Interpretasi Nilai Dalam Serial “Jodha ” Pada Masyarakat Muslim Dan Hindu Desa Keramas, Gianyar, Bali

Kadek Tomi Kencana Putra, Ni Made Ras Amanda Gelgel, I Gusti Agung Alit Suryawati Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Udayana [email protected], [email protected], [email protected].

ABSTRACT

Skripsi ini berjudul “Interpretasi Nilai Dalam Serial Drama “” pada Masyarakat Muslim dan Hindu di Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali.” Penelitian ini mengunakan metode deskriptif-eksploratif. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara mendalam, focus group discussion (FGD), dan observasi. Teknik penentuan informan dengan cara purposive sampling dan snowball. Pemahaman nilai budaya masyarakat Muslim dan Hindu di Desa Keramas pasca menonton tayangan serial drama “Jodha Akbar” sudah semakin meningkat, meskipun masih adanya batasan-batasan penerimaan nilai-nilai budaya dari masing-masing kelompok masyarakat tersebut. Dari hasil analisa menggunakan Teori Dimensi Budaya Hofstede, masyarakat Muslim dan Hindu di Banjar Lebah memiliki dimensi nilai budaya yang serupa yakni; nilai budaya kolektivitas, maskulinitas, penghindaran ketidakpastian yang bersifat rendah dan jangka orientasi panjang. Dengan adanya faktor sosio-historis, geografis, komunikator, dan aturan adat (awig-awig) maka pemahaman antara masyarakat Muslim dan Hindu di Desa Keramas mengenai perbedaan nilai budaya semakin meningkat.

Kata kunci: Desa Keramas, Interpretasi, Masyarakat Muslim dan Hindu, Nilai Budaya.

1. PENDAHULUAN Raja Muhamad Jalaludin dengan Ratu Jodha 1.1 Latar Belakang dari Kerajaan Rajput yang beragama Hindu Kebutuhan akan informasi dan dari Tajmahal .Dari data siaran pers komunikasi merupakan hal penting bagi ANTV (2014), serial drama “Jodha Akbar” masyarakat di semua belahan yang menayangkan 630 episode dunia.Komunikasi massa adalah sebuah mendapatkan rating 2.3 dan share hingga proses di mana terdapat organsisasi media memperoleh angka 10,6% per tanggal 11 yang memproduksi dan mentransmisikan Agustus 2014. pesan kepada publik atau masyarakat luas Rating serial drama “Jodha Akbar” dan bagaimana pesan tersebut diperoleh, memang cukup tinggi, namun serial drama digunakan, dipahami serta diterapkan oleh ini juga sering menayangkan beberapa audiens (Littlejohn, 2002:303). adegan kekerasan. Adegan kekerasan Data yang dilansir oleh AGB Neilsen tersebut dilatarbelakangi oleh pertentangan Media Research Indonesia pada tahun 2014, antara nilai-nilai budaya hingga perbedaan di mana konsumsi media menunjukkan nilai-nilai agama khususnya masyarakat bahwa televisi masih menjadi medium utama Hindu dan Islam. Salah satu contoh kontra yang dikonsumsi masyarakat Indonesia dari tayangan tersebut adalah surat (95%). Salah satu acara yang menayangkan peringatan No. K/KPI/03/15, Komisi latar belakang kebudayaan adalah serial Penyiaran Indonesia (KPI) yang sudah drama “Jodha Akbar” di ANTV. Serial drama memanggil pihak ANTV terkait dengan “Jodha Akbar” menceritakan mengenai pengaduan masyarakat mengenai tayangan pernikahan antara Raja dari Kerajaan serial drama “Jodha Akbar” yang Mughal yang menganut Agama Islam yaitu menayangkan kekerasan perang antar

 1 masyarakat yang beragama Islam Pendahuluan, tinjauan pustaka dengan masyarakat Rajput yang beragama metodologi penelitian, pembahasan, penutup Hindu. daftar pustaka . Perbedaan nilai-nilai budaya seperti yang ditayangkan oleh serial drama “Jodha 2. KAJIAN PUSTAKA Akbar” karena adanya kelompok masyarakat Untuk memahami lebih dalam topik yang berbeda agama yang tinggal dalam penelitian yang peneliti angkat, peneliti satu wilayah yang sama juga terdapat di mengkaji tiga penelitian sebelumnya, yang Indonesia, tepatnya di Desa Keramas, berjudul “Respons Remaja Kota Denpasar Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Dalam Menonton Tayangan Sinetron Arti Provinsi Bali. Sahabat”oleh Suryawati (2013), “Dampak Siaran Televisi Dalam Kehidupan 1.2 Rumusan Masalah Masyarakat dan Pembangunan”oleh Bagaimana interprestasi nilai budaya Wahyudi (2010), dan “Pola Interaksi dalam serial drama “Jodha Akbar” yang Berbasis Agama Pada Masyarakat Rawan terbentuk dari persepsi masyarakat Hindu Konflik di Kabupaten Sigi” oleh Makarma dan Muslim di Desa Keramas? (2014).

1.3 Batasan Masalah 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ini membatasi permasalahan 2.2.1 Dimensions of Culture Theory yang hanya terfokus terhadap bagaimana Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh interprestasi nilai dalam tayangan serial Geert Hofstede pada tahun 1991. Pada drama “Jodha Akbar” yang menayangkan penelitiannya, Hofstede (dalam Carlos, perbedaan nilai budaya antara masyarakat 2007:45) membagi dimensi budaya menjadi Muslim dan Hindu di Desa Keramas, 5 bagian yaitu; Blahbatuh, Gianyar Bali. 1. Jarak Kekuasaan (Power Distance) 1.4 Tujuan Penelitian Jarak kekuasaan menjelaskan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengenai bagaimana kekuatan dalam mengetahui bagaimana interpretasi nilai masyarakat menentukan jarak antar dalam tayangan serial drama “Jodha Akbar” satu individu dengan individu lainnya. antara masyarakat Muslim dan Hindu di 1. Individualisme dan Kolektivisme Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Dalam masyarakat yang menganut Kabupaten Gianyar. paham budaya individualistic, masyarakat lebih bersifat mandiri, 1.5 Manfaat Penelitian memiliki tanggung jawab untuk diri 1.5.1 Manfaat Teoritis mereka sendiri dan maisyarakat Penelitian ini menggunakan teori media cenderung senang bertindak sebagai massa dan komunikasi antar budaya dalam individu dari pada sebagai kelompok. mengkaji objek yang diteliti. Sehingga 2. Maskulinitas dan Femininitas diharapkan penelitian ini dapat dijadikan Maskulinitas dan femininitas sebagai acuan dan memberikan referensi merupakan kata-kata yang berasal bagi penelitian lain yang terkait berikutnya. dari hubungan sosial dan budaya 1.5.2 Manfaat Praktis masyarakat yang ter-asosiasi menjadi Dalam skala yang lebih kecil diharapkan kaum laki-laki dan/ perempuan. penelitian ini dapat dijadikan bahan 3. Penghindaran Ketidakpastian pertimbangan atau referensi tambahan oleh (Uncertainty Avoidance) pengurus desa setempat untuk mengedukasi Penghindaran Ketidakpastian masyarakat di Desa Keramas dalam merupakan penjelasan mengenai memahami perbedaan nilai-nilai budaya bagaimana masyarakat dalam suatu yang ada di masyarakat Muslim maupun kelompok berusaha untuk merasa Hindu. Dalam skala yang lebih besar, nyaman dalam situasi yang tidak diharapkan penelitian ini dapat memberikan terstruktur atau keadaan yang tidak manfaat bagi pemerintah daerah maupun pasti. pusat dalam meningkatkan pemahaman 4. Orientasi Jangka Panjang (Long-Term masyarakat akan perbedaan nilai-nilai Orientation) budaya yang ada di Indonesia. Masyarakat dengan paham orientasi jangka panjang memiliki pemahaman 1.6 Sistematika Penulisan akan nilai penghematan dan ketekunan.

