BioLink Vol. 2 (1) Agustus 2015 p-ISSN: 2356-458x e-ISSN:2597-5269

BioLink Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan

Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/biolink

KEANEKARAGAMAN JENIS DI PANTAI MUTIARA DESA KOTA PARI KECAMATAN PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

Mangrove Type Diversity In The Pantai Mutiara City Village Of Beach District Serdang Bedagai District Cermin North Sumatera Province

Sina 1, Retno Astuti Kuswardani 2, Jamilah Nasution 3 Fakultas Biologi Universitas Medan Area Jalan Kolam No. 1 Medan Estate 20223

*Corresponding author : E-mail: [email protected] Abstrak Penelitian tentang Keanekaragaman Jenis Mangrove di Pantai Mutiara Desa Kota Pari, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara dilaksanakan pada bulan Oktober s.d November 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis dan vegetasi mangrove berdasarkan tingkatan pertumbuhan. Metode penelitian adalah metode teknik survey eksploratif. Pengumpulan sampel untuk data vegetasi penelitian terdiri dari plot-plot pengamatan dengan total 12 plot yang berasal dari 3 transek. Hasil penelitian terdapat 6 jenis mangrove yaitu Avicennia marina, sexangula, apiculata, Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata , dan Nypa fruticans , yang tergolong dari 3 famili yaitu Avicenniaceae, , dan Arecaceae. Dari hasil analisis diketahui jenis Avicennia marina, Rhizophora apiculata dan Rhizophora stylosa merupakan jenis yang mendominasi kawasan pesisir Pantai Mutiara Desa Kota Pari Kecamatan Pantai Cermin. Berdasarkan analisis data yang didapat, indeks keanekaragaman (H’) mangrove di pantai tersebut tergolong rendah, yaitu tingkat semai H’ = 0,87, tingkat pacang H’ = 1,34, dan tingkat pohon H’ = 1,20. Hal ini menunjukkan bahwa jenis mangrove yang terdapat di Pantai tersebut sedikit.

Kata Kunci : Mangrove, keanekaragaman, vegetasi.

Abstract This Research on the diversity of Mangrove species in Pantai Mutiara Pari Village, Pantai Cermin Subdistrict, Serdang Bedagai Regency, North Sumatera Province was conducted in October s.d November 2012. The objective of this research is to know the diversity of species and mangrove vegetation based on growth level. The research method is explorative survey technique method. The sample collection for the research vegetation data consisted of observation plots with a total of 12 plots derived from 3 transects. The results of the study were 6 species of : Avicennia marina, Bruguiera sexangula, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, and Nypa fruticans, belonging to 3 families namely Avicenniaceae, Rhizophoraceae, and Arecaceae. From the analysis, it is known that Avicennia marina, Rhizophora apiculata and Rhizophora stylosa species dominate the coastal area of Pantai Mutiara Desa Kota Pari Pantai Pantai Cermin. Based on the analysis of data obtained, the index of diversity (H ') of mangroves on the beach is low, ie the seedlings H' = 0.87, the H1 = 1,34 and the H '= 1.20. This indicates that the type of mangrove contained in the beach is small.

Keywords : Mangrove, diversity, vegetation

How to Cite: Sina, Kuswardani, R.A., Nasution, J., (2015), Keanekaragaman Jenis Mangrove di Pantai Mutiara Desa Kota Pari Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, BioLink, Vol. 2 (1): 82- 96

82 BioLink Vol. 2 (1) Agustus 2015: 82-96

PENDAHULUAN pantai pulau-pulau besar mulai dari Indonesia merupakan negara Sumatera sampai Papua. Mangrove kepulauan yang memiliki garis pantai tumbuh pada pantai yang terlindung sepanjang 810.000 km jajaran pantai umumnya pada daerah-daerah teluk dan tergabung dalam 17.508 buah pulau dengan gerakan ombak yang minim yang merupakan gabungan antara (Triswanto, 2002). bentuk ekosistem pantai dan hutan Mangrove tidak tumbuh pada pantai. (Sugiarto, 2005) Istilah pantai pantai yang terjal dan bergelombang digunakan untuk menggambarkan besar dengan arus pasang surut yang tempat pertemuan daratan dan lautan kuat, karena hal ini tidak dalam satu jalur disepanjang pesisir. memungkinkan terjadinya pengendapan Pantai sangat dipengaruhi oleh gerakan lumpur dan pasir, sebagai substrat yang pasang surut. Kawasan ini akan terlihat diperlukan untuk pertumbuhannya. selama air surut dan tertutup air selama Ekosistem mangrove merupakan air pasang. Komunitas litoral teradaptasi ekosistem yang kompleks dan yang khas pada kondisi seperti ini yang mampu serta memiliki daya dukung yang besar bertahan dalam gerakan pasang surut terhadap lingkungan perairan yang ada yang kuat, terbuka terhadap atmosfer disekitarnya. Disamping dapat dan panas matahari (Murdiyanto,2003) digunakan sebagai benteng pantai Ekologi pantai dipengaruhi oleh terhadap hempasan ombak, hutan keadaan-keadaan di daerahyangjauh mangrove juga bisa dipandang sebagai lebih luas yakni dari daerah aliran penghasil unsur hara yang berasal dari sungai di pedalaman sampai perairan serasah. Unsur hara ini berperan lepas pantai. Wilayah ini mencakup penting untuk menentukan besarnya beberapa habitat yang dari segi biologi kandungan produktifitas suatu perairan. sangat produktif yaitu: muara sungai, Selain itu mangrove berfungsi sebagai wilayah basah pasang surut, hutan tempat memijah, bertelur, asuhan, bakau, perairan lepas pantai dan juga tempat makan dan pembesaran bagi sebagian merupakan daerah tempat berbagai jenis anak ikan dan udang. tinggal penduduk. Pada umumnya Selanjutnya potensi dari hutan habitat-habitat utama yang ada di pantai mangrove dapat ditinjau dari dua aspek meliputi: pulau kecil berbatu, formasi yaitu potensi ekologis dan potensi karang, pantai berpasir, dan lain-lain ekonomis. Potensi ekologis lebih (Murdiyanto, 2003). ditekankan pada kemampuannya dalam Hutan mangrove mendukung eksistensi lingkungan menggambarkan suatu varietas sebagai penahan angin, penahan komunitas pantai tropis yang gempuran ombak, pengendali banjir dan didominasi oleh pohon-pohon yang khas sebagai tempat persembunyian, mencari atau semak-semak yang mempunyai makan, serta tempat pemeliharaan kemampuan untuk tumbuh pada berbagai macam hewan air. Sedangkan perairan asin. Hutan mangrove potensi ekonomis dapat berupa kayu mendominasi kira-kira seperempat garis bakar, kosmetika, obat-obatan, bahan pantai daerah tropis. Di Indonesia hutan bangunan dan lain-lain (Daguri,dkk, mangrove tersebar hampir diseluruh 2002). 83 Sina, dkk, Keanekaragaman Jenis Mangrove di Pantai Mutiara Desa Kota Pari Kecamatan Pantai

