Tiwika: Kolaborasi Musik Kaleran dalam Aransemen Kacapi

Maryana Darsim Sutisna1, Lili Suparli2, Dinda Satya Upaja Budi3 SMA Negeri 1 Rengasdengklok Jl. Raya Kutagandok, Desa Kutaampel, Kutawaluya, Kutagandok, Kutawaluya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat 41358 [email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRACT

"Tiwika" is a form of musical composition taken from a variety of Karawang typical arts. The arts meant are banjet mask, kacapian, and bajidoran. The process of working on the musical composi- tion is using Kacapi waditra as a medium of expression packaged into a single unit work on a musical composition in the form of a kacapi arrangement, entitled Tiwika (Tina Wirahma Kaleran). The the- oretical basis used is the theory of Atik Soepandi's Karawitan Function: Panca Pramaksara namely arkuh songs, anceran wiletan, amardawa songs, anggeran wiletan, and adumanis songs. In addition, it also adopts Rahayu Supanggah’s Garap theory. The basic concept of this work is a manifestation of traditional art which have existed into different forms with after the creativity. Tiwika's work aims to create and raises a new genre of Waditra Kacapi, especially in Karawang Regency. A waditra Kacapi in this composition can be said to be multifunctional because it can function as carrier of rhythmic, melodic, tempo, and dynamics. Although this work is based on the existing Kacapi instruments, the results show musical characteristics which are different from those in the previous arts.

Keywords: Kacapi, Collaboration, Arts in Karawang

PENDAHULUAN dan distorsi (bentuk awal diubah begitu A. Latar Belakang rupa sehingga kadang tidak dikenal lagi).1 Kreativitas pada dasarnya menciptakan Kreativitas merupakan hal utama yang baru dari sesuatu yang telah ada dalam membuat hal yang baru dalam dunia sebelumnya yakni tradisi berupa gagasan seni. Dengan adanya kreativitas suatu atau produk baru. Begitu pula karya kesenian akan terasa indah, bermakna, dan TIWIKA di buat berdasarkan hasil riset semakin berkembang di zaman yang akan pada beberapa kesenian yang telah ada datang. Saini dalam tulisannya menyatakan sebelumnya. Dalam penciptaan TIWIKA bahwa dalam proses kreativitas, seniman pengkarya memilih dan menyusun ragam memilih dan menyusun lambang- pola dalam berbagai jenis kesenian yang lambang yang paling cocok atau paling berkembang di Karawang kemudian tepat sebagai pengungkap bagian-bagian digabungkan menjadi satu struktur dari pengalaman yaitu pikiran-pikiran pertunjukan dalam arransemen kacapi. dan perasaan-perasaannya. Pikiran dan Karya TIWIKA adalah singkatan dari perasaan diolah ke dalam medium atau tika suku kata yaitu (Tina Wirahma Kaleran). media dengan berpedoman pada azas Tina berasal dari bahasa Sunda yang artinya stilasi (bentuk awal yang masih dikenal) ‘dari’. Wirahma adalah irama musikal atau

106 ~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~ Vol. 5 No. 2 Desember 2020 pengertian lainya itu gerak yang dihasilkan kesenian yang dikenal dengan jaipongan. harus selaras dengan irama atau ketukan. Saat ini jaipongan dikenal dengan sebutan Sementara kata Kaleran adalah wilayah bajidoran. Bajidoran berasal dari kata bajidor budaya pantura yang menunjukkan suatu yaitu penari laki-laki dari penonton dalam daerah atau lokasi yang letaknya berada menyajikan gerak-gerak ibingnya yaitu di sebelah utara provinsi Jawa Barat yaitu pencak silat. Kabupaten Karawang. Bajidoran merupakan salah satu jenis Berbagai jenis kesenian yang menjadi kesenian yang berkembang di Karawang sumber garap penciptaan TIWIKA adalah dan Subang. Medium yang digunakan seni topeng banjet, jaipongan dan kacapian di pada bajidoran adalah dengan Kabupaten Karawang. Topeng banjet adalah laras salendro dan dua set sunda. bentuk teater rakyat yang didalamnya Pada unsur musikal bajidoran, kendang merupakan seni pertunjukan multi- sebagai alat yang lebih muncul dominan dimensi, meliputi seni karawitan, tari dan pada pertunjukan. Karena kendang pada drama.2 Topeng banjet biasanya dipentaskan bajidoran difungsikan sebagai pengiring di atas panggung atau di halaman rumah. tarian dan para bajidor. Salah satu ciri Waktu pementasan mulai pukul 21.00 khas dalam bajidoran adalah munculnya sampai dengan pukul 03.30. Dalam gerak-gerak improvisasi dari para bajidor. pertunjukannya terdapat cerita-cerita Tingginya tingkat improvisasi dari para rakyat yang diangkat terutama kehidupan bajidor serta spontanitas pengendang dalam para jawara. Jawara adalah nama sebutan melayani gerakannya. Dalam hal ini untuk para tokoh cerita yang memberikan TIWIKA membuat musikal baru dengan ciri para kesatria dalam bertarung. Jawara dengan nuansa yang berbeda. Pertunjukan sering memunculkan adu ketangkasan yang digarap TIWIKA yaitu dengan dalam ceritanya. menggunaka medium baru yang tidak Hasil penelitian yang telah didapatkan digunakan pada bajidoran sebelumnya pengkarya, bahwa aspek musikal yaitu kacapi. Gerak bajidor TIWIKA bukan karawitan topeng banjet memiliki kekhasan lagi diiringi oleh alat musik kendang, tetapi yang tidak dimiliki pada kesenian lainnya. menggunakan alat musik kacapi sebagai Kekhasan garap karawitan topeng banjet pengiringnya. Nuansa musikal yang terdapat pada bagian awal pertunjukan, dihasilkan akan terdengar berbeda dengan meliputi: Tataluan3 yang terdiri dari arang- musikal asli pada bajidoran. arang panjang dan arang-arang pondok, serta Selain bajidoran, terdapat pula pada bagian tari Bubuka. Pada bagian ini seni kacapian yang memiliki ciri khas musikalitas yang terwujud dari waditra tersendiri. Kacapian adalah salah satu , Kendang, Ketuk, Kecrek dan Goong bentuk pertunjukan karawitan Sunda sangat dinamis. Dalam hal ini, pengkarya yang menyajikan lagu-lagu yang hanya akan mengambil dua unsur yang akan menggunakan waditra kacapi. Seni kacapian digarap dari seni topeng banjet yaitu aspek ini adalah hasil kreativitas seorang musikal dengan nuansa yang berbeda. pesinden yang bernama Yoyoh Supriatin. Nuansa musik dibuat dengan penggarapan Yoyoh Supriatin merupakan seorang medium musikal yang berbeda yaitu pesinden yang berasal dari Desa Sumur dengan menggunakan kacapi. Bandung Kecamatan Cikampek Kabupaten Selain keberadaan seni topeng banjet Karawang. Ia menciptakan pola permainan yang dipandang memiliki kekhasan atau ragam petikan pada kacapi siternya. tersendiri, di Karawang pun terdapat suatu Pola permainan kacapi yang diciptakan

