SEPAK BOLA DI SUMATERA UTARA: HARIMAU TAPANULI (1989-2004)

Skripsi Sarjana

Dikerjakan o

L

E

H

NAMA : ALFREDO FRANCE

NIM : 150706027

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNTVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

202s

Universitas Sumatera Utara LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

SEPAI( BOLA DI SUMATERA UTARA: HARIMAU TAPANULI (1989-2004)

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN o L E H NAMA : ALFRE,DO FRANCE

NIM t 150746427

NIP. I 1987031001 panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU , untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Fakultas IImu Budaya dalam hidang Ilmu Sejarah

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUI}AYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAl\[ 2020

Universitas Sumatera Utara LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

SEPAK BOLA Ilt SUMATERA UTARA: HARIMAU TAPAIIULI (1989-2004)

Yang Iliajukan Oleh

NAMA : ALFREDOFRANCE NIM t150706027

Telah disetujui untuk diajukan dalam ujian skripsi oleh :

Pembimbing

Dr. Budi Tanggal .24 JufiZAZO 1987mlml

Ketua Progra Studi IImu Sejarah

Ilrs. Edi Sumarno" lE.Hum Tanggal : 24 Agustus 2020 NrP. 196409221989031001

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAI(ULTAS ILMU BUDAYA T]NTVERSITAS SUMATERA UTARA MEI}AN 2020

Universitas Sumatera Utara Lembar Pengesahan Skripsi oleh Dekan Fakultas trmu Budaya USU dan Panitia Ujian Skripsi

Diterima oleh :

Panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera UtaraMedan, pada : Hari ' Ju,n^L e-oLo Tanggal : 01 S*nA*

f,'akultas Ilmu Budaya

Panitia Ujian

1. Drs. Edi Sumarno, M.Hum.

2. I)ra. Nina Karina, MSP

3. Dr. Budi Agustono, MS

4. Dra. Lila Pelita Hati' M. Si

Universitas Sumatera Utara LEMBAR PERSDTUJUAN Kf, TUA PROGRAM STUDI

DISETUJIII OLEH

FAI(ULTAS ILMU BUDAYA

I]NIYERSTTAS SUMATERA UTARA MEI}AN

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

Ketua Program Studi Ilmu Sejarah

Ilrs. Edi Sumarno, M.Hum NrP. 1 96,40922 I 989031001

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkau kepada Tuhan Yang Maha Esa alas berkat-

Nya pada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

"Sepak BoIa Ili Sumatera Utara: Harimau Tapanuli (1989-2004)'

Dalam proses penulisan skripsi ini penulis banyak mengalami rintangan maupun hambatan, rurmun penulis banyak memproleh bantuan serta bimbingan yang sangat bernilai dari berbagai pihak tak terkecuali dari staf pengajar jurusan Ilmu

Sejarah.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca demi kesempumaan pnulisan ini. Akhir kata dengan segala kerendahan hati, besar harapan penulis kiranya skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan siapapun ke depannya.

MedarL September 2020

Penulis

Alfredo France

NIM 150706027

Universitas Sumatera Utara UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir mulai dari awal hingga akhir tidak terlepas dari masukan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Medan yang juga selaku dosen pembimbing

skripsi penulis. Penulis juga tak lupa menyampaikan rasa terima kasih kepada

Wakil Dekan I Prof. Drs. Mauly Purba, M.A. Ph.d, Wakil Dekan II Dra.

Heristina Dewi, M.pd, dan Wakil Dekan III Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution,

M.Si atas berkat bantuan dan fasilitas yang penulis peroleh di Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara Medan hingga penulis dapat

menyelesaikan studi.

2. Bapak Drs. Edi Sumarno, M. Hum selaku Ketua Program Studi Ilmu Sejarah

f*uttu, Ilmu Budaya USU yang telah memberikan dorongan dan nasehat

kepada penulis baik selama perkuliahan maupun pada saat proses pengerjaan

tugas akhir penulis. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada lbu Dra.

Nina Karina, MSP selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Sejarah.

3. Seluruh staff dosen pengajar Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu

Budaya yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan, bimbingan, nasehat

t1

Universitas Sumatera Utara dan dorongan selama penulis menjadi mahasiswa. Semoga iimu yang telah

penulis terima bisa dapat bermanfaat bagi penulis. Terima kasih juga penulis

sampaikan kepada Bapak Ampera Wira yang telah membantu penulis prihal

administrasi di Program Studi Ilmu Sejarah.

4. Kedua orang tua penulis Alm. Bapak A. Siburian (+) d*n lbunda tersayang M.

Simanjuntak yang telah ftretawat, membesarkan, mendidik, menafkahi,

memberi dukungan dan nasehat kepada penulis. Terima kasih atas segala doa,

didikan, kasih sayang pengorbanan serta segala hal yang tak terbatas dan tak

henti-hentinya kepada penulis yang bisa penulis sebutkan dengan kata-kata

yang menjadikan penulis bisa berada dalam tahap ini. Semoga aimarhum

bapak tenang di alarn sana danjuga kepada ibunda tersayang penulis doakan

agar selalu diberikan yang terbaik oleh Sang Khalik. Selain itu, penulis juga

menyampaikan rasa terima kasih kepada saudara-saudari penulis (Talita

Christeva Siburian dan Septiaa Yosafat Siburian) yang selalu mendukung

penulis untuk tetap semangat. Terima kasih juga kepada semua keluarga besar

pqnulis {Keluarga Besar Op. Jeremi Simanjuntak dan Keluarga Besar Op.

Bornok Siburian) atas kasih saya$g? dan nasehat yang tak henti

diberikan kepada penulis hingga saat ini,

5. Abangda terbaik Rusman Sere Manik atas masulGn baik dukungan dan

kritikan selama proses perkuiiahan penulis yang juga tak leiah untuk

mengingatkan penulis daiam segala hal untuk menjadi pribadi yang lebih baik

dari hari ke hari.

ilt

Universitas Sumatera Utara 6. Narasumber/informan yang bersedia meluangkan rvaktu dan kesempatan

untuk membantu penulis dalam memberikan data ataupun informasi yang

berhubungan dengan obj ek penelitian pensulis.

7. Kawau-kawan penulis sejak masih duduk di bangku SMA hingga saat ini (

Antonius Silalahi, Ivan Siahaan, Rox Tommy Silalahi dan Oloan Silalahi)

hingga saat ini yeng tak henti juga mendorong, mensupport hingga

mengingatkan penulis agar tetap semangat dan tak menyerah dalam

menyelesaikan tugas akhir penulis.

L Chandra B. Sihotang selaku lae terbaik dan sekaligus salah seorang sahabat

yang juga telah ada sejak penulis menginjakkan kaki di bangku perkuliahan

hingga saat ini serta tak kenal lelah juga dalarn memberikan masukan baik

berupa saran dan kritik kepada penulis baik dalam proses perkuliahan maupun

di luar perkuliahan.

9. Kawan-kawan penulis, seperti: Novita Sari Tambunan, Ardiansyah

Panggabean, Suprizal Naibaho, Teguh Marbun, Jati Indra, Jenni Adelia

Damanik dan Farida R. Simbolon ya$g juga memberikan semangat dan

kepada penulis"

10. Satu stambuk penulis (2015) yangtelarh ada bersama penulis selama proses

perkuliahan

11. Abang, kakak, serta adik-adik di Himpunan Mahasiswa Iknu Sejarah USU

atas segala warna-warni suasana kampus yang penulis rasakan baik selama

lV

Universitas Sumatera Utara aktif sebagai anggota maupun pengurus dalam Himpunan Mahasiswa Ilmu

Sejarah USU.

12. Semua pihak yang terlibatyangtak bisa penulis sebutkan pribadi lepas pribadi

yang telah membantu penulis baik sebelum proses penyusunan, proses

penyusunan hingga setelah proses penyusulmn tugas akhir penulis.

Medan" 04 September 2020

Penulis

Alfredo France NIM: fi4706027

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Sepak bota adalah salah satu olahraga yang paling banyak digemari tak terkecuali juga di . Sepak bola juga semakin berkembang serta memiliki banyak manfaat seperti sebagai sebuah untuk mengenalkan suatu wilayah kepada masyarakat luas baik secara nasional ataupun internasional. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah, yaitu: Heuristik, Kdtih Interpretasi dan Historiografi .

Harimau Tapanuli adalah klub sepak bola semi profesional yang didirikan oleh Johny Pardede dengan tujuan untuk mengangkat martabat orang kampung dan juga daerah asal DR. TD. Pardede, yakni: Tapanuli Utara. Johny Pardede yang juga gila akan sepak bola seperti ay*nya DR. TD. Pardede membangun Harimau Tapanuli menjadi sebuah klub sepak bola yang dikelola secara profesional meskipun hanya mengikuti kompetisi liga amatir. Berbagai macam terobosan yang dilalrukan untuk Harimau Tapanuli, seperti: mengikuti turnamen berskala nasional maupun internasional, mendatangkan pemain-pmain dari benua biru (Eropa) hingga berprestasi dalam beberapa ajang tumamen sepak bola hingga menjadikan Tapanuli khususnya Tapanuli Utara sebagai kampung halaman DR. TD. Pardede semakin dikenal ke berbagai penjuru.

Meski saat ini semakin banyak klub sepak bola yang dikelola pihak dri kalangan pebisnis bermunculan khususaya di daerah Tapanuli ftrmun masih tak cukup juga untuk mengikuti jejakHarimau Tapanuli.

Kata Kunci: Sepak bola, Harimau Tapanuli, DR. TD. Pardede.

vi Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...... i

UCAPAN TERIMA KASIH...... ii

ABSTRAK ...... v

DAFTAR ISI ...... vi

DAFTAR TABEL...... vii

BAB I PENDAHULUAN ...... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ...... 1

1.2 Rumusan Masalah ...... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 7

1.4 Tinjauan Pustaka ...... 8

1.5 Metode Penelitian...... 13

BAB II LATAR BELAKANG PERKEMBANGAN HARIMAU

TAPANULI...... ……...... 16

2.1 Sejarah Terbentuknya Harimau Tapanuli ...... 16

2.2 Identitas Harimau Tapanuli ...... 18

2.2.1 Lambang Harimau Tapanuli ...... 18

vi

Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Slogan Harimau Tapanuli ...... 21

2.3 Sarana dan Prasarana Klub Sepak Bola Harimau Tapanuli ...... 23

2.3.1 Markas Harimau Tapanuli ...... 23

2.3.2 Mess ...... 24

2.3.3 Kesekretariatan ...... 27

2.4 Profil Umum Harimau Tapanuli ...... 28

2.4.1 Struktur Kepengurusan Klub Harimau Tapanuli ...... 28

2.4.2 Ketua Umum Harimau Tapanuli ...... 29

2.4.3 Anggaran, Sumber Dana dan Jersey Harimau Tapanuli ...... 35

BAB III MASA PERKEMBANGAN HARIMAU TAPANULI ...... 40

3.1 Kiprah Harimau Tapanuli Sebagai Tim Non ...... 40

3.2 Kiprah Harimau Tapanuli Pada Turnamen-Turnamen Sepak Bola ...... 41

3.2.1 Marah Halim Cup ...... 41

3.2.2 TD. Pardede Cup ...... 47

3.2.3. Kejurnas Antar Klub Amatir ...... 53

3.3 Prestasi-Prestasi Harimau Tapanuli ...... 56

BAB IV MASA SURUT HARIMAU TAPANULI ...... 58

4.1 Faktor Penyebab Bubarnya Harimau Tapanuli ...... 58

4.1.1 Faktor Internal Klub Harimau Tapanuli ...... 59

vii

Universitas Sumatera Utara

4.2.2 Faktor Eksternal Klub Harimau Tapanuli ...... 63

4.2 Senja Kala Harimau Tapanuli ...... 67

4.3 Dampak Bubarnya Harimau Tapanuli ...... 69

4.3.1 Dampak Terhadap Persepakbolaan di Sumatera Utara ...... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… ……………………………...... 73

5.1 Kesimpulan ...... 73

5.2 Saran ...... 76

DAFTAR SINGKATAN ...... 79

DAFTAR PUSTAKA ...... 81

DAFTAR INFORMAN ...... 84

LAMPIRAN ...... 85

viii

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasemen Akhir Grup A Marah Halim Cup 1995 ...... 43

Tabel 2 Klasemen Akhir Grup B Marah Halim Cup 1995 ...... 44

Tabel 3 Klasemen Akhir TD Pardede Cup 1999 ...... 52

ix

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Daftar pemain Harimau Tapanuli ...... 85

Lampiran II Johny Pardede selaku pemilik Hartap ...... 87

Lampiran III Salah satu sisi bagian dalam ruang sekretariat Hartap ...... 88

Lampiran IV Skuat Harimau Tapanuli ...... 89

Lampiran V Lambang klub Harimau Tapanuli ...... 90

Lampiran VI Stadion DR. TD. Pardede ...... 91

Lampiran VII Mess pemain Harimau Tapanuli ...... 92

Lampiran VIII Hartap saat juara kejurnas antarklub amatir se-Indonesia ...... 93

Lampiran IX Harimau Tapanuli tur Eropa di Jerman tahun 1991 ...... 94

Lampiran X Harimau Tapanuli juara TD. Pardede Cup tahun 2000 ...... 95

Lampiran XI Beberapa pemain Hartap saat tur ke Malaysia ...... 96

Lampiran XII Skuat Harimau Tapanuli tur ke Malaysia ...... 97

Lampiran XIII Beberapa pemain Hartap yang ikut tur ke Malaysia ...... 98

Lampiran XIV Pemain Hartap menikmati makanan saat tur Malaysia ...... 99

Lampiran XV Perlengkapan pemain Harimau Tapanuli ...... 100

x

Universitas Sumatera Utara

Lampiran XVI Pemain Hartap ketika membawa perlengkapan ...... 101

Lampiran XVII Skuat Hartap bersesi foto sebelum pertandingan ...... 102

Lampiran XVIII Jairo Matos (salah satu pelatih Hartap) ...... 103

Lampiran XIX Sesi wawancara dengan salah satu narasumber ...... 104

Lampiran XX Stadion Sisingamangaraja Balige ...... 105

xi

Universitas Sumatera Utara

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Hampir semua masyarakat di dunia mengenal sepak bola. Sepak bola telah menjadi bagian hidup masyarakat manapun di dunia. Kepopuleran sepak bola dapat dilihat dengan semakin banyaknya penikmat sepak bola baik pria dan wanita dari berbagai kalangan umur bermain sepak bola, antusias dalam menonton pertandingan sepak bola baik lewat layar kaca dan datang langsung ke stadion serta banyaknya pemain sepak bola yang menjadi ikon produk olahraga terkemuka. Sepak bola merupakan jenis permainan yang paling populer di dunia termasuk di Indonesia. Kapan pertama kali permainan ini belum dapat diketahui secara pasti. Namun, diperkirakan sepak bola muncul jauh sebelum tahun

Masehi.1

Di Cina, dalam sebuah dokumen militer disebutkan sejak 2500 SM pada masa pemerintahan Dinasti Tsin dan Han, orang-orang sudah memainkan permainan bola yang disebut tsu chu.2 Mereka bermain bola yang terbuat dari kulit binatang dan berisi bulu dan rambut dengan cara menendang serta menggiringnya ke sebuah jaring sutra yang dibentangkan pada dua tiang setinggi

1Eddy Elison, PSSI Alat Perjuangan Bangsa, : PSSI, 2005, hal. 1. 2Tsu artinya menendang bola dengan kaki. Sedangkan chu berarti bola dari kulit dan ada isinya.

1

Universitas Sumatera Utara

10 cm dan lebar 40 cm. Permainan ini dilakukan untuk melatih fisik prajurit perang Cina.

Sedangkan standar aturan sepak bola diterapkan pertama kali di Inggris pada tahun 1863. Inggris memang tercatat sebagai negara yang menyebarkan sepak bola dan aturannya ke seluruh dunia khususnya ke negara-negara koloninya yang menyebar di hampir semua benua.

Pada tahun 1885, permainan sepak bola di Eropa terutama di Inggris mulai dianggap sebagai salah satu industri, bisnis serta untuk mengangkat status sosial.

Saat itu mulai dikenal adanya pemain bayaran atau disebut pemain profesional seperti sekarang. Kompetisi liga antar klub dalam satu negara pertama kali diselenggarakan oleh Inggris pada tahun 1888. Kompetisi tersebut mendorong berkembangnya sepak bola modern di dunia.3 Tidak adanya badan internasional yang mengatur permainan sepak bola di dunia internasional membuat perkembangan sepak bola sedikit terhambat sehingga pada tanggal 21 Mei 1904 dibentuk badan sepak bola internasional yang disebut Federation International de

Football Association (FIFA) di Paris, Perancis.4 Sejak FIFA terbentuk, sepak bola di dunia berkembang dengan pesat. Hal tersebut karena tugas FIFA juga untuk melakukan promosi dan sosialisasi tentang sepak bola. Hingga kini FIFA telah memiliki anggota lebih dari 200 negara.

3Rangga, Muhammad Ariefuddin. ”PSSI Pada Masa Kepemimpinan Djojohadikoesoemo”. Skripsi Ilmu Sejarah. Belum Diterbitkan. Jakarta: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, 2009, hal. 3. 4Hendri Firzani, Segalanya Tentang Sepak Bola, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010, hal.14.

2

Universitas Sumatera Utara

Di Indonesia, awal mula sepakbola tidak terlepas dari pengaruh kolonial

Belanda. Sepak bola di Hindia Belanda pertama kali diperkenalkan oleh bangsa

Belanda yang datang sebagai pekerja di instansi pemerintah Hindia Belanda.

Pekerjaan yang dilakukan bangsa Belanda di instansi pemerintahan Hindia

Belanda, seperti: pegawai perkebunan, pegawai kantor perdagangan, perkapalan dan karyawan pertambangan. Mereka bermain sepak bola sebagai rekreasi dan menjaga kesehatan tubuh.5

Orang Belanda dianggap sebagai perintis sepak bola di Hindia Belanda dikarenakan letak geografis wilayah Belanda yang dekat dengan Inggris dan

Inggris adalah pelopor sepak bola modern. Maka sudah tentu sebagai negara yang berdekatan dengan Inggris menjadikan sepak bola dengan cepat menyebar di

Belanda. Bukti dari cepatnya pengaruh sepak bola menyebar dan diterima di

Belanda adalah pendirian organisasi sepak bola, seperti: Football Association

(FA) milik Inggris, yakni: bernama Koninklijke Nederlandsche Voetbal Bond

(KNVB) pada tahun 1889 di Belanda yang merupakan organisasi kedua setelah

Perancis (1872) yang terlebih dahulu membentuk organisasi sepak bola seperti

FA.6

Pada awalnya sepak bola di Indonesia hanya dimainkan oleh bangsa- bangsa barat terutama orang Belanda. Kemudian etnis Tionghoa mengikutinya

5Srie Agustina Palupi, Politik dan Sepak bola, Yogyakarta: Ombak, 2004, hal. 24. 6M. Daud Darmawan, Menelusuri Jejak-jejak Kuno Sejarah Sepak bola Dunia, Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007, hal. 45.

