LAPORAN

PENELITIAN TIM TERPADU DALAM RANGKA USULAN PERUBAHAN FUNGSI DALAM FUNGSI POKOK KAWASAN HUTAN DARI KAWASAN CAGAR ALAM KAWAH KAMOJANG DAN CAGAR ALAM GUNUNG PAPANDAYAN MENJADI TAMAN WISATA ALAM DI KABUPATEN BANDUNG DAN KABUPATEN GARUT PROVINSI JAWA BARAT

JAKARTA, NOVEMBER 2017

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan laporan penelitian Tim Terpadu dalam rangka usulan perubahan fungsi dalam fungsi pokok kawasan hutan dari kawasan Cagar Alam Kawah Kamojang dan Cagar Alam Gunung Papandayan menjadi Taman Wisata Alam di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Laporan ini disusun sebagai pertanggungjawaban dari pelaksanaan penelitian Tim Terpadu. Kegiatan ini dilakukan secara desk study maupun field study pada kawasan Cagar Alam Kawah Kamojang seluas ± 3.500 ha dan Cagar Alam Gunung Papandayan seluas ± 2.009 ha yang berlokasi di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Tim Terpadu melaksanakan tugas berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.461/MENLHK/SETJEN/PLA.2/9/2017 tanggal 4 September 2017 tentang Pembentukan Tim Terpadu dalam rangka Penelitian Usulan Perubahan Fungsi Dalam Fungsi Pokok Kawasan Hutan dari Kawasan Cagar Alam Kawah Kamojang seluas ± 3.500 Hektar dan Cagar Alam Gunung Papandayan seluas ± 2.009 Hektar menjadi Taman Wisata Alam di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Tim Terpadu melakukan penelitian lapangan mulai tanggal 24 Oktober sampai dengan 29 Oktober 2017 berdasarkan Surat Tugas Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Nomor ST.128/PKTL/KUH/PLA.2/10/2017 tanggal 23 Oktober 2017. Maksud penelitian Tim Terpadu adalah untuk memperoleh data dan informasi serta kondisi aktual kawasan hutan yang diusulkan dengan pendekatan multi disiplin ilmu dari aspek biofisik, sosial ekonomi dan sosial budaya, serta hukum dan kelembagaan dari berbagai institusi terkait. Tujuannya adalah memberikan rekomendasi yang diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan/keputusan dalam rangka usulan perubahan fungsi kawasan hutan tersebut. Kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian terpadu ini, diucapkan terima kasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Jakarta, November 2017 Ketua Tim Terpadu,

Dr. Ir. Edy Nasriadi Sambas, M.Forest.

KATA PENGANTAR | i

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

SUSUNAN TIM PELAKSANA

Sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.461/MENLHK/SETJEN/PLA.2/9/2017 tanggal 4 September 2017

No. Nama Instansi / Lembaga Tanda Tangan

1. Dr. Ir. Edy Nasriadi Sambas, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga M. Forest. Ilmu Pengetahuan Indonesia

2. Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, Departemen Konservasi Sumber MS. Daya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, IPB

3. Agustina Kusumaningsih, SH., Biro Hukum, Sekretariat Jenderal MH. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

4. Ir. Siti Chadidjah Kaniawati, Direktorat Pemolaan dan MWC. Informasi Konservasi Alam, Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem

5. Dr. Endang Karlina, S.Hut., Pusat Penelitian dan M.Si. Pengembangan Hutan, Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi

6. Muhammad Saladin, S.Hut., Dinas Kehutanan Provinsi Jawa MP. Barat

7. Rudi Rachmat Fadilah, SP. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat

8. Topik Hendra Permana, Balai Pemantapan Kawasan S.Hut. Hutan Wilayah XI Yogyakarta

SUSUNAN TIM PELAKSANA | ii

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kawasan Cagar Alam (CA) Kawah Kamojang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 110/Kpts-II/90 dengan luas 7.805 ha. Berdasarkan pengukuran dan penataan batas tahun 1982 yang tertuang dalam Berita Acara Tata Batas tanggal 7 Agustus 1982 luas kawasan CA Kawah Kamojang adalah 7.805 ha. Selanjutnya sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 433/Kpts-II/1994 tanggal 5 Agustus 1994 menetapkan lahan konpensasi seluas 12,196 ha menjadi bagian kawasan cagar alam, sehingga luas CA Kawah Kamojang menjadi 7.817,196 ha. Kompleks Hutan Gunung Papandayan seluas 844 ha, ditunjuk sebagai cagar alam berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 4 Februari 1924 Nomor 36 Lembaran Negara 1924 Nomor 43 juncto Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 5 Mei 1931 Nomor 23 Lembaran Negara 1931 Nomor 167. Dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 610/Kpts/Um/10/1978 tanggal 5 Oktober 1978 tentang Perubahan Status Sebagian Cagar Alam Gunung Papandayan Seluas 221 Hektar yang Terletak di Dati II Garut Dati I Jawa Barat sebagai Hutan Wisata/Taman Wisata sebagian kawasan CA Gunung Papandayan ditunjuk sebagai taman wisata alam. Hal tersebut kemudian diperkuat dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 68/Kpts/Um/1/1979 tanggal 22 Januari 1979 tentang Penunjukan Sebagian Komplek Hutan Gunung Guntur dan Gunung Papandayan Seluas ± 6.000 ha di Dati II Garut dan Dati II Bandung Dati I Jawa Barat Sebagai Hutan Suaka Alam yang terdiri atas CA Gunung Papandayan dan Taman Wisata Papandayan. Pada tahun 1982, Kawasan CA Gunung Papandayan selesai ditata batas dengan Berita Acara Tata Batas Cagar Alam/Taman Wisata Gunung Papandayan yang disahkan pada tanggal 7 Agustus 1982. Kemudian pada tahun 1990, kawasan CA Gunung Papandayan ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 226/Kpts- II/90 tanggal 8 Mei 1990 tentang Penetapan Areal Kawasan Hutan Gunung Papandayan yang terletak di Kabupaten Dati II Bandung dan Kabupaten Dati II Garut Provinsi Dati I Jawa Barat seluas 6.807 ha sebagai Cagar Alam dan seluas 225 ha sebagai Taman Wisata Alam. CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut pada saat ini telah dikelola sesuai dengan fungsinya, tetapi belum optimal sebagaimana yang diharapkan. Permasalahan yang dihadapi sangat dinamis antara lain akibat pertambahan penduduk dan pembangunan daerah. Permasalahan umum yang terjadi adalah perambahan kawasan, penebangan liar, dan perburuan satwa liar. Sehubungan dengan itu, telah dilakukan Evaluasi Kesesuaian Fungsi (EKF) CA Kawah Kamojang Tahun 2012 dan EKF CA Gunung Papandayan Tahun 2016. Hasil EKF merekomendasikan perlunya dilakukan perubahan fungsi kawasan CA Kawah Kamojang seluas ± 3.500 ha menjadi Taman Wisata Alam (TWA) dalam rangka optimasi dan revitalisasi manajemen serta manfaat cagar alam, yang kemudian

RINGKASAN EKSEKUTIF | iii

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat dikelola berdasarkan “benefit centered conversation management pattern”. Demikian juga untuk CA Gunung Papandayan seluas ± 2.009 ha. Berdasarkan rekomendasi hasil Evaluasi Kesesuaian Fungsi (EKF), Menteri membentuk Tim Terpadu yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.461/MENLHK/SETJEN/PLA.2/9/2017 tanggal 4 September 2017 tentang Pembentukan Tim Terpadu dalam rangka Penelitian Usulan Perubahan Fungsi Dalam Fungsi Pokok Kawasan Hutan dari Kawasan Cagar Alam Kawah Kamojang seluas ± 3.500 Hektar dan Cagar Alam Gunung Papandayan seluas ± 2.009 Hektar menjadi Taman Wisata Alam di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Tim Terpadu telah melakukan penelitian terhadap aspek biofisik, sosial ekonomi dan sosial budaya serta aspek hukum dan kelembagaan dengan hasil sebagai berikut: 1. CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan didominasi oleh lapangan dengan kondisi agak curam (41,98%) sampai curam (31,37%). 2. Hutan alam sekunder area usulan telah mengalami degradasi sebesar 27.58%. 3. Tipe vegetasi pada kawasan CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan berupa hutan alam sekunder pada lahan kering seluas 3.174.60 ha, hutan tanaman seluas 434.66 ha, dan pertanian lahan kering seluas 608.34 ha. 4. Terdapat 95 jenis tumbuhan yang termasuk dalam 49 famili, 29 Ordo, dan 7 Kelas. 7 (tujuh) jenis tumbuhan diantaranya termasuk Appendix I CITES. 5. Terdapat 25 jenis satwaliar yang termasuk ke dalam kelompok aves dan mamalia. 15 (lima belas) jenis diantaranya dilindungi PP Nomor 7 Tahun 1999. 6. CA Kawah Kamojang dan wilayah sekitarnya memiliki obyek daya tarik wisata alam yang dapat dikembangkan. Obyek daya tarik wisata yang terdapat di kawasan CA Kawah Kamojang masih alami, antara lain : Air Terjun/Curug Madi dan Danau Ciharus, sedangkan dalam kawasan CA Gunung Papandayaan terdapat obyek dan daya tarik wisata berupa fenomena alam seperti kawah. 7. Kepadatan penduduk di kedua kabupaten termasuk kategori sangat tinggi, juga di tiga kecamatan lokasi penelitian kecuali di Kecamatan Kertasari tergolong tinggi. 8. Masyarakat, kepala desa dan para pejabat kecamatan, mayoritas memiliki persepsi baik terhadap hutan dan fungsinya. 9. Sikap responden terhadap manfaat jasa lingkungan hutan, larangan, dan kondisi hutan menunjukkan bahwa 75% pejabat kecamatan menyatakan cukup mendukung, 100% kepala desa menyatakan sikap cukup mendukung, dan 45,71% masyarakat menyatakan sangat mendukung. 10. Preferensi responden terhadap usulan perubahan fungsi kawasan bervariasi. Sebanyak 50% pejabat kecamatan menyukai sampai sangat menyukai, 100% kepala desa sangat menyukai; sebanyak 88,57% masyarakat cukup menyukai sampai sangat menyukai tetapi sebanyak 2,86% sangat tidak menyukai. 11. Pemegang Izin Panas Bumi yang memiliki Wilayah Kerja Operasi berada dalam Kawasan CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan Kabupaten Bandung dan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat, hingga kini terkendala dalam proses

RINGKASAN EKSEKUTIF | iv

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

pengembangan lapangan operasi di CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan dan bahwa Izin Panas Bumi di dalam CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan dapat diberikan oleh Menteri apabila sebagian CA tersebut diubah fungsinya menjadi TWA sebagaimana ketentuan Pasal 43 ayat (1) dan (2) a dan b UU Nomor 5 Tahun 1990, dan Pasal 37 PP Nomor 108 Tahun 2011. 12. Dari hasil penelitian aspek biofisik, sosial ekonomi dan sosial budaya, serta hukum dan kelembagaan maka perubahan fungsi kawasan CA Kawah Kamojang seluas ± 2.391 ha dan CA Gunung Papandayan seluas ± 1.991 ha menjadi TWA yang terletak di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat dapat diproses lebih lanjut.

RINGKASAN EKSEKUTIF | v

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...... i SUSUNAN TIM PELAKSANA ...... ii RINGKASAN EKSEKUTIF ...... iii DAFTAR ISI ...... vi DAFTAR TABEL...... viii DAFTAR GAMBAR ...... x DAFTAR LAMPIRAN...... xi BAB I. PENDAHULUAN...... 1 A. Latar Belakang ...... 1 B. Maksud dan Tujuan...... 2 C. Lingkup Penelitian...... 3 D. Dasar Hukum ...... 3 E. Batasan dan Pengertian ...... 5 BAB II. METODE PELAKSANAAN ...... 6 A. Rancangan Penelitian ...... 6 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...... 6 C. Bahan dan Alat ...... 7 D. Jenis Data dan Informasi ...... 7 E. Teknik Pengumpulan Data dan Informasi...... 7 F. Analisis Data dan Informasi...... 9 G. Mekanisme Perumusan Rekomendasi ...... 9 H. Pelaporan ...... 10 BAB III. KEADAAN UMUM WILAYAH...... 11 A. Sejarah Kawasan ...... 11 B. Aspek Teknis ...... 11 1. Letak Geografis ...... 11 2. Kondisi Topografi dan Iklim...... 12 3. Aksesibilitas ...... 13

DAFTAR ISI | vi

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

C. Aspek Biofisik ...... 13 1. Keanekaragaman Hayati ...... 13 2. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) ...... 15 D. Aspek Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya ...... 15 1. Demografi...... 15 2. Pendidikan dan Agama ...... 18 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 21 A. Hasil...... 21 1. Aspek Teknis ...... 21 2. Aspek Sosial, Ekonomi dan Sosial Budaya ...... 30 3. Aspek Hukum dan Kelembagaan ...... 41 B. Pembahasan ...... 51 BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...... 53 A. Kesimpulan ...... 53 B. Rekomendasi...... 53 DAFTAR PUSTAKA ...... 54 LAMPIRAN ...... 55

DAFTAR ISI | vii

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Luas Vegetasi Hutan Tanaman di Masing-Masing Blok Hutan...... 14 Tabel 2. Jenis-Jenis Tumbuhan dalam Tipe Vegetasi Hutan Tanaman ...... 14 Tabel 3. Luas Wilayah, Kepadatan, dan Sex Ratio Penduduk Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut ...... 16 Tabel 4. Jumlah Penduduk Usia Produktif, Tingkat Partisipasi Kerja, dan Tingkat Pengangguran di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut...... 16 Tabel 5. Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Penduduk yang Bekerja di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut ...... 17 Tabel 6. Luas Wilayah, Kepadatan, dan Sex Ratio Penduduk di Masing-Masing Kecamatan Wilayah Penelitian ...... 17 Tabel 7. Usia Produktif dan Angka Ketergantungan Penduduk pada Empat Kecamatan Wilayah Penelitian ...... 18 Tabel 8. Tingkat Ijazah Pendidikan Penduduk dan Fasilitas Pendidikan yang Tersedia di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut ...... 19 Tabel 9. Jumlah Pemeluk dan Fasilitas Agama di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut ...... 19 Tabel 10. Tingkat Ijazah Pendidikan Penduduk dan Fasilitas Pendidikan yang Tersedia di Keempat Kecamatan Wilayah Penelitian ...... 20 Tabel 11. Jumlah Fasilitas dan Pemeluk Agama di Keempat Kecamatan Wilayah Penelitian...... 20 Tabel 12. Kondisi Kemiringan Lereng Pada Lokasi Penelitian ...... 22 Tabel 13. Jenis Tanah, Luas, dan Kepekaan Terhadap Erosi ...... 23 Tabel 14. Jenis Penutupan Lahan Lokasi Penelitian ...... 25 Tabel 15. Jenis-Jenis Tumbuhan yang dapat dijumpai di CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan ...... 26 Tabel 16. Keragaman Jenis Satwaliar di Lokasi Penelitian...... 28 Tabel 17. Persepsi Terhadap Fungsi Hutan, Kategori Kawasan Hutan Berdasarkan Funsinya dan Tingkat Perlindungannya ...... 30 Tabel 18. Sikap Terhadap Hutan Memiliki Manfaat Jasa Lingkungan, Tidak Melanggar Larangan, dan Sebagian Hutan Sudah Rusak ...... 30 Tabel 19. Preferensi Terhadap Perubahan CA Menjadi TWA; PGE dan Chevron/SE Tetap Beroperasi ...... 31 Tabel 20. Kisaran Jenis Harapan Resonden Jika CA Diubah Jadi TWA ...... 31

DAFTAR TABE L | viii

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Tabel 21. Matriks Hubungan Antar Aktor Peningkatan Program Pembangunan Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya Desa Laksana ...... 33 Tabel 22. Kepentingan dan Kekuatan Stakeholder dalam Program Pembangunan Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya Masyarakat ...... 33 Tabel 23. Klasifikasi Para Aktor di Desa Laksana Kecamatan Ibun, Kab. Bandung Dalam Program Pembangunan Sosial Ekonomi Dan Sosial Budaya Masyarakat ...... 35 Tabel 24. Data Hubungan Antar Aktor ...... 36 Tabel 25. Kepentingan dan Sumber Kekuatan Stakeholder dalam Program Pembangunan Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya Masyarakat Desa Sukakarya, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut ...... 37 Tabel 26. Matriks Klasifikasi Stakeholder di Desa Sukakarya Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut dalam Hubungannya dengan Program-Program Pembangunan Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya Masyarakat Desa Sukakarya ...... 39 Tabel 27. Kepadatan Penduduk di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut dengan Tidak Memasukkan Luas Kawasan Hutan ...... 40

DAFTAR TABE L | ix

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Langkah dan Proses Pelaksanaan Penelitian Terpadu Perubahan Fungsi Kawasan CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan menjadi TWA...... 10 Gambar 2. Peta Area Usulan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan...... 21 Gambar 3. Peta Kemiringan Lereng Lokasi Penelitian...... 22 Gambar 4. Peta Jenis Tanah Lokasi Penelitian...... 23 Gambar 5. Peta Daerah Aliran Sungai Lokasi Penelitian ...... 24 Gambar 6. Penutupan Lahan Lokasi Penelitian ...... 24 Gambar 7. Air terjun/Curug Madi ...... 29 Gambar 8. Danau Ciharus CA Kawah Kamojang ...... 29 Gambar 9. Kawah di CA Gunung Papandayan ...... 29 Gambar 10. Peta Rekomendasi Tim Terpadu...... 53

DAFTAR GAMBAR | x

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jenis-Jenis Tumbuhan yang Terdapat di Lokasi Penelitian di CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan Lampiran 2. Kronologis Usulan Perubahan Fungsi Kawasan CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan menjadi Taman Wisata Alam di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Lampiran 3. Nota Dinas Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Nomor ND.42/KSDAE-PIKA/KSDAE.4/3/2016 Tanggal 2 Maret 2016. Lampiran 4. Nota Dinas Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Nomor ND.192/KSDAE/PIKA/KSA.0/8/2016 tanggal 23 Agustus 2016. Lampiran 5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.461/MENLHK/SETJEN/PLA.2/9/2017 tanggal 4 September 2017. Lampiran 6. Undangan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Nomor UN.116/PKTL/KUH/Pla.2/10/2017 tanggal 16 Oktober 2017. Lampiran 7. Surat Tugas Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Nomor ST.128/PKTL/KUH/Pla.2/10/2017 tanggal 23 Oktober 2017. Lampiran 8. Berita Acara Pelaksanaan Penelitian Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kawasan CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan menjadi Taman Wisata Alam di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Lampiran 9. Undangan Direktur Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan Nomor UN.175/KUH/PPFKH/PLA.2/11/2017 tanggal 8 November 2017. Lampiran 10. Undangan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Dan Tata Lingkungan Nomor UN.132/PKTL/KUH/Pla.2/11/2017 tanggal 10 November 2017. Lampiran 11. Dokumentasi. Lampiran 12. Peta Rekomendasi Tim Terpadu.

