STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA BENTIK BERBASIS TDS (TOTAL DISSOLVED SOLID)/PADATAN TERLARUT DAN TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID)/PADATAN TERUSUPENSI DI PESISIR PERAIRAN SUNGAI KAWAL KABUPATEN BINTAN

Benthic Mollusks Community Strukture Based on TDS (Total Dissolved Solid) and TSS (Total Suspended Solid) at Kawal River Kabupaten Bintan

WULAN SUCI 1, WINNY RETNA MELANI DAN TENGKU SAID RAZA’I 2)

Study Programme Aquatic Resources Management Faculty of Marine Science and Fisheries, University Maritime Raja Ali Haji Email : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di perairan Sungai Kawal Kelurahan Kawal Kabupaten Bintan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kelimpahan moluska bentik dan mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari TSS dan TDS terhadap kelimpahan moluska bentik di perairan Sungai Kawal. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan moluska bentik yang ditemukan terdiri dari 2 kelas dari filum Moluska yaitu kelas dan kelas Bivalvia dengan jumlah spesies sebanyak 7 spesies. Setelah di analisis nilai kelimpahan total moluska bentik pada ketiga stasiun penelitian berkisar antara 501 ind/m2 – 1610 ind/m2 .dengan kelimpahan jenis tertinggi berasal dari spesies Pseudovertagus aluco dari Kelas Gastropoda. Nilai indeks Keanekaragaman (H”) moluska bentik berkisar antara 2,18 – 2,57. Nilai indeks Keseragaman (E) moluska bentik berkisar antara 0,88 – 0,91. Sedangkan nilai indeks Dominnasi (C) moluska bentik berkisar antara 0,16 – 0,19. Berdasarkan hasil regresi berganda diperoleh Nilai Koefisien Determinasi (R2) sebesar 76,7 %. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variable bebas (TSS dan TDS) terhadap variable terikat (Kelimpahan) sebesar 76,7 %. Atau variasi variabel bebas yang digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar 76,7 % variasi variabel terikat.

ABSTRACT

The research was conducted in the waters of the River Kawal, Kawal Village Bintan. This study aims to determine the number and abundance of benthic molluscs determine whether or not the effect of TSS and TDS to the abundance of benthic molluscs in the waters of the waters of the River Guard. Based on the results of research in the field of benthic molluscs are found to be composed of two classes of the phylum molluscs class Gastopod and Bivalve classes with as many as 7 species number of species. Once in the analysis of the value of the total abundance of benthic molluscs in the third research station ranged from 501 ind/m2 – 1610 ind/m2. Comes with the highest species abundance of the species of Class Gastropod a Pseudovertagus alco. Diversity index values (H’) of benthic mollucsc ranged from 2,18 - 2,57. Uniformity index value (E) of benthic ranged from 0,88 – 0,91. While the index value Dominants (C) benthic molluscs ranged from 0,16 – 0,19. Based on the resulots obtained regression coefficient value of determination (R2) of 76,7 %. This suggests that the contribution of the effect variable percentage of free (TSS and TDS) against the dependent variable (abundance) of 76,7% or variations of the independent variables used in the model are able to explain 76,7 % of variation in dependent variable.

