1648 Jurnal Produksi Tanaman Vol. 6 No. 8, Agustus 2018: 1648 – 1654 ISSN: 2527-8452 1648 ETNOBOTANI EDELWEIS ( spp.) DI DESA NGADAS, TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU

ETHNOBOTANY OF EDELWEIS (Anaphalis spp.) AT NGADAS VILLAGE, BROMO TENGGER SEMERU NATIONAL PARK

Amanu Budi Setiyo Utomo*) dan Suwasono Heddy

Department of Agronomy, Faculty of Agriculture, Brawijaya University Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur *)Email : [email protected]

ABSTRAK 1500-2200 mdpl yang didominasi spesies Anaphalis longifolia dan Anaphalis Taman Nasional Bromo Tengger Semeru javanicadengan tipe persebaran masing- merupakan salah satu taman nasional yang masing spesies yang ditemukan adalah menyimpan plasma nutfahkhas dataran mengelompok. tinggi salah satunya yaitu Edelweis (Anaphalis spp.), selain manfaat ekologi Kata kunci: Edelweis, Etnobotani, Desa Edelweis juga memiliki manfaat akan Ngadas, Konservasi. keberlangsungan budaya Tengger. ABSTRACT Masyarakat Tengger adalah kelompok masyarakat yang bertempat tinggal di Bromo Tengger Semeru National Park is a dataran tinggi Tengger atau Desa Enclave national park that holds typical plateau Taman Nasional Bromo Tengger Semeru germplasm one of which is Edelweiss dan juga Desa-desa sekitar Taman Nasional. Masyarakat Tengger memiliki (Anaphalis spp.), In addition to the budaya mengenai pemanfaatan Edelweis ecological benefits of Edelweiss also has sebagai salah satu tumbuhan wajib dalam the benefit of the continuity of Tengger sesaji untuk ritual adat, dan sedikit banyak culture. Tengger community is a group of pemanfaatan Edelweis dapat people living in the highlands or the mempengaruhi populasi hidup di habitat Tengger Village Enclave. Bromo Tengger aslinya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Semeru National Park and the villages April -Mei 2016. Di Taman Nasional Bromo around the park. Tengger community has a Tengger Semeru dan Desa Ngadas, culture regarding the utilization of Edelweiss Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten as one of the mandatory in offerings Malang, Propinsi Jawa Timur. Metode for traditional rituals, and to a lesser penelitian ini bersifat diskriptif kuantitatif Edelweis utilization can affect the population dengan pengambilan data persebaran menggunakan beltd transekdan hasil live in their natural habitat. The study was wawancara menggunakan metode snowball conducted in April-May 2016. In the Bromo sampling. Hasil penelitian menunjukkan Tengger Semeru National Park and Village bahwasannya edelweis (Anaphalis spp.) di Ngadas, Poncokusumo subdistrict, Malang, Desa Ngadas digunakan sebagai sesaji East Province. This research method pada setiap ritual adat, spesies edelweis is descriptive quantitative data collection yang dimanfaatkan bunganya merupakan and distribution using transects beltd Anaphalis longifolia dan Anaphalis javanica interviews using snowball sampling method. yang oleh masyarakat tengger disebut The results showed that edelweiss dengan Tana Layu. Edelweis di sekitar desa (Anaphalis spp.) In the Ngadas village used ngadas dapat di temukan di ketinggian 1649

Utomo, dkk, Etnobotani Edelweis di Desa… as offerings in any traditional rituals, species dengan nama Tana Layu oleh masyarakat exploited edelweiss flowers were Anaphalis tengger lebih sering digunakan sebagai javanica Anaphalis longifolia and the muatan sesaji, pada upacara-upacara adat community perched called the Tana Wither. tengger setiap tahunnya yaitu Upacara Edelweiss around the village Ngadas can Kasada dan Karo. Pemanfaatan edelweis be found at an altitude of 1500-2200 meters secara terus menerus tanpa adanya tindakan khusus sebagai cara pelestarian above sea dominated longifolia species edelweis dapat mengancam Anaphalis javanica Anaphalis and with the keberlangungan hidupnya di alam. type of distribution of each species is clumped. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Keywords: Edelweiss, Ethnobotany, Ngadas Penelitian dilaksanakan pada bulan village, Conservation. Maret 2016-Mei 2016. Di Taman Nasional

