TRADISI MANDI MAYANG MASYARAKAT BANJAR KECAMATAN KERITANG KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Oleh: Zainal Hakim Email : [email protected] Dosen Pembimbing: Achmad Hidir Email : [email protected] Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Kampus Bina Widya, Jl. H.R. Soebrantas Km 12,5 Simp. Baru, 28293 Telp/Fax. 0761-63277

Abstrak

Tradisi Mandi Mayang masyarakat Banjar Kecamatan keritang Kabupaten Indragiri Hilir merupakan salah satu kepercayaan dari suku Banjar dimana dalam suku Banjar ini mempunyai arti bahwa Mandi Mayang merupakan pembersihan diri untuk membuang kesialan-kesialan. Rumusan masalah yang dibahas pada penelitian ini adalah modal ekonomi didalam tradisi Mandi Mayang Masyarakat Banjar Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir dan Modal Ekonomi didalam tradisi Mandi Mayang Masyarakat Banjar Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir. subjek dari penelitian ini adalah 7 orang yang dimana subjek penelitian ini adalah pemimpin Mandi Mayang dan orang yang pernah melaksanakan tradisi Mandi Mayang. Teknik penelitian informan pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Teori yang digunakan adalah teori modal ekonomi dan modal sosial yang dikemukakan oleh Putnam yang terdiri dari jaringan, norma, dan kepercayaan. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa modal ekonomi dan modal sosial sangatlah penting dalam tradisi Mandi Mayang masyarakat Banjar. modal ekonomi dan modal sosial sangat menonjol pada tradisi Mandi Mayang masyarakat Banjar yaitu dengan adanya modal ekonomi tradisi Mandi Mayang masih tetap terlaksanakan karna didalam tradisi Mandi Mayang memerlukan modal ekonomi yaitu dalam mempersiapkan persyaratan Mandi Mayang, dan modal sosial juga sangat menonjol pada tradisi Mandi Mayang.

Kata Kunci: Tradisi Mandi Mayang Masyarakat Banjar.

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 1

MAYANG MASYARAKAT BATH TRADITION BANJAR SUBDISTRICT KERITANG INDRAGIRI HILIR DISTRICT

By : Zainal Hakim Email : [email protected] Supervisor : Achmad Hidir Email : [email protected] Depertment of Sosciology Faculty of Social and Political Sciences, Univesitas Riau Kampus Bina Widya, Jl. H.R. Soebrantas Km 12,5 Simp. Baru, Pekanbaru 28293 Telp/Fax. 0761-63277

Abstract

The Mandi Mayang tradition of the Banjar community in Keritang Subdistrict is one of the beliefs of the Banjar tribe which in the Banjar tribe means that Mandi Mayang is a purification of self to dispel bad luck. The formulation of the problem discussed in this study is economic capital in the Mandi Mayang tradition of the Banjar Community in Keritang District, Indragiri Hilir Regency and Economic Capital in the Mandi Mayang tradition of the Banjar Community in Keritang District, Indragiri Hilir Regency. The subjects of this study were 7 people whose subjects were the leader of Mandi Mayang and the person who had carried out the Mandi Mayang tradition. The informant's research technique in this study was by using a purposive sampling technique. The method used is descriptive qualitative research method. The theory used is the theory of economic capital and social capital proposed by Putnam which consists of networks, norms, and beliefs. The results of the study can be concluded that economic capital and social capital are very important in the Mandi Mayang tradition of the Banjar community. Economic capital and social capital are very prominent in the Mandi Mayang tradition of the Banjar community, namely with the presence of economic capital the Mandi Mayang tradition is still carried out because the Mandi Mayang tradition requires economic capital in preparing Mandi Mayang requirements, and social capital is also prominent in the Mandi Mayang tradition.