DAFTAR LAMPIRAN | xi

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan merupakan lahan dengan luasan tertentu yang di dalamnya terdiri atas berbagai jenis tumbuhan dan satwa yang berinteraksi satu dengan yang lain membentuk suatu ekosistem. Spurr (1973), mendefinisikan hutan sebagai persekutuan antara tumbuhan berkayu atau pepohonan dan satwa dalam suatu asosiasi bersama lingkungannya yang mampu menciptakan iklim setempat dalam suatu siklus energi yang kompleks, sehingga secara ekologis berbeda dari lingkungan di luarnya. Hutan memiliki tiga fungsi pokok yaitu fungsi produksi, fungsi lindung, dan fungsi konservasi. Seiring kemajuan zaman dan teknologi, maka ketiga fungsi pokok hutan harus tetap terjaga dan berfungsi optimal. Pengelolaan sumberdaya hutan merupakan upaya pengelolaan di dalam kawasan hutan berdasarkan fungsi pokoknya yaitu kawasan hutan lindung, kawasan hutan konservasi, dan kawasan hutan produksi dengan memperhatikan kelestariannya sesuai pasal 6 Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut pada saat ini telah dikelola sesuai dengan fungsinya, tetapi belum optimal sebagaimana yang diharapkan. Permasalahan yang dihadapi sangat dinamis antara lain akibat pertambahan penduduk dan pembangunan daerah. Permasalahan umum yang terjadi adalah perambahan kawasan, penebangan liar, dan perburuan satwa liar. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 170/Kpts/Um/3/1979 tanggal 13 Maret 1979 tentang Penunjukan Sebagian Komplek Hutan Gunung Guntur dan Gunung Papandayan seluas ± 8.000 Ha yang Terletak di Dati II Bandung dan Dati II Garut, Provinsi Jawa Barat Sebagai Hutan Suaka Alam cq. CA seluas ± 7.500 Ha dan Sebagai Hutan Wisata cq. Taman Wisata seluas ± 500 Ha, telah ditunjuk kawasan CA dan TWA Kawah Kamojang seluas ± 8.000 ha terletak di Kabupaten Garut seluas ± 4.500 hektar dan di Kabupaten Bandung seluas ± 3.000 hektar. Kawasan CA Kawah Kamojang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 110/Kpts-II/90 tentang Penetapan Kawasan Hutan Kawah Kamojang di Kabupaten Dati II Bandung dan Kabupaten Dati II Garut, Provinsi Dati I Jawa Barat seluas 8.286 Ha sebagai Cagar Alam/Taman Wisata. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 68/Kpts/Um/1/1979 tanggal 22 Januari 1979 tentang Penunjukan Sebagian Komplek Hutan Gunung Guntur dan Gunung Papandayan seluas ± 6.000 Ha yang terletak di Dati II Garut dan Dati II Bandung, Dati I Jawa Barat Sebagai Hutan Suaka Alam cq. Cagar Alam dan menggabungkannya menjadi satu dengan Cagar Alam/Taman Wisata Papandayan, telah ditunjuk sebagian kompleks Hutan Gunung Guntur dan Papandayan seluas

BAB I. PENDAHULUAN | 1

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

± 6.000 ha di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat sebagai Hutan Suaka Alam cq. Cagar Alam. Kawasan Cagar Alam Gunung Papandayan ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 226/Kpts-II/1990 tanggal 8 Mei 1990 tentang Penetapan Areal Kawasan Hutan Gunung Papandayan yang terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung dan Kabupaten Daerah Tingkat II Garut, Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat seluas 6.807 ha sebagai Cagar Alam dan seluas 225 ha sebagai Taman Wisata. Berdasarkan hasil Evaluasi Kesesuaian Fungsi (EKF) di CA Kawah Kamojang Tahun 2012 dan EKF di CA Gunung Papandayan Tahun 2016, kondisi kedua kawasan tersebut telah mengalami tekanan berupa penggembalaan ternak, perambahan, pencurian kayu, dan perburuan. Selain itu, terdapat pemanfaatan kawasan seperti pemanfaatan panas bumi, pemanfaatan air, dan pemanfaatan wisata alam oleh masyarakat. Berdasarkan rekomendasi hasil EKF di kedua kawasan yang dimaksud dan dalam rangka memantapkan serta mengoptimalkan fungsi kawasan hutan, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyampaikan usulan perubahan fungsi kawasan CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan menjadi Taman Wisata Alam di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat melalui Nota Dinas Nomor ND.42/KSDAE-PIKA/KSDAE.4/3/2016 tanggal 2 Maret 2016 dan Nomor ND.192/KSDAE/PIKA/KSA.0/8/2016 tanggal 23 Agustus 2016.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Keputusan Nomor SK.461/MENLHK/SETJEN/PLA.2/9/2017 tanggal 4 September 2017 membentuk Tim Terpadu dalam rangka Penelitian Usulan Perubahan Fungsi Dalam Fungsi Pokok Kawasan Hutan dari Kawasan Cagar Alam Kawah Kamojang seluas ± 3.500 Hektar dan Cagar Alam Gunung Papandayan seluas ± 2.009 Hektar Menjadi Taman Wisata Alam di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian terpadu dalam rangka usulan perubahan fungsi kawasan CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan menjadi TWA di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat.

B. Maksud dan Tujuan Maksud penelitian terpadu ini adalah melakukan penelitian atas perubahan fungsi kawasan CA Kawah Kamojang seluas ± 3.500 Ha dan CA Gunung Papandayan seluas ± 2.009 Ha menjadi TWA. Tujuannya adalah memberikan rekomendasi atas usulan perubahan fungsi kawasan hutan kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

BAB I. PENDAHULUAN | 2

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

C. Lingkup Penelitian Lingkup penelitian usulan perubahan fungsi CA Kawah Kamojang seluas ± 3.500 Ha dan CA Gunung Papandayan seluas ± 2.009 Ha menjadi TWA di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, mencakup aspek biofisik, sosial ekonomi dan sosial budaya, serta aspek hukum dan kelembagaan.

D. Dasar Hukum Dasar hukum pelaksanaan kegiatan penelitian terpadu dalam rangka usulan perubahan fungsi dalam Fungsi Pokok Kawasan Hutan dari Kawasan CA Kawah Kamojang seluas ± 3.500 (tiga ribu lima ratus) hektar dan CA Gunung Papandayan ± 2.009 (dua ribu sembilan) hektar menjadi TWA, terletak di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, sebagai berikut : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana diubah dengan UU Nomor 19 Tahun 2004; 3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasaan Pelestarian Alam sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasaan Pelestarian Alam; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2015 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam; 11. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 29 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2011-2031; 12. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.34/Menhut-II/2010 tanggal 2 Agustus 2010 tentang Tata Cara Perubahan Fungsi Kawasan Hutan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.16/MenLHK-II/2015 tentang Perubahan Kedua

BAB I. PENDAHULUAN | 3

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.34/Menhut-II/2010 tentang Tata Cara Perubahan Fungsi Kawasan Hutan; 13. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara Evaluasi Kesesuaian Fungsi Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam; 14. Keputusan Menteri Kehutanan No. 195/KPTS-II/2003 tanggal 4 Juli 2003 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Jawa Barat seluas ± 816.603 (Delapan Ratus Enam Belas Ribu Enam Ratus Tiga) hektar; 15. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 226/Kpts-II/1990 tanggal 8 Mei 1990 tentang Penetapan Areal Kawasan Hutan Gunung Papandayan yang terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung dan Kabupaten Daerah Tingkat II Garut, Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat seluas ± 6.807 (Enam Ribu Delapan Ratus Tujuh) hektar sebagai Cagar Alam dan seluas ± 225 (Dua Ratus Dua Puluh Lima) hektar sebagai Taman Wisata; 16. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 110/Kpts-II/1990 tanggal 14 Maret 1990 tentang Penetapan Kawasan Hutan Kawah Kamojang di Kabupaten Dati II Bandung dan Kabupaten Dati II Garut, Provinsi Dati I Jawa Barat seluas ± 8.286 (delapan ribu dua ratus delapan puluh enam) hektar sebagai Cagar Alam/Taman Wisata; 17. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.461/MENLHK/SETJEN/PLA.2/9/2017 tanggal 4 September 2017 tentang Pembentukan Tim Terpadu Dalam Rangka Penelitian Usulan Perubahan Fungsi Dalam Fungsi Pokok Kawasan Hutan dari Kawasan Cagar Alam Kamojang seluas ± 3.500 (Tiga Ribu Lima Ratus) Hektar dan Cagar Alam Gunung Papandayan Seluas ± 2.009 (Dua Ribu Sembilan) Hektar menjadi Taman Wisata Alam, terletak di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat; 18. Surat Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Nomor ST.128/PKTL/KUH/PLA.2//10/2017 tentang Pemberian Tugas kepada Tim Terpadu Dalam Rangka Melaksanakan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.461/MENLHK/SETJEN/PLA.2/9/2017 tanggal 4 September 2017 tentang Pembentukan Tim Terpadu Dalam Rangka Penelitian Usulan Perubahan Fungsi Dalam Fungsi Pokok Kawasan Hutan dari Kawasan Cagar Alam Kamojang seluas ± 3.500 (Tiga Ribu Lima Ratus) Hektar dan Cagar Alam Gunung Papandayan Seluas ± 2.009 (Dua Ribu Sembilan) Hektar menjadi Taman Wisata Alam, terletak di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat; 19. Keputusan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Nomor SK.50/PKTL/KUH/PLA.2/10/2017 tanggal 16 Oktober 2017 tentang Pembentukan Sekretariat Tim Terpadu Dalam Rangka Mendukung Penelitian Usulan Perubahan Fungsi Dalam Fungsi Pokok Kawasan Hutan dari Kawasan Cagar Alam Kamojang dan Cagar Alam Gunung Papandayan menjadi Taman Wisata Alam, terletak di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat.

BAB I. PENDAHULUAN | 4

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

E. Batasan dan Pengertian Batasan dan pengertian yang digunakan dalam penelitian ini, pada prinsipnya mengacu pada peraturan perundang-undangan, khususnya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, serta beberapa peraturan perundang-undangan terkait lainnya, sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan : a. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. b. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang KSDAH & E : a. Kawasan Pelestarian Alam selanjutnya disingkat KPA adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. b. Sumberdaya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri atas sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama-sama dengan unsur non hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem. c. Cagar Alam adalah KSA yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan/keunikan jenis tumbuhan dan/atau keanekaragaman tumbuhan beserta gejala alam dan ekosistemnya yang memerlukan upaya perlindungan dan pelestarian agar keberadaan dan perkembangannya dapat berlangsung secara alami. d. Taman Wisata Alam adalah KPA yang dimanfaatkan terutama untuk kepentingan pariwisata alam dan rekreasi (Pasal 1 angka 11). e. Plasma nutfah adalah substansi hidupan pembawa sifat keturunan yang dapat berupa organ tubuh atau bagian dari tumbuhan atau satwa serta jasad renik. f. Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup di darat dan/atau di air dan/atau di udara. g. Satwa liar adalah satwa yang masih mempunyai sifat liar, kemurnian jenis dan genetik yang hidup di alam bebas maupun yang dipelihara oleh manusia. h. Tumbuhan adalah semua jenis sumber daya alam nabati, baik yang hidup di darat maupun di air. i. Peran serta masyarakat adalah peran aktif masyarakat untuk ikut serta mewujudkan tujuan pengelolaan KSA dan KPA.

BAB I. PENDAHULUAN | 5

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

BAB II. METODE PELAKSANAAN

Kegiatan Tim Terpadu diawali dengan paparan usulan perubahan fungsi sebagian kawasan CA Kawah Kamojang dan sebagian CA Gunung Papandayan menjadi TWA oleh Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem selaku pengusul kepada Tim Terpadu yang difasilitasi oleh Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan pada tanggal 19 Oktober 2017.

A. Rancangan Penelitian

Penelitian perubahan fungsi sebagian kawasan CA Kawah Kamojang dan sebagian CA Gunung Papandayan menjadi TWA menggunakan dua rancangan penelitian yaitu desk study dan field study. 1. Desk Study Metode desk study yaitu cara pengumpulan data dan informasi melalui pemeriksaan dan analisis data dan informasi yang menggunakan data sekunder, seperti dokumen-dokumen internal/eksternal lembaga, peraturan perundang- undangan yang terkait dengan perubahan fungsi kawasan hutan, laporan, data statistik, studi pustaka, peta-peta. 2. Field Study Field study merupakan cara pengumpulan data dan informasi melalui pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan (data primer). Data dan informasi primer tersebut meliputi aspek bio-fisik, sosial, ekonomi dan budaya, serta aspek hukum dan kelembagaan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian lapangan aspek bio-fisik dilakukan di sebagian kawasan CA Kawah Kamojang dan sebagian CA Gunung Papandayan sesuai dengan peta usulan, sedangkan aspek sosial ekonomi dan sosial budaya dilakukan di 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan Ibun dan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, serta Kecamatan Samarang dan Kecamatan Pasirwangi Kabupaten Garut. Penelitian aspek hukum dan kelembagaan meliputi pemenuhan administrasi, teknis dan tahapan prosedur serta status kawasan hutan yang diusulkan serta implikasi hukum yang timbul atas terjadinya perubahan fungsi CA di kedua lokasi. Pelaksanaan Penelitian lapangan sesuai Surat Tugas Plt. Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Nomor ST.128/PKTL/KUH/Pla.2/9/2017 tanggal 23 Oktober 2017 dan telah dilaksanakan dari tanggal 24 s/d 29 Oktober 2017, diakhiri dengan penandatanganan Berita Acara Pelaksanaan lapangan tanggal 29 Oktober 2017.

BAB II. METODE PELAKSANAAN | 6

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

C. Bahan dan Alat

Peralatan yang digunakan dalam kegiatan penelitian terpadu di lapangan antara lain Global Positioning System (GPS), kompas, binokuler, kamera, laptop, pedoman wawancara, kuesioner dan peralatan tulis lainnya. Adapun bahan-bahan yang digunakan berupa Peta kerja penelitian tim terpadu dalam rangka perubahan fungsi sebagian kawasan CA Kawah Kamojang dan sebagian CA Gunung Papandayan menjadi TWA di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat skala 1 : 50.000.

D. Jenis Data dan Informasi

Jenis data dan informasi penelitian yang diperlukan adalah data dan informasi aspek biofisik, sosial, ekonomi dan budaya serta aspek hukum dan kelembagaan.

Data dan informasi aspek bio-fisik mencakup potensi keanekaragaman hayati (flora dan fauna), ekosistem hutan, sistem Daerah Aliran Sungai (DAS), kondisi fisik seperti topografi, geologi, tanah, iklim dan curah hujan, analisis penutupan lahan, analisis penggunaan lahan, skoring kawasan hutan (kelerengan, jenis tanah dan intensitas hujan) dan formasi geologi.

Data dan informasi aspek sosial, ekonomi dan budaya mencakup demografi, sosial ekonomidan sosial budaya masyarakat; persepsi, sikap, dan preferensi masyarakat terhadap hutan dan usulan perubahan fungsi kawasan hutan. Sementara itu, data dan informasi aspek hukum meliputi legalitas kawasan hutan dan konflik tenurial, serta kesesuaian peraturan perubahan fungsi kawasan hutan.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Informasi Pengumpulan data dan informasi dalam rangka penelitian usulan perubahan fungsi kawasan hutan dilakukan dengan dua metode yaitu: 1. Pengumpulan data sekunder (desk study) melalui studi pustaka (buku, laporan dan dokumen terkait). Pengumpulan data dan informasi yang tersedia dari berbagai sumber di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI Yogyakarta, dan instansi lainnya yang terkait dengan perubahan fungsi kawasan hutan dimaksud. Data dan informasi yang dimaksud antara lain berupa : • Data topografi, geologi, hidrologi DAS, jenis tanah, curah hujan, flora dan fauna, serta penutupan lahan; • Demografi; • Sejarah kawasan hutan; • Kebijakan Pemerintah Daerah dan Rencana Tata Ruang Wilayah; • Pengukuhan dan penatagunaan kawasan hutan; • Peraturan perundang-undangan.