107 ~ Sutisna: Tiwika: Kolaborasi Musik Kaleran dalam Aransemen Kacapi ~ berorientasi kepada pola atau motif garapan pertunjukan karawitan dengan tabuhan waditra , yaitu salah satu menggabungkan ke-3 jenis kesenian khas alat musik dalam perangkat gamelan. Oleh Karawang tersebut. Tiga jenis karakteristik karena itu, pola petikan kacapi Yoyoh itu karawitan yang berbeda tersebut akan dikenal dengan sebutan Kacapi Gambangan dikemas menjadi satu kesatuan garap dan dianggap sebagai gaya musik Yoyoh komposisi musik berbentuk aransemen sendiri. Pola petikan lainnya adalah pola kacapi, berjudul TIWIKA. petik nyaruk, yaitu sebuah pola dialog Secara konseptual, pengkarya beralasan musikal yang saling mengisi antara satu jelas dalam penciptaan TIWIKA, selain dengan lainnya. Pola nyaruk ini pun sama memunculkan ke 3 ciri khas musik tradisi Yoyoh adopsi dari pola tabuh waditra Kaleran (Karawang) dengan nuansa baru gamelan seperti pada pola carukan antara dan garap pola petik Kacapi yang menjadi waditra dengan rincik dan waditra pokok atau dasar idenya adalah gaya Yoyoh 1 dengan saron 2 (Penelitian tanggal 24 Supriatin. Pola petik yang digarap TIWIKA Oktober 2014). meliputi pola banjet dengan dua laras, pola Yoyoh menuturkan bahwa, permainkan bajidor, dan pola patareman. Pola-pola yang kacapi yang menjadi gaya khas dirinya dibuat ini adalah pengembangan dari pola- diawali dengan cara mendengarkan pola yang telah ada sebelumnya dari ke-3 garapan atau pertunjukan gamelan wayang kesenian. golek setiap usai waktu subuh di radio. Dari hasil apresiasi tersebut, ia mengadopsi B. Landasan Penciptaan dan menerapkannya ke dalam waditra Kacapi berperan penting dalam iringan kacapi , sehingga menjadi ciri khas gaya lagu-lagu pada setiap kesenian tradisional Yoyoh Supriatin. (Supriatin, wawancara, 14 Sunda. Kacapi juga bersifat fleksibel Februari 2014 di Karawang). Kekhasan itu dalam laras, surupan, dan nada dasar yang diperkuat dengan gaya Nyindén khas Yoyoh digunakan. Fleksibilitas kacapi ini dapat yang berbeda dengan pesinden Karawang diubah-ubah berdasarkan lagu yang lainnya. Oleh karena itu, penyajian Kacapian akan dinyanyikan dengan menyesuaikan khas Yoyoh Supriatin dapat dikatakan kebutuhan dalam sebuah pertunjukan. sebagai khas daerah Karawang. Laras merupakan rangkaian nada- Dilihat dari perangkat penyajiannya, nada dalam satu gembyang (oktaf) yang ke-3 jenis kesenian khas Karawang itu memiliki interval tertentu. Laras yang memiliki perbedaan yang sangat signifikan. digunakan dalam kacapi pada umumnya Topéng banjet menggunakan perangkat meliputi laras salendro, degung, dan madenda karawitan yang dominan perkusi, di (sorog). Menurut teori Machjar (t.t:7), yang antaranya ketuk, kendang, kecrek, dan membedakan tinggi rendahnya nada dalam rebab, sehingga estetika musikalnya setiap laras terletak pada intervalnya. lebih dominan kepada permainan ritmis. Prinsip dasar memainkan kacapi Sementara estetika pada seni kacapian, mempunyai beberapa fungsi dalam waditranya hanya menggunakan perangkat karawitan Sunda. Kacapi memiliki fungsi kacapi sebagai pengiring vokal sejak (gaya) yang sama dengan perangkat gamelan. kepesindenan yang estetika pertunjukannya Seperti yang dibahas dalam buku-buku lebih difokuskan pada bentuk atau sajian karawitan yang ditulis oleh Raden sinden (vokal). Machjar Angga Koesoemadinata (t.t:7), Berdasarkan uraian di atas, pengkarya Atik Soepandi (1977-1978). Pada dasarnya, sangat tertarik untuk membuat sebuah keduanya memiliki pendapat yang

