Pola Lantai Panggung Un Dan Kompetensi Dasar Yang Tercantum Dalam Kurikulum

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Pola Lantai Panggung Un Dan Kompetensi Dasar Yang Tercantum Dalam Kurikulum Alien Wariatunnisa Yulia Hendrilianti SeniSeni TariTari S Seni Seni S e e uuntukntuk SSMA/MAMA/MA KKelaselas XX,, XXI,I, ddanan XXIIII n n i i T Tari a r i untuk SMA/MA Kelas X, XI, dan XII untuk SMA/MA u nt u Yulia Hendrilianti Yulia Alien Wariatunnisa PPUSATUSAT PPERBUKUANERBUKUAN KKementerianementerian PendidikanPendidikan NasionalNasional Hak Cipta buku ini pada Kementerian Pendidikan Nasional. Dilindungi Undang-undang. Penulis Alien Wariatunnisa Seni Tari Yulia Hendrilianti untuk SMA/MA Kelas X, XI, dan XII Penyunting Isi Irma Rahmawati Penyunting Bahasa Ria Novitasari Penata Letak Irma Pewajah Isi Joni Eff endi Daulay Perancang Sampul Yusuf Mulyadin Ukuran Buku 17,6 x 25 cm 792.8 ALI ALIEN Wiriatunnisa s Seni Tari untuk SMA/MA Kelas X, XI, dan XII/Alien Wiriatunnisa, Yulia Hendrilianti; editor, Irma Rahmawati, Ria Novitasari.—Jakarta: Pusat Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional, 2010. xii, 230 hlm.: ilus.; 30 cm Bibliografi : hlm. 228 Indeks ISBN 978-979-095-260-7 1. Tarian - Studi dan Pengajaran I. Judul II. Yulia Hendrilianti III. Irma Rahmawati IV. Ria Novitasari Hak Cipta Buku ini dialihkan kepada Kementerian Pendidikan Nasional dari Penerbit PT Sinergi Pustaka Indonesia Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2010 Diperbanyak oleh... KKataata Sambutan Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2009, telah membeli hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis/penerbit untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui situs internet (website) Jaringan Pendidikan Nasional. Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 49 Tahun 2009 tanggal 12 Agustus 2009. Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para penulis/ penerbit yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Kementerian Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para siswa dan guru di seluruh Indonesia. Buku-buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya ini, dapat diunduh (down load), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun, untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Diharapkan buku teks pelajaran ini akan lebih mudah diakses oleh siswa dan guru di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebij akan ini. Kepada para siswa kami ucapkan selamat belajar dan manfaatkanlah buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan. Jakarta, April 2010 Kepala Pusat Perbukuan iii KKataata Pengantar Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa. Kemajuan bangsa Indonesia hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk mencapainya, pembaruan pendidikan di Indonesia perlu dilakukan secara terus-menerus sehingga dapat menciptakan dunia pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman. Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah mengambil kebij akan dengan memberlakukan kurikulum yang meliputi aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan, keterampilan, dan seni. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup, menyesuaikan diri, dan berhasil di masa datang. Dengan demikian, peserta didik memiliki ketangguhan, kemandirian, dan jati diri yang dikembangkan melalui pembelajaran maupun pelatihan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Oleh karena itu, diperlukan penyempurnaan kurikulum sekolah dan madrasah yang berbasis pada kompetensi peserta didik. Kebij akan pemerintah ini telah memacu pemikiran kami untuk menautkan sejumlah gagasan yang berserak menjadi sebuah buku ajar Seni Tari untuk SMA/MA Kelas X, XI, dan XII. Buku ini diramu dan diuntai dengan bahasa sederhana yang lugas dan komunikatif sehingga mudah dipahami oleh siswa. Selain itu, buku ini juga didukung dengan tampilan tata letak yang baik dan gambar yang menarik sehingga dapat memotivasi sistem pembelajaran yang dinamis. Buku ini diracik sehingga dapat mengembangkan daya berpikir logis dan kritis siswa. Pengenalan suatu konsep disajikan dengan memberikan masalah yang bermakna dalam kehidupan sehari-hari siswa. Sebagai buku yang layak bagi siswa, buku ini dilengkapi dengan alat evaluasi dan kegiatan-kegiatan yang akan memancing siswa untuk mengembangkan potensi kerja ilmiahnya serta kemampuan berpikir analitis. Melalui kegiatan-kegiatan ini, diharapkan siswa mampu mencapai kompetensi belajar yang diinginkan. Terbitnya buku ini diharapkan seperti terbitnya matahari yang mampu menjadi energi dan penerang dalam pendidikan bangsa kita. Bandung, Januari 2009 Penerbit iv Pedoman Penggunaan Buku Pendidikan merupakan hal pentingSeni yang Tari harusuntuk didapatkanSMA/MA Kelas oleh anak.X, XI, Untuk itu, kami menghadirkan buku dan XII. Buku ini menawarkan konsep belajar sambil praktik. Dengan kata lain, Anda dapat belajar mengenal dunia seni tari sekaligus praktik secara langsung. Hal itu didukung oleh bagian-bagian buku berikut yang dapat mempermudah penggunaan buku ini. Kelas merupakan bagian buku berisi materi yang diajarkan 1 KKelaselas X pada setiap kelas. memuat judul pelajaran yang menggambarkan Pelajaran 1 2 Pelajaran Apresiasi Seni Tari Tunggal Nusantara materi yang akan dipelajari oleh siswa. merupakan Standar Kompetensiang dan harus Kompetensi dicapai Dasarsiswa pada setiap uraian kompetensi y img437.imageshack.us Sumber: pelajaran. (pembangkit motivasi) ntang ganizer erdiri4 merupakan kesatuan yangdalamnya terben tedaya Advanced Or Nusantara merupakan kesatuan yang terbentang berisi dari Sabang sampai Merauke. Di dalamnya terdiri 3 daya atas berbagai macam suku, adat, dan budbudaya Apersepsi yang memiliki keunikanakanaka tersendiri.hasil dari budaya. Seni merupmerupakanmerup hasilghasilkan dari keragaman budaya.ari budaya men Keragaman budayaalamnya menghasilkan seni tari. TarikeragamanNusantara Bali, t seni, termasuk di dalamnya seni tari. Tari Bali, tari bagi siswa sebelum mereka mulai mempelajari materi. Jawa, tari Sunda atau tari lainnya di Nusantara merupakan wujud nyata hasil budaya masing- Peta KKonseponsepmasing etnis. Meskipun begitu ketika berada di dunia internasional tari-tari5 etnis tersebut diakui sebagai tari Nusantara atau tari Nasional fi kasi keunikan • Mengidenti Indonesia. gerak, kostum, iringan tari Nusantara dalam konteks Tari Tunggal budaya masyarakat daerah merupakan bagan yang berisi inti materi yang Nusantara setempat dalam bentuk tari tunggal mempelajari Peta Konsep Fungsi Tari Tunggal 4Karya Seni Tari Nusantara Tunggal Nusantara akan dipelajari. ang akan dipelajari meliputi berisi kata-kata baru y Latar Sikap Kostum Iringan Belakang Tari Tari Tari Kata Kunci dalam setiap pelajaran. KKataata KKunciunci 6 fungsi, latar belakang, gerak, sikap, kostum, iringan, tari tunggal, Nusantara, Materi berisi bahan pembelajaran bagi siswa. Materi-materi ij adikan A. Ekspresi Seni Tari dalam Wujud Gerak Tari Tunggal tersebut disesuaikan dengan tuntutan standar kompetensi p ang tercantum dalam kurikulum. Nusantara