Quick viewing(Text Mode)

Warta Herpetofauna/Volume Vii, No

Warta Herpetofauna/Volume Vii, No

Media Publikasi dan Informasi Dunia Reptil dan Amfibi

Volume VII No 3, November 2014

Profil peneliti David Bickford

Sang Kanibal dari Papua, Micropechis ikaheka

Ular di Pulau Siberut: Kisah Perjalanan Herping di Siberut Utara

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

Warta Herpetofauna

Warta Herpetofauna Daftar Isi : Media informasi dan publikasi dunia amfibi dan reptil Amfibi yang Harmoni Lestari untuk Kita dan Anak Cucu 4 Penerbit : Keberadaan Kodok Pohon Polypedates discantus di Sumatra Perhimpunan Herpetologi Indonesia 6 Observasi Herpetofauna oleh KSB Brawijaya di Taman Pimpinan redaksi : Mirza Dikari Kusrini Nasional Meru Betiri, Kab. Banyuwangi 8

Cerita Ekspedisi Surili KPH Himakova di Tanah Halmahera Redaktur: Taman Nasional Akatajawe Lolobata 16 Mila Rahmania

Elang (Eksplorasi Lapangan) KSHL Comata UI 2014: Tata Letak & Artistik : Sebuah Petualangan, Sebuah Cerita dari Taman Nasional Mila Rahmania & Aria Nusantara Gunung Halimun Salak 20 Sirkulasi : Galeri Foto:Berpetualang Bersama Sang Naga di Taman KPH “Python” HIMAKOVA Nasional Komodo 25 Alamat Redaksi : David Bickford: Pramuka, Herpetologis dan Guru 28 Kelompok Kerja Konservasi Amfibi dan Reptil Indonesia, Departemen Konservasi Sum- Sarapan Vegetarian Sang Biawak, Lazimkah? 36 berdaya Hutan dan Ekowisata Ular Di Pulau Siberut: Kisah perjalanan herping di Siberut Fakultas Kehutanan – IPB Utara 39 Telpon : 0251-8621047 Fax : 0251-8621947 Sang Kanibal dari Papua, Micropechis ikaheka 44 E-mail: mirza_kusrini[at]yahoo.com, kusrini.mirza [at]gmail.com Pemanfatan Herpetofauna Oleh Masyarakat Dayak Iban di

Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat 46 Foto cover luar : Survey Awal Mengenai Relung Habitat Dua Jenis Buaya Varanus salvator (Nathan Rusdi) Foto cover dalam: (Buaya Muara dan Senyulong) di Taman Nasional Berbak, Tropidolaemus subannulatus (Aria Nusantara) Provinsi Jambi 50 Foto Vover Belakang Info Kegatan 55 Mata buaya (Nathan Rusdi)

Pustaka: Invasive 61

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

Pembaca yang budiman, Beberapa bulan terakhir ini perhatian kebanyakan orang di Indonesia, tidak terkecuali para pembaca, dihabiskan untuk menyimak pertarungan politik, baik untuk mem- ilih wakil rakyat maupun presiden. Menarik, bahwa salah satu informasi menyebutkan presiden terpilih, Joko Wido- do, memiliki kecintaan terhadap katak. Kecintaan ini di- tunjukkan dengan rencana diboyongnya katak-katak dari kolam rumah dinas gubernur DKI ke istana negara. Walaupun tidak ada korelasinya antara kegemaran mem- iliki katak dengan komitmen kelestarian herpetofauna, paling tidak berita ini mengingatkan bahwa tidak semua orang jijik dan takut terhadap amfibi. Di lain sisi, berita di grup FB mengenai rencana pembentukan 345 Center". oleh kelompok anak muda di Bojong Gede sangat menggembirakan. Mengenalkan amfibi dan reptil ke masyakarat umum memang harus dimulai dari diri sendiri. Dengan makin pahamnya masyarakat mengenai amfibi dan reptil maka mudah-mudahan upaya konserva- si amfibi dan reptil di Indonesia bisa dilakukan dengan baik. Selamat membaca Warta Herpetofauna edisi November 2014 !

Berkat Kerjasama: Redaksi

REDAKSI MENERIMA SEGALA BENTUK TULISAN, FOTO, GAMBAR, KARIKATUR, PUISI ATAU INFO LAINNYA SEPUTAR DUNIA AMFIBI DAN REPTIL.

BAGI YANG BERMINAT DAPAT MENGIRIMKAN LANGSUNG KE ALAMAT REDAKSI

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

Amfibi yang Harmoni Lestari untuk Kita dan Anak Cucu

Oleh: Tony Febri Qurniawan

ndonesia menyediakan sumber daya alam hayati oleh masyarakat sekaligus memberikan pembelajaran yang bermanfaat bagi kesejahteraan manusia. contoh kegiatan konservasi yang dapat dilakukan. I Kekayaan amfibi di Indonesia diperkirakan men- Sinergi kedua usaha tersebut penting untuk mem- capai 336 jenis dengan 179 jenis amfibi endemik. berikan dan menanamkan pemahaman kepada Tentu saja kita harus dapat mengelola dengan baik masyarakat akan pentingnya konservasi amfibi agar biodiversitas amfibi agar tidak punah. Kita sadari atau dapat terus hidup harmoni bersama kita hingga anak tidak, manusia berperan lebih besar dalam memper- cucu kita. cepat laju kepunahan suatu jenis amfibi. Sebenarnya didalam konservasi amfibi kita Masyarakat pada umumnya baru akan peduli dapat memulai dari hal-hal kecil dan sederhana. Hal terhadap jenis amfibi jika dapat memberikan manfaat kecil dan sederhana tersebut antara lain seperti tidak dari segi ekonomi secara langsung dan kurang peduli mengambil sampel berlebihan di suatu lokasi. Sean- terhadap suatu jenis amfibi yang dirasa tidak mem- dainya dalam suatu penelitian diperlukan sampel da- iliki nilai ekonomi walaupun jenis tersebut endemik lam jumlah banyak maka juga perlu memperhatikan dan menurun jumlah populasinya. Hal tersebut meru- apakah sampel yang akan kita ambil di habitat terse- pakan PR yang besar bagi para peneliti, akademisi but populasinya masih cukup banyak sehingga sisa dan pemerhati amfibi untuk dapat mengungkap po- amfibi yang ada mencukupi untuk dapat beranak pin- tensi manfaat amfibi yang dapat dirasakan langsung ak dimasa mendatang. Kita-pun dapat mulai peduli

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014 dengan tidak membunuh katak atau kodok yang tercemar. Kondisi debit air di sawah dekat perkotaan terkadang masuk kedalam rumah atau terkadang juga lebih sering surut. Sistem pengairan yang OPINI ditemukan sedang menyebrang jalan. Kita juga meminimalkan debit air yang menggenang di sawah dapat melakukan usaha berbagi publikasi hasil ketika musim tanam menyebabkan berudu katak

penelitian amfibi kita ke umum agar penelitian kita banyak yang mati karena kondisi sawah kering tidak tidak sia-sia berhenti menumpuk disuatu tempat sa- ada air. Hal ini juga menyebabkan katak dewasa ja. Berbagi publikasi hasil penelitian yang dikirim ke yang ada pada sawah perkotaan yang kering tersebut jurnal akan lebih baik bila dapat dibaca oleh banyak berpindah migrasi mencari tempat sawah/tempat orang. Hal ini tentu saja sangat positif bagi perkem- lain yang lebih berair. Belum lagi berudu yang ber- bangan ilmu dan konservasi amfibi. hasil bertahan hidup (survive) tersebut juga harus Kegiatan lainnya, kita juga bisa mengu- menghadapi permasalahan predator seperti bebek, sahakan kegiatan penyelamatan fase berudu (yang burung blekok sawah, angsa dan ayam. Berudu dapat merupakan fase rentan dari siklus kehidupan amfibi) diselamatkan dari kondisi sawah yang tidak men- untuk dibesarkan hingga metamorfosis menjadi dukung kehidupanya untuk dibesarkan hingga ber- katak muda. Contoh sederhana adalah membesarkan metamorfosis menjadi juvenile, dan selanjutnya berudu untuk jenis katak yang hidup di sawah seperti katak muda ini dilepas kembali ke habitatnya. Wa- Occidozyga, Kaloula baleata, Polypedates leucomys- laupun kegiatan tersebut terlihat biasa saja dan se- tax, Duttaphrynus melanostictus, Microhyla, Lep- derhana, tapi ini adalah salah satu contoh kegiatan tobrachium haseltii, Hylarana chalconota dan yang dapat membantu konservasi amfibi . Pada in- Fejervarya. tinya konservasi amfibi dapat dimulai dari hal seder- Berbeda dengan persawahan di desa yang hana, dimulai dari kita dan dari saat ini juga demi airnya melimpah serta masih alami, sawah di dekat amfibi yang lestari untuk anak cucu kita. Salam les- pemukiman biasanya air irigasinya telah banyak tari.

RALAT

Pada Herpeto….. edisi juni 2014 kemarin pada artikel yang penulis tulis terdapat kesalahan info. Penulis menyebutkan bahwa bahwa katak lembu yang ditemukan di Sungai Progo pada tahun 2013 oleh Donan Sa- tria. Info yang benar adalah di Sungai Opak pada tahun 2012. Demikian pemberitahuan dari penulis, Penu- lis mohon maaf atas kesalahan info tersebut.

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

KEBERADAAN KODOK POHON Polypedates discantus di SUMATRA

Oleh: Hellen Kurniati, Pusat Penelitian Biologi-LIPI

Keberadaan jenis P. discantus di Sumatra merupakan catatan baru bagi penambahan jumlah jenis kelompok kodok pohon di Sumatra; selain itu adalah informasi baru bagi perluasan distribusi kodok P. discantus di luar wilayah Semenanjung Malaysia.

odok pohon Polypedates discantus Pada tahun 2010, penulis menjumpai Rujirawan, Stuart & Aowphol 2013 adalah Polypedates sp di areal kebun sawit di daerah Solok K jenis baru yang merupakan pecahan dari Selatan, Sumatra Barat pada elevasi sekitar 400 m kelompok P. leucomystax complex (Rujirawan et.al. dari permukaan laut (dpl). Pada lokasi ini jenis 2013). Lokasi tipe dari kodok ini adalah Songkhla di Polypedates sp hidup simpatrik dengan P. bagian selatan Thailand; selanjutnya kodok ini leucomystax di kolam tidak permanen, yang mana dijumpai di dua lokasi di wilayah Semenanjung sumber air berasal dari air hujan. Setelah dilakukan Malaysia (lihat Gambar , yaitu lok)asi penelitian dari uji DNA yang diambil dari gen 16S rRNA, Narins et.al. (1998) dengan menamakan P. discantus Polypedates sp asal Solok Selatan tersebut identik sebagai P. leucomystax bentuk B dan lokasi dengan gen 16S rRNA dari P. discantus yang penelitian dari Kuraishi et.al. (2013) dengan dideskripsikan oleh Rujirawan et.al. (2013). Secara menamakan P. discantus sebagai Polypedates sp. morfologi spesimen P. discantus dari Solok Selatan Berdasarkan suara, Narins et.al (1998) telah mirip sekali dengan spesimen P. leucomystax tanpa mendiskripsikan suara P. leucomystax complex yang garis-garis punggung yang dikoleksi dari daerah dijumpainya dengan mengelompokkan menjadi P. Martabe, Sumatra Utara, pada elevasi sekitar 300 m leucomystax bentuk A yang mempunyai garis-garis dpl; tetapi penulis masih menamakan jenis ini hitam memanjang pada punggung dan P. sebagai Polypedates cf discantus (lihat Gambar ). leucomystax bentuk B yang hanya mempunyai Keberadaan jenis P. discantus di Sumatra bercak-bercak hitam hitam pada punggung; merupakan catatan baru bagi penambahan jumlah Kuraishi dkk (2013) juga melakukan hal yang sama, jenis kelompok kodok pohon di Sumatra; selain itu tetapi kelompok P. leucomystax yang mempunyai adalah informasi baru bagi perluasan distribusi bercak-bercak hitam pada punggung kodok P. discantus di luar wilayah Semenanjung dikelompokkan menjadi Polypedates sp. Jenis P. Malaysia. discantus dan P. leucomystax selalu dijumpai hidup simpatrik di Songkhan, Thailand dan juga di dua lokasi di wilayah Semenanjung Malaysia.

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014 CatatanJenis PUSTAKA ACUAN and genetic divergence of sympatric mor- Kuraishi, N., M. Matsui, A. Hamidy, D.M. Belabut, N. photypes of the treefrog Polypedates leucomys- Ahmad, S. Panha, A. Sudin, H.S. Yong, J.P. Jiang, tax in Peninsular Malaysia. Herpetologica 54:129 H. Ota, H.T. Thong & K. Nishikawa. 2013. Phylo- –142. genetic and taxonomic relationship of the Pol- Rujirawan, A., B.L. Stuart & A. Aowphol. 2013. A new ypedates leucomystax complex (Amphibia). Zoo- tree frog in the genus Polypedates (Anura: Rha-

logica Scripta 42: 54–70. cophoridae) from southern Thailand. Zootaxa

Narins P.M., A.S. Feng, H. Yong & J. Christensen- 3702 (6): 545–565. Dalsgaard, 1998. Morpho-logical, behavioural,

Gambar Lokasi perjumpaan P.oypedates discantus di Semenanjung Malaysia dan Sumatra

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014 BERITA KELOMPOK BERITA

Observasi Herpetofauna oleh KSB Brawijaya di Taman Nasional Meru Betiri, Kab. Banyuwangi

Penulis : Kadafi AM, Firdaus AS, Priambodo B, Rodiyah H, Kurniawan MR, Turhadi

Kegiatan yang bertemakan ‘lebih dekat dengan herpetofauna’ dengan anggota 20 orang tersebut dilakukan pada tanggal 2-4 September 2013.

