KONSTRUKSI REALITAS TAYANGAN EMPAT TAHUN MASA PEMERINTAHAN JOKOWI-JK

(Analisis Framing Tayangan Empat Tahun Masa Pemertintahan Jokowi-JK dalam Program Sapa Pagi di Kompas TV dan Program Selamat Pagi Indonesia di Metro TV)

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

DESSY ADNRIANA TAMBA

140904119

JURNALISTIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

KONSTRUKSI REALITAS TAYANGAN EMPAT TAHUN MASA PEMERINTAHAN JOKOWI-JK

(Analisis Framing Tayangan Empat Tahun Masa Pemertintahan Jokowi-JK dalam Program Sapa Indonesia Pagi di Kompas TV dan Program Selamat Pagi Indonesia di Metro TV)

Disusun Oleh:

DESSY ADNRIANA TAMBA

140904119

JURNALISTIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Dessy Andriana Tamba

NIM : 140904119

Judul Skripsi : KONSTRUKSI REALITAS TAYANGAN EMPAT TAHUN MASA PEMERINTAHAN JOKOWI-JK (Analisis Framing Tayangan Empat Tahun Masa Pemertintahan Jokowi-JK dalam Program Sapa Indonesia Pagi di Kompas TV dan Program Selamat Pagi Indonesia di Metro TV)

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Drs. Hendra Harahap, M.Si, Ph.D Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D NIP. 19671002994031002 NIP.196505241989032001

Dekan

Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si. NIP. 197409302005011002

i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya, semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat), maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku

Nama : Dessy Andriana Tamba

NIM : 140904119

Departemen : Ilmu Komunikasi

Tanda Tangan :

Tanggal :18 Juni 2019

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Dessy Andriana Tamba

NIM : 140904119

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : KONSTRUKSI REALITAS TAYANGAN EMPAT TAHUN MASA PEMERINTAHAN JOKOWI-JK (Analisis Framing Tayangan Empat Tahun Masa Pemertintahan Jokowi-JK dalam Program Sapa Indonesia Pagi di Kompas TV dan Program Selamat Pagi Indonesia di Metro TV)

Telah berhasil dipertahankan di hadapaan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poitik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : (………………………)

Penguji : (………………………)

Penguji utama : (………………………)

Ditetapkan di : Medan

Tanggal :

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena oleh rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar strata-1 ilmu komunikasi dengan almamater Universitas Sumatera Utara. Skrispi dengan judul “Konstruksi Realitas Tayang Empat Tahun Masa Pemerintahan Jokowi-Jk (Analisis Framing Tayangan Empat Tahun Pemerintahan Jokowi-Jk dalam Program “Sapa Indonesia Pagi” di Kompas TV dan Program Selamat Pagi Indonesia” di Metro TV” telah peneliti kerjakan sejak awal tahun 2018 hingga bulan april 2019.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Secara khusus peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga tentunya kepada kedua orang tua peneliti Bapak Halomoan Tamba dan Ibu Marsinta Sinaga atas segala doa dan semangat yang tak berkesudahan kepada peneliti.

Peneliti menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkan peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, beserta seluruh jajarannya 2. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara 3. Ibu Emilia Ramadhani, S.Sos, M.A, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara 4. Bapak Hendra Harahap, M.Si, Ph.D, selaku dosen pembimbing skripsi peneliti yang telah memberikan masukan saran kepada peneliti dalam proses menyelesaikan skripsi ini

iv

5. Seluruh dosen dan staf pengajar yang telah mendidik dan membimbing peneliti mulai dari awal perkuliahan hingga saya menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara 6. Seluruh karyawan tata usaha Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dalam membantu peneliti mengurus administrasi selama perkuliahan hingga sidang 7. Abang dan kakak-kakak saya Merika Tamba, Saut Martua Tamba, Anita Tamba, Martha Tamba dan Purnama Tamba yang telah memberi semangat dan dukungan moral kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini 8. Kedua sahabat peneliti yaitu Amelia Liliska Damanik dan Tri Utami Siregar yang senatiasa menemani serta membantu peneliti disetiap waktu saat peneliti memerlukan bantuan 9. Teman-teman penghibur hati saya Telor Kuda, yaitu Syandira, Pratiwi Putri,Dewi Annisa, Elvi Bertha, dan Siska Armiati 10. Teman teman SMA saya Milo Karaoke yang walaupun terpisah jauh oleh jarak, namun terus memberi saya motivasi untuk segera menyusul mereka yang sudah terlebih dahulu menyelesaikan program studinya masing- masing 11. Kepada teman-teman peneliti seangkatan 2014 Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU 12. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya karena telah membantu peneliti selama perkuliahan .

v

Walaupun demikian, skripsi ini masih memiliki kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritikkan, saran serta masuikan untuk pebaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini kelak menjadi sumber inspirasi dan informasi bagi banyak pihak. Akhir kata, peneliti mohon maaf atas segala kesalahan yang terdapat pada skripsi ini dan erima kasih.

Medan, 22 Mei 2019

Dessy Andriana Tamba

vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Dessy Andriana Tamba NIM : 140904119 Departemen : Ilmu Komunikasi Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara Jenis karya : Skripsi Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non Exclusive Royalty – Free Rights) atas karya ilmiah saya yang berjudul: “KONSTRUKSI REALITAS TAYANGAN PERINGATAN EMPAT TAHUN PEMERINTAAHNAN JOKOWI-JK”(Analisis Framing Tayangan Empat Tahun Masa Pemertintahan Jokowi-JK dalam Program Sapa Indonesia Pagi di Kompas TV dan Program Selamat Pagi Indonesia di Metro TV)

Dengan Hak Bebas Royalti Non Eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di : Medan Pada tanggal : 18 juni 2019 Yang menyatakan,

(Dessy Andriana Tamba)

vii

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Konstruksi Realitas Tayang Empat Tahun Masa Pemerintahan Jokowi-Jk (Analisis Framing Tayangan Empat Tahun Pemerintahan Jokowi-Jk dalam Program “Sapa Indonesia Pagi” di Kompas TV dan Program Selamat Pagi Indonesia di Metro TV)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana media Kompas TV dan Metro TV mengkonstruksi berita mengenai empat tahun masa pemerintahan jokowi-jk serta bagaimana keberpihakan kedua stasiun televisi tersebut dilihat dari tayangan Sapa Indonesia Pagi dan Selamat Pagi Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode analisis framing model Robert Entman. Dalam pengamatan Entman, framing berada dalam dua dimensi besar yaitu seleksi isu dan penonjolan aspek-aspek tertentu. Entman kemudian mengkonsepsikan dimensi besar tersebut kedalam sebuah perangkat framing, yaitu: Defenisi masalah (Define problems), Memperkirakan sumber masalah (Diagnose causes), Membuat keputusan moral ( Make Moral Judgement/Evaluation), Menekankan penyelesaian (Treatment recommendation). Hasil yang didap dari penelitian ini adalah bahwa Kompas TV tidak condong mendukung atau menganggap negatif pemerintah dan cenderung berada di posisi netral. Sedangkan Metro TV cenderung untuk mendukung pemerintahan Jokowi- Jk dengan menunjukkan lebih banyak prestasi atau kerja nyata yang dilakukan selama 4 tahun kepemimpinan Jokowi-Jk.

Kata kunci : Konstruksi Realitas, Empat Tahun Jokowi-Jk, Framing Robert Entman

viii

ABSTRACT

This research entitled "Construction of Reality for the Four Years of Jokowi-Jk Government (Analysis of Four-Year Impression of Jokowi-Jk Government in the program " Sapa Indonesia Pagi " in Kompas TV and “Selamat Pagi Indonesia” in Metro TV)". The purpose of this research is to find out how the Kompas TV and Metro TV media constructed the news about the four years of Jokowi-jk's reign and how the two television stations position seen from the Sapa Indonesia Pagi and Selamat Pagi Indonesia program. This research uses Robert Entman's framing analysis method. In Entman's observation, framing is in two big dimensions, namely the selection of issues and the prominence of certain aspects. Entman then conceptualizes the large dimension into a framing device, namely: Defining problems (Define problems), Estimating the source of the problem (Diagnose causes), Making moral decisions (Make Moral Judgment / Evaluation), Emphasizing the solution (Treatment recommendation). The results obtained from this research are that Kompas TV is not inclined to support or assume negative government and tends to be in a neutral position. While Metro TV tends to support the Jokowi-Jk government by showing more achievements or real work carried out during the 4 years of Jokowi-Jk reign.

Keywords : Construction of Reality, Four Years of Jokowi-Jk, Robert Entman's framing

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.....………………………………………………… i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…..…………..……………... ii

HALAMAN PENGESAHAN ….………………………………….………….. iii

KATA PENGANTAR …..……...……………………………………………… v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...………....… vii

ABSTRAK ...... …………………….……………………..……..… viii

ABSTRACT ...... ………………………………………………….………….…. ix

DAFTAR ISI .....……………………………………………………………….....x

DAFTAR TABEL ...... ……………………………………………………… xiii

DAFTAR GAMBAR.…………...……….…………………………….……… xiv

BAB I PENDAHULUAN ...... Error! Bookmark not defined.

1.1 Konteks Masalah ...... Error! Bookmark not defined.

1.2 Fokus Masalah ...... Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan Penelitian ...... 7

1.4 Manfaat Penelitian ...... Error! Bookmark not defined.

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...... Error! Bookmark not defined.

2.1 Paradigma Kajian ...... Error! Bookmark not defined.

2.1.1 Paradigma Konstruktivisme ...... Error! Bookmark not defined.

2.2 Komunikasi Massa ...... Error! Bookmark not defined.

x

2.2.1 Ciri-ciri Komunikasi Massa ...... Error! Bookmark not defined.

2.3 Media Massa, Televisi, dan Berita ...... Error! Bookmark not defined.

2.3.1 Media Massa ...... Error! Bookmark not defined.

2.3.2 Televisi ...... Error! Bookmark not defined.

2.3.3 Berita ...... Error! Bookmark not defined.

2.4 Komunikasi Politik Media Massa ...... Error! Bookmark not defined.

2.4.1 Fungsi komunikasi politik ...... Error! Bookmark not defined.

2.5 Konstruksi Realitas Media Massa ...... Error! Bookmark not defined.

2.6 Analisis Framing ...... Error! Bookmark not defined.

2.7 Kerangka Pemikiran ...... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...... Error! Bookmark not defined.

3.1 Metode Penelitian ...... Error! Bookmark not defined.

3.2 Objek Penelitian ...... Error! Bookmark not defined.

3.3 Subjek Penelitian ...... Error! Bookmark not defined.

3.4 Kerangka Analisis ...... Error! Bookmark not defined.

3.5 Tehnik Pengumpulan Data ...... Error! Bookmark not defined.

3.6 Teknik Analisis Data ...... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..... Error! Bookmark not defined.

4.1.Gambaran Umum Objek Penelitian...... Error! Bookmark not defined.

4.1.1.Gambar Umum Tayangan ...... Error! Bookmark not defined.

4.2.Framing Kompas TV ...... Error! Bookmark not defined.

xi

4.2.1.Elemen Define Problem ...... Error! Bookmark not defined.

4.2.2.Elemen Diagnose Causes ...... Error! Bookmark not defined.

4.2.3.Elemen Make Moral Judgement ...... Error! Bookmark not defined.

4.2.4. Elemen Treatment Recommendation.... Error! Bookmark not defined.

4.3. Framing Metro TV ...... Error! Bookmark not defined.

4.3.1 Elemen Define Problem ...... Error! Bookmark not defined.

4.3.2 Elemen Diagnose Causes ...... Error! Bookmark not defined.

4.3.3 Elemen Make Moral Judgemen ...... Error! Bookmark not defined.

4.3.4 Treatment recommendation ...... Error! Bookmark not defined.

BAB V PENUTUP ...... Error! Bookmark not defined.

5.1.Kesimpulan ...... Error! Bookmark not defined.

5.2.Saran ...... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ………………..…………………………………………67

xii

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1.1 Perbedaan Paradigma Positivis, Konstruktivis dan Kritis 11

2.1 Dimensi Framing Robert Entman 31

3.1 Perangkat Analisis Framing Robert Entman 35

4.1 Frame Tayangan Kompas TV 55

4.2 Frame Tayangan Metro TV 63

xiii

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

4.1 Wawancara Presiden dengan Budiman 41

Tanuredjo (Pinjaman Luar Negeri Harus Produktif)

4.2 Wawancara Presiden Joko Widodo dengan Budiman 42

Tanuredjo (Membangun System E-Budgeting)

4.3 Skala Kepuasan Umum Pemerintahan Jokowi-Jk 47

4.4 Peneliti Litbang Kompas 47

4.5 Apresiasi Publik Terhadap Kinerja Pemerintah dilihat 47

dari berbagai sektor

4.6 Skala Kepuasan Secara Umum Terhadap Pemerintahan 47

Jokowi-JK

4.7 Permasalahan Mendesak Pemerintah 50

4.8 Narasumber Seimbang Dari Berbagai Pihak 51

4.9 Kegagalan Pemerintah Soal Hutang Indonesia 53

4.10 Langkah untuk Menyikapi Rendahnya Apresiasi 55

Masyarakat

4.11 Isu Besar Selama Masa Pemerintahan Jokowi-JK 58

4.12 Pemerataan Pendidikan dan Kesehatan 60 di Era Jokowi

xiv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

Abad ke-21 ditandai dengan berkembangnya teknologi yang semakin maju di dunia termasuk di Indonesia. Perkembangan teknologi yang amat pesat pada zaman sekarang menuntut semua untuk bergerak dengan cepat. Begitu juga dengan kebutuhan informasi oleh manusia diharuskan dapat diperoleh dengan cepat oleh semua kalangan. Oleh karena itu diperlukan sebuah media yang mampu memenuhi hasrat manusia akan informasi dan pengetahuan.

Seperti namanya, komunikasi massa diartikan sebagai elemen penyebaran informasi atau ide dalam bentuk dan skala yang besar (massal). Istilah komunikasi massa dicetuskan sebagaimana juga media massa pada awal abad ke-20 untuk menggambarkan apa yang kemudian merupakan fenomena sosial baru dan ciri utama dari dunia baru yang muncul yang dibangun pada fondasi industrialisme dan demokrasi popular (Mcquail, 2009: 4)

Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002: 134). Munculnya media massa sebagai media penyebaran informasi membuat masyarakat saat ini dengan mudahnya mendapatkan informasi. Layaknya media massa yang digadang-gadang sebagai media penyebaran informasi paling besar saat ini seperti televisi, radio dan surat kabar yang dapat diakses dengan mudah dan kapan saja membuat masyarakat dimanjakan oleh banyaknya infomasi dan pengajaran yang bisa didapat . Oleh karena itu, media massa sangat mempengaruhi pemikiran dan pembentukan moral bangsa karena media massa telah dijadikan sebagai panutan

Seperti pentingnya informasi bagi masyarakat membuat peran media massa sebagai penyedia informasi juga ikut menjadi penting bagi masyarakat. Media menyajikan setiap peristiwa atau fenomena-fenomena yang terjadi baik nasional maupun internasional sehingga dengan adanya berita oleh media massa, manusia menjadi mengetahui dan mengerti hal-hal yang terjadi di sekitar mereka.

1

Pesan yang akan disampaikan oleh media massa baik itu melalui media cetak, elektronik atau siber akan diterima oleh khalayak di semua tempat yang masih di jangkau oleh media massa tersebut tidak peduli seberapa jauh atau banyak khalayaknya. Untuk itu penting bagi media massa untuk tetap menjalankan fungsinya secara utuh dan benar seperti yang di jelaskan dalam Undang-Undang No.40 1999 tentang pers, menyatakan bahwa fungsi pers/media massa adalah untuk menginformasikan, mendidik, menghibur dan melakukan fungsi pengawasan sosial baik pada perilaku publik maupun pada penguasa (McQuail, 2011: 51).

