JURNAL SKRIPSI

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN PINJAM PAKAI BENDA MAGIS MASYARAKAT HUKUM ADAT DAYAK MELALUI LEMBAGA ADAT BESAR DI KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Diajukan oleh : Geovanni Villarba Gamas

N P M : 160512257 Program studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Sistem Peradilan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA 2020

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN PINJAM PAKAI BENDA MAGIS MASYARAKAT HUKUM ADAT DAYAK MELALUI LEMBAGA ADAT BESAR DI KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR GEOVANNI VILLARBA GAMAS

Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta [email protected]

ABSTRACT Settlement of Dayak Customary Law Community Communities Use Debt Agreement Dispute through Large Customary Institutions in , Province

The Indonesian people whose diversity is not dead (static), the Dayak customary law community in West Kutai Regency has a strong bond with local customary law because for them it still provides very significant benefits for living life and as a means for customary law communities Dayak Benuaq with a deity god. This research aims to determine the role of the West Kutai Regency Customary Institution in resolving disputes in the lease-to-use agreement and the process of resolving disputes on the use of magical objects through the Indigenous Institution of West Kutai Regency. This research is an empirical study. The type of research data used are primary data and secondary data with primary legal materials, secondary legal materials, and tertiary legal materials. Data collection techniques through literature study and interviews with respondents. The data analysis method used is qualitative. Based on the results of research conducted that the role of the large customary institutions of West Kutai Regency is by the relevant regional regulations and the dispute resolution process for the large customary institutions of West Kutai Regency for disputes in the lease-to-use and magical use disputes using solai-level case management.

Keywords: Large Customary Institutions, West Kutai Regency, Disputes, and Dayak, Customary Law Communities

1. PENDAHULUAN Indonesia dimanapun dan sampai Kehidupan Masyarakat Hukum Adat kapanpun.1 Indonesia yang dimiliki oleh suku bangsa Masyarakat Hukum Adat adalah kesatuan- berbeda-beda satu sama lain, meskipun kesatuan yang mempunyai kelengkapan- dasar dan sifatnya adalah satu yaitu kelengkapan untuk sanggup berdiri sendiri keIndonesiaannya. Adat bangsa Indoensia yaitu mempunyai kesatuan hukum, kesatuan dikatakan sebagai merupakan suatu penguasa, dan kesatuan lingkungan hidup “Bhinneka” akan tetapi “Tunggal Ika” yaitu berdasarkan hak bersama atas tanah dan air sifat dasar Indonesia, dan adat bangsa bagi semua anggotanya. Masyarakat Hukum Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika ini Adat di Kutai Barat memiliki ikatan kuat tidak mati (statis) melainkan selalu dengan hukum adat di wilayah tersebut hal berkembang serta senantiasa bergerak ini dikarenakan hukum adat masih memiliki berdasarkan keharusan tuntutan evolusi eksistensi dan pedoman bagi masyarakat mengikuti proses perkembangan peradaban untuk berperilaku, menjalankan hidup, bangsa-bangsa yang ada di dunia. Adat kebiasaan dan merupakan suatu nilai positif istiadat yang hidup serta yang berkembang bagi mereka yang berdomisili di Kutai dimaksud merupakan sumber yang Barat. Masyarakat di pulau Kalimantan mengagumkan bagi hukum adat kita sebagai hukum asli dari masyarakat dan bangsa 1 Tolib Setiyadi, 2013, Intisari Hukum Adat Indonesia dalam Kajian Kepustakaan, ALFABETA CV, Bandung, hlm. 2.