Provinsi Sumatera Utara sedang gulung, meteran kain, kamera (alat mengalami tekanan yang sangat hebat dokumentasi), tali, kompas, pacak oleh berbagai bentuk kegiatan sehingga ukuran kecil, tabel sheet pengamatan mengakibatkan hilangnya kawasan (lampiran), buku tulis dan pensil. Bahan mangrove sekitar 85% (±168.145 Ha) yang digunakan antara lain : alkohol dan dari luas ±200.000 Ha pada tahun 1987, jenis mangrove. tinggal 15% atau ±31.885 Ha yang Metode yang digunakan dalam berfungsi baik pada tahun 2001. Hal ini penelitian adalah metode teknik survey memberikan gambaran bahwa kondisi eksploratif. Pengumpulan sampel untuk mangrove dalam kurun waktu 14 tahun data vegetasi terbagi atas jalur-jalur di Provinsi Sumatera Utara mengalami disepanjang garis pantai dan sungai penurunan yang sangat cepat (Susilo, besar yang ditentukan secara sengaja 2007). sesuai dengan tujuan penelitian dan Pemkab Serdang Bedagai (2009) kondisi lapangan (purposive random dalam Laporan Status Lingkungan Hidup sampling), dan dianggap representatif Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, mewakili tegakan mangrove di Pantai lahan kritis yang ada di Kabupaten Mutiara Kecamatan Pantai Cermin Serdang Bedagai seluas 13.733 Ha yang Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi terbagi dalam 11 Kecamatan. Kecamatan Sumatera Utara. Pantai Cermin merupakan urutan ke-3 Penentuan sampel untuk data dengan luas 1.780 Ha. Hal ini vegetasi digunakan metode transek menunjukkan terjadinya degradasi kuadrat (garis berpetak), yakni dengan hutan bakau cukup mengkhawatirkan. cara melompati satu atau lebih petak- Mengingat pentingnya peranan petak dalam jalur sehingga sepanjang hutan mangrove maka dilakukan garis rintis terdapat petak-petak pada penelitian keanekaragaman jenis jarak tertentu yang sama (Ahmad,1989). vegetasi ekosistem pantai yang ada di Pantai Mutiara Kecamatan Serdang Bedagai khususnya ruang lingkup mangrove dan kondisi ekologinya dengan pendekatan yang digunakan dari segi morfologi dengan mengidentifikasi spesies yang berasil dikoleksi.

METODE PENELITIAN Gambar 1. Skema Penempatan Petak Penelitian dilakukan pada bulan Contoh Oktober 2012 sampai dengan November 2012 di Pantai Mutiara Desa Kota Pari Keterangan: Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten A : Petak pengamatan semai (2 × 2 m) Serdang Bedagai Provinsi Sumatera B : Petak pengamatan pacang (5 × 5 m) Utara. C : Petak pengamatan pohon (10 × 10) Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : GPS ( Global Pengukuran vegetasi dilakukan Positioning System ), gunting, meteran dengan tiga pola yaitu : pengambilan 84 BioLink Vol. 2 (1) Agustus 2015: 82-96 data untuk semai (pemudaan tingkat penting. Untuk mengetahui kemantapan kecambah sampai setinggi < 1,5 m), (stabilitas) data berupa jenis-jenis pacang/anakan (pemudaan dengan vegetasi mangrove yang tunbuh di lokasi tinggi > 1,5 m sampai pohon muda yang penelitian, data penciri antar jenis, data berdiameter kecil dari 10 cm), dan lokasi kehidupannya serta dominasi pohon dewasa (berdiameter > 20 cm), jenis-jenis yang ditabulasikan ke dalam (Susilo, 2007). tabel data yaitu strata pohon, sapling, dan seedling. Prosedur analisis data Prosedur Kerja mengacu kepada Muller-Dombois dan Prosedur kerja dalam penelitian ini Ellenberg (1974); Causton (1988) dan memiliki tahapan sebagai berikut : Ludwig dan Reynolds (1988) dalam - Tahap Pertama, Melakukan survey Noor dkk, 2006). awal penentuan titik koordinat secara Sesudah tabulasi data dilakukan purposive random sampling. maka dilakukan pembatasan secara Penentuan titik diharapkan dapat deskriptif berdasarkan data-data dalam mewakili tegakan mangrove yang tabel data untuk mendapatkan berada di Pantai Mutiara Kecamatan kesimpulan penelitian. Rumus yang Pantai Cermin Kabupaten Serdang digunakan dalam penentuan struktur Bedagai. dan komposisi vegetasi adalah sebagai - Tahap Kedua, Pelaksanaan penentuan berikut : jalur dimaksud dan untuk selanjutnya dilakukan pembagian daerah vegetasi mangrove yang lebat yang dianggap mewakili keseluruhan vegetasi mangrove. Sebanyak tiga jalur transek dimana penentuan jalur