Keywords : Abundance of benthic mollucsc, TSS and TDS

1Student of Aquatic Resource Management Study Programme 2 Lecture of Aquatic Aquatic Resource Management Study Programme sekitar Perairan Sungai Kawal Kelurahan Kawal Kabupaten Bintan. PENDAHULUAN Pesisir adalah daerah pertemuan antara METODE darat dan laut (Soegiarto, dalam Kordi, 2007). Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Sungai Kawal merupakan salah satu daerah Juni sampai Agustus 2012 di lokasi Sungai pesisir yang terdapat di Kabupaten Bintan. Kawal Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Sungai Kawal terdiri kawasan pesisir sungai Riau. Analisis secara ex situ di lakukan di yang dijadikan oleh masyarakat sebagai Laboratorium Ilmu Kelautan dan Perikanan tempat pemukiman, daerah muara sungai yang Universitas Maritim Raja Ali Haji. dijadikan alur pelayaran kapal nelayan, dimana sungai Kawal ini menjadi tempat Alat dan Bahan aktifitas manusia yang berpengaruh terhadap Alat dan bahan yang digunakan dapat ekosistem di sekitarnya dan daerah hulu sungai dilihat pada Tabel 1. yang jauh dari aktivitas manusia. Peran Sungai Kawal ini sangat penting selain di manfaatkan Tabel 1. Alat dan Bahan yang Digunakan oleh manusia juga dimanfaatkan oleh No Parameter Satua Bahan dan Alat organisme-organisme yang hidup di perairan Lingkungan n sungai baik di permukaan maupun di dasarnya. 1 Moluska Ind/m Eckman Grap, Moluska berperan penting dalam suatu Bentik saringan benthos ekosistem yaitu sebagai bagian dari rantai 2 TDS Mg/l Kertas filter, oven, makanan dan sebagai indikator pencemaran. 3 TSS Mg/l cawan petri, suntik Perubahan kualitas perairan khususnya penghisap 4 Suhu Perairan 0C Thermometer sungai disebabkan oleh buangan dari berbagai 5 Kedalaman M Tali dengan pemberat kegiatan manusia ke lingkungannya, yang 6 Ph Indikator Universal menyebabkan perubahan terhadap kondisi 7 Oksigen Mg/l DO meter fisik, kimia, biologis dan estetis penampakan terlarut (O2) dari luarnya. Menurut EPA (1999) dalam 8 Substrat Saringan bertingkat Hidayat et al. (2004), kekeruhan (TSS dan TDS) secara umum mengganggu biota Prosedur Penelitian dikarenakan akan menghalangi masuknya Sampel moluska bentik di ambil dengan sinar matahari bagi kebutuhan fotosistesis menggunakan eckman grap yang di fitoplankton, menurunkan kesediaan oksigen tenggelamkan ke dasar perairan pada terlarut, memicu sedimentasi penyebab kedalaman 1- 2,5 meter di setiap titik sampling pendangkalan, mengganggu pandangan visual masing-masing stasiun yang di tentukan. hewan, mempengaruhi perilaku dan sistem Sampel moluska yang diperoleh lalu makan (termasuk interaksi biota) dan dimasukkan ke dalam kantong plastik dan pernafasan hewan. Melihat tingginya aktivitas diberi label kemudian di bawa ke Sungai Kawal yang salah satunya di duga Laboratorium Ilmu Kelautan dan Perikanan menyebabkan kekeruhan (TSS dan TDS) yang untuk diamati dan diidentifikasi mulai dari akan berdampak buruk terhadap kehidupan Kelas, Ordo, Famili, dan nya menurut biota bentik. Adapun tujuan dari buku identifikasi Darma (1988). Sedangkan penelitian ini adalah : pengukuran kualitas air diantaranya: Suhu, 1. Mengetahui kelimpahan dan keragaman Derajat Keasaman (pH), Salinitas, Oksigen jenis mollusca bentik yang dominan di Terlarut, TSS dan TDS. daerah Perairan Sungai Kawal Kelurahan Kawal Padat Tersuspensi (TSS) 2. Mengetahui hubungan antara kelimpahan Zat padat tersuspensimerupakan residu mollusca bentik dominan dengan TSS dan yang diperoleh apabila zat padat dalam TDS. sampel dipisahkan dengan menggunakan filter Sedangkan manfaat penelitian untuk kertas atau filter fiber glass (serabut kaca) dan memberikan gambaran potensi gangguan kemudian zat padat yang tertahan pada filter kekeruhan (TSS dan TDS) terhadap kehidupan 0 dikeringkan pada suhu ± 105 C. dengan mollusca bentik sebagai akibat aktivitas perhitungan: manusia yang semakin nyata berlanjut di

2

mg/ℓ Zat Tersuspensi =(a-b) x 1000 Analisis Data c Kelimpahan Individu dimana : a = berat filter dan residu sesudah Kelimpahan individu moluska bentik 0 pemanasan 105 C (mg), dihitung dengan menggunakan rumus b = berat filter kering (sudah Shannon-Wener (Odum, 1993). 0 dipanaskan 105 C) (mg) c = mℓ sampel Y = 10.000 x a b Padat Terlarut (TDS)

Larutan yang mengandung zat terlarut Dimana : Y = Jumlah organisme moluska adalah residu yang lolos filter ≈ 10 µm yang bentik (ind/m²) kemudian di uapkan dan di keringkan pada a = Jumlah moluska bentik (ind) suhu 1050 C dengan perhitungan : b = Luas alat pengambilan sampel (cm²) mg/ℓ Zat Padat Terlarut = (a-b) x 1000 c Indeks Keanekaragaman Shanon Wiener (H’) dimana : a = berat cawan dan residu sesudah Keanekaragaman suatu biota air dapat pemanasan 1050C ditentukan dengan menggunakan teori b = berat cawan (kosong) (mg) c = mℓ sampel informasi Shanon Wiener (H’). Adapun indeks tersebut adalah sebagai berikut Substrat (Koesoebiono,1987) : Jumlah sample sedimen yang S S diperlukan sekitar 100 gram. Sampel H = ∑Pi ln Pi atau H = ∑ Pi log2 Pi dikeringkan dan dianalisis dengan i=1 i=1 menggunakan ayakan bertingkat (metode ayakan kering) dengan ukuran mata ayakan Dengan : (meshes) 2,36 mm, 2,00 mm, 1,18 mm, 500 Pi = jumlah individu masing-masing µm(0,5 mm), 250µmb (0,25 mm), 125µm jenis (i=1,2,3,...) (0,125mm), dan 106µm (0,106 mm). Analisis S = jumlah jenis substrat berdasarkan bentuk ukuran butir H = penduga keragaman populasi sedimen menurut skala Wenworth, seperti Kategori penilaian tingkat yang tertera dalam tabel 2. keanekaragaman jenis berdasarkan Indeks Tabel 2. Analisis Ukuran Butiran Shannon-Wiener dalam Soegianto (1994) Substrat Wenworth adalah: No Nama Partikel Ukuran (mm) H’ ≤ 1 = Keanekaragaman Sangat 1 Bongkah (Boulder) >256 Rendah 1 ≤ H’ ≤ 1,59 = Keanekaragaman Rendah 2 Krakal (Coble) 64 – 256 1,6 ≤ H’ ≤ 2 = Keanekaragaman Sedang 3 Batu Kerikil (Peble) 4 – 64 (Stone) H’ > 2 = Keanekaragaman Tinggi 4 Butiran (Granule) 2 - 4 Pasir sangat kasar (V. Course Indeks Keseragaman atau Equitabilitas (E) 5 1 - 2 Sand) Bila nilai indeks keseragaman tinggi, 6 Pasir kasar (Course Sand) 0,5 - 1 menandakan kandungan setiap taxon (jenis) Pasir 7 (Sand) Pasir sedang (Medium Sand) 0,25 – 0,5 tidak mengalami perbedaan. Nilai indeks keseragaman berkisar 0-1. Indeks 8 Pasir Halus (Fine Sand) 0,125 – 0,25 keseragaman ini dihitung berdasarkan rumus : Pasir sangat halus (V. fine 9 0,0625 – 0,125 sand) E = H = H’

