<<

Vol. 21 No. 2, Agustus 2020: 73-84

Konsep Musikal Instrumen dalam Kebyar

I Putu Danika Pryatna1 dan Hendra Santosa 1Program Studi Seni Pascasarjana, Institut Seni Denpasar 2Program Studi Seni Karawitan, Institut Seni Indonesia Denpasar

ABSTRACT Musical Concept of Kendang Instrument in . Holding a Balinese tamer role in a barong gamelan kebyar was not as simple as it seems. Being a controller in a gamelan gong kebyar in Bali, must have a soul of leadership so that a school can show a good performance. Not all Balinese people have such a soul because not all Balinese performers are diligent in training themselves to have useful musical techniques and sensitivity. The researcher wants to know the concept of a person in charge of leading a gamelan gong kebyar in Bali. This research uses the descriptive qualitative method, which uses observation, interviews, literature studies, and documentation techniques. The results found in this study are the musical concept of a Balinese tamer in leading a Balinese gong kebyar of gamelan performance. This musicality concept includes playing the drum, adjusting the dynamics of the song, adjusting the tempo, and starting the gending and ending the gending. In practice, musicality is implemented through body language, drum patterns, and loud sounds. The idea of musicality is fundamental owned by a Balinese performer, so that performance becomes better and neater to amaze the audience. Keywords: concept; musicality; Balinese drummers

ABSTRAK Memegang peranan sebagai seorang pengendang Bali di dalam sebuah barungan gamelan gong kebyar, ternyata tidak sesederhana yang terlihat. Menjadi seorang pengendang di dalam sebuah sekeha gamelan gong kebyar Bali, harus memiliki jiwa kepemimpinan, agar sebuah sekeha dapat menampilkan pertunjukan yang bagus. Tidak semua pengendang Bali memiliki jiwa seperti itu, itu dikarenakan tidak semua pengendang tekun dalam melatih dirinya agar memiliki teknik dan kepekaan musikal yang baik. Peneliti ingin mengetahui konsep seorang pengendang yang ada di dalam memimpin sebuah sekeha gamelan gong kebyar Bali. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif,yang dalam implementasinya menggunakan teknik observasi, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi. Hasil yang ditemukan di dalam penelitian ini adalah konsep musikalitas seorang pengendang Bali di dalam memimpin sebuah pertunjukan gamelan gong kebyar Bali. Konsep musikalitas ini meliputi teknik bermain kendang, mengatur dinamika lagu, mengatur tempo, memulai gending dan mengakhiri gending. Dalam praktikalnya konsep musikalitas ini di implementasikan melalui bahasa tubuh, pola kendang dan keras lirihnya suara kendang. Konsep musikalitas ini sangat penting dimiliki oleh seorang pengendang Bali, agar sebuah pertunjukan menjadi lebih bagus dan rapi, sehingga dapat memukau penonton. Kata kunci: konsep; musikalitas; pengendang Bali

Pendahuluan sedang dinikmatinya. Hal ini terjadi karena musik adalah sebuah peristiwa yang mengalir begitu Jika mendengarkan musik yang sesuai dengan saja. Seperti yang dinyatakan oleh Daryana dan selera, seseorang akan mengikuti aliran musik yang Murwaningrum, masyarakat modern sangat sadar

1 Alamat korespondensi: Program Studi Seni Pascasarjana, ISI Denpasar, Jalan Nusa Indah Denpasar Bali. E-mail: [email protected]; HP.: 089676157265.

Naskah diterima: 1 Januari 2020 | Revisi akhir: 3 Juli 2020 73 Pryatna dan Santosa, Konsep Musikal Kendang Gong Kebyar bahwa musik merupakan sebuah peristiwa yang menunjukan bahwa kegiatan untuk mempelajari mengalir begitu saja, dengan melewati batas ruang sebuah ilmu organologi tidak hanya terbatas dan waktu, musik dapat mendefinisikan dirinya melalui bentuk saja, melainkan juga meliputi sendiri tanpa bantuan dari seni lainnya (Daryana & konteks di luar ilmu organologi tersebut. Seperti Murwaningrum, 2019). Musik memiliki berbagai yang dinyatakan oleh Ediwar, Minawati, dan macam aliran dan jenis. Pada umumnya, musik Yulika, organologi sebagai ilmu tentang instrumen dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu musik musik seharusnya tidak hanya mencakup sejarah tradisional dan musik modern. Musik tradisional dan deskripsi instrumen saja, tetapi juga mendalami adalah sebuah musik yang diwariskan secara turun- aspek ilmu instrumen musik, seperti teknik-teknik temurun dan tetap mempertahankan bentuk, permainan instrumen, fungsi secara musikalitas, fungsi, dan makna dari instrumen musik tersebut. hiasan atau ornamentasi (yang dibedakan dengan Kendang adalah salah satu instrumen konstruksi), dan berbagai pendekatan sosial budaya karawitan Bali yang masuk dalam golongan yang ada kaitannya dengan instrumen tersebut perkusi. Pada umumnya, kendang Bali dibuat dari (Ediwar, Minawati, Yulika, 2019). bahan kayu yang dibentuk sedemikian rupa dan Ada berbagai macam jenis kendang yang dilapisi selaput (kulit sapi) di setiap sisinya. Seperti ada di Pulau Bali, jika digolongkan secara umum yang dikatakan oleh I Made Bandem, kendang dari segi ukurannya dapat dibagi menjadi empat itu dibuat dari bahan kayu nangka, jati, atau seseh jenis, yaitu: kendang sangat besar, kendang besar, (batang kelapa) yang dibentuk seperti lingkaran kendang menengah dan kendang kecil. Kendang memanjang. Setelah dibentuk, kendang dibungkus yang termasuk dalam golongan sangat besar ialah, dengan kulit sapi di kedua sisinya, lalu kendang kendang mebarung dari Kabupaten Jembrana, dari dikencangkan dengan tali yang dibuat dari kulit golongan kendang besar ialah kendang lelambatan sapi, atau yang di Bali biasanya disebut dengan dan kendang beleganjur, dari golongan kendang jangat (Bandem, 2013). Instrumen kendang di menengah ialah kendang gupekan dan kendang Bali sudah tersurat dalam berbagai prasasti mulai bebarongan, dan yang terakhir dari golongan dari zaman Dinasti Warmadewa dengan sebutan kendang kecil ialah, kendang dan kendang padaha (Santosa, 2017). Selain itu, instrumen krumpungan. Selain membahas instrumen kendang kendang diperkirakan sudah ada sejak zaman tersebut, jika ingin mempelajari kendang Bali, dahulu. Keberadaannya tersebar di seluruh pulau karakter pengendang Bali juga perlu dipelajari. yang ada di Indonesia. Seperti pernyataan I Wayan Pada zaman dahulu, instrumen kendang Suweca, jika dilihat dari sejarah perkembangannya, digunakan sebagai media untuk menyemangati instrumen kendang sudah sangat banyak tersebar prajurit yang akan bertempur dalam medan di kepulauan Indonesia. Pulau-pulau tersebut ialah peperangan. Setelah berakhirnya zaman Sumatra, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Bali, dan peperangan, muncullah sebuah kesenian dalam Nusa Tenggara. Ada pendapat yang mengatakan bentuk barungan gamelan yang termasuk dalam bahwa instrumen kendang sudah ada sejak zaman jenis gamelan golongan tua. Gamelan golongan dahulu kala. Pada mulanya, diperkirakan instrumen tua adalah gamelan yang muncul pertama kali kendang hanya memiliki muka satu dan kemudian dan tidak menggunakan instrumen kendang dalam perkembangannya menjadi kendang yang dalam barungan-nya. Instrumen kendang mulai memiliki muka dua (Suweca, 2005). digunakan sejak munculnya gamelan golongan Jika dilihat dari ilmu organologinya, madya dan baru. Namun, instrumen kendang mulai instrumen kendang memiliki bentuk yang sangat menonjol perannya sebagai instrumen utama di unik. Namun di balik keunikan bentukya tersebut, dalam gamelan golongan baru, yaitu gamelan gong kendang memiliki banyak sekali ilmu di luar kebyar. Gamelan gong kebyar yang termasuk jenis konteks organologinya. Teknik, pola, dan konsep gamelan golongan baru merupakan perkembangan musikalitas adalah salah satu contoh kecil ilmu dari jenis gamelan golongan madya yang belum yang ada di dalam instrumen kendang Bali. Hal ini sepenuhnya memberikan peran pemimpin bagi