 2 Pada penelitian ini, kelima dimensi dalamnya melalui pengumpulan data secara budaya di atas yang dipaparkan oleh mendalam (Kriyantono, 2010:56). Hofstede dalam Teori Dimensi Budaya yang Paradigma dalam penelitian ini adalah akan digunakan untuk menganalisa paradigma dengan pendekatan pemahaman dimensi nilai-nilai budaya antar konstruktivistik. Jika dijabarkan lebih dalam kelompok masyarakat Muslim dan Hindu di maka dalam penelitian ini, peneliti Desa Keramas. menggunakan metode penelitian dengan pendekatan fenomenologi. 2.2.2 Uses and Effects Theory Teori ini pertama kali dikemukakan oleh 3.1 Sumber Data Sven Windahl pada tahun 1979. Teori ini 3.1.1 Sumber Data Primer merupakan koheransi dari teori sebelumnya Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu, Uses and Gratification theory.Uses diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan Effects Theory menjelaskan bagaimana yaitu sebanyak 6 orang dan Focus Group kebutuhan menjadi salah satu faktor yang Discussion (FGD) yaitu sebanyak 12 menyebabkan individu menggunakan media. masyarakat Muslim dan 16 masyarakat Asumsi dasar dari teori ini adalah bagaimana Hindu di Banjar Lebah, Desa Keramas. pengguna media menghasilkan banyak efek 3.2.2 Sumber Data Sekunder terhadap individu lainnya (Kusaeni, Sumber data sekunder merupakan 2011:53). sumber data yang tidak memberikan informasi secara langsung kepada 2.2.3 Interpretasi Nilai pengumpul data.Data-data sekunder lainnya Dalam penelitian ini, peneliti yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan konsep interpretasi nilai data kependudukan, data demografis dan dalam teori segitiga makna atau Triangle data geografis penduduk dan catatan Meaning Theory yang merupakan koherensi sejarah Puri Keramas yang bersumber dari dari Teori Semiotikayang pertama kali kantor Desa Keramas, Kecamatan diperkenalkan oleh Charles Sanders Pierce. Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali. Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam 3.2 Unit Analisis hubungan triadic, yakni graund (sesuatu Unit analisis pertama adalah yang digunakan agar tanda dapat berfungsi), masyarakat Hindu di Desa Keramas, object dan interpretant (Sobur, 2013:41). khususnya di Banjar Lebah, yaitu salah satu Konsep triangle meaning ini terdiri dari tiga banjar dari enam banjar yang ada di desa elemen utama, yakni tanda setempat. Unit analisis berikutnya adalah (sign/representament), object, dan warga Muslim di Kampung Sindhu. Kedua interpretant (Budiman, 2004:26 dalam unit analisis tersebut adalah kelompok Herbayu, 2013:4). masyarakat yang tinggal pada satu banjar di Desa Keramas. 2.2.4 Komunikasi Antar Budaya Istilah komunikasi antar budaya 3.3 Teknik Pengumpulan Data pertama kalinya diperkenalkan oleh Edward. Penelitian ini akan menggunakan tiga T. Hall pada tahun 1959 (Pardede, 2011:4). teknik pengumpulan data yaitu wawancara Terdapat beberapa unsur dalam komunikasi mendalam, focus group discussion (FGD), antar budaya (Pardede, 2011:9-12), yaitu ; dan teknik observasi. persepsi, proses verbal (bahasa verbal, pola pikir, perilaku nonverbal, konsep waktu, 3.5 Teknik Penentuan Informan penggunaan ruang). Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan Berikut merupakan hambatan-hambatan mengambil data dari masyarakat yang yang ditimbulkan dalam komunikasi memang aktif menonton serial drama “Jodha antarbudaya; prasangka sosial (stereotip, Akbar” yang ditayangkan oleh ANTV di jarak sosial, dan sikap diskriminasi). televisi.

3. Metodologi Penelitian 3.5.1Teknik Penentuan Informan Dalam Penelitian ini termasuk jenis penelitian Wawancara Mendalam dengan pendekatan kualitatif- Pengumpulan data melalui teknik eksploratif.Penelitian kualitatif-eksploratif wawancara mendalam akan dilakukan adalah penelitian yang bertujuan untuk dengan cara sampling bertujuan/disengaja menjelaskan fenomena dengan sedalam- (purposive sampling). Penelitian ini, peneliti akan

 3 mewawancarai opinion leader sebagai akan menyajikan data ke dalam bentuk purposive sample atau informan dari masing- narasi menggunakan teknik analasis masing perwakilan kelompok masyarakat di deskriptif-exploratif. Desa Keramas. Masyarakat Hindu akan diwakilkan oleh kelian Banjar Lebah yaitu I 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Wayan Jenar. Sedangkan masyarakat Islam 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian. akan diwakilkan oleh salah satu tetua adat di 4.1.1 Sejarah Desa Keramas. Kampung Sindhu yaitu Muhammad Amir. Desa Keramas merupakan salah satu Selain menggunakan teknik purposive desa yang berada di Kecamatan Blahbatuh, sampling pada teknik penentuan informan Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Sesuai dalam wawancara mendalam, peneliti juga data yang diperoleh dari catatan sejarah di akan menggunakan teknik snow ball dalam kantor Desa Keramas (2016), terbentuknya menentukan informan dalam wawancara Desa Keramas berawal karena adanya mendalam ini. Informan yang diperoleh perang tanding antara Ida I Gusti Agung berdasarkan teknik snow ball adalah tokoh Maruti yang merupakan Raja Gelgel terakhir masyarakat di Kampung Sindhu yaitu Achri, (1660 – 1686) melawan iparnya sendiri yaitu Uztad Kampung Sindhu yaitu Muhammad I Gusti Nguruah Jambe.Ida I Gusti Agung Kholi Mawardi, Penglingsir Puri Keramas Maruti kemudian mengungsi ke suatu daerah. (budayawan) yaitu Anak Agung Wiyat S. Wilayah inilah yang kemudian Ida I Gusti Ardhi, dan Kepala Desa Keramas yaitu I Agung Maruti Karo berikan nama “Karamas” Gusti Agung Bagus Artha Wijaya. yang sekarang disebut dengan nama Desa Keramas. Penemuan desa ini diperkirakan 3.5.2 Teknik Penentuan Informan Focus pada tahun isakanya: Mata Sapta Rasa Group Discussion (FGD). Tunggal (Isaka 1572/Masehi 1750). Peserta Focus Group Discussion (FGD) Sejak tahun 1979 telah banyak dalam penelitian ini adalah seka teruna- dilakukan penggalian yang dilakukan oleh teruni, perkumpulan ibu-ibu PKK dan Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan peguyuban masyarakat Islam Sindhu di Purbakala Bali di Desa Keramas. Prasasti- Banjar Lebah, Desa Keramas. prasasti tersebut ditemukan di Banjar Lebah, Peserta Focus Group Discussion (FGD) yaitu salah satu banjar dari enam banjar dari masing-masing kelompok masyarakat yang ada di Desa Keramas. terdiri dari 6-16 orang informan. Rentan usia Sesuai sejarah berdirinya Banjar Lebah, peserta dalam Focus Group Discussion Kepala Desa Keramas I Gusti Agung Bagus (FGD) tersebut adalah berkisar dari umur 17 Artha Wijaya (2016) menyatakan bahwa hingga 70 tahun. pada tahun 1518 sesudah Masehi, konsep Kelompok pertama adalah masyarakat kerajaan Gelgel di Kabupaten Klungkung Hindu yang berasal dari Banjar Lebah yang masih dinggunakan oleh Raja Kerajaan berjumlah 16 orang yang dilaksanakan pada Desa Keramas yaitu Ida I Gusti Agung tanggal 30 Januari 2016, pukul 19:00 Wita. Maruti Karo untuk membangun desanya. Kelompok kedua adalah masyarakat Muslim Selain sejarah terbentuknya dan yang berjumlah 12 orang dari Kampung penemuan prasasti-prasasti, keunikan lain Sindhu di mana FGD dilaksanakan pada dari Banjar Lebah adalah kampung Islam tanggal 25 Desember 2015 dan 5 Januari Sindhu. Menurut data profil kependudukan 2016, pukul 19:00 Wita. pemerintah dinas Desa Keramas tahun 2015, keberadaan kampung Islam Sindu Keramas 3.6 Teknik Analisis Data berawal dari perjalan seorang Brahmana Dalam penelitian ini, peneliti (Pendeta) dari Griya Sindhu Sidemen menggunakan model analisi Miles dan Kabupaten Karangasem. Perjalanan Huberman untuk menganalisis data. Analisi Pendeta tersebut diperkirakan berlangsung data model Miles dan Huberman (dalam sekitar 2 abad yang lalu atau tahun 1811 Pujileksono, 2015: 152) dilakukan melalui Saka Candra Sangkala, Candra Bumi tiga tahapan, yaitu; Reduksi Data (Data Astitunggal atau tahun 1889 Masehi. Reduction), Penyajian Data (Data Display), Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi 4.1.2 Karakteristik Desa Keramas. (Conclusion Drawing and Verification). Secara geografis, Desa Keramas terletak di selatan Kota Gianyar, 3.7 Teknik Penyajian Data berdampingan dengan desa-desa lainnya Setelah data dianalisi menggunakan seperti Desa Pering, Bona, dan Tojan teori yang digunakan sebagai pisau analisa Pada tanggal 24 Oktober 1995, desa temuan dalam penelitian ini, maka peneliti Keramas terbagi menjadi dua, dan

