BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sepak bola, tentu kita tidak asing lagi dengan kata tersebut. Sepak bola adalah olahraga berasal dari Inggris pada tahun 1863. Tetapi sebelum dikenal dengan sepak bola, dinasti Han di China sudah mempraktekkan olahraga ini dengan nama Tsu’Chu di abad ke 3 - 2 SM. Selain di China di Jepang juga ada praktek permainan bola dengan nama Kemari hingga akhirnya olahraga ini diresmikan oleh asosiasi sepak bola Inggris dengan nama Football atau sepak bola.

Sepak bola merupakan olahraga terpopuler di dunia dan terus berkembang hingga saat ini. Jumlah penonton sepak bola menurut total sportek mencapai lebih dari 4 miliar. Dan atlit dengan follower terbanyak dipegang oleh punggawa Real Madrid Christiano Ronaldo dengan jumlah 150 juta follower. Hal ini juga berlaku dengan jumlah penonton olahraga terbanyak di dunia. Sepak bola menjadi olahraga yang paling banyak ditonton dengan jumlah 3,9 miliar orang menonton pertandingan di piala dunia tahun 2014. Euforia sepak bola juga terus berlanjut dengan diadakannya piala dunia 2018 yang berlangsung di Rusia. Sejauh ini FIFA menyatakan, tiket piala dunia 2018 sudah terjual hingga 1,7 juta tiket dan akan terus bertambah selama gelaran piala dunia berlangsung dengan total 2.5 juta tiket yang tersedia. Hal ini belum ditambah dengan penonton yang menonton lewat siaran langsung dari televisi maupun media lainnya.

GAMBAR 1.1 FIFA WORLD CUP 2018 Sumber : www.fifa.com

1

Di sendiri sepak bola juga menjadi olahraga terfavorit. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya basis suporter sepak bola di Indonesia. Contohnya pada gelaran piala Presiden 2018, menurut Ketua steering committee (SC) Piala Presiden Maruara Sirait disela-sela laga PSMS kontra Sriwijaya FC menyatakan, “Jumlah penjualan tiket, ini menjadi yang terbesar sepanjang sejarah Piala Presiden. Total jumlah penjualan tiket hari ini Rp5.893.740.000. Sedangkan jumlah pedagang kakilima di Gelora Bung Karno mencapai 1.063, sedangkan pedagang asongan 335,”.

Total seluruh pemasukan dari penjualan tiket mencapai 20 miliar rupiah selama piala presiden berlangsung dengan total 68.272 penonton yang hadir dan menonton selama gelaran piala presiden berlangsung (sumber : www.goal.com).

GAMBAR 1.2 ARTIKEL PIALA PRESIDEN Sumber:bola.liputan6.com

Dunia sepak bola pasti tidak terlepas dari pendukung fanatis dari klub – klub bola yang ada di dunia. Pendukung ini biasa dikenal dengan kata suporter. Menurut Soekanto suporter adalah adalah suatu bentuk kelompok sosial yang secara relatif tidak teratur dan terjadi karena ingin melihat sesuatu (Soekanto, 1997:81). Sehingga suporter berarti sekumpulan orang memberikan dukungan secara aktif terhadap organisasi, klub dan sebagainya. Suporter di berbagai belahan dunia terdapat beberapa kelompok seperti di Italia yang di kenal dengan nama Tifosi yang berarti pendukung fanatik dalam sepak bola Italia (Dal-Lago & De Biasi, 1994). Ada

2 juga Hooligans yang diambil dari Bahasa Inggris yang berarti pengacau, pembuat keributan. Suporter tipe ini melekat dengan kekacauan yang mereka buat saat timnya kalah sehingga masyarakat di Inggris memanggil mereka dengan kata Hooligans. Salah satu kerusuhan yang terkenal adalah The Heysel Stadium disaster yang disebabkan oleh bentrokan antara suporter Liverpool dan Juventus yang mengakibatkan 39 orang meninggal karena tertimpa tembok pembatas. Selain itu ada juga Ultras yang identik dengan suporter di Italia, suporter ini lebih ekstrem dari Tifosi karena dukungan mereka yang menggunakan petasan, flare, dan penampilan mereka yang serba hitam.