10 Lumpur kasar (Coarse Silt) 0,03125 – 0,0625 Hmax log2 (s) Lumpur 11 Lumpur Sedang (Medium Silt) 0,01563 – 0,03125 (Silt) Dimana : 12 Lumpur Halus (Fine Silt) 0,0078 – 0,01563 H = Indeks diversitas Shannon-Wiener Lumpur sangat halus (V. Fine 13 0,008 – 0,0078 H = Keanekaragaman spesies maksimum Silt) max Hmax = log2 s (3,3219 log S)

3

S = Banyaknya spesies R2 berarti semakin tepat suatu garis linear digunakan sebagai pendekatan. Krebs (1985) menyatakan bahwa kategori penilaian tingkat keseragaman HASIL DAN PEMBAHASAN berdasarkan Indeks Keseragaman (E = Equitabilitas) adalah : Data kualitas perairan Sungai kawal yang di peroleh dapat disajikan pada tabel di 0 < E ≤ 0,5 = Komunitas Tertekan bawah ini. 0,5 < E ≤ 0,75 = Komunitas Labil 0,75 < E ≤ 1 = Komunitas Stabil Tabel 3. Kondisi Umum Perairan Sungai Kawal dibandingkan dengan Indeks Dominansi (C) baku mutu Kepmen LH No 51 Tahun 2004 peruntukkan biota Untuk menghitung indeks dominasi Stasiun digunakan rumus Simpson dalam Odum No Kondisi Umum Ket. Perairan I II III (1993) sebagai berikut: 1. Suhu (0C) 29,6 30,0 30,0 28 – 30

s  ni  2. pH 5 5 5,6 7 – 8,5 C = 2 3. Kedalaman /m 3,2 3,5 3,6 -    4. Salinitas (‰) 27,5 27,9 29,4 33 – 34 i1,2,3.. N  5. DO (mg/l) 5,16 5,22 5,21 >5 Dimana : 6. TSS (mg/l) 2,28 2,36 2,4 80 C = Indeks dominasi jenis 7. TDS (mg/l) 12,08 15,31 17,26 - 8. Substrat Lumpur Pasir Halus Pasir Sedang - ni = Jumlah individu ke- I (Silt) ( FineSand) (Medium N = Jumlah total individu Sand) Keterangan : Baku Mutu berdasarkan Kepmen LH Dengan kriteria : No.51 /2004 peruntukkan biota C mendekati 0 (nol) = Tidak ada jenis yang mendominasi dan C mendekati 1 (nol) = Ada Padatan Tersuspensi Total (TSS) jenis yang mendominasi. Dari hasil pengukuran di setiap stasiun nilai TSS stasiun I sebesar 2,28 mg/l, stasiun II Analisis Hubungan TSS dan TDS Perairan sebesar 2,36 mg/l dan stasiun III sebesar 2,4 terhadap Kelimpahan moluska bentik mg/l, setiap stasiun hampir sama besar nilai TSS. Rendahnya nilai TSS pada stasiun III Analisis hubungan faktor fisika kimia karena daerah ini semakin ke arah laut, hal ini perairan terhadap nilai struktur komunitas disebabkan padatan tersuspensi tersebut di akan dilakukan dengan menggunakan analisis suplai oleh daratan melalui aliran sungai regresi. Uji tersebut dilakukan dengan (Helfinalis, 2005). Berdasarkan nilai baku komputerisasi menggunakan SPSS. Rumus mutu Kepmen LH yang telah diuraikan diatas, persamaan regresi berganda adalah sebagai nilai TSS di ketiga stasiun penelitian ini masih berikut (Sudjana,2002). di bawah baku mutu yang telah ditetapkan sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap Y = a + bx1 + bx2 kehidupan biota yang hidup di perairan tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Dalam uji regresi berganda, koefisien pada Tabel 3. Determinasi digunakan untuk mengetahui Adapun kesesuaian perairan untuk persentase pengaruh serentak variabel – kepentingan perikanan berdasarkan nilai variabel bebas terhadap variabel terikat. R2 padatan tersuspensi (TSS) ditunjukkan pada disebut koefisien determinasi sederhana, Tabel 4. biasanya digunakan untuk menghitung besarnya kontribusi variabel X terhadap variasi Y. Keduanya digunakan untuk menentukan apakah garis regresi linear sederhana Y terhadap X dan garis regresi berganda Y terhadap X2 dan X1 sudah cocok atau tepat untuk digunakan sebagai pendekatan atas suatu hubungan linear antar variabel berdasarkan hasil observasi. Makin besar nilai

