Al-Ahruf Al-sab’ah: Sebuah Fenomena Sejarah Al-qur‘An ... (Abdul Khaliq Hasan el-Qudsy)

AL-AHRUF AL-SAB’AH: Sebuah Fenomena Sejarah Al-Qur‘an (Dalam Kajian Klasik dan Kontemporer)

Abdul Khaliq Hasan el-Qudsy Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102 Telp. (0271) 71741, 719483 (Hunting) Faks, (0271) 715448

Abstract

This writing will effort to talk over the existence of Al-Ahruf Al-sab’ah in Al-Qur’an, sociology-historically, the fact of Al-Ahruf Al Sab’ah appeared in Madinah period. It’s appeared because of variant factors of language background including dialect that owned by Moslem, therefore, there are a lot of dialects different in reading Al-Qur’an. This fact was documented in Hadist Rasulullah SAW. Based on the study of sanad Hadist, was discovered 46 sanad that related to the existence of Al-Ahruf Al Sab’ah; 38 Sanad got Shahih and the other 8 sanad got dhoif status. The existence of Al Ahruf Al Sab’ah in this Al-Qur’an was responded by the experts of Ulum Qur’an. Briefly their respond can be classified into two category, those are; received and refused. The experts of Ulum Qur’an from Sunni Mahzab received the existence of Al Ahruf Al Sab’ah in Al-Qur’an, because it was good both from matan Hadist or Sanad, the existence of Al Ahruf Al Sab’ah in Al-Qur’an was strong enough and Mutawatir. On the other side, the experts of Ulum Al Qur’an from Syiah Mazab were refused the existence of Al Ahraf Al Sab’ah in Al-Qur’an. The reason was hadist Al Ahruf Al Sab’ah didn’t valid, because those hadist according to their value were contrary with the stories of syiah imam/leader who ma’ shum. Beside that, in history of Al Ahruf Al Sab’ah there was contradiction (Tanaqudh) among one history and the others, therefore, those stories couldn’t be regarded as the foundation. Among the experts of Ulum Al from Sunni Mahzab were discovered some interpretations towards Al Ahruf Al Sab’ah. Among them were translated Al Ahruf Al Sab’ah as the seven different words in the same meaning like the words agbil, taal, halumma etc. A part of them were translated as seven dialects, those are; Quraisy,

33 PROFETIKA, Jurnal Studi , Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 33-62

Hudzail, Tsaqif, Huwazan, Tamim, Kinanah, and Yaman. Those seven dialects were as fushah Arabic. Another part was translated as the seven ways to read Al-Qur’an (qiraat sab’ah). The last part was translated as the different dialects and pronunciation of lafadz Al-Qur’an because of different in age. Besides that, among them were also discovered three opinions about mushaf Usmani version. First, Mushaf Usmani was involved one word only. Second, Mushhaf Usmani had involved all al-ahruf al-sab’ah. Third Mushaf Usmani was involved several words from al-ahruf al-sab’ah that can be accommodated and suitable with the reading of Rasullullah SAW and .

Key words: Al-ahruf al-sab’ah, qiraat sab’ah. Tanaqudh, sanad, matan, shahih, dhaif, mutawatir, ruksah, qiraat syadzdzah, ilmul qiraat.

34 Al-Ahruf Al-sab’ah: Sebuah Fenomena Sejarah Al-qur‘An ... (Abdul Khaliq Hasan el-Qudsy)

ﺍﻷﺣﺮﻑ ﺍﻟﺴﺒﻌﺔ، ﻗﺮﺍﺀﺓ ﺍﻟﺴﺒﻌﺔ، ﺍﻟﺘﻨﺎﻗﺾ.

Pendahuluan memberikan ilustrasi kepada kita bahwa alangkah sulit dan bahayanya Al-ahruf al-sab’ah merupakan pembahasan al-Ahruf al-Sab’ah ini. salah satu cabang pembahasan ilmu Kita katakan bahaya karena kesala- al-Quran. Keberadaannya yang sa- han pahaman pembahasan dalam ngat urgen dalam sejarah al-Quran masalah ini bisa berakibat fatal ter- mendorong banyak sarjana baik dari hadap al-Quran itu sendiri, bahkan kalangan umat Islam maupun Orien- hal tersebut bisa dijadikan bumerang talis untuk mempelajari dan mem- oleh musuh-musuh Islam untuk bahas hakikat dari al-Ahruf al-Sab’ah menghancurkan dasar utama umat itu. Sudah banyak pendapat yang Islam itu. Oleh karenanya tidak dilontarkan oleh para ulama tentang berlebihan kalau sekiranya Imam maksud dari beberapa riwayat al- Zarqoni berkata:”… pembahasan ini Ahruf al-Sab’ah seperti yang dikata- mengerikan dan rumit, karena bisa me- kan imam Suyuthi bahwa perbedaan munculkan bermacam-macam pendapat, ini mencapai hingga sekitar empat sehingga terpetik dihati sebagian ulama puluh pendapat. Sedang menurut bahwa pembahasan al-Ahruf al-Sab’ah Ibnu Hibban perselisihan pendapat termasuk permasalahan yang sangat yang terjadi dikalangan ulama klasik sulit untuk bisa difahami (baca: terdapat sekitar tiga puluh pendapat musykil), dan kesalahan dalam perma- yang berbeda. salahan ini bisa membuka pintu bagi Perbedaan-perbedaan itu musuh-musuh islam untuk melontarkan

35 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 33-62 tuduhan-tuduhan negatif terhadap al- secara geografis. Quran”1. begitu pula statemen Ibnu Sebelum Islam datang, di Jazi- al-Arabi sebagaimana diceritakan rah Arab sudah terkenal adanya oleh Imam al-Zarkasi dalam karya- beberapa dialek bahasa Arab, misal- nya al-Burhan: “Bahwa tidak di nya di bagian timur terdapat dialek temukan dalil, baik dari nash maupun Tamim, Asad dan Qoish, sebelah barat atsar yang menjelaskan tentang terdapat dialek Madinah, Khoibar, pengertian al-Ahruf al-Sab’ah itu”2. Quraish dan Bani Bakr, adapun di- bagian selatan Jazirah Arab terkenal Perkembangan Bahasa Arab dengan dialek Humair. Berkat rahmat Allah swt. Ka’bah yang berada di Seperti kita ketahui bersama tengah-tengah kota Makkah menjadi bahwa lingkungan dan keturunan tempat pusat perkumpulan dan sangat mempengaruhi kehidupan transit para saudagar dan peziarah seseorang. Begitu pula, kedua faktor dari berbagai kabilah-kabilah Arab ini mempunyai pengaruh dan andil terutama di musim-musim haji, dari besar dalam perkembangan suatu situlah muncul ide pembentukan pa- bahasa. Bahasa arab sebagai salah sar di tempat-tempat manasik. Pasar satu bahasa semit telah mengalami ini, selain digunakan untuk transaksi perkembangan dan dialek yang jual beli, juga digunakan untuk bermacam-macam sesuai lingkungan festival syair dan khitobah. Suku Qu- yang ada. Sistem kesukuan yang di- raisy sebagai penguasa tanah suci dan anut oleh bangsa Arab mengaki- penjamu para hujjaj dan peziarah batkan terjaganya dialek setiap suku, pada waktu itu, secara otomatis dari karena setiap anggota suku ter- adanya pertemuan para suku-suku panggil untuk mempertahankan tersebut terjadilah proses asimilasi karakteristik kesukuannya termasuk bahasa. Maka masuklah kedalam ba- bahasa mereka. Namun hal itu tidak hasa Quraisy beberapa unsur dialek menghalangi akan terjadinya trans- suku-suku lain. Oleh karena itu ketika formasi bahasa dan kemiripan dialek terjadi “festival kebudayaan” dipasar diantara suku-suku yang berdekatan ‘Ukadz, Majinnah dan Dzil Majaz,

1 Abdul ‘Adzim al-Zarqoniy al-Imam, Manahil al-‘irfan, vol. I, Daar Ihya al-Kutub al-‘Arobiyyah, Cairo, cet. III, hal. 137-138. 2 Badruddin al-Zarkasyi al-Imam,al-Burhan fi ‘ulumil qur’an,ditahkik oleh Muhammad Abul fadl , al-Maktabah al-‘Ashriah, Shoida, Beirut, Vol. I, cet.II, 1391 H/1972 M, hal. 212

36 Al-Ahruf Al-sab’ah: Sebuah Fenomena Sejarah Al-qur‘An ... (Abdul Khaliq Hasan el-Qudsy) mereka dalam berdialog meng- dakmampuan mereka membuat gunakan bahasa fushah yang telah suatu tandingan terhadap al-Quran. mereka ketahui bersama yaitu bahasa Dari sinilah tidak di temukan pro- Quraisy yang merupakan induk bagi blem yang berarti terhadap teks-teks dialek-dialek lainnya, bahkan seba- al-Quran pada periode Makkah.4 gian penyair mereka sudah enggan Ketika Rosulullah saw. dan untuk memakai dialek mereka. para sahabat hijrah ke Madinah, Karena keistimewaan itulah, Allah situasi dan kondisi telah berbeda jauh swt. Menurunkan al-Quran dengan dengan apa yang ada di Makkah bahasa Quraisy yang mengandung dimana banyak orang berbondong- gaya bahasa dan sastra yang tinggi bondong masuk Islam dari berbagai dalam rumpun bahasa arab3. kalangan yang berbeda-beda, dian- tara mereka ada yang lanjut usia dan Latar belakang sosiologis tidak mengerti tulis baca sehingga turunnya al-Ahruf al-Sab’ah mendapatkan kesulitan dalam peng- ucapan al-Quran. Dari beberapa Al-Quran pada periode Makky, fenomena diatas, maka muncullah memakai satu huruf yaitu bahasa perbedaan-perbedaan dialek dalam Quraisy. Dengan sendirinya Rosu- membaca al-Quran yang sebelumnya lullah saw. Dan para sahabat tidak hal tersebut tidak terjadi pada periode menemukan kesulitan yang berarti Makki.5 dalam membaca dan memahami isi kandungan al-Quran. Bahkan al- Telaah kritis sanad hadist. Quran yang datang dengan gaya bahasa dan sastra yang tinggi mam- Jumlah sahabat yang meriwa- pu memikat hati para pemuka Arab, yatkan al-Ahruf al-Sab’ah seperti yang sampai-sampai diantara mereka ada dicatat oleh Imam al-Suyuthi di yang mengatakan bahwa al-Quran dalam al-Itqon ada sebanyak 21 adalah sihir, ini di karenakan keti- sahabat.6 Namun pada kenyataannya

3 Hauliyat al-Dirosah al-Islamiyyah wa al-Arobiyyah lilbanin, edisi 18, vol. I, tahun 1420 H/2000 M. jamiah al-azhar fak. Dirosah islamiyyah, Cairo, hal. 41-42. 4 ibid, hal. 42 5 Abd shobur syahin Dr., Tarikh al-Quran, ma’had al-Dirosah al-Islamiyyah, Zamalik, 1417 H/1997 M. hal. 93. 6 Jalaluddin al-Suyuthi al-Imam, al-Itqon fi al-ulum al-Qur’an, vol. I, al-Muassasah al-kutub al-Islamiyyah, Beirut, Lebanon, cet. I,1416 H/1996 M. hal. 129.