Bromo Tengger Semeru dan Desa Ngadas, PENDAHULUAN Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten

Malang, Perovinsi Jawa Timur. Ketinggian Taman Nasional Bromo Tengger Ds. Ngadas adalah 2100 m pdl, dan Semeru (TNBTS) ialah salah satu taman dikelilingi oleh hutan Taman Nasional nasional yang memiliki keindahan alam Bromo Tengger Semeru. yang berupa jajaran pegunungan. Selain Metode penelitian ini bersifat diskriptif keindahan, TNTBS menyimpan kekayaan kuantitatif dengan pengambilan data plasma nutfah penting dan khas yaitu persebaran dengan membagi 4 wilayah Edelweis. Edelweis (Anaphalis spp.) hutan di sekitar Ds. Ngadas dan merupakan tumbuhan yang memiliki nilai menggunakan metodebeltd transekuntuk manfaat, salah satu nilai manfaat tumbuhan analisis vegetasi dengan Panjang transek ini, yaitu menjaga keberlangsungan budaya yang digunakan adalah 50 m dan Tengger.Terdapat tiga spesies Edelweis di sepanjang garis transek dipasang plot 5 x 5 Taman Nasional Bromo Tengger Semeru mdan pada wawancara responden antara lain Anaphlais javanica, Anaphalis merupakan masyarakat tengger yang viscida dan Anaphalis longifolia. Selain berdomisili di Ds. Ngadas dengan dipergunakan sebagai salah satu bunga menggunakan metode snowball sampling wajib pada sesaji, edelweis memiliki sifat yang ditentukan key-information adalah bunga yang tahan lama dalam keadaan Kepala Desa Ngadas. kering membuat tumbuhan ini disukai dan Penentuan pola persebaran edelweiss dicari orang sebagai souvenir. Pemanfaatan dilakukan dengan indeks persebaran edelweis sedikit banyak di habitat aslinya morisitas, dapat dihitung dengan dapat mengurangi populasi hidup tumbuhan persamaan (Wahyudi dan Azrianingsih, ini. 2011) : Masyarakat Tengger sama seperti masyarakat lainnya yang masih ∑ 2 − N menjunjung tinggi suatu budaya maupun Id = n [ 푥 ] tradisi. Masyarakat Tengger selalu N(N − 1) melakukan tradisi yang dilaksanakan Keterangan: Id =Indeks depersi secara turun temurun seperti upacara- Morisitas upacara adat. Selain itu, kepercayaan n =Jumlah plot masyarakat adat merupakan suatu tradisi N =Jumlah total individu dan budaya yang tidak dapat dipisahkan seluruh plot dari tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan ∑x² = kuadrat jumlah individu dianggap sebagai salah satu bagian dari per plot upacara adat. Tumbuhan wajib dalam Jika dari hasil perhitungan di atas di setiap upacara adat yang ada pada dapatkan hasil seperti berikut: Masyarakat Tengger salah satunya adalah Id < 1, maka distribusinya adalah edelweis. Edelweis yang biasa disebut random/acak 1650

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6, Nomor 8, Agustus 2018, hlm. 1648 – 1654

Id = 1, maka distribusinya al., 2011). Menurut Stennis (2006) seragam/uniform A.javanica tumbuh menginfasi hutan elfin Id > 1, maka distribusinya adalah terbakar tetapi kemudian hilang di telan oleh mengelompok hutan elfin karena permudaan dengan bijinya dihambat oleh naungan tegakannya Menurut Heddy dan Metty (1994) sendiri dan seresah di bawahnya. untuk mengetahui dominasi spesies dapat Dari 4 wilayah pengamatan hanya 2 menggunakan indeks dominasi dengan wilayah yang terdapat persebaran edelweis persamaan: yaitu wilayah barat dan wilayah utara. ni D = x 100% Wilayah barat yang terletak pada ketinggian i N ±1600 mdpl dan di dominasi oleh tebing- Keterangan: D = Indeks Dominasi tebing terjal, persebaran edelweis di wilayah i ini memiliki tipe persebaran mengelompok ni = Jumlah Individu jenis spesies i N = Jumlah total spesies edelweis dan spesies edelweis yang paling banyak di Dalam habitat suatu spesies dikatakan temukan adalah Anaphalis longifolia. Dan dominan jika D > 50%, dan dikatakan pada wilayah utara pada ketinggian ±2200 i mdpl di temukan dua spesies edelweis yaitu subdominant jika 20%