dimulai dari tegakan mangrove pertama dari bibir pantai sampai ke benteng. Jalur yang telah dibuat menjadi patokan untuk membuat plot 10×10 m, 5×5 m, dan 2×2 m yang dibuat dengan arah yang bergantiandengan jarak 10 m setiap 4. Indeks Nilai Penting (INP) plot. Pengambilan sampel vegetasi =Kerapatan Relatif + Frekuensi mangrove dilakukan dari tipe tegakan Relatif + Dominansi Relatif (untuk pohon, pacang, dan semai. Tahap tingkat pohon dan pacang) Ketiga, menganalisis data yang telah 5. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) diperoleh. dihitung dengan rumus Shannon- Wiener sebagai berikut: Analisis Data Data dianalisis untuk mengetahui nilai parameter struktur vegetasi yang mencakup frekuensi relatif, kerapatan relatif, dominansi relatif dan nilai 85 Sina, dkk, Keanekaragaman Jenis Mangrove di Pantai Mutiara Desa Kota Pari Kecamatan Pantai

Sumber Brower et al. (1990)

HASIL DAN PEMBAHASAN Keanekaragaman Jenis Mangrove di Pantai Mutiara Kecamatan Pantai Cermin Dimana : Hasil inventarisasi vegetasi H’= Indeks keanekaragaman jenis mangrove yang ada di Pantai Mutiara Pi= ni/N Kecamatan Pantai Cermin diperoleh dari Ni= Jumlah total individu ke-i (satu 12 petak pengamatan yang terbagi jenis) dalam 3 jalur transek. Dari 12 plot N= Jumlah total individu pengamatan vegetasi mangrove umumnya didominasi oleh famili Tabel 1. Klasifikasi Nilai Indeks Apicenniaceae dan Rhizophoraceae . Data Keanekaragaman (H’) jumlah individu dan jenis Vegetasi Nilai H’ Klasifikasi Mangrove di Pantai Mutiara Desa Kota Keanekaragaman Pari Kecamatan Pantai Cermin 0 < H’ < 3 Renadah Kabupaten Serdang Berdagai Provinsi 3,32 < H’ < 9,96 Sedang Sumatera Utara disajikan pada tabel 2. H’ > 9,96 Tinggi

Tabel 2. Jumlah Jenis-jenis Vegetasi Mangrove di Pantai Mutiara. No Jenis Famili Jumlah Individu Berdasarkan Tingkatan Tumbuhan

Pohon Pacang Semai 1 Avicennia marina Avicenniaceae 27 21 18 2 Bruguiera senxangula Rhizophoraceae - 5 - 3 Rhizophora apiculata Rhizophoraceae 16 32 14 4 Rhizophora stylosa Rhizophoraceae 9 13 2 5 Rhizophora mucronata Rhizophoraceae 1 - - 6 Nypa fruticans Arecaceae 2 3 - Jumlah 55 74 34 Dari hasil penelitian dijumpai 6 (tumbuhan/pohon yang tingginya spesies penyusun vegetasi yang terdiri kurang dari 1,5 m dan berdiameter lebih dari 3 famili. Penyusun vegetasi besar dari 10 cm) ada 5 jenis yaitu; berdasarkan tingkatan pertumbuhan Avicennia marina, Bruguiera senxangula, dapat dilihat dari tabel di atas bahwa Rhizophora apiculata, Rhizophora untuk tingkat pohon (tumbuhan yang stylosa, Nypa fruticans. Untuk tingkat berdiameter batang > 20 cm) terdapat 5 semai (pemudaan tingkat kecambah jenis yaitu; Avicennia marina, dengan tinggi < 1,5 m) terdapat 3 jenis Rhizophora apiculata, Rhizophora penyusun antara lain; Avicennia marina, stylosa, Rhizophora mucronata, Nypa Rhizophora apiculata, Rhizophora fruticans. Pada tingkat pancang stylosa .

