UPAYA MEMBANGUN EPISTEMOLOGI ISLAM (Studi Pada Pembelajaran Buku “Our Philosophy” di RausyanFikr Yogyakarta)

RUSTAN EFENDY UIN Alauddin Makassar

AbstrAct RausyanFikr Institute is an agency of the study and publication of the book lies in Kaliurang Yogyakarta. The institute focuses on the study of philosophy and Islamic thought. Study participants were students from various regions in Indonesia. In this study, the authors focused on building the Islamic through the book “Our Philosophy” by Baqir Sadr, an Iraqi cleric concerned about world issues and an architect revolutionary thinking. This book thoroughly dissected in RausyanFikr Institute and has been a curriculum epistemology at the agency. The author will show the opinion epistemology Baqir Sadr to view some Western thinkers such as Plato, Descartes, Immanuel Kant, and John Locke. He himself offered his thoughts as he constructions as “disposesion” (nazhariyah intiz’ā). Keyword : Islamic Epistemology

AbstrAk RausyanFikr Institute adalah lembaga penelitian dan penerbitan buku terletak di Kaliurang Yogyakarta. Lembaga ini berfokus pada studi filsafat dan pemikiran Islam. Peserta penelitian adalah mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia. Dalam penelitian ini, penulis berfokus pada membangun epistemologi Islam melalui buku “Filosofi” oleh Baqir Sadr, seorang ulama Irak khawatir tentang isu-isu dunia dan pemikiran revolusioner arsitek. Buku ini benar-benar dibedah di RausyanFikr Institute dan telah menjadi epistemologi kurikulum di lembaga tersebut. Penulis akan menunjukkan epistemologi opini Baqir Sadr untuk melihat beberapa pemikir Barat seperti Plato, Descartes, Immanuel Kant, dan John Locke. Dia sendiri ditawarkan pikirannya saat ia konstruksi sebagai “disposesion” (nazhariyah intiz’ā). Keyword: Epistemologi Islam pendAhuluAn pola pikir mereka. Akibatnya kita tidak tahu ideologi atau kecenderungan apa yang dibawa Banyak orang yang mengasumsikan bahwa oleh produk-produk pemikiran tersebut dan pembelajaran filsafat dan pemikiran Islam bagaimana kita menyikapinya. cenderung berbelit-belit dan menyusahkan. RausyanFikr Institute Yogyakarta telah Anggapan ini boleh jadi benar, namun boleh berusaha dengan serius memecahkan misteri jadi kurang tepat. Memang harus diakui ini dengan memetakan struktur pemikiran bahwa selama ini kita banyak belajar sejarah dalam ranah filsafat dan pemikiran, sehingga perkembangan filsafat mulai dari Plato, kita dapat mengetahui lahirnya sebuah doktrin Descartes, Immanuel Kant sampai filsuf filsafat. misalnya ungkapan Descartes “aku mutakhir. Demikian halnya pemikiran Islam, berpikr maka aku ada”. Proposisi ini harus selama ini yang kita pelajari adalah sejarah dipahami dari sejarah dan konstruksi pemikiran pemikirannya yang kita sudah tashdiq (nilai) Cartes. Kita tidak dapat memahaminya secara sehingga dengan mudah kita menempatkannya literal. Demikian halnya munculnya slogan pada posisisi benar atau salah, tanpa mencoba lâ hukma illâ Allâh (tidak ada hukum kecuali menggali lebih dalam struktur yang membentuk

[ 67 ] Kuriositas, Edisi VI, Vol. 1, Juni 2013 hukum Allah). Slogan ini boleh jadi benar, tetapi partisipatif. Artinya peneliti ikut berpatisipasi tendensi dibalik slogan itu bisa jadi digunakan sebagai peserta belajar kelas “Our Philosophy” untuk menutupi maksud tersembunyi. selama 20 hari, ditambah informan lainnya Pembelajaran filsafat dan pemikiran sesuai dengan kebutuhan peneliti, lazimnya Islam menurut penulis selama ini cenderung disebut snowball sampling. Penentuan sampel dipersempit pada produk pemikiran, sehingga dalam hal ini tidak berdasar pada sedikit- pembelajar tidak dapat menentukan posisinya, banyaknya informan, akan tetapi keterwakilan haruskah mengikuti arus pemikiran filsuf informasi yang diperlukan. Setelah data tersebut atau beroposisi dengannya. Oleh terkumpul kemudian di gelar, dianalisis dan karena itu, perlu membedah struktur berpikir di lakukan reduksi data, dan diinterpretasikan mereka dan menjelaskannya dengan cara dalam bentuk laporan penelitian. yang mudah. Salah satunya dengan model pembelajaran wetonan/sorogan, FGD (focus Kerangka Konseptual discussion group) dengan pendekatan teks- teks filsafat. RausyanFikr merasa berkepentingan untuk menjelaskan aliran-aliran filsafat dan konstruksi epistemologisnya. Langkah konkrit untuk mewujudkan hal tersebut adalah dijadikannya buku “Our Philosophy” sebagai buku primer dalam rangka menjelaskan dan Secara falsafi pembagian ilmu terbagi mendudukkan persoalan epistemologisnya tiga, yaitu ontologi yang membahas tentang sebagaimana mestinya, sehingga kita dapat ada dan hakikat keberadaan, epistemologi dengan mudah mengenali kerancuan pemikiran yang membahas tentang asal-usul (sumber) tokoh-tokoh Barat dan dapat menawarkan pengetahuan dan aksiologi yang membahas teori epistemology yang kukuh. tindakan etis. Penelitian ini fokus pada Berdasarkan latar belakang di atas, maka persoalan epistemologi dengan menggunakan yang menjadi rumusan masalah sekaligus pendekatan teks-teks sebagaimana yang pokok bahasan dalam penelitian ini adalah terdapat dalam buku “Our Philosophy”. Kajian bagaimana upaya pembelajaran filsafat melalui ini akan mengetengahkan bagaimana urgensi pendekatan teks dalam membangun kerangka epistemologi dan kontribusi RausyanFikr epistemologi Islam di RausyanFikr Insitute dalam upaya membangun epistemologi Islam Yogyakarta. melalui program paket Wisata Epistemologi selama 20 hari. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif peMbAhAsAn kualitatif dengan lokasi penelitian pada Sejarah Singkat RausyanFikr RausyanFikr Institute Yogyakarta. Institute Yogyakarta Sumber dan Analisis Data Visi Untuk menentukan sumber data yang Menuju masyarakat islami yang rasional digunakan dalam penelitian ini, langkah awal dan spiritual yang ditempuh adalah menentukan informan Misi kunci (key informan), yaitu pengajar buku Membangun tradisi pemikiran yang “Our Philosophy” sekaligus Ketua Yayasan berbasis filsafat Islam dan mistisisme RausyanFikr, dengan menggunakan pendekatan

