Mardani F.H. Universitas Krisnadwipayana Jakarta Dani [email protected]
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Load more
Recommended publications
-
Kritik Buya Hamka Terhadap Adat Minangkabau Dalam Novel
KRITIK BUYA HAMKA TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK (Humanisme Islam sebagai Analisis Wacana Kritis) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Filsafat Islam Oleh: Kholifatun NIM 11510062 PROGRAM STUDI FILSAFAT AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2016 MOTTO Kehidupan itu laksana lautan: “Orang yang tiada berhati-hati dalam mengayuh perahu, memegang kemudi dan menjaga layar, maka karamlah ia digulung oleh ombak dan gelombang. Hilang di tengah samudera yang luas. Tiada akan tercapai olehnya tanah tepi”. (Buya Hamka) vi PERSEMBAHAN “Untuk almamaterku UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam program studi Filsafat Agama” “Untuk kedua orang tuaku bapak Sukasmi dan mamak Surani” “Untuk calon imamku mas M. Nur Arifin” vii ABSTRAK Kholifatun, 11510062, Kritik Buya Hamka Terhadap Adat Minangkabau dalam Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (Humanisme Islam sebagai Analisis Wacana Kritis) Skripsi, Yogyakarta: Program Studi Filsafat Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015/2016. Novel adalah salah satu karya sastra yang dapat menjadi suatu cara untuk menyampaikan ideologi seseorang. Pengarang menciptakan karyanya sebagai alat untuk menyampaikan hasil dari pengamatan dan pemikirannya. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana cara penyampaian serta gaya bahasa yang ia gunakan dalam karyanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa pemikiran Hamka di balik novelnya yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Dengan latar belakang seorang agamawan, bagaimana Buya Hamka menyikapi adat Minangkabau yang bersistem matrilineal. Untuk menganalisis novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini metode yang digunakan adalah metode analisis wacana kritis Norman Fairclough. -
What Is Indonesian Islam?
M. Laffan, draft paper prepared for discussion at the UCLA symposium ‘Islam and Southeast Asia’, May 15 2006 What is Indonesian Islam? Michael Laffan, History Department, Princeton University* Abstract This paper is a preliminary essay thinking about the concept of an Indonesian Islam. After considering the impact of the ideas of Geertz and Benda in shaping the current contours of what is assumed to fit within this category, and how their notions were built on the principle that the region was far more multivocal in the past than the present, it turns to consider whether, prior to the existance of Indonesia, there was ever such a notion as Jawi Islam and questions what modern Indonesians make of their own Islamic history and its impact on the making of their religious subjectivities. What about Indonesian Islam? Before I begin I would like to present you with three recent statements reflecting either directly or indirectly on assumptions about Indonesian Islam. The first is the response of an Australian academic to the situation in Aceh after the 2004 tsunami, the second and third have been made of late by Indonesian scholars The traditionalist Muslims of Aceh, with their mystical, Sufistic approach to life and faith, are a world away from the fundamentalist Islamists of Saudi Arabia and some other Arab states. The Acehnese have never been particularly open to the bigoted "reformism" of radical Islamist groups linked to Saudi Arabia. … Perhaps it is for this reason that aid for Aceh has been so slow coming from wealthy Arab nations such as Saudi Arabia.1 * This, admittedly in-house, piece presented at the UCLA Colloquium on Islam and Southeast Asia: Local, National and Transnational Studies on May 15, 2006, is very much a tentative first stab in the direction I am taking in my current project on the Making of Indonesian Islam. -
