Inovasi Gubrag di Desa Kemuning Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang 465 Inovasi Angklung Gubrag di Desa Kemuning Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang

Hudaepah, Dyah Murwaningrum Program Studi Angklung dan Musik Bambu, Fakulas Seni Pertunjukan, Universitas/Institusi Institut Seni Budaya Indonesia Bandung E-mail: [email protected]

ABSTRACT

Indonesia is a nation that has many cultures in each of regions. This culture develops in every society as national treasure. Among The , the existence of traditional is closely related to the myth of Nayi Sri Pohaci or as a symbolof the goddess of rice. At first the traditional angklung was used by village people as part a ritual ti the goddess Dewi Sri. This ritul is carried out as aform of gratitude for the harvest to God almight. Angklung Gubrag Putra kemuning is a traditional art in tangerang district kemuning Village, along with the time the form of the show experienced an innovation that could be accepted by the public. This research uses descriptive analysis method with ethnographic approach. Data collection is this study by observation, in-depth interviews, reviewing several books and research results related to angklung.This result of this study indicate that there is innovation in this angklung gubrag putra kemuning to protect and preserve traditional culture from extinction, because the form of the show has changed its funtion from rituals to entertainment shows.

Keywords: Angkung, Inovation, cultural preservation

ABSTRAK

Indonesia merupakan bangsa yang memiliki banyak kebudayaan dalam setiap daerahnya. Kebudayaan ini berkembang dalam setiap masyarakatnya sebagai kekayaan nasional. Di kalangan masyarakat Sunda, keberadaan angklung tradisional terkait erat dengan mitos Nyai Sri Pohaci atau Dewi Sri sebagai lambang dewi padi. Pada awalnya, angklung tradisional digunakan oleh orang- orang desa sebagai bagian dari ritual kepada Dewi Sri. Acara ritual, tersebut dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Angklung Gubrag Putra Kemuning merupakan kesenian tradisional yang ada di kabupaten Tangerang, seiring perkembangan zaman bentuk pertunjukannya mengalami inovasi yang bisa diterima oleh masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan etnografi. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan observasi, wawancara mendalam, mengkaji beberapa buku-buku, jurnal dan hasil penelitian yang berhubungan dengan Angklung. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya inovasi pada angklung gubrag ini untuk melindungi dan melestarikan budaya tradisional dari kepunahan, karena bentuk pertunjukannya ini sudah berubah fungsinya dari ritual menjadi tontonan hiburan masyarakat.

Kata Kunci: Angklung, Inovasi, Pelestararian budaya

PENDAHULUAN Sekalipun makhluk manusia akan mati, Manusia dan kebudayaan merupakan tetapi kebudayaan yang dimilikinya akan kesatuan yang tidak terpisahkan dan mahluk diwariskan untuk keturunannya, demikian manusia merupakan pendukung kebudayaan. seterusnya. Pewarisan kebudayaan makhluk

Jurnal Panggung V30/N4/12/2020 Hudaepah, Dyah Murwaningrum 466 manusia, tidak hanya terjadi secara vertikal semesta atau dirinya bagian dari semesta. atau kepada anak cucu mereka, melainkan Tidak ada jarak antara manusia dengan alam dapat pula dilakukan secara horizontal semesta. (Sumardjo, 2015 hlm. 278) atau manusia yang satu dapat belajar Salah satu kesenian tradisional yang kebudayaan dari manusia lainnya. Berbagai dikenal oleh sebagian besar masyarakat pengalaman makhluk manusia dalam rangka Indonesia adalah Angklung. Angklung kebudayaannya, diteruskan kepada generasi merupakan salah alat musik yang berasal berikutnya atau dapat dikomunikasikan dari etnis Sunda. Angklung tersebar di dengan individu lainnya karena ia mampu seluruh wilayah Jawa Barat dengan nama mengembangkan gagasannya dalam bentuk dan cara penyajian yang berbeda. Menurut lambang-lambang vokal berupa bahasa, serta Soepandi beberapa kesenian Angklung yang dikomunikasikan dengan orang lain melalui tersebar pada masyarakat Sunda, di antaranya kepandaiannya berbicara dan menulis. Angklung Baduy (Kanekes), Angklung (Poerwanto, 2008 hlm. 87) Gubrag (Bogor), Angklung Buncis, Angklung Kebudayaan adalah hal-hal yang Dogdog Lojor, dan Angklung Badeng. Kelima berhubungan dengan akal budi yang kesenian Angklung ini memiliki keunikan dan merupakan buah dari usaha manusia ciri khasnya sendiri. (Soepandi, 1987, hlm 12) (Koentjaraningrat,1998, hlm 19). Hasil dari Pada awalnya, alat musik digunakan kebudayaan tersebut dapat bermacam– oleh masyarakat Sunda untuk melakukan macam bentuknya antara lain, nilai, norma, upacara ritual. Masyarakat Sunda yang adat istiadat (tradisi), gagasan dan sastra. Baik agraris mempercayai keberadaan Nyai Sri sastra tulis maupun lisan. Sastra lisan yang Pocahi (Dewi Sri) sebagai Dewi Padi pemberi merupakan bagian dari kebudayaan juga kehidupan (urip-urip) sehingga, pada masa merupakan kajian ilmu sastra pada umumnya. lampau, angklung merupakan instrumen (Koentjaraningrat,1998 hlm. 19) yang memiliki fungsi untuk ritual keagamaan. Menurut Jakob Sumardjo nenek moyang Fungsi dari angklung itu sendiri adalah Indonesia pra-modern hidup dalam budaya sebagai media untuk mengundang Dewi Sri mistis atau religius atau budaya spiritual. (Dewi Padi) untuk turun ke bumi dan memberi Perbedaan dengan dunia modern pada kesuburan pada tanaman. kedudukan manusia di alam semesta. Budaya Kesenian dapat diartikan sebagai hasil modern mendudukan manusia sebagai karya manusia yang mengandung keindahan pusat dunia yang berjarak dengan semesta dan dapat di ekspresikan melalui suara, yang melingkupinya dan dengan rasionya gerak, ataupun ekspresi lainnya. Kesenian membongkar rahasia semesta yang material memiliki banyak jenis dilihat dari cara atau untuk dikuasai bagi kebahagiaan hidupnya. media penyampaiannya antara lain seni Sementara budaya pra-modern di Indonesia suara (vokal), lukis, tari, drama dan patung justru menempatkan manusia sama dengan (Koentjaraningrat, 1998, hlm. 45). Apabila

