Bambang Sugiyanto, Kubur dan Manusia Prasejarah di Pegunungan Meratus, Provinsi Kalimantan Selatan

KUBUR DAN MANUSIA PRASEJARAH DI PEGUNUNGAN MERATUS, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

GRAVE AND PRE-HISTORY MAN IN MERATUS MOUNTAIN, PROVINCE

Bambang Sugiyanto Balai Arkeologi Jl. Gotong Royong II, RT 3/IX, Utara, Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia E-mail: [email protected]

Naskah diterima: 4 September 2017; direvisi: 9 Oktober 2017; disetujui: 6 November 2017

Abstract Meratus Mountains that divide South Kalimantan into two regions, have an important role in the history of human culture from prehistoric times until now. The remains of human burials found in the Gua Tengkorak (), and Liang Bangkai 10 (Tanah Bumbu Regency), are a valid proof of the presence of prehistoric humans in the Meratus Mountains thousands of years ago. Problems raised in writing this article is how the pattern of the grave, who was buried, and when the burial was done? The purpose of this paper is to get a picture and scientific information about the presence of humans in the Meratus Mountains with their ritual or funeral procession. The research approach used to answer the proposed problem is qualitative approach. This method of research emphasizes the direct observation of burial objects that exist in the caves and rock- shelter in the karst area in the Meratus Mountains. The results of this study indicate that burial activities have been carried out by prehistoric humans from the Australomelanesid racial group in the northern part of the Meratus Mountains, and the Mongolid racial group in the southeastern part of the Meratus Mountains. Keywords: Human, burial, Meratus Mountains

Abstrak Pegunungan Meratus yang membelah wilayah Kalimantan Selatan menjadi dua, mempunyai peranan penting dalam sejarah kebudayaan manusia dari masa prasejarah sampai sekarang. Sisa penguburan manusia yang ditemukan di Gua Tengkorak (Kabupaten Tabalong), dan Liang Bangkai 10 (Kabupaten Tanah Bumbu), merupakan bukti valid tentang kehadiran manusia prasejarah di Pegunungan Meratus ribuan tahun lalu. Permasalahan yang diajukan dalam penulisan artikel ini adalah bagaimana pola kubur yang ada, siapa yang dikuburkan, dan kapan penguburan itu dilakukan? Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan informasi ilmiah tentang kehadiran manusia di Pegunungan Meratus dengan ritual atau prosesi penguburan yang mereka lakukan. Pendekatan penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang diajukan adalah pendekatan kualitatif. Metode penelitian ini menekankan pada pengamatan langsung terhadap obyek penguburan yang ada pada gua-gua dan ceruk payung pada kawasan karst di Pegunungan Meratus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan penguburan sudah dilaksanakan oleh manusia prasejarah dari kelompok ras Australomelanesid di bagian utara Pegunungan Meratus, dan kelompok ras Mongolid di bagian tenggara Pegunungan Meratus. Kata Kunci: Manusia, penguburan, Pegunungan Meratus

A. PENDAHULUAN Tabalong di utara sampai ke Kabupaten Pegunungan Meratus merupakan salah satu Tanah Bumbu di selatan. Bagi sebagian besar bentang lahan yang sangat dominan di wilayah kelompok etnis Dayak di Kalimantan Selatan, Kalimantan Selatan. Pegunungan ini membelah Pegunungan Meratus merupakan tempat yang wilayah Kalimantan Selatan mulai dari Kabupaten sangat penting dalam perkembangan sejarah

135 Jurnal Kebudayaan, Volume 12, Nomor 2, Desember 2017 budaya mereka. Kelompok suku seperti Dayak bagi kelompok etnis Dayak. Pada umumnya, Bukit, Dayak Deah, Dayak Lawangan, dan gua dan ceruk payung itu dimanfaatkan sebagai Dayak Maanyan, merupakan kelompok manusia “tempat penguburan” bukan sebagai tempat yang menggantungkan kelangsungan hidup pada pemukiman. Terkait dengan judul makalah ini, Pegunungan Meratus. Bahkan gunung atau bukit maka permasalahan yang menarik untuk diajukan batu kapur (karst) yang ada di sekitar Pegunungan adalah: Meratus, menjadi tempat yang sangat spesial buat 1. Bagaimana pola penguburan yang terjadi mereka. Pada gunung dan bukit kapur inilah pada gua dan ceruk payung (rock-shelter) di biasanya mereka memilih dan memanfaatkan Pegunungan Meratus? sebuah gua atau ceruk payung sebagai tempat 2. Siapa yang mengembangkan tradisi penguburan yang mereka keramatkan. Gunung penguburan di dalam gua dan ceruk payung dan bukit kapur sebagai tempat penguburan yang (rock-shelter) di Pegunungan Meratus pada ideal memang sangat umum pada kehidupan awalnya? masyarakat kelompok etnis Dayak hampir di 3. Kapan gua dan ceruk di Pegunungan Meratus semua wilayah Kalimantan, tidak hanya di digunakan sebagai tempat penguburan? Kalimantan Selatan. Biasanya mereka mencari Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk gua-gua atau ceruk payung sebagai lokasi mengungkapkan sejarah penguburan yang penyimpanan peti mati dari kayu ulin yang diberi pernah terjadi di gua dan ceruk payung yang nama lungun atau raung (ada banyak nama untuk ada di kawasan karst di Pegunungan Meratus, peti kubur kayu ulin ini di Kalimantan). Lungun- Kalimantan Selatan. Sejarah penguburan lungun ini biasanya diletakkan atau disimpan ini akan mengupas tentang bagaimana pola dalam sebuah lorong gua atau ceruk yang sempit penguburan yang ditemukan pada situs gua-gua dan susah dijangkau. dan ceruk payung pada kawasan karst di sekitar Salah satu contoh gua yang digunakan Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan. sebagai tempat penguburan kelompok etnis Kemudian juga menjelaskan tentang siapa Dayak di Kabupaten Tabalong adalah Gua Malui atau masyarakat mana yang mengembangkan (Haruai). Di sini, lungun di letakkan di muara gua tradisi penguburan tersebut, dan terakhir dengan ditopang oleh dua buah tiang kayu ulin adalah mengungkapkan tentang kapan kegiatan besar. Selain lungun juga terdapat beberapa buah penguburan itu dilaksanakan pada situs gua-gua tulang tengkorak yang berjajar di atas batu datar dan ceruk payung tersebut. di dalam Gua Malui. Jenis penguburan ini adalah penguburan kedua (sekunder), yang dilakukan B. KAJIAN LITERATUR beberapa tahun setelah penguburan pertama Berdasarkan hasil penelitian, temuan (primer) dilakukan. Kelompok etnis Dayak yang penguburan pada Pasca-Plestosen di Indonesia ada di wilayah Kalimantan Selatan, seperti yang dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu sudah disebutkan di atas memang mempunyai penguburan pada bukit-bukit remis di pantai adat istiadat penguburan yang cukup kompleks. timur Sumatera Utara, penguburan pada gua-gua Masih banyak gua dan ceruk payung yang ada di Jawa Timur, dan penguburan pada gua-gua di di kawasan karst di sekitar Pegunungan Meratus Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara. Penguburan yang digunakan sebagai tempat penguburan pada bukit-bukit remis di pantai timur Sumatera oleh kelompok etnis Dayak, baik di Kalimantan Utara, ditemukan di Langsa dan Tamiang (Aceh Selatan maupun Kalimantan Timur (terutama di Timur) serta Sumatera Timur. Rangka yang Kabupaten Paser). ditemukan di Tamiang, memperlihatkan ciri- Uraian pendahuluan di atas, memperlihat­ kan­ ciri morfologis Australomelanesid, berjenis bagaimana peran gua-gua dan ceruk payung yang kelamin perempuan berusia kira-kira 40 tahun ada di kawasan karst di Pegunungan Meratus (Poesponegoro dan Notosusanto 1993: 132).

