Koleksi Cerita, Novel, & Cerpen Terbaik Teruo Nakamura, Tentara
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
ILMUIMAN.NET: Koleksi Cerita, Novel, & Cerpen Terbaik Mini Biografi (16+). 2018 (c) ilmuiman.net. All rights reserved. Berdiri sejak 2007, ilmuiman.net tempat berbagi kebahagiaan & kebaikan.. Seru. Ergonomis, mudah, & enak dibaca. Karya kita semua. Terima kasih & salam. *** Teruo Nakamura, Tentara Jepang Dari Morotai Pendahuluan Di internet, banyak cerita tentang Prajurit (Private) Teruo Nakamura. Dia juaranya, dari tentara Jepang yang terus bersembunyi sejak selesainya perang dunia kedua. Tapi cerita Nakamura ini agak tragis. Salah satu sumber artikel untuk cerita ini, adalah dari Majalah Time online, dicuplik dari Time edisi 13 Januari 1975 dan wikipedia.com. Berikut ini, adalah terjemahannya, dilengkapi cerita dari sumber-sumber lain. Ada kesaksian dari saksi mata, responden RRI yang diwawancara Republika. Tahun 1974, apa yang terjadi di Indonesia? Saat itu, kita baru mulai 'bangkit kembali', dari gegeran pergantian era orde lama ke orde baru. Mohon maklum, di akhir masa orde lama, Indonesia kena embargo dari negeri-negeri barat, disebabkan terlalu pro komunis, terus ada konfrontasi dengan Malaysia segala, dan segala rupa. Perekonomian ancur-ancuran. Pegawai negeri di segenap pelosok.. itu sering gajian-nya dibon. Sandang-pangan susah. Nah, keadaan mulai berubah, setelah muncul orde baru yang amat pro barat (dan anti komunis). Berkat sikap baru pro-barat ini,.. bantuan-bantuan bermunculan. Dari barat. Jelas-lah. Kalo pro-barat, terus bantuannya datang dari Nyi Roro Kidul, itu cerita mistik, ya? Kebanyakannya bantuan berupa hutang, tapi rakyat gak peduli, mau hutang kek, apa kek, yang penting sandang pangan lebih tercukupi. Tentu, itu tidak serta merta. Hutang di terima,.. ngalir sampai ke pelosok-pelosok, itu perlu waktu. Dan juga untuk mulai terasa 'multiplier effect'-nya secara makro, itu perlu waktu juga. Nah, 1974, itu awal-awalnya.. ketika multiplier effect mulai nendang . Jadi,.. rakyat secara luas terus diliput rasa optimis, mulai merasai tanda-tanda kemakmuran ekonomi. Negeri Jepang sendiri, pada periode ini sedang booming-boomingnya. Industrinya mulai dapat posisi kuat di segenap pelosok dunia. Pertumbuhan ekonomi pesat, dan mulai jadi economic miracle of the 70s. Kira-kira begitu. Jaman perang sudah berlalu cukup lama, nyaris 30 tahun.. dan mulai terasa jauh. Eh, tahu-tahu.. muncul beberapa pejuang jaman perang, yang masih belum menyerah. Alkisah, setelah Sersan Shoichi Yokoi menyerahkan diri di hutan Guam 1972, seluruh Jepang antusias dengan munculnya 'prajurit terakhir' sisa perang dunia kedua. Yokoi segera jadi semacam pahlawan nasional Jepang. Bisa dibayangkan, 1972 itu 27 tahun sejak perang berakhir. Membanggakan bukan punya anak bangsa yang punya semangat juang sampai segitunya? Lalu, muncul 'prajurit terakhir' yang lebih heboh lagi. Kali ini bahkan seorang perwira, Letda Hiroo Onoda, yang ditemukan di Filipina Maret 1974. Kita sudah punya tulisannya di artikel terpisah. Tokyo yang saat itu sedang menikmati booming industri, sampai mengirimkan pesawat jet yang dicharter khusus untuk memulangkan Onoda. Dokumentasinya bisa dicari di youtube kalo