 4 membentuk pemekaran desa baru yang pernikahan Jalal yang berkedudukan bernama desa Medahan. Secara awig-awig sebagai raja di kerajaan Mughal dengan ratu desa (hukum desa), kedua desa tersebut Jodha yang berasal dari kerajaan Hindu masih tetap dalam ruang lingkup yang sama Rajput. Dengan adanya pernikahan tersebut, namun secara pemerintahan dinas memiliki akhirnya perang antar kerajaan Islam kepala desa yang berbeda. Menurut data Mughal dengan kerajaan Hindu Rajput pertumbuhan Desa Keramas tahun 2016, berakhir dan berimbas pada kedudukan saat ini Desa Keramas memiliki jumlah politik kedua kerajaan besar di India penduduk sebesar 8.763 jiwa tersebut. Secara demografis, menurut data kependudukan Desa Keramas tahun 2016, sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai pekerja swasta, buruh, hingga 4.1.4.3 Penokohan. menjadi petani. Tokoh-tokoh dalam serial drama “Jodha Akbar” terdiri dari tokoh protagonis yaitu: 4.1.2.1 Banjar Lebah Ratu Jodha, Ratu Salimah, Ibu Suri (mertua Banjar Lebah merupakan salah satu Jodha), Raja Bharmal (orang tua Jodha) dan banjar dari enam banjar lainnya yang ada di keluarga, Hamida Banu (adik dari Jalal), Desa Keramas. Seperti yang sudah pangeran Salim (anak Jalal) dan tokoh-tokoh dijelaskan di atas, secara geografi Banjar baik lainnya. Tokoh antagonis dalam serial Lebah merupakan wilayah paling timur di drama “Jodha Akbar” yaitu Jalaludin Desa Keramas. Jumlah masyarakat di Muhammad, Maham Anga, Banjar Lebah adalah sebesar 236 Kepala (anak Maham Anga), Syariffudin (ipar Raja Keluarga (KK). Jalal), Ratu Ruqaiyah dan tokoh-tokoh Menurut kelian Banjar Lebah, Jenar lainnya. (2015) secara demografis masyarakat di Banjar Lebah sebagian besar berprofesi 4.2 Hasil Temuan dan Analisa sebagai petani, pegawai swasta, tukang, Dalam penelitian ini peneliti akan pedagang hingga petani. Jumlah total memaparkan temuan data yang diperoleh masyarakat di Banjar Lebah adalah dari hasil Focus Group Discussion (FGD), sebanyak 1.141 jiwa. wawancara mendalam, maupun observasi lapangan. 4.1.2.2 Kampung Sindhu 4.2.1 Interpretasi Nilai Budaya Kampung Islam Sindhu di Banjar Lebah, Masyarakat Hindu Dalam Serial Desa Keramas adalah sebuah “Drama Jodha” oleh Masyarakat perkampungan Muslim yang terletak 5 Muslim Kampung Sindhu. Kilometer ke arah selatan Kota Gianyar. Hingga saat ini jumlah penduduk di 4.2.11. Interpretasi Nilai Keyakinan dalam Kampung Sindhu adalah sebanyak 45 KK Budaya Sembahyang Masyarakat Hindu. atau 160 Jiwa Dalam tayangan serial drama “Jodha Jumlah pendatang sesuai data Akbar” episode 216 (14:57’), ditayangkan kependudukaan Kampung Sindhu tahun bagaimana Jodha sebagai ratu dari Kerajaan 2016 adalah sebanyak 10 KK. Secara Rajput berdoa sesuai adat dan budaya yang demografi, dari hasil wawancara dengan sesuai dengan keyakinan masyarakat Hindu. kelian adat di Kampung Sindhu, Amir (2015) Doa dilakukan dengan menyembah patung menyatakan bahwa sebagian besar Dewa Krisna, salah satu nama dewa yang masyarakat Kampung Sindhu berprofesi ada dalam kepercayaan masyarakat Hindu. sebagai buruh bangunan, wiraswasta, Masyarakat Muslim di Kampung Sindhu pegawai negri, hingga polisi. menyatakan bahwa patung Dewa Krishna tersebut merupakan lambang pemujaan dari 4.1.3 Struktur Serial Drama “Jodha umat Hindu. Masyarakat Muslim Kampung Akbar.” Sindhu juga menilai bahwa tayangan 4.1.3.1 Alur Cerita menyembah patung dewa tersebut mengacu Alur cerita serial drama “Jodha Akbar” pada keyakinan Jodha sebagai masyarakat berawal dari adanya perang antar kerajaan Hindu. Islam yaitu Kerajaan Mughal dengan Pendapat tersebut sesuai dengan Teori Kerajaan Hindu Rajput pada abad ke- Segitiga Makna atau Triangle Meaning 16.Menurut tayangan cerita yang Theory pertama kali diperkenalkan oleh ditayangkan bahwa serial drama “Jodha Charles Sanders Pierce. Teori Perce Akbar” menceritakan mengenai kisah cinta tersebut sesuai dengan hasil interpretasi

 5 masyarakat Muslim Kampung Dari tayangan episode 2 (15:41’), Sindhuterhadap patung-patung dewa diceritakan bahwa ibu Jodha (Ratu (pratima) yang ada di masyarakat Hindu. Mainawati) sangat percaya terhadap hasil Masyarakat Muslim Kampung Sindhu menerawang batu karang dari seorang menyatakan bahwa budaya menyembah peramal tua di Kerajaan Hindu Rajput. patung tersebut merupakan simbol Mengenai tayangan tersebut, pemujaan masyarakat Hindu terhadap masyarakat Muslim Kampung Sindhu Tuhan. Pemujaan terhadap patung-patung menyadari bahwa budaya tersebut tidak ada dewa pada masyarakat Hindu secara di dalam kepercayaan masyrakat Muslim konseptual dapat dikatagorikan sebagai Kampung Sindhu. Masyarakat Muslim representamen (tanda). Masyarakat Muslim Kampung Sindhu memahami bahwa Kampung Sindhu menginterpretasikan tayangan tersebut merupakan tradisi yang (interpretan) bahwa patung-patung dewa sangat dipercaya oleh masyarakat Hindu. (obyek) merupakan simbol pemujaan dari Di Desa Keramas, masyarakat Muslim masyarakat Hindu (representamen). Kampung Sindhu memahami bahwa masyarakat Hindu di Desa Keramas 4.2.1.2. Interpretasi Budaya Sesajen memang memiliki nilai kepercayaan nunas Masyarakat Hindu. bawos (nerawang). Masyarakat Muslim Dalam tayangan serial drama “Jodha Kampung Sindhu mengetahui jika ada Akbar” episode episode 215 (09:14’), masyarakat Hindu sekitar Kampung Sindhu ditayangkan bahwa masyarakat Hindu di yang meninggal maka masyarakat Hindu Kerajaan Rajput menggunakan sesajen Banjar Lebah akan memohon jadwal untuk untuk menyembah patung dewa. Sesajen melaksanakan upacara kremasi (ngaben) tersebut berupa hiasan bunga, api, manisan, kepada pemuka agama (Ida Pedande). dan penggunaan tanda merah pada dahi Masyarakat Muslim Kampung Sindhu setelah melakukan persembahyangan. beranggapan nilai kepercayaan dalam Dalam tayangan tersebut ditayangkan budaya nunas bawos tersebut tidak ada di pula bahwa Jalal sebagai raja dari Kerajaan dalam kepercayaan masyarakat Muslim Islam Mughaal datang ke kerajaan Hindu Kampung Sindhu. Masyarakat Muslim Rajput untuk menjenguk mertuanya, yaitu Kampung Sindhu tidak menyalahkan nilai orang tua dari Jodha. Ketika sampai di kepercayaan yang ada di masyarakat Hindu kerajaan Rajput, Raja Jalaludin disambut Banjar Lebah tersebut. Jika dibandingkan menggunakan sesajen penyambutan oleh dengan kepercayaan yang ada di mertuanya. Dari tayangan tersebut, masyarakat Islam, masyarakat Muslim masyarakat Muslim menolak pemujaan Sindhu menyatakan bahwa dalam masyarakat Hindu yang menggunakan kepercayaan masyarakat Islam semua hari sesajen dilakukan kepada seseorang yang dianggap hari yang baik untuk melakukan beragama Islam. upacara keagamaan. Menurut masyarakat Muslim di Kampung Sindhu tidak perlu melakukan 4.2.1.4. Interpretasi Nilai Kesucian dalam pemujaan penyambutan kepada Jalal yang Budaya Melukat Masyarakat Hindu. beragama Islam seperti apa yang Episode 217 (18:54’) dalam serial ditayangkan dalam serial drama “Jodha drama “Jodha Akbar” menayangkan Jodha Akbar” tersebut. Jadi, secara umum dan masyarakat Hindu di Rajput melakukan masyarakat Muslim Kampung Sindhu pembersihan diri untuk mandi di sungai menerima budaya sesajen yang dilakukan Yamuna sebagai tradisi untuk berdoa dan oleh masyarakat Hindu, namun masyarakat menyucikan diri dari dosa yang pernah Muslim kurang memahami makna yang dilakukan di kehidupannya pada saat itu. terkandung dalam persembahan sesajen Mengenai tayangan tersebut, tersebut. Namun, masyarakat Muslim masyarakat Muslim Kampung Sindhu Kampung Sindhu menolak budaya tersebut memahami budaya masyarakat Hindu apabila seorang Muslim melakukan atau tersebut merupakan budaya pembersihan diperlakukan persembahyangan dengan diri (kesucian diri) yang juga terjadi di sesajen seperti yang dilakukan oleh masyarakat Hindu Desa Keramas. Hal masyarakat Hindu. tersebut sesuai dengan pendapat Pierce dalam Teori Segitiga Makna mengenai 4.2.1.3. Interpretasi Nilai Kepercayaan symbolic sign di mana tanda penggunaan air dalam Budaya Menerawang (Nunas dalam budaya pembersihan diri (melukat) Bawos)Masyarakat Hindu. merupakan tanda yang disepakati oleh

