Konstruksi Realitas Pemberlakuan …

KONSTRUKSI REALITAS PEMBERLAKUAN PERDA SYARIAH OLEH KORAN THE POST

Alia Azmi

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang

Abstract This research aims to analyse the construction of reality on sharia bylaws in the English newspaper . The Jakarta Post is currently the biggest national English newspaper with readership includes educated middle class and high-end as well as foreign audience, making its role siginificant in representing news of abroad. This qualitative research uses descriptive design and framing analysis to analyse the framing of news about the implementation of sharia bylaws by The Jakarta Post. The research concludes that The Jakarta Post frames sharia bylaws as controversial and incompatible with the legal system and the plural society of Indonesia. The construction of reality is influenced by its pluralist and secularist ideology. Key words: construction of reality, The Jakarta Post, sharia baylaws, pluralist

Pendahuluan Masa_Depan_Demokrasi_Indonesia_Sebuah_S Perda bernuansa syariah, atau lebih ketsa). Sebagian besar perda syariah memuat dikenal sebagai perda —syariah“, adalah produk aturan tentang larangan penjualan minuman hukum pemerintah daerah di beberapa propinsi, beralkohol, prostitusi, pemberantasan maksiat, kota, dan kabupaten di Indonesia yang kewajiban kemampuan membaca Al-Quran, terinspirasi dari syariah dalam Islam. Syariah membayar zakat, dan memakai busana muslim. adalah sekumpulan aturan bagi umat Islam yang Peraturan bernuansa syariah diinterpretasikan dari Al-Qur‘an dan Hadits. menimbulkan kontroversi dalam masyarakat, Penerapan syariah dalam perda merupakan efek dengan alasan sebagai berikut: desentralisasi sistem pemerintahan yang 1. Pendapat bahwa negara Indonesia ditetapkan dengan Undang-Undang No. 2 tahun berdasarkan hukum sipil, bukan 1999 tentang Otonomi Daerah yang kemudian berdasarkan aturan agama tertentu. UUD diperbaharui dengan UU No. 32 tahun 2004. 1945 tidak menegaskan Indonesia sebagai Dalam undang-undang ini, pemerintah daerah negara agama maupun negara sekuler, oleh provinsi dan walikota/kabupaten diberikan sebab itu terdapat perdebatan antara keleluasaan dalam membentuk kebijakan pendukung negara sekuler maupun negara publik, termasuk peraturan daerah. Perda agama. Perda syariah memperlihatkan syariah dikeluarkan dengan harapan dapat hukum yang dipengaruhi aturan agama menyelesaikan masalah-masalah multi-dimensi Islam (Machmudi, 2006: 192). dalam masyarakat Indonesia seperti kriminalitas 2. Pendapat bahwa pemerintah tidak boleh dan korupsi (Machmudi, 2006: 193). terlibat dalam urusan ibadah masyarakat, Perda syariah meliputi pengaturan yang seharusnya merupakan perhatian mengenai tindakan moral masyarakat atau organisasi-organisasi agama. Hal ini juga akidah, keterampilan beragama dan ritual berdasarkan interpretasi bahwa Indonesia keagamaan, dan yang berkaitan dengan simbol- bukan negara agama dan terdapat simbol keagamaan seperti gaya berpakaian pembatasan antara negara dengan agama (http://www.wahidinstitute.org/Program/Detail/ (separation of religion and state). ?id=75/hl=id/Perda_Bernuansa_Agama_Dan_ 3. Karena tidak sesuai dengan masyarakat

18 Vol. XI No.1 Th. 2012

Indonesia yang majemuk, terutama dengan negeri, baik pembaca maupun media asing yang adanya pengakuan kebebasan beragama di membutuhkan berita tentang Indonesia. Indonesia. Implementasi perda syariah ini Peran koran ini sebagai promotor bersifat diskriminatif terhadap kalangan Indonesia serta readership dengan jumlah non-Muslim dan menimbulkan warga negara asing yang signifikan ketidaksetaraan pandangan terhadap status menyebabkan pemberitaan JP menjadi kajian perempuan. Hal ini dikhawatirkan akan menarik untuk mengetahui representasi menimbulkan perpecahan bangsa Indonesia ke dunia luar dan pandangan dunia (ibid:192). luar tentang Indonesia. Sebagai negara 4. Selain perbedaan antar umat beragama, demokrasi berpenduduk Muslim terbesar di umat Muslim juga terdiri atas beberapa dunia, Indonesia menjadi sorotan berkaitan kelompok dengan pandangan dan dengan meningkatnya perhatian dunia terhadap pendekatan yang berbeda dalam kompatibilitas demokrasi dengan Islam. Maka, menginterpretasikan ajaran Islam. Masalah kecenderungan menerapkan syariah dalam akan timbul ketika memilih pendekatan perda di banyak daerah juga menjadi isu yang dan pandangan mana yang akan digunakan menarik bagi media dan akademisi dari luar sebagai sumber syariah (ibid: 192). negeri. JP sebagai media yang terdepan dalam 5. Perda syariah dapat disalahgunakan memberitakan Indonesia ke dunia internasional sebagai politisasi agama oleh kandidat cukup sering memuat isu perda syariah, yang pemimpin daerah yang ingin mendapatkan menunjukkan perhatian besar JP terhadap suara dari kelompok mayoritas di tindakan pemerintah dalam menyikapi perda Indonesia yaitu Muslim. syariah tersebut. Perdebatan mengenai perda syariah ini Penelitian ini berusaha mengungkapkan pada akhirnya menjadi isu yang menarik masalah yang dirumuskan sebagai berikut: dibahas di media massa. Salah satu media yang —bagaimana pola konstruksi dan pemberian gencar memberitakan perda syariah tersebut makna peristiwa pemberlakuan dan pelaksanaan adalah koran berbahasa Inggris The Jakarta peraturan daerah bernuansa syariah di beberapa Post. The Jakarta Post (selanjutnya disebut JP) kota di Indonesia oleh The Jakarta Post?“ adalah koran berbahasa Inggris berskala Walaupun JP tidak tergolong ke dalam media nasional terbesar di Indonesia saat ini. Pertama mainstream dan mempunyai readership kali diterbitkan pada 25 April 1983, JP mampu terbatas, koran ini mempunyai segmen yang mempertahankan dominasinya dalam harian sangat khusus yaitu kelas menengah atas dan berbahasa Inggris walaupun harus menghadapi warga negara asing, sehingga berperan penting persaingan dengan koran lain semacamnya dalam memberitakan Indonesia ke dunia yang lebih tua yaitu Indonesian Observer yang internasional. didirikan pada tahun 1955 dan The Indonesia Times pada tahun 1974 Kajian Teori (http://www.thejakartapost.com/news/2001/06/ Konstruksi Media Massa 09/039indonesian-observer039-suspends- Teks media adalah sebuah wacana, operations.html). Seiring dengan perkembangan seperti yang dijelaskan Foucault, yang dapat teknologi, beberapa media online berbahasa dilihat dari level konseptual teoreties, konteks Inggris pun muncul di Indonesia. JP pun penggunaan, dan metode penjelasan. Wacana menerbitkan berita online melalui websitenya merupakan teks yang mempunyai makna dan www.thejakartapost.com. efek dalam dunia nyata, dan dalam konteks Penggunaan bahasa Inggris penggunaannya dapat dikelompokkan ke dalam menyebabkan JP berbeda dengan koran lokal kategori konseptual tertentu (Sobur, 2001: 11). lain dari segi karyawan, target pembaca, dan isu Hal ini berarti wacana bukan hanya teks yang yang layak muat. Data sirkulasi JP yang terdiri atas struktur bahasa yang kosong, tetapi mencapai 55 ribu dan readership 165 ribu juga terdapat unsur-unsur non bahasa yang menunjukkan bahwa pasar mereka adalah ditambahkan penyampainya seperti kepentingan kalangan menengah atas yang berpendidikan pribadi, ekonomi, politik, ataupun ideologi dan warga negara asing atau kelompok high end (Hamad, 2010: ix). (The Jakarta Post Media Kit). Selain itu, JP juga Oleh karena itu, wacana dikembangkan menargetkan audience (khalayak) di luar sebagai cara untuk memperjuangkan 19 Konstruksi Realitas Pemberlakuan ... pandangan-pandangan komunikator atau konstruksi (2). Proses konstruksi dipengaruhi penyampai pesan. Proses pengembangan oleh sistem komunikasi yang berlaku (3), wacana yang dilakukan oleh media inilah yang meliputi dinamika internal dan eksternal pelaku akan membentuk konstruksi realitas media. konstruksi (3). Hal ini berarti bahwa Media mengamati langsung realitas peristiwa, pembentukan wacana tidak berada di ruang dan kemudian berusaha menyusun cerita yang bebas nilai, sedangkan pelaku konstruksi tentang peristiwa tersebut ke dalam teks yang tidak bebas mengendalikan konstruksi realitas. bermakna atau wacana. Makna yang diberikan Lemahnya kendali oleh pelaku konstruksi ini terhadap realitas tersebut dipengaruhi oleh disebabkan oleh faktor innocently, yaitu yang faktor-faktor yang memengaruhi persepsi berasal dari human error; faktor internality terhadap peristiwa itu oleh komunikator, baik berupa minat dan kepentingan; dan faktor disengaja atau tidak. Hal ini kemudian externality karena adanya sponsor dan pasar membentuk konstruksi realitas yang baru dan (5). Secara sengaja, konstruksi realitas berbeda dari realitas yang pertama (ibid, 31-2). dipengaruhi oleh strategi pelaku konstruksi Menurut Hamad (2010: 35-8), faktor- dalam membuat wacana yaitu strategi signing faktor yang memengaruhi proses konstruksi meliputi pemakaian kata, idiom, kalimat, dan realitas media terhadap suatu peristiwa secara paragraf; strategi framing yaitu upaya memilih umum berasal dari sistem komunikasi yang fakta yang dimasukkan atau dikeluarkan dari berlaku. Dalam sistem komunikasi, dinamika wacana; dan strategi priming yaitu teknik internal dan eksternal pelaku konstruksi serta menampilkan wacana di depan publik strategi dalam mengkonstruksi realitas akan berdasarkan waktu, tempat, dan jenis khalayak memengaruhi wacana yang dihasilkan. Proses (7). Hasil proses konstruksi tersebut berupa konstruksi realitas tersebut pada awalnya wacana atau realitas yang dikonstruksikan (8), digunakan untuk menganalisis konstruksi berita dan dapat dikatakan bahwa dibalik wacana itu politik, namun akhirnya juga digunakan untuk terdapat makna, citra, dan kepentingan yang menganalisis wacana-wacana lain dalam diajukan oleh komunikator (9). berbagai bentuk mediasi komunikasi. Model Untuk meneliti konstruksi realitas yang dikembangkan Hamad dapat dilihat dalam peristiwa oleh suatu media dapat digunakan Gambar 1 berikut. metode analisis wacana maupun analisis Gambar 1: Proses Konstruksi Realitas framing. Kedua analisis ini merupakan perkembangan dari analisis isi (content) media yang dianggap —tradisional“, karena menggunakan seperangkat kategori-kategori konseptual yang berkaitan dengan isi media dan menghitung ada tidaknya kategori-kategori tersebut secara kuantitatif. Keterbatasan analisis isi untuk memahami pesan dalam wacana menyebabkan berkembangnya analisis wacana yang lebih melihat bagaimana pesan disampaikan untuk memahami makna dalam suatu teks dengan metode kualitatif yang lebih bersifat interpretatif. Sedangkan analisis framing adalah perkembangan dari analisis wacana (Sobur, 2001: 4-5). Analisis framing digunakan untuk mengetahui bagaimana realitas dibingkai oleh media, sehingga memberikan filter realitas yang

