Media Litbang Sulteng III (2) : 137 – 143, September 2010 ISSN : 1979 - 5971

KERAPATAN, KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN GASTROPODA AIR TAWAR DI PERAIRAN DANAU POSO

Oleh : Meria Tirsa Gundo

ABSTRAK

Gastropoda merupakan salah satu Kelas dari Fillum Mollusca, dan merupakan salah satu jenis komunitas fauna bentik yang hidup didasar perairan. Komunitas fauna bentik ini banyak ditemukan di perairan danau Poso, namun hingga saat ini data tentang bioekologinya masih sangat kurang sehingga perlu dilakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Danau Poso Sulawesi Tengah pada bulan Oktober - Desember 2009. Stasiun pengamatan ditentukan berdasarkan model area sampling yaitu suatu tehnik penentuan areal sampling dengan mempertimbangkan wakil-wakil dari daerah feografis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui spesies, kerapatan, pola penyebaran dan keanekaragaman Gastropoda di danau poso, menggunakan Metode pendekatan menurut Cox (1967) untuk mengetahui kerapatan; Ludwing and Reynolds (1988) untuk mengetahui indeks keanekaragaman Shannon-Wienner (H’); Krebs (1989) untuk mengetahui Indeks keseragaman (E) dan Indeks Sebaran Morishita (Iδ); Odum (1971) untuk mengetahui Indeks Dominasi (C). Berdasarkan hasil penelitian diketahui

delapan jenis gastropoda yang ditemukan di danau Poso yaitu: Tylomelania toradjarum, Tylomelania patriarchalis, Tylomeliana neritiformis, Tylomeliana kuli, Tylomeliana palicolarum, Tylomeliana bakara, Tylomeliana sp1, Tylomeliana sp2. Hasil penelitian menunjukkan Kerapatan gastropoda paling tinggi ditemukan di stasiun I, yaitu di bagian Utara danau Poso dengan 119,25 ind/m². Stasiun II dan stasiun IV memiliki nilai Indeks Keanekaragaman spesies yang masuk dalam kategori sedang, sedang dua stasiun lainnya masuk dalam kategori rendah. Penyebaran jenis individu gastropoda di danau Poso memiliki dua pola yaitu bersifat seragam dan mengelompok.

Kata Kunci: Gastropoda Air Tawar, danau Poso, kerapatan, pola penyebaran, keanekaragaman.

anggrek hutan yang langkah. I. PENDAHULUAN Berdasarkan hasil observasi di

lapangan diketahui bahwa akhir-akhir ini Danau Poso merupakan aset dunia tekanan ekologis terhadap ekosistem danau karena ekosistem danau ini merupakan salah ini semakin besar. Hal ini terindikasi dari satu kontributor plasma nutfah bagi antara lain: keanekaragaman flora maupun fauna. 1. Semakin padatnya penduduk yang Beberapa spesies ikan endemik seperti bermukim di sekitar danau ini , (sejenis ikan Rono), mengakibatkan semakin besar pula poptae (Buntinge), buangan-buangan limbah rumah tangga Webegobius amadi (Bungu), Xenopoecilus dan limbah pertanian ke badan danau, oophorus (Rono), Adrianichthys roseni, dan hal ini berdampak negatif bagi (sejenis ikan Rono) Nigrimas, O. kelangsungan kehidupan biota di danau Orthognathus (Ikan padi), (Whitten at al, ini. 1987; Soeroto and Tungka, 1991, Parenti, 2. Menjamurnya budidaya ikan dengan 2008) ditemukan di danau ini. Namun menggunakan sistem karamba atau demikian dua jenis yang disebutkan pertama jaring apung yang ada di sebagian badan dinyatakan hampir punah Berdasarkan data danau akan berdampak buruk bagi “Red List of Treatened 2009 of sistem lingkungan di danau Poso IUCN” (www.iucnredlist.org), sedangkan maupun di daerah DASnya, karena dari jenis ketiga merupakan ikan ekonomis berbagai hasil penelitian diketahui penting tetapi sejak tahun 1980an hingga kegiatan ini akan memicu terjadinya saat ini ikan ini sudah sangat langkah belum eutrofikasi yang secara perlahan namun diketahui status ekologinya. Hutan anggrek pasti akan berdampak pada terjadinya Bancea yang berada di bagian Selatan badan pendakalan danau. danau juga tidak kalah uniknya karena 3. Konversi lahan di areal hutan yang ada menyimpan banyak sekali jenis spesies di daerah bagian Selatan, Timur dan

1) Barat perairan Danau Poso yang akan Staf Pengajar pada Universitas Sintuwu Maroso Poso.

91

berdampak pada erosi dan 2.1. Pengumpulan Data menumpuknya sedimen yang akan Metode pengumpulan data memasuki badan perairan danau. menggunakan Transek kuadrat menurut Tekanan-tekanan ekologis tersebut Fachrul (2007). Transek kuadrat dilakukan akan bermuara pada gangguan pada empat stasiun penelitian (Stasiun I, II, keseimbangan ekosistem perairan danau III, IV). Dengan prosedur sebagai berikut : Poso. Gastropoda yang merupakan salah Ditarik garis transek sepanjang 50m sejajar satu komunitas dari ekosistem ini secara garis pantai. Kemudian diletakan secara langsung akan terkena imbasnya. Oleh beurutan 10 buah kuadrat berukuran 1m x karena itu sangat diperlukan penelitian 1m dengan jarak antar kuadrat 2m. Setiap tentang kondisi komunitas gastropoda danau Gastropoda yang terdapat dalam kuadrat Poso saat ini. dihitung jumlahnya dan dicatat dalam tabel Gastopoda merupakan salah satu kelas data dan setiap jenis diambil dimasukan ke Mollusca dari Filum Avertebrata, dan dalam wadah plastik dan diberi label untuk merupakan salah satu jenis komunitas fauna diidentifikasi jenisnya di laboratorium. bentik yang hidup didasar perairan. Identifikasi dilakukan mengacu pada Darma Komunitas fauna bentik ini banyak (1988), Whitten at al (1988), Von Rintelen ditemukan di perairan danau Poso, namun at al ( 2004), Von Rintelen T. and M. hingga saat ini informasi atau data tentang Glaubrecht (2008), bioekologinya masih sangat kurang sehingga Kecerahan perairan di stasiun perlu dilakukan penelitian. Penelitian ini pengamatan diukur dengan menggunakan yang bertujuan untuk: Untuk mengetahui Secchi Disc. pH dan Suhu perairan juga jenis, kepadatan, pola penyebaran dan diukur secara insitu di stasiun pengamatan, keanekaragaman Gastropoda di danau poso. selain itu jenis substratnya juga dicatat.

II. METODE PENELITIAN 2.2. Analisis Data 1.1.1. Kerapatan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Kepadatan adalah jumlah individu Oktober – Desember 2009 di Danau Poso gastropoda per satuan luas. Kepadatan Sulawesi Tengah. Stasiun pengamatan dihitung dengan menggunakan pendekatan ditentukan berdasarkan model area menurut Cox (1967). sampling menurut Fachrul (2007) yaitu suatu tehnik penentuan areal sampling Jumlah Individu Setiap Jenis Kepadatan (Ind./m2) = ------dengan mempertimbangkan wakil-wakil dari Luas Contoh daerah feografis. Berdasarkan hal tersebut ditetapkan empat (4) stasium pengamatan Kepadatan Setiap Jenis yaitu: Stasiun I: Di sebelah Utara perairan Kepadatan Relatif = ------X 100 % Danau Poso, yaitu di daerah Tando Kepadatan semua Jenis Duwangko masuk Kecamatan Pamona Utara; Stasiun II: Di sebelah Selatan 1.1.2. Keanekaragaman perairan Danau Poso, yaitu di desa Tokilo Keanekaragaman suatu biota air dapat Kecamatan Pamona Tenggara. Stasiun III : ditentukan dengan menggunakan teori Disebelah Timur perairan Danau Poso, informasi Shanon-Wienner (H’). yaitu di desa Tolambo Kecamatan Pamona Perhitungan indeks keanekaragaman Tenggara; Stasiun IV : Di Sebelah Barat dilakukan dengan menggunakan rumus perairan Danau Poso, yaitu di desa Taipa Shannon-Wienner (Ludwing and Reynolds, Kecamatan Pamona Barat. 1988). Selanjutnya untuk mencapai tujuan ni  ni  H '   n penelitian ini maka dilakukan kegiatan-  N   N  kegiatan berikut ini: Dimana: ni = Jumlah individu setiap jenis N = Total individu semua jenis.

92

1.1.3. Keseragaman Indeks keseragaman (E) dapat ni (Xi(Xi 1) dihitung dengan pendekatan menurut Krebs I   (1989) sebagai berikut: N(N 1)

dimana: H ' Iδ = Indeks Sebaran Morishita   ni = Jumlah Satuan Pengambilan Contoh nS N = Jumlah Total Individu Xi = Jumlah Individu Spesies Pada Pengambilan contoh ke- i Dimana: H’ = Indeks keanekaragaman Shanon-Wiener Jika : S = Jumlah spesies Iδ > 1 : Pola sebaran jenis individu bersifat mengelompok Iδ = 1 : Pola sebaran jenis inidividu bersifat acak Iδ < 1 : Pola sebaran jenis individu bersifat seragam Indeks keseragaman ini berkisar antara 0-1. Indeks keseragaman mendekati nol, berarti III. HASIL DAN PEMBAHASAN dalam ekosistem tersebut ada kencenderungan terjadi dominasi spesies yang disebabkan oleh adanya 3.1. Jenis Substrat dan Kondisi Fisik ketidakstabilan faktor-faktor lingkungan dan Kimia Stasiun Penelitian populasi. Bila indeks keseragaman Parameter lingkungan fisik kimia mendekati 1, maka ekosistem tersebut dalam yang diamati dalam penelitian ini adalah kondisi yang relatif mantap, yaitu jumlah Suhu, pH, dan Transparansi/kecerahan, individu tiap spesies relatif sama (Bower serta jenis substrat. Ada pun hasil dan Zar, 1977 dalam Hartati dan Wahyuni pengamatan tersebut diuraikan seperti pada 2003). Tabel 1 berikut ini.

1.1.4. Indeks Dominasi (C) Tabel 1 : Kondisi Fisik Kimia dan Jenis Substrat Perairan Menurut Odum (1971), indeks Stasiun Penelitian Stasiun Pengamatan dominasi dapat dirumuskan sebagai berikut: Parameter I II III IV Jenis substrat Lumpur Kerikil dan Kerikil dan Kerikil 2 Berpasir Pasir Pasir sedikit dan Berlumpur Berlumpur Pasir ni  Suhu (ºC) 28,5 27,8 27,5 27,5 C      N  pH 7,5 7,3 7,3 7,0 Transparansi 6 7 9 10 /kecerahan (m) Dimana: ni = Jumlah individu setiap jenis N = Total individu semua jenis. Hasil pengukuran Suhu yang dilakukan di semua stasiun penelitian Menurut Odum (1971) nilai indeks dominasi berkisar antara 27,5 ºC – 28,5ºC. Suhu berkisar antara 0-1. Apabila nilai indeks terendah ditemukan pada stasiun IV yaitu indeks dominasi mendekati 0 berarti hampir 27,5 ºC sedangkan suhu tertinggi adalah tidak ada individu yang mendominasi dan pada stasiun I yaitu 28,5 ºC. Namun biasanya diikuti dengan nilai indeks demikian tidak terlihat adanya perbedaan keseragaman yang besar. Jika nilai indeks suhu yang mencolok hanya berkisar 1ºC. dominasi mendekati 1, berarti ada salah satu Hasil pengukuran pH air di perairan spesies yang mendominasi dan diikuti oleh pada semua stasiun penelitian berkisar nilai indeks keseragaman yang semakin antara 7,0 – 7,5. Whitten dkk (1987) kecil. menyatakan bahwa ukuran pH yang bagus

untuk kehidupan biota perairan adalah 1.1.5. Indeks Sebaran Morishita berkisar antara 6,8 – 8,5 dengan demikian Untuk mengetahui bagaimana pola kisaran pH di semua stasiun penelitian sebaran populasi dalam ekosistem memenuhi hal tersebut. digunakan Indeks Penyebaran Morishita Kedalaman yang masih dapat menurut Krebs (1989) yaitu: ditembusi oleh cahaya matahari disebut

mintakat efotik dan dibawa mintakat

93 tersebut produktivitas primer pada dasarnya 3.2. Jenis Spesies dan Struktur adalah nol (Whitten dkk, 1987). Nilai Komunitas Gastropoda kecerahan yang diperoleh dari seluruh Berdasarkan data hasil penelitian di stasiun penelitian ini berkisar antara 6 – 10 stasiun I sampai IV di dapat informasi m. Stasiun yang memiki nilai kecerahan tentang jenis dan struktur komunitas yang paling tinggi adalah stasiun IV dan gastropoda. Secara keseluruhan jumlah jenis yang terendah adalah stasiun I. Secara gastropoda yang ditemukan disemua stasiun keseluruhan semua stasiun masih termasuk penelitian adalah delapan spesies yaitu: memiliki nilai kecerahan yang cukup tinggi. Tylomelania toradjarum, Tylomelania Dengan demikian danau Poso sebagai lokasi patriarchalis, Tylomeliana neritiformis, penelitian ini merupakan danau yang masih Tylomeliana kuli, Tylomeliana palicolarum, tergolong jernih. Dan memang danau ini Tylomeliana bakara, Tylomeliana sp1, tergolong danau oligotrofik yang memiliki Tylomeliana sp2. Spesies-spesies gastropoda kecerahan yang tinggi dibandingkan dengan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut danau-danau eutrofik. ini. Jenis substrat juga merupakan salah satu kondisi fisik yang diamati di semua A B stasiun penelitian. Ada pun hasil pengamatan tersebut diuraikan berikut ini: Stasiun I. Stasiun penelitian ini berada di bagian Utara danau Poso, masuk dalam wilayah kelurahan Pamona, kecamatan

Pamona Utara. Masyarakat setempat C D E menamakan daerah ini adalah Tando A A Duwangko. Substrat di stasiun penelitian ini terdiri atas lumpur berpasir; Stasiun II. Stasiun penelitian ini berada di bagian Selatan danau Poso, stasiun ini masuk dalam wilayah desa Tokilo, kecamatan Pamona F G H Selatan. Substrat di stasiun penelitian ini A A terdiri atas kerikil pasir dan lumpur; Stasiun III. Stasiun penelitian ini berada di bagian Timur danau Poso, stasiun ini masuk dalam wilayah desa Tolambo, kecamatan Pamona Tenggara. Substrat di stasiun penelitian ini Gambar 1. A: Tylomeliana toradjarum; B: Tylomelania terdiri atas kerikil, pasir dan lumpur; Stasiun patriarchalis; C: Tylomeliana neritiformis; D: IV. Stasiun penelitian ini berada di bagian Tylomeliana kuli; E:Tylomelian palicolarum; Barat danau Poso, stasiun ini masuk dalam F: Tylomeliana sp1; G: Tylomeliana sp2; H: Tylomeliana bakara. wilayah desa Taipa, kecamatan Pamona Barat. Substrat di stasiun penelitian ini Setelah dilakukan analisis data yang terdiri atas kerikil pastir dan lumpur. diperoleh di semua stasiun penelitian didapat hasil analisis data tersebut seperti yang ditampilkan pada Tabel 2. berikut ini.

94

Tabel 2. Jenis dan Struktur Komunitas Gastropoda Di Semua kepadatan relatif 0,22%. Stasiun III Stasiun Penelitian. Kep. Kep. H’ E C Iδ kepadatan spesies tertinggi dengan 25,50 Jenis 2 N Stasi (Ind/m ) Rel Gastrop o un (%) oda ind/m² dan kepadatan relatif 49,04 % 1 ditemukan pada spesies Tylomelania Tylomel ania patriarchalis sedangkan kepadatan spesies toradjar 51.9 um 119.25 0 0.34 0.17 0.27 1.08 2 Tylomel terendah ditemukan pada Tylomelania I ania patriarc 46.1 toradjarum dengan 4 ind/m² da kepadatan halis 106.00 4 0.36 0.18 0.21 0.85 3 Tylomel relatif 7,69%. Stasiun IV kepadatan spesies ania neritifor tertinggi dengan 24,75 ind/m² dan mis 4.50 1.96 0.08 0.04 0.00 0.00 4 Total Stasiun I 229.75 100 0.78 0.39 0.48 kepadatan relatif 50,77 % ditemukan pada 1 Tylomel ania 61.4 spesies Tylomeliana bakara dan kepadatan 67.00 0.30 0.15 0.38 1.51 patriarc 7 halis spesies terendah ditemukan pada Tylomel ania 21.1 2 23.00 0.33 0.17 0.04 0.18 Tylomelania patriarchalis dengan 11,5 toradjar 0 um ind/m² dan kepadatan relatif 23,59%. Tylomel 3 ania 8.25 7.57 0.20 0.10 0.01 0.02 kuli Dari keseluruhan Stasiun penelitian Tylomel II ania kepadatan spesies tertinggi dengan 119,25 4 9.75 8.94 0.22 0.11 0.01 0.03 palicola rum ind/m² dan kepadatan relatif 51.90% 5 Tylomel ania sp1 0.25 0.23 0.04 0.02 0.00 ditemukan pada spesies Tylomelania toradjarum di stasiun I dan kepadatan Tylomel 6 1.00 0.92 0.04 0.02 0.00 0.00 ania sp2 spesies terendah ditemukan pada Total Stasiun II 7 109.25 100 1.13 0.57 0.44 Tylomelania sp1 dengan 0,25 ind/m² dan Tylomel kepadatan relatif 0,22%. di stasiun II. 1 ania 4.00 7.69 0.20 0.12 0.01 0.02 toradjar um Setelah dilakukan analisis diketahui 2 Tylomel 43.2 nilai indeks keanekaragaman menurut 22.50 0.36 0.23 0.19 0.79 III ania 7 kuli Shanon-Wienner (H’). Nilai indeks 3 Tylomel ania 49.0 25.50 0.35 0.22 0.24 1.02 keanekaragaman (H’) tertinggi adalah 1,13 patriarc 4 halis dan 1,03 ditemukan pada stasiun II dan 4 Total Stasiun III 52 100 0.91 0.57 0.44 1 Tylomel 12.50 25.6 0.35 0.32 0.07 0.26 stasiun IV yang berlokasi di perairan bagian ania 4 toradjar Selatan dan bagian Barat danau Poso, um 2 Tylomel 11.50 23.5 0.34 0.31 0.06 0.22 kemudian diikuti nilai indeks IV ania 9 patriarc halis keanekaragaman (H’) yang lebih rendah 3 Tylomel 24.75 50.7 0.34 0.31 0.26 1.03 ania 7 berturut-turut di stasiun III yang berlokasi di bakara 4 Total Stasiun IV 48.75 100 1.03 0.94 0.39 bagian Timur danau Poso dengan nilai H’ 0,91 dan di stasiun I yang berlokasi di Berdasarkan hasil analisis data perairan bagian Utara danau Poso dengan diketahui kepadatan jenis gastropoda nilai H’ 0,78. Apabila nilai indeks tertinggi yang didapatkan pada setiap keanekaragaman yang ditemukan di stasiun I stasiun penelitian berturut turut mulai dari sampai stasiun IV tersebut dibandingakan yang tertinggi sampai terendah dibahas dengan besaran indeks keanekaragaman sebagai berikut. Stasiun I kepadatan spesies yang dikategorikan menurut Fahrul (2007) tertinggi dengan 119,25 ind/m² dan maka dapat dikatakan bahwa gastropoda kepadatan relatif 51.90% ditemukan pada pada stasiun II dan stasiun IV memiliki spesies Tylomelania toradjarum sedangkan keanekaragaman spesies sedang, karena kepadatan spesies terendah ditemukan pada nilai indeks keanekaragamannya berada di Tylomelania neritiformis dengan 4,50 antara 1 dan 3 ( 1 ≤ H’ ≤ 3), dan berdasarkan ind/m² dan kepadatan relatif 1,97 % . nilai indeks tersebut dapat di katakan Stasiun II kepadatan spesies tertinggi bahwa kondisi lingkungan di stasiun II dengan 67 ind/m² dan kepadatan relatif sampai IV relatif stabil. Sedangkan stasiun 61,47 % ditemukan pada spesies III dan I dapat dikatakan kondisi lingkungan Tylomelania toradjarum sedangkan tidak stabil karena nilai indeks kepadatan spesies terendah ditemukan pada keseragamannya < 1. Tylomelania sp1 dengan 0,25 ind/m² dan

95

Selanjutnya hasil analisis Indeks ini adalah dua spesies yaitu Tylomelania Keseragaman (E) diketahui nilai indeks patriarchalis, Tylomelania neritiformis keseragaman di semua stasiun penelitian I bersifat seragam karena nilai Indeks Sebaran sampai IV berkisar antara 0,39 – 0,94. Morishita < 0 (Iδ< 1), sedangkan satu Apabila nilai Indeks Keseragaman spesies lainya yaitu Tylomelania mendekati nol, berarti dalam ekosistem toradjarum bersifat mengelompok karena tersebut ada kencenderungan terjadi nilai Indeks Sebaran Morishita > 1 (Iδ > 1). dominasi spesies yang disebabkan oleh Di stasiun II ditemukan nilai Indeks adanya ketidakstabilan faktor-faktor Sebaran Morishita berkisar antara 0,02 lingkungan dan populasi. Bila indeks sampai 1,51. Satu dari enam spesies yang keseragaman mendekati 1, maka ekosistem ditemukan di stasiun ini yaitu Tylomelania tersebut dalam kondisi yang relatif mantap, patriarchalis memiliki nilai Indeks Sebaran yaitu jumlah individu tiap spesies relatif Morishita 1,51 dengan demikian pola sama ( Bower dan Zar, 1977 dalam Hartati sebaran individu dari spesies ini bersifat dan Wahyuni 2003), dengan demikian mengelompok karena nilai Indeks Sebaran apabila dilihat nilai Indeks Keseragaman Morishita > 1 (Iδ > 1), sedangkan lima pada keempat stasiun penelitian dapat spesies lainnya yaitu Tylomelania dikatakan bahwa kondisi lingkungan di toradjarum, Tylomelania kuli, Tylomelania stasiun II, III dan IV relatif stabil, palicolarum, Tylomelania sp1, Tylomelania sedangkan pada stasiun I dapat dikatakan sp2 bersifat seragam karena nilai Indeks kondisi lingkungan tidak stabil karena nilai Sebaran Morishita < 0 (Iδ< 1). Di stasiun III indeks keseragaman yang diperoleh pada ditemukan nilai Indeks Sebaran Morishita stasiun ini mendekati nol yaitu 0,39. berkisar antara 0.02 sampai 1,02. Satu dari Selanjutnya hasil analisis data tiga spesies yang ditemukan di stasiun ini menunjukan bahwa nilai indeks Dominasi yaitu Tylomelania patriarchalis memiliki (C) tidak bervariasi yaitu berkisar antara nilai Indeks Sebaran Morishita 1,02 dengan 0,39 – 0,48. Nilai Dominasi terendah demikian pola sebaran individu dari spesies ditemukan di stasiun IV dengan nilai indeks ini bersifat mengelompok karena nilai dominasi 0,39 dan tertinggi pada I dengan Indeks Sebaran Morishita > 1 (Iδ > 1), nilai indeks Dominasi 0,48. Menurut Odum sedangkan dua spesies lainnya yaitu (1971) nilai indeks dominasi berkisar antara Tylomelania toradjarum, Tylomelania kuli 0-1. Apabila nilai indeks indeks dominasi bersifat seragam karena nilai Indeks Sebaran mendekati 0 berarti hampir tidak ada Morishita < 0 (Iδ< 1). Di stasiun IV individu yang mendominasi dan biasanya ditemukan nilai Indeks Sebaran Morishita diikuti dengan nilai indeks keseragaman berkisar antara 0,22 sampai 1,03. Satu dari yang besar. Jika nilai indeks dominasi tiga spesies yang ditemukan di stasiun ini mendekati 1, berarti ada salah satu spesies yaitu Tylomelania bakara memiliki nilai yang mendominasi dan diikuti oleh nilai Indeks Sebaran Morishita 1,03 dengan indeks keseragaman yang semakin kecil. Hal demikian pola sebaran individu dari spesies ini apabila dibanding dengan hasil analisis ini bersifat mengelompok karena nilai menunjukan bahwa nilai Indeks Dominasi Indeks Sebaran Morishita > 1 (Iδ > 1), di stasiun II, III dan IV memiliki nilai sedangkan dua spesies lainnya yaitu dibawah 0,44 atau dapat dikatakan nilai ini Tylomeliana toradjarum, Tylomeliana mendekati nol. Di stasiun ini nilai indeks patriarchalis bersifat seragam karena nilai keanekaragaman yang lebih tinggi terutama Indeks Sebaran Morishita < 0 (Iδ< 1). untuk stasiun II dan IV. Selanjutnya hasil analisis pola sebaran IV. KESIMPULAN individu disetiap stasiun penelitian menunjukan bahwa di stasiun I nilai Indeks Berdasarkan hasil penelitian ini di Sebaran Morishita berkisar antara 0 sampai dapat kesimpulan sebagai berikut: 1,08 dengan demikian pola sebaran individu 1. Secara keseluruhan jumlah jenis dari tiga spesies yang ditemukan di stasiun gastropoda yang ditemukan disemua

96

stasiun penelitian ada delapan spesies 5. Penyebaran jenis individu gastropoda di yaitu: Tylomelania toradjarum, danau Poso memiliki dua pola yaitu Tylomelania patriarchalis, Tylomelania bersifat seragam dan mengelompok. neritiformis, Tylomelania kuli, 6. Jenis individu yang memiliki pola Tylomelania palicolarum, Tylomelania penyebaran bersifat mengelompok bakara, Tylomelania sp1, Tylomelania ditemukan pada spesies: Tylomelania sp2. toradjarum di stasiun I, Tylomelania 2. Kepadatan spesies tertinggi dengan patriarchalis di stasiun II Tylomelania 119,25 ind/m² dan kepadatan relatif patriarchalis di stasiun III, Tylomelania 51.90% ditemukan pada spesies bakara di stasiun IV, sedangkan jenis Tylomelania toradjarum di stasiun I. yang tidak disebutkan memiliki pola 3. Kepadatan spesies terendah ditemukan penyebaran bersifat seragam. pada Tylomelania sp1 dengan 0,25 7. Ditemukan dua jenis gastropoda yaitu ind/m² dan kepadatan relatif 0,22%. di Tylomelania sp1, Tylomelania sp2 yang stasiun II. teridentifikasi sampai pada famili dan 4. Terdapat dua stasiun yaitu stasiun II dan memiliki kepadatan yang sangat rendah. stasiun IV memiliki nilai Indeks 8. Famili Miratesta yang merupakan salah Keanekaragaman spesies yang masuk satu jenis endemik danau Poso tidak dalam kategori sedang. ditemukan dalam penelitian ini. Hal ini mengindikasikan bahwa jenis gastropoda ini sedang terancam punah.

DAFTAR PUSTAKA

Dharma, B., 1988. Siput dan Kerang di Indonesia I. PT. Sarana Graha. Jakarta.

Hartati, S.T., dan Indar, S. W., 2003. Kepadatan, Keanekaragaman, dan Lingkungan Teripang di Gugusan Pulau Kelapa. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Vol 9 No. 7. 49 - 57 .

Krebs, C.J., 1989. Ecological Methodology. Haeper and Publisher. New York.

Ludwig, J.A., and J. F. Reynolds., 1988. Statistical Ecology A Primer On Methods and Computing.John Wiley & Sons, Inc. Canada.

Fachrul, M. F., 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta.

Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. W. B. Sounders Company, Philadelpia. 574 pp.

Soreoto, B., F, Tungka., 1991. Fish Fauna, Fisheries and Adrianichthyoidei in Lake Poso. Study Report 1991. Phylogeny and Species Differentiation of Adrianichthyoidei in Indonesia. Monbusho Int. Sci. Res. Prog. (Field Research).

Suwignyo, S., B. Widigdo., Y, Wardiatno., M, Krisanti., 2005. Avertebrata Air Jidil 1. Penebar Swadaya. Jakarta. 204 hal.

IUCN 2009. Red List of Treatened Animal 2009 of UNCN. Download 10 Februari 2009.

Von Rintelen T. and M. Glaubrecht., 2008. The New Species of Fresh Water Snail Tylomelania (Caenosgastropoda: Pachychilidae) From The Malili Lake System, Sulawesi, Indonesia. Zootaxa 1852 : 37 – 49.

Von Rintelen T., A. B. Wilson., A. Meyer and M. Glaubrecht., 2004. Escalation and Trophic Specialization Drive Adaptive Radiation of Fresh Water Gastropoda In Ancient Lakes on Sulawesi, Indonesia. Proc. Royal Society London. B. 2004. 271, 241-2549.

Whitten, A. J., Mustafa, M., Henderseon, G. S., 1987. The Ecology Of Sulawesi. Gadja Mada University Press. Yogyakarta. 844 pp

97