Strategi Youth Parliament (UKYP) Mendukung Kebijakan Concessionary Travel Scheme For Young People di Inggris Tahun 2011-2014 Bening Karilla Kinasih, Reni Ch. Suwarso Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia [email protected]

ABSTRAK

Skripsi ini membahas peran yang dilakukan oleh United Kingdom Youth Parliament (UKYP) sebagai organisasi penduduk usia muda Inggris yang beranggotakan penduduk usia 11-18 tahun dan merupakan bagian dari civil society dalam mempengaruhi kebijakan transportasi bus umum, periode 2011-2014. Kebijakan national concessionary travel yang diberlakukan oleh pemerintah Inggris hanya mencakup kebutuhan penduduk usia tua dan penyandang difabel. Tingkat penggunaan bus yang tinggi, menjadikan UKYP dan penduduk usia muda merasa bahwa mereka memiliki hak untuk merasakan kebijakan tersebut. Strategi yang digunakan oleh UKYP bersifat multidimensi, dimana UKYP mencoba untuk mempengaruhi pemerintah melalui berbagai bentuk kegiatan. Seperti melakukan propaganda melalui media sosial, bekerja sama dengan organisasi penduduk usia muda lainnya ataupun melakukan lobby pemerintah dan stakeholder. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yang dalam penyajiannya akan menggunakan studi pustaka yang relevan dengan kasus yang diangkat. Hasil penelitian menunjukan bahwa UKYP memberikan dampak positif terhadap peningkatan kebijakan concessionary travel scheme for young people sejak tahun 2012-2014. Kata Kunci: Inggris, Youth Parliament, Strategi Politik, UKYP, Penduduk Usia Muda

ABSTRACT

This thesis discusses the role instigated by the United Kingdom Youth Parliament (UKYP), a young people organization whose members consist of 11–18 year olds, which is part of the civil society that is influencing public bus transportation policies in the period of 2011–2014. The national policy of concessionary travel enforced by the U.K. government only embodies the needs of the elderly and the differently abled. High rates of bus useage have moved the UKYP and the young people to feel that they have the right to also benefit from the policy. The strategy being used by the UKYP is multidimensional, in which the UKYP tries to influence the government through a variety of actions, such as propaganda through social media, working together with other young people organizations or lobbying with government and stakeholders. This research uses an analytical-descriptive method which, in its presentation, uses literary references relevant to the case in hand. The research shows that the UKYP has given a positive impact on the rise of the policy of concessionary travel scheme for young people since 2012–2014. Keywords: , Youth Parliament, Political Strategy, UKYP, Young People

1

Strategi United Kingdom Youth..., Bening Karilla Kinasih, FISIP UI, 2015 Pendahuluan Konvensi internasional mengenai hak anak yang tertuang dalam The United Nations Convention on the Right of the Child (UNRC) diratifikasi oleh pemerintah Inggris pada tahun 1991 tersebut dianggap sebagai sinyal bagi penduduk usia muda di Inggris untuk dapat mempengaruhi pemerintah melalui kegiatan-kegiatan maupun aktivitas sosial yang memiliki dampak politik. 1 Kathryn I. Frank mengemukakan bahwa keterlibatan penduduk usia muda dalam formulasi kebijakan akan dapat membawa dampak positif baik untuk kelompok penduduk usia muda itu sendiri dan juga bagi komunitas yang lebih besar. Beberapa di antaranya adalah dengan didukungnya partisipasi aktif dari kelompok penduduk usia muda oleh pemerintah dalam upaya melakukan proses perencanaan atau pembuatan kebijakan, hal tersebut akan memberikan dampak bagi adanya perkembangan mengenai pengetahuan atau wawasan serta kemampuan untuk melakukan partisipasi politik.2

Dalam penelitian ini, penulis akan memfokuskan pembahasan mengenai strategi yang dilakukan oleh United Kingdom Youth Parliament dalam mengkampanyekan manifestonya untuk menuntut kebijakan concessionary travel scheme for young people. Pada tahun 2011 terdapat lima manifesto yang telah dipilih oleh penduduk usia muda di Inggris untuk diperdebatkan dalam pertemuan di House of Commons Debate pada tanggal 4 November 2011. Lima isu yang menjadi prioritas pada tahun tersebut adalah 1. Make Public Transport Cheaper, Better and Accessible for All, 2. No to Tuition Fees, Yes to Graduate Tax, 3. Zero Tolerance towards Bullying in Schools, 4. End Child Poverty, dan 5. A Greener Future for Britain.3 Isu kampanye nasional pada tahun 2011 mengenai bus umum adalah isu yang diangkat untuk mendukung kebijakan concessionary travel scheme for young people. Department for Transport sebelumnya telah mengeluarkan kebijakan national concessinary travel scheme. Dalam kebijakan tersebut, pemerintah telah memberikan subsidi yang di implementasikan dalam program bebas biaya bus umum bagi penduduk usia tua dan penyandang difabel.4 Selain itu pemerintah juga telah memperbaiki fasilitas yang menunjang aksesibilitas dari penggunaan bus umum oleh penduduk usia tua dan penyandang difabel.

1 Perpetua Kirby dan Sara Bryson, Measuring The Magic? : Evaluating and Researching Young People’s Participation in Public Decision Making, (: Carniage Young People Initiative, hlm. 9 2 Kathryn I. Frank, “The Potential of Youth Participation in Planning”, Journal of Planning Literature, Vol. 20, No. 4, May 2006, hlm. 352 3 United Kingdom Youth Parliament, UKYP House of Commons Debate 2011, 2011, diakses pada tanggal 20 September 2014, 4 UK, Department For Transport, Guidance for Travel Concession Authorities on the England National Concessionary Travel Scheme, 2010, diakses pada tanggal 9 September 2014, hlm. 5, 2

Strategi United Kingdom Youth..., Bening Karilla Kinasih, FISIP UI, 2015 Namun fasilitas tersebut dilihat sebagai suatu hal yang seharusnya juga didapatkan oleh penduduk usia muda.

Hasil dari lobby terhadap pemerintah dan publikasi kepada penduduk usia muda mengenai isu menghasilkan diberlakukannya kebijakan concessionary travel scheme for young people di tingkat lokal. Strategi politik yang dilakukan United Kingdom Youth Parliament ini tidak menghasilkan kebijakan di tingkat nasional, hal ini dikarenakan pemerintah pusat yang menangani permasalahan transportasi yaitu Department For Transport memberikan kewenangan kepada pemerintah negara bagian untuk membuat kebijakan mengenai transportasi. Oleh karena itu, di dalam penelitian ini penulis akan menjabarkan mengenai otoritas lokal mana saja yang telah menyetujui kebijakan concessionary travel scheme for young people. Penelitian ini mengambil jangka waktu pada tahun 2011 hingga 2014. Tahun 2011 hingga 2012 merupakan tahun dimana United Kingdom Youth Parliament menetapkan isu tarif bus umum sebagai isu nasional, kemudian pada tahun 2012 hingga 2014 akan dijelaskan lebih lanjut mengenai bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh United Kingdom Youth Parliament untuk tetap melakukan berbagai pertemuan untuk membahas isu tersebut dan menggambarkan pula hasil dari kebijakan yang secara bertahap diberlakukan pada wilayah otoritas lokal di Inggris. Berdasarkan pada premis-premis diatas, maka dalam tugas akhir ini penulis akan mencoba memberikan penjabaran dan melakukan analisis terhadap bagaimana United Kingdom Youth Parliament yang merupakan salah satu hasil dari upaya pendidikan politik untuk meningkatkan partisipasi politik penduduk usia muda di Inggris dalam melakukan upaya partisipasi politik itu sendiri untuk memberikan input kepada pemerintah dalam proses pembuatan kebijakan. Penulis akan menjawab pertanyaan penelitian yaitu: “Bagaimana strategi yang dilakukan oleh United Kingdom Youth Parliament (UKYP) mendukung kebijakan Concessionary Travel Scheme for Young People di Inggris pada tahun 2011- 2014?”

