STUDI NARASI TZVETAN TODOROV DALAM FILM TIGA SRIKANDI

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

oleh

Fitri Askiyati

NIM : 11160510000189

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H / 2021 STUDI NARASI TZVETAN TODOROV DALAM FILM TIGA SRIKANDI

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh Fitri Askiyati NIM . 11160510000189

Dosen Pembimbing

DR. H. Abd. Rozak A. Sastra, M.A. NIP. 196005091988031001

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH 1442 H / 2021 LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Fitri Askiyati NIM : 11160510000189 Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan penelitian ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ini bukan hasil karya asli saya atau plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 11 Januari 2021

Fitri Askiyati NIM.11160510000189

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “STUDI NARASI TZVETAN TODOROV DALAM FILM TIGA SRIKANDI” oleh Fitri Askiyati NIM 11160510000189 telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada tanggal 25 Januari 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos). Jakarta, 25 januari 2021

Tim Ujian Munaqasyah Tanggal Tanda Tangan

Ketua/Penguji I

Dr. Armawati Arbi, M.Si 25 Januari 2021 NIP. 196502071991032002

Sekretaris

DR. H. Edi Amin, M.A 25 Januari 2021 NIP. 197609082009011010

Penguji II

Drs. Jumroni, M.Si 25 Januari 2021 NIP. 196305151992031006

ABSTRAK Fitri Askiyati 11160510000189 Studi Narasi Tzvetan Todorov dalam Film Tiga Srikandi Film merupakan media komunikasi yang efektif untuk menyampaikan pesan. Dalam penyampaian pesan penulis membalut sebuah film dengan membuat adegan dan dialog pada setiap alurnya dengan semenarik mungkin. Film Tiga Srikandi merupakan film yang bertemakan perjuangan dan nasionalisme seorang pelatih serta anak didiknya yakni tiga atlet panahan putri yang berkesempatan menjadi perwakilan Indonesia pada Olimpiade panahan di Seoul setelah bertahun-tahun tidak mengikuti Olimpiade. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teori Tzvetan Todorov. Menurut teori ini sebuah narasi mempunyai struktur dari awal hingga akhir. Hal tersebut dibagi menjadi alur awal yang terdapat keseimbangan (ekuilibrium), alur tengah berisi konflik atau kekacauan, dan alur akhir terciptanya keseimbangan (ekuilibrium) kembali. Subjek penelitian ini adalah film Tiga Srikandi, sedangkan objek penelitian ini terletak pada narasi atau potongan adegan dan dialog dalam film Tiga Srikandi. Hasil dari penelitian ini berdasarkan teori Tzvetan Todorov, alur awal dari film Tiga Srikandi dimulai datangnya kabar gembira bahwa Indonesia akan kembali bersaing dalam skala internasional di cabang olahraga panahan yang kemudian diikuti oleh tiga atlet putri, alur tengah berisi konflik yang dialami oleh pelatih panahan putri serta tiga anak didiknya yang bertentangan dengan keinginan orang tuanya. Selanjutnya alur akhir berisi penyelesaian masalah yang kemudian tim putri berhasil memenangkan medali perak untuk pertama kalinya setelah melalui berbagai persoalan. Dari penelitian narasi film Tiga Srikandi, pada alur awal terdapat dakwah dzatiyyah dengan adanya rasa semangat dan optimis dalam diri seorang atlet. Dakwah fardiyyah pada alur kedua yang dilakukan seorang anak terhadap orang tuanya dengan qoulan kariman dan alur akhir terdapat dakwah dzatiyyah karena berubahnya keputusan baik kepada anaknya dengan menyemangati dan mendoakan anaknya sehingga menjadi juara. Kata Kunci : Studi Narasi, Tzvetan Todorov, Film Tiga Srikandi

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim, alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah tuhan semesta alam yang telah memberikan berbagai nikmat baik nikmat iman, nikmat Islam, nikmat rezeki, nikmat sehat wal ‘afiat dan nikmat-nikmat lainnya mudah- mudahan kita semua dijadikan mahluk yang senantiasa bersyukur atas segala pemberiannya dan dijauhkan dari berbagai sifat kekufuran. Shalawat serta salam teriring kepada Baginda Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menjadi teladan baik bagi umatnya dalam urusan dunia maupun akhirat.

Dengan berbagai nikmat yang telah Allah berikan terutama nikmat sehat jasmani dan rohani, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan penuh kesabaran walaupun penulis sadari skripsi ini masih banyak kekurangan. Penulis memberikan judul skripsi “Pesan Dakwah Meraih Juara Olimpiade Panahan (Studi Narasi Film Tiga Srikandi Karya Swastika Nohara 2016)” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Strata Satu (S1) pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah membantu, terutama kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Amany B. Lubis, M.A, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, S.Ag, BWS.

ii

MSW sebagai Wakil Dekan I bidang Akademik. Dr. Sihabudin Nour, M. Ag, sebagai Wakil Dekan II vi bidang Administrasi Umum, Drs. Cecep Castrawijaya, M.A, sebagai Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan. 3. Ibu Dr. Armawati Arbi, M.Si, Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. DR. H. Edy Amin, M.A, Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Kedua orang tua penulis, Bapak Nasroh dan Ibu Tamimah yang kasihnya tak terhingga sepanjang masa, selalu memberi namun tak harap kebali. Tiada kata yang bisa kuucap selain terima kasih, terima kasih dan terima kasih sudah mendoakan Fitri, membesarkan Fitri dan memberikan yang terbaik untuk Fitri. Mudah-mudahan Ibu dan Bapak senantiasa dilindungi Allah dan dibahagiakan di dunia dan di akhirat. Mudah-mudahan Allah jadikan Fitri sebagai anak shalihah yang dapat mengangkat derajat Ibu dan Bapak di dunia dan akhirat. 5. Bapak Kiky Rizky, M.Si , Dosen Penasehat Akademik (PA) yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjadi mahasiswi. 6. Bapak Dr. Abd. Rozak A. Sastra, MA , Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, kritik, dan saran yang membangun sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

iii

ini dengan baik. Mudah-mudahan Allah senantiasa membalas kebaikan dan kesabaran beliau, menyehatkan dan memberkahi kehidupan beliau dan keluarganya. Aamiin. 7. Bapak/Ibu Dosen dengan tenaga kependidikan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan melayani mahasiswanya dengan baik karena tidak akan sukses seseorang melainkan dari kegigihan dan keikhlasan seorang guru dalam mengajari anak muridnya. Mudah- mudahan Allah membalas kebaikan Beliau semua. Aamiin 8. Pimpinan, Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 9. Swastika Nohara, Penulis skenario film Tiga Srikandi. Mudah-mudahan Allah senantiasa memberkahi kehidupan beliau dan keluarganya. 10. Keluarga tercinta, Bani Munasroh yang selalu mendoakan serta membantu semua keperluan Penulis selama berada di bangku pendidikan, mengurus ketika sehat dan sakit, memperhatikan banyak hal. Mudah-mudahan Allah mempermudah segala urusan baik beliau semua. Aamiin. Sahabat penulis, Iah. Terima kasih sudah menjadi sahabat yang baik, bersedia menemani penulis dalam suka dan duka. Mudah-mudahan Allah membalas kebaikan beliau.

iv

Fidibita (Fitri, Difa, Biah dan Tara), sahabat sekelas yang selalu mengingatkan kepada kebenaran dan kesabaran. Teman diskusi berbagai hal dari urusan percintaan, urusan dunia hingga akhirat. Mudah-mudahan Allah mengumpulkan kita semua di surga-Nya. Sahabat TK, SD, MTS, MA, dan sahabat dari berbagai kalangan organisasi yang sudah mendoakan dan menyemangati penulis. Terima kasih mudah-mudahan Allah memudahkan urusan kalian.

Akhir kata dari penulis, mohon maaf atas segala kekurangan penulis, mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Jakarta, 12 Januari 2021

Fitri Askiyati

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK...... i

KATA PENGANTAR...... ii

DAFTAR ISI...... vi

DAFTAR TABEL...... viii

DAFTAR GAMBAR...... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...... 1 B. Batasan Masalah...... 9 C. Rumusan Masalah...... 10 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian...... 10 E. Tinjauan Pustaka...... 11 F. Metodologi Penelitian...... 13 G. Sistematika Penulisan...... 19

BAB II LANDASAN TEORI

A. Narasi...... 21 1. Pengertian Narasi...... 21 2. Karakteristik Narasi...... 25 3. Cerita (story) dan Alur (plot) ...... 28 B. Struktur Narasi Tzvetan Todorov...... 30 C. Film...... 35 1. Pengertian Film...... 35 2. Jenis-Jenis Film...... 36

vi

BAB III GAMBARAN UMUM FILM TIGA SRIKANDI

A. Sinopsis Film Tiga Srikandi...... 40 B. Data dan Tim Produksi...... 42 C. Profil Tokoh Pemeran Film Tiga Srikandi...... 47

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Temuan Penelitian...... 55 B. Data...... 57

BAB V ANALISIS DATA FILM

A. Analisis Narasi Melalui Struktur Narasi Tzvetan Todorov...99 1. Komunikasi Intrapribadi Atlet melalui Dakwah dzatiyyah pada alur awal...... 100 2. Komunikasi Antarpribadi Atlet terhadap Bapak pada Alur Tengah...... 106 3. Kekuatan Komunikasi Intrapribadi Atlet dalam Menyelesaikan Konflik pada Alur Akhir...... 119

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan...... 131 B. Saran...... 132

DAFTAR PUSTAKA...... 137

LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1...... 32

Tabel 3.1...... 42

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1...... 40 Gambar 3.2...... 44 Gambar 3.3...... 47 Gambar 3.4...... 49 Gambar 3.5...... 51 Gambar 3.6...... 52 Gambar 4.1...... 58 Gambar 4.2...... 60 Gambar 4.3...... 61 Gambar 4.4...... 62 Gambar 4.5...... 63 Gambar 4.6...... 64 Gambar 4.7...... 65 Gambar 4.8...... 66 Gambar 4.9...... 67 Gambar 4.10...... 69 Gambar 4.11...... 70 Gambar 4.12...... 72 Gambar 4.13...... 74 Gambar 4.14...... 75 Gambar 4.15...... 77 Gambar 4.16...... 78

ix

Gambar 4.17...... 79 Gambar 4.18...... 80 Gambar 4.19...... 81 Gambar 4.20...... 82 Gambar 4.21...... 84 Gambar 4.22...... 86 Gambar 4.23...... 88 Gambar 4.24...... 89 Gambar 4.25...... 90

Gambar 4.26...... 90 Gambar 4.27...... 92 Gambar 4.28...... 93 Gambar 4.29...... 95 Gambar 4.30...... 96 Gambar 4.31...... 97 Gambar 4.32...... 98

x

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini menggambarkan sebuah narasi naik turunnya semangat atlet pada film yang berjudul “Tiga Srikandi” skenario karya Swastika Nohara dan disutradarai oleh Iman Brotoseno.

Penelitian ini menggambarkan narasi. Penelitian menggunakan model narasi model Tzvetan Todorov yang mengatakan bahwa setiap narasi memiliki alur. Todorov membaginya pada alur awal yang berisi keseimbangan, alur tengah berisi konflik atau kekacauan dan alur akhir berisi keseimbangan kembali.

Film merupakan sebuah bagian dari media komunikasi massa. Pemahaman seperti ini tentunya akan memberikan sejumlah gambaran bagaimana film kemudian dapat memengaruhi wacana di dalam suatu masyarakat melalui konten-konten yang ada pada dirinya. Pada tahap selanjutnya, film menemukan dirinya tidak lagi sebatas sebagai media hiburan, akan tetapi juga menjadi media pendidikan, informasi, bahkan propaganda negara.1

1 Wahyuningsih Sri, Film & Dakwah : Memahami Representasi Pesan-Pesan Dakwah dalam Flm Melalui Analisis Semiotik”, (Surabaya: Media Sahabat Cendikia, 2019), hlm.1.

1

2

Setiap penonton film memiliki beberapa alasan ketertarikannya pada film, “Mereka memiliki beberapa alasan seperti trailer yang membuat penasaran sebanyak 43 %, genrenya merupakan kesukaan sebanyak 16,4 %, melihat pemainnya siapa 14,5 %, sutradaranya termasuk keren 12,7 %, atau karena filmnya sedang viral 8,8 %.”2 Namun banyak juga kita temui penonton yang tidak memperhatikan kembali bahwa di dalam film yang ditonton terdapat adegan-adegan yang menentang syariat- syariat Islam serta dampak setelah menontonnya yang kemudian dikhawatirkan mengubah perilaku atau kebiasaan sehari-hari dengan mengikuti perilaku tokoh yang perilakunya bertentangan dengan syariat. Namun tentunya semua kembali lagi kepada penonton.

Fahrudin menjelaskan, bahwa pendengaran, penglihatan, ataupun lisan adalah karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai nikmat untuk hamba-hamba –Nya. Akan tetapi, kebanyakan nikmat ini menjadi azab atas orang yang memilikinya. Sebab, mereka tidak menggunakannya di jalan yang dicintai Allah Ta’ala. Sementara itu, televisi, radio, alat perekam, dan sejenisnya dikatakan nikmat, jika mempunyai nilai manfaat untuk umat.3 Hal tersebut juga disinggung di dalam Q.S Yasin : 65 yang menjelaskan

2https://www.idntimes.com/hype/entertainment/stella/infogra fis-minat-penonton-terhadap-film-indonesia/9 diakses pada 5 Agustus 2020 pukul 20.47. 3 Farid Fahrudin, Dahsyatnya Akibat Menonton Film Serta Penawarnya (Bengkulu : El- Markazi, 2018), hlm.6.

3

bahwa anggota tubuh kita akan menjelaskan semua perbuatan yang telah dilakukan selama hidup di dunia.

ْ ٱليَ ْو َم نَ ْختِ ُم َعلَ ى أَ ْف َو ِه ِه ْم َوتُ َك ِلِّ ُمنَآ أَ ِيْد ِيه ْم َوتَ ْش َهدُ أَ ْر ُجلُ ُهم بِ َما َكانُ ۟وا يَ ْك ِسبُ َون

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan,” (Q.S. Yasin : 65).4

Tidak sedikit film produksi anak negeri yang mengandung isi pesan yang dapat dijadikan sebagai ibrah (pelajaran) untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya yaitu film yang berkisah tentang perjuangan, seperti film perjuangan Jendral Soedirman, Kartini, Soekarno yang konteks pesannya “Semangat berjuang” terutama melawan penjajah, melawan kebodohan dan melawan kezaliman pada masanya. Banyak film yang mengandung pesan yang baik, namun penulis memilih film yang berkisah tentang perjuangan dan nasionalisme sebagai bahan penelitian. Film perjuangan dan nasionalisme seperti ini merupakan film yang minoritas, jarang diproduksi dan sangat disayangkan jika tidak mendapat perhatian lebih.

4 https://dalamislam.com/dasar-islam/anggota-tubuh-yang-akan- berbicara-di-akhirat, diakses pada 20 Juli 2020, pukul 07.46.

4

Film “Tiga Srikandi” merupakan karya film yang narasi atau skenarionya ditulis oleh Swastika Nohara dan disutradarai oleh Iman Brotoseno tahun 2016 dan diangkat dari kisah nyata. Film tersebut sudah tayang di bioskop Indonesia pada 4 Agustus 2016 yang menempati urutan pertama dari sepuluh film terlaris dalam sepekan pemutaran di tahun tersebut. Film ini berkisah tentang perjuangan dan rasa cinta tanah air tiga atlet wanita Indonesia dan seorang pelatih tegas yang kemudian berhasil memperoleh kemenangan medali perak pertama kali untuk Indonesia di cabang panahan pada olimpiade tahun 1988 di Seoul, Korea Selatan.

Film “Tiga Srikandi” yang menceritakan kisah tiga pejuang wanita di antaranya Nur Fitriyana dari Jakarta yang diperankan oleh Bunga Citra Lestari, Lilies Handayani yang diperankan oleh Chelsea Islan, dan Kusuma Wardhani yang diperankan oleh . Namun, terdapat satu pejuang lagi yang jarang dilirik oleh penonton, yaitu pelatih Tiga Srikandi karena tidak akan ada kesuksesan tanpa pelatih yang hebat di belakangnya. Sosok tersebut adalah Donal Pandiangan yang diperankan oleh Reza Rahadian.

Indonesia pada tahun 1988 mempersiapkan diri turun serta di Olimpiade Musim Panas 1988 di Seoul. Cabang panahan berada di titik kritis, di mana dibutuhkan pelatih yang bisa menyiapkan tim panahan wanita dalam waktu yang singkat.

5

Satu-satunya yang bisa diandalkan menjadi pelatih adalah Donald Pandiangan (Reza Rahardian) yang dikenal sebagai “Robin Hood Indonesia”. Tapi Donald Pandiangan sendiri sudah lama menghilang. Ia masih terpukul ketika pada tahun 1980 saat ia bersiap mengikuti Olimpiade Musim Panas 1980 di Moskwa, ia batal pergi karena alasan politis. Kini ia hidup jauh dari panahan, bahkan olahraga. Selain pelatih, tim panahan pun harus dipilih 3 orang atlet wanita terbaik. Mereka adalah Nurfitriyana (Bunga Citra Lestari), Lilies (Chelsea Islan) dan Kusuma (Tara Basro). Sementara itu, waktu menuju olimpiade semakin dekat, tetapi para 3 Srikandi ini pun memiliki masalah rumitnya masing-masing. Di bawah ancaman tidak akan diberangkatkan sama sekali, pengurus persatuan panahan, Pak Udi (Donny Damara), mesti membujuk dan meyakinkan Donald untuk mempersiapkan tim panahan wanita. Pribadi Donald yang keras, militan dan amat disiplin, mesti mampu membentuk Yana, Lilies dan Suma mencapai puncak prestasi mereka. Masa latihan menjadi saat memacu diri bagi mereka semua. Pergesekan dan perseteruan satu sama lain, kerasnya medan berlatih dan waktu yang makin menipis, menempa mereka. Siang malam memeras fisik, emosi dan mental, tim panahan putri bersiap menuju Seoul. Dengan meneguhkan semangat, mereka pun bertempur di lapangan.5

Penulis tertarik untuk meneliti pesan dakwah dalam narasi film “Tiga Srikandi” karena dengan analisis naratif dapat membantu memahami bagaimana pengetahuan,

5 https://id.wikipedia.org/wiki/3_Srikandi, diakses pada 10 September 2020, pukul 14.28.

6

makna, dan nilai produksi disebarkan dalam masyarakat 6 Selain narasi yang bertujuan untuk mengetahui alur cerita, logika dan nalar dari pembuat skenario dalam mengangkat sebuah peristiwa, penulis juga ingin mengetahui bagaimana pesan dakwah yang tersembunyi pada narasi film tersebut.

Pesan yang disampaikan dalam film tersebut merupakan sebuah ajakan kepada kebaikan, seperti motivasi atau komunikasi persuasif mengajak kepada perbuatan baik. Hal tersebut telah disinggung dalam Q.S An- Nahl 125 yang disebut sebagai dakwah :

ْادعُ إِلَ ى َسبِ ِيل َربِِّ َك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع َظ ِة ْال َح َسنَ ِة ۖ َو َج ِاد ْل ُه ْم بِالَّتِي ِه َي أَ ْح َس ُن ۚ إِ َّن َربَّ َك هُ َو أَ ْعلَ ُم بِ َم ْن َض َّل َع ْن َسبِ ِيل ِه ۖ َو ُه َو أَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد َين

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-Mu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan- Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Di ayat lain, Q.S Al- Ashr ayat 1-3 terdapat perintah untuk saling menasihati “Demi masa. Sesungguhnya

6 Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-Dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta : Prenadamedia Group, 2013), hlm.10.

7

manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, dan mengerjakan amal saleh, dan nasihat menasihatinya supaya mentaati kebenaran, dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”.7

Terlebih di zaman sekarang merupakan era modern yang bentuk perjuangannya sudah tidak sama dengan perjuangan di masa lalu yakni dengan berjuang melawan penjajah. Di zaman sekarang perjuangan dan nasionalisme dapat ditunjukkan melalui jalur prestasi/akademik dan sebagainya dengan tujuan untuk mengharumkan nama keluarga dan bangsa. Dalam film ini disampaikan bahwa perempuan tidak hanya dapat diam di rumah, perempuan juga mampu berjuang dalam kancah internasional bahkan dalam bidang olahraga yang mayoritas diisi oleh kaum lelaki.

Penulis akan menganalisis film ini dengan menggunakan analisis naratif karena dengan analisis naratif dapat membantu untuk memahami bagaimana pengetahuan, makna, dan nilai produksi disebarkan dalam masyarakat. Selain itu analisis naratif juga berfungsi untuk menyelidiki hal-hal yang tersembunyi dari suatu cerita.8 Sedangkan analisis naratif memerlukan penelitian

7 Sulistyo M Dani, Mengetuk Pintu Langit (Jakarta : Visi Media, 2017), hlm.9. 8 Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-Dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta : Prenadamedia Group, 2013), hlm.10.

8

bagaimana logika dan nalar penulis cerita supaya mengetahui peristiwa yang telah ditulis, secara detail dan kredibel.

Analisis naratif memiliki kelebihan dibandingkan dengan analisis lainnya. Dengan analisis naratif kita akan mengetahui makna tersembunyi dari suatu teks, bagaimana logika dan nalar dari pembuat berita ketika mengangkat peristiwa. Analisis naratif memberikan panduan bagaimana peristiwa diceritakan, dan bagaimana aktor- aktor yang diberitakan oleh media ditempatkan dalam karakter dan penokohan tertentu. Lebih jauh, lewat analisis naratif kita akan mengetahui nilai-nilai dominan, ideologi, dan perubahan-perubahan yang ada dalam masyarakat.9

Analisis narasi yang peneliti gunakan adalah model struktur narasi Tzvetan Todorov. Tzvetan Todorov Mengajukan gagasan mengenai struktur dari suatu narasi.

Gagasan Todorov menarik karena ia melihat teks mempunyai susunan atau struktur tertentu. Pembuat teks disadari atau tidak menyusun teks ke dalam tahapan atau struktur tersebut, sebaliknya khalayak juga akan membaca narasi berdasarkan tahapan atau struktur tersebut. Bagi Todorov, Narasi adalah apa yang dikatakan karenanya mempunyai urutan kronologis, motif dan plot dan hubungan sebab-akibat dari suatu peristiwa. Menurut

9 Ibid. hlm. Vi.

9

Todorov suatu narasi mempunyai struktur dari awal hingga akhir narasi dimulai dari adanya keseimbangan yang kemudian terganggu oleh adanya kejahatan titik narasi diakhiri oleh upaya untuk menghentikan gangguan sehingga keseimbangan atau ekuilibrium tercipta kembali.10

Dengan model Todorov tersebut, peneliti akan menganalisis narasi dengan menggambarkan kondisi awal - gangguan (disruption) terhadap keseimbangan - kesadaran terjadi gangguan, gangguan (disruption) makin besar - upaya untuk memperbaiki gangguan (disruption) - dan berakhir dengan pemulihan menuju keseimbangan atau menciptakan keteraturan kembali. Hal tersebut dirangkum menjadi alur awal, alur tengah kemudian menjelaskan bagaimana akhir dari alur cerita.

Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis, penulis memberikan judul penelitian ini dengan “Studi Narasi Tzvetan Todorov dalam Film Tiga Srikandi”.

