Studi Kritis Atas Tayangan Kecantikan Putri Indonesia)

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Studi Kritis Atas Tayangan Kecantikan Putri Indonesia) At-Turost: Journal of Islamic Studies, Vol.06 No.02, Agustus 2019 P-ISSN: 2086-3179 Website: https://ejurnal.stainh.ac.id/index.php/jurnal E-ISSN: 2581-1622 Hermeneutika Tubuh (Studi Kritis Atas Tayangan Kecantikan Putri Indonesia) Achmad Nur1, Muahammad Taufiq2 1,2STAI Nurul Huda Kapongan Situbondo [email protected] Abstract The purpose of this article is to describe the body image of women in Indonesian women's beauty contest shows. The method used is the phenomenological hermeneutic analysis of Paul Ricoer which emphasizes the search for unspeakable traces behind the surface structure attached to the appearance of the Indonesian women's beauty contest. There were three authors who were analyzed, namely, the executive committee, owner of garment garments, cosmetics and producers of television programs. The results obtained include; First, the image of the State and the Indonesian nation through intelligence (brain); Second, imaging through beauty (beauty); Third, imaging through attitudes or behavior (behavior); Fourth, the body as a medium for commodity or there has been commodification in the body; Fifth, television as a dual commodity medium that facilitates various commodification practices to be managed and become public consumption. With this practice, television is also as popular as beauty contestants. Body image is shown as a representation of the State of Indonesia. This means that the selected Indonesian princess is part of Indonesia, because she has held the title of best Indonesian woman Kata Kunci: Hermeneutics, Putri Indonesia, Body Commodication. Abstrak Tujuan artikel ini untuk menggambarkan citra tubuh perempuang yang ada dalam tayangan kontes kecantikan putri Indonesia. Metode yang digunakan analisis hermeneutika fenomenologis Paul Ricoer yang menekankan pada pencarian jejak tidak terkata dibalik surface structure yang melekat pada tampilan kontes kecantikan putri Indonesia. Ada tiga author yang dianalisis yaitu, panitia pelaksana, pemilik garments pakaian, kosmetik dan produsen program televisi. Hasil yang didapatkan antara lain; Pertama, pencitraan Negara dan bangsa Indonesia melalui kecerdasan (brain); Kedua, pencitraan melalui kecantikan (beauty); Ketiga, pencitraan melalui sikap atau prilaku ( behavior); Keempat, tubuh sebagai media komoditi atau telah terjadi komodivikasi pada Tubuh; Kelima, televisi sebagai media komodivikasi ganda yang memfasilitasi pelbagai praktik komodivikasi untuk dikelola dan menjadi konsumsi khalayak. Dengan adanya praktik inilah televisi juga ikut populer sebagaimana populernya para kontestan kecantikan. Citra tubuh ditampakkan sebagai representasi Negara Indonesia. Artinya, putri Indonesia terpilih merupakan bagian dari Indonesia, karena telah menyandang gelar putri terbaik Indonesia Kata Kunci: Hermeneutika, Putri Indonesia, Komodivikasi Tubuh. At-Turost: Journal of Islamic Studies 158 At-Turost: Journal of Islamic Studies, Vol.06 No.02, Agustus 2019 P-ISSN: 2086-3179 Website: https://ejurnal.stainh.ac.id/index.php/jurnal E-ISSN: 2581-1622 Pendahuluan Dewasa ini, dunia dalam pandangan George Ritzer berisi kehampaan, segala jarak bisa dilipat menjadi satu tempat1, begitu kata Yasraf Amir Pilliang, dan sifat mendasar manusia di ciutkan menjadi satu dimensi atau one dimensional man2 dalam istilah Herbert Marcus yaitu beralihnya dimensi organik manusia menjadi dimensi mekanik. Beberapa istilah diatas bukanlah asumsi yang tanpa dasar melainkan, asumsi yang berangkat dari realitas kehidupan manusia di dunia global atau modern. Realitas masyarakat global diatas, membuktikan bahwa “globalization as aconsep referest both to the compression of the world and the intensification