a k yang tercipt k Hasil apresiasi terhadap karya seni tari tunggal Nusantara dapatciptakan d gera bahan untuk mencipta gerak. Dengan kata lain, hasil apresiasi merupakan7 modal dan kompetensi dasar y untuk berekspresi seni tari, dalam hal ini tari tunggal. Gerak-gerak yang tercipta merupakan gerak penuh nilai estetis dan bermakna. Untuk menciptakan gerak un tersebut terlebih dulu harus menguasai gerak dasar tari. m membang 1. Gerak yang Mengacu pada Pola Lantai Panggung Panggung merupakan salah satu unsur yang berperan dalam membangun ruang gerak untuk pementasan tari. Hal tersebut mempengaruhi pola lantai yang menjadi acuan penari dalam bergerak. Pada umumnya, desain pola lantai untuk tari tunggal Nusantara cukup sederhana di antaranya penggunaan titik tengahbagai panggunggung sebagaise ag titik awal dalam melakukan gerakan. Selain itu, penari harus dapat memanfaatkan luas penggung pementasan dan menguasainya. Secaraecara umum, pola lantai tari tunggal Nusantara di antaranya sebagaise ut: Info KKreasireasi berikut: 8 a. Maju-MundurMaju-Mundu b. Gesereser kiri-kakiri-kanan Kata “Baris” pada nama tari Baris dariari merupakan informasi-informasi yang dapat erong kiri-k ng c. Serong kiri-kanan Bali berasal dari kata bebarisKeterangan: yang d. MemutarMemutar mengikuti me pola lingkarandapat diartikan pasukan maka tarian Info Kreasi : ini menggambarkan ketangkasan pasukan prajurit. Tari ini merupakan tarian kelompok yang dibawakan oleh pria, umumnya ditarikan oleh 8 sampai memperluas wawasan siswa. lebih dari 40 penari dengan gerakan yanggeser lincah kiri-kanan cukup kokoh, lugas
Recommended publications
  • Analysis on Symbolism of Malang Mask Dance in Javanese Culture
    ANALYSIS ON SYMBOLISM OF MALANG MASK DANCE IN JAVANESE CULTURE Dwi Malinda (Corresponing Author) Departement of Language and Letters, Kanjuruhan University of Malang Jl. S Supriyadi 48 Malang, East Java, Indonesia Phone: (+62) 813 365 182 51 E-mail: [email protected] Sujito Departement of Language and Letters, Kanjuruhan University of Malang Jl. S Supriyadi 48 Malang, East Java, Indonesia Phone: (+62) 817 965 77 89 E-mail: [email protected] Maria Cholifa English Educational Department, Kanjuruhan University of Malang Jl. S Supriyadi 48 Malang, East Java, Indonesia Phone: (+62) 813 345 040 04 E-mail: [email protected] ABSTRACT Malang Mask dance is an example of traditions in Java specially in Malang. It is interesting even to participate. This study has two significances for readers and students of language and literature faculty. Theoretically, the result of the study will give description about the meaning of symbols used in Malang Mask dance and useful information about cultural understanding, especially in Javanese culture. Key Terms: Study, Symbol, Term, Javanese, Malang Mask 82 In our every day life, we make a contact with culture. According to Soekanto (1990:188), culture is complex which includes knowledge, belief, art, morals, law, custom and any other capabilities and habits acquired by man as a member of society. Culture are formed based on the local society and become a custom and tradition in the future. Culture is always related to language. This research is conducted in order to answer the following questions: What are the symbols of Malang Mask dance? What are meannings of those symbolism of Malang Mask dance? What causes of those symbolism used? What functions of those symbolism? REVIEW OF RELATED LITERATURE Language Language is defined as a means of communication in social life.