BAB II. METODE PELAKSANAAN | 7

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Data dan informasi dikumpulkan dan ditelaah dari berbagai sumber seperti : • Telaah terhadap hasil studi/penelitian terdahulu, khususnya Laporan EKF CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan; • Penggunaan dan pemanfaatan kawasan hutan; • Dokumen administrasi/persuratan; • Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Jawa Barat skala 1 : 250.000; • Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 25.000 Tahun 2016; • Citra SPOT 6 Liputan Tahun 2016; • Peta Penutupan Lahan; • Peta Tanah. 2. Pengumpulan data primer (field study) meliputi data vegetasi, satwaliar, penggunaan lahan; persepsi, sikap, preferensi, dan harapan masyarakat. a. Teknis Data teknis berupa informasi tentang kemantapan kawasan hutan seperti perambahan dan keberadaan pal batas. b. Biofisik Penelitian dilakukan melalui pencatatan jenis-jenis flora melalui eksplorasi, sedangkan data fauna melalui pengamatan dan informasi dari petugas lapangan dan masyarakat dengan cara wawancara terbuka. c. Sosial, Ekonomi dan Budaya Penelitian dilakukan melalui pengamatan lapangan dan wawancara langsung serta diskusi terbuka dengan beberapa informan yang mewakili anggota masyarakat untuk mengetahui karakteristik dilihat dari aspek sosial, ekonomi dan budaya, serta wawancara tertutup dengan responden. Pemilihan responden ditentukan secara purposive sampling pada masing masing desa. Sasaran desa responden pada areal yang diusulkan meliputi Desa Laksana Kecamatan Ibun dan Desa Cihawuk Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung; Desa Sukakarya Kecamatan Samarang, dan Desa Padaawas Kecamatan Pasirwangi Kabupaten Garut. Materi pokok kuesioner untuk bahan wawancara adalah aspek persepsi, sikap, dan preferensi terhadap hutan dan usulan perubahan fungsi kawasan hutan. d. Hukum dan Kelembagaan Penelitian aspek hukum dan kelembagaan adalah pengumpulan dokumen- dokumen yang terkait dengan usulan perubahan fungsi kawasan hutan dari Pertamina selaku pihak yang mengadakan perjanjian kerjasama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat untuk memanfaatkan sumber panas bumi dalam kawasan CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan.

BAB II. METODE PELAKSANAAN | 8

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

F. Analisis Data dan Informasi Analisis data dan informasi serta pembahasan dan penyusunan laporan dilaksanakan tanggal 15 s/d 17 November 2017. Pemaparan hasil penelitian dan rekomendasi Tim Terpadu kepada Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan dilaksanakan tanggal 21 November 2017. Analisis data dan informasi dilakukan terhadap tiga aspek penelitian yaitu aspek biofisik, sosial ekonomi dan sosial budaya serta aspek hukum dan kelembagaan. Dari seluruh data dan informasi yang terkumpul dilakukan analisis, selanjutnya digunakan sebagai bahan untuk merumuskan rekomendasi usulan perubahan fungsi kawasan sebagian kawasan CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan menjadi TWA. Penentuan fungsi kawasan hutan menjadi TWA didasarkan pada kriteria penetapan fungsi hutan sebagaimana Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, yaitu : 1. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau bentang alam, gejala alam serta formasi geologi yang unik; 2. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya tarik alam untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam; dan 3. Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam. Pasal 37 PP yang sama disebutkan bahwa TWA dapat dimanfaatkan untuk kegiatan (Pasal 37): 1. Penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta energi air, panas, dan anginserta wisata alam; 2. Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan; 3. Pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam; 4. Pemanfaatan sumber plasma nutfah untukpenunjang budidaya; 5. Pembinaan populasi dalam rangka penetasan telur dan/atau pembesaran anakan yang diambil dari alam; dan 6. Pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat.

G. Mekanisme Perumusan Rekomendasi Mekanisme perumusan rekomendasi dilakukan dengan salah satu dari tiga cara sebagai berikut: 1. Melalui musyawarah untuk mencapai mufakat berdasarkan hasil analisis masing-masing Sub Tim.

BAB II. METODE PELAKSANAAN | 9

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

2. Apabila tidak tercapai kesepakatan, maka rumusan rekomendasi dilakukan dengan suara terbanyak. 3. Terhadap anggota Tim Terpadu yang tidak menyetujui rumusan rekomendasi tetap memberikan tandatangan dan memberikan argumentasi ilmiah tertulis serta menjadi lampiran dalam Laporan Penelitian Tim Terpadu. 4. Rumusan rekomendasi yang dihasilkan bersifat mengikat dan menjadi tanggungjawab bagi semua Anggota Tim Terpadu.

H. Pelaporan Seluruh data dan informasi, hasil analisis, dan sintesis hasil penelitian terpadu disajikan dalam sebuah laporan yang diberi judul: "Penelitian Tim Terpadu Dalam Rangka Usulan Perubahan Fungsi Dalam Fungsi Pokok Kawasan Hutan dari Kawasan Cagar Alam Kawah Kamojang dan Cagar Alam Gunung Papandayan menjadi Taman Wisata Alam di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat". Selain dalam bentuk dokumen laporan, hasil penelitian juga dilaporkan melalui ekspose hasil penelitian kepada Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, dan Pejabat Eselon I Teknis terkait lingkup KLHK. Keseluruhan proses pelaksanaan penelitian terpadu perubahan fungsi kawasan CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan menjadi TWA seperti terlihat dalam Gambar 1.

Gambar 1. Langkah dan Proses Pelaksanaan Penelitian Terpadu Perubahan Fungsi Kawasan CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan menjadi TWA BAB II. METODE PELAKSANAAN | 10

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

BAB III. KEADAAN UMUM WILAYAH

A. Sejarah Kawasan Kawasan CA Kawah Kamojang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 110/Kpts-II/90 dengan luas 7.805 ha. Berdasarkan pengukuran dan penataan batas tahun 1982 yang tertuang dalam Berita Acara Tata Batas tanggal 7 Agustus 1982 dengan luas kawasan CA Kawah Kamojang adalah 7.805 ha. Selanjutnya sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 433/Kpts-II/1994 tanggal 5 Agustus 1994 menetapkan lahan konpensasi seluas 12,196 ha menjadi bagian kawasan cagar alam, sehingga luas CA Kawah Kamojang menjadi 7.817,196 ha. Kompleks Hutan Gunung Papandayan seluas 844 ha, ditunjuk sebagai cagar alam berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 4 Februari 1924 Nomor 36 Lembaran Negara 1924 Nomor 43 juncto Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 5 Mei 1931 Nomor 23 Lembaran Negara 1931 Nomor 167. Dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 610/Kpts/Um/10/1978 tanggal 5 Oktober 1978 tentang Perubahan Status Sebagian Cagar Alam Gunung Papandayan Seluas 221 Hektar Yang Terletak di Dati II Garut Dati I Jawa Barat Sebagai Hutan Wisata/Taman Wisata sebagian kawasan CA Gunung Papandayan ditunjuk sebagai taman wisata alam. Hal tersebut kemudian diperkuat dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 68/Kpts/Um/1/1979 tanggal 22 Januari 1979 tentang Penunjukan Sebagian Komplek Hutan Gunung Guntur dan Gunung Papandayan Seluas ± 6.000 ha di Dati II Garut dan Dati II Bandung Dati I Jawa Barat Sebagai Hutan Suaka Alam yang terdiri atas Cagar Alam Gunung Papandayan dan Taman Wisata Papandayan. Pada tahun 1982, Kawasan CA Gunung papandayan selesai ditata batas dengan Berita Acara Tata Batas Cagar Alam/Taman Wisata Gunung Papandayan yang disahkan pada tanggal 7 Agustus 1982. Kemudian pada tahun 1990, kawasan CA Gunung Papandayan ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 226/Kpts-II/90 tanggal 8 Mei 1990 tentang Penetapan Areal Kawasan Hutan Gunung Papandayan yang terletak di Kabupaten Dati II Bandung dan Kabupaten Dati II Garut Provinsi Dati I Jawa Barat seluas 6.807 ha sebagai Cagar Alam dan seluas 225 ha sebagai Taman Wisata Alam.

B. Aspek Teknis

1. Letak Geografis Secara geografis kawasan CA Kawah Kamojang yang diusulkan terletak antara 107° 42’ 44,02” - 107° 48’ 35,92” Bujur Timur dan antara 7° 6′ 39,15″ LS - 7 12’ 4,88” Lintang Selatan, dan secara administratif pemerintahan berada

⁰ BAB III. KEADAAN UMUM WILAYAH | 11

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

di 2 (dua) kabupaten, yaitu Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan wilayah kecamatan, kawasan CA Kawah Kamojang adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara adalah Kecamatan Paseh Ibun dan Pacet, Kabupaten Bandung. - Sebelah Barat adalah Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. - Sebelah Timur adalah Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. - Sebelah Selatan adalah Kecamatan Samarang dan Pasirwangi, Kabupaten Garut. Secara geografis kawasan CA Gunung Papandayan yang diusulkan, terletak antara 107º41’1,62” - 107º44’23,75” Bujur Timur dan antara 7º11’52,80” - 7º15’22,90” Lintang Selatan, dan secara administratif pemerintahan, kawasan CA Gunung Papandayan berada di 2 (dua) kabupaten, yaitu Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan wilayah kecamatan, kawasan CA Gunung Papandayan adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara adalah Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. - Sebelah Barat adalah Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. - Sebelah Timur adalah Kecamatan Pasirwangi dan Sukaresmi, Kabupaten Garut. - Sebelah Selatan adalah Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, dan Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut.

2. Kondisi Topografi dan Iklim Untuk Topografi kawasan CA Kawah Kamojang merupakan daerah pegunungan dengan keadaan lapangan pada umumnya berbentuk bukit-bukit terjal dan bergelombang. Ketinggian tempat antara 800 sampai dengan 2.200 mdpl. Beberapa gunung yang berada di kawasan CA Kawah Kamojang diantaranya Gunung Guntur 1.750 mdpl, Gunung Cakra 1.750 mdpl, Gunung Rakutak 1.750 mdpl, Gunung Gandapura 1.700 mdpl, Gunung Beber 1.865 mdpl, dan Gunung Parahu 1.953 mdpl. Berdasarkan klasifikasi iklim dari Schmidt dan Ferguson (1952), kawasan CA Kawah Kamojang termasuk ke dalam tipe iklim B dengan curah hujan rata-rata antara 2.000 mm sampai 2.500 mm per tahun. Suhu rata-rata antara 19° C - 27° C dengan kelembaban udara berkisar antara 30 – 70 %. Bulan basah terjadi pada bulan September sampai Maret dan curah hujan terbesar terjadi pada bulan Desember. Kondisi lapangan CA Gunung Papandayan pada umumnya bertopografi curam, berbukit dan bergunung-gunung serta tebing yang terjal. Ketinggian tempat antara 1.600 sampai dengan 2.600 mdpl. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, kawasan ini termasuk tipe iklim B dengan curah hujan rata-rata per tahun 3.000 mm, kelembaban udara berkisar antara 70-80% dan

BAB III. KEADAAN UMUM WILAYAH | 12

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

temperatur berkisar antara 140 C – 220 C. Jumlah rata-rata bulan kering adalah 2,6 dan bulan basah 8,5 (BKSDA Jawa Barat, 2004).

3. Aksesibilitas Topografi Untuk mencapai lokasi kawasan CA Kawah Kamojang dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat dan roda dua dengan rute sebagai berikut:  Jakarta lewat jalan tol Purbaleunyi - Garut - Samarang - Dusun Pangkalan - CA Kawah Kamojang dengan kondisi jalan aspal.  Jakarta lewat jalan tol Purbaleunyi - Majalaya - Ibun - Patrol - CA Kawah Kamojang, jalan beraspal dengan kondisi baik dan banyak tanjakan - tanjakan sedang. Aksesibilitas menuju CA Gunung Papandayan terdiri atas 2 akses utama yaitu akses dari Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. Akses dari Kabupaten Bandung melalui beberapa jalur, yaitu:  Bandung - Pangalengan - Malabar - Santosa - Talun - Sedep - Negla - Cibantar - Cileuleuy dengan jarak ± 69 km, sebagian jalan aspal, dan sebagiannya dengan jalan setapak.  Bandung - Kertasari - Cihawuk - Puncak Cae, jarak ± 60 km, dengan jalan aspal berlubang. Sementara itu untuk akses dari Kabupaten Garut yaitu :  Garut - Cisurupan - Cikajang jarak ± 89 km, dengan jalan aspal.  Garut - Samarang - Pasirwangi - Puncak Pass Darajat jarak ± 27 km, dengan jalan aspal.

C. Aspek Biofisik

1. Keanekaragaman Hayati Tipe vegetasi di CA Kawah Kamojang termasuk vegetasi hutan hujan tropis dengan dua kelompok tipe vegetasi, yaitu vegetasi hutan alam dan vegetasi hutan tanaman. Kondisi hutan alam yang relatif masih utuh terdapat di tengah kawasan cagar alam, dengan jenis pohon dominan adalah pasang (Lithocarpus sundaicus), saninten (Castanopsis argentea), jamuju (Podocarpus imbricatus), kihujan (Engelhardia rigida), puspa (), dan tebe (Slonea sigun). Jenis-jenis pohon berkualitas yang berada di sekitar batas kawasan dan sekitar daerah sumur- sumur geothermal telah berkurang karena adanya pencurian kayu. Tegakan yang ada merupakan jenis pohon hutan sekunder dengan kualitas kayu relatif rendah yang didominasi oleh kihujan (Engelhardia rigida) dan tebe (Slonea sp.). Sedangkan vegetasi hutan tanaman tersebar di 5 blok (Tabel 1).

BAB III. KEADAAN UMUM WILAYAH | 13

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Tabel 1. Luas Vegetasi Hutan Tanaman di Masing-Masing Blok Hutan

No. Nama Blok Luas (Ha) 1 Citarum 20 2 Tegal Datar 12 3 Pateungteung 7 4 Citiis 12 5 Rontong 20 Jumlah 71 Sumber: Laporan EKF CA Kawah Kamojang (2012)

Jenis-jenis tumbuhan di hutan tanaman disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis-Jenis Tumbuhan dalam Tipe Vegetasi Hutan Tanaman Tumbuhan Tumbuhan Tumbuhan Tumbuhan Tumbuhan No. Tanaman Perdu Bawah Epifit Liana Hutan 1 Pinus Cangkuang Sintrong Anggrek Japati Beleketebe (Pinus (Pandanus (Erechtites (Phalaenopsis merkusii) sp.) valeriana) sp.) 2 Ekaliptus Bubuay Teklan Kadaka Seuseureuhan (Eucalyptus (Plectocomia (Eupathorium (Drynaria sp.) (Piper sp.) elongata) riparium) aduncum) 3 Rasamala Pakis Kirinyuh - Kuku Heulang (Altingia (Cyathea (Chromolaena (Mitrephora sp.) excelsa) sp.) odorata) 4 Kaliandra - Alang-alang - - (Calliandra (Imperata sp.) cylindrica) 5 - - Tepus (Etlingera - - punicea) 6 - - Paku-pakuan - - (Dyplazium sp.) Jumlah 4 3 6 2 3

Satwaliar yang teridentifikasi di CA Kawah Kamojang termasuk dalam Kelas Mamalia dan Aves. Jenis satwa endemik dilindungi yang terdapat dalam kawasan ini antara lain surili (Presbytis commata), lutung (Trachypithecus auratus), dan macan tutul (Panthera pardus melas). Populasi satwaliar dilindungi ini terancam dengan adanya gangguan terhadap habitatnya berupa penebangan liar, perambahan, dan kebakaran hutan (Laporan EKF CA Kawah Kamojang (2012)). Jenis pepohonan yang terdapat di kawasan CA Gunung Papandayan antara lain kesek (Engelhardia spicata), huru (Actinodaphne sp.), saninten (Quercus lineata), pasang (Lithocarpus sundaicus), jamuju (Podocarpus neriifolius), Dacrycarpus imbricatus dan wiyu (Acer laurinum). Jenis terakhir dilaporkan oleh petugas BBKSDA setempat bahwa populasinya terus mengalami penurunan. Belum ada hasil penelitian yang menyatakan bahwa jenis yang semula dilaporkan populasinya cukup besar saat ini kondisinya banyak yang mati. Anakan dan BAB III. KEADAAN UMUM WILAYAH | 14

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

semainya semakin jarang dijumpai. Bahkan lantai hutan yang dulunya banyak ditumbuhi lumut kini sudah jarang atau tidak dijumpai lagi. Hal ini diduga akibat terus meluasnya daerah bukaan kanopi hutan dan seringnya terjadi kebakaran hutan. Perkembangan penduduk dan perluasan sumur panas bumi akan terus memperluasan daerah bukaan hutan. Pembukaan jalan penghubung sumursumur panas bumi juga patut diduga telah mendorong terjadinya penebangan liar (Laporan EKF CA Gunung Papandayan (2016)). Beberapa jenis tumbuhan pendatang yang berpotensi invasif ke dalam hutan antara lain: Calliandra calothyrsus, Mimosa pigra, dan Spathodea campanulata. Keragaman satwa yang ditemukan hanya menjumpai beberapa jenis burung, kera ekor panjang dan surili. Namun demikian, berdasarkan data sekunder hasil survey keanekaragaman hayati yang dilakukan BBKSDA Jawa Barat et.al. (2015) menemukan jenis ajag, babi hutan, kijang, kucing hutan, macan tutul, surili dan lutung.

2. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) Beberapa ODTWA di CA Kawah Kamojang antara lain sumber air panas, sumur geothermal dan keindahan alam. ODTWA tersebut sering dikunjungi wisatawan nusantara dan mancanegara. Sedangkan ODTWA di CA Gunung Papandayan antara lain Kawah Darajat dan Kawah Manuk.

D. Aspek Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya

1. Demografi Penelitian sosial ekonomi dan sosial budaya di lakukan di dua Kabupaten yaitu Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Luas Kabupaten Bandung 1762,40 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2015 sebanyak 3.534.111 jiwa, atau kepadatan penduduk 2.005 jiwa/km2. Dua kecamatan dipilih sebagai lokasi penelitian yaitu Kecamatan Ibun dan Kecamatan Kertasari. Luas Kecamatan Ibun 24,57 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2015 sebanyak 81.900 jiwa, atau kepadatan penduduk 1.501 jiwa/km2. Sementara itu, luas Kecamatan Kertasari 152,07 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2015 sebanyak 69.793 jiwa, atau kepadatan penduduk 459 jiwa/km2. Luas Kabupaten Garut 306.519 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2015 sebanyak 2.548.723 jiwa, atau kepadatan penduduk 1.236 jiwa/km2. Dua kecamatan dipilih sebagai lokasi penelitian yaitu Kecamatan Samarang dan Kecamatan Pasirwangi.