3

Universitas Sumatera Utara sedangkan bagi orang-orang Indonesia asli atau bumi putera yang mengikuti terbatas. Dalam artian bahwa hanya orang Indonesia asli yang sederajat dengan orang Belanda yang boleh memainkannya. Ketika sepak bola semakin umum dimainkan oleh orang Belanda, masyarakat Indonesia mulai menaruh perhatian dan dengan mudah memahami permainan sepak bola. Hal tersebut disebabkan orang Indonesia telah mengenal sebuah permainan yang mirip dengan sepak bola, yaitu: sepak takraw yang menggunakan bola dari anyaman rotan.7

Perkembangan sepak bola di Sumatera Utara khususnya di kota Medan sendiri telah dimulai sebelum Indonesia merdeka. Artikel yang dirilis oleh

Rec.Sprot.Soccer Statistic Foundation (RSSSF) mencatat, sepak bola pertama kali di Hindia Belanda terjadi di Medan. Organisasi bernama Gymnastiek Vereeniging yang berdiri pada tanggal 16 November 1887 yang merupakan organisasi olahraga senam pada awalnya memainkan olahraga kriket dan sepak bola. Pada akhir 1890- an, sebuah tim dari Penang datang bertanding. Setelah pertandingan melawan tim dari Penang, sepak bola sempat terhenti menyusul vakumnya kegiatan organisasi senam tersebut. Surat kabar De Sumatera Post edisi 31 Mei 1904 mengemukakan bahwa pada Juni 1899 sepak bola kembali dimainkan menyusul lahirnya klub olahraga Sportclub Sumatra’s Oostkust. Kehadiran klub olahraga tersebut untuk melanjutkan kegiatan Gymnastiek Vereeniging sejak 1887.Klub sepak bola

7Srie Agustina Palupi, Op.Cit., hal. 25.

4

Universitas Sumatera Utara

tersebut didirikan bukan untuk mengukir prestasi namun hanya sekedar untuk bersenang-senang.8

Hingga akhirnya berdiri organisasi sepak bola selama kependudukan

Belanda dan semasa Negara Sumatera Timur, Oost Sumatera Voetbal Bond

(OSVB) pada tahun 1915 dan Voetbal Bond Medan en Omstreken (VBMO) pada tahun 1949.

Kemudian pada tahun 1950 diubah namanya menjadi Persatuan Sepak

Bola Medan Sekitarnya atau yang disingkat menjadi PSMS.9 Oost Sumatera

Voetbal Bond (OSVB) yang berada di bawah naungan Nederland Indische

Voetbal Bond (NIVB)10 merupakan cikal bakal PSMS berdiri. Dalam surat kabar

De Sumatera Post edisi 15 November 1917 juga ditemukan artikel berjudul “Deli, de Volksraad en de Voetbal” (Deli, Dewan Perwakilan Rakyat dan Sepak bola) menjelaskan bagaimana sebuah klub sepak bola bernama Boeih Merdeka menjadi bagian dari kampanye pemilihan anggota volksraad (dewan perwakilan rakyat).

Kandidat anggota tersebut di antaranya Mr. Baradja, T. Moesa dan Dr. Abdul

8Zen RS. “Genealogi Sepakbola Indonesia (Bagian 2): Sepakbola dan Kolonialisme, Detik, https://m.detik.com/sepakbola/pandit/d-2221733/voetbal-volksraad-dan-hari-sepakbola-hindia- belanda diakses pada tanggal 8 Juli 2019 pukul 17:12 WIB. 9Tim Penyusun Sejarah Olahraga Sumatera Utara, Sejarah Olahraga Sumatera Utara, Medan: Hasmar, 1992, hal. 64. 10NIVB (Nederlandsche Indische Voetbal Bond) adalah organisasi sepak bola bentukan orang- orang Belanda di Indonesia pada zaman penjajahan.

5

Universitas Sumatera Utara

Rasjid. Nama terakhir berhasil menjadi anggota volksraad mewakili Sumatera

Utara dan karir politiknya bertahan hingga kedatangan Jepang.11

Selain PSMS Medan, ada juga berdiri sebuah tim sepak bola bernama

Harimau Tapanuli. Klub sepak bola yang biasa disebut Hartap ini merupakan klub semi profesional asal Sumatera Utara yang didirikan di Balige pada tahun 1989 oleh Johny Pardede. Johny Pardede merupakan putra ketiga DR. TD. Pardede, tokoh sepak bola nasional yang juga pemilik eks klub papan atas ,12

Pardedetex.13

Setelah Pardedetex bubar, DR. TD. Pardede melalui anaknya Johny

Pardede yang sebelumnya merupakan manajer Pardedetex mendirikan Hartap

dengan maksud mengangkat citra orang Batak terutama etnis Tapanuli

Utara.14 Nama Harimau Tapanuli sendiri memiliki makna. Harimau sendiri

adalah raja hutan. Hingga Johny bercita-cita untuk menjadikan Hartap sebagai

raja sepak bola.15

Uniknya, meski dikelola secara serius Hartap tidak pernah mengikuti

Galatama yang merupakan kompetisi nasional resmi bagi klub

11Zen RS. “Genealogi Sepak bola Indonesia (Bagian 2): Sepak bola dan Kolonialisme, Detik, https://m.detik.com/sepakbola/pandit/d-2221733/voetbal-volksraad-dan-hari-sepakbola-hindia- belanda diakses pada tanggal 10 Juli 2019 pukul 17:05 WIB. 12Galatama (Liga Sepak bola Utama) adalah kompetisi sepak bola nasional pertama di Indonesia sejak PSSI berdiri. 13Pardedetex bahwa Pardedetex adalah tim sepak bola yang berbasis di Medan yang dibentuk oleh DR. T. D. Pardede pada tahun 1969 dan dibubarkan pada tahun 1984. 14Eko Nurhada. “Harimau Tapanuli”, Kompasiana, diakses dari https://www.kompasiana.com/bungeko/550b635a813311f813b1e5c0/harimau-tapanuli pada tanggal 20 Juni 2019 pukul 20:14 WIB. 15Team Tobatabo. “Klub Sepakbola Harimau Tapanuli Riwayatmu Dulu”, Tobatabo, diakses dari https://www.tobatabo.com/1637+klub-sepakbola-harimau-tapanuli-riwayatmu-dulu.htm pada tanggal 21 Juni 2019 pukul 16:50 WIB.

6

Universitas Sumatera Utara

nonperserikatan saat itu. Hartap memilih malang melintang di turnamen-

turnamen antarklub, seperti: Piala TD. Pardede, Marah Halim Cup, Piala

Cakradonya () dan Piala Tirtanadi. Harimau Tapanuli bubar pada

pertengahan 2004.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk membahas

“Sepak bola di Sumatera Utara (Studi Kasus: Harimau Tapanuli (1989-

2004))”. Alasan penulis membahas Harimau Tapanuli dikarenakan Harimau

Tapanuli merupakan salah satu tim sepak bola asal Sumatera Utara yang

pernah berkiprah di dunia persepakbolaan Indonesia namun tidak pernah

terlibat dalam kompetisi resmi PSSI dan juga merupakan salah satu klub sepak

bola yang cukup eksis di daerah Sumatera Utara khususnya Tapanuli di balik

adanya nama besar PSMS Medan dan PSDS Deli Serdang. Sedangkan dalam

hal pembatasan tahun, penulis memilih tahun 1989 sebagai awal penulisan

dikarenakan Hartap berdiri pada tahun 1989 dan tahun 2004 sebagai batas

akhir penulisan dikarenakan Hartap dibubarkan pada tahun 2004.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan sebuah landasan penelitian yang berguna untuk mengetahui hal-hal apa saja yang akan dibahas dan menjadi akar permasalahan dalam sebuah penelitian. Maka sesuai dengan judul penelitian

“Sepak bola di Sumatera Utara, Studi Kasus: Harimau Tapanuli (1989-2004)”

7

Universitas Sumatera Utara

dibuat suatu batasan pokok masalah penelitian yang dirangkum dalam beberapa pertanyaan, yaitu:

1. Bagaimana latar belakang berdirinya Harimau Tapanuli sebagai sebuah

klub sepak bola di Sumatera Utara tahun 1989?

2. Bagaimana pasang surut Harimau Tapanuli pada tahun 1989-2004?

3. Bagaimana proses bubarnya Harimau Tapanuli tahun 2004?

1.3 Tujuan Penelitian

Setelah mengetahui apa yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian, maka ada hal yang menjadi tujuan dan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini.

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menjelaskan awal Harimau Tapanuli dibentuk sebagai sebuah klub

sepak bola.

2. Untuk menjelaskan proses perkembangan Harimau Tapanuli dalam dunia

sepak bola khususnya di Sumatera Utara.

3. Untuk menjelaskan hal-hal yang menjadi akar permasalahan Harimau

Tapanuli dibubarkan sebagai sebuah klub sepak bola.

8

Universitas Sumatera Utara

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan edukasi bagi penulis dan masyarakat tentang sepak bola

khususnya klub sepak bola Harimau Tapanuli tahun 1989-2004.

2. Diharapkan penelitian ini dapat menjelaskan dampak Harimau Tapanuli

bagi perkembangan sepak bola di Sumatera Utara.

3. Penelitian ini dapat berguna bagi para sejarawan sebagai bahan rujukan

dalam penulisan tentang persepakbolaan di Sumatera Utara secara khusus.

1.4 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah pintu gerbang pengantar dalam melakukan penelitian untuk menelusuri kajian yang akan diteliti. Sebagai gambaran teori, tinjauan pustaka menjadi acuan awal penelitian. Untuk itu beberapa referensi penulis pergunakan di antaranya:

Eri Arianto (2010) dalam skripsi Marah Halim Cup (1972-1995) menjelaskan bahwa turnamen Marah Halim Cup merupakan turnamen sepak bola yang awalnya diikuti klub-klub lokal di Indonesia lalu menjelma menjadi turnamen internasional yang dijadikan kalender tahunan FIFA dan AFC.

Pemberian nama “MARAH HALIM CUP” tidak lain sebagai tanda terima kasih masyarakat di Sumatera Utara khususnya atas pembinaan Gubernur Sumatera

Utara, Marah Halim Harahap terhadap semua cabang olahraga terutama sepak bola. Literatur ini membantu penulis untuk melihat rekam jejak Harimau Tapanuli

9

Universitas Sumatera Utara

ketika mengikuti turnamen Marah Halim Cup yang merupakan salah satu turnamen sepak bola bergengsi pada masa itu.

Hinca Panjaitan (2013) dalam Kedaulatan negara versus kedaulatan

FIFA menjelaskan tentang pertandingan sepak bola yang selalu menarik perhatian banyak kalangan. Pertandingan sepak bola yang dikelola dengan baik dapat menjadi sarana memajukan kesejahteraan umum. Oleh karena itu, negara kerap tergoda untuk melakukan intervensi atas sepak bola dengan menerapkan hukum nasionalnya. Negara dan pihak-pihak yang berkepentingan lupa bahwa sepak bola milik FIFA bukan milik negara. Jika negara mengintervensi, FIFA bisa dan berhak melarang sepak bola dipertandingkan di suatu negara. Intervensi negara bisa membuat sepak bola tidak pernah ada di negara tersebut.

Sepak bola adalah permainan yang dikuasai dan dikontrol FIFA secara penuh dan berdaulat, maka kompetisi sepak bola pun dikelola dan dimiliki oleh

FIFA. Tetapi karena pertandingan sepak bola membutuhkan lapangan yang merupakan milik dan ada di bawah kedaulatan sebuah negara, maka tak ada pertandingan sepak bola tanpa izin negara. Literatur ini membantu penulis untuk melihat sejauh mana peran pemerintah terhadap Hartap dalam hal penyelenggaraan pertandingan, seperti: penyediaan lapangan atau stadion sepak bola sebagai tempat berlangsungnya pertandingan sepak bola.

10

Universitas Sumatera Utara

R. N. Bayu Aji (2018) dalam Mewarisi Sepak Bola, Budaya dan

Kebangsaan Indonesia menjelaskan bahwa sepak bola adalah simbol ideologi, perlawanan, politik, semangat daerah (golongan), jati diri bangsa, candu dan penggerak massa terbesar di bumi ini. Di Indonesia, simbol perlawanan adalah saat berdirinya organisasi sepak bola Indonesia bernama PSSI pada 19 April 1930.

PSSI secara nama adalah simbol perlawanan Bumi Putera terhadap kolonialisme

Belanda yang juga memiliki organisasi sepak bola bernama Nederland Indische

Voetbal Bond (NIVB). Berdirinya PSSI juga bukan hanya tentang sepak bola melainkan terdapat juga muatan politis, jati diri bangsa dan penggerak massa.

Bukan hanya tentang jati diri bangsa, sepak bola juga menjadi identitas kedaerahan bagi para pelaku dan pendukung.

Dinamisnya geliat sepak bola pun tidak hanya melahirkan konflik vertikal.

Tetapi, konflik horizontal yang melibatkan antar klub daerah di mana banyaknya gesekan suporter sepak bola antar daerah yang merebak baik di dalam negeri dan luar negeri.

Namun, kembali bahwa sepak bola adalah candu dan jati diri bangsa yang terlihat di mana para suporter sepak bola akan melepas identitas kedaerahannya pada saat mendukung tim sepak bola nasional.

Dalam lampauan batas lainnya, sepak bola juga menjelma menjadi

„agama‟ tidak hanya bagi pemainnya, tetapi juga bagi para pendukungnya.

Literatur ini membantu penulis untuk melihat pengaruh Hartap sebagai sebuah klub sepak bola serta sebagai sebuah identitas kedaerahan yang pernah ada di

11

Universitas Sumatera Utara

Sumatera Utara terhadap kehidupan masyarakat khususnya masyarakat Balige yang menikmati sepak bola.

Anung Handoko (2008) dalam Sepak Bola Tanpa Batas: City of

Tolerance menjelaskan bahwa pada mulanya sepak bola diciptakan sebagai sarana mengisi waktu luang sembari utuk berolahraga. Akan tetapi saat ini, sepak bola menjelma menjadi permainan mahal karena menjadi media bisnis besar- besaran yang melibatkan para penguasa di dunia. Sepak bola memiliki keunikan, seperti: sepak bola memiliki magnet luar biasa bagi masyarakat luas. Selain itu, sepak bola juga bukan sekedar menarik dalam kompetisi olahraga atau event besar.

Olahraga yang paling digemari di seluruh dunia ini juga menjadi fokus interaksi publik. Suporter yang merupakan salah satu elemen penting dalam sepak bola yang turut juga mewarnai perkembangan sepak bola dari masa ke masa.

Literatur ini membantu penulis untuk melihat sejauh mana Harimau Tapanuli sebagai klub sepak bola profesional mampu menarik minat masyarakat dan juga melihat respon masyarakat untuk menyaksikan ataupun mendukung Harimau

Tapanuli ketika masih berdiri sebagai sebuah klub sepak bola.

Ubaidillah Nugraha (2008) dalam Republik Gila Bola menjelaskan tentang suporter yang erat kaitannya akan perasaan cinta dan fanatisme terhadap klub kebanggaan. Sepak bola tidak hanya terlibat dalam bidang bisnis, sosial, politik dan lifestyle (gaya hidup). Suporter bisa dikatakan sebagai inspirator permainan dan sering disebut sebagai pemain kedua belas dalam dunia sepak bola.

12

Universitas Sumatera Utara

Literatur ini membantu penulis untuk melihat reaksi ataupun dukungan masyarakat Balige khususnya para kaum pria mendukung Harimau Tapanuli sebagai klub kebanggaan yang pernah malang melintang dalam dunia sepak bola

Indonesia.

Arief Natakusumah (2013) dalam Drama Itu Bernama Sepak Bola:

Gambaran silang sengkarut olah raga, politik dan budaya menjelaskan tentang sepak bola dapat mengatasnamakan apa saja mulai dari politik, sosial, ekonomi, budaya hingga agama. Sepak bola menjadi barometer ideal dalam hubungan internasional hingga ketegangan antarbangsa.

Sepak bola juga dapat menjadi alat politik dalam skala nasional bahkan internasional. Banyak negara mengekspresikan jati diri melalui tim sepak bolanya.

Literatur ini membantu penulis untuk melihat bahwa sepak bola tidak lepas dari pengaruh politik dan melihat kondisi Hartap sebagai sebuah klub sepak bola yang dibentuk dan dimiliki oleh pebisnis dan juga merupakan anak politikus.

1.5 Metode Penelitian

Dalam penulisan sejarah ilmiah, pemakaian metode sangatlah penting.

Metode penelitian sejarah sering disebut sebagai metode sejarah. Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah- langkah sistematis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

13

Universitas Sumatera Utara

historis, yaitu: proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lalu berdasarkan data yang diperoleh. Menurut Louis

Gottschalk, ada empat tahap yang digunakan dalam penelitian.16 Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Heuristik, yaitu: tahap awal yang dilakukan untuk mencari data-data melalui berbagai sumber-sumber yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.

Dalam tahap ini sumber data dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu: studi lapangan dan studi kepustakaan. Data hasil dari studi lapangan dapat melalui wawancara dengan berbagai informan yang terkait dengan penelitian yang digunakan terhadap masyarakat Balige, mantan pemain dan mantan jajaran manajemen Harimau Tapanuli. Sedangkan studi kepustakaan dapat diperoleh dari berbagai buku, dokumen, arsip, dan lain sebagainya. Penelitian ini menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:

 Teknik wawancara. Cara ini merupakan teknik pengumpulan data yang secara langsung ke Balige sebagai kota Harimau Tapanuli didirikan untuk memperoleh data dari pelaku sejarah itu sendiri dengan terlebih dahulu menerapkan kriteria informan dan model wawancara.

 Studi kepustakaan. Cara ini dilakukan sebelum ke lapangan untuk mengumpulkan sumber sekunder yang relevan dengan masalah yang dikaji.

Sumber sekunder diperoleh dari Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, tesis-

16Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, diterjemahkan oleh Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985, hal. 32.

14

Universitas Sumatera Utara

tesis, buku-buku, hasil laporan penelitian, jurnal-jurnal, Sumatera Utara,

Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara.

2. Kritik Sumber, yaitu: proses yang dilakukan peneliti untuk mencari nilai kebenaran data sehingga dapat menjadi penelitian yang objektif. Di mana dalam tahap ini sumber-sumber yang telah terkumpul dilakukan kritik baik kritik internal maupun eksternal.

 Kritik internal, kritik yang dilakukan untuk mencari kesesuaian data dengan permasalahan yang diteliti dan memperoleh dokumen yang kredibel dengan menganalisis dokumen yang tertulis. Menganalisis buku-buku atau dokumen yang berkaitan dengan perkembangan tim sepak bola Harimau Tapanuli melalui metode membandingkan dengan sumber yang lain.

 Kritik eksternal, kritik yang mencari kebenaran sumber yang diambil oleh peneliti maupun fakta yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan dengan informan.

