Master Driver Morizo, Seorang Presiden Sekaligus Pembalap Mobil

Komitmen Toyota yang dengan filosofi making ever-better bukanlah gimmick marketing semata. Dalam filosofi ini terdapat keinginan tulus dari Toyota untuk selalu menghadirkan sarana mobilitas yang lebih baik dari waktu ke waktu seiring perkembangan tren, teknologi, lifestyle, dan kebutuhan konsumen yang terus bergerak secara dinamis.

Ada 2 metode yang dipakai oleh Toyota dalam menguji dan mengembangkan sebuah kendaraan baru. Yang pertama tentunya dengan memperoleh langsung input dari konsumen melalui semangat Genchi Genbutsu atau “mengumpulkan fakta langsung dari sumbernya”. Di Indonesia, metode ini berhasil diterapkan saat pengembangan Kijang sejak generasi pertama di tahun 1977 hingga sekarang tetap menjadi mobil pilihan keluarga Indonesia dari generasi ke generasi.

Kijang tidak akan mencapai posisi seperti sekarang jika sejak awal tidak mengamati dan memenuhi kebutuhan sebagaian besar keluarga Indonesia. Di mana daya angkut luas merupakan rujukan utama supaya dapat memenuhi kebutuhan pergi sekeluarga saat berlibur ataupun mudik. Di sini Kijang berhasil menyajikannya dengan cara yang pas dan tetap menjaga fungsionalitas sebagai MPV. Kebutuhan lain seperti irit bensin namun tetap bertenaga ditambah keandalan dan ketangguhan di berbagai situasi dan kondisi dibuktikan secara nyata seiring waktu.

Metode kedua adalah melalui arena balap di mana mobil balap Toyota ditekan hingga limit tertinggi dalam kondisi penuh tantangan ekstrem untuk melihat seberapa tangguh komponen mobil yang digunakan. Database berupa informasi teknis dan pengalaman engineer Toyota yang terlibat dimasukkan ke dalam langkah pengembangan untuk menciptakan mobil yang lebih baik di masa depan. Keseriusan di dunia balap sejak dulu dibuktikan dengan partisipasi Toyota di ajang Mobilgas Round Australia Rally tahun 1957.

Kedua pendekatan di atas didukung sepenuhnya oleh Akio Toyoda, Presiden Toyota Motor Corporation (TMC). Dalam prosesnya, Akio yang juga pecinta balap berperan aktif dalam pengembangan mobil baru Toyota. Bahkan ia memiliki jam terbang yang membanggakan di ajang balap ketahanan Nurburgring 24 Jam serta memiliki SIM internal tertinggi yang hanya bisa dimiliki oleh sebagian test driver terbaik Toyota sehingga memperoleh julukan Master Driver.

Biografi Singkat Akio Toyoda

Akio Toyoda lahir di Nagoya, Jepang pada 3 Mei 1956. Ia lulus dari Universitas Keio dengan gelar Sarjana Hukum di tahun 1979, kemudian lanjut ke Babson College di Amerika Serikat dengan gelar master bidang administrasi bisnis di tahun 1982. Ia bergabung dengan TMC di bulan April 1984.

Akio masuk ke dalam Dewan Direksi TMC pada bulan Juni 2000. Ia membuat dan mengawasi gazoo.com, sebuah website yang berisi puluhan toko virtual untuk barang dan

jasa konsumen serta menyediakan informasi mengenai kendaraan baru dan bekas, termasuk mengawasi operasi pemasaran domestik dan Amerika. Pada bulan Juni 2001, ia diangkat sebagai Chief Officer of Asia & China Operations Center, dan Managing Director di Juni 2002.

Akio diangkat menjadi Senior Managing Director di bulan Juni 2003 dan pada Januari 2005 menjadi Chief Officer of China Operations Group sekaligus Chief Officer of Asia, Oceania & Middle East Operations Group. Pada bulan Juni 2005, ia menjadi Vice President dan Representative Director TMC. Akio Toyoda resmi diangkat sebagai Presiden TMC pada bulan Juni 2009 hingga sekarang.