Timur merupakan masyarkat yang heterogen Masyarakat Hukum Adat setempat, sehingga beragam budaya, sub-budaya yang membantu pemerintah daerah dan aparat terdapat di daerah-daerah dan tidak menutup penegak hukum dalam penyelesaian kemungkinan hal tesebut pula berpengaruh sengketa yang terjadi terhadap Masyarakat terhadap lingkungan masyarakat di daerah Hukum Adat. Sistem penyelesaian sengketa Kabupaten Kutai Barat. Dalam Pasal 1 ayat yang digunakan oleh Lembaga Adat Besar (6) Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Kutai Barat ini adalah sistem damai atau Nomor 13 Tahun 2017 tentang win-win solution. Penyelengaraan Pengakuan dan Masyarakat Hukum Adat Dayak Benuaq Perlindungan Masyarakat Hukum Adat menyelesaikan sengketa perjanjian pinjam diatur “Masyarakat Hukum Adat yang pakai benda magis secara damai, sudah selanjutnya disingkat MHA adalah merupakan budaya hukum adat bangsa Masyarakat di Kabupaten Kutai Barat yang Indonesia yang tradisional. Hal yang memiliki karakteristik khas, hidup termasuk dalam usaha penyelesaian berkelompok secara harmonis sesuai hukum sengketa secara damai ini sudah terdapat adatnya, memiliki ikatan pada asal usul sejak zaman Hindia Belanda disebut leluhur dan/atau kesamaan tempat tinggal, peradilan desa (dorps justitie) sebagaimana terdapat hubungan yang kuat dengan tanah diatur dalam Pasal 3a RO mengenai konsep dan lingkungan hidup, serta adanya sistem peradilan desa (Adat) yang sampai sekarang nilai yang menentukan pranata ekonomi, tidak pernah dicabut2. politik, sosial, budaya, hukum dan Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui memanfaatkan satu wilayah tertentu secara dan memperoleh data tentang proses turun temurun” . pelaksanaan penyelesaian sengketa Sistem hukum adat di Kabupaten Kutai perjanjian pinjam pakai benda magis yang Barat memiliki keunikan tersendiri di dalam dilakukan oleh Lembaga Adat Besar di penyelesaian sengketa yang terjadi dalam daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi lingkungan kehidupan masyarakatnya. Kalimantan Timur, dan untuk mengetahui Lembaga khusus yang dipercayakan oleh dan memperoleh data tentang peran pemerintah Kabupaten Kutai Barat dalam Lembaga Adat Besar Kutai Barat dalam melaksanakan tugas untuk membantu menyelesaikan sengketa perjanjian pinjam pemerintah dalam menyelesaikan pakai benda magis Masyarakat Hukum Adat permasalahan adat atau hal-hal lain yang Dayak di daerah Kabupaten Kutai Barat, bersinggungan dengan hukum adat sekitar, Provinsi Kalimantan Timur. lembaga tersebut dikenal dengan istilah A. Lembaga Adat Besar Masyarakat Hukum Lembaga Adat Besar Kutai Barat. Lembaga Adat Dayak ini sendiri adalah perangkat organisasi yang Masyarakat Hukum Adat Dayak yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan terdapat di Kabupaten Kutai Barat memiliki keberadaan suatu Masyarakat Hukum Adat ciri-ciri sebagai berikut: untuk mengatur dan menyelesaikan berbagai 1) Masih mengedepankan nilai-nilai adat permasalahan kehidupan sesuai dengan Dayak hukum adat. 2) Lamin atau rumah panjang (symbol Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat 3) Gilir balik (bercocok tanam) Nomor 13 Tahun 2017 tentang 4) Mandau (parang) Penyelengaraan Pengakuan dan 5) Tumper (lambang dari seni Masyarakat Perlindungan Masyarakat Hukum Adat, Hukum Adat Dayak) Pasal 15 menegaskan kedudukan lembaga 6) Gotong-royong. adat tersebut memiliki tugas dan fungsi Masyarakat Hukum Adat Dayak di sebagai suatu organisasi yang diperuntukan Kabupaten Kutai Barat memiliki banyak melaksanakan hukum adat, sanksi adat dan peradilan adat sesuai dengan kebiasaan 2 Tolib setiyadi, Op. Cit., hlm. 367.