37 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 33-62 ada 24 sahabat.7 Nama-nama sahabat menjadi saksi bersama kamu sekalian”. itu adalah sebagai berikut: Ubay bin Dari jumlah perawi yang begitu ba- Ka’ab, Anas bin Malik, Khuzaimah nyak kita bisa memastikan kemu- bin al-Yaman, Zaid bin Arqom, tawatiran hadits al-Ahruf al-Sab’ah Samuroh bin Jundub, Sulaiman bin sebagaimana telah dipertegas oleh Syurod, Ibnu Abbas, Ibnu Masud, Abu Ubaid al-Qosim bin Salam dalam Abdurrahman bin Auf, Umar bin riwayat diatas.9 Walaupun pendapat Khottob, Amr bin abi Salmah, Amr ini tidak sesuai dengan apa yang bin Ash, Muadz bin Jabal, Hisam bin dikatakan oleh Dr. Shubhi Shaleh Hakim, Abi Bakroh, Abi Jahm, Abi bahwa hanya sebagian ulama yang Said al-Khudri, Abi Tolhah al-Ansori, mengatakan kemutawatiran hadits Abi Hurairah, Abi Ayyub, Utsman al-Ahruf al-Sab’ah bahkan setandar bin Affan, Abdullah bin Umar, kemutawatiran dikatakan tidak Ubadah bin Shomit dan Ummu terpenuhi dalam generasi selanjut- Ayyub. Dalam musnad al-Hafidz nya10.Ala kulli hal kevalitan hadits al- Abu Ya’la8 terdapat suatu riwayat Ahruf al-Sab’ah tidak bisa dipungkiri yang menerangkan bahwa pada lagi bahwa ia benar-benar diucapkan suatu hari ketika Utsman bin Affan oleh Rasulullah saw. r.a sedang berdiri diatas mimbar Jumlah sanad hadits al-Ahruf al- beliau berkata: “aku teringat kepada Sab’ah sebanyak empat puluh enam seseorang yang mendengar sendiri (46) sanad yaitu dua puluh (20) Rosulullah saw bersabda: al-Quran itu sanad pada riwayat Ubay bin Ka’ab, diturunkan dalam tujuh huruf, tujuh (7) sanad pada riwayat Ibnu semuanya benar dan cukup”. Setelah Masud, empat (4) sanad pada Utsman bin Affan turun dari mimbar riwayat , tiga (3) sanad dan semua hadirin berdiri menya- pada riwayat Ummu Ayyub, begitu takan kesaksian mereka atas kebe- juga pada riwayat Ibnu Abbas, dua naran yang diucapkannya itu, saat itu (2) sanad terdapat pada riwayat Utsman menegaskan “dan aku Umar dan Ibnu Umar dan satu ma-

7 Op.Cit. Abd shobur syahin Dr. hal. 61. 8 Sya’ban Muhammad Ismail Dr. Rosm al-Kitab wa dlobtuhu, daar al-salam, Cairo, Mesir, cet. I, 1416 H/1996 M. hal 15. 9 Op. cit. Jalaluddin al-Suyuthi al-Imam, hal. 130. 10 Shubhi sholeh Dr. Mabahits fi ‘ulum al-Qur’an, daar al-Ilmi lilmalayin, Beirut, Lebanon, cet. XVIII, 1991, hal. 102.

38 Al-Ahruf Al-sab’ah: Sebuah Fenomena Sejarah Al-qur‘An ... (Abdul Khaliq Hasan el-Qudsy) sing-masing untuk Zaid bin Arqom, Abdusshobur Syahin mengatakan Abi Tolhah, Abi Jahm, Abi Bakroh, bahwa semua matan benar kecuali Ibnu Syurod, Ibnu Dinar dan Abi al- sekitar riwayat palsu yang disan- Aliyah. Diantara sanad- sanad darkan kepada Zaid bin Arqom yang tersebut tidak ada yang dlo’if kecuali mana sebelumnya telah ditegaskan delapan sanad selainnya 38 shohih. kedlo’ifan sanadnya. Dugaan Begitu juga semua sanad muttasil pemalsuan yang dilakukan oleh kecuali hanya empat saja walaupun sebagian kelompok Syi’ah ini, bisa pada dasarnya penyandaran hadits ditinjau dari dua sebab; tersebut terhadap para sahabat benar karena makna hadits tersebut telah di 1. Terlihat pada riwayat tersebut Ali kuatkan dengan hadits-hadits mutta- KarromAllahu Wajjah menjawab sil. Keempat riwayat hadits yang problem yang terjadi dengan tidak muttasil sanadnya adalah: sendirian tanpa Rosulullah saw, riwayat Ibnu Abi ya’la, Ibnu Syuroth, padahal pada kejadian tersebut Ibnu Dinar dan Abi Ya’la11. Dari sini terdapat Rosulullah saw yang dapat kita ambil kesimpulan bahwa semestinya beliau lebih berhak hadits al-Ahruf al-Sab’ah dilihat dari menjawabnya. Ini apa bila di- segi sanadnya menunjukkan kemu- terima kevalidan hadits tersebut, tawatiran hadits tersebut. Maka karena kita temukan pada ri- pendapat yang mengatakan hadits wayat Ibnu Masud dimana tersebut tidak memenuhi setandar terlihat Ali dan Rosulullah saw kemutawatiran pada generasi selan- bersama-sama dalam pembi- jutnya, adalah kurang benar. Karena caraan. menurut hemat penulis dengan 2. Zaid bin Arqom merupakan salah adanya berbagai macam sanad yang satu sahabat yang tinggal di sampai pada kita menunjukkan Kufah. Pada masanya, terjadi bahwa hadits tersebut tetap muta- pergolakan politik antara Syi’ah watir pada generasi berikutnya. dan pemerintahan Muawiyah maka tidak menutup kemung- Telaah kritis matan hadist kinan sebagian orang Syi’ah memalsukan namanya guna Adapun keritik hadits yang kepentingan politik mereka12 berhubungan dengan matan, Dr.

11 Op. cit. Shobur syahin, hal. 63. 12 Ibid, hal. 75.

39 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 33-62

Menurut hemat penulis setelah yang berbunyi “ …..Nabi saw ber- melihat kembali nash hadits yang diam dan Ali berada di sampingnya terdapat pada Ibnu Jarir13, kemudian berkata…. “ kalau sean- kurang setuju kalau dikatakan bahwa dainya jawaban itu salah tentunya matan hadits Zaid bin Arqom telah Rasulullah akan langsung mene- di politisir oleh sebagian orang Syi’ah gurnya, dalam istilah Muha- walaupun sepakat bahwa hadits ini dditsin hal tersebut di kenal dloi’f dalam segi sanad. Hal tersebut dengan hadits bi al-taqrir. Dengan di karenakan beberapa alasan antara adanya beberapa kemungkinan di lain: atas, maka istidlal Dr.Shobur 1. Sebagaimana disebut Ibnu Jarir Syahin pada matan hadits ter- pada riwayat Ibnu Mas’ud di sebut –yang di katakana palsu- mana jawaban Ali KarromAllahu tidak bisa di terima. Seperti kita Wajhah terhadap perselisihan ketahui bersama pada ada suatu bacaan tersebut di peroleh dari kaidah yang mengatakan” apabila Rosulullah14, begitu juga ada ada suatu dalil mengandung bebe- kemungkinan pada riwayat Zaid rapa kemungkinan maka dalil ter- bin Arqom bahwa jawaban Ali sebut tidak bisa di jadikan suatu sebenernya diperoleh dari Rasu- tendensi”. lullah namun sayang rawi tidak menyebutkannya dan ini bisa Kita akui disana terdapat pe- terjadi karena rawi bisa saja ngulangan atau paling tidak kemi- hanya menyampaikan nilai-nilai ripan redaksi hadits dalam beberapa hadits tanpa melihat perincian riwayat, hal ini tidak ada pengaruh cerita dan kejadian. Dalam istilah serius terhadap kevalidan riwayat Muhadditsin hal ini sering di sebut hadits tersebut, karena tidak menu- dengan riwayat bil ma’na. tup kemungkinan berulangnya suatu 2. Kemungkinan lain adalah bahwa “kasus” dalam kesempatan yang jawaban tersebut memang dari Ali berbeda-beda sehingga menuntut kw. Namun telah memperoleh suatu solusi yang kadang mirip legitimasi dari Rasulullah saw. Ini dengan solusi sebelumnya. Sebagai dikuatkan penggalan nash hadits contoh kita dapat melihat dalam

13 Ibn Jarir al-Thobariy al-Imam, Jami’ al-Bayan, daar al-Fikr, Beirut, Lebanon, vol. I, 1415 H/1995 M. hal. 26. 14 Ibid, hal. 26.

