91 I. PENDAHULUAN Danau Poso Merupakan Aset Dunia Karena

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

91 I. PENDAHULUAN Danau Poso Merupakan Aset Dunia Karena Media Litbang Sulteng III (2) : 137 – 143, September 2010 ISSN : 1979 - 5971 KERAPATAN, KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN GASTROPODA AIR TAWAR DI PERAIRAN DANAU POSO Oleh : Meria Tirsa Gundo ABSTRAK Gastropoda merupakan salah satu Kelas dari Fillum Mollusca, dan merupakan salah satu jenis komunitas fauna bentik yang hidup didasar perairan. Komunitas fauna bentik ini banyak ditemukan di perairan danau Poso, namun hingga saat ini data tentang bioekologinya masih sangat kurang sehingga perlu dilakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Danau Poso Sulawesi Tengah pada bulan Oktober - Desember 2009. Stasiun pengamatan ditentukan berdasarkan model area sampling yaitu suatu tehnik penentuan areal sampling dengan mempertimbangkan wakil-wakil dari daerah feografis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui spesies, kerapatan, pola penyebaran dan keanekaragaman Gastropoda di danau poso, menggunakan Metode pendekatan menurut Cox (1967) untuk mengetahui kerapatan; Ludwing and Reynolds (1988) untuk mengetahui indeks keanekaragaman Shannon-Wienner (H’); Krebs (1989) untuk mengetahui Indeks keseragaman (E) dan Indeks Sebaran Morishita (Iδ); Odum (1971) untuk mengetahui Indeks Dominasi (C). Berdasarkan hasil penelitian diketahui delapan jenis gastropoda yang ditemukan di danau Poso yaitu: Tylomelania toradjarum, Tylomelania patriarchalis, Tylomeliana neritiformis, Tylomeliana kuli, Tylomeliana palicolarum, Tylomeliana bakara, Tylomeliana sp1, Tylomeliana sp2. Hasil penelitian menunjukkan Kerapatan gastropoda paling tinggi ditemukan di stasiun I, yaitu di bagian Utara danau Poso dengan 119,25 ind/m². Stasiun II dan stasiun IV memiliki nilai Indeks Keanekaragaman spesies yang masuk dalam kategori sedang, sedang dua stasiun lainnya masuk dalam kategori rendah. Penyebaran jenis individu gastropoda di danau Poso memiliki dua pola yaitu bersifat seragam dan mengelompok. Kata Kunci: Gastropoda Air Tawar, danau Poso, kerapatan, pola penyebaran, keanekaragaman. anggrek hutan yang langkah. I. PENDAHULUAN Berdasarkan hasil observasi di lapangan diketahui bahwa akhir-akhir ini Danau Poso merupakan aset dunia tekanan ekologis terhadap ekosistem danau karena ekosistem danau ini merupakan salah ini semakin besar. Hal ini terindikasi dari satu kontributor plasma nutfah bagi antara lain: keanekaragaman flora maupun fauna. 1. Semakin padatnya penduduk yang Beberapa spesies ikan endemik seperti bermukim di sekitar danau ini Adrianichthys kruyti, (sejenis ikan Rono), mengakibatkan semakin besar pula Xenopoecilus poptae (Buntinge), buangan-buangan limbah rumah tangga Webegobius amadi (Bungu), Xenopoecilus dan limbah pertanian ke badan danau, oophorus (Rono), Adrianichthys roseni, dan hal ini berdampak negatif bagi (sejenis ikan Rono) Oryzias Nigrimas, O. kelangsungan kehidupan biota di danau Orthognathus (Ikan padi), (Whitten at al, ini. 1987; Soeroto and Tungka, 1991, Parenti, 2. Menjamurnya budidaya ikan dengan 2008) ditemukan di danau ini. Namun menggunakan sistem karamba atau demikian dua jenis yang disebutkan pertama jaring apung yang ada di sebagian badan dinyatakan hampir punah Berdasarkan data danau akan berdampak buruk bagi “Red List of Treatened Animal 2009 of sistem lingkungan di danau Poso IUCN” (www.iucnredlist.org), sedangkan maupun di daerah DASnya, karena dari jenis ketiga merupakan ikan ekonomis berbagai hasil penelitian diketahui penting tetapi sejak tahun 1980an hingga kegiatan ini akan memicu terjadinya saat ini ikan ini sudah sangat langkah belum eutrofikasi yang secara perlahan namun diketahui status ekologinya. Hutan anggrek pasti akan berdampak pada terjadinya Bancea yang berada di bagian Selatan badan pendakalan danau. danau juga tidak kalah uniknya karena 