Sumber: Hamad, 2010: 35 berbeda dengan kenyataan kepada masyarakat. Analisis framing juga digunakan untuk Dari bagan tersebut, Hamad menjelaskan mengetahui perspektif atau cara pandang yang bahwa realitas pertama berupa keadaan, benda, digunakan wartawan ketika menseleksi isu dan pikiran, orang, peristiwa, dan lainnya (1) mengemas berita. Cara pandang tersebut dikonstruksikan oleh komunikator atau pelaku menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan dan 20 Vol. XI No.1 Th. 2012

akan dibawa kemana berita tersebut (Nugroho, lainnya tentang satu peristiwa yang sama. 1999). Cara pandang ini disebut William Pengelompokan tersebut dikemukakan Gamson sebagai kemasan (package) (dalam oleh Ibnu Hamad berdasarkan pemberitaan dan Eriyanto, 2002: 224). hubungan beberapa media dengan partai politik Dengan demikian, proses konstruksi tertentu. Ia membagi ideologi politik media realitas oleh media menghasilkan makna dan cetak di Indonesia ke dalam empat kelompok —realitas“ yang berbeda sebagai hasil dari yaitu ideologi (dekat ke) Islam, ideologi (dekat pembacaan wacana oleh masyarakat. Media ke) Kristen, nasionalis-sekuler, dan yang yang dapat menyampaikan makna dalam berorientasi pasar/lokasi daerah (ibid). Hamad wacananya secara lebih luas akan dapat menggunakan pengelompokan ini untuk memengaruhi pandangan masyarakat tentang meneliti pemberitaan beberapa media cetak suatu peristiwa. tentang sembilan partai politik pemenang pemilu tahun 1999. Dengan menghubungkan Media dan Perebutan Wacana pemberitaan 10 koran nasional dan daerah di Media menempati posisi sentral bagi Indonesia mengenai parpol-parpol tersebut, ia ruang publik (public sphere), yaitu bentuk ideal menarik kesimpulan tentang nilai-nilai dan kawasan publik atau ruang publik yang posisi politik koran-koran tersebut. merupakan celah antara negara dan masyarakat Hamad menemukan bahwa media-media madani sebagai fasilitas bagi setiap individu dalam kategori ideologi tersebut cenderung warga negara dalam diskursus tentang berbagai memberitakan parpol dalam kategori ideologi isu permasalahan bersama. Hal ini diperlukan yang sama secara positif, dan memojokkan dalam kerangka pencapaian konsensus di antara partai yang tidak sesuai dengan ideologi politik mereka sendiri ataupun untuk mengontrol media bersangkutan. Dengan demikian, dapat negara dan pasar, seperti diungkapkan dilihat bahwa media-media tersebut memihak Habermas yang dituliskan lagi oleh Deddy N. dan berafiliasi terhadap nilai-nilai dan ideologi Hidayat (dalam Sudibyo 2001: vii). Media, politik tertentu. selain menyebarluaskan informasi, juga sebagai wadah representasi isu-isu sosial dan Metode Penelitian pertarungan wacana, sehingga pemenangnya Penelitian ini menggunakan pendekatan akan dapat menentukan sikap publik sekaligus kualitatif deskriptif dengan metode analisis membentuk opini publik dan melakukan framing yang lazim digunakan dalam kajian hegemoni (Panuju dalam Khotimah). Praktek media. Unit analisis yaitu berita pada headline pertarungan wacana dalam ruang publik dan editorial koran JP mengenai pemberlakuan tersebut menyebabkan penggambaran pihak perda bernuansa syariah pada rentang waktu yang tidak dominan selalu buruk (Sobur, 2001: tahun 2005 hingga 2006, sebab saat itu perda 142). syariah banyak diterapkan di beberapa kota dan Pertarungan wacana di berbagai media di kabupaten di Indonesia. Pengumpulan data Indonesia menyebabkan munculnya pengotakan dilakukan dengan menganalisis edisi cetak dan media-media tersebut ke dalam beberapa website, dan melakukan wawancara dengan kelompok berdasarkan ideologinya. Berbagai sumber-sumber relevan di media bersangkutan. media di Indonesia telah lama dikenal Adapun teknik analisis framing yang digunakan mempunyai ideologi atau dekat ke ideologi mengacu pada model yang dikemukakan Robert tertentu, meliputi ideologi agama maupun N. Entman. Perangkat framing Entman dapat politik seperti liberalisme dan sosialisme. dilihat dari Tabel 1. Terlebih setelah Orde Baru, kebebasan pers Langkah-langkah dalam penelitian dapat menghasilkan kebebasan politik bagi media dilakukan dengan mengacu pada model proses yang juga mempunyai kepentingan ideologis, konstruksi realitas Hamad di atas, yaitu dengan idealis, politik dan ekonomi. (Hamad, 2004). mempertimbangkan faktor-faktor yang Hal ini menyebabkan media dipengaruhi memengaruhi realitas yaitu sistem komunikasi berbagai faktor dalam mengkonstruksi yang berlaku, termasuk dinamika internal dan peristiwa dalam membuat berita. Konstruksi eksternal pelaku konstruksi. Dengan demikian, peristiwa tersebut menghasilkan pemaknaan penelitian akan dilakukan dengan langkah- yang berbeda-beda sehingga berita di suatu langkah sebagai berikut: media bisa sangat berbeda dengan media 1. Melakukan wawancara dengan individu- 21 Konstruksi Realitas Pemberlakuan ...

individu di level kepemimpinan editorial Informasi dan Dokumentasi The Jakarta Post. tentang latar belakang dan ideologi JP, Penulis mengambil sebagian besar artikel dari dengan memetakannya dalam peta politik database edisi cetak tersebut, serta menambah media di Indonesia. hasil penelusuran dari berita online melalui 2. Mengumpulkan data berita JP tentang website. perda syariah melalui website Analisis dilakukan dengan memfokuskan www.thejakartapost.com dan pusat pada judul dan headline atau beberapa paragraf dokumentasi JP. pertama setiap artikel, yang memperlihatkan 3. Menyarikan teks headline dan editorial penonjolan media dalam memberitakan suatu tentang perda syariah dengan bantuan isu. Sebagaimana prinsip piramida terbalik, analisis framing, yaitu menentukan frame headline atau kalimat pertama merupakan fakta atau gagasan sentral, yang didukung oleh detail yang dianggap paling penting dan akan perangkat framing seperti metafor, frase, menarik perhatian pembaca. Dengan cara contoh, dan penggambaran; diikuti dengan penulisan ini, media dapat memprioritaskan perangkat penalaran yang memberikan informasi yang paling penting dan langsung alasan dan pembenaran terhadap ditemukan oleh pembaca pada bagian awal pembingkaian tersebut. artikel. Namun demikian, untuk editorial, 4. Melakukan interpretasi terhadap teks penulis menggunakan seluruh bagian artikel headline dan editorial. untuk interpretasi, karena keseluruhan editorial memuat pandangan dan ideologi media. Tabel 1. Model Framing Entman Berita yang telah dikumpulkan tersebut Define problems Bagaimana suatu peristiwa/isu dikelompokkan berdasarkan langkah-langkah (Pendefinisian dilihat? Sebagai apa? Atau analisis framing Entman yaitu mencari masalah) sebagai masalah apa? permasalahan, menentukan sumber masalah, Diagnose Peristiwa itu dilihat merumuskan pembenaran moral, dan causes disebabkan oleh apa? Apa menetapkan rekomendasi yang diberikan. (Memperkirakan yang dianggap sebagai Interpretasi berita didasarkan pada penonjolan masalah atau penyebab dari suatu masalah? sumber Siapa (aktor) yang dianggap suatu fakta, kemudian membandingkannya masalah) sebagai penyebab masalah? dengan latar belakang peristiwa tersebut yang Make moral Nilai moral apa yang disajikan dihilangkan dalam pemberitaan. judgement untuk menjelaskan masalah? (Membuat Nilai moral apa yang dipakai Hasil dan Pembahasan keputusan untuk melegitimasi atau Sejarah dan Ideologi The Jakarta Post moral) mendelegitimasi suatu The Jakarta Post didirikan atas inisiatif tindakan? Jusuf Wanandi, aktivis, jurnalis, intelektual, dan Treatment Penyelesaian apa yang pendiri koran , dan Ali Moertopo, recommendation ditawarkan untuk mengatasi Menteri Penerangan pada Kabinet (Membuat masalah/isu? Jalan apa yang Pembangunan III (1978-1983). Koran ini keputusan ditawarkan dan harus moral) ditempuh untuk mengatasi diterbitkan dengan tujuan memberitakan masalah? Indonesia pada dunia luar, disebabkan kurang (Eriyanto, 2002: 188-9; Sobur, 2001: 173) bermutunya koran berbahasa Inggris yang ada di Indonesia saat itu. Selain itu, penerbitan Objek yang diteliti adalah pemberitaan koran ini ditujukan untuk pembaca asing dan mengenai perda syariah pada headline, yaitu kalangan berpendidikan di Indonesia halaman 1, 2, dan 3, serta editorial yang berada (http://www.thejakartapost.com, Tarrant, 2008: di halaman 6. Headline mencerminkan nilai- 47, 66). nilai berita suatu media, yaitu pemilihan berita Sebelum mendirikan JP, Jusuf Wanandi apa yang dianggap cukup penting untuk telah bekerja sama dengan Ali Moertopo dalam menjadi headline dan mendapat perhatian berbagai kegiatan politik. Pada tahun 1982, khalayak. Sedangkan editorial mencerminkan Moertopo yang berasal dari militer telah pendapat dan sikap media tentang suatu menjadi tangan kanan Presiden Soeharto peristiwa. Artikel dicari dengan menggunakan sehingga ia turut berperan penting dalam kata kunci —sharia law“ pada database Pusat pengambilan keputusan. Moertopo bertemu dengan Jusuf pada saat seminar yang diadakan 22 Vol. XI No.1 Th. 2012

