KEYNOTE SPEAKER DIREKTUR PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat Pagi. Yang Terhormat, • Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta; • Para Keynote Speaker; • Seluruh Hadirin Seminar Nasional “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkah dan karunianya kita masih diberikan kesehatan dan dapat berkumpul dalam rangka mengikuti Seminar Nasional “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”. Suatu kehormatan bagi saya untuk berada dalam Seminar Nasional “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”. Seminar Nasional ini merupakan forum penting bagi kita untuk mengembangkan pelayanan kesehatan tradisional di negara kita. Atas nama Kementerian Kesehatan, saya ingin menyampaikan apresiasi yang mendalam saya kepada Universitas Muhamadiyah Jakarta khususnya Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhamadiyah Jakarta, untuk keramahan dan sambutan hangat yang diberikan kepada kami. Bapak dan Ibu hadirin sekalian yang saya hormati, Indonesia dalam mengembangkan pelayanan kesehatan tradisional sejalan dengan Strategi WHO Tahun 2014-2023 dalam sasaran strateginya disebutkan bahwa kesehatan tradisional harus dikembangkan melalui pendekatan ilmu pengetahuan, perlunya pengaturan dalam 3P yaitu products, practices and practitioners , serta dapat diintegrasikan dalam bentuk pelayanan kesehatan tradisional dan asuhan mandiri kesehatan tradisional. Pengembangan produk berkaitan dengan pengembangan standar, uji manfaat, keamanan dan mutu produk. Pengembangan penyelenggaraannya berkaitan dengan elaborasi pohon keilmuan kesehatan tradisional Indonesia yang akan dijadikan sebagai bahan ajar dalam pendidikan kesehatan tradisional. Pengembangan pendidikan kesehatan tradisional di Indonesia diharapkan akan menghasilkan tenaga kesehatan tradisional yang kompeten. Bapak dan Ibu hadirin sekalian yang saya hormati, pengembangan dan peningkatan obat tradisional ditujukan agar diperoleh obat tradisional yang bermutu tinggi, aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah dan dimanfaatkan secara luas, baik untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan formal. Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian dari budaya bangsa dan banyak dimanfaatkan masyarakat sejak berabad-abad yang lalu, namun demikian pada umumnya efektivitas dan keamanannya belum sepenuhnya didukung oleh penelitian yang memadai. Dibutuhkan adanya koordinasi ketika akan melakukan penelitian tanaman obat dengan melibatkan berbagai unsur agar menghindari adanya penelitian yang sejenis di waktu dan tempat yang berbeda. Bapak dan Ibu hadirin sekalian yang berbahagia, bahan baku obat dan obat tradisional 85% masih impor dari luar negeri. Saat ini Kementerian Kesehatan cq Ditjen

xii Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Farmasi dan Alkes telah mengembangkan Pusat Pengolahan Pasca Panen Tanaman Obat (P4TO) di daerah yang akan memanfaatkan bahan alam Indonesia. Melalui fasilitasi P4TO ini diharapkan dapat mendukung upaya kemandirian bahan baku obat dan obat tradisional sehingga dapat membantu dalam mengurangi ketergantungan akan impor. Bapak dan Ibu hadirin sekalian yang berbahagia, perlu saya sampaikan bahwa kami juga telah memiliki Peraturan Pemerintah tentang pelayanan kesehatan tradisional yang menjadi dasar hukum pengembangan kesehatan tradisional di Indonesia. Demikian juga dalam Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan, pelayanan kesehatan tradisional menjadi 1 unit tersendiri di bawah Dirjen Pelayanan Kesehatan. Hal ini menandakan bahwa Pemerintah Indonesia memberikan perhatian dan dukungan yang serius dalam pengembangan pelayanan kesehatan tradisional di Indonesia. Bapak dan Ibu hadirin sekalian yang saya hormati, Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Formularium Obat Herbal Asli Indonesia (FOHAI) yang berisi informasi tentang jenis-jenis tanaman obat yang tumbuh di Indonesia serta telah terbukti secara ilmiah aman dan bermanfaat untuk kesehatan. Pada pasal (5) menyatakan bahwa Pembinaan dan Pengawasan terhadap penggunaan obat herbal asli Indonesia dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/kota sesuai dengan tugas dan kewenangannya masing-masing. Berdasarkan Permenkes RI No.006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat tradisional pasal (2) menyatakan bahwa, Obat tradisional hanya dapat dibuat oleh industri dan usaha di bidang obat tradisional. Industri tersebut terdiri atas IOT dan IEBA. Usaha Obat Tradisional terdiri atas: UKOT, UMOT, Usaha Jamu Racikan dan Usaha Jamu Gendong. Akhirnya, kami percaya bahwa pengobatan tradisional masih penting di era modern ini. Oleh karena itu, kerjasama yang kuat, kerjasama dan bantuan teknis untuk mengembangkan pengobatan tradisional diperlukan. Hal ini juga memerlukan penyesuaian yang tepat berdasarkan kebutuhan negara dan kemampuan untuk mengembangkannya. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Jakarta, November 2017 Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional Dr. dr. Ina Rosalina, Sp. A(K), M.Kes, MH.Kes.

xiii

SAMBUTAN DEKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semua. Terima kasih atas kedatangan para hadirin, yang saya hormati: • Menteri Kesehatan RI yang diwakili oleh Kasubdit Pelayanan Kesehatan Obat Tradisional, Ibu Dr. dr. Ina Rosalina, Sp.A(K). M.Kes. M.H.Kes.; • Koordinator Kopertis Wilayah III, Ibu Dr. Ir. Illah Sailah, M.Si.; • Kepala Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bapak Dr. Ir. Wiratno, M.Env.Mgt.; • Direktur Utama PT. Sido Muncul, Bapak Irwan Hidayat • Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Bapak Prof. Dr. Syaiful Bakhri, SH. M.H.; • Ketua BPH UMJ, Bapak Drs. Husni Thoyar, M.Ag.; • Bapak dan Ibu Wakil Rektor; • Bapak Direktur Sekolah Pascasarjana UMJ; • Bapak dan Ibu Dekan Fakultas di lingkungan UMJ; • Seluruh pemakalah, peserta, dan para undangan serta hadirin yang berbahagia. Indonesia kaya akan tanaman herbal yang perlu mendapat perhatian kita semua. Dahulu nenek moyang kita selalu menggunakan tanaman herbal untuk pengobatan, tetapi lambat laun menjadi berkurang karena membanjirnya obat-obat kimia dan gencarnya promosi penggunaan obat tersebut. Namun sekarang masyarakat mulai kembali berpaling ke penggunaan obat-obatan herbal seiring dengan banyaknya dampak negatif tentang pengunaan obat-obat kimia. Berdasarkan kondisi tersebut, maka Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta pada hari ini mengadakan Seminar Nasional 2017 dengan tema “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”. Seminar hari ini akan membahas berbagai makalah tentang pertanian dan tanaman herbal, yang akan dipresentasikan oleh pemakalah yang datang dari berbagai penjuru Indonesia, antara lain para peneliti dari Perguruan Tinggi baik Negeri maupun Swasta, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPIPTEK), Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), dan instansi swasta. Pada seminar ini kita mengharapkan banyak temuan-temuan dan informasi berharga dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti dari berbagai institusi yang hadir pada hari ini. Saling bertukar informasi diantara para peneliti, sehingga di masa depan dapat terwujud kerjasama yang erat untuk memajukan penelitian, pemanfaatan, dan memasyarakatkan kembali tanaman herbal di Indonesia. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Menteri Kesehatan RI sebagai keynote speaker , serta pemakalah utama oleh Kepala Balitrro, Koordinator Kopertis wilayah III dan Direktur PT. Sido Muncul. Fakultas Pertanian UMJ berencana untuk membuat Sub-Program Studi Tanaman Herbal dan berharap dapat melanjutkan kerjasama dengan PT. Sido Muncul yang merupakan salah satu perusahaan jamu di Indonesia yang konsen dengan penggunaan tanaman herbal. Kami juga mengucapkan terima kasih atas dukungan semua pihak, Bapak Rektor UMJ, PT. Sido Muncul, Bank

x

Mandiri, Bank BNI Syariah, dan semua panitia yang telah bekerja keras untuk terselenggaranya acara seminar ini. Selamat melaksanakan seminar kepada seluruh pemakalah dan peserta. Kami mohon maaf seandainya dalam penyelenggaraan seminar ada yang kurang dan tidak berkenan. Selanjutnya kami mohon kepada Bapak Rektor UMJ untuk berkenan membuka Seminar Nasional 2017 “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”. Terima kasih. Wabillahit taufiq walhidayah. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Jakarta, November 2017 Dekan Dr. Ir. Hj. Elfarisna, M.Si.

xi

LAPORAN DAN SAMBUTAN KETUA PANITIA SEMINAR NASIONAL 2017 Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. atas rahmat-Nya Seminar Nasional 2017 ini dapat diselenggarakan sesuai rencana dalam rangka ulang tahun Fakultas Pertanian - Universitas Muhammadiyah Jakarta yang ke-35 tahun. Usia 35 tahun adalah usia yang cukup matang untuk sebuah institusi pendidikan tinggi. Segala dinamika perguruan tinggi pertanian di Jakarta tentu mengalami pasang surut yang tidak mudah untuk dipertahankan. Namun beberapa tahun terakhir jumlah mahasiswanya terus meningkat, saat ini jumlah total mahasiswa aktif telah mendekati 500 orang. Sebagai wujud syukur atas hari jadi, Fakultas Pertanian – UMJ menyelenggarakan beberapa rangkaian acara, antara lain Kuliah Umum dan Seminar Nasional 2017. Seminar Nasional 2017 yang diselenggarakan hari ini mengangkat berbagai isu tanaman herbal yang berkaitan dengan Pertanian, Biologi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi dan Kimia. Oleh karena itu seminar nasional ini mengambil tema “Pertanian dan Tanaman Herbal yang Berkelanjutan di Indonesia”. Kelimpahan tanaman herbal merupakan anugerah keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia yang telah mendukung kesehatan masyarakat sejak lama. Oleh karena itu, keanekaragaman herbal sangat penting untuk dipertahankan ekologisnya sehingga dapat berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan yang peduli lingkungan secara umum akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial masyarakat. Efisiensi penggunaan lahan, teknologi tepat guna dalam pemanfaatan alam tentu akan bermanfaat untuk menekan biaya produksi obat herbal. Efektifitas perwujudannya perlu ada daya dukung dari semua pihak termasuk para peneliti, dan praktisi. Hasil penelitian yang telah dilakukan para peneliti dari seluruh Indonesia dalam Seminar ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai keanekaragaman herbal, teknologi budidaya, pemanfaatan dan kemanfaatannya yang berkelanjutan. Seminar nasional hari ini diikuti oleh dosen, peneliti, praktisi dan mahasiswa dari berbagai wilayah di Indonesia. Abstrak seminar yang telah diterima untuk diseminarkan hari ini ada sebanyak 53 pemakalah dengan total seluruh peserta lebih dari 200 orang yang berasal dari berbagai insitusi yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia, dari ujung barat sampai ke ujung timur. Mulai dari Aceh, Medan, Sijunjung, Lampung, Palembang, Balikpapan, Banten, Bogor, Jakarta, Tangerang Selatan, Surakarta, Sumedang, Purwokerto, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Manado, Makassar, sampai ke Mataram. Institusinya pun beragam, ada yang berasal dari Pendidikan Tinggi Negeri dan Swasta, Instansi penelitian pemerintah dan perusahaan swasta, antara lain: Perguruan Tinggi Negeri:

• Universitas Sumatera Utara • Universitas Sriwijaya • Universitas Lampung • Universitas Sultan Ageng Tirtayasa • Universitas Terbuka • Institut Pertanian Bogor

viii Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

• Universitas Padjadjaran • Universitas Diponegoro • Universitas Sebelas Maret • Universitas Brawijaya • Universitas Negeri Makasar • Universitas Hasanuddin • Universitas Sam Ratulangi Perguruan Tinggi Muhammadiyah:

• Universitas Muhammadiyah Mataram • Universitas Muhammadiyah Yogyakarta • Universitas Muhammadiyah Prof. Hamka • Universitas Muhammadiyah Purwokerto • Universitas Muhammadiyah Jakarta

Perguruan Tinggi Swasta:

• Universitas Al Muslim Bireuen Aceh • Universitas Methodist Indonesia Medan • STIPER Sawahlunto Sijunjung • Universitas Surabaya • Universitas Swadaya Cirebon • Universitas Indraprasta Jakarta, • Indonesia International Institute for Life Sciences Jakarta • Universitas Surya Institusi Penelitian Pemerintah:

• Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI • Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur • Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi PUSPIPTEK • Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat • Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi - BATAN Tak lupa saya ucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada seluruh panitia, sponsor dan semua pihak yang mendukung terselenggaranya acara Seminar Nasional ini. Selamat datang, dan terimakasih atas kedatangan seluruh pemakalah dan peserta di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Semoga seluruh kegiatan seminar nasional yang dilakukan berlangsung dengan lancar. Sukses untuk kita semua. Aamiin. Wabillahit taufiq walhidayah. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Jakarta, November 2017 Ketua Panitia, Dra. Rita Tri Puspitasari, M.Si.

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirrabbil’alamin, Puji syukur kepada Allah SWT. berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga Seminar Nasional 2017 dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Seminar ini bertema “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” yang diselenggarakan dalam rangka Milad ke-35 Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta. Pada seminar dipresentasikan hasil penelitian, review, dan hasil pengabdian yang dilakukan oleh peneliti yang berasal dari berbagai instansi yang beragam. Hasil seminar tersebut kemudian didokumentasikan dalam prosiding ini. Seminar dapat terlaksana dengan sukses atas bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu kami ucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu terselenggaranya seminar ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan prosiding seminar nasional ini sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan. Semoga prosiding ini bermanfaat bagi para pembaca dan pihak yang memerlukan. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Jakarta, Desember 2017

Tim Penyunting

iii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...... iii DAFTAR ISI ...... iv - vii SAMBUTAN KETUA PELAKSANA ...... viii - ix SAMBUTAN DEKAN FAKULTAS PERTANIAN UMJ ...... x - xi KEYNOTE SPEAKER ...... xii - xiii MAKALAH UTAMA Wiratno PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN OBAT BERKELANJUTAN ...... 1 – 16 Illah Sailah PENGEMBANGAN BAHAN KAJIAN BERMUATAN MATERI HERBAL PADA PENDIDIKAN TINGGI PERTANIAN ...... 17 – 21 Irwan Hidayat dan Bambang Supartoko AGRIBISNIS TANAMAN OBAT DAN PENERAPAN GAP DI PT SIDO MUNCUL ...... 22 - 29

MAKALAH ORAL RUANG PARALEL Alfian Hendra Krisnawan, Ryanto Budiono, Devi Resmi Sari dan Weilinten Salim POTENSI ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT DAN PERASAN DAGING BUAH LEMON (Citrus lemon) LOKAL DAN IMPOR ...... 30 – 34 Betalini Widhi Hapsari, Andri Fadillah Martin dan Tri Muji Ermayanti PERTUMBUHAN KULTUR TUNAS TAKA PADA MEDIA MS YANG MENGANDUNG SITOKININ DAN MANITOL UNTUK KONSERVASI IN VITRO ...... 35 – 43 Hanifa Marisa, Salni, Fitryanda Salfamas dan Yadi Oktariansyah STUDI TERHADAP Bellucia pentamera NAUDIN; PERUBAHAN STATUS INVASIF MENJADI BERMANFAAT LARVASIDA ...... 44 – 52 Slamet Sudi Santoso PERAN FLAVONOID CINCAU HIJAU (Premna oblongifolia) TERHADAP TUMOR OTAK ...... 53 – 61 Arli Aditya Parikesit, Rizky Nurdiansyah dan David Agustriawan TELAAH SISTEMATIS TERHADAP BASIS DATA BAHAN ALAM UNTUK PENGEMBANGAN PRODUK SUPLEMEN HERBAL ...... 62 – 68

Dyah Retno Wulandari1, Ratih Kusuma Ningrum, Aida Wulansari dan Tri Muji Ermayanti

iv Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

PERTUMBUHAN TALAS BENTUL TETRAPLOID DAN DIPLOID PADA MEDIA PERBANYAKAN, AKLIMATISASI DAN KONFIRMASI TINGKAT PLOIDI ...... 69 – 76 Jody M. Mawara POTENSI KARAKTERISTIK LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI PULAU LEMBEH KOTA BITUNG ...... 77 – 87 Muhammad Alham dan Elfarisna RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.) TERHADAP EFISIENSI PUPUK ORGANIK PADAT ...... 88 – 97 Riza Syofiani dan Giska Oktabriana APLIKASI PUPUK GUANO DALAM MENINGKATKAN UNSUR HARA N, P, K, DAN PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI PADA MEDIA TANAM TAILING TAMBANG EMAS ...... 98 – 103 Putri Annisa dan Helfi Gustia RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MELON TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR diversifolia ...... 104 – 114 Indah Diniar Aslamiah dan Sularno RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH TERHADAP PENAMBAHAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK DAN PENGURANGAN DOSIS PUPUK ANORGANIK ...... 115 – 126 Nismah Nukmal dan Ratih Andriyani DAYA INSEKTISIDA EKSTRAK POLAR SERBUK DAUN GAMAL KULTIVAR PRINGSEWU TERHADAP KUTU PUTIH (HEMIPTERA: Pseudococcidae) PADA KAKAO ...... 127 – 137 Aida Wulansari, Dyah Retno Wulandari, Laela Sari dan Tri Muji Ermayanti PENGARUH PERLAKUAN SITOKININ TERHADAP PERTUMBUHAN IN VITRO TALAS DIPLOID PONTIANAK DAN TALAS TRIPLOID BOLANG HITAM ...... 138 – 146 Eka Mulyana, Elly Rosana dan Dewi Paramita ANALISIS PENDAPATAN PENGRAJIN ANYAMAN TIKAR PURUN DI DESA TANJUNG ATAP KECAMATAN TANJUNG BATU KABUPATEN OGAN ILIR ...... 147 – 154 Sahri Muldiana dan Rosdiana RESPON TANAMAN TERONG (Solanum malongena L.) TERHADAP INTERVAL PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR DENGAN INTERVAL WAKTU YANG BERBEDA ...... 155 – 162 Irfan Habibi dan Elfarisna EFISIENSI PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK MENGURANGI PENGGUNAAN NPK TERHADAP TANAMAN CABAI MERAH BESAR ...... 163 – 172

v Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Suminah, Arip Wijianto, Hanifah Ihsaniyati dan Eksa Rusdiyana PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA TANI EMPON-EMPON DI DESA MIRI KECAMATAN KISMANTORO, KABUPATEN WONOGIRI ...... 173 – 183 Rudiyanto, Dyah Retno Wulandari dan Tri Muji Ermayanti PERTUMBUHAN KULTUR TUNAS Dahlia sp. PADA MEDIA MS DENGAN PENGURANGAN KADAR GULA DAN TUTUP TABUNG BERVENTILASI ...... 184 – 195 Taufiq Bachtiar, Ania Citraresmini dan Sudono Slamet PENGARUH FORMULA PUPUK HAYATI TERHADAP KADAR N-TOTAL, SERAPAN P, DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG . 196 – 203 Amelinda Puspitasari dan Elfarisna RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI VARIETAS GROBOGAN DENGAN PENAMBAHAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN PENGURANGAN DOSIS PUPUK ANORGANIK ...... 204 – 212 Anni Yuniarti, Abraham Suriadikusumah dan Julfri Unedo Gultom PENGARUH PUPUK ANORGANIK DAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PH, N-TOTAL, C-ORGANIK, DAN HASIL PAKCOY PADA INCEPTISOLS ...... 213 – 219 Ade Tri Sasminto dan Sularno EFEKTIVITAS KONSENTRASI PUPUK CAIR HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH Oryza sativa L...... 220 – 228 Nurhamidar Rahman, Hani Fitriani, N. Sri Hartati dan Enny Soedarmonowati MULTIPLIKASI TUNAS KULTUR UBI KAYU DENGAN TEKNIK SAMBUNG PUCUK (GRAFTING) IN VITRO ...... 229 – 236 Karyanti, Eunike Lasyana Immanuella dan Dewi Yustika Sofia PENGARUH BENZILAMINOPURIN DENGAN PENAMBAHAN KNO3 PADA MULTIPLIKASI TUNAS Colocasia esculenta (L.) Schott VAR. Antiquorum ...... 237 – 244 Irni Furnawanthi, Siti Jumroh Devianti, Dahlia Nauly, Rudi Mardiyanto dan Mardoni Elya RESPON PERTUMBUHAN EKSPLAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) VARIETAS AP-4 TERHADAP MANITOL SEBAGAI MEDIA KONSERVASI SECARA IN VITRO ...... 245 – 252 Yenny Laura Butarbutar dan Nurmely Violita Sitorus ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH ORGANIK DI KABUPATEN DELI SERDANG ...... 253 – 261 Betalini Widhi Hapsari, Andri Fadillah Martin, Rudiyanto dan Tri Muji Ermayanti PERLAKUAN POLYETHYLENE GLYCOL SECARA IN VITRO TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS MUTAN TAKA UNTUK SELEKSI TOLERAN KEKERINGAN ...... 262 – 271

vi Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Shafa Noer, Rosa Dewi Pratiwi dan Efri Gresinta UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN UJI ANTIBAKTERI Fusobacterium nucleatum DARI EKSTRAK ETANOL DAUN Ruta angustifolia ...... 272 – 277 Eka Mulyana, Erni Purbiyanti dan Indri Januarti TINGKAT OPTIMASI TENAGA KERJA PETANI NANAS DI DESA TANJUNG ATAP KECAMATAN TANJUNG BATU KABUPATEN OGAN ILIR ...... 278 – 283

vii

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN OBAT BERKELANJUTAN Wiratno Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jl. Tentara Pelajar No. 3, Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu Bogor 16111 - Jawa Barat Telp: 0251 - 8321879, 8327010; Fax: 0251 - 8327010 E-mail: [email protected]

ABSTRAK Meningkatnya kecenderungan masyarakat dunia akan produk pertanian yang bebas dari residu pestisida mendorong para ahli mempelajari kemungkinan substitusi penggunaan pestisida sintetis dengan pestisida yang lebih ramah terhadap lingkungan. Penggunaan pestisida sintetis seperti rodentisida, insektisida, molusisida, acarisida, fungisida dan nematisida yang kurang bijaksana mengakibatkan berbagai efek merugikan diantaranya timbulnya resistensi dan resurgensi hama, terbunuhnya serangga berguna seperti parasit, predator maupun penyerbuk, mengakibatkan pencemaran air, tanah dan udara yang pada akhirnya dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan yang tidak kalah pentingnya meninggalkan residu yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Sehubungan dengan hal tersebut sudah saatnya dicari alternatif metode pengendali lain yang memiliki efektifitas pengendalian setara dengan pestisida sintetis namun relatif lebih aman terhadap organisme hidup dan lingkungan. Pemanfaatan pestisida alami yaitu pestisida nabati dan BioPestisida diyakini mampu menjawab permasalahan residu dan degradasi lingkungan. Bahan aktif pestisida nabati tersusun dari senyawa sekunder tanaman sifatnya mudah terurai bila terpapar sinar matahari sehingga relatif tidak meninggalkan residu pada produk dan lingkungan. Penggunaan pestisida nabati memberikan efek ganda karena setelah diaplikasikan dan mengendalikan OPT, bahan aktifnya segera terurai dan dapat berfungsi sebagai pupuk sehingga dapat memperbaiki pertumbuhan dan meningkatkan produksi tanaman. BioPestisida merupakan musuh alami hama yang sifatnya spesifik hanya terhadap hama sasarannya saja sehingga relatif tidak membahayakan manusia dan lingkungan. Aplikasi BioPestisida dalam jangka panjang dapat memperbaiki keseimbangan ekosistem sehingga populasi hama dan penyakit dapat tertekan secara berkelanjutan. Pemanfaatan pestisida alami pada komoditas tanaman obat dapat menjamin ketersediaan bahan baku jamu yang bermutu tinggi yaitu bebas dari residu pestisida sehingga pasar produk-produk jamu terbuka lebar baik di dalam negeri maupun di pasar internasional. Kata kunci: Herbal, mutu tinggi, pestisida alami, residu

SUSTAINABLE CONTROL OF DISTURBER ORGANISM ON HERBS ABSTRACT The rising trend of the world community of agricultural products free of pesticide residues prompted experts to study the possibility of substitution for the use of synthetic pesticides with more environmentally friendly pesticides. The use of synthetic pesticides such as rodenticides, insecticides, mollusicides, acarisides, fungicides and nematisides is unwise resulting in the adverse effects of pest resistance and resurgence, the destruction of useful insects such as parasites, predators and pollinators, resulting in water, soil and air pollution disturbs the balance of the ecosystem and is no less

1 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” important to leave residues that are very harmful to human health. In relation to that, it is time to look for alternatives to other control methods that have effective controls equivalent to synthetic pesticides but relatively safer to living organisms and the environment. Utilization of natural pesticide that is vegetable pesticide and Bio- Pesticide believed to be able to answer problem of residue and environmental degradation. The active ingredients of vegetable pesticides composed of secondary plant compounds are easily biodegradable when exposed to sunlight so they leave relatively no residue on the product and the environment. The use of vegetable pesticides gives a double effect because once applied and controlling the pest, the active ingredients decompose immediately and can function as fertilizers so as to improve growth and increase crop production. Bio-Pesticide is a natural enemies of pests that are specific only to the target pest, so it is relatively harmless to humans and the environment. Bio-Pesticide applications in the long term can improve the balance of ecosystems so that pest populations and diseases can be depressed in a sustainable manner. Utilization of natural pesticides on medicinal plant commodities can guarantee the availability of high quality herbal raw materials that is free from pesticide residues so that the market of herbal products is wide open both domestically and in the international market. Keywords: Herbs, high quality, natural pesticides, residues

PENDAHULUAN Beberapa contoh obat tradisional yang sudah berkembang, bahkan beberapa Indonesia mempunyai peluang besar diantaranya sudah diakui secara inter- dalam mengembangkan tanaman obat, nasional dan terbukti manjur menurut karena didukung beberapa faktor, antara hasil penelitian para ahli di dalam dan di lain; (1) memiliki sumber kekayaan luar negeri adalah temulawak sebagai obat keanekaragaman hayati terbesar di dunia hepatitis, kumis kucing sebagai peng- (kedua setelah Brazil), sehingga masih hancur batu ginjal, daun katuk sebagai banyak peluang untuk menggali jenis jenis stimulator air susu ibu, mengkudu, lidah tanaman obat baru; (2) iklim yang buaya, mahkota dewa, daun mimba, memungkinkan bercocok tanam sepanjang bawang putih dan lainnya. Sebagian besar tahun, sehingga produksi dapat berke- (74%) dari tumbuhan tanaman obat yang sinambungan; (3) ketersediaan lahan yang digunakan oleh industri jamu diambil masih luas; (4) sosial budaya masyarakat langsung dari alam, selebihnya (26%) yang sudah terbiasa menggunakan dibudidayakan dalam skala terbatas, tanaman obat; (5) ekonomi masyarakat sehingga ketersediaan bahan baku dari dengan daya beli rendah pada umumnya, waktu ke waktu akan semakin sulit dilain pihak harga obat industri farmasi apabila tidak dilakukan budidaya tanaman yang relatif mahal, sehingga masyarakat obat dan hanya mengandalkan dari alam. lebih tertarik dengan obat tradisional; (6) obat tradisional menjadi alternatif Dalam budidaya tanaman obat tidak ketika industri farmasi sudah tidak lagi jarang timbul permasalahan adanya memberikan harapan kesembuhan; gangguan organisme pengganggu tanaman (7) pengusahaan obat tradisional dapat (OPT), dimana petani akan lebih memilih menyerap tenaga kerja karena pada cara yang praktis, mudah dan cepat umumnya dilakukan secara konvensional, terlihat hasilnya, yaitu penggunaan dan faktor lainnya. “pestisida kimia sintetis” yang sudah diketahui memberikan dampak negatif bagi kesehatan konsumen dan lingkungan.

2 Wiratno. 2017. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Obat … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 1 - 21

Salah satu contoh penggunaan pestisida bukannya berperan sebagai obat, namun kimia sintetis pada tanaman obat sebaliknya akan berperan sebagai diantaranya pada tanaman seledri yang pembawa bahan beracun. Oleh karena itu dikenal sebagai obat darah tinggi dan diperlukan suatu sistem pengendalian tomat yang dikenal memiliki anti oksidan OPT tanaman obat yang ramah yang tinggi (Gambar 1), sehingga lingkungan dan berkelanjutan, sehingga meninggalkan residu yang tinggi dan memberikan kesehatan terhadap membahayakan kesehatan, sehingga konsumen dan lingkungan.

a b

Gambar 1. Residu pestisida pada (a) seledri dan (b) tomat (Kardinan, 2014) BEBERAPA OPT ditemukan adanya serangan hama yang PADA TANAMAN OBAT DAN serius, namun dapat terserang penyakit CONTOH PENGENDALIANNYA busuk daun yang disebabkan oleh Erwinia chrysanthemi dan busuk pelepah daun Tumbuhan merupakan gudang bahan yang disebabkan oleh Sclerotium sp. kimia, berpuluh bahkan beratus bahan Pengendaliannya dilakukan dengan cara kimia terkandung di dalamnya, tetapi mengambil tanaman yang terinfeksi, fungsi atau peran setiap komponen belum kemudian dibakar di luar kebun agar tidak terungkap semuanya. Misalnya dikenal menjadi sumber penularan bagi tanaman istilah “produksi metabolit sekunder” sehat. Pencegahannya dilakukan dengan (secondary metabolic products) yang memperbaiki drainase agar kondisi kebun perannya beragam, ada yang bersifat tidak terlalu lembab dan meningkatkan sebagai racun, sehingga dimanfaatkan daya tahan tanaman melalui pemupukan sebagai bahan pelindung tumbuhan itu organik yang mengandung kalium relatif sendiri dari serangan OPT dan sebagai tinggi, seperti dari abu jerami dan bahan pestisida nabati, namun adapula sejenisnya. yang berperan sebagai obat dan digunakan untuk menanggulangi penyakit tertentu Contoh lainnya adalah serangan ulat (Kardinan, 2010). Oleh karena itu, Doleschallia polibete pada daun sebenarnya pada tanaman obat tidak handeuleum ( Graptophylum pictum ) yang terlalu banyak ditemukan kasus serangan dikenal sebagai obat wasir tradisional. OPT, namun demikian beberapa jenis Pengendalian yang telah dilakukan adalah tanaman obat ada yang mengalami dengan menggunakan insektisida nabati serangan OPT secara serius, misalnya mimba ( Azadirachta indica ) ataupun pada lidah buaya ( Aloe vera ) tidak piretrum ( Chrysanthemum cinerariae-

3 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” folium ). OPT pada mengkudu tidaklah solanacearum , penyakit yang disebabkan terlalu serius, namun beberapa OPT oleh nematoda dan hama lalat rimpang. banyak ditemui di lapangan walaupun Pada tanaman jahe saja, R. solanacearum tidak menimbulkan kerugian besar, dapat mengakibatkan kerugian yang besar. misalnya serangan kutu daun Pada petak pengamatan tanaman kencur di (Pseudococcus citri ) yang menyebabkan Sumedang tahun 2003, serangan penyakit daun muda tumbuh tidak normal dan layu bakteri dapat menghilangkan potensi sering juga didapati berada dalam buah, hasil sebesar 60% – 90%. Di samping ulat keket ( ), ataupun menyerang tanaman jahe, patogen ini juga belalang hijau ( Aularches miliaris ) yang menyerang tanaman obat lainnya. Dari memakan daun hingga bolong-bolong. literatur diketahui, R. solanacearum dapat Penggunaan bubur bordeuox yang terdiri menyerang lebih dari 250 jenis tanaman dari campuran belerang dan kapur sangat yang separuhnya adalah tanaman obat membantu menanggulangi serangan OPT seperti jahe, kunyit, kencur, temu lawak, ini. Mahkota dewa ( Phaleria papuana ) bangle, lempuyang, temumangga, dan merupakan tanaman obat yang sudah lengkuas (Supriadi, 2000). Beberapa jenis digunakan cukup luas dan memiliki OPT yang berbahaya pada tanaman khasiat yang beragam. Tanaman inipun rimpang dan perlu diwaspadai kebera- tidak luput dari serangan OPT, walaupun daannya disajikan pada Tabel 1. Kerugian tidak menimbulkan kerusakan yang serius, akibat serangan OPT pada tanaman yaitu terserang hama lalat buah rimpang dapat berupa kehilangan potensi (Bactrocera dorsalis ) yang menyebabkan produksi, menurunnya mutu produk, buah busuk dan berbelatung. Salah satu kontaminasi lahan sehingga tidak dapat cara pengendaliannya adalah dengan ditanami dengan tanaman yang sama menggunakan atraktan metil eugenol yang sampai waktu tertentu. diperoleh dari hasil penyulingan daun selasih ataupun Melaleuca bracteata . Pada tanaman temu-temuan, beberapa OPT dapat berasosiasi dengan OPT PADA TANAMAN OBAT R. solanacearum sehingga menimbulkan KELOMPOK RIMPANG kerugian yang lebih besar. OPT tersebut (TEMU-TEMUAN) adalah nematoda ( Meloidogyne spp. dan Radopholus similis ) dan lalat rimpang Beberapa tanaman obat dari kelompok (Mimegralla coeruleifrons; Eumerus rimpang (temu-temuan) yang sudah figurans ). OPT yang kadang-kadang dibudidayakan secara luas karena menimbulkan kerugian yang cukup berarti permintaan pasar yang cukup besar, antara adalah Phyllosticta sp. pada tanaman jahe. lain adalah jahe, kunyit, kencur dan temu Sedangan OPT yang secara ekonomis lawak. Dalam budidayanya sering dijum- dapat menurunkan kualitas produk pai kendala terutama gangguan OPT. sehingga dapat ditolak oleh importir Beberapa jenis OPT pada tanaman obat adalah nematoda Radopholus similis dan yang termasuk sangat berbahaya dan kutu perisai ( Aspidiella hartii ). Sedangkan dapat mengakibatkan kerugian yang OPT lainnya yang tidak terlalu berbahaya cukup berarti, karena menyebabkan adalah penyebab penyakit busuk rimpang produksi menurun, kualitas rendah, dan (Fusarium sp ., Sclerotium sp., Rhizoctonia bahkan gagal panen adalah penyakit layu sp.). bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia

4 Wiratno. 2017. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Obat … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 1 - 21

Tabel 1. Beberapa Jenis OPT pada Tanaman Obat Tanaman OPT Jenis Kerusakan Jahe Layu bakteri ( Ralstonia solanacearum ) Tanaman mati dan rimpang busuk Buncak akar ( Meloidogyne sp.), luka akar Akar luka sehingga penyerapan (Radopholus similes ) hara terganggu dan patogen tanah mudah masuk Bercak daun ( Phyllosticta sp. ) Daun kering, fotosintesis tidak optimal, tanaman kerdil Busuk kering rimpang (Sclerotium sp., Tanaman mati dan akar busuk Rhizoctonia sp., Fusarium sp. ) Lalat rimpang ( Mimegralla coeruleifrons, Rimpang keriput dan busuk Eumerus figurans ) Kutu perisai ( Aspidiella hartii ) Cairan tanaman dan rimpang terisap dan kering Kunyit Layu bakteri ( Ralstonia solanacearum ) Tanaman mati dan rimpang busuk Buncak akar ( Meloidogyne sp.), luka akar Akar luka sehingga penyerapan (Radopholus similis ) hara terganggu dan patogen tanah mudah masuk Bercak daun ( Colletotrichum sp.) Daun kering, fotosintesis tidak optimal Busuk kering rimpang ( Sclerotium sp. , Tanaman mati dan akar busuk Rhizoctonia sp., Fusarium sp.) Lalat rimpang ( Mimegralla coeruleifrons, Rimpang keriput dan busuk Eumerus figurans ) Kutu perisai (Aspidiella hartii ) Cairan tanaman dan rimpang terisap dan kering Kencur Layu bakteri ( Ralstonia solanacearum) Tanaman mati dan rimpang busuk Buncak akar (Meloidogyne sp.), luka akar Akar luka sehingga penyerapan (Radopholus similis ) hara terganggu dan patogen tanah mudah masuk Bercak daun ( Colletotrichum sp.) Daun kering, fotosintesis tidak optimal Busuk kering rimpang ( Sclerotium sp., Tanaman mati dan akar busuk Rhizoctonia sp., Fusarium sp. ) Lalat rimpang (Mimegralla coeruleifrons, Rimpang keriput dan busuk Eumerus figurans ) Kutu perisai (Aspidiella hartii ) Cairan tanaman dan rimpang terisap dan kering Temulawak Buncak akar ( Meloidogyne sp.), luka akar Akar luka sehingga penyerapan (Radopholus similes ) hara terganggu dan patogen tanah mudah masuk Bercak daun (Colletrotrichum sp.) Daun kering, fotosintesis tidak optimal Lalat rimpang (Mimegralla coeruleifrons, Rimpang keriput dan busuk Eumerus figurans ) Kutu perisai (Aspidiella hartii ) Cairan tanaman dan rimpang terisap dan kering

Serangan R. solanacearum akan akar dan rimpang mempermudah berakibat lebih parah bila berbarengan masuknya bakteri dan patogen tular tanah dengan nematoda ( Meloidogyne sp.) lainnya ke dalam jaringan tanaman serta karena luka akibat infeksi nematoda pada akan menarik lalat rimpang dewasa

5 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

(Mimegralla coeruleifrons, Eumerus yang menyerang jahe adalah bakteri layu figurans ) untuk meletakkan telur di sekitar Ralstonia solanacearum , jamur busuk tanaman. Larva muda lalat rimpang kering rimpang Fusarium oxysporum , memakan daging atau bagian dalam nematoda puru akar Meloidogyne rimpang sehingga rimpang menjadi incognita , jamur Sclerotium rolfsii , jamur keropos. bercak daun Phyllosticta sp., serta hama lalat rimpang ( Mimegralla coeruleifrons ), Diantara tanaman obat, jahe merupakan dan hama kutu rimpang Aspidiella hartii . salah satu komoditas yang menempati Serangan OPT tersebut dapat posisi penting dalam perekonomian menyebabkan kematian tanaman, Indonesia, karena merupakan empat besar pertumbuhan tanaman merana, rimpang tanaman obat yang banyak diminta untuk membusuk, rimpang untuk benih dan keperluan jamu, industri obat, bumbu dan lahan untuk musim tanam berikutnya ekspor (Pribadi, 2009). Rimpangnya terinfeksi oleh OPT (Gambar 1, 2 dan 3). dimanfaatkan sebagai bahan penyedap OPT tersebut ditularkan melalui tanah masakan, minuman, industri makanan atau yang terkontaminasi, benih rimpang minuman, industri jamu atau bahan obat, terinfeksi , aliran air, alat-alat pertanian, serta produk kosmetik dan perawatan hewan dan pekerja di lapangan. Di tubuh. Jahe mengandung senyawa yang Indonesia serangan penyakit layu bakteri disebut gingerol yang berkhasiat obat. dapat menyebabkan kehilangan hasil Sebagai obat, jahe memiliki efek sebagai rimpang jahe sampai 90 %. Oleh karena antiinflamasi, antipiretik, gastroprotektive, itu penyakit layu bakteri merupakan salah cardiotonic, antihepatoksik, antioksidan, satu kendala utama dalam budidaya antikanker, antiangiogenesis, dan anti- tanaman jahe. R. solanacearum sering arterosclerotic, antivirus. Masalah berasosiasi dengan nematoda. Serangan lambung, anti rematik, anti kanker, anti penyakit layu akan menjadi lebih berat pembengkakan, nyeri otot, batuk, nyeri dengan adanya serangan nematoda sendi, masuk angin, anti alergi, menjaga (Vilsoni et al ., 1979; Hayward, 1991). kondisi jatung, mabuk perjalanan, masalah Nematoda akan membuat luka pada akar pencernaan, meningkatkan kekebalan dan rimpang yang memudahkan bakteri tubuh. Pemanfaatan tanaman tersebut untuk menginfeksi tanaman. Menurut tidak saja dilakukan oleh masyarakat Mustika (1996) dan Nurawan et al ., tradisional di pedesaan, tetapi juga (1993), ada dua jenis nematoda yang masyarakat moderen di perkotaan, bahkan sering ditemukan ada pada tanaman jahe menjadi komoditas ekspor ke Eropa, yang juga terserang bakteri Amerika, Timur Tengah, Jepang, Asia R. solanacearum di daerah Jawa Barat, Selatan, Malaysia dan lain-lain. Sehingga Bengkulu, dan Sumatera Utara. Kedua komoditas ini dapat berperan dalam jenis nematoda tersebut adalah menumbuh-kembangkan perekonomian Meloidogyne sp. dan Radopholus similis. masyarakat Indonesia. Semakin pesatnya kegiatan industri obat-obatan modern, Disamping nematoda, lalat rimpang tradisional dan industri-industri lain yang (Mimegralla coeruleifrons ) juga sering bermunculan dengan menggunakan bahan ditemukan pada tanaman jahe yang baku jahe menyebabkan permintaan terserang R. solanacearum. Di India juga komoditi ini cenderung meningkat dari dilaporkan bahwa lalat rimpang sering tahun ke tahun. berasosiasi dengan R solanacearum (Jacob, 1980). Lalat rimpang tersebut Kendala dalam budidaya dan produksi diduga yang membuat luka pada tanaman jahe adalah, serangan organisme peng- jahe, sehingga membantu bakteri untuk ganggu tanaman (OPT) dan rendahnya menginfeksi dan masuk kedalam jaringan ketersediaan benih bermutu. OPT utama tanaman jahe. Di Indonesia, jenis

6 Wiratno. 2017. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Obat … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 1 - 21

nematoda yang sering menyerang dan Indonesia. Pada kondisi tertentu, misalnya merugikan adalah nematoda puru akar kelembaban yang tinggi, atau menanam Meloidogyne spp. dan nematoda pelubang jahe di daerah yang berlembah sehingga akar R. similis ; karena tingkat populasi tanaman menjadi agak ternaungi, serangan dan frekwensi keberadaannya cukup cendawan pada daun menjadi masalah tinggi. Di India, M. incognita dan yang serius. Beberapa cendawan yang R. similis merupakan spesies yang penting dilaporkan ditemukan menyerang daun pada jahe (Sheela et al ., 1995). pertanaman jahe di Indonesia adalah: Cercospora (Boedijn, 1960; Semangun, Di Fiji, serangan R. similis pada jahe 1992), Phyllosticta (Semangun, 1992; dapat mengurangi produksi sebesar Rachmat, 1993), Phakopsora (Boedijn, 40% (Williams, 1980); sedangkan 1960; Rachmat, 1993; Wahyuno et al. Meloidogyn e spp. di Queensland 2003) dan Pyricularia sp. (Siswanto et al. dilaporkan dapat mengurangi hasil sampai 2008). Hingga saat ini, pengetahuan 57% (Pegg et al. , 1974). Selain itu, mengenai ekobiologi cendawan-cendawan kehilangan hasil jahe yang lebih besar tersebut masih sangat terbatas. Hasil dapat terjadi apabila bakteri Ralstonia survey OPT jahe yang dilakukan bersama solanacearum terdapat bersama-sama Ditjen Perlindungan Hortikultura di tiga dengan nematoda R. similis atau lokasi di Jawa dan Sumatra pada tahun Meloidogyne spp., dimana jumlah 2008, berdasarkan model gejala yang tanaman layu meningkat dan terjadinya terlihat ada indikasi variasi jenis layu lebh cepat (Mustika dan Nurawan, cendawan yang dominan di tiap lokasi 1992). Luka akibat tusukan stilet yang dikunjungi (Siswanto et al . 2008). nematoda mempermudah infeksi bakteri Kondisi lingkungan, umur tanaman dan patogen ke dalam jaringan akar dan jenis jahe yang ditanam mempengaruhi rimpang (Mustika, 1992). kerusakan dan jenis cendawan yang dominan di suatu daerah. Penyakit bercak daun jahe ditemukan hampir di semua sentra produksi jahe di

a b c Gambar 2. Pertanaman jahe terserang penyakit layu oleh bakteri Ralstonia solanacearum (a); rimpang jahe busuk oleh serangan bakteri layu (b), dan penyakit bercak daun oleh jamur Phyllosticta sp. (c). Di Indonesia, penyakit busuk rimpang (Mulya dan Oniki, 1990); Fusarium sp. atau disebut juga penyakit kuning akhir- relatif dominan selain jamur-jamur akhir ini menjadi kendala dalam budidaya kontaminan yang umum yaitu Aspergilus , jahe di sentra-sentra jahe di Jawa. Rhizhopus dan Penicillium Penyebab busuk rimpang diduga (Miftakhurohmah dan Noveriza, 2009. disebabkan oleh beberapa jenis cendawan, Semangun (1989; 1992) dan Soesanto antara lain kelompok Rhizoctonia sp. et al. 2003 menyatakan Fusarium

7 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” oxysporum Schlecht f. sp. zingiberi jahe dan dapat menimbulkan kerusakan Trujillo sebagai penyebab utama busuk secara luas khususnya pada pertanaman rimpang jahe. Di India dan Australia jahe di dataran tinggi (Dobroo, 200 ) cendawan Phytium merupakan jenis yang demikian juga di Australia. dominan menyebabkan busuk rimpang

a b c Gambar 4. Gejala penyakit busuk rimpang oleh jamur Sclerotium sp. (Kiri); Rimpang jahe terserang hama kutu perisai Mimegralla coeruleifrons (Tengah); dan rimpang jahe terserang lalat rimpang Aspidiella hartiii (Kanan). PENGENDALIAN OPT pengolahan tanah, jarak tanam, BERKELANJUTAN monitoring, sanitasi, penyiangan gulma dan lain-lain). Pengelolaan OPT pada tanaman obat 4. Rotasi tanaman yang berbeda famili, umumnya dan rimpang khususnya agar tidak menjadi inang yang sama haruslah yang bersifat ramah lingkungan, bagi OPT. karena produk ini dikonsumsi sebagai 5. Memanfaatkan semaksimal mungkin obat manusia. Komponen pengendalian musuh-musuh alami dari OPT OPT berkelanjutan dan ramah lingkungan 6. Menggunakan pengendalian pada tanaman obat fisik/mekanik 1. Menggunakan benih unggul/varietas- 7. Penggunaan pestisida alami, baik itu varietas tahan berupa pestisida nabati, pestisida 2. Mengusahakan pertumbuhan tanaman hayati ataupun bahan mineral sehat (belerang dan lainnya). 3. Menerapkan teknik-teknik budidaya standar (pupuk organik, mulsa,

Tabel 2. Beberapa Contoh Agens Hayati untuk Pengendalian Opt pada Tanaman Obat Pestisida Hayati OPT Sasaran Mekanisme Kerja (Musuh Alami) Bakteri antagonis ( Pseudomonas Bakteri layu Kompetisi fluorescens,P.cepacia, Bacillus sp .) (Pseudomonas solanacearum) Bakteri Pasteuria penetrans Nematoda buncak akar Spora bakteri penetrasi ke (Meloidogyne spp.), dan dalam tubuh nematoda dan Radopholus similis mengkolonisasi Jamur penjerat nematoda Meloidogyne spp . Menjerat larva nematoda (Arthrobotrys sp., Dactylaria sp. dan Dactylella sp.) Trichopria (Diapridae; Mimegralla. Parasitoid larva-pupa, Hymenoptera ), Beauveria bassiana Coeruleifrons menginfeksi larva Encyrtidae dan Eupelmidae Aspidiella hartii Parasitoid nimfa- dewasa (Hymenoptera) betina

8 Wiratno. 2017. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Obat … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 1 - 21

Tabel 3. Beberapa Contoh Pestisida Nabati untuk Pengendalian OPT Rimpang Jenis Tanaman Kandungan Sifat Racun (Bagian Berkhasiat) Bahan Aktif Cengkeh (Syzygium aromaticum ) Eugenol Insektisida, fungisida, bagian daun dan bunga nematisida, bakterisida Mimba (Azadirachta indica ) bagian Azadirachtin Insektisida, fungisida, daun dan biji nematisida, bakterisida Serai wangi (Cymbopogon nardus ) Sitronela Insektisida, fungisida, nematisida, bakterisida Tembakau (Nicotiana tabacum ) Nikotin Insektisida Akar tuba (Deris eliptica ) Rotenon Insektisida Selasih (Ocimum spp.) Metil eugenol Atraktan lalat buah Piretrum (Chrysanthemum Piretrin Insektisida cinerariaefolium ) Sumber: Kardinan (2013) Tabel 4. Beberapa Contoh Formula Pestisida Biopestisida yang Dihasilkan Balittro

Nama formula Jenis pestisida Neem plus Insektisida dan frungisida Mimba Insektisida Piretrum Insektisida Atlabu Atraktan lalat buah ME Sticky Trap Lem perangkap lalat buah Bioprotektor Insektisida CEES Insektisida dan fungisida Cespleng Insektisid dan fungisida BioFob Fungisida Beauverin Insektisida Metarhin Insektisida

TINDAKAN PENCEGAHAN menjadi lebih baik. Lahan lain yang PREVENTIVE mungkin bebas patogen adalah lahan yang belum pernah ditanami tanaman jahe atau Lahan Bebas Patogen lahan yang ditanami tanaman yang bukan inang R. solanacearum dalam jangka Lahan bebas patogen merupakan waktu lama. Penanaman jahe secara persyaratan utama dalam pencegahan berturut-turut pada lahan yang sama terjadinya penyakit layu. Hasil sebaiknya dihindari. Ada indikasi bahwa pengamatan di lapang dan analisa di jahe yang ditanam pada lahan bekas laboratorium menunjukkan bahwa ada tanaman sambiloto lebih sehat dan beberapa jenis lahan yang berpotensi terhindar dari serangan layu bakteri. bebas dari patogen diantaranya adalah Namun fenomena ini masih perlu diteliti lahan bekas sawah beririgasi teknis. lebih lanjut Supriadi et al. (2007). Rotasi R. solanacearum bersifat aerobik, tanaman juga dapat dilakukan untuk sehingga tidak tumbuh pada keadaan mengurangi populasi patogen di dalam kondisi an aerob seperti di lahan sawah. Jahe membutuhkan kondisi lahan dengan tanah. aerasi yang baik, sehingga pada lahan Benih Sehat bekas sawah yang akan ditanami jahe, tanah dibawah lapisan olahnya harus Untuk mencegah terjadinya penyakit dipecah terlebih dahulu agar aerasinya layu bakteri, maka penanaman benih yang

9 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” sehat sangat diperlukan. Sortasi benih karena itu penelitian dalam rangka harus dilakukan sejak awal pada waktu mencari varietas jahe yang tahan sangat benih masih di lapangan dan sebelum diperlukan. Sampai saat ini belum ada ditanam. Sumber benih harus dari jenis jahe yang tahan terhadap penyakit tanaman yang sehat. Rimpang yang layu bakteri. Jenis jahe putih besar yang digunakan untuk benih harus yang sudah biasa dibudidayakan di Indonesia sangat cukup tua dan berwarna mengkilat. rentan terhadap R. solanacearum . Perlakuan benih dengan antibiotik atau Pengujian klon-klon jahe yang ada di pestisida dapat dilakukan untuk Indonesia terhadap R. solanacearum membunuh patogen yang mungkin belum pernah dilakukan. Rostiana et al . terbawa pada permukaan benih rimpang (1991) telah mengoleksi 28 nomor jahe jahe. Caranya dengan merendam rimpang dari berbagai lokasi di Indonesia, namun jahe dalam larutan agrimicin 2.5 g/l tingkat ketahanan klon-klon jahe tersebut selama 2 – 3 jam yang selanjutnya terhadap R. solanacearum belum dikering anginkan sebelum ditanam. Hasil diketahui. Indrasenan et al . (1982) penelitian Hartati dan Supriadi (1994) melaporkan bahwa dari 30 klon jahe lokal menunjukkan bahwa larutan antibiotik di India yang diuji tidak ada yang tahan agrimicin tidak dapat diserap oleh lapisan terhadap R. solanacearum. kulit luar rimpang jahe, namun dapat membunuh patogen yang terbawa di Penelitian dalam rangka mencari permukaan kulit rimpang jahe. Menurut varietas jahe yang tahan sudah dilakukan Asman dan Hadad (1989) perlakuan di Balittro yaitu dengan memperbanyak agrimisin dan abu sekam dapat variasi genetik jahe dengan teknik radiasi menghambat gejala penyakit layu bakteri yang hasilnya diperoleh beberapa nomor di lapang. Selain itu sebelum ditanam tanaman jahe yang lebih tahan terhadap benih jahe dapat dicelupkan pada larutan inokulasi R. solanacearum dalam kondisi campuran pestisida Dithane, Talk, dan di rumah kaca (Ika Mariska komunikasi Mancozeb. pribadi). Hasil penelitian secara in vitro telah diperoleh beberapa somaklon jahe Penyebaran penyakit layu bakteri pada yang tahan terhadap inokulasi tanaman jahe terutama disebabkan karena R. solanacearum secara buatan di rumah penggunaan benih yang telah terinfeksi. kaca. Somaklon tersebut selanjutnya akan Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan diuji ketahanannya di lapangan di daerah benih jahe perlu dilakukan. Untuk endemik penyakit layu. mendeteksi patogen dalam rimpang jahe yang akan digunakan sebagai benih dapat Sanitasi dilakukan dengan teknik ELISA. Hasil Sanitasi harus dilakukan secara ketat penelitian Supriadi et al. (1995) dari awal. Sanitasi tidak efektif apabila menunjukkan bahwa dari sampel benih dilakukan pada saat serangan sudah jahe yang diamati yang dikoleksi dari meluas dan parah. Tanaman jahe yang beberapa daerah di Jawa Barat, 5% terserang di lapang harus segera dicabut diantaranya sudah mengandung bakteri R. dan dimusnahkan dengan cara dibakar. solanacearum . Selanjutnya lubang bekas tanaman yang Tanaman Tahan sakit disiram dengan antibiotik atau ditaburi dengan kapur. Penanaman jenis jahe tahan merupakan cara yang paling efektif untuk Pengelolaan Lingkungan mengendalikan penyakit layu. Namun Penyakit layu akan berkembang dengan sampai saat ini belum ada jenis jahe yang baik pada kondisi kebun yang lembab dan tahan terhadap penyakit tersebut. Oleh panas, sehingga penyakit tersebut sering

10 Wiratno. 2017. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Obat … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 1 - 21

terjadi di daerah-daerah Tropis humid dan Pengendalian penyakit bisa dilakukan Sub tropis. Untuk mencegah timbulnya misalnya dengan pestisida baik yang penyakit, maka pengelolaan lahan dan berupa pestisida kimia sintetik maupun lingkungan perlu dilakukan untuk pestisida alami. Namun pestisida kimia menjaga agar kondisi di kebun tidak sintetik sangatlah mahal, sehingga terlalu lembab, misalnya dengan mengatur pestisida alami merupakan suatu alternatif jarak tanam, menyiangi gulma disekitar yang lebih murah dan juga efektif. Hasil tanaman jahe, karena ada beberapa jenis beberapa penelitian menunjukkan bahwa gulma yang bisa menjadi inang dari minyak atsiri merupakan bahan alami dari R. solanacearum . Selain itu irigasi kebun tanaman yang berpotensi untuk digunakan harus diperhatikan agar lahan mempunyai sebagai pestisida nabati. Hasil penelitian drainase yang baik. Apabila ada areal Hartati et al. (1993) menunjukkan bahwa yang terinfeksi sebaiknya dibuat selokan minyak cengkeh dan serai wangi dapat yang membatasi dengan areal yang masih menghambat pertumbuhan R. sehat untuk mencegah penularan penyakit solancearum secara in vitro. Hartati et al. melalui akar, tanah, dan air. (1993) juga melaporkan bahwa pada uji in vitro minyak daun cengkeh lebih efektif Untuk mencegah masuknya patogen ke terhadap R. solanacearum dibandingkan daerah yang masih sehat, maka semua dengan komponennya eugenol dan serbuk pekerjaan di kebun yang dilakukan baik cengkeh. Supriadi et al. (2008) oleh manusia maupun hewan sebaiknya melaporkan bahwa minyak kayu manis, dimulai dari daerah yang masih sehat cengkeh, serai wangi, serai dapur, nilam, selanjutnyta berjalan kearah daerah yang jahe, kunyit, laos, temu lawak, dan adas sudah terinfeksi. Demikian juga alat-alat dapat menghambat pertumbuhan bakteri pertanian yang akan digunakan harus R. solanacearum secara in vitro). dibersihkan terlebih dahulu sebelum dan Sementara hasil dari percobaan pot setelah digunakan. menunjukkan bahwa formula EC (6%) campuran dari minyak cengkeh dan kayu Pengendalian Penyakit di Lapangan manis dapat menekan perkembangan Apabila usaha pencegahan sudah penyakit layu pada jahe sampai 65 % pada dilakukan namun penyakit masih timbul umur tanaman 7 bulan. Sedang pengujian di lapangan, maka perlu dilakukan di lapangan menunjukkan bahwa formula pengendalian. Sampai saat ini belum ada EC 2 % minyak cengkeh dan kayu manis cara pengendalian yang efektif, sehingga mampu menekan perkembangan penyakit pengendalian terpadu merupakan cara dengan efikasi sebesar 35 % sampai pada yang paling bijaksana untuk dilakukan. umur tanaman 7 bulan (Hartati et al. Pengendalian terpadu harus dilakukan 2009). sesuai dengan jenis tanamannya, jenis Pupuk kandang yang diperkaya dengan patogen, dan pengetahuan mengenai cara mikroba dekomposer juga dapat bertahan hidup dan penyebaran digunakan sebagai cara alternatif untuk (ekobiologi) patogennya (Hayward, mengendalikan penyakit layu bakteri pada 1985). Untuk tanaman yang menghasilkan tanaman jahe. Menurut Hartati et al. umbi seperti kentang, penggunaan varietas (2009), pemberian pupuk hayati yang tahan sangat diperlukan dengan berupa pupuk kandang yang diperkaya pengetahuan mengenai faktor-faktor yang dengan mikroba dekomposer ( Bacillus berperanan terhadap potensi inokulum, pantotkenticus dan Trichoderma lactae ) sisa-sisa tanaman sakit, populasi patogen dapat mengurangi intensitas serangan di tanah, dan asosiasinya dengan tanaman penyakit sebesar 54% dibandingkan inang alternatif, dan sebagainya. dengan pemberian pupuk kandang biasa.

11 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Pengendalian Nematoda Parasit Penggunaan Pestisida Pengendalian nematoda parasit jahe Ray et al. (1995) melaporkan bahwa dapat dilakukan secara terpadu melalui aplikasi carbofuran pada tanah dengan pemilihan benih rimpang sehat, dosis 3kg/ha yang dilakukan pada saat pemulsaan, perlakuan air panas pada 3 minggu setelah tanam jahe dapat benih rimpang penggunaan bahan kimia mengurangi kehilangan hasil oleh toksik (pestisida) dan pemanfaatan musuh Meloidogyne incognita sampai 26,3% dan alami nematoda parasit jahe. mengurangi index puru akar oleh nematoda pada tanaman kontrol cukup Pemilihan Benih Rimpang Sehat tinggi dibandingkan tanpa perlakuan. Harni (1999) melaporkan bahwa semua Rimpang yang terinfeksi nematoda produk jarak yang diuji (ekstrak daun, biji, merupakan sumber utama dari penyebaran bungkil dan minyak) pada konsentrasi 5%, nematoda yang lebih luas di lapang.Cara dapat menekan populasi Meloidogyne spp. terbaik untuk mengendalikan penyakit pada jahe di rumah kaca sekitar 59,66% – oleh nematoda adalah dengan penggunaan 70,20%. Aplikasi mimba pada jahe rimpang sehat bebas nematoda untuk terserang nematoda Meloidogyne sp. di bahan tanaman dan menyingkirkan lapang menekan gejala puru akar sampai rimpang-rimpamng benih yang 91,73% (Djiwanti dan Balfas, 2010). menunjukan gejala luar serangan nematoda. Pengendalian Hayati Pemulsaan Hasil penelitian terakhir menunjukkan formulasi rhizobakteri Pasteuria Mulsa daun-daun hijau sebanyak 2 penetrans dapat menekan serangan dan 2,5 kg/m seperti daun mahaneem ( Melia populasi M. incognita dan R. similis pada azadirachta ), karanj ( Pongamia glabra ) tanaman jahe (Mustika, 1998; Harni dan and mangga ( Mangifera indica ). Mulsa Mustika, 2000). Jamur penjerat nematoda diaplikasikan pada saat tanam dan diulang (Arthrobotrys sp., Dactylaria sp. dan selama masa pertumbuhan, selain dapat Dactylella sp.) dibiakkan pada media meningkatkan tingkat pertumbuhan, jagung dan diaplikasikan pada jahe untuk jumlah tillers dan hasil, juga dapat bersifat pengendalian nematoda Meloidogyne spp. nematisidal (Das, 1999). Di Queensland, (Harni dan Mustika, 2000). pemberian serbuk gergaji dengan ketebalan 5-7,5 mm dapat menekan Pengendalian Terpadu perkembangan nematode (Pegg et al. 1974). Djiwanti dan Balfas (2010) melaporkan bahwa perlakuan air panas 50 oC 10 menit Perlakuan Air Panas pada rimpang jahe sebelum tanam diikuti dengan pemberian tepung biji mimba 30 g Selain itu, perlakuan air hangat pada per tanaman setelah tanam di lapang rimpang jahe dapat menekan serangan memberikan hasil terbaik dalam menekan nematoda di pertanaman (Pegg et al . gejala puru Meloidogyne sp. pada rimpang 1974). Perlakuan air panas 50ºC selama (100%) dan meningkatkan hasil sampai 10 menit pada rimpang-rimpang benih 107,23%. Sedangkan perlakuan rimpang sebelum tanam, efektif mengurangi benih dengan carbosulfan ST sebelum jumlah puru per rimpang sebesar 96,17% tanam diikuti pemberian tepung biji (Djiwanti dan Balfas, 2010). mimba sesudah tanamn menekan puru pada rimpang sebesar 93,10% dan meningkatkan hasil 85,45%.

12 Wiratno. 2017. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Obat … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 1 - 21

Pengendalian Penyakit Bercak Daun evaluasi. Tanaman jahe dibawah usia kurang dari lima bulan merupakan periode Sifat jamur ini tular udara membuat yang peka terhadap serangan bercak daun. pengendalian secara individu kurang Di waktu mendatang aplikasi fungsida efektif, karena sumber inokulum (penular) selain memperhatikan dosis dan interval, dapat berasal dari tanaman jahe ada di juga perlu memperhatikan fisiologi tempat lain. Di lapang secara sepintas tanaman. jahe merah relative toleran terhadap serangan pathogen penyebab bercak daun Pengendalian terpadu yang dapat baik dari jenis Phyllosticta maupun dianjurkan untuk menekan serangan Pyricularia, tetapi sampai saat ini belum bercak daun adalah melakukan ada varietas jahe yang tahan terhadap penanganan dan seleksi benih, melakukan bercak daun pengolahan tanah untuk membenamkan sisa-sisa daun jahe terserang, mengatur Kultur teknis jarak tanam, pemupukan sesuai SOP, sanitasi apabila ada tanaman terserang, Tindakan kultur teknis tetap dianjurkan monitoring secara rutin dan aplikasi untuk menekan sumber inokulum yang fungisida apabila diperlukan. Greer dan berasal dari salah satu lahan, antara lain; Webster (2001) menganggap tiga sanitasi yaitu membuang sisa-sisa komponen penting dalam pengelolaan tanaman yang telah terserang berat, blast pada padi di California agar berhasil, melakukan pemupukan yang benar untuk yaitu (a) adanya varietas tahan, meningkatkan ketahanan dan dan (b) aplikasi fungisida yang tepat waktu mengurangi dampak kerusakan, serta dan (c) penanganan sisa-sisa tanaman mengatur kelembaban dengan jarak tanam yang terserang Pyricularia. Long et al. atau mengurangi naungan apabila ada. (2001) juga telah membuktikan infestasi Tindakan pengolahan tanah untuk biji padi yang telah terinfeksi Pyricularia memperlancar drainase juga dapat pada lahan perlakuan dapat meningkatkan dilakukan untuk mengurangi kelembaban jumlah daun yang terserang dan udara atau atau memberi mulsa untuk selanjutnya mendukung terjadinya mengurangi penguapan yang berlebih. perkembangan epidemi Pyricularia pada Fungisida lahan tersebut (Long et al. , 2001). Fungsida bersifat kontak dengan bahan Pengendalian Penyakit Busuk Rimpang aktif mancozeb, serta fungisida dengan Saran pengendalian yang dianjurkan bahan aktif minyak cengkeh dan serai adalah menggunakan benih jahe yang dapur juga efektif saat diuji di sehat dan perendaman ke dalam fungisida laboratorium (Wahyuno et al. 2009). Di perlu dilakukan untuk mencegah lapang, waktu aplikasi dan kemampuan penyebaran pathogen yang terbawa benih fungisida bertahan pada permukaan daun di lapang.Fungsida dengan bahan aktif menjadi krusial dalam keberhasilan mancozeb, metiltiofanat, atau fungisida pengendalian bercak daun khususnya di lainnya yang bekerja secara kontak dapat daerah dengan curah hujan tinggi.Di digunakan. Mengurangi lalu-lalang di beberapa daerah, petani banyak tidak pertanaman jahe di lapang untuk melakukan aplikasi fungsida secara teratur menghindari penyebaran; monitoring karena mahalnya harga aplikasi fungisida. secara berkala disertai sanitasi dan Pengetahuan fisiologi tanaman khususnya eradikasi perlu untuk menghindari saat terjadinya pengisian rimpang dan penyebaran lebih luas. waktu aplikasi sedang dalam tahap

13 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

DAFTAR PUSTAKA dan Bakteri Antagonis terhadap Penyakit Layu pada Tanaman Jahe. Asman, A. dan E.A. Hadad. 1989. Prosiding Simposium V Penelitian dan Pemberian Agrimisin, Abu Sekam, Pengembangan Perkebunan. Bogor, 14 Ekstrak Bawang Merah, dan Bawang Agustus. Hal: 233 – 238. Putih pada Tanah Terkontaminasi Hartati, S.Y., Supriadi, R. Harni, Pseudomonas solanacearum untuk Gusmaini, N. Maslahah dan N. Pertanaman Jahe. Bulletin Littro, 4: 64 Karyani. 2009. Pemanfaatan agensia – 69. dan pupuk hayati untuk mengendalikan Boedijn, K.B. 1960. The Uredinales of penyakit layu pada tanaman jahe. Indonesia . Nova Hedwigia I (3-4): 463 Prosiding Simposium V. Penelitian dan – 494. Pengembangan Perkebunan. Bogor Das, N. 1999. Effect of Organic Mulching Bogor, 14 Agustus. p: 451-454. on Root-Knot Nematode Population, Hartati, S.Y. dan Supriadi. 1994. Systemic Rhizome Rot Incidence and Yield of Action of Bactericide Containing Ginger . Ann. Plant Protect, Sci., Vol. 7 Oxytetracycline and Streptomycin (1): 112 – 114. Sulphate in Treated Ginger Rhizomes . Djiwanti, S.R. dan R. Balfas. 2010. The Journal of Spice and Medicinal Crops, Effect of Seed Treatment on Ginger Vol. 3 (1): 7 – 11. Plant Parasitic Nematode and Scale Hartati, S. Y., E. M. Adhi, A. Asman, dan Insect Population Development in the N. Karyani. 1993. Efikasi eugenol, Field . Programs and Abstracts minyak, dan serbuk cengkeh terhadap “International Conference and Talk bakteri Pseudomonassolanacearum . Show on Medicinal Plant.Effective, Prosiding Seminar Hasil Penelitian Safe and Qualified Herbal Medicine dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida for Diabetes Mellitus Treatment. Nabati.Bogor 1-2 Desember. Hal: 43 – Jakarta, 19 - 21 Oktober 2010. Hal: 22. 48. Dobroo, N.P. Diseases of ginger. (Eds.) Hartati, S. Y., E. M. Adhi, dan N. P.N. Ravindran dan K.N. Babu.In Karyani. 1993. Efikasi minyak Ginger. The genus Zingiber.CRC cengkeh dan serai wangi terhadap Press. Boca Ratton, London. 305-365 Pseudomonas solanacearum . Prosiding pp. Seminar Hasil Penelitian dalam Greer, C.A. dan R.K. Webster. 2001. Rangka Pemanfaatan Pestisida Occurence, distribution, epidemiology, Nabati.Bogor 1-2 Desember. Hal: 37 – cultivar reaction and managementof 42. rice blast disease in California. Plant Hayward, A.C. 1985. Bacterial Wilt Disease 85: 1096 – 1102. Caused by Pseudomonas Harni, R. 1999. Pengaruh Ekstrak Daun, solanacearum: in Asia and Australia. Biji, Bungkil Dan Minyak Jarak An overview . In G. J. Persley (ed), terhadap Meloidogyne sp. pada Bacterial wilt disease in Asia and The Tanaman Jahe. Prosoding Forum South Pasific. Proceeding of An Komunikasi Ilmiah Pemanfaatan International Workshop.Held at Pestisida Nabati. Hal. 440 – 446. PCARRD, Los Banos. Philippines, Harni, R. dan I. Mustika. 2000. Pengaruh October. ACIAR Proceeding No. 3. Bakteri Pasteuria penetrans terhadap Hal: 15 – 24. Nematoda Buncak Akar (Meloidogyne Hayward, A. C. 1991. Biology and spp.). Prosiding Kongres Nasional XV Epidemiology of Bacterial Wilt Caused dan Seminar Ilmiah PFI. Purwokerto. by Pseudomonas solanacearum. Hal: 420 – 427. Annual Review of Phytopathology, Hartati, S.Y., Supriadi, dan N. karyani. Vol. 29: 65 – 87. 2009. Efikasi Formula Minyak Atsiri

14 Wiratno. 2017. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Obat … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 1 - 21

Indrasenan, G., K.V. Kumar, J. Mathew, Notification Jahe Ekspor. Jakarta, 209 dan M.K. Mammen. 1982. Reaction of Maret. Different Types of Ginger to Bacterial Mustika, I. dan A. Nurawan. 1992. Wilt Caused by Pseudomonas Pengaruh Radopholus similis dan solanacearum (Smith) Smith . Pseudomonas solanacearum terhadap Agriculture Research Journal. Karala Pertumbuhan Jahe. Bulletin Littri, (4): 20: 73 – 75. 37 – 41. Jacob, S.A. 1980. Pest of Ginger and Nurawan, A, I. Mustika dan E.A. Hadad. Turmeric and Their Control . 1993. Nematoda Pencemar Rimpang Pesticides, Vol. 14 (11): 36 – 40. Jahe. Media Komunikasi Tanaman Kardinan, A. 2010. The Potential of Industri, Vol. 11: 46 – 47. Fennel Essential Oil (Foeniculum Pegg, K.G. and Moffett, M.L. 1971. Host vulgare) As an Active Ingredient for Range of the Ginger Strain of Lotion of Anti Aedes aegypti Mosquito . Pseudomonas solanacearum in Badan Litbang Pertanian. Queensland . Australian Journal of Kardinan, A. 2013. Pestisida Nabati. Experimental Agriculture Husbandary Badan Litbang Pertanian. 11: 696 – 698. penanggulangannya. Kardinan, A. 2014. Prinsip dan Teknologi Edisi Khusus Littro VII: 43-48. Pertanian organik. Badan Litbang Pribadi, E.R. 2009. Pasokan dan Pertanian. Permintaan Tanaman Obat Indonesia Long, D.H., J.C. Crrell, F.N. Lee dan D.O. serta Arah Penelitian dan TeBest. 2001. Rice Blast Epidemics Pengembangannnya. Perspektif, Vol. 8 Initiated by Infested Rice Grain on the (1): 52 – 64. Soil Surface . Plant Diseases. 85: 612 – Rachmat, A. 1993. Rust of Zingiber 616. ottensii . (Eds) T. Kobayashi, M. Oniki, Miftakhurohmah dan R. Noveriza. 2009. K. Matsumoto, D. Sitepu, D. Deteksi Cendawan Kontaminan pada Manohara, M. Tombe, S.R. Djiwanti, Sisa Benih Jahe Merah dan Jahe Putih A. Nurawan, D. Wahyuno, S.B. Kecil. Bul. Littro 20: 167 – 172. Nazarudin. Diagnostic manual for Mulya, K. dan M. Oniki. 1990. Industrial Crop Diseases in Indonesia. Pathogenicity Test of Rhizoctonia sp. JICA-ISMECRI. to Ginger and Fungicide Test to Rachmat, A. 1993. White leaf blight. Pathogen. Fungal Disease of Industrial Eds) T. Kobayashi, M. Oniki, K. Crops (ATA-380) Interium Technical Matsumoto, D. Sitepu, D. Manohara, Report: 29 – 31. M. Tombe, S.R. Djiwanti, A. Nurawan, Mustika, I. 1992. Plant Parasitic D. Wahyuno, S.B. Nazarudin. Nematodes Associated With Ginger Diagnostic manual for Industrial Crop (Zingiber officinale Rosc) in North Diseases in Indonesia. JICA- Sumatera . Journal of Spice and ISMECRI. Medicinal Crop I (1): 38 – 40. Ray, S., K.C. Mohanty, S.N. Mohapatra, Mustika, I. 1998. Pemanfaatan bakteria P.R. Patnaik dan P. Ray. 1995. Yield Pasteuria penetrans untuk Losses in Ginger (Zingiber officinale mengendalikan nematoda Meloidogyne Rosc.) and Turmeric (Curcuma longa incognita dan Radopholus similis . L.) due to Root Knot Nematode Laporan RUT. Dewan Riset Nasional. (Meloidogyneincognita). J. Spices 82 pp. Aromatic Crops, Vol. 4 (1): 67 – 69. Mustika, I. 1996. Masalah Nematoda pada Rostiana, O., A. Abdullah, Taryono, dan Tanaman Jahe. Pertemuan teknis E. A. Hadad. 1991. Jenis-jenis tanaman Pembahasan Masalah Emergency jahe. Edisi Khusus Littro. VII: 7 – 10.

15 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Supriadi, 2006. Pengaruh OPT Utama Supriadi, S. Y. Hartati, Makmun, dan N. terhadap Penurunan Mutu Benih Karyani. 2008. Aktivitas biologi Rimpang. Makalah disampaikan pada formula minyak atsiri cengkeh– Workshop Penyusunan dan kayumanis terhadap Ralstonia Penyempurnaan Standar Mutu Benih solanacearum pada jahe. Prosiding Hortikultura, Hotel Horison Bandung, Seminar Nasional Pengendalian 6 – 9 Juni 2006. Direktorat Perbenihan terpadu Organisme Pengganggu dan sarana Produksi, Direktorat Tanaman Jahe dan Nilam.Bvogor 4 Jenderal Hortikultura November.p: 55-60. Semangun, H. 1989. Penyakit-penyakit Supriadi. 1994. Characteristic of Tanaman Hortikultura di Indonesia. Pseudomonas solanacearum from Gadjah Mada Univ Press. Yogyakarta. ginger. Simposium Tanaman Industri Semangun, H. 1992. Host Index of Plant II. Cipayung, 21-23 November 1994: 7 Diseases in Indonesia . Gadjah Mada p. Univ Press. Yogyakarta. Vilsoni, F., Mc Clure dan L.D. Butler. Sheela, M.S., H. Bai, T. Jiji dan K.J. 1979. Occurrence, Host Range and Kuriyan. 1995. Nematodes Associated Histopathology of Radopholus similes with Ginger Rhizosphere and Their in Ginger (Zingiber officinale Rosc.) . Management in Kerala . Pest Manage. Plant Disease Report,Vol. 60: 417 – in Hort. Ecosys., Vol. 1 (1): 43 – 48. 420. Siswanto, D. Wahyuno, D. Manohara, Wahyuno, D. dan D. Manohara. 2002. Desmawati, S. Rhamadani, D.A. Phakopsora elletariae Penyebab Karat Sianturi, R. Karyatiningsih dan L.S. Daun pada Zingiber cassumunar dan Utami. 2009. Sebaran Hama dan Kisaran Inangnya. Prosiding PFI. Penyakit Tanaman Jahe di tiga Kongres Nasional XVII dan Seminar Propinsi di Indonesia. Prosiding Ilmiah. Bandung, 6 – 8 Agustus 2003. Seminar Nasional Pengendalian Hal: Terpadu Organisme Pengganggu Wahyuno, D., D. Manohara, Supriadi. Tanaman Jahe dan Nilam. Bogor, 4 2009. Pengendalian bercak daun jahe. November 2008. BALITTRO. Badan Laporan Teknis Balittro (tidak Litbang Pertanian. Hal: 39 – 48. dipublikasi). Soesanto, L., Sudharmono, N. Williams, K.J.O. 1980. Plant Parasitic Prihatiningsih, A. Manan, E. Iriani dan Nematodes of the Pasific . J. Pramono. 2003. Penyakit Busuk UNDP/FAO-SPEC Survey of Rimpang Jahe di Sentra Produksi Jahe Agricultural Pests and Diseases in the Jawa Tengah: 1. Identifikasi dan South Pasific. Sebaran. Tropika, 11: 107 – 220. Supriadi. 2000. Penyakit Layu Bakteri Supriadi, J.G. Elphinstone dan S.Y. (Ralstonia solanacearum ) pada Hartati. 1995. Detection of Latent Tumbuhan Obat dan Strategi Infection of Pseudomonas Penanggulangannya. Jurnal Penelitian solanacearum in Ginger Rhizomes and dan Pengembangan Pertanian, Vol. 19 Weeds by Indirect ELISA . Journal of (1): 17 – 32. Spice and Medicinal Crops,Vol. 3 (2): 1 – 4.

16

PENGEMBANGAN BAHAN KAJIAN BERMUATAN MATERI HERBAL PADA PENDIDIKAN TINGGI PERTANIAN

Illah Sailah Dosen Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor E-mail: [email protected] ABSTRAK

Berdasarkan UU No 12 tahun 2012, pasal 10 butir (3) menyatakan bahwa enam rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ditransformasikan, dikembangkan, dan/atau disebarluaskan oleh Sivitas Akademika melalui Tridharma. Melalui penelitian dan pengabdian kepada masyarakat sangat dimungkinkan melahirkan body of knowledge baru. Manakala belum dapat disebut suatu body of knowledge baru yang utuh, namun ada kebutuhan di dunia industri, maka suatu materi kajian dapat menjadi bahan pembelajaran minor/konsentrasi. Bahan kajian Herbal dalam nomenklatur yang ada saat ini (Kepmenristekdikti No 257 tahun 2017) berada pada program studi Akupunktur dan Pengobatan Herbal (D-IV), program studi Jamu (D-III), dan Herbal medicine (Magister). Belum ada program studi agronomi tanaman herbal yang dikaji utuh dalam sebuah program studi. Sehingga dimungkinkan dapat diselipkan sebagai kompetensi minor pada program studi agroekoteknologi atau agroteknologi. Di dalam UU No 12 tahun 2012 pasal 8 dinyatakan bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berlaku kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik dan otonomi keilmuan, yang wajib dilindungi dan difasilitasi oleh pimpinan Perguruan Tinggi. Namun demikian, konsentrasi pada program studi harus mampu mengemas serangkaian kompetensi utuh, sehingga jika disampaikan dalam beberapa mata kuliah harus dapat membentuk kompetensi yang menunjang Capaian Pembelajaran program studi. Agronomi tanaman herbal yang mencakup pemilihan bibit, pemuliaan, teknologi pemeliharaan dan pemanenan serta pengawasan mutunya akan cocok menjadi sebuah konsentrasi pada program studi agroteknologi. Lain halnya penanganan pasca panen, pengujian karakteristik bahan baku obat, dan teknologi pengolahan herbal sampai pengawasan mutu dan pengkemasan akan sesuai dijadikan konsentrasi pada teknologi pengolahan hasil pertanian. Apabila ditambahkan materi kajian berpikir sistem industri yang memberikan nilai tambah akan menjadi sesuai dijadikan bahan kajian khusus pada program studi rekayasa industri pertanian. Semua itu telah ada rujukannya berdasarkan jenjang pendidikan yang dicerminkan dalam standar kompetensi lulusan (peraturan menristekdikti No 44 tahun 2015) dan Panduan Kurikulum Pendidikan Tinggi (2016). Kata kunci: bahan kajian, herbal, capaian pembelajaran DEVELOPMENT OF MATERIAL STUDY ON HERBAL MATERIAL IN AGRICULTURAL HIGH EDUCATION ABSTRACT Based on UU No 12 year 2012, article 10 point (3) states that six clumps of Science and Technology are transformed, developed, and/or disseminated by the Academic Society through Tridharma. The study material of Herbs in the current nomenclature

17 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

(Kepmenristekdikti No. 257 year 2017) is in the study program of Acupuncture and Herbal Medicine (D-IV), Study program of Jamu (D-III), and Herbal medicine (Magister). There is no agronomic study program of herbal studied intact in a study program. So it may be inserted as a minor competence in agroecotechnology or agrotechnology courses. In UU No 12 year 2012 article 8 stated that in the implementation of education and development of Science and Technology apply academic freedom, freedom of academic ranks and autonomy of science, which must be protected and facilitated by the leadership of Higher Education. However, the concentration on the study program should be able to package a series of intact competencies, so that if delivered in some courses should be able to establish competencies that support the Achievement Learning Program. The horticultural plant agronomy that includes seed selection, breeding, maintenance and harvesting technology and quality control will fit into a concentration on the agrotechnology course. Another case of post-harvest handling, testing the characteristics of raw materials of drugs, and herbal processing technology to quality control and packaging will be appropriate to be concentrated on agricultural processing technology. If the materials are added to think the industrial systems that provide added value will be appropriate to be used as special study materials in the agricultural industry engineering courses. All of which have been referenced based on education level which is reflected in the competency standard of graduates (regulation of Minister of Research and Technology No. 44 of 2015) and Guidance of Higher Education Curriculum (2016). Keywords: herbs, learning achievements, study materials

PENDAHULUAN (agribisnis), dan kemungkinan ke depan ada program studi digital agriculture Penggerak ekonomi dunia bergeser dari marketing , sampai kepada agrohealth- pertanian ke industri, lalu bergeser ke tourism . informasi dan sekarang ke kreatifitas, maka banyak orang mengenal dengan era Berdasarkan Keputusan Menteri No. kreatifitas. Walaupun ada pergeseran 257 tahun 2017, program studi dapat tersebut, tidak berarti pertanian sudah berkembang sesuai dengan perkembangan ditinggalkan. Selama manusia hidup perlu ilmu pengetahuan dan teknologi. sandang, pangan dan papan, disitulah Perguruan Tinggi memiliki otonomi untuk pertanian berperan. Pertanian akan maju mengelola sendiri lembaganya sebagai jika diindustrikan secara berkelanjutan, pusat penyelenggara Tridharma, baik dan menggunakan bantuan teknologi akademik maupun non akademik (UU No. informasi, serta kreatifitas yang luar biasa 12 tahun 2012 Pasal 62 dan 63). (extraordinary ). Demikian juga di sisi Perguruan Tinggi dapat menetapkan pendidikan. Pendidikan pertanian yang keunggulan, kekhasan, dan tingkat mutu direpresentasikan melalui program studi penyelenggaraan pendidikan tinggi. pada awalnya hanya beberapa program Perguruan Tinggi juga diminta untuk studi saja yaitu agronomi, sosial ekonomi menjaga mutunya secara internal, sampai pertanian, dan ilmu tanah. Namun sejalan suatu masa akan ada penilaian dari pihak dengan perkembangan teknologi dan eksternal, yang sekarang dikenal sebagai penelitian di bidang pertanian muncul akreditasi. body of knowledge baru yaitu pengolahan hasil pertanian dan bekembang menjadi Perkembangan program studi cukup agroindustri, lalu kini berkembang pesat di Indonesia, saat ini ada lebih dari program program bisnis pertanian 1700 jenis program studi. Perkem-

18 Sailah. 2017. Pengembangan Bahan Kajian Bermuatan Materi … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 17 – 21 bangannya distimulasi oleh adanya program studi tanaman herbal (progam kebutuhan dunia kerja/dunia industri, atau magister), dan program studi jamu pengembangan ilmu pengetahuan dan (program diploma III). teknologi dari hasil penelitian. Untuk itu, semakin banyak hasil penelitian dan CAPAIAN PEMBELAJARAN semakin jelas bahwa ada pengetahuan Standar yang pertama kali harus atau ilmu baru, maka program studi akan ditentukan oleh program studi adalah semakin spesifik namanya. Walaupun standar kompetensi lulusan yang acapkali demikian masih harus dipertanyakan, disebut Capaian Pembelajaran ( Learning apakah cukup isu yang dikaji menjadi Outcomes ). Standar kompetensi lulusan streamline saja dalam sebuah program merupakan kriteria minimal tentang studi, apakah kebutuhan dunia industri itu kualifikasi lulusan yang mencakup sikap, dapat dipenuhi oleh sebuah pendidikan pengetahuan, dan keterampilan yang non formal, atau memang harus dalam dinyatakan sebagai rumusan capaian sebuah program studi. Bagaimana pembelajan lulusan (Permenristekdikti program studi baru terbentuk?. No. 44 tahun 2015 Pasal 5 ayat 1). Dengan semakin berkembangnya Capaian pembelajaran akan menentukan teknologi proses hasil pertanian dan isi, proses, dan penilaian pembelajaran. teknik kimia, maka penanganan pasca Sebaiknya capaian pembelajaran sebuah panen, dan pengolahan hasil pertanian program studi ditentukan oleh asosisasi semakin maju. Teknologi freeze drying , program studi sejenis, namun jika tidak vaccum drying , spray drying merupakan ada asosiasinya ditentukan oleh masing- beberapa yang membantu pengolahan masing perguruan tinggi. Walaupun hasil pertanian dalam arti luas (termasuk ditentukan atas kesepakatan program studi hasil peternakan, hasil perikanan, dan di dalam asosisasi program studi sejenis, hasil hutan). Herbal merupakan yang penentuan itu bersifat minimal capaian banyak dilirik peneliti dan industri karena pembelajaran. Perguruan tinggi masih banyak khasaitnya sebagai bahan punya hak untuk memberikan tambahan tambahan, bahan obat, dan bahan kompetensi sebagai keunggulan perguruan kosmetik. Bukan hal baru jika manusia tinggi sesuai visi dan misinya. Pada menggunakan herbal dalam kehidupan progam studi Agroteknologi pernah sehari-hari, karena sudah dimulai dengan disepakati oleh Forum Komunikasi ramuan-ramuan tradisional yang sangat Pendidikan Tinggi Pertanian (FKPTPI), ampuh kegunaannya. Hal yang menjadi bahwa capaia pembelajarn yang disepakati kekinian dari herbal terletak dalam hanya 61% dari keseluruhan kompetensi pengetahuan tentang khasiat, zat aktif, yang harus dimiliki lulusan program studi serta teknologi proses, dan kemasannya. di masing-masing Perguruan Tinggi. Untuk itu, perlu dipikirkan bagaimana Dengan demikian terbuka ruang untuk materi herbal dapat menjadi bahan kajian program studi di suatu Perguruan Tinggi minor atau mayor dalam program studi di menyelipkan beberapa kompetensi bidang pertanian dan kefarmasian, agar sebagai keunggulan dan kekhasan yang dapat lebih banyak mencetak sumberdaya boleh dibanggakan. Untuk itu jika unggul yang berwawasan global namun kekhasan muatan materi herbal akan dapat mengoptimalkan sumberdaya lokal. dimasukkan dalam kurikulum, harus jelas Tujuan dari penulisan ini yaitu untuk tercermin dalam pernyataan capaian menjelaskan tentang pentingnya pembelajaran Agroteknologi. pengembangan bahan kajian dalam Capaian pembelajaran pada minor atau program studi di pendidikan tinggi konsentrasi terdiri dari keterampilan pertanian yang bermuatan herbal. khusus dan pengetahuan yang merupakan Pemerintah telah menetapkan bahwa

19 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

penguasaan konsep, teori, metode atau program sarjana, seharusnya sesuai keilmuan herbal. Pengetahuan itu dengan level 6 KKNI yaitu mengaplikan diperoleh dengan cara penalaran, pengetahuan herbal, kemampuan meng- pengalaman kerja, penelitian/pengabdian kaji, membuat desain, memanfaatkan ilmu kepada masyarakat yang merupakan pengetahuan herbal dalam menyelesaikan kesatuan proses pembelajaran. masalah prosedural. Penetapan hal-hal Keterampilan khusus merupakan tersebut sebaiknya dilakukan bersama keterampilan khusus sesuai dengan bidang sama kelompok akademisi dan praktisi kajian herbal. Perumusan capaian sebidang. Bahan kajian materi herbal pembelajaran memerlukan referensi dari dapat dimulai dengan ilmu perbenihan, prodi yang kredibel di dalam dan luar metoda penanaman, pemeliharaan yang negeri, kolokium keilmuan, badan berkelanjutan, pemanenan, penanganan akreditasi, dan asosiasi profesi. Untuk pasca panen, dan pengkemasan, serta kompetensi yang spesifik herbal dapat pengawasan mutu. Lalu di era digital saat diperoleh informasi dari lembaga ini, perlu kekinian bahan kajian dengan sertifikasi, hasil penulusan alumni melibatkan bahan kajian teknologi maupun usulan pengguna lulusan. informasi dalam setiap lini mulai Artinya, perumusan capaian pembelajaran pembenihan sampai penangna pasca harus mempertimbangkan tidak hanya dari panen. Dengan berkembangnya bisnis sisi visi saintifik, namun juga dari sinyal tanaman herbal, maka bahan kajian pasar yang selalu berubah seiring dengan kewirausahaan herbal menjadi menarik kemajuan teknologi dan informasi. untuk ditetapkan. Bahan-bahan kajian Prinsipnya kecenderungan perkembangan tersebut dibuat matriks dengan global harus dipertimbangkan seperti mempertimbangkan kompetensi lulusan. social needs, industrial needs, government Penetapan besaran satuan kredit semester needs, dan intellectual needs, dalam (SKS) sebuah mata kuliah didasarkan penetapan kompetensi minor. Dengan pada perkiraan waktu yang dibutuhkan penambahan kompetensi minor/ oleh mahasiswa untuk dapat memiliki konsentrasi/streamline sebagai bahan “kemampuan” yang dibebankan pada kajian, perlu ditetapkan peran apa yang mata kuliah tersebut. Biasanya untuk MK dapat dilakukan oleh lulusan, seorang dengan kompetensi minor, jumlah sksnya agronomis yang memiliki kompetensi di tidak lebih dari 30%. Bahan kajian materi bidang pemilihan benih tanaman herbal, herbal merupakan bagian yang harus pembudidaya tanaman herbal, atau dimasukkan dalam kurikulum, dengan pemilihan herbal yang sesuai untuk obat, memperhatikan: (1) penyebaran mata kosmetik, bahan tambahan pangan, dsb kuliah materi herbal dapat disebar di semester yang sesuai dengan jumlah sks BAHAN KAJIAN yang memadai sesuai dengan beban belajar mahasiswa, dan keruntutan tingkat Kajian dan visi bidang keilmuan materi kemampuan dan integrasi antar mata herbal dalam program studi kuliahdengan (2) strategi pembelajaran mempengaruhi penetapan bahan kajian direncanakan dalam usaha memenuhi ilmu pengetahuan herbal agar memenuhi Capaia Pembelajaran Lulusan, (3) setiap Capaian Pembelajaran program studi. mata kuliah minor dilengkapi dengan Namun demikian materi herbal yang akan capaian pembelajaran yang terukur, dapat menjadi minor dalam program studi dinilai karena proses dan penilaian agronomi perlu mempertimbangkan merupakan satu kesatuan pengertian tingkat penguasaan, keluasan, dan kurikulum (Direktorat Jenderal kedalamannya. Apabila diajarkan dalam Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2016).

20 Sailah. 2017. Pengembangan Bahan Kajian Bermuatan Materi … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 17 – 21

PENUTUP UU No 12tahun 2012. Dalam SKPI dapat dituliskan kemampuan dalam herbal Dalam era back to nature masyarakat secara rinci dan jelas, sehingga dapat beralih perhatian kepada konsumsi yang dipahami oleh pengguna lulusan. lebih aman yaitu dari tanaman yang sehat berpupuk organik dan dengan dibudi- DAFTAR PUSTAKA dayakan yang aman dan berbagai metode. Untuk itu diperlukan sumberdaya yang Undang-Undang Republik Indonesia mumpuni dan menguasai bidang herbal. Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Walaupun lulusan tersebut tidak Pendidikan Tinggi. Jakarta. dihasilkan dari sebuah program studi Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan tanaman herbal, namun dapat menempuh Pendidikan Tinggi Republik Indonesia program studi agroteknologi atau Nomor 44 Tahun 2015 Tentang agroekoteknologi dengan konsentrasi/ Standar Nasional Pendidikan Tinggi. minor tanaman herbal. Pengguna akan Jakarta. memahami kemampuan tersebut dari Direktorat Jenderal Pembelajaran dan seorang lulusan Agroteknologi karena Kemahasiswaan. 2016. Panduan lulusan akan dibekali dengan Surat Penyusunan Kurikulum Pendidikan Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI), Tinggi. Kementerian Riset, Teknologi sebagaimana yang diamanahkan dalam dan Pendidikan Tinggi. Jakarta.

21

AGRIBISNIS TANAMAN OBAT DAN PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICE DI PT. SIDO MUNCUL

Irwan Hidayat dan Bambang Supartoko PT. Sido Muncul E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Bahan baku industri jamu sebagian besar diambil dari alam dalam bentuk hasil tumbuhan herbal (simplisia nabati). Oleh karena itu usaha budidaya dan menangkap peluang usaha (agribisnis) dari tanaman herbal cukup menjanjikan. Agribisnis tanaman obat memiliki beberapa sub sistem, mulai dari hulu sampai ke hilir. Agribisnis tanaman herbal (obat) menjadi perhatian dan sangat penting dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia. Tanaman herbal (obat) memiliki potensi bisnis untuk dapat dikembangkan dan sebagai upaya deversifikasi usaha pertanian yang berkelanjutan. PT. Sido Muncul melakukan penerapan good agricultural practice (GAP) sebagai upaya melakukan standarisasi dan meningkatkan mutu bahan baku serta menjamin keberlangsungan usaha.

Kata kunci: Herbal, industri obat, simplisia

HERBS AGRIBUSINESS AND GAP APLICATION ON SIDO MUNCUL

ABSTRACT

The raw materials of the herbal medicine industry are mostly taken from nature in the form of herbs (vegetable simplisia). Therefore cultivation and capture business opportunities (agribusiness) of herbal plants is quite promising. Agribusiness medicinal plants have several sub-systems, ranging from upstream to downstream. Herbs (medicinal) agribusiness becomes a concern and very important in the effort of preserving Indonesia's biodiversity. Herbal plants (drugs) have the potential for business to be developed and as an effort to deversifikasi sustainable agricultural business. PT. Sido Appears to implement the implementation of good agricultural practice (GAP) as an effort to standardize and improve the quality of raw materials and ensure business continuity.

Keywords: Herbs, industrial medicine, simplicia

PENDAHULUAN dari kebutuhan industri masih dipenuhi dari tumbuhan obat (tumbuh alami). Bahan baku industri jamu sebagian besar diambil dari alam dalam bentuk Seiring perjalanan waktu dan alih hasil tumbuhan herbal (simplisia nabati). fungsi lahan serta kepentingan lain Saat ini tanaman herbal (obat) yang dapat membuat keberadaan tanaman herbal dibudidayakan baru sebatas 30% dari semakin terancam. Padahal saat ini mulai kebutuhan Industri Jamu, sedangkan 70% tumbuh kesadaran akan manfaat herbal oleh masyarakat. Oleh karena itu usaha

22 Hidayat dan Supartoko. 2017. Agribisnis Tanaman Obat dan Penerapan Good … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 22 – 29

budidaya dan menangkap peluang usaha memerlukan berbagai sumber daya bahan (agribisnis) dari tanaman herbal cukup baku produksi, modal atau jasa yang dari menjanjikan. penyedia teknologi, produsen benih dan bibit, produsen pupuk, produsen obat- Cara budidaya tanaman yang tepat, obatan, penyedia atau pengelola dapat meningkatkan produksi tanaman permodalan, jasa/konsultan, dan lain-lain. herbal. Penerapan GAP (Good Subsistem selanjutnya adalah budidaya Agricultural Practices) sebagai usaha (on farm) berupa proses produksi memenuhi jawaban atas kepentingan (budidaya) yang terdiri dari proses tanam standarisasi, legalitas dan jaminan sampai panen yang dilanjutkan oleh kontinuitas suplai industri jamu. penerapan panca usaha tani untuk ORIENTASI AGRIBISNIS memperoleh produk bahan segar. Bahan TANAMAN OBAT segar kemudian diolah oleh industri pengolahan dalam subsistem agroindustri Agribisnis tanaman obat memiliki (off farm). beberapa sub sistem, mulai dari hulu sampai ke hilir (Gambar 1). Sub sistem dimulai dari hulu (input) yang

Gambar 1. Subsistem agribisnis tanaman obat

Industri pengolahan dapat berskala hilir berupa bagian distribusi dan UMKM atau industri besar. Bahan segar pemasaran. Sebagai tambahan, keter- diolah menjadi beberapa produk dalam paduan seluruh subsistem memiliki subsistem ini seperti simplisia, bahan prospek pariwisata. setengah jadi dan produk hilir (produk jadi). Simplisia adalah hasil tanaman obat belum dilakukan pengolahan terhadap perubahan bentuk kecuali proses pembersihan dan upaya pengeringan (Gambar 2). Industri bahan setengah jadi berupa produk olahan sebagai bahan industri hilir (serbuk dan ekstrak). Produk Gambar 2. Simplisia dan bahan setengah hilir (produk jadi) adalah produk siap jadi dikonsumsi berupa produk jamu, minuman, produk farmasi, dan lain lain (Gambar 3). Pada subsistem terakhir yaitu

23 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Gambar 3. Produk jadi siap konsumsi

Agribisnis tanaman obat memiliki kondisi nilai berantai. Setiap bagian berkaitan dan menjadi sumber mata penghasilan bagi para pelakunya (Gambar 4).

Pemasaran hasil tanaman obat meliputi Gambar 5. Pemasaran hasil tanaman obat banyak segmen, mulai dari UMKM sampai industri besar. Tanaman obat tidak hanya dapat dipasarkan di pasar lokal, komoditi ini juga telah diekspor ke luar negeri (Gambar 5).

Gambar 4. Kondisi Value Chain Tanaman Obat

24 Hidayat. 2017. Agribisnis Tanaman Obat dan Penerapan Good … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 22 – 29

PROSPEK BISNIS PARIWISATA sehingga dapat menjual atau TANAMAN OBAT menghasilkan devisa tanpa kehilangan produk. Keterpaduan seluruh subsistem dapat dimanfaatkan sebagai objek pariwisata. USAHA PENGEMBANGAN YANG Pariwisata tersebut dapat berupa DILAKUKAN PT. SIDO MUNCUL agrowisata yang meliputi aktifitas atau kegiatan bidang pertanian yang menarik PT. Sido Muncul merupakan salah satu untuk dinikmati atau dikunjungi perusahaan besar yang telah lama wisatawan (termasuk kegiatan agribisnis berkecimpung di bidang industri obat tanaman obat). Semua kegiatan dari sub herbal. PT. Sido muncul sudah melakukan sektor hulu sampai ke hilir dapat berbagai upaya untuk mengembangkan memberikan pengalaman yang dapat tanaman obat di Indonesia untuk dimanfaatkan dalam konsep pariwisata menghasilkan produk unggulan berkualitas internasional (Gambar 6).

Gambar 6. Penelitian dan Pengembangan tanaman obat di PT. Sido Muncul

Penelitian Bahan Baku punah. Usaha yang dilakukan berupa inventarisasi tanaman obat, koleksi dari Penelitian bahan baku untuk berbagai sumber, usaha pelestarian dan mendapatkan tanaman obat berkualitas pengembangan. Koleksi akhirnya terpadu sebagai bahan baku telah dilakukan oleh menjadi obyek Agrowisata Sido Muncul PT. Sido Muncul sejak tahun 1999. Hal dan pengembangan menuju program tersebut dikarenakan banyak tanaman obat kemitraan usaha antara PT. Sido Muncul yang telah punah dan mulai langka. Saat dengan petani. Upaya pengembangan itu belum ada pihak lain yang dilakukan sendiri oleh Departemen R & D mempelopori usaha pelestarian dan atau bekerjasama dengan lembaga perlindungan secara konsisten. penelitian lain seperti Perguruan Tinggi, Skala prioritas penelitian dilakukan Balai penelitian atau lembaga penelitian terhadap tumbuhan langka dan terancam lain (Gambar 7).

25 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

a b

Gambar 7. (a) Departemen R & D dan (b) penelitian oleh lembaga lain

PT. Sido muncul telah melakukan 3. Penelitian budidaya sembung, berbagai penelitian, pengembangan dan kayu ules, umyung, dan lain-lain. penyelamatan tanaman obat (Gambar 8), 4. Pembangunan kawasan upaya tersebut antara lain: agrowisata. 1. Penelitian dan penyelamatan 5. Area publik yang dikunjungi tanaman .langka purwoceng di wisatawan rata-rata 3000 orang per Pegunungan Dieng, Kabupaten bulan dengan tanpa dipungut biaya Wonosobo 6. Ajang atau wisata edukasi bagi 2. Introduksi dan pengembangan pelajar, mahasiswa dan masyarakat tanaman tribulus di Magelang serta umum. stevia dan menta di Tawangmangu, Karanganyar.

a b

Gambar 8. (a) Penyelamatan tanaman .langka dan (b) wisata edukasi

Budidaya Tanaman di Lahan Sendiri

PT. Sido Muncul memiliki lahan Kerjasama Kemitraan budidaya sendiri. Komoditi yang diutamakan adalah tanaman langka atau PT. Sido Muncul tidak hanya susah didapat serta tanaman terproteksi melakukan pengembangan sendiri yang hanya digunakan dalam jumlah melainkan juga melalui kerja sama terbatas. kemitraan yang telah dimulai sejak tahun 1998. Kerja sama dilakukan karena banyak bahan jamu yang sulit diperoleh, tidak memiliki standar kwalitas yang baik

26 Hidayat. 2017. Agribisnis Tanaman Obat dan Penerapan Good … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 22 – 29

dan para pelaku bisnis hasil tanaman obat menetapkan sentra kawasan unggulan, tidak melakukan usaha pengembangan. kerjasama dengan para petani lewat Kerjasama kemitraan akan sangat kelompok dan institusi lainnya (Gambar membantu petani dengan memotong rantai 10). Daerah atau kabupaten mitra distribusi pasar (Gambar 9). kerjasama berada di sekitar wilayah Semarang, Karanganyar, Boyolali, Usaha yang dilakukan dalam kemitraan Wonogiri, Magelang, Kendal, Wonosobo berupa inventarisasi potensi daerah, dan Banyumas.

Gambar 9. Rantai distribusi pasar tanaman obat dan peluang kemitraan

Gambar 10. Kerjasama kemitraan tanaman obat usaha pengembangan bahan baku

GOOD AGRICULTURAL PRACTICE pengusahaan untuk mendapatkan mutu bahan yang berkualitas (memenuhi Good agricultural practice (GAP) standar). Pendokumentasian kegiatan merupakan metode spesifik yang dapat usaha (khususnya sumber asal usul bahan diterapkan dalam agrikultur guna jamu) dapat menjadi bukti kepada menghasilkan makanan untuk konsumen konsumen akan bahan baku. GAP dapat atau diproses lebih lanjut yang aman dan memenuhi aspek legalitas (khususnya sehat. GAP penting diterapkan dalam produk ekspor), baik memenuhi kemitraan karena dapat menjadi permintaan konsumen maupun pembeli. standarisasi bahan jamu dari awal

27 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

GAP memili kendala dalam tercemar, utamanya dari bakteri patogen penerapannya, antara lain keterbatasan dan penyakit. informasi, registrasi kebun (LU) berupa status dan pola tanam, pengetahuan dan Cara Pengolahan Lahan ketrampilan pelaku kususnya ditingkat Lahan diolah disesuaikan dengan pola Petani (mitra) yg masih lemah serta belum tanam yang diterapkan (monokultur, ada pembeda standar mutu hasil produk tumpang sari, atau tumpang gilir). Selain GAP (persaingan dengan produk itu jenis tanaman yang ditanam perlu konvensional atau sumber dari alam). disesuaikan dengan kriteria lahan. Oleh karena itu terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam Penggunaan Pupuk melakukan budidaya tanaman obat antara lain penentuan dan pemilihan lahan yang Penggunaan pupuk berorientasi pada sesuai, pemilihan benih yang benar dan pertanian organik. Pupuk yang bermutu, cara Pengolahan lahan, direkomendasikan adalah kompos, pupuk penggunaan pupuk, cara perawatan, kandang, atau bokashi. Pupuk organik pengendalian hama dan penyakit, cara dan yang digunakan merupakan hasil produk saat panen, dan pasca panen. industri (telah teruji). Penggunaan PPC dan ZPT perlu disesuaikan dengan dosis Penentuan dan Pemilihan Lahan yang dan pemberian pada saat yang tepat Sesuai Cara Perawatan Lahan yang digunakan disesuaikan dengan komuditas yang ditanam. Lahan Perawatan meliputi tanaman selama disesuaikan mirip dengan habitat aslinya, budidaya berupa penyiangan gulma, jika melakukan introduksi harus pengairan atau penyiraman, pembubunan disesuaikan dengan jenis tanah dan dan pemangkasan. Selain itu perlu agroklimat habitat aslinya. Tanaman yang dilakukan penyesuaian karakteristik dibudidayakan tidak berbenturan dengan masing-masing komoditas. kepentingan usaha lain. Tanaman Pengendalian Hama dan Penyakit diusahakan pada lahan lestari (berkesinambungan) Pengendalian hama dan penyakit mengutamakan pencegahan. Pengendalian Pemilihan Benih yang Benar dan dini dan proteksi tanaman dari hama dan Bermutu penyakit lebih baik diaplikasikan. Benih yang benar adalah benih yang Penggunaan pestisida lebih baik yang sesuai harapan pengguna. Ada organik. Aplikasi dan tindakan yang tepat pemahaman yang sama sebelum dan cepat lebih bermanfaat. penanaman antara produsen (petani) Cara dan Saat Panen dengan pengguna (PT. Sido Muncul). Sumber benih dapat menjadi kendala, Setiap jenis tanaman berbeda memiliki sehingga perlu rekomendasi dari lembaga cara dan waktu panen yang berbeda. Oleh penelitian (BALITTRO, B2P2TO-OT, karena itu perlu memahami saat panen Perguruan Tinggi, dan lain-lain) maupun yang tepat. Saat panen yang tepat pengambilan dari sentra kawasan. berdasarkan dari umur dan ciri spisifik Menghindari penggunaan benih yang (indikator: besar kecil, tua muda, tekstur, warna, aroma dan rasa). Cara panen sesuai

28 Hidayat. 2017. Agribisnis Tanaman Obat dan Penerapan Good … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 22 – 29

bagian tanaman yang mau diambil guna manajemen yang baik (perencanaan, menghindari cemaran atau kotoran yang pengorganisasian, aktualisasi dan terikut controling). Selain itu pencatatan semua lini kegiatan dan pendokumentasian yang Pasca Panen tertib juga perlu dilakukan.

Kegiatan pasca panen menjadi KESIMPULAN perhatian penting untuk menentukan mutu akhir produk on farm. Perhatian mulai Agribisnis tanaman herbal (obat) dari pemanenan di lahan hingga perlakuan menjadi perhatian dan sangat penting di gudang atau prosessing. Kegiatan pasca dalam upaya pelestarian keanekaragaman panen berupa sortasi basah, pencucian, hayati Indonesia. Tanaman herbal (obat) perajangan (kel. rimpang), pengeringan, memiliki potensi bisnis untuk dapat sortasi kering serta pengemasan dan dikembangkan dan sebagai upaya penggudangan deversifikasi usaha pertanian yang berkelanjutan. PT. Sido Muncul ASPEK ADMINISTRASI melakukan penerapan GAP sebagai upaya Aspek administasi yang perlu melakukan standarisasi dan meningkatkan dilakukan antara lain penerapan mutu bahan baku serta menjamin keberlangsungan usaha.