Test Driver Yang Bercita-Cita Sebagai Sopir Taksi Agar Bisa Berkeliling Kota Membawa Mobil Seharian

Dalam sebuah posting di akun resmi Instagram akiotoyoda_official, Akio mengaku bahwa ia pernah bercita-cita menjadi sopir taksi di masa kecilnya karena bisa membawa mobil seharian keliling kota. Cita-cita tersebut belum pernah terlaksana karena Akio tenggelam dalam kesibukannya menimba ilmu dan dilanjutkan bertugas sebagai karyawan dan eksekutif di TMC.

Sampai akhirnya Akio bertemu dengan Hiromu Naruse, seorang test driver kawakan yang juga memegang license tertinggi sebagai Master Driver Toyota pertama. Secara terbuka Hiromu memberikan kritik tentang dasar-dasar mengemudi kepada Akio yang di tahun 2003 menjabat sebagai Vice President TMC.

“If you feel like it, even if just once a month, I'll teach you how to drive,” Hiromu menawarkan diri sekaligus menantang Akio untuk menjadi seorang test driver. Padahal ketika itu usia Akio sudah lebih dari 40 tahun, pun dengan Hiromu yang kelahiran tahun 1944. Keinginan untuk dapat menilai sebuah mobil baru dengan tepat membuat Akio menerima tantangan tersebut, bahkan kelak ia dipercaya menentukan apakah sebuah produk sudah siap untuk dipasarkan.

Hiromu mengajarkan Akio dengan cara yang sederhana. Ia hanya meminta Akio mengikutinya dari belakang menggunakan Supra A80 di trek balap. Saat lampu rem menyala, Akio harus ikut mengerem, dan ketika Hiromu menginjak pedal gas untuk akselerasi, Akio harus segera berusaha mengejarnya. Sampai akhirnya ia mengajak Akio mencoba langsung sirkuit Nurburgring, Jerman. Di sirkuit berjulukan The Green Hell itu, Akio benar-benar merasakan tantangan mengingat karakternya yang lebih mirip jalan pegunungan dengan lintasan yang tidak kenal kompromi ketimbang sirkuit balap beraspal mulus dan memiliki sistem pengaman memadai.

Tahapan berikutnya dari pelatihan ala Hiromu dimulai. Ia menantang Akio untuk berlaga di arena balap sesungguhnya. Kembali ke Jepang, Akio berlaga di balap ketahanan di sirkuit Twin Ring Motegi menggunakan di tahun 2007. Tujuannya hanya satu, yakni selamat hingga garis finish. Akio melanjutkan balapan ke Okayama

International Circuit di mana ia merasakan balap di tengah hujan lebat dan di-overlap oleh sebagian besar pembalap.

Berlaga di Nurburgring 24 Jam

Melihat Akio yang terus mengalami kemajuan dalam hal skill balap, Hiromu menantangnya untuk berlaga di balap ketahanan Nurburgring 24 Jam. Lomba ini merupakan balap ketahanan paling menantang bagi pembalap amatir. Tapi itu bukan masalah bagi Hiromu karena ia melihatnya sebagai kesempatan untuk melatih Akio dan karyawan Toyota dengan memberikan pengalaman terjun langsung mengembangkan dan menguji mobil sport di arena sesungguhnya.

Tim balap GAZOO Racing pun terbentuk untuk berlaga di Nurburgring 24 Jam tahun 2007. Tidak dikelola oleh profesional di bidang balap, tim ini justru mengajak karyawan TMC untuk turun sebagai tim balap dan tim mekanik. Uniknya, tim hanya mengandalkan Toyota Altezza yang sudah stop produksi di tahun 2005. Tim tersebut mempergunakan nama GAZOO Racing yang berisi para antusias balap level amatir.

Dalam kesempatan tersebut Akio mengatakan bahwa berkompetisi selama 24 jam di sirkuit terberat di dunia Nürburgring menghadirkan lebih banyak tantangan daripada melaju di trek balap normal selama 3 tahun. Akio melanjutkan bahwa Hiromu selalu berkata bahwa road trains . Balapan memang tidak mengenal ampun, tapi itu menempa mobil dan manusia untuk menjadi lebih baik. Nürburgring adalah tempat untuk mengetahui bahwa roads make cars.

