KONSEP KEPEMILIKAN TANAH DALAM EKONOMI , USAHA MENGURANGI ANGKA KEMISKINAN DI INDONESIA Fadli Hudaya1 Alamat Korespondensi : Jl. KHM Mansyur No.2, Kota Pekalongan, Telp/Fax: 434444 E-mail: [email protected]

Abstraksi Karakteristik tanah berbeda dengan benda pada umumnya, kuantitas tanah bersifat tetap sebanyak daratan dunia. Sebaliknya, benda secara umum justru dapat diproduksi mengikuti keinginan manusia. Walaupun tanah tidak dapat ditambah kuantitas, namun tanah adalah media tanam yang paling banyak dimanfaatkan untuk menopang produksi kebutuhan manusia yang belum tergantikan oleh media lainnya. Sehingga penguasaan lahan tanah oleh seorang memungkinkan bagi dirinya memproduktifkannya menghasilkan keuntungan ekonomi atau menaikkan nilainya dengan cara menahannya. Di Indonesia, 93% penguasaan dan kepemilikan tanah oleh segelintir pengusaha, 7% luas tanah dikuasai dan dimiliki oleh mayoritas penduduk Indonesia sebagai akibat pendistribusian tanah hanya bertumpu pada mekanisme harga, yaitu berpindahnya status kepemilikan karena jual beli. Konsekuensi logisnya adalah penguasaan dan kepemilikan kemungkinan besar berada di tangan penduduk bermodal besar dan tidak untuk sebaliknya. Keadaan ini menyalahi apa yang diamanatkan oleh Pancasila sila kelima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Muslim adalah 85% penduduk negeri ini adalah pihak yang kemungkinan terdampak dari kebijakan ini sekaligus pihak yang berhak untuk memberikan konsep alternatif. Islam sebagai agama dan jalan hidup bagi seorang muslim memiliki konsep tentang pertanahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui a). konsep pertanahan di Indonesia dan hasil penerapannya, b). konsep pertanahan dalam Islam sekaligus hasil penerapannya, c). menarik konsep yang dapat dijadikan solusi. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan studi pustaka berkaitan dengan konsep pertanahan di Indonesia meliputi perundang-undangan pertanahan, konsep tentang hukum pertanahan dalam khazanah Islam, serta sejarah penerapannya. Hasil yang diharapkan adalah perbandingan antara dua konsep pertanahan dan menarik konsep yang dapat diusulkan untuk mengurangi problem pertanahan.

Kata Kunci: Kepemilikan Tanah, Ekonomi Islam, Kemiskinan.

1 STIE Muhammadiyah Pekalongan, Pekalongan Jawa Tengah

43

Pendahuluan menetap dan populasi masyarakat Tanah merupakan faktor produksi semakin bertambah, masyarakat mulai paling penting yang menjadi bahan mencintai tanah dan berusaha kajian paling serius para ahli ekonomi, menguasai tanah secara permanen. Pada karena sifatnya yang khusus yang tidak periode ini, tanah meski masih dianggap dimiliki oleh faktor produksi lainnya. milik masyarakat, dibagi sama rata pada Sifat itu antara lain bahwa tanah dapat kepala keluarga dan berlaku untuk memenuhi kebutuhan pokok dan jangka waktu tertentu. Maka datanglah permanen manusia, tanah kuantitasnya suatu masa ketika pembagian secara terbatas dan bersifat tetap. Sifat lainnya periodik tidak dipakai lagi. Mereka adalah bahwa tanah bukanlah produk yang telah mengolah tanahnya tidak yang dihasilkan oleh tenaga manusia. mau tunduk lagi pada tujuan komunitas. Sebaliknya, segala sesuatu selain tanah Mereka mempertahankan tanah seperti mesin, kendaraan pengangkut, garapannya dan memunculkan lembaga dan bangunan adalah produk yang kepemilikan keluarga. Sistem ini terus dihasilkan oleh tenaga manusia. Selain berkembang menjadi kepemilikan itu permasalahan tanah juga telah bebas. Tidak hanya bebas untuk menjadi penyebab pertentangan, dimiliki, namun juga bebas untuk pertikaian, dan pertumpahan darah antar memindahtangankan kepemilikan anggota masyarakat. Tanah ternyata kepada pihak lain.2 juga memberi andil besar dalam Pemilikan tanah dianggap suatu tipe perubahan struktur dan sistem kepemilikan yang par excellence masyarakat. Kemunculan diskursus (paling istimewa) di negara-negara dalam sistem ekonomi kapitalisme dan kapitalis.3 Tanah boleh dimiliki oleh sosialisme juga sedikit banyak dipicu individu seluas-luasnya, bahkan karena kecemburuan sosial terhadap menyewakannya kepada masyarakat golongan tertentu dari masyarakat yang dengan harga sewa dan harga jual yang memiliki tanah karena hak-hak dilakukan sewenang-wenang. istimewa dan menjadikannya sebagai Akibatnya adalah cukup serius, biaya alat eksploitasi masyarakat. sewa yang tinggi dimungkin mendorong Berdasarkan sudut pandang sejarah, harga bahan kebutuhan pokok yang di status kepemilikan tanah terus dalamnya terdapat biaya tersebut berkembang mengikuti kompleksitas menjadi ikut naik dan berujung pada masyarakat. Pada masa kehidupan inflasi. Bagi negara sendiri, tanah berburu dan meramu, kepemilikan atas menjadi lahan subur bagi perolehan tanah bukanlah termasuk raison d’etre pajak. Gerakan Henry George tentang oleh masyarakat saat itu. Ketika pajak tunggal (1886) yang memiliki masyarakat mulai memasuki tahap awal jutaan pengikut di Amerika Serikat dunia pertanian, kepemilikan atas tanah mulai melembaga. Namun, tipe 2 Irfan Mahmud Ra’ana, Sistem Ekonomi perladangan berpindah yang diterapkan Pemerintahan Umar Ibn Al-Khatab, (Jakarta : oleh masyarakat primitif waktu itu Pustaka Firdaus, 1997), hlm. 20-22. menimbulkan masalah dalam 3 Negara Kapitalis adalah sebutan bagi Negara kepemilikan tanah. Kepemilikan tanah yang menerapkan system ekonomi kapitalisme, yang didefinisikan sebagai system ekonomi saat itu dianggap sebagai kepemilikan yang bersandar pada kepemilikan pribadi atas ال َّرأْ ُس َما ِل ٌَّةُ ِه ًَ ال ّنِ َظا ُم ) sementara karena mereka sumber-sumber kekayaan .(ا ْ ِْل ْقتِ َصا ِد ُّي ا َّل ِذي ٌَقُ ْو ُم َع َلى ا ْل ِم ْل ِكٌَّ ِة ا ْل َخا َّص ِة ِل َم َوا ِر ِد الثَّ ْر َو ِة meninggalkannya setelah selesai dipergunakan. Baru tahap pertanian Lihat: Ibrahim Anis dkk, Al-Mu’jam Al-Wasith, hal.319.