Buya Hamka Dan Mohammad Natsir Tentang Pendidikan Islam Abdul Nashir*
Buya Hamka dan Mohammad Natsir tentang Pendidikan Islam Abdul Nashir* Abstrak Pendidikan Islam dewasa ini ditengarai banyak pihak masih bersifat parsial, karena belum diarahkan kepada pembentukan insan kamil. Perhatian yang kurang terhadap keseimbangan antara aspek spiritual dan intelektual menyebab- kan produk pendidikan saat ini belum bisa dianggap sebagai manusia yang seutuhnya melainkan manusia yang individualis, materialis, dan pragmatis. Di samping itu sistem Pendidikan Islam sering kali berjalan apa adanya, alami, dan tradisional, karena dilakukan tanpa perencanaan konsep yang matang. Akibatnya, mutu Pendidikan Islam kurang menggembirakan. Artikel ini mencoba untuk memaparkan konsep Pendidik- an Islam menurut dua orang pemikir Pendidikan Islam yaitu Buya Hamka dan Moh. Natsir. Mereka mempunyai latar belakang yang berbeda meskipun hidup di zaman yang sama. Persamaan dan perbedaan konsep pendidikan menurut Buya Hamka dan Moh. Natsir, serta kontribusi pemikirannya bagi dunia Pendidikan Islam di Indonesia saat ini sangat menarik untuk dicermati. Kata Kunci: Konsepsi, dikotomi, intelektualitas, spiritualitas, islamisasi Muqoddimah Pendidikan pada akhir-akhir ini memiliki beberapa permasalahan. Pendidikan kurang menekankan adanya keseimbangan antara aspek spiritual dan intelektual. Sehingga, manusia sebagai produk pendidikan saat ini bukanlah utuh layaknya khalifah di bumi, melainkan manusia yang individualis, materialis, pragmatis. Akibatnya yang kuat menindas yang lemah, yang berwenang sewenang-wenang dan yang berkuasa bertindak tanpa ingat dosa dan siksa.1 * Alumni FT PAI ISID Gontor (2006) 1Drs. Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghozali Tentang Pendidikan (Yogyakarta: Pustka Pelajar, 1995) p. 3 59 Buya Hamka dan Mohammad Natsir tentang Pendidikan Islam Oleh karena itu perlu diadakan rekonstruksi pendidikan dengan mengadakan perubahan dalam sistem pendidikan guna menghasilkan perubahan pada masyarakat. Sehingga pada akhirnya tercapai tujuan utama yaitu membentuk masyarakat muslim, mu’min, muhsin, kafah yang layak menjadi khalifah di bumi Allah. -
Analisis Pemikiran Hazairin Tentang Negara Tanpa Penjara Ditinjau Dari Hukum Pidana Indonesia
ANALISIS PEMIKIRAN HAZAIRIN TENTANG NEGARA TANPA PENJARA DITINJAU DARI HUKUM PIDANA INDONESIA SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Mahasiswa Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Program Studi Ilmu Hukum Dosen Pembimbing : 1. Hj. Briliyan Erna Wati, S.H., M.Hum. 2. M. Harun, S.Ag., M.H. Oleh : BUNGAYANG ELOK NIM. 1502056026 JURUSAN ILMU HUKUM FAKULTAS SYARI‟AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2019 i ii iii MOTTO “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat dengan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S Al-Maidah: 8) iv PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada : 1. Kedua orang tua saya Bapak Totok Pudjo Buntoro, S.T., Sp.1. dan Ibu Sri Mulyati Mamonto 2. Keluarga besar Soejatno dan Mamonto 3. Yang terhormat Ibu Hj. Briliyan Erna Wati, S.H., M.Hum. dan Bapak M. Harun, S.Ag., M.H. 4. Dan Almamater dan segenap Civitas Akademika Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Walisongo Semarang. v vi PEDOMAN TRANSLITERASI Pedoman transliterasi Arab-Latin ini merujuk pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, tertanggal 22 januari 1988 No: 158/1987 dan 0543b/U/1987. A. Konsonan Tunggal Huruf Nama Huruf Latin Keterangan Arab Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan أ Bā' B Be ة Tā' T Te د Śā' Ś es titik di atas ث Jim J Je ج Hā' H ha titik di bawah ح ∙ Khā' Kh ka dan ha خ Dal D De د Źal Ź zet titik di atas ذ Rā' R Er ر Zai Z Zet ز Sīn S Es ش vii Syīn Sy es dan ye ش Şād Ş es titik di bawah ص Dād D de titik di bawah ض ∙ Tā' Ţ te titik di bawah ط Zā' Z zet titik di bawah ظ ∙ (Ayn …„… koma terbalik (di atas' ع Gayn G Ge غ Fā' F Ef ف Qāf Q Qi ق Kāf K Ka ك Lām L El ل Mīm M Em م Nūn N En ى Waw W We و Hā' H Ha ٍ Hamzah …‟… Apostrof ء Yā Y Ye ي viii B. -