Keywords: Tradition of Mandi Mayang Banjar and Community

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 2

PENDAHULUAN 1.2 Rumusan Masalah Tradisi yang di sebut tradisi Berdasarkan Latar belakang di Mandi Mayang atau mandi pengantin atas, maka Rumusan Masalahnya yang dilaksanakan sebelum adalah : melaksanaan pernikahan dan 1. Bagaimana modal ekonomi dilakukan sebelum hari perkawinan, didalam tradisi Mandi jika pernikahan belum dilaksanakan Mayang Masayarakat Banjar maka Mandi Mayang di laksanakan di Kecamatan Keritang di rumah mempelai prempuannya, Kabupaten Indragiri Hilir.? yang di katakan orang sekitar 2. Bagaimana modal sosial upacara mandi pengantin yang didalam tradisi Mandi menjadi adat persyaratan bagi Mayang Masayarakat Banjar masyarakat Banjar. di Kecamatan Keritang Sebelum melaksanakan Kabupaten Indragiri Hilir.? tradisi Mandi Mayang ini biasanya 1.3 Tujuan Penelitian pemimpin tradisi Mandi Mayang Sesuai dengan rumusan mempersiapkan bahan-bahan masalah di atas, maka tujuan yang persyaratan untuk pelaksanaan tradisi ingin dicapai oleh peneliti dalam Mandi Mayang yaitu mulai dari melakukan penelitian ini adalah. bahan-bahan persyaratan pemandian 1. Untuk mengetahui modal yaitu mulai dari air pemandian yang ekonomi didalam tradisi dicampuri oleh kembang tujuh rupa, Mandi Mayang masyarakat mayang pinang terbuka dan tertutup, Banjar di Kecamatan kelapa muda. Sedangkan untuk Keritang Kabupaten Indragiri proses kedua yaitu berdandan Hilir. persyaratan yang perlu disiapkan 2. Untuk mengetahui modal yaitu mulai dari lilin, bedak, lipstik, sosial didalam tradisi Mandi cilak, cermin, sisir, bunga tujuh rupa, Mayang masyarakat Banjar di dan kue tujuh rupa. Untuk pembelian Kecamatan Keritang persyaratan tradisi Mandi Mayang Kabupaten Indragiri Hilir. biaya yang diperlukan biasanya Rp 1.4 Manfaat Penelitian 150.000 sampai Rp 200.000 tidak Hasil penelitian ini diharapkan termaksut biaya konsumsi. dapat memberikan manfaat secara Peneliti sangat tertarik umum. Adapun manfaat penelitian untuk meneliti tentang modal yang dapat diperoleh dari penelitian ekonomi dalam tradisi Mandi ini adalah. Mayang dan modal sosial yang ada 1. Penelitian ini diharapkan dialam tradisi Mandi Mayang dapat menjadi referensi Kecamatan Keritang Kabupaten ataupun memberikan Indragiri Hilir. informasi bagi masyarakat ataupun mahasiswa yang berminat untuk mengetahui

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 3

modal ekonomi dan modal berbagai gangguan yang tidak sosial didalam tradisi Mandi diinginkan. Karena kalau tidak Mayang adat Banjar di dipersiapkan penangkalannya, Kecamatan Keritang kemudian kedua mempelai yang Kabupaten Indragiri Hilir.. akan melangsungkan pernikahan 2. Dengan adanya penelitian ini terserang penyakit, dan kehidupan diharapkan tradisi Mandi rumah tangganya akan digoyahkan Mayang adat Banjar semakin oleh berbagai macam rintangan atau dikenal masyarakat luas agar dapat digoyahkan keserasian setelah masyarakat luas tertarik kawin nanti. melihat langsung tradisi Badudus merupakan tradisi Mandi Mayang adat Banjar tolak balak masyarakat Banjar di yang ada di kecamatan sebagian besar wilayah Kalimantan Keritang Kabupaten Indragiri Selatan. Badudus menjadi sarana Hilir. untuk membentengi diri dari TINJAUAN PUSTAKA masalah-masalah kejiwaan, yakni 2.1 Mandi Mayang dalam dari berbagai gangguan yang datang Kontek Kebudayaan Banjar dari luar maupun dari dalam. Dengan Upacara mandi mayang atau mandi kata lain, Badudus merupakan sarana pengantin juga disebut dengan untuk menangkal penyakit, baik Bapapai dan Badudus. Bapapai penyakit lahir atau batin. Perkawinan sendiri berasal dari kata papai yang menurut adat Banjar. artinya adalah percik. Istilah Bapapai 2.Basasuluh /Memperoleh informasi digunakan oleh masayarakat Banjar yang pasti mengenai keadaan pada umumnya untuk menyebut seorang gadis yang ingin dipinang ritual siraman ini, sedangkan para oleh laki-laki. anggota kerajaan dan juga Basasuluh adalah proses bangsawan dahulu mengenal prosesi pencarian informasi mengenai latar ini dengan istilah Badudus. Sesuai belakang keluarga, biasanya dengan namanya, makna Badudus dilakukan oleh keluarga pihak lelaki- secara umum adalah merupakan laki. Setelah proses basasuluh acara yang dilakukan pada masa biasanya dilanjutkan dengan proses peralihan antara masa remaja dengan „batatakunan‟ yang lebih terbuka masa dewasa, yang merupakan ritual antar keluarga mengenai perihal yang dilakukan untuk kesanggupan ekonomi. memebersihkan jiwa dan raga. Calon 1. Badatang/Lamaran. pengantin yang akan memasuki Proses ini disebut juga jenjang perkawinan, dinobatkan meminang mempelai wanita secara sebagai orang dewasa melalui acara resmi. Biasanya dalam proses ini Badudus, yakni Mandi Pengantin. terjadi perbincangan dalam bahasa Selain itu badudus juga merupakan banjar dan juga disertai pantun- sarana untuk membentengi diri dari pantun banjar. Apabila pinangan