[ 68 ] Rustan Efendy - Upaya Membangun Epistemologi Islam... untuk membangun tanggung jawab sosial angkatan. Materi pokok dalam pesantren ini kemasyarakatan adalah : Lembaga ini dibentuk pada awal tahun 1. Logika : 1 semester 1990-an oleh komunitas mahasiswa di 2. Epistemologi : 2 semester Yogyakarta yang berkumpul atas dasar 3. Filsafat agama : 3 semester semangat pemikiran dan dakwah Islam. 4. Bahasa Arab : 8 semester Pada pertengahan 1995 kelompok diskusi ini Pembelajaran Filsafat dan Pemikiran memformalkan diri dalam bentuk yayasan Islam dengan Pendekatan Teks- yang diberi nama RausyanFikr.1 Awal tahun Teks Filsafat di RausyanFikr Insitute 2000 lembaga ini mempertajam fokusnya Yogyakarta pada isu strategis yaitu kajian filsafat Islam dan Pembelajaran model wetonan/sorogan mistisime, mengapresiasi dan mengembangkan lazim digunakan di pesantren-pesantren wacana filsafat Islam dan mistisisme oleh klasik, terutama sebagian besar Jawa. Pada para filsuf muslim yang dapat membangun pola pembelajaran ini, seorang guru (ustadz) peradaban intelektual masyarakat Indonesia. duduk di tengah santrinya dengan posisi Program 2010-2015 lebih dipertajam lagi setengah lingkaran. Model ini ada baiknya dalam format pesantren mahasiswa. Kegiatan karena hubungan interpersonal antara guru ini adalah upaya awal mempersiapkan sebuah dan murid dapat terjalin dengan baik. Namun pendidikan formal berbasis perguruan tinggi model pembelajaran ini kurang efektif jika yaitu Sekolah Tinggi Filsafat Islam pada 2015 peserta pembelajaran dalam jumlah besar, berbasis research center. tanpa didukung sarana penunjang seperti pembesar suara karena praktis suara guru Program-Program (narasumber) tidak dapat didengar secara utuh Sejak berdirinya pada 1995 hingga 2012, oleh murid-muridnya. Lain halnya jika peserta lembaga ini memiliki dua fokus program pembelajaran di bawah 20 orang. Pembelajaran unggulan yang strategis dalam rangka filsafat dan pemikiran Islam dengan model sosialisasi pemikiran Filsafat Islam dan sorogan/wetonan di RausyanFikr Institute Mistisisme (irfan), yaitu : Yogyakarta hanya diikuti dan memang dibatasi Training Pemikiran sampai 15 orang santri, jadi praktis proses Training pemikiran atau short course pembelajaran dapat dikontrol langsung oleh & misticism, per Desember guru/ustadz/murabbi. 2012 telah memasuki angkatan ke-76. Paket Pembelajaran dimulai dengan deskripsi ini adalah format dasar pelajaran filsafat Islam singkat dari guru tentang materi yang akan dan mistisisme, materi yang ditawarkan pada dipelajari dengan menggunakan buku teks program ini adalah : pandangan dunia (world primer yang berjudul Our Philosophy฀ view), epistemology, agama dan konstruksi yang telah diterjemahkan kedalam bahasa berpikir. Indonesia. Selanjutnya santri membaca teks Pesantren Mahasiswa buku tersebut kemudian dijelaskan maksudnya oleh guru/pembimbing. Peserta program pesantren mahasiswa ini Adapun persoalan-persoalan yang tidak adalah peserta yang telah melewati tahap-tahap dapat dipahami oleh santri dapat ditanyakan short course dan paket lanjutan. Pesantren ini langsung pada saat materi diajarkan. Waktu diadakan selama 2 tahun (8 semester) tiap pembelajaran terjadwal dengan baik dan dibagi menjadi 2 sesi perhari. Sesi pertama sore hari Dokumentasi RausyanFikr Institute Yogyakarta, dapat dilihat pada tiap buku yang diterbitkan pada pukul 16.00-18.00 dan malam hari pukul halaman akhir 20.00-22.00, tidak ada aturan formal yang

[ 69 ] Kuriositas, Edisi VI, Vol. 1, Juni 2013 benar-benar mengikat kecuali kesungguhan Secara garis besar buku sumber “Our peserta mengikuti dan menyimak pelajaran. Philosophy” memuat Epistemology (sumber Tentu dalam hal ini daya serap santri pokok pengetahuan), Axiology (nilai terhadap materi sangat variatif/bertingkat. pengetahuan), Teori Pengetahuan dalam Oleh karena itu, sebelum memasuki materi inti, Filsafat Islam, Konsep Filsafat Tentang Dunia, peserta diberikan dasar-dasar pemahaman Dialektika, Prinsip Kausalitas, Materi atau logika dan filsafat, termasuk dalam hal Tuhan, Materi dan Filsafat Pengetahuan. ini istilah-istilah (term) kunci yang sering Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kolom di digunakan dalam pembahasan filsafat. bawah ini :

