BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi merupakan organisasi ekonomi rakyat yang mana koperasi
sebuah lembaga sosial ekonomi yang dapat mengontrol dan menghindari
eksploitasi ekonomi dari para tengkulak, rentenir dan lain sebagainya.
Sehingga dalam organisasi koperasi dapat menghimpun para pelaku ekonomi
rakyat dalam dua aspek. Pertama, secara kolektif menghimpun para pelaku
ekonomi rakyat dalam menjual produk-produk yang mereka hasilkan
langsung ke konsumen dengan posisi tawar yang menentukan.Kedua.
organisasi koperasi dapat menjadi wadah yang bertanggung jawab dalam
memberi barang-barang yang diperlukan oleh para pelaku ekonomi rakyat
langsung dari para pemasok di sektor modern yang dengan posisi tawar yang
kukuh pula. Melalui organisasi koperasi seluruh para pelaku penindas dan
parasit ekonomi disapu bersih (Arief, 2012).
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) adalah sebuah koperasi yang
modalnya diperoleh dari simpanan pokok dan simpanan wajib para anggota
koperasi. Kemudian modal yang telah terkumpul tersebut dipinjamkan kepada
para anggota koperasi dan terkadang juga dipinjamkan kepada orang lain yang
bukan anggota koperasi yang memerlukan pinjaman uang, baik untuk
keperluan komsumtif maupun untuk modal kerja. Kepada setiap peminjam,
10 11
KSP menarik uang administrasi setiap bulan sejumlah sekian persen dari uang pinjaman.
Pembentukan koperasi berdasarkan asas kekeluargaan dan gotong royong khususnya untuk membantu para anggotanya yang memerlukan bantuan baik berbentuk barang ataupun pinjaman uang. Koperasi simpan pinjam sebagai lembaga pembiayaan di karenakan usaha yang di jalankan oleh koperasi simpan pinjam adalah usaha pembiayaan yaitu menghimpun dana dari para anggotanya yang kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada para anggotanya atau masyarakat umum.
Secara umum ruang lingkup kegiatan usaha koperasi simpan pinjam adalah penghimpunan dan penyaluran dana yang berbetuk penyaluran pinjaman terutama darai dan untuk anggota. Pada perkembanganya memang koperasi simpan pinjam melayani tidak saja anggota tetapi juga masyarakat luas.
Koperasi simpan pinjam dilihat dari aspek pasiva melakukan kegiatan penghimpunan dana baik dari anggota ataupun masyarakat umum. Bentuk penghimpunan ini bisa berupa tabungan atau simpanan sedangan dari masyarakat bisa berbentuk pinjaman modal. Kegiatan usaha dari aspek aktiva merupakan upaya dari koperasi simpan pinjam untuk memperoleh laba dengan cara mengalokasikan dari hasil dari penghimpunan yang disalurkan kepada anggota dalam bentuk pijaman (Anoraga & Widiyanti, 2012). 12
Menurut Anoraga & Widiyanti (2012), lebih jauh jika dikerucupkan maka kegiatan koperasi simpan pinjam bisa di rinci sebagai berikut:
1. Koperasi simpan pinjam dituntut mampu melayani penyimpanan dan juga
penarikan dana oleh anggota sesuai dengan ketentuan serta kesepakatan.
2. Koperasi simpan pinjam juga menyalurkan dana yang terkumpul kepada
anggota yang dimasa datang akan diterima kembali secara bertahap.
Kedua kegiatan diatas harus dikelola sedemikian rupa sehingga penghimpunan dan penyaluran berjalan seimbang.
Untuk bisa menjalankan usahanya koperasi simpan pinjam harus melakukan penghimpunan dana. Dana-dana tersebut bisa uang yang masuk kategori hutang atau ekuitas atau kekayaan bersih. Menurut PP 9 Tahun 1995 simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya kepada koperasi simpan pinjam dalam bentuk tabungan dan simpanan koperasi berjangka. Pengertian simpanan sebagaimana dinyatakan dalam PP tersebut adalah simpanan yang merupakan hutang bagi koperasi simpan pinjam, sementara itu terdapat jenis simpanan lain dari anggota yang merupakan kekayaan bersih bagi koperasi simpan pinjam, yaitu simpanan pokok dan simpanan wajib. Pembahasan mengenai simpanan di bawah ini, meliputi simpanan yang merupakan kekayaan bersih, yaitu simpanan pokok dan simpanan wajib serta simpanan yang merupakan hutang, yaitu tabungan dan simpanan berjangka. 13
2.2 Kredit Koperasi Simpan Pinjam
1. Pengertian kredit koperasi simpan pinjam
Menurut Johanes (2014) kata "kredit" berasal dari bahasa Romawi
"credere" yang berarti percaya atau credo atau creditum yang berarti saya
percaya. Seseorang yang mendapatkan kredit adalah seseorang yang telah
mendapat kepercayaan dari kreditur.
Adapun menurut Hasibuan (2017) mengemukakan pengertian
kredit yang lebih jelas bahwa: "Kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam
sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati".
Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 pada pasal 1 ayat
12 “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan kesepakatan pinjam meminjam antara kreditur dan
pihak lain yang dapat mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu dengan jumlah bunga imbalan atau
pembagian hasil keuntungan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kredit koperasi
simpan pinjam adalah penyediaan uang atau tagihan yang harus dibayar
kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang
telah disepakati antara nasabah dengan pihak koperasi simpan pinjam. 14
2. Prosedur pemberian kredit pada koperasi simpan pinjam
Menurut Departemen Koperasi (2018), Standar Operating Procedur
(SOP) KSP tahun 2004, prosedur pemberian kredit KSP adalah sebagai
berikut:
1) Anggota
a. Mengajukan permohonan secara tertulis, permohonan ini
disampaikan melaluiformat/formulir standar berupa Surat
Permohonan Pinjaman;
b. Menyerahkan identitas diri (KTP/SIM).