3. Konversi lahan di areal hutan yang ada menyimpan banyak sekali jenis spesies di daerah bagian Selatan, Timur dan 1) Barat perairan Danau Poso yang akan Staf Pengajar pada Universitas Sintuwu Maroso Poso. 91 berdampak pada erosi dan 2.1. Pengumpulan Data menumpuknya sedimen yang akan Metode pengumpulan data memasuki badan perairan danau. menggunakan Transek kuadrat menurut Tekanan-tekanan ekologis tersebut Fachrul (2007). Transek kuadrat dilakukan akan bermuara pada gangguan pada empat stasiun penelitian (Stasiun I, II, keseimbangan ekosistem perairan danau III, IV). Dengan prosedur sebagai berikut : Poso. Gastropoda yang merupakan salah Ditarik garis transek sepanjang 50m sejajar satu komunitas dari ekosistem ini secara garis pantai. Kemudian diletakan secara langsung akan terkena imbasnya. Oleh beurutan 10 buah kuadrat berukuran 1m x karena itu sangat diperlukan penelitian 1m dengan jarak antar kuadrat 2m. Setiap tentang kondisi komunitas gastropoda danau Gastropoda yang terdapat dalam kuadrat Poso saat ini. dihitung jumlahnya dan dicatat dalam tabel Gastopoda merupakan salah satu kelas data dan setiap jenis diambil dimasukan ke Mollusca dari Filum Avertebrata, dan dalam wadah plastik dan diberi label untuk merupakan salah satu jenis komunitas fauna diidentifikasi jenisnya di laboratorium. bentik yang hidup didasar perairan. Identifikasi dilakukan mengacu pada Darma Komunitas fauna bentik ini banyak (1988), Whitten at al (1988), Von Rintelen ditemukan di perairan danau Poso, namun at al ( 2004), Von Rintelen T. and M. hingga saat ini informasi atau data tentang Glaubrecht (2008), bioekologinya masih sangat kurang sehingga Kecerahan perairan di stasiun perlu dilakukan penelitian. Penelitian ini pengamatan diukur dengan menggunakan yang bertujuan untuk: Untuk mengetahui Secchi Disc. pH dan Suhu perairan juga jenis, kepadatan, pola penyebaran dan diukur secara insitu di stasiun pengamatan, keanekaragaman Gastropoda di danau poso. selain itu jenis substratnya juga dicatat. II. METODE PENELITIAN 2.2. Analisis Data 1.1.1. Kerapatan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Kepadatan adalah jumlah individu Oktober – Desember 2009 di Danau Poso gastropoda per satuan luas. Kepadatan Sulawesi Tengah. Stasiun pengamatan dihitung dengan menggunakan pendekatan ditentukan berdasarkan model area menurut Cox (1967). sampling menurut Fachrul (2007) yaitu suatu tehnik penentuan areal sampling Jumlah Individu Setiap Jenis Kepadatan (Ind./m2) = ---------------------------------------- dengan mempertimbangkan wakil-wakil dari Luas Contoh daerah feografis. Berdasarkan hal tersebut ditetapkan empat (4) stasium pengamatan Kepadatan Setiap Jenis yaitu: Stasiun I: Di sebelah Utara perairan Kepadatan Relatif = ------------------------------ X 100 % Danau Poso, yaitu di daerah Tando Kepadatan semua Jenis Duwangko masuk Kecamatan Pamona Utara; Stasiun II: Di sebelah Selatan 1.1.2. Keanekaragaman perairan Danau Poso, yaitu di desa Tokilo Keanekaragaman suatu biota air dapat Kecamatan Pamona Tenggara. Stasiun III : ditentukan dengan menggunakan teori Disebelah Timur perairan Danau Poso, informasi Shanon-Wienner (H’). yaitu di desa Tolambo Kecamatan Pamona Perhitungan indeks keanekaragaman Tenggara; Stasiun IV : Di Sebelah Barat dilakukan dengan menggunakan rumus perairan Danau Poso, yaitu di desa Taipa Shannon-Wienner (Ludwing and Reynolds, Kecamatan Pamona Barat. 1988). Selanjutnya untuk mencapai tujuan ni ni H ' n penelitian ini maka dilakukan kegiatan- N N kegiatan berikut ini: Dimana: ni = Jumlah individu setiap jenis N = Total individu semua jenis. 