No Tema kunci/materi Sub tema

a. Konsepsi dan sumber pokoknya • Teori Plato dan pengingatan kembali • Teori rasional • Teori empirikal • Teori disposesi b. Tashdiq dan sumber pokonya 1 Sumber Pokok Pengetahaun (epistemology) • Doktrin rasional • Doktrin empirikal c. Marxisme dan pengalaman d. Pengalaman inderawi dan bangunan filsafat e. Aliran fositivis dan filsafat f. Marxisme dan filsafat

a. Pandangan Para Filsuf Yunani b. Rene Descartes c. Jhon Locke d. Kaum Idealis • Idealisme Filosofis • Idealisme Fisis • Idealisme Fisiologis 2 Nilai Pengetahuan (Axiologi) e. Pendukung Skeptisisme Modern f. Kaum relativis • Relativisme Kant • Relativisme Subyektif • Skeptisisme Ilmiah -Behaviorisme -Freud -Materialisme Historis

Relativisme Developmental a. Pengalaman Inderawi dan Idealisme b. Pengalaman Inderawi dan Sesuatu dalam Dirinya Sendiri 3 Teori Pengetahuan Dalam Filsafat Islam c. Gerak Dialektika Pikiran • Perkembangan dan Gerak Kebenaran • Bersatunya Kebenaran dan Kesalahan d. Revisi-Revisi Ilmiah dan Kebenaran Mutlak e. Marxisme Menjadi Subyektivisme

[ 70 ] Rustan Efendy - Upaya Membangun Epistemologi Islam...

a. Gerak Perkembangan b. Kontradiksi-Kontradiksi Perkembangan • Watak Prinsip Kontradiksi • Cara Marxisme Memahami Kontradiksi 4. Dialektika • Sasaran Politis di Luar Gerak Kontradiksi c. Lompatan-Lompatan Suatu Perkembangan d. Kaitan Umum • Dua Hal Mengenai Kaitan Umum

a. Kausalitas dan Obyektivitas Persepsi Inderawi b. Kausalitas dan Teori Ilmiah c. Kausalitas dan Inferensi d. Mekanika dan Dinamika e. Prinsip Kausalitas dan Mikrofisika f. Mengapa Segala Sesuatu Butuh Sebab-Sebab • Teori Wujud (Eksistensi) 5 Prinsip Kausalitas g. Teori Penciptaan • Teori Kemungkinan Esensial dan Kemungki- nan Eksistensial h. Fluktuasi Antara Prinsip Kontradiksi dan Kausali- tas i. Kesemasaan Antara Sebab dan Akibat (Cause and Effect) • Argumentasi Teologis • Oposisi Mekanik

a. Materi Dalam Fisika 6 Materi atau Tuhan b. Tentang Kaum Empiris c. Tentang Dialektika

a. Konsep Filosofis Tentang Materi b. Bagian Menurut Fisika dan Kimia c. Bagian Menurut Filsafat d. Materi dan Gerak 7 Materi dan Filsafat e. Materi dan Perasaan (Wijdân) f. Materi dan Fisiologi g. Materi dan Biologi h. Materi dan Genetika i. Materi dan Psikologi

a. Pengetahuan dalam Peringkat Fisika dan Kimia b. Pengetahuan dalam Peringkat Fisiologi c. Pengetahuan dalam Peringkat Psikologi d. Pengetahuan dalam Arti Filosofis 8 Pengetahuan • Sifat-Sifat Geometris Imaji Yang Tercerap • Stabilitas Tindak-Tindak Persepsi Penglihatan • Sisi Spiritual Manusia • Refleks dan Pengetahuan Yang Terkondisikan

[ 71 ] Kuriositas, Edisi VI, Vol. 1, Juni 2013

Materi-materi tersebut sengaja penulis buku primer tersebut sehingga dibutuhkan kemukakan untuk memahami struktur kejelian dan pembimbingan khusus. Untuk pemikiran yang ada dalam buku tersebut. memahami secara utuh struktur buku tersebut Untuk memahami materi-materi tersebut dibutuhkan sedikitnya 120 referensi yang pengelola membuat jadwal selama 20 hari, direkomendasikan untuk dibaca. dimulai tanggal 23 Januari-12 Februari Efektivitas dan Efisiensi Pembelajaran 2013.2 Diawal pembelajaran guru/ustadz Filsafat membukanya dengan menyampaikan Istilah efektifitas dan efisiensi penulis deskrispsi umum tentang materi yang akan gunakan untuk melihat sejauh mana disajikan, selanjutnya masing-masing santri pemahaman peserta pembelajaran terhadap memegang teks book (kitab) sendiri. penguasaan materi, efektifitas berkaitan Untuk memantapkan penguasaan materi dengan ketercapaian tujuan, sementara pembelajaran, maka diadakan sesi diskusi efisiensi berkenaan dengan penggunaan waktu yang diadakan jam 10.00-12.00. Metode dan hal-hal teknis. diskusi yang digunakan adalah FGD (focus Berikut tingkat penguasaan materi : discussion group). Cara kerja metode ini adalah No Materi Persentase Tingkat masing-masing santri dibagi dalam beberapa Pemahaman Kesulitan kelompok, kemudian diberikan materi sesuai Materi dengan yang telah dipelajari sebelumnya. 1 Sumber Pokok 80 % Mudah Masing-masing kelompok memiliki Pengetahuan juru bicara. Juru bicara itulah yang 2 Nilai 75 % Mudah Pengetahuan bertugas mempersentasekan hasil kajiannya 3 Teori 70 % Mudah dihadapan peserta pembelajaran. Lazimnya Pengetahuan metode diskusi, peserta dapat bertanya, dalam Filsafat mengklarifikasi, dan mengkritisi pemateri, Islam demikian seterusnya. Untuk mengukur tingkat 4 Konsep Filsafat 75 % Mudah Tentang Dunia penguasaan materi, maka dilakukan scoring 5 Dialektika 70 % Sulit pemahaman sebagai berikut : 6 Prinsip 70 % Sulit Paham Paham dan Tidak Paham Kausalitas dan Dapat Tak Dapat 7 Materi atau 70 % Sulit Menjelaskan Menjelaskan Tuhan dengan Baik 8 Materi dan 70 % Sulit Filsafat 7-10 5-6 3-4 9 Pengetahuan 70 % Sulit Skoring pemahaman dimaksudkan Berdasarkan skoring dan persentase untuk mengetahui sejauh mana penguasaan pemahaman di atas, dapat dikatakan bahwa materi. Jika skoringnya menunjukkan angka tingkat efisiensi pembelajaran dapat dicapai di bawah 5, maka guru/ustadz mereview dengan baik. Hal ini disebabkan minat peserta kembali materi yang belum jelas. Titik pembelajaran yang tinggi terhadap filsafat, tekannya ada pada pemahaman struktur sebagaimana diketahui dalam pembelajaran berpikir. Agak sulit memang memahami teks- bahwa minat, motivasi (intrinsic) sangat teks filsafat sebagaimana yang ada dalam berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Namun patut dicatat bahwa 2 Jenis penelitian dalam hal ini adalah penelitian efektifitas dan efisiensi pembelajaran tidak partisipatif artinya penulis terlibat langsung dalam hanya diukur dari penguasaan konsep. upaya pengkajian selama 20 hari di RausyanFikr Institute Yogyakarta. Ada 3 domain yang harus dicapai yaitu