Di Indonesia sendiri basis suporter sepak bola juga sangat besar. Contohnya klub lokal seperti Persib memiliki Fans atau pengikut hingga 9,5 juta sehingga AFC atau Konfederasi Sepak bola Asia menobatkan Persib menjadi klub sepak bola paling populer di Asia (sumber:www.pikiran-rakyat.com). Belum ditambah dengan suporter klub lain seperti Persija yang dikenal dengan nama TheJak atau Persebaya yang dikenal dengan nama Bonek yang juga memiliki basis suporter yang besar dengan rata – rata di atas 20 ribu penonton di setiap pertandingannya. Karena itu, suporter sepak bola di Indonesia masih menjadi trend topik untuk menjadi objek penelitian karena banyaknya peminat dari olahraga sepak bola. Penelitian ini akan membahas salah satu suporter di Indonesia yang berasal dari Yogyakarta yang mendukung klub PSS Sleman yang bernama Brigata Sud.

Sebelum membahas tentang Brigata Curva Sud, yang diketahui secara umum tentang suporter sepak bola di Indonesia sudah sangat kental kaitannya dengan kekerasan massa pendukungnya. Beberapa upaya seperti pemberian sanksi juga masih belum cukup untuk memberikan efek jera. Contohnya yang terbaru ini adalah sanksi yang diberikan kepada suporter Arema karena membuat kerusuhan saat pertandingan antara Arema melawan sehingga membuat pelatih Persib terluka. Pada pertandingan 15 April 2018 tersebut, Arema mendapatkan denda dengan total 300 juta rupiah karena sikap suporternya sendiri yang melanggar beberapa peraturan dari operator seperti memasuki lapangan sepak bola, menyalakan flare, dan melakukan pelemparan ke dalam lapangan sehingga pertandingan dihentikan sebelum waktunya (sumber: bola.kompas.com). Bila dilihat dari daftar sanksi yang diberikan oleh komite disiplin PSSI, hingga pekan ke

3

13 komite disiplin sudah memberikan denda dengan total 3,8 Miliar Rupiah terhadap klub liga 1 dan di Indonesia. Suporter Persebaya paling banyak mendapatkan denda karena tingkah laku suporternya diikuti oleh suporter Arema dan Sriwijaya FC (Sumber : www.bolasport.com).

GAMBAR 1.3 REKAP DENDA KOMITE DISIPLIN PSSI Sumber : www.bolasport.com

Dari daftar tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kedisiplinan suporter di Indonesia sangatlah tidak baik. Perilaku tersebut membuat stigma negatif di masyarakat terhadap suporter sepak bola di Indonesia. Lalu bagaimana dengan Brigata Curva Sud sendiri yang menjadi objek penelitian peneliti.

Brigata Curva Sud adalah salah satu suporter PSS Sleman Yogyakarta. Suporter ini berdiri karena adanya konflik internal dalam Slemania suporter awal dari PSS Sleman. Suporter PSS Sleman juga mendapat stigma negatif karena perilaku suporternya yang juga suka membuat rusuh dengan suporter lainnya dan

4 masyarakat sekitar. Contohnya pada tanggal 26 Juli 2017 suporter PSS Sleman yaitu Slemania dan BCS dilarang mendukung timnya oleh Polda Jawa Tengah karena terjadi insiden tewasnya warga Magelang pada saat suporter PSS Sleman kembali dari mendukung timnya di Banyumas sehingga polisi memberikan larangan tersebut (sumber: www.bola.com). Selain itu terjadi bentrokan pada saat pertandingan tandang di Cilegon yang peneliti alami sendiri sehingga salah satu staf PSS Sleman terluka. Oknum suporter seperti inilah yang membuat negatif nama PSS Sleman. Selain itu sebagian pendukung PSS Sleman merasa klubnya dipolitisasi oleh politik pemerintah daerah untuk kampanye dan sebagainya. Karena itu beberapa orang yang menginginkan perubahan dalam suporter PSS Sleman membentuk komunitas – komunitas kecil dan bergabung menjadi organisasi suporter Brigata Curva Sud atau barisan pendukung tribun selatan. BCS memang belum sempurna dan masih ada oknum anggota yang juga melakukan tindakan tidak terpuji. Sehingga BCS membentuk beberapa kegiatan usaha dalam bentuk media Radio, TV dan aksesoris untuk menyalurkan kreativitas anggotanya dan juga membuat suporter ini menjadi mandiri sehingga membentuk suatu komunitas suporter yang kreatif.