92 1.1.3. Keseragaman Indeks keseragaman (E) dapat ni (Xi(Xi 1) dihitung dengan pendekatan menurut Krebs I (1989) sebagai berikut: N(N 1) dimana: H ' Iδ = Indeks Sebaran Morishita ni = Jumlah Satuan Pengambilan Contoh nS N = Jumlah Total Individu Xi = Jumlah Individu Spesies Pada Pengambilan contoh ke- i Dimana: H’ = Indeks keanekaragaman Shanon-Wiener Jika : S = Jumlah spesies Iδ > 1 : Pola sebaran jenis individu bersifat mengelompok Iδ = 1 : Pola sebaran jenis inidividu bersifat acak Iδ < 1 : Pola sebaran jenis individu bersifat seragam Indeks keseragaman ini berkisar antara 0-1. Indeks keseragaman mendekati nol, berarti III. HASIL DAN PEMBAHASAN dalam ekosistem tersebut ada kencenderungan terjadi dominasi spesies yang disebabkan oleh adanya 3.1. Jenis Substrat dan Kondisi Fisik ketidakstabilan faktor-faktor lingkungan dan Kimia Stasiun Penelitian populasi. Bila indeks keseragaman Parameter lingkungan fisik kimia mendekati 1, maka ekosistem tersebut dalam yang diamati dalam penelitian ini adalah kondisi yang relatif mantap, yaitu jumlah Suhu, pH, dan Transparansi/kecerahan, individu tiap spesies relatif sama (Bower serta jenis substrat. Ada pun hasil dan Zar, 1977 dalam Hartati dan Wahyuni pengamatan tersebut diuraikan seperti pada 2003). Tabel 1 berikut ini. 1.1.4. Indeks Dominasi (C) Tabel 1 : Kondisi Fisik Kimia dan Jenis Substrat Perairan Menurut Odum (1971), indeks Stasiun Penelitian Stasiun Pengamatan dominasi dapat dirumuskan sebagai berikut: Parameter I II III IV Jenis substrat Lumpur Kerikil dan Kerikil dan Kerikil 2 Berpasir Pasir Pasir sedikit dan Berlumpur Berlumpur Pasir ni Suhu (ºC) 28,5 27,8 27,5 27,5 C N pH 7,5 7,3 7,3 7,0 Transparansi 6 7 9 10 /kecerahan (m) Dimana: ni = Jumlah individu setiap jenis N = Total individu semua jenis. Hasil pengukuran Suhu yang dilakukan di semua stasiun penelitian Menurut Odum (1971) nilai indeks dominasi berkisar antara 27,5 ºC – 28,5ºC. Suhu berkisar antara 0-1. Apabila nilai indeks terendah ditemukan pada stasiun IV yaitu indeks dominasi mendekati 0 berarti hampir 27,5 ºC sedangkan suhu tertinggi adalah tidak ada individu yang mendominasi dan pada stasiun I yaitu 28,5 ºC. Namun biasanya diikuti dengan nilai indeks demikian tidak terlihat adanya perbedaan keseragaman yang besar.
Recommended publications
  • Iktiofauna Air Tawar Beberapa Danau Dan Sungai Inletnya Di Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia
    ©Journal of Aquatropica Asia p-issn: 2407-3601 Volume 4, Nomor 1, Tahun 2019 Jurusan Akuakultur, Universitas Bangka Belitung IKTIOFAUNA AIR TAWAR BEBERAPA DANAU DAN SUNGAI INLETNYA DI PROVINSI SULAWESI TENGAH, INDONESIA FREHSWATER FISH OF LAKES AND IT’S INLET RIVERS IN SULAWESI TENGAH PROVINCE, INDONESIA Muh. Herjayanto1,5,6,., Abdul Gani2,6, Yeldi S. Adel3, Novian Suhendra4,6 1Program Studi Ilmu Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Indonesia 2Program Studi Akuakultur, Fakultas Perikanan, Universitas Muhammadiyah Luwuk, Banggai, Indonesia 3Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan, Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan Palu, Indonesia 4Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Palu, Indonesia 5Masyarakat Iktiologi Indonesia 6Tim Ekspedisi Riset Akuatika (ERA) Indonesia .email penulis korespondensi: [email protected] Abstrak Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) berada dalam kawasan Wallacea memiliki ikan endemik di danau serta sungai inletnya. Selain itu, pemerintah juga telah melakukan introduksi ikan ke perairan umum untuk kesejahteraan masyarakat. Sejauh ini catatan iktiofauna air tawar di Sulteng belum terangkum dengan baik. Oleh karena itu, kami menelusuri hasil penelitian terdahulu tentang jenis ikan di 11 danau dan sungai inletnya di Sulteng. Danau (D) tersebut yaitu D. Bolano (Bolanosau), D. Lindu, D. Poso, D. Rano, D. Rano Kodi dan D. Rano Bae, Danau Sibili, D. Talaga (Dampelas), D. Kalimpa’a (Tambing), D. Tiu dan D. Wanga. Selain itu, kami juga melakukan pengamatan ikan di tujuh danau antara tahun 2012-2019. Penangkapan ikan menggunakan jaring lempar, jaring pantai, pukat insang dan pancing. Hasil rangkuman dan pengamatan menunjukkan bahwa terdapat 18 famili dan 27 genus ikan di 11 danau dan sungai inletnya di Sulteng.