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 4 diterima maka perbincangan akan pengaruh jahat. Sehingga pakaian dilanjutkan dengan membicarakan yang dikenalakan calon pengantin „jujuran‟ (mas kawin), hari sewaktu badudus juga tersebut dari mengantarkan mas kawin serta hari kain kuning. penikahan. 3. Akad Nikah/Ijab Kabul. 3 Baataran /Bertunangan. Proses perkawinan adat Dalam bahasa Banjar secara garis besar meliputi baantaran disebut juga bertunagan. tiga bagian, yakni: Menurunkan Proses ini calon mempelai pria pengantin laki-laki, Maarak memberikan jujuran yang berupa pengantin laki-laki, dan Mempelai yaitu : Batatai Bapalimbaian. a. seperangkat alat sholat 4. Maarak Pengantin/Mengantar b. perhiasan, pengantin. c. perlengkapan make up, Merupakan upacara di d. perlengkapan kamar tidur, dan rumah pihak keluaga pengantin laki- e. sejumlah uang. laki untuk dipersiapkan dibawa ke 2. Bapingit/Tidak diperkenankan rumah mempelai wanita. Diawali bertemu dengan mempelai Laki- dengan doa dan selamat kecil, laki atau pemuda lainnya. kemudian mempelai pria turun keluar Dalam prosesi bapingit mempelai rumah sambil mengucapkan dao wanita harus mempersiapkan diri keselamatan diiringi Shalawat Nabi lahir dan batin untuk menempuh oleh para sesepuh serta taburan beras mahligai rumah tangga. Di dalam kuning sebgai penangkal bala dan proses ini wanita tidak boleh keluar bahaya. Meski secara tampak rumah untuk menghindarkan hal-hal sederhana dan sangat mudah secara yang tidak diinginankan. Wanita juga dilakukan, mengingat pada masa- tidak boleh dikunjungi oleh masa lalu tak jarang menjelang mempelai pria maupun pemuda lain. keberangkatan mempelai pria 3. Badudus/Mandi-mandi. mendadak terjadi hal0hal yang tidak Badudus disebut juga mandi-mandi diinginkan yang berakibat gagalnya untuk menyucikan diri calon upacara pernikahan. Doa dan pengantin. Mandi badudus harapan keselamatan telah menggunakan air yang dicampur ditadahkan oleh kedua tangan, dengan bunga-bungaan serta air kemudian rombongan pengantin jeruk, dilengkapi dengan mayang dan menuju kediaman mempelai wanita. air kelapa gading. Dekorasi untuk Berbagai macam kesenian akan upacara badudus biasanya berwarna ditampilakan menyambut kehadiran kuning, karena bagi masyarakat bnjar rombongan pihak pengantin pria. warna kuning menandakan Diantaranya, sinoman Hadrah (seni kebebasan dan keluhan selain itu tari masal sambil mempermainkan masyarakat banjar percaya kain bendera-bendera diiringi pukulan kuning dapat menghindarkan segala rebana), Kuda Gepang (hampir sama