of the world as a whole” 3. Saat ini secara implisit, disadari atau tidak, dunia telah dikelilingi oleh ranjau ranjau budaya global yang akan menjerat penghuni dunia melalui pelbagai citra pemberdayaan, kemajuan, kenikmatan atau hasrat pemenuhan akan kebutuhan hidup. Dalam konteks komunikasi informasi, ranjau budaya tersebut dapat dilihat pada beberapa media yang didalamnya tersimpan makna yang tak terkatakan dibalik pelbagai program tayangan yang di sajikan pada audiens . oleh karena banyaknya program media televisi, dalam tulisan ini akan difokuskan pada kontes kecantikan putri Indonesia yang ditayangkan oleh media televisi. Tulisan ini akan membaca secara kritis pertarungan makna yang ada dalam kontes kecantikan putri Indonesia dengan menggunakan pendekatan hermeneutika fenomenologis Paul Ricoeur4, yang menekankan pada pencarian makna yang takterkatakan dibalik jejak jejak peristiwa. Pendekatan ini dalam kajian metodologi penelitian komunikasi, masuk pada paradigma konstruktivisme yang menunjukkan bahwa segala kreasi kehidupan merupakan konstruksi social. Berbicara tentang kontes kecantikan, secara implisit kita akan berbicara tentang budaya visualisasi tubuh yang memiliki dua tipologi diantaranya adalah pertama, skema tubuh (body schema) yang aksentuasinya pada penyesuaian diri yang instingtif dan nir sadar terhadap lingkungan seseorang. Kedua, citra tubuh (body image) yang mengacu pada tindakan tindakan badaniah yang ditampilkan secara sadar, di rancang dan direncanakan5. Berdasar tipologi diatas, penulis akan lebih berenergi pada tipologi yang kedua yaitu bagaimana tubuh divisualkan, dicitrakan dan dipopulerkan melalui media Televisi, dan bagaimana makna bertarung dalam sebuah peristiwa. Agar tulisan ini tampak sstematis, akan dimulai dengan penyajian data data tentang seputar tayangan kontes kecantikan putri Indonesia, dilanjutkan dengan penyajian data teoritis pendekatan hermeneutika, dan dikhiri dengan pengujian teori terhadap data yang didalamnya berisi analisis dan solusi sebagai rumusan temuan baru. At-Turost: Journal of Islamic Studies 159 At-Turost: Journal of Islamic Studies, Vol.06 No.02, Agustus 2019 P-ISSN: 2086-3179 Website: https://ejurnal.stainh.ac.id/index.php/jurnal E-ISSN: 2581-1622 Seputar Dunia Pemilihan Putri Indonesia Dalam dunia kontes kecantikan, di Indonesia ada dua istilah yang sama sama berperan menyeleksi calon putri Indonesia yang siap membawa negara Indonesia kedunia internasional. Pemilihan Miss Indonesia pertama kali diadakan pada tahun 1967 dan mulai sejak itu Indonesia secara aktif mengikuti kontes kecantikan bertaraf internasional. Seiring dengan berjalannya waktu, pada akhir tahun 1970-an pemerintah melarang wakil Indonesia bertanding diajang kontes kecantikan internasional sampai tahun 1992. melihat stagnasi tersebut dan menggugah semangat perempuan Indonesia , mustika ratu sebagai salah satu produk kecantikan kembali menyelenggarakan pemilihan putri Indonesia, walaupun putri Indonesia terpilih tidak dikirim keajang internasional, namun hanya sebagai peninjau. Tahun 1996 Yayasan putri Indonesia (YPI) kembali memberanikan diri untuk mengirim putri Indonesia keajang miss univers, walaupun masih menuai kontroversi atas pengiriman Alya Rohali sebagai putri Indonesia ke ajang internasional di Las Vegas. Pasaca orde baru dan dimasa transisi reformasi YPI dan artika sari devi putri Indonesia 2005 memberanikan diri sampai pada saat ini putri Indonesia masih tampil di ajang miss univers melalui pengiriman Zivanna Letisha Siregar sebagai putri Indonesia 2008. Klasifikasi dan nama nama wakil Indonesia mulai sejak awal sampai saat ini dapat dilihat pada matrik dibawah ini6. Tabel 1. Klasifikasi Putri Indonesia No Tahun Nama Gelar Nasional Prestasi 1 1974 Nia Kurniasi Tidak ada (pemilihan tertutup) - Ardikoesoema 2 1975 Lydia Arlini Wahab