Jurnal Panggung V30/N4/12/2020 Inovasi Angklung Gubrag di Desa Kemuning Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang 467 dilihat dari perkembanganya ada yang dikenal Sebagian besar masyarakat mulai beralih sebagai seni tradisional yaitu seni yang lahir pada seni modern karena kesenian kesenian dan berkembang secara alami di masyarakat tradisional yang ada masih dirasakan terdapat tertentu dan kadang kala masih tunduk pada kekurangan ( Yoety, 1985 hlm. 10). aturan-aturan yang baku, namun ada juga Angklung yang ada di daerah Jawa yang sudah tidak terikat aturan, kesenian ini Barat dan menjadi instrumen yang merupakan bagian dari kesenian rakyat yang sangat berpengaruh sebagai media kegiatan bisa di nikmati secara massal. sosial, kegiatan agama, mata pencaharian, Angklung sebagai alat musik tradisional memenuhi kebutuhan, dan hiburan. Adanya yang terbuat dari bambu, terdiri dari dua angklung hingga saat ini mengalami proses jenis, yaitu angklung buhun (tradisional) inovasi menuju pada kenutuhan masyarakat dan angklung modern. Angklung tradisional yang ada saat ini. yang biasa digunakan dalam ritual tertentu Inovasi adalah suatu proses pembaruan diantaranya angklung kanekes, angklung dari penggunaan sumber-sumber alam, caruk, angklung gubrag, angklung dogdog energi, dan modal setta penataan kembali dari lojor, angklung tetak, angklung badeng tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru, dan angklung buncis. Adapun angklung sehingga berbentuk suatu sistem produksi modern yang sering kita lihat pada berbagai dari produk-produk baru. (Koentjaraningrat, pertunjukan dan dimainkan secara serempak 2005, hlm 160) disebut dengan angklung padaeng. Proses perubahan yang dialami musik Angklung Gubrag merupakan kesenian tradisional khususnya Angklung sangat “karuhun” yang semestinya dilestarikan terlihat jelas pada era seperti sekarang ini. keberadaannya. Pada zaman dahulu, Perubahan budaya secara teoritis diartikan Angklung gubrag dimainkan pada saat proses sebagai suatu proses dialog yang terus ritual penanaman padi yang bertujuan agar menerus antara kebudayaan lokal dengan hasil panennya melimpah. Seiring dengan kebudayaan “donor” sampai pada tahap perkembangan zaman fungsi angklung tertentu membentuk proses sintesa dengan Gubrag ini berubah untuk acara khitanan, berbagai wujud yang akan melahirkan format kehamilan, dan pernikahan. akhir budaya yang mantap. Dalam proses Perkembangan Angklung Gubrag dialog, sintesa dan pembentukan format sebagai seni tradisional mengalami tantangan akhir tersebut didahului oleh inkulturasi dan perubahan zaman. Masyarakat yang sudah akulturasi. ( Ismawati, 2012, hlm. 100) berpikir modern meninggalkan semua Dalam prosesnya pertumbuhan seni kegiatan yang bersangkutan dengan mistis tradisional yang merupakan bagian dari dan adat istiadat karena dianggap kuno. kesenian rakyat diwariskan secara turun Dalam bidang kesenian, terjadi permasalahan temurun dari generasi ke generasi. Hal ini yang menyangkut selera masyarakat. sesuai dengan apa yang di ungkapkan Yoety

Jurnal Panggung V30/N4/12/2020 Hudaepah, Dyah Murwaningrum 468 ”Kesenian tradisional adalah kesenian Pendekatan dalam penelitian ini yang sejak lama turun temurun hidup dan menggunaan pendekatan etnografi, Penelitian berkembang pada suatu daerah, masyarakat etnik tertentu yang perwujudannya etnografi merupakan salah satu strategi mempunyai peranan tertentu dalam penelitian kualitatif yang di dalamnya peneliti masyarakat pendukungnya”. (Yoety, 1985, menyelidiki suatu kelompok kebudayaan hlm. 13) di lingkungan yang alamiah dalam periode Keberadaan Angklung Gubrag tidak waktu yang cukup lama dalam pengumpulan terlepas dari usaha masayarakat yang ada di data utama, data observasi, dan data Kemuning untuk tetep melestarikan kesenian wawancara. (Craswell, 2012 hlm.30) tradisional tersebut. Dalam hal ini, penelitian Pengumpulan Data Dalam Penelitian tentang inovasi budaya lokal Angklung ini dengan observasi, wawancara mendalam, Gubrag yang ada di daerah Kemuning, mengkaji buku-buku dan jurnal hasil Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang penelitian yang berhubungan dengan Inovasi menjadi suatu hal yang menarik untuk budaya lokal Angklung Gubrag dikaji secara mendalam, bagaimana kesenian Angklung ini tetap bertahan sebagai warisan leluhur mereka. HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan dan manfaat dari penelitian ini a.Musik Angklung Di Jawa Barat adalah untuk mengetahui, menemukan, dan Dari sekian banyak jenis musik bambu menggali informasi tentang inovasi budaya lokal yang masih ‘terpelihara’ dan juga telah angklung gubrag yang ada di Desa Kemuning, mengalami banyak perkembangan salah Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang. Selain satunya adalah musik angklung. Wilayah itu, penelitain ini dilakukan untuk mengetahui Jawa Barat dan Banten sebagai tempat tinggal faktor pendukung maupun penghambat masyarakat berlatar belakang budaya Sunda, dalam mempertahankan budaya lokal. kehadiran jenis-jenis kesenian angklung untuk kepentingan upacara ritual tetap hadir dalam masyarakat yang masih memegang

METODE teguh tradisi para karuhun-nya. Jenis-jenis Penelitian “Inovasi Budaya Lokal Angklung musik angklung tersebar di beberapa wilayah Gubrag pada Masyarakat di Desa Kemuning dengan berbagai penyebutan atau penamaan Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang. ni untuk jenis kesenian angklung ini, hampir menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian semua jenis kesenian angklung ini yang kualitatif adalah upaya untuk menyajikan difungsikan dalam kepentingan ritual padi dunia sosial dan perspektifnya di dalam ini dikategorikan dalam angklung buhun. dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, (Dinda, 2014, hlm. 6) dan persoalan tentang manusia yang diteliti. Kesenian angklung di Jawa Barat sangat (Lexy, 2007, hlm.35) beragam, mulai dari angklung Kanekes yang