BAB III. KEADAAN UMUM WILAYAH | 15

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Luas wilayah, kepadatan, dan sex ratio penduduk Kabupaten Bandung dan Garut disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Luas Wilayah, Kepadatan, dan Sex Ratio Penduduk Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut

Variabel Kabupaten Bandung Kabupaten Garut Luas wilayah (km2) 1.762,40 306.519,00 Jumlah penduduk (jiwa) 3.534.111 2.548.723 Kepadatan penduduk (jiwa/km2) 2.005 1.236 Ratio L/P 103 102 Sumber : Kabupaten Bandung Dalam Angka (2016) dan Kabupaten Garut Dalam Angka (2016) Pendapatan daerah Kabupaten Bandung tahun 2015 sebesar Rp4.038.777.826,- sedangkan pendapatan dareah Kabupaten Garut sebesar Rp3.178.073.130,-. Sebanyak 41,76% penduduk di Kabupaten Garut mengeluarkan biaya (belanja) sebesar Rp300.000,- - Rp499.999 per bulan. Kedua kabupaten tidak mencantumkan pendapatan penduduk per kapita per tahun. Usia produktif, tingkat partisipasi angkatan kerja dan tingkat pengangguran di kedua kabupaten disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Penduduk Usia Produktif, Tingkat Partisipasi Kerja, dan Tingkat Pengangguran di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut.

Kabupaten Variabel Rata-rata Bandung Garut Usia produktif (orang)* 2.338.427 1.606.046 1.972.237 Usia tidak produktif (orang)** 1.195.683 942.677 1.069.180 Angka ketergantungan 196*** 170 183 Angkatan kerja 1.011.529 Pencari kerja (L) (orang) 8.155 11.428 9.792 Pencari kerja ((P) (orang) 4.365 16.286 10.326 % pencari kerja 0,5 1,73 1,12 Tingkat partisipasi angkatan kerja 64,16 57,57 60,87 (%) Tingkat pengangguran (%) 35,84 5,51 39,14 Sumber : diolah dari Kabupaten Bandung Dalam Angka (2016) dan Kabupaten Garut Dalam Angka (2016) Keterangan : * umur 15-64 tahun; ** umur (0-14 + > 65 tahun); *** 100 orang penduduk produktif menanggung 196 orang penduduk tidak produktif.

Dalam dokumen Kabupaten Bandung Dalam Angka (2016) terdata sebanyak 87.853 orang tenaga kerja yang bekerja di 37 jenis lapangan usaha dari 383 lapangan usaha menurut KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia). Ke-37 jenis lapangan usaha dimaksud termasuk kategori industri pengolahan

BAB III. KEADAAN UMUM WILAYAH | 16

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

sedang dan besar. Dokumen Kabupaten Garut Dalam Angka mencantumkan lapangan kerja penduduk seperti ditunjukkan dalam Tabel 5. Tabel 5. Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Penduduk yang Bekerja di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut

Lapangan Pekerjaan Kab. Bandung (Orang) Kab. Garut (Orang) Pertanian ND 259.333 Industri pengolahan ND 152.055 Perdagangan, rumah makan, ND 223.049 dan hotel Jasa kemasyarakatan ND 128.909 lainnya ND 182.422 Jumlah 87.853 945.768 Sumber : Kabupaten Bandung Dalam Angka (2016) dan Kabupaten Garut Dalam Angka (2016) Keterangan : ND = No Data

Luas Kecamatan Samarang 5.971 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2015 sebanyak 75.471 jiwa, atau kepadatan penduduk 437 jiwa/km2. Sementara itu, luas Kecamatan Pasirwangi 4.670 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2015 sebanyak 65.437 jiwa, atau kepadatan penduduk 379 jiwa/km2. Luas wilayah, kepadatan, dan sex ratio penduduk di masing-masing kecamatan wilayah penelitian disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Luas Wilayah, Kepadatan, dan Sex Ratio Penduduk di Masing-Masing Kecamatan Wilayah Penelitian

Kab. Bandung Kab. Garut

Variabel Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Ibun Kertasari Samarang Pasirwangi

Luas wilayah (km2) 54,57 152,07 59,71 46,70

Jumlah penduduk (jiwa) 81.900 69.793 75.471 65.437

Kepadatan penduduk 1.501 459 1.263,96 1.401,22 (jiwa/km2)

Ratio L/P 103 102 101 103 Sumber : diolah dari Kabupaten Bandung Dalam Angka (2016) dan Kabupaten Garut Dalam Angka (2016)

BAB III. KEADAAN UMUM WILAYAH | 17

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Usia produktif dan angka ketergantungan penduduk pada empat kecamatan wilayah penelitian disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7. Usia Produktif dan Angka Ketergantungan Penduduk pada Empat Kecamatan Wilayah Penelitian

Kab. Bandung Kab. Garut Variabel Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Ibun Kertasari Samarang Pasirwangi

Usia produktif 51.507 44.321 ND ND (orang)* Usia tidak 30.393 25.473 ND ND produktif (orang)** Angka 170*** 174 ND ND ketergantungan Usia produktif 51.507 44.321 ND ND (orang)* Sumber : diolah dari Kabupaten Bandung Dalam Angka (2016) dan Kabupaten Garut Dalam Angka (2016) Keterangan : * umur 15-64 tahun; ** umur (0-14 + > 65 tahun); *** 100 orang produktif menanggung 170 orang tidak produktif; ND = No Data

2. Pendidikan dan Agama Kondisi pendidikan di kedua kabupaten dapat dilihat dari tingkat ijazah tertinggi penduduk dan sarana pendidikan yang tersedia. Di kedua kabupaten mayoritas penduduk hanya memiliki ijazah tamat SD/setara, rata-rata sebanyak 40,92 % dari jumlah penduduk Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. Ijazah pendidikan mayoritas penduduk di Kabupaten Bandung berikutnya adalah tamat SLTA/sederajat, sedangkan di Kabupaten Garut adalah tamat SLTP/sederjat. Kondisi tingkat pendidikan (ijazah) penduduk setelah SD/sederajat ini berbanding terbalik dengan jumlah fasilitas pendidikan yang tersedia. Tingkat ijazah pendidikan penduduk dan fasilitas pendidikan yang tersedia di kedua kabupaten disajikan dalam Tabel 8.

BAB III. KEADAAN UMUM WILAYAH | 18

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Tabel 8. Tingkat Ijazah Pendidikan Penduduk dan Fasilitas Pendidikan yang Tersedia di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut

Kabupaten Variabel Rata-rata Bandung Garut Ijazah < SD/setara (% penduduk) 13,91 11,67 12,79 Ijazah SD/setara(% penduduk) 36,90 44,94 40,92 Ijazah SLTP/setara (% penduduk) 22,74 18,85 20,80 Ijazah ≥ SLTA/setara (% penduduk) 26,44 18,82 22,63 Jumlah Gedung SD (unit) 1.474 1.822 1.648 Jumlah Gedung SLTP (unit) 308 570 439 Jumlah Gedung SLTA (unit) 108 340 224 Sumber : diolah dari Kabupaten Bandung Dalam Angka (2016) dan Kabupaten Garut Dalam Angka (2016) Keterangan : * umur 15-64 tahun; ** umur (0-14 + > 65 tahun); *** 100 orang produktif menanggung 196 orang tidak produktif; ND = No Data

Mayoritas penduduk di kedua kabupaten adalah pemeluk agama Islam. Jumlah pemeluk dan fasilitas ibadah di kedua kabupaten disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9. Jumlah Pemeluk dan Fasilitas Agama di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut

Kab. Bandung Kab. Garut Agama Pemeluk Fasilitas Pemeluk Fasilitas (Orang) (Unit) (Orang) (Unit) Islam ND Mesjid 4.858 2.394.460 Mesjid 5.121 Mushola 2.818 Mushola 10.408 Langgar 1.911 Kristen ND Gereja 7 3.506 5 Katolik ND Gereja 9 865 1 Hindu ND Pura 1 50 0 Budha ND Vihara 1 390 0 Lainnya ND ND 4.850 ND Sumber : diolah dari Kabupaten Bandung Dalam Angka (2016) dan Kabupaten Garut Dalam Angka (2016) Keterangan : ND = No Data

Mayoritas penduduk di kecamatan penelitian wilayah Kabupaten Bandung hanya memiliki ijazah tamat SD/setara, atau rata-rata sebanyak 55,26% dari jumlah penduduk kedua kecamatan. Ijazah pendidikan mayoritas penduduk berikutnya adalah tamat SLTP/sederajat, atau rata-rata 20,55 %. Data serupa tidak ditemukan dalam Kabupaten Dalam Angka Kabupaten Garut (2016). Tingkat ijazah pendidikan penduduk dan fasilitas pendidikan yang tersedia di keempat kecamatan peneliian disajikan dalam Tabel 10.

BAB III. KEADAAN UMUM WILAYAH | 19

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Tabel 10. Tingkat Ijazah Pendidikan Penduduk dan Fasilitas Pendidikan yang Tersedia di Keempat Kecamatan Wilayah Penelitian

Kab. Bandung Kab. Garut Variabel Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Ibun Kertasari Samarang Pasirwangi Ijazah

Mayoritas penduduk di keempat kecamatan wilayah penelitian adalah pemeluk agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari jumlah fasilitas ibadah penduduk. Jumlah fasilitas ibadah di keempat kecamatan disajikan dalam Tabel 11. Tabel 11. Jumlah Fasilitas dan Pemeluk Agama di Keempat Kecamatan Wilayah Penelitian

Jumlah Fasilitas Ibadah Jumlah Pemeluk (Orang) Agama (Fasilitas) Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Ibun Kertasari Samarang Pasirwangi Islam (Mesjid) 119 169 70.778 61.845 Kristen (Gereja) 0 0 16 2 Katolik (Gereja) 0 0 13 2 Hindu (Pura) 0 0 0 0 Budha (Vihara) 0 0 0 2 Lainnya ND ND 326 194 Sumber : diolah dari Kabupaten Bandung Dalam Angka (2016) dan Kabupaten Garut Dalam Angka (2016) Keterangan : ND = No Data.

BAB III. KEADAAN UMUM WILAYAH | 20

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Aspek Teknis a. Letak, Luas dan Fungsi Hutan Secara geografis lokasi usulan perubahan fungsi kawasan CA Kawah Kamojang seluas ± 3.500 ha dan CA Gunung Papandayan seluas ± 2.009 ha menjadi Taman Wisata Alam terletak pada koordinat 107º41’1,62” - 107°48’35,92” Bujur Timur dan 7°6′39,15″ - 7º15’22,90” Lintang Selatan, yang selanjutnya disebut sebagai lokasi penelitian. Secara administrasi pemerintahan lokasi penelitian terletak di 2 (dua) kabupaten di 7 (tujuh) Kecamatan yaitu: Kertasari, Pacet, Ibun dan Paseh (Kabupaten Bandung), serta di Kecamatan Samarang, Pasirwangi dan Sukaresmi (Kabupaten Garut), Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan hasil peninjauan lapangan, penelusuran pal-pal batas kawasan hutan, dan penghitungan ulang secara spasial, diperoleh luas area usulan di kawasan CA Kawah Kamojang adalah ± 2.391 ha dan di kawasan CA Gunung Papandayan adalah ± 1.991 ha. Perbedaan luasan antara usulan dan hasil perhitungan ulang secara spasial pada peta kawasan hutan disebabkan oleh : (1) perbedaan deliniasi batas kawasan hutan antara batas kawasan hutan yang tertera pada peta usulan dan peta penetapan kedua kawasan, (2) khusus di peta usulan perubahan fungsi sebagian kawasan CA Kawah Kamojang terjadi dua kali perhitungan untuk Blok Malvinas, Blok Datar Keusik, dan Blok Cipateungteung, (3) lokasi penelitian memasukan kawasan hutan kompensasi dari Pertamina seluas ± 12 ha. Peta area usulan perubahan fungsi kawasan hutan sesuai dengan lampiran Nota Dinas Dirjen KSDAE Nomor ND.192/KSDAE/PIKA/KSA.0/8/2016 tanggal 23 Agustus 2016 dan Nomor ND.42/KSDAE/PIKA/KSA.4/3/2016 tanggal 2 Maret 2016 disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Area Usulan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 21

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

b. Kemiringan Lereng Hasil pengamatan lapangan dan analisis GIS (sumber data: Kontur RBI BIG) menunjukan bahwa kemiringan lereng pada lokasi CA Kawah Kamojang bervariasi demikian juga di CA Gunung Papandayan. Kondisi kemiringan lereng disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Kondisi Kemiringan Lereng Pada Lokasi Penelitian

Kelas Klasifikasi CA Kawah CA Gunung No. Kemiringan Kemiringan Kamojang Papandayan Jumlah Prosentase Lereng Lereng (Ha) (Ha) 1 0-8% Datar 232,05 73,99 306,04 6,98 2 >8-15% Landai 407,70 429,60 837,30 19,10 3 >15-25% Agak Curam 1.092,78 747,39 1840,17 41,98

4 >25-45% Curam 643,31 731,61 1374,92 31,37 5 >45% Sangat 15,87 9,24 25,11 0,57 Curam Jumlah 2391,71 1991,83 4383,54 100,00

Berdasarkan data dalam Tabel 12, CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan didominasi oleh lapangan dengan kondisi agak curam (41,98%) sampai curam (31,37%).

Gambar 3. Peta Kemiringan Lereng Lokasi Penelitian.

c. Intensitas Hujan Banyaknya hari hujan selama Tahun 2015 adalah 112 hari dengan rata-rata curah hujan tahunan adalah 199 mm dimana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret dan April, sedangkan yang terendah pada bulan Juli dan Agustus (BPS Kabupaten Bandung, 2017).

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 22

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

d. Jenis Tanah Berdasarkan peta satuan lahan dan tanah dari Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, jenis tanah pada lokasi penelitian adalah tanah Andosol dan Podsol Merah Kuning. Jenis Tanah disajikan pada Gambar 4, sedangkan jenis tanah dan tingkat kepekaan terhadap erosi disajikan pada Tabel 13. Berdasarkan data dalam Tabel 13, area usulan penelitian termasuk area yang peka terhadap erosi.

Gambar 4. Peta Jenis Tanah Lokasi Penelitian.

Tabel 13. Jenis Tanah, Luas, dan Kepekaan Terhadap Erosi

Kepekaan CA Kawah CA Gunung No. Jenis Tanah Terhadap Kamojang Papandayan Jumlah Prosentase Erosi (Ha) (Ha) 1 Podsol Merah Peka 1.746,65 - 1.746,65 39,85 Kuning 2 Andosol Peka 645,06 1991,84 2636,90 60,15

Jumlah 2.391,71 1991,84 - -

e. Hidrologi dan Pengelolaan DAS Berdasarkan peta sebaran Daerah Aliran Sungai (DAS), lokasi penelitian berada di 4 (empat) DAS yaitu: DAS Citarum, Cilaki, Cimanuk, dan DAS Cikandang DS. (Gambar 5).

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 23

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Gambar 5. Peta Daerah Aliran Sungai Lokasi Penelitian

f. Penutupan Lahan Peta Citra SPOT 6 liputan Tahun 2016 lokasi penelitian di kawasan CA Kawah Kamojang memperlihatkan tipe vegetasi berupa hutan alam sekunder pada lahan kering, hutan tanaman, pertanian lahan kering, semak belukar. Selain itu, Citra SPOT 6 menunjukan adanya tubuh air dan area terbuka berupa jalan dan pipa-pipa pemanfaatan panas bumi. Peta Citra SPOT 6 lokasi penelitian di kawasan CA Gunung Papandayan menampakkan tipe vegetasi hutan alam sekunder pada lahan kering, pertanian lahan kering. Selain itu Citra SPOT 6 juga menampakkan adanya lahan terbuka dan area terbuka berupa jalan dan pipa-pipa pemanfaatan panas bumi (Gambar 6). Luas masing-masing jenis penutupan lahan lokasi penelitian disajikan dalam Tabel 14.