4

Tabel 4. Kesesuaian perairan untuk domestik dan industri). Bahan- bahan kepentingan perikanan berdasarkan tersuspensi dan terlarut pada perairan alami nilai padatan tersuspensi (TSS) tidak bersifat toksik, akan tetapi jika NO. Nilai TSS Pengaruh terhadap berlebihan terutama TSS dapat meningkatkan (mg/liter) kepentingan perikanan nilai kekeruhan; yang selanjutnya akan 1. < 25 Tidak berpengaruh menghambat penetrasi cahaya matahari ke 2. 25 - 80 Sedikit berpengaruh kolom air dan akhirnya berpengaruh terhadap 3. 81– 400 Kurang baik bagi kepentingan proses fotosintesis perairan. 4. >40 perikanan Tidak baik bagi kepentingan Substrat perikanan Sumber : Alabaster dan Lloyd dalam Effendi Hasil pengukuran substrat di laboratorium, (2003) dengan menggunakan saringan bertingkat dengan ukuran mesh 2,36 mm, 2,00 mm, 1,18 Berdasarkan karakteristik di atas mm, 500µm (0,5mm), 250µm (0,25mm), 125 menunjukkan bahwa pada kisaran TSS µm (0,125 mm), dan 106 µm (0,106 mm), tersebut tidak berpengaruh buruk bagi penggolongan substrat menurut Wenworth kehidupan perikanan dan organisme moluska pada stasiun I didominasi oleh substrat bentik yang hidup di daerah tersebut. Padatan Lumpur (Silt). Sedangkan stasiun II tersuspensi berkolerasi positif dengan didominasi oleh Pasir Halus (Fine Sand), dan kekeruhan. Semakin tinggi nilai padatan untuk stasiun III didominasi oleh substrat pasir tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin sedang (Medium Sand). Ini dikarenakan pada tinggi. Kekeruhan yang tinggi akan daerah kedua stasiun merupakan daerah yang mengakibatkan terganggunga sistem stagnan atau hampir tidak berarus pada musim osmoregulasi, misalnya pernafasan dan daya kemarau, sehingga fraksi lumpur/lempung lihat organisme akuatik serta dapat cepat mengalami sedimentasi. Proses menghambat penetrasi cahaya ke dalam air. sedimentasi merupakan usaha alam untuk keseimbangan, karena perbedaan ketinggian Padatan Terlarut Total (TDS) antara daratan dengan dasar perairan yang Berdasarkarkan hasil pengukuran TDS, tidak seimbang. Oleh karena itu, didaerah di dapatkan nilai padatan terlarut berkisar tropis yang banyak hujan seperti Indonesia, antara 12,08 mg/liter – 17,26 mg/liter. Stasiun umumnya sungai-sungai besar membawa I sebesar 12,08 mg/liter nilai pada stasiun ini lumpur (Ongkosongo dalam Suharman, 2006). rendah dibandingkan dengan stasiun lainnya Sedangkan pada stasiun III yang terletak di diduga karena masih banyak nya padatan hilir sungai terdapat area pelabuhan kapal- terlarut pengaruh air dari daratan. Sedangkan kapal ikan jenis substrat yang ditemui pada stasiun II sebesar 15,31 mg/liter dan adalah berpasir karena didaerah ini stasiun III sebesar 17,26 mg/liter pada kedua organisme yang hidup sedikit dijumpai, stasiun ini tingkat padatan terlarut nya tinggi dibandingkan stasiun I karena diduga daerah juga merupakan daerah yang mengalami ini sangat dekat dengan lautan. Tinggi nya pasang surut air laut. Makin tinggi tingkat nilai TDS pada stasiun III ini di duga karena salinitas yang biasanya makin ke arah laut, daerah ini menjadi tempat yang tinggi tingkat proses bersatunya partikel yang bermuatan aktivitas manusianya seperti pemukiman tersebut sangat bervariasi. Kenyataan penduduk dan tempat kapal-kapal ikan dimana menunjukkan bahwa di sedimen muara aktivitas-aktivitas tersebut bersumber dari juga banyak di dapati bahan-bahan buangan air limbah kapal dan limbah domestik organik, serasah yang mengalami penduduk sekitar pesisir Sungai Kawal. pembusukan, koloida dari asam humus. Karena air laut memiliki nilai TDS yang tinggi karena banyak mengandung senyawa kimia, Struktur Komunitas Moluska Bentik yang juga mengakibatkan tingginya nilai Klasifikasi dan Karakteristik Moluska salinitas dan daya hantar listrik. (Effendi, Bentik 2003). Nilai TDS perairan sangat dipengaruhi Moluska bentik yang ditemukan pada oleh pelapukan batuan, limpasan dari tanah waktu pengambilan sampel Untuk lebih dan pengaruh antropogenik (berupa limbah jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.