2) Staf Pinjaman
a. Menerima Surat Permohonan Pinjaman dan me-register
permohonan tersebut ke dalam buku Register Permohonan antara
lain memberi nomor urut, tanggal penerimaan dan penjelasan
lainnya;
b. Staf Pinjaman melakukan pra-analisis terhadap permohonan
tersebut, jika dari hasil praanalisis tersebut tidak dapat
dipenuhi/diproses, segera informasikan dan bila di perlukan buat
surat penolakan, jika dapat diproses maka dilakukan langkah
sebagai berikut:
a) Peroleh dan kumpulkan seluruh data dan berkas seluruh data
dan berkas yang diperlukan sesuai dengan informasi yang ada
pada Surat Permohonan Pinjaman, yakni data ekonomi, yuridis
dan jaminan; 15
b) Serahkan data yang berkaitan dengan data yuridis dan jaminan
kepada Staf Hukum dan Staf Taksasi Jaminan untuk diproses
tindak lanjut;
c) Buat Analisis Pinjaman yang berkaitan dengan data ekonomis
anggota, dan tuangkan hasil analisis tersebut ke dalam form
memorandum pinjaman;
d) Peroleh hasil analisis yuridis dan jaminan dari staf hukum dan
Taksasi, gabungan hasil analisis tersebut ke dalam form memo
proposal pinjaman. Memo proposal pinjaman ini merupakan
proposal lengkap analisis pinjaman karena merangkum seluruh
aspek penilaian pinjaman dari aspek ekonomi, yuridis dan
jaminan.
c. Serahkan memo proposal pinjaman dan berkas pendukungnya pada
staf Hukum dan Dokumentasi untuk pengaturan jadwal Komite
pinjaman;
3) Staf Hukum dan Dokumentasi
a. Menerima data yuridis dan Staf Pinjaman, dan lakukan analisis
yuridis atas permohonan tersebut. Analisis ini dituangkan dalam
form memo analisa yuridis;
b. Serahkan hasil analisis tersebut kepada Staf Pinjaman untuk
diproses tindak lanjut ke dalam proposal pinjaman;
c. Pada saat proposal selesai dibuat oleh Staf Pinjaman, terima
berkas-berkas proposal tersebut dan rencanakan tanggal proses 16
komitenya, catat proposal tersebut ke dalam buku agenda rapat
Komite Pinjaman;
d. Siapkan form berita acara rapat Komite Pinjaman;
e. Sampaikan tanggal realisasi komite kepada para anggota Komite
Pinjaman pada waktunya.
4) Staf Taksasi Jaminan
a. Terima data jaminan dari Staf Pinjaman, dan lakukan taksasi
(penilaian) jaminan, tuangkan hasil taksasi jaminan tersebut ke
dalam form memo penilaian jaminan;
b. Serahkan memo pinjaman tersebut kepada Staf Pinjaman untuk
diproses ke dalam proposal pinjaman;
5) Komite Pinjaman
a. Pada saat yang ditentukan anggota Komite Pinjaman akan
mengadakan rapat pembahasan dan evaluasi atas proposal
pinjaman yang diajukan;
b. Rapat dibuka oleh Staf Hukum selaku Sekretaris Komite Pinjaman,
dan memberikan kesempatan pertama kepada Staf Pinjaman
sponsor (staf yang melakukan dan membuat proposal) untuk
mempresentasikan hasil analisisnya;
c. Anggota Komite Pinjaman membahas dan mengevaluasi hasil
paparan/presentasi Staf Pinjaman Sponsor; 17
d. Komite Pinjaman memberikan keputusan, yakni:
a) Jika hasil keputusan menolak/tidak setuju, maka: Staf Pinjaman
mempersiapkan surat penolakan pinjaman, Staf Hukum dan
Dokumentasi me-register surat tersebut dan segera
mengirimkan kepada anggota.
b) Jika hasil keputusan dengan catatan, maka Staf Pinjaman harus
melengkapi dan memproses data yang diperlukan sesuai
permintaan anggota Komite Pinjaman, Staf Hukum dan
Dokumentasi mengatur kembali jadwal pertemuan berikutnya,
dan selanjutnya jika telah memenuhi syarat, kembali ke proses
dan prosedur pada butir 5) a. di atas.
c) Jika hasil keputusan setuju diberikan pinjaman dengan
catatan/persyaratan, maka Anggota Komite Pinjaman
menandatangani memorandum Komite Pinjaman (MKP) pada
kolom persetujuan dan juga memaraf catatan-catatan di atas
MKP yang meminta persyaratan tersebut, Staf Pinjaman
melengkapi dan memproses catatan dan persyaratan yang
diminta serta menyerahkan hasil proses tersebut kepada Staf
Hukum dan Dokumentasi, Staf Hukum mempersiapkan proses
tindak lanjut sesuai prosedur.
d) Jika hasil keputusan setuju, maka Anggota Komite Pinjaman
menandatangani memorandum Komite pinjaman (MKP) pada
kolom persetujuan, Staf Pinjaman mempersiapkan Surat 18
Pemberitahuan Persetujuan Pinjaman (SPPP), Staf Hukum dan
Dokumentasi me-register surat tersebut dan segera
mengirimkan kepada anggota dalam 2 (dua) rangkap, yakni asli
untuk anggota dan copy untuk arsip yang harus ditandatangani
oleh anggota (di atas meterai) sebagai tanda persetujuan di atas
syarat-syarat yang tertera di dalam SPPP.
e. Staf Hukum dan Dokumentasi mendokumentasikan seluruh berkas
untuk proses dan prosedur selanjutnya:
6) Staf Hukum dan Dokumentasi
a. Mempersiapkan data untuk pengikatan pinjaman;
b. Setelah seluruh data dan fihak atau pada fihak yang berkaitan
dengan proses pengikatan telah siap, lakukan pengikatan pinjaman;
c. Persiapkan pelepasan (dropping) pinjaman;
d. Pelepasan dilakukan setelah seluruh persyaratan dipenuhi dengan
memberikan tanda/cap (flat) dropping/pelepasan pada MKP dan
melampirkan data pendukungnya.
