Buletin Edisi 20 Maret 2007
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BULETIN No. 20 | Maret 2007 Tzu Chi ~ Master Cheng Yen ~ Men ebar Cinta Kasih Universal Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Gedung ITC Lt. 6, Jl. Mangga Dua Raya, Jakarta - Indonesia 14430 | Telp. (021) 6016332 | Faks. (021) 6016334 | www.tzuchi.or.id (Gempa di Tanah Minang) Jam sebelas lewat, kami merasakan gempa di rumah. Sebelah rumah kami bangunan tinggi, jadi saya bawa anak-anak ke rumah neneknya yang saya pikir lebih aman. Di sana, jam setengah satu ada gempa lagi. Anak-anak saya bawa ke luar rumah, tapi Sibunga malah mencari neneknya yang sedang sholat... anggal 6 Maret 2007 akan selalu dikenang oleh masyarakat di T Sumatera Barat yang sering disebut Minangkabau ini. Seperti yang dikisahkan Aidil Fitri di atas, pukul 11.49 WIB, terjadi gempa tektonik berskala 5,8 skala Richter. Gempa ini berpusat di Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Saat itu warga yang sedang melakukan aktivitas rutin pada hari Selasa itu, langsung berhamburan keluar dari bangunan. Kejutan ini ternyata tak hanya berlangsung sekali, kurang lebih satu jam kemudian, sekali lagi gempa berkekuatan 6,3 skala Richter terjadi. Kali ini pusatnya di Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar. Selasa itu, adalah hari terakhir Aidil bersama-sama dengan anak keempatnya, Sibunga. Segera setelah gempa reda, Aidil menuju puing rumah ibunya yang rubuh pada gempa kedua. Setengah jam mencari, ia menemukan gadis cilik berusia dua setengah tahun itu dalam kondisi cedera tertimpa bangunan dan langsung melarikannya ke Rumah Sakit Yarsi, Bukit Tinggi. Sang nenek yang dicari Sibunga pada detik-detik terakhirnya, lolos dari maut, namun hatinya seolah ikut terbawa Anand Yahya bersama kepergian cucu kesayangannya. DEMI KEMANUSIAAN. Sejumlah korban gempa di Kel. Tanjung Bingkung, Kec. Kubung, Kab. Solok terpaksa mengungsi di Dalam setiap bencana selalu ada kisah tengah sawah karena rumah mereka tidak dapat lagi ditempati. Sejumlah relawan Tzu Chi di Padang yang rata-rata pilu tentang orang-orang yang kehilangan. merupakan pengusaha meninggalkan aktivitas ekonomi mereka demi menghantarkan bantuan bagi sesama. Trauma akibat gempa pun terus tersisa untuk waktu yang lama. Saat itulah, uluran Kabupaten Solok, Kabupaten Agam, dan kehilangan Sibunga, namun Tzu Chi 1.610 pasien. Pada masa pascagempa tangan yang hangat menjadi penopang Kabupaten Tanah Datar. Jarak dari Padang berharap uang santunan ini bisa memberi seperti sekarang, kesehatan merupakan bagi para korban untuk menumbuhkan ke lokasi-lokasi ini rata-rata 2-3 jam ketenangan hati keluarganya dalam segi hal yang sangat membutuhkan perhatian, semangat hidup pascagempa. perjalanan darat. ekonomi. Apalagi ia belum bisa kembali ungkap dr Musyafak, Kepala Biddokkes Kami berharap bisa segera bekerja karena selalu mengkhawatirkan Polda Sumatera Barat. Dua Jam Perjalanan Untuk Kasih membantu korban yang terkena musibah keempat anaknya yang lain. Selain Aidil, Rata-rata pasien yang berobat Gempa yang terjadi di Sumatera Barat ini, ujar Ferryanto Ghani, koordinator terdapat 19 ahli waris korban yang menderita pegal-pegal, flu, serta batuk. kali ini sedikit berbeda dengan