Legal Aid in the Future (A Development Strategy for Indonesia) Mulya Lubis
Third World Legal Studies Volume 4 Article 7 1-7-1985 Legal Aid in the Future (A Development Strategy for Indonesia) Mulya Lubis Follow this and additional works at: http://scholar.valpo.edu/twls Recommended Citation Lubis, Mulya (1985) "Legal Aid in the Future (A Development Strategy for Indonesia)," Third World Legal Studies: Vol. 4, Article 7. Available at: http://scholar.valpo.edu/twls/vol4/iss1/7 This Article is brought to you for free and open access by the Valparaiso University Law School at ValpoScholar. It has been accepted for inclusion in Third World Legal Studies by an authorized administrator of ValpoScholar. For more information, please contact a ValpoScholar staff member at [email protected]. LEGAL AID IN THE FUTURE (A DEVELOPMENTAL STRATEGY FOR INDONESIA) Mulya Lubis* I. Introduction During the last ten years or so, legal aid has grown very rapidly in Indonesia. Indeed, the development of legal aid in Indonesia can be considered the most advanced in Asia.' Among ASEAN countries, the Jakarta Legal Aid Institute (Lembaga Bantuan Hukum or LBH) is viewed as a model to be followed. To that end, in 1981, ESCAP (the Economic and Social Commission for Asia and the Pacific) requested the Jakarta LBH to assist in the development of legal aid institutes in Thailand and Malaysia.2 LBH offices, sponsored by the Indonesian LBH Foundation, are frequently visited by various representatives of foreign legal aid organizations who wish to understand the progress of the Legal Aid Institute in Indonesia.' Such international recognition of' the LBH is gratifying. Yet we also wonder whether the legal aid movement has really developed all that well. -
Asas–Asas Hukum Adat
Modul 1 Asas–asas Hukum Adat Dr. Marhaeni Ria Siombo, S.H., M.Si. PENDAHULUAN ebagaimana diketahui Hukum Adat lahir, tumbuh, dan berkembang dari S masyarakat Indonesia dan merupakan salah satu hukum positif yang tidak tertulis. Hukum suatu bangsa merupakan gambaran atau cerminan dari budaya bangsa yang bersangkutan, karena hukum bagian dari kebudayaan. Dengan memahami Hukum Adat secara keseluruhan, diharapkan akan memperjelas pemahaman Hukum Adat sebagai salah satu aspek kebudayaan bangsa Indonesia. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang terdiri atas beragam suku, agama, budaya yang berbeda-beda, yang merupakan satu kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jauh sebelum kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945 masyarakat Indonesia tersebar di berbagai kepulauan dan tunduk pada hukum adat dan budayanya masing- masing. Van Vollenhoven dalam penelitiannya terhadap masyarakat adat di Indonesia, membagi masyarakat adat dalam 19 Lingkungan Hukum Adat yang hidup dan tumbuh di daerah-daerah di Indonesia. Oleh karena itu, untuk dapat memahami Hukum Adat secara keseluruhan maka perlu terlebih dahulu mempelajari asas-asas atau prinsip-prinsip yang terkandung dalam Hukum Adat. Dalam Modul 1 ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan asas-asas Hukum Adat, sehingga setelah mempelajari Modul 1 ini , Anda diharapkan dapat menjelaskan: 1. Istilah, Pengertian Hukum Adat, dan Unsur-unsur Pembentukan Hukum Adat; 2. Manfaat mempelajari Hukum Adat, dan dasar berlakunya Hukum Adat di Indonesia; 3. Corak dan Sistem Hukum Adat; 4. Masyarakat Hukum Adat di Indonesia. 1.2 Hukum Adat Kegiatan Belajar 1 Istilah, Pengertian, Manfaat, dan Dasar Berlakunya Hukum Adat A. ISTILAH DAN PENGERTIAN HUKUM ADAT 1. Istilah Istilah „hukum adat‟ adalah terjemahan dari istilah dalam bahasa Belanda ‘adatrecht’. -
