<<

4. ANALISIS DATA

4.1 Gambaran Umum Sasaran Penelitian

4.1.1. Profil

The Carters merupakan group duo asal Amerika yang terdiri dari musisi sekaligus pasangan suami istri, Beyonce Knowles dan Shawn Carter/JAY-Z. Mereka telah tampil sebagai duo sejak tahun 2014. Namun mulai resmi terbentuk sebagai grup duo The Carters pada 16 Juni 2018 di On The Run Tour II . Pada saat yang bersamaan, mereka mengumumkan pertama yang berjudul “”. Perilisan album “Everything is Love” dibawahi oleh perusahaan yang dimiliki oleh Beyonce sendiri bernama Parkwood Entertaiment. Terdapat perusahaan lain yang juga membantu merilis seperti Entertaiment, S.C. Enterprises, dan (milik JAY-Z sendiri). Melalui berbagai perusahaan entertainment yang dimiliki Beyonce dan JAY-Z tersebut, mereka telah menghasilkan sekitar $17 Milliar setiap tahunnya. Hal tersebut juga menunjukkan adanya akses khusus bagi Beyonce dan JAY-Z dalam industri musik (Greenburg, June 3, 2019).

Sebelum terbentuk menjadi The Carters, Beyonce dan JAY-Z telah melakukan berbagai kolaborasi bersama. Beberapa karya musik seperti Bonnie and Clyde (2002), (2003), dan (2013) menjadi karya kolaborasi yang telah dinikmati berbagai kalangan masyarakat. Selain itu, Beyonce dan JAY-Z juga telah melakukan beberapa konser bersama seperti On The Run Tour (2014), dan OTR II (2018).

Gambar 4.1. Foto Personil The Carters

Sumber: https://www.rollingstone.com/music/music-news/beyonce-jay-z- collaborators--how-everything-is-love-came-together-665914/

38 Universitas Kristen Petra

Hingga saat ini, The Carters baru merilis satu album saja yaitu “Everything is Love”. Namun album ini merupakan suatu rangkaian bersambung tiga atau biasa disebut trilogy album. Rangkaian album bersambung ini dimulai dari album berjudul “Lemonade” yang dirilis oleh Beyonce pada tahun 2016. Pada album ini, Beyonce menaruh tema cinta dan kehidupan dengan ungkapan terkenal, “when life gives you lemon, make some lemonade”. Ia mengadaptasi ungkapan tersebut, lalu menggunakannya sebagai lirik seperti “I was given lemons and I made Lemonade”. Beyonce juga mulai menanamkan nilai-nilai Black Pride di dalam judul, lirik, bahkan video musik di dalam list track nya. Soundtrack dalam album Lemonade juga tergolong lagu-lagu dengan lirik yang personal. Salah satu lagu yang mengandung unsur Black Pride adalah lagu Formation (telegraph.co.uk).

Dilanjutkan dengan album yang dirilis oleh JAY-Z berjudul 4:44 pada tahun 2017. Tidak jauh berbeda dengan album Lemonade, 4:44 juga bertemakan cinta dan kehidupan. Beberapa video musiknya juga mengandung nilai-nilai black pride. Judul 4:44 didapatkan JAY-Z saat ia terbangun pada pukul 4:44 pagi lalu mulai menulis lagu untuk album tersebut. Pada suatu wawancara eksklusif yang dilakukan iHeartRadio JAY-Z mengatakan,

“4:44 is a song that I wrote, and it’s the crux of the album, just right in the middle of the album. And I woke up, literally at 4:44 in the morning, 4:44 AM, to write this song. So it became the title of the album and everything. It’s the title track because it’s such a powerful song, and I just believe one of the best songs I’ve ever written.”

(“4.44 adalah lagu yang saya tulis, dan itu merupakan inti dari album, tepat pada bagian tengah dari album. Dan saya terbangun, benar-benar menunjukkan pukul 4:44 pagi, jam 4:44 pagi untuk menulis lagu ini. Maka hal tersebut menjadi judul dari album dan segalanya. Karena itu adalah lagu yang sangat kuat, dan saya mempercayainya sebagai salah satu lagu terbaik yang pernah saya tulis”. )

Melalui kata-kata JAY-Z tersebut dapat di lihat bahwa album 4:44 juga merupakan album yang dekat dengan penulisnya. Mengandung banyak hal-hal personal dan kuat seperti yang dikatakannya (Tutu, August 7, 2017).

39 Universitas Kristen Petra

Dengan kehadiran kedua album tersebut, Beyonce dan JAY-Z pun menunjukkan hal-hal personal yang belum pernah dilihat oleh khalayak. Mereka membicarakan cinta, pernikahan, hingga nilai-nilai Black Pride pada video musik yang mereka sajikan. Hal ini belum terlihat pada berbagai album lampau milik Beyonce maupun JAY-Z. Lirik-lirik yang mereka tulis mengenai cinta, kehidupan sebelumnya tidak pernah di tuliskan dengan konotasi negatif dan sedih. Pada album Lemonade dan 4:44, terlihat kesamaan konotasi tersebut. Dimana dilanjutkan pada rangkaian album ketiga yaitu “Everything is Love” yang membawa mereka menjadi satu kesatuan grup duo.

Beyonce selalu memiliki karakteristik genre Pop/RnB terhadap musik- musik yang dibawakannya. Sedangkan JAY-Z lebih cenderung kepada genre Hip- hop, Rap. Pada album “Everything is Love” mereka menggabungkan beberapa genre seperti Hip-hop, contemporary RnB, dan . Sehingga para fans Beyonce maupun JAY-Z pun disajikan tampilan musik dan nada-nada kombinasi baru. Lirik-lirik pada album ini juga cenderung dikonsepkan pada cinta, kekayaan, dan keterkenalan namun dengan energy yang lebih positif. Dimana sedikit berbeda dengan rangkaian konsep yang terdapat pada album Lemonade dan 4:44 dimana lirik-liriknya lebih memiliki makna-makna negatif seperti ancaman, tidak ada harapan, kesedihan, dan sebagainya. Ketiga rangkaian ini tetap disajikan dengan unsur-unsur Black Pride, dimana adanya berbagai sajian mengenai keindahan tubuh, style, cara bicara, bahkan kulit orang Afrika-Amerika sendiri.

Selain mengerjakan album, The Carters juga berkontribusi dalam beberapa charity di dunia. Mereka melakukan beberapa perjalanan kecil ke Haiti, sumbangan untuk Houston Homeless, untuk Phoenix house, partnership with Goodwill, dan Seanbell’s Children. Namun selain itu, Beyonce dan JAY-Z beberapa kali menciptakan yayasan khusus untuk berbagai bantuan-bantuan yang spesifik. Beyonce menciptakan BeyGood Foundation dimana gerakan mengumpulkan dana untuk gempa, untuk orang-orang miskin di Nepal, dan sebagainya. Selain itu Beyonce juga menciptakan Survivor Foundation untuk mengumpulkan dana khusus untuk bencana badai Katrina. Sedangkan JAY-Z juga menciptakan Shawn Carter Foundation untuk pemberian beasiswa dan sebagainya (essense.com).

40 Universitas Kristen Petra

4.1.2. Profil Anggota The Carters

4.1.2.1. Beyoncé Knowles

Beyoncé Giselle Knowles adalah penyanyi, musisi dan aktris asal Amerika. Lahir di Houston, Texas pada 4 September 1981. Beyoncé anak dari pasangan dan Célestine Ann Beyincé dikenal juga dengan nama Celestine . Dimana ayah yang beretnis Afrika Amerika dan ibu yang memiliki latar belakang Louisiana Creole (campuran etnis Afrika, Amerika asli dan Perancis), membuat Beyonce beretnis Afrika Amerika campuran.

Gambar 4.2. Beyoncé Knowles

Sumber: https://www.jetss.com/photos/2018/09/7-best-beyonce-conspiracy-theories- we-sort-of-want-to-believe/ Ia telah mengikuti dan memenangkan berbagai perlombaan menyanyi dan menari sejak masih kecil. Namun, Beyoncé mulai menjadi sorotan di dunia entertainment pada saat ia menjadi penyanyi utama/ lead singer di suatu grup bernama Girl’s Tyme atau lebih dikenal dengan Destiny’s Child . Dimana pada saat itu ayah Beyonce, Mathew Knowles menjadi manager grup Destiny’s Child tersebut. Ia bergabung bersama dan Michelle Williams di Destiny’s Child pada tahun 1990. Grup tersebut juga mendapat berbagai penghargaan yang akhirnya membuat nama Beyoncé sendiri melambung naik.

Beyoncé mulai mengeluarkan album solo pertamanya pada tahun 2003 berjudul . Album tersebut membuat nama Beyoncé melambung sebagai penyanyi solo. Dangerously in Love disertakan pada Billboard

41 Universitas Kristen Petra

200 untuk lagu urutan pertama terkhusus untuk Crazy in Love dan Baby Boy. Ia juga langsung memenangkan 5 grammy awards pada album solo pertamanya ini.

Setelah kesuksesan album solo pertama tersebut, Beyoncé mengeluarkan album solo keduanya berjudul B’day pada 1 September 2006, setelah pecahnya grup Destiny’s Child. Tak diragukan lagi, album solo kedua Beyoncé ini juga laris di pasaran. Dengan lagu-lagu seperti , Déjà vu, dan yang menjadi top single di berbagai radio.

Beyoncé melanjutkan karir aktingnya yang pernah dijalani pada film Austin Powers in Goldmember (2002). Ia melanjutkan karirnya pada beberapa film seperti The Pink Panther (2006), Dreamgirls (2006), dan Obsessed (2009). Di selang waktu melanjutkan karir akting tersebut, Beyoncé menikah dengan penyanyi rapper JAY-Z pada bulan April tahun 2008. Setelah beberapa hal yang terjadi pada dunia akting, Beyoncé pun kembali mengeluarkan album selanjutnya. Ia mengeluarkan album berjudul I am… Sasha Fierce pada tahun 2008. Dilanjutkan pada album 4 pada tahun 2011. Hingga sampai ke album keenam yaitu Lemonade pada tahun 2016 (biography.com).

Sebagian besar dari hasil karya-karya musik Beyoncé memiliki karakteristik Pop, RnB. Sejak awal mula grup Destiny’s Child pun, Beyoncé, Kelly Rowland dan Michelle Williams telah membawakan lagu-lagu bergenre RnB. Hal ini menjadi karakteristik Beyoncé sendiri disaat karya musiknya keluar ke pasar. Begitu pula pada album Everything is Love yang ia lakukan bersama suaminya JAY-Z.

Beyoncé juga bergabung pada berbagai yayasan amal untuk bencana alam, kemiskinan, pendidikan, dan kelaparan. Sebagian besar dari kegiatan tersebut tidak terliput oleh media. Namun beberapa yayasan yang telah tercatat Beyoncé sumbang adalah American Foundation for AIDS research, Clinton Bush Haiti Fund, Feeding America, Food Bank for City, GEMS, Global Poverty Project, Keep A Child Alive project, Children’s Hospital Foundation, Music Rising, Stand up to Cancer, United Negro College Fund, dan lain-lain.

42 Universitas Kristen Petra

4.1.2.2. Shawn Carter

Shawn Corey Carter atau lebih dikenal sebagai JAY-Z adalah rapper, penyanyi, musisi, entrepreneur asal Amerika. Ia lahir pada tanggal 4 Desember 1969 di , New York. Dibesarkan di Marcy Houses sebuah proyek perumahan di lingkungan Bedford Stuyvesant. Shawn dan ketiga saudaranya dibesarkan oleh ibu mereka bernama Gloria Carter setelah ayahnya, Adnis Reeves meninggalkan keluarga mereka.

Gambar 4.3. Shawn Carter atau JAY-Z

Sumber: https://id.pinterest.com/pin/343047696611137559/?lp=true Tumbuh di lingkungan urban seperti New York City membuat Shawn beberapa kali masuk dalam catatan kriminal. Ia sempat menembak bahu adiknya untuk mengambil perhiasan, menjual obat-obatan terlarang, dan sebagainya. Shawn tidak sempat menuntaskan sekolah SMA nya karena terhambat bisnis narkoba. Namun seiring berjalannya waktu, Shawn Carter memulai karier bermusiknya di saat ia mulai bergabung dengan perusahaan rekaman Roc-A Fella Records pada tahun 1995.

Shawn Carter yang mulai dikenal sebagai JAY-Z sebagai nama panggungnya dan ia mulai mengeluarkan karya-karya musiknya. Ia mengeluarkan album debut solo berjudul Reasonable Doubt pada tahun 1996. Melalui album tersebut, namanya melejit dan meneruskan eksistensinya di industri musik. JAY-Z secara total telah merilis 12 album tambahan yang juga sukses di pasaran. Beberapa diantaranya adalah tahun 2001, The Black Album tahun 2003, Watch

43 Universitas Kristen Petra

The Throne tahun 2011, hingga Everything is Love pada tahun 2018. Melalui berbagai karya musik nya tersebut, JAY-Z juga berkolaborasi dengan musisi-musisi lain seperti dan istrinya sendiri Beyonce Knowles.