[ 72 ] Rustan Efendy - Upaya Membangun Epistemologi Islam... domain kognitif (penguasaan konsep), Persoalan epistemologi membahas tentang afektif (kebermaknaan pembelajaran), dan sumber (asal) dan alat pengetahuan. Pertanyaan psikomotorik (kemampuan peserta didik sepele namun terkadang membingungkan seperti dalam merangkai dan menerapkan konsep dari mana asal pengetahuan manusia? dari mana pada realitas obyektif). keyakinan kita tentang realitas obyektif (tuhan)? Upaya Membangun Epistemologi Islam apakah ia datang dengan sendirinya? atau karena ada informasi sebelumnya atau dipaksakan Sebelum penulis membahas upaya serius kehadirannya dalam pikiran?. Bagi kaum mengokohkan bangunan epistemologi Islam beriman yang telah memapankan keyakinannya yang dilakukan oleh para filsuf muslim, dan tidak ingin menggugatnya tentu tidak terlalu penulis mengawalinya dengan asumsi yang dipusingkan oleh pertanyaan-pertanyaan ini, berkembang tentang keterpisahan antara sebab realitas obyektif bagi mereka telah selesai agama, filsafat dan ilmu pengetahuan. Asumsi lewat informasi wahyu, namun bagi kaum tersebut tidak hanya berkembang secara pengembara intelektual, mempercayai sesuatu teoritis, akan tetapi juga pada tataran praktis. tanpa dasar yang kuat belumlah cukup karena Kita dapat dengan mudah menemukan boleh jadi akan membuat hidup ini jadi hampa gagasan keterpisahan antara ketiganya. atau boleh jadi kembali menjadi ragu (skeptis), Sehingga ketiganya berjalan menurut selera bagi mereka memecahkan persoalan mendasar masing-masing. Terlebih lagi jika dipahami filsafati adalah tujuan hidup, menyingkap misteri bahwa filsafat bersumber dari produk non dibalik materi adalah kebahagiaan tertinggi. muslim. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar Persoalan ini menurut penulis dikaji atau salah bahkan menurut penulis beberapa dengan baik dan cukup serius di RausyanFikr proposisi al Qur’an justru menguatkan dan Institute Yogyakata. Disinilah titik tekan hasil mendorong manusia untuk terus mengkaji penelitian penulis. Pembahasan epistemology dan mengeksplorasi alam, hal mana yang juga penulis mulai dengan mengetengahkan merupakan obyek bahasan filsafat, baik filsafat pemikiran tokoh /filsuf Barat, kemudian Barat maupun Timur (Islam). mendedahnya dengan pemikiran filsuf muslim. Boleh jadi kecurigaan kita terhadap filsafat, bukan karena filsafat itu sendiri akan tetapi Plato (Teori Pengingatan Kembali) badai sofisme yang memang pernah melanda Sejarah Singkat dan Doktrinnya di Yunani. Kala itu kaum Sofis memasukkan Teori ini diciptakan oleh Plato (abad ke keraguan kepada kaum beriman, namun lain 5 SM).3 Untuk menjawab pertanyaan tentang halnya dengan filsafat Islam, Ia berangkat dari alam sebagai fenomena yang real dan pada 3 Plato adalah filsuf pertama Yunani yang karya- karyanya lebih banyak diketahui. Ia lahir dari akhirnya dapat memperkuat posisi doktrin keluarga terkemuka dari kalangan politisi kepada keagamaan (wahyu). Adalah kekeliruan yang Socrates ia belajar selama 8 tahun, semula ia ingin bekerja sebagai politikus, akan tetapi kematian besar jika dikatakan bahwa filsafat dapat gurunya mengalihkan cita-citanya dan akhirnya memperlemah keimanan. Filsafat adalah menjadi filsuf besar Yunani, Ia kemudian mendirikan induk segala pengetahuan. Antara agama, sekolah “akademi” dan memimpinnya selama 8 tahun. Untuk lebih mengeksplorasi lebih dalam rasionalitas, dan ilmu pengetahuan secara pikiran Plato mengenai “pengingatan kembali” lihat epistemologis berasal dari realitas obyektif Muhammad Baqir Ash Shadr, Falsafatuna : Dirâsah yang oleh kaum beriman disebut Tuhan (Ilâh/ Maudhû’iyyah Fî Mu’tarak Al Shira’ Al Fikri Al Qâim Baina Mukhtalaf Al Thayarat Al Falsafiyyah God). Upaya pengintegrasian itulah yang Wa Al Falsafah Al Islamiyyah Wa Al Mâddiyyah Al terus dilakukan oleh RausyanFikr Institute Diyaliktikiyyah, diterjemahkan oleh M Nur Mufid bin Ali dengan judul Falsafatuna : Pandangan Yogyakarta dengan memperkuat basis Muhammad Baqir Ash Shadr Terhadap Pelbagai epistemologis. Aliran Filsafat Dunia, (Bandung : Mizan, 1999)., h. 27. Silahkan baca pikiran Plato dengan merujuk