B. Batasan Masalah Dalam penulisan ini penulis akan membatasi bahasan hanya pada narasi film “Tiga Srikandi” dengan struktur narasi Tzvetan Todorov yaitu dengan membaginya menjadi tiga alur yaitu; Alur awal, menjelaskan tentang

10 Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-Dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta : Prenada media Group, 2013), hlm.46.

10

pendahuluan dan pengenalan cerita atau narasi pada film Tiga Srikandi. Alur tengah, merupakan perkembangan dan kelanjutan dari cerita sebelumnya (alur awal). Pada alur ini menjelaskan terjadinya konflik dalam cerita tersebut. Alur akhir berisi tentang penyelesaian konflik atau tindakan akhir dalam mengatasi masalah pada alur sebelumnya. Pembatasan masalah ini bertujuan supaya tidak keluar dari fokus pembahasan yang akan penulis teliti. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka peneliti merumuskan masalah a. Bagaimana narasi pada alur awal Film Tiga Srikandi? b. Bagaimana narasi pada alur tengah Film Tiga Srikandi? c. Bagaimana narasi pada alur akhir Film Tiga Srikandi? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah : a. Mendeskripsikan narasi pada alur awal Film Tiga Srikandi? b. Mendeskripsikan narasi pada alur tengah Film Tiga Srikandi?

11

c. Mendeskripsikan narasi pada alur akhir Film Tiga Srikandi? 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis Penelitian ini merupakan bentuk usaha/ kontribusi positif penulis dalam bidang studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Dalam penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan bagi pengembangan pengetahuan ilmiah mengenai analisis naratif terutama pada narasi film. b. Manfaat Praktis Pada hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan acuan atau tambahan referensi bagi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang akan menganalisis sebuah narasi film. E. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam penelitian “Studi Narasi Tzvetan Todorov dalam Film Tiga Srikandi”, penulis membaca penelitian-penelitian terdahulu terutama tentang analisis narasi, adapun yang penulis jadikan sebagai literatur atau acuan diantaranya: 1. Skripsi mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Rusnawati

12

Sani11 tahun 2017. Rusnawati dalam penelitiannya menemukan bahwa seorang bapak memiliki peran memberikan nafkah, pengasuhan, memotivasi dan memberi nama yang baik. Persamaan dalam penelitian ini terletak pada penggunaan teori, yakni teori Tzvetan Todorov. Rusnawati menjadikan film Sabtu Bersama Bapak sebagai Subjek dan narasi film Sabtu Bersama Bapak sebagai Objek. Sementara perbedaan pada penelitian ini terletak pada subjek yang berbeda, film Tiga Srikandi sebagai subjek dan hasil dari penelitian ini adalah adanya rasa semangat, cinta tanah air dan optimis dalam diri seorang atlet bahwa dirinya mampu mewakili dan mengharumkan nama Indonesia di ajang internasional serta senantiasa berusaha untuk meraih cita-cita walaupun banyak pengorbanan, perjuangan dan rintangan yang harus dilalui terutama dalam menggapai ridha orang tua. 2. Skripsi mahasiswa Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ardiyansyah Fadli yang ditulis pada tahun 2017.12 Ardiansyah dalam penelitiannya pada film dokumenter Rayuan Pulau Palsu karya Watch Doc menemukan di alur awal film terdapat prolog dari pengenalan tokoh

11 Rusnawati Sani , Analisis Naratif Peran Bapak Dalam Film Sabtu Bersama Bapak 12 Ardiyansyah Fadli, Analisis Naratif Perlawanan terhadap Reklamasi di Kampung Nelayan dalam Film Dokumenter Rayuan Pulau Palsu Karya Watch Doc

13

utama, alur tengah berisi konflik perlawanan dan alur akhir berisi klarifikasi penyelesaian masalah. Persamaan penelitian terletak pada objek yang diteliti yaitu tentang analisis naratif dan struktur narasi yang digunakannya, yaitu analisis strukur naratif Tzvetan Todorov. Perbedaannya terletak pada subjek yang diteliti, sementara pada skripsi ini meneliti subjek pada film Tiga Srikandi karya Swastika Nohara. 3. Yohandi, dalam jurnal Lisan Al-Hal, Universitas Ibrahimy Situbondo Vol 12, No. 2, 2018.13 Dalam penelitiannya, terletak persamaan pada penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif dan teori yang digunakan berupa naratif Tzvetan Todorov , sedangkan dalam penelitian ini juga terdapat perbedaan. Yohandi meneliti tentang “Narasi Toleransi Beragama” yang dijadikan sebagai objek penelitian dan “Film 99 Cahaya di Langit Eropa” yang dijadikan sebagai subjek penelitianya. Hasil penelitiannya F. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian Paradigma yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme. Dalam buku Filsafat Ilmu Komunikasi (Ardianto Elvinaro, 2016, hlm. 151), dijelaskan bahwa

13 Yohandi, Analisis Narasi Toleransi Beragama dalam Film 99 Cahaya di Langit Eropa

14

konstruktivisme menolak pandangan positivisme yang memisahkan subjek dan objek komunikasi. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampaian pesan. Konstruktivisme justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosialnya subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud- maksud tertentu dalam setiap wacana. Komunikasi dipahami diatur dan dihidupkan oleh pernyataan- pernyataan yang bertujuan. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan penciptaan makna, yakni tindakan pembentukan diri serta pengungkapan jati diri sang pembicara. Oleh karena itu analisis dapat dilakukan demi membongkar maksud dan makna- makna tertentu dari komunikasi. 14 2. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode analisis narasi, karena jenis penelitian dan temuan- temuannya tidak menggunakan prosedur statistik namun lebih kepada kata-kata, bukan berarti tanpa menggunakan dukungan dari data kuantitatif, hanya

14 Ardianto Elvinaro, Bambang Qomaruzzaan, Filsafat Ilmu Komunikasi, (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2016), hlm. 151.

15

lebih menekankan pada kedalaman berpikir semata- mata hanya untuk menjawab permasalahan- permasalahan yang sedang diteliti. Tentunya dengan menggunakan logika ilmiah. Metode kualitatif lebih berdasarkan pada sifat fenomenologis yang megutamakan penghayatan (verstehen). Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia, terkadang perspektif berdasarkan peneliti sendiri. Penelitian yang menggunakan penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami objek yang diteliti secara mendalam.15 Dengan metode analisis narasi struktur Tzvetan Todorov, peneliti akan mendeskripsikan dan menjabarkan bagaimana isi alur awal, tengah, hingga akhir dalam film “Tiga Srikandi”. 3. Subjek dan Objek Penelitian Subjek pada penilitian ini film “Tiga Srikandi”. Ssedangkan objek yang diteliti yaitu narasi film “Tiga Srikandi” dengan menggunakan struktur narasi Tzvetan Todorov. 4. Waktu dan Tempat Penelitan Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Oktober– November 2020. Penelitian akan dilakukan melalui

15 Gunawan Imam, Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013), hlm. 80.

16

wawancara di kediaman penulis skenario Tiga Srikandi di daerah Jakarta Selatan. 5. Sumber Data Penelitian a. Data Primer Sumber data primer yang akan diteliti adalah penulis skenario film Tiga Srikandi yaitu Swastika Nohara b. Data Sekunder Sumber-sumber data sekunder atau pelengkap data yang sudah ada, peneliti memperoleh dari beberapa referensi seperti buku, artikel, jurnal, majalah, ataupun website-website di internet yang mendukung penelitian ini, seperti profil penulis, profil sutradara, profil tokoh pemain, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan penelitian analisis narasi film Tiga Srikandi. 6. Tahapan Penelitian a. Observasi Poerwandari berpendapat bahwa observasi merupakan metode paling dasar dan paling tua, karena dengan cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati. Semua bentuk penelitian, baik itu kualitatif maupun kuantitatif mengandung aspek observasi di dalamnya. Istilah observasi diturunkan dari bahasa latin yang berarti “melihat” dan “memerhatikan”. Istilah observasi

17

diarahkan pada kegiatan memerhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena tersebut.16 Observasi yang dilakukan peneliti adalah dengan menonton dan mengamati film Tiga Srikandi dengan tujuan mengamati bagaimana alur cerita dan pesan yang disampaikan melalui film tersebut. b. Wawancara Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sebanyak mungkin dan sejelas mungkin kepada subjek penelitian.17 Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian salah satunya dengan cara mewawancarai secara langsung penulis skenario film Tiga Srikandi, yaitu Swastika Nohara. Dengan wawancara ini penulis berharap dapat menggali hal yang tersembunyi dalam sebuah narasi atau bahkan sesuatu yang belum dijelaskan

16 Gunawan Imam, Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik, (Jakarta : Bumi Aksara, 2013), hlm. 143. 17 Ibid. hlm. 160.

18

dalam film dan belum banyak diketahui oleh masyarakat yang menontonnya. c. Dokumentasi Dokumentasi menurut Gottschalk menyatakan bahwa dokumen (dokumentasi) dalam pengertiannya yang lebih luas berupa setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang bersifat tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis.18 Dengan teknik dokumentasi ini penulis mecari data lewat buku- buku, catatan, naskah, dan arsip-arsip lainnya tentunya yang berkaitan dengan hal yang akan diteliti yaitu analisis narasi film Tiga Srikandi. Selain itu peneliti akan mencari data dengan mengamati film secara langsung melalui video, teks, dialog dalam film Tiga Srikandi. 7. Teknik Analisis Data Dalam melakukan penelitian ini penulis menganalisis dengan cara megumpulkan data terkait melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan menggunakan metode analisis narasi struktur Tzvetan Todorov yang telah ditulis di halaman sebelumnya. Menurut Todorov suatu narasi mempunyai struktur dari awal hingga akhir. Narasi dimulai dari

18 Gunawan Imam, Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik, (Jakarta : Bumi Aksara, 2013), hlm. 175.

19

adanya keseimbangan yang kemudian terganggu oleh adanya kekuatan jahat. Narasi diakhiri oleh upaya untuk menghentikan gangguan sehingga keseimbangan (ekuilibrum) tercipta kembali.19 Kemudian setelah penulis menelitinya, penulis akan menganalisis data yang telah di dapat dengan mendeskripsikan atau menggambarkan narasi terhadap objek yang diteliti serta pesan di dalamnya dan kemudian dibuatlah kesimpulan hasil penelitian. G. Sistematika Penulisan Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang penelitian ini, penulis membagi sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I : PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri dari latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : LANDASAN TEORI Pada bab ini berisi tentang tinjauan umum tentang analisis narasi Tzvetan Todorov, gambaran umum film dan pembagiannya Bab III : PROFIL FILM 3 SRIKANDI

19 Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-Dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta : Prenadamedia Group, 2013), hlm. 46.

20

Pada bab ini berisi pemaparan mengenai latar belakang pembuatan film “Tiga Srikandi” baik dari segi sinopsis film, biografi tokoh pemeran, penulis, data dan tim produksi.

Bab IV : DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang data dan temuan penelitian yang berkaitan dengan apa yang penulis teliti

Bab IV : PEMBAHASAN Pada bab ini berisi uraian hasil analisis naratif dengan struktur analisis narasi Tzvetan Todorov yaitu dengan menceritakan alur awal, tengah hingga akhir narasi film 3 Srikandi dengan menggunakan model analisis naratif Tzvetan Todorov. Bab V : PENUTUP Pada bab ini berisi kesimpulan dari penelitian, saran-saran, lampiran-lampiran selama melakukan penelitian dan daftar pustaka.

BAB II

Landasan Teori

A. Narasi 1. Pengertian Narasi Narasi berasal dari kata latin narre, yang artinya “membuat tahu”. Dengan demikian, narasi berkaitan dengan upaya untuk memberitahu sesuatu atau peristiwa. Tetapi tidak semua informasi atau memberitahu peristiwa bisa dikategorikan sebagai narasi.1 Dalam buku Analisis Naratif, (Eriyanto 2013, hlm. 1) terdapat tiga definisi narasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli : Girard Ganette : Representation of events or of a sequence of events (Representasi dari sebuah peristiwa atau rangkaian peristiwa-peristiwa). Gerald Prince : The representation of one or more real or fictive events communicated by one, two, or several narator to one, two, or several narratees. (Representasi dari satu atau lebih peristiwa nyata atau fiktif yang dikomunikasikan oleh satu, dua, atau beberapa narator untuk satu, dua, atau beberapa narator untuk satu, dua, atau beberapa naratee).

1 Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-Dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta : Prenadamedia Group, 2013), hlm. 1.

21

22

Porter Abbot : Representation of events, consisting of story and narrative discourse, story is an events or sequence of events (the action) and narrative discourse is those events as represented (Representasi dari peristiwa-peristiwa, memasukkan cerita dan wacana naratif, di mana cerita adalah peristiwa- peristiwa atau rangkaian peristiwa (tindakan) dan wacana naratif adalah peristiwa sebagaimana ditampilkan). Narasi diungkapkan oleh Bragnigan sebagai cara untuk mengelola data spasial dan temporal menjadi penyebab dan memunculkan efek keterkaitannya sebuah peristiwa, dari awal, tengah dan akhir cerita yang akan menimbulkan sifat dari cerita itu.2 Dari berbagai definisi narasi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, terdapat benang merah. Narasi adalah representasi dari peristiwa-peristiwa atau rangkaian dari peristiwa-peristiwa. Dengan demikian, sebuah teks baru bisa disebut sebagai narasi apabila terdapat beberapa peristiwa atau rangkaian dari peristiwa-peristiwa.3

2 Braston dan Stafford, The Media Student’s Book, (London: Routledge, 2003), h.33. 3 Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-Dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta : Prenadamedia Group, 2013), hlm. 1-2.

23

Narasi mempunyai alur yang didasarkan pada hubungan sebab dan akibat. Menurut Braston dan Stafford, narasi terdiri dari empat model, yaitu4 : a. Narasi menurut Tzvetan Todorov, suatu cerita yang memiliki alur awal, tengah dan akhir. b. Narasi menurut Vladimir Propp, suatu cerita yang pasti memiliki karakter tokoh. c. Narasi menurut Levis Staruss, suatu cerita yang memiliki sifat-sifat yang berlawanan. d. Narasi menurut Joseph Campbell, hubungannya membahas narasi dengan mitos. Metode analisis naratif atau dikenal dengan narratives analysis digunakan untuk memahami atau untuk mengetahui bagaimana cerita dan jalan ceritanya dibuat atau distruktur. Metode penelitian narratives analysis dalam film pada dasarnya mengikuti standar metode penelitian analisis isi kualitatif strukturalisme. Hal ini karena dalam analisis ada aturan-aturan atau seperangkat rules atau tatanan yang harus dipahami dan dijadikan pedoman untuk membaca gambar visual dan cerita dalam film itu sendiri. Naratif film hakikatnya membawa informasi tentang apa yang ingin disampaikan oleh pembuat film. Bagaimana cerita

4 Gill Braston and Roy Stafford, The Media Student’s Book (London and New York : Routledge, 2003), 56-57.

24

dibuat dan dikembangkan dalam keseluruhan filmnya.5 Analisis naratif adalah analisis mengenai narasi, baik narasi fiksi (novel, puisi, cerita rakyat, dongeng, film, komik, musik dan sebagainya) ataupun fakta seperti berita. Menggunakan analisis naratif berarti menempatkan teks sebagai sebuah cerita (narasi) sesuai dengan karakteristik di atas. teks dilihat sebagai rangkaian peristiwa, logika, dan tata urutan peristiwa, bagian dari peristiwa yang dipilih dan dibuang. Analisis naratif mempunyai sejumlah kelebihan.6 Pertama, membantu kita memahami bagaimana pengetahuan, makna, dan nilai diproduksi dan disebarkan dalam masyarakat. Kedua, memahami bagaimana dunia sosial dan politik diceritakan dalam pandangan tertentu yang dapat membantu kita mengetahui kekuatan dan nilai sosial yang dominan dalam masyarakat. Lewat analisis naratif kita misalnya bisa mengetahui aktor atau karakter mana yang diposisikan sebagai pahlawan dan sebaliknya karakter mana yang diposisikan sebagai penjahat.

5 Ida Rachmah, Metode Penelitian : Studi Media dan Kajian Budaya (Jakarta : Prenada Media Group, 2016), hlm. 147. 6 Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-Dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta : Prenadamedia Group, 2013), hlm.9-11.

25

Analisis naratif juga membantu kita dalam memahami makna yang ditempatkan sebagai penjahat dan pahlawan, nilai-nilai mana yang “dimenangkan” dalam berita. Ketiga, analisis naratif memungkinkan kita menyelidiki hal-hal yang tersembunyi dan laten dari suatu teks media. Peristiwa disajikan dalam bentuk cerita, dan dalam cerita tersebut sebenarnya terdapat nilai-nilai dan ideologi yang ingin ditonjolkan oleh pembuat berita. Pilihan peristiwa, penggambaran atas karakter, pilihan mana yang ditempatkan sebagai musuh dan pahlawan, dan nilai-nilai mana yang didukung memperlihatakan makna tersembunyi yang ingin ditekankan oleh pembuat berita. Keempat, analisis naratif merefleksikan komunitas dan perubahan komunikasi. Cerita yang sama mungkin diceritakan beberapa kali dengan cara dan narasi yang berbeda dari satu waktu ke waktu lain. Perubahan narasi menggambarkan kontinuitas atau perubahan nilai-nilai yang terjadi dalam masyarakat. 2. Karakteristik Narasi

26

Sebuah narasi memiliki beberapa karakteristik, diantaranya: 7 a. Adanya rangkaian peristiwa Pada dasarnya cerita merupakan sebuah ekspresi dari naratif dan wacana merupakan bentuk dari suatu cerita yang diekspresikan.( Nurgiyantoro Burhan, 2017). dan setiap cerita memiliki sebuah kronologi atau kejadian dan alur sehingga membuat cerita itu hidup. Cerita terdiri atas peristiwa (events) dan wujud keberadaannya, eksistensinya (existens). Peristiwa itu sendiri dapat berupa tindakan aksi (actions, peristiwa yang merupakan tindakan manusia, verbal dan non verbal) dan kejadian (happenings, peristiwa yang bukan merupakan hasil tindakan dan tingkah laku manusia, misalnya peristiwa alam gempa bumi). Wujud eksistensinya terdiri dari tokoh (characters) dan unsur-unsur latar (items of setting).8 Cerita terdiri dari urutan kronologis dari suatu peristiwa, di mana peristiwa tersebut bisa ditampilkan dalam teks bisa juga tidak diampilkan dalam teks. Peristiwa yang utuh (dari awal hingga

7 Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-Dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta : Prenadamedia Group, 2013), hlm.2-5. 8 Nurgiyantoro Burhan, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2017), hlm.33.

27

akhir) disebut dengan cerita (story), sementara alur (plot) adalah peristiwa eksplisit yang ditampilkan dalam teks. Atau secara singkat dapat dikatakan unsur cerita adalah apa yang ingin dilukiskan dalam teks naratif itu, sedang wacana adalah bagaimana cara melukiskannya. 9 b. Rangkaian (sekuensial) Rangkaian (sekuensial) peristiwa tersebut tidaklah random (acak), tetapi mengikuti logika tertentu, urutan atau sebab akibat tertentu sehingga dua peristiwa berkaitan secara logis. Dengan demikian sebuah kalimat atau sebuah gambar di mana terdapat lebih dari dua peristiwa, tetapi peristiwa-peristiwa itu tidak disusun menurut logika tertentu, maka tidak bisa disebut sebagai narasi. Pola umum adalah mengikuti urutan waktu, misalnya A, B, C, D, E. Tetapi tidak selalu harus berurutan, bisa saja C, D, A, B, E, asalkan urutan peristiwa itu mengikuti logika, sistematika, atau jalan pikiran tertentu. Rangkaian peristiwa tersebut tidak asal-asalan, tetapi peristiwa satu dirangkai dengan peristiwa lain sehingga mempunyai makna tertentu. c. Narasi bukanlah memindahkan peristiwa

9 Gora Radita, Riset Kualitataif Public Relation, (Surabaya : CV Jakad Publishing, 2019), hlm. 372.

28

Dalam narasi selalu mendapat proses pemilihan dan penghilangan bagian tertentu dari peristiwa. Bagian mana yang diangkat dan bagian mana yang dibuang dalam narasi, berkaitan dengan makna yang ingin disampaikan atau jalan pikiran yang hendak ditampilkan oleh pembuat narasi. Dengan demikian, bisa jadi peristiwa sesungguhnya adalah rangkaian dari peristiwa A, B, C, D dan E. Tetapi tidak semua peristiwa itu ditampilkan apa adanya ke dalam narasi. Pembuat cerita bisa memilih peristiwa yang dianggap penting. Narasi itu sendiri hadir untuk khalayak, dan karena itu apa yang disajikan oleh narasi haruslah relevan dan sesuai dengan pengalaman khalayak. Pada konteks ini, pembuat narasi akan menyesuaikan peristiwa dengan pengalaman khalayak. 3. Cerita (Story) dan Alur (Plot) a. Cerita Story atau cerita adalah unsur cerita itu sendiri, yakni urutan kronologis semua kejadian yang ditunjukkan oleh pembuat film dan dimasukkan ke dalam film. Unsur story biasanya lebih pada apa makna dari kejadian itu.10 b. Alur

10 Ida Rachmah, Metode Penelitian : Studi Media dan Kajian Budaya (Jakarta : Prenada Media Group, 2016), hlm. 147.

29

Plot atau alur adalah segala sesuatu yang secara eksplisit ditunjukkan dalam teks film atau yang biasa diartikan sebagai kejadian yang secara fisik terjadi. STORY (CERITA) a. Crime Conceived b. Crime Planned c. Crime Committed d. Crime Discovered

PLOT (ADEGAN)

a. Detective Investigates b. Detective Reveals a, b, c

Skema di atas menyajikan keterkaitan antara story/cerita dan plot/adegan atau adegan- adegan fisik yang membentuk cerita. Dalam story (unsur cerita) struktur yang biasa digunakan secara linear adalah : (a) gambar tentang aksi kejahatan ; (b) aksi kejahatan direncanakan; (c) tujuan dari aksi kejahatan dilakukan; (d) aksi kejahatan berhasil diketahui. Sedangkan struktur Plot yang juga linear dari film tentag aksi kejahatan tersebut digambarkan: (a) ada dedetektif yang melakukan investigasi aksi kejahatan yang terjadi; (b)

30

detektif mampu mengungkap pelaku; (c) detektif menangkap pelaku, dan seterusnya. Demikian hingga tontonan film tersebut mempunyai cerita dan adegan-adegan serta unsur-unsur pendukungnya yang menyenangkan untuk ditonton dan dipahami penonton film.11 B. Struktur Narasi Tzvetan Todorov Todorov mengartikan bahwa naratif yang terdiri dari story dan plot itu dilihat sebagai dua unsur yang saling mendukung. Story adalah kejadian-kejadian yang telah terjadi dan masih terus berlangsung. Sementara plot adalah adegan-adegan fisik dan latar belakang yang disajikan kepada penonton film untuk mendukung cerita yang dimaknai tersebut. Struktur naratif Todorov adalah sebagai berikut :12 1. Awal > Tengah > Akhir 2. Tesis > anti tesis > sintesis 3. Situasi 1 > (Masalah muncul) > Resolusi (situasi 2) Contoh : Budi bermain layang-layang > Budi lapar > Budi makan dan kemudian bermain lagi a. Initial Situation (situasi awal) b. Disruption (masalah/gangguan) c. Resolution (resolusi/penyelesaian)

11 Ida Rachmah, Metode Penelitian : Studi Media dan Kajian Budaya (Jakarta : Prenada Media Group, 2016), hlm. 149. 12 Ibid. hlm. 152.