Media massa dalam menyajikan informasi kepada masyarakat seyogyanya haruslah berdasarkan fakta yang ada di lapangan. Namun, belakangan lahir fenomena baru tentang tumbuhnya paham kapitalisme dalam media dalam proses perkembangan media massa yang sudah merambah ke arah pemilikan modal tunggal. Hal ini bisa dilihat dari cara media massa tetentu yang melakukan dominasi atau monopoli media yang tujuannya adalah menciptakan laba (profit) dan juga pengaruh.

Dirangkum dari Tirto.id, ada delapan tokoh yang dapat disebut menguasai media massa di Indonesia karena dominasinya terhadap media. Di antaranya; Chairul Tanjung dengan CT Corp (Trans TV, Trans 7, CNN TV, CNN Online dan Detik), Hary Tanoesoedibjo dengan Global Mediacom (MNC TV, GTV, RCTI, Koran Sindo, Okezone, Sindonews, Inews, Trijaya FM, RDI, Global radio), Eddy Kusnadi Sariatmadja dengan EMTEK (SCTV, Indoiar,O-Channel, Liputan6.com, El Shinta), Bakrie Group dengan Visi Media Asia (TVOne, ANTV, Vivanews), Surya Paloh dengan Media Group, Keluarga Riady dengan Berita Satu Media Holding (Berita Satu TV, Berita Satu Online, Suara pembaharuan), Dahlan Iskan dengan Jawa Pos (Jawa Pos TV, Jawa Pos, jpnn.com, Fajar FM) dan Jakoeb Oetama dengan Kompas Gramedia (Kompas, Kompas TV, Komaps Online, Tribun, Sonora Radio)

Media massa bukan sekedar sarana yang menyampaikan kepada publik peristiwa politik secara apa adanya, tetapi tergantung kepada kelompok dan ideologi yang mendominasinya. Dengan demikian, apapun yang dihasilkan dan

2 ditampilkan oleh media merupakan repesentasi dari ideologi media massa tersebut. Media massa harus diberi perhatian khusus pada level kepemilikan medianya,praktik pemberitaannya sertadinamika industry televise di dalamnya. Sebab semuanya mempunyai keterikatan antara satu dengan yang lain. Menurut Altschull (dalam Morrisan, 2008:258); the content of the news meida always reflects thye interest of those who finance the press (isi berita di media selalu mencerminkan kepentingan mereka yang membiayai media tersebut)

Mcquail (dalam Bachtiar & Savitri, 2015: 39-40) menyebut ada 5 elemen proses produksi media di antaranya; kepemilikan dan orientasi keuntungan media, iklan sebagai sumber pendapatan media, ketergantungan terhadap agen kekuasaan sebagai pendukung dari realitas sosial, pengkritik yang terorganisir mewakili mekanisme kontrol sosial, dan kekuatan ideologi yang dapat digunakan dan disesuaikan untuk kepentingan elit.

Media massa yang tadinya diyakini oleh masyarakat sebagai penyedia sumber-sumber informasi dan pengetahuan akan dunia kini mulai dimanfaatkan oleh pemilik media dan juga golongan-golongan penguasa media salah satunya adalah untuk komunikasi politik. Komunikasi politik di media massa erat kaitannya dengan opini publik. Opini publik yaitu upaya membangun sikap dan tindakan khalayak mengenai suatu masalah politik atau aktor politik. Dalam komunkasi politik, media massa menjadi penggerak utama dalam usaha memengaruhi individu terhadap terpaan berita yang diterimanya (Nimmo, 1993: 5).

Kilas balik pada tahun politik tahun 2014 lalu ketika banyak media terkhusus stasiun televisi yang mendapat surat teguran dari KPI. Metro TV dan TV One merupakan salah dua dari banyak media massa yang melakukan pelanggaran atas fungsi media massa. Metro TV dan TV One ketika itu mendapat teguran pelanggaran atas perlindungan kepentingan publik dan netralitas isi program siaran dilihat berdasarkan jumlah durasi, jumlah frekuensi, dan kecenderungan pemberitaan yang dianggap berlebihan dan tidak sesuai prinsip adil dan berimbang dalam obyek pemberitaan. Hal ini dilakukan oleh kedua

3 stasiun televisi ini terhadap pemberitaan calon presiden dan wakil presiden tahun 2014 yaitu Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta. (Kompas.com)

Adapun rincian pasal yang dilanggar oleh kedua stasiun ini tertuang dalam Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2012 pasal 11 dan pasal 22 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) serta Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 pasal 11 ayat (1) dan ayat (2), pasal 40 huruf a dan pasal 71 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3). (www.kpi.go.id).

Sangat terlihat jelas adanya kepentingan politik yang bekerja di dalamnya seingga menimbulkan kontroversi ini. Metro TV merupakan stasiun televisi berita yang dimiliki oleh Surya Paloh yang tidak lain adalah ketua umum Partai Nasional Demokrasi. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2014 Partai Nasional Demokrasi menjadi salah satu partai pendukung pasangan calon Jokowi-JK. Sama halnya dengan Metro TV, TV One juga dipimpin oleh seorang elit partai yaitu Aburizal Bakrie sebagai ketua umum Partai Golkar pada masa itu. Pada saat itu partai golkar menjadi koalisi dari partai gerindra dalam mendukung pasangan calon Prabowo-Hatta dalam pilpres 2014.

Berangkat dari masalah di atas maka semakin jelas bahwa kepentingan media turut mempengaruhi pemberitaan yang disampaikan kepada khalayak. Fakta yang disampaikan juga tentunya bukan lagi secara objektif tapi fakta yang sudah di konstruksi (framing) sedemikian rupa sesuai dengan ideologi pemilik media dengan kepentingan politiknya.

Dalam sebuah negara, presiden menjadi kepala negara atau orang teringgi dalam sebuah hirarki pemerintahan. Maka tak heran semua hal yang dilakukan oleh seorang presiden menjadi sorotan dan bahan pemberitaan di setiap media. Begitu juga lah yang terjadi kepada presiden ke 7 Indonesia yaitu Joko Widodo (Jokowi). Sebelum menjadi presiden, Jokowi sudah dikenal luas oleh masyarakat ketika masih menjadi walikota solo dan semakin dikenal lagi setelah memilih maju dalam pemilihan umum calon gubernur DKI bersama dengan Basuki Thajaja Purnama (Ahok).

4

Ketika mencalonkan diri menjadi gubernur DKI Jakarta, Jokowi hadir dengan gaya “blusukan” serta pemberitaan media tentang kesederhanaan yang membuat banyak masyarakat menaruh simpati kepada Jokowi. Hal ini dikarenakan sangat jarangnya ada pemimpim yang dekat dengan rakyat. Bukan hanya media nasional, tetapi media internasional juga turut menyoroti citra seorang Jokowi bahkan bebrapa media internasional tak ragu menyandingkan nama Jokowi dengan mantan presiden Amerika Serikat yang juga mendapat perhatian khusus media dan masyarakat yaitu Barack Obama. Seperti BBC News dengan headline nya “Flooding tests „jakarta‟s Obama”. Semakin bersinar, nama Jokowi bahkan berada di urutan pertama sebagai walikota terbaik dunia versi The City Mayors foundation (Bachtiar & Savitri, 2015: 57-61).

Jokowi dan media diibaratkan simbolis mutualisme. Media memanfaatkan Jokowi karena dengan efek magnetnya. Apapun yang berita yang ditulis media cetak dan ditayangkan oleh televisi maka akan mengundang perhatian dari masyarakat. Di sisi lain, Jokowi beruntung dengan adanya media dan perhatian lebih dari media kepada beliau membuatnya semakin dikenal oleh masyarakat.

Ketika memutuskan untuk mencalonkan diri menjadi presiden pada tahun 2014 silam, mncul berbagai pendapat yang pro dan kontra terhadap Jokowi. Pada dasarnya orang yang kontra akan pncalonan ini mwengklaim bahwa masa tugas jokowi sebgai gubernur DKI Jakarta belum selesai, untuk itu tidak seharusnya ia meninggalkan Jakarta begitu saja. Di sisi lain pendapat pro mengatakan bahwa Indonesia keseluruhan membutuhkan sosok Jokowi memimpin negara. Selain itu pendapat pro juga mengklaim masalah kota banyak yang urusannya melalui pemerintahan pusat (Bachtiar & Savitri, 2015: 61-62).

Setelah terpilih menjadi presiden maka semakin banyak pulak perhatian yang dipusatkan kepada Jokowi. Mulai dari kenaikan BBM, nilai tukar rupiah yang pada tahun 2015 naik menjadi Rp 14.500-14.600 hingga daya beli masyarakat rendah menjadi topic yang dipermasalahkan oleh banyak pihak (Kompas.com) Hal ini membuat pemerintahan Jokowi yang kala itu masih berumur satu tahun mendapat banyak kritikan dari berbagai kalangan. Media pun tak lupa untuk menjadikannya sebagai bahan berita.

5

Pada oktober 2018, pemerintahan Jokowi-JK genap berumur empat tahun. Peringatan empat tahun masa kerja presiden dan wakil presiden menjadi penting karena dianggap sebagai tahun yang dapat menilai kinerja pemerintahan dan menjadi tolak ukur keberhasilan. Untuk memperingati 4 tahun masa kerja pemerintahan Jokowi-JK yang jatuh pada bulan oktober 2018 maka berbagai media beramai-ramai membuat rubrik dan program khusus untuk membahas hasil dari kinerja pemerintahan Jokowi-JK. Kompas TV dan Metro TV menjadi salah dua dari banyaknya media yang membahas 4 tahun pemerintahan Jokowi-JK. Terkhusus peneliti memilih satu program dari setiap media untuk di teliti yaitu program “Sapa Indonesia Pagi” Kompas TV dan “Selamat Pagi Indonesia” Metro TV.

Tren pemilik media yang juga berkecimpung di dunia politik menjadi salah satu alasan banyaknya media yang membuat frame politik yang merujuk pada teori komunikasi politik. Kompas TV menjadi salah satu televisi nasional yang tidak mengikuti tren ini dengan tidak menempatkan pemilik media sebagai bagian dari partai politik. Hal ini mendorong peneliti untuk melihat bagaimana media Kompas Tv membuat framing mengenai peringatan empat tahun kerja pemerintahan Jokowi-JK. Serta keinginan peneliti untuk melihat perbandingan framing berita yang dilakukan Kompas TV dan Metro TV. Metro TV merupakan bagian dari Media Group yang dimiliki oleh Surya Paloh yang tidak lain adalah ketua umum partai nasional demokrat. Seperti diketahui partai nasional demokrat merupakan salah satu partai pendukung pemerintahan Jokowi-JK. Maka tak heran pemberitaan Metro TV sangat condong kepada pemebentukan citra pemerintahan Jokowi-JK.

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan uraian konteks masalah diatas, maka yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah media Kompas TV dan Metro TV membingkai pemberitaan empat tahun masa kerja pemerintahan Jokowi-JK dalam Program “Sapa Indonesia Pagi” Kompas TV dan “Selamat pagi Indonesia, Metro TV ?”

6

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui gambaran bagaimana framing pemberitaan media televisi Kompas TV dan Metro TV tentang 4 tahun masa kerja pemerintahan Jokowi-JK pada dalam Program “Sapa Indoneisa Pagi” Kompas TV dan “Selamt Pagi Indonesia” Metro TV.

2. Melihat keberpihakan media Kompas TV dan Metro TV dalam memberitakan 4 tahun masa kerja pemerintahan Jokowi-JK melalui program Program “Sapa Indoneisa Pagi” Kompas TV dan “Selamt Pagi Indonesia” Metro TV.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, antara lain:

1. Manfaat akademis, penelitian ini diharapkan mampu menambah sumber pengetahuan dan pemahaman mengenai pembingkaian suatu berita oleh media massa. Selain itu, penenlitian ini juga diharapkan mampu menjadi referensi bagi penelitian serupa tentang studi analisis framing.

2. Manfaat praktis, peneliatian ini membahas bagaimana media televisi Kompas TV dan Metro Tv membingkai suatu berita. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kritik dan saran terhadap isi berita kedua media televisi tersebut yaitu Kompas TV dan Metro TV.

3. Manfaat sosial, melalui penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan kepada publik bagaimana konstruksi realitas suatu media sehingga masyarakat lebih peka dan berpikir kritis dalam menilai sebuah pemberitaan di media massa.

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Kajian

Orang yang pertama kali memperkenalkan istilah paradigma adalah Thomas Khun. Secara lebih formal, paradigma didefenisikan sebagai suatu pandangan dunia dan model konseptual yang dimiliki oleh anggota masyarakat ilmiah yang menentukan cara mereka meneliti (Bulaeng, 2004: 2).

Terdapat tiga paradigma yang memberi pandangan mengenai kerja media dan berita diantaranya paradigma positivisme, paradigma kritis, dan paradigma konstruktivisme. Ketiga paradigma ini tentunya memiliki pandangan yang berbeda mengenai media. Pertama, Positivisme memandang bahwa media sebagai saluran. Media adalah sarana bagaimana pesan disampaikan dari komunikator ke penerima (khalayak). Positivisme memandang bahwa media semata-mata sebagai saluran bagi komunikasi (transaksi pesan) yang terjadi (Eriyanto, 2002: 22). Secara singkat bahwa positivisme sama sekali tidak melihat bahwa ada campur tangan media dalam pembentukan pesan. Positivisme memandang bahwa pesan yang ditampilkan di media adalah murni pesan dari komunikator kepada komunikan.

Oleh penganut aliran ini, bahasa dilihat sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya. Pengalaman-pengalaman manusia dianggap dapat secara langsung diekspresikan melalui penggunaan bahasa tanpa ada kendala atau distorsi, sejauh ia dinyatakan dengan memakai pernyataan-pernyataan yang logis, sintaksis, dan memiliki hubungan dengan pengalaman empiris. Ciri utama pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas (Eriyanto, 2001: 4).

Kedua, paradigma kritis pada dasarnya hadir karena keinginan mengkoreksi serta ketidakpuasan terhadap pandangan konstruktivis yang kurang sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna. A.S. Hikam (Eriyanto, 2001: 6), pandangan konstruktivis masih belum menganalisis faktor-faktor hubungan

8 kekuasaan yang inheren dalam setiap wacana, yang pada gilirannya berperan dalam membentuk jenis-jenis subjek tertentu berikut perilaku-perilakunya.

Paradigma ini menekankan pada konstalasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dipandang sebagai subjek yang netral, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada di masyarakat. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang membentuk subjek tertentu, tema-tema tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya.

Oleh karena itu, analisis teks dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa: batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti digunakan, atau topik apa yang seharusnya dibicarakan. Dengan pandangan ini, wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam pembentukan subjek, dan berbagai tindakan representasi yang terdapat dalam masyarakat (Eriyanto, 2001: 6)

Paradigma kritis terutama bersumber dari pemikiran sekolah frankfurt. Pemikiran ini menemukan bahwa pada kenyataannya media bukanlah entitas yang netral, tetapi bisa dikuasai oleh kelompok dominan (Eriyanto, 2001: 23). Kelompok dominan ini diibaratkan sebagai pemilik modal yang memiliki kekuasaan dan kontrol. Modal inilah yang akan menjadi penggerak masyarakat yang tidak memiliki modal dan seccara alami harus mengikuti dan menyesuaikan diri dengan orang yang memiliki modal tersebut.

Pemikiran ini melihat adanya kekuatan besar yang berperan dalam memanipulasi kesadaran dan kenyataan. Media hanya dimiliki dan didominasi oleh kelompok dominan dalam masyarakat dan menjadi sarana untuk meneguhkan kelompok dominan sekaligus memarjinalkan dan meminggirkan kelompok minoritas (Eriyanto, 2001: 26). Karena adanya kelompok dominan yang berkuasa, maka penyelewengan kekuasaan oleh kelompok dominan untuk kepentingannya sendiri mungkin saja terjadi. Menurut struart hall (dalam Eriyanto, 2001), media seolah berperan secara langsung sebagai alat kelompok dominan untuk menguasai kelompok yang tidak dominan.