Tidak ada (pemilihan tertutup) - 3 1976 Juliarti Rahayu Tidak ada (pemilihan tertutup) - 4 1977 Siti Mirza Nuria Arifin Tidak ada (pemilihan tertutup) - 5 1980 Andi Nana Riwayati Tidak ada (pemilihan tertutup) - 6 1982 Sri Yulianti Tidak ada (pemilihan tertutup) 7 1983 Andi Botenri Tidak ada (pemilihan tertutup) 8 1994 Venna Melinda Puteri Indonesia 1994 Sebagai pengamat At-Turost: Journal of Islamic Studies 160 At-Turost: Journal of Islamic Studies, Vol.06 No.02, Agustus 2019 P-ISSN: 2086-3179 Website: https://ejurnal.stainh.ac.id/index.php/jurnal E-ISSN: 2581-1622 9 1995 Susanty Manuhuttu Puteri Indonesia 1995 Sebagai pengamat 10 1996 Alya Rohali Puteri Indonesia 1996 Sebagai pengamat 11 2005 Artike Sari Devi Puteri Indonesia 2004 -15 Besar -Runner-up I Miss - Congeniality 12 2006 Nadine Chandrawinata Puteri Indonesia 2005 - Runer-up I Best National Costume - Runner-up I Miss Congeniality 13 2007 Agni Prastistha Puteri Indonesia 2006 Runner-up I Miss Congeniality 14 2008 Putri Raemawasti Puteri Indonesia 2007 - 15 2009 Zivanna Letisha Siregar Puteri Indonesia 2008 Peringkat Pertama Polling Internet Adapun aturan main atau prasyarat menjadi putri Indonesia antara lain: a) warga negara Indonesia. B)berusia 20-25 tahun. C) belum menikah. d) mahasiswi /karyawati dengan tinggi badan minimum 168 cm. E) peserta daerah harus berdomisili atau berasal dari daerah yang diwakilinya. F) memiliki pengetahuan umum dan wawasan luas tentang objek pariwisata dan wacana kebudaya Indonesia. G) berpenampilan menarik (beauty), cerdas (brain), dan berprilaku baik(behavior)7. Selain komponen diatas, ada komponen penting yang juga menunjang terealisasinya kontes kecantikan putri Indonesia yaitu media televisi sebagai mediasi tayangan tayang kontes kecantikan putri Indonesia. Artinya televisi sebagai agen of publication dalam memebentuk opini publik. Tanpanya kontes tersebut tidak akan bertaraf nasional, karena tidak mungkin bisa diakses oleh khalayak secara luas dan merata. Hermeutika Sebaga Metode Membaca Hermeneutika berasal dari bahasa yunani yaitu hermeinia
Recommended publications
  • Swimsuit Poses Problem for Miss Universe Hopeful from Muslim Indonesia by MICHAEL CASEY Associated Press Writer
    Swimsuit poses problem for Miss Universe hopeful from Muslim Indonesia By MICHAEL CASEY Associated Press Writer JAKARTA, Indonesia (AP) _ Artika Sari Devi looks the part of a beauty queen with her million-dollar smile and hourglass figure. And she dreams of becoming Indonesia's first Miss Universe. There is only one thing holding her back _ a swimsuit. Like most international beauty competitions, Miss Universe requires participants to appear in a swimsuit _ either a one-piece model or a bikini. But here in the world's most populous Muslim nation, the 24-year-old Miss Indonesia faces condemnation from religious leaders and government officials who say women in swimsuits violate religious tenets requiring them to dress modestly. "Every country can join the competition, so why not Indonesia?" asks Artika, who won the Miss Indonesia pageant in August, an event that does not require contestants to parade in swimwear. "I don't see a problem with the swimsuit. It's only to show my proportions. ... So many Muslims wear swimsuits. I wear one swimming," she says. Battles over bathing suits would seem out of place in Indonesia, where newsstands are filled with magazines featuring scantily clad models and miniskirts. Prostitution rings operate openly in all major cities. But Islamic conservatives _ some of whom want to replace Indonesia's secular system with one bound by Islamic law _ have been emboldened since the fall of ex-dictator Suharto in 1998. Under pressure from fundamentalists, the male-dominated parliament is debating a law that would make kissing in public and erotic dancing punishable by jail time.
