NILAI BUDAYA PADA INTERIOR MUSEUM SONOBUDOYO

Laksmi Kusuma Wardani Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra Surabaya E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Interior Museum Sonobudoya dimanfaatkan untuk kepentingan estetik, pendidikan, pariwisata dan pelestarian nilai budaya. Museum ini merupakan wujud gagasan yang mengabungkan pemikiran rasional arsitek Belanda Thomas H. Karsten dengan nilai-nilai budaya Jawa. Nilai monumental seni dan inovasi teknik pada bangunan ini, merupakan proses menuju pembaharuan, yang memberi karakter khusus Yogyakarta sebagai kota budaya. Pendirian museum ini bukanlah sekadar mengacu pada konsep fungsi, estetika dan teknik saja, melainkan memuat nilai material dan imaterial masyarakat Jawa, sehingga bangunan dan lingkungannya menjadi obyek atau materi yang menyatu dengan koleksi museum.

Kata kunci: Makna, Interior, Museum Sonobudoyo

ABSTRACT

The interior of Sonobudoyo Museum has been utilized for aesthetics, education, and tourism importance and conservation of cultural value. This museum is the result of ideas integrating the rational thinking of Deutsch architect, Thomas H. Karsten with the cultural value. The monumental art value and technical innovation in this building, is a process towards modernization, which has been contributing specific characteristics to the city of Yogyakarta as a cultural city. The erection of the building is not just referring to the functional, aesthetical,and technical concept, but also containing material and immaterial value of the Javanese society, so that the building and its environment becomes an object or material that is integrated in the museum collection.

Keywords: Meaning, Interior, Sonobudoyo Museum

PENDAHULUAN unsur-unsur budaya kolonial lambat laun memasuki budaya set empat , terjadi jaringan sistem nilai budaya Set iap kebudayaan memiliki serangkaian konsep yang berpengaruh pada karya budaya di daerah abstrak yang luas ruang lingkupnya. Konsep ini hidup pedalaman. Banyak peninggalan lingkungan buatan dalam alam pikiran sebagian masyarakat, mengenai at au bangunan, karya nenek moyang suku bangsa apa yang dianggap penting dan bernilai dalam Jawa atau suku bangsa lain yang dibuat pada masa hidupnya. Nilai tersebut berfungsi sebagai pedoman lalu ternyat a mempunyai nilai arsitekt ural sangat orientasi bagi segala tindakan manusia. Menurut tinggi. Sat u atau beberapa bangunan diharapkan lebih Koent jaraningrat (1974:32), sistem nilai budaya me- luas daripada sekedar sebuah karya keteknikan, tetapi rupakan tingkat yang paling abstrak dari adat, hidup yang melewati suatu proses olah rasa, karsa, dan cipta dan berakar dalam alam pikiran masyarakat, dan untuk memenuhi kebutuhan fisiologi, sa fety, sosial, sukar diganti dengan nilai budaya lain dalam wakt u penghargaan, dan aktualisasi diri. singkat. Pemahaman t entang nilai budaya dalam Pemikiran bahwa karya bangunan mengandung kehidupan manusia diperoleh karena manusia mema- nilai budaya muncul set elah arsitekt ur-int erior ber- knai ruang dan wakt u. Makna it u akan bersifat inter- kembang menjadi ilmu pengetahuan, baik sebagai subyektif karena dit umbuh-kembangkan secara indi- ilmu teknologi ataupun seni, yang memunculkan vidual, namun dihayat i secara bersama, dit erima, dan keprofesionalan dan memunculkan gejala pemekaran diset ujui oleh masyarakat hingga menjadi latar bu- arsit ekt ur-interior dalam berbagai makna, manfaat daya yang terpadu bagi fenomena yang digambarkan dan kepentingan. Sebagai sebuah manfaat, bangunan (Santosa, 2000: 202). masa lalu lebih menekankan ketepat gunaan (efekt ivi- Sejak abad ke-18 M, sejalan dengan pendudukan tas), sedangkan masa kini lebih menekankan penda- Belanda di berbagai daerah di pesisir utara Jawa, yagunaan (efisiensi). Bangunan sebagai sebuah