136 Bambang Sugiyanto, Kubur dan Manusia Prasejarah di Pegunungan Meratus, Provinsi Kalimantan Selatan

Pada masa yang sama pada kawasan karst di Jawa juga populasi Australomenesid yang tidak banyak Timur, hidup kelompok manusia yang mendiami berbeda dengan populasi di sana sekarang. Kondisi gua-gua. Salah satu bukti penguburan di dalam yang berbeda kita jumpai pada Sulawesi Selatan, gua-gua ini berasal dari Situs Gua Lowo, dekat yang pada waktu yang sama memperlihatkan ciri- Sampung, Ponorogo, Jawa Timur. Rangka-rangka ciri Mongolid. manusia yang ditemukan tahun 1926 – 1931, Tradisi menetap di dalam gua-gua, ini mempunyai tengkorak yang lonjong, sedang, tampaknya juga berkembang di wilayah dan tinggi. Ciri morfologis memperlihatkan Kalimantan Selatan. Tepatnya pada kawasan karst hidung yang lebar dan busur alis yang nyata, di sekitar Pegunungan Meratus. Kawasan karst sementara bagian mulut agak menonjol ke depan pada Pegunungan Meratus ini bisa dibedakan dengan gigi-geligi yang besar, serta bagian tulang menjadi dua kelompok berdasarkan lokasinya, panggulnya kasar. Ciri-ciri tersebut cenderung yaitu kelompok kawasan karst di bagian barat dan merujuk ke Australomelanesid. Temuan gigi-gigi bagian timur. Kelompok kawasan karst di bagian yang besar juga ada di Situs Gua Petsuruh, Gua barat Pegunungan Meratus dari utara mulai dari Sodong, dan Gua Marjan (Poesponegoro dan wilayah Kabupaten Tabalong, Balangan, Hulu Notosusanto 1993: 134). Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin, Lebih ke timur, terdapat sisa-sisa manusia Banjar, dan Tanah Laut. Sementara kawasan di berbagai gua di Sulawesi Selatan. Situs karst di bagian timur Pegunungan Meratus hanya Gua Cakondo, Gua Uleleba, dan Gua Balisao, terdiri dari dua wilayah kabupaten saja, yaitu mempunyai temuan tulang dan gigi-gigi manusia. Kabupaten Kotabaru dan Tanah Bumbu. Secara Tinggi badan dari rangka manusia tersebut umum, kawasan karst Pegunungan Meratus tidak besar dan gigi-giginya juga kecil. Hal sekarang ini merupakan daerah permukiman ini menunjukkan bahwa populasi manusia di masyarakat etnis Dayak, baik yang ada di wilayah Sulawesi Selatan berbeda dengan di Sumtera Utara Kalimantan Selatan atau Kalimantan Timur. dan Jawa Timur. Pada bagian timur, ada populasi Beberapa situs penguburan tradisional ditemukan lain ditemukan pada gua-gua di Nusa Tenggara, pada gua-gua di wilayah ini seperti: gua-gua di terutama yang dari Liang Toge, Liang Momer, Gunung Kasali, Kecamatan Haruai (Prasetyo dan Liang Panas (Flores). Rangka manusia di dan Kosasih 1995/1996; Hartatik 2001), Gua Liang Toge berjenis kelamin perempuan, berumur Malui (Sulistyanto, 2001), dan Gua Tengkorak di antara 30-40 tahun, berperawakan mungil, dengan Kabupaten Paser, Kalimantan Timur (Sugiyanto, tinggi badan hanya 148 cm, tengkoraknya sangat 2004). lonjong dengan bagian mulut menonjol ke depan, Penguburan tradisional ini tentunya mukanya sempit demikian pula hidungnya. Ciri- mempunyai akar budaya yang kuat pada masa- ciri pada tulang-tulang anggotanya menunjukkan masa sebelumnya. Secara umum, aktivitas adanya unsur Australomelanesid yang kuat penguburan tertua ditemukan pada Situs Gua (Poesponegoro dan Notosusanto 1993: 135). Niah (Serawak), Malaysia. Jenis penguburan di Jika berdasarkan uraian di atas, nyatalah Gua Niah ada 3 (tiga), yaitu: penguburan langsung bahwa pada masa berburu tingkat lanjut, tanpa wadah kubur, penguburan langsung dengan populasi manusia di Indonesia jelas terdiri dari wadah kubur, dan penguburan tidak langsung kedua ras pokok, yaitu di bagian barat dan utara (sekunder) dengan wadah kubur (Bellwood sekelompok populasi dengan ciri-ciri utama 2000: 261-263). Sementara kehadiran manusia Australomelanesid dan hanya sedikit campuran dan bukti penguburan pertama di Kalimantan Mongolid. Sementara di Jawa, pada waktu itu juga Selatan muncul dari temuan sisa-sisa penguburan hidup orang-orang Australomelanesid yang lebih di Gua Tengkorak, Tabalong (Widianto dkk 1997; sedikit lagi dipengaruhi unsur Mongolid. Lebih ke Widianto dan Handini 2003). timur, di daerah Nusa Tenggara sekarang, hidup