Kerangka Konseptual

Konsep Civil Society

Civil Society merupakan salah satu instrumen demokrasi yang dapat digunakan oleh warga negara untuk mengagregasikan kepentingannya terhadap pemerintah dalam pembuatan kebijakan. A.S Hikam memaknai civil society sebagai suatu tatanan penduduk modern yang memiliki visi yang beragam dan memiliki bentuk berupa asosiasi-asosiasi di dalam penduduk

3

Strategi United Kingdom Youth..., Bening Karilla Kinasih, FISIP UI, 2015 yang bersifat mandiri dan bebas.5 Hal ini serupa dengan definisi dari civil society yang dikemukakan oleh Alfred Stepan yang dikutip oleh Larry Diamond dalam bukunya yang menjelaskan bahwa civil society merupakan perwujudan dari gerakan sosial yang berbentuk organisasi kependudukan yang membentuk dirinya dalam suatu keteraturan untuk menyalurkan kepentingan-kepentingannya kepada pemerintah.6

Alexis de Tocqueville dalam bukunya menjelaskan mengenai posisi civil society dalam tatanan suatu negara. Tocqueville memberikan gambaran bahwa pada dasarnya posisi civil society bukan sebagai penentang negara, melainkan sebagai penyeimbang negara.7 Civil Society memiliki kekuatan politis yang dapat digunakan untuk mengontrol kekuatan intervensi negara terhadap warga negaranya. Namun untuk melengkapi argumentasi yang dikemukakan oleh Tocqueville, konsepsi civil society menurut Hegel dapat digunakan. Dimana menurut Hegel walaupun civil society memiliki sifat yang mandiri dan bebas, namun civil society masih tetap membutuhkan negara. Menurut Hegel, negara memiliki peran untuk melindungi eksistensi dari civil society itu sendiri melalui kontrol hukum, administrasi dan politik.8

Dengan merujuk pada definisi-definisi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa civil society merupakan alat yang dapat digunakan oleh penduduk untuk melakukan checks and balances terhadap pemerintah. Selain itu, dimensi lain yang dapat memberikan dukungan terhadap keberadaan civil society di suatu negara adalah media massa dan budaya sosial yang ada di suatu negara.9 Media massa dibutuhkan untuk menunjukan eksistensi civil society di suatu negara. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa civil society merupakan suatu organisasi yang dapat digunakan oleh penduduk untuk menjembatani kepentingannya kepada pemerintah, media massa digunakan sebagai alat yang berfungsi untuk mempublikasikan apa saja jenis kegiatan dan aktivitas yang dilakukan oleh civil society. Kebudayaan sosial di suatu negara jelas memiliki dampak pada perkembangan civil society. Sesuai dengan definisi yang telah dijelaskan bahwa civil society bersifat bebas. Kebudayaan sosial yang mendukung kebebasan civil society untuk dapat melakukan kegiatan menyalurkan kepentingannya kepada pemerintah.

5 Muhammad A.S Hikam, Islam, Demokratisasi & Pemberdayaan Civil Society, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999), hlm. 77-78 6 Larry Diamond, Revolusi Demokrasi: Perjuangan Untuk Kebebasan dan Pluralisme di Negara Sedang Berkembang, Terjemahan dari The Democratic Revolution, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994), hlm.9 7 Alexis de Tocqueville, Democracy in America, Vol.2, (New York: Alfred A. Knopf, 1994), hlm. 115-125 8 Neera Chandoke, Benturan Negara dan Masyarakat Sipil, (Yogyakarta: Istawa, 2001), hlm. 174 9 Larry Diamond, Op.Cit., hlm. 10 4

Strategi United Kingdom Youth..., Bening Karilla Kinasih, FISIP UI, 2015 Untuk melihat relasi yang terjadi antara negara dan civil society, dalam tulisannya Tanvir Anjum memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai model hubungan yang terjadi antara negara dan civil society. Lebih lanjut, Anjum menjabarkan mengenai empat model hubungan antara negara dan civil society yaitu confrontational model, collaborative model, autonomous model, dan mediational model of civil society.10 Analisis terhadap kasus yang akan diangkat oleh penulis lebih menitikberatkan model hubungan antara civil society dan negara yang bersifat collaborative. Civil society yang mengambil peran sebagai collaborative model dapat berjalan dengan baik apabila dilakukan dengan menggunakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan partisipasi penduduk, memperkuat hak-hak warga negara, serta meningkatkan kesadaran dan menjaga kemandirian penduduk.11 Bentuk-bentuk dari kegiatan yang dapat meningkatkan kepentingan penduduk tersebut dapat dijalankan melalui banyak cara seperti melakukan pelatihan, diskusi publik atau seminar, sampai melakukan dialog- dialog langsung dengan elemen pemerintah untuk membahas mengenai isu yang dapat dijadikan sebagai kebijakan publik yang tentunya bermanfaat untuk penduduk pada umumnya.

Konsep Partisipasi Politik

Di dalam tatanan negara demokrasi, partisipasi politik merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh penduduk yang didukung oleh paham bahwa kedaulatan rakyat mutlak berada di tangan rakyat. Seperti yang dikutip oleh Miriam Budiardjo, Herbet McClosky menjelaskan bahwa partisipasi merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh penduduk yang dilakukan dengan cara sukarela, partisipasi politik dapat dilakukan di antaranya dengan melakukan pemilihan terhadap penguasa ataupun terlibat dalam proses pembuatan kebijakan publik.12 Dengan merujuk pada definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa pemerintahan di dalam negara demokrasi haruslah memberikan ruang bagi rakyatnya untuk dapat mempengaruhi proses politik yang berjalan di negara tersebut.