    [Show full text]
  • Beloniformes, Adrianichthyidae) Endemic to Sulawesi, Indonesia( Digest 要約 )
    Phylogenetic and taxonomic studies of the medaka Title (Beloniformes, Adrianichthyidae) endemic to Sulawesi, Indonesia( Digest_要約 ) Author(s) Mokodongan, Daniel Frikli Citation Issue Date 2016-09 URL http://hdl.handle.net/20.500.12000/35389 Rights Abstract Although the family Adrianichthyidae is broadly distributed throughout East and Southeast Asia, 19 endemic species are distributed in Sulawesi, which is an island in Wallacea. However, it remains unclear how Adrianichthyidae biodiversity hotspot was shaped. Moreover, seven of the 19 endemic species were described within this decade, suggesting that we still do not know the full picture of the biodiversity of this family in this small island ofthe Indo-Australian Archipelago. First, I reconstructed molecular phylogenies for the Sulawesi adrianichthyids and estimated the divergence times of major lineages to infer the detailed history of their origin and subsequent intra-island diversification. The mitochondrial and nuclear phylogenies revealed that Sulawesi adrianichthyids are monophyletic, which indicates that they diverged from a single common ancestor. Species in the earliest branching lineages are currently distributed in the central and southeastern parts of Sulawesi, indicating that the common ancestor colonized Sula Spur, which is a large promontory that projects from the Australian continental margin, from Asia by tectonic dispersal c.a. 20 Mya. The first diversification event on Sulawesi, the split of the genus Adrianichthys, occurred c.a. 16 Mya, and resulted in the nesting of the genus Adrianichthys within Oryzias. Strong geographic structure was evident in the phylogeny; many species in the lineages branching off early are riverine and widely distributed in the southeastern and southwestern arms of Sulawesi, which suggests that oversea dispersal between tectonic subdivisions of this island during the late Miocene (7-5 Mya) contributed to the distributions and diversification of the early branching lineages.
    [Show full text]
  • A Revised Taxonomic Account of Ricefish Oryzias (Beloniformes; Adrianichthyidae), in Thailand, Indonesia and Japan
    The Natural History Journal of Chulalongkorn University 9(1): 35-68, April 2009 ©2009 by Chulalongkorn University A Revised Taxonomic Account of Ricefish Oryzias (Beloniformes; Adrianichthyidae), in Thailand, Indonesia and Japan WICHIAN MAGTOON 1* AND APHICHART TERMVIDCHAKORN 2 1 Department of Biology, Faculty of Science, Srinakharinwirot University, Bangkok 10110, Thailand 2 Inland Fisheries Research and Development Bureau, Department of Fisheries, Bangkok 10900, Thailand ABSTRACT.– A taxonomic account of Oryzias minutillus, O. mekongensis, O. dancena, and O. javanicus from Thailand, O. celebensis from Indonesia and O. latipes from Japan are redescribed. Six distinct species are recognized. Keys, descriptions and illustrations of the species are presented. Morphological differences between and within all six species are clarified. Twenty-two morphometric characters and ten meristic characters were examined, and 14 morphometric and nine meristic characters were found to differ amongst the six species. Anal-fin ray numbers of O. cellebensis, O. javanicus, O. dancena, O. minutillus, O. latipes and O. mekongensis were 22, 23, 24, 19, 18 and 15, respectively. These differences suggest that the six species may be reproductively isolated from each other. KEY WORDS: Oryzias, Revision, Morphological difference, Cluster analysis four species are known from Thailand, Laos, INTRODUCTION Myanmar, and Vietnam, but eleven species are found from Indonesia and one species in Ricefish of the genus Oryzias belong to Japan (Magtoon, 1986; Roberts, 1998; the family Adrianichthyidae and are widely Kotellat 2001a, b; Parenti and Soeroto, 2004; distributed in South, East and Southeast Asia Parenti, 2008). and southwards to Sulawesi and the Timor Recently, there have been several studies islands (Yamamoto, 1975; Labhart, 1978; published on various aspects of Oryzias Uwa and Parenti, 1988; Chen et al., 1989; biology, for instance on the comparative Uwa, 1991a; Roberts, 1989, 1998).