 6 budaya masyarakat Hindu sebagai sesuatu Kampung Sindhu mengetahui salam di yang suci. masyarakat Hindu yaitu “Om Swastyastu” Masih dalam episode yang sama, sebagaisalam umat Hindu di Banjar Lebah ditayangkan bahwa Raja Jalal sebagai apabila bertemu dengan umat Hindu seorang Muslim juga ikut serta dalam tradisi lainnya.Selain sebagai makna saling penyucian diri yang dilakukan oleh menghormati antar umat Hindu, masyarakat masyarakat Hindu di sungai Yamuna. Muslim di kampung Sindhu juga memahami Menyikapi hal tersebut, masyarakat Muslim bahwa ucapan salam “Om Swastyastu” di Kampung Sindhu menyikapi tayangan masyarakat Hindu memiliki makna yang tersebut dengan tetap memegang teguh sama dengan salam di masyarakat Muslim kepercayaan Islam yang dipercayai. yaitu sebagai doa keselamatan diri bagi Budaya melukat terjadi juga di orang yang diberikan salam. Masyarakat masyarakat Muslim kampung Sindu di mana Muslim memandang hanya cara masyarakat Muslim Kampung Sindhu mengucapkan salam dalam masyarakat menyatakan bahwa seorang Muslim boleh Hindu dan Muslim yang berbeda. melakukan budaya melukat seperti halnya yang dilakukan oleh masyarakat Hindu di 4.2.2 Interpretasi Nilai Budaya Agama banjar Lebah, namun sebatas hanya Islam Dalam Serial “Drama Jodha” membersihakan diri saja. Masyarakat Muslim oleh Masyarakat Hindu Banjar Lebah, Kampung Sindhu menolak untuk melakukan Desa Keramas. budaya melukat dengan menggunaan sesajen dan doa-doa seperti yang dilakukan 4.2.2.1. Interpretasi Nilai Menutup Aurat oleh masyarkaat Hindu di Banjar Lebah. dalam Budaya Jilbab Muslimah. Pedapat tersebut sesuai dengan Uses Terdapat salah satu tokoh antagonis and Effects Theory oleh Sven Windahl di terkenal dalam tayangan serial drama mana masyarakat Kampung Sindhu “Jodha Akbar” yaitu Maham Anga. Perdana menggunakan media yaitu menonton serial mentri dari kerajaan Islam Mughal ini dalam drama “Jodha Akbar” untuk memenuhi penampilannya selalu menggunakan jilbab kebutuhan informasi masyarakat mengenai Masyarakat Hindu Banjar Lebah menilai pemahaman nilai dan budaya yang ada di tayangan penggunaan jilbab tersebut, masyarakat Hindu Banjar Lebah. Effects dari sebagai makna menutupi aurat atau tayangan serial drama tersebut adalah kecantikan masyarakat Muslimah. Pendapat penerimaan nilai dan budaya masyarakat tersebut sesuai dengan pendapat Pierce Hindu, secara spesifik dalam penelitian ini bahwa masyarakat Hindu Banjar Lebah adalah nilai kesucian dalam budaya melukat menginterpretasi tayangan Muslimah yang masyarakat Hindu. Dampak yang terlihat dari mengenakan jilbab sebagai simbol untuk hasil menonton tayangan tersebut adalah menutupi aurat Muslimah dalam serial drama masyarakat Muslim Kampung Sindhu “Jodha Akbar.” Maham Anga adalah salah bersedia melakukan budaya melukat yang satu tokoh yang menggunakan jilbab dalam dilakukan oleh masyarakat Hindu Banjar tayangan serial drama “Jodha Akbar Lebah. tersebut. Secara Teori Segitiga Makna Pierce, dari hasil penilaian masyarakat Hindu 4.2.1.5. Interpretasi Nilai Hormat- Banjar Lebah di mana jilbab dikatakan Menghormati Masyarakat Hindu (Om sebagai simbol kesucian kaum Muslimah Swastyastu). (aurat) yang harus ditutupi. Pendapat Dalam tayangan serial drama “Jodha tersebut dikatagorikan sebagai Akbar”, masyarakat Hindu di Kerajaan representamen (tanda) sedangkan jilbab Rajput selalu mengucapkan “salam” kepada menjadi obyek dari penanda dan pandangan raja, ratu maupun orang yang lebih tua masyarakat mengenai kesucian kaum dengan kedua tangan yang dicakupkan di Muslimah tersebut dikatagorikan sebagai dada.Mengenai tayangan tersebut interpretan. masyarakat Muslim di Kampung Sindhu Ketiga komponen dalam teori segitiga menyadari bahwa hal tersebut dilakukan makna tersebut memiliki keterkaitan satu oleh masyarakat Hindu Rajput untuk sama lainnya. Komponen-komponen menghormati umat Hindu lainnya yang ada tersebut menciptakan penilaian oleh di kerajaan tersebut. masyarakat Hindu Banjar Lebah mengenai Masyarakat Muslim di Kampung Sindhu simbol penggunaan jilbab oleh masyarakat melihat fenomena tersebut terjadi dengan Muslimah yang menjadi simbol penutupan masyarakat Hindu yang ada di sekitar Banjar kesucian diri atau aurat. Lebah, Desa Keramas. Masyarakat Muslim

 7 4.2.2.2. Interpretasi Nilai Budaya “Bukan dilakukan di mana saja juga terjadi di Muhrim” Masyarakat Muslim. masyarkat Muslim Kampung Sindhu. Dalam tayangan serial drama “Jodha Mengenai budaya sholat yang ada di Akbar” banyak ditayangkan mengenai nilai- Kerajaan Islam Mughal, pada episode 217 nilai budaya yang berlandaskan (16:36’) Jalal dikisahkan melakukan sholat di kepercayaan masyarakat Islam di Kerajaan depan makam seorang pemuka agama yang Mughal. Salah satu nilai budaya yang sudah wafat. Menanggapi tayangan tersebut, menjadi perhatian masyarakat Hindu di masyarakat Hindu Banjar Lebah menilai Banjar Lebah adalah mengenai budaya bahwa budaya tersebut juga terjadi di “bukan muhrim” ketika masyarakat muslim di kehidupan masyarakat Muslim Banjar Lebah. Kerajaan Mughal melakukan Masyarakat Hindu Banjar Lebah persembahyangan (sholat)atau ketika beranggapan bahwa cara sembahyang di mengadakan rapat. Dalam tayangan makam masyarakat Islam dan Hindu tersebut, ditayangkan bahwa kaum berbeda. perempuan dan laki-laki jika melakukan Masyarakat Hindu Banjar Lebah persembahyangan sholat harus terpisah dan mengatakan bahwa pada tayangan tersebut tidak bersentuhan. Jalal hanya berdoa di depan makam saja. Di Mengenai tayangan nilai budaya dalam budaya masyarakat Hindu, tersebut, masyarakat Hindu di Banjar Lebah persembahyangan di makam masyarakat mengatakan bahwa makna dari budaya Hindu selalu menggunakan sesajen “bukan muhrim” adalah mengenai hukum (munjung) terhadap keluarga yang telah haram yang ada pada kepercayaan dimakamkan. Masyarakat Hindu Banjar masyarakat Muslim. Masyarakat Hindu Lebah menilai bahwa tayangan budaya Banjar Lebah menyatakan bahwa budaya sholat tersebut berbeda dengan budaya tersebut terjadi pula pada masyarakat sembahyang dalam kepercayaan Muslim Kampung Sindhu. Masyarakat Hindu masyarakat Hindu yang mewajibkan umat Banjar Lebah menyatakan apabila kaum laki- Hindu untuk sembahyang di dalam kuil atau laki dan perempuan bukan merupakan pura. pasangan suami-istri maka haram hukumnya Masyarakat Hindu Banjar Lebah untuk bersentuhan. menyatakan bahwa budaya sholat dalam Masyarakat Hindu Banjar lebah tayangan serial drama “Jodha Akbar” mengetahui bahwa setelah melakukan tersebut juga terjadi di masyarakat Muslim pembersihan sebelum sholat dengan air Kampung Sindhu. Masyarakat Hindu Banjar wudhu maka haram pula hukumnya untuk lebah memaknai budaya sholat di makam bersentuhan dengan orang lain. Jadi, dari oleh masyarakat Muslim Kampung Sindhu hasil menonton tayangan tersebut sebagai perwujudan makam adalah Tuhan masyarakat Hindu Banjar Lebah menjadi bagi umat Muslim. Dalam budaya lebih memahami budaya ‘bukan muhrim’ masyarakat Hindu, masyarakat Hindu Banjar yang terapkan oleh masyarakat Muslim di Lebah beranggapan bahwa patung-patung Kampung Sindhu. dewa atau pretima merupakan lambang dari perwujudan Tuhan. 4.2.2.3. Interpretasi Nilai Spiritual dalam Budaya Sholat Masyarakat Muslim. 4.2.2.4. Interpretasi Nilai Kesetiaan dalam Pada episode awal yaitu episode 2 Budaya Poligami Masyarakat Muslim. (09:17’) terdapat tayangan bahwa sebelum Dalam tayangan serial drama “Jodha berperang Jalal sebagai raja kerajaan Islam Akbar” dikisahkan bahwa Jalal sebagai Mughal selalu melakukan persembahyangan penguasa di kerajaan Islam Mughal memiliki (sholat). Selain itu masyarakat Muslim di istri atau ratu lebih dari satu atau dapat Kerajaan Mughal juga melakukan sholat disebut berpoligami. Dalam kepercayaan sebanyak 5 kali dalam sehari. Mengenai masyarakat Muslim poligami diperbolehkan tayangan tersebut, masyarakat Hindu Banjar apabila masih sesuai dengan ajaran Islam. Lebah menilai bahwa budaya Sholat tersebut Dari hasil wawancara dengan Uztad yang merupakan kewajiban masyarakat Muslim ada di Kampung Sindhu, Desa Keramas, terhadap agamanya (spiritual). Muhammad (2016) menyatakan bahwa Selain itu masyarakat Hindu Banjar poligami merupakan hal yang tidak dilarang Lebah menyatakan bahwa masyarakat namun tidak dianjurkan untuk dilakukan. Muslim dalam tayangan serial drama “Jodha Muhammad menambahkan dalam ajaran Akbar” tidak memandang lokasi untuk sholat. agama Islam memperbolehkan seorang laki- Tayangan budaya sholat yang dapat laki untuk berpoligami dan memiliki istri hingga empat orang namun laki-laki tersebut