keragaman suku Dayak, salah satunya dewa yang tertinggi yang dinamakan adalah suku Dayak Benuaq. Timbulnya Latalla. Latalla hanya satu dan menguasai pemukiman penduduk yang mejadi cikal kehidupan di Bumi. Ada dewa yang menjadi bakal desa, kota, atau kerajaan pada penolong bagi manusia, seperti nayuq dan umumnya dimulai dari lembah atau pada seniyang.5 daerah aliran sungai. Hal ini disebabkan 1. Perjanjian Pinjam Pakai karena kehidupan masnusia tidak lepas dari Perjanjian pinjam pakai memiliki kaitan kebutuhan akan ketersediaan air yang atau erat hubungannya dengan hukum memadai untuk kebutuhan sehari-hari, juga perutangan. Hukum perutangan menurut sebagai sarana transportasi bagi manusia. hukum adat ialah keseluruhan peraturan Penyebaran Suku Dayak Benuaq diduga hukum yang menguasai hak-hak atas benda- terjadi karena pola pertanian ladang pada benda selain tanah dan perpindahan hak-hak lahan kering yang menimbulkan masalah itu, serta hukum mengenai jasa-jasa. Jadi yang serius pada penurunan tingkat bukan utang piutang seperti yang diatur kesuburan tanah dan semakin sulit areal dalam BW.6 Hak atas barang-barang yang cukup di sekitar pemukiman penduduk. tersebut juga dinamakan hak milik, tetapi ia Suku Dayak Benuaq hanya menempati senantiasa berupa hak milik bebas artinya, beberapa di antaranya Desa Mencimai, Desa hak perorangan, atas benda-benda selain Engkuni, Desa Pasek, Desa Pepas Eheng tanah itu dikuasai dan tidak dibatasi oleh hak dan Desa Muut.3 purba, hak ulayat, hak pertuanan, hak Kekerabatan suku Dayak Benuaq dikenal masyarakat.7 dengan istilah purus yang diperhitungkan Pakai memakai dan pinjam meminjam berdasarkan perkawinan, perkawinan memiliki pengertian yang mendekati sama, digolongkan dalam hubungan kekerabatan perbedaannya adalah jika pakai memakai purus diniiq atau purus totoi (hubungan dimaksudkan untuk benda atau barang yang kekerabatan yang dekat), yang dalm bisa dipakai atau digunakan misalnya, pakai kehidupan sehari-hari terwujud dalam memakai pakaian, perhiasan, peralatan adat, sopan-santun menyapa orang. Hubungan alat pengangkutan dan lain sebagainya dan kekerabatan menjadi pedoman dan setelah barangnya dipakai dikembalikan lagi pertimbangan seorang dalam menentukan kepada pemiliknya atau penguasanya, dan menerima jodohnya. Pada zaman dengan istilah lain disebut pinjam pakai. dahulu, perkawinan sering terjadi atas Pinjam meminjam dimaksudkan untuk kehendak orang tua.4 benda atau barang yang bisa dipergunakan Sistem Religi Masyarakat Hukum Adat dan setelah dipergunakan barang itu Dayak Benuaq di daerah pedalaman terdapat dikembalikan atau pengembaliannya dengan sebagian kecil penduduk yang masih penggantian dengan barang sejenis lainnya menganut kepercayaan asli yag telah didapat atau dikembalikan nilai harganya, dalam hal secara turun-temurun dari nenek moyang ini kita sebut pinjam ganti.8 mereka. Bentuk kepercayaan lama yang 2. Lembaga Adat Besar Kutai Barat masih dianut adalah kepercayaan adanya a. Tugas dan fungsi roh-roh yang mendiami hutan, pohon, batu, Berdasarkan Pasal 15 Peraturan Daerah dan barang-barang bersifat magis (animism). Kabupaten Kutai Barat Nomor 13 Tahun Sekarang sebagian Masyarakat Hukum Adat 2017 tentang Penyelengaraan Pengakuan Dayak Benuaq menganut agama Nasrani. dan Perlindungan Masyarakat, Lembaga Kepercayaan asli Masyarakat Hukum Adat Dayak Benuaq mengenal konsepsi tentang 5 Ibid., hlm 11. 3 Dalmaasius Madrah T, Adat Sukat Dayak 6 Iman Sudiyat, 1981, Hukum Adat Sketsa Asas, Benuaq dan Tonyooi, Puspa Swara, Jakarta, 2001, Liberty, Yogyakarta, hlm. 53. hlm 5. 7 Ibid. 4 Ibid. 8 Ibid, hlm. 77.

