WISATA BATU KATAK (Studi Kasus Desa Batu Jong-Jong Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Dalam Bidang Anrtopologi

Oleh GELORA BANGUN 140905125

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS WISATA BATU KATAK DESA BATU JONG-JONG KECAMATAN BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang yang saya nyatakan ini, saya bersedia di proses secara hukum dan siap meninggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Desember 2019

GELORA BANGUN

i Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Gelora Bangun 2019, Judul Skripsi: Wisata Batu Katak (Studi Kasus Desa Batu Jong-Jong Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat). Skripsi ini terdiri dari 117 halaman, 6 tabel dan 21 gambar.

Skripsi ini bertujuan menjelaskan tentang daya tarik Wisata Batu Katak dan menjelaskan tentang pengelolaan yang dilakukan oleh Lembaga Pariwisata Batu Katak serta untuk mengetahui faktor pendorong wisatawan berkunjung ke Wisata Batu Katak. Manfaat dari penelitian ini adalah menambah literatur kepustakaan yang dapat digunakan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu antropologi sosial dalam penelitian antropologi pariwisata dan memberi informasi bagi masyarakat umum mengenai daya tarik Wisata Batu Katak dan sistem pengelolaannya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan yaitu observasi serta wawancara mendalam terhadap informan yang diantaranya pemerintah daerah, pengelola Wisata Batu Katak, wisatawan dan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi Wisata Batu Katak. Adapun hasil dari penelitian ini adalah Wisata Batu Katak berdiri pada tahun 2015 yang dikelola oleh Lembaga Pariwisata Batu Katak dimana para anggota lembaga ini merupakan masyarakat yang tinggal sekitar lokasi Wisata Batu Katak. Wisata Batu Katak memiliki potensi daya tarik di antaranya potensi alam yang berupa sungai dan hutan, kuliner, budaya dan pengobatan tradisional. Wisata Batu Katak masih dalam proses pengembangan, masih banyak hal yang perlu diperbaiki dan ditambahkan untuk menarik wisatawan agar lebih banyak lagi berkunjung ke lokasi wisata ini. Kemudian pemerintah daerah khususnya dinas kebudayaan dan pariwisata juga ikut berperan mengenai wisata Batu Katak, mengenai pengelolaan retribusi pemerintah ambil andil untuk memberikan tiket kepada pengelola, dan pengelola menyetor kepada pemerintah dengan Rp. 3000 dalam satu tiket. Adapun timbal balik yang diterima oleh lembaga atau pengelola wisata Batu Katak dari pemerintah yaitu, ada beberapa bantuan yang sudah di turunkan oleh pemerintah salah satunnya pembangunan jalan setapak dan pembangunan pos jaga dan itu sudah di bangunkan oleh pengelola untuk pengembangan wisata Batu Katak. Pemerintah juga membantu untuk pengelolaan wisata Batu Katak, kepada bagi wisatawan yang mengalami kecelakaan, pemerintah sudah mengadakan asuransi bagi wisatawan yang mengalami kecelakaan, dan pihak pemerintah bekerjasama dengan pihak asuransi. Pemerintah juga ikut berperan untuk mempromosikan wisata Batu Katak, dengan cara pemasangan spanduk di beberapa titik, khususnya di bandara Kuala Namo, dan juga melalui media sosial, twitter dan instagram. Kata Kunci: Pariwisata, Batu Katak

ii Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

GeloraBangun 2019, Thesis Title: BatuKatak Tourism (Case Study of Batu Jong- Jong Village, Bahorok District, ). This thesis consists of 117 pages, 6 tables and 21 images. This thesis aims to explain the attraction of BatuKatak Tourism and explain the management carried out by the BatuKatak Tourism Institute and to find out the factors driving tourists to visit BatuKatak Tourism. The benefit of this research is to add literature literature that can be used for the development of science, especially social anthropology in tourism anthropology research and provide information to the general public about the attractiveness of BatuKatak Tourism and its management system. The research method used in this study is a qualitative method. In this study the techniques used are observation and in-depth interviews with informants including local government, management of BatuKatak Tourism, tourists and people who live around the location of BatuKatak Tourism. The results of this study are BatuKatak Tourism established in 2015 which is managed by the BatuKatak Tourism Institute where the members of this institution are people who live around the BatuKatak Tourism site. BatuKatak Tourism has potential attractions including natural potential in the form of rivers and forests, culinary, cultural and traditional medicine. BatuKatak Tourism is still in the process of being developed, there are still many things that need to be improved and added to attract tourists so that more tourists visit this tourist site. Then the local government especially the culture and tourism department also played a role regarding BatuKatak tourism, regarding the management of government levies to contribute to giving tickets to managers, and managers to deposit to the government with Rp. 3000 in one ticket. As for reciprocity received by the institution or manager of the BatuKatak tour from the government, that is, there has been some assistance that has been sent down by the government, one of which is the construction of footpaths and the construction of a guard post and that has been built by the manager for the development of BatuKatak tourism. The government also helps to manage BatuKatak tourism, for tourists who have an accident, the government has provided insurance for tourists who have an accident, and the government is working with the insurance. The government also played a role in promoting BatuKatak tourism, by installing banners at several points, particularly at Kuala Namo Airport, and also through social media, Twitter and Instagram. Keywords: Tourism, BatuKatak

iii Universitas Sumatera Utara

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur saya ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniannya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul „‟Wisata Batu Katak Desa Batu Jong-Jong Kecamatan Bahorok

Kabupaten Langkat. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana bagi mahasiswa Departemen Antropologi Sosial‟‟ ini dengan baik.

Saya menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak lansung. Oleh karena itu, saya yang menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang saya sayangi dan yang saya banggakan Bapak Jerman Bangun dan Ibu Nurlela br Sitepu yang tidak pernah lelah memberikan saya perhatian, kasih sayang dan dukungan yang penuh yang selalu memberikan semangat berjuang kepada saya sejak saya lahir sampai saat ini.

Dalam kesempatan ini saya juga tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih dan tulus kepada Ibu Dra. Sabariah Bangun M. Soc. Sc. Selaku pembimbing skripsi yang telah banyak sabar dalam memberikan saya bimbingan, motivasi, arahan, waktu, serta perhatian, mulai saya memulai penelitian sampai tahap penelitian sampai tahap penyelesaian skripsi ini. Ucapan terimakasih juga saya ucapkan juga kepada Ibu Dra. Sabariah Bangun M.Soc.Sc selaku Dosen

Penasehat Akademik saya yang memberikan saya perhatian dan semangat dari

iv Universitas Sumatera Utara

awal perkuliahan sampai akhir perkuliahan. Terimakasih juga saya ucapkan kepada Bapak Dr. Fikarwin M. Ant selaku ketua Departemen Antropologi Sosial

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Terimakasih juga saya ucapkan untuk para Dosen Antropologi Sosial

FISIP USU, terkhusus kepada Prof. Dr. R. Hamdani Harahap, Msi, Drs. Zulkifli,

Ma, Dra. Rytha Tambunan, Dra. Nita Savitri, M.Hum, Dr. Zulkifli Lubis, Msi, dan Drs. Yance, Msi. Tidak lupa pula saya ucapkan terimakasih kpada kak Nur dan Sri sebagai staf administrasi yang selalu berbaik hati dan mempermudah urusan administrasi saya selama masa perkuliahan.

Tidak lupa juga saya ucapkan beribu-ribu terimakasih kepada informan saya yaitu Bapak Ngalemi Sinuraya, Bapak Darwin Ginting, Bang Joe. Serta informan lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terimakasih juga saya ucapkan kepada Dinas Pariwisata Kabupaten langkat kepada Ibu Puan Meirina

MTD, Ss, Msi dan Bapak Junaidi Jusaf, SST.Par selaku kasi Informasi dan

Pemasaran Objek Wisata. Terimakasih sekali lagi saya ucapkan karena telah menerima saya dengan sangat baik juga memberikan informasi dan arahan selama saya melakukan penelitian lapangan.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Kakak saya kak Rismawati br

Pa A. M. Keb, Kak Neni oktapita Br Bangun, Kak Julia Noni br Bangun A. M.

Keb yang selalu mengingatkan agar tidak pernah menyerah dalam mengerjakan skripsi ini. terimakasih juga saya sampaikan kepada Abang ipar saya Bang Yudi

Syahputra Sitepu, Bang Riduan Tarigan, dan Bang Feri Ginting karena juga banyak memberikan masukan dan arahan nasehat dalam menjalani hidup.

v Universitas Sumatera Utara

Ucapan terimakasih yang spesial buat yang terkhusus saya tujukan kepada teman-teman seperjuangan antropologi 2014, karena telah memberikan banyak pesan dan kesan selama kita mengikuti perkuliahan. Terutama untuk sahabat saya

Widianto S. Sos, Amos B. M. Silaban S. Sos, Adi Nugroho Sibatuara, David,

Donny, Feliks, Yosua Marpaung S. Sos yang tidak biasa kami menyebutkan kelompok ini dengan sebutkan GK terimakasih untuk kenangan yang mungkin takkan kulupakan.

Terimakasih juga saya ucapkan untuk teman-teman yang telah membantu saya dalam proses penelitian ini. Untuk Sri Anjani S. Sos, Marcel atas waktu yang kalian luangkan untuk membantu penelitian saya. Terimakasih juga saya ucapkan untuk teman nongkrong di warkop untuk Lutfhi, Yogi, Nofal, Jelly, Hopfer, Hans,

Eben, Hafiz dan teman-teman lainnya yang mungkin tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih atas pihak-pihak yang terlibat di dalam pengerjaan skripsi ini. Masih banyak pihak yang tidak bisa saya tuliskan satu persatu, dalam hal ini sudi kiranya Allah SWT senantiasa membalas kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis.

Menyadari keterbatasan penulis, maka skripsi atau hasil penelitian ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan, untuk itu koreksi dan masukan dari berbagai pihak guna penyempurnaan hasil penelitian sangat penulis harapkan. Semoga tulisan ini berguna bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

vi Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

GELORA BANGUN, lahir tanggal 16 Juni

1996 di Namo Ukur, Langkat Sumatera

Utara. Penulis merupakan anak ke empat dari

lima bersaudara. Penulis merupakan anak

dari pasangan Bapak Jerman Bangun dan Ibu

Nurlela br Sitepu. Penulis memulai

pendidikan Sekolah Dasar(SD) di SDN

054887 Desa Belinteng Langkat. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 1 Sei.Bingai.

Setelah itu penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA

Swasta Teladan Binjai. Setelah lulus dari SMA Swasta Teladan Binjai pada tahun

2014 kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di

Universitas Sumatera Utara dengan mengambil jurusan Antropologi Sosial yang berada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Selama masa perkuliahan penulis pernah turut aktif mengikuti beberapa kegiatan baik di dalam aktivitas kampus maupun luar kampus, adapun kegiatannya sebagai berikut :

1. Peserta inisiasi dalam kegiatan penerimaan mahasiswa baru antropologi sosial pada tahun 2014 di parapat 2. Panitia bayangan di inisiasi dalam penerimaan mahasiswa baru antropologi tahun 2015 di Sibolangit 3. Mengikuti penelitian masyarakat di Desa Silalahi dalam mata kuliah Antropologi Ekologi tahun 2017

vii Universitas Sumatera Utara

4. Sebagai surveyor pada survai yang di selenggarakan oleh Indo Riset Konsultan pada tahun 2017 5. Petugas survai yang diselenggarakan oleh Reassearch Center Media Group tahun 2018 6. Pengawas survai Pemutakhiran Basis Data Terpadu pada tahun 2015 melalui BPS KAB. Langkat 7. Mitra BPS Langkat sebagai pengawas SENSUS EKONOMI(SE) pada tahun 2016 8. Pengawas Pemetaan SP 2020 9. Mitra Pencacah lapangan Survai Sosial Ekonomi Nasional(SUSENAS) pada tahun 2018 10. Mitra Pencacah Lapangan Survai Angkatan Kerja Nasional(SAKERNAS) pada tahun 2019 11. Pernah menjabat sebagai Ketua Pemuda dan Pemudi Dusun Sanggapura. Langkat pada tahun 2017-2018 12. Pernah menjabat Wakil Ketua Karang Taruna Desa Belinteng.

viii Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-nya, saya dapat mengerjakan tugas akhir semester (skripsi) dengan judul

„‟Wisata Batu Katak di Desa Batu Jong-jong Kecamatan Bahorok Kabupaten

Langkat. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana bagi mahasiswa Departemen Antropologi Sosial‟‟ dengan baik.

Penulis menyadai bahwa dalam penyusunan hasil skripsi ini masih banyak sekali kekurangannya dan jauh dari kata sempurna, hal ini dikarenakan keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti sendiri. Atas kekurangan dan ketidak sempurnaan skripsi ini peneliti sangat mengharapkan masukan, kritikan serta saran yang membangun untuk membuat skripsi ini lebih baik dan sempurna.

Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Demikian pengantar dari saya semoga bermanfaat untuk para pembaca.

Medan, Desember 2019

` Penulis

GELORA BANGUN

ix Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORIGINALITAS ...... i ABSTRAK ...... ii UCAPAN TERIMAKASIH...... iii RIWAYAT HIDUP ...... vi KATA PENGANTAR ...... viii DAFTAR ISI ...... ix DAFTAR GAMBAR ...... xi DAFTAR TABEL ...... xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...... 1 1.2. Tinjauan Pustaka...... 8 1.2.1. Definisi pariwisata ...... 8 1.2.2. Perencanaan Pengembangan Pariwisata ...... 11 1.2.3. Konsep Pengembangan Wisata ...... 12 1.2.4. Konsep Ekowisata ...... 13 1.2.5. Konsep Dampak Ekonomi Pariwisata ...... 15 1.3. Rumusan Masalah...... 17 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 17 1.5. Metode Penelitian ...... 19 1.5.1. Lokasi Penelitian ...... 19 1.5.2. Metode Pengumpulan Data ...... 21 1.5.3. Teknik Analisis Data ...... 23 1.6. Pengalaman Penelitian ...... 23

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Lokasi ...... 28 2.2. Kondisi Geografis ...... 32 2.3. Keadaan Penduduk ...... 34 2.4. Bahasa ...... 35 2.5. Sarana dan Prasarana ...... 36 2.5.1. Sarana pendidikan ...... 36 2.5.2. Sarana kesehatan ...... 36 2.5.3. Sarana Ibadah ...... 37 2.6. Mata Pencaharian ...... 37

BAB III. DAYA TARIK WISATA BATU KATAK 3.1. Sejarah Lokasi ...... 39 3.1.1. Sejarah Berdirinya Wisata Batu Katak ...... 39 3.1.2. Sejarah Pemberian Nama Batu Katak ...... 42 3.2. Potensi Wisata yang Ditawarkan ...... 44 3.2.1. Wisata Alam ...... 45 3.2.2. Wisata Hutan ...... 48

x Universitas Sumatera Utara

3.2.3. Wisata Budaya ...... 52 3.3. Sarana dan Prasarana Pendukung ...... 60 3.4. Wisatawan Batu Katak ...... 66 3.5. Faktor yang Mempengaruhi Wisatawan dalam Berkunjung ...... 69 3.5.1. Faktor Penghambat ...... 69 3.6. Pengaruh Objek Wisata Terhadap Kondisi Sosial Masyarakat ...... 73 3.6.1. Ekonomi ...... 73 3.6.2. Lingkungan ...... 79 3.6.3. Kebudayaan ...... 81

BAB IV. PENGELOLAAN WISATA BATU KATAK 4.1. Lembaga Pariwisata Batu Katak...... 84 4.1.1. Struktur Organisasi ...... 85 4.1.2. Peran Lembaga ...... 89 4.1.3. Pengelolaan Keamanan dan Kebersihan ...... 93 4.1.4. Pengelolaan Lembaga Dalam Tata Ruang Wisata ...... 97 4.2. Peran Pemerintah ...... 100 4.2.1. Peraturan Pemerintah ...... 100 4.2.2. Pembangunan Infrastruktur ...... 102 4.2.3. Pengadaan Asuransi Jiwa ...... 103 4.3. Promosi ...... 104

BAB V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan ...... 113 5.2. Saran ...... 114

DAFTAR PUSTAKA ...... 116

xi Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Kecamatan Bahorok ...... 33 Gambar 2. Sungai Katak ...... 45 Gambar 3. Kegiatan Rafting ...... 47 Gambar 4. Hewan dan Tumbuhan di Hutan...... 48 Gambar 5. Wisatawan Asing...... 53 Gambar 6. Tempat Pengobatan Tradisional ...... 56 Gambar 7. Penginapan ...... 61 Gambar 8. Musholla ...... 62 Gambar 9. Rumah Makan ...... 63 Gambar 10. Mck...... 64 Gambar 11. Kios Cendramata ...... 65 Gambar 12. Transportasi yang Digunakan Pengunjung ...... 70 Gambar 13. Akses Jalan Yang Rusak ...... 72 Gambar 14. Kondisi Air Sungai ...... 72 Gambar 15. Penjual Makanan dan Minuman ...... 76 Gambar 16. Struktur Organisasi ...... 86 Gambar 17. Tempat Sampah Yang Ada Di Lokasi Wisata ...... 95 Gambar 18. Himbauan Dalam Menjaga Kebersihan ...... 96 Gambar 19. Petunjuk Arah dan Plang ...... 108 Gambar 20. Spanduk ...... 108 Gambar 21. Promosi Melalui Media Sosial Facebook...... 110

xii Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Persentase Penduduk Desa Batu Jong Jong ...... 35 Tabel 2. Sarana Pendidikan ...... 36 Tabel 3. Sarana Kesehatan ...... 37 Tabel 4. Sarana Ibadah ...... 37 Tabel 5. Jumlah Wisatawan Yang Datang Ke Kabupaten Langkat ...... 68 Tabel 6. Jumlah Wisatawan Batu Katak Tahun 2018 ...... 68

xiii Universitas Sumatera Utara

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Langkat adalah sebuah Kabupaten yang terletak di Sumatera

Utara. Ibukotanya berada di . Kabupaten Langkat yang di kenal sekarang ini mempunyai sejarah yang sangat panjang. Kabupaten Langkat adalah sebuah kerajaan di mana wilayahnya terbentang antara aliran Sungai Seruwai atau daerah

Tamiang sampai ke daerah aliran anak Sungai Wampu. Terdapat sebuah sungai lainnya di antara kedua sungai ini yaitu Sungai Batang Serangan yang merupakan jalur pusat kegiatan nelayan dan perdagangan penduduk setempat dengan luar negeri terutama ke Penang/Malaysia. Sungai Batang Serangan ketika bertemu dengan Sungai Wampu, namanya kemudian menjadi Sungai Langkat. Kedua sungai tersebut masing-masing bermuara di Kuala Langkat dan Tapak Kuda.1

Adapun kata “Langkat” yang kemudian menjadi nama daerah ini berasal dari nama sejenis pohon yang dikenal oleh penduduk Melayu setempat dengan sebutan “Pohon Langkat”. Dahulu kala pohon Langkat banyak tumbuh di sekitar

Sungai Langkat tersebut. Jenis pohon ini sekarang sudah langka dan hanya dijumpai di hutan-hutan pedalaman daerah Langkat. Pohon ini menyerupai pohon langsat, tetapi rasa buahnya pahit dan kelat. Oleh karena pusat kerajaan Langkat berada di sekitar Sungai Langkat, maka kerajaan ini akhirnya populer dengan nama Kerajaan Langkat.

1 BPS Langkat, Kabupaten Langkat Dalam Angka, 2018.

1

Universitas Sumatera Utara

Tentang asal mula Kerajaan Langkat berdasarkan tambo2 Langkat mengatakan bahwa nama leluhur dinasti Langkat yang terjauh diketahui ialah

Dewa Syahdan yang hidup kira-kira tahun 1500 sampai 1580. Dewa Syahdan digantikan oleh puteranya, Dewa Sakti yang memerintah kira-kira tahun 1580 sampai 1612. Dewa Sakti selanjutnya digantikan oleh Sultan Abdullah yang lebih dikenal dengan nama Marhum Guri. Selanjutnya Tambo Langkat mengatakan bahwa yang menggantikan Marhum Guri adalah puteranya Raja Kahar (± 1673).3

Selain dikenal sebagai kabupaten kerajaan Langkat juga memiliki beragam usaha unggulan misalnya seperti usaha minyak goreng dan oleokimia4, industri pengolahan buah-buahan, pengusaha ikan kerapu, pengusaha tambak udang windu, peternakan, industri dan pertambangan. Kabupaten Langkat sekarang ini mempunyai penduduk termasuk yang sangat padat. Penduduk asli Kabupaten

Langkat adalah suku melayu. Tetapi belakangan ini Kabupaten Langkat sudah banyak bercampur dengan suku-suku, dan budaya-budaya yang lain jadi tetap tidak hanya melayu saja, sebagian besar suku pendatang misalnya seperti Suku

Jawa, Karo, Batak Toba, Mandaling, Minang, Aceh, Tionghoa, Tamil dan lain- lain.

Kabupaten Langkat tidak hanya menghasilkan usaha perkebunan, tetapi penduduk di sini sudah mulai berfikir untuk mengembangkan pariwisata, terutama objek wisata yang terkenal di Kabupaten Langkat ialah Bukit Lawang, Pantai

Tapak Kuda, Jaring Halus, Mesjid Azizi, dan masih banyak lagi. Untuk ajang ber- arung jeram, sungai-sungai yang ada di Kabupaten Langkat dapat menjadi pilihan.

2 Tambo adalah karya sastra melayu 3 BPS Langkat, Kabupaten Langkat Dalam Angka, 2018. 4 Oleokimia adalah bahan kimia yang diperoleh dari lemak dan minyak

2

Universitas Sumatera Utara

Misalnya Sungai Batang Serangan dan Hulu Sungai Wampu yang melintasi Kota

Stabat.

Salah satu objek wisata yang terkenal yaitu wisata Bukit Lawang. Taman

Bukit Lawang terletak di kaki Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dengan udara sejuk oleh hutan tropis, di bukit Lawang ini terdapat lokasi rehabilitasi orang hutan (mawas) yang dikelola oleh Taman Nasional Gunung Leuser merupakan aset Nasional terdapat berbagai satwa yang dilindungi seperti: Badak

Sumatera, Rusa, Kijang, Burung Kuau, siamang juga terdapat tidak kurang dari

320 jenis burung, 176 binatang menyusui, 194 binatang melata, 52 jenis ampibi serta 3500 jenis spesies tumbuh-tumbuhan serta yang paling menarik adalah bunga raflesia yang terbesar di dunia.5

Keindahan dan potensi alam yang ada di Kabupaten Langkat ini sudah dikenal di dalam maupun luar negeri. Pengembangan objek wisata di sekitar wilayah Desa Tanjung Keliling Kecamatan Kabupaten Langkat yang sangat potensial akan mendorong pengembangan daerah sekitarnya menjadi suatu kawasan agrowisata yang baik contohnya Tanjung Keliling yang menawarkan daya tarik proyek pelestarian mawas. Bukit Lawang bukan hanya satu-satunya tempat destinasi wisata yang di kunjungi di Kabupaten Langkat, tentu saja masih banyak tempat destinasi wisata yang harus kita ketahui dan perlu kita kunjungi yang terkenal di Kabupaten Langkat ini, seperti air terjun pemandian sungai arung jeram, tracking hutan, gua alam (seperti kawasan bukit Lawang, Gua Batu Rizal,

5 BPS Langkat, Kabupaten Langkat Dalam Angka, 2018.

3

Universitas Sumatera Utara

Tangkahan dan wisata bahari (seperti Tanjung Apek Kuala Serapuh dan Tanjung

Kerang).

Wisata Batu Katak merupakan perkampungan yang berada di bawah bukit barisan wilayah gunung lauser yang mempunyai keindahan alam yang masih hijau yang tersembunyi di balik perbukitan. Pemandian wisata alam Batu Katak terkenal dengan air nya yang sangat jernih dan segar serta pepohonan yang rindang menjadi daya tarik wisata ini. Tentunya tidak hanya itu saja Wisata alam

Batu Katak juga memiliki banyak daya tarik sehingga wisatawan untuk datang ke wisata tersebut. Misalnya seperti melihat pemandangan menarik yaitu melihat siamang bergelantungan di pepohonan orang hutan, yang berada di tengah hutan yang rindang, dan banyak lagi tentunya. Tidak hanya pemandian alam saja yang membuat wisatawan tertarik dengan tempat ini,wisatawan juga bisa menikmati sensasi bertualang ke dalam gua. Banyak gua yang bisa di kunjungi wisatawan di tempat tersebut salah satunya seperti; Gua jodoh, Gua pupuk mentar, gua air, gua batu rijal, gua pintu angin, dan gua mbelin.