SB (Kelompok Studi Biologi) Kegiatan yang bertemakan ‘lebih dekat merupakan salah satu kelompok dengan herpetofauna’ dengan anggota 20 K di bawah Himpunan Mahasiswa orang tersebut dilakukan pada tanggal 2-4 Biologi (Himabio) Universitas Brawijaya September 2013. yang mewadahi anggotanya untuk Kegiatan ini dilakukan oleh 2 ke- mengembangkan diri dan menambah pen- lompok dengan fokus observasi yang ber- galaman di bidang konservasi. KSB mem- beda. Kelompok pertama melakukan iliki beberapa kegiatan, salah satunya ada- kegiatan monitoring pendaratan penyu, se- lah Observasi Herpetofauna di Taman Na- dangkan kelompok lain berjalan menyusuri sional Meru Betiri (TNMB), Banyuwangi. hutan (jalur tracking) untuk survey herpe-

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

tofauna. Ekspedisi yang berjudul Observasi A Herpetofauna TNMB diakhiri dengan acara pelepasan tukik pada tanggal 4 September 2013. Monitoring Pendaratan Penyu Taman Nasional Meru Betiri merupa- kan taman nasional yang menjadi sasaran empuk bagi para penyu untuk nesting. Bapak Ali Ahmad (penanggung jawab kon- servasi penyu di Sukamade) sebagai nara- A sumber memberikan informasi Sukamade merupakan salah satu nesting side terbaik dengan 1 genetik penyu, yaitu penyu hijau (Chelonia mydas). Selain itu, juga terdapat 3 jenis penyu lain yang ditemukan pernah melakukan kegiatan nesting di Sukamade, yaitu penyu lekang, penyu sisik, dan penyu belimbing. Konservasi penyu di Sukamade menggunakan sistem penetasan semi-alami

A A

Gambar Atas: Serangkaian proses peneluran dan pengambilan telur penyu. Keterangan: (a) Pengecekan telur; (b) Penyu bertelur pada sarang yang telah dibuatnya; (c) Pengambilan dan penghitungan telur penyu; (d) Penyu menutup kembali sarangnya dengan pasir menggunakan flipper.

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

Pelepasan tukik oleh anggota KSB

yang dikelola oleh UPKP (Unit Pengelolaan alami, hingga pelepasan tukik. Selain itu, Konservasi Penyu) yang dibentuk pada ta- juga dilakukan monitoring penyu dan per- hun 2010. UPKP bertugas untuk mengurusi baikan habitat tempat penyu nesting. segala hal yang berkaitan dengan penyu, Kegiatan monitoring dilakukan secara mulai dari peneluran, penetasan telur semi- rutin setiap malamnya oleh petugas UPKP,

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

dimulai dari pukul 18:00-05:00 WIB. Penyu sangat sensitif terhadap cahaya pada saat proses nesting. Oleh karena itu, pengunjung yang ingin mengetahui proses nesting umumnya diminta untuk menunggu di pan- tai sementara petugas UPKP mencari jejak- jejak penyu. Sensitifitas penyu berkurang ketika ia sudah mulai bertelur. Monitoring juga melakukan tagging (penandaan pada penyu), pembersihan tubuh penyu dari para- sit, dan pengukuran penyu

Penetasan Telur Semi-Alami Kegiatan penetasan telur semi-alami di Resort Sukamade dilakukan dalam

Tukik-tukik diletakkan sementara di tempat yang berpasir

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

bangunan berukuran 3x6 m. Kegiatan yang Invertebrate: An Identification and Care dilakukan meliputi penanaman telur, pen- Guide. Barron's Educational Series. catatan jumlah telur yang berhasil menetas New York. dan yang tidak berhasil (mati), serta Crite, J. 2012. Chelonia mydas, Green Tur- kebersihan rumah penetasan. tle. Downloaded on 31 January 2014 Pelepasliaran Tukik at http://animaldiversity.ummz.umich. Tukik yang dianggap telah siap akan edu/accounts/Chelonia_mydas/. di-release atau dilepaskan kembali ke alam Das, I. 2012. A Naturalist’s Guide to the liar. Proses releasing dilakukan pada pagi Snakes of South-East Asia: Malaysia, hari (06.30 WIB) atau sore hari (15.00 – Singapore, Thailand, Myanmar, Borneo, 17.00 WIB). Beberapa tukik tampak bergerak Sumatra, Java and Bali. John Beaufory sangat cepat dan bersemangat menuju laut, Publishing. Oxford. namun beberapa tampak sangat lambat. Kurniati, H. 2003. Amphibians & of Menurut petugas UPKP, tukik yang bergerak Gunung Halimun National Park, West sangat lambat tersebut merupakan penyu Java, Indonesia (Frogs, and yang dapat bertahan dan kembali ke pantai Snakes). Research Center for Biology- Sukamade untuk bertelur. Pendapat terse- LIPI. Cibinong. but didukung dengan argumen bahwa National Geographic. Draco (Draco penyu yang bergerak dengan lambat akan volans). 1996. Downloaded on 31 Jan- selalu waspada terhadap kondisi sekitar. uari 2014 at Sumber Bacaan .nationalgeographic.com/ Bartlett, P. P., B. Griswold, dan R. D. Bart- animals/reptiles/draco-lizard/. lett. 2001. Reptiles, Amphibians, and

Kadal pohon (Sphenomorphus sanctus Dumeril & Bibron, 1839) yang ditemukan di TNMB terdapat di balik tumpukan serasah. Butuh waktu un- tuk mengambilnya dan mengambil fotonya lebih detail. Ciri khas dari kadal pohon adalah adanya garis ver- tebral berwarna kekuningan yang me- manjang dari kepala bagian depan hingga ujung ekor. Garis vertebral tersebut diapit warna hitam dengan bintik-bintik putih (Kurniati 2003).

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

Jenis Herpetofauna di TNMB, Banyuwangi

Foto : M. Rizky Kurniawan dan R. Prawira Hasan

Herpetofauna yang didapatkan di hu- nomorphus sp., kadal serasah cokelat tan TNMB diantaranya adalah 5 amfibi dan (Eutropis rudis), kadal rumput (Takydromus 11 reptil. Reptil yang ditemukan antaralain sexlineatus), dan penyu hijau (Chelonia ular pucuk Malaya (Ahaetulla mycterizans), mydas). Amfibi yang ditemukan antara lain ular pohon coklat (Boiga irregularis), ular katak-pohon bergaris (Polypedates leuco- kawat (Typhlopidae), cecak batu mystax), Microhyla orientalis, kodok-puru (Cyrtodactylus marmoratus), kadal pohon hutan (Ingerophrynus biporcatus), kongkang hijau (Dasia olivacea), cecak terbang (Draco jangkrik (Hylarana nicobariensis), dan volans), tokek rumah (Gekko ), Sphe- kongkang kolam (Hylarana chalconota).

Tokek (Gekko gecko Linnaeus, 1318) tersebut ditemukan sedang menjaga telur-telurnya yang terdapat di sudut bangunan tua. Ciri khas dari Gekko gecko adalah jari yang membulat karena Cecak terbang (Draco volans Linnaeus, 1318) yang dilengkapi oleh scansor (itulah sebabnya mereka dapat merambat sedang beristirahat di batang pohon. Tampak dew- di dinding atau batang pohon). Ciri lainnya adalah punggung lap mengembang berwarna kuning (pertanda bahwa ia jantan). Ciri khas dari cecak terbang adalah adan- berwarna abu-abu kebiruan hingga kecoklatan yang kasar dengan ya sayap tak sempurna yang berasal dari perluasan bintil-bintil besar (berwarna merah bata hingga jingga). Suaranya membran kulit di atas tulang rusuk (National Geo- yang nyaring juga dapat menjadi tanda keberadaannya (Bartlett, graphic 1996). et al. 2001).

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

Kadal rumput yang memiliki nama ilmiah Tachydromus sexlineatus (Daudin, 1806) ditemukan di TNMB. Kadal rumput tersebut tampak sedang berjemur di atas dedaunan. Ekor panjang (melebihi panjang tubuh) dan ditutupi oleh sisik yang keras, begitu pula punggungnya (dorsal). Terdapat garis terang di kedua sisi tubuh yang dibatasi oleh garis hitam. Ventral (perut) berwarna kekuningan atau kehijauan (Kurniati 2003).

Kodok puru hutan (Ingerophrynus biporcatus Grav- enhorst, 1829) memiliki ciri khas berupa sepasang alur memanjang (supraorbital) di antara matanya. Selain itu, tympanum dapat dilihat dengan jelas di dekat mata. Ko- dok puru hutan tersebut ditemukan di atas tanah ber- pasir TNMB pada jalur tracking (Kurniati 2003).

Hylarana nicobariensis (Stoliczka, 1870) dikenal di Indonesia dengan nama Kongkang jangkrik. Katak tersebut memiliki ciri khas berupa adanya garis lebar yang lebih gelap atau hitam memanjang dari antara WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014 mata dan hidung hingga selangkang, dengan garis putih di bawah garis gelap tersebut. Selain itu, tubuhnya ramping dengan moncong meruncing (Kurniati 2003).

Ahaetulla prasina yang dikenal dengan ular pucuk Malaya sekilas terlihat sama dengan Ahaetulla mycterizans. Perbedaan terletak pada sisik temporal. Ahaetulla prasina memiliki sisik temporal yang menyatu (tidak terbelah 2). Saat ditemukan, ular tersebut sedang berada di pepohonan. Ciri lain dari ular pucuk Malaya adalah sisik tubuh domi- nan hijau, moncong panjang, dan mata besar dengan pupil horizontal (Das 2012).

Penyu hijau (Chelonia mydas) yang ditemukan kali ini rupanya hanya mengecek keadaan dan tidak melakukan nesting. Lemak yang terletak di bawah sisiknya berwarna kehi- jauan, sehingga ia dijuluki penyu hijau. Ciri khasnya adalah kepala yang kecil dan berparuh tumpul. Selain itu, juga terdapat sisik prefrontal pada kepala. Ke- banyakan penyu memiliki kebia- saan unik, yaitu bertelur di pan- tai yang sama dimana ia berasal (Crite 2012).

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014 BERITA KELOMPOK BERITA

CERITA EKSPEDISI SURILI KPH HIMAKOVA DI TANAH HALMAHERA TAMAN NASIONAL AKATAJAWE LOLOBATA

Penulis : Heru Kurniawan , Foto-foto: SURILI HIMAKOVA 2014

impunan Profesi Mahasiswa Konservasi dengan ikon Burung Bidadari (Semioptera wallacii) Sumberdaya Hutan dan Ekowisata ini ditunjuk sebagai kawasan taman nasional H (HIMAKOVA) berada di bawah naungan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan 397/Kpts-II/2004 tanggal 18 Oktober 2004 tentang Ekowisata (DKSHE), Fakultas Kehutanan Institut perubahan fungsi kawasan hutan lindung dan Pertanian Bogor. HIMAKOVA sendiri terdiri dari merupakan kawasan konservasi di Indonesia yang Kelompok Pemerhati (KP) Mamalia (KPM), KP Burung mewakili keanekaragaman hayati Bioregion Wallacea (KPB), KP Herpetofauna (KPH), KP Kupu-kupu (KPK), bagian timur. Taman nasional ini terdiri dari dua blok KP Flora (KPF), KP Gua (KPG), KP Ekowisata (KPE), yang terpisah, yaitu blok Aketajawe (±77.100Ha ) dan dan Fotografi Konservasi (FOKA). blok Lolobata (89.525,37 Ha). Tipe Ekosistem yang Kegiatan Surili merupakan kegiatan tahunan- ada di Taman Nasional Aketajawe Lolobata yaitu yang dilakukan oleh anggota HIMAKOVA untuk ekosistem hutan dataran rendah (0-700 mdpl), hutan mengeksplorasi potensi sumberdaya alam yang ada di pegunungan bawah (> 700 mdpl), ekosistem hutan dalam kawasan konservasi Taman Nasional . Pada ta- bukit kapur, dan ekosistem rawa air tawar. hun 2014 ini, kegiatan SURILI dilakukan di Taman Pengambilan data dilakukan di tiga tempat Nasional Aketajawe Lolobata (TNAL) Pulau yaitu Resort Tayawi, Resort Binagara, dan Lintas Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Taman Nasional Akejira yang ketiga lokasi pengamatan ini berada di

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

Blok Aketajawe. Tiga lokasi pengamatan ini kedua di Resort Binagara sebanyak 4 orang, dan ke- memiliki topografi yang berbukit-bukit dengan lompok ketiga di Lintas Akejira sebanyak 2 orang. kondisi hutan yang masih sangat baik. Lokasi Dalam pengambilan data tim Surili didampingi oleh pengamatan herpetofauna dilakukan di daerah staf taman nasional, Masyarakat Mitra Perhutani yang memiliki suhu rata-rata berkisar antara 26°C — (MMP), dan masyarakat lokal (Suku Tobelo) yang 29°C dengan tingkat kelembaban yang cukup tinggi tinggal di dalam hutan. Kegiatan Surili dilakukan pada tanggal 02- Kelompok Lintas Akejira melakukan flying 24 Juli 2014 saat bulan puasa sehingga menjadi camp selama 5 hari. Data yang dihasilkan di Lintas tantangan tersendiri dalam pengambilan data. Akejira ini kurang maksimal karena kurangnya wak- Pemberangkatan di bagi menjadi dua kloter yaitu tu dan sumberdaya manusia. Selain itu juga sulitnya pada tanggal 02 & 03 Juli 2014. Penerbangan ke medan dan jarak yang jauh sangat menguras tenaga Ternate dari Jakarta sekitar 6 jam. Di Bandara tim yang ada di Lintas Akejira. Pengambilan data di Sultan Babullah Ternate, tim Surili sudah disambut Resort Tayawi dan Binagara dilakukan selama 8 hari oleh staf Taman Nasional dan diantar menuju pada habitat Terrestrial dan Akuatik. Jarak kedua pelabuhan kapal untuk menuju Pulau Halmahera resort cukup jauh dan untuk tiba di lokasi dengan waktu yang perjalanan selama 1 jam. Dari pengamatan membutuhkan waktu yang cukup lama pelabuhan kami diantar dengan mobil menuju dengan berjalan kaki di tengah hutan dan melintasi kantor Balai Taman Nasional Aketajawe Lolobata sungai-sungai yang deras dan dalam. yang hanya berjarak 15 menit. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Kelompok Pemerhati Herpetofauna yang dua resort di Taman Nasional Aketajawe Lolobata terdiri dari 10 orang ( 6 laki-laki dan 4 perempuan) pada Blok Aketajawe (Resort Tayawi dan Resort Bi- dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok per- nagara) ditemukan 31 jenis herpetofauna dari 13 tama di Resort Tayawi sebanyak 4 orang kelompok famili. Komposisi amfibi yang ditemukan antara lain

Kondisi hutan dan sungai di dalam kawasan Taman Nasional Aketajawe Lolbata

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

Penduduk lokal dengan hasil bu- ruan berupa Hydrosaurus am- boinensis

terdiri dari famili Microhylidae, Ranidae, Dicroglos- bus, Emoia sorex, Sphenomorphus variegatus, Eutro- sidae, Hylidae, dan Ceratobatrachidae. Komposis pis multifasciata, Gehyra marginata, Gekko vittatus, jenis reptilia terdiri dari famili Colubridae, Scincidae, Lamprolepis smaragdina, dan Morelia tracyae. Se- Homalopsidae, Agamidae, Boidae, Geckonidae, Py- dangkan yang hanya ditemukan di Resort Binagara thonidae, dan Varanidae yaitu fusca, Hemidactylus frenatus, Python re- ticulatus, dan Varanus yuwonoi. Komposisi jenis amfibi di Resort Tayawi dan Re- sort Binagara tidak terlalu jauh berbeda, hanya ada Masyarakat Suku Tobelo yang mendiami satu jenis amfibi yang berbeda yaitu Cophixalus spp hutan Taman Nasional Aketajawe Lolobata ini yang hanya ditemukan di Resort Binagara dan satu memanfaatkan herpetofauna untuk konsumsi. Jenis jenis yaitu Callulops sp yang hanya ditemukan di Re- yang dimanfaatkan yaitu Hydrosaurus amboinensis sort Tayawi. Untuk komposisi jenis reptil yang dan Limnonectes grunniens yang mereka tangkap ditemukan cukup berbeda, baik jumlah jenis maupun dengan menggunakan pisau atau golok khas Suku jumlah individu yang ditemukan. Jenis yang Tobelo. ditemukan di Resort Tayawi namun tidak ditemukan di Resort Binagara ada 8 jenis, yaitu Brachvorrhus al-