1651

Utomo, dkk, Etnobotani Edelweis di Desa…

Tabel 1.Nilai Indeks Dispersi Morisitas edelweis Anaphalis spp. di keliling Desa Ngadas, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Transek Spesies Wilayah Barat Wilayah Utara 1 2 3 4 1 2 3 4 A.javanica - 0 - - 5,671 1,654 3,5 7 A.longifolia 3,125 1,55 2,307 2,025 - 0 3,954 2,178 A.viscida ------Keterangan: Id < 1, maka distribusinya adalah random/acak, Id = 1, maka distribusinya seragam/uniform, Id> 1, maka distribusinya adalah mengelompok.

Tabel 2. Dominasi spesies edelweis Anaphalis spp. di Keliling Desa Ngadas, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Transek Spesies Wilayah Barat Wilayah Utara 1 2 3 4 1 2 3 4 A.javanica - 0,49% - - 100% 91,67% 3,61% 16,67% A.longifolia 100% 99,5% 100% 100% - 8,33% 96,38% 83,33% A.viscida ------

Keterangan: Suatu spesies dikatakan dominan jika Di> 50%, dan dikatakan subdominant jika 20%

(outcrossing). Didapatkan persebaran dari Tengger memanfaatkan tumbuhan yang A.javanica dan A.longifolia yang ada disekitarnya untuk sesaji dalam berdampingan ini dikarenanakan dua persembahan pada dewa atau leluhurnya. spesies edelweis ini memiliki tempat Pengaruh agama hindu dalam masyarakat tumbuh yang sama yaitu pada wilayah jawa dirasa sangat kental dalam budaya terbuka, tempat terbengkalai atau lahan jawa yang dilihat dari penggunaan sesaji tidak subur dan spesies A.javanica dan dalam setiap upacara adat (Paramita et al., A.longifolia merupakan tumbuhan pionir 2013). Tumbuh-tumbuhan merupakan pada tanah vulkanik baru (Steenis, 2006). bentuk dari hubungan masyarakat dengan lingkungannya dan setiap tumbuhan yang Etnobotani Edelweis di Desa Ngadas dimanfaatkan untuk upacara adat memiliki Masyarakat Ngadas sama halnya makna masing-masing. Salah satunya dengan masyarakat Tengger pada adalah Edelweis atau masyarakat tengger umumnya yang masih melestarika adat- menyebutnya dengan Tana Layu istidat peninggalan leluhurnya. Namun merupakan tumbuhan dataran tinggi yang dalam beragama masyarakat Ngadas terdapat di zona alpin/montana. Masyarakat berbeda dengan masyarakat tengger yang Ngadas secara umum mengetahui akan pada umumnya memeluk agama Hindu, guna edelweis sebagai bahan sesaji untuk warga desa ngadas mayoritas memeluk ritual. Edelweis memiliki peran penting agama Buddha. Meski terbagai dalam dalam setiap upacara adat Tengger, dalam beberapa agama yang dianut oleh pemanfaatannya edelweis diambil warganya, masyarakat desa ngadas tetap bunganya untuk dijadikan sesaji dalam menjunjung tinggi adat istiadat atau tradisi upacara adat Tengger. Tanah Layu yang tengger pada umumnya. Ketua adat atau berati tidak pernah layu atau juga dalam yang disebut Dukun memiliki peran penting penafsirannya Tanah Layu dimaknai dalam setiap upacara adat yang mandape wahyu atau turunnya wahyu. dilaksanakan oleh masyarakat tengger. Pemanfaatan edelweis (Anaphalis Bentuk upacara adat Tengger dibagi longifolia) dalam upacara adat tengger di atas hajat pribadi dan hajat umum atau Desa Ngadas diantaranya adalah upacara desa, dalam upacara adat masyarakat kasada (kasodo), Karo, entas-entas, dan 1652

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6, Nomor 8, Agustus 2018, hlm. 1648 – 1654