[ 73 ] Kuriositas, Edisi VI, Vol. 1, Juni 2013 bagaimanakah gagasan-gagasan dapat keyakinan?. Pertanyaan inilah yang tidak hadir dalam jiwa/diri, setelah dilupakan?. dapat dipecahkan oleh Plato. Jika tidak Menurutnya pengetahuan adalah fungsi dapat dijelaskan kemudian kemunculannya mengingat kembali informasi-informasi yang dengan tiba-tiba, maka menurutnya hal telah lebih dulu diperoleh melalui proses ini hanya menjadi doktrin dan tidak dapat pengamatan indrawi terhadap bayangan- dipertanggungjawabkan secara keilmuan. bayangan hakikat obyektif di alam materi. Ia Teori ini sesungguhnya banyak dianut oleh mendasarkan pendapatnya pada filsafatnya kalangan muslim (awam). Kepercayaan tentang alam “ide” dan keazalian “jiwa”. tentang Tuhan yang diyakini begitu saja hanya Proses pengingatan kembali dapat karena ceramah dari seorang guru/ustadz, atau digambarkan bagaikan teringatnya kita akan keyakinan yang diwariskan dari orang tua atau seorang sahabat di waktu masih berada di informasi sebelumnya adalah doktrin. Sekolah Dasar-mungkin karena lamanya Sebagai sebuah keyakinan semata tentu ini waktu-wajah tersebut kini telah terlupakan. tidak terlalu menjadi masalah, namun agama Namun setelah melihat sebuah gambar (photo) Islam bukan hanya keyakinan, dan mengingat pada album, kemudian kita teringat akan siapa persinggungannya dengan kebudayaan sesungguhnya pemilik wajah tersebut. dan pemikiran di luarnya. Dalam artian Plato terjebak dalam gagasan keterpisahan bagaimana kita dapat menjelaskan Tuhan, antara jasmani dan alam ide/jiwa. Gagasan atau menjelaskan keyakinan kita kepada umat, keterpisahan antara keduanya adalah persolan dan komunitas lain. Islam tidak dibangun atas yang cukup serius dan ditanggapi secara keyakinan semata namun dibangun atas dasar kritis oleh komunitas RausyanFikr. Mereka epsitemologi yang kuat. mengajukan kritik adanya gagasan keterpisahan M. Baqir Shadr dalam bukunya yang tersebut. Kritik yang diajukan adalah ketika menjadi fokus kajian kita mengkritik teori Plato mengatakan alam ide harus turun ke alam pengingatan kembali ala Plato. Menurutnya, imaterilnya untuk disatukan dengan badan dan apa yang dianggap oleh Plato sebagai dikaitkan dengannya di alam materi. Hilanglah pengingatan kembali bukanlah demikian. semua yang telah diketahuinya dari alam ide Bentuk-bentuk ideal atau gagasan-gagasan dan realitas-realitas yang tetap, serta lupa universal bukanlah sesuatu yang terpisah sama sekali akan realitas-realitas tadi, tetapi dari fenomena materialnya. Keduanya ia kemudian mulai memulihkan pengetahuan- mesti dipahami bersama pada satu alam. pengetahuannya melalui penginderaan Kita dapat memahami sebuah bentuk gagasan-gagasan (ide-ide) tertentu dan hal- sebagaimana adanya dari realitas-realitas hal partikular. Dengan kata lain Plato ingin material terindrai. Artinya, bentuk-bentuk mengatakan bahwa “pengetahuan tentang sebagai substansi adalah sesuatu yang tak Tuhan“ muncul dari alam ide/jiwa dari atas, terpisah dari realitas terindrai (aksiden) atau kemudian menyatu dalam tubuh. materialnya.5 Kritik Atas Teori Plato Fenomena-fenomena aksidental dari sesuatu tidaklah terpisahkan dari substansinya Menurut A. M. Safwan4 dari mana sebagai hakikat. Ia melekat/bersama dibalik munculnya alam idea itu dan menjadi sebuah apa yang nampak oleh indra. Jadi pengetahuan pada buku Plato, The Complete Works, di edit oleh rasional, seperti pada contoh pohon dan apel Benyamin Jowet, terbit dengan jumlah halaman sebanyak 3490 dan pertama kali diterbitkan oleh yang dipersepsikan bukanlah realitas ideal yang Balliol College, Januari, 1871. Buku ini memuat gagasan-gagasan Plato tentang logika dan filsafat. 4 A. M. Safwan adalah Direktur dan Pengajar RausyanFikr Insitute Yogyakarta. Takhasshush Falsafatuna (our Philosophy) pada 5 Muhammad Baqir Ash Shadr, Ibid., h. 34.

