TRADISI PEMAKAIAN ZOURI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

JEPANG

NIHON SHAKAI NO SEIKATSU NI OKERU ZOURI NO HAKI

KANSHUU

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang ilmu Sastra Jepang Oleh :

FRIDA DAMANIK

140708109

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya persembahkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena berkat rahmat dan karunia-Nya semata hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tradisi Pemakaian Zouri Dalam Kehidupan Masyarakat Jepang”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pada program Strata-1 di Jurusan Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Adapun skripsi yang saya buat berisikan tentang tradisi pemakaian zouri dalam kehidupan masyarakat Jepang dari masa lampau hingga pada masa kini. Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tua penulis, Bapak Timbul Johnson Damanik S,ME dan Yayuk Rahayu Br Sinaga, orang tua terbaik dan terhebat yang dengan tulus memberikan kasih sayang, doa, perhatian, nasihat, dukungan moral dan materil kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Sastra Jepang USU, khususnya menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan, didikan, kesabaran, semangat, dan doa yang tiada hentinya Bapak dan Ibu panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus untuk kesehatan, perlindungan, dan kesuksesan penulis dalam menggapai cita-cita.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisdalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis yakin tanpa bantuan, doa, dorongan dan semangat dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Prof.Hamzon Situmorang, MS.,Ph.D selaku Ketua Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara sekaligus juga sebagai Dosen Pembimbing I yang dengan sabar dan tekunnya dalam membimbing saya selama proses penyusunan skripsi ini, tanpa adanya bimbingan berupa doa, dukungan dan saran yang membangun dari beliau, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. Ibu Dr. Diah Syafitri Handayani M,Litt, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan waktu dan pemikirannya dalam membimbing, mengarahkan, serta memberikan saran-saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. 4. Bapak dan ibu dosen, para staf pegawai di Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulisselama duduk di bangku perkuliahan. 5. Dosen Penguji Ujian Seminar Proposal dan Penguji Ujian Skripsi yang telah menyediakan waktu untuk membaca dan menguji skripsi ini. 6. Keluarga besar penulis juga kepada adik kandung penulis Samuel Jaya Damanik, kepada abang dan kakak sepupu penulis, Ruth Sry Yuthika, Kevin Kriswinardi Wiharjo dan David Kurniawan yang selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Alm. Kakek dan nenek penulis, Alm. Edy Sakiman dan Hanifah, kepada almarhum kakek tercinta yang senantiasa memberikan doa, semangat dan dukungan penuh kepada penulis sebelum beliau harus berpulang kerumah Bapa di Sorga pada akhir bulan Mei lalu, begitu juga dengan nenek yang selalu sabar dan penuh kasih sayang dalam memberikan dukungan juga doa yang tidak hentinya untuk penulis. 8. Kakak Putri selaku administrasi Departemen Sastra Jepang yang selalu membantu mengurus keperluan akademik dan surat-surat penulis. 9. Sahabat-sahabat penulis, Binsar Grand Winner Sitanggang, Nia Kurnia Amd.RMIK, Indah Hari Soraya Amd.Keb, Mario Tyson Nadapdap S.E, Yessy Grasella S.T, Tantry Pratiwi, Febri Novita Hutauruk, Novelyn Caesarea Manalu, Achmad S Manurung, Teguh Setiawan, Cindy Aprilya Haloho dan Putri Dewi Septina Silitonga yang selalu jadi teman diskusi, penghibur dengan semua tingkah gilanya, penyemangat, pendengar yang selalu ada untuk semua keluh kesah penulis, dan yang selalu mendoakan yang terbaik untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 10. Teman-teman seperjuangan stambuk 2014, Emma Ninta Ginting, Dina Tarigan, Risnawati, Mawarni Hutasoit, Yohana Sipahutar, Cindy Cicilia, Dhea Al Zihan dan teman-teman 2014 lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang senantiasa mendukung, membantu, dan memberi semangat kepada penulis. 11. Abang dan kakak alumni tercinta, Yosua Limbong S.S, Ruth Masita Ambarita S.S, Kevin Anugerah Panggabean S.S, Naomi Wokamauw S.S, Mayang Putri Syalika S.S, Shina Aisya S.S, Febrina Angelly S.S, dan Ayu Pranata Saragih S.S yang senantiasa menyemangati dan menasehati penulis, selama proses pendidikan sampai pada penyelesaian skripsi ini. 12. Para junior penulis di Sastra Jepang, Nur Hasrat Laia, Ervita Sari Nababan, Rahel Pasaribu dan semua adik-adik stambuk 2015-2017 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 13. Serta kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kalian selalu diberkati Tuhan dalam setiap langkah kalian.

Penulis menyadari bahwa skripsi masih sangat jauh sekali dari kesempurnaan, karna menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu demi sempurnanya skripsi ini, penulis sangat membutuhkan dukungan dan sumbangsih pikiran, berupa kritikan saran yang bersifat membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi penulis juga para pembaca.

Medan, Juli 2018 Penulis

Frida Damanik

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...... i

DAFTAR ISI ...... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ...... 1 1.2 Perumusan Masalah ...... 5 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ...... 6 1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ...... 7 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 10 1.6 Metode Penelitian...... 11

BAB II SEJARAH KEMUNCULAN ZOURI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG

2.1 Pengertian Zouri ...... 12

2.2 Sejarah Kemunculan Zouri ...... 15

2.3 Bentuk Zouri ...... 21

2.4 Jenis-Jenis Zouri...... 24

BAB III TRADISI PEMAKAIAN ZOURI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG

3.1 Fungsi dan Makna Zouri Terhadap Kesehatan dan Penampilan ...... 29

3.1.1 Fungsi dan Makna Zouri Terhadap Kesehatan ...... 29

3.1.2 Fungsi dan Makna Zouri Terhadap Penampilan ...... 30

3.2 Waktu Pemakaian Zouri ...... 32

3.3 Cara Memilih dan Memakai Zouri ...... 37

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ...... 38

4.2 Saran ...... 39

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ABSTRAK

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah sebuah negara di bagian Asia Timur yang memiliki keunikan tersendiri diantara negara-negara disekitarnya. Dalam perkembangan sejarahnya Jepang mendapat pengaruh kuat dari negara China baik dari segi pengetahuan, pemerintahan juga kebudayaan. Jepang merupakan negara yang dijuluki negara matahari dan negara bunga sakura. Dijuluki demikian karena di negara Jepang mayoritas beragama Shinto yang menyembah matahari sehingga disebut negara matahari, sedangkan julukan negara sakura diberikan karena banyak bunga sakura yang tumbuh di tanah Jepang, bahkan untuk menyambut musim semi sakura orang Jepang mempunyai suatu tradisi, yaitu perayaan hanami (perayaan melihat mekarnya bunga) sebagai simbol kebahagiaan karena datangnya musim semi, dimana di saat itu bunga sakura mekar dengan cantiknya dari zaman Jomon sampai zaman Heisei sekarang, orang Jepang mampu melestarikan kebudayaannya sendiri.

Menurut Ki Hajar Dewantara dalam (https://abdulaziz96.wordpress.com/2015/03/22/pengertian-kebudayaan). Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dari masyarakat) yang merupakan bukti keajayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai. Sedangkan menurut Ienaga Saburo dalam Situmorang (2009 2-3) menerangkan kebudayaan dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas kebudayaan adalah seluruh cara hidup manusia (ningen no seikatsu no itonomi kata). Ienaga menjelaskan bahwa kebudayaan ialah keseluruh hal yang bukan alamiah. Sedangkan dalam arti sempit kebudayaan adalah terdiri dari ilmu pengetahuan, sistem kepercayaan dan seni. Oleh karena itu Ienaga mengatakan kebudayaan dalam arti luas ialah segala sesuatu yang bersifat konkret yang diolah manusia

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA untuk memenuhi kebutuhannya. Sedangkan pengertian kebudayaan dalam arti sempit ialah sama dengan budaya yang berisikan sesuatu yang tidak kentara atau yang bersifat semiotik.

Tradisi merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan. Tradisi (Bahasa Latin: traditio, “diteruskan”) atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. (https://id.wikipedia.org/wki/Tradisi).

Dalam kamus besar bahasa indonesia tradisi adalah :

1. Adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat. 2. Penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar.

Kebudayaan tidak pernah lepas dari kehidupan manusia, karena kebudayaan merupakan hasil cipta atau pemikiran dari manusia itu sendiri.

Terdapat berbagai macam kebudayaan dari berbagai belahan dunia yang memiliki corak ataupun kekhasan tersendiri. Demikian juga dengan negara Jepang, Jepang memiliki banyak kebudayaan seperti chanoya, ikebana, pakaian atau bonsai. Dan salah satu kebudayaannya yang khas adalah tradisi pemakaian zori saat memakai kimono ataupun .

Zouri (草履) adalah alas kaki yang dipakai orang Jepang hingga dikenalnya sepatu pada zaman Meiji. Di masa sekarang, orang Jepang hanya memakai zouri sewaktu mengenakan kimono. Berbeda dari yang bukan alas kaki untuk kesempatan resmi, zouri dipakai untuk segala kesempatan, termasuk sewaktu mengenakan kimono formal. Cara memakainya seperti memakai jepit. Alas (sol) berbentuk lonjong seperti keping uang zaman dulu. Berbeda dari

2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA geta, bagian alas zouri selalu datar dan tidak mempunyai hak (tumit). Pada zaman dulu, bahan untuk alas adalah lembaran gabus, namun sekarang sudah digantikan dengan lembaran plastik. Bahan pembungkus alas adalah kulit, kain, atau plastik. Pada bagian alas (dai) terdapat tiga buah lubang untuk memasukkan tali tebal yang disebut hanao yang menahan sandal agar tidak terlepas sewaktu dipakai berjalan. Zouri adalah sandal Jepang datar dan usang yang terbuat dari jerami padi atau serat tanaman lainnya, kain, kayu pernis, kulit, karet, atau bahan yang semakin sintetis. Zouri sangat mirip dengan sandal jepit, yang pertama kali muncul di Australia, Selandia Baru dan Amerika Serikat sekitar Perang Dunia II karena peniruan karet dari sandal tali kayu yang sudah lama dipakai di Jepang. Bentuk tradisional zouri terlihat saat dipakai dengan pakaian tradisional lainnya. Bentuk modern cukup umum, terutama di musim panas. Sementara geta saat ini dipakai dengan yukata informal, zouri dikaitkan dengan kimono yang lebih formal. Formalitas kejadian tersebut mempengaruhi pilihan kimono dan zouri. Bulu bulunya yang menutupi bulu zouri yang menyerupai tikar tatami tidak digunakan dengan kimono, namun dianggap bekerja dengan aus atau cocok dengan pakaian santai Barat atau Jepang, misalnya . Dengan demikian mereka berpangkat dekat dengan geta kayu. Vinyl (plastik) zouri wanita bersifat formal, tapi kurang formal daripada kain, kadang brokat menutupi zouri, yang digunakan dengan kimono paling formal, misalnya pakaian pernikahan dan pemakaman. Zouri Pria sering imitasi jerami plastik, dengan sol busa atau gabus. Hanao, atau tali, untuk pria sering berwarna putih atau hitam. Zouri Wanita juga bisa menjadi tiruan jerami, tapi hanao biasanya berwarna merah, dan mereka berada di bawah vinyl berwarna atau brokat zouri dalam formalitas. Sebagai pakaian formal, semua plastik dan kain zouri untuk wanita memerlukan penggunaan kaus kaki putih. Pria memiliki lebih banyak lintang, dan bisa menggunakan zouri imitasi yang sama dengan baik informal (tanpa tabi) dan pakaian formal dengan kaus kaki tabi. Hanao dilekatkan secara simetris, jadi tidak ada perbedaan antara sepatu kiri dan kanan. Hanao pada zouri dapat dibuat dari bahan seperti tali, seperti dalam kasus imitasi imitasi plastik zouri. Hanao untuk vinyl zouri berwarna formal lebih baik adalah vinil tipis atau tali brokat, atau