40 Al-Ahruf Al-sab’ah: Sebuah Fenomena Sejarah Al-qur‘An ... (Abdul Khaliq Hasan el-Qudsy) riwayat Ubay bin Ka’ab, Ibnu Mas’ud mendengar Hasyim bin Hakim dan Abi Hurairah. Adapun rahasia membaca surat al-Furqan,dan pengulangan yang terdapat pada aku mendengarkan baik-baik riwayat Ubay bin Ka’ab dalam ber- bacaannya, tapi tiba-tiba ia mem- bagai kesempatan dikarenakan ia baca beberapa huruf yang tidak termasuk salah satu sahabat yang pernah aku dengar dari Rasu- banyak menemukan “kasus” di lullah, sehingga aku hampir samping perhatiannya yang tinggi mengingkarinya ketika ia sedang terhadap periwayatan hadits. Oleh shalat. Akhirnya aku tunggu karena itu kita tidak menemukan sampai ia mengucapkan salam, satupun riwayat dlo’if dalam sanad- setelah itu aku menarik bajunya sanadnya.15 lalu kutanya ,”siapa yang mem- bacakan surat itu kepadamu? Telaah terhadap hadits –hadits Iapun menjawab:Rasulullah yang al-Ahruf sab’ah. membacakannya kepadaku. Akupun berkata kepadanya,” Seperti telah kita singgung engkau berdusta! demi Allah , sebelumnya,tentang beberapa hal Rasulullah tidak membacakan penting yang berhubungan dengan surat itu kepadaku seperti apa periwayatan nash-nash hadits ahruf yang telah kamu baca. Hisyam bin sab’ah,maka pembahasan kita ini Hakim akhirnya aku ajak meng- kurang obyektif apabila tanpa hadap Rasulullah,lalu aku berta- menelaah kembali nash-nash tersebut nya : wahai Rasulullah aku .Namun perlu di ketahui bahwa mendengar orang ini membaca penulis disini menghadirkan bebe- surat al-Furqan dengan huruf- rapa hadits saja yang bisa mewakili huruf yang engkau bacakan riwayat lain serta bisa menjadi bahan kepadaku.Rasulullahpun menja- pertimbangan ketika mengambil wab, hai Umar lepaskan dia dan suatu kesimpulan . bacalah hai Hisyam! Hisyam lalu 1. Hadits yang diriwayatkan oleh membaca surat al-Furqan sebagai a‘immah sittah, dalam riwayat mana yang aku dengar tadi. Bukhari ,Umar bin Khottob Kemudian rasulullah berkomen- berkata ,”Pada suatu hari ,semasa tar,” demikianlah surat itu di rasulullah masih hidup ,aku turunkan”,Beliaupun melanjut-

15 Op. cit. Abdushshobur Syahin Dr. hal. 65.

41 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 33-62

kan perkataannya,”al-Qur’an itu kakek dan orang yang sama sekali diturunkan dalam tujuh huruf, tidak pernah membaca buku. Jibril karena itu bacalah mana yang menjawab hai Muhammad se- mudah dari tujuh huruf.16 sungguhnya al-Qur’an ini ditu- 2. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi runkan dalam tujuh huruf. (hadits Syaibah dalam al-Mushannif dan riwayat Tirmidzi dan beliau Ahmad dalam Musnadnya dari berkata” ini adalah hadits hasan Abi Hurairah dari ayahnya: Jibril sohih”)18. berkata,”wahai Muhammad 4. Dari Ubay bin Ka’ab berkata Jibril bacalah al-Quran dengan satu mendatangi Rosulullah di mana huruf”, maka Mikail berkata” ketika beliau sedang berada di mintalah tambah”,Jibrilpun tempat ‘Adlo’ah bani Ghoffar. berkata “bacalah dengan dua Kamudian berkata:” hai Mu- huruf “sehingga akhirnya sampai hammad Allah telah menyu- tujuh huruf, semuanya benar dan ruhmu untuk membacakan al- cukup seperti perkataanmu” Quran kepada umatmu dengan halumma wa ta’al”selagi tidak memakai tujuh huruf” (Hadits diakhiri ayat adzab dengan ayat riwayat imam al-arba’ah)19. rahmat.17 5. Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, 3. Dari Ubay bin Ka’ab berkata: Rosulullah saw berkata Jibril ”Rosulullah saw bertemu dengan membacakan (al-Qur’an) kepa- Jibril as. Pada suatu tempat daku dengan memakai satu huruf bernama Ahjar al-Marwa beliau kemudian saya meminta tambah berkata: Hai Jibril sesungguhnya sampai menjadi tujuh huruf (Ha- saya ini diutus kepada umat dits riwayat Bukhori Muslim)20. ummiyyin (baca: buta huruf) dian- tara mereka adalah budak laki- Dari nas-nas hadits di atas laki, perempuan, nenek, kakek- dapat kita ambil beberapa kesim-

16 Ibid, hal. 91. 17 Al-Qoshbiy mahmud zalath Dr. Mabahits fi ‘ulum al-Qur’an, daar al-Qolam, Dubai, Emirat Arab, cet. II, 1407 H/1987 M. Hal. 159. 18 Mana’ al-Qoththon al-Ustadz, Nuzul al-Qur’an ‘ala sab’ati ahruf, maktabah Wahbah, Cairo, cet. I, 1411 H/1991 M. Hal. 27. 19 Op. cit. mana’ al-Qoththon al-Ustadz, hal. 24. 20 Ibn al-Katsir al-Imam, Fadloil al-Qur’an, ditahkik oleh Sa’id abdul majid, daar al- haduts, Cairo, hal. 54.

42 Al-Ahruf Al-sab’ah: Sebuah Fenomena Sejarah Al-qur‘An ... (Abdul Khaliq Hasan el-Qudsy) pulan sebagai berikut: kan pada surat al-Nasr. Kita a. Turunnya al-Quran dengan tujuh ketahui bersama surat al-Nasr huruf, merupakan kemudahan tergolong surat al-Mada- bagi umat islam dimana ba- niyyah. nyaknya orang yang masuk islam dari berbagai golongan, usia, suku c. Adapun tentang kapan mulainya dan bahasa yang beragam muncul bacaan tujuh huruf, mengakibatkan mereka men- menurut Dr. Sobur Sahin bahwa dapatkan kesulitan dalam mem- izin bacaan al-Quran dengan baca al-Quran. Maka ketika Ro- memakai tujuh huruf terjadi sulullah melihat fonomena seperti sekitar tahun 9 hijriyah dengan itu beliau meminta keringanan pertimbangan sebagai berikut: dari Allah sehingga turunlah al- • Perselisihan yang terjadi anta- Akhruf al-Sab’ah. ra Umar dan Hisyam tentang b. Mulai terjadinya pembacaan al- bacaan surat al-Furqon terjadi Quran dengan tujuh huruf setelah setelah penaklikan kota Rosulullah saw hijrah ke Madinah Makkah pada tahun 8 hijriyah dengan alasan sebagai berikut: (akhir bulan Romadlan) • Disebutkan dalam beberapa • Tidak masuk akal terjadinya riwayat adanya dua tempat perselisihan seperti itu sebe- yaitu Ahjarul Mar’I dan Akhoh lum Hisyam ke Madinah dan bin Akar dimana Rosulullah mendapat pelajaran dari saw mendapatkan keringana Rosulullah saw, di mana Rosu- tujuh huruf kedia tempat ini lullah saw kembali ke Madinah berada di Madinah. pada permulaan tahun 9 • Dalam salah satu riwayat hijriyah, sejak itulah Hisyam Ubay bun Ka’ab disebutkan mendapatkan didikan agama bahwa terjadi perselisihan dan bacaan al-Quran. terhadap bacaan surat an-nahl · Sesunguhnya Umar sebelum itu terjadi di masjid. Seperti tahun itu tidak mengetahui telah kita ketahui bersama adanya al-Ahruf al-Sab’ah bahwa masjid pertama kai apalagi sahabat lain. Karena dibangun adalah di Madinah. permasalahan yang begitu • Masuknya orang islam dari penting tidak mungkin saha- berbagai suku, dan dialek bat seperti Umar tidak menge- sdetelah Rosulullah saw hijrah tahuinya sebab Rosulullah ke Madinah seperti di gambar- sendiri tidak pernah meraha-

43 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 33-62

siakan permasalahan seperi itu Rosulullah, maka Rosulullah terutama dengan orang-orang membenarkan semua bacaan yang dekat seperti Umar.21 mereka, karena pada dasarnya semua dari Allah. d. Yang di maksud sab’ah adalah hakikat bilangan yang terletak Al-Ahruf Al-Sab’ah dalam per- antara bilangan enam dan dela- spektif Syi’ah. pan. Adapun pendapat yang mengatakan bahwa bilangan Pandangan umat islam secara tujuh itu majaz dengan penger- umum menerima adanya riwayat al- tian kelongaran rukhsoh, tidaklah Ahruf al-Sab’ah terutama dari pihak benar. Karena jelas-jelas berten- ahlus sunnah wal-jama’ah, walaupun tangan nash hadits.22 mereka sendiri berbeda-beda dalam menginterpretasikannya. Syi’ah e. Perintah untuk membaca al- sebagai salah satu madzhab islam Qur’an dengan al-Ahruf al-Sab’ah ternyata mempunyai pandangan adalah li al-Takhyir (baca: tidak tersendiri tentang al-Ahruf al-Sab’ah. wajib) oleh karena itu tidak ada Untuk lebih jelasnya, kita angkat larangan bagi yang membaca al- salah satu tokoh Syi’ah imamiyyah Qur’an dengan satu huruf seperti yaitu as-sayyid Abu al- Qosim al- dalam nash hadits dikatakan “ Khu’i yang tidak menerima validitas dengan huruf apapun mereka hadits al-Ahruf al-Sab’ah seperti baca, maka bacaan mereka tertuang dalam karyanya yang adalah benar”.23 berjudul al-Bayan fi tafsir al-Qur’an, walaupun tidak di pungkiri ada f. Al-Ahruf al-Sab’ah walaupun sebagian orang Syiah yang mau berbeda-beda namun kita harus menerima tentang hadits al-Ahruf al- menyakini bahwa semua itu Sab’ah. Imam al-Khu’i dalam pem- datang dari Allah swt. Oleh kare- bahasan al-Ahruf al-Sab’ah memulai na itu setiap ada perselisihan dengan menghadirkan beberapa antara sahabat tentang bacaan al- riwayat yang pada umumnya telah Quran mereka melapor kepada kita utarakan sebelumnya. Menurut

21 Op. cit., Abd Shobur syahin Dr. hal. 97-98. 22 Op. cit., jalaluddin al-Suyuthi al-Imam, hal. 130. 23 Op. cit., Al-Qoshbiy mahmud zalath, hal. 162.