31

Menurut Todorov suatu narasi mempunyai struktur dari awal hingga akhir. Narasi dimulai dari adanya keseimbangan yang kemudian terganggu oleh adanya kekuatan jahat. Narasi diakhiri oleh upaya untuk menghentikan gangguan sehingga keseimbangan (ekuilibrum) tercipta kembali. Jika digambar, struktur sebuah narasi sebagai berikut:13

Ekuilibrium (Keseimbangan) >> Gangguan (Kekacauan) >> Ekuilibrium (Keseimbangan).

Narasi diawali dari sebuah keteraturan, kondisi masyarakat yang tertib, Keteraturan tersebut kemudian berubah menjadi kekacauan akibat tindakan dari seorang tokoh. Narasi diakhiri dengan kembalinya keteraturan. Dalam banyak cerita fiksi ini misalnya ditandai dengan musuh yang berhasil dikalahkan, pahlawan yang hidup bahagia, masyarakat yang bisa dibebaskan sehingga menjadi makmur dan bahagia selamanya. Sejumlah ahli memodifikasi struktur narasi Todorov tersebut, misalnya yang dilakukan oleh Nick Lacey dan Gillespie.

Nick Lacey dan Gillespie Memodifikasi struktur narasi tersebut menjadi lima bagian. Memodifikasi terutama dibuat untuk tahapan antara gangguan ke ekuilibrium. Tahapan yang ditambahkan misalnya

13 Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-Dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta : Prenadamedia Group, 2013), hlm. 46.

32

gangguan yang makin meningkat, kesadaran akan terjadinya gangguan dan klimaks (gangguan memuncak). Bagian terpenting lain yang ditambahkan adalah adanya upaya untuk menyelesaikan gangguan.

Lacey Gillespie Kondisi kesimbangan dan 1 Eksposisi, kondisi awal keteraturan Gangguan (disruption) 2 Gangguan, kekacauan terhadap keseimbangan Komplikasi, kekacauan 3 Kesadaran terjadi gangguan makin besar Upaya untuk memperbaiki Klimaks, konflik 4 gangguan memuncak Pemulihan menuju 5 Penyelesaian dan akhir keseimbangan Tabel 2.1

Kondisi awal, kondisi keseimbangan dan keteraturan.

Narasi umumnya diawali dari situasi normal, ketertiban dan keseimbangan. Dalam narasi tentang superhero umumnya diawali oleh kondisi kota yang damai, kerajaan yang makmur dan seterusnya. Atau narasi tentang sebuah keluarga diawali dengan kondisi keluarga yang harmonis dan bahagia

Gangguan (disruption) terhadap kesimbangan.

33

Bagian atau struktur kedua dari narasi adalah adanya gangguan atau disruption. Ini bisa berupa apa tindakan atau adanya tokoh yang merusak keharmonisan, keseimbangan, atau keteraturan. Kehidupan yang normal dan tertib, setelah adanya tokoh atau tindakan tertentu berubah menjadi tidak teratur. Dalam film tentang superhero misalnya, babak kedua ini ditandai oleh kehadiran musuh (Villain) yang melakukan tindakan jahat yang mengubah ketertiban sebuah kota. Penduduk menjadi terancam dan tidak tertib. Gangguan ini juga bisa berupa tindakan tertentu dari aktor yang bisa mengubah ketertiban. Suatu keluarga yang harmonis, berubah menjadi kacau ketika sang ayah melakukan selingkuh, atau anak mengonsumsi narkotika. Tindakan itu mengubah keluarga menjadi tidak harmonis hubungan yang baik menjadi buruk dan seterusnya.

Kesadaran terjadi gangguan. Gangguan (disruption) makin besar.

Pada tahap ketiga, gangguan (disruption) makin besar, dan dampaknya makin dirasakan. Pada tahap ini, gangguan umumnya mencapai titik puncak (klimaks). Dalam narasi mengenai superhero, babak ini ditandai oleh kekuatan musuh yang makin kuat. Musuh berhasil memperoleh pengikut dan dampak yang ditimbulkan oleh musuh tersebut, makin besar dirasakan oleh penduduk. Atau sebuah cerita mengenai keluarga, pada tahap ini

34

kekacauan mengalami titik puncak. Perselingkuhan yang dilakukan oleh ayah misalnya membuat konflik di keluarga makin besar keluarga di ambang perceraian

Upaya untuk memperbaiki gangguan.

Pada tahap ini, narasi biasanya berisi tentang hadirnya sosok pahlawan atau hero yang berupaya untuk memperbaiki kondisi. Ditahap ini, sudah ada upaya untuk menciptakan keteraturan kembali, meskipun upaya itu digambarkan mengalami kegagalan. Dalam narasi mengenai superhero misalnya, di tahap ini ini sudah muncul perlawanan terhadap musuh. Tetapi karena musuh terlalu kuat, umumnya pahlawan (hero) digambarkan kalah terlebih dahulu.

Pemulihan menuju keseimbangan, menciptakan keteraturan kembali.

Tahap ini adalah babak terakhir dari suatu narasi. Kekacauan yang muncul pada babak dua, berhasil diselesaikan sehingga keteraturan bisa dipulihkan kembali. Penduduk bisa bekerja dengan aman, keluarga menjadi harmonis kembali dan seterusnya. Dalam narasi superhero tahap ini biasanya digambarkankan bagaimana pahlawan (hero) berhasil mengalahkan musuh.14

14 Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-Dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta : Prenadamedia Group, 2013), hlm. 46-48.

35

C. Film 1. Pengertian Film Dalam ensiklopedi Indonesia, film didefinisikan sebagai nama gulungan serangkaian gambar-gambar yang diambil dari objek-objek yang bergerak dan akhirnya proyeksi daripada hasil pengambilan gambar tersebut.15 Film dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar melalui layar lebar. Adapun dalam pengertian yang lebih luas, gambar yang disiarkan melalui televisi (TV) dapat pula dikategorikan sebagai film. Gamble (1986) berpendapat bahwa film adalah sebuah rangkaian gambar statis yang direpresentasikan dihadapan mata secara berturut-turut dalam kecepatan yang tinggi. Sementara Jean Luc Godard, sienas new wafe asal Prancis, mengilustrasikan film sebagai “papan tulis”. Menurutnya, sebuah film yang revolusioner dapat menunjukkan Bagaimana perjuangan senjata dapat dilakukan. Dalam sejarah perkembangannya film sendiri dapat dikatakan sebagai evolusi hiburan yang berawal dari penemuan pita seluloid pada abad ke-19. Mula-mula hanya dikenal film tanpa warna hitam putih dan suara. Kemudian, film bersuara mulai dikenal pada akhir 1920-an disusul

15 Departmen Kebudayaan RI 1995, Pesan-Pesan Budaya Film Anak-Anak dalam Tayangan Televisi (Studi tentang Pengaruh Sistem Modern terhadap Perilaku Sosial Remaja Kota Cianjur), hlm. 33.

36

film berwarna pada 1930-an. Peralatan produksi film pun terus mengalami perkembangan sehingga film masih mampu menjadi tontonan yang menarik bagi halayak luas sampai saat ini. Pada sejumlah periode tertentu film pun tidak hanya berkembang sebagai media hiburan akan tetapi juga sebagai media informasi maupun pendidikan. Selain itu, fungsi film sebagai perekam berbagai peristiwa menjadikannya sebagai salah satu arsip sejarah dan kebudayaan yang cukup penting dalam kehidupan masyarakat 16 Film secara umum dapat dibagi menjadi dua unsur pembentuk yakni unsur naratif dan unsur sinematik. Kedua unsur tersebut saling terkait satu sama lain. Unsur naratif adalah bahan atau materi yang akan diolah, sedangkan unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya.17 2. Jenis – Jenis Film Jenis-jenis film dapat dibedakan berdasarkan cara bertutur maupun pengolahannya. Adapun jenis-jenis film yang umumnya dikenal sampai saat ini adalah sebagai berikut; a) Film cerita atau story film.

16 Wahyuningsih Sri, Film & Dakwah : Memahami Representasi Pesan-Pesan Dakwah dalam Film melalui Analisis Semiotik, (Surabaya : Media Sahabat Cendikia, 2019), hlm. 1. 17 Himawan Pratista, Memahami Film (Yogyakarta : Homerian Pustaka, 2008), hlm. 1.

37

Film cerita adalah jenis film yang mengandung suatu cerita, yaitu yang lazim diputar di gedung gedung bioskop. Film jenis ini dibuat dan didistribusikan untuk publik seperti halnya barang dagangan (Effendi, 2003). Topik cerita yang diangkat dalam film jenis ini bisa berupa fiktif atau kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi gambar yang lebih artistik. Ardianto dan Erdinaya 2007, dalam Mari membuat film: panduan menjadi produser, Heru Efendi membagi film cerita menjadi film cerita pendek atau short film yang biasanya berdurasi dibawah 60 menit. Film dengan durasi lebih dari 60 menit, dikategorikan sebagai film cerita panjang (feature- Length films). Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk ke dalam film cerita panjang dengan durasi 90 sampai 100 menit b) Film Dokumenter (Documentary Film) John Grierson, mendefinisikan film dokumenter sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality). Titik berat film doumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi. a) Film Berita (news reel) Seperti halnya film dokumenter, film berita atau news real juga berpijak pada fakta

38

dari sebuah peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, film yang disajikan pun harus mengandung nilai berita ( news value). perbedaan mendasar antara film berita dan dokumenter terletak pada cara penyajian dan durasi b) Film kartun (Cartoon Film) Pada awalnya, film kartun dibuat untuk anak-anak. namun, dalam perkembangannya, film yang menyulap gambar lukisan menjadi hidup ini juga diminati oleh berbagai kalangan termasuk orang dewasa. Menurut Effendi, titik berat pembuatan film kartun adalah seni lukis dan setiap lukisan memerlukan ketelitian. Satu persatu dilukis dengan seksama untuk kemudian dipotret satu persatu hasil pemotretan itu kemudian dirangkai dan diputar dalam proyektor film sehingga memunculkan efek gerak dan hidup. Film-film jenis lain; a) Profil Perusahaan (Corporate Profil) Film ini diproduksi oleh institusi tertentu terkait pekerjaan atau proyek yang mereka lakukan titik film ini sendiri umumnya berfungsi sebagai alat bantu presentasi. b) Iklan Televisi (TV Commmercial)

39

Film ini diproduksi untuk kepentingan penyebaran informasi, baik tentang produk (iklan produk) maupun layanan masyarakat ( iklan layanan masyarakat atau public service announcement/ PSA). Tujuan penyebaran informasi dalam iklan televisi ini umumnya cenderung bersifat persuasif. c) Program televisi (TV program). Program ini diproduksi untuk dikonsumsi pemirsa televisi. Secara umum program televisi dibagi menjadi dua jenis yakni cerita dan non cerita. d) Video klip (music video) Dipopulerkan pada pertama kali melalui saluran televisi MTV pada tahun 1981, sejatinya video klip adalah sarana bagi para produser musik untuk memasarkan produknya lewat medium televisi.18

18 Wahyuningsih Sri, Film & Dakwah : Memahami Representasi Pesan-Pesan Dakwah dalam Film melalui Analisis Semiotik, (Surabaya : Media Sahabat Cendikia, 2019), hlm. 3-5.

BAB III

GAMBARAN UMUM FILM TIGA SRIKANDI

Gambar 3.1 A. Sinopsis Film Tiga Srikandi

Berawal dari menghilangnya Donald Pandiangan (Reza Rahadian) sang legendaris Robin Hood Indonesia yang kecewa dengan gagalnya ia berangkat ke Moskow akibat campur tangannya politik ke dunia Olahraga. Lama menghilang, Pak Udy (Donny Damara) mulai mencarinya kembali karena cabang atlet panahan membutuhkan sosok pelatih yang harus melatih tiga orang atlet perempuan yaitu Nurfitriyana (Bunga Citra Lestari), Lilies (Chelsea Islan), dan Kusuma (Tara Basro). Untuk Olimpiade 1988 saat itu belum pernah sekalipun cabang olahraga panahan putri memegang medali apapun, sehingga Pak Udy memohon kembali kepada Donald Pandiangan untuk kembali segera membuat seleksi pelatnas agar dapat mencari atlet profesional yang dapat berlaga di olimpiade Korea Selatan. Setelah melewati seleksi yang ketat ditemukanlah tiga

40

41

kandidat yang berhasil masuk ke pelatnas yang di adakan di Sukabumi yaitu Nurfitriyana, Kusuma, dan Lilies.

Nurfitriyana merupakan seorang atlet senior dari Jakarta, ia sudah banyak memenangkan piala panahan cabang putri pada saat itu. Permasalahannya adalah ayahnya tidak merestui Yana untuk menjadi seorang atlet panahan. Dengan keras kepala ayahnya selalu membentak dan mengatur Yana seperti yang ia inginkan, yaitu fokus menyelesaikan pendidikannya.

Kusuma adalah wakil cabang panahan putri asal Ujung Pandang Sulawesi Selatan. Ia tinggal di keluarga sederhana. Pada saat itu Kusuma sudah diterima sebagai PNS di daerahnya namun ia memilih mengikuti Pelatnas dibandingkan menjadi PNS. Sontak ayahnya pun kecewa dengan keputusan yang diambil sehingga sang ayah tidak merestui anaknya pergi mengikuti olimpiade di Korea Selatan.

Lilies merupakan perwakilan dari Surabaya Jawa Timur. Orang tuanya dulu juga seorang atlet, namun memilih jalan yang berbeda dan meninggalkan dunia olahraga, mengingat belum adanya dukungan yang besar dari negara pada saat itu. Ibunya Lilies kekeh menjodohkan Lilies dengan pengusaha kaya, namun lilies menolak dan sudah jatuh cinta dengan pacarnya.

Waktu menjelang Olimpiade semakin dekat, mereka bertiga pergi ke Sukabumi untuk melakukan pelatnas

42

disana. Donald sebagai pelatih memiliki mental disiplin dan tegas. Ketiga srikandi panahan itu terus dilatih agar dapat mengharumkan nama Indonesia di ajang bergengsi Olimpiade 1988. Pergesekan dan perseteruan satu sama lain, kerasnya medan berlatih dan waktu yang makin menipis, menjadi tantangan mereka. Belum lagi masalah cinta, keluarga dan persahabatan juga ikut membalut film satu ini.1

B. Data dan Tim Produksi

Sutradara Iman Brotoseno Produser Raam Punjabi CO Produser CO Produser Penulis Skenario Swastika Nohara Reza Rahadian (Donald Pandiangan) Bunga Citra Lestari (Nur Fitriyana) Chelsea Islan (Lilies Handayani) Pemeran Tara Basro (Kusuma Wardhani)

Donny Damara (Udi Harsono)

Mario Irwinsyah (Denny)

1 https://about.vidio.com/movies/sinopsis-film-3-srikandi/. Diakses pada 30 November 2020

43

Indra Birowo (Udjang)

Detri Warmanto (Dadang)

Rina Hasyim (Namboru)

Ade Firman Hakim (Widjanarko)

Ivanka Suwandi (Ibu Lilies)

Noel Hutabarat (Ayah Lilies)

Sri hartini (Ibu Yana)

Joshua Pandelaki (Ayah Yana)

Hetty Rekso Prodjo (Ibu Kusuma)

Romi Kamarudin (Ayah Kusuma)

Petrus Urspon (Penyiar Radio)

Mustafa Joul (Ketua PERPANI)

Angie Ang (Reporter TV)

Steny Agustaf (Dosen)

Malvino Fajaro (Teman Yana)

Pimpinan Kreatif Raakhee Punjabi Supervisi Paska Albert Produksi Pimpinan Produksi Hanifah Musa

44

Penata Fotografi Ipung Syaiful Rahmat Penyunting Gambar Sastha Sunu Yusuf Patawari Penata Suara Satrio Budiono Penata Artistik Frans Paat Penata Musik Aghi Narotama Penata Rias Ebah Syebah Penata Busana Retno Damayanti Distributor Multivision Plus Tanggal rilis 4 Agustus 2016 (Indonesia) Negara Indonesia Bahasa Indonesia Tabel 3.1

C. Profil Penulis Skenario Film Tiga Srikandi (Swatika Nohara)

Gambar 3.2 Sumber : Swastika Nohara

45

Swastika Nohara (Tika), merupakan seorang penulis naskah film, serial web, profil perusahaan, dan penulis berbagai bentuk konten digital. Tika merupakan sosok penulis naskah film Tiga Srikandi. Dalam dunia perfilman kayanya bukan hanya pada film Tiga Srikandi, beberapa karya film yang berjudul “Cahaya Dari Timur”, “Beta Maluku” yang memenangkan Piala Citra dan Piala Maya sebagai film terbaik pada tahun 2014, “Garuda 19” dan “Hari Ini Pasti Menang” merupakan film-film yang skenarionya ditulis olehnya. Swastika Nohara merupakan alumni dari Universitas Indonesia jurusan Psikologi. Jalur yang diambil oleh wanita yang biasa dipanggil Tika ini, yakni menjadi reporter televisi. Menjadi reporter membuatnya belajar banyak, dan ketika ia merasa nyaman dengan bidang ini, Tika memantapkan diri untuk tidak kembali ke dunia psikologi. Sebagai reporter, tugas Tika mengangkat isu-isu nasional seperti politik dan kriminal. Kedua isu itu bukan hal favoritnya, sampai ketika ia berkesempatan membuat tayangan mengenai seni dan dokumenter. Di situlah ia merasa jatuh cinta, walau sayangnya kedua jenis tayangan tersebut bukan andalan stasiun televisi tempatnya bekerja. Hasil karyanya tidak pernah mendapat slot prime time. Tika tak kecewa, tapi semakin tertantang. Fokus pada tayangan dokumenter, ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya dengan memilih jurusan Screen Documentary di Goldsmiths, University of London. Selama

46

masa studi, peraih beasiswa Chevening ini juga sesekali mengikuti kelas penulisan skrip untuk film fiksi. Membawa gelar Master of Art in Screen Documentary, ia kembali ke Tanah Air dan bergabung di salah satu production house di Jakarta. Ia mengerjakan film- film dokumenter pendek, sambil sesekali menulis untuk film televisi atau sinetron. “Bisa dihitung dengan jari,” kata Tika. Karier Tika tak selamanya mulus. “Ketika membuat dokumenter, banyak sekali tantangan yang membuat saya harus menyembunyikan narasumber,” kenang Tika. Hal tersebut mengusiknya, sebenarnya sebuah materi untuk dokumenter bisa diolah menjadi tayangan fiksi tujuannya adalah menyampaikan informasi ‘terselubung’ yang ia dapatkan dari lapangan. Apalagi jika yang diangkat isu-isu sensitif. pesan akan lebih mudah disampaikan melalui gaya bercerita fiksi. Mulailah Tika belajar mengenai pembuatan film fiksi. Beragam hal yang tidak dapat ia olah ketika membuat dokumenter ia kemas dalam bentuk fiksi. Lahirlah karya pertamanya, film “Hari Ini Pasti Menang” (2013), yang bercerita mengenai perjudian di dunia sepak bola Tanah Air. Selain menyampaikan informasi yang tidak bisa ia sampaikan secara blak-blakan, sebagai penulis naskah film, ia bisa menyampaikan opini di dalam cerita yang sedang ia kerjakan. Tidak secara terbuka, tetapi pandangan Tika pasti ada di tengah-tengah ratusan halaman naskah film tersebut.

47

Menjadi seorang penulis naskah film juga membuat dirinya semakin kaya. Bukan soal materi, tetapi dari pola berpikir bagaimana ia mengambil keputusan, serta mendapatkan referensi untuk karyanya sendiri. Ia juga senang jika realitas yang ditulisnya bisa jadi fiksi berkualitas. Tidak ingin egois, penggemar Jonathan Nolan (penulis skenario “Memento,” “The Dark Knight” ) dan Tom Abrams (penulis skenario “The Notebook” ) ini pun ingin para penikmat film yang ditulisnya dapat memperkaya diri. Salah satu bentuknya adalah ketika ia mendapat tanggapan langsung dari penonton. Ia merasa informasi yang disampaikan berhasil diterima. “Artinya, ada sesuatu yang bertambah pada diri penontonnya,” katanya senang.2 D. Profil Tokoh Pemeran Film Tiga Srikandi 1. Reza Rahadian (Donald Pandiangan)

Gambar 3.3 Sumber : Tribun News

2 https://www.pesona.co.id/read/swastika-nohara-realitas-lewat- fiksi-berkualitas, diakses pada 22 Oktober 2020 pukul 07.27.

48

Reza Rahadian Matulessy (lahir di Bogor, 5 Maret 1987) atau yang lebih dikenal sebagai Reza Rahadian adalah seorang aktor berkebangsaan Indonesia yang mengawali karier sebagai model dan menjadi terkenal setelah perannya dalam Perempuan Berkalung Sorban. Ia belajar akting saat di sekolah menengah atas dan membuat debut filmnya pada tahun 2004. Dalam Film Tiga Srikandi Reza Rahadian berperan sebagai Donald Pandiangan, dalam film tersebut memiliki sosok yang sangat tegas, disiplin, dan bertanggungjawab. Donald Pandiangan berdasarkan film Tiga Srikandi merupakan tokoh penting dibalik nama Tiga Srikandi (Yana, Kusuma dan Lilies). Julukan Tiga Srikandi tidak akan muncul jika tidak ada sosok pelatih di belakangnya, yaitu Donald Pandiangan yang berhasil mencetak generasi pembawa nama harum Indonesia. Dalam film ini Reza Rahadian mampu memeragakan karakter Pandiangan dengan totalitas. Sejak menerima Piala Citra pertamanya pada tahun 2009, Reza telah berakting lebih dari 50 film; mulai dari komedi, laga, horor, roman, drama, hingga biopik. Sejauh ini, Reza telah dua belas kali masuk nominasi Festival Film Indonesia dan empat kali memenangkannya – tiga di antaranya dalam kategori Pemeran Utama Pria Terbaik. Reza lahir di Bogor, 5 Maret 1987 anak dari pasangan Rahim dan Pratiwi Widantini Matulessy.

