(KAJIAN ANALISIS SEMIOTIK MODEL ROLAND BARTHES) Skripsi Di

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

(KAJIAN ANALISIS SEMIOTIK MODEL ROLAND BARTHES) Skripsi Di MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DALAM DALAM FILM MUALLAF KARYA YASMIN AHMAD (KAJIAN ANALISIS SEMIOTIK MODEL ROLAND BARTHES) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.) Oleh GITHARAMA MAHARDHIKA NIM 109051000181 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAKWAH DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437H/2016M ABSTRAK Nama : Githarama Mahardhika Judul : Makna Toleransi Beragama Dalam Dalam Film Muallaf Karya Yasmin Ahmad (Kajian Analisis Semiotik Roland Barthes) Film adalah karya seni yang sarat dengan simbol-simbol yang di dalamnya terkandung makna tertentu. Film merupakan salah satu media komunikasi massa audiovisual yang mampu mempengaruhi jiwa manusia, dimana penontonnya seakan menyaksikan langsung bahkan seolah-olah ikut terlibat pada peristiwa yang terjadi dalam sebuah film. Film umumnya dibangun oleh banyak tanda, tanda-tanda termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Studi ini merupakan sebuah upaya untuk menemukan makna semiotik di balik film Muallaf. Secara umum penulis menggunakan metode penelitian kualitatif untuk meneliti film ini. Metode kualiatif memungkinkan penulis mengkaji film secara lebih mendalam untuk menggali makna yang tersirat dalam berbagi simbol, kode, dan seluruh adegan yang hendak digunakan sebagai objek penelitian. Beberapa pertanyaan yang selanjutnya mengarahan penulis antara lain: Bagaimana makna film Muallaf berdasarkan analisis semiotik Roland Barthes? Bagaimana makna teks judul dari film Muallaf? Penulis akan menganalisisnya dengan menggunakan pendekatan semiotik yang dikembangkan oleh pemikir asal Perancis, Roland Barthes. Pendekatan semiotik ala Roland Barthes ini memberi titik tekan pada makna denotatif, konotatif, dan mitos. Makna denotatif adalah interaksi antara signifier dan signified dalam sign, dan antara sign dengan objek dalam realitas. Makna konotatif adalah interaksi yang mucul ketika sign bertemu dengan perasaan atau emosi pembaca atau pengguna dan nilai-nilai budaya mereka. Makna menjadi subjektif atau intersubjektif. Sedangkan mitos dalam pengertian Roland Barthes adalah pengkodean makna makna dan nilai-nilai sosial (yang sebelumnya arbitrer atau konotatif) sebagai sesuatu yang dianggap ilmiah. Studi ini berangkat dari keyakinan penulis tentang kekayaan nilai-nilai moral ke-Islaman dalam film ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa di dalam film Muallaf terdapat adegan yang dengan jelas mengandung nilai moral Islami yang menunjukan sikap toleransi antar agama. Nilai-nilai inilah yang akan penulis gali lebih dalam dengan menggunakan pendekatan semiotik ala Roland Barthes. Keyword: toleransi, nilai, agama. i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan limpahan Rahmat dan Kasih-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Puji serta syukur peneliti panjatkan untuk petunjuk serta Ridha-Nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Makna Toleransi Beragama Dalam Film Muallaf Karya Yasmin Ahmad (Kajian Analisis Semiotik Roland Barthes)” sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Penyusunan skripsi ini merupakan tugas akhir peneliti sebagai persyaratan dalam menyelesaikan program studi di jenjang Strata Satu (S1) di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari benar bahwa begitu banyak dukungan dan perhatian yang peneliti dapatkan dari berbagai pihak sehingga segala kesulitan dan hambatan dalam menyusun skipsi ini akhirnya dapat dilalui. Ucapan terima kasih saja belum dirasakan cukup untuk membalas dukungan-dukungan tersebut. Namun bagaimana pun, peneliti mengiringkan terima kasih sedalam-dalamnya atas dukungan baik moril maupun materil selama proses menyeselesaikan studi kepada: 1. Dr. H. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto, M. Ed, Ph. D selaku wakil Dekan bidang Akademik. Dr. Roudhonah, MA. Selaku wakil Dekan bidang Administrasi Umum. Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan. ii 2. Drs. Masran, M.A. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si sebagai Sekretaris Jurusan KPI, dan Pak Ahmad Fatoni, S.Sos.I yang telah membantu dalam memberikan informasi akademik dan penyusunan transkip nilai penulis. Bapak Noor Bekti, M.Si, sebagai Dosen Penasihat Akademik KPI F angkatan 2009, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan proposal skripsi ini. 3. Ibu Hj. Nunung Khoiriyah, MA dan Ibu Ade Rina Farida, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan nasehat kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini. 4. Seluruh Dosen, serta para staf tata usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Secara khusus dan terutama adalah yang peneliti selalu cintai, kedua orang tua, H. Djulasmana dan Siti Maesaroh yang telah begitu banyak dan tanpa henti memberikan doa, dukungan dan pengorbanan kepada peneliti. 6. Keluarga dan adik peneliti, Drs. Dodi Suratman, Evi Soviah, dan Zulfikar yang selalu menjadi inspirasi. 7. Teman-teman Taylor Swift Indonesia fanbase, Rizqi Ria, Achmad, Zulfikar, Fransiskus, Aryani, Sasi Sudewo, Dion, Nurul Hardiyanti, Adhie Sathya, Leonardus Rahadimas, Denis Antonius, Atisa Yunia, Revizka Nuraini, Sheila Ariefa, Irene, Biella, Vanya, Athira, dan teman-teman Swifties lainnya terima kasih atas kepercayaan dan kekeluargaan yang selama ini kita bangun dan kerja keras untuk membangun organisasi ini. 8. Teman-teman seperjuangan KPI F angkatan 2009, yang telah melalui sebuah masa penuh kenangan dengan peneliti selama menuntut pendidikan di UIN iii Syarif Hidayatullah Jakarta di antaranya, Aryo Bimo Lukito, Edy Laras Kasman, Sukma Indrawan, Apriza Ramdan, Yunita, Silvi Arifyanti, Tri Amirullah, Fahrizal, dan yang lainnya. 9. Teman-teman anggota KKN REAKSI dan seluruh warga Cipelang, terima kasih atas kerja sama dan pengalamannya sebulan penuh disana. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti akan menerima segala kritik dan saran sehingga dapat menjadi acuan pembelajaran peneliti. Akhirnya, peneliti berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat dan sebagai bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya dan pembaca pada umumnya. Ciputat, 22 Juli 2016 Githarama Mahardhika iv DAFTAR ISI ABSTRAK .................................................................................................. i KATA PENGANTAR ................................................................................ ii DAFTAR ISI ............................................................................................... v DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 B. Pembatasan dan Rumusan Masalah .......................................... 4 C. Tujuan Penelitian....................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian..................................................................... 5 E. Metodologi Penelitian ............................................................... 6 F. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 11 G. Sistematika Penulisan ................................................................ 12 BAB II KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Umum Tentang Film .................................................. 14 1. Pengertian Film ............................................................. 14 2. Sejarah dan Perkembangan Film ................................... 18 3. Jenis Film....................................................................... 20 4. Unsur Pembuat Film....................................................... 22 5. Struktur dalam Film ...................................................... 23 6. Sinematografi ................................................................ 25 B. Tinjauan Umum Tentang Semiotik .......................................... 31 1. Konsep Semiotik ........................................................... 31 2. Konsep Semiotik Roland Barthes ................................. 34 C. Tinjauan Uum Tentang Toleransi ............................................. 42 v BAB III PROFIL FILM MUALLAF KARYA YASMIN AHMAD A. Sekilas Tentang Film Muallaf ................................................... 43 B. Sinopsis Film Muallaf ............................................................... 45 C. Profil Yasmin Ahmad ............................................................... 46 BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos……………………… .. 50 1. Malaysiasebagai “Bangsa yang Religius” ..................... 51 2. Rohani: Sosok Muslimah Ideal ..................................... 63 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 74 B. Saran .......................................................................................... 76 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 79 vi DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Peta tanda Roland Barthes .................................................... 35 Gambar 2.2. The Orders of Significations ...............................................