74 Vol. 21 No. 2, Agustus 2020 seorang pengendang. Lain halnya dengan gamelan ini sangat penting dimiliki oleh seorang pengendang gong kebyar yang sudah menonjolkan peran Bali. Wibawa dan kharisma tersebut mampu pengendang-nya pada segi musikalitasnya. Seperti menghipnotis penonton dan anggota sekeha gong yang dikatakan oleh Bandem, bahwa gamelan lainnya, agar mau menuruti hal yang dikatakan dan golongan baru merupakan jenis gamelan yang dikehendaki olehnya. Wibawa dan kharisma itu perkembangannya lebih maju dari gamelan golongan dapat diraih seorang pengendang Bali dengan cara madya. Selain instrumentasinya yang lebih banyak tekun latihan sehingga memiliki teknik bermain dan lebih lengkap, komposisi lagunya pun lebih yang bagus, sopan-santun dalam bersikap, memiliki kompleks dan lebih canggih. Teknik permainannya keberanian jika dalam posisi benar; dan berlapang dikembangkan sedemikian rumit sehingga mampu dada jika dalam posisi kalah dan salah. Jika semua memberikan peluang kepada senimannya untuk prinsip ini dilakukan oleh seorang pengendang Bali, mengekspresikan ciptaannya sebebas-bebasnya. ia akan memiliki ilmu, wibawa, dan kharisma yang Pada gamelan golongan baru ini, peranan instrumen lebih dari anggota sekehe gong lainnya. Jika seorang kendang dan juru kendang jauh lebih menonjol pengendang Bali sudah memiliki ilmu, wibawa, dan daripada kelompok sebelumnya, dan fungsinya kharisma yang lebih dari anggota sekehe lainnya, juga masih sebagai pemimpin dan pemurba irama sifat-sifat itu akan membuatnya lebih percaya (Bandem, 2013). Tidak hanya di Bali, peneliti juga diri di dalam memimpin anggota sekehe gongnya. menemukan fungsi kendang sebagai pemimpin Seorang pengendang Bali biasanya akan menjadi pada gamelan Jawa. Seperti yang diungkapkan musisi yang paling menguasai lagu atau gending dan oleh Bambang Sri Atmojo, kendang adalah sebuah biasanya akan disebut guru oleh teman-temannya. instrument musik yang ada di dalam ensambel Pandangan ini sejalan dengan yang dikatakan oleh gamelan Jawa, dan instrument ini mempunyai Tenzer, “drumers are skilled musicians and usually peranan yang sangat penting. Peranan ini dapat teacher, who know all of the parts that are played by diketahui bahwa kendang selalau hadir dalam other instrumens in the ensemble” (Tenzer, 1998). sajian uyon-uyon, iringan tari, iringan pakelir, dan Hal tersebut menunjukkan bahwa kriteria seorang iringan kethoprak dengan peran utamanya sebagai pemimpin harus mengetahui hal-hal yang harus pemurba irama, yaitu bertugas menguasai jalannya dilakukan oleh semua anggotanya, sehingga irama dalam sebuah gending, menentukan tempo, anggotanya tidak kehilangan arah dan tujuan pada serta memulai ataupun menghentikan penyajian saat melakukan sebuah pekerjaan. dalam sebuah pertunjukan seni (Atmojo, 2010). Jika seorang pengendang Bali sudah memiliki Gamelan gong kebyar menjadikan instrumen wibawa dan kharismanya, ia akan lebih mudah kendang sebagai pemimpin dalam konteks dalam menjalankan fungsi dirinya sendiri dalam musikalitasnya. Pada gamelan golongan madya sebuah sekehe gamelan gong kebyar. Fungsi mendasar peranan instrumen kendang sudah mulai berfungsi dari seorang pengendang Bali adalah sebagai sebagai pimpinan dalam konteks musikalitas dari pemurba irama, mengatur cepat lambatnya sebuah sebuah barungan gamelan Bali. Selain itu, kendang gending, mengatur dinamika (keras halusnya juga sudah memiliki peranan penting sebagai sebuah gending), memberi sinyal mulai dan pemimpin dan pengatur jalannya sebuah gending berakhirnya sebuah gending dan masih banyak lagi atau lagu yang disebut dengan istilah pamurba yang lainnya. Banyaknya fungsi dan hal-hal yang irama (I Gede Made Indra Sadguna, 2010). menyangkut wibawa dari seorang pengendang Bali Seorang pengendang Bali memiliki posisi yang menunjukkan pentingnya posisi dan fungsi dari vital di dalam sebuah barungan gamelan gong kebyar. seorang pengendang Bali. Mengacu pada pentingnya Posisi sebagai pemimpin harus diambil oleh seorang posisi dan fungsi pengendang Bali, perlu diketahui pengendang Bali. Jika seorang pengendang Bali tidak pula tata cara menjadi seorang pengendang di dalam memiliki jiwa pemimpinan, ia tidak akan memiliki sebuah sekeha gamelan gong kebyar. wibawa dan kharisma dalam memimpin sebuah Seorang pengendang biasanya memimpin sekeha gamelan gong kebyar. Wibawa dan kharisma permulaan sebuah lagu atau gending sampai dengan