Gambar 6. Penutupan Lahan Lokasi Penelitian

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 24

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Tabel 14. Jenis Penutupan Lahan Lokasi Penelitian

CA Kawah CA Gunung No. Penutupan Lahan Kamojang Papandayan Jumlah Prosentase (Ha) (Ha) 1 Hutan alam 1.430.03 1.744.57 3.174.60 72.42 sekunder pada lahan kering 2 Hutan Tanaman 434.66 - 434.66 9.92 3 Pertanian lahan 380.62 227.72 608.34 13.88 kering 4 Semak 74.17 - 12.65 0.29 5 Tubuh Air 12.53 0.11 74.17 1.69

6 Alang-alang 36.28 - 36.28 0.83 7 Lahan Terbuka - 3.97 3.97 0.09 8 Pemanfaatan 23.42 15.46 38.89 0.89 panas bumi Jumlah 2.391.71 1.991.83 4.383.54 100

Berdasarkan data dalam Tabel 14, menunjukan bahwa dari aspek penutupan lahan area usulan telah mengalami degradasi 27.58%.

g. Keanekaragaman Hayati 1) Tipe Vegetasi

Tipe vegetasi pada kawasan CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan berupa hutan alam sekunder pada lahan kering seluas 3.174.60 ha, hutan tanaman seluas 434.66 ha, dan pertanian lahan kering seluas 608.34 ha. 2) Jenis-Jenis Tumbuhan di Lokasi Penelitian Perubahan Fungsi Sebagian CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan Terdapat 95 jenis tumbuhan di kawasan CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan yang termasuk dalam 6 habitus, yaitu : (1) pepohonan, (2) perdu, (3) tumbuhan bawah, (4) epifit, (5) liana, dan (6) tumbuhan merambat. Pepohonan teridentifikasi termasuk dalam 48 famili, 29 Ordo, 7 kelas, dan 4 Divisi. Sebanyak 43 jenis pepohonan termasuk dalam 27 Famili, 12 jenis perdu termasuk dalam 9 Famili, 27 jenis tumbuhan bawah termasuk dalam 17 Famili, 9 jenis efifit termasuk dalam 3 Famili, 3 jenis liana 2 Famili, dan 1 jenis tumbuhan merambat masuk dalam 1 Famili. 7 jenis tumbuhan epifit termasuk Appendix I CITES. Jenis-jenis tumbuhan di lokasi penelitian dan sekitarnya di CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan tersaji dalam Tabel 15. Pengklasifikasian secara taxonomi jenis-jenis tumbuhan tersaji dalam Lampiran 1.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 25

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Tabel 15. Jenis-Jenis Tumbuhan yang dapat dijumpai di CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan

No. Famili Nama Lokal No. Nama Ilmiah A PEPOHONAN 1. Actinidiaceae Kileho 1. Saurauia nudiflora 2. Apocynaceae Lame/Pu la i 2. Alstonia scholaris 3. Araecaceae Bingbin 3. P inan ga sp. 4. Araliaceae Cerem 4. Schefflera sp. Cerem 5. Macropanax dispermum 5. Bignoniaceae Kembang Kecrutan 6. Spathodea campanulata 6. Burseraceae Kenari 7. Dacryodes rugosa 7. Cannabaceae Kuray 8. Trema orientalis 8. Casuarinaceae Cemara 9. Casuarina sp. 9. Cyatheaceae Paku tiang 10. Cyathea contaminans 10. Dryopteridaceae Bagedor 11. Acrophorus blumei 11. Elaeocarpaceae Tebe 12. Sloanea sigun 12. Euphorbiaceae Mara/Mahang 13. Macaranga rhizinoides Kimuncang 14. Ostodes paniculata 13. Fagaceae Saninten 15. Castanopsis argentea Pasang 16. Lithocarpus sundaicus Ki Anak 17. Castanopsis javanica 14. Juglandaceae Ki Hujan 18. Engelhardia spicata 15. Lauraceae Huru 19. L itsea sp. Huru Dapung 20. Actinodaphne glomerata Huru 21. Acthinodaphne procera Huru 22. Criptocarya desinflora Huru Sintok 23. Cinnamomum sintoc 16. Magnoliaceae Manglid 24. Manglietia glauca 17. Melastomataceae Ki T eja 25. Pternandra azurea 18. Meliaceae Suren 26. Toona sureni 19. Moraceae Walen 27. Ficus ribes Darangdan 28. Ficus sinuata 29. Fic us sp. 20. Myrtaceae Ki Tambaga 30. Syzygium sp. Ki Sa lam 31. Syzygium claviflorum Ekaliptus 32. Eucalyptus sp. 21. Pinaceae P inus/Tusam 33. Pinus merkusii Sumatera 22. Ki Sapi 34. octandra 23. Podocarpaceae Jamuju 35. Dacrycarpus imbricatus Jamuju 36. Podocarpus neriifolius 24. Sapindaceae Acer laurinum 37. Acer laurinum Kelat 38. Lepisanthes rubiginosa Layu/Mertajam 25. Staphyleaceae Ki Bangkong 39. Turpinia sphaerocarpa Ki Bangkong 40. Turpinia montana 26. Theaceae Puspa 41. Schima wallichii 27. Urticaceae Pu lus 42. Dendrocnide stimulans Nangs i 43. Villebrunea rubescens B. PERDU 1. Arecaceae Saray 1. Caryota sp. 2. Cupressaceae 2. Cupresus sp. 3. Fabaceae Kaliandra Merah 3. Calliandra calothyrsus Baret 4. Mimosa pigra 4. Melastomataceae Ki Harendong 5. Melastoma malabathricum Par ijoto 6. Medin iella speciosa 5. Pandanaceae Pandan 7. Pandanus furcatus 6. Rosaceae Hareneus 8. Rubus moluccanus 7. Rubiaceae Sulibra/Kina 9. Cinchona succirubra Kingkilaban 10. Mussaenda frondosa

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 26

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

8. Solanaceae Kecubung 11. Brugmansia suaveolens 9. Verbenaceae Cente/Saliara/ 12. Lantana camara Tembelekan C. TUMBUHAN BAWAH 1. Acanthaceae 1. Strobilanthes bracteosa 2. Araceae 2. Alocasia calyptrata 3. Balsaminaceae 3. Impatiens platypetala 4. Begoniaceae 4. Begonia robusta 5. Begonia isoptera 5. Caryophyllaceae 6. Agrostemma sp. 6. Compositae Ki Rinyuh 7. Chromolaena odorata T eklan 8. Eupatorium riparium Bayondah 9. Clibadium surinamense 7. Cyperaceae Rumput Teki 10. Cyperus sp. 8. Euphorbiaceae 11. Phylanthus niruri 9. Fabaceae 12. Mimosa pudica 13. Desmodium sp. 14. Clitolaria sp. 10. Hypoxidaceae Marasi 15. Curculigo latifolia 11. Pandanaceae Cangkuang 16. Pandanus sp. 12. Poaceae Kaso/Glagah 17. Sacc harum spontaneum Ala ng-alang 18. Imperata cylindrica

19. Paspalum conjugatum 20. Setaria barbata 21. Pan icum sp. Jukut Pa h it 22. Paspalum conjugatum 13. Polygonaceae Aseman/Brungbrum 23. Polygonum chinense 14. Smilacaceae 24. Smilax sp. 15. Solanaceae 25. Physalis sp. 16. Urticaceae Paku Siur/Sis ik 26. Elatostema rostratum Penyu 17. Zingiberaceae Tepus 27. Etlingera punicea D. EPIFIT 1. Orchidaceae Anggres Dasi 1. Bulbophyllum sp.*) Anggrek Coelogyne 2. Coelogyne miniata*) merah Anggrek alam 3. Dendrobium sp.*) 4. Er ia sp.*) Anggrek silangan 5. Schoenorchis juncifolia*) 6. Pholidota sp.*) 7. Trichotosia sp.*) 2. Acanthaceae 8. Aech manthera long ifo lia 3. Lycopodiaceae 9. Lycopodium sp. E. LIANA 1. Arecaceae Hoe Cacing 1. Calamus sp. Bubuay/Hoe Bubuay 2. Plectocomia elongata 2. Vitaceae 3. Tetrastigma lanceolarium F. TUMBUHAN MERAMBAT 1. Passifloraceae Konyal 1. Passiflora ligularis Jum lah 95 jen is Sumber : Laporan EKF CA Kawah Kamojang (2012), BBKSDA Jawa Barat (2015), dan Laporan EKF CA Gunung Papandayan (2016). Catatan : *) Appendix I CITES

3) Jenis-Jenis Satwaliar di Lokasi Penelitian Perubahan Fungsi Sebagian CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan Satwa liar di lokasi penelitian terdapat 25 jenis yang termasuk ke dalam kelompok aves dan mamalia. Lima belas jenis diantaranya dilindungi Undang- Undang maupun IUCN. Data selengkapnya disajikan dalam Tabel 16.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 27

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Tabel 16. Keragaman Jenis Satwaliar di Lokasi Penelitian

No. Nama Lokal No. Nama Jenis (Ilmiah) Keterangan 1 AVES Kapinis/Walet 1. Collocalia sp.) Layang-layang 2. Hirundo sp. Elang Bondol 3. Lonchura leucogastroides Raja Udang 4. Halcyon chloris Dilindungi Prenjak 5. Prinia sp. Ayam Hutan 6. Gallus gallus. Walik 7. Treron grisscipilla Elang Brontok 8. Spizaetus cirrhatus Elang Jawa 9. Spiz aetus bartelsi Dilindungi Elang Ular Bido 10. Spilornis cheela bido Dilindungi Elang Hitam 11. Ictinaetus malayensis Dilindungi Elang Brontok 12. Spizaetus cirrhatus Dilindungi Cekakak Jawa 13. Halcyon cyanoventris Dilindungi Tepus Pipi Merah 14. Stachyris melanothorax Dilindungi Kipasan Ekor Merah 15. Rhipidura phoenicura Dilindungi Burung Madu Gunung 16. Aethopyga eximia Dilindungi Burung Madu Jawa 17. Aethopygamystacalis Dilindungi Opior Jawa 18. Lophozosterops javanicus Dilindungi 2 MAMALIA Surili 19. Presbyt his commata Dilindungi Lutung 20. Trachypithecus auratus Dilindungi Kera Ekor Panjang 21. Macaca fascicularis Babi Hutan 22. Sus scrofa Musang Luwak 23. Paradoxurus hermaphroditus Dilindungi Kijang 24. Muntiacus muntjak Macan Tutul 25. Panthera pardus melas Dilindungi

h. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam CA Kawah Kamojang dan wilayah sekitarnya memiliki obyek daya tarik wisata alam yang dapat dikembangkan. Obyek daya tarik wisata yang terdapat di kawasan CA Kawah Kamojang masih alami, antara lain : Air Terjun/Curug Madi (Gambar 7) dan Danau Ciharus (Gambar 8). Kedua obyek wisata tersebut sudah sering dikunjungi oleh masyarakat sekitar.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 28

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Gambar 7. Air terjun/Curug Madi

Gambar 8. Danau Ciharus CA Kawah Kamojang

Kawasan CA Gunung Papandayaan memiliki obyek dan daya tarik wisata berupa fenomena alam seperti kawah, diantaranya adalah kawah Darajat dan Kawah Manuk dengan formasi khas vulkanik dengan keragaman jenis tumbuhan dataran tinggi. Kawah tersebut merupakan kawah aktif dengan berbagai ukuran yang memancarkan air panas, gelembung-gelembung lumpur, dan uap panas. (Gambar 9.)

Gambar 9. Kawah di CA Gunung Papandayan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 29

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

2. Aspek Sosial, Ekonomi dan Sosial Budaya a. Persepsi, Sikap, Preferensi, dan Harapan Masyarakat Untuk mengetahui persepsi terhadap hutan, kategori kawasan hutan berdasarkan fungsinya serta tingkat perlindungan/pemanfaatannya; sikap terhadap manfaat jasa lingkungan hutan, larangan, kondisi hutan; serta preferensi terhadap perubahan fungsi kawasan CA menjadi TWA, dan beroperasinya pemanfaatan panas bumi, telah dilakukan wawancara dengan 4 responden pejabat kecamatan, 4 kepala desa, dan 35 responden masyarakat. Agar tidak terjadi salah persepsi, peneliti mengawali wawancara dengan menjelaskan fungsi hutan, kawasan hutan berdasarkan fungsinya dan tingkat perlindungan/pemanfaatannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% pejabat kecamatan sangat mengetahui, 100% kepala desa sangat mengetahui, dan 34,29% masyarakat mengetahui, serta 45,71% masyarakat sangat mengetahui. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki persepsi baik. Dari sudut sikap responden terhadap manfaat jasa lingkungan hutan, larangan, dan kondisi hutan hasil penelitian menunjukkan bahwa 75% pejabat kecamatan menyatakan cukup setuju, 100% kepala desa menyatakan sikap cukup setuju, dan 45,71% masyarakat menyatakan sangat setuju. Sedangkan dari aspek preferensi responden terhadap perubahan kawasan CA menjadi TWA, 50% pejabat kacamatan menyatakan sangat disukai (SD), 100% kepala desa menyatakan sangat disukai, dan 31,43% masyarakat menyatakan disukai (D). Tabel 17. Persepsi Terhadap Fungsi Hutan, Kategori Kawasan Hutan Berdasarkan Funsinya dan Tingkat Perlindungannya

Nilai Persepsi (% Responden) Responden Jumlah STM TM CM M SM Pejabat kecamatan 4 0 0 0 100 0

Kepala Desa 4 0 0 0 0 100 Masyarakat 35 0 2,86 17,14 34,29 45,71

Keterangan : STM = Sangat Tidak Mengetahui; TM = Tidak Mengetahui; CM = Cukup Mengetahui; M = Mengetahui dan SM = Sangat Mengetahui

Tabel 18. Sikap Terhadap Hutan Memiliki Manfaat Jasa Lingkungan, Tidak Melanggar Larangan, dan Sebagian Hutan Sudah Rusak

Nilai Sikap (% Responden) Responden Jumlah STS TS CS S SS Pejabat kecamatan 4 0 0 75 25 0

Kepala Desa 4 0 0 100 0 0 Masyarakat 35 0 8,57 42,86 45,71 2,86 Keterangan : STS = Sangat Tidak Setuju; TS = Tidak Setuju; CS= Cukup Setuju; S = Setuju dan SS = Sangat Setuju

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 30

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Tabel 19. Preferensi Terhadap Perubahan CA Menjadi TWA; PGE dan Chevron/SE Tetap Beroperasi

Nilai Preferensi (% Responden) Responden Jumlah STD TD CD D SD Pejabat kecamatan 4 50 50 Kepala Desa 4 100 Masyarakat 35 2,86 8,57 28,57 31,43 28,57

Keterangan : STD = Sangat Tidak Disukai; TD = Tidak Disukai; CD= Cukup Disukai; D = Disukai dan SD = Sangat Disukai

Preferensi responden terhadap usulan perubahan fungsi kawasan bervariasi. Sebanyak 50% pejabat kecamatan menyukai sampai sangat menyukai, 100% kepala desa sangat menyukai; sebanyak 88,57% masyarakat cukup menyukai sampai sangat menyukai tetapi sebanyak 2,86% sangat tidak menyukai. b. Harapan Untuk mengidentifikasi kisaran harapan responden jika CA diubah menjadi TWA, telah dilakukan wawancara terbuka dengan semua responden. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat 12 jenis harapan dimana 2 jenis harapan diantaranya sama antara pejabat kecamatan dengan kepala desa, 4 jenis harapan diantaranya sama antara pejabat kecamatan dengan masyarakat, dan 1 jenis harapan sama antara kepala desa dengan masyarakat. Hasil penelitian selengkapnya disajikan dalam Tabel 20. Tabel 20. Kisaran Jenis Harapan Resonden Jika CA Diubah Jadi TWA

Jenis Harapan Camat Kades Masyarakat

1. Membuka peluang usaha √ √

2. Meningkatkan perekonomian masyarakat √ √ 3. DBH bagi daerah √ √

4. Pemberdayaan masyarakat √ √

5. Pembangunan infrastruktur jalan √ √ 6. Mengembangkan ekonomi kreatif √

7. Membuka lapangan kerja √ √

8. Memperhatikan kelestarian hutan di hulu DAS √

9. Mensejahterakan masyarakat √ √

10. Mendatangkan investor √

11. Pengelolaan hutan lebih baik √

12. BKSDA berkoordinasi lebih optimal √ 13. Menampung tenaga kerja lokal √ √

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 31

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Jenis Harapan Camat Kades Masyarakat

14. Jangan dirubah jadi TWA √ 15. Hutan tetap lestari √

16. Tiket masuk wisata murah √

17. Melestarikan flora dan fauna √ 18. Tidak merusak habitat asli √ 19. Tidak mengganggu asset masyarakat √

20. Melibatkan desa dalam pembangunan TWA √ 21. Meningkatkan keamanan √

Jumlah 10 7 12 Jumlah jenis harapan eksklusif 2 2 8

c. Pemetaan Sosial Survey dalam rangka pemetaan sosial telah dilakukan oleh Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM tahun 2016. Penelitian usulan perubahan fungsi kawasan CA menjadi TWA, Sub Tim sosial ekonomi dan sosial budaya telah melakukan pengolahan dan analisis terhadap data hasil survey tersebut untuk melihat hubungan antar individu maupun institusi, dan posisi stakeholder institusi terhadap upaya peningkatan program pembangunan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat di Desa Laksana Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung dan Desa Sukakarya Kecamatan Samarang Kabupaten Garut. Hasilnya menunjukkan bahwa dari 29 aktor yang disurvey terdapat 3 aktor di Desa Laksana yang memilki hubungan buruk sampai agak buruk, yaitu Kepala Desa Laksana, Kaur Kesra, dan Pemerintah desa. Data hubungan antar aktor selengkapnya disajikan dalam Tabel 21.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 32

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Tabel 21. Matriks Hubungan Antar Aktor Peningkatan Program Pembangunan Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya Desa Laksana

Untuk mengidentifikasi posisi stakeholder berdasarkan kekuatan dan kepentingannya terhadap upaya peningkatan program pembangunan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat telah diidentifikasi kepentingan dan sumber kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing stakeholder (Tabel 22). Tabel 22. Kepentingan dan Kekuatan Stakeholder dalam Program Pembangunan Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya Masyarakat

No Stakeholder Kepentingan Sumber Kekuatan

1 Pemerintah Desa Melayani masyarakat dan Jabatan pemerintahan. Kepala mengatur aspek sosial, Desa dipilih oleh Rakyat ekonomi, budaya, dan politik masyarakat 2 BPD Mewakili masyarakat Fungsi kontrol terhadap Pemerintah Desa 3 Karang Taruna Memasilitasi peran serta Organisasi pemuda dalam program- program kemasyarakatn 4 Desa Wisata Menyelenggarakan SK Bupati tentang Desa Wisata pariwisata di Desa Laksana

5 Pemerintah Melayani masyarakat dan Jabatan Pemerintahan. Bupati Kabupaten mengatur aspek sosial, dipilih oleh rakyat, pembuat ekonomi, budaya, dan politik Kebijakan, Rencana, dan Program masyarakat Pembangunan Kabupaten Bandung

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 33

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

No Stakeholder Kepentingan Sumber Kekuatan 6 Pemerintah Menyukseskan program- Jabatan pemerintahan, Camat Kecamatan Ibun program Pemerintah dipilih oleh Bupati Kabupaten Bandung 7 Dinas Koperasi dan Melaksanakan program- Pengawal pelaksanaan SK Bupati Pariwisata program koperasi dan tentang Desa Wisata (DISKOPPAR) kepariwisataan Kabupaten Bandung 8 Perhutani Mengelola dan menjaga Pmeberi ijin HKm kelestarian hutan 9 BKSDA Konservasi sumberdaya Polhut, sebagai PPNS hutan 10 Puskesmas Menyediakan layanan Tenaga medis dan alkes Pembantu Desa kesehatan Laksana 11 Yayasan Az-Zahra Menyediakan pendididkan Dukungan masyarakat bagi balita dan keaksaraan fungsional untuk mengurangi tingkat buta huruf 12 PT PGE Mengusahakan energi panas Finansial bumi

13 PT Indonesia Power Membangkitkan listrik energi Finansial panas bumi 14 Kelompok ternak Mencari penghasilan Organisasi domba tambahan melalui ternak domba