Awal titik berdirinya Brigata Curva Sud atau BCS berasal dari komunitas ultras yang bergabung hingga membentuk nama Brigata Curva Sud di awal tahun 2011 karena konflik internal antara pendukung PSS Sleman. Komunitas sendiri berarti sekumpulan orang yang memiliki tujuan, keinginan, perasaan, kesan, penilaian dan lainnya sehingga mereka bekerja sama dan saling berhubungan satu dengan lainnya sehingga membentuk sistem komunikasi dan budaya yang mengikat satu dengan lainnya (Bungin, 2006:29). Seiring berjalannya waktu, komunitas yang awalnya sedikit sekarang berkembang dan jumlahnya sudah lebih dari 200 komunitas tergabung dalam BCS sekarang. Komunitas tersebut terbentuk dari daerah di mana terdapat banyaknya pendukung PSS Sleman contohnya pendukung PSS Sleman di Jepang yang membutuhkan wadah untuk berkumpul dan bertukar informasi sehingga didirikan komunitas BCS Japan, sama halnya di daerah – daerah lainnya komunitas terbentuk karena adanya keinginan dan tujuan yang sama.

Komunitas – komunitas ini bergabung dan membentuk organisasi Brigata Curva Sud yang berarti barisan tribun selatan tempat di mana dalam stadion BCS

5 mendukung PSS Sleman. Menurut Kochler organisasi adalah suatu sistem hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasikan usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu (Muhammad, 2009:24). Dalam buku komunikasi organisasi Pace dan Faules terdapat teori struktural klasik yang membedakan struktur umum organisasi sosial dan struktur yang lebih spesifik yaitu organisasi formal. Organisasi Sosial merujuk pada pola – pola interaksi sosial dan mentransformasikan kumpulan individu menjadi sekelompok orang dan menjadi sistem sosial yang besar. Sedangkan organisasi formal lebih detail dengan struktur status atau jabatan dalam organisasi untuk mengarahkan interaksi dan kegiatan anggota(Pace dan Faules, 2013:41-44). Sehingga dapat disimpulkan Brigata Curva Sud adalah suatu organisasi sosial yang di dalamnya terdapat interaksi sosial dalam komunitas – komunitas yang tergabung dalam Brigata Curva Sud.

BCS menjadi besar dan populer hingga pada awal tahun 2017 BCS dinobatkan sebagai 5 suporter terbaik se-Asia oleh COPA90. Selain COPA90, majalah asing dari Polandia juga memuat BCS sebagai cover majalah To My Kibice yang memuat liputan seputar sepak bola di Eropa. Bukan tanpa sebab BCS terpilih menjadi yang terbaik, beberapa alasannya adalah koreografi, chant/nyanyian, dan sikap suporter BCS itu sendiri. BCS sendiri memiliki manifesto 'no leader just together' sehingga secara struktural BCS tidak memiliki pengurus ataupun ketua. Namun hal ini justru membuat BCS begitu kompak dan rapih sebagai organisasi, hal ini dibuktikan dengan koreografi 4D pada saat mendukung PSS Sleman.

GAMBAR 1.4 SALAH SATU KOREOGRAFI 4D BCS Sumber : www.BCSxPSS.com

6

Karena keunikan BCS inilah penulis memilih kelompok suporter ini karena mereka berbeda dari kebanyakan suporter umumnya di Indonesia yang terkenal akan kekerasan dan kerusuhannya.

Suporter yang terdiri dari 200 lebih komunitas tidak memiliki pemimpin yang biasanya terdapat dalam organisasi. Hal ini dikarenakan BCS tidak ingin ada sosok tunggal yang mempresentasikan organisasi BCS tersebut karena dikhawatirkan akan mempengaruhi visi dan misi BCS itu sendiri. BCS sendiri menginginkan setiap anggotanya dapat berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah sehingga setiap anggota memiliki hak dan kewajiban yang sama. Untuk mengkoordinasikan ribuan anggota yang tergabung dalam ratusan komunitas, maka diperlukan komunikasi yang baik antara masing – masing anggota komunitas tersebut. Dalam komunikasi terbentuk suatu pola yang disebut dengan pola komunikasi. Pola komunikasi merupakan bentuk dan fungsi komunikasi yang mengikuti kaidah tertentu (Kuswarno, 2008:167). Pola organisasi kelompok juga ditentukan oleh kaidah komunikasi organisasi tersebut. Contohnya organisasi formal yang memiliki hierarki sehingga komunikasi lebih sentral dan pemimpin mempengaruhi keputusan dari organisasi tersebut. Di lain itu ada struktur organisasi berbasis tim atau kelompok sehingga komunikasinya lebih desentralisasi. Struktur tersebut membuat anggota dapat berkomunikasi satu dengan lainnya sehingga setiap anggota dapat menjadi penentu keputusan organisasi tersebut. Untuk itu peneliti melakukan penelitian pola komunikasi komunitas yang tergabung dalam organisasi Brigata Curva Sud sehingga mampu menciptakan suatu organisasi yang kreatif, kompak, solid dan berbeda dengan umumnya organisasi suporter sepak bola di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pola komunikasi antara komunitas dalam organisasi BCS sehingga dapat membentuk basis suporter yang terstruktur tanpa adanya kepengurusan sentral.