5

Tabel 5. Klasifikasi Organisme Moluska yang Mesogasropoda, Family Potamididae, Genus ditemukan Selama Penelitian Telescopium, Spesies Telescopium telescopium. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Klasifikasi Filum Moluska pada Gambar 2. Phylum Class Ordo Family Genus Mesogastropoda Cerithidae Pseudovertagus Cerithidae Gastropoda Eulamllibranchia Potamididae Potamididae Moluska Potamididae Telinidae Tellina Bivalvia Carditacea Fragum Cardiidae Sumber : Data Primer Gambar 2. Telescopium telescopium

1. Kelas Gastropoda 2. Kelas Bivalvia

Dari kelas gastropoda ditemukan di Dikenal juga dengan nama kerang, Sungai Kawal sebanyak 2 spesies dengan mempunyai dua kepingan atau belahan yang di karakteristik sebagai berikut : hubungkan oleh engsel elastis yang disebut ligament dan mempunyai satu atau dua buah a. Pseudovertagus aluco otot adductor di dalam cagkangnya yang Organisme ini memiliki cangkang yang berfungsi untuk membuka dan menutup kedua kuat dan tebal, umumnya pada permukaan ada belahan kerang tersebut. Organisme ini tidak rib – rib atau tonjolan –tonjolan pada arah mempunyai kepala, mata dan radula. axial, canal siphon biasanya pendek dan Dari Kelas Bivalvia yang ditemukan di mencuat. Operculum tipis dan bening. Sungai Kawal ditemukan 2 spesies jenis Termasuk herbivor, kebanyakan hidup di pasir bivalvia, adapun karakteristiknya sebagai pada laut dangkal atau daerah pasang surut. berikut : Organisme yang di temukan berukuran antara 5 – 10 cm. a. Tellina staurella Berdasarkan karakteristik tersebut maka Hidup membenamkan dirinya di dalam organisme ini termasuk ke dalam Phylum pasir atau pasir berlumpur. Beberapa jenis Mollusca, Kelas Gastropoda, Sub Kelas diantaranya ada yang menempel pada benda- Prosobranchia, Ordo Mesogastropoda, Family benda keras dengan semacam serabut pelekat , Genus Pseudovertagus, Spesies yang dinamakan byssus. Serabut ini dapat Pseudovertagus aluco. Untuk lebih jelasnya tumbuh kembali bila terputus. Organisme ini dapat dilihat pada Gambar 1. memiliki cangkang ganda yang kuat dan tebal, organisme yang ditemukan berukuran 10 cm. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka organisme ini termasuk di dalam Phylum Mollusca, Kelas Bivalvia, Ordo Eulamellibranchia, Family Tellinidae, Genus Tellina, Spesies Tellina staurella. Untuk lebih jelas nya dapat di lihat pada Gambar 3. Gambar 1 . Pseudovertagus aluco

b. Telescopium telescopium

Dilihat dari ciri – ciri cangkangnya dan habitatnya jenis-jenis siput ini masih berhubungan dengan family Cerithiidae. Cangkangnya tebal dan kuat, columella Sumber : Koleksi Pribadi biasanya bergelung dan mempunyai canal yang pendek. Umumnya hidup di hutan–hutan Gambar 3. Tellina staurella bakau, ada yang menempel pada dahan-dahan b. Fragum unedo batang pohon bakau, organisme ini termasuk Organisme ini merupakan bagian dari hewan herbivor. Berdasarkan ciri – ciri tersebut, maka kelas Bivalvia binatang pemakan tumbuh – tumbuhan, tetapi ia tidak mempunyai radula. jenis organisme ini termasuk dalam Phylum Makanannya yang berupa partikel – partikel Mollusca, Kelas Gastropoda, Ordo

6 organis bersama – sama dengan air dihisap bahan organik biasanya di dukung oleh oleh siphson dan di saring melalui insang. melimpahnya fauna deposit feeder seperti Hewan ini hidup membenamkan diri di dalam siput atau Gastropoda (Odum, 1993). lumpur, warna nya hitam ukurannya jauh lebih Cummins (1975) dalam Azizah (2010) kecil di bandingkan dengan Tellina staurella menyatakan bahwa kelimpahan organisme yaitu 5 – 7 cm. benthos bergantung pada beberapa faktor yaitu Berdasarkan ciri – ciri organisme kualitas makanan yang berupa bahan-bahan tersebut maka dapat di kelompokkan dalam organik dan penyesuaian terhadap kimia dan Phylum Mollusca, Kelas Bivalvia, Ordo fisika perairan, selain itu juga dipengaruhi oleh Eulamellibranchia, Family Cardititidae, Genus persaingan antar spesies yang menetukan Fragum, Spesies Fragum unedo. Untuk lebih keseragaman komunitas dasar perairan dimana jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4. organisme kecil dan lemah akan dimakan oleh

organisme yang lebih besar, organisme akan

tetap hidup dan yang kalah akan tersingkir.

