SMK NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN Kerajaan Tarumanegara

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

SMK NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN Kerajaan Tarumanegara SMK NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN MODUL Mata Pelajaran : SEJARAH INDONESIA Kelas / Semester : X (Sepuluh) / Genap KB.8 Tahun Pelajaran 2021/2022 A. Kompetensi Dasar 3.3 Menganalisis berbagai teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan hindu dan budha serta pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat indonesia (pemerintahan, budaya). Tujuan Pembelajaran Siswa mampu menganalisis sejarah berdirinya kerjaan Majapahit. Uraian Materi Pembelajaran Kerajaan Tarumanegara Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-5 hingga abad ke-7 M. Tarumanegara merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu. Kata tarumanagara berasal dari kata taruma dan nagara. Nagara artinya kerajaan atau negara sedangkan taruma berasal dari kata tarum yang merupakan nama sungai yang membelah Jawa Barat yaitu Ci Tarum. Pada muara Ci Tarum ditemukan percandian yang luas yaitu Percandian Batujaya dan Percandian Cibuaya yang diduga merupakan peradaban peninggalan Kerajaan Taruma. Kerajaan Tarumanagara dipimpin oleh 12 raja, raja terakhir yaitu Raja Linggawarman pada tahun 669 M. Kerajaan Tarumanagara jatuh pada menantu dari putri sulungnya yaitu Tarusbawa dari Sunda,Tarusbawa lebih menginginkan kerajaannya sediri yaitu Sunda.Namun, hingga hari in belum diketahui secara pasti kapan Kerajaan Tarumanagara berakhir. Sejarahnya, pada tahun 358 M Rajadirajaguru Jayasingawarman mendirikan Tarumanagara, dan pada masa kejayaan Purnawarman sebagai raja ketiga memegang kendali atas 48 kerajaan kecil, wilayah kekuasaannya dimulai dari Salakanagara atau Rajatapura hingga ke Purwalingga. Hubungan diplomatik Kerajaan Tarumanagara dengan India dan Cina terbentang luas, Raja Purnawarman sempat tinggal selama enam bulan di Yavadi (Jawa) dimana hukum Budha tidak terlalu berkembang namun Brahmana (Hindu) cukup berkembang. Misi diplomatik sampai ke Cina pada tahun 435 M, namun sekitar 650 Kerajaan Tarumanagara dikalahkan oleh Kerajaan Sriwijaya (kerajaan yang didirikan di Sumatra) sehingga mempengaruhi kekuasaannya pada kerajaan-kerajaan kecil yang pernah ditundukkan.Tarumanegara semakin menghilang saat Raja Terakhir Tarumanegara Linggawarman tak memiliki penerus laki - laki. Dia memiliki dua anak perempuan, yang sulung bernama Manasih dan menjadi istri Tarusbawa. Yang kedua, Subakancana menjadi istri Depuntahyang Srijayanasa, pendiri kerajaan Sriwijaya. Kehidupan Masa Kerajaan Tarumanagara Kehidupan politik di masa Kerajaan Tarumanagara diketahui berdasarkan prasasti yang telah ditemukan, berdasarkan prasasti tersebut raja yang berhasil meningkatkan kehidupan rakyat adalah Raja Purnawarman, dalam prasasti tugu yang menuliskan bahwa penggalian kali yang dilakukan membuat kehidupan rakyat makmur dan merasa aman. Selanjutnya kondisi sosial pada masa pemerintahan Raja Purnawarman terus meningkat dengan memperhatikan kedudukan kaum Brahmana sebagai tanda penghormatan kepada para dewa, agama yang dianut oleh Raja Purnawarman dan rakyatnya adalah Hindu Siwa dengan kaum Brahmana sebagai pemegang peran penting dalam upacara. Sikap toleransi beragama pada masa ini cukup tinggi dibuktikan dengan adanya agama Budha dan agama nenek moyang (animisme). Prasasti tugu menuliskan bahwa Raja Purnawarman membuat terusan 6122 tombak yang dipergunakan sebagai sarana lalu lintas pelayaran dan perdagangan dengan daerah sekitarnya, hal ini menandakan kehidupan ekonomi rakyatnya tertata rapi. Kehidupan budaya pada masa itu sudah tinggi, ditandai dengan teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti yang memperlihatkan perkembangan budaya tulis menulis. KERAJAAN KEDIRI Kerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu, adalah sebuah kerajaan yang terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar Kota Kediri. Latar Belakang Berdasarkan Arca Wishnu, berasal dari Kediri, abad ke-12 dan ke-13. Sesungguhnya kota Daha sudah ada sebelum Kerajaan Kadiri berdiri. Daha merupakan singkatan dari Dahanapura, yang berarti kota api. Nama ini terdapat dalam prasasti Pamwatan yang dikeluarkan tahun 