PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN KEMBANG GOYANG OLEH KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) LENTERA DI KELURAHAN LENTENG AGUNG JAKARTA SELATAN

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh FAISAL AMIN NIM : 1112054000017

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M / 1440 H

ABSTRAK

Faisal Amin NIM: 1112054000017

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Pembuatan Oleh Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lentera Di Kelurahan Lenteng Agung Jakarta Selatan.

Penelitian ini membahas mengenai pemberdayaan masyarakat melalu keterampilan karena dianggap lebih meningkatkan produktivitas masyarakat. Program keterampilan pembuatan usaha kue kembang merupakan salah satu program masyarakat yang dilakukan oleh KUBE Lentera. Pemberdayaan yang dilakukan melalui Program KUBE tidak hanya pemberdayaan ekonomi, tetapi juga pemberdayaan sosial. Pemberdayaan sosial lebih banyak dikembangkan atau diberikan kepada masyarakat, yakni berupa pelatihan, pendampingan, dukungan sosial, dan peningkatan motivasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti mengumpulkan data secara mendalam dan terinci segala tujuan dalam penelitian ini dapat terjawab. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teori tahapan pemberdayaan menurut Isbandi Rukminto Adi, bahwa ada tujuh tahapan yang terdiri atas: Tahapan Persiapan, Tahapan Pengkajian, Tahapan Perencanaan Alternatif Program, Tahapan Formulasi Rencana Aksi, Tahapan Pelaksanaan Program, Tahap Evaluasi dan Tahap Terminasi. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat melalui keterampilan pembuatan kue kembang goyang oleh KUBE Lentera sudah sesuai dengan tahap pemberdayaan. Dampak positif dari adanya peningkatan pendapatan bagi keluarga serta peningkatan kepercayaan diri masyarakat atau anggota KUBE dalam kehidupannya. Namun masih ada beberapa hambatan dalam peningkatan kualitas program KUBE Lentera, seperti pada kemasan produk, kurangnya modal, dan bergantungya anggota terhadap bantuan pemerintah.

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, Puji dan Syukur selalu panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik dan Hidayah-Nya penyusunan skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Pembuatan Kue Kembang Goyang Oleh Kelompok Usaha Bersama (Kube) Lentera Di Kelurahan Lenteng Agung Jakarta Selatan” dapat diselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah merubah zaman kejahiliyahan menjadi zaman yang penuh ilmu pengetahuan. Penulis menyadari bahwa proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Ibu Wati Nilamsari, M.Si, selaku pembimbing yang telah dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan dan saran saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan penuh sadar dan ketulusan pula kepada: 1. Kedua orang tua penulis tercinta almarhum Bapak Ahamad Farid dan Ibu Sarfiah, yang selalu tulus dan ikhlas mendoakan penulis sehingga lancar dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga setiap

v

doa dan pengorbanan mendapat balasan berlipat dari Allah SWT. Amiin. 2. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Bapak Dr.Suparto, M.Ed,Ph.D. Wakil Dekan 1 Bidang Akademik Dr. Siti Napsiyah, MSW, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum Dr. Sihabudin Noor, M.Ag., Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Drs. Cecep Sastra Wijaya M.A. 3. Bapak Muhtadi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, serta Ibu WG Pramita Ratnasari M.Si sebagai Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam dan Ibu Wati Nilamsari, M.Si sebagai Pembimbing Akademik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjalankan perkuliahan. 5. Pimpinan dan staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan fasilitas berupa buku-buku dan referensi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. 6. Ketua KUBE Lentera Ibu Sri Mulyati yang mau menerima saya untuk melakukan penelitian di Desa Karangsong. 7. Teman seperjuangan Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) angkatan 2012, Diqu Zarobi Alfadia, Imam Ramadhan, Aden, Iqbal Salis, Labib dan kaka kelas adik kelas semuanya yang telah banyak memberikan semangat, dukungan, masukan

vi

dan motivasi selama dalam perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini. 8. Teman-teman Komunitas Lentera Huma Berhati, Khairul Anam, Zuyin Arwani, Lilis Oktaviani, Ariane Sarah, Muhamad Firdaus, Diyaurahman, Nurfikriansyah. 9. Lilis Okviyani, terimakasih atas semangat dan dukungannya 10. Kawan-kawan Kantor Glosor Beserta (Alvian Luneto, Prima Utama Rizki, Deny Eka Sumantri, Muhammad Satria Pradika, Tan Zerrie, Riesky Nurfitrian, Walmy Khasogi, Yusuf Yanuar). Terima kasih karena selalu memberi motivasi dan semangat setiap harinya. 11. Kawan-kawan Prana Komunika Terima kasih karena selalu memberi motivasi dan semangat setiap harinya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan karena keterbatasan yang penulis miliki serta kesulitan dalam melaksanakan penelitian dan penulisan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Wassalamua’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Jakarta, 12 Juli 2019

Faisal Amin

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...... i LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN...... ii

LEMBAR PERNYATAN...... iii ABSTRAK...... iv KATA PENGANTAR...... v DAFTAR ISI...... viii DAFTAR TABEL...... x DAFTAR BAGAN...... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...... 8 C. Tujuan...... 8 D. Manfaat Penelitian...... 9 E. Metodologi Penelitian...... 10 F. Tinjauan Pustaka...... 22 G. Sistematika Penulisan...... 27 BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pemberdayaan Masyarakat 1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat...... 30 2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat...... 34 3. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat...... 36 4. Strategi Pemberdayaan Masyarakat...... 41 B. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) ...... 42 C. Pelatihan Keterampilan...... 62 BAB III GAMBARAN UMUM A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...... 65 B. Gambaran Umum Penelitian KUBE Lentera 1. Sejarah Berdiri...... 66 2. Tujuan...... 67 3. Visi dan Misi...... 68 4. Pendanaan...... 68 5. Struktur Kelembagaan...... 69 6. Organisasi dan Manajemen...... 70 7. Program Kegiatan...... 71 8. Kemitraan...... 72 9. Indikator Keberhasilan KUBE Lentera...... 72

viii

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Tahapan Persiapan...... 74 B. Tahap Pengkajian...... 81 C. Tahap Perencanaan Alternatif Program...... 84

D. Tahap Formulasi Rencana Aksi...... 86 E. Tahap Pelaksanaan...... 89 F. Tahap Evaluasi...... 96 G. Tahap Terminasi...... 110 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...... 114 B. Saran...... 119 DAFTAR PUSTAKA...... 120 LAMPIRAN-LAMPIRAN...... 124

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Tipologi Informan KUBE Lentera...... 14

Tabel 2.1 : Daftar Anggota KUBE Lentera...... 80

x

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 : Struktur Organisasi KUBE Lentera...... 69

xi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampai saat ini, kemiskinan masih menjadi kendala untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa. Akibatnya warga belum dapat mewujudkan hak atas kehidupan yang layak. Rintangan terbesar dalam memperoleh hak-hak dasar sebagai manusia ialah kemiskinan.

Menurut Edi Suharto, masalah kemiskinan masih menjadi hal yang menakutkan di tengah-tengah masyarakat, terutama di negara-negara berkembang (Edi Suharto,2005:131). Individu yang tidak mampu memperdayakan potensi dirinya secara maksimal untuk mencapai kesejahteraan secara mandiri bisa menjadi salah satu sebab terjadinya kemiskinan. Faktor yang menjadi penyebab kemiskinan di masyarakat tidak hanya masalah pendidikan, keahlian masyarakat dalam menjalani hidup dapat menjadi faktor penyebab kemiskinan.

Pembangunan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah hingga saat ini secara umum sudah menunjukkan perubahan dan dapat memberikan kesejateraan masyarakat dalam beberapa aspek kehidupan. Namun, pencapaian pembangunan tersebut belum merata dan belum dinikmati oleh sebagian besar

1 2

masyarakat khususnya yang masih berada dibawah garis kemiskinan. Penyebab terhambatnya laju pertumbuhan perekonomian Indonesia adalah tingkat pengangguran yang cukup tinggi, rusaknya struktur sosial yang berakibat kehilangan pekerjaan dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh sebab itu, perlu adanya suatu cara yang strategis untuk mengentaskan kemiskinan dalam mewujudkan sistem ekonomi kerakyatan yang berkeadilan sosial dan melindungi hak asasi manusia terutama dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

Penyebab kemiskinan ini pada dasarnya dipicu oleh rendahnya suatu produktivitas kegiatan masyarakat dengan penyebab kemiskinan yang kompleks dimulai dari kelembagaan ekonomi masyarakat tidak berkembang, sehingga menyulitkan masyarakat miskin untuk mengakses permodalan, serta tingkat pendidikan yang tergolong rendah, kondisi sosial budaya yang kurang mendukung, penyebab agnesia seperti penguasaan lahan dan ekonomi yang begitu besar oleh beberapa perusahaan serta infrasturuktur akses jalan dan pasar yang menyebabkan masyarakat menjadi hidup terpencil dan sulit melakukan kegiatan perekonomian.

Menurut data Badan Pusat Statistik selama periode September 2017– Maret 2018, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 128,2 ribu

3

orang (dari 10,27 juta orang pada September 2017 menjadi 10,14 juta orang pada Maret 2018), sementara di daerah perdesaan turun sebanyak 505 ribu orang (dari 16,31 juta orang pada September 2017 menjadi 15,81 juta orang pada Maret 2018).

Sedangkan jumlah penduduk untuk wilayah DKI Jakarta pada tahun 2017 mencapai 10,37 juta jiwa. Persentase penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan September 2018 mencapai 3,55 persen yang mencakup sejumlah 372,26 ribu orang. Meskipun angka kemiskinan selalu menurun setiap tahun, namun pemberdayaan dan peningkatan produktivitas sangat dibutuhkan untuk mengentaskan kemiskinan secara menyeluruh.

Sementara ini untuk menangani permasalahan yang menjadi penyebab kemiskinan tersebut, pemerintah melalui Dinas Sosial menerapkan beberapa program penguatan ekonomi kerakyatan dengan strategi mendorong kemandirian usaha-usaha kelompok masyarakat. Dinas Sosial sebagai bagian dan lembaga yang berfokus pada program pembangunan kesejahteraan sosial melaksanakan kegiatan yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat miskin khususnya bagi kaum perempuan. Wujud dari kegiatan ini adalah pembetukan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang merupakan suatu program pemberdayaan

4

masyarakat dengan fokus ekonomi-sosial dengan sistem kelompok. Implementasi yang dilakukan oleh KUBE adalah dengan cara pemberian modal usaha produktif serta keterampilan produksi untuk mengembangkan individu dan kelompok dimana yang kemudian dapat dilakukan secara mandiri oleh anggota KUBE tersebut.

Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) merupakan gagasan yang dapat memberikan pemberdayaan bagi masyarakat kecil dengan meningkatkan kualitas hidup anggota. Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dilaksanakan langsung di masyarakat dengan pedoman dari pemerintah dan sesuai dengan kegiatan Pendidikan Non Formal dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program keterampilan menciptakan sebuah usaha.

Sedangkan untuk sasaran utama program KUBE adalah masyarakat yang tergolong dari keluarga fakir miskin, tidak mempunyai sumber pencaharian atau memiliki mata pencarian tetap tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar (pasangan, sandang, air bersih, kesehatan, dan pendidikan). Selain itu, adapaun kriteria khusus program KUBE adalah kepala atau anggota yang mewakili keluarga fakir miskin, memiliki identitas kependudukan, mempunyai usaha atau berniat wirausaha, usia produktif dan memiliki keterampilan, mampu

5

bertanggung jawab sendiri, serta bersedia mematuhi peraturan KUBE .

Menurut Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta

mencatat perkembangan program KUBE yang sudah dibentuk dan berjalan tersebar sebanyak 805 KUBE pada tahun 2012 di wilayah DKI Jakarta. Salah satunya KUBE binaan Dinas Sosial DKI Jakarta yang berhasil adalah KUBE Lentera yang berada di Kelurahan Lenteng Agung Jakarta Selatan. KUBE Lentera berdiri pada tahun 2012 dengan dibekali pelatihan keterampilan membuat kue tradisional khas Betawi yaitu kue kembang goyang. Kue tradisional khas Betawi ini pada saat itu keberadaannya sudah hampir punah, oleh karena itu atas dasar kesadaran salah seorang masyarakat yang mempunyai ide atau gagasan untuk mengadakan pelatihan keterampilan kue kembang goyang hingga sampai saat ini masih berjalan baik.

Dalam perkembangannya sampai saat ini KUBE Lentera termasuk salah satu KUBE yang dikatakan berhasil karena masih aktif dan terus berusaha mengembangkan usahanya. Hal tersebut dilihat dari adanya penambahan jenis usaha serta inovasi rasa yang dilakukan kelompok KUBE Lentera. Pada awalnya, usaha KUBE Lentera hanya memproduksi satu jenis kue ringan yaitu kue kembang goyang, namun kini telah berkembang menjadi 3 jenis kue lainnya yaitu , akar kelapa, dan biji ketapang.

6

Keberhasilan KUBE Lentera juga dapat diliat dari adanya perubahan pada keterampilan yang dimiliki, pekerjaan yang lebih layak, peningkatan pendapatan, serta adanya rasa percaya diri yang lebih baik pada anggota KUBE Lentera untuk terlibat aktif di dalam lingkungannya.

Keberhasilan KUBE Lentera tidak hanya dirasakan oleh anggota saja, tetapi juga oleh keluarga anggota KUBE Lentera. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan pendapatan keluarga, pemenuhan kebutuhan yang dirasa cukup bagi keluarga, adanya akses pendidikan yang lebih baik untuk anak, dan juga rasa kekeluargaan dan kebersamaan antar anggota dan antar keluarga anggota lainnya. Perubahan – perubahan yang terjadi pada anggota KUBE Lentera ini merupakan bukti nyata adanya pemberdayaan masyarakat disektor ekonomi di dalam program KUBE yang bertujuan sebagai salah satu cara mengentaskan kemiskinan di Indonesia meskipun belum secara menyeluruh.

Meskipun KUBE Lentera termasuk salah satu KUBE yang dikatakan berhasil, namun pada kenyataannya dalam proses pemberdayaan dilapangan masih banyak permasalahan pada tahap pelaksanaannya yang belum sesuai harapan.

7

Peneliti berusaha mengidentifikasi permasalahan yang ada di KUBE Lentera antara lain :

a. Masih kurangnya minat masyarakat untuk

terlibat aktif. b. Masih banyak masyarakat pada usia produktif tidak memiliki keterampilan khususnya usaha. c. Masih kurangnya faktor pendukung pelaksanaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) untuk menangani kemiskinan secara penuh melalui pemberdayaan masyarakat

Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut telah mendorong penulis untuk menelaah lebih mendalam, mengingat program KUBE memiliki implikasi cukup baik dalam rangka penanggulangan kemiskinan dengan cara pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui pelatihan keterampilan, untuk itu penulis mengajukan skripsi dengan judul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Pembuatan Kue Kembang Goyang Oleh Kelompok Usaha Bersama (Kube) Lentera Di Kelurahan Lenteng Agung Jakarta Selatan”

8

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena permasalahan kemiskinan dan identifikasi permasalahan diatas.

Mengingat adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan materi yang dimiliki peneliti maka peneliti memfokuskan masalah yang akan diteliti dengan mengambil penelitian mengenai tahapan pemberdayaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lentera dalam menangani kemiskinan melalui pemberdayaan masyakat pelatihan ketrampilan kue kembang goyang.

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka masalah – masalah dalam penelitian ini maka pembatasan masalahnya adalah Bagaiman tahapan pemberdayaan masyakat oleh Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lentera?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menjelaskan uraian tahapan pemberdayaan masyakat yang dilakukan oleh KUBE Lentera melalui keterampilan pembuatan usaha kue kembang goyang.

9

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis 1) Bagi jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dijadikan sumber infornasi dalam pengembangan mutu pembelajaran. 2) Dapat menjadi sumber referensi bagi peneliti lain mengenai pemberdayaan masyarakat. 3) Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi dalam mengadakan kegiatan pemberdayaan masyarakat lainnya yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat tersebut. b. Manfaat Praktis 1) Informasi ini diharapkan dapat memberikan acuan bagi Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dalam pengembangan Program Pemberdayaan Masyarakat berbasis ekonomi. 2) Informasi ini diharapkan dapat menjadi contoh oleh Kelompok Usaha Bersama (KUBE) lain dalam

10

melaksanakan program kegiatannya agar berhasil dan berkembang. 3) Informasi ini diharapkan bisa menjadi rekomendasi bagi pengelola dalam mengelola program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lentera untuk menjadi lebih baik dan berkembang. D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian adalah cara atau kegiatan yang dilakukan secara keseluruhan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian mulai dari merumuskan masalah sampai dengan penarikan suatu hasil kesimpulan. Pendekatan penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif (Sugiyono,2014: 6). Pendekatan kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan, yaitu bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim mendefinisikan suatu konsep serta memberi kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik dan unik bermakna dilapangan (Burhan Bungin, 2003:39)

Adapun pengertian metode kualitatif menurut (Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong, 2011:4) mendefinisikan metode kualitatif

11

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata - kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Data tersebut berupa kata-kata, gambar dan bukan angka- angka. dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Sedangkan jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah jenis penelitian kualitatif deskriptif yang artinya terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan suatu peristiwa dengan sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang tampak, sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta (fact finding), hasil penelitian yang didapat ditekankan pada memberikan gambaran objektif tentang keadaan yang sebenarnya dari objek yang sedang diselidiki, akan tetapi untuk mendapatkan manfaat yang lebih luas, biasanya dalam jenis penelitian ini dilakukan juga pemberian berbagai interpretasi.

Adapun ciri-ciri pokok penelitian deskriptif menurut (Hadari Nawawi, 1991:31) adalah :

a) Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yag bersifat aktual.

12

b) Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang sedang diselidiki dengan sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi rasional.

Penelitian yang dilakukan penulis ini berupaya mendeskripsikan bentuk tahap pelaksaan pemberdayaan masyarakat oleh program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) melalui pelatihan ketrampilan pembuatan kue kembang goyang di Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, DKI Jakarta.

2. Subyek Penelitian Berdasarkan karakteristik penelitian kualitatif teknik pemilihan responden dalam penelitian ini adalah purpose sampling yang memberikan keleluasaan kepada peneliti dalam menyeleksi responden yang sesuai dengan tujuan penelitian. Yang terpenting disini bukan dengan jumlah respondennya melainkan potensi dari setiap kasus untuk memberikan pemahaman teoritis yang lebih baik mengenai aspek yang dipelajari (Lexi J. Moleong, 2000:224) Penentuan subyek penelitian ini berdasarkan atas informasi apa saja yang dibutuhkan. Subyek penelitian ini adalah KUBE Lentera di Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Sedangkan informan atau responden yang

13

digunakan peneliti untuk menggali lebih dalam sejumlah 7 (tujuh) orang terdiri dari anggota dan pengelola KUBE Lentera. Dari anggota sebanyak 5 (lima) orang, pengelola KUBE sebanyak 2 (dua) orang, terdiri dari Pendamping dan Ketua KUBE Lentera. Anggota dan pengelola KUBE Lentera mempunyai keterlibatan dalam pelaksanaan program KUBE. Syarat menjadi informan bagi pengelola adalah aktif dalam kegiatan KUBE, mengetahui apa itu KUBE, berpengalaman dalam kegiatan KUBE, mengetahui program atau kegiatan yang berjalan, syarat menjadi subyek penelitian bagi anggota adalah aktif dalam kegiatan KUBE, mengetahui tentang KUBE. Adapun informan dalam penelitian ini antara lain: a. Pendamping KUBE Lentera b. Ketua KUBE Lentera c. Anggota KUBE Lentera

14

Tabel 1.1 Tipologi Informan KUBE Lentera

No Nama Posisi Jumlah Keterangan Kriteria Informa Data Informan n

Aktif dalam kepengurusan KUBE Lentera. Profil dan Sejarah KUBE Ketua Memahami Sri Mulyati Lentera. Proses 1. KUBE I Progam pemberdayaan Lentera Kelompok program Usaha Bersama pelatihan kue (KUBE), mulai kembang dari tahap goyang perencanaan sampai tahap monitoring evaluasi.

Memahami Progam Proses Kelompok pemberdayaan Usaha Bersama 2. Ahmad Pendamping I program pelatihan (KUBE), mulai Junaedi KUBE kue kembang dari tahap Lentera goyang perencanaan sampai tahap monitoring evaluasi.

Proses pelaksanaan program dan Aktif dalam 3. Neneng Anggota I harapan pengembangan Munawaroh terhadap hasil atau pelatihan kue produk di kembang KUBE Lentera goyang serta KUBE Lentera.

15

Proses pelaksanaan program dan Aktif dalam harapan pengembangan 4. Indahtiah Anggota I terhadap hasil atau pelatihan kue produk di kembang KUBE Lentera goyang serta KUBE Lentera.

Proses pelaksanaan program dan Aktif dalam harapan pengembangan 5. Yulianti Anggota I terhadap hasil atau pelatihan kue produk di kembang KUBE Lentera goyang serta KUBE Lentera.

Proses pelaksanaan program dan Aktif dalam harapan pengembangan Rokiah Anggota I terhadap hasil atau 6. pelatihan kue produk di kembang KUBE Lentera goyang serta KUBE Lentera. Proses pelaksanaan program dan Aktif dalam harapan pengembangan Sri Purwanti Anggota I terhadap hasil atau 7. pelatihan kue produk di kembang KUBE Lentera goyang serta KUBE Lentera.

Total 7

Sumber: Penelitian Lapangan

16

3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah Jl. Raya Lenteng Agung Rt 010 Rw 002 Kelurahan Lenteng Agung, Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena lokasi yang mudah dijangkau dan belum pernah menjadi tempat penelitian skripsi oleh Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. Adapun waktu pelaksanaan penelitian yang akan di mulai dari bulan Februari sampai bulan Mei 2019. 4. Sumber Data Adapun yang menjadi sumber data yang penulis gunakan pada penelitian ini terbagi menjadi 2 (dua) sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder yang akan dijelaskan sebagai berikut : a. Data primer terbagi menjadi dua sumber data yaitu: 1) Data utama yaitu berupa data yang diperoleh secara langsung dari sasaran penelitian, yaitu diperoleh dari pengurus KUBE Lentera yang terdiri dari Pendamping, Ketua KUBE Lentera. 2) Data pendukung yaitu data yang diperoleh dari anggota atau peserta program KUBE Lentera.

17

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari catatan – catatan, dokumentasi, foto maupun benda-benda tertulis lainnya yang berhubungan dengan penelitian seperti buku pedoman KUBE, foto kegiatan, laporan tahunan KUBE.

5. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang objektif dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik penggumpulan data, yaitu sebagai berikut: a. Observasi Secara teori observasi merupakan pengumpulan data secara langsung dari lapangan, data yang diobservasi dapat berupa gambaran tentang sikap, kelakuan, perilaku, tindakan, dan keseluruhan interaksi antar manusia. Proses observasi dimulai dengan mengidentifikasi tempat yang hendak diteliti. Setelah tempat penelitian diidentifikasi dilanjutkan dengan membuat pemetaan, sehingga diperoleh gambaran umum tentang sasaran penelitian (Irawan Soeharto, 2008 : 67). Dengan proses observasi ini peneliti mendatangi ke lokasi program KUBE Lentera di Lenteng Agung. Kemudian

18

peneliti akan menceritakan semua hal yang peneliti temui di lapangan dengan lengkap, secara akurat dan realistis dalam bentuk tulisan dan visual. b. Wawancara Menurut Sugiyono wawancara ialah pertemuan dua orang untuk bertukan informasi dan ide dengan melakukan tanya jawab sehingga dapat disimpulkan makna dalam topik tertentu (Sugiyono, 2007: 72). Sedangkan menurut penjelasan lain wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan pemelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara (Andi Prastowo, 2011: 212). Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan tanya jawab kepada narasumber atau informan pada penelitian. Adapun responden terkait yang akan diwawancarai antara lain pendamping , ketua dan anggota atau peserta KUBE Lentera. c. Studi Dokumentasi Dokumentasi hanyalah nama lain dari analisis isi visual dari suatu dokumen. Buku

19

teks, Essay, surat kabar, novel, artikel, majalah, buku resep, pidato politik, iklan, gambar nyata, dan isi dari hampir setiap jenis komunikasi visual dapat dianalisis dengan berbagai cara (Imam Gunawan, 2013:176). Dalam penelitian ini , penulis berusaha memperoleh data-data dokumentasi yang berkaitan dengan pengumpulan foto-foto, profil KUBE Lentera, mempelajari arsip- arsip, serta berbagai macam bentuk data tertulis lainnya yang dapat membantu peneliti di lapangan.

6. Teknik Analisis Data Secara teori teknis analisis data merupakan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber dari hasil yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara, pengamatan, dokumen pribadi, dokumen resmi dan foto. Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan bekerja menggunakan data, mengorganisir data, memilah-melilahnya menjadi satuan yang dikelola, mensintesiskannya mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang arus dipelajari, serta memutuskan apa yag dapat diceritakan kepada orang lain (Lexi J. Moleong, 2005 : 247 – 248). Dalam mengalisis data hasil penelitian, peneliti akan menjelaskan catatan

20

hasil temuan lapangan dan menyimpulkannya menjadi suatu kesimpulan yang sistematis.

7. Teknis Keabsahan Data Teknik keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria: (Burhan Bungin, 2009:256) a. Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, dalam hal ini penulis melakukan kunjungan ke KUBE Lentera untuk pengumpulan data wawancara, observasi langsung , mengambil beberapa dokumen KUBE Lentera serta berdiskusi dengan pendamping, ketua serta anggota atau peserta KUBE Lentera. Kemudian penulis akan membandingkan hasil wawanncara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan dilapangan. b. Ketekunan dan keajengan pengamatan Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsurunsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari, kemudian

21

memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Maksudnya, penulis hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja. c. Kepastian dengan Teknik Pemeriksaan Audit Kepastian Auditor dalam hal ini adalah dosen pembimbing. Di sini pemastian bahwa sesuatu itu objektif atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseorang. Maksudnya adalah bahwa pengalaman seseorang itu subjektif, sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang barulah dapat dikatakan objektif.

Peneliti juga menggunakan keabsahan data dengan Triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Data lain yang dikumpulkan kemudian dibandingkan dengan data yang diperoleh dari studi literatur, wawancara, pengamatan, dan data-data sekunder lembaga (M. Djunaedi Ghony dan Fauzan Almanshur, 2012:319). Dalam hal ini peneliti dapat membandingkan hasil wawancara dari setiap

22

narasumber sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan yang sesuai dengan kenyataan yang ada dilapangan.

8. Teknik Penulisan Skripsi Teknik penulisan skripsi ini berdasarkan pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang di terbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terbaru yaitu Tahun 2017.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum penulis mengkaji tulisan ini, ada beberapa karya ilmiah yang mempunyai kemiripan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Beberapa skripsi atau jurnal yang menjadi acuan penulis untuk memfokuskan penelitian pada “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Pembuatan Kue Kembang Goyang Oleh Kelompok Usaha Bersama KUBE Lentera Di Kelurahan Lenteng Agung Jakarta Selatan”, diantaranya adalah :

Jurnal yang berjudul “Analisis Efektifitas Kelompok Usaha Bersama Sebagai Instrumen Program Penanganan Fakir Miskin” yang ditulis oleh Anwar Sitepu dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI (Cawang, Jakarta Timur). Jurnal ini membahas tentang eksistensi dan efektifitas

23

KUBE sebagai instrument penanganan fakir miskin serta faktor penyebab keberhasilan dan kegagalan KUBE. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) tidak cukup efektif sebagai instrument dalam penanganan fakir miskin. Usaha ekonomi yang dibangun anggotanya dengan menggunakan modal bersama yang berasal dari bantuan pemerintah ternyata tidak berkembang. Ada sejumlah faktor yang menyebabkan kurang efektifnya KUBE. Tahapan pelaksanaan yang sudah diatur dalam Pedoman tidak dilakukan dengan konsekuen. Secara keseluruhan persoalan pokok yang terjadi dalam pelaksanaan Program adalah masalah manajemen. Fungsi-fungsi manajemen, seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian belum dilakukan dengan baik. Mekanisme yang perlu dibangun adalah yang mampu memelihara disiplin para pihak yang terlibat. Mulai dari persiapan, termasuk seleksi lokasi, seleksi peserta (penerima manfaat) program, seleksi pendamping, pendidikan dan pelatihan pendamping, monitoring dan evaluasi. Pastikan seluruh proses pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan matang. Maksudnya seluruh tahapan kegiatan dilakukan dengan benar, mulai dari sosialisasi, seleksi peserta program, seleksi dan pelatihan pendamping KUBE, penetapan jenis usaha. Secara tujuan penelitian antara peneliti diatas dengan penelitian penulis memiliki kesamaan yaitu membahas tahapan, tetapi yang menjadi perbedaan adalah penelitian diatas lebih membahas efektif atau tidaknya

24

pelaksanaan KUBE, sedangkan penelitian peneliti membahas tentang bagaimana tahapan pelaksanaan KUBE berlangsung.

Kemudian Jurnal yang berjudul “ Partisipasi Masyarakat Dalam Program Kelompok Usaha Bersama (Kube) Di Kota Malang, (Studi Pada Kube Waratama 1 Di Kelurahan Buring Kecamatan Kedungkandang Kota Malang)”, yang ditulis oleh Pranestiti Embanaras dan Weni Rosdiana, S.Sos., M.AP dari Ilmu Administrasi Negara, FISH, UNESA . Dalam instrumen indikator dan pengukuran keberhasilan KUBE, terdapat beberapa aspek yang mendasari keberhasilan KUBE, antara lain aspek kelembagaan, aspek sosial, dan aspek ekonomi. Melihat hasil instrumen dan pengukuran keberhasilan KUBE, dalam pelaksanaan program KUBE di KUBE Waratama 1 aspek kelembagaan dan aspek sosial sudah dikatakan berhasil, sedangkan aspek ekonomi masih kurang berhasil. Penelitian ini dianalisis dengan teori Cohen dan Uphoff yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D (2011: 61-63) bahwa Partisipasi anggota KUBE Waratama 1 dalam pengambilan keputusan cukup optimal, hal tersebut dapat dilihat dari cukup banyaknya anggota KUBE yang mengeluarkan pendapat pada saat rapat KUBE berlangsung, selain itu beberapa anggota juga berani untuk mengatakan ketidaksetujuan mereka terhadap suatu keputusan yang nantinya akan disepakati bersama. Namun, masih terdapat

25

anggota KUBE yang pasif dan tidak pernah menyampaikan pendapat mereka. Dalam pelaksanaan KUBE, masyarakat anggota KUBE diharuskan membayar sejumlah uang untuk mengembangkan KUBE tersebut. Untuk partisipasi dalam pelaksanaan khususnya dalam hal keuangan, tidak ditemukan adanya masalah, karena anggota yang tidak hadir tetap membayar dengan cara menitipkan kepada anggota lain atau membayar double pada bulan selanjutnya. Selain manfaat dalam aspek perekonomian, terdapat beberapa manfaat lain yang bisa didapatkan dalam aspek sosial setelah program KUBE ini berjalan, yaitu: a. anggota KUBE Waratama 1 memiliki semangat dalam usaha b. anggota KUBE Waratama 1 dapat bersosialisasi c. anggota KUBE Waratama 1 dapat menambah jaringan usaha dengan anggota lain h. anggota KUBE Waratama 1 dapat menambah ilmu managemen keuangan mereka. Dalam proses evaluasi, masyarakat anggota KUBE Waratama 1 telah berpartisipasi dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya ketaatan mereka dalam mengumpulkan semua nota pembelian mereka yang akan dikumpulkan selama sebulan sekali kepada bendahara sebagai bahan untuk pembuatan laporan. Secara objek penelitian, penelitian diatas mempunyai kesamaan dengan penelitian penulis yaitu KUBE, namun memiliki perbedaan pada teori yang digunakan untuk menganalisis.

26

Selanjutnya Jurnal yang berjudul “Upaya Strategis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE)” yang ditulis oleh Hendrik Yasin dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gorontalo. Potensi yang ada di Desa Kuala untuk pemberdayaan masyarakat melalui KUBE yakni cateringan dan sampai dengan saat ini potensi cateringan ini berjalan dengan lancar, mempunyai 10 orang anggota dan penghasilan rata-rata Rp 400.000/bulan. Adapun permasalahan yang di hadapi adalah kekurangan modal usaha dan peralatan cateringan namun kerja sama yang baik antara anggota kelompok dan pendamping Desa yang menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan yang di hadapi. Upaya strategis yang di lakukan dalam pemberdayaan masyarakat melalui KUBE adalah dengan memberikan penguatan terhadap masyarakat melalui sosialisasi agar masyarakat mengerti dan memahami betapa pentingnya untuk ikut dalam Kelompok Usaha Bersama dengan harapan masalah kebutuhan yang di hadapi masyarakat sedikit demi sedikit bisa teratasi terutama kebutuhan Pendidikan. Pada penelitian diatas terdapat kesamaan yaitu pada fokus pemberdayaannya yaitu pemberdayaan ekonomi, tetapi ada perbedaan peneliti diatas dengan penulis yaitu jenis pelatihan keterampilan yang dilaksanakan.

27

Selanjutnya Skripsi yang berjudul “ Tahapan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Urban Farming Yayasan Bunga Melati Indonesia (YBMII) di Perigi Baru”, yang ditulis oleh Budhi Baihakki dari Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarf Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini membahas tentang tahapan-tahapan pemberdayaan masyarakat mulai dari persiapan, pengkajian, perencanaan alternatif program, tahap pemformulasian rencana aksi, tahap pelaksanaan program, tahap evaluasi program dan terminasi dalam pemberdayaan masyarakat melalui program Urban Farming oleh Yayasan Bunga Melatih Indonesia (YBMII) di Perigi Baru. Hasil penelitiannya bahwa pelaksanaan program tersebut sudah cukup berjalan baik dan memberikan manfaat, tetapi program tersebut masih belum sepenuhnya diikuti oleh seluruh masyarakat. Secara teori penelitian diatas dengan penelitian yang penulis teliti ada kesamaan, tetapi pada objek penelitiannya berbeda yaitu Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lentera.

F. Sistematika Penulisan

Penyusunan skripsi ini, peneliti membagi dalam lima bab, yang diuraikan dalam beberapa sub-bagian dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

28

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan

dan Manfaat Peneliti, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan

Bab II Landasan Teori

Bab ini merupakan bab yang membahas teori tentang Pemberdayaan Masyarakat, yang mana dalam bahasan Pemberdayaa masyarakat ini akan membahas : Definisi hakikat pemberdayaan masyarakat, tujuan pemberdayaan masyarakat, strategi pemberdayaan masyarakat, tahapan pemberdayaan, pelatihan, dan Program KUBE.

Bab III Temuan Penelitian

Bab ini akan membahas tentang Gambaran Umum Kelurahan Lenteng Agung serta Gambaran Umum Program KUBE Lentera.

Bab IV Analisa Temuan Penelitian

Pada bab ini, berisi tentang analisis program pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui program KUBE Lentera di Lenteng Agung. Dalam bab ini berisi hasil wawancara dan observasi peneliti di lapangan yang peneliti hubungkan dengan teori Isbandi

29

Rukminto Adi tentang tahapan pelaksanaan dalam pemberdayaan. Tahapan – tahapan tersebut antara lain : tahapan persiapan (engagement), tahapan pengkajian (assesment), tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan, tahap pemformulasian rencana aksi, tahap pelaksanaan program atau kegiatan, tahap evaluasi, dan tahap terminasi. Namun, penelitian ini akan lebih fokus pada tahap pelaksanaan pemberdayaan. Kemudian faktor pendukung dan penghambat program KUBE.

Bab V Penutup

Bab ini merupakan penutup, yang di dalamnya berisi kesimpulan serta saran-saran yang dianggap perlu dalam perbaikan dan kemajuan program KUBE Lentera.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakikat Pemberdayaan Masyarakat

1. Pengertian

Masyarakat yang mengalami masalah kemiskinan perlu diberdayakan dengan cara pemberian sebuah kegiatan pemberdayaan untuk memperkuat keberdayaan baik secara individu maupun kelompok. Proses dan tujuan pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang atau hasil yang ingin dicapai yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara fisik, ekonomi, maupun sosial seperti berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam pelaksanaan tugas – tugas kehidupannya (Edi Suharto, 2005:60).

‘Pemberdayaan’ adalah adanya peningkatan perubahan masyarakat dari yang kurang berdaya menjadi mempunyai daya guna untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.

30 31

Menurut Syahril dalam bukunya Islam Konsep Implementasi Pemberdayaan, beliau mengemukakan bahwa yang ingin dikerjakan dengan pengembangan masyarakat melalui dakwah Islam adalah dengan menggerakan masyarakat yang tradisional atau transisi menjadi masyarakat yang modern, masyarakat yang berorientasi masa lalu menjadi masyarakat yang berorientasi ke masa depan, dari masyarakat yang pasrah kepada takdir menjadi masyarakat yang satgnan menjadi masyarakat yang dinamis dan menjadi masyarakat yang memiliki perencanaan panjang dalam hidupnya. Islam mengarahkan manusia agar merencanakan kehidupan dengan berorientasi ke masa depan. Pada dasarnya manusia harus merencanakan peningkatan taraf hidup dan tidak selalu menyerah kepada takdir Tuhan (Syahril Harahap, 1999:132).

Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al- Insyirah Ayat 7-8 :

َف إِّذَا َف َر ْغ َت َف ْان َص ْب َو إِّ َل ى َربِّ َك َف ْار َغ ْب “Fa-idzaa faraghta fanshab, Wa-ilaa rabbika farghab”

32

Artinya : “Maka apabila kamu telah selesai ( disesuatu urusan ), kerjakanlah dengan sungguh- sungguh ( urusan yang lain ), dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” (Al-Insyirah : 7-8). (Al-Quran Surat Al-Insyirah, ayat 7-8).

Pemahaman pemberdayaan ini adalah sebagai cara untuk memberikan motivasi kepada masyarakat yang mengalami situasi ketidakberdayaan atau lemah. Ketidakberdayaan dimaksudkan bukan hanya dari segi ekonomi saja, tapi juga ketidakberdayaan dalam menciptakan ide-ide kreatif, ketidakberdayaan dalam hubungan sosial, dan ketidakberdayaan dalam segi ekologi. Menurut Payne bahwa pemberdayaan (empowerment) adalah pemerolehan daya bagi klien untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk pengurangan suatu hal yang menjadi penghambat dalam bertindak (Isbandi Rukminto, 2002:162). Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri dalam penggunaan daya yang dimiliki antara lain melalui transter daya dari lingkungan. Beberapa pemberdayaan menurut para ahli diantaranya :

33

a. Shardlow melihat bahwa berbagai pengertian mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginan mereka. b. Mc. Ardle lebih menitikberatkan pemberdayaan pada prosoes pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan tersebut. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan keharusan untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan serta sumber lainnya tergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal.

Dari beberapa paparan – paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan pada dasarnya merupakan suatu proses yang dijalankan dengan kesadaran dan partisipasi penuh dari para pihak untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat sebagai sumber daya pembangunan agar mampu mengenali permasalahan yang dihadapi dalam

34

mengembangkan dan menolong diri menuju keadaan yang lebih baik, mampu menggali dan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia untuk kepentingan diri dan kelompoknya, serta mampu mengeksistensikan diri secara jelas dengan mendapat manfaat darinya.

Pemberdayaan adalah sebuah ”proses menjadi”, bukan ”proses instan”. Sebagai proses, pemberdayaan mempunyai tiga tahapan yaitu penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan. Selain itu pemberdayaan masyarakat adalah sebuah upaya atau solusi baik individu atau kelompok untuk menjadi mandiri dari sifat-sifat ketergantungan. Untuk menuju kehidupan yang lebih baik dan sejahtera perlu dibentuk adanya rasa percaya diri terhadap diri sendiri dan memiliki sifat mandiri yang tidak ketergantungan.

2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Sebagai tujuannya maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan

35

mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses (Edi Suharto, 2005:60).

Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan keberdayaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung. Selain itu dapat meningkatan pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan social.

Menurut penulis lemahnya perekonomian tidak hanya dialami oleh orang-orang yang lemah dan tidak berdaya, namun dapat dilihat dari berbagai ragam seperti lemah dan tidak beruntung dalam kreativitas, lemah dan tidak beruntung dalam segi sosial, dan lemah dan tidak beruntung dalam ilmu. Oleh karena itu salah satu upaya yang harus dilakukan adalah dengan pemberian fasilitas kepada masyarakat agar memiliki kekuasaan atau mempunyai keilmuan yang bisa memberdayakan dirinya baik yang bersifat fisik, sosial, dan ekonomi.

36

Dalam penelitian ini lebih mengangkat persoalan tentang pemberdayaan masyarakat yang umumnya masyarakat sulit untuk mendapatkan akses untuk perekenomian seperti modal usaha, sulitnya dalam meraih sumber ekonomi dan pelayanan, rendahnya kesempatan mendapatkan lapangan pekerjaan, pendidikan yang belum merata layak dan kesempatan untuk menyalurkan bakat serta minatnya dalam berkarya.

3. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat

Untuk mengimplementasikan program pemberdayaan masyarakat perlu dilakukan secara bertahap. Sebelum proses pelaksanaan berlangsung perlu adanya pengklasifikasikan proyek Pengembangan Masyarakat Islam dalam beberapa tahap, sehingga target yang harus dipenuhi akan mudah untuk dievaluasi. Jika setiap program dilakukan secara bertahap, maka setiap kendala, problem atau bahkan kesalahan implementasi dapat dikoreksi, dievaluasi serta diantisipasi sejak dini. Tentu saja hal ini juga diorientasikan untuk mencapai efektifitas serta efisiensi dalam pelaksanaan program pengembangan. Menurut teori Isbandi Rukminto Adi mempunyai rumusan strategi yang menjadikan beberapa tahap dalam melakukan pemberdayaan yakni : (Isbandi Rukminto Adi, 2001: 250 – 25).

37

a. Tahap persiapan (engagement), tahap persiapan ini memiliki substansi penekanan pada dua hal elemen penting yakni penyiapan petugas dan penyiapan lapangan. Tahapan ini adalah tahapan prasyarat sukses atau tidaknya sebuah program pemberdayaan berlangsung. b. Tahap pengkajian (assestment), sebuah tahapan yang telah terlibat aktif dalam pelaksanaan program pemberdayaan karena masyarakat setempat yang sangat mengetahui keadaan dan masalah ditempat mereka berada. Tahapan ini memiliki penekanan pada faktor identifikasi masalah dan sumber daya yang ada dalam sebuah wilayah yang akan menjadi basisi pemberdayaan serta pelaksanaan program. c. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan (designing), dalam tahap ini program perencanaan dibahas secara maksimal dengan melibatkan peserta aktif dari pihak masyarakat guna memikirkan solusi atau pemecahan atas masalah yang mereka hadapi di wilayahnya. Dalam tahap ini dipikirkan secara mendalam agar program

38

pemberdayaan yang ada nantinya tidak melulu berkisar pada program amal (charity) saja dimana demikian itu tidak memberikan manfaat secara pasti dalam jangka panjang. d. Tahap pemformulasian rencana aksi, pada tahap ini masyarakat dan fasilitator menjadi bagian penting dalam bekerjasama secara optimal. Hal ini disebabkan masyarakat telah menjabarkan secara rinci dalam bentuk tulisan tentang apa-apa yang akan mereka laksanakan baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. e. Tahap pelaksanaan program atau kegiatan (implementasi), tahap ini merupakan bentuk pelaksanaan serta penerapan program yang telah dirumuskan sebelumnya bersama para masyarakat. Tahapan ini berisi tindakan aktualisasi bersinergi antara masyarakat dengan pelaku pemberdayaan (dalam bahasa Isbandi disebut sebagai petugas) f. Tahap evaluasi, tahapan yang memiliki substansi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program pemberdayaan masyarakat yang sedang

39

berjalan dengan melibatkan warga. Tahapan ini juga akan merumuskan berbagai indikator keberhasilan suatu program yang telah diimplementasikan serta dilakukan pula bentukbentuk stabilisasi terhadap perubahan atau kebiasaan baru yang diharapkan terjadi. g. Tahap terminasi (disengagement), sebuah tahapan dimana seluruh program telah berjalan secara optimal dan petugas fasilitator pemberdayaan masyarakat sudah akan mengakhiri kerjanya. Tahapan ini disebut sebagai tahap pemutusan hubungan antara petugas dengan para masyarakat yang menjadi basis program pemberdayan ketikaitu. Petugas pun tidak keluar dari komunitas secara total, melainkan ia akan meninggalkannya secara bertahap.

Dari 7 tahapan yang dikemukakan oleh Isbandi Rukminto Adi dalam melakukan pemberdayaan, bahwa dalam tahapan pemberdayaan masyarakat harus selalu dilibatkan sejak dalam tahap perencanaan sampai pada tahap implementasi serta evaluasi. Hal ini terkait dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai oleh masyarakat karena masyarakat memang lebih tahu

40

semua permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan mereka. Fasilitator hanya bertindak untuk memfasilitasi dan mengarahkan aspirasi dari masyarakat.