23 Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/interior 24 DIMENSI INTERIOR, VOL.5, NO.1, JUNI 2007: 23-33 kepentingan, dapat dimanfaatkan unt uk kepent ingan cangan kota dalam konteks kebijakan politik. Ia juga rasional ataupun irasional. Bangunan adalah fenome- memberi kontribusi terhadap pembent ukan hubungan na sensoris yang mengandung nilai budaya implisit. timbal balik permukiman pribumi dan Eropa, serta Pemaknaannya tidak lepas dari wujud simbolnya, memperkaya pemandangan kota dengan bent uk m esk ip un secara teoritik terp isah. bangunan melalui adaptasi bent uk regional. Ran- Bangunan menjadi sarana ekspresi budaya yang cangannya pert amanya (kantor NILLMIJ Semarang) dititipi pesan-pesan tertentu dan dapat menginterpre- masih bergaya neoklasik Eropa. Karsten mengem- tasikan budaya dari suat u periode atau suat u bangsa, bangkan pemahamannya pada kondisi tropis dengan hingga akhirnya menjadi simbol yang dilestarikan memberi perhatian pada konstruksi atap dengan dari generasi ke generasi. Bangunan tersebut salah kemiringan curam. Sementara pada denah dan sat unya adalah Museum Sonobudoyo. Museum ini fasade, Karsten masih terikat kuat pada prinsip merupakan museum pert ama yang didirikan di pengulangan elemen-elemen kolom dan bukaan Yogyakarta, menempat i bangunan bekas kantor unt uk mencapai harmonisasi. Pengulangan ini dimak- schauten di atas tanah hadiah Sultan Hamengku sudkan agar t ercipt a suat u kesan elegan dan konsis- Buwono VIII. Pendirian bangunan museum dimulai tensi yang kuat untuk mendukung monumentalitas dengan pembangunan pendhapa kecil, ditandai bangunan. Kesederhanaan bent uk pada elemen dan dengan candra sengkala “Bu ta Ng ra sa Esth ining det ail pertemuannya memberikan indikasi adanya Lata” yang bermakna tahun 1865 Jawa atau tahun pengaruh gerakan awal modernitas Eropa Barat 1934 Masehi. Keputusan pendirian museum ini (Wiryomartono, 1995:147-151). merupakan hasil kongres Java Instit uut di Surakart a Karsten menaruh perhatian pada masalah sosial tahun 1931. Kegiatan organisasi Java Instit uut antara ekonomi dan kesehatan, terlihat dari tulisannya di Indische Bouwkundig Tijdschrift, yakni mengenali lain mengumpulkan barang-barang kerajinan dan benda-benda seni dari kebudayaan Jawa, dan masalah permukiman kampung-kota t ernyata t idak . bisa dipisahkan dari pemahaman budaya set empat. Pendekatan rasional rumah murah seperti di negeri

Belanda tidak memiliki nilai langsung di Jawa. ARSITEK KARSTEN DAN PEMIKIRAN- Ketidakcocokan ini dalam pandangan Karsten dise- PEMIKIRANNYA babkan oleh peran adat istiadat bertempat tinggal

Bangunan museum merupakan wujud dari yang berbeda. Masalah kota dilihatnya secara jernih pandangan hidup dan bukan semata-mata hanya dari dua aspek pent ing sesuai kondisi pada wakt u it u, persoalan teknik dan estetika bangunan saja, sehingga masalah spekulasi tanah dan sanitasi lingkungan. dalam menganalisis makna perlu melihat sikap atau Karst en dalam pendekat an praktisnya mencoba mele- perilaku dan pola pikir dari manusia atau masyarakat takkan sistem infrastrukt ur yang efektif dan ekono- dimana bangunan it u didirikan. Sebuah bangunan mis, t anpa harus terpaku pada ortodoksi ideologi tidak dapat dipandang sebagai benda mati. Bent uknya perencanaan kota di Eropa pada awal abad ke-20. ada karena persepsi dan imajinasi manusia, dalam arti Sikap ini mengantarkan para pelajar di manusia berupaya unt uk memberi makna dengan unt uk lebih berorientasi pada masalah sp esifik lok al, membuat interpretasi yang sesuai dengan keyakinan- bukan sebagai terjemahan ideologi (Wiryomartono, nya berupa konsep pemikiran, yang diterjemahkan 1995:151-154). dengan bahasa rupa ke dalam wujud karya budaya. Pada tahun 1920, berdiri sebuah organisasi Dengan demikian, latar belakang pemikiran Karsten kebudayaan bernama Java Instit uut. Organisasi ini sebagai perancang menjadi pent ing dalam analisis ingin membangun sebuah museum unt uk memamer- obyek int erior Museum Sonobudoyo. kan dan menyimpan koleksinya, berupa barang- Karsten adalah salah sat u tokoh t erpelajar barang kesenian dari Yogyakarta. Karsten dimint a Belanda yang mencoba memahami masalah perenca- menjadi arsiteknya. Pada periode yang sama dengan naan kota di Indonesia dengan konteks sosial ketika Maclaine Pont membangun museum di pribumi. Arsitek ini lahir di Amsterdam tahun 1884 bulan November tahun 1933, Karsten dan studi di Technische Hoogeschool di Delft (1904- mengajukan usulan rencana pada dewan pimpinan 1909). Karsten memberi perhatian penuh pada Java Instit uut. Lokasinya sangat ideal, yait u sisi utara penggalian potensi dan sumber-sumber bent uk barat alun-alun Yogyakarta. Dua tahun kemudian bangunan tradisional. Visi sosial dikenal sebagai museum secara resmi dibuka Sult an Hamengku politik etis setelah berakhirnya tanam paksa karena Buwono VIII. oposisi liberal di Belanda tahun 1901-1920 mem- Dr.F.D.K.Bosch, sejarawan dan arkeolog ter- pengaruhi pemikirannya, ia melihat kaitan peran- kenal yang menjadi direkt ur Java Instit uut dalam

Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/interior Wardani, Nilai Budaya Pada Interior Museum Sonobudoyo Yogyakarta 25 pidato pembukaan mengatakan bahwa museum lingkungan masyarakatnya. Konsep monopluralis sangat penting unt uk masa depan kebudayaan dan antara makluk individu dan makhluk sosial sert a sebaiknya dipunyai oleh setiap ibu kota di Indonesia. sebagai makhluk T uhan menyat u di sini (Khairuddin, Adapun Karsten memulai pidato dengan mengatakan 1995: 40-41). bahwa museum mempunyai nilai budaya dan pendidikan. Keduanya t idak hanya didukung oleh koleksinya saja, tetapi juga lingkungan dimana Halaman dalam museum it u berada. Pelestarian budaya lokal, bangunan dan lingkungan hendaknya dapat menjadi Dapur, dan lain-lain obyek atau materi yang menyatu dengan koleksi Gandhok museum (Sumalyo, 1993:43-44). Bertit ik tolak dari Gandhok Senthong pemikiran tersebut, Museum Sonobudoyo dirancang kiwa tengah tengen menggunakan arsitektur karena lokasinya yang berdekat an dengan Keraton Yogyakart a, sehingga Nda lem nilai budaya Jawa menjadi pert imbangan peran- S eketheng Pringgitan Seketheng cangan.

Pendhopo TIPOLOGI DAN NILAI FUNGSI MUSEUM SONOBUDOYO Kandang kuda Langgar Bent uk bangunan ruang pamer Museum Sonobudoyo dilihat dari denah menunjukkan tipologi1 rumah Sumur Kuncung bangsawan Jawa, lengkap dengan tembok keliling Ha laman lua r dan regol depan. Setelah memasuki rego l, terdapat Regol bagian sentral yang dikelilingi halaman. Bagian ini terdiri dari pendopo menghadap selatan dengan Gambar 1. Skema kompleks bentuk rumah bangsawan Jawa kolom-kolom dan so ko gu runya. Arah hadap (Dakung, 1981/1982) bangunan dirancang sesuai dengan pola pikir kepercayaan Jawa mengenai arah sumbu spiritual 1. Pendhapa utara selatan. Bangunan yang terletak di sebelah utara 2. Pringgitan atau selatan adalah bangunan yang menunjang 3. Dalem konsepsi ini. Fungsinya sebagai sarana pendidikan 4. Senthong Kiwo 5. Senthong Tengen dan penelitian, dianggap sebagai salah sat u wadah 6. WC, Gudang,dll untuk proses kehidupan manusia menuju keabadian. 7. Kantor Tata Museum menghadap selatan dengan pertim- Us ah a bangan bahwa laut selatan mempunyai makna 4 3 5 6 kosmologis sebagai tempat yang amat luas dan 2 merupakan gelombang dan dinamika masyarakat. Masyarakat adalah tempat manusia secara individual unt uk ngangsu kawruh. Luas dan dalamnya ilmu 1 pengetahuan sering disebut dengan idiom lautan ilmu. Prinsip mencari ilmu melaut ini dalam istilah Jawa disebut ngangsu apikulan warih (mencari air dengan pikulan air). Prinsip segara se ba ga i la ut an ilmu dan dinamika masyarakat merupakan usaha setiap pribadi mengenal dirinya sendiri dan mengenal Gambar 2. Denah Museum Sonobudoyo sebelum pengem- bangan (Jessup, 1982 dalam Yulianto Sumalyo). 1Tipologi berasal dari kata typos yang berarti akar dari (the root of) dari logos yang diartikan sebagai pengetahuan atau ilmu, sehingga Museum Sonobudoyo dilengkapi dengan berba- secara sederhana tipologi diartikan sebagai suatu cabang ilmu atau pengetahuan tentang asal-usul atau karakteristik dari suatu objek. gai fasilitas, antara lain ruang kerja, ruang ceramah, Tipologi juga merujuk pada mitos pertama dari sebuah bangunan ruang reparasi, perpustakaan, kantor pengurus, ruang (the original myth of the first building). Dengan tipologi, memung- kinkan arsitektur-interior untuk merekonstruksi hubungannya pelayanan, dan lain-lain. Sehubungan dengan kebu- dengan masa lalu yang secara metaphor berkaitan dengan saat t uhan pengembangan fungsi Museum Sonobudoyo, pertama manusia menghadirkan bentukan tertentu berdasarkan Vastriani seorang arsitek Belanda lainnya, mem- kebutuhan yang dirasakan saat itu.

Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/interior 26 DIMENSI INTERIOR, VOL.5, NO.1, JUNI 2007: 23-33

Gambar 3. Denah Keseluruhan bangunan Museum Sonobudoyo setelah renovasi. Luas tanah 7.867 M². (sumber gambar : Panduan Museum Sonobudoyo, 2001). bangun perpustakaan baru dan sanggar unt uk Seko- sangat fungsional untuk t ujuan strategis museum. Hal lah Seni Rupa beberapa tahun kemudian. Bangunan ini menunjukkan pengaruh barat dalam arti pikiran- baru ini tetap dibuat dengan karakteristik ciri-ciri pikiran fungsional dengan tata susunan mitologis. arsit ekt ur tradisional Jawa, t idak mengubah bangunan Adapun fungsi t ersebut antara lain dapat dilihat pada yang sudah ada, sehingga tetap dapat menyatu dan tabel 1. selaras dengan unit-unit yang lama. Mengingat bahwa ruang utama dalam suatu Tatanan ruang (spa tia l o rder) dalam sistem museum adalah ruang pamer, maka bahasan selanjut- pemikiran Jawa, lebih diutamakan dalam pengorgani- nya dibatasi pada ruang tersebut. Ruang pamer adalah sasian fenomena dibandingkan tatanan waktu (tem- ruang yang mempertunjukkan karya seni, obyek poral order), sehingga penulis merasa perlu memban- kebudayaan ataupun unt uk kepent ingan ilmu penge- dingkan fungsi-fungsi ruang pada rumah Jawa tahuan. Ruang pamer merupakan wadah yang me- dengan Museum Sonobudoyo, dengan pert imbangan nampung kegiat an komunikasi antara benda yang walaupun bangunan museum menggunakan t ipologi dipajang dengan masyarakat sebagai pengamat rumah bangsawan Jawa, namun telah terjadi perge- melalui kegiatan pameran. Interior ruang pamer seran konsep fungsi, dari tempat untuk aktivitas atau Museum Sonobudoyo, mengandung nilai-nilai kegiatan domestik, berubah menjadi ruang yang immaterial dan material budaya Jawa.

Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/interior Wardani, Nilai Budaya Pada Interior Museum Sonobudoyo Yogyakarta 27

Ta be l 1. Fungsi Ruang di Museum Sonobudoyo Ruang Pada Fungsi Ruang Pada Bangunan Fungsi Ruang Pada Bangunan Rumah Jawa Rumah Bangsawan Jawa Museum Sonobudoyo Sumur Tempat sumber kehidupan dan Ruang bimbingan, gedung tata usaha. membersihkan diri sebelum masuk rumah. Langgar Tempat ibadah. Mushola, tempat ibadah. Kandang Kuda Kandang Kuda. Gift Shop : tempat menjual souvenir Kuncung Pemberhentian kendaraan. Area sirkulasi utama, mengarahkan pengunjung ke ruang utama, dimulai dari gerbang Semar Tinandu dan regol. Pendhopo Pagelaran kesenian tradisional: tarian, Ruang koleksi pagelaran kesenian , dan sebagainya. tradional. Kadang-kadang dipergunakan untuk pagelaran wayang. Longkangan Jalan kendaraan kereta atau mobil Ruang pemisah atau ruang sirkulasi keluarga antara pendhapa dan dalem. Pringgitan dan Tempat tuan rumah menonton Ruang pengenalan, berhubungan Dalem Tengah pagelaran kesenian atau wayang dan langsung dengan ruang pra sejarah dan ruang keluarga ruang klasik dan peninggalan Islam. Senthong Ruang tidur penguasa atau pemilik Diperlebar menjadi ruang topeng, Tengen rumah. berhubungan langsung ruang wayang, ruang batik. Senthong Berisi bermacam-macam benda Ruang pamer khusus berisi bermacam- Tengah lambang Dewi Sri (perlengakapan macam benda lambang Dewi Sri pasren) kesuburan, kebahagian rumah (perlengkapan pasren) kesuburan, tangga. Tempat berdoa dan kebahagian rumah tangga. mengheningkan cipta. Senthong Kiwo Tempat benda-benda keramat (benda- Saat ini ruang diperlebar, untuk ruang benda yang dihargai). koleksi Bali. Ruang belakang Ruang keluarga, ruang makan, gadri. Ruang koleksi benda Jawa Tengah. Gandhok Kiwo Ruang untuk kerabat atau keluarga. Auditorium (ruang pamer tidak tetap, sebelah kiri). Gandhok Ruang untuk kerabat atau keluarga Gedung pagelaran. Tengen Dapur, dan lain- Memasak, gudang makanan, servis, Perpustakaan (gudang ilmu), lain dan lain-lain. laboratorium, gudang, gedung studi koleksi, ruang arsip, ruang simpan, ruang dharma wanita, ruang koperasi, ruang urusan dalam.

Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/interior 28 DIMENSI INTERIOR, VOL.5, NO.1, JUNI 2007: 23-33

bidang rumput-rumput di permukaan lahan ha- laman. Tanah halaman tampak asli sebagaimana permukaan tanah (permukaan alamiah). Pagar yang membagi halaman depan menjadi dua, berfungsi sebagai teknik keamanan saja, mengingat museum menyimpan koleksi benda berharga. Adanya pagar semi terbuka membagi halaman menjadi dua. Penggunaan material paving blok di halaman Museum Sonobudoyo menutupi dan mengurangi permukaan alamiah tanah. Penggunaan metarial ini hanya memikir- kan efisiensi maintenance, sirkulasi manusia dan transportasi. 2. Nilai tunggal sabda Nilai tunggal sabda, memberikan pertanda keberadaan Tuhan YME yang absolut (empat arah mata angin dengan satu pusat). Keutamaan jumlah so ko gu ru adalah empat buah dengan kesan vertikal dan mempunyai suasana pemu- sat an, berada di titik diagonal yang dibent uk oleh keempat t itik kedudukan t iap soko guru. Letak kedudukan keempat tiang berjajar ke arah utara selatan dan timur barat (t ampak di pendhapa dan ruang Jawa Tengah). Keberadaan pendhopo Gambar 4. Museum Sonobudoyo tampak depan, karya arsitek dengan so ko gu ru menggambarkan t empat me- yang melewati proses cipta, rasa, dan karsa. Wujud dari keinginan nyat unya jagad cilik (mikrokosmos) yait u Karsten untuk melestarikan nilai-nilai budaya setempat dengan manusia dengan jagad gede (makrokosmos) pikiran fungsional sesuai tujuan museum (dokumentasi penulis, 2006). yaitu alam semesta dan kekuatan gaib yang menguasainya. Rumah tinggal bagi orang Jawa, NILAI B UDAYA J AWA merupakan poros dunia (axis mundi) dan gambaran dunia atau imago mundi yang me- ( IMATERIAL- MATERIAL) menuhi aspek kosmos dan pusat. Kehidupan manusia dalam lingkungan budaya 3. Nilai rahayu atau kesejahteraan, tersirat pada Jawa pada dasarnya dinyatakan dengan berlandaskan kerumitan falsafah hidup, keanekaragaman ben- empat lingkup keyakinan, yaitu kepercayaan, ikatan tuk, bahan yang terbaik, dan nilai seni yang sosial, ekspresi pribadi dan permasalahan atau makna. tinggi. Dalam diri manusia terdapat dua pusat yang berbeda, 4. Nilai manembah, yakni menyembah pada ke- yaitu pusat imaterial yang mengacu pada pengertian kuasaan tertinggi, terlihat pada proporsi bent uk Tri Purusa dan pusat material. Pengertian Tri Purusa bangunan secara keseluruhan, luas dan tinggi. (pusat imaterial) atau disebut Trinity mengandung 5. Nilai sangkan paran, penghargaan kehidupan anggapan bahwa dalam diri manusia terdapat bent uk masa lalu dan selalu mempunyai keingian sistem konsentris, yang didalamnya terdiri dari unsur menjangkau masa depan. Filsafat Jawa sepan- su ksma ka weka s, su ksma seja ti dan roh su ci, sedang- jang masa berkesimpulan bahwa Tuhan merupa- kan pusat material mengandung tiga nilai yakni kan sangkan paraning dumadi dan manungsa, angen-angen, nepsu da n ra sa (Ronald, 2005: 46-61). yakni awal akhir alam semesta, awal akhir manusia, dan penciptaan manusia atau duma- Adapun nilai Roh Suci terdiri dari lima konsep, antara dining manungsa. P encarian manusia akan lain : berakhir dengan wikan, weruh atau mengert i 1. Nilai gumelaring dumadi (alam semesta), dapat sangkan paran. Konsep ini tersirat dalam alur dilihat dengan penggambaran suat u t empat yang menerus, tampilan aliran susunan ruang yang luas, seperti tampak pada halaman yang luas, menerus dari muka ke belakang, bahkan dari kesan terbuka yang ditampilkan dengan situasi kanan ke kiri atau sebaliknya. Serta alur susunan halaman yang tidak berpagar dinding, keadaan konstruksi atau struktur bangunan dari bubungan yang paling rapat adalah t umbuhnya tanaman ke tumpangsari kemudian ke so ko gu ru dan hidup. Dipertegas dengan pantangan menanam selanjutnya ke umpak dan lant ai.

Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/interior Wardani, Nilai Budaya Pada Interior Museum Sonobudoyo Yogyakarta 29

Gambar 5. Senthong tengah dan perlengkapan pasren di Museum Sonobudoyo (dokumentasi penulis, 2006). Su ksm a kawekas yakni nilai sejatining urip dapat di arahkan dengan keberadaan senthong tengah di tengah rumah utama atau keberadaan rumah inti ( dalem tengah). Fungsinya sudah tidak lagi untuk aktivitas ritual, namun hanya sebagai ruang pajang atau pamer saja.

Pusat material yang pertama mencakup nilai angen-angen (pangerten, nalar, cipta), nepsu (nafsu keimanan, nafsu marah, nafsu kasih sayang) dan rasa (kehidupan emosional manusia). Manusia hidup mempunyai kepent ingan unt uk mengungkapkan angen-angen (pengertian, penalaran dan daya cipta) kepada sesama lingkungan hidupnya, agar tampak jelas keberadaan dirinya. Keberadaan ini maksudnya adalah peran, kedudukan dan status, yang bila diter- jemahkan pada keberadaan bangunan, maka dapat Gambar 6. Ruang pendhapa Museum Sonobudoyo tampak luar ditunjukkan dengan kasus letak bangunan yang ver- (dokumentasi penulis, 2006). Nilai suksma sejati yakni nilai ada di tengah-tengah suatu lingkungan, ketinggian keterbatasan yang membuka diri, dapat dilihat secara nyata pada bangunan, situasi let ak bangunan terhadap ling- keberadaan bangunan inti atau bagian bangunan utama yang dibatasi oleh batas fisik (tampak pada ruang depan dan ruang kungan di sekitarnya, ukuran, volume, keaneka- belakang) atau dapat pula sekedar batas visual, yang mudah ragaman, dan pertanda kesederhanaan yang dit ampil- dil ep as atau pag ar hidup t ransp aran y ang memb at asi h alaman . kan oleh suat u bangunan rumah beserta dengan lingkungannya. Pusat material yang ketiga adalah rasa, Pusat mat erial pada diri manusia yang kedua perasaan yang didasarkan pada bisikan hati un- adalah nepsu, yang dapat diuraikan menjadi nafsu rani, yang nantinya akan menguraikan verbagai keimanan (kewibawaan, terlihat pada bentuk pengalaman dan peristiwa dalam bent uk-bent uk bangunan yang megah, sederhana dan jujur), keselarasan dan koordinasi dalam kesat uan kehi- amarah (kekokohan yang kasar, terlihat pada ben- dupan, yang selanjutnya melahirkan suatu pen- tuk yang kokoh), kasih sayang (kelembutan yang dirian, yakni kebijaksaaan, ketahanan (rumah dibangun berdasar konsep fleksibilitas), ketang- menonjolkan kehalusan, terlihat pada bentuk- guhan (ruang didesain untuk tahan terhadap alam bentuk yang lembut), dan kebendaan (kelebihan dan gangguan manusia), pengendalian (bent uk- yang t idak t erlalu dibut uhkan, bent uk-bent uk bent uk cenderung t idak kont ras terhadap elemen ruang yang berlebihan). bangunan lain di sekit arnya).

Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/interior 30 DIMENSI INTERIOR, VOL.5, NO.1, JUNI 2007: 23-33

Gambar 7. P endhapa depan (kiri), dan ruang koleksi benda Jawa Tengah (kanan) di Museum Sonobudoyo. Dua bangunan ini berbentuk joglo, merupakan implementasi nilai tunggal sabda, pertanda keberadaan Yang Absolut dalam ruang (dokumentasi penulis, 2006).

NILAI ARTEFAKTUAL DAN KONSEPTUAL Artefak adalah sosok fisik bangunan sebagai wujud pemikiran manusia. Nilainya selalu berhu- Sist em komunitas sosio kult ural dalam kehi- bungan dengan sikap, perilaku dan pola pikir. Fakta dupan masyarakat Yogyakarta menjadi orient asi bagi yang muncul dalam interior Museum Sonobudoyo segala tindakan manusia. Sistem ini berkembang adalah menerapkan nilai budaya Jawa, namun serasi sepanjang masa menjadi tradisi yang mem- mengalami pengembangan-pengembangan rasional. pengaruhi rasa, karya, dan cipta artefak budaya, hing- Penalaran yang dipergunakan merupakan percam- ga men jadi spirit jaman. puran bent uk bangunan Jawa dengan bangunan

Gambar 8. Longkangan sebagai pemisah antara pendhapa dengan dalem tengah di Museum Sonobudoyo (dokumentasi penulis, 2006). Karsten sangat teliti dalam mengolah dan memanfaatkan topografi lahan untuk mendapatkan sudut-sudut pandangan (orientasi bangunan dengan view pemandangan alami) dan tempat-tempat pemberhentian yang optimum. Permainan pola plafon menambah nilai rahayu tentang estetika bangunan, memberi arah sirkulasi yang menerus.

Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/interior Wardani, Nilai Budaya Pada Interior Museum Sonobudoyo Yogyakarta 31

Belanda yang kemudian disebut dengan gaya serasi. Hal ini juga memperlihatkan hubungan erat indiesch. Bangunan tersebut t erlalu banyak menyerap antara keandalan dengan kemantaban sistem keguna- teknologi yang berkembang di Eropa Barat (pada an. masa itu), yang lebih menekankan pada sistem Keindahan diungkapkan melalui penyelesaian konstruksi, bahan (kayu, batu bata, genteng, tanah liat bangunan yang mengandung nilai seni dan proporsi dan perekat adonan pasir, kapur air, dan lain-lain), yang mengacu pada anthropometri, keterbukaan yang kenyamanan fisik ruang (suhu, ventilasi, penyinaran ditunjukkan melalui nilai monumentalitas bangunan dan akustik) sert a ukuran ruang (baik ruang dalam yang t idak t erlalu tert utup, bahkan cenderung t rans- maupun ruang luar) yang cukup luas. paran, walaupun ada beberapa bagian yang dirahasia- Pemikiran rasional Karsten dan Vastriani sebagai kan at au tert utup. Selain it u juga dipengaruhi oleh arsit ek Belanda tampak dalam det ail, struktur dan pemikiran nilai konsept ual, antara lain sudut pandang bentuk bangunan, menciptakan percampuran pena- arsit ekt ur, nilai-nilai arsit ekt ural (fungsional, estet ika, laran pola pikir masyarakat Jawa dan perancang nilai konstruktip, dan lain-lain), karakteristik tampilan bangunan. P emahaman estetika, kekuatan, keamanan visual, pemahaman pelestarian kawasan kota dan dan kenyamanan sangat dipikirkan dalam peran- pemahaman pelestarian bangunan. cangan museum ini, menggambarkan kepandaian Bangunan Museum Sonobudoyo merupakan yang ditampilkan dalam wujud perbandingan ukuran penghargaan yang merujuk pada memayu hayuning ruang, bangunan dan komponen sistem struktur yang bhuwana, artinya usaha yang dilakukan dalam

R. Privat : Ruang Emas

R. Jawa tengah

Replika R. Bali R. Wayang R. Batik

Ruang R. Bali II R. Bali I Pengenalan R. Prasejarah R.Klasik & Peninggalan Islam

Pendhopo

Gambar 9. Denah ruang pamer Museum Sonobudoyo, setelah renovasi. Alur sirkulasi yang jelas, dengan tata susun menggambarkan s ebu ah p erjalan an k ebu day aan Jaw a. D i mulai d ari kol eksi p ras ejarah (termasuk kol eks i outdoor), ke ruang klasik peninggalan Islam, menuju ruang batik, wayang, topeng, Jawa Tengah hingga ruang Bali. Ada suatu pemikiran tentang nilai sangkan paran, penghargaan kehidupan masa lalu dan selalu mempunyai keingian menjangkau masa depan (gambar dibuat oleh penulis, 2006).

Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/interior 32 DIMENSI INTERIOR, VOL.5, NO.1, JUNI 2007: 23-33

Gambar 10. Struktur Pendhapa dan plafon ruang prasejarah Museum Sonobudoyo. Bentuk dan tata susunannya memperkuat kesan kokoh dan kuat (dokumentasi penulis, 2006).