Adat Besar Kutai Barat memiliki tugas 2) Menyelesaikan perkara-perkara dan fungsi sebagai berikut : perdata adat-istiadat di daerah 1) Menyelesaikan sengketa yang sepanjang tidak bertentangan dengan menyangkut Hukum Adat dan peraturan perundang-undangan yang kebiasaan MHA setempat; berlaku; 2) Melaksanakan Hukum Adat, sanksi 3) Menjaga, memelihara dan adat dan peradilan adat sesuai dengan memanfaatkan ketentuan-ketentuan kebiasaan MHA setempat; adat-istiadat dan kebiasaan–kebiasaan Berdasarkan pasal 7 ayat (1) Peraturan masyarakat yang hidup dan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 24 berkembang dalam masyarakat untuk Tahun 2001 tentang Pemberdayaan, kesejahteraan masyarakat. Pelestarian, Perlindungan dan Untuk menjalankan tugas sebagaimana Pengembangan Adat Istiadat dan dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), maka Lembaga Adat dalam Wilayah lembaga adat mempunyai fungsi: Kabupaten Kutai Barat, Lembaga Adat 1) Memberi kedudukan hukum menurut Besar Kutai Barat memiliki tugas dan adat terhadap hal-hal yang fungsi sebagai berikut: menyangkut harta kekayaan 1) Menampung dan menyalurkan Masyarakat Hukum Adat di tiap-tiap pendapat masyarkat kepada lembaga adat guna kepentingan pemerintah serta menyelesaikan hubungan keperdataan adat juga sengketa yang menyangkut hukum dalam hal adanya persengketaan atau adat dan kebiasaan masyarakat perkara perdata adat setempat 2) Penyelenggara pembinaan dan 2) Menciptakan hubungan yang pengembangan nilai-nilai adat-istiadat demokratis dan harmonis dan serta dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat obyektif antara kepala adat atau di Kabupaten dalam rangka pemangku adat dengan aparat memperkaya, melestarikan dan pemerintah. mengembangkan kebudayaan daerah, Untuk menjalankan tugas sebagaimana yang tidak bertentangan dengan nilai- dimaksud tersebut diatas Lembaga Adat nilai Pancasila dan Agama. Besar mempunyai fungsi melaksanakan b. Hak dan wewenang Lembaga Adat kegiatan pendataan dalam rangka Besar Kutai Barat menyusun kebijaksanaan untuk Berdasarkan Pasal 8 ayat (1) mendukung kelancaran penyelenggaraan Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat pemerintah kelangsungan pembagunan Nomor 24 Tahun 2001 tentang dan pembinaan kemasyarakatan. Pemberdayaan, Pelestarian, Perlindungan Berdasarkan Pasal 7 ayat (2) Peraturan dan Pengembangan Adat Istiadat dan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 12 Lembaga Adat dalam Wilayah Tahun 2006 tentang Pengukuhan dan Kabupaten Kutai Barat memiliki hak dan Pembinaan Masyarakat Hukum Adat wewenang: dalam Wilayah Kabupaten Kutai Barat, 1) Mewakili Masyarakat Hukum Adat Lembaga Adat Besar Kutai Barat keluar yaitu dalam hal menyangkut memiliki tugas dan fungsi sebagai kepentingan yang mempengaruhi berikut : adat. 1) Menggali dan mengembangkan nilai- 2) Menyelesaikan sengketa yang nilai adat istiadat, kebiasaan- menyangkut perkara perdat dan kebiasaan masyarakat dalam upaya pidana ringan disetiap jenjang melestarikan kebudayaan daerah guna organisasi Lembaga Adat sepanjang memperkaya khasanah kebudayaan penyelesaian itu tidak bertentangan Nasional;