Recommended publications
  • Download Detailseite
    Berlinale 2007 MUKHSIN Generation MUKHSIN Kplus MUKHSIN MUKHSIN Regie: Yasmin Ahmad Malaysia 2006 Darsteller Orked Sharifah Aryana Syed Länge 94 Min. Zainal Rashid Format 35 mm, 1:1.85 Mukhsin Mohd. Syafie bin Farbe Naswip Pak Atan Irwan Iskandar bin Stabliste Abidin Buch Yasmin Ahmad Mak Inom Sharifah Aleya Syed Inom Yan Zainal Rashid Kamera Keong Low Kak Yam Adibah Noor binti Schnitt Affandi Jamaluddin Mohd. Omar Ausstattung Ujang Yem Rafiq Ashidiq bin Produzent Ahmad Puad Onah Abdull Aziz Co-Produzent Dhojee Rosnah Yems Vater Muhammad Zaili bin Kassim Sulan Co-Produktion MHZ Film, Petaling Yems Mutter Norlela binti Yahmad Jason Ng. Choo Seong Produktion Hussein Sallehuddin bin Abu Grand Brilliance Sdn. Bhd. Bakar 3rd fl, North Wing, Sri Pentas, No. 3, Mak Senah Mislina binti Persiaran Bandar Utama, Bandar Utama Mohd. Syafie bin Naswip, Sharifah Aryana Syed Zainal Rashid Mustaffa PTM-47800 Petaling, Selangor Darul Ehsan Tel.: 77 26 63 33 Fax: 77 26 68 85 MUKHSIN [email protected] Mukhsin ist ein Junge, Orked ein Mädchen, und irgendwann im Leben beginnt die Zeit, wo das wichtig wird. Orked kommt aus einer starken Weltvertrieb Familie und hat keine Scheu, mit Jungen zu spielen. Als sie dabei Mukhsin Grand Brilliance Sdn. Bhd. begegnet, werden sie schnell beste Freunde. Er baut einen zweiten Sitz an 3rd fl, North Wing, Sri Pentas, No. 3, Persiaran Bandar Utama, Bandar Utama sein Fahrrad, und so reisen die beiden allein durch Alleen bis auf die Wiesen PTM-47800 Petaling, Selangor Darul Ehsan hinaus, um Drachen steigen zu lassen. Abends sitzen sie auf dem Ast eines Tel.: 77 26 63 33 Baumes und träumen.