108 ~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~ Vol. 5 No. 2 Desember 2020 sama mengenai tugas waditra tersebut. 1995: 64). Artinya kecepatan lagu yang Walaupun ada hal-hal yang berbeda diwujudkan oleh ketukan. Tempo bisa kecenderungannya hanya pada contohnya. cepat atau bisa lambat pula. Irama yang Atik Soepandi dalam bukunya Penuntun baku dalam gending ialah; gurudugan, Pengajaran Karawitan Sunda (1977-1978) satengah wilet, satu wilet, satu wilet kendor, menyebutkan bahwa tugas waditra dalam dua wilet, dua wilet kendor, dan empat gamelan terdiri atas lima huruf “a” sebagai wilet (Soepandi, 1977-1978:12). Waditra awal kata yang disebut Panca Pramaksara. yang bertugas sebagai pengatur irama Panca Pramaksara akan diterapkan pada adalah Kendang (Soepandi, 1977-1978:40). setiap musikal yang digarap TIWIKA Ia mengatur irama dari lambat ke cepat yaitu pada bagian instrumen dan garap ataupun sebaliknya. Perpindahan dari musikal pada setiap lagu. Ke lima tugas cepat ke lambat disebut turun, contohnya waditra tersebut ialah arkuh lagu, anceran satu wilet turun dua wilet. Perpindahan wiletan, amardawa lagu, anggeran wiletan, dan lambat ke cepat disebut naek, contohnya adumanis lagu. empat wilet naek dua wilet, atau dua wilet Arkuh lagu ialah rangka lagu sebagai naek satu wilet. tulang punggung lagu (Soepandi, 1995: 27). Seperti yang dijelaskan oleh Atik Raden Machjar Angga Koesoemadinata Soepandi tentang kendang sebagai dalam bukunya Pangawikan Rinenggaswara pengatur irama, Waditra Kacapi juga (tanpa tahun) memaparkan tugas waditra fungsinya sama seperti waditra kendang. dalam gamelan antara lain sebagai Contohnya seperti kacapi pada kesenian Balunganing Gending (Machjar, t.t:7). tembang Sunda Cianjuran. Dalam tembang Istilah tersebut berasal dari kata balung dan Sunda, kacapi berfungsi sama yaitu sebagai gending. Balung dalam bahasa Jawa artinya pengatur irama dari cepat ke lambat tulang, sedangkan gending artinya lagu. ataupun sebaliknya. Pengertian tulang identik dengan rangka. Pengaplikasian anceran wiletan ke dalam Jadi ada kesamaan pendapat antara Atik garap TIWIKA adalah pada setiap garap Soepandi dengan Raden Machjar Angga musikal. Dalam garapan ini yang menjadi Koesoemadinata tentang tugas waditra pengatur irama pada gending lagu bukan tersebut, karena istilah arkuh lagu dan lagi waditra kendang, tetapi kacapi. Kacapi balunganing Gending memiliki arti yang menjadi sebuah pengatur irama sebuah sama yaitu rangka lagu. Arkuh lagu akan di musikal instrumen maupun garap musikal aplikasikan ke dalam karya TIWIKA yaitu lagu yang dinyanyikan. Irama yang digarap pada pembentukan rangkaian musikal meliputi irama bebas, irama sawilet, dan pada lagu yang di garap. irama kering. Anceran wiletan diambil dari kata Atik Soepandi memberi istilah Amardawa ancer-ancer dalam bahasa Sunda artinya lagu terhadap tugas waditra rebab dalam perkiraan. Irama lagu yang dimainkan gending (Soepandi, 1977-1978:55). Raden pada mulanya hanya perkiraan, karena Machjar Angga Koesoemadinata memberi masih labil. Dalam perjalanannya irama istilah melodi lagu (Machjar, t.t:7). itu mengarah pada kepastian irama yang Sedangkan Nano S. memberi istilah melodi dimainkan. Untuk mengubah irama dari lagu (1983: 82). Jadi, amardawa lagu, melodi, perkiraan kepada kepastian perlu ada yang ataupun lagu pengertiannya sama yaitu mengatur. Anceran wiletan yang dimaksud naik turun nada yang disusun (komposisi) adalah pengatur irama. Irama dalam sehingga indah didengar. Waditra kacapi karawitan Sunda disebut embat (Soepandi, juga dapat berfungsi sebagai amardawa

