Indonesia Chimica Acta Erwin, et.al. ISSN 2085-014X Vol.8. No. 1, June 2015

Phytochemical Test, Tokxicity and Antioxidant Activity Leaves Kerehau ( longifolia Lam.) With DPPH Method

Erwin, Redda An Nisa, dan Daniel

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Mulawarman Jl. Barong Tongkok No. 4 Gn. Kelua Samarinda 1

Abstract. Phytochemical analysis, toxicity test by the brine shrimp lethality test (BSLT) against Artemia salina L, and antioxidant activity evaluation of the extracts of Kerehau leaves (Callicarpa longifolia Lam.) have been carried out. The ethanol extract obtained from Kerehau leaves was concentrated by using a rotary vacuum evaporator. Furthermore, the crude extract was fractionated with n-hexane and ethyl acetate solvent, successively. The phytochemical analysis of crude extract constitutes alkaloids, phenolics, flavonoids and steroids. n-hexane fraction contains alkaloids, flavonoids and steroids and ethyl acetate fraction contain alkaloids, phenolics and flavonoids. n-Hexane fraction exhibited highest toxic activity with LC50 value 90.05 ppm against Artemia salina L and ethyl acetate fraction has the highest antioxidant activity with IC50 value 38.94 ppm compared with other extracts.

Keyword: Phytochemical, toxicity, antioxidant, and Artemia salina L

Abstrak. Analisis fitokimia, uji toksisitas dengan udang Artemia salina, dan uji aktivitas antioksidan terhadap ekstrak daun Kerehau (Callicarpa longifolia Lam.) telah dilakukan. Ekstrak total yang diperoleh dari hasil maserasi daun Kerehau dengan metanol, dievaporasi dengan rotary evaporator. Ektrak kasar kemudian difraksinasi dengan n-heksana dan pelarut etil asetat, secara berturut-turut. Berdasarkan hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak kasarl mengandung alkaloid, fenolik, flavonoid dan steroid. fraksi n-heksana mengandung alkaloid, flavonoid dan steroid. Sedangkan fraksi etil asetat mengandung alkaloid, fenolik dan flavonoid. Hasil uji toksisitas menunjukkan bahwa frakasi n-heksan dengan nilai LC50 90,05 terhadap udang Artemia salina L dan fraksi etil asetat mempunyai aktivitas antioksidan yang paling tinggi dengan nilai IC50 38,94 ppm dibandingkan dengan ekstrak yang lain.