75 Pryatna dan Santosa, Konsep Musikal Kendang Gong Kebyar mengakhirinya. Permainan instrumen kendang seniman karawitan Bali yang berprofesi sebagai berfungsi untuk memimpin dalam sajian karawitan, seorang pengendang, teknik dokumentasi dilakukan fungsinya adalah untuk memulai gending, dengan cara merekam dan memfoto proses latihan mempercepat, dan memperlambat tempo. Selain seorang pengendang Bali termasuk pada saat itu, fungsi kendang mengalihkan dari gending yang memimpin sebuah group gamelan gong kebyar satu ke gending yang lainnya, serta memberikan dari segi musikalitasnya, dan yang terakhir teknik jiwa pada gending agar gending menjadi lebih studi pustaka dilakukan dengan cara mencari hidup dan memiliki taksu (Supanggah, 2009). jurnal, buku, dan textbook dari hasil-hasil penelitian Selain itu, seorang pengendang Bali juga sangat yang sejenis sehingga mampu menambah wawasan mahir di dalam mempengaruhi anggota sekehe peneliti dan sekaligus dapat mengembangkan gong yang lain agar mau menuruti perintahnya, penelitian ini agar menjadi lebih sempurna. dan menjadikan ia pemimpin yang dihormati. Data yang dijabarkan dalam penelitian ini Kata ‘mempengaruhi’ ini sangat sejalan dengan arti diperoleh melalui wawancara intensif dengan sebuah kepemimpinan. Bertolak dari fenomena dua tokoh seniman karawitan Bali. Kedua tokoh tersebut, fokus dari penelitian ini adalah untuk tersebut ialah I Kadek Suryantara Asmara Putra mengetahui konsep kepemimpinan yang dimiliki dan I Ketut Suarjana. Beberapa kriteria ditetapkan oleh seorang pengendang Bali di dalam sebuah untuk menentukan pemilihan informan. Dalam sekehe gamelan gong kebyar. Dengan demikian, hal ini, informan merupakan seniman karawitan dapat diketahui filosofi kepemimpinan seorang Bali yang berkomitmen menjadi pengendang pengendang Bali di di sebuah grup gamelan gong dan pemimpin di dalam sanggar seninya. kebyar. Dengan informasi mengenai konsep Untuk kategori pengendang yang memiliki jiwa kepemimpinan seorang pengendang Bali di dalam kepemimpinan yang hebat, setidaknya seniman sebuah sekehe gamelan gong kebyar ini, minat yang bersangkutan memiliki dua kriteria utama, generasi muda akan mampu ditumbuhkembangkan yaitu: 1) pengalaman 3-5 tahun dalam bermain dalam mempelajari karawitan Bali, khususnya kendang Bali, baik dalam even perlombaan maupun kendang Bali. tidak :2) menjadi ketua dalam sebuah sanggar seni dalam kurun waktu 2 tahun dan sekaligus mampu Metode Penelitian membuat sanggar tersebut semakin berkembang dan berprestasi dalam bidang seni. Penetapan Artikel ini merupakan hasil dari sebuah kriteria ini dilakukan peneliti untuk mendapatkan penelitian yang berjudul Konsep Musikalitas Seorang data yang valid dan benar. Pembatasan informasi Pengendang Dalam Gamelan Gong Kebyar Bali. dari narasumber seniman karawitan Bali yang Salah satu sub atau bagian isi dari penelitian ini berkompeten dan berkomitmen dalam kariernya adalah konsep musikalitas seorang pengendang dilakukan agar bobot informasi yang disampaikan dalam memimpin sebuah grup gamelan gong kebyar benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Bali, dengan studi kasus seorang pengendang Bali. Artikel ini menggunakan model penelitian Metode yang digunakan untuk mengkaji konsep kualitatif, yang dalam penyajian hasil datanya musikalitas seorang pengendang dalam memimpin diuraikan dengan bentuk deskriptif berupa kata- sebuah grup gamelan gong kebyar Bali dalam kata tertulis maupun lisan, seperti yang dinyatakan artikel ini adalah metode deskriptif kualitatif. oleh Basrowi dan Suwandi. Adapun penelitian Implementasi dari penggunaan metode tersebut kualitatif yang dimaksud merupakan sebuah menggunakan teknik observasi, wawancara, prosedur penelitian yang menghasilkan data dokumentasi, dan studi pustaka. Teknik observasi deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari dilakukan dengan cara mengamati secara langsung orang-orang dan perilaku yang diamati (Basrowi tingkah laku seorang pengendang di dalam sebuah dan Suwandi, 2008). pertunjukan gamelan gong kebyar Bali, teknik Teknik dari metode ini menghasilkan data wawancara dilakukan dengan mewawancarai yang bersifat deskriptif kualitatif. Jenis data yang