109 ~ Sutisna: Tiwika: Kolaborasi Musik Kaleran dalam Aransemen Kacapi ~ lagu. Contohnya pada kacapi wanda anyar (melodi), dan keseluruhan lagu. Jadi dapat karya Mang Koko. Fungsi amardawa lagu dikatakan bahwa, kacapi bersifat fleksibel. pada kacapian Mang Koko terletak pada Kacapi bisa berfungsi sebagai arkuh lagu garap musiknya (kacapi). atau balunganing gending (rangka lagu), Fungsi amardawa lagu pada garap anceran wiletan (naik turun nada), amardawa musikal TIWIKA diaplikasikan pada alat lagu (pembawa melodi), anggaran wiletan musik kacapi, rebab, , dan biola. Pada (ketetapan irama atau stabil), dan adumanis penggarapan melodi lagu dibuat intro lagu (keindahan lagu) yang ada pada panca musik, gending macakal, instrumental, dan pramaksara (lima tugas) waditra tersebut. melodi secara rampak atau bersamaan. Keberagaman persoalan kacapi yang Menurut Atik Soepandi dan R.M.A telah dijelaskan di atas, kacapi berkembang Koesoemadinata (1977-1978: 38) menyata- sesuai dengan kondisi jaman sekarang kan: dengan cara menyesuaikan kebutuhan “Anggeran berasal dari kata angger dalam yang kini dihadapi oleh para seniman bahasa Sunda yang artinya tetap atau stabil. khususnya seniman yang menggeluti Anggeran wiletan adalah segala sesuatu bidang kacapi. Maka seniman pun berpikir yang menjaga irama agar jangan keluar dari ukuran yang telah ditetapkan oleh waditra untuk mengemas penyajian musik kacapi yang ditugaskan. Waditra yang berfungsi dengan memunculkan kreativitas yang sebagai anggeran wiletan pada perangkat bersifat kebaruan. Dari kreativitas yang gamelan ialah kempyang, ketuk, , dan goong” (Soepandi,1977-1978:38). dihasilkan seniman tersebut lahirlah karya kacapi diatonik, kacapi jeletot, kacapi Tidak hanya waditra yang disebutkan gambangan, dan karya-karya kacapi baru di atas saja yang memiliki fungsi sebagai lainnya. anggeran wiletan. Kacapi dan kendang pun Kacapi diatonik lahir dari sebuah akibat memiliki fungsi sama. Dalam penyajian fleksibilitas laras. Artinya penyajian lagu lagu-lagu apapun tugas kacapi dan kendang pada nada pentatonik4 yang biasa digunakan ataupun waditra karawitan Sunda selalu dalam kacapi, kini menggunakan tangga menjaga irama dengan tetap dan waditra nada diatonik5. Hasil suara yang dikeluarkan satu dengan waditra lainnya berkaitan erat pada kacapinya pun terdengar berbeda dari dalam penyajian sebuah lagu. biasanya yaitu seperti gitar. Permainan Dalam bahasa Sunda, adu artinya pada kacapi diatonik ini berfungsi sebagai bercampur, dan manis artinya indah. pembawa melodis atau pembawa alur lagu. Adumanis lagu diartikan menambah Selain kacapi diatonik, lahir pula kacapi keindahan lagu yang memang pada yang bersifat kebaruan, yaitu kacapi jeletot. mulanya sudah indah, yaitu berupa ragam Kacapi jeletot merupakan hasil adopsi tabuh atau petik pada waditra. Contohnya dari pola-pola tepak kendang Sunda seperti waditra peking dengan variasi rajekan, yang diterapkan pada dalam waditra gambang dikenal dengan tabuh carukan, kacapi. Jeletot=dibetot artinya ditarik atau cewak, puruluk, kacapi dikenal dengan pola dijambret (pola permainan kacapi). Sebagian petik beulit kacang (Mang Koko), pola kacapi masyarakat di Jawa Barat khususnya para gambangan (Yoyoh S.) dan banyak pula pola seniman Sunda menyebut kacapi jeletot petik lainnya. dengan sebutan PIPONG yaitu singkatan Beragam fungsi waditra yang telah dari kacapi jaipong. Kacapi jeletot ini tidak dijelaskan di atas tersebut, dalam waditra lagi bermain melodis seperti kacapi diatonis, kacapi terdapat pada keutuhan lagu dari akan tetapi sebaliknya yaitu bermain secara mulai awal lagu (intro), pertengahan lagu ritmik (ketukan), yang termasuk kedalam