137 Jurnal Kebudayaan, Volume 12, Nomor 2, Desember 2017

C. METODE banyak mengalami gangguan. Pemilihan lokasi Untuk menjawab semua permasalahan penguburan dalam gua-gua ini sangat berkaitan yang diajukan di atas dan memenuhi tujuan erat dengan penggunaan gua-gua sebagai tempat yang sudah ditetapkan, maka dalam penelitian tinggal manusia pada masa lalu. Berdasarkan ini akan digunakan pendekatan penelitian hasil penelitian, kegiatan penguburan dalam gua kualitatif. Metode penelitian ini menekankan biasanya dilakukan pada bagian gua yang agak pada pengamatan langsung terhadap obyek kubur dalam dan agak gelap. Bagian yang digunakan yang ada di situs-situs kubur prasejarah yang sebagai lokasi kubur sengaja dipisahkan dengan pada umumnya ditemukan di gua-gua atau ceruk lokasi untuk kegiatan sehari-hari. Pembagian payung (rock-shelter) di kawasan karst di sekitar ruang ini tidak selalu sama pada situs gua-gua Pegunungan Meratus. Kawasan karst ini antara di Indonesia, ada juga situs gua yang khusus lain ditemukan di Kabupaten Tabalong, Balangan, digunakan sebagai lokasi kubur atau penguburan. Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin, Jadi ada gua yang digunakan sebagai tempat Banjar, Tanah Laut, Tanah Bumbu, dan Kotabaru. tinggal sekaligus tempat penguburan, dan ada Di antara kawasan karst tersebut di atas, gua yang khusus digunakan hanya sebagai tempat kawasan karst di Tabalong, Hulu Sungai Selatan, kubur atau penguburan. Tanah Bumbu, dan Kotabaru yang mempunyai Bentuk dan jenis penguburan dalam gua di potensi situs gua hunian prasejarah yang baik. Indonesia juga beragam, ada yang dikuburkan Pengamatan terhadap situs kubur prasejarah akan langsung dalam tanah yang disebut penguburan disertai dengan studi etnoarkeologi dan pustaka primer. Ada juga yang dikuburkan tidak langsung tentang prosesi penguburan yang dilakukan oleh dalam tanah, dengan hanya menguburkan beberapa kelompok etnis Dayak yang menetap beberapa tulang tertentu, yang biasa disebut di sekitar Pegunungan Meratus. Pengamatan dan dengan penguburan sekunder. Baik penguburan perbandingan ini diperlukan untuk dapat mencari primer maupun penguburan sekunder mempunyai “benang merah” hubungan budaya yang mungkin jenis dan ciri khas sendiri. Menurut R. P. Soejono, ada di antara budaya kubur prasejarah dengan di wilayah Asia Tenggara, sistem penguburan adat penguburan etnis Dayak yang masih ada prasejarah sudah dikenal sejak masa epipaleolitik. sampai sekarang. Penelitian ini dilakukan pada Kubur-kubur itu adalah jenis penguburan sekunder tahun 2013 – 2015 yang lalu. dengan penanaman selektif bagian-bagian tertentu dari anggota badan (selective secondary D. HASIL DAN PEMBAHASAN burials), penguburan primer dengan posisi kaki D.1. Penguburan Masa Prasejarah terlipat (flexed position), dan penguburan terbuka Pengertian kubur menurut kamus bahasa (Soejono, 1969 dalam Prasetyo, 2004). Sementara Indonesia adalah lubang di tanah tempat untuk Indonesia, sistem penguburan muncul menyimpan mayat atau tempat pemakaman sekitar masa mesolitik yang terus berkembang jenazah (mayat). Sementara penguburan adalah pada masa-masa kemudian. Berdasarkan data proses atau cara perbuatan mengubur atau yang ditemukan ada empat sistem peletakan menanam mayat. Lubang di tanah ini sengaja mayat, yaitu dengan pola membujur (stretched), dibuat dan dilakukan karena keperluan menanam terlipat (flexed), jongkok (crouched atau mayat. Proses penanaman mayat ini mempunyai squatted), dan tertelungkup (prostrate). Sistem sejarah yang hampir sama dengan bukti kehadiran penguburan mayat menurut R. P. Soejono (2008: manusia di atas bumi ini. 108), dikelompokkan dalam empat jenis, yaitu: Bukti kubur manusia prasejarah banyak a. Penguburan langsung (direct inhumation) ditemukan di dalam gua-gua yang berada di baik tunggal maupun lebih dari satu, yang kawasan karst. Di dalam gua, kubur-kubur itu meliputi penguburan primer tanpa wadah akan lebih terawetkan secara alamiah dan tidak maupun penguburan primer dengan wadah