oleh Kostrad pada tahun 1963. Jusuf sedikit. Atas usul Jusuf, PT. Bina Media mengemukakan pendapatnya bahwa Indonesia Tenggara, penerbit The Jakarta Post, dimiliki lebih baik beraliansi dengan Amerika oleh konsorsium empat media besar di dibandingkan Cina, yang saat itu sedang gencar Indonesia: harian Suara Karya (25%), dilakukan Presiden Soekarno. Jusuf termasuk (25%), (20%), dan mingguan mahasiswa yang kerap mendemo kebijakan Tempo (15%). Sebagian kecil saham dimiliki Soekarno yang anti-kapitalis dan anti-Barat oleh karyawan (10%) dan Harmoko (5%) yang (Tarrant, 2008: 34-35). memiliki harian dan ketua Persatuan Kedekatan dan kerja sama ini jugalah Wartawan Indonesia (PWI), dan saat itu akan yang membuka jalan Jusuf ke dalam dunia menggantikan Ali Moertopo sebagai Menteri jurnalistik. Setelah kemenangan pada Penerangan, posisi yang akan dijabat Harmoko pemilihan umum 1971, Moertopo menyadari pada Kabinet Pembangunan 4, 5, dan 6, dari perlunya media untuk menyebarkan aspirasi tahun 1983 hingga 1997. Susunan kepemilikan Golkar. Ia menugaskan Jusuf untuk mendirikan saham seperti ini menyebabkan JP koran partai dengan modal awal Rp50 juta, dan mendapatkan sumbangan yang besar baik berhasil menerbitkan Suara Karya pada tanggal berupa dana maupun jurnalis yang 11 Maret tahun itu. Selanjutnya, Jusuf berpengalaman dari keempat media tersebut membangun proyek lain yaitu institusi riset serta dapat mempertahankan independensinya yang menyediakan perencanaan strategis bagi dari berbagai kelompok kepentingan seperti pemerintah yang didukung oleh Moertopo dan kalangan elit dan bisnis (Tarrant, 2008: 54). Sudjono Humardani, yang juga asisten Presiden Dari penjelasan di atas dapat dilihat Soeharto. Dari sinilah lahir Center for Strategic bahwa JP didirikan pada saat pers Indonesia and International Studies (CSIS) yang menjadi mengalami tekanan dan kontrol yang kuat dari lembaga think-tank Indonesia hingga saat ini penguasa Orde Baru. Presiden Soeharto (Tarrant, 2008: 42-43). Jusuf sampai saat ini memastikan tidak ada media yang masih menjadi donor terbesar CSIS dan memberitakan konflik umat beragama dan antar menjabat dewan pengawas dan anggota senior. suku, dwifungsi ABRI, dan bisnis keluarga Memasuki tahun 1980, Indonesia berada serta kroni-kroninya. Hal ini menyebabkan dalam kondisi ekonomi yang baik dengan media harus memilah sendiri (self-censorship) kemampuan swasembada beras dan pendapatan berita-berita yang akan —aman“ diterbitkan. yang tidak sedikit dari pengaruh kenaikan harga Media yang melanggar aturan ini dapat dibredel minyak setelah embargo yang diterapkan Arab atau dicabut izin penerbitannya oleh tahun 1979. Di sisi lain, secara politik pemerintah. Indonesia tidak begitu apresiatif, terlihat dengan Terlepas dari kondisi Orde Baru yang pendudukan TNI di Timor Timur dan tidak bersahabat pada kebebasan berpendapat, pencekalan gerakan aktivis politik di kampus- penerbitan koran berbahasa Inggris ini kampus serta kelompok-kelompok oposisi ditujukan untuk memperlihatkan sisi Indonesia lainnya. Pada saat itu pula majalah Tempo yang lain, yaitu masyarakat pluralis dan dibredel karena melaporkan kerusuhan di majemuk. Keempat koran besar yang diundang Jakarta yang mengakibatkan kematian tujuh untuk berbagi saham diharapkan dapat orang oleh tembakan pasukan keamanan. memfasilitasi pandangan pluralisme tersebut, Keadaan ini memicu buruknya representasi mengingat keempat media yang diakui Indonesia di mata dunia internasional, yang kredibilitasnya itu merupakan saingan berat tercermin dari pemberitaan media asing yang dalam pasar nasional, khususnya Kompas dan dianggap tidak fair oleh Moertopo (Tarrant, Sinar Harapan. 2008, 46-47). Oleh sebab itu muncullah ide Pada perkembangannya JP tidak hanya untuk menerbitkan koran berbahasa Inggris menjadi koran yang memberitakan Indonesia yang setara dengan koran semacamnya di kepada warga negara asing dan dunia luar, ASEAN seperti Strait Times di Singapura, tetapi juga mulai merambah pasar masyarakat Bangkok Post di Thailand, dan New Strait lokal. Dengan menggunakan gaya bahasa dan Times di Malaysia (Tarrant, 2008: 67). pengejaan bahasa Inggris Amerika, JP Untuk memenuhi kualifikasi koran mempunyai kredibilitas sebagai koran yang berbahasa Inggris yang mempunyai kredibilitas, lebih —langsung“ (straightforward) seperti gaya diperlukan dana dan sumber daya yang tidak Barat dengan metode inverted pyramid-nya, 23 Konstruksi Realitas Pemberlakuan ... yaitu menempatkan informasi yang paling Indonesia melalui berbagai media.“ Selain itu, penting dan paling menarik pada bagian awal, dapat dilihat posisi JP dalam penjelasan dan diikuti dengan informasi pendukung berikutnya yaitu —berupaya keras menyajikan (Tarrant, 2008: 53, 58). kepada masyarakat informasi yang bermanfaat, yang berbasis pengetahuan, dengan berpegang Sasaran Strategis teguh pada kaidah-kaidah jurnalistik tertinggi, JP merupakan media berbahasa Inggris khususnya dalam hal ketepatan, yang ditargetkan untuk pasar kalangan ekonomi ketidakberpihakan dan keandalan“, yang menengah atas, berpendidikan tinggi, dan menunjukkan keinginan JP untuk menjadi warga negara asing baik di dalam maupun luar media yang independen dan tidak terafiliasi negeri. JP bertujuan untuk memberi informasi dengan kelompok atau partai politik tertentu, tentang Indonesia dari perspektif lokal, dan seperti kecenderungan media-media nasional berupaya untuk mengimbangi pemberitaan pada saat itu. Selanjutnya, tekad untuk media asing yang kurang tepat tentang menggambarkan Indonesia dalam perspektif Indonesia. lokal dapat dilihat dari penjelasan —ingin Pemberitaan dengan perspektif lokal senantiasa menyampaikan perspektif Indonesia yang dimaksudkan JP adalah pemberian dalam berita dan opini, sekaligus terus berupaya informasi Indonesia sebagai civil society untuk memberdayakan masyarakat serta masyarakat yang majemuk. Hal ini dapat dilihat meningkatkan kedudukan bangsa kita dalam dari visi JP: pergaulan dunia agar setara dengan bangsa- —Driven by trustworthy professionals, The bangsa terhormat dan beradab lainnya.“ Jakarta Post is the information engine in Misi terakhir, yaitu masyarakat Indonesia which strives to promote a more kewargaan yang lebih manusiawi berarti usaha humane, civil society in this very diverse untuk —membangun masyarakat kewargaan di country“ (Data The Jakarta Post). Indonesia, dengan mewujudkan cikal bakal masyarakat yang sadar informasi, yang dibekali Dari visi tersebut, JP menjabarkan nilai-nilai kemanusiaan universal, dan misinya yaitu; (1) profesional yang layak merawatnya dengan kesabaran yang tak kenal dipercaya (on trustworthy professionals), (2) lelah.“ Pernyataan ini menunjukkan perhatian pengolah informasi tentang Indonesia (on JP akan penyaluran pengatahuan dan informasi information engine in Indonesia), dan (3) kepada pembacanya yang berdasarkan nilai- masyarakat kewargaan yang lebih manusiawi nilai kemanusiaan universal. Nilai-nilai (on humane, civil society). kemanusiaan universal ini termasuk Masing-masing misi tersebut dapat penghargaan terhadap hak asasi manusia dan dielaborasi lagi dan dapat membantu pemerintahan demokratis yang diakui negara- memahami bagaimana JP memandang suatu negara PBB (berdasarkan wawancara dengan peristiwa dan bagaimana berita dibingkai. Riyadi Suparno dan Kornelius Purba, senior Profesional yang layak dipercaya maksudnya editor The Jakarta Post). perlunya —sebuah tim profesional yang Visi dan misi JP ini diakui dapat beranggotakan orang-orang yang memiliki memengaruhi pandangan-pandangan yang ada martabat dan integritas tinggi, yang sungguh dalam pemberitaan. Namun JP menganggap hal peduli pada sesama, yang memiliki pandangan tersebut wajar dan patut dilakukan karena visi pluralis, jujur dan efisien, yang bekerja tuntas misi mereka mengandung nilai-nilai universal dan penuh dedikasi“ (Data The Jakarta Post). yang diakui di seluruh dunia. Nilai-nilai Dalam penjelasan ini penulis menggarisbawahi tersebut tertanam kuat dalam pandangan —orang-orang yang peduli pada sesama, karyawan sehingga tercermin dalam memiliki pandangan pluralis, jujur dan efisien“ pemberitaan JP (ibid). sebagai kunci untuk mengenali pandangan- pandangan wartawan dan para pengambil Karakteristik Profesional keputusan di JP. Sebagai sebuah institusi yang telah Pengolah informasi tentang Indonesia berjalan selama lebih dari 25 tahun, JP menunjukkan tekad JP sebagai —organisasi yang mempunyai nilai-nilai inti (core values) yang senantiasa berkembang dalam menyajikan tertanam dengan kuat sebagai efek dari visi dan informasi yang unggul dan mutakhir tentang misinya tersebut. Wartawan yang bekerja pada 24 Vol. XI No.1 Th. 2012