    [Show full text]
  • Yasmin Ahmad: Auteuring a New Malaysian Cinematic Landscape
    Yasmin Ahmad: Auteuring a New Malaysian Cinematic Landscape Lee Yuen Beng School of Communication, Universiti Sains Malaysia, MALAYSIA [email protected] ABSTRACT Since P. Ramlee, no other filmmaker but Yasmin Ahmad has been capable of creating a significant impact in Malaysian cinema. She achieved this through her films that have persistently challenged not only the conventions of Malaysian cinema, but also daringly exposed societal taboos and its hypocrisies on the cinematic screen. All her six films differ from the conservative, unadventurous and conventional Malaysian films that revolve around the tiresome, "tried and tested", monotonous entertainment containing elements of love (suka), sadness (duka) and humour (jenaka). Her films, which are criticisms about the failings of the Malaysian society and in particular the Malays, employ cosmopolitan themes of humour, love and humanism to move beyond merely focusing on race and ethnicity. In doing so, her films paradoxically employ the "sensitive" issue of interethnic relations to highlight the struggles faced by common Malaysians within and between cultures and religions. By highlighting the everyday problems faced by everyday people, Yasmin Ahmad has extensively altered the Malaysian cinematic landscape by removing demarcations along racial, ethnic, religion, cultural, age and gender lines. This allows her films to move beyond being focused on multiculturalism and to contest more socially, culturally and politically issues closely related to Malaysians. This consistent demonstration of
    [Show full text]
  • Download The
    CENTER FOR SOUTHEAST ASIAN STUDIES UNIVERSITY OF HAWAI‘I AT MĀNOA CSEAS Bulletin Aloha from the Director Aloha and greetings. I am very Several films won prizes, the most notable pleased to report on the recent achieve- being the festival’s Golden Orchid for ments of the Center for Southeast Asian Best Feature, which went to Berbagi Suami Studies. (Love for Share), from Indonesia. INSIDE THIS ISSUE The jewel in our crown for the Director Nia Dinata and actress Jajang academic year 2006-07 was undoubtedly C. Noer were our guests. Another signifi- 1 the initiation of an ambitious subtitling cant film was Gubra (Anxiety), written and FACULTY project for Southeast Asian film, which directed by Yasmin Ahmad. Producer Aloha and Welcome, Conferences was conceived during our weekly Elyna Shukri and actress Sharifah and Papers, Research and Travel, screenings of Southeast Asian films on Amani attended the festival, and last Awards and Fellowships, Publica- campus. The workshop was held last April the Center organized a retrospec- tions, etc. summer, and the special class conducted tive of all of Ahmad’s films at the by John McGlynn (who came from Ja- Honolulu Academy of Arts. We were 2 karta) resulted in the subtitling of ten honored that Yasmin herself found time STUDENTS films from Southeast Asia which have in her busy schedule to come to this retro- Awards and Fellowships, Research never been viewed overseas. In the first spective, and the large audiences who and Travel, Conferences, etc. stages of this project we see the distribu- attended very much appreciated her gra- tion of these films to universities and cious and open responses to their ques- 3 colleges as an important addition to the tions.
    [Show full text]
  • Pemaparan Kepelbagaian Budaya Dan Agama Dalam Filem Muallaf Arahan Yasmin Ahmad the Representation of Multiculturalism and Religion in Yasmin Ahmad's Muallaf