44 memiliki pendapat berdasarkan fakta di modal (pengusaha). Selanjutnya secara atas bahwa pada prinsipnya penyewaan gradual terjadi penyusutan jumlah tanah tanah akan memberikan nilai tambah pertanian produktif yang tersedia dan karena itu dapat dikenakan pajak sehingga konflik kepentingan antar tinggi tanpa perlu mengubah sektor ekonomi penggunaan tanah perangsang produksi. sejalan dengan berkembangnya Negara yang menerapkan sistem pembangunan industri.4 Adanya ekonomi kapitalis memiliki pandangan perubahan-perubahan tata guna bahwa negara memiliki posisi sebagai tanah/alih fungsi dari pertanian ke non- regulator dan menjaga ruang kebebasan pertanian (industri) mengindikasikan bagi setiap individu. Pandangan dasar terjadinya peralihan hak atas tanah dari tersebut dalam kacamata ekonomi petani kepada pengusaha industri. Di memberikan peluang bagi terciptanya samping itu, juga terindikasi bahwa di produktivitas individu bagi sebagai satu pihak telah menciptakan feodalis pemilik modal (baik berupa uang, (tuan tanah) baru, di lain pihak juga tenaga atau skill) dikarenakan kreatifitas menciptakan kelangkaan (sempitnya) dan inovasi dalam berusaha terbuka tanah petani. lebar. Setiap individu warga negara Terjadinya perubahan sosial hak milik berkesempatan membangun sebuah atas tanah terjadi karena semakin perusahaan, mengelolanya, dan meningkatnya nilai ekonomi tanah memperluas usaha, bahkan bersamaan dengan meningkatnya memperbanyak lahan tanah yang kebutuhan untuk pembangunan dimiliki untuk menunjang aktivitas berbagai industri. Secara ekonomis produksinya selama memiliki modal tanah menjadi obyek spekulasi yang besar. Begitu juga sebaliknya, setiap dianggap lebih menguntungkan, individu yang memiliki modal kecil akhirnya memunculkan kecenderungan juga bebas membangun usahanya dari baru yakni kepemilikan tanah sebagai modal sesuai kemampuannya. Harapan barang yang dapat diperdagangkan, akhirnya adalah pertumbuhan ekonomi bahkan sebagai obyek spekulasi yang yang ditandai dengan ramainya aktivitas bermakna ekonomis semata sehingga produksi dalam berbagai jenis produk membuat pemilik tanah bebas terjadi di setiap hirarki sosial. Pabrik memperlakukan tanah baik tempat menghasilkan produk lahir dan diproduktifkan atau didiamkan demi tumbuh, selanjutnya kegiatan ekonomi mengejar keuntungan ke depan. Banyak lain penopang aktivitas pabrik pun tanah yang oleh pemiliknya sengaja tumbuh, termasuk mendorong harga dibiarkan atau tidak dikerjakan dengan tanah mengalami kenaikan di sekitar cara menelantarkan tanahnya. Terdapat pabrik dan inilah yang disebut berbagai faktor yang menyebabkan pembangungan. pemilik tanah sengaja menelantarkan Sebagai konsekuensi dari pembangunan tanahnya. Misalnya: investasi dalam yang ditandai dengan meningkatnya bentuk tanah dipandang lebih produktivitas (pelaku ekonomi menguntungkan daripada investasi melakukan aktivitas produksi) adalah dengan cara menabung uang di bank,5 meningkatnya kebutuhan tersedianya lahan untuk industri. Akibatnya banyak 4 Yusriyad,. Industri & Perubahan Fungsi terjadi alih fungsi tanah dari fungsi Sosial: Hak Milik Atas Tanah. (Yogyakarta: pertanian ke fungsi industri, beralih Genta Publishing, 2010), hal.196. juga kepemilikan dari petani ke pemilik 5 Hasil kajian Prof. Yusriadi terkait tanah terlantar di Kelurahan Wujil, Kebupaten

45 tanah sengaja diterlantarkan karena kondisi tanah dan rencana belum tersedianya modal atau biaya pembangunan, 6. Menertibkan untuk mengerjakan tanahnya, dan peraturan-peraturan sebagai karena tanah yang bersangkutan masih pelaksanaan UUPA. dalam sengketa di antara para ahli Realitas kepemilikan dan penguasaan waris.6 tanah di Indonesia dalam kurun waktu 3 Adanya peran pemerintah yang (tiga) dekade terakhir, diwarnai oleh dominan, pada gilirannya telah sejumlah sengketa. Dari segi kuantitas, mereduksi hak-hak atas tanah. berbagai sengketa tersebut dapat dilihat Dominasi pemerintah di bidang dari beberapa catatan yang ada di masa pertanahan ini antara lain tampak dari Orde Baru yang antara lain konsep yang mengedepankan tanah menyebutkan adanya 1.497 kasus yang dibatasi dengan fungsi sosial atau sengketa lahan pertanahan yang kepentingan nasional, atau kepentingan mengorbankan 232.177 kepala keluarga yang mengatasnamakan demi dan berlangsung di atas tanah seluas pembangunan. Berdasar hak menguasai 1.052.514, 37 Ha.7 Di samping sengketa dari negara ditentukan bermacam- pertanahan, ditemui juga ketimpangan macam hak atas tanah yang dapat atau deferensiasi mengenai pemilikan diberikan dan dipunyai oleh orang atau dan penguasaan tanah. Sensus pertanian badan hukum sesuai ketentuan: 1. 1993 mencatat sekalipun ada Semua hak atas tanah mempunyai peningkatan rumah tangga petani yang fungsi sosial, 2. Pemilikan dan memiliki tanah dari 15,9 juta rumah penguasaan tanah yang melampaui tangga menjadi 18 juta rumah tangga batas tidak diperkenankan, 3. Hanya akan tetapi dalam periode yang sama, warga negara Indonesia yang dapat terjadi penurunan luas tanah pertanian mempunyai hubungan hukum yang dari 16,7 juta hektar menjadi 13,4 juta sepenuhnya dengan tanah, 4. Setiap hektar, sehingga rata-rata pemilikan orang atau badan hukum yang tanah per rumah tangga turun dari 1,09 mempunyai sesuatu hak atas pertanian hektar menjadi 0,74 hektar. Akibat pada asasnya diwajibkan mengerjakan berikutnya adalah semakin sendiri atau mengusahakannya sendiri bertambahnya jumlah petani berlahan secara aktif dengan mencegah cara-cara sempit (gurem) yaitu petani yang pemerasan, 5. Melakukan pengendalian memiliki lahan kurang dari 0,5 hektar pemanfaatan tanah melalui kegiatan dari 6,5 juta rumah tangga menjadi 8,7 pengawasan dan penertiban juta rumah tangga (atau meliputi 48 % pemanfaatan tanah sesuai dengan dari total rumah tangga tani pemiliki tanah.8 Semarang. Tanah seluas 7.000 di Semarang Di samping sengketa pertanahan, dperoleh dengan jual beli tahun 1996 dengan permasalahan juga diwarnai oleh harga Rp. 35.000,- per meter persegi. Harga maraknya alih fungsi (konversi) tanah tanah setelah 5 tahun kemudian yaitu tahun 2001 rata-rata sebesar Rp.200.000,- per meter dari pertanian ke non-pertanian, tanah persegi. Sehingga ratio keuntungannya adalah guntai (absentee) dan tanah terlantar. Rp. 200.000,- : Rp. 35.000,- x 100 = 571%. Maka rata-rata kenaikan harga tanah selama 5 tahun adalah 571% : 5 = 114%. Sebaliknya suku 7 Rikardo Simamarta, Kapitalisme Perkebunuan bunga bank berkisar antara 15,50% sampai 25% dan Konsep Pemilikan Tanah oleh Negara, per tahun. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hal.16. 6 Yusriyadi. Industri & Perubahan Fungsi 8 Yusriyadi. Industri & Perubahan Fungsi Sosial: Hak Milik Atas Tanah. (Yogyakarta: Sosial: Hak Milik Atas Tanah. (Yogyakarta: Genta Publishing, 2010), Hal. 205. Genta Publishing, 2010), hal.206.