Peran Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi (1860-1916 M) Dalam Islamisasi Nusantara
PERAN SYEKH AHMAD KHATIB AL-MINANGKABAWI (1860-1916 M) DALAM ISLAMISASI NUSANTARA Skripsi Nadia Nur Indrawati NIM. 14123151175 Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Ushuluddin Adab Dakwah Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon 2016 M/1437 H ABSTRAK Nadia Nur Indrawati. 14123151175. “Peran Syekh Ahmad Khatib al- Minangkabawi (1860-1916 M) dalam Islamisasi Nusantara”. Skripsi Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam. Fakultas Ushuluddin Adab Dakwah. IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Ahmad Khatib adalah seorang ulama besar dari Indonesia yang menjadi imam, khatib dan guru besar di Masjidil Haram Mekah sekaligus menjadi mufti madzhab Syafi‟i pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke 20. Ia adalah guru dari ulama-ulama Indonesia yang pergi belajar ke Mekah. Selain itu, ia juga aktif menulis kitab, bahkan beliau tergolong sebagai muallif (pengarang) yang produktif, ia menulis bukan saja dalam bahasa Arab, melainkan juga dalam bahasa Melayu. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan perjalanan hidup Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi dan menjelaskan peran Syekh Ahmad Khatib al- Minangkabawi terhadap Islamisasi Nusantara. Penelitian ini menggunakan empat metode ialah sebagai berikut: Pertama, pengumpulan bahan-bahan tercetak, tertulis, dan lisan yang boleh jadi relevan (heuristik). Kedua, menyingkirkan bahan-bahan (atau bagian-bagian daripadanya) yang tidak otentik (kritik). Ketiga, menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercaya mengenai bahan-bahan yang otentik (interpretasi). Keempat, penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya itu menjadi sesuatu informasi atau penyajian yang berarti (historiografi). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Ahmad Khatib merupakan keturunan dari keluarga bangsawan Minang sekaligus ulama terpandang. Akan tetapi, unsur ulama akan memainkan peranan lebih penting dalam hidupnya. Sejak berumur 11 tahun Ahmad Khatib memperdalam pendidikan keislaman di Mekah. -
AHLI WARIS PENGGANTI MENURUT HAZAIRIN Iwannudin IAIM Ma'arif NU Metro Lampung Email: [email protected] Abstract Hazairin I
AHLI WARIS PENGGANTI MENURUT HAZAIRIN Iwannudin IAIM Ma’arif NU Metro Lampung Email: [email protected] Abstract Hazairin is one of the clergy indonesia living in the all 20 M, one of the results of his mind was on the heirs a substitute for.The concept of the heirs replacement is a ijtihad done by hazairin in order to give solutions from trouble those who are most are the heirs but terhijab by brother the heir and they lived in a state of poor and concern, in addition they did not receive attention from the of heirs get inheritance .Who when in khazanah thought islamic kewarisan so far, unknown with the term heirs a substitute for as thought hazairin, islamic offers in this is to solve the problems in over can be settled by system will wajibah.Will wajibah had the foundation time which strong in to solve problems in top and does not overlook enforcement justice. In writing are presented concepts heirs a substitute for according to Hazairin which then writer hold analysis by means of land those opinions of other scholars about discussion is .And can writer concluded that: (1) According to Hazairin in terms of dad died worthy of to grandpa, so grandson ( male or female ) can replace position heirs, which in itself called the heirs a substitute for. (2) Approach in use hazairin in an effort to formulate islamic law is the approach sosio-kultural-historis which is certainly with continued reference to postulates of nash . This based that islamic law / fiqh can change according to the situation and the condition of being step around him. -