29 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

POTENSI ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT DAN PERASAN DAGING BUAH LEMON (Citrus Lemon) LOKAL DAN IMPOR Alfian Hendra Krisnawan1*, Ryanto Budiono2, Devi Resmi Sari3 dan Weilinten Salim3 1Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya 2Laboratorium Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya 3Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya Jl. Raya Kali Rungkut, Kali Rungkut, Rungkut, Surabaya, Jawa Timur 60293 *E-mail: [email protected] Diterima: 17/10/2017 Direvisi: 20/12/2017 Disetujui: 28/12/2017

ABSTRAK Buah lemon (Citrus lemon) merupakan salah satu buah penghasil senyawa antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas. Pengujian potensi antioksidan pada buah lemon lokal dan impor diambil dari ekstrak kulit dan perasan daging buah. Lemon impor (C. lemon) diperoleh dari supermarket yang diimpor dari Australia, sedangkan lemon lokal (C. lemon L. Burm. F. var. Lisbon) diperoleh dari daerah kota Jombang Jawa Timur pada bulan April 2017. Ekstraksi kulit buah dilakukan dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut etanol 96%. Pengujian dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhyrazil) dan potensi antioksidan dilihat dari nilai EC50 dengan mengukur peredaman 50% aktivitas radikal bebas DPPH menggunakan pengukuran absorbansi secara spektrofotometri visibel. Hasil pengujian secara kualitatif ekstrak kulit dan perasan daging buah lemon lokal dan impor, diketahui memiliki aktivitas antioksidan dengan menghasilkan peredaman DPPH yang ditandai dengan berkurangnya intensitas warna ungu. Pengujian secara kuantitatif didapatkan Nilai EC50 pada ekstrak kulit buah lemon lokal sebesar 1002.57 bpj dan lemon impor 269.38 bpj, sedangkan untuk perasan buah lemon lokal sebesar 19205.96 bpj dan lemon impor 5388.58 bpj. Semakin kecil nilai EC50, semakin besar potensi antioksidannya. Lemon impor memiliki potensi antioksidan lebih tinggi dari pada lemon lokal, sedangkan ekstrak kulit buah memiliki potensi yang lebih tinggi dari pada perasan buah lemon. Kata kunci: Antioksidan, citrus lemon, DPPH ANTIOXIDANT POTENTIAL OF SKIN EXTRACT AND JUICE OF LOCAL AND IMPORTED LEMON (Citrus lemon) ABSTRACT Lemon fruit (Citrus lemon) is one of fruits that produce antioxidant compounds and can reduce free radicals. Peel extract and juice of local and imported lemon fruits were applied for their antioxidants potential test. Peel extraction was performed by maceration method using 96% ethanol. Qualitative and quantitative test were performed by DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhyrazil) method and antioxidant potential was determined by EC50 value by measuring 50% reduction of DPPH free radical activity using absorbance measurements by visible spectrophotometry. Qualitative test on peels extract and juice of local and imported lemon fruit shown their antioxidant

30 activities by DPPH damping which were characterized by reduced intensity of purple color. The quantitative test resulted in EC50 value of 1002.57 ppm for local lemon peels extract and 269.38 ppm for imported lemon, while for the local lemon juice was 19205.96 ppm and imported lemon was 5388.58 ppm. The smallest value of EC50 the highest their antioxidant potential. Imported lemon has a higher antioxidant potential than local lemons, while peels extract has a higher potency than juice. Keywords: Antioxidant, citrus lemon, DPPH

PENDAHULUAN kualitatif dan kuantitatif dengan meng- gunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2- Tubuh manusia membutuhkan picrylhyrazil) dan potensi antioksidan substansi yang penting yaitu antioksidan dilihat dari nilai EC50 dengan mengukur dalam jumlah yang cukup agar dapat peredaman 50% aktivitas radikal bebas meredam dampak negatif dari radikal DPPH menggunakan pengukuran bebas. Antioksidan alami dihasilkan oleh absorbansi secara spektrofotometri visibel. tubuh manusia, baik berupa enzim-enzim antioksidan maupun senyawa-senyawa METODE yang juga bersifat antioksidan (Muchtadi, 2013). Antioksidan yang dihasilkan tidak Bahan Tanaman cukup untuk melawan radikal bebas di Buah lemon yang digunakan dalam dalam tubuh yang berlebih, untuk itu penelitian ini adalah lemon impor diperlukan masukan antioksidan dari luar (C. limon) yang diperoleh dari tubuh (Winarsi, 2007). supermarket yang di impor dari Australia Buah lemon merupakan tanaman yang dan lemon lokal (C. lemon L. Burm. F. memiliki manfaat sebagai antioksidan var. Lisbon) yang diperoleh dari daerah alami karena memiliki kandungan Kota Jombang Jawa Timur pada bulan vitamin C, asam sitrat, minyak atsiri, April 2017. Bagian yang digunakan bioflavonoid, polifenol, kumarin, adalah kulit yang diekstraksi meng- flavonoid, dan minyak-minyak volatil gunakan pelarut etanol 96% dan perasan pada kulitnya seperti limonen (±70%), daging buah. Ekstrak kulit buah diperoleh α-terpinen, α-pinen, β-pinen, serta dengan cara pemisahan kulit dari daging kumarin, dan polifenol (Nizhar, 2012). buah, pengeringan kulit buah dengan Antioksidan dari perasan buah lemon diangin-anginkan, pengecilan ukuran, lokal yang ada di daerah Iran, mempunyai pengayakan, kemudian dilakukan aktivitas lebih tinggi dari pada buah lemon ekstraksi dengan cara metode maserasi. yang dibeli di supermaket (Hajimahmoodi Ekstrasi maserasi kinetik dilakukan et al., 2012). Penelitian lain dilakukan selama 1 jam kemudian didiamkan selama oleh Suja et al. (2017), mengungkapkan 24 jam. Dilakukan remaserasi sebanyak bahwa ekstak kulit Citrus limon dan 2 kali. Hasil dari ekstraksi dipekatkan Citrus sinensis memiliki aktivitas dengan Rotary evaporator dan waterbath. atioksidan. Perasan daging buah diperoleh dengan cara disaring menggunakan pemeras jeruk. Tujuan penelitian adalah mengob- servasi potensi antioksidan dari dua jenis Pengujian Antioksidan buah lemon, yaitu lemon lokal (C. lemon Pengujian kualitatif dilakukan meng- L. Burm. F. var. Lisbon) dan lemon impor gunakan reaksi warna dengan pembuatan (C. limon). Bagian yang diteliti adalah beberapa konsentrasi larutan uji yang akan ekstrak kulit buah dan perasan daging direaksikan dengan larutan DPPH dalam buah. Pengujian dilakukan secara

31 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

etanol 96% yang berwarna ungu. peredaman. Dari hasil uji diperoleh Kemampuan ekstrak merendam radikal persamaan regresi linier antara konsentrasi bebas DPPH dilihat dari warna larutan dengan persentase peredaman terhadap yang berubah dari ungu menjadi semakin DPPH, kemudian ditentukan nilai EC50. memudar. Uji kuantitatif metode DPPH Analisis data statistik menggunakan one- dengan metode spektrofotometri visible way ANOVA. menggunakan parameter EC50 yaitu konsentrasi yang efektif untuk HASIL DAN PEMBAHASAN menghambat atau meredam 50% jumlah Hasil pengujian kualitatif menunjukkan radikal bebas. Metode spektrofotometri aktivitas antioksidan, hasil peredaman visible terlebih dahulu dilakukan radikal bebas DPPH yang ditandai dengan penentuan panjang gelombang maksimal perubahan warna dari ungu menjadi pudar DPPH dan penentuan waktu reaksi. sampai kekuningan. Empat sampel uji Dibuat beberapa konsentrasi larutan uji yaitu ekstrak kulit buah dan perasan yang akan direaksikan dengan larutan daging buah lemon lokal dan impor, DPPH, kemudian dilakukan pengukuran menunjukkan aktivitas antioksidan. absorbansi dan perhitungan persen

Gambar 1. Hasil Pengujian Daya Antioksidan perasan buah lemon impor dengan Metode DPPH secara Kualitatif (Reaksi Warna). (1) Kontrol DPPH, (2) larutan uji 1,000 bpj + larutan DPPH 40 bpj, (3) ) larutan uji 4,000 bpj + larutan DPPH 40 bpj, (4) larutan uji 8,000 bpj + larutan DPPH 40 bpj, (5) larutan uji 10,000 bpj + larutan DPPH 40 bpj, (6) larutan uji 15,000 bpj + larutan DPPH 40 bpj. Warna DPPH awal adalah ungu, ketika Penentuan panjang gelombang mak- diberikan larutan uji dan warna ungu simum dari DPPH dalam etanol p.a 96% memudar, maka reaksi peredaman radikal pada pengukuran antara 400 – 800 nm bebas (DPPH) telah terjadi. Semakin adalah 516 nm, sedangkan waktu reaksi muda warna ungu yang dihasilkan, yang dibutuhkan adalah 10 menit sebelum semakin besar daya peredamannya, diukur absorbannya. Pengujian secara sehinnga antioksidan yang dihasilkan oleh kuantitatif didapatkan Nilai EC50 pada larutan uji semakin tinggi (Jothy et al., ekstrak kulit buah lemon lokal sebesar 2011). 1002.57 bpj dan lemon impor 269.38 bpj, sedangkan untuk perasan buah lemon lokal sebesar 19205.96 bpj dan lemon

32 Krisnawan et al. 2017. Potensi Antioksidan Ekstrak Kulit dan Perasan … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 30 – 34

impor 5388.58 bpj. Uji statistik dengan. Lemon impor memiliki potensi menggunakan one-way ANOVA menun- antioksidan lebih tinggi dari pada lemon jukan bahwa ada perbedaan yang lokal, sedangkan ekstrak kulit buah signifikan dari nilai-nilai EC50 tersebut. memiliki potensi yang lebih tinggi dari pada perasan buah lemon. Perlu peningkatan kualitas produk untuk meningkatkan daya antioksidan buah lemon lokal supaya lebih baik dari pada produk impor. DAFTAR PUSTAKA Anagnostopoulou, M.A., P. Kefalas, V.P. Papageorgiou, A.N. Assimopoulou dan D. Boskou. 2006. Radical Scavenging Gambar 2. Hasil pengujian daya Activity of Various Extracts and antioksidan ekstrak kulit dan Fractions of Sweet Orange Peel (Citrus perasan daging buah lemon sinensis). Food Chemistry, Vol. 94 (1): lokal dan impor. 19 – 25. Blois, M.S. 1958. Antioxidant Deter- Semakin rendah nilai EC , semakin 50 minations by the Use of Stable Free kuat daya antioksidannya (Blois, 1958). Radical. Nature, Vol. 181: 1199 – Dari gambar 2 dapat disimpulkan bahwa 1200. daya antioksidan lemon impor masih lebih Hajimahmoodi, M., M. Aliabadipoor, tinggi dari pada lemon lokal baik dari G. Moghaddam, N. Sadeghi, M. R. bagian kulit buah yang di ekstrak maupun Oveisi, dan B. Jannat. 2012. Evaluation dari perasan daging buah, sedangkan daya of in vitro Antioxidant Activities of antioksidan kulit buah lebh tinggi dari Lemon Juice for Safety Assessment. pada perasan daging buah. Peningkatan American Journal of Food Technology, kualitas lemon lokal dalam hal potensi Vol. 7 (11): 708 – 714. antioksidannya perlu dikembangkan Jothy, S.L., Z. Zuraini, S. Sasidharan. sehingga mempunyai kualitas yang sama 2011. Phytochemicals Screening, atau melebihi dari lemon impor. Ekstrak DPPH Free Radical Scavenging and etanol kulit buah lemon memang Xanthine Oxidase Inhibitory Activities mempunyai daya antioksidan yang kuat of Cassia fistula Seeds Extract. Journal (Suja et al, 2017) dibanding perasan buah, of Medicinal Plants Research, Vol. 5 hal tersebut dikarenakan perasan buah (10): 1941 – 1947. masih banyak mengandung air, sehingga Muchtadi, D. 2013. Antioksidan dan Kiat konsentrasi senyawa yang berfungsi Sehat di Usia Produktif. Alfabeta. sebagai antioksidan lebih rendah. Pada Bandung. buah lemon, golongan senyawa yang Nizhar, U.M. 2012. Level Optimum Sari berfungsi sebagai antioksidan adalah Buah Lemon (Citrus limon) sebagai flavonoid dan total fenolik Bahan Penggumpal pada Pembentukan (Anagnostopoulou et al., 2006). Curd Keju Cottage. Skripsi. Program SIMPULAN Studi Teknologi Hasil Ternak. Jurusan Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Ekstrak kulit buah dan perasan daging Universitas Hasanudin. Makasar. buah Lemon impor (C. limon) lemon lokal Suja, D., G. Bupesh, N. Rajendiran, V. (C. lemon L. Burm. F. var. Lisbon) Mohan, P. Ramasamy, N.S. Muthiah, mempunyai daya antioksidan yang dapat A.A. Elizabeth, K. Meenakumari dan melawan radikal bebas dari DPPH, K. Prabu. 2017. Phytochemical

33 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Screening, Antioxidant, Antibacterial Activities of Citrus limon and Citrus linensis Peel Extracts. International Journal of Pharmacognosy and Chinese Medicine, Vol. 1 (2): 000108. Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Potensi dan Aplikasi dalam Kesehatan. Kanisius. Yogyakarta.

34

PERTUMBUHAN KULTUR TUNAS TAKA PADA MEDIA MS YANG MENGANDUNG SITOKININ DAN MANITOL UNTUK KONSERVASI IN VITRO Betalini Widhi Hapsari*, Andri Fadillah Martin dan Tri Muji Ermayanti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Cibinong Science Center (CSC) Jl. Raya Bogor KM. 46 Cibinong Bogor 16911 *E-mail: [email protected] Diterima: 07/11/2017 Direvisi: 18/12/2017 Disetujui: 28/12/2017

ABSTRAK Tanaman taka ( Tacca leontopetaloides (L.) Kuntze) merupakan jenis tanaman yang tumbuh terbatas di beberapa daerah pantai di Indonesia. Tanaman ini merupakan tanaman minor sehingga perlu dikonservasi. Umbi taka berpotensi sebagai sumber karbohidrat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan kultur tunas taka pada media yang mengandung sitokinin BAP atau kinetin yang dikombinasikan dengan manitol untuk konservasi secara in vitro . Penelitian dilakukan di Laboratorium Biak Sel dan Jaringan Tanaman Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Cibinong Science Center pada bulan Juni 2016 sampai Maret 2017. Setelah dikonservasi selama 24 minggu, planlet diaklimatisasi. Tunas taka ditumbuhkan selama 24 minggu pada media MS yang mengandung 0, 0.5 ppm BAP dan 0.5 ppm kinetin dikombinasikan dengan manitol 0%, 2%, 4%, dan 6%. Kultur diinkubasi pada ruang bersuhu 25 oC. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 ulangan, data dianalisis dengan ANOVA dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Variabel pengamatan yang diamati setiap minggu selama 24 minggu adalah tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah akar serta daya hidup setelah aklimatisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Media MS tanpa sitokinin dan tanpa manitol (kontrol) dan media MS yang mengandung 0.5 ppm kinetin tanpa manitol menunjukkan pertumbuhan terbaik pada semua variabel pengamatan. Taka yang berasal dari media MS tanpa manitol, MS + 2% manitol, MS + 0.5 ppm BAP tanpa manitol, MS + 0.5 ppm BAP + 2% manitol, MS + 0.5 ppm kinetin tanpa manitol, dan MS + 0.5 ppm kinetin + 2% dan 4% manitol mampu tumbuh di rumah kaca. Kata kunci: Tacca leontopetaloides , in vitro , manitol, sitokinin BAP, kinetin, konservasi. TAKA SHOOT CULTURE GROWTH ON MS MEDIUM CONTAINING CYTOKINES AND MANNITOL FOR IN VITRO CONSERVATION ABSTRACT Tacca leontopetaloides (L.) Kuntze has limited growth only in some coastal area in Indonesia so that conservation of this minor plant is needed. Tuber of Tacca is useful for carbohidrate source. The aim of this research was to investigate growth of Tacca shoots cultured on the medium containing cytokines BAP or kinetin in combination with mannitol for in vitro conservation. The research was conducted at the Plant Cell and Tissue Culture Laboratory, Research Center of Biotechnology LIPI, Cibinong Science Center on July 2016 until March 2017. After being cultured for 24 weeks, plantlets were

35 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

acclimatized. Shoots of Tacca were cultured for 24 weeks on MS medium containing 0, 0.5 ppm BAP and 0.5 ppm kinetin in combination with mannitol at 0%, 2%, 4%, and 6%. All cultures were incubated in a culture room at 25 oC. The experiment used Completely Random Design with 3 replicates. Data were analyzed by ANOVA followed by Duncan Multiple Range Test (DMRT). Growth parameters recorded from 1 to 24 weeks were height of shoots, number of leaves, number of roots as well as survival rate after aclimatization. The results showed MS medium without cytokines or mannitol (control treatment) and MS containing 0.5 ppm kinetin without mannitol gave the best growth. Tacca grown on MS medium without mannitol, MS containing 2% mannitol, MS containing 0.5 ppm BAP without mannitol, MS containing 0.5 ppm BAP in combination with 2% mannitol, MS containing 0.5 ppm kinetin without mannitol, and MS containing 0.5 ppm kinetin in combination with 2% and 4% mannitol grew in the greenhouse. Keywords: Tacca leontopetaloides , in vitro , mannitol, cytokines, BAP, kinetin, conservation.

PENDAHULUAN juga dapat digunakan sebagai salah satu teknik konservasi tanaman. Strategi Tanaman taka ( Tacca leontopetaloides konservasi in vitro dapat diterapkan untuk (L.) Kuntze) merupakan jenis tanaman penyimpanan plasma nutfah dalam jangka yang tumbuh terbatas di beberapa daerah pendek, menengah dan panjang dalam pantai di Indonesia, diantaranya kepulauan kondisi aseptik di laboratorium (Keller Karimunjawa, Yogyakarta, Garut, dan et al ., 2006). Sukabumi (Martin et al ., 2012). Tidak banyak yang mengetahui manfaat dan Ada beberapa hal yang harus kegunaan tanaman taka karena tanaman diperhatikan untuk memperoleh hasil yang ini merupakan tanaman minor sehingga optimal dalam penyimpanan in vitro , yaitu perlu dikonservasi. Potensi terbesar meminimumkan pertumbuhan kultur pemanfaatan umbi taka adalah sebagai sehingga interval waktu subkultur lebih sumber karbohidrat karena kadar patinya panjang, memelihara agar viabilitas tunas yang tinggi (Kunle et al ., 2003; Manek et yang disimpan tidak menurun dan al ., 2005). Karena manfaatnya tersebut, mencegah terjadinya variasi somaklonal tanaman ini berpotensi besar menjadi (Lestari dan Mariska, 2001 dalam sumber pangan alternatif di daerah Noorrohmah et al ., 2015). kepulauan terutama saat laut sedang pasang. Perbanyakan taka secara in vitro mulai dilakukan di Laboratorium Biak Sel dan Tanaman taka agak sulit dibudidayakan Jaringan Tanaman Pusat Penelitian karena sifat dorman umbi yang Bioteknologi LIPI pada tahun 2012. dimilikinya yang menyebabkan tanaman Perbanyakan tunas pada tanaman taka taka tidak selalu tersedia sepanjang waktu, secara optimal dapat dilakukan dengan sehingga untuk perbanyakannya diper- menggunakan media MS (Murashige dan lukan teknik khusus untuk menyediakan Skoog, 1962) dengan penambahan zat sumber bahan tanam (bibitnya). Secara pengatur tumbuh (ZPT) kelompok alami taka berkembangbiak melalui biji sitokinin, yaitu 6-benzil amino purin dan umbi. Kultur jaringan menjadi salah (BAP) atau kinetin dengan konsentrasi satu solusi perbanyakan tanaman secara 0.5 mg.L-1 (Martin et al ., 2012). vegetatif yang dapat menjamin keter- Pemberian sitokinin ke dalam medium sediaan bibit, selain itu, kultur jaringan kultur jaringan penting untuk menginduksi

36 Hapsari et al. 2017. Pertumbuhan Kultur Tunas Taka ( Tacca … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 35 – 43

perkembangan dan pertumbuhan eksplan. Science Center sejak bulan Juni 2016 Senyawa tersebut dapat meningkatkan sampai dengan bulan Maret 2017. pembelahan sel, proliferasi pucuk dan morfogenesis pucuk (George dan Eksplan yang digunakan dalam Sherrington, 1984). penelitian ini berupa bonggol yang berasal dari stok kultur tunas taka koleksi dari Pada konservasi in vitro, salah satu Laboratoium Biak Sel dan Jaringan teknik yang dapat digunakan adalah teknik Tanaman Puslit Bioteknologi LIPI yang pertumbuhan minimal. Laju metabolisme dipelihara pada media MS (Murashige dan tanaman in vitro dapat dihambat dengan Skoog, 1962). Kultur tunas diinisiasi dari dua cara, pertama dengan memodifikasi biji tanaman taka asal Sukabumi yang komponen media melalui penggunaan dikecambahkan secara in vitro . regulator osmotik (osmoregulator) dan zat penghambat tumbuh (retardan), penurunan Media yang digunakan adalah media konsentrasi garam-garam makro, dasar MS tanpa penambahan zat pengatur peningkatan atau penurunan konsentrasi tumbuh, media MS dengan penambahan sukrosa, dan kedua dengan memodifikasi 0.5 ppm BAP, dan media MS dengan lingkungan tumbuh melalui penyimpanan penambahan 0.5 ppm kinetin dikom- pada suhu rendah serta pengurangan binasikan dengan penambahan sukrosa intensitas cahaya (Keller et al. , 2006). 3% (kontrol), manitol 2%; 4% dan 6%. Media dipadatkan dengan agar ( Caisson ) Teknik pertumbuhan lambat ini sudah sebanyak 8 g.L-1. Sebelum disterilisasi, dicobakan pada beberapa tanaman umbi- pH media diatur menjadi 5.8. Media umbian seperti pada ubi kayu, ubi jalar kemudian disterilisasi dengan meng- dan talas (Sunarlim et al ., 2002; gunakan autoklaf dengan suhu 121 oC Noorrohmah et al ., 2015), sedangkan pada tekanan 15 psi selama 15 menit. penggunaan osmoregulator berupa manitol untuk pertumbuhan minimal secara in Parameter pertumbuhan yang diukur vitro sudah digunakan diantaranya pada adalah tinggi tanaman, jumlah daun dan tanaman temu putri dengan konsentrasi jumlah akar. Penelitian disusun dalam manitol 0 – 4% (Lestari dan Supriyati, rancangan acak lengkap. Setiap perlakuan 2001) dan talas dengan konsentrasi mempunyai 3 ulangan dan setiap botol manitol 0 – 6% (Dewi et al ., 2012; terdiri atas tiga tunas tunggal. Kultur Noorrohmah et al ., 2015). diinkubasi pada ruang kultur dengan pencahayaan penuh pada intensitas 800 – Penyimpanan dengan menggunakan 1300 lux pada suhu 25 – 26 oC. osmoregulator khususnya manitol belum Pengamatan parameter tinggi tanaman, dikerjakan pada tanaman taka yang juga jumlah daun dan jumlah akar dilakukan merupakan tanaman umbi-umbian, oleh setiap minggu selama 24 minggu. karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan kultur Tunas taka hasil perlakuan sitokinin tunas taka pada media yang mengandung dan manitol dipindahkan dari ruang kultur sitokinin BAP atau kinetin yang ke rumah kaca selama 2 minggu untuk dikombinasikan dengan manitol untuk hardening , setelah itu tunas dikeluarkan konservasi secara in vitro . dari botol kultur, dibersihkan dari media agar, diberi perangsang akar dan METODE selanjutnya ditanam di dalam pot plastik berisi media tanam berupa campuran Penelitian dilakukan di Laboratorium tanah, kompos, pasir, cocopeat dan sekam Biak Sel dan Jaringan Tanaman Pusat bakar yang sudah disterilkan dengan cara Penelitian Bioteknologi LIPI Cibinong dikukus selama 4 jam. Tunas aklimatisasi

37 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

dipelihara di dalam pot aklimatisasi, ditutup dengan plastik bening dan diletakkan di rak aklimatisasi dalam rumah kaca. Hasil aklimatisasi diamati persentase keberhasilan hidupnya pada minggu ke-4. A Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varian (ANOVA). Kemudian dilanjutkan dengan posthoc test Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) yang dilakukan dengan bantuan software IBM SPSS ver. 22.

HASIL DAN PEMBAHASAN B

Manitol yang ditambahkan pada media MS tanpa penambahan sitokinin mem- perlambat tinggi tunas taka (Gambar 1A). Pola pertumbuhan tinggi tunas taka sampai dengan minggu kedua masih relatif sama, namun setelah itu tinggi tunas taka yang ditumbuhkan pada media C MS0 (MS tanpa penambahan ZPT yang mengandung sukrosa 30 g.L-1) paling Gambar 1. Tinggi tanaman Tacca cepat dibandingkan dengan tunas yang leontopetaloides pada media dikulturkan pada media dengan MS yang mengandung 0 (A); penambahan manitol. Tinggi tunas 0.5 ppm BAP (B); bertambah dengan cepat hingga minggu dan 0.5 ppm kinetin (C) ke-19 selanjutnya tinggi tunas relatif dikombinasikan dengan 0, 2, stabil. 4, dan 6% manitol pada umur 1 – 24 MST. Semakin tinggi konsentrasi manitol yang ditambahkan pada media MS Hasil penelitian penghambatan oleh menghambat tinggi tunas taka. osmoregulator manitol ini juga menun- Penambahan manitol konsentrasi rendah jukkan hal yang sama dengan beberapa yaitu 2% masih mendukung tinggi tunas penelitian lainnya. Joshi dan Jadhav hingga minggu ke-16, setelah itu tinggi (2013) melaporkan bahwa penggunaan tunas relatif stabil hingga minggu ke-24. manitol pada konsentrasi 2 dan 4% Penambahan manitol 4 dan 6% sangat menurunkan tinggi planlet Spilanthes menghambat tinggi tunas taka. Kedua acmella secara signifikan. Charoensub dan konsentrasi manitol ini menghasilkan Phansiri (2004) juga melaporkan hasil pertumbuhan tinggi yang mirip dari awal yang serupa pada tanaman Plumbago penanaman hingga akhir pengamatan indica yang menunjukan penurunan tinggi minggu ke-24. Pola pertumbuhan tinggi planlet dengan penambahan manitol 2% - tunas pada kedua media ini paling lambat. 6%. Penambahan BAP pada media MS baik secara terpisah maupun dikombinasikan dengan manitol 2-6% menghambat tinggi tunas taka mulai minggu ke-1 hingga minggu ke-24 (Gambar 1B) dibandingkan

38 Hapsari et al. 2017. Pertumbuhan Kultur Tunas Taka ( Tacca … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 35 – 43

dengan pertumbuhan tinggi tunas taka pada media MS0 maupun MS + 2% manitol tanpa BAP (Gambar 1A). Pola pertumbuhan tinggi tunas taka pada media MS + 0.5 ppm BAP + 2% manitol lebih tinggi dibandingkan pada media lainnya, namun pada minggu ke-24 tinggi tunas A serupa dengan media MS + 0.5 ppm BAP tanpa menambahan manitol. Pola per- tumbuhan tinggi tunas taka pada media MS + 0.5 ppm BAP + 4% manitol lebih lambat dan pola pertumbuhan tinggi tunas terendah diperoleh pada media MS + 0.5 ppm BAP + 6% manitol (Gambar 1B). Pada media MS yang mengandung B kinetin, pola pertumbuhan tinggi tunas taka berbeda-beda. Penambahan manitol juga menghambat pertumbuhan tinggi tunas taka mulai minggu ke-2 (Gambar 1C). Semakin tinggi konsentrasi manitol semakin menghambat pertumbuhan tinggi tunas. Pola penghambatan pertumbuhan C jumlah daun dari minggu ke-1 hingga ke- 24 berbeda-beda sesuai dengan perlakuan Gambar 2. Jumlah daun Tacca media (Gambar 2). Pada media MS0 dan leontopetaloides pada media MS + 2% manitol memberikan pola MS yang mengandung 0 (A); pertumbuhan yang berbeda sampai dengan 0.5 ppm BAP (B); minggu ke-12, selanjutnya sama hingga dan 0.5 ppm kinetin (C) minggu ke-24. Pada kedua media ini tidak dikombinasikan dengan 0, 2, terdapat penghambatan pertumbuhan 4, dan 6% manitol pada jumlah daun (Gambar 2A). umur 1 – 24 MST. Sitokinin BAP menghambat pertum- Kinetin yang ditambahkan pada media buhan jumlah daun taka yang memberika MS tanpa penambahan manitol meng- pola pertumbuhan serupa dengan tunas hasilkan pola pertumbuhan jumlah daun yang ditumbuhkan pada media MS + 0.5 paling tinggi mulai dari minggu ke-7. Pola ppm BAP + 2 dan 4% manitol. Pening- pertumbuhan menjadi stabil mulai minggu katan konsentrasi manitol menjadi 6% ke-14 hingga minggu ke-24 (Gambar 2C). memberikan pola penghambatan pertum- Penambahan manitol memberikan pola buhan jumlah daun yang paling rendah penghambatan pertumbuhan jumlah daun. (Gambar 2B). Semakin tinggi konsentrasi manitol, penghambatan jumlah daun semakin tinggi yang dimulai dari awal penanaman tunas. Pengamatan pertumbuhan pada minggu ke-24 terhadap tinggi tunas, jumlah daun dan jumlah akar taka menunjukkan bahwa penambahan manitol dapat menghambat

39 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

pertumbuhan tunas taka (Tabel 1). pada media MS tanpa penambahan Analisis statistik menunjukkan bahwa sitokinin dan media MS yang mengan- variabel tinggi tanaman menunjukkan dung 0.5 ppm kinetin. Pada media MS hasil yang berbeda nyata pada media MS tanpa penambahan sitokinin maupun tanpa penambahan sitokinin dan media dengan penambahan sitokinin BAP dan MS dengan penambahan 0.5 ppm kinetin kinetin, secara umum respon pertumbuhan terhadap penambahan konsentrasi manitol, tunas taka terendah diperoleh pada media sedangkan pada media MS tanpa yang mengandung 4% dan 6% manitol. penambahan sitokinin dan media MS Kedua perlakuan tersebut berbeda nyata dengan penambahan 0.5 ppm BAP, dengan media tanpa manitol atau dengan jumlah daun tidak berbeda nyata. penambahan 2% manitol. Semakin tinggi Pengaruh penghambatan pada media yang konsentrasi manitol semakin tinggi pula mengandung 4 dan 6% manitol juga penghambatan pertumbuhan. berbeda nyata terhadap pertumbuhan akar

Tabel 1. Tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah akar Tacca leontopetaloides pada media MS yang mengandung 0, 0.5 ppm BAP, dan 0.5 ppm kinetin dikombinasikan dengan 0, 2, 4, dan 6% manitol pada umur 24 MST. Kombinasi Perlakuan Tinggi Jumlah Daun Jumlah Akar Media Osmoregulator Tanaman (cm) (helai) (helai) Media MS tanpa Gula 30 g/l 6.67 ± 0.63 a 12.50 ± 2.69 a 10.83 ± 2.03 a penambahan Manitol 2% 3.91 ± 0.40 b 12.56 ± 1.74 a 10.00 ± 2.54 a sitokinin Manitol 4% 1.74 ± 0.30 cd 8.22 ± 3.05 abc 1.89 ± 1.11 bc Manitol 6% 1.69 ± 0.20 cd 6.89 ± 0.99 abc 0.89 ± 0.45 bc Media MS + Gula 30 g/l 2.76 ± 0.37 bc 5.11 ± 0.90bc 0.11 ± 0.11 c 0.5 ppm BAP Manitol 2% 2.64 ± 0.44 c 5.67 ± 0.55 bc 0.00 ± 0.00 c Manitol 4% 1.84 ± 0.16 cd 6.22 ± 1.37 bc 0.00 ± 0.00 c Manitol 6% 1.16 ± 0.08 d 2.67 ± 0.93 c 0.00 ± 0.00 c Media MS + Gula 30 g/l 5.98 ± 0.61 a 12.60 ± 1.83 a 10.33 ± 1.55a 0.5 ppm kinetin Manitol 2% 2.79 ± 0.29 bc 10.22 ± 1.85 ab 4.61 ± 1.05 b Manitol 4% 1.74 ± 0.20 cd 5.50 ± 1.43 bc 1.25 ± 0.43 bc Manitol 6% 1.20 ± 0.11 d 2.78 ± 0.95 c 0.00 ± 0.00 c Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada α = 5%. Gambar 3 menunjukkan penghambatan tinggi (Gambar 3D, 3H dan 3L). pertumbuhan yang sangat nyata terhadap Penambahan 0.5 ppm BAP (Gambar 3F) tunas taka pada minggu ke-24. Semakin dan kinetin (Gambar 3J) yang dikom- tinggi konsentrasi manitol semakin besar binasikan dengan 2% manitol memper- pengaruh penghambatan pertumbuhannya. lambat pertumbuhan secara lebih perlahan Penambahan manitol 6% memberikan dibandingkan dengan tanpa penambahan penghambatan pertumbuhan yang sangat sitokinin (Gambar 3B).

40 Hapsari et al. 2017. Pertumbuhan Kultur Tunas Taka ( Tacca … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 35 – 43

Gambar 3. Penampilan kultur tunas Tacca leontopetaloides pada media MS yang mengandung 0, 2, 4, dan 6% manitol (A – D); 0.5 ppm BAP dikombinasikan dengan 0, 2, 4, dan 6% manitol (E – H) dan 0.5 ppm kinetin dikombinasikan dengan 0, 2, 4, dan 6% manitol (I – L) pada umur 24 MST. Tabel 2 menunjukkan bahwa daya mengandung 0.5 ppm BAP menyebabkan hidup pada saat aklimatisasi tertinggi semua planlet tidak mampu tumbuh di diperoleh pada media MS tanpa rumah kaca. Pada media MS yang penambahan manitol baik tanpa mengandung 0.5 ppm kinetin dan 4% penambahan sitokinin maupun dengan manitol masih mampu menghasilkan penambahan 0.5 ppm BAP. Penambahan planlet yang dapat tumbuh di rumah kaca manitol 2% masih memberikan daya walau dengan persentase rendah (Tabel 2). hidup planlet taka cukup baik. Beberapa contoh planlet yang tumbuh Penambahan manitol 4 dan 6% pada setelah proses aklimatisasi disajikan pada media MS0 maupun MS yang Gambar 4.

41 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Tabel 2. Persentase hidup Tacca leontopetaloides hasil aklimatisasi pada umur 4 MST. Kombinasi Perlakuan Persentase Hidup (%) Media Osmoregulator Media MS tanpa penambahan ZPT Gula 30 g/l 83.33 Manitol 2% 50.00 Manitol 4% 0.00 Manitol 6% 0.00 Media MS + 0.5 ppm BAP Gula 30 g/l 100.00 Manitol 2% 50.00 Manitol 4% 0.00 Manitol 6% 0.00 Media MS + 0.5 ppm kinetin Gula 30 g/l 66.67 Manitol 2% 83.33 Manitol 4% 33.33 Manitol 6% 0.00

Gambar 4 . Penampilan Tacca leontopetaloides setelah diaklimatisasi (umur 4 MST) pada media MS0 (A), MS+ 2% manitol (B); MS + 0.5 ppm BAP tanpa manitol (C); MS + 0.5 ppm BAP + 2% manitol (D); MS + 0.5 ppm kinetin tanpa manitol (E); media MS + 0.5 ppm kinetin + 2% manitol (F); media MS + 0.5 ppm kinetin + 4% manitol (G).

SIMPULAN Planlet yang dikulturkan pada media dengan penambahan manitol 4 dan 6% Penambahan manitol memberikan pola tidak berhasil hidup pada tahap penghambatan tunas Tacca aklimatisasi kecuali planlet yang ditanam leontopetaloides yang berbeda-beda. pada media MS yang mengandung 0.5 Semakin tinggi konsentrasi manitol ppm kinetin. memberikan pengaruh penghambatan pertumbuhan yang semakin tinggi baik UCAPAN TERIMA KASIH pada media MS tanpa atau dengan penambahan sitokinin BAP maupun Penulis mengucapkan terima kasih kinetin. Penambahan kinetin memberikan kepada Lutvinda Ismanjani dan Evan pola penghambatan pertumbuhan yang Maulana yang telah membantu dalam rendah sehingga memberikan daya hidup pembuatan media dan memelihara stok planlet lebih tinggi di rumah kaca kultur. Penelitian ini didanai oleh DIPA dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI tahun anggaran 2015 – 2016.

42 Hapsari et al. 2017. Pertumbuhan Kultur Tunas Taka ( Tacca … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 35 – 43

DAFTAR PUSTAKA Lestari, E.G. dan Y. Supriyati. 2001. Penyimpanan Temu Putri ( Curcuma Charoensub, R. dan S. Phansiri. 2004. In petiolata Roxb.) melalui Pertumbuhan Vitro Conservation of Rose Coloured Minimal. BioSMART : Journal of Leadwort: Effect of Mannitol on Biological Science, Vol. 3 (1): 24 – 28. Growth of Plantlets . Kasetsart J. (Nat. http://biosmart.mipa.uns.ac.id/index.ph Sci.)., Vol. 38: 97 – 102. p/biosmart/article/view/75 (Diakses 9 http://www.thaiscience.info/Article OKtober 2017). forThaiScience/Article/2/10001243.pdf Manek, R.V, O.O. Kunle, M.O. Emeje, P. (Diakses 9 Oktober 2017) Builders, G.V.R. Rao, G.P. Lopez dan Dewi, N., B.S. Purwoko, I. Hanarida, A. W.M. Kolling. 2005. Physical, Purwito dan I.S. Dewi. 2012. Thermal and Sorption Profile of Starch Perbanyakan dan Konservasi In Vitro Obtained from Tacca leontopetaloides . Plasma Nutfah Talas ( Colocasia Starch/Stärke, Vol. 57: 55 – 61. doi: esculenta (L.) Schoot). AgroBiogen., 10.1002/star.200400341. Vol. 8 (3): 105. Martin, A.F., T.M. Ermayanti, B.W. doi:10.21082/jbio.v8n3.2012.p.105- Hapsari dan D.E. Rantau. 2012. Rapid 112. Micropropagation of Tacca George, E.F. dan P.D. Sherrington. 1984. leontopetaloides (L.) Kuntze . The 5th Plant propagation by tissue culture : Indonesia Biotechnology Conference. handbook and directory of commercial Hal: 240 – 251. laboratories . Exegetics. Murashige, T. dan F. Skoog. 1962. A Joshi, V. dan S.K. Jadhav. 2013. Effect of revised medium for rapid growth and temperature and media supplements on bio assays with tobacco tissue culture . slow growth conservation of medicinal Physiologia Plantarum. Vol. 15: 473 – plant Spilanthes acmella . Botanica 497. Serbica, Vol. 37 (2): 155 – 160. Noorrohmah, S., A. Wulansari, A. Keller, E.R.J., A. Senula, S. Leunufna dan Fadillah dan M. Ermayanti. 2015. M. Grübe. 2006. Slow growth storage Preservasi Tiga Kultivar Talas and cryopreservation - Tools to (Colocasia esculenta (L.) Schott secara facilitate germplasm maintenance of In Vitro dengan Perlakuan Asam vegetatively propagated crops in living Absisat pada Suhu Rendah dan Suhu plant collections . International Journal Ruang. Seminar Nasional Bioteknologi of Refrigeration. Vol. 29 (3): 411 – III Universitas Gadjah Mada. 417. doi: 10.1016/j.ijrefrig.2005.07. Yogyakarta. Hal: 326 – 350. 012. Sunarlim, N., N. Dewi dan I.R. Kunle, O.O., Y. E. Ibrahim, M.O. Emeje, Tambunan. 2002. Penyimpanan Plasma S. Shaba dan Y. Kunle. 2003. Nutfah Ubi Jalar, Ubi Kayu, dan Talas Extraction, Physicochemical and secara In Vitro dengan Pertumbuhan Compaction Properties of Tacca Starch Minimal. Prosiding Seminar Hasil – a Potential Pharmaceutical Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Excipient. Starch/Stärke., Vol. 55: 319 Tanaman. Balitbiogen. Hal: 244 – 255. – 325. doi: 10.1002/star.200390067.

43

STUDI TERHADAP Bellucia pentamera NAUDIN; PERUBAHAN STATUS INVASIF MENJADI BERMANFAAT LARVASIDA Hanifa Marisa*, Salni, Fitryanda Salfamas dan Yadi Oktariansyah Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya Km 32, Indralaya, Sumatera Selatan, 30662 *E-mail: [email protected] Diterima: 29/09/2017 Direvisi: 23/11/2017 Disetujui: 28/12/2017

ABSTRAK Berasarkan peraturan Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. P94/MENLHK/SETJEN/KUM1/12/2016, spesies Bellucia pentamera tergolong invasif yang dibawa ke Indonesia dari Amerika Latin dan tentunya perlu diawasi. Pada kenyataannya, jenis yang termasuk dalam family Melastomataceae ini, tumbuh di Kalimantan, Jawa Barat serta Sumatra bagian selatan, buahnya dimakan penduduk terutama anak-anak, dan sebagian pohonnya ditanam. Penggalian terhadap potensi sebagai obat anti cacing dan anti jamur pada mulut telah dilakukan di luar negeri. Laboratorium Ekologi Tumbuhan Universitas Sriwijaya, juga telah menemukan bahwa ekstrak daun dapat menghalangi pertumbuhan bakteri Staphilococcus aureus dan Escheria coli. Penelitian terdahulu di laboratorium yang sama, juga mendapatkan sebaran B. pentamera merata di daerah tingkat dua Sumatera Selatan, buahnya mengandung 3,550 mg/100 g vitamin C (berpotensi obat flu/demam) serta pengujian organoleptik membuktikan sayur buah muda dikategorikan enak oleh 40% responden, dan dirasakan sebagai serasa sayur biasa oleh 60% lainnya. Pemanfaatan ekstrak metanol daun untuk larvasida diujikan pada bulan Juni-Juli 2017 di labor dinas kesehatan Baturaja, ternyata konsentrasi ekstrak 3% dapat membunuh 17,5% larva Aedes aegypti selama 24 jam percobaan; dan 37,5% mortalitas untuk 48 jam perlakuan. Studi perkecambahan biji juga dilakukan di rumah percobaan laboratorium ekologi tumbuhan, dengan menghacurkan buah ranum dengan jemari, lalu mengeringkannya di rumah percobaan yang suhunya mencapai lebih 30 oC di siang hari selama 10 hari, lalu dikecambahkan di dua medium, tissue basah dalam cawan petri dan tanah basah dalam polybag. Setelah tiga minggu, ternyata biji-biji B. pentamera belum berkecambah. Perkecambahan baru berhasil setelah biji ditempatkan pada medium kertas tissue yang dijaga selalu basah dalam cawan petri tertutup selama lebih dari delapan minggu. Kata kunci: ekstrak, larva, melastomataceae, mortalitas ON CHANGING OF Bellucia pentamera Naudin Status; FROM DANGEROUS INVASIVE TO USEFUL LARVICIDE PLANT ABSTRACT Bellucia pentamera is a species of plant fall into family Maleastomataceae. It is native to Central America and spreaded to Indonesia at last century. Regulation of Minister of Environmental and Forestry of Indonesia, number P.94/MENLHK/SETJEN/KUM.1/ 12/2016 said that these species is characterized as invasive and need to manage and control. This tree species could be found in West Java, West Kalimantan, Malaysia and

44 Marisa et al. 2017. Studi terhadap Bellucia pentamera Naudin; Perubahan … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 44 – 52

Jambi. Investigation on the potency for antibacterial has been done and shows that leaves extract was effective to kill Staphilococcus saureus and Escheria coli colony with teens mm growth inhibition. Some treatment had been done to increase the value of B. pentamera fruit, become tasty; cooked as vegetable sauted and soup, mix with nut and red sugar as rujak, and grinded with chilie as sambel. As far as tested; it is delicious. Experiment of leaves extract to Aedes aegypti was done and it is showed the potency. Mortality of larva reach 17.5% for 3.0% extract concentration after 24 hours treatment, and 37.5% after 48 hours treatment. Trying for germination of fresh seeds in coverage petri dish found success gerimated seeds after 8 weeks. Keywords: Extract, larvae, melastomataceae, mortality

PENDAHULUAN sebagai obat tradisional sebenarnya sudah dilaporkan di Brunei. Buahnya disebut Bellucia pentamera adalah sejenis sebagi anti cacing dan kulit batang pohon keluarga Melastomataceae. digunakan untuk mengobati keputihan Daunnya lebar dengan pertulangan daun pada lidah balita (Slik, 2016). melengkung, seperti halnya pada Melastoma yang lain. Tumbuhan ini Pada dasarnya, pengendalian nyamuk dibawa pada awal abad 20 ke Kebun Raya lebih mudah pada stadium larva, karena Bogor untuk ditanam namun kemudian pada stadium ini, gerak dan aktivitasnya tersebar luas di Jawa Barat, Kalimantan masih di dalam air dan terbatas. Saat ini, Barat dan Sumatera bagian selatan. insektisida yang telah digunakan oleh Di provinsi Jambi menurut laporan masyarakat, salah satunya ialah temefos de Kok et al . (2015), pohon ini mulai yang ditaburi ke dalam bak mandi guna tumbuh banyak dan menjadi ‘gulma’ baru, membunuh larva, tetapi berbahaya bagi terutama di hutan hujan Harapan. Kudo lingkungan sekitar karena menimbulkan et al ., (2014) juga melaporkan bahwa B bau tidak sedap pada air yang ditaburi pentamera menjadi invasif di Taman abate (Anggriani, 2010 dalam Minarni, Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa 2013). Barat. Daerah sebaran juga meluas ke area Taman Wisata Baning, Jawa, (Dahlia Pengendalian pada stadium larva yang et al ., 2016). Menurut Renner (1986), dilakukan dengan larvasidasisecara terus- tumbuhan ini tersebar luas di daerah menerus dapat menimbulkan resistensi asalnya mulai dari Brazil, Mexico dan pada larva Aedes aegypti , maka perlu Bolivia. Di Sumatra Barat bagian selatan, dilakukan alternatif lain selain bahan organ reproduktif tumbuhan ini menjadi kimia, yang lebih aman untuk mencegah tempat makan atau mungkin juga dimakan perkembangan larva A. aegypti . Salah satu oleh kupu-kupu (Muhelni et al ., 2016). alternatif yang digunakan dengan Berasarkan peraturan Mentri Lingkungan menggunakan tanaman yang mengandung Hidup dan Kehutanan RI No. senyawa-senyawa aktif yang bersifat P94/MENLHK/SETJEN/KUM1/12/2016, toksik sebagai larvasida (Lyaningsih, spesies B. pentamera tergolong invasif. 2004 dalam Rahayu, 2007). Di laboratorium, ekstrak methanol-air Informasi di atas memicu untuk daun yang diperlakuan ke koloni Escheria dilakukannya penelitian lanjut, apakah coli dan Staphilococcus aureus , ternyata B. pentamera juga dapat dimanfaatkan juga dapat memberikan efek daya hambat sebagai penghasil bioaktif pembunuh pertumbuhan bakteri tersebut (Salni dan larva nyamuk? dan jika akan Sari, 2017), Penggunaan tumbuhan ini dibudidayakan, apakah perkecambahan- nya mudah untuk dilakukan?

45 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

METODOLOGI digunakan untuk menghaluskan daun kardia ( B. pentamera ), timbangan untuk Penelitian ini dilaksanakan dari menimbang daun kardia B pentamera tanggal 15 Mei – 15 Juni 2017. Penelitian yang diperlukan, oven untuk ini dilakukan di Laboratorium mengeringkan daun kardia B pentamera , Entomologi, Loka Litbang P2B2, dan saringan untuk mengayak daun kardia Baturaja, Sumatera Selatan. (B. pentamera )sehingga dihasilkan serbuk Bahan yang digunakan dalam daun kardia B pentamera kering. penelitian ini adalah daun kardia Alat untuk preparasi larva instar III A. B. pentamera sebanyak 4 kg yang aegepti antara lain nampan plastik ukuran dikeringkan menggunakan oven kemudian 30 cm x 15 cm untuk tempat memelihara diblender untuk dijadikan serbuk, metanol larva, gelas plastik ukuran 250 ml untuk 96% sebagai pelarut saat pembuatan stock tempat meletakkan larva uji, dan pipet ekstrak, dan aquadest 100 ml sebagai larva. pengencer stock ekstrak untuk mendapat konsentrasi yang diinginkan. Penelitian ini Alat untuk uji efektifitas antara lain juga memerlukan dogfood dalam bentuk gelas ukur 250 ml untuk mengukur jumlah padat sebagai makanan larva. air yang diperlukan, batang pengaduk untuk mengetahui kondisi larva yang mati, Populasi yang digunakan dalam pipet larva untuk mengambil larva, pipet penelitian ini adalah larva instar III tetes untuk mengambil ekstrak daun A. aegypti . Larva instar III A. aegypti ini kardia B pentamera , dan kasa nilon untuk diperoleh dari Loka Litbang P2B2 menutup gelas pertumbuhan larva. Baturaja. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva instar III akhir Rancangan penelitian yang digunakan atau larva instar IV awal A. aegypti , dalam penelitian ini adalah eksperimental karena pada fase tersebut larva ini bersifat dengan menggunakan Rancangan Acak kanibal dan sangat aktif mencari makanan Lengkap (RAL). Pada penelitian ini dibuat dalam jangka waktu yang cukup lama konsentrasi 0%; 1%; 1,5%; 2%; 2,5%; dibanding fase lainnya (WHO, 2015). 3%; dan abate 0,0001% dimana pada penelitian sebelumnya telah diperoleh 1. Kriteria Inklusi LC90 dari ekstrak ethanol daun senggani a. Larva instar III akhir atau IV awal (Melastoma malabathricum L) sebagai Aedes aegypti . larvasida terhadaplarvainstar III A. aegypti b. Larva begerak aktif. sebesar 2,009 % (Lisqorina, 2014). Masing-masing perlakuan berisi 10 ekor 2. Kriteria Eksklusi larva A. aegypti dalam gelas plastik, a. Larva sudah mati sebelum dengan konsentrasi pelarut 10 ml (8 ml air pengujian. dan 2 ml air lara) (Andiani et al., 2015) b. Larva menjadi pupa. dengan 4 kali pengulangan. Maka, pada Alat yang digunakan untuk membuat penelitian ini dibutuhkan total larva ekstak daun kardia ( B. pentamera ) antara sebanyak 280 larva dengan rincian pada lain baskom sebagai tempat atau wadah Tabel 1. Untuk memudahkan pelaksanaan untuk merendam serbuk daun penelitian dan agar penelitian tidak B pentamera dengan metanol 96% yang menjadi terlalu luas maka dibuat definisi berfungsi sebagai pelarut, blender operasional pada Tabel 2.

46 Marisa et al. 2017. Studi terhadap Bellucia pentamera Naudin; Perubahan … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 44 – 52

Tabel 1. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian Perlakuan Jumlah Larva x Jumlah Pengulangan Total Perlakuan I 10 larva x 4 40 larva Perlakuan II 10 larva x 4 40 larva Perlakuan III 10 larva x 4 40 larva Perlakuan IV 10 larva x 4 40 larva Perlakuan V 10 larva x 4 40 larva Perlakuan IV 10 larva x 4 40 larva Perlakuan VII 10 larva x 4 40 larva Total Larva 280 larva

Tabel 2. Definisi operasional variabel Definisi Operasional Skala Definisi Variabel Ukur Variabel Bebas: Ekstrak daun kardia ( B. pentamera ) dinyatakan dalam Ordinal Berbagai konsentrasi persen (%). Masing-masing konsentrasi dibuat dengan ekstrak daun kardian cara pengenceran. Konsentrasi yang digunakan dalam (B. pentamera ) penelitian ini 0%; 1%; 1,5%; 2%; 2,5%; 3% ; dan abate 0,01% Variabel Terikat: Jumlah la rva yang tidak bergerak saat disentuh dengan Rasio Jumlah A. aegypti jarum di daerah siphon atau lehernya. Larva yang yang mati hampir mati juga dikategorikan kedalam larva yang mati dimana ciri-ciri larva yang hampir mati adalah larva terebut tidak dapat meraih permukaan air atau tidak bergerak ketika air digerakkan, sesuai WHO.

Pembuatan Larutan Uji ekstrak daun B. pentamera dengan konsentrasi 100%. Pembuatan ekstrak daun B. pentamera ini menggunakan daun B. pentamera yang didapat dari etnis Meranjat. Tumbuhan kardia B. pentamera yang digunakan dipilih daunnya. Pelarutnya berupa metanol 96%. Sebanyak 4 kg daun B. pentamera yang telah dicuci besih menggunakan air kemudian dioven sampai kering. Setelah kering, daun B. pentamera dicacah halus atau diblender tanpa menggunakan air. Setelah diblender daun B. pentamera ditimbang terlebih dahulu kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Setelah kering potongan daun B. pentamera direndam dalam metanol 96% selama 24 jam. Setelah direndam selanjutnya bahan tersebut disaring, hasil ekstrak yang sudah bersih dari supernatan kemudian dimasukkan dalam rotary evaporator sehinggga diperoleh hasil akhirnya berupa Gambar1. Ekstrak daun Kardia

47 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Penentuan Dosis Ekstrak Daun Kardia dipindahkan ke dalam gelas plastik yang (B. pentamera ) berisi ekstrak daun menggunakan pipet larva. Menurut Qurbany (2015), untuk membuat berbagai konsentrasi yang Uji Pendahuluan Efektifitas Ekstrak diperlukan dapat digunakan rumus: Daun B. pentamera V1.M1 = V 2. M 2 Keterangan: Larutan uji berupa ekstrak daun V1= Volume larutan yang akan B. pentamera dengan 0%; 1%;1,5%; 2%; diencerkan (ml) 2,5%; 3%; dan abate 0,0001% yang M1= Konsentrasi ektsrak daun yang ditambahkan ke dalam gelas ukur yang tersedia (%) berisi larva instar III A. aegypti . Ekstrak V2= Volume larutan (air + ekstrak daun) daun B. pentamera dibagi berdasarkan yang diinginkan (ml) konsentrasi yang telah ditentukan M2= Konsentrasi ekstrak daun yang akan kemudian diletakkan dalam gelas plastik. dibuat (%) Larva diletakkan ke dalam gelas plastik Tabel 3. Jumlah ekstrak daun kardia yang berisi berbagai konsentrasi ekstrak (B. pentamera ) yang daun B. pentamera dengan menggunakan dibutuhkan pipet larva. Perlakuan ekstrak daun Pengulang B. pentamera hanya diberikan pada M₁ V M V 2 2 1 an (V ₁x4) kelompok eksperimen sebanyak 10 ml 100% 10 ml 1,0% 0,10 ml 0,4 ml aquades yang berisi konsentrasi dari 100% 10 ml 1,5% 0,15 ml 0,6 ml larutan ekstrak daun B. pentamera pada 100% 10 ml 2,0% 0,20 ml 0,8 ml tiap ulangan. Pada masing-masing perlakuan berisi 10 larva instar III 100% 10 ml 2,5% 0,25 ml 1,0 ml A. aegypti (Andriani et al., 2015). 100% 10 ml 3,0% 0,30 ml 1,2 ml Berdasarkan WHO (2005) jumlah Total 4,0 ml pengulangan sebanyak 4 kali pada setiap Berdasarkan rumus tersebut, didapat- konsentrasi dan kontrol yang digunakan. kan hasil perhitungan kebutuhan volume Pengukuran pada kelompok sampel larutan yang akan diencerkan (Tabel 3). dilakukan dalam 24 jam dan berakhir Preparasi Bahan Uji dengan cara menghitung larva yang mati. Telur A. aegypti yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Ruang Insektarium Loka Litbang P2B2 Baturaja, Sumatera Selatan. Telur A. aegypti kemudian diletakkan di dalam nampan plastik yang berisi air untuk pemeliharaan larva. Menurut Qurbany (2015) telur akan menetas menjadi larva dalam waktu 1 – 2 hari. Namun, sebelum ditetaskan, disiapkan fermentasi hati sebagai media penetasan telur (WHO, 2005). Larva akan berkembang dari stadium I sampai stadium III selama lebih kurang empat hari, dalam masa perkembangannya larva Gambar 2. Perkecambahan; buah masak diberi makan berupa dogfood yang telah dikeringkan di rumah difermentasikan. Pada saat larva sudah percobaan Biologi FMIPA mencapai instar III, larva tersebut Unsri.

48 Marisa et al. 2017. Studi terhadap Bellucia pentamera Naudin; Perubahan … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 44 – 52

Perkecambahan ukuran rata-rata dihancurkan dengan 30 ml air hingga menjadi larutan warna Buah masak disangrai di dalam cawan kuning keruh. Larutan ini diperlakukan petri di meja rumah percobaan selama dua pada jentik nyamuk rumah dalam wadah minggu lalu dikecambahkan dalam warna putih. Tanggap perilaku jentik polybag dengan medium tanah basah dan nyamuk diamati segra setelah perlakuan di cawan petri dengan medium kertas maupun sampai beberapa jam kemudian. tissue. Uji perkecambahan pertama Pencatatan dilakukan pada tanggap dilakukan selama tiga minggu. Uji perilaku dan jumlah yang mati jika ada. perkecambahn seterusnya dilakukan dalam cawan petri dengan menggunakan HASIL DAN PEMBAHASAN biji yang tidak dikeringkan terlebih dahulu, dimana buah masak dihancurkan Tabel 4 menunjukan hasil percobaan dan bagian daging buah dibuang dan dari pengaruh ekstrak metanol daun pada dibersihkan dengan air, lalu biji mortalitas setelah 24 dan 48 jam dikecambahkan dalam cawan petri, perlakuan. Penelitian yang dilakukan oleh ditutup selama lebih dari dua bulan. Lisqorina (2014), membuktikan bahwa ekstrak etanol daun senggani yang Uji Ekstrak Air Daun dan Buah termasuk famili Melastomaceae mem- terhadap Jentik Nyamuk punyai aktivitas sebagai larvasida A. aegypti karena teridentifikasi adanya Selembar daun yang dipilih paling senyawa insektisida yaitu flavonoid, lebar dihancurkan dengan menggilingnya saponin, dan tanin. Konsentrasi yang lalu diberikan 30 ml air hingga menjadi dapat membunuh 90% larva A. aegypti larutan kental hijau. Larutan ini berada pada kisaran konsentrasi 1,75% diperlakukan pada jentik nyamuk rumah dan 2%. Semakin besar konsentrasi maka dalam wadah putih lalu diamati tanggap semakin banyak senyawa larvasida yang perilaku jentik nyamuk terhadap lariutan terkandung, sehingga daya bunuh larva tersebut. Begitu juga stu buah masak juga semakin besar.

Tabel 4. Hasil Pengamatan Mortalitas Larva A. aegypti 24 jam Konsentrasi Persentase Mortalitas Jumlah Sampel Ekstrak 24 jam 48 jam 0% 10 0% 0 % 1,0% 10 2,5% 2,5 % 1,5% 10 2,5% 5,0 % 2,0% 10 0% 10,0 % 2,5% 10 0% 7,5 % 3,0% 10 17,5% 37,5 % Abate 1 ppm 10 100,0% 100,0 %

Kematian tertinggi larva instar III oleh larvasida didukung oleh komposisi kimia ekstrak daun kardia ( B. pentamera yang terdapat dalam tumbuhan ini yang Naudin) pada konsentrasi 3,0% yang antara lain adalah tanin sebanyak 70% menunjukkan bahwa tumbuhan ini dengan pelarut butanol (Serna dan memiliki potensi sebagai larvasida Martinez, 2015). Hal ini sesuai dengan meskipun belum mencapai hasil pendapat Suyanto (2008) dalam Haditomo memuaskan dengan waktu perlakuan 24 (2010) yang menyatakan bahwa tanin jam. Kemampuan tumbuhan ini sebagai dapat menurunkan kemampuan mencerna

49 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

makanan dengan cara menurunkan A B aktivitas enzim pencernaan (protease dan amilase) serta mengganggu aktivitas protein usus. Serangga yang memakan tumbuhan dengan kandungan tanin tinggi akan memperoleh sedikit makanan, akibatnya akan terjadi penurunan pertumbuhan. Gambar 4. Bunga dan buah muda (A) dan buah masak Kardia (B) Perkecambahan biji yang dikeringkan selama seminggu di rumah percobaan tidak menunjukkan tanda perkecambahan setelah sepuluh hari. Perkecambahan biji segar di dalam cawan petri juga belum terlihat tanda perkecambahan setelah seminggu, hanyasaja setelah tiga minggu ada terlihat warna kuning kehijauan. Barulah setelah dua bulan ada muncul kotiledon dan radikula. Gambar kecambah tampak pada Gambar 5. Gambar 3. Larva nyamuk percobaan. Uji ekstrak air dari daun buah terhadap larva nyamuk mendapatkan hasil bahwa tidak ada kematian larva secara instan saat perlakuan. Pengamatan setelah satu jam, juga memperlihatkan bahwa tidak satupun jentik nyamuk rumah yang mati. Hanya saja, secara tingkah laku, jentik nyamuk terlihat menghindar dari gumpalan ekstrak saat pertama dimasukkan dalam wadah tempat mereka berada. Uji pendahaluan ini menunjukkan bahwa bioaktif antilarva dalam buah dan daun tidak efektif jika dilarutkan dalam air. Hasil ini sangat bersesuaian dengan yang ditemukan oleh Gambar 5. Kecambah muncul setelah dua Martins et al ., (2016) yang memberikan bulan. Perhatikan bagian yang ekstrak air dari bagian atas tumbuhan dilingkari warna merah. B. grossularioides pada S. aureus, C. albicans, C. krusei dan A. parasiticus . SIMPULAN Tak satupun dari bakteri dan jamur Dari eksperimen yang dilakukan dapat tersebut yang terhalang pertumbuhannya ditarik kesimpulan bahwa selain ber- oleh ekstrak yang dilarutkan potensi sebagai anti-cacing dan jamur menggunakan air. mulut; B. pentamera juga efektif dalam menghalangi pertumbuhan bakteri S. aereus dan E. coli, mengandung vitamin C hingga dapat berperan dalam mengatasi demam, enak dimakan sebagai sayur (berasa sayur asem), dan kini terbukti dapat membunuh larva nyamuk

50 Marisa et al. 2017. Studi terhadap Bellucia pentamera Naudin; Perubahan … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 44 – 52

A. aegypti yang merupakan vektor Harapan Rainforest, Sumatra . Tropical penyakit demam berdarah. Dengan Conservation Science, Vol. 8 (1): 28 – demikian, spesies yang ditakuti sebagai 32. invasif ini dapat dikategorikan sebagai Kudo, Y., Z. Mutaqien, H. Simbolon, dan tumbuhan bermanfaat, sekalipun per- E. Suzuki. 2014. Spread of Invasive cobaan menumbuhkannya belum berhasil Plants along Trails in Two National dilakukan di laboratorium untuk waktu Parks in West Java, Indonesia . tiga minggu. Gejala tumbuh pada Tropics, Vol 23 (3): 99 – 110. germinasi biji yang tidak dikeringkan Lisqorina. 2014. Uji Aktifitas Ekstrak kelihatan dengan adanya warna kuning Etanol Daun Senggani (Melastoma kehijauan pada kertas tissue medium. malabatricum L.) sebagai Larvasida Namun belum memperlihatkan hasil yang Aedes aegypti . Fakultas Kedokteran nyata adanya radikula. Sampai akhirnya Universitas Tanjungpura. Pontianak. perkecambahan berlangsung 8 minggu, Lyaningsih, 2004, Taksikologi Dasar. barulah terlihat ada radikula dan epikotil. Dalam. Rahayu, D. 2007. Uji Aktivitas Begitu juga halnya dengan peng- Larvasida Minyak Atsiri Bunga Melati gunaannya sebagai anti nyamuk rumah (Jasminum Sambac (L.)ait) terhadap pada stadium larva, belum efektif jika Daya Bunuh Larva Nyamuk Aedes dilarutkan dengan air. aegipty Instar III. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. DAFTAR PUSTAKA Martins, R.T.D.M.C., A.K.P. Borges, A.M. Armiato, dan R.S. Pimenta. 2016. Andriani, L. dan N.S. Yulianis. 2015. Uji Antimicrobial and Phytotoxicity Aktivitas Larvasida terhadap Larva Activities of Aquaeus Crude Extract Culex sp. dan Aedes sp. dari Ekstrak from the Amazonian ethnomedical Daun Alpukat. Prosiding Seminar Plant Bellucia grossularioides (L) Nasional & Workshop “Perkembangan Triana . J Medical Plants Research, Terkini Sains Farmasi & Klinik 5”. Pa Vol. 10 (10): 130 – 138. dang, 6 – 7 November 2015. Hal: 97 – Muhelni, L., H. Herwina dan Dahelmi. 102. 2016. Stratificatin of Fruit Feeding Anggriani. 2010. Uji Larvasida Ekstrak Butterflies at a Conservation Forest of Rimpang Lengkuas ( Alpinia galanga Oil Palm Plantation in West Sumatra, S.W.) terhadap Kematian Larva Indonesia . Journal of Entomology and Nyamuk Aedes aegypti . Dalam. Zoology Studies, Vol. 4 (4): 535 – 540. Minarni, E., T. Armansyah dan M. Qurbany, Z.T. 2015. Uji Efektifitas Hanafiah. 2013. Daya Larvasida Ekstrak Ethanol Daun Pandan Wangi Ekstrak Etil Asetat Daun Kemuning (Pandanus amaryllifolius Roxb.) (Murraya paniculata (L) Jack) sebagai Larvasida Aedes aegypti (L.). terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti. Fakultas Kedokteran. Universitas Jurnal Medikal Veterinaria, Vol. 7 (1): Lampung. Lampung. 27 – 29. Renner, S.S. 1986. Reproductive Biology Dahlia, Ibrohim, dan S. Mahanal. 2016. of Bellucia (Melastomataceae) . Acta Pemanfaatan Potensi Hutan Wisata Amazonica, Vol. 16: 197 – 208. Baning sebagai Sumber Belajar Salni dan Y. Sari. 2017. Uji Aktifitas Interaksi Makhluk Hidup dengan Antibakteri Fraksi dan Senyawa Aktif Lingkungan di SMP. Prosiding Ekstrak Daun Kardia ( Bellucia Seminar Nasional Pendidikan IPA pentamera Naudin) Terhadap Escheria Pascasarjana UM, Vol. 1: 873 – 886. coli dan Staphylococcus aureus . de Kok, R.P.J., M. Briggs, D. Pirnanda, Skripsi. Departemen Biologi. FMIPA. dan D. Girmansyah. 2015. Identifying Targets for Plant Coservation in

51 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Universitas Sriwijaya. Indralaya. aegypti L. Dalam. Haditomo, I. 2010. (Tidak dipublikasi). Efek Larvasida Ekstrak Daun Cengkeh Serna, D.M.O. dan J.H.I. Martinez. 2015. (Syzygium aromaticum L.) terhadap Phenolics and Polyphenolics from Aedes aegypti L. Skripsi. Universitas Melastomataceae Species . Molecules, Sebelas Maret. Surakarta. Vol. 20 (10): 17818 – 17847. WHO. 2005. Guideline For Laboratory Slik, F. 2016. Bellucia pentamera Naudin. and Field Testing of Mosquito Ann. Sci. Nat. ser., 3; 6; 105. Larvacide. World Health Organization. Suyanto F. 2009. Efek Larvasida Ekstrak Communicable Disease Control, Kulit Buah Manggis ( Garcinia Prevention and Eradication. WHO mangostana L.) terhadap Larva Aedes Pesticide Evaluation Scheme.

52

PERAN FLAVONOID CINCAU HIJAU (Premna oblongifolia ) TERHADAP TUMOR OTAK Slamet Sudi Santoso Departemen Pendidikan Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta Jalan KH. Ahmad Dahlan, Cirendeu Ciputat, Tangerang Selatan E-mail: [email protected] Diterima: 17/10/2017 Direvisi: 01/11/2017 Disetujui: 28/12/2017

ABSTRAK Penyakit tumor merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh tumor. Salah satu tumor yang dapat menyebabkan kematian adalah tumor otak. Tumor otak meliputi sekitar 85-90% dari seluruh tumor susunan saraf pusat. Di Amerika Serikat insidensi tumor otak ganas dan jinak adalah 21,42 per 100.000 penduduk per tahun (7,25 per 100.000 penduduk untuk tumor otak ganas, 14,17 per 100.000 penduduk per tahun untuk tumor otak jinak). Pengobatan tumor yang aman dan efektif masih belum ditemukan. Dengan demikian, usaha untuk menemukan obat tumor perlu terus dilakukan untuk mendapatkan obat yang efektif dengan efek samping yang kecil. Usaha yang perlu dilakukan yaitu dengan pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan dalam pengobatan tumor otak adalah daun cincau hijau ( Premna Oblongifolia ). Tujuan literature review ini mengetahui pemanfaatan cincau hijau sebagai alternatif kesehatan dalam mencegah terjadinya penyakit-penyakit yang disebabkan karsinogen, khususnya tumor otak. Penelitian ini menggunakan Literature review dengan beberapa kajian referensi. Daun cincau hijau mengandung karbohidrat, lemak, protein, klorofil, dan senyawa-senyawa lainnya seperti polifenol, flavonoid, serta mineral dan vitamin diantaranya kalsium, fosfor, vitamin A, dan vitamin B. Kandungan polifenol dan flavonoid dalam daun cincau hijau berfungsi sebagai antioksidan. Senyawa flavonoid mempunyai ikatan gula yang disebut aglikon yang berikatan dengan berbagai gula dan sangat mudah terhirolisis atau mudah lepas dari gugus gulanya. Flavonoid merupakan antioksidan yang berpotensi mencegah radikal bebas. Cincau hijau mengandung komponen bioaktif pembunuh sel tumor dan menghalau senyawa- senyawa berbahaya pemicu tumor yaitu senyawa flavonoid. Kata kunci: Cincau hijau, flavonoid, tumor THE ROLE OF GREEN JELLY (Premna oblongifolia) FLAVONOIDS AGAINST BRAIN TUMORS ABSTRACT Tumor is one of the leading causes death in the worldwide. In 2012, about 8,2 million deaths caused by tumors. One of tumors that can cause death was a brain tumor. Brain tumor covered about 85-90% of all central nervous system tumors. In United States, the incidence of malignant and benign brain tumors were 21,42 for each 100.000 population per year. But until now it has not been found the safe and effective treatment for tumor. Therefore, thus effort to find a treatment for tumor need to be continuosly to obtain an effective treatment with minor side effects. Efforts that needs to be done was the utilization of plants as a traditional medicine. One of the plants that can be utilized

53 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” in the treatment of brain tumors is green grass jelly (Premna oblongifolia). The purpose of this literature review is to know the utilization of green grass jelly as an alternative in preventing the occurence of disease caused by carcinogenic substances, especially brain tumor. This study used the literature review with some reference studies. Green grass jelly leaves contain carbrohydrates, fats, proteins, chlorophylls, and other compounds such as polyphenols, flavonoids, and minerals and vitamins such as calcium, phosporus, vitamin A and vitamin B. the content of polyphenols and flavonoids in green grass jelly acts as an antioxidant. Flavonoid compounds had a sugar bonds called aglycans that bind to various sugars and were very easily separated from the sugar group. Flavonoids are antioxidants that potentially prevent free radicals. Green grass jelly contains flavonoid compound that is a bioactive component of tumor cell killer and dispels the harmful compounds that triggered tumor. Keywords: Flavonoid, green grass jelly, tumor

PENDAHULUAN tinggi terjadi pada pria (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015). Penyakit tumor merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh Tumor otak memerlukan penanganan dunia. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta multidisiplin, sementara belum terdapat kematian disebabkan oleh tumor. Lebih keseragaman secara nasional dalam dari 30% dari kematian akibat tumor pendekatan terapi. Terdapat kesenjangan disebabkan oleh lima faktor risiko dalam fasilitas sumber daya manusia dan perilaku dan pola makan, yaitu indeks sumber daya alat (sistem) dari berbagai massa tubuh tinggi, kurang konsumsi buah fasilitas (institusi) layanan kesehatan, baik dan sayur, kurang aktivitas fisik, untuk skrining, diagnostik, maupun terapi, penggunaan rokok, dan konsumsi alkohol sehingga diperlukan kebijakan standar berlebihan. Lebih dari 60% kasus baru yang profesional agar masing masing dan sekitar 70% kematian akibat tumor di fasilitas tersebut dapat berperan optimal dunia setiap tahunnya terjadi di Afrika, dalam penanganan tumor otak di Asia dan Amerika Tengah dan Selatan. Indonesia (Komite Penanggulangan Diperkirakan kasus tumor tahunan akan Kanker Nasional, 2015). meningkat dari 14 juta pada 2012 menjadi 22 juta dalam dua dekade berikutnya Menurut Alberts et al. (1994), pengo- (Pusat Data dan Informasi Kementerian batan tumor yang aman dan efektif masih Kesehatan RI, 2015). belum ditemukan. Dengan demikian, usaha untuk menemukan obat tumor perlu Tumor otak meliputi sekitar 85% - 90% terus dilakukan untuk mendapatkan obat dari seluruh tumor susunan saraf pusat. Di yang efektif dengan efek samping yang Amerika Serikat, insidensi tumor otak kecil. Salah satu usaha yang perlu dicoba ganas dan jinak adalah 21,42 per 100.000 adalah dengan menggali sumber alam penduduk per tahun (7,25 per 100.000 nabati yang secara empiris telah banyak penduduk untuk tumor otak ganas, 14,17 digunakan oleh masyarakat untuk mengo- per 100.000 penduduk per tahun untuk bati tumor. tumor otak jinak). Angka insidens untuk tumor otak ganas di seluruh dunia Traditional Medicine or Com- berdasarkan angka standar populasi dunia plementary and Alternative Medicine adalah 3,4 per 100.000 penduduk. Angka (TM/CAM) marak diperbincangkan mortalitas adalah 4,25 per 100.000 penelitian, penggunaan, dan pengem- penduduk per tahun. Mortalitas lebih bangannya. TM/CAM merupakan cara pengobatan yang dilakukan secara turun

54 Santoso . 2017. Peran Flavonoid Cincau Hijau ( Premna … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 53 – 61

temurun, sebagai pendamping atau peng- KARAKTERISTIK CINCAU HIJAU ganti pengobatan konvensional. Indonesia memiliki kekayaan TM/CAM tersendiri Tumbuhan cincau perdu mempunyai karena banyaknya etnis, kebudayaan dan ciri-ciri morfologi batang tegak, tinggi 1 – kearifan lokal. Salah satunya adalah 3 meter, bulat, berkayu, berwarna hijau pengetahuan tentang pengobatan dan berkilat. Daun bagian atas licin, anak daun paling terkenal adalah penggunaan jamu. berhadapan, panjang 15-20 cm, lebar 13 Jamu terdiri dari bahan tanaman atau cm, helaian daun tipis, ujung dan pangkal binatang yang diyakini memiliki khasiat lancip, tepi daun rata, tulang daun tertentu. Penggunaan bahan tanaman atau melengkung. yang disebut herbal ini mulai banyak diteliti kandungan aktif, efektifitas dan keamanannya oleh para ahli biologi dan para ahli farmakologi (Departemen Kesehatan RI, 2007). Pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional bukanlah hal yang baru, dan telah dikenal masyarakat secara luas sejak zaman dahulu. Penggunaan obat-obatan Gambar 1. Tanaman Cincau Hijau yang berasal dari tanaman banyak (Premna oblongifolia ) diminati oleh kalangan masyarakat, meskipun telah banyak beredar obat jadi Cincau hijau diklasifikasikan ke dalam: yang merupakan senyawa sintesis. Banyak Plantae (kingdom); Spermatophyta tanaman yang digunakan untuk pengo- (divisi); Angiospermae (sub-divisi); batan tradisional berbagai penyakit. Salah Dicotyledoneae (kelas); Lamiaceae satu contohnya adalah tanaman cincau (ordo); Verbenaceae (genus); Premna hijau yang mengandung flavonoid yang oblongifolia Meer. (spesies); Premna bermanfaat dalam pengobatan tumor. oblongifolia var clemensorum Moldenke Tumbuhan cincau dapat tumbuh di daerah (sinonim). Di beberapa daerah di dataran rendah sampai ketinggian 1500 Indonesia, cincau hijau dikenal dengan meter dari permukaan laut. Tumbuhan ini nama jukut jelly (Jawa Barat) dan suket tumbuh ditepi hutan, lereng-lereng jurang, lele (Jawa Tengah). Sedangkan di dan di semak-semak. Terdapat empat jenis beberapa negara dikenal dengan nama: tumbuhan cincau yang telah dikenal dan shao xian cao (Cina) dan thach den dimanfaatkan masyarakat yaitu cincau (Vietnam) (Pitojo, 2008). hijau bulu rambat ( Cyclea barbata Meer.), Kandungan kimia primer dalam daun cincau hitam ( Mesona palustris ), cincau cincau antara lain: protein, lemak, serat, minyak ( Stephania hermandifolia ), dan karbohidrat, klorofil. Senyawa kimia cincau perdu ( Premna oblongifolia Meer.) skunder yang terkandung dalam daun (Pitojo, 2008). cincau perdu antara lain: saponin, Kajian mengenai peran flavonoid glikosida, flavonoid, alkaloid, tanin, cincau hijau ini menggunakan liteature steroid atau triternoid. review . Tujuan kajian adalah mengetahui MEKANISME TUMOR OTAK pemanfaatan cincau hijau sebagai alternatif kesehatan dalam mencegah Neoplasma sistem saraf pusat (SSP) terjadinya penyakit-penyakit yang mencakup neoplasma yang berasal dari disebabkan karsinogen, khususnya tumor dalam otak, medulla spinalis, atau otak. meningen, serta tumor metastatik yang berasal dari tempat lain. Neoplasma SSP

55 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” primer sedikit berbeda dengan neoplasma merusak dirinya dengan apoptosis jika yang timbul di tempat lain, dalam artian kerusakan DNA sudah terlalu berat. bahwa bahkan lesi yang secara hitologis Apoptosis adalah proses aktif kematian sel jinak. Inflamasi (peradangan) serta yang ditandai dengan pembelahan DNA pertumbuhan jaringan abnormal muncul kromosom, kondensasi kromatin, serta disebabkan oleh mutasi DNA di dalam fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri. sel, akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut Mutasi yang menekan gen untuk menyebabkan timbulnya tumor. Pada mekanisme tersebut biasanya dapat dasarnya sel tubuh memiliki mekanisme memicu terjadinya kanker. perbaikan DNA yang menyebabkan sel

Gambar 2. Mekanisme Tumor Menjadi Kanker Sel tumor atau kanker dapat Sebagai hasilnya, tumor akan merusak menyebabkan kematian karena penekanan jaringan otak (Cook dan Freedman. 2012). terhadap struktur vital. Selain itu, berbeda dengan neoplasma yang timbul di luar Tumor otak intrakranial dapat SSP, bahkan tumor otak primer yang diklasifikasikan menjadi tumor otak secara histologis ganas jarang menyebar benigna dan maligna. Tumor otak benigna kebagian tubuh lain (Kumar et al. , 2007). umumnya ektra-aksial, yaitu tumbuh dari meningen, saraf kranialis, atau struktur Pada kasus kanker, terdapat sekum- lain dan menyebabkan kompresi ekstrinsik pulan sel normal atau abnormal yang pada substansi otak. Meskipun dinyatakan tumbuh tak terkontrol membentuk massa benigna secara histologis, tumor ini dapat atau tumor. Pada saat tumor otak terjadi, mengancam nyawa karena efek yang pertumbuhan sel yang tidak diperlukan ditimbulkan. Tumor maligna sendiri secara berlebihan menimbulkan pene- umumnya terjadi intra-aksial yaitu berasal kanan dan kerusakan pada sel-sel lain di dari parenkim otak. Tumor maligna dibagi otak dan mengganggu fungsi otak bagian menjadi tumor maligna primer yang tersebut. Tumor tersebut akan menekan umumnya berasal dari sel glia dan tumor jaringan otak sekitar dan menimbulkan otak maligna sekunder yang merupakan tekanan oleh karena tekanan berlawanan metastasis dari tumor maligna di bagian oleh tulang tengkorak, dan jaringan otak tubuh lain (Ginsberg, 2011). yang sehat, serta area sekitar saraf. Pada pasien tumor otak yang berusia tua dengan atrofi otak, kejadian edema

56 Santoso . 2017. Peran Flavonoid Cincau Hijau ( Premna … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 53 – 61

otak jarang menimbulkan peningkatan ROO ● + RH → ROOH + R ●; dan tekanan intra kranial, mungkin dikarena- (3) Tahap terminasi R ● + R ● → RR ROO ● kan ruang intrakranial yang berlebihan. + R ● → ROOR Hal ini dapat menjelaskan tidak adanya papiledema pada pasien berusia tua. Tahap inisiasi adalah tahap awal Muntah lebih sering terjadi pada anak- terbentuknya radikal bebas. Tahap anak dibandingkan dengan dewasa dan propagasi adalah tahap perpanjangan biasanya berhubungan dengan lesi di radikal berantai, dimana terjadi reaksi daerah infratentorial (Kaal dan Vecht, antara suatu radikal dengan senyawa lain 2004). dan menghasilkan radikal baru. Tahap terminasi adalah tahap akhir, terjadinya RADIKAL BEBAS PENYEBAB pengikatan suatu radikal bebas dengan TUMOR OTAK radikal bebas yang lain sehingga menjadi tidak reaktif lagi. Ketika proses tersebut Radikal bebas adalah setiap molekul terjadi maka siklus reaksi radikal telah yang mengandung satu atau lebih elektron berakhir (Kumalaningsih, 2006). Adapun yang tidak berpasangan. Radikal bebas pengaruh radikal bebas terhadap DNA sangat reaktif dan dengan mudah terlihat pada Gambar 3. menjurus ke reaksi yang tidak terkontrol. Perubahan ini akan menyebabkan proses penuaan. Radikal bebas juga terlibat dan berperan dalam penyebab dari berbagai penyakit degeneratif, yakni tumor, aterosklerosis, jantung koroner, katarak, dan penyakit degenerasi saraf seperti Parkinson (Silalahi, 2006). Sifat radikal bebas yang tidak stabil menyebabkan reaksi menerima atau memberikan Gambar 3. Pengaruh Radikal Bebas pada elektron dengan molekul sekitarnya. DNA Kebanyakan molekul ini bukan radikal bebas melainkan makromolekul biologi Radikal bebas dapat menimbulkan seperti lipid, protein, asam nukleat, dan berbagai perubahan pada DNA yang karbohidrat. Dengan reaksi ini timbullah antara lain: hidroksilasi basa timin dan reaksi radikal bebas beruntun yaitu sitosin, pembukaan inti purin dan terbentuknya radikal bebas baru yang pirimidin serta terputusnya rantai bereaksi lagi dengan makromolekul lain fosfodiester DNA. Bila kerusakan tak terlalu parah, maka masih bisa diperbaiki (Kosasih et al. , 2004). oleh sistem perbaikan (repair system ) Pembentukan radikal bebas dan reaksi DNA. Namun apabila kerusakan terlalu oksidasi pada biomolekul akan berlang- parah, misalnya rantai DNA terputus- sung sepanjang hidup. Radikal bebas yang putus di berbagai tempat, maka kerusakan sangat berbahaya dalam makhluk hidup tersebut tak dapat diperbaiki dan replikasi antara lain adalah golongan hidroksil sel akan terganggu.. Susahnya, perbaikan (OH -), superoksida (O 2-), nitrogen DNA ini sering justru menimbulkan monooksida (NO), peroksidal (RO 2-), mutasi, karena dalam memperbaiki DNA peroksinitrit (ONOO -), asam hipoklorit tersebut sistem perbaikan DNA cenderung (HOCl), hydrogen peroksida (H 2O2) membuat kesalahan ( error prone ), dan (Silalahi, 2006). Secara umum tahapan apabila mutasi ini mengenai gen-gen reaksi pembentukan radikal bebas adalah tertentu yang disebut onkogen, maka (1) Tahap inisiasi RH + initiator → R ●; mutasi tersebut dapat menimbulkan tumor ● ● (2) tahap propagasi R + O 2 → ROO (kanker) (Suryohudoyo, 1993).

57 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

FLAVONOID DALAM CINCAU golongan senyawa yang menunjukkan HIJAU (Premna Oblongifolia) hasil positif antioksidan, terdeteksi sebagai alkaloid dan flavonoid. Senyawa flavonoid merupakan salah satu senyawa polifenol yang mengandung Daun cincau hijau mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang karbohidrat, lemak, protein, klorofil, dan tersusun dalam konfigurasi C6–C3–C6, senyawa-senyawa lainnya seperti poli- yaitu dua cincin aromatik yang fenol, flavonoid, serta mineral dan vitamin dihubungkan oleh satuan 3 karbon yang diantaranya kalsium, fosfor, vitamin A, dapat atau tidak dapat membentuk cincin dan vitamin B. Kandungan polifenol dan ketiga (Markham, 1998). Kerangka flavonoid terkandung dalam daun cincau flavonoid dapat dilihat pada Gambar 3. hijau berfungsi sebagai antioksidan. Senyawa flavonoid mempunyai ikatan gula yang disebut aglikon yang berikatan dengan berbagai gula dan sangat mudah terhirolisis atau mudah lepas dari gugus gulanya. Flavonoid merupakan anti- oksidan yang berpotensi mencegah radikal Gambar 4. Kerangka flavonoid bebas. Senyawa tersebut mempunyai sifat anti bakteri dan anti viral (Priyono, 2007). Flavonoid dalam tumbuhan sebagai campuran dari flavonoid yang berbeda Antioksidan adalah senyawa yang golongan dan jarang sekali dijumpai mempunyai struktur molekul yang dapat hanya flavonoid tunggal. Flavonoid pada memberikan elektronnya kepada molekul tumbuhan terdapat dalam berbagai bentuk radikal bebas tanpa terganggu sama sekali struktur molekul dengan beberapa bentuk dan dapat memutus reaksi berantai dari kombinasi glikosida. Untuk menganalisis radikal bebas. Menurut Kumalaningsih flavonoid lebih baik memeriksa aglikon (2006), terdapat tiga macam antioksidan yang telah terhidrolisis daripada dalam yaitu (1) Antioksidan yang dibuat oleh bentuk glikosida dengan strukturnya yang tubuh kita sendiri yang berupa enzim pada rumit dan kompleks. Flavonoid dapat tubuh manusia, contohnya: enzim berkhasiat sebagai antioksidan, antibakteri superoksida dismutase. (2) Antioksidan dan antiinflamasi (Harborne, 1987). alami yang dapat diperoleh dari tanaman Struktur dasar dan sistem penomoran atau hewan, yaitu tokoferol, vitamin C, untuk turunan flavonoid dapat dilihat pada betakaroten, flavonoid dan senyawa Gambar 4. fenolik. (3) Antioksidan sintetik, yang dibuat dari bahan-bahan kimia yaitu Butil Hidroksi Anisol (BHA) dan Butil Hidroksi Toluen (BHT) yang ditambahkan dalam makanan untuk mencegah keru- sakan lemak.

Gambar 5. Struktur dasar flavonoid Antioksidan dalam tubuh dibedakan atas tiga kelompok (Silalahi, 2006), yaitu Hasil dari penelitian Shodiq (2012), (1) Antioksidan primer yang bekerja pengujian aktivitas antioksidan ekstrak dengan cara mencegah terbentuknya dan daun cincau hijau perdu menunjukkan radikal bebas yang baru dan mengubah fraksi E mempunyai aktivitas antioksidan radikal bebas menjadi molekul yang tidak terbesar dengan identifikasi adanya merugikan; (2) Antioksidan sekunder golongan senyawa alkaloid, polifenol, yang berfungsi untuk menangkap radikal glikosida, dan saponin. Sedangkan

58 Santoso . 2017. Peran Flavonoid Cincau Hijau ( Premna … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 53 – 61

bebas dan menghalangi terjadinya reaksi (3) Penambahan lemak ke dalam cincin berantai, dan (3) Antioksidan tersier yang aromatik pada antioksidan; dan bermanfaat untuk memperbaiki kerusakan (4) Pembentukan senyawa kompleks biomolekuler yang disebabkan oleh antara lemak dan cincin aromatik dari radikal bebas. antioksidan. MEKANISME KERJA Flavonoid memberikan kontribusi pada ANTIOKSIDAN aktivitas antioksidannya secara in vitro dengan cara flavonoid mengikat (kelasi) Mekanisme kerja antioksidan primer ion-ion metal seperti Fe dan Cu. Ion-ion adalah dengan cara mencegah pemben- metal seperti Cu dan Fe ini, dapat tukan senyawa radikal bebas baru atau mengkatalisis reaksi yang akhirnya mengubah radikal bebas yang telah memproduksi radikal bebas (Muchtadi, terbentuk menjadi lebih stabil dan kurang 2013). reaktif dengan cara memutus reaksi berantai (polimerisasi) atau dikenal Flavonoid merupakan pembersih dengan istilah juga chain-breaking- radikal bebas yang efektif secara in vitro. antioxidant . Menurut Wang et al. (2004), mekanisme pencegahan timbulnya kanker oleh Mekanisme kerja antioksidan sekunder senyawa flavonoid diantaranya adalah: adalah dengan cara memotong reaksi (1) Stimulasi aktivitas enzim-enzim oksidasi berantai dari radikal bebas atau detoksifikasi fase II. Enzim-enzim dengan cara menangkap radikal bebas detoksifikasi fase II akan mengkatalisis (free radical scavenger ). Akibatnya reaksi yang meningkatkan ekskresi radikal bebas tidak akan bereaksi dengan senyawa toksik atau bahan kimia komponen seluler. Antioksidan sekunder karsinogenik dalam tubuh. (2) Menjaga terdiri dari antioksidan alami dan aturan siklus sel yang normal. Jika DNA antioksidan sintetik. Antioksidan alami mengalami kerusakan, siklus sel akan banyak ditemukan dalam sayuran dan berhenti pada titik tempat terjadinya buah-buahan, salah satunya cincau hijau, kerusakan sehingga memberi kesempatan dimana komponen yang terkandung dalam pada DNA untuk melakukan meng- antioksidan cincau hijau ini adalah aktifkan jalur yang membawa pada flavonoid (Komite Penanggulangan kematian sel jika kerusakan tersebut tidak Kanker Nasional, 2015). dapat diperbaiki Menghambat proliferasi dan menginduksi apoptosis. Antioksidan sekunder ini bekerja (3) Menghambat invasi tumor dan dengan satu atau lebih mekanisme, yaitu angiogenesis. Dengan bantuan enzim- (1) Memberikan suasana asam pada me- enzim matrixmetalloproteinases sel-sel dium (sistem makanan); (2) Meregenerasi kanker akan menyerang jaringan normal. antioksidan utama; (3) Mengkelat atau (4) Mengurangi terjadinya peradangan mendeaktifkan kontaminan logam (inflamasi). Peradangan ini bisa terjadi prooksidan; (4) Menangkap oksigen; dan akibat produksi radikal bebas secara lokal (5) Mengikat singlet oksigen dan oleh enzim-enzim inflamasi mengubahnya ke bentuk triplet oksigen. (inflammatory enzymes ). Mekanisme Mekanisme antioksidan dalam meng- penangkapan radikal bebas oleh hambat oksidasi atau menghentikan reaksi antioksidan secara singkat dapat dilihat berantai pada radikal bebas dari lemak melalui Gambar 6. yang teroksidasi dapat disebabkan oleh

4 macam reaksi (Ketaren, 1986.), yaitu (1) Pelepasan hidrogen dari antioksidan; (2) Pelepasan elektron dari antioksidan;

59 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Tumors . Current Opinion in Oncology, Vol. 16 (6): 593 – 600. Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia. Jakarta. Komite Penanggulangan Kanker Nasional. 2015. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tumor Otak. Kementerian

Gambar 6. Mekanisme Kerja Anti- Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. oksidan Kosasih, E., T. Setiabudhi dan H. Heryanto. 2004. Peran Antioksidan SIMPULAN pada Lanjut Usia. Pusat Kajian Pemanfaatan cincau hijau dalam Nasional Masalah Lanjut Usia. Jakarta. pengobatan tumor perlu dikaji lebih lanjut, Kumalaningsih, S. 2006. Antioksidan mengingat potensinya sebagai penghasil Alami: Penangkal Radikal Bebas, flavonoid. Flavonoid merupakan Sumber, Manfaat, Cara Penyediaan dan antioksidan yang berpotensi mencegah Pengolahan. Trubus Agrisarana. radikal bebas, sehingga potensial Surabaya. dimanfaatkan dalam pengobatan tumor. Kumalaningsih, S. 2006. Antioksidan Alami: Penangkal Radikal Bebas. DAFTAR PUSTAKA Trubus Agrisarana. Jakarta. Alberts, B., D. Bray, J. Lewis, M. Raff, K. Kumar, V., R.S. Cotran, S.L. Robbins. Roberts dan J.D. Watson . 1994. 2007. Robbins Volume 1: Buku Ajar Molecular Biology of the Cell (3 rd ed.) . Patologi, Edisi 7. Buku Kedokteran Garland Publishing. New York. EGC. Jakarta Cook, L.J. dan J. Freedman. 2012. Brain Markham, K. 1998. Cara Mengidentifikasi Tumors (Understanding Brain Diseases Flavonoid. ITB. Bandung. and Disorders). The Rosen Publishing Muchtadi, D. 2013. Antioksidan Kiat Group. New York. Sehat di Usia Produktif. Alfabeta. Departemen Kesehatan RI. 2007. Bandung. Kebijakan Nasional Pengobatan Pitojo, S. 2008. Khasiat Cincau Perdu. Tradisional. Jakarta. Yogyakarta. Kanisius. Djam'an, Q. 2008. Pengaruh Air Perasan Priyono. 2007. Manfaat dan Kandungan Daun Cincau Cyclea barbata Miers Daun Pepaya. Agromedia Pustaka. (cincau hijau) terhadap Konsentrasi Jakarta. HCl Lambung dan Gambaran Histo- Pusat Data dan Informasi Kementerian patologik Lambung Tikus Galur Wistar Kesehatan RI. 2015. Situasi Penyakit yang Diinduksi Acetylsalicylic Acid . Tumor. Kementerian Kesehatan Tesis. Magister Ilmu Biomedik. Republik Indonesia. Jakarta. Universitas Diponegoro. Semarang. Shodiq, A.M. 2012. Uji Aktivitas Ginsberg, L. 2011. Lecture Note : Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Daun Neurologi . Erlangga. Jakarta. Cincau Hijau Rambat dan Identifikasi Harborne, J. 1987. Metode Fitokimia, Golongan Senyawa dari Fraksi yang Edisi ke-2. Penerbit ITB. Bandung. Paling Aktif. Skripsi. Universitas Kaal, E.C.A., dan C.J. Vecht. 2004. The Indonesia. Jakarta. Management of Brain Edema in Brain

60 Santoso . 2017. Peran Flavonoid Cincau Hijau ( Premna … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 53 – 61

Silalahi, J. 2006. Antioksidan dalam Diet 2004. Cytogenetic Characterization dan Karsinogenesis. Cermin Dunia and fae1 Gene Variation in Progenies Kedokteran, (153): 39 – 42. from Asymmetric Somatic Hybrids Suryohudoyo, P. 1993. Oksidan, Between Brassica napus and Crambe Antioksidan, dan Radikal Bebas. abyssinica . Genome, Vol. 47 (4): 724 – Laboratorium Biokimia Fakultas 731. Kedokteran. Universitas Airlangga. Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Surabaya. Radikal Bebas, Potensi dan Apli- Wang, Y.P., R.J. Snowdon, E. Rudloff, P. kasinya dalam Kesehatan. Kanisius. Wehling, W. Friedt dan K. Sonntag. Jakarta.

61

TELAAH SISTEMATIS TERHADAP BASIS DATA BAHAN ALAM UNTUK PENGEMBANGAN PRODUK SUPLEMEN HERBAL Arli Aditya Parikesit*, Rizky Nurdiansyah dan David Agustriawan Department of Bioinformatics, School of Life Sciences Indonesia International Institute for Life Sciences Jl. Pulomas Barat Kav 88 Jakarta 13210, Indonesia. Telp: +622129567888 *E-mail: [email protected] Diterima: 16/10/2017 Direvisi: 13/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK Suplemen herbal merupakan produk yang sudah jamak ditemukan di pasaran, misalnya kunyit putih yang dipercaya dapat menghambat kanker, sambong yang dipercaya dapat mengobati luka, maupun buah merah Papua yang dipercaya dapat menghambat HIV (AIDS). Penelitian kimia bahan alam terhadap tanaman/herbal dimulai dengan pendekatan wet laboratory , terutama pada kajian biologi molekuler. Hanya saja, basis teknik informatika yang menyajikan informasi mengenai landasan kimia bahan alam dari produk herbal tersebut masih belum banyak diketahui. Information gap ini yang harus segera dijembatani, sehingga informasi yang dihasilkan wet laboratory dapat dikelola dengan baik . Kami melakukan telaah sistematis dan pencarian terhadap literature melalui Google Scholars dan Pubmed terkait basis data bahan alam maupun metode komputasi kandidat obat herbal. Basis data bahan alam untuk anotasi herbal sudah tersedia baik di dalam maupun luar negeri. Basis data Indonesia diantaranya adalah HerbalDB dari UI dan Basis data jamu dari IPB. Keduanya banyak terinspirasi dari basis data Knapsack milik Jepang. Basis data buatan luar negeri yang sangat intensif dikembangkan adalah Pengobatan Tradisional China (Traditional Chinese Medicine (TCM)), diantaranya adalah TCM Database@Taiwan dari Taiwan dan TCMID dari China. Fitur-fitur yang umumnya terdapat pada basis data tersebut adalah anotasi struktur kimia, identitas taksonomi, maupun sifat fisiko-kimia . Dalam konteks bioinformatika, basis data bahan alam sangat mendukung untuk pengembangan suplemen pangan maupun obat karena dapat menjadi feeder data untuk simulasi molekuler, seperti editing, penambatan, dan dinamika molekuler. Informasi utama yang melengkapi basis data berasal dari data wet experimentation , seperti data instrumen NMR, IR, dan UV-VIS. Informasi dari instrumentasi tersebut merupakan potongan “puzzle” untuk mengkonstruksi struktur kimia dari senyawa bahan alam tersebut. Kata kunci: Suplemen herbal, kimia bahan alam, basis data, metode komputasi, bioinformatika SYSTEMATIC REVIEW OF NATURAL PRODUCTS DATABASE FOR HERBAL SUPPLEMENT PRODUCT DEVELOPMENT ABSTRACT Herbal supplements are products that are commonly found in the market, such as white turmeric that is believed to inhibit cancer, sambong thought to treat wounds, or red Papua fruit thought to inhibit HIV (AIDS). The chemical research of natural materials on plants/herbs begins with a wet laboratory approach, especially in the study of

62 Parikesit et al. 2017. Telaah Sistematis terhadap Basis Data Bahan … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 62 – 68

molecular biology. However, the basis of informatics techniques that provide information about the chemical foundation of natural ingredients from herbal products is still not widely known. This information gap should be bridged immediately, so the info produced wet laboratory can be appropriately managed. We conduct systematic reviews and literature searches through Google Scholars and Pubmed by natural materials data and computational methods of herbal medicine candidates. Natural products database for herbal annotations is available both at home and abroad. Indonesian databases include HerbalDB from UI and Database of herbal medicine from IPB. Both are much inspired from 's Knapsack database. The highly developed foreign-made database is Traditional Chinese Medicine (TCM), among them TCM Database@Taiwan from Taiwan and TCMID from China. The features commonly found in the database are chemical structure annotations, taxonomic identities, and physicochemical properties. In the context of bioinformatics, the database of natural products actively supports the development of food supplements as well as drugs as it can be a data feeder for molecular simulations, such as molecular docking and molecular dynamics. The primary information complementing the database comes from wet experimentation data, such as NMR, IR, and UV-VIS instrument data. Data from the instrumentation is a piece of "puzzle" to construct the chemical structure of the compound of the natural products. Keywords: herbal supplement, natural product chemistry, database, computational methods, bioinformatics

PENDAHULUAN begitu banyaknya data wet laboratory experiment , seperti informasi struktur dari Pengembangan suplemen herbal instrumen NMR, IR, dan UV-VIS, namun merupakan alternatif yang sangat baik belum banyak upaya untuk mengolah terhadap obat dan suplemen berbasis informasi tersebut kedalam basis data sintetik, karena memberikan harapan yang terintegrasi, sebagai landasan bagi terhadap kesehatan. Hanya saja, operasi simulasi molekular selanjutnya. Di pengembangan suplemen herbal juga Amerika Serikat, sudah tersedia basis data seyogyanya mengadopsi ilmu farmakologi bagi struktur kimia lead compound , yaitu maupun toksikologi modern, sehingga PubChem di https://pubchem.ncbi.nlm. memiliki basis ilmiah yang kuat. Di era nih.gov/ (Kim et al. , 2016). Namun, molekuler ini, ilmu farmakologi telah PubChem tidak secara khusus mendapatkan dukungan yang kuat dari menganotasi senyawa bahan alam dan kajian komputasi saintifik, terutama dari merupakan basis data yang lebih umum kajian bioinformatika (Whittaker, 2003). untuk struktur kimiawi. Diperlukan basis Sebagai bagian dari kajian komputasi data yang lebih spesifik untuk herbal, saintifik, bioinformatika adalah ilmu namun lebih lengkap dalam cakupannya multi-displiner yang merupakan gabungan tersebut. antara ilmu biologi dan ilmu teknik informatika (Claverie dan Notredame, Tujuan telaah sistematis ini adalah 2011). Sebagai ilmu bantu yang juga mengkaji feasibilitas basis data spesifik mengolah data herbal, bioinformatika herbal untuk digunakan pada pengolahan bertugas untuk mengembangkan basis data simulasi molekular. Kajian ini data handal untuk menganotasi informasi dilakukan antara Maret sampai September terkait kimia bahan alam dari tanaman 2017 tersebut. Problem utama yang dihadapi oleh peneliti kimia bahan alam adalah

63 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

BASIS DATA BAHAN ALAM bioaktif dalam format SMILE atau MOL INDONESIA dapat diunduh ke komputer kita. Basis data Fitofarmaka sudah disediakan oleh Fakultas Farmasi dan Kemudian, IPB dan Nara Institute of Ilmu Komputer di Universitas Indonesia Science and Techology (NAIST) juga (Yanuar et al. , 2011) (Gambar 1). Pada mengembangkan basis data jamu. Basis basis data tersebut, mereka menganotasi data ini juga melakukan mirroring dengan senyawa bahan alam yang asli dari basis data knapsack milik NAIST (Afendi Indonesia. Jika kita diberikan akses ke et al. , 2016; Afendi et al. , 2012) basis data, maka data struktur senyawa (Gambar 2).

Gambar 1. Basis data HerbalDB milik Farmasi dan Fasilkom UI http://herbaldb.farmasi.ui.ac.id/v3/index.php?v=kontensenyawa

64 Parikesit et al. 2017. Telaah Sistematis terhadap Basis Data Bahan … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 62 – 68

Gambar 2. Basis data “JAMU” of Knapsack milik IPB dan NAIST http://kanaya.naist. jp/jamu/top.jsp BASIS DATA BAHAN ALAM CHINA merupakan basis data yang cukup DAN TAIWAN komprehensif, karena memiliki fitur penambatan molekul, dan advanced Basis data bahan alam yang paling search (Chen et al. , 2011). ekstensif dari luar negeri adalah milik China dan Taiwan. Tidak jauh berbeda Tidak jauh berbeda dengan dengan Knapsack, mereka mengem- TCM@Taiwan yang dimiliki negara bangkan sistem pencaharian terhadap Taiwan, China juga memiliki basis data anotasi bahan alam herbal yang ada, herbal sendiri, yaitu TCMID (Tradional termasuk juga mengunduh struktur kimia Chinese Medicine Integrated Database) bahan alam dalam format SMILE atau (Xue et al., 2013). Basis data TCMID MOL. Basis data TCM@Taiwan memiliki statistic data yang menunjukkan (Traditional Chinese Medicine @ Taiwan) konten basis data tersebut.

65 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Gambar 3. Basis data TCM@Taiwan milik negara Taiwan http://tcm.cmu.edu.tw/

Gambar 4. Basis data TCMID milik China http://www.mega bionet.org/tcmid/ KOMPUTASI DAN SIMULASI DATA digunakan adalah penambatan molekul, BAHAN ALAM dinamika molekul, dan ADME-TOX (Adsorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Basis data bahan alam sudah umum Toksikologi) (Durrant dan McCammon, digunakan sebagai sumber data untuk 2011; Ma et al. , 2011; Valerio, 2009). simulasi molekuler. Metode simulasi yang

66 Parikesit et al. 2017. Telaah Sistematis terhadap Basis Data Bahan … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 62 – 68

Penambatan molekul adalah metode untuk Teknologi Informasi I3L atas bantuan mengetahui feasibilitas interaksi infrastruktur komputasi kepada kami. thermodinamis antara ligand, dalam hal ini senyawa bahan alam, dengan protein. DAFTAR PUSTAKA Dinamika molekul adalah metode untuk Afendi, F.M., R. Heryanto, L.K. mengkaji interaksi thermodinamis dengan Darusman, N.H.A. Syahrir, R. Bakri, fungsi waktu pada ligand, dalam hal ini dan N. Qomariasih. 2016. Jamu senyawa bahan alam, dan protein. ADME- Informatics: A New Perspective in TOX adalah simulasi molekuler yang Jamu Research . CICSJ Bull., Vol. 34 dilakukan untuk mengkaji toksisitas dan (2). Division of Chemical Information farmakologi dari kandidat obat tersebut. and Computer Sciences The Chemical Struktur kimia bahan alam dari berbagai Society of Japan: 47. doi: 10.11546/ basis data tersebut telah digunakan untuk cicsj.34.47. pengembangan kandidat obat HIV/AIDS, Afendi, F.M., T. Okada, M. Yamazaki, A. Influenza, dan kanker serviks (Parikesit et Hirai-Morita, Y. Nakamura, K. al. , 2016; Syahdi et al. , 2012; Tambunan Nakamura, S. Ikeda, H. Takahashi, M. et al. , 2017). Protein tertentu, seperti Altaf-UI-Amin, L.K. Darusman, K. neuraminidase influenza, diketahui meru- Saito dan S. Kanaya. 2012. KNApSAcK pakan target yang optimal untuk kelas Family Databases: Integrated bahan alam tertentu seperti senyawa Metabolite-Plant Species Databases fenolik dan isoprenoid (Grienke et al. , for Multifaceted Plant Research . Plant 2012). Kedepannya, aplikasi ‘big data’ Cell Physiol . Vol. 53 (2): e1. doi: 10. dan komputasi awan diperlukan untuk 1093/pcp/pcr165. menentukan interaksi antara gen dengan Chen, C.Y.C., S. Li, D. Benson, E. Bolton senyawa bahan alam, karena diperlukan dan S. Bryant. 2011. TCM daya komputasi besar untuk melakukan Database@Taiwan: The World’s klafisikasi klaster interaksi gen-senyawa Largest Traditional Chinese Medicine tersebut (Medema dan Fischbach, 2015; Database for Drug Screening in Silico . Doroghazi et al. , 2014). Edited by A. Hofmann. PLoS One 6 SIMPULAN (1). Blue Poppy Press: e15939. doi: 10.1371/journal.pone.0015939. Basis data bahan alam, sebagai Claverie, J.M. dan C. Notredame. 2011. instrument untuk mengakomodasi Bioinformatics for Dummies . Wiley. ‘ledakan’ data dari wet laboratory http://books.google.co.id/books?id=4T experiment atau eksperimen laboratoris w0aZBnBLEC. dalam kimia bahan alam, sangat Doroghazi, J.R., J.C. Albright, A.W. akomodatif terhadap anotasi dan Goering, K.S. Ju, R.R. Haines, K.A. pengolahan data untuk penelitian Tchalukov, D.P. Labeda, N.L. Kelleher bioinformatika lebih lanjut. dan W.W. Metcalf. 2014. A Roadmap for Natural Product Discovery Based UCAPAN TERIMA KASIH on Large-Scale Genomics and Metabolomics . Nat. Chem. Biol . Vol. Terima kasih kami haturkan kepada 10 (11): 963 – 8. doi: 10.1038/ Bapak Surjawan, Ph.D selaku ketua nchembio.1659. LPPM I3L dan Hibah Penelitian Berbasis Durrant, J.D. dan J.A. McCammon. 2011. Kompetensi DIKTI 2017 No: 3965/E3.1/ Molecular Dynamics Simulations and UND/2017 yang telah memberikan Drug Discovery . BMC Biol., Vol. 9: support kepada kami. Terima kasih juga 71. doi: 10.1186/1741-7007-9-71. kami haturkan kepada Departemen Grienke, U., M. Schmidtke, S. von Grafenstein, J. Kirchmair, K.R. Liedl

67 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

dan J.M. Rollinger. 2012. Influenza doi: 10.6026/97320630081206. Neuraminidase: A Druggable Target Tambunan, U.S.F., A.A. Parikesit, M.A. for Natural Products . Nat. Prod. Rep., F. Nasution, A. Hapsari dan D. Kerami. Vol. 29 (1): 11 – 36. doi: 10.1039/c1np 2017. Exposing the Molecular 00 053e. Screening Method of Indonesian Kim, S., P.A. Thiessen, E.E. Bolton, J. Natural Products Derivate as Drug Chen, G. Fu, A. Gindulyte, L. Han, J. Candidates for Cervical Cancer He, S. He, B.A. Shoemaker, J. Wang, (Summer 2017) . Iran. J. Pharm. Res., B. Yu, J. Zhang dan S.H. Bryant. 2016. Vol. 16 (3): 1113 - 1127. http://ijpr. PubChem Substance and Compound sbmu.ac.ir/article_2088.html. Databases . Nucleic Acids Res., Vol. 44 Valerio, L.G. 2009. In Silico Toxicology (D1): D1202 – D1213. doi: 10.1093/ for the Pharmaceutical Sciences . nar/gkv951. Toxicol. Appl. Pharmacol., Vol. 241 Ma, D.L., D.S.H. Chan dan C.H. Leung. (3): 356 – 70. doi: 10.1016/j.taap.2009. 2011. Molecular Docking for Virtual 08.022. Screening of Natural Product Whittaker, P.A. 2003. What Is the Databases . Chem. Sci., Vol. 2 (9). The Relevance of Bioinformatics to Royal Society of Chemistry: 1656. doi: Pharmacology? . Trends in 10.1039/c1sc00152c. Pharmacological Sciences., Vol. 24 (8): Medema, M.H. dan M.A. Fischbach. 434 - 9. doi: 10.1016/S0165-6147(03) 2015. Computational Approaches to 00197-4. Natural Product Discovery . Nat. Xue, R., Z. Fang, M. Zhang, Z. Yi, C. Chem. Biol., Vol. 11 (9): 639 – 48. Wen, dan T. Shi. 2013. TCMID: NIH Public Access. doi: 10.1038/ Traditional Chinese Medicine nchembio.1884. Integrative Database for Herb Parikesit, A.A., B. Ardiansah, D.M. Molecular Mechanism Analysis. Handayani, U.S.F. Tambunan dan D. Nucleic Acids Res., Vol. 41 (D1): Kerami. 2016. Virtual Screening of D1089 – D1095. Springer, New York. Indonesian Flavonoid as doi: 10.1093/nar/gks1100. Neuraminidase Inhibitor of Influenza a Yanuar, A., A. Mun’im, A.B.A. Lagho, Subtype H5N1 . IOP Conf. Ser. Mater. R.R. Syahdi, M. Rahmat dan H. Sci. Eng., Vol. 107 (1): 12053. IOP Suhartanto. 2011. Medicinal Plants Publishing doi: 10.1088/1757-899X/ Database and Three Dimensional 107/1/012053. Structure of the Chemical Compounds Syahdi, R.R., A. Mun’im, H. Suhartanto from Medicinal Plants in Indonesia. dan A. Yanuar. 2012. Virtual Screening Biomolecules . Int. J. Comput. Sci. of Indonesian Herbal Database as Vol. 8 (5): 180 – 183. http://arxiv.org/ HIV-1 Reverse Transcriptase Inhibitor . abs/ 1111.7183. Bioinformation, Vol. 8 (24): 1206 – 10.