Di dalam penelitian ini, “Wisata alam Batu Katak” salah satu objek potensi wisata yang berkembang, dan perkembangannya tidak hanya dikenal didalam negeri saja bahkan sampai ke manca negara sudah mengetahui wisata tersebut karena pengunjungnya atau wisatawannya ada yang berasal dari mancanegara. Maka penelitian ini akan mengkaji dari sisi antropologi untuk mengetahui bagaimana cara pengelola supaya wisata alam Batu Katak tersebut menjadi wisata tertarik di Kabupaten Langkat.

4

Universitas Sumatera Utara

Sungai adalah salah satu ekosistem yang secara potensial dapat dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata, terutama dalam kegiatan arung jeram atau rafting. Pengembangan ekosistem sungai sebagai objek dan daya tarik tersebut relevan diperbaiki dengan kecendrungan pertumbuhan dan kinerja sektor wisata , khususnya wisata alam dan ekowisata.6

Wisata Batu Katak cukup menarik untuk di kunjungi apalagi untuk membawa saudara, keluarga dan anak-anak, karena tempatnya sangat sejuk.

Selain sejuk Wisata alam Batu Katak juga memiliki potensi air yang sangat jernih juga alami, dan memiliki arus yang begitu rendah. Maka dari situ untuk membawa keluarga,dan anak-anak sangat cocok untuk bermain air, bermain ban, karena sungai nya tidak begitu ekstrim dan aman untuk bermain-main air bareng keluarga. Tidak hanya bermain air dan ban saja, wisata Batu Katak juga bersebelahan dengan Taman Nasional Gunung Lauser (TNGL), sehingga bisa menjadikan daya jual atau daya tarik, karena hutan yang masih alami sebagai salah satu daya tarik pengunjung mancanegara, karena wisatawan asing ini sangat suka dengan hutan, maka dari situ wisata Batu Katak sering juga di kunjungi oleh mereka. Tidak hanya hutan saja, didalam hutan juga banyak potensi yang dapat di nikmati, salah satunya yang sering di datangi pengunjung, baik lokal maupun mancanegara misalnya seperti, gua,siamang, orang hutan, bunga raflesia dan bunga bangke. Biasanya yang paling sering didatangi yang masuk kedalam hutan

6 Nur Afifah, Aulia. Luchman Hakim. 2017. Pengembangan Potensi Ekowisata Sungai Pekalen Atas, Desa Gedang, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo. Jurnal Wilayah dan Lingkungan Volume 5 No. 3. Hal. 157.

5

Universitas Sumatera Utara

tersebut adalah wisatawan lokal maupun mancanegara. Karena mereka sangat suka untuk menikmati hutan, apalagi hutan yang sangat terjal.

Wisata alam Batu Katak salah satu wisata yang ada di kabupaten Langkat dan masih banyak lagi wisata-wisata lainya di Langkat. Yang dapat kita kunjungi dan sudah terkenal ke mancanegara misalnya, seperti wisata Bukit Lawang,

Tangkahan dan lainnya. Diantara ketiga wisata yang sudah terkenal baik kemancanegara, seperti Ekowisata Alam Tangkahan, Bukit lawang dan Wisata

Batu katak.

Maka dari situ saya sebagai penulis sangat tertarik untuk melakukan riset atau penelitian di wisata alam Batu Katak, guna untuk mengetahui bagaimana keberadaan wisata Batu Katak. Penulis juga ingin melihat tingkat perbandingan pengunjung wisata yang menarik yang sudah terkenal ke mancanegara, seperti perbandingan antara wisata Bukit Lawang, Tangkahan, dan Batu Katak.

Berdasarkan pengakuan pengelola lembaga wisata Batu Katak dari data ataupun pemasukan dan penjualan karcis, pada tahun 2016-2017, Batu Katak jauh lebih tinggi tingkat pengunjung daripada Bukit Lawang dan Tangkahan.

Tetapi untuk perbandingan pengunjung dalam perminggu tidak bisa di prediksi, karena biasanya dalam perminggu, terkadang untuk penjualan tiket masuk untuk wisata alam Batu Katak mencapai 30-50 tiket. Bahkan kadang ada juga pengunjung yang datang ke wisata Batu Katak di gratiskan karena sebagian pengunjung famili atauteman dekat dari pihak pengelola dan menjual namakan pengelola supaya masuk gratis.

6

Universitas Sumatera Utara

Begitu juga dengan wisata Bukit Lawang berdasarkan data penjualan tiket masuk dalam perminggu bisa mencapai 100-200 tiket. Begitu juga dengan wisata

Tangkahan berdasarkan pengakuan pengelola Tangkahan juga bisa mencapai 100 hingga 200 tiket yang habis dalam perminggunya.

Berdasarkan dari keterangan di atas, tingkat perbandingan pengunjung dalam perminggu antara ketiga wisata yang menarik, lebih rendah wisata Batu

Katak tingkat pengunjungnya. Maka dari sini saya sebagai penulis lebih mengarah ke wisata Batu Katak untuk melakukan penelitian, supaya mengetahui apa penyebab dan beda di antara wisata Bukit Lawang, Tangkahan, dan Batu Katak.

Dari sekian banyak wisata alam, maupun wisata buatan yang ada di

Kabupaten Langakat. Baik yang sudah terkenal ke mancanegara maupun belum.

Saya sebagai penulis tertarik melakukan penelitian di wisata alam Batu Katak, dibandingkan Bukit Lawang dan Tangkahan hanya Batu Katak yang kurang diketahui banyak pengunjung dan lebih sedikit pengunjungnnya.

Oleh sebab itu saya sebagai penulis ingin mendalami melakukan penelitian mendalam di wisata alam Batu Katak, untuk mengetahui, bagaimana cara masyarakat mengelola Batu Katak, dan kenapa pengunjung lebih mengenal

Bukit Lawang dari pada batu katak. Padahal sudah sama-sama terkenal, dan sama- sama menarik dan sama-sama banyak potensi di dalamnya. Maka dari itu saya mengankat judul penelitian “Wisata Batu Katak (Studi Kasus di Desa Batu

Jong-Jong Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat)”.

7

Universitas Sumatera Utara

1.2. Tinjauan Pustaka

1.2.1. Definisi pariwisata

Dalam Bambang Sunaryo (2013:16) sebagai antisipasi perkembangan dunia pariwisata yang telah mengglobal sifatnya, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan yang terdiri atas tujuh belas bab dan tujuh puluh pasal yang mengandung ketentuan meliputi delapan hal, yaitu:

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan

rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik

wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

pemerintah dan pemerintah daerah.

4. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,

keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya,

dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan

wisatawan.

5. Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang

melakukan kegiatan usaha pariwisata.

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa potensi alam yang ada di Indonesia

Khususnya di Desa Batu Jongjong Kabupaten Langkat masih sangat besar untuk

8

Universitas Sumatera Utara

dijadikan daya tarik wisata untuk wisatawan lokal (domestik) maupun internasional. Peran pemerintah dalam hal ini diperlukan untuk mengembangkan dan mengorganisir lokasi wisata agar semakin banyak wisatawan yang berkunjung secara masif.

Kaitannya antara uraian yang di atas dengan wisata Batu Katak, yang pertama pastinya pihak pengelola ataupun masyarakat sudah mempelajari, apa saja keunikan yang ada di Batu Katak untuk menjadi daya tarik untuk wisatawan berkunjung.

Uraian kedua, wisatawan juga pastinya sudah mengetahui mengenai wisata

Batu Katak apa saja yang membuat mereka tertarik, pastinya pengelola juga harus juga sudah menyakinkan pengunjung bahwasannya wisata Batu Katak layak untuk di kunjungi oleh wisatawan.

Uraian ketiga, wisata Batu Katak juga pastinya sudah menyediakan berbagai fasilitas, serta layanan yang di sediakan oleh pengelola, pemerintah, ataupun bekerjasama dengan pengusaha untuk menyempurnakan, dan wisata Batu

Katak layak untuk dikunjungi.

Uraian keempat, pastinya wisata Batu Katak juga sudah layak di kunjungi, tentunnya pengelola juga sudah bisa menyakini kepada wisatawan untuk mengenai daya tarik di Batu Katak. Sebab wisata Batu Katak, pihak pengelola juga sudah pasti memikirkan masalah, daya tarik, keunikan, dan budaya, pastinya pengelola juga sudah siap bahwa wisata Batu Katak sudah menyediakan daya tarik menjadi sasaran untuk tujuan kunjungan kepada wisatawan.

9

Universitas Sumatera Utara

Uraian kelima, pengusaha pariwisata pastinya di Batu Katak pengusahanya adalah pihak pengelola, pastinya masyarakat sekitar, yang dan dikelola melalui lembaga yang mereka tentukan.

Pemerintah juga berperan penting untuk menjaga kelestarian alam dengan memberikan sosialisasi kepada masyarakat setempat untuk tidak terlalu mengeksploitasi alam secara berlebihan agar tidak merusak alam. Masyarakat penting diberikan edukasi tentang lokasi wisata disana agar bisa menjadi pemandu wisata yang mampu menjelaskan kepada pengunjung tentang tempat tersebut.

Potensi yang terdapat di lokasi penelitian peneliti ini sangat berpotensi untuk menambah pendapatan bagi masyarakat sekitar dengan terus member dayakan masyarakat dan tetap menjaga kelestarian alamnya.

Dalam Suwardjoko P. Warpani (2017: 50-51) di jelakan jenis daya tarik wisata. Dimana sifat khas daya tarik wisata adalah objek tersebut hanya dapat dinikmati dan dikembangkan di tempat keberadaannya, misalnya : pemandangan alam yang indah, pantai tempat bersenang-senang, sungai dan hutan. Ada daya tarik wisata yang mungkin dikunjungi berulang-ulang dan atau dapat menahan wisatawan untuk tinggal beberapa hari lebih lama, atau berkali-kali dinikmati.

Adapun daya tarik yang menjadi faktor pendorong wisatawan berkunjung ke Desa

Batu Jong-jong tersebut yaitu:

1. Potensi alam

Bentang alam, flora dan fauna adalah daya tarik wisata yang sangat menarik. Selain untuk dinikmati ( dipandang, dikagumi, disyukuri) banyak pula wisatawan yang ingin melakukan sesuatu di alam terbuka, melakukan sesuatu

10

Universitas Sumatera Utara

yang lain daripada yang dilakukannya sehari-hari bersentuhan langsung dengan objek pariwisata. Misalnya : berjalan santai di perkebunan teh, berburu, panjat tebing.

2. Potensi budaya

Kekayaan budaya daerah, upacara adat, busana daerah (yang juga menjadi bagian busana nasional), dan kesenian daeraah kuliner adalah potensi-potensi yang dapat menjadi daya tarik wisata bila dikemas dan disajikan secara profesional tanpa merusak nilai-nilai dan norma-norma budaya aslinya. Budaya tidak hanya mengenai kesenian yang „‟ adi luhung’’, tetapi juga adat istiadat masyarakat, kebiasaan, busana, dan lain-lain yang khas, yang tidak ditemui di daerah atau negara asal wisatawan.

1.2.2. Perencanaan Pengembangan Pariwisata

Biasanya yang menjadi alasan perlunya suatu perencanaan pengembangan pariwisata adalah meningkatnya pendapatan daerah dan masyarakat lokal serta menjaga kelestarian budaya dan lingkungan sumber daya alam.

Menurut Ridwan (2012:3), secara umum ada tiga kajian yang diperlukan untuk menentukan perencanaan pengembangan pariwisata,yaitu:

1. Kegiatan pariwisata dapat menimbulkan dampak positif dan negatif.

Karena itu untuk mengoptimalkan manfaat positif kaegiatan pariwisata

dan mengurangi berbagai dampak negatif, maka diperlukan suatu

perencanaan pengembangan yang baik terhadap pariwisata.

11

Universitas Sumatera Utara

2. Perlunya perencanaan pengembangan pariwisata dilakukan, dikarenakan

selalu adanya pergeseran dan perubahan-perubahan dari permintaan pasar

wisatawan, baik saat ini maupun akan datang.

3. Perlunya perencanaan pengembangan pariwisata dilakukan, agar kemajuan

serta perkembangan pariwisata sesuai dengan tujuan dan harapan yang

diinginkan dalam mencapai sasaran dari segi ekonomi, sosial budaya serta

lingkungan sumber daya alam (ekologi).

Sehubungan dengan ketiga uraian di atas perencanaan merupakan suatu proses upaya untuk mengubah kondisi saat ini yang tidak sesuai lagi dengan tujuan dan sasaran yang diharapkan untuk menuju ke kondisi yang lebih baik atau sesuai dengan tujuan dan sasaran yang diharapkan.

Menurut Inskep (dalam Ridwan, 2012), perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis dan rasional kegiatan-kegiatan yang akan digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan merupakan suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber-sumber yang ada secara efektif dan efisien.

1.2.3. Konsep Pengembangan Wisata

Menurut I. Pitana (dalam Hary 2016), pengembangan dan pembangunan pariwisata secara langsung akan menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat, bisa dampak positif maupun negatif. Bagi masyarakat, pengembangan pariwisata memiliki potensi manfaat yang sangat besar bagi ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan namun

12

Universitas Sumatera Utara

terkadang sering terjadi pengembangan pariwisata yang salah justru membawa banyak kerugian bagi masyarakat lokal itu sendiri.

Adanya berbagai manfaat dan tangtangan memberikan gambaran bahwa pengembangan pariwisata bagaikan mengelola api, dimana pengelola dapat memanfaatkannya untuk kemaslahatan masyarakat namun di satu sisi dapat menimbulkan kerugian jika pengelola yang dilakukan tidak efektif.

Pelaksanaan pengembangan pariwisata harus terencana secara terpadu dengan pertimbangan-pertimbangan terutama terhadap aspek ekonomi dan sosial- budaya masyarakat lokal. Pada setiap tahapan pengembangan tersebut, pelaku pariwisata hendaknya dapat meminimalisasi sebanyak mungkin dampak negatif yang akan timbul serta berkaitan erat pembangunan perekonomian dan sosial- budaya masyarakat setempat.

1.2.4. Konsep Ekowisata

Dalam Chalid Fandeli (2000:47) dijelaskan bahwa ekowisata selama ini didefenisikan beragam. Satu defenisi melengkapi defenisi lainnya. Kekhawatiran baru timbul ketika istilah ekowisata digunakan hanya sebagai label untuk memasarkan produk wisata yang berbasis alam untuk memanfaatkan peluang emas dan kecendrungan pasar yang ada. Dalam hal ini tidak hanya dalam lagi telah terjadi „‟ pemanfaatan‟‟ istilah tersebut. Kata „‟eko‟‟ hanya merupakan pengChafanti istilah „‟alam‟‟. Banyak biro perjalanan (tour operator) sama sekali tidak mengubah rencana perjalanan mereka dan telah menggunakan kata ekowisata untuk memasarkan produk-produknya.

13

Universitas Sumatera Utara

Seperti yang diuraikan sedikit di atas, ekowisata mempunyai arti dua yaitu sebagai prilaku dan sebagai industri. Sebagai perilaku, pengertian ekowisata dapat diartikan sebagai kunjungan ke daerah–daerah yang masih bersifat alami.

Pengertian ini menumbuhkan istilah ekowisata yang sering kita dengar yaitu wissata alam. namun pengertian ini belum menampung substansi penting yang seharusnya tercermin dalam kegiatan tersebut, yaitu ikut melindungi dan memelihara kawasan yang dikunjungi (Chalid Fandeli, 2000:47).

Menurut TIES (dalam Janianton & Helmut,2006:39-40) ada beberapa prinsip ekowisata, yakni sebagai berikut:

a. Mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaran

lingkungan dan budaya lokal akibat kegiatan wisata.

b. Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan dan budaya

di destinasi wisata, baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal

maupun pelaku wisata lainnya.

c. Menawarkan pengalaman-pengalaman positif bagi wisatawan maupun

masyarakat lokal melalui kontak budaya yang lebih intensif dan kerja

sama dalam pemeliharaan atau konservasi.

d. memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan

konservasi melalui kontribusi atau pengeluaran ekstra wisatawan.

e. Memberikan keuntungan finansialdan pemberdayaan bagi masyarakat

lokal dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai-

nilai lokal.

14

Universitas Sumatera Utara

f. Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan dan politik

di daerah tujuan wisata.

g. Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja, dalam arti

memberikan kebebasan kepada wistawan dan masyarakat lokal untuk

menikmati atraksi wisata sebagai wujud hak asazi, serta tunduk pada

aturan main yang adil dan disepakati bersama dalam pelaksanaan

transaksi-transaksi wisata.

Dari ke tujuh prinsip yang di atas, ada beberapa yang berkaitan dengan wisata Batu Katak, terutama mengurangi dampak negatif berupa merusak lingkungan, seperti penebangan pohon di hutan secara legal, juga menjaga pencemaran ataupun merusak hutan. Batu Katak juga membangun kesadaran masyarakat supaya wisata baik dan menjaga keramahan kepada pengunjung dan menjadikan masyarakat menjadi salah satu pelaku keamanan.

1.2.5. Konsep Dampak Ekonomi Pariwisata

Wisatawan yang telah berkunjung ke sebuah salah satu destinasi wisata dalam jangka waktu yang tertentu, mengunakan sumber daya dan fasilitasnya.

Biasanya mengeluarkan uang yang tertentu, kemudian meninggalkan tempat tersebut untuk kembali ke negaranya. “Jika wisatawan yang datang ke sebuah destinasi tersebut sangat banyak akan berdampak pada kehidupan ekonomi daerah tersebut, baik langsung maupun tidak langsung. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dapat bersipat positifmaupun negatif‟ ( I. G. Pitana dan putu, 2009).

Menurut Pitana (dalam Harry, 2016), bahwa dampak pariwisata terhadap kondisi ekonomi dikategorikan dalam 8 kategori seperti berikut :

15

Universitas Sumatera Utara

1. Dampak terhadap penerimaan devisa

2. Dampak terhadap pendapatan masyarakat

3. Dampak terhadap kesempatan kerja

4. Dampak terhadap distribusi manfaat atau keuntungan

5. Dampak terhadap kepemilikan dan kontrol (ekonomi) masyarakat

6. Dampak terhadap pembangunan pada umumnya

7. Dampak terhadap pendapatan pemerintah

Mengingat ruang lingkup penelitian ini hanya pada tingkatan dengan instrumen dan metode penelitian yang terbatas, maka kajian mengenai dampak ekonomi yang dilakukan tidak terpaku pada kategori dampak yang diajukan diatas.

Dari ke tujuh dampak uraian yang di atas, yang sudah termasuk di Batu

Katak yaitu, dampak terhadap pendapatan masyarakat, juga dampak terhadap kesempatan kerjadan dampak terhadap pembangunan, pada umumnya yang sudah terjadi di wisata Batu Katak.

Daya tarik wisata dibagi menjadi daya tarik wisata alam, daya tarik wisata alam dan budaya. Menurut Suwantoro (2004), daya tarik wisata yang juga disebut objek wisata merupakan menjadi potensi yang mendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.

Objek-objek wisata tentunya menjadi potensi daya jual untuk wisatawan, apalagi menarik minat pengunjung, wisata menarik dikatakan apabila banyak potensi di dalamnya yang bisa dijadikan bahan promosi untuk menarik daya minat

16

Universitas Sumatera Utara

wisatawan yang ingin berkunjung. Apabila banyak potensi wisata di dalam tujuan wisata, pastinya wisatawan juga tertarik dan penasaran dengan wisata tersebut.

1.3. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang masalah yang ada dalam suatu penelitian, maka perlu ditemukan rumusan masalah yang akan di teliti agar peneliti menjadi terarah dan jelas tujuannya. Dari uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa daya tarik yang mempengaruhi wisatawan berkunjung ke Wisata Batu

Katak?

2. Bagaimana masyarakat mengelola Wisata Batu Katak?

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian

Setiap peneliti tentunya memiliki tujuan dan manfaat yang sangat penting, karena itu tujuan dan manfaat itulah maka suatu peneliti dapat di mengerti oleh peneliti. Adapun tujuan lain sebagai peneliti adalah untuk mengetahui lebih dalam tentang daya tarik yang mempengaruhi wisatawan berkunjung ke Wisata Batu

Katak, dan tujuan khusus yang perlu peneliti ketahui untuk menjelaskan cara masyarakat mengelola Wisata Batu Katak.

Penelitian ini dapat digunakan menjadikan informasi untuk memperkaya wacana dan wawasan tertentu bagi peneliti.

17

Universitas Sumatera Utara

b. Manfaat Penelitian

Secara khusus peneliti ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan dan untuk mengetahui bagaimana tanggapan masyarakat terhadap Wisata Batu

Katak. Kemudian dari itu penelitian ini juga bermanfaat untuk menambah literatur kepustakaan yang dapat digunakan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu antropologi sosial dalam penelitian antropologi pariwisata dan memberi informasi bagi masyarakat umum mengenai daya tarik Wisata Batu

Katak dan sistem pengelolaannya.

Selain itu, penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk pengembangan kepribadian dan menambah pengalaman. Akhir penelitian ini akan membuktikan kemampuan peneliti dalam membaur dan beradaptasi terhadap kehidupan pelaku ekonomi guna mendapatkan data dan keterangan lebih lanjut terkait dengan judul penelitian.

Tentunya bagi peneliti sendiri, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam pengetahuan yang menunjang skill individual terkait objek penelitian dan ilmu yang berkaitan.Juga diharapkan dapat menjadi bekal keprofesionalan sewaktu memulai berbisnis. Selain itu juga diharapkan dapat menjadi sebuah sarana diri untuk lebih paham akan ruang lingkup Ilmu

Antropologi dan tentunya dapat menjadi acuan dalam pengajuan judul dan penelitian Ujian Skripsi Sarjana Antropologi Fisip-USU.

18

Universitas Sumatera Utara

1.5. Metode Penelitian

Menurut Koentjaraningrat, metodologi merupakan pengetahuan tentang berbagai macam cara kerja yang di sesuaikan dengan objeknya terhadap studi- studi ilmu yang bersangkutan, sedangkan metode artinya jalan (cara) dalam mengadakan suatu penelitian agar dapat memahami objek yang menjadi saasaran- sasaran ilmu-ilmu yang bersangkutan7. Metode penelitian adalah sebuah karya ilmiah mempunyai peranan yang sangat penting karena akan memberikan aturan- aturan yang harus ditaati sebagai standar penuis skripsi sehingga akan menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas.

Penelitian ini berbentuk penelitian lapangan untuk memperoleh hasil penelitian yang valid dan terarah, diperlukan metode penelitian yang sesuai dengan masalah penelitian yang hendak dipecahkan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan terjun langsung ke lapangan. Data yang dianalisis merupakan data yang tidak berbentuk angka.

1.5.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Batu Jongjong Kabupaten Langkat.

Lokasi tersebut sengaja peneliti memilih karena Wisata Batu Katak di Desa batu

Jongjong sangat cocok dijadikan lokasi bagi penulis. Adapun jarak tempuh Lokasi wisata ini tidak jauh dari Objek Wisata Bukit Lawang yang sudah terkenal sampai ke manca negara. Objek Wisata Batu Katak ini jaraknya hanya ± 7 km dari Pekan

Bohorok atau ± 80 km dari kota Medan. Perjalanan ditempuh dari Medan – Binjai

– Pekan Bohorok – Batu Katak. Dari Simpang Pekan Bahorok ke kiri dan terus

7 Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT.Gramedia, 1985). Hal, 7

19

Universitas Sumatera Utara

saja, sampai di penghujung maka jumpa dengan objek wisata ini. Lama perjalanan dari kota medan menuju wisata batu katak kurang lebih 2 1/2 jam. Adapun sarana transportasi untuk menuju ke Wisata Batu Katak yaitu bus PS.Pemda semesta, dan ongkos perorang medan menuju wisata tersebut yaitu, Rp 30,000.

Bagi pengunjung yang ingin berkunjung ke wisata Batu Katak, bisa mengunakan PS. Pemda Semesta, hanya saja bagi yang mengunakan pemda semesta cuman sampai di simpang Pekan Bahorok saja. Angkutan langsung untuk menuju wisata tersebut belum ada.

Sumber data

Dalam penulisan ilmiah ini, penulis membaginya ke dalam dua sumber data, yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer adalah sumber data peneliti yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara, jejak pendapat individu atau kelompok maupun dari observasi dari suatu obyek. Dengan kata lain, peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan cara menjawab pertanyaan riset. Kelebihan dari data primer adalah data lebih mencerminkan kebenaran berdasarkan dengan apa yang di lihat dan didengar langsung oleh peneliti sehingga unsur-unsur kebudayaan dari sumber yag fenomenal dapat dihindari.

Data sekunder adalah sumber data penelitian yang di proleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, jurnal, catatan bukti yang telah ada.