    Pemaparan Kepelbagaian Budaya dan Agama dalam Filem Muallaf Arahan Yasmin Ahmad The Representation of Multiculturalism and Religion in Yasmin Ahmad's Muallaf Ngo Sheau Shi1* and Harith Baharudin2 1School of Communication, Universiti Sains Malaysia, MALAYSIA 2 Faculty of Film, Theatre and Animation, Universiti Teknologi MARA, MALAYSIA *Corresponding author: [email protected] ABSTRAK Filem Muallaf yang dihasilkan oleh Yasmin Ahmad pada tahun 2008 menimbulkan kontroversi dari segi pemaparan agama dalam filem tersebut sehingga tayangannya dihalang di pawagam Malaysia oleh Lembaga Penapisan Filem. Kebanyakan kritikan terhadap filem tersebut mengabaikan bahasa sinematik (bentuk filem) sebagai penentu dalam pembentuk makna yang selalunya dikaitkan dengan ideologi dominan dalam masyarakat. Artikel ini membincangkan bagaimana teks filem tersebut digunakan sebagai artifak budaya yang menerbitkan apa yang disifatkan sebagai kedudukan penonton dalam bidang kajian filem yang berpotensi menerima maksud yang dikonstruk melalui bahasa filem dalam konteks masyarakat tertentu. Sehubungan itu, artikel ini bertujuan untuk membuat analisis tekstual yang mendalam terhadap filem Muallaf (2008) dan memfokuskan pemaparan isu keagamaan dengan meneliti struktur naratif dan penyusunan visual melalui sudut pandangan ilmiah yang 112 Wacana Seni Journal of Arts Discourse. Jil./Vol.14. 2015 berasaskan kerangka teori kepelbagaian budaya untuk memperbahaskan isu-isu kontroversial yang tercetus daripada pemahaman arbritrari tentang isu agama dan budaya di Malaysia. Menerusi
    [Show full text]
  • Dossier Muksin
    YASMIN AHMAD Muksin DOSSIER 194 COLLÈGE AU CINÉMA L’AVANT FILM L’affiche 1 Structure simple Réalisatrice & Genèse 2 Yasmin Ahmad (1958-2009) LE FILM SYNOPSIS Analyse du scénario 4 Un double chemin de sentiments La petite Orked, 10 ans, vit dans un village de Malaisie avec ses parents et la gouvernante Kak Découpage séquentiel 6 Yam. Le dernier jour de classe avant les vacances, en sortant de son école, elle croise un petit qui Mise en scène & Signification 7 vient de se faire voler du chocolat par des plus Décrire avec distance grands qu’elle retrouve dans le bus scolaire : l’oc- casion lui est donnée de jeter le cartable du plus Personnages 10 gros par la fenêtre. Microcosme social Les parents d’Orked, Malaisiens d’origine javanaise, ont un niveau de vie supérieur à leurs voisins. Ils Analyse d’une séquence 12 sont musulmans, mais pratiquent la religion a mini- Naissance d’un souvenir ma et leur mode de vie est très influencé par l’Occident. La mère et Kak Yam aiment à parler Retour d’images 14 l’anglais, que comprennent aussi le père et, plus À bicyclette ou moins, Orked, qui apprend aussi le chinois dans son école. Bande-son 16 Petite fille très aimée par sa famille et très indé- Musiques additionnelles très différentes pendante, élevée dans l’égalité des sexes (elle aime le football) et la libre parole avec ses parents, Orked trouve ses copines ennuyeuses, avec leurs jeux de AUTOUR DU FILM filles, tel celui des mariés pour lequel on vient la chercher afin qu’elle joue le mari de la petite voisine.
    [Show full text]
  • Ld in Another Country
    FOR IMMEDIATE RELEASE LET YOUR imagiNATION RUN W!LD IN ANOTHER COUNTRY 1 April 2015 – This June, W!LD RICE explores the history and heritage of Singapore and Malaysia in Another Country , a funny, poignant and insightful look at life on both sides of the Causeway. The production is part of W!LD RICE's year-long imagiNATION season, which marks the company's 15th anniversary and coincides with Singapore's own jubilee celebrations. Each imagiNATION production takes inspiration from the five stars of the Singapore flag. Another Country examines the 'Peace' – or lack thereof – shared by two countries that were torn asunder in 1965. “The 50th year of Singapore's independence also marks the separation of Singapore from our nearest and dearest neighbour,” says Ivan Heng, Artistic Director of W!LD RICE. “Sometimes, that separation feels illusive, even fictional, especially when we travel to each other's countries, and realise how much culture, history and food we still share. In a year all about embracing our nationhood and sovereignty, we thought it was also important to celebrate what we have in common with Malaysia.” A truly collaborative, cross-cultural project, Another Country challenges Heng and his Singaporean cast to understand, embrace and perform texts by some of Malaysia's finest writers. At the same time, Malaysian director Jo Kukathas and her cast will dig into an eclectic array of Singapore literature, unearthing what remains beneath the politics and posturing that have often complicated relations between the two nations. “Often, we think of a country or a nation as a political entity, made not by people but by politics and policies.