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 5 dengan kuda lumping), juga musik dengan senyum. Setelah selesai bamban (sejenis Tanjidor Betawi). pasangan dibawa kembali ke rumah Mempelai pria melawan barisan mempelai wanita diiringi tetabuhan Sinoman hadrah, dilindungi oleh kesenian tradisional. payung Ubur-ubur yang akan terus 2.2 Modal dalam Tradisi Mandi berputar-putar melingdungi Mayang pengantin sambil rombongan 1. Modal ekonomi adalah modal bergerak menuju rumah mempelai yang dimiliki menjadi modal wanita. sosial dan kultural. Misalnya, 5. Pengantin Batatai/Pengantin orang yang memiliki kekuatan Bersanding. ekonomi menjadikan uang itu Ada beberapa versi sebelum untuk meraih gelar atau pengantin duduk berdampingan di kedudukannya dalam lingkungan pelaminan : sosialnya. Dengan uang 1. Versi Banjar Kuala seseorang dapat menjadi Mempelai pria menjemput mempelai hubungan dengan orang-orang wanita dikamar lalu keluar bersama- kelas menengah-atas dengan sama menuju pelaminan. mengikuti gaya dan kebiasaan 2. Versi Banjar Pahuluan dari kelas itu. Mempelai pria memasuki rumah 2. Modal sosial menurut Bourdieu mempelai wanita disambut dengan merupakan bentuk superior dari Shalawat nabi dan taburan beras kemuduran dan kemajuan diri kuning, mempelai wanita telah secara timbal balik. Hubungan diambang pintu, kemudian mereka antara kelompok, antara etnis, bersama-sama dibawah untuk duduk dan antar juga banyak ditentukan bersanding di atas Geta Kencana, oleh modal sosial. sejenis tempat paraduan (tempat METODE PENELITIAN tidur). 3.1 Jenis Penelitian 3. Versi Banjar Pahuluan Jenis penelitian ini Mempelai pria memasuki rumah mengenai Modal ekonomi dan modal mempelai wanita disambut dengan sosial didalam tradisi mandi mayang Shalawat nabi dan taburan beras dalam proses tradisi mandi mayang kuning. Di depan pintu telah menanti Suku Banjar Kecamatan Keritang mempelai wanita, dan kemudian Kabupaten Indragiri Hilir, dalam kedua mempelai dibawa menuju penelitian ini peneliti mengunakan Balai laki dengan berjalan kaki jenis penelitian deskriptif Kualitatif. maupun dengan cara Unsur yaitu data yang dikumpulkan Ginggong. Selama bersanding di berbentuk kata-kata, gambar, bukan Balai laki, kedua mempelai angka-angka. Menurut Bogdan dan menyaksikan atraksi kesenian, dan Taylor, sebagaimana yang dikutif harus menerima godaan atau olok- oleh Lexy J. Moleong, penelitian olok dari undangan yang hadir Kualitatif berupa kata-kata tertulis

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 6 atau lisan dari orang-orang dan ritual tradisi mandi mayang Suku perilaku yang diamati. Banjar, beberapa orang pasangan Penelitian deskriptif pengnatin yang sudah melaksanakan merupakan penelitian yang berusaha mandi mayang. mendeskripkan atau menggambarkan Menurut Lofland dan fenomena-fenomena yang ada, baik Lofland sebagaimana yang telah fenomena alamiah maupun rekayasa dikutif oleh Lexy. J. Moleong dalam manusia, dan menginterpretasikan bukunya yang berjudul Metodologi sesuatu. Adapun tujuan dari Penelitian Kualitatif, mengemukakan penelitian deskriptif adalah untuk bahwa sumber data utama dalam membuat pencandraan secara penelitian kualitatif adalah kata-kata sistematis, faktual, dan akurat dan tindakan, selebihnya berupa data mengenai fakta dan sifat populasi tambahan seperti dokumentasi,dan atau daerah tertentu. Penelitian ini lain-lain. Berkaitan dengan hal itu digunakan untuk mengetahui pada bagian ini jelas datanya dibagi bagaimana Modal ekonomi dan ke dalam kata-kata dan tindakan, modal sosial didalam Tradisi Mandi sumber data tertulis, foto dan Mayang Masyarakat Banjar. statistik. 3.2 Lokasi Penelitian Sedangkan yang dimaksud Penelitian ini bertujuan dengan sumber data penelitian adalah untuk mendapat gambaran dan subyek dari mana data dapat informasi yang lebih jelas, lengkap, diperoleh. Apabila menggunakan serta memungkinkan dan mudah bagi wawancara dalam mengumpulkan peneliti untuk melakukan penelitian data maka sumber data disebut observasi. Oleh karna itu, peneliti informan, yaitu orang yang merespon menetapkan lokasi penelitian di atau menjawab pertanyaan baik Kecamatan Keritang Kabupaten secara tertulis maupun lisan. Apabila Indragiri Hilir. Karna di Kecamatan menggunakan observasi maka Keritang tersebut rata-rata sumber data adalah berupa benda, masyarakat Banjar yang masih gerak, atau peroses sesuatu. Apabila banyak melaksanakan Tradisi Mandi menggunakan dokomentasi, maka Mayang maka dari itu saya dokumen atau catatan yang menjadi mengambil penelitian di Kecamtan sumber datanya. Suharsimi Arikunto, Keritang Kabupaten Indragiri Hilir. Prosedur Penelitian Suatu 3.2 Jenis dan Sumber Data Pendekatan Praktek Dalam penelitian ini, Dalam penelitian ini sumber peneliti menggunakan informan yang data primer berupa kata-kata di dianggap sebagai orang yang peroleh dari wawancara dengan berkompeten untuk memberikan data informan yang telah ditentukan yang yang dibutuhkan. Maka dalam meliput berbagai hal yang berkaitan penelitian ini wawancara dilakukan dengan Modal ekonomi dan modal dengan ke informan seperti pemandu sosial didalam Tradisi Mandi