76 Vol. 21 No. 2, Agustus 2020 bersifat kualitatif ini dianalisis dengan teori kepe- keras, cepat, dan sekaligus dimainkan dengan mimpinan yang menyebutkan bahwa sebagai suatu ekspresi penabuh atau musisinya yang lincah dan tindakan atau upaya untuk memotivasi atau mem- meluap-luap. Hal ini berbeda dengan jenis gamelan pengaruhi orang lain, maka teori ini dipergunak- golongan tua dan jenis gamelan golongan madya yang an peneliti untuk mengupas konsep musikalitas mengutamakan struktur dan kemerduan lagu atau seorang juru kedang dalam memimpin sebuah grup keindahan melodi, jenis gamelan golongan baru, gamelan gong kebyar Bali. seperti gamelan gong kebyar yang lebih cenderung Persiapan sebelum wawancara dilakukan menonjolkan permainan ritme yang kompleks. setidaknya selama satu minggu. Beberapa hal Selain itu, permainan gamelan gong kebyar disajikan yang menjadi target informasi yang harus digali melalui gerak-gerik penabuh atau musisi yang ialah keseluruhan proses kehidupan narasumber meluap-luap (Bandem, 2013). dari masa kanak-kanak hingga masa kini dalam Dari beberapa jenis gamelan yang ada di pulau menjalani kegiatan berkesenian, khususnya seni Bali, yang paling eksis dewasa ini adalah gamelan karawitan Bali. Kedua narasumber kemudian gong kebyar. Pada umumnya gamelan gong kebyar menunjukan cara memimpin sebuah sanggar terdiri dari beberapa instrumen melodis seperti, seni karawitan dari segi musikalitasnya, dan instrumen trompong, instrumen , giying, sekaligus menelusuri pengalaman dalam belajar dan instrumen , instrument kantil, instrumen mengajar seni bermain kendang Bali. Sepanjang jublag, instrumen , dan instrumen . proses wawancara berlangsung, kedua narasumber Selain instrumen melodis gamelan ini juga memiliki membahas karakteristik dan kharisma dari seorang beberapa instrumen ritmis seperti instrumen pengendang Bali dalam memimpin sanggar seninya. kendang, kajar, dan instrumen ceng-ceng. Dan Proses wawancara berlangsung selama 60 sampai yang terakhir instrument pembentuk matra seperti dengan 90 menit. Informasi dari narasumber instrumen jegogan, instrumen kemong, instrumen direkam dan disalin dengan cermat dan seksama. kempur, dan instrumen gong (Yasa, 2018) Gamelan gong kebyar memiliki laras pelog. Hasil dan Pembahasan Jika ditinjau lebih luas ada dua laras pokok di dalam karawitan Bali yaitu laras pelog dan slendro. Selain Gamelan gong kebyar merupakan jenis gamelan di Bali karawitan Sunda juga memiliki banyak golongan baru dan paling umum keberadaannya laras dalam instrument karawitannya. Seperti yang di Bali dewasa ini. Secara bentuk fisik gamelan diungkapkan oleh Asep Saepudin, karawitan Sunda gong kebyar merupakan penyederhanaan dari memiliki lima laras yang terapat di dalam berbagai gamelan gong gede dengan pengurangan beberapa jenis insrtumen musik karawitannya, laras tersebut buah instrumennya. Seperti yang dinyatakan oleh yaitu, laras salendro, laras pelog, laras degung, laras I Putu Surya Pratama Wardhana, gamelan gong madenda atau laras sorog, serta laras mataraman kebyar merupakan perkembangan dari ensambel atau laras mandalungan (Saepudin, 2015). gamelan gong gede yang beberapa instrumennya Instrumen kendang yang ada di dalam dihilangkan (I Putu Surya Pratama Wardhana, I barungan gamelan gong kebyar memiliki peran Gede Mahendra Darma Wiguna, 2015). yang sangat menonjol. Peranan sebagai pemimpin Gong kebyar pertama kali muncul pada menjadi sebuah hal yang wajib diambil oleh tahun 1914 di Bali Utara. Terdapat hubungan seorang pengendang Bali. Dalam memimpin yang erat antara Bali dengan dunia Barat pada sebuah barungan gamelan gong kebyar, seorang Masa Penjajahan Belanda (1846-1945) sehingga pengendang menggunakan komunikasi musikal. pada tahun 1914, di Bali Utara, muncul sebuah Komunikasi musikal ini memberikan kode kepada gamelan gaya baru yang disebut gamelan Gong anggota lain agar memunculkan sebuah diskusi Kebyar (Bandem, 2013). Kata kebyar jika yang melancarkan sebuah pertunjukan kesenian. diartikan secara umum bermakna mengejutkan, Ketika dua orang sedang berdiskusi, akan merefleksikan jenis musik yang sangat dinamis, terjadi sebuah proses penyampaian pesan dari