68

PERTUMBUHAN TALAS BENTUL TETRAPLOID DAN DIPLOID PADA MEDIA PERBANYAKAN, AKLIMATISASI DAN KONFIRMASI TINGKAT PLOIDI Dyah Retno Wulandari 1*, Ratih Kusuma Ningrum 2, Aida Wulansari 1 dan Tri Muji Ermayanti 1 1Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Jl. Raya Bogor KM 46 Cibinong Bogor 16911 2Departemen Biologi FMIPA-IPB Jl. Agathis-Kampus Darmaga Bogor 16680 *E-mail: [email protected] Diterima: 07/11/2017 Direvisi: 14/12/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK Induksi poliploidi secara in vitro pada talas kultivar Bentul perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas, menciptakan genotipe toleran kekeringan dan meningkatkan ketahanan terhadap hama penyakit. Oleh karena itu perlu diketahui pertumbuhannya pada media perbanyakan, daya hidupnya pada tahap aklimatisasi dan stabilitas tingkat ploidinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan tunas tetraploid pada media perbanyakan, daya tumbuh pada proses aklimatisasi di rumah kaca serta uji kestabilan tingkat ploidi. Talas diploid dipergunakan sebagai kontrol. Percobaan perbanyakan tunas dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap pada media optimal dengan 15 ulangan, pertumbuhan tunas dicatat pada minggu ke-6. Aklimatisasi planlet dilakukan juga dengan Rancangan Acak Lengkap menggunakan 9 ulangan dan pertumbuhannya dicatat setiap minggu hingga minggu ke-6. Konfirmasi tingkat ploidi dilakukan dengan alat flowsitometer dan jumlah kromosom diamati dari sel-sel meristem ujung akar planlet dengan metode squashing . Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2 klon talas Bentul tetraploid memiliki kemampuan multiplikasi tunas lebih rendah dibandingkan dengan klon diploidnya pada media perbanyakan, namun daya adaptasi planlet dalam proses aklimatisasi tetap tinggi. Konfirmasi tingkat ploidi dengan flowsitometer dan squashing menunjukkan bahwa kedua klon tersebut tetap stabil tetraploid. Kata kunci: Aklimatisasi, pertumbuhan, squashing, talas Bentul, tetraploid GROWTH OF TALAS BENTUL TETRAPLOID AND DIPLOID AT SHOOT MULTIPLICATION MEDIUM, ACCLIMATIZATION AND PLOIDY LEVEL CONFIRMATION ABSTRACT In vitro induction of polyploidy on taro cultivars Bentul needs to be developed to increase productivity, create drought tolerant genotype and increase in pest resistance. Therefore, it is necessary to find out the shoot growth in thes multiplication media, survival rate at acclimatization stage, and stability of the ploidy level. This study was aimed to determine growth of tetraploid taro shoots on multiplication media, survival rate at acclimatization stage in the greenhouse as well as the level of their ploidy. Experiment on shoot multiplication was performed by Completely Randomized Design

69 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

on optimal media with 15 replicates, its growth was recorded 6 weeks after culture. The plantlet acclimatization was performed by Completely Randomized Design using 9 replications, its growth was recorded weekly and survival rate was observed at week 6. Analysis of ploidy level was performed by flowcytometer and the number of chromosomes was observed from meristem root tip cells by squashing method. The results showed that 2 genotypes of tetraploid taro Bentul had lower shoot multiplication ability compared to the diploid one, however, the survival rate of the planlets at the acclimation stage remained high. Ploidy level analysis using flowcytometer and squashing showed that all genotypes remained tetraploid. Keywords: acclimatization, growth, squashing, taro cv. Bentul, tetraploid

PENDAHULUAN Talas Bentul merupakan salah satu kultivar talas genjah karena dapat dipanen Program penganekaragaman konsumsi pada umur 7 bulan, dengan berat umbi pangan digunakan pemerintah sebagai dapat mencapai 3 kg. Talas ini lebih dasar pemantapan ketahanan pangan disukai petani karena jumlah anakan lebih untuk peningkatan kualitas Sumber Daya sedikit meskipun jumlah stolon agak Manusia (SDM) dan pelestarian Sumber banyak, sehingga lebih mudah pera- Daya Alam (SDA) seperti tertuang pada watannya di lapangan. Rasa umbi enak, Permentan No. 12/KPTS/KN.210/K/ tekstur daging umbi cukup bagus, agak 02/2016 tentang petunjuk teknis gerakan tahan penyakit namun rentan terhadap percepatan penganekaragaman konsumsi serangan hama daun dan penyakit busuk pangan tahun 2016. umbi. Kultivar ini juga mudah beradaptasi (Prana dan Kuswara 2002). Komoditas lokal yang penting sebagai sumber karbohidrat adalah tanaman umbi- Penanganan hama dan penyakit serta umbian. Salah satu tanaman umbi-umbian peningkatan produksi merupakan target bernilai strategis yang mulai dikem- dalam bidang pertanian nasional, ter- bangkan di beberapa daerah di Indonesia masuk di dalamnya tanaman talas. adalah talas (Walujo, 2011). Pengembangan bibit talas unggul tahan serangan hama, penyakit dan cekaman Umbi talas dapat dimanfaatkan secara lingkungan serta berproduksi tinggi dapat langsung dengan direbus atau digoreng, dilakukan dengan pendekatan Bio- daun dan batang talas dapat dimanfaatkan teknologi, antara lain melalui poli- sebagai sayur (Rauf dan Lestari, 2009; ploidisasi secara in vitro . Damayanti, 2009; Rudyatmi dan Rahayu, 2014). Umbi talas juga dapat diolah Tanaman poliploid memiliki karakter menjadi tepung yang kemudian dapat fenotipik yang lebih beragam dari diolah sebagai pangan pokok mensub- populasi tanaman hibrida hasil per- stitusi beras dan terigu sebagai sumber silangan. Karakter tersebut dapat karbohidrat. Melalui teknologi pengolahan diwujudkan dalam bentuk perubahan pangan dapat dikembangkan “nasi non- karakter biokimia, fisiologis, morfologis beras” yang dapat disandingkan dengan dan ekologis yang lebih menguntungkan. “nasi beras” sebagai menu makanan Karakter ini berbeda untuk setiap individu sehari-hari serta mendukung pengemb- tanaman (Soltis et.al ., 2015). angan pengolahan tepung lokal menjadi pangan ”intermediate” (Permentan No. Poliploidisasi juga telah diterapkan 12/KPTS/KN.210/K/02/2016). pada tanaman berumbi lainnya. Poliploidisasi telah berhasil meningkatkan ketahanan terhadap hama, penyakit dan

70 Wulandari et al. 2017. Pertumbuhan Talas Bentul ( Colocasia esculenta … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 69 – 76

cekaman lingkungan serta meningkatkan Induksi tahap awal tunas talas Bentul produksi, seperti pada bawang (Suminah poliploid dengan perlakuan orizalin 7.5 – et al. 2002) dan singkong (Nassar et.al., 75 µm selama 3 hari menghasilkan tunas 2008). dengan berbagai tingkat ploidi (Martin et.al ., 2014). Orizalin konsentrasi 60 µm Karakteristik pertumbuhan setiap klon menghasilkan tunas tetraploid terbanyak talas Bentul tetraploid yang telah (50%). Tunas poliploid berhasil hidup dihasilkan oleh Martin et.al ., (2014) dan 100% pada media perbanyakan optimal, Wulansari et.al ., (2016), harus dapat namun semakin tinggi konsentrasi orizalin terinventarisasi dan terkonfirmasi kesta- yang diterapkan, maka terjadi menu- bilan tingkat ploidinya untuk pemetaan runkan tingkat proliferasi tunas, panjang potensi. Induksi talas Bentul tetraploid petiol, jumlah daun dan jumlah akar telah dilakukan dengan menggunakan (Wulansari et al ., 2016). eksplan potongan tunas talas in vitro . Oleh karena itu, perlu dilakukan Induksi kultur talas pada 11 kultivar konfirmasi karakter pertumbuhan tunas yang berbeda telah dilakukan oleh Imelda talas Bentul tetraploid dari berbagai klon et al ., (1992) dari eksplan mata tunas yang yang telah disubkultur berulang. tumbuh pada pangkal batang. Respon Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tumbuh berbeda untuk setiap kultivar pertumbuhan tunas dari 2 klon talas yaitu tingkat perbanyakan tunasnya dan Bentul tetraploid dibandingkan talas pembentukan kalus embrio somatik. Bentul diploid pada media perbanyakan, Talas Bentul berhasil membentuk 7 tunas daya tumbuh pada proses aklimatisasi di anakan selama 6 – 8 minggu pada media rumah kaca serta uji kestabilan tingkat MS yang ditambahkan 1 – 2 mg.L -1 BAP -1 -1 ploidi. Penelitian ini berkontribusi atau 3 – 4 mg.L Kinetin dan 0.1 mg.L terhadap ketersediaan bibit talas Bentul NAA. Faktor utama penentu keberhasilan unggul dalam jumlah banyak, berke- aklimatisasi planlet talas adalah lanjutan, level ploidi stabil dan siap kelembaban. ditanam di lapangan. Peningkatan multiplikasi tunas talas METODE Bentul dilakukan dengan penambahan Thiamin 1 mg.L -1 dan Adenin 2 mg.L -1 Penelitian dilakukan di Laboratorium pada media MS dengan 2 BAP mg.L -1. Biak Sel dan Jaringan Tanaman-Pusat Media tersebut merupakan media optimal Penelitian Bioteknologi LIPI. Dua klon untuk perbanyakan tunas talas Bentul, talas tetraploid 10.3.3, dan 12.2.2 karena mampu menggandakan tunas dibandingkan dengan talas kontrol menjadi 4 kali dalam waktu 1 bulan diploid. Perbanyakan tunas dilakukan (Wulansari et.al ., 2014). dengan Rancangan Acak Lengkap pada media optimal (Wulansari et . al. , 2014) Jumlah kromosom talas yang pernah dengan 15 ulangan, pertumbuhannya dilaporkan adalah adalah 2n = 22, 26, 28, dicatat pada minggu ke 6. Semua kultur 38 dan 42. Perbedaan jumlah tersebut diikubasikan di dalam ruang kultur dimungkinkan karena adanya perilaku dengan suhu 26 – 27 oC dengan kromosom yang tidak normal pada saat penyinaran kontinyu. Data pertumbuhan pembelahan sel. Jumlah kromosom yang dianalisis dengan analisis ragam. Apabila umum dilaporkan adalah 2n = 28 atau 42 berbeda nyata dilanjutkan dengan uji (Onwueme, 1999). Talas tetraploid Duncan. diharapkan memiliki jumlah kromosom yang mengganda dari tetua diploidnya. Aklimatisasi planlet dilakukan juga dengan Rancangan Acak Lengkap

71 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

menggunakan 9 ulangan dan pertum- panan hingga proses pewarnaan buhannya dicatat setiap minggu hingga kromosom akan dilakukan. Pewarnaan minggu ke-6. Aklimatisasi dilakukan dilakukan dengan merendam ujung akar dengan menanam planlet talas pada media (0.5 mm) dalam larutan pewarna Aceto tanam berupa campuran tanah, kompos orcein 2%. Ujung akar tersebut, dan sekam dengan perbandingan 3:1:1/2 diletakkan pada kaca preparat dan ditutup bagian. Aklimatisasi menggunakan pot menggunakan kaca objek, kemudian akar plastik berdiameter 8 cm. Untuk menjaga ditekan ( squashing ) menggunakan ibu jari kelembaban maka setiap pot disungkup dan diketuk-ketuk menggunakan batang dengan plastik bening. Pot tersebut korek api atau penghapus yang ada pada diletakkan di rumah kaca. ujung pensil. Preparat diamati di bawah mikroskop cahaya. Konfirmasi tingkat ploidi dilakukan dengan alat flowsitometer (CyFlow (R) HASIL DAN PEMBAHASAN Space, Partec, Germany). Bahan tanaman yang digunakan adalah daun ketiga dari Pertumbuhan Tunas Talas Bentul pucuk tanaman talas Bentul. Analisis Diploid dan Tetraploid Pada Media menggunakan metode yang dikem- Perbanyakan Optimal bangkan untuk pisang (Doleel et al . 2004). Pertumbuhan 2 klon tunas talas Bentul Daun dipotong dengan ukuran sekitar tetraploid yaitu 10.3.3, dan 12.2.2 0.4 cm 2, kemudian dicacah dengan bufer dibandingkan dengan tunas talas diploid ekstraksi menggunakan pisau silet. Cairan (kontrol) berbeda. Pada umur 6 minggu, ekstraksi disaring menggunakan saringan talas tetraploid lebih pendek dibandingkan nilon berukuran pori 30 µm dan diwarnai dengan talas diploid (Gambar 1). dengan pewarna fluorescen yaitu Propidium Iodida (Partec, Jerman). Pada histogram yang dihasilkan flowsitometer, posisi puncak G0/G1 pada channel 200 ditetapkan sebagai posisi puncak diploid. Tunas tetraploid diidentifikasi dengan dihasilkannya puncak pada channel 400. Jumlah kromosom diamati dari sel-sel A B C meristem di ujung akar planlet talas dengan metode squashing (Karp, 1991). Gambar 1. Kultur in vitro talas Bentul Ujung akar terpilih, dipotong sepanjang 1 umur 6 minggu (A) Diploid, – 1.5 cm kemudian direndam dalam (B) Tetraploid 10.3.3, larutan jenuh PDB selama 3 jam. Setelah (C) Tetraploid 12.2.2) itu, ujung akar dibilas dengan akuades Hasil analisis ragam terhadap jumlah sebanyak 3 kali. Ujung akar difiksasi anakan, jumlah daun, panjang petiol dan dalam larutan asam asetat : ethanol (1:3) jumlah akar talas tetraploid pada umur 6 selama 1 malam. Setelah fiksasi selama 1 minggu berbeda nyata dengan talas malam, ujung akar dibilas dengan akuades diploid. Dan 2 klon talas Bentul tetraploid sebanyak 3 kali. Ujung akar kemudian memiliki laju pertumbuhan tunas yang direndam dalam larutan etanol 70% dan tidak berbeda nyata (Tabel 1). disimpan dalam kulkas untuk penyim-

72 Wulandari et al. 2017. Pertumbuhan Talas Bentul ( Colocasia esculenta … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 69 – 76

Tabel 1. Hasil Analisis Ragam pada Perbanyakan Tunas Talas Bentul dalam Media Tumbuh Optimal (Umur 6 Minggu) Jumlah Jumlah Panjang Petiol Jumlah Klon Anakan Daun (cm) Akar Diploid 4.80a 3.40a 4.02a 4.60a Tetraploid 10.3.3 0.66b 1.20b 3.22b 0.06b Tetraploid 12.2.2 0.40b 1.26b 2.20c 0.06b Nilai yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama berarti berbeda nyata (P=0.5) berdasarkan uji DMRT Perbedaan pertumbuhan tunas tetra- pembesaran dan siap dijadikan bibit untuk ploid dengan diploid, sesuai dengan hasil ditanam di lapangan. penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa pada umur 4 minggu, semakin Tahap aklimatisasi merupakan tahap tinggi tingkat ploidi mengakibatkan penting dalam perbanyakan in vitro . pertumbuhan dan morfologi tunas menjadi Perubahan kondisi lingkungan tumbuh tidak normal (Wulansari et.al ., 2016). berubah secara bertahap dari lingkungan Perbedaan pertumbuhan tunas pada buatan menuju lingkungan alami. Kondisi tanaman yang memiliki tingkat ploidi planlet harus dipastikan optimal agar lebih tinggi, diakibatkan oleh reorganisasi mampu bertahan hidup dalam lingkungan dan restrukturisasi genom tanaman ex vitro, sehingga harus dipastikan metode poliploid sehingga mengakibatkan aklimatisasi sesuai dengan jenis berubahnya pola ekspresi gen (Soltis, tanamannya (Clapa et.al ., 2013). 2015). Tabel 2. Hasil Analisis Ragam Pertumbuhan Planlet Talas Bentul Pertumbuhan Planlet Diploid dan Tetraploid pada Tahap Talas Bentul pada Tahap Aklimatisasi Aklimatisasi (Umur 6 Minggu) Hasil analisis ragam terhadap jumlah Klon Jumlah Panjang daun pada umur planlet 6 minggu, Daun Petiol menunjukkan bahwa pertumbuhan planlet (helai) (cm) talas Bentul tetraploid klon 12.2.2 berbeda Diploid 2.44b 8.66a nyata dengan talas Bentul diploid, namun Tetraploid 10.3.3 2.66ab 8.01a jumlah daun planlet talas klon 10.3.3. Tetraploid 12.2.2 3.22a 6.80a tidak berbeda nyata dengan talas diploid Nilai yang diikuti huruf yang berbeda maupun tetraploid klon 12.2.2. Sedangkan pada kolom yang sama berarti berbeda uji statistik terhadap panjang petiol nyata (P=0.5) berdasarkan uji DMRT menunjukkan bahwa pertumbuhan planlet 2 klon talas Bentul tetraploid tidak berbeda nyata dengan talas Bentul diploid (Tabel 2). Pertumbuhan planlet pada fase A B C aklimatisasi umur 6 minggu, ditampilkan dalam Gambar 2. Pertumbuhan planlet Gambar 2. Aklimatisasi talas Bentul tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan umur 6 minggu bahwa planlet tetraploid mampu (A) Diploid, (B) Tetraploid beradaptasi pada lingkungan ex vitro 10.3.3, (C) Tetraploid sehingga dapat dilanjutkan untuk tahap 12.2.2)

73 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Konfirmasi Kestabilan Tingkat Ploidi 2 klon talas tetraploid yang dianalisis dengan Alat Flowsitometer memiliki tingkat ploidi yang stabil setelah subkultur berulang. Hasil analisis tingkat ploidi masing- masing jenis talas menggunakan Stabilitas tingkat ploidi dari generasi ke flowsitometer ditampilkan dalam bentuk generasi menjamin stabilitas sifat histogram, dengan sumbu x adalah fenotipik klon talas hasil manipulasi sel kandungan DNA dan sumbu y adalah somatik dengan orizalin. Karena genom jumlah inti sel yang teramati. Semakin tanaman poliploid masih dapat mengalami besar kandungan DNA berarti tingkat perubahan karena ketidakstabilan ploidi semakin tinggi (Gambar 3). kromosom sesaat setelah duplikasi genom Kandungan DNA klon talas diploid (Soltis et al ., 2015). Costich et.al ., 2010 berada di channel 200 dan talas tetraploid merekomendasikan metode analisis berada di channel 400 (2 kali lipat). Hal kestabilan kromosom dengan ini membuktikan bahwa jumlah flowsitometer harus dilengkapi dengan kromosom talas tetraploid adalah 2 kali penghitungan kromosom dari semua lipat jumlah kromosom talas diploid. kisaran ukuran genom.

A B

C

Gambar 3. Histogram hasil analisis tingkat ploidi dengan flowsitometer pada talas Bentul (A. Diploid, B. Tetraploid 10.3.3, C. Tetraploid 12.2.2) Konfirmasi Stabilitas Tingkat Ploidi kromosom dalam fase metafase dengan Metode Squashing (Gambar 4). Pada fase ini, kromosom tersebar pada bidang ekuator sel, Hasil analisis stabilitas ploidi dengan kromosom menebal, memendek dan metode squashing, menghasilkan foto mampu menyerap warna merah dari

74 Wulandari et al. 2017. Pertumbuhan Talas Bentul ( Colocasia esculenta … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 69 – 76

orcein dengan baik, sehingga pada fase dibandingkan 2 klon talas tetraploid. Dari ini jumlah kromosom paling mudah jumlah kromosom tersebut telah dibuk- untuk dihitung (Karp, 1991). tikan bahwa 2 klon tetraploid tetap stabil tingkat ploidinya. Gambar 4 menunjukkan jumlah kromosom talas diploid lebih sedikit

A B C

Gambar 4. Kromosom talas Bentul pada fase metafase, dilihat dengan mikroskop cahaya pada perbesaran 400 kali. ( A. Diploid, B. Tertraploid 10.3.3, C. Tetraploid 12.2.2)

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA Pada media perbanyakan optimal dua Costich, D.E., B. Friebe, M.J. Sheehan, klon talas Bentul tetraploid memiliki M.D. Casler and E.S. Buckler. 2010. kemampuan multiplikasi tunas lebih Genome-size Variation in Switchgrass rendah dibandingkan dengan klon (Panicum virgatum): Flow Cytometry diploidnya, namun daya adaptasi planlet and Cytology Reveal Rampant selama proses aklimatisasi tetap tinggi. Aneuploidy . The Plant Genome, Vol. 3 Analisis kestabilan tingkat ploidi dengan (3): 130 – 141. flowsitometer maupun squashing menun- Clapa, D., A. Fira and N. Joshee. 2013. An jukkan bahwa klon tersebut tetap stabil Efficient Ex Vitro Rooting and tetraploid. Namun peningkatan kemam- Acclimatization Method for puan multiplikasi tunas talas Bentul Horticultural Plants Using Float tetraploid secara in vitro masih harus Hydroculture . HortScience., Vol. 48 dilakukan melalui modifikasi komposisi (9): 1159 – 1167. media perbanyakan. Damayanti, F. 2009. Karakterisasi Morfologi dan Analisis Jumlah UCAPAN TERIMA KASIH Kromosom Beberapa Plasma Nutfah Talas Asal Kabupaten Kutai Barat Ucapan terima kasih disampaikan Kalimantan Timur. Majalah Ilmiah kepada Evan Maulana, Lutvinda Faktor Juli-Agustus 2009. Hal: 11 – Ismanjani, Meta Irliyanti dan Hoerudin 19. atas bantuannya dalam pembuatan media, Doleel, J., M. Valárik, J. Vrána, M.A. pemeliharaan kultur in vitro dan Lysák, E. Hөibová, J. Bartoš, N. pemeliharaan tanaman di Rumah Kaca. Gasmanová, M. Doleelová, J. Šafáө Terimakasih disampaikan pula kepada and H. Šimková. 2004. Molecular Andri Fadillah Martin, M.Si. untuk Cytogenetics and Cytometry of analisis tingkat ploidi dengan Bananas (Musa spp.). In Banana flowsitometer. Penelitian ini didanai oleh Improvement: Cellular, Molecular kegiatan DIPA Pusat Penelitian Biology, and Induced Mutation. Bioteknologi LIPI tahun anggaran 2016- Plymouth, UK, Science Publishers. 2017. Hal. 229 – 244.

75 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Imelda, M., T.M. Ermayanti dan S. menunjang Ketahanan Pangan Atmowidjojo. 1992. Perbanyakan Nasional. Medikom Pustaka Mandiri. Talas ( Colocasia esculenta L. Rauf, A.W. dan M.S. Lestari. 2009. SCHOTT) secara In Vitro. Prosiding Komoditas Pangan Lokal Sebagai Seminar Hasil Penelitian dan Sumber Pangan Alternatif di Papua. Pengembangan Bioteknologi. Bogor, Jurnal Litbang Pertanian, Vol. 28 (2): 11 – 12 Februari 1992. Hal: 227 – 233. 54 – 62. Karp, A. 1991. Cytological Techniques . Rudyatmi, E. dan E.S. Rahayu. 2014. Plant Cell Culture Manual. Kluwer Karakterisasi Talas Lokal Jawa Tengah Academic Publishers. Hal: 503 – 515. (Identifikasi Sumber Plasma Nutfah Kementerian Pertanian RI. 2016. sebagai Upaya Konservasi Tanaman Keputusan Menteri Pertanian Republik Pangan Alternatif). Jurnal Sain dan Indonesia Nomor 12/Kpts/Kn.210/K/ Teknologi, Vol. 12 (1): 1 – 8. 02/2016 tentang Petunjuk Teknis Suminah, Sutarno dan A.D. Setyawan. Gerakan Percepatan Penganeka- 2002. Induksi Poliploidi Bawang ragaman Konsumsi Pangan Tahun Merah (Allium ascalonicum L.) dengan 2016. Ditetapkan di Jakarta, 17 Pemberian Kolkisin. Biodiversitas. Februari 2016. 3(1): 174-180. Martin, A.F., N.S. Hartati, A. Wulansari, Soltis, P.S., D. B. Marchant, Y.V. de Peer S. Noorohmah, P.D. Aryaningrum dan and D.E. Soltis. 2015. Polyploidy and Witjaksono. 2014. Manipulasi Sel Genome Evolution in Plants. Current Somatik dan Transgenesis Tanaman Opinion in Genetics & Development, Talas. Prosiding Seminar Nasional Vol. 35: 119 – 125. Hasil Penelitian Unggulan Bidang Wulansari, A., A.F. Martin dan T.M. Pangan Nabati. Bogor, 25 September Ermayanti. 2014. Peningkatan 2014. Hal 75 – 90. Multiplikasi Tunas Beberapa Aksesi Murashige T and F. Skoog. 1962. A Talas Indonesia Menggunakan Tiamin Revised Medium for Rapid Growth and dan Adenin serta Preservasinya Secara Bioassays With Tobacco Tissue In Vitro pada Suhu Rendah. Prosiding Cultures . Physiologia Plantarum. Vol. Seminar Nasional Hasil Penelitian 15 (3): 473 – 497. Unggulan Bidang Pangan Nabati. Nassar, N.M.A., D. Graciano-Ribeirio, Bogor, 25 September 2014. Hal: 355 – S.D.C. Fernandes and P.C. Araujo. 365. 2008. Anatomical Alterations due to Wulansari, A., A.F. Martin dan T.M. Polyploidy in Cassava, Manihot Ermayanti. 2016. Induksi Tanaman esculenta Crantz . Genetics and Poliploid Talas ( Colocasia esculenta Molecular Research, Vol. 7 (2): 276 – L.) dengan Perlakuan Orizalin secara 283. In Vitro . Jurnal Biologi Indonesia, Vol. Onwueme, I. 1999. Taro Cultivation in 12 (2): 297 – 305. Asia and the Pacific . Food and Walujo, E.B. 2011. Keanekaragaman Agriculture Organization of the United Hayati untuk Pangan. Konggres Ilmu Nations. Regional Office for Asia and Pengetahuan Nasional X. Jakarta, 8 – the Pasific. Bangkok. Thailand. 10 November 2011. Hal: 1 – 9. Prana, M.S. dan T. Kuswara. 2002. Budidaya Talas: Diversifikasi untuk

76

POTENSI KARAKTERISTIK LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI PULAU LEMBEH KOTA BITUNG Jody M. Mawara Dosen Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi Manado Jl. Kampus, Bahu, Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara 95115 E-mail: [email protected] Diterima: 28/09/2017 Direvisi: 25/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK Sistem pertanian berkelanjutan ialah pengelolaan sumberdaya pertanian untuk memenuhi kebutuhan generasi kini dan yang akan datang dengan cara merawat dan meningkatkan kualitas lingkungan serta pelestarian sumberdaya alam. Tujuan sistem pertanian berkelanjutan ialah tercapainya kesinambungan antara kepentingan ekonomi, lingkungan dan sosial dalam memanfaatkan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi karakteristik lahan untuk pengembangan sistem pertanian berkelanjutan di Pulau Lembeh Kota Bitung. Metode yang digunakan adalah metode survei dan pendekatan satuan lahan (SL) untuk pengambilan data karakteristik lahan di lapangan serta pendekatan kesesuaian lahan untuk pengembangan sistem pertanian berkelanjutan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2017 di Pulau Lembeh Bagian Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik lahan di Pulau Lembeh sangat memungkinkan untuk pengembangan sistem pertanian jagung dan kacang tanah. Sistem pertanian jagung dan kacang tanah berkelanjutan didasarkan pada kesesuaian lahan aktual dan potensial serta ekonomi. Kesesuaian lahan aktual sistem pertanian jagung dan kacang tanah di Pulau Lembeh diperoleh sesuai marjinal (S3wa, S3wa/rc, S3wa/eh, S3wa/rc/eh) dengan faktor pembatas ketersediaan air (wa), media perakaran (rc) (tekstur) dan bahaya erosi (eh) (kemiringan lereng); kesesuaian potensial sistem pertanian jagung dan kacang dengan perbaikan pengelolaan menjadi kesesuaian lahan agak sesuai dan kesesuaian marjinal (S2wa, S3wa/rc, S3wa/rc/eh, S2wa/eh, S3eh); kelayakan ekonomi sistem pertanian jagung dan kacang tanah diperoleh nilai positif melebihi satu sehingga layak dikembangkan secara berkelanjutan. Agar lahan pertanian di Pulau Lembeh tetap produktif diperlukan usaha menjaga kelestarian sumberdaya lahan melalui penerapan sistem pertanian berkelanjutan jagung dan kacang tanah berdasarkan kesesuaian lahan yang berorientasi konservasi lahan. Kata kunci: Karakteristik lahan, pulau Lembeh, sistem pertanian berkelanjutan POTENTIAL CHARACTERISTICS OF LAND FOR SUSTAINABLE AGRICULTURE SYSTEM DEVELOPMENT IN LEMBEH ISLAND, BITUNG CITY ABSTRACT Sustainable agriculture system is the management of agricultural resources to meet the needs of present and future generations by caring for and improving environmental quality and conservation of natural resources. The objective of a sustainable

77 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

agriculture system is to achieve sustainability between economic, environmental and social interests in land use. This study aims to examine the potential characteristics of land for the development of sustainable agriculture systems in Lembeh Island Bitung City. The method used is survey method and land unit (LU) approach for field land characteristic data acquisition and land suitability approach for sustainable agriculture system development. The study was conducted in June 2017 on Southern of Lembeh Island. The results showed that the characteristics of the land on Lembeh Island is very possible for the development of corn and peanut farming systems. Sustainable maize and peanut farming systems are based on actual and potential land suitability and economy. The actual land suitability of maize and peanut farming systems on Lembeh Island is obtained in accordance with marginal (S3wa, S3wa/rc, S3wa/uh, S3wa/rc/eh) with limiting factor of water availability (wa), root medium (rc) (texture) and erosion hazard (eh) (slope); potential suitability of maize and bean farming systems with improved management to suitably matched land suitability and marginal conformity (S2wa, S3wa/rc, S3wa/rc/er, S2wa/uh, S3eh); economic feasibility of corn and peanut farming system is obtained positive value exceeds one so it is worth developing continuously. In order to keep farming land on Lembeh Island productive efforts to maintain the sustainability of land resources through the implementation of sustainable farming system of corn and peanuts based on land suitability oriented land conservation. Keywords: Land characteristics, Lembeh island, sustainable agriculture system

PENDAHULUAN kepentingan ekonomi, lingkungan dan sosial dalam memanfaatkan lahan. Latar Belakang Mitchell (2007) menjelaskan bahwa prinsip keberlanjutan menyangkut: Sumberdaya lahan berperan kunci dan (1) Prinsip ekonomi, ialah mengusahakan modal kunci perekonomian pedesaan sumberdaya lahan untuk produksi dalam memenuhi kebutuhan hidup tetapi pertanian dapat memberikan keuntungan juga untuk pengentasan kemiskinan. dan manfaat pada pelaksana pertanian Sebagai sumberdaya alam, lahan sangat tanpa mengorbankan sumberdaya alam penting bagi kelangsungan hidup generasi tersebut; (2) Prinsip lingkungan, ialah kini dan yang akan datang, serta sebagai memanfaatkan sumberdaya alam dilaku- penggerak dalam pertumbuhan ekonomi kan secara berkeseimbangan dan ramah daerah dan nasional (Zimmermann, 2003). terhadap lingkungan serta menghindari Pengembangan sistem pertanian tanaman pencemaran sebagai akibat penggunaan pangan di lahan kering adalah salah satu teknologi terhadap tanah, air dan udara; dari beberapa pilihan strategis untuk dan (3) Prinsip sosial, diterima dan meningkatkan produksi dan mendukung dilaksanakan oleh masyarakat dalam ketahanan pangan nasional (Mulyani upaya penyelamatan dan pelestarian et al., 2006). sumberdaya alam. Sistem pertanian berkelanjutan ialah Pertanian ialah kegiatan pengelolaan pengelolaan sumberdaya pertanian untuk sumberdaya alam yang berkaitan dengan memenuhi kebutuhan generasi kini dan lahan dan air untuk memperoleh hasil yang akan datang dengan cara merawat yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dan meningkatkan kualitas lingkungan pangan, papan dan untuk memenuhi serta pelestarian sumberdaya alam. Tujuan kehidupan sehari-hari. Pemanfaatan lahan sistem pertanian berkelanjutan ialah merupakan salah satu wujud keterkaitan tercapainya kesinambungan antara

78 Mawara . 2017. Potensi Karakteristik Lahan untuk Pengembangan Sistem … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 77 – 87

yang nyata antara kegiatan manusia pertanian itu sendiri sehingga saling dengan lingkungan (Verburg et al., 2002). memberikan manfaat. Hasil evaluasi Setiap petani selalu berusaha mening- kesesuaian lahan memberikan katkan produksi pertanian dengan kemungkinan-kemungkinan penggunaan mengoptimalkan pemanfaatan sumber- lahan dengan persyaratan yang diperlukan daya lahan yang dimilikinya; oleh karena dalam penggunaan dan pengelolaannya itu, usaha-usaha produksi pertanian harus agar lahan dapat dimanfaatkan secara diusahakan dengan berorietasi pelestarian berkelanjutan dengan ancaman dan lahan. Pelestarian terhadap lahan sangat hambatan yang sekecilnya (Syafruddin et diperlukan dalam pemanfaatan lahan agar al., 2004). kualitas lahan tetap terjaga sehingga tercapai produksi secara berkesinam- Tujuan Penelitian bungan (Rauschkolb, 2007). Adapun tujuan penelitian ini ialah Pulau Lembeh bagian selatan adalah mengkaji potensi karakteristik lahan untuk bagian dari Kota Bitung, permasalahannya pengembangan sistem pertanian berkelan- yaitu belum tersediaanya data karak- jutan di Pulau Lembeh, Kota Bitung. teristik lahan secara akurat tentang BAHAN DAN METODE kesesuaian lahan untuk menentukan kecocokan suatu sistem pertanian serta Penelitian ini dilaksanakan di Pulau apakah sistem pertanian yang dilakukan Lembeh bagian selatan, secara geografis berkelanjutan atau tidak. Masyarakat tani terletak pada koordinat 125 0 14 ’ 56 ” bujur di daerah ini terus menerus memanfaatkan timur dan 1 0 26 ’ 10 ” Lintang Utara dengan lahan akibatnya degradasi lahan berupa ketinggian tempat antara 0 – 344,33 m di produktivitas menjadi berkurang, atas permukaan laut (dpl). Bahan-bahan demikian pula tanpa mengetahui apakah yang dipergunakan sebagai acuan dalam sistem pertanian yang diterapkan sesuai menuntun pelaksanaan penelitian ini, dengan kesesuaian lahan. Waddell (2002) yaitu Peta Rupa-Bumi Indonesia skala menyatakan pemanfaatan lahan yang tidak 1:50.000, (BAKOSURTANAL), Peta sesuai dengan daya dukung fisik lahan Penggunaan Lahan, Peta Bentuk Lahan sangat berpengaruh terhadap kualitas dan Peta Lereng serta peta Tanah yang lingkungan sekitarnya. Turner (1987) digunakan untuk pembentukan satuan menemukan ketidaktepatan pemanfaatan lahan (Peta Satuan Lahan (SL)). lahan khususnya kesesuaian lahan berakibat pada kerusakan lingkungan. Peralatan yang digunakan dalam Agar lahan pertanian yang tersedia penelitian ini terdiri atas: cangkul, sekop, sekarang tetap produktif maka diperlukan parang untuk membersihkan dan menggali usaha menjaga kelestarian sumberdaya tanah, kartu deskripsi tanah, clinometer , lahan, melalui penerapan sistem pertanian digunakan untuk mengecek dan mengukur berkelanjutan berdasarkan kesesuaian kemiringan lereng. Kantong plastik tebal lahan yang berorientasi konservasi tanah. yang dapat memuat tanah dan kantong plastik untuk label; karet untuk mengikat Evaluasi kesesuaian lahan berhubungan label luar. Spidol untuk menulis isi label; dengan sistem pertanian suatu komoditas, karung untuk mengepak contoh tanah dan karena kesesuaian lahan menunjukkan alat kerja laboratorium serta alat tulis tingkat kecocokan suatu lahan untuk menulis. aplikasi suatu sistem pertanian. Kesesuaian lahan menyiapkan potensi Metode yang digunakan dalam sumberdaya lahan baik secara fisik penelitian ini adalah metode survei dan maupun kimia tanah dan membandingkan dalam pengambilan data karakteristik dengan yang dipersyaratkan dalam sistem lahan (fisik lahan dan lingkungan) di

79 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

lapangan dilakukan dengan pendekatan memungkinkan untuk pengembangan satuan lahan (SL) dan pengambilan/ sistem pertanian tanaman jagung dan pengamatan langsung di lapangan data kacang tanah, sebab jika terdapat batuan drainase, batuan permukaan/bahan kasar, permukaan maka akan menghambat kemiringan lereng, bahaya erosi, dan pertumbuhan tanaman. (Arsyad, 2012) kedalaman tanah serta analisis contoh menjelaskan bahwa batuan permukaan tanah di laboratorium (tekstur, KTK, menjadi suatu penghambat di suatu areal kejenuhan basa, pH, C-organik, N, P, K). jika diupayakan untuk sutau sistem Metode analisis beberapa data pertanian dalam pengelolaan lahan, karakteristik lahan secara tabel laris pertumbuhan dan produksi suatu kecuali tekstur (Pipet); pH H 2O (elektroda komoditas. gelas); C-Organik (%) (Walkley dan Black); N-total (%) (Kjedahl); P-tersedia C. Kemiringan Lereng (ppm) (Bray I); dan Basa-basa dapat Kemiringan lereng ialah kenampakan ditukar (me/100g tanah) K +, Na +, Ca 2+ , permukaan bumi disebabkan oleh adanya Mg 2+ , KTK (Ekstrak NH Oac 1 N pH 7). 4 beda tinggi. Keadaan kemiringan lereng di HASIL DAN PEMBAHASAN Pulau Lembeh bagian selatan, terdapat: kemiringan lereng kelas L3 (8 – 15%) luas Karakteristik Lahan 609,6 ha pada SL D1.4, D1.5, D1.10, D3.15; kemiringan lereng kelas L4 (15 – Hasil survei dan pengamatan lapangan 30%) luas 227,1 ha pada SL D1.6, D2.11, serta analisis contoh tanah di laboratorium D3.16; kemiringan lereng kelas L2 (3 – karakteristik lahan di Pulau Lembeh 8%) luas 173,8 ha pada SL 5 D1.2, D1.3, bagian selatan disajikan pada Tabel 1 dan D1.8, D1.9, D2.14; kemiringan lereng 2. kelas L5 (30 – 45%) luas 94,9 ha; kemiringan lereng kelas L6 (> 45%) pada A. Drainase tanah luas 13.9 ha; dan kemiringan lereng kelas Keadaan drainase tanah di Pulau L1 (0 – 3%) luas 5.1 ha. Kemiringan Lembeh bagian selatan umumnya baik lereng berpengaruh terhadap kecepatan (d1) pada setiap satuan lahan, sehingga erosi dan volume limpasan permukaan. sangat memungkinkan untuk Makin curam suatu kemiringan lereng pengembangan sistem pertanian jagung makin cepat laju limpasan permukaan, dan kacang tanah. Arsyad (2012) infiltrasi sedikit dan volume limpasan menjelaskan bahwa drainase tanah sangat permukaan semakin besar. Oleh karena penting bagi pertumbuhan tanaman, itu, dengan meningkatnya kemiringan karena bila kelebihan air maka dapat lereng maka erosi juga semakin besar mengakibatkan tanaman tidak tumbuh (Troeh et al., 2004). Dalam usaha baik khususnya pada lahan kering. pengembangan sistem pertanian jagung Drainase tanah berpengaruh terhadap dan kacang tanah, sangat memungkinkan kualitas lahan dan lingkungan, untuk dilakukan di Pulau Lembeh bagian produktivitas lahan dan daya dukung selatan pada kemiringan lereng yang lahan, tapi juga berperan untuk dominan L3, L4 dan L2 dengan luasan mengurangi air lebih (Mawardi, 2012). 1010.5 ha atau 89.87%. B. Batuan permukaan D. Keadaan Erosi Pengamatan di Pulau Lembeh bagian Erosi menyebabkan hilangnya lapisan selatan pada setiap satuan lahan atas tanah yang subur dan baik untuk menunjukkan tidak nampak batuan pertumbuhan tanaman serta berkurangnya permukaan/bahan kasar (bo), sehingga kemampuan lahan untuk menyerap dan

80 Mawara . 2017. Potensi Karakteristik Lahan untuk Pengembangan Sistem … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 77 – 87

menahan air. Di Pulau Lembeh bagian Penjelasan Mawardi (2012) bahwa erosi selatan secara visual pada setiap satuan mengakibatkan kerugian pada penurunan lahan, perkiraan tingkat bahaya erosi kesuburan tanah, menurunnya produk- adalah sangat rendah. Pengembangan tivitas dan daya dukung lahan, kemam- sistem pertanian jagung dan kacang tanah puan lahan menyimpan dan meloloskan sangat dimungkinkan dengan memper- air menjadi berkurang, banjir dan hatikan keadaan lereng dan pengelolaan pencemaran lingkungan. lahan serta pengelolaan tanaman.

Tabel 1. Hasil Analisis Laboratorium dan Pengamatan Lapangan Karakteristik Fisik Tanah di Pulau Lembeh Bagian Selatan Kedalaman Batuan Bahaya Satuan Lereng Tekstur Drainase Luasan Tanah Permukaan Erosi % Lahan (L) (t) (d) (ha) (k) (b) (e) D1.1 1 ko t2 d1 bo sr 5.1 0.5 D1.2 2 ko t2 d1 bo sr 24.6 2.2 D1.3 2 ko t4 d1 bo sr 122.5 10.9 D1.4 3 ko t4 d1 bo sr 31.6 2.8 D1.5 3 ko t2 d1 bo sr 501.5 44.6 D1.6 4 ko t2 d1 bo sr 0.5 0.0 D1.7 5 ko t4 d1 bo sr 8.5 0.8 D1.8 2 ko t2 d1 bo sr 2.5 0.2 D1.9 2 ko t4 d1 bo sr 15.0 1.3 D1.10 3 ko t4 d1 bo sr 72.0 6.4 D2.11 4 ko t2 d1 bo sr 218.8 19.5 D2.12 5 ko t2 d1 bo sr 86.4 7.7 D2.13 6 ko t1 d1 bo sr 13.9 1.2 D2.14 2 ko t4 d1 bo sr 9.2 0.8 D3.15 3 ko t4 d1 bo sr 4.5 0.4 D3.16 4 ko t4 d1 bo sr 7.8 0.7 Jumlah 1124.6 100.0 Keterangan: Lereng (L) L1 = 0 – 3%, L2 = 3 – 8%, L3 = 8 – 15 %, L4 = 15 – 30%, L5 = 30 – 45%, L6 = > 45%); Erosi (e) = sr = sangat rendah; kedalaman Tanah (k) = ko = dalam; tekstur halus (t1), tekstur agak halus (t2), tekstur agak kasar (t4) (Hasil Laboratorium); Drainase (d) = d1 = baik; batuan permukaan = bo = tidak ada. E. Kedalaman Tanah Kedalaman tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan Kedalaman tanah sebagai media tanam akar tanaman dalam berjelajah dan merupakan komponen utama untuk suatu menentukan jumlah unsur hara dan air sistem pertanian dimana akar halus dan yang tersedia dan dapat diserap oleh akar tunggang dapat menembusi tanah tanaman (Suripin, 2004). guna mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara kokoh dan F. Tekstur Tanah terus menerus. Kedalaman tanah di Pulau Lembeh bagian selatan berdasarkan Tekstur tanah di Pulau Lembeh bagian pengamatan menunjukkan kategori yang selatan terdapat tekstur tanah halus (t1) dalam (ko) semua satuan lahan, sehingga pada SL D2.13; tekstur agak halus (t2) sangat memungkin untuk pengembangan pada SL D1.1, D1.2, D1.5, D1.6, D1.8, sistem pertanian jagung dan kacang tanah. D2.11 dan D2.12; dan tekstur agak kasar

81 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

(t4) pada SL D1.3, D1.4, D1.7, D1.9, menentukan tingkat retensi air dan D1.10, D2.14, D3.15 dan D3.16; sangat pergerakan air dalam tanah, kemampuan memungkinkan untuk menerapkan sistem mengikat zat hara dalam tanah dan yang pertanian jagung dan kacang tanah. terpenting yakni menentukan kesuburan Tekstur tanah secara langsung tanah (Green dan Ampt, 2011; Matus et berpengaruh terhadap porositas tanah, al., 2007).

Tabel 2. Hasil Analisis Karakteristik Kimia Tanah di Pulau Lembeh Bagian Selatan Satuan C- N- P-Bray Kejenuhan pH C/N K Na Ca Mg KTK Lahan Organik Total mg.kg -1 Basa (KB) D1.1 6.5 1.57 0.17 8 1.39 0.79 0.27 7.12 1.08 17.58 53 D1.2 6.5 1.60 0.18 8 1.39 0.79 0.27 7.12 1.08 17.60 54 D1.3 6.4 1.63 0.18 7 1.39 0.79 0.27 7.12 1.08 18.59 57 D1.4 6.4 1.59 0.16 7 1.39 0.79 0.27 7.12 1.08 18.49 56 D1.5 6.5 1.46 0.17 6 1.39 0.79 0.27 7.12 1.08 17.56 53 D1.6 6.5 1.57 0.19 6 1.39 0.79 0.27 7.12 1.08 17.60 54 D1.7 6.6 1.95 0.12 7 0.48 0.58 0.25 7.04 1.63 18.21 60 D1.8 6.6 1.93 0.11 8 0.48 0.58 0.25 7.04 1.63 17.20 60 D1.9 6.3 0.88 0.12 8 0.44 0.48 0.26 6.85 0.47 11.53 61 D1.10 6.3 0.86 0.10 6 0.44 0.48 0.26 6.85 0.36 12.55 60 D2.11 6.5 0.80 0.12 7 0.44 0.48 0.26 6.85 0.58 12.59 56 D2.12 6.5 0.84 0.13 6 0.44 0.48 0.26 6.85 0.60 11.57 57 D2.13 6.6 0.85 0.12 8 1.49 0.58 0.27 7.03 1.59 17.23 63 D2.14 6.5 1.69 0.23 8 0.45 0.58 0.27 4.93 1.49 15.58 54 D3.15 6.5 1.71 0.24 7 0.47 0.58 0.26 6.71 1.58 16.77 52 D3.16 6.6 1.66 0.25 6 0.56 0.58 0.26 6.69 1.55 17.36 53

G. Kemasaman Tanah (pH) dan unsur fosfor dan sulfur 1.0%. Kandungan bahan organik dalam tanah Keadaan kemasaman tanah di Pulau sebagai indikator utama dalam Lembeh bagian selatan berada pada menentukan kualitas lahan dan kandungan kisaran pH 6.3 – 6.6, maka usaha bahan organik dalam tanah pengembangan sistem pertanian jagung menggambarkan proses respirasi, dan kacang tanah sangat dimungkinkan. denitrifikasi dan penyerapan fosfor dalam Hardjowigeno (2010) menjelaskan tanah (Bruland dan Rihardson, 2002). pentingnya kemasaman tanah (pH) bagi tanaman untuk mudah atau tidaknya unsur I. Kapasitas Tukar Kation (KTK) hara diserap. Kemasaman tanah (pH) netral, sangat penting terhadap organisme Kapasitas tukar kation (KTK) di Pulau tanah dan tanaman memberikan responsif Lembeh bagian selatan menunjukkan terhadap sifat kimia dan lingkungannya. antara 11.53 – 18.59 me per 100 g termasuk dalam kategori rendah sampai H. C-Organik Tanah tinggi. Kapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan kemampuan tanah untuk C-organik tanah di Pulau Lembeh menahan kation-kation tukar dan bagian selatan menunjukkan kisaran mempertukarkan kation-kation tersebut antara 0.83 – 1.77% termasuk dalam sehingga menjadi petunjuk untuk kategori harkat yang sedang. Horwath digunakan dalam penyediaan zat hara, (2005) menyatakan kandungan bahan demikian pula dengan KTK tinggi maka organik dalam tanah adalah presentasi dari unsur karbon 55%, unsur nitrogen 5 – 6%,

82 Mawara . 2017. Potensi Karakteristik Lahan untuk Pengembangan Sistem … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 77 – 87

mempunyai kemampuan tinggi dalam daun seluruhnya berubah menjadi hijau menyimpan zat hara (Nugroho, 2009). tua keabu-abuan, mengkilap, sering pula terdapat pigmen merah pada daun bagian J. Kejenuhan Basa bawah, selanjutnya mati.

Pulau Lembeh bagian selatan, M. Unsur Kalium kejenuhan basa menunjukkan antara 52 – 61% termasuk dalam kategori rendah Unsur Kalium di Pulau Lembeh bagian sampai sedang. Kejenuhan basa sebagai selatan, berkisar antara 0,48–0,79 ppm petunjuk tingkat kesuburan tanah; termasuk dalam kategori rendah. Kalium pelepasan kation terjerap untuk tanaman sangat dibutuhkan tanaman yang sangat tergantung pada kejenuhan basa. berfungsi dalam proses fotosintesis, Tanah dianggap subur jika kejenuhan basa pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan > 80%, tanah dengan kesuburan sedang mineral termasuk air, meningkatkan daya kisaran kejenuhan basa antara 50 – 80% tahan atau kekebalan tanaman, dan tanah yang tidak subur kejenuhan meningkatkan daya tahan terhadap basa < 50% (Lal and Greenland, 2009). penyakit tanaman dan serangan hama, memperluas pertumbuhan akar tanaman, K. Unsur Nitrogen efisiensi penggunaan air yang tahan pada masa kekeringan, memperbaiki ukuran Peranan utama nitrogen (N) bagi dan kualitas buah pada masa generatif, tanaman adalah merangsang pertumbuhan memperkuat tubuh tanaman sehingga secara keseluruhan tetapi lebih khusus daun, bunga dan buah tidak mudah rontok pada batang, cabang, dan daun (Rioadi, (Nasrul, 2011). 2006). Unsur Nitrogen di Pulau Lembeh bagian selatan berkisar antara 0.11 – Sistem Pertanian 0.25 ppm termasuk dalam kategori rendah sampai sedang. Syekhfani (2010) Sistem pertanian jagung dan kacang menjelaskan bahwa unsur nitrogen tanah yang dilakukan oleh petani setiap menjadi masalah pada setiap jenis tanah musim tanah di lahan kering berlereng di apalagi yang berkadar bahan organik Pulau Lembeh bagian selatan tidak rendah tetapi juga tanah bertekstur kasar. dilakukan secara baik dan benar dalam Nitrogen berperan dalam pembentukan mengelola lahan dan tanaman. Hal ini hijau daun yang sangat bermanfaat dalam ditunjukkan dengan produksi yang masih proses fotosintesis, merupakan bagian dari rendah (wawancara beberapa Petani). sel tanaman itu sendiri, membantu dalam Memperhatikan potensi lahan (fisik dan sintesa asam amino dan protein dalam kimia tanah) yang tersedia berdasarkan tanaman, dengan demikian nitrogen hasil pengamatan lapangan dan analisis membantu tanaman mempercepat laboratorium, sangat memungkinkan pertumbuhannya, meningkatkan dan untuk pengembangan sistem pertanian memperbaiki kualitas daun dan akar jagung dan kacang tanah. Kesesuaian (Anonim, 2010). sifat-sifat lahan dengan sistem pertanian memberi petunjuk bahwa suatu lahan L. Unsur Fosfor berpotensi. Oleh karena itu, perlunya perubahan sistem yang dilakukan oleh Unsur fosfor di Pulau Lembeh bagian petani dengan pilihan sistem pertanian selatan menunjukkan kisaran antara 0.44 – berkelanjutan (jagung dan kacang tanah) 1.49 ppm termasuk dalam kategori dengan pengelolaan lahan dan tanaman rendah. Ibra (2008) menjelaskan bahwa secara baik dan benar yang berorientasi tanaman yang kekurangan unsur fosfor (P) konservasi tanah dan bersesuaian dengan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan kesesuaian lahan. Haris (2000) sistem perakaran, batang dan daun, warna

83 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

menjelaskan bahwa sistem pertanian kesesuaian lahan aktual, kesesuaian lahan keberlanjutan dilakukan dengan tiga potensial dan kesesuaian lahan ekonomi pendekatan ialah keberlanjutan ekonomi, yang berhubungan dengan sistem keberlanjutan lingkungan dan keber- pertanian jagung dan kacang tanah secara lanjutan sosial. Kesesuaian lahan yang berkelanjutan. digunakan dalam penelitian ini, yakni

Tabel 3. Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Aktual Sistem Pertanian Jagung dan Kacang Tanah di Pulau Lembeh Bagian Selatan KLASP KLASP Satuan Lahan Luas (ha) % Jagung Kacang Tanah D1.1, D1.5, D1.10 S3wa S3wa 578,8 51,5 D1.9 S3wa/rc S3wa/rc 15,0 1,3 D2.11, D2.13 S3wa/rc/eh S3wa/rc/eh 232,7 20,7 D2.14, D3.15, D3.16 S3wa/eh S3wa/eh 21,5 1,9 D1.2, D1.3, D1.4, D1.7, D2.12 Neh Neh 273,6 24,4 D1.6, D1.8 Nrc Nrc 3,0 0,2 Jumlah 1124,6 100,0

A. Kesesuaian Lahan Aktual selatan disajikan pada Tabel 4 dan perbaikan kualitas/karakteristik lahan, Hasil analisis kesesuaian lahan aktual kesesuaian lahan aktual menjadi sistem pertanian jagung dan kacang tanah kesesuaian lahan potensial disajikan pada tersebar pada setiap SL tersaji pada Tabel 5. Upaya meningkatkan produk- Tabel 3. Kesesuaian lahan aktual di Pulau tivitas lahan dengan cara memperbaik Lembeh bagian selatan diperoleh sesuai kualitas/karakteristik lahan seperti marjinal (S3wa, S3wa/rc, S3wa/eh, ketersediaan air, media perakaran dan S3wa/rc/eh) dengan faktor pembatas bahaya erosi dapat dilakukan dengan cara ketersediaan air (wa), media perakaran penggunaan mulsa sisa tanaman, (rc) (tekstur) dan bahaya erosi (eh) penggunaan bahan organik dan olah tanah (kemiringan lereng), tidak sesuai saat ini konservasi (Nursyamsi et al ., 2004). (Neh dan Nrc) dengan faktor pembatas bahaya erosi (eh) (kemiringan lereng) dan Hiroshi (2001) menyatakan, menjaga media perakaran (rc) (tekstur). Djaenudin lingkungan agar berada dalam keseim- et al ., (2003) menjelaskan bahwa Kualitas bangan maka membatasi penggunaan lahan yang maksimal untuk kebutuhan lahan yang tidak sesuai agar tidak suatu sistem pertanian menjadi menimbulkan masalah penggunaan lahan persyaratan kelas kesesuaian lahan yang di masa yang akan datang. Untuk sangat sesuai (S1) sedangkan kualitas mengurangi resiko kerusakan akibat lahan di bawah maksimal menjadi batasan bahaya erosi, media perakaran dan kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) ketersediaan air yang kurang menunjang dan atau sesuai marjinal (S3), sedangkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, di luar persyaratan dan batasan tersebut perlu dilakukan tindakan konservasi tanah maka lahan secara fisik, tergolong tidak (Sigh, 2008). sesuai (N). C. Evaluasi kelayakan ekonomi B. Kesesuaian Lahan Potensial Analisis sistem pertanian jagung dan Hasil penilaian kesesuaian lahan kacang tanah yang layak secara ekonomi potensial sistem pertanian jagung dan digunakan parameter: biaya usahatani, kacang tanah di Pulau Lembeh bagian penerimaan usahatani, atau pendapatan

84 Mawara . 2017. Potensi Karakteristik Lahan untuk Pengembangan Sistem … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 77 – 87

usahatani (Soekartawi, 2006); dengan pertanian jagung dan kacang tanah pendekatan Gross Margin (GM) dan mempunyai nilai BCR (> 1), yang berarti Benefit Cost Ratio (BCR). Hasil analisis layak untuk dikembangkan secara (GM) di sajikan pada Tabel 6, dimana berkelanjutan. Indriani (2003) menje- nilai GM sistem pertanian jagung dan laskan bahwa nilai BCR dimanfaatkan kacang tanah bernilai positif, yang berarti untuk mengukur kelayakan usaha sangat menguntungkan sehingga layak pertanian dan jika nilai BCR lebih besar untuk dilakukan pengembangan secara (>1), usaha pertanian bermanfaat dan berkelanjutan; analisis (BCR) disajikan menguntungkan. pada Tabel 7; menunjukkan bahwa sistem

Tabel 4. Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Potensial Sistem Pertanian Jagung dan Kacang Tanah di Pulau Lembeh Bagian Selatan KLPSP KLPSP Luas Satuan Lahan % Jagung Kacang Tanah (ha) D1.1, D1.5, D1.10 S2wa S2wa 578,8 51,5 D1.9 S3wa/rc S3wa/rc 15,0 1,3 D2.11, D2.13 S3wa/rc/eh S3wa/rc/eh 232,7 20,7 D2.14, D3.15, D3.16 S2wa/eh S2wa/eh 21,5 1,9 D1.2, D1.3, D1.4, D1.7, D2.12 S3eh S3eh 273,6 24,4 D1.6, D1.8 Nrc Nrc 3,0 0,2 Jumlah 1124,6 100,0

Tabel 5. Perbaikan Kualitas/Karakteistik Lahan Kesesuaian Lahan Aktual Menjadi Potensial Sistem Pertanian Jagung dan Kacang Tanah di Pulau Lembeh Bagian Selatan Kualitas/Karakteristik Upaya Perbaikan Tingkat Lahan Pengelolaan Ketersediaan air (w) 1. Pengairan/penyiraman Rendah 2. Penggunaan bahan organik/lompos Rendah Media Perakaran (rc) 1. Tidak dapat dilakukan perbaikan - (tekstusr tanah) 2. Penggunaan bahan organik/kompos Rendah Bahaya erosi (eh) 1. Pengolahan tanah memotong lereng Rendah 2. Penanaman tanaman memotong lereng Rendah 3. Penutup tanah Rendah 4. Pembuatan teras (teras guludan dan teras Rendah dan bangku individual) sedang Sumber: Djaenudin et al., (2003) dan Hasil Analisis Penelitian Tabel 6. Gross Margin (GM) Sistem Pertanian Jagung dan Kacang Tanah di Pulau Lembeh Bagian Selatan Sistem Kesesuaian Satuan Lahan Kesesuaian S3 Satuan Lahan Pertanian (SP) S2 (SL) (SL) Jagung 20.865,00 D1.1, D1.5, 14.525,00 D1.9 D1.10, D2.14, D2.11, D2.13 D3.15, D3.16 D1.2, D1.3, D1.4, D1.7, Kacang Tanah 5.977,00 2.286,00 D2.12

85 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Tabel 7. Benefit Cost Ratio (BCR) Sistem pertanian Jagung dan Kacang Tanah Tanaman di Pulau Lembeh Bagian Selatan Sistem Pertanian Kesesuaian Satuan Lahan Kesesuaian Satuan Lahan (SP) S2 (SL) S3 (SL) Jagung 1,73 D1.1, D1.5, 1,29 D1.9 D1.10, D2.14, D3.15, D3.16 D2.11, D2.13 D1.2, D1.3, D1.4, D1.7, Kacang Tanah 1,75 1,56 D2.12

PENUTUP Created, Restored and Paired Natural Wetlands in North Carolina . Wetlands Simpulan Ecology and Management, Vol. 14 (3): 245 – 251. Kesesuaian lahan aktual sistem Djaenudin, D., H. Marwan., H. Subagyo., pertanian jagung dan kacang tanah di A. Mulyani dan N. Suharta. 2003. Pulau Lembeh bagian selatan diperoleh Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk sesuai marjinal (S3wa, S3wa/rc, S3wa/eh, Komoditas Pertanian. Versi 4. Balai S3wa/rc/eh) dengan faktor pembatas Penelitian Tanah Pusat Penelitian dan ketersediaan air (wa), media perakaran Pengembangan Tanah dan Agroklimat. (rc) (tekstur) dan bahaya erosi (eh) Bogor. (kemiringan lereng); kesesuaian potensial Green, W.H. dan G.A. Ampt. 1911. sistem pertanian jagung dan kacang Studies of Soil Physics, Part 1, the dengan perbaikan pengelolaan menjadi Flow of Air and Water Through Soil. kesesuaian lahan agak sesuai dan Journal of Agricultural Science, Vol. 4 kesesuaian marjinal (S2wa, S3wa/rc, (1): 1 – 24. S3wa/rc/eh, S2wa/eh, S3eh). kelayakan Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. ekonomi sistem pertanian jagung dan Akademik Pressindo. Jakarta. kacang tanah diperoleh nilai positif Haris, J.M. 2000. Basic Principles of melebihi satu sehingga layak Sustainable Development . Global dikembangkan secara berkelanjutan. Development and Environment Saran Intitute, Tuft University. Medford. USA. Agar lahan pertanian di Pulau Lembeh Hiroshi, F. 2001. Land Ownership and bagian selatan tetap produktif diperlukan Environmental Agriculture in Water usaha menjaga kelestarian sumberdaya Suply Protection Area in The Seoul lahan melalui penerapan sistem pertanian Metropolitan Area . Journal of Asian berkelanjutan jagung dan kacang tanah Pasific Studies, Vol. 8: 61 – 69. berorientasi konservasi tanah dan berdasar Horwath, W.R. 2005. The Importance of kesesuaian lahan. Soil Organic Matter in the Fertility of Organic Production Systems . Western DAFTAR PUSTAKA Nutrient Management Conference, 6: Anonim. 2010. Nitrogen Untuk Tanaman. 244 – 249. http://kafein4u.wordpress.com/2010/05 Ibra. 2008. Gejala Kekurangan Unsur /10/nitrogen--untuk-tanaman. Hara bagi Tanaman. http://ibra76. Arsyad, S. 2012. Konservasi Tanah dan wordpress.com /2008/09/27/ gejala – Air. IPB Press. Bogor. kekurangan -unsur-hara-bagi-tanaman. Bruland, G.L dan C.J. Richardson. 2006. Comparison of Soil Organic Matter in

86 Mawara . 2017. Potensi Karakteristik Lahan untuk Pengembangan Sistem … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 77 – 87

Indriani, Y.H. 2003. Pemilihan Tanaman Agriculture . Asian Pasific Journal of dan Lahan sesuai Kondisi Lingkungan Rural Development, Vol. 8: 47 – 64. dan Pasar. Penebar Swadaya. Jakarta. Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Lal, R. dan D.J. Greenland. 2009. Soil Universitas Indonesia Press. Jakarta. Phisic Properties and Crop Production Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya in the Tropic . John Wiley and Sons, Tanah dan Air. Andi. Yogyakarta. ltd. New York. Syafruddin, A.N. Kairupan dan Saidah. Matus, F.J., C.H. Lusk dan C.R. Maire. 2004. Potensi dan Evaluasi Kesesuaian 2007. Effects of Soil TextureCarbon Lahan Untuk Tanaman Sayuran di Input Rates and Litter Quality on Free Lembah Palu Kabupaten Donggala Organic Matter and Nitrogen Sulawesi Tengah. Jurnal Agroland, Mineralization in Chilean Rain Forest Vol. 11 (2): 129 – 135. and Agriculture Soils . Communication Syekhfani. 2010. Hubungan Hara Tanah in Soil Science and Plant Analysis, Air dan Tanaman. Dasar-Dasar Penge- Vol. 39 (2): 187 – 201. lolaan Tanah Subur Berkelanjutan. Mawardi, H.M. 2012. Rekayasa Konser- PMN its Press, Malang. vasi Tanah dan Air. Bursa Ilmu. Troeh, F.R., J.A. Hobbs dan R.L. Yogyakarta. Donahue, 2004. Soil and Water Mitchell, B. 2007. Resource and Environ- Coservation for Productivity and mental Management . University of Environmental Protection . 4th Edition Waterlo Waterlo. Ontario. Pearson Ed. Inc. Upper Sadle River. Mulyani, A., F. Agus dan D. Allelorung. New Jersey. 2006. Potensi Sumber Daya Lahan Turner, G.M. 1987. Spatial Simulation of untuk Pengembangan Jarak Pagar Landscape Change in Georgia: a (Jatropha curcas L.) di Indonesia. Comparation of 3 Transition Models. Jurnal Badan Litbang Pertanian, Landscape Ecology, Vol. 1 (1): 29 – Vol. 25 (4): 130 – 138. 36. Nasrul, N. 2011. Unsur-Unsur yang Verburg, P.H., W. Soepboer, A. Dibutuhkan Tanaman dan Fungsinya. Veldkamp, R. Limpiada, V. Espaldon http://agrowangi.blogspot.com/2011/08 dan S.S.A. Mastura. 2002. Modeling /unsur-unsur-yang-dibutuhkan- the Spasil Dynamic of Regional Land tanaman-dan.html. Use: the CLUE-S model . Environ- Nugroho, Y. 2009. Analisis Sifat Fisik- mental Management, Vol. 30 (3): 391 Kimia dan Kesuburan Tanah Pada – 405. Lokasi Rencana Hutan Tanaman Waddell, P. 2002. UrbanSim: Modelling Indutri PT Prima Multi Buwana. Jurnal Urban Development for Land Use, Hutan Tropis, Vol. 10 (7): 222 – 229. Transportation and Environmental Nursyamsi, D., A. Budiarto dan Planning . Journal of the American I. Anggria. 2004. Pengelolaan Kahat Planning Association, Vol. 68 (3): 297 Hara pada Inceptisol Untuk – 314. Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Zimmermann, W. 2003. Land and Jagung. Jurnal Tanah dan Iklim, (20): Resources Policy in Post Conflict 56 – 68. Countries . Keynotes Proceeding Rauschkolb, R.S. 2007. Land Degra- International Workshop SEAG of dation . FAO Soil Bulletin, 13. Rome. Good Security and Sustainable Sigh, S. 2008. Food Security and Resources Management in Marcet Sustainability Internationalization of Economi. Chiang Mai, Thailand, 13 – 17 October 2003. Hal: 1 – 6.

87

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.) TERHADAP EFISIENSI PUPUK ORGANIK PADAT Muhammad Alham* dan Elfarisna Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. K.H. Ahmad Dahlan Cirendeu Ciputat, Jakarta Selatan 154193. Telp. 021-7430689 *E-mail: [email protected] Diterima: 13/10/2017 Direvisi: 18/12/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK Seledri termasuk dalam famili Apiaceae , merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak digunakan untuk penyedap dan penghias hidangan. Biji seledri juga digunakan sebagai bumbu dan penyedap dan ekstrak minyak bijinya berkhasiat sebagai obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman seledri terhadap penambahan dosis pupuk organik. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2017 sampai bulan April 2017 di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta, menggunakan metode Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan enam perlakuan, yaitu Pupuk anorganik 100% (kontrol), Pupuk anorganik 50% + POP Supernasa ® 50 ml per tanaman, Pupuk anorganik 50% + POP Supernasa ® 100 ml per tanaman, Pupuk anorganik 50% + POP Supernasa ® 150 ml per tanaman), Pupuk anorganik 50% + POP Supernasa ® 200 ml per tanaman, Pupuk anorganik 50% + POP Supernasa ® 250 ml per tanaman). Paramater yang diamati adalah tinggi batang, jumlah tangkai daun, panjang akar pertanaman, jumlah akar pertanaman, bobot akar pertanaman, bobot basah pertanaman dan bobot konsumsi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pada setiap parameter yang diamati perlakuan pupuk anorganik 50% + POP Supernasa ® 200 ml per tanaman, memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Semua perlakuan tidak berbeda nyata terhadap seluruh parameter yang diamati. Penambahan dosis pupuk organik padat Supernasa ® dengan dosis 200 ml lebih efektif dibandingkan dengan penambahan dosis 250 ml pupuk organik padat Supernasa ®, sehingga dapat direkomendasikan sebagai pupuk pelengkap (tambahan) untuk komoditi tanaman seledri. Kata kunci: Dosis, pupuk organik padat, seledri GROWTH RESPONSE AND CROP PRODUCTION OF CELERY (Apium graveolens L.) ON THE EFFICIENCY OF SOLID ORGANIC FERTILIZER ABSTRACT Celery is include in the Apiceae family, one of the most widely used vegetables for flavoring and decorating. Celery seeds are also used as herbs and flavoring oils and nutritious extracts as a drug. This research aims to determine the response of growth and production of calery plaants to the addition of organic fertilizer dosage. The research conducted on the February to April 2017 at experimental garden Agronomy Faculty, University of Muhammadiyah Jakarta, used the Randomized Complete Block Design (RCBD) with six treatments that is 100% anorganic fertilizer (control), 50% anorganic fertilizer + POP 50 ml per plant, 50% anorganic fertilizer + POP 100 ml per plant, 50% anorganic fertilizer + POP 150 ml per plant, 50% anorganic fertilizer +

88 Alham dan Elfarisna . 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Seledri … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 88 – 97

POP 200 ml per plant, 50% anorganic fertilizer + POP 250 ml per plant. The parameters observased were plant height, number of stems, root legth, root number, root weight, wet weight, dan comsumption weight. The result showed that all parameters observed treatment 50% anorganic fertilizer + POP 200 ml per plant has the highest value compared with other treatments. All the treatments were not significantly different for all parameters observed. Apopulation of Supernasa ® solid dosage of organic fertilizer with doses of 200 ml was more effective than with the addition of 250 ml doses of Supernasa ® annd 100% anorganic fertilizers, so it can be recommended as a complement (suplement) for the commodity of celery plants. Keywords: Celery, dosage, solid organic fertilizer

PENDAHULUAN dari Statistik Produksi Hortikultura tahun 2014 melaporkan jenis sayuran yang Seledri ( Apium graveolens L.) sering dibudidayakan adalah sawi, bayam, termasuk dalam famili apiaceae dan kangkung dan mentimun (Direktorat merupakan salah satu komoditas sayuran Jenderal Hortikultura, 2014). yang banyak digunakan untuk penyedap dan penghias hidangan. Biji seledri juga Budidaya seledri tidak hanya pada digunakan sebagai bumbu dan penyedap kebun yang luas, tetapi pada lahan yang dan ekstrak minyak bijinya berkhasiat sempit seperti pada lahan perkarangan sebagai obat. Apiin (apigenin 7- masih dapat diusahakan dalam pot atau apiosiglukosida) adalah glukosida polybag. Menanam seledri dalam pot atau penghasil aroma daun seledri dan umbi polibeg, selain kondisinya lebih mudah celeriac (Tim Prima Tani, 2011). dikontrol juga dapat difungsikan sebagai tanaman hias (Salvia, 2012). Pada dasarnya prospek seledri sangat cerah, baik di pasaran dalam negeri Pupuk merupakan saprodi (sarana (domestik) maupun luar negeri sebagai produksi) yang berkaitan erat dengan komoditas ekspor, namun pembudidayaan upaya pemenuhan kebutuhan pangan, seledri di Indonesia yang belum dikelola pupuk menyumbang 20% dari keber- secara komersial dan diantaranya dapat hasilan peningkatan produksi pertanian. merujuk pada data dari Badan Pusat Pemberian pupuk kimia secara berlebihan Statistik (BPS) tentang hasil survey jelas kurang bijaksana karena justru akan pertanian tanaman sayuran di Indonesia memperburuk kondisi fisik tanah. Tanpa pada tahun 2008, ternyata belum di imbangi dengan pemberian pupuk ditemukan data luas panen dan produksi organik. Untuk mengembalikan keadaan seledri secara nasional. Demikian pula tanah dan upaya pemulihan kesuburuan dalam program penelitian dan pengem- tanah maka pupuk organik adalah solusi bangan hortikultura di Indonesian pada terbaik (Suwahyono, 2011). Pupuk Pusat Penelitian dan pengembangan organik buatan merupakan pupuk organik (Puslitbang). Hortikultura sampai 2003/ yang sudah melalui pabrikasi dan 2004, ternyata tanaman seledri belum teknologi tinggi (Marsono, 2013). mendapatkan prioritas penelitian, baik Kandungan unsur yang terdapat pada sebagai komoditas utama, potensial ® maupun introduksi (Sutrisna et al. , 2005). pupuk organik Supernasa ialah N 2,67%; P2O5 1,36%; K 1,55%; Ca 1,46%; Pada dasarnya budidaya seledri masih S 1,43%; Mg 0,4%; Cl 1,27%; Mn 0,01%; jarang dilakukan di kota besar karena Fe 0,18%; Cu <1,19 ppm; Zn 0,002%; kondisi lingkungan yang tidak sesuai Na 0,11%; Si 0,3%; Al 0,11%; dengan syarat pertumbuhannya. Informasi NaCl 2,09%; SO 4 4,31%; C/N ratio

89 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

5,86%; pH 8; Lemak 0,07%; Protein setelah tanam (MST) yang sehat 16,69%; Karbohidrat 1,01%; Asam-asam dibongkar kemudian dipindahkan ke organik (Humat 1,29%; Vulvat; dll) dalam polibeg ukuran 40 cm x 40 cm. (kemasaan produk). Berdasarkan beberapa Pupuk yang diberikan untuk tanaman alasan diatas maka perlu ditingkatkan lagi seledri adalah pupuk anorganik yang telah pemupukan dengan menggunakan bahan dikurangi 50% yaitu pupuk NPK (25 g/l organik sebagai salah satu sumber unsur air) (kontrol), dan 50% (12,5 g/l air), hara untuk tanaman. Penelitian ini larutan pupuk disiramkan pada tanah bertujuan untuk mengetahui respons sebanyak 250 ml per tanaman. KCl 0,50 g pertumbuhan dan produksi tanaman per polibeg (0,25 g per polibeg) dan ZA seledri terhadap penambahan dosis pupuk 0,75 g per polibeg (0,38 g per polibeg). organik padat. Pemupukan POP sesuai dengan METODELOGI PENELITIAN kosentrasi perlakuan. Pemberian pupuk dilakukan pada umur 2 MST (setelah Penelitian dilaksanakan pada bulan dipindahkan ke polibeg) sampai dengan Februari sampai April 2017 di kebun umur 7 MST dengan interval waktu percobaan Fakultas Pertanian Universitas pemberian satu kali dalam seminggu. Pada Muhammadiyah Jakarta. Penelitian di- umur 2 MST dan 4 MST tanaman seledri lakukan dengan skala lapang dengan diberikan NaCl 0,25 g per polibeg untuk menggunakan Rancangan Kelompok mendorong pertumbuhan tanaman seledri Lengkap Teracak (RKLT) dengan menjadi hijau dan subur. Seledri dipanen perlakuan sebagai berikut : P0 = Pupuk pada umur berumur 90 hari setelah tanam anorganik 100% (kontrol), P1 = Pupuk (HST) pemanenan dilakukan dengan cara anorganik 50% + POP 50 ml per tanaman, membongkar polibeg. P2 = Pupuk anorganik 50% + POP 100 ml per tanaman, P3 = Pupuk anorganik 50% HASIL DAN PEMBAHASAN + POP 150 ml per tanaman, P4 = Pupuk anorganik 50% + POP 200 ml per Keadaan Umum tanaman dan P5 = Pupuk anorganik 50% Rukmana (2011) melaporkan bahwa + POP 250 ml per tanaman. Setiap keadaan iklim yang baik untuk perlakuan diulang sebanyak 4 kali pertumbuhan tanaman seledri keadaan sehingga terdapat 24 satuan percobaan, o temperatur 9 – 20 C, kelembaban 80% - masing-masing satuan percobaan terdiri 90% dan curah hujan 60 - 100 mm/bulan. dari 3 tanaman sehingga jumlah seluruh Media tanam yang digunakan dalam tanaman yang diamati sebanyak 72 penelitian ini adalah tanah bagian atas ( top tanaman percobaan. soil ) dengan pH 6,2. Tanah yang baik Media tanam yang digunakan adalah untuk media tanam diambil dari lapisan tanah + pupuk kotoran ayam dengan bagian ( top soil ), bertekstur gembur dan perbandingan 1:1, dengan berat 10 kg per mampu menyediakan ruang tumbuh bagi polibeg. Media tanam disiapkan 7 hari akar tanaman dan pH tanah antara 5,5 - sebelum penanaman dengan menam- 6,5 (Hartono, 2016). bahkan pupuk kotoran ayam dengan dosis Adanya kendala yang dihadapi selama 100 gram per polibeg (Edi, 2009). proses penelitian adalah adanya serangan Kemudian di campurkan dan dimasukan hama dan penyakit hal ini sangat kedalam polibeg berukuran 40 cm x mempengaruhi produksi tanaman seledri. 40 cm. Pada minggu ke 4 setelah tanam, beberapa Bibit seledri yang sudah membentuk 3 tanaman seledri terserang hama kutu daun – 4 helai daun pada umur 4 minggu (Aphis craccivera ). Serangan hama ini menyebabkan daun tanaman seledri

90 Alham dan Elfarisna . 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Seledri … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 88 – 97

menjadi kuning, terkadang daun menjadi malformasi daun, daun mengkerut dan keriting dan menyebabkan pertumbuhan menggulung. tanaman selederi terhambat. Selama penelitian pengendalian hama dan Tinggi Tanaman penyakit dengan penyemprotan pestisida Pada umur 2 MST sampai 3 MST, organik Provibio ® dengan dosis 10 ml/l air perlakuan pupuk anorganik 50% + POP yang diaplikasikan setiap 2 hari sekali 200 ml per tanaman, memiliki nilai dengan waktu penyemprotan yang tertinggi yaitu pada umur 2 MST berbeda, karena serangan hama hanya (10,54 cm) dan pada umur 3 MST sedikit sehingga tidak perlu dilakukan (16,06 cm) tetapi tidak berbeda nyata penyemprotan insektisida anorganik. Pada dengan perlakuan lainnya. Pada umur 4 – umur 7 minggu setelah tanam terdapat 1 6 MST perlakuan pupuk anorganik 50% + tanaman yang mati akibat penyakit layu POP 150 ml per tanaman, memiliki nilai Fusarium yaitu perlakuan pupuk organik tertinggi yaitu pada umur 4 MST 50% + POP 50 ml/tanaman ulangan 1 (22,55 cm), umur 5 MST (28,10 cm) dan tanaman 3. Balai Penelitian Tanaman umur 6 MST (32,40 cm) tetapi tidak Sayuran (2014) melaporkan bahwa berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. penyakit layu Fusarium disebabkan oleh Pada umur 7 MST perlakuan pupuk cendawan Fusarium oxysporum . Patogen anorganik 50% + POP 200 ml per ditularkan melalui udara dan air, gejala tanaman, memiliki nilai tertinggi yaitu serangan ditandai tanaman menjadi layu, (40,50 cm) tetapi tidak berbeda nyata mulai dari daun bagian bawah. dengan perlakuan lainnya. Pada umur 8 Penangulangan dengan menggunakan MST tinggi tanaman tertinggi ditunjukan fungisida Dithane M45 ® untuk mengatasi pada perlakuan P0 (kontrol) yaitu gangguan penyakit tersebut, sehingga (43,75 cm) tetapi tidak berbeda nyata serangan menjadi berkurang. dengan semua perlakuan (Tabel 2). Tabel 1. Data Iklim Bulan Februari - Pengurangan dosis pupuk anorganik April 2017 dengan penambahan POP dapat menyamai Rataan Total pemberian dosis pupuk anorganik 100%. Curah Hal ini berarti harus dikurangi Bulan Temperatur Kelembaban Hujan (oC) (%) (mm/ penggunaan pupuk anorganik untuk bulan) menghindari pengerasan tanah dan Februari 25,5 85 444,4 pencemaran lingkungan seperti menurut Maret 26,7 79 242,9 Marpaung (2014), penggunaan pupuk Apr il 26,0 76 278,7 anorganik menghasilkan peningkatan Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi produktivitas tanaman yang cukup tinggi. dan Geofisika Wilayah II Namun, penggunaan pupuk anorganik Ciputat. dalam jangka yang relatif lama umumnya berdampak buruk pada kondisi tanah. Pada umur 8 MST (pada saat panen), Tanah menjadi cepat mengeras, kurang pada akar tanaman seledri ditemukan mampu menyimpan air dan cepat masam beberapa tanaman yang terserang hama dan pada akhirnya akan menurunkan kutu putih ( Paracoccus marginatus ). produktivitas tanaman. Penggunaan pupuk Menurut Andini (2015), kutu putih seledri anorganik yang dikombinasikan dengan dapat menghisap cairan tumbuh dengan pupuk organik akan memberikan memasuki stilet ke dalam jaringan akar. pengaruh yang sangat baik bagi pertum- Pada waktu yang bersamaan kutu putih buhan dan produksi tanaman. Hal ini mengeluarkan racun ke dalam daun, disebabkan karena pupuk organik dapat sehingga mengakibatkan klorosis, kerdil, meningkatkan efesiensi penggunaan

91 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” pupuk dan daya mengikat air serta melebihi dari kebutuhan dan mengaktifkan mikroorganime tanah perkembangan tanaman seledri. Menurut (Lestari, 2009). Setyamidjaja (1986 ) dalam Arlingga (2014), pemupukan yang optimal dapat Tinggi tanaman pada perlakuan pupuk dicapai apabila pupuk diberikan sesuai anorganik 50% + POP 250 ml per dengan kebutuhan tanaman. Bila pupuk tanaman merupakan tinggi tanaman yang melebihi volume optimum, maka dapat terendah dimana perlakuan pupuk mengakibatkan keracunan pada tanaman. anorganik 50% + POP 250 ml per Tanaman dapat tumbuh dengan baik tanaman merupakan pemberian dosis ® apabila unsur hara yang diberikan dalam pupuk organik padat Supernasa tertinggi. jumlah seimbang dan sesuai dengan Hal ini diduga bahwa pada dosis 250 ml kebutuhan tanaman. dapat memberikan unsur hara yang

Tabel 2. Respon Tinggi Tanaman Seledri ( Apium graveolens L.) terhadap Penambahan Dosis Pupuk Organik Padat Tinggi Tanaman (cm) Perlakuan 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST Pupuk anorganik 100% 9,21 15,05 19,92 24,58 32,30 38,25 43,70 (kontrol) Pupuk anorganik 50% + 9,61 14,70 19,78 25,10 31,44 36,25 41,10 POP 50 ml Pupuk anorganik 50% + 9,29 14,19 20,21 25,66 31,70 37,55 42,60 POP 100 ml Pupuk anorganik 50% + 9,69 15,25 22,55 28,10 32,40 36,25 40,60 POP 150 ml Pupuk anorganik 50% + 10,45 16,06 19,40 23,91 31,84 40,50 42,60 POP 200 ml Pupuk anorganik 50% + 8,76 13,85 18,12 23,62 29,36 34,84 42,20 POP 250 ml

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat mempercepat pertumbuhan tanaman muda bahwa tinggi tanaman seledri pada menjadi tanaman dewasa (Sutedjo, 2008). masing-masing perlakuan terus bertambah Menurut Hardjowigeno (2010), kalium tetapi tidak menunjukan adanya pengaruh merupakan unsur yang berperan dalam yang nyata terhadap penambahan dosis memicu tinggi pada tanaman. Kekurangan pupuk organik padat Supernasa ®. Hal ini kalium pada tanaman dapat menyebabkan diduga bahwa pupuk organik padat tanaman tidak tinggi atau tanaman Supernasa ® dapat menyediakan unsur N, P menjadi kerdil dan pinggir-pinggir daun dan K yang di butuhkan tanaman seledri berwarna coklat, mulai dari daun tua. dalam proses pertumbuhan vegetatif. Lingga dan Marsono (2013) menyebutkan Jumlah Tangkai Daun bahwa unsur nitrogen sangat penting Pada setiap umur pengamatan jumlah untuk pertumbuhan vegetatif tanaman tangkai yang terbanyak adalah perlakuan karena dapat merangsang pertumbuhan pupuk anorganik 50% + POP 200 ml per secara keseluruhan, khususnya batang, tanaman tetapi tidak berbeda nyata dengan cabang dan daun. Ketersediaan unsur perlakuan lainnya. Secara berurutan nitrogen sangat penting pada saat jumlah tangkai tanaman seledri terbanyak pertumbuhan tanaman, karena nitrogen adalah 4,33 buah; 5,91buah; 7,33 buah; berperan dalam proses biokimia tanaman. 8,75 buah; 9,91 buah; 11,14 buah dan Sedangkan fosfor berperan untuk 13,25 buah (Tabel 3). Jika dibandingkan

92 Alham dan Elfarisna . 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Seledri … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 88 – 97

dengan kontrol pengurangan pupuk menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat anorganik 50% hasilnya tidak berbeda Marpaung et al. (2014), semakin tinggi nyata, bahkan secara angka jumlah dosis pupuk yang diberikan, maka tangkai daun melebihi dari kontrol. kandungan unsur hara yang diterima oleh tanaman semakin tinggi, namun Data diatas menunjukan bahwa pemberian dengan dosis yang berlebihan pemberian dosis yang lebih tinggi dapat justru dapat menimbulkan pertumbuhan menjadikan pertumbuhan jumlah tangkai tanaman terhambat.

Tabel 3. Respon Jumlah Tangkai Tanaman Seledri ( Apium graveolens L.) terhadap Penambahan Dosis Pupuk Organik Padat Jumlah Tangkai Perlakuan 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST Pupuk anorganik 100% 4,25 5,58 7,25 7,41 8,83 10,75 12,33 (kontrol) Pupuk anorganik 50% + 4,25 5,33 7,08 7,66 8,91 10,41 12,00 POP 50 ml Pupuk anorganik 50% + 4,00 5,41 6,58 7,16 8,83 10,58 11,83 POP 100 ml Pupuk anorganik 50% + 4,16 5,41 6,66 7,58 9,41 9,58 11,08 POP 150 ml Pupuk anorganik 50% + 4,33 5,91 7,33 8,75 9.91 11,14 13,25 POP 200 ml Pupuk anorganik 50% + 4,00 5,00 6,37 7,16 8,33 9,41 10,25 POP 250 ml

Pertumbuhan jumlah tangkai meru- 200 ml per tanaman, memiliki jumlah pakan bagian dari pertumbuhan vegetatif. tangkai daun terbanyak. Sementara Pada pertumbuhan vegetatif unsur hara perlakuan pupuk anorganik 50% + POP yang paling banyak dibutuhkan adalah 250 ml per tanaman, memiliki jumlah unsur nitrogen. Menurut Balai Penelitian tangkai daun yang paling sedikit, namun Pertanian Lahan Rawa (2015) menye- perlakuan pupuk anorganik 50% + 200 ml butkan bahwa unsur nitrogen berperan per tanaman dan P0 (kontrol) memiliki dalam pertumbuhan vegetatif tanaman, jumlah tangkai daun yang tidak jauh memberikan warna pada tanaman dan berbeda. mendorong pertumbuhan organ-organ yang berkaitan dengan fotosintesis. Panjang Akar, Jumlah Akar dan Bobot Nitrogen berfungsi menyusun protein, Akar asam nukleat, nuklotida dan klorofil pada Diketahui bahwa (Tabel 4) perlakuan tanaman, sehingga dengan adanya unsur pupuk anorganik 50% + POP 200 ml per nitrogen dapat mempercepat pertumbuhan tanaman, memiliki panjang akar terpan- tangkai daun tanaman seledri (Rina, jang yaitu (21,36 cm) tetapi tidak berbeda 2015). nyata dengan kontrol dan perlakuan ® Menurut Sutedjo (2008), bahwa keter- Supernasa lainnya. Hal ini diduga sediaan unsur hara yang diserap oleh masing-masing pupuk yang diberikan tanaman merupakan salah satu faktor yang mampu memperbaiki sifat fisik tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman. sehingga akar dapat berkembang secara Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa leluasa. Sistem perakaran akan tumbuh perlakuan pupuk anorganik 50% + POP maksimal pada kondisi tanah yang baik

93 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” secara fisik maupun kimia ( Nugroho , akar dan bobot akar yang lebih tinggi 2004). Menurut Fahmi et al. (2010), dibandingkan dengan kontrol sedangkan dalam penelitiannya menyebutkan bahwa perlakuan pupuk organik padat penambahan nitrogen melalui pemupukan Supernasa ® dengan dosis 250 ml per akan merangsang pertumbuhan akar dan tanaman memiliki memiliki panjang akar, meningkatkan berat akar. perakaran yang jumlah akar dan bobot akar terendah. Hal tumbuh pada tanah cukup N berukuran ini menunjukan bahwa pemberian pupuk besar, sedangkan perakaran pada tanah dengan dosis optimum bagi pertumbuhan kurang N lebih panjang, kecil dan dan perkembangan akar akan mempe- melimpah. ngaruhi kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara dalam tanah. Pada Tabel 4 diketahui bahwa perla- Bertolak belakang dengan pendapat kuan pupuk anorganik 50% + POP 200 ml Siregar et al. (2015), dalam penelitiannya per tanaman memiliki jumlah akar ter- menyebutkan bahwa dosis pupuk yang banyak yaitu (11,66 buah) tetapi tidak semakin tinggi mampu memberikan kadar berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. unsur hara fosfor dalam yang tersedia Pemberian pupuk organik padat ® dalam tanah semakin tinggi sehingga Supernasa dengan dosis 200 ml per banyak unsur hara yang tersedia bagi tanaman memiliki panjang akar, jumlah pertumbuhan akar tanaman seledri.

Tabel 4. Respon Panjang Akar, Jumlah Akar dan Bobot Akar Tanaman Seledri ( Apium graveolens L.) terhadap Penambahan Dosis Pupuk Organik Padat Panjang Jumlah Bobot Perlakuan Akar (cm) Akar Akar (g) Pupuk anorganik 100% (kontrol) 19,65 9,83 5,66 Pupuk anorganik 50% + POP 50 ml/tanaman 21,05 10,57 7,14 Pupuk anorganik 50% + POP 100 ml/tanaman 19,59 10,41 6,41 Pupuk anorganik 50% + POP 150 ml/tanaman 18,72 9,16 6,56 Pupuk anorganik 50% + POP 200 ml/tanaman 21,36 11,66 9,91 Pupuk anorganik 50% + POP 250 ml/tanaman 18,41 10,50 5,05

Pada perlakuan pupuk anorganik 50% semakin besar. Sejalan dengan pendapat + POP 200 ml per tanaman memiliki Wijaya (2008) menyatakan nitrogen bobot akar terberat yaitu (9,91 g) tetapi berperan penting dalam mempengaruhi tidak berbeda nyata dengan semua pertumbuhan akar tanaman dan perlakuan. Perakaran tanaman seledri percabangan akar. Namun, apabila suplai adalah sistem akar tunggang yang N berlebihan akan mengubah sifat-sifat memiliki serabut akar yang pendek. Akar perakaran tanaman. Nitrogen berlebihan pada percobaan ini termasuk akar yang akan lebih banyak memacu pertumbuhan sehat, hal ini sesuai dengan pendapat tajuk daripada pertumbuhan akar, Wachjar dan Anggayuhlin (2013) sehingga untuk pertumbuhan selanjutnya melaporkan bahwa akar yang sehat akar tanaman tidak mampu melayani berwarna putih dan memiliki serat yang kebutuhan air dan unsur seperti P dan K banyak. Akar berinteraksi langsung untuk tajuk yang terlanjur berkembang dengan partikel-partikel tanah dimana dengan baik. Sutedjo (2008), bahwa unsur-unsur hara terutama unsur N, P dan unsur fosfor dapat mempercepat pertum- K berada, sehingga semakin baik serapan buhan akar. Kalium juga berfungsi dalam hara di akar, pertumbuhan dan perca- perkembangan dan percabangan akar. dan bangan akar untuk mengambil hara dari kalsium berpengaruh baik pada pertum- dalam tanah semakin luas dan bobot akar buhan ujung akar dan bulu-bulu akar.

94 Alham dan Elfarisna . 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Seledri … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 88 – 97

Fosfor mempunyai peran dalam dosis 200 ml per tanaman yaitu 64,21 g memperbaiki akar tanaman. Densitas tetapi tidak berbeda nyata dengan semua (kerapatan) akar distimulasi oleh P perlakuan. Pada Tabel 5 dapat dilihat, meskipun tidak sebaik pengaruh nitrat. rata-rata bobot basah dan bobot konsumsi Namun dalam hal memacu pemanjangan tanaman seledri tidak menunjukan akar lateral P berperan lebih jauh daripada perbedaan pada setiap perlakuan. Bobot nitrogen. Perakaran tanaman yang basah dan konsumsi untuk perlakuan mendapat suplai K optimal memiliki pupuk anorganik 50% + POP 200 ml per kemampuan menyerap air lebih daripada tanaman yaitu 64,21 g per rumpun dan yang mengalami defisensi K (Wijaya, 54,24 g per rumpun mampu menyamai 2008). atau melebihi bobot terberat yang dihasilkan petani sebesar 22,51 g per Bobot Basah dan Bobot Konsumsi rumpun (Firmansyah, 2010). Perlakuan pupuk anorganik 50% + POP 200 ml per Bobot basah terberat dihasilkan oleh perlakuan pupuk anorganik 50% + POP tanaman juga mampu melebihi kontrol.

Tabel 5. Respon Bobot Basah dan Bobot Konsumsi Tanaman Seledri ( Apium graveolens L.) terhadap Penambahan Dosis Pupuk Organik Perlakuan Bobot Basah (g) Bobot Konsumsi (g) Pupuk anorganik 100% (kontrol) 51,92 46,50 Pupuk anorganik 50% + POP 50 ml/tanaman 52,72 48,07 Pupuk anorganik 50% + POP 100 ml/tanaman 53,30 47,21 Pupuk anorganik 50% + POP 150 ml/tanaman 54,65 48,08 Pupuk anorganik 50% + POP 200 ml/tanaman 64,21 54,24 Pupuk anorganik 50% + POP 250 ml/tanaman 42,13 36,91

Berat basah tumbuhan disebabkan oleh mendukung ter-jadinya pertumbuhan yang adanya kandungan air sehingga memung- optimal yang menyebabkan proses kinkan peningkatan kandungan air pembelahan sel dan pemanjangan sel tanaman yang optimal. Pendapat berlangsung dengan cepat. Mutryarny et al. , (2014) menyatakan bahwa berat basah tanaman umumnya Sedangkan respons tanaman seledri sangat berfluktasi, tergantung pada terhadap perlakuan anorganik 50% + POP keadaan kelambaban tanaman. Menurut 250 ml per tanaman menyebabkan bobot Jumin (2008), besarnya kebutuhan air basah dan bobot konsumsi tanaman pada setiap fase pertumbuhan berhu- seledri rendah. Hal ini diduga bahwa bungan langsung dengan proses fisiologi, tanaman seledri mengalami kejenuhan marfologi serta faktor lingkungan. hara sehingga tanaman seledri tidak mampu menyerap hara secara optimal. Bobot konsumsi terberat dihasilkan Menurut Indrakusuma (2000), rendahnya oleh perlakuan pupuk anorganik 50% + bobot basah dan bobot kering tanaman POP 200 ml per tanaman yaitu 54,24 g seledri disebab-kan penambahan pupuk tetapi tidak berbeda nyata dengan kontrol organik yang menyebabkan bertambahnya dan perlakuan Supernasa ® lainya (Tabel hara yang tersedia dalam media tanam 5). Hal ini diduga bahwa dosis tersebut sehingga terjadi kelebihan hara yang dosis yang dibutuhkan tanaman seledri. diserap oleh tanaman. Kelebihan unsur N, Pendapat ini sejalan dengan penelitian P dan K dapat menyebabkan tanaman Palimbungan et al. (2006) menyebutkan rentan terhadap penyakit, pertumbuhan bahwa pemberian pupuk dalam jumlah tanaman terhambat, sehingga tanaman sesuai dengan kebutuhan tanaman mengalami difesiensi (Lailiya, 2016).

95 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Menurut Sutedjo (2008) meyebutkan Fahmi, A, Syamsudin, S. Utami dan unsur nitrogen berperan meningkatkan Radjagukguk. 2010. Pengaruh Interaksi kualitas tanaman penghasil daun-daunan, Hara Nitrogen dan Fosfor terhadap akan banyak menghasilkan daun dan Pertumbuhan Jagung ( Zea mays L.) batang. Fosfor berperan mempercepat pada Tanah Regosol dan Latosol. pertumbuhan serta meningkatkan hasil Berita Biologi, Vol. 10 (3): 297 – 304. produksi tanaman sedangkan kalium Firmansyah, A. 2010. Teknik Budidaya memiliki peran memperbaiki mutu Daun Sop (Plus Data Produksi). BPTP produksi tanaman karena kalium dapat Kalimantan Tengah. Kalimantan mencegah klorosis daun yang menjadi Tengah bagian hasil dari panen. Hal tersebut dapat Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. berfungsi lebih baik apabila peng- Akademika Pressindo. Jakarta. aplikasian dilapangan tepat. Hartono. 2016. Budidaya Tanaman Seledri. Penyuluh Pertanian BP3K SIMPULAN Sanankulon. http://blitarkab.go.id/ wp- connect/.uploads/2016/09/Car a- Pada seluruh parameter yang diamati Menanam-Seledri.pdf (Diakses 11 Mei perlakuan pupuk anorganik 50% + POP 2017). dosis 200 ml per tanaman memiliki nilai Indrakusuma. 2000. Pupuk Organik Cair yang tinggi dibandingkan dengan Supra Alam Lestari. Surya Pratama perlakuan lainnya. Semua perlakuan tidak Alam. Yogyakarta. berbeda nyata terhadap seluruh parameter Jumin, H. 2008. Agronomi. Raja Grafindo yang diamati. Penambahan dosis pupuk ® Persada. Jakarta. organik padat Supernasa dengan dosis Lailiya, L. 2016. Memahami Unsur Hara 200 ml per tanaman lebih efektif Makro dan Mikro pada Tanaman. dibandingkan dengan penam-bahan dosis http://bp4k.blitarkab.go.id/wp-content/ 250 ml per tanaman pupuk organik padat ® upload/2016/09/Memahami-Unsur-Ha Supernasa dan kontrol (anorganik 100%), ra-Makro-dan-Mikro-pada- sehingga dapat direkomendasikan sebagai Tanaman.pdf (Diakses 16 Mei 2017) pupuk pelengkap (tambahan) untuk Lestari, A.P. 2009. Pengembangan komoditi tanaman seledri. Pertanian Berkelanjutan Melalui DAFTAR PUSTAKA Subsitusi Pupuk Anorganik dengan Pupuk Organik. Jurnal Agronomi, Vol. Andini, M. 2015. Si Kutu “Putih”, Hama 13 (1): 38 – 44. Kecil Berdampak Besar pada Tanaman Lingga, P. dan Marsono. 2013. Petunjuk Pepaya. Balai Penelitian Tanaman Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Buah Tropika. Sumatra Barat Jakarta. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. 2014. Marpaung, A.E. 2014. Pemanfaatan Modul Pelatihan Budidaya Kentang Pupuk Organik Padat dan Pupuk Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Organik Cair dengan Pengurangan Hama Terpadu (PHT). http://balitsa. Pupuk Anorganik terhadap Pertum- litbang.pertanian.go.id/ind/images/cont buhan Tanaman Jagung. Jurnal acmap/Berita%20Balitsa/.Pengenalan% Saintech, Vol. 6 (4): 8 – 15. 20Penyakit%20yang%20Menyerang% Marpaung, A.E., B. Karo dan R. Taringan. 20Pada%20Tanaman%20Kentang.pdf 2014. Pemanfaatan Pupuk Organik (Diakses 11 Mei 2017). Cair dan Teknik Penanaman Dalam Edi, S. 2009. Teknologi Budidaya Seledri Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Dataran Rendah. Balai Pengkajian Kentang. Jurnal Hortikultura, Vol. 24 Teknologi Pertanian Jambi. Jambi. (1): 49 – 55.

96 Alham dan Elfarisna . 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Seledri … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 88 – 97

Marsono. 2013. Pertunjuk Penggunaan Siregar, I, D. I. Roslim dan Herman. 2015. Pupuk. Pinus Lingga. Jakarta Respon Panjang dan Volume Akar Mutryarny, E, Endriani dan U. Lestari. Seledri ( Apium grveolens L.) terhadap 2014. Pemanfaatan Urine Kelinci untuk Kompos Pelepah Kelapa Sawit dan Meningkatkan Pertumbuhan dan Pupuk Kotoran Kerbau. Jurnal Online Produksi Tanaman Sawi ( Brassica Mahasiswa FMIPA, Vol. 2 (2): 1 – 7. juncea L.) Varietas Tosakan. Jurnal Sutedjo, M. 2008. Pupuk dan Cara Ilmiah Pertanian, Vol. 11 (2): 23 – 34. Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta Nugroho B. 2004. Petunjuk Penggunaan Sutrisna, N., S. Sastraatmadja dan I. Ishaq. Pupuk Organik. Jurnal Ilmu Pertanian 2005. Kajian Sistem Penanaman 13(9): 23 – 27. Tumpangsari Kentang dan Seledri di Palimbungan, N.R, Labatar dan F. Lahan Dataran Tinggi Rancabali, Hamzah. 2006. Pengaruh Ekstrak Daun Kabupaten Bandung. Jurnal Pengkajian Lamtoro sebagai Pupuk Organik Cair dan Pengembangan Tekhnologi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pertanian, Vol. 8. (1): 78 – 87. Tanaman Sawi. Jurnal Agrisitem, Vol.2 Suwahyono, U. 2011. Petunjuk Praktis (2): 96 – 101. Penggunaan Pupuk Orgaik secara Rina. 2015. Manfaat Unsur N, P, K bagi Efektif dan Efisien. Penebar Swadaya. Tanaman. Badan Litbang Pertanian. Jakarta Kalimantan Timur Direktorat Jenderal Hortikultura. 2014. Rukmana, R. 2011. Bertanam Seledri. Statistik Produksi Hortikultura Tahun Kanisius. Yogyakarta 2014. Kementerian Pertanian. Jakarta Salvia, E. 2012. Teknologi Budidaya Tim Prima Tani. 2011. Petunjuk Teknis Seledri dalam Pot. Balai Pengkajian Budidaya Seledri. Balai Penelitian Teknologi Pertanian Jambi. Jambi. Tanaman Sayuran. Bandung http://jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/ Wachjar, A dan Anggayuhlin. 2013. images/PDF/12seledri.pdf (Diakses Peningkatan Produktivitas dan pada 12 Mei 2016) Efesiensi Konsumsi Air Tanaman Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Bayam ( Amaranthus tricolor L.) pada Pemupukan. Dalam. Arlingga, B., A. Teknik Hidroponik melalui Pengaturan Syukur dan H. Mas’ud. 2014. Pengaruh Populasi Tanaman. Bul. Agrohorti, Persentase Naungan dan Dosis Pupuk Vol. 1 (1): 127 – 134. Organik Cair terhadap Pertumbuhan Wijaya. K.A. 2008. Nutrisi Tanaman Tanaman Seledri ( Apium graveolens sebagai Penentu Kualitas Hasil dan L.). Jurnal Agrotekbis, Vol.2 (6): 611 – Resistensi Alami Tanaman. Prestasi 619. Pustaka. Jakarta.

97 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

APLIKASI PUPUK GUANO DALAM MENINGKATKAN UNSUR HARA N, P, K, DAN PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI PADA MEDIA TANAM TAILING TAMBANG EMAS Riza Syofiani * dan Giska Oktabriana Dosen Program Studi Agroteknologi, STIPER Sawahlunto Sijunjung Jalan H. Agus Salim No.17, Muaro Sijunjung, Sijunjung, Sumatera Barat 27511 *E-mail: [email protected] Diterima: 10/11/2017 Direvisi: 20/12/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK Penambangan emas selain menghasilkan emas sebagai produk utamanya, juga menghasilkan limbah berupa tanah bekas pengolahan (tailing ). Pada umumnya, tailing memiliki unsur hara terutama nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K), pH rendah, memiliki Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang rendah sehingga diperlukan strategi pengelolaan tailing menjadi lebih produktif. Strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian bahan organik. Salah satu bahan organik yang dapat digunakan agar tailing menjadi lebih produktif adalah pupuk guano. Pupuk guano dapat memperbaiki kesuburan tanah,karena memiliki kandungan N, P, dan K sehingga baik untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk guano mengandung 7 - 17% N, 8 – 15% P, dan 1,5 – 2,5% K. Tujuan dari penelitian ini adalah (1). untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk guano yang berbeda dalam meningkatkan unsur hara N, P, K pada media tanam tailing tambang emas. (2). Untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk guano yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman kedelai pada media tanam tailing tambang emas. Penelitian dilakukan selama 5 bulan dari bulan Juli sampai November di lahan percobaan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Muaro Sijunjung. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan dosis pupuk guano yaitu A = kontrol (tanpa pupuk guano), B = pupuk guano 10 ton/ha, C = pupuk guano 15 ton/ha, D = pupuk guano 20 ton/ha, E = pupuk guano 25 ton/ha. Data hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan uji F pada taraf 5%, dilanjutkan dengan uji lanjutan DNMRT pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian didapatkan yaitu (1). Aplikasi pupuk guano dapat meningkatkan unsur hara N, P, K tailing tambang emas. (2). Aplikasi pupuk guano dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai pada media tanam tailing tambang emas. Kata kunci: tailing , guano, kedelai GUANO FERTILIZER APPLICATION IN ENHANCING NUTRIENT N, P, K, AND PLANT GROWTH OF SOYBEAN ON GROWING MEDIA GOLD MINE TAILINGS ABSTRACT Gold mining in addition to producing gold as its main products, also produces waste in the form of land used for processing (tailings). In general, the tailings have nutrients, especially nitrogen (N), phosphorus (P) and potassium (K), low pH, has a cation exchange capacity (CEC) so low that the tailings management strategy is required to be more productive. Strategies that can be done by organic matter. One of the organic

98 Syofiani dan Oktabriana . 2017. Aplikasi Pupuk Guano dalam Meningkatkan Unsur … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 98 – 103 material that can be used in order to be more productive tailing is guano fertilizer. Guano fertilizer to improve soil fertility, because it contains N, P, and K so good for plant growth. Guano fertilizer containing 7 – 17% N, 8 – 15% P, and 1,5 – 2,5% K. The purpose of this study were (1). to determine the effect of different doses of guano fertilizer in enhancing nutrient N, P, K in the planting medium gold mine tailings. (2). To determine the effect of different doses of guano fertilizer on plant growth soybean planting medium gold mine tailings. The study was conducted during the five months from July to November in field trials College of Agricultural Sciences (STIPER) Muaro Sijunjung. Research using completely randomized design (CRD) with a dosage of fertilizer guano ie A = control (without fertilizer guano), B = 10 ton/ha of fertilizer guano, C = 15 ton/ha of fertilizer guano, D = 20 ton/ha of fertilizer guano, E = 25 ton/ha of guano fertilizer. Data were statistically analyzed by F test at 5%, followed by further tests DNMRT at the 5% significance level. The results showed that (1). Guano fertilizer application can increase nutrients N, P, K gold mine tailings. (2). Guano fertilizer application could increase the growth of soybean plants in the planting medium gold mine tailings. Keywords: tailing, guano, soybean

PENDAHULUAN (Jamilah et al ., 2009). Dengan demikian, Kabupaten Sijunjung mempunyai potensi Kabupaten Sijunjung merupakan salah yang besar untuk mengembangkan guano satu daerah yang memiliki penambangan sebagai pupuk secara langsung. emas. Penambangan emas selain menghasilkan emas sebagai produk Pupuk guano dapat memperbaiki utamanya, juga menghasilkan limbah kesuburan tanah, pupuk guano berupa tanah bekas pengolahan ( tailing ). mengandung 7 – 17% N, 8 – 15% P, dan Tailing berupa padatan semacam pasir 1,5 – 2,5% K. N sangat dibutuhkan yang sangat halus atau dalam bentuk tanaman untuk mendukung pertumbuhan slurry , yaitu padatan yang bercampur vegetatif tanaman. Selanjutnya P dengan air membentuk lapisan tipis. Pada merangsang pertumbuhan akar dan umumnya, tailing sangat miskin unsur pembungaan, K terutama berperan untuk hara terutama nitrogen (N), fosfor (P), dan memperkuat jaringan tanaman terutama kalium (K), sehingga diperlukan strategi batang tanaman. Suwarno dan Idris (2007) pengelolaan tailing menjadi lebih menjelaskan bahwa pemberian pupuk produktif. Strategi yang dapat dilakukan guano dapat menaikkan pH tanah, KTK yaitu dengan pemberian bahan organik. tanah, kadar N, P, K dan P tersedia. Bahan organik berperan dalam meningkatkan unsur hara di dalam tanah, Kedelai ( Glycine max (L.) Merr) salah satu bahan organik yang dapat menjadi komoditas pangan yang telah digunakan agar tailing menjadi lebih lama dibudidayakan di Indonesia, produktif adalah pupuk guano. Guano Peningkatan permintaan kedelai tidak merupakan kotoran burung laut ataupun sejalan dengan peningkatan produksi kelelawar yang banyak ditemui di dalam kedelai. Badan Pusat Statistik (2015), gua. Kabupaten Sijunjung memiliki melaporkan perkembangan tanaman deposit guano yang cukup banyak, dapat kedelai di Sumatera Barat menunjukkan mencapai ribuan ton. Guano di daerah ini penurunan yang cukup besar, lebih dari memiliki kadar P yang cukup tinggi yaitu 50%, baik dalam luasan areal maupun produksinya. Pada tahun 2014, luas areal 18% P 2O5 yang setara dengan kadar P fosfat alam asal Lamongan Jawa Timur tanaman kedelai 785 ha, sedangkan pada

99 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” tahun 2015, luas areal hanya 296 ha. Total unsur hara N, P, K yang dibutuhkan produksi selama periode yang sama tanaman. Aplikasi pupuk guno diharapkan menurun dari 911 ton menjadi 352 ton. dapat meningkatkan ketersediaan unsur Oleh karena itu, produksi kedelai perlu hara N, P, K pada media tanam tailing ditingkatkan. Berdasarkan pemikiran tambang emas dan dapat meningkatkan diatas penulis tertarik untuk melakukan pertumbuhan kedelai. penelitian dengan judul “Pemanfaatan Pupuk Guano Dalam Meningkatkan Unsur Tabel 1. Analisis Hara Pupuk Guano Hara Pupuk Hara N, P, K, Dan Hasil Tanaman Kedelai Ciri Kimia Satuan (Glycine max (L.) Merr) Pada Media Guano Tanam Tailing Tambang Emas”. pH - 5,45 C-organik % 21,95 METODE N-total % 1,82 Penelitian dilakukan selama 5 bulan P2O5 % 56,71 dari bulan Juli sampai November di lahan K total % 0,68 percobaan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Muaro Sijunjung dan dilan- jutkan dengan analisis tanah dan tanaman Hasil Analisis Sifat Kimia Tailing di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Tambang Emas Universitas Andalas (UNAND). Penelitian 1. Kandungan N –total menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 Hasil analisis sifat kimia N-total tailing ulangan, sehingga terdapat 15 satuan tambang emas disajikan pada Tabel 2. percobaan dengan komposisi dibawah ini : berikut ini. Pada Tabel 2 terlihat bahwa A = Kontrol (tanpa pupuk guano) terjadi perubahan kriteria N-total tanah B = Pupuk guano 10 ton/ha setelah diberi pupuk guano (B, C, D, E). C = Pupuk guano 15 ton/ha Kadar N tanah pada perlakuan kontrol (A) D = Pupuk guano 20 ton/ha yaitu 0,41 berada pada kriteria sedang. E = Pupuk guano 25 ton/ha Kemudian setelah diinkubasi pupuk guano mengalami peningkatan sebesar 0,40 - Data hasil penelitian dianalisis secara 1,27 %. Kadar N tertinggi pada perlakuan statistik dengan uji F pada taraf 5 %. Jika E (pupuk guano 25 ton/ha). Peningkatan F hitung lebih besar dari F tabel 5 %, N disebabkan oleh penambahan bahan maka dilanjutkan dengan uji lanjutan organik berupa pupuk guano (Tabel 1). DNMRT pada taraf nyata 5%. Tabel 2. Kandungan N-total Tailing HASIL DAN PEMBAHASAN Tambang Emas pada Hasil Analisis Hara Pupuk Guano Berbagai Perlakuan Pupuk Guano Hasil analisis hara pupuk guano P O K-dd (me Perlakuan N (%) 2 5 disajikan pada Tabel 1. Hasil analisis hara (ppm) per 100 g) menunjukkan bahwa guano mempunyai A 0,41 6,40 0,25 pH masam, kandungan C-organik B 0,81 13,00 0,30 mencapai 21,95%. Kandungan N-total C 1,43 16,62 0,30 guano mengandung 1,82% N. Kandungan D 1,54 28,36 0,32 hara P 2O5 dan K-total berturut-turut yaitu E 1,68 29,98 0,44 56,71% dan 0,68%. Pemberian bahan organik ke dalam Ciri kimia pupuk guano pada Tabel 1. tanah akan mengalami penguraian dan menunjukkan bahwa guano membebaskan membebaskan N. Menurut Hakim et al .,

100 Syofiani dan Oktabriana . 2017. Aplikasi Pupuk Guano dalam Meningkatkan Unsur … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 98 – 103

(2011) pemberian bahan organik ke dalam Hasil analisis kimia kandungan K-dd tanah mengalami proses dekomposisi setelah diberi perlakuan disajikan pada yang mampu menghasilkan nitrogen. Tabel 4. Pada Tabel 4 terlihat bahwa Bahan organik adalah sumber N utama penambahan pupuk guano yang berbeda- dalam tanah. Bahan organik akan beda meningkatkan kandungan K-dd. dirombak dengan bantuan mikroba tanah menjadi senyawa amina (aminisasi). Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa K-dd Senyawa amina akan menjadi amonium tanah pada berada pada kriteria rendah. (ammonifikasi), dan selanjutnya amonium Setelah diberi perlakuan pupuk guano diubah menjadi nitrit dan nitrat (B,C,D,E) mengalami peningkatan sebesar (nitrifikasi). Melalui mekanisme tersebut, 0,05 – 0,19 me per 100g. Peningkatan K- N yang terkandung di dalam guano akan dd akibat pemberian pupuk guano pada dibebaskan ke dalam tanah, sehingga tailing tambang emas akan membebaskan tersedia bagi tanaman. unsur K ke dalam tanah (Tabel 1).