9

2.1.1 Paradigma Konstruktivisme

Paradigma konstruksionis diperkenalkan oleh sosiolog interpretatif, Peter L. Berger yang sudah banyak menulis karya dan menghasilkan tesis mengenai konstruksi sosial atas realitas. Menurut Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah dan juga bukan diturunkan oleh Tuhan. Tetapi realitas adalah hasil dari sebuah konstruksi. Dengan pemahaman ini maka realitas seadanya berwajah ganda/plural (Eriyanto, 2002: 13-15). Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas karena pada hakikatnya manusia memiliki pengalaman, pendidikan serta kehidupan sosial yang berbeda-beda pula.

Eriyanto (2002: 19-33) menuliskan bahwa paradigma konstruktisionis memiliki penilaian sendiri bagaimana media, wartawan, dan berita dilihat. 1. Fakta/peristiwa adalah hasil konstruksi. Konstruksionis menganggap realitas itu bersift subjektif. Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang tertentu dari wartawan maka realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsep realitas tu dipahami oleh wartawan yang memilki pandangan yang berbeda. Karena fakta itu diproduksi dan ditampilkan secara simbolik, maka realitas tergantung pada bagaimana ia dilihat dan bagaimana fakta tersebut dikonstruksi. 2. Media adalah agen konstruksi. Konstruksionis memandang bahwa media bukanlah sekedar saluran yang bebas tetapi media juga sebgai subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Konstruksionis melihat bahwa informasi (berita) yang disampaikan ke publik (komunikan) bukanlah realitas dilapangan. Padangan ini menilai bahwa media ikut menjadi agen pembentuk realitas yang tersaji melalui instrumen-instrumen seperti penonjolan sebgaian dari kejadian di lapangan serta penonjolan berita melalui penggunaan kalimat (bahasa). 3. Berita bukan refleksi dari realitas melainkan hanyalah konstruksi realitas. Menurut kaum konstruksionis, berita tidak mungkin adalah hasil dari refleksi realitas dilapangan tetapi berita adalah konstruksi sosial dimana selalu melibatkan pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dai wartawan atau media. Secara umum konstruksionis mengatakan jika berita adalah refleksi dan pencerminan dari realitas maka seharusnya semua berita dengan kejadian yang sama haruslah digambarkan juga sama disetiap berita media manapun. Namun yang terlihat adalah setiap media memiliki cara penulisan dan penyampaian (mulai dari memilih fakta, sumber, pemakaian kata, gambar sampai penyuntingan) yang berbeda yang membuat berita diberbagai media tidak sama. 4. Nilai, etika, dan pilihan moral peneliti menjadi bagian yang integral dalam penelitian. Salah satu sifat dasar dari penelitian yang bertipe konstruksionis adalah pandangan bahwa peneliti bukanlah subjek yang

10

bebas nilai. Peneliti bukanlah robot yang seolah-olah mahuk netral dan akan menilai realitas tersebut apa adanya.

Paradigma konstruksionis menganggap pembuat teks berita sebagai penentu yang akan mengarahkan pola pikir khalayak. Pertanyaan utama dari paradigma konstruksionis adalah bagaimana peristiwa atau realitas dikonstruksi dan cara apa konstruksi itu dibentuk (Eriyanto, 2002: 37-38). Menurut Littlejohn (dalam Eriyanto, 2002), ada empat asumsi yang melekat pada pendekatan konstruksionis, diantaranya: Pertama, dunia tidaklah tampak nyata secara objektif pada pengamat, tetapi diketahui melalui pengalaman yang umumnya dipengaruhi oleh bahasa. Kedua, kategori bahasa yang digunakan untuk memahami realitas bersifat situasional, karena kategori itu muncul dari interaksi sosial dalam kelompok orang pada waktu tertentu, dipahami pada waktu tertentu dan ditentukan oleh konvensi komunikasi yang berlaku pada waktu itu juga. Stabilitas dan instabilitas pengentahuan, oleh itu banyak bergantung pada perubahan sosial ketimbang realitas objektif di luar pengalaman. Keempat, pemahaman realitas yang terbentuk secara sosial membentuk banyak aspek kehidupan lain yang penting. Cara kita berpikir dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari umumnya ditentukan oleh bagaimana kita memahami realitas. Untuk lebih mempertajam pandangan mengenai pendekatan konstruksionis dalam prakek kerja jurnalistik, peneliti menyajikan tabel yang menggambarkan secara singkat bagaimana paradigma positivisme, paradigma konstruksionis, dan paradigma kritis dalam memandang praktek kerja jurnalistik, yaitu seperti berikut:

Tabel 1.1 Perbedaan Paradigma Positivis, Konstruktivis, dan Kritis

Pandangan Positivis Pandangan Pandangan Kritis Konstruktivis

Ada fakta yang “riil” Fakta merupakan Fakta merupakan hasil yang diatur oleh kaida- konstruksi atas realitas. dari proses pertarungan kaidah tertentu yang Kebenaran sebuah fakta antara kekuatan berlaku universal sangat relatif, berlaku ekonomi, politik, dan

11

sesuai dengan konteks sosial yang ada dalam tertentu masyarakat

Media adalah saluran Media adalah agen Media sebagai pertukaran pesan, konstruksi pesan alat/sarana kelompok sebagai sarana bebas dan dominan untuk netral tempat semua memojokkan kelompok kelompok masyarakat lain. saling berdiskusi

Berita adalah cerminan Berita tidak mungkin Berita tidak mungkin dan refleksi dari merupakan sebuah merupakan cermin dan kenyataan. Karena itu, cerminan atau refleksi refleksi dari realitas, berita haruslah sama dan dari sebuah realitas. karena berita yang sebangun dengan fakta Karena berita yang terbentuk hanya yang hendak dilipt terbentuk merupakan cerminan dari konstruksi atas realitas kepentingan kekuatan dominan

Berita bersifat objektif. Berita besifat subjektif: Berita/hasil liputan tidak Menyingkirkan opini dan opini tidak dapat objektif karena pandangan subjektif dari dihilangkan karena mencerminakan ideologi pembuat beita ketika meliput, wartawan dan wartawan melihat kepentingan sosial, dengan perspektif dan ekomoni, atau politik pertimbangan subjektif. tertentu

Wartawan adalah Wartawan adalah Berita tidak objektif berperan sebagai pelapor sebagai partisipan yang karena wartawan adalah menjembatani bagian dari keragaman subjektivitas kelompok/struktur sosial pelaku sosial tertentu yang lebih besar.

Nilai, etika, opini dan Nilai, etika atau Nilai dan ideologi

12

pilihan moral berada di keberpihakan wartwan wartwan tidak dapat luar proses peliputan tidak dapat dipisahkan dipisahkan dari proses berita dari proses peliputan peliputan dan pelaporan dan pelaporan suatu suatu peristiwa peristiwa

Berita yang diterima Khalayak membuat Khalayak membuat pada tangan pembaca penafsiran sendiri yang penafsiran sendiri yang sama dengan apa yang bisa jadi akan berbeda bisa jadi akan berbeda dimaksudkan dengan dengan pembuat berita dengan pembuat berita pembuat berita tersebut tersebut

Sumber: Diadaptasi dari Eriyanto (2001) dan Eriyanto (2002)

Soparno (dalam Bungin, 2008: 14) menyebutkan bahwa sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme:

1. Konstruktivisme Radikal: Kaum ini mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran. Pengetahuan bagi mereka tidak merefleksi suatu realitas ontologism obyektif, namun sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang.

2. Realisme Hipotesis: Dalam pandangan ini menganggap pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari struktur realitas yang mendekati realitas dan menuju kpeada pengetahuan yang hakiki.

3. Konstruktivisme Biasa: Memahami pengetahuan sebagai gambaran dari realitaus itu sendiri. Kemudian pengetahuan individu dipandang sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari realitas objek dalam dirinya sendiri.

2.2 Komunikasi Massa

Joseph A. Devito mendefenisikan komunikasi massa dalam dua item. Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepadakhalayak/massa. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan visual. Komunikasi massa

13 barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefenisiskan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita (Effendy, 1990:21).

2.2.1 Ciri-ciri Komunikasi Massa

Menurut Nurudin (2003: 16-29), terdapat tujuh ciri yang menggambarkan komunikasi massa, diantaranya:

1. Komunikator Dalam Komunikasi Massa Melembaga

Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang melainkan kumpulan orang-orang yang bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga/sistem. Sumber atau komunikator dalam komunikasi massa terutama beisi organisasi formal seperti jaringan ikatan atau kumpulan/kesatuan. Komunikator dalam komunikasi massa setidaknya harus punya ciri seperti berikut. Pertama, kumpulan individu-individu. Kedua, dalam berkomunikasi individu-individu itu terbatasi perannya dengan sistem dalam media massa. Ketiga, pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan nama pribadi unsur-unsur yang terlibat. Keempat, apa yang dikemukakan oleh komunikator biasanya untuk mencapai keuntungan atau mendapatkan laba secara ekonomis.

2. Komunikan Dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen

Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/beragam. Artinya, penonton televisi itu beragam pendidikan, unsur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, punya jabatan yang beragam, punya gama dan kepercayaan yang tidak sama pula.

Herbert blumer dalam Nurudin (2003: 20) secara rinci menjelaskan karakteristik audience/komunikan, yaitu:

a. Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya ia mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari asalnya, mereka berasal dari berbagai kemlompok massyarakat

14

b. Berisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain. Di samping itu, antar individu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung

c. Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal.

3. Pesannya Bersifat Umum

Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan hanya untuk satu oang atau satu kelompok saja melainkan, pesan-pesan dalam komunikasi massa ditujukan pada khalayak yang plural. Pesan-pesan yang disampaikan dalam komunikasi massa harus umum sehingga semua komunikan yang berasal dari berbagai macam golongan/kelompok memahami pesan yang disampaikan.

4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah

Ketika komunikan membaca surat kabar, majalah atau menonton tayangan televisi maka yang terjadi adalah komunikasi hanya berjalah satu arah. Artinya, pesan-pesan komunikasi massa hanya akan datang dari media ke pada komunikan. Komunikan tidak akan bisa memberi feedback/respon secara langsung akan pesan yang disampaikan oleh media tersebut. Komunikasi dua arah hanya akan terjadi ketika terjadi komunikasi antar muka dimana komunikan dapat memebri respon aktif/langsung sesudah setelah ia mendapat pesan dari komukator

5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan

Di dalam komunikasi massa ada keserempakan dala proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak artinya, khalayak bisa menikmati media massa tersebut secara hampir bersamaan. Walau bersamaan dalam hal ini adalah relatif. Televisi mungkin akan benar-benar disaksikan oleh orang banyak di waktu yang sama, namun berbeda dengan surat kabar yang mungkin sebagian orang akan membacanya di siang hari dan sebagian lagi membacanya di siang atau sore hari. Komunikator di dalam komunikasi massa ini berupaya menyebarkan informasi secara serentak.

15

6. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis

Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik. Televisi disebut media massa tidak akan lepas dari pemancar. Peran satelit akan memudahkan proses pemancaran pesan yang dilakukan media elektronika seperti televisi. Bahkan, saat sekarang sudah sering televisi melakukan siaran langsung (live) dan bukan direkam (recorded)

7. Komunikasi Massa Dikontrol Oleh Gatekeeper

Gatekeeper atau sering disebut sebagai petapis informasi/palangpintu/penjaga gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Bahan-bahan, peristiwa atau data yang menjadi bahan mentah yang akan disiarkan media massa itu beragam dan sangat banyak. Tentu tidak akan semua bahan itu dapat dimunculkan di media massa. Di sinilah perlunya ada pemilahan, pemilihan, dan penyesuaian dengan media yang bersangkutan. Media perlu memilih mana gerak isyarat yag palng menarik dan perlu di tampilkan dalam media massa.

Gatekeeper yang dimaksud antara lain reporter, editor film/surat/buku, manajer pemberitaan, penjaga rubrik, kameramen, sutradara, dan lembaga sensor film yang semuanya mempegaruhi bahan-bahan yang akan dikemas dalam sebuah pesan-pesan dari media massa masing-masing. Gatekeeper ini juga berfungsi untuk menginterpretasikan pesan, menganalisis, dan menambah data dan mengurangi pesan-pesannya. Oleh karena itu, gatekeeper sangat menentukan kualitas dari informasi yang akan disebarkan. Baik buruknya dampak pesan yang disampaikan pun tergantung pada fungsi pentaisan informasi atau pemalangan pintu.

16

2.3 Media Massa, Televisi, dan Berita

2.3.1 Media Massa

Sejalan dengan semakin pentingnya komunikasi massa maka begitu pula lah yang terjadi pada media massa sebagai saluran yan digunakan oleh komuniaksi massa. Masyarakat modern tentunya tidak dapat lagi menghindar dari peran media di dalam kehidupan bermasyarakat. Dari mulai bangun pagi hingga tidur di malam hari, media massa seakan ikut diatur oleh media massa.

Arti penting dari media massa, Mcquail (1987) yaitu:

1. Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan industri lainnya yang berkaitan. Media jasa merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya.

2. Media massa merupakan sumber kekuatan-alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat digunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya

3. Media merupakan lokasi (atau norma) yang semakin berperan, untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyrakat, baik yang bertaraf nasional mauun internasional.

4. Media seringkali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pegertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengambangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma.

5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi indivisu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media juga menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.

17

A. Jenis-Jenis Media Massa

Dua kelompok media massa menurut Santana K. S (2005: 85), yaitu:

1. Media massa cetak, yaitu:

a. Surat Kabar merupakan penerbitan berupa lembaran-lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan, dan iklan yang dicetak dan terbit secara tetap atau periodik dan dijual untuk umum

b. Newsletter yaitu penerbitan informasi secara berbeda dalam format yang sederhana, dalam sajian yang khas dan menyediakan informasi khusus untuk khalayaknya. Laporannya bersifat umum, isisnya tidak tetap serta jarang membuat iklan.

2. Media massa elektronik, yaitu:

a. Radio merupakan media massa elekronik dengan karakter yang audiotif, selintas, imajinatif, karena berupa suara-suara dan bergantung pada daya dengar khalayak.

b. Televisi merupakan media massa yang menyajikan gambar, teks, dan audio kepada khalayak. Kamera menjadi mata pemirsa dalam melihat kejadian-kejadian dan menagkap fakta-fakta

c. Media online merupakan media massa yang dapat kita temukan di internet. Dari segi sifatnya, ada satu kemiripan antara media online dengan media elektronik seperti radio dan televisi. Mereka selalu dituntut untuk menyajikan berita yang paling up to date secepat mungkin.

B. Karakteristik Media Massa

Karakteristik media massa menurut Cangara (2005: 122), yaitu:

1. Bersifat melembaga artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan, dan penyajian informasi.

18

2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog anatara pengirim dan penerima

3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak karena memiliki kecepatan.

Masyarakat yang demokratis bisa dibentuk lewat media massa dan begitu juga sebaliknya. Media massa telah menjadi budaya itu sendiri. Ia diciptakan manusia ttetapi akhirnya media itu sendiri membentuk masyarakat itu sendiri. Media mampu mengarahkan masyarakat untuk mencapai perubahan tertentu.

2.3.2 Televisi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dituliskan bahwa televisi merupakan pesaawat sistem penyiaran gambar objek yang bergerak dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya menjadi cahya yang dapat dilihat dan bunyinya dapat didengar, digunakan untuk penyiaran, petunjuk, berita dan sebagainya (https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/televisi diakses pada 25 Maret 2018, pukul 13.04 WIB).

Menurut Wahyudi (dalam Morissan, 2008: 2) siaran televisi adalah pemancaran sinyal yang membawa muatan gambar proyeksi yang terbentuk melalui pendekatan sistem lensa dan suara. Pancaran sinyal ini diterima oleh antena televisi untuk kemudian diubah kembali menjadi gambar dan suara. Untuk menyelenggarakan siaran televisi, maka diperlukan tiga komponen yang disebut trilogi televisi yaitu studio dengan berbagai sarana penunjang, pemancar atau transmisi dan pesawat penerima yaitu televisi.