    [Show full text]
  • Fostering Unity Among Malaysians: a Case Study on the Local Film Industry
    International Journal of Humanities and Social Science Vol. 3 No. 10 [Special Issue – May 2013] Fostering Unity among Malaysians: A Case Study on the Local Film Industry Siti ZabedahMohd Shariff Ismail Sualman Eka Diana AdiIrawan Faculty of Communication and Media Studies Universiti Teknologi MARA (UiTM) Shah Alam, Selangor Malaysia. Abstract This case study attempts to identify the elements of unity that can be found in Malaysian local films. Films in a way, are said to play a vital role in uniting people by showing exemplary of solidarity and equality that can be imitate by the viewers to create unity among them. This is because people tend to imitate what they see and hear from a film especially the youngsters. Malaysian films such as Sepet, Gubra, Talentime and Estet are some of the local films that can be categorized a 1Malaysia model films as they bring all races in Malaysia under one roof. As such, unity can be found by finding common ground among people of different beliefs and background. A focus of unifying elements creates harmony and brings people together instead of dividing them whether it is by race, culture, political beliefs or other differences. This study also attempts to analyse the factors that might be a contributing factor towards initiating unity among societies in Malaysia. Findings indicate that there is a lack of films that stress on unity even though the film industry in Malaysia has reached a better position in terms of the number of audience. One significant finding is that there is too much of horror films that bring no benefits to viewers.
    [Show full text]
  • Mohd. Mokhtar-Ritchie, Hanita (2011)
    Mohd. Mokhtar-Ritchie, Hanita (2011) Negotiating melodrama and the Malay woman: female representation and the melodramatic mode in Malaysian-Malay films from the early 1990s-2009. PhD thesis http://theses.gla.ac.uk/3340/ Copyright and moral rights for this thesis are retained by the author A copy can be downloaded for personal non-commercial research or study, without prior permission or charge This thesis cannot be reproduced or quoted extensively from without first obtaining permission in writing from the Author The content must not be changed in any way or sold commercially in any format or medium without the formal permission of the Author When referring to this work, full bibliographic details including the author, title, awarding institution and date of the thesis must be given Glasgow Theses Service http://theses.gla.ac.uk/ [email protected] NEGOTIATING MELODRAMA AND THE MALAY WOMAN: Female Representation and the Melodramatic Mode in Malaysian-Malay Films from the Early 1990s - 2009 By HANITA MOHD. MOKHTAR-RITCHIE Thesis Submitted for the Degree of Doctor of Philosophy DEPARTMENT OF THEATRE, FILM AND TELEVISION STUDIES SCHOOL OF CULTURE AND CREATIVE ARTS UNIVERSITY OF GLASGOW SEPTEMBER 2011 Copyright © Hanita Mohd. Mokhtar-Ritchie, 30th September 2011 ii ABSTRACT Melodrama does not only point to a type of aesthetic practice but also to a way of viewing the world. This thesis is inspired by the idea proposed by Christine Gledhill (1988) that at the core of cultural negotiation in melodrama is gender representation which is the cultural product resulting from the linking of textual and social subjects.