110 ~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~ Vol. 5 No. 2 Desember 2020 alat musik ritmik diantaranya adalah Kolaborasi merupakan kerjasama dua perkusi, kendang, drum, dan banyak atau lebih cabang seni (Sulastianto, 2012: alat musik ritmik lainya. Lagu-lagu yang 51). Kolaborasi dalam penggarapan ini disajikan dalam kacapi jeletot ini kebanyakan merupakan hasil penggabungan medium adalah lagu-lagu kiliningan, kepesindenan, musikal yang baru antara kacapi dengan bahkan lagu dangdut pula sering disajikan. biola dan timbales. Perangkat kacapi yang Hal ini merupakan hasil permintaan dari akan dijadikan konsep dasar karya ini masyarakat sebagai apresiator (penonton) diadaptasi dari bentuk-bentuk garap kacapi dalam pertunjukan tersebut. yang telah ada sebelumnya. Di antaranya Garap dalam konteks kesenian kacapi gaya Yoyoh Supriatin yaitu kacapi khususnya karawitan, istilah garap gambangan, kacapi jeletot atau jaipong, merupakan unsur paling penting dalam dan kacapi wanda anyar. Bahan-bahan penafsiran gending. Menurut Supanggah, musikal tersebut akan digarap melalui bahwa garap adalah suatu tindakan perambahan ritme-ritme petikan kacapi, seniman yang menyangkut masalah sehingga akan menjadi sajian yang berbeda imajinasi, interpretasi, dan kreativitas. dengan sebelumnya. Di samping itu konsep Ketiga unsur tersebut merupakan yang dasar garap musikalnya selain diadopsi paling menentukan kualitas hasil dari dan diadaptasi dari estetika musikal suatu penyajian karya seni. Garap di dalam perangkat-perangkat tersebut, disertakan kesenian tradisi diartikan sebagai suatu pada estetika musikal yang diadopsi dari rangkaian kerja kreatif dari (seorang atau perangkat topeng banjet. kelompok) pangrawit dalam menyajikan Konsep perwujudan karya TIWIKA ini sebuah gending untuk dapat menghasilkan mengacu pada asas substansi aksidensif sebuah wujud (bunyi) dengan kualitas dimana pola-pola baku dalam kaidah tradisi atau hasil tertentu sesuai dengan maksud, diberi ornamen tanpa menghilangkan keperluan atau tujuan dari suatu penyajian identitas substansi tradisi. Ornamen- karawitan yang dilakukan (Supanggah, ornamen diwujudkan dari idiom-idiom 2007: 4). modern seperti garap tempo, irama, dan Teori ini digunakan untuk membedah dinamika. Oleh karena itu walaupun karya setiap bagian, terutama yang berkaitan ini dilandasi dari perangkat-perangkat dengan interpretasi pengkarya dalam kacapi yang telah ada sebelumnya, hasilnya memberikan sentuhan-sentuhan kreatif memiliki karakteristik musikal yang dari bahan-bahan yang ditemukan. Tiga berbeda. hal yang terkandung pada teori tersebut, Bentuk pertunjukan TIWIKA didukung yaitu imajinasi, interpretasi dan kreativitas oleh tata teknis pementasan meliputi, tata sangat berguna untuk membedah data- suara, artistik, lighting, kostum, instrumen data yang menjadi bahan karya ini. dan tempat pertunjukan. Penataan tersebut merupakan penerapan konsep yang di- HASIL DAN PEMBAHASAN sesuaikan dengan nuansa musik kaleran. A. Konsep Penciptaan B. Proses Penciptaan Komposisi karya TIWIKA merupakan Dalam penciptaan pola musikal pada konsep kolaborasi yang diambil dari kacapi, pengkarya memilih dan menyusun keberagaman yang ada dalam kacapi beragam pola musikal dalam berbagai Sunda dengan memunculkan daerah khas kesenian yang berkembang di Karawang. Karawang yang disebut dengan kaleran. Perkembangan garap dengan medium yang