1.3 Identifikasi Masalah

Dari penjelasan latar belakang dan rumusan masalah dalam penelitian ini,maka identifikasi masalah mengerucut menjadi tiga pertanyaan, yaitu:

7

- Bagaimana pola aliran komunikasi dalam Organisasi Brigata Curva Sud? - Bagaimana pola arah komunikasi antara Organisasi Brigata Curva Sud? - Bagaimana pola jaringan komunikasi antara Organisasi Brigata Curva Sud? 1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bermaksud menjawab pertanyaan dari identifikasi masalah sehingga hasil yang didapat menjadi poin - poin di bawah ini.

- Mengetahui pola aliran komunikasi yang efektif dari organisasi Brigata Curva Sud - Mengetahui pola arah komunikasi dalam organisasi Brigata Curva Sud - Mengetahui pola jaringan komunikasi dalam organisasi Brigata Curva Sud

1.5 Kegunaan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua manfaat penelitian dalam aspek teoritis dan praktis sebagai berikut:

1.5.1 Teoritis

1. Menjadi rujukan dalam penelitian terutama dalam komunikasi di dunia olahraga khususnya pola komunikasi organisasi suporter sepak bola. 2. Penelitian ini dapat menjadi bahan studi terutama tentang pola komunikasi suporter sepak bola. 3. Penelitian ini juga diharapkan menambahkan wawasan informasi tentang pola komunikasi suporter sepak bola di Indonesia.

1.5.2 Praktis

1. Menjadi referensi bagi suporter lain di Indonesia dalam pola komunikasi organisasi suporter sepak bola. 2. Menjadi rujukan literatur untuk penelitian selanjutnya yang membahas tentang pola komunikasi suporter sepak bola. 3. Menjadi bahan masukan untuk suporter – suporter sepak bola di Indonesia bagaimana mengaplikasikan pola komunikasi dalam suporter sepak bola.

8

1.6 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian diawali dari proses penentuan tema. Setelah tema diputuskan, ditentukan rumusan masalah dan poin – poin dari tujuan penelitian. Selanjutnya mencari studi literatur yang sesuai untuk memberikan gambaran bagaimana penelitian ini dilaksanakan dan melakukan survei penelitian. Setelah itu dikumpulkan data – data yang sesuai dengan penelitian dan dasar pemikiran sehingga penelitian ini menjadi konsisten dan memiliki sumber data atau fakta yang jelas. Setelah itu data – data yang telah dikumpulkan akan diolah dan dianalisa sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang menjawab dari masalah penelitian.

GAMBAR 1.5 TAHAPAN PENELITIAN

9

1.7 Waktu dan Tempat Penelitian 1.7.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sleman, Yogyakarta yang di mana tempat Brigata Curva Sud bermarkas. Selain itu kami mengikuti pertandingan yang dilakukan oleh PSS Sleman di kandang atau stadion Maguwoharjo dan tandang di Stadion Krakatau di . Kami mengikuti pertandingan PSS Sleman yang dimana didukung oleh BCS dalam kompetisi liga 2 Indonesia. 1.7.2 Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan September 2017 – Hingga Juli 2018 dengan susunan sebagai berikut.

10

TABEL 1.1 WAKTU PENELITIAN 18 Jul- Jul-

18 Jun-

18 Mei-

18 Apr- Apr-

18 Mar- Mar-

Bulan Bulan 18 Feb-

18 Jan- Jan-

17 Des- Des-

17 Nov- Nov-

17 Okt-

Tahapan Penelitian Tahapan Penelitian Menentukan Topik dan Survey Penelitian Menyusun Proposal Skripsi Proposal Seminar Skripsi DataPengumpulan Lapangan Pengolahan dan Data Analisis Skripsi Sidang Ujian

1 2 3 4 5 6 No

11