Jurnal Skripsi Penyelesaian Sengketa Perjanjian Pinjam
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
JURNAL SKRIPSI PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN PINJAM PAKAI BENDA MAGIS MASYARAKAT HUKUM ADAT DAYAK MELALUI LEMBAGA ADAT BESAR DI KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Diajukan oleh : Geovanni Villarba Gamas N P M : 160512257 Program studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Sistem Peradilan FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA 2020 PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN PINJAM PAKAI BENDA MAGIS MASYARAKAT HUKUM ADAT DAYAK MELALUI LEMBAGA ADAT BESAR DI KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR GEOVANNI VILLARBA GAMAS Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta [email protected] ABSTRACT Settlement of Dayak Customary Law Community Communities Use Debt Agreement Dispute through Large Customary Institutions in West Kutai Regency, East Kalimantan Province The Indonesian people whose diversity is not dead (static), the Dayak customary law community in West Kutai Regency has a strong bond with local customary law because for them it still provides very significant benefits for living life and as a means for customary law communities Dayak Benuaq with a deity god. This research aims to determine the role of the West Kutai Regency Customary Institution in resolving disputes in the lease-to-use agreement and the process of resolving disputes on the use of magical objects through the Indigenous Institution of West Kutai Regency. This research is an empirical study. The type of research data used are primary data and secondary data with primary legal materials, secondary legal materials, and tertiary legal materials. Data collection techniques through literature study and interviews with respondents. The data analysis method used is qualitative. Based on the results of research conducted that the role of the large customary institutions of West Kutai Regency is by the relevant regional regulations and the dispute resolution process for the large customary institutions of West Kutai Regency for disputes in the lease-to-use and magical use disputes using solai-level case management. Keywords: Large Customary Institutions, West Kutai Regency, Disputes, and Dayak, Customary Law Communities 1. PENDAHULUAN Indonesia dimanapun dan sampai Kehidupan Masyarakat Hukum Adat kapanpun.1 Indonesia yang dimiliki oleh suku bangsa Masyarakat Hukum Adat adalah kesatuan- berbeda-beda satu sama lain, meskipun kesatuan yang mempunyai kelengkapan- dasar dan sifatnya adalah satu yaitu kelengkapan untuk sanggup berdiri sendiri keIndonesiaannya. Adat bangsa Indoensia yaitu mempunyai kesatuan hukum, kesatuan dikatakan sebagai merupakan suatu penguasa, dan kesatuan lingkungan hidup “Bhinneka” akan tetapi “Tunggal Ika” yaitu berdasarkan hak bersama atas tanah dan air sifat dasar Indonesia, dan adat bangsa bagi semua anggotanya. Masyarakat Hukum Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika ini Adat di Kutai Barat memiliki ikatan kuat tidak mati (statis) melainkan selalu dengan hukum adat di wilayah tersebut hal berkembang serta senantiasa bergerak ini dikarenakan hukum adat masih memiliki berdasarkan keharusan tuntutan evolusi eksistensi dan pedoman bagi masyarakat mengikuti proses perkembangan peradaban untuk berperilaku, menjalankan hidup, bangsa-bangsa yang ada di dunia. Adat kebiasaan dan merupakan suatu nilai positif istiadat yang hidup serta yang berkembang bagi mereka yang berdomisili di Kutai dimaksud merupakan sumber yang Barat. Masyarakat di pulau Kalimantan mengagumkan bagi hukum adat kita sebagai hukum asli dari masyarakat dan bangsa 1 Tolib Setiyadi, 2013, Intisari Hukum Adat Indonesia dalam Kajian Kepustakaan, ALFABETA CV, Bandung, hlm. 2. Timur merupakan masyarkat yang heterogen Masyarakat Hukum Adat setempat, sehingga beragam budaya, sub-budaya yang membantu pemerintah daerah dan aparat terdapat di daerah-daerah dan tidak menutup penegak hukum dalam penyelesaian kemungkinan hal tesebut pula berpengaruh sengketa yang terjadi terhadap Masyarakat terhadap lingkungan masyarakat di daerah Hukum Adat. Sistem penyelesaian sengketa Kabupaten Kutai Barat. Dalam Pasal 1 ayat yang digunakan oleh Lembaga Adat Besar (6) Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Kutai Barat ini adalah sistem damai atau Nomor 13 Tahun 2017 tentang win-win solution. Penyelengaraan Pengakuan dan Masyarakat Hukum Adat Dayak Benuaq Perlindungan Masyarakat Hukum Adat menyelesaikan sengketa perjanjian pinjam diatur “Masyarakat Hukum Adat yang pakai benda magis secara damai, sudah selanjutnya disingkat MHA adalah merupakan budaya hukum adat bangsa Masyarakat di Kabupaten Kutai Barat yang Indonesia yang tradisional. Hal yang memiliki karakteristik khas, hidup termasuk dalam usaha penyelesaian berkelompok secara harmonis sesuai hukum sengketa secara damai ini sudah terdapat