    [Show full text]
  • Oryzias Sakaizumii, a New Ricefish from Northern Japan (Teleostei: Adrianichthyidae)
    289 Ichthyol. Explor. Freshwaters, Vol. 22, No. 4, pp. 289-299, 7 figs., 1 tab., December 2011 © 2011 by Verlag Dr. Friedrich Pfeil, München, Germany – ISSN 0936-9902 Oryzias sakaizumii, a new ricefish from northern Japan (Teleostei: Adrianichthyidae) Toshinobu Asai*, ***, Hiroshi Senou** and Kazumi Hosoya* Oryzias sakaizumii, new species, is described from Japanese freshwaters along the northern coast of the Sea of Japan. It is distinguished from its Japanese congener, O. latipes, by a slightly notched membrane between dorsal- fin rays 5 and 6 in males (greatly notched in O. latipes); dense network of melanophores on the body surface (diffuse melanophores in O. latipes); distinctive irregular black spots on posterior portion of body lateral (absent in O. latipes); and several silvery scales arranged in patches on the posterior portion of the body (few in O. lati pes). Introduction south along the Indo-Australian Archipelago across Wallace’s line to the Indonesian islands of Ricefishes, adrianichthyid fishes of the atheri- Timor and Sulawesi (Kottelat, 1990a-b; Takehana nomorph order Beloniformes, comprise 32 most- et al., 2005). ly small species, including the new species de- Oryzias latipes was originally described as scribed herein (Herder & Chapuis, 2010; Magtoon, Poecilia latipes by Temminck & Schlegel (1846), 2010; Parenti & Hadiaty, 2010). The family Adri- from Siebold’s collection now at the RMNH, the anichthyidae has been classified in three sub- Netherlands. Subsequently, this species was clas- families with four genera – Adrianichthys, Oryzias, sified in the genus Haplochilus by Günter (1866), Xenopoecilus, and Horaichthys – since 1981 (Rosen an incorrect spelling of Aplocheilus, hence Aplo- & Parenti, 1981; Nelson, 2006).
    [Show full text]
  • 10 Hend&Chap Pg 269-280.Indd
    THE RAFFLES BULLETIN OF ZOOLOGY 2010 THE RAFFLES BULLETIN OF ZOOLOGY 2010 58(2): 269–280 Date of Publication: 31 Aug.2010 © National University of Singapore ORYZIAS HADIATYAE, A NEW SPECIES OF RICEFISH (ATHERINOMORPHA: BELONIFORMES: ADRIANICHTHYIDAE) ENDEMIC TO LAKE MASAPI, CENTRAL SULAWESI, INDONESIA Fabian Herder Zoologisches Forschungsmuseum Alexander Koenig, Sektion Ichthyologie, Adenauerallee 160, D-53113 Bonn, Germany Email: [email protected] (Corresponding author) Simone Chapuis Zoologisches Forschungsmuseum Alexander Koenig, Sektion Ichthyologie, Adenauerallee 160, D-53113 Bonn, Germany Email: [email protected] ABSTRACT. – A new species of ricefi sh is described from Lake Masapi, a small satellite lake of the Malili Lakes system in Central Sulawesi, Indonesia. Oryzias hadiatyae, new species, is known only from this single lake. It differs from all other adrianichthyids in Sulawesi in having a well marked concavity on the snout, a slender but relatively wide body with elongated snout and slightly upwardly directed mouth, pelvic fi ns with 5–6 fi n rays and anal fi n with 19–22 fi n rays, both inserting relatively close to the rear end of the body, dorsal fi n with 8–10 rays inserted above 10–12th anal fi n ray, 28–30 vertebrae, only 27–31 lateral scales, dark brown blotches on the lateral body in adult males, and no blotches in females. This brings the number of ricefi sh species in Sulawesi to 16 (four Adrianichthys, 12 Oryzias), with four endemic lacustrine Oryzias in the Malili Lakes system. In addition, the riverine ricefi sh Oryzias celebensis, known so far only from Sulawesi’s southwestern arm and a single river in East Timor, is here reported for the fi rst time from a drainage in Central Sulawesi.