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

Galeri kegiatan SURILI tahun 2014

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014 BERITA KELOMPOK BERITA

SEBUAH PETUALANGAN SEBUAH CERITA DARI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK Penulis :dan foto Sandy Leo & M. Suherman

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

ELANG (EKSPLORASI LAPANGAN) KSHL COMATA UI 2014

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

aman Nasional Gunung 2014 bertempat di kawasan Halimun Timur, Halimun Salak (TNGHS), TNGHS. Pengamatan dibagi menjadi 2 T Sukabumi, Jawa Barat. objek pengamatan, yaitu aves dan merupakan kawasan konservasi yang herpetofauna. Tulisan ini hanya memiliki hutan hujan pegunungan terluas di menceritakan pengamatan herpetofauna Pulau Jawa. ELANG (Eksplorasi Lapang) yang dilakukan oleh 2 kelompok pengamat 2014 adalah sebuah kegiatan pelatihan KSHL Comata. yang menemukan 11 jenis bagi anggota KSHL Comata Universitas amfibi dan 6 jenis reptil yang diantaranya Indonesia untuk menambah pengalaman merupakan jenis endemik Jawa. dan kemampuan dalam pengamatan Pengamatan herpetofauna dilakukan lapangan sekaligus meningkatkan rasa pada tanggal 25 dan 26 Juni 2014 pada keakraban. Kebersamaan anggota KSHL pagi pukul 05:00 – 10:00 WIB dan malam Comata di lapangan. ELANG 2014 pukul 19:00 – 23:00 WIB dengan menyusuri berlangsung pada tanggal 24 – 27 Juni jalur Citalahab – Cikaniki dan menyusuri

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

badan sungai dari Citalahab menuju ke ada beberapa jenis herpetofauna yang hutan. Metode yang digunakan adalah ditemukan, diantaranya Lycodon subcinctus, visual encountered survey, yaitu metode Gonocephalus kuhlii, dan Leptobrachium yang dilakukan dengan menyusuri jalur hasseltii. Selain itu ditemukan pula amfibi yang ditentukan kemudian mendata semua yang jarang ditemukan dan merupakan jenis jenis amfibi yang reptil yang ditemukan endemik Jawa Barat, yaitu Nyctixalus selama pengamatan. margaritifer (Katak Pohon Mutiara). Pengamatan hari pertama, tim 1 Keberadaan Nyctixalus margaritifer di (malam) dan tim 2 (pagi) menyusuri jalur TNGHS membuktikan bahwa ekosistem Citalahab – Cikaniki. Jalur ini memiliki hutan TNGHS dan Citalahab khususnya beberapa aliran sungai kecil dan menjadi masih sangat baik. Pengamatan hari kedua, lokasi yang sangat ideal untuk melakukan tim 2 (pagi) menyusuri jalur Citalahab - pengamatan herpetofauna. Pengamatan Cikaniki dan tim 1 (malam) menyusuri jalur dimulai dari sawah yang dekat dengan bumi badan sungai dari Citalahab - hutan. perkemahan Citalahab hingga memasuki Selama pengamatan, tim 2 tidak hutan menuju Cikaniki. Selama pengamatan menemukan satupun herpetofauna lain hal-

Kiri: kegiatan mencari herpetofauna di sungai; Atas: Salah satu jenis ular yang ditemukan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

nya dengan tim 1 yang menemukan beberapa jenis herpetofauna, diantaranya Tabel 1. Jenis reptil dan amfibi yang Fejervarya cancrivora, Hylarana chalconota, ditemukan selama kegiatan ELANG Hylarana nicobariensis, Polypedates 2014 leucomystax, Broncochela jubata, dan Reptil Amfibi Trimeresurus puniceus. Lycodon subcinctus Fejervarya cancrivora Selanjutnya penulis berharap kegiatan Aplopeltura boa Fejervarya limnocharis pengamatan dan monitoring herpetofauna Bronchocela jubata Microhyla achatina akan lebih sering dilakukan di berbagai Gonocephalus kuhlii Hylarana chalconota belahan alam Indonesia. Semoga tulisan ini Eutropis multifasciata Leptobrachium hasseltii dapat memotivasi rekan-rekan sekalian Trimeresurus puniceus Limnonectes kuhlii untuk lebih dekat dengan herpetofauna dan semakin bersemangat untuk melindungi Nyctixalus margaritifer mereka dari kepunahan. P. leucomystax Salam Lestari! Salam Konservasi! Hylarana nicobariensis

Huia masonii

Leptophryne borbonica

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

Berpetualang Bersama Sang Naga di

Taman Nasional Komodo

Ardiantiono; [email protected]

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

Gambar depan dan atas memperlihatkan seorang petugas yang sedang menarik dua ekor komodo yaitu komodo berumur dewasa dan komodo berumur anakan (juvenil). Kedua komodo tersebut ditarik ke Hutan Asam dimana komodo-komodo lainnya yang juga ditarik dengan umpan kambing telah berkumpul

omodo (Varanus komodoensis) Loh Liang, komodo-komodo yang berada di saat ini telah menarik lebih dari sekitar area resort ditarik menggunakan K 50.000 turis dari seluruh dunia umpan daging kambing untuk menuju ke untuk datang ke Taman Nasional Komodo area Hutan Asam yang menjadi lokasi setiap tahunnya. Para turis tersebut, favorit para turis untuk melihat komodo. khususnya turis mancanegara, ada yang Gambar berikut diambil di hari “Kapal datang dalam kelompok besar Cruise” pada tanggal 8 Maret 2014 di Loh menggunakan kapal pesiar (cruise ship) dan Liang, Pulau Komodo, Taman Nasional jumlahnya mencapai ratusan hingga ribuan Komodo. Petualangan memang orang. Oleh penduduk lokal, hari menyenangkan bukan? kedatangan kapal pesiar ini disebut dengan hari “Kapal Cruise”. Pada hari tersebut di

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

FOTO GALERI

Kedatangan turis dalam jumlah besar yang turun dari kapal pesiar inilah yang membuat para komodo di Loh Liang ini ditarik untuk berkumpul di Hutan Asam

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

TOKOH

Sumber foto: koleksi pribadi D.Bickford

DAVID BICKFORD PRAMUKA, HERPETOLOGIST DAN GURU

Mirza D. Kusrini

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

avid Bickford, herpetologist dan guru Petualangan David di daerah tropika dimulai dari National University of Singapore di Costa Rica, mengikuti program pertukaran pelajar cukup kenal baik dengan Indonesia. selama satu semester saat masih mahasiswa S1 di Bukan saja karena Singapura - tempat Macalester. “Macalester merupakan universitas kecil, Dtinggal beliau sejak 2006 - dekat dengan Indonesia, hanya ada 20 orang mahasiswa angkatan saya yang tapi karena sudah lebih dari 10 tahun beliau bekerja belajar berbagai macam bidang. Kita bisa belajar satu sama dengan peneliti Indonesia dan asing untuk sama lain dengan mudah. Bagian yang terbaik dari melakukan berbagai survey di Indonesia. Salah satu program ini adalah mengirim kami ke Costa Rica hasil penelitiannya yang cukup fenomenal, bekerja untuk tinggal dengan keluarga lokal di desa sama dengan Prof. Djoko T. Iskandar dari ITB adalah berdekatan dengan taman nasional. Di sini kami publikasi di journal Current Biology mengenai mendapatkan pengalaman hidup di alam dengan Barbaroula kalimantanensis dari Kalimantan. Hasil subyek beragam mulai dari sosiologi, biologi dan penelitian ini ramai menjadi pemberitaan media lainnya yang berhubungan dengan konservasi, massa, mengingat inilah pertama kali di dunia biodiversitas dan jasa lingkungan”, kenangnya. diketahui adanya katak yang mampu hidup tanpa Satu semester berlalu dan David masih ingin memiliki paru-paru. belajar lebih banyak. Setelah program semester Sudah cukup lama penulis (MDK) mengenal selesai, dia kemudian menjadi sukarelawan selama Bicky - nama panggilan David (DB), namun baru pada musim panas dengan pembimbing yang sedang bulan Juli 2014 ketika bertemu di Cairns, Australia melakukan pengembangan taman nasional Costa penulis berkesempatan untuk berbincang-bincang Rica. Dengan tambahan waktu ini David tinggal di cukup lama mengenai pengalaman beliau menjadi Costa Rica selama delapan bulan dan bekerja di tiga herpetologist. Di sela-sela konferensi Association taman nasional berbeda. Menurutnya, inilah yang Tropical Biology Conservation (David aktif sejak lama membuka mata serta mengubah pandangan dia di ATBC dimana tahun 2006 dia mendapatkan mengenai sains dan aplikasi sains bagi konservasi. Bacardi Young Conservationist Award dari ATBC) Setelah semester selesai David kemudian David menceritakan pengalamannya sebagai peneliti mengajukan permohonan beasiswa ke Fullbright dan guru dengan hangat dan penuh humor. untuk kembali. Tahun berikutnya dia kembali ke Costa Rica. Dalam total 5 tahun, David ada di Costa Pramuka dan keinginan pergi ke daerah tropika Rica selama 3 tahun. Masa kecil David dihabiskan di Minnesota yang Kunjungan ke Costa Rica ini dilakukan di akhir menurutnya “tempat yang paling baik untuk tumbuh masa studinya di Macalester, antara masa mahasiswa S1 dan S3. David tidak melewati S2 karena S1nya bagi anak laki-laki tapi sangat dingin di musim dingin”. Di Minnesota, ia belajar memancing, berburu sudah mengambil proyek penelitian (Honors). dan ke hutan, serta aktif sebagai pramuka. Saat di Penelitian selama satu tahun di Costa Rica dilakoni sekolah dia kemudian sadar bahwa semua spesies untuk melihat keragaman dari Taman Nasional yang yang menarik kebanyakan di daerah tropis. Jadi terdiri dari zone inti yang sangat dijaga, zone buffer, begitu ada kesempatan David menjelajah daerah dan bagian luar dimana orang bisa mengambil apa tropika untuk tahu lebih banyak. Ternyata, semua saja. “…jadi saya melihat bagaiman populasi burung keahlian yang diperoleh saat ikut pramuka, berkemah yang berbeda dipengaruhi oleh zonasi ini. Saya dan mendayung di seluruh Minnesota sangat bertemu dengan pemburu, pengambil bambu, bermanfaat saat dia ke daerah tropika. pembuat arang dari kayu. Semua hal yang

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

David Bickford muda (berkacamata , di sebelah tameng) saat aktif sebagai pramuka di Minnesota

Sumber foto: koleksi pribadi D. Bickford berhubungan dengan kegiatan mereka, seperti apa semua hal tentang vertebrata, mulai dari mamalia, saja yang diambil, waktu pengambilan, spesies yang burung sampai amfibi dan reptil. Ketika ditanya diburu baik untuk daging, dekorasi ataupun untuk kapan memutuskan untuk mendalami amfibi dengan hewan peliharaan saya catat. Mereka memburu humoris dia menjawab: “ ..pengalaman menyadarkan beberapa jenis burung paruh bengkok (parrot) buat saya bahwa mengamati mamalia dan burung itu sulit. hewan peliharaan. Saya melihat lebih kepada aspek Saat muda, dan meneliti tanpa bantuan orang lain, sosial dari masyarakat yang hidup di sekitar hutan” sulit untuk membawa semua perangkap ke lapang kenangnya. Menurutnya saat itu ia benar-benar dan bawa semuanya seorang diri. It wasn’t work that belajar membedakan ilmu sains dari kelas (akademik) well. Saya hanya bisa pasang satu jaring kabut saja yang sangat steril dan konservasi dalam arti dan alatnya berat. Mamalia itu kotor, bau dan mereka sebenarnya. maunya menggigit”, katanya sambil tertawa. “Nah, pengalaman ini membantu saya Mendalami amfibi memutuskan penelitian apa yang bisa saya lakukan David memulai penelitiannya bukan dengan dan saya dapat jawaban yang dari pertanyaan yang saya ajukan. Jadi saya kemudian fokus ke amfibi dan amfibi. Selama di Costa Rica David mempelajari