49

2. Bunga Citra Lestari (Nur Fitriyana)

Gambar 3.4 Bunga Citra Lestari (Lahir di Jakarta, 22 Maret 1983) adalah seorang penyanyi dan aktris berkebangsaan Indonesia. Putri yang lahir dari pasangan Muchlis Rusli dan Emmy Syarif ini menghabiskan masa SMP-nya di Lhokseumawe, Aceh, lalu pindah ke Jakarta. Lagu hit-nya yang berjudul "Sunny" juga mengisi soundtrack untuk film Cinta Pertama. Ia pernah berduet dengan Pas Band yang merupakan awal kariernya di dunia musik. Kariernya dimulai sebagai pemain sinetron. Sinetron yang pernah dibintanginya antara lain Bukan Perempuan Biasa, ABG, Senandung Masa Puber, Dari Temen Jadi Demen, Penjaga Hati dan Bayu Cinta Luna. Ia juga terjun di dunia musik. Lagunya yang pernah menjadi hit adalah Saat Kau Pergi dan Aku Tak Mau Sendiri. Lagu Cinta Pertama (Sunny) yang merupakan soundtrack film Cinta Pertama membuat

50

nama Bunga Citra Lestari semakin populer. Lagu ciptaan Dewiq ini membuat impian Bunga menjadi penyanyi terwujud. Apalagi setelah album solo perdananya terjual 75 ribu kopi hanya dalam waktu dua minggu. Pemilik pipi chubby yang mengawali kariernya sebagai model iklan ini, juga populer dengan penampilannya bersama Ari Lasso lewat hit Aku dan Dirimu dalam album "The Best of Ari Lasso". Bunga yang berdarah asli Minangkabau ini merupakan sepupu dari Ivan Permana dan Intan Ayu Purnama. Aktris ini menikah dengan Ashraf Sinclair, seorang aktor asal Malaysia keturunan Melayu-Inggris yang juga putra seorang miliarder, pada tanggal 8 November 2008. Dalam film Tiga Srikandi, BCL berperan sebagai Yana. Yana merupakan senior diantara dua kawannya Lilies dan Suma. Yana memiliki sifat yang tegas, profesional, gigih, pantang menyerah dan selalu bersama menyemangati sahabatnya dalam suka maupun duka. 3. Chelsea Islan (Lilies Handayani)

51

Gambar 3.5 Chelsea Elizabeth Islan (lahir di Washington, D.C., 2 Juni 1995) merupakan seorang aktris berkebangsaan Indonesia. Ia telah bermain dalam beberapa film seperti Refrain, Street Society, Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar dan Dibalik 98. Dia juga bermain di serial televisi berjudul ?. Chelsea telah mendapatkan nominasi Piala Citra untuk Aktris Terbaik selama dua tahun berturut-turut, untuk film Di Balik 98 tahun 2015 dan Rudy Habibie tahun 2016. Pada tahun 2013, Chelsea mendapatkan peran pertamanya dalam film sebagai Annalise di Refrain. Chelsea juga tampil dalam video musik dari Noah yang berjudul "Tak Lagi Sama". Pada tahun 2014, Chelsea bermain pada film Street Society sebagai Karina, seorang DJ yang mempunyai dua karakter. Pada bulan Maret, dia bermain dalam serial

52

televisi Tetangga Masa Gitu? sebagai Bintang Howard. Pada bulan Desember, dia berperan sebagai Merry Riana dalam film Merry Riana : Mimpi Sejuta Dolar, yang menceritakan kehidupan Merry saat terpaksa mengungsi ke Singapura. Chelsea sendiri yang telah memiliki dasar dalam akting melalui panggung teater terbaik, tak kesulitan untuk memperlihatkan bakat akting yang ia miliki, yang membuat dirinya pun mendapat peran pendukung dalam film Refrain.3 Dalam film Tiga Srikandi Chelsea berperan sebagai Lilies yang mewakili daerah Jawa Timur. Chelsea memerankan karakter Lilies yang sifatnya suka membuat temannya tertawa, sedikit blak-blakan dan optimis. 4. Tara Basro (Kusuma Wardhani)

Gambar 3.6

3 https://id.wikipedia.org/wiki/Chelsea_Islan. Diakses pada 01 November 2020 pukul 17.44.

53

Andi Mutiara Pertiwi Basro (lahir 11 Juni 1990), yang dikenal sebagai Tara Basro, merupakan model dan aktris berkebangsaan Indonesia. Alumni GADIS Sampul 2005 waktu masih berdomisili di kota makassar, yang tidak lain adalah kota kampung halaman kedua orang tua Tara, pernah menjadi model Video Clip Group band Letto di Judul lagu "sebenarnya cinta", Tara memulai debut di dunia perfilman Indonesia dengan tampil sebagai Putri dalam sekuel terbaru Catatan Si Boy pada tahun 2011 berjudul Catatan (Harian) Si Boy. Setahun berikutnya Tara tampil dalam sebuah film omnibus bergenre horor Hi5teria dan sebuah film drama Rumah dan Musim Hujan. Setelah hanya membintangi satu film tahun 2013 bersama Pandji Pragiwaksono dalam Make Money, Tara membintangi empat film pada tahun 2014 yaitu Princess, Bajak Laut dan Alien film omnibus bergenre keluarga, The Right One sebuah film drama romantis berbahasa Inggris, Killers sebuah film thriller kerja sama Indonesia dan Jepang, dan Pendekar Tongkat Emas sebuah film tentang dunia persilatan. Pada tahun 2015 Tara berhasil meraih penghargaan Aktris Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2015 melalui peran sebagai Sari di film karya Joko Anwar. Wanita yang memiliki nama lengkap Andi Mutiara Pertiwi Basro ini akhirnya berhasil terjun dalam dunia seni peran yang

54

sesungguhnya. Banyak kesulitan yang dihadapi wanita berkulit eksotis ini saat memulai karier sebagai aktris, karena saat itu gadis yang akrab disapa Tara ini harus menyelesaikan pendidikannya di Australia selama 4 tahun. Saat kembali ke Tanah Air, wanita berdarah Lampung-Bugis ini mengikuti berbagai casting dan ternyata keberuntungan tak berpihak kepadanya. Hampir putus asa dan memutuskan untuk berhenti, tetapi kenyataan berkata lain saat Tara mendapatkan kesempatan untuk casting film Catatan (Harian) Si Boy, dan berhasil mendapatkan peran yang secara tidak langsung membuat namanya mulai diperhitungkan dalam dunia seni peran. Pada tahun 2016, Tara Basro dipasangkan dengan Allan Wu sebagai host untuk musim ke-5 dari The Amazing Race Asia.4 Dalam film Tiga Srikandi Tara berperan sebagai Kusuma Wardhani, atlet panahan yang mewakili daerah Ujung Sulawesi Selatan. Dalam film ini Suma miliki sifat lebih pendiam daripada teman-temannya namun tetap gigih, pantang menyerah, dan optimis.

4 https://id.wikipedia.org/wiki/Tara_Basro, diakses pada 01 November 2020 pukul 17.43.

BAB IV

TEMUAN DAN DATA PENELITIAN

A. Temuan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menemukan beberapa hasil temuan. Film Tiga Srikandi merupakan film yang diangkat dari kisah nyata . Swastika Nohara sebagai penulis skenario film ini mengatakan bahwa dirinya tertarik untuk mengangkat kisah-kisah perjuangan dari tiga pejuang atlet panahan wanita yakni Nurfitriyana, Lilies Handayani dan Kusuma Wardhani yang kemudian dijuluki sebagai “Tiga Srikandi” serta satu pejuang lainnya yang jarang diketahui orang adalah pelatih Tiga Srikandi itu sendiri yaitu Donald Pandiangan yang disebut sebagai Robin Hood Indonesia. Kisah dari masing-masing tokoh dalam film Tiga Srikandi ini memiliki beberapa pelajaran hidup yang dapat diambil dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga kemudian dikemas semenarik mungkin dan menjadi konsumsi tontonan masyarakat guna dapat mengambil ibrah dari cerita yang telah dikemas menjadi sebuah film. “Kisah-kisah heroik seperti ini yang sifatnya olahraga yang sifatnya seperti Tiga Srikandi dan film-film sejenis, secara langsung ataupun tidak langsung menularkan nilai-nilai sportivitas, perjuangan, pantang menyerah, proses, dan cinta tanah air, nah pantang menyerah dan proses ini yang dilihat kurang kuat di anak-

55

56

anak muda zaman sekarang. Mereka maunya cepat dan instan padahal semua hal baik itu pasti ada prosesnya. Kerja keras, prosesnya bertahun-tahun, berdarah-darah, pasti menangis, pernah kalah, dan hal yang seperti itu yang menurut saya sangat penting untuk kita teladani” Ujar Swastika Nohara saat ditemui di kediamannya. Berdasarkan hasil wawancara dan menonton film Tiga Srikandi, penulis mendapati pesan dakwah yang disampaikan melalui film ini seperti; tiada kesuksesan tanpa usaha, kerja keras dan perjuangan, kerelaan dalam berkorban demi cita-cita bangsa, sikap nasionalisme dan patriotisme, berlatih keras, tanggungjawab, kekeluargaan, kekompakan, kepedulian, mengutamakan kepentingan bersama, sikap optimis, pantang menyerah walaupun berkali-kali gagal, saling memotivasi, dan cara mengatasi sebuah konflik secara musyawarah merupakan sebuah pelajaran yang dapat diambil dari film Tiga Srikandi. Hal tersebut merupakan perilaku positif yang seharusnya dimiliki oleh setiap manusia, terutama umat Islam karena perilaku tersebut sudah tertera dalam kitab suci Al-Qur’an yang mana jika Al-Qur’an diterapkan sebagai pedoman kehidupan akan mendatangkan kemaslahatan bagi para pengamalnya. Selain itu, film Tiga Srikandi membuktikan bahwa wanita mampu berjuang keras layaknya seorang pria dalam hal ini adalah wanita mampu bersaing dan memperoleh juara di cabang olahraga bahkan sampai ajang

57

internasional yang umumnya cabang olahraga sendiri biasanya didominasi oleh kebanyakan kaum pria. B. Data Data yang penulis peroleh merupakan data hasil dari wawancara narasumber (penulis skenario) sekaligus observasi dengan mengamati film Tiga Srikandi yang berdurasi 02.03.35. Penulis menyusunnya dengan mencantumkan narasi dan dialog pada alur awal, tengah dan akhir sesuai dengan film yang ditayangkan. Berikut merupakan data, potongan gambar pemeran film yang sedang berdialog disertai dengan keterangan : Yana merupakan salah satu tokoh dari Tiga Srikandi. Yana seringkali mengikuti perlombaan panahan. Dalam film ini setelah Yana mengikuti berbagai perlombaan panahan, Yana mengetahui bahwa Indonesia akan mengikuti Olimpiade panahan yang diadakan di Seoul, Korea Selatan. Yana mengusulkan untuk mengganti pelatih karena sudah tiga kali dalam setahun pelatih selalu berganti karena merasa tidak cocok. Yana sangat menyayangkan jika peluang meraih kejuaraan di Olimpiade ini tidak diraih. Kemudian Pak Udi yang merupakan pendukung serta menjadi orang terdekat para atlet panahan termasuk Donald Pandiangan (pelatih Tiga Srikandi) ini mengatakan semoga sejarah tidak lagi terulang di mana pada tahun 1980 Indonesia berpeluang untuk meraih medali Olimpiade. Donald Djatunas

58

Pandiangan yang sering disebut-sebut sebagai Robin Hood Indonesia pun sudah siap pada saat itu namun pemerintah Indonesia membatalkan untuk alasan politik, sejak itu Robin Hood Indonesia menghilang karena kecewa. Yana pulang ke rumah dengan membawa bunga karena kemenangannya melawan Philipina, ibunya memberikan selamat kepada putri tercintanya, namun sangat disayangkan karena ayahnya tidak menyambutnya dengan baik.

Gambar 4.1 Sumber : Screenshot DVD Tiga Srikandi Yana : “Bapak mana? Yana mau kasih lihat ini (sambil menunjukkan medali yang dibawanya). Ayah Yana: Matikan lampu itu! malam-malam kok bikin rame.”

Yana : “Pak Yana menang”

Ayah Yana: “Lalu Bapak mesti ngapain?, mengirimkan karangan bunga? Loncat-loncat kegirangan?”

Ibu Yana : “Sudahlah Pak, jangan terlalu keras.”

59

Yana : “Bapak kok ngomongnya gitu sih? Ini kan jalan Yana menuju Olimpiade.”

Ayah Yana : “Kamu boleh buat bangga negara seribu kali, bisa berarti buat orang lain, tapi tidak untuk keluarga ini, cuma bisa bikin pusing kepala bapak.”

Yana menangis dan kecewa karena merasa perjuangannya tidak dihargai dan tidak didukung oleh ayahnya sendiri.

Donald Pandiangan memecahkan rekor dunia pada PON 1977 di Jakarta dan kelak menjadi juara Asia di Kalkuta, India. Karena prestasi Donald Pandiangan, Indonesia berharap meraih medali pada Olimpiade 1980 melalui cabang olahraga panahan.

Desember 1979, secara tiba-tiba Uni Soviet melakukan invasi ke Afghanistan. Gelombang protes terjadi di berbagai negara termasuk Indonesia, protes berlanjut hingga banyak negara memboikot Olimpiade Moskow pada tahun berikutnya. Indonesia ikut memboikot dan kehilangan kesempatan mendapat medali pertama pada ajang Olimpiade. Dari situ Donald Pandiangan menghilang karena rasa kecewanya terhadap pemerintah.

Kusuma Wardhani, seorang wanita yang memiliki cita-cita tinggi menjadi atlet panahan untuk mengharumkan nama bangsa sangat menginginkan mengikuti Olimpiade panahan di Seoul, sebelumnya Kusuma bekerja sebagai karyawan di sebuah toko sepatu di daerahnya Sulawesi.

60

Suatu waktu, Suma mendapat teguran dari atasannya karena Suma sudah mengganti baju kerjanya sebelum waktunya.

(00.06.38)

Gambar 4.2 Bos Suma : “Kenapa kau ganti bajumu”?

Suma: “Maaf pak, saya harus latihan karena sebentar lagi akan mengikuti seleksi di Jakarta.”

Bos Suma : “Jika kau sibuk latihan maka tidak usah kerja, sudah berapa kali kau tolak shift sore hanya karena latihan, kau harusnya patuh aturan. Kalau kau mau pergi maka besok tidak usah kerja di sini lagi, karena masih banyak orang yang mengantri untuk bekerja di sini”.

Suma sadar bahwa apa yang dikatakan bosnya benar, Suma kemudian memilih untuk merelakan pekerjaannya dan melanjutkan cita-cita demi mengharumkan nama Indonesia dengan mengikuti pelatnas di Jakarta untuk kemudian diseleksi Olimpiade Seoul.

(00.08.18)

61

Gambar 4.3 Lilies merupakan tokoh atlet panahan wanita yang mendapat dukungan dari Ibunya yang sekaligus mantan atlet panahan wanita dan merupakan pelatih anaknya sendiri “Lilies”. Ibu Lilies memerintahkan Lilies untuk terus fokus dalam latihan, karena seringkali dalam pelatihan Lilies tidak konsentrasi sehingga sasaran panahannya terus meleset.. Dalam film ini Lilies mendapat dukungan dari orang tuanya, berbeda dengan kawan lainnya yang kesulitan mendapat dukungan dari orang tuanya masing-masing. Hanya saja dalam film ini Lilies memiliki kekasih yang hubungannya sama sekali tidak direstui oleh ibunya, pria tersebut bernama Denny. Dengan itu ibu Lilies khawatir nantinya Lilies justru akan semakin tidak fokus dalam panahannya jika berhubungan dengan lelaki yang tidak direstui ibunya itu.

62

(00.08.36)

Gambar 4.4 Suma berboncengan dengan ayahnya sambil berbincang-bincang tentang pekerjaan yang Suma tinggalkan hanya demi pelatihannya supaya dapat mengikuti seleksi di Jakarta. Namun ayahnya mengatakan bahwa Ayah lebih senang jika Suma menjadi PNS.

Ayah Suma : “Kapan tempat kerjamu buka obral sepatu? Ayah ingin beli sepatu”

Suma : “Suma sudah tidak bekerja di situ Pak”

Ayah Suma : “Sejak kapan? Kenapa bapak tidak tahu?”

Suma : “Sejak tadi, abis capek pak disuruh ganti shift sore, sudah tahu mau latihan.

Ayah Suma : Sebenarnya bapakmu lebih suka kau jadi PNS, ikutilah tes PNS besok lusa.”

Suma menuruti kemauan ayahnya dengan mencoba mengikuti tes PNS tersebut.

63

Di sisi lain Pak Udi sedang sibuk-sibuknya mencari Donald Pandiangan yang kabarnya sudah tidak lagi diketahui, namun ia tidak patah semangat dan terus berusaha untuk menemui Donald Pandiangan lewat kerabat-kerabatnya untuk menarik kembali Pandiangan ke dunia olahraga panahan.

(00.11.33)

Pada malam minggu Yana akan keluar, namun ayahnya melarang dan menyuruhnya untuk ganti baju dan tetap fokus untuk mengerjakan skripsinya. Menurut ayahnya gunakan malam minggu untuk mengganti waktu- waktu yang telah dibuang selama ini hanya untuk urusan panahannya. Yana membantah dan mengatakan bahwa Yana hanya ingin keluar sebentar dan tidak perlu dikekang seperti itu, karena merasa sudah mampu mengurus dirinya sendiri. Ia berusaha meyakinkan ayahnya bahwa Skripsinya pasti akan selesai.

Gambar 4.5 Yana : “Bapak ini kenapa? Yana Cuma ingin pergi sebentar saja pak, jangan bikin Yana jadi tentara gitu dong

64

pak, semuanya mau bapak atur. Skripsi Yana pasti akan selesai”

Ayah : “Selama kamu masih tinggal di bawah atap rumah ini, turuti aturan bapak”

Yana menuruti kemauan ayahnya dan kembali ke kamar Yana.

(00.12.33)

Gambar 4.6 Suma sedang berkumpul dengan keluarganya, Suma meminta izin kepada ayahnya bahwa bulan depan Suma akan mengikuti seleksi di Jakarta sekaligus membeli peralatan panahan yang baru karena yang lama sudah tidak layak pakai, ayahnya menanyakan apakah tidak mendapat peralatan dari sana? Suma menggelengkan kepalanya dan ayahnya hanya terdiam. Sementara ibunya mendukung Suma dengan memberikan nutrisi terbaik untuk dikonsumsi oleh Suma karena menyadari bahwa putrinya adalah atlet dan membutuhkan asupan-asupan yang baik.

(00.14.12 )

65

Gambar 4.7 Pak Udi mendatangi kediaman Donald Pandiangan membicarakan terkait Olimpiade yang akan diikuti oleh Indonesia, namun Pandiangan tidak menyambutnya dengan baik, karena teringat pengalaman pahitnya pada masa lalu.

Pak Udi : “Pandi”

Pandiangan : “Mau apa lagi kamu? Tidak cukup kau hancurkan hidupku?”

Pak Udi : “Aku datang ke sini untuk memintamu melatih Olimpiade panahan”

Pandi : “Aku tidak butuh kesempatan itu sekarang, 8 tahun lalu aku butuh kesempatan ini saat kita batal berangkat ke Moskow”

Pak Udi : “Pandi, dengar aku dulu, kalau saja aku bisa bilang, aku bisa berkata, aku bela atletku mati-matian. Tapi aku bisa bilang apa? Pemerintah sudah memutuskan untuk memboikot, ini politik.”

66

Pandi : “Jam kerja ini, saya mau kerja tolong jangan ganggu”

Pak Udi : “Oke. Bengkel seperti ini bukan tempatmu Pandi, apalagi minum-minum di bar murahan, itu yang kamu inginkan? Sampai-sampai kamu mengabaikan kepentingan negara. Bukannya medali Olimpiade menjadi impian kamu?”

Dengan perasaan sedih Pak Udi pergi meninggalkan bengkel Pandiangan dan meletakkan koran yang berisikan berita Donald Pandiangan menjadi juara panahan pada masa itu dengan tujuan Pandiangan mengingat kembali masa-masa perjuangan.

(00.16.50 – 00.20.32)

Gambar 4.8 Denny mengantarkan Lilies sampai rumahnya setelah melakukan perjalanan. Denny kekasihnya itu mengetahui bahwa Lilies sudah ditunggu oleh Pria bernama Widjanarko di rumahnya, pria yang lebih disukai ibunya dibanding dengan Denny. Janarko seringkali

67

mengiming-imingi Lilies dengan busur panahan yang kualitasnya bagus dan didatangkan langsung dari Kalimantan, namun Lilies tidak mau, justru memberikan nasihat untuk pria tersebut bahwa segala sesuatu tidak bisa didapatkan dengan hanya iming-iming.

Lilies : “Andalan mas Janarko memang suka mengiming- imingi make hadiah yo? Mengiming-imingi orang yang tidak membutuhkan itu jatuhnya mubazir loh, lebih baik membantu anak-anak yatim yang lebih membutuhkan bantuan dari orang-orang kaya yang tidak tau cara menghabiskan uangnya.”

(00.20.45)

Gambar 4.9 Setelah berpikir panjang Pandiangan memutuskan untuk datang ke lapangan pelatihan panahan melihat orang- orang yang sedang berlatih dan kemudian menemui Pak Udi. Pak Udi terkejut karena melihat Pandi di tepi lapangan, ia saling tersenyum dan merasa bahagia karena kedatangan Pandi.

68

Setelah mereka bertemu, Pak Udi dan Pandi membicarakan tujuannya yakni menawarkan Pandi untuk melatih tim putri, namun Pandi menolak dengan tegas. Menurutnya tim panahan wanita memiliki potensi yang sama, namun persoalannya adalah pada dirinya yang memiliki sikap keras dan tegas. Sedangkan Dadang Ajiji yang sebelumnya ditugaskan untuk melatih tim putri karena kedatangan Pandiangan, Dadang dialihkan untuk mengajar tim putra.

Pak Udi : “Besok anak-anak harus melalukan seleksi nasional, dan akan segera dimulai, kamu lebih baik fokus dengan program ini. Kalau kamu ingin melihat sang saka merah putih berkibar di atas dunia, sekarang saatnya”.

Akhirnya, Pandiangan siap menerima tawaran Pak Udi dengan memberikan syarat bahwa dirinya akan melatih tim putri dengan caranya sendiri dan tanpa urusan organisasi sedikitpun. Pak Udi menyepakati hal tersebut.

(00.24.51)

Lilies dan kekasihnya membicarakan tentang keberangkatan Lilies ke ajang seleksi di Jakarta. Mereka menghawatirkan hubungan yang sudah lama terjalin akan merenggang. Namun mereka terus yakin dan saling menyemangati. Denny kekasihnya itu akan terus berusaha dan memperjuangkan restu dari ibu Lilies yang selama ini enggan merestui hubungan keduanya.

69

(00.26.35 - 00.28.00)

Gambar 4.10 Suma sedang mempersiapkan keberangkatannya menuju pelatnas di Jakarta, ibunya terus memberikan nasihat supaya ia mematuhi dan mendengarkan perintah pelatihnya, kemudian Suma meminta doa dari sang ibu. Namun tidak lama, tukang pos datang dan mengantarkan surat dari panitia penerimaan CPNSD kota Ujung Pandang. Suma membacanya, kemudian ayahnya menanyakan surat apa yang datang sambil melihat ke arah surat yang dibaca Suma. Didalam suratnya tercantum nama Kusuma Wardhani yang lolos menjadi PNS, Wajah ayah dan ibunya sangat bahagia, namun Suma justru diam dan merenung memasang wajah yang sedih. Ayahnya terus bersyukur karena doa dan harapannya terkabul karena anaknya diterima menjadi PNS. Suma tetap melanjutkan persiapan keberangkatannya ke Jakarta, dan ayahnya marah karena menyayangkan tindakan Suma yang lebih memilih tetap pergi.

70

Ayah Suma: “Kau tetap pergi? Lebih enak jadi pegawai, jam kerja jelas, naik pangkat kau, pensiunan dapat. Lagipula kau tidak kepanasan di lapangan.”

Suma : “Pak, ini untuk Olimpiade”

Ayah : “Belum tentu kau berhasil di sana, kau masih harus tetap berjuang toh? Tapi kalau PNS diterima, ini sudah pasti.”

(00.29.53 – 00.33.44)

Gambar 4.11 Pandiangan pelatih tegas tersebut menjelaskan dan mengingatkan kepada para calon peserta akan aturan- aturan yang wajib diikuti oleh calon yang akan diseleksi.