Berdasarkan data kepentingan dan kekuatan masing-masing stakeholder, dibuat matrik hubungan antar kekuatan dan kepentingan untuk mengidentifikasi posisi masing-masing stakeholder (Tabel 23). Dapat dilihat dalam Tabel 23 bahwa Pemerintah Desa menempati posisi sebagai context setter (aktor pengganggu) karena memiliki kekuatan yang tinggi tetapi memiliki kepentingan yang rendah. Hal ini sejalan dengan hubungan para aktor pemerintahan desa dengan aktor lainnya yang buruk sampai agak buruk.. Yayasan Az-Zahra, Puskesmas Pembantu, PGE Kamojang, Indonesia Power, Kelompok ternak domba berada pada posisi subyek. Para stakeholder ini perlu diberdayakan dari segi sumber kekuatan. Stakeholder yang mampu mengelola stakeholder posisi context setter, dan memberdayakan stakeholder posisi subyek adalah stakeholder key player yaitu: Pemkab. Bandung, Desa Wisata, BBKSDA, DISKOPPAR, Perhutani.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 34

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Tabel 23. Klasifikasi Para Aktor di Desa Laksana Kecamatan Ibun, Kab. Bandung Dalam Program Pembangunan Sosial Ekonomi Dan Sosial Budaya Masyarakat

Keterangan: (IV) Pengganggu (contextsetter): perlu dipantau dan dikelola (III) Tidak peduli (crowd): tidak perlu diperhatikan (II) Subyek (subject): perlu diberdayakan (I) Pemain kunci (key players): harus berperan lebih besar dalam memberdayakan subyek, memantau dan mengelola pengganggu

Sementara itu, hasil survai menunjukkan bahwa dari 29 aktor yang disurvai terdapat 4 aktor di Desa Sukakarya yang memilki hubungan buruk sampai agak buruk, yaitu Kepala Desa Sukakarya, Kaur Kesra, Bank Sampah InPower, dan Posyandu Desa Sukakarya. Data hubungan antar aktor selengkapnya disajikan dalam Tabel 24.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 35

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Tabel 24. Data Hubungan Antar Aktor

Untuk mengidentifikasi posisi stakeholder berdasarkan kekuatan dan kepentingannya terhadap upaya peningkatan program pembangunan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat telah diidentifikasi kepentingan dan sumber kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing stakeholder (Tabel 25). Berdasarkan data kepentingan dan kekuatan masing-masing stakeholder, dibuat matrik hubungan antar kekuatan dan kepentingan untuk mengidentifikasi posisi masing-masing stakeholder (Tabel 26). Dapat dilihat dalam Tabel 26 bahwa Pemerintah Desa, Chevron, Grand Kamojang Hotel, Kebun Mawar Hotel menempati posisi sebagai context setter (aktor pengganggu) karena memiliki kekuatan yang tinggi tetapi memiliki kepentingan yang rendah. Hal ini sejalan dengan hubungan para aktor pemerintahan desa dengan aktor lainnya yang buruk sampai agak buruk. Posisi Pemerintah Desa Sukakarya sebagai stakeholder pengganggu sejalan dengan hubungannya dengan stakeholder lain yang buruk sampai agak buruk. Sementara itu, Chevron, Grand Kamojang Hotel, dan Kebun Mawar Hotel yang memiliki kekutan finansial tetapi kurang perhatiannya terhadap program pembanguan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat Desa Sukakarya. Para stakeholder context setter ini harus dikelola dan diberdayakan/didorong agar kepentingannya terhadap masyarakat meningkat. Karang Taruna, Kelompok Kesenian Sunda, Bank Sampah InPower, dan Konservasi Elang Kamojang berada pada posisi subyek. Para stakeholder perlu diberdayakan dari segi finansial. Stakeholder yang mampu mengelola stakeholder posisi context setter, dan memberdayakan stakeholder posisi subyek adalah stakeholder key player yaitu: Persatuan Wanita Patra Pertamina, Posyandu, PGE, Indonesia Power, Puskesmas Sukakarya, Hotel Kampung Sampireun, dan SD/SMP.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 36

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Tabel 25. Kepentingan dan Sumber Kekuatan Stakeholder dalam Program Pembangunan Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya Masyarakat Desa Sukakarya, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut

No. Stakeholder Kepentingan Sumber Kekuatan 1 Pemerintah Melayani masyarakat dan mengatur Jabatan pemerintahan. Kepala Desa aspek sosial, ekonomi, budaya, dan Desa dipilih oleh Rakyat politik masyarakat 2 BPD Mewakili masyarakat, orang-orang Fungsi kontrol terhadap terpilih, diangkat dengan SK Bupati Pemerintah Desa 3 Karang Memasilitasi peran serta pemuda Organisasi Taruna dalam program-program kemasyarakatn 4 Pemerintah Menyukseskan program-program Jabatan pemerintahan, Camat Kecamatan Pemerintah Kabupaten Bandung dipilih oleh Bupati Samarang 5 LPM Menampun aspirasi dan Dipilih oleh tokoh masyarakat, memobilisasi masyarakat dalam disetujui oleh Kepala Desa pelaksanaan program-program pembangunan di desa 6 TP PKK Desa Memberdayakan perempuan Istri Kepala Desa sebagai ketua tingkat desa 7 Posyandu Memasilitasi pemeriksaan Kepanjangan Tokja 4 TP PKK kesehatan ibu hamil, bayi, balita, Keamatan, memiliki jaringan dan lansia dengan Puskesmas, memiliki hubungan dengan Persatuan Wanita Patra Pertamina (PWP) 8 Bank Sampah Menjaga lingkungan melalui daur Memiliki jaringan dengan InPower ulang sampah Yayasan Paragita dan Indonesia Power 9 Pokja 4 PKK Memberdayakan perempuan Memiliki jaringan dengan Kecamatan tingkat kecamatan Posyandu 10 Puskesmas Menyediakan layanan kesehatan Tenaga medis dan alkes 11 PWP Memberdayakan masyarakat desa Memiliki jaringan dengan dengan memasok kebutuhan pertamina, finansial Posyandu 12 PT PGE Mengusahakan energi panas bumi Finansial

13 PT Indonesia Membangkitkan listrik energi panas Finansial Power bumi Kelompok Mengelola dan melestarikan Diketua oleh Pengusaha akar Akar Wangi tanaman akar wangi wangi 14 Kelompok Melestarikan kesenian sunda Dilatih oleh seorang seniman Kesenian Sunda

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 37

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

No. Stakeholder Kepentingan Sumber Kekuatan 15 Yayasan Melestarikan lingkungan, Ketua yayasan memiliki jaringan Paragita khususnya pengolahan sampah, pasar yang luas (Bandung dan melatih keterampilan masyarakat Jakarta), memiliki hubungan dalam mengubah sampah menjadi dengan Indonesia Power produk yang bernilai ekonomi 16 Hotel Menjalankan usaha pariwisata Finansial Kampung Sampireun 17 Hotel Kebun Menjalankan usaha pariwisata Finansial Mawar

18 Hotel Grand Menjalankan usaha pariwisata Finansial Kamojang

19 Kelompok Menyambung hidup secara susisten Golongan ekonomi lemah: buruh rentang tani, buruh serabutan, para janda miskin, pedagang kecil, anak putus sekolah, gizi buruk 20 BUMDES Meningkatan pendapatan desa Asset 21 SD/SMP Mencerdaskan generasi penerus Memiliki asset gedung dan guru melalui kegiatan belajar-mengajar di sekolah 22 Chevron Mengusahakan energi panas bumi Finansial dan pembangkitan listrik 23 TK dan PAUD Memberikan pendidikan kepada Dukungan masyarakat Al-Azhar anak-anak usia dini 24 Konservasi Melepasliarkan elang hasil sitaan, SDM Elang konservasi, dan pemantauannya Kamojang

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 38

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Tabel 26. Matriks Klasifikasi Stakeholder di Desa Sukakarya Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut dalam Hubungannya dengan Program-Program Pembangunan Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya Masyarakat Desa Sukakarya

Keterangan: (IV) Pengganggu (contextsetter): perlu dipantau dan dikelola (III) Tidak peduli (crowd): tidak perlu diperhatikan (II) Subyek (subject): perlu diberdayakan (I) Pemain kunci (key players): harus berperan lebih besar dalam memberdayakan subyek, memantau dan mengelola pengganggu

d. Kependudukan Pemerintah Kabupaten Bandung maupun Kabupaten Garut tidak pernah mepertimbangkan kawasan hutan sebagai batas kewenangan dalam pembangunan wilayahnya. Hal ini dapat dilihat dari data masing-masing Kabupaten Dalam Angka tahun 2016 yang tidak mendata luas kawasan hutan di wilayahnya sehingga dalam menghitung kepadatan penduduk digunakan luas wilayah masing-masing kabupaten tanpa mengeluarkan kawasan hutan terlebih dahulu. Hal ini dapat berakibat pada rendahnya kepdatan penduduk sehingga seolah-olah masih banyak ruang wilayah masing-masing kabupaten yang dapat dikembangkan termasuk pengembangan kegiatan ekonmi masyarakat berbasis lahan.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 39

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Berdasarkan Pemutakhiran Data Kawasan Hutan Provinsi Jawa Barat, luas kawasan hutan di masing-masing kabupaten dan kecamatan yang menjadi wilayah penelitian disajikan dalam Tabel 27. Tabel 27. Kepadatan Penduduk di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut dengan Tidak Memasukkan Luas Kawasan Hutan

Kabupaten Bandung Kabupaten Garut VARIABEL Data KBDA Data PKH Data KBDA Data PKH Luas wilayah (km2) 1762,40 1.767,8757 306.519,00 3.095,3919 Luas KH (km2) - 505,1568 - 1.032,2152 Luas APL (km2) - 1.262,7189 - 2.063,1767

Jumlah penduduk (jiwa) 3.534.111 3.534.111 2.548.723 2.548.723 Kepadatan penduduk kotor 2.005 1.999 1.236 832 (jiwa/km2) Kepadatan penduduk APL ND 2.799 ND 1.236 (jiwa/km2)

Laju pertumbuhan penduduk (%) 3,47 0 0,80 0 Selisih kepadatan penduduk antara data Kabupaten dalam angka 800 404 dengan kepadatan penduduk tanpa kawasan hutan

Demikian juga dalam menghitung kepadatan penduduk di masing-masing kecamatan masing-masing kabupaten hal serupa juga terjadi. Berdasarkan Pemutakhiran Data Kawasan Hutan Provinsi Jawa Barat, luas kawasan hutan di masing-masing kecamatan wilayah penelitain di kedua kabupaten disajikan dalam Tabel 28. Tabel 28. Kepadatan Penduduk di Masing-Masing Kecamatan Wilayah Penelitian dengan Tidak Memasukkan Luas Kawasan Hutan

Kabupaten Bandung Kabupaten Garut

VARIABEL Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Ibun Kertasari Samarang Pasirwangi DEMOGRAFI

Luas Wilayah (km2) 54,57 152,07 59,71 46,70

Kawasan Hutan (km2) 27,29 73,53 21,27 20,34

Luas APL 27,28 78,54 38,44 26,36

Jumlah Penduduk (jiwa) 81.900 69.793 75.471 65.437

Kepadatan Penduduk Kotor 1.501 459 1.264 1.401 2 (jiwa/km )

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 40

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Kabupaten Bandung Kabupaten Garut

VARIABEL Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Ibun Kertasari Samarang Pasirwangi Kepadatan Penduduk APL 3.002 889 1.964 2.483

Laju Pertumbuhan Penduduk (%) ND ND 0,81 0,98

Selisih Kepadatan Penduduk antara Data Kabupaten Dalam Angka 430 1.082 dengan Kepadatan Penduduk tanpa Kawasan Hutan

Berdasarkan Tabel tersebut di atas kepadatan penduduk di 3 (tiga) kecamatan tergolong sangat tinggi kecuali Kecamatan Kertasari tergolong tinggi.

3. Aspek Hukum dan Kelembagaan a. Norma 1) Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan ditetapkan oleh Pemerintah dengan didasarkan pada hasil penelitian terpadu. 2) Pasal 31 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan serta penggunaan kawasan hutan berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan. 3) Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2015 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan - Pasal 34 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2015 disebutkan bahwa perubahan fungsi kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b dilakukan untuk memantapkan dan mengoptimalisasikan fungsi kawasan hutan. Pada ayat (2), perubahan fungsi kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada kawasan hutan dengan fungsi pokok : a. hutan konservasi, b. hutan lindung, c. hutan produksi; ayat (3), Perubahan fungsi kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan : a. secara parsial; atau b. untuk wilayah provinsi. - Pasal 36 Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2015 disebutkan bahwa perubahan fungsi secara parsial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (3) huruf a dilakukan melalui perubahan fungsi : a. antar fungsi pokok kawasan hutan; atau b. dalam fungsi pokok kawasan hutan.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 41

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

- Pasal 41 Perubahan fungsi dalam fungsi pokok kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf b dilakukan dalam : a. kawasan hutan konservasi; atau b. kawasan hutan produksi. - Pasal 42 a) Perubahan fungsi dalam fungsi pokok kawasan hutan konservasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf a meliputi perubahan dari: - kawasan cagar alam menjadi kawasan suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, atau taman buru; - kawasan suaka margasatwa menjadi kawasan cagar alam, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, atau taman buru; - kawasan taman nasional menjadi kawasan cagar alam, kawasan suaka margasatwa, taman hutan raya, taman wisata alam, atau taman buru; - kawasan taman hutan raya menjadi kawasan cagar alam, kawasan suaka margasatwa, taman nasional, taman wisata alam, atau taman buru; - kawasan taman wisata alam menjadi kawasan cagar alam, kawasan suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, atau Taman Buru; atau - kawasan taman buru menjadi kawasan cagar alam, kawasan suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, atau taman wisata alam. b) Perubahan fungsi dalam fungsi pokok kawasan hutan konservasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan dalam hal: - sudah terjadi perubahan kondisi biofisik kawasan hutan akibat fenomena alam, lingkungan, atau manusia; - diperlukan jangka benah untuk optimalisasi fungsi dan manfaat kawasan hutan; atau - cakupan luasnya sangat kecil dan dikelilingi oleh lingkungan sosial dan ekonomi akibat pembangunan di luar kegiatan kehutanan yang tidak mendukung kelangsungan proses ekologi secara alami. - Pasal 44 a) Perubahan fungsi kawasan hutan secara parsial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (3) huruf a ditetapkan dengan Keputusan Menteri. b) Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan berdasarkan usulan yang diajukan oleh:

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 42

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

- gubernur, untuk kawasan Hutan Lindung dan kawasan Hutan Produksi; atau - pengelola kawasan hutan konservasi. c) Ketentuan mengenai persyaratan usulan perubahan fungsi kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri. - Pasal 45 a) Menteri setelah menerima usulan perubahan fungsi kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2) membentuk Tim Terpadu. b) Keanggotaan dan tugas tim terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. c) Tim Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyampaikan hasil penelitian kepada Menteri. d) Menteri berdasarkan hasil penelitian Tim Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menerbitkan keputusan tentang Perubahan Fungsi Kawasan Hutan atau surat penolakan. e) Setiap perubahan fungsi kawasan hutan secara parsial yang memperoleh keputusan perubahan fungsi kawasan hutan dari Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dilakukan pengelolaan dan/atau kegiatan sesuai fungsi kawasan hutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Tahapan Proses Usulan perubahan fungsi dalam fungsi pokok kawasan hutan dari kawasan CA kawah Kamojang seluas ± 3.500 (tiga ribu lima ratus) hektar dan CA Gunung Papandayan ± 2.009 (dua ribu Sembilan) hektar menjadi TWA, terletak di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, sebagai berikut: 1) Pada tahun 2012 Tim Terpadu melaksanakan evaluasi kesesuaian fungsi CA Kawah Kamojang dan telah disampaikan Direktur Jenderal PHKA kepada Direktur Jenderal Planologi Kehutanan melalui surat Nomor S.152/IV- KKBHL/2013 tanggal 4 April 2013, hasil evaluasi merekomendasikan perlu dilakukan perubahan fungsi kawasan CA Kawah Kamojang seluas ± 3.500 (tiga ribu lima ratus) hektar menjadi TWA dalam rangka optimasi dan revitalisasi manajemen serta manfaat cagar alam, yang kemudian dikelola berdasarkan “benefit centered conversation management pattern”. Pelaksanaan evaluasi kesesuaian fungsi ini merupakan langkah tindak lanjut Surat Kepala Biro Hukum kepada Sekretaris Direktorat Jenderal PHKA Nomor S.918/Kum-1/2014 dan S.213/Kum-1/2015 tanggal 17 Maret 2015 perihal Persetujuan Perpanjangan Kerjasama antara Direktorat Jenderal PHKA dengan PT. PGE di CA Kawah Kamojang dan Chevron Geothermal Indonesia Ltd. di CA Gunung Papandayan Provinsi Jawa Barat, yang intinya perpanjangan kerjasama tidak dapat dilakukan untuk kegiatan panas bumi dan hanya dapat diberikan dalam bentuk izin pemanfaatan panas bumi.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 43