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014 reptil. Kamu hanya perlu tangkap mereka saat tersebut mengantar tekad dia menjadi herpetologist. malam, tidak perlu peralatan khusus, dan banyak Menurutnya lebih lanjut, “ sangat jelas bagi saya saat sekali. Anda bisa dapat data banyak. Kegiatan ini juga itu jika saya ingin membuat perbedaan maka amfibi mengenalkan saya bagaimana mengidentifikasi jenis merupakan model yang baik untuk dipelajari”. di alam. Taksonomi salamander banyak yang rumit, Menurut David, banyak alasan berbeda jadi perlu tahu ini jenis apa dan saat itu masih banyak kenapa akhirnya dia menjadi herpetologist dan jenis baru.” semua alasan ini bekerja sama menggiring dirinya Ketidakmampuannya mengenali beberapa sehingga menjadi seperti sekarang. Salah satu jenis salamander mengantarkan pertemuannya keunggulan herpetofauna menurutnya adalah jumlah dengan Jay M. Savage yang kemudian mengirimkan spesies yang beragam dan jumlah individu dari buku identifikasi salamander untuk David. Kontak beragam herpetofauna yang bisa diperoleh. Jadi dengan Savage menurut David, “…benar-benar apapun pertanyaan ekologis yang diajukan, anda bisa membuat perbedaan besar”. Savage dengan rajin mendapatkan jawabannya dengan mempelajari berkomunikasi bahkan David bisa menyarankan herpetofauna. Peneliti bisa menangkap ratusan perbaikan buku identifikasi tersebut agar mudah katak, ratusan kadal, walaupun mungkin tidak bisa digunakan oleh pemula seperti dirinya. “Yaa..saya menangkap ular dalam jumlah banyak karena sulit. banyak belajar dari dia dan dia membantu saya dan David mengatakan bahwa dengan menggunakan akhirnya jadi pembimbing saya. Ini adalah awal mula herpetofauna dia bisa bertanya lebih banyak saya di bidang herpetologi”, imbuhnya. daripada menggunakan burung atau mamalia. Sebenarnya minatnya mendalami amfibi juga Penelitian di Papua New Guinea didasari kenyataan bahwa saat itu sudah banyak Pengalaman di Costa Rica membuat David orang yang bekerja dengan burung selain mamalia yakin bisa bertahan hidup di negara tropis lainnya. yang tidak disukai David karena “so many dirts in Perkenalannya dengan beberapa orang yang their feet and diseases”. Selain itu saat melakukan melakukan penelitian di Papua New Guinea (PNG) penelitian terdapat konflik antara penelitian dengan membuat David ingin melakukan penelitian di sana. orang-orang yang diwancarainya. Pencarian burung “….Basically I was thinking (a place where) nobody atau primata sulit dilakukan karena hewan-hewan ini would ever go or very few people go, that was Papua juga diburu. Jadi , “…ada konflik antar apa yang saya New Guinea” kenangnya kenapa dia memilih PNG. buat dengan orang yang saya wawancarai, untuk Penelitian S3 yang digagasnya adalah melihat mendapatkan informasi dan lainnya…” kenangnya. distribusi microhylid dari Australia sampai ke Tahun 1991 David lulus dari Macalester. kepulauan di Asia. Untuk itu dia perlu mendapat ijin Selanjutnya dia menjadi kandidat doktor di University dari Australia, PNG, Indonesia dan Filipina. of Miami di bawah bimbingan Jay M. Savage. Sayangnya dia tidak dapat ijin untuk bekerja di Menurut dia saat itu waktu yang sangat Indonesia, “ …saya tidak masuk daftar hitam lho. Saat tepat,” ..everything happens at the right time”. Di lab saya mengajukan ijin penelitian di Irian Jaya ada tempat ia berada saat itu ada Karen Lips. “Saya mahassiwa dari Cambridge diculik dan ada yang sempat jadi asisten lapang Karena sebentar dan dia meninggal. Kalau tidak salah antara tahun 1993- menemukan kematian akibat jamur chytrid”. Semua 1994 (Kasus Mapenduma, sebenarnya akhir tahun peristiwa besar ini dimana banyak pertanyaan- 1995—red) jadi saya ya nyangkut di PNG”, katanya pertanyaan penting dalam konservasi dan kerja keras mengingat. sains untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

Saat itu, menurutnya lagi, “ ….waktu terburuk Limnonectes”, kenangnya. dalam hidup saya”. Namun kalau dilihat kembali, “It Tahun 2003-2004, David ke Sulawesi bekerja was fantastic opportunity”. Hal ini memaksa David sebagai asisten Jim dan Ben menangkap kodok. Saat untuk berpikir ulang mengenai penelitiannya karena itu dia berkenalan dengan beberapa peneliti gagal menjalankan proposal awal. Beruntung, herpetologi Indonesia dan murid-murid Prof. Djoko menurutnya, David melihat pengasuhan anak pada Iskandar, “,…… saya kenal dengan Iqbal, lalu Umileila. microhylid. “That was my eureka moment when I saw Generasi pertama dari lab (Prof) Djoko yang bekerja it”, kenangnya. Akhirnya David memang mendalami dengan ekstensif dengan peneliti asing. That was pengasuhan anak sebagai thesis S3nya. great, that was really fun. Kami dapat sekitar 2000 Cukup lama David menyelesaikan S3nya. spesimen. Kemudian saya ke LIPI untuk menyortir Keterbatasan dana membuat dia harus bekerja untuk spesimen dan kenalan dengan Mumpuni, Hellen dan penelitian dan juga sekolah. Iapun bekerja paruh orang-orang yang bekerja di LIPI. “. Menurutnya lagi waktu antara lain menjadi asisten pengajar (David saat itu sangat menyenangkan karena tanggungjawab mendapat Outstanding Teaching Assistant Award dari dia hanya belajar, membantu sebanyak mungkin dan University of Miami, tahun 1999-2000) dan berbagai having fun, “…so I have a great time, and let Jim’s proyek penelitian di Australia. Hal ini membuat dia worry about the detail” kenangnya tergelak. melakukan perjalanan hampir ke seluruh bagian David bekerja di University of Texas sampai Papua, bukan saja New Guinea namun juga bagian tahun 2005. Tahun 2006 ia mendapat post doc Indonesia misalkan ke Manokwari dan Jayapura sebagai Research Fellow di National University of melakukan lokakarya antara lain di Universitas Singapore (NUS). Saat itu dia berada di bawah Navjot Cendrawasih. Itulah awal mula David berkenalan Sodhi dan diminta oleh Sodhi untuk melakukan dengan peneliti Indonesia antara lain dengan Prof. penelitian di Asia Tenggara seperti di Thailand, Djoko Iskandar yang kemudian menjadi mitra Filipina, Indonesia, dan Malaysia. Ia mencoba untuk peneliti. melakukan kolaborasi dengan peneliti dari Asia Tenggara yang menurutnya, ‘…ada yang sukses dan Post doc, NUS dan penelian di Indonesia ada juga yang tidak berhasil”. Lulus dari University of Miami tahun 2001, Tahun 2007, David kembali ke Indonesia David mendapat post doctoral fellow di Universitas untuk ikut Ekspedisi Aquatic Diversity of Sundaland yang sama tahun 2002 – 2003. Setelah itu dia kerjasama antara NUS dan Sekolah Ilmu dan mendapat post doc di University of Texas. David Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung (Prof. kemudian berinteraksi dengan peneliti-peneliti di Djoko T. Iskandar). Ekspedisi besar ini juga bidang herpetofauna yang bekerja di Asia Tenggara. mengikutsertakan peneliti dari Universitas Bengkulu “Saat saya di sana ada Rafe Brown. Jimmy McGuire (antara lain Aceng Ruyani), Universitas Andalas juga di sana dengan Ben Evans. Jadi semua orang itu (David Gusman), Universitas Medan Area (Mistar lah. Sekarang kamu tahu kan…semuanya terjadi. Kamsi), peneliti dari LSM (Darmawan Listian dari Keberadaan kami di sana, sebagai post doc, ini Titian) serta mahasiswa-mahasiswa dari ITB (antara membantu untuk membangun semuanya … lain Angga dan Umileila) dan Universitas Tanjung kolaborasi. Saya bisa melakukan ini, kamu bisa pura (antara lain Mediyansyah). melakukan itu, dan selanjutnya. Saya bahkan ikut Penelitian hampir 2 bulan ini dimulai dari dengan Jim, Rafe dan Ben ke Sulawesi. Kerja dengan Bengkulu (Air Putih, Bukit Kaba dan Batu Layang ) (Prof) Djoko (Iskandar) untuk penelitian kemudian menyeberang ke Kalimantan ke Taman

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

Nasional Bukit Baka-Bukit Raya (240-380 m dpl). Department of Biological Science di NUS. Ia Salah satu hasil dari penelitian ini adalah penemuan mengajar beberapa mata kuliah berbeda yaitu Global kembali Barbourula kalimantanensis dan tulisan Change Biology dan Biodiversity and Conservation mengenai tidak adanya paru-paru pada hewan ini. Biology untuk S1 serta Topics in Science Ketika ditanya kenangannya atas penemuan Communication untuk S2 dan Critical Thinking untuk Barbourula kalimantanensis ia berkata, “…oww.. that mahasiswa S2 biologi. Mata kuliah untuk S1 yang was good. Hewan itu sangat sulit dicari. Kita diberikannya merupakan program khusus yang hanya sepertinya di sana sekitar 2 minggu, saya pikir sekitar diberikan kepada mahasiswa yang masuk dalam 5% 11-12 hari. Team yang besar, mahasiswa dari tertinggi. Jadi benar-benar mahasiwa yang sangat Indonesia disana. Saya ketemu Medi, sangat pintar pandai dan elite karena kuliah diberikan oleh bekerja di lapang. Kita coba untuk mencari hewan ini. berbagai profesor dari berbagai latar belakang. Semua cara dilakukan, pagi, siang dan malam kita Tujuan dari kuliah ini menunjukkan bahwa konservasi menyusuri sungai besar, sungai kecil, di tengah,di keankaragaman hayati tidak saja mengenai biologi pinggir…pokoknya semua cara. Cukup lama juga tapi juga political science, ekonomi dan social. untuk dapat” David bercerita dan terlihat “Murid-murid ini dari berbagai latar belakang dan sangat nostalgic. “Kita bisa melihat mereka lho. Mereka sangat pintar berenang, kamu bisa lihat mereka tapi kemudia mereka zoom …. “ kata David sambil menggerakkan tangannya, “ ….dan kamu harus mengejarnya. “Mereka berseliweran di batu-batu besar dan airnya dingin dan deras. Kami menemukan hewan ini dibagian jeram yang dangkal dan relatif tidak deras. Untuk dapat ini ya jalan saja sepanjang sungai, tapi kemudian kamu harus masuk ke air. Saya coba pakai snorkel selama sekitar 45 menit, ya ampun bibir saya sampai biru. Sungainya ya sedingin itu” kenangnya lagi. David menjalani post doc di NUS sampai tahun 2007. Pekerjaan tersebut harusnya 3 tahun tapi dipotong menjadi 2 tahun dan NUS kemudian menarik David menjadi assistant professor mulai 1 Januari 2008. DI NUS David mengajar mahasiswa S1 dan juga pasca sarjana. Mengenai mengajar David kini menjadi ketua dari lab Evolutionary Ecology and Conservation di Sumber foto: koleksi pribadi D. Bickford

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014 saya menggunakan ini sebagai dasar untuk membuat serangkaian daftar, kemudian memberi menyentuh mereka.” Menurut David dia sangat tanda centang apa saja yang sudah dilakukan, “ Nah… beruntung mengajar mereka karena membuat dia mereka harus berpikir. Memang sih sifat alami berkembang sebagai guru. manusia itu malas tapi mereka harus berhenti, dan Untuk pasca sarjana David mengajar tentang berpikir. Berpikir itu susah, menghabiskan kalori Komunikasi dalam sains yang menurutnya lebih terbanyak” jelasnya sambil tertawa. banyak mengenai komunikasi bukan sains. Di dalam Mahasiswa David tersebar dari beberapa negara. mata kuliah ini dibahas bagaimana cara terbaik agar Menurutnya, “saya tidak mau datang ke Singapura ide-de kompleks dari sains, misalkan perubahan hanya mengajar orang Singapura saja. Singapura iklim, nano science, genomic, dll bisa disampaikan merupakan pusat sempurna dari wilayah (Asia kepada berbagai pemangku kepentingan. Bagaimana Tenggara) ini, jadi ada mahasiswa dari Indonesia, berkomunikasi dengan audiens berbeda, dan ara- Malaysia, Thailand dan Filipina”. Saat ini dia sudah cara berbeda untuk menyampaikan. Sementara punya mahasiwa dari Malaysia, Filipina dan Indonesia dalam Critical thinking dia mengajak mahasiswa tapi belum punya PhD student dari wilayah ini. “Tidak untuk melihat bagaimana orang berbicara mengenai apa-apa”, kata David, “sepanjang mereka kenal satu penemuan-penemuan besar dalam sejarah, misalkan sama lain, berkolaborasi dan nanti mereka akan tahu masalah Darwin, seleksi alam, evolusi serangga social, bahwa mereka satu tim”. pengasuhan anak, dan lainya. Mahasiswa diajak untuk Menurut David, sebenarnya salah satu tujuan berpikir kritis mengenai berbagai masalah dan utama dia mengambil pekerjaan sebagai professor di memilik kemampuan untuk memecahkan masalah Singapore sebenarnya untuk membangun jaringan dari berbagai sisi. mahasiswa dari wilayah Asia Tenggara, membantu David terlihat sangat antusias menceritakan mereka datang ke Singapura dan membuat mereka pengalamannya sebagai dosen. Menurutnya, dia belajar semua keahlian yang diperlukan agar mereka senang menjadi guru. Dia merasa nyaman menjadi conservation scientist. Namun yang paling membimbing dan menolong mahasiswa dengan penting, menurut David adalah membuat mereka berbagai topik organisme, tidak hanya katak saja, bekerja sama, kenal satu sama lain, saling percaya sepanjang tujuan akhirnya adalah konservasi atau dan memiliki hubungan baik satu sama lain sehingga ekologi evolusi. Misalnya bagaimana hewan ketika mereka kembali ke negara asal mereka tetap melakukan sesuatu, kenapa melakukannya, berkomunikasi, tidak tertutup dan hanya sebagai bagaimana nenek moyang mereka, dan sebagainya. peneliti Malaysia, Singpura, Filipina atau Thailand. “Saya ingin mahasiswa saya untuk terus “Semua bekerja di bidang yang sama, saling berpikir, itu pekerjaan mereka. Jadi jangan mereka berbagi data, melakukan metode yang sama, melakukan suatu resep untuk dapat ijazah”, jelas eksperimen sehingga mereka bisa membandingkan. David. Menurutnya mahasiswa perlu berpikir tentang Ini yang benar-benar ini saya lakukan. Ternyata susah apa yang mereka lakukan, kenapa melakukan sesuatu untuk dapat mahasiswa karena ujian masuk sulit. Saya dan apa yang dilakukan organisme yang diteliit, tidak berpikir halangan logistic untuk membawa kenapa mereka melakukannya dan bagaimana. mereka ke universitas, tapi tetap saja ini keinginan “Semuanya memang banyak dan rumit tapi mereka saya”. juga harus realistis dan merangkul semua kerumitan tersebut dan paham”. Lebih lanjut David bercerita Perkembangan herpetologi di Asia Tenggara bahwa kebanyakan mahasiswa di Singapura inginnya Menurut David tidak ada alasan bahwa

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014 peneliti dari Asia Tenggara tidak bisa maju seperti anda tidak akan jadi peneliti ekologi yang baik jika peneliti amfibi dari Amerika Tengah dan Amerika anda tidak kenal spesies. Saya rasa anda tidak dapat Selatan yang sama-sama merupakan negara menjadi behavioral ecologist jika anda tidak tahu berkembang. Berdasarkan pengalamannya mengajar tentang ekologi. Selanjutnya saya rasa anda juga di NUS mahasiswa yang ada sangat bagus dan sangat tidak bisa jadi conservation biologist yang baik tanpa pint, hanya saja terkendala dalam penulisan sains. tahu semua itu. Jadi kita memang masih di awal dan Menurutnya ketidakmampuan menulis kita harus bangun itu. Tentunya sulit, tidak bisa cepat. mahasiswa dalam Sains adalah tidak bisa menulis Ini sama seperti mahasiswa. Ketika mereka baru mulai dalam Bahasa Inggris yang sempurna. Baginya, mereka belajar apa itu spesies lalu apa yang mereka kemampuan baik dalam Bahasa Inggris sangat lakukan dan bagaimana melakukannya. Pertanyaan penting bagi orang yang mau menjadi peneliti. apa dan bagaimana itu susah kalau mereka tidak Menurutnya lagi, ini halangan terbesar bagi kenal spesiesnya. Jadi, kita masih di tingkat ini dan mahasiswa dan peneliti dari Indonesia dan Thailand. mahasiswa perlu belajar teknik untuk menjawab Namun bukan halangan besar bagi peneliti dari pertanyaan di masa depan.” Jelasnya panjang lebar. Singapura, Malaysia dan Filipina. David menyarankan agar peneliti dan Lebih lanjut David menyatakan bahwa terlalu mahasiswa memiliki kemampuan mencatat apa yang sedikit herpetologist di Asia tenggara. Selain itu dilihat (natural history note book skills) dan menjaga penelitian di Asia Tenggara masih dalam tahap buku ini sehingga 20 tahun ke depan. Dari catatan ini pengenal spesies. “Hampir semua orang (di Asia bisa diperoleh data seperti perilaku tertentu terlihat Tenggara) merupakan taksonomis atau orang yang pada hari apa, pada suhu berapa, dan lainnya. bekerja di sistematika. Kita harus lebih jauh lagi. “Catatan itu perlu karena manusia biasanya lupa. Harus ada ekologis, behavior ecologist dan Oleh karena itu tulis dengan detil”, jelasnya menutup konservasionis. Semuanya itu saling terkait. Saya rasa pembicaraan.