Tabel 4. Kandungan K-dd Tailing 2. Kandungan P 2O5 Tambang Emas pada Hasil analisis kimia nilai P 2O5 setelah Berbagai Perlakuan Pupuk diber pupuk guano disajikan pada Tabel 3. Guano Pada Tabel 3 terlihat bahwa penambahan Perlakuan K-dd (me per 100 g) pupuk guano yang berbeda-beda A 0,25 meningkatkan kandungan P 2O5 tailing B 0,30 tambang emas. C 0,30 D 0,32 Tabel 3. Kandungan P 2O5 Tailing E 0,44 Tambang Emas pada Berbagai Perlakuan Pupuk Pengamatan Tanaman Guano Perlakuan P2O5 (ppm) 1. Tinggi Tanaman (cm) A 6,40 B 13,00 Dari analisis sidik ragam diketahui C 16,62 bahwa berbagai perlakuan (A, B, C, D , E) D 28,36 berpengaruh nyata terhadap tinggi E 29,98 tanaman. Pengaruh pemberian guano terhadap tinggi tanaman kedelai disajikan pada Tabel 5. Kandungan P 2O5 perlakuan A tergolong pada kriteria sangat rendah Tabel 5. Rata-rata Tinggi Tanaman karena hanya 6,40 ppm. Pemberian pupuk Kedelai pada Berbagai guano mampu meningkatkan P O sebesar 2 5 Perlakuan Pupuk Guano 6,60 – 23,58 ppm. Kandungan P O pada 2 5 Perlakuan Tinggi tanaman (cm) perlakuan D (pupuk guano 20 ton/ha) dan A 40,67b E (pupuk guano 25 ton/ha) tergolong pada B 51,00a kriteria tinggi. Peningkatan kadar P O 2 5 C 51,00a berasal dari kandungan P 2O5 pupuk guano yang melepaskan P (Tabel 1). D 53,00a E 51,33a Angka-angka pada lajur tinggi tanaman yang diikuti huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNMR Ttaraf 5 %. 3. Kandungan K-dd

101 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada daun. Taling tambang emas yang diberi tinggi tanaman pada pemberian pupuk perlakuan pupuk guano (B, C, D, E) guano (B,C,D,E) lebih tinggi jika memberikan lebar daun yang lebih lebar dibandingkan kontrol (A). Hal ini dibandingkan kontrol (tanpa pupuk disebabkan olehpemberian pupuk guano guano). Hal ini disebabkan unsur N yang pada perlakuan B, C, D, E dapat terkandung pada pupuk guano (Tabel 5) memperbaiki sifat kimia tailing tambang mampu dimanfaatkan dengan baik oleh emas seperti pH, C-organik, P 2O5, K-dd tanaman kedelai. dan terutama unsur hara N yang sangat dibutuhkan oleh tanaman mengalami Tabel 6. Rata-rata Lebar Daun (cm) peningkatan (Tabel 3, 4, 5, 6), sehingga Tanaman Kedelai pada akar tanaman dapat berkembang dengan Berbagai Perlakuan Pupuk baik dan dapat menyerap unsur hara lebih Guano banyak. Unsur N yang diserap oleh akar Perlakuan Lebar Daun (cm) digunakan untuk pertumbuhan secara A 4,67b keseluruhan, khususnya batang, cabang B 7,00a dan daun. Pemberian pupuk organik yang C 7,67a mengandung unsur N akan mendorong D 8,00a dan mempercepat pertumbuhan dan E 7,33a pertambahan tinggi tanaman. Angka-angka pada lajur lebar daun yang diikuti huruf kecil yang sama berbeda Pertumbuhan tinggi tanaman ber- tidak nyata menurut uji DNMRTtaraf 5%. langsung pada fase pertumbuhan vegetatif. Fase pertumbuhan vegetatif Kandungan unsur hara yang terdapat tanaman berhubungan dengan tiga proses pada pupuk guano (Tabel 1) mampu penting yaitu pembelahan sel, peman- meningkatkan kadar N-total dan K-dd jangan sel, dan tahap pertama dari tailing tambang emas. Nitrogen yang diferensiasi sel. Ketiga proses tersebut terdapat pada pupuk guano memiliki membutuhkan kabohidrat, karena karbo- fungsi utama sebagai bahan klorofil, hidrat yang terbentuk akan bersenyawa protein, dan asam amino sehingga dengan persenyawaan-persenyawaan berperan dalam penambahan lebar daun nitrogen untuk membentuk protoplasma sedangkan K (Kalium) berfungsi sebagai pada titik-titik tumbuh yang akan pembentukan enzim dan berperan dalam mempengaruhi pertambahan tinggi proses pembelahan dan perpanjangan sel, tanaman. Ketersediaan karbohidrat serta, mengatur distribusi hasil fotosintesis dibentuk dalam tanaman dipengaruhi oleh sehingga menyebabkan bertambahnya ketersediaan hara bagi tanaman tersebut lebar daun pada tanaman (Dikdik, 2014). (Mardianto, 2014). Pertumbuhan lebar daun juga 2. Lebar Daun (cm) disebabkan oleh faktor lingkungan berupa intensitas cahaya dan aerasi tanah yang Berdasarkan analisis sidik ragam sangat menunjang bagi pertumbuhan tampak bahwa berbagai perlakuan daun. Pertumbuhan lebar akan berhenti berpengaruh nyata terhadap lebar daun pada kondisi tertentu jika daun telah tanaman kedelai. Pengaruh pemberian mencapai batas maksimal sebagai sebagai pupuk guano terhadap lebar daun ukuranya sesuai dengan habitatnya. disajikan pada Tabel 6. Nurhayati (1987) menyatakan bahwa secara fisiologis daun mempunyai Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa pertumbuhan yang terbatas, artinya tidak pemberian pupuk guano memberikan terus menerus bertambah bila telah pengaruh yang sangat baik terhadap lebar mencapai bentuk daun ukuran lebarnya.

102 Syofiani dan Oktabriana . 2017. Aplikasi Pupuk Guano dalam Meningkatkan Unsur … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 98 – 103

SIMPULAN (50%) dalam Meningkatkan Produksi Padi pada Sawah Bukaan Baru di 1. Pemanfaatan pupuk guano dapat Kabupaten Dharmasraya. Laporan meningkatkan unsur hara N, P, K pada Hasil Penelitian KKP3T Tahun III. media tanam tailing tambang emas. Kerjasama Universitas Andalas dengan Sekretariat Badan Penelitian Tanah dan 2. Pemanfaatan pupuk guano berpengaruh Pengembangan Pertanian. terhadap pertumbuhan tanaman kedelai Jamilah, Munir, R., Suardi, Mulyati, R., pada media tanam tailing tambang dan Renor, Y. 2009. Peranan Kesesuian emas. Bioaktivator Untuk Meningkatkan UCAPAN TERIMA KASIH Kandungan Basa-Basa Pada Kompos Guano dan c. Odorata . Jurnal Embrio . Terima kasih kepada DRPM RISTEK 2 (1): 19-25. DIKTI yang telah mendanai penelitian ini. Mardianto, R. 2014. Pertumbuhan dan Hasil Cabai ( capsicum annum l.) DAFTAR PUSTAKA dengan Pemberian Pupuk Organik Cair Badan Pusat Statistik. 2015. Luas Panen Daun Tithonia dan Gamal. Jurnal dan Produksi Kedelai. Gamma, Vol. 7 (1): 61 – 68. http://www.bps.go.id (Diakses tanggal Nurhayati. 1987. Fisologi Tanaman 1 Mei 2016). Kedelai. Media Tani. Jakarta. Dikdik, T. 2014. Fungsi Utama Hara N. Suwarno dan K. Idris. 2007. Potensi dan Media Petani. Kemungkinan Penggunaan Guano Hakim, N., M. Yanti., dan N. Rozen. Secara Langsung Sebagai Pupuk Di 2011. Uji Multi Lokasi Pemanfaatan Indonesia. Jurnal Tanah dan Pupuk Organik Titonia Plus untuk Lingkungan, Vol. 9 (1): 37 – 43. Mengurangi AplikasiPupuk Buatan

103

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MELON TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR Tithonia diversifolia Putri Annisa* dan Helfi Gustia Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. KH. Ahmad Dahlan, No. 1, Cirendeu, Ciputat. 15419 *E-mail: [email protected] Diterima: 12/10/2017 Direvisi: 23/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK Melon ( Cucumis melo L.) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang banyak digunakan sebagai sumber vitamin dalam pola menu makanan dan dikonsumsi semua lapisan masyarakat Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi melon terhadap pemberian pupuk organik cair (POC) Tithonia diversifolia . Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - Juni 2017 di Kebun Percobaan Dinas Pertanian dan Kelautan Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan enam perlakuan dan lima ulangan. Perlakuannya adalah NPK 100% sebagi kontrol, dan lima konsentrasi pupuk organik cair T. diversifolia , yaitu 50% NPK + 5% POC T. Diversifolia ; 50% NPK + 10% POC T. Diversifolia ; 50% NPK + 15% POC T. diversifolia ; 50% NPK + 20% POC T. diversifolia ; dan 50% NPK + 25% POC T. diversifolia . Parameter yang diamati adalah jumlah daun, jumlah cabang, waktu bunga pertama, jumlah bunga jantan, jumlah bunga betina, jumlah bunga total, bobot buah dan diameter buah. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pemberian POC T. diversifolia berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah daun, jumlah cabang, jumlah bunga betina, bobot buah dan diameter buah. Pemberian perlakuan POC T. diversifolia berpengaruh nyata terhadap waktu bunga pertama, jumlah bunga jantan dan jumlah bunga total. Perlakuan kontrol (NPK 100 %) memberikan bobot buah terberat dan diameter buah terbesar akan tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Kata kunci: Melon, pupuk organik cair, kipahit RESPONSE OF GROWTH AND PRODUCTION OF MELON PLANT BY UTILIZATION OF LIQUID ORGANIC FERTILIZER Tithonia diversifolia ABSTRACT Melon (Cucumis melo L.) is one of horticulture commodity which is widely used as a source of vitamin in diet pattern and consumed by every layers of Indonesian people. Research aims to determine the response of growth and production melon to the provision of liquid organic fertilizer (POC) Tithonia diversifolia. Research be located in Experimental Garden of South Jakarta Agriculture and Maritime Office in March until June 2017. Research used Randomized Block Design (RBD) with six treatments and five replications. Research used NPK 100% as control, and five concentrations of liquid organic fertilizer T. diversifolia were 50% NPK + 5% POC T. diversifolia; 50% NPK + 10% POC T. diversifolia; 50% NPK + 15% POC T. diversifolia; 50% NPK + 20% POC T. diversifolia; and 50% NPK + 25% POC T. diversifolia. The parameters observed were the number of leaves, number of branches, the first flower time, the

104 Annisa dan Gustia . 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 104 – 114

number of male flowers, the number of female flowers, the total number of flowers, the fruit weight and the fruit diameter. The results shows that treatment for POC T. diversifolia had no significant effect on leaf number, number of branch, number of female flowers, fruit weight and fruit diameter. The giving of POC T. diversifolia treatment had a significant effect on the first flower time, the amount of the male flowers and the total amount of flower. The control treatment (NPK 100%) gave the heaviest fruit weight and largest fruit diameter but not significantly different from other treatments. Keywords: Liquid organic fertilizer, kipahit, melon

PENDAHULUAN Penggunaan pupuk anorganik secara intensif selama beberapa dekade Melon merupakan salah satu komoditi menyebabkan ketergantungan petani pada hortikulura yang memiliki nilai ekonomi pupuk anorganik. Penggunaan pupuk cukup tinggi dan menguntungkan untuk anorganik yang berlebihan dapat diusahakan sebagai sumber pendapatan memberikan efek negatif seperti petani. Melon dengan rasanya yang manis pencucian, polusi sumber air, musnahnya merupakan sumber vitamin dalam pola mikroorganisme dan serangga yang menu makanan masyarakat Indonesia menguntungkan serta tanaman peka serta bahan baku industri olahan. Umur terhadap serangan penyakit, di sisi lain panen yang singkat dan tingginya harga juga menyebabkan kesuburan dan buah melon menjadikan melon sebagai kandungan bahan organik tanah menurun komoditas bisnis unggulan. (Munawar, 2011). Kebutuhan melon dalam negeri setiap Tithonia diversifolia atau bunga tahunnya cenderung terus meningkat, matahari Meksiko biasa di sebut kipahit sejalan dengan pertumbuhan penduduk. adalah salah satu gulma perdu dari Menurut Badan Pusat Statistik (2017) golongan yang banyak produksi melon pada tahun 2013, 2014 menetap di areal pertanian dan non dan 2015 berturut-turut 125.207; 150.365 pertanian, yang dapat dimanfaatkan dan 137.887 ton dan hanya memenuhi sebagai bahan pembuatan pupuk organik kebutuhan nasional sekitar 40%, baik padat maupun cair (Mardianto, selebihnya kebutuhan dipenuhi melalui 2014). Keuntungan menggunakan impor. T. diversifolia sebagai bahan organik adalah kelimpahan produksi biomass, Sehubungan dengan program adaptasinya luas dan mampu tumbuh pada peningkatan produksi dan upaya lahan marginal, waktu dekomposisi yang mengurangi import, saat ini mulai lebih cepat serta kandungan unsur hara diterapkan penggunaan pupuk alternatif yang cukup tinggi dan baik untuk yang dampaknya kecil terhadap sumber memperbaiki produktifitas tanah serta daya lingkungan usaha pertanian dan meningkatkan produksi tanaman memenuhi syarat ramah lingkungan (Nurrohman et al. , 2014). (pertimbangan ekologi). Selain itu pergeseran pola hidup masyarakat yang Purwani (2010) melaporkan saat ini mulai beralih ke pola hidup sehat T. diversifolia memiliki kandungan hara dengan mengkonsumsi produk organik 2.7 – 3.59% N; 0.14 – 0.47% P; 0.25 – serta mahalnya harga pupuk anorganik, 4.10% K. Dikenal sebagai tanaman liar menjadi landasan bagi petani untuk mulai yang kurang dimanfaatkan ternyata mengurangi penggunaan bahan-bahan T. diversifolia dapat berfungsi sebagai anorganik pada budidaya pertanian.

105 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” pupuk organik cair (POC). Hasil analisa lokal (MOL) limbah buah sebagai fermentasi yang telah dilakukan diperoleh aktivator. POC dibuat dengan bahan kandungan N yang cukup tinggi yaitu limbah tanaman T. diversifolia segar 1.46% pada hari ke-9 fermentasi dan ditambah dengan 100 ml molases, 100 ml pemberian pupuk organik cair kipahit 8 mol, 1 L air cucian beras dan 1 L air biasa, ml/tanaman menunjukkan hasil yang lebih kemudian difermentasi selama 2 minggu. baik pada parameter laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan relatif dan produksi Penanaman melon dilakukan dengan tanaman kailan (Sinaga et al ., 2014). cara tanam benih langsung ke dalam polibeg. Pemupukan dasar dilakukan Perbaikan-perbaikan yang diharapkan bersamaan saat penanaman dengan dosis dengan pemberian POC T. diversifolia sesuai anjuran yaitu 1.9 g ZA; 1.2 g SP-36 adalah semakin baiknya lingkungan dan 1.9 g KCl untuk setiap polibeg (Sobir tumbuh dan menyediakan unsur hara bagi dan Siregar, 2014). Pemberian pupuk tanaman. Selain itu dapat meningkatkan susulan dilakukan sesuai dengan nilai manfaat gulma T. diversifolia sebagai perlakuan masing-masing dengan interval bahan substitusi pupuk anorganik. Tujuan pemberian satu minggu sekali. Pemang- penelitian ini adalah untuk mengetahui kasan cabang dilakukan dari ruas pertama respon pertumbuhan dan produksi melon sampai ruas ke-8 dan di atas ruas ke-11, terhadap pemberian pupuk organik cair T. setelah itu dipilih satu buah yang paling diversifolia pada berbagai konsentrasi. baik untuk dipelihara sampai besar. Parameter yang diamati terdiri dari jumlah METODE daun, jumlah cabang, waktu bunga pertama, jumlah bunga jantan, jumlah Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan bunga betina, jumlah bunga total, bobot dimulai pada bulan Maret sampai Juni buah dan diameter buah. 2017 di Kebun Percobaan Dinas Pertanian dan Kelautan Jakarta Selatan. Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN ini menggunakan percobaan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan enam Jumlah Daun perlakuan yaitu, P 0 (NPK 100%), Perlakuan pemberian POC P1 (50% NPK + 5% POC T. diversifolia ), T. diversifolia berpengaruh tidak nyata P2 (50% NPK + 10% POC T. diversifolia ), terhadap jumlah daun tanaman melon P3 (50% NPK + 15% POC T. diversifolia ), pada 1 – 3 minggu setelah tanam (MST). P4 (50% NPK + 20% POC T. diversifolia ), Jumlah daun terbanyak ada pada tanaman P5 (50% NPK + 25% POC T. diversifolia ). Setiap perlakuan diulang sebanyak lima kontrol (Tabel 1), hal ini diduga karena kali dan tiap satuan percobaan terdiri dari pada tanaman kontrol tidak ada tiga tanaman, dengan penanaman pada pengurangan dosis NPK sementara pada polibeg. Data dianalisis dengan uji lanut tanaman perlakuan pemberian NPK BNJ taraf 5 %. dikurangi 50%. Kandungan Nitrogen yang ada pada POC T. diversifolia hanya 0.12% Rekomendasi pemupukan susulan lebih sedikit dibandingkan Nitrogen yang tanaman melon oleh Sobir dan Siregar ada pada pupuk NPK (Tabel 2). Hal ini (2014), berturut-turut minggu 1 – 6 MST menyebabkan jumlah daun pada kontrol adalah 5, 10, 20, 20, 20 g NPK per liter lebih banyak namun tidak berbeda nyata (200 ml per tanaman) dan 1 g KNO 3 per dengan perlakuan yang lainnya. liter (200 ml per tanaman), NPK yang digunakan NPK Mutiara (16:16:16). Selain mengandung unsur hara makro dan mikro, POC T. diversifolia Pembuatan POC T. diversifolia mengandung mikroorganisme. Kebera- dilakukan menggunakan mikroorganisme daan mikroorganisme tanah dapat

106 Annisa dan Gustia . 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 104 – 114

memperbaiki sifat tanah diantaranya sebagai komponen utama protein, hormon, struktur tanah dan membantu ketersediaan klorofil, vitamin dan enzim esensial untuk unsur hara baik secara langsung melalui kehidupan tanaman. Metabolisme N aktivitas mengikat unsur hara maupun merupakan faktor utama pertumbuhan secara tidak langsung dengan vegetatif, batang dan daun. Semakin mendekomposisi bahan organik dan tinggi ketersediaan unsur Nitrogen di mendaur hara. dalam tanah maka semakin baik pula proses pembentukan organ vegetatifnya. Munawar (2011) menyatakan bahwa Nitrogen (N) dalam tanaman berfungsi

Tabel 1. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair T. diversifolia terhadap Jumlah Daun Tanaman Melon pada Umur 1 – 3 MST Jumlah Daun (Helai) Perlakuan 1 MST 2 MST 3MST NPK 100 % (Kontrol) 4,53a 11,93a 27,47a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 5% 4,20a 10,47a 23,67a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 10% 4,73a 11,60a 24,93a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 15% 4,20a 11,20a 26,67a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 20% 4,07a 10,07a 22,93a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 25% 4,33a 11,87a 26,53a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%

Tabel 2. Hasil Analisa Unsur Hara POC Jumlah Cabang T. diversifolia Jenis Pengujian Hasil Pemeriksaan Pemberian POC T. diversifolia tidak pH 6,780 berpengaruh nyata terhadap jumlah N (%) 0,120 cabang tanaman melon pada umur 2 – 3 P (%) 0,013 MST, seperti terlihat pada Tabel 3. Pembentukan jumlah cabang dipengaruhi K (%) 0,470 oleh ketersediaan unsur hara Nitrogen (N) Na (%) 0,013 dan Fosfor (P) pada media dan yang Ca (%) 0,036 tersedia bagi tanaman (Nyakpa 1998 Mg (%) 0,040 dalam Prayoda et al. , 2015). C- Org (%) 1,220 Fe (ppm) 3,270 Gardner (1991) dalam Prayoda et al. , Mn (ppm) 3,120 (2015) menyatakan bahwa unsur N sangat Zn (ppm) 1,010 dibutuhkan tanaman untuk sintetis asam amino dan protein, terutama pada titik– B (ppm) 5,850 titik tumbuh tanaman sehingga S (ppm) 60,040 mempercepat proses pertumbuhan Sumber: Laboratorium Pengujian Balai tanaman seperti pembelahan sel dan Penelitian Tanaman Rempah perpanjangan sel sehingga meningkatkan dan Obat (2017). jumlah cabang tanaman.

107 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Tabel 3. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair T. diversifolia terhadap Jumlah Cabang Tanaman Melon pada Umur 2 – 3 MST Jumlah Cabang Perlakuan 2 MST 3 MST NPK 100 % (Kontrol) 1,80a 3,53a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 5% 1,47a 2,87a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 10% 1,53a 3,07a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 15% 1,67a 2,93a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 20% 1,87a 3,13a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 25% 1,73a 3,27a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%

Suryawaty dan Wijaya (2012), T. diversifolia konsentrasi 5% tetapi tidak menyebutkan fungsi unsur hara bagi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur Tanaman paling lama berbunga ada pada lain dan apabila tidak terdapat suatu unsur kontrol NPK 100% yaitu 25.07 HST yang hara tanaman, maka kegiatan metabolisme berbeda nyata dengan semua perlakuan. akan terganggu atau berhenti sama sekali. Raihan (2001) dalam Pramudika et al. Hal ini diduga karena pada tanaman (2014), menyatakan bahwa pemberian kontrol dengan dosis pemberian NPK pupuk organik yang tinggi dapat 100%, tanaman masih melakukan menambah unsur hara esensial dan juga kegiatan pertumbuhan vegetatif karena dapat meningkatkan ketersediaan unsur tersedianya unsur hara yang cukup dan hara dalam tanah bagi tanaman terutama berimbang, sementara pada perlakuan unsur N yang fungsi utamanya ialah untuk lainnya adanya pengurangan NPK perkembangan vegetatif tanaman. menyebabkan unsur hara N, P dan K lebih sedikit sehingga mendorong tanaman Dari hasil analisa unsur hara bahwa lebih cepat memasuki fase generatif. pada POC T. diversifolia memiliki Selain itu kandungan dan ketersediaan kandungan unsur hara 0.12% N; unsur Fosfor (P) pada POC T. diversifolia 0.013% P; 0.47% K (Tabel 2), jumlah ini yang terbatas dapat mempercepat waktu dirasa masih rendah dan belum bisa berbunga. menyeimbangi unsur hara makro yang ada pada pupuk NPK, sedangkan untuk Pembungaan merupakan masa transisi pertumbuhan tanaman sangat dibutuhkan dari fase vegetatif menuju fase generaif unsur hara makro. yang ditandai dengan munculnya kuncup– kuncup bunga, pada fase ini ketersediaan Waktu Muncul Bunga Pertama unsur P dan K sangat berperan. Fungsi dari Fosfor dalam tanaman adalah untuk Tabel 4 menunjukkan bahwa merangsang pertumbuhan akar, khususnya perlakuan pemberian POC T. diversifolia akar tanaman muda, mempercepat serta berpengaruh nyata terhadap waktu muncul memperkuat pertumbuhan tanaman muda bunga pertama. Waktu muncul bunga menjadi tanaman dewasa, membantu pertama tercepat pada perlakuan NPK asimilasi dan pernafasan sekaligus 50% + POC T. diversifolia konsentrasi mempercepat pembungaan dan menaikkan 10% (21.33 HST) berbeda sangat nyata persentase bunga menjadi buah dengan perlakuan NPK 100% dan (Suryawaty dan Wijaya, 2012). perlakuan NPK 50% + POC

108 Annisa dan Gustia . 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 104 – 114

Tabel 4. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair T. diversifolia terhadap Waktu Muncul Bunga Pertama Tanaman Melon Perlakuan Waktu Bunga Pertama (HST) NPK 100 % (Kontrol) 25,07c NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 5% 23,00b NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 10% 21,33a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 15% 21,60a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 20% 21,93a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 25% 21,73a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%

Selain mengandung K dan P, POC jumlah bunga jantan dan jumlah bunga T. diversifolia juga mengandung unsur keseluruhan, akan tetapi tidak magnesium (Mg) dan sulfur (S) yang juga berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga diperlukan tanaman untuk pembentukan betina pada tanaman melon (Tabel 5). klorofil dan katalisator penyerapan unsur Pada fase pembungaan terdapat faktor kalium, fosfor dan Boron (B) yang internal dan eksternal yang mempengaruhi banyak fungsi di dalam mempengaruhi. Faktor interal ialah faktor tanaman seperti pembungaan, yang berasal dari tanaman misalnya perkecambahan, pertumbuhan tepung sari, fitohormon dan genetik, sedangkan faktor pembentukan buah, pembelahan sel dan eksternal berasal dari luar tanaman yaitu gerakan hormon tanaman (Munawar, faktor lingkungan seperti cahaya, 2011). Darjanto dan Satifah (1990) dalam kelembaban, intensitas cahaya, suhu dan Prayoda et al. , (2015) menyatakan bahwa unsur hara. Pada tanaman yang monoesis peralihan fase vegetatif ke fase generatif yang hanya mempunyai bunga–bunga selain dari konsentrasi dan pemberian berkelamin satu, intensitas cahaya dapat pupuk yang diberikan juga dipengaruhi memberikan efek yang berbeda pada oleh faktor genetik dan faktor luar seperti inisiasi bunga jantan dan bunga betina. suhu, air, hara dan cahaya. Intensitas cahaya yang tinggi merangsang pembentukan bunga betina, sedangkan Jumlah Bunga intensitas cahaya yang rendah yang dapat disebabkan oleh naungan lebih Berdasarkan uji lanjut BNJ merangsang terbentuknya bunga jantan menunjukkan bahwa perlakuan POC (Sayekti, 2016). T. diversifolia berpengaruh nyata terhadap

Tabel 5. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair T. diversifolia terhadap Jumlah Bunga Tanaman Melon pada Umur 24 – 33 HST Jumlah Bunga (Kuntum) Perlakuan Jantan Betina Total NPK 100 % (Kontrol) 35,40a 3,13a 38,53a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 5% 37,00a 3,47a 40,47a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 10% 41,73b 3,53a 45,27b NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 15% 40,20b 3,60a 43,48b NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 20% 37,40a 3,60a 41,00a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 25% 41,07b 3,20a 44,27b Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%

109 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Pada lahan penelitian kondisi intensitas nyata terhadap bobot buah melon per cahaya tidak merata dikarenakan adanya tanaman. Bobot buah terberat terdapat tanaman jati yang menyebabkan kondisi pada perlakuan NPK 100% (1.201.70 g) lahan ternaungi. Menurut Hakim (1986) tetapi tidak berbeda nyata dengan dalam Putra et al . (2013) menyatakan perlakuan lainnya (Tabel 6). Sedangkan bahwa pengaruh penambahan bahan bobot buah terendah ada pada perlakuan organik pada tanah adalah melepaskan NPK 50% + POC konsentrasi 5% unsur hara serta meghasilkan humus dan (621.05 g). Berbeda dengan pernyataan meningkatkan KTK tanah. Selain itu Nugroho et al. (2013) yang mengatakan dengan menambahkan bahan organik pada penggabungan pemberian pupuk NPK media tanam dapat meningkatkan aktivitas dengan kompos T. diversifolia mikroorganisme tanah dan meningkatkan meningkatkan produksi tanaman selada jumlah hormon dalam tanaman sehingga dibandingkan dengan pupuk NPK saja. jumlah bunga meningkat. Hal ini diduga karena pada komoditi tanaman penelitian yang dilakukan Bobot Buah merupakan tanaman sayuran yang mana hasil dari produksi berupa bobot konsumsi Berdasarkan uji lanjut BNJ (daun dan batang) dengan umur tanaman menunjukkan bahwa perlakuan pemberian POC T. diversifolia tidak berpengaruh yang lebih singkat.

Tabel 6. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair T. diversifolia terhadap Bobot BuahTanaman Melon Perlakuan Bobot Buah (g) NPK 100 % (Kontrol) 1.201,70a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 5% 621,05a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 10% 998,43a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 15% 752,26a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 20% 737,17a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 25% 1.096,99a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 %

Perbedaan yang terjadi kemungkinan aplikasi pupuk buatan N dan K sebanyak disebabkan karena komoditi yang 50% dari dosis rekomendasi dengan digunakan dan pengaruh tingkat memberikan hasil bobot kering gabah pertumbuhan tanaman pada masing– 5.19 ton/ha, tetapi penggunaan 100% masing perlakuan berbeda, sebagai akibat pupuk NPK masih merupakan perlakuan dari keterbatasan kandungan unsur hara yang terbaik (6.35 ton/ha). Hal lain juga pada media tumbuh tanaman. Pada masa disampaikan Jama et al ., (2000) dalam pembuahan tanaman melon memasuki Purwani (2010) yang menunjukkan bahwa tahap sintesa dan penimbunan kandungan hara tanah pada lapisan olah karbohidrat, protein, dan lemak. Pada lebih tinggi pada perlakuan hijauan tahap ini dengan aktivitas metabolisme T. diversifolia dibandingkan perlakuan yang tinggi dibutuhkan senyawa-senyawa pupuk kimia, namun hasil jagung asam amino dan unsur hara yang lebih perlakuan (4.8 ton) lebih rendah tinggi (Agustianto, 2015). dibandingkan pupuk kimia (6.4 ton). Hardjowigeno (2010), menyatakan Monasila (2011) menyatakan bahwa kandungan unsur hara dalam pupuk meskipun penggunaan Pupuk Organik organik tidak tinggi tetapi jenis pupuk ini Titonia Plus (POTP) dapat mengurangi

110 Annisa dan Gustia . 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 104 – 114

mempunyai keistimewaan lain yaitu dapat sangat mempengaruhi ukuran, warna, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi rasa, dan kulit buah. Jika kandungan P dan tanah. Pada tanah-tanah yang miskin K tidak optimal maka pembentukan buah unsur hara pemberian memerlukan jumlah akan berkurang (Simanungkalit et al. , besar, sementara respon tanaman terhadap 2012). pemberian pupuk organik tidak secepat pupuk anorganik dan dalam jangka Pada penelitian yang dilakukan pendek respon cenderung tidak terlihat. perlakuan NPK 50% + POC konsentrasi 25% memberikan hasil tertinggi Perkembangan buah dan pematangan dibandingkan pemberian POC buah perlu didukung hara yang cukup T. diversifolia dengan konsentrasi lainnya. seimbang pada saat yang tepat. Hara yang Hal ini sesuai dengan pernyataan Wilson perlu diperhatikan adalah Fosfor, Kalium, (1982) dalam Yuwono (2008), yang Nitrogen dan Kalsium (Ca). Kekurangan menyatakan semakin tinggi dosis pupuk Ca menyebabkan perkembangan buah organik yang digunakan maka akan kurang maksimal. Ca berfungsi dalam semakin berpengaruh terhadap bobot dan pembelahan sel dan permeabilitas sel, ukuran buah. Pada POC T. diversifolia karena sifat Ca yang tidak mudah mengandung unsur hara makro dan mikro bergerak di dalam tanah sehingga (Tabel 2), dosis pupuk organik yang lebih diperlukan pasokan terus menerus supaya tinggi memberikan bobot yang semakin pertumbuhan dan perkembangan buah besar. Berat buah tanaman tergantung dari normal (Munawar, 2011). Ketersediaan unsur hara yang diperoleh oleh tanaman unsur P dan K sangat diperlukan dalam itu sendiri (Mardianto, 2014). proses pembentukan buah. Unsur K banyak terlibat dalam proses biokimia dan Diameter Buah fisiologi yang sangat vital bagi Perlakuan pemberian POC pertumbuhan dan produksi tanaman serta T. diversifolia tidak berpengaruh nyata ketahanan terhadap cengkaman. Unsur K terhadap diameter buah pada tanaman esensial dalam fotosintesis karena terlibat melon. Diameter buah terbesar terdapat di dalam sintetis ATP, produksi dalam pada perlakuan NPK 100% (20,01 cm) aktivitas enzim-enzim fotosintetis dan tidak berbeda nyata dengan semua juga terlibat dalam pengangkutan hasil perlakuan lainnya (Tabel 7). Diameter fotosintesis dari daun melalui floem ke buah sangat dipengaruhi oleh bentuk buah jaringan organ reproduktif dan semakin besar ukuran dan bobot buah penyimpanan seperti buah, biji dan umbi. maka semakin besar diameter buah. Pada tanaman buah-buahan pasokan K

Tabel 7. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair T. diversifolia terhadap Diameter BuahTanaman Melon Perlakuan Diameter buah (cm) NPK 100 % (Kontrol) 20,01a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 5% 15,65a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 10% 18,75a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 15% 17,37a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 20% 17,19a NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 25% 19,94a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 %

111 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Sesuai dengan pernyataan Rahmi sebagai upaya efesiensi penggunaan (2002) dalam Prayoda et al. , (2015) yang pupuk kimia. mengatakan bahwa bobot buah cenderung berbanding positif terhadap diameter buah DAFTAR PUSTAKA dan pemangkasan tanaman melon akan Agustianto, H.W. 2015. Respon memberikan pengaruh nyata terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman diameter buah. Hama dan penyakit yang Melon terhadap Dosis Pupuk Phonska. menyerang tanaman juga mengganggu Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas proses pembesaran buah sehingga buah Muhammadiyah Jember. Jember. yang seharusnya berkembang secara baik, Badan Pusat Statistik. 2017. Hortikultura tidak dapat berkembang secara optimal. Produksi Tanaman Buah Melon (Ton). Terganggunya proses pembesaran buah http://www.bps.go.id/site/pilihdata akan menurunkan kualitas buah yang (Diakses pada 08 Juni 2017). dihasilkan seperti berat, diameter dan rasa Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. buah, sehingga menyebabkan rendahnya Akademik Pressindo. Jakarta. produksi buah (Prayoda et al. , 2015). Jama, B., C.A. Palm, R.J. Buresh, A. Munawar (2011), menjelaskan bahwa Niang, C. Gachengo, G. Nziguheba unsur Ca yang merupakan hara makro dan B. Amadalo. 2000. Tithonia turut berperan merangsang pembentukan diversifolia as a Green Manure for bulu-bulu akar, pembentukan protein atau Soil Fertility Improvement in Western bagian yang aktif dari tanaman, Kenya: A Review . Dalam. Purwani, J. memperkeras batang tanaman sekaligus 2010. Pemanfaatan Tithonia merangsang pembentukan biji serta diversifolia (Hamsley) A. Gray untuk pembentukan dinding sel sehingga ukuran Perbaikan Tanah. Prosiding Seminar buah menjadi bertambah besar. Dari hasil Nasional Sumberdaya Lahan analisa unsur hara kandungan Ca pada Pertanian. Bogor, 30 November - 1 POC T. diversifolia hanya sebesar Desember 2010. Buku II: Konservasi 0.036%. Hal ini mungkin belum cukup Lahan, Pemupukan, dan Biologii untuk memenuhi kebutuhan unsur hara Tanah. Hal: 253 – 263. bagi perkembangan diameter buah melon. http://balittanah.litbang.pertanian.go.id /document.php?folder=ind/dokumentas PENUTUP i/prosidingsemnas2010&filename=jati 1&ext=pdf (Diakses 17 Juni 2017). Simpulan Sinaga, P., Meiriani dan Y. Hasanah. 2014. Respon Pertumbuhan dan Perlakuan NPK 50% + POC Produksi Kalian ( Brassica Oleraceae konsentrasi 10% memberikan hasil L.) pada Berbagai Dosis Pupuk tercepat terhadap waktu muncul bunga Organik Cair Paitan ( Tithonia pertama dan terbanyak untuk jumlah diversifolia ). Jurnal Online bunga jantan dan jumlah bunga total Agroteknologi, Vol. 2 (4): 1584 – tanaman melon. Perlakuan NPK 100% 1588. (kontrol) memberikan hasil terberat Mardianto, R. 2014. Pertumbuhan dan terhadap bobot buah dan terbesar untuk Hasil Tanaman Cabai ( Capsicum diameter buah melon. annum L.) dengan Pemberian Pupuk Saran Organik Cair Daun Tithonia diversifolia dan Gamal. Universitas Penggunaan NPK 50% + POC Tamansiswa Padang. Padang. T. diversifolia konsentrasi 25%, dapat Monalisa. 2011. Pengaruh Pupuk Organik disarankan pada petani melon yang di Titonia Plus terhadap Hasil Padi daerahnya terdapat tanaman T. diversifolia Sawah di Kenagarian Jawi – Jawi

112 Annisa dan Gustia . 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 104 – 114

Kabupaten Solok. Tesis. Fakultas Jurusan Biologi Fakultas MIPA. Pertanian Universitas Andalas Padang. Universitas Hassanudin Makasar. Padang. Makasar. Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Purwani, J. 2010. Pemanfaatan Tithonia Nutrisi Tanaman. IPB Pers. Bogor. diversifolia (Hamsley) A. Gray untuk Nugroho, Y.A., Y. Sugito, L. Agustina Perbaikan Tanah. Prosiding Seminar dan Soemarno. 2013. Kajian Nasional Sumberdaya Lahan Penambahan Dosis Beberapa Pupuk Pertanian. Bogor, 30 November - 1 Hijau dan Pengaruhnya terhadap Desember 2010. Buku II: Konservasi Pertumbuhan Tanaman Selada Lahan, Pemupukan, dan Biologii (Lactuca sativa L.). J.Exp. Life Sci., Tanah. Hal: 253 – 263. Vol. 3 (2): 45 – 53. http://balittanah.litbang.pertanian.go.id Nurrohman, M., A. Suryanto dan /document.php?folder=ind/dokumentas K.P. Wicaksono. 2014. Penggunaan i/prosidingsemnas2010&filename=jati Fermentasi Ekstrak Paitan ( Tithonia 1&ext=pdf (Diakses 17 Juni 2017). diversifolia L.) dan Kotoran Kelinci Putra, D., I. Wahyudi dan Y.S. Cair sebagai Sumber Hara pada Patadungan. 2013. Pengaruh Bokasi Budidaya Sawi ( Brassica juncea L.) Titonia ( Tithonia diversifolia) terhadap secara Hidroponik Rakit Apung. Jurnal Serapan K (Kalium) dan Produktivitas Produksi Tanaman, Vol. 2 (8): 649 – Bawang Merah ( Allium ascallonicum 657. L.) Varietas Lembah Palu pada Entisol Nyakpa, M.Y., A.M. Lubis, M.A. Pulung, Guntarano. Jurnal Agroland, Vol. 19 A.G. Amrah, A. Munawar, G.B. Hong (3): 183 – 192. dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Rahmi. 2002. Pengaruh Pemangkasan dan Tanah. Dalam. Prayoda, R., Juhriah, Z. Cara Pemupukan Melon. Dalam. Hasyim dan S. Suhadiyah. 2015. Prayoda, R., Juhriah, Z. Hasyim dan S. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Suhadiyah. 2015. Pertumbuhan dan Melon Cucumis melo L. var. Action Produksi Tanaman Melon Cucumis dengan Aplikasi Vermikompos Padat. melo L. var. Action dengan Aplikasi Jurusan Biologi Fakultas MIPA. Vermikompos Padat. Jurusan Biologi Universitas Hassanudin Makasar. Fakultas MIPA. Universitas Makasar. Hassanudin Makasar. Makasar. Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Raihan, H dan Nurtirtayani. 2001. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Pengaruh Pemberian Bahan Organik Budidaya. Dalam. Prayoda, R., terhadap Pertumbuhan N dan P Juhriah, Z. Hasyim dan S. Suhadiyah. Tersedia Tanah Serta Hasil Beberapa 2015. Pertumbuhan dan Produksi Varietas Jagung Dilahan Pasang Surut Tanaman Melon Cucumis melo L. var. Sulfat Masam. Dalam. Pramudika, G., Action dengan Aplikasi Vermikompos S.Y. Tyasmoro dan N.E. Suminarti. Padat. Jurusan Biologi Fakultas MIPA. 2014. Kombinasi Kompos Kotoran Universitas Hassanudin Makasar. Sapi dan Paitan ( Tithonia diversifolia Makasar. L.) pada Pertumbuhan dan Hasil Darjanto dan Satifah, 1992, Pengetahuan Tanaman Terung ( Solanum melongena Dasar Biologi Bunga dan Teknik L.). Jurnal Produksi Tanaman, Vol. 2 Penyerbukan Silang Buatan. Dalam. (3): 253 – 259. Dalam. Prayoda, R., Juhriah, Z. Prayoda, R., Juhriah, Z. Hasyim dan Hasyim dan S. Suhadiyah. 2015. S. Suhadiyah. 2015. Pertumbuhan dan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Produksi Tanaman Melon Cucumis Melon Cucumis melo L. var. Action melo L. Var. Action dengan Aplikasi dengan Aplikasi Vermikompos Padat. Vermikompos Padat. Jurusan Biologi

113 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Fakultas MIPA. Universitas Kombinasi Biodegradable Super Hassanudin Makasar. Makasar. Absorbat Polymer dengan Pupuk Sayekti, B.A. 2016. Makalah Pembungaan Majemuk NPK di Tanah Miskin. Lengkap. https://www.scribd.com/doc/ Agrium, Vol. 17 (3): 155 – 162. 216099174/makalah-pembungaan-leng Wilson, L.A. 1982. Tuberization in sweet kap. (Diakses pada 3 Juli 2017). potato (Ipomoea batatas (L.) Lam). Simanungkalit, P., G. Jasmani dan T. Dalam. Yuwono, M., L. Agustina dan Simanungkalit. 2013. Respon Pertum- N. Basuki. 2008. Pertumbuhan dan buhan dan Produksi Tanaman Melon Hasil Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) (Cucumis melo L.) terhadap Pemberian pada Macam dan Dosis Pupuk Organik Pupuk NPK dan Pemangkasan Buah. yang Berbeda terhadap Pupuk Jurnal Online Agroteknologi, Vol. 1 Anorganik. Agrotek, Vol. 1 (2): 85 - (2): 238 – 248.. 102. Sobir dan D.F. Siregar. 2014. Budidaya Yuwono, M., L. Agustina dan N. Basuki. Melon Unggul. Penebar Swadaya. 2008. Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar Jakarta. (Ipomoea batatas L.) pada Macam dan Suryawaty dan R. Wijaya. 2012. Respon Dosis Pupuk Organik yang Berbeda Pertumbuhan dan Produksi Tanaman terhadap Pupuk Anorganik. Agrotek, Melon ( Cucumis melo L.) terhadap Vol. 1 (2): 85 – 102.

114

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH TERHADAP PENAMBAHAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK DAN PENGURANGAN DOSIS PUPUK ANORGANIK Indah Diniar Aslamiah* dan Sularno Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. K.H. Ahmad Dahlan Cirendeu Ciputat, Jakarta Selatan 154193. Telp 021-7430689 *E-mail : [email protected] Diterima: 13/10/2017 Direvisi: 18/12/2017 Disetujui: DD/MM/2017

ABSTRAK Kacang tanah merupakan tanaman palawija yang menduduki uratan ketiga setelah jagung dan kedelai. Telah lama diupayakan peningkatan produksi dengan berbagai cara, yaitu melalui perluasan areal tanam, intensifikasi budidaya tanaman kacang tanah dan menciptakan dan mencari varietas unggul berpotensi produksi tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman Arachis hypogeae L. terhadap penambahan konsentrasi pupuk organik.Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai bulan Maret 2017 di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta, menggunakan metode Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan enam perlakuan, yaitu pupuk anorganik 100% (Urea 0,45 g, KCl 0,375 g, SP-36 0,75 g) sebagai control; pupuk anorganik 50% + POP Supernasa ® 5 g/L air; pupuk anorganik 50% + POP Supernasa ® 10g/L air; pupuk anorganik 50% + POP Supernasa ® 15 g/L air; pupuk anorganik 50% + POP Supernasa ® 20 g/L air; pupuk anorganik 50% + POP Supernasa ® 25 g/L air. Paramater yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah cabang, umur berbunga 75%, jumlah bintil akar pada saat panen, berat brangkasan, jumlah polong isi, jumlah polong cipo, produksi polong kering, berat 25 butir. Hasil penelitian menunjukan semua perlakuan tidak berbeda nyata terhadap seluruh parameter yang diamati. Karena semua perlakuan tidak berbeda nyata maka sesungguhnya aplikasi dilapangan untuk petani yang lebih baik adalah perlakuan konsentrasi rendah yaitu 5 dan 10 g/L air, jika kondisi lapangan tidak jauh berbeda dengan lokasi penelitian. Kata kunci: Kacang tanah, kosentrasi, POP RESPONSE OF GROWTH AND PRODUCTION OF PEANUT PLANTS OF THE ADDITION OF ORGANIC FERTILIZER CONCENTRATION AND REDUCTION OF ANORGANIC FERTILIZER DOSAGE ABSTRACT Peanuts are the third crop palawija after corn and soybeans, has long attempted to increase production in various ways, that is expansion of planting area, intensification of peanut cultivation and looking for high yielding high potential varieties. This research aims to know growth response and production of peanut plants on the addition of concentrations of organic fertilizers. Research conducted on the Desember month 2016 until March month 2017 at experimental garden Agronomy Faculty, University of Muhammadiyah Jakarta, used the Randomized Complete Block Desagn (RCBD) with six treatments that is anorganic fertilizer (Urea 0,45 g; KCl 0,375 g; SP-36 0,75 g) as

115 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” control; 50% anorganic fertilizer + POP Supernasa ® 5 g/L of water; 50% anorganic fertilizer + POP Supernasa ® 10 g/L of water; 50% anorganic fertilizer + POP Supernasa ® 15 g/L of water; 50% anorganic fertilizer + POP Supernasa ® 20 g/L of water; 50% anorganic fertilizer + POP Supernasa ® 25 g/L of water. Parameters observed are plant height, branch amount, flowering age, the amount of root nodules at harvest, heavy stover, amount of contents pods, amount of empty pods, production of dried pods and weight 25 grains. The result showed that all treat ments were not significantly different from the observed parameters. Because all the treatment were not significantly different then actually the field application for better farmers is the low concentrations treatment of 5 and 10 g/L of water, if field conditions are not much different from the research location. Keywords: Concentrations, Parameters, Peanuts, POP

PENDAHULUAN 10,66 ribu ton. Penurunan produksi diperkirakan terjadi karena penurunan luas Kacang tanah ( Arachis hypogeae L.) panen seluas 39,18 ribu hektar (7,85%), merupakan tanaman palawija yang sedangkan produktivitas meningkat menduduki uratan ketiga setelah jagung sebesar 0,47 kuintal/hektar (3,67%). dan kedelai. Sejak lama telah diupayakan peningkatan produksi kacang tanah Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu melalui dengan pemakaian varietas dengan perluasan areal tanam, intensifikasi memperbaiki kultur teknis, seperti budidaya tanaman kacang tanah, dan perawatan tanaman, pemupukan yang upaya yang sangat strategis, yaitu tepat dan sistem draenasi. Salah satu menciptakan dan mencari varietas unggul penurunan produksi kacang tanah dapat berpotensi produksi tinggi. Dengan disebabkan oleh ketidak mampuan ginofor demikian, dari waktu ke waktu, selain luas sampai ke dalam tanah sehingga tanam bertambah, produktivitas per satuan menyebabkan ginofor gagal membentuk luas juga meningkat, serta pemanfaatan polong (Pitojo, 2009). varietas unggul baru yang sesuai agroklimat semakin beragam (Pitojo, Pupuk adalah saprodi (sarana produksi) 2009). vital yang berkaitan erat dengan upaya pemenuhan kebutuhan pangan, pupuk Kandungan gizi kacang tanah antara menyumbang 20% dari keberhasilan lain protein 25 – 30%, lemak 40 – 50%, peningkatan produksi pertanian. Pembe- karbohidrat 12% serta vitamin B1 dan rian pupuk kimia secara berlebihan jelas menempatkan kacang tanah dalam hal kurang bijaksana karena akan memper- pemenuhan gizi setelah tanaman kedelai buruk kondisi fisik tanah. Untuk mengem- (Marzuki, 2007). balikan keadaan tanah dan upaya pemulihan kesuburan tanah maka pupuk Berdasarkan data Badan Pusat Statistik organik adalah solusi terbaik (Suwahyono, (2015), produksi kacang tanah tahun 2015 2011). diperkirakan sebanyak 610,34 ribu ton biji kering, mengalami penurunan sebanyak Pupuk organik padat Supernasa ® 28,56 ribu ton (4,47%) dibandingkan mempunyai beberapa manfaat diantaranya tahun 2014. Penurunan produksi kacang adalah meningkatkan kuantitas dan tanah tersebut diperkirakan terjadi di luar kualitas produksi tanaman, melarutkan Pulau Jawa sebanyak 39,22 ribu ton, sisa-sisa pupuk kimia dalam tanah, sedangkan di Pulau Jawa diperkirakan sehingga dapat dimanfaatkan tanaman terjadi peningkatan produksi sebanyak kembali dan memacu pertumbuhan

116 Aslamiah dan Sularno. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 115 – 126

tanaman. Kandungan unsur yang terdapat air; dan P5 = Pupuk anorganik 50% + pada pupuk organik Supernasa ® ialah N POP Supernasa ® 25 g/L air. Setiap 2,67%; P2O5 1,36%; K1,55%; Ca 1,46%; perlakuan diulang sebanyak 4 kali S 1,43%; Mg 0,4%; Cl 1,27%; Mn 0,01%; sehingga terdapat 24 satuan percobaan, Fe 0,18%; Cu< 1,19 ppm; Zn 0,002%; Na masing-masing satuan percobaan terdiri 0,11%; Si 0,3%; Al 0,11%; NaCl 2,09%; dari 3 tanaman sehingga jumlah seluruh SO 4 4,31%; C/N ratio 5,86%; pH 8; tanaman yang diamati sebanyak 72 Lemak 0,07%; Protein 16,69; Karbohidrat tanaman percobaan. 1,01%; dan Asam-asam organik (Humat 1,29%, Vulvat, dll.) (kemasaan produk). Media tanam disiapkan satu minggu sebelum penanaman dengan ukuran Penelitian ini bertujuan untuk polibeg 50 cm x 50 cm. Media tanam mengetahui respon pertumbuhan dan yang digunakan yaitu menggunakan tanah produksi tanaman kacang tanah ( Arachis dengan berat 15 kg per polibeg, kapur hypogeae L.) terhadap penambahan dengan dosis 112,5 g per polibeg konsentrasi pupuk organik dan kemudian di campurkan dengan tanah dan pengurangan dosis pupuk anorganik. Hasil di masukan kedalam polibeg setelah satu penelitian diharapkan dapat menjadi minggu pengapuran tanah kemudian rekomendasi pemupukan yang optimal. pupuk kotoran sapi dengan dosis 75 g per polibeg di campurkan dan dimasukan METODE PENELITIAN kedalam polibeg. Penelitian dilaksanakan pada bulan Benih yang sudah disiapkan ditanam Desember 2016 sampai Maret 2017 di langsung tanpa disemai terlebih dahulu ke kebun percobaan Fakultas Pertanian media penanaman yang telah disiapkan. Universitas Muhammadiyah Jakarta. Pupuk anorganik diberikan ke tiap polibeg Lokasi berpada pada ketinggian ±25 m di sesuai dengan dosis perlakuan, dosis atas permukaan laut. 100% (Urea 0,45 g; SP-36 0,75 g; dan KCl 0,375 g) dan dosis 50% (Urea Bahan yang digunakan antara lain 0,225 g; SP-36 0,375 g; dan KCl 0,188 g). benih kacang tanah varietas Kancil, kapur 15 ton/ha, pupuk kotoran sapi 10 ton/ha, Pupuk organik diberika sesuai dengan pupuk Urea 60 kg/ha, pupuk SP-36 konsentrasi perlakuan dan dilakukan pada 100 kg/ha , pupuk KCL 50 kg/ha, ® umur 1 MST (setelah dilakukan penja- insektisida Decis 2,5 EC , fungisida rangan) dengan interval waktu pemberian Provibio ®, fungisida Dithane ® dan POP ® satu kali dalam seminggu. Dosis Supernasa . Alat yang digunakan antara pemberian pupuk organik padat 100 ml lain polibeg, cangkul, timbangan analitik, setiap tanaman. meteran, alat tulis, ember, kamera dan alat pertanian lainnya. Tanaman kacang tanah dipanen pada umur 96 hari setelah tanam, pemanenan Penelitian menggunakan Rancangan dilakukan dengan cara membongkar Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) polibeg dan memisahkan dari tanah. Ciri- dengan perlakuan sebagai berikut: ciri panen ditandai dengan rongga polong P0 = Pupuk anorganik 100% (Urea 0,45 g, yang telah terisi penuh dengan bijinya, KCl 0,375 g; SP-36 0,75 g) sebagai dan dapat dilihat dari tanaman pinggir. control; P1 = Pupuk anorganik 50% + POP Supernasa ® 5 g/L air; P2 = Pupuk Parameter yang diamati adalah tinggi anorganik 50% + POP Supernasa ® 10 g/L tanaman, jumlah cabang, umur berbunga air; P3 = Pupuk anorganik 50% + POP 75%, jumlah bintil akar pada saat panen, Supernasa ® 15 g/L air; P4 = Pupuk berat brangkasan, jumlah polong isi, anorganik 50% + POP Supernasa ® 20 g/L

117 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” jumlah polong cipo, produksi polong dan kepik koksi ( Coccinella kering dan berat 25 butir. transversalis ). Serangan hama-hama tersebut menyebabkan daun tanaman HASIL DAN PEMBAHASAN kacang tanah menjadi rusak, hingga tinggal tulang-tulang daun saja, beberapa Keadaan Umum daun menjadi salah bentuk, menggulung, Berdasarkan data iklim yang diperoleh mengeriting dan mengakibatkan tanaman dari Badan Meteorologi dan Geofisika tidak dapat berfotosintesis dengan baik. Wilayah II Ciputat menunjukan bahwa Selama penelitian pengendalian hama keadaan iklim suhu rata-rata per bulan dengan penyemprotan pestisida organik ® merupakan suhu yang tidak sesuai untuk Provibio dengan dosis 10 ml/L air yang pertumbuhan kacang tanah. Hal ini terlihat diaplikasikan setiap 4 hari sekali dengan jelas pada persentase kelembaban yang waktu penyemprotan yang berbeda, akan tercantum pada tabel. Curah hujan pada tetapi keberadaan hama tidak menurun bulan Desember 2016 sampai Maret 2017 melainkan hama semakin meningkat. Pada juga tidak sesuai dengan syarat tumbuh saat melihat hama sudah menyerang tanaman kacang tanah. banyak tanaman akhirnya penyemprotan selanjutnya menggunakan insektisida Tabel 1. Data Iklim Bulan Desember Decis 2,5 EC ® dengan dosis 0,5 ml/L air. 2016 - Maret 2017 Rata-rata Curah Pada minggu ke 4 setelah tanam Hujan tanaman pertama kali berbunga. Bunga Bulan Temperatur Kelembaban (mm pertama muncul tidak seragam, periode (0C) (%) per berbunga berlangsung selama 24 – 90 bulan) HST.Bunga tanaman kacang tanah Des 2016 26,6 78 66,2 berbentuk kupu-kupu, berwarna kuning. Jan 2017 26,7 79 241,9 Rukmana (2012) menyebutkan bahwa fase Feb 2018 25,5 85 444,4 berbunga tanaman kacang tanah berlang- Mar 2019 26,7 79 242,9 sung setelah tanaman berumur 4 – 6 Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi minggu. dan Geofisika Wilayah II Ciputat. Selain itu, ada beberapa tanaman Tanaman kacang tanah dapat tumbuh diserang penyakit tanaman kacang tanah pada dataran rendah. Kacang tanah dapat diantaranya bercak daun pada saat tumbuh pada ketinggian dibawah 500 m tanaman berumur 4 MST, penyakit ini diatas permukaan laut (dpl) dengan suhu 0 0 disebabkan oleh cendawan (jamur) rata-rata 28 C- 32 C, sedikit lembab (RH Cercospora sp . Ada dua spesies 65%-75%), curah hujan 800 mm – 1.300 cercospora yang sudah diketahui mm per tahun. Tanaman kacang tanah menyerang tanaman kacang tanah, yaitu membutuhkan sinar matahari penuh C. personatum dan C. archidicola. Gejala (Rukmana, 2012). serangan C. personatum dengan terjadinya Kendala yang dihadapi selama proses bercak-bercak berwarna coklat pada penelitian adalah adanya serangan hama permukaan atas daun, sedangkan dibawah hal ini sangat mempengaruhi hasil permukaan daun berwarna hitam. produksi tanaman kacang tanah. Pada Sementara gejala serangan C. archidicola minggu ke 3 setelah tanam, beberapa menyebabkan bercak-bercak berwana tanaman menunjukan adanya serangan coklat di seluruh bagian daun. Saleh hama. Gejala fisik menunjukan tanaman (2010) menyebutkan penyakit bercak daun terserang hama belalang ( Valaga awal terjadi lebih awal dibandingkan nigricornis ), kutu daun ( Aphis craccivera ) dengan penyakit bercak daun akhir.

118 Aslamiah dan Sularno. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 115 – 126

Keduanya menyerang tanaman mulai anorganik 50% + Supernasa ® konsentrasi umur 3 – 5 MST. 25 g/L air, kecuali pada umur 3 MST yaitu pupuk anorganik 50% + Supernasa ® Pada umur 9 MST tanaman juga konsentrasi 20 g/L air dan 5 MST yaitu diserang penyakit bercak Sclerotium pada pupuk anorganik 100% (Kontrol) tetapi saat tanaman sudah membentuk gynofora tidak berbeda nyata dengan perlakuan penyebab penyakit ini adalah cendawan lainnya. Secara berurutan tinggi tanaman Sclerotium rolfsii . Rahayu (2015) tertinggi adalah (11,16 cm; 16,60 cm; menyebutkan gejala ditandai dengan 23,31 cm; 30,87 cm; 39,15 cm; 48,19 cm) adanya bercak-bercak berbentuk bulat (Tabel 2). berwarna putih sampai kuning atau coklat pada pangkal batang. Serangan berat Hal ini diduga karena peran aktif pupuk menyebabkan busuk batang, tanaman organik dalam membantu menyediakan layu, dan akhirnya terkulai atau mati. nitrogen dan fosfor yang dibutuhkan Kemudian, pada saat tanaman kacang dalam pertumbuhan vegetatif termasuk tanah berumur 11 MST ditemukan dalam variabel tinggi tanaman. Lingga kerusakan pada polong, dimana terdapat dan Marsono (2013) menyebutkan bahwa bekas gigitan pada kulit kacang tanah dan beberapa unsur hara memiliki kemampuan ada pula beberapa polong yang hilang. merangsang pertumbuhan tanaman. Beberapa unsur hara yang dapat Tinggi Tanaman merangsang pertumbuhan tanaman seperti Nitrogen (N), dan Fosfor (P). Pada setiap umur pengamatan tinggi tanaman yang tertinggi adalah pupuk

Tabel 2. Tinggi Tanaman Kacang Tanah Tinggi tanaman (cm) Perlakuan 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST Pupuk anorganik 100% 9,85 a 15,34 a 21,90 a 30,87 a 36,48 a 42,91 a Pupuk anorganik 50% + Supernasa ® 9,90 a 15,70 a 22,50 a 29,34 a 36,87 a 45,12 a konsentrasi 5 g/L air Pupuk anorganik 50% + Supernasa ® 9,58 a 15,90 a 22,51 a 30,00 a 37,28 a 46,74 a konsentrasi 10 g/L air Pupuk anorganik 50% + Supernasa ® 10,20 15,60 a 22,38 a 30,12 a 38,16 a 46,33 a konsentrasi 15 g/L air a Pupuk anorganik 50% + Supernasa ® 10,40 16,60 a 22,67 a 29,92 a 38,77 a 45,61 a konsentrasi 20 g/L air a Pupuk anorganik 50% + Supernasa ® 11,16 15,83 a 23,31 a 30,78 a 39,15 a 48,19 a konsentrasi 25 g/L air a Keterangan: Angka-angka diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5% Sutedjo (2008) juga menyatakan bahwa BerdasarkanTabel 2 dapat dilihat nitrogen merupakan unsur hara utama pertumbuhan kacang tanah setiap minggu- bagi pertumbuhan tanaman, yang pada nya pemberian pupuk anorganik 50% + umumnya sangat diperlukan untuk Supernasa ® konsentrasi 25 g/L air memi- pembentukan atau pertumbuhan bagian- liki tinggi yang lebih dibandingkan bagian vegetatif tanaman. Dengan perlakuan lain meskipun tingginya tidak pemberian fosfor dapat mempercepat serta terlihat jauh berbeda dengan perlakuan memperkuat pertumbuhan tanaman muda lain. Hal ini diduga pemberian pupuk N menjadi tanaman dewasa pada umumnya. juga berkaitan dengan peningkatan tinggi tanaman. Munawar (2011) melaporkan

119 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” bahwa kecukupan pasokan N ketanaman memberikan nilai yang tertinggi untuk ditandai oleh pertumbuhan tanaman yang jumlah cabang (6 cabang) tetapi tidak baik.Hal ini terlihat di lapangan, tanaman berbeda nyata dengan perlakuan lainya dapat tumbuh dengan baik. (Tabel 3). Hal ini menunjukan bahwa berperannya unsur Nitrogen (N) bagi Jumlah Cabang pertumbuhan tanaman meristematik. Menurut Rina (2015) menyatakan bahwa .Berdasarkan hasil analisis ragam yang Nitrogen (N) berfungsi untuk menyusun dilakukan menunjukkan perlakuan pem- ® asam amino (Protein), asam nukleat, berian pupuk organikpadat Supernasa nuklotida, dan klorofil pada tanaman, tidak memberikan pengaruh yang nyata sehingga dengan adanya N, sehingga terhadap jumlah cabang kacang tanah mempercepat pertumbuhan tanaman (Tabel 3). Pada umur 7 MST, perlakuan (tinggi, jumlah anakan, dan jumlah pemberian pupuk anorganik 50% + Supernasa ® konsentrasi 15 g/L air cabang).

Tabel 3. Jumlah Cabang Kacang Tanah Jumlah Cabang Perlakuan 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST Pupuk anorganik 100% 1,91 a 2,00 a 2,25 a 3,50 a 5,08 a 5,83 a Pupuk anorganik 50% + Supernasa ® 2,00 a 2,00 a 2,66 a 3,41 a 5,33 a 5,75 a konsentrasi 5 g/L air Pupuk anorganik 50% + Supernasa ® 2,00 a 2,00 a 3,00 a 3,75 a 5,08 a 5,66 a konsentrasi 10 g/L air Pupuk anorganik 50% + Supernasa ® 1,83 a 2,00 a 2,25 a 3,33 a 4,75 a 6,00 a konsentrasi 15 g/L air Pupuk anorganik 50% + Supernasa ® 2,00 a 2,00 a 2,41 a 3,25 a 4,66 a 5,50 a konsentrasi 20 g/L air Pupuk anorganik 50% + Supernasa ® 1,80 a 2,00 a 3,00 a 3,83 a 5,41 a 5,91 a konsentrasi 25 g/L air Keterangan: Angka-angka diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5% Pada umur 3 MST, setiap perlakuan pemberian pupuk anorganik 50% + memiliki jumlah cabang terbanyak. Pada Supernasa ® konsentrasi 10 g/L air. penelitiannya Rosman et al. (2012) melaporkan bahwa penambahan pupuk N Umur Berbunga dan P pada tanaman kamandrah dapat Umur berbunga 75% kacang tanah meningkatkan pertumbuhan tanaman tepat pada 26 HST, sedangkan awal (tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah berbunga sebelum mencapai 75% yaitu cabang dan diameter batang). Hal ini pada umur 24 HST. Terdapat selisih 2 hari terbukti dari hasil pertumbuhan yang lebih tanaman kacang tanah sudah berbunga. baik dengan penambahan unsur N dan Menurut deskripsi umur berbunga kacang unsur P. Jumlah cabang terbanyak pada tanah varietas kancil berkisar antara 26 – saat tanaman berumur 2 MST sampai 28 hari setelah tanam (Suhartina, 2005). dengan 7 MST cabang terbanyak dimiliki Ini berarti umur muncul bunga pertama oleh pupuk anorganik 50% + Supernasa ® tanaman kacang tanah masih berada konsentrasi 15 g/L air. Sementara pupuk kisaran yang normal pada proses anorganik 50% + Supernasa ® konsentrasi pembungaan. Pada parameter pertum- 20 g/L air memiliki jumlah cabang yang buhan generatif yang diamati pertama paling sedikit tidak berbeda dengan

120 Aslamiah dan Sularno. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 115 – 126

adalah waktu berbunga pertama kali tanaman. Tanaman yang disuplai N muncul. berlebihan, yang diaplikasikan di permukaan tanah secara disebar akan Dalam fase pembungaan dibutuhkan membentuk perakaran yang dangkal, fosfor, pada setiap perlakuan menye- bercabang banyak, dan pendek-pendek diakan unusr hara yang sesuai sehingga dengan ukuran relatif besar. Setyawan pembungaan berlangsung normal atau et al. (2015) dalam penelitian pengaruh sesuai perkiraan waktu berbunga . Menurut aplikasi inokulum Rhizobium dan pupuk Munawar (2011), Pasokan P yang cukup organik terhadap pertumbuhan dan mengakibatkan pertumbuhan perakaran produksi tanaman kacang tanah ( Arachis meningkat, sehingga serapan hara dan air hypogeae L.) melaporkan bahwa kemam- meningkat. Oleh karena itu P berfungsi puan Rhizobium dalam menambat mempercepat pembungaan dan nitrogen dari udara dipengaruhi oleh pemasakan buah dan biji. Selain itu, unsur besarnya bintil akar dan jumlah binti akar. N dan Ca juga dibutuhkan pada saat Semakin tinggi bahan organik, populasi pembungaan. Hal ini sesuai dengan mikroorganisme juga semakin tinggi. pendapat Sutedjo (2008) menyatakan bahwa unusr N bagi tanaman dapat Tabel 4. Jumlah Bintil Akar Kacang meningkatkan pertumbuhan tanaman, Tanah pada Saat Panen meningkatkan kadar protein dalam tubuh Jumlah tanaman. Selain itu N, dapat berpengaruh Perlakuan Bintil terhadap dalam pembungaan. Namun, Akar jumlah nitrogen yang berlebih dapat Pupuk anorganik 100% 164,09 a Pupuk anorganik 50% + 132,83 a menghambat pembungaan. Menurut ® Wijaya (2008) menyebutkan bahwa Supernasa konsentrasi 5 g/L air kalsium berperan dalam mencegah Pupuk anorganik 50% + 163,16 a Supernasa ® konsentrasi 10 g/L air kematian pucuk (titik tumbuh) dan Pupuk anorganik 50% + 151,41 a kerontokan bunga dan buah muda. Supernasa ® konsentrasi 15 g/L air Jumlah Bintil Akar pada Saat Panen Pupuk anorganik 50% + 152,00 a Supernasa ® konsentrasi 20 g/L air Pupuk anorganik 50% + 183,50 a Pengamatan jumlah bintil akar ® dilakukan dengan cara menghitung bintil Supernasa konsentrasi 25 g/L air akar pada saat panen (96 HST). Jumlah Keterangan: Angka-angka diikuti huruf bintil akar yang banyak ditujukkan oleh yang sama pada kolom yang pupuk anorganik 50% + Supernasa ® sama tidak berbeda nyata konsentrasi 25 g/L air (183,50 buah) tidak berdasarkan uji BNJ pada berbeda nyata dengan perlakuan lainnya taraf 5% (Tabel 4). Berat Brangkasan Pada Tabel 4 dapat dilihat, jumlah Pengamatan berat brangkasan bintil akar hasil pemberian pupuk ® dilakukan pada saat panen dengan cara anorganik 50% + Supernasa konsentrasi menimbang keseluruhan bagian tanaman 25 g/L air lebih banyak dari pada kacang tanah. Pada seluruh perlakuan perlakuan lainnya. Hal ini diduga jumlah pemberian pupuk organik padat NPK yang banyak dan tersedia. Nitrogen Supernasa ® tidak memberikan pengaruh dapat berperan menyediakan energi untuk yang nyata terhadap berat brangkasan pertumbuhan tanaman. Sesuai dengan kacang tanah. pendapat Wijaya (2008) melaporkan bahwa nitrogen sangat berperan penting dalam mempengaruhi pertumbuhan akar

121 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Tabel 5. Berat Brangkasan (BB) Kacang brangkasan tanaman. Selain itu, Tanah brangkasan juga dipengaruhi oleh cabang Perlakuan BB (g) yang terbentuk. Semakin banyak jumlah Pupuk anorganik 100% 165,77 a cabang yang terbentuk maka akan Pupuk anorganik 50% + 167,22 a berpotensi untuk meningkatkan bobot ® Supernasa konsentrasi 5 g/L air brangkasannya. Pupuk anorganik 50% + 164,74 a Supernasa ® konsentrasi 10 g/L air Jumlah Polong Isi Pupuk anorganik 50% + 181,30 a Supernasa ® konsentrasi 15 g/L air Pengamatan jumlah polong isi dilakukan Pupuk anorganik 50% + 197,94 a pada saat tanaman dipanen dengan Supernasa ® konsentrasi 20 g/L air menghitung jumlah polong yang berisi. Pupuk anorganik 50% + 181,87 a Jumlah polong isi terbanyak dihasikan ® Supernasa konsentrasi 25 g/L air Supenasa ® konsentrasi 25 g/L air + Keterangan: Angka-angka diikuti huruf anorganik 50% (20,75 buah) tidak berbeda yang sama pada kolom yang nyata dengan control dan perlakuan sama tidak berbeda nyata Supernasa ® lainnya (Tabel 6). berdasarkan uji BNJ pada taraf 5% Tabel 6. Jumlah Polong Isi Kacang Tanah Jumlah Pada Tabel 5, pupuk anorganik 50% + Perlakuan Polong Supernasa ® konsentrasi 20 g/L air Isi memiliki berat brangkasan tertinggi. Pupuk anorganik 100% 18,16 a Dalam hal ini berat brangkasan tertinggi Pupuk anorganik 50% + 18,33 a ® pada tanaman tidak hanya dipengaruhi Supernasa konsentrasi 5 g/L air Pupuk anorganik 50% + 18,58 a oleh faktor pemupukan saja akan tetapi ® juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti Supernasa konsentrasi 10 g/L air faktor suhu, kelembaban dan curah hujan Pupuk anorganik 50% + 18,83 a Supernasa ® konsentrasi 15 g/L air di lingkungan tumbuh yang dapat Pupuk anorganik 50% + 19,00 a mempengaruhi ketahanan tanaman Supernasa ® konsentrasi 20 g/L air terhadap penyakit. Tanaman yang tidak Pupuk anorganik 50% + 20,75 a tahan terhadap penyakit bercak daun Supernasa ® konsentrasi 25 g/L air ternyata dapat memberikan pengaruh Keterangan: Angka-angka diikuti huruf negatif terhadap kondisi tanaman tersebut. yang sama pada kolom yang Berdasarkan pengamatan visual di sama tidak berbeda nyata lapangan, tanaman kacang tanah yang berdasarkan uji BNJ pada terkena penyakit bercak daun lebih mudah taraf 5% gugur daun dibandingkan dengan tanaman yang tidak terkena penyakit bercak daun. Bunga yang dihasilkan tanaman kacang tanah tidak semuannya mampu mem- Menurut Wahyu dan Budiman (2013) bentuk ginofor dan polong. Polong-polong dalam penelitian daya hasil galur-galur yang terbentuk berkembang dari bunga- kacang tanah ( Arachis hypogeae L.) tahan bunga yang muncul pada saat awal. penyakit bercak daun di kecamatan Rukmana (2012) menyebutkan dari semua Cianjur Provinsi Jawa Barat menyatakan bunga kacang tanah yang tumbuh hanya bahwa bobot brangkasan tanaman diduga 75% yang membentuk bakal polong dipengaruhi katahanan terhadap penyakit (ginofora ). Bunga yang bisa menjadi bercak daun. Hal ini semakin tidak tahan polong terutama adalah bunga yang tanaman terhadap penyakit bercak daun, letaknya dekat dengan tanah sehingga akan semakin banyak daun yang kering lebih cepat mencapai tanah dan memiliki dan akhirnya gugur. Banyaknya daun waktu pengisian yang lebih panjang, yang gugur ini akan mengurangi bobot

122 Aslamiah dan Sularno. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 115 – 126

sehingga polong yang dihasilkan fase pematangan polong kurang terlihat cenderung berisi penuh. pengaruhnya. Pada Tabel 7 dapat dilihat, pemberian Jumlah Polong Cipo pupuk anorganik 50% + Supernasa ® konsentrasi 25 g/L air memiliki jumlah Pengamatan jumlah polong cipo polong terbanyak. Hal ini dikarenakan dilakukan dengan cara menghitung jumlah pupuk anorganik 50% + Supernasa ® polong cipo per tanaman pada saat panen. konsentrasi 25 g/L air dapat mencukupi Dan diketahui bahwa jumlah polong cipo terbanyak dihasikan pupuk anorganik 50% kebutuhan hara yang dibutuhkan untuk ® produksi tanaman kacang tanah. Tanaman + Supernasa konsentrasi 10 g/L air (3,08 buah) tidak berbeda nyata dengan kacang tanah membutuhkan kalium untuk ® pembentukan biji dan fosfor untuk kontrol dan perlakuan Supernasa lainnya pemasakan biji. Pupuk organik padat (Tabel 7). Supernasa ® memiliki kandungan kalium Tabel 7. Jumlah Polong Cipo Kacang (1,55%) dan fosfor (1,36%),sehingga Tanah pupuk padat organik Supernasa ® dengan Perlakuan Jumlah konsentrasi yang tinggi memberikan Polong jumlah polong isi terbanyak dibandingkan Cipo dengan perlakuan lainnya. Pupuk anorganik 100% 2,91 a Pupuk anorganik 50% + 2,75 a Menurut Sutedjo (2008), bagi tanaman Supernasa ® konsentrasi 5 g/L air kalium berfungsi untuk meningkatkan Pupuk anorganik 50% + 3,08 a kualitas biji sedangkan fosfor berfungsi Supernasa ® konsentrasi 10 g/L air untuk pemasakan biji. Selain itu sebagai Pupuk anorganik 50% + 2,16 a bahan pembentuk fosfor terpencar-pencar Supernasa ® konsentrasi 15 g/L air dalam tubuh tanaman, semua inti Pupuk anorganik 50% + 2,41 a mengandung fosfor dan selanjutnya Supernasa ® konsentrasi 20 g/L air sebagai senyawa-senyawa fosfat di dalam Pupuk anorganik 50% + 3,00 a citoplasma dan membran sel. Bagian- Supernasa ® konsentrasi 25 g/L air bagian tubuh tanaman yang bersangkutan Keterangan: Angka-angka diikuti huruf dengan pembiakan generatif, seperti daun- yang sama pada kolom daun bunga, tangkai-tangkai sari, kepal- yang sama tidak berbeda kepala sari, butir-butir tepung sari, daun nyata berdasarkan uji BNJ buah serta bakal biji ternyata mengandung pada taraf 5% fosfor. Jadi apabila ingin mendorong pembentukan bunga dan buah diperlukan Tanaman kacang tanah merupakan unsur fosfor dalam jumlah yang sangat tanaman yang unik dimana buah terbentuk dan berkembang didalam tanah. Tanaman banyak. kacang tanah membutuhkan unsur P untuk Menurut Naveen et al (1992) dalam pertumbuhan generatif (pembentukan Paturohman dan Sumarno (2015) mela- bunga, buah dn biji) dan unsur K untuk porkan bahwa waktu pengairan yang tepat memperbaiki pengisian polong berpengaruh positif terhadap hasil polong (Hardjowigeno, 2015). kacang tanah, terutama pada fase pembentukan dan pengisian polong. Pada Tabel 7 diatas dapat bahwa Mereka menemukan bahwa cekaman jumlah polong cipo tanaman kacang tanah perlakuan pupuk organik padat kekeringan pada fase pembungaan dan ® pembentukan ginopora (bakal polong) Supernasa konsentrasi 10 g/L air menurunkan hasil polong, sedangkan pada memberikan nilai tertinggi dibandingkan dengan kontrol. Hal ini diduga karena

123 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” waktu pembungaan paling belakang kering tertinggi perlakuan pupuk sehingga pada saat panen berupa cipo. anorganik 50% + Supernasa ® konsentrasi Senada dengan Kristina et al (2016) 25 g/L air yaitu sebesar 29,43 g sedangkan melaporkan bahwa tidak semua polong produksi polong kering terendah terdapat yang terbentuk berada dalam pengisian pada perlakuan pupuk anorganik 50% + biji, terutama pada polong yang Supernasa ® konsentasi 5 g/L air yaitu berkembang dari bunga yang antesisnya 22,04 g. paling akhir akan lebih banyak menjadi ® polong cipo. Semakin cepat polong Hal ini disebabkan pupuk Supernasa terbentuk maka akan semakin besar dengan konsentarsi 25 g/L air mampu kemungkinan menjadi polong penuh. menyediakan unsur hara bagi tanaman Selain itu, selama melakukan penelitian serta mengefektifkan penggunaan pupuk dari awal penanaman hingga memasuki anorganik sehingga dapat meningkatkan masa panen curah hujan sangat tinggi. produksi polong kering. Hal ini senada Curah hujan yang tinggi menyebabkan dengan penyataan Suwahyono (2011) tanaman kekurangan cahaya dan menyatakan bahwa pupuk organik dapat temepratur menjadi rendah. Menurut meningkatkan produksi apabila pengap- Rukmana (2012), pertumbuhan dan likasiannya di campurkan atau di padukan produksi tanaman kacang tanah dengan pupuk anorganik. dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Tabel 8. Produksi Polong Kering (PPK) Faktor lingkungan meliputi kebutuhan Kacang Tanah nutrisi dan faktor iklim. Kondisi Perlakuan PPK (g) lingkungan yang sesuai akan memacu Pupuk anorganik 100% 24,14 a pertumbuhan dan produksi tanaman Pupuk anorganik 50% + 22,36 a kacang tanah. Pada penelitiannya Supernasa ® konsentrasi 5 g/L air Susantidiana dan Aguzaen (2015) Pupuk anorganik 50% + 24,04 a menyebutkan pembentukan sukrosa dan Supernasa ® konsentrasi 10 g/L air pengisian biji akan menjadi terhambat jika Pupuk anorganik 50% + 23,72 a kebutuhan cahaya tidak mencukupi. Pada Supernasa ® konsentrasi 15 g/L air kondisi curah hujan yang tinggi dan Pupuk anorganik 50% + 26,97 a penutupan awan, tanaman akan Supernasa ® konsentrasi 20 g/L air kekurangan dalam penyerapan cahaya. Pupuk anorganik 50% + 29,43 a ® Hal ini akan sangat mempengaruhi proses Supernasa konsentrasi 25 g/L air fotosintesis tanaman. Hasil fotosintesis Keterangan: Angka-angka diikuti huruf yang lebih sedikit akan mengurangi yang sama pada kolom yang pembentukan biji. sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada Produksi Polong Kering taraf 5% Pada Tabel 8 diketahui bahwa produksi Menurut Rukmana (2012), produk- polong kering kacang tanah terbanyak tivitas kacang tanah sangat tergantung dihasikan oleh pemberian pupuk pada teknologi produksi, panen dan pasca anorganik 50% + Supenasa ® konsentrasi panen. Di samping itu kondisi lingkungan 25 g/L air (29,43 g) tidak berbeda nyata makro seperi suhu, kelembaban, intesitas dengan control dan perlakuan Supernasa ® cahaya dan curah hujan mampu lainnya. Dari hasil penelitian dapat dilihat mempengaruhi waktu dalam penjemuran pada Tabel 8 bahwa pemberian pupuk polong kacang tanah. organik berupa pupuk Supernasa ® cenderung meningkatkan produksi kacang tanah. Hal ini terlihat jelas pada parameter produksi polong kering. Produksi polong

124 Aslamiah dan Sularno. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 115 – 126

Bobot 25 Butir Berdasarkan deskripsi varietas kancil menunjukan bahwa bobot 25 biji pada Pada Tabel 9 diketahui bahwa bobot 25 varietas ini seberat ±10 g sehingga hasil butir kacang tanah terbanyak dihasikan dari setiap perlakuan sudah sesuai. kontrol tidak berbeda nyata dengan perlakuan Supernasa ® lainnya. Dari hasil SIMPULAN penelitian dapat dilihat pada Tabel 9 bahwa kontrol memiliki bobot 25 butir Berdasarkan hasil penelitian dapat kacang tanah tertinggi yaitu sebesar 17,20 disimpulkan bahwa, semua perlakuan gram sedangkan bobot 25 butir kacang tidak berbeda nyata terhadap seluruh tanah terendah terdapat pada perlakuan parameter yang diamati dan karena semua pupuk anorganik 50% + Supernasa ® perlakuan tidak berbeda nyata maka konsentasi 5 g/L air yaitu 15,37 gram. Hal sesungguhnya aplikasi dilapangan untuk ini disebabkan karena pada perlakuan petani yang lebih baik adalah perlakuan anorganik 100% menyediakan unsur N, P konsentrasi rendah yaitu 5 g/L air dan dan K bagi tanaman. 10 g/L air, jika kondisi lapangan tidak jauh berbeda dengan lokasi penelitian. Tabel 9. Bobot 25 Butir Kacang Tanah Perlakuan Bobot 25 DAFTAR PUSTAKA Butir (g) Pupuk anorganik 100% 17,20 a Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Pupuk anorganik 50% + 15,37 a Tanaman Pangan 2015. Katalog BPS. Supernasa ® konsentrasi 5 g/L air Jakarta. Pupuk anorganik 50% + 15,51 a Hardjowigeno, S. 2015. Ilmu Tanah. Supernasa ® konsentrasi 10 g/L air Akamedika Pressindo. Jakarta Pupuk anorganik 50% + 15,73 a Kacang Tanah. Balai Penelitian Kacang- Supernasa ® konsentrasi 15 g/L air kacangan dan Umbi-umbian. Malang Pupuk anorganik 50% + 16,42 a Kristina, N., Muhsanti dan S. Padapotan. Supernasa ® konsentrasi 20 g/L air 2016. Pengaruh Frekuensi Pemberian Pupuk anorganik 50% + 16,17 a Kompos NT45 dan Dosis Urea ® Supernasa konsentrasi 25 g/L air terhadap Pertumbuhan dan Hasil Keterangan: Angka-angka diikuti huruf Kacang Tanah ( Arachis hypogea L.) di yang sama pada kolom Ultisol. Agrotrop., Vol. 6 (1):43 – 52. yang sama tidak berbeda Lingga, P dan Marsono. 2013. Petunjuk nyata berdasarkan uji BNJ Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. pada taraf 5% Jakarta Marzuki, R. 2007. Bertanam Kacang Produksi kacang tanah ( Arachis Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta hypogeae L.) membutuhkan nutrisi yang Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan tinggi. Peran utama kalium berhubungan Nutrisi Tanaman. IPB Press. Bogor. dengan pembentukan biji dalam polong Naveen P., K.V. Daniel, P. Subramanian, tanaman, dimana unsur kalium di dan P.S. Kumar. 1992. Response of butuhkan tanaman dalam jumlah yang irrigated peanut to moisture stress and cukup banyak pada saat pembentukan biji, its management. Dalam. Paturohman, terutama pada tanaman kacang-kacangan. E. dan Sumarno. 2015. Peningkatan Kekahatan kalium dapat menyebabkan Produktivitas Kacang Tanah Melalui daun-daun menjadi tua, buah gugur pada Penerapan Komponen Teknologi saat masak awal dan pemasakan biji tidak Kunci. IPTEK Tanaman Pangan, Vol. 9 merata (Munawar, 2011). (2): 97 – 107. Bobot 25 butir sangat erat kaitannya Pitojo, S. 2009. Benih Kacang Tanah. dengan hasil produksi yang dicapai. Kanisius. Jakarta.

125 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Rahayu, M. 2015. Penyakit Busuk Batang Suhartina. 2005. Deskripsi Varietas Scleretium Roflsii Pada Tanaman Unggul Kacang-Kacangan dan Umbi- Aneka Kacang. Balai Penelitian Umbian. Balai Penelitian Tanaman Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Malang Malang. Rina. 2015. Manfaat Unsur N, P, K Bagi Susantidiana dan H. Aguzaen. 2015. Tanaman. Badan Litbang Pertanian. Pemberian Pupuk Organik Cair untuk Kalimantan Timur Mengurangi Pemakaian Pupuk Rosman, R., A.S. Tjokrowardojo, D.I. Anorganik Pada Tanaman Kacang Pradono, dan U.K. Hadi. 2012. Tanah ( Arachis hypogea L.). Klorofil, Pengaruh Pemupukan N dan P Vol. 10 (1): 19 – 27. Terhadap Pertumbuhan , Produksi, dan Sutedjo, M. 2008. Pupuk Dan Cara Kadar Piperin Tanaman Kamandrah. Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. Bul. Littro., Vol. 23 (2): 136 – 141. Suwahyono, U. 2011. Petunjuk Praktis Rukmana, R. 2012. Kacang Tanah. Penggunaan Pupuk Organik Secara Kanisius. Yogyakarta Efektif dan Efesien. Penebar Swadaya. Saleh,N. 2010. Optimalisasi Pengendalian Jakarta. Terpadu Penyakit Bercak Daun dan Wahyu, Y. dan R. Budiman. 2013. Daya Karat Daun pada Kacang Tanah. Hasil Galur-Galur Kacang Tanah Pengembangan Inovasi Pertanian, (Arachis hypogea L.) Tahan terhadap Vol. 3 (4): 289 – 305. Penyakit Bercak Daun di Kecamatan Setyawan, F, M. Santoso dan Sudiarso. Ciranjang Kabupaten Cianjur Provinsi 2015. Pengaruh Aplikasi Inokulum Jawa Barat. Bul. Agrohorti, Vol. 1 (1): Rhizobium dan Pupuk Organik 45 – 53. Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Wijaya. K.A. 2008. Nutrisi Tanaman Tanaman Kacang Tanah ( Arachis sebagai Penentu Kualitas Hasil dan hypogea L.). Jurnal Produksi Tanaman, Resistensi Alami Tanaman. Prestasi Vol. 3 (8): 697 – 705. Pustaka. Jakarta.

126

DAYA INSEKTISIDA EKSTRAK POLAR SERBUK DAUN GAMAL KULTIVAR PRINGSEWU TERHADAP KUTU PUTIH (HEMIPTERA: Pseudococcidae ) PADA KAKAO Nismah Nukmal 1* dan Ratih Andriyani 2 1Jurusan Biologi FMIPA UNILA Jl. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145, HP: 081315206464. 2SMK Muhammadiyah Ambarawa Jl. H.M. Ghardi No. 29. Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Pringsewu *E-mail: [email protected]; [email protected] Diterima: 29/09/2017 Direvisi: 30/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK Kakao merupakan tanaman penghasil coklat yang memiliki banyak manfaat. Salah satu faktor penyebab turunnya produksi kakao adalah serangan hama kutu putih (Planococcus minor ). Hama ini menghisap buah muda, hingga buah mengering dan mati. Penggunaan insektisida sintetik sering berdampak buruk terhadap lingkungan, diperlukan insektisida alternatif dalam pengendalian hama. Gamal ( Gliricidia sepium ) merupakan salah satu tanaman yang mengandung senyawa flavonoid yang berpotensi sebagai insektisida nabati. Tujuan penelitian untuk mengetahui daya insektisida isolat murni serbuk daun gamal yang efektif dalam mematikan hama kutu putih pada buah kakao. Penelitian ini telah dilaksanakan bulan Januari - Mei yang merupakan bagian dari Penelitian Berbasis Kompetensi DRPM DIKTI tahun Anggaran 2017 di Laboratorium Zoologi dan Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi, Universitas Lampung. Dengan cara isolasi senyawa flavonoid dari serbuk daun gamal, dan bioassay. Ekstraksi dilakukan dengan maserasi bertingkat diawali dari pelarut non polar (heksan & DCM) dan diakhiri pelarut polar (metanol & air). Bioassay dilakukan terhadap kutu putih P. minor pada buah kakao yang sudah direndam dalam ekstrak polar serbuk daun gamal pada tingkatan konsentrasi 0%; 0.015%; 0.030%; 0.045%; dan 0.060% dengan 3 kali ulangan. Mortalitas kutu putih diamati pada 12, 24, 48 dan 72 jam setelah perlakuan. Nilai LC 50 dan LT 50 ditentukan dengan analisis probit. Struktur senyawa toksik dianalisis dengan spektrofotometri ultraviolet tampak (UV-Vis). Diperoleh hasil; ekstrak metanol dan ekstrak air serbuk daun gamal memiliki daya toksik terhadap kutu putih ( P. minor ) pada tanaman kakao. Estrak air lebih toksik dibandingkan ekstrak metanol karena memiliki nilai LC 50,72jam lebih rendah dari ekstrak metanol (0.047% : 0.054%). Senyawa toksik berupa flavonoid golongan flavon dengan struktur senyawa 2-fenil-1,4-benzopiron. Kata kunci: ekstrak polar, insektisida, kakao, kutu putih, serbuk daun gamal THE INSECTICIDE OF POLAR EXTRACT POWDER LEAVES OF GAMAL CULTIVAR PRINGSEWU ON THE CACAO MEALYBUGS (HEMIPTERA: Pseudococcidae) ABSTRACT Cocoa is one of the important crops, which has many beneficials. Cacao mealybug (P. minor) is one important pest that decreasing productivity of cocoa. The pest attacks the young cacao fruits, by sucking them until dry and die. Using synthetic insecticide

127 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

could harmful the environment, therefore alternative insecticide is needed. Gamal (G. sepium) leaves consist of rich flavonoid compound that potencies as natural insecticide. The purpose of the study to know the affectivity of purified isolate of powder leaf G. sepium to cacao mealybugs. The study was done during Januari – May, and funded by DRPM-DIKTI 2017, at Zoology Laboratory and Integrated and Technology Innovations Centre Laboratory, University of Lampung. The powder leaves of Gamal were extracted by using various organic solvents (n-hexane, dichloromethane, methanol and water). A set of laboratory experiment was conducted to test the toxicity of the polar extracts by bioassay. Five different concentrations of the polar extracts (0%; 0.015%; 0.030%; 0.045%; and 0.060%) with each of 3 replications were tested to cacao mealybugs mortality. Mortality observed at 12, 24, 48, and 72 hours after treatment. Probit analysis was conducted to obtain LC 50 and LT 50 ultraviolet-visible spectrophotometry (UV-Vis) was used to analyze the structure of the toxics compound. The results indicated the water and methanol extracts were toxic to cacao mealybugs (P. minor) with LC 50,72 hours 0.047% and 0.054%. Water extract more toxic than methanol extract. The toxic compound of the both extracs is flavon with the structural frame is 2-phenyl-1,4-benzopiron . Keywords: insecticide, cacao, mealybugs, polar extract, powder of Gamal leaf

PENDAHULUAN menyebukan bahwa ekstrak tanaman gamal memiliki aktivitas biologi antara Kakao ( Theobroma cacao L.) lain sebagai anti jamur, redontisida dan merupakan salah satu tanaman insektisida nabati. Hal ini membuka perkebunan penting di Indonesia yang peluang untuk ditemukannya senyawa memiliki banyak manfaat. Produksi biji kimia bahan alam yang baru dari kakao di Indonesia sering mengalami tanaman gamal (Siregar, 2010). Menurut penurunan. Salah satu penyebab turunnya Elevitch and Francis (2006), gamal sudah produksi biji kakao adalah karena lama digunakan sebagai insektisida. Hasi serangan hama kutu putih (Wijaya, 2007). penelitian terakhir diketahui daun gamal Planococcus minor merupakan kutu putih mengandung senyawa metabolit sekunder yang hidup pada tanaman kakao . Hama ini golongan flavonoid. Beberapa penelitian menghisap buah kakao yang masih kecil, tentang pemanfaatan daun gamal sebagai sehingga menyebabkan pertumbuhan buah insektisida dapat di lihat pada Tabel 1. terhambat, buah mengering dan akhirnya mati (Sumarno, 2015). Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa ekstrak Penggunaan insektisida sintetik yang serbuk daun gamal berpotensi sebagai tidak tepat dalam pengendalian hama insektisida nabati (Tabel 1). Namun, jenis menimbulkan dampak yang buruk, lebih dan struktur senyawa yang berpotensi merugikan dibanding manfaat yang sebagai insektisida nabati pada tanaman dihasilkan, antara lain dapat menyebabkan gamal sampai saat ini belum diketahui, timbulnya resistensi hama, munculnya untuk itu perlu dilakukan pemurnian guna hama sekunder, pencemaran lingkungan menentukan jenis dan struktur senyawa dan ditolaknya produk di pasaran dunia, yang berpotensi sebagai insektisida nabati. karena masalah residu yang melebihi ambang batas toleransi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya insektisida, jenis dan Tanaman gamal dari genus Gliricidia struktur isolat murni serbuk daun gamal sudah banyak diketahui manfaatnya oleh kultivar pringsewu yang efektif dalam masyarakat, beberapa laporan

128 Nukmal dan Andriyani. 2017. Daya Insektisida Ekstrak Polar Serbuk … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 127 – 137

mematikan kutu putih ( P. minor ) pada Kecamatan Pardasuka, Kabupaten buah kakao. Pringsewu. Identifikasi hama kutu putih dilakukan di Laboratorium Zoologi METODE PENELITIAN FMIPA Universitas Lampung. Pembuatan ekstrak daun gamal, bioassay dan analisis Daun gamal dikumpulkan dari Desa spektroskopis dilakukan di Laboratorium Suka Ratu, Kecamatan Pardasuka, Zoologi FMIPA, dan Laboratorium Sentra Kabupaten Pringsewu. Penggilingan daun Dan Inovasi Teknologi (LSIT) Universitas gamal dilakukan di Laboratorium Hasil Lampung pada Januari – Mei, yang Pertanian Politeknik Negeri Lampung. merupakan bagian dari Penelitian Berbasis Hama kutu putih ( P. minor ) di koleksi dari Kompetensi DRPM DIKTI tahun buah kakao di Desa Banjar Alam, Anggaran 2017.

Tabel 1. Beberapa Hasil Penelitian Pemanfaatan Ekstrak Daun Gamal sebagai Insektisida. Jenis Ekstrak Serangga Uji Nilai LC 50 /LT 50 Referensi Air daun gamal Hama bisul dadap (Quadrastichus 10% - 26% Intansari erythrinae ) (48 jam) (2008) Etanol dan air Imago hama bisul dadap (Q. 21.5% - 54.9% (12 Nukmal dkk. daun gamal erythrinae ) jam) (2009) Air serbuk daun Hama pengisap buah lada (Dasynus 2.19% Nukmal dkk. gamal piperis ) (72 jam) (2010) Metanol daun Kutu putih pada tanaman papaya 4.5% (MF4A) Siregar (2010) gamal (Paracoccus marginatus ) 1.8% (MF4C) 24 jam Air daun gamal Kutu putih pada tanaman papaya 1.32% - 8.5% (48 Nukmal dkk. (P. marginatus ) jam) (2011) Metanol daun Kutu putih pada tanaman papaya 3.35% Afriyorawan gamal (P. marginatus ) (12 jam) (2013)

Pembuatan Serbuk Daun Gamal nya habis. Sebanyak 500 ml hasil evaporasi filtrat metanol dipekatkan Daun gamal dipetik dan diseleksi yang menggunakan metode rekristalisasi masih segar, selanjutnya dikering angin- dengan freezedryer selama 72 jam hingga kan selama 7 – 10 hari sampai benar-benar membentuk ekstrak kasar dalam bentuk kering kemudian digiling sampai menjadi pasta. serbuk dan dibungkus plastik dalam keadaan vacum lalu disimpan sampai saat Ekstrak kasar metanol di analisis KLT digunakan. menggunakan plat KLT selulose (5 cm x 2 cm), dengan larutan identifikasi CeSO 4 Isolasi dan Pemurnian Senyawa 10% dan H 2SO 4 15% dengan Golongan Flavonoid perbandingan 1 : 1. Eluen yang digunakan yaitu DCM dan metanol dengan A. Ekstrak Metanol perbandingan 4 : 1, dengan metoda Sebanyak 500 g serbuk daun gamal landaian. diekstraksi menggunakan metoda maserasi Pemurnian ekstrak metanol dilakukan bertingkat, diawali dari pelarut non-polar dengan cara fraksinasi menggunakan Hexana, DCM, pelarut semi-polar metanol kromatografi kolom (KK) Amberlite dan diakhiri dengan pelaut polar air XAD-4. Fraksi-fraksi yang didapat (aquadest). Filtrat metanol hasil ekstrasi dianalisis KLT dan dikelompokkan dievaporasi sampai kandungan metanol- berdasarkan warna, dan hasil KLT yang

129 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

didapat lalu dievaporasi. Hasil evaporasi uji yang digunakan buah kakao (inang) dianalisis KLT kembali hingga didapatkan P. minor . Bioassay yang dilakukan adalah fraksi aktif kaya flavonoid yang dapat uji mortalitas dengan pengaruh residu digunakan untuk Bioassay. (residual effect ). Uji residu dilakukan dengan merendam media uji dengan Kandungan senyawa flavonoid pada 5 taraf tingkatan konsentrasi (0%; ekstrak daun gamal dapat dilihat dari 0.015%; 0.030%; 0.045%; dan 0.060%) analisis KLT dengan pelarut visualisasi selama 10 menit, 10 ekor serangga uji yaitu SeSO 4 10% dalam aquadest, AlCl 3 P. minor betina yang sudah diaklimatisasi 5% dalam metanol 95%; 1% NaOH 2M selama 1 hari sebelum perlakuan dalam metanol dan H 3BO 3 jenuh dalam diletakkan pada media uji dan dipelihara metanol dan untuk menentukan struktur pada wadah uji. Pengamatan mortalitas digunakan analisis spektroskopis. serangga uji dilakukan pada 12, 24, 48 dan 72 jam setelah perlakuan. B. Ekstrak Air Maserasi terakhir mengunakan pelarut Penentuan Struktur Senyawa Toksik polar air (aquadest). Endapan sisa Setelah diperoleh senyawa toksik dan penyaringan ekstrak metanol direndam efektif sebagai insektisida senyawa menggunakan aquades sebanyak 1.200 ml flavonoid dianalisis dengan menggunakan selama 1 x 24 jam dengan 6 kali metoda KLT. Senyawa selanjutnya pengulangan hingga didapatkan filtrat air diujikan ke kutu putih P. minor pada skala yang mengandung senyawa-senyawa laboratorium. Senyawa toksik aktif dan polar. efektif yang diperoleh dianalisis strukturnya dengan spektrofotometri Sebanyak 500 ml filtrat air serbuk daun ultraviolet tampak (UV-Vis). gamal dipekatkan dengan metode rekristalisasi menggunakan freezedryer Analisis Data selama 72 jam hingga didapat ekstrak kasar air dalam bentuk pasta. Ekstrak Data yang diperoleh selanjutnya kasar air di analisis KLT menggunakan dianalisis dengan menggunakan analisis plat KLT selulose (5 cm x 2 cm) dengan probit untuk menentukan nilai LC50 . uji ’ larutan identifikasi CeSO 4 10% dan H 2SO 4 Anara dan uji lanjut dengan Tukey s 15% dengan perbandingan 1 : 1. Eluen digunakan untuk menentukan larutan yang yang digunakan yaitu DCM dan metanol efektif sebagai insektisida nabati. Larutan dengan perbandingan 4 : 1. Ekstrak kasar uji dikatakan efektif bila larutan tersebut air selanjutnya dihidrolisis. Hasil memberikan nilai LC 50 ≤ 5% (Prijono, hidrolisis dipantau dengan KLT. 2005). Kandungan senyawa flavonoid pada ekstrak daun gamal dapat dilihat dari HASIL DAN PEMBAHASAN analisis KLT dengan pelarut visualisasi Isolasi dan Pemurnian Senyawa yaitu SeSO 10% dalam akuades, AlCl 4 3 Golongan Flavonoid 5% dalam metanol 95%; 1% NaOH 2M dalam metanol dan H 3BO 3 jenuh dalam Hasil isolasi dan pemurnian senyawa metanol. golongan flavonoid dari serbuk daun gamal dengan metoda maserasi bertingkat Bioassay Senyawa Aktif terhadap disajikan pada Tabel 2. Kromatogram Hama Kutu Putih P. minor hasil KLT estrak kasar air dan metanol Setiap senyawa yang ditemukan pada dan fraksi ekstrak metanol menujukan tahapan fraksinasi dilakukan bioassay adanya bercak flavonoid pada terhadap hama kutu putih P. minor, media kromatogram yaitu pada fraksi 1, fraksi 2,

130 Nukmal dan Andriyani. 2017. Daya Insektisida Ekstrak Polar Serbuk … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 127 – 137

fraksi 26 dan fraksi 27 dengan nila RF 0.73 (Gambar 1.). Berdasarkan kromatogram (Gambar 1.) fraksi 1, fraksi 2, fraksi 26 dan fraksi 27 estrak metanol mempunyai nilai RF sama. Senyawa yang mempunyai nilai RF sama dapat dikatakan bahwa senyawa yang teridentifikasi memiliki karakteristik yang a b c sama atau mirip (Khopkar, 1990). Hasil Gambar 1. (a) Kromatogram hasil KLT analisis KLT dengan menggunakan ekstrak kasar air; (b) ekstrak beberapa pelarut visualisasi yaitu CeSO 4 kasar metanol; dan 10% dalam akuades, AlCl 3 5% dalam (c) 4 fraksi metanol setelah metanol 95%; 1% NaOH 2M dalam dievaporasi metanol dan H 3BO 3 jenuh dalam metanol dapat dilihat pada Gambar 2.

Tabel 2. Hasil Isolasi dan Pemurnian Senyawa Golongan Flavonoid dari Serbuk Daun Gamal Kultivar Pringsewu Jenis Berat Ekstrak Kasar Berat Hasil Jumlah Nilai RF Estrak Hasil Maserasi Freezdrayer/Hidrolisis Fraksinasi Metanol 53 g 20 g (pasta) 4 fraksi 0.78 – 0.88 Air 10 g 2 g (kristal - 0.63

A B

CeSO 4 AlCl 3 NaOH H3BO 3 CeSO 4 AlCl 3 NaOH H3BO 3 Gambar 2. Kromatogram hasil analisis metabolit sekunder (flavonoid) Ekstrak metanol (A) dan ekstrak air (B) daun gamal Kultivar Pringsewu dengan metode KLT menggunakan 4 pelarut visualisasi

Bioasay Ekstrak Murni Metanol dan Akan tetapi kematian terjadi pada Air Serbuk Daun Gamal Kultivar perlakuan konsentrasi rendah lebih awal Pringsewu serta Presentase Kematian dibandingkan konsentrasi tinggi. Hal ini Kutu Putih ( P. minor ) Hasil Bioassay mungkin disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Raini (2007) ada beberapa faktor Hasil bioassay estrak murni metanol yang mempengaruhi toksisitas suatu dan air serbuk daun gamal Kultivar senyawa salah satunya yaitu daya tahan Pringsewu dapat dilihat pada Gambar 3. tubuh hewan uji. Kemungkinan yang Pada 12 jam setelah perlakuan baik terjadi pada hewan uji ( P. minor ) yang ekstrak murni metanol maupun ekstrak diperlakukan dengan konsentrasi ekstrak murni air sudah dapat mematikan lebih tinggi memiliki daya tahan tubuh serangga uji ( P. minor ) sebanyak 3.33%. yang lebih kuat. Akan tetapi sejalan

131 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

dengan waktu semakin tinggi konsentrasi Apabila dibandingkan dengan ekstrak ekstrak perlakuan semakin tinggi metanol, ekstrak air mematikan serangga persentase rata-rata kematian serangga uji uji lebih banyak antara 3.34% - 13.34%. karena sudah terakumulasinya senyawa Hal ini mungkin terjadi karena adanya toksik. pengaruh beberapa faktor diantaranya yaitu dosis ekstrak, daya tahan tubuh hewan uji, dan lamanya waktu pemaparan. Dosis yang rendah akan memberikan efek toksisitas yang rendah. Sedangkan dosis yang tinggi pada saat pemaparan awal akan memaksa tubuh untuk terus mempertahankan diri dari zat yang bersifat toksik, akan tetapi dengan lamanya waktu pemaparan akan membuat zat toksik tersebut terakumulasi dalam tubuh sehingga berakibat keracunan kronik dan kematian (Raini, 2007). Hasil analisis ragam menunjukan adanya perbedaan nyata antar perlakuan. Rata-rata kematian kutu putih dengan perlakuan, konsentrasi, dan waktu menunjukkan adanya perbedaan nyata (p < 0.001). Sedangkan rata-rata kematian kutu putih jika dilihat dari perbandingan antar ekstrak, interaksi konsentrasi dan ekstrak, jam dan ekstrak, antara Gambar 3. Presentase kematian kutu konsentrasi, jam, dan ekstrak tidak putih P. minor hasil menunjukkan perbedaan nyata (p = 0.225 bioassay estrak metanol – 0.947) (Tabel 3). dan estrak air serbuk daun gamal kultivar Pringsew

Tabel 3. Hasil Analisis Ragam Rata-Rata Kematian Kutu Putih (P. minor ) yang Diperlakukan Ekstrak Metanol dan Ekstrak Air Serbuk Daun Gamal Sumber keragaman JK df KT F Sig. Perlakuan 319.200 39 8.185 12.923 0.000 Konsentrasi 64.867 4 16.217 25.605 0.000 Waktu 185.533 3 61.844 97.649 0.000 Ekstrak 0.833 1 0.833 1.316 0.255 Konsentrasi * waktu 61.467 12 5.122 8.088 0.000 Konsentrasi * ekstrak 2.667 4 0.667 1.053 0.386 Waktu* ekstrak 0.567 3 0.189 0.298 0.827 Konsentrasi * waktu* ekstrak 3.267 12 0.272 0.430 0.947 Galat 50.667 80 0.633 Total 594.000 120 Jumlah Total 369.867 119

132 Nukmal dan Andriyani. 2017. Daya Insektisida Ekstrak Polar Serbuk … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 127 – 137

Secara statistik ekstrak metanol dan efektif dibanding dengan ekstrak metanol ekstrak air tidak menunjukkan perbedaan untuk mematikan 50% hewan uji. nyata tetapi jika dilihat dari keefektifan kedua ekstrak tersebut menunjukkan Nilai LT 50 ekstrak air juga lebih rendah perbedaan. Hal ini dapat dilihat dari hasil antara 0.7 – 14.1 jam dibanding ekstrak analisis probit kedua ekstrak pada 48 metanol. Hal ini menunjukkan bahwa dan72 jam setelah perlakuan (Tabel 4 dan ekstrak air lebih efektif dibanding dengan 5). ekstrak metanol dengan konsentrasi yang sama membutuhkan waktu lebih lama Nilai LC 50 ekstrak air lebih rendah dibandingkan ektrak metanol bahkan pada antara 0.007% - 0.022% dibandingkan konsentrasi 0.045% perbedaan waktunya dengan ekstrak metanol pada waktu sangat 14.1 jam, hal ini menandakan perlakuan yang sama. Hal ini ekstrak air lebih efektif dibanding ekstrak mengindikasikan bahwa ekstrak air lebih metanol.

Tabel 4. Nilai LC 50 Hasil Analisis Probit Ekstrak Metanol dan Air pada 48 - 72 Jam Setelah Perlakuan. Nilai LC (%) Beda Waktu (Jam) 50 Ekstrak Metanol Ekstrak Air (%) 48 0.104 0.082 0.022 72 0.054 0.047 0.007

Tabel 5. Nilai LT 50 Hasil Analisis Probit Ekstrak Metanol dan Air pada Konsentrasi yang Berbeda Nilai LT (Jam) Beda Konsentrasi (%) 50 Ekstrak Metanol Ekstrak Air (Jam) 0.015 89.6 87.8 1.8 0.030 81.7 82.4 0.7 0.045 87.7 73.5 14.1 0.060 68.8 66.2 2.5

Efek Ekstrak Metanol dan Ekstrak Air Pada kromatogram hasil analisis Daun Gamal Kultivar Pringsewu metabolit sekunder ekstrak metanol dan Terhadap Kematian Kutu Putih ekstra air daun gamal dengan metode KLT (P. minor ) menggunakan pelarut visualisasi yang berbeda terdapat plat yang tidak terdapat Kemampuan daya bunuh ekstrak noda (Gambar 1 dan 2), hal ini bukan metanol dan ekstrak air daun gamal berarti pelarut yang digunakan tidak disebabkan kareda adanya kandungan sesuai untuk mengidentifikasi senyawa senyawa metabolit sekunder yang bersifat yang ada akan tetapi bisa diidentifikasi toksik. Salah satunya adalah senyawa dengan cara lain yaitu visualisasi fisik metabolit sekunder golongan flavonoid. dibawah sinar UV. Menurut Retno (2009) Adanya kandungan senyawa flavonoid pelarut visualisasi berguna untuk melihat pada ekstrak daun gamal terlihat dari hasil senyawa tak berwarna pada plat KLT. analisis KLT dengan menggunakan Tiap-tiap pelarut mereaksikan jenis beberapa pelarut visualisasi yaitu SeSO4 senyawa yang berbeda sehingga noda 10% dalam akuades, AlCl3 5 % dalam warna yang muncul pada plat KLT pun metanol 95%; 1% NaOH 2 M dalam berbeda. metanol dan H 3BO 3 jenuh dalam metanol. Senyawa flavonoid yang ditunjukkan pada plat KLT adalah warna putih

133 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

kekuning hingga kecokelatan, merah dan bertingkat adalah alkaloid, terpenoid, jingga (Gambar 1 dan 2), hal ini steroid dan flavonoid. Senyawa flavonoid mengindikasi adanya ikatan –OH dan paling banyak ditemukan dalam ekstrak C=O. Menurut Marais dkk. (2006) air dan diduga bertanggung jawab sebagai senyawa flavonoid memiliki banyak insektisida nabati. gugus fungsi diantaranya memiliki ikatan rangkap karbon- karbon (C=C), ikatan Nilai RF (Retention Factor ) ekstrak rangkap karbon-oksigen (C=O), ikatan metanol dan ekstrak air daun gamal tunggal karbon-oksigen (C–O), ikatan berdasarkan hasil KLT menggunakan tunggal karbon-hidrogen (C–H) dan ikatan beberapa pelarut visualisasi dapat dilihat tunggal oksigen-hidrogen (O–H). Dengan pada Tabel 6. Nilai RF senyawa flavonoid demikian hal ini menunjukkan bahwa menggunakan beberapa pelarut visualisasi hasil uji KLT dengan menggunakan menunjukkan nilai yang bervariasi, nilai beberapa pelarut visualisasi menunjukkan RF ekstrak metanol menggunakan pelarut adanya senyawa golongan flavonoid. visualisasi CeSO 4 dan H 3BO 3 lebih tinggi dibanding nilai RF pada ekstrak air akan Afriyorawan (2013) membuktikan tetapi nilai RF ekstrak metanol bahwa ekstrak metanol daun gamal menggunakan pelarut visualisasi AlCl 3 mengandung senyawa flavonoid yang dan NaOH lebih rendah dibanding nilai mampu mematikan hama kutu putih pada RF pada ekstrak air. Hal ini menunjukkan tanaman pepaya. Berdasarkan hasil bahwa pelarut visualisasi memiliki penelitian Nukmal dkk. (2010) senyawa kemampuan mengidentifikasi yang metabolit sekunder yang terdapat pada berbeda-beda sebagaimana prinsip KLT. ekstrak daun gamal hasil maserasi

Tabel 6. Nilai Retention Factor (RF ) Ekstrak Metanol dan Ekstrak Air Daun Gamal Berdasarkan Hasil KLT Menggunakan Beberapa Pelarut Visualisasi Pelarut Visualisasi Rata-Rata Ekstrak CeSO 4 AlCl 3 NaOH H3BO3 nilai RF Ekstrak Metanol 0.73 0.75 0.68 0.85 0.75 Ekstrak Air 0.63 0.83 0.75 0.63 071

Menurut Soebagio (2002) adsorbsi berikatan dan membentuk ikatan yang adalah penyerapan pada permukaan, sangat kuat sehingga jarak spot atau noda sedangkan partisi adalah penyebaran atau pada plat KLT akan semakin kecil dan kemampuan suatu zat atau senyawa yang nilai RF akan semakin rendah. Dengan ada dalam larutan untuk berpisah dan demikian tingkat kepolaran ekstrak air bergerak keatas tergantung pada plat KLT lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak dan pelarut yang digunakan. Dari hasil metanol. rata-rata nilai RF yang didapat berda- sarkan penggunaan beberapa pelarut Jenis dan Struktur Kimia Kandungan visualisasi rata-rata nilai RF ekstrak air Ekstrak Daun Gamal Kultivar lebih kecil dibanding dengan rata-rata Prigsewu nilai RF pada ekstrak metanol. Menurut Berdasarkan hasil analisis Yazid (2005) makin tinggi nilai RF yang spektroskopis ekstrak metanol daun gamal diperoleh maka makin rendah tingkat Kultivar Pringsewu memiliki spektrum kepolaran dari suatu zat tersebut, karena khas flavonoid ditentukan dengan secara konsep makin tinggi kepolaran dari mengamati dua serapan maksimum yaitu suatu zat, maka fasa diam yang pada rentang 230 nm – 295 nm (Neldawati merupakan senyawa polar akan saling

134 Nukmal dan Andriyani. 2017. Daya Insektisida Ekstrak Polar Serbuk … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 127 – 137

dkk., 2013) dan 300 nm – 550 nm terkonyugasi (–C=C–C=C–) dari senyawa (Siregar, 2010). Ekstrak metanol serbuk aromatik (Silverstein dkk., 1986). daun gamal Kultivar Pringsewu terhadap sinar UV memberikan serapan maksimum Menurut Neldawati dkk. (2013) rentang panjang gelombang 310 nm – pada λ max 265 nm dan 327 nm dalam metanol (Gambar 4). Sedangkan ekstrak 350 nm dan 250 nm - 280 nm termasuk air serbuk daun gamal Kultivar Pringsewu kedalam golongan senyawa flavonoid jenis flavon. Dengan demikian kedua memberikan satu serapan pada λ max 264 nm (Gambar 5). ekstrak polar (metanol dan air) serbuk daun gamal Kultivar Pringsewu mengandung senyawa flavonoid jenis flavon. Menutut Tapas dkk, (2008) karakteristik senyawa flavon hampir sama seperti senyawa flavonoid yaitu memiliki kerangka struktural dasar C6–C3–C6 yang terdiri dari dua cincin aromatik C6 (A dan B) dan cincin heterosiklik (C) (Gambar 6).