138 Bambang Sugiyanto, Kubur dan Manusia Prasejarah di Pegunungan Meratus, Provinsi Kalimantan Selatan

kubur, yang terbuat dari batu, kayu, maupun dkk: 2014; Sugiyanto dkk: 2015; Oktrivia dkk: tanah liat bakar. 2013). b. Penguburan ulang (indirect inhumatioan) baik tunggal maupun lebih dari satu, yang D.3. Lokasi Kubur Prasejarah meliputi penguburan sekunder tanpa wadah Tempat penguburan atau lokasi yang baik lengkap maupun selektif, penguburan dipilih sebagai tempat meletakkan si mati pada sekunder dengan wadah batu, kayu, atau masa prasejarah biasanya berhubungan erat tanah liat bakar baik lengkap atau selektif. dengan pola pemukiman masyarakatnya. Untuk c. Penguburan campur (combined inhumation), masyarakat yang bermukim di dataran rendah di baik tunggal maupun lebih dari satu, berupa sepanjang aliran sungai atau tepian danau/ laut, kubur primer tanpa wadah dengan kubur pada umumnya memilih menguburkan di sekitar sekunder tanpa wadah, atau kubur primer tempat kehidupan sehari-hari. Bukti temuan tanpa wadah dengan kubur sekunder dengan rangka manusia di bukit kerang Sumatera Utara wadah. menunjukkan lokasi kubur yang berdekatan d. Penempatan mayat secara terbuka (exposed dengan lokasi hunian. Situs Buni dan situs deposition), yang kadangkala dilanjutkan Gilimanuk, merupakan salah satu contoh situs dengan penguburan selektif. kubur yang berada di tepi laut (pantai). Sementara untuk situs kubur lainnya banyak ditemukan di D.2. Konsepsi dan Kepercayaan tentang gua-gua atau ceruk di kawasan karst. Gua-gua Kubur. yang dipilih sebagai lokasi kubur biasanya berada Cara penguburan dengan posisi terlipat pada lereng bukit karst yang cukup tinggi. Pada tampaknya terus berlangsung sampai sekarang awalnya diketahui bahwa ruangan gua yang pada beberapa suku bangsa, seperti di Sawu, sering kali dipilih sebagai lokasi kubur adalah Ngada (Flores), Timor Barat, Aru, dan Seram. bagian dalam yang agak gelap mendekati dinding Penguburan dengan posisi mayat terlipat gua. Bukti penguburan prasejarah sangat sering kemungkinan besar dipengaruhi oleh keyakinan ditemukan pada lokasi seperti ini. akan adanya alam roh. Mereka percaya bahwa Lokasi kubur di bagian dalam gua yang cukup manusia yang telah meninggal akan diperlakukan gelap dipilih dengan alasan tertentu. Pada masa seperti bayi yang ada di dalam kandungan, yang prasejarah manusia masih mempercayai bahwa nantinya akan dilahirkan kembali di alam roh atau kondisi kematian merupakan kondisi yang gelap pergi menuju ke dunia arwah. Jadi posisi terlipat dan menakutkan, sehingga perlu ditempatkan di ini menempatkan si mati dalam posisi seperti bayi tempat-tempat yang gelap juga. Meskipun secara dalam kandungan yang siap dilahirkan kembali di konseptual, mereka meyakini bahwa kematian dunia arwah (Prasetyo, 2004). merupakan suatu kondisi lanjutan yang tidak Kubur prasejarah yang ada atau ditemukan di jauh berbeda dengan saat masih hidup. Di alam wilayah Kalimantan Selatan adalah penguburan kematian, manusia tetap hidup seperti di dunia yang ada di dalam gua. Penguburan di dalam gua fana dengan posisi dan kondisi yang sama persis. itu ditemukan di Situs Gua Tengkorak yang ada Oleh karena itu, pada kegiatan penguburan hampir di Gunung Batubuli, Desa Randu, Kecamatan selalu disertakan “bekal kubur” yang terdiri dari Muara Uya, Kabupaten Tabalong. Penguburan di senjata, alat masak, perhiasan atau lainnya. Bekal Gua Tengkorak adalah jenis penguburan langsung kubur itu digunakan sebagai perlengkapan si mati tanpa wadah kubur. Mayat dikuburkan dalam di alam arwah (kematian). posisi terlipat miring. Data penguburan terbaru Bukti terbaru, di Situs Gua Harimau muncul dari Situs Liang Bangkai 10 dan Liang (Sumatera Selatan), sebuah situs penguburan Ulin 2 pada kawasan karst Mantewe Kabupaten prasejarah yang besar dengan 78 individu manusia Tanah Bumbu (Sugiyanto dkk. 2013; Sugiyanto dikuburkan di dalamnya. Hampir semua ruangan

