk habis terbakar) memasukkan, menyimpan, memeriksa, 5 Kehilangan Data Awan , Bayangan Awan mengintegrasikan, memanipulasi, dan Air Sumber : Lahiru S.Wijedasa, 2012 menganalisis, dan menampilkan data yang

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 4

Forest Watch Fires pada alamat website 5 3 www.fires.globalforestwatch.org.

2

4 1

Gambar 2. Klasifikasi Tutupan Lahan

Keterangan : Gambar 3. Tampilan situs Global Forest 1- Hutan rawa gambut primer Watch Fires 2- Hutan rawa gambut terganggu 3- Lahan pertanian atau perkebunan Data ini berfungsi untuk menentukan 4- Lahan kering atau lahan habis terbakar titik rawan kebakaran serta menjadi acuan 5- Air atau Sungai penentuan klasifikasi lahan gambut yang berada pada wilayah penelitian. C. METODE PENELITIAN Peta existing gambut digunakan 1. Lokasi Penelitian sebagai verifikasi untuk tingkat keakuratan Lokasi penelitian dilakukan di peta lahan gambut menggunakan Citra kabupaten kepulauan Meranti, pulau Tebing Satelit Landsat 8 OLI. Peta existing gambut Tinggi, Provinsi Riau. Pulau Tebing Tinggi diperoleh dari Kementrian Lingkungan berada pada posisi 00° 52’ 382” LU dan Hidup dan Kehutanan. Peta Administrasi 102° 56’ 911” BT. dan data keadaan umum lokasi penelitian diperoleh dari RKPD dan RPJMD 2016 Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Data ini dapat diunduh pada website sipd.bangda.kemendagri.go.id.

3. Bagan Alir Penelitian Dalam penelitian ini pengolahan data Gambar 4. Peta Administrasi Pulau menggunakan software GIS yang Tebing Tinggi digunakan untuk digitasi wilayah serta (Sumber: RKPD Meranti 2016) untuk mencari luasan obyek. Penggunaan software pembantu tersebut memerlukan 2. Pengumpulan Data tahapan-tahapan. Tahapan tersebut terdiri Data Landsat yang digunakan pada dari sebagai berikut yang dijelaskan pada penelitian ini adalah data Citra Satelit bagan alir di bawah. Landsat 8 OLI (Operational Land Imager) yang didapatkan di website USGS (United States Geological Surveys) yang terdiri dari 11 band. Data titik kebakaran Indonesia (fire archive) diperoleh dari situs milik Global

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 5

c. Koreksi Geomtrik dan Pemotongan Citra Koreksi geometrik atau rektifikasi (pemulihan) bertujuan memperbaiki distorsi geometrik sehingga diperoleh citra dengan sistem proyeksi dan koordinat yang seragam seperti yang ada pada peta. Kelebihan pada citra Landsat adalah citra yang di download terutama pada data level 1 dalam format geotiff sudah terkoreksi geometriknya. Pemotongan citra bertujuan untuk memfokuskan pada areal penelitian serta mereduksi ukuran file gambar peta. d. Penajaman Citra (Image Enhancement) Penajaman citra (image enhancement) atau biasa disebut transformasi image ini digunakan unutk meningkatkan kontras warna dan cahaya pada suatu citra. Penajaman dilakukan dengan metode Pan Sharpening yang memanfaatkan Band 8 Phancromatik yang memiliki resolusi paling tinggi. Gambar 5. Bagan Alir Penelitian e. Analisis Data Landsat Pada penelitian kali ini analisis data

4. Tahapan Penelitian landsat dilakukan dengan menggunakan Tahapan-tahapan dalam penelitian ini metode Band Combination. Kombinasi adalah sebagai berikut : band yakni menggabungkan (fusi) antara 3

a. Tahap Persiapan buah single band menjadi sebuah komposit Studi literatur dilakukan dengan band. Dimana masing masing kombinasi mengumpulkan bahan-bahan pustaka band akan memberikan informasi yang seperti buku-buku teori, jurnal dan berbeda-beda tergantung kombinasi yang kepustakaan lainnya. Citra penginderaan dilakukan. Kombinasi band yang digunakan jauh yang digunakan dalam penelitian ini ialah band 3 (green), 5 (near-infrared), dan adalah Citra Satelit Landsat 8 OLI 7 (shortwave-infrared 2). (Operational Land Imager) yang terdiri dari f. Intrepetasi Image dan Penentuan 11 band. Citra ini dapat diperoleh pada situs Klasifikasi milik USGS (United States Geological Interpretasi citra merupakan kegiatan Surveys) dengan alamat website mengidentifikasi objek melalui citra www.glovis.usgs.gov. penginderaan jauh. Pengenalan terhadap