Gambar 4. Spektrum UV ekstrak metanol serbuk daun gamal Kultivar Pringsewu

Gambar 6. Struktur senyawa flavon (Tapas dkk., 2008)

Flavon adalah senyawa golongan Gambar 5. Spektrum UV ekstrak air flavonoid terdiri dari kerangka struktural serbuk daun gamal Kultivar 2-fenil-1,4-benzopiron. Dalam struktur Pringsewu kimia, gugus fenil atau cincin fenil adalah salah satu gugus fungsional pada suatu Data spectrum UV menunjukkan rumus kimia. Pada gugus ini, enam atom karateristik serapan untuk senyawa flavon, karbon disusun pada struktur cincin siklik. yaitu pada panjang λ 327 nm max Cincin ini bersifat sangat stabil, dan merupakan khas flavon pada pita I yang merupakan bagian dari kelompok senyawa menunjukkan electron n ‰ π*, hal ini aromatik. Cincin fenil bersifat hidrofobik menunjukkan adanya ikatan rangkap (menolak air) dan hidrokarbon aromatik. terkonyugasi dari gugus karbonil dengan Gugus ini dapat ditemukan di banyak sistem π aromatik (–C=C–C=C–C=O). senyawa organik. Cincin ini diperkirakan Serapan maksimum pada λ max diturunkan dari benzena, (C H ). 264nm/265nm merupakan khas flavonoid 6 6 pada pita II, yang menunjukkan elektron Senyawa bergugus fenil paling n ‰ π* untuk system ikatan rangkap sederhana adalah fenol, C 6H5OH. Sedang- kan benzopiren merupakan senyawa

135 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

organik dengan rumus C 20 H12 hidrokarbon petandra Gartn.) terhadap Imago Hama aromatik polisiklik Benzopiren sendiri Bisul Dadap ( Quadrastichus merupakan senyawa kimia yang bersifat erythrinae Kim. ) Skripsi. Jurusan toksik (Marais dkk., 2006; Kumar dan Biologi FMIPA Universitas lampung Pandey 2013). Bandar Lampung. Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia SIMPULAN Analitik. Universitas Indonesia. Jakarta. Berdasarkan hasil penelitian yang telah Kumar, S. dan A.K. Pandey. 2013. dilakukan dapat disimpulkan bahwa Chemistry and Biological Activities of ekstrak metanol dan estrak air serbuk daun flavonoids: an Overview . The gamal Kultivar Pringsewu memiliki daya Scientific Word Journal. Vol. 2013: 1 – insektisida terhadap hama kutu putih 16. kakao, dengan Nilai LC 0.054% 50,72jam Marais, J.P.J., B. Deavours, R.A. Dixon, dan 0.047%. Estrak air lebih efektif dan D. Ferreira. 2006. The dibandingkan estrak metanol karena Stareochemistry of Flavonoids . The memiliki nilai LC lebih rendah 0.007%. 50 Science of Flavonoids. Springer Kedua estrak ini dapat dijadikan Science. ISBN-10 0-387-28821. insektisida nabati sebagai alternatif United States of America. America. pengganti insektisida sintetik yang yang Hal: 1 – 46. lebih ramah lingkungan. Neldawati, Ratnawulan, dan Gusnedi. UCAPAN TERIMAKASIH 2013. Analisis Nilai Absorbansi Dalam Penentuan Kadar Flavonoid Untuk Ucapan terimakasih disampaikan Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat. kepada DRPM DIKTI, sebagai Pillar of Physics, Vol. 2: 76 – 83. penyandang dana penelitian ini, yang Nukmal, N., E.L. Widiastuti dan E. merupakan bagian dari Skim Penelitian Sumiyani. 2009. Uji Efikasi Ekstrak Berbasis Kopentensi Tahun Anggaran Daun Gamal ( Gliricidia maculata ) 2017. Dengan Nomor Cover: 071/SP2H Terhadap Imago Hama Bisul Dadap /LT/DRPM/IV/2017 dan Nomor Kontrak: (Quadrastichus erythrinae ). Prosiding 582/UN26.21/KU/2017. Mahasiswa dan Seminar Nasional XX dan Kongres semua pihak yang telah ikut terlibat aktif PBI XIV UIN Maliki. Malang, 24 -25 dalam penelitian ini. Juli 2009. Hal: 285 – 291. Nukmal, N., N. Utami dan G.D. Pratami. DAFTAR PUSTAKA Isolasi Senyawa Flavonoid Dari Afriyorawan. 2013. Karakterisasi Ekstrak Air Serbuk Daun Gamal Senyawa Flavonoid Hasil Isolasi (Gliricidia maculata ) dan Uji Ekstrak Metanol Daun Gamal Toksisitasnya Terhadap Hama Kutu (Gliricidia maculata ). Skripsi. Jurusan Putih Pepaya ( Paracoccus Kimia FMIPA. Universitas Lampung. marginatus ). Prosiding Penelitian Bandar Lampung. Hibah Strategi Unila. Universitas Elevitch, C.R. dan J.K. Francis. 2006. Lampung. Lampung. Gliricidia sepium (gliricidia), Nukmal, N., N. Utami dan Suprapto. Fabaceae (Legume Family). Spesies 2010. Skrining Potensi Daun Gamal Profiles For Pasific Island (Gliricidia maculata Hbr.) sebagai Agroforestry. www.traditionaltree.org Insektisida Nabati. Laporan Penelitian (Diakses pada 7 Mei 2015). Hibah Strategi Unila . Universitas Intansari, V. 2008. Efek Ekstrak Daun Lampung. Lampung. Gamal ( Gliricidia maculata Hbr.) dan Prijono, D. 2005. Pemanfaatan dan Estrak Air Daun Kapuk Randu ( Ceiba Pengembangan Pestisida Nabati.

136 Nukmal dan Andriyani. 2017. Daya Insektisida Ekstrak Polar Serbuk … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 127 – 137

Makalah Seminar Ilmiah. Jurusan Soebagio. 2002. Kimia Analitik. Proteksi Tanaman. Fakultas Pertanian. Universitas Negeri Makassar Fakultas Universitas Lampung. Lampung. MIPA. Makassar. Raini, M. 2007. Toksikologi Pestisida dan Sumarno, E. 2015. Jenis–jenis Serangga Penanganan Akibat Keracunan Hama Berdasarkan Tingkat Kerusakan Pestisida. Media Litbang Kesehatan, yang di Timbulkan. Tugas Vol. 17 (3): 10 – 18. Perlindungan Hutan. Manajemen Retno, H.A. 2009. Uji Sitotoksik Ekstrak Hutan. Fakultas Kehutanan dan Ilmu Patroleum Eter Herba Bandotan Lingkungan. Universitas Halu Oleo. (Ageratum conyzoides L.) terhadap Sel Kendari. T47d dan Profil Kromatografi Lapis Tapas, A.R., Sakarkar, D.M. dan R.B. Tipis. Skripsi. Fakultas Farmasi. Kakde. 2008. Flavonoids as Universitas Muhammadiyah Surakarta. Nutraceuticals . Tropical Journal of Silverstein, R.M., G.C. Bassler dan T.C. Pharmaceutical Research (3): 1089- Morril. 1986. Penyidikan 1099. Faculty of Pharmacy, University Spketrometrik Senyawa Organik. of Benin-Nigeria. Terjemahan. Hartono, A.J. dan A.V. Wijaya, S.Y. 2007. Kolonisasi Semut Purba. Erlangga. Jakarta. Hitam (Dolichoderus thoracicus Siregar, R.H. 2010. Isolasi Senyawa Smith .) pada Tanaman Kakao Flafonoid dari Estrak Metanol Daun (Theobroma cacao L.) dengan Gamal ( Gliricidia maculata ) dan Uji Pemberian Pakan Alternatif. Skripsi. Sebagai Insektisida Nabati Terhadap Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Kutu Putih Tanaman Pepaya Yazid, E. 2005. Kimia Fisika untuk (Paracoccus marginatus ). Skripsi. Paramedis. Andi. Yogyakarta. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung.

137

PENGARUH PERLAKUAN SITOKININ TERHADAP PERTUMBUHAN IN VITRO TALAS DIPLOID PONTIANAK DAN TALAS TRIPLOID BOLANG HITAM Aida Wulansari*, Dyah Retno Wulandari, Laela Sari dan Tri Muji Ermayanti Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI Jalan Raya Bogor Km 46, Cibinong *E-mail: [email protected] Diterima: 07/11/2017 Direvisi: 4/12/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK Keragaman genetik talas (Colocasia esculenta L. (Schott.)) Indonesia salah satunya ditunjukkan oleh tingkat ploidinya yang beragam diantaranya diploid dan triploid. Talas Pontianak merupakan talas diploid yang memiliki keunggulan rasa enak dan umbi besar, sedangkan talas Bolang Hitam termasuk talas triploid yang memiliki umbi besar dan terdapat bercak atau garis berwarna hitam. Penggunaan teknik kultur jaringan dalam penyediaan bibit bermutu dan bebas penyakit diperlukan untuk produksi bibit, konservasi maupun pemuliaan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan sitokinin (kinetin dan BAP) terhadap pertumbuhan in vitro talas diploid Pontianak dan talas triploid Bolang Hitam. Konfirmasi tingkat ploidi dilakukan dengan menggunakan flowsitometer, sedangkan perbanyakan tunas dilakukan dengan perlakuan kinetin konsentrasi 0; 0.5; 1; 2; dan 4 mg.L -1. Sebagai pembanding adalah media perbanyakan tunas talas terbaik dari penelitian sebelumnya yaitu BAP 2 mg.L -1 + tiamin 1 mg.L -1 + adenin 2 mg.L -1. Pengamatan dilakukan setiap minggu terhadap jumlah tunas anakan, panjang petiol, jumlah daun dan jumlah akar. Aklimatisasi planlet dilakukan pada media campuran tanah, cocopeat dan sekam bakar dengan perbandingan 2:1:1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan talas Pontianak pada media perlakuan kinetin 2 mg.L -1 menghasilkan rata-rata jumlah tunas anakan terbanyak. Perlakuan kinetin 0.5; 1 mg.L -1; dan MS0 menghasilkan petiol lebih panjang, jumlah daun dan akar lebih banyak dibandingkan perlakuan lainnya. Talas Bolang Hitam tidak membentuk anakan pada semua perlakuan kinetin. Perlakuan kinetin 0.5 dan 1 mg.L -1 menghasilkan petiol lebih panjang dibandingkan perlakuan lainnya. Rata-rata jumlah daun pada semua perlakuan berkisar antara 3.17 – 4.50 sedangkan rata-rata jumlah akar tertinggi diperoleh pada perlakuan kinetin 0.5 mg.L-1. Perlakuan BAP 2 mg.L -1 + tiamin 1 mg.L -1 + adenin 2 mg.L -1 meningkatkan pertumbuhan talas diploid maupun triploid. Pengamatan aklimatisasi sampai umur 4 minggu menunjukkan persentase hidup planlet talas Pontianak sebesar 6.67%, sedangkan pada talas Bolang Hitam semua planlet masih bertahan hidup. Kata kunci: BAP (Benzyl Amino Purine), diploid, flowsitometer, kinetin, triploid EFFECT OF CYTOKININ TREATMENTS ON IN VITRO GROWTH OF DIPLOID TARO CV. PONTIANAK AND TRIPLOID TARO CV. BOLANG HITAM ABSTRACT Genetic diversity of Indonesian taro (Colocasia esculenta L. (Schott.)) can be recognized by diversity of ploidy levels such as diploid and triploid plants. Taro cultivar

138 Wulansari et al. 2017. Pengaruh Perlakuan Sitokinin terhadap Pertumbuhan In Vitro … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal :138 – 146

Pontianak is diploid having good taste and big corm. Taro cultivar Bolang Hitam is triploid having big corm too and black spots or stripes on its corm. The use of tissue culture technique is important to produce qualified and diseases-free seedlings useful for conservation and breeding. The research was aimed to investigate the effects of cytokinin (kinetin and BAP) on in vitro growth of diploid taro (cv. Pontianak) and triploid taro (cv. Bolang Hitam). Confirmation of the ploidy level was done by flowcytometer. Experiment of shoot multiplication was performed by kinetin at 0; 0.5; 1; 2; and 4 mg.L -1. As a comparison was the best taro shoot multiplication medium from previous research BAP 2 mg.L -1 + thiamine 1 mg.L -1 + adenine 2 mg.L -1. Observation was recorded weekly on the number of shoots, petiole length, number of leaves and roots. The plantlet acclimatization was done on soil, coco peat and husk with 2:1:1 ratio. The results showed that growth of taro Pontianak on 2 mg.L -1 kinetin had the highest number of shoots. Whereas, on 0.5; 1 mg.L -1 kinetin; and MS0 had longer petiole, more leaves and roots than other treatments. Taro cv. Bolang Hitam did not form shoots on all kinetin concentrations. Kinetin at 0.5 and 1 mg.L -1 gave longer petiole grown on all kinetin treatments. The average number of leaves at all treatments ranged from 3.17 to 4.50 while the highest average root count was obtained on the kinetin 0.5 mg.L -1 treatment. Treatment with BAP 2 mg.L -1 + thiamine 1 mg.L -1 + adenine 2 mg.L -1 increased growth of diploid or triploid taro. Acclimatization until 4 weeks old showed the percentage of survival plantlet cultivar Pontianak was 6.67%, while on cultivar Bolang Hitam all plantlet still survive. Keywords: BAP (Benzyl Amino Purine), diploid, flowcytometer, kinetin, triploid

PENDAHULUAN Kegiatan eksplorasi Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI sejak tahun 2002 Indonesia merupakan salah satu pusat menghasilkan 710 contoh talas yang telah utama keanekaragaman hayati dunia. dikumpulkan dari Jawa, Bali, Sulawesi Selain karena jumlahnya yang melimpah, dan Lampung. Sebanyak 180 morfotipe sumber daya hayati tersebut telah talas telah berhasil diinventarisasi dan dimanfaatkan dan dibudidayakan secara diidentifikasi. Seleksi yang telah turun temurun. Salah satu jenisnya adalah dilakukan menghasilkan 50 contoh talas tanaman sumber pangan seperti talas yang potensial dan dikoleksi di kebun (Colocasia esculenta L. (Schott.)) yang plasma nutfah (Prana & Kuswara, 2002). termasuk tanaman asli tropika. Sebagai Hasil seleksi tersebut dapat digunakan bagian dari kawasan yang menjadi pusat sebagai material dalam pengembangan asal talas dan sekaligus pusat budidaya, tanaman talas. Pemuliaan talas secara Indonesia memiliki keragaman talas yang konvensional terkendala oleh sulitnya luar biasa banyaknya. Keragaman genetik pembungaan yang banyak dipengaruhi talas Indonesia salah satunya ditunjukkan oleh faktor lingkungan seperti suhu oleh tingkat ploidinya yang beragam. (Ivancic et al., 2008). Salah satu strategi Sebagian besar aksesi talas merupakan untuk mengatasi kendala tersebut melalui talas diploid. Namun, terdapat pula aksesi pemuliaan secara in vitro . Teknik in vitro talas triploid sebagai contoh adalah talas yang dikombinasikan dengan induksi Jepang atau talas Satoimo. Talas yang mutasi iradiasi sinar Gamma telah tumbuh di daerah tropis umumnya dilakukan pada talas Satoimo untuk memiliki jumlah kromosom diploid 2n = mendapatkan kandidat mutan dengan 2x = 28 dan triploid 2n = 3x = 42 (Coates pertumbuhan yang lebih baik (Martin et et al , 1988). al ., 2013). Teknik in vitro lainnya seperti teknik fusi protoplas (Martin et al ., 2016)

139 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

dan induksi poliploid menggunakan puncak pada channel 300. Rata-rata orizalin (Wulansari et al , 2016) juga telah kandungan DNA ( mean ) dan coefficient of dilakukan untuk mendapatkan talas hibrid variation (CV) dari tiap-tiap sampel pada yang tinggi produktivitasnya. setiap puncak diamati dan dibandingkan dengan tanaman kontrol (diploid), dan Ketersediaan plasma nutfah hasil ditentukan tingkat ploidinya sesuai dengan eksplorasi dan penelitian di kebun secara kelipatan rata-rata jumlah kandungan ex situ memerlukan banyak ruang, waktu DNA. Penelitian ini menggunakan talas dan tenaga. Konservasi in vitro dapat Bentul sebagai standar diploid untuk menjadi altenatif penyimpanan plasma mengkonfirmasi tingkat ploidi beberapa nutfah baik untuk jangka pendek, koleksi talas yang belum diketahui tingkat menengah maupun panjang yang lebih ploidinya. Kontrol tanaman diploid efektif dan efisien. Beberapa penelitian (Bentul) dikalibrasi pada channel 200 tentang konservasi talas telah dikerjakan sedangkan tanaman triploid pada channel antara lain melalui metode pertumbuhan 300. lambat dengan perlakuan konsentrasi sukrosa dan suhu rendah 14 oC (Wulansari Eksplan yang digunakan adalah tunas et al ,2013), perlakuan konsentrasi manitol in vitro talas Pontianak dan Bolang Hitam (Noorrohmah et al, 2015) serta perlakuan yang berumur 1 bulan. Tunas tersebut asam absisat pada suhu rendah dan suhu dihilangkan daun dan pelepahnya yang ruang (Noorrohmah et al , 2016). Sebelum berwana kuning sampai berukuran 0.5 cm. kegiatan konservasi in vitro perlu Kedua jenis talas tersebut berasal dari diketahui media yang optimal untuk koleksi talas Laboratorium Biak Sel dan perbanyakan dan regenerasinya. Media Jaringan Tanaman Pusat Penelitian optimal untuk perbanyakan talas diploid Bioteknologi LIPI. telah diperoleh dari penelitian sebelumnya yaitu media MS yang ditambahkan BAP Media dasar yang digunakan adalah -1 media Murashige & Skoog (MS). Media (Benzyl Amino Purine) 2 mg.L , tiamin -1 1 mg.L -1 dan adenin 2 mg.L -1(Wulansari mengandung gula (30 g.L ), pH media diatur 5.8 dan dipadatkan dengan agar et al , 2013). Namun, belum diperoleh -1 media perbanyakan terbaik untuk talas (3 g.L ). Perlakuan sitokinin untuk poliploid seperti triploid atau tetraploid. perbanyakan tunas menggunakan kinetin dengan konsentrasi 0; 0.5; 1; 2; dan Pengaruh jenis sitokinin yang lain seperti -1 kinetin juga belum pernah dikaji terhadap 4 mg.L . Sebagai pembanding adalah talas poliploid. Penelitian ini bertujuan media perbanyakan tunas talas terbaik dari penelitian sebelumnya yaitu BAP 2 mg.L -1 untuk mengetahui pengaruh perlakuan -1 -1 sitokinin (kinetin dan BAP) terhadap + tiamin 1 mg.L + adenin 2 mg.L pertumbuhan in vitro talas diploid (Wulansari et al , 2013). Setiap perlakuan Pontianak dan talas triploid Bolang Hitam. diulang 3 kali (botol) dan setiap ulangan berisi 3 tunas. METODE Tunas dipelihara di dalam ruang Sebelum perlakuan sitokinin, dilakukan inkubasi pada suhu 25 – 26 oC dengan konfirmasi tingkat ploidi menggunakan pencahayaan kontinu. Pengamatan flowsitometer Cyflow® Space Partec, dilakukan setiap minggu mulai minggu Germany. Daun tanaman diploid ke-0 sampai minggu ke-6. Parameter digunakan sebagai standar. Jumlah DNA pertumbuhan yang diamati adalah jumlah pada inti sel sampel kontrol tanaman tunas anakan, panjang petiol, jumlah daun diploid dikalibrasi sehingga mendapatkan dan jumlah akar. puncak spektrum pada channel 200 sedangkan tanaman triploid menunjukkan

140 Wulansari et al. 2017. Pengaruh Perlakuan Sitokinin terhadap Pertumbuhan In Vitro … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal :138 – 146

Aklimatisasi planlet dilakukan pada HASIL DAN PEMBAHASAN media campuran tanah, cocopeat dan sekam bakar dengan perbandingan 2:1:1. Beberapa kultivar talas antara lain Media aklimatisasi kemudian dimasukkan Bentul, Bogor, Kaliurang, dan lain-lain ke dalam pot plastik kecil. Pot yang telah telah dikonfirmasi tingkat ploidinya berisi planlet tersebut kemudian adalah diploid (Lebot et al. 2004). Hasil disungkup dengan menggunakan plastik analisis menunjukkan bahwa talas transparan dan diletakkan di tempat teduh Pontianak termasuk tanaman diploid selama dua minggu. Pengamatan karena menunjukkan puncak pada channel dilakukan setiap hari untuk mengetahui 200, sedangkan talas Bolang Hitam jumlah planlet yang hidup dan yang mati. termasuk triploid karena menunjukkan puncak pada channel 300 (Gambar 1).

B A

Gambar 1. Histogram flowsitometer talas diploid Pontianak (A) dan talas triploid Bolang Hitam (B). Pengamatan sampai umur kultur 4 (Gambar 2) dan kultivar talas triploid minggu setelah tanam (MST) menunjuk- Bolang Hitam (Gambar 3). Pertumbuhan kan perbedaan respon pertumbuhan antara terus diamati sampai dengan 6 minggu perlakuan kinetin dan perlakuan BAP untuk diambil data pertumbuhannya. pada kultivar talas diploid Pontianak

Gambar 2. Kultur in vitro talas Pontianak umur 4 MST (A) MS0 (C) Kin 1 mg.L -1 (E) Kin 4 mg.L -1 (B) Kin 0.5 mg.L -1 (D) Kin 2 mg.L -1 (F) BAP 2 mg.L -1+Tiamin 1 mg.L -1+Adenin 2 mg.L -1

Pengamatan terhadap talas Pontianak 0.5 mg.L -1, tunas anakan tidak terinduksi pada parameter jumlah tunas anakan umur sampai pengamatan berakhir. Pada 1 – 6 minggu menunjukkan bahwa konsentrasi kinetin 1, 2 dan 4 mg.L -1 rata- perlakuan kinetin cenderung lebih sedikit rata jumlah tunas anakan mulai meningkat menghasilkan anakan dibandingkan pada minggu ke-3 dan tidak ada perlakuan BAP. Pada konsentrasi kinetin penambahan jumlah pada minggu-minggu

141 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

berikutnya (Gambar 4A). Hasil uji lanjut 2 mg.L -1 menghasilkan rata-rata jumlah DMRT terhadap rata-rata jumlah tunas anakan tertinggi dibandingkan perlakuan anakan pada minggu ke-6 menunjukkan kinetin yang lainnya yaitu 0.83 anakan per perlakuan kinetin berbeda nyata dengan tunas, namun lebih rendah dibandingkan perlakuan BAP. Perlakuan kinetin dengan perlakuan BAP (Tabel 1).

Gambar 3. Pertumbuhan talas Bolang Hitam umur 4 MST (A) MS0 (C) Kin 1 mg.L -1 (E) Kin 4 mg.L -1 (B) Kin 0.5 mg.L -1 (D) Kin 2 mg.L -1 (F) BAP 2 mg.L -1+Tiamin 1 mg.L -1+Adenin 2 mg.L -1

A B

C D

Gambar 4. Grafik pertumbuhan talas Pontianak pada media perlakuan Kinetin dan BAP. (A) Jumlah tunas; (B) Panjang petiol; (C) Jumlah daun; dan (D) Jumlah akar

Tabel 1. Hasil Analisis Ragam Pertumbuhan In Vitro Talas Diploid Pontianak Umur 6 MST Jumlah Tunas Panjang Jumlah Jumlah Media Anakan Petiol (cm) Daun Akar MS0 0.33 ab 8.58 c 3.67 b 15.17 e Kinetin 0.5 mg L -1 0.00 a 9.08 c 4.00 b 12.33 d Kinetin 1 mg L -1 0.50 ab 9.42 c 3.50 b 15.00 e Kinetin 2 mg L -1 0.83 b 3.42 b 2.83 a 10.00 c Kinetin 4 mg L -1 0.50 ab 1.92 a 2.50 a 5.17 b BAP 2 mg L -1+Tiamin 1 mg L -1+Adenin 2 mg L -1 1.83 c 2.17 ab 2.33 a 2.17 a Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT

142 Wulansari et al. 2017. Pengaruh Perlakuan Sitokinin terhadap Pertumbuhan In Vitro … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal :138 – 146

Pada talas Bolang Hitam, semua nyata antara perlakuan kinetin 0.5 dan perlakuan kinetin tidak menghasilkan 1 mg.L -1 dengan kinetin 2 dan 4 mg.L -1 anakan sampai pengamatan minggu ke-6. serta perlakuan BAP (Tabel 1).

Anakan hanya dihasilkan oleh perlakuan -1 BAP dengan rata-rata 2 anakan per tunas Penambahan kinetin 0.5 dan 1 mg.L pada 6 MST (Tabel 2). pada talas Bolang Hitam meningkatkan panjang petiol dan meningkat terus dari Pengamatan panjang petiol talas minggu ke-0 sampai minggu ke-6, Pontianak pada media MS0, kinetin 0.5 sedangkan perlakuan kinetin 2 dan dan 1 mg.L -1 meningkat tajam pada 4 mg.L -1 serta perlakuan BAP meningkat minggu ke-4, ke-5 dan ke-6. Namun pada pada minggu ke-1 namun pada minggu- perlakuan kinetin 2 dan 4 mg.L -1 serta minggu berikutnya tetap (Gambar 5.A). perlakuan BAP, panjang petiol tidak Hasil uji lanjut DMRT terhadap rata-rata banyak meningkat dari minggu ke-0 panjang petiol minggu ke-6 berbeda nyata sampai minggu ke-6 (Gambar 4.B). Hasil antara perlakuan kinetin 0.5 dan 1 mg.L -1 uji lanjut DMRT terhadap rata-rata dengan kinetin 2 dan 4 mg.L -1 serta panjang petiol pada minggu ke-6 berbeda perlakuan BAP (Tabel 2).

Tabel 2. Hasil Analisis Ragam Pertumbuhan In Vitro Talas Triploid Bolang Hitam Umur 6 MST Jumlah Tunas Panjang Jumlah Jumlah Media Anakan Petiol (cm) Daun Akar MS0 0.00 a 2.92 ab 3.17 a 4.50 bc Kinetin 0.5 mg L -1 0.00 a 5.33 c 4.00 ab 11.00 d Kinetin 1 mg L -1 0.00 a 5.95 c 4.50 b 6.17 c Kinetin 2 mg L -1 0.00 a 3.50 b 4.00 ab 7.33 c Kinetin 4 mg L -1 0.00 a 1.33 a 4.00 ab 2.33 ab BAP 2 mg L -1+Tiamin 1 mg L -1+Adenin 2 mg L -1 2.00 b 2.50 ab 3.00 a 0.00 a Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT

Perlakuan kinetin memberikan pola Pengamatan jumlah daun talas triploid respon pertumbuhan yang mirip pada Bolang Hitam pada semua perlakuan parameter jumlah daun dan jumlah akar kinetin menunjukkan peningkatan mulai pada talas Pontianak. Semakin meningkat minggu pertama sampai akhir pengamatan konsentrasi kinetin maka semakin (minggu ke-6). Sedangkan perlakuan BAP meningkat pula jumlah daun dan akar. dan MS0 rata-rata jumlah daun sedikit Sedangkan perlakuan BAP menunjukkan bertambah mulai minggu ke-4 sampai rata-rata lebih rendah dibandingkan minggu ke-6 (Gambar 5B.). Hasil uji dengan semua perlakuan kinetin mulai lanjut DMRT terhadap rata-rata jumlah minggu ke-0 sampai minggu ke-6 daun umur 6 MST menunjukkan (Gambar 4.C dan 4.D). Hasil uji lanjut perlakuan kinetin 1 mg.L -1 berbeda nyata DMRT terhadap rata-rata jumlah daun dengan perlakuan lain termasuk MS0 dan pada minggu ke-6 berbeda nyata antara memiliki rata-rata jumlah daun tertinggi jumlah daun pada MS0, perlakuan kinetin (Tabel 2.). 0.5 dan 1 mg.L -1 dengan perlakuan kinetin 2 dan 4 mg.L -1 serta perlakuan BAP Jumlah akar talas Bolang Hitam (Tabel 1). Hasil uji lanjut DMRT terhadap menunjukkan respon semakin tinggi rata-rata jumlah akar minggu ke-6 konsentrasi kinetin maka semakin sedikit menunjukkan bahwa semua perlakuan jumlah akarnya. Pada perlakuan BAP, berbeda nyata kecuali pada MS0 dan akar tidak terbentuk sampai akhir perlakuan kinetin 1 mg.L -1 (Tabel 1). pengamatan yaitu minggu ke-6

143 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

(Gambar 5C). Hasil uji DMRT terhadap Perbedaan respon pertumbuhan sebagai rata-rata jumlah akar umur 6 MST akibat tipe sitokinin yang berbeda pada menunjukkan perlakuan kinetin 0.5 mg.L -1 talas diploid Pontianak maupun triploid berbeda nyata dengan semua perlakuan Bolang Hitam juga ditunjukkan pada termasuk MS0 dan memiliki rata-rata tanaman dari spesies Allium (Tubic et al jumlah akar tertinggi (Tabel 2). 2016). Kemampuan yang berbeda dalam menginduksi tunas pada tipe sitokinin yang berbeda dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat stabilitasnya, mobilitasnya, kecepatan konjugasinya serta tingkat oksidasinya. Pada banyak tanaman, BAP memiliki kemampuan untuk induksi tunas anakan lebih tinggi dibandingkan tipe sitokinin yang lain A seperti kinetin dan 2-ip, karena BAP tidak mudah rusak dan lebih stabil dalam media sehingga jumlah yang tersedia dalam media lebih banyak dibandingkan tipe sitokinin yang lainnya (Buah et al 2010). Penambahan BAP pada media untuk mikropropagasi talas telah banyak digunakan seperti pada kultur meristem talas diploid lokal Taiwan (Ko et al 2008) dan talas diploid lokal India (Nath et al 2012) yang menggunakan BAP sampai B -1 konsentrasi 5 mg.L dan dikombinasikan dengan auksin seperti IAA dan NAA. Pada talas triploid jenis yang lain seperti Satoimo, penambahan BAP 2 mg.L -1 mampu menghasilkan jumlah tunas anakan tertinggi (Maretta et al 2016). Penambahan sitokinin jenis lain seperti Thidiazuron sebesar 1 mg.L -1 pada mikropropagasi Satoimo juga menghasilkan banyak tunas anakan C (Hutami et al 2013). Pengamatan minggu ke-4 setelah

aklimatisasi terhadap planlet kultivar Pontianak menunjukkan persentase

Gambar 5. Pertumbuhan talas Bolang kematian sebesar 6.67%. Pada kultivar Hitam pada media perlakuan Bolang Hitam semua planlet mampu Kinetin dan BAP. bertahan hidup. Morfologi kultivar (A) Panjang petiol; Pontianak dan kultivar Bolang Hitam (B) Jumlah daun; dan umur 2 dan 4 minggu setelah aklimatisasi (C) Jumlah akar menunjukkan pertumbuhan yang normal (Gambar 6 dan 7).

144 Wulansari et al. 2017. Pengaruh Perlakuan Sitokinin terhadap Pertumbuhan In Vitro … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal :138 – 146

A B UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Andri F. Martin dan Erwin Al- Hafiizh untuk analisis ploidi menggunakan flowsitometer. Meta Irliyanti dan Hoerudin atas bantuannya dalam pembuatan media, pemeliharaan kultur in vitro dan pemeliharaan tanaman di Rumah Kaca. Penelitian ini didanai oleh DIPA 2017. Gambar 6. Morfologi Planlet Kultivar Pontianak. (A) Umur 2 DAFTAR PUSTAKA minggu setalah aklimatisasi; Buah, J.N., E. Danso, K.J. Taah, E.A (B) Umur 4 minggu setelah Abole, E. A. Bediako, J. Asiedu dan R. aklimatisasi Baidoo. 2010. The Effects of Different Concentrations Cytokinins on the In A B Vitro Multiplication of Plantain (Musa sp.). Biotechnology, Vol 9 (3): 1 – 5. Coates, D.J., D.E. Yen dan P.M. Gaffey. 1988. Chromosome Variation in Taro , Colocasia esculenta : Implications for Origin in the Pacific . Cytologia, Vol. 53 (3):551-560. Hutami, S., dan R. Purnamaningsih. 2013. Shoot Multiplication of Taro (Colocasia esculenta var. antiquorum ) Through in Vitro Culture . Proceeding th Gambar 7. Morfologi Planlet Kultivar of The 4 International Conference on Bolang Hitam. (A) Umur 2 Green Technology. Malang, minggu setalah aklimatisasi; 6 September 2013. Hal: 34 – 40. Ivancic, A., O. Roupsard, J.Q. Garcia, M. (B) Umur 4 minggu setelah Melteras, T. Molisale, S. Tara dan V. aklimatisasi Lebot. 2008. Thermogenesis and SIMPULAN Flowering Biology of Colocasia gigantea, Araceae . J Plant Res, Vol. Media MS yang mengandung 121 (1): 73 – 82. konsentrasi dan jenis sitokinin berbeda Ko, C.Y., J.P. Kung dan R. McDonald. menyebabkan pertumbuhan yang berbeda 2008. In Vitro Micropropagation of pula pada talas diploid (Pontianak) dan White Dasheen (Colocasia esculenta). triploid (Bolang hitam). Perlakuan kinetin African Journal of Biotechnology, meningkatkan panjang petiol, jumlah daun Vol. 7 (1): 041-043. dan jumlah akar pada kultivar Pontianak Lebot, V., M.S. Prana, N. Kreike, H. van dan kultivar Bolang Hitam, sedangkan Heck, J. Pardales, T. Okpul, T. perlakuan BAP meningkatkan jumlah Genuda, M. Thongjiem, H. Hue, N. tunas anakan pada kultivar Pontianak dan Viet dan T.C. Yap. 2004. kultivar Bolang Hitam. Characterisation of Taro (Colocasia esculenta (L.) Schott) Genetic Resources in Southeast Asia and

145 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Oceania . Genetic Resources and Crop Unggulan LIPI Bidang Pangan Nabati, Evolution, Vol. 51 (4): 381 – 392. Bioresources LIPI EXPO. Bogor, 25 Maretta, D., D.P. Handayani, H. September 2014. Hal: 367 – 379. Rosdayanti dan A. Tanjung. 2016. Noorrohmah, S., A. Wulansari, A.F. Multiplikasi Tunas dan Induksi Umbi Martin, T.M. Ermayanti. 2016. Mikro Satoimo ( Colocasia Preservasi Tiga Kultivar Talas esculenta (L.) Schott.) pada Beberapa (Colocasia esculenta L. Schott.) secara Konsentrasi Sukrosa dan In Vitro dengan Perlakuan Asam Benzilaminopurin. Jurnal Bioteknologi Absisat pada Suhu Rendah dan Suhu dan Biosains Indonesia, Vol. 3 (2): 81 Ruang. Seminar Nasional Bioteknologi – 88. III. UGM 2015. Yogyakarta, 31 Martin, A.F., A. Wulansari, B.W. Hapsari Oktober 2015. Hal: 326 – 349. dan T.M. Ermayanti. 2016. Isolasi, Prana, M.S. dan T. Koswara. 2002. Budi Purifikasi dan Kultur Protoplas Mesofil Daya Talas, Diversifikasi untuk Daun Talas ( Colocasia esculenta L. Menunjang Ketahanan Pangan (Schott)). Seminar Nasional Nasional, Medikom Pustaka Mandiri, Bioteknologi III. UGM. Yogyakarta, Indonesia. Medikom Pustaka. Mandiri. 31 Oktober 2015. Hal: 1 – 17. Bogor. Martin, A.F., B.W. Hapsari dan T.M. Tubic, L., J. Savic, N. Mitic, J. Milojevic, Ermayanti. 2013. Penentuan Klaster D. Janosevic, S. Budimir dan S.Z. Berdasarkan Pertumbuhan Tunas In Korac. 2016. Cytokinins Differentially Vitro Talas Satoimo ( Colocasia Affect Regeneration, Plant Growth and esculenta L.(Schott)) Hasil Iradiasi Antioxidative Enzymes Activity in Sinar Gamma. Prosiding Seminar Chive (Allium schoenoprasum L.) . Nasional XXIII “Kimia dalam Industri Plant Cell Tissue Organ Culture, dan Lingkungan”. Yogyakarta, 13 Vol. 124 (1): 1 – 14. November 2013. Hal: 111 – 116. Wulansari, A., A.F. Martin, D.E. Rantau, Nath, V.S., M.S. Sankar, V.M. Hedge, dan T.M. Ermayanti. 2013. M.L. Jeeva, R.S. Misra dan S.S. Veena. Perbanyakan Beberapa Aksesi Talas 2012. A Simple and Efficient Protocol (Colocasia esculenta L.) Diploid secara for Rapid Regeneration and Kultur Jaringan dan Konservasinya Propagation of Taro (Colocasia Mendukung Diversifikasi Pangan. esculenta (L.) Schott.) In Vitro from Prosiding Seminar Nasional Riset Apical Meristems . International Journal Pangan, Obat-obatan dan Lingkungan of Plant Developmental Biology, Vol. untuk Kesehatan. Bogor, 27 – 28 Juni 6 (1): 64 – 66. 2013. Hal: 11 – 20. Noorrohmah, N., T.M. Ermayanti. 2015. Wulansari, A., A.F. Martin, T.M. Perbanyakan Tiga Kultivar Talas Ermayanti. 2016. Induksi Tanaman Indonesia ( Colocasia esculenta L. Poliploid Talas (Colocasia esculenta Schott.) secara In Vitro dengan L. (Schott)) dengan Perlakuan Orizalin Perlakuan BAP dan Konservasinya secara In Vitro . Jurnal Biologi dengan Perlakuan Manitol. Prosiding Indonesia, Vol. 12 (2): 165 – 173. Seminar dan Ekpose Hasil Penelitian

146

ANALISIS PENDAPATAN PENGRAJIN ANYAMAN TIKAR PURUN DI DESA TANJUNG ATAP KECAMATAN TANJUNG BATU KABUPATEN OGAN ILIR Eka Mulyana*, Elly Rosana dan Dewi Paramita Agribisnis, Universitas Sriwijaya Jl.Palembang-Prabumulih KM.32 Ogan Ilir, Sumatra Selatan *E-mail: [email protected] Diterima: 15/10/2017 Direvisi: 22/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan: (1) memberikan informasi bagaimana proses pembuatan anyaman tikar purun dan (2) menganalisis pendapatan para pengrajin tikar purun di Desa Tanjung Atap, Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan langsung dilapangan dengan cara survei dan wawancara langsung dilapangan dengan petani contoh menggunakan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan. Data sekunder didapat dari berbagai lembaga dan instansi yang berkaitan dengan penelitian ini dan literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Penarikan contoh di Desa Tanjung Atap Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir dilakukan secara sederhana ( Simple Random Sampling ). Data yang diperoleh dari hasil survei dilapangan akan dikumpulkan dan diolah secara sistematis dan selanjutnya akan dianalisa secara deskriptif. Produksi anyaman tikar purun sebanyak 100 helai/tahun dengan harga jual rata-rata adalah Rp. 25.000 per helai sehingga rata-rata penerimaan yang didapat selama satu tahun sebesar Rp. 2.500.000 per tahun. Rata-rata biaya variabel dan biaya tetap sebesar Rp. 269.667 dan Rp. 64.111, sehingga petani mendapatkan pendapatan bersih dari usahatani sebesar Rp. 2.166.222 per tahun. Kata kunci: Ayaman purun, pendapatan, proses pembuatan ANALYSIS OF CRAFTSMAN OF MATS WOVEN PURUN IN TANJUNG ATAP VILLAGE, TANJUNG BATU SUBDISTRICT OGAN ILIR DISTRICT ABSTRACT The objectives of this research are: (1) to give information about the process of making mat woven purun and (2) to analyze the income of the craftsmen of purun mat in Tanjung Atap Village, Ogan Ilir Regency South Sumatera. Data collected in this research are primary data and secondary data. Primary data obtained directly in the field by way of direct survey and field interviews with sample farmers using a list of questions that have been prepared. Secondary data are obtained from various institutions and agencies relating to this study and the literature relating to this research. Sampling in Tanjung Atap Village, Tanjung Batu Subdistrict, Ogan Ilir Regency is done by simple (Simple Random Sampling). Data obtained from the field survey results will be collected and processed systematically and will then be analyzed descriptively. Production of woven purun mat as much as 100 pieces per year with average selling price is Rp. 25.000 per piece so that the average revenue earned during one year amounted to Rp. 2.500.000 per year. With an average variable cost and a flat

147 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” fee of Rp. 269.667 and Rp. 64.111 so that farmers get net income from farming of Rp. 2.166.222 per year. Keywords: Making process, revenue, woven purun mat

PENDAHULUAN hal kehalusan, kekasaran dan tebal tipisnya anyaman, pewarnaan dan motif- Indonesia adalah negara yang kaya motif yang digunakan. Selain berbagai akan khasanah budaya yang berasal dari peralatan rumah tangga, peralatan beragam adat-istiadat dan suku bangsa, peternakan dan pertanian, benda-benda sehingga dapat melahirkan berbagai atau barang-barang anyaman juga dapat macam seni salah satunya adalah seni digunakan sebagai hiasan dinding rumah kerajinan. Kerajinan adalah hasil budaya dan sebagainya. Salah satu daerah yang Indonesia yang telah ada sejak zaman terkenal sebagai daerah pengrajin nenek moyang. Pada awalnya kerajinan anyaman tikar purun adalah Kabupaten timbul dari dorongan manusia itu sendiri, Ogan Ilir Sumatera Selatan. dengan membuat alat-alat kebutuhan sehari-hari seperti alat berburu, pakaian, Kabupaten Ogan Ilir (OI) memang dan alat rumah tangga. Perkembangan terkenal sebagai daerah pengrajin. Tak masyarakat menyebabkan produk Cuma pengrajin kayu, batu, emas, besi kerajinan mulai dibutuhkan, hal ini terlihat atau pun alumunium, sebagian masyarakat dari terjadinya pertukaran benda atau di OI juga ada yang mendapat penghasilan barter (Ria, 2012). dari tanaman purun. Salah satu kelompok pengrajin yang mengolah purun menjadi Kerajinan anyaman adalah hasil barang bernilai ekonomis adalah di Desa kegiatan membuat suatu barang dengan Tanjung Atap, Kecamatan Tanjung Batu, cara menganyam bahan-bahan tertentu Kabupaten OI. Di tangan para pengrajin di disertai ketekunan, ketelitian, dan desa ini, tanaman purun disulap menjadi kecakapan yang mempunyai nilai-nilai tikar, tas, kipas, sendal dan berbagai keindahan. Menganyam merupakan satu macam bentuk kerajinan tangan lainnya. kesibukan yang memberi pengalaman Purun merupakan jenis tumbuhan rumput menyenangkan, baik dari orang tua yang hidup liar di dekat air atau daerah maupun yang masih muda. Hal itu bukan rawa (Sripokuindralaya, 2014). saja dibuat, tetapi juga karena pekerjaan Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik menganyam itu sendiri merupakan untuk menganalisis pendapatan para penggunaan waktu senggang yang sangat pengrajin anyaman tikar purun di Desa berharga. Daya cipta/kreativitas tidak Tanjung Atap Kecamatan Tanjung Batu, nampak menonjol atau tidak menduduki Kabupaten OI. tempat penting, karena kemungkinan- kemungkinan yang dapat diperoleh dari METODE bahan baku tersebut sangat terbatas (Eka, 2005). Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Tanjung Atap Kecamatan Tanjung Teknik mengayam dikenal hampir di Batu Kabupaten Ogan Ilir. Penentuan seluruh daerah di Indonesia, benda lokasi penelitian ini dilakukan dengan anyaman digunakan sebagai peralatan sengaja ( purposive ) dengan pertimbangan hidup sehari-hari pada masyarakat bahwa Desa Tanjung Atap merupakan pedesaan. Dengan variasi bentuk dan daerah pengrajin anyaman tikar purun. nama anyaman yang berbeda pada setiap Pelaksanaan penelitian ini telah dilakukan daerahnya. Walaupun teknik dasarnya pada Juli – Agustus 2017. sama akan tetapi tiap-tiap pengrajin dalam

148 Mulyana, et al. 2017. Analisis Pendapatan Pengrajin Anyaman Tikar … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 147 – 154

Data yang dikumpulkan dalam Keterangan: penelitian ini yaitu data primer dan data Pd = Pendapatan Total (Rp/tahun) sekunder. Data primer didapatkan TR = Penerimaan (Rp/tahun) langsung dilapangan dengan cara TC = Total Biaya Produksi (Rp/tahun) observasi dan wawancara langsung P = Harga Jual (Rp/kg) dilapangan dengan petani contoh Q = Jumlah Produksi (kg/tahun) menggunakan daftar pertanyaan yang FC = Biaya Tetap (Rp/lg/tahun) sudah disiapkan. Daftar pertanyaan ini VC = Biaya Variabel (Rp/lg/tahun) berisikan tentang identitas petani dan segala sesuatu yang berhubungan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN usahatani yang mereka lakukan sehingga Bahan Baku Anyaman Tika Purun akan menjawab tujuan dari penelitian. Data sekunder didapat dari berbagai A. Bahan Pokok lembaga, instansi dan literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Pada proses produksi anyaman tikar purun, pengrajin menggunakan bahan Penarikan contoh di Desa Tanjung pokok rumput purun untuk dijadikan Atap Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten sebuah karya kerajinan berupa tikar purun Ogan Ilir dilakukan secara sederhana dan kreasi anyaman tikar purun. Bahan (Simple Random Sampling ). Teknik acak pokok tersebut diambil dibeberapa daerah sederhana adalah teknik pengambilan penghasil rumput purun, diantaranya dari dimana semua individu dalam populasi Daerah Talang Nangko Ogan Komering baik secara individu maupun bersama- Ilir, pulau gelunggang OKI, dan dari Desa sama diberikan kesempatan yang sama Tanjung Atap itu sendiri. Dalam untuk dipilih menjadi sampel. Populasi pemilihan bahannya, para pengrajin dalam penelitian ini adalah semua anyaman purun memilih bahan pokok pengrajin anyaman tikar purun yaitu yang berkualitas, karena dengan bahan sebanyak 125 orang. Namun hanya baku yang berkualitas, disamping diambil sebanyak 30 responden yang mendapatkan hasil produksi yang dijadikan sampel. berkualitas, juga menambah daya jualnya dan dapat menambah kepercayaan pada Data yang diperoleh dari hasil survei konsumen terhadap produk yang dilapangan akan dikumpulkan dan diolah dihasilkan. Bahan baku yang dipilih secara sistematis dan selanjutnya akan menurut para pengrajin Anyaman Purun dianalisa secara desktiptif. Tujuan di Desa Tanjung Atap yaitu rumput purun pertama mengenai cara pembuatan yang lembut dan kuat agar mudah dalam anyaman tikar purun dijawab dengan pembuatan anyaman purun tersebut . penjelaskan secara deskriptif disertai dengan gambar setiap proses pembuatan. B. Bahan dan Alat Pembantu Tujuan kedua, mengenai analisis 1. Pewarna pendapatan usaha kerajinan anyaman tikar purun dijawab menggunakan rumus Pewarna berfungsi untuk memberi (Soekartawi, 2003): warna pada rumput purun yang sudah dikeringkan atau diangin – anginkan dan 1. Pendapatan di tumbuk sampai pipih.Pada tahap Pd = TR – TC pewarnaan rumput purun, pewarna di 2. Penerimaan masukkan kedalam wadah yang berisi air TR = P x Q yang sedang dipanaskan, kemudian 3. Biaya total rumput purun direndam kurang lebih 2 – 3 TC = FC + VC jam.

149 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

2. Bisban (pinggiran) merekatkan accesoris dan merekatkan bahan pembantu lainnya. Bisban atau pinggiran ini digunakan untuk menutup pinggiran anyaman yang 9. Busa dijadikan kreasi anyaman purun supaya tampak rapi. Busa digunakan untuk melapisi alas sandal supaya sandal tidak kaku dan 3. Benang lembut saat dipakai. Busa juga digunakan untuk tas laptop supaya permukaan dalam Benang digunakan untuk menjahit tas laptop lembut dan tidak kaku. bisbon agar merekat ke pinggiran anyaman, menjahit kain perca untuk 10. Resleting dalaman tas, dan untuk menjahit assesoris agar terlihat rapi. Resleting berfungsi untuk pelengkap supaya tidak terbuka atau menutup bukaan 4. Cat Pernis pada tas, dan tempat pensil. Cat pernis digunakan untuk membuat 11. Gantungan Kunci lapisan produk agar mengkilap dank eras, serta melindungi permukaan dasar dari Gantungan kunci digunakan untuk kreasi anyaman purun dari pelapukan dan membuat gantungan pada kreasi anyaman kerusakan. purun produk gantungan kunci. 5. Accesoris 12. Alat untuk Membuat Produk Tikar Purun: Accesoris yang digunakan dalam a. Mesin Jait membuat kreasi anyaman purun yaitu b. Mesin Obras berupa pita bunga – bunga, renda, dan c. Gunting kain perca. Accesoris ini digunakan untuk d. Penggaris atau Meteran menghias kreasi anyaman agar lebih menarik dan rapi. Proses Pembuatan Anyaman Purun 6. Kain Perca Polos dan Batik Pada dasarnya, menganyam atau membuat anyaman adalah menyusun lusi Kain perca polos digunakan pada dan pakan. Lusi adalah bagian iratan yang dalaman tas, dompet, dan tempat tisu. disusun membujur, sedangkan pakan Kain perca polos juga biasanya digunakan adalah bagian iratan yang disusun untuk hiasan lapisan luas agar terlihat rapi melintang. Adapun motif utama anyaman dan indah.Sedangkan kain perca batik bambu dari Desa Tanjung Atap yaitu digunakan untuk lapisan luar agar kreasi anyaman sasag, anyaman kepang dan anyaman tikar purun terlihat rapi dan anyaman zigzag. Anyaman sasag adalah indah. cara menganyam dengan mengangkat satu iratanlusi atau pakan dan menumpangkan 7. Kertas Padi satu iratan pakan atau lusi. Motif anyaman ini dikenal dengan istilah anyaman angkat Kertas padi digunakan sebagai alas satu numpang satu. Anyaman kepang tikar purun untuk membuat alas jok mobil adalah cara menganyam dengan supaya tikar keras dan nyaman ketika mengangkat dua atau lebih iratan dipakai. pakan/lusi dan menumpangkan dua atau 8. Lem lebih iratan lusi/pakan. Motif anyaman ini dikenal dengan istilah anyaman angkat Lem digunakan untuk merekatkan tikar dua numpang dua. purun, merekatkan kain perca ke tikar,

150 Mulyana, et al. 2017. Analisis Pendapatan Pengrajin Anyaman Tikar … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 147 – 154

Tahapan-tahapan pembuatan anyaman tikar purun di Desa Tanjung Atap adalah sebagai berikut: A. Pengeringan Tahap 1 Purun yang baru diambil dari rawa dengan cara dicabut dari akar tanaman dan dibersihkan dengan cara memotong sisa- sisa pelepah tanaman dan membersihkan lumpur-lumpur rawa yang melekat pada Gambar 2 . Proses pewarnaan purun helaian tanaman purun. Proses memakai pewarna/sumba pemberihan ini biasanya langsung dengan cara direbus dilakukan di rawa dimana purun tersebut diambil. Kemudian purun tersebut D. Pengeringan Tahap 2 diikat/disatukan untuk memudahkan proses berikutnya. Setelah sampai di Setelah sekitar satu jam direbus dengan rumah purun yang sudah diikat dijemur air pewarna, purun kemudian dijemur dan dipukul-pukul dengan menggunakan kembali dengan bantuan sepotong kayu tongkat dari kayu dengan maksud supaya sebagai alat penjemur, dengan maksud tanaman purun tersebut menjadi lebih untuk memudahkan proses pengeringan lentur. Lebih jelas dapat dilihat pada dan menghindarkan purun dari kotoran Gambar 1. apabila dijemur ditanah secara langsung.

Gambar 3. Purun yang sudah direbus dan diwarnai dijemur sampai kering Gambar 1. Penjemuran purun yang baru diambil dari rawa E. Penganyaman B. Penumbukan Setelah purun yang telah diwarnai telah benar-benar kering kering, sekitar sepuluh Rumput purun yang sudah kering sampai empat belas hari tergantung sinar kemudian di tumbuk sampai pipih matahari, barulah tanaman purun dianyam menggunakan tumbukan yang terbuat dari untuk dijadikan selembar tikar. Adapun kayu atau tongkat panjang. motif dan model tikar purun yang C. Pewarnaan dihasilkan masih mengikuti apa yang sudah diajarkan oleh nenek moyang Pada tahap pewarnaan, rumput purun mereka secara turun temurun. Kegiatan yang sudah ditumbuk hinggga pipih menganyam purun biasanya dilakukan kemudian direbus didalam air mendidih secara sendiri-sendiri di rumah masing- yang sudah diberi pewarna sesuai masing warga yang menjadi pengrajin keinginan dari pengrajin. anyaman purun, namun ada juga yang

151 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” melakukannya secara bersama-sama Tabel 1. Rata-rata Biaya Penyusutan Alat sebagai salah satu bentuk komunikasi dalam Kegiatan Produksi sosial masyarakat pedesaan. Anyaman Tikar Purun Biaya Penyusutan Persentase Komponen (Rp. per (%) tahun) Drum 47.500 74,09 Atan 12.133 18,93 Kuas 994 1,55 Gunting 2.522 3,93 Mistar 961 1,50 Gambar 4. Penganyaman purun menjadi Jumlah 64.110 100,00 tikar 2. Biaya Variabel Berikut ini adalah biaya variabel yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi anyaman tikar purun. Pada Tabel 2 terlihat bahwa biaya variabel dalam usaha kerajinan anyaman purun adalah biaya untuk membeli purun sebagai bahan baku, kesumba, pewarna dan lem. Data ini merupakan hasil wawancara terhadap 30 pengrajin anyaman purun.

Tabel 2. Biaya Variabel Pengrajin Gambar 5. Produk tikar dari tanaman Anyaman Tikar Purun Biaya Tetap purun Persentase Komponen (Rp. per (%) Pendapatan Pengrajin Anyaman Tikar tahun) Purun Purun 100.000 29,15 Kesumba 200.000 58,31 A. Biaya Produksi Pewarna 25.000 7,29 Soekartawi (1995), menjelaskan bahwa Lem 18.000 5,25 biaya usaha tani biasanya di klasifikasikan Jumlah 343.000 100,00 menjadi dua, yaitu: (1) biaya tetap (Fixed cost) dan (2) biaya tidak tetap (Variabel B. Biaya Produksi Total cost). Biaya produksi total merupakan 1. Biaya Penyusutan Alat sejumla biaya sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha ternak. Rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya dalam kegiatan produksi anyaman tikar tidak tetap atau biaya variabel. Biaya tetap purun dapat dilihat pada Tabel 1. Pada merupakan biaya yang di keluarkan untuk Tabel 1, terlihat bahwa biaya tetap dalam sarana poduksi dan berkali-kali dapat usaha kerajinan anyaman purun adalah dipergunakan. Untuk lebih jelasnya biaya untuk membeli drum, antan, kuas, mengenai biaya produksi total yang gunting, dan mistar. Data ini merupakan dikeluarkan pengrajin anyaman tikar hasil wawancara terhadap 30 pengrajin purun Desa Tanjung Atap dapat dilihat anyaman purun. pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, rata- rata biaya produksi total untuk ke-30

152 Mulyana, et al. 2017. Analisis Pendapatan Pengrajin Anyaman Tikar … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 147 – 154

respon adalah Rp. 278.889 terdapat purun di Desa Tanjung Atap adalah perbedaan besarnya biaya produksi total sebagai berikut: dari ke-30 responden, hal ini tergantung dari penggunaan seberapa banyak purun Pd = TR – TC (bahan baku) yang digunakan. Pd = Rp. 2.500.000 – Rp. 278.889 Pd = Rp. 2.221.111 Tabel 3 . Biaya Produksi Total Pengrajin Anyaman Tikar Purun Jumlah produksi, penerimaan, dan Jumlah Biaya pendapatan per petani bisa dilihat pada Jenis Biaya (Rp. per tahun) lampiran, untuk rata-rata dapat dilihat Biaya penyusutan alat 64.111,00 pada Tabel 5. Produksi anyaman tikar Biaya variabel 343.000,00 purun rata-rata per tahun sebanyak 100 Total 278.889,00 helai, tergantung dari pesanan yang datang dan ketersediaan bahan baku. Penerimaan C. Penerimaan yang diperoleh oleh para pengrajin Harga penjualan kerajinan anyaman anyaman tikar purun sebesar Rp. tikar purun ditentukan oleh pengrajin 2.500.000 per tahun dengan total dengan berdasar pada biaya-biaya yang pendapatan bersih sebesar Rp. 2.221.111 dikeluarkan selama mengelola usaha per tahun. kerajinan anyaman tersebut. Berdasarkan Tabel 5 . Rata-Rata Produksi, Penerimaan, hasil wawancara dari ke- 30 responden dan Pendapatan Petani per Tahun diperoleh data yang sama yakni untuk Keterangan (Kegiatan) Rata-Rata jumlah produksi dan harga jual tikar purun Produksi (helai per tahun) 100 selama satu tahun. Jumlah produksi Penerimaan (Rp. per tahun) 2.500.000 pengrajin anyaman tikar purun dalam satu Pendapatan bersih (Rp. per 2.221.111 tahun yaitu sebesar 100 tikar dengan harga tahun) jual Rp. 25.000 per tikar sehingga memperoleh penerimaan sebesar Rp. SIMPULAN 2.500.000 per tahun. Untuk lebih jelasnya mengenai total penerimaan yang diperoleh Pembuatan anyaman tikar purun terdiri para pengrajin selama satu tahun dapat dari 5 (lima) tahap yakni pengeringan dilihat pada Tabel 4. tahap 1, penumbukan, pewarnaan, pengeringan tahap 2 dan penganyaman. Tabel 4 . Penerimaan Pengrajin Anyaman Produksi anyaman tikar purun rata-rata Tikar Purun per tahun sebanyak 100 helai, tergantung Produksi Harga Penerimaan dari pesanan yang datang dan ketersediaan (helai per (Rp.) (Rp. per bahan baku. Penerimaan yang diperoleh tahun) tahun) oleh para pengrajin anyaman tikar purun 100 25.000 2.500.000 sebesar Rp. 2.500.000,00 per tahun dengan total pendapatan bersih sebesar D. Pendapatan Rp. 2.166.222,00 per tahun.

Besarnya pendapatan atau keuntungan DAFTAR PUSTAKA yang diperoleh pengrajin anyaman tikar purun didapatkan dari penerimaan Ria, F. 2012. Kerajinan Anyaman Tikar dikurang dengan biaya produksi kegiatan Bidai Di Kecamatan Sengah Temila kerajinan tersebut. Pendapatan usahatani Kabupaten Landak Kalimantan Barat. secara matematis dituliskan dalam rumus: Skripsi. Program Studi Pendidikan Seni Pd = TR – TC, Adapun rata-rata Kerajinan Jurusan Pendidikan Seni pendapatan para pengrajin anyaman tikar Rupa. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Yogyakarta.

153 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Rosita. A.B. 2005. Kerajinan Rotan di Sripokuindralaya. 2014. Unsri Bina Perusahaan Anggun Rotan Desa Perajin Anyaman Tikar Purun Desa Manggung Wukirsari Imogiri Bantul. Tanjung Atap Ogan Ilir. Skripsi. Program Studi Pendidikan Seni https://www.google.co.id/amp/palemba Kerajinan. FBS UNY. Yogyakarta. ng.tribunnews.com/amp/2014/06/15/un Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. UI- sri-bina-perajin-anyaman-tikar-purun- Press. Jakarta. desa-tanjung-atap-ogan-ilir (Diakses Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi pada 20 Agustus 2017). Produksi . Raja Grafindo Persada. Supriyadi, B. 2014. Di Ogan Ilir, Purun Jakarta. Bukan Hanya Dibuat Kerajinan, Tapi. Sriwijaya Post, 10 Agustus 2015.

154

RESPON TANAMAN TERONG (Solanum malongena L.) TERHADAP INTERVAL PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR DENGAN INTERVAL WAKTU YANG BERBEDA Sahri Muldiana* dan Rosdiana Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. K.H. Ahmad Dahlan, Cirendeu, Ciputat,Tangerang Selatan 15419 *E-mail: [email protected] Diterima: 13/10/2017 Direvisi: 22/12/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK Prospek Tanaman terong sangat berpotensi untuk dibudidayakan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sayuran. Pada sisi lain , masalah kesuburan lahan menjadi kendala dalam budidaya terong. Pengunaan pupuk organik cair merupakan upaya mengembalikan tingkat kualitas tanah yang digunakan dalam budidaya tanaman pertanian. Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan vegetatif dan produksi tanaman terong pada berbagai pemberian pupuk organik cair dengan interval yang berbeda. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai Maret 2017, bertempat di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta, yang berada ±25 m di atas permukaan laut (dpl) dengan jenis tanah Latosol. Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT), dengan perlakuan interval P0 (Tanpa POC), P1 (interval pemberian 3 hari), P2 (interval pemberian 5 hari), P3 (interval pemberian 7 hari), dan P4 (interval pemberian 9 hari). Setiap perlakuan diulang 5 kali sehingga terdapat 25 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri dari 3 tanaman, sehingga jumlah tanaman yang diteliti sebanyak 75 tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan interval pemberian 7 hari, sedangkan daun terbanyak, daun terlebar, umur berbunga tercepat, diameter buah terbesar, dan buah terpanjang ditunjukkan oleh perlakuan interval pemberian 3 hari .buah terbanyak per tanaman, buah terberat per tanaman dan rata-rata buah terberat ditunjukkan oleh perlakuan interval pemberian 5 hari. Kata kunci: Interval waktu pemupukan, POC, tanaman terong RESPONSE OF EGGPLANT (Solanum malongena L.) OF ORGANIC FERTILIZER ADDITION WITH DIFFERENT TIME OF APLICATION ABSTRACT Eggplant have a potential prospect to be developed in order to fulfill the needs of vegetables. In the other hand, the problem of soil fertility becomes an obstacle in eggplant cultivation. The use of liquid organic fertilizer is an effort to restore the level of soil quality to gain cultivation of agricultural crops. The aim of this research is to know the vegetative growth and eggplant production in various application of liquid organic fertilizer at different interval. The research was conducted in December 2016 until March 2017, located at the Experimental Garden of the Faculty of Agriculture of University Muhammadiyah of Jakarta, which is located at 25 meters above sea level (asl) with Latosol soil type. This research used the Randomized Complete Block Design (RFCBD), with the interval treatment of Liquid Organic Fertilizer, among others P0

155 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

(Without POC), P1 (interval of 3 days), P2 (interval of 5 days ), P3 (interval of 7 days ), and P4 (interval of 9 days ). Each treatment was repeated 5 times so there were 25 experimental units. Each experimental unit consists of 3 plants, so the number of plants examined as many as 75 plants. The results showed the heighter plant was indicated by treatment of interval of 7 days, while the most number of leaf, the widest leaf, the fastest of flowering age, the widest fruit diameter, and the longer fruit were indicated by treatment of interval of 3 days. the most amount of fruit, the heaviest fruit and the average of weight of fruit was showed by treatment of interval of 5 days. Keywords: Eggplant, fertilization time interval, POC

PENDAHULUAN katan produksi pertanian di Indonesia selama ini sangat bergantung pada input Terong adalah jenis sayuran yang dalam bercocok tanam. Dampak peng- sangat populer dan disukai oleh banyak gunaan pupuk anorganik secara terus orang karena rasanya enak khususnya menerus mulai dirasakan. Tanah tidak lagi dijadikan sebagai bahan sayuran atau memberikan kehidupan yang baik bagi lalapan.Terong juga mengandung gizi dunia pertanian, akibat penggunaan pupuk yang cukup tinggi, terutama kandungan anorganik yang tidak tepat (Parman, Vitamin A dan Fosfor. Menurut Sunarjono 2009). (2013), bahwa setiap 100 g bahan mentah terong mengandung 26 kalori; 1 g protein; Pupuk adalah suatu bahan yang 0,2 g hidrat arang; 25 IU vitamin A; digunakan untuk memperbaiki kesuburan 0,04 g vitamin B; dan 5 g vitamin C. Buah tanah, sedangkan pemupukan adalah terong mempunyai khasiat sebagai obat penambahan unsur hara ke tanah agar karena mengandung alkaloid, solanin, dan menjadi subur (Hadrjowigeno, 2010). solasodin. Menurut Iritani (2012), menye- Pemupukan merupakan salah satu upaya butkan bahwa terong memiliki zat anti yang dapat ditempuh dalam memak- kanker, kandungan tripsin (protease) yang simalkan hasil tanaman. Menurut Winarso tergantung pada inhibitor yang dapat (2011), pemupukan dilakukan sebagai melawan zat pemicu kanker. upaya untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman agar tujuan produksi dapat Menurut Badan Pusat Statistik (2014), dicapai. Penggunaan pupuk yang tidak produktivitas tanaman terong di Indonesia bijaksana atau berlebihan dapat menim- pada tahun 1997 sampai tahun 2012 yaitu bulkan masalah bagi tanaman yang diusa- 518.827 ton/ha mengalami kenaikan hakan, seperti keracunan, rentan terhadap sebesar 1,43%. Produksi terong nasional hama dan penyakit, kualitas produksi tiap tahun cenderung meningkat namun rendah, biaya produksi tinggi dan dapat produksi terong di Indonesia masih rendah menimbulkan pencemaran. dan hanya menyumbang 1% dari kebutuhan dunia. Hal ini disebabkan oleh Pemupukan dapat dilakukan melalui luas lahan budidaya terong yang masih tanah dan daun. Pemupukan melalui daun sedikit dan bentuk kultur budidaya yang dilakukan karena adanya kenyataan bahwa masih bersifat sampingan dan belum pemupukan melalui tanah terkadang intensif (Simatupang, 2014). kurang menguntungkan, karena unsur hara sering leaching (tercuci), dan adanya Usaha peningkatan produksi hasil interaksi dengan tanah sehingga unsur pertanian yang bermanfaat, baik sebagai hara tersebut relatif kurang tersedia bagi sumber gizi dalam menunjang kesehatan tanaman. Faktor inilah yang mendorong masyarakat maupun pendapatan dan timbulnya pemikiran untuk melakukan kesejahteraan masyarakat tani. Pening-

156 Muldiana dan Rosdiana . 2017. Respon Tanaman Terong ( Solanum malongena … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 155 – 162

pemupukan melalui daun (Lingga dan yang diteliti 75 tanaman. Uji lanjut pada Marsono, 2002). penelitian ini menggunakan uji BNJ taraf 5%. Soetejo dan Kartasapoetra (2013), menyebutkan bahwa waktu pengapli- Media tanam disiapkan satu minggu kasian juga menentukan pertumbuhan sebelum penanaman dengan berat 10 kg tanaman. Waktu pengaplikasian pupuk per polibag. Media tanam yang digunakan yang berbeda akan memberikan pengaruh yaitu menggunakan tanah dan pupuk terhadap pertumbuhan tanaman. Pembe- kandang sapi dengan perbandinngan 1:1 rian pupuk melalui daun dengan interval yang dicampur dan dimasukkan kedalam waktu yang terlalu sering dapat menye- polibag berukuran 40 x 40 cm. babkan pemborosan pupuk. Sebaliknya, jika interval pupuk terlalu jarang dapat Bibit ditanam setelah berumur 4 menyebabkan kebutuhan hara bagi Minggu Setelah Semai (MSS). Pemu- pukan tambahan menggunakan POC tanaman kurang terpenuhi. Interval waktu ® pemberian dianjurkan yaitu 7 – 10 hari NASA yang diberikan sesuai perlakuan sekali. Pemberian Pupuk Organik Cair dengan konsentrasi 1 ml/L dan dosis yang (POC) diharapkan dapat meningkatkan diberikan sebanyak 100 ml/tanaman . kesuburan tanah dan pada akhirnya dapat Pemupukan diberikan dengan cara memperbaiki pertumbuhan dan hasil disemprotkan dan sisanya disiram ke tanaman (Jumini et al. , 2012). Tujuan tanah. Pemanenan pertama dilakukan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui umur 3 bulan setelah tanam, pemanenan respon tanaman terong terhadap pem- selanjutnya dilakukan dengan interval 3 - berian POC dengan interval yang berbeda. 7 hari. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun, METODE umur berbunga, jumlah buah per tanaman, diameter buah, panjang buah, bobot buah Penelitian dilaksanakan pada bulan per tanaman dan bobot rata-rata per buah. Desember 2016 sampai Maret 2017. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan HASIL DAN PEMBAHASAN Fakultas Pertanian Universitas Muham- madiyah Jakarta, yang berada di Tinggi Tanaman ketinggian ± 25 m di atas permukaan laut Pemberian POC dengan interval yang (dpl) dengan jenis tanah Latosol. berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap Penelitian menggunakan Rancangan tinggi tanaman terong. Pemberian pupuk Kelompok Lengkap Teracak (RKLT), dengan interval 7 hari sekali tidak berbeda dengan 5 perlakuan yaitu: nyata dengan perlakuan lainnya. Hasil P0 = Tanpa pemberian POC (kontrol) pengamatan menunjukkan bahwa tinggi P1 = Pemberian POC dengan interval tanaman mengalami peningkatan yang 3 hari tajam pada umur 3 – 6 MST, kemudian P2 = Pemberian POC dengan interval dari umur 7 – 8 MST lebih stabil dari yang 5 hari sebelumnya. P3 = Pemberian POC dengan interval 7 hari Tidak adanya pengaruh yang nyata P4 = Pemberian POC dengan interval pada perlakuan interval waktu POC 9 hari terhadap pertumbuhan tinggi tanaman terong diduga karena pemberian pupuk Setiap perlakuan diulang 5 kali organik cair dengan dosis 1 ml/L per sehingga terdapat 25 satuan percobaan. tanaman dengan interval 3 – 9 hari sekali Masing-masing satuan percobaan terdiri belum mampu memberikan peningkatan dari 3 tanaman, maka jumlah tanaman terhadap tinggi tanaman terong. Hal ini

157 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

sesuai dengan hasil penelitian Muhammad dengan umur tanaman, kecepatan et al (2014), melaporkan bahwa dengan penyerapan unsur hara tanaman akan bertambahnya umur tanaman terong, maka meningkat jika umur bertambah sesuai kebutuhan terhadap unsur hara terutama siklus hidupnya. Kualitas hidup tanaman Nitrogen (N) juga semakin tinggi. juga sangat bergantung dari ketercukupan Selanjutnya Yulistrarini (1991) dalam hara dari lingkungannya serta kemampuan Djunaedy (2009), melaporkan bahwa akar dalam menyerap unsur hara dalam tanaman muda akan dapat menyerap unsur menunjang fase vegetatif tanaman hara dalam jumlah yang sedikit sejalan (Tabel 1).

Tabel 1. Tinggi Tanaman Tanaman Terong Tinggi Tanaman (cm) Perlakuan 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST Tanpa pemberian POC (kontrol) 12.23a 13.61a 18.79a 24.21a 36.34a 40.73a 43.40a Pemberian POC dengan interval 3 hari 11.88a 13.27a 19.27a 25.35a 37.03a 42.85a 44.93a Pemberian POC dengan interval 5 hari 11.34a 13.36a 18.30a 25.13a 36.35a 39.55a 42.25a Pemberian POC dengan interval 7 hari 12.67a 14.24a 19.29a 26.00a 36.35a 41.94a 45.43a Pemberian POC dengan interval 9 hari 11.40a 12.80a 17.21a 24.71a 35.35a 40.65a 45.04a Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5% Jumlah Daun yang disebabkan karena interval waktu pemberian POC lebih sering diberikan Pemberian POC dengan interval yang dibandingkan dengan perlakuan lainnya. berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap Menurut Lakitan (2011), bahwa unsur jumlah daun tanaman terong. Pemberian hara yang paling berpengaruh terhadap POC dengan interval 7 hari tidak berbeda pertumbuhan dan perkembangan daun nyata dengan perlakuan lainnya. Hasil adalah unsur N. Kadar unsur N yang pengamatan menunjukkan bahwa terjadi banyak umumnya menghasilkan daun penurunan pada saat tanaman berumur 6 yang lebih banyak dan lebih besar. Selain MST terhadap semua perlakuan. Bertam- itu juga kandungan sitokinin dalam pupuk bahnya jumlah daun yang optimal pada organik cair tersebut dapat merangsang pemberian POC dengan interval 3 hari pertumbuhan daun.

Tabel 2. Jumlah Daun Tanaman Terong Jumlah Daun Perlakuan 2 3 4 5 6 7 8 MST MST MST MST MST MST MST Tanpa pemberian POC (kontrol) 3.93a 4.86a 7.86a 9.73a 6.93a 8.93a 10.87a Pemberian POC dengan interval 3 hari 4.57a 5.20a 8.33a 9.93a 7.80a 9.93a 12.40a Pemberian POC dengan interval 5 hari 4.17a 5.00a 8.20a 9.73a 7.13a 9.20a 11.80a Pemberian POC dengan interval 7 hari 4.17a 5.27a 7.93a 9.93a 7.60a 9.80a 12.47a Pemberian POC dengan interval 9 hari 4.19a 5.20a 7.93a 9.66a 7.66a 9.73a 12.27a Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 % Penurunan jumlah daun tanaman terong 42 hari. Pada proses pembungaan , untuk semua perlakuan terjadi pada saat tanaman cenderung mengalami hambatan tanaman berumur 6 MST. Penurunan dalam pertumbuhan vegetatif nya , tersebut terjadi pada waktu pembungaan termasuk pembentukan tunas dan daun. tanaman terong , yaitu pada umur 39 – Kondisi tersebut menjadi alasan utama

158 Muldiana dan Rosdiana . 2017. Respon Tanaman Terong ( Solanum malongena … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 155 – 162

mengapa semua perlakuan mengalami untuk mencukupi sehingga kebutuhan penurunan jumlah daun tanaman terong unsur hara lebih terjamin seperti unsur N pada saat berumur 6 MST. Pertumbuhan terutama pada daun. Menurut Mulyono vegetatif tunas dan daun meningkat (2014), menyatakan bahwa manfaat unsur kembali pada minggu berikutnya. nitrogen (N) yaitu meningkatkan pertum- buhan tanaman, memproduksi klorofil, Lebar Daun meningkatkan kadar protein, dan memper- cepat tumbuh daun. Duaja et al . (2013), Pemberian POC dengan interval yang mengatakan bahwa semakin banyak berbeda berpengaruh tidak nyata pada saat jumlah daun dan luas daun, maka semakin tanaman berumur 2 – 8 MST terhadap banyak pula klorofil yang berfungsi lebar daun tanaman terong. Pemberian menangkap cahaya matahari sehingga POC dengan interval 3 hari sekali glukosa yang dihasilkan dari fotosintesis menghasilkan jumlah daun terbanyak lebih besar. Menurut penelitian yang telah tetapi tidak berbeda nyata dengan dilakukan oleh Arham et al. (2014), perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan menghasilkan bahwa dengan aplikasi karena pengaplikasian POC yang pupuk 3 hari sekali mampu menghasilkan cenderung lebih sering sangat dibutuhkan lebar daun 15,94 cm (Tabel 3).

Tabel 3. Lebar Daun Tanaman Terong Lebar Daun (cm) Perlakuan 2 3 4 5 6 7 8 MST MST MST MST MST MST MST Tanpa pemberian POC (kontrol) 6.59a 7.30a 8.79a 9.49a 12.31a 13.74a 14.82a Pemberian POC dengan interval 3 hari 6.89a 7.64a 8.88a 9.89a 12.80a 15.59a 16.10a Pemberian POC dengan interval 5 hari 6.88a 7.41a 8.79a 9.39a 12.06a 13.52a 14.11a Pemberian POC dengan interval 7 hari 6.66a 7.12a 8.72a 9.48a 12.33a 13.49a 14.54a Pemberian POC dengan interval 9 hari 6.19a 7.19a 8.57a 9.90a 11.57a 14.20a 14.88a Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%

Umur Berbunga terdapat kandungan hormon giberelin yang dapat merangsang pembungaan lebih Pemberian POC dengan interval yang cepat, sehingga dengan pemberian POC berbeda menunjukkan pengaruh yang dengan interval 3 hari sekali mampu tidak nyata terhadap umur berbunga mencukupi kebutuhan tanaman dalam hal tanaman terong. Pemberian POC dengan pembungaan. Menurut Azhar et al. interval 3 hari sekali menunjukan umur (2013), proses pembungaan dan pem- berbunga paling cepat tetapi tidak berbeda buahan pada tanaman juga dipengaruhi nyata dengan perlakuan lainnya. Hal oleh faktor luar antara lain yaitu tersebut diduga karena unsur hara temperatur, suhu, panjang pendeknya hari, khususnya kalium (K) lebih sering dan ketinggian tempat. Umur mulai diperoleh dibandingkan dengan perlakuan berbunga dan mulai berbuah juga lainnya dan cenderung lebih baik dari tergantung dari varietas tanamannya. perlakuan lainnya, karena unsur K dapat (Tabel 4.) berpengaruh terhadap proses pembungaan pada tanaman. Menurut Susetya (2014), Jumlah Buah per Tanaman salah satu fungsi unsur kalium bagi tanaman yaitu untuk mencegah bunga dan Pemberian POC dengan interval yang buah agar tidak mudah rontok. Menurut berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap label yang terdapat pada POC Nasa®, jumlah buah tanaman terong. Pemberian POC dengan interval 5 hari tidak berbeda

159 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

nyata dengan perlakuan lainnya. Rata-rata berbanding terbalik dengan yang tidak jumlah buah tanaman terong yang diberi pupuk tambahan menghasilkan cenderung lebih banyak ditunjukkan oleh buah yang paling sedikit. Pada proses Pemberian POC dengan interval 5 hari produksi tanaman, jumlah buah sangat (1,83 buah) sedangkan rata-rata jumlah berkaitan dengan jumlah bunga yang buah tanaman terong yang cenderung terbentuk oleh tanaman itu sendiri, hal ini kecil ditunjukkan tanpa pemberian pupuk juga di dukung oleh keadaan lingkungan tambahan (1,30 buah) (Tabel 4). Hal ini sekitar. Tidak semua bunga yang disebabkan karena jika tidak diberika terbentuk dapat mengalami pembuahan pupuk tambahan unsur hara yang tersedia dan tidak semua buah yang terbentuk terlalu kecil sehingga tidak mampu dapat tumbuh terus hingga menjadi buah mencukupi kebutuhan unsur hara bagi masak (Lakitan 2011). Dari segi fisiologis, tanaman terutama dalam proses tidak mungkin tanaman dapat menum- pembentukan buah. buhkan semua buah menjadi besar dan masak, selama tanaman tersebut tidak Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa dapat menyediakan zat makanan yang pemberian POC dengan interval 5 hari dicukupi untuk pertumbuhan buah menghasilkan jumlah buah terbanyak (Pracaya, 2003).

Tabel 4. Umur Berbunga dan Jumlah Buah Tanaman Terong Perlakuan Umur Berbunga (hari) Jumlah Buah Tanpa pemberian POC (kontrol) 40.13a 1,3 0a Pemberian POC dengan interval 3 hari 39.15a 1,33a Pemberian POC dengan interval 5 hari 41.13a 1,83a Pemberian POC dengan interval 7 hari 42.20a 1,36a Pemberian POC dengan interval 9 hari 42.15a 1,73a Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 %

Diameter Buah Panjang buah Pemberian POC dengan interval yang Pemberian POC dengan interval yang berbeda memberikan pengaruh nyata pada berbeda menunjukkan pengaruh yang diameter buah tanaman terong. Pemberian tidak nyata terhadap panjang buah terong. POC dengan interval 3 hari sekali meng- Pemberian POC dengan interval 3 hari hasilkan buah dengan diameter terbesar sekali tidak berbeda nyata dengan tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena perlakuan lainnya (Tabel 5). Hal ini kondisi cuaca yang sering hujan disebabkan karena pengisian buah sangat menyebabkan pupuk yang diberikan ikut berpengaruh terhadap ketersediaan unsur tercuci sehingga Menurut Sakri (2014), hara untuk proses fotosintesis yang mengatakan bahwa proses pembungaan menghasilkan karbohidrat, lemak, protein dan pembentukan buah juga dipengaruhi mineral yang akan ditranslokasikan ke oleh faktor luar antara lain temperatur, bagian penyimpanan contohnya pada buah suhu, panjang pendek hari dan ketinggian (Harjadi, 2011). Kurangnya unsur hara tempat. (Tabel 5). yang ada didalam tanah menyebabkan buah yang dihasilkan cenderung kecil.

160 Muldiana dan Rosdiana . 2017. Respon Tanaman Terong ( Solanum malongena … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 155 – 162

Tabel 5. Diameter dan Panjang Buah Terong Perlakuan Diameter buah (cm) Panjang Buah (cm) Tanpa pemberian POC (kontrol) 2.23a 16.51a Pemberian POC dengan interval 3 hari 3.62a 20.51a Pemberian POC dengan interval 5 hari 2.77a 13.66a Pemberian POC dengan interval 7 hari 3.61a 18.12a Pemberian POC dengan interval 9 hari 3.11a 18.66a Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 % Total Bobot Buah per Tanaman dan Fosfor dan Kalium. Kekurangan zat Bobot Rata-Rata per Buah tersebut dapat menggangu pertumbuhan buah. Unsur nitrogen diperlukan untuk Pemberian POC dengan interval yang pembentukan protein. Unsur fosfor untuk berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap pembentukan protein dan sel baru juga bobot buah per tanaman dan bobot rata- untuk membantu dalam mempercepat rata perbuah. Pemberian POC dengan pertumbuhan bunga, buah dan biji. interval 5 hari mempunyai bobot buah Kalium dapat memperlancar pengang- pertanaman dan bobot rata-rata perbuah kutan karbohidrat dan memegang peranan yang cenderung lebih tinggi tidak berbeda penting dalam pembelahan sel, mem- nyata dengan perlakuan lainnya (Tabel 6). pengaruhi pembentukan dan pertumbuhan Menurut Johan (2010), pertumbuhan buah buah sampai menjadi masak. mem erlukan zat hara terutama Nitrogen,

Tabel 6. Total Bobot Buah per Tanaman dan Bobot Rata-rata per Buah Total Bobot Buah per Bobot Rata-rata per Perlakuan Tanaman (g) Buah (g) Tanpa pemberian POC (kontrol) 160,38 a 125,80 a Pemberian POC dengan interval 3 hari 167,17 a 122,73 a Pemberian POC dengan interval 5 hari 225,80 a 125,91 a Pemberian POC dengan interval 7 hari 166,89 a 123,84 a Pemberian POC dengan interval 9 hari 185,44 a 112,88 a Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 % SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA Interval waktu pemberian POC tidak Arham, S. Samudin, I. Madauna. 2014. berpengaruh nyata terhadap tinggi Frekuensi Pemberian Pupuk Organik tanaman, jumlah daun, lebar daun, umur Cair dan Berbagai Jenis Mulsa berbunga, panjang buah, jumlah buah, Terhadap Pertumbuhan dan Hasil total bobot buah pertanaman dan bobot Bawang Merah Varietas Lembah Palu. rata-rata perbuah namun memberikan J. Agrotekbis., Vol. 2 (3): 273 – 248. pengaruh yang nyata terhadap diameter Azhar, M.A., I. Bahua, dan F.S. Jamin. buah. Interval waktu pemberian POC yang 2013. Pengaruh Pemberian Pupuk NPK cenderung lebih baik pada masa vegetatif Pelangi terhadap Pertumbuhan dan ditunjukkan oleh pemberian POC dengan Produksi Tanaman Terung ( Solanum Interval 3 dan 7 hari sekali sedangkan melongena L.). Bone Bolango. masa generatif ditunjukkan oleh http://docplayer.info/46653243- pemberian POC dengan Interval 5 hari Pengaruh-pemberian-pupuk-npk- sekali pelangi-terhadap-pertumbuhan-dan- produksi-tanaman-terung-solanum-

161 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

melongena-l.html (Diakses pada 19 L.) Varietas Mustang F-1. Jurnal November 2016). Agrifor Volume 13 (1): 59 – 66. Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Mulyono. 2014. Membuat MOL dan Tanaman Sayuran di Indonesia Periode Kompos dari Sampah Rumah Tangga. 2003 – 2007. http://bps.go.id (Diakses PT AgroMedia Pustaka. Jakarta. 19 November 2016). Parman, S. 2009. Pengaruh Pemberian Duaja, M. D, Arzita, P. Simanjuntak, Pupuk Organik Cair Terhadap 2013. Analisis Tumbuh Dua Varietas Pertumbuhan dan Produksi Kentang Terung ( Solanum melongena l.) pada (Solanum tuberosum L.) . Buletin Perbedaan Jenis Pupuk Organik Cair. Anatomi dan Fisiologi, Vol. 15 (2): 21 Vol. 2 (1): 33 – 39. – 31. Hadrjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Pracaya. 2003. Bertanam lombok. Akademika Pressindo. Jakarta. Kanisius. Yogyakarta. Harjadi, M.S. 2009. Pengantar Agronomi. Sakri, F.M. 2012. Meraup Untung Jutaan PT. Gramedia, Jakarta. Rupiah dari Budidaya Terung Putih. Iritani, G. 2012. Vegetable Gardening. Penebar Swadaya. Jakarta. Indonesia Tera. Yogyakarta. Simatupang. 2014. Sayuran Jepang. Johan, S. 2010. Pengaruh Macam Pupuk Penebar Swadaya. Jakarta. NPK dan Macam Varietas terhadap Soetejo, M.M. dan A.G Kartasapoetra, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman 2013. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Terong Ungu. Skripsi. Universitas Bima Aksara, Jakarta. Sebelas Maret. Surakarta. Sunarjono. H. 2013. Bertanam 30 Jenis Jumini, Hasinah H.A.R., dan Armis. Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta. Pengaruh Interval Waktu Pemberian Susetya, D. 2014. Panduan Lengkap Pupuk Organik Cair Enviro terhadap Membuat Pupuk Organik. Bandung. Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Winarso, S. 2011. Kesuburan Tanah Dasar Mentimun ( Cucumis sativus L.). J. Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava Floratek., Vol. 7 (2): 133 – 140. Media. Yogyakarta. Lakitan, B. 2011. Dasar-Dasar Fisiologi Yulistrarini. 1991. Pengaruh Jarak Tanam Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. dan Pemupukan Urea terhadap Jakarta. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Lingga, P. dan Marsono. 2002. Petunjuk Jagung Sayur ( Zea mays L.). Dalam. Penggunaan Pupuk. Jakarta. Djunaedy, A, 2009. Pengaruh Jenis dan Muhammad, S. Abdul, R. Noor, J. 2014. Dosis Pupuk Bokashi terhadap Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Pertumbuhan dan Hasil Kacang Organik kompos Olahan Biogas Panjang ( Vigna sinensis L.). Jurnal terhadap Pertumbuhan dan Hasil Agrovigor Vol. 2 (1): 42 – 46. tanaman Terung ( Solanum melongena

162

EFISIENSI PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK MENGURANGI PENGGUNAAN NPK TERHADAP TANAMAN CABAI MERAH BESAR Irfan Habibi* dan Elfarisna Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammdiyah Jakarta Jl. K.H. Ahmad Dahlan, Cirendeu, Ciputat, Tangerang Selatan 15419 *E-mail: [email protected] Diterima: 15/10/2017 Direvisi: 03/12/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK Cabai sebagai komoditi sayuran mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan jenis sayuran lainnya. Pada umumnya, cabai dikonsumsi atau diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat untuk bahan penyedap berbagai macam masakan, antara lain sebagai sambal dan saus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efisiensi pemberian pupuk organik cair (POC) untuk mengurangi penggunaan NPK terhadap tanaman cabai merah besar. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 sampai bulan Maret 2017 di Kebun Percobaan dan Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta. Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan lima perlakuan POC, yaitu NPK 100% (3,5 g per tanaman) sebagai kontrol; NPK 75% (2,62 g per tanaman) + POC 50 ml per tanaman; NPK 75% (2,62 g per tanaman) + POC 100 ml per tanaman; NPK 75% (2,62 g per tanaman) + POC 150 ml per tanaman; dan NPK 75% (2,62 g per tanaman) + POC 200 ml per tanaman. Paramater yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang , umur berbunga, umur panen, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, bobot perbuah, panjang buah, dan diameter buah. Perlakuan kontrol memberikan hasil yang tinggi untuk tinggi tanaman, diameter batang, umur panen, jumlah buah per tanaman, dan bobot buah per tanaman. Perlakuan Pupuk NPK 75% + POC 150 ml per tanaman memberikan hasil yang tinggi untuk diameter buah. Sedangkan perlakuan pupuk NPK 75% + POC 200 ml per tanaman memberikan hasil yang tinggi untuk umur berbunga, bobot perbuah, dan panjang buah. Kata kunci: Cabai merah besar, NPK, POC EFFICIENCY OF LIQUID ORGANIC FERTILIZER FOR REDUCING NPK UTILIZATION ON BIG RED CHILI PLANT ABSTRACT Chili as a vegetable commodity has a high economic value compared to other vegetables. In general, chili is consumed or required by all levels of society for ingredients of various cuisines, such as sambal and sauce. This study aims to determine the effect of efficiency of organic liquid fertilizer (POC) to reduce the use of NPK to large red pepper plants. The study was conducted in November 2016 until March 2017 in the Experimental Garden and Laboratory of the Faculty of Agriculture, University of Muhammadiyah Jakarta. The study used the Randomized Complete Block Design (RCBD) with five POC treatments, ie NPK fertilizer 100% (3.5 g per plant) as control, NPK fertilizer 75% (2.62 g per plant) + POC 50 ml per plant, NPK fertilizer 75%

163 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

(2.62 g per plant) + POC 100 ml per plant, NPK fertilizer 75% (2.62 g per plant) + POC 150 ml per plant, and NPK fertilizer 75% (2.62 g per plant) + POC 200 ml per plant. The parameters observed were plant height, stem diameter, flowering age, harvest age, number of fruit crops, fruit crop weight, fruit weight, fruit length, and fruit diameter. The control treatment gave a high yield for plant height, stem diameter, harvest age, number of fruit crops, and fruit crop weight. Treatment NPK fertilizer 75% + POC 150 ml per plant gives high yield for fruit diameter. While the treatment of NPK fertilizer 75% + POC 200 ml per plant gives high yield for flowering age, weight of fruit, and fruit length. Keywords: Big red chilli, NPK, POC

PENDAHULUAN perusahaan makanan misalnya mie instant memerlukan pasokan cabai bubuk kering. Cabai sebagai komoditi sayuran Untuk memenuhi kebutuhan pasar ini mempunyai nilai ekonomi yang cukup cabai merah perlu diolah lebih dulu tinggi dibandingkan jenis sayuran lainnya. menjadi bubuk kering maupun pasta cabai Pada umumnya, cabai dikonsumsi atau merah. Besarnya kebutuhan masyarakat diperlukan oleh seluruh lapisan akan cabai membuat cabai menjadi salah masyarakat untuk bahan penyedap satu komoditas strategis yang perlu berbagai macam masakan, antara lain mendapatkan perhatian khusus dari sebagai sambal dan saous . Fungsi cabai pemerintah. Dalam Rencana dalam berbagai makanan atau masakan Pembangunan Jangka Menengah Nasional terutama untuk memberi rasa pedas atau (RPJMN) Bidang Pangan dan Pertanian hangat sehingga masakan akan lebih 2015-2019, cabai dimasukkan sebagai segar. Cabai juga banyak digunakan salah satu dari 8 komoditas pangan utama sebagai bahan baku industri makanan jadi, bersama beras, jagung, kedelai, gula, sebagai penghasil minyak atsiri dan bahan daging sapi, bawang merah dan kelapa ramuan obat tradisional. Sebagai sawit. Hal ini menunjukkan bahwa cabai penghasil minyak atsiri, maka cabai dapat merupakan komoditas yang memiliki dimanfaatkan selain untuk bahan baku peranan penting dalam perencanaan obat-obatan tapi juga bahan baku pembangunan nasional (Badan Pusat kosmetik (Tim Bina Karya Tani, 2013). Statistik, 2015). Pasar domestik memerlukan pasokan Teknik budidaya cabai semakin cabai yang besar. Sebagai contoh pasar meningkat, kesadaran masyarakat untuk induk Kramat Jati, sebagai salah satu hidup sehat dan menghargai lingkungan pasar di ibukota Jakarta, menyediakan semakin meningkat. Dalam dunia kebutuhan khususnya cabai merah baik pertanian, khusunya dalam produksi dan bagi rumah tangga maupun bagi pedagang penggunaan pupuk, sudah diarahkan eceran, yang menerima pasokan dari pulau dalam pupuk-pupuk yang berbahan dasar Jawa dan Sumatera Utara. Tujuan alam atau bersifat alami organik (organik). pemasaran lainnya adalah untuk Meskipun dalam penerapannya di memenuhi pasar modern (supermarket, masyarakat tidak semudah membalikkan hypermarket). Pasar ini umumnya telapak tangan. Dalam paradigma petani, mempersyaratkan kualitas, jenis cabai pupuk yang bagus adalah pupuk yang merah tertentu dan pengemasan produk langsung memberikan bukti nyata tidak yang baik, juga untuk hotel-hotel dan terlalu lama dan hal ini bisa terlihat pada rumah makan. Konsumen cabai merah pupuk-pupuk kimia. Sementara itu, lainnya adalah perusahaan farmasi dan

164 Habibi dan Elfarisna . 2017. Efisiensi Pemberian Pupuk Organik Cair … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 163 – 172

penggunaan pupuk organik tidak bisa P3 = Pupuk NPK 75% + POC memperlihatkan bukti tersebut. Oleh 150 ml per tanaman karena itu, pupuk-pupuk organik lambat P4 = Pupuk NPK 75% + POC diterima dikalangan petani. Meskipun 200 ml per tanaman demikian, kita tetap harus berupaya agar Setiap perlakuan diulang 5 kali dominasi pupuk kimia lambat laun bisa sehingga terdapat 25 satuan percobaan. digantikan oleh pupuk organik, khusunya Masing-masing satuan percobaan terdiri dikalangan petani sayur dan buah. Dalam dari 3 tanaman, maka jumlah tana- hal ini, petani harus berusaha untuk manyang diteliti 75 tanaman. Uji lanjut mendampingkan pupuk kimia dengan pada penelitian ini menggunakan uji BNJ pupuk-pupuk organik dengan penggunaan taraf 5%. yang bijak, tetapi tetap memberikan hasil yang maksimal (Lingga dan Marsono, Media tanam yang digunakan adalah 2013). tanah dan pupuk kandang sapi dengan perbandingan 1:1. Media tanam kemudian Dalam pemupukan cabai merah besar, dimasukkan dalam polibeg ukuran 40 cm selain pupuk kandang. Pupuk dasar yang X 40 cm dengan berat 10 kg. diberikan adalah 650 kg/ha ZA; 250 kg/ha urea; 500 kg/ha TSP atau SP-36; Bibit tanaman yang sudah membentuk 400 kg/ha KCl; dan 18 kg/ha Borat. Pupuk 5 – 6 helai daun (umur 4 MST) kemudian tunggal tersebut dicampur secara merata dipindahkan ke dalam polibeg. dan diaplikasikan pada bedengan yang Pemupukan NPK diberikan 2 tahap yaitu telah dibuat. Selain pupuk tunggal, dapat pertama diberikan pada awal tanam juga diberikan pupuk majemuk NPK diwaktu pemindahan bibit ke polibeg dan 15:15:15 sebanyak 700 kg/ha (Syukur, pemberian kedua yaitu keseluruhan 2016). Tujuan dilaksanakannya penelitian tanaman berbunga 50% dengan cara pemberian yang sama. Pada label kemasan ini adalah untuk mengetahui pengaruh ® efisiensi pemberian POC untuk pemupukan POC NASA sesuai dengan mengurangi penggunaan NPK terhadap konsentrasi rekomendasi yaitu 2 ml/l tanaman cabai merah besar. dengan perlakuannya yaitu pemberian terhadap tanaman dengan dosis 50 ml per METODE tanaman, 100 ml per tanaman, 150 ml per tanaman, dan 200 ml per tanaman. Dosis Penelitian dilaksanakan pada bulan pupuk NPK yang digunakan sebanyak November 2016 sampai bulan Maret 2017 2,62 g per tanaman (75% dari rekomen- di Kebun Percobaan dan Laboratorium dasi). Pemberian perlakuan dilakukan Fakultas Pertanian Universitas pada umur 1 MST sampai dengan panen Muhammadiyah Jakarta. Lokasi penelitian terakhir setiap seminggu sekali dengan berada pada ketinggian +25 meter di atas menyemprotkan ke seluruh tanaman dan permukaan laut (dpl) dengan jenis tanah sisanya disiramkan ke tanah. Pemanenan Latosol. dilakukan dengan memetik buah cabai yang sudah berwarna merah minimal Penelitian dilakukan menggunakan ¾ bagian dengan mengikut sertakan metode Rancangan Kelompok Lengkap tangkai buah. Pada pemanenan selan- Teracak (RKLT) dengan 5 perlakuan jutnya dapat dilakukan dengan interval yaitu: 2 hari. Paramater yang diamati adalah P = Pupuk NPK 100% (kontrol) 0 tinggi tanaman, diameter batang , umur P = Pupuk NPK 75% + POC 1 berbunga, umur panen, jumlah buah per 50 ml per tanaman tanaman, bobot buah per tanaman, bobot P = Pupuk NPK 75% + POC 2 perbuah, panjang buah, dan diameter 100 ml per tanaman buah.

165 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

HASIL DAN PEMBAHASAN dengan perlakuan lainnya meskipun telah dilakukan pemupukan POC. Pupuk yang Tinggi Tanaman dibutuhkan cabai adalah pupuk yang mengandung unsur hara N, P, dan K yang Pemberian POC tidak berpengaruh disebut unsur hara makro, karena ketiga nyata terhadap tinggi tanaman pada umur unsur hara tersebut secara umum 2 MST sampai 8 MST. Pada umur 2 MST dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar tanaman tertinggi adalah pada perlakuan (termasuk tanaman cabai merah besar). pupuk NPK 75% + POC 50 ml per Pupuk N sangat penting untuk pertum- tanaman (26,48 cm); pada umur 3 sampai buhan vegetatif, pupuk P berperanan 8 MST tanaman tertinggi adalah kontrol, penting dalam pertumbuhan generatif dan secara berurutan tinggi tanaman tertinggi pupuk K berperanan dalam menguatkan dari umur 3 MST sampai dengan 8 MST batang dan perakaran tanaman cabai yaitu 39,85 cm; 55,62 cm; 69,60 cm; (Sudarmi et al. , 2013). Tanaman lebih 81,00 cm; 83,23 cm; dan 84,30 cm (Tabel menggunakan unsur N untuk pertumbuhan 1). pucuk dibandingkan pertumbuhan akar, Pupuk NPK yang diberikan pada sehingga berpengaruh terhadap pertum- perlakuan kontrol mengandung unsur hara buhan tinggi tanaman (Duaja et al. , 2012). yang kadarnya lebih tinggi dibandingkan

Tabel 1. Efisiensi Pemberian POC untuk Mengurangi Penggunaan NPK terhadap Tinggi Tanaman Cabai Merah Besar Tinggi Tanaman (cm) Perlakuan 2 3 4 5 6 7 8 MST MST MST MST MST MST MST Pupuk NPK 100% (kontrol) 23,85 39,85 55,62 69,60 81,00 83,23 84,30 Pupuk NPK 75% + POC 50 ml per 26,48 39,55 52,77 67,00 74,70 76,47 77,03 tanaman Pupuk NPK 75% + POC 100 ml per 25,81 39,26 52,75 68,49 78,80 81,07 81,90 tanaman Pupuk NPK 75% + POC 150 ml per 23,11 36,12 49,94 66,81 76,53 78,33 79,20 tanaman Pupuk NPK 75% + POC 200 ml per 25,79 38,97 52,51 67,80 77,50 78,23 78,87 tanaman

Menurut Subhan et al. (2009), pupuk N minggu sebelumnya meskipun tidak umumnya sangat mobil dalam tanah, berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. sehingga dalam pemupukan nitrogen perlu memperhatikan berbagai faktor. Bila Pada umur 5 – 8 MST tinggi tanaman pupuk nitrogen diberikan ke dalam tanah, terendah yaitu perlakuan NPK 75% + maka harus dijaga dalam aplikasinya agar POC 50 ml per tanaman, hal ini tidak mudah tercuci sebelum diserap oleh kemungkinan unsur hara N tidak tanaman. Kehilangan ini dapat diatasi atau mencukupi untuk pertambahan tinggi dikurangi dengan memasukkan pupuk ke tanaman secara cepat. Menurut dalam tanah sekitar 5 cm dan menu- Hadjowigeno (2010) pertumbuhan tupinya dengan tanah. Pada umur 3 MST tanaman dipengaruhi oleh bermacam- dilakukan pemupukan susulan sehingga macam faktor antara lain: sinar matahari, peningkatan tinggi tanaman pada 4 MST suhu, udara, air, dan unsur-unsur hara cukup tinggi dibandingkan dengan dalam tanah (N, P, K, dan lain-lain). Pertumbuhan tanaman dibatasi oleh faktor

166 Habibi dan Elfarisna . 2017. Efisiensi Pemberian Pupuk Organik Cair … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 163 – 172

yang lebih jelek, unsur N adalah pupuk NPK 75% + POC 200 ml per merupakan faktor pembatas untuk tanaman. pertumbuhan tinggi tanaman, karena terdapat dalam jumlah yang paling kecil. Pada umur 3 MST diameter batang yang besar adalah perlakuan pupuk Diameter Batang NPK 75% + POC 200 ml per tanaman (0,53 cm) tidak berbeda nyata dengan Pengukuran diameter batang diukur perlakuan lainnya, selanjutnya pada umur sekitar 3 cm dari permukaan tanah, 4 MST diameter batang terbesar yaitu pemberian POC tidak berpengaruh nyata seluruh perlakuan yang menggunakan terhadap diameter batang pada umur 3 – POC dengan angka yang sama yaitu 5 MST, berpengaruh nyata pada umur 2, (0,59 cm) tidak berbeda nyata dengan 6, dan 7 MST, dan berpengaruh sangat perlakuan kontrol. Pada umur 5 – 8 MST nyata pada umur 8 MST. Pada umur diameter batang terbesar yaitu perlakuan 2 MST diameter batang yang terbesar kontrol (0,67 cm; 0,79; 0,83; 0,86), tidak adalah perlakuan pupuk NPK 75% + POC berbeda nyata dengan perlakuan lainnya 100 ml per tanaman (0,40 cm) berbeda pada umur 5 MST dan berbeda nyata nyata dengan perlakuan kontrol dan dengan perlakuan pupuk NPK 75% + perlakuan pupuk NPK 75% + POC 150 ml POC 50 ml per tanaman pada umur 6 dan per tanaman dan tidak berbeda nyata 7 MST. Pada umur 8 MST perlakuan dengan perlakuan pupuk NPK 75% + kontrol berbeda nyata dengan perlakuan POC 50 ml per tanaman dan perlakuan lainnya (Tabel 2).

Tabel 2. Efisiensi Pemberian POC untuk Mengurangi Penggunaan NPK terhadap Diameter Batang Tanaman Cabai Merah Besar Diameter Batang (cm) Perlakuan 2 3 4 5 6 7 8 MST MST MST MST MST MST MST Pupuk NPK 100% (kontrol) 0,35a 0,49a 0,58a 0,67a 0,79b 0,83b 0,86b Pupuk NPK 75% + POC 50 ml per 0,39ab 0,51a 0,59a 0,61a 0,71a 0,73a 0,75a tanaman Pupuk NPK 75% + POC 100 ml per 0,40b 0,51a 0,59a 0,63a 0,73ab 0,77ab 0,77a tanaman Pupuk NPK 75% + POC 150 ml per 0,35a 0,50a 0,59a 0,65a 0,73ab 0,78ab 0,78a tanaman Pupuk NPK 75% + POC 200 ml per 0,38ab 0,53a 0,59a 0,66a 0,76ab 0,77ab 0,77a tanaman Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%

Pada umur 4 MST dapat dilihat bahwa tanah (Sinuraya et al. , 2015). Untuk perlakuan POC dapat memberikan angka mengatasi hal tersebut pemberian pupuk yang besar dibandingkan dengan kontrol dapat dilakukan melalui tubuh tanaman (0,59 cm). Hal tersebut membuktikan atau dikenal dengan istilah pupuk daun. bahwa pemberian pupuk kebanyakan Kelebihan yang diperoleh dari pemberian dilakukan melalui tanah, namun cara pupuk melalui daun adalah pupuk daun tersebut mempunyai beberapa kelemahan, umumnya mengandung unsur hara yang diantaranya adalah unsur hara menjadi lengkap terdiri atas unsur makro dan unsur tidak tersedia karena dapat mengalami mikro, unsur hara lebih cepat larut pencucian, penguapan dan terfiksasi sehingga cepat diserap tanaman (diikat) oleh partikel tanah atau misel (Manullang et al. , 2014).

167 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Pada umur 5 – 8 MST terjadi protein yang akan menginduksi ekspresi peningkatan diameter batang pada gen-gen pembentukan organ bunga. perlakuan kontrol dibandingkan dengan Giberelin juga mengaktifkan meristem sub perlakuan lain. Menurut Antonius dan apikal dan menghasilkan bolting yang Rahmi (2016), kebutuhan tanaman memulai pengeluaran bunga (Husnul dan terhadap unsur hara bertambah banyak, Ana, 2013). dan unsur hara dalam tanah tidak dapat memenuhi semua kebutuhan tanaman, sehingga dengan pemberian pupuk NPK Tabel 3. Efisiensi Pemberian POC untuk berpengaruh sangat nyata terhadap Mengurangi Penggunaan NPK pertumbuhan diameter batang pada umur terhadap Umur Berbunga 6 – 8 MST karena dilakukan pemupukan Tanaman Cabai Merah Besar. susulan NPK pada umur 3 MST Umur (berbunga). Menurut Mujiyati dan Perlakuan Berbunga (HST) Supriyadi (2009), pemberian pupuk NPK Pupuk NPK 100% (kontrol) 27,13 mampu meningkatkan nitrogen total 41%, kapasitas tukar kation 21,63%, dan karbon Pupuk NPK 75% + POC 50 ml 26,60 per tanaman organik 2,43% di daerah perakaran pada Pupuk NPK 75% + POC 100 ml 26,93 tanaman cabai. Hara nitrogen antara lain per tanaman berfungsi merangsang pertumbuhan secara Pupuk NPK 75% + POC 150 ml 26,67 keseluruhan, khususnya batang, cabang, per tanaman dan daun (Lingga dan Marsono, 2013). Pupuk NPK 75% + POC 200 ml 25,67 per tanaman Umur Berbunga Pengamatan umur berbunga diamati Dalam penelitian Yeni dan Mulyani pada saat bunga muncul pertama kali yang (2012) hormon giberelin berpengaruh ditandai dengan mekarnya bunga dengan terhadap pembesaran sel-sel, pembungaan mahkota berwarna putih pada bagian atas dan pembuahan. Giberelin juga mampu batang utama (bagian pangkal pecahnya menginduksi terjadinya pembelahan pada cabang) pada saat 3 MST. Pemberian POC sel-sel buah sehingga ukuran buah tidak memberikan pengaruh yang nyata bertambah. Diperkuat oleh Annisa (2009) terhadap umur berbunga. Umur berbunga giberelin akan merangsang dan memper- tercepat yaitu perlakuan pupuk NPK 75% tinggi persentase timbulnya bunga dan + POC 200 ml per tanaman (25,67 HST) buah karena giberelin dapat merangsang tetapi tidak berbeda nyata dengan pembungaan serta dapat mengurangi perlakuan lainnya (Tabel 3). Pada label ® gugurnya bunga dan buah sebelum kemasan POC NASA tertera bahwa POC waktunya. NASA ® memacu pertumbuhan tanaman dan akar, merangsang pengumbian, Selain dari hormon yang dikandung pembungaan dan pembuahan serta POC kandungan unsur P dari pupuk NPK mengurangi kerontokan bunga dan buah dan dosis POC yang tinggi menyebabkan (mengandung hormon/ZPT Auksin, perlakuan tersebut cepat mengalami Giberellin dan Sitokinin), jadi dengan pembungaan. Menurut Hardjowigeno dosis tertinggi POC memberikan umur (2010) fungsi P yaitu sebagai pembelahan berbunga tercepat. sel; pembentukan albumin; pembentukan bunga, buah, dan biji; mempercepat Giberelin berperan dalam inisiasi pematangan; memperkuat batang tidak bunga, giberelin berperan mempercepat mudah roboh; perkembangan akar; pembungaan tanaman melalui pengaktifan memperbaiki kualitas tanaman terutama gen meristem bunga dengan menghasilkan sayur-mayur dan makanan ternak; tahan

168 Habibi dan Elfarisna . 2017. Efisiensi Pemberian Pupuk Organik Cair … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 163 – 172

terhadap penyakit; membentuk Semakin tinggi dosis POC yang nucleoprotein (sebagai penyusun gen, diberikan terhadap tanaman maka RNA= Ribonucleic acid, DNA= tanaman lebih cepat panen disebabkan Deoxyribonucleic acid ); metabolisme karena semakin tinggi juga kadar unsur P. karbohidrat; menyimpan dan Seperti hasil penelitian Aulia et al. (2016) memindahkan energi ( transfer energy ), unsur P juga berfungsi sebagai bahan misalnya ATP= Adenosin tryphosphate , mentah untuk pembentukan sejumlah ADP= Adenosin diphosphate. protein tertentu, membantu asimilasi dan pernafasan sekaligus mempercepat Umur Panen pemasakan biji, dan buah. Pengamatan umur panen dilakukan Jumlah Buah per Tanaman dan Bobot pada saat panen pertama kali yang Buah per Tanaman ditandai dengan buah berwarna merah minimal 75% dalam perbuah. Perlakuan Pemberian POC memberikan pengaruh pemberian POC tidak memberikan penga- yang sangat nyata terhadap jumlah buah ruh yang nyata terhadap umur panen. Pada per tanaman. Jumlah buah per tanaman Tabel 4, umur panen yang cepat yaitu terbanyak yaitu perlakuan kontrol (13,4 perlakuan kontrol (81,07 HST) tidak buah) tidak berbeda nyata dengan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya perlakuan pupuk NPK 75% + POC 200 ml disebabkan karena fosfor berperanan per tanaman dan berbeda nyata dengan penting dalam proses metabolisme perlakuan pupuk POC lainnya (Tabel 5). tanaman yang keberadaannya tidak dapat digantikan oleh unsur hara lain. Fosfor Pengamatan bobot buah per tanaman merupakan komponen penting asam diamati pada saat setiap kali panen nukleat, karena itu menjadi bagian kemuadian ditotal. Berdasarkan hasil esensial untuk semua sel hidup. Fosfor analisis ragam menunjukkan perlakuan sangat penting untuk perkembangan akar, pemberian POC memberikan pengaruh pertumbuhan awal akar tanaman, luas yang nyata terhadap bobot buah per daun, dan mempercepat panen (Subhan et tanaman. Bobot buah per tanaman terberat al. , 2009). yaitu perlakuan kontrol (148,89 g) berbeda nyata dengan perlakuan pupuk Tabel 4. Efisiensi Pemberian POC untuk NPK 75% + POC 50 ml per tanaman dan Mengurangi Penggunaan NPK pupuk NPK 75% (2,62 g/tanaman) + terhadap Umur Panen Tanaman POC 100 ml per tanaman tetapi tidak Cabai Merah Besar berbeda nyata dengan perlakuan pupuk Umur NPK 75% (2,62 g/tanaman) + POC 100 Perlakuan Panen ml per tanaman dan pupuk NPK 75% (HST) (2,62 g/tanaman) + POC 200 ml per Pupuk NPK 100% (kontrol) 81,07 tanaman. Pupuk NPK 75% + POC 50 ml 83,80 per tanaman Pupuk NPK 75% + POC 100 ml 85,00 per tanaman Pupuk NPK 75% + POC 150 ml 82,53 per tanaman Pupuk NPK 75% + POC 200 ml 83,07 per tanaman

169 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Tabel 5. Efisiensi Pemberian POC untuk Mengurangi Penggunaan NPK terhadap Jumlah Buah Per tanaman dan Bobot Buah Per tanaman Cabai Merah Besar. Jumlah Buah Per Bobot Buah Per Perlakuan tanaman tanaman (g) Pupuk NPK 100% (kontrol) 13,4b 148,89b Pupuk NPK 75% + POC 50 ml per tanaman 9,27a 99,51a Pupuk NPK 75% + POC 100 ml per tanaman 8,67a 111,14ab Pupuk NPK 75% + POC 150 ml per tanaman 8,00a 103,89a Pupuk NPK 75% + POC 200 ml per tanaman 10,27ab 125,36ab Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%

Secara umum, bila dibandingkan antara satu buah. Perlakuan pemberian POC pupuk organik dan anorganik, maka tidak memberikan pengaruh yang nyata terlihat bahwa pupuk anorganik cenderung terhadap panjang buah. Panjang buah memberikan hasil yang lebih baik perlakuan pupuk NPK 75% + POC 200 ml disebabkan kandungan unsur hara pada per tanaman (12,98 cm) tidak berbeda pupuk anorganik lebih tinggi dari pada nyata dengan perlakuan lainnya (Tabel 6). pupuk organik. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wartapa et al. (2010) yang Pengamatan diameter buah diamati menyatakan bahwa pupuk anorganik pada setiap kali panen dan diukur semua memberikan hasil terbaik terhadap jumlah buah. Perlakuan pemberian POC tidak buah dan berat buah per tanaman memberikan pengaruh yang nyata dibanding POC ataupun kombinasinya. terhadap diameter buah. Diameter buah Perlakuan pupuk NPK 75% + POC 150 ml Sementara itu perlakuan pupuk NPK per tanaman (1,52 cm) tetapi tidak 75% + POC 200 ml per tanaman berbeda nyata dengan perlakuan lainnya memberikan bobot buah tertinggi setelah (Tabel 6). kontrol, karena dengan dosis pemupukan ® tinggi akan meningkatkan bobot buah Hormon sitokinon pada POC NASA cabai, seperti menurut Suharja dan dapat meningkatkan panjang buah, Sutarno (2009). Ketersediaan unsur N, P, diameter buah, bobot per buah. Menurut K dan bahan organik yang berasal dari Ignatius et al. (2014) pada tahap pupuk kimia dan POC secara bersama- pertumbuhan dan perkembangan tanaman sama mampu meningkatkan bobot buah selanjutnya menunjukkan bahwa berbagai cabai. dosis POC dapat meningkatkan panjang buah, diameter buah, bobot per buah, dan Bobot per Buah, Panjang Buah, dan bobot buah per tanaman. Hal ini tidak Diameter Buah terlepas dari pengaruh ketersediaan hormon auksin yang sangat penting bagi Pemberian POC memberikan pengaruh pertumbuhan dan perkembangan buah yang nyata terhadap bobot buah per maupun unsur hara yang sudah tersedia tanaman. Bobot per buah perlakuan pupuk dari POC. Auksin sangat berperan dalam NPK 75% + POC 200 ml per tanaman pembentukan dan perkembangan buah. (12,45 g) tetapi tidak berbeda nyata Penambahan auksin secara eksogen dengan perlakuan lainnya (Tabel 6). melalui POC dengan berbagai dosis dapat meningkatkan jumlah dan ukuran sel yang Pengamatan panjang buah diamati pada bersama-sama dengan hasil fotosintat saat setiap kali panen dan diukur setiap mampu meningkatkan komponen hasil.