139 Jurnal Kebudayaan, Volume 12, Nomor 2, Desember 2017 di dalam Gua Harimau digunakan sebagai tempat lain di sepanjang daerah aliran sungai. penguburan. Ke-78 individu manusia tersebut Bagian hulu sungai pada umumnya dikuburkan dengan posisi telentang lurus ada yang dipandang sebagai daerah asal sebuah kelompok sendiri ada juga yang berpasangan (Noerwidhi etnis tertentu, sehingga pada pelaksanaan dkk, 2015: 88). penguburan akan di arahkan ke hulu. Pada bentuk penguburan primer dan sekunder, posisi kepala D.4. Arah Hadap Kubur Prasejarah si mati dapat menunjukkan arah hadap dari pola Arah hadap kubur prasejarah berhubungan penguburan yang dilakukan. Arah hulu-hilir erat dengan posisi kubur dari individu manusia sungai merupakan arah hadap yang paling sering yang dikuburkan. Pada penguburan primer ditemukan terutama di kalangan kelompok Dayak langsung tanpa wadah, sangat mudah mengetahui di Kalimantan. arah hadap kuburnya. Posisi kubur primer baik Jenis penguburan yang biasa ditemukan di terlipat atau pun telentang langsung bisa diketahui situs-situs kubur prasejarah adalah: (a) penguburan kemana arah hadap nya dengan mengamati lokasi langsung (primer) tanpa wadah; (b) penguburan bagian kepala si mati. Arah hadap penguburan langsung dengan wadah; (c) Penguburan kedua bisa disesuaikan dengan arah mata angin atau (sekunder) tanpa wadah; (d) Penguburan kedua lokasi keberadaan gunung, sungai, danau, atau dengan wadah; dan (e) Penguburan ketiga. laut tertentu yang dianggap sebagai asal muasal mereka. Arah hadap kubur yang biasa ditemui D.5. Upacara penguburan adalah barat-timur, utara-selatan, gunung, sungai, Upacara penguburan kemungkinan sudah laut, dan atau danau. dilakukan oleh manusia prasejarah. Indikasi ini Gunung bisa dianggap sebagai lokasi terlihat pada bukti-bukti penguburan prasejarah tertinggi yang dipercaya sebagai tempat tinggal yang ditemukan. Pada beberapa tulang manusia para dewa atau roh leluhur. Di puncak gunung terlihat diberi warna merah. Warna merah ini tertinggi inilah masyarakat prasejarah yakin berasal dari serbuk batuan yang dihaluskan yang adanya “surga” yang mereka impikan. Dengan kemudian ditaburkan ke tulang manusia sebagai mengarahkan mayat ke gunung tertentu, mereka satu bentuk penghormatan atau perlakuan ritual meyakini akan dapat membantu si mati dalam khusus. Pemberian warna merah ini tentunya perjalanan menuju ke surga (tempat asal usul dilakukan sebagai satu bagian ritual kematian leluhur mereka). Sungai juga merupakan salah yang mereka yakini akan membawa dampak satu sumber daya lingkungan yang mempunyai yang baik bagi si mati dan masyarakat yang arti penting bagi perkembangan kebudayaan ditinggalkannya. manusia. Pada masa-masa awal, keberadaan Kegiatan upacara penguburan akan semakin sungai masih dipandang sebagai sesuatu yang terlihat jelas pada pelaksanaan jenis penguburan membahayakan. Kemudian seiring dengan kedua (sekunder). Pada prosesnya, kegiatan peningkatan kemampuan dan teknik pembuatan penguburan sekunder di awali dengan kegiatan perahu, manusia tidak lagi memandang sungai penguburan primer. Beberapa tahun berikutnya, sebagai sesuatu yang menakutkan. Dengan kubur tersebut dibongkar dengan upacara dan ritual teknologi perahu, mereka bisa melakukan khusus untuk mengambil tulang dan mengubur perpindahan tempat atau pemukiman dengan atau menempatkannya pada suatu wadah tertentu cepat dan nyaman. Mereka bisa berpindah dari yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Wadah hulu sungai ke bagian tengah atau hilir sekalipun. kubur yang biasa dipergunakan bisa terbuat dari Sungai di sini mempunyai fungsi praktis sebagai bahan batuan, kayu, atau tanah liat bakar. Wadah jalan atau media transportasi utama masyarakat. kubur ada juga yang menggunakan tempayan Dengan menggunakan perahu, manusia dapat keramik buatan China, Jepang, atau Thailand. berpindah atau berhubungan dengan kelompok Pada beberapa adat penguburan masyarakat etnis

140 Bambang Sugiyanto, Kubur dan Manusia Prasejarah di Pegunungan Meratus, Provinsi Kalimantan Selatan

Dayak, banyak dijumpai pemakaian tempayan dan Kalimantan Utara. Di wilayah Kalimantan keramik sebagai wadah kubur terutama pada Barat sejauh ini belum ada data atau laporan yang penguburan kedua (sekunder). menyebutkan adanya temuan situs penguburan dalam gua yang dilakukan oleh kelompok etnis D.6. Budaya Penguburan Kalimantan Selatan asli. Bukti kegiatan penguburan dari masa Secara umum, jika kita mengamati morfologi prasejarah di Kalimantan Selatan ditemukan fisik manusia yang sekarang ada dan berdiam di di Gua Tengkorak, Kabupaten Tabalong dan wilayah Kalimantan, terdapat dua jenis ras, yaitu yang terbaru di Liang Bangkai dan Liang Ulin, ras Australomelanesid yang ditemukan di Situs Kabupaten Tanah Bumbu. Secara kebetulan, Gua Tengkorak (Tabalong), dan ras Mongolid kedua situs gua penguburan mewakili kawasan yang ditemukan di Situs Liang Bangkai dan Liang karst bagian barat dan timur. Gua Tengkorak Ulin (Tanah Bumbu). Noerwidi menyatakan dan Gua Babi berada di kawasan karst bagian bahwa rangka manusia yang ditemukan di Tanah barat Pegunungan Meratus. Bukti penguburan Bumbu secara umum menunjukkan ciri-ciri di Gua Tengkorak menunjukkan ciri ras manusia Mongolid, tetapi mempunyai nuansa halus “ciri- Australomelanesoid, yang dikuburkan dengan ciri” Australomelanesid. Kenyataan ini sedikit posisi terlipat miring. Sementara bukti penguburan memberikan gambaran tentang kemungkinan prasejarah yang ditemukan di Tanah Bumbu, pernah terjadi percampuran ras atau terjadi berada di kawasan karst bagian timur Pegunungan kontak sosial antara kedua jenis ras manusia Meratus. Bukti penguburan di sini menunjukkan pada masa lalu. Kapan dan bagaimana terjadinya kecenderungan ras manusia Mongoloid, dengan masih belum bisa dijawab dengan pasti, karena nuansa Australomelanesoid yang cukup terlihat keterbatasan data penelitian yang ada. pada gigi-geligi dan ukuran tulang kakinya. Percampuran ciri-ciri morfologi yang terekam Kronologi penguburan prasejarah yang valid pada rangka manusia prasejarah yang ditemukan dari Kalimanta Selatan, sementara ini hanya di wilayah Tanah Bumbu, merupakan jawaban berasal dari Gua Tengkorak. Pengukuran arang bagaimana proses penghunian Pulau Kalimantan yang berada di dekat kubur pada kedalaman pada masa awalnya. Kelompok manusia yang sekitar 80 cm, menghasilkan angka sekitar pertama datang adalah ras Australomelanesid 6.000 tahun lalu (Widianto dan Handini 2003). dengan kronologi tertua berasal dari Situs Gua Seandainya kronologi ini bisa diterima, maka Niah (Serawak) sekitar 40.000 tahun lalu. Mereka kegiatan penguburan pertama sampai saat ini di ini berkembang dari utara ke timur dan selatan, Kalimantan Selatan adalah penguburan primer memasuki kawasan karst di Kalimantan Timur tanpa wadah di dalam Gua Tengkorak (Tabalong) dan Kalimantan Selatan bagian utara. Sementara ini. Kemudian bukti penguburan yang sedikit itu, menurut Widianto, pada saat yang hampir lebih muda ditemukan di gua-gua di kawasan bersamaan, ada satu cabang migrasi dari jalur karst Tanah Bumbu. Setelah itu, kegiatan Asia, Sumatera, Jawa yang menyimpang ke utara penguburan mulai berkembang pesat seiring masuk ke Kalimantan lewat Pegunungan Meratus. dengan berkembangnya adat istiadat penguburan Mereka ini lah yang kemudian berkembang di dari beberapa masyarakat etnis di Kalimantan. Situs Gua Babi dan Gua Tengkorak (Tabalong). Tetapi tampaknya, gua-gua atau ceruk payung Situs-situs hunian prasejarah yang dilalui pada masih menjadi pilihan favorit masyarakat etnis jalur ini antara lain situs Riam Kanan, situs gua- pedalaman sebagai tempat penguburan atau gua hunian pada kawasan karst di bagian barat tempat meletakkan jasad dalam penguburan Pegunungan Meratus. kedua atau ketiga. Situs-situs gua penguburan Pada masa yang kemudian, masuk lah ini banyak ditemukan di wilayah Kalimantan kelompok ras Mongolid yang sudah menguasai Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, teknik perkapalan sederhana. Kelompok ini bisa