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

2) Tindak lanjut rekomendasi butir (1), Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat melalui surat Nomor S.342/BBKSDA JABAR-2/2016 tanggal 15 Februari 2016 mengajukan usulan perubahan fungsi CA Kawah Kamojang kepada Direktur Jenderal KSDAE; 3) Nota Dinas Direktur Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam kepada Direktur Jenderal KSDAE dengan Nomor : ND.316/PIKA-5/2015 tanggal 3 Juli 2015 hal Pertimbangan Teknis Usulan Perubahan Fungsi CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan menjadi TWA, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, pada butir 6 menyebutkan bahwa dengan berbagai pertimbangan yang dikemukakan pada butir-butir sebelumnya, maka perubahan fungsi CA Kawah Kamojang perlu dilakukan bersamaan dengan perubahan fungsi CA gunung Papandayan menjadi TWA; 4) Atas dasar butir (3) dan Surat Kepala Biro Hukum kepada Sekretaris Direktorat Jenderal PHKA Nomor S.213/Kum-1/2015 tanggal 17 Maret 2015 perihal Persetujuan Perpanjangan Kerjasama antara Ditjen PHKA dengan PT. Pertamina Geothermal Energy (PT. PGE) dan Chevron Geothermal Indonesia Ltd. di CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan, pada Tahun 2016 telah dilaksanakan evaluasi kesesuaian fungsi oleh Tim Terpadu dengan hasil antara lain merekomendasikan perubahan fungsi sebagian kawasan CA Gunung Papandayan menjadi TWA seluas ± 2.009 (dua ribu sembilan) hektar, dengan beberapa catatan antara lain, penataan blok TWA hasil perubahan fungsi, agar memperhatikan keterhubungan CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan dengan konsep koridor; 5) Pada tanggal 2 Maret 2016, Direktur Jenderal KSDAE kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyampaikan Nota Dinas Nomor ND.42/KSDAE/PIKA.4/3/2016 hal Usulan Perubahan fungsi CA Kawah Kamojang, yang intinya mengusulkan perubahan fungsi kawasan CA Kawah Kamojang kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan seluas ± 3.500 (tiga ribu lima ratus) hektar menjadi TWA; 6) Pada tanggal 23 Agustus 2016, Direktur Jenderal KSDAE kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyampaikan Nota Dinas Nomor ND.192/KSDAE/PIKA.2/8/2016 hal Laporan Evaluasi Kesesuaian Fungsi Cagar Alam Gunung Papandayan, Provinsi Jawa Barat, yang intinya mengusulkan agar sebagian kawasan CA Gunung Papandayan seluas ± 2.009 (dua ribu sembilan) hektar untuk diubah fungsinya menjadi TWA; 7) Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, dan sesuai Ketentuan Pasal 45 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2015 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan membentuk Tim Terpadu sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri LHK Nomor SK.461/MENLHK/SETJEN/PLA.2/9/2017 tentang Pembentukan Tim Terpadu dalam rangka Penelitian Usulan Perubahan Fungsi Dalam Fungsi Pokok Kawasan Hutan dari Cagar Alam Kamojang seluas ± 3.500 (Tiga Ribu Lima Ratus) hektar dan Cagar Alam Gunung Papandayan ± 2.009 (Dua Ribu Sembilan) hektar menjadi Taman Wisata Alam, terletak di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 44

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

8) Tindak lanjut dari Keputusan Menteri sebagaimana butir (7), Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan melalui Surat Nomor ST.128/PKTL/KUH/PLA.2/10/2017 tanggal 23 Oktober 2017 memberi tugas kepada Tim Terpadu untuk melaksanakan tugas penelitian usulan perubahan fungsi dalam fungsi pokok kawasan hutan dari kawasan CA Kawah Kamojang seluas ± 3.500 (tiga ribu lima ratus) hektar dan CA Gunung Papandayan ± 2.009 (dua ribu sembilan) hektar menjadi TWA, terletak di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat selama 10 (sepuluh) hari terhitung tanggal 24 Oktober 2017 sampai dengan 2 November 2017.

c. Pemanfaatan Kawasan CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan 1) Timeline Pengembangan dan Eksplorasi Sumber Energy Geothermal di CA Kawah Kamojang dan rencana pengembangan lokasi operasi PT. PGE (d/h PT. Pertamina). - 1971-1979, kegiatan eksplorasi kerjasama pemerintah Indonesia dengan Newzealand dengan melakukan pemboran 14 sumur, kapasitas 0.25 MW, diusahakan oleh PT. Indonesia Power dan telah beroperasi selama 32 tahun dengan skema kontrak jual uap. Dalam periode ini, di tahun 1974 pemanfaatan kawasan CA Kamojang melalui persetujuan Direktur Jenderal Kehutanan Nomor N : 2143/Dj/I/1974 tanggal 30 Mei 1974 tentang Persetujuan Pengeboran Panas Bumi di Kawasan Hutan Desa Cibeet, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung seluas ± 5,25 hektar. - 1979-2003, periode perkembangan lapangan kamojang dengan kapasitas 140 MW, dalam pengusahaan PT. Indonesia Power dan telah beroperasi selama 28 tahun skema kontrak jual uap, pada periode ini pemanfaatan panas bumi di CA Kawah Kamojang meluas dengan total luas ± 60 hektar melalui skema izin pinjam pakai. - 2003-2008, periode perkembangan potensi energy panas bumi hingga 200 MW, pada periode ini PLTP pertama kali berada dalam pengusahaan PT. Pertamina Geothermal Energy (PT. PGE) dan telah beroperasi selama 7 tahun dengan skema kontrak jual listrik. Diantara periode ini, seluruh kegiatan usaha panas bumi oleh PT. Pertamina dialihkan kepada Perusahaan Perseroan (amanat Pasal 7 ayat (2) PP Nomor 31 Tahun 2003) selanjutnya melalui surat Nomor 282/C00000/2007-S0 tanggal 12 Maret 2007 tentang Pengalihan Hak Kewajiban dan Kepentingan Kegiatan Usaha Geothermal, Direktur Utama PT. Pertamina (Persero) menyatakan bahwa sejak tanggal 01 Januari 2007 seluruh hak, kewajiban dan kepentingan PT. Pertamina (Persero) telah beralih kepada PT. PGE dan seluruh referensi atau istilah Pertamina dalam perjanjian diubah menjadi PGE. - 2008-2010, priode operasi dan pembangkitan hingga kapasitas 200 MW.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 45

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

- 2010-2015, periode pengembangan hingga 235 MW dengan skema kontrak jual listrik. - Keputusan Menteri Sumber Daya Energy dan Sumber Daya Mineral Nomor 2067/K/30/MEm/2012 tentang Penegasan Wilayah Kuasa dan Perubahan Batas-Batas Koordinat Pengusahaan Sumberdaya Panas Bumi PT. Pertamina Geothermal Energy, yang memutuskan terhitung sejak 1 Januari 2007, seluruh wilayah Kuasa Pengusahaan Sumberdaya Panas Bumi berikut hak, kewajiban dan kepentingan PT. Pertamina (Persero), diantaranya Kamojang-Darajat yang telah ditetapkan pertama kali melalui Keputusan Menteri Pertambangan Nomor 466/Kpts/M/Pertamb/1974 tanggal 10 Agustus 1974 tentang Penetapan/Penunjukan Daerah Kawedanaan Kamojang-Darajat, Kabupaten Bandung, Garut dan Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat sebagai Wilayah Kerja ke IV Bagi Pertamina untuk melaksanakan survey dan Eksplorasi Sumber Energy Geothermal (D.U. 383/Jabar). - Pada tanggal 19 Desember 2011, ditandatangani Nota Kesepahaman antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan Kementerian Kehutanan Nomor 7662/05/MEM.S/2011 dan Nomor NK.16/Menhut-II/2011 tentang Percepatan Perizinan Pengusahaan Panas Bumi Pada Kawasan Hutan Produksi, Kawasan Hutan Lindung dan Kawasan Hutan Konservasi yang dalam lampiran Nota Kesepahaman ini diantaranya PLTP/WKP Kamojang 5 dan 6 yang berada dalam kawasan hutan CA Kawah Kamojang Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung. - Pada tanggal 19 November 2013, Direktur Utama PT. Pertamina (Persero) kepada Menteri Kehutanan melalui surat Nomor 64/C00000/2013-S0 perihal Permohonan Dispensasi Penggunaan Kawasan CA Kamojang seluas ± 68 hektar dengan pertimbangan antara lain : pemanfaatan panas bumi di kawasan konservasi Kamojang seluas ± 48 hektar dilakukan sejak tahun 1974, dalam rangka menambah kapasitas terpasang dari 200 MW saat ini menjadi 235 MW memerlukan lahan seluas ± 15 hektar sebagai lokasi cluster dan jalur pipa uap PLTP Unit V. Proyek Kamojang Unit V ini sangat strategis dalam mengatasi krisis energi yang merupakan bagian dari percepatan pembangunan proyek infrastruktur di Indonesia. 2) Timeline Pengembangan dan Eksplorasi Sumber Energy Geothermal di CA Gunung Papandayan dan rencana pengembangan lokasi operasi PT. Star Energy (d/h PT. Chevron Geothermal Indonesia Ltd.) - Pada tanggal 16 November tahun 1984, ditandatangani Joint Operation Contract antara Pemerintah Indonesia melalui PERTAMINA, dengan Chevron Darajat Limited dan Texaco Darajat Limited selaku sub kontraktor, untuk melakukan pengembangan dan pengelolaan potensi

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 46

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

panas bumi di lapangan Darajat, PT. Chevron Geothermal Indonesia Ltd. - Pada tanggal 22 Oktober 1986, Menteri Kehutanan melalui surat Nomor 20/Menhut-VI/1986, menyetujui pengelolaan eksplorasi dan eksploitasi panas bumi Lokasi A di CA Gunung Papandayan (Tahap I). - Tanggal 10 Januari 1992, Menteri Kehutanan melalui surat Nomor 126/Menhut-II/1992 menyetujui pengelolaan eksplorasi dan eksploitasi panas bumi Lokasi B di CA Gunung Papandayan seluas ± 7 hektar (Tahap I). - Menteri Kehutanan melalui surat Nomor 338/Menhut-VII/1997 tanggal 25 Maret 1997 menyetujui perluasan kegiatan eksploitasi panas bumi Tahap II di CA Gunung Papandayan seluas ± 26 Hektar dan di Hutan Lindung seluas 15 Hektar. - Pada tanggal 27 Januari 1998, dilakukan penandatanganan perjanjian kerjasama Pinjam Pakai Kawasan Hutan dengan Kompensasi antara Departemen Kehutanan dengan Pertamina/Amoseas Indonesia Inc, dalam rangka perluasan kegiatan eksploitasi Panas Bumi (Tahap II) pada kawasan hutan CA Gunung Papandayan – Garut untuk jangka waktu 20 tahun sejak 27 Januari 1998 s/d 27 Januari 2018. - Pada tanggal 22 Maret 2002, ditandatangani Perpanjangan I Perjanjian Kerjasama Pinjam Pakai Kawasan Hutan dengan kompensasi antara Departemen Kehutanan dengan Pertamina dan Amoseas Inc, untuk keperluan pengeboran panas bumi berjangka waktu 5 (lima) tahun terhitung 2 Januari 2000 sampai dengan 2 Januari 2005. - Pada tanggal 13 Juli 2009 ditandatangi perjanjian kerjasama antara Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat dengan Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. tentang Peningkatan Efektifitas Pengelolaan Cagar Alam Gunung Papandayan untuk jangka waktu 2009 hingga 2013. - Pada tanggal 3 November 2011, Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam melalui surat Nomor S.528/IV-KKBHL/2011 tentang penyetopan kegiatan pemboran eksplorasi Chevron Geothermal Indonesia Ltd di Kabupaten Bandung dengan pertimbangan antara lain adanya penegasan Menteri Kehutanan bahwa Chevron harus mengurus izin lagi jika ingin melakukan pengeboran sumur baru maka Chevron Geothermal Indonesia Ltd. harus menghentikan kegiatannya. - Menindaklanjuti Surat Dirjen PHKA sebagaimana dimaksud, pada tanggal 9 November 2011 Kepala Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Barat melalui surat Nomor S.1377/BBKSDA JABAR.1/2011 yang ditujukan kepada Manager PGPA Chevron Geothermal Indonesia Ltd. agar menghentikan kegiatan pemboran sumur eksplorasi (sumur SF) dan harus mengajukan izin baru melalui Pertamina. - Pada tanggal 19 Desember 2011, ditandatangani Nota Kesepahaman antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan Kementerian Kehutanan Nomor 7662/05/MEM.S/2011 dan Nomor BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 47

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

NK.16/Menhut-II/2011 tentang Percepatan Perizinan Pengusahaan Panas Bumi Pada Kawasan Hutan Produksi, Kawasan Hutan Lindung dan Kawasan Hutan Konservasi yang dalam lampiran Nota Kesepahaman ini diantaranya PLTP/WKP Darajat yang berada dalam kawasan hutan CA Gunung Papandayan di Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung. - Pada Tanggal 7 Juni 2017 Direktur Star Energy Geothermal Darajat I Limited/ sebelumnya bernama Chevron Darajat Ltd. melalui surat Nomor SEGDI-SEGDII/007-MGMT/VI/2017 perihal Pemberitahuan Perubahan Kepemilikan Perusahaan dan Perubahan Nama Perusahaan, menyampaikan antara lain terhitung sejak 31 Maret 2017 Chevron Darajat Holding, Ltd. dan Chevron Geothermal Indonesia Holdings, Ltd. sebagai Pemegang Saham dari CDL dan CGI telah mengalihkan saham- sahamnya kepada Star Energy Geothermal (Salak-Darajat) B.V, masing- masing untuk CDL menjadi Star Energy Geothermal Darajat I Limited dan Star Energy Geothermal Darajat II Limited.

d. Pencermatan 1) UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, Pasal 1 angka 3, Pengelolaan KSA dan KPA adalah upaya sistematis yang dilakukan untuk mengelola kawasan melalui kegiatan perencanaan, perlindungan, pengawetan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian, 2) Pasal 1 angka 7, Cagar Alam didefinisikan sebagai KSA yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan/keunikan jenis tumbuhan dan/atau satwa keanekaragaman tumbuhan besert gejala alam dan ekosistemnya yang memerlukan upaya perlindungan dan perkembangannya dapat berlangsung secara alami, 3) Pasal 33, Cagar Alam dapat dimanfaatkan untuk kegiatan a. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan; b. pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam; c. penyerapan dan/atau penyimpanan karbon; dan d. pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya. Cagar Alam adalah Kawasan Suaka Alam selanjutnya disebut KSA adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan, 4) Pasal 37, Taman Wisata Alam dapat dimanfaatkan untuk kegiatan : a. penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta energy air, panas dan angin serta wisata alam; b. penelitian dan pengembangann ilmu pengetahuan; c. pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam; d. pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya; e. pembinaan populasi dalam rangka penetasan telur dan/atau pembesaran anakan yang diambil dari alam, dan f. pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 48

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

5) Pasal 38 ayat (1), Pemanfaatan KSA dan KPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, Pasal 34, Pasal 35 dan Pasal 37 hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk. 6) Pasal 40 (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemanfatan KSA dan KPA untuk penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air, panas dan angin diatur dengan Peraturan Pemerintah. 7) Pasal 43 (1), penyelenggaraan KSA dan KPA dapat dikerjasamakan dengan badan usaha, lembaga internasional, atau pihak lainnya; (2) kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan untuk : a. penguatan fungsi KSA dan KPA, dan b. kepentingan pembangunan strategis yang tidak dapat dielakkan. 8) Dalam PP Nomor 108 tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintan Nomor 28 TAhun 2011 Tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, Pasal 37 : Taman Wisata Alam dapat dimanfaatkan untuk kegiatan : a. penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air, energy air, panas matahari, panas bumi, dan wisata alam; b. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan; c. pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam; d. pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya; e. pembinaan populasi dalam rangka penetasan telur dan/atau pembesaran anakan yang diambil dari alam; dan f. pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat. 9) UU Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi, - Panas bumi didefinisikan sebagai sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air serta bebatuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik tidak dapat dipisahkan dalam sistem panas bumi (Pasal 1 angka 1), diusahakan untuk pemanfaatan tidak langsung Pasal 1 angka 3); - Pasal 4 (1) Panas Bumi merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; (2) penguasaan panas bumi oleh Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya dan berdasarkan prinsip pemanfaatan. - Pasal 16 (1), Menteri menetapkan Wilayah Kerja pengusahaan Panas Bumi untuk pemanfaatan Tidak Langsung, (2) Wilayah Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditetapkan pada tanah Negara, hak atas tanah, tanah ulayat, dan/atau kawasan hutan. - Pasal 24 (2), Dalam hal kegiatan pengusahaan panas bumi untuk pemanfaatan tidak langsung berada di kawasan hutan, wajib : a. mendapatkan : 2. Izin untuk memanfaatkan kawasan hutan konservasi dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kehutanan; dan b. melaksanakan kegiatan pengusahaan panas bumi dengan memperhatikan tujuan utama pengelolaan hutan lestari sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Izin BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 49

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

memanfaatkan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan. - Pasal 42 (1), Dalam hal menggunakan bidang bidang tanah Negara, hak atas tanah, tanah ulayat, dan/atau kawasan hutan di dalam wilayah kerja, pemegang izin pemanfaatan langsung atau pemegang izin Panas Bumi harus terlebih dahulu melakukan penyelesaian penggunaan lahan dengan pemakai tanah di atas tanah Negara atau pemegang hak atau izin di bidang kehutanan. - Pasal 46, setiap orang dilarang menghalangi atau merintangi pengusahaan panas bumi yang telah memegang : b. Izin Panas Bumi dan telah menyelesaikan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42. 10) Keputusan Menteri Sumber Daya Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2067/K/30/MEm/2012 tentang Penegasan Wilayah Kuasa dan Perubahan Batas-Batas Koordinat Pengusahaan Sumberdaya Panas Bumi PT. Pertamina Geothermal Energy, yang memutuskan terhitung sejak 1 Januari 2007, seluruh wilayah Kuasa Pengusahaan Sumberdaya Panas Bumi berikut hak, kewajiban dan kepentingan PT. Pertamina (Persero), diantaranya Kamojang-Darajat yang telah ditetapkan pertama kali melalui Keputusan Menteri Pertambangan Nomor 466/Kpts/M/Pertamb/1974 tanggal 10 Agustus 1974 tentang Penetapan/Penunjukan Daerah Kawedanaan Kamojang-Darajat, Kabupaten Bandung, Garut dan Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat sebagai Wilayah Kerja ke IV Bagi Pertamina untuk melaksanakan survey dan Eksplorasi Sumber Energy Geothermal (D.U. 383/Jabar). 11) Nota Kesepahaman antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan Kementerian Kehutanan Nomor 7662/05/MEM.S/2011 dan Nomor NK.16/Menhut-II/2011 tentang Percepatan Perizinan Pengusahaan Panas Bumi Pada Kawasan Hutan Produksi, Kawasan Hutan Lindung dan Kawasan Hutan Konservasi yang dalam lampiran Nota Kesepahaman ini diantaranya PLTP/WKP Darajat yang berada dalam kawasan hutan CA Gunung Papandayan di Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung.

e. Menimbang 1) bahwa kebutuhan akan Energi Panas Bumi merupakan kebutuhan yang bersifat nasional dan strategis yang termasuk dalam program prioritas pemerintah yang tertuang dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan pelaksanaan proyek strategis nasional dan berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Nomor 73 Tahun 2016 tentang Koordinasi Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan, yang meliputi percepatan pembangunan 35.000 MW dan 46.000 km transmisi sampai dengan 2019; 2) bahwa PP Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, menargetkan pengembangan geothermal sebagai energi baru terbarukan dan dalam rangka meminimalisir ketergantungan atas energi fosil,

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 50

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Pemerintah menargetkan energi geothermal di tahun 2012 sebesar 7.239 MW; 3) bahwa Pemegang Izin Panas Bumi yang memiliki Wilayah Kerja Operasi berada dalam Kawasan CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, hingga kini terkendala dalam proses pengembangan lapangan operasi di kedua kawasan tersebut; 4) Bahwa Izin Panas Bumi dapat diberikan oleh Menteri apabila CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan diubah fungsinya menjadi TWA sebagaimana ketentuan Pasal 43 ayat (1) dan (2) a dan b UU Nomor 5 Tahun 1990, dan Pasal 37 PP Nomor 108 Tahun 2011 sebagaimana tersebut pada butir 7 dan butir 8 di atas; 5) Berdasarkan kajian yuridis, administratif dan kelembagaan sebagaimana tersebut di atas, maka usulan perubahan fungsi Kawasan CA Kawah Kamojang seluas ± 3.500 (tiga ribu lima ratus) hektar dan CA Gunung Papandayan seluas ± 2.009 (dua ribu sembilan) hektar menjadi TWA, terletak di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat yang diajukan Direktorat Jenderal KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selaku pengusul dapat diproses lebih lanjut.