 8 harus dapat bersikap adil terhadap istri- dengan tangan yang didekatkan ke istrinya. dahi.Mengenai tayangan tersebut Mengenai tayangan Raja Jalal yang masyarakat Hindu Banjar Lebah menilai berpoligami tersebut, masyarakat Hindu bahwa salam tersebut sebagai simbol menyikapi tayangan tersebut sebagai pertemuan. tayangan yang bersifat pro dan kontra. Tayangan tersebut apabila dikaitkan Beberapa masyarakat Hindu Banjar Lebah dengan kehidupan masyarakat Muslim dan tidak setuju dengan adanya budaya poligami Hindu di Banjar Lebah, salam tersebut akan yang ada di dalam kepercayaan Islam dilakukan apabila masyarakat Hindu Banjar seperti yang ditayangkan dalam serial drama Lebah masuk ke kawasan masyarakat “Jodha Akbar”. Muslim Kampung Sindhu. Masyarakat Hindu Masyarakat Hindu Banjar Lebah juga Banjar Lebah menyatakan akan tidak setuju dengan budaya poligami menyesuaikan dengan mengucapkan salam tersebut apabila diterapkan di dalam tersebut apabila bertemu dengan kehidupan masyarakat Hindu Banjar Lebah. masyarakat Muslim untuk menghormati Namun, apabila budaya tersebut memang masyrakat Muslim yang ada di Kampung dilakukan oleh masyarakat Muslim, Sindhu. masyarakat Hindu Banjar Lebah tidak menyalahkan budaya poligami yang ada di 4.2.2.6. Interpretasi Nilai Kesucian Dalam masyarakat Muslim. Budaya Bersorban Putih Dan Berjenggot Budaya poligami tersebut juga terjadi di Pemuka Agama Islam. masyarakat Muslim Kampung Sindhu. Di Dalam tayangan serial drama “Jodha mana dari hasil observasi diketahui bahwa Akbar” ditayangkan pula beberapa tokoh beberapa masyarakat Muslim Kampung pemuka agama Islam yang mencirikhaskan Sindhu melakukan budaya poligami tersebut. kerajaan Mughal sebagai kerajaan Islam. Dari penolakan budaya poligami yang ada Pemuka agama tersembut memiliki ciri khas pada tayangan tersebut, terdapat beberapa budaya berpakaian seperti selalu masyarakat Hindu Banjar Lebah yang setuju menggunakan kain sorban putih dan rambut dengan budaya poligami yang ada di janggut yang dibiarkan tumbuh secara alami. masyarakat Muslim Kampung Sindhu. Dari hasil FGD, masyarakat Hindu Banjar Masyarakat Hindu Banjar Lebah Lebah memandang budaya bersorban dan berpendapat perlu untuk menerapkan berjanggut tersebut juga ada di dalam budaya poligami tersebut karena timbulnya budaya masyarakat Hindu Banjar Lebah. kecemburuan sosial di mana masyarakat Masyarakat Hindu Banjar lebah menilai Hindu banjar Lebah merasa bahwa makna kain putih yang diikatkan di kepala masyarakat Muslim Kampung Sindhu boleh seorang pemuka agama di masyarakat melakukan poligami sehingga masyarakat Muslim merupakan lambang kesucian Hindu juga memiliki hak untuk melakukan seorang pemuka agama. Pendapat tersebut budaya poligami tersebut. sesuai dengan Teori Segitiga Makna oleh Masyarakat Hindu Banjar Lebah Pierce. Masyarakat Hindu Banjar Lebah beranggapan bahwa poligami dapat menginterpretasikan (interpretan) bahwa dilakukan apabila kondisi dan situasi warna putih pada sorban merupakan simbol masyarakat Hindu Banjar Lebah perlu untuk (representamen) dari kesucian seorang melakukan poligami. Masyarakat Hindu pemuka agama pada masyarakat Muslim Banjar Lebah tidak setuju dengan cara (objek). Masyarakat Hindu Banjar Lebah poligami yang dilakukan oleh masyarakat memandang bahwa rambut janggut yang Muslim Kampung Sindhu. Masyarakat Hindu dibiarkan tumbuh oleh para pemuka Agama Banjar Lebah menyatakan poligami dapat Islam dalam tayangan tersebut, hanyalah dilakukan, namun harus sesuai dengan sebagai identik (ciri khas) dari seorang aturan adat yang berlaku. pemuka agama di masyarakat Muslim.

4.2.2.5. Interpretasi Nilai Menghormati 4.3 Analisa Masalah dalam Budaya Salam Masyarakat Muslim. Analisa masalah dalam penelitian ini Dalam tayangan serial drama “Jodha adalah mengenai interpretasi nilai budaya Akbar” khususnya di kerajaan Islam Mughal, dalam serial drama “Jodha Akbar” oleh apabila masyarakat jelata atau pelayan yang masyarakat Hindu Banjar Lebah dan ada di kerajaan Mughal yang hendak masyarakat Muslim Kampung Sindhu. bertemu dengan Raja Jalal, maka masyarakat atau pelayan tersebut wajib memberikan salam “Assalamualaikum”