7) Staf Pinjaman
a. Terima MKP yang telah dibubuhi tanda flat dropping/pelepasan
dari Staf Hukum dan Dokumentasi (MKP berisikan data
persetujuan pemberian fasilitas pinjaman atas anggota yang
namanya tercantum di dalam formulir tersebut); 19
b. Periksa data kelengkapan pendukung dan kelengkapan pengisian
dokumen yang diterima, pastikan semua persyaratan yang
disyaratkan dalam MKP telah dipenuhi; c. Apabila data tidak/belum lengkap kembalikan berkas tersebut
kepada Staf Hukum dan Dokumentasi untuk dilengkapi; d. Apabila sudah lengkap dan benar daftarkan pembukuan pinjaman
tersebut ke dalam Kartu Pinjaman (untuk file KSP/USP) dan buku
angsuran pinjaman (untuk file anggota) sesuai data yang ada di
MKP antara lain; nama dan alamat anggota, nomor rekening
anggota, jenis fasilitas, plafond pinjaman, mar-up/marjin, jatuh
tempo pinjaman, data jaminan dan selanjutnya hutang besarnya
biaya-biaya yang menjadi beban anggota; e. Siapkan slip transaksi (nota) pembukuannya jika pelepasan
langsung dibukukan ke rekening simpanan anggota, slip penarikan
(sebagai kuitansi) jika akan ditarik tunai; f. Mintakan persetujuan manajer atas transaksi pelepasan tersebut; g. Setelah mendapat persetujuan, bukukan transaksi dropping
pinjaman ke dalam buku angsuran dan kartu pinjaman; h. Serahkan slip transaksi (nota) kepada staf pembukuan, atau slip
penarikan ke kasir untuk pembayaran (apabila akan ditarik tunai); i. Serahkan buku angsuran kepada anggota; j. File kartu pinjaman urut nomor rekening. 20
8) Manajer
a. Menerima berkas-berkas pelepasan pinjaman dari staf pinjaman
antara lain buku angsuran, kartu pinjaman, slip transaksi/Slip
Penarikan (kuitansi), MKP dan data pendukungnya;
b. Periksa kebenaran dan kelengkapan datanya, jika telah cocok
berikan persetujuan pada slip transaksi/penarikan sebagai tanda
setuju bayar, dan;
c. Kirimkan kembali seluruh berkas ke staf pinjaman.
9) Kasir
a. Menerima Slip Penarikan dari staf pinjaman yang telah disetujui
oleh manajer;
b. Mintakan tanda tangan anggota pada balik Slip Penarikan/kuitansi
sebagai bukti penerimaan;
c. Cocokkan dengan bukti identitas anggota;
d. Siapkan jumlah uang dan lakukan pembayaran;
e. Bukukan pengeluaran tersebut ke dalam Buku Mutasi Harian Kas;
f. Akhir hari cocokkan Buku Mutasi harian Kas dengan bukti-bukti
transaksinya, jika cocok;
g. Buat daftar Rekapitulasi Kas Harian (RKH)
h. Kirimkan RKH beserta bukti-buktinya kepada staf pembukuan;
10) Staf Pembukuan;
a. Terima slip transaksi (nota) pelepasan pinjaman dari staf
administrasi; 21
b. Bukukan ke dalam Buku Jurnal Memorial, atau;
c. Terima RKH beserta bukti-bukti penunjangnya (d.h.i. Slip
Penarikan/kuitansi pelepasan pinjaman);
d. Bukukan ke dalam buku jurnal pengeluaran kas;
e. File slip transaksi/slip penarikan (kuitansi urut tanggal).
3. Tujuan pemberian kredit
Menurut Suyatni (2012), tujuan suatu pemberian kredit antara lain:
a. Mencari Keuntungan
Yaitu lembaga keuangan yang dalam kegiatannya menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit kepada
masyarakat bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit
dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan
biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah yang
menggunakan jasa lembaga keuangan k tersebut.
b. Membantu usaha nasabah
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang
mengalami devisit anggaran (kekurangan dana), baik dana investasi
maupun dana modal kerja. Adapun dana tersebut akan dapat
mengembangkan dan memperluas usahanya.
c. Membantu pemerintah
Keuntungan bagi pemerintah dengan pemberian kredit adalah:
1) Penerimaan pajak
2) Membuka kesempatan kerja 22
3) Meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat.
4. Unsur-unsur kredit
Menurut Untung (2010), ada 4 (empat) kredit yang digambarkan sebagi
berikut:
a. Kepercayaan berarti bahwa pemberi kredit dalam memberi kredit
yakin bahwa prestasi yang diberikanya baik dalam bentuk uang,
barang atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka
waktu tertentu dimasa yang akan datang.
b. Tenggang waktu yaitu waktu yang memisahkan antara pemberian
prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang
datang.
c. Degree of risk (resiko) yang akan dihadapi sebagai berikut adanya
jangka waktu yang memisakan antara pemberi prestasi dan kontra
prestasi yang akan diterima dikemudian hari. Semakin panjang jangka
waktu keredit yang diberikan maka semakin tinggi pula tingkat
resikonya,sehingga terdapat unsur ketidak tentuan yang tidak dapat
diperhitungkan.