20

Universitas Sumatera Utara

1.5.2. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang optimal dan relavan perlu memperhatikan sumber data yang akan diperoleh dan metode pengumpulan data yang tepat.

Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Observasi

Observasi pada hakikatnya merupakan kegiatan dengan mengunakan pancaindra, dengan cara penglihatan, penciuman, pendengaran, dan bisa juga dengan yang dirasakan, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang.

Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaraan riil suatu pristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Adapun observasi yang dilakukan penulis dalam penelitian ini yakni observasi partisipasi. Dengan cara melakukan pengamatan secara langsung di tempat penelitian yaitu, di Desa Batu Jong-jong, Kecamatan Bahorok, Kabupaten

Langkat. Observasi ini bertujuan untuk mendapatkan data mengenai tingkat kebersihan Wisata Batu Katak, Rumah Makan yang ada di Batu Katak, MCK, dan lingkungan. Sehingga menambah pemhaman dan pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnnya.

Penulis melakukan observasi secara langsung, dan di bantu oleh Bapak

Ngalemi Sinuraya untuk memperoleh data yang sesuai. Dimulai dari observasi kondisi kebersihan, sampah, rumah makan dan mck, untuk mengetahui tingkat

21

Universitas Sumatera Utara

kebersihan, dan memperoleh data dengan cara mengunakan penglihatan, perasaan dan pendengaran.

Interview (wawancara)

Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian. Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang Wisata Batu Katak yang diangkat dalam penelitian atau merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnnya.

Disini penulis mengunakan metode wawancara mendalam untuk mendapatkan data sedetailnya dengan di bantu oleh Bapak Ngalemi Sunuraya. Hal ini dikarenakan para informan penulis kurang fasip dalam berbahasa indonesia, mereka lebih fasip berbahasa karo. Penulis juga mempersiapkan pedoman wawancara untuk menjadi acuan dalam memperoleh data yang terstruktur.

Dalam melakukan wawancara ini, penulis juga membagi dua tingkatan informan yang nantinya di wawancarai yaitu:

1. Informan kunci

Informan kunci merupakan informan yang benar-benar kusus dalam bidang tertentu, informan kunci di dalam penelitian ini adalah pengelola yaitu

Bapak Ngalemi Sinuraya (48 tahun), sebagai ketua lembaga wisata Batu Katak,

Bapak Tetap Ukur Ginting (49 tahun) selaku kepala desa, Bang Darwin Ginting

(48 tahun) pemilik penginapan Bungalow, Bapak Soman (40 tahun) pemilik penginapan, guest house. Disini informan kunci penulis berjumlah ada 5 orang.

22

Universitas Sumatera Utara

2. Informan biasa

Informan biasa merupakan informan yang umum atau informan yang lebih sedikit mengetahui wisata Batu Katak, informan biasa meliputi seperti masyarakat setempat yang ada di Desa Batu Jong-jong. Rudi (21 tahun) Jhon Maruli Purba

(46 tahun), Darma Surbakti (38 tahun), dan Ibu Ingan Malem (64 tahun) Ibu Pelin

Br Karo-Karo (56 tahun) dan Arif (19 tahun). Ibuk Suci Wulandari (45 tahun).

1.5.3. Teknik Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan mengklasifikasi data-data yang diperoleh dari lapangan ke dalam tema-tema, kategori-kategori. Peneliti melakukan pengecekan ulang atau check recheck terhadap data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Keseluruhan data yang diperoleh dari lapangan kemudian diolah secara sistematis, kemudian diuraikan kedalam bagian-bagian sub judul pada bab sesuai dengan temanya masing-masing, sehingga ditemukan sebuah kesimpulan. Di sini saya akan melakukan wawancara kepada setiap informan, dan yang saya akan wawancarai di dalam Wisata Batu Katak apa aja objek wisata didalam nya dan aktivitas apa saja yang dilakukan pengelola di wisata tersebut

1.6. Pengalaman Penelitian

Pengalaman dalam penelitian merupakan salah satu aspek penting bagi seorang peneliti. Dalam hal ini, terkadang banyak kendala atau masalah yang ada di lapangan (di lingkungan masyarakat) tidak sesuai dengan apa yang telah di pelajari di bangku kuliah. Oleh karena itulah seorang peneliti di tuntut untuk supaya cepat tanggap dalam mempelajari dan menganalisa masalah atau kendala

23

Universitas Sumatera Utara

yang ada di lapangan. Pengalaman adalah salah satu kunci sukses dalam sebuah penelitian. Pengalaman adalah guru terbaik, setidaknya inilah salah satu pepatah yang lama yang menjadikan penulis untuk belajar dari pengalaman-pengalaman sebelum nya dalam melakukan penelitian selama duduk di bangku kuliah.

Di sini saya akan menerapkan seluruh ilmu-ilmu yang telah saya pelajari di semasa kuliah. Dalam penelitian ini saya dapat kesempatan untuk melihat lebih jauh serta menerapkan ilmu antropologi. Disini saya juga akan mencoba untuk menerapkan bagaimana cara melakukan pendekatan yang baik sebelum melakukan wawancara. Dan saya juga tak lupa menciptakan rasa akrap dan rasa percaya dengan masyarakat agar hasil yang didapatkan dalam penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan.

Dari pengalaman ini pula lah saya belajar banyak makna kehidupan untuk bertahan dan rasa sukurlah yang selalu saya ucapkan untuk menikmati hidup.

Hingga saya merasa sudah semestinya membagi sedikit pengalaman dari awal mula pengangkatan judul hingga pengalaman penelitian. Serta dengan adanya cerita pengalaman ini, diharapkan dapat menjadikan sebuah pengtahuan pembaca untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kesilapan-kesilapan penulis dalam melakukan penelitian.

Ide judul penelitian ini bermula dari pertemuan saya dengan Bapak

Ngalemi Sinuraya. Dimana saya bertemu dengan beliau di salah satu acara

BIMTEK (Bimbingan Teknis) yang bertempat disalah satu hotel yang berada di kota Medan yang bernama Hotel Danau Toba. Waktu setelah selesai jam makan siang dan beristrirahat saya duduk di depan hotel, lalu ada salah satu orang tua

24

Universitas Sumatera Utara

yang duduk di sebelah saya, dan tidak tau kenapa saya mengajak berbicara dan berkenalan dengan bapak tersebut, itulah yang bernama Bapak Ngalemi Sinuraya yang bertempat tinggal di desa Batu Jong-jong Kecamatan Bahorok. Ngalemi adalah salah satu pengurus lembaga wisata Batu Katak dan kebetulan beliau ketua lembaga tersebut. Banyak cerita saya bersama bapak Ngalemi kemudian saya langsung bercerita memperdalam tentang wisata Batu Katak. Saya menanyakan apa-apa saja potensi yang ada di dalam wisata Batu Katak, dan apa daya jual wisata ini sebagai menjadi daya tarik. Kemudian beliau menjelaskan banyak tentang wisata Batu Katak. sebelumnya saya juga ingin mengangkat judul mengenai pariwisata, karena saya suka berkreasi, jalan-jalan, bertamasya dan berliburan menikmati alam. Maka dari situ saya tidak tau kenapa di kegiatan

BIMTEK itu saya di pertemukan dengan seolah-olah Ngalemi Sinuraya sebagai salah satu pengelola pariwisata Batu Katak. Oleh sebab itu saya sebagai peneliti semakin tertarik dan langsung mengangkat judul mengenai wisata alam yaitu wisata Batu Katak.

Setelah kejadian pertemuan dengan bapak Ngalemi Sinuraya dan banyak hal bercerita tentang wisata Batu Katak. Maka dari itu saya berfikir untuk melakukan penelitian di wisata Batu Katak. Saya tertarik karena objek wisatanya masih baru dan berkembang. Masih banyak kekurangan pengelolaan menurut pengakuan bapak Ngalemi Sinuraya.

Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu saya mengajukan judul dan membuat proposal penelitian. Saya melalui proses yang panjang dalam menyusun proposal. Sampai pada akhirnya proposal saya di setujui untuk melanjutkan pada

25

Universitas Sumatera Utara

tahap penelitian. Akhirnya saya pun turun kelapangan guna memperoleh data sesuai dengan metode penelitian yang ada dalam proposal.

Penelitian pertama yang saya lakukan pada tanggal 20 Januari 2019.

Dimana saya akan mengunjungi salah satu kantor Desa Batu Jong-jong untuk mencari tau tentang profil desa ini. di kantor desa saya bertemu dengan salah satu staf pegawai desa yang bernama bapak Lusius Ginting. Bapak lusius ginting menyambut saya dengan ramah. Kemudian beliau menanyakan apa maksud dan tujuan saya datang ke kantor desa ini. Lalu saya menjelaskan maksud kedatangan saya untuk melakukan penelitian di lokasi wisata Batu Katak. Cukup lama saya berbincang-bincang dengan beliau.

Ketika saya lagi asik mengobrok dengan bapak Lusius Ginting, tak lama kemudian bapak kepala Desa Bapak Tetap Ukur Ginting datang lalu saya juga memperkenalkan diri dan apa maksud kedatangan saya kepada bapak kepala

Desa. Saya bertanya beberapa pertanyaan kepada beliau, tentang profil desa dan pengelolaan wisata Batu Katak yang ada di desa Batu jong-jong. Cukup lama kami mengobrol hingga tak terasa hingga 30 menit berlalu kami bercerita. Setelah saya rasa cukup informasi yang saya proleh. Saya memutuskan untuk pamit dan melanjutkan penelitian saya ke Wisata Batu Katak yang tidak jauh dari kantor kepala desa.

Setelah saya sampai di pintu gerbang masuk saya di stop dan di minta uang untuk masuk. Namun saya menjelaskan bahwa saya akan menemui bapak

Ngalemi Sinuraya. Kemudian saya di arahkan ke salah satu kedai kopi dimana bapak Ngalemi berada. Pada saat itu saya langsung saja melakukan wawancara

26

Universitas Sumatera Utara

dengan menggunakan panduan interview guide. Banyak pertanyaan yang saya lontarkan kepada Bapak Ngalemi pada saat itu sampai pada akhirnya saya memutuskan untuk menyelesaikan wawancara pada hari itu.

Banyak pengalaman penelitian yang saya dapatkan di lapangan akan tetapi saya tidak dapat menjelaskannya secara mendetail mengenai pengalaman penelitian saya. Saya beberapa kali berkunjung dan melakukan penelitian ke

Wisata Batu Katak. Selain kedua informan tersebut saya juga melakukan wawancara kepada pengelola lainnya serta pengunjung yang ada di lokasi wisata ini. Dalam melakukn penelitian ini saya juga di temani oleh beberapa teman saya yang antara lain yaitu Adi, David, dan Widi. Dalam melakukan penelitian ini saya juga mencari sumber data lainnya baik melalui buku maupun internet.

27

Universitas Sumatera Utara

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Sejarah Lokasi

Kecamatan Bahorok pada masa lalu merupakan sebuah kerajaan yang bernama kerajaan Bahorok. Pada abad ke 16 Masehi, Raja Bohorok dipilih rakyat secara langsung. Maka berdirilah satu kerajaan di Bohorok yang dipimpin oleh

Sultan Husin bin Dewan Sahdan Perangin-Angin. Kemudian ada beberapa raja- raja yang pernah berkuasa di Bahorok, dan di bawah kepeminpinan Sultan Husni bin Dewan Sahdan Perangin-angin8. Adapun raja-raja sebagai berikut :

1. Raja Sutan Husin bin Dewa Sahdan Perangin-Angin, yaitu Raja pertama

Bohorok.

2. Tengku Syahmardan bin Sutan Husin (gelar Raja Alamsyah) yaitu anak

dari Sutan Husin.

3. Tengku Panji Sakar bin Tenku Syahmardan (gelar Kejuruan Indra Setia)

yaitu anak dari Tengku Syahmar.

4. Tengku Djukdin bin Panji Sakkar (gelar kejuruan Maklumsyah) yaitu anak

dari Tengku Panji Sakar.

5. Tengku Tan Deraman bin Tengku Djukdin (gelar Kejuruan Indra Perkasa)

yaitu anak dari Tengku Djukdin.

6. Tengku Basir bin Tengku Djuksin (gelar Kejuruan Sri Indra Muda) yaitu

juga anak dari Tengku Djukdin.

8 Kecamatan Bahorok Dalam Angka, 2018.

28

Universitas Sumatera Utara

7. Tengku Lengkong (gelar kejuruan Sakmar Diraja), yaitu anak dari Tan

Perang.

8. Tengku Bahagi (gelar kejuruan sakmar Diraja) yaitu adik dari Tengku

Hasyim, merupakan Kejuruan Sumatera.

9. Tengku Saidi Husni.

10. Tengku Sembab.

11. Tengku Abdoel Moerad bin Tengku Cit Hasan bin Tengku Hasyim

(sebagai pemangku adat kejuruan).

12. Tengku H.Alfit Hasyim Saktisahdan bin Tengku Abdoel Mooerad

(sebagai pemangku adat kejuruan).

Sampai tahun 1835 yaitu masuknya penjajahan Belanda, Tengku Basir mengungsi ke kota Cane - Aceh Tenggara, yaitu di kampung Pulan Kenas. Ia mangkat di kota Cane, sampai sekarang anak dan cucunya menetap disana. Ketika

Tengku Basir mengungsi ke kota Cane, Raja yang memegang kekuasaan di

Bohorok sebagai penggantinya.

Setelah perubahan istilah menjadi Pemangku Adat Kejuruan disebut setelah adanya masa Republik, adapun silsilah (trombo) sejarah kerajaan diatas dipegang H. Tengku Alfit Hasyim Saktisahdan bin Tengku Abdoel Moerad.

Dari sejarah kerajaan tersebut, yang memimpin kerajaan di Bahorok adalah merupakan keturunan Suku Karo, anak cucu kandung Dewa syahdan Perangin-

Angin (ayah dari Suku dan ibunya suku Melayu (orang Pagar Ruyung) dari Deli

Tua.

29

Universitas Sumatera Utara

Pada masa pemerintahan Kolonial Belanda, Kecamatan Bahorok berada di bawah naungan Pemerintah/Kerajaan Sultan Langkat dengan pusat pemerintahannya terletak di Kota Tanjung Pura. Selanjutnya pada waktu itu

Kabupaten Langkat merupakan Asisten Keresidenan dan di bawahnya terdapat 3

(tiga) Luhak,yaitu :

1. Langkat Hulu

2. Langkat Hilir

3. Teluk Haru

Dengan adanya pembentukan Luhak, maka pada waktu itu Kecamatan

Bohorok merupakan bagian dari Luhak Langkat Hulu, dikenal dengan Kejuruan

Bohorok dan waktu itu dipimpin oleh Tengku Lengkong bin Tan Perang.

Selanjutnya pada masa kemerdekaan status Kabupaten Langkat masih keresidenan dan sekitar tahun 1947 s/d 1949 Kabupaten Langkat dibagi menjadi 2

(dua) yaitu :

1. Pemerintahan NST (Negara Sumatera Timur).

2. Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Jadi Kecamatan Bohorok termasuk Pemerintahan Negara Sumatera

Timur (NST). Keluarnya PP No. 7 tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah

Otonom di Propinsi Sumatera Utara, maka Kabupaten Langkat ditetapkan menjadi Daerah Otonom. Maka pada waktu itu Kecamatan Bohorok berada di bawah Pemerintahan Aisten Wedana. Adapun Pejabat yang pernah menduduki

Jabatan sebagai Asisten Wedana ataupun menjabat kedudukan sebagai Camat di wilayah Kecamatan Bohorok.

30

Universitas Sumatera Utara

Ada salah satu seorang dari Sukatendel (Tanah Karo) yang mempunyai istri dua orang, telah melakukan berburu ke dalam hutan di kawasan Tanah Karo.

Dalam perburuan tersebut,mereka menemukan satu ruas bambu, yang di dalam bambu ini terdapat anak bayi laki-laki. Kemudian mereka membawa Anak ini dan di besarkan oleh perempuan tua yaitu istri dari si pemburu tersebut (yang tidak mempunyai anak), namun kemudian menjadi ibu tersebut membesarkan anak tersebut dan tinggal bersama ibu istri si pemburu, tinggallah mereka ditempat ini. daerah ini setelah itu setelah mereka tinggal di suatu tempat, kemudian dijadikan lah nama tempat tinggal merek yang di tempati dan dinamai Kuta Buluh.

Setelah anak yang berasal dari bambu ini besar (dewasa), maka sesuai petunjuk ibunya, kawinlah ia ke kampung Sukatendel. Dari perkawinan ini, telah memperoleh lima orang anak, satu diantaranya (yang tengah) bernama Dewa

Sahdan Perangin-Angin, meninggalkan agamanya (masuk islam), karena mau kawin dengan orang Paga ruyung di Deli tua. Disini ia mempunyai tiga orang anak, yaitu : 2 (dua) anak laki-laki, 1 (satu) anak perempuan, yang bernama ,

Sultan Jabar, Sultan Husin, dan Putri Hijau.

Setelah perkawinan usai pergilah dewa sahdan bersama isterinya, kemudia mereka lelah dan beristrirahat di sebuah hutan, dibawah pohon besar, seperti pokok tualang yang memiliki buah seperti seri, biasanya buah tersebut disukai untuk makanan burung. Maka dari situ buah tersebut dinamai menjadi buah uruk, kemudian dijadikan menjadi sebuah nama kecamatan yaitu Bohorok. Dari cerita diatas, Kecamatan Bahorok, yang tertulis dari buah-buahan yang dinamai buah huruk, jadi dari pengucapan buah huruk berubah nama menjadi BOHOROK.

31

Universitas Sumatera Utara

Tempat pertemuan yang disinggahi oleh Sultan Husin dipertemuan dua aliran sungai dinamai Kampung Tanjong, dan disinilah dimulainya kerajaan kecil

Bohorok.

Pada tahun 1987, yang pada saat tersebut kepala Kecamatan dijabat oleh

Mula Sembiring, sebutan BOHOROK dirubah menjadi BAHOROK. Perubahan tersebut dikarenakan adanya pemalsuan stempel dinas Kepala Kecamatan

Bohorok, stempel dinas Kepala Desa Batu Jong-jong, yang dilakukan oleh Sdr.

Martin. Oleh sebab itu atal usul Camat agar stempel dinas Kepala Kecamatan

Bahorok dan seluruh stempel dinas Kepala Desa se Kecamatan Bohorok di rubah, sehingga seterusnya sampai saat ini nama Bohorok pada stempel dinas Kepala

Kecamatan dan Kepala Desa/Kelurahan menjadi Bahorok.

Namun tidak demikian pula halnya pada stempel dinas Polsek, Koramil,

KUA, Puskesmas, P dan K, stempel dinas yang ada pada dinas/jawatan tersebut masih utuh, tidak berubah, dan tetap mengunakan nama BOHOROK.

Sebagaimana yang tercantum pada beberapa gran/surat tanah yang asli, yang dikeluarkan pada masa kejuruan/kerajaan (sebelum masa Republik “45) bahwa stempel yang digunakan oleh Kejuruan pada masa tersebut menggunakan nama

BAHOROK.

2.2. Keadaan Geografis

Desa Batu Jong-Jong adalah salah satu desa dari 19 Desa Kecamatan

Bahorok yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Desa Batu Jong-Jong yang memiliki luas wilayah 300,16km2 yaitu sekitar 27,24% dari luas Sumatera Utara.

32

Universitas Sumatera Utara

Desa Batu Jong-Jong untuk mencapai jarak tempuk dari kota medan memiliki kurun waktu lebih kurang 1,1/2-2 jam yang melewati jalan yang berliku.

Gambar 1. Peta Kecamatan Bahorok

Sumber: BPS Kabupaaten Langkat

Di sepanjang perjalanan untuk menuju desa Batu Jong-Jong kecamatan bahorok, tentunya kita bisa banyak melihat begitu banyak perkebunan PTPP

LONSUM dan begitu banyak pepohonan kelapa sawit sehingga kecamatan bahorok menimbulkan suhu yang begitu panas. Di sepanjang perjalanan terus sampai tujuan untuk menuju desa Batu Jong-Jong hanyalah perkebunan saja yang terlihat. Bagi siapa yang ingin berkunjung ke salah satu wisata pemandian alam batu katak yang terletak di desa Batu Jong-Jong, dan salah satu kendala bagi para

33

Universitas Sumatera Utara

pengunjung untuk menuju wisata pemandian alam batu katak jalan yang berabu dan ampir lebih kurang 10 km jalan yang begitu rusak.

Desa Batu Jong-Jong menempati titik kordinat antara 03025‟20.700LU-

98010‟13.980BT dengan posisi dekat dengan Taman Nasinal Gunung

Lauser(TNGL). Rata-rata ketinggian kawasan 160,3 dari permukiman air laut.

Luas lahan di desa Batu Jong-Jong seluas 30 016Ha dan di manfaatkan untuk lahan sawah sebanyak 5Ha, luas bukan sawah sebanyak 2 900Ha, dan luas non pertanian sebanyak 27 116Ha.

2.3. Keadaan Penduduk

Penduduk merupakan salah satu dari persyaratan agar terbentuknya suatu daerah pemerintahan yang berbentuk sebuah Kabupaten/Kota,Kecamatan/Desa.

Semua orang yang berdomisili di wilayah geografis dalam kurun waktu enam bulan atau lebih yang memiliki tujuan untuk menetap dapat disebut sebagai penduduk.

Berdasarkan data yang di peroleh penelitian sensus penduduk Kabupaten

Langat tahun 2011 yang tercatat di Badan Pusat Statistik untuk Desa Batu Jong jong berjumlah 1.536 jiwa dengan kepadatan penduduk 300.16 km2, yang pada tahun 2016 meningkat menjadi 1624 jiwa dengan pengelompokan 823jiwa penduduk laki-laki dan 801jiwa penduduk peempuan.

Penduduk di Desa Batu Jong-Jong terdiri dari beberapa ragam suku, antara lain suku melayu, karo, simalungun, dan jawa. Walaupun penduduk asli di Batu

Jong-Jong adalah mayoritas yang mendomisili yaitu suku karo. Persentase

34

Universitas Sumatera Utara

penduduk pada tahun 2000 menurut agama yang dianut masyarakat Desa Batu

Jong jong dapat di lihat di tabel 1.

Tabel 1. Persentase Penduduk Desa Batu Jong Jong Berdasarkan Agama yang Dianut No Agama Persentase 1 Islam 65,72% 2 Katolik 0,47% 3 Protestan 32,76% 4 Lainnya 1,05% Jumlah 100,00% Sumber : BPS Kab. Langkat

Menurut Koentjaraningrat dan Harsya Bachtiar (1992), bahwa suatu suku bangsa ditandai dengan adanya kebudayaan terdiri, wilayah komunitas daerah asal, adanya rasa identitas bersama dan adanya bahasa.

2.4. Bahasa

Setiap wilayah tentunya mempunyai beragam suku/etnis, setiap suku pastinya mempunyai beragam bahasa, Desa Batu Jong Jong mayoritas yang berdomisili kebanyakan suku karo, oleh sebab itu bahasa yang digunakan setiap orang dan berdiploma yang baik kepada setiap manusia mengunakan bahasa karo.

Akan tetapi masyarakat Desa Batu Jong Jong ada beberapa suku lain, dan setiap suku tentunya sudah mengusai bahasa masing-masing, namun hanya saja dikarenakan mayoritas suku karo, jadi suku-suku lain juga sudah banyak menguasai bahasa karo, dikarenakan banyak suku lain seperti, melayu, simalungun, jawa dan lainnya, juga sudah banyak menguasai bahasa karo karena mereka sudah amat sangat lama tinggal di Desa Batu Jong Jong tersebut.

35

Universitas Sumatera Utara

2.5. Sarana dan Prasarana

Secara sadar tidak sadar, sarana dan prasarana umum sebagai aspek penunjang kehidupan sosial masyarakat Desa batu jongjong khususnya. Sarana dan prasarana ini untuk digunakan untuk menunjang aktifitas sehari-hari. Terdapat berbagai fasilitas umum di desa batu jongjong diantarannya: Sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana ibadah, transfortasi/jalan, dan perdagangan.

2.5.1. Sarana pendidikan

Salah satu tujuan nasinal bangsa Indnesia seperti yang ada di dalam pembukaan Undang-Undang 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka dalam mewujudkan tujuan nasinal tersebut pemerinntah perlu menyediakan fasilitas pendidikan di setiap kabupaten per kecamatan, kecamatan perdesa,tentunya di desa batu jong-jong ini. Untuk melihat fasilitas pendidikan begitu kurang memadai.

Tabel 2. Sarana Pendidikan Jenjang Status pendidikan Negri Swasta 1 SD 1 1 2 SMP 1 0 Sumber :Data BPS Langkat

2.5.2. Sarana kesehatan

Sarana kesehatan merupakan satu hal yang wajib ada di setiap wilayah. Di

Desa batu jong-jong sarana kesehatan tampaknya sangat kurang memadai.