3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA vinyl atau tali pengikat yang lebih lebar dan empuk. Kainnya sering berupa kain yang digunakan untuk sepatu, atau chirimen, kain sutra atau kain rayon Jepang krep. Zouri pria mungkin juga menampilkan hanao kulit atau kulit imitasi. Hanao memakai dan meregang dengan mudah, dan mode hanao dan koordinasi aksesoris terkadang memanggil untuk mengganti hanao. Hanao bisa diganti melalui flaps sole. Zouri wanita jarang datar, kecuali zōri imitasi jerami. Sol datang dengan ketebalan dan sudut yang berbeda. Ada bahkan zōri modern yang dibiarkan ditemukan oleh kain atau vinyl, dan sepatunya, kecuali sol bagian dalamnya, berwarna hitam, plastik keras dengan sol luar non-. Biasanya sol luarnya berwarna abu-abu, kulit asli. Seperti semua sandal Jepang, zouri mengizinkan sirkulasi udara bebas di sekitar kaki, sebuah fitur yang mungkin muncul karena iklim lembab yang mendominasi sebagian besar wilayah Jepang. Mereka mudah tergelincir dan mematikan, yang penting dalam budaya di mana sepatu terus- menerus dikeluarkan dan dipasang kembali, dan di situlah tali sepatu yang mengikat tidak praktis dalam kimono yang ketat. Dipakai di luar ruangan dengan tabi, sandal zouri dengan baik meningkatkan kecantikan pada kimono. Ada kain, kulit dan vinyl zouri dan zouri musim panas terbuat dari serat tumbuhan. Kain zouri dari brokat sutra emas, brokat saga atau brokat figur yang jauh dipakai pada waktu tertentu terkhusus pada acara-acara seremonial, seperti juga kulit olahan enamel. Ketinggian tumit harus setinggi 4-5 cm. Saat mengenakan kimono seremonial ketinggian tumit haruslah 3.5 – 4 cm. Saat mengenakan houmongi atau pola kimono kecil 2.5 – 3 cm. Kemudian untuk pakaian santai, warna sandal harus sesuai dengan warna dasar kimono, atau mereka dapat dikoordinasikan dengan warna tali atau kerai. Seiring perkembangan zaman dan perkembangan pola pikir manusia. Saat ini semakin banyak jenis alas kaki yang diciptakan diseluruh dunia, tak terkecuali Jepang. Jepang juga memiliki seragam jenis alas kaki yang digunakan di dalam, atau di luar ruangan, seperti zouri, geta, heyabaki/surippa, kutsu, , , tageda dan lain-lain. Salah satu alas kaki yang masih digunakan sampai saaat ini adalah zouri . Alas kaki ini menyerupai sandal dalam budaya Barat, namun perbedaan utamanya adalah mereka memiliki tali berbentuk Y untuk menahan kaki Anda, tali itu disebut "hanao". Zouri awalnya adalah alas

4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kaki formal dalam sejarah, namun sekarang diakui sebagai salah satu pakaian santai. Namun, hal itu tidak kehilangan prestise; Banyak orang lebih suka memakai zouri saat mereka memakai kimono. Apalagi beberapa orang berpikir bahwa fungsi hanao meningkatkan kesehatan kaki Anda. Artinya, berjalan dengan baik dengan menggunakan zouri membutuhkan beberapa keterampilan atau otot untuk menahan hanao antara jempol kaki dan yang berikutnya. Walaupun ada berbagai jenis alas kaki dan pakaian Barat (gaya Barat) mulai dikenal di Jepang sejak zaman Meiji, namun masyarakat Jepang tetap mengenakan kimono atau yukata dengan alas kaki berupa zouri dalam kehidupannya. Sampai saat ini zouri masih memiliki fungsi yang sama sebagai pelindung kaki dan alat kesehatan. Bagi masyarakat Jepang zouri juga masih menjadi alas kaki yang menarik untuk digunakan walau hanya pada saat-saat tertentu. Sehingga zouri tetap digunakan dan dilestarikan oleh masyarakat Jepang dalam kehidupannya. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis bermaksud meneliti mengenai zouri yang menjadi salah satu kebudayaan unik yang dimiliki Jepang sampai saat ini, melalui proposal skripsi yang bejudul “Tradisi Pemakaian Zouri Dalam Kehidupan Masyarakat Jepang”.

1.2 Perumusan Masalah Jepang memiliki beragam jenis alas kaki yang digunakan di dalam atau di luar ruangan. Seperti zouri, geta, heyabaki/surippa, kutsu, uwabaki, waraji, tageda dan lain-lain. Zouri untuk wanita selalu diangkat di tumit. Satu-satunya juga dengan lembut dibulatkan dalam bentuk, sehingga ke mata kalangan dunia Barat mereka terlihat lebih seperti sepatu biasa dari pada geta. Zouri pria, sementara juga sedikit membulat atau selalu rata. Pada bagian alas (dai) terdapat tiga buah lubang untuk memasukkan tali tebal yang disebut hanao yang menahan sandal agar tidak terlepas sewaktu dipakai berjalan. Zouri Pria sering imitasi jerami plastik, dengan sol busa atau gabus. Hanao, atau tali, untuk pria sering berwarna putih atau hitam. Zouri Wanita juga bisa menjadi tiruan jerami, tapi hanao biasanya berwarna merah, dan mereka berada di bawah vinyl berwarna atau brokat zouri dalam formalitas.

5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Untuk menganalisa masalah yang diangkat dalam penelitian ini dengan melihat sejarah kemunculan zouri dan tradisi pemakaian zouri dalam kehidupan masyarakat Jepang maka penulis menggunakan pendekatan sejarah dan pendekatan kebudayaan. Hingga saat ini, tradisi pemakaian zouri masih populer dan sering digunakan ditengah-tengah kehidupan masyarakat Jepang dikarenakan kecintaan dan kepedulian masyarakat Jepang terhadap warisan kebudayaan nenek moyang nereka yang diwariskan secara turun-temurun. Oleh karena itu, penulis merumuskan masalah kedalam beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana fungsi zouri dalam kehidupan masyarakat Jepang? 2. Bagaimana makna zouri dalam kehidupan masyarakat Jepang?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Agar masalah yang akan dibahas lebih terarah, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan, sehingga dapat memudahkan dalam mengana lisa topik permasalahan. Di dalam penelitian ini, pembahasan akan difokuskan pada sejarah kemunculan zouri dan tradisi pemakaian zouri dalam kehidupan masyarakat Jepang. Untuk mendukung pembahasan pada Bab II akan dijelaskan juga tentang pengertian zouri, sejarah kemunculan zouri, bentuk zouri dan jenis zouri. Pada Bab III akan dijelaskan tentang fungsi dan makna zouri, waktu dan tempat pemakaian zouri dalam kehidupan masyarakat Jepang.

6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1.4 Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori.

1.4.1 Tinjauan Pustaka Tradisi atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Tradisi lahir pada saat tertentu ketika orang menetapkan fragmen tertentu dari warisan masa lalu sebagai tradisi. Tradisi berubah ketika orang memberikan perhatian khusus pada fragmen tradisi tertentu dan mengabaikan fragmen yang lain. Tradisi dapat bertahan dalam jangka waktu tertentu dan tradisi ini dapat hilang bila benda material dibuang dan gagasan ditolak atau dilupakan. Negara Jepang memiliki beragam jenis tradisi, puluhan bahkan ratusan yang berbeda-beda disetiap pulaunya. Mulai dari upacara keagamaan, perayaan, pakaian, bahkan gaya hidup. Tradisi-tradisi dari nenek moyang pun masih dijaga dan dilestarikan yang bertujuan untuk memperoleh berkah dan kehidupan yang lebih baik. Di sisi lain tradisi-tradisi tetap dipertahankan untuk nilai kesopanan, agama dan bahkan takhayul.

Jepang adalah bangsa yang sangat menghargai tradisi dan memegang teguh kebudayaan yang telah diwariskan oleh pendahulunya. Meskipun sudah menjadi negara maju dengan keunggulan teknologinya yang canggih, Jepang tetaplah sebuah negara yang memelihara seni dan kebudayaan tradisional warisan para leluhurnya. Kecintaan terhadap seni dan budaya memang sudah ditanamkan sejak dini oleh orang Jepang. Mulai dari taman kanak-kanak dan sekolah dasar (SD)., para guru sudah mengajak murid-murid untuk aktif dalam kegiatan seni dan budaya. Misalnya dengan mengunjungi museum, penampilan tari tradisional oleh murid-murid dalam sebuah event di sekolah, dan kegiatan budaya dalam agenda kelas sabtu (Saturday Class) bulanan.

7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Salah satu bagian dari kebudayaan Jepang yang masih dijaga tradisinya hingga kini adalah pemakaian zouri dalam kehidupan masyarakat Jepang. Fungsi zouri pada saat ini adalah sebagai alas kaki yang digunakan ketika memakai yukata informal, zouri dikaitkan dengan kimono yang lebih formal pada acara kebudayaan Jepang. Saat ini masyarakat Jepang menghargai tradisi dan kebudayaan mereka dengan cara tetap menjaga dan melestarikannya dalam kehidupan modern mereka. Contohnya: masyarakat Jepang tetap menggunakan zouri dalam kehidupan mereka saat menggunakan yukata atau kimono non formal dalam acara kebudayaan mereka.

1.4.2 Kerangka Teori Kerangka teori diperlukan dalam setiap penelitian untuk memberikan landasan teoritis bagi penulis dalam menyelesaikan masalah dalam proses penelitian (Singarimbun dan Effendi, 2006:21). Kerangka teori juga membantu seorang penulis dalam menentukan tujuan dan arah penelitian, serta sebagai dasar penelitian agar langkah yang ditempuh selanjutnya dapat jelas dan konsisten (Koentjaraningrat, 1990:65). Kerangka teori berisi uraian tentang telahaan teori dan hasil penelitian terdahulu yang terkait. Telahaan ini bisa dalam arti membandingkan, mengkontraskan atau meletakkan kedudukan masing-masing dalam masalah yang sedang diteliti, dan pada akhirnya menyatakan posisi atau pendirian peneliti disertai dengan alasan-alasannya. Kerangka teori terdiri dari teori-teori atau isu-isu dimana penelitian kita terlibat di dalamnya dan memberikan panduan pada saat peneliti membaca pustaka. Kerangka teori tidak dapat dikembangkan kalau peneliti belum mempelajari pustaka dan sebaliknya kalau peneliti belum mempunyai kerangka teori maka peneliti tidak akan dapat membaca pustaka dengan efektif. Berbicara mengenai zouri, erat sekali hubungannya dengan sejarah Jepang. Menurut Moh. Yamin, SH, definisi sejarah ialah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil peneyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan kenyataan. Sejarah adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur, tempat, waktu, objek, latar belakang dan pelaku

8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dari peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini, segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya, siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Oleh karena itu, pembahasan masalah dalam penulisan ini menggunakan pendekatan sejarah. Menurut Nawawi dan Martini (1994:214) pendekatan sejarah dalam penelitian adalah prosedur pemecahan masalah dengan mempergunakan data atau informasi masa lalu, yang bernilai sebagai peninggalan. Dengan pendekatan ini dapat diungkapkan kejadian atau keadaan sesuatu yang terjadi atau berlangsung pada masa lalu, terlepas dari keadaan sesuatu itu pada masa sekarang. Disamping dapat pula diungkapkan kondisi sesuatu pada masa sekarang, dihubungkan dengan kejadian atau peristiwa yang berkenaan dengan sesuatu itu pada masa lalu. Menurut teori pendekatan sejarah yang sudah dikemukakan sebelumnya, penulis berpendapat bahwa dengan pendekatan sejarah, penulis lebih mudah meneliti bagaimana sejarah kemunculan di Jepang. Bukan hanya tentang kemunculannya saja tetapi juga tentang perkembangan zouri, perubahan bentuk zouri dan bagaimana pemakaian zouri saat menggunakan kimono atau yukata menjadi sebuah tradisi atau kebiasaan yang sampai saat ini tetap dilestarikan. Selain pendekatan sejarah penelitian ini juga menggunakan pendekatan kebudayaan. Kebudayaan sebagai sistem gagasan menjadi pedoman bagi manusia dalam bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan sosial budaya. Nilai budaya dapat dilihat dan dirasakan dalam sistem kemasyarakatan, kekerabatan yang dituangkan dalam bentuk adat istiadat, yang didalamnya berisi suatu gagasan kompleks yang dijadikan pedoman sikap dan perilaku manusia baik dalam kehidupan spiritual maupun material. Kebudayaan berisikan artefak yang diwariskan, barang-barang, proes-proses teknik pemikiran-pemikiran (ideas), kebiasaan-kebiasaan (habits), dan nilai-nilai (values). Pendekatan kebudayaan dapat diartikan sebagai sudut pandang atau cara melihat dan memperlakukan sesuatu gejala yang menjadi perhatian dengan menggunakan kebudayaan dari gejala yang dikaji tersebut sebagai acuan atau kacamata dalam melihat, memperlakukan, dan menelitinya. Dengan demikian, kebudayaan adalah hasil cipta manusia dengan menggunakan dan mengarahkan segenap potensi batin yang dimilikinya. Di dalam kebudayaan tersebut, terdapat

9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat istiadat dan sebagainya. Kesemuanya itu selanjutnya akan menghasilkan beberapa manfaat atau kegunaan, di antaranya yaitu: 1. Sebagai kerangka acuan (blue print) oleh seseorang dalam menjawab berbagai masalah yang dihadapinya. 2. Sebagai pranata yang secara terus-menerus dipelihara oleh para pembentuknya dan generasi selanjutnya yang diwarisi kebudayaan tersebut. 3. Menjelaskan secara langsung apa yang terjadi di dalam masyarakat. Melalui teori pendekatan kebudayaan yang sudah dijelaskan, penulis berpendapat bahwa dengan pendekatan kebudayaan, penulis lebih mudah meneliti tentang tradisi pemakaian zouri dalam kehidupan masyarakat Jepang pada masa lalu dan juga pada saat ini.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah kemunculan zouri. 2. Untuk mengetahui bagaimana tradisi pemakaian zouri dalam kehidupan masyarakat Jepang.

1.5.2 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis sendiri dapat menambah wawasan dan informasi mengenai sejarah kemunculan zouri dan tradisi pemakaian zouri dalam kehidupan masyarakat Jepang. 2. Penulisan ini diharapkan dapat menjadi referensi ataupun memberikan informasi kepada masyarakat luas pada umumnya, dan mahasiswa Sastra Jepang pada khususnya mengenai sejarah kemunculan zouri dan tradisi pemakaian zouri dalam kehidupan masyarakat Jepang.