1042. Saat akhir pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan sudah tidak lagi berada di Kahuripan, melainkan pindah ke Daha. Pada akhir tahun 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan. Sebelum dibelah menjadi dua, nama kerajaan yang dipimpin Airlangga sudah bernama Panjalu, yang berpusat di Daha. Jadi, Kerajaan Janggala lahir sebagai pecahan dari Panjalu. Adapun Kahuripan adalah nama kota lama yang sudah ditinggalkan Airlangga dan kemudian menjadi ibu kota Janggala. Pada mulanya, nama Panjalu atau Pangjalu memang lebih sering dipakai dari pada nama Kadiri. Hal ini dapat dijumpai dalam prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh raja-raja Kadiri. Bahkan, nama Panjalu juga dikenal sebagai Pu-chia-lung dalam kronik Cina berjudul Ling wai tai ta (1178). Perkembangan Kediri Masa-masa awal Kerajaan Panjalu atau Kediri tidak banyak diketahui. Prasasti Turun Hyang II (1044) yang diterbitkan Kerajaan Janggala hanya memberitakan adanya perang saudara antara kedua kerajaan sepeninggal Airlangga .Sejarah Kerajaan Panjalu memiliki prasasti Sirah Keting tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa. Kerajaan Panjalu di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya berhasil menaklukkan Kerajaan Janggala dengan semboyannya yang terkenal dalam prasasti Ngantang (1135), yaitu Panjalu Jayati, atau Panjalu Menang. Pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya inilah, Kerajaan Panjalu mengalami masa kejayaannya. Wilayah kerajaan ini meliputi seluruh Jawa dan beberapa pulau di Nusantara, bahkan sampai mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra. Pada masa itu negeri paling kaya selain Cina secara berurutan adalah Arab, Jawa, dan Sumatra. Saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, di Jawa ada Kerajaan Panjalu, sedangkan Sumatra dikuasai Kerajaan Sriwijaya. Runtuhnya Kediri Kerajaan Panjalu-Kediri runtuh pada masa pemerintahan Kertajaya, Pada tahun 1222 Kertajaya sedang berselisih melawan kaum brahmana yang kemudian meminta perlindungan Ken Arok akuwu Tumapel. Kebetulan Ken Arok juga bercita-cita memerdekakan Tumapel yang merupakan daerah bawahan Kadiri. Perang antara Kadiri dan Tumapel terjadi dekat desa Ganter. Pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan pasukan Kertajaya. Dengan demikian berakhirlah masa Kerajaan Kadiri, yang sejak saat itu kemudian menjadi bawahan Tumapel atau Singhasari. Setelah Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kadiri menjadi suatu wilayah dibawah kekuasaan Singhasari. Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya sebagai bupati Kadiri. Tahun 1258 Jayasabha digantikan putranya yang bernama Sastrajaya. Pada tahun 1271 Sastrajaya digantikan putranya, yaitu Jayakatwang. Jayakatwang memberontak terhadap Singhasari yang dipimpin oleh Kertanegara, karena dendam masa lalu dimana leluhurnya Kertajaya dikalahkan oleh Ken Arok. Setelah berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang membangun kembali Kerajaan Kadiri, namun hanya bertahan satu tahun dikarenakan serangan gabungan yang dilancarkan oleh pasukan Mongol dan pasukan menantu Kertanegara, Raden Wijaya. 5. KERAJAAN SINGASARI Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang. Berdasarkan prasasti Kudadu, nama resmi Kerajaan Singhasari yang sesungguhnya ialah Kerajaan Tumapel. Menurut Nagarakretagama, ketika pertama kali didirikan tahun 1222, ibu kota Kerajaan Tumapel bernama Kutaraja. Pada tahun 1253, Raja Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama Kertanagara sebagai yuwaraja dan mengganti nama ibu kota menjadi Singhasari. Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal daripada nama Tumapel. Maka, Kerajaan Tumapel pun terkenal pula dengan nama Kerajaan Singhasari. Awal Berdiri Menurut Kitab Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan Kediri. Yang menjabat sebagai akuwu (setara camat) Tumapel saat itu adalah Tunggul Ametung. Ia mati dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok, yang kemudian menjadi akuwu baru. Ken Arok juga yang mengawini istri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes. Ken Arok kemudian berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kediri. Pada tahun 1254 terjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kediri melawan kaum brahmana. Para brahmana lalu menggabungkan diri dengan Ken Arok yang mengangkat dirinya menjadi raja pertama Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. Perang melawan Kediri meletus di desa Ganter yang dimenangkan oleh pihak Tumapel. Kitab Nagarakretagama juga menyebut tahun yang sama untuk pendirian Kerajaan Tumapel, namun tidak menyebutkan adanya nama Ken Arok. Dalam naskah itu, pendiri kerajaan Tumapel bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra yang berhasil mengalahkan Kertajaya raja Kediri. Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan kalau pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa. Nama ini adalah gelar anumerta dari Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri kerajaan Tumapel
Recommended publications
  • Concise Ancient History of Indonesia.Pdf
    CONCISE ANCIENT HISTORY OF INDONESIA CONCISE ANCIENT HISTORY O F INDONESIA BY SATYAWATI SULEIMAN THE ARCHAEOLOGICAL FOUNDATION JAKARTA Copyright by The Archaeological Foundation ]or The National Archaeological Institute 1974 Sponsored by The Ford Foundation Printed by Djambatan — Jakarta Percetakan Endang CONTENTS Preface • • VI I. The Prehistory of Indonesia 1 Early man ; The Foodgathering Stage or Palaeolithic ; The Developed Stage of Foodgathering or Epi-Palaeo- lithic ; The Foodproducing Stage or Neolithic ; The Stage of Craftsmanship or The Early Metal Stage. II. The first contacts with Hinduism and Buddhism 10 III. The first inscriptions 14 IV. Sumatra — The rise of Srivijaya 16 V. Sanjayas and Shailendras 19 VI. Shailendras in Sumatra • •.. 23 VII. Java from 860 A.D. to the 12th century • • 27 VIII. Singhasari • • 30 IX. Majapahit 33 X. The Nusantara : The other islands 38 West Java ; Bali ; Sumatra ; Kalimantan. Bibliography 52 V PREFACE This book is intended to serve as a framework for the ancient history of Indonesia in a concise form. Published for the first time more than a decade ago as a booklet in a modest cyclostyled shape by the Cultural Department of the Indonesian Embassy in India, it has been revised several times in Jakarta in the same form to keep up to date with new discoveries and current theories. Since it seemed to have filled a need felt by foreigners as well as Indonesians to obtain an elementary knowledge of Indonesia's past, it has been thought wise to publish it now in a printed form with the aim to reach a larger public than before.
    [Show full text]
  • Southeast Asia: History, Modernity, and Religious Change
    AL ALBAB - Borneo Journal of Religious Studies (BJRS) Volume 2 Number 2 December 2013 SOUTHEAST ASIA: HISTORY, MODERNITY, AND RELIGIOUS CHANGE Sumanto Al Qurtuby University of Notre Dame’s Kroc Institute for International Peace Studies Abstract Southeast Asia or Southeastern Asia, with more than six hundred million pop- ulations, is home to millions of Buddhists, Muslims, Confucians, Protestants, Catholics, and now Pentecostals, as well as many followers of local religions and spiritual beliefs. Notwithstanding its great historical, political, cultural legacies, however, the region has long been neglected as a site for religious studies in the Western academia. Aiming at filling the gap in Asian and religious studies as well as exploring the richness of Southeast Asian cultures, this article discusses the dynamics, diversity, and complexity of Southeast Asian societies in their re- sponse to the region’s richly political, cultural, and religious traditions spanning from pre-modern era to modern one. The article also examines the “integrative revolutions” that shaped and reshaped warfare, state organization and econom- ics of Southeast Asia, particularly in the pre-European colonial era. In addition, the work discusses the wave of Islamization, particularly since the nineteenth century, as well as the upsurge of religious resurgence that shift the nature of religiosity and the formation of religious groupings in the area. The advent of Islam, with some interventions of political regimes, had been an important cause for the decline of Hindu-Buddhist traditions in some areas of Southeast Asia, especially Indonesia, the coming of Pentecostalism has challenged the well-estab- lished mainstream Protestantism and Catholicism, especially in Indonesia and the Philippines.