 9 4.3.1 Analisa Interpretasi Nilai Budaya kerajaan Islam Mughal dengan kerajaan Berdasarkan Teori Dimensi Budaya Geert Hindu Rajput. Khusus mengenai kerajaan Hofstede. Hindu Rajput, jika terjadi konflik atau A. Jarak Kekuasaan (Power permasalahan di kerajaan tersebut maka Distance). kerajaan Hindu Rajput akan mengambil Teori ini sesuai dengan data temuan tindakan untuk bermusyawarah demi dalam tayangan serial drama “Jodha memperoleh keputusan bersama. Akbar” menceritakan secara dramatis Pendapat tersebut sesuai dengan bagaimana kehidupan seorang ratu yaitu Teori Dimensi Budaya Hofstede mengenai Ratu Jodha di Kerajaan Hindu Rajput. konsep kolektivitas yang ada di kerajaan Sesuai dengan analisa teori dimensi Hindu Rajput. Sesuai dengan pernyataan budaya oleh Geert Hofstede mengenai masyarakat Muslim yang menonton serial nilai jarak kekuasan kerajaan Hindu Rajput drama “Jodha Akbar” dapat dikatakan bersifat rendah. Ratu Jodha sebagai ratu bahwa Kerajaan Hindu Rajput dari Kerajaan Hindu Rajput merupakan menerapkan nilai collectivism dari pada ratu yang sangat dekat dengan nilai individualistic. Namun, masyarakat masyarakatnya. Masyarakat Hindu Banjar Hindu Banjar Lebah menilai bahwa Lebah menilai bahwa Raja Jalal sebagai kerajaan Islam Mughal dalam tayangan raja dari kerajaan Islam Mughal menilai serial drama “Jodha Akbar” memiliki bahwa jarak kekuasaan kerajaan Islam dimensi budaya yang berbeda, yaitu Mughal sangat tinggi. menganut paham individualistic. Dikaitkan dengan dimensi budaya Meskipun kedua kelompok jarak kekuasaan, dari hasil observasi pada masyarakat Hindu dan Muslim di Banjar masyarakat Hindu jarak kekuasaan Lebah memiliki interpretasi nilai yang bersifat tinggi di mana masyarakat Hindu berbeda, masyarakat Muslim Kampung masih sangat terpaku dengan aturan adat Sindhu juga setuju dengan nilai mengenai strata sosial (kasta). Hal kolektivitas yang ada di Kerajaan Hindu tersebut sesuai dengan pemahaman Rajput jika diterapkan dalam kehidupan masyarakat Muslim Kampung Sindhu sehari-hari. Masyarakat Muslim Kampung terhadap interpretasi nilai hormat- Sindhu beranggapan bahwa sebesar menghormati masyarakat Hindu (Om apapun permasalahan yang ada apabila Swastyastu). Masyarakat Hindu harus dimusyawarahkan maka pasti akan menghormati dan menggunakan bahasa mendapatkan kesepakatan secara yang sopan dan santun apabila mufakat. berkomunikasi dengan masyarakat Hindu Dikaitkan dengan nilai kolektivitas yang berkasta lebih tinggi. Sedangkan yang ada di Desa Keramas, Masyarakat masyarakat Muslim Kampung Sindhu Muslim di Kampung Sindhu juga memiliki menganut paham budaya dengan jarak hak untuk memberikan suara jika ada kekuasaan yang bersifat rendah. Di mana rapat di tingkat Desa maupun Banjar. masyarakat Muslim Kampung Sindhu tidak Masyarakat Kampung Sindhu hanya terlalu terpaku dengan peraturan adat terlibat untuk ikut rapat secara dinas baik mengenai strata sosial (kasta) karena di Banjar Lebah maupun di tingkat Desa masyarakat Muslim Kampung Sindhu tidak Keramas. Selain itu, masyarakat memiliki peraturan adat mengenai kasta. perempuan Kampung Sindhu yang sudah Meskipun masyarakat Muslim menikah juga turut terlibat menjadi Kampung Sindhu dan masyarakat Hindu anggota Pembinaan Kesejahteraan Banjar Lebah memiliki dimensi budaya Keluarga (PKK) di Banjar Lebah. jarak kekuasan yang berbeda, namun Pendapat tersebut sesuai dengan dengan adanya tayangan serial drama Teori Dimensi Budaya Hofstede, bahwa “Jodha Akbar” masyarakat Hindu Banjar masyarakat Hindu Banjar Lebah dan Lebah dan Muslim Kampung Sindhu masyarakat Muslim Kampung Sindhu menjadi lebih mengerti akan adanya menganut paham dimensi budaya yang perbedaan nilai budaya dari masing- sama yaitu budaya kolektivitas. Hal masing kelompok masyarakat tersebut. tersebut sesuai dengan pemahaman Individualisme atau Kolektivitas masyarakat Hindu terhadap interpretasi Dalam tayangan serial drama “Jodha nilai sepiritual dalam budaya Sholat pada Akbar” diceritakan intrik-intrik politik masyarakat Muslim. Sesuai pemahaman masyarakat Hindu maupun Muslim. masyarakat Hindu di Banjar Lebah Terutama mengenai konflik peperangan menyatakan bahwa masyarakat Muslim untuk merebut daerah kekuasaan antara memiliki budaya Sholat sebanyak lima kali

 10 dalam sehari di Masjid Kampung Sindhu, terdapat pula pemuda dari Kampung sehingga intensitas pertemuan Sindhu yang menikah dengan masyarakat masyarakat Muslim lebih sering dilakukan. Hindu yang ada di Banjar Lebah, Desa Keramas. C. Maskulinitas dan Feminimitas Pernikahan silang antara masyarakat Masyarakat Hindu dalam tayangan Hindu dan Muslim tersebut akan serial drama “Jodha Akbar” banyak menciptakan komunikator, yaitu menayangakan mengenai nilai-nilai masyarakat Hindu yang menikah dengan feminimitas dari pada nilai maskulinitas. masyarakat Muslim atau sebaliknya, akan Hal tersebut dibuktikan dengan dapat menjelaskan nilai budaya antara pandangan masyarakat Muslim Kampung masyarakat Muslim dan Hindu di Desa Sindhu yang beranggapan bahwa Ratu Keramas. Sehingga faktor komunikator Jodha dari Kerajaan Hindu Rajput memiliki dalam kedua kelompok masyarakat andil yang sangat besar yaitu sebagai tersebut menjadi sangat penting dalam faktor pendamai peperangan antar agama peningkatan interpretasi nilai budaya dari Hindu dan Islam yang terjadi dalam masing-masing kelompok masyarakat tayangan serial drama tersebut. Pendapat tersebut. tersebut membuktikan bahwa nilai Dilihat dari sejarahnya, Achri (2015) feminimitas dalam Teori Dimensi Budaya sebagai tokoh masyarakat di Kampung Hofstede jauh lebih besar dari pada nilai Sindhu menyatakan bahwa sebagain maskulinitas yang ada di Kerajaan Hindu besar nenek moyang di Kampung Sindhu Rajput. berasal dari gabungan antar masyarakat Mengenai peran kaum perempuan di Hindu dan Muslim, di mana kaum laki-laki Kerajaan Islam Mughal juga cukup besar berasal dari Muslim Kampung Sindhu dalam menggerakan roda pemerintahan di sedangkan kaum perempuan sebagian kerajaan tersebut. Hal tersebut dibuktikan besar berasal dari masyarkat Hindu banjar dengan pendapat masyarakat Hindu Lebah, Desa Keramas. Banjar Lebah yang menilai kaum Masyarakat Hindu Banjar Lebah perempuan di kerajaan Islam Mughal yang menganut budaya maskulinitas, di mana berperan penting dalam bidang kaum laki-laki memiliki peran yang lebih kepemimpinan, ekonomi, peperangan, dan besar dalam kewajiban adat maupun politik. Artinya wanita di Kerajaan Mugah dinas. Budayawan Desa Keramas, Agung memiliki peran yang sama dengan peran Wiyatna (2016) mengatakan bahwa kaum kaum laki-laki. Masyarakat Hindu Banjar laki-laki di masyarakat Hindu Banjar Lebah Lebah beranggapan bahwa peran kaum harus terpaku dengan aturan bergotong perempuan di Kerajaan Islam Mughal royong (ngayah) dan dikenakan pajak dibidang peperangan dan politik jauh lebih (pembayaran turunan) apabila akan besar dari pada kaum perempuan yang mengadakan upacara adat di Banjar ada di kerajaan Hindu Rajput. Masyarakat Lebah maupun di Desa Keramas. Hindu Banjar Lebah menyatakan bahwa Dikaitkan dengan tayangan serial kaum perempuan di kerajaan Islam drama “Jodha Akbar” di mana kerajaan Mughal akan ikut berperang jika terjadi Islam Mughal dan Hindhu Rajput sama- peperangan. Selain itu, ‘Maham Anga’ sama memiliki paham dimensi budaya salah satu tokoh penting dalam serial yang sama yaitu bersifat feminimitas. drama tersebut juga berperan sangat Sedangkan dimensi budaya tersebut besar dalam bidang politik di kerajaan berbeda apabila dikaitkan dengan Islam Mughal. Maham Anga merupakan masyarakat Hindu Banjar Lebah dan satu-satunya Perdana Menteri perempuan masyarakat Muslim Kampung Sindhu. dari kerajaan Islam Mughal. Masyarakat Hindu Banjar Lebah menganut Masyarakat Muslim Kampung Sindhu paham maskulinitas di mana kaum laki-laki juga berpendapat bahwa budaya memiliki andil yang lebih besar dari pada femininitas juga terjadi di lingkungan perempuan baik sebagai masyarakat Kampung Sindhu. Budaya femininitas dinas maupun adat. Begitu juga tersebut dikarenakan adanya pernikahan sebaliknya, dimensi budaya maskulinitas antara agama Hindu dengan agama Islam juga diadopsi oleh masyarakat Muslim di Desa Keramas. Nilai feminimitas Kampung Sindhu, di mana kaum laki-laki tersebut dapat dibuktikan dengan adanya Muslim di Kampung Sindhu memiliki peran masyarakat Hindu yang perempuan yang lebih besar dalam kehidupan sehari- menikah dengan pemuda yang ada di harinya. Kampung Sindhu. Begtu sebaliknya,