Peneliti menggunakan tahapan pemberdayaan yang dilakukan menurut Isbandi Rukminto Adi dimana proses tahapannya memiliki tujuh tahapan yang terdeskripsi dengan jelas. Tahapan tersebut adalah tahapan persiapan, tahapan pengkajian (assesment), tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan, tahap pemformulasi rencana aksi, tahap pelaksanaan (implementasi) program atau kegiatan, tahap evaluasi, dan tahap terminasi. Penelitian dalam penelitian ini mengangkat tentang pemberdayaan masyarakat yang umumnya masyarakat masih sulit untuk mendapatkan akses untuk perekenomian seperti modal usaha, sulitnya dalam meraih sumber ekonomi dan pelayanan, rendahnya kesempatan mendapatkan pekerjaan, pendidikan yang belum layak dan kesempatan untuk menyalurkan bakat serta minatnya dalam berkarya.

4. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Dalam konteks pekerjaan social, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau mantra pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo, dan makro. (Edi Suharto, 2005:66 )

41

a. Aras Mikro Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. Tujuan utamanya adala membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya, model ini sering disebut dengan pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered approach). b. Aras Mezzo Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapi. c. Aras Makro Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar , karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, Lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik adalah beberapa strategi dalam

42

pendekatan ini. Strategi besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

Menurut penulis melalui pendekatan tiga model pemberdayaan ini diharapkan agar masyarakat dapat berdaya untuk diri sendiri maupun orang lain dalam memenuhi kebutuhan sesuai rencana dan langkah yang sudah direncanakan.

B. Kelompok Usaha Bersama ( KUBE ) 1. Pengertian Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) menurut (Kementerian RI, 2016:115) “merupakan media pemberdayaan sosial yang diarahkan untuk terciptanya, aktifitas sosial ekonomi keluarga masyarakat miskin agar dapat meningkatkan kesejahteraan sosial mereka. Melalui kelompok dapat berinteraksi, saling tolong menolong dalam memecahkan permasalahan dan memenuhi kebutuhan.”

Secara umum KUBE merupakan salah-satu program unggulan Kementerian Sosial dalam rangka mengentaskan kemiskinan dengan pemberdayaan kelompok. KUBE sebagai upaya penanggulangan kemiskinan dilaksanakan dengan strategi penguatan kelompok, pemberian bantuan

43

stimulan usaha dan pendampingan yang menggunakan pendekatan pekerjaan social.

Dalam pelaksanaannya bantuan yang diterima

masing-masing peserta program dikumpulkan menjadi modal usaha bersama dalam kelompok (KUBE). Pengambilan keputusan dalam kelompok diselenggarakan secara demokratis, mulai dari pemilihan pengurus, menetapkan aturan main.

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah “suatu kelompok yang dibentuk oleh warga-warga/keluarga- keluarga binaan sosial yang terdiri dari orang orang/keluarga-keluarga miskin (pra sejahtera) yang menerimapelayanan sosial melalui kegiatan Prokesos” (Khatib Pahlawan Kayo, 2008: 15). Kelompok Usaha Bersama (KUBE) memiliki tujuan menurut (Kementerian Sosial RI, 2016:115-116) adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan dan memperkuat kesetiakawanan sosial warga miskin dan masyarakat dalam menanggulangi berbagai permasalahan kesejahteraan sosial. b. Meningkatkan taraf kesejahteraan keluarga miskin. c. Mewujudkan kemandirian usaha sosial- ekonomi keluarga miskin.

44

d. Meningkatkan aksesbilitas keluarga miskin terhadap pelayanan sosial dasar, fasilitas pelayanan publik dan sistem jaminan kesejahteraan sosial. e. Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab sosial masyarakat dan dunia usaha dalam penanggulangan kemiskinan. f. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah masalah kemiskinan. g. Meningkatkan kualitas manajemen pelayanan kesejahteraan sosial bagi keluarga miskin

Selain yang disebutkan diatas (Kementeian Sosial RI, 2010: 13) menyebutkan tujuan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah:

a. Meningkatkan kemampuan anggota KUBE dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. b. Meningkatkan kemampuan anggota KUBE dalam mencegah dan mengatasi masalah yang terjadi baik dalam keluarga maupun dengan lingkungan sosialnya. c. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE dalam melaksanakan peran sosialnya.

Dalam pelaksanaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) terdapat beberapa prinsip pengembangan (Kelompok Usaha Bersama KUBE, 2010: 13-15) :

45

a. Penentuan nasib sendiri Anggota KUBE sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat, mempunyai hak untuk menentukan dirinya sendiri. b. Kekeluargaan Prinsip ini menekankan bahwa pengembangan KUBE perlu dibangun atas semangat kekeluargaan di antara sesama anggota KUBE dan lingkungannya. c. Kegotongroyongan Kegotongroyongan berarti menuntut perlu adanya semangat kebersamaan di antara sesama para anggota KUBE. d. Potensi anggota Bahwa pengelolaan dan pengembangan KUBE harus didasarkan pada kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh para anggota KUBE. e. Sumber-sumber setempat Pengembangan usaha yang dilakukan harus didasarkan pada ketersediaan sumber-sumber yang ada di daerah tersebut. f. Keberlanjutan Pengelolaan KUBE, kegiatan- kegiatannya, bidang usaha yang dikembangkan harus diwujudkan dalam program-program yang berkelanjutan, bukan hanya untuk sementara waktu. g. Usaha yang berorientasi pasar Pengembangan KUBE melalui jenis usaha yang dilakukan harus diarahkan pada jenis usaha yang

46

memiliki prospek yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pasar.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa Kelompok

Usaha Bersama (KUBE) merupakan program pemerintah yang dijalankan oleh Dinas Sosial dan lembaga terkait sebagai usaha dalam penanggulangan kemiskinan, yang sasarannya adalah masyarakat yang berada dalam garis kemiskinan.

2. Tahapan Pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Menurut (Kementerian Sosial RI, 2010: 15-16) ada beberapa tahapan dalam pembentukan KUBE, antara lain : a. Tahap Persiapan Kegiatan ini terdiri dari: orientasi, observasi, registrasi, identifikasi, perencanaan program penyuluhan sosial, fasilitasi pengenalan masalah, pengembangan motivasi, dan evaluasi persiapan. Pelaksana: aparat desa, pendamping sosial. b. Tahap Pelaksanaan Kegiatan ini meliputi seleksi calon penerimaan pembentukan pra kelompok dan kelompok, pemilihan/penentuan jenis usaha, pelatihan pendamping, pelatihan keterampilan anggota KUBE, pemberian bantuan stimulan permodalan, pendampingan dan evaluasi.

47

Pelaksana; aparat desa, pendamping sosial dan dinas sosial. c. Tahap pengembangan usaha Kegiatan pada tahap ini meliputi: fasilitasi pengembangan usaha, pemberian bantuan pengembangan usaha, pendampingan dan evaluasi. Pelaksana: pendamping sosial, dan Dinas Sosial di instansi terkait. d. Tahap kemitraan usaha Kegiatan pada tahap ini meliputi: 1) Inventarisasi sumber-sumber yang ada (sumber daya alam, sumber daya ekonomi, dan sumber daya manusia) 2) Membuat kesepakatan-kesepakatan 3) Pelaksanaan kemitraan usaha 4) Perluasan jaringan kemitraan usaha 5) Evaluasi Pelaksana: pendamping sosial dan pelayanan. e. Tahap monitoring dan evaluasi Kegiatan pada tahap ini meliputi: pengendalian dan monitoring proses pelaksanaan yang sedang berjalan dan evaluasi terhadap keberhasilan yang sudah dicapai. Pelaksana: pendamping sosial.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan tahapan pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah tahap persiapan, tahap pelaksaaan, tahap pengembangan usaha, tahap kemitraan dan tahap monitoring dan evaluasi.

48

3. Kelembagaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Menurut Kementerian Sosial RI, 2010: 17-21) menjelaskan bahwa kelembagaan KUBE adalah : a. Keanggotaan KUBE 1) Kriteria anggota a) Kepala keluarga fakir miskin yang mempunyai pendapatan di bawah garis kemiskinan (tingkat pengeluaran sama dengan 480 kg setara beras untuk perkotaan dan 320 kg untuk pedesaan). b) Warga masyarakat yang berdomisili tetap. c) Menyatakan kesediaan bergabung dalam kelompok. d) Memiliki potensi dan keterampilan di bidang usaha ekonomi tertentu. 2) Jumlah anggota KUBE 10 kepala keluarga 3) Pembentukan KUBE mempertimbangkan: a) Kedekatan tempat tinggal b) Jenis usaha atau keterampilan anggota c) Ketersediaan sumber/keadaan geografis d) Latar belakang kehidupan budaya e) Memiliki motivasi yang sama

49

f) Keberadaan kelompok-kelompok masyarakat yang sudah tumbuh berkembang lama. 4) Struktur dan kepengurusan KUBE a) Struktur organisasi merupakan suatu bentuk tanggung jawab yang harus dijalankan. Dengan struktur dapat diketahui “siapa mengerjakan apa”, siapa berkewajiban dan bertanggung jawab apa”. b) Struktur KUBE sangat tergantung pada kegiatan atau jenis usaha yang dijalankan oleh KUBE tersebut. Tidak ada suatu struktur yang baku tentang struktur KUBE, strukturnya diserahkan sepenuhnya pada kelompok KUBE. c) Kepengurusan dipilih berdasarkan hasil musyawarah atau kesepakatan anggota kelompok.

Kelembagaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lentera sudah terdapat struktur organisasi pengurusnya. Selain itu juga adanya pelaksanaan tugas-tuganya masing- masing, serta kewajiban dan hak masing-masing anggota.

50

4. Kategori Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Menurut (Kementerian Sosial RI, 2010: 21-24) menjelaskan tentang kategori Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yaitu: a. KUBE Tumbuh KUBE tumbuh merupakan KUBE yang baru dibentuk baik pemerintah maupun masyarakat, untuk menjawab permasalahan fakir miskin atas dasar kebutuhan dan potensi setempat, dengan bimbingan Dinas Sosial setempat, Organisasi Sosial/LSM, aparat desa dan pendamping. Ciri KUBE tumbuh: 1) Sudah ada pengadministrasian kegiatan 2) Memiliki struktur organisasi 3) Jangkauan pemasaran terbatas 4) Asset terbatas 5) Usia KUBE kurang dari setahun. b. KUBE Berkembang KUBE berkembang merupakan KUBE yang sudah mengalami perkembangan dibidang sosial, ekonomi maupun kelembagaan meliputi peningkatan usaha ekonomi produktif, peningkatan pendapatan, anggota sudah mengalami pembangian keuntungan, jangkauan usaha berkembang atas dasar kemampuan dan peluang usaha, dengan bimbingan Dinas Sosial setempat, aparat desa dan pendamping.

51

Ciri KUBE berkembang adalah: 1) Administrasi lengkap 2) Berkembangnya organisasi 3) Bertambahnya jangkauan pemasaran 4) Berkembangnya akses 5) Berkembangnya asset c. KUBE Mandiri KUBE mandiri merupakan KUBE yang telah mengalami kemajuan dibidang sosial, ekonomi maupun kelembagaan dengan ciri diantaranya sebagai berikut: 1) Administrasi lengkap. 2) Berkembangnya organisasi. 3) Bertambahnya jangkauan pemasaran. 4) Berkembangnya asset 5) Dapat mengakses lembaga keuangan komersial. 6) Sembilan kunci sukses KUBE: a) Usaha ekonomi berdasarkan rencana usaha dan anggaran belanja yang disepakati bersama. b) Usaha ekonomi berorientasi pasar. c) Menggunakan modal usaha sesuai dengan kebutuhan usaha.

52

d) Menggunakan bahan baku yang mudah diperoleh di lingkungan setempat. e) Melakukan usaha sesuai dengan keterampilan yang dimiliki. f) Sistem pengelolaan usaha ekonomi dapat dilaksanakan semua anggota, g) Ada komitmen dan kerjasama yang kuat dari setiap anggota untuk berhasil. h) Harga yang ditawarkan menguntungkan dan bersaing di pasar. i) Adanya kebersamaan dalam mengahadapi berbagai hambatan usaha.

Sesuai dengan uraian di atas Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lentera termasuk dalam kategori KUBE mandiri karena sudah berdiri 7 tahun dari masa awal berdirinya. Dengan ciri-ciri sudah ada pengadministrasian lengkap, organisasinya berkembang, jangkauan pasarnya semakin luas, asset yang dimiliki juga bertambah, dan sudah mampu mengedukasi KUBE lain yang baru ingin dibentuk ataupun sedang tumbuh.

53

5. Pengelolaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Menurut (Kementerian Sosial RI, 2010: 28-31) menyebutkan pengelolaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) sebagai berikut: a. Pengelolaan Kelompok 1) Menetapkan struktur organisasi dan menyusun uraian tugas yang jelas dan rinci. 2) Menata administrasi kegiatan kelompok dengan baik. 3) Mengidentifikasi potensi dan sumber- sumber yang dimiliki oleh anggota KUBE. 4) Mengidentifikasi kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh anggota KUBE. 5) Menyusun rencana program dan kegiatan, serta rencana anggaran biaya. 6) Menggalang kebersamaan dan kekompakan di antara sesama anggota KUBE dan juga dengan tokoh-tokoh kunci masyarakat serta lingkungan yang lebih luas. 7) Membangun komitmen bersama yang dapat menumbuhkan semangat motivasi kerja para anggota KUBE dalam

54

mengembangkan jenis usaha yang dipilih. 8) Mengembangkan jenis usaha lebih dari satu yang sesuai dengan potensi dan sumber-sumber yang ada dalam lingkungan masing-masing. 9) Melakukan inovasi-inovasi baru dalam pengelolaan jenis usaha yang dikembangkan. 10) Melakukan kegiatan-kegiatan sosial yang dapat menumbuhkan kepercayaan anggota dan lingkungan sekitarnya. 11) Membangun jaringan kerja dengan berbagai pihak yang dapat menguntungkan kelompok KUBE b. Sumber pendanaan KUBE 1) Pemerintah/Pemerintah Daerah melalui APBN/APBD 2) Dunia Usaha 3) Organisasi Sosial dalam dan luar negeri 4) Masyarakat perorangan atau kelompok 5) Dan sumber lainnya yang tidak meningkat c. Pengelolaan Jenis Usaha 1) Usaha kelompok dilaksanakan bersama- sama di 1 (satu) tempat atau dapat terpisah dimasing-masing anggota.

55

Namun demikian dalam hal usaha yang terpisah pembinaan dan manajemennya masih dalam satu kelompok. 2) Setiap KUBE dapat mengembangkan satu atau beberapa jenis Usaha sosial Ekonomi Produktif (UEP) yang sesuai dengan minat, potensi dan kemampuan para anggotanya serta potensi dan sumber yang ada di lingkungan. 3) Untuk pengembangan jenis KUBE dapat bekerja sama dengan pengusaha atau instansi terkait. d. Unsur Pengelolaan KUBE 1) Administrasi a) Membuat program kegiatan secara jelas dan rinci. b) Membuat struktur organisasi dan pembagian tugas bagi semua anggota KUBE. c) Membuat fungsi masing-masing anggota KUBE sesuai dengan struktur organisasi yang ada. d) Melakukan pencatatan kegiatan dan administrasi pembukuan yang meliputi: (a) Buku Daftar Anggota Kelompok,

56

(b) Buku Tamu, (c) Buku Kegiatan/Agenda Kelompok, (d) Buku Kas/Keuangan, (e) Buku Inventaris, (f) Buku Simpan Pinjam. e) Menyusun Laporan Periodik yang memuat tentang kondisi kelembagaan, usaha ekonomi produkif, sosial anggota KUBE, yang disampaikan kepada Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota. 2) Sosial a) Melaksanakan pertemuan rutin bulanan anggota (atau sesuai kebutuhan) yang dihadiri oleh pendamping dan aparat desa. b) Melaksanakan pertemuan rutin anggota sesuai dengan kesepakatan yang sudah ditentukan. c) Menumbuhkan kesadaran dan kemauan anggota kelompok untuk merubah kondisi/keadaan kearah kondisi kehidupan yang lebih baik.

57

d) Merintis pelaksanaan Iuran Kesetiakawanan Sosial (IKS) dan usaha simpan pinjam untuk kesejahteraan anggota keluarga KUBE. e) Mendorong anggota KUBE untuk aktif dalam kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan. f) Ikut aktif dalam kegiatan- kegiatan kemasyarakatan, seperti: kerja bakti lingkungan, gotong royong, siskamling dan lain-lain. Mengaktifkan/menggerakkan para istri anggota KUBE untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan, seperti kegiatan posyandu, PKK, dan lain-lain. g) Menumbuhkan kesadaran pada anggota tentang pentingnya pendidikan bagi anggota keluarga dan masyarakat. h) Menumbuhkan kesetiakawanan di antara sesama anggota maupun dengan lingkungannya, melalui partisipasi aktif dalam berbagai

58

kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. i) Menggagasi dan membentuk embrio koperasi tingkat desa/kelurahan. j) Meningkatkan keterampilan kerja anggota KUBE. k) Meningkatkan kesadaran dan kepedulian para anggota KUBE untuk terlibat dalam penanganan permasalahan sosial yang ada di daerah masing-masing. 3) Ekonomi a) Pengelolaan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) yang sudah ada sehingga dapat berhasil dan meningkatkan kesejahteraan para anggota KUBE. b) Pengembangkan jenis Usaha Ekonomi Produktif (UEP) yang sebelumnya hanya satu menjadi beberapa jenis usaha. c) Penggalian sumber-sumber dan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan dan kesejahteraan anggota KUBE.

59

d) Melakukan pembaharuan atau inovasi terhadap teknik pengelolaan UEP untuk tercapainya keberhasilan KUBE yang optimal. e) Mewujudkan usaha koperasi yang dapat mendukung pengelolaan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan peningkatan kesejahteraan keluarga para anggota KUBE. f) Pengembalian dana pengguliran secara utuh kepada kelompok lain yang membutuhkan. g) Membangun kerjasama dan jaringan kemitraan dengan berbagai pihak yang dapat mempercepat keberhasilan KUBE. 6. Indikator keberhasilan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Menurut (Kementerian Sosial RI, 2016: 120) menyatakan indikator keberhasilan KUBE adalah: a. Meningkatnya taraf pendapatan keluarga miskin. b. Meningkatnya kemandirian usaha sosial- ekonomi keluarga miskin.

60

c. Meningkatnya aksesbilitas keluarga miskin terhadap pelayanan sosial dasar dan fasilitas pelayanan publik. d. Meningkatnya kepedulian dan tanggung jawab sosial masyarakat dan dunia usaha dalam penanggulangan kemiskinan meningkatnya ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah masalah kemiskinan. e. Meningkatnya kualitas manajemen pelayanan kesejahteraan sosial bagi keluarga miskin.

Menurut (Hermawati, 2012: 17-18) bahwa kriteria atau indikator keberhasilan KUBE sebagai berikut:

a. Secara umum keberhasilan KUBE tercermin pada meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat disekitarnya. 1) Meningkatnya kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia (pangan, sandang dan papan). 2) Meningkatnya dinamika sosial. 3) Meningkatnya kemampuan dan keterampilan pemecahan masalah. b. Secara khusus perkembangan KUBE ditunjukkan oleh:

61

1) Berkembangnya kerjasama diantara sesama anggota KUBE dan antar KUBE dengan masyarakat sekitarnya. 2) Mantapnya usaha KUBE 3) Berkembangnya jenis kegiatan KUBE. 4) Meningkatnya pendapatan KUBE. 5) Tumbuh berkembangnya kesadaran dan rasa tanggungjawab sosial dalam bentuk pengumpulan dana iuran kesetiakawanan sosial (IKS)

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa Kelompok Usaha Bersama (KUBE) merupakan program pemerintah yang dijalankan oleh Dinas Sosial dan lembaga terkait sebagai usaha dalam penanggulangan kemiskinan, melalui pemberdayaan masyarakat yang sasarannya adalah masyarakat yang berada dalam garis kemiskinan. Kehadiran KUBE merupakan media untuk meningkatkan motivasi warga miskin untuk lebih maju secara ekonomi dan sosial, meningkatkan interaksi dan kerjasama dalam kelompok, mendayagunakan potensi dan sumber-sumber ekonomi lokal, memperkuat budaya kewirausahaan, mengembangkan akses pasar dan menjalin kemitraan sosial ekonomi dengan berbagai pihak yang terkait.

Melalui kelompok, setiap keluarga miskin dapat saling berbagi pengalaman, saling berkomunikasi, saling mengenal, dapat menyelesaikan berbagai masalah dan

62

kebutuhan yang dirasakan. Dengan sistem KUBE, kegiatan usaha yang tadinya dilakukan secara sendiri-sendiri kemudian dikembangkan dalam kelompok, sehingga setiap anggota dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam kegiatan usaha ekonomi produktif, usaha kesejahteraan sosial serta kemampuan berorganisasi.

C. Pelatihan Keterampilan Pelatihan adalah sebagai bagian dari suatu pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih menekankan praktik dari pada teori (Veithzal Rivai,2004:266). Menurutnya pelatihan secara singkat didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan kinerja saat ini dan masa yang akan datang. Hal-hal berikut ini penting untuk mengetahui konsep lebih lanjut, yakni: 1. Pelatihan adalah proses secara sistematis mengubah tingkah laku peserta untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan kemampuan peserta untuk melaksanakan pekerjaan. 2. Program pelatihan formal adalah usaha pemberi kerja untuk memberikan kesempatan kepada peserta pelatihan untuk memperoleh

63

pekerjaan atau bidang tugas yang sesuai dengan kemampuan, sikap dan pengetahuannya.

Menurut (Oemar Hamalik, 2007: 11) pelatihan juga diberikan dalam bentuk bantuan. Bantuan dalam hal ini dapat berupa pengarahan, bimbingan, fasilitas, penyampaian informasi, latihan ketrampilan, pengorganisasian suatu leingkungan belajar, yang pada dasarnya peserta telah memiliki potensi dan pengalaman, motifasi untuk melaksanakan sendiri kegiatan latihan dan memperbaiki dirinya sehingga dia mampu membantu dirinya sendiri. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah pemberian suatu kegiatan yang berisi pengetahuan, ketrampilan, informasi untuk dapat merubah kehidupan seseorang ke arah yang lebih baik. Pelatihan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Kelompok Usaha Bersama ( KUBE ) Lentera dilakukan dengan memberikan suatu pelatihan keterampilan berupa pembuatan kue kembang goyang, dimana kue kembang goyang merupakan kue tradisional nusantara khas Betawi yang keberadaannya hampir punah, padahal pada kenyatannya permintaan pasar masih cukup banyak serta harga jual yang cukup tinggi. Pada program KUBE ini masyarakat dibekali pelatihan pemasaran, pemerintah bersama masyarakat berupaya memberikan kegiatan pemberdayaan agar tercapai suatu keadaan

64

masyarakat yang sejahtera dan terpenuhi segala kebutuhannya.