Jurnal Panggung V30/N4/12/2020 Inovasi Angklung Gubrag di Desa Kemuning Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang 469 berada di daerah Baduy, provinsi Banten. instrumen musik yang sangat sakral, yang Angklung Dog-dog Lojor yang terdapat hanya dimainkan pada saat-saat tertentu di gunung Halimun, yaitu gunung yang saja. Orang Baduy yang masih menganut terletak antara perbatasan Jakarta, Bogor, dan agama lama yaitu , hanya Lebak. Angklung Badeng yang berasal dari memainkan angklung pada acara ngaseuk Malongbong, Garut. Angklung Buncis yang yang diiselenggarakan pada saat musim berada di Baros, Bandung yang terdiri dari padi tiba, yaitu pada bulan ketujuh dari dua angklung Indung, dua angklung Ambrug, kalender masyarakat Kanekes. Upacara angklung Panempas, dua angklung Pancer, ngasuek yang diselenggarakan di huma atau satu angklung Enclok. Ada angklung pak diladang tersebut, untuk mengawinkan Dewi Daeng yang namanya diambil dari pencetus Sri dengan guru bumi dan tanah. Adapun angklung itu sendiri yaitu Daeng Sutigna, ada tempat yang dipilih untuk menyelenggarakan angklung Gubrag yang biasanya digunakan upacara adalah di huma serang, yaitu ladang untuk acara-acara ritual menanam padi agar padi yang terdapat di Baduy Dalam. Para hasil panennya bagus. pemain angklung dalam upacara itu berjalan Angklung adalah sejenis alat musik sambil membunyikan angklung mengelilingi yang terbuat dari bambu. Jenis bambu yang benih padi yang telah dilengkapi dengan dipergunakan adalah jenis bambu temen, sesaji. Mereka harus berjalan mengikuti arah (bambu wulung), bambu belang, dan bambu jarum jam atau paradaksiana. (Soedarsono, tali, tetapi untuk yang besar ada juga yang 2010,hlm. 173-174). menggunakan bambu surat. Angklung merupakan alat musik yang dimainkan b. Angklung Gubrag Putra Kemuning dengan cara digetarkan dan digoyang. Angklung Gubrag merupakan salah Angklung dibagi menjadi dua, yaitu : satu jenis angklung di Jawa Barat. Kesenian 1). Angklung Modern angklung Gubrag tumbuh dan berkembang di Angklung Modern adalah angklung kampung Tonjong, desa Kemuning, kecamatan yang sudah mengalami perubahan Kresek, kabupaten Tangerang. Kesenian dalam bentuk tangga nada pentatonis tersebut sudah diwariskan oleh para leluhur menjadi diatonis, yang di rintis oleh secara turun temurun sebagai bagian dari Daeng Soetigna. hasil adat istiadat masyarakat yang sebagian 2). Angklung Tradisional besar merupakan etnis Sunda. Mayoritas Angklung tradisional adalah masyarakat Sunda memiliki pekerjaan yang angklung yang berskala nada daerah, berhubungan dengan ladang dan sawah. Hal yang disebut dengan da-mi-na-ti-la. (Alin, tersebut erat kaitannya dengan kondisi alam 2017, hlm, 56) di daerah sekitar kampung Tonjong, desa Orang-orang Baduy di Banten yang Kemuning, kecamatan Kresek, kabupaten masih tetap menempatkan angklung sebagai Tangerang, yang sebagian besar adalah

Jurnal Panggung V30/N4/12/2020 Hudaepah, Dyah Murwaningrum 470

Gambar 1. Keadaan alam Desa Kemuning (Sumber: Hudaepah 2019) Gambar 3. Angklung Bibit (Sumber: Bapak Sarkani 2011)

Angklung Gubrag Putra Kemuning ini berjumlah enam, yaitu : 1.Bibit Tinggi keseluruhan Bibit ini adalah 120 cm dan lebar badan angklung ini 57 cm. Konstruksi angklung Bibit ini terdapat

Gambar 2. Angklung Gubrag Putra Kemuning tiga bilah atau tabung dengan ukuran yang (Sumber: Bapak Sarkani) berbeda-beda, yaitu bilah besar mempunyai pertanian, sehingga masyarakat lebih banyak panjang 101 cm dengan diameter 7 cm, bilah bekerja di sawah untuk memanfaatkan tanah sedang mempunyai panjang 72 cm dengan yang subur di sekitarnya. diameter 6 cm, lalu yang terakhir bilah kecil Angklung Gubrag yang ada di kampung mempunyai panjang 54 cm dengan diameter Tonjong, desa Kemuning ini sudah ada sejak 5 cm, untuk bantalan atau dudukan bilah tahun 1970 dan sampai saat ini masih aktif bambu ini mempunyai panjang 67 cm dengan dan berkembang dalam bentuk penyajian diameter bambu 6 cm. maupun eksistensinya. Alat musik angklung Gubrag yang sering dimainkan oleh kelompok 2.Anak Bibit sanggar seni putra kemuning ada enam buah, Angklung ini mempunya tinggi yaitu bibit, anak bibit, panembal, engklok, anak mencapai 140 cm dan lebar badan angklung 59 engklok, dan gonjing, Dalam bentuk penyajian, cm. Konstruksi angklung anak bibit ini masih angklung ini dipadukan dengan dua buah sama dengan angklung sebelumnya, yaitu bedug dog-dog lojor beserta dua orang penari terdiri dari tiga bilah bambu dengan ukuran wanita. Pada saat memainkan angklung yang berbeda-beda. Bilah besar mempunyai Gubrag ini tidak rumit, hanya memainkan panjang 103 cm dengan diameter 8 cm, bilah pola ritmik antara ke-enam angklung dan dua sedang mempunyai panjang 72 cm dengan buah bedug dog-dog lojor. diameter 7 cm, lalu yang terakhir bilah kecil

Jurnal Panggung V30/N4/12/2020 Inovasi Angklung Gubrag di Desa Kemuning Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang 471

Gambar 4. Angklung Anak Bibit Gambar 5. Angklung Panembal (Sumber: Bapak Sarkani 2018) (Sumber: Bapak Sarkani, 2018) mempunyai panjang 44 cm dengan diameter 5 cm. Bantalan angklung ini mempunyai panjang 75 cm dengan diameter bambu 6 cm.

3.Panembal Ukuran jenis angklung Panembal ini mempunyai tinggi 33 cm dan lebar 52 cm. Gambar 6. Angklung Engklok Konstruksi angklung Panembal ini masih (Sumber: Bapak Sarkani 2018) sama yaitu terdapat tiga bilah tabung dengan ukuran yang berbeda, bilah besar mempunyai 5.Anak Engklok panjang 105 cm dengan diamter 7 cm, bilah Angklung ini mempunyai tinggi sedang dengan panjang 61 cm dan berdiameter keseluruhan yaitu 124 cm dan lebar angklung 5 cm, ukuran bantalan pada angklung ini ini 50 cm. Pada anak Engklok ini, terdapat mempunyai panjang 68 cm dengan diameter 3 bilah dengan ukuran yang pasti berbeda bambu 6 cm. dengan angklung sebelumnya, pada bilah besar mempunyai panjang 83 cm dengan 4.Engklok diameter 6 cm, bilah sedang mempunyai Angklung jenis ini mempunyai tinggi panjang 62 cm dengan diameter 6 cm, lalu yang 125 cm dan lebar 47 cm. Konstruksi angklung terakhir bilah kecil mempunyai panjangnya 43 Engklok ini terdiri dari tiga bilah bambu cm dengan diameter 5 cm. Bantalan angklung dengan ukuran yang berbeda-beda, bilah besar ini mempunyai panjang 67 cm dengan mempunyai panjang 120 cm dan berdiameter diameter bambu 6 cm. 7 cm, bilah sedang mempunyai panjang 83 cm dengan diameter 6 cm, lalu yang terakhir 6.Gonjing mempunyai panjang 43 cm dengan diameter 5 Angklung Gonjing ini mempunyai cm. Panjang bantalan angklung ini berukuran tinggi secara keseluruhan mencapai 130 cm 62 cm dengan diameter 6 cm. dengan lebar 55 cm, ukuran bilah bambu pada