170 Habibi dan Elfarisna . 2017. Efisiensi Pemberian Pupuk Organik Cair … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 163 – 172

Tabel 6. Efisiensi Pemberian POC untuk Mengurangi Penggunaan NPK terhadap Bobot Satu Perbuah, Panjang Buah, dan Diameter Buah Tanaman Cabai Merah Besar Bobot per Panjang Diameter Perlakuan Buah (g) Buah (cm) Buah (cm) Pupuk NPK 100% (kontrol) 11,15 12,33 1,46 Pupuk NPK 75% + POC 50 ml per tanaman 10,79 12,70 1,43 Pupuk NPK 75% + POC 100 ml per tanaman 13,12 12,87 1,51 Pupuk NPK 75% + POC 150 ml per tanaman 13,06 12,66 1,52 Pupuk NPK 75% + POC 200 ml per tanaman 12,45 12,98 1,51

Selain itu, kandungan mikroorganisme kontrol memberikan hasil yang terbaik yang terdapat di dalam POC juga dapat untuk tinggi tanaman, diameter batang, meningkatkan penguraian dan keter- umur panen, jumlah buah per tanaman, sediaan bahan-bahan organik di dalam dan bobot buah per tanaman. Perlakuan tanah sehingga menjadi tersedia bagi Pupuk NPK 75% + POC 150 ml per tanaman. Dengan dosis pupuk organik tanaman memberikan nilai yang tinggi yang berbeda, artinya jumlah auksin untuk diameter buah. Sedangkan perla- maupun unsur hara yang memberikan kuan pupuk NPK 75% + POC 200 ml per kontribusi bagi pertumbuhan dan tanaman memberikan nilai yang cepat perkembangan buah juga berbeda, untuk umur berbunga, bobot perbuah, dan demikian juga jumlah miroorganisme panjang buah. Pupuk NPK 75% + POC yang turut berperan terhadap penguraian 200 ml per tanaman dapat direkomen- bahan-bahan organik juga berbeda, dasikan untuk petani sebagai dosis sehingga semakin banyak dosis POC yang penggunaan POC untuk mengurangi NPK diberikan seperti yang dicobakan dapat tanaman cabai merah besar karena semakin meningkatkan panjang buah, beberapa parameter memberikan nilai bobot per buah (Ignatius et al. , 2014). tertinggi untuk produksi tanaman. Untuk diameter buah terdapat pengaruh DAFTAR PUSTAKA genetik yang menyebabkan besarnya diameter buah pada perlakuan NPK 75% Annisa. 2009. Pengaruh Induksi Giberelin + POC 150 ml per tanaman, salah satu terhadap Pembentukan Buah tanaman mempunyai buah yang pendek Partenokarpi pada Beberapa Varietas dan diamater besar. Menurut Elisa (2017) Tanaman Semangka ( Citrulus vulgaris faktor dalam atau faktor genetik adalah Schard). Skripsi. Fakultas Pertanian faktor tanaman itu sendiri, yaitu sifat yang Universitas Sumatera Utara. Medan. terdapat di dalam bahan tanam/benih yang Antonius dan A. Rahmi. 2016. Pengaruh digunakan dalam budidaya tanaman. Pemberian Pupuk NPK DGW Compaction dan POC Ratu Biogen SIMPULAN terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabe Rawit ( Capsicum Pemberian POC untuk mengurangi frutescent L.) Hibrida F-1 Varietas penggunaan NPK tidak memberikan Bhaskara. Jurnal Agrifor, Vol. 15 (1): pengaruh terhadap tinggi tanaman, umur 15 – 22. berbunga, umur panen, panjang buah dan Aulia, F., H. Susanti dan E.N. Fikri. 2016. diameter buah; berpengaruh nyata Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati dan terhadap bobot buah per tanaman dan Mikoriza terhadap Intensitas Serangan bobot per buah; serta sangat berpengaruh Penyakit Layu Bakteri ( Ralstonia nyata terhadap diameter batang dan solanacearum ), Pertumbuhan, dan jumlah buah per tanaman. Perlakuan

171 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Hasil Tanaman Tomat. Jurnal Ziraa’ah, Sinuraya, M.A., A. Barus, dan Y. Vol. 41 (2): 250 – 260. Hasanah. 2015. Respon Pertumbuhan Badan Pusat Statistik. 2015. Distribusi dan Produksi Kedelai ( Glycine max Perdagangan Komoditas Cabai Merah (L.) Meriil) terhadap Konsentrasi dan Indonesia 2015. Katalog BPS. Jakarta. Cara Pemberian Pupuk Organik Cair. Duaja., M.D., Gusniwati, Z.F. Gani dan H. Jurnal Agroekoteknologi, Vol.4. (1): Salim. 2012. Pengaruh Jenis Pupuk 1721 – 1725. Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Subhan, N. Nurtika dan N. Gunadi. 2009. Dua Var Selada ( Lactuca sativa L.). Respons Tanaman Tomat terhadap Jurnal Bioplantae, Vol. 1 (3): 154 - Penggunaan Pupuk Majemuk NPK 15- 160. 15-15 pada Tanah Latosol pada Musim Elisa. 2017. Faktor-Faktor yang Kemarau. Jurnal Hortikultura, Vol. 19 Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman. (1): 40 – 48. Artikel Universitas Gadjah Mada. Sudarmi, Nugraheni R., Catur Rini S.N., (http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/dow Yos Wahyu H., A. Setyarini. 2013. nload/26025/2e079dbb366cc809b6dcd Kajian Dosis Pupuk NPK terhadap 3ba966f97d3. diakses 07 April 2017). Hasil dan Analisis Usaha Tani Cabe Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. CV Rawit Rama ( Capsicum frutesence ). Akademika Pressindo. Jakarta. Jurnal Widyatama, Vol. 22 (1): 71 – Husnul, Ana., H. 2013. Pengaruh Hormon 79. Giberelin dan Auksin terhadap Umur Suharja dan Sutarno. 2009. Biomassa, Pembungaan dan Persentase Bunga Kandungan Klorofil dan Nitrogen menjadi Buah pada Tanaman Tomat Daun Dua Varietas Cabai ( Capsicum (Lycopersicum esculentum Mill.). annum ) pada Berbagai Perlakuan Jurnal Hortikultura 11 (1): 66 – 72. Pemupukan. Jurnal Nusantara Yogyakarta. Bioscience, 1: 9 – 16. Ignatius, H., Irianto, dan A. Riduan. 2014. Syukur. 2016. 8 Kiat Sukses Panen Cabai Respon Tanaman Terung ( Solanum Sepanjang Musim (Penghujan & melongena L.) terhadap Pemberian Kemarau). PT AgroMedia Pustaka. Pupuk Organik Cair Urine Sapi. Jurnal Jakarta. Penelitian Universitas Jambi Seri Sains, Tim Bina Karya Tani. 2013. Pedoman Vol. 16 (1): 31 – 38. Bertanam Cabai. Yrama Widya. Lingga, P. dan Marsono. 2013. Petunjuk Bandung. Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Wartapa, S. Sugihartiningsih, S. Astuti Jakarta. dan Sukadi. 2010. Pengaruh Jenis Manullang, G.S., A. Rahmi, dan P. Astuti. Pupuk dan Tanaman Antagonis 2014. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi terhadap Hasil Cabai Rawit ( Capsicum Pupuk Organik Cair terhadap frutescence ) Budidaya Vertikultur. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, Vol. 6 (2). (Brassica juncea L.) Varietas Tosakan. Yeni, T. dan H.R.A. Mulyani. 2012. Jurnal Agrifor, Vol. 13 (1): 33 – 40. Pengaruh Induksi Giberelin terhadap Mujiyati dan Supriyadi. 2009. Pengaruh Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pupuk Kandang dan NPK terhadap Cabai Merah (Capsicum Annum L) Populasi Bakteri Azotobacter dan sebagai Sumber Belajar Biologi. Azospirillum dalam Tanah pada Bioedukasi Jurnal Pendidikan Biologi, Budidaya Cabai ( Capsicum annum ). Vol. 5 (1). Jurnal Bioteknologi, Vol 6 (2): 63 – 69.

172

PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA TANI EMPON- EMPON DI DESA MIRI KECAMATAN KISMANTORO, KABUPATEN WONOGIRI Suminah*, Arip Wijianto, Hanifah Ihsaniyati dan Eksa Rusdiyana Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta *E-mail: [email protected] Diterima: 10/09/2017 Direvisi: 22/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK Tanaman empon-empon saat ini kian menjanjikan keuntungan, karena permintaan komoditas empon-empon terus meningkat dari waktu ke waktu. Empon-empon biasanya sebagai bahan baku untuk jamu tradisional dan obat herbal, selain itu juga dapat digunakan untuk tanaman obat dan bahan untuk kosmetik. Tanaman empon-empon sebagai salah satu tanaman andalan bagi kelompok wanita tani Ngudi Waras dan Berkah Mandiri di desa Miri, Kecamatan Kismantoro selama ini belum dikembangkan potensinya secara optimal. Kedua kelompok wanita tani tersebut dapat panen empon- empon sekitar 7 sampai dengan 15 ton per pasaran setiap 5 hari sekali yang dijual ke tengkulak dalam bentuk empon-empon basah dengan harga yang sangat rendah, kunyit Rp 600 per kg, jahe Rp 6.000 per kg, kencur Rp 2.000 per kg, temu lawak Rp 2.000 per kg, dan kunyit putih Rp 2.000 per kg. Oleh karena itu diperlukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk: (1) mengolah empon-empon menjadi simplisia dengan introduksi alat tepat guna (mesin perajang dan pengering); (2) pelatihan pembuatan permen herbal; (3) manajemen pemasaran simplisia; dan (4) pendampingan untuk pelatihan penggunaan alat, pelatihan manajemen (fungsi kelompok, dinamika kelompok, administrasi kelompok, motivasi kelompok, kewirausahaan). Kata kunci: Empon-empon, pemberdayaan, simplisia, wanita tani THE EMPOWERMENT OF FEMALE FARMER GROUP OF TUBER FARMER IN MIRI VILLAGE, KISMANTORO SUBDISTRICT, DISTRICT OF WONOGIRI ABSTRACT Nowday, spices brings much benefit because of the continuous increase of its commodity demand from time to time. The tuber materials are usually used as raw materials in making traditional herbs drink or medicinal herbs, medicinal plans and materials for cosmetic. All this time, tuber as one of potential plants for the female farmer group in the area of Ngudi Waras and Berkah Mandiri, Miri Village, Kismantoro Subdistrict, District of Wonogiri are not developed optimaly yet. Each female farmer group can reach harvest as mush as 7 until 15 ton per market in every 5 days and they were sold to the broker in form of wet tuber with low price, namely turmeric is Rp 600 per kg, gingger is Rp 6.000 per kg, and greater galingale is Rp 2.000 per kg. It needs to take a variety efforts for overcome these problems. The purpose of this activities are to: (1) process the tubers into simplicia trough the introduction of appropriate tools (chopper and dryer machine); (3) marketing

173 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

management of simplicia; and (4) facilitting and training in the use of tools, management training (group functions, group dynamics, group administration, group motivation, and entrepreneurship). Keywords : Empowerment, simplicia, tubers, woman farmer

PENDAHULUAN Rp 3.000 per kg, sedangkan kencur dibeli seharga Rp 3.000 – Rp 3.500 per kg. Pemberdayaan masyarakat khususnya kelompok wanita tani yang mayoritas Berdasarkan hasil survei, saat ini berada di perdesaan sangat penting untuk kelompok tani “Ngudi Waras” memiliki dilakukan. Masyarakat (kelompok wanita anggota kelompok sebanyak 15 orang Ibu- tani) di Desa Miri, memiliki peran yang Ibu yang semuanya menjual jamu sangat penting dalam menunjang gendong, sedangkan kelompok tani keberhasilan pembangunan desa. Dengan “Berkah Tani” memiliki anggota sebanyak demikian, maka perlu dilakukan 15 orang, mereka hanya bertani empon- pemberdayaan, sehingga mereka yang empon sambil sesekali mngeringkan belum berdaya ( powerless ) menjadi empon-emponnya. Berkaitan dengan mandiri dan dapat meningkatkan pengolahan jamu gendong, kelompok kesejahteraan ekonominya ( powerfull ). wanita tani “Ngudi Waras ” tersebut dari proses produksi sudah baik, tetapi hanya Tanaman empon-empon saat ini kian monoton menjual jamu gendong yang menjanjikan keuntungan, karena per- lamanya sudah puluhan tahun. Produksi mintaan komoditas empon-empon yang jamu gendong, per orang per hari terus meningkat dari waktu ke waktu. memproduksi sekitar 1 kg empon-empon. Empon-empon seperti jahe, kunyit, Untuk menambah pendapatannya kencur, temu lawak, temu giring, dan kemudian anggota kelompok juga lempuyang biasanya sebagai bahan baku membuat jahe instan yang dipasarkan untuk memproduksi jamu, selain itu juga sambil menjual jamu gendong. Produksi dapat digunakan untuk tanaman obat jahe instan rata-rata per orang dapat herbal dan bahan untuk kosmetik. membuat 1 kg jahe dua hari sekali, dengan Tanaman empon-empon merupakan kemasan yang sudah baik yaitu tanaman andalan bagi kelompok wanita dibungkus plastik kecil-kecil yang dijual tani “Ngudi Waras” dan “Berkah Tani” di seharga Rp 700 per bungkus dan sudah Desa Miri, yang selama ini belum ada yang di bungkus aluminium foil dan dikembangkan potensinya secara optimal. kardus kemasan. Agar supaya produk Melalui pengepul yang ada di Desa Miri olahan empon-empon dapat berkembang, kelompok tani tersebut dapat menjual maka perlu dilakukan diversifikasi produk empon-empon dengan omzet produksi dengan mengolah empon-empon menjadi sekitar 7 ton sampai dengan 8 ton empon- permen herbal, yang dapat dipasarkan empon setiap pasaran (5 hari sekali). bersamaan dengan jamu gendongnya, Selama ini, selain diolah sebagai jamu selain disetorkan ke toko-toko yang ada gendong, tanaman empon-empon dibeli disekitarnya. oleh pedagang pengepul yang mendatangi ke rumah-rumah petani, dengan harga Untuk kelompok tani “Berkah Tani” yang relatif rendah. Untuk empon-empon sebagian besar mereka hanya menjual jahe hanya di beli seharga Rp 5.000 – empon-empon basah ke pengepul, dan Rp 6.000 per kg, kunyit, temu lawak, sebagian lagi ada yang sudah membuat kunyit putih di beli seharga Rp 2.000 – simplisia secara manual, alat perajang dengan pisau dapur dan pengeringan

174 Suminah et al . 2017. Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani Empon … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 173 – 183

dengan sinar matahari. Ketika musim Hal ini menjadi masalah yang urgent bagi penghujan mereka tidak memproduksi lagi anggota kelompok karena dengan adanya karena tidak bisa mengeringkan, apabila alat perajang dan pengering empon-empon tetap mengeringkan kualitasnya tidak baik dapat meningkatkan produksi dan kualitas dan sering tidak diterima oleh pedagang, simplisia sesuai standar sehingga harga kalaupun ada yang membeli dengan harga per kg nya juga dapat maksimal. Selain yang sangat rendah. Apabila simplisianya itu, tenaga kerja yang digunakan dalam sesuai standar yang ditentukan PT. proses penjemur di saat musim penghujan Deltomet harga simplisia jahe bisa sampai menjadi tidak efisien, karena mereka Rp 36.000 per kg; kunyit, kunyit putih, harus berkali-kali untuk proses pen- kencur, temu lawak, dan temu giring jemuran, meskipun demikian masih harganya bisa sampai Rp 23.000 – banyak empon-empon yang terbuang Rp 26.000 per kg. karena busuk akibat proses penjemuran. Untuk kelompok tani “Ngudi Waras” agar Selain itu, di Desa Miri juga masih supaya pendapatannya meningkat selain banyak masyarakat usia produktif yang menjual jamu gendong dan jahe instan, belum mempunyai pekerjaan tetap perlu pelatihan diversifikasi produk (pengangguran). Hal ini merupakan membuat permen herbal berbahan baku persoalan tersendiri dalam pembangunan empon-empon, yang dapat dijual yang harus segera dicarikan peme- bersamaan dengan jamu gendong dan cahannya. Kondisi ini sangat memung- dititipkan di toko yang ada disekitarnya. kinkan untuk diintegrasikan dengan usaha pengolahan empon-empon menjadi aneka Disisi lain manajemen kelompok, produk yang memiliki nilai ekonomi kedua kelompok tani tersebut juga masih tinggi seperti permen dan simplisia yang belum baik, hal ini dapat di lihat dari sesuai standar. harga jual empon-empon dan olahan empon-empon mereka yang berbeda-beda Hal ini merupakan persoalan yang harganya, karena selama ini mereka harus segera dicarikan pemecahannya. menjual sendiri-sendiri tidak dikelola oleh Kondisi ini sangat memungkinkan untuk kelompok. Kedua kelompok tani tersebut dikembangkan melalui inovasi alat juga belum memiliki pembukuan teknologi tepat guna mesin perajang sederhana, sehingga tidak tahu persis empon-empon dan rumah pengering, berapa keuntungan yang diperoleh. Tetapi karena potensi bahan baku mudah waktu ditanya mereka mengatakan diperoleh di daerah tersebut dan untung, tetapi tenaga mereka yang hampir mengginggat pemasaran produksi juga melibatkan seluruh waktu, tidak mereka tidak ada masalah lagi karena pemerintah perhitungkan, sehingga hal ini sangat daerah sudah menjalin kerjasama dengan perlu adanya pelatihan pembukuan PT. Deltomet yang siap membeli sederhana, analisis usaha, motivasi usaha, berapapun banyaknya simplisia asalkan manajemen kelompok dan kewirausahaan, sesuai standar yang telah ditentukan. untuk itu maka sangat perlu dilakukan pemberdayaan pada kedua kelompok Berdasarkan latar belakang per- masalahan yang dihadapi oleh kelompok tersebut. tani “Ngudi Waras” dan “Berkah Tani” Konsep Pemberdayaan Masyarakat dalam pengembangan pengolahan empon- empon dapat diidentifikasi bahwa Pemberdayaan yang merupakan terje- kelompok tani belum memiliki alat mahan dari kata aslinya “ empowerment ”. perajang empon-empon untuk simplisia, Pemberdayaan adalah upaya untuk dan alat pengering simplisia yang dapat membangun daya dengan mendorong digunakan pada saat musim penghujan. (encourage ), memotivasi, dan mem-

175 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

bangkitkan kesadaran untuk mengem- akan kondisi-kondisi yang menciptakan bangkannya (Kartasasmita, 1996). Ife dan memelihara adanya ketidak- dan Frank (2008) mengemukakan bahwa berdayaan dan upaya penghapusan “empowerment means providing people segala kondisi tersebut. Conger dan with the resource, opportunities, know- Kanungo (1988) juga memprakarsai ledge, and skills to increase their pendekatan psikologis dalam memahami capacity to determine their own future, pemberdayaan. and participate in and affect the life of their community”. Untuk mencapai Pengembangan selanjutnya dilakukan pemberdayaan tersebut, berbagai strategi oleh Thomas dan Velthouse (1990) yang dapat dilakukan yaitu: kebijakan dan mendefinisikan pemberdayaan sebagai perencanaan, aksi social, penyuluhan, motivasi tugas instrinsik. Lebih lanjut pelatihan, dan penyadaran. dijelaskan bahwa konsep pemberdayaan menunjukkan kemampuan seseorang Czuba dan Page (1999) mende- untuk berperilaku secara mandiri dan finisikan pemberdayaan sebagai proses penuh tanggung jawab terhadap peker- multidimensi sosial yang membantu jaannya. Namun, pemerdayaan perlu orang mendapatkan kontrol atas memperhatikan kemampuan seseorang kehidupan mereka sendiri. Konsep agar menjadi efektif. Kemampuan pemberdayaan tersebut berkaitan erat seseorang tersebut diindikasikan oleh dengan bagaimana merubah, membagi, self efficacy dari masing-masing mendapatkan, mengeluarkan, mengu- individu. rangi, dan menghilangkan kekuasaan. Dengan definisi tersebut, pemberdayaan Pemberdayaan masyarakat dapat dipandang sebagai proses yang menum- dipandang sebagai jembatan bagi buhkan kekuasaan pada individu untuk konsep-konsep pembangunan makro dan digunakan dalam kehidupan individu mikro. Dengan demikian, berbagai input sendiri, komunitas atau kelompok seperti dana, sarana dan prasarana, yang maupun dalam masyarakat. Lebih lanjut dialokasikan kepada masyarakat melalui dijelaskan bahwa pemberdayaan adalah berbagai program pembangunan harus suatu proses dimana individu atau ditempatkan sebagai perangsang untuk kelompok mendapatkan kekuasaan dan memacu percepatan kegiatan sosial akses pada sumber daya serta memiliki ekonomi masyarakat. Proses ini kontrol terhadap diri mereka sendiri. diarahkan untuk meningkatkan kapasitas Untuk mewujudkan hal tersebut, masyarakat ( capacity building ) melalui individu maupun kelompok haruslah pemupukan modal yang dapat mencip- meningkatkan kemampuan untuk takan pendapatan masyarakat, dengan pencapaian tujuan. lima prinsip, yaitu: (1) mudah diterima dan didayagunakan oleh masyarakat Pada pendekatan psikologis, Spreitzer (acceptable ); (2) dikelola secara terbuka (1995) menguji pendekatan psikologis dan tertanggung jawab ( accountable ); dengan mempertanyakan apa dan untuk (3) menguntungkan secara ekonomis apa seseorang diberdayakan. Pember- (profitable ); (4) hasilnya dapat dayaan merupakan sesuatu yang dilestarikan oleh masyarakat sehingga berkelanjutan sehingga tidak terbatas menciptakan pemupukkan modal dalam untuk menjawab pertanyaan diber- wadah social ekonomi setempat dayakan atau tidak. Menurut Conger dan (sustainable ); dan (5) pengelolaan dana Kanungo (1988) mendefinisikan pem- dan pelestarian hasil mudah digulirkan berdayaan sebagai suatu proses dan dikembangkan ( replicable ) peningkatan self efficacy di antara (Kartosasmita dan Sumodiningkrat, anggota organisasi melalui pengenalan 1996).

176 Suminah et al . 2017. Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani Empon … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 173 – 183

Aplikasi pemberdayaan masyarakat bersifat keahlian dalam aktivitas tidak semudah yang dibayangkan. ekonomi) yang secara langsung terkait Dalam hal ini perlu komitmen semua dengan kegiatan sehari-hari. Akan tetapi pihak yang terlibat dalam pencapaian untuk menjaga kelangsungan keber- tujuan pemberdayaan. Pemberdayaan ini langsungannya adalah tidak mungkin merupakan suatu usaha untuk jika hanya mengandalkan pelatihan meningkatkan inisiatif, tangung jawab keterampilan semata. Oleh karena itu, dan kapabilitas masyarakat dalam upaya selain peningkatan ketrampilan perlu pelaksanaan pembangunan. Beberapa hal disertai dengan peningkatan aktualisasi yang berkaitan dengan konsep pember- diri (melalui proses penyadaran terhadap dayaan, diantaranya: (1) pemberdayaan peran perempuan dalam ekonomi rumah adalah kepercayaan kepada masyarakat tangga dan lingkungan sosial). Untuk dan kemampuan mereka, artinya itu, perlu ada suatu rancangan pelatihan pemberdayaan merupakan suatu usaha yang komprehensif yang memadukan atau komitmen untuk memberanikan unsur-unsur peningkatan ketrampilan masyarakat dalam melakukan yang (skill ), penambahan pengertian terbaik; (2) pemberdayaan adalah suatu (cognition ), dan kesadaran akan proses dimana pemerintah memampukan martabat diri ( dignity ) dalam rumusan masyarakatnya dalam suatu tim kerja yang sistematis, praktis, terukur dan untuk menghasilkan sesuatu dengan operasional. menyediakan lingkungan yang diperlukan; (3) pemberdayaan adalah Pemberdayaan merupakan suatu meningkatkan kewenangan dan proses yang pada hakikatnya bertujuan kebebasan masyarakat untuk mengambil untuk terwujudnya “perubahan”. Oleh keputusan; serta (4) pemberdayaan karena itu, mulai dari titik mana kita merupakan praktek manajemen masa melihat bahwa individu tergerak ingin kini yang berkenaan dengan pemberian melakukan suatu sikap dan perilaku tanggungjawab, sumberdaya dan kewe- kemandirian, termotivasi, dan memiliki nangan yang lebih besar kepada ketrampilan yang diperlukan untuk masyarakat. melaksanakan pekerjaan dalam rambu- rambu nilai/norma yang memberikannya Pemberdayaan perempuan lebih rasa keadilan dan kedamaian dalam berkaitan dengan peningkatan kualitas mencapai tujuan bersama untuk keterlibatan dan partisipasi mereka kesejahteraan. dalam bidang pekerjaan yang ditekuni. Salah satu pendekatan kebijakan yang Sebagian besar perempuan diposi- berkaitan dengan kedudukan perempuan sikan dalam peran domestik, sehingga dalam pembangunan adalah pendekatan keterampilan yang dimiliki pun pemberdayaan ( the empowerment mengarah ke peran yang sifatnya keibu- approach ). Pendekatan tersebut mene- ibuan. Dalam perkembangannya, seiring kankan pentingnya perempuan untuk dengan situasi krisis ekonomi yang tidak meningkatkan keberdayaannya dan kunjung berhenti, perempuan tidak menempatkan pemberdayaan dalam arti mungkin berpangku tangan dan akhirnya kecakapan atau kemampuan perempuan harus mampu melakukan sesuatu untuk untuk meningkatkan kemandirian ( self menambah pendapatan keluarga. Dalam reliance ) dan kekuatan dalam dirinya kondisi tidak mempunyai bekal (internal strength ). pengetahuan dan ketrampilan, maka perempuan hanya mampu memperoleh Pemberdayaan perempuan secara hasil yang tidak optimal. Kondisi seperti pragmatis dapat ditempuh dengan cara ini akan terus berlangsung apabila tidak meningkatkan ketrampilan (yang lebih ada upaya untuk memperbaiki, karena

177 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

pada dasarnya relasi yang timpang focus group discussion (FGD) dengan antara laki-laki dan perempuan telah khalayak sasaran. FGD diikuti sebanyak berakar sepanjang hidup manusia. 25 orang yang terdiri atas 20 orang dari kelompok Wanita Tani Ngudi Waras dan Melihat kondisi yang demikian, maka Berkah Tani masing-masing 10 orang, mengajak kaum perempuan untuk lebih Kepala Desa Miri, Ketua PKK Desa Miri, kritis memandang dan menilai dan 3 orang tim pengabdian dari permasalahan yang ada di sekitar Universitas Sebelas Maret. Khalayak merupakan langkah yang mendesak sasaran dalam pemberdayaan ini adalah untuk dilakukan. Melalui proses kelompok wanita tani “Ngudi Waras” dan penyadaran diri kaum perempuan “Berkah Tani” di Desa Miri. Pemilihan diharapkan mampu bersikap kritis lokasi ditentukan secara purposive , yaitu terhadap situasi yang berkembang di daerah sentra empon-empon sehingga lingkungannya dan mampu merumuskan diharapkan mempunyai peluang untuk apa yang sebaiknya dilakukan. berkembang. Kegiatan ini dilaksanakan selama 6 bulan untuk memfasilitasi Pemberdayaan perempuan secara sasaran sehingga mampu menjadi pragmatis dapat ditempuh dengan cara kelompok yang mandiri dalam pengolahan meningkatkan ketrampilan (yang lebih empon-empon, yaitu mulai bulan Mei bersifat keahlian dalam aktivitas ekonomi) yang secara langsung terkait sampai Oktober 2017. dengan kegiatan sehari-sehari. Dalam Penerapan metode edukasi, fasititasi kaitannya dengan kehidupan masyarakat ipteks, dan pendampingan secara rinci yang dinamis, pemberdayaan lebih dapat dijelaskan sebagai berikut: merupakan suatu upaya untuk (1) Introduksi alat tepat guna mesin memberikan kemampuan sekaligus perajang empon-empon yang memiliki kesempatan kepada masyarakat untuk kapasitas produksi 5 kuintal per jam. Alat ikut berperan aktif dalam proses tersebut dapat merajang empon-empon pembangunan. dengan cepat, sehingga dapat efisien waktu dan tenaga. (2) Kendala proses Komitmen pemerintah untuk pengeringan empon-empon yang sudah mewujudkan kesetaraan dan keadilan dirajang ketika musim penghujan diatasi gender juga sangat tinggi melalui dengan membuat alat pengering program pemberdayaan perempuan. menggunakan sumber panas gas dengan Konsep pemberdayaan perempuan ini rak vertikal dan menerapkannya untuk muncul setelah konferensi perempuan proses pengeringan empon-empon, sedunia IV di Beijing. ” The Millenium sehingga secara otomatis akan Development Goals ” (MDGs) meningkatkan volume penjualan dan mempromosikan kesetaraan gender dan menjamin kontinuitas (keberlanjutan) pemberdayaan perempuan sebagai cara produksi usaha. (3) Pelatihan pembuatan efektif untuk memerangi kemiskinan, permen herbal berbahan baku empon- kelaparan, dan penyakit serta empon. (4) Pelatihan peningkatan menstimulasi pembangunan yang kapasitas anggota kelompok dan sungguh-sungguh dan berkelanjutan pendampingan kelompok dalam (OECD dalam Mardikanto, 2010). pengembangan usaha. Dalam hal ini METODE kelompok akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan tentang fungsi kelompok Kegiatan pemberdayaan ini meng- usaha, apa peran masing-masing dalam gunakan metode edukasi, fasititasi ipteks, berkelompok khususnya kelompok dalam dan pendampingan, yang sebelumnya pengembangan kewirausahaan. Termasuk sudah didahului dengan observasi dan di dalamnya adalah membuat pembukuan

178 Suminah et al . 2017. Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani Empon … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 173 – 183

sederhana, manajemen usaha dan Kelompok wanita tani dalam pelatihan motivasi usaha, serta analisis pengolahan empon-empon menjadi usaha. Partisipasi kelompok dalam simplisia sering mengalami kesulitan kegiatan ini adalah kelompok ketika musim penghujan, yaitu kendala menyediakan tempat pelatihan, bahan dalam proses pengeringan empon-empon. baku dan peralatan penunjang. Hal ini solusinya adalah dengan membuat alat pengering simplisia (cabinet fryer ), HASIL dengan sumber panas dari kompor gas. Tempat pengeringannya dengan Kegiatan pemberdayaan ini dilakukan menggunakan sistem rak vertikal. Dengan oleh 4 orang Tim IbM (Ipteks bagi adanya inovasi alat teknologi tersebut Masyarakat) program studi Penyuluhan kerja anggota kelompok wanita tani dan Komunikasi Pertanian dan dibantu menjadi lebih cepat, efisien, serta oleh 2 orang mahasiswa. Sebelum kualitasnya lebih baik terutama jika pada kegiatan pelatihan di mulai, sasaran di jelaskan terlebih dahulu tujuan musim penghujan. diadakannya kegiatan pemberdayaan pada Aplikasi alat pengering empon-empon masyarakat melalui program ipteks bagi pada dua kelompok tani yaitu kelompok masyarakat dan tujuan pelatihan. wanita tani “Ngudi Waras” dan “Berkah Kemudian dilanjutkan dengan Tani” di Desa Miri, secara otomatis dapat penyampaian materi pelatihan dan praktek meningkatkan produksi baik dari segi penggunaan alat perajang empon-empon kuantitas maupun kualitas produk. dan alat pengering ( cabinet dryer ) Dengan demikian volume penjualan juga simplisia, serta pelatihan untuk akan meningkat dan dapat menjamin peningkatan kapasitas anggota kelompok kontinuitas (keberlanjutan) produksi usaha tani dalam mengelola usaha penggolahan penggolahan empon-empon menjadi empon-empon. simplisia. Sebelumnya kelompok wanita tani ketika musim hujan berhenti Peningkatan Produksi Melalui memproduksi simplisia, dan ketika Introduksi Teknologi Tepat Guna kemarau proses pengeringan dilakukan Mesin Perajang Empon-Empon sampai 5 hari dengan matahari. Kapasitas Pemberdayaan dengan introduksi alat alat pengering ( cabinet fryer ) tersebut tepat guna mesin peranjang empon-empon sebesar 100 kg empon-empon per 12 jam, ini memiliki kapasitas sebesar 5 kuintal lengkap dengan thermometer pengatur per jam, dan terbuat dari plat besi . Dengan suhu, berukuran 160 cm x 150 cm. adanya mesin perajang ini anggota kelompok tani menjadi efisien waktu, Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani sehingga waktu yang biasanya digunakan Melalui Pelatihan Pembuatan Permen untuk merajang secara manual dapat Herbal Berbahan Baku Empon-Empon digunakan untuk kegiatan yang lain agar Proses pelatihan pembuatan permen produktivitasnya tinggi. Mesin perajang herbal memiliki tujuan untuk menambah tersebut dapat di stel untuk memperoleh diversifikasi produk olahan empon- ketebalan hasil rajangan sesuai yang empon, yang semula baru ada jamu dikehendaki, misalnya bisa distel dengan gendong dan jahe instan. Dalam proses ukuran 5 ml, 10 ml, ataupun 3 ml. permen herbal ini dimulai dari pemilihan empon-empon yang akan digunakan yaitu Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani jahe, temulawak, kunyit dan pegagan. Melalui Introduksi Alat Pengering Dengan harapan permen herbal ini dapat (Cabinet Fryer ) Simplisia dikonsumsi oleh anak-anak, remaja, maupun orang tua, karena kalau jamu

179 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

gendong maupun jahe instan selama ini usaha ini peserta diajak untuk menghitung kebanyakan yang mengkonsumsi adalah keungtungan yang diperoleh, karena orang tua, anak-anak dan remaja kurang selama ini anggota kelompok tidak tahu menyukainya, tetapi kalau dikemas dalam berapa keuntungan yang diperoleh setiap bentuk permen mereka akan suka. harinya. Ramuan empon-empon dalam permen herbal ini memiliki manfaat melancarkan Pelatihan motivasi usaha intinya peredaran darah, membuat orang jadi bagaimana agar supaya anggota kelompok konsentrasi, menghangatkan badan, di dalam menjalankan usaha penggolahan melegakan tenggorokan, dan memelihara empon-empon ini tidak stagnan, tetapi ada kesehatan liver. pengembangan usaha. Pelatihan diawali dengan menceritakan wanita-wanita yang Peningkatan Kapasitas Anggota sukses dalam berusaha. Pelatihan Kelompok Wanita Tani Melalui dilanjutkan dengan praktek mengalisis Pelatihan Manajemen Usaha dan usaha permen herbal. Meskipun rangkaian Motivasi kegiatan pemberdayaan sudah selesai dilakukan, namun pendampingan akan Pelatihan manajemen usaha dan terus dilakukan secara kontinyu, sampai motivasi dilaksanakan di balai desa Miri, kelompok benar-benar mampu mandiri yang dihadiri oleh dua kelompok wanita dalam menjalankan usahanya. Selain tani dan ditambah dengan perwakilan dari melakukan monitoring dan pendampingan kelompok PKK Desa Miri. Pelatihan di juga akan terus membantu pengembangan mulai pukul 09.00 – 14.00 waktu usaha melalui perluasan daerah setempat. Dalam pelatihan ini dihadiri pemasaran, dengan terus mempromosikan oleh 32 orang. Pelatihan manajemen usaha atau mengenalkan produk mereka ke Kota diawali dengan pertanyaan apa yang Solo dan sekitarnya. Dengan perluasan sudah dilakukan oleh kelompok dalam daerah pemasaran maka permintaan akan mengelola usaha penggolahan empon- meningkat, sehingga skala produksi empon. Salah satu narasumber sengaja di kelompok usaha juga akan meningkat, dan datangkan pembicara dari Kabupaten tujuan utama dari kegiatan ini yaitu Karanganyar, pengusaha muda yang meningkatkan pendapatan masyarakat sudah berhasil yaitu Mas Arip Ampyang. melalui kegiatan peningkatan kualitas dan Dengan adanya pelatihan manajemen kuantitas produksi simplisia akan tercapai. usaha ini dapat menyadarkan pada Dampak Kegiatan Pemberdayaan bagi anggota kelompok bahwa apabila anggota Khalayak Sasaran kelompok mau kompak atau mengelola bersama mulai dari penyediaan bahan Efek atau dampak dari adanya program baku, proses produksi sampai dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat pemasaran produk, usahanya tersebut dilihat dari sebelum adanya kegiatan dan akan lebih efesien. Termasuk di dalamnya sesudah adanya kegiatan IbM yang adalah membuat pembukuan sederhana. disajikan pada Tabel 1. Untuk pelatihan pembukuan dan analisis

180 Suminah et al . 2017. Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani Empon … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 173 – 183

Tabel 1. Dampak Kegiatan IbM pada Peningkatan Kapasitas Kelompok Aktivitas Mitra Sebelum IbM Sesudah IbM Penanganan Hanya menggolah empon- Semua anggota kelompok pasca panen empon menjadi jamu gendong 30 orang, selain menggolah (penggolahan) dan jahe instan, hanya ada 3 empon-empon menjadi empon-empon orang yang membuat jamu gendong dan jahe simplisia, dan jika musim instan juga membuat hujan tidak membuat karena simplisia meskipun musim tdk bisa mengeringkan penghujan (menggunakan cabinet dryer ), dan membuat permen herbal yang dipasarkan bersamaan ketika menjual jamu gendong Kewirausahaan Belum mengetahui bagaimana Bisa mengelola usaha mengelola usaha secara secara berkelompok kelompok Motivasi usaha Rendah (pasrah apa adanya, Motivasi meningkat (mau harga produk rendah) mengelola usaha terutama pembuatan simplisia secara berkelompok) dengan kualitas seperti yang dikehendaki pembeli Dinamika Kelompok pasif, pengurus Dapat menjalankan tugas kelompok fungsinya kurang sesuai fungsinya Pemasaran Belum dapat memasarkan Sudah punya langanan yang simplisia mau menerima simplisia dengan harga yang layak (pengepul yang sudah kerjasama dengan PT. Deltomet) Pembukuan Belum ada pembukuan Ada pembukuan kelompok kelompok Pendapatan Hasil panen empon-empon Dengan adanya penggolah selain dibuat jamu gendong empon-empon dengan dan jahe instan, selebihnya intro-duksi alat perajang hanya dijual ke pengepul dan pengering empon- dalam bentuk segar dengan empon menjadi simplisia, harga yang relative rendah penda-patan mitra meningkat. Dari harga contoh misalnya jahe jika dijual segar harganya hanya Rp 6.000 per kg, setelah menjadi simplia menjadi Rp 26.000 – Rp 30.000 per kg tergantung kualitas, dengan penyusutan 60%.

181 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

SIMPULAN membuat permen herbal lengkap dengan kemasannya. Fasilitasi dan introduksi berbagai peralatan tepat guna yang telah diberikan, REKOMENDASI kelompok wanita tani dapat efisien waktu, biaya, dan tenaga. Dengan adanya Keberlanjutan pengembangan usaha efisiensi dalam proses produksi, kelompok yang dilakukan oleh kelompok wanita tani dapat memperoleh pendapatan yang lebih memerlukan pendampingan yang berke- banyak dibandingkan sebelumnya. Selain lanjutan dari dinas terkait (Dinas itu, kelompok wanita tani juga meningkat Pertanian dan Deperindagkop) Kabupaten pengetahuan, ketrampilan dan motiva- Wonogiri. Selain itu, juga perlu sinya sehingga dalam mengembangkan membangun komitmen diantara para usaha penggolahan empon-empon sudah stakeholders terkait agar ikut terlibat mengikuti kaidah Good Manufacturing dalam mengembangkan kapasitas usaha Practices (GMP’s), penggunaan label kelompok wanita tani dalam pengelolaan standar, kemasan, manajemen produksi usaha penggolahan empon-empon. sampai dengan promosi produk, yang Pengembangan kapasitas usaha kelompok pada akhirnya produknya lebih wanita tani akan meningkat dengan cepat marketable . Meningkatnya kuantitas dan jika ada motivasi yang kuat dari anggota kualitas produksi serta meningkatnya kelompok untuk mengembangkan omset penjualan produk olahan empon- usahanya tersebut. Semangat, kerja keras, empon. disiplin dan pantang menyerah merupakan modal untuk melakukan suatu usaha. Keberadaaan dua kelompok wanita tani di Desa Miri sebagai pelaku usaha DAFTAR PUSTAKA penggolah empon-empon telah memberi Conger, J.A. dan R.N. Kanungo. 1988. kontribusi pada peningkatan pendapatan The Empowerment Process: Integra- keluarga. Meskipun ada beberapa kendala ting Theory and Practice . Academy yang harus dihadapi dalam menjalankan of Management Review, Vol. 13 (3): usaha penggolahan empon-empon, 471 – 482. sehingga diperlukan adanya dukungan Czuba, C.E., dan N. Page. 1999. dari berbagai pihak. Kegiatan Empowerment: What is It? . Journal of pemberdayaan ini telah memfasilitasi Extension, Vol. 37 (5). kebutuhan dua kelompok wanita tani Ife, J. dan Frank, T. 2008. Community dengan memberikan solusi sesuai Development : Alternatif Pengem- kebutuhan. Solusi pecahan masalah bangan Masyarakat di Era Globalisasi. tersebut diberikan mulai dari mening- Pustaka Pelajar. Yogyakarta. katkan kemampuan produksi, mengem- Kartasasmita, G. 1996. Pembangunan bangkan kelompok dalam usaha Untuk Rakyat: Memadukan Pertum- penggolahan empon-empon, sampai buhan dan Pemerataan . CIDES. dengan pemasaran. Upaya tersebut Jakarta. dilakukan dengan menstimulasi kelompok OECD. Dalam. Mardikanto, T., 2008, dengan introduksi inovasi atau teknologi Refleksi dan Rekomendasi alat tepat guna serta memberikan Implementasi Penyu-luhan dan pengalaman belajar melalui pelatihan dan Pembangunan Pertanian dalam pendampingan. Di akhir keseluruhan Pemberdayaan Manusia Pembangunan pelaksanaan pemberdayaan diserahkan yang Bermartabat. Pustaka Bangsa kepada kelompok 1 unit alat pengering Press. Medan. (cabinet friyer ), 1 unit mesin perajang Spreitzer, G.M. 1995. “Psychological empon-empon, 1 peralatan untuk Empowerment in the Workplace:

182 Suminah et al . 2017. Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani Empon … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 173 – 183

Dimensions, Measurement, and An Enterpretative Model of Intrinsic Validation” . The Academy of Task Motivation . Academy of Management Journal, Vol. 38 (5): 1442 Management Review, Vol. 15 (4): 666 – 14465. – 681. Thomas dan B.A. Velthouse. 1990. Cognitie Elements of Empowerment:

183

PERTUMBUHAN KULTUR TUNAS Dahlia sp. PADA MEDIA MS DENGAN PENGURANGAN KADAR GULA DAN TUTUP TABUNG BERVENTILASI Rudiyanto*, Dyah Retno Wulandari dan Tri Muji Ermayanti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Jl. Raya Bogor KM 46 Cibinong Bogor 16911 *Email: [email protected]/ [email protected] Diterima: 07/11/2017 Direvisi: 30/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK Dahlia sp. merupakan tanaman hias yang menghasilkan umbi mengandung inulin yang bermanfaat sebagai antioksidan. Kultur jaringan tanaman diaplikasikan untuk menghasilkan bibit dahlia yang seragam, dalam waktu relatif singkat, dan tidak dipengaruhi musim. Modifikasi media dan lingkungan in vitro sering dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketegaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengurangan konsentrasi gula dan ventilasi pada tutup tabung kultur terhadap pertumbuhan tunas Dahlia sp. secara in vitro. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan faktor yang diuji yakni gula dengan konsentrasi 10, 20 dan 30 g/l yang dikombinasikan dengan ventilasi tutup tabung berupa filter berjumlah 0, 1, 2 dan 4. Percobaan mempunyai 12 ulangan. Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah tunas samping serta jumlah akar, diamati 2 kali seminggu dari umur 0 – 4 minggu. Pengukuran diameter batang, bobot basah dan bobot kering dilakukan pada umur 4 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi gula berpengaruh terhadap jumlah tunas samping sedangkan jumlah ventilasi filter berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun. Tidak terdapat interaksi antara 2 faktor yang diujikan. Pada umur 4 minggu tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah tunas samping serta jumlah akar yang tinggi terdapat pada perlakuan tanpa filter yang dikombinasikan dengan 10 dan 20 g/l gula, sedangkan terendah terdapat pada perlakuan ventilasi 4 filter yang dikombinasikan dengan 30 g/l gula. Pada perlakuan ventilasi 2 filter yang dikombinasikan dengan 20 g/l gula menghasilkan diameter batang tertinggi, berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, pada perlakuan ini juga menghasilkan bobot basah dan bobot kering yang lebih tinggi. Kata kunci: Kultur tunas Dahlia sp., pengurangan gula, tutup berventilasi filter, pertumbuhan GROWTH OF Dahlia sp. SHOOTS ON MS MEDIUM USING LOW CONCENTRATION OF SUGAR ON VESSEL TUBS VENTILATED WITH FILTER ABSTRACT Dahlia sp. is an ornamental plant producing tubers containing inulin useful as antioxidant. Plant tissue culture technique is commonly applied to produce unvaried dahlia shootsin, relatively short time, and season independent. Modification on in vitro medium and environmental condition is usually done to promote shoots growth and performance. The aim of this research was to investigate the effect of sugar concentration reduction in combination with ventilation of vessel culture on in vitro

184 Rudiyanto et al. 2017. Pertumbuhan Kultur Tunas Dahlia sp. pada Media MS … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 184 – 195

shoots growth of Dahlia sp. The experiment design was factorial completely randomized design with factors tested were sugar concentrations at 10, 20 and 30 g/l in combination with 0, 1, 2 and 4 number of filters. The experiment had 12 replicates. Variables tested were height od shoots, number of leaves, number of shoots and number of roots which observed twice a week from 0-4 weeks after culture. Shoots diameter, shoots weight and dry weight of Dahlia was observed 4 weeks after culture. The results showed that sugar concentration significantly affected the number of shoots, otherwise number of filter significantly affected plant height and number of leaves. There wass no interaction between the 2 factors tested. Four weeks after culture, the highest plant height, number of leaves, number of shoots and number of roots were found on medium containing 10 and 20 g/l sugar without ventilated filter. On the otherhand, the lowest value was found on medium containing 30 g/l sugar in combination with 4 filters. On medium containing 20 g/l sugar in combination with 2 filters produced highest diameter of shoots, significantly different with other treatments. This treatment also produced higher shoots weight and dry weight. Keywords: Dahlia sp. shoots culture, filter vessel, plant growth, sugar reduction

PENDAHULUAN telah dipublikasikan. Pertumbuhan tunas Dahlia optimal pada perlakuan media MS Dahlia adalah tanaman hias yang dengan penambahan 0.5 mg/l BAP, menghasilkan umbi. Dahlia termasuk sedangkan pertumbuhan dan pembentukan dalam famili Compositae dan memiliki akar maksimal dihasilkan pada media MS beragam warna bunga, ukuran serta yang mengandung 2.0 mg/l NAA bentuknya. Terdapat 2 jenis spesies Dahlia (Wadankar dan Malode, 2012). Tunas yakni D. variables dan D. pinnata (Fatima Dahlia yang dikulturkan pada media MS et al ., 2007). Tanaman Dahlia merupakan dengan penambahan Kinetin mampu jenis tanaman tegak, bercabang, tidak membentuk tunas lateral, penambahan berbulu, letak daun bersebelahan, pinggir 2-iP menghasilkan tunas yang tidak tegar daun bergerigi dan di atas tangkai terdapat sedangkan pemberian TDZ menyebabkan bunga (Yuliana, 2016). Umbi dahlia tunas Dahlia mngalami vitrifikasi mengandung inulin sekitar 60% yang (Ermayanti dan Al-Hafiizh, 2013). bermanfaat untuk menjaga pertumbuhan bifidobacterium di usus besar, merangsang Gula atau sukrosa merupakan sumber sistem kekebalan tubuh, dan mengurangi energi untuk pertumbuhan plantlet dan risiko osteoporosis (Sandiya et al ., 2014). pengatur tekanan osmotik (Pierik, 1987). Pertumbuhan dan perkembangan planlet Perbanyakan tanaman Dahlia secara meningkat seiring dengan meningkatnya konvensional umumnya menggunakan biji konsentrasi gula sampai kondisi optimum atau melalui perbanyakan vegetatif dari tercapai kemudian menurun pada umbi dan stek. Perbanyakan Dahlia secara konsentrasi gula lebih tinggi. Konsentrasi konvensional sangat rentan terhadap gula sebagai sumber karbon umumnya serangan jamur, bakteri serta virus. berkisar antara 2 – 5%. Konsentrasi Menggunakan teknik kultur jaringan sukrosa yang terlalu tinggi pada media tanaman, Dahlia dapat ditumbuhkan dapat memicu terjadinya lisis atau secara aseptik (Ibrahim dan Daraj, 2015) pecahnya dinding sel akibat tekanan untuk menghasilkan bibit seragam, pada osmotik (Bhojwani dan Razdan, 2004). waktu relatif singkat, dan tidak dipengaruhi musim. Beberapa penelitian Penggunaan ventilasi filter pada tabung tentang teknik mikropropagasi Dahlia kultur dapat meningkatkan aliran udara

185 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

dari dan ke dalam tabung sehingga laju Penelitian menggunakan rancangan fotosintesis plantlet meningkat dan acak lengkap faktorial dengan faktor yang menghasilkan plantlet yang lebih tegar diujikan yakni konsentrasi gula (10, 20 (Mohamed dan Alsadon, 2010). Pada dan 30 g/l) yang dikombinasikan dengan plantlet taka ( Tacca leontopetaloides ), jumlah ventilasi berupa filter pada tabung penggunaan tabung kultur polipropilen poliplropelen (0, 1, 2 dan 4 filter) ukuran berventilasi filter maupun tanpa ventilasi filter 0.5 µm dan diameter 18 mm. Setiap mampu meningkatkan pertumbuhan perlakuan terdiri dari 12 ulangan, jumlah plantlet tersebut dengan hasil tidak satuan percobaan sebanyak 144. Peubah berbeda nyata (Wulandari et al ., 2017). yang diamati yakni pertumbuhan tunas Pada eksplan walnut ( Juglans regia L.), yang meliputi tinggi tanaman, jumlah penggunaan sukrosa 15 g/l pada tabung daun, jumlah tunas samping dan jumlah berventilasi menghasilkan plantlet yang akar yang dilakukan seminggu 2 kali lebih sehat dengan total klorofil yang lebih mulai umur 0 hingga 27 hari. Pengamatan banyak. Penelitian ini menggunakan peubah diameter batang, bobot basah dan variasi konsentrasi sukrosa 0, 15, 30, dan bobot kering dilakukan saat kultur Dahlia 45 g/l dengan tabung ventilasi dan non- berumur 4 minggu. ventilasi (Hassankhah et al ., 2014). Dengan pemberian filter pada tabung HASIL DAN PEMBAHASAN berventilasi maka diharapkan kebutuhan Pertumbuhan tinggi tunas Dahlia gula sebagai sumber karbon dari ekplan dengan perlakuan gula yang Dahlia dapat dikurangi. Penelitian ini dikombinasikan dengan jumlah ventilasi bertujuan untuk mengetahui pengaruh filter dapat dilihat pada Gambar 1. Pada konsentrasi gula dan jumlah ventilasi filter perlakuan gula 10 g/l dahlia mulai terhadap pertumbuhan tunas Dahlia sp. menunjukkan pertumbuhan tunas pada secara in vitro. umur 5 hari setelah kultur. Pada perlakuan METODOLOGI tanpa ventilasi filter pertumbuhan tunas optimal terjadi pada umur 7 – 22 hari Bahan tanaman yang digunakan dalam setelah kultur. Pertumbuhan tunas pada penelitian ini adalah tunas Dahlia yang perlakuan 1 dan 2 filter relatif sama telah dikulturkan pada media MS dengan tunas umur 5 – 22 hari setelah (Murashige dan Skoog, 1962) berumur 2 kultur. Pada perlakuan ventilasi 4 filter bulan koleksi dari Laboratorium Biak Sel pertumbuhan tunas dahlia lebih lambat dan Jaringan Tanaman, Puslit dibandingkan dengan perlakuan 0, 1 dan Bioteknologi-LIPI. Media yang digunakan 2 filter (Gambar 1A). Pemberian gula adalah media MS yang mengandung 10, 20 g/l pertumbuhan tunas dahlia mulai 20 dan 30 g/l gula sesuai dengan terlihat pada umur 7 hari setelah kultur. perlakuan yang diujikan. Tunas Dahlia Pertumbuhan tunas pada perlakuan 0, 1, 2 dengan panjang 1.5 cm yang mempunyai 2 dan 4 filter tidak berbeda nyata, – 3 daun dikulturkan pada media pertumbuhan optimal terjadi pada umur 7 - percobaan. Media dipadatkan dengan agar 22 hari setelah kultur (Gambar 1B). Pada Gelzan (TM Caisson labs) 3 g/l, pH media perlakuan gula 30 g/l pertumbuhan tunas diatur menjadi 5.8 kemudian disterilisasi pada perlakuan 0, 1 dan 2 filter mulai menggunakan otoklaf pada tekanan 15 psi meningkat pada umur 7 hari setelah kultur. dan suhu 121 °C selama 20 menit. Tunas Pertumbuhan tunas dahlia pada ketiga yang telah dikulturkan kemudian perlakuan tersebut relatif sama. diinkubasikan di dalam ruang kultur pada Pertumbuhan tunas yang rendah terdapat suhu 26±2 °C, dengan intensitas pada perlakuan dengan jumlah 4 filter, pencahayaan 500 - 900 lux. pertumbuhan tunas sangat lambat dari

186 Rudiyanto et al. 2017. Pertumbuhan Kultur Tunas Dahlia sp. pada Media MS … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 184 – 195

umur 5 – 27 hari setelah kultur konsentrasi gula yang ditanam pada media (Gambar 1C). dengan ventilasi filter dapat dilihat pada Gambar 2. Pada perlakuan gula 10 g/l jumlah jumlah daun sangat bervariasi, A pertumbuhan jumlah daun tercepat terdapat pada perlakuan tanpa filter, pertumbuhan jumlah daun terus meningkat lebih tinggi pada umur 13 – 27 hari setelah kultur dibandingkan dengan pertumbuhan pada tabung dengan filter. Pada perlakuan ventilasi 1 dan 2 filter pertambahan jumlah sedikit berbeda mulai umur 20 hari, pertumbuhan jumlah daun yang terendah terdapat pada perlakuan 4 filter B (Gambar 2A). Pada perlakuan gula 20 g/l pertumbuhan jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan tanpa ventilasi filter, pertumbuhan optimal terjadi setelah umur 7 – 27 hari setelah kultur. Pola pertumbuhan jumlah daun pada perlakuan ventilasi 1, 2 dan 4 filter tidak berbeda nyata (Gambar 2B). Pada perlakuan gula 30 g/l yang dikombinasikan dengan 0 dan

2 filter pertumbuhan jumlah daun mulai C muncul pada umur 5 hari setelah kultur, pada perlakuan ventilasi 1 filter mulai muncul daun baru umur 7 hari setelah kultur sementara pada perlakuan ventilasi 4 filter jumlah daun baru mulai bertambah umur 13 hari setelah kultur. Pola pertumbuhan jumlah daun pada perlakuan ventilasi 0 dan 2 filter mulai meningkat pada umur 5 – 27 hari setelah kultur, Gambar 1. Rata-rata tinggi tanaman sementara pada perlakuan ventilasi 1 filter Dahlia sp. umur 0 – 27 hari pada umur 7 – 20 hari setelah kultur tidak pada media dengan per- terdapat pertambahan jumlah daun, jumlah lakuan tabung berventilasi daun baru menunjukkan pertambahan 0, 1, 2 dan 4 filter yang kembali pada umur 22 dan 27 hari setelah dikombinasikan dengan 10 kultur. Pada perlakuan ventilasi 4 filter g/l Gula (A); 20 g/l Gula peningkatan pertumbuhan jumlah daun (B); dan 30 g/l Gula (C). terjadi pada umur 13 - 27 hari setelah kultur namun pertambahannya lebih Pola pertumbuhan jumlah daun dahlia lambat dibandingkan dengan perlakuan umur 0 – 27 hari pada perlakuan lainnya (Gambar 2C).

187 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

tabung polipropelen dengan ventilasi (0, 1, 2 dan 4 filter) dapat dilihat pada A Gambar 3. Pada media yang mengandung 10 g/l gula pola pertumbuhan jumlah tunas samping pada ventilasi 0, 2 dan 4 filter tidak berbeda nyata. Peningkatan pertumbuhan tunas samping terjadi pada umur 7 – 27 hari setelah kultur. Pada perlakuan ventilasi 1 filter pertumbuhan jumlah tunas samping yang terbentuk pada

umur 13 – 27 hari lebih tinggi B dibandingkan dengan perlakuan 0, 2 dan 4 filter (Gambar 3A). Pada media yang mengandung 20 g/l gula pertambahan jumlah tunas samping rata-rata terjadi pada umur 5 dan 7 hari setelah kultur. Pada ventilasi 2 filter jumlah tunas samping lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pertumbuhan tunas samping optimal terjadi pada umur 13 – 22 hari setelah kultur. Pertumbuhan tunas samping terendah terdapat pada perlakuan C ventilasi 4 filter, sementara pada ventilasi 0 dan 1 filter pola pertumbuhan tunas samping tidak berbeda nyata (Gambar 3B). Pada media MS dengan 30 g/l gula pola pertumbuhan tunas samping bervariasi. Pada perlakuan 0 filter, peningkatan jumlah tunas samping terjadi pada umur 7 – 27 hari setelah kultur. Pada ventilasi 1 filter jumlah tunas samping tidak bertambah pada umur 0 – Gambar 2. Rata-rata jumlah daun Dahlia 13 hari setelah kultur, namun peningkatan sp. umur 0 – 27 hari pada jumlah tunas samping terjadi pada umur media dengan perlakuan 15 dan 20 hari setelah kultur. Pada tabung berventilasi 0, 1, 2 ventilasi 2 filter jumlah tunas samping dan 4 filter yang bertambah pada umur 5 – 7 hari setelah dikombinasikan dengan 10 kultur serta umur 20 – 27 hari setelah g/l Gula (A); 20 g/l Gula (B); kultur sementara pada ventilasi 4 filter dan 30 g/l Gula (C) peningkatan jumlah tunas samping terjadi pada umur 5 – 20 hari. Pada umur 27 hari Pola pertumbuhan jumlah tunas setelah kultur pola pertumbuhan tunas samping dahlia yang dikulturkan samping pada tabung berventilasi 0, 1, 2 padamedia MS dengan perlakuan gula dan 4 filter tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 10, 20, 30 g/l pada (Gambar 3C).

188 Rudiyanto et al. 2017. Pertumbuhan Kultur Tunas Dahlia sp. pada Media MS … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 184 – 195

tanpa ventilasi menghasilkan jumlah akar A terbanyak. Pertumbuhan jumlah akar meningkat pada umur 5 – 13 hari setelah kultur. Pada umur 15 – 27 hari setelah kultur tidak terdapat peningkatan jumlah akar. Pada perlakuan ventilasi 2 filter peningkatan jumlah akar terjadi pada umur 5 – 13 hari setelah kultur, sedangkan pada umur 13 – 27 hari setelah kultur jumlah akar yang terbentuk tidak bertambah. Pola pertumbuhan akar pada ventilasi 1 dan B 4 filter tidak berbeda nyata (Gambar 4A). Pada media dengan penambahan 20 g/l gula, jumlah akar terbanyak terdapat pada perlakuan tanpa ventilasi, peningkatan jumlah akar optimal terjadi pada umur 5 – 13 hari setelah kultur. Pada umur 13 – 27 hari setelah kultur jumlah akar yang terbentuk tidak bertambah. Pada ventilasi 1, 2 dan 4 filter pola pertumbuhan akar tidak berbeda nyata, peningkatan C pertumbuhan akar terjadi pada umur 7 – 13 hari setelah kultur (Gambar 4B). Pada media yang mengandung 30 g/l gula, jumlah akar mulai bertambah pada umur 7 hari setelah kultur. Jumlah akar terbanyak terdapat pada ventilasi 1 dan 2 filter, dimana jumlah akar optimal pada umur 7 – 13 hari setelah kultur, pada umur 13 – 27 hari setelah kultur jumlah akar yang terbentuk tidak bertambah. Jumlah Gambar 3. Rata-rata jumlah tunas akar terendah terdapat pada tabung samping Dahlia sp. umur berventilasi 4 filter, peningkatan 0 – 27 hari pada media pertumbuhan akar terjadi pada umur 7 – dengan perlakuan tabung 27 hari setelah kultur namun jumlahnya berventilasi 0, 1, 2 dan 4 lebih sedikit dibandingkan dengan filter yang dikombinasi- perlakuan lainnya. Pada tabung tanpa kan dengan 10 g/l Gula ventilasi filter pertambahan jumlah akar (A); 20 g/l Gula (B); dan optimal umur 5 – 13 hari setelah kultur. 30 g/l Gula (C) Jumlah akar yang terbentuk lebih rendah Pola pertumbuhan jumlah akar dahlia dibandingkan dengan ventilasi 1 dan pada media MS yang mengandung gula 2 filter namun lebih banyak dibandingkan dengan konsentrasi 10, 20 dan 30 g/l yang ventilasi 4 filter (Gambar 4C). ditanam pada tabung dengan ventilasi filter dapat dilihat pada Gambar 4. Pada media dengan 10 g/l sukrosa pada tabung

189 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

dan jumlah akar. Konsentrasi gula A berpengaruh signifikan terhadap jumlah tunas samping yang terbentuk dan tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah akar. Dari kedua faktor yang diujikan yakni pemberian ventilasi filter dan konsentrasi gula, tidak terdapat interaksi antara kedua faktor yang diujikan, baik itu pada peubah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah tunas samping maupun jumlah akar (Tabel 1). B Tabel 1. Anova pada perlakuan tabung berventilasi 0, 1, 2 dan 4 filter yang dikombinasikan dengan 10, 20 dan 30 g/l Gula untuk peubah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah tunas dan jumlah akar umur 27 hari F Hitung & Signifikansi Filter Variabel C Filter Gula vs Gula Tinggi Tanaman 0.018* 0.939 ts 0.103 ts Jumlah Daun 3.710** 9.010 ts 5.560 ts Jumlah Tunas 0.177 ts 0.015* 0.466 ts Keterangan: * = signifikan pada taraf α 5%; ** = sangat signifikan pada taraf α 1%; ts = tidak signifikan Nilai rata-rata tinggi tanaman, jumlah Gambar 4. Rata-rata jumlah akar Dahlia daun, jumlah tunas samping dan jumlah sp. umur 0 – 27 hari pada akar dahlia yang dikulturkan pada media media dengan perlakuan MS dengan penambahan 10, 20 dan 30 g/l tabung berventilasi 0, 1, 2 gula menggunakan tabung dengan dan 4 filter yang ventilasi 0, 1, 2 dan 4 filter umur 27 hari dikombinasikan dengan 10 dapat dilihat pada Tabel 2. Tunas dahlia g/l Gula (A); 20 g/l Gula tertinggi terdapat pada perlakuan 10 g/l (B); dan 30 g/l Gula (C) gula tanpa ventilasi dan perlakuan 30 g/l Hasil analisis Anova tentang pengaruh gula yang dikombinasikan dengan pemberian 10, 20 dan 30 g/l gula yang ventilasi 1 dan 2 filter meskipun tidak dikombinasikan dengan ventilasi 0, 1, 2 berbeda nyata dengan beberapa perlakuan dan 4 filter terhadap tinggi tanaman, lainnya kecuali perlakuan 10 dan 30 g/l jumlah daun, jumlah tunas samping dan gula pada tabung dengan ventilasi 4 filter. jumlah akar umur 27 hari tertera pada Pada parameter jumlah daun, nilai Tabel 1. Ventilasi filter berpengaruh tertinggi terdapat pada perlakuan 20 g/l signifikan terhadap tinggi tanaman dan gula dengan tanpa pemberian ventilasi jumlah daun, namun tidak berpengaruh berbeda nyata dibandingkan dengan signifikan terhadap jumlah tunas samping perlakuan lainnya kecuali perlakuan 10

190 Rudiyanto et al. 2017. Pertumbuhan Kultur Tunas Dahlia sp. pada Media MS … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 184 – 195

dan 30 g/l gula tanpa ventilasi filter. perlakuan tanpa filter yang mengandung Jumlah daun pada ventilasi 1, 2 dan 10 dan 20 g/l gula namun tidak berbeda 4 filter pada perlakuan dengan 10, 20 dan nyata dengan perlakuan lainnya kecuali 30 g/l gula tidak berbeda nyata (Tabel 2). dengan perlakuan 10 g/l gula yang Tanaman yang dikulturkan di dalam botol dikombinasikan dengan 1 dan 4 filter memerlukan asupan karbohidrat dari serta perlakuan 30 g/l gula dengan medium secara terus menerus untuk dapat ventilasi 4 filter (Tabel 2). Tinggi tumbuh di dalam botol kultur. Hal ini tanaman, jumlah daun dan jumlah tunas terjadi karena aktivitas fotosinstesis samping yang rendah terdapat pada sangat kecil karena berada dalam perlakuan ventilasi filter 4 yang intensitas cahaya tidak optimal, dikombinasikan dengan 30 g/l gula. pertukaran gas terbatas dan kelembaban de-Paiva Neto dan Otoni, (2003) tinggi (de-Paiva Neto dan Otoni, 2003). menyatakan bahwa gula pada medium kultur jaringan selain berfungsi sebagai Jumlah tunas samping dahlia yang sumber karbon, juga berfungsi sebagai terbentuk pada umur 27 hari setelah kultur regulator osmotik. Oleh karena itu bervariasi, jumlah tunas samping yang perubahan konsentrasi gula dapat tinggi terdapat pada perlakuan 20 g/l gula mengakibatkan berubahnya potensial yang dikombinasikan dengan ventilasi osmotik pada lingkungan kultur. 2 filter dan berbeda nyata dengan Konsentrasi gula yang semakin tinggi perlakuan 30 g/l gula dengan tanpa mengakitbatkan turunnya nilai potensial ventilasi dan 1 filter serta perlakuan 10 g/l osmotik sehingga tanaman menjadi gula yang dikombinasikan dengan 2 dan tercekam dan ini berakibat pada turunnya 4 filter. Pada parameter jumlah akar, nilai laju pertumbuhan kultur. rata-rata yang tinggi terdapat pada

Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah tunas dan jumlah akar Dahlia sp. umur 27 hari dengan perlakuan tabung berventilasi 0, 1, 2 dan 4 filter yang dikombinasikan dengan 10, 20 dan 30 g/l Gula. Jumlah Gula Tinggi Jumlah Daun Jumlah Tunas Jumlah Akar Filter (g/l) Tanaman (cm) (helai) Samping 10 6.38 ± 0.11 a 8.00 ± 0.58 ab 0.83 ± 0.22 ab 3.17 ± 0.34 a 0 20 4.88 ± 0.22 abc 8.50 ± 1.00 a 1.00 ± 0.18 ab 2.83 ± 0.72 a 30 5.30 ± 0.45 ab 6.67 ± 0.24 abc 0.50 ± 0.16 b 1.33 ± 0.30 ab 10 4.45 ± 0.69 abc 4.45 ± 0.69 cd 0.83 ± 0.12 ab 0.50 ± 0.24 b 1 20 3.93 ± 0.64 abc 3.88 ± 0.66 d 1.00 ± 0.18 ab 1.50 ± 0.54 ab 30 5.47 ± 0.37 a 5.33 ± 0.30 cd 0.33 ± 0.15 b 2.00 ± 0.26 ab 10 4.50 ± 0.88 abc 5.50 ± 0.93 bcd 0.67 ± 0.15 b 1.33 ± 0.43 ab 2 20 4.65 ± 0.64 abc 5.50 ± 0.24 bcd 1.50 ± 0.16 a 1.83 ± 0.28 ab 30 5.45 ± 0.74 a 5.67 ± 0.47 bcd 1.00 ± 0.00 ab 2.00 ± 0.66 ab 10 2.87 ± 0.33 bc 3.67 ± 0.39 d 0.50 ± 0.16 b 0.83 ± 0.22 b 4 20 5.05 ± 0.36 abc 4.67 ± 0.35 cd 0.83 ± 0.12 ab 2.00 ± 0.45 ab 30 2.73 ± 0.32 c 4.00 ± 0.41 d 0.67 ± 0.24 b 0.67 ± 0.24 b Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada α = 5%; ± Standard Error.

Performa tunas dahlia yang yang dikombinasikan dengan tabung ditumbuhkan dalam media dasar MS berventilasi dengan 0, 1, 2 dan 4 filter dengan pemberian 10, 20 dan 30 g/l gula pada umur 27 hari setelah kultur dapat

191 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

terlihat pada Gambar 5. Pada perlakuan perlakuan ventilasi 2 filter performa tunas tanpa ventilasi, baik itu pada pemberian dahlia lebih tegar pada media dengan 10, 20, dan 30 g/l gula tunas dahlia pemberian 20 g/l gula. Daun dan tumbuh dengan lebih cepat, hal ini terlihat batangnya lebih tegar dibandingkan dari tunas yang lebih tinggi dari perlakuan dengan perlakuan 10 dan 30 g/l gula ventilasi 1, 2 dan 4 filter. Namun, batang meskipun tinggi tanamannya lebih rendah. dahlia lebih kecil dan sebagian ujung Warna daun juga lebih hijau serta akar tunas mengalami nekrosis (pencoklatan). yang terbentuk lebih panjang. Pada Pada perlakuan ventilasi 1 filter tunas ventilasi 4 filter performa tunas dahlia dahlia berbeda antara perlakuan lebih pendek dengan batang dan daun konsentrasi gula yang diberikan. Pada kecil, pertumbuhan tunas dahlia dengan perlakuan 30 g/l gula tunas dahlia lebih perlakuan filter 4 lebih lambat tegar dan daun lebih lebar meskipun dibandingkan dengan ventilasi 0, 1 dan 2 tinggi tanaman lebih rendah dibandingkan filter (Gambar 5). dengan perlakuan 10 dan 20 g/l gula. Pada

Jumlah Gula (g/l) Filter 10 20 30

0

1

2

4

Gambar 5. Performa tunas Dahlia sp. umur 27 hari pada media dengan perlakuan tabung berventilasi 0, 1, 2 dan 4 filter yang dikombinasikan dengan 10, 20 dan 30 g/l gula.

192 Rudiyanto et al. 2017. Pertumbuhan Kultur Tunas Dahlia sp. pada Media MS … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 184 – 195

Pada tanaman Juglans cinerea daun berbeda nyata dibandingkan dengan yang terbentuk pada perlakuan tanpa perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan ventilasi umumnya lebih kecil, bahwa meskipun jumlah daun yang diferensiasi jaringan mesofilnya tidak dihasilkan lebih sedikit namun pada optimal serta pembuluh vaskulernya lebih perlakuan ini mampu menghasilkan tunas lemah dibandingkan dengan daun yang yang lebih tegar dan diameter batang yang terbentuk dengan perlakuan tabung lebih besar. Pada diameter batang, nilai ventilasi. Penggunaan tabung berventilasi terendah terdapat pada tabung tanpa dengan pengurangan konsentrasi sukrosa ventilasi dengan 30 g/l gula dan ventilasi mampu memanfaatkan kandungan CO 2 1 filter dengan 10 g/l gula, berbeda nyata yang masuk melalui filter sehingga dapat dengan perlakuan lainnya (Tabel 3). menginduksi kultur fotomiksotropik dan Batang pada tunas dahlia berfungsi menghasilkan planlet yang lebih tegar. sebagai sistem transpor yang membawa Bobot kering daun dan anatomi daun yang hara serta sumber karbon dalam media optimal terdapat pada perlakuan dengan kultur ke seluruh jaringan eksplan dahlia. pengurangan sukrosa dengan tabung Bobot basah yang tinggi terdapat pada berventilasi (Hassankhah et al ., 2014). tabung tanpa ventilasi dengan 10 g/l gula serta perlakuan 2 filter dengan 20 g/l gula Diameter batang, bobot basah dan meskipun tidak berbeda nyata dengan bobot kering tunas Dahlia yang dikultur beberapa perlakuan lainnya (Tabel 3). pada media MS yang mengandung 10, 20 Bobot kering yang tertinggi terdapat pada dan 30 g/l gula pada tabung berventilasi 0, ventilasi 2 filter yang dikombinasikan 1, 2 dan 4 filter umur 27 hari terdapat dengan 20 g/l gula dan ventilasi 4 filter pada Tabel 3. Diameter batang tertinggi dengan 20 g/l gula berbeda nyata dengan terdapat pada ventilasi 2 filter yang perlakuan lainnya. (Tabel 3). dikombinasikan dengan 20 g/l gula dan

Tabel 3. Diameter batang, bobot basah dan bobot kering Dahlia sp. umur 27 hari pada media dengan perlakuan tabung berventilasi 0, 1, 2 dan 4 filter yang dikombinasikan dengan 10, 20 dan 30 g/l Gula. Gula Diameter Batang Jumlah Filter Bobot Basah (g) Bobot Kering (g) (g/l) (mm) 10 1.49 ± 0.05 bc 0.52 ± 0.06 a 0.02 ± 0.013b 0 20 1.31 ± 0.05 bcd 0.46 ± 0.07 ab 0.03 ± 0.004 ab 30 1.05 ± 0.05 d 0.30 ± 0.03 abc 0.02 ± 0.001 b 10 1.13 ± 0.04 cd 0.19 ± 0.02 bc 0.01 ± 0.001 b 1 20 1.48 ± 0.08 bc 0.34 ± 0.09 abc 0.02 ± 0.005 ab 30 1.34 ± 0.02bcd 0.31 ± 0.03 abc 0.02 ± 0.001 b 10 1.49 ± 0.14 bc 0.37 ± 0.11 abc 0.02 ± 0.005 ab 2 20 1.91 ± 0.08 a 0.52 ± 0.11 a 0.04 ± 0.005 a 30 1.26 ± 0.11 bcd 0.28 ± 0.05 abc 0.02 ± 0.001 b 10 1.56 ± 0.08 b 0.33 ± 0.06 abc 0.03 ± 0.002 ab 4 20 1.43 ± 0.12 bcd 0.28 ± 0.05 abc 0.04 ± 0.003 a 30 1.43 ± 0.1 bcd 0.14 ± 0.03 c 0.02 ± 0.003 b Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada α = 5%; ± Standard Error.

193 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

KESIMPULAN and Hypocotyl Explants of Dahlia Cultivars . Journal Agriculture Science, Konsentrasi gula berpengaruh terhadap Vol. 44 (2): 312 – 316. jumlah tunas samping sedangkan filter Hassankhah, A., K. Vahdati, M. Lotfi, M. berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan Mirmasoumi, J. Preece dan M.H. jumlah daun dahlia. Tidak terdapat Assareh. 2014. Effects of Ventilation interaksi antara 2 faktor yang diujikan. and Sucrose Concentrations on the Pada umur 4 minggu tinggi tunas, jumlah Growth and Plantlet Anatomy of daun, jumlah tunas samping serta jumlah Micropropagated Persian Walnut akar dahlia yang tinggi terdapat pada Plants . International Journal of perlakuan tanpa ventilasi yang dikom- Horticultural Science and Technology, binasikan dengan 10 dan 20 g/l gula, Vol. 1 (2): 111 – 120. sedangkan terendah terdapat pada Ibrahim, M.A. dan I.A. Daraj. 2015. perlakuan ventilasi 4 filter yang Micropropagation of dahlia plants dikombinasikan dengan 30 g/l gula. Pada (Dahlia variabilis Wild (Desf.)). Effect ventilasi 2 filter yang dikombinasikan of Explant and Plant Growth dengan 20 g/l gula menghasilkan diameter Regulators on Shoot Regeneration and batang tertinggi, berbeda nyata dengan Growth . Advances in Agriculture & perlakuan lainnya, pada perlakuan ini juga Botanics International Journal of the menghasilkan bobot basah dan bobot Bioflux Society, Vol. 7 (1): 1 – 6. kering yang lebih tinggi. Mohamed, M.H. dan A.A. Alsadon. 2010. UCAPAN TERIMA KASIH Influence of Ventilation and Sucrose on Growth and Leaf Anatomy of Penulis mengucapkan terimakasih Micropropagated Potato Plantlets . kepada Angga Prasetyo, mahasiswa Science Horticulture, Vol. 123 (1): 295 Teknobiologi Universitas Atmajaya serta – 300. Evan Maulana dan Lutvinda Ismanjani Murashige, T. and Skoog, F. 1962. A Staf Lab. BSJT Puslit Bioteknologi LIPI Revised Medium for Rapid Growth and yang telah membantu penulis dalam Bio Assays with Tobacco Cultures . penelitian ini. Physiologia Plantarum, Vol. 15 (3): 473 – 497. DAFTAR PUSTAKA Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro Culture of Bhojwani, S.S. dan M.K. Rajdan. 2004. Higher Plants . Martinus Nijhoff, Plant Tissue Culture : Theory and Dordrecht, hal: 24 - 26. Practice, A Revised Edition . Elsevier Sandiya, A.A., Y. Retnaningtyas dan L. Publication. Netherland. Hal: 47 – 48. Wulandari. 2014. Determinasi Inulin de-Paiva Neto, V.B., dan Otoni W.C. dalam Sampel Ekstrak Umbi Dahlia 2003. Carbon Sources and Their (Dahlia spp. L.) yang Ditanam pada Osmotic Potential in Plant Tissue Media Tanah dan Polybag dengan Culture: Does It Matter? . Science Metode Klt-Densitometri. E-Jurnal Horticulture, (97): 193 – 202. Pustaka Kesehatan, Vol. 2 (2): 199 − Ermayanti, T.M. dan E. Al-Hafiizh. 2013. 204. Multiplication Shoots of Dahlia sp Wadankar, G.D. dan S.N. Malode. 2012. Using Different Type of Cytokinin on In vitro Regeneration of Dahlia Cav. In Vitro Culture . Prosiding Seminar Journal of Global Biosciences, Vol. 1 Nasional XVI Kimia dalam (1): 28 – 41. Pembangunan. Hal: 733 – 740. Wulandari, D.R., Rudiyanto, B.W. Fatima, B., M. Usman, T. Ashraf, R. Hapsari dan T.M. Ermayanti. 2017. Waseem dan M. A. Ali. 2007. In vitro Pertumbuhan Kultur Tunas Tacca Shoot Regeneration from Cotyledon leontopetaloides pada Tabung Kultur

194 Rudiyanto et al. 2017. Pertumbuhan Kultur Tunas Dahlia sp. pada Media MS … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 184 – 195

Polipropilen Berventilasi. Prosiding sebagai Feed Additive untuk Seminar Nasional Fakultas Pertanian Meningkatkan Ketahanan Tubuh Universitas Nasional. Hal: 121 – 133. Broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan Yuliana D. 2016. Prebiotik Inulin Asal Universitas Hasanuddin Makassar. Umbi Bunga Dahlia ( Dahlia spp)

195

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI VARIETAS GROBOGAN DENGAN PENAMBAHAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN PENGURANGAN DOSIS PUPUK ANORGANIK Amelinda Puspitasari* dan Elfarisna Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammdiyah Jakarta Jl. K.H. Ahmad Dahlan, Cirendeu, Ciputat, Tangerang Selatan 154193 *E-mail: [email protected] Diterima: 07/11/2017 Direvisi: 24/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK Kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu komoditas pangan utama di Indonesia. Kedelai memiliki banyak produk-produk olahan yang menjadi kebutuhan sehari-hari masyarakat seperti tempe, tahu, kecap, dan tauco. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi kedelai varietas Grobogan dengan penambahan pupuk organik cair (POC). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 - Maret 2017 di kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta, menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan lima perlakuan: P0 (pupuk anorganik 100%); P1 (Multitonik® 50 ml/tanaman + pupuk anorganik 50%); P2 (Multitonik® 100 ml/tanaman + pupuk anorganik 50%); P3 (Multitonik® 150 ml/tanaman + pupuk anorganik 50%); dan P4 (Multitonik® 200 ml/tanaman + pupuk anorganik 50%). Pupuk cair organik cair yang digunakan adalah Multitonik®, sedangkan dosis pupuk anorganik yang digunakan yaitu: Urea 0,38 g/tanaman; SP36 0,5 g/tanaman; dan KCl 0,5 g/tanaman. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah cabang, umur berbunga, jumlah polong per tanaman, persentase polong bernas, berat kering biji dan berat 100 biji. Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan pupuk anorganik 100% tanpa penambahan pupuk organik cair memberikan hasil tercepat pada umur berbunga. Penggunaan dosis pupuk organik cair 150 ml + pupuk anorganik 50% memberikan nilai tertinggi untuk tinggi tanaman, jumlah polong dan berat 100 biji, sedangkan untuk penambahan dosis pupuk organik cair 200 ml + pupuk anorganik 50% memberikan nilai tertinggi untuk jumlah cabang, persentase polong bernas dan berat kering biji. Penggunaan dosis pupuk organik cair 150 ml + pupuk anorganik 50% dinyatakan sebagai perlakuan terbaik untuk tanaman kedelai. Kata kunci: Kedelai Grobogan, pupuk organik cair RESPONSE OF GROWTH AND PRODUCTION OF SOYBEAN GROBOGAN VARIETY WITH ADDITION OF LIQUID ORGANIC FERTILIZER AND DOSAGE REDUCTION OF INORGANIC FERTILIZER ABSTRACT Soybean (Glycine max L.) is one of the main food commodities in Indonesia. Soybean has many processed to be many products that become the daily needs of the community such as tempe, tofu, soy sauce, and tauco. This study aims to determine response of the growth and production of soybean Grobogan varieties with the addition of liquid organic fertilizer. This research was conducted in December 2016 until March

204 Puspitasari dan Elfarisna . 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Varietas … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 204 – 212

2017 in experimental field of Faculty of Agriculture, University of Muhammadiyah Jakarta, using Randomized Complete Block Design (RCBD) with five treatments. P0 (100% inorganic fertilizer); P1 (50 ml/plant Multitonik® + 50% inorganic fertilizer); P2 (100 ml/plant Multitonik®+ 50% inorganic fertilizer); P3 (150 ml/plant Multitonik® + 50% inorganic fertilizer); and P4 (200 ml/plant Multitonik® + 50% inorganic fertilizer). Liquid organic fertilizer used was Multitonik® and the dose of inorganic fertilizer used were 0,38 g/plant Urea; 0,5 g/plant SP36; and 0,5 g/plant KCl . The parameters observed were plant height, number of branches, flowering age, number of pods per plant, percentage of pods, dry weight of seed and weight of 100 seeds. The results of this study showed that the use of inorganic fertilizer 100% without the addition of liquid organic fertilizer gives fast results at flowering age. Addition of 150 ml/plant liquid organic fertilizer + 50% inorganic fertilizer have highest values for plant height, number of pods and weight 100 seeds. Whereas for addition of 200 ml/plant liquid organic fertilizer + 50% inorganic fertilizer give highest value for the number of branches, the percentage of pods and dry weight of seeds. The Addition of 150 ml/plant liquid organic fertilizer + 50% inorganic fertilizer was expressed as the best treatment for soybean crop. Keywords: Liquid organic fertilizer, soybean Grobogan

PENDAHULUAN produksi utama yang mempengaruhi hasil tanaman, karena peranannya yang besar Kedelai ( Glycine max L.) merupakan tersebut pemakaian pupuk di Indonesia salah satu komoditas pangan utama di pada dekade terakhir ini meningkat secara Indonesia. Kedelai memiliki banyak pesat. Namun penggunaan pupuk kimia produk-produk olahan yang menjadi dalam relatif waktu lama dapat meng- kebutuhan sehari-hari masyarakat seperti akibatkan tanah akan menjadi cepat tempe, tahu, kecap, dan tauco. Bahan mengeras, kurang mampu menyimpan air pangan tersebut mengandung gizi dan dan cepat menjadi asam yang pada harganya terjangkau oleh masyarakat. akhirnya akan menurunkan produktivitas Hasil penelitian di berbagai bidang tanaman. Oleh karena itu, pemberian kesehatan telah membuktikan bahwa pupuk organik perlu dikembangkan dan konsumsi produk kedelai berperan penting ditingkatkan, dalam hal ini adalah dalam menurunkan resiko terkena penggunaan pupuk organik cair dapat penyakit degeneratif yang disebabkan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi adanya zat isoflavon dalam kedelai tanah, membantu meningkatkan kuantitas (Koswara, 2006). Data dari Badan Pusat dan kualitas produksi tanaman, mengu- Statistik (2016) produksi kedelai rangi penggunaan pupuk anorganik dan Indonesia tahun 2015 sebesar 998.870 ton. sebagai alternatif pengganti pupuk kandang (Parman, 2007) dan satu hal yang Kebutuhan akan kedelai terus sangat penting bahwa pupuk organik tidak meningkat sejalan dengan meningkatnya mencemari lingkungan (Hardjowigeno, jumlah penduduk Indonesia dan jenis 2007). Salah satu cara usaha peningkatan olahan dari kedelai. Untuk memenuhi produksi yaitu dengan perbaikan teknik kebutuhan kedelai tersebut para pelaku budidaya seperti penggunaan pupuk pertanian menggunakan pupuk kimia organik cair yang tepat. dengan dosis besar dengan harapan agar produksi kedelai meningkat. Hal ini Pupuk organik cair (POC) adalah senada dengan penyataan Hasyim dan larutan dari hasil pembusukan bahan- Danapriatna (2011), pupuk adalah sarana bahan organik yang berasal dari sisa

205 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” tanaman, kotoran hewan dan manusia Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas yang kandungan unsur haranya lebih dari Muhammadiyah Jakarta. Lokasi penelitian satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik berada pada ketinggian ±25 m di atas ini adalah mampu mengatasi defisiensi permukaan laut (dpl) dengan jenis tanah hara secara cepat, tidak bermasalah dalam Latosol. pencucian hara, dan juga mampu menyediakan hara secara cepat. Jika Bahan yang digunakan adalah benih dibandingkan dengan pupuk anorganik, kacang kedelai varietas Grobogan, POC POC umumnya tidak merusak tanah dan Multitonik®, pestisida organik Provibio®, tanaman meskipun sudah digunakan insektisida Decis®, pupuk kandang ayam sesering mungkin. Selain itu, pupuk ini 1.500 kg/ha (Elfarisna, 2013), Urea juga memiliki bahan pengikat sehingga 75 kg/ha, SP-36 100 kg/ha, dan KCl larutan pupuk yang diberikan ke 100 kg/ha. Alat yang digunakan adalah permukaan tanah bisa langsung polybag ukuran (40 cm x 40 cm), dimanfaatkan oleh tanaman (Hadisuwito, timbangan analitik, bambu, cangkul, 2012). penggaris, alat tulis, kamera, label, plastik, sprayer , gembor dan selang. Pupuk cair merupakan zat penyubur tanaman yang berasal dari bahan-bahan Rancangan yang digunakan dalam organik dan berwujud cair selain penelitian ini adalah Rancangan Acak berfungsi sebagai pupuk, pupuk cair juga Kelompok (RAK) dengan lima perlakuan dimanfaatkan sebagai aktivator untuk pupuk yaitu: P0 (pupuk anorganik 100%); membuat kompos (Lingga dan Marsono, P1 (Multitonik® 50 ml + pupuk anorganik 2003). POC Multitonik® memiliki 50%); P2 (Multitonik® 100 ml + pupuk anorganik 50%); P3 (Multitonik® 150 ml kandungan Makro N 9,16 %; P2O5 1,03%; + pupuk anorganik 50%); dan P4 K2O 4,75%; Mikro Fe 0,01%; Zn 6,84 ppm; B; Mn 11,38 ppm; Cu 1,19 ppm; B (Multitonik® 200 ml + pupuk anorganik < 1,00 ppm; Co 1,14 ppm; Mo < 1,00 50%). Setiap perlakuan diulang lima kali ppm; mikroba patogen E. coli dan sehingga terdapat dua puluh lima satuan Salmonella sp. (tertera pada kemasan percobaan, setiap satuan percobaan terdiri produk). dari tiga tanaman, sehingga jumlah seluruh tanaman yang diamati sebanyak Berdasarkan beberapa alasan di atas 75 tanaman. Uji lanjut pada penelitian ini maka perlu ditingkatkan dan dikem- menggunakan uji BNJ taraf 5%. bangkan pemupukan dengan meng- gunakan bahan organik sebagai salah satu Media tanam yang dipakai adalah tanah sumber unsur hara untuk tanaman. lahan percobaan Fakultas Pertanian yang Penelitian ini mencoba menggunakan telah digemburkan terlebih dahulu, POC Multitonik® dengan dosis yang kemudian tanah dimasukan kedalam berbeda untuk melihat dosis manakah polybag dan ditimbang sebanyak 10 kg. yang lebih baik pengaruhnya terhadap Setelah itu diberikan pupuk kandang ayam pertumbuhan dan produksi tanaman 7,5 g per polybag (Elfarisna, 2013) dan kedelai. Penelitian ini bertujuan untuk diaduk sampai rata. mengetahui respon pertumbuhan dan Pupuk cair organik cair yang produksi kedelai varietas Grobogan digunakan adalah Multitonik® yang dengan penambahan POC. diberikan seminggu satu kali dengan METODE PENELITIAN konsentrasi 3 ml/l air mulai dari tanaman berumur 1 MST sampai panen dengan Penelitian dilaksanakan pada bulan dosis sesuai perlakuan. Pupuk anorganik Desember 2016 – Maret 2017 di Kebun diberikan pada saat penanaman dengan

206 Puspitasari dan Elfarisna . 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Varietas … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 204 – 212

dosis rekomendasi Urea 75 kg/ha perlakuan lainnya, tetapi tidak berbeda (0,38 g per tanaman); SP36 100 kg/ha nyata terhadap semua perlakuan (Tabel 1). (0,5 g per tanaman); dan KCl 100 kg/ha (0,5 g per tanaman) (BKPPPA, 2009). Hal tersebut membuktikan bahwa Pemanenan dilakukan apabila sudah kandungan unsur hara yang terkandung menunjukan ciri-ciri fisik yaitu: daun dalam POC Multitonik® dapat bekerja sudah mulai menguning dan mulai dengan baik pada dosis POC Multitonik® berguguran, pembungkus polong sudah 150 ml + pupuk anorganik 50% dengan berwarna kecoklatan dan polong sudah jelas mampu menyediakan unsur hara terisi penuh. yang baik khususnya nitrogen dalam pertumbuhan tinggi tanaman. Didukung HASIL DAN PEMBAHASAN oleh penjelasan Dhani et al. (2014), menambahkan bahwa unsur nitrogen Tinggi Tanaman sangat dibutuhkan tanaman untuk sintesa asam-asam amino dan protein, terutama Pemberian POC tidak berpengaruh pada titik-titik tumbuh tanaman sehingga nyata terhadap tinggi tanaman. Pada umur mempercepat proses pertumbuhan 2 – 6 MST tinggi tanaman dengan dosis tanaman seperti pembelahan sel dan Multitonik® 150 ml + pupuk anorganik perpanjangan sel sehingga meningkatkan 50% memiliki hasil yang tinggi tinggi tanaman. (52,51 cm) dibandingkan dengan

Tabel 1. Tinggi Tanaman Kedelai Umur 2 – 6 MST Tinggi Tanaman (cm) Perlakuan 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST Pupuk anorganik 100% 13,24a 21,84a 34,36a 43,52a 46,64a POC 50 ml + P. anorganik 50% 13,57a 23,34a 36,51a 45,86a 48,54a POC 100 ml + P. anorganik 50% 13,82a 23,87a 36,44a 46,81a 48,01a POC 150 ml + P. anorganik 50% 13,97a 24,20a 39,20a 49,55a 52,51a POC 200 ml + P. anorganik 50% 13,75a 23,60a 36,82a 47,69a 49,81a Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%. Jumlah Cabang diserap dan dimanfaatkan oleh tanaman untuk proses pertumbuhan vegetatif. Pengamatan jumlah cabang dilakukan Pengaruh peningkatan jumlah cabang ini pada saat tanaman kedelai berumur 4 – kemungkinan berhubungan dengan suplai 7 MST. Respon penambahan dosis POC unsur hara ke tanaman dan penambatan Multitonik® tidak berpengaruh nyata nitrogen di udara melalui bintil akar. terhadap jumlah cabang pada umur 4 – Ketersediaan nitrogen yang terdapat 7 MST. Perlakuan dosis Multitonik® dalam POC cukup mempengaruhi jumlah 200 ml + pupuk anorganik 50% tidak cabang tanaman kedelai. Nitrogen berbeda nyata dengan semua perlakuan. berperan aktif pada saat pertumbuhan Pada umur 7 MST perlakuan dosis POC vegetatif. Sependapat dengan pernyataan Multitonik® 200 ml + pupuk anorganik Nasaruddin dan Rosmawati (2010) 50% memiliki jumlah cabang yang pemberian pupuk dengan kadar nitrogen banyak (5,07 cabang) tidak berbeda nyata yang tinggi dapat mempercepat dengan perlakuan lainnya (Tabel 2). pertumbuhan dan perkembangan organ tanaman sehingga lebih cepat mengalami Pemakaian dosis POC Multitonik® pertambahan jumlah daun, tinggi tanaman 200 ml + pupuk anorganik 50% semakin dan pertumbuhan cabang. banyak unsur hara nitrogen yang dapat

207 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Tabel 2. Jumlah Cabang Kedelai Umur 4 – 7 MST Jumlah Cabang Perlakuan 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST Pupuk anorganik 100% 1,73 a 2,27 a 3,60 a 4,00 a POC 50 ml + P. anorganik 50% 1,87 a 2,67 a 3,80 a 4,53 a POC 100 ml + P. anorganik 50% 1,73 a 2,67 a 4,07 a 4,60 a POC 150 ml + P. anorganik 50% 1,87 a 2,53 a 4,07 a 4,73 a POC 200 ml + P. anorganik 50% 1,93 a 2,80 a 4,20 a 5,07 a Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%.

Umur Berbunga proses pembungaan. Diperkuat dengan pernyataan Sutedjo (2008) pembentukan Pengamatan umur berbunga diamati bunga memerlukan unsur P dan K yang pada saat bunga pertama kali muncul pada cukup, karena pada bunga calon buah masing-masing sampel. Respon penam- berada dan dalam pembentukan bunga dan bahan dosis POC Multitonik® tidak buah yang maksimal dibutuhkan unsur P berpengaruh nyata terhadap umur dan K yang cukup. Menurut Nopiani berbunga tanaman kedelai. Perlakuan (1995) cit. Fahmi (2016) dalam proses penggunaan pupuk anorganik 100% pembuahan unsur nitrogen tidak terlalu (kontrol) memiliki nilai umur berbunga dibutuhkan, sedangkan fosfor dan kalium paling cepat 29,33 hari setelah tanam merupakan salah satu dari sekian unsur (HST) tetapi tidak berbeda nyata dengan hara yang diperlukan dalam pertumbuhan perlakuan lainnya (Tabel 3). generatif. Tabel 3. Umur Berbunga Tanaman Jumlah Polong dan Persentase Polong Kedelai Bernas Umur Perlakuan Berbunga Pengamatan jumlah polong dilakukan (HST) dengan cara menghitung banyak polong Pupuk anorganik 100% 29,33 a dari masing-masing sampel pada saat POC 50 ml + P. anorganik 50% 29,60 a panen (10 MST). Respon penambahan POC 100 ml + P. anorganik 50% 29,53 a dosis POC Multitonik® berpengaruh POC 150 ml + P. anorganik 50% 29,67 a nyata terhadap banyaknya jumlah polong POC 200 ml + P. anorganik 50% 29,40 a tanaman kedelai. Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom Jumlah polong yang banyak yang sama tidak berbeda ditunjukkan oleh perlakuan dosis POC nyata berdasarkan uji BNJ Multitonik® 150 ml + pupuk anorganik pada taraf 5%. 50% dengan jumlah polong (66,87 polong), tidak berbeda nyata Untuk tanaman dapat memasuki fase dengan perlakuan lainnya (Tabel 4). Hal generatif khususnya berbunga, tanaman ini diduga karena ketersediaan akan unsur harus memiliki ketersediaan unsur hara hara untuk pertumbuhan tanaman kedelai yaitu fosfor dan kalium dengan cukup. sudah cukup dan seimbang. Menurut Salah satu yang berperan dalam pem- Zahrah (2011) dalam pemupukan tanaman bungaan adalah unsur fosfor, seperti yang akan lebih baik bila menggunakan jenis dikemukakan oleh Lingga dan Marsono pupuk, dosis, cara, dan waktu pemberian (2002) bahwa unsur P sangat diperlukan yang tepat. Kekurangan atau kelebihan dalam proses asimilasi, respirasi dan unsur hara termasuk N, P, dan K akan sangat dibutuhkan untuk perkembangan berpengaruh tidak baik terhadap generatif tanaman yaitu mempercepat

208 Puspitasari dan Elfarisna . 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Varietas … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 204 – 212

pertumbuhan dan produksi. Penambahan (terutama dimana suhu rendah). Kalium pupuk organik cair dalam penelitian ini meningkatkan jumlah polong per sangat melengkapi kebutuhan unsur hara tanaman, persentase polong isi, dan bobot tanaman dengan dosis unsur hara 100 butir. K meningkatkan toleransi anorganik 50%. Hal ini sependapat tanaman kedelai terhadap kondisi iklim dengan pendapat Parnata (2004) yang merugikan dan serangan hama dan kandungan unsur hara dalam pupuk penyakit. Selain itu pemberian POC yang organik cair termasuk kompleks karena dilakukan dengan cara memberikan terdiri dari mineral lengkap. langsung ke akar, dapat langsung diserap dengan mudah oleh tanaman. Tabel 4. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Varietas Berat Kering Biji, Konversi per Hektar Grobogan dengan Penam- dan Berat 100 Biji bahan Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Jumlah Pengamatan berat kering biji dengan Polong dan Persentase menimbang biji yang sudah dikeringkan Polong Bernas terlebih dahulu menggunakan sinar Persentase matahari selama 4 hari karena dalam 4 Jumlah Perlakuan Polong hari polong sudah dalam keadaan kering. Polong Bernas (%) Perlakuan dosis POC Multitonik® 200 ml Pupuk anorganik 100% 54,27 a 90,99 a + pupuk anorganik 50% memiliki nilai POC 50 ml + berat biji paling banyak (37,14 g) 56,33 a 94,26 a P. anorganik 50% dibandingkan dengan perlakuan lainnya, POC 100 ml + tetapi tidak berbeda nyata terhadap semua 58,80 a 92,81 a P. anorganik 50% perlakuan (Tabel 5). Hal ini diduga karena POC 150 ml + 66,87 a 94,39 a peran pupuk fosfor dan kalium yang P. anorganik 50% terdapat dalam pupuk organik cair POC 200 ml + 66,47 a 96,51 a Multitonik® dapat mensuplai unsur hara P. anorganik 50% ke tanaman kedelai sampai fase generatif Keterangan: Angka-angka yang diikuti (pembentukan polong). Hal ini senada huruf yang sama pada dengan pendapat Sutedjo (2008) fosfor kolom yang sama tidak merupakan bagian dari protoplasma dan berbeda nyata berdasarkan inti sel, dapat menumbuhkan akar semai, uji BNJ pada taraf 5%. mempercepat serta memperkuat pertum- buhan tanaman muda menjadi tanaman Pengamatan persentase polong bernas dewasa dan mempercepat pemasakan dilakukan setelah panen (10 MST), benih, biji, gabah dan dapat meningkatkan dengan mengitung jumlah polong bernas produksi biji-bijian. dibagi jumlah polong total. Perlakuan dosis POC Multitonik® 200 ml + pupuk Pada parameter pengamatan berat biji anorganik 50% memiliki jumlah polong kering, perlakuan penambahan dosis POC bernas paling banyak (96,51 %) Multitonik® 200 ml + pupuk anorganik dibandingkan dengan perlakuan lainnya, 50% mendapatkan hasil berat biji paling tetapi tidak berbeda nyata terhadap semua berat dibandingkan dengan perlakuan lain, perlakuan (Tabel 4). Hal ini disebabkan akan tetapi hasil tersebut tidak berbeda kecukupan unsur hara tanaman dan waktu nyata dengan perlakuan lainnya. Ini panen yang tepat. disebabkan penambahan POC sangat berpengaruh terhadap parameter berat biji Menurut Dobermann dan Fairhust kering, pemberian POC yang diberikan (2000) unsur P berperan dalam mening- setiap seminggu sekali sampai menjelang katkan jumlah cabang, perkembangan seminggu sebelum panen dapat mensuplai akar, awal pembungaan dan pemasakan

209 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” kebutuhan unsur hara terutama fosfor. per hektar menyamai bahkan melebihi Fosfor sangat diperlukan untuk tanaman hasil dari deskripsi kedelai Grobogan. Hal dalam pembentukan biji. Penelitian tersebut diduga karena kandungan unsur Suryawaty (2014) penambahan POC dapat hara yang terkandung dalam POC mampu meningkatkan produktifitas berat biji menyediakan unsur hara pada tanaman kering. Dengan tingginya berat kering biji baik untuk pertumbuhan maupun produksi berkorelasi positif dengan jumlah tanaman kedelai. produksi biji per hektar. Pengamatan berat 100 biji dengan cara Pada konversi hasil per hektar, menimbang biji yang sebelumnya sudah perlakuan penggunaan pupuk anorganik dijemur terlebih dahulu lalu diambil 100% mendapatkan hasil hampir secara acak sebanyak 100 biji dan menyamai dengan deskripsi kedelai ditimbang. Respon penambahan dosis Grobogan. Untuk perlakuan penambahan POC Multitonik® berpengaruh nyata dosis POC mendapatkan hasil konversi terhadap parameter berat 100 biji.

Tabel 5. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Varietas Grobogan dengan Penambahan Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Berat Kering Biji, Konversi per Hektar dan Berat 100 Biji. Berat Kering Biji Konversi per Berat 100 Biji Perlakuan (g) Hektar (ton) (g) Pupuk anorganik 100% 27,11 a 3,39 23,48 a POC 50 ml/tan + P. anorganik 50% 27,27 a 3,41 22,49 a POC 100 ml/tan + P. anorganik 50% 33,70 a 4,21 24,45 a POC 150 ml/tan + P. anorganik 50% 36,52 a 4,57 25,11 b POC 200 ml/tan + P. anorganik 50% 37,14 a 4,64 24,13 a Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%. Pemberian POC pada parameter berat digunakan untuk proses metabolisme di 100 biji mampu berada diatas perlakuan dalam tanaman tersebut. Suplai hara yang anorganik 100%. hal ini diduga karena cukup membantu terjadinya proses unsur hara yang terkandung dalam pupuk fotosintesis dalam tanaman menghasilkan organik cair mampu menyediakan unsur senyawa organik yang akan diubah dalam hara untuk pertumbuhan dan perkem- bentuk ATP saat berlangsungnya bangan tanaman. Menurut Djasmara respirasi, selanjutnya ATP ini digunakan (2007) Unsur kalium ini diperlukan oleh untuk membantu pertumbuhan tanaman. tanaman untuk pembentukan gula dan zat Selama pertumbuhan reproduktif akan tepung, selain itu unsur Kalium yang terjadi pemacuan pembentukan bunga, merupakan pengaktif dari sejumlah besar polong serta biji kedelai. Pernyataan enzim yang penting untuk proses Hardjowigeno (2007) mendukung bahwa fotosintesis, selain itu membantu dalam saat pertumbuhan reproduktif tanaman pembentukan pati dan protein. Pada membutuhkan unsur N, P dan K. Unsur P penelitian yang dilakukan oleh Suryawaty diserap oleh tanaman dari pupuk saat pagi (2014) penambahan pupuk organik cair dan sore hari saat kelembaban meningkat, TOP G2 memberikan hasil tertinggi pada sedangkan pada siang hari pupuk dengan jumlah polong per tanaman dan berat 100 konsentrasi tinggi cenderung menjadi biji kering. hipertonis karena air menguap, sehingga pupuk tidak dapat diserap maksimal oleh Unsur N, P dan K yang terdapat dalam tanaman. Biji akan terbentuk dalam POC mampu diserap oleh tanaman dan polong bersamaan dengan itu berlanjut

210 Puspitasari dan Elfarisna . 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Varietas … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 204 – 212

sampai pemasakannya. Saat pembesaran (Capsicum annum L.) pada Ultisol Asal polong dan pengisian biji kedelai Bekasi. CEFARS: Jurnal Agribisnis membutuhkan banyak unsur K. dan Pengembangan Wilayah, Vol. 2 (2): 13 – 22. KESIMPULAN Dhani, H., Wardati., dan Rosmini. 2014. Pengaruh Pupuk Vermikompos pada Pengurangan pupuk anorganik dengan Tanah Inceptisol Terhadap Pertum- pemberian POC tidak berpengaruh nyata buhan dan Hasil Sawi Hijau (Brassica terhadap parameter pengamatan tinggi juncea L.). Jurnal Online Mahasiswa, tanaman, jumlah cabang, umur berbunga, Vol. 1 (1): 1 – 11. dan persentase polong bernas. Djasmara, M. 2007. Peningkatan Pengurangan pupuk anorganik dengan Produktivitas Padi Gogo ( Oryza penambahan dosis POC berpengaruh sativa L.) Varietas Situ Bagendit yang nyata untuk parameter jumlah polong, Dipupuk dengan N, P, dan K dan berat 100 biji dan sangat berpengaruh Pupuk Hayati pada Inceptisols di nyata terhadap parameter pengamatan Jelekong, Bale Endah, Bandung. berat kering biji. Penggunaan anorganik Prosiding Simposium Peran Agronomi 100% tanpa penambahan pupuk organik dalam Peningkatan Produksi Beras cair memberikan hasil yang cepat pada dalam Program Ketahanan Pangan, umur berbunga. Penggunaan dosis POC Tinjauan Masa Lalu dan Perspektif 150 ml/tanaman + pupuk anorganik 50% Masa Depan. Kongres IX Peragi. memberikan nilai yang tinggi untuk tinggi Bandung, 15 – 17 November 2007. Hal tanaman, jumlah polong dan berat 100 101 – 104. biji. Sedangkan untuk penambahan dosis Dobermann, A. dan T.H. Fairhust. 2000. pupuk organik cair 200 ml/tanaman + Rice: Nutrient Disorders & Nutrient pupuk anorganik 50% memberikan nilai Management . Potash & Phosphate yang tinggi untuk jumlah cabang, Institute (PPI), Potash & Phosphate persentase polong bernas dan berat kering Institute of Canada (PPIC) and biji. Pengurangan dosis pupuk anorganik International Rice Research Institute 50% dengan penambahan POC (IRRI). Oxford Graphic Printers Pte 150 ml/tanaman dapat direkomendasikan Ltd. kepada petani sebagai dosis penggunaan Elfarisna. 2013. Pengaruh Pengurangan POC Multitonik® untuk tanaman kedelai Dosis Pupuk Urea terhadap karena beberapa parameter pengamatan Pertumbuhan dan Produksi Kedelai. tidak berbeda nyata dengan kontrol. Prosiding. Loka Karya Nasional dan DAFTAR PUSTAKA Seminar Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia. Bogor 2 - 4 Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi September 2013. Hal: 1 – 8. Tanaman Kedelai di Indonesia tahun Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk 2015. http://www.bps.go.id/site/result Organik Cair. Agromedia Pustaka. Tab. (Diakses pada 9 November 2016) Jakarta. Balai Ketahanan Pangan dan Penyuluh Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Pertanian Aceh. 2009. Budidaya Akademika Pressindo. Jakarta. Tanaman Kedelai. http://13-brosur Koswara, S. 2006. Isoflavon, Senyawa kedelai.pdf. (Diakses pada 9 November Multi-manfaat dalam Kedelai. 2016). http://repository.ipb.ac.id/bitstream/han Danapriatna, N. dan E.A. Hasyim. 2011. dle/123456789/30646/www.ebookpang Pengaruh Pupuk Organik Sampah Kota an.com%20ARTIKELI%20SOFLAVO dan Gliocladium sp. terhadap N,%20ZAT%20MULTI%20MANFAA Pertumbuhan dan Hasil Cabe T%20%20DALAM%20KEDELAI.pdf

211 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

;jsessionid=CEDD77219D2BDC31763 Parman S. 2007. Pengaruh Pemberian F3DCE2BC3ACD2?sequence=1 Pupuk Organik Cair terhadap (Diakses pada 1 Desember 2016). Pertumbuhan dan Produksi Kentang Lingga, P., dan Marsono. 2002. Petunjuk (Solanum tuberosum L.). Buletin Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Anatomi dan Fisiologi, Vol. 15 (2): 21 Jakarta. – 31. ______. 2003. Petunjuk Penggunaan Parnata, A.S. 2004. Mengenal Lebih Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Dekat PupukOrganik Cair, Aplikasi Nasaruddin dan Rosmawati. 2010. dan Manfaatnya. Agromedia Pustaka. Pengaruh Pupuk Organik Cair (POC) Jakarta. Hasil Fermentasi Daun Gamal, Batang Suryawaty, H. 2014. Pupuk Organik Cair Pisang dan Sabut Kelapa terhadap dan Pupuk Kandang Ayam Pertumbuhan Bibit Kakao. Jurnal Berpengaruh Kepada Pertumbuhan dan Agrisistem, Vol. 7 (1): 29 – 37. Produksi Kedelai (Glycine max L.). Nopiani, D. 1995. Pengaruh Pemberian Jurnal Program Studi Agroteknologi. Kasting dan Pupuk Daun Bayfolan Fakultas Pertanian. Universitas terhadap Pertumbuhan dan Produksi Muhammadiyah Sumatera Utara. Tanaman Cabai ( Capsicum annum L.) Medan. CV. Hot Beauty. Cit . Fahmi, R. Z. Sutedjo, M.M. 2008. Pupuk dan Cara 2016. Pengurangan Dosis Pupuk NPK Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. dan Pemangkasan Pucuk terhadap Zahrah, S. 2011. Respon Berbagai Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Varietas Kedelai ( Glycine max L. Melon. Skripsi. Fakultas Pertanian. Merill) terhadap Pemberian Pupuk Universitas Muhammadiyah Jakarta. NPK Organik. J. Teknobiol. 2(1): 65 – Jakarta. 69.