    [Show full text]
  • Cross-Gender Attempts by Indonesian Female Impersonator Dancer Didik Nini Thowok
    Cross-Gender Attempts by Indonesian Female Impersonator Dancer Didik Nini Thowok Madoka Fukuoka Graduate School of Human Sciences, Osaka University, Japan [email protected] ABSTRACT This article examines the creative stages of Didik Nini Thowok (1954‒), a female impersonator and cross-gender dancer based in Java, Indonesia. In addition, it discusses his endeavours of crossing gender boundaries by focusing on his use of costumes and masks, and analysing two significant works: Dwimuka Jepindo as an example of comedic cross-gender expression and Dewi Sarak Jodag as an example of serious cross-gender expression. The findings indicate three overall approaches to crossing gender boundaries: (1) surpassing femininity naturally expressed by female dancers; (2) mastering and presenting female characters by female impersonators and cross-gender dancers; and (3) breaking down the framework of gender itself. Keywords: Didik Nini Thowok, cross-gender, dance, Java, Indonesia © Penerbit Universiti Sains Malaysia, 2014 58 Wacana Seni Journal of Arts Discourse. Jil./Vol.13. 2014 INTRODUCTION This article examines the creative stages of Didik Nini Thowok (1954‒), a female impersonator and cross-gender dancer based in Java, Indonesia.1 In addition, it discusses his endeavours of crossing gender boundaries by focusing on the human body's role and Didik's concept of cross-gender dance, which he has advocated since his intensive study of the subject in 2000. For the female impersonator dancer, the term "cross-gender" represents males who primarily perform female roles and explore the expression of stereotypical femininity. Through his artistic activity and unique approach, Didik has continued to express various types of femininity to deviate from stereotypical gender imagery.
    [Show full text]
  • Tayuban Dance and Culture Change in East Java
    THE POLITICS OF POPULAR ART: TAYUBAN DANCE AND CULTURE CHANGE IN EAST JAVA Robert W. Hefner In terms of our often chimerical Image of px.iya.yi culture, tayuhan dance can at first sight appear bewilderingly un-Javanese. Contrary to most Indonesian dance styles, tayuhan involves men dancing directly with women,1 in a fashion which on occasion may be flirtatious or even intimate. The female dancers are paid professionals known as ttzd k zk or tandh.ak.2 When it is a man’s turn to "receive the dance scarf," these women come to sit at his side, sing him a song, and, at its end, offer him a glass of alcohol, which he dashes down boldly, then taking to the dance floor. Although the practice is generally discouraged today, sometimes women may sit on the male dancer’s lap, and on a few occasions actually kiss him. Such sexual behavior by tlzd h ek has contributed to the widespread perception of them as prostitutes, and, together with the dance’s drinking and economic expense, has also caused Muslim reformists and some government officials in recent years to call for the dance’s abolition. Whatever notoriety tayuhan has gained, however, it still enjoys considerable popularity in areas of East and (to a perhaps lesser degree) Central Java. In many communities, moreover, it is not only a popular form of entertainment, but an integral part of spirit shrine ritual associated with annual hzxAih. dut&a festivity. Without the dance, one is told, crops might fail, people would fall ill, and the land might turn barren.
    [Show full text]
  • Time Project Event Unite the Nations 3 May 2011
    Time Project Event 2011 May 3rd 2011 TIME PROJECT EVENT UNITE THE NATIONS 3 MAY 2011 Short instruction: 1) How many questions do I have to answer? There are 250 questions. Every Country has 25 questions. Every school HAS to answer 225 questions, which means you do not ANSWER THE 25 questions FROM YOUR OWN COUNTRY. For example: Russia: There are 25 questions about Russia. More than one school from Rusia contributed questions which means there may be some Russian questions some Russian students may not recognize (they came from the other school ). Schools from Russia do not answer the 25 questions about Russia regardless of who contributed the questions. You never answer the questions about YOUR OWN COUNTRY. 2) How do I find the answers? - Encyclopaedias, the Internet, the Library or other sources at school or in the community - Get in touch with other time participants to find answers to questions which are difficult for you. 3) Where and when do I send the answers? Questions have to answered on line at the ZOHO Challenge Site. https://challenge.zoho.com/unite_the_nations_2011 Test starts 00:00 GMT May 3rd 2011 - Deadline: 00:00 GMT/UTC 4 May 2011! Other questions?? Get in touch with Event Co-ordinator ! [email protected] phone: +01.519.452.8310 cellphone +01.519.200.5092 fax: +01.519.452. 8319 And now…the game! Time Project Event 2011 May 3rd 2011 ARTS Argentina 1) Who wrote the book "Martin Fierro"? a) Jose Hernandez b) Peschisolido miguel angel c) David vineyards d) Jorge Luis Borges 2) What is the typical dance of Argentina? a) quartet b) tango c) cumbia d) capoeira 3) Who was Carlos Gardel? a) a singer of cumbia b) a soccer player c) a singer of tango d) a former president 4) Who was Lola Mora? a) a model b) a sculptor c) an athlete d) a journalist 5) Which Argentine made and released the world's first animated feature film.