Jurnal Panggung V30/N4/12/2020 Hudaepah, Dyah Murwaningrum 472

Gambar 7. Angklung Anak Engklok (Sumber: Bapak Sarkani 2018) Gambar ., Dog-dog di tabuh di acara Festival (Sumber: Hudaepah 2019)

Gambar 8. Angklung Gonjing (Sumber: Bapak Sarkani, 2018) Gambar 10. Penari dalam acara festival Budaya kabupaten tangerang angklung Gonjing ini berbeda-beda, bilah (Sumber: Hudaepah 2019) besar mempunyai panjang 102 cm berdiameter menghasilkan suara yang merdu dan enak 7 cm, bilah sedang mempunyai panjang 52 cm didengar. berdiameter 6 cm, lalu yang terakhir bilah kecil mempunyai panjang 45 cm berdiameter 5 cm, 8.Dua Orang Penari dan Pesilat bantalan angklung ini mempunyai panjang 69 Dua orang penari pada gambar 10 yang cm dengan diameter 6 cm . ada dalam pertunjukan angklung Gubrag adalah anak anak remaja yang sudah dipilih 7.Bedug Dogdog Lojor dan dilatih dalam pertunjukan angklung Alat musik Bedug ini digunakan Gubrag Putra Kemuning ini. Selain dua penari, untuk mengiringi angklung dalam sebuah ada satu orang yang memeragakan silat. Hal pertunjukan, bentuknya bulat dan panjang. ini dilakukan agar menarik penonton. Dalam pertunjukan angklung Gubrag putra kemuning ini bedug dogdog lojor dimainkan c.Inovasi Angklung Gubrag Putra Kemuning oleh dua orang pemain, bedug ini ditabuh Era modernisasi dan globalisasi sebagai aba-aba bagi pemain angklung. Saat membawa dua sisi dampak bagi keberadaan alunan musik angklung berlangsung, pemain kesenian-kesenian tradisional. Di satu sisi, bedug dogdog lojor menabuh dengan saling modernisasi dan kemajuan iptek membawa mengisi suara satu sama lainnya, sehingga dampak negatif bagi keberadaan kesenian

Jurnal Panggung V30/N4/12/2020 Inovasi Angklung Gubrag di Desa Kemuning Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang 473 tradisional. Berbagai jenis kesenian tradisional Sistem mata pencaharian masyarakat yang pada masanya dulu sempat berjaya, Sunda yang sebagian besar bekerja di seiring dengan semakin derasnya arus ladang, menjadikan keberlangsungan hidup kebudayaan dan kesenian asing, eksistensi bergantung dari hasil panen terutama padi kesenian tradisional pun terancam. (Rosyadi, sebagai makanan pokok. Dalam sistem 2012, hlm.27) tersebut, muncul keyakinan masyarakat bahwa Dalam sejarahnya angklung digunakan alam telah menyediakan segala keperluan untuk keperluan adat istiadat suku Sunda mereka, sehingga masyarakat Sunda memiliki yaitu, sebagai musik penggugah semangat kepercayaan terhadap Sang Penguasa Alam suku Sunda ketika akan berperang, digunakan yang dikenal dengan Nyi Pohaci atau Dewi Sri dalam upacara untuk bersyukur atas hasil (Sumardjo, 2011 hlm. 94-95). pertanian kepada dewi sri atau nyi pohaci yang Angklung Gubrag yang berada di diyakini masyarakat Sunda sebagai dewi padi, Kampung Tonjong, Desa Kemuning ini sudah dan sebagai iringan mantra-mantra sakral ada sejak tahun 1970 dan sampai saat ini pada upacara tertentu, tetapi perkembangan masih aktif dan berkembang dalam bentuk zaman telah merubah fungsi angklung saat ini. penyajian maupun eksistensinya. Berbagai perubahan dan konflik yang terjadi Pertunjukan Angklung Gubrag yang ada sepanjang waktu di masyarakat manapun di Kampung Tonjong, Desa Kemuning ini akan meninggalkan jejaknya dalam beraneka awalnya digunakan untuk acara ritual seperti macam bentuk seni dan juga karya seni yang nuju bulan, khitanan, panen padi. Menurut diciptakan, diproduksi, dan didistribusikan Bapak Aminudin sebagai narasumber (Smiers, 2009, hlm. 353) konsep tersebut sekaligus pawang Angklung Gubrag yang mengarah kearah suatu praktik hibridisasi merupakan keturunan ke-9 dari Ki Gedoy, seni dan budaya di mana suatu budaya dapat bahwa angklung Gubrag yang ada di berubah fungsi dan bentuknya. kampung Tonjong, desa Kemuning ini tidak Pola hidup masyarakat yang menggunakan nada pelog atau selendro, tetapi berdampingan dengan alam, menjadikan awalnya dibuat asal bunyi. masyarakat memiliki kebudayaan yang Pertunjukan angklung Gubrag yang mencerminkan kehidupannya sendiri. Hal ada di kampung Tonjong, desa Kemuning ini dapat dilihat kondisi alam di Kampung digunakan untuk mengiringi orang-orang Tonjong, Desa Kemuning, Kecamatan Kresek, mengarak hasil panen menuju tempat Kabupaten Tangerang yang sebagian besar penyimpanan sementara. Angklung adalah pertanian, sehingga masyarakat lebih Gubrag ini, merupakan salah satu jenis seni banyak bekerja di sawah untuk memanfaatkan pertunjukan yang alat musiknya terdiri atas tanah yang subur di sekitarnya, sehingga angklung dan dogdog. Kesenian ini biasanya menghasilkan panen padi yang bagus. disajikan oleh masyarakat kampung Tonjong, desa Kemuning setiap menjelang panen tiba.