Lilies yang datang terlambat membuatnya mendapat hukuman. Pandiangan menyuruhnya untuk cepat dengan menghukum Lilies untuk lari mengelilingi lapangan sebanyak tujuh kali.

71

“Musuh terbesar seorang pemanah adalah dirinya sendiri” (Please note that the biggest enemy of an archer is himself). Fokus!” ucapnya dengan tegas.

Pandiangan melatih para calon atlet dengan tegas, tidak membedakan pria atau wanita karena tindakannya semata-mata untuk kesuksesan mereka supaya dapat memperoleh medali Olimpiade.

Latihan di hari pertama Lilies dihukum untuk tidak mengikuti pelatihan bersama kawannya, namun Lilies tetap berlatih sendiri.

Pada alur ini Suma dan Lilies berkenalan. Suma memiliki sifat pendiam sementara Lilies sebaliknya, ia periang, humoris, dan tidak malu-malu. Lilies terus menanyakan Suma dengan cara bicara khasnya (jawa timur), Suma hanya mendengarkan Lilies yang terus berbicara.

Sementara Yana dalam film ini berkarakter sebagai wanita cerdas, tegas, aktif dan memiliki jiwa solidaritas yang tinggi dalam menyemangati dua kawannya.

Pengumuman penerimaan seleksi pelatnas Olimpiade di Sukabumi diumumkan oleh Donald Pandiangan. “Akhirnya saya umumkan, nama-nama yang lolos pelatnas Olimpiade di Sukabumi, keputusan saya bersifat mutlak, yang tidak terpilih jangan juga berkecil hati. Jalan kalian masih panjang, banyak cara untuk mengukir prestasi”.

72

Pada tahap ini pengorbanan Yana, Suma, dan Lilies tidak sia-sia karena mereka berhasil lolos memasuki tahap awal yaitu tahap penyeleksian. Yana, Lilies dan Suma segera diberangkatkan dari Jakarta menuju Sukabumi untuk berlatih lebih fokus dalam mempersiapkan Olimpiade.

(00.37.00 – 00.38.00)

Gambar 4.12 Ibu Yana : “Yana, tunggu. Kenapa kamu pergi tanpa pamit? Masih marah sama bapak? Yana, kamu kan tahu bapak pensiun dari pekerjaan, banyak kekecewaan pada masa tuanya, jadi dia melimpahkan kemarahannya pada keluarganya sendiri.”

Yana : “Yana cuma tidak ingin menanggapi sikapnya bapak Bu, Yana harus fokus untuk pelatnas Olimpiade, ibu tau kan, Olimpiade ini penting buat Yana.”

Ibu Yana : “Ini mesin ketiknya, jangan lupa menyelesaikan skripsimu yah, hati-hati ya Nak.”

73

Gambar dan dialog tersebut merupakan adegan saat Yana memiliki kendala keberangkatan karena sulitnya mendapat izin dari ayahnya, kemudian Yana pergi tanpa berpamitan kepada ayahnya. Ibunya terus menasihati Yana dengan lembut dan mencoba memberikan pengertian kepada Yana tentang keadaan ayahnya yang baru saja pensiun, menurutnya hal itu menjadi penyebab ayahnya sering marah-marah kepadanya dan sekelilingnya. Yana menjawab dengan tenang bahwa tujuan Yana pergi tanpa izin adalah menghindari adanya emosi dan konflik berlebihan antara Yana dan ayahnya, karena menurutnya jika hal itu terjadi akan membuang banyak tenaga sehingga bisa membuatnya tidak totalitas dalam berlatih. Yana tidak akan membuang waktu dengan hal tersebut dan lebih memilih untuk tetap fokus dalam persiapan Olimpiade. Yana mencoba menjelaskan kepada ibunya bahwa Olimpiade sangatlah penting baginya, karena ia akan membawa nama baik Indonesia.

Ibu Yana mendukung, menasihati dan mendoakan Yana serta tetap mengingatkan Yana agar skripsinya tetap dikerjakan. Selain itu ibunya membawakan alat ketik untuk Yana supaya di bawa ke Sukabumi dengan harapan Yana dapat mengerjakan skripsinya saat sedang tidak berlatih. Dengan kepedulian sang ibu, Yana merasa tenang dan melakukan pemberangkatan bersama temannya.

(00.41.54)

74

Sesampainya Sukabumi, Yana Lilies dan Suma ditempatkan di sebuah tempat penginapan yang akan menjadi tempat tinggalnya selama berlatih di Sukabumi. Pada pagi hari, Pandi sudah membangunkan tiga atlet tersebut. Ia mengingatkan bahwa diirnya akan memberi sanksi untuk siapa saja yang terlambat. Sebelumnya Yana, Lilies dan Suma memakai jaket yang bertuliskan wilayah masing-masing, di mana Yana memakai jaket bertuliskan DKI Jaya karena ia merupakan perwakilan Jakarta, Suma yang bertuliskan mewakili daerah SULSEL dan jaket Lilies bertuliskan JATIM.

Gambar 4.13 Namun Donald Pandiangan memerintahkan mereka semua untuk melepas semua jaket yang dipakainya dengan alasan murid-muridnya harus bersatu untuk mewakili Indonesia, bukan daerahnya masing-masing.

“Kalian tahu, mengapa saya suruh lepas jaket kalian? Kalian-kalian ini bukan lagi wakil-wakil provinsi tapi wakil-wakil Indonesia.” (Yana dan kawannya hanya mengangguk-angguk).

75

Kemudian Yana, Suma dan Lilies diperintahkan sebelum memulai pelatihan untuk membiasakan olahraga di pagi hari dengan berlari menaiki dan menuruni bukit sementara Donald Pandiangan terus memantau mereka dan tidak membolehkan siapapun untuk berhenti di tengah jalan tanpa seizinnya. Sikap tegas Pandi yang nantinya akan membuat mental dan fisik mereka lebih kuat lagi. Pandiangan membiasakan mereka untuk tidak mudah menyerah, apalagi terus menerus mengeluh. Yana yang mengeluh merasakan sakit di bagian punggung mengeluhkannya pada Pandiangan, namun pelatih tidak mengizinkan Yana dan temannya untuk berhenti. Pandiangan memerintahkan mereka untuk terus berlari sampai waktu yang ditentukan.

Gambar 4.14 Yana : “Bang, bahu sakit banget”

Pandiangan : “Kau terus jalan aja, Lari,, Lari,,!”

Setelah sampai di tempat istirahat, Pandiangan mendekati Yana dan dua kawannya, di hari pertama

76

Donald Pandiangan tidak langsung memerintahkan mereka untuk pelatihan panahan, namun Pandiangan membawa alat-alat bersih untuk memotong rumput di kebun disekitar halaman pelatihannya. Yana Suma dan Lilies kebingungan sambil memegang alat-alat yang diberikan pelatihnya tersebut.

Selain memiliki sikap tegas, Pandiangan merupakan sosok yang peduli akan kebersihan lingkungan, sehingga tidak hanya mental dan fisik yang dilatih, kepedulian terhadap lingkunganpun tertanam pada dirinya. Dalam Islam dijelaskan bahwa Allah menyukai segala sesuatu yang indah. Bahkan hal ini telah disinggung oleh hadis bahwa kebersihan merupakan bagian dari iman “An- Nadzafatu Minal Iman”

Sementara Lilies dan Suma bingung, mengapa mereka justru disuruh untuk membersihkan rumput di kebun sekitar tempat tinggalnya, dan Yana bahkan memberikan semangat dan pengertian kepada kedua sahabatnya itu.

(00.42.50 )

77

Gambar 4.15 Suma : “Ini kita sudah pindah cabang olahraga kah?”

Lilies : “Iyo, cabang olahraga berkebun.”

Yana: “Kan berkebun sehat, bisa melatih otot lengan kan?”

Kemudian pelatihnya tetap memantau dan melarang mereka untuk mengobrol,

Pelatih : “Diam, sedikit bicara banyak bekerjalah.”

(00.44.00)

Setelah melakukan pemanasan dengan lari pagi, membersihkan kebun, mereka melanjutkannya untuk pelatihan otot lengan dengan mengangkat barbel, melatih keseimbangan dengan menaiki dream bekas dan menaikinya sambil mengatur busur panahan.

78

Gambar 4.16 Yana : “Bang, ini berdiri aja susah bang.”

Pandiangan: “Terus, lurus, tegak. Jangan ada yang lihat ke bawah, lihat ke depan semua. Lihat ke depan semua dan angkat busur kalian semua.”

Setelah pelatihan yang memakan banyak tenaga, kemudian mereka beristirahat. Keesokan harinya, Dadang sebagai pelatih putra menanyakan kepada pak Udi terkait pelatihan tim putri dan mengatakan bahwa tim putri merasakan kesulitan belajar dengan Donald Pandiangan.

Dadang : “Pak Udi, bagaimana dengan perkembangan tim putri Pak? Saya dengar mereka kesulitan dengan metodenya bang Pandi”

Pak Udi: “Kamu tau dia kan? Dia memang orangnya sangat keras dan disiplin. Tapi aku yakin anak-anak itu pasti bisa kok.”

Dadang : “Ya iya pak, tapi jangan terlalu keras juga.”

79

Pak Udi: “Kenapa kamu harus sibuk ngurusin tim putri? Lebih baik kamu konsentrasi dengan tim putra. Ini butuh persiapan yang sangat matang.”

(00.50.00)

Gambar 4.17 Seperti hari biasanya setiap pagi Yana Suma dan Lilies sebelum latihan membiasakan untuk lari pagi dengan jarak yang jauh, namun kali ini mereka mencoba melanggar aturan Pandiangan dengan berhenti di tengah jalan dan memutuskan untuk sampai ke tempat peristirahatan dengan menaiki angkutan umum. Namun aksinya mengakibatkan mereka terkena hukuman untuk mengulang kembali pemanasan (lari paginya) karena pelatih mengetahui pelanggaran yang dilakukan oleh mereka. Menurutnya seorang atlet harus memiliki sikap jujur dan tidak melawan aturan karena akan berpengaruh kepada keprofesionalitasannya.

Yana, Suma dan Lilies kembali melakukan aktivitas seperti biasanya dengan berlatih keseimbangan diri mengatur cara menggunakan busur di atas dream kosong.

80

Gambar 4.18 Lilies yang tidak fokus latihan dengan terus mengobrol membuatnya dihukum dengan hukuman berlatih sendiri ketika memasuki jam istirahat.

Hal ini dilakukan supaya Lilies lebih mengoptimalkan diri dan memanfaatkan waktu sebaik- baiknya untuk terus berlatih mengembangkan kemampuan memanahnya.

Memasuki jam istirahat pada malam hari, Yana Suma dan Lilies bercanda gurau dan berkomunikasi sehingga mereka menjadi lebih dekat dan saling mengenal satu sama lain. Lilies dalam film ini memiliki karakter yang humoris, membuat teman-temannya selalu tertawa.

Kemudian Lilies meminta maaf atas tindakannya dan kemudian mereka saling memberi hiburan dengan menari-nari supaya temannya tersenyum.

(00.58.56)

81

Gambar 4.19

Donald Pandiangan datang kepada Pak Udi. Sebagai pelatih, Pandi ingin yang terbaik untuk anak didiknya. Pandi menanyakan alat baru untuk tim panahan putri, namun Pak Udi menjawab bahwa tidak ada bantuan dari pemerintah dan keuangan organisasi yang minim. Pandi sangat mengharapkan pemerintah peduli terhadap anak bangsa yang akan berjuang mengharumkan nama bangsa Indonesia.

Pandi : “Jadi kapan alat baru itu ada?”

Pak Udi : “Ya sabar-sabarlah, saya juga sedih.”

Pandi: “Pak, bapak juga tahu kan? Atlet-atlet luar negeri sekali mereka bertanding dua bahkan sampai tiga set anak panah, sedangkan anak-anak kita satu set anak panah dipakai untuk berlatih dan juga untuk bertanding.”

Pak Udi : “Iya, saya tahu, tapi kamu juga tahu kan, keuangan organisasi kita?”

Pandiangan : “Organisasi lagi dibawa, cerita lama itu pak.”

82

(01.03.56)

Gambar 4.20 Pada suatu hari Ibu Lilies menjenguk Lilies. Pada awalnya diantara Yana dan Suma, hanya ibu Lilies yang sangat mendukung putrinya itu supaya terus maju dan fokus dalam berlatih panahan dan mendukungnya untuk ikut seleksi di pelatnas kemudian berlanjut ke Olimpiade. Namun berjalannya waktu Ibu Lilies berubah pikiran untuk menikahi anaknya dengan pengusaha muda, pemuda itu bukanlah Denny melainkan Janarko. Janarko lebih diyakini Ibu Lilies akan dapat membahagiakan Lilies dari pada Denny. Lilies juga diminta ibunya untuk tidak melanjutkan pelatihannya karena ibunya tahu nasib para atlet di Indonesia yang merasakan kurangnya perhatian dari pemerintah. Saat ibu Lilies memberitahukan Lilies bahwa ada pria yang akan melamar Lilies dan ingin segera meresmikan pernikahan, Lilies tetap menolak dan memilih untuk tetap melanjutkan pelatihannya karena keinginannya untuk membanggakan nama Indonesia di ajang Olimpiade.

Ibu : “Lis, Kapan mulih? Kang Janarko udah nanyain kamu loh.. dia ingin cepat-cepat meresmikan.”

83

Lilies : “Meresmikan opo? Bu, Ibu kan tahu Lilies tidak suka dengan dia bu.”

Ibu : “Lagian kamu masih pacaran terus sama Denny, buat apa Lis? Ibu sama Bapak ini mantan atlet, kami tahu betul susahnya jadi atlet di Indonesia.”

Lilies: “Kalo hidup jadi atlet susah, kenapa Ibu kasih izin lilies kesini?”

Ibu : “Lis, kamu kan perempuan, nek suamimu kaya uripmu kepenak, Ibu bukannya benci sama Denny, tapi Ibu cuma mikirin masa depanmu dan uripmu ora rekoso. Denny wis ngerti kok karepku.”

Lilies: “Oh, pantesan Denny ngga mau terima telfonku lagi, aku wis keroso buk, Ibu ngomong opo ke Denny?”

Ibu : “Kamu tuh ya, umurmu baru 21 tahun tahu apa tentang cinta? Pokoknya kamu urus tiket pulangmu sebelum tanggal 24 Desember. Janarko sama wong tuane mau lamar kamu. Jangan bikin malu ibu.”

Ibu Lilies kembali ke Jakarta dan memutuskan untuk mencari penginapan di Jakarta. Namun tidak lama kemudian Lilies mendapat kabar bahwa Ibu Lilies dirawat di Rumah Sakit karena mengalami kecelakaan. Pandiangan selaku pelatih yang bertanggungjawab mengantarkan Lilies ke tempat Ibunya dirawat. Sementara kekasih Lilies yang Ibunya tidak merestuinya datang menemani untuk

84

mendampingi Lilies. Lilies meminta maaf atas segala kesalahan yang telah dilakukannya.

Lilies: “Bu, maafin Lilies yo buk, bukan maksud lilies nggak nurut sama ibu bbukan maksud lilies melawan ibu, lilies tau lilis sering mengecewakan Ibu, tidak nurut sama ibu, tapi sekali ini aja ya bu, lilies minta restu menikah sama denny buk. Lilies janji lilies akan membawa pulang medali dari olimpiade, lilies janji bu. Lilis akan mewujudkan harapan ibu. Lilies janji. Kang Denny pasti bisa membahagiakan lilies bu.”

(01.13.52)

Setelah lilies menyampaikan semua pesan kepada Ibunya, Ibunya meninggal dunia

Gambar 4.21 Pandiangan, Denny, Lilies, Yana dan Suma ikut mengantar ke pemakaman Ibunda Lilies, Sementara Pandiangan menasihati Lilies untuk tidak berlarut dalam kesedihan.

85

“Lilies saya tau apa yang kau rasakan saat ini, tapi abang perlu tahu kapan kau akan kembali ke Sukabumi,” teman-temannya menegur Pandiangan karena merasa bukan waktu yang tepat untuk membahas masalah ini. “abang mengerti, abang juga pernah mengalami apa yang pernah kau alami, mamaku meninggal sehari sebelum abang bertanding, hancur abang, apa yan abang lakukan? Tidak diam, tidak mulu bersedih, abang bangkit berdiri melanjutkan kewajiban abang, abang yakin ibu akan bangga dengan itu abang mengerti situasimu sangat sedih, tapi ibumu akan bangga melihat anaknya berjuang di ajang yang begitu besar. Tiga hari dari sekarang adalah menuju Olimpiade.”

(01.17.00)

Lilies Yana dan Suma berlatih kembali dan dipantau langsung oleh Pak Udi di Jakarta karena mendekati hari Olimpiade. Hasil skor latihan biasanya selalu memuaskan di atas nilai 400 saat di pelatnas Sukabumi. Namun saat dipantau langsung hasilnya di bawah skor yang biasanya didapat, sehingga atasan meragukan kemampuan mereka untuk mengikuti Olimpiade. Pak Udi, dan Pandiangan merasa kecewa dengan hasil latihannya.

86

Gambar 4.22 Pandiangan : “Kau ini bertanding untuk siapa?”

Suma : “Maaf bang, susah”

Pandi : “Ya sudah pasti susah, dilihat dari caranya saja itu tidak halus, jarimu tidak rileks, bagaimana kau dapat release yang halus? mau menangis lagi? Kau ini sudah belajar basic panahan kan? Yang perlu kau perhatikan adalah bagaimana kecepatan anak panah dan arah yang sudah pasti sama, maka dengan itu kau akan mendapatkan rilies yang halus, mulus itu terbangnya, bukan gradak gruduk, siapa yang mengajar? Di sini yang melatih abang”.

Pandiangan pergi dengan tujuan Suma, Yana dan Lilies intropeksi dan memperbaiki kesalahannya. Sementara pak Udi kecewa karena sudah meletakkan kepercayaan kepada Pandiangan bahwa Pandiangan akan mampu melatih anak didiknya menjadi atlet panahan putri yang sukses dan handal dalam memanah, namun saat disaksikan karena mendekati Olimpiade justru skor tidak sesuai dengan yang

87

diharapkan. Pandiangan terus meminta supaya Pak Udi memaklumi keadaan yang telah menimpa anak didiknya, namun Pak Udi terus menegaskan kepada Pandi bahwa jiwa keprofesionalan harus terus ditanamkan dalam diri dan tidak boleh menyalahkan keadaan karena hal itu yang akan membuat diri semakin lemah dan gagal meraih tujuan.

Pak Udi : “Kau lihat tadi, skor jauh di atas minimal”

Pandiangan : “Sabar pak sabar, kalau kau melihat latihan mereka di Sukabumi, skor mereka di atas rata-rata. Saat ini mereka mengalami persoalan mental psikologis, mentalnya jatuh, sabarlah dulu, dan kau tahu sendiri Ibunya Lilies juga baru saja meninggal”

Pak Udi : “Mengapa dalam setiap kegagalan kamu terus menyalahkan keadaan? Kenapa?, pantas saja prestasimu terus melorot dan batal pergi ke Moskow, kau tahu mengapa aku tidak peduli waktu kau gagal pergi ke Moskow? Kau tidak punya jiwa yang kuat, kau cepat frustasi dan menyalahkan orang lain, dan ketiga kau tidak pernah belajar untuk menerima keadaan”

Pandiangan: “Kau beri aku kesempatan, satu kali lagi, kalau nanti sampai gagal lagi, boleh kau batalkan pergi ke Seoul” Ujarnya sambil meyakinkan Pak Udi bahwa dirinya pasti mampu.

Dengan penegasan Pak Udi, akhirnya Pandiangan belajar dari kesalahannya dan meyakinkan Pak Udi bahwa

88

dirinya mempu membawa nama baik Indonesia di ajang Olimpiade lewat tiga atlet panahan putri.

Dari kesalahan masing-masing, mereka menyadari dan terus berusaha untuk menjadi lebih baik lagi. Tiga atlet wanita tersebut berlatih kembali dengan suasana yang berbeda, mereka berlatih di alam terbuka sekaligus refreshing untuk menenangkan pikiran mereka setelah mengalami masalah-masalah sulit yang baru saja dihadapinya. Ini adalah usulan dan usaha Pandi yang menginginkan anak asuhnya tetap ceria dan fokus saat latihan supaya mendapatkan hasil terbaik.

Gambar 4.23 “Fokuskan pikiran kalian kepada target, hanya pada sasaran, tarik nafas, hiraukan suara-suara yang lain, fokus, kalian berpacu pada waktu dan tetap harus fokus, Happ,,, release, ayo coba lagi” ujarnya sambil mengarahkan aba-aba.

Setelah berlatih, mereka berkumpul dan menonton TV bersama warga menonton ajang olahraga perwakilan Indonesia melawan negara lain. Dari sana mereka

89

mendengar kekecewaan penonton, karena atlet Indonesia gagal menciptakan skor. Mereka mengetahui bahwa masyarakat Indonesia sangat mengharapkan atlet Indonesia mampu memenangkan perlombaan. Yana Suma dan Lilies ingin menunjukkan bahwa dirinya akan berhasil mengharumkan nama Indonesia, sehingga masyarakat Indonesia bangga.

Gambar 4.24 “atlet-atlet sekarang mlempem-mlempem” ujar para warga yang sedang menonton perlombaan atlet.

Kemudian Pandiangan berkata kepada tiga anak didiknya “kemari kalian, kalian lihat mereka itu? Mereka itu rakyat, yang membiayai keperluan kalian, mau kalian mengecewakan mereka? Kalau begitu, raih kesempatan kalian. Buat Indonesia bangga. Manfaatkan.”

Menjelang keberangkatan Olimpiade, Yana pulang untuk meminta maaf kepada orang tuanya dan berharap kepulangannya mendapat restu dari ayah yang sebelumnya enggan meridhai Yana untuk ikut Olimpiade.

90

Gambar 4.25 “Maafkan bapak selama ini sudah keras sama kamu nak, bikin bangga negeri ini, lakukan yang terbaik, bapak bangga sama kamu” Yana menangis terharu karena ayahnya memaafkan Yana dan memberikan restu serta doa terbaik untuk anaknya.

Sementara Suma meminta restu kepada orang tuanya lewat telepon dikarenakan jarak lokasi Suma dan orang tuanya cukup jauh yakni Sulawesi dan Jakarta. Suma pun mendapat restu dan kemudian didoakan oleh kedua orang tuanya.

Tiba saatnya Yana, Suma dan Lilies bertanding di Olimpiade Seoul.

Gambar 4.26

91

Saat bertanding Yana Suma dan Lilies memanah pada jarak 30 meter, kemudian disusul bertanding pada jarak 50 meter. Pada awal pertandingan, Yana Suma dan Lilies tersisih. Pemenang pertandingan pertama diraih oleh Korea . Namun masih tersisa pertandingan ber regu untuk tim panahan putri pada esok harinya.

“Saya Irama Sukandar melaporkan dari atlet Seoul, dan baru saja kita sama-sama mengetahui bahwa bagaimana hasil akhir dari pertandingan panahan perseorangan putri dan ini dia mereka, Yana, berikan komentar untuk pertandingan tadi Yana” Lapor reporter Indonesia.

“Sebentar, mereka saat ini sangat lelah, jadi saya harapkan kalau ada pertanyaan nanti saya jawab, masih ada pertandingan selanjutnya.” Ujar Pandi.