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. Dengan adanya penulisan ini diharapkan zouri semakin dikenal oleh masyarakat luas sehingga membuat masyarakat luas tersebut tertarik untuk mengetahui hasil budaya Jepang khususnya zouri.

1.6 Metode Penelitian Metode penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian akan dilaksanakan. Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian tradisi pemakaian zouri dalam kehidupan masyaralkat Jepang adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut kaelan (2005:58), metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu objek, baik berupa nilai-nilai budaya manusia, sistem pemikiran filsafat, nilai-nilai etika, nilai karya seni, sekelompok manusia, peristiwa atau objek budaya lainnya. Tujuan dari penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis dan objektif, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, ciri-ciri serta hubungan diantara unsur-unsur yang ada atau suatu fenomena tertentu. Penelitian kualitatif menurut Moleong (2005:5) adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen. Selain metode deskriptif, penulis juga menggunakan studi kepustakaan. Menurut M. Nazir dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian” dalam (https://phairha, blogspot.co.id/2012/01/studi-kepustakaan.html), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Di samping itu penulis juga memperoleh data-data dari media online yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB II

SEJARAH KEMUNCULAN ZOURI PADA KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG

2.1 Pengertian Zouri

Di dalam budaya masyarakat Jepang sangat dianjurkan mengenakan sandal didalam rumah maupun diacara resmi seperti acara pernikahan ataupun pemakaman. Jika rumah yang di kunjungi berlantai tatami di lorong atau di ruang lainnya, sangatlah wajib melepas sandal yang dikenakan lalu meninggalkannya di luar ruangan. Hal ini disebabkan karena kebanyakan aktivitas rumah dilakukan di lantai rumah. Seperti makan di meja rendah, menonton televisi di lantai, menggelar futon untuk tidur, dan masih banyak lagi.Kebanyakan lantai tempat tinggal di Jepang ditinggikan menjadi 60 sentimeter dari teras pintu masuk. Teras pintu masuk inilah yang disebut genkan, tempat di mana kita melepas sandal sebelum menggantinya dengan sandal yang sudah disediakan di rumah. Setelah melepas sandal, sangatlah diharuskan menata sandal dengan rapi dan hadapkan ujung sandal ke pintu masuk.Desain rumah seperti ini sangat cocok untuk semua cuaca. Di samping itu, dengan meninggalkan sandal yang kotor di pintu masuk, rumah tetap terjaga kebersihannya. Selain menjaga kepraktisan, melepas sandal di rumah Jepang juga memiliki makna spiritual. Melepas alas kaki dan melangkah naik ke bagian dalam rumah dapat meningkatkan kesadaran bahwa kita sedang memasuki ruang pribadi orang lain yang harus dihormati. Jangan lupa untuk selalu mengenakan kaus kaki saat mengenakan sandal di dalam rumah. Saat melepas sandal ketika memasuki ruangan bertatami, tetap kenakan kaus kaki bahkan ketika pergi ke acara resmi.

Sama seperti di Indonesia, orang Jepang juga melepas sandalnya saat masuk rumah di Jepang. Namun, mereka mengenakan sandal rumah dari pintu masuk. Dan budaya mengenakan sandal di dalam rumah juga memiliki maknanya sendiri di Jepang. Sebagai tambahan, budaya Asia meyakini bahwa telanjang kaki di rumah sangat bagus untuk kesehatan tubuh. Telanjang kaki dapat menstimulasi titik-titik refleksi tubuh. Kalau kita mengenakan sandal sepanjang hari, kaki kita

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tidak bisa bernapas dan diregangkan. Begitu pula dengan sandal zouri, Sandal khusus disebut zouri ini menyerupai sandal dalam budaya Barat, namun perbedaan utamanya adalah zouri memiliki tali berbentuk Y untuk menahan kaki, tali itu disebut hanao. Zouri awalnya adalah alas kaki formal dalam sejarah, namun sekarang diakui sebagai salah satu pakaian santai. Namun, hal itu tidak kehilangan prestise. Banyak orang lebih suka memakai zouri saat mereka memakai kimono. Apalagi beberapa orang berpikir bahwa fungsi hanao meningkatkan kesehatan kaki. Artinya, berjalan dengan baik pada saat mengenakan zouri sangatlahmembutuhkan beberapa keterampilan atau otot untuk menahan hanao antara jempol kaki dan yang berikutnya. Hal ini meningkatkan fungsi kaki untuk meningkatkan kesehatan.

Zouri adalah sandal Jepang datar dan usang yang terbuat dari jerami padi atau serat tanaman lainnya, kain, kayu pernis, kulit, karet, atau bahan yang semakin sintetis di masa sekarang, orang Jepang hanya memakai zouri sewaktu mengenakan kimono. Berbeda dari geta yang bukan alas kaki untuk kesempatan resmi, zouri dipakai untuk segala kesempatan, termasuk sewaktu mengenakan kimono formal. Cara memakainya seperti memakai sandal jepit. Alas (sol) berbentuk lonjong seperti keping uang zaman dulu. Berbeda dari geta, bagian alas zouri selalu datar dan tidak mempunyai hak (tumit). Pada zaman dulu, bahan untuk alas adalah lembaran gabus, namun sekarang sudah digantikan dengan lembaran plastik. Bahan pembungkus alas adalah kulit, kain, atau plastik. Pada bagian alas (dai) terdapat tiga buah lubang untuk memasukkan tali tebal yang disebut hanao yang menahan sandal agar tidak terlepas sewaktu dipakai berjalan. Zouri sangat mirip dengan sandal jepit, yang pertama kali muncul di Australia, Selandia Baru dan Amerika Serikat sekitar Perang Dunia II karena peniruan karet dari sandal tali kayu yang sudah lama dipakai di Jepang. Bentuk tradisional zouri terlihat saat dipakai dengan pakaian tradisional lainnya. Bentuk modern cukup umum, terutama di musim panas. Sementara geta saat ini dipakai dengan yukata informal, zouri dikaitkan dengan kimono yang lebih formal. Formalitas kejadian tersebut mempengaruhi pilihan kimono dan zouri. Bulu bulunya yang menutupi bulu zouri yang menyerupai tikar tatami tidak digunakan dengan kimono, namun dianggap bekerja dengan aus atau cocok dengan pakaian santai Barat atau Jepang,

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA misalnya jinbei. Dengan demikian mereka berpangkat dekat dengan geta kayu. Vinyl (plastik) zouri wanita bersifat formal, tapi kurang formal daripada kain, kadang brokat menutupi zouri, yang digunakan dengan kimono paling formal, misalnya pakaian pernikahan dan pemakaman. Zouri Pria sering imitasi jerami plastik, dengan sol busa atau gabus. Hanao, atau tali, untuk pria sering berwarna putih atau hitam. Zouri Wanita juga bisa menjadi tiruan jerami, tapi hanao biasanya berwarna merah, dan mereka berada di bawah vinyl berwarna atau brokat zouri dalam formalitas. Sebagai pakaian formal, semua plastik dan kain zouri untuk wanita memerlukan penggunaan kaus kaki tabi putih. Pria memiliki lebih banyak lintang, dan bisa menggunakan zouri imitasi yang sama dengan baik informal (tanpa tabi) dan pakaian formal dengan kaus kaki tabi. Hanao dilekatkan secara simetris, jadi tidak ada perbedaan antara sepatu kiri dan kanan. Hanao pada zouri dapat dibuat dari bahan seperti tali, seperti dalam kasus imitasi imitasi plastik zouri. Hanao untuk vinyl zouri berwarna formal lebih baik adalah vinil tipis atau tali brokat, atau vinyl atau tali pengikat yang lebih lebar dan empuk. Kainnya sering berupa kain yang digunakan untuk sepatu, atau chirimen, kain sutra atau kain rayon Jepang krep. Zouri pria mungkin juga menampilkan hanao kulit atau kulit imitasi. Hanao memakai dan meregang dengan mudah, dan mode hanao dan koordinasi aksesoris terkadang memanggil untuk mengganti hanao. Hanao bisa diganti melalui flaps sole. Zouri wanita jarang datar, kecuali zouri imitasi jerami. Sol datang dengan ketebalan dan sudut yang berbeda. Ada bahkan zouri modern yang dibiarkan ditemukan oleh kain atau vinyl, dan sepatunya, kecuali sol bagian dalamnya, berwarna hitam, plastik keras dengan sol luar non- slip. Biasanya sol luarnya berwarna abu-abu, kulit asli. Seperti semua sandal Jepang, zouri mengizinkan sirkulasi udara bebas di sekitar kaki, sebuah fitur yang mungkin muncul karena iklim lembab yang mendominasi sebagian besar wilayah Jepang. Mereka mudah tergelincir dan mematikan, yang penting dalam budaya di mana sepatu terus-menerus dikeluarkan dan dipasang kembali, dan di situlah tali sepatu yang mengikat tidak praktis dalam kimono yang ketat. Dipakai di luar ruangan dengan tabi, sandal zouri dengan baik meningkatkan kecantikan pada kimono. Ada kain, kulit dan vinyl zouri dan zouri musim panas terbuat dari serat tumbuhan. Kain zouri dari brokat sutra emas, brokat saga atau brokat figur yang

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA jauh dipakai pada waktu tertentu terkhusus pada acara-acara seremonial, seperti juga kulit olahan enamel. Ketinggian tumit harus setinggi 4-5 cm. Saat mengenakan kimono seremonial ketinggian tumit haruslah 3.5 – 4 cm. Saat mengenakan houmongi atau pola kimono kecil 2.5 – 3 cm. Kemudian untuk pakaian santai, warna sandal harus sesuai dengan warna dasar kimono, atau mereka dapat dikoordinasikan dengan warna tali obi atau kerai.

Seiring perkembangan zaman dan perkembangan pola pikir manusia. Saat ini semakin banyak jenis alas kaki yang diciptakan diseluruh dunia, tak terkecuali Jepang. Jepang juga memiliki seragam jenis alas kaki yang digunakan di dalam, atau di luar ruangan, seperti zouri, geta, heyabaki/surippa, kutsu, uwabaki, waraji, tageda dan lain-lain. Salah satu alas kaki yang masih digunakan sampai saaat ini adalah zouri.

2.2 Sejarah Kemunculan Zouri

1. Zaman Meiji

Zouri (草履) adalah alas kaki yang dipakai orang Jepang hingga dikenalnya sepatu pada zaman Meiji. Zaman Meiji (Meiji, 25 Januari 1868 – 30 Juli 1912) adalah salah satu nama zaman pemerintahan kaisar Jepang sewaktu kaisar Meiji memerintah Jepang, sesudah tahun Ketou dan sebelum zaman Taishou. Ibu kota pemerintahan dipindahkan dari Kyoto ke Tokyo. Zaman Meiji lebih dikenal dengan istilah restorasi Meiji. Restorasi Meiji merupakan suatu gerakan pembaruan yang dipelopori oleh Kaisar Mutsuhito, atau Kaisar Meiji. Restorasi Meiji dikenal juga dengan sebutan Meiji Ishin. Revolusi, atau pembaruan. Restorasi Meiji merupakan suatu rangkaian kejadian yang menyebabkan perubahan pada struktur politik dan sosial Jepang. Restorasi Meiji terjadi pada tahun 1866 sampai 1869, tiga tahun yang mencakup akhir zaman Edo dan awal zaman Meiji.

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Restorasi Meiji dapat dikatakan sebagai jaman “pencerahan” Jepang setelah selama 200 tahun lebih menutup diri dari hubungan luar di bawah kepemimpinan rezim Tokugawa. Dengan adanya restorasi Meiji ini masa dimana Jepang akan menjelma menjadi negara yang maju pun dimulai. Sejalan dengan arti dari kata Meiji sendiri, yaitu “yang berpikiran cerah”.

Bangsa Jepang kemudian mulai berbenah diri dan berusaha mengejar ketertinggalannya dari bangsa Eropa Barat. Restorasi Meiji berhasil menjadikan bangsa Jepang menjadi bangsa yang modern pada waktu itu. Jepang yang seperti diketahui saat itu merupakan negara kuno dan miskin dengan sakokunya (isolasi) menjelma menjadi salah satu negara yang kuat yang disegani di Asia Timur. Banyak kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam bidang industri pemerintahan, pendidikan, maupun militer akibat dari restorasi Meiji. Kemajuan-kemajuan tersebut dicapai hanya dalam kurun waktu kurang dari 50 tahun.