    [Show full text]
  • Asia Society Presents Music and Dance of Yogyakarta
    Asia Society Presents Music and Dance of Yogyakarta Sunday, November 11, 2018 7:00 P.M. Asia Society 725 Park Avenue at 70th Street New York City This program is approximately ninety minutes with no intermission In conjunction with a visit from Hamengkubuwono X, the Sultan of Yogyakarta in Indonesia, Asia Society hosts a performance by the court dancers and musicians of Yogyakarta. The Palace of Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat is the cultural heart of the city. From generation to generation, the Sultans of Yogyakarta are the traditional governors of the city and responsible for passing on art and culture heritage. The entire royal family is involved in preserving these art forms, and the troupe must perform with a member of the royal family present. The dances from Yogyakarta will be accompanied by gamelan music native to Java. Program Golek Menak Umarmaya Umarmadi Dance Masked Dance Fragment (Wayang Wong) “Klana Sewandana Gandrung” Bedhaya Sang Amurwabhumi About the forms: Golek Menak The golek menak is a contemporary example of the seminal influence exerted by the puppet theater on other Javanese performing arts. This dance was inspired by the stick–puppet theater (wayang golek), popular in the rural area of Yogyakarta. Using the three dimensional rod-puppets, it portrays episodes from a series of stories known as menak. Unlike the high-art wayang kulit (shadow puppets), it is a village entertainment, and it did not flourish at the court. As a dance drama, golek menak focuses on imitating this rod-puppet theater with amazing faithfulness. Human dancers realistically imitate the smallest details of puppet movement, right down to the stylized breathing of the puppets.
    [Show full text]
  • Download The
    CSEASPANORAMA2008 A (Balinese) Tempest Ian Falconer (MA, Asian Studies) starred as Prospero in the Department of Theatre and Dance’s version of the Bard’s lauded comedy, a performance infused with Balinese wayang and gamelan and Larry Reed’s famed shadowcasting. Center for Southeast Asian Studies University of Hawai‘i By Director Barbara Watson Andaya Dear friends and including the highlight of the Prospero, Miranda, Ariel and year, the Balinese shadow-play Caliban were given a new life as colleagues... version of Shakespeare’s The the shadows of human “puppets” In late July 2008, when I re- Tempest. Under the auspices of wearing specially made masks turned from twelve months’ the Department of Theatre and were projected onto a large sabbatical leave, I began to ask Dance, Kirstin invited Larry screen. And the “Southeast myself if my presence as director Reed, founder and artistic Asian” content was not merely was really necessary. So much had director of Shadowlight Produc- visual, for an important feature of CSEAS Panorama (Vol. XII) is published been accomplished in my absence tions and one of the few the production was the music annually by the Center Americans trained in wayang kulit, provided by the University of for Southeast Asian that I really felt quite dispensable! Studies at the or shadow puppetry, to spend a Hawai‘i Balinese Gamelan University of Hawai‘i. I would like to express my deep gratitude to Acting Director semester in Hawai‘i. Larry and Ensemble directed by a second For more information about the program, Kirstin Pauka (Professor, Asian Kirstin worked with students in artist-in-residence, Balinese please visit the Theatre and Dance to produce a puppet master, I Nyoman Center’s website at Theatre), Associate Director Paul www.hawaii.edu/cseas Rausch, and our graduate assis- memorable and innovative Sumandhi.