b. Koreksi Radiometrik obyek untuk membuat kelas-kelas atau Koreksi radiometrik merupakan klasifikasi dari obyek tersebut. Metode koreksi yang dilakukan karena adanya efek klasifikasi yang digunakan dalam penelitian atmosferik yang mengakibatkan ini ialah metode Supervised Classification kenampakan bumi tidak selalu tajam dan Unsupervised Classification.

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 6

D. HASIL DAN PEMBAHASAN c. Kombinasi Band 4-5-6 1. Analisis Penentuan Kombinasi Band Kombinasi ini terdiri dari band 4 (Red), Citra Landsat 8 OLI TIRS band 5 (Near Infrared), band 6 (Shortwave Penelitian ini memilih metode Band Infrared 1). Kombinasi band ini dipakai oleh Combination dalam melakukan identifikasi Matthew J Aitkenhead,dkk pada tahun 2007 lahan gambut. Menurut beberapa penelitian dalam penelitiannya yang berjudul sebelumnya kombinasi band terbaik yang “Mapping and Classification of Peatland on dapat digunakan untuk memetekan lahan the Isle of Lewis Using Landsat ETM+” gambut ialah antara lain sebagai berikut. a. Kombinasi Band 6-5-4 Kombinasi ini terdiri dari band 6 (Shortwave Infrared 1), band 5 (Near Infrared) dan band 4 (Red). Kombinasi ini yang paling banyak dipakai di Indonesia, sehingga SNI (Standar Nasional Indonesia) juga menyarankan kombinasi ini untuk Gambar 8. Hasil Band Combination 4-5-6 dapat memetakan gambut dengan cepat. d. Kombinasi Band 7-5-3 Kombinasi ini terdiri dari band 7 (Shortwave Infrared 2), band 5 (Near Infrared) dan band 3 (Green). Kombinasi band ini diperoleh dan dipakai pada penelitian Lahiru S.Wijedasa tahun 2012 yang berjudul “Overcoming Limititations Gambar 6. Hasil Band Combination 6-5-4 with Landsat Imagery for Mapping of Peat Swamp Forest in Sundaland” b. Kombinasi Band 7-6-3 Kombinasi ini terdiri dari band 7 (Shortwave Infrared 2), band 6 (Shortwave Infrared 1), band 3 (Green). Kombinasi band ini dipakai oleh Matthew J Aitkenhead,dkk pada tahun 2007 dalam penelitiannya yang berjudul “Mapping and Classification of Peatland on the Isle of Gambar 9. Hasil Band Combination 7-5-3 Lewis Using Landsat ETM+” Kombinasi band 7-5-3 merupakan kombinasi terbaik yang nantinya akan digunakan untuk proses klasifikasi dari tutupan lahan yang terlihat. Kombinasi ini dapat memberikan informasi warna yang lebih banyak serta terlihat jelas perbedaan antar tiap warnanya. Sehingga informasi Gambar 7. Hasil Band Combination 7-6-3 yang kita dapatkan bisa lebih akurat dan tepat.

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 7

2. Analisis Penentuan Klasifikasi Citra Klasifikasi supervised atau klasifikasi Digital terbimbing adalah suatu metode klasifikasi Klasifikasi citra memiliki tujuan untuk yang menggunakan trace area atau area mengkategorikan setiap pixel yang ada contoh. D sini user (pengguna) menentukan dalam sebuah citra digital ke dalam tipe objek apa saja yang ada di peta dengan tutupan lahan atau kelas jenis lahan tertentu. membuat semacam polygon untuk daerah Analisis penentuan klasifikasi citra digital, tertentu (signature file). Kemudian sotfware penelitian ini menggunakan 2 metode, yaitu akan mencari daerah yang mempunyai sebagai berikut : kesamaan dengan berdasarkan data a. Unsupervised Clasification (Klasifikasi signature yang telah di buat. tak terbimbing) Klasifikasi tidak terbimbing dapat diartikan sebagai suatu metode yang dimana sistem secara otomatis melakukan pengelompokkan kelas-kelas berdasarakan kesamaan pixel. Jadi software secara otomatis mengelompokkan kelas – kelas dengan jumlah kelas yang kita pilih sebelum proses dimulai.