44 Al-Ahruf Al-sab’ah: Sebuah Fenomena Sejarah Al-qur‘An ... (Abdul Khaliq Hasan el-Qudsy)

Imam al-Khu’i hadits-hadits tersebut 1. Disebutkan dalam suatu riwayat tidak valid, walaupun dari kacamata bahwa Jibril mengajarkan al- ahlussunnah benar bahkan sampai Qur’an kepada Rasul, dengan mutawatir. Karena hadits-hadits ter- satu huruf kemudian rosul minta sebut dalam pandangannya berten- tambahan kemudian di tambah tangan dengan riwayat-riwayat sampai tujuh huruf ini menunjuk- imam Syi’ah yang ma’shum menurut kan bahwa penambahan tujuh versi mereka. Diantara riwayat huruf itu terjadi secara bertahap. tersebut adalah: Namun riwayat lain mengatakan a. Dari Abi Ja’far as, sesungguhnya bahwa penambahan terjadi seca- beliau berkata” al-Quran itu satu, ra langsung pada tahapan ketiga. turun dari Tuhan yang Esa. Bahkan satu riwayat menye- adapun adanya perbedaan itu butkan bahwa Allah menyuruh datang dari para rawi. membaca al-Quran dengan tiga b. Jawaban Abi Ja’far ketika ditanya huruf kemudian datang perintah al-Fudlail bin Yassaar tentang tujuh huruf pada tahapan riwayat al-Ahruf al-Sab’ah, beliau keempat. berkata “mereka(musuh-musuh 2. Disebut dalam satu riwayat Allah) telah berdusta,karena al- bahwa proses penambahan huruf Qur’an itu diturunkan Allah yang terjadi dalam satu tempat dengan maha Esa dengan satu huruf”.24 perantaraan Mikail kemudian Nabi meminta tambahan dari Di samping pertentangan ter- Jibril. Namun pada riwayat lain sebut, al-Khu’i menolak riwayat al- disebutkan bahwa Jibrillah yang Ahruf al-Sab’ah karena menurut mengulang-ulang sampai tujuh tinjauannya dalam riwayat tersebut huruf. terdapat tanakudl (baca: kontradiksi) 3. Dikatakan pada satu riwayat antara satu riwayat dengan lainnya. bahwa Ubay sedang masuk Dengan demikian riwayat-riwayat masjid ketika melihat perselisihan tersebut tidak mungkin dijadikan bacaan kedua orang laki-laki. suatu landasan. Padahal riwayat lain mengatakan Tanaqudl yang di maksud oleh bahwa Ubay berada di dalam al-Khu’i diantaranya adalah sebagai masjid ketika terjadi perselisihan berikut: tersebut.

24 Abu al-Qoshim al-Khuo’i al-Imam, Al-Bayan fi al-Tafsir al-Qur’an, daar al-Zahro’, Beirut, Lebanon, cet. IV, 1395 H/1975 M. Hal. 177.

45 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 33-62

4. Tidak adanya kekompakan antara secara tegas mengatakan bahwa soal dan jawaban. Seperti dalam setiap riwayat yang berseberangan riwayat Ibnu Mas’ud dikatakan dengan riwayat ahl al-bait tidak ada bahwa Rosulullah menyuruh gunanya. kalian untuk membaca seperti apa Adapun pernyataan al-Khu’i yang kalian ketahui. Jawaban ini tentang adanya tanaqudl antara tidak sesuai dengan pertanyaan riwayat al-Ahruf al-Sab’ah adalah tidak dikarenakan pertanyaan berkai- tepat, karena kalau kita mau jujur, tan dengan bilangan ayat.25 perbedaan itu adalah hanya bersifat formalitas saja, namun substansial Menurut hemat penulis, peno- riwayat-riwayat tersebut baik itu lakan al-Khu’i terhadap eksistensi berbentuk perintah, berita ataupun riwayat al-Ahruf al-Sab’ah tidaklah rukhsoh tentang adanya al-Ahruf al- berdasarkan obyektifitas dan inde- Sab’ah tidaklah menunjukkan adanya pendensi pemikiran, melainkan lebih pertentangan. Karena semuanya dipengaruhi oleh fanatisme madz- menuju pada titik temu yang sama, hab. Ini terbukti dalam interaksi dimana jumhur ulama’ sepakat atas beliau terhadap riwayat al-Ahruf al- kemutawatiran riwayat-riwayat Sab’ah berdasarkan pada metodologi tersebut. Begitu juga tentang tuduhan Syi’ah yang mengatakan bahwa adanya ketidakselarasan antara sumber agama setelah Rosulullah jawaban dengan pertanyaan. Karena adalah ahl al-Bait yang telah di suci- sesungguhnya perbedaan jumlah kan dari berbagai keburukan. Walau- suatu ayat dalam itu tidak pun pada hakikatnya perkataan ini muncul disebabkan karena adanya tidak lepas dari kritikan dari dalam. dua ayat menjadi satu ayat atau tidak. Seperti yang kita ketahui bersama Karena hal seperti itu tergantung ketika bahwa hukum agama secara tertib talaqqi(baca:menerima bacaan) al- adalah sebagai berikut: al-Quran Quran. Oleh karena itu perintah kemudian as-Sunnah. Adapun menu- Rasulullah untuk membaca sesuai rut kelompok Syi’ah adalah: Sunnah pengetahuan masing-masing adalah dahulu kemudian al-Quran baru ahl merupakan jawaban yang paling tepat al-Bait.26 Oleh karena itu al-Khu’i untuk menyelesaikan perselisihan ini.27

25 Ibid, hal. 178. 26 Op. cit., Abd shobur syahin Dr. hal. 68. 27 Ibid, hal. 69.

46 Al-Ahruf Al-sab’ah: Sebuah Fenomena Sejarah Al-qur‘An ... (Abdul Khaliq Hasan el-Qudsy)

Tidak ditemukan interpretasi tidaklah masuk akal. WAllahu a’lam al-Ahruf al-Sab’ah dalam pandangan bi al-Showab.. Syi’ah. Karena seperti disebutkan diatas mereka mengingkari adanya Interpretasi Ulama tentang al- riwayat al-Ahruf al-Sab’ah. Sebagai- Ahruf al-Sab’ah. mana dikatakan oleh imam al-Khu’i bahwa riwayat-riwayat al-Ahruf al- Sebelum kita mengetangahkan Sab’ah tidak mempunyai landasan interpretasi ulama tentang al-Ahruf al- yang benar. Oleh karena itu riwayat Sab’ah, sebaiknya kita menengok tersebut harus ditinggalkan jauh-jauh kembali arti huruf dari segi bahasa. apalagi sudah terbukti bertentangan Kata ahruf adalah jama’ dari kata harf, dengan riwayat Asshaadiqiin yang ia mempunyai ragam arti. Ahmad mengatakan bahwa al-Quran di- Faris seorang ahli bahasa dan sastra turunkan dengan satu huruf.28 mengatakan bahwa susunan Sebelum kita beralih dari pem- mempunyai tiga arti inti, diantaranya bahasan masalah pandangan Syi’ah adalah harf yang berarti al-wajh ini, ada satu hal yang perlu kita catat (arah). Sedangkan Ibnu Mandhur yaitu bahwa riwayat Syi’ah yang dalam kitab lisanul ‘arab mengatakan mengatakan tentang perbedaan ahruf bahwa harf adalah salah satu huruf ح- ر- ف muncul dari ide para rawi. Pan- hijai`yyah …. Setiap kata al-Quran dangan seperti ini sangatlah berba- yang dibaca beragam disebut harf haya karena mempunyai pengertian seperti perkataan harf Ibnu Mas’ud bahwa perbedaan qira’at yang ada yakni bacaan Ibnu Mas’ud. Pendapat sekarang ini adalah hasil ciptaaan lain mengatakan bahwa yang dimak- para rawi bukan bersifat tauqifiyah. sud harf adalah dialek, sebagaimana Ala kully hal, kita tidak bisa menerima yang dijelaskan oleh Ibnu Sa’idah.29. ide al-Khu’i yang hanya berdasarkan Dari uraian diatas dapat di sim- satu atau dua riwayat saja, itupun pulkan bahwa harf bisa berarti salah tanpa menyebutkan sanad yang jelas. satu huruf hija`iyah, dialek dan ma- Bagaimana kita bisa menerima satu cam ragam bahasa arab. atau dua riwayat dan meninggalkan Sebagaimana telah kita keta- puluhan riwayat lainnya yang jelas- hui bersama bahwa hadits al-Ahruf al- jelas mutawatir, tentu yang demikian Sab’ah diriwayatkan oleh banyak

28 Op, cit. Abu qoshim al-Kho’I al-Imam, hal.193. 29 Thoha Abdul Kholiq Thoithoh Dr. Fathul ‘alim fi ‘ulum al-, Mathba’ah al- Fajr al-Jadid, Cairo, cet. I, 1415 H/1994 M. Hal. 36-42.