Dengan berbagai karyanya tersebut, JAY-Z mendapatkan berbagai penghargaan dan label dari institusi-institusi ternama. Sejauh ini, JAY-Z telah memperoleh total 22 Grammy Awards. Ia termasuk dalam musisi dengan musik terlaris di seluruh dunia. Melalui musiknya yang laris di pasaran, ia menjadi penyanyi rapper kulit hitam billionaire pertama di Amerika Serikat.

Di sisi lain, JAY-Z juga sukses dalam membangun bisnisnya, ia menjadi sorotan sebagai pebisnis ternama. Beberapa brand besar yang diciptakan JAY-Z seperti (1999), dan 40/40 luxury sports bar & club (2003) melejit sukses di pasar nasional maupun internasional. Ia juga akhirnya mendirikan perusahaan entertainment Roc Nation pada 2008. Berbagai perusahaan terus dibangunnya hingga saat ini.

4.1.3. Sinopsis Video Musik

Pada beberapa shot awal, video musik Apeshit memperlihatkan setting yang diambil pada Museum , Perancis. Di awali dengan shot close up dengan kombinasi low angle dan oblique angle, terlihat seorang pria berkulit hitam mengenakan celana jeans, sneakers dan sayap malaikat. Ia duduk pada kedua tumpu kakinya, dengan kedua tangan mengatup di depan bangunan Museum Louvre. Shot mulai menjauh (zooming out) sehingga terlihat model bangunan Renaissance Perancis dengan segala karakteristik patung-patung figure manusia sebagai latar di belakang.

Latar video berubah lokasi menjadi bagian dalam suatu ruangan Museum Louvre sendiri. Diperlihatkan bagian langit-langit plafon bagian dalam Museum Louvre. Kemudian diperlihatkan berbagai lorong Museum Louvre yang memiliki banyak pigura lukisan-lukisan yang terdapat di Louvre sendiri. Pada saat ini, suasana menjadi sangat mencengkam karena terlihat lorong-lorong Louvre yang megah namun kosong.

44 Universitas Kristen Petra

Selanjutnya, terdapat suara langkah kaki yang mengenakan sepatu berhak, lalu suara membuka gerbang. Terdapat suara gemuruh surgawi atau yang biasa dikenal dengan angelic voice and moment. Lalu terdapat suara seperti pesawat tempur sedang melewati angkasa, kemudian musik Apeshit dan vokal “yeah,yeah,yeah,yeah,yeah” mulai muncul. Diperlihatkan suatu ruangan besar dimana terdapat berbagai lukisan dengan ukuran yang berbeda-beda tertempel di dinding yang di ambil dengan long shot. Seketika kamera bergerak mendekat ke arah Beyonce dan JAY-Z yang sedang berdiri di depan lukisan sambil bersandar dan saling berpegangan tangan di tumpuan kayu. Shot berpindah lagi pada suatu tangga besar berwarna putih, dengan sekumpulan penari yang terlentang di berbagai anak tangga. Terdapat Beyonce dan JAY-Z yang sedang berdiri di depan patung The Winged Victory of Samothrace. Dengan 13 orang penari latar yang sedang menari di anak tangga. Pada saat frame ini, lirik pada musik Apeshit pun mulai dinyanyikan.

Kemudian video musik menjadi suatu kumpulan potongan-potongan cuplikan dimana The Carters berdiri tegap di berbagai karya lukisan maupun patung pahatan, dengan pakaian-pakaian yang juga menyerupai karya-karya tersebut. Setelah patung The Winged Victory of Samothrace, dilanjutkan pada Great Sphinx of Tanis, The Coronation of The Emperor Napoleon I and The Crowning of The Empress Josephine in Notre-Dame Cathedral, The Raft of Medusa, Venus de Milo, dan sebagainya. Diperlihatkan pula frame dimana penari latar dan peran figuran untuk berdiri di depan berbagai karya lukis dan pahat. Mereka mengenakan pakaian, hingga menari dengan gesture yang serupa dengan karya-karya seni tersebut. Berbagai pencahayaan merah darah hingga biru laut digunakan untuk menerangi proses pengambilan gambar.

Pada akhir video diperlihatkan Beyonce dan JAY-Z menyanyi sambil menari bersama. Beyonce memiliki momen bernyanyi rap sebelum benar-benar beralih pada bagian akhir video. Setelah itu, mereka memperlihatkan mimik dan raut muka yang bahagia, tidak seperti frame-frame awal hingga pertengahan. Sinar yang digunakan sepenuhnya disorotkan pada The Carters. Kemudian terdapat 1 frame penuh akan karya lukisan Potrait of a Negress. Video musik Apeshit ditutup dengan Beyonce dan JAY-Z membalikkan badan menghadap lukisan Mona Lisa.

45 Universitas Kristen Petra

4.1.4. Lirik Lagu Apeshit

Yeah, yeah, yeah, yeah, yeah (4x)

Stack my money fast and go (fast, fast, go)

Fast like a Lambo (skrrt, skrrt, skrrt)

I be jumpin' off the stage, ho (jumpin', jumpin', hey, hey)

Crowd better savor (crowd goin' ape, hey)

I can't believe we made it (this is what we made, made)

This is what we're thankful for (this is what we thank, thank)

I can't believe we made it (this a different angle)

Have you ever seen the crowd goin' apeshit? Rah!

Gimme my check, put some respeck on my check

Or pay me in equity, pay me in equity

Or watch me reverse out the deck (skrrt)

He got a bad bitch, bad bitch

We livin' lavish, lavish

I got expensive fabrics

I got expensive habits

He wanna go with me (go with me)

He like to roll the weed (roll the weed)

He wanna be with me (be with me)

He wanna give me that vitamin D (D!)

Ice ornaments, icy style tournaments (woo)

46 Universitas Kristen Petra

You ain't on to this (no)

Don't think they on to this (no)

(Yeah, yeah, yeah, yeah, yeah, yeah)

Bought him a jet

(Yeah, yeah, yeah, yeah, yeah, yeah)

Shut down Colette

(Yeah, yeah, yeah, yeah, yeah, yeah)

Phillippe Patek

(Yeah, yeah, yeah, yeah, yeah, yeah)

Get off my dick (uh, hey)

Gimme the ball, gimme the ball, take the top shift (ball)

Call my girls and put 'em all on a spaceship (brr)

Hang one night with 'Yoncé, I'll make you famous (hey)

Have you ever seen the stage goin' apeshit? Rah

Stack my money fast and go (fast, fast, go)

Fast like my Lambo (skrrt, skrrt, skrrt)

Jumpin' off the stage, ho (jumpin', jumpin', hey, hey)

Crowd better savor (crowd goin' ape, hey)

I can't believe we made it (this is what we made, made)

This is what we're thankful for (this is what we thank, thank)

I can't believe we made it (this a different angle)

47 Universitas Kristen Petra

Have you ever seen the crowd goin' apeshit? (!)

I'm a gorilla in the fuckin' coupe

Finna pull up in the zoo

I'm like Chief Keef meet Rafiki, who been lyin' "King" to you?

Pocket, watch it, like kangaroos

Tell these clowns we ain't amused

'Nana clips for that monkey business, 4-5 got change for you

Motor cade when we came through

Presidential with the planes too

One better get you with the residential

Undefeated with the cane too

I said no to the Superbowl, you need me, I don't need you

Every night we in the endzone, tell the NFL we in stadiums too

Last night was a fuckin' zoo

Stagedivin' in a pool of people

Ran through Liverpool like a fuckin' Beatle

Smoke gorilla glue like it's fuckin' legal

Tell the Grammy's fuck that 0 for 8 shit

Have you ever seen the crowd goin' apeshit? (Rah)

Stack my money fast and go (fast, fast, go)

Fast like my Lambo (skrrt, skrrt, skrrt)

48 Universitas Kristen Petra

Jumpin' off the stage, ho (jumpin', jumpin', hey, hey)

Crowd better savor (crowd goin' ape, hey)

I can't believe we made it (this is what we made, made)

This is what we're thankful for (this is what we thank, thank)

I can't believe we made it (this a different angle)

Have you ever seen the crowd goin' apeshit? Rah!

Haters in danger (dangerous)

Whole lot of gangin' (gang)

35 chains (chains, chains)

I don't give a damn 'bout the fame (nope)

G8 planes (tshh, tshh)

Alexander Wang (woo!)

She a thot that you claim (woo!)

Can't be toppin' my reign (c'mon, c'mon, c'mon)

Poppin', I'm poppin', my bitches all poppin'

We go to the dealer and cop it all (cop it all)

Sippin' my favorite alcohol (alcohol)

Got me so lit, I need Tylenol (Tylenol)

All of my people, I free 'em all (free 'em all)

Hop in the whip, wanna see the stars

Sendin' the missiles off, trickin' my inhibitions off

250 for the Richard Mille, yeah yeah, live in a field

49 Universitas Kristen Petra

My body make Jigga go kneel

Man, my momma, my loyal, my shield

Look at my jewelry, I'm lethal (lethal)

These diamonds on me, they see-through (see-through)

I'm a Martian, they wishin' they equal (equal)

I got M's on the back like Evisu

Gimme the ball, gimme the ball, take a top shift (she went crazy)

Call my girls and put 'em all on a spaceship

Hang one night with 'Yoncé, I'll make you famous

Have you ever seen the crowd goin' apeshit? Rah!

Stack my money fast and go (fast, fast, go)

Fast like a Lambo (skrrt, skrrt, skrrt)

I be jumpin' off the stage, ho (jumpin', jumpin', hey, hey)

Crowd better savor (crowd goin' heavy)

I can't believe we made it (this is what we made, made)

This is what we're thankful for (this is what we thank, thank)

I can't believe we made it (this a different angle)

Have you ever seen the crowd goin' apeshit? Rah!

Yeah, yeah, yeah, yeah, yeah

Fast and go (Yeah, yeah, yeah, yeah, yeah, yeah (2x))

Sumber: https://www.billboard.com/articles/news/lyrics/8462639/beyonce-jay-z- apeshit-lyrics

50 Universitas Kristen Petra

4.2. Temuan Data

Pada sub bab ini, peneliti akan menjelaskan beberapa temuan data dari teks penelitian yang sedang diteliti. Peneliti juga akan membagi temuan-temuan pada video musik Apeshit oleh The Carters (2018) menjadi beberapa sub bab. Setelah itu, temuan data akan dianalisis menggunakan metode semiotika dan teknik triangulasi teori, agar membawa hasil yang akurat pada penelitian ini.

4.2.1. Penggambaran Setting

Pada beberapa scene awal video musik, terdapat cuplikan ukiran-ukiran bangunan yang menjadi petunjuk lokasi, dimana pengambilan gambar dilakukan. Semakin beralih pada frame-frame selanjutnya, semakin jelas bahwa lokasi yang dipilih The Carters adalah Museum Louvre di , Perancis. Sudut-sudut ruangan hingga bentuk ukiran pada museum ini memiliki ciri khas Rennaissance dan gaya klasik bangunan Perancis. Hal ini dapat di lihat pada lokasi Museum Louvre yang menempati blok Louvre Palace, yang dulunya digunakan sebagai pemukiman para raja-raja Perancis sejak abad ke-16 (louvre.fr).

Gambar 4.4. Detail-detail ukiran dan patung pada bangunan Museum Louvre

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA

Gambar 4.5. Foto bangunan Museum Louvre bagian depan Sumber: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Louvre_Museum_Richelieu_aisle.jpg

51 Universitas Kristen Petra

Bangunan Louvre yang telah berdiri sejak tahun 1190, mulanya digunakan sebagai benteng untuk melindungi kota Paris dari serangan penjajah atau musuh. Di masa itu, bangunan Louvre dirancang lengkap dengan segala sistem ketahanan seperti parit hingga menara pertahanan berbentuk bundar pada sisi tengah dan sudut-sudut bangunannya. Louvre sendiri menjadi suatu simbol otoritas raja Perancis, ketika ia siap meninggalkan negara dan berperang di Perang Salib. Pernyataan tersebut juga dapat dilihat melalui sistem ketahanan dan hukuman Guillotine (penggal kepala khas negara Perancis) yang terdapat di bangunan Louvre sendiri. Secara tidak langsung, bangunan Louvre mengungkapkan ekspresi dunia politik Perancis dan menjadi lambang kekuasaan negara tersebut.

Benteng Louvre, yang sekarang telah menjadi Museum Louvre memiliki berbagai nilai-nilai religius di dalamnya. Hal itu dapat dilihat melalui beberapa frame awal sebelum musik dan nyanyian dimulai. Diperlihatkan lukisan-lukisan pada Museum Louvre baik yang melekat dengan bangunannya (seperti di atap plafon), hingga pajangan karya-karya seni di dalamnya.

Pada frame-frame tersebut diperlihatkan beberapa karya-karya lukisan yang mengandung nilai religius, terkhususnya nilai yang sekarang di anut oleh agama Kristen dan Katholik (Kristiani). Karya lukisan tersebut merupakan lukisan with The Green Cushion dan Golden Gallerie. Dimana lukisan Madonna with The Green Cushion menggambarkan Santa Perawan Maria yang sedang memberi asi anaknya, Tuhan Yesus sendiri. Melalui lukisan tersebut digambarkan sosok keibuan Maria yang pada akhirnya menjujung sosok perempuan dalam dunia religius. Sedangkan Golden Gallerie yang menggambarkan bahwa adanya sisi baik dan buruk dalam dunia, melalui aksi Apollo;sisi baik mengalahkan ular phyton; sisi buruk (louvre.fr).