Pengertian program acara televisi adalah acara atau rencana. Undang- Undang Penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara, tetapi menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun kata “program” lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia daripada kata “siaran” untuk mengacu kepada

19 pengertian acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiensnya (Morissan, 2008:200).

Morrisan dalam bukunya menyebutkan program acara televisi dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Program Informasi: segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audiens. Program ini terbagi lagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Berita Keras atau Hard News adalah segala informasi penting dan menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran agar dapat diketahui khalayak audiens secepat mungkin. Kategori berita keras di antaranya; straight News, features, dan Infotainment.

b. Berita Lunak atau Soft News adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Berta yang masuk kategori ini ditayangkan pada satu program tersendiri diluar program berita. Yang menjadi bagian dari berita lunak diantaranya; Current affair, magazine, dokumenter, dan talkshow.

2. Program Hiburan: segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audiens dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program yang termsuk dalam program hiburan ialah:

a. Permainan atau game show merupakan suatu bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik individu atau kelompok yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu seperti Quiz show, ketangkasan, dan reality show

b. Program musik, dapat ditampilkan dalam dua format, yaitu videoklip atau konser. Progam musik di televisi saat ini sangat ditentukan dengan kemamuan srtis menarik penonton

20

c. Pertunjukan adalah program yang menamplkan kemampuan (performance) seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik di studio, di dalam ruangan ataupun di luar ruangan (outdoor)

d. Program drama adalah pertunjukan yang menyajikan cerita mengenai kisah tokoh (orang) yang diperankan oleh pemain yang melibatkan konflik dan emosi. Contoh program drama ialah sinetron dan film.

2.3.3 Berita

Santana K. S (2005) dalam bukunya “Jurnalisme Kontemporer” menuliskan ada 10 elemen nilai berita, diantaranya:

1. Immediacy (timelines) artinya terkait dengan kesegeraan peristiwa yang dilaporkan. Sebuah berita sering dinyatakan sebagai laporan dari apa yang baru saja terjadi beberaa waktu lalu

2. Proximity ialah keterdekatan peristiwa dengan pembaca atau pemirsa dalam keseharian hidup mereka. Orang-orang akan tertarik dengan berita- berita yang menyangkut kehidupan mereka seperti keluarga, kawan-kawan atau kota temapt tinggal.

3. Consequence: berita yang mengubah kehiduan pembaca adalah berita yang mengandung nilai konsekuensi. Lewat berita kenaikan gaji pegawai negeri atau kenaikan harga BBM, masyarakat dengan segera akan mengikutinya karena terkait dengan konsekuensi kalkulasi ekonomi sehari-hari

4. Conflict: Peristiwa-peristiwa perang, demonstrasi, atau kriminal merupakan contoh elemen conflict. Perseteruan antar individu, antar kelompok, sampai antar negara, merupakan elemen natural dari berita- berita yang mengandung konflik.

5. Oddity peritiwa yang tidak biasa terjadi dan akan diperhatikan segera oleh masyarakat seperti kelahiran bayi kembar lima, gempa berskala tinggi dan lainnya merupakan hal-hal yang menarik perhatian masyarakat.

21

6. Sex menjadi satu elemen utama dari sebuah pemberitaan. Tapi seks sering pula menjadi elemen tambahan bagi pemberitaan tertentu seperti kriminal, olahraga, atau selebriti.

7. Emotion menyangkut kisah-kisah yang mengandung kesedihan, kemarahan, simpati, ambisi, cinta, kebencian, kebahagiaan, atau humor. Elemen emotion sama dengan komedi ataupun tragedi.

8. Prominance ketika seseorang terkenal, maka ia akan selalu diburu oleh para pembuat berita. Unsur keterkenalan ini tidak dibatasi dan hanya ditujukan kepada status VIP saja.

9. Suspense menunjukkan sesuatu yang ditunggu-tunggu, terhadap sebuah peristiwa oleh masyarakat. Kisah berita yang menyampaikan fakta-fakta tetap merupakan hal penting. Kejelasan fakta dituntut oleh masyarakat.

10. Progress merupakan elemen “perkembangan” peristiwa yang ditunggu masyarakat. Misalnya sesudahan invasi militer AS ke Irak akan tetap ditunggu oleh masyarakat.

2.4 Komunikasi Politik Media Massa

Komunikasi politik adalah kegiatan komunikasi yang dianggap memiliki konsekuensi-konsekuensi (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi konflik (Nimmo, 1993: 9). Komunikasi pada umumnya adalah penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan maka komunikasi politik adalah penyampaian pesan mengenai kehidupan politik.

Secara umum setiap individu atau kelompok politik akan memilih media komunikasi yang efektif untuk meraih tujuannya. Komunikasi yang melibatkan kepentingan untuk meraih, melaksanakan, dan membagi kekuasaan inilah yang disebut komunikasi politik. Gejala yang membuat kepentingan-kepentingan politik dapat disalurkan melalui media dan tindakan yang lebih tepat dan efektif disebut komunikasi politik (Soyomukti, 2013: 22-23).

22

Komunikasi politik memiliki saluran yang sama dengan komunikasi pada umumnya seajuh itu memudahkan penyampaian pesan politik. Saluran komunikasi politik mencakup alat, sarana, dan mekanisme seperti mesin cetak, radio, telepon, dan komputer dan yang paling penting adalah manusia sendiri. Berbeda dengan megafon, alat untuk memperkuat bunyi, atau telepon yang mengubah suara manusia menjadi isyarat listrik dan kembali lagi menjadi suara manusia penerima, manusia sebagai salura mengubah masukan menjadi keluaran denan cara yang aneh, kreatif, dan sering tak dapat diduga. Saluran manusia menjadi penting karena dianggap aktif dan mentranformasi pesan, bukan mekanisme untuk pengalihan bersambung yang sederhana (Nimmo, 1993: 167).

Media merupakan perpanjangan dari indera manusia. Seperti halnya bicara merupakan perpanjangan indera untuk suara, cetakan merupakan perpanjangan indera untuk penglihatan, dan media elektronik tertentu terutama televisi merupakan perpanjangan indera peraba (perasaan, sentuhan, dan sistem saraf (Nimmo, 1993: 170-171). Karena media dibiaskan terhadap indera tertentu dan penggunaan media menghasilkan bias dalam keseluruhan pola indera manusia, maka media mempunyai akibat yang sangat kuat terhadap orang yang menggunakannya.

Dalam komunikasi politik , media massa menjadi penggerak utama dalam usaha mempengaruhi individu terhadap terpaan berita yang diterimanya (Nimmo, 1993: 198-200). Bentuk pembicara politik dalam media anatara lain berupa teks atau berita politik yang di dalamnya terdapat simbol-simbol politik. Oleh karena itu, media massa menjadi saluran yang sering digunakan dalam menyampaikan informasi politik. Bahkan media massa dilihat sebagai alat yang mampu menjustifikasi realitas sosial yang terjadi di masyarakat.

Brian McNair (dalam Hamad, 2004: 1-2) menyatakan bahwa fungsi media massa dalam komuniaksi politik bisa menjadi penyampai (transmitters) pesan- pesan politik dari pihak-pihak diluar dirinya sekaligus menjadi pengirim (senders) pesan politik yang dibuat (constructed) oleh para wartawan kepada audiens. Jadi, bagi para aktor politik, media massa dipakai untuk menyampaikan pesan-pesan politik mereka kepada khalayak. Sementara bagi waartawan media massa menjadi

23 wadah untuk mereproduksi pesan-pesan politik, karena peristiwa-peristiwa politik dianggap memiliki nilai berita.

Pada dasarnya, pekerjaan media massa adalah mengkonstruksi realitas. Isi media adalah hasil para pekerja yang mengkonstrusi berbagai realitas yang dipilihnya, di antaranya realitas politik. Hamad (dalam Sobur, 2004: 166-167) terdapat tiga tindakan yang biasa dilakukan pekerja media massa ketika melakukan konstruksi realitas politik yang berujung pada pembentukan makna atau citra mengenai sebuah kekuatan politik.

Pertama, dalam hal pilihan kata (simbol) politik. Sekalipun media massa hanya melaporkan, namun telah menjadi sifat dari pembicaraan politik untuk selalu memperhitungkan simbol politik. Dalam komunikasi politik, para komunikator bertukar citra-citra atau makna-makna melalui lambang. Mereka saling menginterpretasikan pesan-pesan (simbol-simbol) politik yang diterimanya. Dalam konteks ini, sekalipun melakukan pengutipan langsung atau menjadikan seorang komunikator politik sebagai sumber berita, media massa tetap terlibat langsung atau tidak langsung dengan pilihan simbol yang digunakan sumber tersebut. Tetapi, manakala media massa membuat ulasan, sebutlah editorial, pilihan kata itu ditentukan sendiri oleh komuniaktor massa.

Kedua, dalam hal melakukan pembingkaian (framing) peristiwa politik. Oleh karena adanya keterbatasan-keterbatasan kolom dan halaman (pada media cetak) atau waktu (pada media elektronik), jarang ada media yang membuat berita sebuah peristiwa secara utuh, mulai dari menit pertama kejadian hingga ke menit terakhir. Atas nama kaidah jurnalistik, peristiwa yang panjang, lebar, rumit, dicoba disederhanakan melalui pembingkaian (framing) fakta-fakta dalam bentuk berita sehingga layak terbit atau tayang. Untuk kepentingan pemberitaan, komuniaktor massa seringkalihanya menyororti hal-hal yang penting (mempunyai nilai berita) dari sebuah peristiwa politik. Ditambah lagi dengan berbagai kepentingan, maka konstruksi reaitas politik sangat ditentukan oleh siapa yang memiliki kepentingan (menarik keuntungan atau pihak aman yang diuntungkan) dengan berita tersebut.

24

Ketiga, menyediakan ruang atau waktu untuk sebuah peristiwa politik. Justru hanya jika media massa memberi tempat pada sebuah peristiwa politik, maka peristiwa akan memperoleh perhatian dari masyarakat. Pada konteks ini, media massa memiliki fungsi agenda setter sebagai mana yang dikenal dengan teori agenda setting. Tesis utama teori ini adalah besarnya perhatian masyarakat pada sebuah isu amat bergantung seberapa besar media memberikan perhatian pada isu tersebut.

Cangara (2016: 32) menjelaskan efek komunikasi politik yaitu terciptanya pemahaman terhadap system pemerintahan dan partai-partai politik, di mana nuansanya akan bermuara pada pemberian suara (vote) dalam pemilihan umum. Pemberian suara tentunya menjadi penting karena menentukan terpilihnya atau tidaknya seotang kandidat calon legislatif atau eksekutif.

2.4.1 Fungsi komunikasi politik

Dalam buku Cangara (2016: 33-34) disebutkan bahwa ada 10 fungsi komunikasi politik yang dirangkum dari kombinasi fungsi komunikasi politik menurut McNair (2003) dan fungsi komunikasi politik oleh Goran Hedebro (1982), diantaranya:

1. Memberikan informasi kepada masyarakat terhadap usaha-usaha yang dilakukan lembaga politik maupun dalam hubungannya dengan pemerintah dan masyarakat.

2. Melakukan sosialisasi tentang kebijakan, program dan tujuan lembaga politik.

3. Member motivasi kepada politisi, fungsionaris, dan para pendukung partai.

4. Menjadi wadah yang bisa menampung ide-ide masyarakat, sehingga menjadi bahan pembicaraan dalam bentuk opini publik.

5. Mendidik masyarakat dengan memberi informasi, sosialisasi tentang cara- cara pemilihan umum dan penggunaan hak mereka sebagai hak pemberi suara

25

6. Menjadi hiburan masyarakat sebagai “pesta demokrasi” dengan menampilkan para juru kampanye

7. Memupuk integrasi dengan mempertinggi rasa kebangsaan guna menhindari konflik dan ancaman berupa tindakan separatis

8. Menciptakan iklim perubahan dengan mengubah struktur kekuasaan melalui informasi untuk mencari dukungan masyarakat luas terhadap gerakan reformasi dan demokrasi

9. Meningkatkan aktivitas politik masyarakat melalui siaran berita, agenda setting, maupun komentar politik

10. Menjadi watchdog atau anjing penjaga dalam membantu terciptanya governance yang transparansi dan akuntabilitas.

2.5 Konstruksi Realitas Media Massa

Konstruksi merupakan upaya menceritakan (konseptualisasi) atau menyusun sebuah peristiwa, keadaan, atau benda yang semula sifatnya terpenggal-penggal (acak) menjadi tersistematis hingga menjadi cerita atau wacana yang bermakna (Hamad, 2004: 22). Upaya penyusunan sebuah peristiwa tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman, preferensi, pendidikan, dan lingkungan sosial yang dimiliki masing-masing individu yang menyusunnya, sehingga pada akhirnya akan menghasilkan wacana yang berbeda-beda dan akan dipahami dengan cara yang berbeda.

Manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar batas control struktur dan pranata sosialnya di mana individu berasal. Manusia secara aktif dan kreatif mengembangkakan dirinya melalui respon-respon terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya. Karena itu, paradigma defenisi sosial lebih tertarik terhadap apa yang ada dalam pemikiran manusia tentang proses sosial. Dalam proses sosial, individu manusia dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang relatif bebas di dalam dunia sosialnya (Bungin, 2008: 11).

26

Teori tentang konstruksi realitas dibahas Peter L Berger dan Thomas Luckman dalam buku The Social Construction Of Reality, A Treatise In The Sociology Of Knowledge. Mereka mengatakan, proses konstruksi realitas dimulai ketika seorang konstruktor melakukan objektivikasi terhadap suatu kenyataan yakni melakukan persepsi terhadap suatu objek. Selanjutnya, hasil dari pemaknaan melalui proses persepsi itu diinternalisasikan ke dalam diri seorang konstruktor. Setelah itu langkah terakhir adalah melakukan eksternalisasi atas hasil dari proses permenungan secara internal tadi melalui pernyataan-pernyataan dalam bentuk kata-kata atau konsep atau bahasa (Hamad, 2004: 12).

Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas Peter Berger dan Luckmann telah direvisi dengan melihat fenomena media massa sangat substantif dalam proses eksternalisasi, subyektivasi dan internalisasi inilah yang kemudian dikenal sebagai “Konstruksi sosial media massa” (Bungin, 2006: 202-212). Menurut persfektif ini tahapan-tahapan dalam proses konstruksi sosial media massa itu terjadi melalui:

1. Tahap Menyiapkan Meteri Konstruksi: Ada tiga hal penting dalam tahapan ini yakni keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan semu kepada masyarakat, keberpihakan kepada kepentingan umum.

2. Tahap Sebaran Konstruksi: Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada khalayak secara tepat berdasarkan agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.

3. Tahap pembentukan konstruksi realitas: Pemebentukan konstruksi ber;angsung melalui: (1) konstruksi realitas pembenaran, (2) kesediaan dikonstruksi oleh media massa, (3) sebagai pilihan konsumtif

4. Tahap konfirmasi: Konstruksi adalah tahapan ketika media massa maupun penonton memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam pembentukan konstruksi.

27

Kerangka Kerja Teori (Theoritical Framework) Studi Liputan Politik

Peristiwa Politik (1)

Dinamika Internal dan Sistem Operasi Media Strategi Media Eksternal Media (2) Massa (3) Mengkonstruksi Realitas (4)

Faktor Internal: Proses Konstruksi Fungsi bahasa Ideologis, Realitas Oleh Strategi Idealis Faktor Prenada Media Group Media (6) Framing Eksternal: Pasar, Agenda Setting Kenyataan (7)

Teks Berita Politik

Makna Dan Citra Partai/Aktorpolitik

Opini Public Yang Terbentuk Dan Perilaku Poliik Khalayak

Motivasi dan Tujuan Si Pembuat Teks (9) Sumber: (Hamad, 2004:5)

2.6 Analisis Framing

Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada dalam kategori penelitian konstruksionis. Paradigma ini memandang realitas kehidupan sosisal bukanlah realitas yang natural, melainkan hasil dari konstruksi. Karenanya

28 konsentrasi analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan caraa apa konstruksi itu dibentuk. Pada kajian studi komunikasi, paradigma konstruksionis ini seringkali disebut sebagai paradigma produksi dan pertukaran makna. Ia sering dilawankan dengan paradigma positivis (Eriyanto, 2002: 43)

Gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1995. Gagasan Beterson melihat bahwa frame pada awalnya dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan wacana, dan menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada tahun 1974, yang menandai frame sebagai kepingan-kepingan peilaku (strips og behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas (Sobur, 2004:161-162)

Nugroho, Eriyanto, Surdiasis (dalam Sobur, 2004: 162) menuliskan bahwa dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membelah cara-cara atau ideologi media saaat mengkonstruksi fakta. Dengan kata lain framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartwan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut.