47 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 33-62 sahabat, bahkan sampai tingkatan kepada Rasulullah. mutawatir bagi yang setuju pendapat Dari keterangan diatas kita ini. Dari situ Rasululah tentunya dapat mengambil kesimpulan bahwa paham dan mengerti tentang maksud para sahabat berbeda pendapat dalam al-Ahruf al-Sab’ah. Begitu juga halnya memahami al-Ahruf al-Sab’ah. Karena dengan para sahabat. Namun yang para sahabat tidak sama dalam jadi pertanyaan kita adalah apa menerima tujuh huruf itu bahkan ada sebab munculnya perbedaan-per- yang hanya dua atau dua huruf saja, bedaan pendapat tentang penafsiran kemudian perbedaan ini diwarisi oleh al-Ahruf al-Sab’ah?, bahkan dikatakan generasi berikutnya. Disamping bahwa perbedaan tersebut mencapai perbedaan diatas kalau kita tengok empat puluh pendapat. Menurut kembali dari segi bahasa, kata harf hemat penulis bahwa perbedaan termasuk kata musytarak (baca: pendapat ini karena Rasul sendiri mempunyai makna lebih dari satu). Ini tidak memberikan perincian tentang juga termasuk salah satu penyebab maksud al-Ahruf al-Sab’ah itu. munculnya beragam pendapat penaf- Buktinya kita tidak menemukan nash siran al-Ahruf al-Sab’ah karena pene- yang menegaskan bahwa maksud tapan salah satu arti kata musytarak dari al-Ahruf al-Sab’ah itu adalah itu berdarkan ijtihad. seperti ini. Bukti lainnya adalah Dalam hubungannya dengan bahwa rukhsoh yang diberikan Rasul prespektif ulama klasik tentang al- adalah jawaban dari the temporal Ahruf al-Sab’ah, penulis hanya incident. Yang artinya Rasulullah menghadirkan beberapa pendapat menjawab suatu pertanyaan ketika yang bisa dikategorikan mempunyai ada suatu kasus. Dan jawaban yang argument yang cukup kuat, walau- diberikan Rasul kepada para saha- pun akhirnya kita dituntut untuk batnya ternyata berbeda-beda, kare- mentarjih salah satu pendapat yang na setiap sahabat yang bertanya ada. Adapun pendapat-pendapat mempunyai kasus yang berbeda tersebut antara lain adalah: walaupun sama-sama berkaitan Pertama: Yang dimaksud de- tentang al-Quran. Hal ini bisa kita ngan al-Ahruf al-Sab’ah adalah tujuh lihat dari seringnya Ubay bin Ka’b kata yang berbeda dalam makna bertanya kepada Rasul.. Ini disebab- yang sama seperti kata aqbil, ta’al, kan karena Ubay bin Ka’b memahami halumma dll. Ketiga kata ini dan yang bahwa jawaban pertama tidak bisa lainnya merupakan kata sinonim digunakan solusi bagi kasus berikut- yang artinya marilah. Demikian juga nya, maka ia harus kembali bertanya kata ajjil, asri’ dll. mempunyai makna

48 Al-Ahruf Al-sab’ah: Sebuah Fenomena Sejarah Al-qur‘An ... (Abdul Khaliq Hasan el-Qudsy) yang sama yaitu cepatlah atau kata nyai persamaan arti, ini berarti andhir, akkhir dll yang artinya penggantian bersyarat. tangguhkanlah. Pendapat ini didu- 2. Adapun hadits yang dijadikaan kung oleh beberapa ulama antara lain sandaran mereka bukanlah berarti Sufyan bin Uyainah, Ibnu Jarir, Ibnu bahwa setiap orang berhak untuk Wahb dan lain-lainnya, sedang-kan mengganti kata-kata al-Qur‘an dari ulama modern seperti syekh sesuka hatinya atau membaca al- Manna’ al-Qaththan.30 Qur‘an bil ma’na ketika tidak Diantara dalil pendapat ini mampu mengucapkan kata asli adalah salah satu riwayat yang al-Quran, karena rukhsoh pemba- mengatakan bahwa semua bacaan can tujuh huruf semuanya ber- adalah benar dan cukup, selama dasarkan perintah Allah. Ibnu tidak dirubah kata rahmat dengan Abdul Barri pensyarah hadits Abi kata adzab dan sebaliknya. Dan Bakrah mengatakan bahwa perkataan Rasul seperti ucapan tujuan Rasullullah saw pada kalian ta’al, aqbil, halumma, asri’, ajjil. hadits ini adalah memberikan con- Imam Ibnu Jarir menyimpulan toh tentang huruf-huruf al-Qur‘an bahwa teks hadits diatas menunjuk- bukan perincian maksud tujuh kan perbedaan tujuh huruf adalah huruf. Dr. Subhi Sholeh dalam perbedaan kata yang mempunyai komentarnya tentang pendapat makna yang sama bukan perbedaan diatas mengatakan bahwa penta’- yang mengkibatkan perbedaan wilan seperti itu memperkuat hukum.31 kesimpulan orang-orang orean- Pendapat ini kalau kita perhati- talis yang mengatakan: “tidak kan tidaklah kuat, dengan alasan diragukan lagi bahwa teori membaca sebagai berikut: al-Quran bil ma’na merupakan teori 1. Perbedaan tujuh huruf tidak bisa yang paling rawan didalam kehi- direalisasikan pada pendapat dupan Islam, karena teori itu diatas karena pendapat ini hanya menyerahkan nash-nash al-Quran bisa mewakili satu huruf saja kepada selera masing-masing orang bahkan hanya sebagian huruf untuk memastikan nash sesuka yaitu penggantian satu kata hatinya.”32 Tentunya kesimpulan dengan kata lain yang mempu- yang seperti ini tidaklah benar.

30 Op. cit. Manna’ al-Qoththon, hal. 72. 31 Op. cit. Ibn jarir al-Imam, hal. 37. 32 Op. cit. Shubhi sholeh Dr. Hal. 107.

49 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 33-62

Kedua: Maksud dari al-Ahruf al- berjudul al-irsyad fil qiraatil ‘asyrah Sab’ah adalah tujuh dialek bahasa mencatat lebih dari empat puluh arab yaitu dialek Quraisy, Hudzail, jenis dialek. Misalkan kata ikhsi’uu Tsaqif, Huwazan, Tamim, Kinanah yang artinya rendahkanlah. dan Yaman. Mereka mengatakan Dalam dialek kabilah ‘Adzrah bahwa ketujuh dialek ini merupakan bermakna ukhzu (ejeklah). Kata bahasa-bahasa fushah arab. Dan yang bais (sangat buruk) dalam dialek dimaksud bukannya satu kata dibaca kabilah Ghossan bermakna syadid sampai tujuh dialek melainkan tujuh (sangat keras atau sangat berat). dialek ini tersebar didalam al-Quran, Kata laa taghluu (janganlah kalian sebagian memakai dialek Quraisy melampaui batas) dalam dialek ditempat lain memakai bahasa kabilah Lakhm mempunyai arti laa Hudzail dan seterusnya. Adapun taziduu (jangan kalian menam- perkataan Utsman kepada para bah) dan lain-lain.33 penulis mushaf “apabila kalian ber- 2. Ibnu ‘Abdil Barr tidak membe- selisih dengan Zaid maka tulislah narkan kalimat al-Ahruf al-Sab’ah dengan bahasa Quraisy, karena al- itu bermakna tujuh dialek. Sebab Quran diturunkan dengan bahasa kalau begitu halnya maka sejak mereka”. Ditafsiri bahwa maksud dari semula kaum muslimin arab tidak perkataan Utsman itu adalah secara akan saling bantah karena hal itu umum al-Quran diturunkan dengan merupakan bahasa asli mereka, bahasa Quraisy Karena tidak ada lagi pula baik Umar bin Khattab dalil yang menegaskan bahwa al- maupun Hisyam bin Hakim, ke- Quran diturunkan semuanya dengan dua-duanya dari kabilah Quraisy bahasa Quraisy. Allah sendiri ber- tetapi qira`at keduanya berlainan. firman “quranan ‘arabiyan “ bukan Dan mustahil Umar mengingkari Quraisyiyan. dialek Hisyam.34 Pendapat ini tidak jauh dari pen- dapat sebelumnya karena tidak lepas Ketiga: Pendapat yang mengata- dari beberapa kelemahan, antara lain: kan al-Ahruf al-Sab’ah adalah tujuh 1. Al-Qur’an mencakup lebih dari macam cara baca. Pendukung teori tujuh dialek, bahkan Abu Bakar ini antara lain Ibnu Qutaibah, Ibnu al-Wasithi dalam karyanya yang Jarir, Ibn al-Thoyyib dan Abu al-fadl

33 Ibid, hal. 105. 34 Op. cit. Al-Qoshbiy mahmud zalath Dr. Hal. 179.

50 Al-Ahruf Al-sab’ah: Sebuah Fenomena Sejarah Al-qur‘An ... (Abdul Khaliq Hasan el-Qudsy) al Razi -walaupun diantara mereka dapat pula mengandung dua ada perbedaan perincian-. Dan dari bentuk kata(jama’ dan mufrad) ulama modern seperti imam al- yang bertemu dalam satu makna. Zarqani dalam karyanya manahilul Dengan menggunakan kata ‘irfan. beliau menjelaskan secara tunggal dimaksudkan untuk panjang lebar tentang teori ini dan menyebut suatu jenis,sedangkan mengatakan bahwa perselisihan jenis menunjukkan hal yang dalam bacaan tidak lepas dari tujuh banyak. Dengan demikian maka macam cara baca seperti yang kalimat “menjaga amanat “ sama diterangkan oleh al-Rozi.Masih artinya dengan kalimat “menjaga menurut pengakuan Zarqani,bahwa amanat-amanat”. teori ini didasarkan atas istiqra’I taam 2. Perbedaan mengenai perubahan (baca:complit inductive),lain halnya fi’il(tashrif).Seperti fi’il madly, dengan pendapat-pendapat lain yang mudlori’ dan amr, misalkan sekedar berdasarkan pada istiqra’ firman Allah yang berbunyi naaqish.Yang dimaksud dengan tujuh “rabbanaa baa’id baina asfaa- macam cara baca adalah sebagai rinaa”, lafadz rabbana dibaca berikut35: nasab dalam kedudukannya 1. Perbedaan al-asmaa’(baca: kata sebagai munada sedang lafadz benda) baik mufrad, tatsniah, baa’id fi’il amr atau lebih cocok jama’, mudzakkar dan muannats. disebut fi’il do’a. Dan boleh dibaca Salah satu contoh firman Allah lagi rabbuna ba’ada,lafadz rabbuna dalam surah al-Mukminun ayat dibaca rafa’ dalam kedudukannya kedelapan yang berbunyi: sebagai mubtada` sedang lafadz ”Walladziinahum liamaanaa- ba’ada merupakan fi’il madly, tihim wa’ahdihim raa’uun.Lafadz bersama jumlahnya menjadi kha- amaanaatihim (dengan jama’) bar mubtada.Dr Shubhi Shaleh pada ayat tersebut dibaca juuga salah satu pendukung pendapat amaanatihim (dengan mufrad). ini tidak membenarkan peruba- Lafadz-lafadz tersebut tertulis han tashrif termasuk dalam tujuh dalam mushaf reproduksi Utsman macam perbedaan cara baca liamanatihim (tanpa huruf alif dengan alasan karena hal tersebut konsonan),karenanya dapat termasuk dalam perbedaan I’rab. dibaca dengan dua cara dan Menurutnya perbedaan yang