mau. Tapi, saat prajurit ketiga muncul, ditemukan di Morotai, Maluku Utara, Indonesia, bangsa Jepang kelihatan jadi agak malu juga. Setelah ini, ada berapa lagi sisa anak bangsa yang masih blusak-blusuk di Pasifik? Kok jadi ngerepotin? Jangan-jangan, habis ini terus muncul rame-rame tukang bapao, dan ngaku sudah berjuang dagang bapao sejak serangan Pearl Harbour. Walah.. bodo amat deh kalo yang muncul pedagang bapao. Apapun situasinya, yang jelas, tiga orang itu adalah sisa tentara Jepang yang 'juara', yang paling terkenal sampai saat ini, yaitu Yokoi, Onoda, dan Nakamura. Seperti dua yang lain, Prajurit Teruo Nakamura terus ngumpet di hutan karena takut ditangkap dan karena teguh memegang perintah. Atau bisa juga, alasan sebenarnya itu jadi rahasia dia, sampai akhir hayat. Wallahualam. Inilah kisah tentang Nakamura.... *** Kesaksian Penangkapan Nakamura Wawancara Republika 2016, atas Faizal bin Abdul Azis (64 tahun tahun 2014 itu), yang ikut menangkap Nakamura di Morotai adalah seperti diringkaskan berikut ini... Faizal mengaku dia termasuk dalam rombongan pasukan TNI AU yang menjemput Nakamura Desember 1974. Ia ingat, sebelum penjemputan (atau penangkapan?), sudah tersiar kabar di kalangan warga Morotai bahwa ada prajurit Jepang, kombatan Perang Pasifik yang masih bertahan di hutan Desa Pilowo. Itu, buah dari laporan Luther Goge (warga Desa Pilowo) kepada Kapolsek Pulau Morotai, Kapten Lawalata. Dia laporkan: ada prajurit Jepang masih bersembunyi di hutan. Konon malah, ayah Luther Goge yang bernama Baicoli itu sudah kenal atau 'bersahabat' dengan Nakamura bertahun-tahun, yang awalnya kenal saat sedang berburu celeng. Begitu menurut Faizal. Baicoli diceritakan kerap mengunjungi Nakamura di persembunyian, yaitu untuk bawain bahan-bahan makanan yang dibutuhkan seperti gula, garam, atau teh. Kegiatan Baicoli itu awalnya sama sekali tak diketahui oleh anaknya Luther. Hingga akhirnya, menjelang ayahnya meninggal, Luther diberi wasiat untuk melanjutkan persahabatan dengan Nakamura dan menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkannya. Luther kemudian dikenalkan oleh ayahnya kepada Nakamura. Setelah ayahnya meninggal, Luther sempat melanjutkan persahabatannya itu. Namun, 1974, Luther kuatir hidupnya tak akan lama lagi. Ia merasa kasihan dengan keadaan Nakamura. Luther tak memiliki anak yang akan melanjutkan hubungannya dengan Nakamura. Diminta menyerahkan diri pada otoritas Nakamura tidak mau. Akhirnya, Luther melaporkan tentang persahabatannya itu kepada Kapolsek Pulau Morotai. Menerima laporan, Kapten Lawalata selaku kapolsek tidak begitu saja meyakini laporan Luther Goge. Apa mungkin, kombatan perang pasifik bertahan segitu lamanya di hutan? Kalo di Mall sih ibu-ibu disuruh bertahan 30 jam, itu masuk akal. Tapi ini di hutan. Dari 1944 sampai 1974, Jo! Itu 30 tahun; tapi, terus pertengahan 1974 ada kehebohan di Filipina (saat Letnan Oonoda yang eks kombatan perang pasifik juga, menyerahkan diri); sehingga, akhirnya kapolsek pun berkoordinasi dengan Komandan Pangkalan Udara TNI AU di Pulau Morotai, Kapten Supardi. Gayung bersambut. Dalam pandangan awam, Kapten Supardi-lah yang memutuskan untuk menjemput Nakamura. Sebuah tim penjemput beranggotakan sebanyak 20 orang lalu disiapkan, dan