David Bicford (no 2 dari kanan) bersama herpetologist dari berbagai dunia di acara Kon- gres IUCN di Jeju tahun 2013. Sumber foto: koleksi pribadi S. Biju

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014 PERILAKU SATWA PERILAKU

Sarapan Vegetarian Sang

Biawak, Lazimkah?

Ardiantiono1 & Linda T Uyeda2 1Departemen Biologi, Universitas Indonesia; [email protected] 2School of Environmental and Forest Sciences, University of Washington; [email protected]

iawak (Varanus salvator) penangkaran dan pondok nelayan yang merupakan karnivora yang memiliki izin operasi di pulau tersebut. B memakan berbagai jenis makhluk Pengamatan dilakukan pada hari Selasa, 16 hidup mulai dari serangga, moluska, hingga September 2014, pada pukul 08.30 WIB mamalia (Gaulke 1991: 144-149; Bennett selama kurang lebih 10 menit. Seekor 1995: 120-121). Gaulke (1991: 148-149) biawak anakan (juvenile) berukuran sekitar mencatat biawak sebagai pemakan bangkai 1,5 meter teramati sedang memakan sayur (scavenger) dan Traeholt (1994: 337) serta kacang panjang sisa makan malam yang Bennett (1995: 120) melaporkan bahwa dibuang di halaman belakang dapur. Saat spesies ini juga sering ditemukan memakan didekati, biawak tersebut sempat menjauh sisa-sisa makanan manusia. Walaupun dan berhenti tidak jauh dari kami., namun jarang terjadi, terdapat laporan peristiwa ketika kami berdiri diam dan menunggu, biawak memakan jenis diet yang tidak biawak tersebut kembali dan melanjutkan lazim seperti nasi dan sandwich (Traeholt aktivitas memakan kacang panjangnya. 1994: 337). Peristiwa serupa tersebut telah Aktivitas memakan kacang panjang kami temukan dan akan kami sampaikan di oleh biawak tersebut memakan waktu 49 dalam artikel ini. detik dan tercatat biawak memakan Kami mengamati perilaku makan sebanyak tujuh potong kacang panjang. yang tidak lazim dari individu biawak di Beberapa potongan video tersebut dapat dekat basecamp Pulau Tinjil yang dilihat pada gambar 1-3. Biawak teramati merupakan sebuah pulau kecil di bagian menjulurkan lidah (tongue flicking) sebelum selatan Provinsi Banten. Pulau tersebut mengambil potongan kacang panjang dan digunakan sebagai tempat penangkaran memakannya. Menariknya, sang biawak monyet ekor panjang dan memiliki habitat tampaknya menganggap kacang panjang hutan tropis yang masih alami. Pemukiman tersebut sebagai makanan yang dapat di Pulau Tinjil hanya berupa basecamp staf dikonsumsi karena proses menjulurkan

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

Gambar 1,2,3. Biawak anakan sedang memakan potongan kacang panjang. Gambar 4. Sisa sayur kacang panjang yang dimakan oleh biawak lidah yang biasa digunakan sebagai berulang sesaat sebelum menelan potongan identifikasi makanan dilakukan secara cepat kacang panjang. Traeholt (1993: 232) dan (1-2 detik). Biawak juga teramati Bennett (1995: 37) melaporkan bahwa menggelengkan kepalanya secara cepat dan perilaku menggelengkan kepala tersebut

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

biasa dilakukan oleh biawak untuk bahwa hewan ini sangat fleksibel dalam mematikan mangsa yang masih hidup, atau memilih dietnya sehingga dapat saja untuk mangsa seperti serangga dan kepiting memakan jenis-jenis diet yang tidak lazim. agar cangkang mereka hancur dan kaki-kaki Mungkin saja karena aroma ayam buatan mereka terlepas sehingga lebih mudah yang tetap tercium dan bentuk serta ukuran ditelan. Kami menduga kemungkinan potongannya sesuai, maka sayur kacang perilaku menggelengkan kepala ini panjang ini telah menjadi sarapan dikarenakan biawak menganggap potongan vegetarian yang lezat untuk sang biawak. kacang panjang sebagai mangsa hidup atau sekadar untuk membersihkan pasir yang Ucapan Terima Kasih menempel pada kacang panjang. Perjalanan ke Pulau Tinjil ini dapat Pertanyaan yang menarik adalah dilaksanakan berkat bantuan dari berbagai kenapa sang biawak tertarik untuk pihak. Kami mengucapkan terima kasih memakan kacang panjang, yang jelas kepada Pusat Studi Satwa Primata IPB bukanlah diet lazim untuk seekor biawak? (PSSP-IPB), University of Washington Center Kami menemui petugas di Pulau Tinjil yang for Global Field Study, University of memasak sayur kacang panjang tersebut Washington School of Environmental and pada malam sebelumnya. Bahan yang Forest Sciences, American Institute for Indo- digunakan seluruhnya terdiri dari sayuran nesian Studies (AIFIS), dan karyawan di seperti kacang panjang, bawang merah, Basecamp Muara Dua dan Pusat bawang putih, cabai, dan tomat. Sekilas Penangkaran Pulau Tinjil atas segala tampaknya tidak terdapat unsur daging dukungannya. atau hewani yang dapat menarik selera seekor biawak, kecuali rasa dan aroma ayam dari penyedap rasa buatan yang Daftar Acuan ternyata digunakan dalam membuat sayur Bennett, D. 1995. A little book of monitor kacang panjang ini. lizards. Viper Press, Great Britain: 227 hlm. Kuat dugaan aroma daging ayam Gaulke, M. 1991. On the diet of Water yang kuat telah menarik sang biawak untuk Monitor, Varanus salvator, in the datang dan memakan potongan kacang Philippines. Mertensiella 2: 143-153 hlm. panjang yang telah dibuang. Biawak pada Traeholt, C. 1993. Notes on the feeding dasarnya merupakan hewan yang behavior of the Water Monitor, Varanus mengandalkan penciumannya dalam salvator. Malayan Nature Jornal 46: 229- mencari makanan dan mereka tidak 241. memiliki indera pengecap yang sensitif Traeholt, C. 1994. The food and feeding untuk membedakan rasa suatu makanan behavior of the Water Monitor, Varanus (Traeholt 1993: 239; Bennett 1995: 21). salvator, in Malaysia. Malayan Nature Traeholt (1994: 331-332) juga melaporkan Journal 47: 331-343.

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

SURVEI

ULAR DI PULAU SIBERUT:

Kisah perjalanan herping di Siberut Utara Oleh: Ryski Darma Busta & Hadi Kurniawan KPH Salvator FMIPA Universitas Andalas Email: [email protected]

ada Warta herpetofauna edisi Juni Pada bulan Agustus 2013 lalu, penulis 2014 ada artikel mengenai Herpe- berkesempatan berkunjung ke Pulau Sibe- P tofauna di Gunung sitoli, Nias oleh rut, tepatnya Muara Sikabaluan di Kecama- Imam Akbar Muhtianda, KSH UGM. Karena tan Siberut Utara yang ditempuh melalui membaca artikel itu, penulis tertarik juga jalan laut dengan menggunakan kapal feri untuk menuliskan kisah perjalan herping selama 12 jam ke Muara Siberut kemudian (baca: Sampling) ular yang ada di Pulau dilanjutkan ke Muara Sikabaluan selama 4 Siberut, terutama daerah Siberut Utara. Jam. Sampling ular dilaksanakan pada mal- Kepulauan Mentawai terletak di barat am hari antara pukul 20:00-00:00 WIB di Pulau Sumatra yang terdiri dari 323 pulau Muara Sikabaluan dilakukan di 3 desa ber- yang keseluruhannya tergolong pulau-pulau beda, yaitu Muara Sikabaluan, Mongan kecil. Secara geografis kepulauan mentawai Poula, dan desa Sotboyak. Lokasi survey terletak pada 00 93’ sampai 30 38’ LS dan bervariasi, mulai dari pemukiman, sungai, 980 59’ sampai 1000 48’ BT. Pulau Siberut semak, rawa, dan hutan bakau. termasuk ke dalam gugusannya sekaligus Selama Sampling, penulis mendapat- merupakan daratan terluas di Kep. Menta- kan tiga jenis ular di desa Muara Sikabalu- wai. an, yaitu Boiga nigriceps brevicauda yang

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

didapatkan di semak dekat sungai, Cerberus Survey yang dilakukan di desa Sot- rynchops di parit sekitar pemukiman dan boyak difokuskan di sungai yang Dendrelaphis pictus yang banyak ditemukan mengelilingi desa tersebut. di atas semak-semak pinggir jalan. Secara Tabel 1. Jenis ular yang didapatkan; MSB: Muara umum, lokasi survey di Muara Sikabaluan Sikabaluan, MPo: Mogan Poula, SBY: Sotboyak. didominasi oleh pemukiman, parit dan se- mak. Jenis MSK MPO SBY Lokasi survey ke dua adalah desa Mongan Poula, tepatnya di daerah rawa Family Colubridae: pinggir desa. Didapatkan tiga jenis ular di Boiga nigriceps brevicauda √ √ lokasi ini, yaitu Boiga nigriceps brevicauda Dendrelaphis formosus √ Dendrelaphis pictus √ √ √ ditemukan di jalan, Dendrelaphis pictus Lycodon subcinctus √ yang ditemukan di semak-semak pinggir Family Natricidae jalan dan Aplopeltura boa di dalam rawa Xenocrophis trianguligerus √ kering. Family Pareatidae Lokasi survey ketiga adalah desa Sot- Aplopeltura boa √ boyak yang berada di tengah-tengah pulau Family Homolopsidae Siberut. Vegetasi desa Sotboyak lebih Cerberus rynchops √ √ didominasi daerah pesawahan, perkebunan Family Xenodemartidae dan hutan sekunder. Xenodermus javanicus √

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

Di desa Sotboyak didapatkan enam Berbeda dengan Sidik (2008) yang jenis ular, yaitu Dendrelaphis formosus yang menemukan 7 jenis ular dalam surveinya di didapatkan di atas pohon kelapa, Den- Pulau Siberut, survey yang dilakukan oleh drelaphis pictus di semak-semak pinggir KPH Salvator Universitas Andalas ini sungai, Lycodon subcinctus di reruntuhan menemukan 8 jenis ular dengan 2 jenis new kayu pinggir sungai, Xenocrophis triangu- record untuk pulau siberut yaitu Xenoder- ligerus di daerah pesawahan, Cerberus ryn- mus javanicus dan Aplopeltura boa. Ber- chops yang ditemukan dalam keadaan mati dasarkan wawancara dengan penduduk di terpotong di sungai, dan Xenodermus ja- Kecamatan Siberut Utara, di daerah terse- vanicus ditemukan sedang memangsa katak but juga terdapat ular kobra dan ular ban- jenis Limnonectes kuhii di sungai. tal. Penduduk Siberut Utara pada umumnya Secara keseluruhan, didapatkan 8 mengganggap seluruh ular berbahaya dan jenis ular yang tergolong kedalam 7 genus saat bertemu dengan ular, mereka akan lansung membunuh ular tersebut dengan dan 5 family. Secara lengkap jenis ular cara memotong ular tersebut yang didapatkan dapat di lihat pada tabel menggunakan parang. 1.

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

SPESIES Sang Kanibal dari Papua,

Micropechis ikaheka

Keliopas Krey Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Papua E-mail: [email protected]

icropechis ikaheka, pertama kali Anguille de terre (Lesson 1830). Mengacu diperkenalkan oleh Lesson pada pada lokasi asal spesimen ini, penamaan M tahun 1830 berdasarkan spesi- spesies M. ikaheka merujuk kepada bahasa men tunggal yang dikoleksi dari Doreri suku Biak “ikhake” yang digunakan oleh su- (Lesson 1830), Manokwari. Nama “ikaheka” ku Doreri, migran dari Biak-Numfor di Utara diambil dari dialek lokal Papua untuk “land Papua. eel atau belut tanah” (O’Shea 1996), atau

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

Sebutan ular putih oleh masyarakat sisik tidak berlunas, memiliki sepasang tar- lokal Papua karena warna kulit sisik ular ini ing bisa yang runcing pada bagian depan tampak terang pada malam hari atau be- rahang atas. rada di tempat gelap. Di Papua, populasi di Sebagai salah satu ular sangat wilayah kepala burung (Vogelkop) memiliki berbahaya di dunia, ular ini memiliki warna yang berbeda dengan wilayah panjang tubuh mencapai 2 meter. lainnya. Spesies ini pernah diperkenalkan Kebanyakan bersifat nokturnal, semi- menjadi dua subspesies, Micropechis ika- fossorial dan tersebar mulai dari dataran heka ikaheka dan Micropechis ikaheka fas- rendah hingga pegunungan setinggi 1.500 ciatus, berdasarkan variasi warna kulit dan meter (O’Shea 1996; Slater 1968). Ular ini zoogeografi. Kelompok ikaheka yang terse- menghuni sampah dedaunan, bagian tum- bar pada wilayah Vogelkop, memiliki warna buhan membusuk yang berongga, dan gun- hitam pada bagian anterior dan posterior dukan atau tumpukan sekam kelapa, kelapa dengan bagian tengah tubuh yang berwarna sawit dan cocoa yang dibuang dalam kuning atau krem. Kelompok fasciatus terse- perkebunan di Papua. bar pada wilayah di luar Vogelkop meliputi daerah selatan, utara, pegunungan tengah, Makanan M. ikaheka adalah kadal, Pulau Aru, Yapen hingga PNG memiliki katak, ikan, serangga, ular jenis lain bahkan warna kecoklatan dengan pita-pita juga kanibal. Laporan terbaru, spesies ini melintang yang tidak teratur. Kerena sering masuk ke dalam sungai untuk ber- keterbatasan data, kedua subspecies terse- buru sidat (Anguilla sp.) dan ikan dari but sering diabaikan. Ciri khas ular ini ada- famili Cyprinidae. Ada anekdot dalam lah kepala cenderung bulat mirip ular tidak masyarakat di Papua bahwa ular putih ser- berbisa, matanya sangat kecil dengan pupil ing ke sungai untuk kawin dengan belut. yang bulat, bentuk badannya yang bulat, Tentunya bukan untuk kawin, melainkan un- gemuk dengan ekor yang relatif pendek, tuk keperluan diet.