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Popularitas Kontes
    BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Popularitas kontes kecantikan yang diawali di Eropa telah merambah ke banyak negara termasuk Indonesia. Sejumlah kontes kecantikan meramaikan industri pertelevisian, salah satunya adalah kontes kecantikan Puteri Indonesia yang sudah diselenggarakan sejak tahun 1992. Ajang Puteri Indonesia digagas oleh pendiri PT Mustika Ratu, yaitu Mooryati Soedibyo. Di tahun 2020, kompetisi Puteri Indonesia kembali digelar dan ditayangkan di stasiun televisi SCTV. Penyelenggaraan kontes, melibatkan 39 finalis yang berlomba menampilkan performa terbaik untuk memperebutkan gelar dan mahkota Puteri Indonesia. Pemilihan 39 finalis yang berkompetisi di panggung Puteri Indonesia melalui proses yang tidak mudah. Yayasan Puteri Indonesia (YPI) menjelaskan bahwa perempuan yang berhasil menjadi perwakilan provinsi dipilih melalui seleksi ketat. YPI membebankan syarat utama bagi calon peserta untuk memenuhi kriteria “Brain, Beauty, Behavior”. Secara spesifik YPI mematok kontestan harus memiliki tinggi minimal 170 cm, berpenampilan menarik, dan pernah atau sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Nantinya, apabila berhasil terpilih sebagai pemenang, maka 3 besar Puteri Indonesia akan mengikuti ajang kecantikan internasional yaitu, 1 2 Miss Universe, Miss International, dan Miss Supranational (www.puteri- indonesia.com, 2019). Konstruksi ideal “Brain, Beauty, Behavior” atau 3B telah melekat dengan kontes Puteri Indonesia, dan menjadi harapan bagi masyarakat untuk melihat figur perempuan ideal. Namun, penyelenggaraan kontes di tahun 2020 mendapat sorotan terkait dengan performa finalis saat malam final. Salah satu finalis yang menjadi perbincangan hangat adalah Kalista Iskandar, perwakilan dari Provinsi Sumatera Barat. Langkahnya terhenti di babak 6 besar setelah gagal menjawab pertanyaan terkait Pancasila. Kegagalannya dalam sesi tanya-jawab, menghiasi pemberitaan media massa hingga menjadi topik yang paling banyak dibicarakan (trending topic) di media sosial Twitter.
    [Show full text]
  • Bab Iv Deskripsi Informan Dan Analisis Resepsi
    BAB IV DESKRIPSI INFORMAN DAN ANALISIS RESEPSI OBJEKTIFIKASI SEKSUAL DALAM TAYANGAN PUTERI INDONESIA 2020 Bab ini akan menguraikan deskripsi dari delapan informan yang terlibat dalam penelitian. Selanjutnya, analisis resepsi terkait pemaknaan informan terhadap objektifikasi seksual dalam tayangan Puteri Indonesia 2020 akan dibahas dan dikelompokkan berdasarkan konsep dalam Teori Analisis Resepsi dan Teori Standpoint. Konsep Teori Analisis Resepsi yaitu active audience digunakan untuk menjelaskan keberagaman pemaknaan informan terkait daya tarik tayangan Puteri Indonesia. Selain itu, konsep Teori Standpoint akan membantu menjelaskan kategori adegan objektifikasi seksual dalam tayangan Puteri Indonesia 2020. Konsep dari Teori Standpoint seperti, sudut pandang kelompok berkuasa, kepentingan kelompok berkuasa, dan pengetahuan tersituasi akan digunakan untuk menjelaskan analisis resepsi dari informan. Analisis resepsi mengacu pada preferred reading yang menghubungkan makna-makna yang dinegosiasikan dari suatu pesan dengan struktur sosial tempat berfungsinya pesan dan pembaca. Elaborasi Hall terkait pengelompokkan 3 sistem pemaknaan individu atau dalam hal ini penonton (posisi dominan, negosiasi, dan oposisi) menunjukkan cara menerima pesan-pesan dari media massa (Fiske, 2008:153). 223 224 4.1 Deskripsi Informan Penelitian ini memiliki delapan subjek penelitian atau informan yang mewakili usia dan latar belakang yang berbeda. Informan pertama yang terlibat dalam penelitian bernama Dilis Priyuana Hutama. Ia berusia 25 tahun, dan merupakan seorang karyawan yang bekerja di PT Sango Ceramics Semarang. Informan pertama yang akrab dipanggil Dilis, merupakan lulusan S1 Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Negeri Semarang. Selain sibuk bekerja, Dilis memiliki usaha sampingan online shop yang menjual produk make-up dan skincare dengan nama online shop Trust of Skin. Ketertarikan Dilis dengan acara Puteri Indonesia dimulai sejak tahun 2004 dan terus berlanjut hingga kini.