46

Berdasarkan laporan Badan Pusat langsung pada perbuatan manusia dari Statistik, penyusutan lahan pertanian nash-nash yang telah Allah wahyukan yang sebagian besar disebabkan kepada utusan-Nya yang mulia ekspansi sektor industri ke lahan-lahan sholallahu ‘alaihi subur sektor pertanian dan ini wassalaam ataupun yang telah diperkirakan mencapai 102.780 hektar ditetapkan hukumnya oleh para setiap tahunnya.9 Sensus pertanian Mujtahid bagi perbuatan hamba tahun 1993 menyebutkan bahwa alih berdasarkan dalil-dalil dan fungsi tanah (konversi) tanah pertanian petunjuk/tanda–tanda yang telah Allah secara nasional mencapat 1,28 juta syari’atkan untuk menarik hukum- hektar dan 79 % lebih terjadi di pulau hukum-Nya, oleh karena itu para ulama jawa. Alih fungsi tanah sawah mencapai telah menyepakati argumentasi mereka 68,3 % dan sisanya (32,7%) adalah tentang definisi hukum syariat sebagai Allah yang berkaitan (ان ِخ َطا بُ) tanah kering. Lebih dari 55% tanah seruan yang dikonversi sebagian besar dengan perbuatan hamba (berupa) diperuntukkan bagi pengembangan tuntutan (tholaban), pilihan (takhyiran), kawasan industri.10 wadh’iy (Wadh’an/hukum yang Fakta di atas adalah konsekuensi dari menghukumi hukum taklifi-pen).12 diberikannya kebebasan kepemilikan Dan telah masyhur (dipahami semua) lahan bagi siapa pun yang memiliki dalam pemahaman ushul mereka الَُ د ْك َىُ ِاالَُّ“ modal, serta pemanfaatannya. (ulama) sebuah kaidah ushul tidak ada hukum kecuali) ” ِ ِّلُِ Salamuddin Daeng memaparkan 93% luas daratan Indonesia dikuasai milik/berasal dari Allah) dan ini pemodal asing dan domestik, yang dibenarkan oleh firman Allah dalam ِا ٌُِّا ْن ذ ْك ىُ“ :mana hak penguasaan ini terjadi sebagai Surat al-An’am ayat 57 yaitu ” ِاالُّ ُ ِ ِّل ٌَُق ُّص ُ ُا ْن َذ َّق ُ َٔ ْ َٕ ُ َخُ ٍْ ش ُا ْن َفا ِص ِه ٍْ ٍَُ konsekuensi dari kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sendiri dalam bentuk (Menetapkan hukum itu hanyalah hak Undang-Undang terkait HPH, HTI, Allah. Dia menetapkan yang sebenarnya HPR, dan Kontrak Kerjasama Migas dan Dia Pemberi keputusan yang paling (KKS).11 baik). Sebagaimana dikatakan Imam Konsep Pertanahan dalam Islam Muhammad Abu Zahra di dalam Definisi al-Hakim dan as-Syar’u kitabnya Ushulul Fiqh bahwa tidak ada dalam Islam. keraguan bahwa definisi yang telah Abdul Wahhab Kholaf (dosen hukum disebutkan sejatinya hukum itu Islam di Universitas Kairo) sebelumnya mengikuti/tunduk kepada pemilik dikarenakan makna (ان َذا ِك ىُ) mengatakan dalam bukunya ‘Ilmu hukum Ushulil Fiqh bahwa tidak ada perbedaan hukum dalam istilah ulama ushul fiqh Allah yang (ان ِخ َطا بُ) di antara ulama kaum muslimin adalah seruan bahwasanya sumber hukum syariat bagi berkaitan dengan perbuatan hamba semua perbuatan hamba adalah Allah (berupa) tuntutan (tholaban), pilihan Ta’ala sama saja (apakah-pen) telah (takhyiran), wadh’iy (wadh’an/hukum Allah tampakkan hukumnya secara yang menghukumi hukum taklifi-pen), dan definisi tersebut mengikuti/tunduk tidak boleh tidak bahwa al-hakim 9 Kompas, 30 Oktober 2002. 10 Yusriyadi. Industri & Perubahan Fungsi (pemilik hukum) di dalam fiqh Islam Sosial: Hak Milik Atas Tanah. (Yogyakarta: Genta Publishing, 2010), Hal. 174. 12 Abdul Wahhab. Ilmu Ushul al-Fiqh, Cet.VIII. 11 https://www.intelijen.co.id/duh-93-luas- (Kairo: Maktabah ad-Da’wah al-Islamiyyah), daratan-ri-dikuasai-taipan-dan-pihak-asing/ hal.96-97.