Jurnal Panggung V30/N4/12/2020 Hudaepah, Dyah Murwaningrum 474 Sebagian besar masyarakat di kampung Menurut bapak Aminudin sebagai Tonjong desa Kemuning adalah sebagai petani, sesepuh dan narasumber bahwa pertunjukan yang menanam padi dengan sistem panen angklung Gubrag selain untuk upacara panen setahun dua kali, menurut bapak Aminudin padi, angklung Gubrag ini digunakan untuk bahwa pada zaman dahulu, orang-orang yang upacara adat yang sangat sakral, yaitu acara ada di kampung Tonjong ini, setelah musim Nuju Bulanan. Pada acara nuju bulan sebelum panen padi mereka melakukan upacara ritual pertunjukan dimulai, kuncen melakukan dengan menggunakan angklung, sebagai upacara khusus untuk mengambil angklung rasa syukur kepada Tuhan, atas apa yang atau mengeluarkan angklung dari tempatnya mereka terima. Penggunaan angklung Gubrag terlebih dahulu membaca doa khusus. Setelah ini sebagai media dalam ritual padi, yang angklung dibawa kemudian dibagi–bagikan merupakan kebutuhan kolektif masyarakat kepada para pemain dan dibawa ketempat kampung Tonjong, desa Kemuning. pertunjukan, setelah sampai di tempat Menurut Shiraev masyarakat pertunjukan, angklung dikumpulkan di kolektif merupakan masyarakat yang tengah-tengah tempat pertunjukan bersama mengintepretasikan prilaku yang didasarkan pemain dan sesajen. Sesajen yang diperlukan pada perhatian untuk orang lain atau untuk kepentingan upacara berupa : Bakakak lingkungan masyarakat, perhatian pada ayam kampung, tumpeng, kemenyan, kasi nilai-nilai dan tradisi yang berkembang di kueh tujuh rupa, kembang tujuh rupa, masyarakat (Shiraev dan Levi, 2012, hlm.16) sirih, rokok, air putih dalam baskom yang Sementara menurut Masunah bahwa didalamnya berisi uang logam. Setelah semua Pola hidup masyarakat yang berdampingan siap, kemudian kuncen yang sebelumnya dengan alam, menjadikan masyarakat sudah berpuasa tiga hari tiga malam memulai memiliki kebudayaan yang mencerminkan acara ini dengan membakar kemenyan. Setelah kehidupannya sendiri. Keadaan masyarakat selasai proses ritual doanya, pertunjukan Sunda sebagai peladang dijelaskan oleh angklung dimulai, untuk acara nuju bulannya. Masunah yang menjelaskan bahwa: Upacara ritual tanam padi dan nuju bulan ini, sekarang sudah tidak pernah menggunakan “Mata pencaharian utama penduduk angklung Gubrag lagi, dikarenakan perubahan pada awalnya adalah berladang atau ngahuma. tata kehidupan masyarakat kampung Tonjong Ciri yang menonjol pada masyarakat peladang ini adalah kebiasaan berpindah-pindah tempat desa Kemuning dan perubahan pola tanam untuk mencari lahan yang subur. Dalam huma menjadi sawah menyebabkan upacara masyarakat agraris ini tumbuh subur sistem tersebut sudah tidak dilaksanakan lagi. Oleh kepercayaan yang terutama berkaitan dengan karena itu, secara otomatis kesenian angklung sistem bercocok tanam. Mereka percaya Gubrag juga kehilangan fungsi ritual dalam akan adanya Sang Penguasa Alam tersebut diperlakukan sebagai pemimpin, dihormati, dan masyarakat yang kemudian digantikan disanjung” (Masunah, 2003,hlm 3). dengan fungsi hiburan dan tontonan.

Jurnal Panggung V30/N4/12/2020 Inovasi Angklung Gubrag di Desa Kemuning Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang 475

Gambar 11. Pertunjukan Angklung Gubrag pada acara Gambar 12. Pertunjukan Angklung Gubrag Pada acara festival Budaya Kabupaten Tangerang. Khitanan, di Kronjo, Tangerang. (Sumber: Bapak Sarkani, 2018) (Sumber: Bapak Sarkani, 2018)

Seiring dengan perkembangan zaman menggunakan angklung di acara tersebut angklung Gubrag yang ada di kampung akan dikenakan tarif sesuai jarak tempuh dan Tonjong, desa Kemuning ini mengalami kebutuhan peertunjuknnya. perubahan- perubahan, di mana keberlanjutan Menurut Poerwanto perubahan angklung sampai saat ini terus berinovasi lingkungan dapat pula mengakibatkan menuju pada kebutuhan yang harus di terjadinya perubahan kebudayaan dan sesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, baik perubahan kebudayaan dapat pula terjadi kebutuhan ritual, hiburan, politisi, ekonomi, karena mekanisme lain seperti munculnya dan lain sebagainya. penemuan baru atau invention, difusi, dan Berdasarkan keterangan dari nara akulturasi. Kebudayaan mengenal ruang sumber bapak Aminudin dan bapak Sarkani dan tempat tumbuh dan berkembang, serta bahwa kesenian angklung Gubrag mengalami mengalami perubahan, penambahan dan perubahan fungsi dari fungsi ritual menjadi pengurangan. Manusia tidak berada pada fungsi tontonan, hal tersebut menuntut para dua tempat atau ruang sekaligus dan manusia tokoh dan seniman angklung Gubrag untuk hanya dapat pindah ke ruang lain pada masa terus berinovasi baik dalam hal alat musik, lain. (Poerwanto, 2008, hlm 139) komposisi musik maupun konsep pertunjukan Dengan kebudayaan yang dimilikinya, secara keseluruhan, agar kesenian tersebut suatu masyarakat akan mengatur prilaku dapat bertahan. mereka dalam hubungannya dengan Motif ekonomi juga diindikasi telah lingkungannya, demikian pula dalam mempengaruhi kesenian angklung Gubrag interaksi sosial maupun dengan dunia super ini, yaitu dengan menjadikan kesenian ini natural mereka. Jika terjadi suatu perubahan sebagai komoditas yang dapat dipasarkan. kebudayaan maka tidak selalu berada pada Misalnya Angklung Gubrag yang ada di tingkat perubahan yang sama, suatu waktu kampung Tonjong desa Kemuning ini juga ada perubahan besar dalam suatu kebudayaan bisa disewakan untuk acara pernikahan yang dimilikinya. dan khitanan, apabila ada orang yang akan

Jurnal Panggung V30/N4/12/2020 Hudaepah, Dyah Murwaningrum 476 Menurut Poerwanto perubahan lingkungan dapat pula mengakibatkan terjadinya perubahan kebudayaan dan perubahan kebudayaan dapat pula terjadi karena mekanisme lain seperti munculnya penemuan baru atau invention, difusi, dan akulturasi. Kebudayaan mengenal ruang dan tempat tumbuh dan berkembang, serta mengalami perubahan, penambahan dan Gambar 12. Pertunjukan Angklung di acara Khitanan masyarakat Kronjo. pengurangan. Manusia tidak berada pada (Sumber: Bapak Sarkani, 2018) dua tempat atau ruang sekaligus dan manusia merubah selera atau minat masyarakat pada hanya dapat pindah ke ruang lain pada masa kesenian yang bersifat instan dan modern. lain. (Poerwanto, 2008, hlm 139) Dari perubahan ini para seniman yang ada Dengan kebudayaan yang dimilikinya, di Desa Kemuning memiliki motivasi yang suatu masyarakat akan mengatur prilaku sangat tinggi untuk terus melakukan inovasi mereka dalam hubungannya dengan terhadap angklung Gubrag agar tetep bisa lingkungannya, demikian pula dalam diminati masyarakat Tangerang. interaksi sosial maupun dengan dunia super Menurut Koentjaraningrat bahwa inovasi natural mereka. Jika terjadi suatu perubahan mengarah pada suatu proses kreativitas yang kebudayaan maka tidak selalu berada pada menggabungkan dua konsep atau lebih yang tingkat perubahan yang sama, suatu waktu menghasilkan hal yang baru, di mana individu ada perubahan besar dalam suatu kebudayaan tersebut belum mengetahui sebelumya. Dalam yang dimilikinya. konsep kesenian yang bisa melakukan inovasi Angklung merupakan salah satu bentuk dalam segala hal adalah manusianya, yaitu warisan seni dan budaya yang dimiliki pelaku seni. (Koentjaraningrat, 2005, hlm.30) Indonesia. Keberadaan angklung hingga Melihat kondisi kesenian Angklung saat ini tidak lepas dari kesadaran berpikir Gubrag yang ada di kampung Tonjong, desa masyarakat yang peduli terhadap identitas Kemuning yang sudah tidak diminati lagi budaya bangsanya. Angklung dikenalkan karena bentuk pertunjukannya hanya untuk dengan cara oral tradition yang artinya proses ritual saja, para seniman yang ada di angklung dikenalkan secara turun-temurun kampung tersebut mempunyai inisiatif untuk dengan lisan. (Rosyadi, 2013,hlm.3) mendirikan sanggar seni yang mengurus Sebagai komoditi pasar hiburan dalam mengenai kesenian angklung Gubrag tersebut. masyarakat desa kemuning kesenian angklung Berdasarkan kesepakatan bersama dilakukan Gubrag dalam era modern tersebut harus beberapa perubahan bentuk pertunjukan terus bersaing dengan kesenian lain. Melihat angklung tersebut. pengaruh modernisasi sangat kuat, sehingga