    [Show full text]
  • MD Opera Jawa Deutsch
    Mediendossier trigon-film von Garin Nugroho, Indonesien 2006 VERLEIH trigon-film Limmatauweg 9 5408 Ennetbaden Tel: 056 430 12 30 Fax: 056 430 12 31 [email protected] www.trigon-film.org MEDIENKONTAKT Tel: 056 430 12 35 [email protected] BILDMATERIAL www.trigon-film.org MITWIRKENDE Regie: Garin Nugroho Drehbuch: Garin Nugroho, Armantono Kamera: Teoh Gay Hian Schnitt: Andhy Pulung Ton: Pahlevi Indra C. Santoso Musik: Rahayu Supanggah Produktion: Set Film Workshop, New Crowned Hope Dauer: 120 Minuten Sprache/UT: Indonesisch/f/d DARSTELLENDE Miroto, Eko Supriyanto, O Nyoman Sura, Retno Maruti, Artika Sari Devi SYNOPSIS Ein Seh- und Hörerlebnis der besonderen Art: Der indonesische Regisseur Garin Nugroho, der bereits für die Vielfalt seiner erzählerischen Stile und die mutige Bewältigung umstrittener Themen bekannt ist, hat mit Opera Jawa seinen vielleicht klarsichtigsten Film geschaffen. Er feiert darin Formen von Gamelan-Musik, traditionelle javanische Gesänge und javanischen Tanz sowie zeitgenössische Choreografien und Rauminstallationen. Dabei hat er eine neue Form des Musicals ins Leben gerufen, eine «Oper für das 21. Jahrhundert». Opera Jawa adaptiert eine der berühmtesten Geschichten des grossen Klassikers der indischen und südostasiatischen Literatur, des «Ramayana». Es ist die Geschichte eines leidenschaftlichen Liebesdreiecks: Die schöne Siti und ihr Ehemann betreiben eine Töpferei, aber die Dinge laufen nicht so, wie sie sollten, und als ihr Mann Setio fort ist, versucht der mächtige und skrupellose Händler Ludiro sie zu verführen. Siti verfängt sich in den Stricken eines Konflikts, der sich unausweichlich zu Gewalt entwickelt. Die Erzählung ist von Musik beseelt. Gefühle der Figuren oder Kommentare des Chors werden durch den Gesang zum Ausdruck gebracht und zeugen von den durchlebten Prüfungen.
    [Show full text]
  • The Realization of Thematic Roles in Pramoedya Ananta Toer’S Rumah Kaca and Its English Translation Form House of Glass
    THE REALIZATION OF THEMATIC ROLES IN PRAMOEDYA ANANTA TOER’S RUMAH KACA AND ITS ENGLISH TRANSLATION FORM HOUSE OF GLASS A Thesis Presented to The Graduate Program in English Language Studies in Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree of Magister Humaniora (M. Hum) in English Language Studies by Nilam Maharani 036332015 THE GRADUATE PROGRAM IN ENGLISH LANGUAGE STUDIES SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2007 STATEMENT OF ORIGINALITY This is to certify that all the ideas, phrases, and sentences, unless otherwise stated, are the ideas, phrases, sentences of the thesis writer. The writer understands the full consequences including degree cancellation if he/she takes somebody else’s idea, phrase, or sentence without a proper reference. Yogyakarta, June, 21, 2007 Nilam Maharani ACKNOWLEDGEMENT The completion of this thesis has made possible by the support of some incredible people: I would like to express my sincere gratitude to Dr. B.B. Dwijatmoko, M.A., my thesis advisor for his counsels. I am deeply indebted to De. Baskara Tulus Wardaya, S.J., the Director of PUSdEP and The Graduate Program Director, for his insightful counsels not only throughout the writing of my thesis, but also during my study in Yogyakarta. My heartiest thanks are also due to Tri Subagya, M.A., for his insightful comments, explanation, and guidance, particularly with respect to the methodological aspects of my thesis which makes me know better what a good research is. I am obliged to thank Aryanto, M.A., for his lectures on Semantics, and Dr. Haryatmoko, S.J., for letting me know what the real meaning of education is.