Kategori: berbisa tinggi

Efek racun: fatal dan mematikan. Bisanya adalah racun saraf (neurotoxic) ter- hadap post-synaps dan juga kemungkinan pre-synaps. Racun bisanya juga dapat menghancurkan sel darah (haemolytic) dan meracuni otot (Myotoxic).

Antivenom: CSL Polyvalent Australo-Papuan, Monovalent Tiger snake dalam dosis besar

Status konservasi: non lindungan

Daerah penyebaran: Manokwari, Tamrauw, Sorong, Fak Fak, Mansinam, Mios Nom, Batan- ta, Waigeo, Salawati, Yapen, Mamberamo, Lembah baliem, Bouvendig- ul, Mimika, Kaimana dan beberapa daerah lainnya termasuk pulau

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

PEMANFAATAN HERPETOFAUNA OLEH MASYARAKAT DAYAK IBAN DI KABUPATEN KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT

Teks & Foto oleh : Mediyansyah ([email protected])

Cerita ini berawal ketika penulis melakukan perjalanan pada awal September 2014 yang lalu ke Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat dalam rangka membantu kegiatan survei project Sentinel Landscape oleh lembaga penelitian kehutanan CIFOR (Center for International Forestry Research). Kegiatan ini lebih bersifat sosial-ekonomi masyarakat yang bertujuan untuk mengumpulkan data-data mengenai sumber penghasilan atau mata pencaharian masyarakat dan sama sekali kegiatan ini tidak ada kaitannya dengan herpetofauna. Kebetulan target dusun- dusun yang akan kami kunjungi merupakan komunitas masyarakat Dayak Iban. Ada 5 dusun yitu; Dusun Kelawik, Dusun Sungai Luar, Dusun Sungai Lung, Dusun Libung dan Dusun Sungai Iring.

Labi-labi dan kura-kura yang dipelihara masyarakat sedang berjemur di kolam

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

Kiri: Rumah Betang Dusun Kelawik; Kanan: Rumah Betang Dusun Sungai Luar

elima dusun ini terletak di bagian Utara Kabupaten Kapuas Hulu. Sebagaimana K diketahui, mayoritas masyarakat Dayak Iban di Kapuas Hulu hidup dan tinggal di Rumah Betang yaitu rumah panjang yang terdiri dari be- berapa pintu (bilik), bilik-bilik ini dihuni oleh satu atau lebih kepala keluarga. Singkat cerita, minggu pertama penulis dan teman-teman enumerator berkunjung ke Dusun Kelawik. Selama berkegiatan di dusun ini tidak terpikirkan untuk mencari info atau bertanya tentang herpetofauna kepada masyarakat. Hari-hari kami habiskan hanya kolam labi-labi dan kura-kura dengan berkegiatan wawancara ke bilik-bilik sesuai dengan tujuan awal kegiatan sampai dengan hari cartilaginea), 2 ekor anak labi-labi ( 1 ekor Amy- terakhir menetap di Dusun Kelawik. da cartilaginea dan 1 ekor Dogania cf. subplana), Minggu kedua September kami pindah ke 2 ekor kura-kura dewasa (Notochelys platynota) dusun selanjutnya yaitu Dusun Sungai Luar. Disini dan 1 ekor anak kura-kura (Cyclemys cf. dentata). kami menginap di bilik Kepala Dusun yang Satu hal yang membuat penulis penasaran sekaligus juga menjabat sebagai Kepala Adat. yaitu diantara 6 ekor labi-labi tersebut ada satu Hari pertama di Dusun Sungai Luar penulis belum ekor anak labi-labi (juvenile) yang beda sendiri. menemukan hal-hal menarik tentang herpetofauna, Jenis ini jika dilihat secara morfologi ada sedikit mungkin karena baru datang dan belum beradap- perbedaan dengan anak labi-labi yang sering tasi dengan kondisi rumah betang terutama di penulis temukan dilapangan baik itu jenis Amyda bilik Kepala Dusun. Keesokan harinya penulis baru cartilaginea maupun Dogania subplana. Ciri yang menyadari bahwa ada sesuatu yang menarik di menurut penulis agak berbeda tersebut terletak bilik Kepala Dusun. Diantara ruang tamu dan ru- pada pola/corak karapas yang tidak biasa dan ang dapur bilik tersebut terdapat sebuah kolam batas pinggir depan karapas yang tidak terlalu kecil yang awalnya penulis kira isinya ikan tetapi jelas. Apakah labi-labi ini merupakan jenis yang ternyata isinya adalah labi-labi dan kura-kura. Da- umum atau bahkan jenis yang berbeda harus lam kolam tersebut terdapat 4 ekor labi-labi de- diteliti lebih lanjut. wasa (1 ekor Dogania subplana, 3 ekor Amyda

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

Gambar atas: Labi-labi dengan karakter pola/corak karapas yang tidak biasa; Gambar bawah: Rumah Betang Dusun Libung

Penulis sempat bertanya kepada pemilik nek moyangnya jauh sebelum adanya undang- labi-labi dan kura-kura mengenai maksud dan undang atau aturan-aturan yang melindungi tujuan dipeliharanya hewan-hewan tersebut, jawa- keberadaan satwa-satwa tersebut, pemenuhan ban yang penulis dapat sangat ironis; “kura-kura kebutuhan hidup mereka tidak dapat dipisahkan dan labi-labi ini nanti akan dimakan apabila ada dari keberadaan hutan dan alam. Pendekatan acara kumpul-kumpul keluarga”. Mengenaskan me- yang persuasif atau penyadartahuan secara sedikit mang nasib labi-labi dan kura-kura tersebut, tapi demi sedikit yang mungkin dapat memberikan apabila kita melihat tradisi kehidupan masyarakat pengertian kepada mereka akan pentingnya Dayak Iban sendiri secara turun temurun dari ne-

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

Cyclemys dentata (juvenile) yang dipelihara dalam ember plastik dari Dusun Libung melindungi keberadaan satwa-satwa tersebut di pa orang yang memelihara labi-labi dan kura-kura. alam. Pada umumnya masyarakat Dayak Iban memeliha- Hampir satu minggu kami menghabiskan ra labi-labi sebagai konsumsi. Di Dusun Libung waktu di Dusun Sungai Luar dan Sungai Lung, kura-kura dipelihara hanya sebagai peliharaan sebelumnya di Dusun Sungai Luar kami membagi yang disimpan didalam ember atau baskom plas- tim enumerator menjadi dua sehingga Dusun tik dibelakang bilik mereka. Ada 3 jenis kura-kura Sungai Lung dapat terselesaikan juga dalam waktu yang biasa dipelihara oleh masyarakat di Dusun yang bersamaan dengan Dusun Sungai Luar. Per- Libung yaitu Cuora amboinensis kamaroma, Cy- jalanan selanjutnya kami arahkan ke dusun tera- clemys dentata dan Heosemys spinosa. Mengamati khir yaitu Dusun Libung dan Dusun Sungai Iring. dan mencari informasi tentang herpetofauna tidak Disini kami juga membagi tim menjadi dua. Penulis selamanya harus dihutan dan dihabitat aslinya, sendiri mendapat tugas untuk mewawancarai dengan berkegiatan sosial pun kita masih bisa masyarakat Dusun Libung. Berbekal pengalaman di menyempatkan diri untuk bertanya tentang satwa Dusun Sungai Luar, pada saat wawancara dengan herpetofauna yang biasa dikonsumsi dan dipeliha- masyarakat lokal penulis mencoba mencari infor- ra. Sehingga ada informasi tambahan mengenai masi apakah ada yang memelihara labi-labi atau sejauh mana satwa herpetofauna ini dimanfaatkan kura-kura. Ternyata di Dusun Libung ada bebera- oleh kalangan masyarakat lokal contohnya pada

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

SURVEI

Survey awal mengenai relung habitat dua jenis buaya (Buaya Muara dan Senyulong) di Taman Nasional Berbak, Prov. Jambi.

Oleh: M. Irfansyah Lubis Pusat Penelitian Lingkungan Hidup-Institut Pertanian Bogor (PPLH-IPB)

uaya merupakan jenis reptil yang telah hidup Ada sekitar 13 jenis buaya Marga Crocodyllus sejak jaman dinosaurus dan diangap menjadi yang tersebar mulai dari Afrika, Asia, dan Australia, dan B hewan sisa peningalan jaman purbakala. Ke- hanya sekitar 5 jenis saja yang ada di Indonesia. Semen- banyakan jenis buaya besar yang pernah hidup di muka tara itu, marga Tomistoma hanya terdiri dari satu jenis di bumi sudah lama punah. Saat in, ada sekitar 24 jenis Asia Tenggara yg dicirikan dengan moncong panjang buaya di dunia yang berasal dari dua suku dan delapan dan sempit. Dari ketujuh jenis buaya di Indonesia, hanya marga buaya, hanya dua marga saja yang ada di Indone- ada dua jenis yang hidup di sepanjang pantai timur Su- sia yakni Crocodylus dan Tomistoma (Iskandar, 2000). matera, yakni Buaya Muara (Crocodylus porosus) dan Perbedaan utama diantara marga dan jenis terletak pada Senyulong (Tomistoma sclegelii)(Achmad Yanuar, 2013). struktur tengkorak dan bentuk moncong. Jenis buaya muara biasanya ditemukan di muara sungai,

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

sementara Senyulong biasanya ditemukan di sungai- beda yakni Sungai utama Air Hitam Laut, Hulu Sungai sungai, rawa air tawar, dan daerah basah dataran ren- Simpang Malaka, dan Sungai Simpang Kubu. Ketiganya dah. masih berada di dalam kawasan TN. Berbak. Salah satu daerah yang menjadi habitat alami Metode yang digunakan dalam pengamatan kedua jenis buaya ini adalah Taman Nasional Berbak ibuaya ni adalah metode survey sederhana dengan yang berada di pantai timur Provinsi Jambi. Taman na- mengamati sepanjang kiri dan kanan sungai dan men- sional ini memiliki ekosistem hutan rawa gambut terluas catat jumlah buaya yang ditemukan selama pengama- di Southeast Asia yang menyimpan kekayaan karbon tan serta mencatat ciri habitatnya secara kualitatif. Tid- yang tinggi baik diatas maupun di bawah tanah, dan ak ada pengukuran morfology mengingat peralatan memiliki tingkat keanekaragamnan jenis satwa yang yang tidak memadai. Selain siang hari, pengamatan tinggi juga dan menjadi habitat alami yang penting bagi juga dilakukan beberapa kali pada malam hari dengan Harimau Sumatera dan mamalia besar lainnya. menggunakan metode spotlight dengan menghitung Pada bulan Juni-Juli 2014, tim peneliti dari IPB jumlah pasang mata buaya yang ditemukan. Jumlah berkolaborasi dengan peneliti dari Alaska zoo (USA), waktu pengamatan tidakl banyak karena kegiatan ini Timothy Lescher melakukan survey kura-kura di kawa- hanya kegiatan sampingan dari kegiatan penelitian labi san konservasi Berbak . Selain itu tim peneliti juga -labi raksasa.Selama kurang dari 2 minggu pengamatan melakukan pengamatan buaya di tiga lokasi yang ber- di Sungai Air hitam Laut, jumlah buaya muara yg

Foto Kiri atas: Buaya Sekatak dalam bahasa lokal, atau Buaya Muara yang sedang ber- jemur diantara pohon Nypah di Sungai Air Hitam Laut . Atas: Peta Lokasi Taman Nasional Berbak, Jambi

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

Camp Air Hitam Laut Sungai Air Hitam Laut

Sungai Simpang Malaka Sungai Simpang Kubu dijumpai bervariasi sekitar 2-3 individu/hari sepanjang pepohonan nypah dengan substrat yang berlumpur. 2-3 km dari kamp/pos Air Laut Hitam ke arah Selatan Tidak begitu banyak ruang terbuka untuk dijadikan lo- taman nasional. Selain itu, ukuran tubuh buaya muara kasi basking disiang hari di sekitar sungai ini. Buaya ini yg ditemukan bervariasi mulai dari juvenile sampai terkadang juga dijumpai bergelantung di daun pohon berukuran dewasa, dengan ukuran tubuh lebih dewasa nypah yang mengambang di permukaan sungai. Pada mencapai lebih dari 2 meter. Sementara untuk jenis malam hari, beberapa sinar mata yang berwarna senyulong, jumlah pertemuan lebih sedikit dibanding kekuningan di jumpai di sepanjang sungai ini, dengan pertemuan dengan saudara dekatnya (buaya muara). jumlah yang hampir sama dijumpai pada waktu siang Selain itu, ukuran senyulong yang dijumpai biasanya hari, dan kemungkinan adalah individu yang sama. Akan berukuran besar atau sudah dewasa. tetapi tidak bisa dipastikan apakah sinar mata ini milik Kedua satwa melata ini biasanya ditemukan ber- Senyulong atau buaya muara. jemur di sepanjang kiri dan kanan sungai yang banyak Sungai Air Hitam Laut memiliki beberapa ditumbuhin jenis pohon Nypah. Hal ini dilakukan untuk cabang anak sungai yang lebih kecil, salah satunya ada- menyerap energi panas dari matahari untuk kebutuhan lah Sungai Simpang Malaka, yang terletak di sebelah metabolisme tubuh karena buaya merupakan hewan Utara taman nasional. Perjalanan ke lokasi ini hanya yang berdarah dingin. Mereka biasanya berjemur bisa dilakukan dengan perahu dayung karena lebar dengan menggunakan ruang yang terbatas diantara sungai semakin ke hulu semakin mengecil dan dangkal.