Jurnal Panggung V30/N4/12/2020 Inovasi Angklung Gubrag di Desa Kemuning Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang 477 Berawal dari motivasi pelaku seni khitanan, dan penyambutan tamu di acara- di kampung Tonjong ini, para pelaku seni acara pemerintah daerah setempat. Dalam mendirikan sanggar seni yang diberi nama pertunjukannya digunakan baju-baju sanggar seni tradisional Angklung Gubrag berwarna, penggunaan baju berwarna ini Putra kemuning yang didirikan tahun 1990. bertujuan agar terlihat lebih cerah, selain Menurut pengelola sanggar angklung baju berwarna cerah, pertunjukan Angklung Putra Kemuning, bapak Sarkani, dengan ini juga menggunakan alat kendang, dua didirikannya sanggar seni ini, pertunjukan orang penari, dan seoarang laki-laki yeng angklung Gubrag sering ditampilakan memperagakan silat. pada acara pemerintahan kabupaten Pertunjukan angklung Gubrag Putra Tangerang, acara-acara festival kebudayaan Kemuning ini terus melakukan inovasi, salah yang dilaksanakan oleh pemda kabupaten satunya dengan model pertunjukan yang Tangerang, acara ini di bawah dinas berbeda dengan zaman dahulu yang hanya pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata dilakukan untuk ritual, namun sekarang (Diporbudpar) kabupaten Tangerang. sudah menjadi pertunjukan yang menghibur Dengan adanya sanggar seni angklung masyarakat. Inovasi yang dilakukan oleh para Gubrag Putra Kemuning ini, pertunjukan- seniman tersebut, didasari oleh motivasi yang pertunjukan angklung bisa lebih terarah, di datang dalam dirinya sendiri, maupun dari antaranya adalah memperkenalkan angklung masyarakat pendukungnya. Gubrag kepada masyarakat Tangerang, Inovasi yang dilakukan tidak bahwa kesenian ini masih ada. Pertunjukan menghilangkan nilai-nilai tradisi yang kesenian angklung Gubrag ini bisa dinikmati terkandung dalam seni tradisi tersebut. oleh masyarakat melalui acara-acara yang Murgiyanto mengemuka bahwa sebuah diselenggarakan oleh pemerintah daerah tradisi bisa saja mengalami perubahan yang kabupaten Tangerang. besar tetapi pewarisnya menganggap tidak Perkembangan dan perubahan ada perubahan karena ada kesinambungan angkulung Gubrag yang ada di kampung yang kuat antara bentuk inovasi yang baru Tonjong desa Kemuning ini mulai terlihat dan bentuk-bentuk tradisi sebelumnya. sejak adanya sanggar seni Angklung Gubrag (Usandrajaya, 2018, hlm. 244) Putra kemuning. Inovasi Angklung Gubrag Citra musik sebagai agensi merujuk pada saat ini adalah sebuah seni pertunjukan yang nilai musik sebagai sarana untuk mencapai sifatnya bisa menghibur masyarakat. Hal ini politik, sosial, agama, psikologis, pendidikan, merupakan upaya untuk mempertahankan atau ekonomi, dan kebajikan moral menindas keberadaan angklung Gubrag. Setelah atau membebaskan orang, mengubah tradisi masyarakat mengenal keberadaan angklung musik dan pendidikan dan masyarakat luas, Gubrag ini, masyarakat mulai tertarik untuk dan meramalkan masyarakat masa depan. menampilkan pada acara-acara pernikahan, Dalam hal ini, nilai musikal muncul karena

Jurnal Panggung V30/N4/12/2020 Hudaepah, Dyah Murwaningrum 478 pentingnya tujuan lain daripada kelebihan bahwa sifat dari struktur itu sendiri memiliki intrinsiknya sebagai wujud musik untuk yaitu satu totalitas, dapat bertransformasi ( musik. Tidak seperti musik sebagai narasi, Susunannya dapat berubah), dan otoregulatif ( musik sebagai agensi ini merupakan sarana dapat mengatur dirinya sendiri). untuk mencapai tujuan lain. Sebagai kekuatan Angklung Gubrag yang ada di sosial, politik, agama, ekonomi, dan psikologis, desaKemuning, kampung Tonjong ini musik mencerminkan nilai kelembagaan dan merupakan bangunan struktur yang bisa pribadi, serta membantu membentuk institusi berinovasi seiring dengan perkembangan tempat musik ini menjadi bagian, dan individu zaman, proses inovasi ini adalah bentuk yang membentuk masyarakatnya. (Hinhin, motivasi dari para seniman yang menguasai 2019, hlm. 67) budayanya sendiri. Sejarah perkembangan angklung di Menurut Koentjaraningrat Inovasi Jawa Barat pada awalnya hanya untuk proses adalah suatu proses pembaruan dari ritual saja, perubahan kesenian angklung ini penggunaan sumber-sumber alam, energi, terus terjadi sejak Daeng Sutigna menciptakan modal serta penataan kembali dari tenaga kerja angklung diatonic kurang lebih pada tahun 1938. dan penggunaan teknologi baru. Sehingga Terlebih lagi pada tanggal 16 November tahun berbentuk suatu sistem produksi dari produk- 2010 angklung ditetapkan UNESCO sebagai produk baru (Koentjaraningrat, 2009, hlm, warisan budaya tak benda “Representative of 210). Inovasi adalah pembauran unsur the Intangible Cultural Heritage”. Angklung teknologi dan ekonomi dari kebudayaan. Suatu semakin terkenal dan besar tidak hanya di proses inovasi berkaitan dengan penemuan Indonesia tapi juga dunia. baru dalam teknologi, yaitu proses sosial Perubahan atau inovasi yang dilakukan yang melalui tahap discovery dan invention. seniman yang ada di kampung Tonjong Discovery adalah penemuan dari suatu unsur desa Kemuning ini menyebabkan perubahan kebudayaan yang baru, baik suatu alat atau sosial budaya dari masa lampau ke masa kini. gagasan baru dari seseorang atau sejumlah Perubahan sosial menurut Laurer dalam lilis individu, discovery baru menjadi invention sumiati (2008, hlm. 205) perubahan penting apabila suatu penemuan baru telah diakui, dari strutur sosial, dan yang dimaksud struktur diterima, dan diterapkan oleh masyarakat. sosial adalah pola-pola prilaku dan interaksi Proses dari discovery hingga ke invention sosial melalui ekspresi norma, nilai, dan memerlukan tidak hanya seorang individu fenomena kultural. Ada pun yang dimaksud yaitu penciptanya saja, tetapi suatu rangakain struktur menurut Hoed ( 2011, hlm. 29) adalah yang terdiri dari beberapa orang pencipta. sebuah bangunan abstrak yang terdiri atas Menurut Koentjaraingrat Faktor-faktor sejumlah komponen yang berkaitan dengan yang menjadi pendorong individu untuk satu sama lain untuk membentuk struktur memulai penemuan baru (Kontjaraningrat, itu sendiri. Hoed menjelaskan lebih jauh 2005, hlm. 161)