    [Show full text]
  • Status Taksonomi Iktiofauna Endemik Perairan Tawar Sulawesi (Taxonomical Status of Endemic Freshwater Ichthyofauna of Sulawesi) Renny Kurnia Hadiaty
    Jurnal Iktiologi Indonesia, 18(2): 175-190 DOI: https://doi.org/10.32491/jii.v18i2.428 Ulas-balik Status taksonomi iktiofauna endemik perairan tawar Sulawesi (Taxonomical status of endemic freshwater ichthyofauna of Sulawesi) Renny Kurnia Hadiaty Laboratorium Iktiologi, Bidang Zoologi, Puslit Biologi-LIPI Jl. Raya Bogor Km 46, Cibinong 16911 Diterima: 25 Mei 2018; Disetujui: 5 Juni 2018 Abstrak Perairan tawar Pulau Sulawesi merupakan habitat beragam iktiofauna endemik Indonesia yang tidak dijumpai di bagian manapun di dunia ini. Dari perairan tawar pulau ini telah dideskripsi 68 spesies ikan endemik dari tujuh familia, tergo- long dalam empat ordo. Ke tujuh familia tersebut adalah Adrianichthyiidae (19 spesies, dua genera), Telmatherinidae (16 spesies, empat genera), Zenarchopteridae (15 spesies, tiga genera), Gobiidae (14 spesies, empat genera), Anguilli- dae (satu spesies, satu genus), Eleotridae dua spesies, dua genera), dan Terapontidae (satu spesies, satu genus). Seba- gian besar spesies endemik di P. Sulawesi hidup di perairan danau (45 spesies atau 66,2%), 23 spesies hidup di perairan sungai. Spesies pertama yang dideskripsi dari P. Sulawesi adalah Glossogobius celebius oleh Valenciennes tahun 1837, spesimen tipenya disimpan di Museum Paris. Delapan spesies ditemukan pada abad 19, sampai sebelum kemerdekaan Indonesia telah ditemukan 29 spesies, setelah merdeka ditemukan 39 spesies di P. Sulawesi. Di awal penemuan spesies baru, spesimen tipe disimpan di museum luar negeri, namun sejak tahun 1990 dipelopori oleh Dr. Maurice Kottelat spesimen tipe disimpan di Museum Zoologicum Bogoriense (MZB), Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi. Sampai saat ini spesimen tipe iktiofauna dari P. Sulawesi disimpan di 27 museum dari 11 negara di dunia, terbanyak di Ame- rika (8), Jerman (6), Swiss (3), Australia, dan Belanda (2), sedangkan di Austria, Jepang, Perancis, Singapura, Inggris, dan Indonesia masing-masing satu museum.
    [Show full text]
  • Complex Sexually Dimorphic Traits
    Spanke et al. BMC Ecol Evo (2021) 21:57 BMC Ecology and Evolution https://doi.org/10.1186/s12862-021-01791-z RESEARCH ARTICLE Open Access Complex sexually dimorphic traits shape the parallel evolution of a novel reproductive strategy in Sulawesi ricefshes (Adrianichthyidae) Tobias Spanke1, Leon Hilgers1, Benjamin Wipfer1, Jana M. Flury1, Arne W. Nolte2, Ilham V. Utama3, Bernhard Misof1, Fabian Herder1 and Julia Schwarzer1* Abstract Background: Pelvic brooding is a form of uni-parental care, and likely evolved in parallel in two lineages of Sulawesi ricefshes. Contrary to all other ricefshes, females of pelvic brooding species do not deposit eggs at a substrate (trans- fer brooding), but carry them until the fry hatches. We assume that modifcations reducing the costs of egg carrying are benefcial for pelvic brooding females, but likely disadvantageous in conspecifc males, which might be resolved by the evolution of sexual dimorphism via sexual antagonistic selection. Thus we hypothesize that the evolution of pelvic brooding gave rise to female-specifc skeletal adaptations that are shared by both pelvic brooding lineages, but are absent in conspecifc males and transfer brooding species. To tackle this, we combine 3D-imaging and morpho- metrics to analyze skeletal adaptations to pelvic brooding. Results: The morphology of skeletal traits correlated with sex and brooding strategy across seven ricefsh species. Pelvic brooding females have short ribs caudal of the pelvic girdle forming a ventral concavity and clearly elongated and thickened pelvic fns compared to both sexes of transfer brooding species. The ventral concavity limits the body cavity volume in female pelvic brooders. Thus body volumes are smaller compared to males in pelvic brooding spe- cies, a pattern sharply contrasted by transfer brooding species.
    [Show full text]
  • An Annotated Checklist of the Inland Fishes of Sulawesi 77-106 © Biodiversity Heritage Library
    ZOBODAT - www.zobodat.at Zoologisch-Botanische Datenbank/Zoological-Botanical Database Digitale Literatur/Digital Literature Zeitschrift/Journal: Bonn zoological Bulletin - früher Bonner Zoologische Beiträge. Jahr/Year: 2015 Band/Volume: 64 Autor(en)/Author(s): Miesen Friedrich Wilhelm, Droppelmann Fabian, Hüllen Sebastian, Hadiaty Renny Kurnia, Herder Fabian Artikel/Article: An annotated checklist of the inland fishes of Sulawesi 77-106 © Biodiversity Heritage Library, http://www.biodiversitylibrary.org/; www.zobodat.at Bonn zoological Bulletin 64 (2): 77–106 March 2016 An annotated checklist of the inland fishes of Sulawesi Friedrich Wilhelm Miesen1*, Fabian droppelmann1, Sebastian Hüllen1, renny Kurnia Hadiaty2 & Fabian Herder1 1Zoologisches Forschungsmuseum Alexander Koenig, Bonn, Germany 2Ichthyology Laboratory, Division of Zoology, Research Center for Biology, Indonesian Institute of Science (LIPI), Cibinong, Indonesia; E-mail: [email protected]; +49 (0)228 9122 431 Abstract. Sulawesi is the largest island of the Wallacea. Here, we present an annotated checklist of fish species record- ed in Sulawesi’s inland waters. We recognize a total of 226 species from 112 genera and 56 families. Gobiidae (41 species), Adrianichthyidae (20 species) and Telmatherinidae (19 species) are most species-rich, making up a total of 43% of the total species diversity. 65 species are endemic to Sulawesi’s freshwaters, including 19 Tematherinidae, 17 Adrianichthyi- dae, and 17 Zenarchopteridae. 44% of the inland fish fauna are obligate freshwater fishes, followed by euryhaline (38%) and amphi-, ana- or diadromous (29%) taxa. 65 species have been recorded from lacustrine environments. However, we stress that the data available are not representative for the island’s freshwater habitats. The fish species diversity of the spectacular lakes is largely explored, but the riverine ichthyofaunas are in clear need of further systematic exploration.