Akio dan Hiromu tidak memiliki target muluk-muluk, cukup bisa finish dan seluruh anggota tim bisa merasakan kerasnya persaingan dunia balap. Selain itu, karakter sirkuit Nurburgring dengan panjang lebih dari 20 km yang lebih mirip jalan raya memberikan tantangan jauh lebih besar dari sirkuit di Jepang. Banyak ilmu dan pengalaman bisa didalami oleh tim di sirkuit yang sangat menuntut kecakapan mobil, pembalap dan mekanik untuk selanjutnya diolah untuk making ever-better cars.

Penugasan karyawan Toyota untuk melatih mereka supaya sanggup berkompetisi di kondisi ekstrem dalam usaha memperoleh feedback mengenai kendaraan produksi massal terus dilanjutkan dengan ikut serta di Nurburgring 24 Jam tahun berikutnya. Perjuangan tim dalam mengembangkan sumber daya dan mobil balap berbuah manis karena berhasil menggapai juara pertama di kelas SP8 dan SP9 mengandalkan LFA, serta di kelas GT-3 mengandalkan di Nürburgring 24 Jam 2014. Akio merupakan bagian dari pembalap yang menang di kategori SP8.

Call Sign: Morizo

Karena kegiatan balap yang rentan bahaya, banyak yang mempertanyakan partisipasi Akio di dunia balap mengingat posisinya sebagai petinggi perusahaan internasional. Untuk membuat dirinya tidak terlalu menyolok, Akio menggunakan nama samaran Morizo sejak partisipasi awal di arena Nürburgring 24 Jam tahun 2007.

Namun saat ini nama tersebut bukanlah rahasia, di mana jumlah orang yang mengetahui dan mendukung partisipasinya terus bertambah, bahkan sudah menjadi icon balap TGR dengan stiker lucu berwajah Akio yang ditempel di spion mobil balap ketika ia berlaga. Penggunaan nama Morizo kini memiliki peran baru untuk menghilangkan penghalang antara atasan dan bawahan sehingga memungkinkan Akio untuk mengekspresikan perasaannya sebagai pecinta mobil sport yang terkadang tidak mudah dilakukan saat berbicara sebagai Presiden TMC.

Setelah Hiromu Naruse Meninggal

Malang tak dapat ditolak, Hiromu Naruse meninggal dunia karena kecelakaan di jalan umum di dekat trek favoritnya, Nürburgring tahun 2010. Saat itu ia sedang pulang ke rumah setelah mengetes Lexus LFA yang merupakan salah satu karya jeniusnya. Kejadian tersebut tidak menyurutkan langkah GAZOO Racing untuk melanjutkan langkah di dunia balap untuk terus berkembang dan memainkan peran sentral dalam membuat mobil yang lebih baik dalam siklus tanpa akhir.

Ungkapan making ever better-cars yang sering diungkapkan oleh Akio Toyoda sejak menjabat sebagai Presiden TMC mewakili perasaan yang diwarisi dari Hiromu. Bahkan sekarang berfungsi sebagai fokus atau panduan tak tergoyahkan yang digunakan Akio dalam manajemen Toyota. Makanya, saat akhirnya sportscar Supra A90 lahir kembali di tahun 2018 menjadi momen yang begitu mengharukan bagi Akio mengingat Supra adalah salah satu warisan tangan dingin Hiromu ketika mengembangkannya di era 1980- 1990an. Model lain yang ia uji dan kembangkan adalah Celica dan MR2.

Akio Toyoda Dan TOYOTA GAZOO Racing

Tidak ada yang sebangga Akio jika bicara TOYOTA GAZOO Racing (TGR). Berawal dari niat Hiromu Naruse untuk memberikan pelatihan balap pada Akio Toyoda dan karyawan TMC, saat ini TGR sudah berkembang menjadi entitas balap yang disegani di kancah motorsport global. Padahal secara resmi TGR baru berdiri di tahun 2015. Namun rekam jejak dan prestasi panjang Toyota di dunia balap membuat tim ini cepat beradaptasi dan berkembang dengan tetap mempertahankan kearifan lokal yakni mengajak engineer Toyota untuk berperan aktif di dalamnya.