141 Bambang Sugiyanto, Kubur dan Manusia Prasejarah di Pegunungan Meratus, Provinsi Kalimantan Selatan

Dayak, banyak dijumpai pemakaian tempayan dan Kalimantan Utara. Di wilayah Kalimantan keramik sebagai wadah kubur terutama pada Barat sejauh ini belum ada data atau laporan yang penguburan kedua (sekunder). menyebutkan adanya temuan situs penguburan dalam gua yang dilakukan oleh kelompok etnis D.6. Budaya Penguburan Kalimantan Selatan asli. Bukti kegiatan penguburan dari masa Secara umum, jika kita mengamati morfologi prasejarah di Kalimantan Selatan ditemukan fisik manusia yang sekarang ada dan berdiam di di Gua Tengkorak, Kabupaten Tabalong dan wilayah Kalimantan, terdapat dua jenis ras, yaitu yang terbaru di Liang Bangkai dan Liang Ulin, ras Australomelanesid yang ditemukan di Situs Kabupaten Tanah Bumbu. Secara kebetulan, Gua Tengkorak (Tabalong), dan ras Mongolid kedua situs gua penguburan mewakili kawasan yang ditemukan di Situs Liang Bangkai dan Liang karst bagian barat dan timur. Gua Tengkorak Ulin (Tanah Bumbu). Noerwidi menyatakan dan Gua Babi berada di kawasan karst bagian bahwa rangka manusia yang ditemukan di Tanah barat Pegunungan Meratus. Bukti penguburan Bumbu secara umum menunjukkan ciri-ciri di Gua Tengkorak menunjukkan ciri ras manusia Mongolid, tetapi mempunyai nuansa halus “ciri- Australomelanesoid, yang dikuburkan dengan ciri” Australomelanesid. Kenyataan ini sedikit posisi terlipat miring. Sementara bukti penguburan memberikan gambaran tentang kemungkinan prasejarah yang ditemukan di Tanah Bumbu, pernah terjadi percampuran ras atau terjadi berada di kawasan karst bagian timur Pegunungan kontak sosial antara kedua jenis ras manusia Meratus. Bukti penguburan di sini menunjukkan pada masa lalu. Kapan dan bagaimana terjadinya kecenderungan ras manusia Mongoloid, dengan masih belum bisa dijawab dengan pasti, karena nuansa Australomelanesoid yang cukup terlihat keterbatasan data penelitian yang ada. pada gigi-geligi dan ukuran tulang kakinya. Percampuran ciri-ciri morfologi yang terekam Kronologi penguburan prasejarah yang valid pada rangka manusia prasejarah yang ditemukan dari Kalimanta Selatan, sementara ini hanya di wilayah Tanah Bumbu, merupakan jawaban berasal dari Gua Tengkorak. Pengukuran arang bagaimana proses penghunian Pulau Kalimantan yang berada di dekat kubur pada kedalaman pada masa awalnya. Kelompok manusia yang sekitar 80 cm, menghasilkan angka sekitar pertama datang adalah ras Australomelanesid 6.000 tahun lalu (Widianto dan Handini 2003). dengan kronologi tertua berasal dari Situs Gua Seandainya kronologi ini bisa diterima, maka Niah (Serawak) sekitar 40.000 tahun lalu. Mereka kegiatan penguburan pertama sampai saat ini di ini berkembang dari utara ke timur dan selatan, Kalimantan Selatan adalah penguburan primer memasuki kawasan karst di Kalimantan Timur tanpa wadah di dalam Gua Tengkorak (Tabalong) dan Kalimantan Selatan bagian utara. Sementara ini. Kemudian bukti penguburan yang sedikit itu, menurut Widianto, pada saat yang hampir lebih muda ditemukan di gua-gua di kawasan bersamaan, ada satu cabang migrasi dari jalur karst Tanah Bumbu. Setelah itu, kegiatan Asia, Sumatera, Jawa yang menyimpang ke utara penguburan mulai berkembang pesat seiring masuk ke Kalimantan lewat Pegunungan Meratus. dengan berkembangnya adat istiadat penguburan Mereka ini lah yang kemudian berkembang di dari beberapa masyarakat etnis di Kalimantan. Situs Gua Babi dan Gua Tengkorak (Tabalong). Tetapi tampaknya, gua-gua atau ceruk payung Situs-situs hunian prasejarah yang dilalui pada masih menjadi pilihan favorit masyarakat etnis jalur ini antara lain situs Riam Kanan, situs gua- pedalaman sebagai tempat penguburan atau gua hunian pada kawasan karst di bagian barat tempat meletakkan jasad dalam penguburan Pegunungan Meratus. kedua atau ketiga. Situs-situs gua penguburan Pada masa yang kemudian, masuk lah ini banyak ditemukan di wilayah Kalimantan kelompok ras Mongolid yang sudah menguasai Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, teknik perkapalan sederhana. Kelompok ini bisa