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Letak Geografis KUBE Lentera terletak di Kelurahan Lenteng Agung Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan DKI Jakarta. Kelurahan ini berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Barat di sebelah utara, Jagakarsa di sebelah barat, Cijantung di sebelah timur dan Kota Adm Depok di sebelah selatan. b. Jumlah Kependudukan Kelurahan Lenteng Agung merupakan daerah padat penduduk, yang terbagi menjadi 10 RW dan 114 RT dengan total jumlah penduduk sebanyak 55.324 jiwa pada tahun 2017. c. Sosial Budaya Masyarakat Kelurahan Lenteng Agung sebagian besar warganya adalah warga asli Betawi yang memiliki warisan kebudayaan dari generasi terdahulu, kebudayaan tersebut tetap dilestarikan seperti Orkes Melayu, Rebana Qasidah dan Vocal Group.

65 66

B. Gambaran Umum Penelitian KUBE Lentera 1. Sejarah Berdiri Kelompok Usaha Bersama (KUBE) merupakan program dari Departemen Sosial melalui Program Kesejahteraan Sosial dalam rangka memantapkan penghapusan kemiskinan. Dilakukan dalam bentuk pemberdayaan keluarga miskin. Salah satunya KUBE Lentera adalah program pemberdayaan keluarga dibidang ekonomi yang sasarannya wanita sebagai penggerak utama baik secara perorangan maupun kelompok dengan modal usaha yang bersumber dari pemerintah, swadaya masyarakat, Lembaga Keuangan Mikro ( LKM ), Koperasi atau Perbankan. Sedangkan KUBE Lentera sendiri terbentuk pada tanggal 1 Maret tahun 2012 dengan di Ketuai oleh Ibu Sri Mulyati dan Bapak Junaedi sebagai pendamping KUBE Lentera hingga sampai saat ini. Usaha bersama kue Kembang Goyang berdiri pada tahun 2011. Ketika itu, Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) mengadakan pelatihan bersama untuk membuat kue, dan di ikuti oleh masyarakat yang masuk kategori PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) di wilayah Jagakarsa. Dan kegiatan tersebut diadakan selama satu minggu. Setelah pelatihan membuat kue selesai dengan permintaan pasar cukup tinggi pada saat itu, maka

67

dibentuk KUBE Lentera. Pada awal pembentukan, para anggota KUBE Lentera membuat kue Kembang Goyang secara bersama-sama dan kemudian dipasarkan secara kolektif. Dengan berjalannya waktu dan saat ini para anggota KUBE Lentera sudah mampu mandiri sehingga diperbolehkan membuat kue Kembang Goyang di rumah masing-masing. Untuk pemasaran produksinya, Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lentera mempunyai prinsip bahwa pasar mereka adalah setiap orang yang mereka ditemui. Melalui KUBE Lentera ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan berfikir para anggota karena mereka dituntut pada suatu kemampuan manajerial untuk megelola usaha yang sedang dijalankan, dan berupaya menggali dan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia di lingkungan untuk keberhasilan kelompoknya. 2. Tujuan a. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari, ditandai dengan meningkatnya pendapatan, meningkatkan kualitas pangan, sandang, kesehatan dan tingkat pendidikan; b. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE dalam mengatasi masalah-masalah yang

68

mungkin terjadi dalam keluarganya maupun dalam lingkungan sosial, c. Meningkatnya kemampuan anggota kelompok KUBE dalam menampilkan peranan-peranan sosialnya. Baik dalam keluarga maupun lingkunga sosialnya. (Departemen Sosial, 2004:52-53) 3. Visi dan Misi Visi: Menjadikan Kelompok Usaha Bersma (KUBE) Lentera sebagai sarana peningkatan kesejahteraan masyarakat. Misi: a. Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk aktif mengikuti KUBE. b. Memberikan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan kondisi lingkungan. c. Menumbuhkan kreatifitas masyarakat untuk mengenali potensi daerahnya. d. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program KUBE. 4. Pendanaan Sumber dana untuk pelaksanaan kegiatan pertama kali berasal dari bantuan modal hibah dari Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp. 20.000.000,- untuk 10 orang anggota pada tahun 2012. Dana digunakan untuk melaksanakan program

69

seperti pembelian gula, minyak goreng dan lain sebagainya dan sisanya untuk kas.

5. Struktur Kelembagaan

Bagan 1.1 Struktur Kelembagaan KUBE Lentera

Ketua KUBE:

Sri Mulyati

Sekertaris:

Indatiah

Bendahara: Hj. Siti Munawaroh

Seksi Pemasaran: Seksi Produksi: Seksi Quality Control: Andi Armawati, Hj. Neneng & Arni Rokiah & Yuliati Nurhayati & Suryati

Sumber : Buku KUBE Lentera

70

6. Organisasi dan Manajemen

Struktur organisasi merupakan suatu bentuk tanggung jawab yang harus dijalankan, dengan struktur

organisasi dapat memberikan tugas pokok terhadap pengurus dan anggotanya. Struktur organisasi sangat tergantung pada kegiatan atau jenis usaha yang dijalankan oleh KUBE Lentera tersebut.

a. Kepengurusan KUBE Lentera Pada hakekatnya KUBE dibentuk dari, oleh dan untuk anggota kelompok. Dan Pengurus KUBE dipilih dari anggota kelompok yang mau dan mampu mendukung pengembangan KUBE, memiliki kualitas seperti kesediaan mengabdi, rasa keterpanggilan, mampu mengorganisasikan dan mengkoordinasikan kegiatan anggotanya, mempunyai keuletan, pengetahuan dan pengalaman yang cukup serta yang penting adalah merupakan hasil pilihan dari anggotanya. b. Keanggotaan KUBE Lentera Anggota KUBE adalah PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) sebagai sasaran program yang telah disiapkan. Jumlah anggota untuk setiap KUBE berkisar antara 5 sampai 10 orang

71

sesuai dengan jenis PMKS. Kemudian Khusus untuk Pembinaan Masyarakat Terasing dan Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh pembentukan KUBE berdasarkan unit pemukiman sosial, artinya suatu unit pemukiman sosial adalah satu KUBE. c. Administrasi KUBE Lentera Untuk dapat berjalan dan berkembangnya KUBE dengan baik, maka pengurus maupun pengelola KUBE perlu memiliki catatan atau administrasi yang baik, yang mengatur keanggotaan, organisasi, kegiatan, keuangan, pembukuan dan lain sebagainya. Catatan dan administrasi KUBE meliputi antara lain buku anggota, buku peraturan KUBE, pembukuan keuangan atau pengelolaan hasil, daftar pengurus dan sebagainya.

7. Program Kegiatan a. Bidang Sosial Pertemuan rutin anggota Kube dan pengumpulan Iuran Kesetiakawanan Sosial (IKS). b. Bidang Ekonomi 1) Memproduksi Kue Kembang Goyang, Kue Akar Kelapa, Rempeyek Kembang Goyang, Biji Ketapang.

72

2) Menyediakan sarana Kebutuhan anggota KUBE. 3) Memperluas networking atau kemitraan.

8. Kemitraan Selain Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta sebagai Pembina KUBE Lentera menjalin kemitraan dengan intansi lain yaitu: a. Dinas Koperasi dan UKM Provinsi DKI Jakarta. b. Dinas Perinduatrian dan Energi DKI Jakarta. c. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan dan KB Jakarta Selatan. d. Tim Penggerak PKK Kecamatan Jagakarsa. e. Asosiasi Kelompok Usaha (AKU) se- Jakarta Selatan. f. Kampus IISIP Jakarta

9. Indikator Keberhasilan KUBE Lentera

Adapun indikator keberhasilan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) secara umum apabila telah teraplikasikannya beberapa prinsip-prinsip pengembangan KUBE di bawah ini:

a. Penentuan Nasib Sendiri b. Kekeluargaan c. Kegotong royongan d. Potensi anggota

73

e. Sumber-sumber setempat f. Keberlanjutan g. Usaha yang berorientasi pasar

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Dalam penelitian ini, berdasarkan hasil penelitian peneliti ditemukan ada beberapa hal pada pelaksanaan program KUBE dalam mencapai pemberdayaan masyarakat khususnya yang dilakukan KUBE Lentera. KUBE Lentera berawal dari adanya keaktifan seorang warga yang berprofesi sebagai Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) di wilayah RW 02 Kelurahan Lenteng Agung, dimana beliau sering berkomunikasi dengan Dinas Sosial DKI Jakarta. Selama menjadi penerima bantuan program KUBE, banyak hal baru yang diterima oleh anggota KUBE Lentera, salah satunya adalah pemberdayaan ekonomi yang anggotanya adalah perempuan. Dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat terdiri dari beberapa bentuk pemberdayaan, antara lain adanya pelatihan, pendampingan, dukungan sosial, lingkungan sosial dan juga pemberian bantuan untuk meningkatkan usaha kue kembang goyang.

Berikut ini peneliti akan memaparkan hasil temuan lapangan baik data wawancara dan observasi yang peneliti lakukan sesuai dengan urutan tahapan pemberdayaan masyarakat yang dikemukakan oleh Isbandi Rukminto Adi.

A. Tahapan Persiapan (enggagement) KUBE Lentera adalah salah kelompok usaha bersama yang berperan aktif dalam upaya penganggulangan kemiskinan di Indonesia dengan

74

75

pembekalan skil atau keterampilan. Pada tahap persiapan ini didalamnya ada dua tahap yang harus dikerjakan adalah menyiapkan petugas pelaksana dan persiapan lapangan. 1. Persiapan Petugas Pelaksana Pemberdayaan yang dilakukan oleh KUBE Lentera lebih menekankan pada keterampilan pembuatan kue kembang goyang. Program ini sudah berjalan kurang lebih sekitar 7 tahun sejak awal berdiri. Program ini dinilai lebih terlihat jelas keberlanjutannya dan lebih mudah dilakukan mengingat para anggota yang bergabung adalah kaum perempuan dan permintaan pasar yang selalu ada bahkan melonjak di acara-acara tertentu. Berikut hasil wawancara dengan Ketua KUBE Lentera yaitu Ibu Sri Mulyati yang menyatakan bahwa: “KUBE Lentera sebenarnya mempunyai banyak keterampilan pembuatan kue kering seperti pembuatan kue kembang goyang, akar kelapa, rempeyek, biji ketapang. Tetapi yang peminatnya cukup banyak itu kue kembang goyang, sehingga oleh sebagian masyarakat menyebutnya sebagai kampung kembang goyang. Selain peminatnya banyak, bahan dan proses pembuatannya cukup mudah, sehingga mudah diterapkan dipahami oleh anggota lainnya ”(Wawancara pribadi dengan Ibu Sri Mulyati Ketua KUBE Lentera,2019).

76

Pelaksanaan program akan berjalan baik jika dilakukan oleh petugas yang profesional dan kompeten di bidangnya. Dalam penelitian ini KUBE Lentera terdapat satu orang pelaksana dan satu pendamping hingga saat ini. Berikut hasil wawancara peneliti dengan pelaksana program yaitu Ibu Sri Mulyati yang menyatakan bahwa: “Untuk petugas pelaksana lapangan baik dalam tutor pelatihan kue kembang goyang maupun kue kering lainnya hanya ada 1 orang saja yaitu saya sendiri, dan untuk pendampingan program ada 1 orang yaitu Bapak Junaedi, keputusan ini juga disepakati oleh pihak Dinas Sosial DKI Jakarta, karena sebelumnya kami berdua sudah lama terlibat dalam program PSM atau Pekerja Sosial Masyarakat” (Wawancara pribadi dengan Ibu Sri Mulyati,2019)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut didapatkan data bahwa dalam pelatihan keterampilan kue kembang goyang dan kue kering lainnya dilakukan oleh 2 orang tutor dimana satu orang pelaksana dan satu orang pendamping program. Mereka merupakan orang yang pertama kali mencetuskan KUBE Lentera hingga bertahan dan berkembang baik sampai saat ini. Kedua pelaksana tersebut merupakan seorang yang ahli dan kompeten dalam bidangnya sehingga tujuan program pemberdayaan tercapai. Penyiapan petugas ini terutama diperlukan untuk menyamakan pendapat

77

antar anggota KUBE, lembaga pemerintahan seperti Dinas Sosial, Kelurahan sebagai pelaku perubahan sosial mengenai pendekatan atau teknik pemberdayaan yang akan dilakukan dalam pelaksanaannya. 2. Persiapan Lapangan Pada umumnya untuk sebuah kegiatan apapun sarana dan prasaran yang memadai sangat diperlukan oleh petugas sesuai dengan tujuan dan harapan yang diinginkan. Jika petugas pelaksana sudah dipersiapkan dengan baik akan tetapi keadaan lapangan atau lokasi sasaran ternyata kurang memadai, maka hal itu akan menyulitkan proses pelaksanaan. Maka dari itu, persiapan lapangan diperlukan dengan tujuan meminimalisir permasalahan baik diawal pelaksanaan maupun pada saat akhir pelaksanaan. Dari hasil wawancara peneliti dengan Ibu Sri Mulyati dan Bapak Junaedi yang menyatakan bahwa: “Berdirinya KUBE Lentera ini gagasan saya (Ibu Sri Mulyati), karena saya sadar lingkungan tempat saya tinggal saat ini khususnya RW 02 Kelurahan Lenteng Agung masih banyak masyarakat yang kaum dhuafa dan tergolong rendah secara ekonomi dan sangat diperlukan pemberdayaan masyarakat. Pada saat itu saya aktif di PKK Kelurahan Lenteng Agung dan saya memang mempunyai basic wirausaha yaitu membuat kue kering. Akhirnya saya merekrut temen dekat saya dulu

78

bernama Ibu Indahtiah dan Ibu Yulianti. Kemudian kami kepikiran untuk membuat kue kembang goyang, sambil mencari sumber modal dari pemerintahan dan merekrut warga

sekitarnya yang tergolong ke dalam kriteria masyarakat yang harus diberdayakan dan ingin bergabung ke dalam kelompok KUBE bentukannya. Salah satu warga yang di rekrut oleh Ibu Sri yang dianggap masuk ke dalam kriteria calon anggota KUBE adalah Ibu Neneng Munawaroh. Kemudian kami mancari orang lainnya untuk diajak menjadi angggota kelompok KUBE dengan usaha Kembang Goyang. Awalnya kenapa kue kembang goyang karena sebelumnya saya memiliki sebuah usaha kue kering, terus saya berfikir dan ingin berinovasi sambil memberdayakan masyarakat dari keterampilan yang saya miliki membuat kue. Saya berfikir untuk jenis usaha apa yang ingin dikembangkan di KUBE Lentera ini, akhirnya saya menemukan ide Kue Kembang Goyang. Kue Kembang Goyang itu merupakan Kue Tradisional Khas Betawi, dan keberadaannya sudah hampir punah, sudah sangat jarang sekali ada orang yang produksi kue tersebut di Jakarta ini padahal peminat pasar masih cukup banyak. Kemudian menetapkan tempat untuk produk kue tersebut, untuk kegiatan sehari- hari. Nah berawal dari situlah KUBE Lentera terbentuk pertama kali dengan keterampilan usaha membuat kue kembang goyang, dan saat ini Alhamdulillah sudah berkembang dan berinovasi menu varian lainnya seperti , biji ketapang, dan rempeyek” (Wawancara dengan Ibu Sri Mulyati,2019).

Kemudian berikut ini hasil wawancara dengan Bapak Junaedi yang menyatakan bahwa:

79

“Betul apa yang dikatakan Ibu Sri Mulyati, berdirinya KUBE Lentera ini sebenarnya berdasarkan kesadaran individu, beliau melihat kondisi dilingkungannya masih banyak

masyarakat yang perlu bantuan, perlu peningkatan secara ekonomi. Akhirnya beliau mengajak teman dekatnya untuk membentuk sebuah kelompok usaha bersama. Kemudian merekrut anggota yang lainnya sesuai dengan kriteria seperti: membutuhkan bantuan atau penyandang masalah kesejahteraan sosial, minat dengan berwirusaha atau berdagang, dan memiliki motivasi untuk berkembang dan maju”(Wawancara dengan Bapak Junaedi, 2019).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut didapatkan data bahwa KUBE Lentera dibentuk atas dasar gagasan keaktifan seorang warga sebagai Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) di wilayah RW 02 Kelurahan Lenteng Agung, dimana ia sering berkomunikasi dengan pihak pemerintahan seperti Dinas Sosial DKI Jakarta. Tujuan dibentuknya KUBE Lentera ini agar masyarakat sekitar tempat wilayahnya yaitu RW 02 menjadi lebih sejahtera dan mandiri disegala aspek. Sebelum KUBE Lentera terbentuk ada beberapa tahap yang perlu disiapkan seperti tempat menyiapkan petugas pelaksana yang akan menghandle semuanya, kemudian persiapan lapangan seperti sasaran program atau anggota kelompok, gagasan menu yang ingin dibuat, tempat utama untuk kegiatan sehari – hari. Dari hasil

80

pengamatan dilapangan, penulis melihat kondisi tempat pembuatan kue kembang goyang cukup sempit, sedikit kotor dan kurang ventilasi udara dan lokasinya juga berada diantara gang yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua. Kondisi ini dapat menghambat pada proses pengembangan usaha karena minimnya sarana dan prasaran yang tersedia. Sedangkan KUBE Lentera beranggotakan 10 orang hingga sampai saat ini, berikut tabel untuk anggota KUBE Lentera adalah : Tabel.2.1 Daftar Anggota KUBE Lentera No. Nama Posisi

Akhmad Junaedi Pendamping 1 Sri Mulyati Ketua KUBE 2 Lentera

Indatiah Sekretaris 3 Hj. Siti Munawaroh Bendahara 4 Andi Armawati Anggota 5 Arni Anggota 6 Rokiah Anggota 7

81

Neneg Munawaroh Anggota 8 Yulianti Anggota 9

Hj. Nurhayati Anggota 10 Suryati Anggota 11

Sumber : Buku KUBE Lentera

B. Tahapan Pengkajian (Assessment) Tahap ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau kebutuhan yang dirasakan dan juga sumber daya yang dimiliki. Dalam melakukan tahapan ini masyarakat atau sasaran program sudah dilibatkan secara aktif agar mereka dapat merasakan bahwa permasalahan yang sedang dibicarakan benar-benar permasalahan yang keluar dari pandangan mereka sendiri. Masalah tersebut adalah terdapatnya keinginan untuk hidup yang lebih baik namun tidak tahu awal mulai darimana, takut akan kerugian dan kegagalan yang akan diterimanya, terbentur masalah modal apabila ingin memulai usaha serta cara memasarkannya hasil produknya. Oleh karena itu melalui KUBE Lentera ini, penerima manfaat atau anggota KUBE Lentera diberdayakan antara lain dengan pelatihan, pendampingan, dukungan sosial, lingkungan sosial, hubungan sosial dan juga pemberian bantuan untuk meningkatkan usaha kembang goyang.

82

Berikut hasil wawancara dengan Ibu Sri Mulyati mengatakan bahwa tujuan dari dibentuknya KUBE Lentera dan program-programnya adalah untuk memberdayakan masyarakat menjadi lebih produktif dan mandiri dengan cara yang mudah untuk diterapkan oleh anggotanya atau masyarakat lainnya. Berikut hasil wawancara dengan Ibu Sri Mulyati Ketua KUBE Lentera:

“Sebelum dibentuk KUBE Lentera ini selalu kami konsultasikan terlebih dahulu kepada kepemerintahan seperti Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa dan Dinas Sosial DKI Jakarta. Selain itu kami selalu koordinasi dengan tokoh masyarakat setempat agar proses pemberdayaan ini dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan dan sasaran kami. Hal ini adalah sangat penting bagi KUBE Lentera, karena posisi kami hanya sebagai penyalur atau fasilitator yang akan membantu dan mendampingi sasaran program untuk mencapai tujuan program. Tahap sebelum pelaksanaan dilakukan analisis dulu kaya SWOTnya. Kekuatannya adalah para anggota yang masih semangat dalam perubahan hidup yang lebih baik, tapi kelemahannya tidak adanya modal awal dalam dan bingung cara memulainya. Kemudian peluangnya kalau ada pemberdayaan seperti ini hidup para anggota pasti lebih baik, terus ancamannya adalah pada produknya yaitu tidak bisa ready stok.” (Wawancara dengan Ibu Sri Mulyati,2019).

83

Dari hasil wawancara diatas, untuk teknik pengkajian diperlukan adanya SWOT dengan melibatkan Kekuatan (Strenght), Kelemahan (Weakness), Kesempatan (Opportunies) dan Ancaman (Threat). Dalam hal ini kelemahan yang terjadi adalah keterbatasan modal dan ketidaktahuan masyarakat untuk merubah kualitas hidup menjadi lebih baik lagi. Sementara kekuatannya terletak pada motivasi atau semangat masyarakat untuk berubah dalam hidupnya menjadi lebih baik. Kesempatannya melalui program pemberdayaan yang dilakukan oleh KUBE Lentera sehingga masyarakat atau anggota KUBE Lentera dapat berdaya dan produktif. Ancamannya terletak pada produk yang dihasilkan dimana produk harus made by order atau tidak dapat ready stock setiap saat, serta untuk pelabelan merek dagang agar lebih terpercaya yang nantinya akan menjadi kekuatan bagi keberhasilan baik untuk KUBE Lentera maupun anggotanya. Kegiatan pengkajian ini dilakukan untuk mengkaji suatu kebutuhan dan keinginan masyarakat disesuaikan dengan karakteristik lingkungan dan kemampuan sumber daya manusia di RW 02. Selanjutnya anggota KUBE Lentera diberdayakan mulai dari pemberian motivasi dan kesadaran, pelatihan, pendampingan untuk menjadi produktif dan mandiri.