Menururt Imawan pada dasarnya framing adalah pendekatan yang digunakan untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Untuk melihat bagaimana cara media memaknai, memahami, dan mengbingkai kasus atau peristiwa yang diberitakan. Sebab media bukanlah cerminan realitas yang memberitakan apa adanya. Namun, media mengkonstruksi realitas sedemikian rupa, ada fakta-fakta yang diangkat ke permukaan, ada kelompok-kelompok yang diangkat dan dijatuhkan, ada berita yang dianggap penting dan tidak penting. Karenanya, berita menjadi manipulatif dan bertujuan untuk mendominasi keberadaan subjek sebagai sesuatu yang legitimate, objektif, alamiah, wajar, atau tak terelakkan (Sobur, 2004: 162).

29

G.J. Aditjondro (dalam Sobur, 2004: 165) mendefenisiskan framing sebagai metode penyajian realitas di mana kebenaran tentang sesuatu kejadian tidak diingkari secra total, mealinkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspektertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang punya konotasi tertentu dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya.

Proses framing merupakan bagian tak terpisahkan dari proses penyutingan yang melibatkan semua pekerja di bagian keredaksian media cetak. Reporter dilapangan menentukan siapa yang di wawancarainya. Redaktur dengan atau tanpa berkonsultasi dengan redaktur pelaksana, mnentukan apakah laporan si reporter akan dimuat atau tidak, dan menentukan judul apa yang akan diberikan. Petugas tatamuka, dengan atau tana berkonsultasi dengan para redaktur tersebut, menetukan apakah teks berita itu perlu diberi aksentauasi foto, karikatur, atau bahkan ilustrasi lain atau tidak, serta foto, karikatur, atau bahkan ilustrasi mana yang dipilih. Bahkan framing tidak hanya melibatkan peakerja-pekerja pers, tapi juga pihak-pihak yang bersengketa dalam kasus-kass tertentu yang masing-masing berusaha menampilkan sisi-sisi infromasi yang ingin ditonjolkannya (Sobur, 2004: 165).

Gamson dan Modigliani menyebut cara pandang itu sebagai kemasan (package) yang mengadung konstruksi makna atas peristiwa yang akan diberitakan. Menurut mereka, frame adalah cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa- peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana.

Tabel 2.1 Dimensi Framing Robert Entman

Seleksi Isu Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam; aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? Dari

30

proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian fakta yang dimasukkan (excluded). Tidak semua adpek atau bagian dari isu yang ditampilkan, wartawan atau gatekeepers memilih aspek tertentu dari isu tersebut.

Penonjolan Aspek Tertentu Dari Isu Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa/isu telah dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.

Kedua dimensi diatas dapat lebih mempertajam framing berita melalui proses seleksi isu yang layak ditampilkan dan penekanan isi beritanya. Perspektif wartawanlah yang akan menentukan fakta yang dipilihnya, ditonjolkannya, dan dibuangnya. Dibalik semua itu, pengambilan keputusan mengenai sisi mana yang ditonjolkan tetu melibatkan nilai dan ideologi para wartawan yang terlibat dalam proses produksi sebuah berita (Sobur, 2004:162-163)

Entman mengkonsepsikan dua dimensi besar tersebut dalam sebuah perangkat framing, yaitu, (Eriyanto, 2002: 186-191):

1. Defining Problems atau Definisi Masalah

Elemen pertama kali dapat kita lihat dalam analisis framing. Elemen ini merupakan master frame atau bingkai paling utama. Di tahapan inilah awal berita dikonstruksi sehingga dalam sebuah berita diteliti apakah yang menjadi pokok masalah terhadap sebuah isu, wacana atau peristiwa yang diliput, diberitakan dan peristiwa dipahami oleh wartawan.

2. Diagnose Causes atau Memperkirakan Sumber Masalah

31

Bagaimana sebuah media membungkus siapakah aktor atau pelaku yang menyebabkan sebuah masalah timbul. Di sini penyebab bisa berarti apa (what), tetapi Universitas Sumatera Utara bisa juga aspek siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula.

3. Make Moral Judgement/Evaluation atau Keputusan Moral

Elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberikan argumen atas pendefinisian masalah yang telah dibuat, ketika masalah dan penyebab masalah telah ditentukan, maka dibutuhkan argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut.

4. Treatment Recommendation atau Menekankan Penyelesaian

Elemen framing yang dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Sebuah pesan moral baik secara eksplisit atau implisit bagaimana seharusnya sebuah masalah atau peristiwa itu diselesaikan, ditanggulangi, diantisipasi dan dihindari.

32

2.7 Kerangka Pemikiran

Berita Peringatan 3 tahun masa kerja pemerintahan Jokowi-JK pada program DUA ARAH di Kompas TV episode “Wajah Politik Jokowi-JK” dan Live Event di Metro TV dengan tema “3 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK”

Analisis Framing Robert N.Entman

Seleksi isu dan penonjolan aspek realitas

Pendefinisian Memperkirakan Membuat Menekankan masalah sumber masalah keputusan moral penyelesaian

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.7 Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secra holistik (utuh). Dengan demikian tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan.

Denzin dan Lincoln (1987) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar belakang alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen (Moleong, 2006: 5).

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan yang lainnya.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan fokus dari penelitian, yaitu apa yang menjadi sasaran untuk diteliti, yang secara konkrit tergambar dalam rumusan masalah penelitian. Objek penelitian ini adalah pemberitaan 4 tahun masa kerja pemerintahan Jokowi-JK pada dalam Program “Sapa Indoneisa Pagi” Kompas TV dan “Selamat Pagi Indonesia” Metro TV.

34

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pelaku maupun orang lain yang memiliki atau menyediakan informasi yang berhubungan dengan apa yang hendak diteliti. Subjek penelitian ini adalah media televisi Kompas TV dan Metro TV. Kedua media massa ini menjadi subjek penelitian dikarenakan kedua media ini memiliki program yang membahas tentang 4 tahun masa kerja Jokowi-JK .

3.4 Kerangka Analisis

Penelitian ini menggunakan kerangka analisis framing model Robert Entman. Model ini menjelaskan bahwa framin adalah proses seleksi isu dan penonjolan pada aspek tertentu. Penonjolan adalah proses membuat berita menjadi lebih bermakna, menarik, dan lebih diingat khalayak. Realitas ditayangkan secara lebih menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas (Eriyanto, 2002: 222).

Framing model Robert Entman menjelaskan bahwa framing media dapat dilihat melalui empat cara yaitu seperti yang sudah tergambar dalam tabel dibawah ini.

Tabel 3.1 Perangkat Analisis Framing Robert Entman

Define Problems (Pendefinisian Bagaimana suatu peristiwa/ isu dilihat? masalah) Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa?

Diagnose Causes (Memperkirakan Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh masalah atau sumber masalah) apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah?

Make Moral Judgement (Membuat Nilai moral apa yang disajikan untuk keputusan moral) menjelaskan masalah? Nilai moral apa

35

yang dipakai untuk melegitimasi atau mendelegetimasi suatu tindakan

Treatment Recommendation Penyelesaian apa yang ditawarkan (Menekankan penyelesaian) untuk mengatasi masalah/ isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah?

Sumber: (Eriyanto, 2002: 223-224)

3.5 Tehnik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Data primer, yaitu analisis teks berita dan gambar berita (video) pemberitaan 3 tahun masa kerja pemerintahan Jokowi-Jk dalam program Sapa Indonesia Pagi di Kompas TV yang ditayangkan pada tanggal 23 oktober 2018 pukul 07.00 WIB dan program Selamat Pagi Indonesia di Metro TV yang ditayangkan pada tanggal 21 oktober 2018 pukul 08.30 WIB.

2. Data sekunder, yaitu berupa studi kepustakaan (library research), yaitu dengan cara mengumpulkan semua data yang berasal dari literatur serta bahan bacaan yang relevan dengan penelitian ini.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan suatu analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti melalui perangkat metodologi tertentu. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yakni sesuai dengan analisis framing model analisis framing Robert Entman. Mulanya data primer berupa dokumen- dokumen berupa tayangan 4 tahun masa pemerintahan Jokowi-JK dari program “Sapa Indonesia Pagi” episode 23 oktober 2018 dan tayangan 4 tahun pemerintahan Jokowi-jk dari program “Selamat Pagi Indonesia” episode 21 oktober 2018 dikumpulkan dengan lengkap. Kemudian tayangan tersebut akan

36 diidentifikasi, dan dianalisis untuk melihat konstruksi tayangan sesuai dengan analsis framing model analisis Robert Entman.

Peneliti akan memusatkan pada penelitian kualitatif dengan metode analisis framing. dalam penelitian ini. Teknik analisisnya akan diuraikan sesuai analisis framing model Entman (Eryanto, 2002: 221-227) sebagai berikut:

a. Define Problem atau defenisi masalah adalah elemen pertama kali dapat kita lihat dalam analisis framing. Di tahapan inilah awal berita di konstruksi

b. Diagonose Causes atau memperkirakan sumber masalah adalah bagaimana sebuah media membungkus siapakah aktor atau pelaku yang menyebabkan sebuah masalah timbul

c. Make a Moral Judgement atau keputusan moral adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberikan argument atas pendefenisian masalah yang telah dibuat.

d. Treatment Recommendation atau menekankan penyelesaian merupakan elemen framing yang dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan.

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1. Gambar Umum Tayangan 4.1.1.1. Kompas TV Program Sapa Indonesia Pagi adalah sebuah acara televisi di Kompas TV yang tayang setiap senin-jumat pukul 07:00-09:00 WIB serta sabtu dan minggu pukul 07:00-08:30 WIB. Terdiri dari beberapa segmen yaitu menayangkan berita utama dengan menghadirkan narasumber secara langsung dari studio, laporan reporter langsung dari lapangan serta info-info menarik yang penting untuk diketahu masyarakat. Acara yang dipandu oleh Timothy Marbun, Glory Rosary Oyong dan Bayu Sutiyono ini mulai mengudara pada tahun 2015.

Eposide spesial 4 tahun masa pemerintahan Jokowi-Jk ditayangkan pada tanggal 23 oktober 2018 dengan topik “kinerja 4 tahun kabinet Jokowi-Jk”. Dibagi menjadi dua sub bagian yaitu “mencermati kinerja 4 tahun jokowi-jk” yang dibawakan oleh presenter Glory Rosary Oyong dengan narasumber peneliti litbang Kompas, Sultani. Berdurasi 13 menit 45 detik, membahas mengenai penurunan kepuasan masyarakat terhadap pemerintahan Jokowi-Jk berdasarkan data Litbang Kompas.

Sedangkan bagian kedua terbagi atas dua segmen dengan judul “menyikapi kinerja 4 tahun kabinet Jokowi-Jk” membahas isu-isu spesifik dan juga pekerjaan rumah bagi presiden dan wakil presiden disisa 1 tahun kabinetnya. Dihadiri oleh politikus Nusyirwan Soejono (PDI-P), Supratman Andi Agtas (ketua DPP partai Gerindra), dan Analisis Politik, Hendri Satrio (kedai kopi).

a. Segmen 1 dengan durasi 13 menit 46 detik

Presenter, Glory Rosary Oyong mepresentasikan data hasil litbang kompas yang menandakan adanya penurunan tingkat kepuasan terhadap pemerintahan Jokowi-Jk dalam kurun 6 bulan terakhir. Pada bulan oktober 2018, sebanyak 34.7% masyarakat mengatakan tidak puas terhadap pemerintahan Jokowi-Jk. Ini

38 mengalami kenaikan dari bulan april 2018 sebanyak 6,9%. Sedangkan masyarakat yang mengatakan puas pada bulan okotber 2018 yaitu 65,3% dan mengalami penurunan dari bulan april 2018 sebanyak 6,9%. Sultani mengatakan bahwa isu ekonomi menjadi hal krusial yang memberi efek pada penurunan tingkat kepuasan ini. Hal-hal yang teradi selama 6 bulan terakhir seperti bencana alam di berbagai daerah membuat fokus pemerintah teralih.

Selain tingkat kepuasan masyarakat yang menurun terhadap pemerintah, hal lain yang dijelaskan adalah citra presiden Jokowi dan wakil presiden Jusuf kalla. Dari periode bulan april 2018 hingga okober 2018, presiden Joko Widodo mengalami persentase citra yang menurun dari 86,8% menjadi 81,9 %. Sedangkan wakil presiden jusuf kalla mengalami kenaikan yang tidak terlalu signifikan yaitu dari 77,4% menjadi 78,1%. Sultani mengatakan bahwa citra itu menunjukkan kepercayaan mayarakat terhadadp individu dari sosok presiden dan wakil presiden. Citra ini adalah penilaian masyarakat terhadap penampilan yang ditunjukkan oleh jokowi dan jusuf kalla di mata msyarakat yang berpengaruh kepada kepercayaan masyarakat kepada tokoh itu.

Survei litbang kompas juga menunjukkan secara spesifik permasalahan mendesak diantaranya keamanan negara memperoleh 19,3%, penanganan konflik sara,intoleransi 15,8% serta pemberantasan teroris, seperatis dan radikal 8%. Sementara dibidang hukum, penuntasan kasus korupsi, hukuman dan pelemahan KPK 46 % serta jaminan penegakan dan ketegasan hukum 11,3 % dan kasus kriminalisasi 8,7 %. Bidang ekonomi ada kestabilan harga sembako 28 %, perluasan lapangan pekerjaan 13 % serta kestabilan harga barang dan jasa 13 %. Bidang kesejahteraan sosial ada berantas kemiskinan 30,5 %, perbaikan sarana dan pelayanan kesehatan gratis 8,3 % dan pendidikan gratis 7,2 %

b. Segmen 2 dengan durasi 16 menit 57 detik

Menanggapi adanya penurunan hasil survei tingakat kepuasan masyarakat ini, Nusyirman Soejono selaku anggota partai pendukung menganggap hal ini biasa-biasa saja. Nusyirman mengatakan puas dan tidak puas sebenarnya dari masyarakat bisa dikatakan kalo mereka sudah merasakan dampak dari

39 pembangunan. Indonesia sangat luas dan pembangunan membutuhkan waktu untuk bisa dirasakan oleh seluruh rakyat indonesia. Jadi kemungkinan ada yang belum merasakan pembangunan itu sehingga adanya ketidakpuasan.

Sedangkan Supratman Andi Agtas selaku oposisi mengatakan bahwa kelompok mereka sudah memprediksi penurunan ini sebelum hasil survei dikeluarkan. Supratman mengatakan bahwa oposisi secara khusus Sandiaga Uno dan turun secara langsung kepada masyarakat dan menanyakan hal-hal yang menjadi kebutuhan dan kendala masyarakat tersebut. Hasilnya yang mereka temukan di masyarakat adalah ekonomi yang terpuruk dan daya beli yang lemah.

Supratman juga menambahkan bahwa pemerintah hanya selalu beralasan faktor eksternal yang menyebabkan ekonomi Indonesia terpuruk padahal pemerintah sendiri yang tidak mampu menyelesaikan persoalan dalam negeri yang menyebabkan harga-harga naik. Masalah yang kedua yang dipersoalkan oposisi adalah dibidang hukum yang ujga mengalami penurunan hasi survei. Supratman mengatakan bahwa hukum di Indonesia seperti tebang pilih dan semakin tajam kebawah dan tumpul keatas.

