4. Kasus Antraks Di Kabupaten Sabu Raijua Provinsi
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Buletin Vet eriner, BBVet Denpasar, Vol. XXIII, No.79, Desember 2011 ISSN: 0854 -901X KASUS ANTRAKS DI KABUPATEN SABU RAIJUA PROVINSI NUSATENGGARA TIMUR TAHUN 2011 (LAPORAN KASUS) (Case report on Anthrax in Sabu Raijua Regency, East Nusa Tenggara) Ni Luh Dartini dan I Ketut Narcana Balai Besar Veteriner Denpasar ABSTRAK Kabupaten Sabu Raijua sejak lama diketahui sebagai daerah endemis antraks. Kasus dilaporkan terjadi pada peroide tahun 1906 – 1942. Kasus terakhir dilaporkan pada tahun 1987 di Desa Jiwuwu Kecamatan Sabu Timur. Berdasarkan laporan dinas setempat bahwa pada awal agustus 2011 ada kejadian penyakit diduga antraks pada manusia. Menindaklanjuti laporan tersebut maka dilakukan penyidikan pada ternak. Dari beberapa sampel tanah, PUD dan sisa daging/kulit yang diambil oleh UPT laboratorium Veteriner Kupang dan dikirim ke Balitvet Bogor, ternyata sampel tanah dan PUD positif mengandung bakteri B anthracis . Sampai awal september 2011, sudah 4 kecamatan (kecamatan Sabu Timur, Sabu Tengah, Sabu Barat, dan Hawu Mehara) diduga sudah tertular antraks. Kata Kunci : Antraks, Laporan Kasus, Sabu Raijua ABSTRACT Sabu regency has long been known as an anthrax endemic area. Cases reported since the year of 1906 to 1942. The last case was reported in 1987 in the village of Jiwuwu, East Sabu District. Based on the local agency reports that in early August 2011 there were anthract suspected disease events in humans. Following up on the report, the investigation in animal was conducted. Some of soil samples, blood smear and the rest of the meat/skin were taken by the Veterinary Laboratory Kupang and sent to Balitvet Bogor. Blood smear and soil samples were positive for Bacillus anthracis. Until early of September 2011, has four districts (districts of East Sabu, Central Sabu, Western Sabu, and Hawu Mehara) were suspected for anthract infected area. Key words : Anthrax, Case Report, Sabu Raijua . 111 Buletin Vet eriner, BBVet Denpasar, Vol. XXIII, No.79, Desember 2011 ISSN: 0854 -901X PENDAHULUAN MATERI DAN METODA Antraks adalah penyakit menular Penyidikan dilakukan melalui yang disebabkan oleh bakteri pengamatan langsung ke lokasi Bacillus anthracis , bersifat fatal kejadian, pengumpulan data serta menyerang baik hewan jumlah kasus kematian ternak, maupun manusia, (OIE, 1992). jumlah manusia yang Beberapa propinsi di Indonesia tertular/meninggal, populasi diketahui sebagai daerah antraks, ternak, cakupan vaksinasi, salah satunya adalah Provinsi perlakuan terhadap ternak mati, Nusa Tenggara Timur (NTT) informasi tentang lalulintas ternak (Hardjoutomo, 1996), lebih jauh dari dan ke Kabupaten Sabu diketahui bahwa Pulau Sabu Raijua. Serta informasi mengenai Propinsi NTT merupakan daerah tindakan yang telah dilakukan tertular antraks. Berdasarkan oleh Dinas setempat, Dinas data dari Dinas Peternakan Peternakan Provinsi NTT dan Provinsi NTT, kejadian penyakit UPT laboratorium veteriner antraks di Pulau Sabu pernah Kupang. dilaporkan terjadi pada periode tahun 1906 – 1942 dan pada HASIL PENYIDIKAN tahun 1987 dilaporkan terjadi wabah yang mengakibatkan 1. Kasus pada Ternak puluhan ekor ternak