Dengan melihat penjabaran-penjabaran tersebut, partisipasi politik dapat digolongkan sebagai suatu kegiatan yang menuntut adanya kesadaran dari penduduk untuk turut aktif berperan dalam politik. Walaupun pemerintah memiliki tugas untuk membuka kesempatan bagi penduduknya untuk terlibat baik secara aktif maupun pasif dalam politik, namun hal

10 Tanvir Anjum, “From Confrontation to Collaboration: Contemporary Discourse on The State-Civil Society Relations Model”, Journal of Political Studies, Dept. of Political Science, Univ. of The Punjab, Lahore, Issue XVII, Summer 2010, hlm. 95-99 11 Adi Suryadi Culla, Rekonstruksi Civil Society: Wacana dan Aksi Ornop di Indonesia, (Jakarta: Pustaka LP3ES, 2006), hlm. 31 12 Miriam Budiardjo, Op.Cit., hlm. 367 5

Strategi United Kingdom Youth..., Bening Karilla Kinasih, FISIP UI, 2015 tersebut tidak akan dapat terlaksana apabila penduduk tidak memiliki kesadaran bahwa partisipasi politik merupakan hak yang dimiliki sebagai warga negara. Di dalam kasus yang akan diangkat oleh penulis, pemerintah Inggris telah berupaya untuk meningkatkan kesadaran penduduknya dalam melakukan upaya-upaya partisipasi politik. Salah satunya adalah untuk meningkatkan partisipasi politik penduduk usia muda. Tingkat partisipasi dapat dilihat melalui dua indikator yaitu posisi sosial dan cakupan dari partisipasi politik itu sendiri. Seseorang yang berada pada posisi sosial ‘low threshold’ atau yang dekat dengan permasalahan sosial akan memiliki kecenderungan untuk lebih aktif dalam berpartisipasi. Hal tersebut harus di imbangi dengan cakupan partisipasi yang bersifat ‘strong link’, di mana dalam sifat tersebut bentuk partisipasinya terarah.13 Berbeda dengan ‘weak link’ yang bersifat luas namun sporadis.

Partisipasi politik penduduk usia muda memiliki perbedaan dengan partisipasi penduduk dewasa pada umumnya. Hal ini terjadi karena adanya kesulitan yang dialami oleh penduduk usia muda untuk menyesuaikan bentuk-bentuk partisipasi politik tradisional ke dalam gaya hidup dan pekerjaannya. Oleh karena itu, penduduk usia muda lebih memilih untuk melakukan suatu bentuk partisipasi politik dengan gaya baru yang disesuaikan dengan kepentingan dan gaya hidupnya.14 Penduduk usia muda lebih memiliki kecenderungan untuk berkumpul ataupun berorganisasi untuk melakukan partisipasi politiknya. Hal ini terjadi karena adanya perasaan untuk memiliki kecenderungan pandangan yang sama apabila penduduk usia muda berada pada lingkungannya. Partisipasi politik penduduk usia muda memiliki beberapa karakteristik utama yang membedakannya dengan pola ataupun bentuk partisipasi penduduk dewasa pada umumnya. Karakteristik utama dari partisipasi politik penduduk usia muda di antaranya, Pertama adalah tidak menggunakan cara-cara yang terinstitusionalisasi seperti menjadi bagian dari lembaga negara atau lembaga pemerintahan. Kedua yaitu merupakan tindakan sosial yang ruang lingkupnya di tingkat lokal seperti melakukan kegiatan yang bersifat sukarela, informal community networks, melakukan aksi politik informal, ataupun melakukan kegiatan dalam upaya peningkatan kesadaran terhadap isu sosial.15 Karakteristik serta bentuk dari partisipasi politik penduduk usia muda memiliki dampak terhadap penduduk usia muda secara

13 Michael Suk-Young Chwe, “Structure and Strategy in Collective Action”, American Journal of Sociology, Vol.105, No. 1, Juli 1999, hlm. 129 14 Ellen Quintelier, “Differences In Political Participation Between Young And Old People”, Contemporary Politics, Vol. 13, No. 2, Juni 2007, hlm. 167 15 Matt Henn, dan Nick Foard, “Young People, Political Participation and Trust in Britain”, EPOP Annual Conference, University of Exeter, 9-11 September 2011, hlm. 49 6

Strategi United Kingdom Youth..., Bening Karilla Kinasih, FISIP UI, 2015 khususnya dan penduduk pada umumnya. Partisipasi politik terjadi apabila seseorang atau kelompok yang menjadi bagian dari penduduk menyadari adanya isu sosial dan mengartikulasikan kepentingan politik yang ada dalam isu sosial tersebut menjadi sebuah tindakan yang bertujuan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah. Semakin aktif penduduk usia muda dalam berpartisipasi maka pemerintah akan semakin memberikan perhatian terhadap isu-isu mengenai penduduk usia muda.16 Strategi Politik Partisipasi politik yang dilakukan oleh kelompok ataupun organisasi membutuhkan strategi politik sebagai komponen utama yang menentukan bagaimana mengarahkan partisipasi tersebut untuk dapat mempengaruhi pemerintah dalam formulasi kebijakan. Hal tersebut dapat di implementasikan dengan mengetahui apa saja bentuk partisipasi yang dapat dilakukan agar tujuan yang di inginkan dapat tercapai. Michael Allison dan Jude Kaye mendefinisikan strategi sebagai suatu proses sistematis yang disepakati oleh organisasi dengan tujuan membangun keterlibatan stakeholder untuk mencapai suatu tujuan.17 Dalam fenomena sosial yang diangkat oleh penulis, partisipasi politik yang dilakukan oleh United Kingdom Youth Parliament memiliki tujuan yaitu diberlakukannya kebijakan concessionary travel scheme for young people. Oleh karena itu, United Kingdom Youth Parliament memerlukan strategi politik untuk mencapai tujuannya. Strategi politik yang dilakukan oleh suatu kelompok atau organisasi memiliki metode yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh bentuk aksi dari partisipasi politik yang dipilih. Terdapat dua bentuk partisipasi yang dapat berdampak pada pemilihan strategi yang berbeda yaitu partisipasi konvensional dan partisipasi non-konvensional. Partisipasi konvensional merupakan bentuk partisipasi politik yang dilakukan melalui cara-cara seperti melakukan pemilihan umum, mengajukan petisi, melakukan diskusi dengan aktor politik, ataupun membentuk organisasi non pemerintah yang bertujuan untuk mengkritisi serta memberi masukan terhadap pembentukan kebijakan publik. Sedangkan partisipasi politik non- konvensional dapat dilakukan dalam bentuk-bentuk kegiatan seperti melakukan demonstrasi atau unjuk rasa, melakukan strike, melakukan pemboikotan terhadap lembaga atau instasi pemerintah, atau melakukan kudeta terhadap pemerintah.18 Sidney G. Tarrow menjelaskan mengenai 4 strategi utama yang dapat digunakan pada aksi kolektif dalam melakukan partisipasi politik yaitu political opportunity structure,

16 Kathryn I. Frank, Op.Cit., hlm. 361 17 Michael Allison dan Jude Kaye, Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Nirlaba, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2013), hlm. 1 18 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik,(Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), hlm. 141-142 7