111 ~ Sutisna: Tiwika: Kolaborasi Musik Kaleran dalam Aransemen Kacapi ~ digunakan kesenian diatas, yang digarap arileu, dan drama atau komedi. Musikal dengan idiom baru yang bernuansa baru. tatalu pada topeng pendul mempunyai Beragam pola musikal yang cocok dan dinamika yang khas, yaitu pada tempo paling tepat dipilih untuk dijadikan pola ketukan yang tidak tetap. Pada musikal baru dengan pengembangan tertentu. Di tatalu topeng pendul hanya menggunakan antaranya pola tepak kendang diadopsi tiga nada saja yaitu nada 5, nada 1 dan kedalam kacapi. Kacapi difungsikan nada 3 laras salendro, karena waditra yang untuk mengiringi tari jaipongan, kacapi digunakan hanya menggunakan ketuk. difungsikan sebagai pembawa suasana, Berdasarkan hal tersebut, pengkarya kacapi difungsikan sebagai melodi, dan melakukan beberapa perubahan pada kacapi sebagai musikal yang dinamik. bentuk garap, di antaranya perubahan Dalam proses garapan, pengkarya pada laras, melodi dan tempo. membutuhkan pemahaman terhadap Laras yang digunakan pada bagian unsur-unsur musikal serta unsur-unsur tatalu karya TIWIKA menggunakan dua tari yang akan diciptakan. Pemahaman laras yang digabungkan, yaitu laras salendro terhadap berbagai unsur, dapat dimiliki dan laras madenda 4=panelu. Gabungan laras oleh pemain kacapi melalui proses yang yang dibuat memberikan nuansa yang dilalui secara bersama dengan penari berbeda dalam pertunjukan. Oktaf yang atau sendiri dengan menggunakan daya digunakan dalam melodi karya TIWIKA imajinasi. Proses penciptaan suatu karya menjadi lebih luas, karena menggunakan tidak dapat terlepas dari ide kekaryaan, kacapi sebagai pengungkap melodi. referensi karya dan bentuk karya seni. Terdapat empat oktaf nada dalam kacapi Secara etimologis, komposisi berarti yaitu dari oktaf tertinggi sampai oktaf “menyusun” dan banyak masyarakat paling rendah. Berbeda dengan bentuk komposisi dianggap sebagai suatu pekerja- garap topeng yang digunakan sangat an yang membutuhkan pekerjaan yang terbatas. Tempo yang dibuat yaitu naik dan membutuhkan keahlian, bakat, dan turun yang diatur oleh waditra kacapi. ketaatan pada aturan-aturan yang telah Rancangan garap musikal yang ditentukan.6 Dengan demikian, pernyataan berbeda dilakukan pula pada garap lagu tersebut berarti bahwa musik yang digubah arileu. Bentuk garap musikal arileu pada atau dicipta harus memenuhi aturan atau topeng biasanya dengan tempo yang kaidah musik tertentu. Dalam pembentukan lambat. Berbeda dengan tempo pada karya TIWIKA dibuat berdasarkan tahap musikal TIWIKA yang dibuat cepat. Melodi pembuatan Struktur sajian. yang dibuat meliputi nada 1, 2, dan 4 Struktur yang dibuat berdasarkan pada laras Salendro. Ketika melakukan struktur sajian yang ada dipagelaran perpindahan nada 1 ke nada 2 ataupun 4 topeng banjet . Perbedaannya terdapat pada dibuatlah sebuah jembatan oleh waditra durasi sajian, pola musikal, pola tari dan kacapi. Perpindahan nada yang dibuat yaitu teater. Struktur musikal TIWIKA di buat dengan melakukan penekanan nada yang perbagian, di antaranya: dimainkan. Penekanan tersebut sebagai ciri bahwa akan adanya perpindahan nada. 1. Ciri Khas Musikal, Tari dan Drama Nada dalam penggarapan musikal arileu Topeng menyesuaikan dengan nada pada lagu yang Perancangan awal yang dilakukan dinyanyikan. Proses penentuan nada dan adalah mengambil ciri khas musikal dari lagu yang dibuat tentunya menyesuaikan tiga bagian pertunjukan topeng, yaitu tatalu, dengan sebuah tarian.

112 ~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~ Vol. 5 No. 2 Desember 2020

Perancangan tari pada karya TIWIKA Perancangan lainnya dilakukan pula dibuat seperti sajian topeng pada umum- pada drama komedi. Pada penggarapan nya. Namun dalam pertunjukan TIWIKA, drama atau komedi topeng dilakukan terdapat perbedaan jumlah penari, pola dengan durasi yang sangat lama. Berbeda lantai, dan gerak tarian yang disajikan. dengan penggarapan karya TIWIKA. Unsur Biasanya penari yang ditampilkan pada teatrikal atau drama diambil intisarinya topeng pendul hanya satu orang saja, saja dengan cara meringkas bagian komedi dalam garapan TIWIKA berjumlah dua pada dialog yang akan disampaikan. orang penari. Gerakan tari yang dibuat Rancangan narasi yang disampaikan pada pun berbeda dengan gerakan tari pada penonton adalah ungkapan tokoh atau topeng biasanya. Pada awal masuk penari bajidor menggoda si penari. Namun, penari dibuat gerakan geol dan gitek dengan posisi satu tidak merespon dan bersikap acuh. membelakangi penonton. Gerakan tersebut Singkat cerita, bajidor ingin membuktikan dilakukan secara serentak berdasarkan bahwa mereka juga bisa menari dengan pola musikal yang dibuat. gerakan pencugan yang diambil dari ciri khas dipertunjukan jaipongan.

Gambar 1. Pertunjukan Musikal TIWIKA (Dokumentasi: Indra Purbayasa, 2020)

Gambar 2. Pertunjukan Drama TIWIKA (Dokumentasi: Indra Purbayasa, 2020)

113 ~ Sutisna: Tiwika: Kolaborasi Musik Kaleran dalam Aransemen Kacapi ~

Gambar 3. Gambar 4. Pertunjukan Tari Topeng TIWIKA Pertunjukan Tari (Dokumentasi: Indra Purbayasa, 2020) Pencug Jaipongan TIWIKA (Dokumentasi: Indra Purbayasa, 2020)