    [Show full text]
  • Morphological Characters and Geographical Distributions of Korean Ricefish (Pisces, Adrianichthyidae), Oryzias
    Korean J. Ichthyol. 18(3), 163~169, 2006 Morphological Characters and Geographical Distributions of Korean Ricefish (Pisces, Adrianichthyidae), Oryzias Min-Kyoung Park, Ik-Soo Kim and Jong-Young Park* Faculty of Biological Sciences, College of Natural Sciences and Institute for Biodiversity Research, Chonbuk National University, Jeonju 506-756, Korea The Korean ricefish, Oryzias, consisted of 2 species, O. latipes and O. sinensis. Through investigation on their distributions, it was confirmed that O. sinensis was restricted to western areas, and O. latipes was distributed throughout Korea. Interestingly, Daecheon region near the West Sea was sympatric, existing O. latipes and O. sinensis. In addition to their distributions, O. latipes was well distinguished from O. sinensis as the following morphological characteristics: mean 31 vertebrae (vs. 30), mean 15 gill rakers (vs. 12), lots of dots in both sides of body (vs. absent), and yellowish ventral and anal fins (vs. blackish). Key words : Ricefish, Oryzias, gill raker, vertebra, Korea 1993). However, although there are distinct dif- Introduction ferences between O. latipes and O. sinensis, two species have been often in conflict (Matsuda et al., Adrianichthyidae consists of 4 genera, Xeno- 1997; Takehana et al., 2004). Recently, results of poecilus, Oryzias, Adrianichthys, and Horaichthys, mtDNA and allozymic analysis made clear the and contains 25 species in the world (Parenti and geographical and reproductive isolation between Soeroto, 2004). The genus Oryzias is found in two Korean ricefishes, O. latipes and O. sinensis Asia including Japan, China, Indonesia and Korea (Sakaizumi and Jeon, 1987; Matsuda et al., 1997; and inhabited mostly freshwater but rarely brac- Takehana et al., 2004).
    [Show full text]
  • The Fifth National Report of Indonesia to the Convention on Biological Diversity
    THE FIFTH NATIONAL REPORT OF INDONESIA TO THE CONVENTION ON BIOLOGICAL DIVERSITY MINISTRY OF ENVIRONMENT AND FORESTRY OF INDONESIA 2014 MINISTRY OF ENVIRONMENT AND FORESTRY OF INDONESIA Published by : Deputy Minister of Environmental Degradation Control and Climate Change Ministry of Environment and Forestry Building A, 6th Floor Jalan D.I. Panjaitan Kav.24, Jakarta Timur Tel: +62-21-85904923 Fax: +62-21-85904923 THE FIFTH NATIONAL REPORT TO THE CONVENTION ON BIOLOGICAL DIVERSITY Steering Committee: Ir. Arief Yuwono, MA (Deputy Minister of Environmental Degradation Control and Climate Change, as the National Focal Point for the Convention on Biological Diversity) Coordinator: Ir. Antung Deddy Radiansyah, MP (Assistant Deputy for Biodiversity Conservation and Land Degradation Control) Team: DR. Suseno Amien, Dra. Vidya Sari Nalang, M.Sc, Lu’lu’ Agustina, SP., M.Si. Translator: Dr. Teguh Triono Reviewer: Lijie Cai Contributors: Bambang Nooryanto, SP (KLH), Titi Astuti, SAP (KLH), Enu Wahyu, S.Sos., MM (KLH), Prof. Dr. Yohanes Purwanto (Program MAB Indonesia), Dr. Risna Rosniati (Kebun Raya), Dr. Titiek Setyawati (Puskonser, Kemhut), Ir. Tiur Sudiaty Silitonga, MS (BB Biogen), Bambang (P2O LIPI), Ria Saryanthi (Burung Indonesia), Retno Setyaningrum (WWF), Warsidi (PVT, Kementan), Renata Puji Sumedi (Yayasan Kehati), Basuki Rahmat (Yayasan Kehati), Mangara Silalahi (Hutan Harapan Management Unit), Dr. Rahman Kurniawan (UNHAS). Cover Design: Nararya Gunadharma, S. Hut. Funding Support: Global Environment Facility (GEF)/ United Nation Development
    [Show full text]
  • How to Cite Complete Issue More Information About This Article