Strategi United Kingdom Youth..., Bening Karilla Kinasih, FISIP UI, 2015 contention by convention, mobilizing structures, dan consensus mobilization.19 Empat strategi tersebut memiliki keterikatan satu sama lain, di mana masing-masing strategi dapat saling melengkapi satu sama lain. Political opportunity structure merupakan sebuah upaya untuk melihat kesempatan agar suatu permasalahan dapat dijadikan isu dalam aksi politik. Contention by convention merupakan awal mula dari munculnya sebuah gerakan sosial yang dapat digagas oleh aksi kolektif. Mobilizing structure adalah strategi untuk memperluas jaringan, di mana jaringan yang dimaksud dapat berupa kerjasama dengan kelompok lain agar aksi kolektif dapat berubah bentuk menjadi suatu gerakan politik, atau dapat juga berbentuk sebagai suatu dialog atau pertemuan yang dilakukan dengan stakeholder. Consensus mobilization merupakan strategi yang digunakan untuk mengidentifikasi target atau objek dari isu yang akan diangkat agar dapat memformulasikan jenis propaganda yang akan dipakai, untuk menjalankan strategi ini dapat menggunakan pendekatan kultural sebagai kacamata analisis. Untuk melakukan analisis terhadap United Kingdom Youth Parliament, penulis akan menggunakan strategi political opportunity structure, mobilizing structures, dan consensus mobilization sebagai alat analisis.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan pendekatan kualitatif, yang biasa digunakan untuk suatu penelitian yang memiliki tujuan untuk memberikan gambaran, menemukan, ataupun menjelaskan kualitas atau signifikansi pengaruh dari sebuah fenomena sosial yang tidak dapat digambarkan ataupun dijelaskan melalui pendekatan kuantitatif yang dapat diukur dengan angka-angka. Penulis akan menggunakan studi kasus strategi United Kingdom Youth Parliament dalam mendukung kebijakan concessionary travel scheme for young people di Inggris pada tahun 2011-2014.

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan data sekunder untuk menjelaskan fenomena tersebut. Data sekunder yang digunakan oleh penulis diantaranya adalah dengan menggunakan hansard atau transkrip dari pertemuan antara United Kingdom Youth Parliament dengan pemerintah dan juga hansard dari House of Commons Debate. Selain itu penulis akan menggunakan data kuantitatif seperti tingkat partisipasi politik formal yang dicontohkan dalam tingkat election turnout tahun 2005 dan 2010, kemudian data perbandingan dari berbagai bentuk partisipasi politik yang dilakukan oleh penduduk usia

19 Sidney G. Tarrow, Power in Movement: Social Movements, Collective Action and Politics, (Cambridge : Cambridge University Press, 1994), hlm. 17-24 8

Strategi United Kingdom Youth..., Bening Karilla Kinasih, FISIP UI, 2015 muda untuk memperkuat analisis penulis mengenai strategi United Kingdom Youth Parliament dalam mendukung kebijakan concessionary travel scheme for young people di Inggris pada tahun 2011-2014. Pembahasan United Kingdom Youth Parliament (UKYP) Civil Society merupakan salah satu bentuk partisiapsi politik yang seringkali digunakan oleh penduduk Inggris untuk dapat mempengaruhi formulasi kebijakan. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh NCVO pada tahun 2013, terdapat 2.3 juta orang yang bekerja sebagai staff berbayar di civil society.20 Jumlah tersebut setara dengan 8 persen dari total tenaga kerja. Berikut ini merupakan grafik yang akan menjelaskan lebih lanjut mengenai ketenagakerjaan penduduk Inggris dalam civil society: Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Dalam Civil Society Berdasarkan Tipe Organisasinya Pada Tahun 2011/2012

General Charities 800000 Universitas 378000 Kelompok Olahraga 270000 Asosiasi Perumahan 176000 Koperasi 154000 Wirausaha 150000 Companies limited by guarantee 126000 Sekolah mandiri 69000 Leisure trust 48000 Pemberdayaan Masyarakat 40000 Kelompok Agama 32000 Club And Societies 20000 friendly societies and mutual insurers 20000 Lembaga Profesional 17000 Serikat Buruh 12000 Lain-Lain 10000 Jumlah Dalam Perkiraan 0 200000 400000 600000 800000 Sumber : NCVO, 2013, NCVO UK Civil Society Almanac: How Many People Work in Civil Society

Jumlah partisipasi politik penduduk Inggris yang terdapat pada Gambar 1.1 dapat memberikan gambaran bahwa partisipasi politik melalui pemilihan umum, bukan merupakan indikator utama atau tolak ukur dari partisipasi politik secara keseluruhan. Untuk melihat partisipasi politik yang dilakukan oleh penduduk usia muda, pandangan yang telah dikemukakan oleh David Marsh, Therese O’Toole, dan Su Jones yang mengatakan bahwa penurunan partisipasi politik penduduk usia muda dalam pemilihan umum merupakan salah satu penurunan partisipasi politik, adalah pandangan sempit dalam melihat konsep partisipasi

20 NCVO, NCVO UK Civil Society Almanac: How Many People Work in Civil Society, diakses pada tanggal 11 November 2014, 9

Strategi United Kingdom Youth..., Bening Karilla Kinasih, FISIP UI, 2015 politik itu sendiri.21 Marsh, O’Toole, dan Jones juga berpendapat bahwa tidak terlibatnya penduduk usia muda dalam partisipasi formal seperti pemilihan umum bukan merupakan indikator utama untuk mengatakan bahwa penduduk usia muda bersifat apatis. Hal ini terbukti dari adanya organisasi penduduk usia muda yang berkembang dan memberikan banyak output melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan. United Kingdom Youth Parliament (UKYP) merupakan salah satu civil society yang bergerak di bidang sosial yang didirikan atas gagasan dari Andrew Rowe, politikus asal Partai Konservatif. Andrew Rowe mengemukakan ide untuk mendirikan United Kingdom Youth Parliament sebagai solusi atau alternatif lain dari menurunnya tingkat partisipasi politik penduduk usia 18-24 tahun. Argumentasi yang dikemukakan oleh Rowe dapat dianalisis dengan melihat posisi politik dari Rowe yang merupakan politisi asal Partai Konservatif. Pada awal tahun 2000, pemerintah Inggris sedang dikuasai oleh pemerintahan Partai Buruh dengan Tony Blair sebagai Perdana Menteri. Data-data mengenai tingkat pemilih dalam pemilihan umum pada tahun 1992 hingga 2001 mengalami penurunan setiap tahunnya. Walaupun pemerintahan Tony Blair telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang mendukung peran serta penduduk usia muda, namun Rowe melihat bahwa pendirian United Kingdom Youth Parliament merupakan manifestasi dapat meningkatkan partisipasi politik penduduk usia muda yang lebih efektif. Secara singkat dapat dikatakan bahwa gagasan Rowe untuk mendirikan United Kingdom Youth Parliament merupakan bentuk tandingan yang secara tidak langsung untuk mengkritisi pemerintahan Tony Blair dalam hal partisipasi politik penduduk usia muda. United Kingdom Youth Parliament merupakan salah satu organisasi non-profit yang dibentuk untuk memfasilitasi penduduk usia muda khususnya usia 11 sampai 18 tahun agar dapat merasakan menjadi representasi kelompok usianya dan membahas mengenai isu-isu sosial yang berdampak pada kelompok penduduk usia tersebut. Sejak resmi berdiri pada tahun 2001, United Kingdom Youth Parliament telah mengeluarkan berbagai manifesto yang berkaitan dengan isu sosial yang berdampak pada kelompok penduduk usia muda. Manifesto yang dikeluarkan oleh United Kingdom Youth Parliament tidak hanya sebagai bentuk kesadaran dari kelompok penduduk usia muda terhadap isu-isu sosial yang berdampak pada kelompoknya. Namun manifesto yang dikeluarkan juga memiliki dampak pada kebijakan pemerintah. Walaupun United Kingdom Youth Parliament merupakan organisasi yang digagas oleh pemerintah, namun dalam perjalannya United Kingdom Youth Parliament

21 David Marsh, Therese O’Toole, dan Su Jones, Young People and Politics in the UK : Apathy or Alienation, (New York: Pargrave Macmillan, 2007), hlm. 210 10

Strategi United Kingdom Youth..., Bening Karilla Kinasih, FISIP UI, 2015 menjalankan kegiatan-kegiatan secara independen dan terbebas dari pengaruh atau mobilisasi isu yang dilakukan oleh pemerintah.