Kata Kunci: Fitokimia, toksisitas, antioksidan, dan Artemia salina L Top of Form

1 [email protected]. Telp. 0541-749

52 Indonesia Chimica Acta Erwin, et.al. ISSN 2085-014X Vol.8. No. 1, June 2015

PENDAHULUAN fraksi etil asetat (Pasaribu, et al, 2014) daun Kerehau, oleh sebagai penelitian lanjutan Sekitar 150 tumbuhan berupa semak akan dilaporkan hasil penelitian lanjutan dan pohon termasuk dalam genus Callicarpa tentang aktivitas antioksidan dari ekstrak yang tersebar di America, Asia tenggara, daun Kerehau. Pulau pulau di Pasifik, dan Australia (Harden 1992) . Sekitar 11 spesies terdaftar METODOLOGI PENELITIAN sebagai tumbuhan endemik di Australia, beberapa diantaranya juga terdapat di Alat dan Bahan Malaysia dan Indonesia (Rasikari, 2007). Alat-alat yang digunakan dalam Calicarpa adalah salah satu genus tumbuhan penelitian ini adalah seperangkat alat yang merupakan sumber senyawa alam dan destilasi, neraca analitik, blender, rotary obat-obatan tradisioanal (Harley, 2004). evaporator, beaker gelas, erlenmeyer, gelas Ada sekita 20 jenis spesies yang telah ukur, tiang statif, klem, corong pisah, tabung digunakan secara etnobotani and reaksi, pipet volume, pipet tetes, mikropipet etnomedikal. Pemanfaatan secara ukuran 100-1000 µL, labu ukur, batang etnomenikal telah dilaporkan untuk pengaduk, bohlam lampu, hot plate dan mengobati hepatitis, rematik, demam, sakit spektrofotometer UV-Vis. kepala, pencernaan dan penyakit lainnya. Bahan-bahan yang digunakan adalah Beberapa spesies Callicarpa telah daun tumbuhan kerehau (Callicarpa dilaporkan berpotensi sebagai antikanker longifolia Lam.), kertas saring Whatman no. (Jones dan Kingnghorn, 2009). 1, aluminium foil, etanol, etil asetat, Salah satu spesies Callicarpa yang kloroform, heksana, dietil eter, H2SO4 2 M, dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh asam asetat glasial, Bi(NO3)3.5H2O, HgCl2, salah satu suku asli Kalimantan yaitu suku HNO3 pekat, KI, FeCl3, HCl, serbuk Mg, Dayak Tunjung adalah kerehau (Callicarpa aquadest, air laut, DPPH (2,2-diphenyl-1- longifolia Lam.). Kerehau (Callicarpa picrylhidrazyl) dan Vitamin C. longifolia Lam.) dimanfaatkan oleh suku Dayak Tunjung sebagai obat masuk angin PROSEDUR PENELITIAN dan bengkak pada bagian akar, sedangkan pada bagian daun digunakan sebagai bedak Ekstraksi dan Fraksinasi basah (Setyowati, 2010) di samping itu Sampel daun kerehau (Callicarpa tanaman ini mempunyai bunga yang longifolia Lam.) yang telah dihaluskan berwarna ungu sehingga juga biasanya ditimbang kemudian diekstraksi dengan cara ditanam sebagai tanaman hias dipekarangan maserasi yaitu merendam sampel dengan rumah sekaligus sebagai tumbuhan obat pelarut etanol pada suhu ruang. Filtrat yang (Susiarti et al, 2000). Pemanfaatan diperoleh disaring dengan kertas saring tumbuhan ini pada suku Aborigin sepertinya whatman dan corong kaca. Kemudian informasinya masih terbatas namun di north pelarut diuapkan dengan rotary evaporator Qld (Australia), imigran Jepang mengunya sehingga diperoleh ekstrak kasar. Callicarpa longifolia sebagai pengganti sirih Selanjutnya ekstrak kasar difraksinasi bersama dengan kapur untuk mendapatkan dengan n-heksan kemudian dilanjutkan efek stimulan (Rasikari, 2007). Hasil fraksinasi dengan etil asetat. Ektrak kasar, penelitian sebelumnya dilaporkan telah fraksi n-heksana dan fraksi etil asetat yang diisolasi steroid dari fraksi kloroform diperoleh diuji fitokimia, toksisitas dengan (Novadiana et al, 2013) dan flavonoid dari menggunakan larva udang Artemia salina