adatnya, memiliki ikatan pada asal usul sejak zaman Hindia Belanda disebut leluhur dan/atau kesamaan tempat tinggal, peradilan desa (dorps justitie) sebagaimana terdapat hubungan yang kuat dengan tanah diatur dalam Pasal 3a RO mengenai konsep dan lingkungan hidup, serta adanya sistem peradilan desa (Adat) yang sampai sekarang nilai yang menentukan pranata ekonomi, tidak pernah dicabut2. politik, sosial, budaya, hukum dan Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui memanfaatkan satu wilayah tertentu secara dan memperoleh data tentang proses turun temurun” . pelaksanaan penyelesaian sengketa Sistem hukum adat di Kabupaten Kutai perjanjian pinjam pakai benda magis yang Barat memiliki keunikan tersendiri di dalam dilakukan oleh Lembaga Adat Besar di penyelesaian sengketa yang terjadi dalam daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi lingkungan kehidupan masyarakatnya. Kalimantan Timur, dan untuk mengetahui Lembaga khusus yang dipercayakan oleh dan memperoleh data tentang peran pemerintah Kabupaten Kutai Barat dalam Lembaga Adat Besar Kutai Barat dalam melaksanakan tugas untuk membantu menyelesaikan sengketa perjanjian pinjam pemerintah dalam menyelesaikan pakai benda magis Masyarakat Hukum Adat permasalahan adat atau hal-hal lain yang Dayak di daerah Kabupaten Kutai Barat, bersinggungan dengan hukum adat sekitar, Provinsi Kalimantan Timur. lembaga tersebut dikenal dengan istilah A. Lembaga Adat Besar Masyarakat Hukum Lembaga Adat Besar Kutai Barat. Lembaga Adat Dayak ini sendiri adalah perangkat organisasi yang Masyarakat Hukum Adat Dayak yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan terdapat di Kabupaten Kutai Barat memiliki keberadaan suatu Masyarakat Hukum Adat ciri-ciri sebagai berikut: untuk mengatur dan menyelesaikan berbagai 1) Masih mengedepankan nilai-nilai adat permasalahan kehidupan sesuai dengan Dayak hukum adat. 2) Lamin atau rumah panjang (symbol Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat 3) Gilir balik (bercocok tanam) Nomor 13 Tahun 2017 tentang 4) Mandau (parang) Penyelengaraan Pengakuan dan 5) Tumper (lambang dari seni Masyarakat Perlindungan Masyarakat Hukum Adat, Hukum Adat Dayak) Pasal 15 menegaskan kedudukan lembaga 6) Gotong-royong. adat tersebut memiliki tugas dan fungsi Masyarakat Hukum Adat Dayak di sebagai suatu organisasi yang diperuntukan Kabupaten Kutai Barat memiliki banyak melaksanakan hukum adat, sanksi adat dan peradilan adat sesuai dengan kebiasaan 2 Tolib setiyadi, Op. Cit., hlm. 367. keragaman suku Dayak, salah satunya dewa yang tertinggi yang dinamakan adalah suku Dayak Benuaq. Timbulnya Latalla. Latalla hanya satu dan menguasai pemukiman penduduk yang mejadi cikal kehidupan di Bumi. Ada dewa yang menjadi bakal desa, kota, atau kerajaan pada penolong bagi manusia, seperti nayuq dan umumnya dimulai dari lembah atau pada seniyang.5 daerah aliran sungai. Hal ini disebabkan 1. Perjanjian Pinjam Pakai karena kehidupan masnusia tidak lepas dari Perjanjian pinjam pakai memiliki kaitan kebutuhan akan ketersediaan air yang atau erat hubungannya dengan hukum memadai untuk kebutuhan sehari-hari, juga perutangan. Hukum perutangan menurut sebagai sarana transportasi bagi manusia. hukum adat ialah keseluruhan peraturan Penyebaran Suku Dayak Benuaq diduga hukum yang menguasai hak-hak atas benda- terjadi karena pola pertanian ladang pada benda selain tanah dan perpindahan hak-hak lahan kering yang menimbulkan masalah itu, serta hukum mengenai jasa-jasa. Jadi yang serius pada penurunan tingkat bukan utang piutang seperti yang diatur kesuburan tanah dan semakin sulit areal dalam BW.6 Hak atas barang-barang yang cukup di sekitar pemukiman penduduk. tersebut juga dinamakan hak milik, tetapi ia Suku Dayak Benuaq hanya menempati senantiasa berupa hak milik bebas artinya, beberapa di antaranya Desa Mencimai, Desa hak perorangan, atas benda-benda selain Engkuni, Desa Pasek, Desa Pepas Eheng tanah itu dikuasai dan tidak dibatasi oleh hak dan Desa Muut.3 purba, hak ulayat, hak pertuanan, hak Kekerabatan suku Dayak Benuaq dikenal masyarakat.7 dengan istilah purus yang diperhitungkan Pakai memakai dan pinjam meminjam berdasarkan perkawinan, perkawinan memiliki pengertian yang mendekati sama, digolongkan dalam hubungan kekerabatan perbedaannya adalah jika pakai memakai purus diniiq atau purus totoi (hubungan dimaksudkan untuk benda atau barang yang kekerabatan yang dekat), yang dalm bisa dipakai atau digunakan misalnya, pakai kehidupan sehari-hari terwujud dalam memakai pakaian, perhiasan, peralatan adat, sopan-santun menyapa orang. Hubungan alat pengangkutan dan lain sebagainya dan kekerabatan menjadi pedoman dan setelah barangnya dipakai dikembalikan lagi pertimbangan seorang dalam menentukan kepada pemiliknya atau penguasanya, dan menerima jodohnya. Pada zaman dengan istilah lain disebut pinjam pakai. dahulu, perkawinan sering terjadi atas Pinjam meminjam dimaksudkan untuk kehendak orang tua.4 benda