yang sudah relawan Tzu Chi di Padang. Bersama sekitar menerima santunan ini. Penyakit ini antara lain juga disebabkan terjadi di bagian lain Indonesia. Tidak 30 orang relawan lain, secara bergiliran kondisi pengungsian yang sebagian berada seperti di Aceh ataupun Yogyakarta, gempa mereka melakukan pemberian bantuan Saling Membantu, Meringankan di pegunungan, sehingga pengungsi setiap ini tidak mengakibatkan kerusakan dalam berupa beras, air minum, mi instan, biskuit, Derita harinya harus menghadapi suhu yang satu area besar, melainkan terpencar- dan perlengkapan mandi secara langsung Tanggal 11-13 Maret 2007, Tzu Chi sangat dingin. Pada pagi dan sore hari, pencar di berbagai tempat dari dataran ke posko pengungsian korban. Saya bekerja sama dengan Bidang Kedokteran udara bahkan berkabut. Tenda-tenda rendah sampai pegunungan. sendiri sudah ingin menangis melihat dan Kesehatan Kepolisian Daerah darurat dari bahan seadanya tidak mampu Kotamadya Padang, tempat pusat keadaan saudara kita yang terkena (Biddokkes Polda) Sumatera Barat untuk menahan hawa dingin tersebut. Melihat kegiatan relawan Tzu Chi berada, juga bencana, ujar Siaw Tjoen Lay, salah mengadakan baksos pengobatan umum kondisi ini, Tzu Chi membangun tenda mengalami gempa meski tidak seorang relawan dalam pemberian bagi korban yang menderita sakit. Mereka semi permanen bagi warga yang rumahnya menimbulkan akibat yang serius. Sejak bantuan ke Kec. Candung, Kab. Tanah kayaknya semangat sekali dengan rusak berat. Tenda yang dulunya pernah sehari setelah gempa hingga minggu- Datar. kedatangan kita. Melihat mereka seperti digunakan oleh para korban tsunami di minggu berikutnya, relawan Tzu Chi terus Selain itu, relawan juga memberikan itu saja saya sudah cukup terhibur, tutur Aceh ini dapat mereka gunakan selama 3 memberikan bantuan dan perhatian pada santunan kepada keluarga korban yang dr Eka P. Sari yang tergabung dalam tim bulan. Makasih ya, Nak, kami dibawakan para korban. Sasarannya adalah para meninggal dalam bencana ini. Bagi Aidil, Biddokkes Polda Sumatera Barat. Baksos tenda, kata Nurma, seorang nenek usia korban di beberapa lokasi yang kondisinya dana senilai Rp 750.000,- ini memang yang dilakukan di 4 lokasi secara 81 tahun yang tinggal di Sungai Landai, paling parah, meliputi Kotamadya Solok, tidak akan menghapus duka karena bergantian ini secara total telah melayani Kec. Banuhampu, Kab. Agam. q Ivana no. 20 | maret 2007 1 Mata Hati Anand Yahya LINTAS PERBEDAAN. Kerjasama apik yang sudah terjalin antara Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan Pondok Pesantren Al Ashiriyyah Nurul Imam, Parung, Bogor dapat memberikan contoh yang baik dalam berkehidupan yang damai di dalam masyarakat tanpa tersekat dengan identitas dan perbedaan yang ada. Menjaga Citra Welas Asih Saya berharap, kerja sama yang sudah terjalin antara pesantren (Nurul Iman) dengan Tzu Chi dalam menyebarluaskan cinta kasih ke seluruh dunia dapat terus terjalin, kata Habib Saggaf. alam setiap kegiatan baksos Tzu bilang bahwa kupon ini hanya untuk diinginkan, para santri ini pun mengalah. Mengalah untuk menang, peribahasa Chi, baik kesehatan maupun mereka yang layak dibantu, kata Riziq. Hal yang sama juga dialami ini mungkin tepat bagi para santri