JP akan merasakan kuatnya pengaruh nilai-nilai Editor Endy Bayuni pada tahun 2006 dengan ini, dan pada akhirnya akan mengadopsinya. usaha menambah jumlah karyawan yang Hal ini menjelaskan pengambilan keputusan berasal dari Indonesia bagian timur, yang yang independen dalam bagian editorial; berita sangat sedikit representasinya di newsroom ditentukan oleh managing editor dan kepala pada saat itu. Akan tetapi, mencari sumber daya desk, yang merupakan wartawan senior di JP, manusia yang dapat berbahasa Inggris dan karena mereka telah memahami nilai-nilai inti memenuhi kualifikasi wartawan dari Indonesia yang diterapkan JP. Wartawan senior yang Timur terbukti sangat sulit. JP akhirnya mencari tidak menduduki jabatan tersebut pun akan bibit profesional baru dari perguruan tinggi lebih mudah dan cepat memutuskan berita apa dengan jumlah mahasiswa dari Indonesia Timur dan sudut pandang apa yang akan ia tampilkan yang signifikan, seperti Universitas Gadjah untuk sebuah artikel (ibid). Mada. Bahkan cara ini masih menyulitkan Nilai-nilai yang ditanamkan tersebut karena tidak banyak individu yang memenuhi yaitu keterbukaan (openness), integritas kualitas sehingga beberapa syarat harus (integrity), kepedulian (compassion), dikompromi atau diturunkan batas minimal ketangkasan intelektual (intellectual agility), penilaiannya. Walaupun jumlah wartawan dari dan kegigihan (persistence). Nilai- nilai tersebut Indonesia timur masih jauh dari target yang dapat ditemukan pada kualifikasi ideal yang diinginkan, JP masih meneruskan kebijakan ini. diperlukan sebuah institusi media, terutama Latar belakang karyawan yang lebih beragam bagi pekerja wartawan. Dalam pembentukan dipercaya akan memperkaya pandangan dan berita JP, nilai yang paling berkaitan dengan pemikiran yang akan membawa kebaikan bagi keberagaman bangsa adalah keterbukaan. institusi tersebut. Endy sendiri tumbuh dengan Dalam rumusan visi misi, disebutkan bahwa JP melihat berbagai budaya karena orang tuanya —harus memiliki komitmen terhadap yang bertugas sebagai diplomat harus bekali- keterbukaan, yakni terbuka terhadap hal-hal kali pindah ke beberapa negara. Hal ini tentu baru, perubahan, perbedaan dan juga transparan berkontribusi terhadap pandangan dalam pekerjaan“, yang menunjukkan nilai-nilai pluralismenya sendiri (Tarrant, 2008: 245, yang diperlukan oleh wartawan dan karyawan wawancara dengan Suparno). lainnya. Keterbukaan dalam hal ini bermakna The Jakarta Post dalam Peta Politik Media di nilai yang menghargai perbedaan di dalam Indonesia institusi itu sendiri maupun dalam memandang Nilai-nilai pluralisme dan keterbukaan suatu peristiwa yang akan diberitakan. yang tertanam dalam pandangan wartawan Keterbukaan selanjutnya dijelaskan sebagai maupun visi dan misi JP menempatkannya berikut: —para profesional harus berpikiran dalam kategori nasionalis-sekuler dalam peta terbuka dengan menghargai perbedaan- ideologi media di Indonesia. Adalah hal yang perbedaan dalam hal perspektif, latar belakang wajar bahwa pers di Indonesia cenderung pendidikan, kepribadian, dan lainnya. JP harus mendukung nilai-nilai tertentu sehingga mengembangkan keterbukaan di setiap lini, menempatkan mereka dalam kategori yang sehingga dapat berperan secara nyata bagi sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Secara umum pengembangan bangsa yang ditandai dengan diketahui bahwa pers Indonesia terbagi atas sikap hormat terhadap kemajemukan.“ kategori berdasarkan ideologi politik, termasuk Penjelasan tersebut memperlihatkan pentingnya ideologi agama. Representasi kemajemukan nilai-nilai keterbukaan dan penghormatan tidak asing dalam beberapa media cetak, terhadap perbedaan, yang sesuai dengan peran sehingga JP tidak sendiri dalam mengusung media sebagai pengejawantahan tradisi liberal, nilai-nilai nasionalisme dan sekularisme yaitu ruang publik yang memfasilitasi gagasan- tersebut. Hal ini tentu dipengaruhi oleh gagasan yang berbeda dalam perdebatan untuk pandangan politik masyarakat, bahkan elit yang menemukan kebenaran. berafiliasi langsung dengan media-media Penjelasan mengenai sikap keterbukaan tertentu. ini dibuktikan dengan salah satu kebijakan JP Interaksi pers dan politik di Indonesia untuk mempekerjakan wartawan dari latar terlah terjadi sejak jaman penjajahan Belanda, belakang yang berbeda, dari segi suku, ras, dan terutama menjamur pada awal abad ke-20, maupun agama. Kebijakan ini dicetuskan Chief ketika suara perjuangan kemerdekaan mulai 25 Konstruksi Realitas Pemberlakuan ... memuncak di nusantara diiringi dengan karena parpol juga ada yang berlandaskan suatu munculnya organisasi politik seperti Boedi kelompok agama–walaupun tidak secara Oetomo (1908), Indische Partij (1911), dan langsung berafiliasi dengan parpol tersebut. Sarekat Islam (1912). Surat kabar dan majalah Ibnu Hamad memetakan ideologi politik yang terbit sekitar tahun 1920 dikelompokkan media cetak Indonesia berdasarkan empat menjadi nasionalis, liberal, radikal, dan kategori yaitu ideologi (dekat ke) Islam, komunis (Sumiharjo dan Hanazaki dalam ideologi (dekat ke) Kristen, nasionalis-sekuler, Hamad, 2004: 61). dan yang berorientasi pasar/lokasi daerah, yang Hubungan ini pun kembali marak pada ditekankan dengan penelitian pemberitaan masa Pemilu tahun 1955 yang diikuti oleh 28 beberapa media cetak tentang sembilan partai partai politik. Praktek demokrasi liberal yang politik pemenang pemilu tahun 1999. Dengan diterapkan saat itu menyebabkan media cetak menghubungkan pemberitaan 10 koran nasional cenderung menjadi corong politik salah satu dan daerah di Indonesia mengenai parpol- partai politik atau organisasi yang memang parpol tersebut, ia menarik kesimpulan tentang berafiliasi dengan media tersebut. Contohnya nilai-nilai dan posisi politik koran-koran yaitu koran Pedoman yang didirikan oleh Partai tersebut. Untuk penelitian ini, penjelasan Sosialis Indonesia, Suluh Indonesia oleh PNI, berikut hanya akan memfokuskan pada koran dan Abadi oleh Masyumi (Said dalam Hamad, nasional dengan tiga kategorinya, yang dilihat 2004: 72). Praktek ini berlangsung hingga tahun penulis sebagai bentuk sebuah segitiga. 1959 ketika sistem pemerintahan diganti dengan demokrasi terpimpin, yang Gambar 2. Peta Ideologi Media Cetak di menyebabkan dilarangnya partai Masyumi dan Indonesia PSI, dan dibredelnya sejumlah media berkaitan Media Indonesia Tempo dengan pelarangan tersebut. The Jakarta Post Suara Karya Industri media cetak mulai menjadi signifikan dan independen berkat penyatuan berbagai partai politik tersebut menjadi tiga Nasionalis- Sekuler yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP),

Golongan Karya (Golkar), dan Partai Kompas Demokrasi Indonesia (PDI) pada tahun 1973, yang menyebabkan hilangnya pengaruh partai politik terhadap media cetak. Perkembangan ini Ideologi Ideologi menyebabkan media mulai mencari basis (dekat ke) (dekat ke) pembaca tetap yang lebih luas untuk Islam Kristen mendukung keuangan mereka lewat iklan. Suara Republika Pembaruan Perubahan ini menyebabkan pemberitaan media (Sinar Harapan) cetak lebih terpengaruh oleh pembaca (audience-based) daripada pesan yang ingin Hamad menemukan bahwa media-media disampaikan (message-based). Hal ini juga dalam kategori ideologi tersebut cenderung meningkatkan perhatian media terhadap isi dan memberitakan parpol dalam kategori ideologi kredibilitas dalam pemberitaan untuk yang sama secara positif, dan memojokkan mempertahankan pembacanya (Dakhidae dalam partai yang tidak sesuai dengan ideologi politik Sen & Hill, 2000: 53-4). media bersangkutan. Dengan demikian, dapat Akan tetapi, posisi media tidak bisa dilihat bahwa media-media tersebut memihak sepenuhnya objektif dan bebas dari bias dan berafiliasi terhadap nilai-nilai dan ideologi pemberitaan. Pelabelan media cetak sebagai politik tertentu. JP, seperti yang telah akibat dari posisi politik dan afiliasinya dengan disebutkan, berada dalam kelompok ideologi lembaga atau tokoh-tokoh tertentu berlanjut nasionalis-sekuler. hingga saat ini, bahkan setelah pers bebas dari Representasi pandangan pluralis, represi rezim Orde Baru. Beranjak dari nasionalis-sekuler JP dapat dipahami sebagai primordialisme pers Indonesia yang independensinya dari kelompok-kelompok elit terpengaruh faktor agama, posisi politik media dan bisnis tertentu. Akan tetapi, bukan tidak masih dihubungkan dengan kecenderungannya mungkin bahwa pandangan tersebut juga mendukung atau memojokkan parpol tertentu– 26 Vol. XI No.1 Th. 2012