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Yang
    BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian yang berkenaan dengan Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Public Speaking Anxiety Pada Peserta Pemilihan Puteri Indonesia 2017 dirasa penting dengan berbagai alasan: Pertama, berbicara di depan umum atau public speaking sering kali menimbulkan rasa ketakutan dan kecemasan banyak individu, kecemasan berbicara di depan umum dapat menimbulkan masalah serius bagi mereka yang mengalaminya (Jones, Fazio, & Vasey, 2012, hlm. 556). Terlebih McCroskey (2005) mengatakan bahwa berbicara di depan umum merupakan ketakukan terbesar bagi orang-orang, seorang pembicara ulung pun tidak luput dari suatu kecemasan atau ketakutan yang berhubungan dengan berbicara di depan publik (Kankam & Boateng, 2017, hlm. 27). Bahkan dalam sebuah survey yang dilakukan Champman University Survey on American Fears pada tahun 2014 menyatakan public speaking menjadi salah satu peringkat utama ketakukan warga Amerika dibanding dengan ketakutan lainnya dengan persentase sebanyak 25,3% (Kankam & Boateng, 2017, hlm. 27). Sebagai salah satu contoh lain, penelitian yang dilakukan Effendi & Sukmayadi (2016) mengenai kecemasan komunikasi mahasiswa khususnya mahasiswa baru menyebut bahwa public speaking menjadi kecemasan terbesar diantara bentuk komunikasi lainnya dengan rata-rata nilai atau level pada Personal Report of Communication Apprehension yakni 19,3 berbanding dengan komunikasi di dalam kelompok sebesar 15,4, komunikasi di dalam pertemuan atau meeting 16,4, komunikasi interpersonal 14,5 (Effendi & Sukmayadi, 2016, hlm.
    [Show full text]
  • Sistem Nilai Falsafah Jawa Tentang Perempuan Dalam
    Tugas Akhir - 2012 SISTEM NILAI FALSAFAH JAWA TENTANG PEREMPUAN DALAM FILM OPERA JAWA KARYA GARIN NUGROHO (ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES DALAM HUBUNGAN SUAMI ISTRI MELALUI TOKOH “SITI”) Aisyah¹, Reni Nuraeni² ¹Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi Dan Bisnis, Universitas Telkom Abstrak Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika untuk menganalisis objek yang diteliti. Teknik analisis data dilakukan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Roland yaitu ‘The Second Order Signification’. Deskripsi mengenai perempuan Jawa pada Film Opera Jawa karya Garin Nugroho dianalisis pada tataran sistem penandaan pertama yang memunculkan makna denotasi, tataran sistem penandaan kedua yang memunculkan makna konotasi serta pada tataran mitos dan ideologi yang terkandung dalam Film Opera Jawa. Pada tataran denotasi, perempuan Jawa dalam film Opera Jawa digambarkan sebagai perempuan yang setia dan patuh pada suaminya. Sedangkan pada tataran konotasi, banyak makna-makna yang muncul yang berakar dari mitos seperti keberadaan Dewi Sri dalam kepercayaan masyarakat Jawa yang dipercaya sebagai lambang kesuburan. Hal ini menimbulkan makna mengenai kedudukan perempuan Jawa dalam sebuah kehidupan rumah tangga yang ternyata memegang peranan penting. Kekuatan perempuan tampak lewat kesetiaan mereka terhadap suami, mengurus dan mengatur rumah. Perempuan adalah lambang kesuburan atau kemakmuran dalam keluarga Keywords: Film, Semiotika, Roland Barthes Fakultas Komunikasi dan Bisnis Program Studi S1 Ilmu Komunikasi Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Tugas Akhir - 2012 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 OBJEK PENELITIAN 1.1.1 Profil film Produser : Simon Field, Keith Griffiths, Garin Nugroho Sutradara : Garin Nugroho Penulis : Armantono, Garin Nugroho Durasi : 115 menit Pemain : 1. Artika Sari Devi 2. Martinus Miroto 3. Eko Supriyanto 4. Retno Maruti Tabel 1.1 Tipe Film Opera Jawa Genre Musical Durasi 01.55.27 Audio a.
    [Show full text]
  • Artikel Penelitian
    CULTURE Vol.6 No.1 Mei 2019 PERDA: SOLUSI ALTERNATIF TERHADAP PRO DAN KONTRA UNDANG-UNDANG PORNOGRAFI (Analisis Kritis Keamanan Negara Ditinjau dari Wawasan Nusantara) Eko Heriyanto, S.S,M.Hum. Fakultas Bahasa dan Budaya, Universitas AKI [email protected] Abstract Moral issues and crime are the main issues exhaled to support the passage of the Pornography Law. On the other hand, saving the young generation from the dangers of pornography and porno-action as the next generation of the nation’s struggle and moral decadence of the Indonesian population are among the reasons to legalize the Pornography Law. While the issues of pluralism, freedom, art and culture are often used to reject the Pornography Law. The purpose of this research is to know in general the reaction/ action of the public to the pornography and its implications, to provide solutions to the controversy of the Pornography Law itself. This research used descriptive qualitative based on a literature review which is complemented by questionnaire and expert interviews. The results of the study are since it was proposed to become a law, the Pornography Law still reaps many pros and cons in the life of the nation and state, disintegration of the nation will occur if the pros and cons of the Pornography Law continue, and a compatible local law (regarding to the community) is an alternative solution to the pros and cons for resolving the Pornography Law so far. 1. Pendahuluan tahun 1997 di DPR. Dalam Undang-Undang Pornografi perjalanannya draf RUU APP pertama (sebelumnya bernama Rancangan kali diajukan pada 14 Februari 2006 dan Undang-Undang Antipornografi dan berisi 11 bab dan 93 pasal.