d. Prestasi atau obyek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang
tetapi juga dapat berbentuk barang atau jasa namun karena kehidupan
ekonomi modern sekarang ini didasarkan pada uang, maka transaksi
kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam
praktek perkreditan. 23
5. Jenis-jenis kredit
Kredit terdiri dari beberapa jenis, bila dilihat dari berbagai sudut
pandang, dalam hal ini macam atau jenis kredit yang ada juga tidak bisa
dipisahkan dari kebijaksanaan perkreditan yang digariskan sesuai dengan
tujuan pembangunan. Pada mulanya kredit didasarkan atas dasar
kepercayaan murni yaitu berbentuk kredit perorangan karena kedua bela
pihak saling mengenal. Dengan berkembangnya waktu, maka bekembang
pula unsur-unsur lain yang menjadi landasan kredit, sehingga berkembang
berbagai jenis kredit (Untung, 2010).
Dari segi lembaga pemberi kepada penerima kredit yang
menyangkut struktur pelaksanaan kredit di indonesia, maka jenis kredit
dapat digolongkan sebagi berikut : (Untung, 2010)
a. Kredit perbankan kepada masyarakat untuk kegiatan usaha.
b. Kredit likuidasi yaitu kredit yang diberikan oleh Bank sentral kepada
bank-bank yang beroperasi di Indonesia.
c. Kredit langnsung, kredit ini diberikan oleh Bank Indonesia kepada
lembaga pemerintah.
Menurut Untung (2010), dari segi tujuan penggunaanya kredit
dikelompokan menjadi:
a. Kredit konsumtif yaitu kredit uang diberikan oleh bnak pemerintah
atau bank swasta kepada perorangan untuk pembiayaan keperluan
konsumsinya.
b. Kredit produktif yaitu terbagi atas 2 makna: 24
1) Kredit investasi adalah kredit yang ditujukan untuk pembiayaan
modal tetap, berupa peralatan produksi, gedung dan mesin-mesin.
2) Kredit eksploitasi yaitu kredit yang ditujukan untuk membiayai
kebutuhan dan usaha akan modal kerja yang berupa, persediaan
bahan baku, persediaan produk akhir, barang dalam proses serta
piutang.
c. Perpaduan antara kredit konsumtif dan kredit produktif.
2.3 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Kuliner
1. Pengertian
Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia
mempunyai definisi yang berbeda-beda yang mengacu pada kriteria
lembaga atau instansi maupun peraturan perundang-undangan. Badan
Pusat Statistik (BPS, 2018) memberikan definisi UMKM berdasarkan
penggunaan jumlah tenaga kerja pada setiap unit usaha yaitu:
a. Usaha kecil merupakan unit usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja
lima sampai dengan 19 orang.
b. Usaha menengah merupakan unit usaha yang memiliki tenaga kerja 20
sampai dengan 99 orang.
Sedangkan pengertian UMKM menurut Undang-Undang
menetapkan batasan tentang kriteria UMKM sebagai berikut:
a. Usaha Mikro
Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK. 06/ 2003, usaha
mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga 25
Negara Indonesia dan memiliki hasil yang penjualan mencapai angka
Rp. 100.000.000,00 per tahun, dengan pengajuan kredit ke bank
maksimal sebesar Rp 50.000.000. b. Usaha Kecil
Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995, usaha kecil adalah usaha
produktif yang bersekala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih
paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp
1.000.000.000 per tahun serta dapat menerima kredit bank maksimal di
atas Rp 50.000.000 – 500.000.000. c. Usaha Menengah
Menurut Inpres No. 10 tahun 1998, usaha menengah adalah usaha
bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih
besar dari Rp 200.000.000 sampai dengan Rp 10.000.000.000, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta dapat menerima
kredit dari bank sebesar Rp 500.000.000 sampai dengan
Rp 5.000.000.000.
Kuliner adalah suatu bagian hidup yang erat kaitannya dengan konsumsi makanan sehari-hari karena setiap orang memerlukan makanan yang sangat dibutuhkan sehari-hari. Mulai dari makanan yang sederhana hingga makanan yang berkelas tinggi dan mewah. Semua itu, membutuhkan pengolahan yang serba berkualitas dan bergizi. Sebenarnya kuliner merupakan bagian/sub daripada esensi gastronomi. Sementara 26
istilah kuliner itu sendiri adalah masakan atau dalam bahasa dapur
mempunyai arti yang sama dengan istilah cuisine (Soenardi, 2013).
Dari pengertian diatas, maka pengertian Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) Kuliner adalah Usaha kecil merupakan unit usaha
yang memiliki jumlah tenaga kerja lima sampai dengan 19 orang, yang
berproduksi pada sektor usaha masakan untuk konsumsi makanan sehari-
hari.
2. Klasifikasi Jenis Kuliner Khas Nusantara
Makanan Indonesia memiliki susunan menu yang terdiri dari
makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah-buahan, sambal, sedap sedapan,
dan minuman, bahkan berbagai jenis jajanan pinggir jalan sebagai
makanan ringan. Pada prinsipnya makanan Indonesia dapat
dikelompokkan sebagai berikut: (Soenardi, 2013).
1) Hidangan pokok (nasi dan penggantinya)
Makanan pokok adalah makanan utama yang biasa dihidangkan dalam
jumlah banyak. Makanan pokok pada masakan Indonesia adalah nasi.