84

C. Tahap Perencanaan Alternatif Program (Designing) Pada tahap selanjutnya adalah menyusun rencana kegiatan program yang dilaksanakan sekaligus menanggulangi permasalahan yang muncul. Pada tahap ini, petugas pelaksana dan pendamping adalah agen perubahan secara partisipatif memikirkan program dan kegiatan apa saja yang tepat dilaksanakan pada saat itu. Petugas pelaksana dan pendamping memberikan alternatif program seperti berbagai macam kegiatan keterampilan agar potensi yang ada pada masyarakat berkembang sesuai dengan bakatnya. Namun, pada program yang lebih ditekankan dalam proses pemberdayaan ini dan sekaligus menjadi bahasan dalam penelitian ini adalah keterampilan pembuatan kue kembang goyang. Hal ini sesuai dengan gagasan dari Ibu Sri Mulyati, beliau berkata:

“KUBE Lentera memiliki beberapa keterampilan pembuatan kue kering diantaranya kue kembang goyang, rengginang, akar kelapa, rempeyek, biji ketapang. Namun, yang lebih ditekankan adalah pembuatan kue kembang goyang karena permintaan pasar untuk kue kembang goyang lebih tinggi dari pada kue kering lainnya. Selain itu juga bahan- bahan yang digunakan sangat mudah didapat dan pembuatannya juga sangat mudah. Hanya ada resep tarakan penyajian saja di KUBE Lentera sehingga kue kembang goyang kami memiliki cita rasa yang unik dan berbeda dengan kue kembang goyang lainnya. Oleh karena itu, permintaan pesanan kue kembang goyang di KUBE Lentera selalu overload,

85

apalagi untuk waktu musiman seperti lebaran” (Wawancara dengan Ibu Sri Mulyati,2019).

Kegiatan pertemuan rutin oleh PKK Kelurahan Lenteng Agung sudah sering dilakukan kepada masyarkatnya, oleh karena itu komunikasi antar pemerintah setempat dan warga khususnya RW 02 ini sudah terjalin dengan baik. Berikut adalah hasil wawancara oleh Ibu Sri Mulyati: “Untuk kegiatan masyarakat dari pihak Kelurahan Lenteng Agung memang aktif diadakan, seperti bazar, lomba. Jadi saya kan dulu (PSM) pekerja sosial masyarakat dan aktif juga sebagai PKK di Kelurahan Lenteng Agung, waktu saya ingin sudah memiliki kelompok terdiri dari saya dan beberapa anggota yang sudah bergabung aktif melakukan sosialiasi ke pihak pemerintahan juga, ke Dinas Sosial, kepada RW 02, ada yang gabung dan ada yang engga dan itu wajar” (Wawancara dengan Ibu Sri Mulyati,2019).

Pada tahap ini petugas pelaksana dan pendamping program secara partisipatif mencoba menyadarkan dan mengajak untuk berfikir tentang masalah yang dihadapi dan bagaimana cara mengatasinya secara bersama-sama. Berdasarkan hasil wawancara Ibu Sri Mulyati didapatkan data bahwa program pembuatan kue kering kembang goyang merupakan salah satu solusi bagi permasalahan di masyarakat yang menginginkan kehidupan yang lebih baik karena dapat memberdayakan para anggotanya untuk lebih produktivitas dari segi peningkatan ekonomi melalui usaha

86

kembang goyang ini, akan tetapi terkendala banyak hal seperti mental keberanian keluar zona nyaman, kurangnya pengetahuan, terhambat dengan modal untuk membuka usaha. Dengan demikian program keterampilan kue kembang goyang dari KUBE Lentera dapat menjadi program pilihan atau unggulan yang dapat membantu masyarakat atau anggota KUBE Lentera dalam menciptakan produktivitas yang menghasilkan, agar kehidupannya menjadi lebih baik lagi dan mandiri dari segi manapun.

D. Tahapan Formulasi Rencana Aksi Pada tahap ini petugas pelaksana dan pendamping membantu anggota kelompok KUBE Lentera untuk merumuskan dan menentukan program serta kegiatan apa yang akan dilakukan. Proses pemformulasian ini diajukan dalam bentuk tulisan untuk kemudian dilaporkan kepada penyandang dana yakni Dinas Sosial, Kementerian Sosial, Dinas Koperasi dan UKM DKI Jakarta, Dinas Perindustrian dan Energi DKI Jakarta, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan dan KB Jakarta Selatan, Tim Penggerak PKK Kecamatan Jagakarsa, Asosiasi Kelompok Usaha (AKU) se-Jakarta Selatan, Kampus IISIP DKI Jakarta. Tujuan ini dapat menformulasikan atau merumuskan tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang dicapai dalam program

87

keterampilan pembuatan kue kembang goyang. Berikut pernyataan Ibu Sri Mulyati dan Bapak Junaedi: “Pada tahap awal pelatihan ini adalah

sosialisasi program ke masyarakat sambil mencari anggota yang sesuai, setelah mendapatkan anggota dan terkumpul 10 orang anggota, kemudian para anggota berdiskusi untuk menentukan dalam menjalankan dan memulai usaha pembuatan kue kembang goyang ini. Tugas saya adalah mengajarkan kepada para anggota mulai dari kebutuhan bahan-bahan. Awal pembuatan kue kembang goyang agar lebih kondusif para anggota dikumpulkan menjadi satu tempat yaitu rumah saya (Ibu Sri Mulyati) untuk diajari cara pembuatan kue kembang goyang. Ketika para anggota sudah dapat menguasai teknik pembuatannya dan dirasa bisa sedikit mandiri, maka semua anggota diperbolehkan membuat dirumah masing-masing. Sehingga para anggota dapat menggunakan sarana dan prasarana yang telah disediakan baik dari KUBE Lentera maupun dari lembaga pemerintahan, tujuannya agar para anggota menjadi lebih produktif dalam sehari-hari dan mendapatkan penghasilan tambahan untuk keluarganya” (Wawancara dengan Ibu Sri Mulyati,2019).

Sebagaimana pada pernyataan Bapak Junaedi sebagai pendamping KUBE Lentera: “Iya betul dalam pelatihan pembuatan kue kembang goyang ini sebenarnya untuk membantu masyarakat khususnya anggota KUBE Lentera yang telah terpilih agar mendapatkan hidup yang lebih baik dan sejahtera. Karena warga di RW 02 ini masih banyak yang sangat membutuhkan apalagi

88

untuk kaum perempuan yang menjadi kepala keluarga. Oleh karena itu program ini sangat membantu mereka dalam meningkatkan kualitas kehidupannya, baik dari mempunyai

usaha kue kembang goyang, maupun usaha kue yang sejenis lainnya” (Wawancara dengan Bapak Junaedi, 2019).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan yang akan dilakukan pada program pemberdayaan keterampilan pembuatan kue kembang goyang pada jangka pendeknya adalah diharapkan para anggota KUBE Lentera dapat melanjutkan dan mengembangkan usaha sampai dengan mandiri atau mempunyai hak merek dagang sendiri, sehingga dapat menjadi suatu produk unggulan khususnya makanan tradisional khas adat Betawi. Sedangkan untuk jangka panjangnya adalah agar masyarakat atau para anggota dapat lebih produktif, berkembang, berdaya dan mandiri. Meskipun mayoritas hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga biasa tetapi dapat mempunyai pengasilan dari rumah untuk membantu perekenomian keluarga. Dalam mencapai tujuan tersebut KUBE Lentera melakukan pemberdayaan secara bertahap, seperti fasilitator dan calon penerima program bersama-sama merumuskan tujuan adanya program. Tujuan jangka pendeknya yakni melalui program tersebut diharapkan para anggota KUBE Lentera dapat melanjutkan dan mengembangkan usaha pada sampai pelabelan dengan

89

merk dagang sendiri sebab selama pelatihan berlangsung yang dihasilkan dibawah naungan label KUBE Lentera. sedangkan jangka panjangnya yakni agar para anggota menjadi lebih produktif, mandiri sejahtera dan berdaya. Dalam mencapai tujuan program KUBE Lentera melakukan dengan cara bertahap, mulai dari pemberian sosialisasi program, menyadarkan masyarakat, pemberian motivasi, pelatihan, pendampingan, sampai dengan modal usaha dari Dinas Sosial untuk masyarakat yang berkeinginan kuat untuk melanjutkan hasil pelatihan yang telah diberikan.

E. Tahap Pelaksanaan Program Pada tahap ini merupakan salah satu tahap yang paling penting dalam sukses atau tidaknya program pemberdayaan masyarakat. Karena dibutuhkan kerjasama yang baik antara KUBE Lentera dengan masyarakat, sehingga program pemberdayaan ini dapat berjalan dengan baik tanpa adanya hambatan. Satu cara yang digunakan KUBE Lentera adalah dengan melibatkan seluruh masyarakat agar berperan aktif dan partisipatif dalam segala hal, baik gagasan atau ide maupun tindakan. Berikut pernyataan Bapak Junaedi sebagai pendamping KUBE Lentera: “Pelaksanaan program ini sangat membutuhkan kerjasama antara pihak, kalau sudah program tapi tidak ada warganya ya tidak jalan, begitupun sebaliknya sudah ada

90

warganya tapi tidak ada progran yang sesuai ya bakal sama saja tidak ada kemajuan. Oleh karena itu ketika visi misi sudah sesuai kemudian tinggal action program sesuai

dengan rencana yang dibuat tadi” (Wawancara dengan Bapak Junaedi, 2019).

Tahap pelaksanaan program KUBE Lentera pada keterampilan pembuatan kue kembang goyang adalah dengan memberikan sosialisasi dan pelatihan terlebih dahulu kepada para calon anggota KUBE Lentera selama satu minggu yang dibina oleh Dinas Sosial DKI Jakarta. Pelatihan yang diberikan Dinas Sosial DKI Jakarta yaitu, pelatihan bimbingan teknik dan sosial serta pelatihan keterampilan untuk anggota KUBE Lentera. Selain itu pelatihan yang diberikan oleh KUBE Lentera, antara lain pelatihan kue kembang goyang, pelatihan kemasan yang baik, dan pelatihan pemasaran produk kembang goyang. Pelatihan untuk pendamping juga diadakan dari Dinas Sosial DKI Jakarta untuk menggali potensi dan memotivasi anggota KUBE Lentera dalam melakukan usahanya. Selanjutnya, pendampingan kepada KUBE Lentera sejauh ini dilakukan oleh pendamping, ketua KUBE dan juga Dinas Sosial. Selain dari kerjasama antar pihak, lingkungan yang nyaman juga merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini seperti adanya kegiatan sosial yang diadakan di lokasi KUBE Lentera. Kegiatan tersebut menunjukkan keaktifan dari RW atau Ibu-Ibu PKK di

91

lokasi KUBE Lentera juga membuat anggota KUBE Lentera memiliki akses untuk mendapatkan pemberdayaan masyarakat berupa bantuan dana program KUBE. Selain itu, keterlibatan anggota dalam kegiatan-kegiatan sosial yang diadakan di RW tersebut membuat ketertarikan atau rasa kekeluargaan di KUBE Lentera semakin lebih kuat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Sri Mulyati sebagai berikut: “Awal mulanya kan saya, Bu Indahtiah, dan Yulianti sudah membuat kue kembang goyang, usaha yang berkelompok tetapi masih 3 orang, kemudian kami sambil mencari anggota lainnya, kami aktif ke pemerintahan untuk mencari peluang dalam hal bantuan ataupun pemberdayaan. Akhirnya kami mendapatkan bantuan modal dan pelatihan keterampilan pembuatan kue kering termasuk kembang goyang selama 1 hari. Semua fasilitas ini dari Dinas Sosial, dan pada tahun 2012 kami mendapatkan modal usaha sebanyak 20juta berupa dana hibah, dimana 20 juta itu dibagi dalam 10 orang anggota jadi masing-masing mendapatkan bantuan modal 2juta setiap anggota. Dari 2 juta tersebut kami gunakan untuk membeli bahan baku pembuatan kue kembang goyang seperti terigu, telor, gula pasir, mentega, dan peralatan menggoreng serta mencetak. Nah dari sinilah usaha kembang goyang mulai aktif memproduksi ditempat saya (Ibu Sri Mulyati), semua anggota 10 orang saya kumpulkan dan saya ajarin membuat kue kembang goyang. Saya ajarkan kepara anggota kurang lebih 1 minggu pelatihannya dirumah saya, setelah dirasa mulai dapat memahami teknik pembuatannya dan mampu memproduksi sendiri, barulah

92

mereka dapat memproduksi dirumah masing- masing sesuai dengan kapasitas kemampuan tiap anggota, mulai dari 1 kg sampai 4 kg setiap anggotanya” (Wawancara dengan Ibu Sri

Mulyati,2019).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Sri Mulyati didapatkan data bahwa proses pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yaitu keterampilan pembuatan kue kembang goyang adalah dengan diberikannya sebuah pelatihan mendasar tentang kue kembang goyang dan cara pemasarannya oleh Dinas Sosial DKI Jakarta. Kemudian, untuk melanjutkan tahap binaan Dinas Sosial kelompok usaha bersama atau KUBE dibina dan diberi bantuan berupa modal usaha sebanyak 20juta untuk 10 anggota. Kegunaan modal usaha tersebut langsung digunakan untuk pembelian bahan baku pembuatan kue kembang goyang. Pembuatan kue kembang goyang ini dibuat masih secara manual. Pada awal pelatihan dikediaman Ibu Sri Mulyati dihadiri oleh petugas lapangan dari Dinas Sosial, sehingga pihak pemerintah menyaksikan bagaimana proses pemberdayaan melalui keterampilan ini. Dalam takarannya 1 kilogram adonan terigu dapat menghasilkan sekitar 8 bungkus kembang goyang, dimana 1 bungkusnya berisi 12 buah kembang goyang yang dibandrol dengan harga saat ini sebesar Rp. 15.000,00 setiap bungkus. Saat ini masing-masing anggota setiap harinya dapat memproduksi minimal 3 kilogram adonan, hal ini tergantung dengan jumlah pesanan yang ada. Karena kue

93

kembang goyang merupakan makanan tradisional dan banyak peminatnya diwaktu-waktu tertentu atau even-event, seperti waktu lebaran permintaan pasar terhadap kue kembang goyang dapat meningkat drastis, Lebaran tahun ini 2019 KUBE Lentera mendapatkan pesanan sebanyak kurang lebih 2000 (dua ribu) bungkus yang harus dikerjakan selama bulan Ramadhan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Sri Mulyati dan Ibu Yulianti sebagai berikut: “Kue kembang goyang bukan makanan pokok yang harus disetiap saat, oleh karena itu ketika hari-hari biasanya pesanannya biasa aja, kami lebih sering menerima pesanan ketika ada even-event tertentu seperti nikahan, pengajian, arisan, bazar, dan lebaran. Untuk permintaan pesanan lebaran tahun ini 2019 kami menerima pesanan sekitar 2000 bungkus kue kembang goyang, dimana pembagian tugas ini diserahkan kepara anggota KUBE Lentera sesuai dengan kemampuannya. Tetapi rata- rata masing-masing anggota mampu memproduksi sebanyak 3 kilogram adonan dalam sehari. Dalam 1 kilogram dapat menghasilkan 8 bungkus kue, dan harga setiap bungkus sebesar 15.000 rupiah. Lebaran tahun ini 2019, Alhamdulillah ibu mendapatkan orderan sebanyak 5000 bungkus, kita kan KUBE jadi setiap ada orderan kita kerjakan bersama-sama. Jadi pembagian kerjanya adalah saling membuat setiap anggota kelompok sesuai kapasitas anggota, rata-rata tiap anggota ambil 20 sampai 40 bungkus para anggota. Kemudian hasilnya dikumpulkan atau disetor ke saya. Yang jadi keunikan resep di KUBE kami adalah takaran pembuatan adonan

94

yang sesuai sehingga cita rasa selalu terjaga” (Wawancara dengan Ibu Sri Mulyati,2019).

Sama halnya seperti pernyataan ibu Yulianti sebagai berikut: “Kalu untuk tahap pembuatan kue kembang goyang sangat mudah mas, semua berawal dari belajar dulu. Pertama bikin adonan sesuai takaran, terus dicetak pakai cetakan manual sambil digoreng. Iya cukup mudah sih cara pembuatannya, namun yang susah itu cari pelanggan yang banyak biar setiap hari para anggota juga dapat produksi, jadi tidak waktu musim-musim tertentu aja yang banyak pesanan” (Wawancara dengan Ibu Yulianti, 2019)

Pada proses pelaksanaan pembuatan kue sebenarnya tidak terlalu sulit diimplementasikan karena proses pembuatan cukup mudah. Pada hasil lapangan ditemukan bahwa tidak ada pembagian kerja yang spesifik, pembagian kerjanya adalah semua anggota produksi kue kembang goyang dirumah masing-masing. Dalam pelaksanaan ada beberapa hal yang menjadi hambatan diantaranya untuk mengembangkan usaha kembang goyang menjadi lebih luas lagi ada beberapa kendala yaitu, tidak adanya merek atau label pada kemasan, karakteristik produk yang mudah hancur ketika ada pengiriman pesanan dengan jarak jauh, dan kondisi produk yang ready to eat dan made by order. Persediaan produk tidak bisa selalu tersedia karena kue kembang goyang ini termasuk jenis makanan yang rentan hancur dan melempam,

95

sehingga untuk pemesanan biasanya dengan sistem Pre Order atau PO agar cita rasa kue kembang goyang buatan KUBE Lentera tetap stabil terjaga dan selalu renyah. Berikut ini hasil wawancara dengan Ibu Sri Mulyati dan Bapak Junaedi, sebagai berikut: “Ada beberapa hambatan yang sampai saat ini masih terabaikan yaitu pelabelan kemasan, saya sudah sering menginformasikan kepada para anggota bagaimana pentingnya merek, namun pada kenyataannya belum semua anggota dapat mengaplikasikannya. Jadi terkadang ada kemasan yang kita kasih merk di bagian penutupnya, tetapi banyak yang belum bermerk polos seperti biasa. Hal ini otomatis pemasaran produk dari KUBE Lentera sedikit terhambat. Selain itu mungkin hambatan ini sudah umum ya kaya modal, dan Alhamdulillah kelompok KUBE Lentera ini bisa dapetin bantuan modal usaha berupa dana hibah dari Dinas Sosia. Akhirnya bisa berjalan sampai saat ini” (Wawancara dengan Ibu Sri Mulyati,2019).

Selain menurut Ibu Sri Mulyati yang sebagai ketua KUBE Lentera, berikut ini ada pernyataan menurut Bapak Junaedi sebagai pendampingnya, yaitu: “Kesadaran akan anggota masih kurang terhadap nama merek, jadi mereka masih mengganggap merk itu tidak penting. Jadi mindset anggota KUBE Lentera masih banyak yang belum terbuka luas wawasannya, mereka hanya fokus untuk produksi saja tapi belum tau cara mengembangkan usaha seperti apa” (Wawancara dengan Bapak Junaedi, 2019).

96

Berdasarkan hasil wawancara diatas didapatkan data bahwa pelaksanaan keterampilan pembuatan kue kembang goyang sebenarnya cukup mudah dilakukan. Mulai dari bahan baku, teknik pembuatan kue, dan pemasarannya, karena hal ini sudah mereka bentuk dari awal merintis. Namun, ada satu kendala yaitu cara bagaimana mempunyai suatu brand atau merek yang pada faktanya dalam dunia usaha adalah hal pokok. Menurut penulis, KUBE Lentera pada usaha kue kembang goyang sudah mempunyai ciri khas tersendiri karena mereka mempunyai resep dapur yang sudah turun menurun dari nenek moyangnya sehingga rasa yang dihasilkan sangat lembut dan renyah. Hal ini dapat menjadi acuan dalam membuat brand bagi KUBE Lentera. Selain hambatan terhadap merek, ada satu hambatan lagi menurut penulis berdasarkan fakta dilapangan yaitu sifat ketergantungan akan bantuan pemerintah atau Dinas Sosial, dimana hal semacam ini akan sangat menghambat perkembangan usaha dalam jangka panjang.