Tanggapan Hendri Satrio selaku analis politik dari kedai kopi menanggapi berbeda bahwa kelompok petahana perlu mewaspadai hasil survei karena pada umumnya masyarakat Indonesia banyak yang Spiral of silence. Artinya jika masyarakat hanya ditanya puas atau tidak maka mereka akan dengan cepat mengatakan puas. Tetapi jika ditanya lebih mendalam maka kebanyakan dari masyarakat justru akn lebih terbuka seperti mengatakan harga-harga makin mahal. Hal ini perlu menjadi catatan bagi petahanan.

40

Gambar 4.1 Wawancara Presiden Joko Widodo dengan Budiman Tanuredjo (Pinjaman Luar Negeri Harus Produktif)

Pada menit 14, Kompas TV menampilkan cuplikan wawancara eksklusif presiden Joko Widodo dengan pemimpin redaksi Harian Kompas Budiman Tanuredjo membahas mengenai hutang Indonesia yang mengalami kenaikan. Presiden Joko Widodo menjelaskan bahwa hutan kita masih kecil dibanding dengan negara-negara lain bahkan ada yang 220% dari GTP nya. Tapi disamping itu yang paling penting, pinjaman itu harus dipakai untuk hal-hal yang produktif dan juga menghasilkan income. Misalnya membangun airport, pelabuhan dan tol yang tentunya memiliki income, bukan untuk dihambur-hamburkan, bukan untuk subsidi.

Kemudian soal rencana kenaikan BBM yang kemudian dibatalkan, presiden menjawab bahwa rencana itu sudah ada sebulan sebelumnya tetapi ketika waktunya ada data-data baru yang datang pada beliau seperti inflasi dan daya beli yang kemudian kenaikan BBM dibatalkan.

C. Segmen 3 dengan durasi 20 menit 19 detik

Sutpratman menganggapi bahwa presiden mungkin membandingkan hutang indonesia dengan hutang negara-negara lain seperti jepang atau Amerika Serikat makanya persentase hutang mereka jauh lebih tinggi. Tetapi walau persentasi utang negara-negara lain tersebut lebih tinggi, kemampuan APBN

41 mereka jauh lebih memungkinkan untuk membayar utang. Hal ini menjadi catatan sutpratman bagi pernyataan presiden.

Kemudian supratman juga menanggapi penggunaan hutang untuk pembangunan. Suparatman mengatakan bahwa BPK bahkan mengatakan dari sekian ratus triliun ada kemungkinan potensi kerugian negara sebesar 45 triliun dari pelaksanaan pembangunan infrakstruktur. Artinya bangunan-bangunan infrastruktur yang dibangun sekarang bisa berpotensi rusak bahkan sebelum dimanfaatkan. Lalu pemerintah juga harus seleksif untuk memilih mana dan apa yang perlu dibangun. Seperti bangun pelabuhan tetapi infrastruktur jalan belum diperbaiki akhirnya terbengkalai. Ini memunujukkan bahwa pemerintah tidak memiliki perencanaan yang matang yang akhirnya hanya akan membebani APBN.

Menanggapi pernyataan supratman, nusyirman soejono mengatakan bahwa undang-undang sudah mengatur ketentuan defisit yaitu tidak boleh lebih dari 3 %. Hendri satrio sebagai orang yang dianggap mewakili pemikiran masyarakat menggapi bahwa masalah hutang sebenarnya menjadi sepolemik sekarang ini karena dahulu presiden dan wakil presiden berjanji untuk tidak menambah hutang negara. Padahal kita tahu bahwa janji kampanye mereka juga ada untuk membangun tol laut yang tentunya membutuhkan dana yang banyak. Hal-hal seperti ini perlu dicermati untuk kampanye-kampanye kedepan capres dan cawapres untuk membuat janji-janji politik dengan memikirkan realitas yang ada.

Gambar 4.2 Wawancara Presiden Joko Widodo dengan Budiman Tanuredjo (Membangun System E-Budgeting)

42

Pada bagian ini presiden menjawab tentang pemeberantasan korupsi yang mendalam. Dalam hal ini presiden menjelaskan beberapa hal yang dapat mengatasi korupsi di antaranya membangun e-budgeting, menyederhanakan sistem karena sistem yang ruwet dapat menimbukan keinginan untuk membayar lebih supaya urusan cepat selesai.

Menaggapi pernyataan presiden Joko Widodo, Suparatman mengungkapkan kekecewaannya terhadap presiden Jokowi dalam wawancara tersebut. Dirinya menilai pernyataan Presiden seperti bukan presiden yang sudah menjabat melainkan seperti calon presiden yang baru. Hal-hal seperti ingin membangun sistem sudah beliau janjikan pada pilpres 2014 lalu. Suparatman menilai bahwa kepemimpinan Jokowi yang perlu dipertanyakan karena tidak baik dalam mendistribusikan kekuasaan negara ke tangan para pembantu presiden.

Disisi lain hendri satrio menjelaskan repotnya sebagai petahana adalah bagaimana mengkomunikasikan kewajiban sebagai prestasi. Mensejahterakan masyarakat adalah kewajiban presiden dan prestasinya seharusnya adalah harus lebih baik dari tahun sebelumnya. Hendri satrio juga menyoroti kebiasaan masyarakat indonesia yang senang saling lapor kepolisi padahal sebenarnya bisa diselesaikan dengan musyawarah mufakat. Budaya saling lapor dan berita banyaknya kasus membuat masyarakat memiliki pandangan bahwa banyak kasus yang tidak diselesaikan oleh aparat penegak hukum.

4.1.1.2. Metro TV

Selamat Pagi Indonesia adalah sebuah acara gelar wicara yang ditayangkan stasiun televisi Metro TV sejak 1 januari 2016. Program ini ditayangkan setiap senin hingga jumat pukul 08:05-09:30 WIB dan sabtu dan minggu pukul 09:05-10:00 WIB. Acara ini merupakan peleburan dua acara gelar wicara yang pernah ditayangkan oleh Metro TV yaitu 8-11 Show dan Bincang Pagi.

Tayangan khusus 4 tahun pemerintahan Jokowi-JK di Metro TV ditayangkan pada program Selamat Pagi Indonesia dengan dua segmen dengan durasi 25 menit 46 detik. Acara ini diipandu oleh presenter Robert Harianto dan

43

Gina Sara Melati dengan menghadirkan dua narasumber yaitu direktur komunikasi dari Indonesia indikator, Rustika Herlambang dan politisi Partai Nasional Demokrasi, Wanda Hamidah.

a. Segmen 1 dengan durasi 10 menit

Dalam segmen ini dibahas mengenai bagaimana penilaian masyarakat di media sosial atau dunia maya terhadap presiden Jokowi. Melalui direktur komunikasi Indonesia indikator dijelaskan fakta-fakta hasil survei yang dilakukan oleh indonesia indikator terhadap sentimen masyarakat kepada presiden Jokowi dengan periode survei tanggal 21 oktober 2017 hingga 19 oktober 2018. Dalam setahun pengambilan sample ada 18 juta percakapan dari 700 ribu akun manusia mengenai presiden Jokowi. Dari hasil survei yang dilakukan indonesia indikator pada media sosial, Joko Widodo mendapat “rapot” sebesar 7,19 dari angka 10 dengan 2,81% sentimen negatif terhadap presiden Joko Widodo. Dari 18 juta respon terhadap presiden Jokowi, sebanyak 82% nya adalah kaum milenial (umur 18-35 tahun). Selain itu, fakta menarik lainnya dari survei indonesia indikator adalah 39,7 % respon berasal dari kaum perempuan yang biasanya kaum perempuan jika membicarakan politik di media sosial twitter hanya diantara 30% kebawah. Hal ini menunjukkan adanya ketertarikan pemilih perempuan terhadap sosok Joko Widodo.

Disamping hasil survei Indonesia Indikator, isu-isu pemilih perempuan yang melekat pada presiden Jokowi juga disampaikan oleh politisi perempuan dari partai nasional demokrasi yaitu Wanda Hamidah. Pada awalnya, Wanda Hamidah merupakan kader dari Partai Amanat Nasional yang kemudian diberhentikan karena memilih mendukung Jokowi. Alasan lebih memilih jokowi dijelaskannya karena kinerja presiden jokowi kala menjadi Gubernur DKI Jakarta yang menurutnya sangat baik.

Selain itu, fakta bahwa menteri perempuan terbanyak ada pada masa presiden jokowi juga menjadi hal yang patut dilihat. Wanda hamidah menyuarakan kegembiraannya terhadap kinerja menteri perempuan pada masa pemerintahan Jokowi-JK yang dinilainya perform. Namun wanda hamidah juga

44 mengatakan adanya kekhawatiran terhadap keberadaan perempuan di legislatif. Menurutnya ada sedikit penurunan dari 2009 sampai 2014.

b. Segmen 2 dengan durasi 4 menit 56 detik

Di segmen kedua ini, metro TV menyoroti apa saja isu-isu yang menjadi pembicaraan netizen di media sosial. Melalui survei indonesia indokator, ada 10 isu terbesar yang dibicarakan di media sosial diantaranya; tetang pencalonan pada pilpres 2019, infrasruktur, hate speech, gerakan ganti presiden, kedekatan Jokowi dengan ulama, Asian Games, Korupsi, Program Sosial, Diplomasi dan isu Pangan.

Dari kesepuluh isu-isu besar diatas, hate speech menjadi hal yang dikhawatirkan karena menyangkut juga isu intolerasi yang dipercaya dapat memecahbelah persatuan bangsa. Menurut Rustika Herlambang, hate speech yang ditujukan kepada presiden Jokowi cukup banyak dan intensitasnya meningkat. Menurutnya pada biasanya hate speech pada presiden Jokowi hanya sekitar 3% namun mulai meningkat terutama sejak bulan agustus. Sekitar 1 juta percakapan dari 18 juta percakapan di media sosial berisi tentang ucaran kebencian terhadap presiden Jokowi.

Disambung lagi oleh Wanda hamidah bagaimana banyaknya guru yang ternyata mempunyai opini intoleran. Menurutnya ini sangat mengkhawatirkan bagaimana nanti anak bangsa jika mereka dididik oleh guru yang sudah memiliki pemikiran intoleran

4.2. Framing Kompas TV

Framing adalah sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh media. Penyajian tersebut dilakukan dengan menekankan bagian tertentu, menonjolkan aspek tertentu dan membesarkan cara bercerita tertentu dari suatu realitas. Media menghubungkan dan menonjolkan peristiwa sehingga makna dari peristiwa tersebut lebih mudah diingat oleh khalayak (Eriyanto, 2002: 77).

Ada beberapa model pendekatan analisis framing yang dapat digunakan untuk menganalisa teks media, salah satunya model analisis Robert N. Entman yang digunakan dalam penelitian ini. Menurut Robert N. Entman apa yang kita

45 ketahui tentang realitas atau tentang dunia tergantung pada bagaimana kita membingkai dan menafsirkan realitas tersebut. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Framing dijalankan oleh media dengan menseleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita (Eriyanto, 2008: 56).

Untuk mengetahui bagaimana pembingkaian yang dilakukan media, terdapat sebuah perangkat framing yang dikemukakan Entman yang dapat menggambarkan bagaimana sebuah peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh wartawan. Entman membagi perangkat framing ke dalam empat elemen sebagai berikut:

4.2.1. Elemen Define Problem Elemen pertama ini merupakan bingkai utama/master frame yang menekankan bagaimana peristiwa dimaknai secara berbeda oleh wartawan, maka realitas yang terbentuk akan berbeda (Eryanto, 2002: 224). Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa menunjukan bahwa empat tahun pemerintah Jokowi-JK apresiasi publik terhadap pemerintahan dalam kurun waktu enam bulan terakhir menurun jika dibandingkan dengan periode pada enam bulan yang lalu.

Kompas TV melalui program sapa Indonesia pagi membuat Footage skala kepuasan publik terhadap pemerintahan Jokowi-Jk dalam kurun waktu 4 tahun yang menurun dalam periode enam bulan terakhir masa jabatan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Litbang Kompas TV, apresiasi publik terhadap pemerintahan Jokowi-Jk mengalami pasang surut selama 4 tahun masa jabatannya, dan dalam periode enam bulan terakhir, apresiasi masyarakat terhadap pemerintahan Jokowi-Jk juga mengalami penurunan yang cukup signifikan. Kompas TV menggaris bawahi bahwa pemerintah mempunyai PR untuk pengendalian isu agar dapat memulihkan citra pemerintahan di bulan-bulan terakhir masa jabatan. Adapun beberapa gambar-gambar tentang skala kepuasan publik terhadap pemerintahan Jokowi-JK adalah sebagai berikut:

46

Gambar 4.3 Skala Kepuasan Gambar 4.4 Peneliti Litbang Umum Pemerintahan Jokowi JK Kompas TV

“Presenter: Ini adalah data yang dirangkum oleh Litbang Kompas yang menyatakan tidak puas pada bulan Oktober 2018 mencapai 34,7% dan yang menyatakan puas itu juga mengalami penurunan menjadi 65,3%. Nah bagaiman menurut Litbang Kompas? Sultani: Ini memang harus kita kaitkan dengan isu-isu yang berkembang dalam 6 bulan terakhir, kita tahu sendiri bahwa dalam 6 bulan terakhir ini memang negara kita dilanda oleh musibah gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Lombok dan di Palu. Ini memang menuntuk perhatian yang sangat tinggi dari pemerintah.”

Gambar 4.5 Apresisasi Publik Terhadap Gambar 4.6 Skala Kepuasan Secara Umum

Kinerja Pemerintah dilihat dari berbagai Terhadap Pemerintahan Jokowi-JK sektor “Presenter: kita akan lihat lebih detail lagi pada angka-angkanya, kita pada angka-angka ini, dikategorikan dalam politik keamanan, ekonomi, penegakan hukum dan sosial. Nah politik dan keamanan kita lihat datanya dari Januari 2015 hingga Oktober 2018 penurunan ada sekitar 2%, di sisi ekonomi itu tadi yang Anda katakan ada juga di ekonomi, penegakan hukum dan sosial. Mari kita bahas satu-satu, menurut Pak Sultani bagaimana?

47

Sultani: Kalau kita lihat dari keempat bidang ini, memang ekonomi dan hukum itu selalu menjadi isu yang disoroti karena memang kedua isu ini memang sangat erat kaitannya dengan yang pertama itu adalah soal kebutuhan hidup masyarakat yang kedua adalah rasa keadilan. Kalau kita lihat dari hasil enam bulan terakhir, kita lihat ini menunjukkan ekstalasi tingkat kepuasan dibanding bulan Januari 2018, kalau di bidang ekonomi memang ada kenaikan itu berarti selama 4 tahun ini ada upaya dari pemerintah dan itu diperhatikan oleh masyarakat.”

Berdasarkan gambar-gambar dari cuplikan program “Sapa Indonesia Pagi” Kompas TV menghadirkan peneliti dari pihak Litbang Kompas TV untuk memaparkan hasil dari survey yang mereka lakukan tentang apresiasi publik terhadap pemerintahan Jokowi-Jk. Kompas TV memaparkan bahwa apresiasi publiik terhadap kinejra pemerintah mengalami sejumlah pasang surut kenaikan dan penurunan, akan tetapi pada periode enam bulan terakhir masa justru mengalami penurunan. Pada gambar 4.6, dapat dilihat bahwa skala kepuasan masyarakat menurun, pada bulan april 2018, kepuasan masyarakat mencapai angka 72,2% naik dari periode sebelumnya yaitu hanya sebesar 70,8%, akan tetapi pada periode setelahnya, yaitu pada periode Oktober 2018 justru mengalami penurunan yang signifikan yaitu menjadi sebesaer 65,3%. Secara umum Tubuh berita pada pemberitaan diatas cukup rinci karena dihadirkan dengan data oleh pakar yang secara kebenaranya dapat dipertanggung jawabkan. Dalam berita tersebut juga narasumber memberikan pendapat yang cukup imbang walapun secara keseluruhan narasumber memaparkan tentang bagaimana apresiasi publik mengalami penurunan, akan tetapi narasumber juga memperinci sektor-sektor mana saja yang mengalami kenaikan dan penurunan. Narasumber juga mengatakan bahwa walaupun grafik mengalami penurunan akan tetapi kepercayaan masyarakat tetap tinggi.