Gambar 1. Ongkek (Foto: Dokumen pribadi) upacara pernikahan (wologoro). Upacara atau dukun dan legen (wakil dukun). Untuk kasada (yadnya kasodo) merupakan pembuatan agem-agem dalam setiap upacara besar yang berpusat di pura luhur upacara adat yang akan dilaksanakan yang poten yang terletak di lautan pasir bromo, dapat merangkainya adalah kaum laki-laki dalam upacara kasada ini bunga edelweis dan perempuan yang suci (tidak sedang disusun pada ongkek (Gambar 1.) yang halangan). Dalam pengambilan bunga digunakan untuk sesaji desa (paramita, et edelweis hanya perwakilan atau kepala al., 2013). Pada upacara karo bunga keluarga yang memetik edelweis, dan edelweis dirangakai menjadi sesaji (agem- rangkaian sesaji yang telah disusun agem) yang akan disajikan bersama bahan kemudian akan didoakan oleh ketua adat pangan yang akan disajikan pada para (Dukun). leluhur di tempat-tempat yang dikeramatkan (pedanyangan), penutup dari upacara karo Konservasi Edelweis ini dilakukan nyadran dengan menikmati Keberadaan edelweis sangatlah makanan yang dibawa keluarga untuk rawan akan kepunahan, edelweis yang dinikamati bersama di atas kuburan masing- memiliki bunga denga sifat alami tahan masing keluarga (Hadi, 2014). Dalam dalam keadaan kering dan disebut bunga upacara entas-entas bunga edelweis di abadi (Evelasting flower), sehingga bunga bentuk seperti boneka (petra) sebagai Edelweis disukai dan dicari orang sebagai perantara leluhur dan boneka petra ini kenang-kenangan atau oleh-oleh. sebagai perantara arwah leluhur ke surge Wisatawan Taman Nasional Bromo dan abadi layaknya edelweis yang tidak Tengger Semeru dapat menemukan pernah layu.Presentase dalam pengambilan tumbuhan ini dijual di desa-desa menuju bunga edelweis ini menyesuaikan keadaan kawasan wisata Gunung Bromo dan di edelweis diwilayah desa. dalam kawasan Taman Nasional. Penjualan Rangkaian sesaji yang digunakan Edelweis di dalam kawasan Taman tidak semua warga dapat merangkainya, Nasional merupakan suatu pelanggaran dalam penyusunan rangkaian sesaji hanya peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Misalnya pada pembuatan ongkek untuk dengan tujuan untuk menjaga kelestarian upacara kasada hanya orang tua (wong Edelweis. Menurut Maulidah (2015) sepuh) yang dapat membuat atau menyebutkan bahwa penindakan penjual menyusunnya (paramita et al., 2013). Pada bunga/ tanaman hias yang berada di upacara entas-entas pembuatan petra wilayah taman nasional dengan biasanya dibuat oleh istri dari sesepuh adat menyatakan tidak berjualan dan ikut 1653