Pada zaman Meiji setelah Jepang membuka diri kembali ke dunia luar (orang asing) zouri sebagai alas kaki tradisional yang bergaya Jepang perlahan-lahan mulai didorong keluar dari pasar dan jarang digunakan dalam kehidupan sehari- hari masyarakat Jepang. Hal ini disebabkan masuknya budaya-budaya asing yang dibawa oleh bangsa barat ke Jepang termasuk pakaian dan alas kaki (sepatu) gaya barat yang semakin lama semakin populer dan diterima di kalangan masyarakat Jepang. Namun seiring berjalannya waktu zouri pun semakin populer dan diminati oleh masyarakat Jepang, walaupun budaya barat masuk ditengah-tengah masyarakat Jepang, zouri mampu menjelmah menjadi sandal dalam bentuk modern dengan keindahannya. Ketika menggunakan pakaian tradisional Jepang baik itu kimono ataupun yukata formal maka masyarakat Jepang pasti menggunakan zouri sebagai alas kakinya (Saint-Gilles, 1989:27). Dan hal ini sudah menjadi kebiasaan atau tradisi yang telah ada dari zaman dulu hingga sekarang walaupun penggunaan zouri dalam kehidupan masyarakat Jepang hanya dilakukan pada saat-saat tertentu saja. Dan saat ini perkembangan jenis, gaya, dan bentuk zouri dari zaman ke zaman dapat kita lihat di museum alas kaki Jepang dan museum mainan dan boneka rakyat Jepang. Bukti fisik tertua yang masih ada yakni sandal dari tali berbahan daun papirus peninggalan 1.500 SM, dan bisa

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dilihat di British Museum. Tidak banyak orang yang tahu tentang kemajuan sandal jepit hingga saat ini. Walaupun bentuknya sangat sederhana, tetapi sandal jepit memiliki sejarah yang panjang hingga tercipta model-model seperti saat ini. Dibeberapa negara sandal dikenal dengan sebutan sandal Havaianas, nama itu berasal dari salah satu merek sandal terkenal diluar negeri. Havaianas ialah merek sandal eksklusif dari negara Brazil. Perusahaan ini berdiri pada tahun1962 dengan membuat produksi sandal mirip dengan sandal zouri, tetapi terbuat dari karet. Pada masa tersebut sandal dibuat dari berbagai bahan, selain dari papirus, ada yang dari kulit mentah (suku Masai, Afrika), ada yang dari kayu seperti di India, serta jerami (di Cina dan Jepang). Bentuknya memang beraneka ragam. Yang paling mendekati dengan bentuk sandal seperti yang dikenal dewasa ini, mungkin berasal dari Jepang. The Nihon fuuzokushi jiten menggambarkan penggunaan Zouri (bentuk sandal dengan tali model “V” diantara ibu jari kaki dan jari lainnya) dipakai secara luas pada periode Heian (794-1185). Anak-anak Jepang menggunakan sandal jenis ini untuk belajar berjalan. Setelah era Mesir, sandal generasi kedua adalah milik Yunani. Modelnya disesuaikan dengan kegiatan yang mereka lakukan, seperti untuk jalan-jalan, pesta, atau dipakai di rumah. Sandal bagi bangsa Yunani juga mencerminkan status dan kelas sosial si pemakai. Sandal generasi ketiga adalah sandal Romawi yang diadopsi dan diadaptasi dari gaya sandal Yunani. Salah satu ciri khas sandal hasil modifikasi Romawi adalah penggunaan bahan kulit, tali pengikat yang dililit sampai betis, dan sol tebal dari kulit.

Dengan sandal model ini (disebut ), para prajurit Romawi atau gladiator bisa berperang dengan nyaman dan bebas. Kaum perempuan zaman Romawi umumnya memakai sandal dari kain. Dalam perkembangannya, alas atau sol sandal dibuat dari gabus. Bagian penutupnya dari kulit yang dijahit dengan bagian atasnya. Bagian jari kaki dibiarkan terbuka, dilengkapi sabuk atau tali agar tak mudah lepas dari kaki pemakai. Sol sandal juga dibuat dari karet, plastik, kayu, ban bekas, anyaman tali, atau anyaman rumput. Bagian tumit (hak) sandal untuk perempuan umumnya dibuat lebih tinggi daripada bagian depan. Dalam bentuk paling sederhana, sandal dengan penutup di bagian punggung dan jemari tetapi terbuka di bagian tumit dan pergelangan kaki

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA disebut selop. Ada pula sandal jepit atau sandal Jepang yang berwarna-warni dan terbuat dari karet atau plastik, dengan tali penjepit berbentuk huruf ”V” untuk menghubungkan bagian depan dengan belakang sandal yakni zouri.

2. Zaman Heian

Zaman Heian adalah zaman dimana terjadi kesenjangan sosial yang sangat besar antara kaum aristokrat, pemuka agama dengan rakyat biasa. Kesenjangan ini dapat dilihat dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di zaman Heian seperti pakaian, gaya hidup, dan lain sebagainya. Dari sudut pandang budaya, sejarah berpakaian di jaman Heian dapat dibedakan berdasarkan subyeknya. Berdasarkan kemampuan ekonominya, subyek sejarah berpakaian di zaman Heian dapat dibedakan menjadi dua, yakni mereka yang dapat berganti pakaian pada berbagai kesempatan (kaum aristokrat dan biksu resmi) dan mereka yang tidak (golongan bawah dan biksu tidak resmi) (Nagasaki, 1992). Subyek pertama yang disorot penulis disini adalah biksu, baik yang resmi/kansou maupun yang tidak resmi/tonseisou. Berdasarkan cara hidupnya, biksu di jaman Heian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tonseisou遁世僧 (biksu tidak resmi yang tugas utamanya mendoakan kebutuhan personal para pengikut Buddha) dan kansou 官 イ曽 (biksu resmi yang tugas utamanya adalah untuk mendoakan kesejahteraan Kaisar atau negara dan struktur organisasinya agak mirip birokrat). Sebagai tanda mereka telah meninggalkan kehidupan duniawi, Sakyamuni dalam Dharmagupta- vinaya mengatur bahwa pakaian seorang biksu harus dibuat dari kain perca dengan warna „tercemar‟ (ejiki壊色, terdiri atas warna biru/hijau, hitam/merah anggur dan ungu tua). Seiring dengan waktu aturan ini menjadi formalitas belaka, dan sejak abad kesepuluh warna putih, kuning dan merah juga dimasukkan menjadi warna pakaian para biksu resmi. (Matsuo, 2007). Aturan-aturan mengenai pakaian para biksu resmi pertama kali dimuat dalam salah satu dekrit kekaisaran yang berjudul Soniryo 僧尼令 pada tahun 701, kemudian direvisi dan diterbitkan ulang sebagai Yororyo 養老令 pada tahun 757. Dalam aturan ini, seorang biksu resmi hanya boleh mengenakan warna merah anggur, biru/hijau, hitam atau kuning. Soniryo juga mengatur warna pakaian para biksu berdasarkan jabatan dan

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA peringkatnya. Sebagai contoh, para biksu yang menyelenggarakan upacara pelantikan jabatan (igishi) wajib mengenakan pakaian berwarna merah. (Matsuo, 2007). Status para biksu resmi juga dapat dibedakan dari jenis kain yang digunakan untuk membuat kesa 袈裟 yang mereka kenakan. Larangan pengikut Buddha untuk membunuh makhluk hidup membuat seorang biksu tidak boleh mengenakan kain sutra (Hearn, 1976), namun pada masa itu kepala biksu dan para petinggi kuil umumnya mengenakan kesa yang diolah dari sisa-sisa kain sutra, sementara biksu resmi biasa mengenakan kesa dari sisa-sisa kain katun/rami. Sejak pertengahan jaman Heian, status biksu resmi dan yang tidak resmi dapat dibedakan dari warna pakaian sehari-harinya. Pakaian sehari-hari biksu resmi berwarna putih dan biksu tidak resmi berwarna hitam. Perbedaan warna pakaian kedua golongan ini disebabkan oleh berbagai alasan, yakni sakralisasi warna Sebaliknya, pakaian golongan bawah sangat sederhana dan kasar dibandingkan dengan kaum aristokrat. Karena pakaian rakyat biasa dikenakan baik dalam kegiatan sehari-hari dirumah maupun kerja kasar, jenis kain, rancangan pakaian dan gaya berpakaian mereka juga disesuaikan dengan jenis pekerjaannya. Sebagai contoh, seseorang yang bekerja di ladang akan mengenakan (kimono berlengan pendek yang digunakan golongan bawah sebagai luaran) dengan ujung lengan yang agak melekuk dan (sejenis celana panjang mirip rok) yang lebar bagian bawah kaki sampai dengan mata kakinya jauh lebih sempit dibandingkan lebar bagian atas kaki. (Nagasaki, 1992). Pakaian golongan bawah juga dirancang agar kuat dan tahan lama, sehingga kain yang mereka kenakan umumnya dibuat dari rami, serat pohon wisteria, akar tanaman atau katun. Katun bukanlah pilihan yang lazim bagi golongan bawah karena pada jaman Heian kebanyakan kain katun yang beredar diimpor dari China sampai dengan kira-kira abad ke-18, ketika katun mulai diproduksi dalam jumlah banyak sehingga harganya cukup terjangkau (Nagasaki, 1992). Jenis kain yang paling banyak digunakan adalah yang dibuat dari rami, karena bahan ini mudah diperoleh terlepas dari kondisi geografis/iklimnya dan tahan lama. Selain itu kebanyakan pakaian golongan bawah juga tidak bermotif, namun ada beberapa emaki-mono (gulungan bergambar) jaman Heian yang menampilkan golongan bawah mengenakan pakaian bermotif sederhana, seperti motif bintang-tujuh-hari-

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA seminggu, daun jatuh, daun momiji dan motif bintang (Allen, 1989). Motif-motif ini merupakan penyederhanaan dari motif yang sering digunakan aristokrat dan dicetak dengan satu atau dua warna saja, sehingga cukup populer di golongan bawah karena harganya yang relatif murah. Motif lain yang umumnya sering terlihat dikenakan oleh golongan bawah adalah motif yang muncul pada kain sebagai efek samping metode pemrosesannya. Salah satu metode yang digunakan untuk memproses kain adalah memperkuat kain menggunakan sisa-sisa kain daur ulang, sehingga terbentuklah motif-motif abstrak yang beranekaragam pada kain (Nagasaki, 1992). Sementara itu sebagai alas kaki saat bepergian keluar, umumnya golongan bawah baik laki-laki maupun perempuan pada jaman Heian mengenakan sandal dari jerami (waraji鞋, sandal jerami dengan punggung tumit, umumnya dikenakan dengan kaus kaki atau zouri草履, sandal jerami tanpa punggung tumit yang umumnya dikenakan tanpa kaus kaki), ashinaka足半 (sandal jerami yang dirancang khusus sebagai alas bagian depan kaki saja sehingga hanya disol sebagian di bagian depan), ashida足駄 (bakiak kayu dengan dua sol (ha 歯) yang tingginya sekitar 10cm, dipasang horizontal dengan jarak tertentu dan sejajar satu sama lain), taka-ashida 高足駄 (bakiak kayu dengan sol yang lebih tinggi), obuto (sejenis sandal yang dibuat dari seutas tali pengikat yang tebal dan anyaman rumput) atau tidak menggunakan alas kaki sama sekali. Ketika berada didalam rumah/bangunan biasanya mereka hanya bertelanjang kaki.

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.3 Bentuk Zouri

Zouri adalah alas kaki yang berbentuk seperti sandal jepit, dengan permukaan yang agak miring – lebih tinggi di bagian belakang. Biasa dipakai di acara yang formal. Warna hanao yang digunakan pada zouri pria adalah putih atau hitam, wanita biasa memakai zouri yang berwarna merah, juga menggunakan tabi / kaus kaki. Zouri biasanya dibuat dari batang padi atau serat tumbuhan lain, kain, kayu berpernis, kulit, karet, atau bahan sintetis seperti plastik. Bila sekarang geta lebih diasosiasikan dengan yukata dan berkesan informal, zouri biasanya dikenakan dengan kimono dalam kesempatan yang lebih formal. Adapun zouri yang dilapisi bahan yang menyerupai tatmai (matras Jepang), namun kelasnya mirip dengan geta yang tak lazim dipakai dengan kimono melainkan dengan pakaian Barat yang kasual atau jinbei (pakaian pendek untuk musim panas). Zouri kayu yang dilapisi kain adalah zouri yang dikenakan dalam acara yang paling formal, seperti pernikahan atau pemakaman.

Zouri diperkenalkan di masyarakat Amerika setelah Perang Dunia II ketika para tentara Sekutu membawa sandal jepit Jepang ini sebagai souvenir. Demikian juga saat Amerika menginvasi Korea di tahun 1950-an, mulailah muncul sandal jepit berbahan karet.