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

Perahu bermesin tidak bisa melewati jalur sungai ini menggunakan perahu dayung untuk melihat buaya. karena banyak kayu mati di dasar sungai yang dapat Hanya satu ekor buaya berukuran kecil yang merusak mesin perahu. Kondisi vegetasi disepanjang ditemukan . Selain itu, jenis buaya bermulut sempit ini kiri dan kanan sungai juga mulai berubah. Mulai dari lebih sensitif dan pemalu terhadap keberadaan manusia pepohonon nypah di Air Hitam Laut, kemudian diganti sehingga susah untuk didekati untuk kemudian diambil dengan hutan dataran rendah, hingga sampai di lokasi fotonya. Bisa dipastikan jenis ini adalah jenis Buaya tujuan yang ditandai dengan bekas hutan dataran ren- Senyulong karena ukuran yang lebih kecil dan lebih dah yang terbakar hebat beberapa tahun lalu. Hutan ini sensitif dibanding dengan saudara sepupunya. Selain itu hanya meninggalkan tonggak-tonggak kayu hitam abis masyarakat juga menyebutkan hanya jenis ini yang ada terbakar di dataran yang terbuka luas. Hanya tumbuhan disekitar sungai Hulu Simpang Malaka. Rasau (Pandanus helicopus) yang bedaun seperti pan- Lokasi ketiga dalam pengamatan buaya ini ada- dan dan berduri tajam mendominasi tumbuhan air lah Sungai Simpang Kubu, yakni percabangan Sungai disekitar sungai dan menambah sulitnya akses ke dae- Air Hitam Laut kearah Selatan, mendekati zona inti ta- rah ini. Jarak tempuh dengan berdayung menuju lokasi man nasional. Daerah yang dulunya dianggap sebagai ini kurang lebih 4-5 jam. tempat tinggal masyarakat tradisional Kubu yang hidup Lokasi Sungai Simpang Malaka ini merupakan sekitar 70 tahun lalu. Daerah ini juga merupakan habi- salah satu bagian zona penyangga TN.Berbak. Daerah tat alami Harimau Sumatera, dan menjadi lokasi ini merupakan daerah yang diperbolehkan bagi penelitian ZSL (Zooogical Society of London) untuk me- penduduk lokal untuk memancing, sehingga terdapat monitoring populasi mamalia yang terancam punah ini. beberapa pondok pemancingan sementara yang berdiri Kondisi hutan yang tidak jauh berbeda dengan Simpang di sepanjang sungai. Berdasarkan cerita penduduk lokal Malaka karena lokasi ini juga pernah dilanda kebakaran yang ikut dalam ekspedisi ini, di aliran sungai ini sering- hutan yang parah. Akan tetapi, masih banyak ditemukan kali ditemukan buaya Senyulong dan para pemancing pohon-pohon besar yang bertahan dari kebakaran hu- biasanya menangkap buaya ini yang terjerat oleh alat tan tersebut. pancing mereka untuk dilepaskan kembali. Masyarakat Jenis buaya yang ditemukan juga merupakan tidak memburunya karena memang kurang bernilai jenis buaya pemakan ikan (Senyulong) dengan tingkat ekonomis. pertemuan yang lebih tinggi dari Simpang Malaka, seki- Selama beberapa malam di lokasi kedua ini, ka- tar 1-2 individu baik siang maupun malam hari. Ukuran mi melakukan survey sepanjang kurang lebih 2 km yang ditemukan juga lebih bervariasi dari ukuran kecil

Sinar mata Buaya Senyulong WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

Buaya Senyulong dengan moncong yang sempit dan runcing sampai sedang yakni ssekitar 1 meter. Pada malam hari, purbakala ini yang nantinya bisa dijadikan acuan untuk jenis ini sangat aktif berenang di sungai, terlihat dari aksi konservasi buaya di Indonesia. Hal ini menjadi sinar mata yang cepat bergerak lalu menghilang jika penting mengingat keduanya merupakan satwa yang didekati. Foto yang didapatkan juga berupa sinar mata, Dilindungi berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999 dan namun ada satu foto yang cukup membuktikan bahwa Senyulong masuk dalam kategori Endangered species jenis buayanya adalah bermulut sempit. dalam IUCN Red list. Berdasarkan hasil pengataman dan informasi masyarakat lokal, dapat disimpulkan bahwa relung hab- Pustaka itat kedua jenis buaya ini berbeda. Sesuai namanya, Achmad Yanuar, P. (2013). New Discovery: False Gharial buaya muara memang banyak ditemukan di daerah Crocodile in Harapan Rainforest. Retrieved sekitar muara sungai yang bercirikan sungai yang cukup 10/2, 2014, from http:// lebar dan dalam, dan ditumbuhi jenis pohon nypah yang www.harapanrainforest.org/harapan/news/ beradaptasi baik untuk daerah dengan tingkat salinitas New%20Discovery%3A%20False%20Gharial% yang cukup tinggi. Sementara untuk saudara sepupu 20Crocodile%20in%20Harapan% jenis ini yakni Senyulong, mereka lebih menyukai habi- 20Rainforest#.VCy9dfmSzag tat di hulu-hulu sungai, dimana masih terdapat banyak Iskandar, D. T. (2000). Kura-Kura & Buaya Indonesia & ikan sebagai mangsa alami jenis ini. Papua Nugini. Perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam untuk melihat pola penggunaan habitat kedua mahluk

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

Info Kegiatan

20 - 24 Juli 2014 Topik Herpetofauna dalam Konferensi Internasional ATBC 2014

Association for Tropical Biology & Conserva- 2. Going Feral: The Colonisation Of Tropical Envi- tion (ATBC), yang menerbitkan journal Biotropica, ronments By An Invasive Gecko oleh Louise Bar- mengadakan konferensi ke 41 di Cairns, Australia pa- nett, Ben Phillips, Conrad Hoskin da 20-24 Juli 2014 lalu. Topik yang disajikan pada 3. The Demography Of The Lizard Micrablepharus konferensi ini sangat beragam, mulai dari biologi Atticolus Rodrigues, 1996 (Gymnophthalmidae) konservasi, perdagangan satwa liar, konservasi And Fires In Cerrado, Brazil oleh Heitor Campos ekosistem daratan dan lautan sampai kepada topik de Sousa, Ana Hermínia Bello Soares, Gabriel perubahan iklim. Beberapa presentasi mengenai am- Henrique Caetano, Tânia Andrade de Queiroz, fibi dan reptil disajikan dalam konferensi ini, baik se- Carlos José da Silva Morais, Davi Lima Pantoja, bagai bagian symposium khusus maupun masuk da- Guarino Rinaldi Colli lam sesi presentasi oral campuran. 4. The Structure Of Lizard Assemblages In Aban- Paling tidak ada 20 hasil penelitian yang doned Eucalyptus Plantations In The Brazilian disajikan yang berhubungan dengan amfibi dan rep- Cerrado oleh Alison M. Gainsbury dan Guarino R. til. Satu sesi khusus mengenai buaya (Bridging science Colli and practice in crocodilian conservation) mengeten- 5. Effects Of Recent Climate Warming On The Re- gahkan lima presentasi mengenai topik konflik buaya productive Phenology Of Puerto Rican Anolis Liz- dan manusia serta aspek konservasinya. Pada sesi ards oleh Luisa M. Otero, Raymond B. Huey , mengenai perubahan iklim, David Bickford dari MUS George C. Gorman menjadi pembicara utama dengan mengetengahkan 6. Fire And Lizards In A Neotropical Savanna hasil analisis mengenai perubahan komunitas katak di Hotspot oleh Davi Lima Pantoja, Heitor Campos Gunung Kinabalu akibat perubahan iklim (Frogs de Sousa, Tânia Andrade de Queiroz, Bernardo squeezed by climate change on Mt. Kinabalu). Mirza Miglio Costa, and Guarino Rinaldi Colli D. Kusrini dari IPB tercatat sebaga salah satu peserta yang mempresentasikan hasil penelitian mengenai 7. Evolutionary History And Conservation Of Flying keanekaragaman herpetofauna di Nantu, Sulawesi. Lizards (Genus: Draco) From The Lesser Sunda Islands, Indonesia. Oleh Sean B. Reilly, Djoko T. Berikut daftar presentasi dengan topic herpetofauna Iskandar, Evy Arida, and Jimmy A. McGuire yang tercatat pada ATBC 2014: 8. Bornean Amphibians Are Mostly Insensitive To 1. Designing A Monitoring Protocol For Occupancy Logging, But Severely Threatened By Convention- Estimates And Modeling On Mountaintop Am- al Oil Palm Plantations oleh Oliver Konopik, In- phibian Species olehIzabela Barat & Guilherme golf Steffan-Dewenter, Tom Fayle and Ulmar Ferreira Grafe

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

9. Frog-Biting Flies Of Australian Tropical Rainfor- tina Pimentel Lima ests: Species Diversity, Frog Hosts, And Their 15. The Global Impact of the Turtle Trade in Guang- Acoustic Interactions oleh Megan Higgie, Peter J. zhou, China oleh Amanda Sigouin Alexander, Jessie Spargo & Conrad J. Hoskin 16. Frogs squeezed by climate change on Mt. Kinaba- 10. The Roles Of Pre- And Postzygotic Isolation In lu oleh David Bickford Generating Speciation In A Frog Hybrid Zone 17. Predicting human attack oleh Hamish Campbell oleh Conrad Hoskin, Kelsey Hosking, Megan Hig- 18. The Muggers of Sri Lanka - Conflicts and Conser- gie vation oleh Majintha Madawala 11. Anthropogenic Disturbances And Diversity Of 19. Management implications of the impacts of inva- Herpetofauna In Nantu Forest, Sulawesi oleh Mir- sive cane toads on populations of freshwater za Dikari Kusrini, Agus Priyono Kartono, Luna crocodiles in northern Australia oleh Ruchira Raftika Khairunnisa, Aria Nusantara, Lilik B. Pra- Somaweera setjo , Jodi Rowley 12. Threats To The Long-Necked Turtle Chelodina Mccordi Timorlestensis In The Lake Iralalaro Re- gion, Timor-Leste oleh Carla C. Eisemberg, Ste- phen J. Reynolds, Bertanizo G. Costa, Elda C. Gu- terres, Keith A. Christian 13. Riparian Habitat Quality And The Gulf Snapping Turtle (Elseya Lavarackorum) In Northwest Queensland oleh Alastair B. Freeman, Amanda N. D. Freeman, Lea Ezzy 14. Historical And Environmental Factors Structuring Diurnal Anuran Assemblages From The Upper Madeira River, Amazonia oleh Randolpho Dias- Terceiro, Igor Luis Kaefer, Pedro Ivo Simões, Ra-

Atas: presentasi David Bickford mengenai pe- rubahan iklim dan amfibi; (Foro oleh MDK)

Kiri: presentasi Mirza D. Kusrini me-ngenai keanekaragaman hayati herpetofauna di Nantu, Sulawesi (Foto oleh Mercy Ramp- engan)

20. The Relationship between Crocodile Farming fael de Fraga, Maria Carmozina de Araújo, Alber- and Crocodile Conservation in Australia oleh

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

17 September 2014 Presentasi Dr. Jimmy A. McGuire dari University of California, Berkeley di LIPI

Pada hari Rabu 17 September 2014 bertempat di Gd. Biologi- LIPI. Topik ini merupakan proyek jangka Pertemuan Botani-Mikrobiologi Puslit LIPI Cibinong panjang yang berlangsung sejak tahun 2010 sampai berlangsung seminar oleh Dr. Jimmy A. McGuire. Dr. sekarang. Tim dari Berkeley dan LIPI mengunjungi McGuire adalah Associate Professor di Department pulau-pulau dalam gugusan Nusa tenggara yaitu Bali, of Integrative Biology, and Curator of Herpetology of Lombok, Sumbawa, Flores, Lembata, Alor,Savu, Rote, the Museum of Vertebrate Zoology, University of Timor, Wetar, Pantar, Babar dan Tanimbar. Sampai California, Berkeley, USA). Acara yang dipandu oleh saat ini, tim telah mendapatkan sekitar 3000 spesi- Dr. Evy Arida (LIPI) ini dihadiri oleh sekitar 30 orang men dan mendapatkan hasil yang menarik karena yang terdiri dari peneliti LIPI dan herpetology dari hasil penelitian awal menunjukkan bahwa biogeo- luar LIPI seperti dosen dan mahasiswa pasca sarjana grafi Kepulauan Nusa Tenggara ternyata lebih kom- di sekitar Bogor. Topik yang dibawakan oleh Dr. pleks dari dugaan semula Untuk mendukung pern- McGuire berjudul Comparative Biogeography of the yataan ini, Jimmy McGuire menunjukkan contoh ana- Amphibians and Reptiles of the Lesser Sunda Islands: lisis sekuens cecak terbang (genus Draco). From Fieldwork to Next-Generation Sequence Data oleh Dr. Jimmy A. McGuire yang berlangsung di Puslit

Gaya Dr. Jimmy McGuire memberikan presentasi di LIPI. Foto: Farid Akhsani

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

1-2 Oktober 2014 Seminar dan lokakarya konservasi kodok merah di Cico Resort, Bogor

Kodok merah (Leptophryne cruentata) yang Sejauh ini, kegiatan penelitian Kodok merah merupakan spesies kodok endemik di Jawa. Dalam baru sebatas persebarannya saja. Adapun penge- kurun 10 tahun terakhir, keberadaan Kodok merah tahuan mengenai bioekologi Kodok merah belum banyak diinformasikan dari kawasan Taman Nasional banyak dilakukan. Di sisi lain, kepentingan aksi kon- Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Namun servasi dirasa sangat mendesak untuk segera dil- keberadaan spesies ini ternyata lebih luas setelah dil- akukan, dikarenakan status keterancamannya. akukan berbagai penelitian yaitu di Taman Nasional Keadaan ini tentunya membutuhkan data dan infor- Gunung Halimun Salak (TNGHS) , area di dekat Ta- masi yang sangat memadai dalam upaya melakukan man Safari Indonesia (TSI), Taman Nasional Gunung intervensi dengan program aksi konservasinya. Untuk Ciremai bahkan di Taman Wisata Guci, Gunung menyebarluaskan berbagai data dan informasi hasil Slamet, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. survey dan penelitian Kodok merah yang akan men-

Dr. Amir Hamidy dari LIPI mempresentasikan penelitiannya mengenai kodok merah dalam sesi seminar Kon- servasi Kodok Merah di Cico resort, Bogor

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014 jadi landasan dalam merancang Rencana Aksi Kon- orang), Taman Nasional (9 orang), LSM (7 orang), Di- servasi Kodok merah di Indonesia maka dilakukan nas terkait di Pemerintah Daerah (2 orang), media kegiatan Seminar dan Lokakarya Kodok Merah di CI- elektronik (6 orang), dan perusahaan (4 orang). CO resort, Bogor pada tanggal 1-2 Oktober. Kegiatan Pada acara seminar, nara sumber yang ini diselenggarakan oleh PILI_NGO network bekerja berbagi pengetahuan dan pengalaman berjumlah 7 sama dengan Direktorat Konservasi Keanekaragaman orang (LIPI, IPB, UNIBRAW, TNGC, PILI) dengan Hayati Kementerian Kehutanan dan PHI dengan tenaga ahli yang melakukan tinjauan (UNAND dan dukungan dari PT Pertamina EP khususnya Asset 3 ITB). Pada acara lokakarya, hasil diskusi kelompok Subang Field . telah menghasilkan bahan-bahan pemikiran yang Peserta yang terlibat dalam pelaksanaan akan menjadi substansi penyusunan Strategi dan kegiatan Seminar dan Lokakarya ini berjumlah 79 Rencana Aksi Konservasi Kodok merah Leptophryne orang (79 pada acara seminar dan 51 pada acara lo- cruentata di Indonesia. Keluaran dari dokumen ini kakarya). Para peserta berasal dari Management Au- akan menjadi lampiran yang nantinya disahkan oleh thority, Direktorat KKH, Ditjen PHKA (3 orang), Sci- SK Menteri Kehutanan, Kementerian Kehutanan. Un- entific Authority-LIPI (5 orang), akademisi (21 orang), tuk itu telah dibentuk tim kecil yang akan menyusun Unit Pelaksana Teknis di Tingkat Balai KSDA (3 dokumen tersebut.