Gambar 11. Ruang Klasik-peninggalan Islam dan Ruang Bali di Museum Sonobudoyo (dokumentasi penulis, 2006). Karsten menaruh perhatian yang sangat besar pada penghawaan dan pencahayaan. Prinsip pengulangan elemen-elemen estetika, kolom dan bukaan untuk mencapai harmonisasi. Pengulangan ini dimaksudkan agar tercipta kesan elegan dan konsistensi yang kuat untuk mendukung monumentalitas bangunan. Kesederhanaan bentuk pada elemen-elemen dan detail- detail pertemuannya memberikan indikasi adanya pengaruh modern, terjadi percampuran penalaran antara nilai-nilai masyarakat Jawa dengan penalaran modern fungsional estetik, menghasilkan pencampuran bentuk bangunan, yang kemudian disebut sebagai bangunan indiesh . membangun dan membuka dunia di atas bumi ini. Bangunan Museum Sonobudoyo mengungkap- Pengert ian tersebut tidak dapat memisahkan diri dari kan banyak kekuat an disekitar manusia, etika sosial, pencarian kebenaran yang ada dalam keindahan ujud pola pikir unt uk menanggulangi berbagai kekuat an Museum Sonobudoyo. Apa yang telah dibangun dan tersebut, dan estetika yang mengungkapkan unsur yang berdiri, bukan sekedar dilihat kepent ingannya ketenangan dan ketentraman hidup manusia. Per- dengan kebutuhan teknis pragmatis masa kini, tetapi kembangan kepribadian masyarakat Yogyakart a lebih dari it u, yakni memperluas dan mendalami dipengaruhi enam unsur, yakni sistem nilai, pola pemahaman akan karyanya sendiri. Hal ini berguna pikir, sikap, perilaku, norma dan pengalaman. Bila unt uk pembangunan di masa depan, dengan catat an dikaitkan dengan interior Museum Sonobudoyo, bahwa arsitekt ur-interior museum merupakan ung- set idaknya t imbul masalah bahwa sistem nilailah kapan dari pemikiran dan perbuatan manusia, tidak yang banyak mempengaruhi perkembanganya, se- dapat mengabaikan kehidupan budayanya, dan t idak hingga interior tidak dapat diarahkan pada pengertian lepas dari pemikiran bahwa bangunan tersebut tidak tata ruan gn ya saja, melaink an ek spresi kesat uan akan pernah muncul lagi dan tidak dapat dikem- antara fungsional, estetika, konstruksi dan tata susun bangkan lagi, tapi di sisi lain ada keinginan unt uk dengan enam unsur tersebut. melestarikan.

Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/interior Wardani, Nilai Budaya Pada Interior Museum Sonobudoyo Yogyakarta 33

Gambar 12. Gedung Pamer Tidak Tetap & Auditorium Museum Sonobudoyo (dokumentasi penulis, 2006). Pemikiran faktor keamanan bangunan sangat diperhatikan, tampak pada gambar bentuk dinding, kolom, dan pola plafon, menekankan sistem konstruksi dan struktur bangunan yang kuat dan kokoh.

S IMPULAN yang menggabungkan pemikiran perancang, pola pikir dan pandangan masyarakat Jawa dengan Keberadaan museum perlu dihargai dan dikem- pemikiran rasional sesuai tujuan fungsi ruang. bangkan unt uk memperkaya sumber-sumber pem- bangunan peradaban masa kini dan mendatang, REFERENSI menyesuaikan perkembangan nilai-nilai baru dari inovasi teknik dan seni jaman tertentu, seperti terlihat Dakung, Sugiarto. 1981/1982. Arsitektur Tradisional pada Museum Sonobudoyo yang telah melewat i Daerah Istimewa Yogyakarta, Depart emen beberapa periodesasi perkembangan sosiokult ural, Pendidikan dan Kebudayaan. namun masih dapat diterima masyarakat sebagai bangunan warisan budaya yang memuat nilai ma- Khairuddin. 1995. Filsafat Kota Yogyakarta, terial dan imaterial, selain juga nilai fungsi, estetika Liberty, Yogyakarta. dan t eknik. Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan Mentalitas dan Pendirian museum ini dipengaruhi oleh kekuasa- Pembangunan, PT. Gramedia, . an kolonial Belanda, pemikiran Sultan HB VIII, para intelektual Belanda dan Indonesia. Museum Sono- Museum Sonobudoyo. 2001. Panduan Museum budoyo tidak bisa dipisahkan dari peran kekuasaan Sonobudoyo, Yogyakart a. politik. Makna yang berlaku pada interior bangunan ini dari jaman kolonial bergeser ke makna kekinian, Ronald, Arya. 2005. Nila i-nila i Arsitektu r Rumah memberi sumbangan t erhadap modernisasi di Tradisonal Jawa, Gadjah Mada University Yogyakarta, dalam arti interior museum yang Press, Yogyakarta. berkualitas adalah bangunan yang memiliki teknik Sant osa, Revianto Budi. 2000. Omah: Membaca dan estetik sesuai jamannya, serta dapat dirasakan Makna Rumah Jawa, Yayasan Bentang nilai monumental seni dan inovatif teknik tentang kekuatan dan kekokohan bangunan. Dengan dua hal Budaya, Yogyakarta. ini, karya dihargai dengan membebaskannya dari Sumalyo, Yulianto. 1993. Arsitektur Kolonial segala tat anan nilai kontekstual. Nilai dari seni Belanda di Indonesia, Gadjah Mada bangunan Museum Sonobudoyo perlu dihargai University Press, Yogyakart a. keberadaannya, karena memiliki sumbangan khusus dalam memberikan karakt er kota Yogyakarta, baik Wiryomartono, Bagoes P. 1995. Seni Bangunan hari ini maupun yang akan datang, sebagai bangunan dan Seni Binakota PT. Gramedia, Jakarta.

Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/interior