11 2. TINJAUAN DATA 2.1 Data Literatur Berikut Adalah Beberapa
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
2. TINJAUAN DATA 2.1 Data Literatur Berikut adalah beberapa data literatur dan survey yang dapat membantu serta berkaitan dengan perancangan : 2.1.1 Pengertian yang berhubungan dengan Anime Film animasi Jepang ( anime ) pertama dibuat dengan teknik paper-cut sangat dipengaruhi oleh film-film animasi karya Emile Cohl dari Prancis. Pada tahun 1920-an, masuknya film-film animasi Amerika (Hollywood) dengan karakter-karakter seperti Felix the Cat, Mickey Mouse, Betty Bob, dan Popeye di Jepang mendapat sambutan yang baik dari masyarakat. Bahkan dengan pengaruh film-film animasi tersebut, Jepang kemudian mengadaptasi gaya mata pie-cut Mickey Mouse atau Felix the Cat dalam karya manga atau anime. Perkembangan dunia animasi Jepang sudah dimulai sejak masa Taisho (1911-1925). Pada masa itu industri film animasi dapat dikatakan sebagai metode industri kerajinan tangan ( handycraft ) seiring dengan berkembangnya berbagai macam bakat kemampuan dan keahlian. Sejarah karya animasi di Jepang diawali dengan dilakukannya percobaan film animasi pertama oleh Shimokawa Bokoten, Koichi Junichi, dan Kitayama Seitaro pada tahun 1913. Kemudian dengan adanya pengaruh dari kepopuleran film animasi asing, pengusaha dunia hiburan film di Jepang mulai tergerak untuk memulai produksi anime di dalam negeri. Yang diwujudkan dengan didirikannya perusahaan Tennen Shoku Katsudo Shashin (Tenkatsu ) pada tahun 1914 oleh Shimokawa Bokoten yang merupakan murid dari kartunis terkenal Jepang Kitazawa Rakuten. Hingga pada tahun 1916 ( Taisho 5) Tenkatsu mulai ikut aktif dalam produksi anime dalam negeri. Anime pertama yang mencapai kepopuleran yang luas adalah Astro Boy karya Ozamu Tezuka pada tahun 1963. Sekarang anime sudah sangat berkembang jika dibandingkan dengan anime jaman dulu. Dengan grafik yang sudah berkembang sampai alur cerita yang lebih menarik dan seru. Masyarakat Jepang sangat antusias menonton anime. Dari anak-anak sampai orang dewasa. Mereka menganggap, anime itu sebagai bagian dari kehidupan mereka. Untuk bisa 11 Universitas Kristen Petra 12 mendapatkan anime, mereka harus membeli dvd/vcd anime atau mereka bisa men- download anime itu dari situs-situs penyedia layanan Direct Download Link (DDL). Sekarang anime menjadi sebuah bisnis yang menggiurkan bagi semua orang. Pembuat anime itu sendiri disebut animator. Para Animator itu bekerja disebuah perusahaan media untuk memproduksi sebuah anime. Di dalam perusahaan itu, terdapat beberapa animator yang saling bekerja sama untuk menghasilkan sebuah anime yang berkualitas.Tapi sangat disayangkan, gaji dari para animator tersebut kecil jika dibandingkan dengan kerja keras mereka. Hal ini yang membuat para animator enggan untuk bekerja secara professional. Mereka merasa hal itu tidak sebanding dengan usaha yang telah mereka lakukan. Para animator itu sendiri sering disebut ”Seniman Bayangan”. Karena mereka bekerja seperti seorang seniman yang berusaha mengedepankan unsur cerita dan unsur intrinsiknya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Anime) 2.1.2 Pengertian yang Berhubungan dengan Manga Majalah-majalah manga di Jepang biasanya terdiri dari beberapa judul komik yang masing-masing mengisi sekitar 30-40 halaman majalah itu (satu bab). Majalah-majalah tersebut sendiri biasanya mempunyai tebal berkisar antara 200 hingga 850 halaman. Jika sukses, sebuah judul manga bisa terbit hingga bertahun- tahun. Setelah beberapa lama, cerita-cerita dari majalah itu akan dikumpulkan dan dicetak dalam bentuk buku berukuran biasa, yang disebut tankōbon (atau kadang dikenal sebagai istilah volume). Komik dalam bentuk ini biasanya dicetak di atas kertas berkualitas tinggi dan berguna buat orang-orang yang tidak atau malas membeli majalah-majalah manga yang terbit mingguan yang memiliki beragam campuran cerita/judul. Dari bentuk tankōbon inilah manga biasanya diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain di negara-negara lain seperti Indonesia. • Manga yang khusus ditujukan untuk laki-laki disebut shonen • sedangkan yang untuk perempuan disebut shoujo . Dua penerbit manga terbesar di Jepang adalah Shogakukan dan Shueisha. Dua penerbit manga terbesar di Indonesia adalah Elex Media Komputindo dan m&c Comics yang merupakan bagian dari kelompok Gramedia. Sekitar tahun 2005, Universitas Kristen Petra 13 kelompok Gramedia juga telah menghadirkan Level Comics, yang lebih terfokus pada penerbitan manga -manga bergenre Seinen (dewasa). Ada beberapa penerbit ilegal di Indonesia, namun tampaknya peredarannya hanya sebatas di wilayah kota kota besar, karena untuk beberapa daerah tidak ditemukan komik-komik jenis ini. Perbedaan yang mencolok dari penerbit ilegal ini, mereka tampak lebih terbuka terhadap sensor dibandingkan dengan manga terbitan Elex yang jauh