3. Interpretasi, yaitu: hasil penganalisaan terhadap sumber-sumber yang diteliti. Dalam hal ini data yang diperoleh dianalisis sehingga sifatnya lebih objektif. Dengan perkataan lain data-data yang diperolehdi analisis sehingga menjadi fakta.

4. Historiografi, yaitu: penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya menjadi satu kisah atau kajian yang menarik dan selalu berusaha memperhatikan aspek kronologisnya. Historiografi juga merupakan klimaks dari sebuah metode

15

Universitas Sumatera Utara

sejarah.17 Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah deskriptif analisis, yaitu: dengan menganalisis setiap data dan fakta yang ada untuk mendapatkan penulisan sejarah yang kritis. Dari fakta-fakta tentang perkembangan dan bubarnya Harimau Tapanuli yang sudah diuji dengan metode sejarah maka ditulis berdasarkan kronologi waktu.

17Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1982, hal. 58.

16

Universitas Sumatera Utara

BAB II

LATAR BELAKANG PERKEMBANGAN HARIMAU TAPANULI

2.1 Sejarah Terbentuknya Harimau Tapanuli

Sepak bola adalah suatu cabang olahraga yang sangat populer dan

digemari di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Banyak hal dalam sepak bola

yang kemudian menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk memainkan ataupun

hanya untuk sekedar menonton pertandingan sepak bola.

Belum ada keterangan pasti tentang kapan masuknya sepak bola di

wilayah Hindia Belanda Pada tahun 1890 didirikan Football Clubs di Hindia

Belanda. Kemudian berlanjut di pada tahun 1900 dengan

didirikannya Bandung Voetbal Club (BVC) yang merupakan perkumpulan

pemain sepak bola Oud Holland yang bekerja di kota tersebut. Tak

ketinggalan, orang-orang Tionghoa juga membentuk organisasi sepak bola

bernama Tiong Hoa Un Tong Hwee (THUTH) pada tahun 1905 dan Union

Makes Strength (UMS) pada tahun 1912. Hal tersebut juga memacu para

pribumi untuk ikut membentuk organisasi sepak bola bernama Indonesia

Voetbal Bond pada tahun 1902 di yang diprakarsai oleh pedagang

pribumi bernama H.M. Djen.

17

Universitas Sumatera Utara

Lalu di tahun 1908, diprakarsai oleh kerabat dan pegawai Keraton

Kesunanan Surakarta masa Susuhunan Pakubuwono X dibentuk organisasi

sepak bola romeo yang merupakan perkumpulan pribumi pertama.18

Dalam dunia sepak bola Indonesia khususnya Sumatera Utara, Harimau

Tapanuli adalah salah satu klub sepak bola semi profesional yang cukup dikenal dengan prestasi gemilang.

Harimau Tapanuli atau biasa disebut Hartap didirikan oleh anak ketiga

DR.TD. Pardede, Johny Pardede. Johny Pardede juga sebelumnya merupakan manajer dari klub sepak bola Pardedetex.19 Tujuan pembentukan klub semata- mata hanya mengangkat nama Tapanuli Utara di tingkat nasional. Pembentukan

Hartap yang ada pada dasarnya muncul dari ide Pak Ketua (sebutan untuk DR.

TD. Pardede) telah banyak mengandung unsur positif terutama dalam perluasan wawasan Tapanuli Utara di bidang olahraga sepak bola. Oleh karena itu sampai sekarang masyarakat Tapanuli Utara tetap menyelenggarakan TD. Pardede Cup. 20

Hal lain yang menginisiatif Johny Pardede untuk kembali menjadikan sepak bola sebagai salah satu cara memperkenalkan Tapanuli Utara secara khusus

18Adilhaksono Dwi Dody. Persija (1970-1990), “Dinamika Perkembangan Sepak Bola di Jakarta”. Skripsi Ilmu Sejarah. Belum Diterbitkan. Depok: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, 2012, hal. 3. 19Pardedetex adalah sebuah klub sepak bola yang pernah didirikan oleh DR.T.D. Pardede sekaligus menjadi salah satu klub sepak bola yang merintis pendirian Galatama (Liga Sepak Bola Utama). 20Ny. Sariaty P.R. Siregar Br. Pardede, dkk, IN-MEMORIAM Delapan Tahun DR.TD. Pardede (18-11-1991 s/d 18-11-1999), Medan: Scan dan Percetakan Jln. Mesjid, 1999, hal. 109.

18

Universitas Sumatera Utara

kepada masyarakat adalah dikarenakan Johny Pardede termasuk dalam kepengurusan Perstu (Persatuan Sepak bola Tapanuli Utara) saat itu.

Belum merasa puas dengan posisi sebagai salah satu pengurus Perstu untuk memajukan dan mengenalkan Tapanuli Utara membuat Johny Pardede akhirnya mendirikan Harimau Tapanuli sebagai salah satu klub yang berada di bawah bonden Perstu.21

2.2 Identitas Harimau Tapanuli

Setiap klub sepak bola pada umumnya memiliki identitas tersendiri hingga membuat sebuah klub sepak bola berbeda dengan klub sepak bola lainnya. Selain sebagai alat untuk membedakan dengan klub sepak bola lainnya, identitas sebuah klub sepak bola juga memiliki ciri khas masing-masing. Mulai dari lambang, suporter hingga julukan klub sepak bola itu sendiri.

2.2.1 Lambang Harimau Tapanuli

Setiap klub sepak bola memiliki logo atau lambang yang merupakan identitas dan juga kebanggaan dari klub sepak bola tersebut. Lambang ataupun logo dari sebuah klub sepak bola biasanya tercipta ataupun terinspirasi dari identitas kedaerahan klub sepak bola tersebut. Hal tersebut dapat kita lihat pada sejumlah klub sepak bola di Indonesia yang telah ada sejak era Galatama dan

Perserikatan, seperti: PSMS Medan yang memiliki lambang klub Tembakau Deli

21Wawancara. Viktor Simamora, Mess Pemda TK. II. Tapanuli Utara, Jln. Kemiri II No. 11, Sudirejo II, Medan Kota, Medan pada tanggal 29 Januari 2020.

19

Universitas Sumatera Utara

sebagai komoditas kebanggaan pada zaman penjajahan dulu yang terkenal hingga ke mancanegara.

Selain itu ada juga yang juga menggunakan Monumen

Nasional sebagai ikon terkenal dari Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tak berbeda dengan Harimau Tapanuli yang juga memiliki lambang klub sebagai identitas dan juga kebanggaan dari adanya Harimau Tapanuli.

Namun pembentukan sebuah klub sepak bola dengan nama Harimau

Tapanuli cukup unik saat itu. Hal tersebut didasarkan pada di mana “persatuan sepak bola” dengan menggunakan awalan “per” dan “ps” adalah awalan-awalan yang paling lazim digunakan kesebelasan-kesebelasan di seluruh Indonesia terutama bagi yang dulunya berkompetisi di Perserikatan. Kesebelasan- kesebelasan tersebut menggunakan “persatuan sepak bola” baik ditulis dengan menggunakan “per” atau “ps” di bagian awal nama yang kemudian dilanjutkan dengan identitas mereka. Kebanyakan kesebelasan-kesebelasan tersebut berkompetisi di Perserikatan sehingga fanatisme daerah sangat pekat dalam sejarah mereka. Oleh karena itu, memasukkan elemen nama daerah seperti menjadi suatu keharusan agar seluruh Indonesia secara khusus mengetahui dari mana asal klub tersebut.22

22Muhartadi Siregar. Sepak bola Indonesia di Antara “Per” dan ”PS”, Pandit Football, https://www.panditfootball.com/panditcamp/184386/PSH/150828/sepakbola-indonesia-di-antara- per-dan-ps diakses pada tanggal 1 April 2020 pukul 22:23 WIB.

20

Universitas Sumatera Utara

Harimau Tapanuli sendiri memiliki lambang klub, yakni: Kepala Harimau

Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) dengan tulisan Harimau Tapanuli di bawah kepala harimau tersebut.23 Nama Harimau Tapanuli sendiri memiliki makna.

Harimau sendiri adalah raja hutan. Sedangkan Tapanuli adalah wilayah yang mayoritas ataupun domisili masyarakat suku Batak. (Lihat di lampiran gambar 4:

Lambang Klub Harimau Tapanuli)

Selain itu, nama kota Balige (ibu kota Kabupaten Toba saat ini) sebagai kota asal sekaligus kota kelahiran DR. T. D. Pardede yang merupakan ayah dari

Johny Pardede disematkan pada logo Harimau Tapanuli. Hingga Johny bercita- cita untuk menjadikan Hartap sebagai raja sepak bola.24

Tujuan pembentukan klub ini semata-mata hanya untuk mengangkat nama

Tapanuli Utara di tingkat nasional walaupun pada akhirnya nama Harimau

Tapanuli (Hartap) sudah tidak asing lagi di dunia internasional.

Pembentukan Hartap mendapat dukungan dari berbagai pihak baik dari pihak Pemda Taput maupun dari masyarakat setempat. Hal ini terbukti dari ambisi pecinta sepak bola yang menyaksikan setiap pertandingan yang diselenggarakan oleh Hartap. Pembentukan Hartap yang pada dasarnya muncul dari ide Pak

23Wawancara. Tamrin Sihombing, Stadion DR. TD. Pardede, Jln. Binjai KM 10,8, Medan pada tanggal 22 September 2019. 24Team Tobatabo. “Klub Sepak bola Harimau Tapanuli Riwayatmu Dulu”, Tobatabo, diakses dari https://www.tobatabo.com/1637+klub-sepakbola-harimau-tapanuli-riwayatmu-dulu.htm pada tanggal 30 Oktober 2019 pukul 12:03 WIB.

21

Universitas Sumatera Utara

Ketua25 telah banyak mengandung unsur positif terutama dalam perluasan wawasan Taput di bidang olahraga khususnya sepak bola. Oleh karena itu sampai sekarang masyarakat Taput tetap menyelenggarakan TD. Pardede Cup.26

2.2.2 Slogan Harimau Tapanuli

Setiap klub sepak bola pasti memiliki slogan masing-masing. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, slogan memiliki arti perkataan atau kalimat pendek yang menarik atau mencolok dan mudah diingat untuk menejelaskan tujuan suatu ideologi golongan, organisasi, partai politik dan sebagainya. Slogan sebuah klub sepak bola bermaksud atau bertujuan untuk menyemangati klub kebanggaan ketika sedang bertanding di lapangan hijau.

Slogan juga biasanya disuarakan oleh suporter kesebelasan klub sepak bola terutama sejak awal hingga akhir pertandingan. Di Eropa, dapat ditemui slogan klub-klub sepak bola, seperti: Manchester United dengan slogan “Glory-

Glory Manchester United (Jayalah-Jayalah Manchester United)” Chelsea dengan slogannya “Keep The Blue Flag Flying High (Jagalah Bendera Biru Terbang

Tinggi)”, Real Madrid dengan slogannya “Hala Madrid (Jayalah Madrid)” dan slogan klub lainnya. Di Indonesia juga tak jarang slogan sepak bola ditemukan, seperti: PSMS Medan dengan slogannya “Ribak Sude” dan lain sebagainya.

25Pak Ketua merupakan panggilan kepada DR. T. D. Pardede. 26Ny. Sariaty P.R. Siregar Br. Pardede, dkk. Op. Cit., hal.109.

22

Universitas Sumatera Utara

Slogan klub sepak bola juga terdapat pada tubuh Harimau Tapanuli sebagai klub sepak bola profesional. Hartap memiliki slogan “Hidup Harimau

Tapanuli”.27 Hal ini menunjukkan bahwa Harimau Tapanuli saat itu telah berhasil menarik minat masyarakat terhadap sepak bola hingga animo masyarakat dalam mendukung Hartap terlihat dengan menciptakan slogan Harimau Tapanuli.

Meskipun pada saat itu Harimau Tapanuli tidak memiliki kelompok suporter dengan nama-nama identik yang ada pada kelompok suporter kesebelasan sepak bola sekarang.

Disadari atau tidak suporter merupakan komponen penting dalam setiap pertandingan sepak bola. Kehadiran mereka seperti nyawa ke-12 atau biasa juga disebut sebagai pemain ke-12 bagi tim karena dukungan suporter dengan teriakan slogan bisa menyuntik semangat pemain yang bertanding di lapangan. Kehadiran dan dukungan suporter juga bagi pemain di dalam stadion dapat memberikan motivasi yang lebih besar untuk meraih kemenangan.

Suporter adalah orang yang memberikan dukungan sehingga bersifat aktif.

Di lingkungan sepak bola, suporter erat kaitannya dengan dukungan yang dilandasi oleh perasaan cinta dan fanatisme terhadap tim. Jika manajer adalah otak tim, pemain adalah energi tim, maka suporter adalah inspirator permainan. Tidak salah apabila mereka sering disebut pemain kedua belas.28

27Tamrin Sihombing, Op. Cit. 28Ubaidilah Nugraha, Republik Gila Bola, Jakarta: Ufuk Press, 2008, hal. 53.

23

Universitas Sumatera Utara

Para pemain juga tentunya ingin menyuguhkan permainan yang indah dan menghibur dan juga tak ingin mengecewakan suporter dan klub pemain sendiri.29

Karena pada dasarnya sepak bola bersifat menghibur sehingga membuat banyak orang tertarik. Ketika permainan sepak bola dimainkan dengan unsur-unsur keterampilan dan sportifitas, penonton pun tidak ragu untuk datang langsung menyaksikan permainan kesebelasan Hartap.

Hal tersebut juga mendorong Johny Pardede selaku pemilik Hartap untuk mengapresiasi sikap masyarakat baik di sekitar Stadion DR. TD. Pardede ataupun di sekitar Stadion Sisingamangaraja Balige30 (home base atau markas Harimau

Tapanuli selain markas Perstu)31 yang hadir untuk mendukung ataupun menyaksikan Harimau Tapanuli ke stadion tanpa membayar biaya masuk atau ditiadakannya tiket.32

2.3 Sarana dan Prasarana Klub Sepak Bola Harimau Tapanuli

Keadaan sarana dan prasarana yang mendukung sangat diperlukan dalam memperlancar untuk melakukan suatu kegiatan. Hal tersebut dikarenakan setiap cabang olahraga memerlukan dan harus memiliki sarana dan prasarana sendiri.

Dalam berolahraga tidak hanya cukup dengan mengandalkan fisik, namun perlu

29Viktor Simamora. Op. Cit. 30Stadion atau Lapangan Sisingamangaraja XII adalah salah satu stadion yang terletak di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir (sekarang Kabupaten Toba). 31Zul Imri Purba, Op. Cit. 32Zul Imri Purba, Ibid.

24

Universitas Sumatera Utara

didukung juga dengan sarana dan prasarana yang memungkinkan agar dapat mendapatkan hasil yang maksimal.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2019), sarana dan prasarana memiliki defenisi sebagai berikut:

a. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam

mencapai maksud atau tujuan; alat; media.

b. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama

terselenggaranya suatu proses.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana merupakan alat atau fasilitas yang dapat digunakan untuk untuk mencapai suatu usaha.

Dalam meningkatkan kualitas klub sepak bola Hartap harus memiliki sarana dan prasarana yang baik dan bisa digunakan secara maksimal. Sarana dan prasarana klub dimaksud antara lain, seperti: stadion yang mencakup lapangan sepak bola, tempat latihan, mess pemain, kesekretariatan, poliklinik, transportasi serta sarana lain yang menunjang kualitas klub agar menjadi lebih baik.

2.3.1 Markas Harimau Tapanuli

Selain menggunakan hukum dan tata aturan kompetisi sepak bola profesional yang disebut Lex Sportiva dan Lex Ludica (the Laws of The Game) sebagai aturan pertandingan sepak bola profesional yang dikeluarkan Federation

25

Universitas Sumatera Utara

International de Football Association (FIFA) federasi internasional sepak bola yang menguasai dan memiliki kedaulatan atas sepak bola, penyelenggaraan kompetisi sepak bola profesional juga membutuhkan jaminan hukum dan jaminan keamanan dari negara yang dituangkan dalam mekanisme perizinan. Selain itu juga membutuhkan ruang yang disebut stadion dan lapangan sepak bola yang cukup memadai untuk menyelenggarakan pertandingan sepak bola.33

Dibentuk sebagai sebuah klub sepak bola yang dikelola secara profesional,

Hartap juga memiliki markas klub. Markas yang dimaksud menunjukkan tempat atau lokasi. Markas memiliki wujud nyata dalam bentuk bangunan. Markas

Harimau Tapanuli sendiri berada di Stadion DR. TD. Pardede, Jln. Binjai KM

10,8, Medan.34 Selain Stadion DR. TD. Pardede, Hartap juga menggunakan

Stadion Sisingamangaraja Balige sebagai tempat untuk melangsungkan pertandingan-pertandingan yang akan dijalani oleh Harimau Tapanuli. Hal tersebut dikarenakan Hartap merupakan bonden35 dari Perstu (Persatuan Sepak

Bola Tapanuli Utara) saat itu. Selain itu juga, Balige juga merupakan tempat asal dan kelahiran DR.TD. Pardede hingga menjadikan Stadion Sisingamangaraja

Balige sebagai tempat Hartap melangsungkan laga yang dijalani Hartap.

Tujuan tersebut tidak lain dan tidak asing adalah untuk menghibur masyarakat Tapanuli Utara secara khusus di Balige dan juga untuk menarik minat

33Hinca Panjaitan, Kedaulatan Negara Versus Kedaulatan FIFA. Jakarta: Gramedia, 2013, hal.7. 34Tamrin Sihombing, Op. Cit. 35Bonden (Bahasa Belanda) adalah serikat pekerja.

26

Universitas Sumatera Utara

masyarakat untuk mendukung Hartap.36 Di dalam sebuah klub sepak bola, fasilitas pemain selain markas juga diperlukan untuk menunjang kualitas pemain. Selain stadion yang berfungsi sebagai sarana dan prasarana penunjang kualitas pemain dan klub, ada beberapa aspek lain yang juga menjadi penunjang kualitas pemain.

 Lapangan Sepak Bola

Ukuran lapangan standard minimalnya untuk pertandingan sepak bola normal adalah 100 m x 64 m (110 yard x 70 yard) atau juga ada ukuran yang lebih besar, yakni: 110m x 75 m (120yard x 20 yard). Dalam lapangan sepak bola sendiri ada batas-batas garis samping, garis gawang, garis tengah dan garis bendera sudut dengan jari-jari kira 1 meter dan bagian tengah lapangan sepak bola ada yang dibatasi oleh garis yang ditarik tegak lurus pada garis gawang yang jaraknya dari tiang gawang 5,5 m.

 Gawang

Ukuran Gawang dari tanah sampai sisi bawah paling bawah 2,44 m. Lebar

gawang diukur dari sisi dalam kedua tiang gawang 7, 23 m. Tiang dan palang

gawang dibuat dari kayu atau logam yang tebalnya maksimal 12 cm dicat

berwarna putih. Tiang dan palang gawang dapat berbentuk bulat, setengah

bulat atau empat persegi.