2. Ciri Khas Garap Musikal dan Tari 3. Ciri Khas Kacapi Yoyoh Suprihatin Jaipongan Penggarapan musikal pada garap kacapi Perancangan musikal pada ciri khas khas gambangan Yoyoh akan ditempatkan jaipongan dibuat dengan cara meringkas dibagian penutup pertunjukan. Kacapi bagian penting pada pertunjukan Jaipo- gambangan gaya Yoyoh akan dibuat berbeda ngan. Musikal dibuat dari sebuah gerakan dengan asli dengan cara penambahan bajidor yang hendak melakukan gerakan medium musikal yang dibuat melodi dan pencugan dan mincid. Gerak pencugan dan ritme secara serentak. Medium musik mincid pada karya TIWIKA mempunyai yang digunakan disini menjadikan perbedaan struktur musikal dengan musikal garapan TIWIKA memiliki nuansa Jaipongan biasanya. Struktur musikal yang yang berbeda dengan asli. ciri khas pola dibuat yaitu instrumental, perpindahan gambangan Yoyoh akan dimunculkan laras, pencugan, dan pola mincid gancang. dibeberapa bagian saja. Musikal yang Laras yang digunakan yaitu laras salendro dibuat merupakan penghormatan kepada dan laras madenda 4=panelu. Pengembangan Yoyoh sebagai motivator bagi pengkarya yang digarap tentunya mengambil dalam pembuatan karya ini. dari melodi-melodi pada lagu mojang Bagian ini merupakan bagian penutup karawang. dari pertunjukan TIWIKA, sehingga Penggarapan tari bajidoran ini dibuat pengkarya membuat irama musikal beberapa pola gerakan dengan menyesuai- menjadi lebih cepat. Melodi yang dibuat kan musik yang telah dibuat. Pola gerakan berfungsi untuk mengisi kekosongan pada yang telah dibuat dimulai dari pola gerak pertengahan lagu. Tempo akan diatur oleh pencugan sebanyak satu goongan, pola kacapi mulai dari tempo lambat, tempo gerak mincid sebanyak satu goongan, dan sedang dan tempo cepat. pola gerak mincid gancang sebanyak empat Penggarapan pola gambangan Yoyoh goongan. Pola yang dibuat hanya ringkasan diterapkan pada lagu onde-onde dan yang diambil dari pertunjukan Jaipongan. lagu mitra. Sebelum masuk lagu dan di Gerak tarian yang dibuat tentunya diambil pertengahan lagu akan dibuat beberapa benang merah yang diangkat kembali gending macakal. Penggarapan gending dalam bentuk aransemen kacapi yang macakal dibuat agar musikal lagu yang bernuansa berbeda. disajikan tidak terkesan jenuh.

114 ~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~ Vol. 5 No. 2 Desember 2020

Karya TIWIKA dibentuk dari tiga pertunjukan berlangsung, unsur tari yang kesenian di Karawang yaitu topeng banjet, masih berkaitan penting dengan unsur bajidoran, dan kacapi gambangan Yoyoh musikal yang dibuat. Kemudian unsur ke Suprihatin. Ketiga kesenian tersebut tiga adalah unsur rupa seperti tata pentas digabungkan menjadi satu keutuhan karya dan busana (kostum) yang dikenakan dalam aransemen kacapi. Gabungan yang pemain. dimaksud yaitu unsur musikal, tari, dan Seni pertunjukan yang telah dibuat dan unsur teater. dirancang tersebut tentunya bertujuan agar Bentuk musikal pada tari dan teater apresiator tidak terkesan jenuh dan tertarik yang akan dipertunjukan seperti seni untuk mengapresiasi pertunjukan. Tahapan pertunjukan topeng biasanya, namun proses pembentukan garapan ini penulis terdapat perbedaan pada musikal juga selalu mengapresiasi semua jenis seni pendukungnya. Sehingga akan terdengar pertunjukan yang berbasis tradisi. Karena Suasana musikal yang berbeda dengan untuk menambah wawasan pengetahuan bentuk asli pertunjukan topeng banjet. dalam membuat karya baru dan untuk Karena instrumen yang digunakan dijadikan tolak ukur dalam pementasan adalah kacapi , biola, suling, rebab, kecrek, penciptaan garapan dengan semaksimal dan goong. Bentuk musikal yang dibuat mungkin. mengacu pada struktur penyajian yaitu Setelah proses pembentukan karya angkatan wirahma (awal), tataran wirahma terstruktur selanjutnya akan diwujudkan (tengah), dan pungkasan wirahma (akhir). dalam tahap presentasi dengan menyajikan Angkatan wirahma adalah bagian pertama hasil karya yang telah dibuat. Sarana dari suatu kalimat lagu, tataran wirahma penunjang dalam mempresentasikan karya adalah jalannya sajian lagu, sedangkan musikal ini yaitu dengan menggunakan 3 pungkasan wirahma adalah bagian akhir dari waditra kacapi. Kacapi 1 sebagai kacapi utama kalimat lagu. yang ditempatkan di tengah-tengah antara Setelah melalui langkah-langkah kacapi 2 dan kacapi 3 yang berada disamping proses penciptaan dibuat terstruktur, kiri dan kanan. Tidak hanya unsur musikal tahap selanjutnya adalah tahap komposisi yang nanti akan dipresentasikan, namun karya. Semua bahan yang diperoleh mulai penulis akan menambahkan vokal untuk dirancang dari ke tiga ciri khas kesenian menyanyikan lagu-lagu yang telah di- yang telah dijelaskan sebelumnya. tentukan sebelumnya. Vokal yang akan Rancangan ini dibuat dengan cara disertakan sebagai pendukung karya ini mengambil beberapa ciri khas kesenian sebanyak 3 pesinden yang berasal dari yang yang terdapat di Karawang yang Karawang. Karya TIWIKA ini berdurasi kemudian dijadikan satu garapan musikal. sekitar 45 menit. Bagian pertama 15 menit, Selanjutnya dibuatlah unsur seni lainnya bagian kedua 20 menit, dan bagian ketiga yang berkaitan erat dengan musikal yang 10 menit. Jadi jumlah durasi yang akan kita dibuat sebagai pelengkap. Unsur yang tempuh sekitar 45 menit. berkaitan erat ini seperti unsur teatrikal, tari, dan rupa. Dari ketiga unsur pelengkap SIMPULAN diatas disesuaikan dengan gaya kaleran Pertunjukan TIWIKA merupakan yang menonjol. pertunjukan seni yang memiliki konsep Pada unsur teatrikal diambil dari dasar kreativitas yang berlandaskan dan kesenian topeng banjet yang tertuju pada berbalut pada bingkai tradisi yang telah lakon bodoran yang diterapkan ketika