35 Op. cit. Abdul ‘adzim al-Zarqoniy, hal. 157.

51 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 33-62

pantas dimasukkan dalam salah i’rob yang mengubah makna ialah satu tujuh macam cara baca ada- firman Allah yang berbunyi “fa lah perbedaan penulisan huruf talaqqaa Aadamu min rabbihikali- baik yang mengakibatkan peru- maatin” (kemudian Adam mene- bahan makna tanpa perubahan rima kalimat dari Tuhan-nya) bentuk huruf itu sendiri, yang pernah dibaca “fatulqaa Aadamu kadang-kadang disebut sebagai min rabbihi kalimaatun” (kemudian perbedaan pendapat mengenai kalimat disampaikan kepada peletakan tanda titik seperti Adam dari Tuhan-nya ). Adapun dalam penulisan lafadz ta’lamuun perbedaan I’rab yang tidak me- dan ya’lamuun maupun yang ngubah makna antara lain adalah mengakibatkan paerubahan laa yudhaarrakaatibun wa laa syahid bentuk huruf tetapi tidak mengu- (dan janganlah penulis dan saksi bah makna seperti penulisan saling mempersulit ). Dan lafadz -laa yudhaarra (pakai lam nahi ) da ( ص lafadz shirath (dengan huruf -lam kalimat tersebut pernah diba ( س dan sirath (dengan huruf kedua lafadz mempunyai makna ca “laa yudharru (pakai lam nafi). yang sama yaitu jalan. Demikian 4. Penambahan atau pengurangan, juga al-mushaithirun (dengan ) contoh penambahan seperti dalam surah al-Taubah :100 yang .( س dan al-musaithirun (dengan Lafadz tersebut dalam mushaf berbunyi “wa a‘adda lahum jannaa- ditulis dengan huruf sebagai tin tajrii tahtaha al-anhar dan diba- pengganti huruf aslinya yaitu ca juga “min tahtihal anhar (de- kemudian terjadilah ngan tambahan min). Dua qira`at , س huruf penyesuaian antara bacaan lafadz tersebut sama-sama mutawatir itu dengan huruf sebagai masing-masing disepakati penu- kenyatan tertulis dan bacaannya lisannya didalam mushaf induk yang tidak ter- produk Ustman. Penambahan س dengan huruf tulis.36 tersebut sesuai dengan mushaf 3. Perbedaan I’rab (berubah – ubah- Makky. Adapun contoh pengu- nya kedudukan kata atau lafadz rangan seperti terdapat pada di dalam kalimat) baik yang surah al-Baqarah :116 yang mengakibatkan perubahan makna berbunyi “qaaluttakhadzal laahu atau tidak. Diantara perbedaan walada” tanpa didahului huruf ( )

36 Op. cit. Shubhi sholeh Dr. Hal. 109.

52 Al-Ahruf Al-sab’ah: Sebuah Fenomena Sejarah Al-qur‘An ... (Abdul Khaliq Hasan el-Qudsy)

ini sesuai dengan al-syami. Perbedaan bacaan ini selama 5. Perbedaan penempatan mana yang lafadz tersebut tidak terpisah dahulu dan mana yang belakang, tidak akan terjadi perubahan arti, misalkan pada firman Allah yang beda dengan contoh sebelum- berbunyi waja‘at sakaratulmauti bil nya.37 haq pernah dibaca waja‘at saka- 6. Perbedaan penggantian suatu ratul haqqi bil mauti. Bacaan yang kata dengan kata lain yang pada terakhir ini menurut Dr Shubhi gholibnya terjadi pada kata sino- Sholeh adalah bacaan ahadiyah nim. Perbedaan dua kata itu yang tidak mencapai derajat hanya mengenai makna pada mutawatir bahkan tergolong ba- dialek-dialek kabilah. Seperti caan syadzdzah dengan catatan contoh firman Allah pada surah bahwa bacaan tersebut pernah al-Qari’ah: 5 yang berbunyi dibaca oleh Abu Bakar r.a. Karena kal’ihnil manfusy dibaca kasshufil memang benar orang arab menge- manfusy antara kata shuf dan ‘ihn nal kematian itu mempunyai mempunyai kesamaan arti yaitu beberapa sakarat tetapi yang pasti bulu halus. Ada juga penggantian tidak ada orang yang mengetahui kata karena kedua lafaz tersebut “al-haqqa” kecuali mereka yang yang hampir sama makhrajnya dalam keadaan mati. Menurutnya sehingga memungkinkan bacaan- contoh yang lebih tepat adalah nya berubah-ubah secara silih ber- seperti dalam firman Allah pada ganti antara dua lafaz itu. Seperti surat at-Taubah:111yang berbu- kata thalhin mandludl dibaca thal’in. nyi fayaqtuluuna fayuqtaluuna dan kita ketahui makhraj ha’ dan ‘ain pernah dibaca fayuqtaluuna fayaq- sama-sama di tenggorokan. tuluun. Bacaan pertama mengan- 7. Perbedaan dialek, seperti: pengu- dung makna bahwa kaum musli- capan huruf dengan fathah, min segara bergerak membunuh imalah, tarqiq, tafkhim, idhhardll. musuh dalam peperangan se- lihat contoh-contoh sebagai dangkan bacaan yang kedua berikut: menggambarkan seolah-olah • firman Allah swt dalam surat kaum muslimin berlomba-lomba thaha:9 berbunyi “hal ataaka terjun kemedan perang terdorong hadiitsu musa” lafadz ataaka oleh keinginan mati syahid. bisa dibaca fathah juga imalah.

37 Ibid, hal. 111.

53 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 33-62

• menipiskan(tarqiq) seperti yang penduduk Makkah masuk Islam bacaan huruf lam pada alsha- setelah pembebasan kota Makkah lat dan dibaca juga dengan yang terjadi pada tahun 8 H. Jadi tafkhim. Pada kenyataannya tidak mungkin perselisihan tersebut penafsiran terakhir ini tidak terjadi sebelum ia berada di Madinah luput juga dari beberapa dan mendapatkan pelajaran dari kritikan,38 Rasul saw.. Dari keterangan ini muncul suatu pertanyaan, dise- Interprestasi Dr. Abd. Sobur butkan dalam suatu riwayat bahwa Syahin terhadap al-ahruf al- prselisihan yang terjadi pada surat al- sab’ah Nahl, riwayat lain mengatakan bahwa perselisihan terdapat di surat Penulis sengaja, menyendirikan al-Furqon. Kedua surah ini tergolong pembahasan ini, agar kita lebih jelas surah Makkiyyah dan ini sekilas dalam menilai pandangan Dr. Abd. bertentangan dengan pernyataan Sobur Syahin walaupun menurut bahwa al-Ahruf al-Sab’ah muncul hemat penulis pandangan beliau ini setelah Hijrah. Untuk menjawab tidaklah baru karena beberapa ulama’ pertanyaan ini Dr. Abd Sobur Syahin klasik telah menyinggungnya., hanya menjelaskan bahwa surat an- Nahl saja ada beberapa tambahan dan dikatakan makkiyyah karena ada penjelasan yang mungkin belum kita sekitar 41 ayat turun di Makkah temukan pada pandangan ulama’ adapun selebihnya sekitar 80 ayat klasik. Beberapa pandangan terebut turun di Madinah, nah bisa saja per- adalah: selisihan mereka itu terdapat pada Pertama: Terjadinya atau mun- ayat–ayat yang turun di Madinah. culnya al-Ahruf al-Sab’ah ada di Adapun kasus surah al-Furqon periode Madinah dan itu hanya perselisihan yang terjadi antara sekitar dua tahun saja yaitu tahun 9- Umar degan Hisyam itu dikarenakan 10 H, karena bisa dipastikan bahwa perbedaaan usia maka boleh saja adanya al-ahruf al-sab’ah pertama keduanya beda dalam pengucapan. diketahui ketika adanya perselisihan Menurut hemat penulis jawa- antara Umar dan Hisyam. Padahal ban terakhir ini kurang begitu tepat sejarah mengatakan bahwa Hisyam karena bagaimana mungkin sesama

38 Untuk lebih jelasnya bias dilihat kembali pada kitab manahij al-Irfan karya al- Zarqoniy, jilid pertama hal. 161 dan seterusnya.