Hal ini berkaitan erat dengan negara-negara Eropa khususnya Perancis, yang sangat memegang nilai-nilai Kristiani pada kesehariannya. Fakta bahwa paham-paham Kristiani yang sudah melebur dengan budaya-budaya masyarakat Eropa, dapat mempengaruhi kehidupan bahkan kesehariannya. Beberapa diantaranya dapat dilihat melalui cara menjalani kehidupan, tipe musik dan dunia

52 Universitas Kristen Petra hiburan, hingga model konstruksi jalan dan bangunan. Sehingga, nilai-nilai tersebut juga diterapkan pada Museum Louvre sendiri (Roberts, 1998).

Gambar 4.6. Lukisan Apollo Vanquishing The Terpent Python karya Eugene Delacroix (1798-1863)

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA

Gambar 4.7. Lukisan Madonna with The Green Cushion

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA Pada frame pertama video musik Apeshit, terdapat suatu sosok pria berkulit hitam sedang mengenakan sayap malaikat di punggungnya. Sayap malaikat sendiri dianggap menjadi suatu simbol kekuatan yang tidak terikat oleh satu hukum alam pun. Lambang sayap tersebut sekaligus menjadi lambang dari ungkapan cinta dan mengayomi pada agama-agama. Sosok malaikat sendiri digambarkan dalam sosok manusia bersayap (Psalm 91:4).

Namun dalam hal ini, peneliti melihat ada kebutuhan dan tujuan lain dari The Carters dalam penggunaan Museum Louvre sendiri. Selain memberikan simbol bahwa seorang pria berkulit hitam adalah seorang malaikat (dapat melindungi, mengayomi, penuh cinta). The Carters hendak menunjukkan bahwa mereka juga memiliki kepercayaan yang sama dengan masyarakat Eropa terutama Perancis. Melalui nilai-nilai Kristiani, The Carters juga memperlihatkan bahwa mereka merupakan bagian dalam Eropa sendiri. Mereka juga menunjukkan pula bahwa

53 Universitas Kristen Petra mereka memandang agama sebagai suatu hal yang utama. Hal tersebut dapat dilihat melalui lukisan-lukisan yang di shot pada frame-frame awal tersebut.

Selain video musik Apeshit, terdapat beberapa film lain yang juga menggunakan Museum Louvre terkhusus karena nilai-nilai religius yang berada di dalamnya. Contohnya seperti film The Da Vinci Code (2006) dan Angels and Demons (2009). Pada film The Da Vinci Code, fokus unsur-unsur religius dikaitkan pada lukisan-lukisan karya pelukis Leonardo Da Vinci. Dimana Museum Louvre menyajikan karya-karya beliau sebagai suatu lembaga kolektor seni. Berbagai karya-karya Da Vinci menjadi sorotan yang harus dilihat saat mengunjungi Museum Louvre. Begitu pula dengan film Angels and Demons, dimana menjelaskan beberapa nilai-nilai religius pada bangunan-bangunan Eropa khususnya Perancis. Pada film tersebut, juga menceritakan kisah dewa-dewi melalui karya-karya seni di Louvre. Mulai dari dewa Neptunus atau Poseidon hingga dewi Aphrodite. Sebagai bentuk dari kepercayaan-kepercayaan yang dihadirkan pada masyarakat sejak jaman sebelum masehi. Video musik Apeshit menjelaskan nilai-nilai religius melalui sisi ‘cerahnya’. Maksud dari kata cerah itu sendiri menggambarkan kaum Afrika Amerika yang melambangkan nilai positif dari bangunan-bangunan Eropa bersejarah tersebut. Penjelasan dari lambang-lambang tersebut juga sesuai dengan asal usul dan cerita yang dijelaskan oleh deskripsi dari pihak Louvre sendiri. Hal ini dapat terlihat melalui tindakan The Carters untuk menyajikan hal-hal yang bersifat ‘worship’. Kata Worship sendiri dalam dunia Kristen memiliki arti dimana suatu bentuk ibadah yang dapat dilakukan dengan cara memuja, mengidolakan, menghargai layak, dan memberikan penghormatan (Erickson, 1948). Sajian tersebut ditunjukkan The Carters melalui seorang lelaki mengenakan sayap malaikat. Selain itu, terdapat suatu lirik yang juga menunjukkan bahwa The Carters, terkhususnya Beyonce menyebut nama Kristus dengan beberapa orang terdekatnya. “Man, my momma, my Lord, my Shield” Terkait dengan sejarah musik kaum kulit hitam sendiri, mereka menciptakan suatu musik khusus untuk pemujaan pada gereja-gereja etnis Afrika Amerika (bagian selatan AS). Gospel Music menjadi suatu akar religius dan spiritual yang dimiliki oleh kaum Afrika Amerika (Booth, 2018).

54 Universitas Kristen Petra

Nilai-nilai religius yang disajikan oleh The Carters ini berbeda dengan sajian visual pada film The Da Vinci Code dan Angels and Demons. Pada film The Da Vinci Code tersebut, diperlihatkan bahwa nilai-nilai Kristiani justru ‘dijatuhkan’ melalui beberapa penggambaran negatif mengenai gereja Roman Katholik. Terdapat penggambaran pula misteri religius melalui scene pembunuhan di Museum Louvre sendiri. Kemudian melalui pembunuhan tersebut diperlihatkan simbol-simbol yang berbanding terbalik dengan nilai-nilai Kristiani.

Gambar 4.8. Adegan pembunuhan yang dilakukan di Museum Louvre pada film The Da Vinci Code

Sumber: https://www.conspiracy- cafe.com/apps/videos/videos/show/18817644-conspiracy-night-at-the-movies-the-da- vinci-code Hal tersebut menunjukkan relevansi dengan lukisan Leonardo da Vinci, The Vitruvian Man. Diperlihatkan pula pada scene film The Da Vinci Code bahwa terdapat lambang The Pentacle yang ditulis dengan darah pada dada orang yang terbunuh di Louvre tersebut.

Gambar 4.9. The Vitruvian Man

Sumber: https://truththeory.com/2017/11/03/secret-meaning-behind- leonardo-da-vincis-vitruvian-man/

55 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.10. The Pentacle

Sumber: https://www.ancient-symbols.com/symbols-directory/pentacle.html Beberapa simbol tersebut memiliki berbagai macam arti. The Vitruvian Man pada intinya menjelaskan proposi pada bagian tubuh manusia. Dimana seluruh manusia memiliki proporsi yang sama akan unsur maskulinitas dan femininitas (Miller, November, 2017). Terdapat pula simbol The Pentacle yang mengungkap hal-hal yang digambarkan dengannya secara spriritual. Dalam novel Da Vinci Code, peristiwa tersebut merupakan ungkapan bahwa suatu sosok yang ‘Kudus’ bukanlah lelaki namun perempuan. Hal tersebut berbeda dengan pandangan masyarakat Kristen mengenai sosok Tuhan. Dimana digambarkan sebagai Tuhan Yesus Kristus yang memiliki jenis kelamin laki-laki (Brown, 2003).

Begitu pula film seriesnya Angels and Demons yang menceritakan kode- kode lainnya tentang dunia Kristen. Beberapa scene yang disajikan ada bangunan- bangunan yang memiliki nilai religius yang terungkap menjadi suatu petunjuk iluminati (Brown, 2000).

Gambar 4.11. Adegan Pembakaran Pastor di Gereja Notre Dame

Sumber: https://www.italyguides.it/en/lazio/rome/travel-guides/travel- tips/angels-and-demons-movie-locations-in-rome

56 Universitas Kristen Petra

Melalui berbagai hal diatas, The Carters menunjukkan bahwa etnis Afrika Amerika mengakui nilai-nilai religius dalam agama Kristiani. Mereka melambangkan berbagai hal positif mengenai bangunan-bangunan Eropa bersejarah. Di sisi lain, mereka juga menunjukkan sisi pemberontak atau rebel dari etnis Afrika Amerika sendiri. Sama halnya dengan konsep-konsep dari lukisan Leonardo da Vinci yang memiliki nilai-nilai yang memberontak paham masyarakat pada umumnya. Pada penggambaran ini, di dukung dengan kamera angle yang di ambil secara low angle pada seorang pria berkulit hitam pada frame awal tersebut. Menurut John Fiske, low angle dapat memperlihatkan sosok mana yang ‘besar’ atau memiliki kuasa. Seorang pria Afrika Amerika ini juga diperlihatkan sebagai sosok yang penting dan berkuasa karena angle tersebut.

4.2.2. Penampilan Etnis Afrika Amerika

Pada video musik Apeshit, terdapat beberapa frame yang menampilkan suatu performance tari-tarian. Penampilan tersebut ditunjukkan pada berbagai tempat dan spot yang berbeda-beda. Berbagai penampilan dilakukan oleh The Carters. Namun selain The Carters, terdapat beberapa penari latar yang ikut menampilkan sebuah tari-tarian. Beberapa diantaranya ikut tampil pada suatu shot yang sama dengan The Carters. Ada pula penari latar yang ditampilkan sendiri sebagai center of attention pada suatu shot. Dapat di lihat pada frame di bawah ini, perbedaan sajian penampilan penari latar.

Gambar 4.12. The Carters dan penari latar pada suatu frame yang sama

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA

57 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.13. Para penari latar sebagai center of attention pada suatu shot

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA Beberapa penari latar yang direkrut dalam video musik Apeshit, sebagian besar adalah orang Afrika Amerika. Hal ini dapat di lihat pada ciri khas kulit gelap atau hitam kontras yang dimiliki para penari latar pada shot di atas. Hanya terdapat 1 penari latar wanita berkulit putih dan berambut pirang pada barisan paling kanan. Pada gambar di atas dijelaskan pula, perbandingan dari keseluruhan penari latar berkulit hitam dan putih adalah 12:1.

Jika melihat ke beberapa album karya Beyonce dan JAY-Z di masa lampau, penggunaan figuran dan penari latar beretnis Afrika-Amerika telah menjadi suatu karakteristik bagi mereka. Dapat di lihat dari perjalanan karir Beyonce dan JAY-Z di industri musik tahun 2000-an. Karya-karya lagu yang bertemakan RnB tersebut selalu cenderung membahas topik asmara dan cinta. Begitu pula pada beberapa album solo Beyonce dan JAY-Z pada awal tahun 2000. Topik mengenai cinta, asmara, dan seks selalu menjadi topik pada album-album debut solo. Topik tersebut terus digunakan karena memang menarik pasar untuk membeli dan memiliki karya musik tersebut. Begitu pula dengan JAY-Z yang membawa topik kekayaan, kemakmuran hidup, kebahagiaan hidup, tubuh wanit hingga seks ke dalam lagu- lagunya.

Dalam lagu-lagu Beyonce dan JAY-Z yang mendapat penghargaan nominasi best single pada beberapa album lampau Beyonce seperti Crazy in Love (Dangerously in love album- 2003), Irreplaceable (B’day album-2006), (I am… Sasha Fierce Album-2008), Best Thing I Ever Had (4 album-2011), Drunk in Love (Beyonce-2013) (billboard.com). Sama halnya dengan best singles pada album-album milik JAY-Z seperti Can’t Knock the Hustle (Reasonable

58 Universitas Kristen Petra

Doubt-1996), I Just Wanna Love You (The Dynasty Roc la Familia-2000), (The Black Album-2003), (Kingdom Come-2006), Roc Boys (American Gangster-2007), hingga Holy Grail (Magna Carta.. Holy Grail- 2013) (.com). Lagu-lagu yang bertopik cinta dan asmara di atas juga telah menggunakan peran figuran atau penari latar pada video musiknya. Etnis Afrika- Amerika pun juga telah mendominasi peran figuran dan penari latar dalam video- video musik Beyonce dan JAY-Z tersebut. Perbedaannya, pada video musik lagu- lagu tersebut, penari latar dan peran figuran beretnis Afrika Amerika digunakan sebagai penguat identitas penyanyi. Bukan sebagai pembanding ataupun kritik terhadap ras lain yang ada di dalam video musik tersebut.

Gambar 4.14. Beyonce menari bersama dua penari latar Afrika-Amerika di video musik Single Ladies

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=4m1EFMoRFvY

Gambar 4.15. JAY-Z menggunakan pemeran figuran di video musik Dirt Off Your Shoulder

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=Oz_-VaTHpc8 Melalui screenshots di atas, Beyonce menggunakan penari latar untuk bernari dengan koreografi yang sama dengannya. Ia juga memakai baju yang serasi dengan penari latar meski terlihat berbeda potongan di bagian dadanya. Begitu pula dengan JAY-Z, ia menggunakan pemeran figuran sebagai penguat cerita, dimana ada kaum pemberontak yang segala perannya dimainkan oleh kaum Afrika- Amerika.