86 BioLink Vol. 2 (1) Agustus 2015: 82-96

Total individu keseluruhan menempati dan tumbuh pada berbagai sebanyak 163 individu yang terdiri dari habitat pasang surut, bahkan di temapat 55 individu untuk tingkat pohon, 74 asin sekalipun. Jenis ini merupakan individu untuk tingkat pacang, dan 34 salah satu jenis tumbuhan yang paling individu untuk tingkat semai. Dari 12 umum di temukan di habitat pasang petak contoh yang dibagi dari 3 stasiun surut. Akarnya sering dilaporkan pengamatan penyusun vegetasi membantu pengikatan sedimen dan berdasarkan tingkatan pertumbuhan mempercepat proses pembentukan yaitu semai, pacang, dan pohon hampir tanah timbul. Jenis ini dapat juga selalu dijumpai jenis Avicennia dan bergerombol membentuk suatu Rhizophora . kelompok pada habitat tertentu. Menurut Tomlinson (1986) Berbuah sepanjang tahun, kadang- Kawasan hutan mangrove pesisir pantai kadang bersifat vivipar. Buah membuka kawasan indo-malesia (Indonesia dan pada saat telah matang, melalui lapisan Malaysia) yamg merupakan pusat dorsal. Buah dapat juga terbuka karena biogeografi jenis-jenis tertentu seperti dimakan semut atau setelah terjadi Rhizophora, Bruguiera, Sonneratia, penyerapan air (Noor dkk, 2006). Avicennia, Ceriops, Lumnitzera dan jenis Secara morfologi Avicennia lainnya. Diperkuat oleh Kusmana (1995) marina dapat dikenali, bentuk daunnya bahwa jenis-jenis mangrove yang bulat memanjang dan meruncing. Pada terdapat di Sumatera antara lain daunnya bagian atas permukaan daun Avicennia marina, Avicennia officinalis, ditutupi bintik-bintik kelenjar Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera berbentuk cekung. Bagian bawah daun parviflora, Excoecaria agallocha, putih abu-abu muda. Bunga berbentuk Rhizophora apiculata, Rhizophora seperti trisula bergerombol yang mucronata, Sonneratia alba. terletak diujung atau ketiak daun. Buah agak membulat, berwarna hijau agak Struktur Vegetasi dan Deskripsi keabu-abuan. Permukaan buah Spesies Mangrove di Pantai Mutiara berambut halus (seperti ada tepungnya) Dari hasil penelitian diketahui dan ujung buah agak tajam seperti penyusun vegetasi mangrove di Pantai paruh. (Gambar 2.) Berdasarkan Mutiara terdiri dari 6 spesies yang penyebarannya, Avicennia marina tergolong ke dalam 3 famili. Dari tersebar diseluruh Indonesia, selain keenam jenis mangrove tersebut Indonesia juga tumbuh di Afrika, Asia, memiliki ciri morfologi, habitat serta Amerika Selatan, Australia, Polynesia penyebaran yang berbeda. dan Selandia Baru (Noor dkk, 2006).

Deskripsi Morfologi Jenis Vegetasi Penyusun Mangrove di Pantai Mutiara a. Avicennia marina Avicennia marina adalah tumbuhan pionir yang hidup di pantai terlindung. Memiliki kemampuan 87 Sina, dkk, Keanekaragaman Jenis Mangrove di Pantai Mutiara Desa Kota Pari Kecamatan Pantai

Gambar 2. Avicennia marina

Klasifikasi Avicennia marina Kingdom : Plantae Gambar 3. Bruguiera senxangula Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Klasifikasi Bruguiera senxangula Ordo : Lamiales Kingdom : Plantae Family : Avicenniaceae Divisi : Magnoliophyta Genus : Avicennia Kelas : Magnoliopsida Spesies : Avicennia marina Ordo : Myrtales Family : Rhizophoraceae b. Bruguiera senxangula Genus : Bruguiera Secara morfologi, Bruguiera Spesies : Bruguiera senxangula senxangula dapat dikenali bentuk daun agak tebal, berkulit, dan memiliki bercak c. Rhizophora apiculata hitam dan memiliki kelenjar dan bentuk Secara morfologi, Rhizophora buahnya (Gambar 3.) membulat dan apiculata dapat dikenali bentuk daunnya agak meruncing dibagian bawah bunga meruncing dan lonjong dan agak warna kuning kehijauan atau berkulit, berwarna hijau tua dan hijau kemerahan dan kecoklatan tumbuh muda pada bagian tengah kemerahan di disepanjang jalur air dan tambak pantai, bagian bawah kepala bunga kekuningan pada berbagai tipe substrat yang tidak dan kecoklatan, dan bentuk batangnya sering tergenang. Biasanya tumbuh pada kecil dan warna ke abu-abuan (Gambar kondisi yang lebih basah dibanding B. 4.) berkulit, berwarna hijau tua dan Gymnorrhiza. Kadang-kadang terdapat hijau muda pada bagian tengah pada pantai berpasir. Toleran terhadap kemerahan di bagian bawah, kepala kondisi air asin, payau, dan tawar. bunga kekuningan dan kecoklatan, Perbungaan terjadi sepanjang tahun. buahnya kasar dan berbentuk bulat Bunganya yang besar diserbuki oleh memanjang seperti buah pir warna burung. Hipokotil disebarkan melalui kecoklatan, Rhizophora apiculata air. Bruguiera senxangula hidup tumbuh pada tanah berlumpur, halus, tersebar dari , Seluruh Asia dalam, dan tergenang pada saat pasang Tenggara (termasuk Indonesia) hingga normal. Tidak menyukai substrat yang Australia Utara (Noor dkk, 2006). lebih keras yang bercampur dengan pasir. Tingkat dominasi dapat mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu 88 BioLink Vol. 2 (1) Agustus 2015: 82-96 lokasi. Menyukai perairan pasang surut pasang surut : lumpur, pasir, dan batu. yang memiliki pengaruh masukan air Menyukai pematang sungai pasang tawar yang kuat secara permanen. surut, tetapi juga sebagai jenis pionir di Percabangan akarnya dapat tumbuh lingkungan pesisir pada bagian daratan secara abnormal karena gangguan dari mangrove. Satu jenis relung khas kumbang yang menyerang ujung akar. yang bisa ditempatinya adalah tepian Kepiting dapat juga menghambat mangrove pada pulau/substrat karang. pertumbuhan mereka karena Menghasilkan bunga dan buah mengganggu kulit akar anakan. Tumbuh sepanjang tahun. Kemungkinan lambat, tetapi perbungaan terdapat diserbuki oleh angin. Rhizophora stylosa sepanjang tahun. Rhizophora apiculata tersebar di Taiwan, Malaysia, Filipina, tersebar di Indonesia, Sri Lanka, dan sepanjang Indonesia, Papua New Guinea seluruh Malaysia hingga Australia dan Australia Tropis (noor dkk, 2006). Tropis dan Kepulauan Pasifik (Noor dkk, 2006).