    [Show full text]
  • Narratology and New Historicism in Keong Mas
    NARRATOLOGY AND NEW HISTORICISM IN KEONG MAS Retnowati1; Endang Ernawati2 1, 2English Department, Faculty of Humanities, Bina Nusantara University Jln. Kemanggisan Illir III No. 45, Palmerah, Jakarta 11480, Indonesia [email protected]; [email protected] ABSTRACT The goal of this research was to know how the folktale Keong Mas was narrated based on Vladimir Propp’s Narratology (1968). Then the evidence in the story was compared to the historical evidence happening during the reign of the two dynasties in the Kediri Kingdom in the eleventh century using the theory of New Historicism. This research used a qualitative method which was based on library research. Furthermore, the research is to know that the work of literature is not always independent. It can be traced through the historical evidence in the folktale which becomes their clues. It is to inform the readers that a work of literature is actually the imitation, that is the reflection of the society. Keywords: elements of folktale, Propp’s narratology, new historicism, historical events INTRODUCTION Indonesian culture produces many kinds of the folktale. They are variously based on the tribes and the areas where the folktales come from. The characters in folktale would be the mirror of human life in the society (Hendra, 2013). Some of the folktales are now written, and some are translated into foreign languages such as English. The elements of folktale are generally part of the oral tradition of a group, more frequently told than read, passing down from one generation to another, taking on the characteristics of the time and place in which they are told, sometimes taking on the personality of the storyteller, speaking to universal and timeless themes, trying to make sense of our existence, helping humans cope with the world in which they live, or explaining the origin of something, often about the common person and may contain supernatural elements.
    [Show full text]
  • Corporate Data Financial Statements & Analysis Responsibility
    Highlights Management Reports Company Profile Tetap Tersenyum Ratih Diah Kartika - Operation Kedaton, Lampung First Place - Traditional Market Photography Competition 556 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. 2014 Annual Report Management Discussion Operational Review Corporate Governance Corporate Social Corporate Data Financial Statements & Analysis Responsibility Corporate Data 2014 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. 557 Highlights Management Reports Company Profile Products and Services DANAMON SIMPAN PINJAM TabunganKU Low cost cheap savings, without monthly Dana Pinter 50 (DP50) administration fee with low opening deposit and Financing facility (with collateral) for small and micro easily accessible by the public. scale entrepreneur (SME), merchant and individual, with a quick credit approval following the receipt Capital Solution (SM) of complete documents. The maximum financing Loan facility without collateral for small and micro provided shall be Rp100 million. entrepreneur (SME), merchant and individual with quick approval process for business expansion. Dana Pinter 200 (DP200) The maximum financing provided shall be Rp50 Loan facility (with collateral) for small and micro million. scale entrepreneur (SME), merchant and individual, with a quick credit approval following the receipt Special Capital Solution of complete documents. The maximum financing Loan facility without collateral for small and micro provided shall be Rp500 million. entrepreneur (SME), merchant and individual with quick approval process for business expansion with Current Account Loan (PRK) a condition of having a minimum loan history of 12 Loan for working capital needs for small and micro months. The maximum financing provided shall be scale entrepreneur (SME), merchant and individual Rp50 million. with a term of 1 year and may be extended.