59 Universitas Kristen Petra

Namun sejak keluarnya album Formation dan 4:44 yang merupakan kesatuan rangkaian trilogi album dari Everything is Love, topik utama yang hadir tidak hanya cinta dan asmara. Penggunaan peran figuran dan penari latar beretnis Afrika-Amerika menjadi suatu konsep baru terhadap karakteristik topik pada lagu- lagu Beyonce dan JAY-Z sendiri. Peran figuran dan penari latar beretnis Afrika Amerika menjadi alat untuk menggambarkan dominasi identitas mereka bahkan digunakan sebagai kritik. Beyonce pun mengatakan bahwa album Formation mengangkat nilai-nilai black pride. Dimana dapat memberi efek pada penggunaan peran figuran dan penari latar berkulit hitam tersebut. Black Pride sendiri merupakan nilai-nilai yang menjunjung tinggi kelebihan dan karakteristik unik yang dimiliki orang-orang berkulit hitam. Hal-hal tersebut dapat di lihat melalui konteks yang berhubungan dengan video musik Beyonce dan JAY-Z.

Gambar 4.16. Seorang anak laki-laki berkulit hitam menari di depan barisan polisi kulit putih pada video musik Formation Beyonce

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=WDZJPJV__bQ

Gambar 4.17. Tulisan “Stop Shooting US” pada video musik Formation Beyonce

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=WDZJPJV__bQ Melalui cuplikan video Formation di atas dapat di lihat bahwa penggunaan peran figuran Afrika-Amerika bisa digunakan sebagai sarana kritik. Dimana cuplikan tersebut dapat diartikan sebagai sebuah kritik akan peristiwa penembakan

60 Universitas Kristen Petra yang terjadi pada warga Afrika-Amerika di AS. Hal ini dapat di lihat melalui maraknya berita mengenai penembakan terhadap kaum Afrika Amerika pada tahun 2015-2016. Di sisi lain, topik yang mengangkat dominasi budaya etnis Afrika- Amerika memang menjadi pembahasan yang hangat di industri hiburan. Tidak terkecuali pada The Carters yang memang mulai mengangkat topik ini disaat mereka membuat ‘sekuel’ atau sistem album trilogi ini.

Pada video musik Apeshit, keseluruhan penari juga mengenakan model dan bahan pakaian yang sama yaitu seamless spandex material yoga outfit. Warna- warna yang dikenakan oleh tiap penari merupakan kumpulan warna nude yang sesuai dengan warna kulit masing-masing penarinya. Dengan menggunakan pakaian ini, warna kulit pada tiap individu terlihat semakin mencolok dan kontras. Bahkan beberapa diantara mereka terlihat seperti tidak mengenakan pakaian. Hal tersebut dikarenakan pilihan warna spandex yang serasi dan senada dengan warna kulit mereka. Disaat-saat tertentu, penggunaan kain spandex pada para penari latar justru membuat mereka seperti tidak mengenakan pakaian apapun. Sajian visual yang ingin ditunjukkan seperti mengarah pada ‘showcasing’ atau memamerkan warna kulit mereka masing-masing.

Gambar 4.18.Contoh Seamless nude color legging berbahan spandex

Sumber: https://www.amazon.com/NEOSAN-Womens-Seamless-Slipshorts- Panties/dp/B07CVW18JT Selain warna kulit hitam, ciri khas etnis Afrika-Amerika dapat dilihat pada ciri-ciri rambut berwarna coklat atau hitam. Disertai dengan model keriting atau braids yang sudah menjadi ciri-ciri genetik etnis Afrika. Model rambut braids

61 Universitas Kristen Petra sendiri sudah ada sejak 3500 SM. Pertama kali digunakan di Afrika oleh warga Himba people of Namibia. Pada suku tersebut, braids digunakan sebagai pembeda antara suku satu dengan lainnya. Bentuk dan model ikatan braids juga dapat digunakan sebagai indikasi suku seseorang, status pernikahan, umur, agama, kekuasaan, hingga kekayaan. Proses pembuatan braids yang memakan waktu cukup lama, juga menghantar alternatif pada warga suku untuk menjalin hubungan sosial antar sesamanya (Allen, April 29, 2019).

Gambar 4.19. Proses pembuatan braids orang-orang Himba

Sumber: https://africageographic.com/blog/5-interesting-facts-about-the- himba/ Terdapat beberapa shot yang menunjukkan ciri khas suku Afrika-Amerika di video musik Apeshit terkhususnya pada gaya rambut. Dengan adanya sajian shot ini, peneliti dapat melihat identifikasi etnis Afrika Amerika tersebut. Berikut screenshot pada salah satu frame yang menunjukkan karakteristik dari Afro Amerika sendiri.

Gambar 4.20. Warna rambut hitam dan pengenaan model braids

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA Terdapat penggambaran wanita berkulit hitam yang memiliki warna rambut hitam dan mengenakan model braids sebagai style rambutnya. Selain warna rambut

62 Universitas Kristen Petra coklat dan hitam bermodel braids, style fashion yang dikenakan tiap figuran pada video musik Apeshit juga menunjukan ciri khas etnis Afrika Amerika. Beberapa pakaian seperti kaus kutang berwarna putih, jaket bertudung, ripped jeans, dan sneakers yang lebih dikenal dengan street style telah melekat pada penggambaran warga imigran Afrika di Amerika. Hal ini dapat kita lihat pada film-film Hollywood hingga sajian visual pada suatu game ternama dari Amerika.

Gambar 4.21. Seorang pria berdiri di atas kuda hitam mengenakan kaus kutang putih dan celana jeans biru

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA

Gambar 4.22. Sajian visual pada game Grand Theft Auto San Andreas

Sumber: https://www.dualshockers.com/gta-san-andreas-xbox-backward/ Pada screenshot gambar di atas, dapat disimpulkan pula bahwa salah satu style warga beretnis Afrika Amerika merupakan street style. Game Grand Theft Auto San Andreas yang mengambil suasana pemukiman di Los Santos, menjelaskan detail mengenai street style tersebut. Street style yang digunakan pada GTA San Andreas sudah melekat sebagai style jalanan Amerika. Beberapa film produksi Hollywood pun menyertakan wardrobe street style yang serupa untuk aktor- aktornya. Salah satu contoh aktor yang menggunakan white tanks street style adalah Tyree Gibson dari film Girlfriend (2013).

63 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.23. Tyree Gibson di film Girlfriend (2013)

Sumber: https://id.pinterest.com/nosilove/t-y-r-e-s-e/ Penyanyi, musisi, dan komposer Snoop-Dogg juga terlihat mengenakan street style ini pada salah satu photoshoot yang dilakukannya.

Gambar 4.24. memakai kaus kutang berwarna putih

Sumber: http://www.statemaster.com/encyclopedia/Wifebeater-(slang) Kaus kutang berwarna putih tersebut terlihat jelas sudah menjadi suatu hal yang signifikan pada street style fashion. Street style sendiri sebenarnya memiliki banyak model dan tipe. Pada tahun 2000an, peminatan masyarakat terhadap street style fashion telah melampaui karya-karya desainer bahkan brand-brand multinasional. Karena pada dasarnya indikasi street style adalah model dan gaya pakaian yang muncul berdasarkan daerah-daerah alternatif yang dekat dengan individu. Maka dari itu street style di tempat yang satu akan selalu berbeda dengan street style yang ada di tempat yang lain. Karena tren yang berada pada lingkungan sekitar selalu berbeda dan berputar, sesuai dengan alur perbincangan pada setiap lingkungan sosial pula (Anna, June 5, 2017).

64 Universitas Kristen Petra

Belum semuanya, ternyata masih terdapat petunjuk dimana penari latar dan para figuran di video musik Apeshit adalah orang Afrika-Amerika. Terdapat suatu scene dimana seorang wanita sedang menyisir rambut seorang pria berambut hitam keriting di depannya. Terlihat pada shot tersebut, perempuan menggunakan sisir khusus untuk menyisir rambut kaum Afro-Amerika.

Gambar 4.25. Seorang wanita sedang menyisir rambut pria di depannya dengan sisir khusus untuk rambut Afro Amerika

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA

Gambar 4.26. Sisir khusus rambut Afro Amerika

Sumber: https://id.aliexpress.com/popular/black-african-hair-styles.html Melalui sisir ini, dijelaskan pula bahwa dominasi warga Afrika memiliki rambut keriting dengan volume yang cukup besar. Jari-jari sisir di desain dapat menangkap volume rambut orang Afrika-Amerika. Dengan bahan dasar besi (sejenis kawat untuk jari-jarinya), sisir ini dapat tetap kokoh disaat harus menyisir rambut keriting dan volume yang banyak.

Melalui beberapa screenshot di atas, dapat di lihat bahwa unsur-unsur temuan data di dapat melalui kode penampilan dan kostum pada level realitas milik John Fiske. Kode penampilan pada dasarnya dapat menunjukkan karakteristik fisik pada suatu subyek. Menurut John Fiske, terdapat dua aspek dalam penampilan yaitu

65 Universitas Kristen Petra aspek yang dapat dikendalikan dan aspek yang tidak dapat dikendalikan. Pada screenshot di atas, terdapat dua keterangan aspek mengenai penampilan. Aspek yang dapat dikendalikan yakni gaya/model rambut braids, dan pakaian white tanks; blue jeans; dan sepatu sneakers. Sedangkan aspek yang tidak dapat dikendalikan yakni warna kulit hitam yang disajikan, karena warna kulit sudah melekat sejak pribadi tersebut lahir.

Sama halnya dengan fokus pada kode kostum yang dikenakan pada berbagai frame di video musik Apeshit. Menurut John Fiske, kode kostum adalah suatu bentuk lain untuk menjelaskan kondisi sosial akan subyek yang mengenakannya. Pada hal ini, kostum-kostum yang dikenakan oleh para penari latar berupa spandex outfit dengan warna yang menyerupai warna kulit mereka masing-masing dapat memberi identitas para pemakainya. Para penari latar dapat di lihat memiliki kulit yang cenderung gelap atau hitam karena adanya pakaian tersebut. Begitu pula dengan white tanks yang menjadi sebuat “street style” di Amerika. Street style sendiri menjelaskan mengenai golongan-golongan orang yang memakainya. Seperti di GTA San Andreas, aktor utama mengenakan kaus kutang yang memiliki peran protagonis. Namun ia dikelilingi dengan lingkungan drug dealers hingga gangster. Hal tersebut juga diterapkan pada watak yang dimainkan oleh aktor Tyree Gibson pada film Girlfriend rilisan 2013. Disertai dengan penyanyi RnB pop Snoop Dogg yang juga mengenakannya.

Dari beberapa kumpulan screenshot frame di atas, dapat kita ketahui bahwa peran penari latar dan figuran di video musik Apeshit di dominasi oleh etnis Afrika- Amerika. Dengan beberapa ciri khas yang terkait dengan etnis Afrika Amerika, terlihat pula berbagai ciri fisik dan sifat dari kaum tersebut. Pada situasi ini, peneliti juga menemukan terdapat tujuan lain dari The Carters untuk menggunakan penari latar dan pemeran figuran yang di dominasi oleh etnis Afrika Amerika. Hal ini terdapat relevansi dengan bangunan Museum Louvre sendiri. Dimana dulunya, Louvre merupakan suatu ‘media’ dari Napoleon Bonaparte untuk menjelaskan kisah sejarah/perjuangan dari pemerintahannya. Napoleon mengatakan bahwa Louvre merupakan harta yang tak ternilai harganya, karena mencakup banyak sejarah dari Perancis bahkan Eropa sendiri. Louvre menampung segala karakteristik Perancis, termasuk orang-orangnya. Disini, The Carters mempertunjukkan segala

66 Universitas Kristen Petra karakteristik yang dimiliki oleh Afrika Amerika di antara segala hal-hal iconic Eropa (Horne, 2002).

4.2.3. Kostum yang dikenakan etnis Afrika Amerika

Pada video musik Apeshit, terdapat berbagai macam kostum dan atribut- atribut lainnya yang disajikan untuk menarik perhatian khalayak. Sebagian besar dari kostum yang dikenakan The Carters memiliki warna-warna yang serasi dengan warna-warna lukisan, patung, bahkan dinding bangunan Louvre sendiri. Model- model pakaiannya pun bervariasi, mulai dari setelan jas atau suits, couture dress, hingga lingerie/corset disertakan dalam video musik Apeshit.

Berbagai kostum yang dikenakan The Carters di video musik Apeshit merupakan suatu rancangan yang melibatkan tim yang besar. Karena sebagian besar dari kostum-kostum yang dikenakan, merupakan pakaian custom dari brand-brand ternama. Untuk penentuan kostum yang akan dikenakan Beyonce saja, melibatkan minimal 3 fashion stylist. Sedangkan untuk JAY-Z minimal 2 stylist, masing- masing untuk perencanaan awal konsep wardrobe untuk video musik Apeshit.

Dimulai dari penampilan pertama di saat The Carters berdiri di depan lukisan Mona Lisa. Pakaian yang dikenakan Mona Lisa merupakan suatu pakaian khas Florentine fashion pada eranya. Florentine fashion sendiri biasa dikenakan para kaum elit atau bangsawan. Hal ini juga memperjelas latar belakang dari Lisa Gherardini sendiri, dimana ia adalah seorang istri dari pedagang sutra kaya raya, del Giocondo. Mona Lisa dapat terlihat mengenakan gaun hitam berbahan sutra. Di sekitar bahunya juga terbalut kain sutra berwarna silver dan kain sutra berwarna emas pada lengannya. Selain itu, pada bagian kepalanya dilengkapi dengan tudung tipis berwarna hitam (The Editors of Encyclopedia Britannica).