[ 74 ] Rustan Efendy - Upaya Membangun Epistemologi Islam... sudah dikenal oleh idea, tetapi ia merupakan melainkan juga ada sifat bawaan lahir yang bentuk (form).6 menghasilkan sejumlah konsepsi dalam pikiran. Kaum rasionalis sesungguhnya Teori Rasional mengalami kesulitan menjelaskan atas Teori ini diadopsi oleh sejumlah filsuf munculnya sejumlah ide dan konsepsi dari terkemuka Eropa, Seperti Descartes7 Kant8dan indera karena keduanya bukanlah hal yang lainnya. Teori menyatakan bahwa ada dua bisa diindera. sumber konsepsi. Pertama, adalah persepsi Walaupun kedua filusuf (Descartes inderawi. Kita memahami “panas”, cahaya, dan Immnuel Kant) di atas mengakui indra rasa, atau suara disebabkan oleh persepsi sebagai alat epistemology, namun mereka inderawi terhadapnya. Kedua, sifat bawaan menyangsikannya sebagai sumber utama, sebelum lahir.9 Maksudnya adalah pikiran indra tidaklah memberikan ide-ide yang manusia memiliki ide-ide dan konsepsi- jelas dan pasti dalam pikiran.13 Sebagai konsepsi yang tidak diperoleh dari indera, contoh sebuah tongkat ketika dimasukkan melainkan tetap dalam keberadaan yang paling sebagiannya ke dalam sebuah bejana yang dalam, sebelum lahir. setengahnya terisisi air akan terlihat bengkok Menurut Descartes, konsepsi sebelum dan sebaliknya akan menjadi lurus ketika lahir itu adalah ide tentang Tuhan.10 Lebih jauh keseluruhan dari tongkat tersebut diangkat Kant mengelaborasinya dengan unik, namun dari air. Bagi Descartes, hal ini memperlihatkan tetap saja tidak memuaskan bagi sebagian bahwa gagasan indrawi tidaklah bersifat jelas kalangan. Ia mengatakan seluruh wilayah dan mutlak. Ia kemudian meragukan seluruh pengetahuan konseptual manusia, termasuk bangunan pengetahuannya. Namun ia justru dua belas kategori11 adalah bersifat bawaan.12 mengafirmasi bahwa satu-satunya yang tidak Menurut teori ini, indera adalah sumber untuk meragukan bagi dirinya adalah “kehadirannya memahami konsepsi dan ide-ide sederhana. sebagai subyek yang meragu.” Dari sinilah ia Namun indera bukanlah satu-satunya sumber, kemudian memastikan keberadaan jiwanya yang tidak mungkin ia ragukan. 6 Ibid., Bagi Descartes, ide tentang berkesadaran 7 René Descartes, A Discourse on the Mothod of (res cogitan) materi berkeluasan (res extensa), Currectly Conducting One’s Reason and Seeking Truth in the Sciences, (OxFord University Press, wujud sempurna (Tuhan) adalah ide bawaan 2006), h. 54. sejak lahir, bersifat murni dan terlepas dari 8 Immanuel Kant, Metaphysical Foundations of kontaminasi unsur-unsur indrawi. Ia percaya Natural Science, diedit oleh Michael Friedman, (Cambridge University Press, 2004), h. 67. pada ide-ide yang berasal dari jiwa dan rasio Bandingkan dengan bukunya yang lain yang dan menolak gagasan yang berasal dari luar berjudul Critique of Practical Reason, (The Online Library of Liberty, 2004), h. 124. indra. Sementara bagi Kant, gagasan-gagasan 9 Ibid., indrawi tidak memberikan ide-ide yang jelas 10 René Descartes., op. cit., tentang realitas sebagaimana adanya. Tetapi 11 Dua belas kategori menurut Kant adalah : (1) kuantitas, yang didalamnya ada : a) unitas b) pluralitas pengetahuan-pengetahuan indrawi tersebut c) totalitas; (2) Kualitas, didalamnya ada d) realitas menjadi jelas ketika masuk dalam kerangka e) negasi f) pembatasan; (3) Relasi, yang didalamnya ruang dan waktu (intuisi indra) atau dua belas ada g) inheren dan penghidupan (substansi dan aksiden) h) kausalitas dan ketergantungan (sebab kategori (intuisi akal). Ringkasnya, kedua dan akibat) i) pertukaran komunitas antara agen tokoh rasionalisme tersebut meyakini bahwa dan pasien; (4) Modalitas, yang didalamnya ada; j) kemungkinan-kemustahilan, k) eksistensi- sumber pengetahuan manusia adalah akal dan noneksistensi l) pendelegasian kepentingan indra. 12 Immanuel Kant, Fundamental Principles of the Metaphysic Morals diedit oleh Thomas Kingsmill Abbot, (Mattew Stapleton, 1785), h. 75 13 Muhammad Baqir Ash Shadr, op. cit., h. 42.

[ 75 ] Kuriositas, Edisi VI, Vol. 1, Juni 2013

Kritik Atas Teori Rasionalisme August Comte.18 Teori empiris fokus pada Dalam bukunya, Our Philosophy, M. eksperimen karena eksperimen (sains) telah Baqir Shadr mengajukan pertanyaan sekaligus menunjukkan bahwa indra menghasilkan kritikan bahwa teori rasionalisme menyalahi persepsi yang menghasilkan konsepsi manusia. kaidah rasional yang mereka konstruksi Dengan kata lain, indera menjadi struktur sendiri. Yaitu jika diketahui bahwa jiwa itu utama yang menjadi dasar ditetapkannya sederhana maka ia mustahil menjadi sebab konsepsi manusia. fitri bagi sejumlah konsepsi dan gagasan- Jhon Locke mengatakan segala sesuatu gagasan fitri.14 Bukankah kaidah filosofis yang dalam pikiran saya berasal dari pengalaman mereka ciptakan menyatakan bahwa suatu indrawi, tidak dari akal budi. Otak itu seperti kebergandaan efek tidak mungkin berasal sehelai kertas putih, melalui pengalaman 19 dari sesuatu yang sederhana. Mustahil adanya indrawi kertas itu diisi. Ia meyakini bahwa multiplitas pengetahuan-pengetahuan fitri kita tidak secara langsung menangkap obyek yang bersumber langsung dari jiwa. pada dirinya, melainkan data-data indrawinya saja. Teori Empiris Bagi kalangan empiris, kita mustahil dapat Aliran empirisme adalah suatu pandangan mempunyai gagasan tentang sesuatu bila yang menganggap bahwa semua gagasan sesuatu itu tidak dipersepsi secara indrawi. adalah abstraksi yang dibentuk dengan Ketika sesuatu itu tidak diamati secara menghubungkan kembali apa yang dialami langsung lewat indra, maka sesuatu itu jelas (yang diberikan langsung) oleh sensasi. tak memiliki realitas obyektif. Jika demikian, Pengalaman tersebut adalah satu-satunya maka segala sesuatu yang abstrak/metafisis sumber pengetahuan. Empirisme radikal menjadi takhayyul. Bagi mereka, pengalaman bahkan meyakini bahwa pengalaman langsung indrawi menjadi cara satu-satunya bangunan adalah satu-satunya sumber dan pendukung epistemology. bagi semua pengetahuan.15 Kritik Atas Teori Empirisme Teori ini menyatakan bahwa hanya Pertanyaan yang patut diajukan pada kaum persepsi indrawi yang menyuplai pikiran empiris adalah bagaimana mereka menjelaskan manusia dengan konsepsi dan ide serta gagasan tentang kausalitas (kebutuhan akibat kemampuan mental-lah yang merefleksikan akan sebab), realitas substansi yang menjadi dalam pikiran tentang berbagai persepsi sandaran aksiden, wujud sebagai konsep 16 indrawi. Tokoh utama dan pembela teori ini yang mendasari dan mendahului esensi, gaya 17 adalah Jhon Locke (1632-1704) yang akar- gravitasi yang menjadi penarik benda-benda akarnya diambil dari Thomas Hobbes (1588- menuju bumi, konsep universal dan partikular. 1679), kemudian dilanjutkan oleh Barkeley, Untuk memudahkan memahami , dan puncaknya pada kerancuan doktrin empiris, maka kita angkat 14 Muhammad Baqir Ash Shadr, Ibid., h. 45. contoh kasus tentang kausalitas dan gravitasi. 15 Ibid., h. 48. Ketika sebuah apel jatuh dari pohon, maka 16 Ibid., h. 49. 17 Jhon Locke lahir di Bristol, Inggris. Di sini ia belajar muncul pertanyaan-pertanyaan mengapa ilmu alam dan kedokteran. Ia tertarik pada filsafat apel tersebut tidak melayang ke atas, apa ketika ia membaca tulisan-tulisan Descartes, selain yang membuat ia jatuh ke bumi ? setelah kita sebagai pengarang, dokter dan dosen, ia juga sebagai diplomat. Ia meninggal di Oates, Inggris tahun 1704. menelitinya dengan seksama, maka kita akan Lihat dua buku John Locke, An Essay Concerning sampai pada simpulan ilmiah akan sebuah Human Understanding, (London : St. Jhons Square, 1828) dan Two Treatises of Government and A Letter 18 Muhammad Baqir Ash Shadr, op. cit., h. 56. Concerning Toleration di edit oleh Ian Saphiro, 19 John Locke, An Essay Concerning Human (London : Yale University Press, 2003) Understanding, op. cit., h. 202.