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 7

Mayang masyarakat Banjar di Keritang Kabupaten Indragiri Hilir Kecamatan Keritang Kabupaten dan juga sebagai seseorang yang Indragiri Hilir. Sedangkan sumber memilki darah keturunan Gusti/Raja data sekunder dalam penelitian ini dan juga orang yang banyak adalah data Nikah, dan Data mengetahui tentang kebudayaan Penduduk berdasarkan jenis kelamin Banjar salah satunya tradisi Mandi yang ada di Kecamatan Keritang Mayang.. Kabupaten Indragiri Hilir. 2. Wawancara/Interview 3.3 Teknik Pengumpulan Data Wawancara adalah proses Teknik Pengumpulan data memperoleh keterangan untuk tujuan menurut Arikunto adalah cara-cara penelitian dengan cara tanya jawab yang dapat digunakan oleh penelitian sambil bertatap muka dengan atau untuk mengumpulkan data, di mana pedoman wawancara. Metode yang cara tersebut menunjukan pada suatu digunakan adalah In-depth Interview yang abstrak, tidak dapat di atau wawancara mendalam wujudkan dalam benda yang kasat mengunakan pedoman wawancara mata, tetapi dapat dipertontonkan yang telah di persiapkan sebelumnya. penggunaannya. Adapun materi wawancara Dalam Teknik Pengumpulan mendalam adalah sebagaimana yang data Peneliti menggunakan metode- terlampirkan dalam lampiran. metode sebagai berikut : 3. Dokumentasi 1. Observasi/Pengamatan Dokumentasi yaitu penelitian Obsevasi/Pengamatan terhadap dokumen (arsip) yang merupakan suatu metode penelitian berhubungan dengan kajian nonsurvei. Dengan metode ini penelitian. Dalam hal peneliti penelitian mengamati secara memiliki dokumentasi berupa foto- langsung perilaku para subjek foto yang menunjukan kegiatan yang penelitiannya. Melalui pengamatan dilakukan tradisi mandi mayang atau terhadap perilaku seseorang atau mandi pengantin. sekelompok orang dalam kurun 3.5 Teknik Analisis Data waktu relatif lama, seorang peneliti Analisis data yang digunakan memperoleh banyak kesempatan adalah metode deskriptif analitik, untuk mengumpulkan data yang yaitu mendeskripsikan data yang bersifat mendalam dan rinci satu hal dikumpulkan berupa kata-kata, yang kurang dapat dicapai dengan gambar, dan bukan angka. Data yang memakai metode survey. Subjek berasal dari naskah, wawancara, penelitian yang peniliti pilih yaitu catatan lapangan, dokumen, dan Ibu Jawiyah, Ibu Ramlah, Ibu Siti sebagainya, kemudian dideskripsikan Rahana, Bapak Arifin, Ibu sehingga dapat memberikan Fatmawati, Ibu Fatmawati (Sifat), kejelasan terhadap kenyataan atau dan Ibu Lis. Selaku pemimpin tradisi realitas. Mandi Mayang di Kecamatan