Sesuai dengan Mona Lisa, pakaian yang dikenakan oleh The Carters merupakan pakaian yang tidak asing lagi di kalangan kaum elit Amerika, yaitu setelan tuksedo. Setelan jas ini pertama kali keluar tahun 1865 di Inggris, saat perusahaan Henry & Poole menjahitkan setelan jas berekor pertama untuk Pangeran Wales yang kemudian menjadi Raja Edward VII. Nama tuksedo sendiri mulai muncul disaat setelan jas ini masuk ke negara Amerika pada tahun 1885.

67 Universitas Kristen Petra

Berdasarkan taman Tuksedo pada pemukiman bersuasana pedesaan di New York yang di buat oleh keluarga millioner Lorillard, nama tuksedo ditemukan. James Brown Potter mulai memakai setelan ini ke acara gala dengan mengatakannya jas tuksedo. Sejak saat itu, tuksedo menjadi pakaian wajib para kaum elit saat mendatangi acara-acara resmi maupun semi-resmi (Loveland, 2019).

Terlihat Beyonce dan JAY-Z sama-sama sedang mengenakan setelan jas dan keduanya juga tidak mengenakan baju atau kaus rangkap di dalamnya. Sehingga dapat terlihat bagian dada Beyonce maupun JAY-Z. Dimana sama dengan lukisan Mona Lisa yang memakai gaun low cut pada kerahnya, sehingga terlihat bagian dada Mona Lisa sendiri. Dengan bahan dasar satin, setelan Beyonce menuai harga $2860 ($1870 untuk jas, dan $990 untuk celana) setara dengan Rp. 41.018.120. Menunjukkan bahwa setelan jas berbahan satin ini tidak untuk semua orang. Sedangkan JAY-Z mengenakan rancangan desainer Dries Van Noten dengan kisaran $929-1000 atau setara dengan 13,3 juta rupiah. Setelan ini jelas untuk para kaum elite, dimana orang yang dapat membeli serta melakukan perawatan terhadapnya. Melalui adanya persamaan tema pakaian tersebut, peneliti dapat melihat bahwa The Carters sedang membangun image diri layaknya lukisan Mona Lisa.

Gambar 4.27. Beyonce dan JAY-Z mengenakan setelan jas di depan lukisan Mona Lisa

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA Beberapa kritikus fashion menilai bahwa sajian matching suits dengan warna magenta dan hijau aquamarine bisa dilambangkan sebagai unsur feminim dan maskulin dari sosok The Carters sendiri. Namun fashion stylist Beyonce dan JAY-Z pun mengungkap bahwa pada penampilan ini, warna-warna tersebut sengaja dipilih untuk membawa kesan berkelas dan mahal pada diri mereka. Setelan jas

68 Universitas Kristen Petra yang serasi dengan milik Beyonce juga dikenakan oleh penyanyi . Ia juga mengenakan setelan jas dengan cara yang sama. Dimana Gaga tidak mengenakan pakaian dalam, sehingga terlihat bagian dada dari tokoh tersebut.

Gambar 4.28. Lady Gaga memakai setelan jas berwarna pink

Sumber: https://www.pinterest.com/pin/421157002647882893/ Penggunaan setelan jas berwarna pink dan aquamarine dapat dikatakan sebagai terobosan baru dari asal muasal setelan jas yang cenderung berwarna hitam atau gelap. Dimana warna pink sendiri dilambangkan sebagai feminine, cinta, dan kelembutan. Jika warna pink digabungkan dengan warna aquamarine, keduanya dapat menimbulkan perasaan energetik pada lingkungan sekitarnya (Whelan, 1994).

Citra berkelas dan mahal tersebut juga dapat di lihat melalui penambahan atribut aksesoris pada leher Beyonce dan JAY-Z. Beyonce sedang menggunakan kalung berlian yang cukup menarik perhatian karena ukurannya yang cukup besar. Kalung tersebut merupakan koleksi dari Meriska Jewelry, bernama Persian drops set necklace. Harga signifikannya pun belum ditunjukkan oleh Meriska Jewelry, karena dimaksudkan sebagai item lelang. Namun untuk diamond set dengan rancangan rumit tersebut, perlelangan dikisarkan mulai dari angka $1 Milliar.

69 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.29. Meriska Jewelry Persian Drop Necklace Sumber: https://www.messika.com/en/collier-persian-drops-or-blanc-diamant

Gambar 4.30. Meriska Jewelry Persian Drop Earrings Sumber: https://www.messika.com/en/collier-persian-drops-or-blanc-diamant Model perhiasan Diamond seperti screenshot di atas, biasanya digunakan pada acara-acara resmi yang dimana tidak semua orang dapat mengakses acara tersebut.

Gambar 4.32. Jessica Alba memakai diamond necklace dari Harry Winston di acara Golden Globes

Sumber: http://www.golberz.com/2013/09/celebrities-diamond-necklaces.html

70 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.32. Jennifer Garner memakai diamond necklace dari Neil Lane di acara Oscars

Sumber: http://www.golberz.com/2013/09/celebrities-diamond-necklaces.html Selain pakaian dan aksesoris tersebut, terdapat berbagai kostum The Carters yang menyerupai karya-karya yang berada di Louvre lainnya. Tidak jauh berbeda dengan desainer Peter Pilotto dan Van Noten, beberapa kostum yang dikenakan berikut juga memiliki harga yang melambung tinggi.

Pada shot yang di ambil pada The Winged Victory of Samothrace atau nike. Beyonce sedang mengenakan Stephane Rolland Couture Dress senilai $ 140.000 atau senilai dengan 1.9 miliar rupiah. Gaun tersebut belum termasuk dengan Alexis Cape di bahu Beyonce yang digunakan sebagai lambang dari sayap The Winged Victory of Samothrace tersebut. Sedangkan JAY-Z mengenakan setelan jas dari Givenchy dengan kisaran harga $1500- $2000 atau senilai 21-28 juta rupiah.

Gambar 4.33. Beyonce dan JAY-Z mengenakan pakaian desainer di depan patung The Winged Victory of Samothrace

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA Frame ini memperlihatkan Beyonce dan JAY-Z seperti kedua mempelai. Dengan mengenakan pakaian Couture dress dan setelan jas putih, Beyonce dan

71 Universitas Kristen Petra

JAY-Z seperti sedang menjalankan suatu pernikahan di Gereja. Dilengkapi dengan kedua tangan yang saling menggenggam pula.

Gambar 4.34. Marvin Humes dan Rochelle Wiseman menikah dengan setelan jas dan gaun couture putih

Sumber: https://www.pinterest.com/pin/357614026633001583/ Beralih pada kostum lainnya, dimana Beyonce dan JAY-Z sedang duduk bersama dengan latar background suatu lorong di Museum Louvre. The Carters mengenakan pakaian bermotif dan disertai oleh berbagai aksesoris emas lainnya. Beyonce sedang mengenakan pakaian karya desainer Donatella Versace. Pakaian tersebut terdiri dari 3 piece yaitu bra seharga $775 ( 11 juta rupiah), penutup kepala atau foulard seharga $475 (6,7 juta rupiah), Versace silk baroque rope seharga $2475 (35 juta rupiah) dan sepatu heels $885 (12,6 juta rupiah) yang menunjukkan total keseluruhan $4610 atau setara dengan 65,7 juta rupiah. Sedangkan JAY-Z terlihat mengenakan setelan jas karya Dries Van Noten yang disertai dengan kalung Gucci x Dapper dan Hercules seharga $3500 atau setara dengan 49,8 juta rupiah.

Gambar 4.35. Beyonce dan JAY-Z mengenakan pakaian desainer Versace dan Dries Van Noten

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA

72 Universitas Kristen Petra

Ketiga, terdapat potongan shot yang menyajikan The Carters dengan patung pahat bernama Great Sphinx of Tanis. Pada frame ini, terdapat patung Sphinx atau Shesep-ankh (dalam bahasa Mesir). Patung Sphinx pada dasarnya menjelaskan suatu sosok berbadan singa dan berkepala raja. Oleh masyarakat Mesir, Shesep- ankh digambarkan sosok penjaga para dewa-dewa. Maka tak diherankan, patung Sphinx selalu berada di tempat-tempat dimana para dewa-dewa muncul. Pada situasi ini, Beyonce dan JAY-Z sama-sama mengenakan long trench coat, namun dengan bahan dasar yang berbeda. Beyonce mengenakan long leather coat karya desainer MCM dengan Misa Hyton, dan sepatu knee-high dari Y/Project. Sedangkan JAY-Z dari atas sampai bawah mengenakan pakaian karya desainer Alexander Wang. Warna-warna yang digunakan memperlihatkan keeksotisan dari Beyonce dan JAY-Z.

Gambar 4.36. The Carters berpose di depan patung Sphinx

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA Melalui berbagai kumpulan data di atas, peneliti ingin memperlihatkan pakaian yang dikenakan oleh para penari latar dan figuran. Berbeda dengan Beyonce dan JAY-Z, pakaian-pakaian dan kostum yang dikenakan oleh penari latar dan figuran cenderung polos dan tak bermotif. Bahkan beberapa figuran yang telah dipilih untuk tampil pada video musik, ada yang tidak mengenakan baju atasan atau telanjang dada.

73 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.37. Para penari latar mengenakan pakaian spandex berwarna nude

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA

Gambar 4.38. Figuran laki-laki bertelanjang dada

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA Salah satu contoh yang lain dapat dilihat pada frame yang memperlihatkan frame lukisan Potrait of Madame Recaimer. Ditunjukkan dua wanita yang mengenakan pakaian yang sama dengan para penari latar di frame The Winged Victory of Samothrace. Pada shot tersebut, dua wanita penari latar ini terlihat memiliki warna kulit hitam. Mereka dihadirkan bersama dengan lukisan Potrait of Madame Recamier sambil mengenakan kain putih yang digunakan sebagai tudung kepala yang menutupi rambut mereka.

74 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.39. Dua penari latar berpose di depan lukisan Potrait of Madame Recaimer

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA Sosok dari Julliete Recaimer sendiri di nilai sebagai salah satu wanita yang sangat dikagumi pada masanya, ia juga merupakan seorang sosialita Perancis. Theophile Gautier selaku pengkritik seni dan literasi mengatakan bahwa lukisan Madame Recaimer merupakan lambang kecantikan yang tidak bisa di deskripsikan, lukisannya sendiri seperti suatu susunan puisi. Keeleganannya dapat di lihat dari segala hal yang tidak tertutupi kain putih (louvre.fr).

Melalui pernyataan kritikus seni Perancis Theophile, dapat di lihat bahwa frame ini ingin menunjukkan arti dari lambang kecantikan dan keeleganan. Dapat di lihat pula bahwa video musik Apeshit ingin menyajikan dua wanita berkulit hitam yang hanya mengenakan kain putih di kepala mereka.

Dilanjutkan pada lukisan The Charging Chasseur karya Theodore Gericault. Pada lukisan ini digambarkan seorang prajurit Perancis (kulit putih) yang sedang bertarung sendiri di tengah cengkraman terror yang ditimbulkan oleh orang- orang yang keluar dari ambisi militer. Lukisan ini menggambarkan seorang prajurit yang gagah berani maju seorang diri, meski di dalam kandang lawan.

Gambar 4.40. Lukisan The Charging Chasseur

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA

75 Universitas Kristen Petra

Lukisan ini juga dikatakan memiliki kesinambungan dengan frame selanjutnya. Terdapat seorang pria berkulit hitam yang mengenakan kaus kutang putih, celana jeans, bandana di leher, sepatu boots, dan topi koboi di kepalanya. Ia terlihat sedang berdiri di atas punggung seekor kuda hitam.

Gambar 4.41. Seorang lelaki berkulit hitam berdiri di atas kuda

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA The Carters membentuk image prajurit mereka sendiri dengan menggunakan seorang lelaki berkulit hitam. Ia juga mengenakan pakaian street style Amerika dilengkapi dengan topi cowboy. Lelaki ini juga terlihat sedang melempar pandangan ke atas. Di sekelilingnya tersusun tanaman hijau dan pepohonan. Pada situasi ini, The Carters juga menempatkan etnis Afrika Amerika sebagai sosok cowboy yang biasanya digambarkan oleh kaum kulit putih pada berbagai media. Cowboy sendiri biasa diperlihatkan sebagai sosok prajurit yang mampu berkelana jauh dan bertarung sendiri atau lone ranger (dictionary.com).