Nasi sebagai bahan makanan pokok bagi seluruh lapisan masyarakat
Indonesia, menempatkan pertanian padi di posisi utama dalam
kebudayaan Indonesia dan membentuk bentang alam yang
menghasilkan beras sebagai bahan dasar banyak jenis makanan dari
yang gurih hingga manis. Pada umumnya, beras dimakan dalam
bentuk nasi biasa yang bercita-rasa tawar dengan sedikit sayur-mayur
dan lauk-pauk teman nasi disisinya sebagai sumber protein dan sumber 27
gizi lainnya. Beras juga dapat dijadikan ketupat (beras dikukus dalam
anyaman daun kelapa), lontong (beras dikukus dalam kemasan daun
pisang), intip (kerupuk beras), jajanan, bihun, mi, arak beras, dan nasi
goreng, nasi kuning, nasi jagung dan nasi gurih (sega uduk). Pada abad
ke-16, bangsa Eropa yang mengunjungi kepulauan Indonesia
memandang nasi sebagai makanan bergengsi yang disajikan oleh kaum
aristokrat dan ningrat saat upacara dan perayaan pesta.
Bahan makanan pokok lainnya adalah jagung (di kawasan kering
seperti Madura dan Nusa Tenggara), sagu (di kawasan Indonesia
Timur), singkong (dikeringkan dan disebut tiwul sebagai alternatif
makanan pokok di kawasan gersang Jawa seperti Gunung Kidul dan
Wonogiri), ketela serta umbi-umbian (khususnya pada musim
paceklik).
2) Hidangan lauk pauk
Lauk-pauk adalah suatu hidangan yang merupakan pelengkap nasi
yang dapat berasal dari bahan hewani dan produknya, tumbuh-
tumbuhan, atau kombinasi bahan hewan dan tumbuhan yang biasanya
dimasak dengan bumbu tertentu. Teknik pengolahan lauk pauk
diantaranya dengan cara digoreng, dikukus, dibakar, kombinasi dari
beberapa teknik dan dengan teknik ganda. Teknik penyajian lauk pauk
dapat dengan per porsi atau secara prasmanan. Bahan makanan sumber
protein hewani yang banyak digunakan dalam masakan Indonesia
adalah telur, daging, unggas, ikan, hasil laut dan lain- lain. Sedangkan 28
bahan makanan nabati yang banyak digunakan dalam lauk pauk
Indonesia yaitu tempe, tahu, oncom dan kacang-kacangan.
3) Hidangan sayur
Sayur adalah suatu hidangan berkuah, yang dapat dimakan dengan atau
tanpa nasi. Sayur biasanya berisi kuah dan bahan pokok sayuran atau
dapat pula ditambahkan dengan bahan lain seperti bahan hewani atau
tumbuh-tumbuhan. Bahan yang digunakan dalam masakan sayur dapat
berupa air, kaldu, atau santan. Bumbu yang digunakan bisa bervariasi
tergantung rasa yang diinginkan, karena bumbu yang digunakan tiap
daerah berbeda-beda. Hidangan sayur dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Sayur berkuah banyak
Sayur yang berkuah banyak contohnya sayur asem, sayur lodeh,
sayur bening, sayur sop, soto dan lain-lain.
b. Sayur berkuah sedikit (tumis)
Sayur yang ditumis adalah sayur yang bumbunya ditumis dahulu
dengan minyak dan menggunakan sedikit kuah. Contoh masakan
sayur yang ditumis antara lain oseng-oseng, tumis kangkung, orak-
arik, cap-cay dan lain-lain.
c. Sayur tanpa kuah
Sayur tanpa kuah adalah jenis sayur yang dihidangkan tanpa atau
dengan melalui proses pengolahan. Sayuran ini bisa disajikan
dalam keadaan mentah bersama sambal atau bumbu sehingga 29
menambah rasa dari sayuran tersebut. Sambal yang digunakan
dapat berupa bumbu kelapa, bumbu kacang atau bumbu cabe.
Contoh sayur mentah antara lain terancam, urapan, gado-gado dan
lain-lain.
4) Buah-buahan
Pasar di Indonesia penuh dengan berbagai jenis buah tropis. Buah
adalah bagian penting dalam pola makan Indonesia, baik dimakan
langsung, dijadikan kudapan manis (seperti es buah), disajikan menjadi
masakan gurih atau pedas seperti rujak dan pisang goreng, diproses
menjadi keripik seperti keripik nangka dan keripik pisang. Banyak
jenis buah-buahan seperti manggis, rambutan, nangka, durian, dan
pisang yang merupakan tanaman asli Indonesia. Pisang dan kelapa
sangat penting, tidak hanya untuk masakan Indonesia, tetapi untuk
berbagai keperluan seperti bahan bangunan untuk dinding atau atap,
minyak, alas makan, kemasan, dan lain-lain.
5) Sambal
Sambal adalah hidangan yang tidak berdiri sendiri, tetapi harus
dimakan dengan bahan lain, terutama lalap. Sambal juga dapat
digunakan sebagai penambah rasa dan melengkapi hidangan lain.
Sambal dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu sambal mentah dan
matang. Sambal mentah contohnya sambal bawang, terasi, dan colo-
colo, sedangkan sambal matang contohnya sambal tomat, sambal teri
dan sambal kacang. 30
6) Makanan ringan atau kudapan
Kudapan atau disebut juga sedap-sedapan adalah makanan kecil yang
biasa dihidangkan bersama minuman, baik untuk keperluan sehari-hari
maupun untuk kesempatan khusus. Kue khas Indonesia sering disebut
sebagai jajan pasar.
Indonesia memiliki kekayaan berbagai macam kudapan dan kue, baik
gurih maupun manis. Kue populer diantaranya risoles, pastel, lumpia,
lemper, lontong, tahu isi, lapis legit, getuk, bakpia, bika ambon, lupis,
lemang, timpan, klepon, onde-onde, nagasari, soes, dan bolu kukus.