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 8

Dalam penelitian kualitatif dipanjat tidak boleh jatuh peroses pengumpulan data berasal ketanah, air 2 macam yang dari lapangan dalam upaya sudah dibace doa dan sedangkan proses keduanya membangun teori data. Peroses sisir, bedak, Minyak Likat pengumpulan data di mulai dari Baboreh, cilak lipstik, cermin, lokasi penelitian yakni tempat lilin dan Tujuh kue khas Banjar dimana akan ada dilasanakan mandi salah satunya. Bawulu , kue mayang atau mandi pengantin. cicin, kue cucur, kue tetulik, HASIL PENELITIAN pulut, nasik kuning. 5.2 Modal Ekonomi Mandi Berdasarkan hasi wanwancara Mayang dengan Subjek diatas, dapat penulis Modal ekonomi, menurut simpulkan yaitu untuk pelaksanakaan Bourdieu, memang dengan mudah Mandi Mayang Kecamatan Keritang dapat dikonversikan kedalam bentuk Kabupaten Indragiri Hilir yang uang, dan dapat dilembagakan dalam diawali dengan mempersiapakan bentuk hak kepemilikan. Tetapi persyaratan Mandi Mayang terlebih dalam kondisi tertentu modal budaya dahulu yaitu terutama juga dapat dikonversikan menjadi mempersiapkan air sebanyak 2 modal yang memiliki nilai ekonomi, macam, mayang pinang (terbuka dan dan dapat di lambangkan, seperti tertutup), kelapa muda, sisir, bedak, kualitas pendidikan. Demikian pula Minyak Likat Baboreh, cilak lipstik, dengan modal sosial dalam kondisi cermin, lilin dan Tujuh kue khas tertentu dapat dikonversikan kedalam Banjar salah satunya. Bawulu, kue modal ekonomi dan bahkan dapat cicin, kue cucur, kue tetulik, pulut, dilembagakan dalam bentuk gelar nasik kuning. keserjanaan. Sekalipun diperoleh Sisir itu nenek beli Rp10.000, cermin kecil Rp5.000 bedak melalui perguruan tinggi yang sama Rp5.000, minyak likat baboreh dan dalam jangka waktu pendidikan harganya Rp5.000, cilak yang sama, masing-masing gelar Rp20.000, gincu Rp25.000, lili kesarjanaan dengan bidang sama Rp2000 dan kalau kue itu nenek tetapi diperoleh dari perguruan tinggi habisnye Rp100.000. kalau yang berbeda yang mengandung nilai untuk bahan-bahan yang lain itu ekonomi yang berbeda. Seperti tidak beli lagi kayak mayang pinang, ember, gayung. Yang penjelesan diatas di dalam Tradisi jelas yang nenek bilang tadi Mandi Mayang harus mengutamakan yang perlu dibeli. suatu modal seperti berbentuk uang, Berdasarkan hasil wawancara dimana sangat mementingkan untuk dengan subjek diatas, penulis membeli persyaratan-persyaratan simpulkan harga setiap barang yang Mandi Mayang. membutuhkan modal ekonomi dalam Subjek 1 : Ibu Jawiyah tradisi Mandi Mayang yang pernah Niur/Kelapa, mayang pinang Ibu Jawiyah beli mulai dari sisir dan tebungkus/tertutup harus Rp.10.000, cermin Rp.5.000, bedak

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 9

Rp 5.000, Minyak likat baboreh ada didasari dengan rasa kepercayaan (minyak wangi/penangkal) Rp.5.000, sesama pemimpin Mandi Mayang. cilak Rp.20.000, gincu/Lipstik ini dibentuk untuk menjalin kerja Rp.25.000, Lilin Rp.2000 dan kue sama antar pemimpin pelaksanaan khas Banjar Rp.100.000. dan Mandi Mayang. menurut penjelasan Ibu Jawiyah Subjek 2 : Ibu Ramlah persyaratan Mandi Mayang tidak Ada, kayak dalam pembuatan semua harus dibeli karna diantaranya pagar mayang kami dibantu oleh persyaratan diambil dari hasil dari tuan rumah biasanya laki-laki tani mulai dari kelapa muda, yang membantu dalam pembuatan kembang, dan mayang pinang. pagar mayang, bukan itu saje 5.3 Modal Sosial Dalam tetapi sesame pemimpin kami juge Mandi Mayang saling kerja same terutame dalam Modal sosial dalam tradisi mempersiapkan persyaratan Mandi Mayang Kecamatan Keritang Mandi Mayang dan pelaksanaan Kabupaten Indragiri Hilir adalah juge kami berkerje same. potensi atau sumber daya dari (wawancara dengan subjek 2, 30 serangkaian jaringan sosial, norma Januari 2019, Pukul 16:00 sosial, dan kepercayaan yang WIB). dimiliki oleh seseorang atau Berdasarkan hasil wawancara dengan kelompok orang dalam sebuah Subjek 2 diatas, penulis simpulkan organisasi untuk mencapai tujuan didalam Mandi Mayang masyartakat bersama. Modal sosial merupakan Banjar Kecamatan Keritang alat yang digunakan dalam menjaga Kabupaten Indragiri Hilir terdapat kesetabilan dan eksistensi komunitas jarigan. jaringan yang terdapat atau organisasi itu sendiri. Pada didalam Mandi Mayang yaitu dalam bagian berikut ini penulis akan pembuatan pagar mayang yang mana menjelasakan tentang modal sosial didalam pembuatan pagar mayang ini dalam trdisi Mandi Mayang dibantu dari pihak yang melaksankan masyarkat Banjar Kecamatan Mandi Mayang. dalam pembuatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir pagar mayang ini biasanya dibuat yang terdiri dari jaringan sosial, oleh laki-laki. Dan Mandi Mayang norma sosial, dan kepercayaan. juga memiliki jaringan sesama 5.2.1 Jaringan Sosial (social pemimpin Mandi Mayang yaitu network) dalam mempersiapkan persyatan Jaringan sosial berfungsi Mandi Mayang dan pelaksanaan sebagai sumber informasi penting. Mandi Mayang. Bentuk dari jaringan sosial ini dapat dilihat dari intraksi sosial antara pemimpin proses tradisi Mandi Mayang. relasi tersebut tidak akan berlangsung dengan baik jika tidak