141 Jurnal Kebudayaan, Volume 12, Nomor 2, Desember 2017 masuk ke Kalimantan melalui berbagai daerah mulai berkembang pesat. Jika semula kegiatan pesisir dan sungai-sungai yang banyak terdapat di penguburan hanya dilakukan secara langsung Kalimantan. Khusus untuk Kalimantan Selatan, menempatkan si mayat dalam lubang tanah tanpa jalur sungai yang kemungkinan besar digunakan wadah, kemudian mulai menggunakan wadah adalah Sungai Barito, Sungai Batulicin, dan kubur. Wadah kubur ini kemungkinan besar sungai-sungai kecil lainnya yang bermuara di laut pada awalnya terbuat dari sejenis kayu tertentu, atau selat. Salah satu pusat kebudayaan prasejarah kemudian berkembang dengan bahan lainnya yang dikembangkan oleh kelompok ras Mongolid seperti batuan, tanah liat, dan keramik. Bahan ini ditemukan pada kawasan situs gua hunian di wadah kubur tersebut sangat dipengaruhi oleh wilayah Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah keterbukaan budaya yang semakin baik, terutama Bumbu. Kedua ras manusia prasejarah yang pada masa-masa sejarah. Tradisi penguburan tinggal di dalam gua-gua, baik di Tabalong dan di dalam gua-gua yang dikenalkan oleh nenek Tanah Bumbu, mempunyai tradisi penguburan moyang pada masa prasejarah, tampaknya langsung tanpa wadah dan kemungkinan sudah masih terus berlanjut pada masa kini terutama memberikan bekal kubur dalam bentuk yang pada kehidupan masyarakat etnis di pedalaman sederhana. Kalimantan Selatan. Tradisi penguburan yang kemudian ber­ Tradisi penguburan ini diperkenalkan kembang di kawasan karst Pegunungan Meratus oleh kelompok manusia ustralomelanesid yang adalah penguburan dengan wadah, baik wadah ditemukan pada Ssitus Gua Tengkorak (Kabu­ yang terbuat dari kayu dan wadah terbuat dari paten Tabalong), dan kelompok Mongolid yang tanah liat bakar (tembikar). Pada umumnya ditemukan pada Situs Liang Bangkai 10 dan penguburan ini dilakukan secara primer, yang pada Liang Ulin 2 (Kabupaten Tanah Bumbu). Kedua masa selanjutnya berubah menjadi penguburan jenis manusia prasejarah inilah yang menyebarkan sekunder (kedua). Jenis penguburan ini dilakukan tradisi penguburan di dalam gua-gua dan ceruk oleh etnis suku Dayak yang bermukim di sekitar payung yang sebagian masih berlanjut pada Pegunungan Meratus. Situs penguburan ini antara kawasan karst di sekitar Pegunungan Meratus, lain: Gua Cupu (satu bukit dengan Gua Babi dan Kalimantan Selatan. Gua Tengkorak), Gua Malui (Haruai, Tabalong), Liang Tanir dan Liang Nyeloi (bukit karst di Barito E. PENUTUP Utara), Gua Janggarawi (Hulu Sungai Selatan). Hasil pembahasan panjang di bagian Tradisi penguburan ini merupakan keberlanjutan sebelumnya mengarah pada satu kesimpulan dari tradisi penguburan dalam gua-gua yang bahwa kawasan karst yang berada di sekitar sudah dimulai pada masa prasejarah sampai Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan sekarang. Hal ini bisa terjadi karena, daerah merupakan wilayah yang sangat penting bagi pegunungan karst merupakan salah satu lokasi kehidupan manusia sejak jaman prasejarah pilihan bermukim bagi kelompok-kelompok etnis ribuan tahun lalu. Bukti temuan sisa-sisa hunian asli Kalimantan yang merasa terdesak dengan manusia prasejarah pada beberapa situs gua-gua kedatangan kelompok Melayu pada awal-awal serta temuan artefak dan peninggalan lainnya masehi. menunjukkan betapa wilayah ini selalu menjadi Berdasarkan hasil pembahasan di atas, pilihan utama sebagai lingkungan tempat tinggal. dapat disimpulkan bahwa kegiatan penguburan Salah satu kegiatan yang juga dilaksanakan di sudah dikenal dan dilakukan oleh manusia dalam gua-gua adalah kegiatan penguburan. prasejarah paling tidak sejak 6.000 tahun lalu. Awalnya kegiatan penguburan ini dilaksanakan Bukti penguburan yang ditemukan pada Situs secara langsung (primer) pada lokasi gua yang Gua Tengkorak pada Bukit Batu Buli, Kabupaten agak masuk ke dalam (daerah gelap). Kemudian Tabalong. Sejak saat itu, kegiatan penguburan kegiatan penguburan ini berkembang pesat