Kesehatan hal yang sangat penting untuk keselamatan masyarakat setiap wilayah tentunya.

36

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3. Sarana Kesehatan No Jenis sarana Jumlah 1 Polindes 1 Sumber :Data BPS Langkat

2.5.3. Sarana Ibadah

Setiap agama tentunya memiliki sarana ibadah masing-masing untuk melayani Tuhannya. Maka dari itu setiap daerah wajib ada tempat ibadahnya.

Tabel 4. Sarana Ibadah No Sarana Ibadah Jumlah 1 Masjid 1 2 Gereja 3 3 Mushola 2 Sumber : Data BPS Langkat

2.6. Mata Pencaharian

Desa batu jong-jong merupakan salah satu wilayah tropis memiliki suasana yang panas. Desa batu jong-jong juga berbatasan dekat dengan TNGL, dan juga daerah perkebunan kelapa sawit PTPP.

Desa Batu jong-jong memiliki kekayaan alam yang sangat perpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sarana penopang perekonomian masyarakat baik dari sektor wisata maupun agraris. Dalam sektor wisata memiliki potensi yang sangat baik yang dapat dijadikan objek wisata.

Keadaan lingkungan Desa Batu jong-jong terdapat berdekatan dengan

Taman Nasional Gunung Lauser(TNGL), dan didalamnya terdapat banyak pepohonan yang menyebab kan cuaca menjadi sejuk.

Pada umumnya daerah desa batu jong-jong daerah potensi pertanian, sehingga mata pencaharian penduduk terutama adalah pertanian padi palawija,dan tanaman keras seperti kelapa sawit, karet dll.

37

Universitas Sumatera Utara

a. Tanaman bahan makanan seperti padi

b. Tanaman sayur-sayuran seperti terong,kacang panjang dan sayuran

lainnya.

Tanaman muda di desa batu jong-jong sangat ampir punah, dikarenakan sudah kebanyakan menanam tanaman keras seperti kelapa sawit dan karet . Oleh sebab itu pengaruh daya jual masyarakat desa batu jong-jong sangat kurang relatif dikarenakan penurunan harga jual masyarakat sangat menurun. Sehingga hanya merupakan penghasilan tambahan, dimana jumlahnya belum memenuhi standart nasional.

38

Universitas Sumatera Utara

BAB III

DAYA TARIK WISATA BATU KATAK

3.1. Sejarah Lokasi

3.1.1. Sejarah Berdirinya Wisata Batu Katak

Pada mulanya lokasi wisata ini hanyalah sebuah desa biasa yang bernama

Desa Batu Jongjong. Dimana di desa ini terdapat sebuah sungai yang bernama sungai anak. Selain itu, sebelumnya juga pihak TNGL mengundang beberapa masyarakat untuk mensosialisasikan bagai mana cara mengamankan hutan TNGL.

Desa ini juga dikelilingi hutan taman nasional gunung leuser yang di dalamnya terdapat beberapa gua. Wilayah Desa Batu Jongjong lebih dari 70 persennya merupakan wilayah taman nasional gunung leuser (TNGL).

Untuk menjaga kawasan hutan taman nasional gunung leuser maka pihak pengelola taman nasional ini mengajak masyarakat untuk ikut andil menjaga hutan. Untuk itu beberapa kali pihak pengelola taman nasional gunung leuser mengadakan sosialisasi kepada masyarakat Desa Batu Jongjong mengenai pengamanan hutan. Selain itu, dalam sosialisasi maupun forum yang disampaikan juga beberapa kali membahas mengenai wisata Batu Katak apakah layak untuk di kembangkan . Hal ini seperti yang disampaikan oleh Bapak Ngalemi Sinuraya (48 tahun) berikut:

“Sejarah wisata batu katak ini, awalnya itu kami sering di undang untuk pengamanan TNGL karena di daerah kami ini khususnya Desa Batu Jongjong ini 70 persennya dikelilingi TNGL. Pada waktu itu kami sering di undang sosialisasi pengamanan TNGL. Dimana sosialisasi sering juga dibahas wisata. Dimana TNGL itu aman apabila SDM masyarakatnya memadai, karena apapun

39

Universitas Sumatera Utara

ceritanya jika masyarakat itu tidak kompak untuk menjaga pelestariannya maka hutan yang ada bakal rusak. Pertama itu kami mengadakan rapat untuk mensosialisasikan TNGL itu pada tahun 2013”.

Setelah pihak TNGL mensosialisasikan kepada masyarakat Desa Batu

Jong-Jong, tentang bagaimana cara mengamankan hutan. Setelah beberapa hari, pihak masyarakat mengundang pihak TNGL untuk mengadakan rapat di tangkahan untuk membahas forum bentuk pengamanan TNGL, dimana forum tersebut yang membahas tentang dimana daerah ataupun Desa yang ada fotensi yang bisa di kembangkan menjadi wisata yang biasa itu dijadikan menjadi tempat rekreasi.

Kemudian setelah beberapa minggu masyarakat mengundang pihak

TNGL untuk menyurvai fotensi yang ada di hutan yaitu, Gua, air apakah cocok untuk di jadikan lintasan rafting, jubing. Masyarakat dan pihak TNGL juga pergi ke hutan untuk melihat orang hutan dan siamang.

Setelah pihak TNGL dan masyarakat melihat bagaimana fotensi yang ada di hutan TNGL khususnya Batu Katak, pihak TNGL langsung semangan untuk mengembangkan wisata Batu Katak karena di dalamnya banyak fotensi yang bisa di jual.

Setelah terbentuknya kelompok keamanan yang beranggotakan masyarakat yang ada di Desa Batu Jongjong. Kemudian pihak pengelola TNGL mengusulkan dan mengadakan forum bersama masyarakat disana untuk melihat potensi wisata yang ada.

“Kemudian ada pihak TNGL mengusulkan dimana wilayah yang banyak potensi dan bisa dikembangkan untuk tujuan daerah wisata. Abis itu dalam beberapa minggu kemudian aku ngundang pihak

40

Universitas Sumatera Utara

TNGL untuk mengecek (observasi langsung) beberapa gua, air sungai, sama hutan. Itu dilihat mana kira-kira bisa enggak di jadikan wisata”. Lanjut Bapak Ngalemi (48).

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh pihak pengelola TNGL, mereka menemukan adanya beberapa potensi objek wisata yang ada. Selain sungai sebagai potensi wisata utama, di desa ini juga terdapat beberapa gua dan hutan yang di huni satwa liar seperti orang utan, gajah, beruang madu, siamang, bahkan harimau. Potensi ini sama dengan objek wisata yang ada di Tangkahan dan Bukit

Lawang dimana hutan disana juga dijadikan salah satu tujuan atau destinasi wisata.

Maka pada tahun 2013 masyarakat berdasarkan arahan dan bimbingan pihak pengelola TNGL membentuk sebuah forum. Dalam forum ini pihak pengelola TNGL mengusulkan untuk membentuk sebuah lembaga. Lembaga ini nantinya yang membangun potensi wisata ini menjadi objek wisata dan mengatur segala hal yang terkait pengelolaan Wisata Batu Katak.

“Abis itu, pihak TNGL bersama masyarakat di sini membuat satu forum. Di forum itu dibahas pembentukan lembaga untuk mengelola potensi wisata yang ada disini”. Lanjut Bapak Ngalemi.

Setelah forum tersebut maka beberapa tokoh masyarakat membuat lembaga yang disarankan pihak pengelola TNGL. Lembaga tersebut diberi nama

Lembaga Pariwisata Batu Katak, yang dimana lembaga ini pertama kali digagas oleh Jhon Maruli Purba, Wayandadu, Tetap Ukur Ginting selaku Kepala Desa

Batu Jongjong, Skula Singarimbun dan Raja Nami. Lembaga inilah yang membuat adanya objek wisata batu katak ini. Sampai sekarang ini, Lembaga

Pariwisata Batu Katak masih tetap mengelola objek wisata ini.

41

Universitas Sumatera Utara

3.1.2. Sejarah Pemberian Nama Batu Katak

Sejarah dan awal mulanya pemberian nama Batu Katak itu terjadi pada masa penjajahan yang tidak diketahui masyarakat tahun pastinya. Pada dahulu kala ada seorang nenek yang dikenal dengan nama Boru Ginting, pada saat siang hari nenek Boru Ginting pergi kesungai yang dikenal dengan nama Sungai Anak oleh masyarakat untuk menjala udang disana.

Biasanya di Sungai Anak nenek tersebut sangat mudah mendapatkan udang dan ikan-ikan, tetapi pada saat dia diceritakan menjala udang di siang hari tadi si nenek tidak mendapatkan hasil apapun seperti biasanya. Nenek Boru

Ginting tadi tetap bersemangat sembari berharap mendapatkan udang-udang dari

Sungai Anak itu, walaupun tak kunjung juga dapat.

Tetapi, setelah beberapa kali lagi nenek itu menjala dia mendapatkan batu yang bentuknya serupa dengan katak. Nenek Boru Ginting pun membuang kembali batu itu ke sungai, namun dia menemukan batu itu tadi didalam jala nya, dan dia membuang nya kembali. Setelah membuang sekali lagi batu yang serupa dengan katak tadi, dia melanjutkan menjala dan alhasil mendapatkan batu itu lagi untuk yang ketiga kalinya. Dan akhirnya nenek tadi pun mengambil batu yang serupa dengan katak tadi dan membawanya pulang kerumah.

Kemudian, pada saat di malam hari nenek Boru Ginting tersebut tidur, dia mendapatkan suatu mimpi dari seseorang yang dipercaya masyarakat adalah sesepuh mereka. Di dalam mimpinya diceritakan si nenek mendapatkan pesan bahwa dia harus menjaga batu tersebut dan apabila ada keluh kesahnya baiklah dia menceritakan kepada Batu Katak tersebut agar terkabul keinginannya. Dan

42

Universitas Sumatera Utara

memang benar, suatu waktu nenek Boru Ginting mengalami kesulitan panen karena padi miliknya terkena wabah penyakit tanaman yang disebut wereng. Dan nenek itu teringat akan mimpinya sehingga dia mencoba untuk meminta kepada

Batu Katak tadi supaya hasil panen nya dapat berubah menjadi baik. Dan akhirnya permintaan nya terkabulkan, dimana padi-padi yang ditanami nya tadi membuahkan hasil yang memuaskan dan terbebas dari hama tanaman yang disebut wereng tadi.

Beberapa bulan kemudian, masyarakat desa itu terkena wabah penyakit kulit yang menimpah seluruh masyarakat di desa itu. Sudah dilakukan ritual-ritual pengobatan tradisional oleh masyarakat setempat yang biasanya manjur dalam menyembuhkan banyak penyakit, namun tidak juga membuahkan hasil. Akhirnya, nenek Boru Ginting tersebut kembali membuat permintaan supaya seluruh masyarakat di desanya sembuh dari penyakit tersebut. Dan untuk kesekian kalinya

Batu Katak yang dipercayai mistis itu mengabulkan permintaan nenek tersebut, dan masyarakat di desa sembuh total dari wabah penyakit kulit tadi.

Karena itulah masyarakat Desa Batu Jongjong sampai sekarang tetap menganggap sakral Batu Katak tersebut, karena memang banyak memberikan keuntungan dan rezeki kepada masyarakat Desa Batu Jongjong sampai saat ini.

Dan untuk sampai ketempat dimana Batu Katak itu berada tidaklah sembarangan orang masuk kedalam tempat sakral itu, yang letaknya berada di dalam hutan.

Setiap masyarakat ataupun wisatawan baik itu asing maupun lokal diwajibkan membawa Juru Kunci untuk sampai ketempat itu. Juru Kunci ini adalah seseorang yang dituahkan di Desa Batu Jongjong, karena sangat mengetahui detail semua

43

Universitas Sumatera Utara

syarat-syarat yang harus dilalui dan dilakukan untuk bisa sampai ke tempat Batu

Katak itu berada.

Di dalam perjalanan menuju Batu Katak tersebut juga ada syarat-syarat dan pantangan yang dibuat oleh para petuah Desa Batu Jongjong yang didalamnya juga termasuk Juru Kunci, seperti misalkan untuk orang-orang yang ingin kesana tidak bisa berbahasa kotor, berpakaian diwajibkan sopan, tidak memiliki pikiran- pikiran yang berbau negatif supaya dalam perjalanan pergi dan pulang tidak terjadi apa-apa kepada yang mengunjungi, tidak diperbolehkan membuang air besar dan kecil sembarangan, dan tidak membuang air liur sembarangan karena

Wisata Batu Katak tersebut merupakan tempat paling sakral di Desa Batu

Jongjong tersebut.

3.2. Potensi Wisata yang Ditawarkan

Wisata Batu Katak memiliki beberapa potensi yang menjadi unggulan untuk menarik wisatawan berkunjung ke wisata ini. Pengelola wisata ini memanfaatkan alam sebagai daya tarik. Untuk masuk ke lokasi wisata ini pengunjung dikenakan tarif sebesar Rp. 5.000.- per orang. Tarif dikenakan atau dikutip kepada wisatawan ketika sampai di pintu masuk. Setelah masuk kemudian alat transportasi yang digunakan oleh pengunjung di parkirkan di tempat parkir yang telah disediakan. Biaya yang dikenakan untuk parkir sebesar Rp. 5.000.- untuk kendaraan roda dua (sepeda motor) dan Rp. 10.000.- untuk kendaraan roda empat (mobil). Ada beberapa wahana yang menjadi daya tarik dari wisata ini adalah sebagai berikut:

44

Universitas Sumatera Utara

3.2.1. Wisata Alam

1. Sungai

Gambar 2. Sungai Katak

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sungai merupakan objek yang menjadi daya tarik utama dari Destinasi wisata ini. Sungai yang berada di lokasi ini diberi nama Sungai Katak. Nama tersebut berdasarkan nama lokasi Wisata ini. Sungai yang menjadi wahana wisata di sini cukuplah jernih karena dasar sungai terlihat jelas dengan air yang berwarna biru ke hijauan. Dasar sungai terdiri dari pasir dan batuan dengan kedalaman rata- rata sekitar 30 centimeter sampai dengan kedalaman 3 meter.

Sungai di lokasi ini sangat cocok untuk dijadikan tujuan wisata keluarga.

Hal ini dikarenakan kedalalaman air yang tidak terlalu dalam. Sangat cocok untuk anak-anak dalam bermain air. Arus air yang ada di lokasi ini tidak terlalu deras.

Sesuai seperti yang diamati penulis air sungai disini masih jernih berbeda dengan objek wisata sungai yang juga ada di Kecamatan Bahorok. Kondisi objek Wisata yang belum lama di buka membuat kondisi alam disini belum banyak mengalami perubahan.

45

Universitas Sumatera Utara

Dalam menikmati sungai wisatawan juga dapat menyewa Ban yang dapat digunakan sebagai pelampung dan juga menjadi bahan mainan di sungai. Biaya yang dikenakan untuk penyewaan satu Ban adalah sebesar Rp. 15.000.- untuk durasi waktu seharian. Ban tersebut disewakan oleh beberapa masyarakat setempat yang membuka jasa penyewaan Ban lebih kurang sekitar 5 orang masyarakat setempat menyediakan tempat penyewaan Ban.

“menyediakan penyewaan Ban salah satu kerjaan ku setiap minggunya di wisata Batu Katak ini, sebelumnya saya kerja sebagai bertani, sekarang juga masih bertani kok tapi, setelah bukanya wisata ini ada lah kerja tambahan setiap minggu menyewakan Ban untuk uang masuk tambahan, terbantu juga sih untuk tambah tambahan uang masuk, dari pada ke ladang nderes harga getah pun (karet) murah, kalau harapkan dari hasil ladang keteter lah, ngerokok pun terancam”. Uangkap Bapak Malempagi Karo-Karo selaku penjual atau menyewakan Ban.

Sungai yang menjadi daya tarik wisata memiliki air yang sangat jernih, seperti yang di amati penulis, sungai yang memiliki air yang jernih tentu saja memiliki habitat didalamnya misalnya seperti, ikan, udang, dan lain-lain.

Adapun seperti yang saya ketahui ada beberapa pengunjung juga membawa peralatan contohnya seperti pengunjung yang hoby memancing, mereka minikmati air sekaligus memancing di sungai tersebut. Kepada pengunjung wisata

Batu Katak yang melakukan memancing tidak dianut biaya, dan bebas untuk memancing sealiran sungai, tetapi kepada pihak pemancing, pengelola menegaskan bahwa tidak boleh mengunakan umpan pelet, karna menyebabkan mengandung zat kimia, airpun bisa menjadi bauk, dan mengganggu pengunjung lainnya, apabila wisatawan mandi.

46

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3. Kegiatan Rafting

Sumber: Dokumentasi Bapak Ngalemi (Informan)

Selain itu, wisatawan yang berkunjung ke Lokasi Wisata Batu Katak juga dapat melakukan rafting (arung jeram). Arung jeram merupakan salah satu kegiatan yang di tawarkan oleh pihak pengelola wisata. Dalam melakukan rafting biasanya wisatawan di dampingi oleh pemandu. Tugas pemandu adalah mengarahkan laju dari Ban dengan menggunakan tongkat bambu serta menjaga para peserta rafting untuk tetap berada di atas Ban. Jika ada peserta yang jatuh maka pemandu dengan sigap menolong peserta yang jatuh tersebut.

Jumlah peserta dalam melakukan rafting yaitu 5 orang dengan didampingi oleh dua orang pemandu. Untuk menjaga keselamatan para peserta rafting biasanya menggunakan pelampung. Akan tetapi jika peserta dapat berenang maka pelampung tidak harus dikenakan ketika melakukan rafting.

Biaya yang dikenakan untuk melakukan rafting ini yaitu Rp. 200.000.- per orang untuk wisatawan asing. Sedangkan untuk wisatawan lokal biasanya

47

Universitas Sumatera Utara

dikenakan tarif sebesar Rp. 100.000.- per orang. Lokasi sungai yang dilalui mulai dari Simbelang sampai ke Batu Katak dan dari Batu Katak sampai Ke Lau

Damak.

3.2.2. Wisata Hutan

Lokasi Wisata Batu Katak bersinggungan langsung dengan kawasan hutan

Taman Nasional Gunung Leuser. Pihak pengelola memanfaatkan kondisi hutan yang masih alami sebagai wahana atau tujuan dari Wisata ini. Berbagai tumbuhan dan hewan liar sering kali di temui oleh warga yang masuk kedalam hutan ini.

Gambar 4. Hewan dan Tumbuhan di Hutan

1 1 2

2 3 4

Sumber: Dokumentasi Bapak Ngalemi (Informan)

Beberapa hewan dan tumbuhan yang ditemui dihutan ini, kerap kali di dokumentasikan oleh warga maupun wisatawan yang berkunjung. Dari foto di

48

Universitas Sumatera Utara

atas yang bersumber dari informan yaitu Bapak Ngalemi Sinuraya. Ada beberapa

Hewan dan Tumbuhan endemik khas hutan Sumatera kawasan hutan ini, seperti:

1. Tumbuhan

Wisata hutan juga ada beberapa macam tumbuhan yang ada di dalamnya yang bisa di ninikmati oleh pengunjung dan juga yang sering di datangi oleh wisatawan misalnya seperti, menikmati pohon yang sangat rindang bermacam- macam pohon ada di dalamnya, juga ada Bunga Bangkai, dan Bunga Rafflesia dan lain-lain.

1. Bunga rafflesia salah satu bunga genius tumbuhan bunga parasit, yang

tumbuhnya berada di dalam hutan. Pertumbuhan bunga rafflesia biasanta

tergantung dengan efek cuaca biasanya bunga tersebut perkembang dari

kecil hingga menekar membutuhkan waktu 4-7 bulan. Keunikan dan

keistimewaanya bunga rafflesia tumbuh yang sangat endemik, dan hanya

tumbuh di hutan Sumatera salah satunya berada di hutan TNGL.

2. Bunga Bangkai salah satu bunga yang sangat langka yang keberadaannya

di dalam hutan, salah satunya hutan TNGL yang berada di wisata Batu

Katak. bunga bangkai juga salah satu daya tarik yang sering pengunjung

datangi saat melakukan traking. Bentuk bunga yang sangat besar dan

meruncing tinggi ke atas.

2. Hewan

1. Orang Hutan salah satu binatang yang di temukan di hutan TNGL yang

ada di wisata Batu Katak. Foto tersebut di temukan saat wisatawan atau

pengunjung melakukan traking ke hutan. Tentu saja tidak setiap

49

Universitas Sumatera Utara

melakukan traking ke hutan bisa bertemu dengan orang hutan, tetapi ada

salah satu cara untuk memanggil dan sudah sering di lakukan jika

pengunjung yang melakukan traking ingin melihat orang hutan biasanya

gaid melakukan dengan cara pemanggilan memukul pohon kayu tiga kali

sebagai syarat pemanggilan orang hutan.

2. Gajah Liar juga pernah di temukan pengunjung saat melakukan traking ke

hutan. Namun gajah tersebut tidak bernah mengganggu, dan gajah itu

hanya kebetulan saja di temukan saat melakukan perjalanan traking saja.

3. Si Amang juga salah satu binatang yang di temukan di saat melakukan

traking ke hutan yang bergelantungan di pohon.

4. Harimau salah satu binatang yang buas, sewaktu wisatawan berkunjung

dan melakukan traking ke hutan, bertemu salah satu Harimau saat minum,

kemudian pengunjung yang melakukan traking langsung berhati-hati dan

ketakukan. Tetapi harimau tersebut tidak mengganggu orang yang

melakukan traking. Tapi harimau yang ada di hutan pernah juga sampai ke

daerah pemukiman masyarakat mencari makanan, kemudian harimau

pernah memakan beberapa lembu masyarakat.

Selain hewan dan tumbuhan, di dalam hutan juga terdapat beberapa gua. Gua tersebut antara lain gua mbelem (berarti besar) dengan panjang gua ±

500 meter, gua pemunte dengan panjang gua ± 150 meter, gua pelangka dengan panjang ± 100 meter, gua air dengan panjang ± 1 kilometer, gua bayak dengan panjang ± 100 meter, dan gua jodoh dengan panjang ± 150 meter.

50

Universitas Sumatera Utara

Untuk menikmati keindahan hutan yang ada di lokasi wisata Batu Katak ini. Para pengunjung dapat melakukannya dengan tracking (berjalan menyusuri hutan dan gua). Biaya yang dikeluarkan jika wisatawan asing ingin melakukan tracking ke hutan ialah Rp. 200.000,- per orang dan untuk wisatawan lokal

(minimal 5 orang baru dilayani) biasanya dikenakan tarif sebesar Rp. 100.000,- per orang. Jika wisatawan ingin menggabungkan tracking dengan rafting maka biaya yang di kenakan berbeda. Untuk wisatawan asing dikenakan tarif sebesar

Rp. 350.000,- per orang dan untuk wisatawan lokal dikenakan tarif sebesar Rp.

100.000,- per orang. Tracking dilakukan selama satu harian penuh dengan melewati rute yang telah di tentukan dan masuk ke dalam gua yang ada di lokasi wisata Batu Katak.

Biaya yang dikenakan kepada wisatawan jika ingin mengunjungi lokasi gua juga berbeda. Jika ingin ke Gua Mbelem misalnya dikenakan biaya sebesar

Rp. 40.000,- per orang, ke Gua Pemunte dikenakan biaya sebesar Rp. 40.000,- per orang, ke Gua Pelangka dikenakan biaya sebesar Rp. 30.000,- per orang, ke Gua

Air dikenakan tarif sebesar Rp. 50. 000,- per orang, ke Gua Banyak dikenakan tarif sebesar Rp. 30.000,- per orang, dan ke Gua Jodoh Rp. 30.000,- per orang.

Jika wisatawan ingin melihat bunga bangkai maka biaya yang dikenakan sebesar

Rp. 40.000,- per orang.

Sama seperti rafting, dalam melakukan tracking juga para wisatawan di temani oleh para pemandu yang berasal dari bagian divisi pemandu. Pemandu juga biasa bertugas menunjukan jalan serta terkadang membawakan barang bawaan dari wisatawan. Para wisatawan juga dapat melakukan camping dilokasi

51

Universitas Sumatera Utara

wisata Batu Katak. Biaya untuk menyewa tenda camping yaitu sebesar Rp.

20.000,- untuk pemakaian satu hari penuh.

3.2.3. Wisata Budaya

1. Seni Tari

Budaya lokal merupakan salah satu daya tarik wisata karena biasanya para wisatawan asing selain ingin menikmati keindahan alam yang ada di lokasi wisata. Para wisatawan asing ini juga terkadang ingin mengetahui budaya lokal setempat. Mereka ingin mengetahui budaya masyarakat lokal mengingat perbedaan budaya di tempat tinggal mereka berbeda dengan budaya lokal masyarakat di tempat wisata yang di kunjungi.