dipengaruhi empat media yang berbagi Suara Karya berada pada kategori nasionalis- kepemilikan saham JP. Keempat media sekuler, sesuai dengan ideologi partai Golkar. tersebut–Kompas, Suara Karya, Tempo, dan Majalah mingguan Tempo didirikan Sinar Harapan–mempunyai ideologi yang tahun 1971 oleh sekelompok jurnalis muda cukup beragam dan tersebar dalam gambaran yang dipimpin Goenawan Muhammad dan Fikri segitiga peta ideologi di atas. Jufri yang sebelumnya aktif di pers kampus. Kompas didirikan pada tahun 1965 untuk Tempo merupakan majalah pertama yang tidak menyuarakan kelompok Katolik dan melawan mempunyai afiliasi dengan pemerintah (Hill, aspirasi komunisme yang disebarkan PKI, 1994: 89). Pada perkembangannya, Tempo Kompas sering diplesetkan menjadi —Komando menjadi majalah sekuler (latar belakangnya Pastor“, karena sebagian karyawan koran yang tanpa afiliasi agama, dan didukung oleh tersebut mempunyai latar belakang pastoral– nilai beritanya, menegaskan posisi Tempo pada termasuk pendirinya Jacob Oetama, seorang kategori sekuler pada segitiga ideologi di atas) Jawa, dan Petrus Kanisius Ojong, keturunan yang vokal dan berani dalam menyuarakan Tionghoa–dan posisinya sebagai corong Partai berita-berita yang dianggap tabu pada masa Katolik (Hill, 1994: 84, Rahzen, et. al., 2007: tersebut seperti suara kelompok oposisi dan 236-7, 258). tindak kekerasan yang dilakukan rezim Orde Bersamaan dengan hilangnya pengaruh Baru untuk membungkam oposisi. Hal ini partai politik pada pers Indonesia di tahun menyebabkan Tempo pernah dibredel oleh 1970-an, Kompas pun menjadi media yang pemerintah Orde Baru pada tahun 1982 dan independen. Tindakan Kompas yang sering ditutup pada tahun 1994. Tempo juga berkali- mengambil jalan aman dengan gaya berita yang kali diberi teguran keras oleh pemerintah Orde tidak langsung dalam pemberitaan Baru. Hal tersebut justru menyebabkan Tempo menyebabkannya dikenal sebagai media yang mendapatkan dukungan luas dari para pembaca dekat pada Orde Baru. Gaya pemberitaan maupun solidaritas media-media lain, termasuk Kompas tersebut masih dipakai hingga saat ini. JP. Walaupun terkadang masih diafiliasikan dengan (dulu Sinar Harapan) kelompok Katolik, Kompas berhasil didirikan pada tahun 1961 oleh sekitar 20 mempertahankan independensinya dan keluarga Protestan terkemuka di Indonesia, di cenderung memperlihatkan nilai-nilai nasionalis antaranya H. G. Rorimpandey, Bart Ratulangie, dan sekuler dalam pemberitaan. Ibnu Hamad dan Subagyo PR, dengan jabatan pimpinan mengelompokkan Kompas ke dalam media redaksi dipegang oleh Rorimpandey. Seperti yang berideologi (dekat ke) Kristen, akan tetapi Kompas yang dianggap sebagai saingan hasil penelitiannya menemukan bahwa utamanya, Sinar Harapan didirikan untuk pemberitaan Kompas mengenai sembilan partai mengimbangi suara komunis dengan politik yang menang Pemilu 1999 cukup menyuarakan aspirasi Protestan dan berafiliasi proporsional sesuai dengan massa masing- dengan Partai Kristen Indonesia (Parkindo) di masing partai dan bernada positif (Hamad, tahun 1960-an. Pada tahun 1973, Sinar Harapan 2004: 114-5). menjadi koran independen dan cenderung Suara Karya didirikan oleh Jusuf netral, jujur, dan kritis terhadap pemerintah. Hal Wanandi pada tahun 1971 sesuai instruksi Ali tersebut menyebabkan koran ini dibredel pada Moertopo. Harian ini ditujukan untuk menjadi tahun 1986 (Hamad, 2004: 127-8, Rahzen: 274- corong politik Partai Golkar (Tarrant, 2008: 6). 43). Pada tahun 2005, setelah meningkatnya Empat bulan kemudian koran tersebut suara yang didapatkan Golkar pada pemilu kembali terbit dengan mengikuti syarat yang 2004, partai tersebut menerbitkan kembali ditetapkan Departemen penerangan untuk Suara Karya dengan desain dan konten yang penerbitannya kembali yaitu mengganti nama berbeda dengan tujuan menarik lebih banyak dengan Suara Pembaruan. Target pasar, pembaca. Saat itu sirkulasi koran tersebut telah frekuensi terbit, dan misi harian baru ini tetap mencapai 80.000, yang mencerminkan sama walaupun dalam pemberitaannya peningkatan popularitas Golkar mengurangi kritisismenya terhadap pemerintah. (http://www.thejakartapost.com/news/2005/03/ Pada masa reformasi Suara Pembaruan 31/golkar-gives-039suara-karya039- menyuarakan dukungan terhadap transformasi makeover.html). Pada segitiga ideologi di atas, politik menuju arah yang lebih demokratis, 27 Konstruksi Realitas Pemberlakuan ... walaupun dalam pemberitaan tetap diskriminatif karena sebagian peraturannya, menyuarakan golongan Kristen dan kurang terutama yang meliputi simbol-simbol dan memberi perhatian pada kepentingan golongan tradisi keagamaan seperti kewajiban bagi Islam (hasil penelitian Hamad (2004: 128-9) pelajar dan pegawai negeri untuk mampu menunjukkan dukungan terhadap partai membaca Al-Quran dan menggunakan pakaian reformis termasuk partai Islam, terutama partai Muslim, ditujukan hanya untuk Muslim. Perda Kristen, sehingga penulis letakkan pada yang diterapkan hanya pada masyarakat kategori ideologi Kristen tetapi juga dekat Muslim ini dianggap melawan prinsip dengan nasionalis dalam segitiga ideologi). kesamaan derajat dan perlakuan yang sama seluruh warga negara di muka hukum. Pemberitaan Perda Syariah di The Jakarta Peraturan lain yang berkenaan dengan Post nilai-nilai moral dan ditetapkan secara umum, Analisis Framing Berita seperti larangan minuman beralkohol, judi, dan 1. Frame (bingkai) pemberitaan perda syariah prostitusi, juga dianggap bermasalah karena Berdasarkan artikel-artikel yang telah menekan kebebasan minoritas, dalam hal ini dikumpulkan, dapat dilihat bahwa JP lebih kelompok non-Muslim, yang tidak dilarang banyak meliput dan mengutip pendapat dari untuk melakukan hal-hal tersebut. Editor senior para intelektual, pemimpin, maupun anggota JP bahkan menganggap bahwa pelarangan hal masyarakat yang menentang pemberlakuan ini tidak realistis, karena minuman beralkohol, perda syariah sehingga dapat dikatakan bahwa judi, dan prostitusi tidak akan dapat media ini mempunyai agenda setting dihapuskan, sehingga malah menghasilkan membentuk konstruksi di masyarakat bahwa tempat judi dan prostitusi liar atau alkohol perda syariah harus diwaspadai keberadaannya selundupan. Ia mengatakan bahwa tindakan dan harus ditindaklanjuti. pemerintah Malaysia yang melokalisasi judi Pendapat, kutipan, maupun sudut dan prostitusi lebih dapat diterima karena lebih pandang (angle) dalam berita di Jakarta Post realistis (wawancara dengan Purba). pada umumnya mengemukakan bahwa perda Perda syariah juga berlawanan dengan syariah tidak sesuai dengan konstitusi Undang- semangat pluralisme yang diakui di Indonesia. Undang Dasar 1945, yang menyebutkan bahwa Masyarakat Indonesia adalah masyarakat Indonesia tidak memilih salah satu agama majemuk yang terdiri atas berbagai budaya dan menjadi agama negara. Dengan demikian, agama berbeda, sehingga tidak cocok Indonesia adalah negara sekuler yang menggunakan perda bernuansa syariah karena memisahkan masalah pemerintahan dan politik akan mengabaikan hak-hak minoritas. Hal ini dari urusan agama. Pembentukan perda syariah dapat menimbulkan perpecahan di antara menunjukkan bahwa pemerintahan Indonesia berbagai kelompok masyarakat di Indonesia. JP berpihak atau cenderung mengistimewakan juga menekankan bahwa penerapan perda yang agama Islam dengan mengadopsi peraturan- terinspirasi dari tradisi agama apapun, termasuk peraturan dan nilai-nilai agama tersebut ke Hindu yang mayoritas di Bali dan Kristen di dalam aturan hukum sipil yang berlaku bagi Papua, akan menyinggung umat Muslim masyarakat Indonesia, sedangkan peraturan sebagai minoritas di daerah tersebut. tersebut tidak selalu sesuai dengan nilai-nilai Selain kelompok minoritas non-Muslim, umat agama lain yang ada di Indonesia. kelompok yang juga dirugikan oleh Dalam salah satu artikel, JP juga pemberlakuan perda syariah yaitu perempuan mengemukakan alasan dengan merujuk pada dan masyarakat kelas bawah. Perda syariah Undang-Undang tahun 2004 tentang Otonomi banyak mengatur tentang cara berpakaian Daerah bahwa masalah agama adalah urusan perempuan, bahwa perempuan yang baik adalah pemerintah pusat, dan pemerintah daerah tidak yang menggunakan busana Muslim yang berhak untuk mengeluarkan peraturan-peraturan tertutup. Pada pemberlakuan perda syariah di agama. Akan tetapi, alasan ini tidak begitu Aceh, yang sering dikenakan sanksi adalah sering ditonjolkan. Pendapat lain yang dikutip kalangan kelas bawah yang terkena razia judi adalah bahwa pemerintah daerah tidak berhak ataupun pasangan-pasangan bukan muhrim mengatur masalah agama, karena kepercayaan yang berduaan di suatu tempat. Dengan merupakan masalah individu. demikian, masyarakat kelas bawah sering Perda syariah juga merupakan perda menjadi objek penerapan perda ini. 28 Vol. XI No.1 Th. 2012