Supardi memimpin penjemputan itu. Yang AURI sepertinya 11 orang. Faizal, yang saat itu baru berusia 24 tahun, diajak ikut serta oleh Supardi menjadi bagian dari tim. Dia bukan anggota AURI (nama TNI AU ketika itu), tapi ia kontributor RRI Ternate di Pulau Morotai, dan menjadi satu-satunya wartawan yang meliput di Pulau Morotai. Dari situlah, kesaksian Faizal bermula. Mengapa Kapten AURI begitu antusias menjemput ke hutan, yang notabene itu bukan rambahan sehari-harinya tentara angkatan udara? Ini ada ceritanya lagi. Jelas bukan karena iseng mengisi waktu. Sambil berburu celeng kayaknya juga enggak. Waduh, nggak mungkinlah prajurit AURI penuh disiplin kok menjalankan misi karena iseng. Kalau dilihat dari sumber lain, sepertinya.. slentingan di Morotai masih ada tentara Jepang, itu sudah ngider lama. Bahkan pangkalan AURI Morotai itu pernah juga menerima penyerahan 9 prajurit Jepang sebelumnya. TAPI.. itu tahun 1950, jo! Cuma selepas itu, berita-berita Jepang itu dianggap sepi, warga pun nggak ngotot untuk melaporkan. Yah,.. warga kebanyakan di sana terus mikir. Aku mah apa atuh? Sekedar warga Morotai dari negeri Indonesia raya yang sebesar ini. Kalo teriak-teriak, emangnya kedengeran sampai Jakarta? Nah, tapi, setelah peristiwa Yokoi di Guam, dan Oonoda di Filipina, pemerintah Jepang jadi lebih aktif menindaklanjuti kalo ada clue tentang kombatan mereka yang masih gentayangan di hutan Asia Tenggara. Jadi,.. semula dianggap sepi, soal slentingan masih ada prajurit di Morotai itu terus terus diseriusin oleh pemerintah Jepang. Kedutaan Jakarta, lalu menyampaikan permintaan resmi kepada pemerintah Indonesia. Dan sekaligus, mestinya juga pihak Jepang memberikan asistansi dan seterusnya. Dan itulah sebabnya, maka di antara tim pencari, itu ada orang yang mahir bahasa Jepang, hafal lagu kebangsaannya, kayak gitu tadi. Mana yang benar, wallahualam. Catatan lain menyebutkan, selain berdasar laporan warga, ada juga pilot yang pernah melaporkan, yaitu pilot AURI, dan bukannya pilot Lion Air. Walah, Lion Air pada masa itu belum ada, bro. Jadi, sang pilot AURI itu melaporkan bahwa dia melihat di tengah hutan ada ladang terpencil yang mencurigakan, yaitu ladang tempat hidup Nakamura itu. Dari laporan itu, ada keyakinan di kalangan AURI Morotai, bahwa slentingan yang selama ini beredar di kalangan warga, itu benar adanya. Habis ini, kemungkinan lantas dibentuk tim.. orang-orang Jepang yang antusias mulai buka komunikasi terus, tapi,.. jaman itu belum ada google maps ya. Penemuan pilot, jadi susah lagi dilacak, kemarin itu di koordinat mana? Pemandangan di udara dan di darat beda, toh? Sampai kemudian, ada laporan warga itu. Jadi, misi pencarian, itu ujungnya adalah kombinasi dari laporan pilot angkatan udara dan laporan polisi. Dan dengan adanya warga yang tahu persis lokasinya, pencarian sekarang jadi jelas mesti kemana perginya. Bisa jadi juga, pilot-pilot AURI itu sudah sering melihat adanya orang yang hidup terpencil di tengah hutan, tapi.. itu dianggap sekedar orang nyentrik saja, dan baru ngeh bahwa itu kemungkinan orang Jepang, setelah heboh kemunculan Oonoda di Filipina. Wallahualam, mana yang bener. Kalo dari majalah Time (13 Januari 1975), disebutkan: Berita paling sahih tentang Nakamura,