Melalui divisi kebudayaan, pihak pengelola wisata Batu Katak sering melaksanakan sebuah pertunjukan kesenian. Pertunjukan kesenian yamg ditampilkan berupa tari-tarian khas Suku Karo seperti tari roti manis, tari piso surit dan tari terang bulan. Tarian Suku Karo di pilih karena mayoritas suku yang mendiami wilayah objek Wisata Batu Katak adalah Suku Karo. Pertunjukan ini dilaksanakan di penginapan maupun sebuah pendopo yang ada di lokasi wisata

Batu Katak.

52

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5. Wisatawan Asing

Sumber: Dokumentasi Bapak Ngalemi (Informan)

Gambar di atas merupakan hasil dokumentasi dari Bapak Ngalemi

Sinuraya. Dimana pada foto itu terlihat Bapak Ngalemi (yang berbaju hitam) berfoto dengan para wisatawan asing dan di belakang mereka adalah para penari cilik yang merupakan anak-anak yang tinggal di wilayah sekitar wisata Batu

Katak. Dari gambar di atas pula dapat disimpulkan bahwa antusiasme wisatawan asing dalam mengetahui budaya setempat tergambar dengan jelas. Mereka tidak sungkan untuk mengenakan pakaian adat dan belajar tarian Suku Karo.

Peminat pertunjukan tari ini biasanya adalah wisatawan asing yang berkunjung ke lokasi wisata Batu katak. Biaya yang dikenakan kepada para wisatawan asing yang ingin melihat pertunjukan biasanya tergantung kesepakatan para wisatawan dengan bagian divisi kebudayaan. Para wisatawan asing ini harus membayar para penari dengan bayaran sebesar Rp. 50.000,- sampai dengan Rp.

100. 000,- per satu orang penari.

53

Universitas Sumatera Utara

Pertunjukan tari ini selain disuguhkan kepada para wisatawan asing.

Biasanya pertunjukan juga diadakan untuk menyambut para pejabat pemerintahan baik daerah maupun pemerintahan pusat. Biaya tidak dikenakan kepada tamu penting tersebut berbeda jika itu adalah wisatawan asing yang berkunjung dan memang ingin adanya sebuah pertunjukan kesenian.

Pertunjukan tarian tersebut di adakan dalam satu satuh sekali, biasanya di pertengahan bulan September. Pertunjukan seni tari karo biasanya permintaan oleh pengunjung wisatawan asing, biasanya wisatawan asing yang mengadakan pertunjukan tarian tersebut. Seni tari yang dilakukan biasanya di aula wisata Batu

Katak.

2. Kuliner Lokal

Beragamnya suku yang ada Indonesia membuat beragam pula kuliner yang ada. Setiap suku yang ada tentunya memiliki kuliner khasnya. Kuliner ini juga menjadi sebuah hal yang menarik minat wisatawan dalam berkunjung.

Kuliner lokal sering dicari oleh para wisatawan karena kuliner lokal yang ada dilokasi wisata tidak terdapat di daerah tempat tinggal wisatawan tersebut.

Pengelola wisata Batu Katak khususnya pihak restaurant dan penginapan juga menyediakan makanan khas daerah. Akan tetapi tidak semua restauran dan penginapan yang menyediakan makanan khas yang ada disana. Karena mayoritas suku yang ada disana adalah Suku Karo maka makanan khas yang disediakan pula adalah makanan khas Suku karo.

Salah satu kuliner khas daerah ini adalah tasak telu. Tasak Telu memiliki arti masak tiga atau tiga masakan. Masakan ini merupakan ayam kampung yang

54

Universitas Sumatera Utara

dipanggang atau direbus tanpa bumbu kemudian dicincang. Ayam tersebut disajikan dengan 3 kuliner lain yaitu sup kaldu, cipera, getah dan daun singkong goreng lalu di taburi parutan kelapa. Itulah yang membuat masakan ini dinamakan ayam masak tiga. Getah yang dimaksud disini yaitu masakan yang terbuat dari darah ayam, asam jawa, cabai, bawang, dan garam. Namun darah ayam juga dapat diganti dengan menggunakan hati atau ampela ayam.

Selain tasak telu, ada kuliner khas lain yang di ada di lokasi wisata ini.

Kuliner tersebut adalah cipera. Cipera merupakan makanan pendamping tasak telu, terbuat dari tepung yang berasal dari bulir jagung tua yang dimasak seperti bubur, dicampur kari dan kulit ayam. Cipera memiliki tekstur yang lebih kental dari bubur biasanya dan memiliki rasa gurih seperti kari. Ada juga olahan cipera yang diberi potongan ayam, biasanya disebut dengan cipera manuk.

Selain dua makanan khas tadi, ada juga kue yang biasa dibuat oleh masyarakat Suku Karo yaitu cimpa. Cimpa adalah kue yang terbuat dari beras ketan sebagai bahan utamanya, sebagai isinya menggunakan gula merah yang dicampur dengan kelapa parut, dan sebagai pembungkusnya digunakan daun singkut maupun daun pisang.

55

Universitas Sumatera Utara

3. Obat-obatan

Gambar 6. Tempat Pengobatan Tradisional

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Wisata Batu Katak juga menawarkan jasa pengobatan tradisional. Jasa pengobatan ini dikelola oleh masyarakat setempat dimana ada beberapa jenis obat-obatan dan sistem atau cara pengobatan pengobatan yang ditawarkan.

Tempat pengobatan tersebut dikelola dan dinaungi oleh divisi tanaman obat.

Nama tempat pengobatan tersebut adalak kelompok demplot pulungen tawar yang mana diketuai oleh Ibu Ingan Malem Br. Sembiring. Tempat ini menawarkan jasa pengobatan di antaranya sebagai berikut:

 Sembur Mbeltek

Sembur mbeltek (Sembur Perut) adalah salah satu metode pengobatan tradisional masyarakat suku Karo yang dilakukan dengan cara menyeburkan obat atau ramuan ke bagian tubuh yang sakit. Bahan-bahan yang digunakan untuk pengobatan ini yaitu beras, jahe, lada, jerangau, pala, dan akar-akaran dari

56

Universitas Sumatera Utara

tanaman obat. Hal ini seperti yang di sampaikan oleh Ibu Ingan Malem (64 tahun) berikut.

“Cara pengobatan sembur mbeltek disembur. Disemburnya itu ke bagian tubuh yang sakit. Bahannya sendiri biasanya dari beras, jahe, lada, jerangau, pala, sama akar-akaran macem akar brutowali, akar alang-alang”. Jelas Ibu Ingan Malem. Bahan-bahan tersebut diolah dengan cara digongseng yang mana kemudian ditumbuk kasar. Setelah ramuan jadi, kemudian disemburkan oleh sang penyembuh ke bagian tubuh yang sakit.

“Cara buatnya itu di gongseng, siap digongseng baru di tumbuk. Terus barulah disemburkan ke bagian yang sakit”. Lanjut Ibu Ingan Malem. Pengobatan sembur bermanfaat untuk mengobati berbagai penyakit.

Biasanya digunakan untuk mengobati antara lain masuk angin, sakit kepala dan sakit perut. Metode yang sama juga digunakan untuk mengobati memar yaitu dimana sebelumnya sang penyembuh mengunyah bulung mbertik (daun papaya).

Biaya yang dikenakan untuk mendapatkan obat sembur ini adalah Rp. 50.000,- per bungkus.

 Tawar Mentar

Tawar Mentar adalah obat tradisional khas Karo yang bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit ringan. Tawar Mentar terdiri dari dua suku kata, yaitu tawar yang berarti obat atau jamu dan mentar yang berarti putih.

Tawar mentar merupakan obat tradisional masyarakat tradisional Suku Karo.

Pengetahuan mengenai obat ini telah di turunkan dari para leluhur terdahulu yang mana masih tetap di pertahankan oleh masyarakat Suku Karo sampai saat ini.

57

Universitas Sumatera Utara

Tawar mentar terbuat dari bahan dasar tepung beras yang dicampur dengan berbagai rempah-rempah seperti bawang merah, bawang putih, jahe merah, temu-temu, kencur, kuning pagit, jingo bengle, kengkuyan, asam cengkala, silimbut pinggan. Hal ini seperti yang jelaskan oleh Ibu Ingan Malem berikut ini.

“Bahannya itu dari tepung beras yang di campur sama bawang putih, bawang putih, jahe merah, temu-temu, kencur, kuning pagit, jingo bengle, kengkuyan, asam cengkala, silimbut pinggan”. Jelas Ibu Ingan Malem. Cara pembuatannya sendiri cukup sederhana, yaitu menghaluskan terlebih dahulu ramuan rempah-rempah yang telah tersedia. Setelah rempah-rempah digiling halus, kemudian dicampurkan dengan tepung beras, serta kemudian ditambahkan dengan air secukupnya. Kemudian di aduk sampai rata, maka campuran rempah-rempah dan tepung beras tersebut akan tampak seperti adonan kue. Tawar mentar yang berupa adonan ini kemudian dibulat-bulati sebesar kelereng, dan setelah selesai dibulati kemudian dikeringkan. Hal ini seperti yang di jelaskan oleh Ibu Ingan Malem berikut.

“Cara buatnya, pertama halusin bahan rempah-rempah tadi, trus kalau udah halus campur sama tepung beras baru tambah air. Terus aduk sampai rata. Kalau udah rata baru bentuk bulat-bulat. Terus di jemur sampai kering baru bisa di pakai untuk obat”. Jelas Ibu Ingan Malem. Setelah proses pengeringan selesai dilakukan, maka tawar mentar sudah siap untuk digunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit, seperti penyakit gatal-gatal, demam ringan, pegal-pegal, masuk angin, penyakit lambung, dan penyakit ringan lainnya. Cara penggunaan tawar mentar sendiri dapat dilakukan dengan dua cara berbeda, yaitu cara pertama mencampurkan tawar mbentar

58

Universitas Sumatera Utara

dengan air putih, kemudian dioleskan pada bagian kulit yang terasa gatal. Hal ini juga dilakukan ketika tawar mbentar ditujukan untuk mengobati penyakit demam ringan, yaitu diolesi pada bagian kepala, dibagian perut ketika masuk angin, serta mengoleskan tawar mentar pada bagian perut ketika masuk angin. Cara penggunaan kedua tawar mentar dapat langsung dimakan dan hal ini ditujukan untuk mengobati berbagai penyakit dalam, seperti penyakit lambung dan lain sebagainya. Harga untuk tawar mentar yaitu Rp. 125.000,- per botolnya.

 Oukup

Oukup merupakan sebuah pengobatan tradisional dengan memanfaatkan uap hasil rebusan rempah-rempah. Ada beberapa manfaat yang dirasakan setelah melakukan oukup atau mandi uap antara lain mengurangi stres, relaksasi, meredakan nyeri otot, terapi jantung dan paru-paru agar nafas menjadi lega.

Ramuan oukup terdiri rempah-rempah, sebagian besar masih dapat dijumpai di pajak (pasar-pasar tradisional). Sedangkan sebagian lain harus dicari di alam

Tanah Karo, tempat di mana rempah-rempah tersebut berasal. Oukup yang ada di lokasi Wisata Batu Katak ini menggunakan bahan rempah-rempah yang bersal dari dalam hutan. Biasanya para warga setempat masuk kedalam hutan yang ada di kawasan wisata untuk mencari tanaman-tanaman untuk bahan oukup. Berikut nama rempah-rempah yang terdapat dalam rebusan oukup:

1. Daun Pariz 12. Kemangi 23. Kayu putih 2. Rengas 13. Pirawas 24. Lada 3. Saledri 14. Kulit Manis 25. Sirih liar 4. Pegagan 15. Bawang putih 26. Ciak-ciak

59

Universitas Sumatera Utara

5. Nira 16. Umbi 27. Citrus 6. Akar 17. Bawang merah 28. Jeruk mungkur purut 7. Pinang 18. Gundera 29. Jeruk nipis 8. Benalu 19. Rambun 30. Cekala 9. Rotan 20. Senduduk 31. Jahe merah 10. kopi/suri dan kopi 21. Pala 32. Pandan wangi 11. Runtih 22. Cengkeh

Beberapa rempah-rempah oukup tersebut sering dijumpai dan banyak diketahui oleh masyarakat pada umumnya. Namun, sebagian lainnya masih belum familiar dan hanya orang-orang yang berkecimpung di pengobatan herbal non medis yang paham betul nama-nama rempah khas Karo beserta khasiatnya tersebut. Adapun biaya yang dikenakan jika ingin merasakan oukup ini ialah Rp.

150.000,- sampai dengan Rp. 200.000,- per orang.

Dari ketiga wisata yang di tawarkan di atas, pengelola memanfaatkan seluruh potensi yang ada di wisata Batu Katak, baik Wisata Alam, Wisata Hutan, dan Wisata Budaya menjadi daya tarik wisata kepada pengunjung. Seluruh potensi yang ada di dalam Wisata Batu Katak, pihak pengelola memanfaatkan untuk menjadi daya tarik Wisata tersebut.

3.3. Sarana dan Prasarana Pendukung

Dalam memenuhi kebutuhan wisatawan yang berkunjung ke Wisata Batu

Katak ini. Pihak pengelola juga menyediakan fasilitas tambahan. Fasilitas tambahan yang ditawarkan tempat wisata ini adalah sebagai berikut:

60

Universitas Sumatera Utara

1. Penginapan

Gambar 7. Penginapan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Di lokasi Wisata Batu Katak ini terdapat penginapan yang dapat di sewa oleh para wisatawan yang ingin bermalam di lokasi wisata. Penginapan di lokasi ini berupa home stay (gambar kiri) dan bungalow (gambar kanan). Pemilik dan pengelola penginapan ialah warga setempat. Adapun dari informasi yang saya dapatkan dari hasil wawancara dimana pemilik home stay yaitu Bapak Soman dan pemilik bungalow yaitu Bang Darwin Ginting.

Pengguna penginapan ini biasanya kebanyak adalah wisatawan asing akan tetapi ada juga wisatawan lokal yang menggunakannya akan tetapi tidak sebanyak wisatawan asing. Biaya yang di kenakan jika ingin menyewa penginapan di lokasi wisata ini berkisar antara Rp. 100.000,- sampai Rp. 150. 000,- per malam diluar konsumsi. Jumlah penginapan yang ada di wisata Batu Katak ada 2, penginapan tersebut milik pribadi yang pemiliknya ialah masyarakat setempat yang tinggal di dekat wisata Batu Katak.

61

Universitas Sumatera Utara

Fasilitas penginapan di wisata Batu Katak ada perbedaan, dimana seperti yang peneliti amati, untuk penginapan seharga Rp. 100.000, kamar hanya memiliki bantal dan seperai yang disediakan pemilik, dan juga kamar mandi berpisah. Tetapi untuk penginapan seharga Rp. 200.000, sudah memiliki kamar yang jauh lebih besar di banding harga yang Rp.100.000, dan juga fasilitas di dalam kamar juga berbeda, yang harga Rp. 200.000, sudah memiliki kamar mandi di dalam kamar tersendiri.

2. Musholla

Gambar 8. Musholla

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Dalam mendukung kebutuhan religi wisatawan di lokasi Wisata Batu Katak. pihak pengelola juga menyediakan musholla kecil yang dapat digunakan untuk menunaikan ibadah sholat. Dimana musholla ini juga di lengkapi fasilitas toilet dan tempat wudhu. Musholla ini juga ada di setiap penginapan yang terdapat di lokasi Wisata Batu Katak.

Seperti yang saya amati, musholla yang ada di Wisata Batu Katak ada 4 musholla, seperti yang saya ketahui kenapa musholla ada 4, dikarenakan setiap penginapan ada musholla tersendiri dan juga musholla juga ada di beberapa

62

Universitas Sumatera Utara

tempat lain. Musholla ukuran yang tidak terlalu besar tetapi musholla tersebut bersih dan di lengkapi alat untuk sholat di musholla tersebut, apabila pengunjung yang ingin melakukan sholat dan tidak membawa sejadah sudah disediakan di musholla tersebut.

3. Rumah Makan

Gambar 9. Rumah Makan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Di lokasi Wisata Batu Katak juga pengelola menyediakan rumah makan dan restauran, untuk mempermudahkan jika pengunjung tidak membawa persediaan makan dari rumah. Adapun persediaan beberapa menu makanan dan minuman yang disediakan dan sesuai apa yang di pesan oleh pengunjung.

Biasanya harga makanan di rumah makan dan restauran sangat standart, buasanya

Rp. 25.000,- sampai dengan Rp. 30.000,- untuk sekali makan beserta minuman.

Wisata Batu Katak juga menyediakan beberapa sejenis Rumah

Makan/Resto, ada 2 Resto dan ada 2 Rumah Makan biasa. Resto dan Rumah

Makan juga menyediakan makanan dan minuman yang memiliki harga yang standar tidak terlalu mahal.

63

Universitas Sumatera Utara

Seperti yang saya ketahui setiap Resto menyediakan makanan khas kuliner karo, apabila pengunjung resto ingin memesan makanan tersebut, pemilik akan menyediakan, Resto tersebut kualitas makanan halal dan tempatnya juga bersih dan nyaman untuk dikunjungi.

4. Mck

Gambar 10. Mck

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Di lokasi Wisata Batu Katak ini terdapat Mck umum yang dapat digunakan oleh pengunjung. Ketika pengunjung menggunakan Mck umum ini maka akan dikenakan tarif Rp. 2000,- yang mana nantinya biaya ini digunakan untuk biaya perawatan Mck. Mck umum berbeda dengan Mck di setiap penginapan, setiap penginapan memiliki Mck tersendiri. Karena setiap penginapan menyediakan Mck untuk mempermudah wisatawan yang menginap di tempat tersebut. Pemilik Mck umum dengan Mck di penginapan berbeda pemilik,

Mck umum masyarakat setempat menyediakan bekisar 5 pintu, untuk pengunjung berganti pakaian, buang air kecil dan sebagainya. Mck yang ada di wisata Batu

Katak sangat bersih, karena tidak kekurangan air, dan posisi tempatnyapun lebih

64

Universitas Sumatera Utara

kurang 7M dari permukaan air, dan kepada wisatawan yang berkunjung tidak begitu jauh jika ingin mengganti pakainnya.

5. Kios Cendera Mata

Gambar 11. Kios Cendramata

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Di lokasi Wisata Batu Katak juga terdapat penjual cendramata seperti kaos, kalung, gelang dan pernak pernik lainnya. Akan tetapi cenderamata yang di jual tidak ada yang khas seperti tempat wisata lain yang menjual dengan beragam motif dan tulisan tempat wisata seperti misalnya Lake Toba yang mencirikan tempat lokasi Danau Toba. Di lokasi wisata ini tidak di temukan produk yang sama yang bertuliskan Wisata Batu Katak. Adapun para pejual menjajakan dagangannya di kios-kios yang terdapat di lokasi wisata maupun rumah-rumah penduduk setempat yang disulap sebagai kios penjualan cenderamata.

Sesuai yang di amati oleh penulis, kios penjual cendaramata di Wisata

Batu Katak ada berkisar 3 kios. Semua yang berjualan masyarakat setempat, tetapi pemiliknya berbeda-beda.

65

Universitas Sumatera Utara

Kios cendramata biasanya masyarakat menjual mayoritas baju, gelang, dan lain-lain. Barang jualan tersebuat biasanya penjual membeli dari Pajak Binjai, dan sebagian dari Medan, dan tidak ada hasil kreatif tersendiri, mereka membeli dari luar dan menjualnya lagi di wisata Batu Katak tersebut.

3.4. Wisatawan Batu Katak

Wisatawan (tourist) adalah setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dari kunjungannya itu (Direktur Jendral Pariwisata, 1976).9 Wisatawan secara umum dapat diartikan sebagai orang yang melakukan perjalanan dari tempat tinggalnya ke tempat yang didatanginya bukan untuk menetap. Berkaitan dengan pengertian wisatawan tersebut, yang dimaksud dengan wisatawan Batu Katak disini adalah orang yang melakukan perjalanan dari tempat tinggalnya menuju ke lokasi wisata

Batu Katak untuk menikmati wahana wisata yang ada pada destinasi wisata ini.

Wisatawan yang berkunjung ke Wisata Batu Katak terbagi dua yaitu wisatawan lokal dan wisatawan asing. Wisatawan lokal adalah Orang yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya. Wisatawan semacam ini tidak ada unsur asingnya, baik kebangsaannya, uang yang dibelanjakannya atau dokumen perjalanan yang dimilikinya. Wisatawan lokal biasanya berkunjung ke lokasi wisata ini bersema dengan teman, kerabat maupun sanak saudara terdekat mereka.

Wisatawan asing adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan negara di mana

9 I Nyoman I Erawan. 1994. Loc.Cit, hal. 26.

66

Universitas Sumatera Utara

biasa dia tinggal. Wisatawan asing bagi suatu negara dapat ditandai dari status kewarga negaraannya, dokumen perjalanan yang dimilikinya dan dapat pula dari jenis mata uang yang dibelanjakannya. Para wisatawan asing yang mengunjungi

Wisata Batu Katak biasanya diakomodir oleh pengelola wisata Tangkahan dan yayasan hutan untuk anak. Kunjungan mereka kemari dikarenakan atas saran dari pihak pengelola wisata Tangkahan dan yayasan hutan untuk anak. Yayasan hutan untuk anak pula yang menyiapkan tempat penginapan untuk wisatawan asing tersebut.

Wisatawan asing tujuannya bukan hanya saja menikmati wisata saja, ada sebagian pengunjung juga melakukan penelitian, untuk mengetahui tentang keberadaan hutan, juga mereka memperhatikan apa saja mata pencaharian masyarakat setempat, dan tanaman apa saja yang mereka tanam. Prilaku yang dilakukan wisatawan asing tidak sepertihanya yang sering mereka lakukan, seperti yang kita biasanya ketahui bahwa orang asing tersebut berpakaian tidak sopan, namun mereka sangat menghargai masyarakat setempat.

Wisatawan asing tersebut, juga sangat peduli terhadap masyarakat, mereka ramah, sopan, dan sangat menghargai masyarakat, khusnya masyarakat dekat dengan wisata Batu Katak. Mereka sangat menjaga ketertipan jika berkunjung, dan mereka juga asal berinteraksi dengan masyarakat juga di dampingi oleh gaid.

Kabupaten Langkat merupakan salah satu tujuan daerah wisata Provinsi

Sumatera Utara. Selama periode tahun 2015-2017 jumlah wisatawan yang datang ke Kabupaten Langkat mengalami perubahan yang cukup signifikan baik yang berasal dari domestik maupun wisatawan mancanegara. Jumlah wisatawan yang

67

Universitas Sumatera Utara

datang ke Kabupaten Langkat tahun 2017 meningkat sebesar 166,67 persen dari tahun 2016. Untuk lebih jelas tentang jumlah wisatawan yang berkunjung ke

Kabupaten Langkat dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5. Jumlah Wisatawan Yang Datang Ke Kabupaten Langkat No. Uraian 2015 2016 2017 1. Domestik 47 139 13 715 22 604 2. Mancanegara 3 495 4 885 8 396 Jumlah 50 634 18 600 31 000 Sumber: Statistik Kabupaten Langkat (BPS Kabupaten Langkat)

Dari hasil wawancara dengan Bapak Ngalemi Sinuraya, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Wisata Batu Katak tidak menentu. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke lokasi tersebut berkisar antara 500 sampai dengan 2000 orang per bulannya. Jumlah ini tidak pasti dikarenakan tidak adanya catatan yang dibuat oleh pihak pengelola. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan beliau.

“Kalau jumlah pastinya bapak kurang tau karena juga gak dicatat. Biasanya kira-kira kalau sebulan itu jumlahnya antara 200 sampai 500 orang yang datang kemari. Atau bisa juga lebih dari itu yang datang”. Jelas Bapak Ngalemi Sinuraya.

Selain hasil wawancara di atas, penulis juga mencari data jumlah wisatawan yang datang ke Wisata Batu Katakke Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Langkat. Akan tetapi jumlah data yang tertulis pada tahun

2018 tidak lengkap. Beberapa bulan jumlah pengunjung tidak terdata. Berikut ini adalah data jumlah wisatawan yang berkunjung ke Wisata Batu Katak.

Tabel 6. Jumlah Wisatawan Batu Katak Tahun 2018 No. Wisatawan Juni Juli Agustus Desember Jumlah 1. Lokal 5038 1445 1710 2712 10905 2. Asing 62 55 42 82 295 Total Jumlah 5100 150 1752 2794 11204 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Langkat

68

Universitas Sumatera Utara

Perubahan jumlah pengunjung di objek wisata batu katak ini sering terjadi.