Mengapa disebut flip-flop? Karena saat dipakai berjalan di tanah atau pasir, begitu menjejakkan sandal seperti terdengar bunyi “flip”. Lalu saat tumit kaki kitanaik, sandal biasanya masih menempel di tanah. Begitu ada gerkan dari kaki yang memaksanya copot dari tanah, akan terdengar suara “flop”. Zouri adalah sandal Jepang datar dan usang yang terbuat dari jerami padi atau serat tanaman lainnya, kain, kayu pernis, kulit, karet, atau bahan yang semakin sintetis. Zouri sangat mirip dengan sandal jepit, yang pertama kali muncul di Australia, Selandia Baru dan Amerika Serikat sekitar Perang Dunia II karena peniruan karet dari sandal tali kayu yang sudah lama dipakai di Jepang. Bentuk tradisional zouri terlihat saat dipakai dengan pakaian tradisional lainnya. Bentuk modern cukup umum, terutama di musim panas. Sementara geta saat ini dipakai dengan yukata informal, zouri dikaitkan dengan kimono yang lebih formal. Formalitas kejadian

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tersebut mempengaruhi pilihan kimono dan zouri. Bulu bulunya yang menutupi bulu zouri yang menyerupai tikar tatami tidak digunakan dengan kimono, namun dianggap bekerja dengan aus atau cocok dengan pakaian santai Barat atau Jepang, misalnya jinbei. Dengan demikian mereka berpangkat dekat dengan geta kayu. Vinyl (plastik) zouri wanita bersifat formal, tapi kurang formal daripada kain, kadang brokat menutupi zouri, yang digunakan dengan kimono paling formal, misalnya pakaian pernikahan dan pemakaman. Zouri Pria sering imitasi jerami plastik, dengan sol busa atau gabus. Hanao, atau tali, untuk pria sering berwarna putih atau hitam. Zouri Wanita juga bisa menjadi tiruan jerami, tapi hanao biasanya berwarna merah, dan mereka berada di bawah vinyl berwarna atau brokat zouri dalam formalitas. Sebagai pakaian formal, semua plastik dan kain zouri untuk wanita memerlukan penggunaan kaus kaki tabi putih. Pria memiliki lebih banyak lintang, dan bisa menggunakan zouri imitasi yang sama dengan baik informal (tanpa tabi) dan pakaian formal dengan kaus kaki tabi. Hanao dilekatkan secara simetris, jadi tidak ada perbedaan antara sepatu kiri dan kanan. Hanao pada zouri dapat dibuat dari bahan seperti tali, seperti dalam kasus imitasi imitasi plastik zouri. Hanao untuk vinyl zouri berwarna formal lebih baik adalah vinil tipis atau tali brokat, atau vinyl atau tali pengikat yang lebih lebar dan empuk. Kainnya sering berupa kain yang digunakan untuk sepatu, atau chirimen, kain sutra atau kain rayon Jepang krep. Zouri pria mungkin juga menampilkan hanao kulit atau kulit imitasi. Hanao memakai dan meregang dengan mudah, dan mode hanao dan koordinasi aksesoris terkadang memanggil untuk mengganti hanao. Hanao bisa diganti melalui flaps sole. Zouri wanita jarang datar, kecuali zōri imitasi jerami. Sol datang dengan ketebalan dan sudut yang berbeda. Ada bahkan zōri modern yang dibiarkan ditemukan oleh kain atau vinyl, dan sepatunya, kecuali sol bagian dalamnya, berwarna hitam, plastik keras dengan sol luar non-slip. Biasanya sol luarnya berwarna abu-abu, kulit asli. Seperti semua sandal Jepang, zouri mengizinkan sirkulasi udara bebas di sekitar kaki, sebuah fitur yang mungkin muncul karena iklim lembab yang mendominasi sebagian besar wilayah Jepang. Mereka mudah tergelincir dan mematikan, yang penting dalam budaya di mana sepatu terus- menerus dikeluarkan dan dipasang kembali, dan di situlah tali sepatu yang

22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mengikat tidak praktis dalam kimono yang ketat. Dipakai di luar ruangan dengan tabi, sandal zouri dengan baik meningkatkan kecantikan pada kimono. Ada kain, kulit dan vinyl zouri dan zouri musim panas terbuat dari serat tumbuhan. Kain zouri dari brokat sutra emas, brokat saga atau brokat figur yang jauh dipakai pada waktu tertentu terkhusus pada acara-acara seremonial, seperti juga kulit olahan enamel. Ketinggian tumit harus setinggi 4-5 cm. Saat mengenakan kimono seremonial ketinggian tumit haruslah 3.5 – 4 cm. Saat mengenakan houmongi atau pola kimono kecil 2.5 – 3 cm. Kemudian untuk pakaian santai, warna sandal harus sesuai dengan warna dasar kimono, atau mereka dapat dikoordinasikan dengan warna tali obi atau kerai. Walaupun ada berbagai jenis alas kaki dan pakaian Barat (gaya Barat) mulai dikenal di Jepang sejak zaman Meiji, namun masyarakat Jepang tetap mengenakan kimono atau yukata dengan alas kaki berupa zouri dalam kehidupannya. Sampai saat ini zouri masih memiliki fungsi yang sama sebagai pelindung kaki dan alat kesehatan. Bagi masyarakat Jepang zouri juga masih menjadi alas kaki yang menarik untuk digunakan walau hanya pada saat-saat tertentu. Sehingga zouri tetap digunakan dan dilestarikan oleh masyarakat Jepang dalam kehidupannya.

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.4 Jenis-Jenis Zouri

1. Zouri wanita

Dibandingkan model santai, bagian alas zouri wanita untuk dipakai dalam kesempatan formal dibuat lebih tebal dengan bagian belakang yang ditinggikan (dibuat ekstra tebal). Agar dasar tidak cepat aus, plastik uretan ditempelkan di bagian dasar yang bersentuhan dengan tanah.Jepang memiliki beragam jenis alas kaki yang digunakan di dalam atau di luar ruangan. Seperti zouri, geta, heyabaki/surippa, kutsu, uwabaki, waraji, tageda dan lain-lain. Zouri untuk wanita selalu diangkat di tumit. Zouri Wanita juga bisa menjadi tiruan jerami, tapi hanao biasanya berwarna merah, dan mereka berada di bawah vinyl berwarna atau brokat zouri dalam formalitas. Zouri Wanita juga bisa menjadi tiruan jerami, tapi hanao biasanya berwarna merah, dan mereka berada di bawah vinyl berwarna atau brokat zouri dalam formalitas. Sebagai pakaian formal, semua plastik dan kain zouri untuk wanita memerlukan penggunaan kaus kaki tabi putih. Hanao dilekatkan secara simetris, jadi tidak ada perbedaan antara sepatu kiri dan kanan. Hanao pada zouri dapat dibuat dari bahan seperti tali, seperti dalam kasus imitasi imitasi plastik zouri. Hanao untuk vinyl zouri berwarna formal lebih baik adalah vinil tipis atau tali brokat, atau vinyl atau tali pengikat yang lebih lebar dan empuk. Kainnya sering berupa kain yang digunakan untuk sepatu, atau chirimen, kain sutra atau kain rayon Jepang krep. Zouri wanita jarang datar, kecuali zouri imitasi jerami. Sol datang dengan ketebalan dan sudut yang berbeda. Ada bahkan zouri modern yang dibiarkan ditemukan oleh kain atau vinyl, dan sepatunya, kecuali sol bagian dalamnya, berwarna hitam, plastik keras dengan sol luar non- slip. Biasanya sol luarnya berwarna abu-abu, kulit asli. Seperti semua sandal Jepang, zouri mengizinkan sirkulasi udara bebas di sekitar kaki, sebuah fitur yang mungkin muncul karena iklim lembab yang mendominasi sebagian besar wilayah Jepang. Mereka mudah tergelincir dan mematikan, yang penting dalam budaya di mana sepatu terus-menerus dikeluarkan dan dipasang kembali, dan di situlah tali sepatu yang mengikat tidak praktis dalam kimono yang ketat.Zouri juga identik dengan kimono yang kerap hubungannya dengan wanita Jepang, wanita Jepang suka memadupadankan motif pada zouri yang juga dapat disesuai dengan motif

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pada kimono yang dikenakan sehingga wanita Jepang sangat tetap terlihat anggun pada acara-acara resmi yang diadakan di Jepang.

2. Setta (雪駄) (Zouri Pria)

Bentuknya hampir persegi panjang, dengan bagian bawah yang dilapis kulit sapi atau plastik uretan. Hingga saat ini, setta masih banyak penggemarnya. Setta adalah sandal tradisional Jepang yang telah dipakai sejak Periode Muromachi (1392-1573). Dikatakan bahwa ayah dari setta adalah Senno Rikyu, master teh terhebat sepanjang masa. Karena mereka sangat nyaman dan cantik, mereka menjadi populer secara bertahap. Selama Periode Genroku (1688-1704), jenis baru Setta diciptakan seperti Setta Damaskened-inlay. YAMATO KOBO terletak di Misato-cho, Nara di mana dulu berkembang dengan industri pertanian dan zouri (sandal tradisional Jepang). Kota ini mulai memproduksi Hanao (tali untuk sepatu tradisional Jepang), dan mereka menghasilkan 9 juta tali selama satu tahun pada tahun 1920-an. Kemudian, sepatu bergaya Eropa diperkenalkan, dan industri Setta menurun secara bertahap. Saat ini Misato-cho adalah satu-satunya kelompok industri yang masih memproduksi sandal tradisional Jepang di Jepang. Zouri Pria sering imitasi jerami plastik, dengan sol busa atau gabus. Hanao, atau tali, untuk pria sering berwarna putih atau hitam. Pria memiliki lebih banyak lintang, dan bisa menggunakan zouri imitasi yang sama dengan baik informal (tanpa tabi) dan pakaian formal dengan kaus kaki tabi. Hanao dilekatkan secara simetris, jadi tidak ada perbedaan antara sepatu kiri dan kanan. Hanao pada zouri dapat dibuat dari bahan seperti tali, seperti dalam kasus imitasi imitasi plastik zouri. Hanao untuk vinyl zouri berwarna formal lebih baik adalah vinil tipis atau tali brokat, atau vinyl atau tali pengikat yang lebih lebar dan empuk. Kainnya sering berupa kain yang digunakan untuk sepatu, atau chirimen, kain sutra atau kain rayon Jepang krep. Zouri pria mungkin juga menampilkan hanao kulit atau kulit imitasi. Hanao memakai dan meregang dengan mudah, dan mode hanao dan koordinasi aksesoris terkadang memanggil untuk mengganti hanao. Hanao bisa diganti melalui flaps sole.

25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. Zouri Tatami

Bahan dari serat tanaman Igusa sehingga disebut tatami omote zouri (zouri permukaan tatami). Pada zaman dulu merupakan alas kaki favorit bagi laki-laki. Sekarang sudah langka dan hanya bertahan sebagai alas kaki aktor kabuki. Sandal Tatamizouri yang dibuat di Jepang dengan tali beludru hitam, anyaman dari jerami dan sol karet. Sandal zouri Jepang ini dijual berpasangan dan sangat tahan lama. Sandal tatami zouri ini dikenakan untuk penggunaan indoor ataupun outdoor.Sandal Tatami dianggap sandal Jepang kasual dan yang paling populer untuk dipakai sehari-hari. Sandal disebut tatami yang artinya jerami. Permukaan sandal terbuat dari anyaman jerami seperti tikar tatami yang digunakan di lantai rumah Jepang. terbuat dari beludru dan berwarna merah atau hitam. Sandal bawah tanah bergaya Jepang ini mirip dengan sandal jepit. Sol lebih tebal di tumit dan sedikit mengecil pada jari-jari kaki. Zouri tatami mirip dengan karet, tetapi bobotnya lebih ringan, lebih lembut dan lebih fleksibel. Bagian atas sandal terdapat lapisan rumput igusa alami atau tatami. Tali silang hitam yang diperkuat, membuat jari-jari terbuka dan terasa bebas. Zouri tatami cepat kering saat basah dan membiarkan bernapas secara alami.

4. Waraji (草鞋) (warazouri)

Waraji (草鞋) adalah sandal yang terbuat dari tali jerami yang pada masa lalu merupakan alas kaki standar orang-orang biasa di Jepang. Waraji juga dipakai oleh kelas samurai dan prajurit kaki (ashigaru) selama era feodal Jepang.Disebut waraji karena dibuat dari anyaman jerami (wara), dan sering dibuat sendiri oleh petani yang memerlukannya alas kaki. Pada zaman dulu, pria atau wanita memakainya sewaktu bekerja atau bepergian jauh. Tali tambahan untuk diikatkan ke pergelangan kaki merupakan ciri khas model yang dibuat untuk berjalan jauh.Secara tradisional, bahan tali terbuat dari jerami padi. Namun, waraji dapat terbuat dari berbagai bahan lain seperti rami, batang myōga, serat palem, dan benang katun. Sekarang sebagian besar dipakai oleh biarawan Budha tradisional.Secara tradisional, masyarakat Jepang mengenakan waraji dengan jari-

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA jari kaki mereka menonjol sedikit di atas tepi depan. Namun, tidak ada aturan atau pedoman yang ditetapkan untuk mengenakan waraji.Waraji adalah sandal tradisional yang terbuat dari batang padi. Karena menggunakan bahan yang sama, banyak yang keliru antara waraji dan warazouri padahal bentuknya sama sekali berbeda. Pada jaman dahulu, waraji adalah alas kaki standar yang digunakan masyarakat Jepang namun sekarang hanya digunakan terbatas pada para pendeta Buddha. Waraji dijalin berbentuk oval seperti sandal modern dan dilengkapi dengan lubang dan tali panjng. Cara mengikat waraji berbeda-beda tergantung siapa yang menggunakannya. Pendeta, petani, prajurit dan warga kota punya cara masing-masing untuk mengikatnya. Secara umum, tali panjang yang diikat di bagian depan waraji diloloskan ke dalam beberapa lingkaran kecil (chi) yang ada di lingkaran besar di tumit (kaeshi) kemudian membentuk simpul di bagian punggung kaki barulah diikat dibagian pergelangan kaki. Bagian jari-jari kaki biasanya menonjol melewati tepi depan waraji dengan fungsi mencengkram saat melangkah.