 11 Masyarakat Hindu Banjar lebah Fenomena di atas dapat dianalisa memahami bahwa kecantikan atau dengan menggunakan Teori Dimensi keindahan seorang Muslimah hanya boleh Budaya oleh Hofstede mengenai nilai ditunjukan kepada suaminya saja, penghindaran ketidakpastian (uncertainty sehingga beberapa Muslimah Kampung avoidance). Hofstede dalam teori tersebut Sindhu menggunakan jilbab. Fenomena menyatakan pada budaya penghindaran tersebut mengacu pada Teori Dimensi kepastian yang bersifat tinggi, masyarakat Budaya maskulinitas di mana kaum laki- harus hidup dengan peraturan-peraturan laki/suami (Muslim) mengikat kaum yang dianggap ketat dan mengikat perempuan (Muslimah) untuk tidak kehidupan sosial masyarakat. Pada memperlihatkan kecantikan kaum budaya penghindaran ketidakpastian yang Muslimah dan hanya boleh diperlihatkan bersifat rendah, masyarakat cenderung kepada suaminya saja. Dari hasil hidup dengan peraturan–peraturan yang menonton tayangan serial drama ‘Jodha bersifat fleksibel. Dari pendapat yang Akbar”, masyarakat Hindu Banjar Lebah diajukan oleh masyarakat Hindu Banjar dapat menjadi lebih mengerti dan Lebah dapat diketahui bahwa di kerajaan menerima dimensi budaya yang sama Islam Mughal masyarakatnya menganut yaitu maskulinitas, meskipun implementasi paham budaya penghindaran dimensi budaya yang dimaksud dilakukan ketidakpastian yang bersifat tinggi. dengan cara yang berbeda. Selain itu, dari observasi yang Interpretasi nilai budaya ‘bukan dilakukan, terdapat pula tayangan dalam muhrim’ masyarakat Muslim oleh serial drama “Jodha Akbar” pada episode masyarakat Hindu Banjar Lebah juga 220 mengenai budaya penghindaran merupakan cerminan dari nilai ketidakpastian yang bersifat tinggi di maskulinitas yang ada pada masyarakat kerajaan Islam Mughal. Di mana Muslim di Kampung Sindhu. Di mana pada masyarakat Hindu yang tinggal di saat melakukan sholat masyarakat Muslim Kerajaan Mughal harus membayar pajak dan Muslimah di tempatkan terpisah. sebelum melakukan persembahyangan di Selain itu Uztad Kampung Sindhu, kuil. Dalam tayangan tersebut, masyarakat Muhammad (2016) menyatakan bahwa Hindu tersebut sangat keberatan dengan masyarakat Muslim Kampung Sindhu peraturan yang diterapkan oleh Kerajaan (kaum laki-laki) harus menjadi Imam atau Islam Mughal terhadap pendatang yaitu pemimpin yang duduk di depan ketika masyarakat Hindu di kerajaan tersebut. melakukan sholat. Sedangkan masyarakat Hindu di Kerajaan Rajput menganut paham penghindaran D. Penghindaran ketidakpastian ketidakpastian yang bersifat rendah. (Uncertainty Avoidance) Masyarakat Hindu dan Muslim Banjar Tayangan serial drama “Jodha Akbar” Lebah menerapkan paham penghindaran merupakan tayangan yang syarat akan ketidakpastian yang bersifat rendah. Dari perbedaan nilai-nilai budaya karena hasil wawancara dengan kelian adat adanya pernikahan beda agama antara Kampung Sindhu, Amir (2015) diketahui Hindu dan Islam. Menurut penilaian bahwa masyarakat pendatang di Kampung masyarakat Hindu Banjar Lebah mengenai Sindhu tidak pernah merasa adanya tayangan serial drama tersebut, diketahui tekanan karena adanya aturan adat (awig- bahwa Jalal mendapatkan tekanan yang awig) maupun dinas yang mengikat. luar biasa karena menikah dengan ratu Contoh dari aturan tersebut adalah Jodha yang memeluk agama Hindu dan pembayaran pajak tinggal sementara merupakan ratu dari kerajaan Hindu (kipem). Selain itu masyarakat Hindu Rajput yang merupakan musuh terbesar Banjar Lebah juga menilai dari beberapa dari kerajaan Islam Mughal. Masyarakat sanak keluarga yang menikah dengan Hindu Banjar Lebah menyebutkan bahwa masyarakat Muslim di Kampung Sindhu, Maham Anga (ibu asuh Raja Jalal) sangat masyrakat Hindu Banjar Lebah menentang keras pernikahan Raja Jalal menyatakan bahwa tidak ada tekanan dan Ratu Jodha tersebut. dengan adanya pernikahan beda agama Masyarakat Muslim Kampung Sindhu tersebut. menilai dari hasil pernikahan beda agama Dengan adanya tayangan serial drama tersebut Ratu Jodha tidak merasakan “Jodha Akbar”, masyarakat Muslim tekanan dari pihak keluarganya dari Kampung Sindhu khususnya pendatang Kerajaan Hindu Rajput. Muslim semakin mengerti dengan adanya aturan adat (awig-awig) yang ada di

 12 Banjar Lebah Desa Keramas. Pendapat Indonesia memiliki orientasi budaya yang tersebut sesuai dengan paham budaya sama yaitu orientasi jangka panjang. Nilai uncertainty avoidance yang bersifat orientasi jangka pajang dalam tayangan rendah antar kedua kelompok masyarakat serial drama “Jodha Akbar” yang berasal tersebut. Dimensi budaya tersebut dari India tersebut sesuai dengan dibuktikan dengan pendapat ketua adat interpretasi masyarakat Muslim Kampung Kampung Sindhu, Amir (2015) bahwa Sindhu dan Hindu Banjar Lebah yang tidak adanya tekanan bagi masyarakat menonton serial drama “Jodha Akbar”. Muslim pendatang di Kampung Sindhu Masyarakat Muslim Kampung Sindhu dan untuk membayar iuran pajak tinggal Hindu Banjar Lebah menilai bahwa (tipem) yang telah diatur sesuai dengan masyarakat Hindu dan Muslim baik dalam awig-awig adat Desa Keramas sarga III, tayangan serial drama “Jodha Akbar” dan sukerta tata pakraman palet 1, indik yang ada secara realitas di masyarakat karma:pawos 5 (perarem pamidanda Desa Keramas memiliki orientasi jangka tamiu). panjang. Masyarakat Banjar Lebah diikat oleh kepentingan-kepentingan adat seperti E. Orientasi Jangka Panjang (Long- upacara adat dan keagamaan yang Term Orientation). membuat masyarakat harus tekun dan Dari hasil tayangan serial drama “Jodha meluangkan waktu untuk melaksanakan Akbar” masyarakat Hindu di Banjar Lebah kegiatan adat tersebut. menilai bahwa masyarakat Muslim di Masyarakat Muslim Kampung Sindhu Kerajaan Mughal harus bersifat disiplin juga memiliki dimensi budaya yang sama, untuk mengikuti aturan yang ada dan yaitu orientasi jangka panjang. Hal apabila melanggar aturan tersebut, maka tersebut sesuai dengan interpretasi Raja Jalal akan memberikan hukuman masyarakat Hindu Banjar Lebah terhadap terhadap masyarakat atau bawahan yang nilai kesetiaan dalam budaya poligami melanggar aturan yang ada di kerajaan masyarakat Muslim dalam serial drama Islam Mughal. “Jodha Akbar.” Di Mana masyarakat Pada masyarakat Hindu Rajput dalam memahami bahwa budaya poligami tayangan serial drama “Jodha Akbar”, tersebut dapat dilakukan oleh masyarakat masyarakat Muslim Kampung Sindhu Muslim, namun kedepannya pihak suami menilai bahwa masyarakat Hindu di (Muslim) harus bersifat adil dalam Kerajaan Rajput dalam tayangan tersebut menafkahi istrinya (Muslimah). juga menganut paham budaya orientasi Kemiripan dimensi budaya tersebut jangka panjang. Pendapat tersebut sesuai dikarenakan adanya faktor geografis dan dengan temuan data di mana masyarakat faktor norma adat, di mana masyarakat Muslim Kampung Sindhu memahami dan Muslim dan Hindu di Desa Keramas menerima nilai budaya masyarakat Hindu tinggal berdampingan membuat yang ada pada tayangan tersebut. Nilai masyarakat Muslim Kampung Sindhu juga budaya yang dimaksud antara lain pada kedepannya wajib mentaati peraturan adat interpretasi nilai kepercayaan dalam (awig-awig) dan ikut berpartisipasi dalam budaya nunas bawos masyarakat Hindu. kegiatan adat yang ada di Desa Keramas. Masyarakat Muslim Kampung Sindhu Selain itu karena adanya faktor sosio- menilai bahwa budaya tersebut juga terjadi historis di mana masyarakat Muslim di masyarakat Hindu yang ada di Banjar Kampung Sindhu sesuai sejarah Puri Lebah. Dalam budaya nunas bawos Keramas merupakan tatadan (pengiring) tersebut, masyarakat Muslim Kampung dari Raja Keramas terdahulu, sehingga Sindhu memahami bahwa ketika ada masyarakat Muslim Kampung Sindhu upacara adat masyarakat Hindu Banjar menjadi penduduk tetap di Desa Keramas. Lebah akan menanyakan hari baik Kepala desa Kampung Sindhu, Bagus pelaksanaan dan bagaimana pelaksanaan (2016) menambahkan bahwa karena kedepannya melalui budaya nunas bawos masyarakat Muslim Kampung Sindhu tersebut. tinggal di Desa Keramas, maka Hal tersebut sesuai dengan pendapat kedepannya masyarakat Kampung Sindhu Hofstede pada Teori Dimensi Budaya, di wajib mengikuti norma adat (awig-awig) mana Hofstede menyatakan bahwa selayaknya masyarakat Hindu di desa masyarakat yang menganut orientasi setempat. jangka panjang memiliki orientasi ke masa depan. Hofstede (2007 dalam Nunez:55) 5. KESIMPULAN mengatakan bahwa negara India dan Pada penelitian ini, dapat ditarik