    [Show full text]
  • Das Malaysische Kino Im Millennium
    von Das malaysische Kino im Millennium Hassan Abd Muthalib Das malaysische Kino erlebte seine Geburt nach Regisseur, der die Probleme der chinesischen Min- dem Zweiten Weltkrieg und seine Sternstunden derheit in den Vordergrund stellte. Sein Film Spin- Der Autor ist in den 1950er und 1960er Jahren. Filme wurden ning Gasing (Spinning Top, 2000) handelt von elter- Filmkritiker und Regisseur, damals noch ausschließlich in malaiischer Sprache lichen Konflikten und einer Liebesaffäre zwischen bekannt unter gedreht und waren ausschließlich auf ein malaii- einem chinesischen Protagonisten und einem malai- anderem für den sches Publikum ausgerichtet. Infolge der digita- ischen Mädchen. ersten Anima- len Revolution änderte sich dies jedoch. Mit der tionsspielfilm Jahrtausendwende hielten Mainstream-Filme Malaysias Silat im malaysischen Kino Einzug, die in verschiede- Kinoerfolge Legenda nen Sprachen gedreht wurden und so die multi- Übersetzt von ethnische Zusammensetzung des Landes tatsäch- Die kontroverseste Person in der Riege der Mill- Frank Arenz lich widerspiegelten. ennium-Filmemacher war wohl Yasmin Ahmad. In einer dilettantisch anmutenden Art inszenierte Diese Zeitenwende hatte ihren Ursprung in den sie Geschichten, die gleichsam Humor und Tra- 1980er Jahren und wurde durch Filmemacher wie gik vereinten. Ihr erstes Kinofeature Sepet (Slant- Rahim Razali, Hafsham, Nasir Jani, Mansor Puteh eyed, 2005) thematisierte ebenfalls eine interethni- und Shuhaimi Baba eingeleitet. Im Vergleich zu sche Liebesbeziehung zwischen einer Malaiin und ihren älteren Kollegen, lernte diese junge Garde an einem Chinesen. Ihre Nachfolgewerke Gubra (Anxi- Regisseuren ihr Handwerk nicht erst am Arbeitsplatz, ety, 2006), Mukhsin (The Boy, Mukhsin, 2007) und sondern an akademischen Einrichtungen oder direkt Muallaf (The Convert, 2008) wurden allesamt von in der Kunstszene.
    [Show full text]
  • Gubra” Arahan Yasmin Ahmad: Satu Analisa Menurut Kerangka Taklif
    JURNAL SULTAN ALAUDDIN SULAIMAN SHAH e-ISSN: 2289-8042 VOL 5 BIL 2 (2018) Manifestasi Islam Dalam Filem “Gubra” Arahan Yasmin Ahmad: Satu Analisa Menurut Kerangka Taklif. The Manifestations Of Islam In “Gubra” By Yasmin Ahmad: An Analysis Using The Framework of Taklif. Nurul Atira Tonya1, Zulkifli Mohammad2, Mohd. Zariat Abdul Rani.3 Terima Wasit Muat Naik e-Jurnal 29 NOVEMBER 2018 26 DISEMBER 2018 31 DISEMBER 2018 ABSTRAK Artikel ini bertitik tolak daripada ulasan-ulasan yang pada asasnya cenderung mengaitkan filem “Gubra” (2006) arahan Yasmin Ahmad dengan agama Islam. Ulasan-ulasan ini seterusnya memperlihatkan dua pendirian yang berbeza. Pertama, pendirian yang mengakui mesej berkaitan agama Islam dalam “Gubra” ini sejajar dengan agama Islam. Kedua, pendirian yang beranggapan bahawa mesej berkaitan agama Islam dalam “Gubra” bertentangan dengan ajaran Islam. Berasaskan permasalahan ini, artikel ini bertujuan untuk menganalisis manifestasi- manifestasi berkaitan agama Islam dalam filem “Gubra” arahan Yasmin Ahmad, dan seterusnya menilai manifestasi-manifestasi itu berdasarkan kerangka Taklif. Bagi mencapai tujuan ini, artikel ini menerapkan konsep Taklif sebagai kerangka analisis. Taklif merujuk kepada hubungan kebertanggungjawaban manusia kepada Allah SWT. Dengan itu, kehidupan manusia di muka bumi sentiasa terikat kepada tanggungjawab untuk beribadah kepada Allah SWT. Penerapan kerangka Taklif sebagai kerangka analisis mendapati bahawa manifestasi-manifestasi berkaitan agama Islam dalam filem “Gubra” adalah tidak seiring dengan Islam. Kata kunci: Filem, Gubra, Yasmin Ahmad, Islam, Taklif. ABSTRACT This article stems from the reviews that generally incline to associate “Gubra”; a film directed by Yasmin Ahmad with Islam. These reviews show two different stances. First, stand which agree the message of Islam in “Gubra” is inline with Islam.