JP juga menekankan bahwa masyarakat tidak terlalu mendukung perda pemberlakuan perda syariah pada dasarnya syariah maupun hal-hal yang mengarah pada tidak membantu memperbaiki nilai-nilai moral pembentukan negara Islam. yang lebih prinsipil, seperti pemberantasan korupsi, yang banyak dilakukan pemerintah 2. Permasalahan Aceh. Hal ini menambah keyakinan bahwa Langkah pertama dalam analisis framing masyarakat kelas atas dan elit tidak terjangkau Entman yaitu mengidentifikasi masalah. oleh perda syariah. Selain itu, perda juga tidak Pemberitaan perda syariah dimulai dengan menyentuh masalah-masalah lain yang lebih mengemukakan permasalahan pelaksanaan penting, yaitu pembangunan ekonomi yang hukum cambuk di depan publik di Propinsi memfokuskan pada peningkatan mutu Nanggroe Aceh Darussalam. Hukum cambuk pendidikan dan memberantas kemiskinan serta dilakukan terhadap sekelompok orang yang peningkatan kesejahteraan yang merata. tertangkap sedang berjudi dengan taruhan uang Pemberlakuan perda syariah juga berarti yang jumlahnya tidak seberapa. Selain itu, JP menggunakan penafsiran yang kaku terhadap juga menerbitkan berita tentang ”petugas Al-Quran dan Sunnah, sedangkan yang terjadi syariah‘ yang membubarkan sekelompok selama ini adalah interpretasi yang sangat remaja laki-laki dan perempuan yang kemping beragam. Oleh sebab itu, penetapan peraturan tanpa didampingi orang yang lebih tua, karena syariah dianggap sebagai pembenaran salah dianggap tidak pantas. Pelaksanaan —razia satu penafsiran, dan dapat mengecilkan syariah“ ini telah menyebabkan keresahan dan penafsiran-penafsiran lain. Dengan kata lain, JP protes oleh masyarakat yang merasa terganggu menganggap bahwa perda syariah yang haknya. Peristiwa lain yaitu demo oleh ditetapkan tersebut mungkin saja bukan sekelompok masyarakat yang menentang kebenaran yang mutlak. Hal ini tentu pemberlakuan perda syariah dan peraturan lain mengecilkan relativisme dan penafsiran yang yang terinspirasi dari hukum Islam, termasuk berbeda-beda dalam mencapai kebenaran. Undang-Undang Pornografi, dengan alasan Kenyataan masih terdapatnya perdebatan antara bahwa peraturan-peraturan tersebut ilmuwan Muslim tentang perlu atau tidaknya diskriminatif dan hanya menargetkan penerapan syariah secara kaku dalam kehidupan perempuan, kelompok seksual minoritas, dan berbangsa dan bernegara, ataupun pembentukan kelas menengah ke bawah. negara Islam, mendukung argumentasi ini. Aceh digambarkan sebagai provinsi Menurut pendukung perda syariah, peraturan dengan nilai-nilai Islam yang kuat, dengan kata tersebut dibuat untuk menegakkan nilai-nilai —the staunchly-Muslim province“. Berita —Aceh moral yang lebih umum, termasuk melarang gamblers on caning deterrent“ (Jun 25 2005) prostitusi dan judi. Sedangkan di antara dan —Gamblers sentenced to flogging“ (May 02 kalangan moderat atau penentang perda syariah, 2005) juga menyebutkan protes yang diajukan dilarangnya prostitusi dan judi bukanlah oleh pelaku judi yang telah dikurung selama kebenaran yang mutlak. Oleh sebab itu, dua bulan sebagai akibat perbuatan mereka, dan pemerintah tidak seharusnya campur tangan protes masyarakat terhadap pelaksanaan hukum dalam menentukan mana yang baik dan benar, cambuk di depan umum yang memalukan. karena manusia mempunyai kemampuan rasio Penonjolan juga diberikan pada bagaimana untuk memilih hal-hal yang terbaik baginya dan perda hanya melingkupi masalah perjudian mencapai kebenaran. yang tidak begitu merugikan masyarakat JP juga memberitakan beberapa survey banyak seperti berjudi, mabuk-mabukan, dan yang menunjukkan dukungan masyarakat kegiatan seksual di luar nikah, tetapi tidak terhadap syariah, namun hal tersebut tidak memberikan hukuman yang sama terhadap berarti bahwa masyarakat juga mendukung pelaku korupsi yang jelas-jelas merugikan pemberlakuan hukum syariah dalam kehidupan negara. sehari-hari. Mereka lebih sering merujuk pada JP mengemukakan protes oleh pihak hasil pemilu 2005 yang menunjukkan bahwa yang menjadi —korban“ pelaksanaan perda ini, suara untuk partai-partai Islam yang tetapi tidak menjabarkan bagaimana tanggapan mempunyai agenda mendirikan negara Islam masyarakat umumnya terhadap peraturan ini. maupun yang pro-syariah tidak mencapai 20 Tanggapan masyarakat Aceh yang terkenal persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa relijius dan telah memberlakukan aturan-aturan 29 Konstruksi Realitas Pemberlakuan ... yang terinspirasi syariah sejak dulu tentu sangat kelompok-kelompok minoritas di Indonesia, penting. JP tidak menonjolkan tanggapan yaitu non-Muslim, sehingga dengan demikian masyarakat Aceh terhadap perbuatan-perbuatan menunjukkan penghargaan terhadap pluralisme seperti berjudi, minum minuman beralkohol, Indonesia dan hak-hak minoritas untuk dan perbuatan seks di luar nikah. Pemberlakuan dianggap sama derajatnya dengan mayoritas aturan di suatu daerah tentu juga didukung oleh Muslim di Indonesia. Dengan demikian, masyarakat daerah yang menerapkan perda pemberlakuan perda syariah berlawanan dengan tersebut, dan tidak akan bertahan bila tidak hukum di atasnya yaitu Konstitusi UUD 1945. didukung oleh masyarakat banyak. Selain itu, pelaksanaan beberapa peraturan dianggap melanggar hak asasi 3. Penyebab atau sumber masalah manusia atau diskriminatif terhadap kelompok Langkah kedua analisis yaitu tertentu. Keharusan memakai busana Muslim merumuskan penyebab atau sumber masalah. bagi pegawai negeri dan pelajar adalah Berdasarkan pembingkaian JP, masalah tersebut pelanggaran terhadap kebebasan masyarakat, disebabkan oleh pemberlakuan perda bernuansa dan tidak seharusnya pemerintah menentukan syariah di beberapa daerah di Indonesia. Perda pakaian yang harus dikenakan atau tidak boleh syariah merupakan salah satu hasil dari dikenakan. Keharusan melek huruf Al-Quran Undang-Undang otonomi daerah yang merupakan diskriminasi terhadap sebagian memberikan keleluasaan bagi pemerintah kelompok, karena diterapkan untuk Muslim daerah untuk membuat peraturan-peraturan saja. Sedangkan penerapan peraturan sepeti yang lebih luas dan cocok untuk daerah masing- larangan alkohol dan judi berarti melanggar masing. Perda syariah ini banyak terinspirasi hak-hak minoritas yang tidak dikenai batasan nilai-nilai dan aturan-aturan dalam agama atau larangan untuk itu oleh agama dan Islam, termasuk larangan perjudian, alkohol, tradisinya. dan prostitusi, kewajiban memakai pakaian Dalam salah satu editorialnya, JP juga Muslim dan mampu membaca Al-Quran, serta merujuk pada ajaran dan tradisi Islam yang bentuk yang lebih ekstrim seperti pelaksanaan menghargai orang lain dan memperlakukan hukum cambuk di depan umum terhadap orang semua orang sama dan sejajar. Islam pada yang melanggar Qanun di Aceh. dasarnya merupakan agama yang toleran dan Dalam beberapa artikel, JP juga terbuka terhadap perbedaan, tidak seperti perda menyinggung kecenderungan pelaksanaan syariah yang banyak mengandung larangan dan perda syariah merupakan akibat dari tidak toleran terhadap ajaran dan tradisi peningkatan fundamentalisme masyarakat kelompok agama lain. Selain itu, JP juga Muslim yang merupakan umat beragama mengingatkan tentang ajaran Islam yang dengan jumlah terbanyak di Indonesia. Selain universal dan dapat diterapkan dalam itu, JP juga merujuk pada kecenderungan masyarakat yang menghargai pluralisme. pemerintah daerah untuk menggunakan agama sebagai salah satu trik dalam menggalang 5. Rekomendasi dukungan masyarakat. Perda syariah juga dapat Langkah keempat yaitu mengenali disalahgunakan sebagai alat untuk melegitimasi rekomendasi. Berdasarkan alasan-alasan di atas, kekuasaan pemerintah dalam mengontrol JP merekomendasikan pemerintah untuk segera kehidupan sehari-hari masyarakat. mengevaluasi dan mengusut kembali keabsahan perda-perda syariah tersebut. JP bahkan 4. Moral judgement (pembenaran) mendorong pemerintah untuk mencabut perda Langkah ketiga yaitu mencari syariah, dengan alasan bahwa pemerintah pusat pembenaran moral yang mendukung pandangan mempunyai kewenangan untuk menghapus tersebut. JP menekankan Indonesia sebagai perda-perda yang tidak sesuai dengan peraturan negara sekuler dan tidak memilih suatu agama yang lebih tinggi, yaitu perundangan di tingkat sebagai agama dominan atau agama negara, nasional. sesuai dengan konstitusi UUD 1945. Dengan demikian, pola pembingkaian Sekularisme Indonesia ini merupakan atau framing yang dibentuk JP atas pemberitaan keputusan bersama yang telah diambil oleh perda syariah dapat diringkas sebagai berikut. pendiri bangsa ini, untuk memfasilitasi

30 Vol. XI No.1 Th. 2012

Tabel 2. Analisis framing Entman terhadap pemberitaan perda syariah di JP Pembingkaian Keterangan Berita yang memuat Define problem: ñ Pelaksanaan hukum cambuk ñ Public cannings to start in Aceh (Jun 23 2005: Permasalahan di depan publik di Aceh. 2) ñ Razia pasangan tidak ñ Aceh sharia police target unmarried couples menikah yang berduaan di (Jul 25 2005: 2) suatu tempat di Aceh. ñ Aceh gamblers on caning deterrent (Jun 25 ñ Razia perjudian di Aceh. 2005) ñ Adanya demo menentang ñ Gamblers sentenced to flogging (May 02 pemberlakuan peraturan 2005: 1) yang mendiskriminasi ñ W. gets gentle tug at the sharia wanita dan golongan miskin strings (Jun 29 2006: 2) atau kelas bawah. ñ Govt wants non-Muslims tried by Islamic court in Aceh (Apr 26 2006: 2) ñ Parties warn of conflict over contentious local regulations (Mar 20 2006: 2) ñ Sharia advocates await their day of triumph in S. Sulawesi (Feb 10 2006: 3) ñ Familiarity breeds content in Cianjur sharia campaign (Feb 10 2006: 3) ñ Political parties waver on controversial bylaws (Feb 09 2006: 3) ñ Gamblers publicly caned in Aceh (12/03/2005 3:37 PM) ñ Six convicted gamblers in Aceh receive public caning (11/01/2005 8:06 AM) ñ Sexual minorities protest bylaws (Oct 03 2006: 1) ñ Unease in Aceh as morality police crack down (Oct 07 2006: 3) Diagnose causes: ñ Pemberlakuan perda syariah ñ Sharia in Aceh seen as biased against ordinary Mencari penyebab ñ Kecenderungan kelompok people (Jun 26 2005: 2) atau sumber tertentu untuk membentuk ñ Woman, the poor singled out by Aceh sharia masalah negara Islam enforces: ICG (Aug 02 2006: 1) ñ Peningkatan ñ Survey shows prevalent conservatism (Mar 17 fundamentalisme 2006: 1) masyarakat Muslim ñ Padang mayor defends sharia as good for development (Feb 09 2006: 3) ñ Sharia a reality and asset of national law (Feb 04 2006: 2) ñ Aceh‘ sharia bylaws ”hurting the needy and protecting the wicked (Dec 21 2006: 1) Make moral Perda syariah seharusnya tidak ñ Open society make good Muslims (Dec 07 judgement: diberlakukan karena: 2005: 2) Pembenaran ñ Tidak sesuai dengan ñ State must stay away from religious debate terhadap posisi Konstitusi yang menegaskan (Jul 18 2005: 2) yang diambil Indonesia sebagai negara ñ Muslim moderates —still the majority“ (Aug sekuler dan mengakui 25 2006) pluralisme. ñ NU states opposition to sharia bylaws (Jul 29 ñ Ancaman terhadap 2005) pluralisme masyarakat ñ Just Do It (Jun 19 2006: 6) Indonesia. ñ ”Sharia-based bylaws violate constitution‘ ñ Mengancam hak asasi (May 04 2006: 2) manusia dan hak kelompok ñ Expert decry sexist bylaws as threat to the minoritas. nation (Apr 20 2006: 2) ñ Tidak sesuai dengan ajaran ñ When religion becomes sin (Feb 13 2006: 6) Islam yang toleran terhadap ñ NU, Muhammadiyah against unlawful use of 31 Konstruksi Realitas Pemberlakuan ...