    [Show full text]
  • The Value of Yogyakarta Palace Dances : Relevance to the Nation Character Nurturing
    The Value ofYogyakarta Palace Dances... 377 THE VALUE OF YOGYAKARTA PALACE DANCES : RELEVANCE TO THE NATION CHARACTER NURTURING Sunaryadi Institut Seni Indonesia Email: [email protected] Abstrak Tan Keraton Yogyakarta bukan sekedar tontonan tetapi adalah sebuah media yang mengandung tuntunan. Bukan hanya bagi semuayang terlibat dalam pementasan tari, tetapi juga tuntunan bagi yang menonton Patokan bak.u dalam tari keraton yang hersumber pada nilai tata krama keraton merupakan etika moralitas, sebagai sarana penanaman karakter. Nilai-nilai tersebut terumuskan dalam empat prinsip yang wajib dimiliki penari yaitu sawiji, greget, sengguh, dan ora mingkub (falsafah Joged Mataram). D ikaji dari aspek aksiologis, tari keraton mengandung ajaran yang menempatkan \rasa sebagai rub’ dan 'pengendalian diri sebagai in ti’. Aspek rasa sertapengendalian diri ini labyang memiliki relev ansi bagi pembangunan karakter bangsa saat ini. .wjELlujI j 6J_aLi*u> ^ (jjSjLivXI .lr>a 9 lSengguh t g reg et^ sawiji 05&J ^.iEs <xjjI J (^jjl j^ai y * Joged mingkuh (Ijjlj L i us LftjLltlj ii i II ,k> t*b _j •S^JU ftJLa aju& ^ Keywords, tari keraton, Joged Mataram, penanaman karakter. 378 Millah Vol. XU, No. 2, Februari 2013 A. Introduction Indonesian society now days has many colored multiple conflicts, demonstrations, religious conflict, the position seizure, and the seizure of property rights indigenous territories. Regrettably, all of them tend to be wild and brutal. Violence happens everywhere, attitudes of tepa slira are scarce, sincere attitude has been hard to find. Many cultural roots reflected in Pancasila has been abandoned, as if the nation has lost the identity and lost the spirit of the cultural life of the nation adhesive.
    [Show full text]
  • A Socio-Cultural Analysis on the Role of Sunan Ambu, Dewi Sri and Rongeng) Endang Caturwati*
    Saudi Journal of Humanities and Social Sciences Abbreviated Key Title: Saudi J Humanities Soc Sci ISSN 2415-6256 (Print) | ISSN 2415-6248 (Online) Scholars Middle East Publishers, Dubai, United Arab Emirates Journal homepage: http://scholarsmepub.com/sjhss/ Original Research Article The Profile of Indung in Sundanese Society (A Socio-Cultural Analysis on the Role of Sunan Ambu, Dewi Sri and Rongeng) Endang Caturwati* Institute of Indonesian Art and Culture, Bandung Indonesia DOI:10.21276/sjhss.2019.4.7.12 | Received: 20.07.2019 | Accepted: 27.07.2019 | Published: 30.07.2019 *Corresponding author: Endang Caturwati Abstract The research discusses the profile of Indung in Sundanese society, namely Sunan Ambu, Dewi Sri, and Ronggeng. It is conducted as an effort to unravel the existence of woman as indung or mother that has been influencing many aspects of life of Sundanese society. All those three actors have very dominant role both in social and internal aspect. The figure purpose of the research is to identify the process of value change in a series of time, particularly the change in their function caused by the particular circumstances during the past colonial era. The research employs descriptive-analytical methodology with qualitative approach, and focuses its analysis on process, event and authenticity. The findings of the research suggests that either the of Sunan Ambu, Dewi Sri or Ronggeng, have a multi-dimensional character: namely (1) as a woman who is responsible for human kind‟s life sustainability, (2) as a mother or indung, (3) as a protector and life-giver, the character of which are deeply embedded in those three figures.