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 10

5.2.2 Norma Sosial suatu hubungan kerjasama yang baik Norma sosial memiliki peran antara pemimpin Mandi Mayang. penting dalam keutuhan sosial. Kepercayaan trust mampu Norma adalah salah satu unsur pokok memfasilitasi masayartakat untuk dari pembentuk modal sosial. Norma saling berkerjasama dan tolong sendiri dapat diartikan sebagai menolong antara pemimpin tradisi sekumpulan aturan yang diharapkan Mandi Mayang agar terciptanya dan diikuti setiap anggota hubungan intraksi akan semakin masyarakat sebagi suatu entitas memiliki hubungan yang erat lagi sosial tertentu. sesama pemimpin proses Mandi Subjek 3 :Ibu Siti Rahana Mayan Kalau untuk larangan iya adalah Subjek : Bapak Arifin yang pertame itu dalam Kepercayaan yang kami tanam pembuatan kue khas Banjar dan setiap pemimpin Mandi Mayang pembuatannye tidak boleh di rase, biasenye dalam melaksanakan tidak boleh dalam keadaan tradisi Mandi Mayang dan juge datang bulan dia harus dalam dalam mempersiapkan keadaan suci, mayang pinang persyararatan Mandi Mayang tidak boleh menyentuh tanah juga kita harus saling percaya kalau mau ngambilnya itu harus sesame pemimpin Mandi Mayang. dipanjat. Saya rasa itu aja. Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil wawancara wawancara dengan subjek diatas. dengan Subjek diatas, dapat penulis Penulis simpulkan menurut simpulkan didalam tradisi Mandi penjelasan subjek tidak jauh beda Mayang terdapat norma yaitu dalam dengan penjelasan subjek lainnya. pembuatan kue khas Banjar. Orang Bahwa didalam tradisi Mandi yang membuat kue khas Banjar harus Mayang masyarakat Banjar dalam keadaan suci atau tidak dalam Kecamatan Keritang Kabupaten keadaan datang bulan dan juga kue Indragiri Hilir menanamkan setiap yang dibuat tidak boleh dirasa oleh pemimpin tradisi Mandi Mayang siapapun termaksut orang yang untuk saling percaya dalam membuatnya, dan norma dalam pelaksanaan tradisi Mandi Mayang pengambilan Mayang pinang juga dan juga kepercayaan dalam tidak boleh menyentuh tanah dan mempersipkan persyaratan tradisi pengambilannya biasanya harus Mandi Mayang. dipanjat agar tidak jatuh ketanah. 5.2.3 Kepercayaan (trust) Kepercayaan trust dalam tradisi Mandi Mayang Kecamatan Keritang sangatlah diperlukan, karena dengan adanya suatu kepercayaan ini maka akan terjadi