Utomo, dkk, Etnobotani Edelweis di Desa… menjaga kawasan dan pada wilayah KESIMPULAN penanjakan dikenakan sangsi wajib lapor selama 3 hari ke polsek tosari, namun tidak Edelweis (Anaphalis spp.) merupakan ditemukan penjual yang menejual edelweis tumbuahan dataran tinggi dan banyak asli rata-rata penjual hanya menjual tersebar di wilayah Taman Nasional Bromo tanaman yang serupa dengan edelweis. Tengger Semeru. Pada wilayah desa Tumbuhan edelweis tidak hanya Ngadas dapat di temukan 2 spesies dimanfaatkan sebagai souvenir namun juga Edelweis yaitu Anaphalis javanica dan dimanfaatkan masarakat Tengger sebagai Anaphalis longifolia, kedua spesies ini ritual adat. Sedikit banyak dari pengambilan tumbuh di wilayah terbuka dan tebing-tebing edelweis ini akan mengurangi habitat yang berada di wilayah TNBTS dan dapat di hidupnya di alam. Konservasi edelweis temukan juga di ladang warga dan sebagian merupakan suatu pencegahan dan pekarangan rumah. Peran edelweis dalam penangganan kelestarian edelweis di budaya tengger sangatlah penting pada habitat aslinya. Menanggapi keresahan setiap upacara adat, dan bunga edelweis akan kepunahan edelweis di wilayah yang dinamai tana layu atau tidak pernah TNBTS, pengelola kawasan melakukan layu memiliki banyak makna dalam setiap konservasi edelweis dengan membuat upacara adat yang di laksanakan. Adanya taman edukasi edelweis di Sekolah Dasar tindakan konservasi dari pihak taman yang berada di Desa-desa Tengger sekitar nasional dan juga kearifan lokal yang G. Bromo dan membuat taman-taman konservatif dari masyarakat Tengger Desa edelweis yang ada di wilayah Taman Ngadas dapat menjaga kelestarian Nasional, Penanaman Edelweis di wilayah edelweis, selain itu juga turut menjaga Taman Nasional Bromo Tengger semeru keberlangsungan budaya Tengger. sudah pernah dilaksanakan pada wilayah Ranu Regulo (Hariati dan Luchman, DAFTAR PUSTAKA 2012)Program restorasi wilayah Taman Nasional dengan menggunakan tumbuhan- Hadi, N. 2014. Pengembangan Bahan tumbuhan endemik TNBTS juga dilakukan Bacaan Berbasis Pendidikan oleh pihak Taman Nasioanl (Hakim dan Multikultural, Religi Komunitas Hideki, 2013) Dalam pengelolaan wilayah Pegunungan: Studi Kasus Pada taman nasional petugas TNBTS tidak Masyarakat Trunyang di Gunung sendiri, masyarakat Tengger memiliki Batur, Tengger di Gunung bromo dan kearifan lokal dalam pelestarian wilayah Kinahrejo di lereng Merapi. Journal sekitarnya. Mengenai pelanggaran Sejarah dan Budaya.8(1):25-40. lingkungan di Desa Ngadas berlaku Hakim, L.& Hideki M.. 2013. Plant trees ketentuan adat apabila seseorang species for restoration program in menebang lima batang pohon non komersil Ranupani, Bromo Tengger Semeru di dalam kawasan TNBTS, maka ia National Park Indonesia. Journal diharuskan membayar dengan 50 karung Biodiversity. 4(3):387-394 semen dan menanam 300 batang pohon Hariyati, J.R. & Luchman H. 2013. cemara pada bekas lokasi tebangan, dan Vegetation diversity quality in tanpa di sadari ada kearifan lokal dengan mountainous forest of Ranu Regulo menganggap angker sumber air Ledok Lake Area, Bromo Tengger Semeru (Sayektiningsih, et al., 2008). Kearifan National Park, Est Java. Journal lainnya dalam sikap konservatif masyarakat Tropical Life Science. 2(1):21-24 tengger pada pemanfaatan bunga edelweis Heddy, S., Metty K. 1994. Prinsip-prinsip adalah ketika keberadaannya dianggap dasar ekologi: suatu bahasan tentang semakin sedikit setelah terjadi kebakaran kaidah ekologi dan penerapannya. hutan atau tumbuhan yang berbunga sedikit Raja Grafindo Persada. Jakarta. pp: makan dalam pemanfaatan bunga edelweis 55-62. untuk upacara adat mereka mengurangi Pramita, N.H. Serafina I. dan Luchman H. presentase bunga edelweis dalam sesaji. 2013. Etnobotani Upacara Kasada 1654

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6, Nomor 8, Agustus 2018, hlm. 1648 – 1654

Masyarakat tengger, di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Journal ofIndonesia Tourism Development Studies. 1(2):52-61. Sayektiningsih, Tri., Resti M., E.K.S. Hari Muntasib. 2008. Strategi Pengembangan Pendidikan Konservasi Pada Masyarakat Suku Tengger di Desa Enclave Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.Jurnal Media Konservasi. 13(1): 32-37. Steenis, C. G. G. J. 2006. Flora Pegunungan Jawa (The Montain Flora of Java). Terjemahan A.Hamza dan M. Toha. Pusat Penelitian Biologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan (LIPI).Bogor. p 259. Taufik, Ahmad., Ardinis A., Tesri M., Mansyur, Nurainas. 2013. Analisis Morfologi dan Biologi Reproduksi Anaphalis javanica dan Anaphalis longifolia () di Sumatera Barat. Journal Floribunda.4(7):161- 168. Maulidah, N. 2015. Analisis Maslaha dan Mafradhah terhadap Jual beli bunga Edelweis (Anaphalis javanica) di wisata Gunung Bromo (Taman Nasional Bromo tengger Semeru). Journal Al-Risalah. 2(13):40-65 Wahyudi, D. and Azrianingsih. 2011. Distribution and Density Edelweis (Anaphalis javanica) at Mount Batok Bromo Tengger Semeru National Park. Journal Biodeversity Conservation. 1(1): 25-29.