Reporter mengarahkan pertanyaannya kepada Lilies “bagaimana perasaannya ketika di lapangan cepat tersingkir saat bertanding” Lilies hanya terdiam dan merasa terpukul. Lilies terus menangis dan merasa tidak percaya diri. Namun Yana terus menyemangati Lilies bahwa mereka semua pasti bisa karena masih diberikan kesempatan.

Pandiangan: “Kalian ingat baik-baik, kegagalan hari ini bukanlah kiamat. Masih ada kesempatan satu kali lagi, dan ini kesempatan akhir kita. Kalau ada sesuatu yang bisa

92

dilakukan oleh kalian, kalian boleh bilang apapun itu.” Yana : “Gimana kalau abang tidak perlu ngomong selama pertandingan?” Pandiangan menuruti kemauan Yana.

Setelah itu mereka kembali bertanding di ajang ber regu.

“Inilah sisa kesempatan satu-satunya meraih medali lewat panahan regu putri Atlet panahan Indonesia terus berjuang saudara-saudara, mereka bahkan mulai menapak menembus 24 besar.” Ujar reporter RRI.

Gambar 4.28 Kemudian Pandiangan memberikan nasihat kepada Yana, Suma dan Lilies saat beristirahat “Coba dengarkan dalam 2 jam ke depan, akan menjadi waktu yang sangat menentukan bagi kalian, kalian sudah sedekat itu, untuk meraih kemenangan, buat abang, tidak ada yang namanya hampir menang, yang ada hanya menang dan kalah, orang-orang hanya akan mengingat mereka-mereka yang menang, kalau abang berada di posisi kalian, abang sangat menginginkan berada di posisi kalian, selangkah menuju medali. Memberikan nafas kepada kamu, memberikan keringat kepada kamu, memberikan urat nadi

93

itu kepada kamu, apa yang bisa kalian lakukan? Tidak ada, masa abang sudah lewat. Kalian satu-satunya yang bersinar. Satu hal abang minta tolong kepada kalian lanjutkan mimpi abang 8 tahun yang lalu. Untuk meraih medali. Itu saja. Tapi harus kalian ingat, bukan hanya untuk kalian, medali ini untuk negerimu, semua kembali kepada kalian, abang hanya bisa menemani sampai di sini. Selebihnya tergantung kepada kalian. Jadi apa yang bisa kalian lakukan”

Gambar 4.28 Yana menjawab dengan tegas “Menang!!!” apa yang bisa kalian lakukan, dengan kompak mereka menjawab “Menang!!!” sampai tiga kali, Pak Udi dan tim yang menemani terharu dan bersatu saling menyemangati.

Saat waktu bertanding tiba, Tiga Srikandi tersebut berusaha untuk totalitas dan yakin bahwa mereka mampu walaupun sebelumnya diremehkan oleh peserta dari negara lain, namun pada akhirnya mereka berhasil masuk ke babak final, hal itu tidak disangka oleh masyarakat Indonesia

94

yang selama ini tidak yakin bahwa mereka akan memasuki final.

“Tidak disangka setelah perjuangan panjang, atlet panahan Indonesia kita berhasil masuk babak final, dan inilah tiket untuk mendapatkan medali di Olimpiade, apakah mereka bisa merebut medali pertama untuk Indonesia?” tutur reporter RRI.

Setelah reporter RRI melaporkan, reporter dari berbagai channel datang untuk memberitakan kelanjutan pertandingan Indonesia di babak final, sementara sebelumnya hanya RRI saja yang memberitakan Olimpiade panahan putri pada saat itu.

“Salam Olahraga, Pemirsa tanah air, saya Irma Iskandar, melaporkan dari Olimpiade Seoul, dan kali ini melaporkan langsung dari lapangan panahan”. Sementara rakyat Indonesia yang pada saat itu hanya beberapa orang saja yang memiliki televisi sehingga masyarakat menonton secara bersama-sama di salah satu rumah warga yang memiliki televisi. Dari pemberitaan Olimpiade yang sudah banyak reporter meliputkannya, masyarakat terheran-heran dan beramai-ramai menonton kelanjutan babak final para atlet panahan wanita Indonesia yang melawan atlet dari negara lain.

Babak terakhir dari jarak 70 Meter putri dilaksanakan, namun Korea kembali memenangkan medali

95

emas di ajang beregu, Yana Lilies dan Suma kembali merasa sedih dan hampir tidak yakin bahwa mereka akan mampu membawa medali. Harapan satu-satunya terletak pada medali perak. Indonesia melawan Amerika Serikat dan saat bertanding hasil skor seri, sehingga diberi kesempatan untuk bertanding kembali.

Lilies sempat menyerah, menurutnya mendapat medali perunggu saja sudah senang, namun Yana membantah perkataan Lilies dan terus menyemangati bahwa mereka masih bisa berjuang untuk mendapatkan yang lebih walaupun perjuangannya sulit.

Gambar 4.29 “Kita berlatih setiap hari, setiap kita bertanding semua mata tertuju pada kita, mereka semua mendoakan kita, dan kita hanya bisa membalas dengan memberinya kemenangan, asalkan kita kompak, kita teguh, kita fokus, kita pasti bisa, pokoknya harus semangat terus, lihat tuh bule-bule selama ini mereka meremehkan kita kan? Kalian fikir mereka sekarang tidak deg-degan? Mereka pasti deg-

96

degan, memang mereka siapa? Kita juga jagoan, Semangat. Indonesia, Indonesia, Indonesia.” Ujar Yana.

Semua penonton menyemangati Tiga Srikandi tersebut dengan berteriak “Indonesia, Indonesia, Indonesia!!!” hingga berulangkali, dan semangat mereka semua kembali berkobar.

Gambar 4.30

Yana Suma dan Lilies sangat bersemangat dan optimis bahwa mereka akan mampu meraih medali perak di Olimpiade ini. Mereka menggunakan kemampuannya sebaik mungkin supaya memperoleh skor tinggi. Hasil dari release nya tidak sia-sia. Yana Suma dan Lilies menangis haru karena keberhasilannya. Mereka tidak menyangka bahwa mereka mampu memenangkan Olmpiade ini untuk pertama kalinya dengan skor tinggi mengalahkan Amerika Serikat.

“Rupanya satu anak panah Amerika Serikat keluar saudara-saudara, setelah 36 tahun berpartisipasi di Olimpiade akhirnya Indonesia mampu meraih medali

97

pertama kali dalam sejarah. Sungguh peristiwa yang sangat luar biasa”. Demikian reporter mengumumkannya.

Tangis haru mewarnai lapangan karena untuk pertama kalinya atlet panahan Indonesia mampu memperoleh medali perak di ajang Olimpiade yang sebelumnya belum pernah didapatkan.

Gambar 4.31 Kemenangan Tiga Srikandi menjadi kebanggaan bagi Indonesia sendiri karena Yana Lilies dan Suma adalah atlet panahan wanita pertama yang berhasil memenangkan pertandingan di ajang Internasional sehingga membawa nama harum Indoneisa. Pada saat itu percaya diri bangsa semakin meningkat yang pada awalnya masyarakat tidak yakin bahwa para atletnya akan memenangkan pertandingan, kemudian mereka tidak menyangka karena tiga atlet wanita mampu membawa medali untuk pertama kalinya. Masyarakat bangga atas segala usaha dan jerih payah Yana Suma dan Lilies sebagai atlet panahan putri yang sebelumnya tidak diduga akan memenangkan pertandingan OLimpiade.

98

Gambar 4.32 Penonton di lapangan merasa kagum atas kesungguhan dan usaha para pejuang ini, mereka selalu mengorbankan kepentingan pribadi demi mengharumkan nama bangsa Indonesia di ajang Olimpiade, terlebih mereka bertiga adalah seorang wanita yang di Indonesia sendiri pada cabang olahraga biasanya didominasi oleh kaum pria. Namun tiga wanita ini mampu membuktikan bahwa wanita memiliki kemampuan yang sama asal percaya diri dan terus bersungguh-sungguh dalam tujuannya. Sehingga Yana Suma dan Lilies disebut-sebut sebagai Tiga Srikandi, yang berarti tiga pejuang wanita karena mampu membawa nama baik Indonesia di kalangan internasional dengan berbagai rintangan berat yang menghalanginya. Secara tidak langsung mereka merupakan patriotic (orang yang mencintai tanah air dan rela berkorban dan berjuang demi mempertahankan dan mengharumkan nama bangsa yang dicintainya).

BAB V

ANALISIS DATA FILM

Dalam bab ini penulis akan memaparkan hasil temuan penelitian yang terdapat pada film Tiga Srikandi dengan menggunakan teori narasi Tzvetan Todorov. Dalam teori Tzvetan Todorov sebuah narasi atau cerita memiliki susunan dan struktur tertentu baik dari kronologis, motif dan plot. Selain itu menurut teori ini khalayak akan membaca sebuah narasi berdasarkan struktur, yang mana struktur tersebut diawali dengan alur awal yang menjelaskan tentang adanya keseimbangan, kemudian alur tengah yang berisikan tentang gangguan atau konflik dan alur akhir yang ditandai dengan terciptanya keseimbangan kembali atau ekuilibrium. Dengan menggunakan teori narasi Tzvetan Todorov inilah penulis akan menganalisis alur yang terdapat pada narasi film Tiga Srikandi.

A. Analisis Narasi Melalui Struktur Narasi Tzvetan Todorov

Menurut Swastika, film merupakan medium yang sangat baik dan sangat efektif untuk menyebarkan nilai- nilai yang baik di masyarakat, karena orang-orang menonton film yang tujuan awalnya untuk mencari hiburan, bersenang-senang, dengan itu penulis menyelipkan poin-poin penting yang baik dengan tujuan

99

100

penonton akan mengambil nilai tersebut untuk kemudian dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pemerolehan juara medali Olimpiade panahan di Seoul terdapat beberapa proses-proses yang dilakukan oleh Tiga Srikandi atau tiga atlet wanita dan pelatihnya yang mengandung nilai-nilai dan pesan baik. Beberapa pesan dakwah dalam film ini yang pesannya dapat diterapkan dalam kehidupan diantaranya seperti; cinta tanah air (hubbul wathan), patriotisme/perjuangan, ikhtiar pantang menyerah, berproses, solidaritas, optimis, penyelesaian masalah dengan musyawarah, tidak adanya perbedaan laki-laki dan perempuan dalam hal berlomba- lomba dalam kebaikan dan lain-lain.

Berikut merupakan analisis alur narasi yang terdapat pada film Tiga Srikandi serta pesan dakwah yang terdapat pada setiap alurnya dalam peraihan juara Olimpiade panahan;

1. Komunikasi Intrapribadi Atlet melalui Dakwah Dzatiyah pada Alur Awal Alur awal yang terdapat pada film tiga Srikandi datang dari rasa semangat atlet. Semangat merupakan suatu sikap positif yang ada dalam diri seseorang. Sikap tersebut dikatakan sebagai dakwah terhadap diri sendiri. Dakwah dzatiyah merupakan dakwah individu sebelum berdakwah terhadap orang lain, dimulai dari

101

diri sendiri bagaimana ia memanfaatkan pancainderanya (sensasi), persepsi (memaknai stimuli), memori (apa yang boleh diingat) dan cara berpikir menurut pandangan Islam. Keempat tahapan ini merupakan siklus komunikasi dalam diri manusia.1 Todorov berpendapat bahwa umumnya sebuah narasi diawali dengan adanya situasi yang normal, tertib dan seimbang (ekuilibrium). Pada dasarnya sebuah cerita baik cerita dalam tulisan seperti novel ataupun cerita yang dikemas melalui audio visual seperti film tidak dapat dipisahkan dari sebuah plot atau alur karena alur cerita sendiri merupakan bentuk pendeskripsian atau kerangka dasar sebagai prasyarat berkembangnya sebuah cerita baik film, novel maupun narasi-narasi dalam bentuk lainnya. Narasi film Tiga Srikandi dari alur awal hingga akhir sudah dituliskan di bab sebelumnya, di bab ini penulis lebih menekankan bagaimana analisis narasi penulis dari tiap-tiap alurnya, berikut merupakan analisis alur awal narasi atau pendahuluan pada film Tiga Srikandi. Berawal dari tokoh Tiga Srikandi yakni Yana, Lilies dan Suma yang menjadi pejuang wanita pembawa nama baik Indonesia pada Olimpiade panahan di Seoul, Korea Selatan serta pelatih Tiga

1 Arbi Armawati, Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2003) hlm.77

102

Srikandi yang dikenal sebagai Robin Hood Indonesia yaitu Donald Pandiangan, mereka memiliki kisah masing-masing sebelum menjadi tokoh pejuang pembawa nama harum bangsa Indonesia di ajang internasional. Seperti yang sudah dijelaskan di bab sebelumnya, di mana Yana merupakan atlet panahan wanita berasal dari Jakarta yang seringkali menjuarai beberapa perlombaan panahan salah satunya keberhasilannya mengalahkan perlombaan panahan melawan negara Filipina, kemudian Yana sangat memiliki cita-cita untuk membawa nama harum bangsa Indonesia dengan bakatnya melalui Olimpiade panahan supaya dapat melawan para atlet dari berbagai negara dengan memenangkan perlombaan. Yana sangat antusias ketika mendengar kabar bahwa Olimpiade panahan akan segera diadakan kembali di Seoul Korea Selatan setelah beberapa tahun terakhir Indonesia tidak jadi mengikuti perlombaan panahan internasional di Moskow. Dengan atusiasnya, Yana menginginkan sosok pelatih yang mampu membimbingnya dengan baik dan membentuk lebih hebat lagi para atlet wanita yang akan mengikuti Olimpiade di Seoul dengan harapan mereka mampu menjunjung nama baik Indonesia dengan meraih medali agar dikenal hebat oleh negara lain. Hal itu merupakan dedikasi Yana kepada Indonesia dengan menjadikan dirinya patriot dalam hal meraih juara

103

medali di Olimpiade panahan walaupun dirinya memiliki beberapa kendala seperti ayahnya yang tidak mengizinkan Yana mengikuti Olimpiade dengan tujuan supaya Yana fokus terhadap skripsi yang sedang digarapnya. Mengingat ayahnya ingin Yana cepat lulus karena ayahnya baru mengalami pensiun kerja. Pada alur ini Yana terus gigih dan pantang menyerah serta yakin bahwa apa yang dicita- citakannya kelak akan memperoleh dampak baik untuk dirinya, keluarganya dan bangsa Indonesia. Yana teringat bahwa ada sosok atlet panahan pria yang hebat. Namanya dikenal sebagai Robin Hood Indonesia dengan nama asli Donald Pandiangan. Donald Pandiangan merupakan seorang atlet panahan pria yang bakatnya dikenal sangat jitu dalam urusan memanah, memiliki prestasi pemecah rekor dunia pada PON 1977 di Jakarta, juara di Kalkuta, India, juara asia sehingga kemudian ia dikirim menjadi perwakilan Indonesia untuk mengikuti Olimpiade di Moskow tahun 1980. Namun Pandiangan dibatalkan pergi ke Moskow karena pada saat itu terjadi masalah politik yang berdampak pada pembatalan keberangkatan dirinya sehingga kemudian Pandiangan menghilang dari dunia atlet panahan karena merasa kecewa. Yana mengusulkan kepada Pak Udi sebagai sahabat dekat Pandiangan agar membujuk Pandiangan supaya

104

kembali ke dunia atlet panahan untuk melatih tim atlet panahan putri yang akan mengikuti Olimpiade. Pak Udi beberapa kali mencari keberadaan Pandiangan dan terus membujuk Pandiangan supaya bersedia melatih tim putri, walapun beberapa kali mendapat penolakan dari Pandiangan, Pak Udi terus berusaha sampai kemudian hasilnya tidak sia-sia, Pandiangan bersedia kembali ke dunia olahraga panahan dengan tujuan melatih tim putri supaya tim putri mampu melanjutkan cita-cita Pandiangan yang sebelumnya sempat tertunda, yakni mengharumkan nama Indonesia dan meraih juara dengan membawa medali untuk Indonesia di ajang internasional yang mana hal itu akan menjadi sebuah kebanggaan masyarakat Indonesia sendiri. Kemudian atlet panahan putri dalam film Tiga Srikandi selanjutnya yaitu Suma yang berasal dari Ujung Pandang, Sulawesi memiliki cita-cita yang sama seperti Yana, Suma ingin mengikuti seleksi Olimpiade yang akan dikirim Indonesia ke Seoul dengan segala prosesnya walaupun ia harus mengorbankan profesinya sebagai pelayan di sebuah toko sepatu dan mengorbankan segala harapan keluarganya yang menginginkan Suma menjadi PNS yang pada saat itu jabatan PNS sudah di depan mata Suma dengan dirinya mendapat surat keterangan lolos masuk tes PNS. Suma tetap memilih untuk pergi

105

mengikuti seleksi Olimpiade walaupun berkali-kali ayahnya membujuknya dengan mengatakan bahwa PNS akan dapat menjamin perekonomian hidupnya ke depan. Sementara jika mengikuti seleksi belum tentu Suma akan lolos dalam tahap itu dan akan kehilangan kesempatan perolehan jabatan PNS. Suma tetap optimis, maju dan melanjutkan cita-citanya. Suma percaya bahwa dirinya akan lolos dalam tahap seleksi ini, dengan keoptimisan dan segala jerih payahnya, Suma pergi ke Jakarta mengikuti seleksi pemilihan atlet untuk Olimpiade dan ia berhasil terseleksi untuk kemudian akan dibimbing oleh Pandiangan dan berlatih bersama dua srikandi lainnya . Atlet panahan putri yang ketiga berdasarkan tayangan film Tiga Srikandi, yaitu Lilies. Lilies memiliki cita-cita yang sama seperti dua temannya yang lain, yakni membanggakan bangsa Indonesia melalui cabang olahraga panahan di ajang Olimpiade Seoul. Tidak hanya Yana dan Suma yang memiliki halangan, Lilies pada mulanya disetujui oleh orang tuanya mengikuti seleksi di Jakarta dan kemudian Lilies pun masuk seleksi. Perjalanan Lilies tidak semudah itu, ia memiliki halangan yang sama dengan dua kawannya Yana dan Suma, di mana dengan seiring berjalannya waktu ibunya berubah pikiran yang semula mendukung dan menyemangati Yana untuk seleksi di Jakarta, kemudian berubah pikiran dengan

106

keinginannya menjodohkan Lilies dengan seorang pengusaha sukses, hal itu ia pikirkan karena ibu Lilies juga merupakan mantan atlet sehingga menurutnya banyak atlet Indonesia yang diabaikan dan tidak dihargai oleh pemerintah, ibu Lilies lebih yakin Lilies akan bahagia dan terjamin perekonomiannya jika Lilies mau menikah dengan pria pilihan ibunya. 2. Komunikasi Antarpribadi Atlet terhadap Bapak pada Alur Tengah Pada alur tengah konflik didominasi oleh tidak direstuinya seorang anak oleh bapaknya dalam mengikuti Olimpiade Panahan di Seoul. Dalam menghadapi masalah tersebut timbulah usaha komunikasi seorang anak terhadap ayah dengan membujuknya, berkata lembut (Qoulan kariman). Qoulan kariman merupakan penghormatan kepada posisi yang lebih tinggi.2 walaupun beberapa kali sempat gagal mendapat restu. Hal yang dilakukan atlet tersebut merupakan bentuk dari dakwah fardiyyah. Dakwah fardhiyyah menurut pandangan Ali Abdul Halim Mahmud berbeda terhadap dakwah fardhiyyah sebagai antonim dari dakwah jama’iyyah atau ‘ammah ialah ajakan atau seruan ke jalan Allah yang dilakukan seorang dai (penyeru) kepada orang

2 Arbi Armawati, Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2003) hlm.42

107

lain secara perseorangan dengan tujuan memindahkan al mad’uw pada keadaan yang lebih baik dan diridhai Allah. Dalam hal ini merupakan dakwah yang dilakukan kepada satu orang secara perseorangan yaitu komunikasi atau dakwah anak kepada ayahnya.3 Sebagaimana penjelasan di bab sebelumnya bahwa alur tengah merupakan bagian yang mencakup adegan-adegan yang berusaha meningkatkan ketegangan atau mengawatkan komplikasi yang berkembang dari situasi asli.4 Artinya dalam alur ini mulai bermunculan konflik-konflik. Dalam dunia perfilman konflik sudah menjadi keharusan keberadaannya dalam sebuah film tujuannya supaya film tidak cenderung membosankan. Konflik merupakan bahan bakar dalam sebuah film dengan membuat tegang penonton, membuat penasaran bagaimana konflik terjadi, bagaimana solusi konflik bisa diatasi dan apa yang bisa diambil dari konflik tersebut. Dengan konflik seorang penulis skenario atau sutradara dapat mengambil kesempatan untuk menyelipkan pesan-pesan yang ingin disampaikan. Peristiwa-peristiwa yang membuat alur cerita menanjak selalu dipenuhi berbagai persoalan yang menimbulkan konflik. Konflik-konflik inilah yang

3Arbi Armawati, Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2003) hlm.113 4 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, hlm.153.

108

akan membawa cerita sampai pada titik klimaks, yaitu saat sang tokoh cerita berada pada titik penentuan atas nasib dirinya. Setelah titik klimaks biasanya alur cerita akan menurun dan mencapai resolusi atau penyelesaian masalah.5 Dalam film Tiga Srikandi ada beberapa konflik yang harus dilalui oleh para pejuang medali. Di sini penulis membagi konflik itu menjadi dua bagian, yaitu konflik pra Olimpiade (sebelum Olimpiade) dan konflik saat Olimpiade. Namun sebagaimana penulis ketahui bahwa judul yang penulis angkat yaitu bagaimana narasi dan pesan dakwah dalam meraih juara Olimpiade, maka konflik lebih banyak terjadi pada pra Olimpiade masing-masing individu (sebelum Olimpiade) karena untuk mendapat sebuah kesuksesan tidak semudah membalikkan telapak tangan, semua harus melalui proses dan kesabaran dalam menghadapi rintangan baik dari diri sendiri maupun dari lingkungan. a) konflik Pra Olimpiade Sebagaimana penulis ketahui bahwa untuk menjadi seorang atlet tidak begitu saja seseorang langsung dijuluki seorang atlet. Semua membutuhkan langkah atau proses menujunya.