Jenis jajanan sangat variatif dan sampai sekarang masih dilestarikan
yaitu jajanan yang fungsinya selain dikonsumsi sendiri, dijual,
pelengkap makanan sesaji untuk acara ritual (kenduri) ataupun acara
tertentu, antara lain: bubur kacang ijo, bubur sumsum, bubur grendul,
putu bumbung (berbahan tepung beras), klepon (berbahan tepung
ketan), cenil (berbahan tepung ketan), tiwul (berbahan gaplek/singkong
kering), gatot (berbahan jagung), sawut (berbahan singkong), lopis
(berbahan tepung ketan), bledos (berbahan singkong), getuk (berbahan
singkong), orog-orog (berbahan tepung ketan), lemet (berbahan
singkong), menjes (tempe kacang yang digoreng), tahu isi (tahu berisi
ragu sayuran) dan weci (tepung beras beragu sayuran). Adapula
makanan ikon untuk oleh-oleh seperti kripik tempe, kripik buah, buah-
buahan khas sebagai buah tangan. 31
7) Minuman
Minuman yang biasanya menjadi bagian dari kuliner tradisional adalah
minuman sehari-hari seperti kopi, teh, wedang jahe, juga minuman
penyegar dan jamu sebagai obat. Minuman Indonesia menurut jenisnya
dibedakan menjadi dua yaitu minuman panas dan dingin. Minuman
panas ada dua macam yaitu minuman panas tidak berisi (teh, kopi,
coklat, jeruk) dan minuman panas berisi (bajigur, wedang ronde,
sekoteng dan wedang ublek). Sedangkan, minuman dingin juga ada
dua macam yaitu minuman dingin tidak berisi (es sirup, es limun, es
beras kencur) dan minuman dingin berisi (dawet, es campur, es buah).
3. Permasalahan UMKM
Menurut Wawan (2014), pada umumnya permasalahan yang
dihadapi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UMKM), antara lain meliputi:
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang menjadi permasalahan yang ada
dan timbul dari dalam UMKM itu sendiri diantaranya yaitu:
1) Kurangnya Permodalan dan Terbatasnya Akses Pembiayaan
Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk
mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya permodalan
UMKM, oleh karena pada umumnya usaha kecil dan menengah
merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya
tertutup, yang mengandalkan modal dari si pemilik yang
jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank 32
atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh karena persyaratan
secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat
dipenuhi. Persyaratan yang menjadi hambatan terbesar bagi
UMKM adalah adanya ketentuan mengenai agunan karena tidak
semua UMKM memiliki harta yang memadai dan cukup untuk
dijadikan agunan.
Terkait dengan hal ini, UMKM juga menjumpai kesulitan
dalam hal akses terhadap sumber pembiayaan. Selama ini yang
cukup familiar dengan mereka adalah mekanisme pembiayaan
yang disediakan oleh bank dimana disyaratkan adanya agunan.
Terhadap akses pembiayaan lainnya seperti investasi, sebagian
besar dari mereka belum memiliki akses untuk itu. Dari sisi
investasi sendiri, masih terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan apabila memang gerbang investasi hendak dibuka
untuk UMKM, antara lain kebijakan, jangka waktu, pajak,
peraturan, perlakuan, hak atas tanah, infrastruktur, dan iklim usaha.
2) Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan
merupakan usaha keluarga yang turun temurun. Keterbatasan
kualitas SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan formal maupun
pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh terhadap
manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit
untuk berkembang dengan optimal. Disamping itu dengan 33
keterbatasan kualitas SDM-nya, unit usaha tersebut relatif sulit
untuk mengadopsi perkembangan teknologi baru untuk
meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya.
3) Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Pasar
Usaha kecil yang pada umumnya merupakan unit usaha
keluarga, mempunyai jaringan usaha yang sangat terbatas dan
kemampuan penetrasi pasar yang rendah, ditambah lagi produk
yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas
yang kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha besar yang telah
mempunyai jaringan yang sudah solid serta didukung dengan
teknologi yang dapat menjangkau internasional dan promosi yang
baik.
4) Mentalitas Pengusaha UMKM
Hal penting yang seringkali pula terlupakan dalam setiap
pembahasan mengenai UMKM, yaitu semangat entrepreneurship
para pengusaha UMKM itu sendiri.Semangat yang dimaksud
disini, antara lain kesediaan terus berinovasi, ulet tanpa menyerah,
mau berkorban serta semangat ingin mengambil risiko. Suasana
pedesaan yang menjadi latar belakang dari UMKM seringkali
memiliki andil juga dalam membentuk kinerja. Sebagai contoh,
ritme kerja UMKM di daerah berjalan dengan santai dan kurang
aktif sehingga seringkali menjadi penyebab hilangnya kesempatan-
kesempatan yang ada. 34
5) Kurangnya Transparansi
Kurangnya transparansi antara generasi awal pembangun
UMKM tersebut terhadap generasi selanjutnya. Banyak informasi
dan jaringan yang disembunyikan dan tidak diberitahukan kepada
pihak yang selanjutnya menjalankan usaha tersebut sehingga hal
ini menimbulkan kesulitan bagi generasi penerus dalam
mengembangkan usahanya. b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang menyebabkan
permasalahan UMKM yang mempengaruhi dari luar, diantaranya
yaitu:
1) Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif
Upaya pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah
(UMKM) dari tahun ke tahun selalu dimonitor dan dievaluasi
perkembangannya dalam hal kontribusinya terhadap penciptaan
produk domestik brutto (PDB), penyerapan tenaga kerja, ekspor
dan perkembangan pelaku usahanya serta keberadaan investasi
usaha kecil dan menengah melalui pembentukan modal tetap brutto
(investasi).