Gambar 5. Rhizophora stylosa Gambar 4. Rhizophora apiculata Klasifikasi Rhizophora stylosa

Kingdom : Plantae Klasifikasi Rhizophora apiculata Divisi : Magnoliophyta Kingdom : Plantae Kelas : Magnoliopsida Divisi : Magnoliophyta Ordo : Kelas : Magnoliopsida Family : Rhizophoraceae Ordo : Malpighiales Genus : Rhizophora Family : Rhizophoraceae Spesies : Rhizophora stylosa Genus : Rhizophora

Spesies : Rhizophora apiculata e. Rhizophora mucronata Rhizophora stylosa secara D. Rhizophora stylosa morfologi dapat dikenali bentuk Jenis Rhizophora stylosa secara daunnya memanjang dan meruncing morfologi dapat dikenali bentuk daun agak berkulit, daun berwarna hijau berkulit, berbintik dan berwarna dan kekuningan terletak pada pangkal kekuningan, dan bentuk buahnya gagang dan melebar hingga bulat memanjang dan agak bulat dan warna memanjang dan meruncing, buah buahnya hijau kekuningan dan lonjong atau panjang hingga berbentuk kecoklatan (Gambar 5.) merupakan jenis berwarna hijau kecoklatan, dapat mangrove yang dapat tumbuh pada tumbuh di areal yang sama dengan salinitas tinggi hingga 55 %. Tumbuh Rhizophora apiniculata tetapi lebih pada habitat yang beragam di daerah 89 Sina, dkk, Keanekaragaman Jenis Mangrove di Pantai Mutiara Desa Kota Pari Kecamatan Pantai toleran terhadap substrat yang lebih coklat, dan kaku, dan berserat keras dan pasir. Pada umumnya merupakan jenis mangrove dan tumbuh Rhizophora stylosa tumbuh dalam pada substrat yang halus, pada bagian kelompok, dekat atau pada pematang tepi atas dari jalan air. Tumbuhan ini sungai pasang surut dan di muara memerlukan masukan air tawar tahunan sungai, jarang sekali tumbuh pada yang tinggi, dan jarang terdapat diluar daerah yang jauh dari air pasang surut. zona pantai. Biasanya tumbuh pada Pertumbuhan optimal terjadi pada areal tegakan yang berkelompok, memiliki yang tergenang dalam, serta pada tanah sistem perakaran yang rapat dan kuat yang kaya akan humus. Rhizophora yang tersesuaikan lebih baik terhadap stylosa merupakan salah satu jenis perubahan masukan air, dibandingkan tumbuhan mangrove yang paling dengan sebagian besar jenis tumbuhan penting dan paling tersebar luas. mangrove lainnya. Serbuk sari lengket Perbungaannya terjadi sepanjang tahun. dan penyerbukan nampaknya dibantu Rhizophora stylosa tersebar di Afrika oleh lalat Drosophila. Buah yang Timur, Madagaskar, Mauritania, Asia berserat serta adanya rongga udara Tenggara, seluruh Malaysia dan pada biji membantu penyebaran mereka Indonesia, Melanesia dan Mikronesia melalui air. Kadang-kadang bersifat (Noor dkk, 2006). vivipar. Nypa fruticans tersebar di Asia Tenggara, Malaysia, seluruh Indonesia, Papua New Guinea, Filipina, Australia dan Pasifik Barat. (Noor dkk,2006).

Gambar 6. Rhizophora mucronata

Klasifikasi Rhizophora mucronata Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Gambar 7. Nypa fruticans Ordo : Malpighiales Klasifikasi Nypa fruticans Family : Rhizophoraceae Kingdom : Plantae Genus : Rhizophora Divisi : Magnoliophyta Spesies : Rhizophora mucronata Kelas : Liliopsida Ordo : Arecales d. Nypa fruticans Famili : Arecaceae Nypa fruticans secara morfologi Genus : Nypa dapat dikenali bentuk daunnya Spesies : Nypa fruticans berwarna hijau mengkilat di atas daunnya seperti susunan daun kelapa, dan bentuk buahnya bulat, berwarna

90 BioLink Vol. 2 (1) Agustus 2015: 82-96

Kerapatan Dan Kerapatan Relatif 1066,67 individu/ha dan tingkat semai Berdasarkan Tingkatan berkisar antara 416,67-3750 Pertumbuhan individu/ha. Kerapatan relatif jenis Hasil analisa vegetasi mangrove mangrove untuk tingkat pohon berkisar dari 12 petak contoh stasiun antara 1,82%-49,09%, untuk tingkat pengamatan maka didapatkan nilai pacang sekitar antara 4,05%43,24%, kerapatan dan kerapatan relatif. Nilai untuk tingkat semai kerapatan jenis kerapatan vegetasi mangrove untuk mangrove berkisar antara 5,88%- tingkat pohon berkisar antara 8,33- 52,94%. 225,00 individu/ha, tingkat pacang 100-