Adanya berita empat tahun pemerintahan Jokowi-JK dalam program “sapa Indonesia pagi” memberikan kesan bahwa apresiasi publik mengalami penurunan terhadap kinerja pemerintah. Pemberitaan di program “sapa Indonesia pagi” tidak memihak pada pemerintah ataupun pihak oposisi, karena walaupun memaparkan hasil survei bahwa apresiasi masyarakat menurun, narasumber juga memaparkan sisi positif pemerintahan Jokowi-Jk.

48

4.2.2. Elemen Diagnose Causes

Konsep framing oleh Entman untuk menggambarkan proses seleksi dan penonjolan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing memberi tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang dianggap penting atau ditonjolkan oleh pembuat teks. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar, yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek- aspek tertentu dari realitas atau isu (Eryanto, 2002: 225). Dalam prakteknya framing dijalankan oleh media dengan menseleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain. Serta menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai stategi wacana, misalnya isu ditempatkan pada headline depan, pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, dan pemakaian label tertentu dan lain sebagainya.

Diagnose Causes atau Memperkirakan Sumber Masalah adala Bagaimana sebuah media membungkus siapakah aktor atau pelaku yang menyebabkan sebuah masalah timbul. Di sini penyebab bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga aspek siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula. Dengan kata lain, pendefinisian sumber masalah ini menjelaskan siapa yang dianggap sebagai pelaku dan siapa yang menjadi korban dalam kasus tersebut (Eriyanto, 2008: 90).

Elemen framing yang dipakai untuk membenarkan/memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Setelah masalah didefinisikan dan penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan denga sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak. Diagnose causes (memperkirakan masalah atau sumber masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari peristiwa (Eriyanto, 2008: 95).

Secara umum, hasil penelitian terhadap pemberitaan kinerja kebinet Jokowi-Jk menunjukkan bahwa sumber permasalahan (diagnoses causes) adalah

49 disebabkan oleh banyaknya berbagai isu yang beredar di masyarakat yang tidak bisa diatasi oleh pemerintah. Dari skala apresiasi publik terlihat bagaimana kepercayaan masyarakat naik turun, setelah memaparkan secara umum skala kepuasan masyarakat, pihak Kompas TV memaparkan apa saja pokok permasalahan yang menyebabkan apresiasi masyarakat menjadi turun. Seperti yang terlihat dari gambar 4.7 di bawah terdapat perincian permasalahan yang mendesak yang harus diselesaikan oleh pemerintah yaitu pada bidang politik dan keamanan, hukum, ekonomi, dan kesejahteraan sosial. Di gambar ini kompas TV menyajikan berita yang dibingkai dalam permasalahan serta yang isu yang beredar dan tidak dapat diatasi pemerintah.

Gambar 4.7 Permasalahan Mendesak Pemerintah

“Presenter: Nah data ini lebih spesifik lagi di sektor-sektor permasalahan mendesak yang harus segera ditangani oleh pemerintah. Di bagian keamanan negara menjadi poin yang paling tinggi, kemudian di bidang hukum ada penuntasan kasus korupsi, hukum dan pelemahan KPK yang

50

harus mendapatkan sorotan tinggi, jika kita lihat dari data ini apa yang harus dipenuhi melihat bahwa masih ada satu tahun lagi periode pemerintahan Jokowi-JK. Sultani: Ini semacam peringatan atau alarm dari publik kepada pemerintah terkait dengan keempat bidang ini jadi dari hasil survey yang kita lakukan untuk periode-periode sebelumnya, faktor-faktor ini bidang politik dan keamanan ada tiga indikasi ada tiga elem yaitu yang terkait dengan keamanan negara, penanganan konflik sara, dan juga pemberantasan teroris, separatis, radikal.”

Berdasarkan gambar-gambar dari cuplikan program “sapa Indonesia pagi” di atas, Kompas TV menjelaskan bahwa permasalahan di bidang politik dan keamanan menjadi bidang yang paling mendesak untuk segera diatasi, terdapat tiga indikasi yang harus segera dilakukan oleh pemerintah. Berdasarkan pemaparan pihak Litbang Kompas TV, sepanjang tahun 2018 terdapat banyak isu- isu beredar di masyarakat yang sangat meresahkan masyarakat, isu-isu tersebut terkait dengan keamanan negara, isu tentang agama dan yang berkaitan dengan SARA dan banyak isu tentang pemberantasan teroris dan separatis radikal. Dalam bidang hukum, isu korupsi menjadi sorotan masyarakat. Sehingga menjadi catatan publik bahwa isu-isu spesifik kelemahan hukum, pelemahan kpk dan ketagasan hukum harus segera diatasi. Permasalahan di bidang ekonomi berpusat pada kestabilan harga sembako yang selama ini menjadi masalah inti di masyarakat. Di bidang sosial, berdasarkan paparan Litbang Kompas TV, kemiskinan masih menjadi permasalahan inti yang belum bisa diatasi oleh pemerintah

Gambar 4.8 Narasumber seimbang dari berbagai pihak

51

“Narasumber: Sebagai petahanan itu salah satu tantang yang harus dijawab itu bagaimana mengkomunikasikan kewajiban menjadi prestasi salah satu contohnya itu kasus Novel, jika Pak Jokowi bisa menuntaskan kasus Novel itu tidak akan meningkatkan elektabilitas, karena apa karena masyarakat menganggap itu kewajiban dan harus dituntaskan tapi jika tidak dituntaskan maka akan menggerus elektoral, karena dianggap tidak bisa menuntaskan kewajiban, tapi bukan prestasi, repotnya lagi di ekonomi dan di hukum itu masyarakat melihat ke sana, mensejahterahkan, itu memang kewajiban presiden. Dan ada beberapa kasus yang kelihatannya tidak ada upaya-upaya apa-apa dari pemerintah, itu akan menjadi hal-hal yang bisa menghambat prestasi pak Jokowi di bidang hukum.”

Setelah menjelaskan dan memaparkan hasil survei yang dilakukan oleh Litbang Kompas TV, di acara “Sapa Indonesia Pagi” dihadirkan berbagai pihak untuk membahas hasil survey tersebut. “Sapa Indonesia Pagi” menghadirkan narasumber dari berbagai macam kubu, dari kubu petahana yaitu kubu Jokowi-Jk dan juga kubu penantang yaitu Prabowo-Sandi, serta pihak netral seorang Analis Politik. Dalam berita tersebut narasumber memberikan pendapat yang cukup imbang. Kubu Jokowi-Jk beranggapan bahwa skala Litbang Kompas TV yang menggambarkan penurunan apresiasi masyarakat bukanlah hasil yang sesungguhnya di masyarakat karena angka tersebut relatif kecil dan dari segi ekonomi dan industri, hasil kerja pemerintah tidak akan dengan cepat kentara, baru setelah beberapa saat kinerja pemerintah dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Sedangkan kubu Prabowo-Sandi beranggapan bahwa penurunan disebabkan oleh gagalnya pemerintah dalam menangani segala permasalahan di masyarakat. Adanya berita empat tahun pemerintahan Jokowi-JK dalam program “sapa Indonesia pagi” memberikan kesan bahwa apresiasi publik mengalami penurunan terhadap kinerja pemerintah. Pemberitaan di program “sapa Indonesia pagi” tidak memihak pada pemerintah ataupun pihak oposisi, karena walaupun memaparkan hasil survey pihak Kompas TV mengundang berbagai macam pihak mulai dari pihak pemerinta, pihak oposisi, maupun pihak netral. 4.2.3. Elemen Make Moral Judgement Elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberikan argumen atas pendefinisian masalah yang telah dibuat, ketika masalah dan

52 penyebab masalah telah ditentukan, maka dibutuhkan argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Make moral judgment (membuat keputusan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat (Eryanto, 2002: 226). Elemen Moral Judgement dalam berita di Kompas TV menunjukkan bahwa masyarakat telah beranggapan negatif terhadap pemerintah pada beberapa bulan terakhir. Sebagaimana telah diuraiakan sebelumnya bahwa Kompas TV memang tidak secara ekspelisit menilai bahwa kinerja Jokowi-Jk buruk, akan tetapi Kompas TV tetap menampilkan citra negatif karena menampilkan bahwa apresiasi masyarakat pada pemerintahan Jokow-Jk berujung negatif.

Gambar 4.9 Kegagalan pemerintah soal hutang Indonesia

“Presenter: Bang Hendri sebentar saja ini, untuk masalah ekonomi ini bagaimana kemudian dari awal pernyataan Presiden, bagaimana persepsi masyarakat tentang ekonomi? Hendri: Kenapa kemudian polemik hutang ini menjadi besar? Karena saya juga setuju sebenernya kalau tidak ada uang ya memang harus hutang, tapi kan ada janji dari Pak Presiden ketika awal mau menjabat bahwa tidak akan menambah hutang negara. Padahal waktu itu kita semua juga mengerti bahwa dia berjanji akan membangun Tol Laut..”

Dalam berita diatas memberikan informasi bahwa pemerintah telah melakukan hal positif dengan melakukan banyak pembangunan, akan tetapi pembangungan tersebut didasarkan pada hutang, walaupun memang pembangunan tidak bisa dilakukan tanpa berhutang pada negara lain, masyarakat

53 sudah termakan janji presiden dulu bahwa presiden akan melakukan banyak pembangunan termasuk membangun tol di bahwa laut dan tidak akan menambah utang negara, sehingga banyak masyarakat yang kecewa dan memberikan apresiasi yang negatif karena pemerintah telah banyak berhutang pada negara lain. Analisis politik yang dihadirkan oleh pihak Kompas TV memaparkan bahwa memang pemerintah melakukan hal baik dengan adanya pembangunan yang masif, akan tetapi seharusnya dulu sebelum menjabat memperhatikan kenyataan dan kondisi negara dan tidak berjanji tidak akan berhutang, karena faktanya memang pembangunan tidak bisa dilakukan tanpa berhutang. Melalui berita tersebut Kompas TV telah berhasil membangun brand image kepada masyarakat Jokowi-Jk telah selama berjabat 4 tahun banyak mengalami penurunan dalam kinerjanya. 4.2.4. Elemen Treatment Recommendation Treatment recommendation (menekankan penyelesaian), elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan, jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah, dan penyelesaian itu tergantung kepada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah (Eriyanto, 2008: 78). Sebagaimana telah diuraiakan sebelumnya bahwa Kompas TV mendefinisikan bahwa secara keseluruhan, apresiasi masyarakat terhadap pemerintahan menurun. Treatment Recommendation dalam berita Kompas TV terkait 4 tahun Jokowi-Jk adalah untuk kedepannya, pemerintah harus pandai mengkomunikasikan visi dan misinya supaya tidak ada salah paham dalam masyarakat. Banyak permasalahan di Indonesia yang membuat masyarakat kurang percaya pada pemerintah. Sepanjang 2018, banyak sekali isu negatif yang menyerang pemerintah, mulai dari isu terkait intoleransi dan lain sebagainya yang membuat kepercayaan masyarakat melemah.

54

Gambar 4.10 Langkah untuk menyikapi rendahnya apresiasi masyarakat “Narasumber: Maksud saya memang ini pelajaran penting tentang komunikasi politik, bagaimana kampanye harus disesuaikan dengan keadaan. Kalau dulu itu tidak ada janji, mungkin sekarang ini hutang tidak akan menjadi polemik besar seperti sekarang ini”

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti Treatment recommendation menunjukan bahwa Kompas TV memberikan informasi bahwa dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah mengalami penurunan apresiasi dari masyarakat dikarenakan kesalah awal pemerintah, di awal masa jabatan terlalu banyak janji yang tidak terpenuhi dan salah dalam hal komunikasi sehingga harus diperhatikan kedepannya cara yang lebih tepat untuk berkomunikasi dengan masyarakat agar masyarakat tidak mudah termakan isu. Tabel 4.1 Frame Tayangan Kompas TV Komponen Framing Pernyataan

Definition Problem Empat tahun pemerintah Jokowi-JK apresiasi publik terhadap pemerintahan dalam kurun waktu enam bulan terakhir menurun jika dibandingkan dengan periode pada enam bulan yang lalu.

Diagnose Causes Banyaknya berbagai isu yang beredar di masyarakat yang tidak bisa diatasi oleh pemerintah

Make Moral Judgement Masyarakat telah beranggapan negatif

55

terhadap pemerintah pada beberapa bulan terakhir

Treatment Recommendation Pemerintah harus pandai mengkomunikasikan visi dan misinya supaya tidak ada salah paham dalam masyarakat dan masyarakat tidak mudah termakan isu.

4.3. Framing Metro TV Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literature ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek- aspek khusus sebuah berita oleh media. Dalam ranah studi komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis fenomena atau aktivitas komunikasi. Analisis framing digunakan unutk membedah cara-cara atau ideologimedia saat mengkonstruksikan fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan tautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk mengiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Robert N. Entman adalah salah satu ahli yang meletakkan dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi isi media, framing digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media Menurut Entman dalam buku Eriyanto, framing dilihat dalam dua dimensi besar, yaitu: “Seleksi isu dan penonjolan aspek. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti atau lebih diingat khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas 4. Entman mengatakan bahwa framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita (Eriyanto, 2008: 69). Berdasarkan konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk kepada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana

56 untuk menekankan kerangka berpikir terhadap peristiwa yang diwacanakan. Entman menggambarkan proses seleksi isu dan penonjolan aspke-aspek dari realitas kedalam sebuah tabel, berikut adalah tabel yang menjelaskan mengenai penyeleksian isu dan penonjolan aspek realitas. Berdasarkan perangkat analisis yang dikemukakan oleh Entman, maka Metro TV dalam membingkai berita 4 tahun masa kerja pemerintahan Jokowi-JK dalam program “Selamat Pagi Indonesia” dapat diuraikan secara berturutturut sebagai berikut: 4.3.1 Elemen Define Problem Define Problems (Pendefinisan masalah) adalah elemen pertama yang dapat dilihat mengenai framing, elemen ini merupakan master frame atau bingkai yang paling utama dan menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan (Eriyanto, 2008: 99). Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa menunjukan bahwa empat tehun pemerintah Jokowi-JK mendapatkan apresiasi yang tinggi dari berbagai macam pihak atas capaian yang telah didapatkan selama memerintah. Metro TV melalui program selamat pagi Indonesia membuat Footage ekspresi keberhasilan dalam empat tahun pemerintah Jokowi-JK sehingga dapat memberikan kepercayaan dan menimbullkan dukungan masyarakat luas terhadap Jokowi-Jk sebagai pemerintah yang berhasil melakukan berbagai macam program kerja yang dapat dinikmati oleh rakyat Indonesia. Adapun keberhasilan empat tahun Jokowi-JK memerintah dapat dilihat pada news footage Presiden Pilihan Kita pada pada tanggal 22 Oktober 2018 09:04 WIB. Pada tanggal 20 Oktober lalu pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla genap berusia 4 tahun. Berbagai program dan kejutan telah dilakukan untuk menggenjot perekonomian. Dari mega proyek listrik, program infrastruktur hingga gerbang lintas batas negara. Adapun beberapa gamabra tentang empat tahun pemerintahan Jokowi-JK adalah sebagai berikut:

57

Gambar 4. 11 Isu besar selama masa pemerintahan Jokowi-JK

Berdasarkan gambar-gambar dari cuplikan program “selamat pagi Indonesia” Metro TV menunjukan bahwa dalam menilai empat tahun pemerintahan Jokowi-JK dengan 2 narasumber yang pertama gender komunikasi Indonesia educater Mustika herlambang dan politisi partai nasdem wanda hamidah menjelaskan bahwa terdapat 10 Isu besar dalam pemerintahan Jokowi- JK. Adapun Isu-isu yang paling banyak dibahas adalah infrastruktur dan program- program sosial masuk dalam 10 isu terbesar yang banyak dibicarakan oleh netizen. Isu terbesar yang menempati peringkat pertama adalah tentang pilpres karena memang tahun politik. Kedua adalah program infrastruktu komentar netizen dalam media sosial secara positif lebih banyak dibandingkan yang negatif. Selanjutnya pada indikator hate speech menuruh selama 3 tahun terakhir rata-rata

58

3%. Isu keempat adalah 2019 ganti presiden yang ditunjukan kepad Jokowi. Pada isu besar kelima adalah peringatan hari santri yang memberikan gambatan kdekatan Jokowi dengan para ulama dan santri yang banyak dibicarakan oleh netizen. Dalam sesi akhir berita menjelaskan bahwa presiden Jokowi juga memberikan himbauan agar masyarakat lebih cerdas dalam menerima berita sehigga tidak terkena kabar hoax dan berharap agar pilpre pada tahun 2019 dapat berjalan dengna lancar. Dalam berita tersebut kedua narasumber memberikan pendapat yang cukup imbang artinya kesuksesan program yang dilakukan oleh Jokowi dikatakan baik dan yang tidak baik diberikan komentar salah satunya adalah tentang fenomena dalam dunia pendidikan. Akan tetapi kekurangan yang ada dalam berita adalah tidak menyebutkan beberapa kekurangan dari Pemerintahan Jokowi-JK yang perlu untuk diperbaiki atau belum berjalan dengan maksimal. Adanya berita empat tahun pemerintahan Jokowi-JK dalam program selamat pagi Indonesia memberikan kesan berita tentang empat tahun pemerinaah Jokowi-Jk terkait dengan keberhasilan dan kekurangan kurang berimbag sehingga menimbulkan banyak anggapan bahwa Metro TV tidak menjadi media televisi yang netral.

