Estetika Tabuh Gamelan Gong Gede Di Desa Adat Tejakula Buleleng

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Estetika Tabuh Gamelan Gong Gede Di Desa Adat Tejakula Buleleng Jurnal Kajian Seni, Vol. 06, No. 01, November 2019: 58-67 VOLUME 06, No. 01, November 2019: 58-67 ESTETIKA TABUH GAMELAN GONG GEDE DI DESA ADAT TEJAKULA BULELENG Pande Gede Widya Supriyadnyana, I Gede Arya Sugiartha, Ni Made Arshiniwati Program Studi Seni Program Magister Program Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Denpasar [email protected] ABSTRACT Barungan gamelan Gong Gede is one from many types of gamelan Bali. The research of this article aims to analyze the aesthetics of Gong Gede in the Traditional Village of Tejakula in Buleleng Regency, Bali. The writer used descriptive qualitative method which means expressed a problem according to the existed logic. Techniques of collecting data are observation, interview, and documentation. Data was gained from primary data source in the form of interview and informant named Pande Gede Mustika and Made Imawan (Jro Bau) with the technique of purposive sampling. Secondary data was gained from documentation process of Gamelan Gong Gede performance at Pura Desa Adat Tejakula. The result of this research is to know the aesthetic form of Gamelan Gong Gede performance. on its performance, the aesthetic of Gamelan Gong Gede performance in Desa Adat Tejakula began with tabuh gilak, tabuh telu, and tabuh magending (tabuh pat dan tabuh nem). In the aesthetic there are appearance, content, and presentation/ performance. Keywords: Aesthetics, Gamelan, Gong Gede, Tabuh ABSTRAK Barungan gamelan Gong Gede adalah satu wujud dari berbagai bentuk di Bali. Penelitian artikel ini bertujuan untuk menganalisis estetika tabuh Gong Gede di Desa Adat Tejakula di Kabupaten Buleleng Bali. Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu mengungkapkan suatu masalah sesuai dengan logika yang ada dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data diperoleh dari sumber data primer berupa wawancara dengan informan Pande Gede Mustika dan Made Imawan (Jro Bau) dengan teknik purposive sampling. Data sekunder diperoleh melalui hasil dokumentasi pelaksanaan pertunjukkan Gamelan Gong Gede di Pura Desa Adat Tejakula. Hasil penelitian ini adalah mengetahui bentuk estetika pertunjukkan gending lelambatan Gamelan Gong Gede. Dalam penyajiannya, estetika pertunjukkan Gamelan Gong Gede yang terdapat di Desa Adat Tejakula diawali dengan tabuh gilak, tabuh telu, dan tabuh megending (tabuh pat dan tabuh nem). Dalam estetika terdapat wujud atau rupa (appreance), bobot atau isi (content), dan penampilan (presentation). Kata Kunci : Estetika, Gamelan, Gong Gede, Tabuh 58 Pande Gede Widya Supriyadnyana, I Gede Arya Sugiartha, Ni Made Arshiniwati, Estetika... PENGANTAR batin dalam mempertajam intuisinya Gong Gede merupakan salah satu yang menyangkut rasa keindahan gamelan yang mempunyai barungan yang membuat kita senang, terkesima, terbesar, baik dari segi fisik maupun terpesona, bergairah dan bersemangat. musikalnya. Gamelan Gong Gede adalah Dilihat dari fungsi gamelan Gong Gede salah satu gamelan yang berlaras pelog yakni dari segi tabuh (gending), estetika panca nada, sebuah orkestra tradisional memberikan suasana yang sangat Bali yang didominasi oleh alat-alat mendukung dalam upacara dewa yadnya perkusi dalam bentuk instrumen