Tabel 3. Kerapatan dan Kerapatan Relatif Berdsarkan Tingkat Pertumbuhan No Jenis Kerapatan (Individu/ha) Kerapatan Relatif (%) Pohon Pacang Semai Pohon Pacang Semai 1 Avicennia 225,00 700,00 3750,00 49,09 28,38 52,94 marina 2 Bruguiera - 166,67 - - 6,76 - senxangula 3 Rhizophora 133,33 1066,67 2916,67 29,09 43,24 41,18 apiculata 4 Rhizophora 75,00 433,33 416,67 16,36 17,57 5,88 stylosa 5 Rhizophora 8,33 - - 1,82 - - mucronata 6 Nypa fruticans 16,67 100,00 - 3,64 4,05 - Jumlah 100,00 100,00 100,00 Dari Tabel 3. Dapat dilihat bahwa relatif tertinggi dari jenis Rhizophora untuk tingkat pohon kerapatan tertinggi apiculata dengan nilai 4,05%. Pada adalah jenis Avicennia marina yaitu 225 tingkat semai kerapatan relatif tertinggi individu/ha, untuk tingkat pacang dari jenis Avicennia marina dengan nilai kerapatan tertinggi terdapat pada jenis 52,94% terendah pada jenis Rhizophora Rhizophora apiculata dengan 1066,67 stylosa dengan nilai 5,88%. individu/ha, dan untuk tingkat semai kerapatan tertinggi terdapat pada jenis Frekuensi dan Frekuensi Relatif Avicennia marina yaitu 3750 Berdasarkan Tingkat Pertumbuhan individu/ha. Nilai frekuensi vegetasi Kerapatan relatif mangrove untuk tingkat pohon berkisar menggambarkan kondisi tutupan hutan antara 0,08-0,58, tingkat pacang 0,08- yang terdapat pada suatu daerah 0,50 dan tingkat semai berkisar antara ataupun areal. Dari 6 jenis vegetasi 0,17-0,58. Frekuensi relatif jenis mangrove didapatkan nilai kerapatan mangrove untuk tingkat pohon berkisar relatif tertinggi untuk tingkat pohon dari antara 5,88%-41,18%, untuk tingkat jenis Avicennia marina dengan nilai pacang berkisar antara 5%-30%, untuk 49,09%, kerapatan relatif terendah tingkat semai berkisar antara 14,29%- adalah Rhizophora mucronata dengan 50,00%. 1,82%. Untuk tingkat pacang kerapatan 91 Sina, dkk, Keanekaragaman Jenis Mangrove di Pantai Mutiara Desa Kota Pari Kecamatan Pantai

Tabel 4. Frekuensi dan Frekuensi Relatif Berdasarkan Tingkatan Pertumbuhan No Jenis Frekuensi Frekuensi Relatif (%) Pohon Pacang Semai Pohon Pacang Semai 1 Avicennia 0,58 0,50 0,58 41,18 30,00 50,00 marina 2 Bruguiera - 0,17 - - 10,00 - senxangula 3 Rhizophora 0,50 0,50 0,42 35,29 30,00 35,71 apiculata 4 Rhizophora 0,17 0,42 0,17 11,76 25,00 14,29 stylosa 5 Rhizophora 0,08 - - 5,88 - - mucronata 6 Nypa fruticans 0,08 0,08 - 5,88 5,00 - Jumlah 100,00 100,00 100,00 Frekuensi relatif dapat Dominansi dan Dominansi Relatif menggambarkan sebaran jenis pohon Berdasarkan Tingkatan dalam suatu areal. Dari hasil analisis Pertumbuhan seperti terlihat pada Tabel.4 Frekuensi Dominansi merupakan relatif tertinggi untuk tingkat pohon dari parameter yang menyatakan tingkat jenis Avicennia marina dengan nilai 41, terpusatnya dominansi (penguasaan) 18%, frekuensi relatif terendah adalah spesies dalam suatu komunitas. Rhizophora mucronata dan Nypa Dominansi merupakan Luas Bidang fruticans dengan nilai yang sama 5,88%. Dasar (LBD) suatu jenis di bagi luas area Untuk tingkat pacang frekuensi relatif pengambilan contoh. Nilai LBD jenis tertinggi dari jenis Avicennia marina dan didapat dari penghitungan dari Rhizophora apiculata dengan nilai yang pengambilan diameter batang, sama 30% dan terendah terdapat pada dominansi untuk semai tidak dapat di jenis Nypa fruticans yaitu 5%. Pada hitung karena data diameter batang tingkat semai frekuensi relatif tertinggi tidak diambil. Sehingga nilai dominansi dari jenis Avicennia marina dengan nilai hanya untuk tingkat pohon dan 50,00%, terndah pada jenis Rhizophora pacang.Adapun nilai dominansi di Pantai stylosa dengan nilai 14,29%. Mutiara adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Dominansi dan Dominansi Relatif Berdasarkan Tingkatan Pertumbuhan No Jenis Dominansi Dominansii Relatif (%) Pohon Pacang Semai Pohon Pacang Semai 1 Avicennia 5,62 1,45 - 56,41 25,60 - marina 2 Bruguiera - 0,78 - - 13,75 - senxangula 3 Rhizophora 2,50 2,40 - 25,04 42,60 - apiculata 4 Rhizophora 1,40 0,96 - 14,04 17,05 - stylosa

92 BioLink Vol. 2 (1) Agustus 2015: 82-96

5 Rhizophora 0,11 - - 1,12 - - mucronata 6 Nypa fruticans 0,34 0,06 - 3,39 1,00 - Jumlah 100,00 100,00 100,00 Nilai dominansi jenis mangrove Menurut Odum (1971) dalam Susilo untuk tingkat pohon berkisar antara (2007), jenis yang dominan memiliki 0,11-5,62, dan tingkat pacang 0,06-2,40. produktivitas yang besar dimana dalam Nilai dominansi relatif berkisar antara menentukan suatu jenis vegetasi 1,12-56,41% untuk tingkat pohon dan dominan yang perlu diketahui adalah berkisar antara 1-42,60% untuk tingkat diameter batang. Menurut Hortshon pacang. (1976) dalam Susilo (2007), Dari Tabel 5. Niali dominansi menambahkan bahwa yang paling tertinggi untuk tingkat pohon terdapat berpengaruh dalam menentukan pada jenis Avicennia marina dengan nilai besarnya diameter batang adalah jenis 5,62, untuk tingkat pacang dominansi dan umur pohon. tertinggi terdapat pada jenis Rhizophora apiculata dengan nilai 2,40. Untuk Indeks Nilai Penting dominansi relatif tertinggi tingkat pohon Menurut (Sulistiyowati, 2009) terdapat pada jenis Avicennia marina Indeks Nilai Penting (INP) merupakan nilainya 56,41% dan dominansi relatif besaran yang menunjukkan kedudukan terendah adalah jenis Rhizophora suatu jenis terhadap jenis lain di dalam mucronata dengan nilai 1,12%. Untuk suatu komunitas INP diturunkan dari tingkat pacang Rhizophora apiculata Kerapatan relatif (Kr), Frekuensi relatif memiliki nilai dominansi relatif tertinggi (Fr) dan Dominansi relatif (Dr) dari yaitu 42,60% dan terendah terdapat jenids-jenis yang menyusun komunitas pada jenis Nypa fruticans dengan 1%. yang di amati. Dari perhitungan Nilai dominansi dan nominansi kerapatan relatif jenis, frekuensi relatif relatif yang tinggi menunjukkan jenis jenis, dan dominansi relatif jenis maka tersebut memiliki diamater batang yang diperoleh indeks nilai penting jenis besar dan produktivitas yang besar pula. seperti terlihat pada tabel 6.