lebih ketat dalam hal sensor. Rata-rata mangaka di Jepang menggunakan gaya/ style sederhana dalam menggambar manga . Tetapi, gambar latar belakangnya hampir semua manga digambar serealistis mungkin, biarpun gambar karakternya benar-benar sederhana. Para mangaka menggambar sederhana khususnya pada bagian muka, dengan ciri khas mata besar, mulut kecil dan hidung sejumput. Tidak semua manga digambarkan dengan sederhana. Beberapa mangaka menggunakan style yang realistis, walaupun dalam beberapa elemen masih bisa dikategorikan manga . Seperti contohnya Vagabond, karya Takehiko Inoue yang menonjolkan penggunaan arsir, proporsi seimbang dan setting yang realistis. Vagabond dikategorikan manga karena gaya penggambaran mata, serta beberapa bagian yang simpel. Manga juga biasa digambar dalam monochrome dan gradasinya yang biasa disebut tone . Untuk komik jangka panjang atau yang memiliki ratusan volume, umumnya seiring dengan perkembangan waktu, para mangaka akan mengalami perubahan goresan yang cukup signifikan. Contoh yang umum di Indonesia mungkin karaya Hojo Tsukasa yang dari Cat Eyes berubah menjadi seperti dalam City Hunter. Atau karya lain Ah ! My Goddess yang dimulai sejak 1988 dan sampai sekarang masih terus berjalan. One Piece and Naruto pun cukup berubah bila dibandingkan pada goresan volume-volume awal. Doujinshi adalah sebutan bagi manga yang dibuat oleh fans manga tersebut yang memiliki alur cerita atau ending yang berbeda dari manga aslinya. Para fans ini biasa mendistribusikannya dari tangan ke tangan, dijual secara indie di toko doujinshi , atau mengikuti konvensi akbar doujinshi yang biasa disebut Comic Market . Disini dijual ribuan judul doujinshi tiap tahunnya. Pengunjungnya bisa mencapai 400.000 orang. Universitas Kristen Petra 14 Doujinshi sendiri kadang menjadi batu loncatan seseorang/kelompok untuk menjadi mangaka . Ken Akamatsu ( Love Hina , Negima ) juga sering membuat dojin karyanya sendiri. Karena banyaknya manga yang diterbitakan di Indonesia sejak dari zaman Doraemon, Candy Candy, maupun Kungfu Boy yang membanjiri pasar Indonesia yang berlangsung selama bertahun-tahun dengan distribusi yang cukup teratur sehingga menyebabkan manga terbitan Elex Media Komputindo sangat mudah diperoleh apabila dibandingkan dengan peredaran komik Eropa/Amerika yang relatif lebih susah dan lebih mahal, kecuali Donal Bebek yang masih bisa didapat secara teratur tiap minggunya. Hal ini mengakibatkan terjadinya debat kusir pada proses pembentukan komik karya "Indonesia", karena secara tidak langsung banyak generasi komikus muda di Indonesia baik tanpa sadar maupun sadar, terpengaruh oleh gaya aliran Jepang ( manga ) ini. Hal ini pun masih diperdebatkan, namun mengingat dengan beberapa pengarang asal Korea dan Hong Kong yang memiliki goretan yang cukup mirip dengan manga Jepang, harusnya hal ini tidak dipermasalahkan. Di Indonesia juga terdapat komunitas-komunitas penggemar manga dan anime. Biasanya mereka berkumpul dan berbagi dengan penggemar lain lewat internet atau berkumpul di suatu tempat. Para penggemar yang bertemu di internet/forum biasa mengadakan gathering (pertemuan) untuk saling berjumpa satu sama lain. (http://id.wikipedia.org/wiki/Manga) 2.1.3 Pengertian yang berhubungan dengan Cosplay Cosplay (Kosupure ) adalah istilah bahasa Inggris buatan Jepang ( Wasei- eigo ) yang berasal dari gabungan kata " costume " (kostum) dan " play " (bermain). Cosplay berarti hobi mengenakan pakaian beserta aksesori dan rias wajah seperti yang dikenakan tokoh-tokoh dalam anime , manga , permainan video, atau penyanyi dan musisi idola. Pelaku cosplay disebut cosplayer , Di kalangan penggemar, cosplayer juga disingkat sebagai layer . Di Jepang, peserta cosplay bisa dijumpai dalam acara yang diadakan perkumpulan sesama penggemar ( dōjin circle ), seperti Comic Market , atau menghadiri konser dari grup musik yang bergenre visual kei . Penggemar cosplay Universitas Kristen Petra 15 termasuk cosplayer maupun bukan cosplayer sudah tersebar di seluruh penjuru dunia, yaitu Amerika, RRC, Eropa, Filipina, maupun Indonesia Kegiatan cosplay ada sejak paruh kedua tahun 1960-an, penggemar cerita dan film fiksi ilmiah di Amerika Serikat sering mengadakan konvensi fiksi ilmiah. Peserta konvensi mengenakan kostum seperti yang yang dikenakan tokoh-tokoh film fiksi ilmiah seperti Star Trek. Budaya Amerika Serikat sejak dulu mengenal bentuk-bentuk pesta topeng ( masquerade ) seperti dalam perayaan Haloween dan Paskah. Tradisi penyelenggaraan konvensi fiksi ilmiah sampai ke Jepang pada dekade 1970-an dalam bentuk acara peragaan kostum (costume show ). Di Jepang, peragaan " cosplay " pertama kali dilangsungkan tahun 1978 di Ashinoko, Prefektur Kanagawa dalam bentuk pesta topeng konvensi fiksi ilmiah Nihon SF Taikai ke-17. Kritikus fiksi ilmiah Mari Kotani menghadiri konvensi dengan mengenakan kostum seperti tokoh dalam gambar