Biasanya pada hari-hari libur jumlah wisatawan yang berkunjung dapat meningkat. Jika hari biasa jumlah wisatawan yang berkunjung tidaklah banyak seperti hari-hari libur. Selain itu, faktor lain juga mempengaruhi jumlah wisatawan baik asing maupun lokal dalam berkunjung ke Wisata Batu Katak ini.

3.5. Faktor yang Mempengaruhi Wisatawan dalam Berkunjung

Antusiasme wisatawan dalam berkunjung ke sebuah lokasi wisata biasanya di pengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut berasal dari dalam diri sendiri maupun orang lain. Kesibukan kerja yang dilalui terkadang membuat seseorang merasa bosan dan ingin melakukan sebuah perjalanan wisata untuk menenangkan dan menghibur dirinya. Pemilihan sebuah tujuan daerah wisata sangat penting karena jika salah memilih maka bukan kesenangan yang didapat melainkan hal-hal yang tidak di inginkan yang akan muncul. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi wisatawan berkunjung ke Wisata Batu Katak. Faktor tersebut terbagi menjadi dua yang di antaranya sebagai berikut.

3.5.1. Faktor Penghambat

Faktor penghambat wisatawan berkunjung ke Wisata Batu Katak ini antara lain adalah sebagai berikut:

1. Tidak Adanya Akses Transportasi Umum

Lokasi Wisata Batu Katak berada di Desa Batu Jongjong Kecamatan

Bahorok Kabupaten Langkat. Lokasi wisata berada di daerah yang belum tersentuh akses transportasi umum. Pengunjung biasanya menggunakan

69

Universitas Sumatera Utara

kendaraan pribadi untuk dapat sampai kelokasi ini. Selain itu, beberapa pengunjung juga ada yang menggunakan jasa travel ataupun rental kendaraan untuk menuju ke lokasi wisata ini. hal ini seperti yang dijelaskan oleh Bapak

Ngalemi berikut.

“Biasanya pengunjung yang datang itu naik kreta (sepeda motor) sama mobil. Kalau untuk angkutan umum ke sini belum ada. Angkutan umum hanya berenti sampai simpang pekan bahorok saja biasnya juga pengunjung itu pakai jasa travel sama rental mobil ada juga yang carter (rental) bus”. Jelas Bapak Ngalemi. Dari hasil observasi, saya juga menemukan ada pengunjung yang menyewa kendaraan umum untuk menuju ke lokasi Wisata Batu Katak ini. Hal ini seperti yang tampak pada gambar dibawah ini dimana pengunjung tersebut menyewa mini bus pemb semesta.

Gambar 12. Transportasi yang Digunakan Pengunjung

Sumber: Dokumentasi Pribadi

1. Akses Jalan Yang Kurang Bagus

Akses jalan merupakan sebuah hal yang sangat penting dalam pariwisata.

Akses jaan juga mempengaruhi pengunjung atau wisatawan yang datang kelokasi

70

Universitas Sumatera Utara

wisata. Jika akses jalan menuju lokasi wisata sangat buru maka akan mengurangi pengunjung yang datang. Hal ini juga yang menjadi kendala di lokasi Wisata Batu

Katak. Dimana ketika saya menuju lokasi wisata ini, saya menemukan beberapa jalan yang berlubang dan berbatu.

Hal ini dapat dilihat dari foto dibawah ini, dimana foto tesebut menampilkan kondisi jalan yang aspalnya telah hilang. Menurut Bapak Ngalemi memang pengaspalan telah lama dilakukan sejak mulai dinukanya lokasi wisata ini. perbaikan akses jalan untuk sementara ini belum dilakukan oleh pemerintah daerah setempat. Jalan rusak untuk menuju wisata Batu Katak lebih kurang 3 km dari simpang Pekan Bahorok.

Menurut keterangan dari pengelola dan beberapa masyarakat setempat, sudah lama masyarakat dan pengelola wisata Batu Katak, mengusulkan perbaikan jalan, hanya saja pihak pemerintah setempat khususnya Desa Batu Jong-jong, belum ada keterangan yang jelas. Alasannya karena setiap Desa anggaran yang di turunkan ke Desa bukan hanya untuk jalan saja yang di bangunkan, tetapi masih banyak yang harus di benahi, karena anggaran yang turun ke Desa terbatas.

71

Universitas Sumatera Utara

Gambar 13. Akses Jalan Yang Rusak

Sumber: Dokumentasi Pribadi 2. Perubahan cuaca

Cuaca di daerah lokasi Wisata Batu Katak menurut informan saya yaitu

Bapak Ngalemi cenderung berubah-ubah. Terkadang pada sat pagi hari cuaca disana cerah sedangkan ketika memasuki siang harinya cuaca menjadi hujan.

Perubahan cuaca ini menjadai kendala dikarenakan mempangaruhi kondisi air yang ada disana. Dimana air menjadi berwarna kecoklatan ketika masuk musim penghujan.

Gambar 14. Kondisi Air Sungai

Sumber: Dokumentasi Pribadi

72

Universitas Sumatera Utara

Warna air yang berubah membuat pengunjung enggan datang ke lokasi wisata. Biasanya wisatawan (dalam hal ini wisatawan lokal) yang datang kemari tertarik karena air sungai yang ada di lokasi wisata ini masih jernih dan alami.

Tetapi ini juga tidak menutup kemungkinan adanya wisatawan yang datang bukan karena ingin bermain air di sungai. Ada wisatawan asing juga yang biasanya hadir dikarenakan ingin melakukan perjalanan ke dalam hutan.

3.6. Pengaruh Objek Wisata Terhadap Kondisi Sosial Masyarakat

Masyarakat merupakan sebuah instrumen penting dalam sebuah destinasi wisata. Masyarakat sangat peting dikarenakan masyarakat yang tinggal di daerah wisata memiliki kultur yang dapat menjadi daya tarik wisata. Masyarakat juga memiliki peran penting dalam upaya pengembangan objek wisata. Hal ini terkait dengan keramah tamahan, penyelengaraan atraksi wisata, produsen cenderamata, penyedia kebutuhan wisatawan dan menjaga keamanan. Bila dilakukan dengan benar dan tepat maka pariwisata akan membawa keuntungan bagi masyarakat setempat. Ada beberapa dampak yang di rasakan oleh masyarakat dengan di bukanya Objek Wisata Batu Katak.

3.6.1. Ekonomi

Ekonomi merupakan salah satu aspek yang dapat dilihat dari adanya sebuah destinasi wisata. Dimana situasi perekonomian di daerah itu jelas akan merasakan akibat langsung dari adanya objek wisata. Menurut Emanuel de Kadt

(1979: 11) keuntungan yang paling jelas akibat adanya pariwisata adalah mendatangkan devisa dan terciptanya kesempatan kerja, serta kemungkinan bagi

73

Universitas Sumatera Utara

masyarakat di negara penerima wisatawan tersebut untuk meningkatkan tingkat pendapatan dan standar hidup mereka10.

Pengaruh di bidang ekonomi yang terjadi karena dibukanya Wisata Batu

Katak adalah sebagai berikut:

1. Menambah pendapatan daerah

Dengan dibukanya sebuah destinasi wisata baru tentunya akan membawa dampak bagi daerah itu sendiri. Pembukaan Wisata Batu Katak juga membawa pengaruh terhadap pemasukan daerah. Hasil yang didapatkan dari penjualan tiket wisata ini sebagian disetorkan ke Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat.

Hal ini berdasarkan hasil wawancara dari Bapak Ngalemi, berikut hasil wawancara dengan beliau:

“Dari uang tiket yang lima ribu itu, tiga ribunya kami setor ke dinas pendapatan daerah. Baru sisa yang dua ribu itulah yang kami kelola untuk wisata ini”. Jelas Bapak Ngalemi.

Tiket masuk yang digunakan oleh pengelola wisata ini di cetak langsung oleh dinas terkait. Maka dari itulah pihak pengelola harus menyetorkan sebagian uang tiket kepada dinas tersebut. Penyetoran di lakukan dalam satu bulan sekali, pihak yang menyetorkan yaitu ketua lembaga wisata batu katak.

Tetapi begitu banyak wisata yang ada di Kabupaten Langkat, hanya empat wisata yang ada setoran retribusi kepada pemerintah. Seperti yang di ucap Bapak

Junaidi Jusaf

“Wisata yang ada di Langkat tidak semua kita tangani mengenai retribusi, hanya ada empat wisata yang ada setorannya kepada kita pemerintah, makanya untuk itu pendapatan daerah khususnya Kabupaten Langkat tidak bisa kita katakan wisata yang ada di

10 I Nyoman I Erawan. 1994. Loc.Cit, hal. 30.

74

Universitas Sumatera Utara

Langkat untuk menambah pendapatan daerah. Kenapa karena kita pihak pemerintah Kabupaten Langkat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tidak memiliki data yang empiris untuk menyatakan wisata Langkat untuk menambah pendapatan daerah”.

2. Menambah pendapatan masyarakat

Masyarakat Desa Batu Jongjong kebanyakan berprofesi sebagai petani karet maupun kelapa sawit. Pembukaan objek wisata batu katak membawa peluang bagi masyarakat untuk lebih meningkatkan perekonomian keluarga mereka. Profesi lain juga bisa dilakukan seiring dengan dibukanya objek wisata batu katak.

Menurut keterangan Bapak Ngalemi Sinuraya, masyarakat disini sangat terbantu dengan adanya objek wisata ini. Masyarakat yang tadinya hanya berprofesi sebagai petani mulai melihat peluang usaha lain. Berikut hasil kutipan wawancara dengan beliau:

“Pengaruh dari adanya wisata ini cukup dirasakan masyarakat, dulu kebanyakan profesinya cuma petani karet sama sawit. Harga karet sama sawit pun gak nentu. Semenjak wisata ini dibuka masyarakat disini punya profesi sampingan, ada yang buka kede (kedai) jual- jual makanan gitu, terus juga ada yang jadi pemandu wisata”. Ungkap Bapak Ngalemi Sinuraya.

Selain itu menurut salah salah masyarakat yang ada disana yaitu Ibu

Sarinah Bru Perangin Angin (45 tahun). Beliau sangat terbantu sekali dengan adanya objek wisata ini. Karena beliau dapat menambah penghasilannya dengan membuka sebuah lapak dagangan yang menjual makanan ringan dan minuman.

“Terbantu kali lah…. dulu ibu cuma kerja di kebun aja bantuin si bapak. Tapi pas wisata ini di buka, ibu juga coba jualan disini. Hasilnya lumayan lah… buat bantu-bantu bapak”. Ungkap Ibu Sarinah Br Perangin Angin

75

Universitas Sumatera Utara

Ibu Sarinah membuka lapak dagangannya dari pukul sembilan pagi hingga pukul lima sore. Beliau menjual beberapa makanan ringan seperti gorengan maupun jajanan serta minuman. Beliau melihat peluang untuk menambah penghasilan keluarganya dengan membuka sebuah lapak sederhana yang hanya beratapkan terpal berwarna biru seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini. sata (tour guide) bagi wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata batu katak.

Gambar 15. Penjual Makanan dan Minuman

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Selain Ibu Sarinah yang membuka lapak dagangan. Ada juga beberapa warga lainnya yang menjajakan makanan dan minuman ringan. Dari hasil observasi yang saya lakukan ada sekitar 20 orang yang berjualan dengan membuka tenda sebagai lapak dagangannya. Adapun yang dijual biasanya popmie, gorengan, cemilan, pop ice, aqua, dan minuman dingin lainnya.

Jenis gorengan yang di jual oleh masyarakat setempat yaitu, goreng pisang, tahu, bakwan dan tempe. Gorengan tersebut di jual dengan harga 3 Rp.

76

Universitas Sumatera Utara

2000, dengan ukuran gorengan yang sudah di tentukan oleh pihak penjual. Begitu juga dengan harga jualan lainnya seperti, pop mie dengan harga Rp. 8000, harga aqua, Rp. 5000, pop ice Rp. 4000, dan juga makanan ringan lainnya memiliki harga yang sangat standard.

Para pedagang atau yang ingin berjualan di wisata Batu Katak ini sudah di tentukan oleh pihak penngelola atau lembaga, dimana mereka bisa membuka lapak untuk berjualan, supaya bagi masyarakat yang berjualan tidak sewenang- wenang dimana saja mereka berjualan, tentunya setia para penjual supaya membuka lapak terarah dan tidak mengganggu kedatangan pegunjung apabila ingin berjualan pengelola sudah menentukan di mana mereka harus membuka lapak dagangnya.

Untuk partisipasi pedagang yang berjualan di sekitar wisata Batu Katak, pihak pedagang tidak di anut biaya sepeserpun oleh pengelola, asalkan pedagang yang ingin berjualan bisa diarahkan, dan juga pihak pengelola juga menghimbau saja, bagi masyarakat yang berjualan, supaya menjaga kebersihan, dan tidak membuang sampah secara sembarangan.

Para remaja di lokasi Wisata Batu Katak ini juga merasa terbantu dengan ada pembukaan wisata di daerahnya. Hal ini seperti yang di ungkapkan Rudi (23 tahun) berikut:

“Aku ngerasa terbantu kali waktu di bukanya wisata ini karena aku bisa jadi guide (pemandu wisata). Sebelum ada wisata ini kerjaanku dulu cuman beladang, remakan (mengembala ternak), sama duduk- duduk di kede ini main kartu. Tapi pas di buka wisata ini ada kerjaan tambahan yang bisa nambah uangku. Lumayan juga hasil yang ku dapat dari guide ini. Kalau lagi rame sehari itu bisa sampai Rp. 100.000, - sampai Rp. 200.000,- kalau lagi sepi paling cuma

77

Universitas Sumatera Utara

dapat Rp. 50.000,- kadang juga gak dapat uang sama sekali”. Jelas Rudi

Pembukaan wisata ini juga membawa lapangan pekerjaan bagi kaum remaja yang ada di lokasi wisata. Kegiatan para remaja sebelum adanya wisata ini hanyalah duduk di warung saja untuk bermain kartu. Akan tetapi saat ini para remaja tersebut dapat melakukan kegiatan lain yang lebih bermanfaat yaitu menjadi pemandu wisata.

3. Harga Jualan di wisata Batu Katak

Berjualan dengan mengunakan pondok di tujuan wisata Batu Katak, sudah menjadi salah satu pemasukan masyarakat setempat, khusunya masyarakat Desa

Batu Jong-jong. Seperti yang sudah kita ketahui, setiap wisata tentunya daya jual masyarakat pastinya lebih tinggi harga jual dari harga biasanya. Seperti yang penulis ketahui saat penulis melakukan penelitian di wisata Batu Katak. Harga jual masyarakat di sekitaran wisata tidak begitu mahal, masyarakat yang berjualan mengunakan harga yang begitu standard. Harga jual masyarakat rata-rata bertambah Rp.2000 dari harga biasanya. Seperti yang di ucap salah satu pengunjung wisata Batu Katak. Ibu Suci Wulandari

“saya rasa harga makanan dan minuman di wisata ini tidak begitu mahal. Palingan tambah-tambah dua ribu perak nya dari harga biasanya, menurut saya itu hal yang biasa kok, karna kan namanya juga wisata, pasti yang jualan wajar lah ingin punya keuntungan. Saya rasa juga standard kok harganya tidak terlalu menekan sih, kalau perselisihan masalah harga tidak terlalu mahal lah kalau menurut saya, apalagi ini daerah wisata yakan”.

Masalah harga masyarakat yang berjualan di wisata batu katak tidak terlalu menekan kepada pengunjung. Perselisihan harga juga tidak begitu jauh dari harga

78

Universitas Sumatera Utara

biasanya. Perselisihan harga di setiap wisata sudah biasa, sesuai dengan apa yang di tanggapi pengunjung di atas.

3.6.2. Lingkungan

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun pasal 1 ayat 1 tentang pengelolaan lingkungan hidup menyebutkan pengertian lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Secara umum lingkungan adalah keadaan sekitar yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku makhluk hidup. Segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung juga merupakan peengertian lingkungan.

Industri pariwisata memiliki hubungan erat dan kuat dengan lingkungan.

Lingkungan alam merupakan aset pariwisata dan mendapatkan dampak karena sifat lingkungan tersebut yang rapuh dan tak terpisahkan. Bersifat rapuh karena lingkungan alam juga dirusak belum tentu akan tumbuh atau pulih seperti sediakalanya. Bersifat tidak terpisahkan karena manusia harus mendatangi lingkungan alam untuk dapat menikmatinya.

Kegiatan pariwisata pada dasarnya adalah kegiatan menjual lingkungan.

Orang yang berpergian dari suatu daerah ke daerah tujuan wisata adalah ingin menikmati lingkungan seperti pemandangan alam, atraksi budaya, makanan dan minuman, dan benda seni yang berbeda dengan lingkungan tempat tinggalnya.

79

Universitas Sumatera Utara

Kegiatan pariwisata yang terjadi di wisata Batu Ketak tentunya membawa pengaruh terhadap kondisi lingkungan. Dampak positif yang dapat dirasakan oleh masyarakat setempat. Dengan adanya Wisata Batu Katak pembangunan di Desa

Batu Jongjong lebih di perhatikan. Dahulu akses jalan menuju lokasi ini cukup sulit. Jalanan pada saat itu belum di aspal seperti sekarang ini.

Selain itu, untuk mendukung tempat wisata beberapa insfrastruktur lain juga di bangun di lokasi wisata ini. Insfrastruktur yang di bangun di lokasi ini antara lain seperti tempat penginapan, pondok, dan toilet umum. Akan tetapi pembangunan insfratruktur tersebut masih dalam tahap pengembangan guna memenuhi kebutuhan wisatawan. Pembangunan infrastruktur juga terkendala dikarenakan kurangnya dana dalam pengelolaan wisata batu katak.

Eksploitasi lingkungan yang dilakukan guna mendukung daerah wisata juga tentunya membawa dampak negatif. Pengunjung yang berasal dari berbagai daerah sangat beragam. Perilaku yang dilakukan di tempat wisata juga berbeda- beda. Ada wisatawan yang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan wisata.

Ada juga yang melakukan hal-hal buruk misalnya melakukan vadalisme

(mencoret tempat-tempat wisata), merusak pohon, dan membuang sampah sembarangan.

Dampak negatif yang muncul dari adanya wisata Batu Katak ini adalah adanya sampah-sampah yang di buang secara sembarangan oleh pengunjung.

Kebiasaan membuang sampah sembarangan sepertinya sudah menjadi budaya dalam masyarakat yang ada di Indonesia. Dimana pun mereka pergi ke suatu

80

Universitas Sumatera Utara

lokasi pasti meninggalkan jejak selain jejak kaki. Jejak tersebut merupakan sampah yang dihasilkan dari kegiatan yang mereka lakukan.

Adapun dampak negatif lain, pada tahun 2002, sebelum wisata Batu Katak di kelola menjadi salah satu tujuan wisata, masih banyak masyarakat Desa Batu

Jong-jong melakukan pengerusakan lingkungan, contohnya seperti penebangan pohon di hutan secara liar, untuk dijadikan pemasukan.

Namun pada saat ini setelah terjadinya pembukaan atau pengembangan wisata Batu Katak sejak mulai tahun 2013, masyarakat pun mulai sadar penebangan pohon di hutan sudah tidak ada lagi, karena pihak TNGL sudah menegaskan kepada pengelola atau lembaga, apabila wisata sudah didirikan, kepada pihak pengelola dan masyarakat menghimbau supaya tidak terjadi penebangan hutan secara liar, apabila masih ada yang melakukan seperti hal tersebut, pihak TNGL berharap supaya pihak pengelola melaporkan kepada pihak kehutanan.

3.6.3. Kebudayaan

Kebudayaan (Koentjaraningrat, 2009:114) adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Kebudayaan merupakan sebuah hal yang bersifat kompleks dimana terdapat berkaitan dengan unsur bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, kesenian.

Berkaitan dengan ke tujuh unsur kebudayaan tersebut, dimana budaya masyarakat di Lokasi Wisata Batu Katak sedikit banyaknya telah terpengaruh oleh

81

Universitas Sumatera Utara

budaya yang dibawa oleh wisatawan. Penggunaan bahasa misalnya, masyarakat lokal disana masih tetap menggunakan Bahasa Karo ketika berkomunikasi antar sesama mereka. Sedangkan ketika berkomunikasi dengan wisatawan bisanya mereka menggunakan Bahasa Indonesia kepada wisatawan local dan menggunakan Bahasa Inggris kepada wisatawan asing yang berkunjung.

Tentunya sudah ada beberapa masyarakat ataupun pemuda yang sudah mengerti berbahasa inggris, salah satunya Joe karo-karo, sangat sudah paham berbahasa inggris, karena beliau salah satu gaid di wisata Batu Katak. Seperti yang di kataan beliau kepad saya penulis, syarat salah satu menjadi gaid ialah harus paham berbahasa inggris. Beliau juga menyatakan dia dulunya jiga hanya masyarakat biasa, namun setelah adanya wisata Batu Katak beliau berfikir ingin menjadi gaid dan beliau belajar selama tiga tahun, juga mengikuti pelatihan di tangkahan.

Berkaitan dengan sistem pengetahuan, masyarakat disana juga membagikan pengetahuan yang berupa kearifan lokal mereka. Seperti di jelaskan di atas bahwa ada satu divisi yang khusus menangani masalah pengetahuan obat tradisional Karo. Masyarakat Karo cukup terkenal dengan pengobatan tradisionalnya untuk itu pihak Lembaga Pariwisata Batu Katak mencoba memanfaatkan kearifan lokal tersebut menjadi salah satu bagian Wisata Batu

Katak.

Berkaitan dengan sistem mata pencarian hidup, masyarakat disana mulai melirik potensi dari adanya objek pariwisata batu katak. Pada saat sekarang ini mereka tidak hanya berfokus pada hasil pertanian saja. Akan tetapi mereka juga

82

Universitas Sumatera Utara

dapat melihat potensi lain misalnya ada yang membuka usaha dengan menjual barang kebutuhan wisatawan, ada yang menyewakan ban untuk rafting, bahkan mereka juga terlibat dalam lembaga pengelolaan destinasi pariwisata ini.

Dari ke tujuh unsur kebudayaan yang di atas, hanya beberapa unsur saja yang sudah dilakukan di Batu Katak, misalnya seperti unsur sistem pengetahuan, organisasi sosial, seperti Lembaga wisata Batu Katak, juga sistem pencaharian hidup, bertambahnya lapangan pekerjaan, dan kesenian, seperti tarian tradisional karo.

83

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

PENGELOLAAN WISATA BATU KATAK

4.1. Lembaga Pariwisata Batu Katak

Seperti yang telah di jelaskan sedikit di bagian sejarah, pengelolaan wisata ini sendiri dikelola oleh lembaga yang dibentuk masyarakat setempat. Lembaga ini bernama Lembaga Pariwisata Batu Katak. Menurut Burkart dan Medlik (1981:

50) dan Holoway (1985: 81) kegiatan pokok yang dapat dilakukan oleh suatu organisasi pariwisata di antaranya adalah:

 Melakukan koordinasi dalam menyusun strategi pengembangan dan

perencanaan pemasaran pariwisata di daerahnya dengan melibatkan pihak-

pihak terkait dengan kegiatan pariwisata di daerah itu.

 Mewakili kepentingan daerah dalam pertemuan-pertemuan yang menyangkut

kepentingan pengembangan pariwisata, baik itu di tingkat nasional, maupun

internasional.

 Mendorong pembangunan fasilitas dan kualitas pelayanan yang sesuai dengan

selera wisatawan yang terdiri dari bermacam-macam segmen pasar.

 Menyusun perencanaan pemasaran dengan mempersiapkan paket-paket wisata

yang menarik bersama dengan para perantara, meningkatkan kualitas

pelayanan dan menyebarluasan informasi kepada wisatawan secara periodik.11

Lembaga Pariwisata Batu Katak bekerjasama dengan lembaga pariwisata

Tangkahan dan Bukit Lawang. Lembaga ini banyak belajar dari lembaga tersebut

11 Oka A. Yoeti, Perencanaan Strategi pemasaran Daerah Tujuan Wisata (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2002). hal. 118.

84

Universitas Sumatera Utara

dalam mengelola wisata. Anggota dari Lembaga Pariwisata Batu Katak merupakan masyarakat yang ada disekitar lokasi tersebut. Pendiri awal merupakan para tokoh masyarakat yang dituakan disana. Para tokoh masyarakat ini memanfaatkan sumberdaya manusia disana untuk masuk kedalam lembaga ini.

Secara bersama-sama mereka mengelola potensi wisata yang ada membentuk lembaga dan mengelola wisata Batu Katak ini. Lembaga ini bukanlah lembaga pengelola pariwisata yang profesional karena memang belum lama berdiri. Akan tetapi mereka terus berusaha untuk menjadi lembaga yang lebih baik lagi.