Tabel 6. Indeks Nilai Penting Komunitas Mangrove No Jenis Nilai INP Pohon Pacang Semai 1 Avicennia marina 146,67 83,98 102,94 2 Bruguiera senxangula - 30,50 - 3 Rhizophora apiculata 89,42 115,84 76,89 4 Rhizophora stylosa 42,17 59,62 20,17 5 Rhizophora mucronata 8,82 - - 6 Nypa fruticans 12,91 10,06 - Jumlah 300,00 300,00 200,00

93 Sina, dkk, Keanekaragaman Jenis Mangrove di Pantai Mutiara Desa Kota Pari Kecamatan Pantai

Dari Tabel 6. Dapat diketahui jenis Keanekaragaman merupakan ciri Avicennia marina memiliki indeks nilai tingkat komunitas berdasarkan penting tertinggi untuk tingkat pohon organisasi biologinya. Keanekaragaman dan semai, dengan nilai 146,67 untuk spesies dapat digunakan untuk pohon, dan 102,94 untuk tingkat semai. menyatakan struktur komunitas dan Sementara untuk tingkat pacang berada stabilitas komunitas, yiatu kemampuan pada jenis Rhizophora apiculata dengan suatu komunitas untuk menjaga dirinya nilai 115,84. Indeks nilai penting tetap stabil meskipun gangguan terhadap terendah untuh tingkat pohon berada komponen-komponennya pada jenis Rhizophora mucronata yaitu (Soegianto,1994). Keanekaragaman 8,82 dan tingkat pacang berada pada spesies menunjukkan bahwa suatu jenis Nypa fruticans yaitu 10,06. komunitas memiliki kompleksitas tinggi Sedangkan pada tingkat semai berada karena interaksi spesies yang terjadi pada jenis Rhizophora stylosa dengan dalam komunitas itu sangat tinggi, nilai 20,17. sebaliknya jika keanekaragaman spesies Hal ini menunjukkan bahwa rendah maka dikatakan komunitas itu Avicennia marina mampu bersaing disusun oleh sedikit spesies (Indriyanto, dengan lingkungannya dan disebut 2006). dengan dominan.(Noor dkk, 2006) Dari analisis data keseluruhan mengatakan di Indonesia, substrat maka dapat diperoleh indeks berlumpur ini sangat baik untuk tegakan keanekaragaman jenis yang dibedakan Rhizophora mucronata dan Avicennia berdasarkan tingkat pertumbuhan marina . seperti pada tabel 7. Kondisi salinitas sangat mempengaruhi komposisi mangrove. Tabel 7. Indeks Keanekaragaman Jenis Berbagai jenis mangrove mengatasi Tingkat Indeks kadar salinitas dengan cara yang Pertumbuhan Keanekaragaman berbeda-beda. Beberapa diantaranya Jenis (H’) secara selektif mampu menghindari Semai 0,87 penyerapan garam dari media Pacang 1,34 tumbuhnya, sementara beberapa jenis Pohon 1,20 lainnya mampu mengeluarkan garam dari kelenjar khusus pada daunnya. Berdasarkan tabel 7. Indeks Avicennia merupakan marga yang keanekaragaman jenis (H’) diketahui memiliki kemampuan toleransi terhadap bahwa pada tingkat semai, pacang dan kisaran salinitas yang luas dibandingkan pohon keanekaragaman jenis vegetasi dengan marga lainnya. Avicennia marina mangrove di Pantai Mutiara Kecamatan mampu tumbuh dengan baik pada Pantai Cermin Kabupaten Serdang salinitas yang mendekati tawar sampai Berdagai Provinsi Sumatera Utara 0 dengan 90 /00 (MacNae,1968 dalam tergolong rendah, H’ berkisar antara Noor dkk, 2006). 0,87-1,34. Pada seluruh tingkatan pertumbuhan, keanekaragaman jenis vegetasi mangrove di setiap plot Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) tergolong rendah yant terlihat dari nilai 94 BioLink Vol. 2 (1) Agustus 2015: 82-96 indeks keanekaragaman (H’) < 2,0. Makin Menurut Aksornkoae,Noor dkk, (1993), besar H’ suatu komunitas maka semakin kisaran suhu lingkungan untuk hutan mantap pula komunitas tersebut. Nilai (ekosistem) yang alami berkisar antara H’=0 dapat terjadi bila hanya satu spesies 21-31 0C, suhu air berada pada kisaran dalam satu contoh (sampel) dan H’ 28 0C. Suhu pe,batasan kehidupan maksimal bila semua jenis mempunyai mangrove adalah suhu yang rendah dan individu yang sama dan ini menunjukkan kisaran suhu musiman. Suhu yang baik kelimpahan terdistribusi secara untuk kehidupan mangrove tidak kurang sempurna (Ludwig dan Reynolds, 1988). dari 20 0C, sedangkan kisaran musiman Indeks keragaman yang suhu tidak melebihi 5 0C. Suhu yang tinggi digunakan dalam penelitian ini adalah (>40 0C) cenderung tidak mempengaruhi indeks keragaman berdasarkan kriteria pertumbuhan dan/atau kehidupan (Barbour dkk, 1987). Kriteria nilai indeks tumbuhan mangrove. keragaman jenis berdasarkan Barbour (H’) sebagai berikut : jika H’ < 3 SIMPULAN tergolong rendah, 3,32 < H’ < 9,96 Penyusun komunitas mangrove di tergolong sedang, dan jika H’ > 9,96 Pantai Mutiara Desa Kota Pari tergolong tinggi. Keanekaragaman jenis Kecamatan Pantai Cermin secara umum yang tinggi merupakan indikator dari terdapat 3 famili yang tergolong ke kemantapan atau kestabilan dari suatu dalam 6 jenis mangrove yaitu Avicennia lingkungan pertumbuhan. Kestabilan marina, Rhizophora mucronata, yang tinggi menunjukkan tingkat Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, kompleksitas yang tinggi, Hal ini Bruguiera senxangula dan Nypa fruticans. disebabkan terjadinya interaksi yang Dari hasil analisis diketahui jenis tinggi pula sehingga akan mempunyai Avicennia marina, Rhizophora apiculata, kemampuan lebih tinggi dalam dan Rhizophora stylosa adalah jenis menghadapi gangguan terhadap mangrove yang mendominasi kawasan komponen-komponennya (Barbour dkk, pesisir Pantai Mutiara Desa Kota Pari 1987). Hal ini juga berhubungan dengan Kecamatan Pantai Cermin. faktor fisika kimia, hasil pengukuran Keanekaragaman mangrove di faktor fisika kimia Perairan Pantai Pantai Mutiara Desa Kota Pari Mutiara Kabupaten Serdang Berdagai, Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten yang meliputi suhu, kecerahan air, dan Serdang Berdagai Provinsi Sumatera Ph. Suhu berkisar antara 29-32 0C. Utara tergolong rendah yaitu (H’) Kecerahan air berkisar 25,5-32,9 dan Ph berkisar antara 0-1,34, karena spesies air berkisar 7,5-7,7. yang di dapat sangat sedikit. Tingginya suhu air disebabkan karena tutupan mangrove yang rendah DAFTAR PUSTAKA sehingga penyinaran (intensitas cahaya) Ahmad, T. 1989. Potentiallities of Mangrove yang masuk sangat tinggi. Namun Forest Related to Coastal Aquaculture: A Case Study in Bone-Bone Luwu South demikian, kondisi kisaran suhu Sulawesi . Reasearch Institute of Coastal ekosistem ini masih dalam batas nilai Aquaculture Maros, Sulawesi Selatan, toleransi bagi kehidupan organisme dan Indonesia. Symposium on Mangrove Management : Its Ecological and tumbuhan mangrove pada umumnya. Economic Consideration. Bogor. 95 Sina, dkk, Keanekaragaman Jenis Mangrove di Pantai Mutiara Desa Kota Pari Kecamatan Pantai