Rendahnya nilai kelimpahan pada stasiun III yang terletak di area pelabuhan dan pemukiman yaitu sebanyak 501 ind/m2 Gambar 4. Fragum unedo dibandingkan pada stasiun I dan stasiun II diduga karena kurangnya organik substrat Nilai Kelimpahan Moluska Bentik yang terdapat pada stasiun ini karena pada stasiun III sangat tinggi aktifitas manusia dan Nilai kelimpahan total pada Stasiun I tidak terdapat ekosistem mangrove, rendahnya hulu sungai yaitu sebanyak 1610 ind/m2, kelimpahan moluska bentik pada stasiun ini tingginya nilai kelimpahan moluska bentik ini juga terlihat pada rendahnya nilai TSS sebesar disebabkan oleh rendahny nya nilai TSS 2,28 mg/l dan nilai TDS 12,26 mg/l. Hal ini sebesar 2,28 mg/l dan TDS sebesar 12,08 mg/l disebabkan karena pada stasiun III ini aliran pada stasiun II bagian antara hulu dan hilir sungai nya semakin ke arah laut, dimana sungai yang terdapat pemukiman masyarakat padatan tersuspensi di suplai oleh daratan sebanyak 1057 ind/m2, karena daerah ini melalui aliran sungai. terdapat area pemukiman maka jumlah nilai Indeks Keanekaragaman (H’), TSS dan TDS nya cukup tinggi dibandingkan Keseragaman (E) dan Dominansi (C) pada stasiun I yaitu nilai nya TSS sebesar 2,36 mg/l dan TDS sebesar 15,31 mg/l sedangkan Indeks Keanekaragaman (H’), pada Stasiun III yang terletak di hilir sungai Keseragaman (E), dan Dominansi (C) yang terdapat area pelabuhan kapal-kapal ikan 2 merupakan kajian indeks yang sering sebanyak 501 ind/m rendahnya nilai digunakan untuk menduga kondisi suatu kelimpahan moluska bentik pada stasiun ini lingkungan perairan berdasarkan komponen dapat lihat pada nilai TSS dan TDS yang juga biologis. Kondisi lingkungan suatu perairan memiliki nilai tinggi yaitu TSS sebesar 2,4 umumnya dapat dikatakan baik (stabil) bila mg/l dan TDS sebesar 17,26 mg/l. Nilai memiliki indeks keanekaragaman dan kelimpahan tertinggi yang terdapat pada keseragaman yang tinggi serta dominansi yang stasiun I adalah spesies Pseudovertagus aluco rendah (tidak ada spesies yang dari kelas gastropoda yang terletak di hulu mendominansi). sungai diduga disebabkan karena kandungan Hasil perhitungan nilai indeks organik substratnya yang tinggi sehingga keanekaragaman (H’) yang diperoleh pada mendukung bagi pertumbuhannya karena ketiga stasiun penelitian berkisar antara 2,18 – organik substrat yang menjadi bahan 2,57. Berdasarkan Indeks Shanon-Wiener makanannya cukup tersedia pada stasiun ini. keanekaragaman pada ketiga stasiun penelitian Wood (1987) dalam Sari (2012) menjelaskan tersebut dapat dikatakan memilki tingkat bahwa bahan organik yang mengendap di keanekaragaman yang tinggi. Kategori dasar perairan merupakan sumber makanan penilaian tingkat keanekaragaman jenis bagi organisme bentik, sehingga jumlah dan berdasarkan Indeks Shanon – Wiener dalam laju pertambahannya dalam sedimen Soegianto (1994) yaitu : H’ ≤ 1 di kategorikan mempunyai pengaruh terhadap populasi keanekaragaman sangat rendah, 1 ≤ H’ ≤ 1,59 organisme dasar. Substrat yang kaya akan