47 adalah Allah subhanahu wa ta’ala, keputusan mereka, maka tidak ada meskipun syariat ini adalah pertimbangan bagi aturan-aturan lain aturan/undang-undang keagamaan tetap yang akan diberlakukan oleh manusia dikembalikan ke asalnya yaitu kepada dan tidak juga bagi pendapat umum wahyu dari langit. sedangkan al-hakim atau pengesahan negara jika itu (pemilik hukum) di adalah Allah mengharamkan yang seharusnya halal Ta’ala dan segala metode pemaknaan atau menghalalkan yag seharusnya (at-ta’rif) hukum di sini sesungguhnya haram, maka kaum muslim pun (boleh) hanya manhaj-manhaj untuk memberlakukan syarat kecuali syarat itu mengetahui hukum Allah dan hukum menghalalkan yang haram dan agama-Nya, berdasarkan hal tersebut mengharamkan yang halal. telah bersepakat sebagian besar Asas Kepemilikan Dalam Islam (jumhur) kaum muslim bahkan mereka Islam memiliki pandangan yang telah ber-’ hingga benar berbeda dengan sistem ekonomi lain dan kepemilikan (ان ًَا لُ) menetapkan ijma’ bahwa al-hakim terkait harta Ulama dari kaum muslimin .(ان ًِ ْه ِكٍَّةُ ) pemilik hukum) di dalam Islam adalah) Allah Ta’ala dan bahwasanya tidak ada telah mendefinisikan harta dalam 2 syariat kecuali berasal dari Allah, dan (dua) sudut pandang, pertama secara yaitu apa saja yang engkau (ن َغةُ ) Al-Qur’an Al-Karim telah menjelaskan: bahasa “Sesungguhnya hukum kecuali milik kuasai dari segala sesuatu.14 Kedua yaitu segala ( ِأ ْص ِطالَ دا) Allah”, dan Allah telah berfirman: “dan secara istilah tetapkanlah hukum di antara mereka sesuatu yang dapat dimanfaatkan dengan apa yang diturunkan Allah”, melalui suatu cara dari berbagai macam dan Allah telah berfirman: “dan barang cara yang syar’i (sesuai dengan syari’at) siapa tidak berhukum/menetapkan salah satunya jual beli, sewa tenaga, dan hukum dengan apa yang Allah turunkan hibah/pemberian.15 Sejalan dengan maka mereka (semua) itu adalah orang definisi itu Prof. Rowwas Qol’ahji fasik”. mendeskripsikan harta sebagai segala Telah jelas dari apa yang dijelaskan sesuatu yang memungkinkan untuk sebelumnya menurut pandangan Islam dimanfaatkan dari apa saja yang bahwasanya Al-Hakim (pemilik hukum) memang diperbolehkan oleh hukum itu adalah Allah Ta’ala dan bahwasanya syari’at untuk dimanfaatkan.16 standar hukum (Miqyas al-hukmi) atas Termasuk di dalam pembahasan harta perbuatan manusia adalah hukum ini adalah tanah. syariat sehingga sebuah kebaikan (al- Ulama kaum muslimin juga memiliki hasan) adalah apa-apa yang dianggap pandangan bahwa sesungguhnya harta baik oleh syara’ dan sebuah keburukan (termasuk tanah) adalah milik Allah (al-qobih) adalah apa-apa yang dengan menganggap Allah adalah dianggap buruk oleh syara’.13

Dan wajiblah bagi umat ini (muslim) 14 ان ًَا ل ُ ْ َٕ ُ َيا ُ َيُ َه ْكحَّ ُ ِي ٍْ ُ ك ِّم ُ :Definisi harta adalah ,Lihat: Al-Fairuz Abadi, Qamus Al-Muhith , َش ًْ ءُ kembali kepada hukum syara’ sebelum melaksanakan segala bentuk aktivitas Cet.VII (Damaskus: Muassasah ar-Risalah, transaksi (at-tashorruf) dan sebelum 1997), hal.1059. 15 menentukan suatu situasi/kondisi ke Muhammad Husein Abdullah, Dirosat fi al- depan maksudnya (menetapkan) sebuah Fikri al-Islamiy, (Oman: Daar al-Bayariq, 1990), hal. 53 – 54. 16 كُ ُّمُ َياٌُ ًْ ِك ٍُا ِإل َْحِ َفا عّ ُبِ ُِّ ِي ًَّاُأَبَا َحُ keputusan (qodhiyyah) antara beberapa Harta didefinisikan lihat Rowwas Qol’ahji, Mu’jam , ان َّش ْشع ُا ِإل َْحِ َفا َعُبِ ُِّ 13 -Lughoti al-Fuqoha, Cet.II (Beirut: Daar an ال َح َس ُن َما َح َّسنَهُ “ :Kaidah Ushul menyebutkan .Nafais, 1988), hal. 298 ”ال َّش ْرعُ َوا ْل َقبِ ْي ُح َما َقبَّ َحهُ ال َّش ْر ُع

48 penguasa segala sesuatu. Pernyataan ini memilikinya menurut pandangan syariat didasarkan pada surat An-Nuur: 33 Islam.18 Sebagai contoh seorang tidak berhak atas harta yang diperoleh dari َُٔاْج ْٕ ْ ْىُ ِي ٍُْ َيا ِلُهللاُِا َّن ِزيُ “ : yang berbunyi Bentuk kalimat idhofah yang aktivitas korupsi walaupun dia .“ اج ك ْىُ yang artinya harta menguasainya saat itu dikarenakan َيا ِلُ terdiri dari kata sebagai syari’at Islam mengharamkan aktivitas هللاُِ sebagai mudhof dan kata mudhof ilaihi menunjukkan harta korupsi (pencurian), sehingga dinisbatkan kepemilikannya pada Allah. konsekuensi hukumnya adalah orang Dan selanjutnya Allah menguasakan tersebut tidak berhak menggunakannya, kepada keturunan anak adam atas suatu memberikannya pada orang lain, dan harta, memberikannya kepada mereka, memperjualbelikannya. Begitu juga dan memberikan mereka hak sebaliknya, seorang berhak atas harta kepemilikan, sebagaimana firman Allah yang diperoleh dari berniaga yang dalam surat Al-Hadid ayat 7 yang sesuai dengan syari’at Islam, maka konsekuensinya adalah orang tersebut “ َٔاَ َْ ِفق ٕا ُ ِي ًَّا ُ َجعَ َه ك ْى ُ ي ْسحَ ْخ َه ِف ٍْ ٍَ ُفِ ٍْ ِّ ُ“ :berbunyi (dan belanjakanlah oleh kalian apa saja berhak menggunakannya, yang Allah kuasakan pada kalian di memberikannya pada orang lain dan dalamnya). menjualnya kembali. Sebagaimana ك ُّمُ َياُ د ِش َوُ َع َهىُا ْن ِعبَا ِدُ د ِش َوُ:bunyi kaidah Fiqh (ان ًِ ْه ِكٍَّةُ ) Sedangkan konsep kepemilikan segala macam) بَ ٍْع ّ ُ َٔ ُإِ ْع َطا ءِ ُ َٔ ُإِ َْحِ َفا عّ ُ menurut Islam juga dimaknai dalam 2 (dua) perspektif yaitu secara bahasa barang yang diharamkan atas hamba, yaitu tata cara yang diperbolehkan diharamkan (baginya) untuk (ن َغةُ ) bagi manusia untuk memanfaatkan hasil menjualnya, memberikannya, dan produksi baik dalam bentuk jasa memanfaatkannya). Dan secara Dengan demikian, Islam telah .(ان ِّس َه عُ) dan barang (ان ِخ ْذ َيات) adalah izin dari Sang menjelaskan dengan gamblang filosofi ( َش ْش عا) hukum Pemilik hukum untuk memanfaatkan kepemilikan suatu harta termasuk di suatu barang. Sang pembuat hukum dalamnya tanah. Intinya ada 2 (dua) yang dimaksud di sini adalah poin, yaitu : Pertama, pemilik hakiki (ان َّشا ِس عُ) ,di sini adalah dari tanah adalah Allah SWT. Kedua (انعَ ٍْ ٍُ) Allah. Barang sesuatu yang dapat dimanfaatkan. Dan Allah SWT sebagai pemilik hakiki telah di sini adalah hukum memberikan kuasa kepada manusia (ا ِإل ْر ٌُ) Izin syara’.17 Berdasarkan penjelasan di atas, untuk mengelola tanah menurut hukum- maka distribusi kepemilikan harta di hukum Allah.19 Oleh sebab itu jika antara manusia itu tergantung pada pemilik asal harta adalah Allah maka ketentuan boleh dan tidak boleh berputarnya harta di dalam aktivitas menurut syari’at Islam (hukum Islam) ekonomi di antara para pelaku ekonomi dan bukan oleh ketentuan lainnya.