Waraji yang lentur ini biasanya digunakan untuk mendaki atau perjalanan jauh dan jarang digunakan sehari-hari kecuali dalam kesempatan khusus seperti perayaan. Cara mengenakan waraji adalah :

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Seperti yang terlihat pada gambar waraji di atas, biasanya saat mengenakan alas kaki tradisional ini di gunakan juga kaus kaki.. Kaus kaki tradisional Jepang ini bernama tabi (足袋). Warna paling umum dari tabi ini adalah putih, dan di kenakan pada upacara formal seperti acara minum teh. Berbeda dengan kaus kaki yang akan melar saat dipakai, tabi dipakai dengan membuka kaitan yang ada di bagian belakang.

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB III TRADISI PEMAKAIAN ZOURI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG

3.1 Fungsi dan Makna Zouri Terhadap Kesehatan dan Penampilan

3.1.1 Fungsi dan Makna Zouri Terhadap Kesehatan Zouri adalah jenis sepatu tradisional Jepang yang sangat diminati oleh masyarakat Jepang. Dalam versi modern kadang-kadang disebut sebagai sandal atau sandal jepit Jepang. Di Hawai, mereka paling sering disebut "slippahs" atau zouri. Zouri adalah sandal khas Jepang yang paling nyaman dan serbaguna untuk digunakan terutama untuk kesehatan. Sandal Zouri mudah basah dan cepat kering. Mereka membiarkan kaki bernafas secara alami. Sandal zouri mengikat kaki, seakan menyatukan jari-jari kaki bersama-sama, membelokkan bentuk kaki dan memerangkap uap air di tempat yang mengarah ke kondisi kaki yang tidak sehat. Zouri sangat sehat untuk digunakan, juga ringan serta tidak mahal. Zouri dapat digunakan untuk semua usia, terkhusus sangat baik digunakan untuk masyarakat Jepang yang berusia dewasa menuju lansia yang sangat rentan memiliki peyakit dibagian kaki. Bahkanzouri kerap sekali digunakan ketika berolahraga seperti misalnya pada saat bermain sepak bola dan mendaki melalui salju. Secara teknis, Zouri adalah "sandal bertali yang tipis atau tebal dengan tali berbentuk V yang ada di antara jempol kaki dan sisa kaki" Secara tradisional terbuat dari jerami, zouri modern terbuat dari karet, dengan tali plastik atau nilon yang sangat aman ketika digunakan. Gaya kuno sering dimaksudkan karna memiliki thong yang terletak diantara jari kaki kedua dan ketiga, tidak seperti gaya modern yang lebih nyaman. Alas kaki Jepang dirancang sedemikian rupa sehingga mudah untuk digunakan, yang sangat diperlukan pada saat memasuki ruangan ataupun pada saat keluar ruangan, khususnya sandal zouri yang sering digunakan pada saat acara-acara tertentu baik acara pemakaman ataupun pernikahan.Pada awal 1990- an, sebuah perusahaan bernama "Teva" memproduksi zouri modern yang kemudian zouri modern berbahan dasar karet dan nyaman sangat banyak diminati

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA oleh masyarakat Jepang di Jepang. Kebanyakan masyarakat Jepang mengenakan zouri pada saat cuaca dingin, dikarenakan kaki tidak lebih sensitif terhadap suhu daripada tangan. Jadi jika cuaca menjadi dingin atau perlu "berdandan" untuk pengaturan formal dengan tetap anggun pada saat mengenakan zouri. Pada saat mengenakan zouri sangat dianjurkan untuk juga mengenakan tabi atau kaus kaki, disebut tabi di Jepang, karna ini adalah kaus kaki khusus yang memiliki celah di jari zouri kaki. Di seluruh dunia, selain sangat baik untuk kesehatan kaki tabi sangatlah populer sebagai kaus kaki yang diminati dan menyenangkan untuk anak-anak, tetapi juga tersedia dalam gaya "dewasa" untuk pria dan wanita. Selain tabi adalah kaus kaki yang populer dalam seni bela diri. Namun, ninja tidak akan memakai zouri karena suara yang dihasilkan zouri sangat berisik dan mengepak yang dapat mengundang kehadiran para musuh namun mereka tetap mengenakan tabi khusus dengan sol ekstra tebal yang dipasang ke dalam kaus kaki guna mengurangi suara yang dihasilkan oleh zouri ketika dikenakan.Transplantasi jari kaki adalah proses pembedahan yang menggerakkan jempol kaki ke daerah tangan, untuk mengobati jempol kaki jika terasa sakit. Ini sangatlah tidak populer di daerah Timur, di mana sandal jenis yang membutuhkan ruang kaki pada saat digunakan.

3.1.2 Fungsi dan Makna Zouri Terhadap Penampilan Zouri wanita adalah sandal khas Jepang yang paling indah jika dihiasi dengan mengenakan kimono pada acara-acara yang sangat formal, dengan sandal menjadi kurang rumit karena acara menjadi kurang formal. Zouri pria memiliki tingkat formalitas yang lebih sedikit daripada wanita. Mereka sering terbuat dari jerami atau kayu dan dapat dikenakan bertelanjang kaki. Untuk acara pernikahan, zouri wanita tercakup dalam kain brokat berornamen dan dengan mengenakan kimono yang paling formal. Untuk acara yang kurang formal tetapi tetap penting, zouri tercakup dalam jenis kain lainnya. Langkah lain yang digunakan adalah dengan menggunakan vinyl zouri, yang bisa sangat bergaya tetapi tidak akan dipakai untuk acara formal dan tetap terlihat modern. Zouri jerami imitasi (biasanya terbuat dari bulrushes) juga umum tetapi dianggap sebagai pakaian kerja dan tidak dikenakan dengan kimono.

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dalam perbedaan ini ada banyak ruang untuk menjadi kreatif. Untuk acara-acara khusus sandal zouri dapat dibuat dari kayu berpernis, atau menampilkan desain yang dicat, atau trim bulu. Zouri plastik biasa juga menarik dalam warna yang berbeda dan dapat disesuaikan dengan aksesoris sehingga tetap terlihat fashionable. Namun Zouri-zouri tiruan yang dikenakan oleh pria dan wanita selalu datar dan tidak pernah dikenakan dengan kimono. Meskipun zouri untuk pria paling sering seperti terlihat bermotif meriah, ada juga versi plastik modern yang mungkin polos, berkilauan atau bernoda.Sentuhan terakhir untuk sandal tradisional Jepang adalah tabi, atau kaus kaki. Kecuali untuk jenis jerami, zouri wanita selalu dikenakan dengan tabi, tetapi pria hanya mengenakan tabi pada acara-acara resmi. Tabi tidak dikenakan dengan geta ketika mengenakan yukata katun kasual. Aturan umumnya adalah bahwa kecuali kasual, semua kesempatan membutuhkan tabi.Sebelum mengasumsikan bahwa tabi hanya kaus kaki dengan celah kaki besar, ada beberapa hal yang perlu diketahui. Dari pada dirajut, mereka dijahit dari kain yang dipotong menjadi bentuk. Kaki masuk melalui deretan pengencang di bagian belakang, dan tabi mengancingkan pergelangan kaki. Mereka memiliki sol karet, sehingga ketika melepas sandal maka dapat tetap berjalan di lantai yang bersih di dalam ruangan. Meskipun untuk wanita mereka didominasi putih (dan selalu putih pada acara-acara resmi) tabi berpola menjadi populer untuk pria dan wanita. Secara tradisional, pria dapat mengenakan tabi biru atau hitam saat bepergian, tetapi mereka mengenakan tabi putih pada acara-acara resmi.Tabi (足袋) adalah kaus kaki tradisional Jepang yang berasal dari abad ke-15. Pergelangan kaki tinggi dan dengan pemisahan antara jempol kaki dan jari kaki lainnya, mereka dikenakan oleh pria dan wanita dengan zori, geta, dan alas kaki tradisional lainnya. Tabi juga penting dengan pakaian tradisional - kimono dan wafuku lainnya serta dikenakan oleh samurai di era feodal. Warna yang paling umum adalah putih, dan putih tabi dipakai dalam situasi formal seperti pada upacara minum teh. Pria kadang-kadang memakai tabi biru atau hitam untuk bepergian. Tabi bermotif dan berwarna juga tersedia dan paling sering dipakai oleh wanita, meskipun mereka mendapatkan popularitas di antara pria juga. Berbeda dengan kaus kaki yang ketika ditarik maka nyaman di kaki dengan pas karena tenunan elastis mereka, tabi dijahit dari kain yang

31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dipotong untuk membentuk kaki menjadi bagus. Mereka terbuka di belakang sehingga mereka dapat tergelincir dan memiliki deretan pengencang di sepanjang pembukaan sehingga mereka dapat ditutup.Zouri adalah sandal formal, Tetapi apakah itu zouri atau geta, mereka memiliki satu ciri besar yang sama yaitu mereka menjaga kaki tetap bagus dan sejuk dalam cuaca musim panas. Mereka juga dirancang untuk kenyamanan dan kepraktisan, dan yang dibuat di Jepang memiliki estetika khusus yang tidak dapat ditemukan di tempat lain.

3.2 Waktu Pemakaian Zouri Pada dasarnya masyarakat Jepang adalah masyarakat yang selalu menggunakan alas kaki dalam setiap aktifitas kehidupannya, baik saat berada diluar ruangan maupun didalam ruangan. Bahkan saat tidur orang Jepang juga memakai alas kaki berupa kaus kaki. Orang Jepang tidak menggunakan alas kaki hanya pada saat mandi. Pada saat bepergian masyarakat Jepang menggunakan alas kaki berupa sepatu, , high heel, , dan lain-lain. Ketika orang Jepang pulang kerumah mereka akan mengganti alas kaki mereka dengan surippa. Surripa adalah alas kaki yang biasa dipakai didalam rumah. Orang Jepang melakukan aktivitas memakai atau melepas alas kaki di ruangan yang disebut dengan istilah genkan. Genkan adalah salah satu ciri rumah Jepang. Ruangan ini berada tepat di bilik pintu masuk rumah. Jadi ketika orang Jepang masuk atau keluar rumah mereka akan memakai atau melepaskan sepatunya di ruangan ini. Lantai genkan dibuat lebih rendah dibandingkan dengan lantai rumah. Hal ini memudahkan dalam memakai atau melepaskan alas kaki, karna penghuni rumah dapat duduk di lantai rumah yang lebih tinggi sambil melepaskan atau memakai alas kaki. Lalu alas kaki yang dilepas akan disimpan dalam lemari penyimpanan alas kaki yang berada dalam ruangan ini. Rak atau lemari penyimpanan sepatu disebut getabako. Sandal untuk dipakai dirumah juga tersimpan disana. Zouri biasa dipakai saat mengenakan pakaian kimono formal Jepang dan bagian permukaannya biasanya dilapisi kulit, kain, atau vinyl. Pada zaman dahulu, banyak orang memakai 'wara zori' (sandal zouri) yang terbuat dari anyaman jerami. Sebelum desain sendal terkenal, pada masa itu para petani

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA menganyam sendiri sendal di rumah yang disebut "waraji" dan biasa dipakai sebagai alas kaki saat bekerja dan pada saat sekarang lebih sering dikenakan oleh pendeta Budha.Salah satu jenis waraji ini adalah "setta" yang umumnya digunakan oleh pria. Bentuknya persegi panjang dengan bagian tapak yang tipis. Saat memakai zouri di hari bresalju, salju bisa tersangkut di bagian gigi dan membuat sulit untuk berjalan sehingga setta lebih umum digunakan pada saat tersebut. Oleh karena cara menggunakannya mudah, tahan lama, mudah dipakai dan dicopot membuat alas kaki ini populer digunakan di antara para pekerja maupun pengrajin. Alas kaki telah disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan berbagai kondisi iklim Jepang. Seperti musim panas yang setiap tahunnya masyarakat Jepang menggelar berbagai festival atau matsuri ataupun acara formal lainnya. Jenisnya pun bermacam-macam, sehingga kapanpun berlibur ke Jepang, pasti bisa mendatangi salah satu event tersebut. Waktu pemakaian zouri sesuai dengan jenisnya adalah sebagai berikut :

1. Musim Semi Musim semi di Jepang adalah musim yang selalu banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai negara. Selain bunga-bunga sakura yang mulai bermekaran dan berbagai bunga-bunga indah lainnya merebak disana sini, juga udara yang sejuk bahkan menjurus dingin, karena suhu udara sehari-hari dibawah 12°C. Kadang diselingi dengan rinai hujan, memberikan fenomena keindahan alam dan keagungan Tuhan. Pada pertengahan Bulan Maret lalu, tepat musim semi di Jepang, putri bungsu kami telah menyelesaikan institute Bahasa Jepangnya. Alhamdulillah, satu babak pendidikan telah dilalui dan jenjang pendidikan selanjutnya telah menanti. Di hari wisudanya, diantara para wisudawati, ada beberapa orang yang tidak mengenakan busana wajib mereka (hitam dan putih) melainkan mengenakan busana China (Shanghai ) mungkin memang berasal dari China dan ada juga yang memakai kimono karena bangga dengan busana tradisional Jepang.