212

PENGARUH PUPUK ANORGANIK DAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PH, N-TOTAL, C-ORGANIK, DAN HASIL PAKCOY PADA INCEPTISOLS Anni Yuniarti 1*, Abraham Suriadikusumah 1 dan Julfri Unedo Gultom 2 1Staf pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran 2Alumni Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran Jl. Raya Jatinangor Km. 21 Jatinangor, Sumedang 45363 *E-mail: [email protected] Diterima: 03/10/2017 Direvisi: 20/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus menyebabkan terjadinya penurunan kualitas tanah dan hasil panen. Pupuk organik cair memiliki unsur hara yang lengkap dan cepat tersedia serta mampu mengurangi penggunaan pupuk kimia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pupuk anorganik dan pupuk organik cair terhadap pH, C-organik, N-total, dan hasil pakcoy (Brassica chinensis L) pada Inceptisols. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan sembilan perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan Kontrol, ¼, ½, ¾, 1, 1¼, 1½ NPK dan 1 POC, dosis 1 NPK rekomendasi yaitu 2 g per tanaman dan 1 POC yaitu 0.03 ml per tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk anorganik dan POC memberikan pengaruh pH dan hasil tanaman, tetapi tidak berpengaruh terhadap N-total dan C-organik tanah. Perlakuan 1 NPK (2 g per tanaman) dan 1 POC (0.03 ml per tanaman) memberikan hasil terbaik yaitu 168.33 g per tanaman. Kata kunci: C-organik, N-total, pakcoy, pH, pupuk NPK, pupuk organik cair EFFECT OF ANORGANIC FERTILIZER LIQUILIZER ON PH, N-TOTAL, C-ORGANIC AND YIELD OF PAKCHOY ON INCEPTISOLS ABSTRACT The application of chemical fertilizer continuously will caused decreasing in soil quality and crop yield. Liquid organic fertilizer has complete nutrients and quickly available can to reduce the use of chemical fertilizer. The research was conducted to find out the effect of combination liquid organic fertilizer and NPK fertilizer on pH, total-N, organic-C, and yield of Pakchoy (Brassica chinensis L) on Inceptisols. The experiment conducted using a Randomized Block Design with nine treatments and three replications. Treatments control, ¼, ½, ¾, 1, 1¼, 1½ NPK dan 1 liquid organic fertilizer, with 1 dose of NPK recommendation that in 2 g per plant and 1 dose liquid organic fertilizer that is 0,03 ml per plant. The result of this research showed that NPK fertilizer and liquid organic fertilizer gave effect on pH crop yield but did not give effect on total-N, organic-C soil’s. The treatment 1 liquid organic fertilizer (0.03 ml per plant) and 1 dose of NPK (2 g per plant) gave the best effect on yield of pakchoy with 168.33 g per plant. Keyword: Liquid organic fertilizer, NPK fertilizer, N-total, organic-C, pakchoy, pH

213 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

PENDAHULUAN optimum. Dari sisi ekonomi, usaha budidaya sawi pakcoy yang menggunakan Pakcoy atau sawi sendok ( Brassica polibeg bisa jauh lebih mahal karena chinensis L.) merupakan salah satu jenis dilihat dari pengolahan dan budidaya tanaman sayuran yang masih berkeluarga harus teliti supaya hasilnya bagus dengan spesies sawi-sawian ( Brassica ). (Sumpena dan Permana, 2014). Pakcoy sering juga disebut sawi manis atau sawi daging karena memiliki pangkal Dewasa ini sistem pertanian Indonesia sayur yang tebal dan lembut seperti khususnya sayuran mulai berkembang. daging. Sayuran ini biasanya digunakan Sistem pertanian sudah mengarah kepada dalam bahan sup atau penghias makanan. sistem pertanian berkelanjutan. Manusia Dikutip dari situs resmi BKTPD Jabar, mulai menyadari efek negatif yang manfaat pakcoy jika dikonsumsi yaitu: ditimbulkan bagi kesehatan tubuh dan sangat baik untuk kesehatan khususnya lingkungan dari sistem pertanian perempuan hamil karena mengandung konvensional, Adapun tujuan sistem folat yang berfungsi untuk membentuk sel pertanian berkelanjutan tersebut adalah darah merah dan mencegah anemia, mempertahankan atau meningkatkan mampu mengurangi kolesterol dan baik kualitas lingkungan, dan melestarikan untuk pencernaan, mengandung kadar sumberdaya alam (SDA) lebih luas lagi, vitamin A yang cukup tinggi, baik untuk dengan mengurangi biaya atau modal membantu proses pembekuan darah, produksi dengan mengoptimalkan mampu menjaga kesehatan kulit dan penggunaan bahan sumberdaya alam yang mencegah penuaan karena mengandung ada, menghasilkan produk pertanian yang vitamin K dan E, dan baik untuk sehat, serta modernisasi teknologi kearifan pembentukan kolagen karena mengandung lokal (Nurlaeny, 2013). vitamin C. Tanah merupakan salah satu bagian Hasil penelitian Ismoyo (2014) penting dalam budidaya tanaman. Dalam mengenai analisis usaha budidaya sawi pertanian, fungsi utama tanah adalah pakcoy bahwa dari aspek ekonomis dan sebagai media tanam tanaman. Manfaat bisnisnya layak untuk dikembangkan atau tanah yaitu media untuk tanaman tumbuh diusahakan untuk memenuhi permintaan tegak, tempat berkembangbiaknya biota konsumen yang cukup tinggi serta adanya tanah, sebagai tempat laboratorium kimia- peluang pasar internasional yang cukup fisika alami, dan sumber penyedia nutrisi besar. Produksi sawi pada tahun 2011 bagi tanaman. Di Indonesia sebaran tanah hingga tahun 2013 selalu meingkat yaitu cukup beragam. Keragaman tanah ini 480.969 ton, 593.934 ton, dan 635.728 ton dibagi berdasarkan klasifikasi tanah dari (Badan Pusat Statistik dan Direktorat sifat-sifat morfologinya (Hardjowigeno, Jenderal Bina Produksi, 2015). 2013). Berdasarkan tingkat kualitasnya, Pengembangan pakcoy mempunyai tanah dibagi menjadi tanah subur hingga prospek baik untuk mendukung upaya tanah tidak subur. Penilaian kualitas tanah peningkatan petani, peningkatan gizi dapat diamati berdasarkan indikator sifat masyarakat, perluasan kesempatan kerja biologi, fisik, dan kimia tanahnya. dan sebagainya. Selain itu, upaya budidaya pakcoy ditunjang oleh kondisi Indonesia memiliki wilayah daratan wilayah tropis Indonesia yang cocok untuk yang sangat luas sekitar 188,2 juta ha. komoditas tersebut. Kelebihan lain dalam Ordo tanah yang ditemukan ada 10 yaitu budidaya pakcoy ini adalah kemudahan Histosols, Entisols, Inceptisols, Alfisols, dalam proses budidaya, umur panen yang Mollisols, Vertisols, Oxisols, Andisols, relatif pendek yaitu sekitar berumur 30 - dan Spodosols (Mulyani et al. , 2004 ; 45 hari untuk mendapatkan produksi Puslitbangtanak, 2000). Dari total lahan

214 Yuniarti, et al. 2017. Pengaruh Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik Cair … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 213 – 219

kering masam 102,8 juta ha terluas terhadap pH tanah N-Total, C-organik, terdapat pada ordo Ultisols sekitar 41,91 dan hasil pakcoy ( Brassica chinensis L.) juta ha dan Inceptisols sekitar 40, 88 juta pada Inceptisols Jatinangor? (2) Apakah ha. Di Jawa Barat sendiri luas Inceptisols terdapat dosis pupuk organik cair dan sekitar 897.845 ha, yang di dalamnya pupuk NPK yang dapat menghasilkan termasuk Inceptisols jatinangor. Sudirja bobot pakcoy ( Brassica chinensis L.) yang et al. (2007) menyatakan bahwa secara paling berat pada Inceptisols Jatinangor? umum kesuburan dan kimia Inceptisols Jatinangor relatif rendah. Tanah ini METODE merupakan tanah yang belum berkembang Percobaan dilakukan di Kebun lanjut dengan ciri-ciri bersolum tebal Percobaan Lahan Ciparanje, Fakultas antara 1,5-10 m di atas bahan induk, tanah Pertanian Universitas Padjadjaran, masam dengan pH 4,5-6,5, kejenuhan basa Jatinangor, Kabupaten Sumedang dengan dari rendah sampai sedang, bertekstur liat, ketinggian tempat ±700 m dpl. Analisis sedang dan strukturnya remah dan kimia tanah, tanaman, dan pupuk konsistensi gembur. Inceptisols memiliki dilaksanakan di Laboratorium Kesuburan prospek yang begitu besar walapun Tanah dan Nutrisi Tanaman Depertemen termasuk dalam kategori tanah kurang Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan subur karena dapat dikembangkan sebagai Fakultas Pertanian Unversitas Padjadjaran, sentra produksi tanaman asal dibarengi Jatinangor, Kabupaten Sumedang Jawa dengan pengelolaan tanah dan sistem Barat. budidaya yang tepat. Bahan-bahan yang digunakan dalam Sistem budidaya sayuran pakcoy penelitian ini adalah : (1) benih pakcoy organik dalam perkembangannya belum varietas Green; (2) tanah topsoil sepenuhnya organik. ketersediaan unsur Inceptisols asal Jatinangor; (3) arang hara makro dan mikro dari tanah atau sekam; (4) pupuk NPK majemuk bahan organik kurang mencukupi, oleh (16:16:16); (5) pupuk organik cair; serta karena itu masih dibutuhkan pupuk (6) bahan-bahan kimia untuk analisis anorganik untuk menyuplai unsur hara tanah dan tanaman di laboratorium. bagi tanaman sehingga tercukupi. Upaya Penelitian ini menggunakan metode yang sedang dikembangkan saat ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor melakukan penelitian tentang kombinasi tunggal yang terdiri dari sembilan pupuk organik guna mengurangi perlakukan dan diulang sebanyak tiga kali, kebutuhan pupuk anorganik atau sering di dengan demikian jumlah polibeg adalah kenal sistem budidaya semi-organik. 9 x 3 = 27 buah polibeg, setiap polibeg Penelitian kali ini dilaksanakan upaya ditanam satu tanaman. Penempatan pemupukan pada budidaya pakcoy dengan perlakuan pada satu kelompok percobaan memberikan pupuk organik untuk dilakukan secara acak. mengurangi kebutuhan pupuk NPK Pengamatan terdiri dari pada fase majemuk dengan harapan hasil pakcoy vegetatif maksimum, antara lain: sama dengan hasil pada umumnya (hanya kemasaman tanah, N-total tanah, C- menggunakan pupuk anorganik) atau organik dan hasil pakcoy. Kemasaman bahkan lebih baik. Berdasarkan uraian tanah dianalisis menggunakan alat pH- pada latar belakang dapat disimpulkan Meter. N-Total tanah dianalisis dengan beberapa permasalahan dari penelitian ini metode Kjeldahl. C-Organik dan Hasil yaitu: (1) Apakah terdapat pengaruh dosis pakcoy meliputi berat tanaman dinyatakan pupuk organik cair dan pupuk NPK dalam bobot segar tanaman.

215 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Tabel 1. Rancangan perlakuan percobaan Pupuk NPK (16:16:16) Pupuk Organik Cair Perlakuan (g per tanaman) (g per tanaman) A Kontrol (0 POC+0 NPK) - - B 1 NPK standard 2,0 - C 0 NPK + 1 POC - 1 D ¼ NPK + 1 POC 0,5 1 E ½ NPK + 1 POC 1,0 1 F ¾ NPK + 1 POC 1,5 1 G 1 NPK + 1 POC 2,0 1 H 1¼ NPK + 1 POC 2,5 1 I 1½ NPK + 1 POC 3,0 1 Keterangan: POC diaplikasi sebanyak 3 kali (1 POC = 0.3 mL/L pelarut; 1 NPK = 2 g per tanaman) (Sumpena dan Permana, 2014)

HASIL DAN PEMBAHASAN sama. Hal tersebut dikarenakan adanya kehilangan N yang terjadi selama masa Hasil Tanah Awal penelitian. Kehilangan N dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pH, suhu Hasil analisis tanah memiliki pH H O 2 ruangan percobaan dan jenis mineral liat agak masam (5.7), pH tanah menentukan tanah. Hardjowigeno (2013) menyatakan kemudahan unsur hara untuk diserap oleh bahwa semakin masam tanah maka akan tanaman. Umumnya unsur hara mudah mempengaruhi ketersediaan unsur N diserap pada pH netral (6 – 7), karena dalam tanah. Analisis tanah pH nya pada pH tersebut sebagian unsur hara tergolong agak masam, hal ini mudah larut dalam air. Kadar C-organik menyebabkan proses nitrifikasi tidak dapat rendah yaitu sebesar1.7%, kandungan N- berjalan dengan baik, pH yang optimal total rendah yaitu sebesar 0.19%, C/N yang diinginkan yaitu pH 7. tanah tergolong rendah yaitu sebesar 9. Kandungan C-organik dan N-total tanah Keadaan suhu rumah kaca menjadi yang telah dianalisis tergolong rendah faktor lain yang dapat mempengaruhi laju untuk itu perlu ditambahkan pupuk. nitrifikasi. Hasil pengamatan suhu ruangan rumah kaca diperoleh rata-rata suhu Kemasaman Tanah, N-total, C-organik terendah adalah 24.7 oC dan yang tertinggi dan Hasil Tanaman 28.4 oC. Suhu optimal untuk proses o Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nitrifikasi yaitu 30.0 – 35.0 C. (Sumarsih, pemberian pupuk NPK dan pupuk organik 2003). Suhu terlalu panas dapat cair (POC) memberikan pengaruh menyebabkan reaksi nitrifikasi (perubahan - - terhadap pH, dan hasil tanaman sedangkan NH 4 menjadi NO 3 ) dan denitrifikasi - terhadap N-total dan C-organik tanah tidak (perubahan NO 3 menjadi N 2O dan N 2 di berpengaruh. Hasil analisis tanah awal atmosfer) lebih cepat terjadi sehingga tergolong agak masam (pH 5.7), nilai pH kehilangan N juga menjadi semakin besar , - tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol NO 3 di tanah mudah tercuci oleh air, (pH 6.8) dan nilai terendah terdapat pada sementara suhu yang rendah dapat mem- perlakuan ½ NPK + 1 POC (pH 6.4). perlambat laju nitrifikasi (Hardjowigeno, Kenaikan pH pada setiap perlakuan diduga 2013). berasal dari adanya pupuk organik sebagai Pupuk NPK yang diberikan dalam pupuk dasar. bentuk granul sehingga bersifat lambat Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa larut (Novizan, 2007). Tanaman Pakcoy nilai N-total pada setiap perlakuan relatif yang berumur pendek diduga tidak dapat

216 Yuniarti, et al. 2017. Pengaruh Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik Cair … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 213 – 219

maksimal penyerapan pupuknya, sehingga Faktor lain penyebab kehilangan N ada kemungkinan pupuk tersebut masih dalam tanah yaitu bahwa unsur hara tersisa di dalam tanah. tersebut telah diserap tanaman atau mikroorganisme, proses pencucian oleh air Jenis mineral liat tanah illit menjadi dan volatilisasi (Hardjowigeno, 2013). faktor yang mempengaruhi kehilangan Sejalan dengan perlakuan 1 pupuk NPK + unsur hara N tanah. Berdasarkan hasil 1 POC menunjukkan kandungan N yang analisis tanah awal kandungan KTK tanah -1 paling rendah jika dibandingkan dengan adalah 17.4 cmol.kg . Kandungan KTK perlakuan lainnya. Pemberian POC dapat tersebut termasuk dalam katagori mineral -1 memaksimalkan penyerapan N oleh liat illit yaitu 10 – 40 cmol.kg tanaman, terlihat dari bobot Pakcoy pada (Hardjowigeno, 2010). Mineral liat illit perlakuan ini merupakan yang terberat termasuk dalam mineral liat tipe 2:1, yang dibandingkan dengan perlakuan lainnya. mempunyai sifat mengembang dan Menurut Hardjowigeno (2013), N mengkerut tergantung keadaan tanah berfungsi untuk proses pertumbuhan (basah atau kering). Tanah yang kering vegetatif tanaman. menimbulkan retakan-retakan pada permukaan tanah yang dapat membuat unsur N tanah mudah tercuci.

Tabel 2. Pengaruh Pupuk NPK dan POC terhadap pH, N-total, C-organik dan Hasil Pakcoy pada Inceptisols Jatinangor C- Bobot Bobot N-total Perlakuan pH organik tanaman tanaman (%) (%) (g) (t.ha -1 ) A Kontrol (0 POC+0 NPK) 6,8 c 0,20 0,62 50,00 a 10,00 B 1 NPK standard 6,4 a 0,26 0,57 136,67 cde 27,33 C 0 NPK + 1 POC 6,8 c 0,23 0,53 85,00 b 17,00 D ¼ NPK + 1 POC 6,7 b 0,20 0,60 95,83 b 19,17 E ½ NPK + 1 POC 6,6 b 0,23 0,55 110,83 bc 22,17 F ¾ NPK + 1 POC 6,7 b 0,25 0,54 132,50 cd 26,50 G 1 NPK + 1 POC 6,5 b 0,19 0,53 168,33 e 32,67 H 1¼ NPK + 1 POC 6,4 a 0,26 0,55 150,83 de 30,17 I 1½ NPK + 1 POC 6,4 a 0,21 0,64 162,50 de 32,50 Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5%, sedangkan angka yang tidak diikuti notasi menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji statistik. Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa sisa-sisa tanaman dan binatang ke dalam semua perlakuan mengandung C-organik tanah. Selama proses dekomposisi, tanah yang masih tergolong sangat rendah. transformasi karbon berasal dari aktivitas Adapun yang menjadi faktor penyebab mikroba dimana oksida karbon menjadi hilangnya C dalam tanah adalah respirasi karbon dioksida yang selanjutnya tanah, respirasi tanaman, terangkut pada dikembalikan ke atmosfer. saat panen dan dipergunakan oleh biota tanah. Siklus karbon di dalam tanah antara Aktivitas mikroorganisme dalam tanah lain perubahan karbon dioksida atmosfer merupakan salah satu kegiatan yang menjadi material tanaman melalui proses sangat bermanfaat dalam penyediaan fotosintesis yang diikuti oleh dekomposisi unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Mikroorganisme dalam melakukan

217 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

aktivitasnya memerlukan energi dan bahan SIMPULAN DAN SARAN organik yang merupakan sumber energi bagi mikroorganisme tersebut Simpulan (Hardjowigeno, 2010). Kandungan Berdasarkan penelitian yang dilakukan, C-organik pada tanah awal yaitu 1.7% dan maka dapat diambil simpulan sebagai dari POC sebesar 4%. Pada Tabel 2 berikut: (1) Pemberian pupuk NPK dan menunjukkan kandungan C-organik tanah POC tidak berpengaruh terhadap N-total mengalami penurunan yang disebabkan dan C-organik tanah, tetapi berpengaruh oleh aktivitas mikroorganisme tanah. terhadap pH dan hasil Pakcoy ( Brassica Aktivitas mikroorganisme ini ternyata chinensis, L) pada Inceptisol Jatinangor; sangat efektif dalam penyediaan unsur (2) Perlakuan 1 NPK (2 g per tanaman) hara bagi tanaman, terlihat dari hasil dan 1 POC (0.3 mL/L air per tanaman) panen yang melebihi dari potensi hasil memberikan hasil terbaik yaitu seberat deskripsi tanaman Pakcoy (30 t.ha -1 ). 168.33 g. Pada Tabel 2, menunjukkan bahwa Saran perlakuan 1 NPK; 1 NPK + 1 POC; 1¼ NPK + 1 POC dan 1½ NPK + 1 POC Perlu dilakukan penelitian lanjutan di menghasilkan bobot tanaman berturut- lapangan dengan peningkatan dosis pupuk -1 turut sebesar 136.67 g (27.33 t.ha ); POC dengan dosis pupuk NPK yang sama. -1 168.33 g (32.67 t.ha ); 150.83 g Perlu diteliti juga kualitas tanaman Pakcoy -1 -1 (30.17 t.ha ); 162.5 g (32.50 t.ha ) seperti serapan N, warna daun dan jumlah berbeda nyata dengan perlakuan kontrol klorofil. (A) dan perlakuan C dan D. Pada perlakuan 1½ NPK + 1 POC dengan dosis DAFTAR PUSTAKA tertinggi menghasilkan bobot segar tanaman sebesar 162.5 g tidak berbeda Badan Pusat Statistik dan Direktorat nyata dengan perlakuan 1 NPK + 1 POC Jenderal Bina Produksi. 2015. Produksi sebesar 168.33 g, dengan demikian Tanaman Sayuran. BPS, Jakarta. perlakuan 1 NPK + 1 POC merupakan http://www.bps.go.id/site/resultTab perlakuan yang terbaik karena secara (Diakses pada 11 Februari 2015). ekonomis lebih menguntungkan. Bangun, R.A. 2016. Pengaruh Asam Humat dan Pupuk NPK terhadap pH, Hasil penelitian Bangun (2016) yang C-organik, N-total, C/N, KTK dan menggunakan bahan organik padat Hasil Pakcoy ( Brassica chinensis L) menghasilkan bobot pakcoy sebesar pada Inceptisols Jatinangor. Skripsi. 103.33 g dengan 1 dosis NPK (2 g per tanaman) dikombinasikan dengan 40 mg Universitas Padjadjaran. asam humat, ternyata hasilnya lebih Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. rendah bila dibandingkan dengan Akademika Pressindo. Jakarta. pemberian 1 NPK + 1 POC. Hal ini Hardjowigeno, S. 2013. Ilmu Tanah. CV. menunjukkan bahwa penggunaan POC Akademika Pressindo. Jakarta. lebih baik dibandingkan dengan Ismoyo, R. 2014. Anilisis Usaha Budidaya menggunakan pupuk organik padat, Sawi Pakcoy. Gubuk Tani. http://gubuk dikarenakan unsur hara dalam POC lebih cepat tersedia sehingga lebih cepat diserap ktani.blogspot.co.id/2014/08/analisis- tanaman (Pranata, 2004). usaha-budidaya-sawi-pakcoy.html (Diakses pada 11 Februari 2015). Mulyani, A., A. Rachman, dan A. Dairah. 2004. Penyebaran Lahan Masam,

218 Yuniarti, et al. 2017. Pengaruh Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik Cair … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 213 – 219

Potensi dan Ketersediaannya untuk Fluventic eutrudepts Melalui Pendaya- Pengembangan Pertanian. http://balittan gunaan Limbah Kakao dan Berbagai ah.litbang.Pertanian.go.id/ind/dokumen Jenis Pupuk Organik. http://pustaka. tasi/buku/fosfatalam/anny_mulyani.pdf unpad.ac.id (Diakses pada 11 Februari (Diakses pada 11 Februari 2015). 2015). Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Sumarsih, S. 2003. Mikrobiologi Dasar. Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta Universitas Pembangunan Nasional. Nurlaeny, N. 2013. Peran Bahan Organik Jakarta. Tanah dalam Sistem Pertanian Sumpena, U. dan A. Permana. 2014. Seri Berkelanjutan. Unpad Press. Bandung. KRPL: Budidaya Caisin dan Pakcoy Pranata, A.S. 2004. Pupuk Organik Cair menggunakan Pot/Polibeg. Balai Pene- Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia litian Tanaman Sayuran. Agroinovasi, Pustaka. Jakarta Badan Penelitian dan Pengembangan Pranata, A.S. 2004. Pupuk Organik Cair Pertanian, Kementerian Pertanian. Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia http://balitsa.litbang.pertanian.go.id/ind Pustaka. Jakarta. /images/Isi%20poster/MP-27%20Budi Puslitbangtanak. 2000. Atlas Sumber Daya daya%20caisin%20dan%20pakcoy-KR Tanah Eksplorasi Indonesia. Skala PL.pdf (Diakses pada 11 Februari 1:1.000.000. Pusat Penelitian dan 2015). Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor. Sudirja, R., M. Amir, dan Santi. R. 2007. Respons Beberapa Sifat Kimia

219

EFEKTIVITAS KONSENTRASI PUPUK CAIR HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH Oryza sativa L. Ade Tri Sasminto* dan Sularno Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. K.H. Ahmad Dahlan, Cirendeu, Ciputat,Tangerang Selatan 15419, Indonesia *E-mail: [email protected] Diterima: 14/10/2017 Direvisi: 15/12/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK Konsumsi makanan organik saat ini menjadi kecenderungan dalam beberapa tahun terakhir. Namun produksi beras organik belum mampu mencukupi kebutuhan masyarakat. Beras organik sangat diminati karena beras organik tidak hanya memiliki kualitas rasa yang enak, melainkan juga menyehatkan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektivitas konsenterasi pupuk cair hayati terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi sawah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Mei 2017 di Kebun Percobaan dan Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta. Penelitian dilakukan menggunakan metode Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 5 perlakuan yaitu: NPK 100% (1,5 g) (kontrol), Pupuk Cair Hayati 1 ml/l, Pupuk Cair Hayati 2 ml/l, Pupuk Cair Hayati 3 ml/l, dan Pupuk Cair Hayati 4 ml/l. Pemberian pupuk cair hayati tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, panjang malai, bobot gabah basah per tanaman, bobot gabah kering per tanaman, dan persentase gabah isi; tetapi berpengaruh nyata terhadap, jumlah gabah per malai, dan jumlah anakan produktif; serta berpengaruh sangat nyata terhadap umur berbunga, jumlah anakan. Perlakuan kontrol memberikan hasil yang tinggi untuk tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif, jumlah gabah permalai, bobot gabah basah, bobot gabah kering, dan bobot 1000 butir. Perlakuan Pupuk Cair Hayati 2 ml/l air memberikan angka yang tinggi pada panjang malai dan persentase gabah isi. Kata kunci: NPK, padi, pupuk hayati EFECTIVENESS OF CONCENTRATION OF LIQUID BIOFERTILIZER TO GROWTH AND PRODUCTIVITY OF PADDY Oryza sativa L. ABSTRACT Consumption of organic food is a trend in recent years. but, organic rice production has not been able to fulfill the needs of the people. organic rice was so liked because organic rice not only has a good taste quality, but also healthy. This study aims was to determine the effectiveness of bio-fertilizer consentation on the growth and production of rice crops. The study was conducted from January to May 2017 at the Experimental Garden and Laboratory of the Faculty of Agriculture, University Muhammadiyah of Jakarta. The experiment was conducted using the Randomized Complete Block Design Method (RCBD) with 5 treatments, namely: NPK 100 % (1,5 g) without Biomedical Fertilizer (control), Liquid Fertilizer 1 ml/l, Liquid Liquid Fertilizer 2 ml/l, Liquid Fertilizer 3 ml/l, and Liquid Fertilizer 4 ml/l. Liquid fertilizer have not significant effect

220 Sasminto dan Sularno. 2017. Efektivitas Konsentrasi Pupuk Hayati Cair … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 220 – 228

to plant height, panicle length, wet grain weight of cropping, dry weight of cropping, and percentage of grain contents; but it’s have a significant effect on the number of grain of permalai, and number of productive tillers; and very significant effect on flowering age, number of tillers. The control treatment gives high yield for plant height, number of tillers, number of productive tillers, number of grain of proboscis, weight of wet grain, weight of dry grain, and 1000 grain weight. Treatment of 2 ml/l biofertilizer have a high number of panicle length and percentage of grain content. Keywords : Biological fertilizer, NPK, rice

PENDAHULUAN dung sekam tahan simpan hingga 8 tahun. Itu karena sekam mengandung silica yang Konsumsi makanan organik saat ini sulit ditembus hama gudang, diban- menjadi kecenderungan dalam beberapa dingkan dengan jagung, ubi, dan kentang tahun terakhir. Masyarakat mulai beralih yang memiliki kulit tipis sehingga mudah membeli produk-produk organik tentu rusak (Duryatmo, 2013). sebagai bentuk kepedulian terhadap kesehatan pribadi dan anggota keluarga- Peningkatan produksi beras nasional nya. Tidak hanya buah dan sayuran, beras perlu didukung oleh inovasi teknologi yang dihasilkan dari tanaman padi secara padi yang memadai dan tepat guna. organik pun kini mulai banyak dicari Karena tantangan yang dihadapi seperti konsumen. Alasannya karena beras perubahan iklim global, terjadinya alih organik tidak hanya memiliki kualitas rasa fungsi lahan sawah untuk kawasan yang enak, melainkan juga menyehatkan. industri dan perumahan, dan kondisi lahan indonesia yang spesifik dari lahan sawah Produksi padi tahun 2015 sebanyak irigasi, tadah hujan, lahan kering, rawa 75,36 juta ton gabah kering giling (GKG) lebak, dan pasang surut (Balai Besar atau mengalami kenaikan sebanyak 4,51 Penelitian Tanaman Padi, 2014). juta ton (6,37 %) dibandingkan tahun 2014. Kenaikan produksi tersebut terjadi Pada kurun waktu 2000 – 2050, di Pulau Jawa sebanyak 2,31 juta ton dan populasi manusia diprediksi akan menga- di luar Pulau Jawa sebanyak 2,21 juta ton. lami pertambahan penduduk dunia hingga Kenaikan produksi padi karena kenaikan 1,5 kalinya. Hal itu berarti kebutuhan luas panen seluas 0,32 juta hektar (2,31%) sumber daya akan naik 10,8 kali dan dan peningkatan produktivitas sebanyak beban lingkungan untuk pengembangan 2,04 kuintal/ha (3,97%). Kenaikan produk serta layanannya akan naik produksi padi tahun 2015 sebanyak 32,4 kali. Pertambahan kebutuhan ini 4,51 juta ton (6,37%) terjadi pada diyakini para ahli tidak akan mampu subround Januari - April, subround Mei - dipenuhi hanya dengan ekstrapolasi Agustus, dan subround September - kemampuan teknologi yang sudah diterap- Desember masing-masing sebanyak 1,49 kan selama ini. Oleh karena itu, diperlu- juta ton (4,73%); 3,02 juta ton (13,26%) kan suatu upaya lompatan teknologi yang dan 1,80 ribu ton (0,01%) dibandingkan nyata agar peradaban manusia tidak dengan produksi pada subround yang tergulung oleh penimbunan masalah yang sama pada tahun 2014 year-on-year berlarut-larut (Purwasasmita dan Sutaryat, (Badan Pusat Statistik, 2016). 2014). Beras memiliki beberapa kelebihan Pupuk hayati merupakan alternatif dibandingkan dengan sumber karbohidrat untuk memanfaatkan mikroorganisme lain. Salah satunya tahan lama dalam tertentu dalam jumlah yang banyak untuk penyimpanan. Beras yang masih terlin- menyediakan hara serta membantu

221 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

pertumbuhan tanaman. yaitu dengan cara timbangan analitik, gembor, kamera, menambat nitrogen yang cukup besar dari jaring (paranet 40% - 60%), spidol, dan udara dan membantu tersedianya fosfor alat tulis. dalam tanah (Stephanus et al., 2015). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penelitian menggunakan metode efektivitas konsenterasi pupuk cair hayati Rancangan Kelompok Lengkap Teracak terhadap pertumbuhan dan produksi (RKLT) dengan 5 perlakuan yaitu: tanaman padi sawah. P0 = NPK 100% (1,50 g) (kontrol) P1 = Pupuk Cair Hayati 1 ml/l air METODE P2 = Pupuk Cair Hayati 2 ml/l air P3 = Pupuk Cair Hayati 3 ml/l air Penelitian telah dilaksanakan pada P4 = Pupuk Cair Hayati 4 ml/l air. bulan Januari sampai Mei 2017 di Kebun Percobaan dan Laboratorium Fakultas HASIL DAN PEMBAHASAN Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta. Lokasi penelitian berada pada Tinggi Tanaman ketinggian +25 m di atas permukaan laut Pemberian pupuk cair hayati berpe- (dpl) dengan jenis tanah Latosol. ngaruh sangat nyata terhadap tinggi Bahan yang digunakan dalam peneli- tanaman pada umur 2 MST, berpengaruh tian antara lain adalah benih padi varietas nyata pada umur 7 MST, tetapi tidak Ciherang, pupuk NPK, tanah, pupuk berpengaruh nyata pada umur 3, 4, 5, 6, kandang sapi, pupuk cair hayati Bioto dan 8 MST. Tinggi tanaman yang tertinggi Grow Gold®, kantong plastik, pestisida pada umur 2 - 8 MST ditunjukkan oleh organik Provibio®, dan pestisida perlakuan NPK 100% (kontrol) tetapi anorganik Dupon Prepaton®, sedangkan tidak berbeda nyata dengan perlakuan peralatan yang digunakan dalam lainnya kecuali pada umur 3 MST dengan penelitian ini antara lain cangkul, ember tinggi tanaman (47,50 cm) berbeda nyata diameter 40 cm, gelas ukur, handsprayer, dengan perlakuan lainnya, dan pada umur 8 MST

Tabel 1. Tinggi Tanaman Padi Sawah Oriza sativa L. Tinggi Tanaman (cm) Perlakuan 2 3 4 5 6 7 8 MST MST MST MST MST MST MST NPK 100% 38,75a 47,50b 55,63a 62,36a 68,92a 71,71a 74,01a Pupuk Cair Hayati 1 ml/l air 32,61a 40,64a 51,33a 59,81a 64,51a 66,15a 67,80a Pupuk Cair Hayati 2 ml/l air 33,57a 41,19a 54,18a 61,19a 66,67a 68,43a 71,22a Pupuk Cair Hayati 3 ml/l air 31,01a 40,29a 52,58a 60,25a 66,17a 68,53a 70,59a Pupuk Cair Hayati 4 ml/l air 32,93a 42,08a 54,31a 61,33a 67,88a 70,09a 72,43a Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5% Pada parameter tinggi tanaman yang Nitrogen (N) merupakan bagian dari menunjukkan hasil terbaik adalah NPK semua sel tanaman. Di dalam tanaman, N 100% (kontrol). Menurut Masfufah berfungsi sebagai komponen utama (2012), bila suatu tanaman ditempatkan protein, hormon, klorofil, vitamin, dan pada kondisi yang mendukung dengan enzim-enzim esensial untuk kehidupan unsur hara dan unsur mineral yang sesuai, tanaman, Munawar (2011). Jika pasokan maka tanaman tersebut akan mengalami N tinggi dan cocok untuk pertumbuhan, pertumbuhan ke atas dan menjadi lebih protein akan terbentuk, deposit karbo- tinggi. hidrat di dalam sel vegetatif berkurang.

222 Sasminto dan Sularno. 2017. Efektivitas Konsentrasi Pupuk Hayati Cair … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 220 – 228

Fosfor adalah unsur hara esensial Jumlah Anakan penyusun beberapa senyawa kunci dan sebagai katalis reaksi-reaksi biokimia Perlakuan pemberian pupuk cair hayati penting di dalam tanaman. Fosfor ber- berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah peran dalam menangkap dan mengubah anakan pada umur 2, 3, 6, 7, dan 8 MST, energi matahari menjadi senyawa- dan berpengaruh nyata pada umur 4 – senyawa yang sangat berguna bagi 5 MST. Jumlah anakan yang terbanyak tanaman. Itulah peran vital unsur P di yaitu perlakuan NPK 100% tanpa dalam nutrisi tanaman agar tanaman dapat (kontrol) dari umur 2 – 8 MST berbeda tumbuh, berkembang, dan berproduksi nyata dengan perlakuan lainnya pada dengan normal. Bersama-sama dengan umur 2 MST (2,40 anakan) dan 3 MST unsur N dan P, Kalium (K) adalah unsur (6,73 anakan). Pada umur 4 MST, kontrol hara esensial primer bagi tanaman yang berbedanyata dengan pemberian pupuk diserap oleh tanaman dalam jumlah yang cair hayati 1 ml/l air (4,80 anakan), tetapi lebih besar dibandingkan unsur-unsur hara tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, kecuali N (Munawar, 2011). lainnya. Pada umur 5 dan 6 MST, kontrol (9,40 anakan dan 10,13 anakan) tidak Menurut Sugiyanta (2007), meningkat- berbeda nyata dengan perlakuan pupuk nya tinggi tanaman padi dipengaruhi oleh cair hayati 2 ml/l air (5,47 anakan dan unsur makro maupun mikro di dalam 5,87 anakan) tetapi berbedanyata dengan tanah. Kebutuhan hara makro lainnya (P perlakuan lainnya. Pada umur 7 dan 8 dan K) sangat bergantung pada suplai MST, kontrol (10,13 dan 10,27 anakan) unsur hara N. Pupuk N telah diteliti dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan nyata meningkatkan tinggi tanaman, pupuk cair hayati 4 ml/l air (7,80 dan 7,27 jumlah anakan produktif dan produksi anakan) tetapi berbeda nyata dengan gabah. Syamsiyah (2008), menambahkan perlakuan. (Tabel 2). bahwa, peningkatan hara P meningkatkan pertumbuhan vegetatif seperti tinggi tanaman.

Tabel 2. Jumlah Anakan Tanaman Padi Sawah Oriza sativa L. Jumlah Anakan (batang) Perlakuan 2 3 4 5 6 7 8 MST MST MST MST MST MST MST NPK 100% 2,40b 6,73b 8,87b 9,40b 10,13b 10,13b 10,27b Pupuk Cair Hayati 1 ml/l air 1,13a 3,40a 4,80a 5,47a 5,87a 5,93a 5,93a Pupuk Cair Hayati 2 ml/l air 0,93a 3,47a 5,67ab 6,73b 7,20ab 7,13a 7,13a Pupuk Cair Hayati 3 ml/l air 1,40a 3,67a 5,73ab 6,33a 6,67a 6,87a 7,00a Pupuk Cair Hayati 4 ml/l air 1,33a 4,20a 5,80ab 6,33a 6,80a 7,8ab 7,27ab Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang samapada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5% Pemberian pupuk 100% dosis NPK pupuk kandang dan pupuk NPK dapat menghasilkan jumlah anakan yang paling menyediakan unsur hara makro dan mikro banyak, sementara pupuk hayati saja dalam jumlah yang cukup seimbang bagi menghasilkan jumlah anakan yang paling pertumbuhan dan perkembangan tanaman sedikit. Kenyataan ini menggambarkan (Kaya, 2013). bahwa pemberian pupuk NPK dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif Hadisuwito (2007) menyatakan bahwa tanaman padi (tinggi tanaman dan jumlah fungsi unsur hara N yaitu membentuk anakan per rumpun). Hal ini terjadi karena protein dan klorofil, fungsi unsur P

223 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

sebagai sumber energi yang membantu anakan produktif. Perlakuan Pupuk NPK tanaman dalam perkembangan fase 100 % (6,80 anakan) menghasilkan vegetatif, unsur K berfungsi dalam jumlah anakan produktif terbanyak pembentukan protein dan karbohidrat berbeda nyata dengan perlakuan pupuk untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. cair hayati 1 ml/l air (4,07 anakan), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan Umur Berbunga lainnya. Perlakuan pupuk cair hayati Perlakuan pupuk cair hayati berpengaruh sangat nyata terhadap umur berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah berbunga. Perlakuan Pupuk NPK 100 % per malai. Perlakuan pupuk NPK 100 % tanpa pupuk cair hayati (kontrol) menghasilkan jumlah gabah per malai menghasilkan umur berbunga yang yang terbanyak (155,16 bulir) tidak tercepat (74,87 hari), tidak berbeda nyata berbeda nyata dengan perlakuan pupuk dengan perlakuan pupuk cair hayati 2 ml/l cair hayati 4 ml/l air (95,36 bulir) tetapi air (78,73 hari), tetapi berbeda nyata berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. dengan perlakuan lainnya. (Tabel 3). (Tabel 4). Tabel 3. Umur Berbunga Tanaman Padi Hal ini sesuai dengan pernyataan Sawah Oriza sativa L. Hakim dan Djakasutami (2012), bahwa Umur pemberian pupuk NPK akan merangsang Perlakuan Berbunga pembentukan anakan produktif lebih (HST) optimal. Ketiga senyawa tersebut sangat NPK 100% 74,87a penting dalam proses fotosintesis, karena Pupuk Cair Hayati 1 ml/l air 80,40b mepengaruhi laju fotosintesis. Proses Pupuk Cair Hayati 2 ml/l air 78,73ab fotosintesis yang lancar berpengaruh Pupuk Cair Hayati 3 ml/l air 79,13b terhadap karbohidrat yang dihasilkan. Pupuk Cair Hayati 4 ml/l air 79,47b Karbohidrat yang cukup akan berpengaruh Keterangan: Angka-angka yang diikuti terhadap pertumbuhan tanaman. Semakin huruf yang sama pada banyak jumlah anakan, maka fotosintat kolom yang sama tidak yang dihasilkan semakin tinggi, sehingga berbeda nyata berdasarkan mendukung pembentukan anakan pro- uji BNJ pada taraf 5% duktif. Anakan produktif merupakan anakan yang menghasilkan jumlah gabah Unsur hara P sangat diperlukan per malai. Faktor lingkungan juga tanaman padi,terutama pada awal mempengaruhi jumlah anakan, salah pertumbuhan, berfungsi memacu pemben- satunya ketersediaan hara dan air. tukan akar dan penambahan jumlah Pertumbuhan dan perkembangan jumlah anakan. Di samping itu, P juga berfungsi anakan padi sawah sangat dipengaruhi mempercepat pembungaan dan pemasakan oleh ketersediaan unsur hara khusunya N gabah. Secara rinci, fungsi fosfor dalam dalam tanah. pertumbuhan tanaman sukar di utarakan, meskipun demikian fungsi-fungsi utama Panjang Malai fosfor dalam pertumbuhan tanaman adalah untuk memacu terbentuknya bunga Perlakuan pupuk hayati tidak (Maulana, et al., 2015). memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter panjang malai. Jumlah Anakan Produktif dan Jumlah Pemberian pupuk cair hayati 2 ml/l air Gabah per Malai (21,07 cm) menghasilkan panjang malai yang terpanjang tetapi tidak berbeda nyata Perlakuan pupuk cair hayati dengan perlakuan lainnya (Tabel 4). berpengaruh nyata terhadap jumlah

224 Sasminto dan Sularno. 2017. Efektivitas Konsentrasi Pupuk Hayati Cair … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 220 – 228

Tabel 4. Jumlah Anakan Produktif, dan Jumlah Gabah per Malai Tanaman Padi Sawah Oriza sativa L. Jumlah Anakan Jumlah Gabah per Panjang Malai Perlakuan Produktif (batang) Malai (biji) (cm) NPK 100% 6,80b 155,16b 21,00 Pupuk Cair Hayati 1 ml/l air 4,07a 81,71a 19,57 Pupuk Cair Hayati 2 ml/l air 4,80ab 94,62a 21,07 Pupuk Cair Hayati 3 ml/l air 5,00ab 87,90a 20,43 Pupuk Cair Hayati 4 ml/l air 5,53ab 95,36ab 20,88 Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang samapada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5% Nazirah dan Damanik (2015) menga- Bobot Gabah Basah per Tanaman (g), takan bahwa panjang malai biasanya Bobot Gabah Kering per Tanaman, dan berhubungan dengan hasil tanaman padi di Bobot 1000 Butir mana semakin panjang malai maka semakin banyak jumlah gabah total, Perlakuan pupuk cair hayati tidak sehingga ada kecenderungan peningkatan berpengaruh nyata terhadap bobot gabah hasil gabah pada malai yang lebih basah pertanaman. Pemberian Pupuk NPK panjang. Pupuk Cair Hayati berpengaruh 100% (11,76 g) menghasilkan bobot terhadap pertumbuhan dan komponen gabah basah per tanaman yang berat tidak hasil padi. Penggunaan pupuk cair hayati berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. dapat meningkatkan panjang malai dan Pemberian pupuk cair hayati tidak persentase gabah isi. Oleh karena itu berpengaruh nyata terhadap bobot gabah terdapat kecenderungan bahwa perlakuan kering pertanaman. Pemberian Pupuk pupuk cair hayati menghasilkan nilai yang NPK 100 % (11,45 g) menghasilkan bobot lebih tinggi dibandingkan perlakuan gabah kering per tanaman yang berat tidak lainnya. Menurut Syakhril et al., (2014) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. mengatakan bahwa bertambahnya panjang malai membuka peluang untuk terben- Parameter penghitungan bobot 1000 tuknya jumlah gabah permalai semakin butir dilakukan dengan cara banyak. mengumpulkan gabah kering dalam satu perlakuan lalu dihitung sebanyak 1000 butir dengan mengambilnya secara acak, setelah itu gabah timbang. (Tabel 6).

Tabel 6. Bobot Gabah Basah per Tanaman, Bobot Gabah Kering per Tanaman, dan Bobot 1000 Butir Tanaman Padi Sawah Oriza sativa L. Bobot Gabah Bobot Gabah Bobot 1000 Perlakuan Basah per Kering per Butir (g) Tanaman (g) Tanaman (g) NPK 100% 11,76 11,45 28,96 Pupuk Cair Hayati 1 ml/l air 7,41 6,09 27,85 Pupuk Cair Hayati 2 ml/l air 9,99 8,93 27,81 Pupuk Cair Hayati 3 ml/l air 10,07 8,21 25,56 Pupuk Cair Hayati 4 ml/l air 11,48 9,80 24,34 Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang samapada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%

225 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Pemupukan tanaman juga berpengaruh akan unsur nitrogen, fospor, dan kalium terhadap berat gabah basah per tanaman dari penggunaan pupuk organik dapat yang diduga sebagai akibat dari reaksi terpenuhi sehingga dapat meningkatkan NPK yang berlangsung secara perlahan- tingginya bobot 1000 butir gabah kering lahan melepaskan unsur N, P, dan K ke panen. dalam tanah yang diserap oleh tanaman (Hayati, 2010). Persentase Gabah Isi (%) dan Konversi Perhektar (ton/ha) Nilai rata-rata pada variabel bobot gabah kering per tanaman tertinggi dicapai Perlakuan pupuk cair Hayati tidak pada pemupukan NPK. Hal ini diduga berpengaruh nyata terhadap persentase akibat tingginya jumlah anakan produktif gabah isi. Pemberian pupuk cair hayati dan jumlah gabah per malai pada 2 ml/l air (59,00%) menghasilkan persen- perlakuan pemupukan NPK 100 % tase gabah isi tertinggi tetapi tidak berpengaruh positif terhadap bobot gabah berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. kering pertanaman. Menurut Harahap Pada konversi per hektar, perlakuan et al. (2012), menyatakan bahwa bobot Pupuk NPK 100% (kontrol) memperoleh gabah kering dan bobot 1000 butir gabah hasil yang tertinggi dari semua perlakuan, kering pada suatu varietas akan sangat yaitu 2,78 ton/ha. Hal ini karena Pupuk dipengaruhi oleh jumlah anakan produktif, NPK 100% merupakan dosis yang tinggi tanaman dan jumlah gabah per direkomendasikan untuk tanaman padi. malai. Hal ini berarti kebutuhan tanaman

Tabel 7. Efektivitas Konsentrasi Pupuk Cair Hayati terhadap Persentase Gabah Isi Tanaman Padi Sawah Oriza sativa L. Perlakuan Persentase Gabah Isi (%) Konversi per Hektar (ton/ha) NPK 100% 49,73 2,78 Pupuk Cair Hayati 1 ml/l air 54,20 1,52 Pupuk Cair Hayati 2 ml/l air 59,00 2,23 Pupuk Cair Hayati 3 ml/l air 56,73 2,05 Pupuk Cair Hayati 4 ml/l air 53,87 2,45 Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang samapada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5% Pada perlakuan pupuk hayati 2 ml/l sedangkan pada tanaman jagung aplikasi menunjukkan hasil yang terbaik diban- pupuk hayati mem-berikan pengaruh dingkan dengan perlakuan lainnya nyata terhadap bobot produksi biji dan dikarenakan dalam pemberian pupuk bobot 100 biji. hayati dilakukan dengan melalui daun, sehingga pupuk dapat diserap dengan baik SIMPULAN oleh daun. Sedangkan pupuk anorganik Berdasarkan penelitian ini, dapat di berbentuk granul dan harus melalui simulkan sebagai berikut: (1) pemberian beberapa proses dalam proses penyerapan pupuk cair hayati tidak memberikan oleh akar tanaman (Munawar, 2011). perdedaan yang nyata terhadap tinggi Penelitian Hidayati (2009) di rumah tanaman, panjang malai, berat gabah kaca pada tanaman padi menunjukkan basah per tanaman, berat gabah kering per bahwa aplikasi pupuk hayati berpengaruh tanaman, dan persentase gabah isi; tetapi nyata terhadap jumlah malai per rumpun, berpengaruh nyata terhadap, jumlah gabah jumlah gabah isi dan hampa per rumpun, per malai, dan jumlah anakan produktif; dan bobot produksi biji per rumpun, serta berpengaruh sangat nyata terhadap

226 Sasminto dan Sularno. 2017. Efektivitas Konsentrasi Pupuk Hayati Cair … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 220 – 228

umur berbunga, dan jumlah anakan. (2) HASIL_LIMA_GENOTIPE_PADI_H perlakuan kontrol memberikan hasil yang ASIL_PERSILANGAN_SILUGONG lebih tinggi untuk tinggi tanaman, jumlah GO_X_G39_DALAM_RANGKA_PE anakan, jumlah anakan produktif, jumlah MBENTUKAN_VARIETAS_UNGGU gabah per malai, bobot gabah basah, bobot L_PADI_GOGO_GENJAH_BERDAY gabah kering, dan bobot 1000 butir. A_HASIL_TINGGI (Diakses pada 9 Perlakuan pupuk cair hayati 2 ml/l air Desember 2016). memberikan hasil yang tinggi pada Hayati, E. 2010. Pengaruh Pupuk Organik panjang malai dan persentase gabah isi. dan Anorganik terhadap Kandungan Logam Berat dalam Tanah dan DAFTAR PUSTAKA Jaringan Tanaman Selada. J. Floratek, Vol. 5: 113 – 123. Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi Padi Hidayati, N. 2009. Efektivitas Pupuk Tahun 2015 Naik 6,37 Persen. Hayati pada berbagai Lama Simpan https://www.bps.go.id/view/id.1271 terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi (Diakses pada 9 Desember 2016). (Oryza sativa) dan Jagung (Zea mays). Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Skripsi. Departemen Biologi, Fakultas 2014. Laporan Tahunan. Matematika dan Ilmu Pengetahuan http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/ind Alam, Institut Pertanian Bogor. Bogor. ex.php/publikasi/buku/content/item/50 Kaya, E. 2013. Pengaruh Kompos Jerami 8-laptah-2014 (Diakses pada 30 Maret dan Pupuk NPK terhadap N-Tersedia 2017). dalam Tanah, Serapan N, Duryatmo, S. 2013. Kiat Tingkatkan Pertumbuhan, dan Hasil Padi Sawah Produksi Padi. PT Trubus Swadaya. (Oryza sativa L). Prosiding FMIPA Jakarta. Universitas Pattimura. Hal: 41 – 47. http://seputarpertanianoke.co.id/2016/0 Masfufah, A. 2012. Pengaruh Pemberian 1/klasifikasi-tanaman-padi-sawah Pupuk Hayati (Biofertilizer) pada dan.html di akses pada tanggal 7 Berbagai Dosis Pupuk dan Media Desember 2016). tanam yang Berbeda Terhadap Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Pertumbuhan dan Produktifitas Kompos Cair. Penerbit Agromedia Tanaman Tomat (Lycopersicon Pustaka. Jakarta. esculentum) pada Polybag. Skripsi. Hakim, H. dan Djakasutami S. 2012. Universitas Airlangga. Surabaya. Pemupukan Nitrogen Pada Tanaman Maulana, I., E.S. Bayu, L.A.P. Putri. Tebu untuk Mencapai Hasil 2015. Evaluasi Karakter Morfologis Maksimum. dan Produksi Mutan Padi dengan https://www.scribd.com/doc/16807794/ Aplikasi Pupuk N dan P yang Berbeda. Artikel-Pemupukan-Nitrogen-Pada- Jurnal Online Agroteknologi, Vol. 1 Tanaman-Tebu-Untuk-Mencapai- (4): 1120 – 1129. Hasil-Maksimum (Diakses pada 20 Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Mei 2011). Nutrisi Tanaman. IPB Press. Bogor. Harahap, D.P., D. Susanti, dan B.S. Susilo Nazirah, L. dan B.S.J. Damanik. 2015. 2012. Pengaruh Pemupukan NPK Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas terhadap Pertumbuhan danhasil Lima Padi Gogo pada Perlakuan Pemupukan Genotipe Padi Hasil Persilangan Pupuk Cair Hayati. J. Floratek., Vol 10: Silugonggox G39 Dalam Rangka 54 - 60. Pembentukan Varietas Unggul Padi Purwasasmita, N. dan A. Sutaryat. 2014. Sawah Genjah Berdaya Hasil Tinggi. Padi Sri Organik Indonesia. Penebar http://www.academia.edu/23595205/P Swadaya. Bandung. ENGARUH_PEMUPUKAN_NPK_TE RHADAP_PERTUMBUHAN_DAN_

227 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Stephanus E., R. Sinulingga, J. Ginting, T. Sawah. Disertasi. Institut Pertanian Sabrina. 2015. Pengaruh Pemberian Bogor. Pupuk Hayati Cair dan Pupuk NPK Syakhril, Riyanto, dan H. Arsyad. 2014. terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Pengaruh Pupuk Nitrogen terhadap Sawit di Pre Nursery. Jurnal Online Penampilan dan Produktivitas Padi Agroteknologi, Vol. 3 (3): 1219 – Inpari Sidenuk. Jurnal Agrifor, Vol. 13 1225. (1): 85 – 92. Sugiyanta. 2007. Peran Jerami dan Pupuk Syamsiyah, S. 2008. Respin Tanaman Hijau terhadap Efisiensi dan Padi Gogo terhadap Stres Air dan Kecukupan Hara Lima Varietas Padi Inokulasi Mikoriza. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

228

MULTIPLIKASI TUNAS KULTUR UBI KAYU DENGAN TEKNIK SAMBUNG PUCUK ( GRAFTING ) IN VITRO Nurhamidar Rahman*, Hani Fitriani, N. Sri Hartati dan Enny Soedarmonowati Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Jalan raya Bogor KM.46 Kode Pos 16911 Telpon: 0218754587, Fax: 0218754588 *E-mail: [email protected] Diterima: 13/10/2017 Direvisi: 22/12/2017 Disetujui: 31/12/2017 ABSTRAK Mikrografting in vitro adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif yang dilakukan secara aseptik dengan teknik kultur sebelum menggabungkan keunggulan batang bawah dan daun tanaman. Perbanyakan ubi kayu secara konvensional, sebagai salah satu makanan pokok penting di dunia, memiliki keterbatasan karena ketergantungannya terhadap waktu dan musim. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan metode yang tepat dan efektif untuk mikrografting singkong in vitro . Dua genotipe singkong yaitu varietas Adira 4 dan genotipe Gebang digunakan sebagai sumber batang bawah dan daun dengan melakukan sayatan V secara aseptik. Eksplan dikultur pada media Murashige Skoog (MS0) tanpa zat pengatur tumbuh dalam dua bentuk media yang berbeda yaitu medium cair dan medium padat. Setiap media perlakuan terdiri dari satu tanaman sambung pucuk in vitro dengan dua ulangan pada masing-masing kombinasi. Parameter pertumbuhan termasuk tingkat kelangsungan hidup tunas sambung pucuk, jumlah daun dan tinggi tunas serta panjang akar batang bawah telah diamati secara intensif per minggu selama 11 minggu. Aklimatisasi tanaman sambung pucuk dilakukan pada medium yang terdiri dari tanah: kompos: pasir (1:1:1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase tunas sambung pucuk pada media MS padat dan cair diperoleh 33,3%. Kinerja pertumbuhan terbaik diperoleh pada tanaman sambung pucuk yang dikultur di media cair, yang dapat dilihat dari semua parameter yang diamati. Tanaman sambung pucuk menunjukkan 100% bertahan hidup setelah di aklimatisasi di rumah kaca. Penelitian ini menunjukkan keberhasilan kali pertama dalam teknik sambung pucuk in vitro dengan menggunakan berbagai bentuk media kultur, walaupun keefektifan metode ini harus ditingkatkan lebih lanjut. Kata kunci: Medium, genotip ubikayu, teknik sambung MICROPAGATION OF SHOOT CULTURE OF CASSAVA WITH MICROGRAFTING TECHNIQUE IN VITRO ABSTRACT In vitro micrographing is one of the vegetative propagation techniques performed aseptically with culture techniques before combining the benefits of rootstock and plant leaves. Conventional propagation of cassava, as one of the most important staples in the world, has its limitations due to its dependence on time and seasons. The purpose of this study was to determine the appropriate and effective method for cassava micrografting in vitro. Two cassava genotypes of Adira 4 and Gebang genotypes were used as rootstock and leaf sources by performing an aseptic V incision. Eksplan was cultured on Skoog Murashige (MS0) medium without growth regulator in two different media form ie medium medium and solid liquid. Each treatment medium consisted of

229 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

one shoot in vitro plant with two replicates in each combination. Growth parameters including shoot spawning survival rate, leaf number and shoot height and root root length were observed intensively per week for 11 weeks. The acclimatization of shoot grafting is done on a medium consisting of soil: compost: sand (1: 1: 1). The results showed that the percentage of bud shoots on MS medium solid and liquid obtained 33.3%. The best growth performance was obtained in shoots plant cultured in liquid medium, which can be seen from all parameters observed. Buddy shoot plants show 100% survival after acclimatization in greenhouses. This study demonstrates first-time success in in vitro shoot connect technique using various forms of culture media, although the effectiveness of this method should be further improved. Keywords : Connection technique, medium,cassava genotype

PENDAHULUAN menggabungkan keunggulan sifat batang bawah dan batang atas. (Miguelez-Sierra Ubi kayu termasuk tanaman tropis yang et al ., 2017). Teknik sambung mikro in mampu beradaptasi dan tumbuh dengan vitro sama seperti teknik pada setek baik di lahan marginal dan di daerah sub sambung normal konvensional dengan tropis. Secara umum tanaman ini tidak menyambung batang atas dan batang menuntut iklim yang spesifik untuk bawah sehingga berbentuk sambungan pertumbuhannya (Lokko et al ., 2007). Di huruf V, tapi dengan ukuran yang lebih Indonesia, kebutuhan ubi kayu diper- kecil dan diikat dengan alumunium foil. kirakan akan meningkat sebanyak 5 juta Mekanisme terjadinya pertautan pada ton per tahun (Hermiati et al ., 2012). sambung mikro sama dengan yang terjadi Karena itu, berbagai upaya untuk secara in vivo yaitu terjadinya kontak memenuhi kebutuhan ubi kayu nasional kambium antara batang atas dan batang dilakukan diantaranya dengan teknik bawah dengan tepat. Umumnya, teknik perbanyakan stek dengan cara konven- sambung mikro dilakukan antara ubi kayu sional. Namun demikian, propagasi karet sebagai batang atas dan batang dengan cara konvensional membutuhkan bawahnya jenis ubi kayu lainnya. waktu yang cukup lama, selain itu tidak dihasilkan material yang seragam dan Keuntungan dengan cara teknik bebas penyakit. sambung mikro pada tanaman ubi kayu ini adalah dapat mempersingkat waktu Teknik kultur jaringan merupakan salah penyediaan bibit dan dapat diproduksi satu alternatif untuk perbanyakan tanaman dalam jumlah yang banyak dimana dengan hanya mengambil bagian akar atau tanaman yang dihasilkan lebih seragam, bagian lainnya yang khusus. Begitu pula dan memiliki inkompatibilitas yang rendah dengan perkembangbiakannya akan lebih serta lebih ekonomis. Menurut Estrada- terkontrol dan cepat. Tumbuhan baru yang Luna et al. (2002), teknik sambung mikro dihasilkan sama dengan induknya dan secara in vitro memiliki kelebihan antara tidak menimbulkan dampak negatif pada lain dapat meremajakan tanaman, lingkungan. Selain itu, teknik kultur meregenerasi tanaman, menghasilkan jaringan dapat digunakan untuk meng- tanaman yang bebas penyakit dan gabungkan dua sifat unggul tanaman yang mempersingkat waktu dalam penyediaan berbeda yang dikenal dengan teknik bibit untuk dapat dipindah ke lapang. sambung pucuk mikro in vitro atau Teknik sambung mikro juga merupakan mikrografting. Sambung mikro in vitro ini alternatif teknik produksi yang dapat dilakukan dalam kondisi aspetik melalui dilakukan apabila tunas mikro sulit untuk teknik kultur in vitro yang bertujuan untuk berakar. Sambung mikro secara in vitro ini

230 Rahman et al . 2017. Efektivitas Konsentrasi Pupuk Hayati Cair … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 229 – 236

telah diaplikasikan pada beberapa jenis bulan di kultur dengan metode penyam- tanaman diantaranya Pistacia vera L. cv. bungan dengan sayatan seperti huruf V. ÒSiirtÓ (Onay et al ., 2002), pada tanaman jeruk dan anggur bebas virus (Naz et al . Media Kultur untuk Sambung Mikro in 2007), Seperti percobaan sambung mikro Vitro dan Kondisi Pengkulturan pada tanaman cherry ( Prunus avium L.) Media kultur yang digunakan adalah yang dilakukan oleh Amiri (2006) adalah Murashige-Skoog tanpa zat pengatur untuk meremajakan jaringan dewasa dan tumbuh (MS0) yang terdiri dari dua jenis perbanyakan tanaman bebas penyakit. yaitu padat dan cair. Eksplan kemudian Varietas Adira 4 dan genotip Gebang dikultur di kedua media tersebut lalu diinkubasi dalam ruang kultur pada suhu merupakan dua dari 117 koleksi unggul o yang ada di Kebun Plasma Nutfah Ubi 25 ± 2 C dengan penyinaran meng- Kayu Pusat Penelitian (Puslit) gunakan lampu TL. Bioteknologi, LIPI. Varietas Adira-4 Sambung Mikro merupakan salah satu varietas ubi kayu unggul nasional. Hasil umbi dapat Penyambungan mikro in vitro dila- mencapai sekitar 35 ton/ha. Di Kediri kukan antara planlet Adira 4 sebagai Jawa Timur hasil Adira-4 berkisar antara batang atas dengan planlet Gebang sebagai 26 – 34 ton/ha dan di Lampung 30 - 41 batang bawah. Tipe sambung yang ton/ha. Selain berdaya hasil dan berkadar digunakan adalah tipe V. Bagian planlet pati tinggi, Adira-4 juga lebih genjah, yang digunakan untuk batang bawah tahan terhadap penyakit layu yang dipotong sepanjang dua buku dari pangkal merupakan penyakit penting ubikayu, dan batang bawah, sedangkan untuk batang sesuai dikembangkan dalam pola tumpang atas dipotong dua buku dari tajuk. Batang sari. Sedangkan, ubi kayu genotip Gebang bawah yang dipersiapkan harus seragam mempunyai kandungan amilopektin tinggi yaitu memiliki diameter yang sama atau dan bermanfaat sebagai pengganti gelatin sedikit lebih besar dari batang atas. Bagian dalam pembuatan cangkang kapsul dimana tajuk batang bawah dipangkas kemudian umumnya gelatin diproduksi dari bahan dibuat sayatan berbentuk huruf V dengan yang kaya akan kolagen seperti tulang dan menggunakan pisau skalpel. Sayatan kulit yang proses pembuatannya lama dan batang atas dibuat sesuai dengan ukuran membutuhkan biaya yang mahal. Dalam sayatan batang bawah, baik bentuk penelitian ini, Adira 4 digunakan sebagai maupun besarnya. Batang atas kemudian batang atas dan Gebang sebagai batang disambungkan (disisipkan) ke batang bawah. Saat ini teknik sambung mikro in bawah yang sudah disayat menggunakan vitro di tanaman ubi kayu belum banyak pinset. Untuk memperkokoh sambungan, dilakukan. Karena itu, penelitian ini eksplan diikat dengan menggunakan merupakan penelitian pendahuluan dalam alumunium foil yang sudah disterilkan. rangka untuk memperoleh metode Selanjutnya, kultur hasil penyambungan sambung mikro in vitro yang tepat untuk ditumbuhkan pada media MS (Murashige perbanyakan ubi kayu. dan Skoog, 1962) padat dan cair tanpa zat pengatur tumbuh dan diinkubasi pada suhu METODE 25 ± 2 oC dengan penyinaran meng- Bahan tanaman gunakan lampu TL. Pada media cair, kultur hasil sambung mikro ditanam Eksplan yang digunakan adalah ubi dengan menggunakan kertas steril yang kayu in vitro dari varietas Adira 4 sebagai dilubangi bagian tengahnya dengan ukuran batang atas dan genotip Gebang sebagai yang sesuai dengan ukuran kultur sebagai batang bawah yang telah berumur tiga penyangga berdirinya kultur. Dalam satu

231 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

botol kultur berisi satu tunas hasil Thimmappaiah et al. (2002) tanaman yang sambung mikro, pengulangannya tumbuh pada teknik sambung mikro sebanyak 2 kali. Persentase daya hidup terjadi apabila kedua jaringan pembuluh dilakukan setiap minggu selama 11 batang atas dan bawah tersambung dengan minggu setelah penyambungan. Penga- baik, hal ini ditandai dengan adanya matan terhadap batang atas dilakukan pertumbuhan kalus pada luka sambungan terhadap jumlah daun dan tinggi tunas, pada minggu ke–3 serta diikuti oleh sedangkan batang bawah dilakukan berkembangnya daun pada minggu ke-5 – pengamatan panjang akar. ke-6. Dengan tidak bersatunya jaringan kambium maka jaringan pembuluh kedua Aklimatisasi batang tersebut tidak tersambung dan akan mendorong matinya jaringan tanaman Komposisi media yang digunakan untuk aklimatisasi yaitu tanah : kompos : tersebut (Yildirim et al ., 2010). pasir (1 : 1 : 1). Media aklimatisasi Penggunaan jenis media dalam dimasukkan ke dalam polybag setinggi sambung mikro in vitro menentukan 10 cm. Pada setiap polybag yang telah keberhasilan dari tanaman yang disam- diisi media tanam, ditanam satu planlet bung. Pertumbuhan tunas, daun dan akar dan diberi sungkup plastik transparan pada media cair lebih cepat dibanding untuk menjaga kelembaban. Selanjutnya pada media padat untuk tanaman hasil planlet ditempatkan di ruang terbuka, sambung mikro yang dicobakan antara setelah 2 minggu sungkup dibuka. varietas Adira 4 – genotip Gebang Percobaan ini dilakukan selama 2 bulan. (Gambar 1). Hasil ini sama dengan Peubah yang diukur adalah persentase penelitian pada tanaman sayuran bunga planlet yang dapat bertahan hidup dengan kol yang dilakukan oleh Suthar et al. baik. (2011) dimana pertumbuhan tanaman tersebut jauh lebih cepat di media cair HASIL DAN PEMBAHASAN dibanding pada media padat. Selain itu, Pengaruh Media Kultur Pada Tanaman tanaman bunga kol yang ditanam di media Hasil Sambung Mikro In Vitro cair jauh lebih lebih segar dan sehat daripada di media padat. Hal ini karena Berdasarkan pengamatan sejak Minggu media cair mempunyai kelebihan dalam ke-1 hingga ke-11 terhadap tunas hasil proses transfer nutrisi dari media ke penyambungan mikro in vitro menun- jaringan tumbuhan yang lebih baik jukkan tingkat keberhasilan penyam- dibandingkan dengan media padat bungan memiliki persentase yang sama (Vyas et al., 2008). Sependapat dengan antara media padat dan cair yaitu 33,3%. Wawrosch et al. (2005) yang menyatakan Tingginya tingkat kematian pada tanaman bahwa media kultur MS cair dapat hasil sambung in vitro pada kedua media mengurangi hidrasi pada kultur in vitro yang digunakan diduga disebabkan tidak dan menghasilkan tunas dalam jumlah menempelnya secara sempurna tunas banyak. Seperti pada tanaman kultur pucuk dengan jaringan kambium batang Boswellia serrata , media cair merupakan bawah ubi kayu Karet. Estrada-Luna et al . media yang sesuai untuk menginduksi (2002) menyatakan bahwa kematian pada pembentukan tunas (Suthar dan Purohit, penyambungan in vitro disebabkan karena 2011). tidak menempelnya jaringan kambium antara batang bawah dan batang atasnya, juga adanya fenol pada jaringan di tempat pertautannya yang mendorong terjadinya proses pengeringan jaringan tersebut. Senada dengan yang disampaikan oleh

232 Rahman et al . 2017. Efektivitas Konsentrasi Pupuk Hayati Cair … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 229 – 236

a

b

Gambar 1. Perbedaan pertumbuhan tanaman hasil sambung mikro in vitro umur 8 MST pada media tanam padat (A) dan cair (B) Tinggi tanaman merupakan peubah yang sering diamati baik sebagai indikator c pertumbuhan maupun untuk mengukur Gambar 2. Perbedaan pertumbuhan rata- pengaruh lingkungan atau perlakuan yang rata (a) tinggi, (b) jumlah diterapkan. Hal ini didasarkan karena daun dan (c) panjang akar tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman hasil sambung pertumbuhan yang paling mudah dilihat. mikro in vitro pada media Berdasarkan pengamatan terhadap tinggi tanam yang berbeda (padat tanaman, terlihat bahwa pada media cair, dan cair). tanaman lebih tinggi dibandingkan pada media padat terutama memasuki minggu Pada peubah jumlah daun dan panjang ke-8 hingga ke-11 (Gambar 2a). akar hasil sambung mikro in vitro , Kecepatan pertumbuhan panjang tunas terdapat peningkatan pada kedua peubah terlihat saat usia sambung mikro ubi kayu tersebut. Peningkatan ini mulai terjadi di umur 2 minggu setelah tanam. Menurut minggu ke-4 hingga akhir pengamatan Vyas et al . (2008), kultur cair pada (Gambar 2b-c). Begitu pula untuk jumlah umumnya menghasilkan laju pertumbuhan daun dari tanaman hasil sambung mikro in yang lebih efisien karena semakin banyak vitro lebih banyak dihasilkan saat ditanam permukaan eksplan yang kontak dengan di media cair (Gambar 3). Sama seperti media cair. hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

233 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Hussien et al. (2014) untuk kultur tanaman akan hilang setelah terjadinya pertautan jahe, pertumbuhan di media cair dapat antara jaringan kambium batang bawah memberi lebih banyak tunas dan daun per dan atas dengan sempurna Menurut planletnya. Pada beberapa hasil penelitian Miguelez-Sierra et al . (2017) dalam proses lainnya juga telah dilaporkan bahwa media penyembuhan jaringan yang terluka, cair dapat meningkatkan pertumbuhan masing-masing sel pada planlet batang tunas dan akar di banyak spesies tanaman bawah dan batang atas saling kontak, (Preece, 2011; Sandal et al ., 2001). menyatu dan membaur, sel-sel parenkim yang terbentuk dan terdeferensiasi membentuk kambium sebagai lanjutan dari lapisan kambium batang bawah dan batang atas yang lama. Dari lapisan kambium akan terbentuk jaringan pembuluh sehingga proses translokasi hara dari batang bawah ke batang atas atau sebaliknya hasil fotosintesis dari batang atas ke batang bawah berlangsung sebagaimana mestinya.

Gambar 3. Pertumbuhan pada akar dari tanaman hasil penyambungan secara in vitro pada media padat (A) dan media cair (B) pada umur 11 MST Aklimatisasi Tanaman Ubi Kayu Hasil Penyambungan Setelah planlet tersambung sempurna yang ditandai dengan pertumbuhan tinggi, daun dan akar, maka planlet kemudian diaklimatisasi. Aklimatisasi merupakan Gambar 4. Aklimatisasi planlet hasil tahap yang paling kritis karena perubahan penyambungan in vitro lingkungan dari laboratorium ke lapangan seringkali menyebabkan kematian planlet. KESIMPULAN Planlet yang dihasilkan melalui teknik Iniasiasi teknik sambung mikro in vitro kultur jaringan telah dikondisikan dalam ubi kayu antara Adira 4 dan Gebang lingkungan yang kaya nutrisi, suhu, menunjukkan kemampuan bertahan yang kelembaban tinggi, serta bebas dari baik di media MS cair dan padat. gangguan hama dan penyakit sehingga Pertumbuhan tanaman meliputi tinggi planlet memiliki daun yang relatif tipis, tunas, jumlah daun dan jumlah akar pada lapisan kutikulanya dan akar yang tidak ubi kayu hasil sambung mikro in vitro terlalu banyak jumlahnya. Dengan lebih cepat saat ditanam di media kultur demikian planlet memerlukan perubahan- cair. Aklimatisasi di media yang terdiri perubahan secara bertahap melalui proses dari tanah, kompos dan pasir (1:1:1) adaptasi ketika dipindahkan ke lingkungan menunjukkan pertumbuhan planlet dan normal ( ex vitro ) (Seelye et al ., 2003). daya hidup yang tinggi. Meskipun, Aklimatisasi planlet hasil penyam- perkembangan dan pertumbuhan lebih bungan 100% dapat bertahan hidup lanjut di lapang masih perlu diobservasi (Gambar 4). Luka akibat penyambungan lebih lanjut.

234 Rahman et al . 2017. Efektivitas Konsentrasi Pupuk Hayati Cair … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 229 – 236

UCAPAN TERIMA KASIH Vitro Micrografting of Apical and Axillary Buds of Cacao . The Journal of Projek ini merupakan bagian dari Horticultural Science and kegiatan DIPA Pusat Penelitian Biologi Biotechnology, Vol. 92(1): 25 – 30. tahun anggaran 2011-2014. Ucapan terima Murashige, T., and Skoog, F. 1962. A kasih ditujukan kepada yang Bapak Rivesed Medium for Rapid Growth and Nawawi dalam penyiapan material di Bio Assay s with Tobacco Tissue lapang. Cultures . Physiologia plantarum 15. Naz, A.A., M.J. Jaskani, H. Abbas dan M. DAFTAR PUSTAKA Qasim. 2007. In Vitro Studies on Amiri, M.E. 2006. In vitro techniques to Micrografting Technique in Two study the shoot-tip grafting of Prunus Produce Cirus Free Plant . Pak. J. Bot, avium L. (cherry) var. Seeyahe Vol. 39 (5): 1773 – 1778. Mashad . International Journal of Food. Onay, A., V. Pirinc, F. Adiyaman, C. Agriculture and Environment, Vol. 4. Isikalan, E. Tilkat dan D. Basaran. (1): 151 – 154. 2003. In Vivo and In Vitro Estrada-Luna, A.A., C. Lopez-Peralta dan Micrografting of Pistachio, Pistacia E. Cardenas-Soriano. 2002. In Vitro vera L.cv.”Siirt” . Turk J. Biol., Vol. Micrografting and Histology of Graft 27: 95 – 100. Union Formation of Selected Species of Preece, J.E. 2011. Micropropagation in Prickly Pear Cactus (Opuntia spp.) . Stationary Liquid Media . Propagation Scientia Horticulturae, Vol. 92 (3 – 4): of Ornamental Plants, Vol. 10(4): 183 – 317 – 327. 187. Hermiati E, D. Mangunwidjaja, T.C. Sandal, I., Bhattacharya, A., Ahuja, P.S. Sunarti, O. Suparno dan B. Prasetya. 2001. An Efficient Liquid Culture 2012. Potential Utilization of Cassava System for Tea Shoots Proliferation . Pulp for Ethanol Production in Plant Cell, Tissue and Organ Culture. Indonesia . Scientific Research and Vol. 65 (1): p. 75 - 80. Essays, Vol. 7 (2): 100 – 106. Seelye, J. F., Burge, G. K., & Morgan, E. Hussien, F.A., Osman, M.A., and Idris, R. (2003). Acclimatizing Tissue Culture T.I.M. 2014. The Influence of Liquid Plants: Reducing the Shock© the Media Support, Gelling Agents and Shock . In Combined Proceedings Liquid Overlays on Performance of In International Plant Propagators’ Society Vitro Cultures of Ginger (Zingiber Vol. 53: 85 – 90. officinale) . International Journal of Suthar, R. K., N. Habibi dan S.D. Purohit. Scientific and Research Publications, 2011. Influence of agar concentration Volume 4, Issue 10, October 2014. and liquid medium on in vitro ISSN 2250-3153. propagation of Boswellia serrata Roxb. Lokko Y, J.V. Anderson, S. Rudd, A. Raji, Indian Journal of Biotechnology, Vol. A. Horvath, M.A. Mikel, R. Kim, L. 10: 224 – 227. Liu, A. Hernandez, A.G.O. Dixon dan Thimmappaiah, G.T. Puthra dan S.R. Anil. I.L. Ingelbrecht. 2007. 2002. In Vitro Grafting of Cashew Characterization of an 18,166 EST (Anacardium occidentale L.) . Scientia Dataset for Cassava (Manihot Horticulturae, Vol. 92 (2): 177 – 182. esculenta Crantz) Enriched for Vyas, S., M.S. Rao, R.K. Suthar, S.D. Drought-responsive Genes . Plant Cell Purohit. 2008. Liquid Culture System Reports, Vol. 26 (9): 1605 – 1618. Stimulates in Vitro Growth and Shoot Miguelez-Sierra, Y., A. Hernández- Multiplication in Four Medicinally Rodríguez, Y. Acebo-Guerrero, M Important Plants . Medicinal and Baucher dan M. El Jaziri. 2017. In

235 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Aromatic Plant Science and Tissue and Organ Culture, Vol. 81 (3): Biotechnology, Vol. 2 (2): 96 – 100. 319 – 322. Wawrosch, C.H., Kongbangkerd, A., Yildirim, H., A. Onay, V. Süzerer, E. Kopf, A., And Kopp, B. 2005. Shoot Tilkat, Y. Ozden-Tokatli dan H. regeneration from nodules of Akdemir. 2010. Micrografting of Charybdis sp. A comparison of almond (Prunus dulcis Mill.) cultivars semisolid, liquid and temporary “Ferragnes” and “Ferraduel”. immersion culture systems. Plant Cell, Scientia Horticulturae, Vol. 125 (3): 361 – 367.

236

PENGARUH BENZILAMINOPURIN DENGAN PENAMBAHAN KNO 3 PADA MULTIPLIKASI TUNAS Colocasia esculenta (L.) Schott VAR. Antiquorum Karyanti 1*, Eunike Lasyana Immanuella 2 dan Dewi Yustika Sofia 2 1Balai Bioteknologi, BPPT Gedung 630 Kawasan Puspiptek, Setu, Tangerang Selatan, Banten 15314 2Universitas Surya Unity Tower Building, Jl. Boulevard Gading Serpong, Kav. M5 No.21, Summarecon Serpong, Curug Sangereng, Tangerang, Banten 15810 *E-mail: [email protected] Diterima: 15/10/2017 Direvisi: 09/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK Talas satoimo merupakan makanan sumber karbohidrat, kebutuhannya melebihi kapasitas produksi sehingga memiliki peluang besar di pasaran. Perbanyakan tunas memberikan alternatif untuk memenuhi tuntutan pasar. Melalui penggunaan benzilaminopurin dan kombinasi KNO 3 diharapkan dapat mengetahui media optimal bagi perbanyakan tunas talas satoimo. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Bioteknologi, BPPT, Setu, Tangerang Selatan dengan metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yg terdiri dari 2 faktor, yaitu faktor pertama konsentrasi KNO 3 0, 300, 600 dan 1200 ppm dan faktor kedua konsentrasi BAP 0; 0.2; dan 0.6 ppm. Media dasar menggunakan Murashige-Skoog (MS). Pengamatan dilakukan setiap minggu selama 6 minggu setelah tanam (MST). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan BAP 0.6 ppm dengan penambahan KNO 3 300 ppm optimal bagi perbanyakan tunas.

Kata kunci: Benzilaminopurin, KNO 3, Satoimo

THE EFFECT OF BENZYLAMINOPURINE WITH THE ADDITION OF KNO 3 FOR SHOOT MULTIPLICATION OF Colocasia esculenta (L.) Schott var. Antiquorum ABSTRACT Talas satoimo is a carbohydrate source, the production capacity less than necessary so it has potential market. Shoot multiplication provide alternative to supply demand market. Through use of Benzylaminopurine and combination KNO 3 will discover optimal medium for shoot multiplication. This study conducted at Research Center for Biotechnology, BPPT, Setu, Tangerang Selatan. The method using complete random factorial design consisted of two factor that is concentration combination KNO 3 at 0, 300, 600 and 1200 ppm and Benzylaminopurine at 0, 0.2, 0.6 ppm. The basic media using Murashige-Skoog (MS). Observation were set every weeks during six weeks after planting. The optimal growth was obtained at MS medium containing Benzylaminopurine 0.6 ppm in combination with KNO 3 300 ppm.

Keyword: Benzylaminopurine, KNO 3, Satoimo

237 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

PENDAHULUAN BAP merupakan jenis sitokinin dari senyawa golongan purin substitusi. Keberadaan Colocasia esculenta (L.) Senyawa ini adalah senyawa jenis Schott var. antiquorum di Indonesia sitokinin yang paling sering digunakan berawal dari bentuk kerjasama dengan (Kurniati, 2014). BAP mampu Jepang, sehingga disebut talas Jepang atau menginduksi tunas pucuk dan tunas satoimo. Bagi orang Jepang, talas satoimo aksilari untuk diferensiasi secara in vitro dijadikan sebagai makanan pokok (Chng dan Goh, 1994; Chand et al ., 1999). (Seameo, 2007). Pertumbuhan yang dipacu oleh BAP mencakup pembelahan dan pembesaran Nutrisi yang terkandung pada talas sel yang lebih cepat (Kurniati, 2014). satoimo yaitu kalsium, kalium, vitamin A, Aktivitas BAP diketahui baik untuk vitamin B1, vitamin C, serta kaya akan inisiasi akar pada C. esculenta (Du et al. , serat (Awasthi dan Singh, 2000; Cho et al. , 2007). Umbinya rendah lemak dan 2006). protein, tetapi kandungan protein umbi Nitrogen merupakan salah satu satoimo sedikit lebih tinggi dibandingkan komponen dasar media Murashige-Skoog dengan yam, singkong atau ubi jalar. (MS) dan secara signifikan berpengaruh Keunggulan talas satoimo lainnya adalah terhadap pertumbuhan dan morfogenesis kaya akan asam hialuronat (HA) (Eliantosi kultur in vitro (Gamborg dan Shyluk, dan Darius, 2015). 1970), seperti elongasi batang dan morfologi daun (Shirin et al. , 2015). Di Indonesia talas satoimo Formulasi MS terkandung nitrogen dikembangkan di daerah Kepahiang, anorganik yaitu amonium dan nitrat Cisarua, Bantaeng, Malang, dan Buleleng. dengan rasio 2 NO - : 1 NH + (George, Pengembangan talas satoimo di tempat 3 4 2008). Nitrat merupakan sumber nitrogen tersebut dijadikan sebagai komoditas yang baik karena siap diambil, ekspor untuk mencukupi kebutuhan dimetabolisme oleh sel (Shanjani, 2003). konsumen seperti di Jepang. Jepang Penelitian sebelumnya diketahui daun merupakan negara konsumen talas talas satoimo mudah mengalami kematian satoimo terbesar di dunia. Di Jepang (tidak dipublikasi), diperkirakan kebu- kebutuhan talas satoimo melebihi tuhan nitrogen berpengaruh terhadap kapasitas produksi disebabkan oleh karena permasalahan tersebut. terbatasnya lahan serta iklim yang tidak memungkinkan untuk bertani sepanjang Penelitian ini bertujuan untuk tahun (Seameo, 2007). mengetahui konsentrasi nitrogen dan benzilaminopurin yang optimal pada Teknik perbanyakan tunas secara media pertumbuhan talas satoimo. in vitro menjadi alternatif untuk Diharapkan melalui kombinasi nitrogen memenuhi tuntutan pasar. Metode dalam bentuk KNO dan BAP dapat penanaman talas secara tradisional 3 memperoleh perbanyakan tunas yang memerlukan waktu relatif lama, oleh optimal. karena itu perlu perbaikan menggunakan pendekatan bioteknologi yang dapat METODE menguntungkan. Kultur in vitro dapat diterapkan untuk propagasi bibit dalam Penelitian ini dilaksanakan di jumlah besar (Verma dan Cho, 2010). Laboratorium Pertanian, Balai Melalui tunas apikal dan tunas aksilar dari Bioteknologi, Badan Pengkajian dan umbi penyimpanan dapat membantu Penerapan Teknologi (BPPT), Setu, meminimalisir perubahan genetik talas Tangerang Selatan pada bulan Agustus (Du et al., 2006). 2016 – Maret 2017. Bahan tanaman

238 Karyanti et al. 2017. Pengaruh Benzilaminopurin dengan Penambahan KNO 3 pada Multiplikasi … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 237 – 244 adalah tunas steril talas satoimo yang statistik menggunakan one-way analysis digunakan pada penelitian sebelumnya. of variance (ANOVA). Apabila hasil uji Adapun media dasar menggunakan MS ANOVA memiliki perbedaan nyata pada dengan penambahan nutrisi nitrogen taraf 5%, maka dilakukan uji lanjut berupa KNO 3 dan zat pengatur tumbuh Duncan’s Multiple Range Test ( DMRT). yaitu benzylaminopurin (BAP). Percobaan Pengolahan data menggunakan SPSS 23. disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor, HASIL DAN PEMBAHASAN yaitu faktor KNO dengan konsentrasi 3 Jumlah Tunas terdiri dari 4 taraf 0, 300, 600 dan 1200 ppm dan BAP dengan konsentrasi terdiri Secara keseluruhan jumlah tunas dari 3 taraf 0, 0.2 dan 0.6 ppm. Percobaan satoimo mengalami peningkatan setiap perlakuan melibatkan 10 ulangan dengan minggunya. Pada perlakuan KNO 3 jumlah masing-masing 1 unit mata tunas setiap tunas satoimo lebih rendah dibandingkan ulangan. dengan perlakuan kontrol (Gambar 1A). Dibandingkan dengan kontrol, perlakuan Hasil perlakuan disimpan di ruang BAP 0.2 ppm memiliki pertumbuhan kultur dengan suhu 25 – 26 oC dan tunas tercepat (Gambar 1B). Namun, pada intensitas cahaya 1500 lux. Pengamatan perlakuan BAP 0.6 ppm dengan penam- dilakukan setiap minggu selama 6 minggu bahan KNO 300 ppm mempunyai setelah tanam (MST) dengan peubah yang 3 pertumbuhan tunas tercepat jika diamati adalah jumlah tunas, jumlah daun dibandingkan dengan perlakuan kontrol dan jumlah akar. Data hasil pengamatan (Gambar 1C). dianalisis rata-rata dan signifikansi

Gambar 1. Jumlah tunas talas satoimo umur 1 – 6 MST pada media MS dengan perlakuan BAP dan KNO 3. Perlakuan (A) kontrol (tanpa penambahan KNO 3) dan perlakuan kombinasi KNO 3; (B) kontrol (tanpa penambahan KNO 3) dan perlakuan BAP 0.2 ppm dan kombinasi KNO 3; (C) kontrol (tanpa penambahan KNO3) dan perlakuan BAP 0.6 ppm dan kombinasi KNO3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAP 1 ppm yang ditambahkan pada perlakuan BAP 0.6 ppm mendekati batas media dasar MS cair mampu optimal, sehingga mampu menginisiasi menghasilkan tunas terbanyak yaitu 2,5 tunas dan menghasilkan tunas lebih pada 6 MST. Selain itu, sesuai dengan banyak dibandingkan perlakuan lainnya. George dan Sherrington (1984) yang Seperti pada penelitian Maretta et al. menyatakan bahwa secara in vitro (2016), bahwa pada satoimo penggunaan penambahan BAP membantu berlang-

239 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” sungnya organogenesis, sehingga konsen- Perlakuan BAP 0.2 ppm dengan trasi BAP yang sesuai efektif merangsang kombinasi KNO 3 maupun perlakuan BAP perbanyakan tunas. 0.6 ppm dengan kombinasi KNO 3 menunjukkan jumlah tunas lebih tinggi Kebutuhan nitrogen pada setiap dibandingkan dengan kontrol. Tabel 1 tumbuhan bervariasi, pembentukan tunas menunjukkan jumlah tunas talas satoimo Clematis pitcheri optimal pada nitrogen umur 6 MST pada perlakuan BAP dengan konsentrasi rendah (Sen dan Batra, 0.6 ppm dengan penambahan KNO 3 300 2011). Pada jumlah tunas talas satoimo ppm menghasilkan jumlah tunas perlakuan KNO 3 300 ppm mendekati terbanyak dibandingkan dengan kontrol jumlah tunas perlakuan kontrol. Namun, dan perlakuan lainnya. Hal tersebut perbanyakan tunas tidak optimal pada menunjukkan bahwa kombinasi kon- media dengan konsentrasi tunggal KNO 3 sentrasi tunggal nitrogen memberikan saja, terlihat bahwa perlakuan KNO 3 pengaruh terhadap dormansi tunas, 300 ppm, KNO 3 600 ppm dan KNO 3 sedangkan konsentrasi sitokinin dengan 1200 ppm memiliki jumlah tunas lebih kombinasi nitrogen yang sesuai membantu rendah dibandingkan dengan kontrol dan merangsang perbanyakan tunas. perlakuan lainnya (Gambar 1).

Tabel 1. Jumlah tunas, jumlah daun dan jumlah akar talas satoimo pada media MS dengan perlakuan kombinasi BAP dan KNO 3 (6 MST) Perlakuan Jumlah Tunas Jumlah Daun Jumlah Akar MS (kontrol) 3.1 ab 3.9 abc 11.3 a a abc a KNO 3 300 ppm 2.9 3.7 10.2 a bc a KNO 3 600 ppm 2.6 4.1 11.2 a abc a KNO 3 1200 ppm 2.6 3.5 9.7 BAP 0.2 ppm 4.6 cd 3.9 abc 13.0 a abcd abc a KNO 3 300 ppm + BAP 0.2 ppm 3.5 3.3 11.3 abcd abc a KNO 3 600 ppm + BAP 0.2 ppm 3.6 3.1 11.2 abc ab a KNO 3 1200 ppm + BAP 0.2 ppm 3.3 2.6 10.2 BAP 0.6 ppm 4.4 bcd 3.9 abc 13.0 a d c a KNO 3 300 ppm + BAP 0.6 ppm 4.8 4.6 14.1 abc a a KNO 3 600 ppm + BAP 0.6 ppm 4.0 2.2 10.9 abcd abc a KNO 3 1200 ppm + BAP 0.6 ppm 3.8 3.4 12.2 Keterangan: Setiap kolom memiliki angka diikuti dengan huruf. Huruf yang sama pada masing-masing kolom peubah menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%. Jumlah Daun diperoleh pada perlakuan BAP 0.6 ppm dengan penambahan KNO 3 300 ppm Pada jumlah daun talas satoimo dibandingkan dengan kontrol dibandingkan kontrol, perlakuan KNO 3 (Gambar 2C). Dibandingkan dengan 600 ppm menghasilkan pertumbuhan kontrol perlakuan kombinasi KNO 3 lebih tercepat (Gambar 2A). Jumlah daun pada unggul untuk pertumbuhan daun talas perlakuan kontrol dan perlakuan BAP satoimo. Hal tersebut menunjukkan bahwa 0.2 ppm tanpa kombinasi KNO 3 memiliki nitrogen tanpa sitokinin mampu pertumbuhan hampir sama dan lebih cepat perbanyakan jumlah daun. dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Gambar 2B). Hasil pertumbuhan Selain itu, perlakuan kontrol memiliki bervariasi diperoleh pada seluruh jumlah daun tertinggi ketiga bersama perlakuan dan pertumbuhan tercepat perlakuan BAP 0.2 ppm dan BAP 0.6 ppm

240 Karyanti et al. 2017. Pengaruh Benzilaminopurin dengan Penambahan KNO 3 pada Multiplikasi … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 237 – 244 dengan nilai rata-rata masing-masing dengan penelitian Chand et al. (1999) dan 3.9 daun (Tabel 1). Hal ini menunjukkan Du et al. (2006), media sebelumnya bahwa media MS tanpa penambahan zat memiliki nutrisi dalam jumlah cukup pengatur tumbuh dan suplemen dapat untuk pertumbuhan C. esculenta. mendukung perbanyakan daun. Sesuai

Gambar 2. Jumlah daun talas satoimo umur 1 – 6 MST pada media MS dengan perlakuan BAP dan KNO 3. Perlakuan (A) kontrol (tanpa penambahan KNO 3) dan perlakuan kombinasi KNO 3; (B) kontrol (tanpa penambahan KNO 3) dan perlakuan BAP 0.2 ppm dan kombinasi KNO 3, (C) kontrol (tanpa penambahan KNO 3) dan perlakuan BAP 0.6 ppm dan kombinasi KNO 3 ketidakseimbangan konsentrasi nitrat dan amonium (George, 2008).

Jumlah Akar Jumlah akar pada setiap perlakuan mengalami peningkatan. Pada perlakuan Gambar 3. Perlakuan BAP 0,6 ppm + KNO 3 600 ppm dan kontrol memiliki hasil KNO 3 300 ppm pada talas pertumbuhan yang hampir sama satoimo umur 6 MST. Salah (Gambar 4A). Pertumbuhan lebih cepat satu ulangan perlakuan diperoleh perlakuan BAP 0.2 ppm tersebut memiliki daun dibandingkan kontrol dan perlakuan abnormal dan cukup rimbun lainnya (Gambar 4B). Pertumbuhan tercepat diperoleh perlakuan BAP 0.6 ppm Jumlah daun talas satoimo terbanyak dengan penambahan KNO 3 300 ppm pada pengamatan pada 6 MST diperoleh dibandingkan kontrol dan perlakuan pada perlakuan BAP 0.6 ppm dengan lainnya (Gambar 4C). penambahan KNO 3 300 ppm (Tabel 1). Perolehan daun terbanyak disebabkan Pada perlakuan sitokinin kombinasi karena 1 dari 10 ulangan memiliki daun KNO 3 memiliki kecenderungan penurunan abnormal dan cukup rimbun, sehingga jumlah akar seiring dengan penambahan menjadikan nilai rata-rata jumlah daun konsentrasi KNO 3 dibandingkan dengan menjadi lebih tinggi (Gambar 3). Daun perlakuan kontrol. Hal ini menunjukkan abnormal dapat dipengaruhi oleh bahwa nitrogen memainkan peran dalam mengontrol laju inisiasi akar (Sen dan

241 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Batra, 2011). Berbeda dengan jumlah akar Sesuai dengan penelitian Du et al. (2006), perlakuan konsentrasi tunggal BAP hormon BAP baik untuk inisiasi akar pada 0.2 ppm dan 0.6 ppm lebih tinggi C. esculenta . dibandingkan dengan jumlah akar kontrol.

Gambar 4. Jumlah akar talas satoimo umur 1-6 MST pada media MS dengan perlakuan BAP dan KNO 3. Perlakuan (A) kontrol (tanpa penambahan KNO 3) dan perlakuan kombinasi KNO 3; (B) kontrol (tanpa penambahan KNO 3) dan perlakuan BAP 0.2 ppm dan kombinasi KNO 3; (C) kontrol (tanpa penambahan KNO 3) dan perlakuan BAP 0.6 ppm dan kombinasi KNO 3 Jumlah akar terbanyak dipengaruhi menunjukkan bahwa jumlah daun pada oleh tingginya konsentrasi BAP yaitu perlakuan BAP 0.6 ppm berbeda nyata sebesar 0.6 ppm dibandingkan dengan dengan penambahan KNO 3 300 ppm dan konsentrasi KNO 3 300 ppm. Sesuai dalam perlakuan BAP 0.6 ppm dengan penelitian Woodward et al. (2006), penambahan KNO 3 600 ppm. Sedangkan pengakaran Eucalyptus marginata hasil uji lanjut DMRT pada peubah tertinggi diperoleh dengan konsentrasi jumlah akar semua perlakuan tidak nitrogen terendah. Hal tersebut diperkuat berbeda nyata. Berdasarkan hasil tersebut dengan jumlah akar satoimo pada menunjukkan perlakuan BAP 0,6 ppm pengamatan 6 MST perlakuan konsentrasi dengan kombinasi KNO 3 efektif bagi tunggal BAP 0.6 ppm memiliki jumlah pertumbuhan tunas dan daun pada talas akar tertinggi kedua setelah perlakuan satoimo. BAP 0.6 ppm dengan penambahan KNO 3 300 ppm (Tabel 1). Hal ini menunjukkan Tabel 2. Hasil uji ANOVA multiplikasi bahwa eksplan talas satoimo hanya talas satoimo pada umur 6 MST membutuhkan konsentrasi nitrogen rendah Peubah F Sig dan konsentrasi BAP tinggi untuk Jumlah Tunas 2.508 0.008* meningkatkan jumlah akar. Jumlah Daun 1.519 0.135 Jumlah Akar 0.973 0.475 Berdasarkan hasil uji ANOVA terdapat Keterangan: interaksi BAP dan KNO 3 hanya pada *= menunjukkan berpengaruh nyata peubah jumlah tunas (Tabel 2). Hasil uji lanjut DMRT pada jumlah tunas berbeda SIMPULAN nyata pada perlakuan kontrol dan BAP Berdasarkan hasil analisis diperoleh 0.6 ppm dengan penambahan KNO 3 penambahan zat pengatur tumbuh BAP 300 ppm. Hasil uji lanjut DMRT pada konsentrasi 0.6 ppm dan kombinasi

242 Karyanti et al. 2017. Pengaruh Benzilaminopurin dengan Penambahan KNO 3 pada Multiplikasi … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 237 – 244

BAP 0.6 ppm dengan KNO 3 300 ppm Source. Plant physiology. Vol. 45: 598 dapat menginduksi jumlah tunas – 600. terbanyak dan jumlah daun. Penggunaan George, E.F. dan P.D. Sherrington 1984. BAP konsentrasi 0.6 ppm membantu Plant Propagation By Tissue Culture meningkatkan jumlah akar. Selain itu, (1st Ed.). Edington: Exegetics Limited. media MS cukup bagi pertumbuhan talas Basingstoke, UK. satoimo. George, E.F. 2008. Plant Propagation by Tissue Culture 3rd Edition. Springer: DAFTAR PUSTAKA 65 – 113. Kurniati, M. 2014. Pengaruh Konsentrasi Awasthi, C.P. dan A.B. Singh. 2000. Colchicine terhadap Pertumbuhan Nutrional Quality Evaluation of Edible Dendrobium spectabile dalam Kultur Leaves of Some Promising Colocasia In Vitro. Skripsi. Departemen and Alocasia Collections. Indian Konservasi Sumberdaya Hutan dan Journal of Agricultural Research, Ekowisata, Fakultas Kehutanan. Vol. 34 (2): 117 – 121. Institut Pertanian Bogor. Chand, H., M.N. Pearson, dan P.H. Marreta, D., D.P. Handayani, H. Lovell. 1999. Rapid vegetative Rosadayanti, dan A. Tanjung . 2016. multiplication in Colocasia esculenta Multiplikasi dan Induksi Umbi Mikro (L.) Schott (taro) . Plant Cell Tissue and Satoimo (Colocasia esculenta (L.) Organ Culture: 223 – 226. Schott) pada Beberapa Konsentrasi Chng, R.C.O. dan C. Goh. 1994. High Sukrosa dan Benzilaminopurin. Jurnal Frequency Direct Shoot Regeneration Bioteknologi Biosains, Vol. 3 (2): 81 – from Corm Axillary Buds and Rapid 88. Clonal Propagation of Taro, Colocasia Seameo. 2007. Talas Jepang (Satoimo). esculenta (L.) Schott var. esculenta Biotrop Services Laboratory. (Araceae). Plant Science, Vol. 104 (1): http://sl.biotrop.org/index.php (diakses 93 – 100. pada 21 Maret 2017) Cho, J.J., R.A. Yamakawa, dan J. Hollyer. Sen, A. dan A. Batra. 2011. Crucial Role 2007. Hawaiian Kalo, Past and Future of Nitrogen In In Vitro Regeneration of (1st ed.). Honolulu, Hawaii: Phyllanthus amarus Schum and Thonn. Cooperative Extension Service, International Journal of Pharmaceutical College of Tropical Agriculture and Science and Research, Vol. 2 (8): 2146 Human Resources . University of – 2151. Hawaii. Manoa. Shanjani, P.S. 2003. Nitrogen effect on Du, H.M., D.M. Tang, dan D.F. Huang. callus induction and plant 2006. ‘Fragrant taro’ [Colocasia regeneration of Juniperus excelsa . esculenta (L.) Schott var .antiquorum ] International Journal of Agriculture Micropropagation Using Thidiazuron and Biology, Vol. 5 (4): 419 – 422. and Benzylaminopurine. The Journal of Shirin, F., N.S. Parihar dan S.N. Shah. Horticultural Science and 2015. Effect of nutrient media and Biotechnology, Vol. 81 (3): 379 – 384. KNO on in vitro plant regeneration in Eliantosi dan Darius. 2015 . Karakteristik 3 Saraca acosa (Roxb.) Willd . American Fisik, Kimia, Dan Organoleptik Mie Journal of Plant Science, 6: 3282-3292. Mosaf ( Modified Satoimo Flour ) Verma, V.M. dan J.J. Cho. 2010. Plantlet (Colocasia esculenta ). Agritepa, Vol. 1 development through somatic (2): 188 – 194. embryogenesis and organogenesis in Gamborg, O.L., dan J.P. Shyluk. 1970. plant cell cultures of Colocasia The Culture of Plant Cells with esculenta (L.) Schott . AsPac J. Mol. Ammonium Salts as the Sole Nitrogen

243 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Biol. Biotechnology, Vol. 18 (1): 167 – medium pH and buffering on in vitro 170. shoot growth and rooting in Woodward, A.J., I.J. Bennett dan S. Eucalyptus marginata. Scientia Pusswonge . 2006. The effect of Horticulturae, Vol. 110 (2): 208 – 213. nitrogen source and concentration,

244

RESPON PERTUMBUHAN EKSPLAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) VARIETAS AP-4 TERHADAP MANITOL SEBAGAI MEDIA KONSERVASI SECARA IN VITRO Irni Furnawanthi 1, Siti Jumroh Devianti 2*, Dahlia Nauly 2, Rudi Mardiyanto 3 dan Mardoni Elya 1 1Balai Pengkajian Bioteknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Gedung 630 Kawasan PUSPIPTEK Serpong Tangerang Banten 15314. 2Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta Jln. KH. Ahmad Dahlan Cirendeu-Ciputat Jakarta Selatan 15419 3Asosiasi Petani Hortikultura Sejatera. Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu Jawa Timur. *E-mail: [email protected] Diterima: 17/10/2017 Direvisi: 29/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK Kebutuhan tanaman kentang semakin meningkat namun produksinya semakin menurun. Produktifitas kentang sangat tergantung kepada kualitas benih kentang yang bebas patogen. Penggunaan manitol sebagai osmoregulator terhadap benih kentang dapat dilakukan secara in vitro yang mampu mendapatkan kultur yang bebas virus serta memiliki potensi yang besar untuk konservasi plasma nutfah. Penelitian ini bertujuan mengetahui interaksi antara konsentrasi manitol dan penggunaan jenis bagian eksplan yang menghambat pertumbuhan planlet kentang sehingga dapat disimpan dalam waktu lama. Penelitian dilaksanakan bulan Januari sampai bulan Mei 2017 di Laboratorium Mikropropagasi Balai Bioteknologi, BPPT PUSPIPTEK Serpong. Penelitian menggunakan metode Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial. Faktor pertama perlakuan media MS + Manitol pada taraf 0, 20, 40, 60, 80, 100 dan 120 g.L -1. Faktor kedua penggunaan jenis bagian eksplan pucuk dan buku ke-2. Pemberian perlakuan konsentrasi manitol 60 g.L -1 memberikan laju penghambatan yang optimum dengan menekan pertumbuhan tinggi planlet 58.77%; jumlah daun 60.77%; panjang akar 20.39%; dengan masa penyimpanan 3 bulan. Kata kunci : Buku ke 2 , osmoregulator , pertumbuhan minimal, pucuk

GROWTH RESPONSE OF EXPLANTS POTATO VARIETY AP-4 TO MANNITOL AS AN IN VITRO CONSERVATION MEDIUM ABSTRACT Needs of potato crops are increasing but production is declining. Potato productivity is highly dependent on the quality of potato-free potato seeds. The use of mannitol as osmoregulator against potato seed can be done in vitro which is able to get a virus free culture and has great potential for germplasm conservation. The aim of this research is to know the interaction between mannitol concentration and the use of eksplan type which inhibits the growth of potato plantlet so it can be stored for long time. The study was conducted from January to May 2017 at the Biotechnology Micropropagation Laboratory, BPPT PUSPIPTEK Serpong. The research used the method of Randomized Complete Group Design (RKLT) factorial. The first factor was MS + Manitol media

245 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” treatment at 0, 20, 40, 60, 80, 100 and 120 g.L -1 levels. The second factor is the use of the type of shoot part eksplan and the second node. The treatment of mannitol concentration 60 g.L -1 gave the optimum rate of inhibition by suppressing the growth of plantlet height 58.77%; the amount of leaf 60.77%; root length of 20.39%; with a storage period of 3 months. Keywords: Osmoregulator, minimum growth, second node, shoot

PENDAHULUAN alternatif bagi perbanyakan tanaman kentang (Molla et al., 2011). Kultur Tanaman Kentang (Solanum jaringan memiliki prinsip Totipotensi tuberosum L.) termasuk tanaman pangan (Total Genetic Potential ) sel yaitu setiap penting dunia setelah beras dan gandum satu sel, jaringan, dan organ mempunyai (Centro Internacional de la Papa/CIP, potensi untuk beregenerasi menjadi 2013). Kentang merupakan sumber tanaman lengkap jika tersedia nutrisi karbohidrat alternatif sebagai salah satu yang.Lengkap sebagai media. tanaman untuk diversifikasi pangan. Kebutuhan umbi kentang terus meningkat Perbanyakan tanaman dengan metode setiap tahun sejalan dengan meningkatnya kultur jaringan mampu menghasilkan jumlah penduduk dan berkembangnya tanaman yang bebas dari virus dengan industri yang membutuhkan bahan baku teknik meristem tip culture , sehingga kentang. Konsumsi kentang di Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar mengalami peningkatan, namun produksi- untuk mengkoleksi tanaman agar tidak nya fluktuatif setiap tahun. Produksi terjadinya kehilangan plasma nutfah. kentang pada tahun 2012 sebesar Plasma nutfah organisme (tumbuhan, 1,094,240 ton, tahun 2013 menjadi hewan, mikroba) saat ini sudah dipandang 1,124,282 ton, tahun 2014 produksi sebagai salah satu sumber daya alam yang kentang meningkat 1,347,818 ton namun sangat penting, terutama dalam rangka pada tahun 2015 mengalami penurunan pemenuhan kebutuhan pangan, energi, dan 1,219,270 ton (Badan Pusat Statistik, kesehatan (Sumaryono, 2016). 2016). Konservasi plasma nutfah merupakan Kendala yang terjadi di lapangan salah satu kegiatan yang perlu dilakukan menunjukan sebagian besar petani saat ini untuk mencegah terjadinya erosi genetik menggunakan benih sisa hasil panen (hilangnya keragaman) dan hilangnya sebelumnya. Hal ini menyebabkan suatu jenis tanaman misalnya karena penurunan kualitas benih, untuk itu perlu cekaman biotik maupun abiotik upaya untuk introduksi jenis-jenis kentang (Muhammad et al ., 2003). Sedangkan baru yang spesifik lokasi dengan biaya menurut Karjadi (2016), Penyimpanan murah. Untuk kegiatan perbanyakan benih plasma nutfah sangat diperlukan terutama diperlukan tanaman stok steril ( gene bank ) untuk klon (varietas) unggul harapan atau yang disimpan dalam kondisi steril. klon (varietas) yang telah bebas dari Penyediaan benih kentang dapat dilakukan penyakit virus. melalui teknik kultur jaringan, karena teknik ini memiliki keunggulan dapat Karjadi (2016) menyatakan bahwa mengisolasi bagian apikal untuk men- metode penyimpanan stok tanaman dapatkan kultur yang bebas virus. Oleh kentang secara in vitro yang diterapkan karena itu produksi stok benih yang bebas adalah metode cryopreservation (krio- penyakit dapat diperoleh dengan teknik preservasi) dan metode pertumbuhan ini, Teknik ini merupakan salah satu lambat (pertumbuhan minimal). Metode Pertumbuhan minimal bertujuan untuk

246 Furnawanthi et al. 2017. Respon Pertumbuhan Eksplan Kentang ( Solanum … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 245 – 252

memperlambat pertumbuhan tanaman Osmosis yang terjadi pada pembuluh tersebut dengan menaikkan osmolaritas xylem mempengaruhi unsur hara makro media seperti penambahan manitol dan salah satunya yaitu aliran kalium menjadi sorbitol. Metode kriopreservasi meru- terhambat. Kalium merupakan zat terlarut pakan penyimpanan bahan tanaman dalam utama yang berfungsi dalam keseim- tabung berisi nitrogen cair dengan suhu bangan air, serta memiliki peranan penting minus 196 °C (Sumaryono, 2016). dalam pertumbuhan. Tanaman yang Sebagian besar konservasi in vitro mengalami defisiensi kalium menye- tanaman menggunakan metode partum- babkan pertumbuhan pada tanaman buhan lambat, karena lebih murah dan tersebut terhambat. mudah dalam pengaplikasiannya diban- dingkan dengan cryopreservation . Manitol merupakan serbuk putih, tidak berbau, bubuk kristal, atau granul mudah Metode pertumbuhan lambat ( slow mengalir bebas. Manitol mempunyai rasa growth ) pada prinsipnya adalah menye- yang manis, seperti glukosa dan setengah diakan lingkungan dan media tumbuh kali manisnya sukrosa serta memberi yang paling minimal sehingga laju sensasi dingin di mulut (Setyarini, 2009). metabolisme propagula in vitro tanaman Penambahan manitol ke dalam media berupa kalus (Yuslina et al. , 2014 )., kultur akan menghambat pertumbuhan embrio somatic (Sumarjan dan Hemon., dan perkembangan tanaman yang 2009), tunas atau planlet (Jawak, 2008 ), dikulturkan tanpa mempengaruhi sifat berlangsung sangat lambat. Memper- genetiknya sehingga manitol dapat lambat pertumbuhan dapat dilakukan digunakan untuk konservasi in vitro. dengan memodifikasi media tumbuh Menurut Dewi (2002) penggunaan media dengan cara menambahkan senyawa MS + manitol 40 g.L -1 merupakan media osmotikum seperti manitol dan sorbitol, yang paling sesuai untuk konservasi talas. serta zat penghambat tumbuh misalnya Tujuan penelitian ini adalah untuk ancymidol, paclobutrazol (Sumaryono, mengetahui interaksi konsentrasi manitol 2016). dan jenis bagian eksplan yang dapat menghambat pertumbuhan planlet kentang. Pemberian osmotikum dan retardant sudah banyak digunakan dalam konservasi METODE in vitro tanaman umbi-umbian (Roostika et al., 2005). Regulator osmotik Penelitian ini dilaksanakan pada bulan (osmoregulator) adalah suatu senyawa Januari sampai Mei 2017 di Laboratorium organik yang dapat mempengaruhi Mikropropagasi Tanaman, Balai tekanan osmotik dalam media kultur Bioteknologi Badan Pengkajian dan sehingga mengurangi serapan hara Penerapan Teknologi, PUSPIPTEK mineral dan air oleh sel atau jaringan yang Serpong, Tangerang Selatan. Penelitian mengakibatkan terhambatnya pertum- dilakukan menggunakan metode buhan kultur (Dodds dan Robert, 1985). Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan pola faktorial yang terdiri Manitol (C 6H14 O6) merupakan gula dari dua faktor. Faktor pertama adalah alkohol polihidrik atau asiklik poliol, yang konsentrasi manitol yaitu 0, 20, 40, 60, 80, diturunkan dari manosa. Manitol berperan 100, dan 120 g.L -1. Faktor kedua adalah penting dalam translokasi asimilat dalam jenis bagian eksplan yaitu pucuk dan buku floem (Deguchi et al ., 2004). Manitol ke-2. Kombinasi kedua faktor meng- mampu menembus semipermeabel pada hasilkan 14 kombinasi perlakuan. Masing- pembuluh floem sehingga akan terjadi masing perlakuan pada setiap percobaan osmosis pada pembuluh xylem dan diulang sebanyak 4 kali, sehingga setiap mengakibatkan terjadinya aliran tekanan. percobaan terdiri atas 168 satuan

247 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri sering terjadi pada sistem biologi, yaitu atas 3 eksplan. suatu proses adaptif pada bagian tanaman akibat adanya pengaruh fisik atau Media yang digunakan adalah biokimia (memar, pengupasan, pemo- komposisi media MS yang diberi -1 tongan, serangan penyakit, atau kondisi myoinositol 100 mg.L ; vitamin thiamine yang tidak normal). 0.1 ml.L -1; vitamin pyridoxine 0.5 ml.L -1; nicotinic acid 0.5 ml.L -1; vitamin glysine Tinggi Planlet 2 ml.L-1, dan sukrosa 30 g.L -1. Osmoregulator manitol diberikan sesuai Pengaruh tunggal manitol pada dengan perlakuan. Sebelum penambahan berbagai taraf terhadap tinggi planlet agar 8 g.L -1, pH medium ditetapkan 5.8. kentang sangat nyata. Selain itu, pengaruh Media diotoklaf pada 18 – 20 Psi dengan tunggal terhadap berbagai jenis eksplan suhu 120 ⁰C selama 20 menit. Medium yang digunakan memberikan pengaruh diisikan sebanyak 10 ml kedalam tabung sangat nyata terhadap tinggi planlet. kultur. Kultur diinkubasi dibawah Pada perlakuan tunggal manitol pencahayaan 11 jam dengan sumber -1 perlakuan konsentrasi manitol 100 g.L cahaya lampu TL. Suhu ruang kultur 26 - -1 dan 120 g.L tidak terjadi peningkatan 22 oC dengan RH 70 – 80%. terhadap tinggi planlet karena manitol Kultur diamati mulai minggu kedua merupakan zat osmotikum yang akan setelah tanam (MST) dan selanjutnya meningkatkan secara perlahan tekanan setiap dua minggu selama tiga bulan. osmotik sehingga ketersedian air akan Peubah yang diamati ialah: (a) tinggi berkurang, tentu saja semakin tinggi tanaman yang diukur dari permukaan manitol akan terhambat pasokan air serta media sampai ke titik tumbuh eksplan, (b) nutrisi sehingga viabilitas eksplan yang jumlah daun baru, (c) panjang akar. sedang masa pertumbuhan akan menurun. Dewi et al. , (2014) menyatakan bahwa Data dianalisis dengan uji F. jika pada dasarnya akumulasi osmoregulator perlakuan menunjukkan pengaruh yang yang berlebihan akan menurunkan nyata terhadap hasil pengamatan maka aktivitas enzim. Manitol merupakan dilakukan analisis uji lanjut Duncan senyawa stabilisator osmotik yang dapat Multiple Range Test (DMRT) pada taraf meningkatkan osmolaritas media, nyata 1% atau 5%.Untuk hasil analisis sehingga penyerapan nutrisi ke dalam ragam, jumlah daun dan panjang akar data jaringan terhambat (Tambunan, 2003). ditransformasi dengan (x+0.5) 1/2 untuk memperkecil koefisien keragaman Media MS0 yang diberikan pada sehingga data lebih normal. perlakuan kontrol tanpa manitol memiliki unsur hara makro dan mikro yang HASIL DAN PEMBAHASAN terpenuhi tanpa adanya hambatan dari tekanan osmotik sehingga pertumbuhan Pengaruh manitol yang digunakan planlet terus meningkat. Selain itu dengan dengan konsentrasi tinggi mampu adanya sukrosa 3% pada media MS0 mengubah eksplan menjadi browning saat sebagai sumber energi menjadikan planlet umur 3 hari setelah tanam (HST), hal selalu tersedia pasokan makanannya. tersebut dikarenakan ketidakmampuan Menurut Laisina (2009), gula bukan saja eksplan menerima tekanan osmotikum sebagai penghasil energi tetapi juga untuk mekanisme dari zat pelarut manitol. pembentukan metabolit sekunder yang penting dalam pertumbuhan dan Menurut Santoso dan Nursadi (2003), perkembangan tanaman. peristiwa browning sesungguhnya merupakan peristiwa alamiah biasa yang

248 Furnawanthi et al. 2017. Respon Pertumbuhan Eksplan Kentang ( Solanum … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 245 – 252

Pada penelitian ini konsentrasi manitol menghambat laju pertambahan tinggi 20 g.L -1; 40 g.L -1; 60 g.L -1; 80 g.L -1; tanaman jeruk besar (Citrus grandis L. 100 g.L -1; dan 120 g.L -1; berturut-turut Osbeck) sebesar 56.37%; 63.76%; dan mampu menghambat laju pertambahan 39.60% pada umur 24 MST. Sedangkan tinggi planlet kentang secara in vitro pada pada penelitian Dewi et al. (2014), umur 10 MST sebesar 32.27%; 48.25%; pengurangan tinggi tunas jeruk besar cv. 58.72%; 63.66%; 64.53%; dan 64.53% Nambangan dengan konsentrasi manitol (Tabel 1). Namun pada penelitian Jawak yang sama berkisar antara 39.6 – 63.8% (2008), perlakuan manitol 20 g.L -1; 40 pada umur 24 MST. g.L -1; dan 60 g.L -1 berturut-turut mampu

Tabel 1. Pengaruh Interaksi Konsentrasi Manitol dan Berbagai Jenis Eksplan terhadap Rata-rata Tinggi Planlet (cm) Kentang cv. AP-4 secara In Vitro pada Umur 10 MST -1 Jenis Bagian Eksplan Konsentrasi Manitol (g.L ) 0 20 40 60 80 100 120 Pucuk 3.42a 2.17c 1.58d 1.41de 1.29e 1.22e 1.22e Buku ke-2 3.46a 2.48b 1.98c 1.44de 1.22e 1.22e 1.22e Koefisien Keragaman 7.06% Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%; data tinggi planlet ditransformasi dengan (x + 0.5) 1/2 Pengaruh interaksi antara konsentrasi Semakin rendah konsentrasi manitol untuk manitol dengan berbagai jenis eksplan berbagai jenis eksplan yang digunakan yang digunakan berdasarkan analisis maka tinggi planlet akan semakin tinggi, ragam pada umur 2 dan 4 MST tinggi sedangkan perlakuan berbagai jenis planlet tidak berpengaruh nyata pada eksplan yang digunakan bagian buku ke-2 setiap perlakuan namun, umur 6, 8, dan 10 memberikan respon pertumbuhan yang MST tinggi planlet menunjukan pengaruh cepat pada konsentrasi manitol rendah. sangat nyata terhadap setiap perlakuan.

a b

Gambar 1. Kondisi planlet dengan konsentrasi manitol 60 g.L -1 pada berbagai ulangan, umur 10 MST. jenis eksplan bagian pucuk (a) dan bagian buku ke 2 (b) Jumlah daun tidak nyata serta interaksi antar perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata. Hasil Percobaan perlakuan konsentrasi penelitian ini menunjukan penekanan manitol pada berbagai taraf menunjukkan jumlah daun optimum terjadi pada pengaruh yang sangat nyata terhadap perlakuan konsentrasi manitol 80 g.L -1 pertambahan jumlah daun, sedangkan dengan jenis eksplan bagian buku ke-2 perlakuan berbagai jenis eksplan pucuk rata-rata jumlah daun adalah 0.78 helai dan buku ke-2 menunjukan hasil yang dengan menekan laju pertumbuhan jumlah

249 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” daun sebesar 63.21%; ini tidak berbeda hormon yang diproduksi dalam bagian nyata dengan perlakuan konsentrasi daun, batang, akar dan buah yang manitol 60 g.L -1 manitol pada jenis berfungsi sebagai menghambat eksplan bagian pucuk dengan persentase pertumbuhan. penekanan sebesar 60.77% dan pada jenis eksplan buku ke-2 tingkat menekan laju Panjang Akar pertumbuhan jumlah daun 53.77%. Pengamatan panjang akar dilakukan pada umur 12 MST, berdasarkan hasil analisis ragam Pengaruh tunggal manitol memberikan pengaruh sangat nyata, sedangkan pengaruh tunggal bagian jenis eksplan tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar serta interaksi terhadap perlakuan memberikan pengaruh sangat nyata. Bagian jenis eksplan pucuk pada faktor manitol (Gambar 3) memiliki respon pertumbuhan panjang akar yang cepat. Penelitian Jawak (2008) melaporkan perlakuan manitol 20 g.L -1; 40 g.L -1; dan 60 g.L -1 pada planlet jeruk besar tidak adanya pertumbuhan akar sama sekali. Gambar 2. Grafik pada jumlah daun planlet kentang umur 8 MST data jumlah daun ditransformasi dengan (x + 0.5) 1/2 Menurut Dewi et al. (2010), respon tanaman akibat penambahan manitol dalam media terlihat pada ukuran daun yang semakin mengecil pada konsentrasi manitol yang tinggi. Peningkatan potensial osmotik pada media tersebut menye- babkan kekurangan air yang tersedia bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan. Tanaman yang merespon kekurangan air akan mengurangi laju transpirasi untuk Gambar 3. Grafik pada panjang akar penghematan air, kekurangan air juga planlet kentang umur akan merangsang peningkatan sintesis dan 12 MST pada pengaruh pembebasan asam absisat dari sel-sel konsentrasi manitol pada mesofil daun Asam absisat merupakan berbagai jenis eksplan.