Penggambaran seorang prajurit tersebut juga terdapat pada film Django Unchained. Dimana dalam penelitian Representasi Afro-Amerika dalam Film Django Unchained karya Gabriel Evelin Fabrina dijelaskan bahwa sosok Afro- Amerika dapat menjadi seorang kesatria tunggal atau lone hero. Melalui penelitan tersebut dijelaskan dimana orang kulit hitam digambarkan berjuang sendiri untuk mencapai tujuannya dengan melakukan pembelaan diri. Orang kulit hitam yang digambarkan juga memiliki sidekick yang merupakan orang kulit putih (Fabrina, 2013, p.93)

76 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.42. Kostum Orang Afrika Amerika sebagai Lone Hero

Sumber: http://collider.com/jamie-foxx-django-unchained-interview/

Gambar 4.43. Topi Cowboy

Sumber: https://www.amazon.com/Brown-Child-Faux-Western- Cowboy/dp/B005L9E3LC Kostum yang dikenakkan juga seperti layaknya cowboy. Terdapat ciri khas topi lingkaran, yang pinggir-pinggirnya melengkung. Terlihat pula aktor Jamie sedang mengenakan syal yang biasanya melindungi mata dan pernapasan para penunggang kuda disaat melintasi padang pasir. Atribut-atribut cowboy pada video musik Apeshit tersebut, diperlihatkan dicampur dengan street style khas Amerika.

Perbedaan ini membawa pernyataan peran dan karakter mana yang kuat di video musik ini. Beyonce dan JAY-Z dengan penampilan dan kostum yang bervariasi secara tidak langsung menyerupai berbagai karya lukisan ataupun patung di Museum Louvre. Namun untuk sebagian besar penari latar dan figuran, mereka hadir untuk memberi simbol-simbol baru di luar karya-karya seni yang ada. Meski keduanya sama-sama bertujuan sebagai pendukung proses penyampaian pesan video musik, sistem dominasi dan sorotan masih digunakan. Fashion stylist JAY-Z juga menyatakan pada suatu interview bahwa tim wardrobe memang tidak terlalu

77 Universitas Kristen Petra mendetailkan penampilan para penari latar. Mereka tidak merencanakan proses custom khusus untuk para penari karena waktu yang mepet (Petrarca, June 19, 2018).

Melalui berbagai screenshot dan pernyataan di atas dapat di lihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kostum The Carters dengan penari latar dan figuran. Baik secara hasil visual video atau secara proses pun, terdapat perbedaan perlakuan antara kostum-kostum mereka. Hal ini dapat dikaitkan dengan pernyataan John Fiske mengenai kostum. Kode kostum sendiri pada awalnya dapat menjadi media penyampaian pesan yang kuat. Disaat yang bersamaan, John Fiske menyatakan bahwa kostum juga dapat menjelaskan kondisi bahkan status sosial dari subjek tersebut. Secara tidak langsung segala tatanan dan rancangan dari tim wardrobe, terdapat suatu tujuan pembentukan sifat-sifat tiap orang di dalam video musik ini.

4.2.4. Gesture Etnis Afrika Amerika Selain kostum-kostum yang bervarian, The Carters juga menunjukkan beberapa gerakan tubuh, tingkah laku hingga raut wajah (mimik) yang beraneka macam di video musik ini. Pada frame awal, mereka pun sudah menunjukkan adanya suatu gerakan dan tingkah laku tertentu. Dimana yang kemudian memiliki arti yang terpendam di dalamnya. Di mulai dari frame dimana lukisan Mona Lisa atau La Gioconda karya Leonardo da Vinci (1797) dihadirkan bersama Beyonce dan JAY-Z. Lukisan Mona Lisa merupakan suatu lukisan terpopuler di Museum Louvre dan dunia. Terdapat beberapa hal yang membuat lukisan Mona Lisa ini terkenal, salah satunya adalah ekspresi yang sulit di baca. Senyum tipis yang dikombinasi dengan jidat yang sedikit dikerutkan. Dapat diartikan sebagai daya memikat dan sosok yang tidak bisa dijangkau, membuat lukisan Mona Lisa menjadi teka-teki di kalangan masyarakat (louvre.fr).

78 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.44. Ekspresi Mona Lisa yang ‘sulit di baca’

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA

Gambar 4.45. Lukisan Mona Lisa atau La Gioconda

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA Lisa Gherardini sebagai bintang di balik lukisan terpopuler di Museum Louvre ini, diperlihatkan sedang melakukan posisi duduk dengan jemari yang mengatup diatas tangan yang lain. Pada frame yang sama pula, The Carters berdiri di depan lukisan Mona Lisa dengan sikap tegap. JAY-Z meletakkan tangan kanannya diatas tangan kiri Beyonce, diiringi dengan senyum tipis dan jidat yang sedikit dikerutkan. Keduanya tampil menyerupai lukisan Mona Lisa tersebut.

Gambar 4.46. The Carters berdiri di depan lukisan Mona Lisa

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA

79 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.47. Ekspresi sedikit tersenyum dan mengerutkan jidat Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA

Ekspresi yang menunjukkan adanya tidak keserasian terhadap senyum bibir dan kerutan pada dahi dapat digambarkan bahwa individu tersebut sedang menyembunyikan sesuatu atau dalam keadaan tertekan (Pease, 2004). Mimik ini juga sering dilakukan oleh beberapa selebriti disaat melakukan photoshoot atau didokumentasikan paparazzi.

Gambar 4.48. Victoria Beckham tersenyum dan mengerutkan jidat sambil tersenyum Sumber: https://www.breatheheavy.com/victoria-beckham-spice-girls-tour/

Melalui keterangan tersebut, dapat dilihat bahwa Beyonce dan JAY-Z sedang bertingkah laku layaknya Lisa Gherardini. Mereka menghadirkan kedua dilemma penafsiran akan lukisan Mona Lisa yaitu pada sisi hangat maupun dingin. Beralih pada karya seni lainnya, yaitu ukiran gypsum pada langit-langit atap Museum Louvre bernama Zodiac of Dendera. Pada ukiran ini, terdapat penggambaran refleksi cerita kepercayaan astrologi berdasarkan langit-langit kapel di Temple of Hathor di Dendera. Dalam kepercayaan astrologi tersebut, terdapat cerita misteri kebangkitan dewa Osiris (dewa asal Egypt) dirayakan.

80 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.49. Zodiac of Dendera

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA Dewa Osiris sendiri merupakan salah satu dewa terpenting di Mesir. Pada awalnya, dewa Osiris dipandang sebagai dewa kematian. Namun pada beberapa abad terakhir, ia dikatakan memiliki dua kekuatan baru yaitu kesuburan dan juga dewa yang dapat bangkit dari kematian Melalui hal tersebut, dewa Osiris menjadi definisi utuh ‘kerajaan ilahi’ menurut bangsa Mesir (louvre.fr).

Tepat frame setelahnya, terdapat Beyonce dan JAY-Z yang sedang duduk bersama pada suatu sofa. Keduanya memasang ekspresi datar dengan dagu yang di angkat menyesuaikan tinggi kamera. Posisi duduk Beyonce dan JAY-Z pun terlihat berbeda. Pada situasi ini, Beyonce menyilangkan kakinya kedepan. Terlihat bahwa dari ujung pergelangan kaki hingga paha Beyonce, sinar pencahayaan juga memantul pada kulitnya. Di sisi lain, JAY-Z memasang posisi duduk dengan kedua kaki terbuka dan telapak kaki menyatu. Melalui gaya duduk tersebut, mereka memperlihatkan bahwa mereka dalam keadaan rileks. Hal ini juga didukung dengan kedua tangan yang didudukkan pada paha masing-masing individu. Menurut Pease, dengan gaya duduk menyilangkan dua kaki seperti yang dilakukan Beyonce, merupakan suatu gerakan menarik perhatian lawan bicara atau orang-orang di sekelilingnya. Sedangkan posisi duduk JAY-Z merupakan suatu posisi duduk yang ‘sadar sekitar’. Ia melakukan perlindungan dengan mengatupkan kedua telapak kaki di waktu yang bersamaan dengan mengatupkan kedua tangannya. Gaya duduk ini pula terdapat pada kerajaan Mesir kuno (Pease, 2004).

81 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.50. Beyonce dan JAY-Z duduk sambil berpose

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA Pada screenshot gambar di atas, selain pakaian yang dikenakan Beyonce di dominasi oleh warna putih dan emas seperti milik dewa Osiris, angle kamera yang digunakan juga menunjukkan signifikansi terhadap Dewa Osiris. Angle kamera yang diambil pada ukiran gypsum dan shot The Carters juga sama yaitu dengan eye- level angle. Penggunaan angle ini ditujukan untuk menimbulkan kesetaraan. Hal ini dapat di lihat melalui komposisi antara objek dan ujung frame yang setara dengan kamera. Tidak miring karena kamera terlalu tinggi, atau tidak rendah karena kamera terlalu rendah. Dengan adanya kesamaan tema busana dan metode pengambilan gambar tersebut, dapat dinyatakan bahwa Beyonce dan JAY-Z berpenampilan dan berpose layaknya dewa Osiris pada karya ukiran Zodiac of Dendera.

Ketiga, terdapat potongan shot yang menyajikan The Carters dengan patung pahat bernama Great Sphinx of Tanis. Pada frame ini, terdapat patung Sphinx atau Shesep-ankh (dalam bahasa Mesir). Patung Sphinx pada dasarnya menjelaskan suatu sosok berbadan singa dan berkepala raja. Oleh masyarakat Mesir, Shesep- ankh digambarkan sosok penjaga para dewa-dewa. Maka tak diherankan, patung Sphinx selalu berada di tempat-tempat dimana para dewa-dewa muncul.

82 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.51. The Carters berdiri di depan Patung Great Sphinx of Tanis

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA

Gambar 4.52. Patung Great Sphinx of Tanis

Sumber: https://www.louvre.fr/en/oeuvre-notices/great-sphinx-tanis Pada gambar di atas terlihat bahwa Beyonce dan JAY-Z sedang berdiri di depan patung Great Sphinx of Tanis sambil mengatupkan kedua tangan di depan. Tangan dikatupkan yang dilakukan Beyonce dan JAY-Z tersebut menunjukkan keselarasan pada patung Great Sphinx of Tanis sendiri. Menurut Allan Pease, mengkatupkan kedua tangan kedepan mengartikan adanya suatu upaya antisipasi terhadap bahaya. Gesture tersebut biasa dikatakan Arm Barrier Signals (Pease, 2004). Gesture ini juga biasa diperlihatkan pada beberapa scene film yang membutuhkan adanya penggambaran bodyguard.

83 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.53. Bodyguard berpose dengan kedua tangan kedepan

Sumber: https://www.dreamstime.com/serious-bodyguard-standing- -security-earpiece-serious-bodyguard-standing-sunglasses-security-earpiece- image119790446

Gambar 4.54. Bodyguard di salah satu scene film of Freed

Sumber: https://www.pinterest.com/pin/341429215483917781/ Sesuai dengan patung Sphinx sendiri, dimana ia akan terus siaga untuk dewa-dewa yang berada di dekatnya. Selain selaras dengan definisi Sphinx, The Carters memiliki dua peran pada scene ini. The Carters juga dapat digambarkan sebagai dewa-dewi yang sedang dijaga oleh Sphinx. Selain itu, frame ini juga menjelaskan situasi di Mesir.

84 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.55. Beyonce dengan patung Dewi Kemenangan

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA

Gambar 4.56. JAY-Z berada satu frame dengan patung Dewi Kemenangan

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA

Gambar 4.57. The Carters dengan para penari latar berada dalam satu frame dengan The Winged Victory of Samothrace

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbMqWXnpXcA Dengan shot yang di ambil dengan low angle, sehingga menunjukkan kesan kedudukan yang tinggi pada Beyonce dan JAY-Z. Berbeda dengan frame yang dilakukan bersama para penari latar, dimana di ambil dengan teknik very long shot dan eye-level angle. Raut muka The Carters dan para penari pun tidak terlihat jelas, namun dapat di lihat adanya kontras warna kulit dengan warna putih pada latar tempat. Para penari yang sedang berbaring dan mengenakan pakaian ketat berwarna nude (yang sesuai dengan warna kulit masing-masing) terlihat berbeda dengan

85 Universitas Kristen Petra keadaan Beyonce dan JAY-Z. Pada kumpulan frame di atas berbeda dengan beberapa frame sebelumnya. Dengan patung dewi kemenangan, Beyonce dan JAY- Z ditampilkan secara sendiri-sendiri disaat pengambilan shot dilakukan secara medium close up. Mereka ditampilkan bersama dan bergandengan tangan pada frame dimana para penari latar ikut ditampilkan. Hal ini dapat menunjukkan adanya persamaan antara patung The Winged Victory of Samothrace dengan Beyonce dan JAY-Z.

Menurut John Fiske, gesture dapat menunjukkan adanya suatu pesan yang ingin disampaikan tanpa adanya bentuk komunikasi verbal. Suatu sifat emosi dapat di lihat pula melalui gesture-gesture yang ditunjukkan, seperti lembut, dingin, dsb. Beberapa screenshot di atas seperti patung The Winged Victory of Samothrace dengan Beyonce dan JAY-Z berpose dengan gesture badan tegak dan tidak bergerak. Gesture berdiri hingga cara duduk yang menyerupai patung dan lukisan di Museum Louvre, tidak hanya bisa di lihat secara fisik saja. Kesamaan tersebut merupakan suatu bentukan mengenai apa yang The Carters ingin dikatakan melalui gesture yang telah dirancang tersebut. Terlihat bahwa The Carters maupun para penari latar dan figuran memikirkan betul segala detail penggambaran. Mereka merekreasikan lukisan-lukisan beserta karya-karya melalui pakaian, gesture tubuh, model rambut, dan sebagainya.