F. Tahapan Evaluasi Program Tahap ini merupakan proses pengawasan dari petugas pelaksana dan pendamping serta pihak Dinas Sosial DKI Jakarta terhadap program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan. Keterlibatan aktif pada tahal ini diharapkan mampun membentuk sistem dalam masyarakat untuk melakukan pengawasan internal

97

sehingga dalam jangka panjang masyarakat dapat lebih mandiri dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Pada KUBE Lentera terdapat beberapa prinsip- prinsip yang digagas dalam pengembangan KUBE. Secara umum, prinsip-prinsip pengembangan KUBE tersebut dikatakan terwujud apabila dapat teraplikasikan kedalam perjalanan KUBE dikemudian hari. Atas dasar ini, untuk mengetahui keberhasilan prinsip-prinsip pengembangan KUBE tersebut, maka penulis akan menganalisis Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lentera untuk mengetahui indikator keberhasilannya, sebagai berikut: 1. Penentuan Nasib KUBE Lentera Berdasarkan tujuan pembentukan Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) oleh Kementrian Sosial Republik Indonesia (Kemensos RI), yakni dengan harapan untuk meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), agar dapat menikmati kehidupan secara layak dan berperan dalam pembangunan dalam upaya untuk menghapus kemiskinan. Pembentukan KUBE dimulai dengan proses pembentukan kelompok sebagai hasil dari bimbingan sosial, pelatihan keterampilan berusaha, bantuan stimulans dan pendampingan. Kesemua perangkat bantuan tersebut diberikan kepada KUBE yang telah terbentuk, bersifat sukarela atau

98

sebagai bantuan dana hibah, yang artinya bukan pinjaman atau pun kredit. Atas dasar itu, kini penentuan hak untuk menentukan keberhasilan nasib sendiri atau keberhasilan KUBE yang telah dibangun berada pada genggaman masing-masing individu yang terlibat dalam pembentukan KUBE meliputi seluruh anggota, pendamping dan pemerintah. Dengan diberikan dana yang bersifat hibah, diharapkan bagi penerima bantuan, untuk mengembangkan dan menggulirkan kepada warga masyarakat lain yang perlu dibantu demi tecapainya tujuan dari Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Jika melihat pada perjalanan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lentera yang dibentuk pada tahun 2011 yang lalu hingga saat ini masih tetap survive, maka dipastikan bahwa KUBE Lentera yang berada dibawah naungan wilayah Jagakarsa, telah menentukan nasibnya yang positif yakni tetap survive dan berhasil berkembang selama empat tahun setelah masa pembentukannya. Konsep hak untuk menentukan nasib sendiri (The Right of Self Determination) merupakan hak asasi manusia (HAM) untuk melakukan kebebasan sesuai kehendaknya tanpa adanya tekanan atau paksaan serta ancaman dari

99

pihak lain yang dianggap menghalangi kebebasan tersebut. (Ratna Sari, 2014:1). Hak untuk menentukan nasib sendiri merupakan kebebasan yang telah diberikan oleh pemerintah melalui dana bantuan hibah. Artinya, pemerintah tidak memberatkan atau mempersulit masyarakat yang tergolong ke dalam PMKS untuk mengganti dana bantuan tersebut di kemudian hari. Namun, pemerintah berupaya mengarahkan masyarakat yang tergolong ke dalam PMKS yang menerima bantuan dana hibah tersebut, agar memanfaatkan pemberian bantuan tersebut dengan sebaik-baiknya sebagai upaya peningkatan kualitas hidup agar dapat keluar dari golongan-golongan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Penentuan nasib yang positif dilakukan oleh KUBE Lentera merupakan hak kolektif. Seluruh anggota turut terlibat dalam penentuan arah keberhasilan. Tidak memandang ras, etnis, bahkan agama dimana penentuan nasib tersebut diaplikasikan melalui pembentukan sistem pemerintahan organisasi KUBE tersendiri, memiliki aturan-aturan internalnya sendiri, peran dan wewenang keanggotaan KUBE dengan metode yang dianggap cocok, untuk mengejar peningkatan ekonomi, sosial dan budaya mereka sendiri. Keberhasilan KUBE Lentera dalam memanfaatkan

100

bantuan dana dari pemerintah merupakan salah satu perwujudan dari hak asasi manusia (HAM) untuk menentukan nasibnya sendiri. 2. Prinsip Kekeluargaan

Melihat indikator keberhasilan yang diraih oleh Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lentera saat ini berdasarkan kebertahanan organisasi KUBE Lentera dan semakin berkembangnya usaha yang dijalankan hingga masuk ke beberapa market tekemuka, maka secara tidak langsung dapat memberikan gambaran bahwa budaya kekeluargaan yang terjalin dalam organisasi tersebut berjalan dengan baik. Sebab, tidak ada keberhasilan suatu organisasi atau perkumpulan dengan beragam karakter, sikap dan perilaku tanpa didasari oleh sikap kekeluargaan seperti sikap tenggang rasa, peduli, mengedepankan perdamaian, saling bekerja sama dan saling membantu satu sama lain. Berikut ini hasil wawancara dengan Ibu Sri Mulyati sebagai ketua KUBE Lentera, yaitu:

“Sistem disini tidak adanya paksaan sama sekali, saya sebagai ketua sudah menyadarkan, mengajak dan mendampingi masyarakat yang ingin berubah agar lebih baik lagi dan sejahtera. Indikator ini kan juga sudah tertera dari Kemensos, bersifat kekeluargaan dalam artian saling terbuka,

101

peduli dan saling membantu. Misalkan, jika pesanan anggota ini lagi banyak kita bantu membuatnya, atau anggota itu sedang tidak bisa kita yang handle. Keluarga disini tidak

hanya dalam KUBE aja, tetapi lingkungan sosial juga harus dimiliki sifat kekeluargaan ini” (Wawancara dengan Ibu Sri Mulyati, 2019)

Secara sadar maupun tidak sadar, prinsip kekeluargaan yang telah dibangun diantara sesama anggota dan lingkungannya membawa KUBE Lentera kepada keberhasilan usaha, organisasi dan ke dalam berbagai lini kehidupan lainnya. Juga, nilai seperti ini secara otomatis turut menumbuhkan suatu semangat dan sikap kerja tanpa pamrih dalam mewujudkan keberhasilan Program KUBE.

3. Prinsip Kegotong Royongan

Dalam pengertiannya, gotong royong berarti menuntut perlu adanya kebersamaan dan semangat kebersamaan diantara sesama para anggota KUBE. Dalam prinsip tidak saling menonjolkan adanya perbedaan antara atasan dan bawahan, tetapi lebih mengedepankan kebersamaan diantara sesama anggota.

Jika merujuk pada pengertian tersebut, maka berdasarkan temuan yang kami dapati di lapangan bahwa KUBE Lentera sangat

102

mengedepankan jiwa kebersamaan dan saling membantu satu sama lain sesama anggota. Karena sesungguhnya, makna dari bergotong royong itu sendiri adalah manusia tidak dapat hidup sendiri, melainkan harus bersama orang lain karena manusia merupakan makhluk sosial. Tanggung jawab bersama (terlebih saat ini sudah memiliki kelompok tersendiri yakni KUBE Lentera) yang menyangkut kepentingan orang banyak tidak hanya dipikul oleh orang tertentu saja, melainkan semua orang ada di dalamnya harus turut terlibat.

Dalam satu kejadian misalnya. Ketika pesanan kue Kembang Goyang sedang banyak seperti di bulan Ramadhan menjelang Idul Fitri seperti saat ini, maka sikap kebersamaan, saling melengkapi dan saling membantu sangat terlihat sekali. Berjalannya usia ke 8 tahun KUBE Lentera, telah membuahkan hasil yang positif dimana para anggota sudah dikatakan mandiri, memiliki market masing-masing tanpa ketergantungan oleh ketua atau anggota lain. Maka ketika pesanan kue Kembang Goyang sedang banyak, maka pesanan tersebut di bagi-bagikan kepada anggota yang lain (yang sedang tidak banyak pesanan) untuk membantu penyelesaian produksi demi ketepatan waktu pemesanan, meringankan beban, lebih

103

efisien waktu dan secara otomatis menambah kokohnya rasa persatuan dan kesatuan sesama anggota KUBE. Hal ini dilakukan kerena, minimnya tenaga kerja dalam usaha bersama kue Kembang Goyang. Berikut hasil wawancara dengan salah satu anggota KUBE Lentera yaitu Ibu Rokiah yang berpendapat:

“Pokoknya orang-orangnya di KUBE Lentera mah baik-baik mas, kalau ada kesusahan saling dibantu, orderan sedikit dicarikan orderan, orderan banyak ya kita bagi-bagi tugas produksinya. Makanya tidak ada beban disini, justru kebalikannya dapat pengalaman banyak jadi tau cara dagang gimana, cari pelanggan gimana, terus ikutan kegiatan-kegiatan RW juga. Cuma harapan yang dari dulu belum terwujud Cuma satu mas belum ada toko yang bisa buat pelanggan dateng langsung, sekarang kan Cuma dirumah Ibu Sri atau dirumah anggota lainnya, mencar-mencar gitu” (Wawancara dengan Ibu Rokiah, 2019 )

4. Prinsip Potensi Anggota Melalui strategi pemberdayaan (empowering) yang selalu menginginkan hasil keberlanjutan, bukan yang bersifat sementara. (Muhtadi dan Tantan Hermansah, 2012:10). Maka yang menjadi sasaran utama dari program KUBE ini adalah mengubah paradigma dan spirit masyarakat, dari sifat malas, pasif, dan pasrah,

104

menjadi penuh semangat, motivasi, dan akhirnya tumbuh keinginan dan semangat untuk bekerja. Hal ini kini terjadi oleh anggota-anggota KUBE Lentera yang sekarang mempunyai semangat tinggi dalam berwirausaha setelah di awal masa pembentukan telah diberikan motivasi dan pelatihan dari program KUBE. Seluruh potensi tersebut sebenarnya di miliki oleh seluruh manusia apabila dapat di kelola dengan benar. Untuk iut, seiring berjalannya waktu, kini KUBE Lentera telah berkembang menjadi salah satu bentuk Usaha Kecil Menegah (UKM) yang memproduksi makanan khas Betawi yaitu kue Kembang Goyang di tengah masyarakat perkotaan yang serba modern yang semakin hari makanan khas Betawi kian memudar keberadaannya. Namun, berkat potensi- potensi yang di miliki oleh anggota-anggota KUBE Lentera yang di dominasi oleh kaum hawa, akhirnya makanan khas Betawi tersebut dapat kembali muncul atas keberadaan KUBE Lentera yang memproduksi kue Kembang Goyang. 5. Prinsip Keberlanjutan KUBE merupakan salah satu program pemberdayaan dari pemerintah yang sifatnya berkelanjutan. Hal terpenting dalam suksesnya Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lentera ini adalah masih dapat berkembang hingga saat ini

105

sejak masa pembentukan pada tahun 2011. KUBE Lentera merupakan program yang berkelanjutan karena saat ini, anggota yang telah di bina dapat berwirausaha secara mandiri. Artinya, keberlanjutan usaha KUBE Lentera telah memberikan nilai positif kepada masyarakat, terkhusus anggotanya karena saat ini telah dapat berdaya dengan mempunyai pasar atau marketnya masing-masing dan tidak ketergantungan kepada salah satu anggota lain. Jika melihat perkembangan KUBE Lentera yang telah berjalan selama 8 tahun terakhir, yang di ketuai oleh Ibu Sri dan Bapak Junaidi selaku Pendamping, maka sudah dapat dikatakan KUBE Lentera mampu memberdayakan masyarakat sekitar minimal dalam lingkup RT dan RW, tempat KUBE Lentera berada. Berikut hasil wawancara dengan Bapak Junaedi selaku pendamping KUBE Lentera: “KUBE Letera termasuk dalam KUBE Mandiri karena kami (Ibu Sri Mulyati dan Bapak Junaedi) tidak jarang diundang untuk mendampingi KUBE diluar sana yang masih merintis. Setiap tahunnya banyak anggota- anggota baru yang bergabung dengan kami, karena mereka ingin belajar dan berubah akhirnya kami ajarkan hingga sampai sini semakin kita berbagi kepada orang lain, Alhamdulillah usaha kembang goyang ini semakin meningkat pesanannya” (Wawancara dengan Bapak Junaedi, 2019)

106

Berkat usaha Kembang Goyang yang dijalankan oleh Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lentera, saat ini setiap tahunnya terdapat peningkatan anggota-anggota baru yang Ibu Sri bina (diluar dari anggota KUBE Lentera) dengan keterampilan cara pembuatan kue Kembang Goyang. Keberhasilan KUBE Lentera dalam memanfaatkan pemberian modal bantuan usaha oleh pemerintah telah membawa KUBE Lentera kepada tahap yang lebih mapan. Keinginan untuk menjadikan KUBE Lentera menjadi Koperasi merupakan indikator keberhasilan pada prinsip keberlanjutan yang terjadi oleh KUBE yang memproduksi kue Kembang Goyang ini. 6. Prinsip Usaha yang berorientasi pasar Budaya masyarakat Indonesia saat ini terkenal dengan tingginya angka konsumtifitas masyarakat. Sehingga untuk pemasaran dari produk kue Kembang Goyang tidak mengalami kesulitan yang terlalu berarti. Ditambah lagi dengan kesiapan dan kerapihan konsep pemasaran yang dilakukan oleh ketua dan pendamping dari KUBE Lentera yakni Ibu Sri dan Bapak Junaidi sehingga orientasi kepuasan pelanggan, produksi, penjualan, serta pemasaran sudah mampu menembus pasar-pasar yang berada di Jabodetabek dan luar Jakarta. Dengan latar belakang profesi Ibu Sri sebagai

107

wirausahawan, tidak memberikan kesulitan dalam tahap pemasaran. Untuk itu, penting bagi calon anggota KUBE lainnya untuk memiliki jiwa berwirausaha yang kuat demi kemudahan dalam menjalankan usaha bersama. Dalam menjalankan usaha bersama, orientasi pesaing ini harus berjalan bersamaan dengan orientasi pelanggan, yaitu bagaimana caranya memenangkan persaingan namun tetap dengan memuaskan keinginan pelanggan. Keseimbangan antara orientasi pelanggan dan pesaing diluar sana menjadi sangat penting dalam KUBE Lentera, karena pesaing diluar (lebih kepada jenis usaha lain) lebih luas dan juga memiliki daya tarik yang menarik. Usaha kue Kembang Goyang menjadi sebuah pilihan karena selain mengupayakan pelestarian makanan khas Betawi yang kian hari kian tergerus dengan makanan lainnya atau bahkan makanan luar negeri, namun juga memberikan peluang besar untuk dikembangkan. Kesulitan masyarakat baik masyarakat dari luar Jakarta ataupun mancanegara ketika datang ke Jakarta dalam mencari makanan khas Betawi memberikan peluang besar bagi KUBE Lentera untuk mengembangkan makanan tersebut. Dapat dikatakan bahwa market atau pasar untuk memasarkan usaha tersebut sudah tersedia

108

namun yang memproduksi kue Kembang goyang atau makanan khas Betawi minim sehingga memunculkan ide dan gagasan untuk mengembangkan usaha kue Kembang goyang dan makanan khas Betawi lainnya seperti biji ketapang dan rempeyek. Untuk dapat tembus ke market terkemuka, KUBE Lentera berupaya untuk menyajikan kue Kembang Goyang dengan cita rasa yang fresh, berbeda, dan unik dengan mengikuti keinginan pasar masa kini. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu Sri Mulyati sebagai berikut:

“Awal-awal pemasaran kita dibantu sama Dinas Sosial, sering ikut bazar sana sini, ikut perlombaan, mulut ke mulut. Alhamdulillah waktu pertama kali kami Juara II pada tahun 2012. Itu prestasi pertama KUBE Lentera, nah hal ini semakin membuat semangat para anggota lainnya untuk terus belajar lagi dan lagi. Promosi dan promosi sana sana, hal ini juga dilakukan oleh anggota lainnya. Sampai akhirnya sekarang kami sudah memilik pelanggan cukup banyak, dan ketika pesan dalam jumlah yang banyak dan pesan hanya melalui mobile aja. Saat ini kita belum online, ada sih Instagramnya, tapi belum ada yang mengelolahnya, karena sebagian anggota

109

juga belum paham terkait teknologi. Dan alhamdulillah saat ini setiap anggota sudah memiliki penghasilan setiap bulannya rata- rata 5juta rupiah dengan jumlah laba sekitar 3 juta” (Wawancara dengan Ibu Sri Mulyati, 2019)

Secara garis besar, pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lentera dirasa telah memberikan Output atau hasil yang baik. Artinya, proses dimulai dari awal pembentukan hingga memproduksi suatu barang telah mampu meningkatkan pendapatan para anggota. Saat ini, indikator keberhasilan suatu usaha dinilai dari faktor atau unsur jumlah pendapatan materil semata. Maka, berdasarkan data yang kami dapat, usaha kue Kembang Goyang yang dilakukan oleh KUBE Lentera, dapat memperoleh pendapatan kotor minimal 5 juta rupiah per bulan tiap anggota sedangkan penghasilan bersih sekitar 3 juta rupiah. Pendapatan dari usaha merupakan indikator keberhasilan sebab jika melihat kesejahteraan anggota KUBE sebelum memutuskan membentuk KUBE di tahun 2011, para anggota hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan bekerja sampingan sebagai buruh cuci, dimana pendapatan

110

atau penghasilan tidak menentu atau hanya stagnan dengan penghasilan seperti itu di tiap bulannya. Disamping keberhasilan dari segi ekonomi, para anggota juga mampu menjalin hubungan kerjasama dalam kelompok serta meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam memecahkan masalah kesejahteraan sosial. Outcome atau dampak sosial menunjukkan bahwa keberadaan KUBE Lentera mampu meningkatkan rasa kebersamaan dalam berusaha, mampu meningkatkan kepedulian dalam penanganan permasalahan sosial di masyarakat, mampu mengelola dana IKS (Iuran Kesetiakawanan Sosial) untuk kesejahteraan masyarakat. Dampak ekonomi dapat meningkatkan kesejahteraan anggota (mampu membiayai sekolah) dapat memberikan pinjaman modal usaha bagi masyarakat non anggota KUBE, memberikan peluang kerja bagi anggota non KUBE Lentera untuk bekerja di usaha KUBE Lentera (kue kembang goyang).

G. Tahap Terminasi Program Tahap ini merupakan tahap “pemutusan” hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dalam suatu program pemberdayaan masyarakat tidak jarang dilakukan, bukan karena masyarakat sudah dapat dianggap

111

mandiri namun lebih karena proyek sudah harus dihentikan karena setiap proyek mempunyai masa kerja tersendiri. Berdasarkan hasil lapangan, pada tahap ini KUBE Lentera belum sepenuhnya melakukan terminasi. KUBE Lentera akan selalu memonitoring para anggota KUBE, bahkan melakukan perekrutan anggota-anggota baru untuk memperluas jaringan market dan menambah sumber daya manusia mengingat pesanan kue kembang goyang semakin hari semakin meningkat. Meskipun para anggota sudah dapat dikatakan berhasil dan mandiri, namun KUBE Lentera tetap melakukan monitoring guna untuk memberikan motivasi, inovasi dan informasi-informasi terbaru yang berguna untuk mengembangkan usaha kue kembang goyang tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak Junaedi sebagai pendamping dan Ibu Neneng Munawaroh sebagai salah satu anggota KUBE Lentera : “Setelah masa pembinaan selesai, pihak kami katakanlah lembaga akan selalu memonitoring, entah dalam hal informasi, motivasi, pemasaran, bazar, perlombaan, bahkan pelatihan-pelatihan tambahan untuk menunjang KUBE Lentera kedepannya. Oleh karena itu, banyak KUBE lainnya juga belajar di KUBE Lentera agar dapat berhasil dan berkembang” (Wawancara dengan Bapak Junaedi, 2019)

112

Sama halnya seperti wawancara dengan Ibu Neneng Munawaroh sebagai berikut:

“Yaa mas, kan setelah didampingin mulai dari

cara bikin kue nya gimana, cara ngepakinnya, pasarinnya kemana, terus kita para anggota dikasih tau cara mengatur keuangannya juga, aktif ikut bazar sana sini, kadang ada info pelatihan-pelatihan juga, tapi gak semua anggota ikut, tapi nanti anggotanya sharing ke anggota lainnya ilmu apa yang udah didapetin. Ya pokoknya kita masih tetap di kontrol sama Kelurahan, Kecamatan, Dinas Sosial. Cuma ada 1 harapan kita semua mas, kita ingin sekali punya toko yang isinya nanti makanan- makanan khas Betawi yang bisa buat oleh-oleh para wisatawan gitu. Kalau untuk KUBE Lentera mah sangat membantu sekali buat meningkatkan taraf hidup warga sekitarnya ya, bersyukur banget saya bisa ikut bergabung dari awal 2011 sampai sekarang. Apalagi kan saya hidup sendiri, jadi hasil yang saya dapatin setiap bulan sudah lebih dari cukup mas. (Wawancara dengan Ibu Neneng Munawaroh, 2019).

113

Pada tahap terminasi ini baik, pengurus, pendamping, dan anggota KUBE Lentera berharap agar KUBE Lentera dapat terus berjalan dan menjadi lebih baik dalam proses memberdayakan masyarakat. Meskipun masa kerja KUBE Lentera sudah berakhir, tetapi para anggota tetap masih dalam binaan Dinas Sosial DKI Jakarta. Sampai saat ini pihak pemerintah selain Dinas Sosial baik Dinas Perhubungan, Kementerian UMKM sering mengadakan pelatihan-pelatihan terkait pengembangan usaha. Hal ini dapat menjadi ilmu yang sangat berguna bagi KUBE Lentera agar dapat berkembang lebih baik lagi kedepannya. Hasil wawancara kepada salah satu anggota KUBE Lentera yaitu Ibu Neneng Munawaroh bahwa dengan adanya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan KUBE Lentera sangat membantu perekonomian keluarga dan sudah bagus dapat berkembang sampai saat ini. Untuk para masyarakat luar sangat dibolehkan bergabung dengan KUBE Lentera, karena pada dasarnya KUBE Lentera masih kekurangan sumber daya manusia mengingat pesanan yang masuk setiap harinya semakin meningkat. Jadi, KUBE Lentera tidak semat-mata melepas anggotanya begitu saja meskipun anggota tersebut sudah mampu mandiri, hal ini sangat berorientasi pada tercapainya tujuan dari pemberdayaan masyarakat itu sendiri baik tujuan jangka pendek dan jangka panjang.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa temuan penelitian bahwa program keterampilan pembuatan kue kembang goyang oleh KUBE Lentera dapat dikatakan berhasil dalam memberdayakan masyarakat dan pencapaiannya sesuai dengan tahap pemberdayaan. Pemberdayaan tersebut telah mencakup tujuh tahapan pemberdayaan menurut teori Isbandi Rukminto Adi, dimana ketujuh tahapan yang telah dilakukan KUBE Lentera adalah: 1. Tahap Persiapan: pada tahap ini KUBE Lentera melakukan persiapan mulai dari persiapan petugas dan persiapan lapangan. Petugas pelaksana pada program ini adalah ketua dan pendamping KUBE Lentera yang bertugas menjadi fasilitator dalam pemberdayaan masyarakat melalui keterampilan pembuatan kue kembang goyang. Selain persiapan lapangan dalam hal sarana dan prasarana juga sangat penting, dimana pada program ini berlokasi di kediaman ketua KUBE Lentera yang dijadikan sebagai sekretariat. 2. Tahap Pengkajian (Assessment): dalam melakukan tahapan ini masyarakat atau sasaran program sudah dilibatkan secara aktif agar

114

115

mereka dapat merasakan bahwa permasalahan yang sedang dibicarakan benar-benar permasalahan yang keluar dari pandangan mereka sendiri. Masalah tersebut adalah terdapatnya keinginan untuk hidup yang lebih baik namun tidak tahu awal mulai darimana, takut akan kerugian dan kegagalan yang akan diterimanya, terbentur masalah modal apabila ingin memulai usaha serta cara memasarkannya hasil produknya. Oleh karena itu melalui KUBE Lentera ini, penerima manfaat atau anggota KUBE Lentera diberdayakan antara lain dengan pelatihan, pendampingan, dukungan sosial, lingkungan sosial, hubungan sosial dan juga pemberian bantuan untuk meningkatkan usaha kembang goyang. 3. Tahap Perencanaan Alternatif Program: pada tahap ini petugas pelaksana dan pendamping program secara partisipatif mencoba menyadarkan dan mengajak untuk berfikir tentang masalah yang dihadapi dan bagaimana cara mengatasinya secara bersama-sama. Dengan demikian program keterampilan kue kembang goyang dari KUBE Lentera dapat menjadi program pilihan atau unggulan yang dapat membantu masyarakat atau anggota KUBE Lentera dalam menciptakan

116

produktivitas yang menghasilkan, agar kehidupannya menjadi lebih baik lagi dan mandiri dari segi manapun. 4. Tahap Formulasi Rencana Aksi: pada tahap ini petugas pelaksana dan pendamping membantu anggota kelompok KUBE Lentera untuk merumuskan dan menentukan program serta kegiatan apa yang akan dilakukan. Program keterampilan pembuatan kue kembang goyang pada jangka pendeknya adalah diharapkan para anggota KUBE Lentera dapat melanjutkan dan mengembangkan usaha sampai dengan mandiri atau mempunyai hak merek dagang sendiri, sehingga dapat menjadi suatu produk unggulan khususnya makanan tradisional khas adat Betawi. Sedangkan untuk jangka panjangnya adalah agar masyarakat atau para anggota dapat lebih produktif, berkembang, berdaya dan mandiri. Meskipun mayoritas hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga biasa tetapi dapat mempunyai pengasilan dari rumah untuk membantu perekenomian keluarga. 5. Tahap Pelaksanaan Program : Program KUBE Lentera pada keterampilan pembuatan kue kembang goyang adalah dengan memberikan sosialisasi dan pelatihan terlebih dahulu kepada para calon anggota KUBE Lentera selama satu

117

minggu yang dibina oleh Dinas Sosial DKI Jakarta. Pelatihan yang diberikan Dinas Sosial DKI Jakarta yaitu, pelatihan bimbingan teknik dan sosial serta pelatihan keterampilan untuk anggota KUBE Lentera. Selain itu pelatihan yang diberikan oleh KUBE Lentera, antara lain pelatihan kue kembang goyang, pelatihan kemasan yang baik, dan pelatihan pemasaran produk kembang goyang. Pelatihan untuk pendamping juga diadakan dari Dinas Sosial DKI Jakarta untuk menggali potensi dan memotivasi anggota KUBE Lentera dalam melakukan usahanya. Ada beberapa hambatan dalam program ini yaitu belum adanya merek dagang pada usaha ini, dan sebagain anggota belum memahami arti merek dagang tersebut, kemudian ada satu hambatan lagi menurut penulis berdasarkan fakta dilapangan yaitu sifat ketergantungan akan bantuan pemerintah atau Dinas Sosial, dimana hal semacam ini akan sangat menghambat perkembangan usaha dalam jangka panjang. 6. Tahap Evaluasi: Tahap Evaluasi dalam penelitin ini dapat dilihat dari beberapa indikator keberhasilan dimana pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Lentera dirasa telah memberikan Output atau hasil yang

118

baik. Artinya, proses dimulai dari awal pembentukan hingga memproduksi suatu barang telah mampu meningkatkan pendapatan para anggota. Saat ini, indikator keberhasilan suatu usaha dinilai dari faktor atau unsur jumlah pendapatan materil semata. Selain itu keberhasilan KUBE Lentera terlihat dari hasil lomba-lomba yang diikuti dan kue kembang goyang ini menjadi program unggulan serta terlihat keberlanjutannya dibandingkan program lain. 7. Tahap Terminasi: pada tahap ini KUBE Lentera belum sepenuhnya melakukan terminasi. KUBE Lentera akan selalu memonitoring para anggota KUBE, bahkan melakukan perekrutan anggota-anggota baru untuk memperluas jaringan market dan menambah sumber daya manusia mengingat pesanan kue kembang goyang semakin hari semakin meningkat. Meskipun para anggota sudah dapat dikatakan berhasil dan mandiri, namun KUBE Lentera tetap melakukan monitoring guna untuk memberikan motivasi, inovasi dan informasi- informasi terbaru yang berguna untuk mengembangkan usaha kue kembang goyang tersebut.