5 Zoebazary Ilham, Kamus Istilah Televisi & Film, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2010) hlm. 192.

109

Dalam film Tiga Srikandi khususnya pada alur pertengahan, ditayangkan sebuah adegan di mana Yana Lilies dan Suma merupakan pemanah yang sudah biasa mengikuti pelatihan panahan di wilayahnya masing-masing. Yana merupakan wanita yang paling senior diantara dua temannya, ia sudah seringkali mengikuti perlombaan, Lilies dan Suma yang biasa mengikuti pelatihan panahan dan berupaya untuk terus maju lagi sampai ke tingkat nasional dengan mengikuti seleksi pelatnas di Jakarta lalu kemudian naik lagi hingga dipilih menjadi perwakilan Indonesia di ajang Olimpiade tingkat internasional. Konflik dari masing-masing, penulis ambil dari kisah Yana terlebih dahulu sebelum masuk ke ajang Olimpiade.  Konflik yang dialami Yana Berdasarkan tayangan dan dialog pada film Tiga Srikandi, Yana mengalami hambatan sebelum mengikuti seleksi pelatnas. Awalnya Yana tidak mendapat support apalagi penghargaan dari ayahnya, tiap kali Yana membawa hadiah dari perlombaan, ayahnya tidak menyambutnya dengan baik. Ayahnya hanya menginginkan supaya Yana fokus terhadap skripsi dan kelulusannya dan meninggalkan pelatihan-pelatihan yang

110

berkaitan dengan olahraga panahan. Berikut merupakan dialog singkat tentang konflik yang Yana hadapi dengan ayahnya. Yana : “Bapak mana? Yana mau kasih lihat ini (sambil menunjukkan medali yang dibawanya). Ayah Yana: Matikan lampu itu! malam- malam kok bikin rame.” Yana : “Pak Yana menang” Ayah Yana: “Lalu Bapak mesti ngapain?, mengirimkan karangan bunga? Loncat-loncat kegirangan?” Ibu Yana : “Sudahlah Pak, jangan terlalu keras.” Yana : “Bapak kok ngomongnya gitu? Ini kan jalan Yana menuju Olimpiade.” Ayah Yana : “Kamu boleh buat bangga negara seribu kali, bisa berarti buat orang lain, tapi tidak untuk keluarga ini, cuma bisa bikin pusing kepala bapak.”  Konflik yang dialami Lilies Pada konflik pra Olimpiade yang Lilies hadapi berdasarkan film yang ditayangkan dalam film Tiga Srikandi lebih banyak dari pada dua kawannya. Lilies dari awal mengikuti pelatnas sangat didukung oleh orang tuanya terlebih ibunya yang merupakan mantan atlet,

111

kemudian setelah mendapat restu dari Ibunya Lilies berangkat ke Jakarta dan setelah lolos seleksi Lilies kemudian fokus latihan di Sukabumi bersama Yana dan Suma. Namun setelah beberapa hari ibu Lilies berubah pikiran untuk menikahi puterinya Lilies dengan seorang pengusaha sukses, ibu Lilies datang ke tempat pelatihan di Sukabumi untuk menjemput Lilies supaya pulang dengan memberikan alasan bahwa ibunya sudah mengetahui nasib atlet Indonesia ke depannya yang menurutnya atlet Indonesia tidak dihargai dan tidak diperhatikan oleh pemerintah, sementara Lilies juga memiliki kekasih yang dari awal sudah tidak direstui oleh ibunya. Lilies mencoba membujuk ibunya, namun ibunya marah memutuskan pergi dari tempat Lilies dan Lilies tetap melanjutkan cita-citanya meraih medali untuk Indonesia. Berikut sepenggal dialog antara Lilies dengan ibunya; Ibu : “Lis, Kapan mulih? Kang Janarko udah nanyain kamu loh.. dia ingin cepat-cepat meresmikan.” Lilies : “Meresmikan opo? Bu, Ibu kan tahu Lilies tidak suka dengan dia bu.” Ibu : “Lagian kamu masih pacaran terus sama Denny, buat apa Lis? Ibu sama Bapak ini

112

mantan atlet, kami tahu betul susahnya jadi atlet di Indonesia.” Lilies: “Kalo hidup jadi atlet susah, kenapa Ibu kasih izin lilies kesini?” Ibu : “Lis, kamu kan perempuan, nek suamimu kaya uripmu kepenak, Ibu bukannya benci sama Denny, tapi Ibu cuma mikirin masa depanmu dan uripmu ora rekoso. Denny wis ngerti kok karepku.” Setelah ibunya tidak berhasil membujuk Lilies untuk sedia menikah, tidak lama dari waktu tersebut Lilies mendapat kabar bahwa ibunya mengalami kecelakaan yang membuat Lilies sangat terpukul, terlebih dirinya akan mengikuti Olimpiade yang lawannya dari berbagai negara. Kefokusan dan ketenangan yang seharusnya Lilies dapatkan, namun sebaliknya. Hal ini menjadi ujian terbesar Lilies antara mengikuti kemauan terahir ibunya atau melanjutkan cita-citanya menjadi atlet dan menjuarai perlombaan tingkat internasional, karena bagaimanapun sebelum Lilies mengikuti Olimpiade sebenarnya Lilies sudah melakukan banyak perjuangan untuk lolos seleksi.  Konflik yang dialami Suma Konflik yang dialami Suma sebelum Olimpiade berdasarkan adegan dan dialog yang

113

ditampilkan pada film ini adalah ketika Suma sebelumnya sudah bekerja di suatu toko kemudian setelah bekerja mengikuti pelatihan panahan di daerahnya, Suma selalu mendapat teguran dari pemilik toko supaya memilih antara latihannya atau kerjanya. Hal ini merupakan pilihan yang berat karena Suma bekerja mencari uang untuk memenuhi kebutuhan perekonomian keluarganya sedangkan Suma memiliki cita-cita untuk menjadi atlet panahan Indonesia. Dengan sikap keprofesionalannya akhirnya Suma memilih untuk tetap mengikuti pelatihan dengan tujuan mengembangkan skill dengan harapan bisa lolos mengikuti pelatnas di Jakarta dan dapat maju ke tingkat internasional. Konflik kedua juga dirasakan oleh Suma seperti kawan lainnya yaitu sulitnya mendapat izin dari ayahnya. Ayahnya memilih Suma untuk menjadi PNS. Karena hanya beberapa langkah lagi Suma resmi menjadi PNS. Menurut ayahnya dengan menjadi PNS Suma akan mendapat jaminan ekonomi yang kedepannya tidak akan membuat Suma kesusahan. Namun dengan keyakinannya yang kuat bahwa PNS nantinya juga akan tetap ia raih, sementara kesempatan untuk mengikuti

114

Olimpiade sudah di depan mata. Berikut dialog ayah dengan Suma; Ayah Suma: “Kau tetap pergi? Lebih enak jadi pegawai, jam kerja jelas, naik pangkat kau, pensiunan dapat. Lagipula kau tidak kepanasan di lapangan.” Suma : “Pak, ini untuk Olimpiade” Ayah : “Belum tentu kau berhasil di sana, kau masih harus tetap berjuang toh? Tapi kalau PNS diterima, ini sudah pasti.” Suma tetap meyakinkan ayahnya, namun ayahnya hanya menyerahkan semua keputusan kepada Suma walaupun dengan rasa berat hati, Suma melanjutkan rencana kepergiannya ke Jakarta untuk mengikuti seleksi pelatnas untuk Olimpiade di Seoul. sementara itu ibu Suma tetap mendukung keputusan anaknya dan memberikan dukungan dan perhatian dengan memberikan makanan yang mengandung nutrisi baik untuk daya tahan tubuh Suma dengan harapan Suma menjadi atlet yang kuat dan tidak mudah sakit. Setelah sampai di tempat pelatnas Suma mendapati konflik dirinya dengan pelatihnya. Suma tidak totalitas dalam latihan karena Suma memiliki hubungan asmara dengan pelatih tim putra panahan yang membuat waktunya terbagi,

115

sehingga Pandiangan mengingatkan kekasih Suma yang sekaligus menjadi pelatih tim putra untuk tidak mengganggu Suma dengan tujuan supaya Suma dapat totalitas dalam berlatih.  Donald Pandiangan Sebelum Pandiangan memutuskan untuk menjadi pelatih atlet panahan putri, Pandiangan menghadapi beberapa konflik yang salah satunya berkaitan dengan kegagalannya mengikuti Olimpiade panahan di Moskow pada Desember 1979. Secara tiba-tiba Uni Soviet melakukan invasi ke Afghanistan. Gelombang protes terjadi di berbagai negara termasuk Indonesia, protes berlanjut hingga banyak negara memboikot Olimpiade Moskow pada tahun berikutnya. Indonesia ikut memboikot dan kehilangan kesempatan mendapat medali pertama pada ajang Olimpiade. Dari situ Donald Pandiangan menghilang karena rasa kecewanya terhadap pemerintah. Dengan diadakannya kembali Olimpiade di Seoul kemudian sahabat dekat Pandiangan yang sekaligus ia merupakan tokoh yang ikut berkecimpung dalam dunia panahan, Pak Udi membantu tim putri supaya dilatih oleh Pandiangan, namun karena kegagalan Pandiangan mengikuti Olimpiade sebelumnya

116

membuat dirinya mudah sensitif ketika membahas Olimpiade tersebut, sehingga awalnya ia enggan untuk menerima tawaran menjadi pelatih tim atlet panahan putri. Namun dengan segala jerih payah dan bujukan Pak Udi dengan meyakinkan bahwa hal itu merupakan kesempatan baik untuk Pandiangan kemudian pada akhirnya Pandiangan menerima tawaran tersebut. Konflik yang dialami Pandiangan setelah sah dijadikan pelatih tim putri, Pandiangan selalu berusaha menjadikan anak didiknya berhasil, segala upaya Pandiangan lakukan demi anak didiknya supaya sukses dalam Olimpiade, mulai dari permintaan Pandiangan kepada Pak Udi sebagai pengurus organisasi panahan. Pandiangan juga sempat marah karena hasil bidikan anak didiknya saat disaksikan oleh pengurus-pengurus organisasi panahan tidak sesuai dengan harapan, yang Pandiangan sendiri khawatir anak didiknya tidak jadi diberangkatkan karena kemampuannya yang kurang meyakinkan. Pandiangan menciba membujuk Pak Udi bahwa anak-anak didiknya sedang tidak fokus karena beberapa kejadian yang telah menimpa anak didiknya seperti

117

Lilies yang baru-baru telah ditinggalkan ibunya. Pak Udi : “Kau lihat tadi, skor jauh di atas minimal” Pandiangan : “Sabar pak sabar, kalau kau melihat latihan mereka di Sukabumi, skor mereka di atas rata-rata. Saat ini mereka mengalami persoalan mental psikologis, mentalnya jatuh, sabarlah dulu, dan kau tahu sendiri Ibunya Lilies juga baru saja meninggal” Pak Udi : “Mengapa dalam setiap kegagalan kamu terus menyalahkan keadaan? Kenapa?, pantas saja prestasimu terus melorot dan batal pergi ke Moskow, kau tahu mengapa aku tidak peduli waktu kau gagal pergi ke Moskow? Kau tidak punya jiwa yang kuat, kau cepat frustasi dan menyalahkan orang lain, dan ketiga kau tidak pernah belajar untuk menerima keadaan” Pandiangan: “Kau beri aku kesempatan, satu kali lagi, kalau nanti sampai gagal lagi, boleh kau batalkan pergi ke Seoul” Ujarnya sambil meyakinkan Pak Udi bahwa dirinya pasti mampu. b) Konflik saat Olimpiade

118

Konflik atau permasalahan yang timbul saat Olimpiade adalah ketika Yana, Suma dan Lilies adalah ketika pertama kali tampil, mereka bertiga langsung dikalahkan oleh tim Korea atau tuan rumah itu sendiri. Saat babak awal yang pertama tersingkir adalah Lilies, kemudian disusul Suma dan akhirnya Yana pun ikut tersingkir. Sehingga hal tersebut membuat percaya dirinya menurun. Setelah selesai tampil di babak awal, pelatih Tiga Srikandi tersebut yakni Pandiangan yang terkenal sangat tegas mendekati anak didiknya serta terus berbicara dengan tujuan mendorong semangat kembali, namun waktu penyampaian Pandiangan tidak tepat karena Yana Suma dan Lilies sedang mengalami down mental karena merasa dirinya tidak berhasil memenangkan juara di babak awal. Selain itu mereka merasa tertekan dengan sikap reporter yang terus mengejar dan mewawancarai kegagalannya. Sehingga mereka memilih untuk tidak menemui reporter dan Pandiangan dengan tujuan menenangkan diri untuk tampil di babak selanjutnya. Kemudian Yana mengajukan perjanjian kepada pandiangan untuk menyepakati keinginannya supaya saat mereka tampil Pandiangan fokus memantau tanpa mengarahkan atau berbicara. Kemudian Pandiangan menyepakati hal tersebut.

119

Setelah menenagkan diri Yana, Suma da Lilies kembali bertanding ajang beregu dalam peraihan medali perak. Pada babak ini mereka berhasil memasuki babak final dengan segala usaha dan doanya. Pada saat penampilan akhir yakni pada babak final, Yana Suma dan Lilies bertanding melawan atlet panahan dari Amerika Serikat. Beberapa kali Yana, Suma dan Lilies merasa gugup dan tidak percaya diri bahkan Lilies sendiri berkata mendapat medali perunggu saja sudah bangga. Namun tidak bagi Yana dengan sikapnya yang tegas dan memiliki jiwa kepemimpinan serta paling senior di antara mereka terus membantah bahwa dirinya dan kawannya akan kalah. Yana terus mendorong dua kawannya untuk semangat kembali dan memikirkan bangsa Indonesia dan masyarakat yang mendukung serta menanti keberhasilan mereka bertiga. Dengan segala upaya Yana Suma dan Lilies kembali melanjutkan pertandingan di babak akhir final ini.

3. Kekuatan Komunikasi Intrapribadi Atlet dalam Menyelesaikan Konflik pada Alur Akhir Sebagaimana yang telah dipaparkan di bab sebelumnya bahwa alur akhir merupakan alur di mana kesimbangan kembali terjadi. Artinya semua konflik

120

sudah terlewati dan diselesaikan dengan berbagai solusi atau pemecahannya. Akhir suatu cerita buka hanya menjadi titik yang menjadi pertanda berakhirnya suatu tindakan. Lebih tepat jika dikatakan bahwa akhir dari perbuatan merupakan titik di mana tenaga-tenaga atau kekuatan- kekuatan yang diemban dalam situasi yang tercipta sejak semula membersit keluar dan menemukan pemecahannya.6 Adapun pemecahan masalah-masalah atas konflik yang telah terjadi, terdapat beberapa solusi yang menjadikan keseimbangan tercipta kembali. Adapun solusi yang dilakukan dalam mengatasi beberapa konflik yang telah ditulis dalam narasi diantaranya sebagai berikut; a) Yana pulang ke rumah untuk bermusyawarah, demi mendapat ridha ayahnya. Berdasarkan konflik Yana yang penulis tulis di halaman sebelumnya, bahwa Yana sebelumnya tidak memperoleh izin dari ayahnya karena menurut ayahnya meneyelesaikan skripsi lebih baik daripada mengkuti Olimpiade. Yana tetap mencoba komunikasi dengan memusyawarahkan kepada orang tuanya bahwa dirinya ingin mengharumkan nama bangsa

6 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997) h.154.

121

Indonesia melalui ajang Olimpiade, Yana terus meyakinkan bahwa Yana akan mendapatkan kebaikan setelah melakukan hal tersebut dan Skripsinya pasti akan selesai. Walaupun pada awalnya hanya ibu Yana yang terus mendukung dirinya, Yana tetap berangkat dan memenuhi tujuan baiknya. Sehingga kemudian dengan tindakan Yana dengan segala upaya dirinya meyakinkan ayahnya, kemudian ayahnya luluh dan mengizinkan Yana bertanding dan saling meminta maaf dan berpelukan, mendoakan dan meridhai Yana untuk berangkat ke Korea. “Maafkan bapak selama ini sudah keras sama kamu nak, bikin bangga negeri ini, lakukan yang terbaik, bapak bangga sama kamu” Tutur bapak Yana sambil memeluk puterinya. b) Kembalinya Semangat Lilies atas Dorongan Teamnya Setelah Lilies melalui berbagai masa sulit, salah satunya keterpurukan dirinya karena ditinggal ibunya karena kecelakaan menjelang dirinya berangkat Olimpiade, Pandiangan dan kedua sahabatnya terus menyemangati Lilies dan memberikan support terbaik untuk Lilies supaya kembali fokus dengan Olimpiade, karena masa Olimpiade sudah di depan mata.

122

Terlebih Pandiangan sebagai pelatih yang memiliki sosok tegas, Pandiangan tetap profesional dengan tujuan Lilies dapat bangkit dan meyakinkan bahwa jika Lilies memenangkan pertandingan ibunya akan bangga di alam sana, karena mampu membanggakan bangsa Indonesia, jika Indonesia harum namanya maka masyarakatnya pun turut berbangga dan Lilies berhasil menjadi sosok patriot wanita yang mampu membawa dan mengharumkan nama Indonesia di ajang internasional. “Lilies saya tau apa yang kau rasakan saat ini, tapi abang perlu tahu kapan kau akan kembali ke Sukabumi,” teman-temannya menegur Pandiangan karena merasa bukan waktu yang tepat untuk membahas masalah ini. “abang mengerti, abang juga pernah mengalami apa yang pernah kau alami, mamaku meninggal sehari sebelum abang bertanding, hancur abang, apa yan abang lakukan? Tidak diam, tidak mulu bersedih, abang bangkit berdiri melanjutkan kewajiban abang, abang yakin ibu akan bangga dengan itu abang mengerti situasimu sangat sedih, tapi ibumu akan bangga melihat anaknya berjuang di ajang yang begitu besar. Tiga hari dari sekarang adalah menuju Olimpiade.” Ujar Pelatih Tiga Srikandi tersebut.

123

c) Diridhainya Suma oleh kedua orang tuanya Setelah melalui berbagai permasalahan perizinan antara Suma dan ayahnya yang pada awalnya menginginkan Suma mengambil profesi PNS dan membatalkan Olimpiade Suma, dengan kegigihan dan rasa optimis Suma dengan terus meyakinkan ayahnya, pada akhirnya ayahnya merestui Suma dan dengan ibunya yang terus mendukung Suma dengan memberikan makanan- makanan yang sehat dan bergizi guna daya tahan tubuh dan kesehatan Suma, ibunya mengatakan bahwa anaknya adalah atlet, dan seorang atlet harus menjaga kesehatan. d) Kembalinya Pandiangan ke dunia panahan setelah bertahun-tahun Pandiangan yang diberi julukan sebagai Robin Hood Indonesia yang seringkali mendapat penghargaan atas prestasinya di dunia panahan baik nasional maupun internasional kembali lagi dengan beralih menjadi pelatih tim atlet panahan puteri setelah dirinya kecewa dengan dibatalkan keberangkatan dirinya Olimpiade di Moskow karena alasan politik. Setelah melalui berkali-kali penolakan yang dialami Pak Udi yang juga sebagai sahabat Pandiangan serta ikut berkecimpung dalam pengurusan atlet panahan, Pak Udi terus

124

membujuk Pandiangan supaya kembali ke dunia panahan dengan meneruskan menjadi pelatih, akhirnya Pandiangan bersedia karena mengingat bahwa dirinya benar-benar ingin melanjutkan cita- citanya yang tertunda yakni membanggakan nama bangsa Indonesia melalui Olimpiade ini dan nantinya akan diwakili oleh tiga anak didiknya yakni Yana, Suma dan Lilies. Pak Udi sebagai sahabat terus menyemangati Pandiangan supaya dirinya dapat mencetak kemampuan tiga anak didiknya dengan baik serta mampu mengibarkan bendera Indonesia di Olimpiade dengan rasa bangga karena kemenangan atlet Indonesia. “Besok anak-anak harus melalukan seleksi nasional, dan akan segera dimulai, kamu lebih baik fokus dengan program ini. Kalau kamu ingin melihat sang saka merah putih berkibar di atas dunia, sekarang saatnya”. e) Pandiangan menyemangati Yana, Suma dan Lilies. Sebagaimana yang telah penulis paparkan sebelumnya bahwa Pandiangan merupakan sosok pelatih yang sangat tegas dan disiplin. Namun pada saat pertandingan kedua setelah mengalami kekalahan di babak awal dan dimenangkan Korea, Pandiangan yang semula memiliki wibawa tegas

125

kemudian menjadi sosok yang lembut dan menyemangati Yana, Suma dan Lilies dengan lembut dan menunjukkan rasa sayangnya dan kepeduliannya terhadap anak didiknya tersebut. “Coba dengarkan dalam 2 jam ke depan, akan menjadi waktu yang sangat menentukan bagi kalian, kalian sudah sedekat itu, untuk meraih kemenangan, buat abang, tidak ada yang namanya hampir menang, yang ada hanya menang dan kalah, orang-orang hanya akan mengingat mereka-mereka yang menang, kalau abang berada di posisi kalian, abang sangat menginginkan berada di posisi kalian, selangkah menuju medali. Memberikan nafas kepada kamu, memberikan keringat kepada kamu, memberikan urat nadi itu kepada kamu, apa yang bisa kalian lakukan? Tidak ada, masa abang sudah lewat. Kalian satu-satunya yang bersinar. Satu hal abang minta tolong kepada kalian lanjutkan mimpi abang 8 tahun yang lalu. Untuk meraih medali. Itu saja. Tapi harus kalian ingat, bukan hanya untuk kalian, medali ini untuk negerimu, semua kembali kepada kalian, abang hanya bisa menemani sampai di sini. Selebihnya tergantung kepada kalian. Jadi apa yang bisa kalian lakukan” Ujar Pandiangan.

126

Kemudian semangat Yana, Suma dan Lilies kembali berkobar, Yana menjawab pernyataan pelatihnya dengan tegas “Menang!!!” apa yang bisa kalian lakukan? dengan kompak mereka menjawab “Menang!!!” sampai tiga kali, Pak Udi dan tim yang menemani terharu dan bersatu saling menyemangati. Mereka semua menumpukkan tangan menjadi satu sebagai bentuk semangat dan optimis mereka bahwa Tiga Srikandi ini mampu memenangkan Olimpiade dan membawa nama harum Indonesia di ajang Olimpiade panahan ini. f) Optimis mampu membawa kepada kemenangan. Saat memasuki babak final akhir dalam pencapaian medali perak, beberapa saat Lilies sempat mengeluh karena melihat lawannya yang menurut dirinya sulit dikalahkan, bahkan Lilies sampai mengatakan bahwa mendapat perunggu saja sudah beruntung, namun tidak untuk Yana. Yana mengatakan “Kita berlatih setiap hari, setiap kita bertanding semua mata tertuju pada kita, mereka semua mendoakan kita, dan kita hanya bisa membalas dengan memberinya kemenangan, asalkan kita kompak, kita teguh, kita fokus, kita pasti bisa, pokoknya harus semangat terus, lihat tuh bule-bule selama ini mereka meremehkan kita kan? Kalian fikir mereka sekarang tidak deg-degan? Mereka pasti deg-

127

degan, memang mereka siapa? Kita juga jagoan, Semangat. Indonesia, Indonesia, Indonesia.” Kemudian sorakan para pendukung dengan kalimat “Indonesia!!!” hingga berulang-ulang membuat semangat Yana, Suma dan Lilies semakin berkobar. Tibalah saatnya mereka kembali bertanding dengan semangat baru yang berkobar sehingga benar saja Tiga Srikandi tersebut mampu mengalahkan lawan dari Amerika Serikat. Tangis haru dan tepukan tangan mewarnai lapangan, serta penonton dan masyarakat yang turut menyaksikan di rumah dengan media televisi pun turut berbangga dan tidak menyangka- nyangka bahwa pertama kalinya atlet panahan wanita mampu memenangkan medali di Olimpiade atau pertandingan internasional. Tiga Srikandi ini membuktikan bahwa dengan perjuangan, kesabaran, pengorbanan, kekompakkan tim dan doa serta dukungan sekeliling dapat membawanya menjadi seorang yang mempu membawa nama harum bangsa Indonesia dalam ajang olahraga tingkat internasional.