77 Pryatna dan Santosa, Konsep Musikal Kendang Gong Kebyar satu orang ke orang lain. Penyampaian pesan oleh Seorang pengendang Bali diwajibkan memiliki pemberi pesan akan bisa dipahami oleh komunikan teknik permaian yang tinggi sebab dalam jika kedua orang tersebut menggunakan bahasa yang permainannya, ia mempresentasikan vokabuler sama dan saling mengerti satu sama lain. Terdapat ritmis yang dimiliki serta improvisasi yang kuat. dua jenis bahasa yang dapat digunakan oleh Selain memiliki teknik permainan yang tinggi, manusia untuk menyampaikan pesan, yaitu bahasa seorang pengendang Bali juga harus mampu menjadi verbal dan bahasa nonverbal. Bahasa verbal adalah seorang mediator. Mediator yang dimaksud adalah bahasa yang dalam implementasinya menggunakan penyampai pesan antara penari dengan musisi bentuk lisan dan tulisan dalam menyampikan gamelan Bali yang mendukungnya. Ketika penari pesan, sedangkan bahasa nonverbal adalah bahasa membuat gerakan tertentu, seorang pengendang yang dalam implementasinya mengunakan bentuk harus mengerti maksud dari gerakan penari tersebut. gerakan tubuh, gerakan tangan, gelengan kepala dan Pemahaman tersebut kemudian ditransformasikan sebagainya. Seorang pengendang lebih cenderung dengan bahasa musikal dan disampikan kepada menggunakan bahasa non-verbal dalam memimpin musisi yang lainya, sehingga terjadi komuniksi sebuah grup gamelan gong kebyar Bali dari segi yang jelas antara penari, pengendang, dan musisi musikalitasnya. Komunikasi nonverbal adalah yang mendukungnya. Proses komunikasi seperti komunikasi yang implementasinya menggunakan ini sangat berbeda dengan proses dari komunikasi isyarat bukan kata-kata (Mulyana, 2010). Teknik verbal. Dalam komunikasi musikal, proses yang bagus akan menghasilkan suara kendang yang penyampaian pesannya menggunakan modus yang tegas dan jelas, dan seorang pengendang sebaiknya berbeda dengan komunikasi verbal, tetapi tidak menguasai teknik tersebut. agar seseorang mampu berarti bahwa pengungkapan komunikasi jenis memunculkan sebuah suara kendang yang jelas, ini tidak mungkin dilakukan oleh manusia untuk mereka harus melatih tangan mereka dengan kehidupan sehari-harinya (Santosa, 2008). menggunakan kendang yang kulitnya masih kaku. Peran pengendang Bali juga memerlukan Seperti yang diungkapkan oleh Danika Pryatna, konsep dan jiwa kepemimpinan di dalam dirinya seorang guru kendang akan menyarankan agar sehingga dapat diterapkan untuk memimpin sebuah murid-muridnya belajar memukul kendang yang group gamelan gong kebyar Bali. Kemampuan kulitnya masih kaku, karena jika murid tersebut memimpin sebuah group gamelan gong kebyar Bali mampu memunculkan suara cung pada kulit dapat dilihat dari konsep musikalitasnya. Konsep kendang yang masih kaku, maka akan sangat kepemimpinan musikalitas dapat dilihat pada saat mudah sekali memunculkan suara cung pada pementasan sebuah lagu atau gending. kulit kendang yang sudah lentur. Ibarat pepatah mengatakan bersakit-sakit dahulu bersenang- Konsep Musikal Pengendang dalam Memimpin senang kemudian (Pryatna, 2019). Selain Danika Grup Gamelan Gong Kebyar Pryatna, Indra Sadguna juga menyebutkan mengenai hal-hal yang perlu disiapkan jika Konsep musikalitas seorang pengendang ingin menjadi juru kendang yang baik. Sadguna dalam memimpin grup gamelan gong kebyar menyatakan, dalam sebuah pertunjukan Barong Bali diimplementasikan dengan cara mengatur atau pun pertunjukan kesenian yang memerlukan dinamika atau keras lirihnya frekuensi suara dari permainan kendang tunggal, seorang juru kendang instrumen kendang dalam sebuah komposisi lagu hendaknya mempersiapkan hal-hal yang penting atau gending (Prakasih, 2018). Dinamika dalam sebelum pertunjukan dimulai. Hal penting tersebut sebuah permainan gending tersebut, meliputi dimulai dari pemilihan kendang yang suaranya keras lirih dan cepat lambatnya sebuah lagu. bagus dan kulitnya lentur, penguasaan warna suara Fungsi pengendang dalam gamelan Bali adalah kendang, dan memiliki pengetahuan mengenai sebagai pemurba irama, mengatur dinamika lagu pola kendang tunggal yang baik (I Gde Made Indra atau gending, dan juga termasuk mengatur cepat Sadguna, 2019). lambatnya tempo dan keras lirihnya dari sebuah

78 Vol. 21 No. 2, Agustus 2020 lagu yang sedang dipertunjukan atau dimainkan Dari penjelasan Bandem tentang syarat untuk (Bandem, 2013). Pengaturan dinamika dalam bisa menjadi seorang pengendang Bali yang baik, sebuah gending merupakan sebuah kegiatan yang kriteria pengendang adalah sebagai berikut. Pertama, tidak mudah dilakukan oleh pengendang pemula. mampu duduk selama berjam-jam dimaksudkan Saat seorang pengendang mengatur dinamika agar pengendang tidak meninggalkan tempat dalam sebuah komposisi gending karawitan Bali, pementasan sehingga sebuah pementasan menjadi ia harus hafal dengan jiwa gending tersebut. Jiwa lebih sempurna kerena tidak ada satupun musisi yang dimaksud adalah dinamika, tempo, ritme gamelan yang meninggalkan panggung pementasan. dan lain-lain. Hal ini terkait dengan keberadaan Selain mampu duduk dengan lama, kecakapan dinamika sebagai penentu letak keras dan halusnya seorang pengendang dalam membunyikan suara dari sebuah gending. Seorang pengendang Bali instrumen kendang mampu menambah wibawa di harus mampu memberi kode dan petunjuk kepada dalam diri seorang pengendang tersebut. Hal itu musisi dari instrumen gamelan yang lain mengenai terbentuk karena bunyi kendang yang dimainkan letak keras dan halusnya sebuah komposisi gending dengan jelas, tegas, dan bagus akan menambah karawitan Bali. rasa kagum penonton kepada seorang pengendang. Selain itu, seorang pengendang Bali dituntut Kedua, hafal dengan gending menjadi kriteria untuk mampu menguasai dan memberi petunjuk yang sangat penting bagi seorang pengendang kepada musisi yang lain. I Made Bandem juga Bali. Hal itu menjadi suatu keharusan karena jika menyebutkan beberapa syarat untuk bisa menjadi seorang pengendang tidak hafal dengan gending atau pengendang Bali yang baik. Adapun persyaratannya lagu yang dimainkannya, permainan musisi dari sebagai berikut. instrumen lainnnya akan ikut hancur. Hal tersebut 1. Secara fisik, mampu duduk dengan baik (masila terjadi karena pemimpinnya tidak bisa memimpin nyempel) selama berjam-jam ketika sedang alur sebuah gending dengan baik. Selain itu, seorang bermain kendang Bali. pengendang harus menguasai pola kendang yang 2. Membuat bunyi kendang dengan jelas dan tegas, magagedig atau matatekep dan menguasai bunyi kendang dengan lengkap dan baik, dengan menggunakan panggul (stik pemukul) maupun telapak tangan. Pengendang harus mampu membunyikan kendang dengan baik yang akan menimbulkan nilai estetis tersendiri sehingga dapat dinikmati oleh pengendang dan juga pendengarnya. 3. Mengetahui gending (paniti giying, penyacah, , jegog), dan pamurba irama atau instru- men kolotomik (kajar, kempur, klentong, dan gong). 4. Menguasai pupuh kendang (hasta windu atau palet). 5. Mampu membuat improvisasi, hiasan-hiasan pola kendang, dan macingklak (keluar dari rhythm) di luar pupuh dari melodi gending atau lagu. 6. Mengetahui koreografi dan pembendaharaan gerak tari seperti pajalan (pajalan adeng, ngayal, Gambar 1: Seorang pengendang Bali sedang memimpin malpal); angsel-angsel (angsel bawak, angsel sebuah grup gamelan gong kebyar Bali dari segi lantang, dan angsel kado) (Bandem, 2013). musikalitasnya. (Foto: Danika, 2013)