Beberapa temuan di atas, terlihat bahwa Beyonce dan JAY-Z memberikan gerakan tubuh dan tingkah laku yang hampir serupa pada lukisan-lukisan dan patung pahat yang ada di Museum Louvre.

86 Universitas Kristen Petra

4.3. Interpretasi Data

4.3.1. Etnis Afrika Amerika Superior

Pada video musik Apeshit, terdapat berbagai sajian visual yang menggambarkan etnis Afrika Amerika sebagai sosok yang superior. Kata superior sendiri menurut KBBI memiliki arti orang atasan, kepala bicara (pembesar) rumah ibadah; wihara dan sebagainya (kbbi.web.id). Melalui hasil temuan di atas, diperlihatkan beberapa unsur-unsur visual etnis Afrika Amerika sebagai suatu sosok yang berperan sebagai atasan. Hal ini dapat dilihat melalui lirik musik Apeshit sendiri The Carters memperlihatkan bahwa mereka sebagai seorang atasan. Lirik- lirik seperti,

“Gimme my check, put some respeck on my check” Berikan cekku (uang), berikan kehormatan pada cekku” “I said no to the Superbowl, you need me, I don’t need you” (Saya bilang tidak ke Superbowl, anda yang butuh saya, Saya tidak butuh kamu) “Gimme the paw, gimme the ball, take a top shift” (Berikan aku kaki, berikan aku bolanya, ambil giliran atas)

Lirik-lirik tersebut menunjukkan adanya kemampuan Afrika Amerika untuk mengambil keputusan dengan mengutarakan hal-hal yang ingin dikatakannya. The Carters menunjukkan bahwa mereka memiliki peran-peran penting. Hal ini juga sesuai dengan temuan data dari penelitian yang dilakukan Gabriel Evelin Fabrina yang berjudul Representasi Afro-Amerika dalam film Django Unchained. Melalui temuannya, Gabriel menemukan bahwa etnis Afrika Amerika berkemampuan untuk mengambil keputusan. Pada film Django Unchained diperlihatkan dimana Django dapat mengambil keputusan untuk menerima tawaran pekerjaan yang reward-nya adalah kebebasan dari perbudakan dan imbalan uang (Fabrina, 2013, p.82).

Selain itu, sosok yang mendominasi melalui pengambilan keputusan juga diperlihatkan pada beberapa video musik karya musisi . Contohnya seperti upaya-upaya untuk meminta hak-hak uang yang dimilikinya pada video musik

87 Universitas Kristen Petra

Bitch Better Have My Money. Selain itu, Rihanna juga memperlihatkan sosok superioritas etnis Afrika Amerika melalui adegan psikopat, saat ia mengikat lelaki kulit putih dan berkehendak untuk membunuhnya.

Soal pengambilan keputusan, video musik Apeshit dapat dikatakan sebagai respon terhadap pemerintahan Donald Trump. Apabila dilihat pada situasi sekarang, kebencian terhadap kaum minoritas di AS bahkan hadir dari Presiden Amerika sendiri. Donald Trump memberikan ungkapan-ungkapan kebencian atau biasa dikatakan hate speech terhadap kaum minoritas di Amerika. Ia pun telah dijuluki sebagai orang yang rasis di Amerika. Terdapat berbagai ungkapan yang diberikan secara langsung dalam konferensi maupun via media. Beberapa highlight terdapat pada kaum etnis Afrika Amerika yang dikatakan sebagai ‘low IQ’,‘dog’, bahkan ia menyatakan bahwa tingginya tingkat kriminalitas di Amerika disebabkan oleh orang kulit hitam. Dijelaskan pula bahwa menurut Trump selain berpendidikan yang rendah, Afrika Amerika banyak yang menjadi berpendapatan rendah karena tidak memiliki skill untuk memimpin; dimana di dalamnya terdapat tuntutan untuk dapat mengambil keputusan (america.cgtn.com). Beberapa tweet Trump yang juga menjatuhkan etnis Afrika Amerika adalah

‘why are we having all of these people from a shithole countries come here?’. Pertanyaan tersebut dilontarkan Donald Trump terkhususnya untuk warga imigran Afrika di Amerika Serikat.

Hal tersebut secara tidak langsung pelanggengan stereotip negatif terhadap kaum minoritas terkhususnya imigran di Amerika. Karena terdapat footage dimana setelah terlontarnya perkataan tersebut pada suatu konferensi, Trump mendapatkan tepuk tangan yang meriah. Setelah perkataannya tersebut, ia sempat mengeluarkan beberapa kebijakan untuk kaum imigran khususnya etnis Afrika Amerika. Beberapa diantaranya adalah ancaman mendeportasi dan pemutusan hubungan antarnegara.

Beberapa stereotip negatif akan kaum etnis Afrika Amerika seperti ‘tindak kriminal’, dan ‘bodoh’ juga menjadi semakin melekat pada masyarakat. Selain melalui dunia politik, stereotip negatif ini melekat pula pada dunia bisnis hingga ke industri hiburan. Terdapat berbagai peran yang digambarkan pada film-film (terutama Hollywood) yang melanggengkan stereotip tersebut. Meski beberapa

88 Universitas Kristen Petra waktu terakhir terdapat film-film atau teks lain sudah yang mengupayakan ketimpangan etnis ini. Namun tetap saja praktiknya belum merata, peran-peran orang kulit hitam masih diperlihatkan sekunder dan bahkan penggunaanya hanya untuk meningkatkan pamor produksi. Di sisi lain, perlakuan masyarakat masih tetap didasari pada stereotip lama.

Hal ini dapat di lihat pada buku Framming Blackness: The African American Image in Film, dimana etnis Afrika Amerika digambarkan sebagai peran sekunder, dan hanya untuk meningkatkan pasar Hollywood saja. Dengan adanya film-film yang menciptakan penggambaran baru dimana kulit hitam memiliki peran ‘meski sedikit dan sekunder’. Hal tersebut dapat meningkatkan penjualan tiket di berbagai tempat pemutaran film. Orang-orang kaum Afrika-Amerika juga menjadi sasaran pasar utama untuk meningkatkan pendapatan Hollywood. Namun secara tidak sadar di dalam film-film tersebut masih terdapat nilai-nilai diskriminasi atau stereotip yang akan merugikan kaum Afrika-Amerika sendiri. (Guerrero, 2013).

Salah satu contohnya terdapat pada penelitian milik Lentera Paramusmari berjudul Representation of African American in Ghostbusters 2016. Pada film Ghostbusters, terlihat bahwa adanya perubahan pemeran dari film Ghostbusters yang dibuat pada tahun. Ghostbuster remake ini ditunjukkan terdapat Patty seorang wanita kulit hitam yang ikut menjadi kelompok dari Ghostbusters. Namun hasil penelitian Lentera mengungkap bahwa penggambaran etnis Afrika tetap sekunder. Beberapa ciri-ciri yang menunjukkan etnis Afrika Amerika bermutu rendah seperti status sosial dan perekonomian yang rendah (Paramuswari, 2017, p.88-90).

Di sisi lain The Carters menunjukkan sisi-sisi superior dari etnis Afrika Amerika. Jika melihat riwayat dari etnis Afrika-Amerika sendiri, diperlihatkan bahwa kaum kulit hitam selalu dipandang sebagai kaum yang inferior. Status mereka dipandang rendah karena hasil dari penanaman stereotip melalui masa perbudakan. Melalui video musik ini, diperlihatkan bahwa The Carters hendak memutar stereotip itu. Tidak terbatas oleh ‘peran sekunder’ bentukan naskah pada industri-industri film. Berbeda dengan penelitian 12 Years a Slave dan Dear White People yang tetap menunjukkan adanya pelanggengan stereoptip lama terhadap kaum kulit hitam itu sendiri.

89 Universitas Kristen Petra

Melalui berbagai hal di atas, video musik Apeshit menunjukkan adanya ideologi supremasi kulit hitam atau black supremacy. Supremasi sendiri memiliki arti dimana suatu kelompok atau golongan yang lebih superior dari yang lain. Hal ini terlihat karena kaum etnis Afrika Amerika digambarkan sebagai sosok yang dapat mengendalikan hidupnya dan membagikan hal-hal positif. Biasanya, supremasi yang hadir dalam teks media massa membahas tentang white supremacy. Konsep tersebut biasa menjelaskan orang kulit putih yang lebih superior daripada yang lain. Menurut Elijah Muhammad selaku pencetus black supremacist, kulit hitam mempunyai hati emas, belas kasihan, cinta dan kasih sayang dibandingkan oleh orang kulit putih yang cenderung menjadi sosok ‘true evil’ (Jacobs, 2017).

4.3.2. Etnis Afrika Amerika sebagai Center of Attention

Pada awalan hingga akhir video musik Apeshit, diperlihatkan berbagai frame yang menunjukkan kaum etnis Afrika Amerika mendominasi ruangan. Mereka menjadi center of attention dari video musik ini. Arti dari center of attention sendiri adalah seseorang atau kelompok yang menjadi pusat perhatian dan dilihat oleh semua orang. Mulai dari frame awal hingga akhir, terdapat berbagai sajian visual mengenai hal-hal yang menjadi karakteristik kaum Afrika Amerika.

Salah satu hal yang paling menonjol adalah dimana The Carters menggunakan sebagian besar penari latar dan pemeran figuran yang berkulit hitam. Tidak banyak tanda lain dari penampilan fisik selain model rambut dan warna kulit. Namun terdapat beberapa cuplikan atribut seperti sisir khusus rambut Afro- Amerika, outfit ciri khas street style, yang menunjukkan bahwa pemeran figuran dan penari latar yang direkrut The Carters beretnis Afrika Amerika.

Dalam video musik Apeshit dapat dilihat bahwa etnis Afrika-Amerika diarahkan menjadi topik utama dari lagu Apeshit sendiri. Melalui sajian visual frame satu ke frame lainnya, terlihat bahwa The Carters memilih penari latar dan peran figuran dengan alasan tertentu. Pada video musik Apeshit juga diperlihatkan bahwa peran figuran dan penari latar dapat menjadi alat untuk menyampaikan pesan dari lagu itu sendiri. Peran mereka juga dapat dialihkan menjadi suatu kritik akan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat. Hal ini dilakukan dengan penataan

90 Universitas Kristen Petra visual yang menjadi alat untuk menyajikan perbandingan antara etnis Afrika Amerika dengan lukisan-lukisan yang ada di Museum Louvre sendiri.

Selain itu, kaum etnis Afrika Amerika digambarkan sebagai center of attention karena berbagai shot berfokus hanya pada mereka. Disaat etnis Afrika Amerika disandingkan dengan berbagai karya lukis dan patung pahat, beberapa gambar diambil dengan teknik close up hingga extreme close up. Dengan begitu, fokus kamera akan terlihat pada kaum Afrika Amerika bukan pada lukisan atau patung pahat yang ada disekelilingnya. The Carters memastikan bahwa setiap ciri khas yang dimiliki oleh kaum Afrika Amerika dapat menjadi menarik. Hal ini menjadi suatu sorotan karena pada Museum Louvre, karya-karya seni baik lukisan maupun patung pahat di dominasi oleh cerita dan tokoh kaum kulit putih, khususnya orang-orang Perancis. Pada situasi ini, The Carters

Pada video musik Apeshit juga diperlihatkan salah satu lukisan yang menggambarkan kaum Afrika yaitu Potrait of a Negress. Dimana lukisan tersebut pernah dijadikan bahan lelucon di era pemerintahan Napoleon I. Potrait of a Negress sendiri merupakan suatu lukisan yang menggambarkan seorang budak berkulit hitam. Lukisan tersebut merupakan suatu karya yang langka pada era itu. Karena beberapa sumber mengatakan jika seorang pelukis menggambar atau membuat karya yang menyangkut pautkan kulit hitam, hal tersebut adalah tindakan memalukan (cartelen.louvre.fr).

Gambar 4.58. Lukisan Potrait of a Negress Sumber: artheaven.com

91 Universitas Kristen Petra

Potrait of a Negress mendapat respon-respon negatif melalui pemerintahan Napoleon Bonaparte. Dimana lukisan ini dikatakan sebagai suatu noda hitam dan lelucon pada Museum Louvre yang indah (cartelen.louvre.fr). Tidak hanya pada video musik Apeshit, hal tersebut juga terjadi pada penelitian yang dilakukan Lentera Parasmuwari berjudul Representation of African American in Ghostbusters. Pada hasil penelitiannya, kaum Afrika Amerika juga dijadikan sebagai lelucon di media. Hal ini ditemukan karena adanya stereotip-stereotip etnis Afrika Amerika yang selalu memiliki gambaran sikap yang buruk. Sehingga kaum etnis Afrika Amerika selalu ‘digampangkan’ atau tidak dihargai keberadaanya (Paramuswari, 2017, p.92).

Melalui peristiwa tersebut, dapat di lihat bahwa The Carters membawa sekumpulan kaum Afrika Amerika ke Museum Louvre tentu dengan tujuan tertentu. Di luar tujuan untuk menjadi center of attention, kaum Afrika Amerika diperlihatkan sebagai bentuk respon terhadap cerita-cerita dan ungkapan yang dilontarkan oleh orang pemerintahan Napoleon tersebut.