 Bola

36Zul Imri Purba, Op.Cit.

27

Universitas Sumatera Utara

Bola dalam olahraga sepak bola berbentuk bulat. Bagian luar terbuat dari

kulit atau bahan-bahan lain yang diperkenankan. Tidak diperbolehkan

memakai bahan-bahan yang dapat membahayakan pemain. Ukuran lingkaran

bola dalam sepak bola adalah 68-71 cm dan beratnya 396-453 gram.

2.3.2 Mess

Mess merupakan fasilitas berupa rumah atau kamar yang disediakan untuk para pelatih, pemain sebagai tempat tinggal selama menjaadi pemain dalam klub tersebut. Hartap sebagai salah satu klub sepak bola yang telah berstatus semi profesional waktu itu juga menyediakan mess bagi jajaran pelatih, staf hingga para pemain. Setiap rumah dihuni oleh 1-2 orang pemain yang belum berkeluarga dan 1 rumah untuk pemain yang telah berkeluarga.37 Mess atlet Harimau Tapanuli terletak di kawasan perindustrian Pardedetex yang masih berdekatan langsung dengan Stadion T.D. Pardede.

2.3.3 Kesekretariatan

Sekretariat merupakan tempat yang sangat penting bagi sebuah organisai dikarenakan sekretariat digunakan sebagai tempat untuk melakukan rapat-rapat, menyimpan dokumen-dokumen, membahas rencana kegiatan, tempat latihan dan lain sebagainya. Harimau Tapanuli sendiri memiliki tempat sekretariat di sekitaran kompleks Pardede tepatnya di Stadion TD. Pardede. Sekretariat tersebut

37Viktor Simamora, Op. Cit.

28

Universitas Sumatera Utara

juga berisikan tempat-tempat untuk menyimpan berkas-berkas Harimau Tapanuli, foto-foto tentang pemain Harimau Tapanuli hingga tempat menyimpan sejumlah trofi yang pernah diraih oleh Harimau Tapanuli. Namun, akhir-akhir ini, banyak berkas-berkas ataupun trofi-trofi tentang Harimau Tapanuli banyak dipindahkan ke kediaman Johny Pardede.38

2.4 Profil Umum Harimau Tapanuli

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, manajemen merupakan penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Manajemen sangat berarti agar tercapainya suatu tujuan. Sebuah klub sepak bola juga harus memiliki manajemen yang baik dan terstruktur. Manajemen klub meliputi pengurus-pengurus klub, skuat atau para pemain hingga sumber dana klub yang dapat memenuhi kebutuhan sebuah klub sepak bola.

2.4.1 Struktur Kepengurusan Klub Harimau Tapanuli

Dalam mengelola sebuah klub sepak bola agar benar-benar menjadi sebuah klub sepak bola yang profesional dan terus berkembang harus memiliki struktur kepengurusan yang baik dan cukup mumpuni. Sebuah klub sepak bola harus memiliki pengurus yang berkompeten untuk mengatur kepentingan klub.

Jika tidak dikelola dengan baik, sebuah klub sepak bola akan terjebak di jurang kehancuran atau klub bisa saja akan gulung tikar alias bubar. Oleh karena itu,

38Tamrin Sihombing, Op. Cit.

29

Universitas Sumatera Utara

dalam membentuk suatu kesebelasan yang tangguh dan baik di lapangan maupun secara organisasi harus dimulai dari pondasi yang kuat, dalam hal ini menyangkut tentang kepengurusan tim.

Biasanya sebuah organisasi memiliki bagian-bagian dalam kepengurusan.

Begitu juga dengan klub sepak bola. Setiap klub sepak bola memiliki masing- masing pengurus untuk mengurus kepentingan-kepentingan klub. Harimau

Tapanuli sebagai klub yang telah berstatus sebagai klub semi profesional pada saat itu juga memiliki pengurus klub. Namun, uniknya semua pengurus klub

Harimau Tapanuli adalah orang-orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan milik keluarga Pardede. Hal tersebut dilakukan oleh Johny Pardede agar proses pengurusan klub yang lebih mudah dan terstruktur.39 Untuk jabatan sebagai ketua umu Harimau Tapanli dipegang oleh Johny Pardede yang juga sekaligus menjadi pemilik klub. Selain itu, para pegawai di perusahaan keluarga Pardede menduduki jabatan sebagai pengurus di Harimau Tapanuli dikarenakan perusahaan- perusahaan Pardede berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan Harimau Tapanuli.40

2.4.2 Ketua Umum Harimau Tapanuli

Jabatan ketua umum hendaknya dan biasanya dipegang oleh orang-orang yang benar berkompeten dalam menangani sebuah klub. Ketua umum harus memiliki visi dan misi yang jelas untuk kebaikan suatu organisasi tak terkecuali

39Viktor Simamora, Op. Cit. 40Zul Imri Purba, Op. Cit.

30

Universitas Sumatera Utara

klub sepak bola. Disadari atau tidak juga, keberhasilan suatu klub sepak bola atau organisasi tidak terlepas dari ketua umum.

Selama Harimau Tapanuli aktif dan malang melintang dalam persepakbolaan Indonesia, Johny Pardede yang berperan selaku penggagas berdirinya Harimau Tapanuli, pemilik hingga sekaligus ketua umum Harimau

Tapanuli memberikan dampak yang cukup besar bagi keberhasilan prestasi- prestasi Harimau Tapanuli. Karakter Johny Pardede yang tegas dan berjiwa pemimpin seperti DR. TD. Pardede berhasil membuat Harimau Tapanuli saat itu cukup dikenal dan disegani klub sepak bola lain.

Kiprah Johny Pardede dalam hal sepak bola juga sudah tidak asing dan lain bagi beliau. Sebelum membentuk Harimau Tapanuli, Johny Pardede telah lebih awal terlibat dalam sepak bola sebagai manajer bersama saudaranya Rudolf

M. Pardede saat ikut menangani Pardedetex yang dibentuk oleh DR. TD. Pardede di mana Pardedetex saat itu adalah klub sepak bola profesional pertama di

Indonesia. Namun, Johny Pardede terpaksa harus berhenti dari sepak bola dikarenakan Pardedetex dibubarkan oleh DR. TD. Pardede pada Kompetisi

Galatama Periode Keempat tahun 1983-1984 dan juga dikarenakan Johny Pardede yang jatuh sakit akibta terlalu memikirkan klub PS. Pardedetex.41

Johny Pardede kemudian kembali terlibat dalam sepak bola ketika mendirikan Harimau Tapanuli sebagai jawaban atas pertanyaan DR. TD. Pardede

41Ny. Sariaty P.R. Siregar Br. Pardede, dkk. Op. Cit., hal.106.

31

Universitas Sumatera Utara

yang tidak lupa akan kampung halamannya dan ingin mengangkat martabat masyarakat kampung ke dalam situasi yang lebih modern.42

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, skuat diartikan sebagai regu atau tim. Skuat sebuah klub sepak bola terdiri atas pelatih, staf hingga para pemain. Di era industri sepak bola yang semakin berkembang sekarang, pemain biasanya diperoleh dari proses perekrutan dengan melakukan seleksi terbuka kepada masyarakat yang dilakukan oleh klub, pembelian dari klub lain dengan sistem kontrak hingga pengorbitan pemain muda berbakat dari akademi klub sepak bola itu sendiri. Begitu juga dengan pelatih hingga staf pelatih, klub juga dapat mengontrak pelatih lalu pelatih juga akan membawa staf yang dapat mempermudah pekerjaan pelatih.

Berdasarkan dari buku pedoman Peraturan Organisasi Persatuan

Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), bahwa ketentuan FIFA yang tertuang dalam

FIFA Regulations for the Status and Transfer of Player, maka Persatuan

Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) berhak membuat dan memiliki sistem status, alih status serta perekrutan pemain yang disesuaikan dengan kondisi yang diizinkan oleh tata perundang-undangan negara serta keadaan yang memperhatikan pada azas keadilan dan kesejahteraan pemain pada umumnya.43

42Ny. Sariaty P.R. Siregar Br. Pardede, dkk. Op. Cit., hal.108. 43Haryanto, Type. “Pelaksanaan Rekruitmen Pemain Profesional Pada Klub Sepakbola ”. Skripsi Ilmu Keolahragaan. Belum Diterbitkan. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, 2015, hal. 21.

32

Universitas Sumatera Utara

Kecintaan Johny Pardede akan sepak bola terlihat dari skuat Harimau

Tapanuli saat itu diisi oleh pemain-pemain asli daerah yang akhirnya juga mampu bermain di klub-klub profesional dan legendaris di Indonesia saat itu, seperti:

Viktor Simamora, Zul Imri Purba, Iskandar Jalil, Zulfitri, Amri Siregar, Nanang,

Mulyadi.44 Hardianto, Coly Misrun, Suheri, Bernard Siahaan, Sapril Nasution,

Andi Jori, Antonius Awi, Petrus Barus, Subandi,45 Hardianto (Penjaga Gawang),

Sutrisno (Bek kiri), Rudi Saari (Bek tengah), Zulfitri (Bek tengah), Sabda

Lumbantoruan (Gelandang), Suheri (Gelandang), Mulyadi hingga Fauzi

Pulungan.46

Selain diisi oleh pemain lokal, Harimau Tapanuli juga diisi oleh pemain asing, seperti: Ventilav Spasov, Nikolai Dragian, Nayden Zimbilev dan Rosen

Illew yang semuanya berasal dari Bulgaria dan didatangkan pada tahun 1994.

Kemudian di bulan September 1999, Hartap kembali mendatangkan pemain asing lain, seperti: Essama Raymond (Chad), Jean Michel Babouaken, Oum Luc Junior dan Marco Mourmada.

Sementara untuk mengisi posisi pelatih, Harimau Tapanuli mempercayakan posisi pelatih Jairo Matos47 yang kemudian dilanjutkan oleh

44Tamrin Sihombing, Op. Cit. 45Zul Imri Purba, Op. Cit. 46Viktor Simamora, Op. Cit. 47Jairo Matos merupakan seorang striker berkebangsaan Brasil yang pernah membela Pardedetex dan juga tercatat sebagai pesepakbola asal Brasil yang berkiprah di Indonesia.

33

Universitas Sumatera Utara

pelatih asal Feyenoord (Belanda), yakni: Peter Stephen yang juga merupakan mantan penasehat timnas Swiss. 48

Menurut Sanjaya (2008) bahwa syarat-syarat atau ciri pokok dari pekerjaan profesional, yaitu:

1. Suatu profesi menekankan keahlian dalam bidang tertentu yang spesifik

sesuai dengan jenis profesinya sehingga antara profesi yang satu dengan

profesi yang lainnya dapat dipisahkan secara tegas.

2. Suatu profesi selain dibutuhkan oleh masyarakat juga memiliki dampak

terhadap sosial kemasyarakatan sehingga masyarakat memiliki kepekaan

yang sangat tinggi terhadap setiap efek yang ditimbulkannya dari

pekerjaan profesinya itu.

Sesuai dengan isi peraturan organisasi PSSI NO: 01/PO-PSSI/I/2011 tentang Perubahan/Penyempurnaan PO NO: 03/PO-PSSI/VIII/2009 tentang

Pemain: Status, Alih Status dan Perpindahan dalam pasal 1 ayat (11):

“Pemain profesional merupakan pemain yang menerima bayaran lebih, selain dari pengeluaran nyata selama partisipasinya atau aktivitasnya yang berkaitan dengan sepak bola serta dilakukan dengan suatu kontrak atau perjanjian kerja dinyatakan berstatus pemain profesional.”

48Team Tobatabo. “Klub Sepakbola Harimau Tapanuli Riwayatmu Dulu”, Tobatabo, diakses dari https://www.tobatabo.com/1637+klub-sepakbola-harimau-tapanuli-riwayatmu-dulu.htm pada tanggal 17 Februari pukul 19:17 WIB.

34

Universitas Sumatera Utara

Pemain profesional sendiri terbagi dari pemain lokal dan pemain asing, berikut merupakan penjelasannya:

1. Pemain lokal adalah pemain sepak bola yang berstatus profesional

dan sepenuhnya merupakan Warga Negara Indonesia (WNI)

yang bergabung pada salah satu Klub Profesional Anggota PSSI

atau suatu klub dari Asosiasi/Federasi Sepak Bola Nasional yang

resmi menjadi anggota FIFA.

2. Pemain asing adalah pemain sepak bola profesional yang berasal

dari suatu klub dari suatu Federasi/Asosiasi Sepak Bola Nasional

yang resmi menjadi anggota FIFA, pindah sementara ke

Indonesia untuk bergabung menjadi pemain dari salah satu klub

profesional anggota PSSI.

Jika melihat deretan pemain terutama pemain asing yang mengisi skuat

Harimau Tapanuli menunjukkan bahwa Harimau Tapanuli merupakan klub sepak bola berstatus semi profesional namun dikelola secara profesional. Keadaan tersebut mengacu terhadap pemain asing yang didatangkan diberikan kontrak oleh manajemen Harimau Tapanuli.

“Kami para pemain diberikan kontrak yang berisikan durasi dan juga besaran gaji. Setiap pemain berbeda-beda kontraknya dan juga gajinya. Ada yang kontraknya jangka pendek dan juga jangka panjang. Soal gaji para pemain pasti

35

Universitas Sumatera Utara

berbeda-beda tergantung kualitas pemain. Soal berapa besar gajinya sudah lebih dari cukup dan bisa dikatakan cukup untuk membutuhi kebutuhan kami sebagai pemain saat itu.”49

2.4.3 Anggaran, Sumber Dana dan Jersey Harimau Tapanuli

Dana merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menjalankan sebuah klub sepak bola. Bisa dikatakan suatu klub sepak bola tak akan dapat berjalan tanpa adanya dana. Untuk menunjang kegiatan-kegiatan klub, Harimau

Tapanuli tidak lepas dari dana yang memadai.

Suatu klub sepak bola memperoleh dana yang bersumber dari:

 Iuran anggota atau pengurus dari cabang klub sepak bola tersebut.

 Kerja sama baik dengan pihak swasta ataupun negeri.

 Sponsor / investor.

Harimau Tapanuli sejak berdiri hingga bubar memiliki finansial yang sangat melimpah. Hal tersebut terlihat dari pemain-pemain asing yang mengisi skuat klub Harimau Tapanuli. Kondisi tersebut merupakan kondisi yang sangat jarang di mana sebuah klub sepak bola yang berstatus semi profesional dan merupakan klub yang lebih banyak tampil ketika mengikuti turnamen tertentu namun memiliki pemain-pemain asing.

49Zul Imri Purba, Op. Cit.

36

Universitas Sumatera Utara

Industri sepak bola sebagai sebuah misi untuk mencapai prestasi dunia memaksa klub-klub di Indonesia mulai berbenah menuju pengelolaan profesional.

Profesional dalam konteks ini adalah klub menjalankan kegiatannya dengan tujuan memperoleh keuntungan.50

Selain itu, Harimau Tapanuli terlihat cukup unik karena sponsor Harimau

Tapanuli merupakan perusahaan-perusahaan dari DR. T.D. Pardede, seperti:

Universitas Darma Agung, Danau Toba International Hotel, Rumah Sakit Herna dan perusahaan DR. TD. Pardede lainnya.51 Perusahaan-perusahaan TDPHC (T.D.

Pardede Holding Company) sendiri digunakan sebagai sponsor Harimau Tapanuli tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperkenalkan serta mempromosikan usaha-usaha yang telah dirintis oleh DR. TD. Pardede sebelumnya.

Terkait kriteria klub profesional, Sitorus (2011) menjelaskan, berdasarkan

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 22/2011, klub profesional tak bisa lagi menggunakan dana APBD. Hal tersebut menunjukkan bahwa jauh sebelum sepak bola Indonesia bergerak dalam dunia industri sepak bola seperti sekarang,

Harimau Tapanuli yang berstatus semi profesional tidak menggunakan dana

APBD dari pemerintah daerah setempat di mana Harimau Tapanuli merupakan klub internal dari Perstu (Persatuan Tapanuli Utara) saat itu. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa Harimau Tapanuli mengikuti sistem pengelolaan klub-klub

50Sulistiyono, “Transformasi Pengelolaan Klub Sepakbola di Indonesia”, Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, Vol. 2 Edisi 2, Desember 2012, hal. 129. 51Viktor Simamora, Op. Cit.

37

Universitas Sumatera Utara

Galatama yang berstatus profesional saat itu. Hal tersebut dibuktikan melalui seluruh anggaran dana dan sumber dana yang menyangkut Harimau Tapanuli berasal dari dan dikelola oleh Johny Pardede.52

Menurut Gladen dan Sutton (2011:122) mendefinisikan olahraga profesional adalah aktivitas olahraga atau keterampilan di mana olahragawan atau atlet diberikan kompensasi. Kompensasi dapat berupa gaji, bonus atau model pembayaran yang lain.

Hartap sebagai klub semi profesional bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup pemainnya dengan memberikan gaji dan bonus yang mana merupakan hak bagi seorang pemain. Adapun gaji pemain Harimau Tapanuli bervariasi nilainya tergantung kesepakatan antara pemain dengan pihak manajemen Harimau Tapanuli. ( Wawancara dengan Tamrin Sihombing, 22

September 2019)

Setiap klub sepak bola juga diwajibkan untuk memiliki kostum atau seragam kebanggaan yang akan digunakan saat bertanding dan selama sebuah pertandingan dilaksanakan. Dalam regulasi PSSI tahun 2017 Pasal 48 tentang

Pengesahan dan Perlengkapan (kit) ayat ke-5 dikemukakan bahwa setiap klub wajib memiliki dan mendaftarkan perlengkapan tim yang terdiri dari: (a). Seragam kandang dan tandang yang akan digunakan oleh pemain dan penjaga gawang

52Thamrin Sihombing, Op. Cit.

38

Universitas Sumatera Utara

dalam pertandingan yang terdiri dari: baju, celana pendek dan kaos kaki,(b).

Seragam Ofisial, (c). Rompi (bibs).

Selain itu juga dalam ayat ke-6 dikemukakan bahwa “seragam kandang dan tandang tidak diperbolehkan mengandung logo, simbol, kata-kata dan jenis dukungan terhadap sponsor rokok, perjudian, alkohol serta simbol keagamaan dan organisasi ataupun partai politik.” Dalam ayat ke-8 juga dikemukakan bahwa

“seragam kandang dan tandang yang didaftarkan tersebut termasuk contohnya wajib memiliki (a). Nomor dan nama pemain, (b). Penempatan materi promosi milik sponsor klub.53

Tak terkecuali dengan Hartap yang juga memiliki atribut yang cukup unik.

Dengan jersey belang-belang bak warna tubuh hewan zebra yang merupakan perpaduan antara warna hitam dan putih hingga nampak menyerupai jersey kebanggaan salah satu klub sepak bola dari Italia asal kota Turin, yakni: Juventus

FC. Pemilihan warna hitam dan putih sebagai warna untuk jersey Harimau

Tapanuli bukan hanya sembarang pemilihan warna juga namun sangat lekat sekali hingga mirip dengan jersey Juventus FC. Hal tersebut dikarenakan Johny Pardede adalah salah satu penggemar Juventus FC.