Segudang prestasi berhasil diraih. Mulai dari ajang balap ketahanan dunia yang sudah mendarah daging yakni World Endurance Championship (WEC) di mana musim 2019- 2020 ini bila tidak ada halangan akan menyandingkan gelar juara konstruktor dan pembalap. Dari ajang (WRC) pun tidak kalah membanggakan karena dari konstruktor dan pereli juga memimpin klasemen umum dengan mengandalkan Yaris WRC. Sedangkan dari kejuaraan lain seperti Reli Dakar, tim TGR tetap punya peluang besar untuk meraih gelar juara.

Saat ini TGR juga bergerak sebagai salah satu divisi pengembangan mobil versi jalan raya Toyota, tentunya berkat pengalaman dan database yang dimiliki dari dunia balap yang

ditekuni secara intensif. TGR bisa meramu mobil versi massal yang bisa membangkitkan antusiasme penggunanya di jalan layaknya mengemudi mobil balap di sirkuit ternama berbekal beragam inovasi yang disarikan dari dunia balap. Bahkan, secara khusus TGR melakukan pula inovasi dari sisi manufaktur pabrik untuk menciptakan produk yang berkelas, unik, dan punya nilai jual tinggi. Toyota GR Supra dan GR Yaris adalah contoh membanggakan produk lansiran TGR.

Menguji Sendiri Pure GR di Balap Ketahanan

″Toyota lovers are waiting for the Supra. I think we need a Supra story again.″

- Akio Toyoda, Presiden TMC

Supra merupakan bagian dari sejarah terasahnya skill balap Master Driver Morizo. Digembleng oleh sensei Hiromu Naruse menggunakan Supra A80, Akio belajar banyak mengenai sportscar dan bagaimana seharusnya sebuah sportscar berwujud.

Mimpi Akio untuk kembali merasakan performa khas Supra namun dengan sentuhan teknologi terkini terwujud dengan lahirnya All New Supra dengan kode A90. Antusiasme Akio tersalurkan dengan mengemudikannya sendiri di ajang VLN Endurance Race seri ke- 8 di Sirkuit Nurburgring pada bulan Oktober 2018.

Bersama TGR, Akio kembali membawa Supra ke sirkuit Nürburgring di ajang ADAC 24 Hours of Nürburgring Endurance Race di bulan Juni 2019. Di sana, Supra berhasil finish ke- 3 di kelas SP8T. Turunnya Akio di balapan tersebut terasa begitu emosional karena lomba berakhir di tanggal 23 Juni 2019, di mana pada tanggal tersebut di tahun 2009 Akio diangkat sebagai Presiden TMC dan Hiromu Naruse meninggal pada 23 Juni 2010.

“Naruse san, we have finally come back to the Nürburgring with the new Supra,” ujar Akio, mengenang eks guru balapnya yang telah meninggal di tahun 2010 itu.

Akio Toyoda juga terlihat membawa GR Yaris yang baru saja launching di 24 Hours of Pirelli Super Endurance Series 2020 di Fuji International Speedway pada 4—6 September 2020 lalu. Master Driver Morizo bergabung di tim Rookie Racing dengan target mencapai garis finish dan ternyata GR Yaris berhasil meraih podium juara pertama ST-2 Class. Di saat yang sama, GR Supra yang ikut berlaga di tim yang sama juga meraih podium juara pertama ST-1 Class.

Kemenangan GR Yaris kian menegaskan performa produk Toyota karena basisnya diambil dari mobil reli namun ternyata bisa meraih prestasi saat dipacu di lintasan balap selama 24 jam. Artinya, database yang diperoleh Toyota dari berbagai jenis kompetisi motorsport bisa diracik secara pas untuk menciptakan kendaraan jalan raya yang sanggup memenuhi keinginan penggunanya, bahkan di kondisi ekstrem sesuai filosofi making ever-better cars.