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 11

KESIMPULAN tradisi Mandi Mayang Dari uraian di atas dapat masyarakat Banjar Kecamatan diambil kesimpulan sebagai berikut : Keritang Kabupaten Indragiri 1. Modal ekonomi memiliki peran Hilir. bentuk kepercayaan yaitu penting dalam tradisi Mandi dapat kita lihat dari sesama Mayang masyar mempererat pemimpin Mandi Mayang hubungan sesama pemimpin lainnya dalam melaksanakan Mandi Mayang. Mandi Mayang dan juga dalam a. Jaringan sosial yang terbentuk mempersiapkan persyaratan dalam tradisi Mandi Mayang Mandi Mayang. Mandi Mayang masyarakat Banjar Kecamatan juga menimbulkan hubungan Keritang Kabupaten Indragiri baik sesama pemimpin dan Hilir. dapat kita lihat adanya mesyarakat. jaringan sesama pemimpin Mandi Mayang lainnya dalam DAFTAR PUSTAKA mempersiapkan persyaratan Alfani Daud, 1997, Islam dan Mandi Mayang dan Masyarakat Banjar Deskripsi menimbulkan kerjasama sesama dan Analisis Kebudayaan pemimpin Mandi Mayang. Banjar, Jakarta: PT b. Norma sosial yang berlaku RajaGranfindo Persada. dalam tradisi Mandi Mayang Alfani Daud, 1997, Islam dan masyarakat Banjar Kecamatan Masyarakat Banjar Deskripsi Keritang Kabupaten Indragiri dan Analisis Kebudayaan Hilir menjadi pedoman setiap Banjar, Jakarta: PT yang melaksanakan tradisi RajaGranfindo Persada Mandi Mayang bahwa tradisi C.A van Peursen, 1988, Strategi Mandi Mayang wajib Kebudayaan, Yogyakarta: dilaksanakan yang mempunyai kanisisus. darah keturunan Gusti/Raja, Dr. Akhyar Yusuf Lubis. 2015, pembuatan keu khas Banjar juga Postmodernisme Teori dan harus yang membuat dalam Metode, Jakarta : PT keadaan suci dan juga kue yang RajaGrafindo Persada. dibuat tidak boleh di rasa oleh Hbid yang membuat kue, dan juga Jakarta : 2002, PT. Rineka Cipta, untuk persyartan mayang pinang Cet.XII. tidak boleh menyentuh ketanah. Lexy. J. Moleong, 2000 Metode Karna yang tidak mematuhi Penelitian Kualitatif, Bandung: norma yang ada didalam tradisi PT Remaja Rosdakarya. Mandi Mayang akan mengalami Lexy. J. Moleong, 2000, Metode gangguan mahluk halus. Penelitian Kualitatif, Bandung: c. Kepercayaan merupakan unsur PT Remaja Rosdakarya. yang paling penting dalam

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 12

Lubis, Yusuf Akhyar. 2015 Badan Penelitian dan Postmodernisme Teori dan Pengembangan Daerah. Metode, Jakarta : PT M. Suriansyah Idham, et al. 2005, RajaGrafindo Persada. Urang Banjar dan Mattulada, 1997, kebudayaan Kebudayaannya. Banjarmasin : kemanusiaan dan Lingkungan Badan Penelitian dan Hidup, Hasanuddin Univesity Pengembangan Daerah Press. Provinsi Kalimantan Selatan Piotr Sztompka, 2007, Sosiologi dan Pustaka Banua. perubahan sosail, jakarta: Mahfuziah, 1999 “Upacara Mandi Prenada Media Grup. Pengantin Di Kelurahan Piotr Sztompka,2007, Sosiologi Karang Mekar Banjarmasin,” Perubahan Sosial, Jakarta: Banjarmasin: IAIN Antasari. Pernada Media Grup. Restu Aditiya. 2015, “Tradisi mandi Sudarto, 1997, Metodologi safar di Desa Sungai Buluh, Penelitian Filsafat, Jakarta: Kecamatan Singkap Barat, Raja Grafindo Persada. Kabupaten Lingga, Kepulauan Suyanto, Bagong dan Sutinah, 2006. Riau. Jurusan Sosiologi Metode Penelitian Sosial. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Jakarta : kencana Prenada Politik Universitas Riau. Media Group. Siti Nuniroh yang berjudul. 2015 Wet, Richard dan Lynn. H. Tumer. “Tradisi Nujuh Bulan 2008. Pengantar Teori Masyarakat Jawa di Desa Komunikasi Analisis dan Sialang Bary Kecamatan Aplikasi. Jakarta : Salemba Lubuk dalam kabupaten Siak. Humanika. Jurusan Sosiologi Fakultas Al Asbihani, 2015, “Eksitensi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Tradisi Mandi Safar di Desa Universitas Riau. Tanjung Punak Kecamatan Slamet Untoro. 2009, Tradisi Utara Kabupaten Upacara Khataman Nepton” . Jurusan Sosiologi Studi Tentang Peringatan Hari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Kelahiran di Desa Treko Politik Universitas Riau. Kecamatan Mungkid Fitri Phuspita, 2010, “Kepercayaan Kabupaten Magelang. Adat Kehamilan dan Kelahiran Asmuni, op. Cit, dalam : www. di dalam Masyarakat Jawa Karyaraji.blogspot.com dalam Teks Platenablum, (diakses, 18 Oktober 2018) Yogya Fahrurraji Asmuni, dalam ; M. Suriansyah Ideham, et. al, 2005, www.Karyaraji.blogspot.com Urang Banjar dan (diakses, 16 Oktober 2018) Kebudayaannya, Banjarmasin: https://budayanusantara2010.wordpr ess.com/upacara-adat-

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 13

perkawinan-khas- nusantara/pernikahan-adat- banjar (diakses, 16 Oktober 2018)

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 14