dengan peraturan perundang- juga klaim-klaim asuransi yang terkait undangan yang berlaku. dengannya.11 B. Penyelesaian Sengketa 2. Bentuk alternatif yang digunakan Tradisi penyelesaian sengketa masyarakat Masyarakat Hukum Adat Dayak Benuaq hukum adat didasarkan pada nilai filosofi dalam menyelesaikan suatu sengketa kebersamaan (komunal), pengorbanan, nilai menggunakan pendekatan konsensus atau supranatural dan keadilan. Dalam musyawarah mufakat dalam hal ini dikenal masyarakat hukum adat kepentingan dengan istilah semumuq uruk semungkaq bersama merupakan filosofi hidup yang beamp, dengan meminta bantuan kepada meresap pada jiwa seorang anggota dewa nayuq seniyang untuk membantu masyarakat. Sengketa yang terjadi antar memberi petunjuk dengan mendatangkan individu masyarakat hukum adat, dalam mereka melalui perantara oleh para tetuah pandangan masyarakat hukum adat adalah adat. Hal ini dikenal dengan istilah tindakan yang mengganggu kepentinga beteruhuq yang dilaksanakan pada saat ritual bersama (komunal) dan oleh karena itu besaara atau beracara dalam peradilan adat harus cepat di selesaikan secara arif dengan di Kabupaten Kutai Barat, Provinsi menggunakan pola penyelesaian adat.9 Kalimantan Timur. Apabila terjadi suatu pelanggaran hukum, 3. Benda Magis maka petugas hukum (Kepala adat dan Masyarakat Hukum Adat Dayak Benuaq sebagainya) mengambil tindakan konkrit masih mempercayai suatu ikatan dengan (reaksi adat) guna membetulkan hukum roh-roh gaib yang telah diisi di dalam suatu yang dilanggar itu. Suatu tindakan benda-benda tertentu, sehingga dipercaya melanggar hukum, misalnya: tidak melunasi memiliki kekuatan magis, benda tersebeut utang, memerlukan pemulihan hukum. bisa berukuran besar, sedang atau kecil. Dalam hal ini hukum dapat dipulihkan Benda yang biasa dijumpai berupa patung, dengan penghukuman si debitur untuk tengkorak kepala manusia, guci, Mandau, melunasi utang atau prestasinya.10 tombak, batu, kayu, taring, dan lain 1. Macam-macam obyek sengketa sebagainya. Masyarakat Hukum Adat Dayak Ada berberapa macam sengketa yang Benuaq melakukan upacara atau ritual agar berpotensi untuk diselesaikan melalui ikatan hukum adat terhadap leluhur dengan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Masyarakat Hukum Adat Dayak Benuaq sebagai berikut. tetap terjaga dengan baik. Ritual tersebut a. Sengketa-sengketa yang berkaitan berupa beliant (ritual penyembuhan), dengan masalah-masalah antar tetangga, kuangkai (ritual adat kematian), kenyau antar anggota masyarakat, gender, ras, (persembahan dengan mengurbankan hewan dan etnis. kerbau untuk para leluhur), beteruhuq ritual b. Sengketa-sengketa antar pribadi antar adat berperkara, beteruhuq bikat asaakng, individu. ritual mengundang leluhur untuk menjemput c. Sengketa-sengketa trust, yang meliputi orang mati, beteruhuq sumpah ritual sengketa antara trust-tees dan sumpah, nalitn taunt atau gugut taunt ritual beneficiaries. tahunan. Benda-benda yang terikat secara d. Sengketa-sengketa yang berkaitan magis kepada pemiliknya hanya dapat dengan perbuatan melawan hukum (tort), dipindah-tangankan dengan jalan transaksi meliputi kelalaian dan kegagalan jual (kontan) tidak termasuk menggadaikan melaksanakan kewajiban dan termasuk atau menyewakan.12

9 Bushar Muhammad, Pokok-pokok Hukum Adat, (Jakarta : Pradaya Pramita, 1995), hlm 61-62. 11 Ibid., hlm. 20-21. 10 Iman Sudiyat, Op.Cit., hlm. 175. 12 Iman Sudiyat, Op. Cit., hlm. 57.

4. Mufakat Masyarakat , Pasal 2, Pasal 5 dan Tradisi musyawarah mufakat yang berasal Pasal 10 ayat (3). dari norma kebiasaan yang berlaku dalam c) Undang-Undang Republik bentuk yang sederhana pada komunitas desa Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 yang kecil dan terbatas, diangkat menjadi tentang Cagar Budaya, Pasal 1 suatu gagasan bangsa setelah terbentuk angka 2 dan Pasal 6. negara Indonesia. Tradisi tersebut d) Undang-Undang Republik disesuaikan dengan struktur negara modern Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 dan diperluas pada wilayah negara yang tentang Pemerintah Daerah, Pasal lebih besar dengan mempertahankan prinsip- 101 ayat (1) huruf a dan Pasal 154 prinsip pokoknya sebagaimana teraktualisasi ayat (1) huruf a. dalam pancasila dan UUD 1945 yang e) Undang-Undang Nomor 5 Tahun menjadi ideologi dan konstitusi negara 2017 tentang Pemajuan Indonesia. Bagi Masyarakat Hukum Adat Kebudayaan, Pasal 1 angka 6, Dayak Benuaq hal ini dikenal dengan istilah Pasal 4 dan Pasal 5. semumuq uruk semungkaq beamp yang f) Peraturan Daerah Provinsi artinya dalam melaksanakan atau memutus Kalimantan Timur Nomor 1 Tahun sesuatu harus melalui musyawarah mufakat. 2015 tentang Pedoman Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat 2. METODE Hukum Adat di Provinsi A. Jenis Penelitian Kalimantan Timur, Pasal 1 Penelitian ini merupakan jenis penelitian angka 4, 5, 8, Pasal 4, Pasal 9 hukum normatif. Dalam penelitian hukum dan Pasal 10. normatif ini dikaji norma-norma hukum g) Peraturan Daerah Kabupaten Kutai positif berupa peraturan perundang- Barat Nomor 24 Tahun 2001 undangan, yang berkaitan dengan tentang Pemberdayaan, penyelesaian sengketa perjanjian pinjam Pelestarian, Perlindungan dan pakai benda magis Masyarakat Hukum Adat Pengembangan Adat Istiadat dan Dayak melalui Lembaga Adat Besar di Lembaga Adat dalam Wilayah daerah Kabupaten Kutai Barat. Penelitian Kabupaten Kutai Barat, Pasal 8 hukum ini menitik beratkan pada penelitian ayat (1) huruf c. kepustakaan bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan dan bahan h) Peraturan Daerah Kabupaten Kutai hukum sekunder yang berupa buku, jurnal Barat Nomor 12 Tahun 2006 dan internet. tentang pengukuhan dan B. Sumber Data pembinaan Masyarakat Hukum 1) Bahan Hukum Primer Adat dalam wilayah Kabupaten Bahan hukum primer adalah bahan hukum Kutai Barat, Pasal 7 ayat (2) yang diperoleh dari peraturan perundang– huruf f. undangan (hukum positif), terdiri atas: i) Peraturan Daerah Kabupaten Kutai a) Undang–Undang Dasar Negara Barat Nomor 13 Tahun 2017 Kesatuan Republik Indonesia tentang penyelengaraan pengakuan Tahun 1945, Pasal 18B ayat (2) dan perlindungan Masyarakat dan Pasal 28I ayat (3). Hukum Adat, Pasal 1 angka 10, b) Undang-Undang Nomor 47 Tahun Pasal 15 ayat (1) huruf b dan d. 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten 2) Bahan Hukum Sekunder Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Bahan hukum sekunder berupa Kabupaten Kutai Timur, dan Kota pendapat hukum yang diperoleh melalui