Gambar 11. Hasil running klasifikasi terbimbing

Tabel 5. Luasan Tutupan Lahan Supervised Classification No Tipe Tutupan Lahan Luasan (ha) 1 Hutan rawa gambut primer 41.304 2 Hutan rawa gambut terganggu 57.193 3 Lahan Pertanian / Perkebunan 16.182 4 Lahan kering / Pemukiman 20.297 Gambar 10. Hasil running klasifikasi tak 5 Kehilangan Data / Air 1.295 terbimbing Sumber : Analisis GIS

Tabel 4. Luasan Tutupan Lahan 3. Verifikasi Tingkat Akurasi Peta Unsupervised Classification Verifikasi digunskan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keakuratan peta yang No Tipe Tutupan Lahan Luasan (ha) diolah dari Citra Satelit Landsat 8 OLI- 1 Hutan rawa gambut primer 66.114 2 Hutan rawa gambut terganggu 29.864 TIRS. 3 Lahan Pertanian / Perkebunan 20.231 a. Luas Pulau Tebing Tinggi 4 Lahan kering / Pemukiman 13.145 Perbandingan luas pulau Tebing Tinggi 5 Kehilangan Data / Air 6.917 Sumber : Analisis GIS menggunakan data Pemerintah Kabupaten Kep. Meranti dan Citra Landsat 8 OLI TIRS b. Supervised Classification (Klasifikasi terbimbing)

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 8

Tabel 6. Perbandingan Luasan Pulau Tebing NASA dalam perekaman titik api yang ada Tinggi di seluruh dunia. Luasan No Sumber Km2 Ha Tabel 8.Data Titik Api Per Bulan Pulau 1 Pemerintah Kabupaten Kep. 1436 143.633 Tebing Tinggi Tahun 2013 - 2015 Meranti 2 Citra Satelit Landsat 8 1363 136.274 Jumlah Titik Api OLI_TIRS (Analisis GIS) Bulan Tahun Tahun Tahun 2013 2014 2015 Tingkat akurasi peta luas Pulau Tebing Januari 3 24 5 Tinggi mencapai 94,64% dan tingkat Februari 6 655 3 kesalahan atau perbedaan mencapai 5,36%. Maret 8 628 7 April 4 5 4 Kesalahan disebabkan oleh beberapa faktor. Mei 2 8 2 Faktor tersebut diantaranya resolusi citra yg Juni 38 5 1 kurang tajam sehingga proses digitasi tidak Juli 29 3 0 akurat. Agustus 15 5 0 September 5 8 0 b. Luas Lahan Gambut Pulau Tebing Oktober 0 7 52 Tinggi November 0 3 1 Perbandingan luas lahan gambut pulau Desember 0 0 4 Tebing Tinggi menggunakan data Total 110 1351 79 Kementrian Lingkungan Hidup dan Sumber : Analisis GIS Kehutanan dan Citra Landsat 8 OLI TIRS. Adapun Pengolahan titik kebakaran Tabel 7.Perbandingan Luas Lahan Gambut untuk setiap tahunnya sebagai berikut. Pulau Tebing Tinggi Luasan a. Pengolahan Citra dan Titik Kebakaran No Sumber 2 Km Ha Tahun 2013 1 Kementrian Lingkungan 1295 129.537 Hidup dan Kehutanan Hasil dari overlay titik kebakaran 2 Citra Satelit Landsat 8 (hotspot) dengan hasil pengolahan Citra OLI_TIRS Landsat 8 disajikan pada gambar berikut ini. a Supervised Classification 1330 133.026 b UnsupervisedClassification 1306 130.674

4. Analisis Data Sebaran Titik Api

Pada Lahan Gambut

Data sebaran titik api diambil mulai tahun 2013 sampai dengan tahun 2015. Data yang diambil adalah data sebaran titik api untuk setiap tahunnya dimulai pada awal bulan Januari sampai dengan akhir bulan desember untuk setiap tahunnya. Data Gambar 12. Peta Sebaran Titik Api Tahun diperoleh pada situs milik Global Forest 2013 Watch Fire yang bekerja sama dengan

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 9

Gambar 13. Grafik Titik Api Per Bulan

Pulau Tebing Tinggi Tahun 2013

Gambar 16. Peta Sebaran Titik Api Tahun b. Pengolahan Citra dan Titik Kebakaran 2015 Tahun 2014

Hasil dari overlay titik kebakaran (hotspot) dengan hasil pengolahan Citra Landsat 8 disajikan pada gambar berikut ini.