Secara harfiah kimono adalah baju atau sesuatu yang dikenakan (ki berarti pakai, dan mono berarti barang). Pada zaman sekarang, kimono berbentuk seperti huruf

33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA “T”, mirip gamis berlengan panjang dan berkerah dan dibelakang baju bukan berbentuk kotak tapi pita besar yang kaku dan keras. Kimono dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu : kimono wanita dan kimono pria. Untuk kimono wanita, panjang kimono dibuat hingga pergelangan kaki berbentuk baju terusan, sementara pria mengenakan kimono berbentuk setelan. Kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah bagian kiri. Sabuk kain yang disebut obi dililitkan di bagian perut/pinggang, dan diikat di bagian belakang. Alas kaki sewaktu mengenakan kimono adalah sandal khas Jepang yaitu zouri. Ternyata untuk memilih jenis kimono yang tepat, memerlukan pengetahuan mengenai simbolisme dan isyarat terselubung yang terdapat pada masing-masing jenis kimono. Tingkat formalitas kimono wanita juga ditentukan oleh pola tenunan bahan dan warna, mulai dari kimono paling formal hingga kimono santai. Berdasarkan jenis kimono yang dipakai, kimono bisa menunjukkan umur pemakai, status perkawinan, dan tingkat formalitas dari acara yang dihadiri. Sedangkan kimono pria dibuat dari bahan berwarna gelap seperti hijau tua, coklat tua, biru tua, dan hitam. Kimono paling formal berupa setelan montsuki hitam dengan hakama dan . Hakama adalah semacam celana panjang yang dikenakan pria yang juga terbuat dari bahan berwarna gelap. Haori adalah semacam jaket yang dikenakan pria sewaktu mengenakan kimono. Montsuki lengkap dengan hakama dan haori juga berfungsi sebagai busana pengantin pria. Bagian punggung montsuki dihiasi lambang keluarga pemakai. Setelan ini juga dikenakan sewaktu menghadiri upacara sangat resmi, misalnya resepsi pemberian penghargaan dari kaisar/pemerintah atau seijin shiki. Kimono yang berbahan dasar sutra bisa dihargai Rp 50 juta keatas, bahkan ada yang sampai Rp 300 juta untuk satu set lengkap bersama obi,geta ataupun zouri (sandal khusus kimono) dan aksesoris lainnya. Cara memakainya pun tidak sembarangan dan ada namanya sendiri, yaitu kitsuke. Sekarang ini kimono memang telah banyak dimodifikasi untuk mengikuti perkembangan mode dan minat kawula muda. Namun kimono tradisional tetap menjadi primadona. Selain sandal zouri sangat nyaman digunakan, sandal zouri juga sangat menunjang penampilan agar tetap semakin terlihat fashionable pada saat dipadupadankan dengan motif dari kimono yang dikenakan dan musim sepi

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pun menjadi musim yang sangat semakin dinantikan masyarakat Jepang karena dapat bergaya dan berpakaian menarik dengan kimono beserta sandal zouri.

2. Acara Pernikahan

Upacara pernikahan yang diadakan di Jepang umumnya diselenggarakan dalam dua pilihan cara. Apabila keluarga dan pengantin masih berpegang erat dengan tata cara pernikahan tradisional, maka upacara yang diadakan, akan dilangsungkan di kuil Shinto. Sementara apabila keluarga dan pengantin tidak terlalu terikat cara tradisional dan memiliki preferensi sendiri, biasanya pernikahan akan diadakan di gereja dengan cara Kristiani. Tapi ini tidak berarti kedua pengantin maupun keluarganya beragama Kristen. Mereka hanya menggunakan tata cara pernikahannya saja.Orang Jepang mempunyai dua jenis pakaian yang umum dipakai, yaitu gaya Jepang dan gaya barat. Gaya Jepang itu sendiri adalah pakaian tradisional turun temurun Jepang dari zaman dulu. Pakaian pengantin bergaya Jepang yang dipakai oleh pengantin Jepang adalah kimono berwarna putih, yang memang khusus digunakan sebagai gaun pernikahan tradisional Jepang dengan menggunakan sandal zouri, motif dan warna sandal zouri disesuaikan dengan kimono yang dikenakan. Sementara gaya barat yang dimaksud adalah gaun-gaun pernikahan yang berupa dress dengan sentuhan Eropa dan Amerika.Di Jepang, para tamu pernikahan memberikan uang sebagai hadiah. Hadiah uang ini dimasukkan dalam amplop yang memiliki dekoratif khusus yang dinamakan Goshugibukuro. Dekoratif berbentuk simpul tali yang menggambarkan ikatan pernikahan yang kekal dan tidak putus. Sementara, untuk uangnya sendiri, orang Jepang biasanya akan memberikan jumlah kepala ganjil. Yang paling umum adalah 30.000 Yen. Sementara orang-orang yang lebih tua biasanya memberikan 50.000 Yen. Angka ganjil ini melambangkan angka yang tidak bisa dibagi dua. Sebagai tanda, pasangan yang menikah ini telah jadi satu, dan tidak bisa jadi dua kembali.

35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. Acara Pemakaman

Seperti halnya pada budaya lain, upacara pemakaman merupakan hal penting dalam budaya Jepang. Pada umumnya, upacara pemakaman di Jepang dilangsungkan dengan tata cara Buddha, dan biasanya jenazah tidak dikubur, melainkan dikremasi. Berikut adalah gambaran mengenai upacara pemakaman di Jepang, dan apa saja yang harus kita ketahui jika kita menghadiri upacara pemakaman di Jepang.

Sebelum proses semayam, jenazah dimandikan dan ditutup lubang telinga dan hidungnya dengan kapas. Jenazah kemudian diberi pakaian berupa setelan jas [untuk pria] atau kimono [untuk wanita], dan kadang-kadang juga diberi make-up. Setelah itu jenazah dibaringkan di dalam peti mati berisi es kering beserta kimono putih, sendal, 6 keping koin yang dipercaya akan digunakan almarhum untuk melintasi 3 neraka, dan benda yang bisa terbakar yang disukai almarhum selama masih hidup, seperti permen atau rokok. Peti mati kemudian diletakkan di altar untuk disemayamkan, dengan aturan posisi kepala menghadap utara, atau alternative kedua yaitu menghadap barat. Di sebelah peti mati diletakkan meja kecil yang dihiasi bunga dan lilin. Selama proses semayam, pihak kelurga almarhum memberitahukan kabar duka pada semua kerabat dan rekan almarhum agar bisa memberikan penghormatan terakhir.

Tapi ada satu hari yang harus dihindari pada upacara pemakaman yang dikenal dengan sebutan tomobiki [tomo=teman;hiki=menarik], yaitu suatu hari yang baik untuk melaksanakan pernikahan. Pada hari tomobiki tidak akan ada orang yang mau datang ke upacara pemakaman karena menurut takhayul siapapun yang datang akan dibawa serta almarhum ke dunia akhirat. Para tamu yang yang ingin mengucapkan duka cita pada keluarga almarhum umumnya mengenakan pakaian berwarna hitam. Pria biasanya mengunakan kemeja putih dipadukan dengan jas dan dasi hitam, sedangkan wanita menggunakan kimono atau pakaian serba hitam dengan mengenakan sandal zouri yang warnanya juga dapat disesuaikan dengan warna kimono yang dikenakan.

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3.3 Cara Memilih dan Memakai Zouri

Pertama-tama tentunya adalah memilih sandal zouri. Silakan memilih pola dan desain hanao yang disukai, paling gampang adalah dengan mencocokkannya dengan warna dan pola obi kimono atau yukata yang akan dikenakan. Untuk menghindari gesekan antara bagian atas kaki dengan bagian tali yang menempel pada zouri, pilihlah tali yang terbuat dari bahan tebal dengan lapisan yang halus bukan yang bergelombang dan tidak rata.Selanjutnya memilih ukuran yang sesuai. Saat memakai pakaian formal tradisional Jepang diharuskan untuk memakai zouri dengan bagian alas tumit lebih panjang sekitar 1 cm ke belakang. Jika ukuran sepatunya terlalu pas di kaki, ada kemungkinan bagian ujung tumit akan menginjak ujung kimono.

Selain itu, bagian ujung kaki akan keluar sehingga sulit untuk berjalan. Saat pertama kali membeli, disarankan untuk mencobanya dan memilih mana yang paling nyaman di kaki.Setelah Anda membeli cobalah untuk menyesuaikan diri dengan hanao. Pertama-tama coba tekan-tekan bagian sekat antara jempol dengan jari kaki yang lain untuk melembutkannya. Bagian tali hanao kanan kiri yang terpisah tariklah perlahan ke arah depan dan sesuaikanlah dengan bentuk kaki. Pada awalnya hanaozouri memang sedikit keras jadi apabila terlalu terburu- buru memakainya ada kemungkinan talinya akan terpuntir. Jika terpuntir zouriakan tidak nyaman dipakai dan bisa menyebabkan ada pergeseran hanao juga. Selain itu, cobalah menaburkan serbuk bedak atau sabun di bagian antara jempol dan jari lainnya untuk memudahkan saat mengenakan zouridan mencegah hanao bergeser maupun menggesek kaki.Jika hanao terlepas atau mengendor dari bagian alasnya ada kemungkinan hanao harus dipotong atau diganti, silahkan bawa zouri ke toko khusus untuk diperbaiki atau diganti hanaonya. Harap diingat bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan jika hanao terbuat dari karet atau bahan serupa, dan jika hanao dipasang secara permanen ke alas kaki. Zouri dijual di toko khusus yang tentunya memiliki image mahal, tetapi di toko tersebut bisa mencoba sebelum membeli serta menyediakan layanan memperbaiki hanao. Di balik itu semua, tentunya akan sangat menyenangkan apabila bisa memiliki sepasang geta atau zouri sendiri.

37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan 1. Zouri adalah sandal Jepang datar dan usang yang terbuat dari jerami padi atau serat tanaman lainnya, kain, kayu pernis, kulit, karet, atau bahan yang semakin sintetis di masa sekarang, orang Jepang hanya memakai zouri sewaktu mengenakan kimono. Berbeda dari geta yang bukan alas kaki untuk kesempatan resmi, zouri dipakai untuk segala kesempatan, termasuk sewaktu mengenakan kimono formal. 2. Zouri memiliki tali berbentuk Y untuk menahan kaki, tali itu disebut hanao. Zouri awalnya adalah alas kaki formal dalam sejarah, namun sekarang diakui sebagai salah satu pakaian santai. 3. Zouri sangat mirip dengan sandal jepit, yang pertama kali muncul di Australia, Selandia Baru dan Amerika Serikat sekitar Perang Dunia II karena peniruan karet dari sandal tali kayu yang sudah lama dipakai di Jepang. Bentuk tradisional zouri terlihat saat dipakai dengan pakaian tradisional lainnya. Bentuk modern cukup umum, terutama di musim panas. 4. Zouri memiliki hak yang datar dan ketinggian hak masing-masing memiliki fungsi tersendiri. Ketinggian tumit pada zouriharus setinggi 4-5 cm. Saat mengenakan kimono seremonial ketinggian tumit haruslah 3.5 – 4 cm. Saat mengenakan houmongi atau pola kimono kecil 2.5 – 3 cm. Kemudian untuk pakaian santai, warna sandal harus sesuai dengan warna dasar kimono, atau dapat dikoordinasikan dengan warna tali obi atau kerai. 5. Zouri untuk wanita selalu diangkat di tumit. Zouri Wanita juga bisa menjadi tiruan jerami, tapi hanao biasanya berwarna merah, dan mereka berada di bawah vinyl berwarna atau brokat zouri dalam formalitas. Sedangkan Zouri Pria sering imitasi jerami plastik, dengan sol busa atau gabus. Hanao, atau tali, untuk pria sering berwarna putih atau hitam. Pria memiliki lebih banyak lintang, dan bisa

38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA menggunakan zouri imitasi yang sama dengan baik informal (tanpa tabi) dan pakaian formal dengan kaus kaki tabi. 6. Zouri adalah sandal khas Jepang yang sangat diminati dan sangat indah jika di padupadankan dengan mengenakan kimono. Terdapat 4 jenis zouri yaitu zouri wanita, setta atau zouri pria dan waraji. 7. Waktu pemakaian zouri adalah digunakan pada saat acara-acara resmi seperti musim panas, acara pernikahan dan acara pemakaman. Selain digunakan untuk acara-acara resmi sebagai pasangan kimono yang dikenakan namun zouri sangat baik digunakan untuk menunjang kesehatan kaki begitu pula menunjang penampilan agar tetap selalu fashionable. 8. Cara memakai zouri agar kesehatan kaki tetap terjaga adalah dengan menaburkan serbuk bedak atau sabun di bagian antara jempol dan jari lainnya untuk memudahkan saat mengenakan zouridan mencegah hanao bergeser maupun menggesek kaki.

4.2 Saran 1. Diharapkan masyarakat Jepang tetap melestarikan dan menggunakan zouri walau hanya pada saat dan ditempat tertentu saja terutama pada saat acara formal. Karena zouri merupakan benda warisan kebudayaan tradisional turun temurun yang unik dan bermanfaat bagi kesehatan. 2. Sebagai pembelajar bahasa Jepang diharapkan dapat melestarikan budaya leluhur kita seperti masyarakat Jepang yang ditengah kehidupan modern masih mempertahankan budaya nasional. Negara kita kaya akan budaya yang perlu dilertarikan, agar kearifan lokal yang kita punya dapat diwariskan ke generasi-generasi penerus bangsa, walaupun saat ini banyak kebudayaan asng yang telah masuk dan berkembang ditengah-tengah kehidupan kita.