kelompok agama berbeda. sharia (Feb 03 2006: 1) ñ Diskriminasi perlakuan ñ Sharia laws could hurt investment, EU MPs terhadap kelompok agama say (Nov 25 2006: 2) minoritas dan kaum miskin. ñ Tidak menyentuh masalah yang lebih krusial seperti korupsi dan pembangunan ekonomi. ñ Pemerintah tidak semestinya ikut campur dalam mengatur kegiatan beragama yang merupakan ranah pribadi. Recommendation: Pemerintah harus bertindak ñ Open society make good Muslims (Dec 07 Saran atas apa tegas terhadap perda syariah: 2005: 2) yang harus mengevaluasi dan meninjau ñ Govt told to get serious about stopping sharia dilakukan kembali, dan pada akhirnya inroads in society (Jul 13 2006:2 ) harus mencabut perda syariah ñ Govt told to act fast against sharia laws (Jun karena tidak sesuai dengan 16 2006: 1) Konstitusi. Pemerintah pusat ñ Legislators take stand against sharia laws (Jun berhak untuk mencabut perda- 14 2006: 1) perda yang tidak sesuai dengan ñ Women take to streets to condemn sharia, undang-undang yang lebih porn bill (Mar 09 2006: 1) tinggi. ñ Govt authorized to revoke bylaws on sharia ñ Govt set to examine sharia bylaws (Feb 09 2006: 1) ñ Govt told to act on religious violations (Feb 01 2006: 1) ñ Govt to evaluate discriminatory bylaws (Nov 02 2006: 2)

Penonjolan dan Penghilangan dalam Abdul Kader Tayob, seorang profesor di bidang Pemberitaan kajian Islam di Universitas Nijmegen Belanda. Pemberitaan perda syariah di JP banyak Dalam artikel berjudul —State 'must stay away menonjolkan argumen bahwa Indonesia adalah from religious debate'“ tersebut, Tayob negara sekuler yang mempunyai pemisahan menyebutkan bahwa —negara harus menjauhi yang jelas antara negara dengan agama, dan perdebatan di bidang agama, karena campur begitupun hukum Indonesia adalah hukum tangan negara hanya akan menimbulkan sekuler yang tidak dipengaruhi oleh agama. masalah yang lebih besar“. Ia juga menekankan Dalam hal ini, JP menonjolkan sekularisme di bahwa —negara tidak bisa menentukan hal yang Indonesia mirip dengan pemisahan agama dan benar atau tidak benar dalam Islam“. Dalam negara yang tegas di negara-negara demokrasi editorial —When religion becomes a sin“ (13 liberal. Di sisi lain, JP tidak sering Februari 2006), ditulis bahwa kesalahan mengemukakan atau menghilangkan fakta pemberlakuan perda syariah tidak ditimpakan mengenai peran agama di Indonesia, bahwa pada agama, tetapi orang-orang yang agama masih memainkan peran penting dalam menyalahgunakannya. Tulisan ini berusaha publik dan pengaturan moral masyarakat dan mengingatkan kembali pemisahan agama dari ekspresi relijius yang tinggi di masyarakat negara sebagaimana yang terdapat dalam Indonesia, tidak seperti di Amerika yang Undang-Undang Dasar 1945 yang menganggap bahwa agama adalah domain mencerminkan hukum sekuler. Oleh sebab itu, privat dan tidak seharusnya dibicarakan di diskriminasi dan penghapusan hukum yang publik, apalagi memengaruhi sikap dan acuan berdasarkan agama perlu dihapuskan karena moral masyarakat. pemerintah daerah tidak berhak untuk Dalam salah satu artikel, JP meliput mengeluarkan peraturan tersebut. Dengan wawancara dengan seorang intelektual Muslim melihat rujukan ini, jelas bahwa pemerintah

32 Vol. XI No.1 Th. 2012

daerah tidak bisa mengeluarkan peraturan yang terhadap politikus. berdasarkan agama. William Liddle (dalam Salim & Azra, Namun perlu diingat juga bahwa 2003: 53-55) meramalkan bahwa liberalisasi walaupun UUD 1945 tidak merujuk pada suatu politik akan melahirkan fenomena ekspresi agama sebagai agama negara dan sumber Islam yang formalistik, yaitu: hukum nasional, Konstitusi tidak membatasi 1. Berdirinya banyak partai politik Islam dengan jelas pemisahan negara dan agama yang mengadopsi Islam sebagai azas, tersebut. Hal inilah yang menyebabkan bukan yang selalu menjadi azas perdebatan antara kelompok-kelompok Islam di kegiatan dan organisasi pada masa nusantara, masyarakat, maupun kalangan Soeharto. media, mengenai perlu atau tidaknya untuk 2. Tuntutan dari daerah-daerah tertentu di memasukkan syariat Islam dalam hukum Indonesia untuk untuk memformalisasi negara. JP tidak menonjolkan informasi syariat. Pemberian otonomi khusus di mengenai usaha-usaha yang telah dilakukan NAD yang memungkinkan penerapan oleh beberapa pihak di Indonesia untuk syariat telah menginspirasi provinsi lain memasukkan unsur syariah dalam hukum. JP untuk melakukan hal yang sama. juga tidak memberikan fakta penting bahwa 3. Munculnya kelompok Muslim yang pada dasarnya ada beberapa hukum dan dianggap beraliran —garis keras“, seperti peraturan nasional yang telah dimasuki unsur- Laskar Jihad, Front Pembela Islam, Hizbut unsur Islam bahkan pada masa Soeharto, yaitu Tahrir. Mereka melakukan penertiban Undang-Undang Perkawinan, Peraturan Wakaf, dengan cenderung radikal dan keras Peradilan Agama, Perbankan Islam, dan terhadap diskotik, klub-klub malam, dan Kompilasi Hukum Islam (HKI) yang terkait tempat hiburan yang memberi fasilitas dengan kodifikasi hukum keluarga dalam Islam kegiatan yang diharamkan agama, seperti termasuk aturan waris. Selama pemerintahan judi, minuman beralkohol, dan pelacuran. Presiden Habibie (1998-1999), ada lagi UU 4. Melonjaknya popularitas majalah dan tentang Penyelenggaraan Haji dan Pengelolaan media-media Islam. Majalah Islam Sabili Zakat (Salim & Azra, 2003: 60). Pemberitaan menjadi majalah dengan sirkulasi terbesar JP memberi kesan yang kuat bahwa Indonesia kedua setelah majalah wanita Femina. adalah negara sekuler dan menonjolkan Majalah ini secara jelas mempromosikan pemisahan yang jelas antara negara dan agama Islam politik dan penerapan syariat untuk dengan melihat hukumnya yang sekuler. mengatasi krisis di Indonesia. Hal yang menarik adalah kalimat pertama Ramalan ini terbukti setelah reformasi dari artikel tersebut; —The irony of democracy's dengan meningkatnya ekspresi Islam baik cacophony is that the resulting liberty often dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam gives birth to the freedom to be intolerant… It politik Indonesia. Ekspresi yang diramalkan is a case of the fervent few manipulating a Liddle sebagian besar memang mencerminkan passive majority“. Dalam hal ini, JP kecenderungan yang tidak toleran dan menyatakan bahwa perkembangan Indonesia merupakan ironi di negara demokrasi. Namun menuju demokrasi malah berdampak pada ironi hal ini juga menunjukkan besarnya pengaruh yang membiarkan kebebasan berujung pada Islam dalam tradisi dan sosial politik ketiadaan toleransi. Kondisi politik yang lebih masyarakat, sehingga menjadi fenomena yang bebas mengarah pada manipulasi politik oleh tidak dapat dihindari. sekelompok kecil orang terhadap mayoritas Perkembangan ekspresi ini menunjukkan yang pasif. JP menggambarkan bahwa bahwa peran Islam di Indonesia tidaklah pemberlakuan perda syariah adalah sesuatu semudah peran agama privat yang terpisah dari yang diskriminatif dan menyalahgunakan negara seperti yang digambarkan oleh JP. mayoritas penduduk Muslim untuk mendukung Indonesia, walaupun tidak memilih Islam pelaksanaan perda tersebut. Pada dasarnya, sebagai agama negara, tetap memasukkan ekspresi politik Islam yang lebih terbuka ini unsur-unsur syariat yang terinspirasi dari ajaran telah diramalkan akan terjadi sebagai akibat Islam, yang merupakan tanggapan pemerintah liberalisasi politik karena banyaknya sumber terhadap tuntutan mayoritas masyarakat. daya politik yang dapat mendukung tuntutan Pembatasan yang tegas antara negara dengan dan isu melalui organisasi, media, dan akses agama tidak dapat diberlakukan di Indonesia 33 Konstruksi Realitas Pemberlakuan ... karena publik Indonesia tidak melihat agama artikel tersebut memberitakan hasil survey yang sebagai masalah individu atau sesuatu yang berbeda, namun JP membingkai berita tersebut privat, tetapi Islam ikut mengatur kehidupan dengan dukungan argumentasi yang berbeda publik dan mengatur moralitas sosial tapi mengarah pada dua kesimpulan yang sama, masyarakat. yaitu bahwa peningkatan konservatisme di JP, sebaliknya, menggambarkan Indonesia harus diwaspadai, tetapi sebagian fenomena terbentuknya peraturan-peraturan besar masyarakat masih termasuk moderat, yang bernuansa syariat Islam sebagai salah satu sehingga dukungan terhadap negara sekuler cara penguasa ataupun politikus yang ingin tetap harus ditegakkan. Kesimpulan ini juga menarik perhatian masyarakat dan dukungan didukung oleh kenyataan bahwa partai berbasis dari masyarakat yang mayoritas Muslim, Islam yang menyarankan pemberlakuan syariat terlihat dari kalimat —It is a case of the fervent dalam hukum Indonesia tidak mendapatkan few manipulating a passive majority“, sehingga suara yang signifikan dalam Pemilu 2004, pada akhirnya menindas kelompok minoritas. begitupun kandidat presiden yang dicalonkan Kesalahan ditimpakan pada sekelompok orang oleh partai tersebut tidak memenangkan pemilu. yang memanfaatkan kepercayaan dan dukungan Mayoritas masyarakat lebih dekat dengan mayoritas terhadap norma-norma Islam. ajaran moderat dan toleran yang diusung oleh JP menegaskan kesalahan terbesar organisasi Muslim terbesar di Indonesia, yaitu pencetus peraturan ini adalah sekelompok orang Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah yang gagal untuk melihat pemisahan yang tegas yang termasuk pendukung gerakan sekularisasi antara agama dengan negara; —The crux of the dan rasionalisasi pemikiran Islam di Indonesia. matter lies in our failure to recognize a distinct Dengan melihat pemberitaan tersebut, separation of religion from the state“, dan bisa saja disimpulkan bahwa JP menonjolkan mengabaikan kenyataan bahwa moralitas dan ide-ide moderat dan sekuler yang hampir sama keadilan tidak ada hubungannya dengan dengan yang didukung oleh organisasi Muslim penerapan hukum agama; —…neglecting the terbesar yaitu Nahdatul Ulama dan fact that morality and justice have nothing to do Muhammadiyah. Kedua organisasi ini with the application of religious laws per se“. mendukung Pancasila sebagai ideologi yang JP dalam hal ini menganggap nilai-nilai moral tepat bagi bangsa Indonesia yang majemuk, tidak berarti harus berasal dari aturan-aturan karena dalam Pancasila terdapat ide pluralisme, agama, sama seperti keadilan dan hukum yang terlihat dalam berita —NU, negara tidak harus datang dari aturan agama, Muhammadiyah against unlawful use of sehingga memperjelas konsep pemisahan sharia“. Dengan mengkonstruksi pandangan agama dengan negara. Di Indonesia, agama yang baik mengenai NU dan Muhammadiyah, banyak mengatur nilai-nilai moral individu JP terlihat memadukan pluralisme dengan yang pada akhirnya akan berakibat pada pandangan Islam, dengan menyatakan bahwa perilaku masyarakat. JP juga menekankan Islam adalah agama yang toleran dan terbuka. batasan yang jelas antara agama dari negara, Dalam artikel —Open societies make good sehingga dengan kalimat ini pembaca akan Muslims“, Islam ditonjolkan sebagai agama melihat bahwa dalam hukum, perundangan, dan yang mengakomodasi pluralisme dan menerima peraturan yang ada dalam sistem legal pasti masyarakat agama lain. tidak dipengaruhi oleh nilai-nilai agama. Tapi Akan tetapi, dukungan terhadap gagasan JP tidak menyinggung kenyataan bahwa ada pluralisme JP tidak sama dengan yang diusung beberapa hukum yang dipengaruhi oleh syariat kedua organisasi, karena JP adalah media Islam. Kenyataan yang dikonstruksi adalah berideologi sekuler dan tidak dekat dengan hukum Indonesia yang sekuler tanpa pengaruh afiliasi agama manapun. Pandangan pluralisme syariat agama. JP merupakan ruang ideologi yang bersentuhan JP menerbitkan berita yang memberikan dengan ideologi NU dan Muhammadiyah. Oleh gambaran tentang tanggapan masyarkat sebab itu, kedua organisasi ini, yang merupakan Indonesia terhadap pemberlakuan syariat dalam tokoh ataupun pemeran moderat dan modern, artikel ”Survey shows prevalent conservatism‘ diberitakan secara baik oleh JP, karena (Mar 17 2006) dan ”Muslim moderates —still the mempunyai pandangan yang sesuai dengan majority“‘ (Aug 25 2006). Kedua judul ini ideologi media tersebut. JP tetap menekankan tampak bertentangan satu sama lain, karena dalam berita tersebut bahwa negara Islam tidak 34 Vol. XI No.1 Th. 2012