    [Show full text]
  • J. Noorduyn Bujangga Maniks Journeys Through Java; Topographical Data from an Old Sundanese Source
    J. Noorduyn Bujangga Maniks journeys through Java; topographical data from an old Sundanese source In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 138 (1982), no: 4, Leiden, 413-442 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com10/04/2021 01:16:49AM via free access J. NOORDUYN BUJANGGA MANIK'S JOURNEYS THROUGH JAVA: TOPOGRAPHICAL DATA FROM AN OLD SUNDANESE SOURCE One of the precious remnants of Old Sundanese literature is the story of Bujangga Manik as it is told in octosyllabic lines — the metrical form of Old Sundanese narrative poetry — in a palm-leaf MS kept in the Bodleian Library in Oxford since 1627 or 1629 (MS Jav. b. 3 (R), cf. Noorduyn 1968:460, Ricklefs/Voorhoeve 1977:181). The hero of the story is a Hindu-Sundanese hermit, who, though a prince (tohaari) at the court of Pakuan (which was located near present-day Bogor in western Java), preferred to live the life of a man of religion. As a hermit he made two journeys from Pakuan to central and eastern Java and back, the second including a visit to Bali, and after his return lived in various places in the Sundanese area until the end of his life. A considerable part of the text is devoted to a detailed description of the first and the last stretch of the first journey, i.e. from Pakuan to Brëbës and from Kalapa (now: Jakarta) to Pakuan (about 125 lines out of the total of 1641 lines of the incomplete MS), and to the whole of the second journey (about 550 lines).
    [Show full text]
  • The Prospect of IORA Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA)
    The Prospect of IORA Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) 2017 Center for Policy Analysis and Development Asia Pacific and Africa Region Ministry of Foreign Affaris of The Republic of Indonesia Chief Editor Dr Siswo Pramono, LL.M, Policy Analysis and Development Agency (PADA), Ministry of Foreign Affairs of the Republic of Indonesia 1 Published by Center of Policy Analysis and Development Agency on Asia Pacific and Africa Regions, Ministry of Foreign Affairs of the Republic of Indonesia on 2017 Central Jakarta 10110 Indonesia E-mail: [email protected] Printed by ©2017 Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan 2 Table Of Contents Section 1: Introduction ..................................................................................... 12 Introduction ....................................................................................... 12 Research Focus............................................................................... 13 Research Questions : ...................................................................... 13 Method Of Research : ..................................................................... 13 Section 2: ............................................................................................................ 14 Chapter II ........................................................................................ 14 Measuring Economic Cooperation In Indian Ocean Rim: ............... 14 An Illustrated Sketch About Regional Architecture ......................... 14 Iora Is To Promote A
    [Show full text]
  • Accounting and Accountability Strategies of Gajah Mada's
    IOSR Journal of Economics and Finance (IOSR-JEF) e-ISSN: 2321-5933, p-ISSN: 2321-5925.Volume 5, Issue 6. Ver. I (Nov.-Dec. 2014), PP 19-24 www.iosrjournals.org Accounting and Accountability Strategies of Gajah Mada’s Government: Analysis of Power – Knowledge Calysta Dessi Rosyinadia1 , EG Sukoharsono2 , A Djamhuri3 1 Postgraduate Program, Faculty of Economic and Business, University of Brawijaya. Malang-Indonesia 2 Faculty of Economic and Business, University of Brawijaya. Malang-Indonesia 3 Faculty of Economic and Business, University of Brawijaya. Malang-Indonesia Abstract: This study is aimed to more deeply analyze the history of accounting in Indonesia, particularly in the Majapahit empire in the reign of Gajah Mada as the mahapatih (Prime Minister). The role of Gajah Mada in the establishment of the unity of archipelago has a significant contribution to the development of the accounting ideas in Indonesia. In addition to the expansion of the territory expressed in the Palapa oath, Gajah Mada committed to his own mission to improve the economy of Majapahit Empire. Gajah Mada’s accounting strategy is one of successful strategy that formed Indonesian archipelago. In the age of Gajah Mada, Majapahit was one of the biggest ports with biggest warehouse in Asia frequently transited by foreigners from various countries. Moreover, Gajah Mada used his power to formulate legislation governing Majapahit taxes and penalties. In the Gajah Mada reign, Majapahit Empire is levied kinds of taxes, namely: (a) trade tax, (b) tax for foreigner, (c) exit-premit tax,(d) land tax, and (e) arts tax. Keywords: Gajah Mada, Accounting History of Indonesia, Foucault Power-Knowledge Framework I.