39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Daftar Pustaka

Yamanaka, Norio. 1982. The book of kimono. Japan: Kodansha Internasional http://www.akibanation.com/9-macam-alas-kaki-di-jepang/. Diakses tanggal 1 Mei 2018 http://www.allaboutshoes.ca/en/japanese/traditional_footwear/index_2php. Diakses tanggal 5 Mei 2018 http://www. Allaboutshoes.ca/en/japanese/inclement_weather/. Diakses tanggal 6 Mei 2018 http://anything-from-Japan,com/nihon-ichiban/all-about-japanese-setta-/. Diakses tanggal 7 Mei 2018 http://www.bbc.com/indonesia/vert_cul/2015/06/150620_vent_cul_sepatu. Diakses tanggal 8 Mei 2018 http://brainly.co.id/tugas/4284351. Diakses tanggal 29 April 2018 http://www. Desainrumahlengkap.com/mengenal-desain-rumah-jepang- tradisional/. Diakses tanggal 10 Mei 2018 http://firstspott22.blogspot.co.id/2012/11/fakta-unik-tentang-jepang-html#. Diakses tanggal 10 Mei 2018 Koentjaraningrat 1990 Metode-Metode Penelitian Masyarakat Jakarta: Gramedia. Nawawi, H Hadari dan H. Mimi Martini. 1994. Penelitian Terapan. Yogyakarta UGM Press. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2008. Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES. Norio Yamanaka, The Book Of Kimono, The Complete Guide To Style. https://abdulaziz96.wordpress.com/2015/03/22/pengertian-kebudayan. Diakses tanggal 10 Maret 2018 https://id.wikipedia.org/wki/Tradisi. Diakses tanggal 12 Maret 2018 https://phairha.blogspot.co.id/2012/01/studi-kepustakaan.html. Diakses tanggal 15 Maret 2018 http://www.hipwee.com/narasi/wisata-zaman-edo-ala-kota-nikko-jepang/. Diakses tanggal 10 Juni 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA http://kharizmaputrirahayu.blogspot.co.id/2012/01/macam-macam-pendekatan- sastra.html. Diakses tanggal 12 Juni 2018 http://www.informasiahli.com/2015/09/pengertian-tradisi-sejarah-fungsi- dan.html. Diakses tanggal 29 Mei 2018 http:/inijepang.com/blog/geta-sandal-kayu-klasik. Diakses tanggal 16 Juni 2018 http://j-cul.com/29-tradisi-jepang-yang-sangat-menyenangkan/. Diakses tanggal 20 juni 2018 http:/www.jnto.or.id/festival.html. diakses tanggal 22 Juni 2018 http://kalidanastiti-space.blogspot.co.id/2013/12pendekatan-kebudayaan.html. Diakses tanggal 25 Juni 2018 http://www.kompasiana.com/weedykoshino/ryokan-hotel-traditional-jepang-yang- unik_552b2eb46ea8343f02552d0d. Diakses tanggal 2 Juli 2018 http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-kerangka-teori-definisi.html. Diakses tanggal 2 Maret 2018 http://langitbirumuda.blogspot.co.id/2013/09/alas-kaki-khas-jepang.html. Diakses tanggal 14 April 2018 http://www.oldtokyo.com/geta-footwear/. Diakses tanggal 5 Juli 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAMPIRAN

Semua lampiran bersumber dari : Norio Yamanaka, The Book Of Kimono, The Complete Guide To Style.

Gambar 1. Zouri Wanita

Gambar 2. Setta (Zouri Pria)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 3. Zouri Tatami

Gambar 4. Waraji

Gambar 5. Pada saat musim semi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 6. Sandal zouri yang digunakan pada sahat acara pemakaman

Gambar 7. Sandal zouri digunakan pada saat acara pernikahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 8. Zouri yang dikenakan oleh pengantin wanita yang terlihat sangat anggun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRAK

Jepang adalah sebuah negara di bagian Asia Timur yang memiliki keunikan tersendiri diantara negara-negara disekitarnya. Dalam perkembangan sejarahnya Jepang mendapat pengaruh kuat dari negara China baik dari segi pengetahuan, pemerintahan juga kebudayaan. Jepang merupakan negara yang dijuluki negara matahari dan negara bunga sakura. Jepang memiliki banyak kebudayaan. Kebudayaan tidak pernah lepas dari kehidupan manusia, karena kebudayaan merupakan hasil cipta atau pemikiran dari manusia itu sendiri.

Terdapat berbagai macam kebudayaan dari berbagai belahan dunia yang memiliki corak ataupun kekhasan tersendiri. Demikian juga dengan negara

Jepang, Jepang memiliki banyak kebudayaan seperti chanoya, ikebana, pakaian kimono atau bonsai. Dan salah satu kebudayaannya yang khas adalah tradisi pemakaian zouri saat memakai kimono ataupun yukata.

Zouri (草履) adalah alas kaki yang dipakai orang Jepang hingga dikenalnya sepatu pada zaman Meiji. Di masa sekarang, orang Jepang hanya memakai zouri sewaktu mengenakan kimonoformal.Zouri adalah sandal Jepang datar dan usang yang terbuat dari jerami padi atau serat tanaman lainnya, kain, kayu pernis, kulit, karet, atau bahan yang semakin sintetis. Zouri sangat mirip dengan sandal jepit, yang pertama kali muncul di Australia, Selandia Baru dan

Amerika Serikat sekitar Perang Dunia II karena peniruan karet dari sandal tali kayu yang sudah lama dipakai di Jepang.zouri wanita bersifat formal, tapi kurang formal daripada kain, kadang brokat menutupi zouri, yang digunakan dengan kimono paling formal, misalnya pakaian pernikahan dan pemakaman.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Zouri Pria sering imitasi jerami plastik, dengan sol busa atau gabus. Hanao, atau tali, untuk pria sering berwarna putih atau hitam. Zouri Wanita juga bisa menjadi tiruan jerami, tapi hanao biasanya berwarna merah, dan mereka berada di bawah vinyl berwarna atau brokat zouridalam formalitas. Sebagai pakaian formal, semua plastik dan kain zouri untuk wanita memerlukan penggunaan kaus kaki tabi putih. Pria memiliki lebih banyak lintang, dan bisa menggunakan zouri imitasi yang sama dengan baik informal (tanpa tabi) dan pakaian formal dengan kaus kaki tabi.

Dalam skripsi ini penulis ingin mengetahui tradisi pemakaian zouri dalam kehidupan masyarakat Jepang baik berdasarkan fungsi dan maknanya, waktu dan tempat penggunaannya serta beberapa jenisnya yang saling memiliki arti. Walaupun ada berbagai jenis alas kaki dan pakaian Barat (gaya Barat) mulai dikenal di Jepang sejak zaman Meiji, namun masyarakat Jepang tetap mengenakan kimono atau yukata dengan alas kaki berupa zouri dalam kehidupannya. Sampai saat ini zouri masih memiliki fungsi yang sama sebagai pelindung kaki dan alat kesehatan. Bagi masyarakat Jepang zouri juga masih menjadi alas kaki yang menarik untuk digunakan walau hanya pada saat-saat tertentu. Sehingga zouri tetap digunakan dan dilestarikan oleh masyarakat Jepang dalam kehidupannya.

Dari hasil analisis dalam skripsi ini, terbukti bahwa masyarakat Jepang sangat mengutamakan budayanya dan sangat melestarikan budaya yang sudah ada. Walaupun seiring berjalannya waktu dimana zaman semakin maju tetapi sandal zouri masih tetap diminati oleh semua kalanga usia. Digunakan pada saat acara formal dengan mengenakan kimono formal membuat masyarakat Jepang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA terlihat modern dengan mengenakan zouri yang warna dan motifnya dapat disesuaikan dengan motif dari kimono itu sendiri. Sandal zouri dapat dikenakan sewaktu acara musim semi, pernikahan dan pemakaman. Selain sangat indah untuk menunjang penampilan namun zouri juga sangat baik digunakan untuk kesehatan terkhusus kesehatan pada kaki.

Sandal zouri masih terus dilestarikan hingga pada masa kini bahkan sudah banyak motif zouri bergaya modern yang sangat nyaman dipakai. Ini bukti bahwa masyarakat Jepang adalah masyarakat yang selalu melestarikan budaya dari nenek moyang mereka.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ようし ,要旨

にほん しゅうへんしょこく どくじせい も ひがし あじあ くに れきし 日本は周辺諸国で独自性を持っている 東 アジアの国である。歴史

はってん にほん ぶんか せいふ ちしき めん つよ の発展において、日本は文化や政府や知識の面などでも中国からの強い

えいきょう う にほん ひ くに さくら くに べつめい 影響を受けた。日本は「日の国」と「 桜 の国」という別名がある。

にほん さまざま ぶんか も ぶんか そうぞうせい にんげんじしん しこう けっか 日本は様々な文化を持っている。文化は創造性や人間自身の思考の結果

ぶんか にんげん せいかつ き はな どくじ であるため、文化は人間の生活から切り離されることはできない。独自

ようしき どくじせい も せかいかくち さまざま ぶんか そんざい にほん の様式や独自性を持つ世界各地の様々な文化が存在する。日本もそうで

ちゃ ゆ い ばな きもの おお ぶんか どくとく あり、茶の湯、生け花、着物、盆栽といった多くの文化がある。独特な

ぶんか ひと ゆかた きもの ちゃくよう ぞうり は でんとう 文化の一つは浴衣や着物を 着用するときに草履を履くという伝統であ

る。

ぞうり めいじじだいいこう ようぐつ ふきゅう にほんじん は 草履とは明治時代以降に洋靴が普及するまで日本人に履かれた

はきもの げんざい にほんじん ぞうり は きもの ちゃくよう 履物である。現在、 ,日本人が草履を履くのは着物を 着用す

は ぞうり ごむ かわ うるし ぬの もの つく るときしか履かない。草履は ,ゴム、革、 漆 、布 といった物で作ら

にほん ひら はきもの げんざいごうせい もの つく れた日本の平たい履物である。しかし、現在合成の物で作られるよう

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ぞうり にほん ながぐつ もくせいはきもの ごむ ぎそう になった。草履は日本で長靴の木製履物のゴムの偽装のために

だいにじせかいたいせん まわ お べいこく はじ 第二次世界大戦の周りにオーストラリア、ニュージーランド、米国で初

とうじょう ひじょう に おんな ぞうり ふぉ めて 登場したフリップフロップに非常に似ている。 女 の草履はフォー

まる ぬの けっこんしき いしょう そうしき マルであるが、布ほどではない。結婚式の衣装や葬式などといった

ふぉ まる きもの ちゃくよう ぞうり おりもの おお フォーマルの着物を 着用するとき、たまには草履は織物に覆われた。

おとこ ぞうり ふつう びに る こるく つく おとこ ぞうり しろ くろ 男 の草履は普通ビニールやコルクで作られる。 男 の草履は白か黒の

はなお つか おんな ぞうり ごうせい わら あか はなお つく ふぉま 鼻緒を使われる。 女 の草履は合成の藁で赤い鼻緒で作られ、フォマー

いふく ルのとき、色付きビニールまたは布で覆われる。フォーマルな衣服として

おんなむ ぞうり ぬの しろ たび は ひつよう おとこ 、女向けのビニールと草履の布は白い足袋を履く必要がある。 男 の

きかた へんけい ふぉ まる ばあい たび 着方には変形がたくさんあり、フォーマルではない場合(足袋なし)か

、フォーマルのとき(足袋付き)も使うことができる。

ほんろんぶん にほんしゃかい ぞうり き きのう いみ 本論文では日本社会における草履を着る機能とその意味、種類、

つか しら にほん めいじじだい しゅるい くつ どんなときに使うか、調べる。日本は明治時代からさまざまな種類の靴

ようふく し にほんしゃかい ぞうり はきもの きもの ゆかた や洋服が知られていても、日本社会で草履という履物や着物や浴衣など

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA つか いま ぞうり あし ほごぐ けんこう きき まだ使われている。今まで草履は足の保護具や健康のための機器として

つか ぞうり とくべつ は にほんしゃかい まだ使われている。草履は特別なときしかで履かれるが、日本社会では

ぞうり は おも ひと 草履を履くことがいいと思われる人がまだたくさんいる。そのため、

ぞうり にほんしゃかい つか ほご 草履は日本社会でまだ使われ、保護されている。

ほんろんぶん ぶんせきけっか にほんじん ひじょう ぶんかてき むかし 本論文の分析結果によって、日本人は非常に文化的であり、 昔

ぶんか まも じかん た じだい すす ぞうり からの文化を守っている。時間が経つにつれ、時代が進んでも、草履と

はきもの ねんれいそう この こうしき もよう いう履物はすべての年齢層にまだ好まれている。公式のとき、模様や

いろ あ ふぉ まる きもの き にほんしゃかい げんだいてき 色に合わせてフォーマルな着物を着ることは日本社会が現代的だとされ

ぞうり そうしき けっこんしき はる ぎょうじ は ている。草履という履物は葬式、結婚式、春の行事などのときにも履

うつく ぞうり は あし けんこうてき かれている。 美 しさのためのほかに、草履を履くのが足にも健康的で

ある。

いま ぞうり は ぶんか ほご かいてき もよう 今までも草履を履く文化がまだ保護されていて、快適で模様がい

ぞうり にほんしゃかい せんぞ ぶんか い草履がますます増加している。これは、日本社会が常に先祖の文化を

まも しゃかい しょうこ 守る社会という証拠である。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA