PENGELOLAAN PAKET WISATA BUDAYA KOTAGEDE

Akhmad Prasetyadilaga [email protected]

Muhammad Baiquni [email protected]

ABSTRACT

One of the problems in the field of tourism in is the management of the area, especially the area of cultural heritage. Cultural heritage area is a unit of space that has two or more sites of cultural heritage adjacent and shows characteristics typical layout. This study aims to determine the management of cultural heritage area in the Kotagede. Kotagede is a former civilization of the ancient Mataram kingdom with the physical and non-physical heritage that can still be found today. The method used in the form of interviews and field surveys, are used to determine the shape and the management of places that serve as tourist destinations. Mapping the recommended route was conducted to determine the interesting points of Kotagede. The results showed that the managers divide into four routes in accordance with the architectural theme of the trip, the hallway, the spiritual, and these studies. Kotagede heritage area management with a high level of community participation for the entire planning, management, and evaluation done by the community itself.

Keywords: tourism, cultural heritage area management, community empowerment

ABSTRAK

Salah satu permasalahan dalam bidang pariwisata di Indonesia adalah pengelolaan kawasan terutama kawasan cagar budaya. Kawasan cagar budaya adalah satuan ruang yang memiliki dua atau lebih situs cagar budaya yang letaknya berdekatan dan memperlihatkan ciri tata ruang yang khas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan kawasan cagar budaya di wilayah Kotagede. Kotagede merupakan bekas peradaban kerajaan mataram kuno dengan peninggalan fisik dan non fisik yang masih dapat ditemui hingga sekarang. Metode yang digunakan berupa interview dan survey lapangan, digunakan untuk mengetahui bentuk pengelolaan dan tempat-tempat yang dijadikan sebagai destinasi wisata. Pemetaan dilakukan untuk mengetahui daya tarik yang terdapat di kawasan Kotagede sesuai rute yang direkomendasikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelola membagi menjadi empat rute sesuai dengan tema perjalanan yakni rute arsitektural, rute lorong, rute spiritual, dan rute studi. Pengelolaan kawasan cagar budaya Kotagede dengan tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi karena seluruh perencanaan, pengelolaan, dan evaluasi dilakukan oleh masyarakat sendiri.

Kata kunci: pariwisata, pengelolaan kawasan cagar budaya,pemberdayaan masyarakat

PENDAHULUAN belum ada pengelolaan potensi kawasan secara terpadu, padahal Kotagede cukup potensial untuk dijadikan salah satu tujuan wisata unggulan. Jumlah remaja di Indonesia memiliki Penduduk yang sebagian besar potensi yang besar dalam membangun sumber pengrajin, akan sangat beruntung jika hasil- daya diberbagai bidang pembangunan. Peran hasil kerajinannya dapat dipasarkan dengan remaja pada usia produktif sangat baik, khususnya bagi para wisatawan asing. mempengaruhi keberhasilan pembangunan Pengelola diharapkan mampu mempromosikan daerah, khususnya untuk industri wisata. Mulai dan meningkatkan minat wisatawan sehingga dari observasi, perencanaan, pelaku pelaksana, menjadikan trend heritage trail sebagai pelestarian, hingga promosi kawasan objek destinasi utama. Ketersediaan sarana dan wisata dilakukan oleh remaja. Remaja mampu prasarana yang memadai seperti jalan, toilet, mempengaruhi keberhasilan perencanaan lampu penerangan, papan penunjuk jalan untuk pembangunan karena inovasi yang terus sampai ke Kotagede sudah cukup memadai. berkembang mengikuti pasar dimasyarakat. Pembagian rute dan perkiraan waktu Jumlah penduduk yang didominasi oleh remaja menjadi dasar pertimbangan pengelola dalam usia produktif menjadi tantangan sekaligus menentukakan paket-paket jelajah dengan peluang besar dalam memajukan industri berbagai macam modifikasi. Paket jelajah pariwisata. sebagai rute untuk memperkenalkan potensi- Indonesia memiliki kekayaan alam dan potensi yang ada di wilayah Kotagede. budaya yang tersebar hingga ke pelosok daerah. Wisatawan dapat memilih paket yang Industri pariwisata merupakan salah satu ditawarkan sesuai dengan minat yang bidang yang mampu mempercepat pergerakan diinginkan. ekonomi di daerah, sehingga mampu mempercepat pertumbuhan dan pembangunan Maka tujuan yang ingin dicapai melalui daerah. Manfaat industri pariwisata minimal penelitian ini adalah : mampu meningkatkan taraf ekonomi masyarakat daerah wisata. Kebijakan dalam 1. Menganalisis atraksi wisata yang ada di pengelolaan secara makro maupun mikro perlu kawasan cagar budaya Kotagede dan dibuat memperoleh perhatian, sehingga diharapkan dalam bentuk peta pengembangan wisata warisan budaya tidak akan mencederai nilai-nilai budaya masyarakat 2. Menganalisis pengelolaan kawasan cagar itu sendiri dan memberikan manfaat baik secara budaya Kotagede ekonomi, sosial dan lingkungan. Penelitian ini dimaksudkan untuk turut memberikan kontribusi dalam analisis destinasi di salah satu METODE PENELITIAN destinasi penting di Kota Yogyakarta yaitu kawasan seni budaya dan heritage Kotagede. “Jelajah Pusaka Wisata Penelitian untuk kajian objek wisata Prenggan” telah lebih dahulu berdiri dan secara heritage trail di Kotagede ini, menggunakan aktif mengadakan promosi dan kegiatan- metode kualitatif. Qualitative research yakni kegiatan tour wisata. Penandaan kawasan masih penelitian yang menghasilkan temuan-temuan bisa dilihat secara fisik melalui berbagai situs yang tidak cukup hanya didapat dengan bekas reruntuhan, maupun toponim nama-nama menggunakan prosedur-prosedur statistik atau kawasan. dengan cara-cara lain dari kuantifikasi atau Kotagede merupakan salah satu daerah pengukuran, tetapi dengan menunjukkan pada tujuan wisata di Yogyakarta yang banyak penelitian tentang kehidupan masyarakat, berhubungan dengan Kasultanan sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi Yogyakarta. Akan tetapi, padatnya pemukiman organisasi, pergerakan-pergerakan sosial, atau penduduk di kawasan ini telah menimbulkan hubungan kekerabatan (Strauss,1997). Dimana berbagai permasalahan. Secara tidak langsung suatu penelitian kualitatif dieksplorasi dan akan mempengaruhi eksistensi benda-benda diperdalam dari suatu fenomena sosial atau cagar budaya yang ada di kawasan ini. suatu lingkungan sosial yang terdiri atas Berdasarkan kondisi tersebut terlihat bahwa pelaku, kejadian, tempat dan waktu. Penelitian kualitatif dilakukan karena HASIL DAN PEMBAHASAN peneliti ingin mengeksplore fenomena- fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti proses suatu langkah kerja, formula suatu resep, pengertian- Hasil penelitian yang diperoleh adalah pengertian suatu konsep yang beragam, atraksi-atraksi wisata yang terdapat di kawasan karakteristik suatu barang dan jasa, gambar- Cagar Budaya Kotagede yang berisi lokasi gambar, gaya, tata cara suatu budaya, dan wisata serta daya tarik yang dimiliki. sebagainya. Metode penelitian kualitatif ini Permasalahan yang harus dibenahi yaitu, akan lebih menfokuskan dalam pencarian data kurangnya informasi mengenai kegiatan jelajah informasi dari responden langsung. Penellitian pusaka yang dikelola oleh organisasi pemuda ini menggunakan metode kualitatif dimana khususnya desa Prenggan, terbatasnya promosi mengacu pada beberapa alasan yang daya tarik kawasan kotagede selain sentral dikemukakan oleh. Margono (2000: 37) antara kerajianan perak, dan minimnya kerjasama lain: antara biro perjalanan, dinas terkait, dengan 1.untuk menanggulangi banyaknya pengelola. informasi yang hilang, seperti yang dialami Benda-benda budaya di kawasan ini terdiri oleh penelitian kualitatif sehingga intisari dari peninggalan fisik dan peninggalan non konsep yang ada pada data dapat fisik. Peninggalan fisik terbagi menjadi dua diungkap.untuk menaggulangi kecenderungan yaitu benda bergerak dan benda tidak bergerak. menggali data empiris dengan tujuan Benda-benda tidak bergerak merupakan membuktikan kebenaran hipotesis akibat dari peninggalan yang tidak memungkinkan untuk adanya hipotesis yang disusun sebelumnya dipindahkan, karena akan merubah bentuk, berdasarkan berfikir deduktif seperti dalam fungsi, serta sejarahnya. Benda-benda tidak pemikiran kuantitatif. bergerak sebagian besar berupa bangunan 2.untuk menanggulangi kecenderungan permanen berciri tradisional, dan bangunan pembatasan variable yang sebelumnya, seperti yang sudah mendapat berbagai pengaruh barat. dalam penelitian kuantitatif padahal Sedangkan benda bergerak merupakan permasalahan dan variable dalam masalah peninggalan atau prasasti yang memungkinkan social sangat kompleks. untuk dapat dipindahkan tanpa merubah fungsi, 3.untuk menanggulangi adanya indeks- bentuk dan sejarahnya. Peninggalan non fisik indeks kasar seperti dalam penelitian kuantitatif merupakan nilai budaya berupa kerajinan, yang menggunakan pengukuran enumerasi kuliner, dan kesenian. (perhitungan) empiris, padahal inti sebenarnya Jelajah pusaka/ heritage trail bisa berada pada konsep-konsep yang timbul dari dilakukan dengan berjalan kaki maupun dengan data. sepeda onthel, tergantung permintaan dan Disamping alasan di atas, dalam jumlah pesertanya. Harga paketan me- penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif nyesuaikan durasi, jumlah peserta, dan disebabkan beberapa hal yang cukup penting modifikasi sesuai permintaan wisatawan. antara lain: pertama, karena latar belakang Standar minimal 30 orang dengan biaya penelitian tidak bersifat homogen, kedua, @35.000, sudah termasuk blusukan 3-4 jam karena penelitian ini ingin mengungkap data dengan pemandu local, guidemap, air mineral dengan apa adanya sesuai dengan hasil temuan 600 ml, free biaya masuk obyek berbayar, free dilapangan tentang peninggalan bangunan mengambil gambar termasuk areal privat dalam kuno. rute. Untuk jumlah di bawah 30 orang bisa dibicarakan bersama pengurus, sesuai tema dan tujuan kunjungan. Untuk group besar maksimal konfirmasi H-3 dan DP 50% dari total biaya. Potensi-potensi yang terdapat di wilayah Kotagede telah diwujudkan dalam paket-paket jelajah dengan berbagai macam modifikasi. Paket perjalanan dapat disesuaikan dengan permintaan wisatawan, hal ini juga

bertujuan untuk memperkenalkan atraksi- atraksi yang terdapat di wilayah Kotagede melalui paket jelajah. Contoh paket Jelajah juga bisa diselenggarakan di pendopo-pendopo Pusaka Kampung Wisata Prenggan ( Paket Kotagede dalam waktu tersendiri beserta Standar ). Durasi perkiraan waktu 3 jam. Rute fasilitas-fasilitasnya serta konsumsi dengan awal berada di Kompleks Sopingen sebagai berbagai pilihan. Paket non studi ditekankan titik kumpul dan titik awal, karena memiliki kepada kemasan bersifat yang lebih fun, seperti halaman yang luas dan berada di pinggir jalan. wisata lorong/labirin, melihat rumah-rumah Kompleks Sopingen (start) - Kerajinan Perak - tradisional dan situs pusaka/heritage kombinasi Pendopo Kajengan - Masjid Perak - Lorong dengan pertunjukan kesenian maupun kuliner Ndarakan - Ndalem Proyodanan - Kuliner Kipo khas Kotagede. - Gang Soka - Lorong Krintenan - Lorong Kanthil - Lorong Kudusan - Masjid Mataram - Pasar Lorong Pekaten - Kompleks Sopingen Pengelolaan Kotagede dapat menjadi (finish). Rute standar ini dapat mengakomodir kawasan destinasi pariwisata unggulan. keseluruhan empat paket yang direkomendasi Keunggulan tersebut adalah memiliki potensi kan kedalam satu rute perjalanan. Tempat- budaya, sejarah, kuliner dan keragaman tempat yang dikunjungi mampu mewakili paket arsitektur yang sangat menarik bagi wisatawan. wisata lorong, spiritual, arsitektural, dan studi Kotagede menawarkan ragam atraksi bagi karena mengunjungi sebagian dari kekhasan wisatawan dan dapat diakses dari pusat kota masing-masing paket wisata untuk keseluruhan. Jogja dengan kendaraan umum atau kendaraan Dalam Rute awal atau akhir jelajah bisa pribadi. Kelembagaan Kotagede telah menarik ditambahkan berupa tradisional snack on the berbagai aktivis masyarakat untuk ikut merawat route lunch / dinner dengan menu ala Kotagede dan melestarikan cagar budaya agar dapat di rumah , pertunjukan kesenian, dijadikan tour wisata. Merealisasikan workshop belajar membuat kerajianan/ kuliner keunggulan utama perlu memperhatikan aspek dan sebagainya sebagai modifikasi dari paket. keberadaan rumah dengan arsitektur jawa, aspek pengembangan pariwisata, dan pengembangan ekonomi lokal. Potensi dan Gambar: Peta Keseluruhan Rute Jelajah Pusaka daya tarik pengelolaan kawasan cagar budaya kotagede: 1. Dari segi historis keberadaan benda- benda budaya mempunyai keterkaitan sejarah dengan Kraton Yogyakarta. 2.Adanya potensi menciptakan tema/ citra kawasan tua dilihat dari sejarahnya sebagai bekas ibukota Kerajaan Mataram. 3.Adanya keragaman atraksi yang ditawarkan, meliputi potensi fisik (spasial- arsitektural) serta social kemasyarakatan yang tercermin dari lifestyle, upacara tradisi, kesenian, kerajinan, dan sebagainya. 4.Kedekatan dengan infrastruktur kota, yang memudahkan aksesibilitas dan penyediaan prasarana dan sarana. 5. Potensi wisata budaya, baik dari segi kesejarahan, arsitektural, maupun ekonomi yang didukung adanya produk-produk kerajinan seperti kerajinan perak yang berkualitas ekspor

Untuk kegiatan seminar atau workshop yang terkait dengan pelestarian heritage/pusaka KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Agung, W, 2011, Peran Serta Masyarakat 1. Atraksi wisata yang ada di kawasan dalam menciptakan perumahan ber Cagar Budaya Kotagede berupa benda- ”arsitektur” Betawi di Setu Babakan, [online], benda budaya, tradisi, kerajinan, dan (http://peneliti.budiluhur.ac.id/wp- kesenian yang dirangkum kedalam content/uploads/2007/05/agung-wahyudi2.pdf, empat rute yang direkomendasikan diakses tanggal 22 Juli 2015) yakni, paket wisata spiritual, paket wisata lorong, paket wisata arsitektural, dan paket wisata studi. Interaksi Baiquni, M (2007). Strategi Penghidupan di langsung bersama masyarakat Masa Krisis, Belajar dari Desa. Yogyakarta: kotagedhe menjadi daya tarik Ideas Media wisatawan yang dapat dilakukan dengan cara menginap di rumah-rumah Basu Swastha & Irawan. 1983. Manajemen warga terutama di kawasan between Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty. two gates yang terkenal. Dengan arsitektur, tataletak, hingga tataruang Budihardjo, Eko, 1994, Percikan Masalah rumah yang didesign dari jaman Arsitektur, Perumahan Perkotaan, Penerbit kerajaan. Wisatawan juga dapat ikut Gajah Mada University, Press. melihat hingga belajar proses pembuatan kerajinan hingga kuliner Bungin, Burhan. 2010.Penelitian Kualitatif: khas kotagedhe. Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Jaringan jalan yang unik Ilmu Sosial Lainnya.: Kencana Praneda berupa jalan setapak yang berputar- Media Group. putar diantara padatnya permukiman, bahkan terdapat jalan yang melintasi Danoedoro, Projo, 1996.Pengolahan Citra halaman rumah warga sehingga Digital – Teori dan Aplikasinya dalam Bidang membingungkan wisatawan hingga Penginderaan Jauh.Yogyakarta, Fakultas seperti akan terhimpit diantara labirin Geografi, UGM rumah-rumah menjadi keseruan tersendiri. Edwin Ismedi Himna. 2013. Daya Tarik 2. Pengelolaan tour wisata jelajah Wisatawan.Kedaulatan Rakyat (19 Januari kotagede desa Prenggan di dominasi 2013).Hlm. 19 oleh kaum muda dengan usia produktif. Dapat diketahui dari sebagian pemandu Gunaning Garjito. 2005. Strategi Promosi yang masih berstatus sebagai Wisata Pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan mahasiswa. Kegiatan ini menjadi Kabupaten Gunung Kidul.Skripsi. FIS-UNY. kegiatan sekunder pemuda selain aktifitas perkuliahan dan keagamaan Indria Desy Rachmawati. 2005. Strategi Publik (khususnya saat bulan Ramadhan). Relations Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kegiatan ini berbasis masyarakat, Kabupaten Gunungkidul.Skripsi. FIS-UNY mulai dari perencanaan kegiatan, pra kegiatan, hingga evaluasi kegiatan di Indriyo Gitosudarmo. 2008.Manajemen lakukan oleh masyarakat. Pariwisata. Yogyakarta: BPFE. Stakeholder dan pemerintah bersifat pasif dengan memberi bantuan secara tidak langsung. Bantuan ini Jensen, R John, 2005. Introduction Digital berupa ijin kegiatan, penyuluhan dari Image Prrocessing : A Remote Sensing dinas terkait, bantuan dana, dan Perspective (Third Edition). University Of pelatihan. Shouth Carolina, USA

Kartika, Y & Rina,K, Pelestarian Kampung Kauman Semarang sebagai Kawasan Wisata Budaya, Jurnal Teknik PWK Volumen 2 Nomor 2, 2013

Katarina, B.R, Identifikasi Pola Pekarangan pada Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan, Jakarta Selatan, [online], (http://repository.ipb.ac.id/bitstream/12345678 9/1191/1/A06kbr_abstract.pdf, diakses tanggal 22 Juli 2015)

Kesrul. 2003. Penyelenggaraan Operasi Perjalanan Wisata. Jakarta: Garasindo.

Koentjaraningrat. 1995. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta. Djambatan.

Lillesand, Thomas M and Ralph W Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Yogyakarta: Press.

Lexi J. Moleong. 2002. Metode penelitian Kualitatif.: Remaja Rosdakarya. Bandung

M. A. Desky. 1991. Manajemen Perjalanan Wisata. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Masyur, F, Pola Ragam Hias Pada Rumah Tradisional Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan-Jakarta Selatan, Naskah Penulisan Ilmiah, Universitas Gunadarma, 2003.

Miles M. B. dan Huberman, A. M. 1992.Analisis Data Kualitatif.Penerjemah: TjetjepRohendi Rohini. Jakarta: Universitas Indonesia.

Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,

Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid II. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. www..web.id/ (diakses pada tanggal 20 juli 2015)