14 Oktober 2014 Public Hearing Penetapan Kuota tangkap Kura-kura moncong babi

Terkait permintaan beberapa pihak dari Papua cong Babi (Carettochelys insculpta) dapat diberikan agar Kura-Kura Moncong Babi (Carettochelys kuota tangkap, khusus untuk wilayah tertentu. insculpta) dapat diburu secara legal maka Kemen- terian Kehutanan (sekarang telah menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Ke- hutanan) sebagai otoritas manajemen CITES dan LIPI sebagai otoritas ilmiah CITES mengadakan berbagai pertemuan untuk membahas permintaan tersebut dengan mengundang berbagai pihak an- tara laind ari universitas. LIPI sendiri kemudian juga mengirim penelitinya un- tuk melihat pemanfaatan kura-kura mon- cong babi yang telah dilakukan selama ini, terutama di daerah sekitar Asmat. Ber- dasarkan temuan di lapang yang menun- jukkan besarnya penangkapan kura-kura moncong babi (yang sebenarnya tidak le- gal) dan ketergantungan masyarakat da- Dr. Evy Arida dari LIPI mempresentasikan hasil survey kura-kura lam pemanfaatan ini, maka direncanakan moncong babi yang baru dilaksanakan LIPI dalam rangka menen- agar pada tahun 2015 Kura-Kura Mon- tukan kuota tangkap pada aara diskusi publik tanggal 14/10/2014

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

Pemberian kuota tangkap ini, yang terbatas versitas dan LSM. Perbincangan berlangsung hangat PUSTAKA hanya di wilayah tertentu dan tidak merubah status namun konstruktif. Penolakan atas perubahan disam- kura-kura moncong babi sebagai ‘satwa dilindungi’, paikan oleh beberapa pihak, sementara pihak yang tentunya harus dilakukan secara hati-hati. Oleh kare- meminta perubahan memberikan argumentasi na itu, Kementerian Kehutanan tidak dapat menetap- mengenai kondisi masyarakat yang mendorong per-

kan kuota tanpa adanya masukan dari berbagai pihak. mintaan ini. Di lain sisi, diingatkan juga bahwa

Pada tanggal 14 Oktober 2014 bertempat di Hotel pengawasan mengenai perdagangan kura-kura mon- Peninsula, Jakarta diadakan public hearing terkait cong babi ini harus ditegakkan, bukan saja oleh pihak rencana ini. Perwakilan dari DPRD Papua dan juga Kementerian Kehutanan namun oleh Pemda dan BKSDA Papua hadir dalam acara ini, selain dari uni- masyarakat setempat.

9 November 2014 Seminar dan lokakarya konservasi kodok merah di Cico Resort, Bogor

345 Point Adventure, sebuah organisasi yang mengenai reptil dan amfibi, tulang dan preparat awe- peduli lingkungan yang berbasis di Ciliwung Bo- tan. jonggede, Bogor, mencetuskan sebuah ide untuk Komunitas ini juga berencana melakukan membangun sebuah Pusat Pendidikan Herpetofauna kegiatan edukasi rutin kepada pengunjung dan juga yang bertujuan untuk edukasi dan konservasi herpe- mengunjungi sekolah, panti asuhan, dan komunitas tofauna lokal, yang disebut dengan "345 Reptile Cen- lainnya untuk melakukan edukasi/sosialisasi ter". Pusat pendidikan ini berada di Jl. H. Wahid No. mengenai reptil dan amfibi di sekitar kita. 345 Point 42, RT 04 RW 05, Kampung Gelonggong Timur, Ke- Adventure sudah berdiri beberapa bulan dan men- lurahan Kedung Waringin, Kecamatan Bojonggede, jalankan tour rafting, rock climbing, dan river camp Kabupaten Bogor 16320 dan dijaga oleh team 345 sebagai ekowisata. Pameran awal telah dilakukan pa- Point Adventure. Di dalam 345 Reptile Center ini ada da Hari Ciliwung, yaitu pada tanggal 9-11 November display beberapa jenis herpetofauna lokal di dalam 2014. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghub- kandang yang menyerupai habitatnya, termasuk ular ungi Synn (085743219136), Chris (081213673572), berbisa, katak, dan kolam kura-kura. Beberapa poster Nathan (087788509575)

Pameran awal di “345 Reptile Center” pada hari Ciliwung tanggal 9-11 November 2014. Foto oleh Nathan

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

PUSTAKA

PUSTAKA YANG BERHUBUNGAN

DENGAN SPESIES INVASIF

Berbagai spesies asing kini menyebar di lokasi yang bukan merupakan penyebaran alaminya melalui berbagai cara. Sifat mereka yang mudah beradaptasi serta mampu berkembang pesat menjadikan keberdaan mereka sebagai masalah bagi spesies lokal. Berikut beberapa pustaka yang berhubungan dengan spesies invasif. Apa yang tersaji disini hanya sebagian besar dari pustaka yang ada di berbagai sumber dimana kebanyakan bukan pustaka terkini.

Gallagher LE, Henshaw SM, Besnard A, Avery ML, Engeman RM, Keacher KL, Tucker RM, Bachraz V, Ruhomaun K, Harris Humphrey JS, Bruce WE, Mathies TC, S. 2014. Ecological Effects of the Invasive Mauldin RE. 2010. Cold weather and the Giant Madagascar Day Gecko on Endemic potential range of invasive Burmese Mauritian : Applications of Binomial- pythons. Biol Invasions: DOI 10.1007/ Mixture and Species Distribution Models. s10530-10010-19761-10534. PLoS One 9: e88798. doi:88710.81371/ Avery ML, Eisemann JD, Keacher KL, Savarie journal.pone.0088798. PJ. 2011. Acetaminophen and zinc Burnett KM. 2007. Optimal Prevention And phosphide for lethal management of Control Of Invasive Species: The Case Of invasive lizards Ctenosaura similis. Current The Brown Treesnake. PhD Dissertation. Zoology 57: 625-629. University Of Hawai‘i, Honolulu. Brown GP, Phillips BL, Webb JK, Shine R. Diesmos AC, Diesmos ML, Brown RM. 2006. 2006. Toad on the road: Use of roads as Status and Distribution of Alien Frogs in dispersal corridors by cane toads (Bufo the Phillipines. Journal of Environmental marinus) at an invasion front in tropical Science and Management 9: 41-53. Australia. Biological Conservation 133: 88– Dorcas ME, Willson JD, Gibbons JW. 2010. 94. Can invasive Burmese pythons inhabit Buckland S, Cole NC, Aguirre-Gutierrez J, temperate regions of the southeastern

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

United States? Biol Invasions: DOI invasion of African clawed frogs (Xenopus 10.1007/s10530-10010-19869-10536. laevis) in Chile: causes of concern. Dove CJ, Snow RW, Rochford MR, Mazzotti FJ. Biodiversity and Conservation 14: 429–439. 2011. Birds Consumed by the Invasive Meyer L, Preez LD, Bonneau E, Héritier L, Burmese Python (Python molurus Quintana MF, Valdeón A, Sadaoui A, bivittatus) in Everglades National Park, Kechemir-Issad N, Palacios C, Verneau O. Florida, USA. The Wilson Journal of 2014. Parasite host-switching from the Ornithology 123: 126-131. invasive American red-eared slider, Ficetola GF, Coý¨ C, Detaint M, Berroneau M, Trachemys scripta elegans, to the native Lorvelec O, Miaud C. 2007. Pattern of Mediterranean pond turtle, Mauremys distribution of the American bullfrog Rana leprosa, in natural environments. Aquatic catesbeiana in Europe. Biol Invasions 9: Invasions 9: in press. 767–772. Ng TH, Yeo DCJ. 2012. Non-Indigenous Frogs Greenlees MJ, GPB, Webb JK, Phillips BL, In Singapore. Nature In Singapore 5: 95– Shine R. 2006. Effects of an invasive 102. anuran the cane toad (Bufo marinus) on Norbury G, Munckhof Mvd, Neitzel S, the invertebrate fauna of a tropical Hutcheon A, Reardon J, Ludwig K. 2014. Australian floodplain. Conservation Impacts of invasive house mice on post- 9: 431–438. release survival of translocated lizards. Gbogbo F, Attuquayefio D, Krobea-Asante A. New Zealand Journal of Ecology 38: 322- 2007. Rodents and Herpetofauna (Reptiles 327. and Amphibians) as Household Pests in Ota H, Toda M, Masunaga G, Kikukawa A, the Accra Metropolis, Ghana. West African Toda M. 2004. Feral Populations of Journal of Applied Ecology 11. Amphibians and Reptiles in the Ryukyu Govindarajulu P, Altwegg R, Anholt BR. 2005. Archipelago, Japan. Global Environmental Matrix Model Investigation Of Invasive Research 8: 133-143. Species Control: Bullfrogs on Vancouver Perry G, Owen JL, Petrovic C, Lazell J, Island. Ecological Applications 15: 2161– Egelhoff J. 2007. The red-eared slider, 2170. Trachemys scripta elegans, in the British Kolbe JJ, Larson A, Losos JB. 2007. Virgin Islands. Applied Herpetology 4: 88- Differential admixture shapes 89. morphological variation among invasive Phillips BL, Brown GP, Shine R. 2004. populations of the lizard Anolis sagrei. Assessing the potential for an evolutionary Molecular Ecology 16: 1579–1591. response to rapid environmental change: Kraus F, Preston D. 2011. Dietary analysis of invasive toads and an Australian snake. the invasive lizard Chamaeleo jacksonii Evolutionary Ecology Research 6: 799-811. from a wet forest habitat in Hawaii. Phillips BL, Shine R. 2004. Adapting to an Honolulu, Hawai: Hawaii Biological Survey. invasive species: Toxic cane toads induce Report no. morphological change in Australian snakes. Kraus F, Preston D. 2012. Diet of the Invasive PNAS 101: 17150-17155. Lizard Chamaeleo jacksonii (: Phillips BL, Shine R. 2005. The morphology, Chamaeleonidae) at a Wet-Forest Site in and hence impact, of an invasive species Hawai‘i1. Pacific Science 66: 397 – 404. (the cane toad, Bufo marinus): changes Lobos G, Jaksic FM. 2005. The ongoing with time since colonisation. Animal

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

Conservation 8: 407-413. Unpredicted Habitat: A Matter of Niche Shift or of Predictors Studied? Plos ONE Phillips BL, Brown GP, Webb JK, Shine R. 5:e7843.doi:7810.1371/ 2006. Invasion and the evolution of speed journal.pone.0007843. in toads. Nature 439: 803. Romero D, Báez JC, Ferri-Yáñez F, Bellido JJ, Phillips BL, Shine R. 2006. Allometry and Real R. 2014. Modelling Favourability for selection in a novel predator/prey system: Invasive Species Encroachment to Identify Australian snakes and the invading cane Areas of Native Species Vulnerability. The toad. Oikos 112: 122-130. Scientific World Journal 2014: http:// Phillips BL, Shine R. 2006. Spatial and dx.doi.org/10.1155/2014/519710. temporal variation in the morphology (and Schwarzkopf L, Alford RA. 2006. Medium term thus, predicted impact) of an invasive control methods for Cane Toads: Olfactory species in Australia. Ecography 29. and Acoustic Attractants. Final Report For Phillips BL, Shine R. 2006. An invasive species The Australian Government Department Of induces rapid adaptive change in a native The Environment And Heritage. predator: cane toads and black snakes in Commonwealth of Australia. Report Australia. Proc. R. Soc. B 273: 1545-1550. Sin H, Radford A. 2007. Coqui Frog Research Pittman SE, Hart KM, Cherkiss MS, Snow RW, And Management Efforts In Hawai‘i. Pages Fujisaki I, Smith BJ, Mazzotti FJ, 157-167 in Witmer GW, Pitt WC, Fagerstone Dorcas ME. 2014. Homing of invasive Burmese KA, eds. Insternational Symposium of pythons in South Florida: evidence for Managing Vertebrate Invasive Species. map and compass senses in snakes. Smith KG. 2005. Effects of nonindigenous Biology Letters 10: 20140040. http:// tadpoles on native tadpoles in Florida: dx.doi.org/20140010.20141098/ evidence of competition. Biological rsbl.20142014.20140040. Conservation 123: 433–441. Pupins M. 2007. First report on recording of Smith JG, Phillips BL. 2006. Toxic tucker:The the invasive species Trachemys scripta potential impact of cane toads on elegans, a potential competitor of Emys Australian reptile. Pacific Conservation orbicularis in Latvia. Acta Universitatis Biology 12: 40-49. Latviensis 723: 37–46. Thomson RC, Spinks PQ, Shaffer HB. 2010. Rocha-Miranda F, Martins Silva MJ, Mendonça Distribution and Abundance of Invasive AF. 2006. First Occurrence of Bull Frogs Red-Eared Sliders (Trachemys scripta (Rana catesbeiana) in Federal District, elegans) in California's Sacramento River Central Brazil. Froglog 74: 2-3. Basin and Possible Impacts on Native Rocha C, Anjos L. 2007. Feeding ecology of a Western Pond Turtles (Emys marmorata). nocturnal invasive alien lizard species, Chelonian Conservation and Biology 9: Hemidactylus mabouia Moreau de Jonnès, 297-302. 1818 (), living in an outcrop Tyler MJ, Chapman TF. 2007. An Asian rocky area in southeastern Brazil. Braz. J. species of frog (Kaloula pulchra, Biol. 67: 485-491. Microhylidae) intercepted at Perth Rodder D, Schmidtlein S, Veith M, Lotters S. International Airport, Australia. Applied 2009. Alien Invasive Slider Turtle in Herpetology 4: 86-87.

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014

WARTA HERPETOFAUNA/VOLUME VII, NO. 3 NOVEMBER 2014