119

B. Saran Berdasarkan hasil analisa yang penulis lakukan mengenai program pemberdayaan masyarakat melalui KUBE Lentera, ada beberapa saran dari penulis diantaranya adalah: 1. Terkait dengan kurangnya modal usaha, sebaiknya Pihak Dinas Sosial memberikan pelatihan tentang bagaimana memanajemen keuangan usaha dengan baik. Hal ini berkaitan dengan kurangnya pendidikan anggota KUBE Lentera dimana mereka tidak begitu memahami tentang mengatur keuangan usaha mereka sehingga mereka mengalami kekurangan modal dan bergantung akan bantuan pemerintah. 2. Jika dilihat dari jumlah pesanan yang hampir setiap hari ada, seharusnya sayap keanggotaan KUBE Lentera diperbesar atau merekrut anggota-anggota baru yang sesuai kriteria agar memilik sumber daya manusia yang cukup dan dapat menerima pesanan lebih banyak lagi. 3. Terkait pengemasan dan merek dagang, sudah seharusnya di legalkan ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI). Selain itu juga pengemasan produk sebaiknya ada hangtag atau labelnya.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Al -Quran Surat Al-Insyirah ayat 7-8

Bungin, Burhan.2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif.Jakarta: Raja Grafindo Persada. Cet. Ke-2

Bungin Burhan.2009. Penelitian Kualitatif:Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya.Jakarta : Prenada Media Group

Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin, Direktorat Jendral Bantuan dan Jaminan Sosial.2004. Panduan Umum Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan Lembaga Keuangan Mokro (LKM).Jakarta: Departemen social.

Ghony, M. Djunaedi Ghony dan Fauzan Almanshur.2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Gunawan Imam.2013. Metode Penelitian Kualittafi Teori dan Praktik.Jakarta: Bumi Aksara

Harahap Syahri.1999. Islam Konsep Implementasi Pemberdayaan.Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya

120

121

Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. : PT. Remaja Rosdakarya. Cet. Ke-15

Muhtadi dan Tantan Hermansah.2013. Manajemen

Pengembangan Masyarakat Islam.Jakarta: UIN Jakarta Press

Nawawi Hadari.1991 Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Prastowo Andi.2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam Prespektif Rancangan Penelitian.Yogyakarta: Ar- ruzz Media

Rivai Veithzal.2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan dari Teori ke Praktek.Jakarta: PT.Grafindo Persada

Suharto Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung:PT Refika Aditama

Suharto Edi.2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial.Bandung: Refika Aditama

Soeharto Irawan.2008. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya

122

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta

Sumber Jurnal:

Anwar Sitepu. Analisis Efektifitas Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Sebagai Instrumen Program Penanganan Fakir Miskin. Jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial. Kementerian Sosial RI

Hendrik Yasin, Upaya Strategis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gorontalo.

Pranestiti Embanaras dan Weni Rosdiana, Partisipasi Masyarakat Dalam Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Di Kota Malang, (Studi Pada Kube Waratama 1 Di Kelurahan Buring Kecamatan Kedungkandang Kota Malang), Ilmu Administrasi Negara, FISH, UNESA

Ratna Sari, Pengaturan Hukum Internasional Mengenai Hak Menentukan Nasib Sendiri (The Right Of Self Determination) Suatu Bangsa.Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin Makasar.

Sumber Wawancara:

Akhmad Junaedi, Pendamping KUBE Lentera, Wawancara Pribadi, Jakarta 27 April 2019

123

Indahtiah, Anggota KUBE Lentera, Wawancara Pribadi, 27 April 2019

Neneng Munawaroh, Anggota KUBE Lentera, Wawancara

Pribadi, 27 April 2019

Rokiah, Anggota KUBE Lentera, Wawancara Pribadi, 13 Mei 2019

Siti Munawaroh, Anggota KUBE Lentera, Wawancara Pribadi, 13 Mei 2019

Sri Mulyati, Ketua KUBE Lentera, Wawancara Pribadi, Jakarta 27 April 2019

Yulianti, Anggota KUBE Lentera, Wawancara Pribadi, 27 April 2019

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Proses pembuatan kembang goyang dengan cara manual

Hasil kembang goyang yang sudah dalam kemasan

Proses pengemasan kedalam plastik

Hasil kembang goyang dalam kemasan

126

Salah satu bahan pembuatan rempeyek dan proses pembuatannya

Daftar pesanan kembang goyang ramadhan 2019

Daftar pesanan kembang goyang ramadhan 2019

Proses penutup kemasan menggunakan mesin pengepres

Sesi wawancara sambil mengerjakan proses pembuatan kembang goyang

128

Prestasi yang diperoleh oleh KUBE Lentera dengan aktif mengikuti Lomba-lomba

130

Pada saat KUBE Lentera mengikuti Bazar pada pengingatan hari Kartini di RPTRA Lenteng Agung

132

PEDOMAN WAWANCARA KETUA DAN PENDAMPING KELOMPOK USAHA BERSAMA ( KUBE ) LENTERA

Identitas

Nama : Usia : Pendidikan Terakhir :

1. Kapan berdirinya KUBE Lentera dimulai? 2. Bagaimana ide / sejarah / awal mula terbentuknya KUBE Lentera dan pelatihan kue kembang goyang? 3. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan ini? 4. Siapa saja penyandang bantuan program ini? 5. Bagaimana proses persiapan dalam program pelatihan kue kembang goyang? 6. Bagaimana cara KUBE Lentera mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan masyarakat sekitar? 7. Bagaimana proses perekrutan anggota dan sudah berapa banyak anggota yang bergabung setiap kelompok. 8. Bagaimana cara pendamping / ketua membangun kerjasama masyarakat dalam pelatihan ini? 9. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang enak? 10. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang telah dibuat dan berapa kisaran harganya? 11. Bagaimana cara KUBE Lentera mengelola kegiatan- kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan? 12. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang ditemukan dalam pelaksanaan program berlangsung? 13. Harapan anda bagi anggota kedepannya?

PEDOMAN WAWANCARA ANGGOTA KELOMPOK USAHA BERSAMA ( KUBE ) LENTERA

Identitas

Nama : Usia : Pendidikan Terakhir :

1. Apa yang mendasari anda terlibat dengan KUBE Lentera? 2. Sudah berapa lama aktif di program ini? 3. Bagaimana proses persiapan petugas / pendamping dalam pelaksaan program? 4. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang enak? 5. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang telah dibuat dan berapa kisaran harganya? 6. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan ini? 7. Apa saja manfaat yang anda rasakan setelah ikut bergabung? 8. Apa saja kendala yang anda rasakan setelah ikut bergabung dan melakukan kegiatana hambatan dan kelebihan dalam pelatihan ini? 9. Apa harapan anda kedepan setelah mengikuti program ini?

134

HASIL WAWANCARA PENELITIAN

TERHADAP KETUA KUBE LENTERA

Identitas Nama : Sri Mulyati, Spd Usia : 49 th Pendidikan : S1

1. Kapan berdirinya KUBE Lentera dimulai? Berdirinya KUBE Lentera ini gagasan saya (Ibu Sri Mulyati), karena saya sadar lingkungan tempat saya tinggal saat ini khususnya RW 02 Kelurahan Lenteng Agung masih banyak masyarakat yang kaum dhuafa dan tergolong rendah secara ekonomi dan sangat diperlukan pemberdayaan masyarakat. Pada saat itu saya aktif di PKK Kelurahan Lenteng Agung dan saya memang mempunyai basic wirausaha yaitu membuat kue kering. Akhirnya saya merekrut temen dekat saya dulu bernama Ibu Indahtiah dan Ibu Yulianti. Kemudian kami kepikiran untuk membuat kue kembang goyang, sambil mencari sumber modal dari pemerintahan dan merekrut warga sekitarnya yang tergolong ke dalam kriteria masyarakat yang harus diberdayakan dan ingin bergabung ke dalam kelompok KUBE bentukannya. Salah satu warga yang di rekrut oleh Ibu Sri yang dianggap masuk ke dalam kriteria calon anggota KUBE adalah Ibu Neneng Munawaroh. Kemudian kami mancari orang lainnya untuk diajak menjadi angggota kelompok KUBE dengan usaha Kembang Goyang. 2. Bagaimana ide / sejarah / awal mula terbentuknya KUBE Lentera dan pelatihan kue kembang goyang? “Awalnya kenapa kue kembang goyang karena sebelumnya saya memiliki sebuah usaha kue kering, terus saya berfikir dan ingin berinovasi sambil memberdayakan masyarakat dari

keterampilan yang saya miliki membuat kue. Saya berfikir untuk jenis usaha apa yang ingin dikembangkan di KUBE Lentera ini, akhirnya saya menemukan ide Kue Kembang Goyang. Kue Kembang Goyang itu merupakan Kue Tradisional Khas Betawi, dan keberadaannya sudah hampir punah, sudah sangat jarang sekali ada orang yang produksi kue tersebut di Jakarta ini padahal peminat pasar masih cukup banyak. Kemudian menetapkan tempat untuk produk kue tersebut, untuk kegiatan sehari- hari. Nah berawal dari situlah KUBE Lentera terbentuk pertama kali dengan keterampilan usaha membuat kue kembang goyang, dan saat ini Alhamdulillah sudah berkembang dan berinovasi menu varian lainnya seperti rengginang, biji ketapang, dan rempeyek”. 3. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan ini? “Awal mulanya kan saya, Bu Indahtiah, dan Yulianti sudah membuat kue kembang goyang, usaha yang berkelompok tetapi masih 3 orang, kemudian kami sambil mencari anggota lainnya, kami aktif ke pemerintahan untuk mencari peluang dalam hal bantuan ataupun pemberdayaan. Akhirnya kami mendapatkan bantuan modal dan pelatihan keterampilan pembuatan kue kering termasuk kembang goyang selama 1 hari. Semua fasilitas ini dari Dinas Sosial, dan pada tahun 2012 kami mendapatkan modal usaha sebanyak 20juta berupa dana hibah, dimana 20 juta itu dibagi dalam 10 orang anggota jadi masing-masing mendapatkan bantuan modal 2juta setiap anggota. Dari 2 juta tersebut kami gunakan untuk membeli bahan baku pembuatan kue kembang goyang seperti terigu, telor, gula pasir, mentega, dan peralatan menggoreng serta mencetak. Nah dari sinilah usaha kembang goyang mulai aktif memproduksi

136

ditempat saya (Ibu Sri Mulyati), semua anggota 10 orang saya kumpulkan dan saya ajarin membuat kue kembang goyang. Saya ajarkan kepara anggota kurang lebih 1 minggu pelatihannya dirumah saya, setelah dirasa mulai dapat memahami teknik pembuatannya dan mampu memproduksi sendiri, barulah mereka dapat memproduksi dirumah masing-masing sesuai dengan kapasitas kemampuan tiap anggota, mulai dari 1 kg sampai 4 kg setiap anggotanya”. 4. Siapa saja penyandang bantuan program ini? “Masyarakat yang tergolong PMKS, karena mereka benar-benar sangat membutuhkan bantuan agar hidupnya lebih sejahtera lagi. Selain itu juga masyarakat yang mempunyai semangat berwirausaha atau motivasi ingin mengubah hidupnya menjadi lebih baik lagi dalam perekonomiannya”. 5. Bagaimana proses persiapan dalam program pelatihan kue kembang goyang? “KUBE Lentera sebenarnya mempunyai banyak keterampilan pembuatan kue kering seperti pembuatan kue kembang goyang, akar kelapa, rempeyek, biji ketapang. Tetapi yang peminatnya cukup banyak itu kue kembang goyang, sehingga oleh sebagian masyarakat menyebutnya sebagai kampung kembang goyang. Selain peminatnya banyak, bahan dan proses pembuatannya cukup mudah, sehingga mudah diterapkan dipahami oleh anggota lainnya. “Untuk petugas pelaksana lapangan baik dalam tutor pelatihan kue kembang goyang maupun kue kering lainnya hanya ada 1 orang saja yaitu saya sendiri, dan untuk pendampingan program ada 1 orang yaitu Bapak Junaedi, keputusan ini juga disepakati oleh pihak Dinas Sosial DKI Jakarta, karena sebelumnya kami berdua sudah lama terlibat

dalam program PSM atau Pekerja Sosial Masyarakat” 6. Bagaimana cara KUBE Lentera mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan masyarakat sekitar? “Sebelum dibentuk KUBE Lentera ini selalu kami konsultasikan terlebih dahulu kepada kepemerintahan seperti Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa dan Dinas Sosial DKI Jakarta. Selain itu kami selalu koordinasi dengan tokoh masyarakat setempat agar proses pemberdayaan ini dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan dan sasaran kami. Hal ini adalah sangat penting bagi KUBE Lentera, karena posisi kami hanya sebagai penyalur atau fasilitator yang akan membantu dan mendampingi sasaran program untuk mencapai tujuan program. Tahap sebelum pelaksanaan dilakukan analisis dulu kaya SWOTnya. Kekuatannya adalah para anggota yang masih semangat dalam perubahan hidup yang lebih baik, tapi kelemahannya tidak adanya modal awal dalam dan bingung cara memulainya. Kemudian peluangnya kalau ada pemberdayaan seperti ini hidup para anggota pasti lebih baik, terus ancamannya adalah pada produknya yaitu tidak bisa ready stok.” 7. Bagaimana proses perekrutan anggota dan sudah berapa banyak anggota yang bergabung setiap kelompok. “Berawal dari teman-teman dekat saya yang kebanyakan hanya bekerja sebagai buruh cuci, pengangguran. Akhirnya saya ajak mereka dan ada yang sebagian mau ada yang engga. Kalau untuk perekrutan anggota baru secara resmi belum ada, hanya saja jika masyarakat lainnya ingin tahu atau belajar saya ajarkan bersama anggota KUBE Lentera lainnya yang sudah bisa. Jumlahnya saat ini yang aktif ada sekitar 20 orang, baik dari KUBE Lentera maupun masyarakat luar”.

138

8. Bagaimana cara pendamping / ketua membangun kerjasama masyarakat dalam pelatihan ini? “Sistem disini tidak adanya paksaan sama sekali, saya sebagai ketua sudah menyadarkan, mengajak dan mendampingi masyarakat yang ingin berubah agar lebih baik lagi dan sejahtera. Indikator ini kan juga sudah tertera dari Kemensos, bersifat kekeluargaan dalam artian saling terbuka, peduli dan saling membantu. Misalkan, jika pesanan anggota ini lagi banyak kita bantu membuatnya, atau anggota itu sedang tidak bisa kita yang handle. Keluarga disini tidak hanya dalam KUBE aja, tetapi lingkungan sosial juga harus dimiliki sifat kekeluargaan ini” 9. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang enak? “Kue kembang goyang bukan makanan pokok yang harus disetiap saat, oleh karena itu ketika hari-hari biasanya pesanannya biasa aja, kami lebih sering menerima pesanan ketika ada even- event tertentu seperti nikahan, pengajian, arisan, bazar, dan lebaran. Untuk permintaan pesanan lebaran tahun ini 2019 kami menerima pesanan sekitar 2000 bungkus kue kembang goyang, dimana pembagian tugas ini diserahkan kepara anggota KUBE Lentera sesuai dengan kemampuannya. Tetapi rata-rata masing-masing anggota mampu memproduksi sebanyak 3 kilogram adonan dalam sehari. Dalam 1 kilogram dapat menghasilkan 8 bungkus kue, dan harga setiap bungkus sebesar 15.000 rupiah. Lebaran tahun ini 2019, Alhamdulillah ibu mendapatkan orderan sebanyak 5000 bungkus, kita kan KUBE jadi setiap ada orderan kita kerjakan bersama- sama. Jadi pembagian kerjanya adalah saling membuat setiap anggota kelompok sesuai kapasitas anggota, rata-rata tiap anggota ambil 20

sampai 40 bungkus para anggota. Kemudian hasilnya dikumpulkan atau disetor ke saya. Yang jadi keunikan resep di KUBE kami adalah takaran pembuatan adonan yang sesuai sehingga cita rasa selalu terjaga” 10. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang telah dibuat dan berapa kisaran harganya? “Awal-awal pemasaran kita dibantu sama Dinas Sosial, sering ikut bazar sana sini, ikut perlombaan, mulut ke mulut. Alhamdulillah waktu pertama kali kami Juara II pada tahun 2012. Itu prestasi pertama KUBE Lentera, nah hal ini semakin membuat semangat para anggota lainnya untuk terus belajar lagi dan lagi. Promosi dan promosi sana sana, hal ini juga dilakukan oleh anggota lainnya. Sampai akhirnya sekarang kami sudah memilik pelanggan cukup banyak, dan ketika pesan dalam jumlah yang banyak dan pesan hanya melalui mobile aja. Saat ini kita belum online, ada sih Instagramnya, tapi belum ada yang mengelolahnya, karena sebagian anggota juga belum paham terkait teknologi. Dan alhamdulillah saat ini setiap anggota sudah memiliki penghasilan setiap bulannya rata-rata 5juta rupiah dengan jumlah laba sekitar 3 juta” 11. Bagaimana cara KUBE Lentera mengelola kegiatan- kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan? “Pelaksanaan program ini sangat membutuhkan kerjasama antara pihak, kalau sudah program tapi tidak ada warganya ya tidak jalan, begitupun sebaliknya sudah ada warganya tapi tidak ada progran yang sesuai ya bakal sama saja tidak ada kemajuan. Oleh karena itu ketika visi misi sudah sesuai kemudian tinggal action program sesuai dengan rencana yang dibuat tadi”

140

12. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang ditemukan dalam pelaksanaan program berlangsung? “Ada beberapa hambatan yang sampai saat ini masih terabaikan yaitu pelabelan kemasan, saya sudah sering menginformasikan kepada para anggota bagaimana pentingnya merek, namun pada kenyataannya belum semua anggota dapat mengaplikasikannya. Jadi terkadang ada kemasan yang kita kasih merk di bagian penutupnya, tetapi banyak yang belum bermerk polos seperti biasa. Hal ini otomatis pemasaran produk dari KUBE Lentera sedikit terhambat. Selain itu mungkin hambatan ini sudah umum ya kaya modal, dan Alhamdulillah kelompok KUBE Lentera ini bisa dapetin bantuan modal usaha berupa dana hibah dari Dinas Sosia. Akhirnya bisa berjalan sampai saat ini. Faktor pendukungnya Alhamdulillah selalu di support oleh pemerintah Dinas Sosial, sering mengikuti lomba-lomba dan bazar. Karena kegiatan tersebut dapat memacu semangat bagi saya pribadi dan anggota lainnya”. 13. Harapan anda bagi KUBE Lentera dan anggota kedepannya? “Harapan saya mungkin mewakili para anggota lainnya, yaitu ingin sekali memiliki koperasi atau outlet toko sendiri yang dikhususkan untuk makanan-makanan khas tradisional Betawi. Mempunyai merek disetiap produk yang diproduksi, dan dapat menambah sumber daya manusia karena ketika ramadhan seperti ini banyak pesanan yang kita batasi mengingat tenaga kita tidak cukup banyak. Jika sumber daya manusia bertambah kan otomatis omset juga akan meningkat dan dapat digunakan untuk mengembangkan KUBE Lentera ini kedepannya. Sedangkan untuk anggota kami hanya meminta konsisten dan semangat, karena berbisnis itu harus

ulet. Oleh karena itu waktu seleksi anggota baru sangat selektif sekali”.