142 Bambang Sugiyanto, Kubur dan Manusia Prasejarah di Pegunungan Meratus, Provinsi Kalimantan Selatan dengan lokasi yang sama dan kadang juga mencari Bangunan Kubur Masyarakat Dayak di gua-gua khusus yang tidak sama dengan gua-gua Kecamatan Tanta, Upau, dan Muara Uya, hunian. Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan”. Situs Gua Tengkorak (Tabalong) merupakan Laporan Penelitian Arkeologi. Banjarbaru: contoh lokasi penguburan khusus, pada satu gua Balai Arkeologi Banjarmasin, belum yang kecil dan jauh dari gua tempat hunian mereka diterbitkan. (Gua Babi) yang ada di balik lereng gunung Noerwidhi, Sofwan, Dyah Prastiningtyas, Harry karst yang sama. Sepertinya ada kesengajaan Widianto, Fadhila Arifin Aziz, Adhyanti untuk memilih gua yang berbeda, antara gua Putri, Taufiq Senjaya, Rokhus D, Awe, penguburan dan gua untuk tempat tinggal atau 2015. “Para Penghuni Gua Harimau”, dalam hunian. Pola penguburan ini, juga ditemukan Gua Harimau dan Perjalanan Panjang pada kawasan karst di Kabupaten Tanah Bumbu. Peradaban OKU, Truman Simanjuntak (eds), Tepatnya pada Bukit Bangkai di Desa Dukuhrejo, 88-100. Jogyakarta: Gadjah Mada University terdapat gua hunian dan gua penguburan yang Press. letaknya berada pada lereng bukit yang berbeda Oktrivia, Ulce, Imam Hindarto, dan Eko Herwanto, arah (berpunggungan). Apakah pola penguburan 2013. “Potensi Arkeologi di sekitar Bukit prasejarah seperti ini merupakan ciri khas manusia Ulin, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah prasejarah Kalimantan Selatan? Pertanyaan Bumbu”. Laporan Penelitian Arkeologi. ini masih memerlukan serangkaian penelitian Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin, lanjutan yang lebih rinci dan terpadu. belum diterbitkan. Berdasarkan pengamatan ciri-ciri morfologis Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho dari rangka manusianya, memang ada sedikit Notosusanto, 1993. Sejarah Nasional perbedaan. Budaya penguburan di Gua Tengkorak Indonesia Jilid 1. Jakarta: PT. Balai Pustaka. (Tabalong), dikembangkan oleh kelompok Prasetyo, Bagyo dan E.A. Kosasih. 1995/1996. manusia Australomelanesid, sedangkan di Liang “Penelitian Eksploratif Situs-situs Prasejarah Bangkai 10 (Tanah Bumbu), dikembangkan oleh di Kabupaten Tabalong, Kalimantan kelompok manusia Mongolid. Sementara untuk Selatan”. Laporan Penelitian Arkeologi. kronologi penguburan di kedua tempat tersebut Banjarmasin: Balai Arkeologi Banjarmasin, mempunyai umur yang hampir sama, Gua belum diterbitkan. Tengkorak sekitar 6.000 tahun lalu, sementara Prasetyo, Bagyo. 2004. “Sistem Penguburan Liang Bangkai 10 kemungkinan besar relatif lebih Terlipat”, dalam Prasejarah Gunung Sewu, muda sedikit. Artinya pada 6.000 tahun lalu, sudah Truman Simanjuntak, Retno Handini, dan berkembang budaya penguburan manusia pada Bagyo Prasetyo, 254-256. Jakarta: Ikatan gua-gua pada kawasan karst Pegunungan Meratus Ahli Arkeologi Indonesia. bagian barat, yang dikembangkan oleh manusia Soejono, R.P. 2008. Sistem-Sistem Penguburan Australomelanesid. Kemudian pada waktu yang Pada Akhir Masa Prasejarah di Bali. lebih muda, pada kawasan karst di bagian timur Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pegunungan Meratus juga berkembang budaya Arkeologi Nasional. penguburan yang sama yang dikembangkan oleh Sugiyanto, Bambang. 2004. “Penelitian Gua-gua manusia Mongolid. Prasejarah di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur”. Berita Penelitian Arkeologi No. 14. DAFTAR PUSTAKA Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin. Bellwood, Peter. 2000. Prasejarah Kepulauan Sugiyanto, Bambang, Jatmiko, dan Yuka Nurtanti, Indo-Malaysia. Edisi Revisi. Jakarta: PT. 2013. “Survei dan Ekskavasi Situs Liang Gramedia Pustaka Utama. Bangkai, Desa Dukuhrejo, Kecamatan Hartatik. 2001. “Survei Konsep dan Bentuk Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu,

143 Jurnal Kebudayaan, Volume 12, Nomor 2, Desember 2017

Kalimantan Selatan”, Laporan Penelitian Arkeologi. Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin, belum diterbitkan. Sugiyanto, Bambang, Jatmiko, Nugroho Nur Susanto, Yuka Nurtanti, Imam Hindarto, Eko Herwanto, dan Sundoko, 2014. “Penelitian Gua-gua Hunian Prasejarah di Bukit Bangkai, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan”, Laporan Penelitian Arkeologi. Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin, belum diterbitkan. Sugiyanto, Bambang, Sofwan Noerwidi, dan Ulce Oktrivia, 2015. “Penelitian Identifikasi Kubur pada Situs Liang Bangkai 10 dan Liang Ulin 2, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu”, Laporan Penelitian Arkeologi, Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin, belum diterbitkan. Sulistyanto, Bambang. 2001. “Konsep Kematian dan Penguburan Masyarakat Dayak Lawangan di Desa Dambung Raya, Kecamatan Haruai, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan”. Laporan Penelitian Arkeologi. Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin, belum diterbitkan. Widianto, Harry, Truman Simanjuntak, dan Budianto Toha, 1997. “Ekskavasi Situs Gua Babi, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan”. Berita Penelitian Arkeologi No. 1, Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin. Widianto, Harry dan Retno Handini, 2003. “Karakter Budaya Prasejarah di Kawasan Gunung Batubuli, Kalimantan Selatan: Mekanisme Hunian Gua Pasca-Plestosen”, Berita Penelitian Arkeologi No. 12. Banjarbaru: Balai Arkeologi Banjarmasin.

144