Jurnal Panggung V30/N4/12/2020 Inovasi Angklung Gubrag di Desa Kemuning Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang 479 1. Kesadaran akan kekurangan dalam timbul suatu penemuan baru. Usaha untuk kebudayaan. mencari dan menciptakan penemuan baru 2. Mutu dari keahlian dalam suatu sering juga terdorong oleh sistem perangsang kebudayaan. yang ada dalam masyarakat, yaitu orang yang 3. Sistem perangsang bagi kegiatan menciptakan penemuan-penemuan baru mencipta. akan diberikan ganjaran berupa kehormatan, Krisis yang terjadi dalam masyarakat juga kedudukan tinggi, atau yang lainnya. merupakan munculnya banyak penemuan Begitu pula yang terjadi dalam kesenian baru, di mana dalam masyarakat banyak angklung Gubrag yang ada di kampung yang menentang keadaan, mereka menentang Tonjong, desa Kemuning, yang terus karena tidak puas dengan keadaan dan berinovasi tidak hanya karena wujud sebuah mereka tidak puas karena mereka sadar akan intuisi melainkan dipengaruhi oleh kebutuhan kekurangan-kekurangan di sekelilingnya. sosial masyarakat yang ada di kampong Menurut Hoed bahwa perubahan Tonjong, desa Kemuning kecamatan Kresek. yang terjadi dalam masyarakat berawal dari Dalam ilmu sosiologi, dikenal dengan kebutuhan (need) yang kemudian berkembang istilah social planing, di mana suatu perubahan menjadi keinginan (want). Kebutuhan sosial yang terjadi adalah sebagai akibat dari berkisar pada seputar keperluan dasar sesuatu yang direncanakan, demikian pula yang harus dipenuhi, sedangkan keinginan dapat terjadi sebagai akibat dari sesuatu lebih menekankan pada sesuatu keperluan yang tidak direncanakan. Dalam melakukan lain setelah semua kebutuhan terpenuhi. social planing, seorang ahli ilmu sosial dapat Keinginan menurut Hoed disebabkan oleh mengikuti proses berpikir induktif maupun tiga alasan, yaitu pertama pertimbangan deduktif. (Hari Poerwanto, 2008, hlm. 157) kreatif yang didasari oleh estetika, Perubahan lingkungan dapat pula kepraktisan, efisiensi, dan pertimbangan mengakibatkan terjadinya perubahan ekonomi, kedua pertimbangan melepaskan kebudayaan, perubahan kebudayaan dapat diri atau menghindarkan diri dari keadaan pula terjadi karena mekanisme lain seperti yang tidak menyenangkan seperti, monoton, munculnya penemuan baru atau invention. rutin, dan membosankan, dan ketiga Kebudayaan yang dimiliki manusia akan pertimbangan bahwa keadaan yang berlaku mengatur prilaku dalam hubungannya tidak memberikan sesuatu yang bernilai dengan lingkungannya, demikian pula dengan secara kuantitatif. (Hoed, 2011, hlm,202) interaksi sosial dan kehidupan mereka, jika Keinginan untuk mencapai mutu yang terjadi suatu perubahan kebudayaan tidak tinggi menyebabkan bahwa seorang ahli selalu selalu berada pada tingkat perubahan yang mencoba memperbaiki hasil-hasil karyanya sama, suatu waktu ada perubahan besar dan dan dalam usaha itu belum mencapai hasil sedikit dalam kebudayaan. yang maksimal, dengan demikian akan Teori perubahan yang dikemukakan

Jurnal Panggung V30/N4/12/2020 Hudaepah, Dyah Murwaningrum 480 oleh Lewis A. Coser, Ralf Dahrendorf dan untuk meregenerasi para pemain Angklung Talcot Parson, digunakan sebagai sistem Gubrag. Proses pelestarian Angklung Gubrag konseptual yang diharapkan mampu tidak akan ada artinya apabila hanya pemain menjelaskan berbagai dinamika dan konflik tua atau senior yang bisa memainkan dan internal serta berbagai hambatan dan tekanan paham mengenai kesenian tersebut. Sehingga yang ditimbulkan oleh suatu lingkungan. para seniman juga memberikan pengajaran Konflik dan kontradiksi internal dalam suatu kepada generasi muda. Pewarisan budaya sistem sosial, dalam proses penyesuaian diri ini dapat dilakukan dengan cara melibatkan pada suatu lingkungan merupakan kekuatan para generasi muda dalam latihan-latihan dinamik. (Hari Poerwanto, 2008, hlm. 143). sehari-hari dan mengajak mereka menjadi Perubahan untuk menghasilkan sesuatu bagian dari pertunjukan sejak kecil. Hal ini yang baru terus dilakukan oleh para seniman diharapkan dapat menumbuhkan kepedulian Angklung Gubrag yang ada di kampung mereka terhadap seni Angklung Gubrag. Tonjong, desa Kemuning, salah satunya mengajak para pemuda untuk terlibat dalam pertunjukan, dengan menampilkan hal-hal PENUTUP yang baru agar kesenian ini terlihat menarik Kesenian Angklung Gubrag yang di mata masyarakat. Tentu saja perubahan- ada di kampung Tonjong desa Kemuning perubahan yang dilakukan oleh para seniman kecamatan Kresek, kabupaten Tangerang, ini tidak terlepas dari hambatan-hambatan Propinsi Banten sudah digunakan sejak lama yang ada, namun mereka tetap bersama untuk upacara-upacara ritual yaitu panen untuk menghadapi hambatan. padi dan nuju bulan. Pertunjukan Angklung Melalui Sanggar Seni Putra Kemuning, Gubrag pada acara panen padi bertujuan pengelola dan sesepuh kesenian Angklung untuk mengucap syukur kepada Tuhan Yang Gubrag ini berusaha untuk meregenarasi para Maha Esa atas panen yang dihasilkannya. pemain angklung. Hal ini dilakukan untuk Ritual nuju bulan, dilaksanakan apabila ada melestarikan kesenian angklung ini tetap seorang perempuan yang sudah hamil tujuh diminati masyarakat. Mereka melibatkan para bulan di kampung Tonjong, agar perempuan generasi muda dalam berbagai kegiatan yang tersebut dimudahkan sampai melahirkan, biasa dilaksanakan. Hal ini diharapkan agar maka pertunjukan Angklung Gubrag ini para generasi muda mempunyai kepedulian dilakukan dengan membaca doa-doa, untuk terhadap kesenian Angklung Gubrag yang ada keselamatan perempuan tersebut. Dalam di kampung Tonjong, desa Kemuning. perkembangannya, angklung Gubrag yang ada Upaya pelestarian selanjutnya yang di kabupaten Tangerang ini sebagai bagian dilakukan oleh seniman yang ada di kampong dari identitas masyarakat Tangerang. Tonjong melalui sanggar seni Angklung Dalam sejarah perjalanan musik Gubrag Putra Kemuning, yaitu berusaha angklung mulai mengalami perkembangan