    [Show full text]
  • Kebudayaan, Kesehatan Orang Papua Dalam Perspektif Antropologi
    Antropologi Papua (ISSN: 1693-2099) Volume 1. No. 1, Agustus 2002 KEBUDAYAAN, KESEHATAN ORANG PAPUA pengetahuan berdasarkan kebudayaan mereka masing-masing dalam DALAM PERSPEKTIF ANTROPOLOGI KESEHATAN menanggapi masalah kesehatan. Kajian etnografi ini akan memberikan ilustrasi tentang bagaimana A.E. Dumatubun kebudayaan, kesehatan orang Papua berdasarkan perspektif antropologi, (Staf dosen Jurusan Antropologi Universitas Cenderawasih) yang dapat memberikan pemahaman kesehatan secara kultural. Abstract B. KEBUDAYAAN DAN PERILAKU SEBAGAI KONSEP DASAR In this article the author tries to look on social and cultural interpretation of the health problems on Papuan’s societies. The Papuan’s traditionally, have different views to care Kebudayaan sebagai pedoman dalam kehidupan warga penyandangnya jauh out their health. lebih kompleks dari sekedar menentukan pemikiran dasar, karena kenyataan As found in most – perhaps all – societies some illnesses are viewed as having “natural” or kebudayaan itu sendiri akan membuka suatu cakrawala kompetensi dan “naturalistic” causes, while others have “magical” or “supernatural” or “personalistic kinerja manusia sebagai makhluk sosial yang fenomenal. Untuk itu dapatlah causes. In this causes, most of the Papuan’s depent on supernatural or personalistic to care dikemukakan beberapa rumusan kebudayaan: about their health. My finding is more complexs. That is how the decision was made and what kind of help to look for depent on many factors such as perceived the gravity of the “…dalam konteks suatu aliran atau golongan teori kebudayaan yang besar illness, past experience with different kinds of healers, family knowledge and therapeutic pengaruhnya dalam kajian antropologi, atau yang dikenal dengan “Ideasionalisme” skills (couple with the advice of friends and neighbors), cost of different kinds of treatment, (ideationalism) (Keesing, 1981; Sathe, 1985) dalam kajian khususnya kesehatan.
    [Show full text]
  • Pola Lantai Panggung Un Dan Kompetensi Dasar Yang Tercantum Dalam Kurikulum
    Alien Wariatunnisa Yulia Hendrilianti Seni Tari Seni Seni S e untukuntuk SSMA/MAMA/MA KKelaselas XX,, XXI,I, ddanan XXIIII n i Tari untuk SMA/MA Kelas X, XI, dan XII untuk SMA/MA u nt u Yulia Hendrilianti Yulia Alien Wariatunnisa PUSAT PERBUKUAN Kementerian Pendidikan Nasional Hak Cipta buku ini pada Kementerian Pendidikan Nasional. Dilindungi Undang-undang. Penulis Alien Wariatunnisa Seni Tari Yulia Hendrilianti untuk SMA/MA Kelas X, XI, dan XII Penyunting Isi Irma Rahmawati Penyunting Bahasa Ria Novitasari Penata Letak Irma Pewajah Isi Joni Eff endi Daulay Perancang Sampul Yusuf Mulyadin Ukuran Buku 17,6 x 25 cm 792.8 ALI ALIEN Wiriatunnisa s Seni Tari untuk SMA/MA Kelas X, XI, dan XII/Alien Wiriatunnisa, Yulia Hendrilianti; editor, Irma Rahmawati, Ria Novitasari.—Jakarta: Pusat Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional, 2010. xii, 230 hlm.: ilus.; 30 cm Bibliograę : hlm. 228 Indeks ISBN 978-979-095-260-7 1. Tarian - Studi dan Pengajaran I. Judul II. Yulia Hendrilianti III. Irma Rahmawati IV. Ria Novitasari Hak Cipta Buku ini dialihkan kepada Kementerian Pendidikan Nasional dari Penerbit PT Sinergi Pustaka Indonesia Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2010 Diperbanyak oleh... Kata Sambutan Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2009, telah membeli hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis/penerbit untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui situs internet (website) Jaringan Pendidikan Nasional. Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 49 Tahun 2009 tanggal 12 Agustus 2009.