    [Show full text]
  • Race, State, and Identity in Life Writing from Malaysia A
    UNIVERSITY OF HAWAI'I LIBRARY THE FICTIONS OF A NATION: RACE, STATE, AND IDENTITY IN LIFE WRITING FROM MALAYSIA A DISSERTATION SUBMITTED TO THE GRADUATE DIVISION OF THE UNIVERSITY OF HAWAI'I IN PARTIAL FULFILLMENT OF THE REQUIREMENTS FOR THE DEGREE OF DOCTOR OF PHILOSOPHY IN ENGLISH AUGUST 2008 By Claire Dawn Morais Dissertation Committee: Craig Howes, Chairperson Cristina Bacchilega JohnZuem David Hanlon Barbara Watson Andaya ---- ------------- We certify that we have read this dissertation and that, in our opinion, it is satisfactory in scope and quality as a dissertation for the degree of Doctor of Philosophy in English. DISSERT ATlON COMMITTEE Chairperson (/3~~ ~ (Z)~)# ... tZ. .. 11 © 2008, Oaire, Dawn Morais iii ACKNOWLEDGMENTS Running through this dissertation are traces of family, teachers and friends. The journey that took my parents John Victor Morais and Gladys Morais nee Vaz from Kerala to Kuala Lumpur gave my life its early trajectory and encouraged me to continue journeying, both in search of what the future might hold and towards a fuller understanding of the past. My brothers Herbert, Benedict and Justin and my sister Elaine have kept me part of the family circle through our continuing conversations even as the benediction of my mother's prayers have kept us connected and safe. And I would not have engaged in this adventure if I had not had the unstinting support of my best friend and husband, John Frederick Webster, and my children Zubin and Sheela Jane Menon, cheerleaders who sustained me with their technical support and editorial assistance. I would also like to thank Sun Hee Kim, graphic designer and member of my work family at Loomis-ISC who helped me locate and extract the images I used to support some chapters.
    [Show full text]
  • Cultural Politics of Contemporary Cinema in Indonesia and Malaysia
    EMANCIPATING DESIRE, EMPOWERING FANTASY: CULTURAL POLITICS OF CONTEMPORARY CINEMA IN INDONESIA AND MALAYSIA BUDI IRAWANTO (B.A. (Hons.), Gadjah Mada University (M.A.), Curtin University of Technology A THESIS SUBMITTED FOR THE DEGREE OF DOCTOR OF PHILOSOPHY DEPARTMENT OF SOUTHEAST ASIAN STUDIES NATIONAL UNIVERSITY OF SINGAPORE 2014 EMANCIPATING DESIRE, EMPOWERING FANTASY: CULTURAL POLITICS OF CONTEMPORARY CINEMA IN INDONESIA AND MALAYSIA BUDI IRAWANTO DEPARTMENT OF SOUTHEAST ASIAN STUDIES NATIONAL UNIVERSITY OF SINGAPORE 2014 DECLARATION Hereby I declare that the thesis is my original work and it has been written by me in its entirety. I have duly acknowledged all sources of information which have been used in this thesis. This thesis has also not been submitted for any degree in any university previously. ______________ BUDI IRAWANTO 19 September 2014 ii ACKNOWLEDGEMENTS Like credit titles rolling in the end of any film screening, this thesis has incurred many debts to numerous institutions and individuals whose invaluable contributions make the thesis writing process more than pleasurable. First and foremost, I would like to express to my gratitude to the National University of Singapore (NUS) that has awarded me a research scholarship to pursue my PhD program and enabled me to conduct fieldworks in Indonesia and Malaysia under the Graduate Research Support Scheme (GRSS). In addition, Gadjah Mada University (Yogyakarta-Indonesia) has granted a teaching leave during my study at NUS and provided a supplementary funding in the final stage of my PhD candidature. In particular, I would like to thank to Prof Dr Pratikno (Rector of Gadjah Mada University) and Dr Erwan Agus Purwanto (Dean of Faculty of Social and Political Sciences, Gadjah Mada University) for their inspiring advice and generosity.
    [Show full text]