53 Indonesia Chimica Acta Erwin, et.al. ISSN 2085-014X Vol.8. No. 1, June 2015

L(Brine Shrimp Lethality Test) dan aktivitas pada plat kontrol. Pada larutan baris II antioksidan dengan menggunakan metode diencerkan dengan 100 µL air laut kemudian peredaman radikal bebas 2,2-diphenyl-1- diaduk, kemudian dipipet kembali 100 µL picrylhidrazyl (DPPH) dengan dimasukkan ke dalam baris III, larutan baris menggunakan spektrofotometer. III diencerkan kembali dengan 100 µL air laut sambil diaduk dan dimasukkan ke Uji Fitokimia dalam baris dan dilakukan dengan cara Sampel masing-masing ekstrak yang sama sampai baris terakhir. Sehingga ditimbang 10 mg dilarutkan dengan 20 mL konsentrasi larutan untuk masing-masing etanol, kemudian dibagi dalam 6 tabung baris sebagai berikut, baris I = 1000 ppm, reaksi. Uji alkaloid dilakukan dengan baris II = 500 ppm, baris III = 250 ppm, pereaksi Dragendroff, uji baris IV = 125 ppm, baris V = 62,5 ppm, steroid/triterpenoid dengan pereaksi baris VI = 31,25 ppm, baris VII = 15,625 Lieberman-Burchard, uji flavonoid dengan ppm, dan baris VIII = 7,8 ppm. pita Mg dan HCl pekat, uji fenolik dengan Selanjutnya ke dalam larutan sampel penambahan larutan FeCl3 dan uji saponin pada plat uji dan larutan kontrol pada plat dengan cara penambahan air panas kontrol ditambahkan 100 µL air laut yang kemudian dikocok kuat. mengandung 8-15 larva udang, kemudian dibiarkan selama 24 jam. Setelah itu Uji Toksisitas (Brine Shrimp Lethality dihitung jumlah rata-rata larva udang yang Test) mati dan yang hidup untuk setiap baris pada Sampel masing-masing ekstrak plat uji. Nilai LC50 lalu ditentukan dengan ditimbang 1 mg, dilarutkan dalam 100 µL uji probit menggunakan SAS (Statistical DMSO sambil diaduk, kemudian diencerkan Analysis System). dengan 150 µL air laut sehingga volume total menjadi 250 µL. Selanjutnya, sampel Uji Aktivitas Antioksidan yang sudah diencerkan diambil 200 µL lalu Pengujian aktivitas antioksidan diencerkan lagi dengan 600 µL aquades. dilakukan dengan menggunakan Volume total menjadi 800 µL, sehingga spektrofotometer pada suhu kamar (25 oC) konsentrasi menjadi: dengan panjang gelombang antara 512-517 200µL⁄250µL × 1 mg 0.8 푚푔 nm namun dicari gelombang optimumnya = 800 µL 800µL terlebih dahulu menggunakan larutan blanko = 1000 ppm dan larutan DPPH (2,2-diphenyl-1- Larutan kontrol dibuat sama dengan picrylhidrazyl) digunakan sebagai radikal prosedur di atas tanpa menggunakan sampel. bebas untuk pengujian. Larutan DPPH Bibit udang (±1000 bibit) dimasukkan dibuat dengan cara menimbang DPPH dan ke dalam 100 mL air laut yang sudah dilarutkan dalam etanol tepat pada disaring dengan menggunakan aquarium konsentrasi 0,024 mg/mL. Ekstrak sampel kecil selama 48 jam diberi pencahayaan. sebanyak 3 mg dilarutkan dalam DMSO Setelah itu benih udang siap untuk uji sehingga didapat konsentrasi 100 ppm. toksisitas. Untuk masing-masing ekstrak Dua plat mikro standar masing- ditimbang 20 mg, kemudian dilarutkan masing disiapkan untuk plat uji dan plat dengan etanol sampai volumenya 40 mL. kontrol. Ke dalam baris I dan II masing- Dengan demikian konsentrasi larutan masing tiga kolom, sampel dimasukkan 100 ekstrak sampel (ekstrak kasar etanol dan µL pada plat uji dan 100 µL larutan kontrol masing-masing fraksi) adalah 500 ppm.