Indonesia. August 9-11,1988. Biotrop Program Pascasarjana.Institut Pertanian Spesial Publication No. 37. Published by Bogor.Bogor. SEAMEO-BIOTROP. Tomlinson,P.B.1986. The Botany of Mangroves . Aksornkoae, S. 1993 . Ecology and Management of Cambridge University Press. Cambridge, Mangrove . The IUCN Wetlands U.K.,419 pp. Programme. Bangkok. Thailand. Triswanto, A.2002. Tinjauan Pendekatan Ekologis Barbour, G.M., J.K. Burk, and W.D. Pitts. 1987. dalam Rehabilitasi Hutan Mangrove di Terrestrial Ecology. Loa Angeles: Provinsi NTB .Tesis. Bogor:IPB. The Benyamin/Cummings Publishing Company.Inc. Causton, D.R. 1998. Introduction to Vegetation Analysis, Principles, practice and interpretation. Unwin Hyman.London. Dahuri, Rais R.J., Ginting dan Sitepu, M.J, 2002. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu, Pradnya Paramita, Jakarta. Indriyanto.2006. Ekologi Hutan . Jakarta: Bumi Aksara. Kusmana, C.1995. Habitat Hutan Mangrove Dan Biota. Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.Bogor. Ludwig, J.A. and J.F. Reynolds. 1988. Statistical Ecology. A Primer on Methods and Computing . John Wiley and Sons. New York. MacNae,W.1968. A General Account of the fauna and flora of Mangrove Swamps and Foret in the Indo-West-Pasific Region. Adv.Mar. Biol., 6: 73-270. Muller-Dombois, D. Dan H. Ellenberg.1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology .John Wiley and Sons. New York. Murdiyanto,B.2003 . Mengenal, Memelihara, Dan Melestarikan Ekosistem Bakau . Jakarta. Direktorat Jendral Perikanan Tangka Departemen Kelautan Dan Perikanan. Noor, Y.S., M. Khazali, dan I.N.N. Suryadipura. 2006, Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia , PKA/WI,IPB Bogor. Odum, P. E. 1971. Dasar-Dasar Ekologi . Terjemahan Ir.Tjahjono Samingan. Cet.2. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Pemerintahan Kabupaten Serdang Berdagai. 2009. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. Sei Rampah.Sumatera Utara. Sugiarto, E., 2005. Penghijauan Pantai , Penebar Swadaya,Jakarta. Sulistiyowati, H. 2009. Biodiversitas mangrove di cagar alam Pulau sempu jurnal saintek, vol,8,no.1s Susilo, 2007. Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. [Tesis].

96