54 Al-Ahruf Al-sab’ah: Sebuah Fenomena Sejarah Al-qur‘An ... (Abdul Khaliq Hasan el-Qudsy) orang Quraisy terjadi perbedaan penulis resmi mushaf sejak periode pengucapan. Apa hanya dikarena- makkiyah sampai adanya izin al-ahruf kan beda usia, kemudian Umar men- al-sab’ah tetap menulis dengan dialek curigai bacaan Hisyam?. Tentunya Quraisy.39 tidak sesederhana itu jawabannya. Natijah ini didasari dari tidak Oleh karena itu mungkin lebih dekat adanya teks-teks yang menunjukkan dikatakan bahwa kecuriggaan Umar bahwa Rasul telah mengulang terhadap bacaan Hisyam pada kasus kembali penulisan wahyu yang telah surah al-Furqon dikarenakan Hisyam ada sebelumnya. Disamping itu pada mendapat pelajaran dari Rasulullah kenyataannya para penulis wahyu saw tentang surah al-Furqon dengan baik pada pereode Abu Bakar dialek lain yang mana dialek ini tidak maupun Utsman tidak menemukan didapatkan Umar ketika berguru satu tek al-Quran ditulis dua kali kepada Rasulullah. Maka timbullah dengan dua dialek. Dari sini maka kecurigaan Umar bahwa yang dibaca perkataan Utsman yang menghim- Hisyam itu bukan dari Rasulullah. bau kepada para penulisnya untuk Kedua: al-Ahruf al-Sab’ah kedu- menulis dengan dialek Quraisy dukannya adalah solusi dari adanya apabila terjadi suatu perselisihan problem solving oleh karena itu diantara mereka dapat dipahami. keberadaannya bersifat temporer. Karena perselisihan yang dimak- Jadi kalau penyebab adanya rukhsoh sudkan didalam riwayat tersebut sudah tidak ada maka hukum rukh- adalah perselisihan yang bersang- soh secara sendirinya akan berakhir. kutan dengan cara penulisan huruf Konsekwensi dari kesimpulan ini bukan perbedaan dialek, sebab adalah bahwa al-Quran yang dire- keempat penulis mushaf Utsmaniyah produksi oleh Utsman hanya menca- semuanya berasal dari kabilah kup satu huruf atau lebih karena Quraisy. Seperti contoh ketika mereka pada masa Utsman keberadaan menulis kata taabut (dengan ta’ kondisi sudah stabil jadi tidak perlu terbuka) oleh Zaid bin tsabit ditulis lagi adanya rukhsoh al-ahruf al-sab’ah. dengan huruf ta’ tertutup. Disamping itu menurut beliau rukhsoh Ketiga: Dr.Abdusshabur Syahin al-ahruf al-sab’ah hanya terletak pada setelah melihat fenomena diatas bacaan (syafahiyan) bukan pada memutuskan untuk mentarjih penda- penulisannya. Oleh karena itu para pat yang mengatakan bahwa maksud

39 Op. cit. Abd shobur syahin Dr. hal. 103.

55 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 33-62 dari al-ahruf al-sab’ah adalah perbe- 3. Sebelum munculnya Imam Muja- daan dialek dan pengucapan lafadz hid sudah banyak karangan-ka- karena beda usia. Disamping itu rangan tentang perbedaan bacaan menurutnya bilangan tujuh pada al- seperti syekh Abu al-Qasyim bin ahruf al-sab’ah bukan bilangan yang Salam (w.224 H). Sebagai contoh dimaksud (secara hakiki). kalau dikatakan bahwa maksud Demikianlah pokok-pokok pemikiran dari al-ahruf al-sab’ah itu adalah Dr.Abdusshabur Syahin. Untuk lebih tujuh qiraat lalu kenapa pada jelasnya bisa dilihat dalam karyanya surat al-Fatihah saja terdapat yang berjudul “Tarikhul Quran”. puluhan bacaan yang berbada- beda.40 Dari keterangan ini dapat Al-ahruf al-sab’ah bukanlah kita ambil kesimpulan bahwa qiraat sab’ah. tujuh macam bacaan (qiroah sab’ah) adalah bagian kecil dari al- Tidak dipungkiri lagi, banyak ahruf al-sab’ah. Wallahu a’lam. dari kita yang pernah mempunyai pemahaman bahwa yang dimaksud Al-ahruf al-sab’ah pasca dengan al-ahruf al-sab’ah adalah qiraat Utsman bin ‘Affan. sab’ah yang dikodifikasikan oleh Keberadaan al-ahruf al-sab’ah Imam Mujahid (wafat 324 H) penger- telah diketahui oleh Rosulullah saw. tian seperti itu tidaklah benar dengan Dan disampaikan semuanya kepada beberapa alasan sebagai berikut: sahabat. Walaupun pada kenyataan- 1. Pengertian al-ahruf al-sab’ah itu nya tidak setiap sahabat memperoleh lebih luas dari pada qiraat sab’ah tujuh huruf tersebut diantara mereka yang hanya mencakup tujuh hanya ada yang dapat dua atau tiga bacaan padahal disana ada yang huruf saja sesuai dengan keberadaan kita kenal dengan sebutan qiraat setiap sahabat. Dari situ kita ketahui asyrah dan arba’ata asyar. bahwa setiap bacaan sahabat semua- 2. Menimbulkan pengertian bahwa nya bersumber dari Rosulullah saw. hadits-hadits tentang al-ahruf al- Dengan perjalanan waktu dan sab’ah itu tidak ada faedahnya banyaknya pembaca (al-Qurro’) dan sebelum munculnya tujuh imam banyaknya para pemeluk agama Is- qira‘at sab’ah. lam, maka timbullah banyak perse-

40 Abdul fattah Ismail Syalabiy Dr. Almadkhol fi ‘ilm al-Qiroat wa al-, Maktabah wahbah, Cairo, cet. II, 1419 H/1999 M. Hal. 69.

56 Al-Ahruf Al-sab’ah: Sebuah Fenomena Sejarah Al-qur‘An ... (Abdul Khaliq Hasan el-Qudsy) lisihan diantara mereka sehingga mereka tidak mungkin bersekutu saling menyalahkan satu sama dalam kesesatan selama kesepakatan lainnya. Keadaan ini mendorong mereka tidak untuk meninggalkan Utsman bin Affan untuk mengambil suatu kewajiban atau melakukan inisiatif untuk mempersatukan keharaman. mereka dalam satu huruf.41 Pendapat ini kalau kita amati Mungkin disini ada pertanyaan, tidaklah begitu kuat, karena tidak Bagaimana nasib al-ahruf al-sab’ah mungkin Utsman mempersatukan sekarang ini?, apakah mushhaf bacaan-bacaan orang dalam satu utsman yang kita jadikan referensi huruf. Padahal dengan adanya al- utama dalam penulisan mushaf ahruf al-sab’ah itu akan lebih mem- masih mengandung al-ahruf al-sab’ah permudah ummat dalam membaca atau tidak?. Untuk menjawab per- al-Qur’an. Seperti telah diketahui tanyaan ini ada tiga pendapat, yaitu: bahwa mushhaf reproduksi Utsman Pertama Pendapat yang menga- telah ditulis atas dasar penulisan pada takan bahwa mushhaf utsmani zaman Abu Bakar yang mana tidak hanya mencakup satu huruf saja. terbatas hanya pada satu huruf saja. Dengna dalil, ketika utsman melihat Melainkan mencakup semua yang perselisihan umat dalam bacaan al- telah ditulis pada zaman Rosul saw. Qur’an beliau menyuruh untuk mem- dan tidak dinaskh bacaannya, serta persatukan bacaan dengan satu hu- sesuai dengan bacaan Rosulullah ruf yaitu bacaan Quraisy. Almuhaqqiq saw. di hadapan Jibril sewaktu al- Ibnu al-Jazri berkata bahwa bacaan ‘ardlu al-akhir. Selain itu pendapat ini dengan tujuh huruf tidaklah diwajib- berseberangan dengan kenyataan kan bagi ummat melainkan meru- yang ada, yaitu adanya beberapa pakan kemudahan yang diberikan bacaan shohih dan dengan sanad oleh Allah. Namun ketika para saha- muttashil yang sampai pada kita, di- bat melihat perselisihan yang terjadi mana bacaan-bacaan tersebut menca- dan darinya dikhawatirkan terjadi- kup beberapa huruf. Adapun yang nya pertumpahan darah, maka dimaksud dari perkataan Utsman mereka sepakat untuk membaca al- untuk mempersatukan bacaan de- Qur’an dengan satu huruf. Ijma’ ini ngan satu huruf adalah mempersatu- merupakan sandaran kuat, karena kan pada bacaan-bacaan mutawatir.42

41 Ibid, hal.13 42 Op. cit. Sya’ban Muhammad isma’il Dr. hal. 23.

57 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 33-62

Kedua, Pendapat yang mengata- Ketiga, Pendapat ini berusaha kan bahwa mashohif reproduksi menggabungkan kedua pendapat Utsman telah mencakup semua al- diatas yaitu bahwa mashohif Utsma- ahruf al-sab’ah. Termasuk pendukung niyyah hanya mencakup beberapa pendapat kedua ini antara lain : Abu huruf dari al-ahruf al-sab’ah yang bisa Bakar al-Baqilaniy, Dr. Muhammad diakomodasi dalam rosm mashohif Abdul Mun’im dan Dr. Ibrohim Utsmaniyyah dan sesuai dengan kholifah.43 pendapat ini berdalil bah- bacaan Rosulullah saw. dengan Jibril. wa tujuh huruf yang telah diturun- Imam Ibnu al-Jazri berkata bahwa kan oleh Allah swt. kepada Nabi tidak diragukan lagi bahwa al- Muhammad saw. tidak boleh disia- Qur’an telah mengalami beberapa siakan. Karena para sahabat telah perubahan sesuai dengan bacan sepakat (baca: ijma’) bahwa penuli- terahir Rosulullah saw. dengan Jibril. san kembali shuhuf yang telah ditulis Seperti ditegaskan pada suatu pada masa Abu Bakar dan Umar yang riwayat dimana Ibnu Abbas ditanya direproduksi Utsman yang kemudian tentang bacaan mana yang beliau dikirim kebeberapa daerah tidak baca?, beliau menjawab, dengan boleh ada satu huruf dari tujuh huruf bacaan terahir (al-‘ardl al-akhir ) dan tersebut yang dibuang. selanjutnya berkata bahwa Pendapat kedua ini tidak bisa Rosulullah saw. pada tahun dipertahankan karena penulisan kewafatannya membaca al-Qur’an yang terjadi pada zaman Abu bakar dihadapan Jibril dengan dua kali hanya terbatas pada bacaan-bacaan khataman. mutawatir dan bacaannya tidak Suatu hal yang mendukung dinaskh serta sesuai dengan al-‘ardl al- pendapat ketiga ini adalah bahwa akhir. Dan seperti diriwaytakan pada bacaan-bacaan masyhur yang ada riwayat-riwayat shohih bahwa dian- sekarang ini -baik itu tujuh maupun tara tujuh huruf itu ada yang telah sepuluh qiroat -hanya merupakan dinaskh pada masa Rosulullah saw. sebagian kecil dari bacaan-bacaan yaitu yang dikenal dengan Qiro’ah yang pernah ada pada masa Rosu- syadzdzah.44 lullah saw.45 Pendapat terakhir inilah