“Bos itu dulunya merupakan fans berat Juventus. Sampai-sampai dalam

tur pramusim waktu itu Italia masuk dalam salah satu negara tujuan tur pra

musim Harimau Tapanuli. Oleh karena beliau saya waktu itu bisa

53Liga Indonesia Baru, Regulasi 2017, Jakarta: Liga Indonesia Baru, 2017, hal. 36.

39

Universitas Sumatera Utara

menyaksikan langsung pertandingan besar antara AC Milan vs Napoli. Di

Stadion San Siro/Giuseppe Meazza di kota Milan saat itu. Zaman Diego

Maradona saat itu masih di Napoli dan Frank Rijkaard di AC Milan.”54

Adidas juga merupakan apparel jersey yang membuat kostum Hartap dan langsung dibuat dan didatangkan dari pabrik sendiri di Jerman. Jika dibandingkan dengan klub-klub sepak bola lainnya terkait hal untuk bagian kostum atau jersey55 klub menunjukkan bukti bahwa Hartap telah menjadi klub yang profesional saat itu.56

54Viktor Simamora, Op. Cit. 55Dalam KBBI, jersey merupakan seragam resmi tim olahraga. Jersey merupakan nama lain dari kostum ataupun seragam. 56Viktor Simamora, Op. Cit.

40

Universitas Sumatera Utara

BAB III

MASA PERKEMBANGAN HARIMAU TAPANULI

3.1 Kiprah Harimau Tapanuli Sebagai Tim Non Perserikatan

Sebagai sebuah klub sepak bola berstatus semi profesional namun memiliki pemain-pemain asing yang mana saat itu masih sangat jarang ditemukan pada klub-klub semi profesional lainnya di Indonesia menjadikan Harimau

Tapanuli sangat aktif dalam mengikuti turnamen-turnamen tertentu baik berskala nasional ataupun internasional.

Uniknya juga meski diisi pemain-pemain asing dan pelatih berpengalaman seperti Zairo Matos (eks pemain Pardedetex asal Brazil) dan Peter Stephen (eks penasehat teknis timnas Switzerland) asal Feyenoord (Belanda), Hartap tidak pernah mengikuti kompetisi Galatama yang merupakan kompetisi nasional resmi bagi klub nonperserikatan saat itu. Hartap lebih memilih untuk aktif untuk mengikuti turnamen-turnamen, seperti: Marah Halim Cup (Medan), Piala

Cakradonya (Aceh), Piala Tirtanadi, Piala TD. Pardede (Medan),57 Kejuaraan

Antar Klub Se-Indonesia hingga Turnamen Hatyia Cup (Thailand).58

Selain Galatama dan Perserikatan yang merupakan kompetisi yang pernah diselenggarakan oleh PSSI, PSSI juga pernah memutar kompetisi untuk klub-klub

57Team Tobatabo. “Klub Sepakbola Harimau Tapanuli Riwayatmu Dulu”, Tobatabo, diakses dari https://www.tobatabo.com/1637+klub-sepakbola-harimau-tapanuli-riwayatmu-dulu.htm pada tanggal 16 Februari 2020 pukul 19:43 WIB. 58Ny. Sariaty P.R. Siregar Br. Pardede, dkk. Loc. Cit., hal.109.

41

Universitas Sumatera Utara

amatir. Nama-nama, seperti: Harimau Tapanuli, UNI Bandung, maupun

Suryanaga Surabaya adalah deretan klub yang dihormati di kejuaraan antar klub se-Indonesia saat itu.59

3.2 Kiprah Harimau Tapanuli Pada Turnamen-Turnamen Sepak Bola

Harimau Tapanuli ketika aktif dan malang melintang dalam kancah persepakbolaan tanah air tercatat pernah mengikuti beberapa turnamen-turnamen baik dari dari daera Sumatera Utara sendiri maupun yang berasal dari daerah lain di tanah air. Berikut adalah beberapa turnamen yang pernah diikuti oleh Harimau

Tapanuli.

3.2.1 Marah Halim Cup

Pada pagelaran turnamen Marah Halim Cup XIX tahun 1995, Harimau

Tapanuli ikut serta dan berpartisipasi untuk memeriahkan turnamen bergengsi yang telah diakui dan dijadikan sebagai kalender tahunan oleh FIFA dan AFC tersebut. Bersama dengan 6 tim lainnya baik kesebelasan kenegaraan dari luar negeri dan tim-tim lokal dari Indonesia sendiri, seperti: Pelita Jaya, Medan Jaya,

Australia XI, PSMS, Bulgaria XI hingga Gelora Dewata (Bali) saling menunjukkan kekuatan untuk bisa menjuarai turnamen tersebut.

59Oryza A. Wirawan. “Gelar Pertama dari Karanggayam”, Beritajatim.com, diakses dari https://beritajatim.com/sorotan/gelar-pertama-dari-karanggayam/ pada tanggal 24 Februari 2020 pukul 22:35 WIB.

42

Universitas Sumatera Utara

Di pagelaran turnamen Marah Halim Cup XIX tahun 1995, berada satu grup dengan Gelora Dewata dan kesebelasan timnas Bulgaria, Harimau Tapanuli membuka peluang untuk lolos ke semifinal turnamen Marah Halim Cup XIX setelah menahan Gelora Dewata Denpasar dengan hasil imbang 1-1 pada pertandingan hari ketiga di Stadion Teladan Medan, Selasa (1/4). Hasil imbang tersebut justru membuat Gelora Dewata berada di ujung tanduk sebab sehari sebelumnya tumbang atas Bulgaria dengan skor 2-3.60

Tim-tim yang berhak lolos ke laga semifinal akhirnya didapat. Tercatat sebanyak tiga tim domestik akan meladeni satu tim asal luar negeri. Keempat tim tersebut adalah Medan Jaya dan Pelita Jaya yang mewakili grup A dan grup B diwakili oleh Bulgaria dan Harimau Tapanuli. Sementara itu, tim tuan rumah

PSMS Medan harus puas sebagai juru kunci grup A setelah hanya mampu mengumpulkan dua poin dari dua hasil imbang.

Grup A

PSMS vs Australia XI : 1 - 2

Pelita Jaya vs Medan Jaya : 3 - 1

Pelita Jaya vs Australia XI : 0 - 0

Medan Jaya vs PSMS : 2 - 1

60Harian Waspada 17 April 1995.

43

Universitas Sumatera Utara

Pelita Jaya vs PSMS : 1 - 0

Medan Jaya vs Australia XI : 2 - 0

Grup B

Gelora Dewata vs Bulgaria XI : 1 - 3

Harimau Tapanuli vs Gelora Dewata : 0 - 0

Harimau Tapanuli vs Bulgaria XI : 2 – 2

Tabel 1

Klasemen Akhir Grup A Marah Halim Cup 1995

No Tim Main Menang Seri Kalah Selisih Gol Poin

1 Pelita Jaya 3 2 1 - 5-1 7

2 Medan Jaya 3 2 - 1 5-4 6

3 Australia XI 3 1 1 1 2-3 4

4 PSMS 3 - - 3 2-5 0

Sumber: Eri Arianto. Marah Halim Cup 1972-1995. Skripsi Imu Sejarah. Belum

Diterbitkan. Medan: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, 2015, hal.22.

44

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2

Klasemen Akhir Grup B Marah Halim Cup 1995

No Tim Main Menang Seri Kalah Selisih Gol Poin

1 Bulgaria XI 2 1 1 - 5-3 4

2 Harimau 2 - 2 - 2-2 2

Tapanuli

3 Gelora Dewata 2 - 1 1 1-3 1

Sumber: Eri Arianto. Marah Halim Cup 1972-1995. Skripsi Imu Sejarah. Belum

Diterbitkan. Medan: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, 2015, hal.22.

Semi Final

Pelita Jaya vs Harimau Tapanuli : 2 – 4 (Penalti)

Bulgaria XI vs Medan Jaya : 0 – 2

Peringkat III & IV

Pelita Jaya vs Bulgaria XI : 4 – 1

Final

Medan Jaya vs Harimau Tapanuli : 2 - 0

45

Universitas Sumatera Utara

Semifinal pertama mempertemukan Medan Jaya sebagai runner up grup A melawan Bulgaria sebagai juara grup B. Pemain asing Cinca Marius dan

Makukula Kunyangana berhasil mencetak gol yang mengantarkan Medan Jaya ke final turnamen. Sampai akhir pertandingan Bulgaria tidak sanggup mencetak satu gol pun meski peluang emas sebenarnya mereka dapatkan ketika wasit menghadiahi tendangan penalti untuk Bulgaria. Tetapi, sesempatan emas tersebut gagal berbuah menjadi gol setelah pemain Bulgaria, Marian Petkov gagal mengeksekusi tendangan dari titik putih.61

Medan Jaya akhirnya dipastikan akan berhadapan dengan sesama tim dari

Sumatera Utara di partai final setelah di pertandingan semifinal lainnya yang mempertemukan Pelita Jaya sebagai juara grup A kandas dan terhenti langkahnya di tangan runner up grup B, Harimau Tapanuli. Harimau Tapanuli berhasil meredam perlawanan dari Pelita Jaya setelah sukses di babak adu penalti yang berakhir dengan skor 4-2.62 Hartap yang diperkuat tiga pemain asing asal Belanda, yaitu: Bas Gosgen, Pieter Netten dan John van Wijk bermain sangat taktis dan berhasil meredam serangan yang dibangun oleh Pelita Jaya melalui Roger Milla63,

Maboang Kessaack dan Powan Ngadi. Di babak adu penalti, Pelita Jaya hanya

61Harian Waspada 22 April 1995. 62Ibid. 63Roger Milla merupakan seorang penyerang berkebangsaan Kamerun yang tercatat sebagai pemain tertua yang bermain pada pagelaran piala dunia sepak bola pria (FIFA World Cup) 1994 yang ketika itu digelar di Amerika Serikat sebelum akhirnya dipecahkan 20 tahun kemudian (2014) oleh Fary Mondragon, penjaga gawang asal Kolombia yang berumur 43 tahun 3 hari. Rekor lain yang diciptakan oleh Roger Milla saat itu adalah pencetak gol tertua dalam ajang FIFA World Cup.

46

Universitas Sumatera Utara

mampu menyarangkan si kulit bundar ke jala gawang Harimau Tapanuli sebanyak dua kali melalui Tastono Taufik dan Donny Latuperissa. Sedangkan, Harimau

Tapanuli melalui Colly Misrun, Netten, van Wijk dan Zulfitri sukses menggetarkan gawang Pelita Jaya.64

Keberhasilan ini sekaligus membuat Iskandar Jalil dan kawan-kawan meraih bonus sebesar Rp. 15.000.000,- yang telah dijanjikan oleh Ketua Umum

Harimau Tapanuli, Johny Pardede. Johny sendiri merasa sangat puas dengan hasil yang telah dicapai oleh timnya. Ia mengatakan:

“seumur hidup baru kali ini saya merasakan kepuasan yang tak terhingga.

Anak-anak bermain sangat baik dan mereka tahu apa yang harus dilakukan

di lapangan” ujarnya.65

Bagi pengamat sepak bola saat itu, pertandingan final yang mempertemukan

Harimau Tapanuli dan Medan Jaya merupakan pertandingan yang bergengsi dikarenakan kedua tim memiliki materi pemain asing yang cukup banyak. Benar saja! Kedua tim menyuguhkan permainan yang menghibur dan menarik. Harimau

Tapanuli tampil sangat ngotot dikarenakan iming-iming tambahan bonus sebanyak Rp. 30.000.000,- oleh Johny Pardede jika Harimau Tapanuli keluar sebagai juara. Namun, Medan Jaya lebih bermain baik dibanding Harimau

64Arianto, Eri. “Marah Halim Cup 1972-1995”. Skripsi Ilmu Sejarah. Belum Diterbitkan. Medan: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, 2015, hal. 96. 65Harian Waspada 22 April 1995.

47

Universitas Sumatera Utara

Tapanuli. Medan Jaya keluar sebagai juara dengan skor akhir 2-0 dan Medan Jaya berhak atas Piala Marah Halim XIX.66

3.2.2 TD Pardede Cup

Pada pagelaran turnamen lainnya, tepatnya pada kejuaraan Piala TD.

Pardede tahun 1999, Harimau Tapanuli ikut serta dan berpartisipasi dalam memeriahkan kejuaraan yang telah dilaksanakan secara rutin untuk mengenang

DR. T. D. Pardede. Kejuaraan Piala TD. Pardede tahun 1999 hanya diikuti oleh 4 tim, yakni: Harimau Tapanuli beserta klub sepak bola legendaris sejak era penjajahan dari ranah Sulawesi, PSM serta dua tim lain dari mancanegara, seperti: Fiji Olympic Team dan The Crown Property Club asal

Thailand.67

Pada kejuaraan TD Pardede yang dihelat pada antara 1-6 Oktober 1999,

Harimau Tapanuli belum bisa berhasil untuk mewujudkan ambisinya untuk meraih gelar juara. Pada edisi ini, Harimau Tapanuli mengawali turnamen dengan penuh percaya diri setelah menang dan menaklukkan The Crown Property Club

(Thailand) dengan skor cukup telak 2-0 pada pertandingan pembuka kejuaran

TD. Pardede 1999 tanggal 1 Oktober 1999.

66Harian Waspada 25 April 1995. 67Ligina. “1999. TD. Pardede Cup’, Indonesian Soccer, diakses dari http://rbahana.tripod.com/tour/1999pardede_round.htm pada tanggal 11 Maret 2019 pukul 21:13 WIB.

48

Universitas Sumatera Utara

Penyerang asing asal Kamerun milik Harimau Tapanuli saat itu, Jean

Michel Babouaken menciptakan brace68 dengan menciptakan gol di masing- masing babak. Gol Harimau Tapanuli saat itu tercipta pada menit ke-31 dan berakhir hingga turun minum. Kemudian di paruh babak kedua, Jean Michel

Babouaken kembali menyarangkan si kulit bundar pada menit ke 61 dan skor 2-0 bertahan hingga akhir pertandingan.

Pada pertandingan ketiga yang berlangsung pada tanggal 3 Oktober 1999,

Harimau Tapanuli menantang kesebelasan asal Makassar, PSM. Pada pertandingan tersebut, Harimau Tapanuli harus menelan dan mengakui keunggulan tim tamu. Setelah berakhir di babak pertama dengan skor kacamata,

PSM lalu mengubah skor pada babak kedua melalui Miro Baldo Bento pada menit ke 74. Harimau Tapanuli sempat membalas dan menyamakan kedudukan oleh penyerang asing Jean Michel Babouaken dua menit berselang yakni pada menit ke-76. Namun, nahas bagi Harimau Tapanuli karena menjelang bubaran pertandingan, PSM mampu mencetak gol tambahan melalui Salpo Lassy pada menit ke-89.

Hasil tersebut menempatkan Harimau Tapanuli harus turun peringkat dari puncak klasemen grup dan merelakan puncak klasemen kepada PSM Makassar setelah sehari sebelumnya juga PSM bermain imbang dengan skor 2-2 atas Fiji

68Brace adalah sebutan untuk seorang pemain yang bisa mencetak dua gol dalam satu pertandingan sepak bola.

49

Universitas Sumatera Utara

Olympic Team. Harimau Tapanuli harus rela berada di urutan kedua dengan mengoleksi tiga poin hasil dari satu kemenangan dan satu kekalahan. Hal tersebut menjadikan Harimau Tapanuli harus memetik kemenangan pada pertandingan terakhir kontra Fiji Olympic Team yang juga masih memiliki asa untuk lolos ke pertandingan final. Di pertandingan lainnya juga, The Crown Property Club masih berpeluang untuk lolos ke gelaran pertandingan final TD. Pardede Cup 1999 jika berhasil menang dengan skor cukup telak atas PSM meski PSM hanya membutuhkan hasil seri untuk memastikan diri lolos ke final.

Benar saja! Di pertandingan akhir kualifikasi grup, Harimau Tapanuli berhasil memenangkan pertandingan kontra Fiji dengan skor tipis 0-1. Sementara di pertandingan lainnya, PSM Makassar bermain imbang dengan The Crown

Property Club. Pertandingan yang berlangsung pada 4 Oktober 1999 tersebut berhasil menentukan siapa yang akan berhadapan di final TD. Pardede Cup 1999.

Harimau Tapanuli yang disebut-sebut para penikmat sepak bola hingga saat ini merupakan klub reinkarnasi dari Pardedetex milik DR. TD. Pardede akan bertemu dengan PSM Makassar yang merupakan peringkat kedua pada babak kualifikasi.

Final yang digelar pada Rabu, 6 Oktober 1999 tersebut akhirnya mempertemukan Harimau Tapanuli yang merupakan satu-satunya peserta asal

Sumatera Utara dan akan berhadapan dengan PSM Makassar. Laga yang dihadiri penonton sekitar 10.000 orang tersebut berlangsung dengan sangat seru dan

50

Universitas Sumatera Utara

menarik dengan terciptanya 8 gol yang dengan masing-masing 4 gol dari kedua kesebelasan.

PSM Makassar tampil superior pada pertandingan dan berhasil unggul atas

Harimau Tapanuli. Hal tersebut terlihat dari terciptanya gol yang dibuat oleh PSM

Makassar melalui hattrick69 Miro Baldo Bento pada menit ke-15, 24 dan 33.

Sementara Harimau Tapanuli hanya mampu membalas melalui Erwin pada menit ke-44 jelang bubaran babak pertama. Babak pertama ditutup dengan keunggulan

3-1 PSM Makassar atas Harimau Tapanuli.

Memasuki babak kedua, Jean Michael Babouaken membuka harapan untuk menyamakan skor setelah mencetak gol pada menit ke-47. Gol tersebut semakin menambah rasa percaya diri Harimau Tapanuli dengan terciptanya dua gol melalui Mourmada Marco pada menit ke-80 dan menit ke-85. Sementara PSM

Makassar hanya mampu menambah satu gol melalui Yusnifar Jafar hingga membuat pertandingan berakhir seri dan memaksa kedua tim untuk melanjutkan pertandingan melalui adu penalti.

Harimau Tapanuli harus rela sebagai runner up (peringkat kedua) pada TD

Pardede Cup 1999 setelah kalah adu penalti dengan PSM Makassar yang berakhir dengan skor 9-8 untuk kemenangan PSM Makassar tersebut. PSM Makassar berhasil melesakkan gol-gol melalui eksekutor, seperti: Miro Baldo Bento, Joseph

69Hattrick adalah sebutan untuk seorang pemain yang mencetak tiga gol dalam satu pertandingan sepak bola.