Selain etnis Afrika Amerika secara keseluruhan menjadi center of attention, terdapat suatu ideologi feminisme di dalam video musik Apeshit. Feminisme sendiri merupakan suatu gerakan yang bertujuan untuk mendefinisikan, membangun, dan mencapai titik kesetaraan terhadap pria dan wanita. Gerakan tersebut mencapai kesetaraan terkhusus pada seluruh aspek kehidupan, mulai dari aspek sosial, ekonomi, hingga politik (Tong, 2017).

The Carters menunjukkan adanya gerakan feminism melalui penggunaan penari latar yang di dominasi oleh penari wanita. Beberapa scene di video musik Apeshit terlihat bahwa peran Beyonce juga dihadirkan sebanding dengan JAY-Z sebagai sosok lelaki. Hal ini dapat di lihat melalui beberapa shot yang diambil secara close up pada Beyonce. Selain angle kamera, terlihat bahwa sorotan pencahayaan yang digunakan juga lebih mengarah kepada Beyonce. Hal ini juga terkait dengan berbagai karya-karya lukis maupun patung pahat yang ada di museum Louvre. Sebagian besar frame karya –karya seni Louvre yang di ambil bersama The Carters, juga digambarkan serupa dengan sosok Beyonce sendiri.

Lirik dari lagu Apeshit pun menunjukkan unsur-unsur feminisme seperti,

92 Universitas Kristen Petra

Call my girls and put 'em all on a spaceship (Panggil perempuan-perempuanku dan taruh mereka semua pada pesawat luar angkasa) Melalui lirik di atas, terlihat unsur-unsur feminisme yang diselipkan dalam video musik ini. Pesawat luar angkasa sendiri identik dengan profesi astronot. Dimana profesi tersebut didominasi oleh kaum pria sejak jaman Apollo 11 mendarat di bulan pada tahun 1969. Hal ini menjadi salah satu sasaran kritik oleh The Carters, dimana perempuan pun berpeluang menjadi astronaut. The Sex & Gender work groups di NASA pun mengeluarkan surat rekomendasi dimana salah satunya, untuk merekrut lebih astronaut perempuan untuk misi terbang luar angkasa (Mahoney, August 7, 2017).

Melalui hal-hal tersebut dijelaskan bahwa selain sajian visual khususnya pada penampilan, kostum hingga cara pengambilan angle kamera. Lirik yang The Carters buat sendiri memiliki suatu cerminan mengenai hal apa yang ingin dikatakannya. Melalui hal tersebut dapat terlihat bahwa Beyonce dan JAY-Z menunjukkan bahwa kaum Afrika Amerika tidak semuanya setara. Pada video musik Apeshit, The Carters menunjukkan dominasi mereka.

4.3.3. Etnis Afrika Amerika Memiliki Status Perekonomian Tinggi

Pada awal, pertengahan hingga akhir video musik Apeshit, etnis Afrika Amerika terlihat dikelilingi oleh kemewahan. Tak hanya visualnya, lirik dari lagu Apeshit sendiri telah menunjukkan adanya unsur-unsur kemewahan seperti,

“Stack my money fast and go (fast, fast, go) Fast like a Lambo (skrrt, skrrt, skrrt)” (Tumpuk uangku secara cepat dan pergi) (Cepat seperti Lamborghini) “I got expensive fabrics I got expensive habits” (Saya memiliki kain bermotif mahal, saya memiliki kebiasaan yang mahal)

Hal-hal tersebut merupakan suatu image yang ingin dibangun oleh Beyonce dan JAY-Z untuk mereka sebagai orang beretnis Afrika Amerika. Sama dengan

93 Universitas Kristen Petra beberapa sajian visual pada video musik Apeshit sendiri. Dimana The Carters menggunakan berbagai macam pakaian-pakaian karya desainer terkenal, yang harganya juga menjulang tinggi. Beberapa penampilan mereka juga disertai dengan berbagai perhiasan mahal. Hingga terdapat ungkapan dari salah satu fashion stylist JAY-Z pada suatu interview, yang menyatakan bahwa tiap-tiap kostum yang dikenakan memang harus terlihat mahal. Berbagai kostum yang dikenakan merupakan custom made desainer terkenal.

Melalui hal tersebut, The Carters menunjukkan adanya suatu sifat konsumerisme mereka pada khalayak. Ideologi konsumerisme sendiri merupakan tatanan sosial dan ekonomi yang mendorong perolehan barang dan jasa dengan jumlah yang terus meningkat (Stoney, 2010). Hal ini selaras dengan perilaku Beyonce dan JAY-Z yang terus mengonsumsi barang-barang (dalam hal ini pakaian, perhiasan, dan sebagainya) secara berlebihan. Terlihat kembali cerminan tindakan konsumerisme ini melalui lirik-lirik yang merupakan berbagai barang yang tergolong dalam kebutuhan tersier.

‘Bought him a jet, Shut down Colette, Phillippe Patek’ (Membelikannya pesawat jet, mematikan toko Colette, jam Phillipe Patek) ‘G8 Planes, Alexander Wang’ (Pesawat G8, desainer Alexander Wang) ‘250 for Richard Mille, yeah yeah, live in a field’ (250 untuk jam Richard Mille, yea, yea, hidup di lapangan)

Namun selain The Carters terdapat beberapa musisi lain yang juga memamerkan segala hal yang dimilikinya. Contohnya seperti rapper dalam video musik Bodak Yellow. Ia menjelaskan bahwa pakaian dan sepatu yang ia kenakan adalah barang mahal. Cardi juga menyatakan dia bisa membuat uang selalu bergerak lancar, dan ia adalah orang yang kaya raya.

Selain itu, The Carters memperlihatkan kemewahan yang dimilikinya melalui penggunaan Museum Louvre sendiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa Museum Louvre merupakan museum paling terkenal di dunia. Selain karena

94 Universitas Kristen Petra bangunan yang megah, Louvre selalu menjadi destinasi pariwisata untuk para turis yang berkunjung di Paris, Perancis. Louvre menampung ribuan karya seni baik lukis maupun pahat dari jaman pemerintahan Napoleon Bonaparte. Sehingga Museum Louvre menjadi harta yang berharga untuk negara Perancis sendiri. Karena lukisan-lukisan yang berada di Museum Louvre merupakan suatu rangkaian peninggalan sejarah, khususnya peninggalan-peninggalan yang didapat setelah masa-masa penjajahan.

Diluar perannya sebagai bangunan bersejarah yang tidak dapat diperjualbelikan maupun diberi harga tertentu (priceless). Louvre telah memiliki label museum berkelas dan mewah karena beberapa faktor. Salah satunya dapat dilihat melalui tujuan awal Napoleon Bonaparte membangun Louvre dan wilayah sekitarnya. Esensi awal pembangunan Museum Louvre dan Louvre Palace secara keseluruhan merupakan suatu misi untuk meningkatkan kualitas hidup rakyat Perancis. Terkhususnya untuk menggantikan pemukiman miskin ke pemukiman makmur, lebih kearah prestige neighborhood (Horne, 2002).

Museum Louvre dapat dikatakan sebagai suatu museum termewah dan berkelas melalui harga dari nama ‘Louvre’ sendiri. Pada waktu itu, agensi Museum Louvre Perancis menuai banyak pemberitaan mengenai penggunaan nama ‘Louvre’ pada Museum Abu Dhabi. Ibu kota Arab tersebut dikenai harga US$ 520 miliar untuk menggunakan nama ‘Louvre’ di museumnya,. Ditambah dengan US$ 747 miliar untuk tambahan pameran istimewa dan saran-saran manajemen. Selain harga yang menjulang tinggi dan tergolong sangat mahal, agensi Museum Louvre menuai banyak kritik karena seolah-olah ‘menjual’ Museum Louvre. Tak hanya itu, Museum Louvre Perancis juga membangun Pyramid kaca yang biaya pembangunanya mencapai US$ 16 miliar (Riding, March 7, 2007).

Melalui berbagai hal tersebut, Beyonce dan JAY-Z sendiri ingin memberikan pengetahuan terhadap khalayaknya bahwa etnis Afrika Amerika adalah orang-orang yang memiliki kekayaan dan mewah. Selain dari sajian penampilan, kostum, dan lirik. Pemilihan setting yang merupakan suatu tempat berkelas/prestige pun, bertujuan untuk menunjukkan bahwa etnis Afrika Amerika berkelas. Dalam situasi ini, The Carters tidak hanya menunjukkan bahwa mereka

95 Universitas Kristen Petra melakukan tindakan-tindakan konsumerime. Secara bersamaan, mereka menunjukkan bahwa etnis Afrika Amerika adalah golongan kaum borjuis. Kata borjuis sendiri menurut KBBI memiliki arti kelas masyarakat dari golongan menengah ke atas. Dalam video ini, borjuis yang dilambangkan adalah etnis Afrika Amerika yang mendapatkan kekuatan ekonomi dari pekerjaan dan kekayaan (Ridwan, 2002).

Secara tidak langsung, berbagai hal yang dipertontonkan tersebut juga menunjukkan status perekonomian etnis Afrika Amerika yang tinggi. Sebagai pihak yang melakukan konsumerisme dan merupakan kaum borjuis.

4.3.4. Etnis Afrika Amerika Memiliki Status Sosial yang Tinggi

Pada temuan data, diperlihatkan beberapa frame dimana The Carters disandingkan dengan berbagai karya seni, baik lukis maupun patung pahat. Disaat yang sama, The Carters secara tidak langsung menunjukkan bahwa mereka dan beberapa karya seni di Louvre memiliki berbagai kesamaan dan keserasian. Melalui berbagai cerita dan peristiwa-peristwa seperti kesesuaian gesture seperti dewa- dewa Mesir kuno. Dimana dalam video Apeshit mengangkat cerita dewa Osiris yang merupakan salah satu dewa terpenting di Mesir. Dewa Osiris dipandang sebagai dewa kematian dan sekaligus dewa kebangkitan. Hingga penciptaan gesture yang sama dengan patung Venus de Milo yang digambarkan sebagai dewi cinta dan kebijaksanaan.

Melalui berbagai penjelasan pada temuan, dapat dilihat bahwa Beyonce dan JAY-Z melakukan imitasi terhadap berbagai karya seni tersebut. Imitasi sendiri merupakan suatu tindakan penyamaan atau peniruan yang signifikan terhadap suatu sosok yang dianggapnya lebih tinggi. Tindakan imitasi juga merupakan suatu strategi dimana seseorang yang memiliki tingkatan atau hirarki sosial rendah ingin meraih tingkatan yang lebih tinggi. Hal ini biasa dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka yang melakukannya. Berbagai hal yang melambangkan adanya tindakan imitasi adalah adanya perubahan perilaku yang signifikan, berpakaian sesuai dengan panutan yang dilihatnya, dan sebagainya (Kawamura, 2005).

96 Universitas Kristen Petra

Biasanya, proses imitasi berlangsung dengan adanya pertahanan akan ciri khas dari seseorang tersebut. Sehingga disaat seorang individu mengimitasi perilaku, cara berpakaian, dan bentuk tubuh dari orang lain, ciri khas dirinya sendiri tidak akan terlepas secara sepenuhnya. Bahkan dari proses imitasi tersebut, terlahir suatu karakteristik yang baru sehingga melahirkan penggambaran-penggambaran berbeda terhadap suatu orang tersebut. Hal ini dapat dilihat dari beberapa shot pada pertengahan video hingga akhir, The Carters bahkan telah berubah status menjadi dewa-dewi tersebut. Hal ini dapat di lihat melalui pengambilan gambar yang tidak lagi memperlihatkan karya seni di Louvre, namun berfokus pada Beyonce dan JAY- Z sendiri.

Selain untuk meningkatkan suatu tingkat sosial orang, imitasi juga digambarkan pada proses perkembangan anak-anak menjadi dewasa. Secara natural, seorang anak melihat perilaku orang-orang disekitarnya untuk mengembangkan kepribadian dan pikirannya. Selain Beyonce dan JAY-Z terdapat beberapa penyanyi-penyanyi lain seperti yang juga memberikan suatu gambaran akan proses imitasi ini.

Gambar 4.59. Ariana Grande meniru gaya rambut dan cara bicara aktris Jennifer Lawrence

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=Y6Iahepj7Uc

Melalui proses ini, dapat di lihat bahwa Beyonce dan JAY-Z mengimitasi berbagai karya seni baik lukis maupun patung pahat di Museum Louvre. Dalam hal ini pula, sebenarnya Beyonce dan JAY-Z mengakui adanya supremasi orang kulit putih. Karena melalui teori imitasi yang mengungkap bahwa untuk melakukan proses imitasi, orang tersebut memahami adanya orang yang memiliki tingkatan lebih

97 Universitas Kristen Petra tinggi daripadanya. Sehingga terdapat suatu standar lebih tinggi yang dapat digunakan sebagai suatu patokan untuk berkembang. Kaum Afrika Amerika diperlihatkan setara dengan sosok-sosok yang memiliki status sosial tinggi dengan tatanan gesture tersebut.

98 Universitas Kristen Petra