yang D pembagian kupon dan beras, kita Tapi para preman itu tetap bersikeras Abdurahman Shogir (27), santri lainnya. mau mencopot rompinya untuk selalu melihat hadirnya santri-santri meminta jatah. Sebaliknya Riziq dan Waktu itu ia sedang bertugas mencegah hal-hal yang tidak diinginkan Pondok Pesantren Al Ashiriyyah Nurul temannya pun tetap bertahan. Syukurlah membagikan kupon beras di Koja, Jakarta dan juga merugikan bagi Tzu Chi sendiri. Iman, Parung, Bogor. Seperti saat banjir di saat situasi semakin panas, Ketua RT Utara. Saat hendak berwudhu, ia dan Citra welas asih insan Tzu Chi, selain besar melanda Jakarta pada bulan Januari setempat datang dan menengahi temannya dilarang untuk shalat Dzuhur dibangun oleh para relawannya, juga 2007 lalu, para santri bersama insan Tzu keributan di antara mereka. di masjid itu. Kamu kenapa pake baju tergantung di bahu para santri ini, santri Chi membantu korban banjir, mulai dari Lain lagi dengan Adnand, lantaran itu? tanya orang itu dengan nada tinggi. yang menjadi relawan Tzu Chi. Kesabaran pembagian beras, baksos kesehatan, tidak mengenakan rompi relawan Kami dari pesantren, membantu Yayasan dan kedewasaan para santri ini menjadi sampai pembersihan lingkungan maupun tanda pengenal dari pesantren, Buddha Tzu Chi membagikan beras untuk nilai lebih bagi Tzu Chi di mata pascabanjir. ia sempat menerima perlakuan yang masyarakat miskin, terang Abdurahman. masyarakat. q Hadi. P. Kami sangat senang bisa bekerja kurang menyenangkan dari warga yang Tapi itu yayasan Buddha! hardik pria sama dengan Tzu Chi. Selain membantu disurveinya. Saya ketuk pintu, itu. Abdurahman pun tak gentar. Ini orang lain, kami juga dapat Assalamualaikum. Nenek itu buka pintu tidak ada urusannya dengan agama, mempraktekkan secara langsung ilmu sedikit, tapi terus ditutup lagi, jawab Abdurahman. Tidak ingin terjadi yang telah kami dapatkan di pesantren, kenangnya. Penasaran, Adnand pun hal yang tidak diinginkan, Abdurahman kata Suprianto. Ia menambahkan, dalam mengetuk pintu rumah nenek itu sekali dan temannya pun melepas rompinya setiap kegiatan Tzu Chi yang diikutinya, lagi. Nenek itu pun keluar, dan bilang, sementara dan shalat Dzuhur. Meski ia mendapatkan banyak pelajaran Maaf, Dik. Saya nggak nerima amal begitu, Saya siap jika ditugaskan lagi berharga tentang kehidupan. Di sana ia jariah. Adnand pun menjelaskan bahwa untuk membagi kupon dan beras Tzu bisa belajar untuk berempati dengan maksud kedatangannya bukan untuk Chi, jawabnya ketika ditanya penderitaan orang lain, bersabar dan meminta sumbangan, tapi justru untuk kesediaannya untuk terus terlibat dalam melayani dengan penuh welas asih. memberikan kupon beras untuk si nenek. kegiatan kemanusiaan Tzu Chi. Hampir senada dengan temannya, Fahrurozy, mahasiswa semester 9 Disuruh Lepas Rompi Rompi Tidak Mutlak Harus Dipakai Universitas Habib Saggaf, merasa dengan Mengenakan rompi relawan Tzu Chi Menurut Hemming, relawan Tzu Chi, terlibat langsung dalam kegiatan Tzu Chi, dan identitas diri bukan berarti para santri apa yang dialami para santri Nurul Iman ia bisa melihat dan merasakan langsung ini terbebas dari masalah. Beberapa santri saat membagikan kupon dan beras penderitaan warga. pernah mengalami tekanan dan intimidasi