    [Show full text]
  • Korrespondenzblatt Des Canisianums
    KORRESPONDENZBLATT DES CANISIANUMS Heft 1, Jahrgang 153 – Sommersemester 2020 INHALTSVERZEICHNIS GELEITWORT DES REKTORS GELEITWORT DES REKTORS ................................................................................................................ 1 Liebe Alt-Canisianer, Freunde und Wohltäter! 1. BEITRÄGE arbeiten beschäftigt. Es gab auch die erste KATHOLISCHE KIRCHE IN INDONESIEN .................................................................................... 2 „digitale Defensio“ in der Geschichte des DIE UKRAINISCHE GRIECHISCH-KATHOLISCHE KIRCHE ............................................................... 15 Canisianums, in der alle Beteiligten (Kan- didat, Professoren, Studiendekan) „online“ 2. AKADEMISCHES miteinander kommunizierten. Interessierte FAKULTÄTSKLAUSUR – EIN BLICK IN DIE ZUKUNFT ................................................................... 28 Zuhörer konnten über das Internet dabei AQUINAS LECTURE 2020 ................................................................................................. 28 sein. 3. AKTUELLES UND CHRONIK Auch die Ostertage waren neu und ganz CHRONIK VON DEZEMBER 2019 BIS JUNI 2020 .................................................................... 29 anders für die Hausgemeinschaft. Wir fei- NEOINGRESSI 2019/2020 ................................................................................................ 37 erten dieses Mal alle gemeinsam im Haus DIÖZESENLISTE STUDIENJAHR 2019/2020 ........................................................................... 39 - und
    [Show full text]
  • A History of Southeast Asia
    ARTHUR AHISTORYOF COTTERELL SOUTHEAST AHISTORYOF ASIA SOUTHE A HISTORY OF OF HISTORY About the Author A History of Southeast Asia is a sweeping and wide-ranging SOUTHEAST Arthur Cotterell was formerly principal of Kingston narration of the history of Southeast Asia told through historical College, London. He has lived and travelled widely anecdotes and events. in Asia and Southeast Asia, and has devoted ASIA much of his life to writing on the region. In 1980, Superbly supported by over 200 illustrations, photographs and he published !e First Emperor of China, whose maps, this authoritative yet engagingly written volume tells the account of Qin Shi Huangdi’s remarkable reign was history of the region from earliest recorded times until today, translated into seven languages. Among his recent covering present-day Myanmar, !ailand, Cambodia, Laos, AS books are Western Power in Asia: Its Slow Rise and Vietnam, Malaysia, Singapore, Brunei, the Philippines, Indonesia Swift Fall 1415–1999, and Asia: A Concise History, and East Timor. T A published in 2011, the "rst ever coverage of the entire continent. “Arthur Cotterell writes in a most entertaining way by putting a human face on the history of Asia. Far too often, “Arthur Cotterell writes in a most entertaining history books are dry and boring and it is refreshing SIA way by putting a human face on the history of Asia.” to come across one which is so full of life. - to be changed” – Peter Church, OAM, author of A Short History of South East Asia, on Arthur Cotterell – Professor Bruce Lockhart
    [Show full text]
  • VU Research Portal
    VU Research Portal -- [Review of: Michael Southon (1996) The Naval of the Perahu; Meaning and Values in the Maritime Trading Economy of a Butonese Village] Schoorl, J.W. published in Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde 1996 document version Publisher's PDF, also known as Version of record Link to publication in VU Research Portal citation for published version (APA) Schoorl, J. W. (1996). -- [Review of: Michael Southon (1996) The Naval of the Perahu; Meaning and Values in the Maritime Trading Economy of a Butonese Village]. Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde, 152 (2), 326- 327. General rights Copyright and moral rights for the publications made accessible in the public portal are retained by the authors and/or other copyright owners and it is a condition of accessing publications that users recognise and abide by the legal requirements associated with these rights. • Users may download and print one copy of any publication from the public portal for the purpose of private study or research. • You may not further distribute the material or use it for any profit-making activity or commercial gain • You may freely distribute the URL identifying the publication in the public portal ? Take down policy If you believe that this document breaches copyright please contact us providing details, and we will remove access to the work immediately and investigate your claim. E-mail address: [email protected] Download date: 01. Oct. 2021 Book Reviews - R. Anderson Sutton, Wim van Zanten, Ethnomusicology in the Netherlands: present situation and traces of the past. Leiden: Centre of Non-Western Studies, Leiden University, 1995, ix + 330 pp.