buku, internet, dan fakta hukum.13 Bahan penyelesaian sengketa perjanjian pinjam hukum sekunder juga termasuk pendapat pakai benda magis Masyarakat Hukum Adat hukum dari narasumber dan dokumen yang Dayak melalui Lembaga Adat Besar di berasal dari Lembaga Adat Besar daerah Kabupaten Kutai Barat. Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN C. Metode Pengumpulan Data A. Penyelesaian Sengketa Perjanjian Jenis penelitian yang diteliti adalah Pinjam Pakai Benda Magis Masyarakat penelitian hukum empiris, maka metode Hukum Adat Dayak Melalui Lembaga pengumpulan data yang digunakan adalah: Adat Besar Kabupaten Kutai Barat 1) Studi kepustakaan, dilakukan dengan 1. Monografi Kabupaten Kutai Barat cara mempelajari peraturan perundang- Kutai Barat adalah salah satu daerah undangan, buku, internet, dan fakta hukum Kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur perihal Penyelesaian Sengketa Perjanjian yang terjadi karena pemekaran pada Tahun Pinjam Pakai Benda Magis Masyarakat 1999 (Undang-Undang Nomor 47 Tahun Hukum Adat Dayak Melalui Lembaga Adat 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Besar Di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kalimantan Timur. Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, dan 2) Pedoman wawancara menggunakan Kota Bontang). Secara Geografis Kabupaten daftar pertanyaan yang telah disusun oleh Kutai Barat terletak antara 113'048'49" peneliti. Peneliti menggunakan alat rekaman sampai dengan 116'032'43" BT serta di berupa telepon seluler yang dilakukan antara 103'1'05" LU dan 100'9'33" LS. Kutai terhadap narasumber. Barat memiliki luas sekitar 20.384,6 Km2 a) Bapak Manar Dimansyah selaku dan berpenduduk sebanyak 162.199 jiwa. Kepala Adat Besar di Kabuapten Kutai Kearifan yang dianut oleh suku Dayak Barat, Kalimantan Timur. Tunjung dan Benuaq berkaitan kemampuan b) Bapak Dalmasius Madrah selaku analisis pesan media yaitu anjuran Nimpaa Kepala Bidang Bagian Upacara Adat di (Tonyooi) dan lemaaq (Benuaq) yaitu Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan perbuatan mengalah, tidak egois, tidak Timur. serakah (kebuhooq) dan tidak c) Bapak Ruslan selaku pihak yang mementingkan diri sendiri agar terhormat di terlibat dalam sengketa masyarakat. d) Bapak Seragen selaku pihak yang 2. Proses penyelesaian sengketa terlibat dalam sengketa perjanjian pinjam pakai benda magis e) Bapak Edo selaku pihak yang terlibat yang dilakukan oleh Lembaga Adat di dalam sengketa daerah Kabupaten Kutai Barat Pada tanggal 24 Juli tahun 2009 D. Proses Berpikir Lembaga Adat menerima laporan bahwa Proses berpikir atau prosedur bernalar bapak Edo dan ibu Rihai terjadi yang digunakan secara deduktif yakni permasalahan diantara mereka mengenai menarik kesimpulan dimulai dari suatu peminjaman sebuah guci (antakng) oleh permasalahan yang bersifat umum terhadap saudara Edo yang mana selanjutnya guci itu permasalahan yang bersifat khusus terhadap di jual. Pada mulanya bapak Edo hendak permasalahan konkrit yang dihadapi.14 meminjam guci tersebut untuk digunakan Selanjutnya bahan hukum yang dianalisis agar ia diberi perlindungan. Guci atau untuk melihat permasalahan tentang antakng tersebut merupakan guci dari keluarga bapak edo dan ibu rihai secara 13 Ibid, hlm. 392 turun-temurun yang telah dijaga dan dirawat 14 Johny Ibrahim, 2012, Teori dan Metodologi oleh pendahulu mereka. Guci tersebut Penelitian Hukum Normatif. Bayumedia Publishing, memiliki hubungan dengan alam lain (diluar Malang, hlm. 393.