    Revista de Biología Tropical ISSN: 0034-7744 ISSN: 2215-2075 Universidad de Costa Rica Serdiati, Novalina; Arfiati, Diana; Widodo, Maheno-Sri; Lelono, Tri- Djoko; Ndobe, Samliok; Mansyur, Kasim; Moore, Abigail-Mary Perspectives on sustainable management of the Poso Lake (Indonesia) endemic ricefish, Oryzias nigrimas (Actinopterygii: Adrianichthyidae) Revista de Biología Tropical, vol. 69, no. 1, 2021, January-March, pp. 139-152 Universidad de Costa Rica DOI: https://doi.org/10.15517/rbt.v69i1.42404 Available in: https://www.redalyc.org/articulo.oa?id=44967852012 How to cite Complete issue Scientific Information System Redalyc More information about this article Network of Scientific Journals from Latin America and the Caribbean, Spain and Journal's webpage in redalyc.org Portugal Project academic non-profit, developed under the open access initiative ISSN Printed: 0034-7744 ISSN digital: 2215-2075 DOI 10.15517/rbt.v69i1.42404 Perspectives on sustainable management of the Poso Lake (Indonesia) endemic ricefish, Oryzias nigrimas (Actinopterygii: Adrianichthyidae) Novalina Serdiati1*, Diana Arfiati2, Maheno Sri Widodo2, Tri Djoko Lelono3, Samliok Ndobe1, Kasim Mansyur1 & Abigail Mary Moore4 1. Aquaculture Study Program, Tadulako University, Palu, Central Sulawesi, Indonesia; [email protected], [email protected], [email protected] 2. Department of Aquatic Resources Management, Brawijaya University, Malang, Indonesia; [email protected], [email protected] 3. Department of Utilization of Fisheries and Marine Resources, Brawijaya University, Malang, Indonesia; [email protected] 4. Postgraduate School, Hasanuddin University, Makassar, South Sulawesi, Indonesia; [email protected] * Correspondence Received 22-VI-2020. Corrected 28-X-2020. Accepted 09-XI-2020. ABSTRACT. Introduction: The endemic fishes of the ancient lakes of Sulawesi are under increasing threat.
    [Show full text]
  • A New, Remarkably Colorful, Small Ricefish of the Genus Oryzias (Beloniformes, Adrianichthyidae) from Sulawesi, Indonesia
    Copeia 2010, No. 2, 268–273 A New, Remarkably Colorful, Small Ricefish of the Genus Oryzias (Beloniformes, Adrianichthyidae) from Sulawesi, Indonesia Lynne R. Parenti1 and Renny K. Hadiaty2 Oryzias woworae, a new species of ricefish, is described from a freshwater habitat on Muna Island off the southeastern coast of the main island of Sulawesi, Indonesia. The new species is distinguished from all other known ricefishes by a remarkable color pattern of both sexes in life: the ventral surface of head and body anterior to the pelvic fins, dorsal portion of pectoral fins, dorsal-fin base, posterior portion of anal-fin base, caudal peduncle, and dorsal and ventral portions of caudal fin are brilliant red; the midlateral scales from just posterior to the eye to the caudal-fin base and the body scales anterior to the anal fin and ventral to midlateral scales are steel blue; the blue coloration is most prominent in adult males. Oryzias woworae, the smallest known ricefish from Sulawesi, is hypothesized to be a member of an unnamed clade of ricefishes diagnosed by a truncate, rather than lunate or emarginate, caudal fin. Description of O. woworae brings the recognized number of species in the beloniform family Adrianichthyidae to 29, 13 of which are endemic to Sulawesi. Ricefishes, in particular the new species, may serve as icons to generate interest in conservation of the endemic freshwater biota of Sulawesi. Oryzias woworae, jenis baru ikan padi dideskripsi dari perairan Pulau Muna, perairan pantai Sulawesi Tenggara, Indonesia. Ikan jenis baru ini dapat dengan mudah dibedakan dari jenis yang telah dikenal sebelumnya, dari pola warnanya yang sangat menyolok.
    [Show full text]