43 Op. cit. Thoha abdul kholiq thoithoh Dr. hal. 69. 44 Op. cit. Sya’ban Muhammad ismail Dr. Hal. 24. 45 Ibid, hal. 69. 1 - Wahbah Zuhaili, Prof Dr, Muqoddimah Tafsir Munir, Darul Fikr, Siria, vol.1, cet.1, 1411 H /1991 M, Hal: 28

58 Al-Ahruf Al-sab’ah: Sebuah Fenomena Sejarah Al-qur‘An ... (Abdul Khaliq Hasan el-Qudsy) sekiranya bisa kita jadikan pegangan, orang dalam membaca al-Qur‘an, karena disamping didukung oleh karena ketidakmampuan seba- dalil-dalil yang kuat juga sesuai dengan gian orang menggunakan dialek realita yang ada. Adapun tentang diluar dialek bahasanya, dan bagaimana al-ahruf al-sab’ah itu bisa kebanyakan orang arab ketika itu diakomodasi dalam rosm mushhaf adalah buta huruf. Ketika kondisi Utsmaniy hal itu tentunya masuk dalam ini selesai maka maka berakhirlah pembahasan ilmul qiroat. hukum Al-ahruf al-sab’ah 1. 2. Tujuh huruf hanya terdapat pada Penutup bacaan al-Qur’an bukan pada penulisan al-Qur’an, karena itu Dari uraian diatas penulis meng- Utsman memperintahkan ketika harap dari para pembaca bisa mengam- menyalin mushhaf yang ada bil kesimpulan ataupun kritikan yang ditangan sayyidah Hafshoh agar bisa memnberikan wawasan baru ditulis dengan dialek Quraisy tentang al-ahruf al-sab’ah. Sebelum saja.46 Ini bukan berarti meniada- pembahasan kita akhiri, ada beberapa kan kenyataan adanya beberapa catatan penulis yang mungkin bisa dialek selain dialek Quraisy dijadikan bahan pertimbangan. didalam al-Qur’an. Karena dialek- 1. Al-ahruf al-sab’ah yang telah dialek tersebut telah menjadi satu diturunkan kepada Nabi Mu- kesatuan dalam bahasa Quraisy, hammad saw. adalah bersifat maka tidak salah jika dikatakan rukhsoh. Artinya kondisi rukhsoh al-Qur’an turun dengan bahasa ini akan berlangsung dalam Quraisy sebab turunnya al- kondisi dhorurot, namun apabla Qur’an dalam realitanya dido- kondisi dhorurot ini habis maka minasi oleh dialek Quraisy,47 dengan sendirinya rukhsoh ini kiasannya seperti sebuah lagu berakhir. Oleh karena itu menurut dengan bahasa Indonesia kemu- Prof Dr Wahbah Zuhaili bahwa, dian didalam salah satu kata pembicaran Al-ahruf al-sab’ah dalam baitnya ada yang memakai telah menjadi komoditi sejarah bahasa jawa, apa lalu kita kata- saja. Al-ahruf al-sab’ah dulu kan lagu tersebut dengn bahasa digunakan untuk mempermudah jawa?, tentu jawabannya tidak.

46 Op. cit. Abdul fattah Ismail syalabiy Dr. Hal. 13. 47 Abdul ghofur ja’far Prof. Dr. Al-Qur’an wa al-Qiroat wa al-Ahruf al-sab’ah, Markaz mido, Cairo, vol. I, cet. I, 1417 H/1996 M. Hal. 504

59 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 33-62

3. Dari beberapa pendapat tentang hakikatnya, dengna tujuan taisir penafsiran al-ahruf al-sab’ah, (baca: kemudahan) yang ada menurut penulis lebih cenderung pada al-ahruf al-sab’ah hanya saja kepada pendapat yang mengata- perincian tujuh bilangan itu tetap kan bahwa maksud dari al-ahruf mubham bagi kita. Maka setiap al-sab’ah adalah perbedaan dialek usaha-usaha penafsiran perician dan cara baca serta pengucapan terhadap al-ahruf al-sab’ah meru- kalimat. Pendapat ini sekilas pakan usaha mencari air digurun menggabungkan dua pendapat pasir. antara al-Rozi yang diperjelas oleh al-Zarqoni dalam kitabnya Dari kenyataan yang ada itulah manahil al-‘irfan dengan pendapat muncul berbagai penafsiran al-ahruf Dr. ‘Abdushshobur Syahin. al-sab’ah yang semuanya hanya Namun penulis tidak sependapat bersifat ijtihadiyyah boleh jadi benar dengan al-Zarqoni yang cende- dan salah. Ibn al-Jazri seorang pakar rung memaksakan diri dalam ilmu-ilmu qiroat telah menghabiskan perincian al-ahruf al-sab’ah karena umurnya selama tiga puluh tahun seperti kita ketahui tidak ada satu hanya untuk memecahkan misteri al- nashpun yang menjelaskan perin- ahruf al-sab’ah.48 cian hal tersebut. Begitu juga ‘Ala kulli hal, ketidak adanya penulis belum bisa menerima kesepakatan ulama tentang al-ahruf secara keseluruhan terhadap ide- al-sab’ah tidaklah mengurangi ke- ide Dr. ‘Abdushshobur Syahin. imanan kita terhadap kebenaran dan Diantaranya adalah pendapat keutentikan al-Qur’an, sebgaiman beliau yang mengatakan bahwa dihembuskan oleh para orentalis dan bilangan tujuh yang terdapat pada para pengikutnya. Keimanan terha- al-ahruf al-sab’ah itu bukan pada dap al-Qur’an, kita buktikan dengan hakikatnya, karena pendapat ini pengamalan terhadap nilai-nilai al- bertentangan dengan beberapa Qur’an pada diri kita, keluarga dan hadits yang menunjukkan bahwa lingkungan kita, sehingga al-Qur’an maksud dari bilangan tujuh bukan hanya sekedar menjadi sebuah adalah pada hakikatnya dan ini wacana keilmuan, melainkan sebagai tidak ada pertentangan antara pegangan petunjuk hidup kita. perkataan bilangna tujuh pada Wallhu `alam bish-showab.

48 Op. cit. Abd shobur syahin Dr. Hal. 107.

60 Al-Ahruf Al-sab’ah: Sebuah Fenomena Sejarah Al-qur‘An ... (Abdul Khaliq Hasan el-Qudsy)

Daftar Pustaka

Abd shobur syahin Dr., 1997. Tarikh al-Quran, Ma’had al-Dirosah al-Islamiyyah, Zamalik.

Abdul fattah Ismail Syalabiy Dr. 1999. Almadkhol fi ‘ilm al-Qiroat wa al-tajwid, Maktabah wahbah, Cairo, cet. II.

Abdul ghofur ja’far Prof. Dr. 1996. Al-Qur’an wa al-Qiroat wa al-Ahruf al-sab’ah, Markaz mido, Cairo, vol. I, cet. I.

Abu al-Qoshim al-Khuo’i al-Imam, 1975. Al-Bayan fi al-Tafsir al-Qur’an, Daar al-Zahro’, Beirut, Lebanon, cet. IV.

Al-Qoshbiy mahmud zalath Dr. 1987. Mabahits fi ‘ulum al-Qur’an, Daar al- Qolam, Dubai, Emirat Arab, cet. II.

Badruddin al-Zarkasyi al-Imam, al-Burhan fi ‘ulumil qur’an, ditahkik oleh Muhammad Abul fadl Ibrahim, al-Maktabah al-‘Ashriah, Shoida, Beirut, Vol. I, cet.II, 1391 H/1972 M.

Hauliyat al-Dirosah al-Islamiyyah wa al-Arobiyyah lilbanin, edisi 18, vol. I, tahun 1420 H/2000 M. jamiah al-azhar fak. Dirosah islamiyyah, Cairo.

Ibn al-Katsir al-Imam, Fadloil al-Qur’an, ditahkik oleh Sa’id abdul majid, Daar al-haduts, Cairo.

Ibn Jarir al-Thobariy al-Imam, 1995. Jami’ al-Bayan, Daar al-Fikr, Beirut, Lebanon, vol. I.

Jalaluddin al-Suyuthi al-Imam. 1996. al-Itqon fi al-ulum al-Qur’an, vol. I, al- Muassasah al-kutub al-Islamiyyah, Beirut, Lebanon, cet. I.

Mana’ al-Qoththon al-Ustadz, 1991. Nuzul al-Qur’an ‘ala sab’ati ahruf, Maktabah Wahbah,

Muhammad Abdul ‘Adzim al-Zarqoniy al-Imam, Manahil al-‘irfan, vol. I, Daar Ihya al-Kutub al-‘Arobiyyah, Cairo, cet. III.

61 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 33-62

Shubhi sholeh Dr. 1991. Mabahits fi ‘ulum al-Qur’an, Daar al-Ilmi lilmalayin, Beirut, Lebanon, cet. XVIII.

Sya’ban Muhammad Ismail Dr. 1996. Rosm al-Kitab wa dlobtuhu, daar al-salam, Cairo, Mesir, cet. I.

Thoha Abdul Kholiq Thoithoh Dr. 1994. Fathul ‘alim fi ‘ulum al-Tanzil, Mathba’ah al-Fajr al-Jadid, Cairo, cet. I.

Wahbah Zuhaili, Prof Dr, 1991. Muqoddimah Tafsir Munir, Darul Fikr, Siria, vol.1, cet.1.

62