Tradisi Mandi Mayang Masyarakat Banjar Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
TRADISI MANDI MAYANG MASYARAKAT BANJAR KECAMATAN KERITANG KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Oleh: Zainal Hakim Email : [email protected] Dosen Pembimbing: Achmad Hidir Email : [email protected] Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau Kampus Bina Widya, Jl. H.R. Soebrantas Km 12,5 Simp. Baru, Pekanbaru 28293 Telp/Fax. 0761-63277 Abstrak Tradisi Mandi Mayang masyarakat Banjar Kecamatan keritang Kabupaten Indragiri Hilir merupakan salah satu kepercayaan dari suku Banjar dimana dalam suku Banjar ini mempunyai arti bahwa Mandi Mayang merupakan pembersihan diri untuk membuang kesialan-kesialan. Rumusan masalah yang dibahas pada penelitian ini adalah modal ekonomi didalam tradisi Mandi Mayang Masyarakat Banjar Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir dan Modal Ekonomi didalam tradisi Mandi Mayang Masyarakat Banjar Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir. subjek dari penelitian ini adalah 7 orang yang dimana subjek penelitian ini adalah pemimpin Mandi Mayang dan orang yang pernah melaksanakan tradisi Mandi Mayang. Teknik penelitian informan pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Teori yang digunakan adalah teori modal ekonomi dan modal sosial yang dikemukakan oleh Putnam yang terdiri dari jaringan, norma, dan kepercayaan. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa modal ekonomi dan modal sosial sangatlah penting dalam tradisi Mandi Mayang masyarakat Banjar. modal ekonomi dan modal sosial sangat menonjol pada tradisi Mandi Mayang masyarakat Banjar yaitu dengan adanya modal ekonomi tradisi Mandi Mayang masih tetap terlaksanakan karna didalam tradisi Mandi Mayang memerlukan modal ekonomi yaitu dalam mempersiapkan persyaratan Mandi Mayang, dan modal sosial juga sangat menonjol pada tradisi Mandi Mayang. Kata Kunci: Tradisi Mandi Mayang Masyarakat Banjar. JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 1 MAYANG MASYARAKAT BATH TRADITION BANJAR SUBDISTRICT KERITANG INDRAGIRI HILIR DISTRICT By : Zainal Hakim Email : [email protected] Supervisor : Achmad Hidir Email : [email protected] Depertment of Sosciology Faculty of Social and Political Sciences, Univesitas Riau Kampus Bina Widya, Jl. H.R. Soebrantas Km 12,5 Simp. Baru, Pekanbaru 28293 Telp/Fax. 0761-63277 Abstract The Mandi Mayang tradition of the Banjar community in Keritang Subdistrict Indragiri Hilir Regency is one of the beliefs of the Banjar tribe which in the Banjar tribe means that Mandi Mayang is a purification of self to dispel bad luck. The formulation of the problem discussed in this study is economic capital in the Mandi Mayang tradition of the Banjar Community in Keritang District, Indragiri Hilir Regency and Economic Capital in the Mandi Mayang tradition of the Banjar Community in Keritang District, Indragiri Hilir Regency. The subjects of this study were 7 people whose subjects were the leader of Mandi Mayang and the person who had carried out the Mandi Mayang tradition. The informant's research technique in this study was by using a purposive sampling technique. The method used is descriptive qualitative research method. The theory used is the theory of economic capital and social capital proposed by Putnam which consists of networks, norms, and beliefs. The results of the study can be concluded that economic capital and social capital are very important in the Mandi Mayang tradition of the Banjar community. Economic capital and social capital are very prominent in the Mandi Mayang tradition of the Banjar community, namely with the presence of economic capital the Mandi Mayang tradition is still carried out because the Mandi Mayang tradition requires economic capital in preparing Mandi Mayang requirements, and social capital is also prominent in the Mandi Mayang tradition. Keywords: Tradition of Mandi Mayang Banjar and Community JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 2 PENDAHULUAN 1.2 Rumusan Masalah Tradisi yang di sebut tradisi Berdasarkan Latar belakang di Mandi Mayang atau mandi pengantin atas, maka Rumusan Masalahnya yang dilaksanakan sebelum adalah : melaksanaan pernikahan dan 1. Bagaimana modal ekonomi dilakukan sebelum hari perkawinan, didalam tradisi Mandi jika pernikahan belum dilaksanakan Mayang Masayarakat Banjar maka Mandi Mayang di laksanakan di Kecamatan Keritang di rumah mempelai prempuannya, Kabupaten Indragiri Hilir.? yang di katakan orang sekitar 2. Bagaimana modal sosial upacara mandi pengantin yang didalam tradisi Mandi menjadi adat persyaratan bagi Mayang Masayarakat Banjar masyarakat Banjar. di Kecamatan Keritang Sebelum melaksanakan Kabupaten Indragiri Hilir.? tradisi Mandi Mayang ini biasanya 1.3 Tujuan Penelitian pemimpin tradisi Mandi