pukul pada piodalan dewa Yadnya di Khayangan yang termasuk dalam golongan madya Tiga. yang diperkirakan berkembang sesudah Adapun beberapa buku yang abad ke X Masehi (Bandem, 2013:70). ditinjau sebagai pendukung dalam artikel Alat-alat atau instrumen yang berbentuk ini, sebagai berikut: Pertama, Aryasa, bilah, antara lain: instrumen gangsa IWM, dkk. Pengetahuan Karawitan Bali. jongkok, instrumen jegogan, instrumen Denpasar: Departemen Pendidikan jublag, dan instrumen penyacah. dan Kebudayaan Direktorat Jendral Sedangkan instrumen yang berbentuk Kebudayaan Proyek Pengembangan pencon (moncol) terdiri dari instrumen Kesenian Bali, 1984. Dalam buku ini terompong, instrumen riyong, instrumen menguraikan tentang vokal seperti ponggang, instrumen kempli, instrumen pengertian karawitan vokal, jenis kempul, dan instrumen gong. Gamelan tembang dan tata penyajian tembang, Gong Gede merupakan salah satu wujud karawitan instrumental, seperti alat- kesenian Bali hingga sekarang masih alat karawitan instrumental, barungan mencerminkan seni yang adiluhung, gamelan atau ensambel, fungsi dan sehingga harus dipertahankan bentuk karawitan instrumental, tata keberadaannya. penyajian tetabuhan, serta modus Dalam sebuah pertunjukan gamelan dan lagu. Secara substansi buku ini Gong Gede memiliki fungsi estetik menuntun penata untuk memahami hal yang terdapat dalam pertunjukan mendasar dalam ilmu karawitan Bali. tersebut. Estetika merupakan suatu Kedua, buku yang bertajuk Prakempa: ilmu yang mempelajari segala sesuatu Sebuah Lontar Gamelan Bali karya I Made yang berkaitan dengan keindahan, Bandem yang dipublikasi pada tahun mempelajari aspek dari apa yang kita 1986. Buku ini menjelaskan tentang sebut dengan keindahan (Djelantik, empat unsur pokok dalam gamelan 2004:7). Dilihat dari pernyataan tentang Bali yaitu filsafat atau logika, etika atau keindahan, estetika difungsikan atau susila, estetika (lango) dan gegebug dirasakan sebagai keindahan yang (teknik). Buku ini bermanfaat bagi dapat merangsang dan mendorong penata untuk memahami tentang logika, manusia untuk berkreasi dan bersikap etika, estetika, dan teknik. Ketiga, masih dinamis untuk mencapai kepuasan dari penulis yang sama, I Made Bandem 59 Jurnal Kajian Seni, Vol. 06, No. 01, November 2019: 58-67 menulis Gamelan Bali Di Atas Panggung PEMBAHASAN Sejarah pada tahun 2013. Dalam buku Pengertian Gamelan Gong Gede ini banyak mengulas tentang aspek- Barungan gamelan Gong Gede aspek dan seluk beluk tentang gamelan merupakan gamelan yang berlaras pelog Bali dan asal mula gamelan Bali. Buku panca nada. Barungan gamelan ini disebut ini memberikan pengetahuan terhadap gamelan Gong Gede, karena susunan gamelan Bali. Teori yang digunakan orkestrasinya terdiri dari beberapa jenis dalam penelitian ini adalah teori estetika instrumen perkusi dalam jumlah yang menurut Djelantik, dikatakan bahwa cukup banyak, bentuk instrumentasinya estetika dapat dibagi menjadi tiga yakni digolongkan besar-besar dan mempunyai wujud atau rupa rupa (appreance), arti juga “gede”. Kata “gede” di sini bobot atau isi (content), dan penampilan mempunyai arti yang besar, karena (presentation) (2004: 15). gamelan ini merupakan gamelan Bali Dengan demikian untuk membatasi yang paling terbesar, baik dari jumlah pembicaraan yang akan berkembang pemain yang dibutuhkan maupun dari dan berkepanjangan dalam tulisan perangkat instrumentasinya. Barungan