“Kalau sekarang ini lembaga yang kami kelola itu masih belum profesional. Beda jauhlah dari lembaga yang ada di Tangkahan sama Bukit Lawang sana. Kami sadar juga, lembaga kami ini masih baru. Tapi kami selalu berusaha untuk memperbaiki dan belajar untuk jadi lebih baik lagi. Kami juga kadang diskusi sama orang Tangkahan dan Bukit Lawang”. Ungkap Bapak Ngalemi Sinuraya.

4.1.1. Struktur Organisasi

Di setiap yang namanya suatu lembaga pastilah memiliki struktur organisasi, tujuan dari struktur organisasi tersebut berguna sebagai pengatur berjalannya suatu lembaga atau suatu organisasi. Struktur organisasi sendiri merupakan suatu susunan dan hubungan antar tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan diinginkan.

Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa, jadi ada satu pertanggung

85

Universitas Sumatera Utara

jawaban apa yang harus dikerjakan. Adapun Struktur organisasi lembaga Wisata

Batu Katak adalah sebagai berikut.

Gambar 16. Struktur Organisasi

KETUA (Ngalemi Sinuraya) WAKIL KETUA SEKRETARIS (Yunus) (Sadaukur PA)

BENDAHAR A (Nerangi Pelawi)

DIVISI TANAMAN DIVISI OBAT LINGKUNGAN DIVISI SENI Ketua BUDAYA Ketua DIVISI PEMANDU (Ingan Malem Ketua (Ucok Surbakti) Ketua Sembiring) (Darma Surbakti) (Sabar Karo- Karo) Seketaris Anggota Anggota Anggota (Pergaminta) 1. Angga 1. Anto 1. Bahagia 2. Bimawanta 2. Paijo 2. Imanta Bendahara 3. Boi 3. Yono 3. Iwan Surbakti (Harusna br. Tarigan) 4. Melius Bukit 4.Damai 4. Jopen Sinuraya Sembiring 5.Julius Ginting Anggota 6. Novianta 1. Sampenta 7. Riki 2. Yani 8. Rudi 3. Dona 9. Rusdi 4. Ingan 10. Samuel 5. Nurini 6. Sangap br Karo-Karo

Sumber:Pengelola Wisata Batu Katak

Struktur ini beberapa kali telah berubah dan mengalami pergantian kepengurusan. Hanya ketua yang masih bertahan dari mulai berdirinya lembaga ini sampai dengan sekarang. Untuk perangkat yang lain yang ada pada struktur

86

Universitas Sumatera Utara

tersebut telah beberapa kali berganti. Seperti wakil ketua, seketaris, bendahara dan perangkat lainnya telah mengalami pergantian. Untuk para anggota di bagian divisi lingkungan, divisi pemandu, divisi budaya dan divisi tanaman obat tidaklah tetap. Para anggota divisi tersebut sewaktu-waktu bisa bertambah maupun berkurang hal ini berdasarkan keperluan di divisi itu sendiri.

Dalam struktur organisasi di atas tentu sudah pasti dalam setiap bagiannya memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Struktur paling atas adalah ketua. Ketua merupakan sosok terpenting dalam sebuah struktur ini. Hal ini dikarenakan ketua yang mengatur seluruh bagian lain dalam struktur ke pengurusan lembaga wisata batu katak. Tugas lain dari ketua yaitu menyetorkan uang dari hasil tiket yang di dapatkan ke Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten

Langkat. Untuk wakil ketua sendiri, tugasnya sama dengan ketua akan tetapi yang menjadikan perbedaan yaitu kekuasaan ketua lebih tinggi dan ketua yang memutuskan segala hal terkait dengan pengelolaan wisata batu katak.

Sekretaris merupakan orang yang membantu tugas dari ketua terutama dalam bidang admistrasi. Dalam struktur lembaga wisata batu katak sekretaris bertanggung jawab atas administrasi baik itu pembuatan surat hingga proposal yang akan ditujukan kepihak-pihak tertentu guna mendapatkan dana dari pihak tersebut. Bendahara bertugas dalam mengatur manajeman keuangan Lembaga

Pariwisata Batu Katak ini. Baik dalam hal pengeluaran maupun pemasukan lembaga ini.

Pada Lembaga Pariwisata Batu Katak ini ada 4 divisi yang berbeda. Ke empat divisi ini memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing. Divisi

87

Universitas Sumatera Utara

lingkungan bertugas menata dan menjaga kondisi lingkungan tempat wisata batu katak. Menurut Bapak Ngalemi, beberapa kali ada aksi penanaman pohon yang dilakukan oleh kelompok pecinta lingkungan maupun lembaga pendidikan. Dalam aksi tersebut divisi inilah yang bertanggung jawab untuk mencari lokasi penanaman pohon tersebut. Jika pihak yang melakukan hal tersebut meminta lembaga pariwisata ini untuk menyiapkan bibit pohon maka itu juga bagian dari tugas divisi ini.

Divisi pemandu memiliki tugas utama yaitu sebagai pemandu wisata.

Anggota divisi ini kebanyakan para remaja yang tinggal di lokasi wisata. Dalam memandu wisatawan, para anggota harus selalu mengingatkan dan meyampaikan beberapa aturan yang dibuat seperti tidak boleh meninggalkan sampah di lokasi dan menyampaikan areal terlarang di dalam hutan yang dilalui oleh wisatawan.

Para pemandu juga dibekali kemampuan berbahasa asing terutama bahasa Inggris.

Akan tetapi tidak seluruh anggota divisi ini yang memiliki kemampuan berbahasa

Inggris. Dalam hal ini mengingat wisatawan yang berkunjung tidak hanya berasal dari dalam negeri saja. Beberapa wisatawan asing terkadang hadir dan berkunjung ke lokasi wisata ini untuk itu kemampuan berbahasa asing sangatlah mutlak dimiliki oleh pemandu wisata yang ada di batu katak.

Divisi seni budaya memiliki tugas utama yaitu menyiapkan pertunjukan kesenian masyarakat yang ada di lokasi serta menjelaskannya kepada para wisatawan yang berkunjung. Tugas divisi ini hanya tergantung dari permintaan wisatawan. Jika ada wisatawan tertentu yang meminta adanya sebuah pertunjukan kesenian biasanya berupa tarian adat. Maka divisi inilah yang bertugas

88

Universitas Sumatera Utara

menyiapkannya. Anggota divisi tidak tetap seperti yang ada di bagan hal ini mengingat permintaan yang berasal dari wisatawan itu sendiri. Biasanya wisatawan asing yang memesan atau membuat permintaan kepada pihak pengelola untuk mengadakan pertunjukan kesenian. Selain itu, pertunjukan seni juga terkadang diadakan untuk menyambut tamu yang berasal dari pemerintahan baik itu pusat maupun daerah.

Divisi tanaman obat merupakan divisi baru yang di bentuk oleh lembaga pariwisata ini. Kebanyakan para anggota divisi ini merupakan kaum ibu yang tinggal di lokasi. Tugas utama dari divisi ini adalah menyiapkan pesanan tanaman obat yang di pesan oleh wisatawan. Selain itu, divisi ini juga mengajarkan pengetahuan lokal tenteng obat-obatan yang berasal dari tumbuhan kepada para wisatawan. Sama halnya dengan divisi kesenian, divisi ini juga bekerja tergantung dengan permintaan wisatawan. Jika wisatawan yang berkunjung ingin mengetahui tentang pembuatan obat tradisional masyarakat disana maka divisi ini yang turun tangan untuk mengajarkan pengetahuaannya kepada wisatawan.

4.1.2. Peran Lembaga

Lembaga adalah salah satu pihak yang mengetahua segala sesuatu dengan wisata Batu Katak, pihak lembaga yang telah mengelola wisata Batu Katak.

Lembaga tentunya memiliki struktur keorganisasial yang memiliki ketua dan keanggotaannya. Seperti susunan struktur organisasi yang di atas tentunya sudah di ketahui siapa-siapa saja dan sistem susunan keanggotaan. Dimana lembaga tentunya pasti mempunyai peran dan kegiatan yang di lakukan dalam pengelolaan

89

Universitas Sumatera Utara

wisata Batu Katak. Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan oleh lembaga dalam per devisa yang sudah di tentukan, yaitu :

1. Ketua lembaga, yaitu mempunyai kegiatan merekrut anggota disini

wewenang ketua sangat kuat, ketua wajib mengetahui dan mengatur segara

gerakan anggotanya per devisi.

2. Sekertaris tentunya juga mempunyai kegiatan yaitu mencatat segala

pemasukan dan melengkapi segala pembukuan. Pembukuan harus jelas

sebab dalam suatu keorganisasian apabila pembukuan tidak maka lembaga

tidak kuat, pastinya ada unsur ketidak saling percayaan.

3. Bendehara ialah salah satu mempunyai kegiatan dan tanggung jawab yang

berat, sebab bendehara yang mengetahui dan memegang uang pemasukan

contohnya uang rettribusi yang di setor pihak pos penjaga. Kemudian uang

retribusi yang sudah di setor ke bendahara, kemudian bendehara menyetor

ke ketua, lalu ketua menyetor ke pemerintah dinas Kebudayaan dan

Pariwisata dalam perbulan.

4. Devisi lingkungan mempunyai kegiatan mengontrol sampah di lingkungan

wisata. Apabila sudah banyak sampah maka pihak devisi lingkungan wajib

menggerakkan anggotanya dan melapor kepada ketua, supaya di gerakkan

seluruh anggota lembaga untuk mengutip dan membersihkan lingkungan,

biasannya itu dalam sebulan sekali.

5. Devisi pemandu mempunyai kegiatan untuk menjadi gaid apabila ada

pengunjung ingin melakukan traking, jubing, dan rafting. Setiap gaid

bergiliran apabilang pengunjung ingin melakukan traking, rafting dan

90

Universitas Sumatera Utara

jubing. Yang sudah telah melakukan gaid maka tentunya bergantian

dengan anggota gaid lainnya supaya tidak terjadi unsur konflik, seperti

itulah aturannya.

6. Devisi Seni Budaya mempunyai kegiatan yaitu apabila ada pengunjung

lokal dan mancanegara ingin melakukan kegiatan menari. Biasanya devisi

seni yang mengatur seluruh persiapan dan mengajarinya menari. Tentunya

tidak hanya suku karo saja yang melatih nari, suku jawa yang sudah lama

tinggal di lokasi wisata yang sudah lama beradaptasi dengan suku karo,

sudah ikut dalam melatih pengunjung apabila ada kegiatan menari.

7. Ketua lembaga, yaitu mempunyai kegiatan merekrut anggota disini

wewenang ketua sangat kuat, ketua wajib mengetahui dan mengatur segara

gerakan anggotanya per devisi.

8. Sekertaris tentunya juga mempunyai kegiatan yaitu mencatat segala

pemasukan dan melengkapi segala pembukuan. Pembukuan harus jelas

sebab dalam suatu keorganisasian apabila pembukuan tidak maka lembaga

tidak kuat, pastinya ada unsur ketidak saling percayaan.

9. Bendehara ialah salah satu mempunyai kegiatan dan tanggung jawab yang

berat, sebab bendehara yang mengetahui dan memegang uang pemasukan

contohnya uang rettribusi yang di setor pihak pos penjaga. Kemudian uang

retribusi yang sudah di setor ke bendahara, kemudian bendehara menyetor

ke ketua, lalu ketua menyetor ke pemerintah dinas Kebudayaan dan

Pariwisata dalam perbulan.

91

Universitas Sumatera Utara

10. Devisi lingkungan mempunyai kegiatan mengontrol sampah di lingkungan

wisata. Apabila sudah banyak sampah maka pihak devisi lingkungan wajib

menggerakkan anggotanya dan melapor kepada ketua, supaya di gerakkan

seluruh anggota lembaga untuk mengutip dan membersihkan lingkungan,

biasannya itu dalam sebulan sekali.

11. Devisi pemandu mempunyai kegiatan untuk menjadi gaid apabila ada

pengunjung ingin melakukan traking, jubing, dan rafting. Setiap gaid

bergiliran apabilang pengunjung ingin melakukan traking, rafting dan

jubing. Yang sudah telah melakukan gaid maka tentunya bergantian

dengan anggota gaid lainnya supaya tidak terjadi unsur konflik, seperti

itulah aturannya.

12. Devisi Seni Budaya mempunyai kegiatan yaitu apabila ada pengunjung

lokal dan mancanegara ingin melakukan kegiatan menari. Biasanya devisi

seni yang mengatur seluruh persiapan dan mengajarinya menari. Tentunya

tidak hanya suku karo saja yang melatih nari, suku jawa yang sudah lama

tinggal di lokasi wisata yang sudah lama beradaptasi dengan suku karo,

sudah ikut dalam melatih pengunjung apabila ada kegiatan menari.

13. Devisi Obat-obatan tentunya mempunyai kegiatan untuk menyediakan

perlengkapan obat-obatan. Apabila wisata yang berkunjung memesan dan

ingin membeli obat-obatan. Maka pihak devisi yang menyediakan syarat-

syarat obat obatan tersebut.

92

Universitas Sumatera Utara

Devisi Obat-obatan tentunya mempunyai kegiatan untuk menyediakan perlengkapan obat-obatan. Apabila wisata yang berkunjung memesan dan ingin membeli obat-obatan. Maka pihak devisi yang menyediakan syarat-syarat obat obatan tersebut.

4.1.3. Pengelolaan Keamanan dan Kebersihan

Fasilitas yang ada di lokasi wisata ini dikelola langsung oleh Lembaga

Pariwisata Batu Katak. Dalam pengelolaannya tentu juga berkaitan erat dengan beberapa hal antara lain menyangkut keamanan, ketertiban dan kebersihan lokasi wisata. Pengelolaan ini terbagi kedalam beberapa aspek antara lain sebagai berikut:

1. Keamanan

Keamanan dan kenyamanan merupakan aspek penting yang harus ada di lokasi wisata. Wisatawan yang berkunjung tentu tidak ingin barang bawaannya hilang dilokasi wisata. Selain itu, jika masyarakat yang berada dilokasi wisata sangat ramah tentu akan membuat wisatawan yang berkunjung menjadi nyaman.

Dalam menjaga keamanan dan kenyamanan, pihak Lembaga Pariwisata Batu

Katak sering melakukan diskusi maupun sosialisasi tentang keamanan di lokasi serta sikap ramah tamah terhadap wisatawan yang berkunjung.

Menurut keterangan dari Bapak Ngalemi Sinuraya masyarakat yang ada di lokasi tersebut dibina dan di ingatkan selalu agar jangan mengambil barang bawaan wisatawan dan jangan mengganggu kenyamanan wisatawan itu sendiri.

Berdasarkan pengalaman penelitian saya juga melihat bahwasannya para pemuda disana cukup ramah dalam menyambut kedatangan wisatawan. Ketika penelitian

93

Universitas Sumatera Utara

ini berlangsung pemuda setempat juga tidak menggangu jalannya proses wawancara. Walaupun wawancara ini beberapa kali dilakukan di warung kopi yang notabennya sangat ramai. Pemuda setempat juga cukup antusias ketika saya mewawancarai beberapa dari mereka. Walaupun keamanan tersebut sudah di tangani oleh pihak pengelola namun pihak pengelola tentu saja wajib melapor dan meminta bantuan kepada pemerintah khusunya pihak Babinsa dan

Babinkaptimnas, supaya keamanan lebih terjaga dan tidak legal.

2. Kebersihan

Pengelolaan kebersihan merupakan sebuah hal yang sangat penting dilakukan. Hal ini agar kondisi lingkungan yang ada sebuah di lokasi wisata tetap terjaga kebersihannya. Dalam menjaga kebersihan lokasi wisata batu katak di bantu oleh sebuah yayasan. Yayasan tersebut bernama yayasan hutan untuk anak.

Yayasan tersebut bersama dengan masyarakat setempat dalam sebulan sekali melakukan aksi untuk mengutip dan mengumpulkan sampah yang ada di lokasi wisata. Nantinya sampah yang telah dikutip kemudian di buang ke lokasi yang telah ditentukan. Lokasi pembuangan akhir sampah ini cukup jauh, masyarakat biasanya membuangnya ke dalam jurang.

Selain itu, yayasan tersebut juga membagikan karung-karung yang nantinya dijadikan tempat sampah. Karung tersebut di letakkan di beberapa lokasi yang ada di tempat wisata ini. Tempat sampah yang ada masih sangat sederhana karena hanya terbuat dari karung bekas yang dikaitkan di atas besi. Di lokasi tempat pembuangan sampah ini juga terdapat plang yang bertuliskan yayasan hutan untuk anak, Batu Katak bersi dan barang-barang yang dapat dibuang ke

94

Universitas Sumatera Utara

tempat sampah tersebut seperti batu kaca dan kaleng. Beberapa plang tersebut telah hancur dikarenakan faktor alam serta bahan pembuatan plang yang tidak dapat bertahan lama.

Gambar 17. Tempat Sampah yang Ada di Lokasi Wisata

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Dalam menjaga kebersihan juga, pengelola wisata ini membuat beberapa himbauan agar pengunjung selalu menjaga kebersihan lingkungan dan membuang sampah pada karung-karung yang telah di sediakan pengelola. Sedangkan untuk menjaga kebersihan toilet, pihak lembaga pariwisata Batu Katak yang melakukannya secara mandiri.

Setiap titik ataupun didepan pondok yang disediakan pengelola, pengelola juga menyediakan tempat sampah yang berbentuk tahanannya besi dan dibentang goni untuk tempat menampung sampah, supaya pengelola tidak begitu sulit untuk menganggkat sampah-sampah ke tempat pembuangan akhir.

95

Universitas Sumatera Utara

Gambar 18. Himbauan Dalam Menjaga Kebersihan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Lokasi wisata Batu Katak cukup bersih hal ini dikarenakan pihak pengelola wisata ini sangat serius dalam menjdaga kebersihan objek wisata ini.

Hanya ada beberapa sampah plastik maupun kaleng yang ditemukan dilokasi wisata ini. Beberapa dari wisatawan lokal yang berkunjung, sering kali kedapatan membuang sampah secara sembarangan. Membuang sampah sembarangan sepertinya sudah menjadi sebuah kebiasaan dari masyarakat kita. Sampah-sampah yang berserakan ini nantinya akan di kutip dan dikumpulkan oleh pengelola untuk dibuang ke lokasi yang telah ditentukan.

Walaupun sudah ada himbauan untuk menjaga kebersihan seperti gambar di atas, kadang masih ada juga beberapa pengunjung yang mash membuang

96

Universitas Sumatera Utara

sampah di sekitar wisata, namun itu tidak menjadi patah semangat oleh pengelola, pastinya pengelola selalu memberikan himbauan dengan cara menegor wisatawan, sebagian pengelola juga selalu memasang himbauan mengenai kebersihan di beberapa titik seperti yang tergambar di atas.

Sengaja himbauan untuk kebersihan di buat kelihatan indah dan menarik, supaya pengunjung terfikir untuk tidak membuang sampah sembarangan, maka dari itu pihak pengelola membuat himbauan seperti gambar di atas kelihatan indah, supaya pengunjung langsung melihat dan pastinya membaca himbauan tersebut.

4.1.4. Pengelolaan Lembaga Dalam Tata Ruang Wisata

Dalam menata ruang wilayah tempat kehidupan dan penghidupan,

Indonesia menganut konsep ruang wilayah yang terdiri atas elemen wisma, karya, marga, suka, dan penyempurnaan, disingkat dengan WKMSP. Wisma adalah ruang wilayah permukiman, karya adalah ruang wilayah pekerjaan., Marga adalah ruang wilayah pergerakan/mobilitas, Suka adalah ruang wilayah bagi fasilitas yang mencakup rekreasi dan Pariwisata, dan penyempurna adalah ruang wilayah bagi fasilitas sosial-budaya lainnya termasuk tempat ibadah.

Dalam Suwardjoko P. Warpani (2007 :3: 4) dijelaskan menetapkan arah kebijakan pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, antara lain sebagai berikut :

1. Mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang aktif dan kuat dengan

memberdayakan pelaku dan potensi ekonomi daerah, serta memerhatikan

97

Universitas Sumatera Utara

penataan ruang, baik fisik maupun sosial sehingga terjadi pemerataan

pertumbuhan ekonomi sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah

2. Mempercepat pembangunan perdesaan dalam rangka pemberdayaan

masyarakat terutama petani dan nelayan melalui penyediaan prasarana

pembangunan sistem agrobisnis, industri kecil, dan kerajinan rakyat,

pengembangan kelembagaan, penguasaan teknologi, dan pemanfaatan

sumber daya alam

3. Meningkatkan kualitas sumber daya alam manusia di daerah sesuai dengan

potensi dan kepentingan daerah melalui penyediaan anggaran yang

memadai

4. Meningkatkan pembangunan di seluruh daerah, terutama di kawasan

Timur Indonesia, daerah perbtasan, dan wilayah tertinggal lainnya dengan

berlandaskan prinsip desentralisasi dan otonomi daerah.

Koordinasi dalam tata rung wilayah dijelaskan daerah/kota tidak berdiri sendiri, tetapi berinteraksi dengan daerah/kota lainnya dalam jaringan kegiatan ekonomi, sosial budaya yang amat rumit. Elemen WKMSP di daerah/kota membentuk suatu jaringan saling ketergantungan karena itu harus di tata secara terkoordinasi dalam suatu satuan tata ruang wilayah. Koordinasi tidak hanya bersifat internal tetapi harus pula bersifat eksternal merambah pada koordinasi antar daerah/kota, dilandasi pemahaman pada daerah/kota bukanlah daerah tertutup melainkan berhubungan satu sama lain secara fisik geografis dan juga dalam bidang politik, ekonomi, sosbud, dan hankam.

98

Universitas Sumatera Utara

Dalam Suwardjoko P. Warpani (2007 : 4) dijelaskan bahwa menetapkan suatu kebijakan pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup, dalam tata ruang wilayah sebagai berikut :

1. Mengelola sumber daya alam dan memelihara daya dukungnya agar

bermanfaat bagi peningkatan kesejahtraan rakyat dari generasi ke generasi

2. Meningkatkan pemanpaatan potensi sumber daya alam dan lingkungan

hidup dengan melakukan konservasi, sehabilitas, dan penghemataan

penggunaan, dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan

3. Mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat, dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan

lingkungan hidup, yang berkelanjutan kepentingan ekonomi dan budaya

masyarakat lokal, serta penataan ruang yang pengusahaannya diatur

dengan undang-undang.

Dari penyesuaian yang di atas tentunya menunjukkan bahwasanya penataan tata ruang wilayah tujuan wisata sangat penting, karena tata ruang sangat bisa menjadikan keunikan suatu wisata dan bisa menjadi salah satu daya tarik yang membuat suatu menarik bagi wisatawan. Tetapi sesuai dang di lihat penilis secara langsung khususnya daerah lokasi penelitian penulis bahwa tata ruang pengelola dan masyarakat tidak terlalu di lakukan, apalagi di wisata Batu Katak, pihak pengelola tidak mengarahkan untuk tata ruang wilayah sebelum pengembangan.

99

Universitas Sumatera Utara

4.2. Peran Pemerintah

4.2.1. Peraturan Pemerintah

Pemerintah melalui Undang Undang No. 10 Tahun 2009, Tentang

Kepariwisataan yang di tetapkan pada tanggal 16 Januari 2009 telah mengatur tentang kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan pariwisata yang ada di

Indonesia. Oleh karena itu, keseluruhan kebijakan penyelenggaraan kepariwisataan di Indonesia harus mendasarkan diri pada prinsip dan kaidah yang tertuang dalam Undang Undang kepariwisataan terebut.

Dalam Bambang Sunaryo (2013:100) dijelaskan bahwa penyelenggaraan kepariwisataan di Indonesia harus berdasarkan prinsip-prinsip yang tertuang dalam UU No.10 Th. 2019 berikut ini:

1. Menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai

pengejawantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan antara manusia

dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dan sesama manusia

dan hubungan antara manusia dan lingkungan

2. Menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya dan kearifan

lokal

3. Memberi manfaat untuk kesejahtraan rakyat, keadilan, kesetaraan dan

proporsionalitas

4. Memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup

5. Memberdayakan masyarakat setempat

100

Universitas Sumatera Utara

6. Menjamin keterpaduan antar sektor, antar daerah, antar pusat dan daerah

yang merupakan kesatuan satu kesatuan yang sistemik dalam kerangka

otonomi daerah, serta keterpaduan antar pemangku kepentingan

7. Mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakataan internasional

dalam bidang pariwisata

8. Memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Repoblik Indonesia.

Dalam Bambang Sunaryo (2013:103) dijelaskan bahwa pemerintah

Kabupaten/Kota disamping mempunyai sejumlah kewenangan untuk melaksanakan pendaftaran, pencatatan pendaftaran usaha pariwisata, memfasilitasi dan melakukan promosi destinasi dan produk pariwisata yang ada di wilayahnya, serta memfasilitasi melestarikan daya tarik wisata baru, juga mempunyai kewenangan untuk menyusun rencana induk pembangunan kepariwisataan Kabupaten/Kota dan menetapkannya dengan peraturan Daerah

Kabupaten/Kota.