sapi, kerbau, Dari kunjungan lapangan tim kambing, domba dan babi BBVET Denpasar didapat dilaporkan mati, satu orang informasi dari Kepala Desa dilaporkan meninggal dan Keduru, bahwa kasus antraks puluhan orang menderita yang terjadi pada tahun 1987 karbunkel (Dinas Peternakan yang menyebabkan kematian Provinsi NTT, 2007). Selanjutnya puluhan ekor ternak dan satu pada tanggal 26 Agustus 2011, orang dilaporkan meninggal, ada informasi tentang adanya terjadi di Desa Jiwuwu, kasus dicurigai antraks pada Kecamatan Sabu Tengah manusia di Kabupaten Sabu, (merupakan kecamatan baru informasi tersebut diperoleh berupa pemekaran dari berdasarkan laporan salah Kecamatan Sabu Timur). seorang staf dinas Kesehatan Provinsi NTT. Untuk menindak Berdasarkan laporan dari Dinas lanjuti informasi tersebut maka Pertanian, Kehutanan, Kelautan tim BBVet Denpasar ditugaskan dan Perikanan Kabupaten Sabu untuk melakukan penyidikan lebih Raijua (2011), bahwa kasus yang lanjut ke tempat terjadinya kasus dicurigai antraks diawali dari pada tanggal 28 Agustus sampai laporan Kepala Puskesmas dengan 1 September 2011. Bolou, Kecamatan Sabu Timur, kepada Kepala Dinas Kesehatan dan Sosial Kabupaten Sabu Raijua, bahwa ada pasien dengan gejala luka karbunkel 112 Buletin Vet eriner, BBVet Denpasar, Vol. XXIII, No.79, Desember 2011 ISSN: 0854 -901X (gejala antraks). Dari wawancara Hasil investigasi tim BBVet dengan pasien diketahui bahwa Denpasar dari tanggal 28 luka tersebut didapat setelah Agustus sampai dengan 1 pasien tersebut kontak dengan september 2011 menunjukkan hewan mati. bahwa sampai tanggal 31 Pada tanggal 3 Agustus 2011, Agustus 2011 sebanyak 4 Dinas Pertanian, Kehutanan, kecamatan dari 5 kecamatan Kelautan dan Perikanan yang ada di Sabu daratan sudah Kabupaten Sabu Raijua dilaporkan tertular antraks secara mendapat informasi dan perintah klinis dan sebagian konfirmasi dari wakil bupati untuk melakukan laboratorium. Kasus terjadi antara penelusuran kemungkinan bulan Juli sampai pertengahan terjadinya kasus penyakit Agustus 2011. Pada saat menular pada ternak. kunjungan lapangan dilakukan Selanjutnya dokter hewan dan yaitu tanggal 29 dan 30 Agustus petugas peternakan melakukan 2011 tidak ada laporan adanya penelusuran ke lapangan. Hasil ternak sakit atau mati. Kematian dari wawancara dengan kepala ternak terakhir dilaporkan terjadi desa Keduru didapatkan pada pertengahan Agustus 2011. informasi bahwa telah terjadi Berdasarkan informasi dari kematian kuda yang mencapai 49 petugas peternakan dan pemilik ekor dari 13 orang peternak ternak gejala klinis yang teramati didesa keduru, dalam jarak waktu antara lain : beberapa ternak mati yang cukup dekat dan berturut- secara tiba-tiba tanpa terlihat turut. Kematian ternak pertama gejala sakit, gejala lainnya adalah kali terjadi pada tanggal 27 Juli nafsu makan berkurang, hewan 2011 di dusun 3 Desa Keduru terlihat lesu dan gemetar, ada yaitu kuda milik Dominggus Dju pembengkakan di leher, mencret Nina sebanyak 6 ekor dan 3 ekor disertai darah (Gambar 1). kuda milik Hale Djari di Dusun 4 Kronologis kejadian antraks di (Dinas Pertanian,Kehutanan, awali dari Kecamatan Sabu Kelautan dan Perikanan Timur, kemudian ke Sabu Kabupaten Sabu Raijua 2011). Tengah, selanjutnya