    [Show full text]
  • Southeast Sumatra in Protohistoric and Srivijaya Times: Upstream-Downstream Relations and the Settlement of the Peneplain Pierre-Yves Manguin
    Southeast Sumatra in Protohistoric and Srivijaya Times: Upstream-Downstream Relations and the Settlement of the Peneplain Pierre-Yves Manguin To cite this version: Pierre-Yves Manguin. Southeast Sumatra in Protohistoric and Srivijaya Times: Upstream- Downstream Relations and the Settlement of the Peneplain. Cambridge Scholars Publishing. From distant tales : archaeology and ethnohistory in the highlands of Sumatra, pp.434-484, 2009, 978-1- 4438-0497-4. halshs-02521657 HAL Id: halshs-02521657 https://halshs.archives-ouvertes.fr/halshs-02521657 Submitted on 27 Mar 2020 HAL is a multi-disciplinary open access L’archive ouverte pluridisciplinaire HAL, est archive for the deposit and dissemination of sci- destinée au dépôt et à la diffusion de documents entific research documents, whether they are pub- scientifiques de niveau recherche, publiés ou non, lished or not. The documents may come from émanant des établissements d’enseignement et de teaching and research institutions in France or recherche français ou étrangers, des laboratoires abroad, or from public or private research centers. publics ou privés. From Distant Tales: Archaeology and Ethnohistory in the Highlands of Sumatra Edited by Dominik Bonatz, John Miksic, J. David Neidel, Mai Lin Tjoa-Bonatz From Distant Tales: Archaeology and Ethnohistory in the Highlands of Sumatra, Edited by Dominik Bonatz, John Miksic, J. David Neidel, Mai Lin Tjoa-Bonatz This book first published 2009 Cambridge Scholars Publishing 12 Back Chapman Street, Newcastle upon Tyne, NE6 2XX, UK British Library Cataloguing in Publication Data A catalogue record for this book is available from the British Library Copyright © 2009 by Dominik Bonatz, John Miksic, J. David Neidel, Mai Lin Tjoa-Bonatz and contributors All rights for this book reserved.
    [Show full text]
  • Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti
    KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 2017 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Pendidikan Buku pelajaran pendidikan Hindu untuk siswa-siswi tingkat Sekolah Dasar ini disusun sesuai dengan Kurikulum 2013 hasil revisi, agar siswa-siswi aktif. Buku Siswa ini dilengkapi kegiatan-kegiatan seperti pendapatku, kolom info, mari beraktitas, diskusi dengan orang tua, diskusi di kelas, uji kompetensi, mewarnai gambar, dan portofolio. Semua Agama Hindu kegiatan tersebut bertujuan membantu siswa-siswi memahami dan mengaplikasikan ajaran agama Hindu dalam kehidupan sehari-hari. dan Budi Pekerti Buku siswa ini disertai glosarium, dan illustrasi gambar-gambar guna memotivasi Kelas IV SD siswa-siswi gemar membaca, mencintai budaya Hindu dengan materi hari suci agama • Hindu yang dirayakan oleh umat Hindu etnis India. Demikian juga tentang sejarah perkembangan agama Hindu di Indonesia yang disajikan sejak awal masehi. Dengan buku agama Hindu ini, kami berharap siswa-siswi dapat belajar dengan mudah materi-materi pelajaran Pendidikan Agama Hindu. Sehingga dapat menumbuhkan semangat dan kreatitas dalam meningkatkan Sraddha dan Bhakti. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Agama Pendidikan ZONA 1 ZONA 2 ZONA 3 ZONA 4 ZONA 5 HET Rp9,400 Rp9,800 Rp10,200 Rp10,900 Rp14,100 ISBN: SD 978-602-282-836-5 (jilid lengkap) 978-602-282-840-2 (jilid 4) KELAS IV EDISI REVISI 2017 Hak Cipta © 2017 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang Disklaimer: Buku ini merupakan buku siswa yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka implementasi Kurikulum 2013. Buku siswa ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan Kurikulum 2013.
    [Show full text]