51

Universitas Sumatera Utara

Lewono, Yusnifar Jafar, Ali Baba dan Heriansyah. Adapaun eksekutor PSM yang gagal mengeksekusi penalti adalah Charles Lionga. Sementara Harimau Tapanuli berhasil mengeksekusi tendangan dari titik putih melalui Mourmada Marco, Coly

Misrun, Agustiono dan Syafril. Essama A. Raymond dan Eka M gagal menyarangkan si kulit bundar.70

 Jumat, 01 Oktober 1999

Harimau Tapanuli 2 0 The Crown Property Club

(Jean Michel Babouaken 34‟, 61‟) HT: 1-0

 Sabtu, 02 Oktober 1999

Fiji Olympic Team 2 2 PSM

Samisari Rakatia (32‟) HT: 1-2 Miro Baldo Bento (8‟)

Stephen Blake (71‟) Saing Batola (40‟)

 Minggu, 03 Oktober 1999

The Crown Property Club 1 1 Fiji Olympic Team

Sarawaut Thaisong (55‟) HT: 0-0 Isoa Ratupa (88‟)

Harimau Tapanuli 1 2 PSM

Jean Michel Babouaken (76‟) HT: 0-0 Miro Baldo Bento (74‟)

70Ligina.“1999. T. D. Pardede Cup’, Indonesian Soccer, diakses dari http://rbahana.tripod.com/tour/1999pardede_round.htm pada tanggal 11 Maret 2019 pukul 21:13 WIB.

52

Universitas Sumatera Utara

Sapho Lassy (89‟)

 Senin, 04 Oktober 1999

PSM 1 1 The Crown Property Club

Miro Baldo Bento (44‟) HT: 1-1 Tasson Inkaen (13‟)

Fiji Olympic Team 0 1 Harimau Tapanuli

HT: 0-0

Tabel 3

Klasemen Akhir TD Pardede Cup 1999

Pos Team Played W D L F A Points GD

1 Harimau 3 2 0 1 4 2 6 +2

Tapanuli

2 PSM 3 1 2 0 5 4 5 +1

3 Fiji Olympic 3 0 2 1 3 4 2 -1

Team

4 The Crown 3 0 2 1 2 4 2 -2

Property Club

(Thailand)

 06 Oktober 1999

53

Universitas Sumatera Utara

PSM 9 8 Harimau Tapanuli

Miro Baldo Bento (15‟, 24‟, 33‟) HT: 3-1 Erwin (44‟)

Yusnifar Jafar FT: 4-4 Jean M. Babouaken

(47‟)

M. Marco (80‟, 85‟)

Penalti:

PK: 5-4

Gol:

Miro Baldo Bento Mourmada Marco

Joseph Lewono Colly Misrun

Yusnifar Jafar Agustiono

Ali Baba Syafril

Heriansyah

Gagal:

Charles Lionga Essama A. Raymond

Eka M

3.2.3 Kejurnas Antar Klub Amatir

Kejuaraan nasional antar klub amatir Indonesia adalah kejuaraan yang mempertemukan klub-klub amatir dari setiap daerah di Indonesia. Klub-klub amatir yang mengikuti kejuaraan nasional antar klub amatir merupakan perwakilan dari setiap daerah yang mana merupakan juara-juara dari setiap

54

Universitas Sumatera Utara

kompetisi yang diselenggarakan oleh klub-klub perserikatan yang ada di

Indonesia saat itu.

Jauh sebelum adanya Liga Indonesia yang dikelola oleh PSSI saat ini, klub-klub eks perserikatan di Indonesia tak mengenal pembinaan dalam bentuk akademi sepak bola. Semua berawal dari sejarah terbentuknya klub-klub sepak bola pada era kolonial. PSMS Medan, , ,

Persija Jakarta, PSM Makassar dan klub eks perserikatan lainnya pada dasarnya adalah semacam federasi bagi klub-klub amatir milik pribumi di kota masing- masing. Klub-klub tersebut bertujuan untuk menghadapi diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda yang lebih memprioritaskan pemain dan klub bentukan orang Belanda.

Kemudian klub-klub tersebut mendirikan PSSI pada tahun 1930. PSSI memutar kompetisi antarkota dan klub-klub perwakilan yang menjadi peserta mendapatkan suplai pemain dari klub amatir di kota masing-masing. Dari sana kemudian berkembang model piramida kompetisi khas Indonesia. Perserikatan sebagai kompetisi antarkota memiliki piramida sendiri, namun di kota masing- masing ada kompetisi antarklub amatir yang dikelola oleh klub-klub federasi kota.71

71Oryza A. Wirawan. “Gelar Pertama dari Karanggayam”, Beritajatim.com, diakses dari https://beritajatim.com/sorotan/gelar-pertama-dari-karanggayam/ pada tanggal 19 Maret 2020 pukul 18:31 WIB

55

Universitas Sumatera Utara

Singkatnya di setiap daerah selalu berputar liga-liga kecil miniatur dari liga nasonal. Ada sistem divisi dan juga ada sistem peringkat. Klub amatir yang menjadi juara dalam kompetisi internal PSMS misalnya akan berlaga dengan klub-klub yang menjadi juara dari klub perserikatan lainnya seperti dari Perstu

Tapanuli Utara dan Persiraja Kutaraja Banda Aceh hingga akan melahirkan juara baru untuk mewakili area tertentu seperti dari Sumatera bagian utara misalnya.

Klub-klub amatir yang menjuarai kompetisi internal di daerah masing-masing tersebut akan menjadi perwakilan (timnas) dari setiap daerah di kejurnas antarklub amatir.72

Harimau Tapanuli sendiri pernah beberapa kali berkompetisi di kejurnas antarklub amatir di Indonesia saat itu. Tak tanggung-tanggung juga, Harimau

Tapanuli beberapa kali menunjukkan kedigdayaannya pada kompetisi kejurnas antarklub amatir tersebut dengan merengkuh trofi pada tahun 1991, 1993 dan tahun 2000.73 Pada Kejuaraan Antar Klub Amatir Se-Indonesia tahun 1991,

Harimau Tapanuli mengunci gelar juara dengan menaklukkan STIE Perbanas

(klub internal Persija Jakarta) di partai final dengan skor 2-1 (Wawancara dengan

Viktor Simamora, 29 Januari 2020).

Selain beberapa kejuaraan yang telah dibahas di atas, Harimau Tapanuli juga pernah mengikuti beberapa kejuaraan lain yang bersifat nasional, seperti:

72Zul Imri Purba, Op. Cit. 73Viktor Simamora, Op. Cit.

56

Universitas Sumatera Utara

Tirtanadi Cup, Cakradonya Cup (Aceh) dan UDA Cup (Universitas Darma Agung

Cup). .

Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang berdimensi jamak dan memiliki nilai sosial yang kompleks dan menarik dalam dinamika perkembangannya (RN. Bayu Aji, 2009:13). Keikutsetaan Harimau Tapanuli dalam berkompetisi tidak selalu berjalan mulus. Banyak lika-liku dan dinamika yang mewarnai kiprah Harimau Tapanuli selama berkompetisi. Beberapa kejuaraan internasional juga tak lepas dari pandangan Harimau Tapanuli untuk diikuti, seperti: Millenium Super Soccer 2001 yang diadakan di India. Namun, dikarenakan masalah teknis Harimau Tapanuli gagal mengikuti turnamen tersebut akibat pencoretan yang dilakukan oleh pihak panitia. Pencoretan tersebut terjadi karena Harimau Tapanuli memiliki enam pemain asing. Hal tersebut dianggap melanggar ketentuan yang ditetapkan oleh pihak panitia.

Ternyata, pihak panitia sampai tim berangkat ke India tidak pernah mempersoalkan penggunaan pemain asing. Namun belakangan, atas teguran persatuan sepak bola setempat, All Indian Federation, tim asal Sumut ini ditegur keras. Harimau Tapanuli sempat diberi waktu hingga 24 jam untuk memilih dua opsi, yakni: mengganti semua pemain asing atau bermain dengan pemain lokal

57

Universitas Sumatera Utara

yang ada di tim. Namun, keduanya tidak dapat dipenuhi hingga akhirnya nama tim dihilangkan dari jadwal pertandingan.74

3.3 Prestasi - Prestasi Harimau Tapanuli

Prestasi selalu menjadi sebuah tolak ukur dalam keberhasilan setiap kesebelasan. Semakin banyak prestasi yang didapat maka semakin besar pula reputasi sebuah kesebelasan. Begitu juga sebaliknya jika sebaik apapun permainan yang diterapkan di lapangan, namun jika tidak berbuah kemenangan dan menghasilkan gelar juara, maka semua akan berakhir dengan sia-sia.

Setiap klub sepak bola pastinya akan selalu memiliki ambisi untuk menjadi juara, berprestasi hingga akhirnya menorehkan tinta sejarah dalam dunia sepak bola secara khusus.

Kondisi tersebut juga terlihat terhadap Harimau Tapanuli yang selalu haus dan ingin selalu meraih gelar juara. Berbagai turnamen baik berskala nasional dan internasional sebisa mungkin akan selalu diikuti oleh Harimau Tapanuli demi perburuan gelar juara dan reputasi Harimau Tapanuli agar lebih dikenal dan disegani di mata kesebelasan lainnya khususnya dalam kancah persepakbolaan nasional. Sebab pada dasarnya bahwa Harimau Tapanuli dibentuk agar daerah

Tapanuli semakin dikenal oleh masyarakat melalui sepak bola secara khusus

74Tempo.Co. “Harimau Tapanuli Dicoret Dari Kejuaraan di India”, Tempo.Co, diakses dari https://nasional.tempo.co/read/14786/harimau-tapanuli-dicoret-dari-kejuaraan-di- india/full&view=ok pada tanggal 1 April 2020 pukul 10:15 WIB.

58

Universitas Sumatera Utara

sebagaimana pesan DR.TD. Pardede selaku ayah Johny Pardede yang menyarankan bagaimana agar Tapanuli dikenal.75

Berbagai turnamen baik berskala nasional ataupun internasional diikuti

Harimau Tapanuli demi meraih gelar juara. Tercatat beberapa turnamen yang diikuti Harimau Tapanuli berbuah gelar juara meski tak sedikit juga turnamen yang berakhir tanpa gelar juara. Adapun gelar juara yang diraih oleh Harimau

Tapanuli di antaranya pada gelaran Kejurnas Antar Klub Amatir se-Indonesia pada tahun 1991, 1993 dan 2000.

75Ny. Sariaty P.R. Siregar Br. Pardede, dkk, Loc. Cit, hal. 109.

59

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

MASA SURUT HARIMAU TAPANULI

4.1 Faktor Penyebab Bubarnya Harimau Tapanuli

Semua pasti ada masanya. Tak ada yang yang akan tetap bertahan pada satu masa. Begitulah kehidupan dan segala isinya dengan segala pernak- perniknya. Tak terkecuali dengan Harimau Tapanuli. Setelah malang melintang dalam dunia persepakbolaan nasional di tanah air dengan segala gebrakan baik dari sisi prestasi maupun salah satu klub sepak bola yang berstatus amatir namun dikelola dengan profesional, nyatanya tak menjamin Harimau Tapanuli untuk tetap eksis dan berkiprah dalam persepakbolaan nasional. Hal tersebut tak terlepas dari berbagai masalah yang menimpa Harimau Tapanuli baik dari sisi internal ataupun sisi eksternal Harimau Tapanuli sendiri.

Dalam buku Fundamental of Sport Marketing (2002), Brenda G. Pitts &

David Kent Stotlar menjelaskan bahwa terdapat delapan faktor yang mempengaruhi industrialisasi, pertumbuhan dan kemajuan sebuah olahraga, antara lain:

1. Sport activities and events atau Sportive Organizations

2. Human

3. Sport Media

4. Sport Goods

60

Universitas Sumatera Utara

5. Sport Facilities

6. Commersialisation and Marketing

7. Professional Service Enterprises, dan

8. Education

Faktor-faktor di atas merupakan standarisasi yang akan menjadikan suatu cabang olahraga terlihat profesional tak terlebih dengan setiap klub sepak bola.

Tanpa kedelapan faktor tersebut, sebuah klub sepak bola tak terkecuali dengan

Harimau Tapanuli tidak akan mengalami peningkatan, terjebak pada stagnasi bahkan dapat berujung kepada bubarnya sebuah klub sepak bola.

4.1.1 Faktor Internal Klub Harimau Tapanuli

Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi sebuah klub sepak bola untuk berkembang ataupun mengalami penurunan performa tidak lain dan tidak asing salah satunya adalah dari faktor internal. Faktor internal tersebut terjadi dikarenakan masalah yang timbul dan terjadi dari dalam sebuah klub sepak bola.

Faktor internal juga dapat berujung terhadap konflik internal yang ada dalam tubuh sebuah klub sepak bola.

Konflik internal dapat terjadi antara satu elemen dengan elemen lain.

Konflik yang terjadi di dalam sebuah klub sepak bola bisa terjadi antar pemain, pemain dengan pelatih, pemain dengan jajaran pengurus, pelatih dengan jajaran

61

Universitas Sumatera Utara

pengurus hingga pengurus dengan jajaran pengurus lain. Konflik internal tersebut yang dapat membuat kinerja sebuah klub sepak bola tidak berjalan dengan baik, berantakan hingga yang paling ironi dapat berakhir dengan pembubaran.

Harimau Tapanuli sendiri juga tak luput dari berbagai masalah baik yang terjadi dari luar dan tak jarang juga dari dalam tubuh klub Harimau Tapanuli. Jika mengacu kepada buku Fundamental of Sport Marketing (2002), Brenda G. Pitts &

David Kent Stotlar menjelaskan bahwa terdapat delapan faktor yang mempengaruhi industrialisasi, pertumbuhan dan kemajuan sebuah olahraga, uniknya Harimau Tapanuli tidak memiliki kendala dari delapan faktor yang telah disebutkan di atas. Hal tersebut dikarenakan Harimau Tapanuli merupakan klub sepak bola yang telah dikelola secara profesional saat itu.

“Kami difasilitasi secara baik dulu saat di Hartap. Untuk jersey pemain saja kami diproduksi oleh apparel Adidas yang langsung diproduksi di Jerman.

Belum lagi kami setiap pemain dulu ketika akan bertanding sudah seperti pemain di liga-liga Eropa sekarang yang kalau datang ke stadion berpakaian lengkap dengan jas agar tampak terlihat rapi. Selain itu, kami disediakan mess untuk para pemain. Pemain yang masih lajang disediakan rumah dan diisi oleh dua orang pemain yang masih lajang. Pemain yang sudah berkeluarga baik yang berasal dari

62

Universitas Sumatera Utara

daerah Sumatera Utara atau luar daerah diberikan satu rumah untuk satu keluarga pemain.”76

Di saat klub sepak bola Indonesia (sebelum didirikannya Harimau

Tapanuli) yang cukup terkenal saat itu ada yang bubar oleh bermacam faktor, seperti: isu suap hingga berujung pada adanya pengaturan skor di pertandingan- pertandingan tertentu, sistem manajemen yang buruk hingga beberapa faktor lainnya, Harimau Tapanuli sendiri akhirnya bubar dikarenakan oleh Johny

Pardede sendiri selaku ketua umum dan pendiri Harimau Tapanuli yang memilih tindakan untuk membubarkan Harimau Tapanuli.

Buah tak jauh jatuh dari pohonnya. Begitulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan Johny Pardede selaku ketua umum dan pendiri Harimau

Tapanuli yang memiliki “gen” gila sepak bola dari ayahnya DR. TD. Pardede.

Adapun DR. TD. Pardede merupakan pendiri klub sepak bola Pardedetex di mana

Pardedetex saat itu juga merupakan salah satu klub penggagas berdirinya

Galatama (Liga Sepak bola Utama) sebagai wadah klub-klub berstatus profesional.

Johny Pardede lama berkiprah sebagai manajer Pardedetex semasa aktif dalam kancah persepakbolaan Indonesia namun akhirnya memilih mundur dari jajaran kepengurusan Pardedetex dikarenakan kondisi fisik saat itu yang didekap penyakit hingga tak cukup kuat untuk mengurus Pardedetex. Keadaan tersebut

76Viktor Simamora, Op. Cit.

63

Universitas Sumatera Utara

yang juga menjadi salah satu bubarnya Pardedetex selain sikap PSSI yang dinilai kurang memuaskan dalam menangani sepak bola oleh DR. TD. Pardede yang membuat beliau gerah dengan sikap PSSI hingga mempertegas pembubaran

Pardedetex.77 Fenomena yang sering terjadi di Indonesia yang menunjukkan bahwa sepak bola yang merupakan cabang olahraga populer dan diminati oleh sebagian besar masyarakat ternyata bukan hanya tentang indahnya permainan sebuah tim, tetapi juga kontroversi yang terjadi dalam pengelolaan klub dan kompetisi.

Namun begitulah DNA yang mengalir bagi siapapun mereka yang mencintai dan gila akan sepak bola. Seolah merasa tak cukup puas dengan pencapaian Pardedetex sebagai klub sepak bola pertama yang memiliki pemain asing di Indonesia, klub sepak bola yang juga pernah bertabur punggawa timnas

Indonesia hingga prestasi mentereng lainnya, nyatanya tak cukup untuk menyurutkan niat DR. TD. Pardede selaku penggagas berdirinya Harimau

Tapanuli hingga menyarankan anaknya, Johny Pardede agar Tapanuli dikenal masyarakat khususnya secara nasional hingga awal berdirinya Harimau

Tapanuli.78

Namun, takdir dan hari esok siapa yang tahu. Johny Pardede kembali diserang penyakit hingga memaksanya untuk memutuskan berhenti berkarir dari

77Surya Wengker. “Pardedetex, Pionir Profesionalisme dalam Sepakbola Indonesia”, https://suryawengker.wordpress.com/2019/01/10/pardedetex-pionir-profesionalisme-dalam- sepakbola-indonesia/ diakses pada tanggal 21 September 2019 pukul 20:15 WIB. 78Ny. Sariaty P.R. Siregar Br. Pardede, dkk, Loc. Cit, hal. 109.

64

Universitas Sumatera Utara

dunia sepak bola.79 Struktur kepengurusan klub yang ditangani oleh Johny

Pardede dan karyawan dari TDPHC (TD Pardede Holding Company) yang mana tak semuanya mengerti tentang sepak bola dan sistem manajemennya membuat

Harimau Tapanuli seolah hanya berjalan di tempat yang mana harusnya sebuah klub sepak bola harus ditangani oleh orang-orang yang mengerti sepak bola bukan. Selain itu juga, gaya hidup Johny Pardede yang saat itu dalam keadaan hura-hura hingga juga ingin lebih aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan menjadi faktor internal yang semakin memantapkan langkah Johny Pardede untuk membubarkan Harimau Tapanuli yang saat itu telah dikenal oleh masyarakat secara luas dengan sejumlah prestasi.80

4.1.2 Faktor Eksternal Klub Harimau Tapanuli

Dalam perkembangannya, sepak bola di Indonesia tumbuh dan berkembang sebagai mesin industri ekonomi. Fungsi utama dalam sepak bola selain sebagai aktivitas olah raga juga menjadi sarana pembelajaran nilai-nilai di dalamnya, seperti: kerja sama, sportivitas dan fair play. Fair play adalah prinsip yang diperkenalkan secara luas oleh FIFA di tahun 1993 dengan semboyan “My

Play is Fair Play, kini telah menjadi bagian terpenting dalam permainan sepak bola karena menunjukkan sisi positif keuntungan bermain dengan peraturan yang ada, penggunaan kebiasaan yang benar dan menghormati para pemain, wasit,

79Tamrin Sihombing, Op. Cit. 80Zul Imri Purba, Op. Cit.