Isu yang dibawa oleh United Kingdom Youth Parliament merupakan isu yang didukung dan telah disosialisasikan sebelumnya kepada penduduk usia muda atau konstituennya melalui MYPs dari tiap-tiap negara bagian. Berikut ini merupakan bagan yang dapat menjelaskan lebih lanjut mengenai mekanisme kerja dari United Kingdom Youth Parliament dan bagaimana suatu isu sosial dapat menjadi isu kampanye nasional: Gambar 1.2 Mekanisme Kerja United Kingdom Youth Parliament

Sumber : British Youth Council, tanpa tahun, Setting up and supporting a UK Youth Parliament programme in a Local Authority,

Gambar 1.2 menjelaskan bagaimana mekanisme pemilihan MYPs dan bagaimana isu- isu yang dibawa sebagai manifesto dapat terpilih satu isu utama yang akan dijadikan sebagai isu kampanye nasional pada tahun tertentu. Setiap konstituen yaitu penduduk usia muda di daerah pemilihannya masing-masing memilih melalui pemilihan langsung siapa yang akan mewakili daerah pemilihan tersebut untuk menjadi MYPs. Untuk menjadi kandidat MYPs seseorang harus berusia 11-18 tahun dan tidak boleh berusia 19 tahun selama masa jabatannya. Setiap kandidat sebelum masa pemilihan diperbolehkan untuk membuat kampanye-kampanye yang berisikan mengenai visi, misi, serta isu apa saja yang akan diperjuangkan jika terpilih menjadi MYPs. Metode kampanye yang seringkali digunakan oleh

11

Strategi United Kingdom Youth..., Bening Karilla Kinasih, FISIP UI, 2015 kandidat MYPs adalah dengan menggunakan media online seperti youtube, blog, twitter, ataupun facebook. Penggunaan media online merupakan sarana yang mudah dijangkau oleh penduduk usia muda.22 Selain itu penggunaan media online juga meminimalisir pengeluaran biaya publikasi. Karena United Kingdom Youth Parliament bukan merupakan organisasi profit yang dapat memberikan keuntungan secara materi bagi para anggotanya, maka penggunaan media online sebagai media publikasi merupakan alternatif yang efisien dan efektif. Peran United Kingdom Youth Parliament (UKYP) Dalam Kebijakan Concessionary Travel Scheme For Young People Bus umum merupakan suatu hal yang penting bagi penduduk di setiap negara. Lebih khusus lagi bagi penduduk usia muda. Hal ini dikarenakan penduduk usia muda khususnya yang berusia 18 tahun dan kurang dari 18 tahun belum memiliki kartu izin mengemudi. Selain itu, budaya yang ada di negara tersebut juga dapat menjadi faktor dari tinggi atau rendahnya penggunaan bus umum di suatu negara. Penduduk Inggris pada umumnya telah terbiasa untuk menggunakan bus umum seperti tube23, bus, ataupun kereta sebagai moda transportasi di dalam kota ataupun untuk berpergian ke kota lainnya. Tingkat mobilisasi yang tinggi dari penduduk secara tidak langsung menuntut adanya kualitas yang baik dari fasilitas umum termasuk bus umum. Berikut ini merupakan data yang akan menggambarkan lebih jelas mengenai tingginya tingkat mobilitas penduduk pada usia sekolah hingga pekerja: Tabel 1.1 Jumlah Rata-Rata Perjalanan Berdasarkan Tujuan Tahun 2010-2013

Jumlah Perjalanan Per Individu Per Tahun

Tujuan Tahun 0-16 17-20 21-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70+

2013 - 9 34 46 58 59 27 3 2012 - 17 28 46 61 68 28 1 Bisnis 2011 - 12 27 45 62 55 27 4 2010 - 9 28 45 60 57 23 2 2013 250 150 37 3 2 1 - - 2012 252 165 32 4 2 1 1 - Edukasi 2011 229 134 31 6 2 1 - - 2010 246 141 20 4 2 - - - 2013 39 22 27 42 42 40 48 34 2012 33 22 25 36 39 44 52 31 Berlibur 2011 39 24 28 37 46 45 62 39 2010 42 24 26 38 41 44 51 34

22 Jasmine Ali, Social Media: Youth Participation In Local Democracy, (London: LgiU, 2009), hlm 3-4 23 Tube merupakan moda transportasi kereta cepat di kota London 12

Strategi United Kingdom Youth..., Bening Karilla Kinasih, FISIP UI, 2015 Sumber : UK, Department for Transport, National Travel Survey Statistics: Table NTS0611, (modifikasi)

Pada Tabel 1.1 dapat terlihat bahwa penduduk memiliki tingkat mobilitas yang tinggi. Hal ini dapat terlihat dari jumlah perjalanan yang dilakukan oleh individu dalam satu tahun. Jika membandingkan dengan tiga tujuan yang diambil oleh penulis, maka dapat terlihat secara jelas bahwa mobilitas untuk tujuan edukasi memiliki tingkat yang paling tinggi jika dibandingkan dengan tujuan perjalanan lainnya. Perjalanan untuk pergi ke institusi pendidikan pada tahun 2010-2013 didominasi oleh kelompok usia 0-20 tahun yang berada pada jumlah 229-252 perjalanan pada kelompok usia 0-16 dan 134-165 perjalanan pada usia 17-20 tiap tahunnya per individu. Jumlah tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok usia lainnya karena pada kelompok usia tersebut terdapat kelompok usia yang sedang menempuh pendidikan penuh waktu. Pada Tabel 1.1 juga dapat terlihat bahwa jumlah perjalanan tertinggi yang dilakukan oleh seseorang adalah pada tujuan edukasi. Dimana pada kelompok usia 0-16 rata-rata terdapat 250 perjalanan yang ditempuh seseorang tiap tahunnya. Manifesto yang mendukung isu bus umum yang lebih murah bagi penduduk usia muda yang kemudian diperdebatkan dalam House of Commons Debate pada tanggal 4 November 2011. Pada pertemuan tersebut, pimpinan sidang dipimpin langsung oleh ketua House of Commons yaitu Mr. dari Partai Konservatif. Dalam sidang tersebut, jumlah MYPs yang hadir sebanyak 322 anggota dari 560 total keseluruhan anggota. Selain dipimpin langsung oleh ketua House of Commons, pertemuan tersebut juga dihadiri oleh beberapa pejabat pemerintahan seperti Sir George Young selaku Leader of the House of Commons dan Ms. Angela Eagle sebagai Shadow Leader of the House. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa United Kingdom Youth Parliament merupakan suatu organisasi yang tidak hanya menekankan pada pengembangan budaya partisipasi politik penduduk usia muda, namun juga mengembangkan model collaborative sebagai suatu civil society dalam melihat hubungan antara penduduk dengan negara. United Kingdom Youth Parliament melihat bahwa tarif bus umum khususnya bus memiliki signifikansi tersendiri bagi penduduk usia muda sebagai salah satu kelompok pengguna moda transportasi tersebut. Penggunaan bus termasuk ke dalam tiga cara utama yang digunakan oleh penduduk usia muda untuk pergi ke sekolah. Dalam House of Commons Debate, MYP yang memberikan pidato pembuka terhadap isu ini adalah Jamie Davies. Tiga argumentasi utama yang dikemukakan oleh Jamie Davies sebagai pidato pembuka dari debat mengenai manifesto bus umum pada dasarnya telah mencakup