79 Pryatna dan Santosa, Konsep Musikal Kendang Gong Kebyar akan dimainkan dalam sebuah gending karena setiap Jika seorang pengendang sudah memiliki gending membutuhkan pola kendang yang berbeda- gegedig yang wayah, sebuah pementasan seni akan beda. Perbedaan pola kendang itu ditentukan oleh berjalan lancar dan bagus. Hal itu dikarenakan gerakan penari yang direspon oleh pengendang oleh seorang pengendang yang diibaratkan sebagai melalui pola kendang yang sesuai. Dalam sebuah jantungnya dari sebuah grup gamelan gong kebyar. pementasan kesenian Bali sering terjadi hal yang Jika dikorelasikan ke dalam tubuh manusia, jantung tidak terduga. Seperti penari secara mendadak menjadi hal yang paling penting. Jika jantung membuat gerakan improvisasi, pengendang juga manusia tidak bekerja dengan baik, seluruh organ harus siap dengan pola kendang improvisasi agar tubuh manusia tidak akan berfungsi dengan baik. mampu mengimbangi gerakan penari yang dibuat Seorang pengendang Bali harus memiliki jiwa secara mendadak tersebut. Oleh karena itu, seorang pemimpin. Hal itu menjadi syarat mutlak karena pengendang harus memiliki banyak pola kendang hanya pengendang yang bisa mengatur jalannya cadangan dan insting yang tajam dalam merespon sebuah gending atau lagu. Hal itu seperti yang gerakan improvisasi yang diberikan oleh penari. dinyatakan oleh I Kadek Suryantara Asmara Putra. Memunculkan sebuah pola kendang dengan “Pengendang itu harus mengetahui fungsi dari improvisasi, membutuhkan daya kreativitas yang instrumen kendang tersebut, pengendang adalah tinggi dan instan. Daya kreativitas adalah sebuah seorang pemimpin yang bisa mengatur jalannya daya cipta yang memunculkan ide-ide yang baru. sebuah lagu, baik dari cepat lambat, keras lirih, Daya kreativitas jika diibaratkan ke dalam anatomi yang disebut pemurba irama.” (wawancara lewat organ manusia, di ibaratkan seperti jantung. Itu media aplikasi whatsapp dengan I Kadek Suryantara dikarenakan kreativitas merupakan bagian yang Asmara Putra pada hari Minggu, 8 Desember 2019, terpenting di dalam sebuah proses penciptaan karya diperbolehkan untuk dikutip). seni. Seperti yang diungkapkan oleh Prakasih, Hal yang dikatakan oleh Kadek Suryantara kreativitas merupakan element yang sangat penting Asmara Putra mengarah pada cara seorang dalam proses penciptaan sebuah komposisi karya pengendang Bali memimpin jalannya permainan seni, kreativitas di ibaratkan seperti jantung dalam sebuah gending dalam sebuah group gamelan proses penggarapan sebuah karya seni (Putu gong kebyar Bali. Selain I Kadek Suryantara Paristha Prakasih, Hendra Santosa, 2018). Asmara, I Ketut Suarjana juga memiliki pendapat Selain itu, seorang juru kedang juga harus bahwa seseorang yang berusaha selalu tekun mengetahui gerak tari yang akan diiringinya agar menjadi seorang pengendang, akan memiliki koneksivitas antara pukulan kendang dan gerakan jiwa pemimpin. Namun, tidak semua orang yang penari mengalami aksentuasi yang seimbang pada menjadi pengendang bisa memiliki jiwa tersebut. Hal saat pementasan. itu bergantung pada niat seseorang tersebut. Jika Seorang pengendang harus memiliki pukulan dilihat dari sudut pandang karakter seorang pemain yang mantap jika ingin menyukseskan sebuah kendang, banyak pula pengendang yang tidak tegas pertunjukan seni dengan grup gamelan yang dan tidak konsisten dalam memimpin sebuah grup dipimpinnya. Pukulan yang mantap dan bagus itu gamelan Bali. Namun, ia memiliki kemampuan juga disebut dengan gegedig wayah. Kekendangan bermain kendang. Hal yang juga sering terjadi, atau mekendang tunggal adalah permainan yang kalau seseorang sudah bisa memainkan alunan memerlukan keterampilan secara virtuistik pola kendang dengan baik, lama-kelamaan akan berupa intensitas dan kualitas permainan yang timbul jiwa seorang pemimpin, seperti memberi mencerminkan suatu kematangan dengan stilisasi perintah akan dimulainya suatu musik atau gending tertentu yang dalam istilah karawitan disebut (wawancara lewat media aplikasi whatsapp dengan “gegedig wayah”. Virtuistik tersebut berupa I Ketut Suarjana pada hari Selasa, 24 Maret 2020, kemampuan teknis yang dimiliki oleh seorang diperbolehkan untuk dikutip). pengendang dalam memimpin sebuah group Jadi, menurut hasil wawancara dengan I Ketut gamelan dari sisi musikalitasitasnya (Astita, 1998). Suarjana, tidak semua pengendang Bali memiliki