128

TEMUAN DAKWAH KOMUNIKASI Alur Awal Dakwah Dzatiyyah Komunikasi Intrapribadi (ekuilibrium) Pada alur awal terdapat Komunikasi intrapribadi a. Semangat dakwah dzatiyyah, di adalah komunikasi di b. Cinta tanah air mana dakwah dzatiyyah dalam diri dalam dakwah c. Optimis merupakan dakwah dzatiyyah adalah yang dilakukan seorang kemampuan seseorang atlet pada dirinya percaya kepada diri dan sendiri dalam hal ini tuhannya bahwa tiada daya adalah terbentuknya dan kekuatan kecuali semangat dalam diri dengan Allah. Dalam Yana, Suma dan Lilies, penelitian ini komunikasi serta cinta tanah airnya, intrapribadi terlihat ketika sikap optimisnya dalam ketiga atlet Yana Suma mengikuti kejuaraan dan Lilies yakin dan skala internasional mampu untuk ikut untuk bangsanya yaitu bersaing dalam ajang Indonesia, tempat internasional kelahiran Yana, Suma dan Lilies. Alur Tengah Dakwah Fardhiyyah Komunikasi (Konflik) dalam Keluarga Antarpribadi a. Tidak Dakwah fardhiyyah Komunikasi antarpribadi direstuinya Suma merupakan ajakan atau yang terdapat pada alur oleh bapaknya seruan ke jalan Allah tengah yaitu komunikasi untuk mengikuti yang dilakukan seorang (face to face). Dalam alur

129

Olimpiade dai (penyeru) kepada ini komunikasi face to face panahan Seoul. orang lain secara dilakukan oleh masing- b. Tidak perseorangan dengan masing atau pribadi direstuinya Yana tujuan keadaan menjadi seorang atlet terhadap oleh bapaknya lebih baik dan diridhai bapaknya dalam memohon untuk mengikuti Allah. Dalam hal ini restu untuk mengikuti Olimpiade dakwah yang dilakukan Olimpiade di Seoul. panahan Seoul secara perseorangan Namun dalam alur tengah c. Tidak yaitu komunikasi ini komunikasi antar direstuinya Lilies seorang atlet yang keduanya berujung konflik untuk mengikuti notabennya berstatus karena perbedaan Olimpiade sebagai anak tidak keinginan orang tua panahan Seoul direstui oleh bapaknya dengan anak. Namun untuk mengikuti bapaknya memikirkan Olimpiade sehingga kembali untuk mengambil membuat tiga atlet putri keputusan yang pasti. tersebut mengalami penurunan semangat. Alur Akhir Dakwah Dzatiyyah Komunikasi Intrapribadi (ekuilibrium) Dakwah dzatiyah yang Komunikasi intrapribadi a. Direstuinya terletak pada alur akhir yang dilakukan oleh orang Yana, Suma, dan ini terletak pada tua dari masing-masing Lilies oleh orang berubahnya pemikiran atlet adalah ketika mereka tuanya. orang tuanya yang menyadari bahwa b. Semangat dan semula tidak merestui puterinya membutuhkan optimis kemudian akhirnya dorongan dan semangat

130

meningkat merestui karena karena memikirkan kembali mengubah pikiran kembali bahwa tujuan negatifnya menjadi puterinya mulia, yakni positif. Sikap mengharumkan nama husnudzan terhadap diri bangsa serta sendiri dan orang lain pengabdiannya terhadap merupakan tindakan negeri dengan berjuang dakwah dzatiyyah. dan berkompetisi dalam Setelah direstui orang skala internasional. tuanya untuk Sementara komunikasi melanjutkan Olimpiade intrapribadi yang terdapat semangat dan pada individu atlet adalah optimisnya meningkat ketika rasa optimis dan kembali. Sehingga tiga semangatnya mampu atlet putri tersebut mengalahkan kelemahan berhasil memenangkan pikiran negatif yang ada Olimpiade panahan di dalam dirinya sehingga Seoul pertama kalinya dengan semangat dan untuk Indonesia. optimisnya mampu membawa tiga atlet tersebut kepada kemenangan.

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian penulis yang maka kesimpulan yang penulis dapat pada penelitian ini di antaranya sebagai berikut :

1. Narasi Film Tiga Srikandi Karya Swastika Nohara melalui Struktur Narasi Tzvetan Todorov a. Alur Awal Pada alur awal film Tiga Srikandi menceritakan bahwa setelah bertahun-tahun Indonesia tidak mengikuti perlombaan atlet panahan tingkat internasional setelah kasus Donald Pandiangan yang dibatalkan pemerintah dengan alasan politik. Namun kemudian kabar gembira menghampiri para atlet panahan di Indonesia karena Olimpiade diadakan kembali di Seoul, Korea Selatan setelah bertahun- tahun yang kemudian Indonesia akan mengikuti perlombaan panahan tingkat internasional ini. Terlebih yang perwakilan yang berjuang di ajang ini adalah tiga atlet perempuan yakni Yana, Suma dan Lilies yang masing-masing memiliki tujuan yang sama yaitu mengharumkan nama bangsa Indonesia melalui kesempatan ini walaupun dengan semangat cinta tanah

131

132

air, perjuangan dan pengorbanan yang begitu luar biasa. b. Alur Tengah Alur tengah merupakan alur di mana penonton dibuat rumit dengan adanya konflik, di mana konflik inilah yang menjadi warna-warni dalam film Tiga Srikandi. Penulis membagi konflik /permasalahan ini ke dalam dua tahap yaitu konflik tahap sebelum Olimpiade dan konflik pada saat Olimpiade. Adapun konflik yang dirasakan sebelum Olimpiade yaitu ketika masing-masing individu merasakan permasalahan yang sama yaitu Yana Suma dan Lilies berdebat dahulu sebelum mengikuti pelatnas karena tidak diizinkan mengikuti Olimpiade panahan di Seoul. Masing-masing dari mereka mengorbankan kepentingan diri sendiri seperti Yana yang menunda skripsinya demi mengikuti kesempatan langka itu, Suma mengorbankan kelulusan PNS nya, dan Lilies mengorbankan untuk menunda rencana pernikahannya dengan kekasihnya. Permasalahan dialami oleh pelatihnya (Pandiangan) sendiri ketika ia menolak tawaran dari pihak atlet panahan untuk mengajari tim putri walaupun pada akhirnya berhasil diujuk. Setelah itu konflik yang dialami bersama adalah ketika ketiganya gagal mencetak skor saat diuji di depan pengurus yang memantau perkembangan

133

kemampuan tiga atlet tersebut karena pada saat itu Lilies sedang mengalami down mental karena baru saja ditinggal pergi ibunya untuk selamanya. Kemudian pengurus menyalahkan Pandiangan sebagai pelatih dan terjadilah konflik antar mereka, namun hal itu mendewasakan mereka dan masing-masing berintropeksi diri untuk kemudian benar-benar siap berangkat menuju Olimpiade. Konflik saat Olimpiade terjadi ketika Yana Suma dan Lilies gagal mengalahkan atlet panahan putri dari negara lain dan kalah di babak awal. Pandiangan sebagai pelatih terus berbicara kepada tiga anak didiknya saat tampil namun hal itu justru dipermasalahkan karena Pandiangan dianggap tidak mengerti posisi anak didiknya sehingga Yana meminta Pandiangan untuk diam saat mereka tampil. c. Alur Akhir

Pada alur akhir ini merupakan alur di mana konflik selesai karena adanya solusi yang tepat. Pada alur akhir semua orang tua dari tiga atlet mengizinkan dan mendoakan kebaikan untuk puterinya dalam mengikuti Olimpiade tentunya dengan jalan musyawarah atau komunikasi. Selain itu pada alur akhir ini semua berhasil berintropeksi atas kesalahannya masing-masing sehingga rasa optimis menyatu kan mereka dan berhasil mengalahkan lawan-

134

lawan dari negara lain yang kemudian Indonesia pertama kalinya mendapatkan juara medali Olimpiade panahan pada regu putri dengan berkorban dan berjuang semampu mereka demi membanggakan Indonesia. Dari perjuangan itulah yang kemudian penulis skenario menjulukinya sebagai Tiga Srikandi yaitu tiga pejuang wanita, walaupun pelatih di sini tetap menjadi pokok utama keberhasilan tiga atlet tersebut.

Dari hasil perjuangan yang mereka lalui mereka mendapatkan kembali apa yang sebelumnya telah dikorbankan seperti Yana kemudian lulus dan memiliki pelatihan panahan, Suma yang kemudian tetap mendapatkan PNS nya, dan Lilies yang kemudian tetap melangsungkan pernikahannya dan kemudian masing-masing dari Tiga Srikandi tersebut memiliki tempat pelatihan khusus memanah.

Hal tersebut membuktikan bahwa ketika berjuang bersungguh-sungguh segala cita-citanya akan tercapai.

B. SARAN

Penulis menyadari bahwa penulisan dari penelitian ini sangat jauh dari kalimat sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT namun peneliti memiliki beberapa

135

saran yang mungkin dapat diambil oleh beberapa pihak, diantaranya :

1) Untuk Penulis Skenario Pertama-tama penulis terkesan bahwa film Tiga Srikandi merupakan film yang sangat cocok untuk memotivasi serta meningkatkan rasa cinta tanah air dengan mengaplikasikannya pada peraihan-peraihan prestasi dari tingkat nasional hingga skala internasional terlebih untuk anak muda. Film ini sangat membangunkan rasa semangat perjuangan anak muda dalam meraih sesuatu yang diinginkan. Saran dari penulis mudah-mudahan penulis skenario dapat membuat film serupa namun dengan menyelipkan pesan-pesan Islam secara khusus karena di Indonesia sendiri mayoritas penganut agamanya adalah Islam. Selain itu mudah-mudahan para penulis skenario dapat membuat narasi film yang temanya serupa dengan Film Tiga Srikandi yakni mengenai prestasi-prestasi anak negeri namun dengan menyeimbangkan antara hiburan dan pesan. 2) Untuk Pembaca Skripsi Penulis berharap kepada para pembaca mudah- mudahan apa yang telah peneliti tulis pada skripsi ini bermanfaat terutama ketika pembaca menonton film, penulis harap kepada pembaca jika menonton film tidak terfokus pada hiburan film saja namun penonton

136

harus dapat menangkap isi pesan-pesan baik yang disajikan oleh penulis skenario dan sutradara yang diselipkan melalui film tersebut. Penulis harap pembaca dapat membedakan hal yang baik yang harus diambil dan hal yang buruk yang harus dibuang dalam hal apapun termasuk pada skripsi dan film yang telah penulis teliti.

DAFTAR PUSTAKA

Arbi Armawati. (2003). Dakwah dan Komunikasi, Jakarta : UIN Jakarta Press

Braston dan Stafford. (2003). The Media Student’s Book, London: Routledge

Burhan Nurgiyantoro. (2017). Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Departmen Kebudayaan RI. (1995). Pesan-Pesan Budaya Film Anak-Anak dalam Tayangan Televisi (Studi tentang Pengaruh Sistem Modern terhadap Perilaku Sosial Remaja Kota Cianjur)

Eriyanto. (2013). Analisis Naratif : Dasar-Dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media. Jakarta : Prenadamedia Group

Fahrudin Farid. (2018). Dahsyatnya Akibat Menonton Film Serta Penawarnya. Bengkulu : El- Markazi

Imam Gunawan. (2013). Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik, Jakarta : PT Bumi Aksara

Keraf Gorys, Argumentasi dan Narasi.

Pratista Himawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta : Homerian Pustaka

Rachmah Ida. (2016). Metode Penelitian : Studi Media dan Kajian Budaya. Jakarta : Prenada Media Group

137

138

Radita Gora. (2019), Riset Kualitataif Public Relation. Surabaya : CV Jakad Publishing

Sri Wahyuningsih. (2019). Memahami Representasi Pesan-Pesan Dakwah dalam Film Melalui Analisis Semiotik. Surabaya : Media Sahabat Cendikia

Website : https://www.pesona.co.id/read/swastika-nohara-realitas-lewat- fiksi-berkualitas https://id.wikipedia.org/wiki/Chelsea_Islan. https://id.wikipedia.org/wiki/Tara_Basro https://www.idntimes.com/hype/entertainment/stella/infografis-minat- penonton-terhadap-film-indonesia/9 https://dalamislam.com/dasar-islam/anggota-tubuh-yang-akan- berbicara-di-akhirat https://id.wikipedia.org/wiki/3_Srikandi

LAMPIRAN

1. Foto bersama Penulis Skenario Film Tiga Srikandi (Swastika Nohara)

2. Transkrip Wawancara peneliti dengan Penulis Skenario (28 November 2020)

“Bagaimana latar belakang dan motivasi penulisan skenario film Tiga Srikandi?”

Jawab : “Awal mula saya merasa waktu saya masih kecil, waktu peristiwa-peristiwa olahraga itu sangat ramai. Jadi peristiwa-peristiwa waktu level sea games, asian games, dari kecil sangat ramai diperbincangkan, ramai ditonton di televisi, terutama oleh anak-anak, pelajar, sehingga sangat membakar rasa nasionalisme, bangga banget terutama di level sea games, dan asian games. Bangga banget kalau ada bendera merah putih ikut naik, ikut

berkibar, lagu Indonesia Raya ikut berkumandang, berkibarlah Indonesia Raya berkumandang. Terus saya melihat zaman sekarang setelah internet ramai, sosial media ramai, event-event olahraga ini jarang lagi gaungnya tidak lagi sekuat dulu, anak-anak pelajar SD, SMP, SMA, kalau ditanya paling tahu sekilas doang, bahkan banyak yang tidak tahu. Sampai akhirnya sea games dilakukan di Jakarta pada tahun 2017, nah kan sudah ada asian games, sudah ada Olimpiade bahkan, tidak ada gaungnya di kalangan anak-anak muda. Saya agak sedih juga ya, kenapa kok supporting event ini, pergelaran olahraga ini kok tidak ada gaungnya. Mungkin dugaan saya kalah populer lah sama berita-berita pop yang lain, yang muncul di sosmed, gosip selebriti, itu kan tiap hari di boom bardir kita kan, sayang, saya merasa sedih sebetulnya. Karena buat saya pribadi, berita-berita pertanyaan olahraga itu penting untuk memupuk rasa kebangsaan, cinta tanah air, rasa bangga dan sportifitas, terus makanya ketika dengar Multivision mau memfilm kan Tiga Srikandi, saya langsung tertarik banget, karena waktu saya masih kecil berita Indonesia meraih medali Olimpiade pertama melalui panahan, itu betul-betul menjadi bahan perbincangan semua orang, dari tua sampai anak-anak sekolah, beritanya ada di mana-mana, TV, koran, radio, belum ada internet pada waktu itu. Semua meliputkan ini sangkin heroiknya patriotismenya itu sangat terasa.

Saya merasa sayang anak sekarang tidak mengalami lagi yang seperti ini. Jadi saya langsung menyambut baik ketika Multivision mau menjadikan kisah ini sebagai film mau diangkat ke layar lebar.

Saya percaya kisah-kisah heroik seperti ini yang sifatnya olahraga yang sifatnya seperti Tiga Srikandi dan film-film sejenis, itu secara langsung ataupun tidak langsung menularkan nilai-nilai sportivitas, perjuangan, pantang menyerah, proses, dan cinta tanah air, nah pantang menyerah dan proses ini yang dilihat kurang kuat di anak- anak muda zaman sekarang. Mereka maunya cepet dan instan padahal semua hal baik itu pasti ada prosesnya. Kerja keras, prosesnya bertahun-tahun, berdarah-darah, pasti menangis, pernah kalah, dan hal yang seperti itu yang menurut saya sangat penting untuk kita teladani. Dan film menurut saya medium yang sangat baik dan sangat efektif untuk menyebarkan nilai-nilai baik ini, kenapa? Karena orang-orang nonton film itu sebetulnya niatnya itu hiburan, mau senang-senang, nah hanya diantara hiburan itu kita selipkan poin-poin penting yang ajaran-ajaran baik yang mudah-mudahan bisa membekas di hati mereka.”

“Bagaimana cara memetakan alur awal hingga akhir?”

Jawab : “Sangat menantang jika membicarakan alur cerita. Kenapa? Karena tokoh utamanya empat, satu pelatih dan tiga atlet panahan. Tiga atlet panahan ini dapat porsi yang sama, pelatih ini walaupun statusnya

pelatih bukan atletnya tapi dialah motor yang menggerakkan tiga atlet ini hingga sampai pada prestasi yang diraih. Jadi sama empat orang ini tidak ada yang lebih atau kurang.

Satu, saya harus membagi alur narasinya seimbang antara mereka ber empat.

Dua, ini berdasarkan kisah nyata, jadi saya harus setia pada kisah aslinya seperti apa, walaupun saya boleh menambahkan unsur-unsur dramatisasi, asal tidak boleh melenceng.

Tiga, ini orang-orangnya masih ada, biasanya kalau kisah biografi, misalnya biografi Soekarno, orangnya sudah meninggal, sedangkan ini orangnya masih aktif melatih, masih bisa protes jika ada yang salah. Jadi itu beban tersendiri untuk saya, punya tuntutan untuk diri sendiri untuk membuat ceritanya menarik dan benar sesuai dengan aslinya. Bagaimana caranya? Tentu harus riset, karena peristiwa aslinya itu, sangat banyak dokumentasinya di koran, majalah, TV, pantangannya adalah meskipun banyak itu sudah lama di tahun 80-an sehingga sulit untuk menemui arsip karena pengarsipan di Indonesia jarang yang bagus, untuk mencari arsip 30 tahunan yang lalu sangatlah sulit, setelah menelisik ternyata arsip hanya dimiliki oleh media-media besar seperti kompas, tabloid bola, TVRI. Yang lain banyak, namun untuk mencari pengarsipan susah.

Kemudian melakukan riset dari tiga media ini dan dikumpulkan, yang paling penting di sini adalah wawancara orang-orang aslinya, Donald Pandiangan sudah meninggal, namun masih ada istri dan anaknya yang masih bisa menceritakan suami dan ayahnya.tiga atlet masih ada, sehat dan masih aktif, kita ketemu di Jakarta, saya mengobrol dengan mereka. Riset ini tujan utamanya adalah crosscheck, berita di koran itu seperti ini, seperti ini, benar atau tidak?, yang kedua ini adalah yang paling penting supaya untuk mengenali karakter mereka, tatap muka, kita mengobrol berjam-jam, seharian itu kan saya bisa menangkap, oh Lilies ini karakternya blak-blakan, kalau ngomong spontan, ceplas-ceplos, suka bercanda, ngakak tertawanya, seru. Sementara Kusuma Wardhani orangnya kalem banget, pendiam banget, paling senyum manis, mengiyakan pendapat teman-temannya, tidak suka konflik, sementara Yana sangat bagus leadershipnya, tegas, dan dengan bertatap muka saya bisa mendalami karakter mereka secara langsung. Jadi pertama melakukan riset dari materi-materi yang ada, kedua ketemu muka dan wawancara, baru dari situ menyusun urutan ceritanya karena meskipun kronologisnya urut dari tahun 80 dan seterusnya. Tapi kalau di film kita tidak bisa begitu karena akan jadi boring, jadi tetap ada perubahan-perubahan, konflik-konflik yang kita tambahkan namun tetap menjaga orisinalitas karakter perjalanan karier mereka.

Sebetulnya alur cerita ini sama seperti teori Tzvetan Todorov, ada alur awal, alur tengah dan alur akhir. Secara garis besar konfliknya adalah bagaimana mereka mengatasi segala kendala supaya mendapat medali Olimpiade, itu konflik dan tantangan utama yang hendak dicapai adalah itu. Dalam perjalanannya itu di breakdown lagi pada masa seleksi dibreakdown lagi, ada konflik kecil, terus ada penyelesaian, akhirnya mereka masuk seleksi, masuk pelatnas, perkenalan tiga individu yang berbeda, dan pelatih yang galak, ada konflik kecil lagi, ada penyelesaian, mereka sudah makin akrab dan solid, ada konflik lain lagi, konflik keluarganya masing-masing, Lilies berkonflik, Yana berkonflik dan Kusuma Wardhani juga memiliki konflik, jadi konflik-konflik kecil itu memang banyak, tapi semuanya harus mereka selesaikan hanya untuk menuju tujuan akhir mengatasi konflik besar yaitu mengalahkan lawan-lawannya, lawan diri sendiri, karena pada dasarnya lawan terbesar adalah diri sendiri supaya meraih medali. Konflik-konflik ini dibuat supaya lebih menarik ceritanya.

“Apa pesan yang ingin disampaikan penulis melalui film Tiga Srikandi?”

Jawab : “Jika berbicara pesan, pesan itu sangatlah subjektif, sama-sama film Tiga Srikandi ditonton oleh orang yang berbeda, a, b, c, tiga orang ini bisa menangkap pesan yang berbeda. Mungkin a lebih tertarik pada soal

kompetitifness nya soal bagaimana mereka kemudian mampu mengalahkan lawan-lawannya bahkan melawan dirinya sendiri sampai mendapat medali, mungkin b lebih tertarik pada soal prosesnya, “oh ternyata untuk berangkat ke Olimpiade ini sangat panjang jalannya harus ada seleksi tingkat daerah, seleksi tingkat nasional, lalu ada penggemblengan keras, jogging, naik turun bukit. Si c mendapat pesan tentang kerja keras, “oh ternyata mereka secara individu sudah kalah, tapi ketika bergabung menjadi tim bisa menang, oh ternyata team work itu bisa bermanfaat”. Dari situ dari tiga orang dapat menerima pesan yang berbeda-beda dari film yang sama, karena itu subjektif tergantung bagaimana penilaian kita, bagaimana kita menghayati sebuah film tau sebuah cerita. Di antara itu semua meskipun bersifat subjektif yang saya yakin yang pasti penonton tangkap adalah rasa cinta tanah air Indonesia, karena siapa yang tidak bangga jika bangsa sendiri sampai di event internasional Olimpiade, Indonesia Raya berkumandang dinyanyikan, bendera merah putih berkibar, tanah air pasti bangga. Sportifitas, tentang kalah menang, dalam lomba pasti ada, tidak mungkin semuanya menang, mereka juga tidak langsung menang, ada proses panjang, sportifitas dan juga soal proses semua itu harus diperoleh melalui kerja keras, latihan, dan semangat. Tiga hal ini yang saya harap sampai pada penonton.”

“Bagaimaa pandangan penulis tentang nasionalisme dan patriotisme?”

Jawab : “Nasionalisme sangat penting terlebih sekarang semua makin global, pengaruh dari luar sangat deras, begitu juga dari korea, dari jazirah Arab, Syiria, kemana- mana kalau kita tidak terus menerus menanamkan rasa cinta tanah air, apalagi untuk anak-anak muda sebagai penerus bangsa itu sangatlah penting. Dan itu harus terus menerus melalui berbagai cara, dengan kemasan yang nge pop kalau bisa, supaya mereka menerimanya enak, tidak merasa digurui, diceramahi, mereka tergugah, dan itu menurut saya yang penting adalah supaya mereka tergugah hatinya. Karena kita percuma ngomong nasionalisme, cintailah tanah air, cintailah Indonesia, tapi melalui omongan doang itu seperti masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Dan berharap melalui film dapat membekas, dan membakar semangat karena emosi mereka tergugah. Mereka terhibur tapi sekaligus mendapat inside yang mudah-mudahan bermanfaat. Dan film seperti ini hanya sedikit, harusnya diperbanyak yang menyisipkan pesan seperti ini. Tiga Srikandi ini merupakan patriot, karena mereka membela nama baik Indonesia, patriot adalah segala hal yang membela nama baik Indonesia, membela bangsa. Untuk zaman sekarang patriot tidak harus perang seperti zaman dahulu, berbeda, karena sekarang sudah tidak ada lagi perang-perang seperti

zaman dahulu, mereka bisa menjadi patriot juga melalui cabang olahraga, musik, asal dapat mengangkat nama baik Indonesia itu semua merupakan aksi patriotisme modern untuk saat ini.”