Jurnal Panggung V30/N4/12/2020 Inovasi Angklung Gubrag di Desa Kemuning Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang 481 dari bentuk pertunjukannya pada tahun 1983 2. Mendirikan sanggar seni Angklung sampai sekarang, hal ini disebabkan oleh Gubrag Putra Kemuning, di mana perubahan yang terjadi dalam masyarakat, sanggar seni ini mengatur bentuk-bentuk di mana masyarakat kurang berminat pertunjukan yang sering dilaksanakan terhadap kesenian tradisonal, karena musik oleh pemerintah daerah setempat maupun angklung ini harus tetap bertahan, maka para masyarakat yang ada dilingkungan desa seniman yang ada di kampung Tonjong, desa Kemuning Kampung Tonjong, kecamatan Kemuning, kecamatan Kresek ini mempunyai Kresek Kabupaten Tangerang. motovasi yang kuat untuk merubah bentuk 3. Penambahan alat pada saat pertunjukan pertunjukan, agar kesenian angklung ini tetap yaitu berupa kendang yang biasa disebut bisa diminati oleh masyarakat. Inovasi yang dogdog lojor, hal ini dilakukan agar dilakukan oleh para seniman ini dimotivasi pertunjukan lebih berirama dan bisa oleh beberapa aspek, di antaranya adalah menghibur masyarakat. seniman sendiri dan masyarakat yang ada 4. Penambahan dua orang penari dan pesilat dilingkungan sekitar. Perubahan bentuk dalam acara pertunjukan angklung pertunjukan adalah keinginan masyarakat Gubrag , hal ini dilakukan agar lebih untuk melihat bentuk pertunjukan yang menarik masyarakat dalam menonton dirasa lebih modern dan dapat dinikmati. pertunjukan. Semantara motivasi yang dilakukan seniman 5. Masyarakat diperbolehkan menyewa yang ada dalam diri pelaku adalah keinginan pertunjukan angklung Gubrag untuk untuk menciptakan sesuatu yang baru, agar acara pesta pernikahan, khitanan, dan kesenian tradisoinal tidak punah. Selain itu, lain sebagainya, di mana akan dikenakan adalah persolan ekonomi para seniman, dalam tarif sesuai jarak dan kebutuhan kehidupan bermasyarakat ekonomi cukup pertunjukannya. berpengaruh, di mana kesenian Angklung Gubrag ini bisa disewakan untuk acara-acara pesta pernikahan, khitanan, dan acara lainnya. *** Bentuk inovasi yang dilakukan oleh seniman dalam pertunjukan angklung Gubrag yang ada di Kampung Tonjong, Desa Daftar Pustaka Artikel Jurnal Kemuning adalah: Alin Novandini dan Ayi Budi Santosa 1. Melakukan perubahan bentuk pertunjukan (2017) Perkembangan Angklung dari ritual ke hiburan, misalnya dari Gubrag : Dari Tradisi Ritual Hingga Hiburan(1983-2013 Jurnal FACTUM penampilannya, dengan menggunakan Volume 6, N0.2, Oktober baju berwarna, agar terlihat lebih cerah, Hinhin Agung Daryana, Dyah penambahan alat dalam pertunjukan Murwaningrum(2019) Transformasi Musik Arumba: Wujud Hibriditas yaitu kendang. Yang Mengglobal, Panggung Vol. 29

Jurnal Panggung V30/N4/12/2020 Hudaepah, Dyah Murwaningrum 482 No. 1, Januari - Maret Soepandi, 1987. Peralatan Hiburan dan Rosyadi. (2012). Angklung: Dari Angklung Kesenian Tradisional Daerah T r adisional Ke Angklung Modern. Smiers, Joost. 2009. Arts under Pressure: Jurnal Penelitian Sejarah dan Buda y Memperjuangkan Keanekaragaman a , Patanjala: 4 (1), 26-40. doi:dx.doi. Budaya di Era Globalisasi. o r g/10.30959/ptj.v4i1.122. Sakrie, D. Terjemahan Umi Haryati. Yogyakarta: (2015). 100 Tahun Musik Indonesia Insistpress Satya, Dinda, 2014 Angklung Dogdog Jawa Barat. Jakarta. Departemen Pendidikan LojorPada Upacara Seren Taun Jurnal dan Kebudayaan resital, vol 15 no 2 Yogyakarta: ISI Poerwanto, Hari, 2008, Kebudayaan Usandrajaya, (2018) Yurnalis, Indriyetti, dan lingkungan dalam perspektif Inovasi Talempong Gandang Lasuang Antropologi. Yogyakarta: Pustaka dalam Upaya Pelestarian Seni Tradisi, Pelajar Panggung Vol. 28 No. 4, Desember 2018 Yoeti, Oka, A. 1985 Budaya Tradisi Yang Hampir Buku Punah: Bacaan Populer Untuk Perguruan Ismawati, Esti (2012) Ilmu Sosial Budaya Tinggi. Jakarta: Departemen Pendidikan Dasar, yogyakarta: penerbit ombak danKebudayaan Creswell, John W., (2012), Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hoed, Benny H. 2011 Semiotika dan Dinamika sosial budaya. Jakarta: Komunitas Bambu Koentjaraningrat , 2005, Pengantar Ilmu Antropologi, edisi revisi, Jakarta:Rineka Cipta ------, 1998, Sejarah Teori Antropologi I, Jakarta: Rineka Cipta Lilis Sumiati 2019 Wacana Pemajuan Kebudyaan : Strategi Tari Tradisi, Bandung : Guriang7press Moleong, Lexy J. 2007 Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset Masunah, J. dkk. (2003). Angklung di Jawa Barat : sebuah perbandingan Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional Universitas Pendidikan Indonesia (P4ST UPI). Shiraev eric B , Levy David, 2012 Psikologi Lintas Kultural, Jakarta: Kencana Sumardjo, Jakob 2011, Filsafat Seni, Bandung: ITB Soemardjo jakob, 2014, Estetika Paradoks, Jakarta: Kelir Soedarsono, 2010 Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi, Yogyakarta: UGM Press

Jurnal Panggung V30/N4/12/2020