80 Vol. 21 No. 2, Agustus 2020 jiwa pemimpin yang baik. Jika ingin memiliki jiwa dengan gerakan malpal. Teknik malpal tersebut tersebut, seorang pengendang harus memiliki niat berupa gerakan seorang penari yang sedang yang kuat dalam mempelajari konsep musikalitas berjalan, yang langkahnya jatuh sesuai dengan yang akan menjadikan ia sebagai pemurba irama tempo. Oleh karena itu dibutuhkan pola dalam gamelan gong kebyar Bali. kendang yang panjang. Malpal memiliki arti melihat seseorang yang sedang berjalan dan jalan Implementasi Konsep Musikalitas Seorang memiliki arti pemalpal atau pemilpil juga sebuah Pengendang Bali dengan Menggunakan Bahasa motif berjalan yang langkahnya jatuh pada tiap- Tubuh tiap hitungan atau ketukan pada melodi tertentu di dalam sebuah gending (Bandem, 1983). Konsep musikalitas seorang pengendang dalam Hal ini dipertegas dengan hasil wawancara memimpin sebuah grup gamelan gong kebyar Bali dengan seorang akademisi tari yang bernama I dapat diwujudkan melalui isyarat dari bahasa Made Rianta. Hasil wawancara menguraikan tubuh dan suara tertentu dari instrumen kendang bahwa malpal dalam teknik tari Bali: Nike yang memberikan sebuah isyarat. Ada beberapa gerakan tari igel muani keras ane nuut kajar macam bahasa tubuh yang dimiliki oleh seorang nike pak. Gerakan nike termasuk tandang. pengendang dalam sebuah pertunjukan gamelan Tandang nike gerakan perpindahan uli satu gong kebyar Bali. Adapun beberapa bahasa tubuh posisi ke posisi lain nike (wawancara lewat media dari seorang pengendang Bali adalah sebagai berikut. aplikasi whatsapp dengan I Made Rianta pada 1. Membungkuk sedikit dan kembali tegap dengan hari Jumat, 24 April 2020, diperbolehkan untuk tiba-tiba. dikutip). Membungkuk sedikit dengan tiba-tiba Gerakan malpal adalah gerakan kaki memiliki arti bahwa melodi tertentu dalam tari laki-laki yang menirukan permainan sebuah gending harus dimainkan dengan dari instrumen kajar. Gerakan ini termasuk frekuensi suara yang lebih lirih atau halus. gerakan yang disebut dengan tandang. Tandang Setelah pengendang membungkuk sedikit dan adalah perpindahan gerakan dari satu posisi ke tiba-tiba kembali ke posisi semula dengan postur posisi lainnya. Terkadang teknik malpal yang badan tegap, hal itu menandakan bahwa pemain ditarikan oleh penari berisi gerakan naik dan dari instrumen lain harus memainkan melodi gerakan turun yang gemulai sehingga seorang tertentu dalam sebuah gending dengan frekuensi pengendang secara otomatis merespon gerakan suara yang lebih keras. naik dan turun tersebut dengan teknik dan Dalam dunia tari Bali, gerakan yang pola permaian kendang yang keras dan halus. direspon oleh seorang juru kedang ini disebut Pada saat penari melakukan teknik gerakan

Gambar 3: Seorang pengendang Bali sedang memimpin Gambar 2: Seorang pengendang Bali sedang memimpin sebuah grup gamelan gong kebyar Bali dengan bahasa sebuah grup gamelan gong kebyar Bali dengan bahasa tubuh kembali seperti semula dengan postur tubuh tubuh membungkuk sedikit. (Foto: Danika, 2012) tegap. (Foto: Danika, 2012)

81 Pryatna dan Santosa, Konsep Musikal Kendang Gong Kebyar

malpal naik, pengendang akan meresponnya dalam sebuah gending (I Gede Made Indra dengan teknik dan pola permaian kendang yang Sadguna, 2010). keras, sedangkan jika penari melakukan teknik Untuk mempermudah dalam mengartikan gerakan malpal turun, seorang pengendang akan pola angsel tersebut, dapat digambarkan dengan meresponnya dengan teknik dan pola permaian mengunakan notasi pada gambar 4. kendang yang lirih dan halus. Arti dari simbol pada gambar no. 5 adalah 2. Memperkeras permainan pola kendang. implementasi dari permainan pola angsel Selain memberi isyarat dengan bahasa kendang tunggal Bali dalam sebuah melodi dari tubuh, seorang pengendang juga bisa mengatur gending Jauk Keras. Simbol “p” yang berbunyi keras lirihnya melodi tertentu di dalam pak dan simbol “d” yang berbunyi det dirangkai sebuah gending dengan bahasa musikal dari ke dalam bentuk notasi Bali. teknik dan pola permainan kendang-nya. Di Simbol “M” yang dimaksud pada gambar saat seorang pengendang ingin memperkeras 6 adalah melodi, sedangkan simbol “JK” adalah permainan instrumen dari pemain lain, ia akan juru kendang atau pengendang, dan simbol memainkan kendang dengan keras. Demikian “PL” yang dimaksudkan adalah pemain lain. pula sebaliknya, jika seorang pengendang ingin Melodi dari gending Jauk Keras digunakan memperhalus permainan instrumen dari pemain sebagai contoh dalam menganalisis konsep lain, seorang pengendang akan memainkan musikalitas seorang pengendang Bali yang instrumen kendang dengan frekuensi yang lebih diimplementasikan melalui pola permainan rendah dan halus. angsel. Dalam memainkan angsel kendang, Seorang pengendang Bali biasanya mulai seorang pengendang akan memainkan instrumen memainkan instrumen kendang dengan keras kendangnya dengan keras sehingga tindakan pada saat akan memainkan pola angsel. Angsel tersebut memberi kode pada pemain yang lain adalah sebuah kode yang diberikan oleh seorang agar memainkan instrumennya dengan keras juru kedang kepada pemain dari insrumen lain pula. Warna merah dalam gambar 6 menunjukan dengan maksud mengubah dinamika pada seorang pengendang mulai memainkan angsel melodi tertentu dalam sebuah gending atau lagu. kendangnya setelah pukulan instrumen gong. Angsel adalah sebuah aba-aba untuk menandai Hal tersebut langsung diikuti oleh pemain lain perubahan dinamika pada melodi tertentu yang diberi tanda dengan warna biru. Hal ini menunjukan pengendang memimpin melalui angsel kendang yang dimainkannya setelah gong pada nada ndong dibunyikan.