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia baik dalam hal rohani maupun jasmaniah, yang dapat dilakukan secara bertahap melalui proses demi proses dengan mendapatkan arah tujuanakhir perkembangannya sehingga dapat tercapai suatu kematangan yang bertitik akhir kepada optimalisasi perkembangannya. Pendidikan merupakan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia baik dari aspek rohani maupun jasmani yang dilakukan secara bertahap, sebab suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan, baru dapat dicapai apablia dilakukan melalui proses demi proses kearah tujuan akhir perkembangnannya (Arifin M. , 2010). Dan Pendidikan adalah bagian dari pembelajaran kepada peserta didik dalam upaya mencerdaskan dan mendewasakan serta memperbaiki akhlak peserta didik tersebut (Qomari, 2019). Pengertian pendidikan ini, tidak jauh berbeda dengan pengertian pendidikan Islam, namun dalam pendidikan Islam lebih menekankan kepada hal nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam adalah usaha dalam mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya, kehidupan bermasyarakatnya, kehidupan dengan alam sekitarnya melalui proses pendidikan. Perubahan trsebut dilandasi dengan proses dalam nilai-nilai Islami, yaitu nilai-nilai yang melahirkan norma-norma syari’ah dan akhlak al-karimah (Arifin M. , 2012). Sedangkan menurut Salahudin (2011) memaparkan “pendidikan suatu hal dengan usaha dengan upaya guru dalam pendidikan dalam meningkatkan dan mengembangkan serta memajukan kecerdasan -
The Implementation of Higher Education Funding in Indonesia
Open Access Library Journal 2018, Volume 5, e4049 ISSN Online: 2333-9721 ISSN Print: 2333-9705 The Implementation of Higher Education Funding in Indonesia Dwi Priyono1, Ahmad2 1Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka University, Jakarta, Indonesia 2Universitas Gajayana, Malang, Indonesia How to cite this paper: Priyono, D. and Abstract Ahmad (2018) The Implementation of Higher Education Funding in Indonesia. This study aims to determine the Implementation of Higher Education Fi- Open Access Library Journal, 5: e4049. nancing in Indonesia which focuses on the accountability and transparency of https://doi.org/10.4236/oalib.1104049 higher education budgets management. The survey research was conducted at Received: October 20, 2017 universities spread across the Sumatra and Java islands from October 2012 to Accepted: June 5, 2018 October 2013, and proportionally selected 8 universities as sampling which Published: June 8, 2018 were categorized as Applied Science-Technology and Educational Universities based. Data were analyzed by descriptive statistic technique and narrative de- Copyright © 2018 by authors and Open Access Library Inc. scriptive technique using an approach popularized by Miles and Huberman. This work is licensed under the Creative The study concluded that: 1) planning and budgeting system of higher educa- Commons Attribution International tion is carried out by centralization system, making it relatively easy for coor- License (CC BY 4.0). dinating and consolidating policies and implementing higher education http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ budget, 2) college policy autonomy in the management and implementation Open Access of Tri Darma of Higher Education authorizes Head of Higher Education to specify the orientation of university programs and activities, and 3) universi- ty’s system and management mechanism, particularly the pattern of the plan- ning and allocating budgets and costs, have to be continued to be updated to avoid commercialization of higher education. -