54 Indonesia Chimica Acta Erwin, et.al. ISSN 2085-014X Vol.8. No. 1, June 2015

Ekstrak kasar dan fraksi n-heksana dengan %AA = 100 – {[(AB – AA)] x 100 / AKN} konsentrasi 500 ppm diencerkan untuk mendapatkan konsentrasi 12,5; 25; 50; 75 Keterangan : dan 100 ppm dengan menggunakan mikro %AA = Persentase aktivitas antioksidan pipet dan masing-masing konsentrasi dibuat AA = Absorbansi blanko (berisi 1 mL 3 kali pengulangan. Sedangkan pada fraksi ekstrak dalam etanol + 1 mL etanol) etil asetat dibuat seri konsentrasi dalam 3; 5; AB = Absorbansi sampel (berisi 1 mL 12,5; 25; 50; 75 dan 100 ppm. ekstrak dalam etanol + 1 mL DPPH) Untuk pembanding (vitamin C baku) AKN = Absorbansi kontrol negatif (berisi ditimbang sebanyak 1 mg dan dilarutkan 1 mL etanol + 1 mL DPPH) (Karamac et al., dengan etanol sampai volumenya 1000 mL 2002) menggunakan labu ukur coklat, sehingga Pengujian ini bertujuan untuk didapat larutan induk vitamin C dengan mengindikasi adanya aktivitas antioksidan konsentrasi 1000 ppm, kemudian diambil 1 yang ditunjukkan melalui dekolorisasi warna mL larutan induk vitamin C dan dilarutkan radikal DPPH dari ungu menjadi kuning dengan etanol sampai volumenya 10 mL sampai bening dan terjadi penurunan nilai menggunakan labu ukur coklat, sehingga absorbansi ekstrak terhadap kontrol, yang didapat konsentrasi vitamin C 100 ppm. ditunjukkan pada monitor pada Setelah itu, dari konsentrasi vitamin C 100 spektrofotometer. Jika terdapat indikasi ppm dibuat seri konsentrasi larutan vitamin tersebut dapat dinyatakan bahwa telah C dengan konsentrasi berturut-turut 3; 5; terjadi penghambatan ekstrak terhadap 12,5; 25; 50 75 dan 100 ppm dengan radikal DPPH, yang artinya ekstrak menggunakan mikro pipet dan masing- memiliki potensi antioksidan karena telah masing konsentrasi dibuat 3 kali mampu menghambat kerja radikal bebas. pengulangan. Selanjutnya masing-masing konsentrasi ekstrak dan vitamin C dipipet HASIL DAN PEMBAHASAN sebanyak 1 mL dan dimasukan ke dalam Ekstraksi dan Fraksinasi tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 1 mL Sampel daun Kerehau (Callicarpa larutan DPPH 0,024 mg/mL, dihomogenkan longifolia Lam.) dimaserasi dengan etanol dan dibiarkan selama 30 menit di tempat secara berulang sampai larutan ekstrak tidak gelap. Selanjutnya diukur absorbansinya berwarna lagi. Kemudian maserat disaring dengan spektrofotometer UV-Vis pada dan filtratnya dipekatkan menggunakan panjang gelombang optimum. rotary evaporator. Selanjutnya difraksinasi Aktivitas antioksidan ditentukan dengan pelarut n-heksana dan etil asetat berdasarkan persentase daya hambat radikal secara berturut-turut. Adapun berat dari bebas. Analisa kuantitatif terhadap aktivitas ekstrak total, fraksi n-heksan dan fraksi etil No. Jenis Ekstrak Berat (gram) asetat yang diperoleh masing-masing adalah 1. Ekstrak kasar 18,79 18,79 gram, 5,30 gram dan 4,47 gram, etanol seperti yang tercantum dalam table 1 2. Ekstrak fraksi 5,30 berikut. n-heksana Tabel 1 Berat dari ekstrak kasar dan masing- 3. Ekstrak fraksi 4,47 masing fraksi etil asetat penghambatan radikal/DPPH dilakukan dengan menggunakan rumus : Uji Fitokimia Berdasarkan hasil uji fitokimia yang

55 Indonesia Chimica Acta Erwin, et.al. ISSN 2085-014X Vol.8. No. 1, June 2015 telah dilakukan terhadap ekstrak total, fraksi berikut. n-heksana dan fraksi etil asetat dari tumbuhan kerehau (Callicarpa longifolia Tabel 3 Nilai LC50 uji mortalitas larva udang Lam.) diketahui jenis senyawa metabolit ekstrak kasar etanol dan masing- sekunder yang dapat dilihat pada tabel 2 masing fraksi berikut. No. Jenis Ekstrak LC50 (ppm) Tabel 2 Hasil uji fitokimia dari ekstrak kasar 1. Ekstrak kasar 447,90 dan masing-masing fraksi daun 2. fraksi n-heksana 90,04 tumbuhan kerehau 3. fraksi etil asetat 275,00 Menurut Meyer (1982), nilai Jenis Ekstrak tersebut menunjukkan ekstrak termasuk Jenis Ekstrak Fraksi Fraksi dalam tingkat toksik yang berkisar pada Senyawa Total n- Etil 31 ppm ≤ LC50 ≤ 1000 ppm. Berdasarkan Heksana Asetat hasil perhitungan diperoleh bahwa Alkaloid + + + ekstrak kasar mempunyai potensi Fenolik + - + toksisitas yang paling rendah Flavonoid + + + dibandingkan dengan fraksi n-heksana Saponin - - - dan fraksi etil asetat. Hal tersebut Steroid + + - berkaitan dengan senyawa metabolit Triterpenoid - - - sekunder yang terkandung dari masing- masing ekstrak, di mana pada kadar Keterangan : tertentu memiliki tingkat toksik yang lebih + : Mengandung senyawa metabolit tinggi sehingga dapat menyebabkan sekunder kematian yang lebih besar pada larva udang. ˗ : Tidak mengandung senyawa metabolit sekunder Uji Aktivitas Antioksidan Adapun data uji yang dihasilkan dari uji Uji Toksisitas (Brine Shrimp Lethality aktivitas antioksidan dengan metode Test) Sebagai skrining awal senyawa peredaman radikal DPPH untuk masing- toksik dilakukan uji toksisitas dengan masing ekstrak dan vitamin C dapat dilihat menggunakan larva udang (Artemia salina pada tabel berikut ini 4. L.). Hasil uji toksisitas ini dapat diketahui dari jumlah kematian larva udang yang Tabel 4 Persen peredaman radikal DPPH (%AA) dari ekstrak total, fraksi n- dinyatakan dalam LC50. Nilai LC50 merupakan angka yang menunjukkan heksan, fraksi etil asetat, dan konsentrasi ekstrak yang dapat vitamin C pada berbagai menyebabkan kematian sebesar 50% dari konsentrasi jumlah hewan uji. Konsentrasi 3 5 12,5 25 50 Berdasarkan perhitungan dengan Sampel 75 ppm 100 ppm analisis probit SAS (Statistic Analysis ppm ppm ppm ppm ppm 35,75 39,6 46,4 System) terhadap ekstrak total, fraksi n- Ekstrak total - - 54,48% 60,85% heksana dan fraksi etil asetat pada daun % 6% 4% Fraksi n- 27,59 33,3 39,5 tumbuhan kerehau (Callicarpa longifolia - - 46,67% 53,33% Lam.) diperoleh LC50 (Lethal Concentration heksan % 3% 4% 50%) yang diperlihatkan pada tabel 3 Fraksi etil 39,62 40,5 42,64 45,9 54,3 60,80 % 65,98%

56 Indonesia Chimica Acta Erwin, et.al. ISSN 2085-014X Vol.8. No. 1, June 2015

asetat % 7% % 8% 7% 44,25 48,1 51,03 55,1 67,4 Vitamin C 76,44 % 90,92 % % 6 % % 7 % 7 %

Berdasarkan hasil data di atas, maka dapat dilihat grafik hubungan antara konsentrasi masing-masing ekstrak terhadap peredaman radikal DPPH (%AA) pada gambar 1 berikut.

Gambar 1. Kurva hubungan antara %AA Vs masing masing ekstrak dan vitamin C sebagai pembanding

Adapun besarnya nilai IC50 pada ekstrak total, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan vitamin C sebagai pembanding dapat diketahui dari persamaan regresi linier sederhana pada grafik di atas. Nilai IC50 untuk ekstrak total diperoleh 61,38 ppm, fraksi n-heksana diperoleh 87,18 ppm, pada fraksi etil asetat diperoleh 38,94 ppm sedangkan pada vitamin C diperoleh 12,30 ppm. Parameter yang digunakan untuk uji penangkapan radikal DPPH adalah nilai IC50. IC50 didefinisikan sebagai besarnya konsentrasi ekstrak yang dapat menghambat aktivitas radikal bebas DPPH sebesar 50 %. Nilai IC50 diperoleh dari suatu persamaan regresi linear yang menyatakan hubungan antara konsentrasi ekstrak uji dengan persen

penangkapan radikal. Nilai IC50 yang semakin kecil menunjukkan aktivitas antioksidan pada bahan yang diuji semakin besar. Secara spesifik, suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat apabila nilai IC50 kurang dari 50 ppm, kuat apabila nilai IC50 antara 50-100 ppm, sedang apabila nilai IC50 antara 101-150 ppm dan lemah apabila nilai IC50 lebih dari 151 ppm. Berdasarkan klasifikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa pada ekstrak kasar dan fraksi n-heksana memiliki potensi sebagai antioksidan kuat, karena nilai IC50 yang diperoleh berada dalam rentang 50-100 ppm,

57 Indonesia Chimica Acta Erwin, et.al. ISSN 2085-014X Vol.8. No. 1, June 2015 yaitu diperoleh nilai IC50 sebesar 61,38 ppm reaksi oksidasi pada makanan, kosmetik, pada ekstrak kasar dan 87,18 ppm pada farmasi dan plastik. Senyawa ini mempunyai fraksi n-heksana. Sedangkan pada fraksi etil aktivitas sebagai penangkap radikal bebas asetat nilai IC50 yang diperoleh sebesar sehingga dapat dimanfaatkan sebagai obat 38,94 ppm sehingga aktivitas antioksidan untuk mencegah penyakit yang disebabkan yang dimiliki fraksi etil asetat dapat oleh radikal bebas seperti penyakit kanker. dikategorikan sangat kuat, dikarenakan nilai Flavonoid merupakan senyawa alami yang IC50 yang dimiliki kurang dari 50 ppm. tergolong dalam sebagai senyawa aromatis Fraksi etil asetat memiliki aktivitas merupakan senyawa pereduksi yang baik, antioksidan paling kuat jika dibandingkan menghambat banyak reaksi oksidasi, baik dengan ekstrak yang lain, hal ini secara enzim maupun non enzim. Senyawa dikarenakan terdapat kandungan senyawa flavonoid dapat bertindak sebagai golongan alkaloid, fenolik dan flavonoid antioksidan dan merupakan donor hidrogen, yang dimiliki fraksi etil asetat yang sudah seperti halnya dengan fenolik, radikal bebas diketahui memiliki aktivitas sebagai yang terbentuk akibat dari donor hidrogen antioksidan. Dugaan ini diperkuat di mana mempunyai energi yang rendah sebagai sebelumnya telah diisolasi flavonoid dari akibat dari terjadinya delokalisasi elektron fraksi etil asetat daun Kerehau (Pasaribu et dalam cincin benzen sebelum menjadi al, 2014). senyawa yang stabil. Untuk ekstrak total juga mengandung senyawa alkaloid, fenolik, KESIMPULAN flavonoid dan steroid, namun tidak sekuat pada fraksi etil asetat dikarenakan belum Berdasarkan hasil uji fitokimia terkonsentrasi, masih bercampur antara terdapat beberapa jenis metabolit sekunder senyawa yang polar dan non polar. pada ekstrak kasar etanol yaitu, alkaloid, Sedangkan pada fraksi n-heksana fenolik, flavonoid dan steroid, sedangkan mengandung senyawa alkaloid, flavonoid pada fraksi n-heksana terdapat alkaloid, dan steroid. Aktivitas antioksidannya tidak flavonoid dan steroid dan pada fraksi etil sekuat bila dibandingkan dengan ekstrak asetat terdapat alkaloid, fenolik dan kasar etanol dan fraksi etil asetat, diduga flavonoid. Berdasarkan hasil uji BSLT, karena tingginya kandungan steroid fraksi yang memiliki sifat toksik paling sehingga tidak dapat bersinergis dengan baik tinggi adalah fraksi n-heksan dengan nilai sebagai antioksidan. DPPH bereaksi dengan LC50 sebesar 90,05 dan fraksi yang paling senyawa antioksidan melalui pengambilan baik digunakan sebagai antioksidan adalah atom hidrogen dari senyawa antioksidan fraksi etil asetat dengan IC50 sebesar 38,94 untuk mendapatkan pasangan elektron. ppm. Senyawa yang bereaksi sebagai penangkap radikal akan mereduksi DPPH yang dapat DAFTAR PUSTAKA diamati dengan adanya perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning ketika Harden GJ, editor. 1992. Flora of New South elektron ganjil dari radikal DPPH telah Wales. Vol. 3. Kensington, berpasangan dengan hidrogen dari senyawa Australia: New South Wales penangkap radikal bebas yang akan University Press. membentuk DPPH-H tereduksi. Antioksidan fenolik biasanya Harley, RM.; Atkins, S.; Budantsev, AL.; digunakan untuk mencegah kerusakan akibat Cantino, P.D.; Conn, BJ.; Grayer,

58 Indonesia Chimica Acta Erwin, et.al. ISSN 2085-014X Vol.8. No. 1, June 2015

R.; Harley, MM.; de Kok, R.; Krestovskaja, T.; Morales, R.; Setyowati, F. M. 2010. Etnofarmakologi dan Paton, AJ.; Ryding, O.; Upson, Pemakaian Tanaman Obat Suku T. Labiatae. In: Kadereit, Dayak Tunjung di Kalimantan JW.,editor. 2004, Flowering Timur. Media Litbang , Dicotyledons: , Kesehatan, 20, 104-112 except Acanthaceae, including Susiati, S., Hoesen, D.S.H, dan Hidayat, A. Avicenniaceae,The Families and 2000, Keanekaragaman Genera of Vascular Plants. New Tumbuhan yang Berpotensi York: Springer, page 478. Sebagai Tanaman Hias di Kutai, Kalimantan Timur, Prosiding Karamac, M, Bucinski, A., Pegg, R.B., and Seminar Hari Cinta Puspa dan Amarowicz, R. 2002. Satwa Nasional, Kebun Raya Antioxidant and Antiradical Bogor, Bogor, 214-219. Activity Of Ferulate, Czech J. Food Sci. 23, 64-68. Jones, P.W and Kinhorn, A.D. 2009, Biologically Active Natural Meyer, B.N., Ferrigny, N.R., Putnam, J.E., Products Of The Genus Jacobsen, L.B., Nicols, D.E. and Callicarpa, Curr Bioact Compd, Mc Laughlin, J.L. 1982. Brine 4(1): 15–32 Shrimp, A Covenient General Bioassay for Active Contituent. Journal of Medical Plant Research. 45 : 31-34

Novadiana, A., Erwin, dan Pasaribu, S.P, 2013, Uji Toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test) Ekstrak dan Isolat Fraksi Kloroform dari daun Karehau (Callicarpa longifolia Lamk.), Prosiding Seminar Nasional Kimia Kalimantan Timur, hal. 134 – 140.

Pasaribu, S.P., Erwin and Istianti, P. 2014, Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dari Daun Kerehau, Jurnal Kimia Mulawarman, Vol (2), 81-84.

Rasikari, H, 2007, Phytochemistry and arthropod bioactivity of Australian , Theses, Southern Cross University ePublications@SCU, Australia, page 31.

59