142

HASIL WAWANCARA PENELITIAN

TERHADAP PENDAMPING KUBE LENTERA

Identitas Nama : Akhmad Junaedi Usia : 54 th Pendidikan : SLTA

1. Kapan berdirinya KUBE Lentera dimulai? “Betul apa yang dikatakan Ibu Sri Mulyati, berdirinya KUBE Lentera ini sebenarnya berdasarkan kesadaran individu, beliau melihat kondisi dilingkungannya masih banyak masyarakat yang perlu bantuan, perlu peningkatan secara ekonomi. Akhirnya beliau mengajak teman dekatnya untuk membentuk sebuah kelompok usaha bersama. Kemudian merekrut anggota yang lainnya sesuai dengan kriteria seperti: membutuhkan bantuan atau penyandang masalah kesejahteraan sosial, minat dengan berwirusaha atau berdagang, dan memiliki motivasi untuk berkembang dan maju”. 2. Bagaimana ide / sejarah / awal mula terbentuknya KUBE Lentera dan pelatihan kue kembang goyang? “Awal mulanya dari gagasan Ibu Sri Mulyati sama teman dekatnya yang ingin mengubah nasib secara berkelompok. Akhirnya ketemulah ide membuat kue, karena Ibu Sri Mulyati memang hobby berwirausaha, awalnya membuat kembang goyang pada tahun 2011. Setelah itu sambil mencari dukungan modal sana sini, dapetlah informasi adanya bantuan modal dari Dinas Sosial akhirnya mengajukan. Pada 2012 mendapatkan modal dan dibentuklah KUBE Lentera ini dengan produknya kembang goyan”.

3. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan ini? “Modal awal adalah sendiri, karena produksinya juga masih sekedar iseng barulah ada informasi tentang adanya pendanaan buat wirausaha kemudian mendaftarkan diri dan mendapatkan bantuan modal 20juta untuk 10 orang”. 4. Siapa saja penyandang bantuan program ini? “Yang jelas masyarakat yang membutuhkan, kalau di lingkungan RW 02 ini mayoritas adalah kaum perempuan yang profesinya sekedar buruh cuci, pengangguran. Penyandang masalah ekonomi dan sosial target utamanya”. 5. Bagaimana proses persiapan dalam program pelatihan kue kembang goyang? “Persiapan awal adalah petugasnya dulu baru kemudian sasaran program. Petugas disini yaitu Ibu Sri Mulyati dan saya sendiri sebagai pendamping. Sebelum disahkan menjadi pendamping saya juga mendapat pelatihan dari Dinas Sosial tentang memotivasi anggota nanti, manajemen KUBE bagaimana. Kemudian baru disosialisasi ke warga, sedangkan untuk sekretariatan sehari-hari adalah dikediaman Ibu Sri Mulyati mulai dari produksi, dan lain sebagainya”. 6. Bagaimana cara KUBE Lentera mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan masyarakat sekitar? “Sebelum dibentuk KUBE Lentera ini selalu kami konsultasikan terlebih dahulu kepada kepemerintahan seperti Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa dan Dinas Sosial DKI Jakarta. Selain itu kami selalu koordinasi dengan tokoh masyarakat setempat agar proses pemberdayaan ini dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan dan sasaran kami. Hal ini adalah sangat penting bagi KUBE Lentera, karena posisi kami hanya sebagai penyalur atau fasilitator

144

yang akan membantu dan mendampingi sasaran program untuk mencapai tujuan program” 7. Bagaimana proses perekrutan anggota dan sudah berapa banyak anggota yang bergabung setiap kelompok. “Perekrutan kita ambil dari orang-orang terdekat yang mempunyai masalah perekonomian dan mempunyai motivasi untuk maju. Barulah anggota dari RW lain boleh bergabung dengan KUBE Lentera”. 8. Bagaimana cara pendamping / ketua membangun kerjasama masyarakat dalam pelatihan ini? “Cara pendampingannya sih kita kekeluargaan ya, semua kita anggap seperti saudara sendiri. Saling membantu hal yang paling penting untuk kekompakan KUBE Lentera ini dan saling backup antar anggota yang satu dengan lainnya”. 9. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang enak? “Pembuatannya cukup mudah, bahannya hanya tepung, telur, mentega, vanilli, wijen. Hanya saja untuk takarannya memang tidak sembarangan, ada takaran khusus yang dilakukan agar rasa yang dihasilkan stabil”. 10. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang telah dibuat dan berapa kisaran harganya? “Melalui mulut ke mulut atau ke saudara dekat terlebih dahulu, melalui bazar juga atau sewaktu acara resmi kaya nikahan, pengajian, perpisahan sekolah”. 11. Bagaimana cara KUBE Lentera mengelola kegiatan- kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan? “Seperti diatas tadi, kerjasama baik pengurus dan anggota KUBE Lentera. Keaktifan setiap anggota juga dapat membantu dalam mengelolah kegiatan yang di KUBE seperti iuran kas setiap bulan, perwakilan anggota jika ada peluang pelatihan- pelatihan usaha diluar sana”.

12. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang ditemukan dalam pelaksanaan program berlangsung? “Kesadaran akan anggota masih kurang terhadap nama merek, jadi mereka masih mengganggap merk itu tidak penting. Jadi mindset anggota KUBE Lentera masih banyak yang belum terbuka luas wawasannya, mereka hanya fokus untuk produksi saja tapi belum tau cara mengembangkan usaha seperti apa” 13. Harapan anda bagi KUBE Lentera dan anggota kedepannya? “Harapannya tentu yang baik-baik seperti kue kembang goyang buatan KUBE Lentera semakin terkenal seluruh Indonesia. Dapat memiliki banyak varian rasa agar orang-orang tidak bosan dengan rasa yang original saja. Dapat membantu memberdayakan masyarakat lebih luas lagi tidak hanya didaerah Lenteng Agung saja namun ke daerah-daerah yang masih minim terjangkau akses pemberdayaan”.

146

HASIL WAWANCARA PENELITIAN TERHADAP ANGGOTA ( KUBE ) LENTERA

Identitas

Nama : Indahtiah Usia : 42 th Pendidikan Terakhir : SMA

1. Apa yang mendasari anda terlibat dengan KUBE Lentera? “Ya awalnya kan saya lagi berkumpul sama Ibu Sri dan Ibu Yuli, terus Ibu Sri mempunyai gagasan agar masyarakat di sekitar RW 02 ini bisa berkembang. Kita fikirin bagaimana caranya, akhirnya kita coba bikin kembang goyang. Saya mikirnya ya untuk penghasilan tambahan saja ketika ikut KUBE Lentera ini”. 2. Sudah berapa lama aktif di program ini? “Sejak KUBE Lentera merintis sekitar tahun 2011 hingga saat ini saya masih aktif dan masuk kedalam kepengurusan, jadi tidak hanya anggota saja”. 3. Bagaimana proses persiapan petugas / pendamping dalam pelaksaan program? “Ya awal-awalnya ya cari modal usahanya yang bingung, untung saja bahan-bahan membuat kembang goyang cukup murah-murah. Lama kemudian kita dapet bantuan pemerintah, terus terbentuklah KUBE Lentera ini yang di ketuai oleh Ibu Sri Mulyati dan Bapak Junaedi sebagai pendampingnya. Dulu pendampingnya juga dikasih pelatihan dulu tentang motivasi biar bisa memotivasi anggota yang lainnya juga”. 4. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang enak? “Prosesnya gampang banget, hehe buat yang sudah bisa tapi. Untuk awal-awal kan bahan kaya tepung, telur, vanilli, gula pasir, wijen di mixer sampai halus. Baru kemudian dicetak pakai cetakan kembang goyang. Cara masaknya sambil di

goyang-goyang biar terlepas dari cetakannya. Tungggu sampai sedikit kecokelatan setelah itu selesai, cukup simpel sih mas”. 5. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang telah dibuat dan berapa kisaran harganya? “Dipasarkan ke orang-orang terdekat dulu sih kalau saya, kaya saudara-saudara, teman, atau sekolah. Harganya sekitar Rp. 15.000/ bungkus isinya 12 pcs”. 6. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan ini? “Modalnya dari Dinas Sosial yang dapet 2 juta setiap anggota, dari modal tersebut akhirnya bisa produksi setiap harinya. Awalnya hanya produksi 1 kg, sekarang sudah bisa 3 kg setiap hari tergantung pesanan juga”. 7. Apa saja manfaat yang anda rasakan setelah ikut bergabung? “Wah banyak sekali mas manfaatnya, punya banyak teman jaringannya luas, otomatis marketnya semakin nambah. Dapetin ilmu yang berguna banget buat wirausaha kaya saya ini, dapet pengalaman juga karena banyak kembang goyang diluar sana, jadi bisa perbandingan rasa antar kembang goyang KUBE Lentera dengan tempat lain”. 8. Apa saja kendala yang anda rasakan setelah ikut bergabung dan melakukan kegiatana hambatan dan kelebihan dalam pelatihan ini? “Kendalanya hampir tidak ada ya untuk produksi, hanya saja harus bisa berbagi waktu untuk keluarga dan usaha. Soalnya ketika bikin kue ini tidak bisa sambil mengerjakan yang lain, harus benar-benar duduk didepan kompor. Selain itu juga pemasarannya yang masih kurang tersebar luas”.

148

9. Apa harapan anda kedepan setelah mengikuti program ini? “Harapannya bisa ngirim kue kembang goyang ke seluruh Indonesia, bisa punya toko sendiri biar akses pembeli mudah tanpa perlu pesan dahulu. Tetapi bisa langsung datang ke toko kembang goyang”.

HASIL WAWANCARA PENELITIAN TERHADAP ANGGOTA ( KUBE ) LENTERA

Identitas

Nama : Neneng Munawaroh Usia : 59 th Pendidikan Terakhir : SD

1. Apa yang mendasari anda terlibat dengan KUBE Lentera? “Awalnya diajak sama Ibu Sri Mulyati untuk gabung di kelompok kembang goyang. Tanpa mikir panjang saya mau kan lumayan buat nambah penghasilan sama buat pekerjaan tambahan selain buruh cuci”. 2. Sudah berapa lama aktif di program ini? “Sejak KUBE Lentera merintis sekitar tahun 2011 hingga saat ini saya masih aktif dan masuk kedalam anggota”. 3. Bagaimana proses persiapan petugas / pendamping dalam pelaksaan program? “Yaa mas, kan setelah didampingin mulai dari cara bikin kue nya gimana, cara ngepakinnya, pasarinnya kemana, terus kita para anggota dikasih tau cara mengatur keuangannya juga, aktif ikut bazar sana sini, kadang ada info pelatihan-pelatihan juga, tapi gak semua anggota ikut, tapi nanti anggotanya sharing ke anggota lainnya ilmu apa yang udah didapetin. Ya pokoknya kita masih tetap di kontrol sama Kelurahan, Kecamatan, Dinas Sosial. Cuma ada 1 harapan kita semua mas, kita ingin sekali punya toko yang isinya nanti makanan- makanan khas Betawi yang bisa buat oleh-oleh para wisatawan gitu. Kalau untuk KUBE Lentera mah sangat membantu sekali buat meningkatkan taraf hidup warga sekitarnya ya, bersyukur banget saya bisa ikut bergabung dari awal 2011 sampai sekarang. Apalagi kan saya hidup sendiri, jadi hasil

150

yang saya dapatin setiap bulan sudah lebih dari cukup mas. 4. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang enak? “Cara bikinnya lumayan mudah mas, tinggal bikin adonan dari tepung, gula pasir, telur, mentega, vanilli sama wijen. Takarannya harus sesuai kalau engga sesuai pasti rasanya akan beda”. 5. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang telah dibuat dan berapa kisaran harganya? “Sama tetangga-tetangga aja dulu, sama saudara sana sini, mulut ke mulut yang sering, soalnya kalo via handphone saya kurang paham”. 6. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan ini? “Modalnya dari Dinas Sosial yang dapet 2 juta setiap anggota, dari modal tersebut akhirnya bisa buat produk awal. Awalnya hanya produksi 1 kg, sekarang sudah bisa 2 kg setiap hari tergantung pesanan juga. Soalnya saya kan termasuk sudah sepuh, jadi tidak bisa ambil banyak-banyak”.

7. Apa saja manfaat yang anda rasakan setelah ikut bergabung? “Dapet wawasan lebih luas, pengalaman usaha, kenal anggota kelurahan, kecamatan sama aparat setempat. Jadi lebih menyibukan diri mas ke hal-hal yang lebih baik”.

8. Apa saja kendala yang anda rasakan setelah ikut bergabung dan melakukan kegiatana hambatan dan kelebihan dalam pelatihan ini? “Kendalanya buat saya hampir tidak ada, karena pelanggan kita udah ada beberapa, kaya orderan yang musiman. Jadi kaya bulan ramadhan banyak banget pesanan, tapi kalau hari biasa ya

Alhamdulillahin aja sih yaa cukup buat sehari-hari saya”.

9. Apa harapan anda kedepan setelah mengikuti program ini? “KUBE Lentera makin terkenal lagi, sekarang kan terkenalnya kalo ada pesenan kembang goyang orang-orang bilangnya pesen ke kembang goyang bang jun. Nah dari sini harapannya ingin lebih maju lagi buat KUBE Lentera”.

152

HASIL WAWANCARA PENELITIAN TERHADAP ANGGOTA ( KUBE ) LENTERA

Identitas

Nama : Sri Purwanti Usia : 42 th Pendidikan Terakhir : SMP

1. Apa yang mendasari anda terlibat dengan KUBE Lentera? “Saya termasuk anggota baru ya mas, awalnya saya tertarik ikut ingin belajar saya juga jualan , jadi ikut KUBE Lentera ini ya ingin mengisi waktu luang juga ketika belum berjualan nasi uduk. Hasilnya kan bisa membantu ekonomi di keluarga mas”.

2. Sudah berapa lama aktif di program ini? “Saya mulai aktif dari tahun 2017, jadi udah 2 tahun saya di KUBE Lentera ini”.

3. Bagaimana proses persiapan petugas / pendamping dalam pelaksaan program? “Persiapannya ya pasti dibekali dulu sama pelatihan-pelatihan. Kita seringnya dapet pelatihan dari Dinas Sosial, jadi kita anggota diajarin terlebih dahulu dan dibina sama KUBE Lentera selama kurang lebih satu minggu”.

4. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang enak? “Pembuatannya seperti ini mas, bahan-bahannya di mixer semua sampai halus kaya tepung, telur, gula pasir. Barulah digoreng sambil pakai cetakan kembang goyang, biar lepas dari cetakannya sambil di goyang-goyang alat cetakannya. Dalam satu adonan ini sebanyak satu kg tepung dan hasilnya bisa 8 bungkus kembang goyang, setiap bungkus isinya 12 kue”.

5. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang telah dibuat dan berapa kisaran harganya? “Biasanya Ibu Sri yang selalu dapat orderan terus, kita anggota orderannya sedikit-sedikit. Karena pelanggan kita juga sudah cukup banyak, seperti dari bazar-bazar, perlombaan, acara nikahan, pengajian, arisan keluarga, sekolahan. Namun, belum menjangkau secara online, paling hanya via WhatsApp, sama koran”.

6. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan ini? “Kalau saya sendiri modalnya awalnya ya kemauan mas, kan saya anggota baru jadi saya tinggal menjalankan apa yang sudah berjalan. Saya tidak dapat bantuan modal yang 2 juta itu, tapi saya gunakan sedikit uang sendiri barulah terkumpul nanti buat modal yang lebih besar lagi”.

7. Apa saja manfaat yang anda rasakan setelah ikut bergabung? “Jadi mengurangi gossip atau sekedar ngumpul- ngumpul tidak ada manfaatnya. Hehe semakin lebih produktif aja sih mas setiap harinya jadi tidak banyak nganggur dirumah”.

8. Apa saja kendala yang anda rasakan setelah ikut bergabung dan melakukan kegiatana hambatan dan kelebihan dalam pelatihan ini? “Kendala pribadi buat saya sih paling dibagi waktu aja, karena saya juga jualan nasi uduk, akhirnya saya tidak bisa produksi kembang goyang dalam jumlah banyak”.

154

9. Apa harapan anda kedepan setelah mengikuti program ini? “Harapannya lebih terkenal lagi KUBE Lentera dengan kue kembang goyangnya.

HASIL WAWANCARA PENELITIAN TERHADAP ANGGOTA ( KUBE ) LENTERA

Identitas

Nama : Rokiah Usia : 52 th Pendidikan Terakhir : SD

1. Apa yang mendasari anda terlibat dengan KUBE Lentera? “Alesannya biar ada pekerjaan tambahan aja mas, sama pemasukan. Berhubung saya suka dibagian dapur nah pas diajakin sama Bu Sri bikin kelompok kembang goyang ya kenapa saya tolak kesempatan ini”.

2. Sudah berapa lama aktif di program ini? “Sejak KUBE Lentera merintis sekitar tahun 2011 hingga saat ini saya masih aktif dan masuk kedalam anggota”.

3. Bagaimana proses persiapan petugas / pendamping dalam pelaksaan program? “Awalnya saya diajarin dulu sama Bu Sri dirumahnya selama kurang lebih seminggu. Diajarin bikin kue kembang goyang, cari pembeli, cara ngemasnya. Baru setelah bisa dan tahu tekniknya barulah bisa memproduksi sendiri dirumah masing-masing”.

4. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang enak? “Bikinnya cukup mudah, bahan-bahannya juga mudah didapatkan.

5. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang telah dibuat dan berapa kisaran harganya? “Waktu awalnya kita dibantuin sama Dinas Sosial untuk cara pasarinnya lewat bazar-bazar, dari

156

situlah kita dapet pelanggan pelan-pelan. Akhirnya mereka order, dan mereka promosiin ke teman- temannya”.

6. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan ini? “Modalnya dari Dinas Sosial yang dapet 2 juta setiap anggota, dari modal tersebut akhirnya bisa buat produk awal. Awalnya hanya produksi 1 kg, sekarang sudah bisa 2 kg setiap hari tergantung pesanan juga. Soalnya saya kan termasuk sudah sepuh, jadi tidak bisa ambil banyak-banyak”.

7. Apa saja manfaat yang anda rasakan setelah ikut bergabung? “Punya banyak teman yang kekeluargaan, saling perduli satu sama lain. Untuk perekonomian juga meningkat mulai dari 1-3 juta setiap bulan Insya Allah dapat mas”.

8. Apa saja kendala yang anda rasakan setelah ikut bergabung dan melakukan kegiatana hambatan dan kelebihan dalam pelatihan ini? “Pokoknya orang-orangnya di KUBE Lentera mah baik-baik mas, kalau ada kesusahan saling dibantu, orderan sedikit dicarikan orderan, orderan banyak ya kita bagi-bagi tugas produksinya. Makanya tidak ada beban disini, justru kebalikannya dapat pengalaman banyak jadi tau cara dagang gimana, cari pelanggan gimana, terus ikutan kegiatan- kegiatan RW juga. Kendalanya dari KUBE Lentera belum mempunyai kendaraan operasional sendiri, akhirnya jika ada pesanan diantarkan ke tempat pemesan pakai mobil pribadi atau online gitu”.

9. Apa harapan anda kedepan setelah mengikuti program ini? “Cuma harapan yang dari dulu belum terwujud Cuma satu mas belum ada toko yang bisa buat

pelanggan dateng langsung, sekarang kan Cuma dirumah Ibu Sri atau dirumah anggota lainnya, mencar-mencar gitu”

158

HASIL WAWANCARA PENELITIAN TERHADAP ANGGOTA ( KUBE ) LENTERA

Identitas

Nama : Yulianti Usia : 50 th Pendidikan Terakhir : SMA

1. Apa yang mendasari anda terlibat dengan KUBE Lentera? “Berawal dari kegundahan kita bertiga terkait kondisi lingkungan tempat tinggal banyak warga yang mengganggur khususnya perempuan yang hanya sebagai buruh cuci dengan penghasilan yang tidak seberapa. Dari sinilah saya , Ibu Iin dan Ibu Sri membentuk kelompok dan membuat usaha kue kembang goyang”.

2. Sudah berapa lama aktif di program ini? “Sejak KUBE Lentera merintis sekitar tahun 2011 hingga saat ini saya masih aktif dan masuk kedalam pengurus dan anggota”.

3. Bagaimana proses persiapan petugas / pendamping dalam pelaksaan program? “Para anggota dibina dibawah binaan Dinas Sosial. Kami didampingi dan diberi bantuan baik materil dan non materil.

4. Bagaimana proses pembuatan kue kembang goyang yang enak? “Kalau untuk tahap pembuatan kue kembang goyang sangat mudah mas, semua berawal dari belajar dulu. Pertama bikin adonan sesuai takaran, terus dicetak pakai cetakan manual sambil digoreng. Iya cukup mudah sih cara pembuatannya, namun yang susah itu cari pelanggan yang banyak biar setiap hari para anggota juga dapat produksi,

jadi tidak waktu musim-musim tertentu aja yang banyak pesanan”

5. Dipasarkan kemana sajakah biasanya barang-barang yang telah dibuat dan berapa kisaran harganya? “Dipasarkan kemana saja, setiap orang yang kita temui itu adalah market kita. Awal-mulanya ya dari mulut ke mulut, aktif ikut bazar dari situ barulah kita sedikit-sedikit dapet pelanggan dari beberapa kalangan sosial. Dalam 1 bungkus harganya 15.000 dan isinya ada 12 pcs / bungkusnya”.

6. Darimanakah modal awal untuk melaksanakan kegiatan ini? “Modalnya dari Dinas Sosial yang dapet 2 juta setiap anggota, dari modal tersebut akhirnya bisa buat produk awal. Awalnya hanya produksi 1 kg, sekarang sudah bisa 2 kg setiap hari tergantung pesanan juga. Soalnya saya kan termasuk sudah sepuh, jadi tidak bisa ambil banyak-banyak”.

7. Apa saja manfaat yang anda rasakan setelah ikut bergabung? “Dapet wawasan lebih luas, pengalaman usaha, kenal anggota KUBE yang lain juga tau informasi terbaru dari kelurahan, kecamatan sama aparat setempat terkait program pemberdayaan. Jadi lebih menyibukan diri mas ke hal-hal yang lebih baik”.

8. Apa saja kendala yang anda rasakan setelah ikut bergabung dan melakukan kegiatan hambatan dan kelebihan dalam pelatihan ini? “Kendalanya buat saya hampir tidak ada, karena pelanggan kita udah ada beberapa, kaya orderan yang musiman. Jadi kaya bulan ramadhan banyak banget pesanan, tapi kalau hari biasa ya

160

Alhamdulillahin aja sih yaa cukup buat sehari-hari saya”.

9. Apa harapan anda kedepan setelah mengikuti program ini? “Bisa Go International harapan terbesarnya, hehee ya bisa menjangkau semua pasar semua Indonesia kalau bisa. KUBE Lentera memilik outlet tersendiri jadi kaya outlet kue yang Jogja itu, memproduksi kemudian bisa langsung dijual ke konsumen langsung”.