    [Show full text]
  • Ar Baswedan, Adalah Bagian Dari Orang-Orang Hadramaut Yang Bermigrasi Ke Kawasan Indonesia Pada Abad Ke-19 Tersebut
    JURNALLAKON KAJIAN SASTRA & BUDAYA Vol. 1 No. 1, Juli 2012 EKONOMI POLITIK FILM DOKUMENTER NAMA BARAT & ETNIS TIONGHOA DINAMIKA KEKUASAAN PECALANG DI BALI A. R. BASWEDAN dari Ampel ke Indonesia LUDRUK masihkah ritus modernisasi? POLITIK REVIVALISME SIWA LIMA tradisi “Ambon” pasca konflik KONTRADIKSI REPRESENTASI RUANG KOTA dalam novel Shanghai Baby LAWIKAN KERA NGALAM di tengah arus globalisasi LAKON Jurnal Kajian Sastra dan Budaya Nomor ISSN : 9772252-895000 Penanggung Jawab Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga Ketua Jurusan Magister Kajian Sastra & Budaya Penasehat Dédé Oetomo, Ph. D. Rachmah Ida, Ph. D. Ketua Redaksi Kathleen Azali Staf Redaksi Budi Kurniawan Nyoman Suwarta Danang Wahju Utomo Produksi Nyoman Suwarta Alamat Redaksi Magister Kajian Sastra dan Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, Kampus B Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286 Telp: (031) 5035676 / 5503380 | Faks: (031) 5035807 Daftar Isi Ekonomi Politik Film Dokumenter Indonesia: 1 Dependensi Industri Film Dokumenter Indonesia kepada Lembaga Donor Asing Kukuh Yudha Karnanta Penggunaan Nama Barat oleh Etnis Tionghoa di Surabaya 12 Budi Kurniawan Pecalang: Dinamika Kontestasi Kekuasaan di Bali 21 Gede Indra Pramana A. R. Baswedan: dari Ampel ke Indonesia 29 Purnawan Basundoro Ludruk: Masihkah Ritus Modernisasi? 48 Kathleen Azali Sapa Bale Batu, Batu Bale Dia: Politik Revivalisme Tradisi Siwa 61 Lima Orang Ambon Pasca Konflik Hatib Abdul Kadir Kontradiksi Representasi Ruang Kota dalam Novel Shanghai 76 Baby Mashuri Lawikan Kera Ngalam di Tengah Arus Globalisasi 98 Dwi R. Untari Kata Pengantar Pada terbitan perdana ini, Lakon tidak menawarkan tema khusus dalam rangkaian artikel-artikelnya. Jurnal ini diterbitkan dengan tujuan mewadahi dan menyebarluaskan wacana dan gagasan kritis mahasiswa magister sastra dan budaya, dan karenanya turut mengembangkan kajian sastra dan budaya di Indonesia.
    [Show full text]
  • Van Galen's Memorandum on the Alor Islands in 1946. an Annotated
    14 HumaNetten Nr 25 Våren 2010 Van Galen’s memorandum on the Alor Islands in 1946. An annotated translation with an introduction. Part 1. Av Hans Hägerdal Among the 17,000 islands of Indonesia, the Alor Islands are among the lesser known, but far from the least interesting. For the modern tourist they are primarily known as an excel- lent diving resort, that attracts a modest but devoted group of Westerners each year. For art historians their fame rests on the moko, the hourglass-shaped bronze drums that were once found all over the islands. Students of anthropology may know Alor via the well-known monograph of Cora Du Bois, The People of Alor (1944). Linguists find the plethora of local languages, at least fifteen in number, intriguing, the more so since speakers of Austronesian and Papuan languages meet here. And avid readers of tropical travel literature may have en- countered the islands as the supposed abode of ferocious cannibals and headhunters. To put it briefly, the Alor Islands are situated in the Nusa Tenggara Timur province of eastern Indonesia, north of Timor and east of Flores and the Solor Islands. They consist of two larger islands, Alor and Pantar, and some smaller ones. The mountainous islands cover an area which is about half of Bali’s, with a mixed population of Christians and Muslims. As is the case with much of Indonesia’s history outside Java, the past of this little archipelago is fragmentarily known up to the nineteenth century. Knowledge of the written word was utterly limited until modern times, and scholars have to piece Alorese history together from indigenous oral tradition, accounts by foreigners, and linguistic and archaeological data.
    [Show full text]