ini, maka dibuat sebuah perumusan gamelan Gong Gede membutuhkan masalah yang nantinya akan dicari jumlah penabuh (juru gamel) kurang jawabannya. Adapun aspek-aspek yang lebih 60-75 orang penabuh. perlu dijadikan suatu masalah yakni Dilihat dari instrumentasinya terdiri menganalisis estetika tabuh Gong Gede dari alat-alat perkusi berupa berbentuk di Desa Adat Tejakula di Kabupaten bilah dan pencon (moncol). Instrumen Buleleng Bali. Adapun tujuan penulisan yang berbentuk bilah bisa dibagi menjadi dalam artikel ini untuk menganalisis dua (Sukerta, 2010:44), yakni 1. bilah estetika tabuh Gong Gede di Desa yang berbentuk dengan istilah: metundun Adat Tejakula di Kabupaten Buleleng klipes, metundun sambuk, setengah Bali. Penelitian ini tergolong deskriptif penyalin, dan bulig, seperti terdapat kualitatif yaitu mengungkapkan suatu dalam instrumen gangsa jongkok, masalah sesuai dengan logika yang penunggal, jongkok pengangkep ageng ada. Metode yang digunakan dalam dan jongkok pengangkep alit (curing). penelitian ini yaitu observasi, wawancara, 2. bilah yang berbentuk dengan istilah: pengumpulan data, serta dokumentasi. merai, meakte, dan meusuk, seperti Dengan pengumpulan data melalui teknik terdapat dalam instrumen penyacah, purposive sampling, yakni salah satu jublag dan jegogan. Instrumen-instrumen teknik sampling non random sampling di ini bilahnya digantung yaitu memakai tali mana peneliti menentukan pengambilan seperti jangat atau tali nilon. sampel dengan cara menetapkan ciri- Sedangkan untuk instrumen ciri khusus yang sesuai dengan tujuan bermoncol juga dapat diistilahkan sebagai penelitian sehingga diharapkan dapat monco tegeh (tingi) dan moncol endep menjawab permasalahan penelitian. (rendah). Instrumen yang berbentuk 60 Pande Gede Widya Supriyadnyana, I Gede Arya Sugiartha, Ni Made Arshiniwati, Estetika... pancon tinggi seperti: riyong ponggang, Wujud merupakan suatu kenyataan riyong, dan terompong ageng (gede). yang tampak secara konkret (berarti Sedangkan instrumen yang berpencon dapat dipersepsi dengan mata atau pendek (endep) seperti instrumen kempli, telinga) maupun kenyataan yang tidak bende kempur, dan gong. Instrumen lain tampak secara konkret, yang abstrak seperti ceng-ceng kopyak dan kendang (hanya bisa dibayangkan). Wujud yang sangat dibutuhkan. Bentuk instrumen terdapat dalam seni karawitan yaitu ini, kecuali ceng-ceng kopyak dapat tabuh gilak, tabuh telu, tabuh pat, dan digunakan dengan cara dipukul dengan tabuh nem dengan menggunakan media alat pemukul seperti panggul. ungkap gamelan Gong Gede. Dalam wujud dapat dilihat bentuk dan struktur Estetika Gamelan Gong Gede di Tinjau dari tata penyajian gending itu sendiri. Dari Segi Tabuh (Geding) Tabuh gilak memiliki pola 8 ketukan, Mengenai estetika gamelan 16 ketukan, dan 32 ketukan. Di setiap Gong Gede ditinjau dari segi tabuh pola tersebut terdapat jatuhnya sistem (gending) pada saat piodalan dewa kolotomik kempur dan gong yang berbeda Yadnya Khayangan
Recommended publications
  • Perkembangan Gender Wayang Kayumas Oleh