Kesimpulan

Konsep musikalitas seorang pengendang dalam barungan gamelan gong kebyar Bali adalah konsep Gambar 4: Notasi pola angsel. (Foto: Danika, 2020) seorang pengendang sebagai pemurba irama dalam sebuah gending atau lagu yang sedang dimainkan. Konsep musikalitas ini dapat dilihat pada saat seorang pengendang memainkan instrumen kendang Gambar 5: Notasi pola angsel kendang Bali di dalam Bali dalam sebuah pementasan seni seperti menjadi melodi gending Jauk Keras. (Foto: Danika, 2020) pemurba irama, mempercepat dan memperlambat tempo, mengatur dinamika, dan mengatur keras lirihnya sebuah gending pada saat pertunjukan Gambar 6: Penempatan pola angsel kendang Bali di berlangsung. Dalam implementasinya seorang dalam gending Jauk Keras. (Foto: Danika, 2020) pengendang memimpin sebuah grup gamelan gong

82 Vol. 21 No. 2, Agustus 2020 kebyar Bali dengan menggunakan bahasa tubuh Mulyana, D. (2010). Ilmu Komunikasi: Suatu dan memperkeras frekuensi suara dari instrumen Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. kendang-nya, sehingga hal tersebut dapat menjadi Pryatna, I. P. D. (2019). Metode Mengajar Kendang sebuah tanda yang akan memberikan informasi Tunggal I Ketut Widianta. Kajian Seni, 6(1), bagi pemain dari instrumen lainnya pada saat 25–37. pementasan berlangsung. Putu Paristha Prakasih, Hendra Santosa, I. G. Y. Generasi muda dalam hal ini perlu turut (2018). Tirtha Campuhan: Karya Komposisi melestarikan dan mulai mencintai kesenian Baru dengan Media Gamelan Semar tradisi, khususnya karawitan Bali. Jika ditelaah Pagulingan. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, lebih dalam, karawitan Bali ternyata mengandung 19(3), 113–121. https://doi.org/ttps://doi. konsep-konsep yang menjadikan manusia tersebut org/10.24821/resital.v19i3.2452 memiliki nilai moral yang baik dan memiliki Sadguna, I Gde Made Indra. (2019). Komunikasi pedoman yang jelas dalam menjalani kehidupanya Musikal Dalam Seni Pertunjukan Bali: Studi seperti konsep musikalitas yang ada di dalam diri Kasus Tari Barong Ket. Segara Widya, 7(2), seorang pengendang dalam memimpin sebuah 104–116. grup gamelan gong kebyar Bali. Konsep musikalitas Sadguna, I Gede Made Indra. (2010). Kendang tersebut jika diterapkan dalam kehidupan sehari- Bebarongan Dalam Karawitan Bali Sebuah hari, akan mampu menumbuhkan mental positif Kajian Organologi. Yogyakarta: Kanisius dalam diri. Hal ini mampu menjadikan manusia (Anggota IKAPI). tersebut menjadi pribadi yang lebih baik. Saepudin, A. (2015). Laras, Surupan, dan Patet dalam Praktik Menabuh Gamelan Salendro. Kepustakaan Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 16(1), 52–64. Santosa, Hendra. Nina Herlina Lubis., Kunto Astita, I. K. (1998). Wewidon Pupuh Kekendangan Sofianto, R. M. (2017). Seni Pertunjukan Dalam Karawitan Bali. Denpasar: Sekolah Bali pada Masa Dinasti Warmadewa. MUDRA Tinggi Seni Indonesia. Jurnal Seni Budaya, 32(1), 81–91. Atmojo, B. S. (2010). Kendhangan Pamijen Santosa. (2008). Menggagas Komunikasi Gending Gaya Yogyakarta. Resital: Jurnal Seni Musikal dalam Pertunjukan Gamelan. Ilmu Pertunjukan, 11(1), 45–58. Komunikasi, 5(2), 65–80. Bandem, I. M. (1983). Ensiklopedia Tari. Denpasar: Santosa, H. (2017). Gamelan Perang di Bali Abad ASTI. ke-10 Sampai Awal Abad ke-21. Sumedang: Bandem, I. M. (2013). Gamelan Bali Diatas Universitas Padjadjaran. Panggung Sejarah. BP. STIKOM Bali. Supanggah, R. (2009). Bhoteka Karawitan II: Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Pene- Garap. Surakarta: ISI Press. litian Kualitatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Suweca, I. W. (2005). Dasar Kekendangan Daryana & Murwaningrum. (2019). Transformasi Gupekan Nunggal dalam Gamelan Bali. Musik Arumba: Wujud Hibriditas yang Bheri, 4(1), 1-19. Mengglobal. Panggung, 29(1), 57–71. Tenzer, M. (1998). Balinese Music. Periplus Edition, Ediwar, Minawati, Yulika, H. (2019). Kajian (HK) Ltd. Organologi Pembuatan Alat Musik Saluang Yasa, I. K. (2018). Angsel-Angsel dalam Gong Darek Berbasis Teknologi Tradisional. Kebyar. MUDRA Jurnal Seni Budaya, 33(1), Panggung, 29(2), 117–130. 85–92. I Putu Surya Pratama Wardhana, I Gede Mahendra Darma Wiguna, I. M. G. S. (2015). Informan Pengembangan Aplikasi Instrumen Gamelan Gong Kebyar Berbasis Android. Nasional I Kadek Suryantara Asmara Putra (24 tahun). Pendidikan Teknik Informatika, 4(2), 58–66. Seniman, tinggal di Jalan Salya Gang 4e

83 Pryatna dan Santosa, Konsep Musikal Kendang Gong Kebyar

no.24, Denpasar Utara. HP.: 082147609847. I Made Rianta (25 tahun). Guru SMK, tinggal di I Ketut Suarjana (47 tahun). Seniman, tinggal Jalan Teleng Gang IV No.2 Kesiman Petilan, di Jalan Seroja, Gang Buni no.3. HP.: Denpasar Timur. HP.: 085333675962. 081805425596.

84