diperlukan, dan bahwa sekularisme tetap kelompok seksual minoritas, terutama merupakan pilihan yang baik bagi negara kelompok homoseksual. Fenomena Indonesia. Kutipan yang ditonjolkan pada homoseksual dan waria memang lebih terlihat kalimat kedua artikel “Open societies…“ adalah di kota besar sebagai dampak dari urbanisasi, bahwa setiap manusia harus bertanggung jawab akan tetapi JP tidak menyebutkan pandangan terhadap tingkah lakunya sendiri dalam masyarakat daerah lainnya, terutama daerah pelaksanaan prinsip kebebasan bertindak. Ini yang memberlakukan perda syariah tersebut. menonjolkan otonomi individu dalam Tanggapan berupa dukungan masyarakat menentukan tingkah lakunya sendiri dan terhadap perda tersebut, ataupun keresahan bertanggung jawab terhadapnya, tanpa harus masyarakat terhadap kelompok seksual dipengaruhi pemerintah maupun agama. minoritas tidak ditonjolkan dalam pemberitaan Kemajemukan Indonesia dari segi agama ini. Di tengah masyarakat Muslim Indonesia merupakan faktor yang mendorong pentingnya yang masih kental dengan nilai-nilai agama, pandangan pluralisme. JP memandang bahwa keberadaan kelompok homoseksual dan waria pluralisme liberal dengan memisahkan nilai- dianggap meresahkan, sehingga muncullah nilai agama dari kebenaran moral sangat perda syariah yang melarang keberadaan penting diterapkan di Indonesia. Hal ini dapat kelompok tersebut. dilihat dari artikel —Sexual minorities protest bylaws“ yang menggambarkan protes terhadap Simpulan perda syariah dari kelompok minoritas seksual, Pemberitaan JP tentang perda syariah seperti homoseksual dan waria (transvestites), menunjukkan konstruksi realitas tentang juga kelompok feminis, yang merasa menjadi kontroversi perda syariah di Indonesia. korban perda tersebut. Pada artikel pertama, Berdasarkan analisis framing terhadap penonjolan berita berada pada bagian perda pemberitaan JP, disimpulkan bahwa JP syariah mengenai anti-prostitusi yang membingkai perda syariah sebagai sesuatu yang diskriminatif karena melarang homoseksual kontroversial di tengah-tengah masyarakat. karena termasuk bentuk pornografi. Hal ini Kontroversi ini disebabkan karena adanya dianggap diskriminatif terhadap kelompok pandangan bahwa agama adalah masalah privat, minoritas. Selain itu, homoseksual juga tidak dan harus dijauhkan dari campur tangan pantas untuk masuk ke dalam kelompok pemerintah, sehingga perda syariah tidak prostitusi karena homoseksualitas merupakan sepatutnya diberlakukan. Pandangan ini tidak pilihan individu, dan bukan kriminal. Berita menonjolkan fakta di tengah mayoritas tersebut juga menggambarkan perilaku masyarakat Indonesia, yaitu anggapan bahwa kekerasan yang terjadi pada waria oleh aparat agama adalah bahasan publik dan ekspresi dan melanggar hak asasi manusia, karena tradisi keagamaan cukup jelas di masyarakat, menjadi waria adalah akibat dari urbanisasi, dan terutama di daerah-daerah selain kota besar. tidak sepatutnya mendapat perlakuan Kecenderungan bias JP ini memberikan diskriminatif. pandangan dan pemberitaan yang positif Dalam pemberitaan ini, JP menonjolkan tentang tokoh-tokoh atau kebijakan yang hak asasi manusia sebagai landasan moderat, terutama sekuler, sedangkan kebijakan perlindungan terhadap kelompok minoritas. penerapan nilai-nilai agama maupun tokoh- Argumentasi JP ini menunjukkan pluralisme tokoh yang mendukung kebijakan tersebut netral, bahwa setiap kelompok masyarakat cenderung diberitakan secara negatif. Di sisi harus mendapatkan hak yang sama, sesuai lain, JP menyadari masih pentingnya pengaruh dengan hak asasi manusia. Dengan organisasi agama di tengah masyarakat berlandaskan hak dan kebebasan individu, Indonesia, dan memberi dukungan atau kelompok minoritas seksual adalah kelompok gambaran yang baik mengenai organisasi lemah yang harus dilindungi. Di sisi lain, JP Muslim besar di Indonesia, yaitu NU dan tidak menampilkan tanggapan masyarakat Muhammadiyah. Kedua organisasi ini banyak terhadap kelompok seksual minoritas, mempunyai puluhan juta pengikut sehingga serta tanggapan masyarakat terhadap perda sangat berpengaruh terhadap pandangan yang disebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat. Keduanya juga mendukung sebagian besar masyarakat Indonesia belum sekularisasi Islam di Indonesia dan merupakan mengakui sepenuhnya hak asasi untuk gerakan terdepan dalam menuntun modernisasi 35 Konstruksi Realitas Pemberlakuan ... masyarakat Muslim yang lebih rasional dan Salim, Arskal, and Azyumardi Azra, eds. moderat, terutama dalam hal penafsiran Islam Shari‘a and Politics in Modern yang terbuka. Diharapkan pemberitaan media Indonesia. Singapore: Institute of dapat lebih cermat dan representatif dalam Southeast Asian Studies, 2003. memberitakan kenyataan, karena merupakan Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu jendela bagi masyarakat domestik dan asing Pengantar untuk Analisis Wacana, dalam melihat perkembangan di Indonesia. Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001. Daftar Rujukan Sudibyo, Agus. Politik Media dan Pertarungan Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Wacana. Yogyakarta: LKiS, 2001. Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LKiS, 2002. Tarrant, Bill. 2008. Reporting Indonesia: The Jakarta Post Story 1983-2008. Hamad, Ibnu. Komunikasi Sebagai Wacana. Singapore: Equinox Publishing (Asia). Jakarta: La Trofi Enterprise, 2010. The Jakarta Post Media Kit, 30 Agustus 2008. ------. —Konstruksi Realitas Politik dalam Diterbitkan oleh The Jakarta Post. Media Massa: Studi Pesan Politik dalam Media Cetak pada Masa Penilu 1999.“ —Indonesian Observer' suspends operations.“ Makara, Sosial Humaniora 8: 1 (April The Jakarta Post June 9 2001. 11 2004): 21-32. Agustus 2010

Seratus Jejak Pers Indonesia. Jakarta: I:Boekoe. 2007.

Catatan: Hasil dan pembahasan dalam artikel ini adalah temuan dan pembahasan dari hasil penelitian yang dibiayai Dana Penelitian Dosen Muda DIPA Reguler UNP tahun 2011 melalui Lemlit UNP.

36