7 di kategorikan keanekaragaman rendah, 1,6 ≤ humus yang menyebabkan air tersebut menjadi H’ ≤ 2 di kategorikan keanekaragaman sedang, asam. (Azizah, 2010). dan H’ > 2 di kategorikan keanekaragaman Menurut Odum (1993) dalam Sari tinggi. (2012), keanekaragaman mencakup dua hal Indeks keanekaragaman yang tinggi penting yaitu banyak jenis dalam suatu terdapat pada stasiun III meskipun daerah ini komunitas dan kelimpahan dari masing- merupakan area pelabuhan kapal ikan namun masing jenis, sehingga semakin kecil jumlah dengan tingginya keanekaragaman di daerah jenis dan variasi jumlah individu tiap jenis ini menunjukkan bahwa kondisi perairan di memilki penyebaran yang tidak merata, maka stasiun tersebut cukup baik dan mendukung keanekaragaman akan mengecil. biota di dalamnya, tingginya nilai Berdasarkan data diatas dapat dilihat keanekargaman pada stasiun ini juga di duga bahwa di setiap stasiun tersebut menurut Krebs mempunyai kandungan nutrien yang tinggi (1985) nilai keseragaman (E) berkisar antara 0 sehingga jenis moluska pada stasiun ini – 1. Nilai indeks ini menunjukkan penyebaran banyak dan tinggi ny aktivitas disini tidak individu, apabila nilai keseragaman mendekati terlalu mempengaruhi keanekaragaman, 0 berarti keseragamannya rendah karena ada namun daerah hilir ini memilki nilai jenis yang mendominasi. Bila nilainya kelimpahan yang terendah sebesar 501 ind/m mendekati 1, maka keseragamannya tinggi ini di duga karena tingkat kedalaman yang yang berarti kondisi ekosistem relatif stabil berbeda dengan stasiun lainnya dan nilai pH karena pembagian jumlah individu pada yang miliki nilai 6 masih bersifat asam namun masing-masing jenis relatif sama atau seragam lebih tinggi dibandingkan kedua stasiun dan tidak ada jenis yang mendominasi. lainnya, ini karena daerah ini tidak jauh dari Indeks keseragaman yang tertinggi hutan mangrove dan buangan air limbah kapal. terdapat pada stasiun III sebesar 0,91 dan Pada stasiun II nilai keanekaragaman stasiun I sebesar 0,90. Hal ini diduga karena nya juga tergolong tinggi yaitu sebesar 2,39 , banyaknya jenis yang ditemukan pada kedua namun masih di bawah dari nilai tertinggi pada stasiun tersebut,sedangkan pada stasiun II stasiun III sebesar 2,57 ini karena stasiun ini memilki nilai kelimpahan yang rendah sebesar terletak di antara hulu dan hilir sungai yang 0,88 dibandingkan pada stasiun I dan stasiun terdapat cukup banyak pemukiman warga di III hal ini diduga rendahnya pada stasiun II pesisir sungai dan memiliki nilai kelimpahan karena pada stasiun ini tingkat aktivitas yang tinggi sebesar 1057 ind/m, pada stasiun pemukiman penduduk yang cukup padat dan ini dapat di kategorikan daerah yang baik hutan mangrove yang sedikit di duga hal inilah untuk kehidupan biota bentik, namun memilki yang menyebabkan rendahnya nilai nilai pH yang asam yaitu 5, ini dikarenakan keseragaman. Selanjutnya menurut Odum letaknya yang masih ada terdapat hutan (1971) dalam Azizah (2010), menyatakan mangrove dan buangan limbah domestik bahwa penggunaan indeks keseragaman erat masyarakat. hubungannya dengan daya tahan hidup Stasiun yang memilki nilai (survival) dan adanya persaingan antara jenis keanekaragaman yang terendah pada stasiun I yang satu dengan jenis lainnya. Daya tahan yaitu 2,18 paling terendah di antara stasiun II hidup ini sangat berkaitan erat dengan kualitas dan stasiun III, hal ini ini di karenakan kurang lingkungan, sedangkan persaingan antara nya kandungan nutrien yang terdapat pada spesies biasa terjadi dalam hal mencari stasiun I sehingga jenis moluska di hulu makanan dan tempat. sedikit, namun daerah hulu ini memilki Indeks Dominansi (C) berguna untuk kelimpahan yang tinggi sebesar 1610 ind/m, menghitung adanya jenis tertentu yang nilai pH di daerah ini bersifat asam karena mendominasi suatu komunitas biota. Jumlah banyak nya hutan mangrove wilayah ini jenis pada komunitas tersebut juga turut menjadi asam karena terjadi pembusukan menentukan besarnya nilai indeks tersebut. kayu-kayu dan dedaunan atau tingginya Nilai indeks Dominansi (C) pada ketiga tingkat pembusukan bahan organik seperti stasiun tersebut berkisar antara 0,16 – 0,19. yang terlihat pada lokasi penelitian banyak Nilai dominansi yang tertinggi terdapat pada terdapat pepohonan hutan mangrove. Warna stasiun I sebesar 0,19, disusul pada stasiun II air pada stasiun I berwarna agak kecoklatan ini sebesar 0,17 dan yang terendah pada stasiun menandakan bahwa air tersebut terdapat III sebesar 0,16. Berdasarkan nilai tersebut

8 indeks Dominansi (C) dilokasi tersebut Berdasarkan hasil uji regresi tersebut termasuk kategori rendah dan umumnya menunjukkan bahwa nilai konstanta sebesar mendekati 0 yang berarti tidak ada jenis yang 1406,075 artinya jika TDS dan TSS nilainya 0, mendominasi (Odum, 1993). maka nilai kelimpahan adalah positif sebesar Meskipun pada ketiga stasiun tersebut 1406,075. Koefisien regresi variabel TDS (x1) dijumpai jumlah individu jenis tertentu yaitu sebesar -209,757 artinya jika TDS mengalami jenis Pseudovertagus aluco dari Kelas satu satuan maka kelimpahan akan mengalami Gastropoda dan Tellina staurella dari Kelas penurunan sebesar 209,757 satuan dengan Bivalvia yang lebih banyak, hal ini mungkin asumsi variabel independen lain nilainya tetap. berkaitan dengan keadaan perairan atau jenis Sedangkan koefisien regresi variabel TSS (x2) substrat yang mendukung bagi populasi sebesar 1179,950 artinya jika TSS mengalami tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan kenaikan satu satuan, maka kelimpahan akan bahwa pada lingkungan perairan yang sudah megalami kenaikan sebesar 1179,950 satuan terganggu, kondisi kestabilan komunitasnya dengan asumsi variabel independen lain cenderung memperlihatkan tingkat nilainya tetap. keanekaragaman yang rendah dimana Selain itu, hubungan antara variabel X penyebaran individu tiap jenis tidak merata (parameter TDS dan TSS) terhadap variabel Y dan terdapat dominansi oleh spesies moluska (Dominansi Moluska Bentik). Berdasarkan bentik tertentu seperti Pseudovertagus aluco hasil perhitungan regresi berganda dan Tellina staurella. menunjukkan bahwa hubungan antara