    [Show full text]
  • Makna Kearifan Lokal Dalam Film Erau Kotaraja
    MAKNA KEARIFAN LOKAL DALAM FILM ERAU KOTARAJA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) Jurusan Jurnalistik Pada Fakultas Dakwah dan komunikasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Oleh: Nurlina NIM: 50500111036 JURUSAN JURNALISTIK FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2016 MAKNA KEARIFAN LOKAL DALAM FILM ERAU KOTARAJA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) Jurusan Jurnalistik Pada Fakultas Dakwah dan komunikasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Oleh: Nurlina NIM: 50500111036 JURUSAN JURNALISTIK FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2016 i ii iii iv KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu. Puja dan puji tiada henti peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan karunia-Nya yang luar biasa kepada peneliti, sehingga skripis yang berjudul “Makna Kearifan Lokal dalam Film Erau Kotaraja” ini, dapat diselesaikan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Shalawat serta salam senantiasa terpanjatkan kepada kekasih Allah Nabiullah Muhammad SAW, kepada keluarga serta para sahabat,semoga selalu dalam lindungan serta kasih sayang Allah SWT. Amin Ya Allah Ya Robbal Alamin. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Namun berkat doa dan usaha, dukungan serta bimbingan dari semua pihak, Alhamdulillah skripsi ini dapat dirampungkan dengan baik. Peneliti berharap skripsi ini dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya kepada mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi, khususnya kepada mahasiswa Jurusan Jurnalistik sebagai bahan referensi dalam penelitian analisis data. Rasa cinta dan terimakasih yang sedalam-dalamnya peneliti haturkan kepada kedua orang tua peneliti, ayahanda Alimuddin dan ibunda Aisyah yang dengan sabar dan penuh kasih sayang, telah memberi kepercayaan kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan studi hingga ditingkat perguruan tinggi.
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN 1.1 OBJEK PENELITIAN 1.1.1 Profil Film
    1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 OBJEK PENELITIAN 1.1.1 Profil film Produser : Simon Field, Keith Griffiths, Garin Nugroho Sutradara : Garin Nugroho Penulis : Armantono, Garin Nugroho Durasi : 115 menit Pemain : 1. Artika Sari Devi 2. Martinus Miroto 3. Eko Supriyanto 4. Retno Maruti Tabel 1.1 Tipe Film Opera Jawa Genre Musical Durasi 01.55.27 Audio a. Dialog b. Sound effect c. Lagu/musik gamelan Kualitas dan pembiayaan Film independen Presentasi visual 2-D Warna Berwarna (monochromatic) Viewing Format Wide screen Tipe Film non animasi Bahasa Jawa (Subtitle:Inggris) Originality Original (Inspired by Ramayana Fairytale) Tujuan Film ini adalah requiem duka untuk berbagai bentuk korban kekerasan dan bencana diberbagai wilayah dunia khususnya mereka yang berada di Jawa tengah dan Yogyakarta Sumber : dari berbagai sumber 2 Opera Jawa adalah film produksi gabungan Indonesia - Austria yang disutradari oleh Garin Nugroho dan diproduksi pada tahun 2006, dibintangi antara lain oleh Artika Sari Devi, Martinus Miroto dan Retno Maruti. Film Opera Jawa termasuk dalam film genre musikal karena merupakan cerita pewayangan yang ditampilkan dalam cerita nyata dengan alunan tembang Jawa selama film berlangsung. Film ini banyak berisi musik dan tarian tradisional Jawa. Nuansa Jawa begitu kental dalam setting lokasi, ilustrasi musik, serta penggunaan bahasa Jawa. Film ini menggambarkan kehidupan yang penuh konflik dengan menggunakan kisah Ramayana sebagai patokan cerita. Hampir semua aspek kehidupan masuk di dalamnya, mulai dari permasalahan cinta segitiga dalam sebuah keluarga (dengan tokoh Setyo, Siti, dan Ludiro) hingga masalah sosial, politik, dan perekonomian yang mengorbankan kehidupan rakyat kecil. Kehidupan Setyo-Siti yang berdasarkan usaha pembuatan gerabah goncang ketika perdagangannya surut.