 13 kesimpulan bahwa melalui tayangan serial Banjar Lebah, mempermudah kedua drama “Jodha Akbar” telah terjadi kelompok masyarakat tersebut untuk peningkatan pemahaman nilai-nilai budaya memahami perbedaan nilai-nilai budaya Hindu dan Muslim oleh masyarakat Muslim yang ada pada serial drama “Jodha Akbar” di Kampung Sindhu dan Hindu di Banjar maupun yang ada di masyarakat Desa Lebah. Keramas. Peningkatan pemahaman nilai-nilai Dari sudut pandang Geert Hofstede budaya masyarakat Hindu yang dimaksud dalam Teori Dimensi Budaya, masyarakat seperti; budaya menyembah patung-patung Muslim Kampung Sindhu dan Hindu Banjar dewa, penggunaan sesajen dalam ritual Lebah memiliki beberapa dimensi budaya persembahyangan, nerawang (nunas yang sama misalnya mengenai paham bawos), dan pengucapan salam antar budaya kolektifitas, budaya maskulinitas, masyarakat Hindu. budaya penghindaran ketidakpastian Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa (uncertainty avoidance)yang sama-sama masih terdapat batasan-batasan bersifat rendah dan budaya orientasi jangka pemahaman dari masing-masing kelompok panjang yang dianut oleh kedua kelompok masyarakat Hindu maupun Muslim di Banjar masyarakat tersebut. Lebah, Desa Keramas. Batasan-batasan yang dimaksud seperti; adanya penolakan 6. DAFTAR PUSTAKA ritual sesajen yang dilakukan oleh seorang Muslim seperti yang ada pada tayangan Amanda, Ras, dkk. 2014. Profil Demografis serial drama “Jodha Akbar.” Selain itu, dan Psikografis Pemirsa Siaran TVRI masyarakat Muslim Kampung Sindhu tidak Bali. Makalah disajikan dalam seminar melarang apabila seorang Muslim yang diselenggarakan oleh Program melakukan budaya pembersihan diri Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu (melukat)seperti yang ditayangkan oleh Sosial dan Ilmu Politik, Universitas serial drama “Jodha Akbar”, namun Udayana, tangal 5 November 2014. masyarakat Muslim Kampung Sindhu tidak Griffin, E.M. 2012. A First Look At bersedia melakukan budaya melukat dengan Communication Theory. Eight Edition. menggunakan sesajen dan doa-doa seperti United Stated: McGraw-Hill Companies. yang dilakukan oleh masyarakat Hindu. Kriyantono, R. 2010. Teknik Praktis Riset Masyarakat Hindu Banjar Lebah juga Komunikasi. Perpustakaan Nasional: semakin memahami nilai budaya Katalog Dalam Terbitan. Jakarta: penggunaan jilbab, bukan muhrim, dan Kencana Predana Media Group. sholat yang terdapat pada masyarakat Littlejohn, W. 2002. Theories of Human Muslim. Dalam penelitian ini masyarakat Communication. Seventh Edition. Hindu Banjar Lebah dan masyarakat Muslim United Stated: Wadsworth. Thomson Kampung Sindhu memiliki akulturasi dan Learning. dimensi nilai budaya yang sama, namun Nunez, C. 2007. Intercultural Sensitivity hanya cara implementasi nilai budaya dari From Denial to Intercultural kedua kelompok masyarakat tersebut yang Competence. The Netherlands: Royal bersifat berbeda. Contohnya, budaya sholat Van Gorcum. masyarakat Muslim Kampung Sindhu yang Pujileksono, S. 2015. Metode Penelitian dilakukan di pemakaman juga dilakukan oleh Komunikasi, Kualitatif. Malang: masyarakat Hindu Banjar Lebah (munjung). Kelompok Intrans Publishing. Masyarakat Hindu Banjar Lebah Prajuru Adat. 2013. Awig-Awig dan Perarem memahami dan menerima budaya poligami Desa Keramas. Gianyar: Desa Adat yang dilakukan oleh masyarakat Muslim, Keramas, Kecamatan Blahbatuh, namun masyarakat Hindu Banjar Lebah Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. menolak cara poligami yang dilakukan oleh Suryawati, A. 2013. Respons Remaja Kota masyarakat Muslim yang hanya Denpasar dalam Menonton Tayangan menggunakan persetujuan keluarga di mana Sinetron “Arti Sahabat.” Denpasar: masyarakat Hindu Banjar Lebah masih Universitas Udayana. Disertasi tidak terikat dengan aturan adat (awig-awig) dipublikasikan. mengenai pernikahan poligami. Anonymous. 2015. Profil Desa Keramas: Selain itu, dengan adanya faktor socio- Sejarah Desa Keramas. Gianyar: Kantor historis, geografis, komunikator, dan aturan Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, adat yang mengikat (awig-awig) antar Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. kelompok masyarakat Hindu dan Muslim di

 14 Sumber Internet: Chapter%20II.pdf, diakses pada tanggal Cahyono, J, Heriyanto. 2013. Analisis 29 September, pukul 23:00 Wita). Pemanfaatan Senayan Library PT AGB Neilsen Media Research Indonesia. Management System (SLiMS) di 2014. Konsumsi Media Lebih Tinggi di Kantor Perpustakaan dan Arsip di Luar Pulau Jawa. (Online), Salatiga.Jurnal Ilmu Perpustakaan, (http://www.nielsen.com/id/en/press- (Online), room/2014/nielsen-konsumsi-media- (http://www.ejournals1.undip.ac.id/inde lebih-tinggi-di-luar-jawa.htmldiakses x.php/jip/article/view/3486, diakses pada tanggal 28 Maret 2015, pukul pada tanggal 30 September 2015, 10:13 Wita). pukul 23:00 Wita). Suryana, T. 2011. Konsep Dan Aktualisasi Herbayu, A.C., Bharata, B.S. 2013. Nilai- Kerukunan Antar Umat Beragama. Nilai Beragama dalam Film Jurnal Pendidikan Agama Islam. Dokumenter Studi Deskriptif Kualitatif (Online), Vol. 9 No. 2, (http- atas Film Indonesia Bukan Negara //jurnal.upi.edu/file/03_KONSEP_DAN_ Islam dengan Pendekatan Semiotika AKTUALISASI_KERUKUNAN_ANTAR_ Charles Sanders Pierce. Jurnal Ilmu UMAT_BERAGAMA_-_TOTO.pdf, Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan diakses pada tanggal 3 Oktober pukul Ilmu Politik, Universitas Atma Jaya, 21:59 Wita). (Online), (e- Wahyudi, H. 2010. Dampak Siaran Televisi journal.uajy.ac.id/4645/1/Jurnal%20Ilm dalam Kehidupan Masyarakat dan iah.pdf, diakses pada tanggal 25 Pembangunan. Artikel Fakultas Ilmu Oktober 2015, pukul 23:20 Wita). Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Komisi Penyiaran Indonesia. 2015. Terbuka,(Online),(http://www.pustaka.ut Kumpulan Artikel Pengaduan .ac.id/dev25/index.php?option=com_con Masyarakat. (Online), tent&view=article&id=2050:dampak- (http://www.kpi.go.id/index.php/compon siaran-televisi-dalam-kehidupan- ent/blog_calendar/, diakses pada masyarakat-dan- tanggal 28 Maret 2015, pukul 14:48 pembangunan&catid=67&Itemid=324, Wita). diakses pada tanggal 8 April 2015, Kusaeni, M. 2011. Pengaruh Tayangan pukul 21:20 Wita ). Indonesian Idol Terhadap Minat Siaran Pers ANTV 2014. Konsisten di 3 Menonton Mahasiswa Bina Nusantara Besar, ANTV Luncurkan Empat Jurusan Marketing Communication. Jakarta: Universitas Bina Nusantara. Program Baru. Jakarta: Corporate Tesis di publikasikan. (Online), Communication Manager ANTV. (http://library.binus.ac.id/eColls/eThesi (Online),(http://www.an.tv/files/cont sdoc/Bab2/2011-2 ent_release/attachment/31/spagustus 01260MC%20Bab2001.pdf, diakses 1.pdf, diakses pada tanggal 10 pada tanggal 4 Oktober 2015, pukul 13:00 Wita). November 2015, pukul 06:43 Wita). Markarma, A. 2014. Pola Interaksi Berbasis Agama Pada Masyarakat Rawan Konflik di Kabupaten Sigi. Jurnal  Penelitian Ilmiah. Palu: FTIK Institut  Agama Islam Negri Palu (Online), Vol.

2. No. 2. (http://download.portalgaruda.org/articl e.php?article=294321&val=6438&title= pola%20interaksi%20berbasis%20aga ma%20%20pada%20masyarakat%20r awan%20konflik%20%20di%20kabup aten%20sigi, diakses pada tanggal 29 September 2015, pukul 21:39 Wita). Pardede, R. 2011. Uraian Teoritis Komunikasi Antarbudaya. Sumatera Utara: USU Instutisional Repository. Universitas Sumatera Utara. Tesis dipublikasikan.(Online),(http://repository. usu.ac.id/bitstream/123456789/24729/4/

 15

 16