[ 76 ] Rustan Efendy - Upaya Membangun Epistemologi Islam... realitas sebagai penyebab jatuhnya apel yaitu pikiran membangun konsepsi sekunder. Tahap gravitasi, akankah kaum empiris menolak inovasi dan konstruksi inilah yang kita sebut realitas ini ?. dengan disposesi. Pikiran menghasilkan ide- Secara indrawi pada kasus ini, kita hanya ide baru dari ide-ide primer. Ide-ide baru mempersepsi buah apel, pohon, fenomena tersebut berada di luar lingkup indra sekalipun jatuh dan bumi (tanah). Namun kita tidak ide-ide sekunder diturunkan dari ide-ide yang mempersepsinya sebab jatuhnya apel ke tanah. dihasilkan oleh pemikiran melalui indra. Untuk menjelaskannya mari kita sodorkan Dengan teori ini kita dapat memecahkan gagasan kausalitas (setiap peristiwa pasti persoalan bagaimana pemikiran tentang sebab membutuhkan sebabnya agar ia dapat eksis) dan akibat, substansi dan aksiden, keberadaan dan melalui prinsip kausalitas inilah kita akan dan ketunggalan hadir dalam pikiran manusia. sampai pada suatu realitas yang tidak terindrai Semua itu adalah hasil disposesi pikiran. yaitu gagasan tentang gravitasi. Jadi kita memahami mendidihnya air ketika Karena itu, John Locke dan pengikutnya suhunya mencapai seratus derajat celcius. Lebih harus menjelaskan, apakah gagasan kita lanjut, persepsi kita tentang dua fenomena tentang prinsip kausalitas dikonsepsikan mendidih dan suhu bisa diulang ribuan kali, karena ia terindrai ? dan bagaimana gagasan itu tetapi tanpa kita memahami penyebab dari dapat hadir dalam benak kita. Sesungguhnya suhu terhadap pendidihan. Pikiran kemudian ini bukti bahwa rasio kita dapat mengetahui mendisposesikan dua fenomena tersebut. realitas-realitas yang sifatnya abstrak/ Ada krisis manusia dibidang eipstemologi metafisis. Jika yang disebut realitas obyektif ketika mereka hendak mempersoalkan realitas hanyalah yang dapat dipersepsi secara indrawi, obyektif (nilai pengetahuan) dan kebenaran. maka runtuhlah bangunan-bangunan ilmiah Teori intizâ’ (disposesi) menjelaskan bahwa yang oleh kaum empiris membangunnya pada dasarnya terdapat tiga alat epistemologi dengan susah payah, seperti ilmu fisika yang manusia, yaitu indra, khayal, dan akal.21 Dari bertumpu pada realitas gaya, ilmu biologi ketiga alat epistemologi tersebut tersusun dua berdiri di atas realitas adanya kehidupan, macam konsepsi. Pertama, adalah ma’qûlâtul psikologi yang berdiri di atas realitas jiwa dan al awwaliyah (konsepsi primer), yaitu gagasan lain-lain. yang diperoleh lewat indera dan kedua, ma’qûlâtulal tsanawiyah (konsepsi sekunder) Teori Disposesi yang diperoleh oleh khayal dan akal dari Teori ini dihasilkan oleh para filsuf Islam. gagasan–gagasan inderawi. Pengetahuan tahap Teori ini dapat diringkas dalam pembagian kedua atau sekunder ini adalah pengetahuan konsepsi mental menjadi dua : yaitu konsepsi yang tidak dikenal indra tetapi diambil dari primer dan sekunder.20 Konsepsi primer adalah pengetahuan indrawi. fondasi konseptual dari pikiran manusia. Selanjutnya untuk menilai gagasan- Konsepsi ini dihasilkan dari persepsi indrawi gagasan yang ada dalam ide tersebut langsung, contohnya kita memahami panas, dibutuhkan alat penilaian untuk menentukan karena kita telah mengetahuinya dengan benar salahnya gagasan-gagasan tersebut, menyentuhnya, kita memahami warna karena sebab gagasan–gagasan yang ada belum kita mengetahuinya dengan menggunakan tertentukan nilai obyektivitasnya, apakah penglihatan. Kita memahami rasa manis gagasan–gagasan tersebut masih bersifat dengan lidah dan kita memahami bau dengan penciuman. Ide-ide ini membentuk pondasi 21 Arianto Ahmad, Landasan dan Kerangka primer konsepsi. Atas dasar pondasi ini, Berpikir Ilmiah dan Filosofis, Sebuah Pengantar Epistemologi, (Makassar : Yayasan Foslamic, 2009), 20 Muhammad Baqir Ash Shadr, op. cit., h. 125. Cet. I. h. 29