Keseluruhan indikator ekonomi makro tersebut selalu
dijadikan acuan dalam penyusunan kebijakan pemberdayaan
UMKM serta menjadi indikator keberhasilan pelaksanaan
kebijakan yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya. 35
Kebijaksanaan Pemerintah untuk menumbuhkembangkan UMKM,
meskipun dari tahun ke tahun terus disempurnakan, namun
dirasakan belum sepenuhnya kondusif. Hal ini terlihat antara lain
masih terjadinya persaingan yang kurang sehat antara pengusaha-
pengusaha kecil dan menengah dengan pengusaha-pengusaha
besar.
Kendala lain yang dihadapi oleh UMKM adalah
mendapatkan perijinan untuk menjalankan usaha mereka. Keluhan
yang seringkali terdengar mengenai banyaknya prosedur yang
harus diikuti dengan biaya yang tidak murah, ditambah lagi dengan
jangka waktu yang lama. Hal ini sedikit banyak terkait dengan
kebijakan perekonomian Pemerintah yang dinilai tidak memihak
pihak kecil seperti UMKM tetapi lebih mengakomodir kepentingan
dari para pengusaha besar.
2) Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha
Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan
prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan
kurang mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang
diharapkan. Selain itu, tak jarang UMKM kesulitan dalam
memperoleh tempat untuk menjalankan usahanya yang disebabkan
karena mahalnya harga sewa atau tempat yang ada kurang
strategis. 36
3) Pungutan Liar
Praktek pungutan tidak resmi atau lebih dikenal dengan
pungutan liar menjadi salah satu kendala juga bagi UMKM karena
menambah pengeluaran yang tidak sedikit. Hal ini tidak hanya
terjadi sekali namun dapat berulang kali secara periodik, misalnya
setiap minggu atau setiap bulan.
4) Implikasi Otonomi Daerah
Dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diubah dengan UU
No. 32 Tahun 2004, kewenangan daerah mempunyai otonomi
untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat. Perubahan
sistem ini akan mempunyai implikasi terhadap pelaku bisnis kecil
dan menengah berupa pungutan-pungutan baru yang dikenakan
pada UMKM. Jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka akan
menurunkan daya saing UMKM. Disamping itu, semangat
kedaerahan yang berlebihan, kadang menciptakan kondisi yang
kurang menarik bagi pengusaha luar daerah untuk mengembangkan
usahanya di daerah tersebut.
5) Implikasi Perdagangan Bebas
Sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang mulai berlaku
Tahun 2003 dan APEC Tahun 2020 berimplikasi luas terhadap
usaha kecil dan menengah untuk bersaing dalam perdagangan
bebas. Dalam hal ini, mau tidak mau UMKM dituntut untuk 37
melakukan proses produksi dengan produktif dan efisien, serta
dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan frekuensi pasar
global dengan standar kualitas seperti isu kualitas (ISO 9000), isu
lingkungan (ISO 14.000), dan isu Hak Asasi Manusia (HAM) serta
isu ketenagakerjaan. Isu ini sering digunakan secara tidak fair oleh
negara maju sebagai hambatan (Non Tariff Barrier for Trade).
Untuk itu, UMKM perlu mempersiapkan diri agar mampu bersaing
baik secara keunggulan komparatif maupun keunggulan
kompetitif.
6) Sifat Produk dengan Ketahanan Pendek
Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau
karakteristik sebagai produk-produk dan kerajinan-kerajian dengan
ketahanan yang pendek. Dengan kata lain, produk-produk yang
dihasilkan UMKM Indonesia mudah rusak dan tidak tahan lama.
7) Terbatasnya Akses Pasar
Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang
dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar
nasional maupun internasional.
8) Terbatasnya Akses Informasi
Selain akses pembiayaan, UMKM juga menemui kesulitan
dalam hal akses terhadap informasi. Minimnya informasi yang
diketahui oleh UMKM, sedikit banyak memberikan pengaruh
terhadap kompetisi dari produk ataupun jasa dari unit usaha 38
UMKM dengan produk lain dalam hal kualitas. Efek dari hal ini
adalah tidak mampunya produk dan jasa sebagai hasil dari UMKM
untuk menembus pasar ekspor. Namun, di sisi lain, terdapat pula
produk atau jasa yang berpotensial untuk bertarung di pasar
internasional karena tidak memiliki jalur ataupun akses terhadap
pasar tersebut, pada akhirnya hanya beredar di pasar domestik.
4. Perkembangan Usaha Mikro
Perkembangan usaha adalah suatu bentuk tujuan dan usaha kepada
usaha itu sendiri agar dapat berkembang menjadi lebih baik lagi, agar
mampu mencapai pada puncak kesuksesan. Perkembangan usaha
dilakukan oleh pelaku usaha yang sudah mulai terproses dan terlihat ada
kemungkinan untuk lebih maju lagi. Menurut Purdi E. Chandra (2010)
Perkembangan usaha merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan
omzet penjualan.
Menurut Mohammad Jafar Hafsah (2014) pengembangan usaha
mikro pada hakekatnya merupakan tanggungjawab bersama antara
pemerintah dan masyarakat. Dengan mencermati adanya permasalahan-
permasalahan yang dihadapi usaha mikro, maka kedepannya perlu
diupayakan hal-hal sebagai berikut:
a. Penciptaan iklim usaha yang kondusif.
Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim usaha yang
kondusif antara lain dengan mengusahakan ketentraman dan keamanan 39
dalam berusaha serta penyederhanaan prosedur perizinan usaha,
keringanan pajak dan sebagainya. b. Bantuan permodalan
Pemerintah perlu mengupayakan dan perluasan skim kredit
khusus dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan bagi usaha
mikro, untuk membantu peningkatan permodalannya, sebaiknya
menggunakan lembaga keuangan mikro (koperasi). c. Perlindungan usaha
Jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional yang
merupakan usaha golongan ekonomi lemah, harus mendapatkan
perlindungan dari pemerintah, baik melalui Undang-Undang maupun
Peraturan Pemerintah yang nantinya akan saling menguntungkan
kedua belah pihak. d. Pengembangan kemitraan
Perlu dikembangkan kemitraan yang saling membantu antara
pelaku uaha mikro, atau antara pelaku usaha mikro dengan pelaku
usaha besar, untuk menghindari adanya monopoli dalam usaha. Selain
itu juga untuk memperluas pangsa pasar dan pengelolaan bisnis yang
lebih efisien. Dengan demikian usaha mikro akan mempunyai
kekuatan dalam bersaing dengan pelaku usaha lainnya, baik dari dalam
negeri maupun luar negeri. 40
e. Pelatihan
Adanya pelatihan yang diberikan oleh pemerintah untuk pelaku
usaha mikro sangat baik dalam aspek kewirausahaan, manajemen,
administrasi, dan pengetahuan ketrampilan dalam pengembangan
usahanya.
f. Membentuk lembaga khusus
Dengan adanya pembentukan lembaga khusus, diharapkan
adanya tanggung jawab dalam mengkoordinasi semua kegiatan yang
berkaitan dengan upaya penumbuh kembangan usaha mikro. Selain itu
dapat berfungsi sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada
di dalam usaha mikro baik masalah internal maupun eksternal.
g. Mengembangkan promosi
Guna mempercepat proses kemitraa antara usaha mikro dengan
usaha besar diperlukan media khusus dalam upaya mempromosikan
produk-produk yang dihasilkan .
h. Mengembangkan kerjasama yang setara
Perlu adanya kerjasama atau koordinasi yang serasi antara
pemerintah dengan dunia usaha mikro untuk menginterventarisir
berbagai isu-isu yang terkait dengan perkembangan usaha.
5. Indikator Perkembangan Usaha
Menurut Jeaning Beaver dalam Muhammad Sholeh (2012), tolok
ukur tingkat keberhasilan dan perkembangan usaha mikro dapat dilihat
dari peningkatan omzet penjualan. Tolok ukur perkembangan usaha 41
merupakan parameter yang dapat diukur sehingga tidak bersifat maya yang
sulit untuk dipertanggungjawabkan. Semakin konkrit tolok ukur, semakin
mudah bagi semua pihak usaha mikro untuk memahami serta
membenarkan atas diraihnya keberhasilan usaha tersebut. Muhammad
Sholeh (2012) menyatakan bahwa perkembangan usaha mikro dapat
diukur dengan jumlah omzet penjualan, jumlah tenaga kerja, dan jumlah
laba usaha.
2.4 Hasil Penelitian Yang Relevan
Pengambilan penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan
perbandingan dan acuan. Selain itu untuk menghindari anggapan kesamaan
dengan penelitian yang akan dilakukan. Maka dalam kajian pustaka ini
peneliti mencantumkan hasil-hasil penelitian terdahulu seperti:
1. Rita (2004) meneliti tentang: Analisis Pengaruh Pemberian Kredit
Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil dan Menengah
(Studi kasus : PT. BPR Laksana Abadi Sunggal Medan). Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan bahwa pendapatan nasabah sebelum
menerima kredit sama saja dengan pendapatan nasabah setelah menerima
kredit. Ini berarti kredit tidak dapat meningkatkan pendapatan. Hal ini bisa
disebabkan karena jumlah kredit yang diberikan kecil, sedangkan jumlah
penambahan pendpatan yang terjadi kecil (perubahan tidak begitu berarti).
Penyebab lain bisa terjadi karena penggunaan kredit yang diberikan tidak
seluruhnya untuk pengembangan usaha tetapi untuk konsumsi pribadi
yang bukan membantu produktivitas usaha, halini dapat menimbulkan
dampak yang kurang baik baik pengembangan usaha debitur. Dengan
jumlah pendapatan pelaku usaha kecil antara sebelum dan sesudah 42
mendapat pinjaman dari PT. BPR Laksana Abadi Sunggal menunjukkan
tidak ada perbedaan yang berarti. Maka itu berarti PT. BPR Laksana Abadi
Sunggal dinilai tidak dapat memberikan pengaruh positif terhadap
perkembangan usaha yang berdampak langsung terhadap peningkatan
pendapatan para pelaku usaha kecil di Medan yang telah diberikan kredit
2. Untoro Nur Wibowo (2016) meneliti tentang: Pengaruh Pemberian
Kredit Terhadap Pengembangan Usaha Mikro Dan Kecil Di Kota
Bandung (Study Kasus Kredit Cinta Rakyat Pada Bank BJB KCP
Mochamad Toha). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa
pemberian kredit memiliki pengaruh terhadap pengembangan usaha mikro
dan kecil. Pengaruh pemberian kredit terhadap pengembangan usaha
sebesar 44,7%. Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian
kredit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengembangan usaha
mikro dan kecil. Sedangkan sisanya sebesar 55,3% merupakan faktor-
faktor lain yang mempengaruhi pengembangan usaha mikro dan kecil
diluar dari penelitian ini. 43
2.5 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan dari uraian pendahuluan dan landasan teori tersebut
diatas maka model kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Kredit
Pengaturan Keuangan Perkembangan Usaha mikro Kualitas Produk
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Kredit, Pengaturan Keuangan, dan Kualitas Produk Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Kuliner Nasabah KSP Bhina Raharja Bojonegoro.
Berdasarkan diagram kerangka berpikir penelitian diatas, dapat
dijelaskan bahwa dalam penelitian ini peneliti akan mengamati beberapa
faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha mikro kuliner nasabah KSP
Bhina Raharja Bojonegoro, yang diantara terfokus pada tiga faktor yaitu:
Kredit, Pengaturan Keuangan, dan Kualitas Produk. 44