parameter TDS dan TSS perairan terhadap Hubungan TDS (Total Dissolved Solid) dan Kelimpahan moluska bentik berdasarkan nilai TSS (Total Suspended Solid) terhadap yang telah diukur terdistribusi dengan normal. Kelimpahan Moluska Bentik Kesimpulan Analisis hubungan faktor TSS dan TDS perairan terhadap Kelimpahan moluska Berdasarkan dari hasil dapat bentik dilakukan dengan menggunakan disimpulkan: analisis regresi linear berganda. Analisis Moluska Bentik yang ditemukan selama regresi bertujuan untuk mengetahui seberapa penelitian di perairan Sungai Kawal terdiri dari besar pengaruh variabel x (faktor TSS dan 2 kelas yaitu Gastropoda sebanyak 4 spesies TDS perairan) terhadap variabel y dan kelas Bivalvia sebanyak 3 spesies. Dari (kelimpahan moluska bentik). Berdasarkan perhitungan nilai kelimpahan di setiap stasiun hasil regresi berganda diperoleh Nilai pada stasiun I memilki nilai kelimpahan yang 2 tinggi dengan rata – rata 1610 ind/m2 , stasiun Koefisien Determinasi (R ) sebesar 76,7 %. 2 Hal ini menunjukkan bahwa persentase II nilai kelimpahannya sebesar 1057 ind/m dan stasiun III memilki kelimpahan yang sumbangan pengaruh variable bebas (TSS dan 2 TDS) terhadap variable terikat (Kelimpahan) sedikit sebesar 501 ind/m . Jenis yang hampir sebesar 76,7 %. Atau variasi variabel bebas ada di setiap stasiun penelitian adalah Spesies yang digunakan dalam model mampu Pseudovertagus aluco , Telescopium menjelaskan sebesar 76,7 % variasi variabel telescopium dari Kelas Gastropoda dan, terikat. Sedangkan sisanya sebesar 23,3 % Tellina staurella , Fragum unedo dari kelas dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak Bivalvia, sedangkan 3 spesies lagi jarang dimasukkan dalam model penelitian ini.. dijumpai di setiap stasiun penelitian. Berdasarkan hasil uji analisis regresi Sementara itu, indeks keanekaragaman (H’) berganda tersebut diperoleh nilai F hitung tergolong dalam kategori tinggi dengan nilai sebesar 9,876 dengan tingkat signifikan 0,13. keseragaman (E) yang menggambarkan Dengan probabilitas 0,13 atau lebih besar dari penyebaran individunya bersifat seragam atau 0,05 ( p > 0,05) yang menandakan model reatif sama dan nilai Dominansi (C) yang regresi tersebut dapat digunakan sebagai suatu menunjukkan tidak ada jenis yang pendekatan untuk memprediksi seberapa besar mendominasi. Berdasarkan hasil regresi berganda peranan dari variabel TSS dan TDS terhadap 2 kelimpahan moluska bentik. Adapun diperoleh Nilai Koefisien Determinasi (R ) persamaan regresi yang diperoleh dari hasil sebesar 76,7 %. Hal ini menunjukkan bahwa perhitungan adalah : persentase sumbangan pengaruh variable Y = 1406,075 – 209,757 + 1179,950 bebas (TSS dan TDS) terhadap variable terikat

9

(Kelimpahan) sebesar 76,7 %. Atau variasi Gadjah Mada Universty Press. variabel bebas yang digunakan dalam model Yogyakarta. 574 hal. mampu menjelaskan sebesar 76,7 % variasi variabel terikat. Sedangkan sisanya sebesar Sari, P.N, 2012.Keanekaragaman 23,3 % dipengaruhi oleh variabel lain yang Makrozoobenthos di perairan Desa tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Malang Rapat Kecamatan Gunung Nilai F dihitung pada tabel ANOVA Kijang Kabupaten Bintan Provinsi merupakan uji serentak untuk mengetahui Kepulauan RiauTanjungpinang. besarnya pengaruh atau signifikan dari keseluruhan variabel yang diukur sehingga dapat digunakan untuk menentukan bisa tidaknya persamaan regresi digunakan sebagai pendekatan. Berdasarkan hasil uji analisis regresi berganda tersebut diperoleh nilai F hitung sebesar 9,876 dengan tingkat signifikan 0,13. Dengan probabilitas 0,13 atau lebih besar dari 0,05 ( p > 0,05) yang menandakan model regresi tersebut dapat digunakan sebagai suatu pendekatan untuk memprediksi seberapa besar peranan dari variabel TSS dan TDS terhadap kelimpahan moluska bentik. Adapun persamaan regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah Y = 1406,075 – 209,757 + 1179,950 Saran Diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjut tentang pengaruh nilai TDS dan TSS yang akan datang dan mengurangi penyebaran kegiatan manusia di sekitar pesisir Sungai Kawal karena akan di khawatirkan jika terjadi peningkatan nilai TDS dan TSS di masa yang akan datang.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih penilis ucapkan kepada dosen pembimbing dan penguji atas bimbingan dan arahannya sejak awal hingga akhir penulisan skripsi ini serta pihak pihak lain yang telah membantu berjalanya skripsi ini yaitu instansi Kelurahan Kawal dan lembaga-lembaganya.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah,D,2010. Keanekaragaman organisme Makrozoobenhtos di Danau Buatan Limbungan. UNRI.Pekanbaru

Effendi,H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan.

Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Diterjemahkan Oleh T. Samingan.

10