[ 77 ] Kuriositas, Edisi VI, Vol. 1, Juni 2013 relatif (berubah) ataukah sudah mutlak (tidak niscaya yakni kausalitas tanpa melakukan berubah), ringkasnya jika kita meyakini pembedaan ini meniscayakan kita menjadi kebenaran gagasan–gagasan kita, apakah kabur akan nilai obyektif pengetahuan dan gagasan-gagasan tersebut tidak berubah lagi jatuh menjadi skeptis setelah adanya informasi baru atau apakah 2. Penetapan adanya realitas obyektif secara sudah tetap tak tergugat karena memang sudah global adalah penetapan yang pada benar secara substansial. dasarnya niscaya lagi primer, karenanya Para filsuf/ pemikir mencoba menjawab tidak membutuhkan bukti. Artinya persoalan tersebut dengan varian pemikiran keberadaannya (universalitas realitas dan doktrin filsafat masing-masing. Pertama, obyektif alam) terbukti secara niscaya. mazhab metafisika Islam dengan doktrin Adapun realitas obyektif “partikular” akliahnya, kedua, mazhab empirisme dengan dari persepsi indrawi tidaklah demikian, doktrin empirikalnya, dan ketiga, mazhab karenanya dibutuhkan penerapan prinsip skriptualisme dengan doktrin tekstualnya. kausalitas Metafisika Islam dalam hal ini menjadikan 3. Prinsip kausalitas menegaskan bahwa prima prinsipia dan kausalitas sebagai landasan sebuah fenomena, peristiwa, akibat penilaiannya serta menjadikan metode pastilah memiliki sebab yang tak terpisah deduktif sebagai alur kerangka berpikirnya. serta berada di luar dirinya (akibat). Karena Adapun mazhab empirisme menjadikan itu adanya bentuk sesuatu (gagasan) pengalaman inderawi atau eksperimen sebagai dalam diri-pada kondisi tertentu- landasannya dalam menilai segala sesuatu menggambarkan dan menceritakan adanya dan induktif sebagai kerangka berpikirnya, realitas luar tersebut sebagai sebabnya. sementara mazhab skriptualisme menjadikan Seandainya gagasan tentang obyek tidak teks-teks (kitab) sebagai landasan dalam ada dalam pikiran subyek (kita) yang menilai segala sesuatu serta qiyās sebagai mengetahui, niscaya subyek-potensial kerangka berpikirnya. tersebut tidak akan pernah sampai pada tindak mengetahui sama sekali. kesIMpulAn dAFtAr pustAkA Baqir Shadr sesungguhnya dalam bukunya ingin menyelesaikan polemik-polemik antara Ahmad, Arianto, Landasan dan Kerangka epistemologi yang dibangun oleh Plato, Berpikir Ilmiah dan Filosofis, Sebuah rasional, dan empiris dengan teori disposesi Pengantar Epistemologi, (Makassar : (nazhariyah intiz’ā)nya. Beberapa Point Yayasan Foslamic, 2009) penting yang ingin disampaikan oleh Baqir Descartes, René, A Discourse on the Mothod of Shadr dalam bukunya adalah : Currectly Conducting One’s Reason and 1. Kita perlu membedakan kedua bentuk Seeking Truth in the Sciences, (Oxford pengetahuan secara jelas yaitu, karena University Press, 2006) konsepsi merupakan hadirnya sutau Kant, Immanuel, Critique of Practical Reason, bentuk dalam diri, ia tidak bertanggung (The Online Library of Liberty, 2004) jawab dalam hal obyektifitasnya, tepai ______, Fundamental Principles of the pertanggungjawaban itu menjadi hak dan Metaphysic Morals diedit oleh Thomas otoritas dari pengetahuan tashdiqi yang Kingsmill Abbot, (Mattew Stapleton, 1785) bertugas sebagai penentu kebenaran dari ______, Metaphysical Foundations of obyektifitas persepsi indrawi kita, tentu Natural Science, diedit oleh Michael dengan bersandar pada prinsip-prinsip Friedman, (Cambridge University Press, 2004)

[ 78 ] Rustan Efendy - Upaya Membangun Epistemologi Islam...

Locke, Jhon, An Essay Concerning Human Mufid bin Ali dengan judul Falsafatuna : Understanding, (London : St. Jhons Pandangan Muhammad Baqir Ash Shadr Square, 1828) Terhadap Pelbagai Aliran Filsafat Dunia, _____, Two Treatises of Government and A (Bandung : Mizan, 1999) Letter Concerning Toleration di edit oleh _____, Falsafatunâ: Dirâsah Maudhû’iyyah Ian Saphiro, (London: Yale University Fî Mu’tarak Al Shira’ Al Fikri Al Qâim Press, 2003) Baina Mukhtalaf Al Thayarat Al Plato, The Complete Works, di edit oleh Falsafiyyah Wa Al Falsafah Al Islamiyyah Benyamin Jowet, (Balliol College, 1871) Wa Al Mâddiyyah Al Diyaliktikiyyah(Our , diterjemahkan oleh Arif Al Shadr, Muhammad Baqir, Falsafatunâ : Philosophy) Maulawi, dengan judul Falsafatunâ, Dirâsah Maudhû’iyyah Fî Mu’tarak Al Materi, Filsafat dan Tuhan dalam Shira’ Al Fikri Al Qâim Baina Mukhtalaf Al Filsafat Barat dan Rasionalisme Islam, Thayarat Al Falsafiyyah Wa Al Falsafah (Yogyakarta: RausyanFikr, 2013) Al Islamiyyah Wa Al Mâddiyyah Al Diyaliktikiyyah, diterjemahkan oleh M Nur

[ 79 ]