13

Strategi United Kingdom Youth..., Bening Karilla Kinasih, FISIP UI, 2015 keseluruhan permasalahan mengenai bus umum bagi penduduk usia muda. Davies mampu menjelaskan permasalahan mengenai bus umum bagi penduduk usia muda mulai dari permasalahan utama mengenai tarif yang secara khusus berdampak langsung bagi penduduk usia muda hingga permasalahan mengenai aksesbilitas dari bus umum di daerah-daerah yang mengalami ketimpangan jumlah transportasi jika dibandinkan dengan kota-kota besar lainnya. Hal ini kemudian didukung pula oleh argumentasi-argumentasi lainnya mengenai bagaimana perubahan besaran tarif yang signifikan ketika seorang remaja yang belum mencapai usia 16 tahun kemudian setelah mencapai usia 16 tahun maka tarif yang ditetapkan naik tiga kali lipat. Selain melakukan House of Commons Debate yang merupakan kegiatan awal untuk menentukan isu nasional, House of Commons Debate juga menjadi salah satu kegiatan dari United Kingdom Youth Parliament untuk memberikan argumentasi yang berdasarkan pada data empiris untuk dapat menjadi awal mulai kegiatan untuk melakukan lobby terhadap pemerintah. Hal ini dikarenakan pada saat House of Commons Debate terdapat beberapa perwakilan pemerintah yang hadir. Kegiatan lain yang dilakukan oleh United Kingdom Youth Parliament untuk melakukan lobby terhadap pemerintah adalah membuat petisi terkait isu transportasi bagi penduduk usia muda. Melalui website http://epetitions.direct.gov.uk/ yang merupakan website petisi online yang disediakan oleh pemerintah Inggris. United Kingdom Youth Parliament mengajukan petisi yang ditutup pada tanggal 13 Desember 2012 Pembuatan petisi yang dilakukan oleh United Kingdom Youth Parliament dapat memberikan gambaran bahwa penduduk usia muda dapat melihat bahwa dalam memberikan input kepada pemerintah dapat melalui kegiatan-kegiatan damai dan tanpa kekerasan. Dalam tulisannya, Henn dan Foard mengutip pernyataan yang dikemukakan oleh Pippa Noris bahwa penduduk usia muda lebih sering menggunakan gaya politik ‘couse-oriented’.24 Maka secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa penduduk usia muda lebih memilih untuk melakukan partisipasi politik di level mikro, selain itu bentuk-bentuk partisipasi politik yang dilakukan juga tidak menggunakan cara-cara institusional salah satunya adalah melalui aksi langsung seperti membuat petisi. Partisipasi politik yang dilakukan di level mikro dilakukan karena penduduk usia muda pada dasarnya menyadari bahwa bentuk partisipasi politik yang dilakukan dengan kapabilitas yang mereka miliki tidak mampu untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah pada level makro seperti menjadi bagian dari pemerintah itu sendiri. Oleh karena itu, penduduk usia muda yang tercermin

24 Matt Henn dan Nick Foard, Op.Cit., hlm. 49 14

Strategi United Kingdom Youth..., Bening Karilla Kinasih, FISIP UI, 2015 dalam United Kingdom Youth Parliament menggunakan cara-cara yang lebih mudah dijangkau oleh penduduk usia muda itu sendiri. Petisi merupakan suatu bentuk partisipasi politik yang mudah dijangkau oleh penduduk usia muda. Hal ini dikarenakan pembuatan petisi di Inggris mudah diakses oleh berbagai kalangan. Selain itu pemerintah juga telah mempersiapkan mekanisme serta persyaratan secara terbuka mengenai bagaimana langkah- langkah yang dapat dicapai agar suatu isu yang diangkat melalui petisi dapat dilakukan pembahasan dalam sidang House of Commons. United Kingdom Youth Parliament juga melakukan kerjasama dengan organisasi penduduk usia muda lainnya untuk mendapatkan modal sosial yang lebih besar untuk melakukan lobby terhadap pemerintah. Kerjasama yang dilakukan antar organisasi tersebut merupakan kerjasama yang dalam perkembangannya rutin dilakukan oleh organisasi Youth Parliament, Mayor or Councilors ataupun organisasi penduduk usia muda lainnya yang bersifat non-partisan dan dikenal sebagai Youth Select Committee.25 Youth Select Committe dibentuk dengan tujuan untuk menghasilkan suatu report yang dapat memberikan data-data mengenai kondisi dari isu yang dialami oleh penduduk usia muda dengan melakukan kajian serta melakukan diskusi dengan stakeholder terkait seperti pemerintah ataupun otoritas lokal yang menyediakan jasa bus umum. Tujuan akhir dari kerjasama tersebut adalah dengan menghasilkan sebuah report yang akan diserahkan kepada Perdana Menteri. Selama masa perumusan laporan tersebut, tim perumus melakukan pertemuan dengan beberapa stakeholder pemerintah yang dilakukan pada hari Jumat, 6 Juli 2012.26 Pertemuan tersebut dihadiri oleh beberapa pejabat pemerintah dan beberapa otoritas lokal di bidang transportasi, di antaranya adalah Norman Baker MP, yang juga mewakili Departement for Transport; Tim Loughton MP yang juga mewakili Department for Education; Transport for London, Passenger Transport Executive Group, Dales Integrated Transport Alliance dan beberapa perwakilan dari organisasi penduduk usia muda lainnya. Tuntutan utama yang diajukan dalam pertemuan tersebut adalah untuk mendiskusikan mengenai kebijakan pemerintah mengenai national concessionary travel yang sebelumnya hanya mengakomodir kepentingan kelompok difabel dan kelompok penduduk usia tua. Pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 6 Juli 2012 dalam sesi pertamanya berfokus pada diskusi yang dilakukan bersama pemerintah yaitu dengan Norman Baker selaku perwakilan dari Department for Transport dan Tim Loughton selaku perwakilan dari Department for