B. Pembahasan Berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis data dari aspek teknis, biofisik, dan aspek sosial ekonomi dan sosial budaya; area usulan perubahan fungsi sebagian kawasan CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan menunjukkan bahwa penutupan lahan berupa hutan tanaman, pertanian lahan kering, semak, alang-alang, lahan terbuka, tubuh air, dan berupa jalan dan pipa-pipa pemanfaatan panas bumi. Selain itu, di beberapa tempat dalam kawasan hutan dijadikan tempat penggembalaan ternak oleh masyarakat, terdapat jalan yang dibuat oleh masyarakat sebagai akses masuk mereka ke dalam kawasan untuk menggembalakan ternaknya. Jenis tumbuhan pada hutan tanaman antara lain pinus (Pinus merkusii), Ekaliptus (Eucalyptus sp.), dan suren (Toona sureni), sedangkan pada lahan kering dijumpai tanaman pertanian dengan jenis antara lain cabe, kol, wortel, tomat, dan kacang tanah. Adapun pada semak belukar antara lain kuray (Trema orientalis), kiharendong (Melastoma malabathricum), dan bubuay (Plectocomia elongata). Di lokasi penelitian dijumpai jenis tumbuhan eksotik pada lahan terbuka yang berasosiasi dengan alang-alang antara lain kirinyuh (Chromolaena odorata), tembelekan (Lantana camara), dan jukut pait (Paspalum conjugatum), sedangkan jenis-jenis tumbuhan invasif yang ditemukan diantaranya konyal (Passiflora ligularis) dan alang- alang (Imperata cylindrica). Keberadaan predator dan prey kawasan CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan mengindikasikan bahwa kedua kawasan konservasi tersebut masih merupakan habitat yang baik untuk jenis-jenis satwaliar tersebut. Berbeda halnya dengan satwaliar yang sensitif, satwa ini akan menjauh dari area-area yang

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 51

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat dimanfaatkan untuk aktifitas panas bumi,sehingga mengakibatkan wilayah jelajah satwa tersebut semakin terbatas. Lokasi penelitian merupakan bagian dari daerah jelajah satwa-satwa liar yang ada dalam CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan, karenanya harus ada jaminan pengalokasian blok-blok dan/atau kegiatan-kegiatan perlindungan yang memadai untuk menjaga keberlangsungan hidup satwa-satwa dimaksud. Salah satu jaminan dimaksud, antara lain adanya kegiatan-kegiatan terintegrasi antara kegiatan teknis seperti pembinaan habitat dan pembinaan populasi, dengan kegiatan-kegiatan preventif/pengamanan kawasan.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN | 52

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 1. Dari seluruh luas area usulan, 27,58% luas hutan alam sekunder yang terdegradasi menjadi vegetasi hutan tanaman, pertanian lahan kering, belukar dan semak perlu dipulihkan fungsinya sebagai habitat satwa liar, 15 jenis diantaranya dilindungi. 2. Untuk memulihkan fungsi hutan tersebut butir 1, dapat dilakukan secara lebih cepat melalui intervensi pengelolaan. Untuk itu, diperlukan perubahan fungsi kawasan hutan dalam fungsi pokok dari CA menjadi TWA. Perubahan ini didukung 100% oleh kepala desa, 75% oleh pejabat kecamatan, 42,8% masyarakat cukup mendukung, dan 45% masyarakat mendukung. 3. Pemegang Izin Panas Bumi yang memiliki Wilayah Kerja Operasi berada dalam kawasan CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, hingga kini terkendala dalam proses pengembangan lapangan operasi di CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan yang izinnya dapat diperpanjang atau diperbaharui apabila fungsi CA sebagaimana yang diusulkan diubah fungsinya menjadi TWA. 4. Dari hasil penelitian aspek biofisik, sosial ekonomi dan sosial budaya serta hukum dan kelembagaan, area usulan memenuhi kriteria perubahan fungsi kawasan dalam fungsi pokok.

B. Rekomendasi Dengan mempertimbangkan hasil penelitian aspek biofisik, sosial ekonomi dan sosial budaya, serta hukum dan kelembagaan maka perubahan fungsi kawasan Cagar Alam Kawah Kamojang seluas ± 2.391 hektar dan Cagar Alam Gunung Papandayan seluas ± 1.991 hektar menjadi Taman Wisata Alam yang terletak di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat dapat diproses lebih lanjut.

Gambar 10. Peta Rekomendasi Tim Terpadu.

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI | 53

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

DAFTAR PUSTAKA

Balai Besar Koservasi Sumberdaya Alam Jawa Barat, Chevron Geothermal Indonesia, Ltd., Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia, dan Yayasan Konservasi Elang Indonesia. 2015. Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Flora dan Fauna di Kawasan Chevron Geothermal Darajat - Cagar Alam Gunung Papandayan Garut.

BPS Kabupaten Bandung. 2016. Kabupaten Bandung Dalam Angka 2016. BPS Kabupaten Bandung. Bandung. Jawa Barat.

BPS Kabupaten Garut. 2016. Kabupaten Garut Dalam Angka 2016. BPS Kabupaten Garut. Garut. Jawa Barat.

BPS Kabupaten Bandung. 2017. Kabupaten Bandung Dalam Angka 2017. BPS Kabupaten Bandung. Bandung. Jawa Barat.

BPS Kabupaten Garut. 2017. Kabupaten Garut Dalam Angka 2017. BPS Kabupaten Garut. Garut. Jawa Barat.

Direktorat Jenderal KSDAE. 2012. Laporan Tim Teknis Evaluasi Kesesuaian Fungsi Cagar Alam Kawah Kamojang.

Direktorat Jenderal KSDAE. 2016. Laporan Tim Teknis Evaluasi Kesesuaian Fungsi Cagar Alam Gunung Papandayan.

DAFTAR PUSTAKA | 54

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

LAMPIRAN

LAMPIRAN | 55

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Lampiran 1. Taxonomy Jenis-Jenis Tumbuhan yang Terdapat di Lokasi Penelitian di CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan

No. Divisi No. Kelas No. Ordo No. Famili No. Nama Ilmiah Jenis Nama Lokal Jenis 1. Lycopo d io phy ta 1. Lycopodiopsida 1. Lycopodiales 1. Lycopodiaceae 1. Lycopodium sp 2. Magnoliophyta 2. Asteridae 2. Er ica les 2. Actinidiaceae 2. Saurauia nudiflora Kileho 3. Balsaminaceae 3. Impatiens platypetala 4. Theaceae 4. Schima wallichii Puspa 3. Liliopsida 3. Arecales 5. Aracaceae 5. Alocasia calyptrata 6. Calamus sp. Hoe Cacin g 7. Caryota sp. Saray 8. P inan ga sp. Bingbin 9. Plectocomia elongata Hoe Bubuay/Bubuay 4. Asparagales 6. Hypoxidaceae 10. Curculigo latifolia Marasi 7. Orchidaceae 11. Bulbophyllum sp.*) Anggrek Dasi 12. Coelogyne miniata*) Anggrek Coelogyne merah 13. Dendrobium sp.*) Anggrek alam 14. Er ia sp.*) 15. Schoenorchis Anggrek silangan juncifolia*) 16. Pholidota sp.*) 17. T richotos ia sp.*) 5. Liliales 8. Smilacaceae 18. Smilax sp. 6. Poa les 9. Cyperaceae 19. Cyperus sp Rumput Teki 10. Poaceae 20. Saccharum spontaneum Kaso/Glagah 21. Imperata cylindrica Ala ng-alang 22. Paspalum conjugatum 23. Setaria barbata 24. Pan icum sp. 25. Paspalum conjugatum Jukut Pait 7. Zingiberales 11. Zingiberaceae 26. Etlingera punicea Tepus

LAMPIRAN | 56

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

4. Magnoliopsida 8. Ap ia les 12. Araliaceae 27. Schefflera sp. Cerem 28. Macropanax dispermum Cerem 9. Asterales 13. Compositae 29. Chromo laena odorata Ki Rinyuh 30. Eupatorium riparium T eklan 31. Clibadium surinamense Bayondah 10. Caryophyllales 14. Caryophyllaceae 32. Agrostemma sp. 15. Polygonaceae 33. Polygonum chinense Aseman/Brungbrum 16. Rosaceae 34. Rubus moluccanus Hareneus 11. Fabales 17. Fabaceae 35. Calliandra calothyrsus Kaliandra Merah 36. Clitolaria sp. 37. Desmodium sp 38. Mimosa pigra Baret 39. Mimosa pudica 12. Fagales 18. Casuarinaceae 40. Casuarina sp. Cemara 19. Fagaceae 41. Castanopsis argentea Saninten 42. Castanopsis javanica Ki Ana k 43. Lithocarpus sundaicus Pasang 20. Juglandaceae 44. Engelhardia spicata Ki Hu jan 13. Gentianales 21. Apocynaceae 45. Alstonia scholaris Lame / Pulai 22. Rubiaceae 46. Cinchona succirubra Sulibra/K ina 47. Mussaenda frondosa Kingkilaban 14. Lamia les 23. Acanthaceae 48. Aechmanthera long ifo lia 49. Strobilanthes bracteosa 24. Bignoniaceae 50. Spathodea campanulata Kembang Kecrutan 25. Verbenaceae 51. Lantana camara Cente/Saliara/ Tembelekan 15. Laura les 26. Lauraceae 52. L itsea sp. Huru 53. Actinodaphne Huru Dapung g lomerata 54. Acthinodaphne procera Huru 55. Criptocarya desinflora Huru 56. Cinnamomum sintoc Huru Sintok

LAMPIRAN | 57

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

16. Magnoliales 27. Magnoliaceae 57. Manglietia g la uca Manglid 17. Pandanales 28. Pandanaceae 58. Pandanus furcatus Pandan 59. Pandanus sp. Cangkuang 18. Sap in da les 29. Burseraceae 60. Dacryodes rugose Kenari 61. Ostodes paniculata Ki Muncang 30. Meliaceae 62. Toona sureni Suren 31. Sapindaceae 63. Acer laurinum 64. Lepisanthes rubiginosa Kelat Layu/Mertajam 19. So lana les 32. Solanaceae 65. Brugmansia suaveolens Kecubung 66. Phy salis sp 5. Ros idae 20. Crossosomatales 33. Staphyleaceae 67. Turpinia sphaerocarpa Ki Bangkongf 68. Turpinia montana Ki Bangkong 21. Cucurbitales 34. Begoniaceae 69. Begonia robusta 70. Begonia isoptera 22. 35. Euphorbiaceae 71. Macaranga rhizinoides Mara/Mahang 72. Phylanthus niruri 36. Passifloraceae 73. Passiflora ligularis Konyal 37. Phyllanthaceae 74. Aporosa octandra Ki Sap i 23. My rtales 38. Melastomataceae 75. Pternandra azurea Ki T eja 76. Melastoma KI Harendong malabathricum 77. Medinilla speciosa Par ijoto 39. Myrtaceae 78. Syzygium sp. Ki Tambang 79. Syzygium clav if lor um Ki Sa lam 80. Eucalyptus sp. Ekaliptus 24. Ox alida les 40. Elaeocarpaceae 81. Sloanea sigun Tebe 25. Rosales 41. Cannabaceae 82. Trema orientalis Kuray 42. Moraceae 83. Ficus ribes Walen 84. Ficus sinuata Darangdan 85. Fic us sp. 43. Urticaceae 86. Dendrocnide stimulans Pu lus 87. Elatostema rostratum Paku Siur/Sisik Penyu

LAMPIRAN | 58

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

88. Villebrunea rubescens Nangsi 26. Vita les 44. Vitaceae 89. Tetrastigma lanceolarium 3. Pinophyta 6. Pinopsida 27. P ina les 45. Cupressaceae 90. Cupresus sp. 46. Podocarpaceae 91. Dacrycarpus imbricatus Jamuju 92. Podocarpus neriifolius Jamuju 47. Pinaceae 93. Pinus merkusii Pinus/Tusam Sumatera 4. Pteridophyta 7. Pteridopsida 28. Cyatheales 48. Cyatheaceae 94. Cyathea contaminans Paku Tiang 29. Polypodiales 49. Dryopteridaceae 95. Acrophorus blumei Bagedor Sumber: Laporan EKF CA Kawah Kamojang (2012), BBKSDA Jawa Barat (2015), dan Laporan EKF CA Gunung Papandayan (2016).

LAMPIRAN | 59

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Lampiran 2. Kronologis Usulan Perubahan Fungsi Kawasan CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan menjadi TWA di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat

1. Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem melalui Nota Dinas Nomor ND.42/KSDAE-PIKA/KSDAE.4/3/2016 tanggal 2 Maret 2016 kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyampaikan usulan perubahan fungsi kawasan CA Kawah Kamojang seluas ± 3.500 ha menjadi kawasan TWA. 2. Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem melalui Nota Dinas Nomor ND.192/KSDAE/PIKA/KSA.0/8/2016 tanggal 23 Agustus 2016 kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyampaikan usulan perubahan fungsi kawasan CA Gunung Papandayan seluas ± 2.009 ha menjadi kawasan TWA. 3. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Keputusan Nomor SK.461/MENLHK/SETJEN/PLA.2/9/2017 tanggal 4 September 2017 membentuk Tim Terpadu dalam rangka Penelitian Usulan Perubahan Fungsi Dalam Fungsi Pokok Kawasan Hutan dari Kawasan Cagar Alam Kawah Kamojang seluas ± 3.500 Hektar dan Cagar Alam Gunung Papandayan seluas ± 2.009 Hektar menjadi Taman Wisata Alam di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. 4. Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan melalui surat Nomor ST.128/PKTL/KUH/PLA.2/10/2017 tanggal 23 Oktober 2017, menerbitkan Surat Tugas kepada Tim Terpadu untuk melaksanakan penelitian.

LAMPIRAN | 60

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Lampiran 3. Nota Dinas Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Nomor ND.42/KSDAE-PIKA/KSDAE.4/3/2016 Tanggal 2 Maret 2016

LAMPIRAN | 61

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

LAMPIRAN | 62

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Lampiran 4. Nota Dinas Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Nomor ND.192/KSDAE/PIKA/KSA.0/8/2016 Tanggal 23 Agustus 2016

LAMPIRAN | 63

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

LAMPIRAN | 64

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Lampiran 5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.461/MENLHK/SETJEN/PLA.2/9/2017 Tanggal 4 September 2017

LAMPIRAN | 65

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

LAMPIRAN | 66

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

LAMPIRAN | 67

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

LAMPIRAN | 68

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

LAMPIRAN | 69

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

LAMPIRAN | 70

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

LAMPIRAN | 71

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

LAMPIRAN | 72

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

LAMPIRAN | 73

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Lampiran 6. Undangan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Nomor UN.116/PKTL/KUH/Pla.2/10/2017 Tanggal 16 Oktober 2017

LAMPIRAN | 74

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

LAMPIRAN | 75

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Lampiran 7. Surat Tugas Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Nomor ST.128/PKTL/KUH/PLA.2/10/2017 Tanggal 23 Oktober 2017

LAMPIRAN | 76

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

LAMPIRAN | 77

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

LAMPIRAN | 78

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Lampiran 8. Berita Acara Pelaksanaan Penelitian Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kawasan CA Kawah Kamojang dan CA Gunung Papandayan menjadi TWA di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat

LAMPIRAN | 79

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

LAMPIRAN | 80

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

LAMPIRAN | 81

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

LAMPIRAN | 82

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

LAMPIRAN | 83

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

LAMPIRAN | 84

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

LAMPIRAN | 85

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Lampiran 9. Undangan Direktur Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan Nomor UN.175/KUH/PPFKH/PLA.2/11/2017 Tanggal 8 November 2017

LAMPIRAN | 86

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

LAMPIRAN | 87

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Lampiran 10. Undangan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Nomor UN.132/PKTL/KUH/ PLA.2/11/2017 Tanggal 10 November 2017

LAMPIRAN | 88

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

LAMPIRAN | 89

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Lampiran 11. Dokumentasi

LAMPIRAN | 90

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

LAMPIRAN | 91

Laporan Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Kaw asan CA. Kaw ah Kamojang dan CA. Gunung Papandayan di Kab. Bandung dan Kab. Garut, Provinsi Jaw a Barat

Lampiran 12. Peta Rekomendasi Tim Terpadu

LAMPIRAN | 92