Berdasarkan definisi kepemilikan di 18 atas maka dalam konsep Islam, Syariat Islam adalah seruan dari Sang Pemilik yang berkaitan dengan (ان َّشا ِسع) Hukum dalam bentuk untutan (ان ِعبَاد ) kepemilikan seseorang atas harta perbuatan hamba atau hukum yang (انحَّ ْخ ٍِ ٍْش) atau pilihan (ا ِال ْق ِح َضاء) termasuk kepemilikan tanah dianggap :Lihat .(ان َٕ ْض ِعً ) ada atau tidak ada itu tergantung pada menghukumi hukum taklifi boleh atau tidak boleh orang tersebut Atha’ Abu Rasytah, Taysiru al-Wushul ila al- Ushul, Cet.III (Beirut: Daar al-Ummah, 2000),hal. 13. 17 19 Nuzhat Iqbal, The Concept of Land ان ًِ ْه ِكٍَّة ُ ِْ ًَ ُإِ ْر ٌ ُ Definisi Kepemilikan adalah ْ Lihat: Muhammad Husein Ownerships in Islam and Poverty Alleviation in . ان َّشا ِسعِ ُبِا ِإلُ َْحِ َفا‘ِ ُبِانعَ ٍْ ٍُِ Abdullah, Dirosat fi al-Fikri al-Islamiy, (Oman: Pakistan, The Pakistan Development Review, Daar al-Bayariq, 1990), hal. 53 – 54. 2000, hal. 649.

49 seperti individu, masyarakat dan negara usyriah ini adalah tanah milik individu, maupun ,( َس َقبَةُ ) pun harus mengikuti ketentuan boleh baik zatnya Maka individu .( َي ُْ َفعَةُ ) dan tidaknya menurut syari’at Islam pemanfaatannya (hukum Islam). boleh memperjualbelikan, ,menggadaikan, menghibahkan ( َس َقبَةُ ) Setiap tanah mempunyai lahan .Lahan mewariskan, dan sebagainya .( َي ُْ َفعَةُ ) sekaligus kegunaan adalah dzat tanahnya itu sendiri, Tanah usyriyah ini jika berbentuk tanah sedangkan kegunaan adalah pertanian akan dikenai kewajiban usyr pemanfaatannya, misalnya untuk (yaitu zakat pertanian) sebesar pertanian dan sebagainya. Islam telah sepersepuluh (10 %) jika diairi dengan membolehkan kepemilikan lahan (dzat air hujan (tadah hujan). Jika diairi tanah) maupun pemanfaatannya. Islam dengan irigasi buatan zakatnya 5 %. juga telah menentukan hukum bagi Jika tanah pertanian ini tidak ditanami, masing-masing kepemilikan ini yakni tak terkena kewajiban zakatnya. Sabda hukum atas lahan (dzat tanah) tersendiri Nabi SAW,”Pada tanah yang diairi dan hukum atas pemanfaatannya sungai dan hujan zakatnya tersendiri.20 sepersepuluh, pada tanah yang diairi Konsep dasar dalam Syariah Islam telah dengan unta zakatnya setengah dari membagi tanah dalam 2 (dua) macam sepersepuluh.” (HR Ahmad, Muslim, .(dan Abu Dawud األَ ْس ض ُ) tanah yaitu : (1) tanah usyriah Jika tanah usyriah ini tidak berbentuk األَ ْس ضُ) dan (2) tanah kharajiyah ,(انع ْش ِشٌَّةُ 21 Tanah Usyriah adalah tanah tanah pertanian, misalnya berbentuk .(ان َخ َشا ِجٍَّةُ yang penduduknya masuk Islam secara tanah pemukiman penduduk, tidak ada damai tanpa peperangan, contohnya zakatnya. Kecuali jika tanah itu Madinah Munawwarah dan Indonesia. diperdagangkan, maka terkena zakat Termasuk tanah usyriah adalah seluruh perdagangan. Jika tanah usyriah ini Jazirah Arab yang ditaklukkan dengan dibeli oleh seorang non muslim (kafir), peperangan, misalnya Makkah, juga tanah ini tidak terkena kewajiban usyr tanah mati yang telah dihidupkan oleh (zakat), sebab non muslim tidak seseorang (ihya`ul mawat).22 Tanah dibebani kewajiban zakat.23 Selanjutnya adalah Tanah Kharajiyah, yaitu tanah yang dikuasai kaum 20 Taqiyuddin an-Nabhaniy, an-Nizhomu al- muslimin melalui peperangan (al-harb), Iqtishodiy fil Islam, Cet.VII (Beirut: Daar al- misalnya tanah Irak, Syam, dan Mesir Ummah, 2004), hal. 21 kecuali Jazirah Arab, atau tanah yang Taqiyuddin an-Nabhaniy, As-Syakhshiyyah al-Islamiyyah Juz II, Cet.V (Beirut: Daar al- dikuasai melalui perdamaian (al- Ummah, 2003), hal.237. shulhu), misalnya tanah Bahrain dan 22 24 .yaitu tanah yang Khurasan ( َي َٕا ت ُاألَ ْس ِضُ) Tanah mati tidak nampak padanya tanda kepemilikan seseorang, baik milik individu ataupun negara, sehingga tidaklah tampak di tanah tersebut tanda sesuatu baik dipagari, ditanami, diolah Rowwas Qol’ahji, Mu’jam Lughotil Fuqoha’, atau semisalnya. (Lihat an-Nizhomu al- (Damaskus: Daar an-Nafais, 1988), hal. 33.) Iqtishodiy fil Islam, Cet.VII (Beirut: Daar al- 23 Abdul Qodim Zallum, al-Amwal fi Daulah al- Ummah, 2004), hal.132). Sedangkan Khilafah, Cet. III (Beirut: Daar al-Ummah, .adalah 2004), hal.48 ( ِإ ْدٍَا ء ُا ْن ًَ َٕا ِتُ) menghidupkan tanah mati menjadikan tanah yang mati atau tidak ada yang 24 Taqiyuddin an-Nabhaniy, As-Syakhshiyyah memiliki menjadi bermanfaat dengan satu al-Islamiyyah Juz II, Cet.V (Beirut: Daar al- berbagai macam cara pemanfaatan seperti Ummah, 2003), hal.248. dan Abdul Qoddim menjadikan tanah kebun, mendirikan bangunan, Zallum, al-Amwal fi Daulah al-Khilafah, Cet. atau menjadikan tanah pertanian. (Lihat III (Beirut: Daar al-Ummah, 2004), hal.46.