65

Universitas Sumatera Utara

lawan dan juga fans. Dalam penjelasannya, FIFA menerapkan sepuluh aturan terpenting dalam menjunjung fairplay dalam permainan sepak bola.81

1. Bermain jujur dan taat peraturan.

2. Bermain untuk kemenangan tetapi dapat menerima kekalahan

secara lapang dada.

3. Mengetahui tata aturan permainan ( the Las of The Game ).

4. Menghormati lawan, rekan satu tim, wasit, offisial/penyelenggara

pertandingan dan penonton.

5. Menggalakkan kepentingan sepak bola.

6. Menghormati pihak yang mempertahankan reputasi baik sepak

bola.

7. Menolak korupsi, doping/narkoba, rasisme, kekerasan, perjudian,

dan aspek lainnya yang membahayakan sepak bola.

8. Membantu orang lain untuk melawan tekanan yang bersifat

merusak.

9. Mencela siapapun yang berusaha untuk mendiskreditkan sepak

bola.

10. Penggunaan sepak bola untuk dunia yang lebih baik.

Aturan tersebut ditegaskan dan diterapkan pada setiap permainan sepak bola diadakan di manapun pertandingan sepak bola dilangsungkan. Namun,

81FIFA Fairplay Code

66

Universitas Sumatera Utara

perlahan aturan fair play tergeser oleh kepentingan oknum tertentu yang mana menjadi faktor eksternal hingga turut mempengaruhi bubarnya atau penurunan performa sebuah klub sepak bola. Berbagai faktor eksternal umumnya yang turut menjadi biang keladi penurunan performa sebuah klub sepak bola adalah kasus suap dan perjudian yang sering menimpa pemain hingga jajaran pengurus klub yang berujung pada pengaturan skor.

Suap dalam sepak bola menjadi bagian yang tak terpisahkan. Suap dan judi dalam sepak bola merupakan ancaman tersendiri. Suap akan merusak mental pemain, pengurus atau siapa saja yang terlibat. Lebih dari itu, citra sepak bola dan negara akan rusak dengan cara kotor tersebut.82 Suap dapat ditujukan kepada:

1. Wasit, agar wasit memihak kepada kesebelasan yang

memberikannya sejumlah uang.

2. Pemain, dilakukan oleh kesebelasan lawan agar mereka bermain

buruk dalam suatu pertandingan.83

Namun, menarik dari Harimau Tapanuli bahwa Harimau Tapanuli selama berkiprah dalam persepakbolaan Indonesia tidak pernah mengalami kasus suap terhadap pemain Harimau Tapanuli. Johny Pardede selaku ketua umum tidak pernah membenarkan pemain Harimau Tapanuli untuk melakukan suap yang mana akan berpotensi terhadap performa pemain di atas lapangan hijau dan juga berdampak terhadap klub yang akan berujung kepada kekalahan. Johny Pardede

82M. Niagara, “ Suap dan Judi Tetap Mengancam”, Bola, 30 Oktober 1987, hal.7. 83Isyu Suap Perlu Dijernihkan, Kompas, 9 Maret 1977, hal. 9.

67

Universitas Sumatera Utara

yang gila sepak bola ingin Harimau Tapanuli meraih kemenangan demi kemenangan dan menjanjikan bonus jika memenangkan pertandingan.

“Setiap kami ingin tanding dan saat briefing di ruang ganti, bos (Johny

Pardede) pasti akan selalu datang menghampiri kami dan memberikan

semangat agar dapat meraih kemenangan. Pernah juga bos meletakkan

tumpukan uang 15 jutaan yang tahun 90-an kan sudah banyak dan akan

memberikannya sebagai bonus kepada kami jika kami menang.”84

Namun sebaliknya, Johny Pardede akan marah dan kecewa jika Harimau

Tapanuli menelan kekalahan dalam pertandingan yang dilakoni.

”Hingga sekarang dari sejak saya main di sini (Harimau Tapanuli),

melawan siapapun harus menang! Jadi kalau untuk dikatakan perjudian

dan suap jauh dan juga dikatakan tidak ada. Karena ketika saat briefing,

kalau sudah keluar air liur beliau (Johny Pardede) itu tandanya marah.

Jadi, kalau ketika kami main kami harus serius dan tidak mungkin lagi ada

namanya judi, sementara beliau mengharapkan tim ini (Harimau Tapanuli)

menang.”85

Keseriusan dan fanatisme Johny Pardede terhadap sepak bola jelas terlihat dari tindakan beliau yang melarang keras pemain skuat Harimau Tapanuli untuk menerima suap dari pihak yang ingin melakukan suap yang mana akhirnya

84Tamrin Sihombing, Op. Cit. 85Ibid.

68

Universitas Sumatera Utara

menciptakan nilai buruk bagi Harimau Tapanuli. Johny Pardede lebih memilih untuk memberikan bonus kepada skuat Harimau Tapanuli sebagai tambahan gaji dan juga sebagai apresiasi kepada skuat Harimau Tapanuli dalam membela

Harimau Tapanuli terlibat dalam kasus suap.

Di samping itu juga, bisinis keluarga TDPHC (TD Pardede Holding

Company) yang tersebar di berbagai tempat baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang saat itu juga ikut ditangani oleh Johny Pardede membuat Johny

Pardede harus membagi konsentrasi hingga akhirnya lebih memilih berhenti dari hiruk-pikuk sepak bola.86

4.2 Senja Kala Harimau Tapanuli

Meski Harimau Tapanuli pernah berada pada fase terbaik, bukan tidak mungkin juga Harimau Tapanuli pernah berada pada masa sulit. Harimau

Tapanuli perlahan-lahan surut dari sepak bola Indonesia seiring kondisi kesehatan

Johny Pardede yang kurang baik hingga membuat Johny Pardede memfokuskan diri pada kesehatan.87 Harimau Tapanuli juga semakin berada dalam posisi sulit di mana inisiatif Johny Pardede ingin fokus pada kegiatan sosial dan keagamaan.88

86Ibid. 87Zul Imri Purba, Op. Cit. 88Team Tobatabo. “Klub Sepakbola Harimau Tapanuli Riwayatmu Dulu”, Tobatabo, diakses dari https://www.tobatabo.com/1637+klub-sepakbola-harimau-tapanuli-riwayatmu-dulu.htm pada tanggal 21 Januari 2020 pukul 15:540 WIB.

69

Universitas Sumatera Utara

Setelah cukup lama terlibat dan aktif dalam meramaikan suasana sepak bola Indonesia selama lebih kurang 15 tahun dengan segala sensasi, deretan prestasi hingga hal-hal menarik lainnya, Harimau Tapanuli akhirnya resmi bubar pada 7 Juni 2004.

Namun, hal yang cukup unik justru diperlihatkan oleh Harimau Tapanuli sesaat setelah mengumumkan proses pembubaran klub. Meski Harimau Tapanuli telah resmi bubar pada 7 Juni 2004, Harimau Tapanuli masih mengikuti turnamen perebutan Piala Radio Narwastu 97.9 FM pada 8 Juni 2004. Turnamen tersebut digelar untuk memeriahkan ataupun sebagai sebuah bentuk penghargaan dan permintaan izin dari Harimau Tapanuli untuk pamit dari sepak bola Indonesia setelah turut terlibat dalam persepakbolaan nasional. Selain itu juga, Radio

Narwastu adalah stasiun radio swasta yang dimiliki Johny Pardede sehingga beliau menggelar turnamen internal menggunakan nama stasiun radio milik beliau tersebut.89

Turnamen yang sebagai acara penghargaan kepada Harimau Tapanuli saat itu diikuti oleh empat tim, yaitu: Harimau Tapanuli, Tandem Putra (Binjai), Tim

Sepak Bola PON Sumatera Utara dan PSKPS Padang Sidempuan. Adapun turnamen tersebut digelar pada 7-8 Juni 2004 di Stadion DR. TD. Pardede yang berlokasi di Jln. Binjai KM 10,8, Medan, Sumatera Utara. Turnamen tersebut menjadi ajang terakhir Harimau Tapanuli berkiprah sebagai sebuah klub sepak

89Viktor Simamora, Op. Cit.

70

Universitas Sumatera Utara

bola dengan merengkuh gelar juara sekaligus juga menjadi kado manis terakhir bagi Harimau Tapanuli.90

Harimau Tapanuli bubar sebagai sebuah klub sepak bola yang meninggalkan sejarah manis bagi para penggila sepak bola tak terkecuali bagi masyarakat Tapanuli. Tapanuli secara khusus Tapanuli Utara yang sebelumnya kurang dikenal akhirnya tersiar ke berbagai belahan wilayah baik secara nasional maupun internasional melalui sebuah klub sepak bola dengan kepemilikan “orang

Tapanuli” yang juga menggilai sepak bola. Meskipun sebelumnya sepak bola mulai tumbuh dan berkembang di daerah Tapanuli melalui Perstu (Persatuan

Sepak bola Tapanuli Utara) namun belum cukup juga untuk mengenalkan Tanah

Batak.

Harimau Tapanuli juga secara tidak langsung menjadi sebuah identitas masyarakat suku Batak Toba secara khusus. Mereka yang menjadi saksi sejarah kejayaan Harimau Tapanuli saat itu masih mengingat sebuah klub sepak bola yang hingga saat ini belum ada satu pun klub sepak bola yang berasal dari daerah

Tapanuli yang cukup mengikuti kiprah Harimau Tapanuli yang meskipun hanya berkompetisi di liga amatir namun dipandang berstatus klub sepak bola profesional oleh karena tata kelola klub yang dikenal dengan manajemen yang baik dan profesional.

90Novan Media Research. “Harimau Tapanuli: Pembubaran Pun Dimeriahkan Pertandingan Resmi”, Novan Media Research, diakses dari https://novanmediaresearch.wordpress.com/2012/12/25/harimau-tapanuli-pembubaran-pun- dimeriahkan-pertandingan-resmi/ pada tanggal 25 Januari 2020 pukul 16:11 WIB.

71

Universitas Sumatera Utara

“Hingga akhirnya Harimau Tapanuli muncul dengan sejumlah gebrakannya yang mana hanyalah klub internal dari Perstu dan hanya berkompetisi di liga amatir namun lebih dikenal sebagai sebuah klub sepak bola besar saat itu bukannya sebagai bagian dari Perstu.”91

4.3 Dampak Bubarnya Harimau Tapanuli

Industri sepak bola pada dasarnya merupakan event yang diharapkan mampu menguntungkan semua pihak yang terlibat mulai dari pemain, panitia pelaksana, klub hingga penikmat sepak bola sebagai tontonan yang menarik untuk dinikmati.

Harimau Tapanuli sebagai salah klub sepak bola yang berasal dari daratan

Tanah Tapanuli cukup memberikan dampak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Tapanuli.

4.3.1 Dampak Terhadap Persepakbolaan di Sumatera Utara

Selain memberikan dampak yang cukup signifikan dalam berbagai sektor di daerah Tapanuli Utara, Harimau Tapanuli juga memberikan dampak yang begitu signifikan bagi persepakbolaan di Sumatera Utara. Dampak tersebut terlihat dari munculnya beberapa pesepakbola asli daerah di kawasan Sumatera

91Wawancara. Martahan Manik, Jln. Silangit-Muara, Siborong-borong pada tanggal 22 Desember 2019.

72

Universitas Sumatera Utara

Utara yang pernah meniti karir dan membela Harimau Tapanuli. Harimau

Tapanuli juga menjadi wadah bagi para pesepakbola asal daerah Sumatera Utara untuk mengasah bakat serta juga menjadi batu loncatan dalam meniti karir di klub-klub sepak bola tanah air lainnya.92

Coly Misrun, Zul Imri Purba, Viktor Simamora hingga Thamrin

Sihombing adalah beberapa deretan contoh mantan punggawa Harimau Tapanuli yang pernah membela Harimau Tapanuli sebelum akhirnya juga memperkuat beberapa klub tanah air lainnya. Thamrin Sihombing, yang merupakan jebolan penjaga gawang Harimau Tapanuli sebagai salah satu contoh mantan pemain

Harimau Tapanuli yang pernah menjadikan Harimau Tapanuli sebagai tempat mengasah karir sebelum menjajal beberapa klub sepak bola tanah air lainnya, seperti: PSPS Pekanbaru (sekarang PSPS ).93

Beberapa nama lainnya seperti: M. Erwin, Agustiono, Subandi juga turut ikut dalam daftar pemain yang cukup sukses di klub sepak bola tanah air lainnya setelah berkiprah di Harimau Tapanuli. M. Erwin salah satu punggaa Harimau

Tapanuli yang cukup lama mengolah si kulit bundar di Harimau Tapanuli selama lebih kurang sembilan tahun terbukti dapat melanjutkan jejak di beberapa klub sepak bola tenar lainnya di tanah air, seperti: PSMS Medan, PSIM Yogyakarta,

Medan Jaya, Persema Malang hingga PSAP Sigli.

92Zul Imri Purba, Op. Cit. 93Tamrin Sihombing, Op. Cit.

73

Universitas Sumatera Utara

Kehadiran sepak bola bagi masyarakat Tapanuli terutama bagi masyarakat

Balige sangat berarti. Hal tersebut tidak lepas dari dampak keberadaan Harimau

Tapanuli sendiri. Selain nama Tapanuli yang semakin tersiar dan semakin dikenal di kalangan nasional, Harimau Tapanuli juga memberikan dampak yang cukup signifikan dalam dunia persepakbolaan di Balige dan daerah sekitarnya. Kondisi tersebut dapat dilihat dari banyaknya atau keberadaan sekolah sepak bola di hampir setiap wilayah kecamatan-kecamatan di Kabupaten Toba dalam pembinaan bakat-bakat pesepakbola usia muda di Kabupaten Toba.94 Selain itu juga, keberadaan beberapa klub sepak bola di daerah Tapanuli khususnya di daerah Balige, seperti: Tobasa FC cukup memberikan dampak dari keberadaan

Harimau Tapanuli di Tanah Tapanuli sebelumnya. Antusiasme masyarakat dalam menikmati sepak bola di Kabupaten Toba nyatanya juga tidak luntur dikarenakan adanya turnamen-turnamen bersifat kedaerahan yang menghadirkan klub-klub amatir bentukan masyarakat sebagai bentuk kecintaan masyarakat terhadap sepak bola.95

Selain itu, keberadaan Harimau Tapanuli juga memberikan hiburan tersendiri yang dapat dinikmati masyarakat. Beberapa pertandingan Harimau

Tapanuli yang dihelat di Stadion Sisingamangaraja Balige yang juga menghadirkan beberapa klub sepak bola hingga pemain-pemain berbakat saat

94Wawancara. Zainal Siahaan, Desa Sibuntuon, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba pada tanggal 19 Oktober 2019. 95Martahan Manik, Op. Cit.

74

Universitas Sumatera Utara

kiprah Harimau Tapanuli sangat menarik minat masyarakat untuk senantiasa menyaksikan serta memberikan dukungan terhadap Harimau Tapanuli.96

Tak heran jika hingga saat ini, banyak masyarakat Tapanuli khususnya di kawasan Tapanuli Utara, Toba, Samosir hingga Humbang Hasundutan yang mengetahui dan menyaksikan kejayaan Harimau Tapanuli merindukan klub sepak bola dari Tanah Batak, seperti: Harimau Tapanuli hingga membuat nama Harimau

Tapanuli tak asing dan cukup familiar terdengar di telinga para pecinta sepak bola di daerah bekas wilayah Karesidenan Tapanuli tersebut.97

96Zul Imri Purba, Op. Cit. 97Zainal Siahaan. Op. Cit.

75

Universitas Sumatera Utara

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Harimau Tapanuli adalah salah satu klub sepak bola semi profesional yang didirikan dengan tujuan agar daerah Tapanuli secara khusus dapat dikenal oleh masyarakat secara luas dalam konteks nasional. Harimau Tapanuli didirikan oleh seorang yang mencintai dan menggilai sepak bola, yakni: Johny Pardede. Meski sebelumnya juga telah menangani klub sepak bola bentukan ayah beliau (DR. TD.

Pardede), yaitu: Pardedetex dan juga mengalami beberapa kendala hingga akhirnya bubar dan sirna dari dunia persepakbolaan tanah air, beliau tetap semangat mendirikan Harimau Tapanuli agar daerah Tapanuli dapat dikenal secara luas.

Nama Harimau Tapanuli memiliki makna tersendiri. Harimau merupakan penguasa hutan yang kuat dan berani serta Tapanuli merupakan daerah asal dari keluarga DR. TD. Pardede. Maka tidak heran jika penamaan Harimau Tapanuli sesuai dengan keinginan dan cita-cita DR. TD. Pardede. Selain itu, lambang

Harimau Tapanuli sendiri terdiri atas kepala Harimau Sumatera (Panthera Tigris

Sumatrae) serta nama Harimau Tapanuli diletakkan di atas kepala Harimau

Sumatera tersebut. Nama kota kecil Balige sebagai daerah asal dari DR. TD.

Pardede dan keluarga turut disematkan pada lambang Harimau Tapanuli.

76

Universitas Sumatera Utara

Harimau Tapanuli merupakan klub sepak bola semi profesional yang dikelola dengan tata kelola yang baik. Meskipun berstatus sebagai klub amatir, namun Harimau Tapanuli dikelola dengan sistem kelola klub sepak bola profesional pada umumnya. Hal tersebut dapat dilihat dari skuat Harimau

Tapanuli yang diisi oleh beberapa pemain asing semasa berkiprah dalam persepakbolaan di Indonesia. Bukan hanya pemain asing juga yang mengisi skuat

Harimau Tapanuli. Sebagai bukti keseriusan Johny Pardede selaku pendiri dan dan ketua umum Harimau Tapanuli juga mendatangkan pelatih berpengalaman, seperti: Peter Stephen asal Feyenoord (Belanda) yang merupakan mantan penasehat timnas sepak bola Swiss. Keadaan pemain serta pelatih asing yang mengisi skuat Harimau Tapanuli juga tidak lepas dari kondisi finansial Harimau

Tapanuli yang melimpah dan sepenuhnya disokong oleh Johny Pardede.

Kiprah Harimau Tapanuli dalam membawa Tapanuli agar dikenal di kancah tanah air secara khusus terbilang cukup berhasil. Hal tersebut dapat dilihat dari rekam jejak Harimau Tapanuli dalam mengikuti beberapa turnamen bergengsi dan berhasil merengkuh juara dalam beberapa kesempatan. Salah satunya adalah

Kejuaraan Antarklub Amatir Se-Indonesia. Di mana dalam periode tahun 1991 –

2000, Harimau Tapanuli berhasil merengkuh trofi tersebut dalam tiga kali kesempatan, yakni: tahun 1991, tahun 1993 dan tahun 2000.