250 Furnawanthi et al. 2017. Respon Pertumbuhan Eksplan Kentang ( Solanum … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 245 – 252

A B

Gambar 4. Kondisi akar planlet kentang pada berbagai konsentrasi manitol pada umur 12 MST. (a) 0 g.L -1; (b) 20 g.L -1; (c) 40 g.L -1; (d) 60 g.L -1; (e) 80 g.L -1; (f) 100 g.L -1; (g) 120 g.L -1. (A) Eksplan bagian pucuk dan (B) Eksplan bagian buku ke-2

SIMPULAN Menggunakan Osmotikum dan Retar.

-1 Jurnal AgroBiogen edisi 6 hal 84-90. Konsentrasi manitol 80 g.L mampu Dewi, I.S., G.S. Jawak, B.S. Purwoko, dan memberikan pertumbuhan optimum pada M. Sabda. 2014. Respon Pertumbuhan laju pertumbuhan terhambat pada Kultur In Vitro Jeruk Besar ( Citrus beberapa parameter, namun dari segi -1 maxima (Burm.) Merr.) cv. Nambangan ekonomis konsentrasi manitol 60 g.L terhadap Osmotikum dan Retardan. tidak berbeda nyata sehingga mampu Jurnal Hortikultura. Indonesia, Vol. 5 memberikan pertumbuhan yang optimum (1): 21 – 28. untuk konservasi plasma nutfah kentang Dewi, N. 2002. Perbanyakan dan kultivar AP-4. Jenis eksplan bagian pucuk Pelestarian Plasma Nutfah Talas yang paling baik untuk konservasi planlet (Colocasia esculenta (L.) Schot) Secara kentang memiliki viabilitas yang baik In Vitro . Tesis. Program Pascasarjana normal. IPB. Bogor. Dewi, N., I.S. Dewi, dan I. Roostika. DAFTAR PUSTAKA 2014. Pemanfaatan Teknik Kultur In Badan Pusat Statistik. 2016. Luas Panen, Vitro untuk Konservasi Plasma Nutfah Produksi dan Produktivitas Kentang. Ubi-Ubian. Jurnal Agro Biogen, Vol. 10 2012 – 2015. http://bps.go.id. (diakses (1): 34 – 44 . pada 27 Januari 2017) . Dodds, J.H. dan L.W. Roberts. 1985. Centro Internacional de la Papa (CIP). Experiments in Plant Tissue Culture . 2013. Facts and Figures . 2nd Edition. Cambridge University http://cipotato.org/potato/facts. (diakses Press. Cambridge. UK. pada 27 Januari 2017). Jawak, G. 2008. Konservasi Plasma Deguchi, M., Y. Koshita, M. Gao, R. Tao, Nutfah Jeruk Besar secara In Vitro. T. Tetsumura, S. Yamaki dan Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Y. Kanayama. 2004. Engineered Pertanian Bogor. Sorbitol Accumulation Induces Karjadi, A.K. 2016. Kultur Jaringan dan Dwarfism in Japanese persimmon . J. Mikropropagasi Tanaman Kentang Plant Physiol, Vol. 161 (1): 1177 – (Solanum tuberosum L). Iptek 1184. Tanaman Sayuran, No. 008, Maret Dewi, I.S., G. Jawak, I. Roostika, M. 2016. Balai Penelitian Tanaman Sabda, B. S. Purwoko, dan W.H. Adil. Sayuran. Bandung. 2010. Konservasi In Vitro Tanaman Laisina, J.K.J. 2009. Pelestarian secara In Jeruk Besar ( Citrus maxima (Burm.) Vitro Melalui Pertumbuhan Minimal Merr.) Kultivar Srinyonya pada Beberapa Genotipe Ubi Jalar

251 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

(Ipomea batatas (L) Lam). Tesis. Bahan Pengikat dan Manitol sebagai Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bahan Pengisi terhadap Sifat Fisik dan Bogor. Bogor. Respon Rasa Tablet effervescent Molla, M.M.H., K.M. Nasiruddin., M. Al- Ekstrak Tanaman Ceplukan (physalis Amin, D. Khanam dan M.A. Salam. angulata l. ). Skripsi. Fakultas Farmasi. 2011. Effect of Growth Regulators on Universitas Muhammadiyah Surakarta. Direct Regeneration of Potato . Sumarjan dan A.F. Hemon. 2009. International Conference on Efektivitas Polietilena Glikol dan Environment and Industrial Innovation, Manitol sebagai Agens Penyeleksi In Vol. 12: 205 – 210. Vitro untuk Cekaman Kekeringan Muhammad, H., Armiati dan terhadap Pertumbuhan Embrio Somatik W. Dewayani. 2003. Jeruk Keprok Kacang Tanah. Crop Agro, Vol. 2(1): Selayar dan Upaya Pelestariannya. 30 – 36. http://www.pustakadeptan.go.id/public Sumaryono. 2016. Konservasi In Vitro ation/p3223031. pdf. (diakses pada Plasma Nutfah Tumbuhan. Indonesian 4 Febuari 2017). Research Institute for Biotechnology Roostika, I., N. Sunarlim, dan V.N. Arief. and Bioindustry . 2005. Teknik Penyimpanan Kentang https://www.iribb.org/index.php?option Hitam secara In vitro . Buletin =com_content&view=article&id=306:k Penelitian Pertanian Tanaman Pangan onservasi-in-vitro-plasma-nutfah- 24 (1): 46 – 52. tumbuhan&catid=9:artikel&Itemid=58 Santoso, U. dan F. Nursadi. 2003. Kultur (Diakses pada 4 Maret 2017). Jaringan Tanaman. Publikasi Terbitan Tambunan, I.R. 2003. Studi Penyimpanan Univeritas Muhammadiyah Malang. Kultur In Vitro Ubi Jalar ( Ipomea Malang. batatas (L) Lam) secara Setyarini, D. 2009. Pengaruh Variasi Kriopreservasi. Tesis. Program Konsentrasi Polivinilpirolidon sebagai Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

252

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH ORGANIK DI KABUPATEN DELI SERDANG Yenny Laura Butarbutar* dan Nurmely Violita Sitorus Universitas Methodist Indonesia Jalan Harmonika Baru Tanjung Sari Medan 20132 Telp. (061) 8212162 *E-mail: [email protected] Diterima: 30/10/2017 Direvisi: 21/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan harga jamur tiram putih organik di tingkat konsumen dengan harga yang di tingkat petani serta adanya dugaan peran beberapa pedagang dalam pemasaran jamur tiram putih organik di Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan kondisi tersebut, maka tujuan penelitian: (1) mengidentifikasi saluran pemasaran; (2) menganalisis fungsi-fungsi pemasaran jamur tiram putih organik; (3) menganalisis biaya dan margin pemasaran, serta share petani; dan (4) menganalisis efisien atau tidak-nya saluran pemasaran di daerah penelitian. Metode penentuan lokasi penelitian adalah purposive di Kabupaten Deli Serdang. Selanjutnya, penentuan sampel penelitian menggunakan metode snowball sampling, sehingga jumlah sampel petani 31 orang, pedagang pengumpul kecamatan 1 orang, pedagang pengecer 2 orang, dan pedagang jamur crispy 2 orang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan: (1) Pemasaran jamur tiram putih organik di Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 4 saluran pemasaran; (2) Fungsi-fungsi pemasaran jamur tiram putih organik, diantaranya fungsi pembelian, penjualan, transportasi, pengemasan, sortasi, dan pembiayaan; (3) Adapun rincian total biaya, margin pemasaran, serta share petani jamur tiram putih organik di Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut : Saluran I, total biaya Rp 2081.7; margin pemasaran Rp 10,000; dan share petani sebesar 60%. Saluran II, total biaya Rp 2,698.18; margin pemasaran Rp 13,000; dan share petani 53.57%. Saluran III, total biaya Rp 56,216.18; margin pemasaran Rp 110,000; dan share petani 12%. Saluran IV, total biaya Rp 1,008.07; margin pemasaran sebesar Rp 0; dan share petani 100%; (4) Pemasaran jamur tiram putih organik di Kabupaten Deli Serdang untuk saluran I sampai IV efisien (nilai Ep < 50%). Kata kunci: Biaya, efisiensi, fungsi, margin, saluran, share MARKETING ANALYSIS OF ORGANIC WHITE OYSTER MUSHROOM IN DELI SERDANG DISTRICT ABSTRACT The research background is due to the existing difference between the price consumers pay for organic white oyster mushroom with the money farmers receive also the presumption of involvement of several traders in the mushroom trading in Deli Serdang district. Therefore, a research was conducted to achieve several objectives which are: (1) to identify marketing channel; (2) to analyse the functions of marketing; (3) to analyse cost and marketing margin; and (4). to analyse the marketing efficiency of organic white oyster mushroom in the research areas. Location was determined using purposive method in Deli Serdang district. Next, sample was determined by snowball sampling method with limited data availability, farmer’s sample size was 31

253 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

people, local trader’s was 1 person, retailer’s was 2 people and crispy mushroom seller was 2 people. Based on the research conducted, we can conclude: (1) There are 4 marketing channels in organic white oyster mushroom trading in Deli Serdang District; (2) farmers and middleman use marketing functions such as purchasing, selling, transporting, packaging, sorting and financing functions; (3) As for total cost, marketing margin and farmers share in Deli Serdang district respectively are: Channel I, Rp 20,817.7; Rp 10,000 and 60%. Channel II, Rp 2,698.18; Rp 13,000 and 53.57%. Channel III, Rp 56,216.18; Rp 110,000 and 12%. Channel IV, Rp 1,008.07; Rp 0; and 100%. (4) The organic white oyster mushroom marketing in Medan City and Deli Serdang District for channel I - IV are efficient (Ep value < 50%). Keywords: channel, cost, efficiency, function, margin, share

PENDAHULUAN peluang pemasaran produk jamur di dalam negeri memberikan prospek yang cerah Latar Belakang bagi para pelaku usahatani jamur tiram (Sarina et al., 2012). Tanaman hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang menempati Selain dilihat dari segi kesehatan posisi penting dalam memberikan perkembangan prospek usaha jamur tiram kontribusi bagi perekonomian Indonesia, cukup menjanjikan dalam hal bisnis. Hal khususnya tanaman sayuran yang sangat ini dibuktikan dengan semakin berkem- penting bagi kehidupan. Adapun salah bangnya bisnis kuliner jamur tiram yang satu tanaman sayuran organik yang tentunya akan membuka pasar jamur digemari masyarakat yang sangat baik tiram. Banyak sudah masyarakat yang bagi kesehatan sebagai sumber bahan mulai melirik budidaya jamur tiram makanan dan obat-obatan, yaitu tanaman sebagai kerja sampingan atau bahkan ada jamur. Beraneka ragam jenis jamur yang yang menjadikannya bisnis utama dalam telah dibudidayakan seperti jamur penyangga perekonomian rumah tangga. Shiitake, jamur kuping, jamur tiram, jamur Karena jamur tiram mudah untuk lingzhi, jamur merang, dan masih banyak dibudidayakan dan media tanamnya lagi jenis jamur yang telah dikonsumsi banyak tersedia. Selain itu pemasaran (Suriawiria, 1995). jamur tiram biasanya sudah ada jaringannya sendiri. Jadi saat jamur tiram Menurut Pasaribu et al., (2002) hal dipanen, sudah ada yang bersiap yang menarik dari budidaya jamur adalah menampung jamur tiram (Maria, 2012). aspek ekonomi yang cerah karena tidak membutuhkan lahan yang luas, media Adapun perkembangan sentra produksi tumbuh berupa limbah industri pertanian jamur tiram putih organik di Indonesia yang mudah didapat dan hasil produksi mulai terlihat ada di pulau Sumatera juga mampu bersaing dengan komoditi khususnya kabupaten Deli Serdang yang pertanian lainnya. Selanjutnya, menurut terlihat dari adanya sejumlah petani yang Parjimo dan Andoko, (2009), peluang mulai membudidayakan tanaman ini. pasar jamur di dalam negeri ditandai Kondisi ini tentu saja didukung oleh dengan perkembangan produksi jamur di faktor alam yang sesuai bagi pertumbuhan Indonesia yang terus meningkat. Hal ini jamur tiram di kedua daerah ini, sehingga sejalan dengan populasi penduduk budidaya jamur tiram organik dapat Indonesia yang terus meningkat dan berkembang. Akan tetapi, kondisi alam tersebar di beberapa provinsi disertai yang mendukung budidaya jamur tiram dengan perkembangan industri pengo- putih organik tidak diikuti dengan lahan serta industri pariwisata, maka

254 Butarbutar dan Sitorus. 2017. Analisis Pemasaran Jamur Tiram Putih Organik … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 253 – 261

pemasaran yang lancar. Hal ini dapat Marketing) di Provinsi Lampung” dilihat dari adanya perbedaan harga antara didapatkan hasil bahwa saluran pemasaran produsen dan konsumen akhir yang jamur tiram di Provinsi Lampung terdiri signifikan, dimana harga yang harus dari 4 (empat) saluran, antara lain : dibayarkan oleh konsumen relatif lebih Saluran I, petani → pedagang pengumpul mahal, sedangkan harga yang diterima → konsumen (rumah makan, restoran, dan oleh produsen relatif lebih murah. Selain hotel). Saluran II, petani → pedagang itu, diduga ada keterlibatan beberapa jenis pengumpul → pedagang pengecer → pedagang perantara dalam pemasaran konsumen rumah tangga. Saluran III, jamur tiram putih organik di daerah petani → pedagang besar → konsumen penelitian, sehingga menyebabkan saluran (rumah makan, restoran, dan hotel). pemasaran bervariasi dan bagian (share) Saluran IV, petani → pedagang besar → harga jual yang diterima oleh petani pedagang pengecer → konsumen rumah menjadi berkurang. tangga. Selain itu, diketahui pula bahwa petani jamur tiram di Provinsi Lampung Berdasarkan kondisi tersebut, maka melakukan fungsi penjualan, sedangkan penulis tertarik untuk melakukan pedagang jamur tiram melakukan fungsi penelitian mengenai pemasaran jamur pembelian, penjualan, fungsi transportasi, tiram putih organik di kabupaten Deli pengemasan, dan fungsi pembiayaan Serdang, sehingga dapat diketahui saluran dalam hal upah tenaga kerja. pemasaran yang efisien dan memberikan keuntungan yang lebih adil kepada petani Berdasarkan penelitian Azmiliana jamur tiram putih organik. et al., (2016) dengan judul “Analisis Pemasaran Jamur Tiram Putih (Pleurotus Permasalahan ostreatus) di Kota Pekanbaru” diketahui bahwa penentuan sampel penelitian Berdasarkan uraian pada latar menggunakan metode snowball sampling belakang, maka dapat dirumuskan dan hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa permasalahan yang akan diteliti, terdapat 3 (tiga) saluran pemasaran jamur antara lain : tiram putih yang ada di Kota Pekanbaru, 1. Bagaimana saluran pemasaran jamur antara lain : Saluran I, petani → tiram putih organik di daerah konsumen. Saluran II, petani → pengecer penelitian? → konsumen. Saluran III, petani → 2. Apa saja fungsi-fungsi pemasaran pengumpul → pengecer → konsumen. yang dilakukan oleh petani dan Selanjutnya, fungsi pemasaran yang pedagang perantara (middleman) dilakukan oleh lembaga-lembaga jamur tiram putih organik di daerah pemasaran jamur tiram putih meliputi penelitian? fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi 3. Berapa besar biaya pemasaran, margin pemasaran, dan share harga jual dari fasilitas. pemasaran jamur tiram putih organik Tujuan Penelitian di daerah penelitian? 4. Apakah saluran pemasaran jamur Adapun tujuan penelitian yang hendak tiram putih organik di daerah dicapai, antara lain : penelitian efisien atau tidak? 1. Menganalisis saluran pemasaran jamur tiram putih organik di daerah Penelitian Terdahulu penelitian. 2. Menganalisis fungsi - fungsi Berdasarkan penelitian Candra et al., pemasaran yang dilakukan oleh petani (2014) yang berjudul “Analisis Usahatani dan pedagang perantara (middleman) dan Pemasaran Jamur Tiram dengan Cara Konvensional dan Jaringan (Multi Level

255 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

jamur tiram putih organik di daerah petani dan pedagang jamur tiram putih penelitian. organik di daerah penelitian, maka 3. Menganalisis besarnya biaya digunakan metode snowball sampling. pemasaran, margin pemasaran, dan share harga jual dari pemasaran jamur Dimana jumlah sampel petani dan tiram putih organik di daerah pedagang perantara dalam pemasaran penelitian. jamur tiram putih organik yang ada di 4. Menganalisis efisien atau tidak-nya kabupaten Deli Serdang sebanyak 31 saluran pemasaran jamur tiram putih orang petani, 1 (satu) orang pedagang organik di daerah penelitian. pengumpul kecamatan, 2 (dua) orang pedagang pengecer, dan 2 (dua) orang Manfaat Penelitian pedagang jamur crispy. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk Metode analisis data untuk tujuan 1 mengetahui saluran pemasaran yang (satu) dan 2 (dua) menggunakan metode paling efisien dan menguntungkan bagi deskriptif, yaitu dengan menjelaskan tipe petani jamur tiram putih organik yang ada saluran pemasaran dan fungsi-fungsi di Kota Medan dan Kabupaten Deli pemasaran yang dilakukan oleh petani, Serdang. Selain itu, penelitian ini juga lembaga pemasaran (pedagang perantara) bermanfaat untuk mengetahui pedagang jamur tiram putih organik di daerah perantara (middleman) yang terlibat dalam penelitian. Sedangkan metode analisis pemasaran jamur tiram yang data untuk tujuan 3 (tiga) dan 4 (empat) mengeluarkan biaya pemasaran paling menggunakan perhitungan matematis sedikit maupun mendapatkan share harga dengan rumus sebagai berikut: jual paling tinggi. A. Margin pemasaran METODE MP = Pr - Pf Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Keterangan : Penelitian MP = Margin Pemasaran Pr = harga di tingkat pengecer (Rp) Daerah penelitian untuk analisis Pf = harga di tingkat produsen (Rp) pemasaran jamur tiram putih organik dipilih secara purposive, yaitu di B. Share Produsen (Petani) kabupaten Deli Serdang dengan pertimbangan bahwa daerah ini Pf Sp = 100% merupakan salah satu sentra produksi Pr jamur tiram putih organik di Provinsi Keterangan : Sumatera Utara yang dibuktikan dengan Sp = bagian (share) yang diterima lokasi para petani pembudidaya yang produsen (%) tersebar di daerah ini. Adapun waktu Pf = harga di tingkat produsen (Rp) penelitian dimulai dari bulan April sampai Pr = harga di tingkat konsumen akhir September 2017. atau harga di tingkat pengecer (Rp) (Rahim dan Retno, 2008). Metode Penentuan Sampel C. Efisiensi Pemasaran Adapun sampel dalam penelitian ini terdiri dari petani, dan pedagang perantara Perhitungan tingkat efisiensi (middleman) jamur tiram putih organik pemasaran komoditas pertanian sebagai yang ada di kabupaten Deli Serdang. Oleh berikut: karena keterbatasan data sekunder TB EP = 100% mengenai populasi dan lokasi penyebaran TNP

256 Butarbutar dan Sitorus. 2017. Analisis Pemasaran Jamur Tiram Putih Organik … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 253 – 261

I harga jual jamur tiram organik di tingkat Keterangan: petani sebesar Rp 15,000 lalu harga jual di EP = Efisiensi Pemasaran tingkat pedagang pengumpul kecamatan TB = Total Biaya sebesar Rp 21,500 dan harga jual di TNP = Total Nilai Produk tingkat pengecer sebesar Rp 25,000. Sedangkan saluran pemasaran jamur tiram Kriteria Penilaian : putih organik yang paling pendek adalah 1. Apabila nilai EP < 50%, maka saluran IV dikarenakan petani langsung tataniaga semakin efisien. menjual jamur kepada konsumen dalam 2. Apabila nilai EP ≥ 50%, maka bentuk bahan segar dengan harga jual tataniaga tidak efisien. (Soekartawi, sebesar Rp 20,000. 2002). Fungsi-Fungsi Pemasaran Jamur HASIL DAN PEMBAHASAN Tiram Putih Organik Saluran Pemasaran Jamur Tiram Putih Fungsi pemasaran merupakan proses Organik atau kegiatan mengalirkan produk dari produsen ke konsumen akhir yang Saluran pemasaran merupakan dilakukan oleh lembaga pemasaran. serangkaian lembaga pemasaran yang Adapun fungsi-fungsi pemasaran yang menyelenggarakan kegiatan pemasaran dilakukan oleh lembaga pemasaran jamur suatu produk/komoditi. Oleh karena itu, tiram putih organik di Kabupaten Deli berdasarkan hasil penelitian diketahui Serdang dapat dilihat pada Tabel 1. bahwa saluran pemasaran jamur tiram putih organik di Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa terdiri dari 4 (empat) saluran pemasaran setiap lembaga pemasaran jamur tiram dengan keterlibatan beberapa pedagang putih organik di Kabupaten Deli Serdang perantara (middleman), antara lain melakukan fungsi penjualan, pengang- pedagang besar, pedagang pengumpul kutan, pengemasan, dan pembiayaan. kecamatan, pengecer, dan pedagang jamur Dimana dalam hal fungsi penjualan mulai crispy. dari petani, pedagang pengumpul kecamatan, pengecer hingga pedagang Adapun saluran pemasaran jamur tiram jamur crispy menjual jamur tiram putih putih organik yang ada di Kabupaten Deli organik setiap hari dalam bentuk bahan Serdang terdiri dari: segar maupun produk olahan berbentuk Saluran I : Petani → Pedagang makanan. Selanjutnya dalam hal fungsi Pengumpul Kecamatan → pengangkutan yang dilakukan oleh setiap Pengecer → Konsumen lembaga pemasaran jamur tiram putih Saluran II : Petani → Pengecer → organik di Kabupaten Deli Serdang Konsumen menunjukkan bahwa lokasi produsen dan Saluran III : Petani → Pedagang Jamur pedagang perantara (middleman) yang Crispy → Konsumen terlibat tidak berada dalam satu kawasan Saluran IV : Petani → Konsumen yang dekat. Dimana jenis alat transportasi Berdasarkan keempat jenis saluran yang digunakan oleh setiap lembaga pemasaran tersebut dapat diketahui bahwa pemasaran jamur tiram putih organik di saluran pemasaran jamur tiram putih Kabupaten Deli Serdang kebanyakan organik yang paling panjang adalah menggunakan sepeda motor, walaupun saluran I dikarenakan melibatkan 2 (dua) sesekali pedagang pengumpul kecamatan orang pedagang perantara (middleman), menggunakan mobil angkutan milik yaitu pedagang pengumpul kecamatan dan pribadi pada saat membeli jamur dari pengecer. Dimana pada saluran pemasaran petani. Demikian juga dengan fungsi

257 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

pengemasan yang dilakukan oleh setiap plastik maupun goni untuk menjaga lembaga pemasaran jamur tiram putih kualitas dan mempermudah proses organik menunjukkan bahwa produk yang perpindahan produk dari petani (produsen) diperjualbelikan harus dikemas dalam hingga ke konsumen.

Tabel 1. Fungsi-Fungsi Pemasaran yang Dilakukan Oleh Masing-Masing Lembaga Pemasaran Jamur Tiram Putih Organik di Kabupaten Deli Serdang Lembaga Pemasaran Pedagang Pedagang Fungsi Pemasaran Petani Pengumpul Pengecer Jamur Kecamatan Crispy 1. Fungsi Pertukaran a. Pembelian - √ √ √ b. Penjualan √ √ √ √ 2. Fungsi Fisik a. Penyimpanan - - - - b. Pengangkutan √ √ √ √ c. Pengemasan √ √ √ √ 3. Fungsi Fasilitas a. Pembiayaan √ √ √ √ b. Sortasi √ - - - c. Penanggungan - - - - Resiko d. Informasi Pasar - - - -

Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran, sortasi dengan menggunakan tenaga kerja dan Share Harga Jual Jamur Tiram luar keluarga, sehingga ada biaya Putih Organik di Kabupaten Deli pemasaran yang relatif besar harus Serdang dikeluarkan oleh petani jamur tiram putih organik. Selanjutnya, rata-rata biaya A. Komponen Biaya Pemasaran pemasaran jamur tiram putih organik saluran II di Kabupaten Deli Serdang Biaya pemasaran yang dikeluarkan paling banyak dikeluarkan oleh pengecer oleh setiap lembaga pemasaran jamur yaitu sebesar Rp 1,380.09/kg. Hal ini putih organik di Kabupaten Deli Serdang dikarenakan pengecer melakukan fungsi terdiri dari biaya transportasi, sewa lapak, pengemasan dan pengangkutan serta sewa pengemasan, upah tenaga kerja, tim- tempat untuk berjualan di pasar dan bangan, retribusi, dan biaya pengolahan membayar retribusi setiap bulan. jamur crispy. Adapun rincian komponen Demikian juga untuk rata-rata biaya rata-rata biaya pemasaran tersebut dapat pemasaran jamur tiram putih organik dilihat pada Tabel 2 berikut. saluran III di Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat paling banyak dikeluarkan oleh pedagang diketahui bahwa rata-rata biaya pemasaran jamur crispy yaitu sebesar jamur tiram putih organik saluran I di Rp 56,598.35/kg dikarenakan adanya Kabupaten Deli Serdang paling banyak tambahan biaya pengolahan yang harus dikeluarkan oleh petani yaitu sebesar dikeluarkan oleh pedagang jamur crispy Rp 1,643.45/kg. Hal ini dikarenakan dalam rangka mengolah jamur tiram petani melakukan fungsi pengemasan dan menjadi jamur crispy.

258 Butarbutar dan Sitorus. 2017. Analisis Pemasaran Jamur Tiram Putih Organik … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 253 – 261

Tabel 2. Komponen Rata-Rata Biaya Pemasaran dari Masing-Masing Pola Saluran Pemasaran Jamur Tiram Putih Organik di Kabupaten Deli Serdang Saluran Pemasaran Lembaga Pemasaran Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV 1. Petani a. Plastik 288,88 322,62 321,37 325,98 b. Tenaga Kerja 1.150,61 814,48 462,07 503,04 c. Transportasi 17,82 126,69 144,23 - d. Timbangan 186,14 54,3 190,16 179,05 Total Biaya 1.643,45 1.318,09 1.117,83 1.0008,07 2. Pedagang pengumpul kecamatan a. Plastik 150,68 b. Transportasi 212,73 Total Biaya 363,41 3. Pengecer a. Plastik - 203,62 - - b. Transportasi - 814,48 - - c. Sewa Lapak 39,39 226,24 - - d. Retribusi 35,45 135,75 - - Total Biaya 74,84 1.380,09 - - 4. Pedagang jamur crispy a. Plastik - - 5.666,67 - b. Transportasi - - 532,39 - c. Sewa lapak - - 399,29 - d. Biaya - - 48.500 - pengolahan Total Biaya - - 55.098,35 -

B. Biaya Pemasaran, Marjin sebagai persentase dari perbandingan Pemasaran, dan Share Petani harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Nilai margin pemasaran dipengaruhi Adapun rincian mengenai biaya oleh besarnya biaya pemasaran dan pemasaran, margin pemasaran, dan share keuntungan yang didapatkan oleh setiap petani dalam pemasaran jamur tiram putih lembaga pemasaran jamur tiram putih organik di Kabupaten Deli Serdang dapat organik. Sedangkan share petani diartikan dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran, dan Share Petani dari Masing-Masing Pola Saluran Pemasaran Jamur Tiram Putih Organik di Kabupaten Deli Serdang Parameter I II III IV Biaya Pemasaran (Rp) 2.018,70 2.698,18 56.216,18 1.008,07 Margin Pemasaran (Rp) 10.000,00 13.000,00 110.000,00 0,00 Share Produsen (%) 60,00 53,57 12,00 100,00

259 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat petani jamur tiram putih organik pada diketahui bahwa total biaya pemasaran saluran I, II, dan III mendapatkan share jamur tiram putih organik di Kabupaten (bagian) dari harga jual lebih sedikit Deli Serdang terbesar ada pada saluran III (60%, 53.57% dan 12%) daripada share (petani-pedagang jamur crispy-konsumen) harga jual yang didapatkan oleh petani yaitu sebanyak Rp 56,216.18/kg pada saluran IV pemasaran jamur tiram dikarenakan adanya biaya pengolahan organik di Kabupaten Deli Serdang, yaitu bahan baku (jamur tiram putih organik) sebesar 100%. menjadi produk olahan makanan (jamur crispy). Sedangkan total biaya pemasaran Efisiensi Pemasaran Jamur Tiram paling sedikit ada pada saluran IV (petani Putih Organik di Kabupaten Deli → konsumen) yaitu sebanyak Serdang Rp 1,008.07/kg dikarenakan biaya Saluran pemasaran yang efisien akan pemasaran hanya dikeluarkan oleh petani tercipta apabila seluruh lembaga dan tidak ada keterlibatan pedagang pemasaran yang terlibat dalam kegiatan perantara (middleman) dalam pemasaran memperoleh kepuasan dengan aktivitas jamur tiram putih organik di Kabupaten pemasaran tersebut. Penurunan biaya Deli Serdang. Hal ini sesuai dengan hasil input dari pelaksanaan pekerjaan tertentu penelitian Meitasari (2011) yang tanpa mengurangi kepuasan konsumen menyimpulkan bahwa apabila semakin akan output barang dan jasa menunjukkan sedikit jumlah lembaga pemasaran tingkat efisiensi. Oleh karena itu, dengan usahatani jamur tiram, maka semakin kata lain, suatu saluran pemasaran kecil biaya pemasaran yang dikeluarkan. dikatakan efisien apabila dapat Selain itu, dari segi margin pemasaran dilaksanakan dengan biaya yang paling dapat diketahui bahwa margin pemasaran rendah. per kg terbesar ada pada saluran III yaitu Adapun rincian biaya pemasaran, harga sebanyak Rp 110,000 dan margin jual atau nilai produk, dan efisiensi pemasaran terkecil ada pada saluran IV pemasaran jamur tiram putih organik di yaitu sebanyak Rp 0. Hal ini dikarenakan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat harga beli di tingkat konsumen sama pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 dapat besarnya dengan harga jual di tingkat diketahui bahwa saluran pemasaran yang petani jamur tiram putih organik di paling efisien adalah saluran IV (petani → Kabupaten Deli Serdang. Selanjutnya, konsumen) dengan nilai efisiensi dalam hal share petani diketahui bahwa pemasaran sebesar 5.04%.

Tabel 4. Efisiensi Pemasaran Jamur Tiram Putih Organik di Kabupaten Deli Serdang Saluran Pemasaran Uraian Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV Biaya Pemasaran 2.081,70 2.698,18 56.216,18 1.008,07 Nilai Produk 25.000,00 28.000,00 125.000,00 20.000,00 Efisiensi Pemasaran 8,33 11,73 44,97 5,04

SIMPULAN crispy. Adapun total biaya, margin, dan efisiensi pemasaran terendah ada di Pemasaran jamur tiram putih organik di saluran IV (petani → konsumen) yaitu Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 4 sebesar Rp 1,008.07/kg; Rp 0 dan 5.04%. (empat) saluran dengan melibatkan Oleh karena itu, diharapkan adanya upaya pedagang pengumpul kecamatan, untuk membantu petani dalam pedagang pengecer, dan pedagang jamur memasarkan jamur tiram putih yang

260 Butarbutar dan Sitorus. 2017. Analisis Pemasaran Jamur Tiram Putih Organik … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 253 – 261

dihasilkan dapat langsung dijual kepada ostreatus) di Kota Samarinda. Jurnal konsumen, sehingga keuntungan yang Agribisnis, Vol. 8 (2): 48 – 56. didapatkan lebih besar. Selain itu, https://agribisnisfpumjurnal.files.wordp diupayakan adanya sosialisasi kepada ress.com/2012/03/jurnal-vol-8-no-2- petani jamur tiram putih organik mengenai yenni.pdf (diakses pada 30 Mei 2016). proses pengolahan jamur segar menjadi Parjimo dan A. Andoko. 2009. Budidaya jamur crispy, sehingga petani Jamur: Jamur Kuping, Jamur Tiram, mendapatkan nilai tambah dalam hal Jamur Merang. Agromedia. Jakarta. pendapatan. Pasaribu, T., D.R. Permana, E.R. Alda. 2002. Aneka Jamur Unggulan Yang DAFTAR PUSTAKA Menembus Pasar. Grasindo. Jakarta. Rahim, A. dan D. Retno. 2008. Azmiliana, W., E. Tety, Yusmini. 2016. Ekonomika Pertanian: Pengantar, Analisis Pemasaran Jamur Tiram Putih Teori, dan Kasus. Penebar Swadaya. (Pleurotus ostreatus) di Kota Jakarta. Pekanbaru. Jom Faperta, Vol. 3 (2): 1 - Sarina, Y. Budiman dan Y. Sardi. 2012. 10. Analisis Usahatani Jamur Tiram (Studi Candra, R., D.A. Hepiana L., S. Kasus: Desa Walas Marga II Situmorang. 2014. Analisis Usahatani Kecamatan Curup Selatan Kabupaten dan Pemasaran Jamur Tiram Dengan Rejang Lebong). Jurnal Agribisnis Vol. Cara Konvensional dan Jaringan (Multi 4 (1). http://umb.ac.id/faperta/?p=131 Level Marketing) di Provinsi Lampung. (Diakses pada 30 Mei 2016). Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis (JIIA), Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Vol. 2 (1): 38 – 47. Pertanian: Teori dan Aplikasi. Rajawali Maria, D. 2012. Menjamurnya Kuliner Pers. Jakarta. dan Budidaya Jamur, Peluang Bisnis Suriawiria, U. 1995. Bioteknologi yang Menjanjikan. Jakarta. Perjamuran. Percetakan Angkasa. Kompasiana, 16 Januari 2012. Bandung. Meitasari, Y. 2011. Studi Tata Niaga Jamur Tiram Putih (Pleurotus

261

PERLAKUAN POLYETHYLENE GLYCOL SECARA IN VITRO TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS MUTAN TAKA UNTUK SELEKSI TOLERAN KEKERINGAN Betalini Widhi Hapsari*, Andri Fadillah Martin, Rudiyanto dan Tri Muji Ermayanti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Cibinong Science Center (CSC) Jl. Raya Bogor KM. 46 Cibinong Bogor 16911 *E-mail: [email protected] Diterima: 07/11/2017 Direvisi: 18/12/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK Tacca leontopetaloides (L.) Kuntze merupakan salah satu tanaman umbi-umbian yang berpotensi untuk pangan alternatif. Induksi mutasi antara lain dengan radiasi sinar Gamma merupakan salah satu upaya untuk perbaikan genetik tanaman. Pada taka telah diperoleh kandidat mutan yang perlu diseleksi untuk mendapatkan genotipe toleran kekeringan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian PEG secara in vitro terhadap pertumbuhan mutan tunas taka hasil radiasi sinar Gamma untuk seleksi toleran kekeringan. Penelitian menggunakan 3 klon mutan taka hasil radiasi dosis 20, 30, dan 40 Gy dan tunas tanpa radiasi (kontrol). Semua tunas ditanam pada media MS dengan penambahan 0; 2.5; 5; 7.5; dan 10% PEG dengan 3 ulangan. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah akar, diamati setiap minggu hingga minggu ke-8. Data dianalisis dengan analisis variansi (ANOVA) dilanjutkan dengan Uji DMRT ( Duncan Multiple Range Test ). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biak Sel dan Jaringan Tanaman Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI selama 4 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tunas tertinggi diperoleh dari klon 40 Gy tanpa penambahan PEG sebesar 4.83 cm. Semakin tinggi konsentrasi PEG, tinggi tanaman semakin rendah. Jumlah daun dan jumlah akar tertinggi diperoleh dari tunas 20 Gy tanpa penambahan PEG yaitu sebesar 5.89 helai daun dan 2 helai akar. Tidak semua planlet hasil perlakuan PEG berhasil diaklimatisasi, daya hidup tertinggi didapatkan dari planlet tanpa radiasi dengan penambahan PEG 2.5% dan planlet taka hasil radiasi 20 Gy dengan penambahan PEG 7.5% sebesar 100%. Kata kunci : Tacca leontopetaloides, radiasi sinar Gamma, Poli Etilen Glikol (PEG), in vitro, pertumbuhan. POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) TREATMENT OF IN VITRO GROWTH OF TAKA MUTANT SHOOTS (Tacca leontopetaloides (L.) Kuntze) FOR DROUGHT TOLERANT SELECTION ABSTRACT Tacca leontopetaloides (L.) Kuntze is tuberous plant that has potential for alternative food source. Mutant induction by Gamma ray irradiation is useful for plant genetic improvement. Mutant candidate of Tacca has been obtained from the previous research and was selected for drought tolerant. The aim of the research was to investigate the effect of PEG as drought stress inducer on in vitro growth of Tacca mutant for selecting drought tolerant clones. The research was used 3 clones of mutant obtained from

262 Hapsari et al. 2017. Perlakuan Polyethylene Glycol (PEG) secara In Vitro … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 262 – 271

Gamma irradiation at 20, 30 and 40 Gy as well as without irradiation (control). All shoots were grown on MS medium containing 0; 2.5; 5; 7.5; and 10% PEG with 3 replicates. The Observed parameters were height of shoots, number of leaves and number of roots. The data were recorded every week from week-1 to week-8. Data were analized using ANOVA followed by Duncan Multiple Range Test (DMRT). The research was conducted in Plant Cell and Tissue Culture Laboratory, Research Center of Biotechnology – Indonesian Institute of Sciences for 4 months. The results indicated that the highest shoots were obtained from 40 Gy clones, cultured on MS medium without PEG (4.83 cm). The higher PEG concentrations gave the lower height of shoots. The highest of leaf numbers and roots numbers were found on 20 Gy mutant grown on MS medium without PEG addition (5.89 leaves and 2 roots, respectively). After PEG treatments, some plantlets did not survive after acclimation. The highest survival rate was found from non-irradiated plantlets grown on MS medium containing 2.5% PEG and from 20 Gy-mutant grown on MS medium containing 7.5% PEG, respectively which gave 100% survival rate. Keywords: Tacca leontopetaloides , Gamma ray irradiation, Poly Ethylene Glycol (PEG), in vitro, growth

PENDAHULUAN Penelitian tanaman Taka secara in vitro mulai dilakukan di Pusat Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara Bioteknologi LIPI pada tahun 2012 kepulauan yang kaya dengan keragaman (Martin et al ., 2012). Berbagai penelitian jenis tanaman, salah satu tanaman tersebut telah dilakukan, induksi mutasi antara lain adalah tanaman taka ( Tacca dengan radiasi sinar gamma merupakan leontopetaloides (L.) Kuntze), yang salah satu upaya yang dilakukan untuk merupakan jenis tanaman umbi-umbian perbaikan genetik tanaman. Induksi yang tumbuh di daerah pesisir pantai dan mutasi dengan sinar gamma dan analisis berpotensi sebagai bahan pangan cluster pertumbuhan pada kultur tunas alternatif. Taka merupakan tanaman taka hasil radiasi sinar gamma berbunga dari famili Dioscoreaceae menunjukkan hasil pertumbuhan klon (Caddick et al ., 2002; Zhang et al ., 2011). tunas taka yang berbeda-beda (Hapsari Tanaman ini banyak ditemui di pantai et al ., 2015). Pada taka telah diperoleh pulau Jawa seperti kepulauan kandidat mutan yang akan diseleksi untuk Karimunjawa, Sukabumi dan Yogyakarta, mendapatkan genotipe toleran kekeringan dan beberapa pulau lain di Indonesia (Martin et al ., 2013). Penduduk lokal lebih Melalui teknik in vitro , dapat diperoleh mengenalnya dengan sebutan kecondang. tanaman yang tahan kekeringan dengan Umbi taka digunakan masyarakat sebagai menggunakan agen selektif, yaitu senyawa sumber karbohidrat dengan cara diambil osmotikum seperti Polyethylene glycol patinya. Umbi taka mengandung 20 – 30% (PEG) sebagai agen penginduksi pati yang dapat dengan mudah diekstraksi. stress/cekaman air pada tanaman. PEG Kadar amilosa pati taka sekitar 22.5%, merupakan senyawa non ionik yang stabil, hampir sama dengan kentang, singkong, berupa polymer panjang yang larut dalam dan beberapa umbi lainnya, begitu pula air dan memiliki bobot molekul lebih dari dengan sifat fisiko kimianya yang juga 4000 yang dapat menginduksi stres air mirip dengan tepung kentang dan jagung pada tanaman dengan mengurangi (Kunle et al ., 2003; Rudiyanto et al ., potensial air pada larutan nutrisi tanpa 2016). menyebabkan keracunan (Widoretno et al ., 2003). Dengan demikian, kerusakan

263 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

atau kematian tanaman karena Stok kultur tunas taka dari 3 klon penggunaan PEG dapat dianggap sebagai mutan taka 20 Gy, 30 Gy, dan 40 Gy dan efek kekeringan, bukan efek dari senyawa tunas tanpa radiasi sinar Gamma (kontrol) PEG langsung karena PEG tidak diserap diambil dari media MS kemudian oleh tanaman (Dami dan Hughes, 1997). dipotong dengan ukuran ±0.5 cm dan Short et al . (1987) menyatakan bahwa ditanam pada media MS yang mengan- penggunaan PEG dalam kultur in vitro dung 2.5; 5; 7.5; dan 10% PEG, media dapat menginduksi terjadinya stres air dan yang digunakan sebagai kontrol adalah berkorelasi positif dengan yang terjadi di media MS tanpa penambahan PEG. lapang atau rumah kaca. Parameter pertumbuhan yang diukur adalah tinggi tanaman, jumlah daun dan Mutan yang sudah diperoleh dari hasil jumlah akar. Penelitian disusun dalam radiasi diharapkan terdapat kandidat rancangan acak lengkap. Setiap perlakuan mutan yang tahan kekeringan. Mutan ini diulang tiga kali dan setiap botol terdiri akan diujikan lebih lanjut untuk atas tiga tunas tunggal. Kultur kemudian memperoleh genotype tanaman taka yang diinkubasi pada ruang kultur dengan tahan kekeringan. Untuk itu, dilakukan pencahayaan penuh pada intensitas 800- penelitian yang bertujuan untuk menge- 1300 lux pada suhu 25 oC. Pengamatan tahui pengaruh pemberian PEG secara in parameter tinggi tanaman, jumlah daun vitro terhadap pertumbuhan mutan tunas dan jumlah akar dilakukan setiap minggu taka hasil radiasi sinar gamma untuk selama 8 minggu. seleksi toleran kekeringan. Data yang diperoleh dianalisis dengan METODE analisis varian (ANOVA) kemudian dilanjutkan dengan posthoc test Duncan’s Penelitian dilakukan di Laboratorium Multiple Range Test (DMRT) yang Biak Sel dan Jaringan Tanaman Pusat dilakukan dengan bantuan software IBM Penelitian Bioteknologi LIPI Cibinong SPSS ver. 22. Science Center selama 4 bulan. Tunas taka hasil perlakuan PEG Kultur tunas yang digunakan dalam dipindahkan dari ruang kultur ke rumah penelitian ini adalah stok kultur tunas taka kaca selama 2 minggu untuk hardening , yang dipelihara pada media MS setelah itu tunas dikeluarkan dari botol (Murashige dan Skoog, 1962) yang kultur, dicuci dan dibersihkan dari media dimiliki oleh Laboratoium Biak Sel dan agar, diberi perangsang akar dan Jaringan Tanaman Puslit Bioteknologi selanjutnya ditanam di dalam pot plastik LIPI. Kultur yang digunakan terdiri dari 3 berisi media tanam berupa campuran klon mutan taka 20 Gy, 30 Gy, dan 40 Gy tanah, kompos, pasir, cocopeat dan sekam dan tunas tanpa radiasi sinar Gamma yang bakar yang sudah disterilkan dengan cara digunakan sebagai kontrol. Eksplan yang dikukus selama 4 jam. Tunas dipelihara digunakan berupa bonggol. dan disungkup dengan plastik bening dan Media yang digunakan adalah media diletakkan di rak aklimatisasi dalam dasar MS (Murashige dan Skoog, 1962) rumah kaca. Hasil aklimatisasi diamati dengan penambahan 0; 2.5; 5; 7.5; dan persentase keberhasilan hidupnya pada 10% PEG dan penggunaan bahan pemadat minggu ke-4. berupa Gelzan TM sebanyak 3 g L -1. Sebelum disterilisasi, pH media diatur HASIL DAN PEMBAHASAN menjadi 5.8. Media kemudian disterilisasi Pengukuran parameter pertumbuhan dengan menggunakan autoklaf dengan o pada mutan taka hasil radiasi dilakukan suhu 121 C pada tekanan 15 psi selama untuk mengetahui performa tumbuh dari 15 menit.

264 Hapsari et al. 2017. Perlakuan Polyethylene Glycol (PEG) secara In Vitro … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 262 – 271

mutan taka hasil radiasi yang 30 Gy, dan 40 Gy secara berurutan adalah ditumbuhkan pada media MS dengan 3.90 cm, 3.64 cm, 4.20 cm, 4.83 cm. Pada penambahan PEG dibandingkan dengan tunas taka tanpa radiasi sinar Gamma dan kontrol. Pertumbuhan klon mutan taka mutan taka 20 Gy, penambahan tinggi hasil radiasi beserta kontrolnya tunas mulai melambat pada minggu ke-3 menunjukkan bahwa nilai parameter pada semua tunas yang ditanam pada pertumbuhan cenderung menurun seiring media yang ditambahkan PEG dengan meningkatnya konsentrasi PEG (Gambar 1A dan 1B), sedangkan pada yang diberikan pada media. mutan taka 30 Gy dan 40 Gy, penambahan tinggi masih terjadi hingga minggu ke-8 Pemberian PEG 2.5 – 10% mengham- pada media tanpa zat pengatur tumbuh bat pertumbuhan tinggi tunas mutan taka dan media yang mengandung 2.5% PEG mulai minggu ke-2 hingga minggu ke-8 (Gambar 1C dan 1D). Mutan taka 40 Gy (Gambar 1). PEG yang ditambahkan ke menunjukkan performa tunas tertinggi bila dalam media MS dengan eksplan tunas dibandingkan mutan yang lainnya taka tanpa radiasi sinar Gamma (Gambar 1D). Baik pada tunas taka tanpa menunjukkan efek penghambatan tinggi radiasi sinar Gamma maupun mutan taka, pada konsentrasi PEG 2.5 – 10%. Pada tunas yang paling terhambat pertumbuhan Gambar 1 terlihat bahwa dari semua klon tingginya diperoleh dari media MS dengan taka yang diamati, tunas tertinggi dipero- penambahan 10% PEG. Semakin tinggi leh dari media MS tanpa penambahan konsentrasi PEG yang terdapat pada PEG. Rata-rata tinggi tunas taka tanpa media MS menghasilkan tinggi tunas yang radiasi sinar Gamma, mutan 20 Gy, semakin rendah.

Gambar 1. Tinggi tunas Tacca leontopetaloides pada media MS dengan penambahan PEG 0; 2,5; 5; 7,5; dan 10 % pada umur 1 – 8 MST dari klon non-iradiasi (A); klon 20Gy (B), 30 Gy (C) dan 40 Gy (D). Hasil yang serupa juga dilaporkan pada pada media menyebabkan penurunan tunas tanaman pisang (Said et al ., 2015) tekanan turgor pada sel, sehingga dan tunas tanaman Solanum melongena menurunkan laju pemanjangan sel yang (Siaga et al ., 2016). Penambahan PEG

265 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

berakibat pada penurunan tinggi tanaman konsentrasi PEG pada media (Gambar (Piwowarczyk et al ., 2014). 2C). Pada mutan taka 40 Gy, penambahan PEG sebesar 2.5% menunjukkan Penambahan PEG ke dalam media penghambatan dalam penambahan jumlah memberikan pola penghambatan pertum- daun mulai minggu ke-4 dan tidak buhan jumlah daun yang berbeda mengalami penambahan daun hingga (Gambar 2). Pada tunas taka tanpa radiasi minggu ke-8, sedangkan pada konsentrasi sinar Gamma, media MS tanpa PEG 5, 7.5, dan 10% pola pengham- penambahan zat pengatur tumbuh batannya hampir sama (Gambar 2D). menunjukkan penambahan jumlah daun sampai dengan minggu ke-8, tetapi tunas Secara umum, hasil pengamatan untuk taka yang ditanam pada media yang rataan jumlah daun tertinggi diperoleh dari mengandung PEG menunjukkan penam- media MS tanpa PEG pada semua tunas bahan jumlah daun yang relatif lambat dan kecuali pada mutan taka 40 Gy cenderung terlihat stabil khususnya pada (Gambar 2). Rata-rata jumlah daun tunas yang ditanam pada media yang tertinggi diperoleh dari mutan taka 20 Gy mengandung 10% PEG (Gambar 2A). pada media MS tanpa penambahan PEG yaitu sebanyak 5.89 helai. Tunas taka Berbeda dengan penambahan jumlah pada media MS dengan penambahan 10% daun pada mutan taka 20 Gy, konsentrasi PEG menghasilkan jumlah daun terendah PEG 5% pada media menunjukkan pada semua jenis tunas (tanpa radiasi sinar penghambatan yang paling besar bila Gamma dan mutan) kecuali pada mutan dibandingkan dengan konsentrasi PEG taka 20 Gy, jumlah daun terendah yang lainnya (Gambar 2B). Pada mutan diperoleh dari media MS dengan taka 30 Gy, tinggi tunas semakin penambahan 5% PEG. terhambat dengan makin meningkatnya

Gambar 2. Jumlah daun Tacca leontopetaloides pada media MS dengan penambahan PEG 0; 2,5; 5; 7,5; dan 10 % pada umur 1 – 8 MST dari klon non- iradiasi (A); klon 20Gy (B), 30 Gy (C) dan 40 Gy (D). Rata-rata jumlah akar taka yang radiasi sinar Gamma dan mutan taka diperoleh pada saat pengamatan sangat 30 Gy, akar hanya tumbuh dari perlakuan bervariasi (Tabel 1). Pada tunas taka tanpa media MS dengan penambahan PEG 2.5%

266 Hapsari et al. 2017. Perlakuan Polyethylene Glycol (PEG) secara In Vitro … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 262 – 271

yaitu sebanyak 1.67 dan 0,33 akar. Pada dari media MS tanpa penambahan PEG mutan taka 20 Gy dan 40 Gy, akar masih yaitu sebesar 2 dan 1.33 akar. Akar tidak muncul pada beberapa konsentrasi PEG, muncul dari semua perlakuan media MS rata-rata jumlah akar terbanyak diperoleh dengan penambahan 10% PEG.

Tabel 1 . Rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah akar dari tunas Tacca leontopetaloides pada media MS dengan penambahan PEG 0; 2,5; 5; 7,5; dan 10 % pada umur 8 MST. Asal Taka Tinggi PEG (%) Jumlah Daun Jumlah Akar Hasil Radiasi Tanaman 0.0 3.90 ± 1.50 ab 5.33 ± 2.19 ab 0.00 ± 0.00 c 2.5 2.77 ± 0.67 bcd 2.67 ± 0.33 bcde 1.67 ± 0.88 ab Kontrol 5.0 2.83 ± 0.22 bc 3.33 ± 0.62 bcd 0.00 ± 0.00 c (0 Gy) 7.5 2.08 ± 0.14 cde 2.92 ± 0.56b cde 0.00 ± 0.00 c 10.0 1.83 ± 0.21 de 1.33 ± 0.41 de 0.00 ± 0.00 c 0.0 3.64 ± 0.57 ab 5.89 ± 1.35 a 2.00 ± 0.90 a 2.5 2.08 ± 0.44 cde 3.17 ± 0.75 bcd 1.00 ± 0.68 abc 20 Gy 5.0 1.78 ± 0.21 de 1.56 ± 0.44 de 0.00 ± 0.00 c 7.5 2.18 ± 0.22 cde 3.25 ± 0.46 bcd 0.83 ± 0.51 abc 10.0 1.53 ± 0.12 de 2.78 ± 0.64 bcde 0.00 ± 0.00 c 0.0 4.20 ± 1.14 ab 4.67 ± 1.33 abc 0.00 ± 0.00 c 2.5 3.33 ± 1.20 abc 3.00 ± 1.53 bcde 0.33 ± 0.33 bc 30 Gy 5.0 2.10 ± 0.25 cde 1.78 ± 0.36 cde 0.00 ± 0.00 c 7.5 1.79 ± 0.30 de 1.08 ± 0.40 de 0.00 ± 0.00 c 10.0 1.53 ± 0.12 de 0.58 ± 0.26 e 0.00 ± 0.00 c 0.0 4.83 ± 0.17 a 2.67 ± 1.20 bcde 1.33 ± 0.33 abc 2.5 3.17 ± 0.17 bc 3.67 ± 0.88 abcd 0.67 ± 0.33 abc 40 Gy 5.0 1.61 ± 0.15 de 1.75 ± 0.43 de 0.00 ± 0.00 c 7.5 2.38 ± 0.21 cde 1.83 ± 0.40 cde 0.33 ± 0.21 bc 10.0 1.72 ± 0.21 de 1.33 ± 0.49 de 0.00 ± 0.00 c Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada α = 5%. Hasil uji statistika dengan uji DMRT Akar tidak banyak terbentuk, selain menunjukkan bahwa parameter tinggi karena penggunaan PEG sebagai agen tanaman, mutan 40 Gy pada media MS penghambat pertumbuhan, hal ini juga tanpa penambahan PEG menghasilkan dikarenakan tidak tersedianya zat tunas tertinggi dengan tinggi 4.83 cm. perangsang tumbuh berupa auksin pada Jumlah daun tertinggi diperoleh dari media MS yang digunakan. Performa Mutan 20 Gy dengan media MS tanpa tunas hasil perlakuan PEG secara in vitro penambahan PEG, demikian pula halnya ditunjukkan pada Gambar 3. dengan jumlah akar (Tabel 2).

267 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Gambar 3. Penampilan tunas Tacca leontopetaloides umur 8 minggu ditanam pada media MS yang mengandung PEG.Tunas taka Kontrol dengan PEG konsentrasi 0 (A); 2.5 (B); 5 (C); 7.5 (D) dan 10% (E); tunas taka hasil radiasi 20 Gy dengan PEG 0 (F); 2.5 (G); 5 (H); 7.5 (I) dan 10% (J); Tunas taka hasil radiasi 30 Gy dengan PEG 0 (K); 2.5 (L); 5 (M); 7.5 (N) dan 10% (O); dan tunas taka hasil radiasi 40 Gy dengan PEG 0 (P); 2.5 (Q); 5 (R); 7.5 (S) dan 10% (T) Salah satu senyawa osmotikum yang dengan tingkat toleransi kekeringan yang dapat digunakan sebagai screening untuk lebih baik. Penurunan potensial air dalam toleransi terhadap kekeringan secara in media untuk screening yang baik akan vitro adalah PEG, seperti pada penelitian bergantung pada konsentrasi dan berat yang sudah dilakukan oleh (Dami dan molekul dari PEG yang digunakan Hughes (1997) pada tanaman anggur (Adkins et al ., 1995). Aklimatisasi (Vitis sp . 'Valiant') dan Räsänen, et al . dilakukan untuk mengetahui kemampuan (2004) pada tanaman Acacia senegal . tumbuh tunas tersebut bila dikeluarkan Kemampuan PEG dalam menghidrasi dari botolnya, apakah tunas tersebut jaringan tanaman dapat berfungsi sebagai mampu beradaptasi dengan lingkungan screening in vitro , sehingga mampu alaminya atau tidak. menyeleksi variasi berbagai tanaman

268 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Gambar 4 . Penampilan Tacca leontopetaloides umur 4 MST setelah aklimatisasi. Taka Kontrol tanpa PEG (A), Taka kontrol dengan PEG 2,5% (B); 5% (C); 7,5% (D); Taka hasil radiasi 20 Gy tanpa PEG (E); Taka hasil radiasi 20 Gy dengan PEG 2,5% (F); 7,5% (G); Taka radiasi 30 Gy tanpa PEG (H); Taka radiasi 30 Gy dengan 2,5% PEG (I); dan Taka radiasi 40 Gy tanpa PEG 0% (J). Tabel 2 . Persentase hidup planlet Tacca Hasil aklimatisasi menunjukkan bahwa leontopetaloides setelah aklima- planlet taka kontrol (tanpa radiasi sinar tisasi umur 4 MST. Gamma) yang berasal dari media MS Asal Planlet Persentase tanpa penambahan PEG dan penambahan PEG (%) Taka Hidup (%) 2.5 – 7.5% PEG dapat tumbuh di rumah 0.0 33.33 kaca pada pengamatan 4 MST. 2.5 100.00 Penambahan 10% PEG menyebabkan Kontrol 5.0 66.67 kematian taka pada saat aklimatisasi 7.5 60.00 (Tabel 2). Planlet yang berasal dari klon 10.0 0.00 hasil radiasi sinar Gamma 20 Gy 0.0 50.00 memberikan daya hidup yang bervariasi 2.5 80.00 setelah umur 4 MST aklimatisasi. Planlet 20 Gy 5.0 0.00 klon 30 Gy lebih peka terhadap PEG 7.5 100.00 sehingga hanya PEG konsentrasi rendah yaitu 2.5% masih bisa hidup setelah 10.0 0.00 aklimatisasi. Klon 40 Gy dari media 0.0 33.33 dengan penambahan PEG tidak mampu 2.5 66.67 hidup di rumah kaca. Gambar 4 30 Gy 5.0 0.00 merupakan berbagai klon taka yang 7.5 0.00 tumbuh setelah 4 MST proses 10.0 0.00 aklimatisasi. 0.0 33.33 2.5 0.00 SIMPULAN 40 Gy 5.0 0.00 7.5 0.00 Poli etilen glikol (PEG) menghambat 10.0 0.00 pertumbuhan tunas Tacca leontopetaloides secara in vitro baik pada klon kontrol (tanpa radiasi sinar Gamma)

269 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

maupun pada semua klon kandidat mutan Extraction, Physicochemical and hasil radiasi dengan sinar Gamma. Compaction Properties of Tacca Starch Semakin tinggi konsentrasi PEG yang – a Potential Pharmaceutical diberikan, semakin terhambat pertum- Excipient . Starch/Stärke, Vol. 55 (7): buhan tunas. Perlakuan 10% PEG 319 – 325. doi: 10.1002/star. menyebabkan pertumbuhan taka sangat 200390067. terhambat sehingga tidak dapat tumbuh Martin, A.F., T.M. Ermayanti, B.W. setelah aklimatisasi. Hapsari dan D.E. Rantau. 2012. Rapid Micropropagation of Tacca UCAPAN TERIMA KASIH leontopetaloides (L.) Kuntze . The 5th Indonesia Biotechnology Conference. Ucapan terima kasih diberikan kepada Lombok. Hal: 240 – 251. Evan Maulana yang membantu dalam Martin, A.F., E. Maulana dan T.M. pembuatan media dan Lutvinda Ismanjani Ermayanti. 2013. Seleksi Media untuk yang telah membantu dalam pemeliharaan Regenerasi Kalus dan Peningkatan kultur. Penelitian ini didanai oleh DIPA Pembentukan Planlet Tanaman Tacca Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI tahun leontopetaloides . Seminar Nasional anggaran 2015-2016. Kimia Terapan Indonesia 2013. Solo, DAFTAR PUSTAKA 23 Mei 2013. Vol. 2: 1 – 7. doi: 10.13140RG.2.1.5025. 1284. Adkins, A.L., I.D. Godwin dan S.W. Murashige, T. dan F. Skoog. 1962. A Adkins. 1995. An Efficient in Vitro Revised Medium for Rapid Growth and Regeneration System for Australian- Bio Assays with Tobacco Tissue Grown Chickpea (Cicer arietinum) Culture . Physiologia Plantarum. 15: Cultivars . Australian Journal of 473 – 497. doi: 10.1111/j.1399- Botan y, Vol. 43 (5): 491 - 497. doi: 3054.1962.tb08052.x 10.1071/BT9950491. Piwowarczyk, B., I. Kamińska dan W. Caddick, L.R., P. Wilkin, P.J. Rudall, Rybiński. 2014. Influence of PEG T.A.J. Hedderson dan M.W. Chase. Generated Osmotic Stress on Shoot 2002. Yams Reclassifed : A Regeneration and Some Biochemical Recircumscription of Dioscoreaceae Parameters in Lathyrus Culture . Czech and Dioscoreales . Taxon, Vol. 51 (1): Journal of Genetics and Plant Breeding, 103 – 114. doi: 10.2307/1554967 Vol. 50 (2): 77 – 83. Dami, I. & Hughes, H.G. 1997. Effects of Räsänen, L.A., S. Saijets, K. Jokinen dan PEG-induced water stress on in vitro K. Lindström. 2004. Evaluation of the hardening of “Valiant” grape. Plant Roles of Two Compatible Solutes, Cell, Tissue and Organ Culture, Vol. Glycine Betaine and Trehalose, for the 47 (2): 97 – 101. doi: 10.1007/ Acacia senegal-Sinorhizobium BF02318944. Symbiosis Exposed to Drought Stress . Hapsari, B.W., A.F. Martin, D.E. Rantau, Plant and Soil. Vol. 260 (1 – 2): 237 – Rudiyanto dan T.M. Ermayanti. 2015. 251. doi: 10.1023/B:PLSO. Analisis Klaster pada Kultur In Vitro 0000030181.03575.e1. Tacca lentopetaloides Hasil Iradiasi Rudiyanto, A.F. Martin dan T.M. Sinar Gamma. Prosiding Seminar Ermayanti. 2016. Perlakuan Nasional Hasil Penelitian Unggulan Konsentrasi 2,4-Dichlorophenoxy Bidang Pangan Nabati. Bogor, 25 aceticacid (2,4-D) dan Thidiazuron September 2014. Hal: 305 – 304. doi: (TDZ) terhadap Pembentukan Kalus 10.13140/RG.2.1.4238.6969 pada Helai Daun, Tangkai Daun, dan Kunle, O.O., Y.E. Ibrahim, M.O. Emeje, Bonggol Tacca leontopetaloides . S. Shaba dan Y. Kunle. 2003. Prosiding Nasional Seminar Nasional

270 Hapsari et al. 2017. Perlakuan Polyethylene Glycol (PEG) secara In Vitro … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 262 – 271

XXV Kimia dalam Industri dan Eggplant (Solanum melongena L.) In Lingkungan. Yogyakarta, 17 Vitro in Drought Stress Polyethylene November 2016. Hal: 129 – 134. Glycol (PEG) . Biovalentia, Vol. 2 (1): Said, E.M., R.A. Mahmoud, R. Al- 10 – 17. doi: 10.24233/BIOV.2.1. Akshardan G. Safwat. 2015. Drought 2016.29 Stress Tolerance and Enhancement of Widoretno, W., R. Megia dan Sudarsono. Banana Plantlets In Vitro . Austin 2003. Reaksi Embrio Somatik Kedelai Journal of Biotechnology & terhadap Polietilena Glikol dan Bioengineering, Vol. 2 (2): 1040. Penggunaannya untuk Seleksi In Vitro http://austinpublishinggroup.com/biote terhadap Cekaman Kekeringan. Hayati, chnology-bioengineering/download. Vol. 10 (4): 134 – 139. php?file=fulltext/ajbtbe-v2-id1040.pdf. Zhang, L., H.T. Li, L.M. Gao, J.B. Yang, Short, K.C., J. Warburton dan A.V. D.Z. Li, C.H. Cannon, J. Chen dan Q.J. Roberts. 1987. In Vitro Hardening of Li. 2011. Phylogeny and Evolution of Cultured Cauliflower and Bracts and Bracteoles in Tacca Chrysanthemum Plantlets to Humidity . (Dioscoreaceae) . Journal of Integrative Acta Horticulturae, (212): 329 – 334. Plant Biology, Vol. 53 (11): 901 – 911. doi: 10.17660/ActaHortic.1987.212.50. doi: 10.1111/j.1744-7909.2011. Siaga, E., A. Maharijaya dan M.S. 01076.x. Rahayu. 2016. Plant Growth of

271

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN UJI ANTIBAKTERI Fusobacterium nucleatum DARI EKSTRAK ETANOL DAUN Ruta angustifolia Shafa Noer*, Rosa Dewi Pratiwi dan Efri Gresinta Program Studi Pendidikan Biologi, FTMIPA Universitas Indraprasta PGRI Kampus A: Jl. Nangka No. 58 C (TB. Simatupang), Kel. Tanjung Barat, Kec. Jagakarsa, Jakarta Selatan 12530 Kampus B: Jl. Raya Tengah No. 80, Kel. Gedong, Kec. Pasar Rebo, Jakarta Timur 13760 *E-mail: [email protected] Diterima: 30/10/2017 Direvisi: 21/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK Ruta angustifolia atau yang biasa disebut dengan tanaman Inggu telah lama dipercaya dan digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat untuk berbagai macam penyakit. Salah satu organ utama yang paling banyak digunakan sebagai obat tradisional adalah daunnya. Inggu telah digunakan secara luas sebagai obat tradisional, namun penelitian ilmiah tentang kandungan bioaktifnya masih jarang dilakukan. Dalam penelitian ini aktivitas antioksidan dan antibakteri daun Inggu diuji terhadap penyakit gigi yang disebabkan oleh Fusobacterium nucleatum. F. nucleatum adalah jenis yang paling umum ditemui pada penyakit gigi dan memproduksi bahan iritan pada jaringan seperti asam butirat, protease dan cytokines.Tujuan penelitian ini adalah menguji kandungan antioksidan dan aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun R. angustifolia terhadap F. nucleatum. Metode yang digunakan untuk pengujian antioksidan adalah metode 2,2 diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH). Uji antibakteri mencakup Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dengan metode serial dilusi-spektrofotometri dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) dengan metode streak agar. Dari hasil pengujian kadar antioksidan pada sampel ekstrak etanol daun R. angustifolia menunjukkan nilai IC50 sebesar 100,99 ppm. Hasil ini menandakan bahwa kadar antioksidan pada daun Inggu memiliki aktivitas yang sedang, dengan KHM 40% dan KBM 80%. Kata kunci: Antioksidan, KBM, KHM, Ruta angustifolia

TEST OF ANTIOXIDANT ACTIVITY AND TEST OF ANTIBACTERY Fusobacterium nucleatum FROM EXTRACT ETHANOL LEAF Ruta angustifolia ABSTRACT Ruta angustifolia or commonly called the Inggu plant have been trusted for a long time and used by the people of Indonesia as a medicine for various diseases. One of the main organs most widely used as a traditional medicine, is the leaves. Inggu has been widely used as a traditional medicine, however its scientific research on bioactive compound still rare. In this research anoxidant and antibacterial activities of Inggu leaves were tested for dental diseases caused by F. nucleatum. F. nucleatum is the most common type of dental disease and produces irritant substances in tissues such as butyric acid, proteases and cytokines. The purpose of this study is to test the antioxidant and antibacterial activity of R. angustifolia leaf ethanol extract against F. nucleatum in. The method used for antioxidant testing is the 2,2 diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH)

272 Noer et al. 2017. Uji Aktivitas Antioksidan dan Uji Antibakteri … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 272 – 277

method. Antibacterial tests include Minimum Inhibitory Concentration (MIC) with serial-dilution spectrophotometric method and Minimum Bacteriocidal Concentration (MBC) with streak agar method. The results showed that the levels of antioxidants in ethanol extract of leaves Ruta angustifolia showed IC50 value of 100.99 ppm. These results indicate that the antioxidant levels possessed by these plants have moderate activity, with Minimum Inhibitory Concentration of 40% extract and Minimum Bacteriocidal Concentration at 80%. Keywords: Antioxidant, MIC, MBC, Ruta angustifolia PENDAHULUAN walaupun telah dipercaya menjadi obat bagi penyakit tertentu, namun penelitian Masyarakat Indonesia sudah sejak ilmiah tentang kandungan tanaman ratusan tahun yang lalu memiliki tradisi tersebut masih belum banyak ditelaah memanfaatkan tumbuhan dari lingkungan lebih dalam. sekitarnya sebagai obat tradisional. Sejak lebih dari dua puluh tahun yang lalu Tanaman Ruta angustifolia atau yang masyarakat dunia, tidak saja di negara- biasa disebut dengan tanaman Inggu telah negara Timur melainkan juga di negara- lama dipercaya dan digunakan oleh negara Barat, mulai menoleh kembali dan masyarakat Indonesia sebagai obat untuk tertarik untuk menggunakan obat-obat berbagai macam penyakit. Organ utama alam, yang kita kenal sebagai gerakan yang paling banyak digunakan sebagai “Kembali ke Alam” atau “Back to obat tradisional adalah daunnya. Cara Nature”. pengolahan daun sebelum menjadi ramuan obat berbagai macam, namun yang paling Adanya kecenderungan pola hidup sederhana adalah menggunakan daun “Back to Nature” ini dipicu oleh langsung dengan menghancurkannya dan keyakinan bahwa mengkonsumsi obat menempelkan pada tempat yang sakit. alami relatif lebih aman dibanding dengan Atau cara lain adalah dengan merebus obat sintetik yang memiliki banyak efek beberapa helai daun inggu sampai air samping negatif. Itu sebabnya industri menjadi setengahnya lalu diminum secara obat tradisional, baik di luar negeri rutin. Penyakit yang dipercaya dapat maupun di Indonesia makin meningkat diatasi dengan ramuan daun inngu jumlah dan pasarnya. Sayangnya meliputi penyakit gigi, semam, kejang industrialisasi obat-obat alam menye- pada anak, nyeri ulu hati, merangsang babkan harga obat alam semakin haid, kecekukan, sakit kepala dan bisul. meningkat, sehingga saat ini banyak obat Walaupun telah digunakan secara luas tradisional alami yang harganya tidak sebagai obat tradisional, namun penelitian kurang mahal dibandingkan dengan obat- ilmiah tentang kandungan tanaman ini obat konvensional sintetis. masih jarang dilakukan. Salah satu kekurangan dalam meng- Radikal bebas adalah molekul atau konsumsi obat tradisional atau yang lebih bagian molekul yang tidak utuh lagi popular disebut dengan sebutan herbal karena sebagian telah pecah atau adalah seringkali obat herbal ini melepaskan diri. Bagian yang pecah atau dikonsumsi tanpa pengetahuan yang melepaskan diri ini melekat pada molekul cukup mengenai tanaman yang digunakan. lain dan mengubah struktur atau fungsi Padahal, seperti yang kita ketahui, tidak molekul yang bersangkutan. Oksigen sedikit tanaman yang justru mengandung bersifat sangat reaktif, dan oksidatif dari racun atau zat berbahaya bila dikonsumsi protein, lemak, dan hidrat arang, dan manusia, terlebih bila dosis yang unsur lain dalam tubuh, akan digunakan tidak tepat. Atau bisa jadi,

273 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

menghasilkan radikal bebas. Dalam proses etanol daun Ruta angustifolia. Dengan menua, kecepatan unsur radikal bebas ini demikian, hasil penelitian diharapkan bertambah, melebihi kecepatan perbaikan dapat menjelaskan secara ilmiah manfaat atau pemulihannya (Tambayong, 1999). alami dari daun Ruta angustifolia beserta hubungannya dengan pengobatan Tumbuh-tumbuhan yang terdapat di penyakit. alam telah lama diakui memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Pada sistem METODE biologis tumbuhan, oksigen dapat mengandung radikal bebas yang Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei merupakan salah satu agen penyebab sampai dengan Agustus 2017 di Balai gangguan kronis. Kandungan biokimia Penelitian Tanaman Rempah dan Obat dari tumbuhan digunakan untuk melin- (Balittro) Bogor dan Laboratorium Oral dungi antioksidan alami yang terdapat Biologi Fakultas Kedokteran Gigi didalam sel-sel organisme (Mensor et al., Universitas Indonesia. 2001). Antioksidan adalah molekul yang Ekstrak etanol yang digunakan dalam dapat dengan aman berinteraksi dengan penelitian ini berasal dari penelitian radikal bebas dan menghentikan reaksi sebelumnya yang dengan menggunakan berantai sebelum molekul penting rusak. metode maserasi. Metode yang digunakan Ada beberapa sistem enzim endogen dan untuk pengujian antioksidan adalah zat dalam sel yang mengikat radikal metode 2,2 diphenyl-1-picrylhydrazyl bebas. Sel juga dapat mencapai (DPPH). Uji antibakteri mencakup Uji antioksidan melalui sirkulasi setelah Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) mengkonsumsi minuman dan makanan dengan metode serial dilusi- kaya antioksidan (Panglossi, 2006). spektrofotometri dan Konsentrasi Bunuh Fusobacterium adalah bakteri anaerob Minimum (KBM) dengan metode streak obligat, mempunyai bentuk batang, gram agar. negatif. Bakteri ini masuk ke dalam Prosedur KHM dilakukan dengan family Bacteroidaceae. Nama menyiapkan ekstrak etanol daun Ruta Fusobacterium berasal dari bahasa Latin angustifolia dengan konsentrasi 10%, “fusus” yang berarti kumparan. 20%, 40%, 80% dan 100%, disiapkan Keterlibatan fusobacterium dalam medium Brain Heart Infusion (BHI) broth penyakit infeksi pada manusia dan hewan steril 8.8 mL per tabung per konsentrasi telah lama diketahui. Fusobacterium ekstrak, ditambahkan ekstrak pada nucleatum adalah jenis yang paling umum konsentrasi tertentu sebanyak 1 mL secara ditemui pada penyakit gigi dan aseptis, ditambahkan kultur bakteri memproduksi bahan iritan pada jaringan Fusobacterium nucleatum dalam BHI seperti asam butirat, protease dan Broth (setara standar McFarland) cytokines. Ia memiliki sifat perekat yang sebanyak 200 μL, divortex agar homogen, kuat karena keberadaan lektin yang diambil 2 mL untuk diukur absorbansi memperantarai penempelan pada epitel awal λ=630 nm, diinkubasi overnight dan permukaan gigi serta penggumpalan suhu 37 °C dalam keadaan anaerob, dengan bakteri pathogen lainnya. Jenis divortex, diukur absorbansi akhir λ=630 lainnya yaitu F.necrophorum radang nm, jika selisih absorbansi akhir dan awal tonsil dan keracunan darah (septicaemia) negatif maka dinyatakan sebagai tabung (Roberts,2000). positif. KHM merupakan konsentrasi Dalam penelitian ini diuji kandungan terendah dari tabung positif (Dewi dalam antioksidan dan aktivitas antibakteri Magdalena dan Kusnadi, 2015). Fusobacterium nucleatum dalam ekstrak

274 Noer et al. 2017. Uji Aktivitas Antioksidan dan Uji Antibakteri … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 272 – 277

Prosedur uji KBM dilakukan dengan dengan energi yang dimiliki radikal bebas menumbuhkan bakteri pada hasil uji DPPH. Saat berada dalam bentuk radikal, positif KHM dengan metode streak DPPH cenderung tidak stabil (reaktif) dan (gores) 3 kuadran pada medium BHI agar memiliki energi yang besar karena selalu steril suhu 37 °C, diinkubasi overnight bereaksi mencari pasangan elektronnya, suhu 37°C dalam keaadaan anaerob dan namun setelah mendapat pasangan dilakukan pengamatan ada atau tidaknya elektronnya, DPPH menjadi lebih stabil pertumbuhan koloni pada agar cawan. (energinya rendah) (Martiningsih dkk, Tidak adanya pertumbuhan koloni 2016). dinyatakan sebagai KBM (Sari dalam Magdalena dan Kusnadi, 2015) . Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan untuk mengetahui nilai IC50 HASIL DAN PEMBAHASAN dari sampel. Pengujian dilakukan terhadap ekstrak etanol sampel dan dilakukan Aktivitas Antioksidan dengan sistem duplo. Dari hasil pengujian kadar antioksidan ekstrak etanol daun Aktivitas antioksidan dapat ditentukan Ruta angustifolia yang dilakukan di dengan metode DPPH. DPPH merupakan Laboratorium Balai Penelitian Tanaman radikal bebas yang diperdagangkan, stabil Rempah dan Obat, menunjukkan bahwa pada suhu kamar dengan bentuk serbuk sampel memiliki nilai IC sebesar ungu tua, dan cepat teroksidasi oleh 50 100,99 ppm. temperatur dan udara. Metode DPPH merupakan salah satu metode pengujian Menurut Jun dkk (2003), nilai IC50 < aktivitas antioksidan yang menggunakan 50 ppm menunjukkan kekuatan anti- reaksi kimia (Molyneux, 2004). Metode oksidan sangat aktif, nilai IC50 50 – ini dipilih karena merupakan metode 100 ppm menunjukkan kekuatan pengujian aktivitas antioksidan yang antioksidan aktif, nilai IC50 101 – menggunakan sampel dalam jumlah 250 ppm menunjukkan kekuatan sedikit dan waktu yang singkat (Keinanen antioksidan sedang, nilai IC50 250 – & Ritta, 1996). Senyawa antioksidan akan 500 ppm menunjukkan kekuatan bereaksi dengan DPPH melalui antioksidan lemah, dan nilai IC50 > mekanisme donasi atom hidrogen dan 500 ppm menunjukkan kekuatan menimbulkan perubahan warna dari ungu antioksidan tidak aktif . Sedangkan menjadi kuning. Tingkat perubahan warna Molyneux (2004) mengkategorikan untuk yang mengindikasikan potensi senyawa nilai IC50 dibawah 50 ppm berarti antioksidan dalam kemampuannya men- antioksidan sangat kuat, nilai IC50 50 – donorkan atom hidrogen (Mosquera et al., 100 ppm berarti antioksidan kuat, nilai 2007). IC50 100 – 150 ppm berarti antioksidan sedang dan nilai IC 150 – 200 ppm Pada sampel yang mengandung 50 berarti antioksidan lemah. senyawa antioksidan, semakin tinggi konsentrasi berarti semakin banyak pula Dari hasil pengujian kadar antioksidan senyawa yang akan menyumbangkan pada sampel ekstrak etanol daun elektron atau atom hidrogennya kepada R. angustifolia menunjukkan nilai IC50 radikal bebas DPPH, yang turut sebesar 100,99 ppm yang menandakan menyebabkan pemudaran warna pada bahwa kadar antioksidan yang dimiliki DPPH. DPPH yang awalnya berwarna oleh tanaman ini memiliki aktivitas yang ungu tua, jika direaksikan dengan sedang. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa antioksidan dalam jumlah besar tanaman ini memiliki potensi antioksidan akan berubah menjadi warna kuning. yang tidak terlalu besar, namun dapat Perubahan warna DPPH ini terkait pula

275 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

dimanfaatkan sebagai salah satu nilai Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tambah dari manfaat lainnya. nilai KBM pada penelitian ini adalah pada kosentrasi 80%. Antibakteri F. nucleatum Tabel 2. Pertumbuhan F. nucleatum Kosentrasi Hambat Minimum ekstrak Konsentrasi Ekstrak Pertumbuhan Bakteri terhadap F. nucleatum dilakukan dengan 10 % Tumbuh metode spektrofotometri. Tabel 1 20 % Tumbuh menunjukkan hasil absorbansi sebelum 40 % Tumbuh dan sesudah inkubasi. 80 % Tidak Tumbuh 100 % Tidak Tumbuh Tabel 1. Hasil Absorbansi (λ 630 nm) Absorbansi Absorbansi SIMPULAN Konsentrasi Sebelum Setelah Hasil Ekstrak Inkubasi Inkubasi Kadar antioksidan ekstrak etanol daun Negatif Ruta angustifolia menunjukkan nilai IC 10 % 2,242 2,442 50 KHM sebesar 100,99 ppm, dengan aktivitas Negatif 20 % 3,316 3,392 sedang yaitu Konsentrasi Hambat KHM Minimum pada konsentrasi ekstrak 40% Positif 40 % 3,747 3,697 KHM dan Konsentrasi Bunuh Minimum pada Positif konsentrasi 80%. 80 % 3,864 3,709 KHM Positif DAFTAR PUSTAKA 100 % 3,638 3,488 KHM Dewi, F.K. 2010. Aktivitas Antibakteri Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Etanol Buah Mengkudu adalah kosentrasi terkecil dimana suatu (Morinda citrifolia, Linnaeus) terhadap bahan (zat) dapat menghambat pertum- Bakteri Pembusuk Daging Segar. buhan bakteri. Terhambatnya pertum- Skripsi. Universitas Sebelas Maret. buhan ditandai dengan nilai absorbansi Surakarta yang lebih kecil setelah inkubasi Jun, M.H.Y., Yu. J., Fong, X., Wan, C.S., dibandingkan dengan sebelum inkubasi Yang, C.T., and Ho. (2003). (selisih absorbansi sebelum dan sesudah Comparison of Antioxidant activitiesof inkubasi bernilai negatif). Pada hasil isoflavonoids from kudzu root diatas, dapat dilihat bahwa pertumbuhan (puereria labata Ohwl). J. Food. Sci. mulai terhambat pada konsentrasi 40%. Institute of technologist. Vol 68; p. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai 2117- 2122. KHM dalam penelitian ini adalah pada Keinanen, M. & Ritta, J. T (1996) Effect konsentrasi 40%. of Sample Preparation Method on Birch (Betula pendula Roth) Leaf Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) Phenolics. J. Agric. Food Chem, 44 (9), ekstrak terhadap Fusobacterium 2724-2727. nucleatum dilakukan dengan mengamati Magdalena N.V dan Kusnadi J. (2015). ada tidaknya pertumbuhan bakteri pada Antibakteri Dari Ekstrak Kasar Daun agar. Tabel 2 menunjukkan hasil Gambir (Uncaria Gambir Var pengamatan bakteri pada agar dengan Cubadak) Metode Microwave-Assisted berbagai konsentrasi ekstrak. Extraction Terhadap Bakteri Patogen. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 Pada hasil di atas dapat dilihat bahwa No 1 p.124-135. F. nucleatum sudah mati pada konsentrasi Martiningsih N.W ; Widana G A B; ekstrak 80% dan 100%. KBM adalah Kristiyanti P L M. Skrining Fitokimia konsentrasi terkecil suatu bahan (zat) Dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak dimana bakteri sudah tidak dapat hidup.

276 Noer et al. 2017. Uji Aktivitas Antioksidan dan Uji Antibakteri … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 272 – 277

Etanol Daun Matoa (Pometia Pinnata) Plants from Colombian Biodiversity, Dengan Metode DPPH. Prosiding Mem Inst Oswaldo Cruz, Vol 102 (5), Seminar Nasional MIPA 631-634. 2016,Undiksha. Panglossi, H. T (2006) . Antioxidants: Mensor, L. L., Menezes, F. S., Leitao, G. New research. New york: Nova science G., Reis, A. S., dos Santos, T. Publishers, Inc. C.,Coube, C. S. & Leitao, S. G.(2001). Roberts, GL. 2000. Fusobacterial Screening of Brazilian Plant Extracts Infection : an underestimated threat. for Antioxidant Activity by the Use of British Journal of Biomedical Science DPPH Free Radical Method. Phytother. 57:156-162. Res.15. 127-130. Sari, N. 2010. Daya Antibakteri Ekstrak Molyneux P. (2004). The use of the stable Tumbuhan Majapahit (Crescentia free radical diphenylpicrylhydrazyl cujete L.) terhadap Bakteri Aeromonas (DPPH) for estimating antioxidant hydrophila. Skripsi. Institut Teknologi activity. Songklanakarin J. Sci. Sepuluh November.Surabaya Technol, 26 (2), 211–219. Tambayong, J. (1999). Patofisiologi untuk Mosquera, O. M., Corea, Y. M. & keperawatan. Jakarta: Penerbit buku Buitrago, D. C., Nino J. (2007). Kedokteran: EGC. Antioxidan Activity of Twenty Five

277

TINGKAT OPTIMASI TENAGA KERJA PETANI NANAS DI DESA TANJUNG ATAP KECAMATAN TANJUNG BATU KABUPATEN OGAN ILIR Eka Mulyana*, Erni Purbiyanti dan Indri Januarti Agribisnis, Universitas Sriwijaya Jl.Palembang-Prabumulih KM.32 Ogan Ilir, Sumatra Selatan *E-mail: [email protected] Diterima: 24/09/2017 Direvisi: 13/12/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan Mengetahui tingkat optimasi tenaga kerja pada usahatani nanas di Desa Tanjung Atap Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan langsung dilapangan dengan cara survei dan wawancara langsung di lapangan dengan petani contoh menggunakan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan. Data sekunder didapat dari berbagai lembaga dan instansi yang berkaitan dengan penelitian ini dan literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Penarikan contoh di Desa Tanjung Atap Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir dilakukan secara sederhana ( Simple Random Sampling ). Data yang diperoleh dari hasil survei di lapangan akan dikumpulkan dan diolah secara sistematis dan selanjutnya akan dianalisa secara deskriptif. Tingkat optimasi tenaga kerja secara keseluruhan pada usahatani nanas adalah lebih besar daripada satu yaitu sebesar 3,36 hal ini menunjukkan bahwa penggunaan waktu tenaga kerja petani secara keseluruhan belum optimal, dikarenakan waktu yang digunakan petani saat pengolahan lahan dan penanaman cukup lama. Kata kunci: Petani nanas, tenaga kerja, tingkat optimasi LEVEL OF OPTIMIZATION OF PINEAPPLE FARMER'S WORKERS IN TANJUNG ATAP VILLAGE, TANJUNG BATU SUBDISTRICT OGAN ILIR DISTRICT ABSTRACT This research aims to determine the level of optimization of labor on pineapple farming in Tanjung Atap Village, Tanjung Batu District, Ogan Ilir District. Data collected in this research are primary data and secondary data. Primary data obtained directly in the field by way of direct survey and field interviews with sample farmers using a list of questions that have been prepared. Secondary data are obtained from various institutions and agencies relating to this study and the literature relating to this research. Sampling in Tanjung Atap Village, Tanjung Batu Subdistrict, Ogan Ilir Regency is done by simple (Simple Random Sampling). Data obtained from the field survey results will be collected and processed systematically and will then be analyzed descriptively. The overall rate of labor optimization in pineapple farming is greater than one that is 3,36 this indicates that the use of labor time of farmers as a whole is not optimal, due to the time used by farmers during the cultivation of land and planting long enough. Keywords: Labor, level of optimization, pineapple farmer

278 Mulyana, et al. 2017. Tingkat Optimasi Tenaga Kerja Petani … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 278 – 283

PENDAHULUAN tinggi kesadaran penduduk akan nilai gizi dari buah-buahan dan makin Indonesia merupakan negara yang bertambahnya permintaan bahan baku sedang melaksanakan pembangunan industri pengolahan buah-buahan disegala bidang. Sektor pertanian (Rukmana, 2003). merupakan salah satu sektor yang diandalkan, karena sektor pertanian Penyebaran tanaman nanas di sampai saat ini masih memegang peranan Indonesia hampir merata terdapat di penting dalam menunjang perekonomian seluruh daerah, dikarenakan wilayah nasional. Pertanian merupakan salah satu Indonesia memiliki keragaman agroklimat sektor yang memiliki kontribusi terhadap yang memungkinkan pengembangan perekonomian Indonesia (Aksi Agraris berbagai jenis tanaman, baik tanaman Kanisius, 2012). Hortikultura merupakan hortikultura tropis maupun hortikultura salah satu sektor pertanian yang dapat subtropis. Terdapat beberapa daerah yang dikembangkan di Indonesia karena dapat menjadi sentra produksi nanas, meningkatkan sumber pendapatan petani. diantaranya Sumatera Selatan, Lampung, Seiring dengan berkembangnya Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Jawa permintaan pasar baik di Indonesia Timur. Daerah tersebut merupakan daerah maupun untuk ekspor, nanas dapat yang cocok dengan agroklimat dimanfaatkan dalam industri pengolahan pembudidayaan nanas (Badan Pusat sehingga para petani kecil dan Statistik, 2010). keluarganya memiliki peluang untuk meningkatkan penghasilan mereka Kabupaten penghasil nanas terbesar di melalui usahatani nanas yang dapat Provinsi Sumatera Selatan adalah Ogan menguntungkan petani (Soedarya, 2009). Ilir. Berdasarkan data tahun 2011 yang diterbitkan Dinas Pertanian Provinsi Nanas merupakan tanaman buah Sumatera Selatan, terdapat 3 (tiga) berupa semak yang memiliki nama ilmiah kabupaten dengan total kontribusi Ananas comosus. Nanas pertama kali produksi nanas sebesar 83,59% dari total berasal dari kawasan Brasilia (Amerika produksi nanas Sumatera Selatan. Selatan). Pada abad ke-16 orang Spanyol Kabupaten Ogan Ilir memberikan membawa nanas ini ke Filipina dan kontribusi terbesar yaitu 40.946 ton atau Semenanjung Malaysia, serta ke 53,58% terhadap Provinsi Sumatera Indonesia. Di Indonesia pada mulanya Selatan. Kabupaten Muara Enim dan nanas hanya dijadikan sebagai tanaman Prabumulih memberikan kontribusi pekarangan rumah dan meluas menjadi masing-masing sebesar 16,93% atau tanaman kebun pada lahan kering di 12.937 ton dan 13,08% atau 9.997 ton. seluruh wilayah nusantara. Saat ini nanas Sementara kabupaten lain berkontribusi telah banyak dibudidayakan baik di 13,98% (Pusat Data dan Sistem Informasi daerah tropik maupun sub tropik Pertanian, 2013). (Prihatman, 2000). Harahap (2007) melakukan penelitian Nanas merupakan salah satu komoditas mengenai analisis optimasi penggunaan yang memiliki nilai ekonomis cukup tenaga kerja pada usahatani nanas di tinggi dan sangat potensial baik untuk Kabupaten Simalungan. Salam pasar negeri (domestik) maupun sasaran penelitiannya menyimpulkan jumlah pasar luar negeri (ekspor). Permintaan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap pasar dalam negeri terhadap buah nanas jumlah produksi nanas, baik pada cenderung terus meningkat sejalan dengan usahatani sempit dan luas serta pada over- pertumbuhan jumlah penduduk. Semakin all. Penggunaan tenaga kerja lebih besar baik pendapatan masyarakat maka makin dari 1, yaitu 16,02 menunjukkan

279 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” penggunaan tenaga kerja belum optimal, Tanjung Atap Kecamatan Tanjung Batu maka harus dilakukan penambahan jumlah Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera tenaga kerja, agar produktivitasnya Selatan. meningkat. Penggunaan tenaga kerja sangat mempengaruhi produktifitas METODE usahatani. Seluruh tahapan-tahapan Penelitian ini telah dilaksanakan di pekerjaan pada usahatani memerlukan Desa Tanjung Atap Kecamatan Tanjung tenaga kerja, seperti pengolahan tanah, Batu Kabupaten Ogan Ilir. Penentuan pembibitan, pemupukan, pemberantasan lokasi penelitian ini dilakukan dengan hama dan penyakit, pemeliharaan atau sengaja (purposive ) dengan pertimbangan penyiangan, panen sampai kepada pasca bahwa Desa Tanjung Atap merupakan panen. Produktifitas tenaga kerja yang sentra penghasil buah nanas yang tinggi dapat mencerminkan penggunaan berkontribusi untuk provinsi Sumatera input produksi yang efisien. Pada Selatan. Pelaksanaan penelitian ini telah usahatani nanas, terutama nanas yang dilakukan pada Oktober – November sudah menghasilkan, input produksi 2017. seperti bibit, pupuk, pestisida, dan obat- obatan bukan merupakan hal yang penting Data yang dikumpulkan dalam dan kebanyakan petani di daerah penelitian ini yaitu data primer dan data penelitian ini tidak menggunakan input sekunder. Data primer didapatkan produksi tersebut, jika nanas sudah langsung dilapangan dengan cara survei menghasilkan. Sedangkan penggunaan dan wawancara langsung dilapangan tenaga kerja sangat dibutuhkan untuk dengan petani contoh menggunakan daftar penyiangan dan panen. pertanyaan yang sudah disiapkan. Daftar pertanyaan ini berisikan tentang identitas Penelitian optimasi input produksi petani, segala sesuatu yang berhubungan terutama tenaga kerja pada usahatani dengan usahatani yang mereka lakukan, kubis yang dilakukan oleh Hermawan yang akan menjawab tujuan dari (2007) menunjukkan penggunaan tenaga penelitian. Data sekunder didapat dari kerja belum optimal dan penggunaan berbagai lembaga dan instansi yang tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap berkaitan dengan penelitian ini dan produksi. Begitu pula pada hasil penelitian literatur yang berhubungan dengan Fatimah (2005) menunjukkan penggunaan penelitian ini. tenaga kerja belum optimal dan penggunaan input produksi pada usahatani Penarikan contoh di Desa Tanjung skala luas lebih mendekati optimal Atap Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten daripada menggunakan input produksi Ogan Ilir dilakukan secara sederhana pada usahatani skala sempit. (Simple Random Sampling ). Teknik acak sederhana adalah teknik pengambilan Pada usahatani nanas didaerah dimana semua individu dalam populasi penelitian yaitu Desa Tanjung Atap baik secara individu maupun bersama- Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten sama diberikan kesempatan yang sama Ogan Ilir, alokasi tenaga kerja banyak untuk dipilih menjadi sampel. Dari 390 dilakukan tenaga dalam keluarga. Tenaga kepala keluarga yang ada di Desa Tanjung kerja luar keluarga atau tenaga kerja upah Atap terpilihlah 159 populasi dengan hanya dipakai saat awal melakukan kreteria sebagai berikut: usahatani nanas yaitu pengolahan lahan 1. Pekerjaan utama sebagai petani nanas. dan saat pengendalian hama dan penyakit. 2. Melakukan usahatani dilahan yang Berdasarkan hal-hal diatas peneliti tertarik luasnya ≥ 0,5 ha. melakukan penelitian tentang “Tingkat Optimalisasi Waktu Kerja Petani di Desa

280 Mulyana, et al. 2017. Tingkat Optimasi Tenaga Kerja Petani … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 278 – 283

Menurut Sugiyono (2002) agar ukuran nanas dapat diketahui menggunakan sampel yang diambil representatif maka pengujian dengan analisis regresi. Dalam dihitung dengan menggunakan rumus Analisis regresi yang menjadi variabel Slovin dengan presisi 15 % sebagai terikat adalah waktu tenaga kerja (X) dan berikut: yang menjadi variabel bebas adalah N produksi nanas (Y). n = 1 + N.e 2 159 Menurut Soekartawi (2002), NPM = 1 + 159 (0.15) 2 adalah perkalian antara produk marjinal = 34.7 = 35 orang dengan harga persatuan. Dengan melihat Keterangan : harga input produksi maka diperoleh n = jumlah sampel tingkat optimasi masing-masing input N = jumlah populasi produksi. e2 = batas toleransi kesalahan ( error NPM X1 tolerance ) Tingkat Optimasi = PX1 Maka di dapat sebanyak 35 sampel dari Dimana: 159 populasi yang ada untuk dijadikan 1. Jika NPM X1 /PX1 = 1, maka petani sampel yang akan diwawancarai penggunaan waktu tenaga kerja saat penelitian nanti. Data yang diperoleh tersebut sudah optimal. dari hasil survei dilapangan akan 2. Jika NPM X1 /PX1 < 1, maka dikumpulkan dan diolah secara sistematis penggunaan input waktu tenaga kerja dan selanjutnya akan dianalisa secara sudah melebihi optimal dan harus desktiptif. Jawaban dari tujuan penelitian dikurangi. ini yaitu menghitung tingkat optimasi 3. Jika NPMX1 /PX1 > 1, maka waktu tenaga kerja petani nanas di Desa penggunaan waktu tenaga kerja belum Tanjung Atap menurut Agustira (2004) optimal dan harus ditambahkan dihitung dari elastisitas produksi (bi) HASIL DAN PEMBAHASAN yaitu: dy Penggunaan Waktu Tenaga Kerja di /y dy x Daerah Penelitian bi = dx = = / dx y x Petani nanas di daerah penelitian Produk marjinal (dy/dx). Adapun y dan merupakan penggarap pemilik yaitu x diambil berdasarkan jumlah rata- mengolah sendiri usahataninya mulai dari ratanya. Selanjutnya dengan meng- penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, gunakan perhitungan diatas, diperoleh penyiangan, sampai pengendalian HPT, jumlah produk marjinal untuk masing- tetapi untuk panen dan penjualan langsung masing input produksi. Tingkat optimasi diserahkan kepada pemborong yang akan faktor produksi usahatani nanas dihasilkan membeli nanas petani. Petani membeli dari rasio nilai produk marjinal (NPM) bahan dan alat pertanian mereka di kios- dengan harga masing-masing input kios pertanian yang ada di sekitar desa. produksi. Produk marjinal = dy/dx, Petani tidak mengalami kesulitan untuk sedangkan produk rata-rata = y/x, dari pembelian bahan dan alat ini. Tenaga rumus tersebut dapat dicari nilai produk kerja yang digunakan oleh petani untuk marjinal, yaitu: mengolah usahataninya berasal dari dalam y keluarga maupun dari luar keluarga. PM = bi.PR = bi. x Tenaga kerja dari luar keluarga diambil dari penduduk setempat dengan upah Pengaruh penggunaan waktu tenaga berkisar Rp. 25.000 sampai Rp. 35.000 kerja petani per tahun pada usahatani per hari sesuai kesepakatan antara petani

281 Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” dengan tenaga kerja yang akan membantu curahan waktu tenaga kerja dalam pekerjaan petani, dengan waktu kerja pagi mengelola usahatani nanas di daerah sampai dengan sore hari. Besarnya penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-Rata Penggunaan Waktu Tenaga Kerja per Petani per Tahun TKDK TKLK Total HKP Keterangan (hari per tahun) (hari per tahun) (hari per tahun) Pengolahan Lahan 130,78 29,51 160,29 Penanaman 81,30 23,57 104,87 Pemupukan 8,40 6,71 15,11 Penyiangan 23,41 2,31 25,72 Pengendalian HPT 45,53 4,20 87,53 Jumlah 289,42 66,30 393,52

Rata-rata penggunaan waktu tenaga Nilai MP pada regresi dapat dihitung kerja dalam keluarga lebih besar daripada melalui fungsi Cobb-Douglas yang telah waktu tenaga kerja luar keluarga, hal ini dihasilkan. Dari Fungsi Y = 45.25X 1,367 dikarenakan petani nanas lebih sering melakukan kegiatan usahatani bersama Elastisitas Produksi (Ep) = 1.367 keluarga meliputi istri dan anak petani Σy sendiri. Hal ini dilakukan agar biaya yang AP = /Σx , atau jumlah produksi dikeluarkan petani cenderung lebih sedikit setahun dibagi dengan jumlah tenaga kerja daripada menggunakan tenaga kerja luar setahun petani nanas. keluarga. Bila ditotal jumlah hari kerja 18640 petani (HKP) untuk pengolahan lahan, AP = penanaman, pemupukan, penyiangan, dan 393.52 pengendalian HPT masing-masing sebesar MP = AP.EP 160,29 HKP; 104,87 HKP; 15,11 HKP; 47.37 x 1.37 25,72 HKP; dan 87,53 HKP. Hari kerja = 64.75 petani yang paling lama dalam kegiatan VMP = 64.75 x Rp 1555.24 usahatani yaitu pada pengolahan lahan, = Rp 100701.79 100701.79 untuk panen sendiri langsung dilakukan Tingkat Optimasi = oleh pemborong yang akan membeli hasil 30000 tani petani nanas. = 3.36 Tingkat Optimasi Penggunaan Waktu Tingkat optimasi tenaga kerja secara Tenaga Kerja Pada usahatani Nanas keseluruhan pada usahatani nanas adalah lebih besar daripada satu yaitu sebesar Pengaruh penggunaan waktu tenaga 3.36 hal ini, menunjukkan bahwa kerja petani per tahun pada usahatani penggunaan waktu tenaga kerja petani nanas dapat diketahui menggunakan secara keseluruhan belum optimal, pengujian dengan analisis regresi. dikarenakan waktu yang digunakan petani Selanjutnya dapat dihitung tingkat saat pengolahan lahan dan penanaman optimasi penggunaan tenaga kerja pada cukup lama. Hal ini dikarenakan petani usahatani nanas dengan rumus: melakukan kegiatan usahatani mereka VMP TO = sendiri dengan bantuan tenaga kerja dalam Px keluarga, sedikit yang menggunakan tenaga upah. Oleh karena itu perlu dilakukan penambahan penggunaan

282 Mulyana, et al. 2017. Tingkat Optimasi Tenaga Kerja Petani … Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 278 – 283

tenaga kerja agar hasilnya dapat optimal. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Berdasarkan hasil diatas dapat Sumatera Utara. Medan. disimpulkan hipotesis 2 yang menyatakan Harahap, P. Y. N. 2007. Analisis Optimasi tingkat optimasi waktu kerja belum Penggunaan Tenaga Kerja pada optimal dikarenakan curahan waktu Usahatani Nanas Di Kabupaten tenaga kerja yang lama. Simalungun (Studi Kasus: Desa Purba Tua Baru, Kec. Silimakuta, Kab. SIMPULAN Simalungun) . Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Tingkat optimasi tenaga kerja belum Hermawan, F. 2007. Analisis Optimasi optimal menunjukkan angka >1 yaitu 3.36 Penggunaan Input Produksi pada dikarenakan curahan waktu yang cukup Usahatani Kubis. Skripsi. Fakultas banyak sehingga kegiatan usahatani Pertanian Universitas Sumatera Utara. berjalan lama dan tenaga kerja yang Medan. http://jurnal.unpad.ac.id digunakan banyak dari dalam keluarga, (diakses pada April 2017). petani hanya sedikit menggunakan tenaga Prihatman, K. 2000. Nanas (Ananas kerja luar keluarga. comosus). TTG Budidaya Pertanian. DAFTAR PUSTAKA Jakarta. Rukmana. 2003 . Strategi Pengembangan Aksi Agraris Kanisius (AAK). 2012. Pemasaran . Universitas Indonesia Press Investasi Agribisnis Komoditas (UI-Press). Jakarta. Unggulan Tanaman Pangan dan Soedarya, A.P., 2009. Agribisnis Nanas . Holtikultura . Kanisius. Yogyakarta. CV Pustaka Grafika. Bandung. Agustira, M. A. 2004. Analisis Optimasi Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Penggunaan Input produksi Pada Pertanian. Raja Grafindo. Jakarta. Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Sugiyono. 2002. Metode Penelitian suatu Deli Serdang. Skripsi. Fakultas Pendekatan Proposal . Bumi Aksara. Pertanian Universitas Sumatera Utara. Jakarta. Medan. Pusat Data dan Sistem Informasi Badan Pusat Statistik (BPS). 2010. Pertanian. 2013. Outlook Komoditi Produksi Buah-buahan di Indonesia. Nanas. http://www.bps.go.id (diakses pada http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/ April 2017). epublikasi/outlook/2013/outlook_horti/ Fatimah, F. 2005. Analisis Optimasi Outlook_Nanas_2013/files/assets/basic Penggunaan Input Produksi Kakao -html/page32.html Rakyat di Kabupaten Deli Serdang.

283