50

dijual kepada muslim. (2) jika ( َس َقبَةُ ) Tanah kharajiyah ini zatnya adalah milik seluruh kaum muslimin, di perdamaian itu menetapkan tanah itu mana negara melalui Baitul Mal menjadi milik mereka (non muslim), bertindak mewakili kaum muslimin. kedudukan kharaj sama dengan jizyah, Ringkasnya, tanah kharajiyah ini zatnya yang akan gugur jika pemiliknya masuk adalah milik negara. Jadi tanah Islam atau tanahnya dijual kepada kharajiyah zatnya bukan milik individu muslim.27 seperti tanah usyriyah. Namun Jika tanah kharajiyah yang ada bukan manfaatnya adalah milik individu. berbentuk tanah pertanian, misal berupa Meski tanah kharajiyah dapat tanah yang dijadikan pemukiman diperjualbelikan, dihibahkan, dan penduduk, maka ia tak terkena diwariskan, namun berbeda dengan kewajiban kharaj. Demikian pula tidak tanah usyriyah, tanah kharajiyah tidak terkena kewajiban zakat (usyr). Kecuali boleh diwakafkan, sebab zatnya milik jika tanah itu diperjualbelikan, akan negara. Sedang tanah usyriyah boleh terkena kewajiban zakat perdagangan.28 diwakafkan sebab zatnya milik Namun kadang kharaj dan zakat (usyr) individu.25 harus dibayar bersama-sama pada satu Tanah kharajiyah ini jika berbentuk tanah. Yaitu jika ada tanah kharajiyah tanah pertanian akan terkena kewajiban yang dikuasai melalui perang (akan kharaj (pajak tanah, land tax), yaitu terkena kharaj abadi), lalu tanah itu pungutan yang diambil negara setahun dijual kepada muslim (akan terkena sekali dari tanah pertanian yang zakat/usyr). Dalam kondisi ini, kharaj besarnya diperkirakan sesuai dengan dibayar lebih dulu dari hasil tanah kondisi tanahnya. Baik ditanami atau pertaniannya. Lalu jika sisanya masih tidak, kharaj tetap dipungut. Tanah mencapai nishab, zakat pun wajib kharajiyah yang dikuasai dengan perang dikeluarkan.29 (al-harb), kharajnya bersifat abadi. Cara-Cara Memperoleh Kepemilikan Artinya kharaj tetap wajib dibayar dan Tanah tidak gugur, meskipun pemiliknya Menurut Abdurrahman Al-Maliki, tanah masuk Islam atau tanahnya dijual oleh dapat dimiliki dengan 6 (enam) cara non muslim kepada muslim. menurut hukum Islam, yaitu melalui : Sebagaimana Umar bin Khaththab tetap (1) jual beli, (2) waris, (3) hibah, (4) memungut kharaj dari tanah kharajiyah ihya`ul mawat (menghidupkan tanah yang dikuasai karena perang meski mati), (5) tahjir (membuat batas pada pemiliknya sudah masuk Islam.26 tanah mati), (6) iqtha` (pemberian Tapi jika tanah kharajiyah itu dikuasai negara kepada rakyat). (Al-Maliki, As- dengan perdamaian (al-shulhu), maka Siyasah al-Iqtishadiyah al-Mustla, hal. ada dua kemungkinan : (1) jika 51). perdamaian itu menetapkan tanah itu Jual-beli (al-ba’i), menurut istilah menjadi milik kaum muslimin, hukum adalah saling tukar menukar kharajnya bersifat tetap (abadi) meski harta dengan harta baik kepemilikan pemiliknya masuk Islam atau tanahnya

27 Ibid. 25 Abdul Qoddim Zallum, al-Amwal fi Daulah 28 Taqiyuddin an-Nabhaniy, As-Syakhshiyyah al-Khilafah, Cet. III (Beirut: Daar al-Ummah, al-Islamiyyah Juz II, Cet.V (Beirut: Daar al- 2004), hal.48. Ummah, 2003), hal.247. 26 Abdul Qoddim Zallum, al-Amwal fi Daulah 29 Abdul Qoddim Zallum, al-Amwal fi Daulah al-Khilafah, Cet. III (Beirut: Daar al-Ummah, al-Khilafah, Cet. III (Beirut: Daar al-Ummah, 2004), hal.47. 2004), hal.50-51.