Selain itu juga, tour-tour klub yang sering dilakukan oleh Harimau

Tapanuli ke berbagai negara, seperti: Belgia, Italia, Singapura, Thailand dan

77

Universitas Sumatera Utara

beberapa negara lainnya telah cukup membuat Harimau Tapanuli dan Tapanuli telah cukup dikenal baik di kalangan nasional maupun kalangan internasional saat itu.

Namun, finansial yang melimpah, kedalaman skuat yang mumpuni, prestasi yang cukup mentereng hingga pamor Harimau Tapanuli yang mulai dikenal kalangan masyarakat luas tak menjamin Harimau Tapanuli untuk terus berkiprah dalam ranah persepakbolaan tanah air. Harimau Tapanuli perlahan- lahan larut dan tenggelam dari hiruk-pikuk sepak bola Indonesia. Terlihat di mana

Harimau Tapanuli mengalami masa-masa pelik dan sulit setelah Johny Pardede mulai diterpa beberapa penyakit yang memaksa Johny Pardede untuk memfokuskan diri pada kesehatan dan mulai meninggalkan sepak bola hingga berimbas pada kurangnya atensi terhadap Harimau Tapanuli. Selain itu, Johny

Pardede juga semakin fokus dan memantapkan niat untuk meningkatkan iman dengan mendekatkan diri dan mengikuti kegiataan pelayanan keagamaan hingga akhirnya Johny Pardede akhirnya membubarkan Harimau Tapanuli.

Harimau Tapanuli mengundurkan diri dari ranah persepakbolan tanah air dan resmi bubar pada 7 Juni 2004. Uniknya, meskipun Harimau Tapanuli secara resmi bubar pada 7 Juni 2004, Harimau Tapanuli masih bermain dan mengikuti kompetisi pada 8 Juni 2004 pada perebutan Piala Radio Narwastu 97.9 FM.

Kejuaraan ini dilakukan tak lain dan tak bukan adalah untuk memeriahkan ataupun meresmikan pembubaran Harimau Tapanuli. Hal tersebut cukup unik

78

Universitas Sumatera Utara

dikarenakan pertandingan ataupun sebuah kejuaraan digelar untuk pembubaran sebuah klub sepak bola yang notabenenya hanya berkiprah pada liga amatir dan aktif mengikuti turnamen-turnamen tertentu.

Kehadiran Harimau Tapanuli dalam hiruk-pikuk persepakbolaan Indonesia memberikan dampak bagi Balige, Tapanuli Utara hingga Sumatera Utara ketika itu. Selain sebagai tempat untuk menempah pesepakbola muda dan berbakat saat itu, Harimau Tapanuli juga mengorbitkan pemain-pemain berbakat tersebut hingga mampu menjajaki beberapa klub-klub sepak bola lainnya di Indonesia saat itu. Di samping itu, kehadiran Harimau Tapanuli dalam mempromosikan daerah

Tapanuli ke kalangan luas juga telah cukup menarik minat pemain-pemain asing untuk mengisi skuat Haimau Tapanulu dan berkiprah di Harimau Tapanuli saat itu. Tak hanya itu juga, keberhasilan Harimau Tapanuli sebagai salah satu klub sepak bola yang dikelola secara profesional saat itu membuat Harimau Tapanuli mampu melakukan tour-tour ke beberapa negara di Eropa dan Asia untuk melakukan beberapa pertandingan eksebisi ataupun persahabatan yang mana adalah hal yang susah dilakukan oleh klub amatir lainnya karena tak disokong oleh dana yang cukup.

5.2 Saran

 Pemerintah baik di tingkat kabupaten/kota sebaiknya memberikan atensi

ataupun perhatian lebih terhadap olahraga khususnya sepak bola dan klub

79

Universitas Sumatera Utara

sepak bola lokal dari masing-masing daerah untuk terus berkembang

hingga tidak dalam kondisi hidup segan mati tak mau.

 Pemerintah juga sebaiknya harus bersikap lebih dan fokus terhadap olah

raga khususnya sepak bola yang dimulai dari tingkat bawah hingga tingkat

tertinggi. Hal tersebut dapat dimulai dari pengadaan fasilitas yang meliputi

sarana dan prasarana untuk mendukung dan menunjang sepak bola secara

khusus, pengadaan sistem kompetisi yang secara profesional, pembinaan

bakat-bakat pesepakbola usia muda hingga senior serta menempatkan

orang-orang yang paham dan mengerti akan pengelolaan sepak bola dalam

kepengurusan sepak bola baik tingkat bawah hingga tingkat atas dalam hal

ini adalah PSSI tingkat kabupaten/kota hingga PSSI pusat.

 Pihak berwenang dalam hal ini adalah pemerintah dan pihak berwajib

seperti polisi dan tentara bekerja sama dan saling bahu-membahu dalam

proses pemberantasan kasup suap dalam sepak bola nasional untuk

menunjang kondisi sepak bola nasional yang lebih baik dan maju ke

depannya.

 Para pelaku bisnis secara khusus penikmat olahraga sepak bola agar

sebaiknya turut ambil peran dalam dunia sepak bola, seperti: mendirikan

klub yang dikelola oleh pelaku bisnis tersebut namun dengan tata kelola

yang profesional agar semakin banyaknya klub sepak bola tanah air

80

Universitas Sumatera Utara

profesional yang mana ke depannya diharapkan dapat bersaing di kancah

sepak bola internasional.

 Masyarakat secara khusus adalah penggila sepak bola yang merupakan

suporter dari tiap-tiap klub kesebelasan yang ada di tanah air untuk ikut

menciptakan sepak bola yang aman dan tertib demi menghindari pertikaian

antar suporter klub kesebelasan. Diharapkan agar ke depannya tidak

terulang lagi perselisihan yang berujung pada hilangnya nyawa suporter

seperti yang telah terjadi sebelumnya hingga menjadi citra buruk dan

mencoreng persepakbolaan tanah air.

81

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR SINGKATAN

FIFA : Federation International de Football Association

PSSI : Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia

Hartap : Harimau Tapanuli

Perstu : Persatuan Sepak Bola Tapanuli Utara

PSMS : Persatuan Sepak Bola Medan Sekitarnya

PSKPS : Persatuan Sepak Bola Kota Padang Sidempuan

DNA : Deoxyribo Nucleic Acid/ Materi genetik yang bisa diturunkan

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

TDPHC : Tumpal Dorianus Pardede Holding Company

RSSSF : Rec.Sprot.Soccer Statistic Foundation

BVC : Bandung Voetbal Club

THUTH : Tiong Hoa Un Tong Hwee

UMS : Union Makes Strength

82

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA a. Sumber Buku

Aji, R.N Bayu. 2009. Tionghoa Surabaya dalam Sepak Bola. Yogyakarta: Ombak. Aji, R.N Bayu. 2018. Mewarisi Sepak Bola, Budaya dan Kebangsaan Indonesia. Lamongan: Pagan Press. Darmawan, M. Daud. 2007. Menelusuri Jejak-jejak Kuno Sejarah Sepak bola Dunia, Yogyakarta: Pinus Book Publisher. Firzani, Hendri. 2010. Segalanya Tentang Sepak Bola, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Gladden, M, James, and Sutton, A, William. 2011. Profesional Sport in Contemporary Sport Management. China: Human Kinetic. Editor Paul M. Pedersen/ Janet B. Parks. Gottschalk, Louis. 1985. Mengerti Sejarah, diterjemahkan oleh Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI Press. Handoko, Anung. 2008. Sepak Bola Tanpa Batas: City of Tolerance.Yogyakarta: Kanisius. Kartodirdjo, Sartono. 1982. Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia. Jakarta: Gramedia. Liga Indonesia Baru. 2017. Regulasi Liga 1 2017, Jakarta: Liga Indonesia Baru.

Natakusumah, Arief. 2008. Drama Itu Bernama Sepak Bola: Gambaran silang sengkarut olah raga, politik dan budaya. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Nugraha, Ubaidillah. 2008. Republik Gila Bola. Jakarta: Ufuk Publishing House.

Ny. Sariaty P.R. Siregar Br. Pardede, dkk. 1999. IN-MEMORIAM Delapan Tahun DR.TD. Pardede (18-11-1991 s/d 18-11-1999), Medan: Bali Scan dan Percetakan Jln. Mesjid. Palupi, Srie Agustina. 2004. Politik dan Sepakbola, Yogyakarta, Ombak.

83

Universitas Sumatera Utara

Panjaitan, Hinca. 2013. Kedaulatan Negara Versus Kedaulatan FIFA. Jakarta: Gramedia. RS, Zesn. 2016. Simulakra Sepak Bola. Yogyakarta: Indie Book Corner.

Sutton, Anthony. 2017. Sepak Bola: The Indonesian Way of Life. Jakarta: Kawos Publishing. Tim Penyusun Sejarah Olahraga Sumatera Utara. 1992. Sejarah Olahraga Sumatera Utara. Medan : Hasmar. Wina, Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

b. Skripsi, thesis dan jurnal

Adilhaksono, Dwi Dody. 2012 Persija (1970-1990), “Dinamika Perkembangan Sepak Bola di Jakarta”. Skripsi Ilmu Sejarah. Belum Diterbitkan. Depok: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Arianto, Eri. 2010. “Marah Halim Cup (1972-1995)”. Skripsi Departemen Ilmu Sejarah. Belum Diterbitkan. Medan: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Haryanto, Type. 2015. “Pelaksanaan Rekruitmen Pemain Profesional Pada Klub Sepakbola Persijap Jepara”. Skripsi Ilmu Keolahragaan. Belum Diterbitkan. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Rangga, Muhammad Ariefuddin. 2009. “PSSI Pada Masa Kepemimpinan Abdul Wahab Djojohadikoesoemo (1959-1964)”.Skripsi Program Studi Sejarah. Belum Diterbitkan. Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Sulistiyono. 2012. “ Transformasi Pengelolaan Klub Sepakbola di Indonesia”, Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, Vol. 2 Edisi 2.

84

Universitas Sumatera Utara

c. Sumber Web

Eko Nurhada. “Harimau Tapanuli”, Kompasiana, diakses dari https://www.kompasiana.com/bungeko/550b635a813311f813b1e5c0/harimau- tapanuli pada tanggal 20 Juni 2019 pukul 20:14 WIB. Ligina. “1999. TD. Pardede Cup’, Indonesian Soccer, diakses dari http://rbahana.tripod.com/tour/1999pardede_round.htm pada tanggal 11 Maret 2019 pukul 21:13 WIB. Muhartadi Siregar. Sepak bola Indonesia di Antara “Per” dan ”PS”, Pandit Football, https://www.panditfootball.com/panditcamp/184386/PSH/150828/sepakbola- indonesia-di-antara-per-dan-ps diakses pada tanggal 1 April 2020 pukul 22:23 WIB Novan Media Research. “Harimau Tapanuli: Pembubaran Pun Dimeriahkan Pertandingan Resmi”, Novan Media Research, diakses dari https://novanmediaresearch.wordpress.com/2012/12/25/harimau-tapanuli- pembubaran-pun-dimeriahkan-pertandingan-resmi/ pada tanggal 25 Januari 2020 pukul 16:11 WIB. Oryza A. Wirawan. “Gelar Pertama dari Karanggayam”, Beritajatim.com, diakses dari https://beritajatim.com/sorotan/gelar-pertama-dari-karanggayam/ pada tanggal 24 Februari 2020 pukul 22:35 WIB. Team Tobatabo. “Klub Sepakbola Harimau Tapanuli Riwayatmu Dulu”, Tobatabo, diakses dari https://www.tobatabo.com/1637+klub-sepakbola- harimau-tapanuli-riwayatmu-dulu.htm pada tanggal 21 Juni 2019 pukul 16:50 WIB. Tempo.Co. “Harimau Tapanuli Dicoret Dari Kejuaraan di India”, Tempo.Co, diakses dari https://nasional.tempo.co/read/14786/harimau-tapanuli-dicoret- dari-kejuaraan-di-india/full&view=ok pada tanggal 1 April 2020 pukul 10:15 WIB. Zen RS. “Genealogi Sepakbola Indonesia (Bagian 2): Sepakbola dan Kolonialisme, Detik, https://m.detik.com/sepakbola/pandit/d-2221733/voetbal- volksraad-dan-hari-sepakbola-hindia-belanda diakses pada tanggal 8 Juli 2019 pukul 17:12 WIB

85

Universitas Sumatera Utara

d. Sumber artikel, tabloid, dan majalah

M. Niagara, “ Suap dan Judi Tetap Mengancam”, Bola, 30 Oktober 1987 Isyu Suap Perlu Dijernihkan, Kompas, 9 Maret 1977 Harian Waspada 17 April 1995 Harian Waspada 22 April 1995 Harian Waspada 25 April 1995

86

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR INFORMAN

a. Nama : Tamrin Sihombing

Umur : 42 Tahun

Alamat : Stadion DR. TD. Pardede, Jln. Binjai KM 10,8, Medan

Kapasitas : Pelatih SSB Harimau Tapanuli dan Pengurus Stadion DR. TD. Pardede b. Nama : Zul Imri Purba

Umur : 53 Tahun

Alamat : Stadion DR. TD. Pardede, Jln. Binjai KM 10,8, Medan

Kapasitas : Pelatih SSB Harimau Tapanuli dan pegawai Danau Toba International Cottage Parapat c. Nama : Viktor Simamora Umur : 52 Tahun

Alamat : Mess Pemda TK. II. Tapanuli Utara, Jln. Kemiri II No. 11, Sudirejo II, Medan Kota, Medan Kapasitas : Pelatih Sepak Bola d. Nama : Zainal Siahaan Umur : 56 Tahun

Alamat : Desa Sibuntuon, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Kapasitas : Masyarakat Kabupaten Toba e. Nama : Martahan Manik Umur : 41 Tahun

Alamat : Jln. Silangit-Muara, Desa Silando, Kecamatan Muara Kapasitas : Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara

87

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN

Lampiran I

Daftar beberapa pemain yang pernah memperkuat Harimau Tapanuli

No Nama Pemain Posisi

1 Viktor Simamora Penyerang

2 Amri Siregar -

3 Sabda Lumbantoruan Gelandang

4 Marco Mourmada -

5 Oum Luc Junior -

6 Jean Michel Babouaken Penyerang

7 Rosen Illew Penjaga Gawang

8 Nayden Zimbilev Gelandang

9 Nikolai Dragian Penyerang

10 Ventilav Spasov Penyerang

11 Fauzi Pulungan -

12 Iskandar Jalil Penyerang

13 Suheri Gelandang

14 Bernard Siahaan Bek kanan

15 Zulfitri Bek Tengah

16 Rudi Saari Bek Tengah

88

Universitas Sumatera Utara

17 Sutrisno Bek Kiri

18 Hardianto Penjaga Gawang

19 Nanang -

20 Mulyadi Bek

21 Colly Misrun Penyerang

22 Sapril Nasution -

23 Andi Jori -

24 Antonius Awi -

25 Petrus Barus -

26 Subandi -

27 Thamrin Sihombing Penjaga Gawang

28 Abdurrahman Gurning Gelandang, Bek

29 Zul Imri Purba Bek

30 Erwin -

Sumber: Wawancara. Tamrin Sihombing, Stadion DR. TD. Pardede, Jln. Binjai KM

10,8, Medan pada tanggal 22 September 2019.

89

Universitas Sumatera Utara

Lampiran II

Johny Pardede selaku pemilik Hartap

Sumber: https://victoriousnews.com diakses pada 18 September 2019

90

Universitas Sumatera Utara

Lampiran III

Salah satu sisi bagian dalam sekretariat Harimau Tapanuli saat melakukan sesi wawancara dengan salah satu narasumber.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2019)

91

Universitas Sumatera Utara

Lampiran IV

Skuat Harimau Tapanuli dengan jersey Hartap

Sumber: https://www.indosport.com diakses pada 18 September 2019.

92

Universitas Sumatera Utara

Lampiran V

Lambang Klub Harimau Tapanuli

Sumber: https://twitter.com/a_rakhman/status/266095943479345152 diakses pada

18 September 2019

93

Universitas Sumatera Utara

Lampiran VI

Stadion DR. T.D.Pardede

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020)

94

Universitas Sumatera Utara

Lampiran VII

Mess pemain Hartap yang terletak di kompleks Pardedetex

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020)

95

Universitas Sumatera Utara

Lampiran VIII

Hartap juara kejurnas antarklub amatir se-Indonesia tahun 2000

Repro: Alfredo France

Sumber: Album Foto Ruang Sekretariat Stadion DR. TD. Pardede (2019)

96

Universitas Sumatera Utara

Lampiran IX

Harimau Tapanuli dalam tur Eropa di Jerman tahun 1991

Repro Alfredo France

Sumber: Album foto ruang sekretariat Stadion DR. TD. Pardede (2019)

97

Universitas Sumatera Utara

Lampiran X

Harimau Tapanuli juara DR. TD. Pardede Cup tahun 2000

Repro Alfredo France

Sumber: Album foto ruang sekretariat Stadion DR. TD. Pardede (2019)

98

Universitas Sumatera Utara

Lampiran XI

Beberapa pemain Hartap saat melakukan tur ke Malaysia

Sumber: Instagram Bola Hita Media

99

Universitas Sumatera Utara

Lampiran XII

Skuat Hartap yang melakukan tur ke Malaysia

Sumber: Instagram Bola Hita Media

100

Universitas Sumatera Utara

Lampiran XIII

Beberapa pemain Hartap yang ikut tur ke Malaysia

Sumber: Instagram Bola Hita Media

101

Universitas Sumatera Utara

Lampiran XIV

Pemain-pemain Hartap yang sedang menikmati makanan sesaat setelah tiba di

Malaysia

Sumber: Instagram Bola Hita Media

102

Universitas Sumatera Utara

Lampiran XV

Perlengkapan pemain Harimau Tapanuli

Sumber: Instagram Bola Hita Media

103

Universitas Sumatera Utara

Lampiran XVI

Pemain Hartap ketika saat membawa perlengkapan

Sumber: Instagram Bola Hita Media

104

Universitas Sumatera Utara

Lampiran XVII

Skuat Hartap sedang melakukan sesi foto sebelum memasuki laga di Pulau

Pinang, Malaysia

Sumber: Instagram Bola Hita Media

105

Universitas Sumatera Utara

Lampiran XVIII

Jairo Matos yang merupakan mantan pemain Pardedetex asal Brasil, mantan pelatih PSMS dan pelatih pertama Harimau Tapanuli

Sumber: Grup Facebook Memori Perserikatan & Galatama

106

Universitas Sumatera Utara

Lampiran XIX

Sesi wawancara dengan salah satu narasumber, Viktor Simamora

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020)

107

Universitas Sumatera Utara

Lampiran XX

Stadion Sisingamangaraja Balige dari salah satu sudut stadion

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020)

108

Universitas Sumatera Utara