alam manusia) yang mana guci itu telah diisi bidang bagian hukum adat, bidang upacara roh, dengan kata lain guci tersebut memiliki adat dan bidang pembinaan pembinaan dan kekuatan magis sehingga dipusakakan oleh pelestarian adat. Dari bidang-bidang tersebut keluarga bapak edo dan ibu rihai akan tetapi memiliki kewenangannya tersendiri yang yang sepenuhnya diberi tanggung jawab langsung di komando oleh Kepala Adat untuk menjaga dan merawat guci itu adalah Besar. Lembaga Adat Besar Kabupaten ibu rihai. Kekuatan guci serta kepercayaan Kutai Barat memiliki wewenang yang diatur masyarakat akan hal itu, banyak orang yang dalam Pasal 8 ayat (3) Peraturan Daerah ingin memiliki guci itu. Begitu banyak Kabupaten Kutai Barat Nomor 24 Tahun tawaran orang luar untuk membeli guci itu 2001 tentang Pemberdayaan, Pelestarian, maka saudara edo lupa akan titipan Perlindungan dan Pengembangan Adat saudarinya untuk tidak memberikannya Istiadat dan Lembaga Adat dalam Wilayah kepada orang lain, tetapi apa daya dengan Kabupaten Kutai Barat. tawaran yang sangat banyak membuat edo pun menjual guci tersebut. Sebab yang 4. KESIMPULAN DAN SARAN terjadi atas perbuatannya tersebut maka roh A. Kesimpulan dalam guci itu pun mengutuk yang Berdasarkan hasil penelitian yang telah bertanggung jawab untuk menjaga dan dilakukan maka dapat ditarik kesimpulkan merawat guci itu sehingga ibu rihai pun bahwa proses penyelesaian sengketa melalui menjadi gila. Lembaga Adat Besar Lembaga Adat Besar Kabupaten Kutai Barat mengetahui permaslahan ini pun berinisiatif berupa mediasi dan peradilan adat yang untuk melaksanakan kegiatan upacara adat memiliki tahapan atau tata laksana di lamin desa Besiq untuk mengembalikan penyelesaian sengketa perjajian pinjam kondisi ibu Rihai seperti semula dengan cara pakai benda magis yang diselenggarakan membayar adat kepada roh yang terdapat menurut adat-istiadat setempat dengan dalam guci itu (bebanyaar) dan meminta ketentuan proses segala tahapan disampikan maaf oleh saudara edo kepada roh tersebut. secara lisan kecuali sarana adat. Menurut Bapak Manar Dimansyah selaku Penyelesaian sengketa perjanjian pinjam Kepala Adat Besar Kabupaten Kutai Barat, pakai benda magis terhadap masyarakat dalam penyelesaian sengketa pinjam pakai hukum adat Dayak Benuaq itu diselesaikan benda magis di lingkungan masyarakat melalui kesepakatan para pihak dengan hukum adat Dayak Benuaq, biasanya itikad baik untuk menyerahkan sebuah dilakukan melalui jalur mediasi. Segala piring putih atau disebut dengan penenungk masalah yang timbul dalam masyarakat sebagai suatu syarat awal pengajuan gugatan hukum adat Dayak Benuaq harus (nenukng). Peran Lembaga Adat Besar diselesaikan sesuai dengan ketentuan adat dalam menyelesaikan sengketa perjanjian Sukat. Adat Sukat dalam masyarakat suku pinjam pakai benda magis telah Dayak Benuaq merupakan pengatur dan melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang pedoman dalam menyelesaikan berbagai sesuai dengan legal standing yang didasari permaslahan yang terjadi. Dalam sukat dari Pasal 15 huruf b dan huruf d Peraturan terdapat aturan, kaidah, atau ketentuan yang Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 13 berlaku dalam masyarakat secara turun – Tahun 2017 tentang Penyelengaraan temurun meskipun tidak tertulis. Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat 3. Peran Lembaga Adat Besar Kutai Barat Hukum Adat untuk menyelesaikan sengketa dalam menyelesaikan sengketa perjanjian masyarakat hukum adat Dayak Benuaq dan pinjam pakai benda magis Masyarakat melaksanakan sanksi adat dan peradilan adat Hukum Adat Dayak yang dilaksanakan sesuai dengan kebiasaan Lembaga Adat Besar terdiri dari berbagai masyarakat hukum adat setempat dengan struktur yaitu meliputi dari Kepala Adat tidak bertentangan dengan peraturan Besar beserta wakil, sekretaris, bendahara, perundang-undangan.