ke Pada tanggal 9 sampai 10 Kecamatan Sabu Barat, dan Agustus 2011 dilakukan terakhir di laporkan di Kecamatan pengambilan sampel sisa daging, Hawu Mehara, yaitu laporannya sisa kulit, preparat ulas darah diterima pada tanggal 22 Agustus (PUD), dan tanah ditempat bekas 2011, setelah ditelusuri ternyata tempat matinya ternak, ternak mati sebelum tanggal 17 selanjutnya dikirim ke Balitvet Agustus 2011. Secara singkat Bogor. Hasil pengujian jumlah kejadian kematian ternak laboratorium menunjukkan bahwa dimasing-masing kecamatan, sampel tanah dan PUD yang dipaparkan sebagai berikut : dikirim positif mengandung bakteri Bacillus anthracis (Bili dan a. Kecamatan Sabu Timur Welkis, 2011). Kecamatan Sabu Timur merupakan daerah pertama tempat terjadinya kasus antraks, 113 Buletin Vet eriner, BBVet Denpasar, Vol. XXIII, No.79, Desember 2011 ISSN: 0854 -901X yaitu di Desa Keduru pada ternak 2011). Tidak ada laporan kuda milik bapak Dominggus Dju manusia yang dicurigai tertular Nina dan Bapak Hale Djari. antraks di Kecamatan Sabu Selanjutnya kasus dilaporkan Barat. terjadi di Desa Keliha yaitu pada kuda milik bapak Mamax Hari d. Kecamatan Hawu Mehara Kota. Pada saat kunjungan Berdasarkan informasi dari lapangan ditemukan sebagian petugas peternakan diketahui sisa kulit dari bangkai kuda bahwa ada kematian ternak kuda tersebut masih disimpan. di Desa Watu Maddi, Kecamatan Sampai tanggal 10 Agustus 2011 Hawu Mehara. Laporan tersebut sebanyak 56 ekor ternak diterima tanggal 22 Agustus dilaporkan mati di ke dua desa 2011. Setelah dua orang ibu-ibu tersebut. memderita luka yang dicurigai tertular antraks. Setelah b. Kecamatan Sabu Tengah dilakukan kunjungan lapangan Di Kecamatan Sabu Tengah, oleh petugas peternakan dan tim kematian ternak dilaporkan terjadi BBVet Denpasar diketahui bahwa di Desa Eilode. Berdasarkan ternak kuda yang dimaksud informasi dan wawancara dengan sudah mati tanggal 8 Agustus suami dari kepala desa Eilode 2011. Daging dari bangkai kuda diketahui bahwa sedikitnya 6 ekor tersebut dikonsumsi oleh kuda dan 1 ekor sapi telah sebagian besar warga setempat, dilaporkan mati dan 2 orang bahkan sebagian diberikan dilaporkan menderita luka setelah kepada sanak keluarganya yang mengkonsumsi daging bangkai ada di Waingapu, Kabupaten ternak tersebut. Sumba Timur. Sampai saat kunjungan lapangan tanggal 30 c. Kecamatan Sabu Barat Agustus 2011 dilaporkan bahwa Karena keterbatasan waktu, tim hanya 1 ekor kuda tersebut yang tidak sempat melakukan mati, yaitu milik keluarga Ruben kunjungan ke Kecamatan Sabu Jega, dari 7 ekor kuda yang Barat. Namun berdasarkan dimiliki. Pada saat kunjungan laporan dan informasi dari lapangan tidak dapat dilakukan petugas peternakan diperoleh pengambilan sampel karena informasi bahwa di Desa Rae sudah tidak ada lagi tersisa Kore telah dilaporkan terjadi bagian tubuh bangkai kuda kematian ternak kuda sebanyak 6 tersebut, lokasi tempat ekor antara bulan Juli dan penyemblihannyapun sangat sulit Agustus 2011. Karena ada dijangkau. Sedangkan enam kecurigaan bahwa kematian ekor kuda yang tersisa tidak ternak tersebut disebabkan oleh dapat diamati pada saat penyakit sura, maka diambil kunjungan karena sudah dilepas sampel darah dan preparat ulas dipadang pengembalaan.