Mayang Sesuai dengan rumusan mempersiapkan bahan-bahan masalah di atas, maka tujuan yang persyaratan untuk pelaksanaan tradisi ingin dicapai oleh peneliti dalam Mandi Mayang yaitu mulai dari melakukan penelitian ini adalah. bahan-bahan persyaratan pemandian 1. Untuk mengetahui modal yaitu mulai dari air pemandian yang ekonomi didalam tradisi dicampuri oleh kembang tujuh rupa, Mandi Mayang masyarakat mayang pinang terbuka dan tertutup, Banjar di Kecamatan kelapa muda. Sedangkan untuk Keritang Kabupaten Indragiri proses kedua yaitu berdandan Hilir. persyaratan yang perlu disiapkan 2. Untuk mengetahui modal yaitu mulai dari lilin, bedak, lipstik, sosial didalam tradisi Mandi cilak, cermin, sisir, bunga tujuh rupa, Mayang masyarakat Banjar di dan kue tujuh rupa. Untuk pembelian Kecamatan Keritang persyaratan tradisi Mandi Mayang Kabupaten Indragiri Hilir. biaya yang diperlukan biasanya Rp 1.4 Manfaat Penelitian 150.000 sampai Rp 200.000 tidak Hasil penelitian ini diharapkan termaksut biaya konsumsi. dapat memberikan manfaat secara Peneliti sangat tertarik umum. Adapun manfaat penelitian untuk meneliti tentang modal yang dapat diperoleh dari penelitian ekonomi dalam tradisi Mandi ini adalah. Mayang dan modal sosial yang ada 1. Penelitian ini diharapkan dialam tradisi Mandi Mayang dapat menjadi referensi Kecamatan Keritang Kabupaten ataupun memberikan Indragiri Hilir. informasi bagi masyarakat ataupun mahasiswa yang berminat untuk mengetahui JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 3 modal ekonomi dan modal berbagai gangguan yang tidak sosial didalam tradisi Mandi diinginkan. Karena kalau tidak Mayang adat Banjar di dipersiapkan penangkalannya, Kecamatan Keritang kemudian kedua mempelai yang Kabupaten Indragiri Hilir.. akan melangsungkan pernikahan 2. Dengan adanya penelitian ini terserang penyakit, dan kehidupan diharapkan tradisi Mandi rumah tangganya akan digoyahkan Mayang adat Banjar semakin oleh berbagai macam rintangan atau dikenal masyarakat luas agar dapat digoyahkan keserasian setelah masyarakat luas tertarik kawin nanti. melihat langsung tradisi Badudus merupakan tradisi Mandi Mayang adat Banjar tolak balak masyarakat Banjar di yang ada di kecamatan sebagian besar wilayah Kalimantan Keritang Kabupaten Indragiri Selatan. Badudus menjadi sarana Hilir. untuk membentengi diri dari TINJAUAN PUSTAKA masalah-masalah kejiwaan, yakni 2.1 Mandi Mayang dalam dari berbagai gangguan yang datang Kontek Kebudayaan Banjar dari luar maupun dari dalam. Dengan Upacara mandi mayang atau mandi kata lain, Badudus merupakan sarana pengantin juga disebut dengan untuk menangkal penyakit, baik Bapapai dan Badudus. Bapapai penyakit lahir atau batin. Perkawinan sendiri berasal dari kata papai yang menurut adat Banjar. artinya adalah percik. Istilah Bapapai 2.Basasuluh /Memperoleh informasi digunakan oleh masayarakat Banjar yang pasti mengenai keadaan pada umumnya untuk menyebut seorang gadis yang ingin dipinang ritual siraman ini, sedangkan para oleh laki-laki. anggota kerajaan dan juga Basasuluh adalah proses bangsawan dahulu mengenal prosesi pencarian informasi mengenai latar ini dengan istilah Badudus. Sesuai belakang keluarga, biasanya dengan namanya, makna Badudus dilakukan oleh keluarga pihak lelaki- secara umum adalah merupakan laki. Setelah proses basasuluh acara yang dilakukan pada masa biasanya dilanjutkan dengan proses peralihan antara masa remaja dengan „batatakunan‟ yang lebih terbuka masa dewasa, yang merupakan ritual antar keluarga mengenai perihal yang dilakukan untuk kesanggupan ekonomi. memebersihkan jiwa dan raga. Calon 1. Badatang/Lamaran. pengantin yang akan memasuki Proses ini disebut juga jenjang perkawinan, dinobatkan meminang mempelai wanita secara sebagai orang dewasa melalui acara resmi. Biasanya dalam proses ini Badudus, yakni Mandi Pengantin. terjadi perbincangan dalam bahasa Selain itu badudus juga merupakan banjar dan juga disertai pantun- sarana untuk membentengi diri dari pantun banjar. Apabila pinangan JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 4 diterima maka perbincangan akan pengaruh jahat. Sehingga pakaian dilanjutkan dengan membicarakan yang dikenalakan calon pengantin „jujuran‟ (mas kawin), hari sewaktu badudus juga tersebut dari mengantarkan mas kawin serta hari kain kuning. penikahan. 3. Akad Nikah/Ijab Kabul. 3 Baataran /Bertunangan. Proses perkawinan adat Dalam bahasa indonesia Banjar secara garis besar meliputi baantaran disebut juga bertunagan. tiga bagian, yakni: Menurunkan Proses ini calon mempelai pria pengantin laki-laki, Maarak memberikan jujuran yang berupa pengantin laki-laki, dan Mempelai yaitu : Batatai Bapalimbaian. a. seperangkat alat sholat 4. Maarak Pengantin/Mengantar b. perhiasan, pengantin. c. perlengkapan make up, Merupakan upacara di d. perlengkapan kamar