4.3.2 Elemen Diagnose Causes Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah) merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa, penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga siapa (who) (Eriyanto, 2008: 94). Hasil analisis bingkai elemen ini menujukkan bahwa Metro TV menunjukkan secara tegas bahwa pemerintahan Jokowi-JK berhasil mengembangkan negara denagn berbagai macam pencapaian yang belum ada pada pemerintah sebelumnya misalnya pembangunan infrastruktur yang merata, penurunan angka penganguram, penurunan angka kemiskinan, dan pencapaian pada sektor Energi serta menurunkan angka kematian pada perempuan yang melahirkan dan pada anak. Dalam acara “Selamat Pagi Indonesia” salah satu narasumber menyebutkan bahwa era pemerintahan Jokowi telah berhasil melaksanakan

59 pemerataan pendidikan dan kesehatan. Menurut narasumber hal tersebut ditandai dengan adanya BPJS kesehatan dan juga BPJS ketenagakerjaan. Sementara program ini pada era kepemimpinan sebelumnya belum pernah ada. Namun justru di era pemerintahan Jokowi hal ini terlaksana. Informasi tersebut sebagaimana diungkapkan oleh narasumber sebagai berikut: “saya sangat senang bahwa apa yang kami perjuangkan mengenai pemerataan pendidikan dan kesehatan itu terjadi di tahun 2014.”

Gambar 4.12 Pemerataan Pendidikan dan Kesehatan di Era Jokowi

Informasi yang disajikan dalam berita tersebut cukup jelas tercermin bahwa media Metro TV berusaha membangun citra bahwa Jokowi berhasil mewujudkan salah satu programnya yaitu berupa pemerataan kesehatan dan pendidikan dengan adanya BPJS di era pemerintahan Jokowi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Metro TV membingkai informasi mengenai Jokowi dengan muatan positif. Informasi disajikan dengan menunjukkan prestasi-prestasi yang telah dicapai oleh Jokowi. Prestasi yang di tunjukkan oleh Jokowi dan JK ini tidak hanya mengenai pemerataan pendidikan dan kesehatan pada saat Jokowi dan JK memimpin, hal ini juga ditunjukkan banyaknya mentri-mentri perempuan yang paling banyak dari pada pemimpin sebelumnya, hal ini juga di banggakan dan di jadikan prestasi bagi salah satu narasumber tersebut beliau menyatakan bahwa:

60

“hmm saya happy ya terus terang dengan kinerja-kinerja perempuan di era pak jokowi ini yang dimana adanya bu susi, ibu retno, dan bu suti serta bu suliani” Melalui berita ini juga, Metro TV secara tidak langsung membangun image bahwa Jokowi merupakan satu-satunya presiden yang berhasil dan berani untuk menghadapi berbagai macam masalah yang dapat ditimbulkan akibat perebuatan blok migas dan kepemilikan 51%saham freeport. Hal tersebt juga akan menjadi pandangan positif bagi masyarakat untuk menentukan kembali bahwa pemerintah Jokowi layak untuk melanjutkan pemerintahnya pada periode kedua.

4.3.3 Elemen Make Moral Judgemen Make moral judgment (membuat keputusan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat (Eriyanto, 2008: 85). Sebagaimana telah diuraiakan sebelumnya bahwa Metro TV menilai, Jokowi-JK dianggap sebagai representasi yang positif untuk menjadi pemimpin bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dalam paparan wawancara yang secara garis besar menyebutkan bahwa presiden Jokowi mendapat dukungan sebanyak 82% dari kaum milenial.

Gambar 4.14 Rapor Jokowi

Berdasarkan berita di atas memberikan informasi bahwa Jokowi mendapatkan rapor dengan nilai yang cukup tinggi yaitu 7,19. Angka ini termasuk cukup tinggi dar rentang satu hingga sepuluh. Rapor ini didapatkan dari sentimen masyarakat di media sosial. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh narasumber dalam wawancara sebagai berikut:

61

“...di media sosial rapornya kalau kita lihat dari sisi sentimen, rapor Pak Jokowi yaitu 7,19 dari rentang 10. apa yang di menyebabkan tidak mencapai 100 karena adanya sentimen yang negatif.”

Hal tersebut dipahami bahwa Jokowi memperoleh cukup banyak sentimen positif, sementara tetap ada sentimen negatif sebanyak 21,9% berdasarkan berita di atas. Selanjutnya berita di atas menginformasikan bahwa sebanyak 82% responden yang memberikan sentimen positif tersebut sehingga Jokowi bisa memperoleh rapor setinggi itu adalah kaum milenial. Berarti dapat dipahami bahwa Jokowi mampu meraih dukungan yang banyak dari kaum milenial. Jokowi telah berhasil mendapatkan dukungan dan respon positif di pasar milenial. Dan tidak hanya pada kaum milenial saja akan tetapi pada kaum perempuan juga menjadi hal yang sangat tinggi di saaat era pak Joko dimana netizen kaum perempuan ini mencapai 3,97%. Hal ini juga di rasakan oleh salah satu narasumber, dimana ia menyatakan bahwa: “hmmm... susah untuk di bandingkan dengan yang lainnya, karena calon yang lain belum ada treet recor yang sudah dilakukan atau belum dilakukan.” Potensi dan prestasi yang dirasakan oleh kaum masyarakat lebih cendurung di rasakan oleh kaum perempuan pada saat di era Jokowi tersebut.

4.3.4 Treatment recommendation Treatment recommendation (menekankan penyelesaian), elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan, jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah, dan penyelesaian itu tergantung kepada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah (Eriyanto, 2008: 87). Sebagaimana telah diuraiakan sebelumnya bahwa Metro TV mendefinisikan bahwa banyak kalangan yang mendukung Jokowi-Jk, Hal tersebut dikarenakan Jokowi-JK sosok yang bekerja nyata dengan berbagai macam pretasi yang telah dicapai, pemimpin visoner dengan berbaga amcam program yang ditawarkan, pemimin sederhana yang bersa dari rakyat dan dekat dengan masyarakat, maka elemen solusi yang tepat yang direkomendasikan oleh Metro TV terus meningkatkan berita-berita terkait dengan capaian atau prestasi pemerintahan Jokowi agar masyarakat memiliki keyakinan penuh untuk terus memperjuangkan Jokowi-Ma’ruf Amin dua periode. Hal ini sebagaimana yang

62 dinyatakan oleh salah satu narasumber pada acara “selamat pagi Indonesia” sebagai berikut: “angka kematian ibu ketika melahirkan turun, angka kematian bayi menurun, sementara pelayanan kesehatan atau medis meningkat, ini yang meyakinkan saya bahwa pak Jokowi harus didukung lagi untuk meneruskan program-program ini, apalagi ditambah dengan infrastruktur- infrastruktur yang tentunya tidak hanya untuk pariwisata namun juga berkaitan dengan angka kematian ibu melahirkan karena tidak ada transportasi yang bisa membawa kepada pertolongan medis”

Berdasarkan berita yang disajikan dalam acara tersebut dapat disimpulkan bahwa media Metro TV membingkai berita mengenai Jokowi dengan muatan- muatan yang berupa dukungan agar Jokowi dengan menonjolkan kinerja nyata yang dilakukan Jokowi. Hal ini jelas terlihat tendensi dukungan dari Metro TV kepada Jokowi karena dengan terbuka menyampaikan alasan mengapa Jokowi harus didukung untuk melanjutkan program-program yang telah dicanangkan pada era kepemerintahannya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti Treatment recommendation menunjukan bahwa Metro TV memberikan informasi bahwa dukungan Jokowi selama dua periode oleh berbagai pihak dikarenakan pretasi dan capaian kerja yang selama 4 tahun ini telah berhasil didapatkan. Metro TV memberikan kesan bahwa kepimpinan Jokowi mendapatkan sambutan dari berbagai macam lapisan masyarakat. Dengan demikian keperceyaan masyarakat akan Jokowi akan semakin baik dikalangan masyarakat khususnya dengan banyaknya dukungan-dukungan yang ada.

Tabel 4.1 Frame Tayangan Metro TV Komponen Framing Pernyataan

Definition Problem Banyak prestasi atau kerja nyata yang dilakukan selama 4 thaun kepemimpinan Jokowi

Diagnose Causes Jokowi sosok yang ideal, berhasil dan memiliki capaian pretasi kerja nyata,

63

sederhana dan dekat dengan masyarakat

Make Moral Judgement Jokowi dianggap sebagai representasi yang positif untuk menjadi pemimpin bagi masyarakat Indonesia

Treatment Recommendation Partisipasi masyarakat yang tinggi dalam memperjuangkan Jokowi menjadi presiden dua periode

64

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa Kompas TV tidak condong mendukung atau mengangap negatif pemerintah dan cenderung berada di posisi netral. Definition problem dalam pemberitaan Kompas TV yaitu bahwa Empat tahun pemerintah Jokowi-JK apresiasi publik terhadap pemerintahan dalam kurun waktu enam bulan terakhir menurun jika dibandingkan dengan periode pada enam bulan yang lalu. Diagnose Causes dalam pemberitaan di Kompas TV adalah Banyaknya berbagai isu yang beredar di masyarakat yang tidak bisa diatasi oleh pemerintah. Elemen Make Moral Judgement dalam pemberitaan Kompas TV adalah bahwa masyarakat telah beranggapan negatif terhadap pemerintah pada beberapa bulan terakhir Sedangkan Treatment Recommendation yang diberikan oleh Kompas TV adalah Pemerintah harus pandai mengkomunikasikan visi dan misinya supaya tidak ada salah paham dalam masyarakat dan masyarakat tidak mudah termakan isu. Sebagai sebuah media, Metro TV cenderung untuk mendukung pemerintahan Jokowi-Jk. Definition Problem dalam pemberitaan Metro TV yaitu bahwa banyak prestasi atau kerja nyata yang dilakukan selama 4 thaun kepemimpinan Jokowi. Diagnose Causes dalam pemberitaan Metro TV adalah bahwa Jokowi sosok yang ideal, berhasil dan memiliki capaian pretasi kerja nyata, sederhana dan dekat dengan masyarakat. Elemen Make Moral Judgement dalam pemberitaan Metro TV adalah bahwa Jokowi dianggap sebagai representasi yang positif untuk menjadi pemimpin bagi masyarakat Indonesia. Treatment Recommendation dalam pemberitaan Metro TV adalah bahwa partisipasi masyarakat yang tinggi dalam memperjuangkan Jokowi menjadi presiden dua periode. 5.2. Saran 1. Secara akademis, diharapkan kepada mahasiswa khususnya dalam bidang imu komunikasiagar dapat melanjutkan penelitian yang sejenis dengan sudut pandang yang berbeda, sehingga akan ada banyak referensi penelitian yang

65

dapat memeberi sumbangsih terhadap kajian teoritis dan khususnya di bidang jurnalistik terkhusus analisis framing terhadap tayangan televisi.

2. Secara praktis, diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat agar dapat memberikan pemahaman terkait framing yang terdapat dalam sebuah tayangan sehingga khalayak dapat dengan cerdas dan kritis dalam menerima pesan yang disampaikan dari suatu media terkhusus media televisi.

66

DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, A. Y dan Savitri. (2015). Propaganda Media: Teori Dan Studi Kasus Aktual.Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media

Bulaeng, A. (2004). Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta

Bungin, B. (2006). Sosiologi Komunikasi: Teori, paradigm, dan diskursus teknologi komunikasi di masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

. (2008). Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Cangara, H. (2002). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada

. (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada

(2016). Komunikasi Politik: Konsep, Teori & Strategi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Effendy, O. (1990). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosda karya

Eriyanto. (2001). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS

.(2002). Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media.Yogyakarta: LkiS

.(2008). Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Cetakan IV. Yogyakarta: LkiS

Hamad, I. (2004). Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis Terhadap Berita-Berita Politik. Jakarta: Granit

67

Kpi.go.id. (2015). Pemberitaan Tidak Netral, KPI Pusat Tegur Metro TV dan TV One. Situs: http://kpi.go.id/index.php/id/lihat-terkini/38-dalam- negeri/32106-pemberitaan-tidak-netral-kpi-pusat-tegur-metro-tv-dan-tv- one. Diakses pada 22 Februari 2018, pukul 16.54 WIB

Kemdikbud.go.id. (2018). Situs: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/televisi. Diakses pada 25 Maret 2018, pukul 13.04 WIB

Kompas.com. (2015). Dinilai KPI Melanggar Metro.TV dan TV.One Diberi Teguran Keras oleh Menkominfo. Situs: https://nasional.kompas.com/read/2014/07/21/17142221/Dinilai.KPI.Mel anggar.Metro.TV.dan.TV.One.Diberi.Teguran.Keras.oleh.Menkominfo. Diakses pada 19 Maret 2018, pukul 23.30 WIB

Kompas.com. (2015). Ini 7 Catatatn Demokrat Untuk Satu Tahun Pemerintahan Jokowi-JK. Situs: https://nasional.kompas.com/read/2015/10/22/22565171/Ini.7.Catatan.De mokrat.untuk.Satu.Tahun.Pemerintahan.Jokowi-JK. Diakses pada 19 Maret, pukul 23.00 WIB

Mcquail, D. (1987). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika

(2009). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika

(2011). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika

Moleong, L.J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi Revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Morissan, M.A. (2008). Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta: Kencana prenada media group

. . (2008). Manajemen Mdia penyiaran: Strategi mengelola radio & Televisi. Jakarta: Kencana prenada media group

Nimmo, D. (1993). Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media (terj.). Bandung: Remaja Rosdakarya

68

Nurudin. (2003). Komunikasi Massa. Malang: CESPUR

Santana, K. S. (2005). Jurnalisme Kontemporer. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Sobur, A. (2004). Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Semiotika, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya

Soyomukti, N. (2013). Komunkasi politik: kudeta politik media, analisa komunikasi rakyat & penguasa. Malang: Intrans Publishing

Tirto.id. (2018). 8 Konglomerat Media di Indonesia via Jalur Media TV & Cetak. Situs:https://tirto.id/8-konglomerat-media-di-indonesia-via-jalur-media- tv-cetak-cEv7. Diakses pada tanggal 17 Mei pukul 19.00 WIB

69