    [Show full text]
  • Laporan Penelitian Unggulan Uny Tahun Anggaran 2014
    SENI LAPORAN PENELITIAN UNGGULAN UNY TAHUN ANGGARAN 2014 JUDUL PENELITIAN: HEGEMONI ESTETIKA RASISME DALAM REPRESENTASI IKLAN DI MEDIA MASSA CETAK INDONESIA KONTEMPORER: TINJAUAN PERSPEKTIF POSTKOLONIAL Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. B Muria Zuhdi, M.Sn. Penelitian ini Dibiayai oleh DIPA BLU Universitas Negeri Yogyakarta dengan Surat Perjanjian dalam Rangka Pelaksanaan Program Penelitian Unggulan PT Tahun 2014, Nomor: 532a/PL-UNG/UN34.21/2014 LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA OKTOBER, 2014 HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN UNGGULAN UNY 1. Judul Penelitian : Hegemoni Estetika Rasisme dalam Representasi Iklan di Media Massa Cetak Indonesia Kontemporer: Tinjauan Perspektif Postkolonial. 2. Identitas Peneliti a. Nama lengkap : Dr. Kasiyan, M.Hum. b. Jabatan : Lektor Kepala c. Jurusan : Jurusan Pendidikan Seni Rupa d. Alamat surat : Jl Kyai Muhdi, Demangan Rt 1/Rw 20. No. 15, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. e. Telepon rumah/kantor/HP : 08122753970. 3. Tema Penelitian payung : - 4. Skim Penelitian : Unggulan UNY 5. Program strategis nasional : Seni dan Sastra yang Mendukung Industri Kreatif 6. Bidang keilmuan penelitian : Pendidikan Seni Rupa 7. Tim Peneliti No. Nama den Gelar NIP Bidang Keahlian 1. B Muria Zuhdi, M.Sn. 19600520 198703 1 001 Pendidikan Seni Rupa 8. Mahasiswa yang terlibat No. Nama den Gelar NIM Prodi 1. Arya Purnama 10207241018 Pendidikan Seni Kerajinan 2. Agung Sulistyo 10207241012 Pendidikan Seni Kerajinan 9. Jangka Waktu Penelitian : 8 (Delapan) Bulan 10. Biaya yang Diperlukan : Rp.20.000.000,- (Dua Puluh Juta Rupiah) 11. Sumber Dana : DIPA UNY Tahun 2014 Mengetahui: Yogyakarta, 30 Oktober 2014 Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Ketua Tim Peneliti, Prof. Dr. Zamzani Dr. Kasiyan, M.Hum.
    [Show full text]
  • Kontes Kecantikan Dan Eksploitasi Perempuan Dalam Media
    KONTES KECANTIKAN DAN EKSPLOITASI PEREMPUAN DALAM MEDIA Hermansyah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning Riau [email protected] Abstract: The beauty contest is a contest which covered and broadcasted by many of electronic and printed media, This social fenomena arises the questions, what is the goal of this contest ?, what are the requirements which must be fulfilled by the participant, what are the creteria of assesments, face beauty, ideal body size, or clothes weared by the participant ?. Is the intellectual factor including into assessment of creteria ? or are there any other requirements must be fulfilled by the participant?, why does media seems more enthusiastic to published and broadcasts this activity?. From all the questions, the writer wishes to analyse, is the taking part of women in this contest and the enthusiastic of media to published and broadcasts this activity is an exploitation of media toward woman? The analaysis showed that the international, national and local beauty contests is an exploitation of media toward woman. Kata Kunci : kontes kecantikan, perempuan, eksploitasi, media PENDAHULUAN Tidak bisa dinafikan, kecantikan fisik adalah sisi yang paling menarik dari diri seorang perempuan sehingga kecantikan ini dilirik oleh banyak kalangan tidak terkecuali pemodal. Akibatnya, kecantikan perempuan dijadikan sebagai komoditas yang bisa menarik perhatian dan menghasilkan keuntungan 26 yang sebesar-besarnnya. Fenomena ajang kontes kecantikan dengan beragam jenisnya baik yang bersifat lokal, regional, nasional, bahkan sampai internasional, promosi produk, mulai dari busana, aksesoris atau produk lainnya, bahkan lebih ironisnya lagi, kecantikan perempuan acapkali ditampilkan sebagai maskot untuk sebuah produk yang tidak ada kaitannya dengan keperempuanan sehingga senantiasa menghiasi media baik cetak maupun elektronik.
    [Show full text]