Islamic Law and Social Change
ISLAMIC LAW AND SOCIAL CHANGE: A COMPARATIVE STUDY OF THE INSTITUTIONALIZATION AND CODIFICATION OF ISLAMIC FAMILY LAW IN THE NATION-STATES EGYPT AND INDONESIA (1950-1995) Dissertation zur Erlangung der Würde des Doktors der Philosophie der Universität Hamburg vorgelegt von Joko Mirwan Muslimin aus Bojonegoro (Indonesien) Hamburg 2005 1. Gutachter: Prof. Dr. Rainer Carle 2. Gutachter: Prof. Dr. Olaf Schumann Datum der Disputation: 2. Februar 2005 ii TABLE OF RESEARCH CONTENTS Title Islamic Law and Social Change: A Comparative Study of the Institutionalization and Codification of Islamic Family Law in the Nation-States Egypt and Indonesia (1950-1995) Introduction Concepts, Outline and Background (3) Chapter I Islam in the Egyptian Social Context A. State and Islamic Political Activism: Before and After Independence (p. 49) B. Social Challenge, Public Discourse and Islamic Intellectualism (p. 58) C. The History of Islamic Law in Egypt (p. 75) D. The Politics of Law in Egypt (p. 82) Chapter II Islam in the Indonesian Social Context A. Towards Islamization: Process of Syncretism and Acculturation (p. 97) B. The Roots of Modern Islamic Thought (p. 102) C. State and Islamic Political Activism: the Formation of the National Ideology (p. 110) D. The History of Islamic Law in Indonesia (p. 123) E. The Politics of Law in Indonesia (p. 126) Comparative Analysis on Islam in the Egyptian and Indonesian Social Context: Differences and Similarities (p. 132) iii Chapter III Institutionalization of Islamic Family Law: Egyptian Civil Court and Indonesian Islamic Court A. The History and Development of Egyptian Civil Court (p. 151) B. Basic Principles and Operational System of Egyptian Civil Court (p. -
SKRIPSI Pengaruh Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi Terhadap
SKRIPSI Pengaruh Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi Terhadap Dinamika Intelektual Islam Di Indonesia 1900-1947 M. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam Oleh: Anis Bahtiyar NIM: A02215002 Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019 viii ABSTRAK Skripsi yang ditulis dengan judul ―Pengaruh Syekh Ahmad Khatib al- Minangkabawi Terhadap Dinamika Intelektual Islam Di Indonesia 1900-1947 M.‖. ini berfokus kepada permasalahan 1. Apa yang membuktikan bahwa al- Minangkabawi punya andil besar terhadap dinamika Intelektual Islam di Indonesia. 2. Bagaimana pengaruh al-Minangkabawi terhadap dinamika Intelektual Islam di Indonesia khususnya yang disalurkan oleh Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy‘ari. Skripsi ini merupakan kajian literasi yang diteliti menggunakan pendekatan intelektual dan sejarah. Ditulis menggunakan teori pengaruh dari Louis Gottschalk. Menurut saya sejak akhir abad ke 19 M terdapat kecenderungan intelektual Islam di Indonesia untuk menuju pemikiran modern. Kebanyakan sarjana menyebut pengaruh modern itu berasal dari Muhammad Abduh di Mesir. Tetapi perlu diketahui bahwa orang-orang Indonesia tidak semuanya bertemu langsung dengan Abduh. Lalu bagaimana pemikiran Abduh tersebut dapat masuk dan terkenal di Indonesia, disamping tokoh-tokoh tradisionalis yang tetap bertahan di tengah arus modernisasi itu. Setelah melakukan penelitian literasi, saya dapat menyimpulkan jawaban dari permasalahan diatas. Pertama, meskipun tidak semua orang Indonesia bertemu Abduh, tetapi al-Minangkabawi telah berjasa besar menjadi perantara dari kedua belah pihak. al-Minangkabawi adalah ulama Jawi pertama yang mengajak ulama generasi setelahnya ke pemikiran modern Abduh. Namun di samping itu al-Minangkabawi juga menghimbau kepada para muridnya untuk tetap mempertahankan tradisi bermazhab fikih yang pada saat itu ditolak keberadaannya oleh Abduh.