    Perkembangan Gender Wayang Kayumas Oleh : Ni Ketut Suryatini, SSKar., M.Sn dan Ni Putu Tisna Andayani, SS Perkembangan Variasi, Komposisi Gender Wayang sebagai kesenian yang tetap eksis di masyarakat karena keterkaitannya dengan upacara agama, akhir-akhir ini mendapat pula sentuhan variasi dari para seniman pendukungnya terutama dari seniman akademis dan generasi muda. Pemberian variasi sifatnya sah-sah saja sepanjang tidak meninggalkan unsur-unsur musikal nilai estetika dan etika. Sejarah Gender Wayang pada abad ini mengarah pada persimpangan jalan yang diwarnai dengan adanya saling mempengaruhi dengan gamelan-gamelan lain, termasuk gong kebyar, yang menonjol pertama sebagai musik instrumental untuk gong di Bali Utara pada tahun 1914 dan kemudian dikembangkan sebagai iringan tari. Setelah gong baru itu mulai berkobar di Bali Selatan (Sekehe gong di Pangkung Tabanan, Belahan Denpasar, Peliatan Gianyar), komposisi- komposisi baru untuk pelegongan dan semar pagulingan dari Kuta juga mulai diserap oleh gong kebyar, yang sampai saat itu mendapat pengaruh dalam perkembangannya berdasarkan tradisi gong sebagai titik tolak. Wayang Lotring adalah seorang tokoh dalam pelegongan dan gender wayang yang pernah belajar tradisi-tradisi gender yang lain disamping dari desanya sendiri, termasuk di Kayumas Kaja Denpasar dan Sukawati, dan latar belakang tersebut merupakan sebuah harta karun dalam karya-karya baru dari imajinasinya. Dalam penggalian tradisi gender dia mentransfer gending Sekar Gendot dengan penyesuaian, perubahan dan penambahan ke pelegongan. Proses peminjaman dan transformasi itu dari gender ke gong kebyar juga dilakukan di Jagaraga termasuk bentuk gineman sehingga dikembangkan suatu urutan tertentu dalam kebyar : kebyar, gineman, gegenderan dan bagian-bagian berikutnya seperti gilak, bapang dan playon dalam berbagai kombinasi. Inspirasi dari gender dalam kebyar dan perkembangan saih pitu pada masa ini masih berjalan; sebuah kutipan dari ”Pemungkah” gaya Kayumas bagian lainnya seperti ”Tulang Lindung”, telah muncul juga dalam kreasi gong.
    [Show full text]
  • University of Oklahoma Graduate College
    UNIVERSITY OF OKLAHOMA GRADUATE COLLEGE JAVANESE WAYANG KULIT PERFORMED IN THE CLASSIC PALACE STYLE: AN ANALYSIS OF RAMA’S CROWN AS TOLD BY KI PURBO ASMORO A THESIS SUBMITTED TO THE GRADUATE FACULTY in partial fulfillment of the requirements for the Degree of MASTER OF MUSIC By GUAN YU, LAM Norman, Oklahoma 2016 JAVANESE WAYANG KULIT PERFORMED IN THE CLASSIC PALACE STYLE: AN ANALYSIS OF RAMA’S CROWN AS TOLD BY KI PURBO ASMORO A THESIS APPROVED FOR THE SCHOOL OF MUSIC BY ______________________________ Dr. Paula Conlon, Chair ______________________________ Dr. Eugene Enrico ______________________________ Dr. Marvin Lamb © Copyright by GUAN YU, LAM 2016 All Rights Reserved. Acknowledgements I would like to take this opportunity to thank the members of my committee: Dr. Paula Conlon, Dr. Eugene Enrico, and Dr. Marvin Lamb for their guidance and suggestions in the preparation of this thesis. I would especially like to thank Dr. Paula Conlon, who served as chair of the committee, for the many hours of reading, editing, and encouragement. I would also like to thank Wong Fei Yang, Thow Xin Wei, and Agustinus Handi for selflessly sharing their knowledge and helping to guide me as I prepared this thesis. Finally, I would like to thank my family and friends for their continued support throughout this process. iv Table of Contents Acknowledgements ......................................................................................................... iv List of Figures ...............................................................................................................
    [Show full text]
  • Adapting and Applying Central Javanese Gamelan Music Theory in Electroacoustic Composition and Performance
    Middlesex University Research Repository An open access repository of Middlesex University research http://eprints.mdx.ac.uk Matthews, Charles Michael (2014) Adapting and applying central Javanese gamelan music theory in electroacoustic composition and performance. PhD thesis, Middlesex University. [Thesis] Final accepted version (with author’s formatting) This version is available at: https://eprints.mdx.ac.uk/14415/ Copyright: Middlesex University Research Repository makes the University’s research available electronically. Copyright and moral rights to this work are retained by the author and/or other copyright owners unless otherwise stated. The work is supplied on the understanding that any use for commercial gain is strictly forbidden. A copy may be downloaded for personal, non-commercial, research or study without prior permission and without charge. Works, including theses and research projects, may not be reproduced in any format or medium, or extensive quotations taken from them, or their content changed in any way, without first obtaining permission in writing from the copyright holder(s). They may not be sold or exploited commercially in any format or medium without the prior written permission of the copyright holder(s). Full bibliographic details must be given when referring to, or quoting from full items including the author’s name, the title of the work, publication details where relevant (place, publisher, date), pag- ination, and for theses or dissertations the awarding institution, the degree type awarded, and the date of the award. If you believe that any material held in the repository infringes copyright law, please contact the Repository Team at Middlesex University via the following email address: [email protected] The item will be removed from the repository while any claim is being investigated.
    [Show full text]
  • I KONSEP KENDANGAN PEMATUT KARAWITAN JAWA GAYA
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Institut Seni Indonesia Surakarta KONSEP KENDANGAN PEMATUT KARAWITAN JAWA GAYA SURAKARTA TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat sarjana S2 Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni Minat Studi Pengkajian Musik Nusantara diajukan oleh: Sigit Setiawan 439/S2/K2/2010 Kepada PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT SENI INDONESIA (ISI) SURAKARTA 2015 i Disetujui dan disahkan oleh pembimbing Surakarta, …… Maret 2015 Pembimbing Prof. Dr. Soetarno, D.E.A NIP 194403071965061001 ii TESIS KONSEP KENDANGAN PEMATUT KARAWITAN JAWA GAYA SURAKARTA Dipersiapkan dan disusun oleh Sigit Setiawan 439/S2/K2/2010 Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 13 Maret 2015 Susunan Dewan Penguji Pembimbing Ketua Dewan Penguji Prof. Dr. Soetarno, D.E.A Dr. Aton Rustandi Mulyana, M. Sn NIP 194403071965061001 NIP 197106301998021001 Penguji Utama Prof. Dr. Sri Hastanto, S. Kar. NIP 194612221966061001 Tesis ini telah diterima Sebagai salah satu persyaratan Memperoleh gelar Magister Seni (M. Sn.) Pada Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Surakarta, …. Maret 2015 Direktur Pascasarjana Dr. Aton Rustandi Mulyana, M. Sn NIP 197106301998021001 iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “KONSEP KENDANGAN PEMATUT KARAWITAN GAYA SURAKARTA” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara- cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sangsi yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
    [Show full text]
  • Karawitan Kreasi Pepanggulan Lingga Prabawa I Made Putra Sanjaya NIM
    Karawitan Kreasi Pepanggulan Lingga Prabawa I Made Putra Sanjaya NIM. 201302047 INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR Alamat: Jalan Nusa Indah Denpasar, Telp: (0361) 227316, Fax: (0361) 236100 e-mail: [email protected] ABSTRAK Perjalanan tentang kisah kehidupan dengan berbagai keragaman serta warna dan filsafat rwa bhineda yang mewarnai cerita kehidupan, tentang pahit manisnya proses yang dialami dan hanya terlewatkan oleh ruang dan waktu, member inspirasi bagi penata untuk menuangkannya dalam tabuh kreas ipepanggulan dengan judul LINGGA PRABAWA. Penata mencoba mentransformasikan kisah ini kedalam komposisi musik Tabuh Kreasi Pepanggulan dengan menggunakan gamelan angklung dengan pengolahan melodi empat nada serta jalinan kotekan, irama yang padu dan selipan gending-gending sekar rare yang mengingatkan pada masa kanak-kanak yang indah dan penuh kenangan. Kata kunci : Lingga prabawa, tabuh kreasi, rwa bhineda ABSTRAK The journey of the life story with the diversity and colors and philosophy of rwa bhineda that colored the life story, the bitter sweetness of the process experienced and only missed by space and time, inspired the stylist to pour it in the tabuh kreas ipepanggulan with title LINGGA PRABAWA. The stylists try to transform this story into the composition of Tabuh Kreasi Pepanggulan music by using angklung gamelan with four-tone melodic processing and bundles of kotekan, a unified rhythm and inserts of sekare rare gending reminiscent of beautiful and memorable childhood. Keywords: Linga prabawa, percussion creations, rwa bhineda PENDAHULUAN Dalam proses kehidupan setiap orang tentu mengalami situasi dan kondisi yang berbeda satu sama lainnya yang sering kita kenal dengan pahit manisnya suatu kehidupan (rwa bineda). Siklus yang terjadi seiring waktu terkadang memberi pengaruh yang besar bagi seseorang.
    [Show full text]
  • Indo 20 0 1107105566 161
    GENDER BARUNG, ITS TECHNIQUE AND FUNCTION IN THE CONTEXT OF JAVANESE GAMELAN* Sumarsam In the gamelan of Central Java there are three types of gender: gender panembung, 1 gender barung and gendfer panerus. The construction of these three instruments is similar. They are metallophones with bronze, iron, or brass keys suspended by cords over tube resonators. Gender panembung has six or seven keys and a range the same as the lowest section of the gender barung* 1s. Gendfcr barung usually consists of two and one-half octaves. Gender panerus has the same number of keys as gender barung but is pitched one octave higher. As a result, it overlaps gender barung by one and a half octaves. Here we are going to discuss only gender barung (hereafter referred to as gender), its technique and function in the context of the gamelan.2 Gender is generally accepted as an important instrument in the gam elan.3 45 Gending (gamelan compositions) with buka (introduction) by gender are named gending gender. In other gending, except gending bonang, 4 i f the rebab is absent from the ensemble, gender is called upon to play buka. Either the bonang barung or the gender has the right to play buka fo r gending lanearan. 5 The pitch of genddr is in the low and medium range. It produces full yet soft sounds. If gender is ab­ sent from the gamelan, the sound of the ensemble is not as full and sonorous. Thus barung (verbs, ambarung, binarung) , the second half of the full name for gender, means playing or singing together in order to create a full sound.
    [Show full text]
  • Automatic Gamelan User Guide
    AUTOMATIC GAMELAN USER GUIDE Charles Matthews MA Sonic Arts, Module MDA4303 Student Number: 2235561 Tutor: Nye Parry Contents 1. Introduction ................................................................................................................4 1.1 Gamelan Samples.............................................................................................................4 1.2 Kepatihan Notation.........................................................................................................5 2. Central Javanese Gamelan ......................................................................................6 2.1 The ‘Loud Style’ Ensemble............................................................................................6 3. Gamelan Concepts .....................................................................................................7 3.1 Tuning .................................................................................................................................7 3.1.1 Laras .............................................................................................................................................. 8 3.1.2 Pathet ............................................................................................................................................ 8 3.2 Tempo and Irama ............................................................................................................8 3.3 BentuK .................................................................................................................................9
    [Show full text]
  • Aplikasi Gamelan Gong Kebyar Instrumen Gangsa Dan Kendang Berbasis Android
    MERPATI VOL.3, NO.3, DESEMBER 2015 ISSN: 2552-3006 Aplikasi Gamelan Gong Kebyar Instrumen Gangsa dan Kendang Berbasis Android Made Wibawa, Putu Wira Buana, I Putu Agung Bayupati Jurusan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Bali, Indonesia e-mail: [email protected], [email protected],[email protected] Abstrak Gamelan Gong Kebyar merupakan salah satu jenis Gamelan yang ada di Bali, yang dimainkan dengan memakai sistem kebyar. Sebagian masyarakat Bali seringkali kurang berminat memainkanGamelan Gong Kebyar karena dianggap kuno dan harga instrumennya cukup mahal.Kondisi tersebut dapat diatasi dengan adanya media pengenalan yang memanfaatkan perkembangan teknologiseperti Aplikasi “Gamelan Gong Kebyar Instrumen Gangsa dan Kendang”berbasis Android. Aplikasi Gamelan Gong Kebyarberisikaninstrumen Gangsa dan Kendang yang dapatdimainkan secara multitouch dan juga dilengkapi dengan fitur record yaitu merekam suara Gamelan yang dimainkan. Hasil kuesioner yang disebarkan terkait aplikasi Gamelan Gong Kebyar Instrumen Gangsa dan Kendang ini kepada koresponden mendapat respon yang baik. Aspek desain user interface dengan persentase rata-rata tertinggi “Baik” yaitu 100% untuk orang ahli dan 94.17% untuk orang awam. Aspek penggunaan aplikasi mendapat rata-rata tertinggi “Baik” yaitu 78.46% untuk orang ahli dan 91.92% untuk orang awam. Aspek fitur aplikasi mendapat rata-rata tertinggi “Baik” yaitu 100% untuk orang ahli dan 100% untuk orang awam. Kata kunci: Gamelan, Gong Kebyar, Aplikasi, Android. Abstract Gamelan Gong Kebyar is onekind of Gamelan in Bali, using kebyar system. Someof Balinese people are not interested playing Gamelan Gong Kebyar becausethey think it’s old- fashioned and the instruments prices are too expensive. This condition can be solved by introducing technological developments media like Gamelan Gong Kebyar applicationbased on Android.
    [Show full text]
  • Primer for Javanese Gender
    The Javanese Gender An English Language Primer by Sean Hayward Illustrations by Vivien Sárkány The Javanese Gender An English Language Primer by Sean Hayward Illustrations by Vivien Sárkány Foreward This primer is intended to serve as a brief introduction to the Central Javanese gender barung, one of the more complex and important instruments of the gamelan. It will focus specifically focusing on the Solonese style. When I first began learning gender, I did not speak Indonesian. Due to this, I found information about basic technique and patterns to be essentially inaccessible outside of my direct contact with my instructor. My motivation in writing this book is to hopefully relieve some of these difficulties for other students in the same position. This primer is nowhere close to a complete description of the instrument, but I hope it will be helpful nonetheless. Pursuing the serious study of gender is best approached by working directly with a Javanese musician. THE BASICS OF GAMELAN This book will assume some preexisting knowledge about gamelan, and this section will offer a brief review of the necessary terminology and concepts for playing the gender. Javanese gamelan is written using cipher notation called kepatihan. The numbers 1-7 represent pitches. 1 (siji), 2 (loro), 3 (telu), 4 (papat), 5 (lima), 6 (enem), 7 (pitu) These Javanese syllables in underlined italics will be used any time a tone is referred to in the text, exclusing kepatihan examples. This is the common solfege practice in Java. Dots above or below the number indicate the octave (higher and lower respectively), lines over the top of numbers divide the length of the note in half.
    [Show full text]
  • JAVANESE GAMELAN TERMINOLOGY Barry Drummond Gamelan Laras Tentrem
    JAVANESE GAMELAN TERMINOLOGY Barry Drummond Gamelan Laras Tentrem Instruments of the Gamelan Gamelan Generic term for ensembles of predominantly percussion instruments of Indonesia, especially in Java and Bali. Bronze is the preferred material for the gongs and metallophones, but brass and iron are used as well. The instruments constituting a complete gamelan in present-day Central Java are: Gong Ageng The largest of the hanging gongs, approximately 80-100 cm in diameter. Gong Suwukan Sometimes called Siyem. Mid-size hanging gongs, approximately 50-60 cm in diameter. Gamelan Terminology 2 Kempul The smallest hanging gongs, approximately 30-40 cm in diameter. Kenong The largest of the horizontal gongs resting on racks. Kethuk and Kempyang Two small horizontal gongs which form a pair. The above instruments form the gong structure in gendhing (musical compositions, see below) with the gong ageng marking the largest sections, called gongan, and the kenong usually dividing these into either two or four sections called kenongan. The kempul, in forms that use them, usually divide a kenongan in half while the kethuk and kempyang mark the pulse of the structure in between stronger beats. In addition, some gamelan have two small hanging gongs (± 25 cm), engkuk and kemong, which, in certain sections and irama (tempo/density level, see below) of slendro pieces, replace the kempyang. Slenthem Sometimes called Gender Panembung since its construction is like the gender described below, i.e., keys suspended over individual tuned resonators. Saron Demung Commonly shortened to Demung. Pitched an octave above the slenthem, its keys, like the other saron, lie atop a trough resonator.
    [Show full text]
  • Javanese Gamelan Ensembles)
    PERFORMANCE Module Handbook Kayo Kimura, Nami Higuchi(Javanese Gamelan ensembles) Suguri Hariu (Javanese dance) Term: Spring Semester Numbering MMA101 Credits 1 SYNOPSIS: The aim of this subject is to help students understand the structure and instrumentation of each part of Indonesian and Central Javanese gamelan ensembles and to teach them “communication through music” which is a distinctive feature of gamelan. Students will also have the opportunity to learn Javanese dance deeply connected to music. OUTLINE SYLLABUS Week Synopsis 1 Beginner: The Wide Variety of Gamelan Intermediate: Ladrang Style Music 1 (Outline) Advanced: Gamelan as Accompaniment Music 2 Beginner: Influence on Western Music (History) Intermediate: Colotomic Instruments, Saron Technique, Advanced: Dance Accompaniment 1 (Outline) 3 Beginner: Introduction to Short Pieces (Outline) Intermediate: 3 Bonang Barung Technique Advanced: 2 Directions by Kendang 4 Beginner: 2 Instrumentation (Pronunciation) Intermediate: 4 Bonang Panerus Technique Advanced: 3 Directions by Dance 5 Beginner: 3 Introduction to Irama Intermediate: 5 Kendang Technique Advanced: 4 Irama Variations 6 Beginner: 4 Ensemble Rules Intermediate: 6 Irama Variations Seminar Advanced: 5 Various Instrumentations 7 Beginner: Lancaran Structure 1 (Outline) Intermediate: Ketawang Structure 1 (Outline) Advanced: 6 Introduction to Arrangements 8 Beginner: 2 Colotomic Instruments, Saron Technique Intermediate: 2 Colotomic Instruments, Saron Technique Advanced: 7 Ensemble Seminar 9 Beginner: 3 Bonang Barung Technique
    [Show full text]
  • Unplayed Melodies: Javanese Gamelan and the Genesis of Music
    Perlman, Unplayed Melodies 7/12/04 2:05 PM Page i Unplayed Melodies Perlman, Unplayed Melodies 7/12/04 2:05 PM Page ii The publisher gratefully acknowledges the generous contribution to this book provided by the Music Endowment Fund of the University of California Press Associates and by Brown University. Perlman, Unplayed Melodies 7/12/04 2:05 PM Page iii Unplayed Melodies Javanese Gamelan and the Genesis of Music Theory marc perlman University of California Press berkeley los angeles london Perlman, Unplayed Melodies 7/12/04 2:05 PM Page iv Unless otherwise noted in captions, all music examples are by the author. University of California Press Berkeley and Los Angeles, California University of California Press, Ltd. London, England © 2004 by the Regents of the University of California Library of Congress Cataloging-in-Publication Data Perlman, Marc. Unplayed melodies : Javanese gamelan and the genesis of music theory / Marc Perlman. p. cm. Includes bibliographical references (p. ) and index. isbn 0-520-23956-3 (cloth : alk. paper) 1. Music—Indonesia—Java—History and criticism. 2. Gamelan music—Indonesia—Java—History and criticism. 3. Melody. I. Title. ml345.j3 p46 2004 781.2'4'095982—dc21 2003006432 Manufactured in the United States of America 13 12 11 10 09 08 07 06 05 04 10987654321 The paper used in this publication meets the minimum requirements of ansi/niso z39.48–1992 (r 1997) (Permanence of Paper).8 Perlman, Unplayed Melodies 7/12/04 2:05 PM Page v To my teachers, whose thoughts inspired this book: Suhardi (R. L. Wignya Bremara, 1937–2000) Sumarsam Supanggah This page intentionally left blank Perlman, Unplayed Melodies 7/12/04 2:05 PM Page vii Contents List of Illustrations ix Acknowledgments xiii Conventions of Transcription and Orthography xv introduction 1 1.
    [Show full text]