B. Saran Tahun 2010 Nomor 130. Sekretariat Negara Bagi masyarakat hukum adat Dayak Republik Indonesia. Jakarta. Benuaq yang bersengketa agar dapat secara bersama-sama membicarakan segala unsur Undang-Undang Republik Indonesia Nomor yang terdapat dalam perjanjian yang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. dilaksanakan oleh para pendahulu dengan Lembaran Negara Republik Indonesia itikad baik tanpa perlu mengajukan atau Tahun 2014 Nomor 244. Sekretariat Negara menuntut suatu permasalahan yang Republik Indonesia. Jakarta. sebelumnya dianggap oleh pendahulu tersebut sebagai sesuatu hal yang biasa. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 104. Sekretariat Negara Republik Indonesia. Jakarta. 5. REFERENSI A. Buku Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Bushar Muhammad, 1995, Pokok-pokok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Hukum Adat, Pradaya Pramita, Jakarta. Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat di Provinsi Dalmaasius Madrah T, Adat Sukat Dayak Kalimantan Timur. Lembaran Negara Benuaq dan Tonyooi, Puspa Swara, Jakarta, Daerah Provinsi Kalimantan Timur 2001. Tahun 2015 Nomor 1. Sekretariat Daerah, . Iman Sudiyat, 1981, Hukum Adat Sketsa Asas, Liberty, Yogyakarta Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 24 Tahun 2001 tentang Johny Ibrahim, 2012, Teori dan Metodologi Pemberdayaan, Pelestarian, Penelitian Hukum Normatif. Bayumedia Perlindungan dan Pengembangan Publishing, Malang Adat Istiadat dan Lembaga Adat dalam Wilayah Kabupaten Kutai Tolib Setiyadi, S.H., M,Pd, M.H. ,2013, Barat. Lembaran Daerah Kabupaten Intisari Hukum Adat Indonesia dalam Kajian Kutai Barat Tahun 2001 Nomor 24. Kepustakaan, ALFABETA CV, Bandung. Sekretariat Daerah, .

B. Peraturan Perundang – Undangan Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 12 Tahun 2006 tentang pengukuhan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia dan pembinaan Masyarakat Hukum Adat Tahun 1945 dalam wilayah Kabupaten Kutai Barat. Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 Tahun 2006 Nomor 12. Sekretariat Daerah, tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Sendawar. Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, dan Kota Bontang. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2017 tentang Tahun 1999 Nomor 175. Sekretariat Negara Penyelengaraan Pengakuan dan Republik Indonesia. Jakarta. Perlindungan Masyarakat Hukum Adat. Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Tahun 2017 Nomor 13. Sekretariat Daerah, 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Sendawar. Lembaran Negara Republik Indonesia

C. Jurnal

Al-I‟lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 2, No 1, September 2018, pp. 62- 76

Inda Fitryarini, Rina Juwita, Purwaningsih, 2014, “Model Literasi Media Berbasis Kearifan Lokal pada Suku Dayak Tunjung dan Dayak Benuaq di Kutai Barat”, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Volume 17, Nomor 3, Maret 2014 (207-219) ISSN 1410- 4946.

Nevei Varida Ariani, 2012, “Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan” Jurnal Rechts Vinding- Media Pembinaan Hukum Nasional, Vol. 1 Nomor 2 Agustus 2012, Badan Pembinaan Hukum Nasional.