51 dan penguasaannya dengan jalan saling batas pada suatu tanah (mati), maka ridho,30 Islam telah membolehkan akad tanah itu menjadi miliknya.” (HR jual beli pada benda yang dihalalkan Ahmad). oleh Allah termasuk salah satunya Sedang iqtha`, artinya pemberian tanah adalah tanah, yang mana dengan akad milik negara kepada rakyat. Nabi SAW jual beli ini saling berpindahlah harta pada saat tiba di kota Madinah, pernah dari satu pihak ke pihak lain disertai memberikan tanah kepada Abu Bakar kompensasi berupa harga. As-Shiddiq dan Umar bin Khaththab. Waris menurut istilah hukum adalah Nabi SAW juga pernah memberikan segala sesuatu yang ditinggalkan si tanah yang luas kepada Zubair bin mayit kepada ahli warisnya.31 Awwam.35 Sedangkan Hibah yaitu perpindahan Hilangnya Hak Kepemilikan Tanah kepemilikan tanpa ada Pertanian kompensasi/pengganti. 32 Syariat Islam menetapkan bahwa hak Adapun ihya`ul mawat artinya adalah kepemilikan tanah pertanian akan hilang menghidupkan tanah mati (al- mawat). jika tanah itu ditelantarkan tiga tahun Pengertian tanah mati adalah tanah yang berturut-turut. Negara akan menarik tidak ada pemiliknya dan tidak tanah itu dan memberikan kepada orang dimanfaatkan oleh seorang pun33. lain yang mampu mengolahnya.36 Menghidupkan tanah mati, artinya Umar bin Khaththab pernah memanfaatkan tanah itu, misalnya berkata,”Orang yang membuat batas dengan bercocok tanam padanya, pada tanah (muhtajir) tak berhak lagi menanaminya dengan pohon, atas tanah itu setelah tiga tahun membangun bangunan di atasnya, dan ditelantarkan.” Umar pun melaksanakan sebagainya. Sabda Nabi ketentuan ini dengan menarik tanah SAW,”Barangsiapa yang pertanian milik Bilal bin Al-Harits Al- menghidupkan tanah mati, maka tanah Muzni yang ditelantarkan tiga tahun. itu menjadi miliknya.” (HR Bukhari).34 Para sahabat menyetujuinya sehingga Tahjir artinya membuat batas pada menjadi Ijma’ Sahabat (kesepakatan suatu tanah. Nabi SAW para sahabat Nabi SAW) dalam masalah bersabda,”Barangsiapa membuat suatu ini.37 Pencabutan hak milik ini tidak terbatas 30 pada tanah mati (mawat) yang dimiliki يبَادَ َنة ُ َيا لُبًِا لُجَ ًْ ِه ٍْ كاُ َُٔجَ ًَ ُّه كاُ َع َهىُ :Definisi jual beli (Lihat: Taqiyuddin an-Nabhaniy, dengan cara tahjir (pembuatan batas . َسبِ ٍْ ِم ُانحَّ َشا ِضى As-Syakhshiyyah al-Islamiyyah Juz II, Cet.V saja, namun juga meliputi tanah (Beirut: Daar al-Ummah, 2003), hal.285. 31 -Lihat: pertanian yang dimiliki dengan cara . . َيا ٌُ َخ ِّهف ّ ُان ًٍَِّ ث ُ ِن َٕ َسثَحِّ :Definisi waris Rowwas Qol’ahji, Mu’jam Lughoti al-Fuqoha, cara lain atas dasar . Misalnya, Cet.II (Beirut: Daar an-Nafais, 1988), hal.37. yang dimiliki melalui jual beli, waris, 32 Lihat: Rowwas hibah, dan lain-lain. Sebab yang .انحَّ ًْ ِه ٍْ كُبِ َالُ ِع َٕ ضُ :Definisi hibah Qol’ahji, Mu’jam Lughoti al-Fuqoha, Cet.II (Beirut: Daar an-Nafais, 1988), hal.372. 33 35 -Taqiyuddin an-Nabhaniy, an-Nizhomu al ان ًَ َٕا تُ:ُاالَ ْس ضُا َّنحًُِ َالُ َيا ِن َكُ َن َٓاُ َُٔ َالُ) Definisi lain -yaitu suatu tanah Iqtishodiy fil Islam, Cet.VII (Beirut: Daar al (ٌَ ُْحَ ِف ع ُبِ َٓا ُبِ َٕ ْجخ ُ ِي ٍْ ُ ٔ ج ْٕحِ ُا ِال َْحِ َفاعُِ yang tidak ada pemiliknya dan tidak dia Ummah, 2004), hal.119. manfaatkan dengan satu cara dari berbagai 36 Taqiyuddin an-Nabhaniy, an-Nizhomu al- macam cara pemanfaatan tanah. Lihat: Rowwas Iqtishodiy fil Islam, Cet.VII (Beirut: Daar al- Qol’ahji, Mu’jam Lughoti al-Fuqoha, Cet.II Ummah, 2004), hal.139. 37 َي ٍْ ُ َع َط َم ُاَ ْسضا ُثَ َالخ ُ ِسُِ ٍْ ٍَ ُ َن ْى ُ:Beirut: Daar an-Nafais, 1988), hal.353. Hadist berbunyi) 34 Lihat: Taqiyuddin , ٌ عَ ًِّ ْش َْا,ُ َف َجا َءُ َغ ٍْ شِ ُ َفعَ ًَّ َش َْاُ َف ِٓ ًَُ َنّ ُ -Taqiyuddin an-Nabhaniy, an-Nizhomu al Iqtishodiy fil Islam, Cet.VII (Beirut: Daar al- an-Nabhaniy, as-Syakhshiyyah al-Islamiyyah, Ummah, 2004), hal.79. Juz.II (Beirut: Daar al-Ummah, 2003), hal.242.

52 menjadi alasan hukum (illat, ratio legis) hendaklah ia mengolahnya, atau dari pencabutan hak milik bukanlah memberikan kepada saudaranya, jika ia cara-cara memilikinya, melainkan enggan [memberikan] maka tahanlah penelantaran selama tiga tahun (ta’thil tanahnya itu.” (HR Bukhari). Dalam al-ardh).38 (Al-Nabhani, An-Nizham Al- hadis sahih riwayat Muslim, Rasulullah Iqtishadi fi Al-Islam, hal. 139). SAW telah melarang mengambil upah Pemanfaatan Tanah (at-tasharruf fi sewa (ajrun) atau bagi hasil (hazhun) al-ardh) dari tanah. Hadis-hadis ini dengan jelas Syariah Islam mengharuskan pemilik melarang penyewaan lahan pertanian tanah pertanian untuk mengolahnya (ijaratul ardh). sehingga tanahnya produktif. Negara Sebagian ulama membolehkan dapat membantunya dalam penyediaan penyewaan lahan pertanian dengan sarana produksi pertanian, seperti sistem bagi hasil, yang disebut kebijakan Khalifah Umar bin Khathab muzara’ah. Dengan dalil bahwa memberikan bantuan sarana pertanian Rasulullah SAW telah bermuamalah kepada para petani Irak untuk mengolah dengan penduduk Khaibar dengan tanah pertanian mereka. sistem bagi hasil, yakni setengah Jika pemilik tanah itu tidak mampu hasilnya untuk Rasulullah SAW dan mengolahnya, dianjurkan untuk setengah hasilnya untuk penduduk diberikan kepada orang lain tanpa Khaibar. kompensasi. Nabi SAW Dalil ini kurang kuat, karena tanah bersabda,”Barangsiapa mempunyai Khaibar bukanlah tanah pertanian yang tanah (pertanian), hendaklah ia kosong, melainkan tanah berpohon. Jadi mengolahnya, atau memberikan kepada muamalah yang dilakukan Nabi SAW saudaranya.” (HR Bukhari).39 adalah bagi hasil merawat pohon yang Jika pemilik tanah pertanian sudah ada, yang disebut musaqat, bukan menelantarkan tanahnya selama tiga bagi hasil dari tanah kosong yang tahun, maka hak kepemilikannya akan kemudian baru ditanami (muzara’ah). hilang, sebagaimana telah diterangkan Tanah Khaibar sebagian besar adalah sebelumnya. tanah berpohon (kurma), hanya Larangan Menyewakan Lahan sebagian kecil saja yang kosong yang Pertanian dapat ditanami. (Al-Nabhani, ibid., hal. Lahan pertanian tidak boleh disewakan, 142). baik tanah kharajiyah maupun tanah Larangan ini khusus untuk menyewakan usyriyah, baik sewa itu dibayar dalam lahan pertanian untuk ditanami. Adapun bentuk hasil pertaniannya maupun menyewakan tanah bukan untuk dalam bentuk lainnya (misalnya uang). ditanami, misal untuk dibuat kandang (Al-Nabhani, ibid. hal. 141). peternakan, kolam ikan, tempat Rasulullah SAW bersabda,”Barangsiapa penyimpanan (gudang), untuk mempunyai tanah (pertanian), menjemur padi, dan sebagainya, hukumnya boleh-boleh saja sebab tidak

38 Taqiyuddin an-Nabhaniy, an-Nizhomu al- ada larangan Syariah dalam masalah ini. Iqtishodiy fil Islam, Cet.VII (Beirut: Daar al- Tanah Yang Memiliki Tambang Ummah, 2004), hal.139. Tanah yang di dalamnya ada tambang, 39 ,misalkan minyak, emas, perak َم ْن َكانَ ْت َلهُ ا ْر ٌض َف ْليَ ْز َر ْع َها :Hadist berbunyi ْ (Lihat: tembaga, dan sebagainya, ada 2 (dua .اَ ْو ِليَ ْمنَ ْح َها اَ َخاهُ َف ِا ْن اَبَى َفليُ ْم ِس ْكهُ اَ ْر َضه ُ Taqiyuddin an-Nabhaniy, an-Nizhomu al- Iqtishodiy fil Islam, Cet.VII (Beirut: Daar al- kemungkinan : (1) tanah itu tetap Ummah, 2004), hal.141. menjadi milik pribadi/negara jika hasil