115 ~ Sutisna: Tiwika: Kolaborasi Musik Kaleran dalam Aransemen Kacapi ~ terbentuk sejak lama. Harapan peciptaan masyarakat Karawang. Semoga penciptaan karya TIWIKA yaitu dapat dijadikan sarana TIWIKA ini bisa menjadi bagian dari karya apresiasi bagi mahasiswa maupun seniman, seni baru dari genre kacapian Karawang. dapat menjadi sumber eksplorasi karya seni Semoga kesenian di Kabupaten Karawang khususnya di Kabupaten Karawang, dan dapat terus maju dan berkembang. dapat dijadikan sebuah model pembuatan Saran pengkarya dalam pembuatan karya dari yang berbasis pada medium karya ini bagi mahasiswa yang membuat serta idiom musik tradisi. Disamping itu, karya baru yang berbingkai tradisi harus karya ini diharapkan dapat bermanfaat mengerti teori-teori kreativitas dalam karya bagi para apresiator serta penikmat seni. seni, harus mendalami dan mengetahui Garapan TIWIKA dirancang bukan lebih dalam lagi tentang musik yang sebagai hiburan semata tetapi memiliki akan dijadikan garapan baru serta harus tindak lanjut untuk membuat karya baru mengangkat benang merah tradisi yang yang berlandaskan pada pembentukan telah ada jangan sampai benang merah yang karya TIWIKA. Dapat dikembangkan digarap tidak muncul dan terlihat. Sebuah lebih jauh lagi dalam membuat karya bentuk kreativitas yang kita pikirkan yang berbasis tradisi agar seni tradisi terus harus menjadi Kemasan karya menarik berkembang. Besar harapan pengkarya yang harus kita buat di Masyarakat pada semoga kedepannya dapat diterima umumnya. masyarakat Jawa Barat, khususnya bagi

Daftar Pustaka Supanggah, Rahayu. 2007. Bothekan Karawitan II: Garap. Surakarta: ISI Leo Elice. 1991. Beberapa Aspek dalam Press. Komposisi Musik. Fakultas U. Warliah dan Ii Wahyudin. 2007 KesenianUniversitas HKBP Kabupaten Karawang Dalam Nommensen, Medan Dimensi Budaya (Karawang Dinas Machjar, Angga Koesoemadinata, Penerangan Parawisata dan Budaya R. Ringkasan Pangawikan Kabupaten Karawang). Rinenggaswara, (Ringkesan Elmuning Kanayagan), Noordhoff- Catatan Kaki: Koff.Jakarta: NV Cetakan ke II. 1Saini K.M Taksonomi Seni (Bandung: STSI Press,2001) 26-29. Saepudin, Asep. 2013. Garap 2 TepakKendang Jaipongan dalam U. Warliah dan Ii Wahyudin, Kabupaten Karawang dalam Dimensi Budaya (Karawang Karawitan Sunda. Yogyakarta: BP Dinas Penerangan Parawisata dan Budaya ISI Yogyakarta. Kabupaten Karawang, 2007), 71. Saini K.M Taksonomi Seni (Bandung: STSI 3Tataluan berasal dari kata talu yang berarti pukul. Tatalu merupakan musik pertama yang Press,2001) di pukul dengan menggunakan dinamika. Soepandi, Atik. 1977. Penuntun pengajaran 4 Pentatonik adalah lima nada yang digunakan karawitan Sunda. Bandung: Sunan dalam karawitan Sunda yaitu da, mi, na, ti, la Ambu Press. karya R.M.A Koesoemadinata. Sulistianto, Harry. 2012. Seni Budaya 5Diatonik adalah 7 tangga nada yang digunakan dalam tradisi orang barat yaitu do, re, mi, fa, Yogyakarta:PT Grafindo Media sol, la, ti. Pertama. 6Leo Elice. 1991. Beberapa Aspek dalam Komposisi Musik. Fakultas KesenianUniversitas HKBP Nommensen, Medan.

116 ~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~ Vol. 5 No. 2 Desember 2020

Narasumber: Nama : Ocim Nama : Yoyoh Supriatin Jenis Kelamin : Laki-laki Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 71 Tahun Umur : 78 Tahun Alamat : Dsn. Pasir Kemuning, Alamat : Dsn. Sumur Bandung, Ds. Wadas, Kec. Wadas, Ds. Dawuan, Kec. Kab. Karawang. Cikampek, Kab.Karawang. Pekerjaan : Seniman Pekerjaan : Seniman

117