25 British Youth Council, 2012 Youth Select Committee, 2012, Diakses pada tanggal 25 November 2014, 26 Youth Select Committee, Transport and Young People, (UK: Youth Select Committee, 2012), hlm. 21 15

Strategi United Kingdom Youth..., Bening Karilla Kinasih, FISIP UI, 2015 Education. Kedua departemen pemerintahan tersebut merupakan stakeholder yang menangani langsung mengenai isu concessionary travel untuk penduduk usia muda. Dalam sesi pertama tersebut diskusi awal yang dilakukan adalah mengenai batas umur yang digunakan oleh pemerintah untuk mendefinisikan usia transisi seorang individu dari usia anak menjadi dewasa. Selain melakukan bentuk-bentuk kegiatan yang bertujuan untuk me-lobby pemerintah, United Kingdom Youth Parliament juga melakukan kegiatan yang bertujuan untuk melakukan mobilisasi isu kepada penduduk usia muda untuk lebih meningkatkan kepekaan terhadap isu transportasi bagi penduduk usia muda itu sendiri. Oleh karena itu, bentuk publikasi yang dilakukan oleh United Kingdom Youth Parliament untuk menyebarluaskan isu mengenai tarif bus umum seringkali digunakan melalui media sosial. Pemilihan media sosial sebagai sarana mobilisasi isu dilakukan agar penduduk usia muda dapat mengakses dengan mudah informasi serta data-data yang dipublikasikan. Selain itu, penggunaan media sosial juga merupakan sarana mobilisasi yang tidak membutuhkan bentuk-bentuk publikasi informasi secara formal yang dalam hal ini dapat di asumsikan dengan penggunaan bahasa yang tidak formal. United Kingdom Youth Parliament memiliki beberapa media publikasi yang digunakan untuk menyebarluaskan berbagai kegiatan serta informasi yang membahas mengenai isu penduduk usia muda. Diantaranya adalah dengan menggunakan website, facebook, youtube, ataupun blog atau website pribadi dari MYPs. Penggunaan media sosial didasarkan pada tingginya tingkat penggunaan internet khususnya dalam mengakses media sosial yang dilakukan oleh penduduk usia muda. Berikut ini merupakan grafik mengenai perbandingan tingkat penggunaan internet berdasarkan umur di Inggris: Gambar 1.3 Perbandingan Tingkat Penggunaan Internet Di Inggris Berdasarkan Usia (Persentase)

Membaca Atau Mengunggah Berita Online, Majalah, atau Koran

Menggunakan Media Sosial, cth Facebook atau Twitter

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 65+ 55-65 45-54 35-44 25-34 16-24 Sumber : Gavriel Hollander, Proportion of UK Adults Accessing News Online Doubles in Six Years to 55 Percent, (modifikasi)

16

Strategi United Kingdom Youth..., Bening Karilla Kinasih, FISIP UI, 2015 Adanya keterlibatan yang dapat dilakukan oleh kelompok penduduk usia muda akan memberikan suatu sudut pandang yang berbeda terhadap kelompok penduduk usia muda itu sendiri. Upaya untuk melibatkan kelompok penduduk usia muda dalam proses perencanaan, secara tidak langsung akan memberikan fokus dari perencanaan itu sendiri terhadap objek baru yaitu kelompok penduduk usia muda. Posisi dari kelompok penduduk usia muda akan semakin dipertimbangkan dalam proses formulasi kebijakan dan hal ini akan memberikan dampak terhadap komunitas yang lebih luas lagi.27 Dalam artian tidak lagi hanya bertumpu pada partisipasi kelompok penduduk dewasa saja dalam upaya ataupun proses formulasi kebijakan. Hal ini dapat terlihat dari bagaimana peran yang dilakukan oleh United Kingdom Youth Parliament memiliki dampak terhadap pemerintah dalam hal mendengarkan aspirasi ataupun ide yang dikemukakan oleh penduduk usia muda.

Pertemuan yang dilakukan oleh United Kingdom Youth Parliament yang tergabung dalam Youth Select Committee memberikan dampak terhadap sikap yang diambil oleh pemerintah terhadap isu kebijakan concessionary travel scheme for young people. Secara bertahap, otoritas di tingkat lokal kemudian memberikan concessionary travel untuk penduduk usia muda. Secara umum berdasarkan survey yang dilakukan oleh Institute of Commercial Management (ICM) yang dipublikasikan oleh BBC, terhitung sejak 2008-2013 terdapat perubahan positif terhadap fasilitas bus umum khususnya bus. 29 persen dari total koresponden mengatakan bahwa adanya peningkatan dari fasilitas bus yang ada di seluruh Inggris, dan 23 persen yang mengatakan bahwa fasilitas bus umum menjadi lebih buruk sejak tahun 2008-2013.28 Margin antara persentase dengan penilaian positif dan negatif adalah 6 persen, namun hal tersebut memberikan gambaran mengenai bagaimana pemerintah telah berusaha untuk memperbaiki dan melakukan perawatan terhadap bus umum.

Pada tahun 2014, Baroness Kramer selaku Menteri Transportasi yang baru memberikan laporan mengenai perkembangan kebijakan concessionary travel scheme for young people. Pada tanggal 24 Januari 2014 Kramer memberikan pidato pembukaan dalam rangka bergabungnya otoritas lokal di Merseyside untuk mendukung concessionary travel untuk penduduk usia muda. Dalam pidatonya, Kramer menyebutkan bahwa pada tahun 2013 tercatat sekitar 4,6 miliar perjalanan dengan menggunakan bus di Inggris dan sekitar 30 persen dari

27 Kathryn I. Frank, Op.Cit., 352 28 Mark Easton, 2013, Public Service Cuts: Did We Notice?, diakses pada tanggal 20 November 2014, 17

Strategi United Kingdom Youth..., Bening Karilla Kinasih, FISIP UI, 2015 total tersebut merupakan penumpang yang berusia dibawah 21 tahun.29 Kramer memberikan perbandingan jumlah penggunaan bus tersebut merupakan tiga kali lipat dari jumlah akses terhadap media sosial. Maka Kramer menyimpulkan bahwa bagi penduduk usia muda, bus merupakan suatu jaringan sosial yang paling utama. Kramer juga menyadari bahwa tarif bus dapat menjadi hambatan utama bagi penduduk usia muda untuk mengakses bus umum. Melalui laporan yang dibuat oleh Departement for Transport, pada tahun 2014/2015 dari 89 daerah di tingkat lokal selain London, terdapat 81 wilayah yang telah menyediakan concession travel untuk penduduk usia muda.30 Jumlah tersebut mencapai 91 persen yang dapat dikatakan mengalami peningkatan dari tahun 2012 yang hanya mencapai 80 persen.

Kesimpulan United Kingdom Youth Parliament digagas oleh anggota House of Commons yang menyadari bahwa peran aktif dari penduduk usia muda dalam proses formulasi kebijakan pada dasarnya dibutuhkan. Pemerintah memerlukan perspektif dari sisi objek kebijakan tersebut untuk memberikan input dalam proses formulasi kebijakan agar kebijakan yang dihasilkan lebih komprehensif dan memiliki kualitas yang baik. Sebelum terbentuknya United Kingdom Youth Parliament, pemerintah telah mencoba untuk melakukan peningkatan partisipasi politik di tingkat lokal seperti yang telah dijelaskan oleh Andrew Rowe saat sidang pembahasan mengenai pendirian United Kingdom Youth Parliament dalam sidang House of Commons. Namun hal tersebut dianggap tidak efektif dan tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap peningkatan partisipasi politik penduduk usia muda. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah formulasi mengenai bentuk organisasi yang cocok dan dapat meningkatkan peran aktif penduduk usia muda dalam politik. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa gagasan yang dikemukakan oleh Rowe merupakan ide yang mengkritik pemerintahan Partai Buruh karena tidak berhasil meningkatkan partisipasi politik penduduk usia muda dalam pemilihan umum.

Pada tahun 2011, signifikansi dari peran United Kingdom Youth Parliament sebagai civil society yang dapat dilihat menggunakan kacamata collaborative model dari hubungan antara negara dengan penduduk semakin terlihat. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan pemberlakuan kebijakan concessionary travel scheme for young people di tingkat lokal. Setelah melewati berbagai rangkaian kegiatan tahunan, isu mengenai transportasi umum

29 UK, Department for Transport, 2014, A Fair Deal for Young People, diakses pada tanggal 6 Agustus 2014, 30 UK, Department for Transport, 2014, Concessionary Travel: Table BUS0842, diakses pada tanggal 6 Agustus 2014, 18

Strategi United Kingdom Youth..., Bening Karilla Kinasih, FISIP UI, 2015 terpilih menjadi isu nasional yang akan dibahas oleh United Kingdom Youth Parliament pada tahun 2012, karena merupakan isu yang dampaknya dapat dirasakan secara langsung oleh penduduk usia muda dalam kehidupan sehari-hari seperti penggunaan bus ketika pergi ke sekolah. Terdapat dua alasan mengapa isu tersebut menjadi penting bagi penduduk usia muda. Pertama karena adanya ketidakjelasan dari batasan usia transisi antara penduduk muda dan penduduk dewasa yang diberlakukan oleh pemerintah yang berdampak langsung pada besaran tarif yang harus dibayar oleh penduduk usia muda. Kedua adalah mengenai aksesibilitas dari bus umum karena adanya ketidakmerataan kualitas maupun kuantitas bus di tiap daerah untuk dapat mengakses bus umum. Pada kota-kota besar, bus yang tersedia relatif lebih banyak dan lebih terawat jika dibandingkan dengan kota lainnya yang lebih kecil atau lebih sedikit jumlah penduduknya. Hal ini menyebabkan adanya kesenjangan yang dirasakan penduduk usia muda untuk dapat mendapatkan fasilitas tersebut.

Strategi politik yang ditempuh oleh United Kingdom Youth Parliament dapat dikatakan efektif untuk memobilisasi dan menjadikan isu ini memiliki posisi tawar yang baik bagi pemerintah. Penggunaan media sosial juga merupakan pilihan yang tepat dan sesuai dengan karakter dari organisasi tersebut. Maka dari itu, United Kingdom Youth Parliament dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dari bentuk civil society bagi penduduk usia muda yang bergerak di bidang sosial serta bergerak secara independen diluar intervensi pemerintah untuk melakukan peningkatan partisipasi politik penduduk usia muda di suatu negara.

Daftar Referensi

Daftar Buku dan Jurnal

Ali, Jasmine, Social Media: Youth Participation In Local Democracy, (London: LgiU, 2009). Allison, Michael dan Jude Kaye, Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Nirlaba, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2013). Anjum, Tanvir, “From Confrontation to Collaboration: Contemporary Discourse on The State-Civil Society Relations Model”, Journal of Political Studies, Dept. of Political Science, Univ. of The Punjab, Lahore, Issue XVII, Summer 2010. Budiarjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi), (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2010). Chandoke, Neera, Benturan Negara dan Masyarakat Sipil, (Yogyakarta: Istawa, 2001). Chwe, Michael Suk-Young, “Structure and Strategy in Collective Action”, American Journal of Sociology, Vol.105, No. 1, Juli 1999. Culla, Adi Suryadi, Rekonstruksi Civil Society: Wacana dan Aksi Ornop di Indonesia, (Jakarta: Pustaka LP3ES, 2006).

19

Strategi United Kingdom Youth..., Bening Karilla Kinasih, FISIP UI, 2015 Diamond, Larry, Revolusi Demokrasi: Perjuangan Untuk Kebebasan dan Pluralisme di Negara Sedang Berkembang, Terjemahan dari The Democratic Revolution, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994). Frank, Kathryn I., “The Potential of Youth Participation in Planning”, Journal of Planning Literature, Vol. 20, No. 4, May 2006. Henn, Matt, dan Nick Foard, “Young People, Political Participation and Trust in Britain”, EPOP Annual Conference, University of Exeter, 9-11 September 2011. Hikam, Muhammad A.S, Islam, Demokratisasi & Pemberdayaan Civil Society, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999). Kirby, Perpetua dan Sara Bryson, Measuring The Magic? : Evaluating and Researching Young People’s Participation in Public Decision Making, (London: Carniage Young People Initiative. Marsh, David, Therese O’Toole, dan Su Jones, Young People and Politics in the UK : Apathy or Alienation, (New York: Pargrave Macmillan, 2007). Quintelier, Ellen, “Differences In Political Participation Between Young And Old People”, Contemporary Politics, Vol. 13, No. 2, Juni 2007. Surbakti, Ramlan, Memahami Ilmu Politik,(Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992). Tarrow, Sidney G., Power in Movement: Social Movements, Collective Action and Politics, (Cambridge : Cambridge University Press, 1994). Tocqueville, Alexis de, Democracy in America, Vol.2, (New York: Alfred A. Knopf, 1994). Youth Select Committee, Transport and Young People, (UK: Youth Select Committee, 2012).

Daftar Artikel Internet

British Youth Council, 2012 Youth Select Committee, 2012, Diakses pada tanggal 25 November 2014, Mark Easton, 2013, Public Service Cuts: Did We Notice?, diakses pada tanggal 20 November 2014, NCVO, NCVO UK Civil Society Almanac: How Many People Work in Civil Society, diakses pada tanggal 11 November 2014, UK, Department for Transport, 2014, A Fair Deal for Young People, diakses pada tanggal 6 Agustus 2014, UK, Department for Transport, 2014, Concessionary Travel: Table BUS0842, diakses pada tanggal 6 Agustus 2014, UK, Department For Transport, Guidance for Travel Concession Authorities on the England National Concessionary Travel Scheme, 2010, diakses pada tanggal 9 September 2014, hlm. 5,

20

Strategi United Kingdom Youth..., Bening Karilla Kinasih, FISIP UI, 2015 United Kingdom Youth Parliament, UKYP House of Commons Debate 2011, 2011, diakses pada tanggal 20 September 2014,

21

Strategi United Kingdom Youth..., Bening Karilla Kinasih, FISIP UI, 2015