Melalui peraturan daerah, Pemerintah Kabupaten Langkat mengatur retrebusi untuk tiket masuk ke setiap objek wisata yang ada di Langkat. Peratutran tersebut tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupeten Langkat (Perda Kabupaten

Langkat) No. 02 Tahun 2012 Tentang Retrebusi Jasa Usaha. Adapun peraturan tentang retrebusi pengusahaa rekreasi dan hiburan tertuang dalam Perda

Kabupaten Langkat No. 02 Tahun 2012 Pasal 28 yang menjelaskan tentang tiket masuk untuk dewasa sebesar Rp. 3.000,- per orang dan anak-anak Rp. 1.000,- per orang.

101

Universitas Sumatera Utara

Menurut keterangan dari Bapak Ngalemi Sinuraya bahwa tiket masuk yang ada di lokasi wisata Wisata Batu Katak ini berasal dari Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kabupaten Langkat. Uang dari hasil penjualan tiket sebagian akan di setorkan kedinas tersebut. Dari harga tiket sebesar Rp. 5.000.- per orang, Rp.

3.000.- nya akan di setorkan ke dinas. Pihak pengelola akan menyetorkan hasil penjualan tiket sekali dalam sebulan.

4.2.2. Pembangunan Infrastruktur

Pembukaan wisata ini juga membuat pemerintah daerah Kabupaten

Langkat melakukan pengaspalan jalan menuju ke lokasi wisata ini. Tetapi pengaspalan ini telah lama dilakukan. Pada saat penelitian ini dilakukan kondisi jalan telah rusak dan aspal telah mengelupas. Perbaikan jalan belum dilakukan kembali. Padahal kondisi jalan juga mempengaruhi jumlah pengunjung yang akan berkunjung yang datang.

Pemerintah Kabupaten Langkat juga telah membuat anggaran untuk mendirikan pos jaga di lokasi Wisata Batu Katak. Hal ini seperti yang di ungkapkan Bapak Junaidi Jusaf (39 tahun) berikut ini.

“Pada tahun 2019 ini dinas sudah mengeluarkan anggaran ke Wisata Batu Katak untuk pembangunan infrastruktur pos jaga dan saat ini sudah dalam pelaksanaan”. Jelas Bapak Junaidi Jusaf

Sebelum pembangunan pos jaga di wisata Batu Katak, pada tahun 2019 ini yang lagi sedang dilaksanakan pembangunanya, sebelumnya juga pemerintah dinas pariwisata sudah pernah membangun jalan setapak di wisata Batu Katak.

Dimana seperti pembangunan pos tersebut program pemerintah yang kedua kalinya sudah terlaksanakan.

102

Universitas Sumatera Utara

Pembangunan pos jaga yang sedang berjalan pada saat ini di wisata Batu

Katak termasuk dana APBD yang di keluarkan oleh pemerintah dinas pariwisata, namun untuk pelaksanaan dan penggambaran pembangunan pos jaga di wisata

Batu Katak yang melaksanakan pihak pemerintah PU Kabupaten Langkat. Jadi pihak pemerintah pariwisata dan pihak pemerintah PU Kabupaten Langkat memiliki saling kerja sama.

4.2.3. Pengadaan Asuransi Jiwa

Mengutip dari laman Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Langkat (disparbud.langkatkab.go.id). Dalam meningkatkan perannya terhadap pariwisata di daerahnya. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten melakukan kerjasama dengan Jasa Raharja Putera Cabang Medan terkait dengan pertanggungan asuransi pelayanan umum bagi pengunjung objek wisata di

Kabupaten Langkat. Dalam perjanjian kerjasama tersebut PT. Jasaraharja Putera memberikan jaminan pertanggungan kepada pengunjung objek wisata atau ahli warisnya yang mengalami kecelakaan di empat objek wisata Langkat, yaitu Bukit

Lawang (Bahorok), Ekowisata Tangkahan (Batang Serangan), Pemandian Alam

Batu Katak (Bahorok) dan Pemandian Pangkal Namu Sira-Sira (Sei Bingei).

Berdasarkan informasi yang didapatkan dari hasil wawancara dengan

Bapak Junaidi Jusaf dimana dana asuransi di dapatkan oleh pengunjung jika mengalami kecelakaan di lokasi Wisata Batu Katak. Adapun dana yang di dapatkan oleh pengunjung jika mengalami luka-luka Rp. 2.500.000,- per orang, cacat permanen Rp. 15.000.000,- per orang dan meninggal dunia Rp. 15.000.000,- per orang. Berikut adalah kutipan wawancara dengan Bapak Junaidi Jusaf.

103

Universitas Sumatera Utara

“Kalau asuransi itu memang ada. Pihak dinas bekerja sama dengan pihak asuransi Jasaraharja Putera. Setiap bulannya dinas ini menyetor ke pihak asuransi Rp. 1000,- dari hasil satu tiket. Nantinya jika pengunjung mengalami kecelakaan seperti luka-luka akan dapat Rp. 2.500.000, cacat permanaen Rp. 15.000.000 dan meninggal akan dapat Rp. 15.000.000”. Luka-luka yang dimaksud disini tentunya luka luka yang sangat patal dan parah, penyesuaiannya nanti akan di tentukan pihak asuransi sendiri layak apa tidak untuk mendapatkan asuransi. Namun untuk luka-luka tergores atau lecet itu tidak bisa kita pastikan untuk mendapatkan asuransi ini. Jelas Bapak Junaidi Jusaf.

Proses pencairan dana asuransi dapat dilakukan dengan cara melaporkan peristiwa kecelakaan yang dialami pengunjung ke Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata.

“Cara pencairan dana asuransi dilakukan di dinas ini. Pengunjung yang mengalami kecelakaan. Melapor dan mengisi formulir yang disediakan setelah itu pihak dinas melaporkan ke pihak asuransi untuk pencairan dana korban kecelakaan”. Lanjut Bapak Junaidi Jusaf.

Pengelolaan Wisata Batu Katak ini tidak hanya di bantu oleh pemerintah.

Akan tetapi juga di bantu oleh Yayasan Hutan Untuk Anak. Yayasan ini berperan dalam mempromosikan destinasi wisata dan dalam hal pengelolaan kebersihan lokasi wisata. Hal ini seperti yang telah di jelaskan di bagian pengelolaan kebersihan di atas.

4.3. Promosi

Promosi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk memperkenalkan suatu hal baik itu produk, jasa, maupun lokasi di lingkungan masyarakat dengan tujuan menarik masyarakat untuk membeli, menggunakan dan berkunjung. Promosi dapat dilakukan dengan beragam cara agar menarik minmasyarakat. Promosi harus dibuat semenarik agar orang yang mendengar, melihat dan membaca ikut tertarik.

104

Universitas Sumatera Utara

Kegiatan promosi merupakan suatu kegiatan yang intensif dalam waktu yang relatif singkat. Dalam kegiatan sebuah usaha untuk memperbesar daya tarik wisata terhadap calon wisatawan. Untuk mengadakan promosi yang tepat harus disadari bahwa pentingnya memanfaatkan segala media yang memungkinkan untuk digunakan sebagai media promosi. Adapun promosi terhadap objek wisata ini dilakukan oleh: a. Lembaga Pariwisata Batu Katak

Beragam cara promosi dilakukan oleh pihak Lembaga Pariwisata Batu

Katak diantaranya berikut:

1. Pengunjung

Promosi dari mulut kemulut merupakan salah satu cara promosi yang paling mudah dan murah. Masyarakat pengelola objek wisata Batu Katak melakukan cara promosi ini melalui kerabat-kerabat mereka yang berada di luar daerah Desa Batu Jongjong, bisa jadi ada kerabat mereka di Kota Medan,

Kotamadya Binjai, ataupun yang tinggal di daerah jalan lintas menuju Bukit

Lawang supaya tempat wisata mereka banyak di ketahui oleh masyarakat lain.

Promosi dari mulut ke mulut efektif dilakukan untuk mempromosikan Wisata

Batu Katak ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung juga kebanyakan mengetahui lokasi wisata ini dari kerabat maupun teman. Hal ini seperti yang di ungkapkan oleh salah satu yang ada di lokasi wisata ini. Berikut adalah hasil kutipan wawancaranya.

“Aku taunya dari si virza bang (sambil menunjuk temannya). Dia yang bawa kami kemari, katanya sih disini tempatnya masih alami, air sungainya masih jernih. Terus juga katanya disini kita bisa tracking sama nge-camp di hutan”. Ungkap Arif (19 Tahun).

105

Universitas Sumatera Utara

Dalam hal melakukan promosi ini juga, pada waktu pertama sekali wisata ini buka masyarakat setempat tidak mengenai biaya beberapa kali kepada wisatawan lokal maupun wisatawan asing yang berkunjung ketempat mereka, dengan kata lain mereka melakukan hal tersebut dengan sukarela dan dari hati, hal ini ditujukan supaya para wisatawan yang datang mendapatkan kesan dan pesan yang positif tentang daerah mereka. Sehingga, para wisatawan lokal maupun asing memberikan respon ataupun feedback yang baik dari mereka pada saat wisatawan- wisatawan itu pulang ke daerah mereka masing-masing.

“Bapak, selalu tekankan sama orang yang ngutip uang masuk. Klo memang gak ada uang pengunjung, gak usah diminta. Karenakan gapapa lah (tidak masalah) kita kehilangan lima ribu per orang supaya yang dateng tadi akan mempromosikan ke kawan-kawannya atau ke keluarganya bagaimana kesan positif dari kita. Supaya berkembanglah objek wista kita ini. Tapi sih, itu biasanya untuk dua, tiga, empat orang aja. Beda kalau jumlah mereka dari itu, karenakan kalau mereka rame kita gratiskan jadi kami yang rugi orang itu yang untung. Klo bahasa kita karo itu, aku si rugi kalak enda si runtung”. Hasil wawancara dengan Bapak Ngalemi Sinuraya.

Dalam hal promosi ini pada dasarnya masyarakat lebih memprioritaskan harapan agar mendapatkan feedback yang baik dari masyarakat asing atau mancanegara. Hal ini disebabkan karena apabila dibandingkan dengan masyarakat lokal, wisatawan dari mancanegara ini merupakan tipikal orang-orang yang memiliki rasa keingintahuan terhadap suatu hal yang baru. Ditambah lagi wisatawan asing atau mancanegara ini memiliki jiwa berpetualang yang tinggi dan juga sangat menggemari hobi yang bersifat ekstrim bukannya mainstream. Dalam hal ini juga wisatawan mancanegara dikatakan masyarakat berdasarkan pengalaman mereka jauh lebih tertarik dengan keindahan alam yang ada di

106

Universitas Sumatera Utara

Indonesia dan juga dengan keberagaman kebudayaan di Indonesia ini, sehingga masyarakat ataupun pengelola sendiri lebih memprioritaskan promosi dari mulut ke mulut ini kepada wisatawan mancanegara daripada wisatawan lokal.

Tetapi pada sekarang ini dapat dikatakan masyarakat sangat jarang menggratiskan para wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Sejalan dengan hal itu, masyarakat pengelola objek wisata tetap menjaga keramah-tamahan terhadap wisatawan lokal maupun wisatawan asing yang berkunjung. Hal ini dilakukan sebagai salah satu bagian dari strategi promosi objek Wisata Batu Katak sendiri.

2. Melalui media Plang dan Sepanduk

Promosi juga dapat dilakukan melalui sebuah media yang nantinya dapat dilihat langsung oleh masyarakat yang melewati jalan. Media ini biasanya berupa plang maupun sepanduk yang terpasang di pinggir jalan. Lokasi pemasangan plang dan sepanduk harus strategis agar dapat dilihat oleh masyarakat yang melintasi jalan tersebut.

Penggunaan plang dan sepanduk juga digunakan oleh pengelola wisata ini.

Dari hasil observasi ketika menuju lokasi wisata ini, saya melihat ada beberapa plang dan spanduk yang menunjukkan arah loasi Wisata Batu Katak. Salah satu plang dan penunjuk tersebut dapat dijumpai di simpang Kecamatan Bahorok.

Berikut adalah foto plang dan penunjuk arah tersebut.

107

Universitas Sumatera Utara

Gambar 19. Penunjuk Arah dan Plang

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Menurut keterangan Bapak Ngalemi Sinuraya plang tersebut dibuat oleh pemerintah daerah sedangkan spanduk dibuat oleh pihak Lembaga Pariwisata

Batu Katak.

“Kalau plang yang kalian lihat di jalan yang dilewati tadi itu dibuat sama pemda, kalau spanduk yang macam itu (sambil menunjuk kearah spanduk yang di maksud) kami yang nempahkan ke Binjai”. Ungkap Bapak Ngalemi Sinuraya.

Gambar 20. Spanduk

Sumber: Dokumentasi Pribadi

108

Universitas Sumatera Utara

Biaya pembuatan spanduk ini di ambil dari uang kas Lembaga Pariwisata

Batu Katak. Pemasangan spanduk ini dapat kita jumpai di pinggir jalan yang dilalui ketika menuju ke lokasi wisata ini. Selain itu juga spanduk berfungsi juga sebagai himbaun yang terdapat dilokasi wisata diman himbauan tersebut ditujukan untuk wisatawan yang berkunjung.

3. Melalui media sosial

Media sosial merupakan suatu sarana yang efektif digunakan sebagai alat promosi suatu objek wisata. Media sosial sendiri memiliki kelebihan yang sangat banyak, dimana media sosial ini mencakup masyarakat luas, karena media sosial merupakan alat digital yang digunakan seluruh masyarakat Indonesia dan juga masyarakat dunia. Hal ini lah yang membuat masyarakat menjadikan media sosial menjadi salah satu sarana untuk mempromosikan Objek Wisata Batu Katak kepada masyarakat luas.

Dalam praktiknya, masyarakat Pengelola Wisata Batu Katak menggunakan media sosial sebagai alat mempromosikan objek wisata tersebut dengan cara pribadi-pribadi. Secara pribadi yang dimaksudkan disini adalah masyarakat pengelola melakukan sharing menggunakan media sosial yang bernama Facebook, dimana masyarakat ataupun pihak pengelola melakukan sharing ke kerabat-kerabat, teman-teman, maupun pihak-pihak lain yang menjalin pertemanan dengan masyarakat per-pribadi di Facebook tersebut. Jadi, masyarakat sendiri lah yang mempromosikan ke dunia luar bagaimana kelebihan, keindahan, dan keunikan dari objek wisata yang mereka miliki dilhat dari berbagai sudut pandang. Sudut pandang yang dimaksudkan adalah masyarakat pribadinya

109

Universitas Sumatera Utara

memiliki hal-hal dari segi apa saja yang akan dibagikan ke Facebook untuk menjadikan Objek Wisata Batu Katak ini menjadi eksis.

“Promosi wisata ini juga dilakukan lewat facebook. Biasanya bapak sama anggota-anggota bapak upload foto atau video kegiatan- kegiatan disini itu di facebook. Nanti kam cari aja facebook bapak, namanya Allimi Karo-Karo”. Jelas Bapak Ngalemi Sinuraya.

Pihak pengelola dan masyarakat mempromosikan masing-masing sudut pandang mereka tentang objek wisata tersebut dikarenakan pengelola sendiri tidak memiliki fasilitas kantor pusat informasi atau disebut mereka sebagai pos jaga.

Karena tidak adanya tadi fasilitas kantor pusat informasi tersebut sehingga pihak mengelola belum membuat official mereka di Facebook. Selain itu pihak pengelola hanya menggunakan Facebook sebagai alat promosi mereka di media sosial dikarenakan keterbatasan pengetahuan masyarakat mengenai media sosial itu. Hal tersebut lah yang membuat pengelola belum menggunakan media sosial lain seperti, instagram, twitter, dan blog atau situs resmi Objek Wisata Batu

Katak.

Gambar 21. Promosi Melalui Media Sosial Facebook

Sumber: Facebook Bapak Ngalemi (Informan)

110

Universitas Sumatera Utara

Tujuan utama dari semua kegiatan promosi adalah orang-orang yang ingin mengadakan perjalanan wisata. Berhasil atau tidaknya sebuah promosi wisata akan kelihatan dari banyaknya jumlah wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata. Promosi pada hakikatnya itu tidak terbatas dari hanya pada satu cara, karena hal ini tergantung kepada kreativitas petugas yang mengadakan promosi.

Promosi dapat di bagi menjadi dua yaitu promosi secara langsung dan promosi secara tidak langsung. Promosi langsung dilakukan oleh semua lembaga yang bersangkutan dengan pemasaran pariwisata. Promosi tidak langsung biasanya dilakukan oleh para wisatawan yang pernah berkunjung ke loksai wisata batu katak ini. Jika menurut wisatawan tersebut tempat ini bagus, maka tentunya mereka akan mempromosikan dan merekomendasikan tempat wisata ini kepada orang-orang terdekatnya. b. Pemerintah

Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 (dalam Bambang

Sunaryo, 2013:178) tentang kepariwisataan, diberikan batasan mengenai pemasaran kepariwisataan Indonesia, sebagai:

“pemasaran pariwisata bersama, terpadu dan berkesinambungan denga melibatkan seluruh pemangku kepentingan serta pemasaran yang bertanggung jawab dalam membangun Indonesia sebagai destinasi pariwisata yang berdaya saing”.

Berdasarkan peraturan tersebut pemerintah daerah berperan dalam mempromosikan potensi wisata yang ada di daerahnya. Melalui Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata, pemerintah Kabupaten Langkat melakukan beragam upaya untuk mempromosikan berbagai potensi wisata yang ada di Kabupaten

Langkat. Promosi yang dilakukan pemerintah biasanya melakukan sebuah

111

Universitas Sumatera Utara

kegiatan Gebyar Nusantara dan kegiatan Pameran Pariwisata, pembuatan baliho di beberapa titik khusunya di Kuala Namo dan mengunakan media Instagram, facebook, dan twitter dengan link disparbud_ Langkat. Hal ini seperti yang di ungkapkan oleh Bapak Junaidi Jusaf

“promosi yang kita lakukan itu melalui media sosial seperti instagram, facebook dan twitter, dan ada beberapa titik untuk pemasangan baliho di Kuala Namo dan juga dinas pariwisata melakukan Gebyar Nusantara seperti pameran pariwisata”.

Berbagai langkah dan cara telah dilakukan baik oleh Lembaga Pariwisata

Batu Katak dan Pemerintah Kabupaten Langkat untuk mempromosikan Wisata

Batu Katak. Hal ini dilakukan untuk menarik para wisatawan berkunjung.

112

Universitas Sumatera Utara

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Destinasi Wisata Batu Katak merupakan perkampungan yang berada di bawah bukit barisan wilayah gunung lauser yang mempunyai keindahan alam yang masih hijau yang tersembunyi di balik perbukitan. Lokasi wisata ini dibuka pada tahun 2013 oleh kelompok masyarakat yang ada disana. Pembukaan lokasi wisata ini di pelopori oleh pihak taman nasional gunung leuser.

Pengelolaan wisata ini sendiri dikelola oleh lembaga yang dibentuk masyarakat setempat yang bernama lembaga pariwisata batu katak. Lembaga ini menaungi berbagai hal terkait yang menyangkut kegiatan yang ada dilokasi wisata termasuk didalamnya promosi lokasi wisata. Dalam pengelolaan tentu berkaitan erat dengan beberapa hal antara lain menyangkut keamanan, ketertiban dan kebersihan lokasi wisata.

Pastinya pihak pengelola wisata Batu Katak, selalu berusaha memberikan yang terbaik, selalu menjaga lingkungan, kebersihan, keramahan dan keamanan, juga selalu menjaga solidaritas antara kelompok ataupun lembaga.

Pemandian wisata alam batu katak terkenal dengan airnya yang sangat jernih dan segar serta pepohonan yang rindang menjadi daya tarik wisata ini.

Tentunya tidak hanya itu saja wisata alam batu katak juga memiliki banyak daya tarik sehingga wisatawan untuk datang ke wisata tersebut. Selain sungai ada hal lain yang menjadi daya tarik wisata seperti hutan, kebudayaan dan kuliner lokal.

Pihak pengelola tempat wisata ini melihat dan mengembangkan berbagai potensi

113

Universitas Sumatera Utara

yang ada di alam maupun masyarakat untuk dijadikan sebagai daya tarik di destinasi wisata ini.

Untuk membangun suatu perkembangan wisata sangat tidak gambang, namun berkat perjuangan dan bekerja keras lembaga dan kerja sama lembaga, pastinya wisata Batu Katak sudah sangat layak dikatakan wisata yang menarik menjadi tujuan wisata lokal maupun mancanegara.

Pembukaan destinasi wisata ini membawa pengaruh terhadap berbagai aspek. Dimana dalam hal ini ekonomi merupakan salah satu aspek yang dapat dilihat dari adanya sebuah destinasi wisata. Dimana situasi perekonomian di daerah itu jelas akan merasakan akibat langsung dari adanya objek wisata. Selain itu adanya destinasi wisata ini juga membawa pengaruh terhadap kondisi lingkungan alam maupun budaya yang ada di dalam masyarakat.

5.2. Saran

Destinasi Wisata Batu Katak merupakan lokasi wisata yang sangat potensial sebagai salah satu destinasi wisata yang ada di Kabupaten Langkat.

Pendapatan yang dihasilkan dari adanya destinasi wisata ini yang nantinya juga masuk kedalam pendapatan daerah Kabupaten Langkat. Pengembangan destinasi wisata ini tentunya perlu di dampingi oleh pemerintah. Untuk itu saya memberi saran agar pemerintah lebih berperan aktif untuk mendukung pengembangan destinasi wisata ini. Terutama hal yang harus di perhatikan adalah akses jalan.

Karena dalam penelitian ini saya menemukan akses jalan yang rusak untuk menuju ke lokasi Wisata Batu Katak.

114

Universitas Sumatera Utara

Adapun beberapa saran yang saya temui saat melakukan penelitian dari beberapa pengunjung yaitu berupa mengenai akses jalan tentunya, dan wisatawan juga menyarankan agar secepatnya menyediakan transportasi paling tidak transportasi melintas ke wisata tersebut.

Pihak lembaga juga sangat menyarankan, untuk wisata Batu Katak supaya pemerintak dalam waktu dekat, memberikan ataupun menurunkan bantuan untuk, pembanguan pelayanan informasi, dan juga bisa membantu untuk membimbing dengan cara hal apaun untuk mempermudah cara memperomosikan wisata Batu

Katak tersebut. Lembaga juga berharap supaya pemerintah lebih memperhatikan wisata Batu Katak, jangan hanya menginginkan pemasukan saja namun tidak ada timbal balik yang diselenggarakan seperti bantuan yang lebih.

115

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR FUSTAKA

Fachrudidin. 1992. Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Budaya. Lampung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Pandeli, Chafid. Mukhtison. 1998. Pengusahaan EkowisataI. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Kusudianto, Hadinoto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Erawan, I Nyoman. 1994. Pariwisata dan Pembangunan Ekonomi: Bali sebagai Kasus. Denpasar: UPADA Sastra.

Ermayanti. 2007. Antropologi Pariwisata. Jurnal Antropologi V/7.

Fadeli, Chafid. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Gilang, Kurniawan. 2017. Pemasaran, Daya Tarik Ekowisata dan Minat Berkunjung Wisatawan. Jurnal Bisnis dan Manajemen Volume 7 (2). 261- 276.

Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: ALFABET.

Muhammad, Ridwan. 2012. Perencanaan & pengembangan pariwisata. Jakarta: PT. Sofmedia.

Nur Afifah, Aulia. Luchman Hakim. 2017. Pengembangan Potensi Ekowisata Sungai Pekalen Atas, Desa Gedang, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo. Jurnal Wilayah dan Lingkungan Volume 5 No. 3. 156-167.

Pitana. I. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta.

Sokadijo. R.G. 1997. Anatomi Pariwisata (MemahaminPariwisata sebagai sytematic Linkage). Jakarta: PT. Gramedia.

Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Wisata.Yogyakarta: Gava Media

Warpani, Suwardjoko P. Indra P. Warpani. 2017. Pariwisata Dalam Tata Ruang Kota. Bandung: ITB.

116

Universitas Sumatera Utara

Yoeti, Oka. 2002 Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Sumber Lainnya http://disparbud.langkatkab.go.id http://id.m.wikipedia/wiki/Bahorok_Langkat http://kbbi.web.id http://langkatkab.bps.go.id http://langkatkab.go.id

117

Universitas Sumatera Utara