53 tambangnya sedikit. (2) tanah itu Negara Berhak Menetapkan Hima menjadi milik umum jika hasil Hima adalah tanah atau wilayah yang tambangnya banyak. ditetapkan secara khusus oleh negara Nabi SAW pernah memberikan tanah untuk kepentingan tertentu, tidak boleh bergunung dan bertambang kepada dimanfaatkan oleh individu. Misalnya Bilal bin Al-Harits Al-Muzni (HR Abu menetapkan hima pada suatu tambang Dawud). Ini menunjukkan tanah yang tertentu, katakanlah tambang emas dan bertambang boleh dimiliki individu jika perak di Papua, khusus untuk keperluan tambangnya mempunyai kapasitas membeli alutsista (alat utama sistem produksinya sedikit. persenjataan). Nabi SAW suatu saat pernah Rasulullah SAW dan para khalifah memberikan tanah bertambang garam sesudahnya pernah menetapkan hima kepada Abyadh bin Hammal. Setelah pada tempat-tempat tertentu. Rasulullah diberitahu para sahabat bahwa hasil SAW pernah menetapkan Naqi` (nama tambang itu sangat banyak, maka Nabi padang rumput di kota Madinah) khusus SAW menarik kembali tanah itu dari untuk menggembalakan kuda-kuda Abyadh bin Hammal. (HR Tirmidzi). milik kaum muslimin, tidak untuk Ini menunjukkan tanah dengan tambang lainnya. Abu Bakar pernah menetapkan yang besar kapasitas produksinya, Rabdzah (nama padang rumput juga) menjadi milik umum yang dikelola khusus untuk menggembalakan unta- negara, tidak boleh dimiliki dan unta zakat, bukan untuk keperluan dikelola oleh individu (swasta). (Al- lainnya. (Zallum, ibid., hal. 85). Nabhani, ibid. hal. 220).

Konsep Kepemilikan Tanah Dalam Islam 1. Cara Penguasaan Tanah Hibah Warisan Membeli Memagari Tanah Menghidupkan Tanah Mati Pemberian Tanah oleh Negara 2. Hilangnya Hak Kepemilikan Tanah ditelantarkan lebih dari 3 tahun. atas tanah 3. Penyatuan antara Mewajibkan pemilik tanah mengelola tanahnya Kepemilikan dan dan negara memberikan bantuan sarana. Pemanfaatan/memberdayakan 4. Pemanfaatan yang dilarang. Larangan menyewakan lahan pertanian dengan cara apapun.

Kesimpulan juga terkait dengan keterbatasan akses Kemiskinan (poverty) adalah sebuah atas sumber daya alam yang ada. Lahan symbol dari hubungan negative antara tanah sebagai bagian dari sumber daya kebutuhan dan keinginan terhadap alam sekaligus asas utama dalam kelangkaan sumber daya ekonomi. produksi sumber pangan untuk Kenyataannya juga problem kemiskinan memenuhi kebutuhan manusia menjadi ini tidak hanya terbatas pada amannya focus bahasan. Kepemilikan dan akses ketersediaan sumber daya alam tetapi atas lahan tanah yang luas

54 memungkinkan bagi pemiliknya mampu Rikardo Simamarta, Kapitalisme memenuhi kebutuhan dan Perkebunuan dan Konsep Pemilikan keinginannya. Oleh sebab itu untuk Tanah oleh Negara, (Yogyakarta: mencukupi kebutuhan dan keinginan Pustaka Pelajar, 2002). manusia, maka harus ada mekanisme yang adil dalam menciptakan Abdul Wahhab. Ilmu Ushul al-Fiqh, pertumbuhan produksi tanah sekaligus Cet.VIII. (Kairo: Maktabah ad-Da’wah pemerataan distribusi atas tanah di al-Islamiyyah). antara mereka. Konsep kepemilikan tanah dalam Islam Al-Fairuz Abadi, Qamus Al-Muhith, yang lahir dari sumber hokum Islam Cet.VII (Damaskus: Muassasah ar- mampumenghadirkan konsep yang Risalah, 1997). meliputi: Cara Memperoleh Kepemilikan Tanah, Hilangnya Hak Muhammad Husein Abdullah, Dirosat Kepemilikan atas semua jenis tanah fi al-Fikri al-Islamiy, (Oman: Daar al- yang ditelantarkan lebih dari 3 tahun, Bayariq, 1990). Mewajibkan pemilik tanah mengelola Rowwas Qol’ahji, Mu’jam Lughoti al- tanahnya dan negara memberikan Fuqoha, Cet.II (Beirut: Daar an-Nafais, bantuan sarana, dan Larangan 1988). menyewakan lahan pertanian. Implikasi yang muncul dari kebijakan ini adalah: Atha’ Abu Rasytah, Taysiru al-Wushul Tidak ada tanah yang terlantar/tidak ila al-Ushul, Cet.III (Beirut: Daar al- diproduktifkan, Petani termotivasi Ummah, 2000). bekerja menggarap lahan karena dengannya ia dapat memiliki lahan luas Nuzhat Iqbal, The Concept of Land selama diproduktifkan, Petani menjadi Ownerships in Islam and Poverty makmur dan sejahtera seiring Alleviation in Pakistan, (The Pakistan meningkatnya jumlah produksi Development Review, 2000). lahannya, ketahanan dan kedaulatan pangan dapat dicapai bahkan Taqiyuddin an-Nabhaniy, an-Nizhomu ditingkatkan. Berakhir pada al-Iqtishodiy fil Islam, Cet.VII (Beirut: pertumbuhan dan pemerataan kekayaan Daar al-Ummah, 2004). antar sesama warga negara dapat tercapai. Taqiyuddin an-Nabhaniy, As- Syakhshiyyah al-Islamiyyah Juz II, Daftar Pustaka Cet.V (Beirut: Daar al-Ummah, 2003). Irfan Mahmud Ra’ana, Sistem Ekonomi Pemerintahan Umar Ibn Al-Khatab, Abdul Qodim Zallum, al-Amwal fi (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1997). Daulah al-Khilafah, Cet. III (Beirut: Daar al-Ummah, 2004). Ibrahim Anis dkk, Al-Mu’jam Al- Wasith. Taqiyuddin an-Nabhaniy, As- Syakhshiyyah al-Islamiyyah Juz II, Yusriyadi,. Industri & Perubahan Cet.V (Beirut: Daar al-Ummah, 2003) Fungsi Sosial: Hak Milik Atas Tanah. (Yogyakarta: Genta Publishing, 2010).

55