Gambar 17. Grafik Titik Api Per Bulan Pulau Tebing Tinggi Tahun 2015

E. KESIMPULAN Gambar 14. Peta Sebaran Titik Api Tahun Hasil kombinasi band terbaik yang 2014 digunakan untuk memetakan lahan gambut menggunakan Landsat 8 ialah kombinasi band 7-5-3. Kombinasi band 7-5-3 yang terdiri dari band 7 (Shortwave Infrared 2), band 5 (Near Infrared) dan band 3 (Green) dapat mengklasifikasi tipe tutupan lahan dari Citra Satelit Landsat 8 OLI_TIRS. Luas lahan gambut pulau Tebing Tinggi yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup ialah sebesar 1295 km2 atau 129.537 ha. Sedangkan pada Gambar 15. Grafik Titik Api Per Bulan Supervised Classification sebesar 1330 km2 Pulau Tebing Tinggi Tahun 2014 atau 133.026 ha dan Unsupervised Classification sebesar 1306 km2 atau c. Pengolahan Citra dan Titik Kebakaran 130.674 ha yang dianalisis menggunakan Tahun 2015 Citra Satelit Landsat 8 OLI_TIRS. Hasil dari overlay titik kebakaran (hotspot) disajikan pada gambar berikut ini.

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 10

Hasil menunjukkan bahwa 95% luas United States Geological Survey. Earth wilayah pulau Tebing Tinggi ialah terdiri Resources Observation and Science dari lahan gambut. Hanya 5% dari luas Center(EROS).http://glovis.usgs.gov/ wilayah yang tidak gambut yaitu berada di ,diakses 01 Agustus 2016. kota . Jumlah titik api terbesar WWF. (2010). Forest Fire WWF Indonesia. terdapat di sepanjang tahun 2014 yaitu 1351 Retrieved November 28, 2016, from titik. Pada tahun 2013 dengan jumlah titik http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/u api sebanyak 110 titik dan yang paling paya_kami/iklim_dan_energi/solusik terkecil terjadi di sepanjang tahun 2015 ami/adaptasi/forest_fire.cfm yaitu 79 titik. Mubekti, (2011). Studi Pewilayahan Dalam Rangka Pengelolaan Lahan F. DAFTAR PUSTAKA Gambut Berkelanjutan di Provinsi Anonim. (2016). RKPD Kabupaten Riau. Pusat Teknologi Inventarisasi Kepulauan Meranti 2016. Meranti: Sumberdaya Alam - BPPT, Jakarta. Pemerintahan Kabupaten Kepulauan Wahyunto, S Ritung (2003). Map of Meranti. Peatland Distribution Area and Purwaningsih (2013). Karakteristik Lahan Carbon Content in . Wetland Gambut Sifat Fisik Tanah Gambut International - Indonesia Program and Kematangan Gambut. Balai Wildlife Habitat Canada (WHC) Penelitian Tanah, Bogor Brown, E., Aitkenhead, M., Wright, R., & Global Forest Watch Fires. National Aalders, I. H. (2007). Mapping and Aeronautics and Space classification of Peatland on the Isle Administration (NASA). of Lewis using Landsat ETM+. http://fires.globalforestwatch.org/, Scottish Geographical Journal, diakses 14 Oktober 2016. 123(3), 173–192. Jailani. (2014). Analisis Sedimentasi dan Wijedasa, L.S., Sloan, S., Michelakis, D.G., Gerusan Waduk PLTA Koto Panjang & Clements G.R, (2012). Menggunakan Data Penginderaan Overcoming Limitations with Landsat Jauh. Skripsi pada Universitas Riau. Imagery for Mapping of Peat Swamp Forest in Sundaland

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 11